PERTUMBUHAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI KARYA TULIS

advertisement
UJI ANTI BAKTERI EKSTRAK ETANOL 70% DAUN
SINGKONG (Manihot utilissima) TERHADAP
PERTUMBUHAN BAKTERI
ESCHERICHIA COLI
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Farmasi
Pada Program Studi D III Farmasi
Oleh :
ASEP ARA NIHARA
NIM. 13DF277006
PROGRAM STUDI D III FARMASI
STIKes MUHAMMADIYAH CIAMIS
Jl.K.H. Ahmad Dahlan No. 20 Telp. (0265) 773052
2016
INTISARI
UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SINGKONG
(MANIHOT UTILISSIMA) TERHADAP BAKTERI
ESCHERICHIA COLI1
Asep Ara Nihara2 Siti Rahmah KR. S.Far,.Apt 3 Nia Kurniasih M.SC.Apt 4
Tanaman singkong merupakan salah satu tanaman yang telah lama
digunakan sebagai obat tradisional.Berdasarkan empiris dari masyarakat bahwa
daun singkong (manihot utilissima) dapat mengobati penyakit diare,luka luar,
rematik dan anemia. Bagian dari tanaman singkong (Manihot utilissima) yang
sering digunakan sebagai obat adalah daunnya.
Berdasarkan empiris dari masyarakat perlu dilakukan pembuktian lebih
lanjut guna mengetahui kebenaran bahwa daun singkong (Manihot utilissima)
memiliki Aktivitas sebagai antibakteri khususnya bakteri Escherichia coli
penyebab utama penyakit disentri dan diare.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas ekstrak etano
70% daun singkong terhadap bakteri Escherichia Coli beserta untuk mengetahui
dikonsentrasi berapa yang dapat memberikan aktivitas.
Jenis penelitian ini adalah penelitian secara in vitro. Uji aktivitas antibakteri
menggunakan metode difusi cakram. Penelitian menggunakan 3 kelompok yaitu
(1) kontrol negatif (Media dan Aquadest), (2) kontrol positif (Tetracycllin 500) dan
(3) kelompok perlakuan dengan Konsentrasi 25%, 50% dan 75%.
Konsentrasi 25% dan 50% kurang memberikan aktivitas untuk
menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia Coli karena memberikan zona
bening 0,8mm dan 3,4mm yang berarti lemah, sedangkan konsentrasi 75%
mempunyai aktivitas untuk menghambat bakteri Escherichia Coli yang
memberikan aktivitas sedang.
Kata kunci : Daun Singkong, Manihot Utilissima, Uji Aktivitas Difusi Agar.
Keterangan : 1 Judul, 2 Nama Mahasiswa, 3 Pembimbing I, 4 Pembimbing II.
vi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sangat kaya dengan berbagai spesies flora. Dari 40
ribu jenis flora yang tumbuh di dunia, 30 ribu diantaranya tumbuh di
Indonesia. Kekayaan tersebut merupakan suatu anugerah besar yang
diberikan Allah kepada manusia. Islam mengajarkan bahwa alam
beserta isinya seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan diciptakan untuk
manusia. Manusia diberikan kesempatan yang luas untuk mengambil
manfaat dari alam semesta, salah satunya dengan memanfaatkan
tumbuhan sebagai obat. Allah berfirman:
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwasanya
Kami menghalau (awan yang mengandung) air ke bumi yang
tandus, lalu Kami tumbuhkan dengan air hujan itu tanaman yang
daripadanya makan hewan ternak mereka dan mereka sendiri.
Maka apakah mereka tidak memperhatikan?” (Q.S. Al-Sajadah:
27).
Ayat di atas menjelaskan bahwa berbagai tumbuhan diciptakan
oleh Allah untuk kepentingan manusia. Manusia tidak dibenarkan
hanya menikmati apa yang diciptakan oleh Allah tanpa mau berfikir
dan berusaha untuk meningkatkan nilai tambah ciptaan-Nya serta
mengembangkannya menjadi suatu ilmu pengetahuan.
Pengobatan tradisional yang berlandaskan sumber alam hayati
terutama tumbuh-tumbuhan, telah digunakan oleh sebagian besar
masyarakat Indonesia untuk mengobati berbagai penyakit. Oleh
karena itu, tidaklah mengherankan apabila tumbuhan obat merupakan
salah satu topik yang sangat penting dari pengobatan tradisional.
1
2
Indonesia merupakan negara yang kaya akan tanaman obat, dari
sekian ribu tanaman obat tersebut, masih banyak sekali tanaman
yang belum diketahui khasiatnya. Salah satu diantara tanaman obat
tersebut adalah tanaman singkong atau ketela pohon atau ubi kayu,
atau dalam bahasa Inggris disebut assava (Manihot utilissima)
(Manihot
utilissima)
mengandung
flavonoid,
triterpenoid,
saponin, tannin dan vitamin C yang lebih tinggi daripada sayuran
lainnya.Tanaman singkong (Manihot utilissima)telah digunakan sejak
lama dalam pengobatan tradisional. Terutama Tanaman singkong
yang memiliki manfaat untuk mengobati diare, dan juga saluran cerna
yang terkandung dalam Tanaman singkong (Manihot utilissima) dapat
menghambat perkembangan bakteri Escherichia coli.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka akan dilakukan
penelitian mengenai pengaruh Tanaman singkong (Manihot utilissima)
terhadap daya hambat bakteri Escherichia coli dengan metode difusi
agar.
B. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian karya tulis ilmiah ini adalah :
1. Melakukan uji daya hambat ektrak tanaman singkong (Manihot
utilissima)
2. Metode uji dengan difusi agar
3. Jenis bakteri yang diujikan Escherichia coli.
C. Rumusan Masalah
1. (Manihot utilissima) dapat menghambat bakteri Escherichia coli
2. Data konsentrasi berupa ekstrak daun singkong dapat menghambat
bakteri Escherichia coli
3
D. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol 70% tanaman
singkong
(Manihot
utilissima)
terhadap
daya
hambat
bakteri
Escherichia coli.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Diharapkan dapat menambah informasi ilmiah tentang pengaruh
ekstrak etanol 70% ekstrak daun singkong (Manihot utilissima)
b. Diharapkan dapat menambah informasi kepada masyarakat
melalui manfaat daun singkong dalam mengobati infeksi bakteri
Escherichia coli
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
dan data ilmiah mengenai pengaruh tanaman singkong (Manihot
utilissima) terhadap daya hambat bakteri Escherichia coli.
F. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian
Judul
Nama
Peneliti
Tahun
Tempat
Persamaan
Perbedaan
EFEKTIVITAS
EKSTRAK DAUN
SINGKONG (MANIHOT
UTILLISIMA)
TERHADAP
EKSPRESI COX-2
PADA MONOSIT
YANG DIPAPAR LPS
E.coli
Zahara
Meilawat
y
2013
UNIVERSITA
S JEMBER
uji anti bakteri
EKSTRAK
DAUN
SINGKONG
(Manihot
utillisima)
terhadap
bakteri
escherchia coli
Efektivitas
Ekstrak Daun
Singkong
(Manihopt
utillisima)
Terhadap
EkspresiI
COX-2 Pada
Monosit Yang
Dipapar LPS
E.coli
AKTIVITAS
ANTIBIOFILM DARI
BAKTERI Escherichia
coli OLEH EKSTRAK
AIR DAUN
SINGKONG, PEPAYA
DAN MELINJO
SECARA IN VITRO
Livia
Rhea
Alvita
2015
SEKOLAH
PASCASARJ
ANA IPB
uji anti bakteri
EKSTRAK
DAUN
SINGKONG
(Manihot
utillisima)
terhadap
bakteri
escherchia coli
Aktivitas
Antibiofilm dari
Bakteri
Escherichia
coli oleh
Ekstrak Air
Daun
Singkong
4
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Daun singkong
a. Morfologi daun singkong
Gambar 2.1. Daun Singkong ( manihot utilisima )
Daun ubi kayu ( manihot utilisima ) adalah jenis sayur
yang berasal dari tanaman singkong.tanaman ini memilik nama
latin manihot utilissima atau manihot esculenta. Ada dua jenis
daun ubi kayu yang berfungsi sebagai sayuran, yaitu daun ubi
kayu biasa dan daun ubi kayu semaian. Daun singkong
biasanya yang bertangkai merah muda keputihan dengan
warna daun hijau muda. Kedua jenis daun tersebut pada
dasarnya berasal dari jenis atau varietas tanaman singkong
yang sama. Daun singkong biasa berasal dari tanaman
singkong yang di tanam untuk diambil ubinya, sedangkan daun
singkong semen merupakan hasil dari tanaman singkong yang
sudah dipanen. Batang-batang singkong yang sudah tidak
terpakai tersebut tidak ditanam ulang, tetpi hanya disandarkan
dan ditegakkan diatas tanah. Batang-batang tersebut tidak
ditanam, tetapi cukup disiram setiap hari. Daun-daun yang
4
5
berseni pada batang itulah yang dikenal sebagai daun
singkong semen ( berasal dari kata samaian ) (anonim 2011).
Adapun klasifikasi tanaman singkong adalah sebagai
berikut :
Kingdom
: plantae
Divisi
: spermatophyte
Sub divisi
: angiospermae
Kelas
: dicotyledoneae
Ordo
: euphorbiales
Famili
: euphorbiaceae
Genus
: manihot
Spesies
: manihot utilisima (Tjitrosoepomo, 2005)
Daun-daun ubi yang dimakan sebagai sayuran atau
sebagai ramuan, merupakan sumber protein yang baik (Ayu,
2002).
Ubi kayu atau singkong adalah tanaman dikotil berumah
satu yang ditanam untuk diambil patinya yang sangat cerna.
Sebagai tanaman cerna belukar tahunan, ubi kayu tumbuh
setinggi 1- 4 m dengan daun besar yang menjari dengan 5
hingga 9 berlahan lembar daun. Daunnya bertangkai panjang
bersifat luluh yang berumur paling lama hanya berapa bulan.
Batangnya memiliki pola percabangan yang khas, yang
keragamannya bergantung pada kultivar. Bagian batang tua
memiliki
bekad
menunjukan
laju
daun
yang
jelas,
pertumbuhan
ruas
cepat.
yang
panjang
Tanaman
yang
diperbanyak dengan biji menghasilkan akar tunggang yang
jelas. Pada tanaman yang diperbanyak secara vegetatife, akar
tersebut tumbuh dari dasar lurus. Ubi berkembang dari
penebalan skunder akar serabut adventif. Bentuk singkong
bermacam-macam, dan walaupun kebanyakan berbentuk
6
silinder
dan
meruncing.Beberapa
diantaranya
bercabang
(Rubatzky, 1998).
a) Nama Daerah
Daun singkong juga dikenal dengan nama daun ubi
kayu atau daun ketela pohon. Daunsingkong pun dikenal
diberbagai daerah diantaranya dengan nama daun sampeu
(Sunda), godong bodin (Jawa), daun keutila (Aceh). Daun
singkong memiliki nama latin yaitu Manihot utilissima Pohl ;
Manihot esculenta Crantz sin., dalam bahasa inggris
dikenal dengan nama cassava leaves.( Eggum, BO. 1970).
b) Habitat Dan Penyebaran pohon ketela
Terdapat di seluruh indonesia, terutama tempat ketela
pohon adalah tanah yang berstruktur remah, gembur.
Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman
ketela pohon antara 10–700 m dpl.
c) Kandungan Tumbuhan singkong (Manihot utillisima)
Sifat kimiawi dan efek farmakologis daun Singkong adalah
rasanya pahit agak sepet.Kandungan kimia yang terdapat
dalam
tumbuhan
singkong
(daun)
adalah
saponin,
Flavonoid dan tanin.
1) Flavonoid berfungsi sebagai antibakteri, antioksidan
dan mencegah perdarahan.
2) Saponin memiliki kemampuan sebagai antiseptik yang
berfungsi membunuh atau mencegah pertumbuhan
mikroorganisme (Robinson, 1995).
3) Tanin
berfungsi
menyempitkan
sebagai
pori-pori
astringen
kulit,
yang
dapat
menghentikan
perdarahan. (Anief, 1997)
d) Khasiat Tumbuhan Singkong (Manihot utillisima)
Khasiat dari daun singkong, antara lain untuk demam, sakit
kepala, diare, dan mata sering kabur. Selain itu, daun
7
singkong juga dapat menambah nafsu makan. Daun
singkong
yang dikonsumsi secara rutin
juga
dapat
mencegah aterosklerosis (penimbunan lemak di dinding
pembuluh darah) yang bisa berdampak pada serangan
jantung (Anonim, 2011
e) Cara Pemakaian
(1) Diare
Daun singkong dapat mengobati diare, manfaat dari
rebusan air daun singkong. Rebus beberapa daun
singkong yang bersih tambahkan 900cc air, lalu
endapkan lalu ambil bagian atasnya lalu minum
sebanyak dua kali sehari.
