KADAR ALKOHOL, GULA REDUKSI, pH, KESUKAAN AROMA TEH

advertisement
KADAR ALKOHOL, GULA REDUKSI, pH, KESUKAAN
AROMA TEH KOMBUCHA DENGAN BERBAGAI
JENIS GULA MERAH
SKRIPSI
Diajukan sebagai persyaratan dalam mencapai
Gelar Sarjana S-1Program Studi Teknologi Hasil Pertanian
Diajukan oleh :
BENEDICTUS ANDHIKA GAUTAMA PUTRA
D.111.12.0073
PROGRAM STUDI S-1 TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS SEMARANG
2016
i
ii
iii
HALAMAN PENGESAHAN I
Judul Skripsi
: Kadar Alkohol, Gula Reduksi, pH, Kesukaan Aroma Teh
Kombucha Dengan Berbagai Jenis Gula Merah
Nama
: Benedictus Andhika Gautama Putra
Nim
: D.111.12.0073
Program Studi
: S-1 Teknologi Hasil Pertanian
Mengetahui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Ir. Adi Sampurno, M.Si
A. Nani Cahyanti, S.Si, M.Si
Dekan
Ketua Jurusan
Fakultas Teknologi Pertanian
Teknologi Hasil Pertanian
Ir. Sri Budi Wahyuningsih, MP
Ir. Bambang Kunarto, MP
iv
ABSTRAK
Benedictus Andhika Gautama Putra, NIM : D.111.12.0073. Kadar
Alkohol, Gula Reduksi, pH, Kesukaan Aroma Teh Kombucha Dengan Berbagai
Jenis Gula Merah. (Pembimbing : Adi Sampurno dan Nani Cahyanti )
Gula merah merupakan hasil pertanian yang sering digunakan masyarakat
sebagai pemanis makanan, gula merah yang sering dijumpai adalah gula siwalan,
kelapa, aren, dan tebu . Teh hijau merupakan hasil perkebunan yang memiliki
senyawa berkhasiat terutama dibidang kesehatan. Teh kombucha adalah air
seduhan teh dan gula yang mengalami proses fermentasi selama 7 hari yang
tersusun dari senyawa kompleks yang diubah oleh bakteri Acetobacter xylinum
dan khamir Saccharomyces cereviseae.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari berbagai jenis
gula merah (gula siwalan, kelapa, aren, dan tebu) terhadap kadar alkohol, gula
reduksi, pH dan kesukaan aroma teh kombucha.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu
faktor, yaitu perlakuan jenis gula merah dimana terdapat 4 perlakuan dengan 5
kali ulangan. Perlakuan I : berbagai jenis gula merah sebagai berikut A1= Gula
Siwalan, G2 = Gula Kelapa, G3 = Gula Aren, G4 = Gula Tebu sedangkan variabel
yang diamati meliputi kadar alkohol, kadar gula reduksi, pH, dan kesukaan aroma.
Data dianalisa statistik dengan analisis ragam dan apabila ada perbedaan antar
perlakuan dilanjutkan dengan uji lanjutan Duncan Multiple Range Test (DMRT)
pada taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa “. Kadar Alkohol yang tertinggi
untuk kadar alkohol perlakuan G1 yaitu 0,056 %. Sedangkan pada kadar gula
reduksi dari perlakuan G1-G4 yang terkecil pada perlakuan G1 yaitu 11,892 % .
Pada pH perlakuan yang terasam sebesar 4,782 pada perlakuan G1. Kesukaan
aroma pada semua perlakuan yang disukai adalah perlakuan G1. Sehingga secara
keseluruhan perlakuan yang terbaik adalah pada perlakuan G1 untuk kadar
alkohol, kadar gula reduksi, pH dan kesukaan aroma.
Kata kunci : teh kombucha, gula merah, teh fermentasi,
v
ABSTRACT
Benedictus Andhika Gautama Putra, NIM: D.111.12.0073. Alcohol
Level, Glucose Reduction, pH, Preference of Kombucha Tea with Various Kinds
of Brown Sugar (Advisor: Adi Sampurno and Nani Cahyanti)
Brown sugar is one of agriculture product which is used by people as food
sweetener. The brown sugar that is often used are fan palm, coconut, sugar palm,
and sugar cane. Green tea is one of agriculture product which has useful
compound in terms of healthiness. Kombucha tea is steeping water from tea and
sugar that have fermented for 7 days which consist of complex compound changed
by Acetobacter xylinum bacteria and Saccharomyces cereviseae leavened.
This research aimed to know the influence of various kinds of brown sugar
(fan palm, coconut, sugar palm, and sugar cane) towards alcohol level, glucose
reduction, pH and preference of kombucha tea aroma.
This research used Complete Random Design (RAL) with one factor, that
was the treatment of brown sugar kinds which had 4 treatments with 5 times
repetition. Treatment I : various kinds of brown sugar, those were G1=fan palm;
G2=coconut; G3=sugar palm;G4=sugar cane. Meanwhile, the variables observed
were alcohol level, glucose reduction level, pH and aroma preference. The data
were analyzed statistically using variety analysis and if there is a difference among
the treatments, it was continued by advanced test using Duncan Multiple Range
Test (DMRT) on level 5%.
The research result showed that, the highest for the alcohol level was on
treatment G1, that was 0.056%. Meanwhile, on the glucose reduction level from
G1-G4, the lowest level was on treatment G1, that was 11.892%. On the pH, the
acidest treatment was 4.782 in treatment G1. The most prefered aroma of all was
treatment G1. Overall, the best treatment was on treatment G1 for alcohol level,
glucose reduction level, pH and aroma preference.
Keywords: kombucha tea, brown sugar, fermented tea
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena
berkat Kasih dan Anugrah-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan
skripsi ini. Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan laporan skripsi ini masih
banyak kekurangan, baik dalam penyajian data maupun dalam analisa. Hal ini
disebabkan karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki penulis.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan dan
dukungan penuh dari berbagai pihak yang dengan tulus dan sabar membimbing,
membantu dan memberi semangat kepada penulis. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Ir. Sri Budi Wahjuningsih, MP. sebagai Dekan Fakultas Teknologi Hasil
Pertanian Universitas Semarang.
2.
Ir. Bambang Kunarto, M.P selaku Ketua Jurusan Fakultas Teknologi Hasil
Pertanian Universitas Semarang.
3.
Ir. Adi Sampurno, M.Si selaku Dosen pembimbing I yang telah banyak
memberikan motivasi, saran, dan bimbingan sejak penyusunan dari awal
hingga terselesainya skripsi ini.
4.
Nani Cahyani, S.SI, M.Si selaku Dosen pembimbing II yang juga telah
banyak memberi motivasi, saran, dan bimbingan sejak penyusunan dari awal
hingga terselesainya skripsi ini.
5.
Dra. Murtiari Eva, MP selaku dosen penguji yang telah memberikan saran
dan masukan pada laporan penelitian ini.
vii
6.
Semua Dosen dan Pengelola Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Semarang atas segala bantuan, saran dan kritik yang diberikan dalam
menyusun laporan ini.
7.
Keluargaku tercinta yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun
material serta doa pada penulis dalam penyusunan laporan skripsi ini,
terimakasih Ayah dan Bunda tercinta.
8.
Cicilia Vira Kurnia Sari yang telah memberikan semangat, dukungan dan doa
dari awal hingga akhir.
9.
Okta, Dila, Zai, Vivi, Fauzi, Vita yang telah berjuang bersama dan saling
membantu hingga laporan skripsi ini terselesaikan.
10. Semua teman-teman FTP khususnya angkatan 2012, terimakasih atas bantuan
dan doanya.
Dengan segala kerendahan hati, semoga laporan skripsi yang telah disusun
ini dapat bermanfaat untuk penyusun pribadi, para pembaca dan masyarakat
umumnya serta berguna pula bagi perkembangan pangan. Penulis menyadari
bahwa laporan skripsi ini masih jauh dari sempurna maka dari itu penyusun
mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun agar penulis dapat
memperoleh tambahan wawasan yang bermanfaat.
Semarang, 19 Ferbruari 2016
Penyusun
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN I .............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN II ............................................................................ iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.................................................. iv
ABSTRAK ...............................................................................................................v
ABSTRACT ........................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
BAB I.PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ......................................................................................1
B.
Rumusan Masalah .................................................................................2
C.
Tujuan....................................................................................................3
D.
Manfaat..................................................................................................3
E.
