sebagai variabel - E-Journal Universitas Bung Hatta

advertisement
Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing
Vol. 7, No. 2,Oktober 2012
PENDEKATAN BARU PENGEMBANGAN ETIKA PROFESI
AKUNTAN : ANTESEDEN PERILAKU MORAL MAHASISWA
AKUNTANSI PERSPEKTIF REST COGNITIVE MODEL
Riung Ersa Gumayal
Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta Padang
Dandes Rifa
Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta Padang
Abstract
This study aims to find a new approach to ethical development of accounting
profession: antecedents of the behavior of accounting students moral perspective of
cognitive models rest. The research was conducted by using a purposive sampling
method with the requirements of accounting students who are taking courses in auditing.
This study obtained a sample of accounting students at four universities in the city of
Padang. Number of questionnaires distributed to respondents as much as 120 sheets and
questionnaires that can be analyzed further as many as 96 sheets. Data analysis was
performed by multiple regression method using the SPSS program.
These results indicate that the first hypothesis (a), moral thinking no significant
effect on moral sensitivity, moral considerations, and moral character (b), moral
reasoning significantly affect the moral motivation. The second hypothesis (a), the
orientation of ethics significant effect on moral considerations, (b) the orientation of
ethics no significant effect on moral sensitivity, moral motivation, and moral character.
The third hypothesis: gender no significantly influence the moral sensitivity, moral
judgment, moral motivation and moral character. The four hypothesis (a) cumulative
grade point average significantly influence the moral sensitivity, (b) grade point average
no significant effect on moral judgment, moral motivation and moral character.
Keywords: Moral Thought, Ethics Orientation, Moral Sensitivity, Moral
Considerations, Moral Motivation, Moral Character
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Isu mengenai etika profesi dalam bidang pengauditan telah menjadi topik yang
sangat menarik dan cukup banyak dibahas dalam penelitian-penelitian ilmiah. Alasan
ditelitinya masalah etika profesi ini adalah karena tingginya tingkat resiko yang akan
ditanggung oleh banyak pihak apabila para auditor melakukan pelanggaran terhadap etika
profesi mereka. Beberapa kasus pelanggaran etika dapat dilihat pada kasusi perusahaan
besar seperti Enron dan Worldcom, Parmalat, kasus KPMG dan beberapa kasus besar
lainnya. Kasus-kasus tersebut telah menimbulkan pertanyaan penting tentang
pengembangan etika profesi akuntan. Kasus pelanggaran etika seharusnya tidak terjadi
apabila setiap akuntan mempunyai pengetahuan, pemahaman, dan kemauan untuk
Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing
menerapkan nilai-nilai moral dan etika secara memadai dalam pelaksanaan pekerjaan
profesionalnya (Lampe dan Finn, 1992) dalam Wiyantoro, dkk (2011). Dunia pendidikan
akuntansi mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku etika auditor ( Cohen dan
Sharp, 2001). Pernyataan ini mengisyaratkan bahwa sikap dan perilaku moral auditor
(akuntan) dapat terbentuk melalui proses pendidikan yang terjadi dalam lembaga
pendidikan akuntansi yang dilaluinya, dimana mahasiswa (sebagai input), sedikit
banyaknya akan memiliki keterkaitan dengan akuntan (sebagai output) yang dihasilkan.
Rest (1986) dalam Chan dan Leung, (2006) telah membangun sebuah model kognitif
yang luas tentang pengambilan keputusan (empat model komponen) untuk menguji
pengembangan proses-proses pemikiran moral dan perilaku individu. Ryan (2001)
mengemukakan bahwa untuk bertindak secara moral, seorang individu melakukan empat
dasar proses psikologi, yaitu: Sensitivitas Moral (Moral Sensitivity), Pertimbangan Moral
(Moral Judgment), Motivasi Moral (Moral Motivation), dan Karakter Moral (Moral
Character).
