PENGARUH FERMENTASI TERHADAP KETAJAMAN AROMA JUS MENGKUDU {Morinda citrifolia Linn.) Milka Adriana1*, Scheling Wibowo2', Nyoman Artha" ABSTRACT The main problem with Morinda citrifolia Linn, (also known as noni fruit) is its unpleasant odor. This research aimed to see the effect of fermentation on noni juice's odor. The fruits were blanched (65"C, 2.5 minutes), juiced, filled into sterilized bottles, and then left to ferment (spontaneous fermentation) for 4 weeks. Sensory analysis was done in the end of each week to measure the strength of the juice's odor. The result showed a significant decrease of the juice's odor. The decrease was accompanied by the increase of alcohol and organic acid concentration formed during fermentation. Keyword: Morinda citrifolia, fermentation LATARBELAKANG Mengkudu (Morinda citrifolia Linn.) adalah tanaman tradisional Indonesia yang buahnya banyak digunakan sebagai minuman jus karena manfaat kesehatannya. Penelitian menunjukkan bahwa mengkudu memiliki khasiat membantu penyembuhan berbagai penyakit, dengan cara meningkatkan daya tahan tubuh, menjaga tekanan darah, memiliki sifat anti alergi dan anti bakteri (Solomon, 1999). Mengkudu merupakan tanaman perdu dengan tinggi antara 3-8 m yang umumnya tumbuh di daerah dengan ketinggian 200 m di atas permukaan laut. Termasuk dalam famili Rubiaceae atau kopi-kopian, tanaman ini memiliki daun yang tebal, lebar, dan berbentuk lonjong. Bentuk mahkota bunganya seperti terompet putih, mengelompok pada satu dasar bersama yang disebut bonggol, yang kemudian membesar menjadi buah mengkudu. Buah mengkudu berbentuk lonjong dengan permukaan kasar dengan bintik kehitaman yang berasai dan pangkal bunga yang rontok (Soeseno, 2001). Buah yang mentah sangat keras dan berwarna hijau tua, namun seiring dengan kematangan buah, teksturnya melunak dan wamanya berubah menjadi kuning, lalu putih transparan. Bau tak sedap mulau muncul setelah warna buah berubah menjadi putih. " Dosen Tetap Jurusan Teknologi Pangan UPH *> Alumni jurusan Teknologi Pangan UPH 3i Dosen Tetap Jurusan Teknologi Pangan UPH Jumal llmu dan Teknologi Pangan, Vol. 2, No. 1, April 2004 33 Permasalahan utama buah mengkudu adalah aromanya yang tidak sedap. Saat buah mulai matang, tercium aroma menyengat yang sering dideskripsikan sebagai aroma 'kambing gibas' (Waspodo, 2001). Salah satu cara untuk mengatasi aroma tidak sedap mengkudu adalah dengan melakukan fermentasi selama 3-4 minggu. Menurut Russell (2000) jus mengkudu yang difermentasi memiliki aroma yang lebih lembut daripada yang tidak difermentasi. Diperkirakan selama fermentasi terjadi pembentukan senyawa-senyawa volatil baru atau perubahan senyawa volatil asli mengkudu yang mengakibatkan perubahan aroma mengkudu menjadi lebih lembut (tidak tajam). Penelitian ini bertujuan mengetahui ada tidaknya pengaruh fermentasi terhadap ketajaman aroma jus mengkudu. Buah mengkudu matang diblansir, dijus, lalu masukkan dalam wadah steril tertutup dan dibiarkan terfermentasi hingga 4 minggu. Setiap minggunya dilakukan analisis terhadap ketajaman aroma jus. Fermentasi yang dilakukan adalah fermentasi spontan (tanpa penambahan kultur mikroba), melainkan dengan melibatkan mikroba yang secara alami telah ada pada buah. METODOLOGI Bahan dan Alat Bahan yang digunakan untuk proses adalah buah mengkudu (diperoleh dari pasar Kopro, Tanjung Duren, Jakarta) dengan ukuran 5-8 cm, warna hijau muda, dan tidak cacat. Bahan-bahan yang digunakan untuk analisis adalah media PCA (Plate Count Agar), indikator phenopthalein, larutan fenol 5%, H2S04 pekat, dan larutan NaOH 0,1 N. Alat-alat yang digunakan untuk proses