Yusofa et al, Pemanfaatan Strategi Thinking 244

advertisement
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017
“Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan
Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
PEMANFAATAN STRATEGI THINKING MAP DALAM PEMBELAJARAN PROBLEM
BASED LEARNING UNTUK MEMBANTU SISWA MENINGKATKAN PENGUASAAN
KONSEP FISIKA SISWA SMA KELAS X
The Use of Thinking Map Strategy in Problem Based Learning to Help Students Improve Students Concepts
Mastery of Physic in Senior High School Class X
1,2,3
Devis Yusofa1, Lia Yuliati2, Muhardjito3
Pendidikan Fisika Pascasarjana-Universitas Negeri Malang
Jalan Semarang 5 Malang
e-mail korespondensi: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui materi yang dianggap sulit bagi siswa kelas X dan
pembelajaran yang dapat membantu siswa meningkatkan penguasaan konsep Fisika. Penelitian ini
menggunakan metode survey dan deskriptif. Instrumen yang digunakan berupa angket yang terdiri dari
empat poin pertanyaan dengan pilihan jawaban yang telah disediakan, serta terdapat pula jawaban yang
bebas diisi oleh responden. Hasil penelitian yang pertama didapatkan bahwa materi impuls dan
momentum menempati urutan ke-2 dari enam materi Fisika kelas X Semester 2 sebagai materi Fisika
yang dianggap sulit oleh siswa dengan persentase 28,44%. Kedua,menunjukan bahwa kegiatan
pembelajaran yang diterapkan masih belum sesuai untuk mendukung siswa meningkatkan penguasaan
konsep dalam mempelajari Fisika. Selain itu, konsep-konsep yang terlalu banyak juga menjadi faktor
kesulitan bagi siswa dalam mempelajari konsep Fisika. Ketiga,menunjukkan bahwa setidaknya terdapat
90,26% siswa pernah membuat map untuk mempelajari konsep Fisika. Keempat,Penyajian pembelajaran
yang autentik dalam pembelajaran fisika menjadi pembelajaran yang diinginkan siswa dan mendapatkan
persentase tertinggi sebesar 64,32%. Penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran yang
diterapkan masih belum sesuai dengan keinginan siswa dan berdampak rendahnya nilai ulangan siswa.
Secara tidak langsung, rendahnya nilai ulangan siswa menunjukkan bahwa penguasaan konsep Fisika
siswa pada materi impuls dan momentum sangat rendah. Berdasarkan hasil penelitian maka diperlukan
pembelajaran autentik seperti PBL dengan bantuan strategi Thinking map untuk meningkatkan
penguasaan konsep siswa
.
Kata Kunci: thinking map, problem based learning (PBL), penguasaan konsep
ABSTRACT
The purpose of this research is to understand the subjects that student from class X think are difficult and
provide a learning that help students improve their concepts mastery. This research use a survey and
descriptive methods. The instrument is a questionnaire with 4 point to answer; it has a question with
choices answer and questions with free answer from respondents. The first research result show that
impulse and momentum is a difficult subject that students think with 28,44% from the questionnaire, it
was the second difficult subject from the other six physic subjects in class X second semester. The second
result show that the learning used in the school was not support the students to improve their concepts
mastery and too many concepts made the students difficult to understand physic. The third result show
that 90,26% of student has been ever made a map to learn physic. The fourth result show that students
want an authentic learning for their learning with 64,32% from questionnaire. This research show that
the learning used in school was not suitable for the student’s desire and this has affected student test
score. Low test score of students indicates that concepts mastery of students from impulse and momentum
subject is very low. Based on the research, authentic learning like PBL with the help of the Thinking map
strategies is needed to improve students' mastery of concepts.
