Siapa Yang DiSembah ? Oleh: Josapat Marbun, S.PAK, M.PdK Keluaran 20:3 “jangan ada padamu Allah Lain di hadapan-ku” Ketika setan berupaya untuk mencobai Dia. Yesus berkata bahwa perintah pertama memerintahkan kita untuk menyembah Allah. Penyembahan sebagaimana cinta merupakan sebuah sikap yang mengalir keluar dari dalam hati. Penyembahan merupakan sebuah disposisi batin dan sebuah keputusan untuk menjadikan Allah nomor satu, menempatkannya diatas tahta kehidupan, sebagai Dia yang berdaulat, yang mengatur hidup kita. Orang-orang Israel kuno dikelilingi oleh bangsa-bangsa yang dengan begitu antusiasnya menyembah „allah-allah lain”. Ada Dagon, dewa utuma bangsa Filistin, yang merupakam tetangga bangsa Israel di bagian barat. Orang-orang Filistin menyembahnya demi panen yang baik dan tangkapan ikan yang banyak yang berarti berlimpah ruah dan makmur. Bangsa Phonesia, tetangga bangsa Israel di sebelah utara, memuja dewi bulan Asytoret atau Ashtart. Dewi Ashtart bertanggung jawab atas kesuburan dan penyembahan terhadapnya menjadi begitu populer karena dilakukan dalam perayaan dan pesta-pesta yang memabukkan. Di sebelah timur, orang-orang Moab menyembah Kemosh dan orang-orang Amon menyambah Molokh. Kedua allah ini, khususnya Molokh menerima anak-anak sebagai korban untuk menenangkan dan merayu mereka. Orang-orang bisa berlaku begitu ekstrem dan hebohnya dengan harapan untuk memperoleh kekuatan dari dewa-dewa ini demi kepentingan mereka. Sekarang ini, tentu saja , budaya populer telah berubah. Sebagian besar orang tidak lagi tunduk kepada dewa dewi yang berbuat dari kayu, batu dan besi. Tetapi uang, seks dan kekuasaan tetap menjadi incaran dalam hidup berjuta-juta orang. Pada kesempatan lain, jika anda bertanya kepada diri sendiri: Apakah yang telah selalu menjadi akibat lantaran penyembahan terhadap “alah-alah lain”? Sejak dahulu, dewa-dewa sembahan ini akan berbalik kepada para pemujanya dan mencabik-cabik mereka. Dari pemujaan yang gila-gilaan terhadap seks telah lahir penyakit AIDS yang mematikan. Mengapa tak seorang pun berbicara mengenai solusi yang paling jelas dan terang? Tidaklah terlalu sulit untuk menjawab pertanyaan ini. Solusi gampang dan sederhananya adalah berbalik dari dewa pengkhianat ini dan sekali lagi menghormati nilainilai keluarga dan kekudusan sebuah pernikahan. Namun, bukannya hal ini, para pemimpin politis diseluruh dunia malahan berseru kepada dewa mereka: “Uang” untuk menyelamatkan mereka. “Tahun depan” demikian kata mereka,”Kita masih akan menguncurkan milyaran dana Kita akan membangun laboratorium yang lebih besar lebih baik. Kemudian kita akan menemukan sebuah Vaksin sehingga dapat terbebas dari penyakit AIDS. Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,”Jangan pernah menyerahkan kesetiaan dan ketaatanmu kepada “ilah-ilah” yang pada kenyataannya bukanlah Tuhan. Janganlah pernah menyediakan sebuah tempat istimewa dalam hidupmu bagi sesuatu atau seseorang yang pada akhirnya, hanya akan mengecewakan dan menyakitimu. (Penulis, Kasi Perdidikan Keagamaan Kristen Bidang Bimas Kristen Kanwil Kemenag-su).-**