Protokol Pemantauan Padang Lamun di Taman Nasional Perairan

advertisement
Protokol Pemantauan Padang Lamun di
Taman Nasional Perairan Laut Sawu
Dikompilasi oleh
Boby Yefra, Suhaidi, Welem Turupadang, Derta Prabuning, Yusuf Fajariyanto, Purwanto
Kontak: [email protected]
Protokol Pemantauan Padang Lamun di
Taman Nasional Perairan Laut Sawu
Dikompilasi oleh
Boby Yefra, Suhaidi, Welem Turupadang, Derta Prabuning, Yusuf Fajariyanto, Purwanto
Sitasi yang disarankan: Boby Yefra, Suhaidi, Welem Turupadang, Derta Prabuning, Yusuf
Fajariyanto, Purwanto. 2014. Protokol Pemantauan Padang Lamun di Taman Nasional
Perairan Laut Sawu. Balai Kawasan Konservasi dan Perairan Nasional, Kupang.
Kontak: [email protected]
Gambar sampul oleh Yusuf Fajariyanto
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. 2
DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ 4
DAFTAR TABEL .................................................................................................... 5
PENDAHULUAN ................................................................................................... 6
Latar Belakang ..................................................................................................... 6
Tujuan Pemantauan ............................................................................................ 7
METODE PEMANTAUAN ...................................................................................... 8
Definisi Metode ................................................................................................... 8
Teknis Pelaksanaan ............................................................................................. 8
Perlengkapan Survei ............................................................................................ 9
Anggota Tim ........................................................................................................ 9
PELAKSANAAN SURVEI DI LAPANG ...................................................................... 11
Baseline Data Awal .............................................................................................. 11


Lokasi Pemantauan .................................................................................. 11
Titik “NOL” Transek .................................................................................. 13
Pemantauan Rutin ............................................................................................... 13
Pelaksaan Survei Pemantauan ............................................................................. 14



Pra-Survei ................................................................................................ 14
Survei ...................................................................................................... 14
Paska Survei ............................................................................................. 16
ANGGARAN PELAKSANAAN SURVEI ..................................................................... 18
Komponen Biaya ................................................................................................. 18
Rincian Biaya ....................................................................................................... 18
Lampiran ............................................................................................................. 20
3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Metode pemantauan padang lamun menggunakan Kuadrat Transek; (A) Peletakan
transek kuadrat pada transek garis (roll meter), (B) Jarak antara titik sampling transek
kuadrat adalah 5m dan jarak antara transek (roll meter) adalah 25m ............................. 9
Gambar 2. Lokasi monitoring padang lamun di TNP Laut Sawu. Nama lokasi (Desa,
Kecamatan) dan titik koordinat dapat dilihat di lampiran 1 .................................. 12
Gambar 3. Standart presentase Epifit pada Daun Lamun ................................................ 16
Gambar 4. Peta lokasi berdasarkan scene – Selat Sumba ................................................ 22
Gambar 5. Peta lokasi berdasarkan scene – Pulau Mengudu Sabu .................................. 23
Gambar 6. . Peta lokasi berdasarkan scene – Pulau Sabu Rote ........................................ 24
Gambar 7. Peta lokasi berdasarkan scene – Pulau Rote Teluk Kupang ............................. 25
Gambar 8. Peta lokasi berdasarkan scene – Teluk Kupang Batek ..................................... 26
Gambar 9. Lembar Standar Persentase Tutupan Lamun .................................................. 28-32
Gambar 10. Lembar Identifikasi Lamun dan Kode Spesies ............................................... 33
Gambar 11. Lembaran Identifikasi Alga........................................................................... 34-35
4
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah lokasi monitoring per administrasi kabupaten ...................................... 13
Tabel 2. Rincian biaya pelaksanaan program pemantauan ............................................. 18
Tabel 3. Lokasi pemantauan padang lamun di TNP Laut Sawu......................................... 19-21
5
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Taman Nasional Perairan Laut Sawu terletak di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia dan
merupakan Kawasan Konservasi Periaran yang terluas di Segitiga Karang Dunia dengan luas
3,35 juta hektar. Laut Sawu keragaman hayati spesies yang sangat tinggi serta memiliki
habitat laut dalam yang mendukung keanekaragaman spesies di dalamnya. Di dalamnya TNP
Laut Sawu terdapat potensi sumberdaya wilayah pesisir dan laut yang sangat besar, di
antaranya sumberdaya lamun (seagrass) yang dikenal dengan istilah lamun dan alang-alang
laut. Lamun adalah tanaman berbunga yang berhubungan erat dengan jenis tanaman yang
ada di darat, seperti bunga lili, jahe dan rumput. Mereka tumbuh di dasar laut dengan daun
yang memanjang dan tegak serta mempunyai serupa akar yang disebut rizoma yang
terkubur di substrat.
Ada 60 spesies lamun di seluruh dunia, yang terbagi atas 12 genera, 4 famili dan 2 ordo.
Sedangkan untuk perairan Nusa Tenggara Timur memiliki 11 spesies (Pellu 2008, Ninef et al.
2010, Rusydi et al. 2010, Jumini 2011, Mas’ulah 2011) dengan genera antara lain:
Cymodocea, Enhalus, Halodule, Halophila, Syringodium, Thalassia, dan Thalassodendron.
