BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN Tahapan terpenting di dalam penelitian adalah tahap analisa dan pembahasan. Tujuan utama dari analisa dan pembahasan adalah menganalisa sejauh mana model yang dipergunakan di dalam penelitian ini sesuai dengan sistem nyata. Jika model bersesuaian dengan sistem nyata maka model dalam penelitian ini dapat dipergunakan sebagai alternatif di dalam pengelolaan manajemen pengetahuan. Selain itu, juga bertujuan untuk mengukura tingkat keeratan hubungan dan tingkat signifikansi hubungan antar faktor yang ada dalam model penelitian Tahapan ini berisi tentang interpretasi yang bisa didapatkan dari data-data pengolahan statistik yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya. Interpretasi pada penelitian ini berusaha menerjemahkan data statistik, mengaitkan data statistik dengan fakta dan informasi yang diperoleh baik dari wawancara ataupun dari review dokumen yang diperoleh dari perusahaan. Untuk memudahkan di dalam melakukan analisa, maka analisa akan dilakukan bertahap yaitu berawal dari analisa yang didasarkan pada model secara keseluruhan, model struktural dan model pengukuran. Di akhir bab ini akan disampaikan keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh penelitian ini. 5.1 Analisis yang didasarkan pada model secara keseluruhan Secara umum, model yang dipakai dalam penelitian ini memiliki tingkat kesesuaian yang relatif cukup (tidak terlalu tinggi). Faktor-faktor yang dilibatkan di dalam model penelitian ini adalah top management commitment, technological infrastucture, methodology, organizational structure, orgnizational culture, motivation and reward, staff retirement, staff defection and ownership of problem. Jika dikaitkan dengan konteks implementasi manajemen pengetahuan di PT KS maka nilai goodness of fit yang cukup bagus adalah sangat wajar. Hal tersebut karena dua hal yaitu aspek waktu dan aspek komitmen manajemen. a. Dalam hal aspek waktu, PT KS baru saja meresmikan program implementasi manajemen pengetahuan kira-kira 1,6 tahun yang lalu. Oleh karena itu, pada saat penelitian ini dilakukan situasi implementasi manajemen pengetahuan masih dalam kondisi tahap awal. Ada manfaat yang sudah dirasakan tapi 127 banyak juga manfaat yang masih harus menjadi tantangan untuk dicapai. Manfaat yang cukup besar dirasakan adalah adanya KM online. KM online memudahkan karyawan PT KS untuk mencari pengetahuan yang ada di dalam perusahaan, walaupun kemampuan KM online masih kurang bagus karena akses yang kurang cepat dan banyak virusnya. b. Dalam hal aspek berkepentingan komitmen dengan manajemen, manajemen manajemen pengetahuan puncak karena hanya manajemen pengetahuan merupakan salah satu OFI (opportunity for improvement) dari penilaian MBNQA. Namun dukungan secara khusus belum diberikan oleh manajemen puncak. Rancangan dan gagasan manajemen puncak lebih didorong pada level bawah (dalam hal ini adalah PUSDIKLAT). Manajemen puncak juga belum menyediakan server khusus untuk pengelolaan KM online, sementara ini server KM online masih “menumpang” pada server SAP. Selain itu, manajemen puncak juga belum menetapkan struktur organisasi resmi yang mengelola manajemen pengetahuan. Manajemen pengetahuan masih dikelola oleh tim lintas unit kerja (PUSDIKLAT, P2PK, PSDM dan Teknologi Informasi). Jika dilihat dari otoritas dan kewenangannya, pengelolaan manajemen pengetahuan ada di bawah unit PSDM. Penempatan pengelolaan manajmen pengetahuan perlu diperbaiki supaya lebih mandiri dan mempunyai akses yang lintas departemen/unit kerja. Dalam proses implementasi manajemen pengetahuan, PT KS banyak terbantu oleh sistem manajemen mutu (ISO). Dari hasil wawancara pada saat pengisian kuesioner, responden sering menceritakan mengenai dokumen-dokumen mutu (SOP, Work instruction, 5R, gugus kendali mutu dll) sebagai properti pengetahuan. Ada responden juga yang menyampaikan bahwa (dahulu) di PT KS pernah ada forum engineer, dalam forum tersebut, para engineer menyampaikan temuan-temuan yang ada di dalam unit kerjanya dan mendiskusikannya pada sesama engineer. Banyak hal yang sudah dilakukan oleh PT KS dalam aspek-aspek manajemen pengetahuan dan terkadang hal tersebut tidak dipahami oleh para karyawan sebagai bagian dari program implementasi manajemen pengetahuan. Sementara ini, ada anggapan bahwa manajemen pengetahuan PT KS adalah KM online. Padahal KM online hanyalah bagian kecil dari manajemen pengetahuan. 