phi 5 - komponen dalam sistem hukum positif indonesia 2

advertisement
HUKUM YANG
DICIPTAKAN MELALUI
PUTUSAN PENGADILAN
PERADILAN dan PENGADILAN
PERADILAN:
◦ PROSES PEMBERIAN KEADILAN DI
SUATU LEMBAGA YANG DISEBUT
PENGADILAN
PENGADILAN:
◦ LEMBAGA ATAU BADAN YANG
BERTUGAS MENERIMA, MEMERIKSA,
MENGADILI DAN MENYELESAIKAN
SETIAP PERKARA YANG DIAJUKAN
KEPADANYA
(I).PUTUSAN HAKIM / PENGADILAN
Putusan hakim/pengadilan meliputi:
Putusan pengadilan (vonis): terjadi sengketa, baik
perkara perdata atau pidana.
Perkara perdata: yang bersengketa adalah penggugat dan
tergugat. Contoh: wanprestasi dalam transaksi utang.
Perkara pidana: yang bersengketa adalah penuntut
umum dan terdakwa. Contoh: pembunuhan, pencurian
Penetapan pengadilan: tidak terjadi sengketa
Contoh: penetapan pengangkatan anak
Putusan pengadilan hanya mengikat para
pihak, tidak berlaku umum
◦ Pasal 21 AB (Algemane Bepalingen van
Wetgeving):
“Hakim tidak dapat memberi putusan yang akan
berlaku sebagai peraturan umum”
◦ 1917 Kitab Undang-undang Hukum Perdata:
“Kekuatan suatu putusan hakim yang telah
memperoleh kekuatan mutlak tidaklah lebih luas
daripada sekedar mengenai soalnya perkara”
Kesimpulan:
perbedaan antara putusan hakim
dengan jenis hukum lain
(peraturan perundangan dan
kebiasaan) :
◦ Putusan pengadilan: hanya mengikat pihak
yang berperkara
◦ Peraturan perundangan dan kebiasaan:
mengikat umum
YURISPRUDENSI
Kansil:
◦ Yurisprudensi adalah putusan hakim terdahulu yang
sering diikuti dan dijadikan dasar putusan oleh
hakim kemudian mengenai masalah yang sama atau
sejenis. Jadi putusan hakim yang tidak diikuti atau
dicontoh oleh hakim yang kemudian, bukan
yurisprudensi
◦ Yurisprudensi dibagi 2:
Yurisprudensi tetap: putusan hakim yang terjadi terjadi
karena rangkaian putusan serupa dan menjadi dasar bagi
pengadilan untuk mengambil putusan
Yurisprudensi tidak tetap: tidak diikuti oleh hakim
berikutnya untuk masalah yang sama
E. Utrecht:
◦ Yurisprudensi adalah keputusan-keputusan hakim.
◦ Yurisprudensi dibagi 2:
Yurisprudensi tetap: terjadi karena adanya suatu
rangkaian atau rentetan keputusan yang tetap. Atau
beberapa keputusan yang menjadi keputusan yang baku,
yaitu keputusan yang menjadi dasar bagi peradilan
(standart arresten)
Yurisprudensi tidak tetap: putusan pengadilan yang tidak
diikuti hakim lainnya
Perbedaan Kansil dengan Utrecht:
◦ Kansil: putusan hakim yang diikuti hakim
kemudian
◦ Utrecht:Yurisprudensi adalah keputusankeputusan hakim.
(2) PUTUSAN HAKIM/PENGADILAN
Putusan hakim/pengadilan:
1. Putusan yang diikuti oleh hakim yang lain dalam
masalah yang sejenis
2. Putusan hakim yang tidak diikuti oleh hakim
yang lain
AZAS THE BINDING OF PRECEDENT
Putusan hakim/pengadilan yang harus diikuti
oleh hakim yang lain dalam masalah yang
sejenis
AZAS THE BINDING OF PRECEDENT:
◦ Diikuti negara Common Law
◦ Amerika, Inggria, Australia
AZAS KODIFIKASI:
◦ Diikuti negara continental
◦ Perancis, Belanda, Indonesia
Utrecht:
Putusan hakim (PT, MA) pada umumnya diikuti
oleh hakim berikutnya (walau bukan negara yang
menganut azas precedent), karena:
Faktor Psikologis: Keputusan hakim memiliki
kekuasaan. Khususnya apabila dibuat oleh pengadilan
yang lebih tinggi (PT atau MA), karena lebih
berpengalaman, lebih dihormati.
2. Faktor Praktis: apabila berbeda dengan putusan
sebelumnya, cenderung akan dibawa kepada hakim
yang lebih tinggi
3. Kesesuaian pendapat.Hakim menyetujui isi putusan
hakim terdahulu
1.
ASPEK POSITIF
Menghindari putusan pengadilan yang
saling bertentangan
Menciptakan kepastian hukum
1.
2.
3.
4.
5.