Penelitian pengembangan etika akuntan profesional seharusnya dimulai dari
penelitian mahasiswa akuntansi di bangku kuliah, dimana mereka ditanamkan perilaku
moral dan nilai-nilai etika profesional akuntan (Jeffrey, 1993) dalam Wiyantoro, dkk
(2011). Menurut Ponemon dan Glazer (1990) sosialisasi etika profesi akuntan pada
kenyataanya berawal dari masa kuliah, dimana mahasiswa akuntansi adalah calon
akuntan profesional di masa datang.
1.2.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis merumuskan beberapa
masalah yang akan diteliti yaitu:
1. Apakah Terdapat Pengaruh Pemikiran Moral Terhadap Sensitivitas Moral,
Pertimbangan moral, Motivasi moral dan Karakter moral Mahasiswa Akuntansi ?
2. Apakah Terdapat Pengaruh Orientasi Etika Terhadap Sensitivitas Moral,
Pertimbangan moral, Motivasi moral dan Karakter moral Mahasiswa Akuntansi ?
3. Apakah Terdapat Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Sensitivitas Moral,
Pertimbangan moral, Motivasi moral dan Karakter moral Mahasiswa Akuntansi ?
4. Apakah Terdapat Pengaruh Indeks Prestasi Kumulatif Terhadap Sensitivitas
Moral, Pertimbangan moral, Motivasi moral dan Karakter moral Mahasiswa
Akuntansi ?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan membuktikan secara empiris bahwa
Pengaruh pemikiran moral, Orientasi etika, Jenis kelamin dan Indeks pRestasi kumulatif
terhadap Sensitivitas moral, Pertimbangan moral, Motivasi moral dan Karakter moral
Mahasiswa Akuntansi.
2. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1. Moral
Moral adalah sikap mental dan emosional yang dimiliki oleh individu sebagai
anggota kelompok sosial dalam melakukan tugas-tugas atau fungsi yang diharuskan
66
Riung Ersa Gumayal, Dandes Rifa
kelompoknya serta loyalitas pada kelompoknya (Sukamto, 1991) dalam Falah, (2006).
Moral dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998) ada dua pengertian yaitu:
1. Ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, dan
kewajiban, dan
2. Kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah dan
berdisiplin.
2.2 Cognitive Theory dan Instructional Theory
Pandangan cognitive theory menyatakan bahwa untuk menjadi seseorang yang
memiliki keterampilan yang tinggi tidaklah cukup hanya dengan mengetahui bagaimana
melakukan beberapa action akan tetapi harus tahu pada saat kapan menggunakan
keterampilan tersebut sehingga dapat menyesuaikan diri dari berbagai situasi yang ada
serta mampu berpikir dan belajar pada saat in (Reznick dan Klopfer, 1989). Instructional
theory memberikan pemahaman akan pengembangan etika akuntan profesional di dalam
kerangka pembuatan keputusan moral dan memberikan muatan kepada para peserta didik
yaitu mahasiswa akuntansi untuk memiliki dan menanamkan perilaku moral akuntan
profesional yang baik pada masa yang akan datang (Rest, 1986) dan Chan dan Leung,
(2006).
Rest, (1986) menggagaskan suatu model empat komponen untuk meneliti
pertimbangan proses pemikiran dan tingkah laku moral individu. Untuk bertingkah laku
secara moral, seorang individu melakukan empat proses psikologi dasar:
1. Sensitivitas moral, yaitu penafsiran/interprestasi situasi.
2. Pertimbangan moral, yaitu penilaian/pertimbangan tindakan mana yang benar
atau salah secara moral.
3. Motivasi moral, yaitu memprioritaskan nilai moral yang relatif berhubungan
dengan nilai lainnya.