Sedikitnya jumlah spesies disini tidak mencerminkan kurang pentingnya ekosistem lamun
yang memiliki fungsi tempat berlindung, habitat yang kaya nutrien untuk beragam flora dan
fauna.
Komunitas lamun di daerah tropis memainkan peranan penting, berinteraksi dengan
mangrove dan terumbu karang. Semua ekosistem ini membuat ekosistem pesisir menjadi
stabil, sehingga menunjang faktor-faktor fisik dan biologis bagi komunitas lain.
Terumbu karang berperan sebagai penghalang, memungkinkan komunitas mangrove dan
lamun di belakangnya dapat tumbuh dengan baik. Lamun menjebak sedimen dan
memperlambat gerakan air, sehingga menguntungkan bagi terumbu karang yang sangat
rentan terhadap melimpahnya sedimen di perairan. Sedimen dari darat terperangkap di
komunitas mangrove, sehingga mengurangi kemungkinan penutupan lumpur pada terumbu
dan padang lamun. Kumpulan sedimen yang dikumpulkan oleh lamun, pada gilirannya dapat
menjadi substrat bagi komunitas mangrove. Ketiga komunitas di atas menjebak dan
memegang makanan sehingga tidak terhanyut ke laut lepas.
Perairan Laut Sawu sangat penting bagi pembangunan di Provinsi NTT, karena hampir
sebagian besar Kabupaten/Kota di NTT sangat tergantung kepada Laut Sawu. Lebih dari 65%
potensi lestari sumberdaya ikan di Provinsi ini disumbang oleh Laut Sawu (DKP Provinsi NTT,
2010).
1
Menyadari akan strategisnya Laut Sawu sebagai kawasan yang penting, maka atas dukungan
Kementerian Kelautan dan Perikanan, Pemerintah Daerah NTT dan stakeholder terkait, telah
ditetapkan TNP Laut Sawu dan sekitarnya sebagai kawasan konservasi perairan nasional
berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 5/KEPMEN-KP/2014, terdiri
dari: (a) Wilayah Perairan Selat Sumba dan sekitarnya seluas 557.837,40 hektar; dan (b)
Wilayah Perairan Pulau Timor-Rote-Sabu-Batek dan sekitarnya seluas 2.797.515,42 hektar,
dengan luas total lebih kurang 3.355.352,82 hektar. Untuk pengelolaan yang efektif,
Menteri Kelautan dan Perikanan juga telah mengesahkan Rencana Pengelolaan dan Zonasi
Taman Nasional Perairan Laut Sawu dan sekitarnya untuk periode 2014-2034, dengan
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 6/KEPMEN-KP/2014.
Informasi tentang keberadaan, jenis dan ancaman-ancaman pada padang lamun sangat
dibutuhkan sebagai salah satu pertimbangan adaptif pengelolaan kawasan perlindungan
laut. Terkait dengan hal tersebut, BKKPN Kupang merencanakan untuk melakukan kegiatan
monitoring padang lamun di wilayah perairan TNP Laut Sawu. Pembuatan protokol ini
ditujukan sebagai pedoman bagi tim monitoring dalam melaksanakan kegiatan di lapang.
Protokol ini dihasilkan dari rangkaian lokakarya terintegrasi, try out serta FGD yang
dilakukan di Kupang pada periode November hingga Desember 2014. Lokakarya diikuti oleh
15 peserta yang terdiri dari: BKKPN Kupang, DKPP NTT, DKP NTT, BBKDSA NTT, BLHD NTT,
Bappeda NTT, LANTAMAL, Politani, Undana, UKAW, UMK; yang sebelumnya telah terlebih
dahulu disusun oleh tim inti dari BKKPN Kupang, TNC – Proyek Laut Sawu, dan Reef Check
Indonesia.
Tujuan Pemantauan
Secara keseluruhan, tujuan monitoring padang lamun adalah untuk memberikan informasi
agar pengelolaan bisa adaptif dan mengukur kinerja pengelolaan.
Secara khusus monitoring bertujuan untuk mengetahui sebaran lamun, tutupan lamun dan
jenis lamun di dalam TNP Laut Sawu, yang bertujuan untuk mengukur perubahanperubahan pada lamun dalam hal:
 Komposisi jenis (spesies) padang lamun
 Tutupan padang lamun
 Tinggi kanopi lamun
2
METODE PEMANTAUAN
Definisi Metode
Pemantauan padang lamun bertujuan mendeteksi perubahan yang terjadi pada padang
lamun di TNP Laut Sawu sehingga diperlukan suatu metode pemantauan lamun yang
mampu menyediakan informasi tentang kesehatan dan status padang lamun pada suatu
lokasi sepanjang waktu. Metode pemantauan lamun merupakan seperangkat proses dan
peralatan yang dilengkapi dengan langkah pelaksanaan dan petunjuk penggunaan sehingga
mampu menyediakan data yang akurat serta terpercaya bagi pengambilan keputusan
selanjutnya.
Teknis Pelaksanaan
Pemantauan padang lamun dilakukan dengan mengukur perubahan distribusi pada
komunitas lamun, yang termasuk:
 distribusi lamun pada posisi di quadrat transek
 komposisi spesies pada kuadrat transek
 kelimpahan dan penutupan lamun.