Hipotesis ................................................................................................3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Teh .............................................................................................................4
B. Kandungan Senyawa Kimia Teh ...............................................................5
C. Gula Merah Sebagai Bahan Additif ...........................................................6
D. Gula Siwalan ..............................................................................................7
ix
E. Gula Kelapa ...............................................................................................8
F. Gula Aren ...................................................................................................8
G. Gula Tebu...................................................................................................9
H. Teh Kombucha .........................................................................................10
I. Pembuatan Teh Kombucha ......................................................................12
J. Kinematika Fermentasi Kombucha..........................................................14
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu ...................................................................................17
B. Bahan dan Alat .........................................................................................17
C. Rancangan Percobaan ..............................................................................18
D. Prosedur Penelitian ..................................................................................18
E. Metode Analisis .......................................................................................22
1. Uji Analisa Kadar Alkohol ..................................................................22
2. Uji Analisa Kadar Gula Reduksi ..........................................................23
3. Uji Analisa pH .....................................................................................24
4. Kesukaan Panelis .................................................................................24
5. Analisis Data ........................................................................................25
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kadar Alkohol Teh Kombucha .............................................................27
B. Kadar Gula Reduksi Teh Kombucha .....................................................29
C. pH Teh Kombucha ................................................................................32
D. Kesukaan Panelis Terhadap Aroma Teh Kombucha .............................34
x
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................37
B. Saran ......................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................39
LAMPIRAN ...........................................................................................................42
xi
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Syarat Mutu Gula Merah .....................................................................................7
2. Komposisi Kimia Gula Merah ..........................................................................10
3. Kriteria Penilaian Panelis Pada Uji Organoleptik .............................................25
4. Rerata Kadar Alkohol Teh Kombucha ..............................................................27
5. Rerata Kadar Gula Reduksi Teh Kombucha .....................................................30
6. Rerata pH Teh Kombucha .................................................................................32
7. Analisis Aroma Teh Kombucha ........................................................................34
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Teh Kombucha dan Jamur SCOBY .................................................................12
2. Diagram Alir Penelitian.....................................................................................21
3. Grafik Batang Rerata Kadar Alkohol Teh Kombucha ......................................28
4. Grafik Batang Rerata Kadar Gula Reduksi Teh Kombucha .............................31
5. Grafik Batang Rerata pH Teh Kombucha .........................................................33
6. Grafik Batang Rerata Organoleptik Aroma Teh Kombucha .............................35
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kombucha merupakan salah satu olahan teh fermentasi yang dibuat
dari seduhan teh dan gula pasir tebu yang memanfaatkan hasil samping dari
simbiosis bakteri dan khamir yang berupa senyawa senyawa asam dan
nata (selulosa). Teh kombucha telah dikenal manusia sejak zaman dahulu.
Teh kombucha ini pertama kali dikonsumsi oleh masyarakat di daratan Cina.
Masyarakata disana telah mengenal jenis teh fermentasi ini sejak 3000 tahun
yang lalu (Naland, 2008). Proses fermentasi dari teh kombucha ini
menghasilkan bermacam macam senyawa penting seperti polifenol, asam
organik (asam asetat, asam glukoronat,dll) vitamin B komplek, vitamin C,
asam folat, asam amino esensial, antibiotic dan enzim (Naland, 2008).
Komponen komponen tersebut dipercaya dapat memiliki efek terhadap
kesehatan. Saat ini teh kombucha kurang dikenal masyarakat karena kurang
diminatinya tingkat kesukaan konsumen terhadap produk teh kombucha.
Mengkombinasikan teh kombucha dengan berbagai jenis gula merah
(gula siwalan, gula kelapa, gula aren, gula tebu) menjadi satu alasan dimana
gula merah yang memiliki rasa manis dengan sedikit asam disebabkan oleh
kandungan asam organik, akan dirombak menjadi gula reduksi yang
dimanfaatkan SCOBY (Symbiotic Culture of Bactery and Yeast) untuk
1
membentuk senyawa alkohol dengan menurunkan pH teh kombucha dan
meningkatkan cita rasa.
Melihat situasi demikian, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
aroma
teh
kombucha
agar lebih disukai serta mengidentifikasi
kadar
alkohol, gula reduksi, pH, dan tingat kesukaan aroma yang dihasilkan dari
fermentasi teh kombucha dengan berbagai jenis gula merah. Oleh karena itu,
penelitian ini diharapkan dapat lebih mendorong dikembangkannya produk
teh kombucha yang menggunakan jenis gula alami lainnya sebagai sumber
energi.
B. Perumusan Masalah
Teh kombucha dapat memfermentasi media karena adanya sumber
karbon pada media tersebut, biasanya difermentasi pada media teh. Dalam
pembuatan teh kombucha, jenis gula yang paling sering digunakan adalah
gula pasir tebu. Sedangkan gula merah juga mempunyai kandungan senyawa
yang cukup baik dan manfaatnya yang tidak kalah penting seperti gula pasir
tebu. Oleh karena itu, pada proses pembuatan teh kombucha dengan berbagai
jenis gula merah (gula siwalan, gula kelapa, gula aren, gula tebu) perlu
memperhatikan beberapa aspek, antara
lain
kadar
alkohol,
total gula
reduksi, pH yang dihasilkan dan organoleptik yang sesuai dengan kesukaan
panelis terhadap teh kombucha.
2
C. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari berbagai jenis
gula merah (gula siwalan, gula kelapa, gula aren, gula tebu) terhadap kadar
alkohol, gula reduksi, pH dan kesukaan aroma pada teh kombucha.
D. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi dari gula
merah (gula siwalan, gula kelapa, gula aren, gula tebu) yang dapat digunakan
sebagai bahan baku untuk membuat teh kombucha dan diharapkan pula dapat
memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat tentang pengaruh berbagai
jenis gula merah tersebut terhadap kadar alkohol, gula reduksi, pH serta dapat
meningkatkan minat konsumen untuk mengkonsumsi minuman fungsional teh
kombucha ini.
E. Hipotesis
Diduga pada proses pembuatan teh kombucha dengan berbagai jenis
gula merah akan berpengaruh terhadap kadar alkohol, gula reduksi, pH dan
kesukaan aroma pada teh kombucha.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teh (Cammellia sinensis)
Teh adalah minuman yang mengandung kafein, sebuah infusi yang
dibuat dengan cara menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang
dikeringkan dari tanaman Camellia sinensis dengan air panas. Camellia
sinensis adalah tanaman teh, spesies tanaman yang daun dan pucuk daunnya
digunakan untuk membuat teh. Tumbuhan ini termasuk genus Camellia, suatu
genus tumbuhan berbunga dari famili Tehaceae. Dalam dunia tumbuh
tumbuhan, taksonomi teh dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Soehardjo,
1996) :
Kingdom : Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas
: Dicotyledone
Sub Kelas : Chorripettalae
Ordo
: Trantroemiaceae
Famili
: Tjeaccae
Genus
: Cammellia
Species
: Cammellia sinensis
4
Camelia sinensis ini juga disebut dengan teh jawa yang ditandai
dengan ciri ciri tumbuhnya lambat, jarak cabang dengan tanah sangat dekat,
mempunyai ukuran dan daun dan peru yang kecil. Daun teh memiliki
senyawa bioktif yang kompleks, salah satunya adalah polifenol. Pada teh
hijau kandungan polifenolnya sebesar 36%. Katekin merupakan senyawa
dominan dari polifenol teh hijau dan terdiri dari epikatekin, epikatekin gallat,
epigallokatekin, epigallokatekin gallat, katekin dan gallokatekin. Flavonol
merupakan zat antioksidan utama pada daun the yang terdiri atas kuersetin,
koempferol dan mirisetin. Sekitar 2% – 3% bagian teh yang larut dalam air
merupakan senyawa flavonol (Yamanishi, 1995).
B. Kandungan Senyawa Kimia di dalam Teh
Senyawa kimia yang terdapat pada pucuk teh digolongkan menjadi
substansi fenol dan substansi bukan fenol. Substansi fenol terdiri dari dua
senyawa yaitu katekin dan flavanol. Katekin terdapat 20-30% dari seluruh
berat kering daun dan merupakan senyawa yang tidak berwarna dan sangat
berpengaruh pada kualitas warna, rasa, dan aroma daun teh. Katekin tersusun
oleh beberapa senyawa yaitu: katekin, epikatekin, epigalotekin, epitekin galat,
katekin galat dan epigalo katekin galat. Flavonol dalam teh terdiri dari
kaemferol, quecentin, dan miricertin. Flavonol dikenal mempunyai aktivitas
sebagai vitamin C.
5
C. Gula Merah Sebagai Bahan Additif
Gula merah adalah jenis gula dibuat dari bahan nira, yaitu cairan yang
dikeluarkan dari bunga pohon keluarga palma, seperti kelapa, aren, dan
siwalan (Anonim, 2014). Gula merah merupakan gula yang berwarna
kekuningan atau kecoklatan. Menurut SNI 01-3743-1995 gula merah terbuat
dari cairan nira atau legen yang dikumpulkan dari pohon kelapa (Cocos
mucifera), aran (Arenga pinnata Merr), siwalan (Borassus flabellifera), lontar
atau tebu. Cairan yang dikumpulkan direbus secara perlahan sehingga
mengental lalu dicetak dan didinginkan.
