RESENSI BUKU TEORI X-BAR PADA TATARAN KATA (SEBUAH RESENSI BUKU LIEBER) Sawirman Universitas Andalas Padang Judul Buku Penulis Penerbit Tahun : Deconstructing Morphology : Rochelle Lieber : The University of Chicago Press, Chicago : 1992 1. Teori X-bar dan Sejarahnya Teori X-bar selain tercakup dalam teori Penguasaan dan Pengikatan (Government and Binding Theory, GB), juga terdapat atau dikenal dalam teori Lexical Functional Grammar. Makanya perlu dijelaskan dalam bagian Konsep Dasar teori X-bar mana yang dimaksudkan. Teori X-bar yang terdapat pada Lieber misalnya, adalah teori X-bar yang tercakup dalam teori Penguasaan dan Pengikatan (Government and Binding Theory, GB) yang pertama kali dicetuskan oleh Chomsky. Chomsky (1981) menjelaskan bahwa struktur internal tata bahasa itu merupakan interaksi antarsubsistem dalam GB. Teori X-bar yang merupakan teori sentral dari teori-teori GB lainnya seperti teori Theta, teori Kasus, teori Kontrol, teori Pengikatan, teori Penguasaan, dan teori Bounding (Chomsky, 1981:5) merupakan bagian dari teori Tata Bahasa Transformasi Generatif. Masing-masing teori GB tersebut saling berkaitan satu sama lain. Hal itu disebabkan oleh prinsip dasar GB itu sendiri yaitu adanya unsur yang mendominasi (governor) dan yang didominasi (governee) serta adanya unsur yang mengikat dan yang diikat. Teori X-bar pada mulanya digunakan untuk menjawab permasalahan yang dihadapi oleh kaidah struktur sintaksis (Phrase Structure Syntax, PSS) dan kaidah struktur frase (Phrase Structure Rule, PSR) dalam dua hal. Pertama, PSS dan PSR hanya dapat diterapkan pada jenis proyeksi tertentu. Kedua, PSS dan PSR terkesan terlalu luas sehingga perlu adanya pembatasan. Hanya dua proyeksi yang dikenal dalam PSS. Pertama, proyeksi leksikal yang terdiri atas N, V, P, A, Adv, Q, Aux, Det, S, dan sebagainya. Kedua, proyeksi frase yang terdiri atas FN, FV, FP, ADVP, QP, S dan sebagainya. Pada proyeksi tersebut, tidak terdapat proyeksi antara (intermediate category) yang membahas proyeksi lebih besar dari kata tetapi lebih kecil dari frase. Dalam sistem itu setiap konsistituen nomina haruslah N atau FN. Padahal kenyataannya pada konstruksi sintaksis dan frase terdapat proyeksi antara (Radford, 1981:92--93; 1988:169--187; Lieber, 1992; Sells, 1985; lihat juga Crystal, 1992:383 dan Haegeman 1992: 88--89). Kasus proyeksi antara dalam struktur frase dapat digambarkan sebagai berikut : Linguistika Kultura, Vol.01, No.02/November/2007 (1) this very tall girl (Radford, 1981:92) Dalam sistem PSS (phrase structure syntax), frase tersebut belum digambarkan secara jelas seperti diagram berikut ini. (2a) DET this FN (2b) ?? FA FN DET N DET A girl Very tall this FN FA N DET A girl Very tall Hal yang perlu dipertanyakan adalah proyeksi ?? yang mendominasi FA dan N seperti dalam (2a). Jika proyeksi ?? diberi simpul FN seperti yang terdapat dalam PSS, maka akan terdapat dua FN dalam diagram tersebut. Berdasarkan kenyatan tersebut akan memunculkan permasalahan dalam menentukan perbedaan FN yang mendominasi this very tall girl dan FN yang mendominasi very tall girl. Dalam teori X-bar FN yang mendominasi this very tall girl dianggap sebagai proyeksi maksimal, sedangkan FN yang mendominasi very tall girl merupakan proyeksi antara yakni proyeksi yang lebih besar dari N tetapi lebih kecil dari FN. Proyeksi antara tersebut tidak terdapat dalam sistem PSS. Proyeksi-proyeksi tersebut oleh beberapa ahli tata bahasa transformasi seperti (Radford, 1981;1988; Lieber, 1992; Crystal, 1992; Sells, 1985 