(2) Luka Bakar
Daun singkong untuk mengobati luka bakar, dengan
memarut darun singkong lalu endapkan perasannya
setelah itu oleskan pada luka bakar.
(3) Rematik
Pengobatan luar dilakukan dengan cara menghaluskan
5 lembar daun singkong, 15 gram jahe merah, dan
kapur sirih. Aduk hingga rata lalu tambahkan air
secukupnya lalu oleskan pada bagian yang sakit.
2. Simplisia
a. Pengertian
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan
sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga
dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah
dikeringkan. (Anonim 1976).
8
b. Penggolongan Simplisia
1) Bahan Nabati
Berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat,isi sel
yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan
cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati
lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari
tanaman.
2) Bahan Hewani
Berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna
yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia
murni.
3) Bahan Mineral
Berupa mineral yang belum diolah atau telah diolah
dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.
4) Sumber Simplisia
a) Tumbuhan Liar
Kerugian:
(1) Umur dan bagian tanaman
(2) Jenis (species)
(3) Lingkungan tempat tumbuh
Keuntungan :
Ekonomis
c. Tanaman Budidaya (tumpangsari, TOGA, perkebunan)
Keuntungan :
1) Bibit unggul
2) Pengolahan pascapanen
3) Tempat tumbuh
Kerugian :
1) Residu pestisida
9
d. Syarat Simplisia Nabati dan Hewani
Harus bebas serangga, fragmen hewan, kotoran hewan
1) Tidak boleh menyimpang dari bau, warna.
2) Tidak boleh mengandung lendir, cendawan, menun jukkan
tanda-tandapengotoran lain.
3) Tidak boleh mengandung bahan lain yang beracun atau
berbahaya.
4) Kadar abu yang tidak larut dalam asam maksimal 2%.
Pelikan harus bebas dari pengotoran tanah, batu, hewan,
fragmen hewan dan bahan asing lainnya.
e. Pembuatan Simplisia
Adapun tahapan-tahapan proses pembuatan simplisia
(Gunawan, 2004).
1) Pengumpulan Bahan Baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda
antara lain tergantung pada :
a) Bagian tanaman yang digunakan.
b) Umur tanaman yang digunakan.
c) Waktu panen.
d) Lingkungan tempat tumbuh.
Waktu
panen
sangat
erat
hubungannya
dengan
pembentukan senyawa aktif di dalam bagian tanaman
yang akan dipanen.
2) Sortasi Basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotorankotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan
simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar
suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah,
kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta
pengotoran lainnya harus dibuang.
10
3) Pencucian
Pencucian
dilakukan
untuk
menghilangkan
kotoran
lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian
dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air
sumur atau air PAM. Bahan simplisia yang mengandung
zat yang mudah larut di dalam air yang mengalir,
pencucian agar dilakukan dalam waktu yang sesingkat
mungkin. Menurut Frazier (1978), pencucian sayursayuran satu kali dapat menghilangkan 25% dari jumlah
mikroba awal, jika dilakukan pencucian sebanyak tiga kali,
jumlah mikroba yang tertinggal hanya 42% dari jumlah
mikroba awal. Pencucian tidak dapat membersihkan
simplisia dari semua mikroba karena air pencucian yang
digunakan biasanya mengandung juga sejumlah mikroba.
Bakteri
yang
Pseudomonas,
umum
terdapat
Proteus,
dalam
air
Micrococcus,
adalah
Bacillus,
Streptococcus, Enterobacter dan Escherishia.
4) Pengeringan
Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia
yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam
waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan
menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan
mutu atau perusakan simplisia. Air yang masih tersisa
dalam simplisia pada kadar tertentu dapat merupakan
media
pertumbuhan
kapang
dan
jasad
renik
lainnya.Enzim tertentu dalam sel, masih dapat bekerja,
menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan
selama bahan simplisia tersebut masih mengandung
kadar air tertentu. Pada tumbuhan yang masih hidup
pertumbuhan kapang dan reaksi enzimatik yang merusak
itu tidak terjadi karena adanya keseimbangan antara
11
proses-proses
metabolisme,
yakni
proses
sintesis,
transformasi dan penggunaan isi sel. Keseimbangan ini
hilang segera setelah sel tumbuhan mati.Sebelum bahan
dikeringkan, terhadap bahan simplisia tersebut lebih
dahulu dilakukan proses stabilisasi yaitu proses untuk
menghentikan
reaksi
enzimatik.
Cara
yang
lazim
dilakukan pada saat itu, merendam bahan simplisia
dengan etanol 70% atau dengan mengaliri uap panas.
Dari hasil penelitian selanjutnya diketahui bahwa reaksi
enzimatik tidak berlangsung bila kadar air dalam simplisia
kurang dari 10%.
Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan
sinar matahari atau menggunakan suatu alat pengering.
Hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan
adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara,
Waktu pengeringan dan luas permukaan bahan. Pada
pengeringan
bahan
simplisia
tidak
dianjurkan
menggunakan alat dari plastik. Selama proses pengeringan
bahan simplisia, faktor-faktor tersebut harus diperhatikan
sehingga diperoleh simplisia kering yang tidak mudah
mengalami
kerusakan
selama
penyimpanan.
Cara
pengeringan yang salah dapat mengakibatkan terjadinya
“Face hardening”, yakni bagian luar bahan sudah kering
sedangkan bagian dalamnya masih basah.
Hal ini dapat disebabkan oleh irisan bahan simplisia yang
terlalu tebal, suhu pengeringan yang terlalu tinggi. “Face
hardening”
dapat
mengakibatkan
kerusakan
atau
kebusukan di bagian dalam bahan yang dikeringkan.
Suhu pengeringan tergantung kepada bahan simplisia dan
cara pengeringannya. Bahan simplisia dapat dikeringkan
pada suhu 30 sampai 90°C, tetapi suhu yang terbaik adalah
12
tidak melebihi 60°C. Bahan simplisia yang mengandung
senyawa aktif yang tidak tahan panas atau mudah
menguap harus dikeringkan pada suhu serendah mungkin,
misalnya
sampai
, atau dengan cara pengeringan
dengan menutup kain hitam agar kandungan zat aktif pada
tanaman tidak rusak.
a) Pengeringan Alamiah.
Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung dalam
bagian tanaman yang dikeringkan, dapat dilakukan dua
cara pengeringan
1) Dengan panas sinar matahari langsung.
Cara ini dilakitkan untuk mengeringkan bagian
tanaman yang relatif keras seperti kayu, kulit kayu,
biji dan sebagainya dan rnengandung senyawa aktif
yang
relatif
stabil.
F’ID
(Food
Technology
Development Center IPB) telah merancang dan
membuat
suatu
menggunakan
sinar
alat
pengering
matahari,
sinar
dengan
matahari
tersebut ditampung pada permukaan yang gelap
dengan sudut kemiringan tertentu. Panas ini
kemudian dialirkan keatas rak-rak pengering yang
diberi atap tembus cahaya di atasnya sehingga
rnencegah bahan menjadi basah jika tiba-tiba turun
hujan. Alat ini telah digunakan untuk mengeringkan
singkong yang telah dirajang dengan demikian
dapat
pula
digunakan
untuk
mengeringkan
simplisia.
2) Dengan diangin-anginkan dan tidak dipanaskan
dengan sinar matahari langsung.
Cara ini terutama digunakan untuk mengeringkan
bagian tanaman yang lunak seperti bunga, daun,
13
dan sebagainya dan mengandung senyawa aktif
mudah menguap.
b) Pengeringan Buatan
Pengeringan buatan, yaitu dengan menggunakan suatu
alat atau mesin pengering yang suhu kelembaban,
tekanan dan aliran udaranya dapat diatur. Prinsip
pengeringan buatan adalah sebagai berikut: “udara
dipanaskan oleh suatu sumber panas seperti lampu,
kompor, mesin disel atau listrik, udara panas dialirkan
dengan kipas ke dalam ruangan atau lemari yang berisi
bahan yang akan dikeringkan yang telah disebarkan di
atas rak-rak pengering”. Sebagai contoh misalnya jika
kita membutuhkan waktu 2 sampai 3 hari untuk
penjemuran dengan sinar matahari sehingga diperoleh
simplisia kering dengan kadar air 10% sampai 12%,
dengan menggunakan suatu alat pengering dapat
diperoleh simplisia dengan kadar air yang sama dalam
waktu 6 sampai 8 jam.
5) Sortasi Kering
Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap
akhir
pembuatan
simplisia.
Tujuan
sortasi
untuk
memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian
tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran
lain yang masih ada dan tertinggal pada sirnplisia kering.
Proses ini dilakukan sebelum sirnplisia dibungkus untuk
kernudian disimpan. Seperti halnya pada sortasi awal,
sortasi disini dapat dilakukan dengan atau secara mekanik.
Pada simplisia bentuk rimpang sering jurnlah akar yang
melekat pada rimpang terlampau besar dan harus dibuang.
Demikian pula adanya partikel-partikel pasir, besi dan
14
benda-benda tanah lain yang tertinggal harus dibuang
sebelum simplisia dibungkus
f.
Ekstraksi
1. Pengertian
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan
mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani
menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau
hampir pelarut diuapkan dan masa atau serbuk yang
tersisa diperlakukan sedekimian hingga memenuhi baku
yang ditetapkan.(Depkes RI, 1995).
2. Metode Ekstraksi
Ekstraksi adalah teknik suatu pemisahan senyawa
berdasarkan perbedaan distribusizat terlarut diantara zat
terlarut yang saling bercampur. (Katzum, 2004).
Ada beberapa metode ekstraksi sebagai berikut :
a. Ekstraksi Cara Dingin
Metode ini artinya tidak ada proses pemanasan
selama proses ekstraksi berlangsung, tujuannya untuk
menghindari rusaknya senyawa yang dimaksud rusak
karena pemanasanan.
a) Maserasi
Maserasi
sederhana.
merupakan
Maserasi
cara
penyarian
dilakukan
dengan
yang
cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari.
Cairan penyari akan menembus dinding sel dan
masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat
aktif, zat aktif akan larut dengan karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di
dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan
yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut
berulang
sehingga
terjadi
keseimbangan
15
konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam
sel.
b) Perkolasi
Perkolasi
adalah
proses
penyarian
simplisia
dengan jalan melewatkan pelarut yang sesuai
secara
lambat
pada
percolator.
Perkolasi
berkhasiat
tertarik
simplisia
bertujuan
seluruhnya
dalam
suatu
supaya
dan
zat
biasanya
dilakukan untuk zat berkhasiat yang tahan ataupun
tidak tahan pemanasan. Cairan penyari dialirkan
dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan
penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang
dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak
kebawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya
sendiri dan cairan di atasnya, dikurangi dengan
daya kapiler yang cenderung untuk menahan.
Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain:
gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan
permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan
daya geseran (friksi).
3. Ekstraksi Cara Panas
Metoda
ini
pastinya
melibatkan
panas
dalam
prosesnya. Dengan adanya panas secara otomatis akan
mempercepat proses ekstraksi.
a. Refluks
Refluks
adalah
ekstraksi
dengan
pelarut
pada
temperatur titikdidihnya selama waktu tertentu dan dalm
jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan
adanya pembanding balik (Depkes RI, 2000).
16
b. Digesti
Digesti adalah perendaman dan pengadukan secara
kontinyu pada temperatur yang lebih tinggi dari
temperatur kamar yaitu 40C-50C.(Depkes RI, 2000).
c. Infus
Infus adalah ekstraksi menggunakan pelarut air pada
temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam
penangas air mendidih, temperatur terukur 90C)
selama 15mnit(Depkes RI, 2000).
d. Dekokta
Dekokta adalah ekstraksi dengan pelarut air pada
temperatur 90C selama 30menit (Depkes RI,2000).
e. Sokletasi
Sokletasi adalah metode ekstraksi untuk bahan yang
tahan panas dengan cara meletakan bahan yang akan
diekstraksi dalam sebuah kantong ekstraksi (kertas
saring) pada sebuah alat ekstraksi dari gelas yang
bekerja secara kontinu (Voigt,1995).
B. Bakteri
1. Pengertian
Bakteri berasal dari bahasa Latin bacterium; jamak: bacteria
adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel.
Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran
sangat kecil (mikroskopik). Hal ini menyebabkan organisme ini
sangat sulit untuk dideteksi, terutama sebelum ditemukannya
mikroskop. Barulah setelah abad ke-19 (setelah ditemukannya
mikroskop),
ilmu
tentang
mikroorganisme
(bakteriologi) mulai berkembang.
terutama
bakteri
17
a. Morfologi Bakteri
Morfologi bakteri sangat sederhana, sehingga sangat tidak
mungkin hanya menggunakan morfologi sel untuk informasi
taksonomi. Namun demikian morfologi tetap bernilai dalam
taksonomi.
Sedangkan berdasarkan kebutuhan terhadap oksigen, bakteri
dikelompokkan
lagi
menjadi
3
golongan
yaitu
aerob
obligat,anaerob obligat dan anaerob fakultatif.
1) Bakteri aerob obligat
Bakteri
yang
mengandung
hanya
oksigen.
dapat
hidup
Misal:
dalam
suasana
Nitrobacter
dan
Hydrogenomonas.
2) Bakteri anaerob obligat
Bakteri yang hanya dapat hidup dalam suasana tanpa
oksigen. Misal: Clostridium tetani.
3) Bakteri anaerob fakulatif
Bakteri yang dapat hidup dengan atau tanpa oksigen.
Misal: Escherichia coli, Salmonella thypose dan Shigella.
b. Faktor-faktor berpengaruh dalam aktivitas bakteri
Dalam pertumbuhannya, bakteri dipengaruhi oleh faktor dalam
yaitu nutrisi dan faktor luar meliputi suhu, atmosfir gas,
keasaman atau kebasahan, kelembapan dan cahaya.
1. Faktor Dalam (Nutrien)
Nutrient yang dibutuhkan bakteri harus larut dalam air agar
dapat memasuki bakteri. Ada tiga nutrient yang dibutuhkan
oleh bakteri untuk pertumbuhannya. Pertama, adalah
karbon. Karbon digunakan untuk sintesis protoplasma.
Kedua, adalah nitrogen. Ketiga, adalah ion organik. Semua
organisme memerlukan fosfat, naik sebagai komponen
struktur sel maupun sebagai simpanan energi. (Pelczar,
1998:88).
18
2. Faktor Luar (Lingkungan)
Menurut Pelczar dan Chan, (1986:138-144), faktor-faktor
lingkungan
yang
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan
bakteri adalah
a) Suhu
Mesofil, yaitu bakteri yang hidup di daerah suhu antara
15° – 55°C, dengan suhu optimum 25° – 40°C; termofil,
yaitu bakteri yang dapat hidup di daerah suhu tinggi
antara 40° – 75°C, dengan suhu optimum 25° – 40°C.
Suhu sangat mempengaruhi pola pertumbuhan bakteri,
laju pertumbuhan dan jumlah pertumbuhan organisme.
Keragaman suhu dapat juga mengubah proses-proses
metabolik tertentu serta morfologi sel. Setiap spesies
bakteri tumbuh pada suatu kisaran suhu tertentu. Atas
dasar ini maka bakteri dapat diklasifikasikan sebagai :
psikrofil, yaitu bakteri yang hidup pada daerah suhu
antara 0°– 30°C, dengan suhu optimum 15°C;
b) Atmosfer gas
Gas-gas utama yang mempengaruhi pertumbuhan
bakteri ialah oksigen dan karbondioksida. Bakteri
memperlihatkan keragaman yang luas dalam hal
respon terhadap oksigen bebas, dan atas dasar ini
maka dibagai menjadi empat kelompok : aerobik
(organisme yang membutuhkan oksigen), anaerobik
(tumbuh tanpa oksigen molekuler), anaerobik fakultatif
(tumbuh pada keadaan anaerobik dan aerobik), dan
mikroaerofilik (tumbuh terbaik bila ada sedikit oksigen
atmosferik).
19
c) Kemasaman atau kebasaan (pH)
pH optimum pertumbuhan bagi kebanyakan bakteri
terletak antara 6,5 dan 7,5. Nilai pH minimum dan
maksimum ialah antara 4 dan 9.
d) Kelembapan
Pada umumnya bakteri memerlukan kelembapan yang
cukup tinggi, kira-kira 85%. Pengurangan kadar air dari
protoplasma
terhenti,
menyebabkan
misalnya
pada
kegiatan
proses
metabolisme
pembekuan
dan
pengeringan.
e) Cahaya
Cahaya sangat berpengaruh pada proses pertumbuhan
bakteri. Umumnya cahaya merusak sel mikroorganisme
yang
tidak
berklorofil.
Sinar
ultraviolet
dapat
menyebabkan terjadinya ionisasi komponen sel yang
berakibat
menghambat
pertumbuhan
atau
menyebabkan kematian. Pengaruh cahaya terhadap
bakteri dapat digunakan sebagai dasar sterilisasi atau
pengawetan bahan makanan.
2. Bakteri Escherichia Coli
Escherichia coli, atau biasa disingkatE. coli, adalah salah
satu jenis spesies utama bakteri gram negatif. Pada umumnya,
bakteri yang ditemukan oleh Theodor Escherich ini dapat
ditemukan dalam usus besar manusia. Kebanyakan Escherichia
Coli tidak berbahaya, tetapi beberapa, seperti Escherihia Coli
tipe O157:H7, dapat mengakibatkan keracunan makanan yang
serius pada manusia yaitu diare berdarah karena eksotoksin
yang dihasilkan bernama verotoksin. Toksin ini bekerja dengan
cara menghilangkan satu basa adenin dari unit 28S RNA,
sehingga menghentikan sintesis protein. Sumber bakteri ini
20
contohnya adalah daging yang belum masak, seperti daging
hamburger yang belum matang.