Gula merah memiliki sifat sifat spesifik sehingga perannya tidak dapat
digantikan oleh jenis gula lainnya. Gula merah memiliki aroma dan rasa yang
khas. Rasa manis pada gula merah disebabkan adanya beberapa jenis gula
seperti sukrosa, fruktosa, glukosa, dan maltose. Gula merah memiliki rasa
manis dengan sedikit asam, rasa asam disebabkan oleh kandungan asam
organic di dalamnya. Adanya asam-asam organik ini menyebabkan gula
merah mempunyai aroma khas, sedikit asam dan berbau karamel (adanya
reaksi karamelisasi akibat pemanasan salama pemasakan). Karamelisasi juga
menyebabkan timbulnya warna coklat pada gula merah (Nurlela, 2002)
Berikut ini merupakan Standart Nasional Indonesia untuk gula
merah yang telah ditetapkan (SNI 01-3743-1995) dan dapat dilihat pada
Tabel 1 :
6
Tabel 1. Syarat Mutu Gula Merah
Keadaan
Satuan
Bentuk
Bau
Rasa
Warna
Bagian yang tidak larut
% bb
air
Air
% bb
Abu
% bb
Gula reduksi
% bb
Sukrosa
% bb
Cemaran logam
Timbal (Pb)
mg/kg
Tembaga (Cu)
mg/kg
Seng (Zn)
mg/kg
Timah (Sn)
mg/kg
Raksa (Hg)
mg/kg
Arsen (As)
mg/kg
Sumber : Standarisasi Nasional Indonesia (1995)
Persyaratan
Normal
Normal
Normal dan khas
Kuning- kecoklatan
Maksimal 1,0
Maksimal 10,0
Maksimal 2,0
Maksimal 10,0
Maksimal 77,0
Maksimal 2,0
Maksimal 10,0
Maksimal 40,0
0
Maksimal 0,03
Maksimal 40,0
D. Gula Siwalan
Siwalan (Borassus flabellifer) juga dikenal dengan nama lontar adalah
sejenis palma yang tumbuh di Asia, diberbagai daerah pohon ini dikenal
dengan nama lontar (Min), ental (Sunda, Jawa, Bali), taal (Md), jun taal
(Sumbawa), tala (Sulsel), dan tua (Timor) (Irine,dkk, 2006).
Gula siwalan adalah gula merah yang terbuat dari perasan nira atau
disebut legen. Legen yang disimpan pada suhu kamar sebelum dibuat gula
merah akan mengalami proses fermentasi gula karena adanya proses
enzimatis. Bahan baku energi yang paling banyak digunakan adalah glukosa.
Klasifikasi siwalan menurut taksonomi adalah sebagai berikut : Kingdom :
Plantae (tumbuhan), Super Devisi: Angiospeermae, Divisi: Magnoliophyta
(tumbuhan berbunga), Kelas : Monocotyledoneae, Ordo: Arecales, Famili:
7
Arecaceae (sin Palmae), Genus: Borassus, Spesies: Borassus flabellifer.
(Widjanarko,2008). Komposisi kandungan yang terdapat dalam gula merah
siwalan dapat dilihat pada Tabel 2.
E. Gula Kelapa
Gula kelapa adalah gula yang dihasilkan dari penguapan nira pohon
kelapa. Gula kelapa atau dalam perdagangan disebut gula jawa, gula merah
atau gula nira, biasanya dijual dalam bentuk setengah mangkok. Gula merah
biasanya digunakan masyarakat sebagai bahan baku campuran makanan
tradisional. Biasanya gula kelapa mempunyai banyak endapan kotoran.
Klasifikasi kelapa menurut taksonomi adalah sebagai berikut : Kingdom :
Plantae (tumbuhan), Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh),
Super Devisi : Spermatophyta (menghasilkan biji), Divisi : Magnoliophyta
(tumbuhan berbunga), Kelas : Lilopsida (monokotil), Sub kelas : Arecidae,
Ordo: Arecales, Famili: Arecaceae (suku pinang pinang), Genus: Cocos,
Spesies: Cocos nucifera L (Rahmadianti,2012) . Kandungan gula merah tebu
dapat dilihat pada Tabel 2.
F. Gula Aren
Gula aren adalah gula yang terbuat dari nira pohon aren. Memiliki
aroma yang lebih khas dari pada gula merah lainnya. Umumnya berwarna
coklat gelap dan terdapat butiran butiran kristal gula. Selain itu masyarakat
lebih suka gula aren karena lebih bersih dan memberikan cita rasa berbeda.
8
Klasifikasi aren menurut taksonomi adalah sebagai berikut : Kingdom :
Plantae (tumbuhan), Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh),
Super Devisi : Spermatophyta (menghasilkan biji), Divisi : Magnoliophyta
(tumbuhan berbunga), Kelas : Lilopsida (monokotil), Sub kelas : Arecidae,
Ordo: Arecales, Famili: Arecaceae (suku pinang pinang), Genus: Arenga,
Spesies: Arenga pinnata Merr.(Rahmadianti,2012) . Kandungan gula merah
tebu dapat dilihat pada Tabel 2.
G. Gula Tebu
Gula tebu diambil dari dari nira tanaman tebu. Kualitas gula merah
tebu sangat ditentukan oleh umur simpan tebu. Makin lama makin lama
batang tebu disimpan, maka produk gula merah cenderung berwarna coklat
gelap hingga hitam. Klasifikasi tebu menurut taksonomi adalah sebagai
berikut : Kingdom : Plantae (tumbuhan), Subkingdom : Tracheobionta
(tumbuhan berpembuluh), Super Devisi : Spermatophyta (menghasilkan biji),
Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga), Kelas : Lilopsida (monokotil),
Sub kelas : Commelinidae, Ordo: Poales, Famili: Poaceae (suku rerumputan),
Genus: Saccharum, Spesies: Saccharum officinarum L.(Rahmadianti,2012) .
Kandungan gula merah dapat dilihat pada Tabel 2.
9
Tabel 2. Komposisi Kimia Gula Merah
Gula
Gula
N
Gula Aren
Sifat Kimia
Siwalan
Kelapa
o
(%)
(%)
(%)
1
Kadar air
8.61
8.40
9.16
2
Sukrosa
76.85
72.77
84.31
3
Gula pereduksi
1.66
1.98
0.53
4
Lemak
0.19
0.17
0.11
5
Protein
2.28
0.06
0.21
6
Total mineral
3.15
4.20
3.66
7
Kalsium
0.86
0.70
1.35
8
Fosfor
0.01
0.03
1.37
Sumber : Rumokoi (Balikat Manado,1990) dalam Anonim (2005)
Gula Tebu
(%)
10.32
71.89
3.70
0.15
1.04
5.04
1.64
0.06
H. Teh Kombucha
Ada yang mengatakan bahwa kombucha sebenarnya sudah populer
sebagai minuman kesehatan sejak 3000 tahun yang lalu. Minuman kombucha
diduga berasal dari Cina. Sejak tahun 221 SM, orang orang Cina sudah
menganggap kombucha sebagai minuman berbahan teh yang bisa membuat
kehidupan kekal. Orang Cina memberi nama minuman ini “tea of
immortality”. Dari negeri Cina, penyebaran kombucha mengikuti jalur
perdagangan dan akhirnya tersebar ke berbagai penjuru dunia (Naland, 2008).
Secara fisik, kombucha merupakan selaput, lapisan, atau lempengan
berwarna putih agak transparan yang tumbuh secara bertahap di atas
permukaan air teh manis tersebut yang sedang di fermentasi (agar dapat
berfungsi sebagai obat), yang memenuhi seluruh luasan wadah air teh manis
tersebut (wadah fermentasi teh). Lapisan putih agak transparan yang berupa
massa yang kenyal tersebut dinamakan nata (nata de tea) (Suprapti, 2003).
10
Pada dasarnya, teh kombucha bukanlah teh murni. Namun ini adalah
sejenis kultur simbiotik antara bakteri dan khamir yang ditumbuhkan pada
minuman teh yang sudah jadi. Kombinasi bakteri dan khamir ini selanjutnya
disebut SCOBY (Symbiotic Culture of Bactery and Yeast) terdiri dari
beberapa bakteri dan khamir, antara lain : Bacterium xylinum, Bacterium
xylinoides, Bacterium gluconicum, Sacharomyces ludwigii, varietas varietas
Saccharomyces
apiculatus,
Schizosaccharomyces
pombe,
Acetobacter
ketogenum, varietas – varietas Torula, Pichia fermentans. Selama proses
fermentasi dan oksidasi, kultur akan mengubah gula menjadi alkohol serta
memproduksi beberapa zat penting, diantaranya adalah asam glukurat, asam
glukuronat, asam asetat, asam laktat, vitamin, asam amino, dan zat zat
antibiotik (Fontana et al, 1990).
Pada proses fermentasi, gula dalam minuman teh digunakan sebagai
sumber nutrisi yang kemudian diubah menjadi alkohol dan CO2. Gas
karbondioksida tersebut selanjutnya bereaksi dengan uap air dan membentuk
asam karbonat. Asam karbonat inilah yang kemudian memberikan efek
karbonasi pada minuman beralkohol, seperti halnya pada minuman teh
kombucha ini. Efek karbonasi pada minuman beralkohol akan memberikan
rasa yang segar (Eberl, 1987).
Setelah mengalami fermentasi, minuman teh yang telah ditumbuhi
kultur ini akan mempunyai rasa yang mirip dengan vinegar atau cider. Teh
kombucha diyakini mengandung beberapa khasiat yang berguna bagi
kesehatan. Asam glukoronat, digunakan oleh limpa dalam tubuh manusia
11
sebagai zat anti racun dan diyakini sebagai salah satu kandungan zat yang
menguntungkan (Fontana et al, 1990).
Gambar 1. Teh Kombucha dan jamur SCOBY
I. Pembuatan Teh Kombucha
Fermentasi adalah sebuah proses yang menyebabkan perubahan
kimiawi pada suatu senyawa organik kompleks melalui pengaruh beberapa
enzim yang dihasilkan oleh mikroba. Proses fermentasi jauh lebih efektif,
lebih mudah, dan lebih murah dibandingkan dengan proses obat – obatan
konvensional yang berbahan kimia (Naland, 2008).
Media yang digunakan untuk menanam teh kombucha bukan berupa
tanah, namun berupa air teh manis seperti yang kita minum sehari – hari.