dan Haegeman 1992) memberi simbol (X") untuk proyeksi maksimal dan (X') untuk proyeksi antara. Teori X-bar yang pada mulanya hanya mengkaji struktur frase, makin diperluas penerapannya pada tataran klausa dan kalimat (lihat misalnya, Radford, 1981;1988; Sells, 1985; Haegeman 1992). Para ahli di atas sependapat bahwa X-bar pada tataran klausa dan kalimat didominasi oleh frase infleksional (FI) sebagai frase maksimal yang dapat disejajarkan dengan S dalam tata bahasa transformasi standar Chomsky (1965). Tataran yang lebih tinggi dari FI adalah frase pemerlengkap (Complementizer Phrase) yang dapat disejajarkan dengan proyeksi S'. Alasan penggunaan istilah-istilah frase pada tataran klausa dan kalimat (S dan S') tersebut menurut Haegeman (1992) dan Radford (1988) adalah karena dalam teori X-bar, kaidah struktur klausa dan kalimat diperlakukan sama seperti halnya kaidah X-bar frase. Inti pada tataran klausa atau kalimat umumnya bersifat fungsional seperti I (inflectional) pada tataran FI dan pemerlengkap (complementizer) pada tataran frase pemerlengkap (FP), 194 Resensi 1 - Sawirman sedangkan inti pada tataran frase biasanya berupa leksikal. Hal tersebut dapat dilihat dalam struktur dasar berikut. (3) FP/P" | (XP) P' | P FI | I' | I FV P berkombinasi dengan FI membentuk P' dan (XP) yang biasanya diiisi oleh NP dan Specifier (Pewatas, Pw) bergabung dengan P' paling tinggi membentuk P" atau FP sebagai proyeksi maksimal. GB beranggapan bahwa posisi (Pw, FP) merupakan posisi yang dapat dipindahkan. Posisi (Pw, FP) tersebut diisi oleh kelas-kelas tertentu (closed class) seperti kata tanya atau subjek sebuah konstruksi (bdk. Radford, 1988:287--332 dan Haegeman, 1992: 97--133). Inti dalam frase dan kalimat selalu memiliki palang lebih rendah dari unsur yang mendominasinya seperti digambarkan dalam representasi di bawah ini. (4a) XP | ... X' ... | ... X ... (4b) Xn ... X | n-1 ... XP (X”) Inti dalam frase dan kalimat (4a-4b) disebut kategori maksimal, X’ adalah kategori antara (intermediate category). Struktur X-bar pada kalimat dan frase selalu memiliki palang lebih rendah dari unsur yang mendominasinya seperti diagram (4a,b) di atas. 2. Prinsip Teori X-Bar Revisi Lieber dalam Tataran Kata Tujuan seksi ini adalah untuk memodifikasi prinsip-prinsip teori X-Bar dewasa ini sehingga dapat ditentukan kesamaan prinsip antara penerapan teori X-bar tataran frase dan kata-kata kompleks dalam berbagai bahasa. Perkembangan teori X-bar yang diperluas oleh Lieber (1992 hal 32—40) adalah teori X-bar pada tataran bawah frase seperti kata, akar kata, dan morfem. Lieber berpendapat bahwa tataran maksimal pada tataran kata memiliki Xo. Inti dalam kata tidak selalu mengalami palang yang lebih rendah dari unsur yang mendominasinya. Lieber (1992) dengan mengutip pendapat Zonneveld (1986), Selkirk (1982), dan Williams (1987), Disciullo (1988) menyatakan bahwa kaidah inti kata sebelah kanan (right-hand head rule) seperti bahasa Inggris tidak 195 Linguistika Kultura, Vol.01, No.02/November/2007 merupakan kaidah universal karena ada bahasa yang kategori katanya ditentukan oleh morfem paling kiri. Lieber (hal 33) mengutip pendapat Stowel (1981:87) yang telah menerapkan teori X-bar pada struktur frase bahasa Inggris. Penemuan Stwoel menurut Lieber sangat berarti terhadap perkembangan dunia linguistik khususnya teori X-bar. Dia adalah linguis pertama yang secara eksplisit mengusulkan penghilangan kaidah struktur frase (PSR) dalam tata bahasa universal. Dia mengemukakan lima prinsip teori X-bar. Kelima prinsip itu adalah sebagai berikut. 