UJI ANTI BAKTERI EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SINGKONG (Manihot utilissima) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Farmasi Pada Program Studi D III Farmasi Oleh : ASEP ARA NIHARA NIM. 13DF277006 PROGRAM STUDI D III FARMASI STIKes MUHAMMADIYAH CIAMIS Jl.K.H. Ahmad Dahlan No. 20 Telp. (0265) 773052 2016 INTISARI UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SINGKONG (MANIHOT UTILISSIMA) TERHADAP BAKTERI ESCHERICHIA COLI1 Asep Ara Nihara2 Siti Rahmah KR. S.Far,.Apt 3 Nia Kurniasih M.SC.Apt 4 Tanaman singkong merupakan salah satu tanaman yang telah lama digunakan sebagai obat tradisional.Berdasarkan empiris dari masyarakat bahwa daun singkong (manihot utilissima) dapat mengobati penyakit diare,luka luar, rematik dan anemia. Bagian dari tanaman singkong (Manihot utilissima) yang sering digunakan sebagai obat adalah daunnya. Berdasarkan empiris dari masyarakat perlu dilakukan pembuktian lebih lanjut guna mengetahui kebenaran bahwa daun singkong (Manihot utilissima) memiliki Aktivitas sebagai antibakteri khususnya bakteri Escherichia coli penyebab utama penyakit disentri dan diare. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas ekstrak etano 70% daun singkong terhadap bakteri Escherichia Coli beserta untuk mengetahui dikonsentrasi berapa yang dapat memberikan aktivitas. Jenis penelitian ini adalah penelitian secara in vitro. Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi cakram. Penelitian menggunakan 3 kelompok yaitu (1) kontrol negatif (Media dan Aquadest), (2) kontrol positif (Tetracycllin 500) dan (3) kelompok perlakuan dengan Konsentrasi 25%, 50% dan 75%. Konsentrasi 25% dan 50% kurang memberikan aktivitas untuk menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia Coli karena memberikan zona bening 0,8mm dan 3,4mm yang berarti lemah, sedangkan konsentrasi 75% mempunyai aktivitas untuk menghambat bakteri Escherichia Coli yang memberikan aktivitas sedang. Kata kunci : Daun Singkong, Manihot Utilissima, Uji Aktivitas Difusi Agar. Keterangan : 1 Judul, 2 Nama Mahasiswa, 3 Pembimbing I, 4 Pembimbing II. vi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sangat kaya dengan berbagai spesies flora. Dari 40 ribu jenis flora yang tumbuh di dunia, 30 ribu diantaranya tumbuh di Indonesia. Kekayaan tersebut merupakan suatu anugerah besar yang diberikan Allah kepada manusia. Islam mengajarkan bahwa alam beserta isinya seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan diciptakan untuk manusia. Manusia diberikan kesempatan yang luas untuk mengambil manfaat dari alam semesta, salah satunya dengan memanfaatkan tumbuhan sebagai obat. Allah berfirman: “Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwasanya Kami menghalau (awan yang mengandung) air ke bumi yang tandus, lalu Kami tumbuhkan dengan air hujan itu tanaman yang daripadanya makan hewan ternak mereka dan mereka sendiri. Maka apakah mereka tidak memperhatikan?” (Q.S. Al-Sajadah: 27). Ayat di atas menjelaskan bahwa berbagai tumbuhan diciptakan oleh Allah untuk kepentingan manusia. Manusia tidak dibenarkan hanya menikmati apa yang diciptakan oleh Allah tanpa mau berfikir dan berusaha untuk meningkatkan nilai tambah ciptaan-Nya serta mengembangkannya menjadi suatu ilmu pengetahuan. Pengobatan tradisional yang berlandaskan sumber alam hayati terutama tumbuh-tumbuhan, telah digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia untuk mengobati berbagai penyakit. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila tumbuhan obat merupakan salah satu topik yang sangat penting dari pengobatan tradisional. 1 2 Indonesia merupakan negara yang kaya akan tanaman obat, dari sekian ribu tanaman obat tersebut, masih banyak sekali tanaman yang belum diketahui khasiatnya. Salah satu diantara tanaman obat tersebut adalah tanaman singkong atau ketela pohon atau ubi kayu, atau dalam bahasa Inggris disebut assava (Manihot utilissima) (Manihot utilissima) mengandung flavonoid, triterpenoid, saponin, tannin dan vitamin C yang lebih tinggi daripada sayuran lainnya.Tanaman singkong (Manihot utilissima)telah digunakan sejak lama dalam pengobatan tradisional. Terutama Tanaman singkong yang memiliki manfaat untuk mengobati diare, dan juga saluran cerna yang terkandung dalam Tanaman singkong (Manihot utilissima) dapat menghambat perkembangan bakteri Escherichia coli. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka akan dilakukan penelitian mengenai pengaruh Tanaman singkong (Manihot utilissima) terhadap daya hambat bakteri Escherichia coli dengan metode difusi agar. B. Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian karya tulis ilmiah ini adalah : 1. Melakukan uji daya hambat ektrak tanaman singkong (Manihot utilissima) 2. Metode uji dengan difusi agar 3. Jenis bakteri yang diujikan Escherichia coli. C. Rumusan Masalah 1. (Manihot utilissima) dapat menghambat bakteri Escherichia coli 2. Data konsentrasi berupa ekstrak daun singkong dapat menghambat bakteri Escherichia coli 3 D. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol 70% tanaman singkong (Manihot utilissima) terhadap daya hambat bakteri Escherichia coli. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Diharapkan dapat menambah informasi ilmiah tentang pengaruh ekstrak etanol 70% ekstrak daun singkong (Manihot utilissima) b. Diharapkan dapat menambah informasi kepada masyarakat melalui manfaat daun singkong dalam mengobati infeksi bakteri Escherichia coli 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan data ilmiah mengenai pengaruh tanaman singkong (Manihot utilissima) terhadap daya hambat bakteri Escherichia coli. F. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Judul Nama Peneliti Tahun Tempat Persamaan Perbedaan EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SINGKONG (MANIHOT UTILLISIMA) TERHADAP EKSPRESI COX-2 PADA MONOSIT YANG DIPAPAR LPS E.coli Zahara Meilawat y 2013 UNIVERSITA S JEMBER uji anti bakteri EKSTRAK DAUN SINGKONG (Manihot utillisima) terhadap bakteri escherchia coli Efektivitas Ekstrak Daun Singkong (Manihopt utillisima) Terhadap EkspresiI COX-2 Pada Monosit Yang Dipapar LPS E.coli AKTIVITAS ANTIBIOFILM DARI BAKTERI Escherichia coli OLEH EKSTRAK AIR DAUN SINGKONG, PEPAYA DAN MELINJO SECARA IN VITRO Livia Rhea Alvita 2015 SEKOLAH PASCASARJ ANA IPB uji anti bakteri EKSTRAK DAUN SINGKONG (Manihot utillisima) terhadap bakteri escherchia coli Aktivitas Antibiofilm dari Bakteri Escherichia coli oleh Ekstrak Air Daun Singkong 4 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Daun singkong a. Morfologi daun singkong Gambar 2.1. Daun Singkong ( manihot utilisima ) Daun ubi kayu ( manihot utilisima ) adalah jenis sayur yang berasal dari tanaman singkong.tanaman ini memilik nama latin manihot utilissima atau manihot esculenta. Ada dua jenis daun ubi kayu yang berfungsi sebagai sayuran, yaitu daun ubi kayu biasa dan daun ubi kayu semaian. Daun singkong biasanya yang bertangkai merah muda keputihan dengan warna daun hijau muda. Kedua jenis daun tersebut pada dasarnya berasal dari jenis atau varietas tanaman singkong yang sama. Daun singkong biasa berasal dari tanaman singkong yang di tanam untuk diambil ubinya, sedangkan daun singkong semen merupakan hasil dari tanaman singkong yang sudah dipanen. Batang-batang singkong yang sudah tidak terpakai tersebut tidak ditanam ulang, tetpi hanya disandarkan dan ditegakkan diatas tanah. Batang-batang tersebut tidak ditanam, tetapi cukup disiram setiap hari. Daun-daun yang 4 5 berseni pada batang itulah yang dikenal sebagai daun singkong semen ( berasal dari kata samaian ) (anonim 2011). Adapun klasifikasi tanaman singkong adalah sebagai berikut : Kingdom : plantae Divisi : spermatophyte Sub divisi : angiospermae Kelas : dicotyledoneae Ordo : euphorbiales Famili : euphorbiaceae Genus : manihot Spesies : manihot utilisima (Tjitrosoepomo, 2005) Daun-daun ubi yang dimakan sebagai sayuran atau sebagai ramuan, merupakan sumber protein yang baik (Ayu, 2002). Ubi kayu atau singkong adalah tanaman dikotil berumah satu yang ditanam untuk diambil patinya yang sangat cerna. Sebagai tanaman cerna belukar tahunan, ubi kayu tumbuh setinggi 1- 4 m dengan daun besar yang menjari dengan 5 hingga 9 berlahan lembar daun. Daunnya bertangkai panjang bersifat luluh yang berumur paling lama hanya berapa bulan. Batangnya memiliki pola percabangan yang khas, yang keragamannya bergantung pada kultivar. Bagian batang tua memiliki bekad menunjukan laju daun yang jelas, pertumbuhan ruas cepat. yang panjang Tanaman yang diperbanyak dengan biji menghasilkan akar tunggang yang jelas. Pada tanaman yang diperbanyak secara vegetatife, akar tersebut tumbuh dari dasar lurus. Ubi berkembang dari penebalan skunder akar serabut adventif. Bentuk singkong bermacam-macam, dan walaupun kebanyakan berbentuk 6 silinder dan meruncing.Beberapa diantaranya bercabang (Rubatzky, 1998). a) Nama Daerah Daun singkong juga dikenal dengan nama daun ubi kayu atau daun ketela pohon. Daunsingkong pun dikenal diberbagai daerah diantaranya dengan nama daun sampeu (Sunda), godong bodin (Jawa), daun keutila (Aceh). Daun singkong memiliki nama latin yaitu Manihot utilissima Pohl ; Manihot esculenta Crantz sin., dalam bahasa inggris dikenal dengan nama cassava leaves.( Eggum, BO. 1970). b) Habitat Dan Penyebaran pohon ketela Terdapat di seluruh indonesia, terutama tempat ketela pohon adalah tanah yang berstruktur remah, gembur. Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman ketela pohon antara 10–700 m dpl. c) Kandungan Tumbuhan singkong (Manihot utillisima) Sifat kimiawi dan efek farmakologis daun Singkong adalah rasanya pahit agak sepet.Kandungan kimia yang terdapat dalam tumbuhan singkong (daun) adalah saponin, Flavonoid dan tanin. 1) Flavonoid berfungsi sebagai antibakteri, antioksidan dan mencegah perdarahan. 2) Saponin memiliki kemampuan sebagai antiseptik yang berfungsi membunuh atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme (Robinson, 1995). 