Protokol Pemantauan Padang Lamun di Taman Nasional Perairan Laut Sawu Dikompilasi oleh Boby Yefra, Suhaidi, Welem Turupadang, Derta Prabuning, Yusuf Fajariyanto, Purwanto Kontak: [email protected] Protokol Pemantauan Padang Lamun di Taman Nasional Perairan Laut Sawu Dikompilasi oleh Boby Yefra, Suhaidi, Welem Turupadang, Derta Prabuning, Yusuf Fajariyanto, Purwanto Sitasi yang disarankan: Boby Yefra, Suhaidi, Welem Turupadang, Derta Prabuning, Yusuf Fajariyanto, Purwanto. 2014. Protokol Pemantauan Padang Lamun di Taman Nasional Perairan Laut Sawu. Balai Kawasan Konservasi dan Perairan Nasional, Kupang. Kontak: [email protected] Gambar sampul oleh Yusuf Fajariyanto 2 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................................. 2 DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3 DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ 4 DAFTAR TABEL .................................................................................................... 5 PENDAHULUAN ................................................................................................... 6 Latar Belakang ..................................................................................................... 6 Tujuan Pemantauan ............................................................................................ 7 METODE PEMANTAUAN ...................................................................................... 8 Definisi Metode ................................................................................................... 8 Teknis Pelaksanaan ............................................................................................. 8 Perlengkapan Survei ............................................................................................ 9 Anggota Tim ........................................................................................................ 9 PELAKSANAAN SURVEI DI LAPANG ...................................................................... 11 Baseline Data Awal .............................................................................................. 11 Lokasi Pemantauan .................................................................................. 11 Titik “NOL” Transek .................................................................................. 13 Pemantauan Rutin ............................................................................................... 13 Pelaksaan Survei Pemantauan ............................................................................. 14 Pra-Survei ................................................................................................ 14 Survei ...................................................................................................... 14 Paska Survei ............................................................................................. 16 ANGGARAN PELAKSANAAN SURVEI ..................................................................... 18 Komponen Biaya ................................................................................................. 18 Rincian Biaya ....................................................................................................... 18 Lampiran ............................................................................................................. 20 3 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Metode pemantauan padang lamun menggunakan Kuadrat Transek; (A) Peletakan transek kuadrat pada transek garis (roll meter), (B) Jarak antara titik sampling transek kuadrat adalah 5m dan jarak antara transek (roll meter) adalah 25m ............................. 9 Gambar 2. Lokasi monitoring padang lamun di TNP Laut Sawu. Nama lokasi (Desa, Kecamatan) dan titik koordinat dapat dilihat di lampiran 1 .................................. 12 Gambar 3. Standart presentase Epifit pada Daun Lamun ................................................ 16 Gambar 4. Peta lokasi berdasarkan scene – Selat Sumba ................................................ 22 Gambar 5. Peta lokasi berdasarkan scene – Pulau Mengudu Sabu .................................. 