Dengan cara:
 Letakan 3 (tiga) transek garis dengan panjang 50m, paralel 25 m satu dengan lainnya,
dan tegak lurus dengan garis pantai.
 Letakkan transek kuadrat pada setiap 5 meter transek garis sebagai sampling. Transek
kuadrat ukuran 50x50cm digunakan untuk mengamati distribusi lamun pada suatu
daerah yang telah ditentukan.
A
3
Jarak 25m
Jarak 25m
B
Gambar 1. Metode pemantauan padang lamun menggunakan Kuadrat Transek; (A)
Peletakan transek kuadrat pada transek garis (roll meter), (B) Jarak antara titik sampling
transek kuadrat adalah 5m dan jarak antara transek (roll meter) adalah 25m.
Perlengkapan Survei
Kebutuhan material dan peralatan:
 3 buah kuadran transek (50x50cm)
 3 buah roll meter 50m
 Pelampung
 Kompas dan GPS (Global Positioning System)
 Kamera (anti-air)
 Formulir dan papan data, dan pensil dan penghapus
 Peralatan snorkeling/selam dasar
 Lembar Standar persentase penutupan lamun
 Lembar identifikasi lamun
Anggota Tim Lapang
Tim pemantauan padang lamun di TNP Laut Sawu paling tidak terdiri dari 6 (enam) orang:
a) Team leader – petugas BKKPN Kupang
Bertugas untuk mengkoordinasikan segala hal di luar dan di lapangan, dan memimpin
dalam pelaksanaan survey. Team leader juga bisa berperan sebagai observer.
b) Petugas Administrasi BKKPN Kupang
Bagian administrasi bertugas mengatur keuangan pelaksanaan pemantauan
pemanfaatan sumberdaya, termasuk pembayaran dan pelunasan administrasi.
c) Observer (2 orang) – petugas BKKPN Kupang dan Tenaga Teknis Lapangan
Menyiapkan keperluan di lokasi berdasarkan sektor, seperti transportasi darat (misal
sewa mobil, dll), penginapan lokal, persewaan kapal survei, serta berkoordinasi dengan
masyarakat dan pemda setempat.
d) Masyarakat Lokal
4
Bertugas untuk memandu tim dan bertanggung jawab ke lokasi yang terdapat lamun,
membantu dalam pelaksanaan pemantauan, dan memberikan saran tempat menginap.
e) Tenaga ahli lamun (1 orang)
Bertanggungjawab terhadap jalannya metode dan sisi ilmiah dari pemantauan padang
lamun.
f) Kapten Kapal
Bertanggung jawab dalam membawa kapal, mengikuti rute survei, bertanggungjawab
dalam keselamatan penumpang selama survei di laut, berkoordinasi dengan tim leader
dan mengambil tindakan yang diperlukan sehubungan dengan kondisi di lapangan dan
cuaca dan menentukan lokasi berlabuh.
Kapten kapal harus mempunyai sertifikat SKK60 mil, kecakapan yang diharuskan untuk
mengemudikan kapal. Surat Keterangan Kecakapan (SKK) 60 mil yang asli harus selalu
berada di atas kapal, setiap kali kapal dibawa oleh kapten yang bersangkutan.
g) Satu orang ABK
Bertugas menyiapkan logistik, mengisi bahan bakar, menjaga kebersihan dan tambatan
kapal.
5
PELAKSANAAN SURVEI DI LAPANG
1. Baseline Data Awal
Pengambilan data awal atau baseline data dilakukan untuk menentukan lokasi tepat (T=0)
pemantauan padang lamun di TNP Laut Sawu dan untuk mendapatkan data awal. Tahap
menggunakan metode yang sama, hanya terdapat perbedaan pada komposisi kegiatan dan
anggaran yang dibutuhkan (anggaran dibahas pada bab selanjutnya).
Baseline data awal pemantauan padang lamun dilakukan pada tahap sesudah ada rencana
zonasi dan rencana pengelolaan, dan dilakukan kembali pada tahap revisi zonasi dan
pengelolaan.
Baseline data meliputi penentuan lokasi dan titik pemantauan, sebagai berikut:
Lokasi Pemantauan
Berikut ini beberapa pertimbangan penentuan lokasi pemantauan padang lamun di TNP
Laut Sawu:
a. Lokasi terdapat tutupan lamun
b. Keterwakilan zona dan perbandingan antar zona
c. Aksesibilitas lokasi dimana dapat dikunjungi dan melakukan pemantauan lagi dengan
interval yang teratur
Hal Lainnya yang menentukan pemilihan lokasi adalah kondisi lapangan yang sesuai dan
memungkinkan untuk pengambilan data. Informasi ini didasarkan pada hasil pemantauan
sebelumnya yang dilakukan oleh BKKPN Kupang dan TNC Program Laut Sawu.
Finalisasi pemilihan lokasi diseleksi berdasarkan keberadaan padang lamun yaitu
berdasarkan data awal kondisi padang lamun dengan tampilan Analisis Citra Satelit LANDSAT 7,
Worldview2 dan Geoeye yang dilaksanakan oleh BKKPN Kupang dan TNC Proyek Laut Sawu.