4. Karakter moral, yaitu kebenaran, ketahanan, tindakan moral atau perilaku.
Tingkah laku moral adalah hasil dari suatu proses yang sangat sulit. Empat proses diatas
merupakan faktor-faktor yang mempengaruh tindakan moral. Seorang individu yang
memperlihatkan kecukupan dalam satu komponen, tetapi tidak cukup pada komponen
lainnya akan mengalami kegagalan moral.
2.3 Pemikiran Moral
Peggunaan beberapa alasan untuk menilai suatu kegiatan bisnis sebagai etika atau
bukan adalah bentuk dari pemikiran moral. Kohlberg et al.,(1983) mengemukakan
empat gaya pemikiran yang mencerminkan hirarki dari pengembangan moral. Empat
gaya pemikiran tersebut adalah deontological, teleological, egois atau conventional.
Pemikiran deontological berfokus pada maksud untuk merealisasikan tujuantujuan yang penting, ideal, dan nilai-nilai yang diinginkan secara umum, yaitu meliputi
kesetiaan (Barnett et al., 1994; Ellenwood & Ryan, 1991). Pada pendekatan
deontological, perhatian tidak hanya pada perilaku dan tindakan, namun lebih pada
bagaimana orang melakukan usaha dengan sebaik-baiknya dan mendasarkan pada nilainilai kebenaran untuk mencapai tujuannya. Pemikiran teleological menekankan dalam
maksimalisasi yang bermanfaat untuk masyarakat atau sebanyak-banyaknya orang. Pada
pendekatan teleological, perhatian tidak hanya pada perilaku dan tindakan, namun lebih
67
Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing
pada bagaimana mencapai tujuan dengan sebaik-baiknya. Pemikiran conventional
mengacu pada penyesuaian hukum, norma, dan kode etik profesional. Pemikiran egois
memperoleh kebaikan dari kepentingan untuk dirinya sendiri. Oleh karena itu, hirarki
akan memberikan tingkatan dari pengembangan etika dari egois ke conventional lalu ke
teleological dan akhirnya ke deontological.
2.4 Orientasi Etika
Forsyth (1980) mengemukakan bahwa orientasi etika adalah dikendalikan oleh
dua karakteristik, yaitu idealisme dan realitivisme. Suatu hal yang menentukan dari suatu
perilaku seseorang sebagai jawaban dari masalah etika adalah filosofi moral pribadinya.
Idealisme dan relativisme, dua gagasan etika yang terpisah adalah aspek filosofi moral
seorang individu.
2.4.1 Tingkat Idealisme
Idealisme mengacu pada suatu hal yang dipercaya oleh individu dengan
konsekuensi yang dimiliki dan diinginkannya tidak melanggar nilai-nilai moral. Idealisme
adalah suatu sikap yang menganggap bahwa tindakan yang tepat atau benar akan
menimbulkan konsekuensi hasil yang diinginkan (Forsyth, 1992). Seorang individu yang
idealis mempunyai prinsip bahwa merugikan individu lain adalah hal yang selalu dapat
dihindari dan mereka tidak akan melakukan tindakan yang mengarah pada tindakan yang
berkonsekuensi negatif. Selain itu, seorang idealis akan sangat memegang teguh perilaku
etis di dalam profesi yang mereka jalankan, sehingga individu dengan tingkat idealisme
yang tinggi cenderung menjadi whistle blower dalam menghadapi situasi yang di
dalamnya terdapat perilaku tidak etis. Namun seorang individu dengan idealisme yang
lebih rendah, menganggap bahwa dengan mengikuti semua prinsip moral yang ada dapat
berakibat negatif. Mereka berpendapat bahwa terkadang dibutuhkan sedikit tindakan
negatif untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Banyak penelitian yang telah menunjukan
bahwa seorang idealis akan mengambil tindakan tegas terhadap suatu situasi yang dapat
merugikan orang lain, dan seorang idealis memilki sikap serta pandangan yang lebih
tegas terhadap individu yang melanggar perilaku etis dalam profesinya.