23 Gambar 6. . Peta lokasi berdasarkan scene – Pulau Sabu Rote ........................................ 24 Gambar 7. Peta lokasi berdasarkan scene – Pulau Rote Teluk Kupang ............................. 25 Gambar 8. Peta lokasi berdasarkan scene – Teluk Kupang Batek ..................................... 26 Gambar 9. Lembar Standar Persentase Tutupan Lamun .................................................. 28-32 Gambar 10. Lembar Identifikasi Lamun dan Kode Spesies ............................................... 33 Gambar 11. Lembaran Identifikasi Alga........................................................................... 34-35 4 DAFTAR TABEL Tabel 1. Jumlah lokasi monitoring per administrasi kabupaten ...................................... 13 Tabel 2. Rincian biaya pelaksanaan program pemantauan ............................................. 18 Tabel 3. Lokasi pemantauan padang lamun di TNP Laut Sawu......................................... 19-21 5 PENDAHULUAN Latar Belakang Taman Nasional Perairan Laut Sawu terletak di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia dan merupakan Kawasan Konservasi Periaran yang terluas di Segitiga Karang Dunia dengan luas 3,35 juta hektar. Laut Sawu keragaman hayati spesies yang sangat tinggi serta memiliki habitat laut dalam yang mendukung keanekaragaman spesies di dalamnya. Di dalamnya TNP Laut Sawu terdapat potensi sumberdaya wilayah pesisir dan laut yang sangat besar, di antaranya sumberdaya lamun (seagrass) yang dikenal dengan istilah lamun dan alang-alang laut. Lamun adalah tanaman berbunga yang berhubungan erat dengan jenis tanaman yang ada di darat, seperti bunga lili, jahe dan rumput. Mereka tumbuh di dasar laut dengan daun yang memanjang dan tegak serta mempunyai serupa akar yang disebut rizoma yang terkubur di substrat. Ada 60 spesies lamun di seluruh dunia, yang terbagi atas 12 genera, 4 famili dan 2 ordo. Sedangkan untuk perairan Nusa Tenggara Timur memiliki 11 spesies (Pellu 2008, Ninef et al. 2010, Rusydi et al. 2010, Jumini 2011, Mas’ulah 2011) dengan genera antara lain: Cymodocea, Enhalus, Halodule, Halophila, Syringodium, Thalassia, dan Thalassodendron. Sedikitnya jumlah spesies disini tidak mencerminkan kurang pentingnya ekosistem lamun yang memiliki fungsi tempat berlindung, habitat yang kaya nutrien untuk beragam flora dan fauna. Komunitas lamun di daerah tropis memainkan peranan penting, berinteraksi dengan mangrove dan terumbu karang. Semua ekosistem ini membuat ekosistem pesisir menjadi stabil, sehingga menunjang faktor-faktor fisik dan biologis bagi komunitas lain. Terumbu karang berperan sebagai penghalang, memungkinkan komunitas mangrove dan lamun di belakangnya dapat tumbuh dengan baik. Lamun menjebak sedimen dan memperlambat gerakan air, sehingga menguntungkan bagi terumbu karang yang sangat rentan terhadap melimpahnya sedimen di perairan. Sedimen dari darat terperangkap di komunitas mangrove, sehingga mengurangi kemungkinan penutupan lumpur pada terumbu dan padang lamun. Kumpulan sedimen yang dikumpulkan oleh lamun, pada gilirannya dapat menjadi substrat bagi komunitas mangrove. Ketiga komunitas di atas menjebak dan memegang makanan sehingga tidak terhanyut ke laut lepas. Perairan Laut Sawu sangat penting bagi pembangunan di Provinsi NTT, karena hampir sebagian besar Kabupaten/Kota di NTT sangat tergantung kepada Laut Sawu. Lebih dari 65% potensi lestari sumberdaya ikan di Provinsi ini disumbang oleh Laut Sawu (DKP Provinsi NTT, 2010). 1 Menyadari akan strategisnya Laut Sawu sebagai kawasan yang penting, maka atas dukungan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Pemerintah Daerah NTT dan stakeholder terkait, telah ditetapkan TNP Laut Sawu dan sekitarnya sebagai kawasan konservasi perairan nasional berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 5/KEPMEN-KP/2014, terdiri dari: (a) Wilayah Perairan Selat Sumba dan sekitarnya seluas 557.837,40 hektar; dan (b) Wilayah Perairan Pulau Timor-Rote-Sabu-Batek dan sekitarnya seluas 2.797.515,42 hektar, dengan luas total lebih kurang 3.355.352,82 hektar. Untuk pengelolaan yang efektif, Menteri Kelautan dan