6
Gambar 2. Lokasi monitoring padang lamun di TNP Laut Sawu. Nama lokasi (Desa, Kecamatan) dan titik koordinat dapat dilihat di lampiran 1.
7
Pelaksanaan program monitoring pemantauan padang lamun direncanakan dilaksanakan secara
serempak di seluruh kawasan TNP Laut Sawu. Dalam memudahkan pelaksanaan, peta tersedia
dalam 5 (lima) scene sebagai panduan penentuan lokasi (lihat lampiran 1 dan 2).
Tabel 1. Jumlah lokasi monitoring per administrasi kabupaten
Zona
No
Inti
Pemanfaatan
Kearifan
Lokal
Perikanan
Berkelanjutan
Tradisional
Pemanfaatan
Pariwisata &
Budidaya
Perlindungan
Setasea
-
Administrasi Kabupaten
1
Manggarai Barat
-
1
-
3
-
2
Manggarai
-
2
-
4
-
3
Sumba Barat Daya
-
3
-
4
-
4
Sumba Barat
-
1
-
1
-
5
Sumba Tengah
1
3
-
1
-
-
6
Sumba Timur
-
6
-
16
-
-
7
Sabu Raijua
-
3
1
4
2
8
Rote Ndao
-
8
-
9
-
1
9
Timor Tengah Selatan
-
1
-
-
-
-
10
Kupang
-
3
1
4
-
1
31
2
46
2
Total
-
-
1
Titik “NOL” Transek
Penentuan lokasi dengan memperhatikan prosedur berikut:
 Tentukan lokasi berdasarkan peta
 Titik dimana banyak ditemukan lamun
 Tetapkan stasiun 1, 2 dan 3, dimana transek stasiun 1 dan 3 terletak 25m di kiri dan
kanan dari transek stasiun 2
 Catat koordinat GPS untuk masing-masing stasiun tersebut dan jangan lupa mengisi
lembaran formulir yang sesuai
 Memasang transek permanen
2. Pemantauan Rutin
Pemantauan rutin dilaksanakan berdasarkan protokol pemantauan ini yang mengadaptasi
pola pemantauan pada metode yang dikembangkan oleh seagrasswatch.org, empat kali
dalam kurun waktu satu tahun; yaitu bulan Januari, April, Juli, Oktober. Bulan tersebut
merupakan bulan dimana Lamun mengalami siklus pertumbuhan dan musim.
8
Tim melihat data lokasi pada penentuan titik nol dan kembali ke lokasi dengan arahan
masyarakat lokal dan tenaga teknis serta peralatan GPS untuk mendapat koordinat tanda
permanen.
3. Pelaksanaan Survei Pemantauan
a) Pra-Survei
 Ketua tim: Koordinasi dengan tenaga teknis lapangan untuk mempersiapkan
keperluan seperti; kapal, akomodasi, dll
 Ketua tim: mempersiapkan formulir data dan perlengkapan
 Mengisi dokumen pelaksanaan survei dan dokumen “tidak bertanggungjawab” atas
kecelakaan dll dan meninggal dokumen ke kantor BKKPN
 Memastikan peralatan tersedia (lihat pada poin peralatan dan perlengkapan;
halaman)
 Kapten kapal memastikan semua siap berangkat
b) Survei
Setelah stasiun pemantauan (lokasi dan titik nol) telah ditetapkan maka prosedur
pengambilan data sudah dapat dilakukan serta mengisi form isian data (Lampiran 3).
Ambil Foto Kuadran
Foto diambil pada 5m, 25m, 45m sepanjang kuadran pada setiap transek ataupun pada
titik tertentu yang dikehendaki (bekas jejak merumput dugong, tempat yang banyak
alga, gastropoda, dll)
 Pertama tempatkan label foto di samping kuadran dengan mencantumkan kode
lokasi yang benar, nomor situs, transek, dan kode kuadran di atasnya
 Selanjutnya, ambil foto dari sudut se-vertikal mungkin, yang meliputi Seluruh bingkai
kuadran dan label kuadran. Hindari agar bayangan apapun atau refleksi yang
memotret tertangkap di bidang pandang air. Catat pada lembar data bahwa foto
sudah diambil untuk kuadran tersebut.
 Dalam beberapa kasus (karena tinggi air pasang), mungkin perlu mengambil foto lain
dari sudut miring (misalnya 45 derajat), yang meliputi seluruh bingkai kuadran dan
label kuadran. Demikian pula, cobalah untuk menghindari setiap bayangan atau
refleksi pada bidang pandang.
Komposisi Sedimen
 Lakukan penggalian dengan jari pada beberapa centimeter di permukaan atas
substrat dan rasakan butiran substrat tersebut. Perlu diingat bahwa yang dinilai
adalah sedimen permukaan sehingga tidak perlu menggali terlalu dalam.