2.4.2 Tingkat Relativisme
Relativisme adalah suatu sikap penolakan terhadap nilai-nilai moral yang absolut
dalam mengarahkan perilaku moral. Relativisme dalam arti lain menyiratkan penolakan
dari peraturan moral yang sesungguhnya untuk petunjuk perilaku. Seorang individu yang
memiliki sifat relativisme mendukung filosofi moral yang didasarkan pada sikap skeptis,
yang mengasumsikan bahwa tidak mungkin untuk mengembangkan atau mengikuti
prinsip-prinsip universal ketika membuat keputusan.
Relativisme etis sendiri merupakan teori bahwa, suatu tindakan dapat dikatakan
etis atau tidak, benar atau salah, tergantung kepada pandangan masyarakat itu
(Forsyth,1992). Hal ini disebabkan karena teori ini meyakini bahwa tiap individu maupun
kelompok memiliki keyakinan etis yang berbeda. Dengan kata lain, relativisme etis
maupun relativisme moral adalah pandangan bahwa tidak ada standar etis yang secara
absolut benar. Dalam penalaran moral seorang individu, ia harus selalu mengikuti standar
moral yang berlaku dalam masyarakat dimanapun ia berada.
68
Riung Ersa Gumayal, Dandes Rifa
Kedua konsep idealisme dan relativisme tersebut bukan merupakan dua hal yang
berlawanan tetapi lebih merupakan skala yang terpisah, yang dapat dikategorikan menjadi
empat klasifikasi orientasi etika, yaitu: (1) Situasionisme; (2) Absolutisme; (3) Subyektif;
dan (4) Eksepsionisme.
2.5 Faktor Demografis
2.5.1 Jenis Kelamin
Gilligan (1982) menyatakan bahwa perkembangan moral wanita dan cara-cara
berpikir berbeda secara fundamental dari para lelaki. Pengaruh jenis kelamin muncul
ketika perbedaan antara laki-laki dan perempuan terjadi dalam proses pembuatan
keputusan moral. Bagaimanapun, dalam tinjauan ulang literatur perkembangan moral
(Thomas, 1986) menemukan pengaruh dari jenis kelamin menjadi sangat kecil. Beberapa
penelitian etika bisnis dan akuntansi telah menemukan bahwa perkembangan moral
berbeda dengan jenis kelamin (Shaub, 1994; Borkowski dan Ugras, 1996). Shaub (1994)
menemukan suatu hubungan yang kuat dan konsisten antara jenis kelamin dan
perkembangan moral, dengan para wanita berada di tingkat perkembangan moral yang
lebih tinggi daripada para lelaki. Begitu juga hasil penelitian Sweeney (1995) dan
Sweeney dan Roberts (1997) menemukan bahwa para wanita mempunyai suatu tingkat
perkembangan moral yang lebih tinggi secara signifikan daripada para lelaki. Dalam
suatu konteks manajerial, Oliphant dan Alexander (1982) memberikan bukti bahwa para
wanita lebih kasar daripada para lelaki, namun Lord et al.,(1980) menemukan bahwa
para wanita lebih toleran.
Beberapa penelitian memberi kesan bahwa para perempuan lebih peduli dengan
masalah-masalah moral dari pada lelaki (Sankaran dan Bui, 2003; Coated an Frey, 2000;
Giacomino dan Akers, 1998). Shaub (1994) menemukan bahwa mahasiswi–mahasiswi
akuntansi dan para auditor perempuan menunjukan tingkat pemikiran moral yang lebih
tinggi daripada rekan lelaki mereka.
2.5.2. Indeks Prestasi Kumulatif
Indeks Prestasi Kumulatif atau IPK adalah nilai akumulasi dari mata kuliah yang
ditempuh oleh mahasiswa selama kuliah (Chan dan Leung, 2006). Comunale (2006)
menduga bahwa dampak dari skandal-skandal terhadap persepsi-persepsi mahasiswa
terhadap para akuntan dan manajer perusahaan akan lebih negatif diantara para
mahasiswa yang berpengetahuan mengenai perkembangan dan profesi akuntansi ini.