Perikanan juga telah mengesahkan Rencana Pengelolaan dan Zonasi Taman Nasional Perairan Laut Sawu dan sekitarnya untuk periode 2014-2034, dengan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 6/KEPMEN-KP/2014. Informasi tentang keberadaan, jenis dan ancaman-ancaman pada padang lamun sangat dibutuhkan sebagai salah satu pertimbangan adaptif pengelolaan kawasan perlindungan laut. Terkait dengan hal tersebut, BKKPN Kupang merencanakan untuk melakukan kegiatan monitoring padang lamun di wilayah perairan TNP Laut Sawu. Pembuatan protokol ini ditujukan sebagai pedoman bagi tim monitoring dalam melaksanakan kegiatan di lapang. Protokol ini dihasilkan dari rangkaian lokakarya terintegrasi, try out serta FGD yang dilakukan di Kupang pada periode November hingga Desember 2014. Lokakarya diikuti oleh 15 peserta yang terdiri dari: BKKPN Kupang, DKPP NTT, DKP NTT, BBKDSA NTT, BLHD NTT, Bappeda NTT, LANTAMAL, Politani, Undana, UKAW, UMK; yang sebelumnya telah terlebih dahulu disusun oleh tim inti dari BKKPN Kupang, TNC – Proyek Laut Sawu, dan Reef Check Indonesia. Tujuan Pemantauan Secara keseluruhan, tujuan monitoring padang lamun adalah untuk memberikan informasi agar pengelolaan bisa adaptif dan mengukur kinerja pengelolaan. Secara khusus monitoring bertujuan untuk mengetahui sebaran lamun, tutupan lamun dan jenis lamun di dalam TNP Laut Sawu, yang bertujuan untuk mengukur perubahanperubahan pada lamun dalam hal: Komposisi jenis (spesies) padang lamun Tutupan padang lamun Tinggi kanopi lamun 2 METODE PEMANTAUAN Definisi Metode Pemantauan padang lamun bertujuan mendeteksi perubahan yang terjadi pada padang lamun di TNP Laut Sawu sehingga diperlukan suatu metode pemantauan lamun yang mampu menyediakan informasi tentang kesehatan dan status padang lamun pada suatu lokasi sepanjang waktu. Metode pemantauan lamun merupakan seperangkat proses dan peralatan yang dilengkapi dengan langkah pelaksanaan dan petunjuk penggunaan sehingga mampu menyediakan data yang akurat serta terpercaya bagi pengambilan keputusan selanjutnya. Teknis Pelaksanaan Pemantauan padang lamun dilakukan dengan mengukur perubahan distribusi pada komunitas lamun, yang termasuk: distribusi lamun pada posisi di quadrat transek komposisi spesies pada kuadrat transek kelimpahan dan penutupan lamun. Dengan cara: Letakan 3 (tiga) transek garis dengan panjang 50m, paralel 25 m satu dengan lainnya, dan tegak lurus dengan garis pantai. Letakkan transek kuadrat pada setiap 5 meter transek garis sebagai sampling. Transek kuadrat ukuran 50x50cm digunakan untuk mengamati distribusi lamun pada suatu daerah yang telah ditentukan. A 3 Jarak 25m Jarak 25m B Gambar 1. Metode pemantauan padang lamun menggunakan Kuadrat Transek; (A) Peletakan transek kuadrat pada transek garis (roll meter), (B) Jarak antara titik sampling transek kuadrat adalah 5m dan jarak antara transek (roll meter) adalah 25m. Perlengkapan Survei Kebutuhan material dan peralatan: 3 buah kuadran transek (50x50cm) 3 buah roll meter 50m Pelampung Kompas dan GPS (Global Positioning System) Kamera (anti-air) Formulir dan papan data, dan pensil dan penghapus Peralatan snorkeling/selam dasar Lembar Standar persentase penutupan lamun Lembar identifikasi lamun Anggota Tim Lapang Tim pemantauan padang lamun di TNP Laut Sawu paling tidak terdiri dari 6 (enam) orang: a) Team leader – petugas BKKPN Kupang Bertugas untuk mengkoordinasikan segala hal di luar dan di lapangan, dan memimpin dalam pelaksanaan survey. Team leader juga bisa berperan sebagai observer. b) Petugas Administrasi BKKPN Kupang Bagian administrasi bertugas mengatur keuangan pelaksanaan pemantauan pemanfaatan sumberdaya, termasuk pembayaran dan pelunasan administrasi. c) Observer (2 orang) – petugas BKKPN Kupang dan Tenaga Teknis Lapangan Menyiapkan keperluan di lokasi berdasarkan sektor, seperti transportasi darat (misal sewa mobil, dll), penginapan lokal, persewaan kapal survei, serta berkoordinasi dengan masyarakat dan pemda setempat. d) Masyarakat Lokal 4 Bertugas untuk memandu tim dan bertanggung jawab ke lokasi yang terdapat lamun, membantu dalam pelaksanaan pemantauan, dan memberikan saran tempat