3) Tanin berfungsi menyempitkan sebagai pori-pori astringen kulit, yang dapat menghentikan perdarahan. (Anief, 1997) d) Khasiat Tumbuhan Singkong (Manihot utillisima) Khasiat dari daun singkong, antara lain untuk demam, sakit kepala, diare, dan mata sering kabur. Selain itu, daun 7 singkong juga dapat menambah nafsu makan. Daun singkong yang dikonsumsi secara rutin juga dapat mencegah aterosklerosis (penimbunan lemak di dinding pembuluh darah) yang bisa berdampak pada serangan jantung (Anonim, 2011 e) Cara Pemakaian (1) Diare Daun singkong dapat mengobati diare, manfaat dari rebusan air daun singkong. Rebus beberapa daun singkong yang bersih tambahkan 900cc air, lalu endapkan lalu ambil bagian atasnya lalu minum sebanyak dua kali sehari. (2) Luka Bakar Daun singkong untuk mengobati luka bakar, dengan memarut darun singkong lalu endapkan perasannya setelah itu oleskan pada luka bakar. (3) Rematik Pengobatan luar dilakukan dengan cara menghaluskan 5 lembar daun singkong, 15 gram jahe merah, dan kapur sirih. Aduk hingga rata lalu tambahkan air secukupnya lalu oleskan pada bagian yang sakit. 2. Simplisia a. Pengertian Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. (Anonim 1976). 8 b. Penggolongan Simplisia 1) Bahan Nabati Berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat,isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanaman. 2) Bahan Hewani Berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni. 3) Bahan Mineral Berupa mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni. 4) Sumber Simplisia a) Tumbuhan Liar Kerugian: (1) Umur dan bagian tanaman (2) Jenis (species) (3) Lingkungan tempat tumbuh Keuntungan : Ekonomis c. Tanaman Budidaya (tumpangsari, TOGA, perkebunan) Keuntungan : 1) Bibit unggul 2) Pengolahan pascapanen 3) Tempat tumbuh Kerugian : 1) Residu pestisida 9 d. Syarat Simplisia Nabati dan Hewani Harus bebas serangga, fragmen hewan, kotoran hewan 1) Tidak boleh menyimpang dari bau, warna. 2) Tidak boleh mengandung lendir, cendawan, menun jukkan tanda-tandapengotoran lain. 3) Tidak boleh mengandung bahan lain yang beracun atau berbahaya. 4) Kadar abu yang tidak larut dalam asam maksimal 2%. Pelikan harus bebas dari pengotoran tanah, batu, hewan, fragmen hewan dan bahan asing lainnya. e. Pembuatan Simplisia Adapun tahapan-tahapan proses pembuatan simplisia (Gunawan, 2004). 1) Pengumpulan Bahan Baku Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada : a) Bagian tanaman yang digunakan. b) Umur tanaman yang digunakan. c) Waktu panen. d) Lingkungan tempat tumbuh. Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif di dalam bagian tanaman yang akan dipanen. 2) Sortasi Basah Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotorankotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang. 10 3) Pencucian Pencucian dilakukan untuk menghilangkan kotoran lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur atau air PAM. Bahan simplisia yang mengandung zat yang mudah larut di dalam air yang mengalir, pencucian agar dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Menurut Frazier (1978), pencucian sayursayuran satu kali dapat menghilangkan 25% dari jumlah mikroba awal, jika dilakukan pencucian sebanyak tiga kali, jumlah mikroba yang tertinggal hanya 42% dari jumlah mikroba awal. Pencucian tidak dapat membersihkan simplisia dari semua mikroba karena air pencucian yang digunakan biasanya mengandung juga sejumlah mikroba. Bakteri yang Pseudomonas, umum terdapat Proteus, dalam air Micrococcus, adalah Bacillus, Streptococcus, Enterobacter dan Escherishia. 4) Pengeringan Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat merupakan media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya.Enzim tertentu dalam sel, masih dapat bekerja, menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan selama bahan simplisia tersebut masih mengandung kadar air tertentu. Pada tumbuhan yang masih hidup pertumbuhan kapang dan reaksi enzimatik yang merusak itu tidak terjadi karena adanya keseimbangan antara 11 proses-proses metabolisme, yakni proses sintesis, transformasi dan penggunaan isi sel. Keseimbangan ini hilang segera setelah sel tumbuhan mati.Sebelum bahan dikeringkan, terhadap bahan simplisia tersebut lebih dahulu dilakukan proses stabilisasi yaitu proses untuk menghentikan reaksi enzimatik. Cara yang lazim dilakukan pada saat itu, merendam bahan simplisia dengan etanol 70% atau dengan mengaliri uap panas. Dari hasil penelitian selanjutnya diketahui bahwa reaksi enzimatik tidak berlangsung bila kadar air dalam simplisia kurang dari 10%. Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau menggunakan suatu alat pengering. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, Waktu pengeringan dan luas permukaan bahan. Pada pengeringan bahan simplisia tidak dianjurkan menggunakan alat dari plastik. Selama proses pengeringan bahan simplisia, faktor-faktor tersebut harus diperhatikan sehingga diperoleh simplisia kering yang tidak mudah mengalami kerusakan selama penyimpanan. Cara pengeringan yang salah dapat mengakibatkan terjadinya “Face hardening”, yakni bagian luar bahan sudah kering sedangkan bagian dalamnya masih basah. Hal ini dapat disebabkan oleh irisan bahan simplisia yang terlalu tebal, suhu pengeringan yang terlalu tinggi. “Face hardening” dapat mengakibatkan kerusakan atau kebusukan di bagian dalam bahan yang dikeringkan. Suhu pengeringan tergantung kepada bahan simplisia dan cara pengeringannya. Bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu 30 sampai 90°C, tetapi suhu yang terbaik adalah 12 tidak melebihi 60°C. Bahan simplisia yang mengandung senyawa aktif yang tidak tahan panas atau mudah menguap harus dikeringkan pada suhu serendah mungkin, misalnya sampai , atau dengan cara pengeringan dengan menutup kain hitam agar kandungan zat aktif pada tanaman tidak rusak. a) Pengeringan Alamiah. Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung dalam bagian tanaman yang dikeringkan, dapat dilakukan dua cara pengeringan 1) Dengan panas sinar matahari langsung. Cara ini dilakitkan untuk mengeringkan bagian tanaman yang relatif keras seperti kayu, kulit kayu, biji dan sebagainya dan rnengandung senyawa aktif yang relatif stabil. F’ID (Food Technology Development Center IPB) telah merancang dan membuat suatu menggunakan sinar alat pengering matahari, sinar dengan matahari tersebut ditampung pada permukaan yang gelap dengan sudut kemiringan tertentu. Panas ini kemudian dialirkan keatas rak-rak pengering yang diberi atap tembus cahaya di atasnya sehingga rnencegah bahan menjadi basah jika tiba-tiba turun hujan. Alat ini telah digunakan untuk mengeringkan singkong yang telah dirajang dengan demikian dapat pula digunakan untuk mengeringkan simplisia. 2) Dengan diangin-anginkan dan tidak dipanaskan dengan sinar matahari langsung. Cara ini terutama digunakan untuk mengeringkan bagian tanaman yang lunak seperti bunga, daun, 13 dan sebagainya dan mengandung senyawa aktif mudah menguap. b) Pengeringan Buatan Pengeringan buatan, yaitu dengan menggunakan suatu alat atau mesin pengering yang suhu kelembaban, tekanan dan aliran udaranya dapat diatur. Prinsip pengeringan buatan adalah sebagai berikut: “udara dipanaskan oleh suatu sumber panas seperti lampu, kompor, mesin disel atau listrik, udara panas dialirkan dengan kipas ke dalam ruangan atau lemari yang berisi bahan yang akan dikeringkan yang telah disebarkan di atas rak-rak pengering”. Sebagai contoh misalnya jika kita membutuhkan waktu 2 sampai 3 hari untuk penjemuran dengan sinar matahari sehingga diperoleh simplisia kering dengan kadar air 10% sampai 12%, dengan menggunakan suatu alat pengering dapat diperoleh simplisia dengan kadar air yang sama dalam waktu 6 sampai 8 jam. 5) Sortasi Kering Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masih ada dan tertinggal pada sirnplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum sirnplisia dibungkus untuk kernudian disimpan. Seperti halnya pada sortasi awal, sortasi disini dapat dilakukan dengan atau secara mekanik. Pada simplisia bentuk rimpang sering jurnlah akar yang melekat pada rimpang terlampau besar dan harus dibuang. Demikian pula adanya partikel-partikel pasir, besi dan 14 benda-benda tanah lain yang tertinggal harus dibuang sebelum simplisia dibungkus f. Ekstraksi 1. Pengertian Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir pelarut diuapkan dan masa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedekimian hingga memenuhi baku yang ditetapkan.(Depkes RI, 1995). 2. Metode Ekstraksi Ekstraksi adalah teknik suatu pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusizat terlarut diantara zat terlarut yang saling bercampur. (Katzum, 2004). Ada beberapa metode ekstraksi sebagai berikut : a. Ekstraksi Cara Dingin Metode ini artinya tidak ada proses pemanasan selama proses ekstraksi berlangsung, tujuannya untuk menghindari rusaknya senyawa yang dimaksud rusak karena pemanasanan. a) Maserasi Maserasi sederhana. merupakan Maserasi cara penyarian dilakukan dengan yang cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dengan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan 15 konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. b) Perkolasi Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan jalan melewatkan pelarut yang sesuai secara lambat pada percolator. Perkolasi berkhasiat tertarik simplisia bertujuan seluruhnya dalam suatu supaya dan zat biasanya dilakukan untuk zat berkhasiat yang tahan ataupun tidak tahan pemanasan. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak kebawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan di atasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan. Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi). 3. Ekstraksi Cara Panas Metoda ini pastinya melibatkan panas dalam prosesnya. Dengan adanya panas secara otomatis akan mempercepat proses ekstraksi. a. Refluks Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titikdidihnya selama waktu tertentu dan dalm jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pembanding balik (Depkes RI, 2000). 16 b. Digesti Digesti adalah perendaman dan pengadukan secara kontinyu pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur kamar yaitu 40C-50C.(Depkes RI, 2000). c. Infus Infus adalah ekstraksi menggunakan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 90C) selama 15mnit(Depkes RI, 2000). d. Dekokta Dekokta adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 90C selama 30menit (Depkes RI,2000). e. Sokletasi Sokletasi adalah metode ekstraksi untuk bahan yang tahan panas dengan cara meletakan bahan yang akan diekstraksi dalam sebuah kantong ekstraksi (kertas saring) pada sebuah alat ekstraksi dari gelas yang bekerja secara kontinu (Voigt,1995). B. Bakteri 1. Pengertian Bakteri berasal dari bahasa Latin bacterium; jamak: bacteria adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel. Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik). Hal ini menyebabkan organisme ini sangat sulit untuk dideteksi, terutama sebelum ditemukannya mikroskop. Barulah setelah abad ke-19 (setelah ditemukannya mikroskop), ilmu tentang mikroorganisme (bakteriologi) mulai berkembang. terutama bakteri 17 a. Morfologi Bakteri Morfologi bakteri sangat sederhana, sehingga sangat tidak mungkin hanya menggunakan morfologi sel untuk informasi taksonomi. Namun demikian morfologi tetap bernilai dalam taksonomi. Sedangkan berdasarkan kebutuhan terhadap oksigen, bakteri dikelompokkan lagi menjadi 3 golongan yaitu aerob obligat,anaerob obligat dan anaerob fakultatif. 1) Bakteri aerob obligat Bakteri yang mengandung hanya oksigen. dapat hidup Misal: dalam suasana Nitrobacter dan Hydrogenomonas. 2) Bakteri anaerob obligat Bakteri yang hanya dapat hidup dalam suasana tanpa oksigen. Misal: Clostridium tetani. 3) Bakteri anaerob fakulatif Bakteri yang dapat hidup dengan atau tanpa oksigen. Misal: Escherichia coli, Salmonella thypose dan Shigella. b. Faktor-faktor berpengaruh dalam aktivitas bakteri Dalam pertumbuhannya, bakteri dipengaruhi oleh faktor dalam yaitu nutrisi dan faktor luar meliputi suhu, atmosfir gas, keasaman atau kebasahan, kelembapan dan cahaya. 1. Faktor Dalam (Nutrien) Nutrient yang dibutuhkan bakteri harus larut dalam air agar dapat memasuki bakteri. Ada tiga nutrient yang dibutuhkan oleh bakteri untuk pertumbuhannya. Pertama, adalah karbon. Karbon digunakan untuk sintesis protoplasma. Kedua, adalah nitrogen. Ketiga, adalah ion organik. Semua organisme memerlukan fosfat, naik sebagai komponen struktur sel maupun sebagai simpanan energi. (Pelczar, 1998:88). 18 2. Faktor Luar (Lingkungan) Menurut Pelczar dan Chan, (1986:138-144), faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri adalah a) Suhu Mesofil, yaitu bakteri yang hidup di daerah suhu antara 15° – 55°C, dengan suhu optimum 25° – 40°C; termofil, yaitu bakteri yang dapat hidup di daerah suhu tinggi antara 40° – 75°C, dengan suhu optimum 25° – 40°C. Suhu sangat mempengaruhi pola pertumbuhan bakteri, laju pertumbuhan dan jumlah pertumbuhan organisme. Keragaman suhu dapat juga mengubah proses-proses metabolik tertentu serta morfologi sel. Setiap spesies bakteri tumbuh pada suatu kisaran suhu tertentu. Atas dasar ini maka bakteri dapat diklasifikasikan sebagai : psikrofil, yaitu bakteri yang hidup pada daerah suhu antara 0°– 30°C, dengan suhu optimum 15°C; b) Atmosfer gas Gas-gas utama yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri ialah oksigen dan karbondioksida. Bakteri memperlihatkan keragaman yang luas dalam hal respon terhadap oksigen bebas, dan atas dasar ini maka dibagai menjadi empat kelompok : aerobik (organisme yang membutuhkan oksigen), anaerobik (tumbuh tanpa oksigen molekuler), anaerobik fakultatif (tumbuh pada keadaan anaerobik dan aerobik), dan mikroaerofilik (tumbuh terbaik bila ada sedikit oksigen atmosferik). 19 c) Kemasaman atau kebasaan (pH) pH optimum pertumbuhan bagi kebanyakan bakteri terletak antara 6,5 dan 7,5. Nilai pH minimum dan maksimum ialah antara 4 dan 9. d) Kelembapan Pada umumnya bakteri memerlukan kelembapan yang cukup tinggi, kira-kira 85%. Pengurangan kadar air dari protoplasma terhenti, menyebabkan misalnya pada kegiatan proses metabolisme pembekuan dan pengeringan. e) Cahaya Cahaya sangat berpengaruh pada proses pertumbuhan bakteri. Umumnya cahaya merusak sel mikroorganisme yang tidak berklorofil. Sinar ultraviolet dapat menyebabkan terjadinya ionisasi komponen sel yang berakibat menghambat pertumbuhan atau menyebabkan kematian. Pengaruh cahaya terhadap bakteri dapat digunakan sebagai dasar sterilisasi atau pengawetan bahan makanan. 2. Bakteri Escherichia Coli Escherichia coli, atau biasa disingkatE. coli, adalah salah satu jenis spesies utama bakteri gram negatif. Pada umumnya, bakteri yang ditemukan oleh Theodor Escherich ini dapat ditemukan dalam usus besar manusia. Kebanyakan Escherichia Coli tidak berbahaya, tetapi beberapa, seperti Escherihia Coli tipe O157:H7, dapat mengakibatkan keracunan makanan yang serius pada manusia yaitu diare berdarah karena eksotoksin yang dihasilkan bernama verotoksin. Toksin ini bekerja dengan cara menghilangkan satu basa adenin dari unit 28S RNA, sehingga menghentikan sintesis protein. Sumber bakteri ini 20 contohnya adalah daging yang belum masak, seperti daging hamburger yang belum matang. Escheria Coli yang tidak berbahaya dapat menguntungkan manusia dengan memproduksi vitamin K2, atau dengan mencegah bakteri lain di dalam usus. a. Manfaat Bakteri Escherichia Coli yang berada di dalam usus besar manusia berfungi untuk menekan pertumbuhan bakteri jahat, dia juga membantu dalam proses pencernaan termasuk pembusukan sisa-sisa makanan dalam usus besar. Fungsi utama yang lain dari Escherichia Coli adalah membantu memproduksi vitamin K melalui