82 BAB V PENUTUP Berdasarkan uraian-uraian dan pembahasan sebelumnya, maka secara garis besar dapat diambil kesimpulan dan saran yang dimuat dalam BAB ini sebagai berikut. A. KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan seperti yang telah dipaparkan pada sub bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa 1. Dari penelitian yang dilakukan penulis, mengindikasikan pelaksanaan SPN di kota Yogyakarta berjalan cukup sukses jika dilihat dari segi pelaksanaan pencacahan atau perluasan basis data. Hal ini dapat dilihat dari jumlah responden sukarela yang berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan kebijakan SPN. Target penyebaran FIS di kota Yogyakarta sebanyak 16.394 FIS, kemudian diperoleh hasil Formulir kategori 1 (responden dapat ditemui di lokasi sensus, responden yang mau mengisi Formulir Isian SPN) sebanyak 15.824 responden atau sebesar (77,19%), Formulir kategori 2 (responden dapat ditemui di lokasi sensus, akan tetapi tidak bersedia menjawab dan menandatangani FIS) hanya sebanyak 7 responden atau sebesar (0,03%), sedangkan untuk formulir kategori 3 dan 4 (responden tidak berada di tempat saat pencacahan dan objek sensus tidak/belum berpenghuni) sebanyak 631 responden atau sebesar 3,07%. 83 2. Dari penelitian yang dilakukan oleh penulis, pelaksanaan SPN di Kota Yogyakarta yang menargetkan penyebaran 16.394 FIS mampu menjaring 5.933 WP potensial atau sebesar 36,19%. Dari 5.933 WP potensial tersebut kemudian dikeluarkanlah 3008 surat himbauan pendaftaran, yang kemudian mampu menjaring 2.250 WP atau sebesar 74,8% dari 5.933 WP potensial. SPN ini juga mampu memberikan kesadaran kepada responden untuk melaporkan SPT-nya. Data yang diperoleh menunjukan bahwa jumlah WP yang melaporkan SPT pada tahun 2012 sebanyak 40.774 WP, sedangkan pada tahun 2013 setelah pelaksanaan program SPN, terjadi peningkatan WP yang melaporkan SPT-nya yaitu sejumlah 44.162 WP. Dari segi penerimaan pajak juga terjadi peningkatan pendapatan. Penerimaan pajak pada tahun 2011 sebesar Rp. 885.584.530.820,00 dari target awal Rp. 965.433.873.590,00 atau terealisasi sebesar 91.06% dari target awal. Sedangkan penerimaan pajak pada tahun 2012 sebesar Rp. 1.005.411.221.022,00 dari target awal Rp. 993.143.288.148,00 atau terealisasi sebesar 100.95%. Berdasarkan hasil tersebut penulis berkesimpulan bahwa kebijakan SPN relevan dalam mendukung optimalisasi fungsi budgeter. 3. Dasar pertimbangan dari diberlakukannya kebijakan SPN adalah penerapan self assessment system yang kurang efektif, rendahnya kesadaran dan kepatuhan pajak masyarakat, rendahnya tingkat tax ratio, dan tidak adanya basis data yang up to date terkait WP. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan kebijakaan SPN dalam rangka mendata 84 ulang objek pajak sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 9 ayat (3) Undang-undang PBB. Kemudian dikeluarkanlah Peraturan Menteri Keuangan No. 149/PMK.03/2011 tentang Sensus Pajak Nasional. Kebijakan SPN ini dianggap sebagai pedelegasian dari 9 ayat 3 Undangundang PBB. Namun jika ditinjau dari segi materiil dasar pembentukan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 149/PMK.03/2011 lemah karena adanya ketidaksesuaian materi muatan antara peraturan SPN dengan peraturan perundang-udangan yang lebih tinggi yaitu pasal 9 ayat 3 yang menjadi dasar pembentukannya B. SARAN 1. Implementasi SPN di Kota Yogyakarta merupakan suatu proses yang dinamis dan berkelanjutan. Artinya pelaksanaan SPN ini tidak dapat setengah-sentegah. Data yang diperoleh dari kebijakan SPN merupakan data yang bersumber langsung dari lapangan dan data yang memang dibutuhkan oleh KPP Pratama Yogyakarta dalam upaya mendorong peningkatan penerimaan negara secara jangka pendek ataupun jangka panjang melalui penambahan WP baru, pemaksimalan potensi pajak. Data tersebut harus ditindak lanjuti sesuai dengan aturan yang belaku sehingga dapat mengoptimalkan penerimaan pajak atau mendukung optimalsasi fungsi budgeter. Karena tanpa adanya pemanfaatan data tujuan dari SPN yaitu pencapaian target penerimaan pajak dan pengamanan penerimaan negara tidak akan tercapai. 85 2. SPN merupakan sebuah program baru yang dibebankan kepada KPP Pratama sebagai pelaksananya. Sebagai program baru SPN tidak sertamerta mengesampingkan tugas pokok petugas pelaksana SPN sebagai pegawai KPP Pratama Yogyakarta. Dalam Surat Edaran Jenderal Pajak Nomor SE-76/PJ/2011 tentang Pelaksanaan Sensus Pajak Nasional dijelaskan bahwa pelaksanaan sensus harus tetap memperhatikan alokasi pegawai antara pelaksanaan tugas rutin (tupoksi) dengan pelaksanaan pencacahan. Artinya kebijakan SPN ini harus dapat berjalan beringan dan tidak dapat mengesampingkan tugas tugas KPP lainnya. Oleh karena itu apabila memang SDM KPP terlalu terbatas sebaiknya KPP melakukan rekrutmen Petugas Pelaksana Sensus Non PNS. Karena memang hal tersebut dimungkingkan sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No. SE-76/PJ/2011 tentang Pelaksanaan Sensus Pajak Nasional. 3. Untuk meningkatkan kepatuhan WP sebaiknya sarana dan prasana yang mempermudah WP dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya disediakan oleh KPP seperti menempatkan pojok pajak atau mobil keliling ditempat-tempat mendapatkan yang informasi, strategis sehingga konsultasi pajak, masyarakat maupun yang ingin melaksanakan kewajiban perpajakannya tidak harus mendatangi KPP. Karena masih banyak masyarakat yang tidak memenuhi kewajiban pajaknya dikarenakan tidak tahu cara dan prosedur pemenuhannya.