 Ambil data komposisi sedimen dengan mencatat ukuran butir dalam urutan yang
paling kasar (misalnya, pasir, pasir halus, pasir halus/lumpur)
o lumpur - memiliki tekstur halus dan lengket. Ukuran butir kurang dari 63µm
9

o pasir halus - tekstur cukup halus dengan tingkat kekasaran tidak terlalu
terdeteksi. Sifatnya alaminya tidak lengket. Ukuran butir lebih besar dari 63µm
dan kurang dari 0,25mm
o pasir - tekstur agak kasar, partikel dapat jelas dibedakan. Ukuran butir lebih
besar dari 0,25mm dan kurang dari 0,5mm
o pasir kasar - tekstur kasar, partikel terpisah-pisah. Ukuran butir lebih besar dari
0,5mm dan kurang dari 1mm
o kerikil - tekstur sangat kasar, dengan beberapa batu kecil. Ukuran butir lebih
besar dari 1mm.
Jika menemukan bahwa ada kerang kecil yang bercampur dengan substrat - bisa juga
membuat catatan tentang hal ini.
Perkiraan Persentase Tutupan Lamun
 Gunakan lembaran Foto Persentase Tutupan Lamun sebagai standar (Lampiran 4).
Perkiraan Komposisi Spesies Lamun
 Identifikasi spesies pada kuadran dan berikan persentase kontribusi masing-masing
spesies pada penutupan total.
 Gunakan Lembaran kunci indentifikasi (Lampiran 5).
 Ada dua metode yang digunakan untuk menentukan komposis masing-masing
spesies ke persentase tutupan lamun. Metode yang paling populer adalah komposisi
100% dari lamun yang ada dalam kuadran, tanpa memperhatikan persentase
tutupan lamun. Metode alternatif adalah bahwa komposisi harus sama dengan
penutupan total lamun. Apapun metode yang digunakan, pastikan dengan jelas pada
lembar data.
Ukurlah ketinggian Kanopi
Menggunakan penggaris, ukurlah dalam satuan sentimeter yang rata-rata panjang daun.
Lakukan ini dengan acak memilih 3 sampai 5 daun dalam satu kuadran, abaikan daun
yang 20% paling tinggi. Tarik setiap daun sesuai panjang/tinggi maksimal tanpa
mencabut, dan ukurlah mulai dari sedimen ke ujung daun. Catat panjang daun atau
panjang rata-rata.
10
Perkiraan Kelimpahan Epifit
Selanjutnya, menentukan persentase tutupan epifit. Epifit adalah alga yang tumbuh
pada bilah (daun) lamun. Persentase tutupan epifit diukur dengan memperkirakan
"persentase dari total luas permukaan daun ditutupi oleh pertumbuhan alga". Diagram
di kanan menunjukkan bagaimana distribusi epifit pada daun lamun yang bervariasi di
seluruh kuadran. Dalam contoh ini:
 Kuadran paling atas tidak memiliki
epifit
 Kuadran kedua dari atas - 10% dari
semua daun di kuadran ditutupi oleh
epifit
 Pada kuadran ketiga - beberapa daun
mungkin ditutupi oleh epifit
 Pada kuadran bawah - hanya 1
tanaman adalah benar-benar tertutup
oleh epifit.
Catatan: 3 petak terakhir memiliki
persentase tutupan epifit yang sama
10%.
Gambar 3. Standart presentase Epifit pada
Daun Lamun
Perkiraan Persentase Tutupan Alga
Selanjutnya, tentukan persentase penutupan alga yang non-epifit di kuadran tersebut.
Laga non-epifit adalah tanaman alga yang tidak melekat pada lamun tetapi mungkin
menutupi atau menghalagi bagian blade (daun) lamun. Pencatatan persentase tutupan
alga menggunakan teknik visual yang sama dengan yang digunakan untuk persentase
tutupan lamun. (Identifikasi alga dapat dilihat pada Lampiran 6)
c) Paska Survei
Langkah 1. Cek seluruh lembaran data telah terisi semua
Pastikan seluruh bagian formulir telah diisi dengan rincian yang jelas. Lakukan verifikasi
seperti nama lokasi, kode transek, nama pencacah, waktu pengambilan data, juga catat
jumlah pengamat lainnya membantu, dan cek kembali titik koordinat.
Langkah 2. Pindahkan semua peralatan dari lokasi
 Pindahkan semua barang dari stasiun termasuk roll meter dan transek kuadran. Jika
pada roll meter yang telah tergulung masih terdapat lumpur atau pasir, gulung
kembali roll meter di dalam air.
 Cek sekali lagi agar tidak ada barang bawaan yang tertinggal di lokasi.
11
Langkah 3. Cuci & simpan peralatan yang digunakan
 Mohon bilas semua pita pengukur, pasak dan kuadran dengan air tawar dan pastikan
mengering.
 Jika Anda menggunakan kamera dan/atau video, cuci juga housing kamera dengan
air tawar serta lepaskan baterai sebelum disimpan dan di-charge kembali sebelum
dipakai pada lokasi selanjutnya.
Langkah 5. Kumpulkan lembar data serta foto
 Berikan kepada koordinator pemantau lembaran formulir dan foto yang diambil di
lokasi. Tetap simpan satu arsip fotokopi dan berikan yang aslinya.
 Jika herbarium juga dilakukan maka satu spesiemen diberikan kepada koordinator
dan tetap simpan spesiemen lainnya untuk referensi.