menginap. e) Tenaga ahli lamun (1 orang) Bertanggungjawab terhadap jalannya metode dan sisi ilmiah dari pemantauan padang lamun. f) Kapten Kapal Bertanggung jawab dalam membawa kapal, mengikuti rute survei, bertanggungjawab dalam keselamatan penumpang selama survei di laut, berkoordinasi dengan tim leader dan mengambil tindakan yang diperlukan sehubungan dengan kondisi di lapangan dan cuaca dan menentukan lokasi berlabuh. Kapten kapal harus mempunyai sertifikat SKK60 mil, kecakapan yang diharuskan untuk mengemudikan kapal. Surat Keterangan Kecakapan (SKK) 60 mil yang asli harus selalu berada di atas kapal, setiap kali kapal dibawa oleh kapten yang bersangkutan. g) Satu orang ABK Bertugas menyiapkan logistik, mengisi bahan bakar, menjaga kebersihan dan tambatan kapal. 5 PELAKSANAAN SURVEI DI LAPANG 1. Baseline Data Awal Pengambilan data awal atau baseline data dilakukan untuk menentukan lokasi tepat (T=0) pemantauan padang lamun di TNP Laut Sawu dan untuk mendapatkan data awal. Tahap menggunakan metode yang sama, hanya terdapat perbedaan pada komposisi kegiatan dan anggaran yang dibutuhkan (anggaran dibahas pada bab selanjutnya). Baseline data awal pemantauan padang lamun dilakukan pada tahap sesudah ada rencana zonasi dan rencana pengelolaan, dan dilakukan kembali pada tahap revisi zonasi dan pengelolaan. Baseline data meliputi penentuan lokasi dan titik pemantauan, sebagai berikut: Lokasi Pemantauan Berikut ini beberapa pertimbangan penentuan lokasi pemantauan padang lamun di TNP Laut Sawu: a. Lokasi terdapat tutupan lamun b. Keterwakilan zona dan perbandingan antar zona c. Aksesibilitas lokasi dimana dapat dikunjungi dan melakukan pemantauan lagi dengan interval yang teratur Hal Lainnya yang menentukan pemilihan lokasi adalah kondisi lapangan yang sesuai dan memungkinkan untuk pengambilan data. Informasi ini didasarkan pada hasil pemantauan sebelumnya yang dilakukan oleh BKKPN Kupang dan TNC Program Laut Sawu. Finalisasi pemilihan lokasi diseleksi berdasarkan keberadaan padang lamun yaitu berdasarkan data awal kondisi padang lamun dengan tampilan Analisis Citra Satelit LANDSAT 7, Worldview2 dan Geoeye yang dilaksanakan oleh BKKPN Kupang dan TNC Proyek Laut Sawu. 6 Gambar 2. Lokasi monitoring padang lamun di TNP Laut Sawu. Nama lokasi (Desa, Kecamatan) dan titik koordinat dapat dilihat di lampiran 1. 7 Pelaksanaan program monitoring pemantauan padang lamun direncanakan dilaksanakan secara serempak di seluruh kawasan TNP Laut Sawu. Dalam memudahkan pelaksanaan, peta tersedia dalam 5 (lima) scene sebagai panduan penentuan lokasi (lihat lampiran 1 dan 2). Tabel 1. Jumlah lokasi monitoring per administrasi kabupaten Zona No Inti Pemanfaatan Kearifan Lokal Perikanan Berkelanjutan Tradisional Pemanfaatan Pariwisata & Budidaya Perlindungan Setasea - Administrasi Kabupaten 1 Manggarai Barat - 1 - 3 - 2 Manggarai - 2 - 4 - 3 Sumba Barat Daya - 3 - 4 - 4 Sumba Barat - 1 - 1 - 5 Sumba Tengah 1 3 - 1 - - 6 Sumba Timur - 6 - 16 - - 7 Sabu Raijua - 3 1 4 2 8 Rote Ndao - 8 - 9 - 1 9 Timor Tengah Selatan - 1 - - - - 10 Kupang - 3 1 4 - 1 31 2 46 2 Total - - 1 Titik “NOL” Transek Penentuan lokasi dengan memperhatikan prosedur berikut: Tentukan lokasi berdasarkan peta Titik dimana banyak ditemukan lamun Tetapkan stasiun 1, 2 dan 3, dimana transek stasiun 1 dan 3 terletak 25m di kiri dan kanan dari transek stasiun 2 Catat koordinat GPS untuk masing-masing stasiun tersebut dan jangan lupa mengisi lembaran formulir yang sesuai Memasang transek permanen 2. Pemantauan Rutin Pemantauan rutin dilaksanakan berdasarkan protokol pemantauan ini yang mengadaptasi pola pemantauan pada metode yang dikembangkan oleh seagrasswatch.org, empat kali dalam kurun waktu satu tahun; yaitu bulan Januari, April, Juli, Oktober. Bulan tersebut merupakan bulan dimana Lamun mengalami siklus pertumbuhan dan musim. 8 Tim melihat data lokasi pada penentuan titik nol dan kembali ke lokasi dengan arahan masyarakat lokal dan tenaga teknis serta peralatan GPS untuk mendapat koordinat tanda permanen. 