Escheria
Coli
yang
tidak
berbahaya
dapat
menguntungkan manusia dengan memproduksi vitamin K2,
atau dengan mencegah bakteri lain di dalam usus.
a. Manfaat
Bakteri Escherichia Coli yang berada di dalam usus besar
manusia berfungi untuk menekan pertumbuhan bakteri jahat,
dia juga membantu dalam proses pencernaan termasuk
pembusukan sisa-sisa makanan dalam usus besar. Fungsi
utama yang lain dari Escherichia
Coli adalah membantu
memproduksi vitamin K melalui proses pembusukan sisa
makan. Vitamin K berfungsi untuk pembekuan darah misalkan
saat terjadi perdarahan seperti pada luka/mimisan vitamin K
bisa membantu menghentikannya.
b. Bahaya
Dalam jumlah yang berlebihan bakteri Escherichia Coli
dapat mengakibatkan diare, dan bila bakteri ini menjalar ke
sistem/organ tubuh yang lain dapat menginfeksi. Seperti pada
saluran kencing, jika bakteri Escherichia Coli sampai masuk ke
saluran
kencing
dapat
mengakibatkan
infeksi
saluran
kemih/kencing [ISK], umumnya terjadi pada perilaku sek yang
salah [anal sek] juga resiko tinggi bagi wanita karena posisi
anus
dan
saluran
kencingnya
cukup
dekat
sehingga
kemungkinan bakteri menyebrang cukup besar tepatnya ketika
membersihkan anus setelah BAB [Buang Air Besar] untuk itu
arahkan air juga tangan ke arah belakang saat membersihkan
anus jangan ke depan agar tidak mengkontaminasi saluran
kencing.
Sedangkan bakteri Escherichia Coli tipe O157:H7 sudah
dipastikan berbahaya, E. Coli tipe O157:H7 dapat bertahan
21
hidup pada suhu yang sangat rendah dan asam. Untuk bakteri
Escherichia Coli yang sedang mewabah di Eropa [Jerman] saat
ini belum diketahui jenisnya [kemungkinan tipe O157:H7].
Selain di usus besar bakteri ini banyak juga di alam liar, jadi
masak makanan dengan matang dan jaga kebersihan untuk
menghindari dampak buruk dari Escherichia Coli.
Gambar 2.2 Struktur Escherichia Coli Sumber : Buku
Bakteriologi, Microbiologi Dan Virologi, 2014
Bakteri Escheria Coli merupakan kuman dari kelompok
gram negatif, berbentuk batang dari pendek sampai kokus,
saling terlepas antara satu dengan yang lainnya tetapi ada juga
yang bergandeng dua-dua (diplobasil) dan ada juga yang
bergandeng seperti rantai pendek, tidak membentuk spora
maupun kapsula, berdiameter ± 1,1 – 1,5 x 2,0 – 6,0 µm, dapat
bertahan hidup di medium sederhana dan memfermentasikan
laktosa menghasilkan asam dan gas, kandungan G+C DNA
ialah 50 sampai 51 mol % (Pelczar dan Chan, 1988).
22
c. Pertumbuhan Bakteri Escherichia Coli
Escherichia coli dapat tumbuh di medium nutrien
sederhana, dan dapat memfermentasikan laktosa dengan
menghasilkan asam dan gas (Pelczar dan Chan, 2005).
Kecepatan berkembangbiak bakteri ini adalah pada interval 20
menit jika faktor media, derajat keasaman dan suhu tetap
sesuai. Selain tersebar di banyak tempat dan kondisi, bakteri ini
tahan terhadap suhu, bahkan pada suhu ekstrim sekalipun.
Suhu yang baik untuk pertumbuhan bakteri ini adalah antara
80°C-460°C, tetapi suhu optimumnya adalah 370°C. Oleh
karena itu, bakteri tersebut dapat hidup pada tubuh manusia
dan vertebrata lainnya (Dwidjoseputro, 1978).
d. Morfologi Bakteri Escherichia Coli
Taksonomi
Escherichia
coli
sebagai
berikut
(Dwidjoseputro, 1978):
Divisi
: Protophyta
Kelas
: Schizomycetes
Ordo
: Eubacteriales
Famili
: Enterobacteriaceae
Genus
: Escherichia
Spesies
: Escherichia coli
Pelczar dan Chan (1988) mengatakan Escherichia coli
merupakan bagian dari mikrobiota normal saluran pencernaan.
Escherichia coli dipindahsebarkan dengan kegiatan tangan ke
mulut atau dengan pemindahan pasif lewat makanan atau
minuman.
Morfologi dan ciri-ciri Escherichia coli yaitu:
1. Merupakan batang gram negatif.
2. Terdapat tunggal, berpasangan, dan dalam rantai pendek.
3. Biasanya tidak berkapsul.
4. Tidak berspora.
23
5. Motil atau tidak motil, peritrikus.
6. Aerobik, anaerobik fakultatif.
7. Penghuni normal usus, seringkali menyebabkan infeksi.
Escherichia coli dalam usus besar bersifat patogen
apabila melebihi dari jumlah normalnya. Galur-galur tertentu
mampu menyebabkan peradangan selaput perut dan usus
(gastroenteritis) (Pelczar dan Chan, 1988). Bakteri ini menjadi
patogen yang berbahaya bila hidup di luar usus seperti pada
saluran kemih, yang dapat mengakibatkan peradangan selaput
lendir (sistitis) (Pelczar dan Chan, 1988).
Escherichia coli dapat dipindah sebarkan melalui air
yang tercemar tinja atau air seni orang yang menderita infeksi
pencernaan, sehingga dapat menular pada orang lain. Infeksi
yang timbul pada pencernaan akibat dari serangan bakteri
Escherichia coli pada dinding usus menimbulkan gerakan
larutan dalam jumlah besar dan merusak kesetimbangan
elektrolit dalam membran mucus. Hal ini dapat menyebabkan
penyerapan air pada dinding usus berkurang dan terjadi diare
.(Pelczar dan Chan, 1988)
3. Antibakteri
Antibakteri adalah obat atau senyawa yang digunakan untuk
membunuh bakteri patogen yang merugikan manusia ataupun
senyawa yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri tersebut
dalam
konsentrasi
yang
cukup
rendah
untuk
menghindari
kerusakan yang tidak diinginkan terhadap inangnya (Willey et
al.,2008)
a. Kriteria
Antibakteri hanya dapat digunakan jika mempunyai sifat
tosik
selektif,
artinya
dapat
membunuh
bakteri
yang
menyebabkan penyakit tetapi tidak beracun bagi penderitanya.
24
b. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja dari senyawa antibakteri diantaranya
yaitu menghambat sintesisdinding sel, menghambat keutuhan
permeabilitas dinding sel bakteri, menghambat kerja enzim, dan
menghambat sintesis asam nukleat dan protein.