proses pembusukan sisa makan. Vitamin K berfungsi untuk pembekuan darah misalkan saat terjadi perdarahan seperti pada luka/mimisan vitamin K bisa membantu menghentikannya. b. Bahaya Dalam jumlah yang berlebihan bakteri Escherichia Coli dapat mengakibatkan diare, dan bila bakteri ini menjalar ke sistem/organ tubuh yang lain dapat menginfeksi. Seperti pada saluran kencing, jika bakteri Escherichia Coli sampai masuk ke saluran kencing dapat mengakibatkan infeksi saluran kemih/kencing [ISK], umumnya terjadi pada perilaku sek yang salah [anal sek] juga resiko tinggi bagi wanita karena posisi anus dan saluran kencingnya cukup dekat sehingga kemungkinan bakteri menyebrang cukup besar tepatnya ketika membersihkan anus setelah BAB [Buang Air Besar] untuk itu arahkan air juga tangan ke arah belakang saat membersihkan anus jangan ke depan agar tidak mengkontaminasi saluran kencing. Sedangkan bakteri Escherichia Coli tipe O157:H7 sudah dipastikan berbahaya, E. Coli tipe O157:H7 dapat bertahan 21 hidup pada suhu yang sangat rendah dan asam. Untuk bakteri Escherichia Coli yang sedang mewabah di Eropa [Jerman] saat ini belum diketahui jenisnya [kemungkinan tipe O157:H7]. Selain di usus besar bakteri ini banyak juga di alam liar, jadi masak makanan dengan matang dan jaga kebersihan untuk menghindari dampak buruk dari Escherichia Coli. Gambar 2.2 Struktur Escherichia Coli Sumber : Buku Bakteriologi, Microbiologi Dan Virologi, 2014 Bakteri Escheria Coli merupakan kuman dari kelompok gram negatif, berbentuk batang dari pendek sampai kokus, saling terlepas antara satu dengan yang lainnya tetapi ada juga yang bergandeng dua-dua (diplobasil) dan ada juga yang bergandeng seperti rantai pendek, tidak membentuk spora maupun kapsula, berdiameter ± 1,1 – 1,5 x 2,0 – 6,0 µm, dapat bertahan hidup di medium sederhana dan memfermentasikan laktosa menghasilkan asam dan gas, kandungan G+C DNA ialah 50 sampai 51 mol % (Pelczar dan Chan, 1988). 22 c. Pertumbuhan Bakteri Escherichia Coli Escherichia coli dapat tumbuh di medium nutrien sederhana, dan dapat memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan asam dan gas (Pelczar dan Chan, 2005). Kecepatan berkembangbiak bakteri ini adalah pada interval 20 menit jika faktor media, derajat keasaman dan suhu tetap sesuai. Selain tersebar di banyak tempat dan kondisi, bakteri ini tahan terhadap suhu, bahkan pada suhu ekstrim sekalipun. Suhu yang baik untuk pertumbuhan bakteri ini adalah antara 80°C-460°C, tetapi suhu optimumnya adalah 370°C. Oleh karena itu, bakteri tersebut dapat hidup pada tubuh manusia dan vertebrata lainnya (Dwidjoseputro, 1978). d. Morfologi Bakteri Escherichia Coli Taksonomi Escherichia coli sebagai berikut (Dwidjoseputro, 1978): Divisi : Protophyta Kelas : Schizomycetes Ordo : Eubacteriales Famili : Enterobacteriaceae Genus : Escherichia Spesies : Escherichia coli Pelczar dan Chan (1988) mengatakan Escherichia coli merupakan bagian dari mikrobiota normal saluran pencernaan. Escherichia coli dipindahsebarkan dengan kegiatan tangan ke mulut atau dengan pemindahan pasif lewat makanan atau minuman. Morfologi dan ciri-ciri Escherichia coli yaitu: 1. Merupakan batang gram negatif. 2. Terdapat tunggal, berpasangan, dan dalam rantai pendek. 3. Biasanya tidak berkapsul. 4. Tidak berspora. 23 5. Motil atau tidak motil, peritrikus. 6. Aerobik, anaerobik fakultatif. 7. Penghuni normal usus, seringkali menyebabkan infeksi. Escherichia coli dalam usus besar bersifat patogen apabila melebihi dari jumlah normalnya. Galur-galur tertentu mampu menyebabkan peradangan selaput perut dan usus (gastroenteritis) (Pelczar dan Chan, 1988). Bakteri ini menjadi patogen yang berbahaya bila hidup di luar usus seperti pada saluran kemih, yang dapat mengakibatkan peradangan selaput lendir (sistitis) (Pelczar dan Chan, 1988). Escherichia coli dapat dipindah sebarkan melalui air yang tercemar tinja atau air seni orang yang menderita infeksi pencernaan, sehingga dapat menular pada orang lain. Infeksi yang timbul pada pencernaan akibat dari serangan bakteri Escherichia coli pada dinding usus menimbulkan gerakan larutan dalam jumlah besar dan merusak kesetimbangan elektrolit dalam membran mucus. Hal ini dapat menyebabkan penyerapan air pada dinding usus berkurang dan terjadi diare .(Pelczar dan Chan, 1988) 3. Antibakteri Antibakteri adalah obat atau senyawa yang digunakan untuk membunuh bakteri patogen yang merugikan manusia ataupun senyawa yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri tersebut dalam konsentrasi yang cukup rendah untuk menghindari kerusakan yang tidak diinginkan terhadap inangnya (Willey et al.,2008) a. Kriteria Antibakteri hanya dapat digunakan jika mempunyai sifat tosik selektif, artinya dapat membunuh bakteri yang menyebabkan penyakit tetapi tidak beracun bagi penderitanya. 24 b. Mekanisme Kerja Mekanisme kerja dari senyawa antibakteri diantaranya yaitu menghambat sintesisdinding sel, menghambat keutuhan permeabilitas dinding sel bakteri, menghambat kerja enzim, dan menghambat sintesis asam nukleat dan protein. 