2.6. Pengembangan Hipotesis
Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan diatas maka dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
H1a:
Terdapat Pengaruh Pemikiran Moral Terhadap Sensitivitas Moral
Mahasiswa Akuntansi.
H1b:
Terdapat Pengaruh Pemikiran Moral Terhadap Pertimbangan Moral
Mahasiswa Akuntansi.
69
Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing
H1c:
H1d:
H2a:
H2b:
H2c:
H2d:
H3a:
H3b:
H3c:
H3d:
H4a:
H4b:
H4c:
H4d:
70
Terdapat Pengaruh Pemikiran Moral Terhadap Motivasi Moral Mahasiswa
Akuntansi.
Terdapat Pengaruh Pemikiran Moral Terhadap Karakter Moral Mahasiswa
Akuntansi.
Terdapat Pengaruh Orientasi Etika Terhadap Sensitivitas Moral Mahasiswa
Akuntansi.
Terdapat Pengaruh Orientasi Etika Terhadap Pertimbangan Moral
Mahasiswa Akuntansi.
Terdapat Pengaruh Orientasi Etika Terhadap Motivasi Moral Mahasiswa
Akuntansi.
Terdapat Pengaruh Orientasi Etika Terhadap Karakter Moral Mahasiswa
Akuntansi.
Terdapat Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Sensitivitas Moral Mahasiswa
Akuntansi.
Terdapat Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Pertimbangan Moral
Mahasiswa Akuntansi.
Terdapat Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Motivasi Moral Mahasiswa
Akuntansi.
Terdapat Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Karakter Moral Mahasiswa
Akuntansi.
Terdapat Pengaruh Indeks Prestasi Kumulatif Terhadap Sensitivitas Moral
Mahasiswa Akuntansi.
Terdapat Pengaruh Indeks Prestasi Kumulatif Terhadap Pertimbangan
Moral Mahasiswa Akuntansi.
Terdapat Pengaruh Indeks Prestasi Kumulatif Terhadap Motivasi Moral
Mahasiswa Akuntansi.
Terdapat Pengaruh Indeks Prestasi Kumulatif Terhadap Karakter Moral
Mahasiswa Akuntansi.
Riung Ersa Gumayal, Dandes Rifa
2.7
Model Penelitian
Model penelitian dapat dilihat pada gambar 1 sebagai berikut:
Gambar 1
Model Penelitian
Pemikiran
Moral
Komponen Rest
Cognitive Model:
Sensitivitas
Moral
Orientasi Etika
Pertimbangan
Moral
Motivasi
Moral
Faktor Demografi:
Jenis Kelamin
IPK
Karakter
Moral
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa akuntansi pada Universitas Bung
Hatta, Universitas Putra Indonesia, Universitas Andalas, Universitas Negri Padang pada
tahun ajaran 2011/2012. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive
sampling, dengan kriteria:
1. Mahasiswa akuntansi semester 6 ke atas,
2. Telah mendapat mata kuliah Auditing 1 dan 2, karena mahasiswa yang telah
mengambil mata kuliah ini, sudah mempunyai pengetahuan tentang pemahaman
dan kemauan untuk menerapkan nilai-nilai moral dan etika profesi akuntan.
3. Mahasiswa memiliki IPK antara 2 s/d 4, IPK ini akan dikelompokkan atas 2
kelompok, yaitu : Kelompok IPK antara 3 s/d 4 disebut kelompok B, dan IPK
antara 2 s/d 3 disebut kelompok C
71
Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing
3.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian
3.2.1. Variabel Dependen: Komponen Rest Cognitive Model
a. Sensitivitas Moral
Sensitivitas moral adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui masalahmasalah etis yang terjadi pada diri seseorang individu tersebut pada situasi tertentu.