Keywords: thinking map, problem based learning (PBL), concepts mastery
Pembelajaran Fisika berdasarkan Permendiknas
nomor 22 tahun 2006 memiliki tujuan yang salah satunya
adalah mengembangkan kemampuan bernalar dalam
berpikir analisis induktif dan deduktif dengan
menggunakan konsep dan prinsip Fisika dalam
menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun
kuantitatif. Siswa diharapkan lebih aktif pada kegiatan
pembelajaran dengan melibatkan kemampuan berpikir
kritis dan penalaran yang tinggi guna memecahkan
permasalahan-permasalahan Fisika yang dihadapi. Doyan
& Sukmantara (2014) menyatakan bahwa Penguasaan
konsep dan kemampuan pemecahan masalah Fisika
Yusofa et al, Pemanfaatan Strategi Thinking
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
244
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017
“Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan
Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
sebagai salah satu aspek dalam mengukur kemampuan
belajar siswa guna mewujudkan pembelajaran yang
berkualitas. Hal ini menunjukkan bahwa agar tujuan
pembelajaran Fisika dapat tercapai, maka siswa harus
mempunyai penguasaan konsep yang baik.
Penguasaan konsep merupakan dasar siswa dalam
memahami
permasalahan-permasalahan
Fisika.
Penguasaan konsep adalah kemampuan siswa dalam
memahami makna ilmiah baik konsep secara teori
maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
(Dahar, 1988). Penguasaan konsep siswa ini dapat diukur
dari hasil kognitif yang mereka capai yang mengacu pada
enam domain kognitif yang dikembangkan oleh Bloom
dalam dan direvisi oleh Anderson dan Krathwohl pada
tahun 2001, yaitu mengingat (C1), memahami (C2),
mengaplikasi (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5)
dan membuat (C6)(Anderson &Krathwohl, 2001).
Pendidikan
membutuhkan
strategi
belajar
kolaboratif yang dapat membantu siswa meningkatkan
penguasaan konsep. PBL merupakan salah satu
pembelajaran kolaboratif yang berfokus pada siswa
(student centered). Menurut beberapa hasil penelitian
menyatakan bahwa, PBL dapat meningkatkan penguasaan
konsep siswa dalam pembelajaran Fisika (Tasoglu &
Bakac, 2014), PBL membantu siswa memiliki penguasaan
konsep yang lebih baik (Saglam, 2010).
Thinking map merupakan alternatif yang dapat
membantu siswa dalam mengoptimalkan pembelajaran
PBL.Thinking map membawa siswa untuk mengorganisir
pengetahuan yang telah dimiliki. Thinking map juga
memudahkan siswa untuk mengetahui hubungan konsepkonsep menjadi teori yang lebih umum. Penggunaan
Thinking map dalam pembelajaran dapat membantu siswa
untuk menemukan hubungan yang bermakna antara
No
1
2
3
4
materi yang dipelajari (Long & Carlson, 2011). Ketika
siswa mengkombinasikan penggunaan alat bantu visual
dengan kebiasaan otanya untuk berpikir lebih mendalam,
siswa akan melihat perluasan ide dan perolehan
pengetahuan baru oleh dirinya sendiri sebagai pemikir
yang terampil (Costa & Kallick, 2000). Oleh karena itu
penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui materi
yang dianggap sulit bagi siswa kelas X dan pembelajaran
yang dapat membantu siswa meningkatkan penguasaan
konsep Fisika.
METODE
Penelitian ini merupakan studi pendahuluan yang
dilakukan dengan metode survey dan deskriptif. Sugiyono
(2009)
metode
deskriptif
digunakan
untuk
menggambarkan dan menganalisis hasil suatu penelitian,
tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang
lebih luas. Penelitian ini dirancang sebagai langkah awal
peneliti sebelum masuk dalam penelitian utama. Subyek
penelitian ini adalah 120 siswa SMA dari 3 sekolah, yaitu,
SMAN 1 Kepanjen, SMAN 8 Malang dan SMAN 1
Singosari. Instrumen yang digunakan berupa angket yang
terdiri dari empat poin pertanyaan dengan pilihan jawaban
yang telah disediakan, serta terdapat pula jawaban yang
bebas diisi oleh responden.