1. Penghambatan sintesis dinding sel bakteri.
Langkah pertama kerja obat berupa pengikatan obat
pada reseptor sel (beberapa diantaranya adalah enzim
transpeptida.
transpeptidase
Kemudian
dan
dilanjutkan
sintesis
dengan
peptidoglikan
reaksi
terhambat.
Mekanisme diakhiri dengan pembuangan atau penghentian
aktivitas penghambat enzim autolisis pada dinding sel Pada
lingkungan yang isotonislisis terjadi pada lingkungan yang
jelas hipertonik, mikrob berubah menjadi protoplas atau
sferoflas yang hanya tertutup oleh selaput sel yang rapuh.
Sebagai contoh antibakteri dengan mekanisme kerja di atas
adalah
penicilin,
sefalosporin,
vankomisin,
basitrasin,
sikloserin, dan ampisilin.
2. Penghambatan Keutuhan Permeabilitas Dinding Sel Bakteri
Sitoplasma semua sel hidup dibatasi oleh selaput
sitoplasma yang bekerja sebagai penghalang dengan
permeabilitas selektif, melakukan fungsi pengangkutan aktif
sehingga dapat mengendalikan susunan sel .Bila integritas
fungsi selaput sitoplasma terganggu misalnya oleh zat
bersifat
surfaktan
sehinga
permeabilitas
dinding
sel
berubah atau bahkan menjadi rusak, maka komponen
penting, seperti protein, asam nukleat, nukleotida, dan lainlain
keluar
dari
sel
dan
sel
berangsur-angsur
mati.Amfoterisin B, kolistin, poimiksin, imidazol, dan polien
menunjukkan mekanisme karja tersebut.
25
4. Metode Uji Antibakteri
Tingkat aktifitas suatu senyawa anti mikroba dapat dilakukan
dengan beberapa metoda diantaranya metoda difusi agar.Metoda
difusi agar adalah suatu prosedur yang bergantung pada difusi
senyawa
antimicrobial
kedalam
agar.Senyawa
antimicrobial
tersebut diserapkan pada kertas cakram yang berdiameter 6 mm.
Kertas cakram ditempatkan pada permukaan media yang telah
diinokulasikan dengan bakteri pathogen atau jamur yang akan diuji.
Setelah diinkubasi selama 24 jam pada temperatur 37oC, diamati
diameter daerah hambatan di sekitar kertas cakram. Daerah
hambatan yang terbentuk sebagai daerah bening disekitar kertas
cakram menunjukkan mikroorganisme yang diuji telah dihambat
oleh senyawa yang berdifusi kedalam kertas cakram (Amsterdam,
1992).
a. Metoda Difusi Agar
Metoda yang paling sering digunakan adalah metoda
difusi agar yang digunakan untuk menentukan aktivitas
antimikroba. Kerjanya dengan mengamati daerah yang bening,
yang
mengindikasikan
adanya
hambatan
pertumbuhan
mikroorganisme oleh antimikroba pada permukaan media agar
(Jawetz et al., 2005)
Metoda difusi ini dibagi atas beberapa cara (Pratiwi, 2008):
1. Cara silinder plat
Cara ini dengan memakai alat pecadang berupa
silinder kawat. Pada permukaan media pembenihan
dibiakkan
mikroba
secara
merata
lalu
diletakkan
pencadang silinder harus benar-benar melekat pada media,
kemudian diinkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Setelah
inkubasi, pencadang silinder diangkat dan diukur daerah
hambat pertumbuhan mikroba.
26
2. Cara cakram
Cakram kertas yang berisi antibiotik diletakkan pada
media agar yang telah ditanami mikroorganisme yang akan
berdifusi pada media agar tersebut.
3. Cara cup plat
Cara ini juga sama dengan cara cakram, dimana
dibuat sumur pada media agar yang telah ditanami dengan
mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi antibiotik
yang akan di uji.
b. Metoda Dilusi
Metoda
ini
mengukur
MIC
(minimum
inhibitory
concentration atau kadar hambat minimum, KHM) dan MBC
(minimum
bactercidal
concentration
atau
kadar
bunuh
minimum, KBM). Caranya dengan membuat pengenceran
antimikroba pada medium cair yang ditambahkan dengan
mikroba uji. Larutan uji antibiotik pada kadar terkecil yang
terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroba uji ditetapkan
sebagai
KHM.
Larutan
yang
ditetapkan
sebagai
KHM
selanjutnya dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan
mikroba uji ataupun antibiotik, dan diikubasi selam 18-24 jam.
Media cair yang tetap terlihat jernih setelah diinkubasi
ditetapkan sebagai KBM (Pratiwi, 2008).
c. Metoda Bioautografi
Merupakan metode spesifik untuk mendeteksi bercak
pada kromatogram hasil KLT (kromatografi lapis tipis) yang
mempunyai aktivitas antibakteri, antifungi, dan antivirus.
Keuntungan metode ini adalah sifatnya yang efisien untuk
mendeteksi senyawa antimikroba karena letak bercak dapat
ditentukan walaupun berada dalam campuran yang kompleks
sehingga memungkinkan untuk mengisolasi senyawa aktif
27
tersebut. Kerugiannya adalah metoda ini tidak dapat digunakan
untuk menentukan KHM dan KBM (Pratiwi, 2008).
C. Hasil Penelitian Yang Relevan
Daun singkong (Manihot utilissima Pohl.) memiliki kandungan
kimia berupa alkaloid, flavonoid, tanin dan saponin (Ebuehi et al.
2005). Daun singkong (Manihot utillisima) berkhasiat untuk mengobati
diare, luka bakar, rematik, perdarahan.(Djauhariya dan Hemani,
2004).
Kandungan flavonoid dan saponin merupakan senyawayang
mempunyai aktivitas antibakteriyang cara kerjanya dengan merusak
membran sitoplasma dan mendenaturasiprotein sel.
Berdasarkan penelitian terdahulu tentang kandungan Tanaman
singkong,
pada
daun
singkong
(Manihot
utillisima)
terdapat
kandungan flavonoid dan saponin yang dapat digunakan sebagai
antibakteri Sehingga dalam penelitian ini, dilakukan uji efektivitas
antibakteri dari ekstrak etanol 70% daun singkong (Manihot utillisima)
terhadap bakteri Escherichia Coli. Hal ini untuk mengetahui apakah
ekstrak etanol 70% daun singkong (Manihot utillisima) mempunyai
efektivitas antibakteri dan untuk mengetahui berapakah kadar ekstrak
yang dapat memberikan efektivitas antibakteri.