3. Pelaksanaan Survei Pemantauan a) Pra-Survei Ketua tim: Koordinasi dengan tenaga teknis lapangan untuk mempersiapkan keperluan seperti; kapal, akomodasi, dll Ketua tim: mempersiapkan formulir data dan perlengkapan Mengisi dokumen pelaksanaan survei dan dokumen “tidak bertanggungjawab” atas kecelakaan dll dan meninggal dokumen ke kantor BKKPN Memastikan peralatan tersedia (lihat pada poin peralatan dan perlengkapan; halaman) Kapten kapal memastikan semua siap berangkat b) Survei Setelah stasiun pemantauan (lokasi dan titik nol) telah ditetapkan maka prosedur pengambilan data sudah dapat dilakukan serta mengisi form isian data (Lampiran 3). Ambil Foto Kuadran Foto diambil pada 5m, 25m, 45m sepanjang kuadran pada setiap transek ataupun pada titik tertentu yang dikehendaki (bekas jejak merumput dugong, tempat yang banyak alga, gastropoda, dll) Pertama tempatkan label foto di samping kuadran dengan mencantumkan kode lokasi yang benar, nomor situs, transek, dan kode kuadran di atasnya Selanjutnya, ambil foto dari sudut se-vertikal mungkin, yang meliputi Seluruh bingkai kuadran dan label kuadran. Hindari agar bayangan apapun atau refleksi yang memotret tertangkap di bidang pandang air. Catat pada lembar data bahwa foto sudah diambil untuk kuadran tersebut. Dalam beberapa kasus (karena tinggi air pasang), mungkin perlu mengambil foto lain dari sudut miring (misalnya 45 derajat), yang meliputi seluruh bingkai kuadran dan label kuadran. Demikian pula, cobalah untuk menghindari setiap bayangan atau refleksi pada bidang pandang. Komposisi Sedimen Lakukan penggalian dengan jari pada beberapa centimeter di permukaan atas substrat dan rasakan butiran substrat tersebut. Perlu diingat bahwa yang dinilai adalah sedimen permukaan sehingga tidak perlu menggali terlalu dalam. Ambil data komposisi sedimen dengan mencatat ukuran butir dalam urutan yang paling kasar (misalnya, pasir, pasir halus, pasir halus/lumpur) o lumpur - memiliki tekstur halus dan lengket. Ukuran butir kurang dari 63µm 9 o pasir halus - tekstur cukup halus dengan tingkat kekasaran tidak terlalu terdeteksi. Sifatnya alaminya tidak lengket. Ukuran butir lebih besar dari 63µm dan kurang dari 0,25mm o pasir - tekstur agak kasar, partikel dapat jelas dibedakan. Ukuran butir lebih besar dari 0,25mm dan kurang dari 0,5mm o pasir kasar - tekstur kasar, partikel terpisah-pisah. Ukuran butir lebih besar dari 0,5mm dan kurang dari 1mm o kerikil - tekstur sangat kasar, dengan beberapa batu kecil. Ukuran butir lebih besar dari 1mm. Jika menemukan bahwa ada kerang kecil yang bercampur dengan substrat - bisa juga membuat catatan tentang hal ini. Perkiraan Persentase Tutupan Lamun Gunakan lembaran Foto Persentase Tutupan Lamun sebagai standar (Lampiran 4). Perkiraan Komposisi Spesies Lamun Identifikasi spesies pada kuadran dan berikan persentase kontribusi masing-masing spesies pada penutupan total. Gunakan Lembaran kunci indentifikasi (Lampiran 5). Ada dua metode yang digunakan untuk menentukan komposis masing-masing spesies ke persentase tutupan lamun. Metode yang paling populer adalah komposisi 100% dari lamun yang ada dalam kuadran, tanpa memperhatikan persentase tutupan lamun. Metode alternatif adalah bahwa komposisi harus sama dengan penutupan total lamun. Apapun metode yang digunakan, pastikan dengan jelas pada lembar data. Ukurlah ketinggian Kanopi Menggunakan penggaris, ukurlah dalam satuan sentimeter yang rata-rata panjang daun. Lakukan ini dengan acak memilih 3 sampai 5 daun dalam satu kuadran, abaikan daun yang 20% paling tinggi. Tarik setiap daun sesuai panjang/tinggi maksimal tanpa mencabut, dan ukurlah mulai dari sedimen ke ujung daun. Catat panjang daun atau panjang rata-rata. 10 Perkiraan Kelimpahan Epifit Selanjutnya, menentukan persentase tutupan epifit. Epifit adalah alga yang tumbuh pada bilah (daun) lamun. Persentase tutupan epifit diukur dengan memperkirakan "persentase dari total luas permukaan daun ditutupi oleh pertumbuhan alga". Diagram di kanan menunjukkan bagaimana distribusi epifit pada daun lamun yang bervariasi di seluruh kuadran. Dalam contoh ini: Kuadran paling atas tidak memiliki epifit Kuadran kedua dari atas - 10% dari semua daun di kuadran ditutupi oleh epifit Pada kuadran ketiga - beberapa daun mungkin ditutupi