Variabel ini diukur dengan 6 item pernyataan dengan skala likert 7.
b. Pertimbangan Moral
Pertimbangan moral adalah berkaitan dengan pertimbangan profesional mengenai
apakah kebenaran timbul dari tindakan secara moral seperti yang seharusnya yang akan
dilakukan seseorang individu tersebut.Variabel ini diukur dengan 3 item pernyataan
dengan dengan skala likert 7.
c. Motivasi Moral
Motivasi moral berhubungan dengan kepentingan yang diberikan pada nilai moral
terhadap nilai-nilai lainnya. Meliputi pertimbangan nilai moral dalam menumbuhkan nilai
lain untuk membangun pertimbangan perilaku moral. Variabel ini diukur dengan 3 item
pernyataan dengan skala likert 7.
d. Karakter Moral
Karakter moral mengacu pada sifat-sifat seperti kekuatan ego, kekerasan hati
(ketekunan), keteguhan hati dan kemampuan untuk mengatasi berbagai permasalahan.
Variabel ini diukur dengan 4 item pernyataan dengan skala likert 7.
3.2.2. Variabel Independen
a. Pemikiran Moral
Pemikiran moral adalah berkenaan dengan penggunaan beberapa pemikiran
dalam menilai sebuah kegiatan bisnis sebagai etika atau bukan. Pemikiran moral adalah
salah satu deontological, dorongan, egois atau konvensional Variabel ini diukur dengan
12 item pernyataan dengan skala likert 7
b. Orientasi Etika : diproksikan dengan Tingkat Idealisme dan Relativisme
Tingkat Idealisme mengacu pada seseorang individu percaya bahwa keinginan
konsekuensi dapat dihasilkan tanpa melanggar etika moral dan Tingkat Relativisme
menyiratkan penolakan dari peraturan moral yang sesungguhnya atas perilaku seseorang.
Variabel ini diukur dengan 20 item pernyataan dengan skala likert 7.
c. Faktor Demografi : terdiri dari jenis kelamin dan IPK
a. Jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki diberi kode 1 dan
perempuan diberi kode 0.
b. Mahasiswa memiliki IPK antara 2 s/d 4, IPK ini akan dikelompokkan atas 2
kelompok yaitu : Kelompok IPK antara 3 s/d 4 disebut kelompok B, dan IPK
antara 2 s/d 3 disebut kelompok C. Dimana untuk pencarian IPK dengan cara:
Total bobot semua nilai mata kuliah dibagi dengan total keseluruhan SKS.
3.3
Metode Analisa Data
Dalam melakukan pengujian statistik, maka penulis melakukan beberapa
pengujian yaitu uji reliabilitas, validitas, normalitas, dan multikolinearitas. Untuk
pengujian hipotesis dilakukan uji regresi linear berganda.
72
Riung Ersa Gumayal, Dandes Rifa
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari
mahasiswa akuntansi Universitas BungHatta, Universitas Putra Indonesia, Universitas
Andalas dan Universitas Negri Padang. Data diperoleh dengan memberikan kuesioner
pada responden. Jumlah kuesioner yang disebarkan adalah 120 lembar, jumlah kuesioner
yang kembali adalah 111 lembar, dan jumlah kuesioner yang dapat diolah adalah 96
lembar.