Adapun sebagai wadah penanamannya, dapat digunakan berbagai macam
wadah yang terbuat dari beberapa bahan tertentu yaitu kaca (gelas), plastik
PE (transparan), atau stainless steel. Ukuran wadah disamping disesuaikan
dengan volume air teh manis yang akan diproses, juga disesuaikan dengan
ukuran dan bentuk jaringan nata jamsi yang ingin diperoleh (Suprapti, 2003).
12
Hasil penelitian (Siregar, 2003) dari media kaca, plastik, dan kaleng
diperoleh media yang paling baik sebagai wadah fermentasi teh kombucha
adalah wadah yang menggunakan kemasan kaca. Jamur kombucha yang
bagus dan layak dipakai sebagai media fermentasi dalam menghasilkan
kombucha umumnya berwarna putih bersih, mengkilap serta tidak terdapat
bercak atau totol berwarna. Jika terdapat bercak merah, kemungkinan jamur
kombu sudah tercemar dan sebaiknya tidak dipakai sebagai media fermentasi
(Naland, 2008).
Teh ini dibuat dengan menambahkan kultur mikroba pada campuran
teh hitam (yang diinginkan) dan gula, kemudian melakukan fermentasi untuk
mengasamkan. Kemudian campuran ini diinkubasi selama 1 – 2 minggu.
Selama waktu itu, Acetobacter dan jamur lainnya tumbuh untuk
menghasilkan gumpalan seperti karet diatas permukaan teh. Perlu
diperhatikan bahwa starter kombucha akan mati jika terkena oleh aluminium,
tembaga atau logam logam lainnya dan juga oleh adanya panas. Sebab jika
starter terkena oleh logam tersebut maka perkembangan Acetobacter xylinum
akan terhambat begitu juga oleh adanya panas (Saxena et al, 1990).
Menurut (Suprapti, 2003) selama proses fermentasi berlangsung, maka
hal – hal berikut harus diperhatikan :
a. Dijaga agar tidak terguncang guncang.
b. Wadah berikut isinya jangan dipindah pindahkan.
c. Tidak tertimpa sinar matahari.
d. Pada suhu ruangan.
13
e. Tidak sampai kekurangan udara (aerasi lancar).
f. Tidak dikunjungi semut, kecoak ataupun serangga lainnya.
Proses pemasakan atau pematangan kombucha terjadi setelah 7 – 10
hari. Pada saat itu, rasa kombucha sudah terasa nikmat. Jika kurang dari 7
hari, kenikmatan kombucha belum terasa dan jika lebih dari 10 hari
kombucha sudah terasa cukup asam. Jika mendapatkan pematangan
kombucha sudah lebih dari 14 hari, disarankan untuk mengalihkan menjadi
produk cuka kombu untuk campuran masakan atau campuran asinan (Naland,
2008).
J. Kinetika Fermentasi Kombucha
Kinetika
fermentasi
akan
menggambarkan
pertumbuhan
dan
pembentukan produk oleh mikroorganisme. Tidak hanya sel aktif tetap juga
sel yang istirahat bahkan juga sel yang mati karena banyak produk komersial
yang dihasilkan setelah berhentinya pertumbuhan.
Sukrosa dihidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa diluar membrane
oleh enzim ekstra seluler intertase. Glukosa yang terbentuk dari hasil intertase
sukrosa merupakan substrat yang dimanfaatkan produk. Hidrolisis terjadi
karena pH media sangat rendah dimana pH tersebut sukrosa mudah
dihidrolisis oleh enzim intertase (Apriyantono, 1988).
Walaupun produk alkohol secara tradisional dibentuk oleh khamir,
namun tidak semua spesies khamir mampu memproduksi alkohol sebagai
produk akhirnya, bahkan menurut Rose (1987) bahwa alkohol merupakan
14
senyawa antimikrobia. Dinyatakan pula bahwa khamir mempunyai batas
batas toleransi tertentu terhadap kadar alkohol.
Sukrosa merupakan salah satu substrat, tidak mengakibatkan pengaruh
kimiawi yang berbahaya bagi sebagian besar mikroorganisme, termasuk
Acetobacter xylinum¸ namun dapat menghambat pertumbuhan bila digunakan
pada konsentrasi yang amat tinggi. Proses pembentukan selulosa ekstraseluler
oleh Acetobacter xylinum melalui proses aerobic dengan menggunakan
glukosa sebagai substrat. Acetobacter xylinum dapat memanfaatkan fruktosa
sebagai sumber gula untuk mensintesis selulosa.
Penghambat oleh senyawa polifenol teh terhadap pertumbuhan khamir
dilaporkan oleh Neujuhr (1987). Senyawa polifenol teh dapat menghambat
pertumbuhan beberapa spesies khamir. Namun pada beberapa spesies
senyawa polifenol teh ternyata dimanfaatkan sebagai sumber nutrisi dan
energy. Sifat sebagai nutrisi atau antimikrobia untuk beberapa spesies khamir
tergantung konsentrasi senyawa tersebut.
Reaksi pemecahan gula menjadi alkohol bersifat eksotermis dan
reaksinya adalah sebagai berikut :
C6H12O6 + O2
2C2H5OH + 2CO2 + 22,6 kkal
Bakteri asam asetat mengiksidasi alkohol, yang dihasilkan yeast
menjadi asam asetat dengan reaksinya sebagai berikut :
C2H5OH + O2
CH3COOH + H2O + 118,6 kkal
15
Perubahan gula selama fermentasi dapat dilihat sebagai berikut :
CO2 + H2O
Aerasi
gula
etanol + CO2
Aerasi + 988 kJ per mol
Asam asetat
Aerasi + 1754 kJ per mol
CO2 + H2O (Wood, 1985)
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember – Januari 2015 di
Laboratorium Rekayasa Pangan, Laboratorium Kimia Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Semarang dan Laboratorim Ilmu Gizi dan Teknololgi
Pangan Universitas Muhammadiyah Semarang.
B. Bahan dan Alat
Bahan baku pada penelitian ini adalah teh hijau bubuk murni komersial
merk Kepala Djenggot yang di peroleh dari supermarket, starter kombucha
Symbiotic Culture of Bactery and Yeast (SCOBY) berisi beberapa bakteri dan
khamir, antara lain : Bacterium xylinum, Bacterium xylinoides, Bacterium
gluconicum, Sacharomyces ludwigii, varietas – varietas Saccharomyces
apiculatus, Schizosaccharomyces pombe, Acetobacter ketogenum, varietas –
varietas Torula, Pichia fermentans. Gula merah (gula siwalan, gula kelapa,
gula aren, dan gula tebu).
Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini antara lain aquades,
larutan kimia untuk uji pH (buffer standart pH 7, dan pH meter), dan gula
reduksi (larutan DNS dan larutan glukosa standart).
Beberapa peralatan yang dipergunakan adalah kompor, stoples kaca,
kertas saring, karet, spatula, timbangan analitik, thermometer, spektometer,
inkubator, pikno meter, peralatan destilasi, peralatan titrasi dan beberapa
17
peralatan gelas untuk analisis serta quisioner untuk pengujian organoleptik
dengan panelis terlatih (20 orang).
C. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor, yaitu jenis gula merah
(Gula Siwalan, Gula Kelapa, Gula Aren, Gula Tebu) dengan ulangan sebanyak
5 kali.
Adapun kode perlakuan adalah sebagai berikut :
G1 = Gula Merah Siwalan
G2 = Gula Merah Kelapa
G3 = Gula Merah Aren
G4 = Gula Merah Tebu
Variabel yang diamati meliputi :
1. Kadar Alkohol (Metode Piknometer, Putri dan Sukandar, 2008)
2. Gula Pereduksi ( Metode Luff Schoorl, Sudarmadji dkk,1997)
3. pH (Metode AOAC, Anonim 1995)
4. Tingkat Kesukaan (Metode Uji Hedonik, Soekarto 1985)
D. Prosedur Penelitian
Prosedur yang dilakukan pada penelitian ini melalui beberapa tahap
mulai dari pembuatan medium dan kultur, fermentasi, dan pemanenan.
18
1. Persiapan Medium Kultur Kombucha
Medium yang digunakan dalam pembuatan teh kombucha adalah teh
hijau bubuk 7 gram diseduh dengan 1 liter air panas selama 5 menit.
Tambahkan gula merah sebanyak 100 gram selagi air the masih panas.
Setelah tercampur rata larutan the manis di saring kemudian masukkan
dalam stoples kaca hingga suhu mencapai suhu ruang dan tutup dengan kain
bersih. Pembuatan medium kultur kombucha ini haruslah bersih dan steril
mulai dari penggunaan alat stainless steel dan bahan baku yang baik.
2. Pembuatan Kultur Kombucha
Pembuatan kultur kombucha diperoleh dari hasil kultur campuran
mikroba dan kapang dengan komposisi tertentu yang sebelumnya telah
dibuat dengan media teh hijau dan gula hingga kultur kobucha membentuk
nata (selulosa) atau yang sering dikenal dengan istilah baby kombucha.
Kultur kombucha juga dapat diperoleh dari hasil cairan teh kombucha yang
telah mengalami fermentasi lebih dari 7 hari.