oleh epifit Pada kuadran bawah - hanya 1 tanaman adalah benar-benar tertutup oleh epifit. Catatan: 3 petak terakhir memiliki persentase tutupan epifit yang sama 10%. Gambar 3. Standart presentase Epifit pada Daun Lamun Perkiraan Persentase Tutupan Alga Selanjutnya, tentukan persentase penutupan alga yang non-epifit di kuadran tersebut. Laga non-epifit adalah tanaman alga yang tidak melekat pada lamun tetapi mungkin menutupi atau menghalagi bagian blade (daun) lamun. Pencatatan persentase tutupan alga menggunakan teknik visual yang sama dengan yang digunakan untuk persentase tutupan lamun. (Identifikasi alga dapat dilihat pada Lampiran 6) c) Paska Survei Langkah 1. Cek seluruh lembaran data telah terisi semua Pastikan seluruh bagian formulir telah diisi dengan rincian yang jelas. Lakukan verifikasi seperti nama lokasi, kode transek, nama pencacah, waktu pengambilan data, juga catat jumlah pengamat lainnya membantu, dan cek kembali titik koordinat. Langkah 2. Pindahkan semua peralatan dari lokasi Pindahkan semua barang dari stasiun termasuk roll meter dan transek kuadran. Jika pada roll meter yang telah tergulung masih terdapat lumpur atau pasir, gulung kembali roll meter di dalam air. Cek sekali lagi agar tidak ada barang bawaan yang tertinggal di lokasi. 11 Langkah 3. Cuci & simpan peralatan yang digunakan Mohon bilas semua pita pengukur, pasak dan kuadran dengan air tawar dan pastikan mengering. Jika Anda menggunakan kamera dan/atau video, cuci juga housing kamera dengan air tawar serta lepaskan baterai sebelum disimpan dan di-charge kembali sebelum dipakai pada lokasi selanjutnya. Langkah 5. Kumpulkan lembar data serta foto Berikan kepada koordinator pemantau lembaran formulir dan foto yang diambil di lokasi. Tetap simpan satu arsip fotokopi dan berikan yang aslinya. Jika herbarium juga dilakukan maka satu spesiemen diberikan kepada koordinator dan tetap simpan spesiemen lainnya untuk referensi. 12 ANGGARAN PELAKSANAAN SURVEI Komponen Biaya a) Pengadaan peralatan awal b) Peralatan rutin survei c) Transportasi, akomodasi dan konsumsi d) Human resource Rincian Biaya No I II III IV Item Unit Hari Per Unit Total (Rp) (Rp) Logistic survei 1 ATK Survei Paket 6 1 1,000,000 6,000,000 2 Printing material Petunjuk identifikasi, standart pengambilan data, formulir data Paket 6 1 750,000 4,500,000 3 Peralatan kesehatan dan P3K Paket 6 1 750,000 4,500,000 Unit 6 6 1,500,000 54,000,000 Orang 6 60 75,000 27,000,000 2,000,000 24,000,000 Akomodasi dan transportasi 1 Kapal 2 Makan minum 3 Transportasi darat Unit 6 2 4 Penginapan - hotel Kamar 60 3 350,000 63,000,000 5 Pesawat Unit 35 2 1,000,000 70,000,000 6 Kapal penyebrangan Unit 5 2 350,000 3,500,000 Peralatan 1 GPS Unit 6 1 4,500,000 27,000,000 2 Kamera waterproof Unit 6 1 5,000,000 30,000,000 3 Kuadrat transek Unit 12 1 100,000 1,200,000 4 Kaca pembesar Unit 12 1 50,000 600,000 5 Alat dasar selam Unit 18 1 750,000 13,500,000 6 Roll meter Unit 12 1 150,000 1,800,000 7 Transek Permanen Unit 300 1 50,000 15,000,000 6 1 8,000,000 48,000,000 Human resource 1 Fee Tenaga ahli Orang 2 Perdiem Tenaga ahli Orang 6 6 450,000 16,200,000 3 Perdiem Staff balai Orang 24 6 450,000 64,800,000 4 Fee Masyarakat Orang 6 1 450,000 2,700,000 TOTAL 477,300,000 13 Titik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 Kabupaten Manggarai Barat Manggarai Barat Manggarai Barat Manggarai Barat Manggarai Manggarai Manggarai Manggarai Manggarai Manggarai Sumba Barat Daya Sumba Barat Daya Sumba Barat Daya Sumba Barat Daya Sumba Barat Daya Sumba Barat Daya Sumba Barat Daya Sumba Barat Sumba Barat Sumba Tengah Sumba Tengah Sumba Tengah Sumba Tengah Sumba Tengah Sumba Timur Sumba Timur Kecamatan Lembor Selatan Lembor Selatan Lembor Selatan Lembor Selatan Satarmese Barat Satarmese Barat Satarmese Barat Satarmese Barat Satarmese Barat Satarmese Barat Kodi Kodi Utara Kodi Utara Kodi Utara Loura Loura Loura Tanarighu Tanarighu Mamboro Umbu Ratu Nggay Umbu Ratu Nggay Umbu Ratu Nggay Umbu Ratu Nggay Haharu Haharu Desa Nangabere Nangabere Nangabere Benteng Dewa Sataruwuk Sataruwuk Sataruwuk Cekaluju Nucamolas Nucamolas Atedalo Mangganipi Bukambero Weelonda