4.1. Hasil uji reliabilitas Dan Validitas
Berdasarkan proses pengujian yang telah dilakukan diperoleh ringkasan hasil pengujian
validitas terlihat pada tabel 1 dibawah ini yaitu :
Tabel. 1
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Variabel
KMO
Factor Loading
Cronbach Alpha
Keterangan
Sensitivitas
0,758
0,500 – 0,783
0,730
Valid dan
Moral
reliable
Pertimbangan
0,562
0,529 – 0,795
0,504
Valid dan
Moral
reliable
Motivasi Moral
0,687
0,799 – 0,851
0,757
Valid dan
reliable
Karakter Moral
0,604
0,645 – 0,830
0,624
Valid dan
reliable
Pemikiran Moral
0,735
0,583 – 0,762
0,781
Valid dan
reliable
Orientasi Etika
0,688
0,402 – 0,720
0,821
Valid dan
reliable
Dari tabel 1 terlihat bahwa setiap item pertanyaan dari masing-masing variable memiliki
factor loading diatas 0,40 sehingga dapat disimpulkan bahwa 6 item tersebut valid. Hasil
uji reliabilitas juga menunjukkan bahwa setiap item pertanyaan reliable karena nilai
cronbach alpa lebih besar dari 0,5.
Statistik Deskriptif
Hasil uji statistik deskriptif dapat dilihat dapat dilihat dalam tabel 2 berikut ini :
Tabel. 2
Statistik Deskriptif
Variabel
N
Kisaran Kisaran
Mean
Standar
Aktual
Teoritis
Deviasi
Sensitivitas Moral
96
16 – 38
6 – 42
26,95
4,559
Pertimbangan Moral
96
9 – 20
3 – 21
15,18
2,366
Motivasi Moral
96
10 – 21
3 – 21
16,63
2,350
Karakter moral
96
19 – 26
4 – 28
23,09
1,813
73
Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing
Pemikiran Moral
96
25 – 46
12 – 84
36,7292
5,22842
Orientasi Etika
96
61 – 95
20 – 140
81,3021
8,61103
Jenis Kelamin
96
0–1
0–1
0,50
0,503
Indeks Prestasi Kumulatif
96
2–4
0–4
2,65
0,481
4.2. Hasil Pengujian Normalitas Data
Berdasarkan hasil pengujian normalitas dengan menggunakan pengujian one sample
kolmogorov-smirnov, diketahui bahwa data berdistribusi normal, kecuali variabel jenis
kelamin dan indeks prestasi kumulatif tidak berdistribusi normal karena datanya berskala
nominal (dummy).
Tabel. 3
Hasil Pengujian Normalitas Data
SM
PM MM KM
PM
OE
JK
IPK
N
Normal Parametersa,b
Most Extreme
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp.Sig (2-tailed)
Mean
Std.
Deviation
Absolute
Positive
Negative
96
26,95
4,559
0,092
0,092
-0,080
0,906
0,384
96
15,18
2,366
0,124
0,124
-0,116
1,211
0,107
96
16,63
2,350
0,135
0,105
-0,135
1,320
0,061
96
23,09
1,813
0,131
0,131
-0,129
1,288
0,072
96
36,7292
5,22842
0,126
0,109
-0,126
1,2380,0
93
96
81,3021
8,61103
0,114
0,077
-0,114
1,188
0,164
96
0,50
0,503
0,340
0,340
-0,340
3,332
0,000
96
2,65
0,481
0,415
0,265
-0,415
4,068
0,000
4.3. Hasil Uji Multikolinearitas
Untuk mendeteksi apakah antara variabel-variabel independen yang digunakan
mempunyai multikolinearitas yang tinggi atau tidak, dengan menggunakan Tolerance
(TOL) dan Variance inflation factor (VIF). Hasil pengujian dapat diketahui bahwa
variabel pemikiran moral, orientasi etika, jenis kelamin, dan indeks prestasi kumulatif
memiliki nilai tolerance masing-masing 0,472, 0,473, 0,995 dan 0,990 dan nilai VIF
diperoleh masing-masing 2,118, 2,116, 1,005, dan 1,010. Nilai tolerance untuk semua
variabel ini adalah mendekati 1 dan Nilai VIF kurang dari 10, artinya tidak terdapat gejala
multikolinearitas dalam model regresi yang digunakan.