adalah panci, alat pres, kompor, stopwatch, termometer, botol kaca, kain saring, dan kantung plastik PP (polypropylene). Alat-alat yang digunakan untuk analisis adalah neraca analitik, gelas piala, buret, erlenmeyer, labu takar, labu distilasi, heater, kondensor, alkoholmeter, kuvet, spektrofotometer, tabung reaksi, waterbath, autoklaf, cawan petri, pipet volumetrik, laminar air flow, inkubator, dan gelas organoleptik. Prosedur Kerja Buah mengkudu diblansir pada suhu 65°C selama 2,5 menit lalu diperam dalam plastik polypropylene hingga lunak dan berwarna putih transparan (+ 2 hari). Buah kemudian dipres dan disaring untuk mendapatkan jusnya. Jus lalu dimasukkan dalam botol kaca steril (autoklaf, 121°C, 20 menit) dan dibiarkan selama4 minggu pada suhu ruang (25-27°C). 34 Jurnal llmu dan Teknologi Pangan, Vol. 2, No. 1, April 2004 Parameter Anaiisis Anaiisis yang dilakukan adalah uji organoleptik ketajaman aroma mengkudu (metode skoring). Dilakukan juga anaiisis total alkohol (metode destilasi), total asam tertitrasi, total gula (metode fenol), dan total mikroba (metode plate count) sebagai data pendukung. Anaiisis dilakukan pada akhir minggu ke-1, 2, 3, 4 dan pada jus mengkudu yang tidak difermentasi. Hasil anaiisis diuji statistik dengan anaiisis varians (ANOVA) satu arah. Bila terdapat beda nyata, maka dilanjutkan dengan uji HSD Tukey dengan a 0,05%. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil anaiisis total mikroba membuktikan adanya pertumbuhan mikroba selama proses fermentasi. Total mikroba bertambah dari 5,4 CFU/ml menjadi 8,7 CFU/ml pada akhir fermentasi. Diperkirakan pada minggu pertama, sel masih berada pada fase adaptasi, sehingga belum terjadi pembelahan sel secara signifikan. Hasil anaiisis total mikroba adalah sebagai berikut: 10 8.7 9 f 8 JiL—-"" ! 7- at 6 - 5.4 o I >' 2 f _X— ^ 2 — - — w 4 s IS 23 H 1n0 1 2 3 4 Lama Fermentasi (minggu) Gambar 1. Jumlah Total Mikroba selama Fermentasi Selama fermentasi juga terjadi penurunan ketajaman aroma mengkudu, sebagaimana ditunjukkan daiam hasil uji organoleptik berikut: Jurnal llmu dan Teknologi Pangan, Vol. 2, No. 1, April 2004 35 7 , N « . E 52 < 42 5 6 »b 2.83" 3.03J C a 2^ e 5 i 1W 0 .() 1 2 3 i\ Lama Fermentasi (minggu) Keterangan: skor 1 = sangat tajam, 2 = tajam, 3 = agak tajam, 4 = sedang, 5 = agak tidak tajam, 6 = tidak tajam, 7 = sangat tidak tajam Gambar 2. Hubungan antara Lama Fermentasi dengan Intensitas Aroma Jus Mengkudu Hasil uji analisis varians menunjukkan bahwa fermentasi berpengaruh nyata terhadap ketajaman aroma jus mengkudu. Semakin lama waktu fermentasi, aroma jus berkurang ketajamannya dari 'sangat tajam' menjadi 'agak tajam'. Aroma tidak sedap mengkudu disebabkan oleh kandungan asam lemak volatilnya. Farine, ef. a/. (1995) mengidentifikasi 51 senyawa volatil mengkudu beserta kadarnya dalam buah. Sebanyak 20 jenis senyawa berupa asam, 7 berupa alkohol, dan 11 berupa ester. Sisanya merupakan senyawa keton, lakton, dan beberapa senyawa kompleks. Jumlah senyawa asam mendominasi 83% dari total senyawa volatil yang ada, dengan asam oktanoat (kaprilat) dan heksanoat (kaproat) memiliki kadar terbanyak (masing-masing 58% dan 19.2%). Meskipun mengkudu mengandung senyawa ester dan lakton, namun jumlahnya cukup rendah sehingga tidak mampu menutupi aroma tidak sedap yang ditimbulkan oleh kedua asam lemak di atas. Jus mengkudu memiliki nilai pH yang cukup rendah, yaitu pH 4. Jenis mikroorganisme yang tumbuh pada kisaran pH ini umumnya adalah mikroorganisme tahan asam. Suhu fermentasi yang digunakan adalah suhu pertumbuhan mikroba mesofil. Kondisi botol yang tertutup dengan headspace kecil memberikan kondisi aerob pada awal fermentasi yang kemudian berubah menjadi anaerob pada akhir fermentasi. Berdasarkan kondisi fermentasi ini, diperkirakan mikroorganisme yang aktif selama proses fermentasi adalah bakteri asam laktatdan khamir. 