PENGARUH PERKEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH

advertisement
PENGARUH PERKEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PADA SEKTOR UKM DI
INDONESIA
Oleh
Ade Raselawati
NIM: 107084000542
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
PENGARUH PERKEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PADA SEKTOR UKM DI
INDONESIA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Ade Raselawati
NIM: 107084000542
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Prof. Dr. Ahmad Rodoni
NIP: 19690203 200112 1 003
Pembimbing II
Zuhairan Yunmi Yunan SE. M.Sc
NIP: 19800416 200912 1 002
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/ 2011 M
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Jumat, 6 Mei 2011 telah dilakukan ujian komprehensif atas mahasiswa:
1.
2.
3.
4.
Nama
NIM
Jurusan
Judul Skripsi
: Ade Raselawati
: 107084000542
: Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
: Pengaruh Perkembangan Usaha Kecil Menengah terhadap
Pertumbuhan Ekonomi pada Sektor UKM di Indonesia
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswi tersebut diatas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
melanjutan ketahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 6 Mei 2011
1.
2.
3.
Pheni Chalid, SF. MA.Ph.D
NIP : 19560505 200012 1 001
Zuhairan Yunmi Yunan SE. M.Sc
NIP : 19800416 200912 1 002
Dr. Lukman. M.Si
NIP : 19640607 200302 1 001
Ketua
Sekertaris
Penguji Ahli
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Rabu, 16 Juni 2011 telah dilakukan ujian Skripsi atas mahasiswa:
1.
2.
3.
4.
Nama
NIM
Jurusan
Judul Skripsi
: Ade Raselawati
: 107084000542
: Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
: Pengaruh Perkembangan Usaha Kecil Menengah terhadap
Pertumbuhan Ekonomi pada Sektor UKM di Indonesia
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswi
tersebut diatas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 16 Juni 2011
4.
5.
6.
7.
8.
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
NIP : 19570617 198503 1 002
Ketua
Dr. Lukman M.Si
NIP : 19640607 200302 1 001
Sekertaris
Pheni Chalid, SF. MA.Ph.D
NIP : 19560505 200012 1 001
Penguji Ahli
Prof. Dr. Ahmad Rodoni
NIP : 19690203 200112 1 003
Pembimbing I
Zuhairan Yunmi Yunan SE. M.Sc
NIP : 19800416 200912 1 002
Pembimbing II
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini
:
Nama
: Ade Raselawati
No. Induk Mahasiswa
: 107084000542
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
: Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1.
Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2.
Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain
3.
Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa ijin dari pemilik karya.
4.
Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5.
Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.
Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggung-jawabkan, ternyata memang
ditemukan bahwa saya telah melanggar pernyatan diatas, maka saya siap untuk
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 16 Juni 2011
Yang Menyatakan,
Ade Raselawati
107084000542
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
Identitas Pribadi

Nama
: Ade Raselawati

Tempat & Tgl. Lahir : Tangerang, 30 November 1989

Alamat
: Jl. Dr. Setia Budi Gg. Mede 3 RT.05/04
No.17 Pamulang Barat
Pamulang- Tangerang Selatan 15417
II.

Telepon
: 085814311599

Email
: [email protected]
Pendidikan Formal

SD
(1995-2001)
: SDN Pamulang Tengah

SMP
(2001-2004)
: MTsN Tangerang 2 Pamulang

SMA
(2004-2007)
: SMA Negeri 1 Ciputat

S1
(2007-2011)
: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta
III.
Pendidikan Non Formal

IV.
Mengikuti kursus Bahasa Inggris pada Lembaga Bahasa LPIA
Pengalaman Organisasi / Magang / Kerja

Rohis
: SMAN 1 Ciputat

Paskibra
: SMAN 1 Ciputat

MPK
: SMAN 1 Ciputat
i

Kuliah Kerja Sosial
: Koperasi Karunika Universitas Terbuka

Kerja
: - PT. Pelayanan Paripurna (Sales Asistant)
- KAP Abdi Itjar (Auditor Junior)
V.
VI.
Latar Belakang Keluarga