4.4. Hasil Pengujian Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan analisis regresi berganda
(multiple regression) dengan bantuan SPSS. Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada
table berikut:
Tabel. 4
Hasil uji Hipotesis dengan regresi berganda
Uraian
Model 1 (H1)
Model 2 (H2)
Model 3 (H3)
Model 4 (H4)
74
Uji Determinasi (R
Square)
0,181
0,055
0,028
0,063
Uji F
(sign F)
0,001
0,267
0.617
0,200
Uji T
Hasil uji hipotesis
H1c diterima; H1a,H1b, H1d ditolak
H2b diterima; H2a, H2c, H2d ditolak
H3a, H3b, H3c,H3d ditolak
H4a diterima; H4b, H4c, H4d ditolak
Riung Ersa Gumayal, Dandes Rifa
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa dari empat model
penelitian, hanya 3 hipotesis yang berhasil didukung yaitu H1c, H2a daan H4a. Artinya
penelitian ini dapat membuktikan bahwa :
 pemikiran moral berpengaruh terhadap motivasi moral
 orientasi etika berpengaruh terhadap pertimbangan moral (Pada tingkat Alpha
10%)
 indeks prestasi kumulatif berpengaruh terhadap sensitivitas moral.
DAFTAR PUSTAKA
Chan, Samuel Y.S. and Leung, Philomena (2006), “The effect of accounting student’s
ethical reasoning and personnel actors on their ethical sensitivity”, Managerial
Auditing Journal, Vol. 21, No. 4.
Cohen, J.R., Pant, L.W. and Sharp, D.J. (2001), “An examination of differences in ethical
decision-making between Canadian business students and accounting
professionals”, Journal of Business Ethics, Vol. 30 No. 4.
Cohen, J.R. and Bennie, N.M. (2006), “The Applicability of a Contingent Factors Model
to Accounting Ethics Research”, Journal of Business Ethics, Vol. 68.
Comunale, C.L., Sexton, T.R, and Gara, S.C. (2006), “Professional ethical crises: a case
study of accounting majors”, Managerial Auditing Journal, Vol.21,No. 6
Falah, S. (2006), Pengaruh Budaya Etis Organisasi dan Orientasi Etis terhadap
Sensitivitas
Etis,
Tesis
Magister
Sains
Akuntansi,
Universitas
Diponegoro,Semarang (Dipublikasikan)
Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS.
BadanPenerbit Universitas Diponegoro. Semarang
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,Balai
Pustaka
Marwanto, (2007), Pengaruh Pemikiran Moral, Tingkat Idealisme, Tingakt Relativisme
dan Locus Of Control Terhadap Sensitivitas, Pertimbangan, Motivasi dan
Karakter Mahasiswa Akuntansi, Tesis Magister Sains Akuntansi, Universitas
Diponegoro Semarang
Ryan, J.J. (2001), “Moral Reasoning As A Determinant Of Organizational Citizenship
Behaviors: A Study In The Public Accounting Profession”, Journal ofBusiness
Ethics, Vol. 33 No. 3.
Simarmata, Jonner. 2002. ”Korelasi Motivasi Kerja dengan Kinerja”, Jurnal
Akademika,Volume 6 No 1.Simga-Maugan, C.D., Bonita, A., Onkal, D. and
Kavut, L. (2005), “The Influence Of Nationality And Gender On Ethical
75
Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing
Sensitivity: An Application Of The Issuecontingent Model”, Journal of Business
Ethics, Vol. 57 No. 2.
Thorne, L. (2000), “The Development of Context-Specific Measures of Accountants’
Ethical Reasoning”, Behavioral Research in Accounting 12.
Wiyantoro, Lili Sugeng, Agus Solikhan Yulianto, Dadan Ramdhani, dan Marwanto.
2011. Pendekatan Baru Pengembangan Etika Profesi Akuntan: Anteseden
Perilaku Moral Mahasiswa Akuntansi Perspektif Rest Cognitive Model.
Simposium Nasional Akuntansi 14. Banda Aceh
76
Download