ISSN: 2442-2665 Jurnal Luka Indonesia Vol.2(3): Oktober 2016 - Januari 2017 ORIGINAL STUDY FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA MASERASI STOMA PADA PASIEN YANG TERPASANG KOLOSTOMI DI RSUP DR WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR How to cite: Maryunis, Hastuti. Faktorfaktor yang berhubungan dengan terjadinya maserasi stoma pada pasien yang terpasang kolostomi di RSUP dr Wahidin Sudirohusodo Makassar. Jurnal luka Indonesia. 2016, 2(3):128-135 Maryunis yunis Hastuti Conflict of interest: Nothing 1 Funding resources: Nothing RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muslim Indonesia 3 ETN Centre Makassar 2 ABSTRACT Corresponding authors: [email protected] Note: Background: Colorectal cancer is highly prevalent cancer. Colostomy may affect the changing role of self-esteem, body image, and sexual and social relationships. Post-colostomy problem is the maceration of the skin surrounding the stoma. Aim: This study aimed to determine the factors associated with the occurrence of maceration of the stoma in patients who underwenta colostomy in Dr Wahidin Sudirohusodo Hospital of Makassar. Methods: This study used observational analysisby cross-sectional study. The sampling technique was a purposive sampling with 32 respondents. Data analysis was done using the Chi Square test with a confidence level of 95%. All data were analyzed by SPSS software,version 21.0 (SPSS, Inc. Chicago, IL). Results: There are relationships between stoma site (p = 0.000), frequency of stoma care (p = 0.018), and nutritional status (p=0.030) with the maceration of the stoma. There was no association betwen age and maceration of the stoma (p = 0.212). Conclusion: This study shows that the factors that affect the skin maceration around the stoma can be modified (frequency of stoma care and nutritional status), while the location factor can be minimized through the stoma sitting. Thus, the nurses have an important role in the prevention of maceration both at pre and post operative Keywords: stoma site, frequency of stoma care, nutritional status, maceration of stoma. 128 ISSN: 2442-2665 LATAR BELAKANG Jurnal Luka Indonesia Vol.2(3): Oktober 2016 - Januari 2017 K anker usus besar atau kanker kolorektal merupakan salah satu dari penyakit kanker dengan prevalensi yang cukup tinggi. Di Amerika, tahun 2007 risiko terkena kanker kolorektal ± 6% (WOCN, 2008), menyumbang lebih dari 9 % dari semua kanker dan merupakan kanker paling umum ketiga di seluruh dunia dan merupakan penyebab kematian keempat paling umum dari kanker (Fatima & Boushey, 2009). Di Indonesia, setiap tahunnya sekitar 1.666 orang meninggal akibat kanker kolorektal (Rahmianti, D, 2013). Penatalaksanaan pada kanker kolorektal salah satunya dengan pembentukan kolostomi (Mayers, 1996 dalam Simanjuntak & Nurhidayah, 2007). Kolostomi merupakan pembuatan stoma atau lubang pada kolon atau usus besar (Smeltzer & Bare, 2012). Indonesian Ostomy Association (INOA) melaporkan bahwa jumlah kasus yang menggunakan stoma terus meningkat, dan penyebab tersering di Indonesia sendiri adalah karena keganasan (Indonesian Ostomy Association, 2009). Stoma tidak memiliki ujung saraf sensorik dan tidak sensitif terhadap rasa sakit, sehingga beberapa komplikasi dapat terjadi. Oleh karena itu penilaian seumur hidup oleh penyedia layanan kesehatan tentang stoma dan komplikasinya menjadi sangat penting, termasuk komplikasi maserasi (Jordan & Burns, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh (Sarkut, Dundar, Tirnova, Ozturk, & Yilmazlar, 2015) menemukan bahwa dari 141 pasien, komplikasi akibat pemasangan stoma dilaporkan hingga 26%. Komplikasi maserasi pada kulit peristomal (7.09%). Maserasi di sekitar stoma banyak terjadi terutama pada lansia disebabkan oleh lapisan epitel dan lemak subkutan yang semakin tipis karena proses penuaan sehingga kulit menjadi semakin mudah mengalami iritasi (Smeltzer & Bare, 2012). Maserasi merupakan indikasi eksudat yang berlebihan, yang memiliki potensi untuk menyebabkan kerusakan luka lebih lanjut. Hal ini disebabkan oleh over hidrasi pada luka dan kulit sekitar luka, yang menjadi jenuh, pucat dan rapuh. Jika tidak dikoreksi oleh manajemen yang efektif, kulit maserasi akan pecah yang menyebabkan perluasan luka (Stephen & Haynes, 2014). Kerusakan pada kulit sekitar luka mengurangi fungsi pelindung sebagai penghalang untuk air dan