36 Jurnal llmu dan Teknologi Pangan, Vol. 2, No. 1, April 2004 Kedua mikroorganisme ini menggunakan karbohidrat, terutama gula sederhana, sebagai substrat fermentasinya. Hasil analisis total gula menunjukkan adanya penurunan kandungan monosakarida heksosa dan pentosa selama proses fermentasi berlangsung. Pada minggu ketiga, kandungan pentosa dan heksosa sedikit naik, kemudian turun lagi pada minggu keempat. Kenaikan ini mungkin disebabkan oleh adanya pemecahan beberapa oligosakarida menjadi monosakarida penyusunnya. Waspodo (2001) menyatakan adanya kandungan oligosakarida berupa arabonisa dan rhamnosa dalam buah mengkudu. Hasil analisis dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Penurunan Kandungan Heksosa dan Pentosa selama Fermentasi Bakteri asam laktat mengubah glukosa menjadi asam laktat dan (pada bakteri heterofermentatif) ester, etanol, dan beberapa asam organik lainnya (Jay, 1997). Khamir mengubah glukosa menjadi etanol dan karbondioksida. Namun sering juga menghasilkan asetaldehid dan asam-asam organik seperti asam piruvat, asam malat, dan asam asetat sebagai hasil sampingannya. Hasil analisis kadaralkohol menunjukkan adanya peningkatan kadaralkohol pada jus mengkudu mulai minggu ke-2 fermentasi, seperti dapat dilihat pada Gambar 4. Hal ini mungkin terjadi karena kondisi anaerob yang dibutuhkan bagi khamir untuk meninggalkan jalur metabolisme aerob dan masuk ke dalam jalur fermentasi baru tercapai setelah 2 minggu. Jurnal llmu dan Teknologi Pangan, Vol. 2, No. 1, April 2004 37 a 4.9 5- ? r 42 < | S * ^ ' 3 2- 2 *&S 1 • 0 0 ^— 0 1 2 3 4 Lama Farmantasl (minggu) Gambar 4. Hubungan antara Lama Fermentasi dengan Kadar Alkohol Jus Mengkudu Hasil analisis total asam menunjukkan jumlah asam-asam organik menurun pada minggu pertama fermentasi dan meningkat lagi sesudahnya hingga melebihi jumlah awalnya, seperti terlihat pada Gambar 5. Gambar 5. Hubungan antara Lama Fermentasi dengan Total Asam Jus Mengkudu 38 Jurnal llmu dan Teknologi Pangan, Vol. 2, No. 1, April 2004 Selama fermentasi, selain pembentukan alkohol dan senyawa-senyawa asam, dapat juga terjadi reaksi esterifikasi antara asam dan alkohol. Asam lemak penyebab aroma tidak sedap mengkudu juga dapat mengalami reaksi esterifikasi membentuk etil kaproat dan etil kaprilat sehingga mungkin mengalami perubahan aroma. KESIMPULAN Fermentasi mempengaruhi ketajaman aroma jus mengkudu dari tajam menjadi agak tajam. Penurunan ketajaman aroma ini terjadi seiring dengan penambahan jumlah alkohol dan asam organik yang terbentuk melalui proses fermentasi. Untuk penelitian lanjutan dapat dilakukan identifikasi mikroba yang berkontribusi terhadap penurunan ketajaman aroma mengkudu. DAFTAR PUSTAKA Farine, J. P., Legal, L, Moreteau, B. Dan Le Quere, J. L. 1996. Volatile Components of Ripe Fruits of Morinda citrifolia and Their Effects on Drosophila. Phytochemistry Vbl 41 No 2:433-438 Jay, J. 1997. Modem Food Microbiology. Chapman & Hall. USA Soeseno, S. 2001. Diakses Februari 2002. Mengapa Mengkudu Berbau Busuk. www.jusmengkudu.com Solomon, N. 1999. The Noni Phenomenon. Direct Source Publishing. Utah. Russell, A. 2000. Diakses Maret 2002. Noni Juice of Treehealth, Noni Juice Glossary, www. treeofhealth. com Waspodo, I. S. 2001. Diakses Februari 2002. Mengkudu Noni Jelek Berkhasiat Obat. www.jusmengkudu.com Jurnal llmu dan Teknologi Pangan, Vol. 2, No. 1, April 2004 39