3. Pelaksanaan Penelitian
a. Direbus 0,8 liter air hingga mendidih. Jika air sudah hampir
mendidih (± 80℃), api dimatikan dan tambahkan 7 gram teh hijau.
b. Dibiarkan teh mengembang selama 5 menit.
c. Tambahkan 100 gram gula merah (sesuai masing-masing
perlakuan) dan diaduk hingga gula larut. Setelah tercampuran rata,
kemudian di saring dan masukkan ke dalam stoples dan tutup
19
dengan kain bersih. Diamkan selama 4 jam hingga suhu mencapai
suhu ruang.
d. Masukkan kultur kombucha ke dalam stoples (nata kombucha 1
lembar dan cairan teh kombucha 200 ml), tutup stoples dengan kain
saring dan diikat dengan karet gelang. Tutup stoples serapat
mungkin untuk mencegah masuknya kotoran (yang penting udara
bisa mengalir dengan bebas).
e.
Lakukan fermentasi selama 7 hari pada suhu ruang dan terakhir
lakukan analisa dan pengamatan terhadap teh hasil fermentasi.
Diagram alir tahapan penelitian utama pada Gambar 2 berikut ini.
20
Air Putih
0,8 Liter
Teh Hijau 7 gram
Gula Merah 100 gram
Penyeduhan
T =80°C , S= 5 menit
Pencampuran
Penyaringan
Pendinginan
T =25-30°C
Nata kombucha 1 lembar
Cairan kombucha 200 ml
Inokulasi
Fermentasi
T =25-30°C , t = 7 hari
Teh Kombucha
1.
2.
3.
4.
Gambar 2. Diagram Alir Penelitian Teh Kombucha
(Sumber : Naland, 2008)
21
Kadar Alkohol
Total Gula Reduksi
pH
Uji Organoleptik
E. Metode Analisis
1. Kadar Alkohol (Metode Piknometer, Putri dan Sukandar,2008)
Dalam penetapan alkohol, langkah – langkah yang dilakukan
adalah : bahan ditimbang sebanyak 250 gram, kemudian dimasukkan ke
dalam labu destilasi setelah itu ditambah dengan air aquades 100 ml serta
ditambah batu didih dan paraffin. Setelah itu dilakukan destilasi.Setelah
selesai destilasi, hasil destilasi tersebut ditepatkan 100 ml, kemudian
dimasukkan ke dalam piknometer.Setelah itu tentukan BJ-nya pada suhu
20℃. Cara penentuan kadar alkohol adalah sebagai berikut :
Piknometer + aquades 20℃ = a
g
Piknometer kosong (kering) = b
g-
Berat aquades 20℃
= (a-b) g
Piknometer + destilat 20℃
=c
Piknometer kosong (kering) = d
Berat destilat 20℃
Bj destilat =
g
g-
= (c-d) g
berat destilat 20℃
berat aquades 20℃
=
c −d g
a −b g
=g
Dari Bj ini lihat dalam daftar tabel (BJ) →kadar alkohol (v/v & b/b)
Gram destilat = BJ x Volume
= gr
Kadar alkohol dalam destilat = % b/b x gr destilat
22
Kadar alkohol dalam sampel =
kadar alkohol dalam destilat
berat sampel
x 100%
2. Gula Pereduksi (Metode Luff Scroorl, Sudarmadji S., B. Haryono,
Suhardi 1997)
Analisa gula reduksi bertujuan untuk mengetahui besarnya
kandungan gula yang terdapat dalam teh kombucha yang dihitung sebagai
gula reduksi. Prosedur pengkuran analisa gula reduksi adalah :
1. Sample diambil dan ditambahkan aquadest hingga 100 ml dalam labu
takar.
2. Pipet 1 ml, 2 ml, 3 ml larutan sample masing masing ke dalam
Erlenmeyer.
3. Tambahkan 25 ml reagen Luff Schoorl dan aquadest masing masing 24
ml, 23 ml, 22 ml (hingga volume 50 ml).
4. Erlenmeyer ditutup corong yang dilapisi kapas basah sebagai
pendingin balik.
5. Dipanaskan hingga mendidih sebelum 2 menit, dan dipertahankan
selama 10 menit. Apabila volume berkurang, maka ditambahkan
aquadest.
6. Lihat Erlenmeyer mana yang menghasilkan endapan merah bata paling
baik dan larutan biru CuSO4nya seimbang.
7. Pilih salah satu Erlenmeyer paling baik untuk dilakukan pengulangan
sebanyak 3 kali. Erlenmeyer yang dipilih, didinginkan (direndam air
dingin) hingga mencapai suhu kamar.
23
8. Tambahkan 15 ml KI 20% dan H2SO4 26,5% tutup dengan alumunium
voil.
9. Titrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N hingga larutan berwarna kuning.
10. Tambahlan 2 ml amilum 1 % lalu dihomogenkan.
11. Titrasi kembali dengan Na2S2O3 0,1 N hingga larutan berwarna coklat.
12. Lakukan hal sama untuk blanko (25 ml larutan Luff Schoorl yang
ditambahkan 25 ml aquadest).
13. Tentukan kadar gula reduksi, dengan rumus :
Kadar gula reduksi (%) =
mg gula reduksi
mg sample
× FP × 100%
3. Pengukuran pH (Metode AOAC, Anonim 1995)
pH diukur menggunakan alat pH meter. Prosedur pengukuran pH
sebagai berikut
1. pH meter yang akan digunakan distandarkan terlebih dahulu dengan
larutan buffer pH 7,00 masing masing pada suhu kamar.
2. Sebelum dan sesudah pemakaian, elektroda dibilas dengan aquadest.
3. Larutan teh kombucha diukur pHnya menggunakan elektroda yang
telah dikalibrasi tersebut.
4. Kesukaan Panelis (Soekarto, 1985)
Uji organoleptik dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan
Panelis terhadap aroma produk teh kombucha menggunakan 20 panelis
(agak terlatih). Uji organoleptik ini dilakukan dengan menggunakan
24
metode preference test (uji kesukaan) dimana kriteria penilaian dapat
dilihat pada tabel 2 berikut :
Tabel 3. Kriteria Penilaian Panelis pada Uji Organoleptik
Skala Numerik
5
4
3
2
1
Skala Hedonik
Sangat Suka
Suka
Agak Tidak Suka
Tidak Suka
Sangat Tidak Suka
Penilaian para panelis dicantumkan dalam formulir isian uji
organoleptik aroma dengan 5 skala numerik.
F. Analisa Data
Semua data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan analisis
ragam (ANOVA). Model linier yang digunakan adalah sebagai berikut :
Yij = N + Ai + βj + Σij
Dimana :
Yij = angka pengamatan dari perlakuan ke-i (i = 1,2,3,4) dan ulangan ke-j (j =
1,2,3,4)
N = nilai target seluruh perlakuan
Ai = seluruh perlakuan ke-i
Βj = seluruh jumlah variasi ke-j
Σij = pengaruh galat yang timbul secara acak pada perlakuan ke- (i = 1,2,3,4)
dan ulangan ke-j (j = 1,2,3,4)
25
Hipotesis penelitian yang diuji adalah H0 : μ1 = μ2 = μ 3 = μ 4 = μ, yang
berarti perbedaan jenis gula merah tidak mengakibatkan perbedaan rata-rata
populasi kadar alkohol, pH, gula reduksi, dan kesukaan panelis (warna, aroma,
dan rasa). Sedangkan hipotesis alternatif penelitian yang diujikan adalah H1 :
μ1 ≠ μ2 ≠ μ3 ≠ μ4 ≠ μ, yang berarti perbedaan jenis gula merah mengakibatkan
perbedaan paling sedikit salah satu rata-rata populasi Kadar alkohol , pH, gula
reduksi dan kesukaan aroma panelis.
Apabila terdapat perbedaan akibat perlakuan, yang berarti ada pengaruh
perlakuan jenis gula merah pada hasil pengamatan pada taraf signifikansi 5%,
makan akan dilanjutkan dengan Uji Wilayah Ganda dari Duncan (DNRT)
untuk mengetahui tingkat perbedaan akibat perlakuan tersebut.
26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kadar Alkohol Teh Kombucha
Hasil analisa kadar alkohol teh kombucha dengan perlakuan berbagai
jenis gula merah, menunjukkan hasil tertinggi adalah 0.056% diperoleh dari
perlakuan G1, sedangkan hasil terendah adalah 0.026% diperoleh dari
perlakuan G4. Rerata kadar alkohol teh kombucha disajikan pada Tabel. 4 dan
data selengkapnya serta hasil statistik pada Lampiran 2.
Tabel 4. Rerata Kadar Alkohol Teh Kombucha
Perlakuan
Rerata (%)*
0,056a
0,044a
0,046a
0,026a
G1
G2
G3
G4
Ket : *) Superskrip huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata antar
perlakuan (P>0,05)
Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan
secara signifikan (P>0,05) kadar alkohol antara masing masing perlakuan.
Pada tabel diatas menunjukkan pengaruh perlakuan terhadap kadar alkohol teh
kombucha pada masing masing perlakuan mempunyai rerata yaitu antara
0,026% – 0,056%. Pada penelitian Rahayu (2006) kadar alkohol kombucha
pada umur 6 hari berkisar 0,0235% - 0,0281%. Rerata diagram batang alcohol
dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.
27
(%)
0.056
0.06
0.05
0.04
0.03
0.02
0.01
0
0.044
0.046
0.026
G1
G2
G3
G4
Gambar 3. Diagram Batang Rerata Kadar Alkohol Teh Kombucha.