meningkatkan kemungkinan penyembuhan luka menjadi terhambat (Cutting, 2002). Data tentang pasien yang terpasang kolostomi di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar tahun 2013 sebanyak 95 orang, tahun 2014 sebanyak 114 orang, dan tahun 2015 sampai bulan Juni sebanyak 52 orang (RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar, 2015). Dari data ini, kecenderungan terjadi peningkatan setiap tahun dan juga ditemukan pasien yang belum mandiri dalam pemasangan kolostomi serta kadang kala datang untuk kontrol di 129 ISSN: 2442-2665 Jurnal Luka Indonesia Vol.2(3): Oktober 2016 - Januari 2017 poliklinik akibat adanya komplikasi dari pemasangan kolostomi, salah satunya adalah terjadi maserasi. Dengan demikian, tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi faktorfaktor yang berhubungan dengan terjadinya maserasi stoma pada pasien yang terpasang kolostomi di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar. METODE a. Desain Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional Study (Dharma, 2011). b. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari satu paket daftar pertanyaan/pernyataan yang terdiri atas dua bagian yang berhubungan dengan variabel penelitian, yaitu (1) instrumen karakteristik demografi pasien, dan (2) instrumen untuk mengukur lokasi stoma sebanyak 5 indikator (dekat dari tempat insisi, tidak melewati bagian tengah muskulus rektus, dekat dari lipatan kulit/ paha, prominensia tulang, dan dekat umbilicus), frekuensi perawatan stoma sebanyak 1 indikator, status gizi dinilai dengan indeks massa tubuh (IMT) yang dikategorikan (Kurang: apabila IMT < 18.5 2 2 kg/m , dan Normal: apabila IMT ≥ 18.5 kg/m ), dan maserasi stoma sebanyak 3 indikator (kemerahan dan nyeri, perdarahan dan nekrosis pada area peristoma). Dikatakan mengalami maserasi stoma apabila terjadi peradangan pada areal sekitar stoma yang meliputi kemerahan, nyeri, perdarahan, atau terjadi nekrosis di sekitar stoma (Cutting, 2002). c. Populasi dan sampel Populasi pasien yang terpasang kolostomi selama tahun 2015 sebanyak 52 orang. Sampel yang diambil dilakukan secara non-probability sampling dengan teknik purposive sampling. Besar sampel sebanyak 32 dengan menggunakan rumus Stanley Lemeshow (Dharma, 2011). 1) Kriteria Inklusi : a) Pasien rawat inap dan rawat jalan di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar. b) Pasien yang terpasang kolostomi. 2) Kriteria Eksklusi : a) Pasien yang mengalami komplikasi DM menolak untuk menjadi responden d. Lokasi dan Waktu Penelitian 1) Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar. 2) Waktu Pengumpulan Data 130 ISSN: 2442-2665 Jurnal Luka Indonesia Vol.2(3): Oktober 2016 - Januari 2017 Pengumpulan data pada penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan mulai tanggal 1 November – 30 Desember 2015. e. Etik Penelitian Ijin pelaksanaan penelitian didapatkan dari Komisi Etik FK Unhas Makassar (0453/H04.8.4.5.31/PP36-KOMETIK/2015). Setelah itu, peneliti menjelaskan kepada responden tentang tujuan, manfaat penelitian, dan prosedur pengumpulan data. Peneliti meminta responden menandatangani informed consent sebagai bentuk persetujuan bersedia menjadi responden. f. Analisa Data Uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square dengan derajat kepercayaan 95% dan nilai α ≤ 0.05. Semua data dianalisis menggunakan program SPSS Versi 21.0 (SPSS, Inc. Chicago, IL). HASIL a. Karakteristik Demografi Karakteristik demografi yang meliputi jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan lama terpasang stoma diperoleh gambaran bahwa responden terbanyak laki-laki (65.6%), pendidikan terbanyak SMA (46.9%), pekerjaan terbanyak swasta (46.9%), dan lama terpasang stoma terbanyak 3-4 minggu (59.3%)(Tabel 1). Tabel 1. Karakteris k Demografi pada Pasien yang Terpasang Kolostomi di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar b. Analisis univariat Data dari penelitian ini didapatkan sebagian besar responden berusia dewasa (78.1%), lokasi stomanya beresiko tinggi (71.9%), perawatan stomanya sering (81.2%), status gizi (IMT) kurang (59.4%), dan maserasi stoma (62.5%) 131 ISSN: 2442-2665 Jurnal Luka Indonesia Vol.2(3): Oktober 2016 - Januari 2017 (Tabel 2). Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Usia, Lokasi Stoma, Frekuensi Perawatan Stoma, Status Gizi, dan maserasi stoma pada Pasien yang Terpasang Kolostomi di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar c. Analisis Bivariat Hasil uji statistik didapatkan ada hubungan lokasi stoma (p=0.000), frekuensi perawatan stoma (p=0.018) dan status gizi (p=0.030) dengan terjadinya maserasi stoma pada pasien yang terpasang kolostomi, sedangkan variabel yang tidak berhubungan adalah usia (p=0.212) (Tabel 3). Tabel 3. Hubungan Usia, Lokasi Stoma, Frekuensi Perawatan Stoma, dan Status Gizi dengan maserasi stoma pada Pasien yang Terpasang Kolostomi di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar PEMBAHASAN Pada penelitian ini pasien terbanyak laki-laki (65.6%). Pada pria, kanker kolorektal menempati urutan ketiga sebagai kanker tersering setelah kanker prostat dan kanker paru-paru. Sementara pada wanita, kanker ini pun menempati urutan ketiga setelah kanker payudara dan kanker paru-paru. Di seluruh dunia, 9.5% pria penderita kanker terkena kanker kolorektal, sedangkan pada wanita angkanya mencapai 9.3% dari total jumlah penderita kanker (Winarto, Ivone, & Saanin, 2009). Pada penelitian ini pasien terbanyak pendidikannya SMA (46.%). Hal ini menjadi modal yang berarti dimana seorang yang pendidikannya tinggi dapat menangkap informasi dengan lebih mudah dibandingkan dengan pasien yang pendidikannya lebih rendah. Perawat sebelum memberikan pendidikan 132 ISSN: 2442-2665 Jurnal Luka Indonesia Vol.2(3): Oktober 2016 - Januari 2017 kesehatan pada pasien mengenai perawatan stoma harus menguasai mengenai cara menggunakan produk tersebut sehingga pasien dapat merasakan manfaatnya. Perawat membutuhkan pelatihan mengenai keterampilan klinik dan peningkatan pengetahuan dalam melakukan perawatan stoma sehingga dengan berkembangnya produk berteknologi pada perawatan stoma dapat memenuhi kebutuhan perawat akan pengetahuan dan keterampilan tersebut. Sehingga pengembangan teknologi pun dapat digunakan pada kantong stoma modern pada pasien kanker kolorektal sehingga memudahkan pasien dalam melakukan perawatan stoma secara mandiri (Dugdall & Watson, 2009). Hasil penelitian ini didapatkan bahwa didapatkan ada hubungan yang bermakna secara statistik lokasi stoma dengan terjadinya maserasi stoma pada pasien yang terpasang kolostomi. Menurut Borwell, enterostomi dapat dibuat pada dinding abdomen melalui laparatomi atau pada tempat berbeda yang lain. Kerugian pembuatan stoma melalui prosedur laparatomi yang luas adalah infeksi luka operasi, dehisensi, dan eviserasi. Lokasi ideal stoma abdomen pada anak-anak yang lebih besar dan remaja sama dengan pada orang dewasa. Stoma dibuat agak jauh dari tempat insisi, melewati bagian tengah muskulusrektus, dan jauh dari lipatan kulit (lipat paha dan flank), prominensia tulang (arcus costa, spinailiaca) dan umbilicus. Lokasi stoma pada bayi dan neonatus mengikuti prinsip yang sama jika memungkinkan, walaupun harus dipikirkan ukuran dinding abdomen yang kecil pada bayi dan mesenterium yang pendek dari bagian usus yang dipilih untuk membuat stoma sering membatasi. Untuk stoma temporer pada bayi, usus bisa dibawa keluar langsung atau melalui umbilikus. Hal ini akan memudahkan untuk meletakkan perangkat stoma dan secara kosmetik akan meninggalkan skar yang tidak terlalu kentara ketika stoma ditutup (Borwell, 2013). Hasil penelitian ini didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna secara statistik frekuensi perawatan stoma dengan terjadinya maserasi stoma pada pasien yang terpasang kolostomi. Burch menyatakan mayoritas pasien dengan kolostomi mengganti kantong kolostominya 3 kali sehari hingga 3 kali seminggu, dengan rata-rata penggantian kolostomi secara rutin selama satu hari sekali (Burch, 2013). Hasil penelitian ini didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna secara statistik status gizi dengan terjadinya maserasi stoma pada pasien yang terpasang kolostomi. Penelitian yang dilakukan oleh Agung & Hendro yang meneliti pengaruh kadar albumin serum terhadap lamanya penyembuhan luka operasi menemukan bahwa kejadian kadar protein yang rendah (hipoalbumin) masih dapat kita temukan pada pasien-pasien yang masuk RS Dr Sardjito dan terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara kadar albumin serum 133 ISSN: 2442-2665 Jurnal Luka Indonesia Vol.2(3): Oktober 2016 - Januari 2017 terhadap lamanya penyembuhan luka (Agung & Hendro, 2015). Hasil penelitian ini didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik usia dengan terjadinya