Bambu untuk Mengahadapi Pemanasan Global

advertisement
Bambu untuk Mengahadapi Pemanasan Global
Bambu berpotensi sebagai solusi menghadapi permasalahan lingkungan terutama dalam mengatasi pemanasan global. Menurut Prof. Dr. Elizabeth Widjadja di
Bandung, cepatnya pertumbuhan bambu dibanding dengan pohon kayu, membuat bambu dapat diunggulkan untuk menyelamatkan deforestasi. Selain itu, bambu
juga merupakan penghasil oksigen paling besar dibanding pohon lainnya. Bambu juga memiliki daya serap karbon yang cukup tinggi untuk mengatasi persoalan CO2
di udara. Tanaman ini juga cukup baik untuk memperbaiki lahan kritis.
Kelebihan Bambu
Bambu merupakan tanaman yang secara botanis tergolong pada famili Gramineae (rumput). Bambu mudah menyesuaikan diri dengan kondisi tanah dan cuaca yang
ada, serta dapat tumbuh pada ketinggian sampai dengan 3.800 m di atas permukaan laut. Ada tiga kelebihan bambu jika dibandingkan dengan tanaman kayukayuan antara lain:
1. Tumbuh dengan Cepat
Bambu merupakan tanaman yang dapat tumbuh dalam waktu singkat dibandingkan dengan tanaman kayu-kayuan. Dalam sehari bambu dapat bertambah panjang
30-90 cm. Rata-rata pertumbuhan bambu untuk mencapai usia dewasa dibutuhkan waktu 3-6 tahun. Pada umur ini, bambu memiliki mutu dan kekuatan yang
paling tinggi. Bambu yang telah dipanen akan segera tergantikan oleh batang bambu yang baru. Hal ini berlangsung secara terus menerus secara cepat sehingga
tidak perlu dikhawatirkan bambu akan mengalami kepunahan karena dipanen. Berbeda dengan kayu, setelah ditebang akan memerlukan waktu yang cukup lama
untuk menggantinya dengan pohon yang baru.
2. Tebang Pilih
Bambu yang telah dewasa yakni umur 3-6 tahun dapat dipanen untuk digunakan dalam berbagai keperluan. Dalam pemanenan dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu dengan metode tebang habis dan tebang pilih. Tebang habis yaitu menebang semua batang bambu dalam satu rumpun baik batang yang tua maupun yang
muda. Metode ini kurang menguntungkan karena akan didapatkan kualitas bambu yang berbeda-beda dan tidak sesuai dengan yang diinginkan, selain itu akan
memutuskan regenerasi bambu itu sendiri. Metode tebang pilih adalah metode penebangan berdasarkan umur bambu. Metode ini sangat efektif karena akan
didapatkan mutu bambu sesuai dengan yang diinginkan dan kelangsungan pertumbuhan bambu akan tetap berjalan.
3. Meningkatkan Volume Air Bawah Tanah
Tanaman bambu memiliki akar rimpang yang sangat kuat. Struktur akar ini menjadikan bambu dapat mengikat tanah dan air dengan baik. Dibandingkan dengan
pepohonan yang hanya menyerap air hujan 35-40% air hujan, bambu dapat menyerap air hujan hingga 90 %.
KONSERVASI ALAM
Data CIFOR telah memperkirakan hutan Indonesia sekitar 3,8 juta ha setiap tahun musnah akibat penebangan. Langkah bijaksana yang dapat diambil dalam jangka
waktu pendek terutama untuk melindungi DAS adalah dengan menggunakan bambu sebagai tanaman reboisasi.
Masyarakat Bali di Desa Pakraman Angseri telah sukses menggunakan bambu sebagai tanaman hutan rakyat seluas 12 ha. Hasilnya telah membantu menjaga dan
memulihkan aliran air bawah tanah dan mata air panas, meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar hutan bambu untuk usaha kerajinan, serta menunjang
kehidupan komunitas kera untuk dijadikan sebagai tempat wisata (Sumatera dan Peneng, 2005).
Utthan centre dalam upaya konservasi pada lahan bekas penambangan batu di India melakukan penanaman hutan bambu seluas 106 ha. Hasilnya dalam waktu 4
tahun permukaan air bawah tanah meningkat 6,3 m dan seluruh areal penanaman menghijau, serta memberi pekerjaan kepada sekitar 80% penduduk setempat
dengan menambah pendapatan masyarakat melalui industri kerajinan bambu. (Tewari, 1980 dalam Garland 2004)
Hasil studi Akademi Beijing dan Xu Xiaoging, melakukan inventarisasi dan perencanaan hutan dengan melakukan studi banding hutan pinus dan bambu pada DAS
ternyata bambu menambah 240% air bawah tanah lebih besar dibandingkan hutan pinus. (Bareis, 1998, dalam Garland 2004)
Cina, selain pertimbangan untuk konservasi menanam hutan bambu untuk kepentingan sumber air dan irigasi terdapat perhitungan ekonomis yang memiliki nilai
komersial tinggi, didukung nilai adat dan budaya telah melakukan penanaman hutan bambu seluas 4,3 juta ha yang mampu menghasilkan bambu sebanyak 14,2
juta ton/tahun. Kondisi hutan bambu di Cina telah mencapai 3 % dari total hutan dan telah berhasil memberi kontribusi sekitar 25% dari total ekspor sebesar US $
2,8 milyar (SFA, 1999, Garland, 2004).
Sumber: www.mediaindonesia.com, www.infojawa.org, dan www.kabarindonesia.com
Download