Menurut Wood (1998) Reaksi yang terjadi dalam proses fermentasi gula
menjadi alkohol oleh khamir adalah sebagai berikut :
C6H12O6
𝑲𝒉𝒂𝒎𝒊𝒓
𝑬𝒏𝒛𝒊𝒎
2C2H5OH + 2CO2
Moat (2002) menambahkan bahwa kemampuan khamir memfermentasi
gula ditentukan oleh adanya sistem transport dan sistem enzim yang dapat
menghidrolisis gula dengan akseptor elektron alternative selain oksigen, yakni
pada kondisi anaerob fakultatif. Pada grafik diatas terlihat adanya penurunan
kadar alkohol dari 0,056 % - 0,026%, ini disebabkan kandungan alkohol yang
terbentuk telah diubah menjadi senyawa asam organik. Sesuai pendapat
Ardheniati (2008) tentang teh kombucha dengan perbedaan jenis teh terhadap
pengolahan teh (teh hijau dan teh hitam) menyebutkan, alkohol yang terbentuk
dirombak menjadi senyawa senyawa asam terutama senyawa asam asetat.
Sugianto
(1972)
menyatakan
bakteri
acetobacter
xylinum
mampu
mengoksidasi etanol menjadi asam asetat. Proses oksidasi etanol menjadi asam
asetat dapat dituliskan sebagai berikut :
28
C2H5OH + O2
CH3CH2OH
Etanol
CH3COOH + H2O atau
CH3CHO
Asetaldehid
CH3CH (OH)2
Asetaldehidrat
CH3COOH
Asam Asetat
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kandungan sukrosa pada masing
masing perlakuan relatif sama dapat dilihat Tabel 2 (Anonim,1990) sehingga
hasil alkoholnya relatif sama. Greewalt et al (1998) berpendapat dalam proses
fermentasi, khamir memecah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Glukosa
digunakan khamir untuk menghasilkan etanol dan karbon dioksida Menurut
Winardi (1999) tentang seduhan teh hijau, yaitu lama fermentasi teh kombucha
mempengaruhi jumlah kadar alkohol sedangkan penambahan gula tidak
berpengaruh nyata.
B. Gula Reduksi Teh Kombucha
Mikroorganisme membutuhkan energi untuk kelangsungan hidupnya.
Energy diperlukan untuk mempertahankan kehidupan sel dan untuk
perkembangbiakan sel serta untuk pergerakan organism yang bersifat motil.
Substrat yang paling mudah digunakan adalah gula reduksi. Tahapan
fermentasi dapat dilihat pada tinjauan pustaka tentang kinematika fermentasi.
Glukosa dan fruktosa adalah gula reduksi yang akan digunakan sebagai sumber
karbon oleh khamir dan bakteri asam asetat. Sukrosa bersifat non reduksi
karena sukrosa tidak mempunyai gugus OH yang bersifat reaktif karena
keduanya saling mengikat, sehingga sukrosa akan mengalami inverse terlebih
dahulu menjadi glukosa dan fruktosa, sehingga jalur metabolismenya lebih
29
panjang. Enzim intervase optimal pada suhu 37-520 C dan pH berkisar antara 4
– 5,25 (Sulistyowati, 1988 dalam Ardheniati, 2008).
Hasil analisis gula reduksi teh kombucha dengan berbagai jenis gula
merah tertinggi adalah perlakuan G3 dengan konsentrasi 13,796%, sedangkan
yang paling rendah adalah perlakuan G1 dengan konsentrasi 11,892%. Hasil
rerata kadar gula reduksi disajikan pada Tabel 5 . dan data selengkapnya serta
hasil statistik tercantum pada Lampiran 3.
Tabel 5. Rerata Kadar Gula Reduksi Teh Kombucha
Perlakuan
Rerata (%)*
G1
G2
G3
G4
11,892a
12,134a
13,796a
12,858a
Ket : *) Superskrip huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata antar
perlakuan (P>0,05)
Tabel diatas menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan
(P>0,05) kadar gula reduksi antar masing masing perlakuan. Tabel diatas
menunjukkan rerata kandungan gula reduksi terhadap teh kombucha pada
masing masing perlakuan mempunyai rerata 11,892% - 12.134%. Greenwalt et
al (1998) mengatakan gula reduksi yang terdapat pada teh kombucha berkisar
10%. Diagram batang rerata gula reduksi dapat dilihat pada Gambar 4.
30
(%)
14
13.5
13
12.5
12
11.5
11
10.5
13.796
12.858
12.134
11.892
G1
G2
G3
G4
Gambar 4. Diagram Batang Rerata Kadar Gula Reduksi Teh Kombucha.
Diagram diatas menunjukkan bahwa rerata kandungan gula reduksi
perlakuan G3 mempunyai konsentrasi paling tinggi, diikuti perlakuan G4, G2,
G1. Pada perlakuan G3 diperoleh hasil tertinggi dikarenakan kandungan
sukrosa gula merah aren tertinggi dibandingkan jenis gula merah lainnya,
sehingga kandungan gula reduksi teh kombucha paling tertinggi.
Perlakuan G1, G2 dan G3 mendapat kadar gula reduksi berbanding
terbalik dengan hasil kadar alkohol yang dihasilkan pada fermentasi hari ke
tujuh. Hasil ini sesuai dengan pendapat Rahayu dan Kuswanto (1987) dalam
Ardeniati (2008) bahwa kadar gula reduksi semakin menurun dikarenakan
khamir (Saccharomyces cereviseae) mengurai glukosa menjadi alkohol
sehingga
kadar
alkohol
teh
kombucha
semakin
meningkat.
Dalam
penelitiannya Marwati, dkk (2013) menyatakan bahwa semakin tinggi
konsentrasi gula maka semakin tinggi kandungan gula reduksi pada teh
kombucha. Proses fermentasi dapat meningkatkan degradasi gula disakarida
atau oligosakarida yang secara tidak langsung meningkatkan pembentukan gula
pereduksi (Ardheniati ,2008)
31
C. pH Teh Kombucha
pH (potensial Hidroksida) dalam fermentasi, kontrol pH sangat penting
dilakukan kareba pH yang optimal harus dipertahankan selama fermentasi.
Perubahan pH dapat terjadi selam fermentasi berlangsung. Hasil analisa pH
teh kombucha dengan perlakuan tertinggi adalah perlakuan G2 dengan hasil
5,476 sedangkan hasil terendah adalah perlakuan G1 dengan hasil 4,782. Hasil
sesuai dengan pH teh kombucha normal dengan perlakuan gula pasir.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Karyantina dan Suhartatik (2008), teh
kombucha memiliki pH berkisar dari 3,0-5,5 selama fermentasi selama 6 hari.
Menurut Ardheniati (2008) pada penelitiannya tentang teh kombucha
mengatakan pH kombucha terbaik adalah 4. Rerata pH teh kombucha dengan
berbagai jenis gula merah disajikan pada Tabel. 6 dan data selengkapnya serta
hasil statistik tercantum pada Lampiran 4.
Tabel 6. Rerata pH Teh Kombucha
Perlakuan
Rerata pH*
G1
4,782a
G2
5,476b
G3
5,240b
G4
4,884a
Ket : *) Superskrip huruf yang berbeda menunjukkan terdapat perbedaan yang
nyata antar perlakuan (P<0,05)
Hasil analisis ragam menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan
pada pH akibat penambahan berbagai jenis gula merah (P<0,05). Hasil uji
Duncan Multiple Range Test (DMRT) menunjukkan bahwa perlakuan G1
sama dengan perlakuan G4, sedangkan perlakuan G2 sama dengan perlakuan
32
G3. Perlakuan G1 dan G4 berbeda nyata dengan perlakuan G2 dan G3 Hal ini
disebabkan karena kandungan gula yang diubah menjadi asam tidak memiliki
perbedaan yang terlalu signifikan. Selain itu diduga pengaruh warna gula
merah juga mempengaruhi tingkat keasaman gula yang juga mempengaruhi
tingkat keasaman teh kombucha. Pendapat ini didukung penelitian Chindy
(2013) tentang kualitas gula merah aren yang menyebutkan kualitas warna gula
yang dipakai akan mempengaruhi tingkat keasaman teh kombucha yang
dihasilkan, semakin gelap warna gula yang dipakai, semakin rendah pH yang
dihasilkan. Teh hijau yang digunakan pada teh kombucha, mengandung
senyawa polifenol dan katekin merupakan senyawa antimikroba yang
menyebabkan rasa pahit dan sepat, mempengaruhi aktivitas mikrobia dan
khamir dalam mengurai sukrosa menjadi monosakarida yang akan diubah
menjadi alkohol dan karbondioksida. Alkohol tersebut dioksidasi membentuk
asam. Diagram rerata pH dapat dilihat pada Gambar 5.
5.6
5.4
5.2
5
4.8
4.6
4.4
5.476
5.24
4.884
4.782
G1
G2
G3
G4
Gambar 5. Diagram Batang Rerata pH Teh Kombucha
Diagram diatas menunjukkan nilai pH teh kombucha hasil penelitian,
dapat dilihat paling tertinggi pada perlakuan G2 , diikuti perlakuan G3, G4,
dan G1.
33
Perubahan pH terjadi karena adanya aktivitas enzim amilolitik yang
dihasilkan oleh khamir selama proses fermentasi sehingga mengakibatkan nilai
keasaman meningkat (Ardheniati, 2008). Nilai PH mencerminkan nilai total
asam yang terbentuk (keasaman teh kombucha).