Data yang diperoleh berupa hasil angket yang telah
diisi oleh siswa sebagai subyek penelitian. siswa dapat
memilih jawaban butir pertanyaan pada angket lebih dari
satu pilihan. Butir-butir pertanyaan dalam angket
bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan dalam
pembelajaran Fisika. Secara lengkap keepat poin
pertanyaan dalam angket disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Poin-Poin Pertanyaan pada Angket Siswa
Option
a. Vektor
b. Gerak Lurus dan gerak melingkar
c. Hukum Newton
d. Usaha dan energi
e. Impuls dan momentum
f. Getaran harmonis dan bandul sederhana
Alasan sulit memahami konsep Fisika?
a. Cara guru menjelaskan
b. Kegiatan pembelajaran yang tidak sesuai
c. Terlalu banyak konsep yang dipelajari
Pernahkah membuat penjelasan konsep a. Pernah membuat dan paham karakteristik masing-masing map
dalam bentuk map? (link map, konsep b. Pernah membuat tetapi belum paham karakteristik masing-masing map
map, mind map, dan thinking map)
c. Tidak pernah membuat
Pembelajaran yang diharapkan untuk a. Kegiatan pembelajaran yang menyajikan permasalahan kontekstual
diterapkan oleh guru dalam menyajikan b. Kegiatan pembelajaran berpusat pada latihan soal
materi Fisika?
c. Kegiatan pembelajaran diskusi kelompok
Pertanyaan
Materi yang dianggap sulit?
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini didapatkan dari angket yang
ditujukan kepada siswa. Terdapat empat poin pertanyaan
yang diajukan pada angket. Poin pertama adalah materi
yang dianggap sulit oleh siswa. Poin kedua adalah alasan
siswa sulit memahami konsep Fisika. Poin ketiga adalah
pemanfaatan map (link map, konsep map, mind map, dan
thinking map) dalam pembelajaran Fisika oleh siswa.
Poin keempat adalah pembelajaran yang diharapkan untuk
diterapkan oleh guru dalam menajikan materi Fisika.Hasil
studi pendahuluan yang dilakukan melalui angket yang
disebarkan pada 120 siswa SMA dari 3 yaitu, SMAN 1
Kepanjen, SMAN 8 Malang dan SMAN 1 Singosari.
Yusofa et al, Pemanfaatan Strategi Thinking
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
245
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017
“Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan
Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Hasil angket poin pertama didapatkan bahwa
materi impuls dan momentum menempati urutan ke 2 dari
enam materi Fisika kelas X Semester 2 sebagai materi
Fisika yang dianggap sulit oleh siswa dengan persentase
28,44%. Hasil tersebut diperkuat dengan nilai ulangan
Fisika pada materi implus dan momentum sangat rendah,
yakni lebih dari 60 % siswa masih di bawah KKM (nilai
Getaran
harmonis dan
bandul
sederhana,
12.94
Impuls dan
Momentum,
28.44
Usaha dan
energi, 3.31
KKM 75). Hampir 50 % siswa memiliki nilai di bawah 40
dan selebihnya hampir tidak dapat melebihi KKM. Hal ini
menunjukkan bahwa penguasaan konsep Fisika pada
materi impuls dan momentum masih sangat rendah. Hasil
persentase materi yang dianggap sulit disajikan pada
Gambar 2.
Vektor, 5.47
Gerak lurus dan
gerak
melingkar,
29.73
Hukum
Newton,
20.11
Gambar 1. Diagram Materi yang Dianggap Sulit Oleh Siswa
Hasil angket poin kedua pada penerapan model
pembelajaran yang digunakan menunjukkan bahwa
terdapat beberapa faktor mengapa siswa kesulitan
memahami konsep Fisika. Sebanyak 11,26% siswa
merasa kesulitan terhadap cara guru menjelaskan, 44,87%
siswa merasa kegiatan pembelajaran yang tidak sesuai,
dan 43,87% siswa merasa terlalu banyak konsep dan
persamaan-persamaan Fisika yang perlu dipelajari. Hal ini
menunjukan bahwa kegiatan pembelajaran yang
diterapkan masih belum sesuai untuk mendukung siswa
meningkatkan penguasaan konsep dalam mempelajari
Terlalu Banyak
Konsep dan
PersamaanPersamaan
Fisika, 43.87
Fisika, sehingga siswa masih kesulitan. Selain itu konsepkonsep yang terlalu banyak juga menjadi faktor kesulitan
bagi siswa dalam mempelajari konsep Fisika. Oleh karena
itu perlu sebuah inovasi pembelajaran yang dapat
memfasilitasi siswa untuk dapat mempelajari konsepkonsep Fisika dengan baik. Djarod dkk (2016) pendekatan
belajar Fisika yang tepat dapat membangkitkan kegiatan
belajar siswa, sehingga akan tercapai tujuan belajar Fisika
yang diharapkan. Hasil persentase faktor-faktor yang
mempengaruhi kesulitan siswa mempelajari konsep Fisika
disajikan pada Gambar 2.