1. Penghambatan sintesis dinding sel bakteri. Langkah pertama kerja obat berupa pengikatan obat pada reseptor sel (beberapa diantaranya adalah enzim transpeptida. transpeptidase Kemudian dan dilanjutkan sintesis dengan peptidoglikan reaksi terhambat. Mekanisme diakhiri dengan pembuangan atau penghentian aktivitas penghambat enzim autolisis pada dinding sel Pada lingkungan yang isotonislisis terjadi pada lingkungan yang jelas hipertonik, mikrob berubah menjadi protoplas atau sferoflas yang hanya tertutup oleh selaput sel yang rapuh. Sebagai contoh antibakteri dengan mekanisme kerja di atas adalah penicilin, sefalosporin, vankomisin, basitrasin, sikloserin, dan ampisilin. 2. Penghambatan Keutuhan Permeabilitas Dinding Sel Bakteri Sitoplasma semua sel hidup dibatasi oleh selaput sitoplasma yang bekerja sebagai penghalang dengan permeabilitas selektif, melakukan fungsi pengangkutan aktif sehingga dapat mengendalikan susunan sel .Bila integritas fungsi selaput sitoplasma terganggu misalnya oleh zat bersifat surfaktan sehinga permeabilitas dinding sel berubah atau bahkan menjadi rusak, maka komponen penting, seperti protein, asam nukleat, nukleotida, dan lainlain keluar dari sel dan sel berangsur-angsur mati.Amfoterisin B, kolistin, poimiksin, imidazol, dan polien menunjukkan mekanisme karja tersebut. 25 4. Metode Uji Antibakteri Tingkat aktifitas suatu senyawa anti mikroba dapat dilakukan dengan beberapa metoda diantaranya metoda difusi agar.Metoda difusi agar adalah suatu prosedur yang bergantung pada difusi senyawa antimicrobial kedalam agar.Senyawa antimicrobial tersebut diserapkan pada kertas cakram yang berdiameter 6 mm. Kertas cakram ditempatkan pada permukaan media yang telah diinokulasikan dengan bakteri pathogen atau jamur yang akan diuji. Setelah diinkubasi selama 24 jam pada temperatur 37oC, diamati diameter daerah hambatan di sekitar kertas cakram. Daerah hambatan yang terbentuk sebagai daerah bening disekitar kertas cakram menunjukkan mikroorganisme yang diuji telah dihambat oleh senyawa yang berdifusi kedalam kertas cakram (Amsterdam, 1992). a. Metoda Difusi Agar Metoda yang paling sering digunakan adalah metoda difusi agar yang digunakan untuk menentukan aktivitas antimikroba. Kerjanya dengan mengamati daerah yang bening, yang mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh antimikroba pada permukaan media agar (Jawetz et al., 2005) Metoda difusi ini dibagi atas beberapa cara (Pratiwi, 2008): 1. Cara silinder plat Cara ini dengan memakai alat pecadang berupa silinder kawat. Pada permukaan media pembenihan dibiakkan mikroba secara merata lalu diletakkan pencadang silinder harus benar-benar melekat pada media, kemudian diinkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Setelah inkubasi, pencadang silinder diangkat dan diukur daerah hambat pertumbuhan mikroba. 26 2. Cara cakram Cakram kertas yang berisi antibiotik diletakkan pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar tersebut. 3. Cara cup plat Cara ini juga sama dengan cara cakram, dimana dibuat sumur pada media agar yang telah ditanami dengan mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi antibiotik yang akan di uji. b. Metoda Dilusi Metoda ini mengukur MIC (minimum inhibitory concentration atau kadar hambat minimum, KHM) dan MBC (minimum bactercidal concentration atau kadar bunuh minimum, KBM). Caranya dengan membuat pengenceran antimikroba pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji. Larutan uji antibiotik pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM. Larutan yang ditetapkan sebagai KHM selanjutnya dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun antibiotik, dan diikubasi selam 18-24 jam. Media cair yang tetap terlihat jernih setelah diinkubasi ditetapkan sebagai KBM (Pratiwi, 2008). c. Metoda Bioautografi Merupakan metode spesifik untuk mendeteksi bercak pada kromatogram hasil KLT (kromatografi lapis tipis) yang mempunyai aktivitas antibakteri, antifungi, dan antivirus. Keuntungan metode ini adalah sifatnya yang efisien untuk mendeteksi senyawa antimikroba karena letak bercak dapat ditentukan walaupun berada dalam campuran yang kompleks sehingga memungkinkan untuk mengisolasi senyawa aktif 27 tersebut. Kerugiannya adalah metoda ini tidak dapat digunakan untuk menentukan KHM dan KBM (Pratiwi, 2008). C. Hasil Penelitian Yang Relevan Daun singkong (Manihot utilissima Pohl.) memiliki kandungan kimia berupa alkaloid, flavonoid, tanin dan saponin (Ebuehi et al. 2005). Daun singkong (Manihot utillisima) berkhasiat untuk mengobati diare, luka bakar, rematik, perdarahan.(Djauhariya dan Hemani, 2004). Kandungan flavonoid dan saponin merupakan senyawayang mempunyai aktivitas antibakteriyang cara kerjanya dengan merusak membran sitoplasma dan mendenaturasiprotein sel. Berdasarkan penelitian terdahulu tentang kandungan Tanaman singkong, pada daun singkong (Manihot utillisima) terdapat kandungan flavonoid dan saponin yang dapat digunakan sebagai antibakteri Sehingga dalam penelitian ini, dilakukan uji efektivitas antibakteri dari ekstrak etanol 70% daun singkong (Manihot utillisima) terhadap bakteri Escherichia Coli. Hal ini untuk mengetahui apakah ekstrak etanol 70% daun singkong (Manihot utillisima) mempunyai efektivitas antibakteri dan untuk mengetahui berapakah kadar ekstrak yang dapat memberikan efektivitas antibakteri. 