KANSIL:
Sumber hukum formal adalah:
UU (statue)
KEBIASAAN (castum)
KEPUTUSAN HAKIM (yurisprudensi)
TRAKTAT (treaty)
PENDAPAT SARJANA HUKUM (doktrin)
HAKIM BERSIFAT PASIF
&
HAKIM DILARANG
MENOLAK PERKARA
Pengadilan / hakim Bersifat pasif:
◦ Apabila tidak ada tuntutan hak yang
diajukan kepada pengadilan, hakim akan
bersifat pasif (menunggu sampai perkara
itu oleh yang berkepentingan diajukan ke
pengadilan)
◦ Hakim tidak mencari-cari perkara yang
akan diperiksa
Hakim dilarang menolak memeriksa
perkara::
perkara
◦ Pasal 22 AB: “bilamana seorang hakim menolak memeriksa suatu
perkara dengan alasan peraturan perundang-undangan yang
bersangkutan tidak menyebutkan, tidak jelas atau tidak lengkap,
maka ia dapat dituntut karena menolak mengadili”
◦ Pasal 14 ayat (1) UU no. 14 Tahun 1970.
◦ Pasal 16 (1) UU 4 Tahun 2004: Pengadilan tidak boleh menolak
untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang
diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas,
melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya.
Hakim dapat menciptakan hukum/ Judge
made law
JUDGE MADE LAW
Menggali dari doktrin: ajaran para ahli hukum
yang merupakan wadah atau tempat hakim
menemukan ilmu
Menciptakan hukum sendiri berdasar nilai-nilai
keadilan
Menciptakan hukum sendiri berdasar nilai-nilai
yang hidup dalam masyarakat
◦ (Pasal 28 (1) UU 4/2004: Hakim wajib menggali,
mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa
keadilan yang hidup dalam masyarakat)
Contoh::
Contoh
Operasi transeksual yang diikuti dengan
permohonan kepada hakim untuk
merubah status hukum
Penetapan hakim atas permohonan
perubahan status: penciptaan hukum
Apabila diikuti oleh hakim yang lain:
penerapan hukum
(3). PUTUSAN HAKIM/PENGADILAN
Putusan hakim/pengadilan
1. Putusan hakim yang mencipta hukum,
yaitu putusan hakim terhadap hal-hal yang
tidak diatur oleh hukum baik hukum tertulis
maupun hukum tidak tertulis
2. Putusan hakim yang menerapkan hukum,
yaitu putusan hakim terhadap hal-hal yang
diatur oleh hukum
Putusan hakim dalam penerapan
hukum berdasar hukum tertulis
dan kebiasaan
Putusan hakim dalam penciptaan
hukum
BATASAN MATERI PENCIPTAAN HUKUM
Terbatas pada lingkup hukum perdata
Bagaimana dengan Hukum Pidana?
AZAS LEGALITAS
◦ Azas Hukum Pidana: nullum delictum nulla poena sine
preavia lege poenali (Hakim dilarang mencipta hukum
apapila ketentuan pidana dalam UU tidak mengaturnya)
Pasal 1 ayat 1 KUHPidana: “Tiada suatu perbuatan dapat dipidana
kecuali ada ketentuan aturan pidana dalam perundang-undangan
yang telah ada, sebelum perbuatan dilakukan”
◦ Hukum pidana tidak berlaku surut/mundur
◦ Hukum pidana tidak dapat ditafsir secara analogi
Analogi: menyamakan perbuatan-perbuatan yang
secara tidak tegas diatur dalam UU dengan
perbuatan yang diatur oleh UU karena kedua
perbuatan itu mempunyai hakikat yang sama
Contoh:
◦ Pasal 1576 KUHPerdata: Jual beli tidak memutuskan
hubungan sewa menyewa
◦ Qias (hukum Islam):
Sebagai salah satu sumber hukum Islam
Tidak terbatas pada hukum perdata
Hukum pidana dapat ditafsir secara
ekstensif:
◦ Adalah memperluas tafsir suku kata dalam
UU sesuai dengan perkembangan ilmu dan
teknologi
◦ Contoh:
Tahun 1921 Hoge Raad memperluas
pengertian barang pada aliran listrik.
Sebelum 1921 barang hanya terbatas pada
yang berwujud, sehingga pencurian listrik
tidak dapat dipidana.
PENAFSIRAN BERDASAR NILAINILAI-NILAI YANG HIDUP
DALAM MASYARAKAT
Perbuatan melawan hukum (1365 KUHPerdata):
1.
◦
◦
“Tiap perbuatan pelanggar hukum, yang membawa
kerugian pada orang lain, mewajibkan orang yang
karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti
kerugian tersebut”.
Pada awalnya, terbatas pada perbuatan melanggar UU
saja (aliran legisme: hukum dipandang terbatas pada
UU, dan di luar UU tidak ada hukum). Pada 31 Januari
1919 Hoge Raad menambahkan perbuatan yang
melawan kepatutan dan hak orang lain
Pada 26 mei 1939 Raad van Justitie Jakarta:
menetapkan janda bukan ahli waris dari
suaminya.
2.
◦
Perkembangan: Putusan Mahkamah Agung no.
110/K/Sip/1960 menetapkan janda sebagai ahli waris
suami yang meninggal dunia.
Jumlah utang yang harus dibayar oleh debitur
sama dengan jumlah uang yang dipinjam.
Walaupun terjadi inflasi.
3.
◦
MA dalam putusan sekitar tahun 1955 membebankan
risiko kemerosotan nilai uang dengan ratio 50% :
50%, ditanggung kedua belah pihak dengan
berpedoman pada nilai emas atau beras
KESIMPULAN:
YURISPRUDENSI SEBAGAI SALAH
SATU KOMPONEN DALAM SISTEM
HUKUM ADALAH PUTUSAN
HAKIM/PENGADILAN YANG BERSIFAT
PENCIPTAAN HUKUM DAN TELAH
MEMPUNYAI KEKUATAN TETAP
Download