Cara Guru
Menyampaikan
Materi,
11.26
Kegiatan
Pembelajaran
yang Tidak
Sesuai,
44.87
Gambar 2. Diagram Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Siswa Mempelajari Konsep Fisika
Hasil angket poin ketiga ditujukan untuk
mengetahui pemanfaatan map (link map, konsep map,
mind map, dan thinking map) dalam pembelajaran Fisika.
Sebanyak 8,42 % menyatakan pernah membuat dan
paham karakteristik masing-masing map, 90,26%
menyatakan pernah membuat tetapi belum paham
karakteristik masing-masing map, dan 1,32% tidak pernah
membuat. Hal ini menunjukkan bahwa setidaknya
terdapat 98,68% siswa pernah membuat map untuk
mempelajari konsep Fisika. Lebih lanjut, respon siswa
terhadap penggunaan map dalam pembelajaran
menunjukkan bahwa siswa merasa bahwa penggunaan
Yusofa et al, Pemanfaatan Strategi Thinking
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
246
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017
“Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan
Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
map sangat membantu dalam mempelajari konsep-konsep
Fisika. Laura (2011) mengemukakan bahwa pengguanaan
penggunaan thinking map dalam pembelajaran dapat
membantu siswa meningkatkan kemampuan berfikir kritis
(Laura, 2011). Long & Carlson (2011) mengemukakan
bahwa dengan menggunakan thingking map membantu
siswa
memperluas
keterampilan
berpikir
dan
Tidak pernah
membuat, 1.32
meningkatkan penguasaan mereka tentang permasalahan
yang disajikan. Karakuyu (2010) mengemukakan bahwa
penggunaan map sangat membantu bagi siswa dalam
meningkatkan prestasi belajar dalam pembelajaran Fisika.
Hasil persentase pemanfaatan map bagi siswa dalam
mempelajari konsep Fisika disajikan pada Gambar 3.
Pernah
membuat dan
paham
karakteristik
masing-masing
map, 8.42
Pernah
membuat tetapi
belum paham
karakteristik
masing-masing
map, 90.26
Gambar 3. Diagram Pemanfaatan Map Bagi Siswa dalam Mempelajari Konsep Fisika
Hasil angket poin keempat ditujukan untuk
mengetahui pembelajaran yang diharapkan untuk
diterapkan oleh guru dalam menyajikan materi Fisika.
Sebanyak 64,32% siswa menyukai kegiatan pembelajaran
yang menyajikan permasalahan kontekstual, 2,17%
kegiatan pembelajaran berpusat pada latihan soal, 33,51%
kegiatan pembelajaran diskusi kelompok. Penyajian
pembelajaran yang autentik dalam pembelajaran Fisika
mendapatkan persentase tertinggi yang diikuti dengan
keingingan siswa terhadap pembelajaran yang mengajak
siswa untuk aktif dalam diskusi kelompok. Sehingga
diperlukan sebuah model pembelajaran yang dapat
memfasilitasi siswa untuk melakukan kegiatan autentik
dan diskusi. Agustin (2013) PBL adalah model
pembelajaran yang dimulai dengan pemberian suatu
permasalahan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari.
Trianto (2011) model pembelajaran berbasis masalah
merupakan suatu model yang didaarkan pada banyaknya
permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik,
yaitu penyelidikan yang menmbutuhkan penyelesaian
nyata dari permasalhan yang nyata. Destianingsih dkk
(2014) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran PBL
kemampuan berpikir siswa betul-betul diopimalisasika
melalui kegiatan kerja kelompok atau tim yang sistematis.
Hasil persentase kegiatan pembelajaran yang disukai
siswa dalam mempelajari materi Fisika disajikan pada
Gambar 4.
