PENDAHULUAN Latar Belakang Meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia mengakibatkan peningkatan pembangunan permukiman yang sangat pesat, namun hal tersebut tidak diimbangi dengan luas lahan yang tersedia. Pembangunan permukiman yang meningkat khususnya di kota-kota besar dengan tidak adanya penambahan luas lahan mengakibatkan habitat dari organisme-organisme yang ada di sekitar permukiman terganggu, sehingga organisme-organisme tersebut dapat berpindah ke tempat lain termasuk ke dalam rumah atau berada di sekitar rumah. Selain masalah di atas, terdapat masalah lain yang harus diperhatikan yaitu tingginya kasus keracunan akibat penggunaan pestisida di rumah tangga. Menurut data dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan, pada tahun 2006 angka kasus keracunan pestisida rumah tangga sebesar 414 kasus dan pada tahun 2007 angka tersebut menurun menjadi 184 kasus, jumlah kasus ini lebih besar bila dibandingkan dengan kasus yang terjadi pada penggunaan pestisida di pertanian (Harian Sinar Indonesia 2008). Organisme pengganggu yang terdapat di rumah tangga umumnya disebut dengan hama permukiman. Terminologi hama dalam ekosistem permukiman tergantung pada sistem atau ambang nilai manusia yang tidak bisa diukur dalam hitungan nilai ekonomis. Setiap manusia memiliki nilai ambang yang berbedabeda. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti status sosial, tingkat pendidikan, budaya, dan lain-lain. Oleh karena itu, kehadiran suatu organisme di dalam rumah, dapat dipersepsikan berbeda-beda. Terdapat sebagian orang yang tidak merasa terganggu dengan kehadiran hama permukiman dalam jumlah tertentu di rumah, tetapi ada pula sekelompok orang yang sama sekali tidak memiliki toleransi terhadap kehadiran hama tersebut di dalam rumahnya (zero tolerance) (Rismayadi 2009). Menurut Darandono 2004, hama permukiman yang umumnya berada di rumah dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu serangga, tikus dan rayap. Hama tersebut apabila masuk ke dalam rumah dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan bahkan dapat mengganggu kesehatan manusia yang ada di dalam rumah. Terganggunya kenyamanan seperti aroma yang tidak sedap, mengotori lantai, merusak kayu atau dengan kata lain merusak estetika serta terganggunya kesehatan pada manusia. Adanya permasalahan tersebut mengakibatkan munculnya kegiatan pengendalian terhadap hama permukiman tersebut. Tindakan antisipatif untuk menekan akibat langsung dan tidak langsung perlu diupayakan agar tidak menimbulkan banyak kerugian (Nafis 2009). Menurut Sigit (2007) masyarakat dipermukiman dapat mencegah timbulnya masalah hama yang mengganggu, dengan cara menjaga dan mengelola lingkungan sedemikian rupa sehingga tidak kondusif bagi keberadaaan organisme pengganggu. Selain itu, peniadaan tempat-tempat yang dapat menjadi habitat dan persembunyian serta pengolahan limbah yang benar merupakan cara-cara yang pada dasarnya dapat dilaksanakan secara individual ataupun secara kolektif. Pengendalian lain yang dapat dilakukan apabila cara tersebut tidak memberikan hasil adalah menggunakan pestisida. Penggunaan pestisida dinilai memiliki kelebihan yang cukup tinggi untuk mengendalikan hama permukiman. Penggunaan pestisida oleh kalangan individu permukiman dapat menimbulkan resiko. Resiko itu diantaranya kemungkinan bahaya keracunan langsung, pencemaran lingkungan yang berakibat keracunan kronis, serta timbulnya galur-galur hama resisten (Sigit 2007). Penggunaan pestisida di rumah tangga tidak hanya digunakan di dalam rumah tetapi digunakan juga di halaman rumah atau kebun untuk melindungi tanaman dari gulma atau organisme pengganggu yang lain. Penggunaan pestisida apabila dalam pengaplikasiannya tidak didasari oleh pengetahuan yang cukup, dapat menimbulkan munculnya permasalahan baru. Kurangnya pengetahuan terhadap bahan-bahan kimia tersebut dapat menimbulkan dampak negatif, seperti keracunan pada penghuni rumah akibat aplikasi yang salah. Selain itu, keracunan juga dapat terjadi pada binatang peliharaan seperti ikan atau binatang peliharaan yang lain. Dampak lain yang dapat terjadi adalah rusaknya lingkungan, selain itu dapat menyebabkan hama menjadi resistensi dan resurjensi. Sehingga perlu diketahui informasi mengenai pestisida serta bahaya yang dapat ditimbulkan dari pestisida yang dipilih agar pengendalian yang dilakukan dapat berjalan secara efektif, efisien dan aman. Penggunaan pestisida di rumah tangga harus memperhatikan keamanan, yang meliputi keamanan dari segi pengaplikasian dan penyimpanan pestisida yang digunakan. Tujuan Membandingkan karakteristik masyarakat di Jakarta dan Surabaya tentang pengetahuan, sikap, dan tindakan dalam penggunaan pestisida di rumah dan di sekitar rumah. Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran terkini mengenai karakteristik masyarakat di Jakarta dan Surabaya tentang tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan dalam menggunakan pestisida.