maserasi stoma pada pasien yang terpasang kolostomi. Meskipun demikian, namun secara persentase ditemukan pasien yang berusia lansia (85.7%) lebih banyak yang mengalami maserasi stoma dibandingkan pasien dewasa (56.0%). Hal ini menunjukkan bahwa adanya kecenderungan usia lansia lebih beresiko mengalami maserasi stoma dibandingkan dengan usia dewasa. Menurut Smetzer & Bare bahwa iritasi pada area kulit peristomal banyak terjadi terutama pada lansia, disebabkan oleh lapisan epitel dan lemak subkutan yang semakin tipis karena proses penuaan sehingga kulit menjadi semakin mudah mengalami iritasi (Smeltzer & Bare, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Minematsu dkk menemukan bahwa usia meningkatkan maserasi yang disebabkan perubahan ultrastructural epidermis dan gangguan fungsi barier kulit (Minematsu, et al., 2011). KETERBATASAN PENELITIAN Pada penelitian ini, peneliti tidak memberikan batasan terhadap lamanya terpasang kolostomi dan tidak mengevaluasi lebih lanjut proses penyembuhannya mengingat jumlah pasien yang terpasang kolostomi relatif terbatas. KESIMPULAN Ada hubungan lokasi stoma, frekuensi perawatan stoma dan status gizi dengan terjadinya maserasi stoma pada pasien yang terpasang kolostomi sedangkan usia tidak berhubungan dengan maserasi stoma. SARAN Bagi pihak terkait dalam hal ini pihak rumah sakit, agar memperhatikan berbagai aspek terkait dengan komplikasi akibat pemasangan stoma pada pasien dan bagi tenaga keperawatan diharapkan dapat melakukan perawatan stoma sesuai dengan prosedur agar kejadian maserasi stoma dapat diminimalisir. DAFTAR PUSTAKA Agung, & Hendro. (2015). Pengaruh Kadar Albumin Serum Terhadap Lamanya Penyembuhan Luka Operasi. DEXA MEDIA , 1(18). Borwell, B. (2013). Stoma management and palliative care. Journal of Community Nursing , 25(4):4-10. Burch, J. (2013). Care of patients with a stoma. Nursing Standard, 27(32):4956.9. Cutting, K. F. (2002). Avoidance and management of peri-wound maceration of the skin. Dipetik 11 11, 2015, dari http://www.nursingtimes.net/: http://www.nursingtimes.net/avoidance-and-management-of-peri134 ISSN: 2442-2665 Jurnal Luka Indonesia Vol.2(3): Oktober 2016 - Januari 2017 wound-maceration-of-the-skin/200016.article Dharma, K. K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media (TIM). Dugdall, H., & Watson, R. (2009). What is the relationship between nurses' attitudes to evidence based practice and the selection of wound care procedures? J Clin Nurs, 18 (10):1442–50. Fatima, A.H., & Boushey, R.P. (2009). Colorectal Cancer Epidemiology: Incidence, Mortality, Survival, and Risk Factors. Clinics in Colon and Rectal Surgery, 22(4):191-197. Jordan, R. S., & Burns, J. L. (2013). Understanding stoma complications. Wound Care Advisor , 2(4):20-24. Minematsu, T., Yamamoto, Y., Nagase, T., Naito, A., Takehara, K., Iizaka, S., et al. (2011). Aging enhances maceration-induced ultrastructural alteration of the epidermis and impairment of skin barrier function. Journal of Dermatological Science , 62(3):160-168. Rahmianti, D. (2013). Bahaya Kanker Kolorektal. Dipetik Mei 17, 2015, dari www.readersdigest.co.id: http://www.readersdigest.co.id/sehat/info. medis/bahaya.kanker.kolorektal/005/001/166 RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar. (2015). Data Penderita Kanker Kolorektal di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar. Sarkut, P., Dundar, H. Z., Tirnova, I., Ozturk, E., & Yilmazlar, T. (2015). Is stoma care effective in terms of morbidity in complicated ileostomies? International Journal of General Medicine, 8:243-246. Simanjuntak, P., & Nurhidayah, R. (2007). Kemampuan self care dan gambaran diri pasien kolostomi di RSUP H. Adam Malik Medan. Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, 2 (2):65-69. Smeltzer & Bare. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Jakarta: EGC. Stephen, J., & Haynes. (2014). The outcomes of barrier protection in periwound skin and stoma care. British Journal of Nursing, 23(5):27-30. Winarto, E. P., Ivone, J., & Saanin, S. N. (2009). Prevalensi Kanker Kolorektal di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Januari 2005 ─Desember 2007. JKM , 2 : 138-143. WOCN. (2008). Basic ostomy skin care. Dipetik Mey 17, 2015, dari w w w. o s t o m y. o r g : h t t p : / / w w w. o s t o m y. o r g / u p l o a d e d / files/ostomy_info/woc_nbasic_ostomy_skin_care.pdf?direct=1 135