1. Setiap frase bersifat endosentrik 2. Pewatas (specifier) muncul pada level X'' dan komplemen pada level X' 3. Inti selalu muncul berdekatan dengan salah satu batas X' 4. Inti berada satu palang lebih rendah dari frase yang mendominasinya. 5. Proyeksi maksimal akan muncul sebagai non-inti dalam frase. Stowel beranggapan bahwa setiap frase harus memiliki Xo atau inti yang membentuk frase maksimal (X"). Dia mengusulkan agar inti mengalami palang lebih rendah dari unsur yang mendominasinya. Akan tetapi kaidah-kaidah yang dikemukakan Stowel tidak berlaku universal bila diterapkan pada level di bawah frase, kata, akar kata, dan morfem seperti revisi yang diusulkan oleh Lieber (1992) yang bisa diterapkan universal pada semua level, baik klausa, frase, dan kata. Lagi pula, kelima prinsip yang diusulkan Stowel masih terdapat tumpang tindih. Kaidah (3) dan (5) di atas misalnya dirasa bisa dihilangkan karena dalam teori X-bar struktur frase selalu bercabang ganda dan proyeksi yang tejadi dalam teori X-bar diasumsikan jelas terjadi dari Xo ke X". Lieber mengusulkan bahwa kaidah formasi kata seharusnya dibuat secara umum seperti kaidah struktur frase. Butir-butir leksikon dan afiks juga memiliki entri leksikal seperti halnya root, stem dan kata. Lieber menyatakan bahwa afiks dan kata memiliki entri leksikal dalam kategori morfologi generatif, refresentasi fonologis, dan refresentasi semantis. Teori formasi kata dikemukakan Lieber mirip dengan prinsip proyeksi yang dikemukakan Chomsky (1981). Struktur kata, seperti halnya struktur dasar kalimat dalam teori GB, harus diproyeksikan atau berangkat dari leksikon. Prinsip X-bar frase seperti yang telah disimpulkan oleh Stowell (1981) dimodifikasi oleh Lieber (1992). Stowel (1981:87) dalam Lieber (1992:33) mengemukakan beberapa landasan teori X-bar. (11) a. Setiap frase bersifat endosentrik b. Pewatas muncul pada level X'' dan komplemen pada level X' c. Inti selalu muncul berdekatan dengan salah satu batas X' d. Inti berada satu palang lebih rendah dari frase yang mendominasinya. e. Proyeksi maksimal akan muncul sebagai non-inti dalam frase. Lieber menyempurnakan kaidah X-bar Xn ->...Xn-1.., dengan kaidah Xn--...Xn1,n..., (n=0) dengan alasan beberapa kasus berikut ini (hal 35). a. Inti muncul diawal atau diakhir dikaitkan dengan komplemen dan adjunct. 196 Resensi 1 - Sawirman 1. Peran theta ditugasi dibagian kiri/kanan 2. Penanda kasus terdapat dikiri/dikanan b. Inti muncul diawal atau akhir dikaitkan dengan spesifier. c. Inti muncul di awal atau di akhir tergantung modifier Revisi teori X-bar ini muncul karena kelemahan acuan dasar X-bar (Xn -->... Xn-1...) frase, dimana inti berada satu palang lebih rendah dari frase induknya tidak berlaku pada kata seperti pada contoh berikut. (13a) No (13b) Ao N-1 happy ness No Ao (14a) Ao No A-1 happy ness Un happy Pada contoh (13a, b) di atas terdapat dua konstruksi penurunan X-bar pada kata. Namun Lieber (1992) lebih cendrung memilih konstruksi seperti (13b) ketimbang (13a). Alasannya adalah bahwa sufiks -ness yang mengubah kategori kata happy menjadi happiness (nomina) merupakan inti dalam kata happiness tersebut. Lieber berpendapat bahwa afiks tidaklah termasuk akar kata dan tidak berhak dilabeli N-1. Selanjutnya pada contoh (14a), sepintas lalu kelihatannya masuk akal, karena inti dari kata unhappy adalah happy. Berarti happy bisa dilabeli A-1 dengan alasan seperti yang diusulkan oleh Stowell sebelumnya bahwa inti harus memiliki palang lebih