D. Kesukaan Panelis Terhadap Aroma Teh Kombucha
Rerata hasil pengujian terhadap aroma teh kombucha dengan
menggunakan uji hedonik tercantum pada Tabel 7. Hasil sidik ragam
menunjukkan kesukaan panelis terhadap aroma teh kombucha berbagai jenis
gula merah dapat dilihat pada Lampiran 5 .
Tabel 7. Analisis Aroma Teh Kombucha
Perlakuan
Skala Nomerik*
G1
G2
G3
G4
3,35c
2.35
2.80
ab
Skala Hedonik
Agak tidak suka
Tidak suka
b
Agak tidak suka
a
Tidak suka
2.20
Ket : *) Superskrip huruf yang berbeda menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata
antar perlakuan (P<0,05)
Rerata skor aroma teh kombucha berbagai jenis gula merah hasil
penelitian yang paling tinggi adalah 3,35 (agak tidak suka) yang diperloleh dari
perlakuan G1, sedangkan yang paling terendah adalah 2,20 (tidak suka) yang
diperoleh dari perlakuan G4. Berdasarkan hasil analisis ragam pada skor
kesukaan panelis terhadap aroma teh kombucha menunjukkan ada perbedaan
yang nyata (P<0,05) secara signifikan.
34
Hasil uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) menunjukkan perlakuan
G1 beda nyata dengan perlakuan G2, G3 dan G4. Perlakuan G2 sama dengan
perlakuan G3. Perlakuan G2 sama dengan perlakuan G4.
Perlakuan G1 dan G3 (Agak tidak suka) oleh panelis memiliki aroma
yang hampir sama yaitu asam, komponen asam yang terbentuk adalah senyawa
volatil yang dapat dicium oleh indra penciuman manusia. Aroma kombucha
disebabkan oleh senyawa senyawa volatil
yang terbentuk
sehingga
menimbulkan aroma yang khas (Anugrah,2005). Senyawa volatil yang
terkandung dalam teh kombucha adalah alkohol, asam asetat, dan asam asam
organik yang terbentuk. Selain aroma dari senyawa volatil dari hasil
fermentasi, senyawa volatil yang terkandung pada masing masing perlakuan
juga mempengaruhi hasil akhir aroma yang terbentuk. Senyawa yang
terkandung dalam gula merah setiap perlakuan adalah reaksi maillard pada gula
yang menimbulkan aroma karamel, aldehida, keton, alkohol, hidrokarbon,
fenol, asam, pirazin, dll. Setiap jenis gula merah memilik senyawa velotile
yang berbeda yang menimbulkan aroma yang khas dan berbeda sama lain.
Diagram rerata kesukaan aroma dapat dilihat pada Gambar 6.
4
3.35
2.8
Skor
3
2.35
2.2
2
1
0
G1
G2
G3
G4
Gambar 6. Diagram Batang Rerata Organoleptik Aroma Teh Kombucha
35
Grafik diatas menunjukkan bahwa perlakuan G1 dan G3 mempunyai
nilai aroma agak suka, sedangkan G2 dan G4 mempunyai nilai tidak suka.
Aroma pada teh kombucha dengan perlakuan gula merah memiliki aroma
caramel yaitu aroma manis dan aroma asam karena memiliki senyawa asam
asam organik didalamnya. Hal ini disebabkan khamir dan bakteri melakukan
metabolisme terhadap sukrosa dan menghasilkan sejumlah asam asam organik
seperti asam asetat, asam gluroronat, dan asam glukonat.
36
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang ”Kadar Alkohol, Gula Reduksi, pH,
Kesukaan Teh Kombucha Dengan Berbagai Jenis Gula Merah” dapat diambil
kesimpulan dan saran sebagai berikut :
A. Kesimpulan
1. Berbagai jenis gula merah tidak memberikan pengaruh terhadap kadar
alkohol dan gula reduksi, tetapi memberikan pengaruh terhadap pH dan
tingkat kesukaan aroma teh kombucha yang dihasilkan.
2. Hasil rerata kadar alkohol tertinggi didapat perlakuan G1 0,056%
sedangkan terendah adalah 0,026%. Pada rerata gula reduksinya tertinggi
didapat perlakuan G3 13,796 %, terendah didapat G1 11,892%. Rerata
Ph tertinggi adalah G2 5,476% , sedangkan hasil rerata terendah G1
4,782%. Hasil uji kesukaan aroma hasil tertinggi adalah G1 dengan skor
agak tidak suka, sedangkan hasil terendah didapat perlakuan G4 dengan
skor tidak suka.
3. Jenis gula siwalan memberikan hasil terbaik, mendekati hasil terbaik dari
penelitian sebelumnya dengan kadar alkohol 0,056 %, kadar gula reduksi
11,892 %, pH 4,781, dan aroma agak disukai.
37
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh lama
fermentasi teh kombucha dengan perlakuan gula merah untuk lebih
mengetahui hasil mana yang terbaik.
38
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2005. Kajian Sosial Ekonomi Aren di Banten. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Banten.
Anonim. 1995. Official Methods of Analysis of Association of Official Analitical
Chemists. Edisi ke 14. Kenneth Helrich, Chapter 44.1.03, United States of
America.
Anonim. 2014. Gula Aren. (http: //id.Wikipedia.org/wiki/Gula_Aren/07/09/2015)
Anonim.1995. SNI 01-3743-1995. Gula Merah. Badan Standarisasi Nasional
(BSN), Jakarta.
Anugrah, S.T. 2005. Pengembangan produk kombucha probiotik barbahan baku
teh hitam (camellia sinesis). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB.
Ardhenita, M. 2008. Kinetika Fermentasi Pada Teh Kombucha dengan Variasi
Jenis Teh Berdasarkan Pengolahannya. Skripsi. FP. Universitas Sebelas
Maret. Surakarta.
Eberl. 1987. Use of Green Fluorescent Protein As A Marker for ecological studies
of Activated Sludge Communities. FEMS Microbiology Letters.
Fontana, J.D., V.C. Franco. S.J. deSouza, I.N. Lyra, dan M. deSouza. 1990.
Nature of plant stimulators in teh production of Acetobacter xylinum (“Tea
Fungus”) biofilm used in skin tehraphy. Appl. Biochem & Biotechnology.
Fulder, S,. 2004. Khasiat Teh Hijau. Terjemahan T.R. Wilujeng. Prestasi Pustaka
Publisher. Jakarta.
Greenwalt C.J, R.A Ledford dan K.H Steinkraus. 1998. Detoxification and
Characterization of the Antimicrobial Activity of the Fermented Tea
Kombucha.
http://w3.trib.com/kombu/FAQ/antibiotic.html.
diakses
tanggal 28 Januari 2016.
Hartoyo, A. 2003. Teh dan Khasiatnya bagi Kesehatan. Kanisius. Yogyakarta.
Irine R C.2006. Tuak dan legen, http://www.id.wikipedia.org/wiki/siwalan.
diakses tanggal 10 januari 2016.
39
Marwati, Hudaida S, dan Ratri H. 2013. Pengaruh Konsentrasi Gula dan Starter
Terhadap Mutu Teh Kombucha. Jurnal Teknologi Pertanian. ISSN 18582419. Vol 8 No 2.
Moat. 2002. Microbial Physiology. New York. John Willy & Sons Ltd.
Naland, H. 2004. Kombucha Teh Ajaib Pencegah & Penyembuh Aneka Penyakit.
Jakarta. Agromedia Pustaka.
Nurlela, E. 2002. Kajian Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Warna Gula
Merah. Skripsi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. IPB, Bogor.
Putri, Lily S. E, dan Sukandar, D. 2008. Konversi Pati Gayong (Canna edulis Ker)
menjadi Bioetanol melalui Hodrilisis Asam dan Fermentasi. Biodiversitas,
9(2): 112 – 116.
Rahayu, T dan R Triastuti. 2007. Optimasi Fermentasi Cairan Kopi Dengan
Inokulan Kultur Kombucha ( Kombucha Coffee ). Jurnal Penelitian Sains
dan Teknologi. Vol 8, No 1.
Rohman, A. dan Sumantri. 2007. Analisis Makanan. Gajah Mada University
Press.Yogyakarta.Cet I
Sahidi, Fereidoon dan Mariam N. 1995. Food Phenolics : Sources Chemistry
Effects Applications. Technomic Publising Company Inc.
Saxena, I.M., F.C, Lin, dan R.M. Brown, Jr. 1990. Plant Molecular Biology.
Wiley, New York.
Siregar, B.A. 2003. Studi tentang pengaruh jenis dan wadah fermentasi pada
proses pembuatan teh kombucha (Combucha Tea).Skripsi Jurusan THP,
FP-USU, Medan.
Siswoputranto, P.S. 1978. Perkembangan Teh, Kopi, Coklat Internasional.
Gramedia Pustaka Umum. Jakarta.
Soekarto, S.T. 1985. Penelitian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil
Pertanian. Bhatara Karya Aksara, Jakarta.
40
Soeharjo, F. 1996. Pembudidayaan dan Pengolahan Teh. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Sudarmadji S., B. Haryono, Suhardi. 1989. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Liberty. Yogyakarta.
Suprapti, M.L. 2003. Teh Jamsi dan Manisan Nata. Kanisius. Yogyakarta.
Wahyudi, M. 2006. Proses Pembuatan dan Analisis Yogurt. Buletin Teknik
Pertanian.11 (1):12-16.