128 5.2 Analisis Model Struktural dan Analisis Hipotesis Berdasarkan pada analisa hipotetik maka ada beberapa hal yang bisa diterjemahkan dalam konteks perusahaan PT KS. Analisa berikut ini merupakan analisa yang bersifat mencari aspek yang kurang di dalam implementasi manajemen pengetahuan di PT KS antara lain : a. Komitmen manajemen puncak memang memiliki pengaruh dalam penyusunan struktur organisasi manajemen pengetahuan dan methodologi/cara implementasi manajemen pengetahuan. Namun, ternyata ada pengaruh lain yang cukup besar dibanding komitmen manajemen puncak. Oleh karena itu, perlu dicari variabel pengaruh lain tersebut supaya bisa dikelola lebih lanjut. Kondisi ini mencerminkan adanya kesenjangan yaitu visi dan komitmen manajemen puncak belum terformalisasi dalam bentuk struktur organisasi dan methodologi implementasi manajemen pengetahuan. Saat ini, pengelolaan manajemen pengetahuan di PT KS baru ditangani oleh tim gugus tugas, yang mana tim tersebut tidak memiliki otoritas dan kewenangan yang jelas. Selain itu, sosialisasi mengenai keberadaan tim dan tugas/tanggung jawab tim juga masih lemah, sehingga banyak karyawan yang tidak mengetahuinya (khususnya karyawan yang ada di lingkungan pabrik). Situasi ini akan berdampak pada jangka panjang. b. Manajemen puncak memang telah menunjukkan komitmennya dalam implementasi manajemen pengetahuan namun komitmen tersebut belum bersifat otonom, belum tersistematisasi dan belum terintegasi. Beberapa komitmen manajemen puncak antara lain : mendorong untuk dilakukannya proses dokumentasi pengetahuan baik yang bersifat tacit maupun eksplisit seperti penyusunan database pengetahuan di KM online, proses magang kepada pakar teknologi baja yang akan pensiun dan adanya kewajiban setiap unit kerja untuk menulis karya ilmiah inovatif terkait dengan proses bisnis unit kerja (bagi yang menang dalam kompetisi akan diberi insentif). c. Dalam aspek methodologi, PT KS belum menetapkan pengelolaan manajemen pengetahuan dalam jangka panjang, namun PT KS sangat terbantu dengan 129 implementasi ISO. Pengelolaan ISO cukup mirip dengan pengelolaan pengetahuan, seperti adanya gugus tugas untuk melakukan improvement di suatu unit kerja tertentu dan mencatat seluruh proses kerja yang dilakukan. Banyak para karyawan yang memahami beberapa program ISO sebagai bentuk manajemen pengetahuan. d. Inisiatif melakukan pengelolaan manajemen pengetahuan di PT KS lebih didorong oleh inisiatif di level bawah (dalam hal ini pusdiklat). Hal ini mencerminkan bahwa sebenarnya kesadaran melakukan pengelolaan pengetahuan telah dipahami oleh karyawan. Kondisi seperti ini akan sangat efektif untuk jangka pendek dan untuk tahapan awal dari implementasi manajemen pengetahuan, namun tidak akan cukup efektif untuk pengelolaan pengetahuan dalam jangka panjang. e. Manajemen puncak perlu segera membentuk struktur organisasi manajemen pengetahuan dan tahapan melakukan implementasi manajemen pengetahuan (khususnya dalam jangka panjang) karena kedua hal tersebut sangat berpengaruh di dalam melakukan investasi di bidang teknologi informasi. Saat ini, PT KS memang telah memiliki KMKS namun ada indikasi bahwa KMKS akan mengalami kendala dalam jangka panjang. Indikasi yang muncul antara lain tingkat akses karyawan terhadap KMKS yang kurang dan pemahaman manajemen pengetahuan yang belum tersosialisasi secara menyeluruh. f. Pemanfaatan teknologi informasi yang didukung oleh methodologi implementasi KM dan struktur organisasi manajemen pengetahuan yang mandiri dan profesional akan mampu menumbuhkan budaya pengetahuan yang bagus. g. Budaya pengetahuan yang bagus akan bisa terjaga dengan didukung oleh sistem pemberian insentif dan penghargaan. h. Keputusan seorang karyawan untuk keluar atau mengajukan pensiun dini dari perusahaan ternyata tidak terlalu dipengaruhi oleh sistem insentif dan penghargaan. Ada