12
ANGGARAN PELAKSANAAN SURVEI
Komponen Biaya
a) Pengadaan peralatan awal
b) Peralatan rutin survei
c) Transportasi, akomodasi dan konsumsi
d) Human resource
Rincian Biaya
No
I
II
III
IV
Item
Unit
Hari
Per Unit
Total
(Rp)
(Rp)
Logistic survei
1
ATK Survei
Paket
6
1
1,000,000
6,000,000
2
Printing material
Petunjuk identifikasi, standart pengambilan
data, formulir data
Paket
6
1
750,000
4,500,000
3
Peralatan kesehatan dan P3K
Paket
6
1
750,000
4,500,000
Unit
6
6
1,500,000
54,000,000
Orang
6
60
75,000
27,000,000
2,000,000
24,000,000
Akomodasi dan transportasi
1
Kapal
2
Makan minum
3
Transportasi darat
Unit
6
2
4
Penginapan - hotel
Kamar
60
3
350,000
63,000,000
5
Pesawat
Unit
35
2
1,000,000
70,000,000
6
Kapal penyebrangan
Unit
5
2
350,000
3,500,000
Peralatan
1
GPS
Unit
6
1
4,500,000
27,000,000
2
Kamera waterproof
Unit
6
1
5,000,000
30,000,000
3
Kuadrat transek
Unit
12
1
100,000
1,200,000
4
Kaca pembesar
Unit
12
1
50,000
600,000
5
Alat dasar selam
Unit
18
1
750,000
13,500,000
6
Roll meter
Unit
12
1
150,000
1,800,000
7
Transek Permanen
Unit
300
1
50,000
15,000,000
6
1
8,000,000
48,000,000
Human resource
1
Fee Tenaga ahli
Orang
2
Perdiem Tenaga ahli
Orang
6
6
450,000
16,200,000
3
Perdiem Staff balai
Orang
24
6
450,000
64,800,000
4
Fee Masyarakat
Orang
6
1
450,000
2,700,000
TOTAL
477,300,000
13
Titik
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Kabupaten
Manggarai Barat
Manggarai Barat
Manggarai Barat
Manggarai Barat
Manggarai
Manggarai
Manggarai
Manggarai
Manggarai
Manggarai
Sumba Barat Daya
Sumba Barat Daya
Sumba Barat Daya
Sumba Barat Daya
Sumba Barat Daya
Sumba Barat Daya
Sumba Barat Daya
Sumba Barat
Sumba Barat
Sumba Tengah
Sumba Tengah
Sumba Tengah
Sumba Tengah
Sumba Tengah
Sumba Timur
Sumba Timur
Kecamatan
Lembor Selatan
Lembor Selatan
Lembor Selatan
Lembor Selatan
Satarmese Barat
Satarmese Barat
Satarmese Barat
Satarmese Barat
Satarmese Barat
Satarmese Barat
Kodi
Kodi Utara
Kodi Utara
Kodi Utara
Loura
Loura
Loura
Tanarighu
Tanarighu
Mamboro
Umbu Ratu Nggay
Umbu Ratu Nggay
Umbu Ratu Nggay
Umbu Ratu Nggay
Haharu
Haharu
Desa
Nangabere
Nangabere
Nangabere
Benteng Dewa
Sataruwuk
Sataruwuk
Sataruwuk
Cekaluju
Nucamolas
Nucamolas
Atedalo
Mangganipi
Bukambero
Weelonda
Radamata
Karuni
Letekonda
Lokory
Lokory
Wendewa Timur
Lenang
Lenang
Tanambanas
Tanambanas
Napu
Napu
Lokasi
Teluk Tekaka
Nangabere
Nangabere
Benteng Dewa
Sataruwuk
Sataruwuk
Sataruwuk
Cekaluju
Pulau Nucamolas Bagian Timur
Pulau Nucamolas Bagian Selatan
Atedalo
Mangganipi
Bukambero
Weelonda
Radamata
Karuni
Letekonda
Lokory
Lokory
Wendewa Timur
Lenang
Lenang
Tanambanas
Tanambanas
Napu
Napu
Lampiran 1. Lokasi pemantauan padang lamun di TNP Laut Sawu
Zona
Zona PB Tradisional
Zona PB Tradisional
Zona Pemanfaatan
Zona PB Tradisional
Zona PB Tradisional
Zona Pemanfaatan
Zona Pemanfaatan
Zona PB Tradisional
Zona PB Tradisional
Zona PB Tradisional
Zona PB Tradisional
Zona Pemanfaatan
Zona PB Tradisional
Zona Pemanfaatan
Zona PB Tradisional
Zona Pemanfaatan
Zona PB Tradisional
Zona PB Tradisional
Zona Pemanfaatan
Zona PB Tradisional
Zona Pemanfaatan
Zona Pemanfaatan
Zona Inti
Zona Pemanfaatan
Zona PB Tradisional
Zona Pemanfaatan
X
119.91371705900
119.94942926700
120.00768778800
120.06563930600
120.23725010000
120.27599189600
120.28835124100
120.33351039000
120.30593954100
120.26624702700
118.93702315000
118.97006063200
119.09056425400
119.16329425100
119.22437794100
119.30637744700
119.34678300000
119.39669574300
119.41214492600
119.60975185100
119.68138121700
119.73071288400