Kegiatan
pembelajaran
diskusi
kelompok, 33.5
1
Kegiatan
pembelajaran
berpusat pada
latihan
soal, 2.17
Kegiatan
pembelajaran
yang
menyajikan
permasalahan
kontekstual, 64.
32
Gambar 4. Diagram Kegiatan Pembelajaran yang Disukai Siswa dalam Mempelajari Materi Fisika
Yusofa et al, Pemanfaatan Strategi Thinking
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
247
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017
“Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan
Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
PENUTUP
Simpulan dari penelitian ini adalah pada umumnya
kegiatan pembelajaran yang ada saat ini masih belum
sesuai dengan keinginan siswa dan berdampak rendahnya
nilai ulangan siswa. Secara tidak langsung, rendahnya
nilai ulangan siswa menunjukkan bahwa penguasaan
konsep Fisika siswa pada materi impuls dan momentum
sangat rendah. Siswa menginginkan pembelajaran yang
menyajikan permasalahan konstektual dan membawa
siswa lebih aktif dalam kegiatan di kelas.
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka perlu
diterapkan Strategi thinking map dalam pembelajaran
PBL
pada
materi
impuls
dan
momentum.
PembelajaranPBL sangat terkait dengan permasalahanpermasalahan kontekstual dan mengajak siswa untuk aktif
dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, tambahan
penggunaan thinking map dalam pembelajaran PBL akan
membantu siswa mempermudah mempelajari materi
Fisika terutama pada materi impul dan momentum,
sehingga dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa.
Tanjung Lubuk. Jurnal Inovasi dan Pembelajaran
Fisika, 1(2): 1-6.
Djarod, F. I., Wiyono, E., & Supurwoko. Analisis
Keasalahan dalam Menyelesaikan Soal Materi
Pokok Termodinamika pada Siswa Kelas XI SMA
Al Islam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014.
Prosiding Seminar Nasional Fisika dan
Pendidikan Fisika Ke-6, 6(1): 306-312.
Doyan, A. Sukmantara, I. K. Y. Pengembangan Web
Intranet Fisika untuk Meningkatkan Penguasaan
Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah
Siswa SMK. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia,
10(2): 117-127.
Karakuyu, Y. 2010. The Effect of Concept Mapping on
Attitude Achievement in a Physics Course.
International Journal of the Physical Sciences,
5(6): 724-737.
DAFTAR RUJUKAN
Laura, A. W. 2011. The Effect of Thingking Maps on
Students Higher Order Thinking Skills. California
State University, Northridge.
Agustin, V. N. 2013. Peningkatan Aktivitas dan Hasil
Belajar Siswa Melalui Model Problem Based
Learning (PBL). Journal of Elementary Education,
2(1): 36-44.
Long, D & Carlson, D. 2011. Mind the Map: How
Thinking Maps Affect Student Achievement.
Networks an Online Journal for Teacher Research,
13 (2): 1-7.
Anderson, L. W & Krathwohl, D. R. 2001. A Taxonomy
for Learning, Teaching, and Assesing: A Revision
of Bloom’s Taxonomy of Education Objectives.
New York: Addison Wesley Lonman, Inc.
Tasoglu, A. K & Bakac, M. 2014. The Effect of Problem
Based Learning Approach on Conceptual
Understanding in Teaching of Magnetism Topics.
Eurasian J. Phys & Chem Education.
Costa, A. L & Kallick, B. 2000. Habit of Mind: Activating
and Engaging. USA: ASCD.
Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif
Progresif. Jakarta: Kencana.
Dahar. 1988. Teori-Teori Belajar. Erlangga. Jakarta.
Saglam, M. 2010. Students Performance Awareness
Motivational Orientations and Learning Strategies
in a Problem-Based Electromagnetism Course.
Asia Pacific Forum on Science Learning and
Teaching.
Depdiknas. 2006. Permendiknas No 22 Tahun 2006
Tentang Standar Isi. Jakarta: Depdiknas.
Destianingsih, E., Pasaribu, A., &
Model Problem Based
Kemampuan Pemecahan
Pembelajaran Fisika Kelas
Ismet. 2014. Pengaruh
Learning Terhadap
Msalah Siswa pada
XI di SMA Negeri 1
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Alfabeta.
Yusofa et al, Pemanfaatan Strategi Thinking
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
248
Download