rendah dari unsur yang mendominasinya. Dalam konteks ini Lieber lebih cenderung tetap menggunakan Ao pada kata (14a) tersebut. Karena menurut Lieber, kata happy masih merupakan kata yang bisa berdiri sendiri dan mempunyai status dan kategori serta struktur argumen yang sama dengan kata unhappy yang harus dilabeli Ao. Lieber menambahkan contoh lain untuk membuktikan prinsip revisinya pada kata-kata yang lebih kompleks. Lieber juga membuktikan bahwa teori X-bar Stowell pada level kata kurang dapat dipertahankan dalam menelusuri kata-kata kompleks tersebut. Lieber mencontohkan kata relegalize pada (15a). Jika sufiks -ize dilekatkan pada kata legal maka akan terbentuk verba. Selanjutnya jika prefiks re- dilekatkan pada verba legalize tidak mengubah kategori kata legalize tersebut seperti umumnya prefiks bahasa Inggris lainnya. Prefiks re- juga tidak mengubah struktur argumen unsur yang dilekatinya. Konsekuensinya re- bukanlah inti dari relegalize. Dengan kata lain inti kata tersebut adalah legalize. (15a) V' (15b) V Aff V-1 re- legal V (16) V-1 Aff -ize Aff V-2 Aff re- legal -ize V V Aff V re197 Aff legal -ize. Linguistika Kultura, Vol.01, No.02/November/2007 Pada (15a) kategori yang mendominasi relegalize adalah V', padahal kategori V' adalah kategori frase, tentu tidak relevan diterapkan pada kata. Alternatif lain jika diterapkan Vo (kategori untuk kata) timbul masalah baru seperti dalam (15b). Kata legalize yang masih merupakan kata mandiri dilabeli V-1 dan afiks terpaksa dilabeli V-2. Konstruksi yang paling tepat untuk kata kompleks seperti relegalize menurut Lieber adalah struktur (16). Kalau prinsip penurunan inti selalu dikurangi satu palang, maka akan ditemukan permasalahan dalam penerapan X-bar pada level kata. Teori X-bar Lieber (1992) terhadap kata memiliki proyeksi tertinggi X tidak berpalang (Xo). Menurut Lieber (1992) inti dalam kata tidak harus memiliki palang lebih rendah dari unsur yang mendominasinya. Hal itu terbukti pada kasus legalize (16) di atas yang tidak bisa dilabeli V-1 walaupun kata tersebut merupakan inti dari kata relegalize. Alasannya adalah karena legalize merupakan suatu kata mandiri yang menghendaki struktur argumen setara dengan kata relegalize. Bahasa menurut Lieber memiliki inti bisa saja terletak paling kiri atau paling kanan konstruksi. Selanjutnya, Dia berpendapat bahwa prinsip X-bar (Xn -->... Xn-1...) seperti dalam frase, atau inti berada satu palang lebih rendah dari frase induknya tidak selalu berlaku pada kata. Konsekuensinya Lieber merevisi teori X-bar dengan kaidah Xn ---> ... X {n-1,n}... n=0. Kaidah tersebut berlaku universal pada semua tataran seperti frase, kalimat, kata, KM, akar kata, dan morfem (afiks). Berbeda dengan frase dan klausa yang memiliki tingkatan palang (X, X' dan X"), X-bar kata memiliki tingkatan palang (X, X-1, dan X-n). Hasil revisi Lieber pada teori X-bar itu adalah seperti hukum fit teori X-bar versi Lieber (penyempurnaan Licensing Condition) berikut ini. (17) a. (Xn ... Xn-1, n) …., dimana pengulangan (recursion) diikuti oleh 0 b. Inti muncul diawal atau diakhir dikaitkan dengan komplemen dan adjunct. - Peran theta ditugasi dibagian kiri/kanan - Penanda kasus terdapat dikiri/dikanan ii. Inti muncul diawal atau akhir dikaitkan dengan spesifier. iii. Inti muncul di awal atau di akhir tergantung modifier c. Pra atau sesudah inti modifier maungkin Xmax atau Xo Prinsip yang paling mendasar yang dikemukakan Lieber pada Licensing Conditions (Kondisi yang memungkinkan atau hukum 17) di atas adalah Lieber