119.85788948700
119.86097932300
119.87500242700
119.91065438600
14
Y
-8.84205219501
-8.82742601200
-8.82285452867
-8.81123047501
-8.84450761459
-8.85322275370
-8.84959142131
-8.83845555285
-8.88324310670
-8.91157095763
-9.52199798303
-9.47640426397
-9.41966287007
-9.37941593589
-9.38838624350
-9.35832448072
-9.37432478074
-9.38087056502
-9.37238531219
-9.34547627418
-9.38010692170
-9.38922308422
-9.34693076494
-9.34450661696
-9.33626463678
-9.30038999118
Titik
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
Kabupaten
Sumba Timur
Sumba Timur
Sumba Timur
Sumba Timur
Sumba Timur
Sumba Timur
Sumba Timur
Sumba Timur
Sumba Timur
Sumba Timur
Sumba Timur
Sumba Timur
Sumba Timur
Sumba Timur
Sumba Timur
Sumba Timur
Sumba Timur
Sumba Timur
Sumba Timur
Sumba Timur
Sabu Raijua
Sabu Raijua
Sabu Raijua
Sabu Raijua
Sabu Raijua
Sabu Raijua
Sabu Raijua
Sabu Raijua
Kecamatan
Haharu
Haharu
Haharu
Haharu
Rindi
Rindi
Rindi
Rindi
Pahunga Lodu
Pahunga Lodu
Pahunga Lodu
Wula Waijelu
Wula Waijelu
Ngadu Ngala
Karera
Karera
Karera
Karera
Karera
Karera
Raijua
Raijua
Raijua
Raijua
Hawumehara
Hawumehara
Sabu Liae
Sabu Liae
Desa
Napu
Wunga
Rambangaru
Mondu
Kayuri
Rindi
Tanaraing
Kabaru
Mburukullu
Lambakara
Kaliuda
Wula
Laijanji
Kakaha
Nggongi
Praimadita
Praisalura
Praisalura
Praisalura
Praisalura
Bolua
Ledeke
Ballu
Ledeunu
Molie
Ramedue
Waduwala
Deme
Lokasi
Tanjung Sasar
Wunga
Rambangaru
Mondu
Kayuri
Rindi
Tanaraing
Kabaru
Warambadi
Lambakara
Kaliuda
Wula
Laijanji
Kakaha
Nggongi
Praimadita
Pulau Salura Bagian Utara
Pulau Salura Bagian Selatan
Pulau Mengudu Bagian Utara
Pulau Mengudu Bagian Selatan
Bolua
Ledeke
Ballu
Ledeunu
Molie
Ramedue
Waduwala
Deme
Zona
Zona Pemanfaatan
Zona PB Tradisional
Zona PB Tradisional
Zona PB Tradisional
Zona PB Tradisional
Zona Pemanfaatan
Zona PB Tradisional
Zona PB Tradisional
Zona PB Tradisional
Zona PB Tradisional
Zona PB Tradisional
Zona PB Tradisional
Zona PB Tradisional
Zona Pemanfaatan
Zona PB Tradisional
Zona PB Tradisional
Zona PB Tradisional
Zona PB Tradisional
Zona Pemanfaatan
Zona Pemanfaatan
Zona Pemanfaatan
Zona Kearifan Lokal
Zona PB Tradisional
Zona PB Tradisional
Zona Pemanfaatan
Zona PB Tradisional
Zona Pemanfaatan Par & Bud
Zona Pemanfaatan Par & Bud
X
119.94511794700
119.99693212700
120.05492598100
120.12314006300
120.68453957900
120.74966382500
120.79777020200
120.84007719300
120.84601918600
120.80418755400
120.71886053200
120.61356841300
120.52134867800
120.44814332200
120.30601084500
120.19953032700
120.17671307300
120.18907241900
120.10873667100
120.11562938300
121.56428886200
121.62123691400
121.55655252300
121.60748342200
121.72636361500
121.74789141600
121.88421030500
121.92681978600
15
Y
-9.28730148619
-9.36268812773
-9.43445355285
-9.48392197034
-9.89983198632
-9.92095644442
-9.95835241848
-10.00085291180
-10.09291543520
-10.13470423670
-10.20590320840
-10.25475515640
-10.24576195910
-10.31309546000
-10.25208147720
-10.24138698000
-10.31212303550
-10.32598036110
-10.32889776850
-10.33594827880
-10.64095945170
-10.62401747580
-10.60025624620
-10.60311629900
-10.54854081700
-10.61381333300
-10.61371234600
-10.57739648300
Titik
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
Kabupaten
Sabu Raijua
Sabu Raijua
Rote Ndao
Rote Ndao
Rote Ndao
Rote Ndao
Rote Ndao
Rote Ndao
Rote Ndao
Rote Ndao
Rote Ndao
Rote Ndao
Rote Ndao
Rote Ndao
Rote Ndao
Rote Ndao
Rote Ndao
Rote Ndao
Rote Ndao
Rote Ndao
Timor Tengah Selatan
Kupang
Kupang
Kupang
Kupang
Kupang
Kupang
Kupang
Kecamatan
Sabu Timur
Sabu Timur
Ndaonuse
Ndaonuse