28 D. Kerangka Berfikir Adapun kerangka berifikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Daun Singkong (manihot utillisima) Ekstrak Maserasi Etanol 70% Daun Singkong (manihot utillisima) Uji Antibakteri dengan Metode Difusi Agar Kosentrasi 25%,50%,75% Efektif Tidak Efektif Gambar 2.3 Kerangka Berfikir E. Hipotesa Berdasarkan kajian teori yang ada dapat disusun suatu hipotesis dalam penelitian ini yaitu ekstrak etanol daun singkong (manihot utillisima) Escherichia Coli. mempunyai efektifitas antibakteri terhadap DAFTAR PUSTAKA Anonim, (2011), Botani Daun Singkong, http://repository.usu.ac.id/Chapter 2011.pdf, Diakses 12 Desember 2011. Anonim, (2010), Daun Ubi Kayu, http://repository.upi.edu/Chapter2.pdf, Diakses 12 Desember 2011. Ayu, C., (2002), Mempelajari Kadar Mineral dan Logam Berat pada Sayuran, Segar Beberapa Pasar Di Bogor, Skripsi, Fakultas Teknologi Tjitrosoepomo, Gembong., (2005), Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan, Gadjah mada University Press, Yogyakarta. Murdiyanto, B., (2011), Rancangan Percobaan, http://ikanlaut.tripod.com/.pdf, Diakses 20 Desember 2011. Nonim, (2012), Susu Bukan Satu-satunya Sumber Kalsium, http://jadilangsing.com/dietnutrisi, Diakses 12 Desember 2011 Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, (2009), Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Rajawali Pers, Jakarta. Volk, W. A and M. F. Wheeler, 1998, Mikrobiologi Dasar, jil 1, ed. 5, terjemahan S. Adisoemarto, Erlangga, Jakarta, 43, 50-54, 184189. Suganda, A.G., E.Y. Sukandar, dan R.S Hardhiko, 2004, Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol, Ekstrak Daun yang Dipetik dan Daun Gugur Pohon Ketapang (Teminalia catappa L.), Acta Pharm. Ind.,29(4), 129. Pelezer, M. J., E.C.S. Chan, and N.R. Krieg, Microbiology, 5 th ed., 1986, McGraw-Hill Book Co., Singapore, 261-329, 345-347, 851-854. Sutton, S. 2011. Measurement Of microbial cells by Optical Density. Journal Of Validution Technology XVII (1) : 46-49 Deza, M.A.,M. Araujo, and M.J. Garrido. 2005. Inactivation of Eschrichia coli, Listeria monocytogenes by neutral electrolysed water. Lett. Appl. Microbiol. (40) : 341-346 Nurdiana AR. Potensi ekstrak daun singkong (manihot escluenta)mterhadap jumlah neutrofil pada proses penyembuhan 49 50 luka pada tikus wistar ( rattus norvegiccus ) . Skripsi Jember : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember;2013 Daiwan FH, Abdel-Hasan IA, Mohamad ST. Effect Of Saponin On Mortality and Histopathologocal Changes in mice. Eastern Mediterrenean Health J 2000;6(2-3): 345-51 Ditjen POM, Depkes RI , 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 9-11, 16. Jawetz; Melnick; and Adelberg’s. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba Medika. Jakarta. Pratiwi, S.T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga Medical Series. Jakarta. Hudzicki, J. 2010. Kirby-Bauer Disk Diffusion Susceptibility Test Protocol. American Society for Microbiology, MicroLibrary (On line), (http://www.microbiology.org/library/laboratory-test/3189-kibybauer-disk-diffusion-sus-ceptibility-test-protocol), diakses 10 Maret 2012. Alfian, Zul. 2009, Kimia Dasar . Medan: Penerbit USU Press. Alimul H, Aziz. 2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medica. Almatsier, Sunit. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia. Al-Qur’an surat Fathir: 27. Aulia R, Nurdiana. 2013. Uji Ekstrak Daun Singkong (Manihot Utilissima) Terhadap Jumlah Neutrofil Pada Proses Penyembuhan Luka Tikus (Rattus Norvegiccus). Jember. Dalimarta, S. (2005). Tanaman obat dilingkungan sekitar. Puspa Swara, Jakarta:iv+hal 68. Arabski M, AnetaWe¸ Ciuk G, Czerwonka G, Lankoff A, Kaca W. 2012. Effects of saponins against clinical E. coli strains and eukaryotic cell line. J Biomed Biotechnol.10:1155 Arshad R, Farooq S, Ali S. 2006. Manipulation of different media and methods for cost-effective characterization of Escherichia coli strain collected from different habitats. Pak J Bot. 38(3): 779-789. 51 Cobrado L, Azevedo MM, Silva A. 2012. Cerium, chitosan and hamamelitanin as novel biofilm inhibitors.J Antimicrob Chemother. 67: 1159-1162 Dairy Food Safety Victoria.. 2006. CIP (Cleaning In Place) System [Internet].. http://www.dairysafe.vic.gov.au/documents. diakses pada tanggal 15 Juli2015 Donlan RM. 2002. Biofilms: Microbial life on surface. Emerging Infectious Diseases. 8 : 881-890. Lee JH, Regmi SC, Kim JA, Cho MH, Yun H, Lee CS, Lee J. 2011. Apple flavonoid phloretin inhibits Escherichia coli O157:H7 biofilm formation and ameliorates colon inflammation in rats. Infect Immun. 79:4819-27. .Vikram A, Jayaprakasha GK, Jesudhasan PR, Pillai SD, Patil BS. 2010. Suppression of bacterial cell–cell signalling, biofilm formation and type III secretion system by citrus flavonoids. J Microbiol. 109:515–27. Moussaoui E, Nijs M, Paul C, Wintjens R, Vincentelli J, Azarkan M, Looze Y. 2001. Revisiting the enzymes stored in the laticifers of Carica papaya in the context of their possible participation in the plant defence mechanism. CMLS. 58: 556-570.