Radamata Karuni Letekonda Lokory Lokory Wendewa Timur Lenang Lenang Tanambanas Tanambanas Napu Napu Lokasi Teluk Tekaka Nangabere Nangabere Benteng Dewa Sataruwuk Sataruwuk Sataruwuk Cekaluju Pulau Nucamolas Bagian Timur Pulau Nucamolas Bagian Selatan Atedalo Mangganipi Bukambero Weelonda Radamata Karuni Letekonda Lokory Lokory Wendewa Timur Lenang Lenang Tanambanas Tanambanas Napu Napu Lampiran 1. Lokasi pemantauan padang lamun di TNP Laut Sawu Zona Zona PB Tradisional Zona PB Tradisional Zona Pemanfaatan Zona PB Tradisional Zona PB Tradisional Zona Pemanfaatan Zona Pemanfaatan Zona PB Tradisional Zona PB Tradisional Zona PB Tradisional Zona PB Tradisional Zona Pemanfaatan Zona PB Tradisional Zona Pemanfaatan Zona PB Tradisional Zona Pemanfaatan Zona PB Tradisional Zona PB Tradisional Zona Pemanfaatan Zona PB Tradisional Zona Pemanfaatan Zona Pemanfaatan Zona Inti Zona Pemanfaatan Zona PB Tradisional Zona Pemanfaatan X 119.91371705900 119.94942926700 120.00768778800 120.06563930600 120.23725010000 120.27599189600 120.28835124100 120.33351039000 120.30593954100 120.26624702700 118.93702315000 118.97006063200 119.09056425400 119.16329425100 119.22437794100 119.30637744700 119.34678300000 119.39669574300 119.41214492600 119.60975185100 119.68138121700 119.73071288400 119.85788948700 119.86097932300 119.87500242700 119.91065438600 14 Y -8.84205219501 -8.82742601200 -8.82285452867 -8.81123047501 -8.84450761459 -8.85322275370 -8.84959142131 -8.83845555285 -8.88324310670 -8.91157095763 -9.52199798303 -9.47640426397 -9.41966287007 -9.37941593589 -9.38838624350 -9.35832448072 -9.37432478074 -9.38087056502 -9.37238531219 -9.34547627418 -9.38010692170 -9.38922308422 -9.34693076494 -9.34450661696 -9.33626463678 -9.30038999118 Titik 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 Kabupaten Sumba Timur Sumba Timur Sumba Timur Sumba Timur Sumba Timur Sumba Timur Sumba Timur Sumba Timur Sumba Timur Sumba Timur Sumba Timur Sumba Timur Sumba Timur Sumba Timur Sumba Timur Sumba Timur Sumba Timur Sumba Timur Sumba Timur Sumba Timur Sabu Raijua Sabu Raijua Sabu Raijua Sabu Raijua Sabu Raijua Sabu Raijua Sabu Raijua Sabu Raijua Kecamatan Haharu Haharu Haharu Haharu Rindi Rindi Rindi Rindi Pahunga Lodu Pahunga Lodu Pahunga Lodu Wula Waijelu Wula Waijelu Ngadu Ngala Karera Karera Karera Karera Karera Karera Raijua Raijua Raijua Raijua Hawumehara Hawumehara Sabu Liae Sabu Liae Desa Napu Wunga Rambangaru Mondu Kayuri Rindi Tanaraing Kabaru Mburukullu Lambakara Kaliuda Wula Laijanji Kakaha Nggongi Praimadita Praisalura Praisalura Praisalura Praisalura Bolua Ledeke Ballu Ledeunu Molie Ramedue Waduwala Deme Lokasi Tanjung Sasar Wunga Rambangaru Mondu Kayuri Rindi Tanaraing Kabaru Warambadi Lambakara Kaliuda Wula Laijanji Kakaha Nggongi Praimadita Pulau Salura Bagian Utara Pulau Salura Bagian Selatan Pulau Mengudu Bagian Utara Pulau Mengudu Bagian Selatan Bolua Ledeke Ballu Ledeunu Molie Ramedue Waduwala Deme Zona Zona Pemanfaatan Zona PB Tradisional Zona PB Tradisional Zona PB Tradisional Zona PB Tradisional Zona Pemanfaatan Zona PB Tradisional Zona PB Tradisional Zona PB Tradisional Zona PB Tradisional Zona PB Tradisional Zona PB Tradisional Zona PB Tradisional Zona Pemanfaatan Zona PB Tradisional Zona PB Tradisional Zona PB Tradisional Zona PB Tradisional Zona Pemanfaatan Zona Pemanfaatan Zona Pemanfaatan Zona Kearifan Lokal Zona PB Tradisional Zona PB Tradisional Zona Pemanfaatan Zona PB Tradisional Zona Pemanfaatan Par & Bud Zona Pemanfaatan Par & Bud X 119.94511794700 119.99693212700 120.05492598100 120.12314006300 120.68453957900 120.74966382500 120.79777020200 120.84007719300 120.84601918600 120.80418755400 120.71886053200 120.61356841300 120.52134867800 120.44814332200 120.30601084500 120.19953032700 120.17671307300 120.18907241900 120.10873667100 120.11562938300 121.56428886200 121.62123691400 121.55655252300 121.60748342200 121.72636361500 121.74789141600 121.88421030500 121.92681978600 15 Y -9.28730148619 -9.36268812773 -9.43445355285 -9.48392197034 -9.89983198632 -9.92095644442 -9.95835241848 -10.00085291180 -10.09291543520 -10.13470423670 -10.20590320840 -10.25475515640 -10.24576195910 -10.31309546000 -10.25208147720 -10.24138698000 -10.31212303550 -10.32598036110 -10.32889776850 -10.33594827880 -10.64095945170 -10.62401747580 -10.60025624620 -10.60311629900 -10.54854081700 -10.61381333300 -10.61371234600 -10.57739648300 Titik 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 Kabupaten Sabu Raijua Sabu Raijua Rote Ndao Rote Ndao Rote Ndao Rote Ndao Rote Ndao Rote Ndao Rote Ndao Rote Ndao Rote Ndao Rote Ndao Rote Ndao Rote Ndao Rote Ndao Rote Ndao Rote Ndao Rote Ndao Rote Ndao Rote Ndao Timor Tengah Selatan Kupang Kupang Kupang Kupang Kupang Kupang Kupang Kecamatan Sabu Timur Sabu Timur Ndaonuse Ndaonuse Ndaonuse Ndaonuse Rote Barat Rote Barat Rote Barat Daya Rote Barat Rote Barat Daya Rote Barat Daya Rote Barat Laut Rote Barat Laut Rote Tengah Rote Tengah Pantai Baru Landuleko Landuleko Landuleko Amanuban Selatan Amarasi Timur Amarasi Selatan Kupang Barat Kupang Barat Kupang Barat Kupang Barat Sulamu Desa Loborai Bodae Ndaonuse Anarae Nuse Nuse Mbueain Mbueain Oeseli Boa Oebou Oetefu Oelua Daudolu Maubesi Nggodimeda Tesabela Bolatena Sotimori Daiama Bena Enoraen Buraen Tesabela Lifuleo Oenaek Kuanheum Sulamu Lokasi Loborai Bodae Ndaonuse Bagian Utara Pulau Ndoo Bagian Barat Pulau Nuse Bagian Selatan Pulau Nuse Bagian Utara Tonga Mbueain Pulau Ndana Bagian Selatan Boa Oebou Pulau Nusamanuk Bagian Utara Oelua Pulau Dengka Maubesi Nggodimeda Tesabela Bolatena Sotimori Daiama Bena Enoraen Buraen Tesabela Bagian Selatan Lifuleo Oenaek Lilifuk Tanjung Sulamu Zona Zona PB Tradisional Zona Pemanfaatan Zona PB Tradisional Zona Pemanfaatan Zona Pemanfaatan Zona PB Tradisional Zona PB Tradisional Zona PB Tradisional Zona Pemanfaatan Zona Pemanfaatan Zona PB Tradisional Zona PB Tradisional Zona Pemanfaatan Zona Pemanfaatan Zona PB Tradisional Zona Pemanfaatan Zona PB Tradisional Zona Pemanfaatan Zona PB Tradisional Zona Perlindungan Setasea Zona Pemanfaatan Zona Pemanfaatan Zona Pemanfaatan Zona Pemanfaatan Zona PB Tradisional Zona PB Tradisional Zona Kearifan Lokal Zona PB Tradisional X 121.99662933400 122.00662792500 122.66177703200 122.73147546900 122.77492673100 122.76482956000 122.80831250500 122.82675820000 122.85082684500 122.86217397900 122.92943885400 122.99472228800 122.91048697900 122.95997874700 123.07720262900 123.12519932200 123.18853294000 123.25020514700 123.31854248100 123.39640809400 124.26565567600 124.18127937200 123.94440000000 123.49800428000 123.46371895000 123.48275148000 123.49695299500 123.59379466600 16 Y -10.49269711000 -10.45176356900 -10.79623053300 -10.83606696100 -10.78759772000 -10.77237181000 -10.78005866200 -10.85468844500 -10.99265755850 -10.92402896300 -10.91781148000 -10.90546170900 -10.74397070600 -10.73064036570 -10.69137300700 -10.64817918540 -10.60803125900 -10.53556720200 -10.50248658670 -10.44752634730 -10.16843470130 -10.16357476720 -10.29636000000 -10.34916879000 -10.33796260000 -10.28516089000 -10.26350446010 -10.04387944910 Titik 83 Kabupaten Kupang Kecamatan Fatuleu Barat Kalali Desa Barate Lokasi Zona Zona PB Tradisional X 123.61171200000 17 Y -9.89763800000 Lampiran 2. Peta lokasi berdasarkan scene – Selat Sumba 18 Lampiran 2. Peta lokasi berdasarkan scene – Pulau Mengudu Sabu 19 Lampiran 2. Peta lokasi berdasarkan scene – Pulau Sabu Rote 20 Lampiran 2. Peta lokasi berdasarkan scene – Pulau Rote Teluk Kupang 21 Lampiran 2. Peta lokasi berdasarkan scene – Teluk Kupang Batek 22 Keterangan Nomor Foto (1) (2) (3) : : Tutupan Lamun (%) Catatan Tanggal Waktu EA Enhalus acoroides, TH Thalassia hemprichii, HO Halophila ovalis, CR Cymodocea rotundata Catatan: 11 (50m) 10 (45m) 9 (40m) 8 (35m) 7 (30m) 6 (25m) 5 (20m) 4 (15m) 3 (10m) 2 (5m) 1 (0m) Sedimen : Koordinat T "50" Kuadrat : : : : Koordinat T "NOL" Transek Observer Kode Lokasi Lokasi (Desa/Kabupaten) Lampiran 3. Form Pengisian Data Survei Tinggi Kanopi (cm) Tutupan Alga (%) Form data ini hasil modifikasi dari Seagrass Watch Indonesia Komposisi Spesies Lamun (%) EA TH HO CR 23 Lampiran 4. Lembar Standar Persentase Tutupan Lamun 24 25 26 27 28 Lampiran 5. Lembar Identifikasi Lamun dan Kode Spesies 29 Lampiran 6. Lembaran Identifikasi Alga 30 31