28
D. Kerangka Berfikir
Adapun kerangka berifikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Daun Singkong
(manihot utillisima)
Ekstrak Maserasi Etanol 70%
Daun Singkong (manihot
utillisima)
Uji Antibakteri dengan
Metode Difusi Agar
Kosentrasi
25%,50%,75%
Efektif
Tidak Efektif
Gambar 2.3 Kerangka Berfikir
E. Hipotesa
Berdasarkan kajian teori yang ada dapat disusun suatu
hipotesis dalam penelitian ini yaitu ekstrak etanol daun singkong
(manihot
utillisima)
Escherichia Coli.
mempunyai
efektifitas
antibakteri
terhadap
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (2011), Botani Daun Singkong, http://repository.usu.ac.id/Chapter
2011.pdf, Diakses 12 Desember 2011.
Anonim, (2010), Daun Ubi Kayu, http://repository.upi.edu/Chapter2.pdf,
Diakses 12 Desember 2011.
Ayu,
C., (2002), Mempelajari Kadar Mineral dan Logam Berat pada
Sayuran, Segar Beberapa Pasar Di Bogor, Skripsi, Fakultas
Teknologi
Tjitrosoepomo, Gembong., (2005), Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan,
Gadjah mada University Press, Yogyakarta.
Murdiyanto,
B.,
(2011),
Rancangan
Percobaan,
http://ikanlaut.tripod.com/.pdf, Diakses 20 Desember 2011.
Nonim,
(2012), Susu Bukan Satu-satunya Sumber Kalsium,
http://jadilangsing.com/dietnutrisi, Diakses 12 Desember 2011
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, (2009), Gizi dan Kesehatan
Masyarakat, Rajawali Pers, Jakarta.
Volk, W. A and M. F. Wheeler, 1998, Mikrobiologi Dasar, jil 1, ed. 5,
terjemahan S. Adisoemarto, Erlangga, Jakarta, 43, 50-54, 184189.
Suganda, A.G., E.Y. Sukandar, dan R.S Hardhiko, 2004, Aktivitas
Antimikroba Ekstrak Etanol, Ekstrak Daun yang Dipetik dan Daun
Gugur Pohon Ketapang (Teminalia catappa L.), Acta Pharm.
Ind.,29(4), 129.
Pelezer, M. J., E.C.S. Chan, and N.R. Krieg, Microbiology, 5 th ed., 1986,
McGraw-Hill Book Co., Singapore, 261-329, 345-347, 851-854.
Sutton, S. 2011. Measurement Of microbial cells by Optical Density.
Journal Of Validution Technology XVII (1) : 46-49
Deza, M.A.,M. Araujo, and M.J. Garrido. 2005. Inactivation of Eschrichia
coli, Listeria monocytogenes by neutral electrolysed water. Lett.
Appl. Microbiol. (40) : 341-346
Nurdiana
AR.
Potensi
ekstrak
daun
singkong
(manihot
escluenta)mterhadap jumlah neutrofil pada proses penyembuhan
49
50
luka pada tikus wistar ( rattus norvegiccus ) . Skripsi Jember :
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember;2013
Daiwan FH, Abdel-Hasan IA, Mohamad ST. Effect Of Saponin On
Mortality and Histopathologocal Changes in mice. Eastern
Mediterrenean Health J 2000;6(2-3): 345-51
Ditjen POM, Depkes RI , 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak
Tumbuhan Obat, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta, 9-11, 16.
Jawetz; Melnick; and Adelberg’s. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba
Medika. Jakarta.
Pratiwi, S.T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga Medical Series.
Jakarta.
Hudzicki, J. 2010. Kirby-Bauer Disk Diffusion Susceptibility Test Protocol.
American Society for Microbiology, MicroLibrary (On line),
(http://www.microbiology.org/library/laboratory-test/3189-kibybauer-disk-diffusion-sus-ceptibility-test-protocol), diakses 10 Maret
2012.
Alfian, Zul. 2009, Kimia Dasar . Medan: Penerbit USU Press.
Alimul H, Aziz. 2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah.
Jakarta: Salemba Medica.
Almatsier, Sunit. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia.
Al-Qur’an surat Fathir: 27.
Aulia R, Nurdiana. 2013. Uji Ekstrak Daun Singkong (Manihot Utilissima)
Terhadap Jumlah Neutrofil Pada Proses Penyembuhan Luka
Tikus (Rattus Norvegiccus). Jember.
Dalimarta, S. (2005). Tanaman obat dilingkungan sekitar. Puspa Swara,
Jakarta:iv+hal 68.
Arabski M, AnetaWe¸ Ciuk G, Czerwonka G, Lankoff A, Kaca W. 2012.
Effects of saponins against clinical E. coli strains and eukaryotic
cell line. J Biomed Biotechnol.10:1155
Arshad R, Farooq S, Ali S. 2006. Manipulation of different media and
methods for cost-effective characterization of Escherichia coli
strain collected from different habitats. Pak J Bot. 38(3): 779-789.
51
Cobrado L, Azevedo MM, Silva A. 2012. Cerium, chitosan and
hamamelitanin as novel biofilm inhibitors.J Antimicrob Chemother.
67: 1159-1162
Dairy Food Safety Victoria.. 2006. CIP (Cleaning In Place) System
[Internet].. http://www.dairysafe.vic.gov.au/documents. diakses
pada tanggal 15 Juli2015
Donlan RM. 2002. Biofilms: Microbial life on surface. Emerging Infectious
Diseases. 8 : 881-890.
Lee JH, Regmi SC, Kim JA, Cho MH, Yun H, Lee CS, Lee J. 2011. Apple
flavonoid phloretin inhibits Escherichia coli O157:H7 biofilm
formation and ameliorates colon inflammation in rats. Infect
Immun. 79:4819-27.
.Vikram A, Jayaprakasha GK, Jesudhasan PR, Pillai SD, Patil BS. 2010.
Suppression of bacterial cell–cell signalling, biofilm formation and
type III secretion system by citrus flavonoids. J Microbiol.
109:515–27.
Moussaoui E, Nijs M, Paul C, Wintjens R, Vincentelli J, Azarkan M, Looze
Y. 2001. Revisiting the enzymes stored in the laticifers of Carica
papaya in the context of their possible participation in the plant
defence mechanism. CMLS. 58: 556-570.
Download