mencoba memodifikasi teori X-bar yang selama ini hanya diterapakan pada tataran sintaksis dan frase pada tataran kata atau di bawah kata. 3. Teori X-bar Lieber pada Tataran Kata Lieber (1992:207) lebih memperjelas X-bar kata dengan menampilkan kata majemuk rowhouse dan houserow. Jika inti selalu memiliki palang lebih rendah dari induk yang mendominasinya maka X-barnya seperti di bawah ini. 198 Resensi 1 - Sawirman (18a) N (18b) N N N-1 N row house house 19a) N-1 N N (19b) N row V N V truck drive V V er hand weave -en Kata house diagram (18a) dilabeli N-1, tetapi pada diagram (18b) dilabeli No. Padahal, kata house dan row pada contoh (18a,b) merupakan kata yang memiliki kategori dan menghendaki struktur argumen yang sama. Lagi pula, katakata itu disamping sama-sama bisa berdiri sendiri, juga memiliki status yang jelas dan bukan prakategorial. Konsekuensinya, kata house pada kedua contoh di atas harus dilabeli No. Selanjutnya, Lieber (1992:147--148) menggunakan struktur fonologis dan morfologis sebagai acuan dasar penerapan teori X-bar KM. Hal itu bisa dilihat pada contoh kata truck driver dan hand woven (2a-b) di atas. Afiks -er dan -en secara fonologis bergabung lebih dahulu dengan kata drive dan weave sebelum KM terbentuk. Perkembangan terakhir GB juga menerapkan acuan semantis, di samping acuan fonologis dan morfologis dalam penerapan teori X-bar. Lieber (1992:148) juga menggunakan acuan semantis terhadap kata / kata majemuk yang diperkirakan memiliki jenis bracketing paradox (rancu secara semantis dan fonologis). Dalam struktur fonologis bahasa Inggris, sufiks -er hanya bisa melekat pada adjektiva yang memiliki satu atau dua suku kata seperti redder, purer, dan happier, tetapi tidak bisa melekat pada kata yang bersuku tiga atau lebih seperti *eloquenter, *fidgetier. Logikanya -er pada kata unhappier harus melekat pada kata happy terlebih dahulu sebelum prefiks -un muncul. Selanjutnya sufiks -ian secara fonologis melekat dengan kata grammar lebih dahulu sebelum terbentuknya kata majemuk. Secara semantis kata unhappier lebih tepat bermakna "lebih tidak berbahagia" (more unhappy) ketimbang "tidak lebih berbahagia" (not more happy). Sama halnya dengan kata transformational grammarian lebih tepat bermakna "seseorang yang mengkaji tata bahasa transformasi" ketimbang "ahli tata bahasa transformasi". 4. Penutup/Simpulan Teori X-bar menganggap bahwa setiap konstruksi adalah endosentris. Semua frase mempunyai inti dan perluasan. Inti proyeksi yang ditandai (Xo) merupakan akhir simpul (node). X” menyimbolkan proyeksi maksimal semua frase. X' menandakan proyeksi antara (intermediate category) yakni proyeksi yang lebih besar dari kata tetapi lebih kecil dari frase sekaligus merupakan inti dari X”. Inti dalam teori X-bar tataran frase memiliki palang lebih rendah dari unsur yang mendominasinya (mother node). Simbol X adalah inti dari X'. X 199 Linguistika Kultura, Vol.01, No.02/November/2007 adalah simbol abstrak yang melambangkan N, V, P, dan A (nomina, verba, preposisi, dan ajektiva). Teori X-bar Lieber (1992) terhadap kata memiliki proyeksi tertinggi X tidak berpalang (Xo). Referensi Chomsky, Noam. 1981. Lectures Government and Binding. New York: Foris Publication. Heageman, Liliane. 1992. Introduction to Government and Binding Theory. Australia: Blackwell Publishers. Lieber, Rochelle. 1992. Deconstructing Morphology. Chicago: The University of Chicago Press. Stowell, Tim. 1981. Origin of Phrase Structure. Desertasi Doktor Massachusetts Institute of Technology. 200