Widjanarko. 2008. Siwalan dan Kandungannya. http://www.lintas.berita.com
diakses tanggal 4 januari 2016.
Winarno, F.G. 1987. Biofermentasi dan Biosintesia Protein. Bandung. Angkasa.
Wood, B.J.B. 1998. Microbiology of Fermented Foods. Elsevier Applied Science
Publisher. London.
Yamanishi, T. 1995. “Flavour of Tea”.Food Review International Special Issue on
Tea. Vol. II No.477-525.
41
LAMPIRAN 1. Kuisioner Uji Kesukaan
KUISIONER UJI KESUKAAN AROMA TEH KOMBUCHA
Nama Panelis :
NIM
:
Tanggal Uji
:
Pengujian
: AROMA
Instruksi
: Nyatakan penilaian saudara terhadap AROMA teh kombucha
dan berikan tanda √ (contreng) pada pernyataan yang sesuai
dengan penilaian saudara pada masing – masing kode bahan
KODE BAHAN
PENILAIAN
210
051
Sangat Suka
Suka
Agak Tidak Suka
Tidak Suka
Sangat Tidak Suka
42
192
923
LAMPIRAN 2. Data dan Analisis Statistik Kadar Alkohol
Ulangan
Perlakuan
1
2
3
4
5
G1
0.08
0.05
0.07
0.04
0.04
G2
0.04
0.03
0.08
0.08
0.01
G3
0.04
0.06
0.06
0.04
0.03
G4
0.03
0.01
0.04
0.01
0.04
Descriptives
Kadar Alkohol
N
Mean
Std.
Std.
95% Confidence
Deviation
Error
Interval for Mean
Lower
Upper
Bound
Bound
Minimum
Maximum
G1 (Gula Siwalan)
5
.0560
.01817
.00812
.0334
.0786
.04
.08
G2 (Gila Kelapa)
5
.0440
.03507
.01568
.0005
.0875
.01
.08
G3 (Gula Aren)
5
.0460
.01342
.00600
.0293
.0627
.03
.06
G4 (Gula Tebu)
5
.0260
.01517
.00678
.0072
.0448
.01
.04
20
.0430
.02319
.00519
.0321
.0539
.01
.08
Total
Test of Homogeneity of Variances
Kadar Alkohol
Levene Statistic
4.568
df1
df2
3
Sig.
16
.017
ANOVA
Kadar Alkohol
Sum of Squares
df
Mean Square
Between Groups
.002
3
.001
Within Groups
.008
16
.000
Total
.010
19
43
F
1.584
Sig.
.232
Kadar Alkohol
a
Duncan
Jenis Gula
N
Subset for alpha
= 0.05
1
G4 (Gula Tebu)
5
.0260
G2 (Gila Kelapa)
5
.0440
G3 (Gula Aren)
5
.0460
G1 (Gula Siwalan)
5
.0560
Sig.
.065
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
44
LAMPIRAN 3. Data dan Analisis Statistik Gula Reduksi
Ulangan
Perlakuan
1
2
3
4
5
G1
G2
G3
G4
12.15
14.61
9.10
11.50
12.10
10.05
6.52
15.10
18.70
10.30
14.43
15.95
11.10
14.40
13.10
10.34
15.30
12.20
14.10
12.35
Descriptives
Gula Reduksi
N
Mean
Std.
Std.
95% Confidence
Deviation
Error
Interval for Mean
Lower
Upper
Bound
Bound
Minimum
Maximum
G1 (Gula Siwalan)
5
11.8920
1.96509
.87881
9.4520
14.3320
9.10
14.61
G2 (Gila Kelapa)
5
12.1340
4.77318
2.13463
6.2073
18.0607
6.52
18.70
G3 (Gula Aren)
5
13.7960
1.81379
.81115
11.5439
16.0481
11.10
15.95
G4 (Gula Tebu)
5
12.8580
1.90639
.85256
10.4909
15.2251
10.34
15.30
20
12.6700
2.76496
.61826
11.3760
13.9640
6.52
18.70
Total
Test of Homogeneity of Variances
Gula Reduksi
Levene Statistic
3.593
df1
df2
3
Sig.
16
.037
ANOVA
Gula Reduksi
Sum of Squares
Between Groups
df
Mean Square
Within Groups
10.979
134.276
3
16
Total
145.255
19
45
3.660
8.392
F
Sig.
.436
.730
Gula Reduksi
a
Duncan
Jenis Gula
N
Subset for alpha
= 0.05
1
G1 (Gula Siwalan)
5
11.8920
G2 (Gila Kelapa)
5
12.1340
G4 (Gula Tebu)
5
12.8580
G3 (Gula Aren)
5
13.7960
Sig.
.353
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
46
LAMPIRAN 4. Data dan Analisis Statistik pH
Ulangan
Perlakuan
1
2
3
4
5
G1
G2
G3
G4
4.67
4.87
5.17
5.00
4.20
5.70
5.30
5.46
5.67
5.25
5.26
5.30
5.37
5.27
5.00
4.87
4.90
5.02
4.93
4.70
Descriptives
pH
N
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
95% Confidence
Interval for Mean
Lower
Bound
G1 (Gula Siwalan)
G2 (Gula Kelapa)
G3 (Gula Aren)
G4 (Gula Tebu)
Total
5
5
5
5
20
4.7820
5.4760
5.2400
4.8840
5.0955
.37319
.20623
.14089
.11718
.35577
.16690
.09223
.06301
.05240
.07955
Minimum
Upper
Bound
4.3186
5.2199
5.0651
4.7385
4.9290
5.2454
5.7321
5.4149
5.0295
5.2620
4.20
5.25
5.00
4.70
4.20
Test of Homogeneity of Variances
pH
Levene Statistic
2.513
df1
df2
3
Sig.
16
.095
ANOVA
pH
Sum of Squares
Between Groups
Within Groups
Total
df
Mean Square
1.543
3
.514
.862
16
.054
2.405
19
47
Maximum
F
9.554
Sig.
.001
5.17
5.70
5.37
5.02
5.70
pH
a
Duncan
Jenis Gula
N
Subset for alpha = 0.05
1
2
G1 (Gula Siwalan)
5
4.7820
G4 (Gula Tebu)
5
4.8840
G3 (Gula Aren)
5
5.2400
G2 (Gula Kelapa)
5
5.4760
Sig.
.497
.127
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
48
LAMPIRAN 5. Data dan Analisis Statistik Aroma
Ulangan
Perlakuan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
G1
G2
G3
G4
4
4
3
3
4
4
4
2
2
3
2
3
4
3
4
4
4
4
3
3
2
1
2
4
1
3
1
3
2
3
3
2
3
2
3
3
3
1
2
3
3
4
2
3
2
1
3
3
2
3
2
3
2
3
3
4
4
3
3
3
3
3
2
2
1
2
2
3
1
3
1
1
4
2
3
3
4
1
1
2
Between-Subjects Factors
Value Label
Jenis Gula
N
1
210 (Gula Siwalan)
20
2
923 (Gula Kelapa)
20
3
192 (Gula Aren)
20
4
051 (Gula Tebu)
20
Descriptive Statistics
Dependent Variable: Organoleptik Aroma
Jenis Gula
210 (Gula Siwalan)
923 (Gula Kelapa)
192 (Gula Aren)
051 (Gula Tebu)
Total
Mean
3.35
2.35
2.80
2.20
2.68
Std. Deviation
.745
.875
.768
1.005
.952
49
N
20
20
20
20
80
Levene's Test of Equality of Error Variances
Dependent Variable: Organoleptik Aroma
F
df1
1.317
df2
3
a
Sig.
76
.275
Tests the null hypothesis that the error variance of
the dependent variable is equal across groups.
a. Design: Intercept + Perlakuan
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Organoleptik Aroma
Source
Type III Sum of
Squares
df
Mean Square
a
Galat
16.050
572.450
16.050
55.500
3
1
3
76
Total
644.000
80
71.550
79
Corrected Model
Panelis
Perlakuan
Corrected Total
F
5.350
572.450
5.350
.730
Sig.
7.326
783.895
7.326
a. R Squared = .224 (Adjusted R Squared = .194)
Jenis Gula
Dependent Variable: Organoleptik Aroma
Jenis Gula
Mean
Std. Error
95% Confidence Interval
Lower Bound
210 (Gula Siwalan)
923 (Gula Kelapa)
192 (Gula Aren)
051 (Gula Tebu)
3.350
2.350
2.800
2.200
.191
.191
.191
.191
Upper Bound
2.969
1.969
2.419
1.819
3.731
2.731
3.181
2.581
Organoleptik Aroma
a,b
Duncan
Jenis Gula
N
Subset
1
2
051 (Gula Tebu)
20
2.20
923 (Gula Kelapa)
20
2.35
192 (Gula Aren)
20
210 (Gula Siwalan)
20
Sig.
3
2.35
2.80
3.35
.580
.100
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .730.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 20.000.
b. Alpha = .05.
50
1.000
.000
.000
.000
LAMPIRAN 6. Dokumentasi Penelitian
Gula Merah Aren, Tebu, Kelapa,
Kultur Kombucha
Siwalan
(SCOBY)
Teh Hijau
Fermentasi Teh Kombucha
(Merk Kepala Djengot)
Uji Kadar Alkohol
Uji Kadar Gula Reduksi
(Piknometer)
(Titrasi)
Uji Organoleptik
51
52
Download