Ndaonuse
Ndaonuse
Rote Barat
Rote Barat
Rote Barat Daya
Rote Barat
Rote Barat Daya
Rote Barat Daya
Rote Barat Laut
Rote Barat Laut
Rote Tengah
Rote Tengah
Pantai Baru
Landuleko
Landuleko
Landuleko
Amanuban Selatan
Amarasi Timur
Amarasi Selatan
Kupang Barat
Kupang Barat
Kupang Barat
Kupang Barat
Sulamu
Desa
Loborai
Bodae
Ndaonuse
Anarae
Nuse
Nuse
Mbueain
Mbueain
Oeseli
Boa
Oebou
Oetefu
Oelua
Daudolu
Maubesi
Nggodimeda
Tesabela
Bolatena
Sotimori
Daiama
Bena
Enoraen
Buraen
Tesabela
Lifuleo
Oenaek
Kuanheum
Sulamu
Lokasi
Loborai
Bodae
Ndaonuse Bagian Utara
Pulau Ndoo Bagian Barat
Pulau Nuse Bagian Selatan
Pulau Nuse Bagian Utara
Tonga
Mbueain
Pulau Ndana Bagian Selatan
Boa
Oebou
Pulau Nusamanuk Bagian Utara
Oelua
Pulau Dengka
Maubesi
Nggodimeda
Tesabela
Bolatena
Sotimori
Daiama
Bena
Enoraen
Buraen
Tesabela Bagian Selatan
Lifuleo
Oenaek
Lilifuk
Tanjung Sulamu
Zona
Zona PB Tradisional
Zona Pemanfaatan
Zona PB Tradisional
Zona Pemanfaatan
Zona Pemanfaatan
Zona PB Tradisional
Zona PB Tradisional
Zona PB Tradisional
Zona Pemanfaatan
Zona Pemanfaatan
Zona PB Tradisional
Zona PB Tradisional
Zona Pemanfaatan
Zona Pemanfaatan
Zona PB Tradisional
Zona Pemanfaatan
Zona PB Tradisional
Zona Pemanfaatan
Zona PB Tradisional
Zona Perlindungan Setasea
Zona Pemanfaatan
Zona Pemanfaatan
Zona Pemanfaatan
Zona Pemanfaatan
Zona PB Tradisional
Zona PB Tradisional
Zona Kearifan Lokal
Zona PB Tradisional
X
121.99662933400
122.00662792500
122.66177703200
122.73147546900
122.77492673100
122.76482956000
122.80831250500
122.82675820000
122.85082684500
122.86217397900
122.92943885400
122.99472228800
122.91048697900
122.95997874700
123.07720262900
123.12519932200
123.18853294000
123.25020514700
123.31854248100
123.39640809400
124.26565567600
124.18127937200
123.94440000000
123.49800428000
123.46371895000
123.48275148000
123.49695299500
123.59379466600
16
Y
-10.49269711000
-10.45176356900
-10.79623053300
-10.83606696100
-10.78759772000
-10.77237181000
-10.78005866200
-10.85468844500
-10.99265755850
-10.92402896300
-10.91781148000
-10.90546170900
-10.74397070600
-10.73064036570
-10.69137300700
-10.64817918540
-10.60803125900
-10.53556720200
-10.50248658670
-10.44752634730
-10.16843470130
-10.16357476720
-10.29636000000
-10.34916879000
-10.33796260000
-10.28516089000
-10.26350446010
-10.04387944910
Titik
83
Kabupaten
Kupang
Kecamatan
Fatuleu Barat
Kalali
Desa
Barate
Lokasi
Zona
Zona PB Tradisional
X
123.61171200000
17
Y
-9.89763800000
Lampiran 2. Peta lokasi berdasarkan scene – Selat Sumba
18
Lampiran 2. Peta lokasi berdasarkan scene – Pulau Mengudu Sabu
19
Lampiran 2. Peta lokasi berdasarkan scene – Pulau Sabu Rote
20
Lampiran 2. Peta lokasi berdasarkan scene – Pulau Rote Teluk Kupang
21
Lampiran 2. Peta lokasi berdasarkan scene – Teluk Kupang Batek
22
Keterangan
Nomor Foto
(1) (2) (3)
:
:
Tutupan
Lamun (%)
Catatan
Tanggal
Waktu
EA Enhalus acoroides, TH Thalassia hemprichii, HO Halophila ovalis, CR Cymodocea rotundata
Catatan:
11 (50m)
10 (45m)
9 (40m)
8 (35m)
7 (30m)
6 (25m)
5 (20m)
4 (15m)
3 (10m)
2 (5m)
1 (0m)
Sedimen
:
Koordinat T "50"
Kuadrat
:
:
:
:
Koordinat T "NOL"
Transek
Observer
Kode Lokasi
Lokasi (Desa/Kabupaten)
Lampiran 3. Form Pengisian Data Survei
Tinggi
Kanopi (cm)
Tutupan
Alga (%)
Form data ini hasil modifikasi dari Seagrass Watch Indonesia
Komposisi Spesies Lamun (%)
EA
TH
HO
CR
23
Lampiran 4. Lembar Standar Persentase Tutupan Lamun
24
25
26
27
28
Lampiran 5. Lembar Identifikasi Lamun dan Kode Spesies
29
Lampiran 6. Lembaran Identifikasi Alga
30
31
Download