pengaruh variabel lain yang cukup kuat dan mampu mempengaruhi karyawan untuk keluar dari perusahaan (Loquercio, 2006). Walaupun, dengan adanya sistem insentif dan pemberian penghargaan 130 mempunyai kemungkinan untuk memcegah karyawan keluar/mengajukan pensiun dini dari perusahaan. i. Sistem pemberian insentif PT KS bagi karyawan yang menulis karya ilmiah ternyata memiliki dampak positif dan negatif. Dampak negatif muncul jika tidak ada pengawasan terhadap karya ilmiah tersebut, semisal hasil karya ilmiah tidak diimplementasikan, kalaupun diimplementasikan tidak diawasi kinerjanya (hal ini seperti disampaikan oleh Carillo, et.al, 2003). j. Adanya karyawan yang keluar dari perusahaan atau mengajukan pensiun dini dari perusahaan ternyata tidak terlalu mempengaruhi pada sikap rasa memiliki terhadap persoalan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan perlu mencari variabel yang mempengaruhi rasa memiliki terhadap implementasi manajemen pengetahuan. Perusahaan perlu membangun KM Awareness melalui sosialisasi manfaat dan teminologi manajemen pengetahuan sehingga para karyawan memiliki pandangan yang sama tentang manajemen pengetahuan (Handzic, 2006). Berikut ini adalah analisa model berdasarkan pada pencapaian nilai CR : a. Pada tabel tersebut, hanya ada tiga variabel laten yang nilai CR-nya cukup bagus yaitu komitmen manajemen puncak, methodology dan infrastruktur teknologi. Ini menunjukkan gambaran bahwa memang implementasi manajemen pengetahuan oleh perusahaan masih dalam tahap awal, sehingga baru faktor-faktor dasar yang bisa terbaca oleh responden penelitian. b. Para karyawan dimudahkan dalam memahami manajemen pengetahuankarena pada perusahaan sudah diterapkan ISO (gugus kendali mutu, 5 R dan sebagainya) dan responden memahami dokumen dan proses di dalam ISO adalah mirip dengan proses manajemen pengetahuan. c. Keberadaan media KM Online cukup menjadi representasi awal dari keberadaan pengelolaan manajemen pengetahuan. d. Sedangkan struktur organisasi memiliki nilai CR yang kecil karena memang manajemen pengetahuan belum mendapatkan posisi struktur organisasi yang tepat dan mempunyai kewenangan/otoritas yang jelas. e. Sedangkan variabel laten selain ketiganya yaitu budaya organisasi, motivasi dan reward, staff defection, staff retirement dan ownership of problem memiliki 131 nilai CR yang rendah disebabkan (kemungkinan) pengaruh implementasi manajemen pengetahuan (secara formal) belum sampai pada faktor-faktor tersebut. Berdasarkan analisis diatas maka saran yang bisa diberikan kepada perusahaan adalah : 1. Menjaga tingkat komitmen manajemen puncak terhadap implementasi manajemen pengetahuan (kalau perlu ditingkatkan) 2. Memastikan struktur organisasi pengelola manajemen pengetahuan 3. Meningkatkan budaya pengetahuan, sistem pemberian motivasi dan penghargaan bagi karyawan sesuai dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh karyawan. Dengan semakin baiknya ketiga faktor diatas maka faktor staff defection, staff retirement dan ownership of problem akan bisa dikendalikan. 5.3 Keterbatasan-keterbatasan penelitian Penelitian ini memiliki banyak keterbatasan khususnya dalam hal generalisasi pemakaian model yang dipergunakan di dalam penelitian ini. Keterbatasan penelitian ini antara lain : 1. Model yang dipergunakan di dalam penelitian ini hanya diujicobakan dalam satu lokasi penelitian. Oleh karenanya, jika model tersebut diujicobakan di lokasi yang lain maka akan menghasilkan tingkat kesesuaian yang berbeda pula. 2. Model dalam penelitian ini hanya menggunakan hubungan antar faktor yang sifatnya satu arah. Oleh karena itu, jika asumsi hubungan antar faktor tersebut bukan satu arah maka hasil model akan berubah. 3. Model ini berusaha melihat implementasi manajemen pengetahuan dari aspek yang sifatnya intangibel/tidak bisa diukur langsung. Oleh karenanya, untuk bisa mengevaluasi kinerja implementasi manajemen pengetahuan maka perlu dilengkapi dengan data-data yang sifatnya kuantitatif. Data-data yang sifatnya kuantitatif tersebut bisa saja berasal dari data dampak dari implementasi manajemen pengetahuan pada proses bisnis atau yang lainnya. 132 133 134