Ayah
: M. Sarta Keman

Tempat & Tgl. Lahir
: Tangerang, 01 Januari 1950

Ibu
: Nasiah

Tempat & Tgl. Lahir
: Tangerang, 01 Januari 1951

Anak ke dari
: 4 dari 4 bersaudara

Nama Kakak
: Syarifa, Sarmila, dan Sartika
Kemampuan Lainnya

Mampu mengoperasikan computer literate dalam Microsoft Office
(Ms. Word, Excel, Access, dan Powerpoint)

Software E-Views
ii
ABSTRAK
Pengaruh Perkembangan Usaha Kecil Menengah terhadap Pertumbuhan
Ekonomi pada Sektor UKM di Indonesia
Oleh
Ade Raselawati
Peranan Usaha Kecil Menegah (UKM) dalam mendorong percepatan
pertumbuhan ekonomi sangat penting, hal ini dapat dilihat dari kontribusi
terhadap neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor dan mampu menyerap
tenaga kerja dalam jumlah banyak yaitu 70% dari total tenaga kerja di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh perkembangan Usaha
Kecil Menengah (UKM) terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM di
Indonesia. Pada penelitian ini digunakan metode data panel dengan Fixed Effect
Model. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa nilai PDB UKM,
tenaga kerja UKM, ekspor UKM, jumlah unit UKM, dan investasi UKM dari
tahun 2000-2009.
Hasil analisis dengan menggunakan metode regresi data panel menunjukkan
bahwa ekspor UKM, jumlah unit UKM, dan investasi UKM berpengaruh positif
dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM. Sedangkan
variabel tenaga kerja UKM tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi pada sektor UKM karena tenaga kerja yang diserap tidak sebanding
dengan nilai tambah yang dihasilkan.
Kata kunci : PDB UKM, tenaga kerja UKM, ekspor UKM, jumlah unit UKM, dan
investasi UKM.
iii
ABSTRACT
Influence of the Development of Small and Medium Enterprise to Economic
Growth in SME Sector in Indonesia
By
Ade Raselawati
Small and Medium Enterprise (SME) was playing important role in
promoting the acceleration of economic growth. It was approved from its
contribution to the exports balance of payments and absorbing numerous
members of labour forces that is 70% of the total labour force in Indonesia.
This study aims to analyze the influence of the development of Small and
Medium Enterprise (SME) to economic growth in the SME sector in Indonesia.
This study used Panel Data Methods with a Fixed Effect Model. The data used
were the secondary from the GDP of SME, Labours of SME, exports of SME, the
number of units of SME and SME investment of SME during 2000-2009.
The results of analysis using a Panel Data Regression Method showed that
the exports of SME, the number of units of SME, and investment of SME had
significant and positive influence on economic growth in the SME sector. While
the labour force variable SME had no significant influence on economic growth in
the SME sector because the labour force is not absorbed proportionaly to the
added value generated.
Key words: GDP SME, Labours of SME, exports of SMEs, the number of units of
SMEs and SME investment
iv
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur Alhamdulillah, penulis persembahkan atas kehadirat Allah SWT
yang senantiasa memberikan segala rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul "Pengaruh Perkembangan
Usaha Kecil Menengah terhadap Pertumbuhan Ekonomi pada Sektor UKM
di Indonesia” dengan baik dan lancar.
Dengan selesainya skripsi ini, bagi penulis merupakan sebuah titik
kulminasi perjuangan yang selama ini ditempuh dalam rangka memperoleh gelar
sarjana. Oleh karena itu, penulis berharap dapat terus melanjutkan perjuangan
dalam hal mengembangkan diri dan menggapai cita-cita pada jenjang berikutnya.
Dengan skripsi ini pula penulis berharap semoga dapat bermanfaat bagi
perkembangan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan pada umumnya, dan
mahasiswa Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan pada khususnya.
Penulis percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan izin dan
ketetapan Allah SWT, namun penyusunan skripsi ini tidak lepas dari orang-orang
di sekitar penulis yang begitu banyak memberi bantuan serta dukungan pada
penulis. Untuk itulah pada kesempatan ini izinkan penulis mengucapkan rasa
terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Kedua orang tuaku tercinta, Sarta Keman dan Nasiah. Ananda mengucapkan
terima kasih atas segala curahan kasih sayang, kesabaran dan pengorbanan
serta doa-doa yang selalu dipanjatkan kepadaNya. Rabbighfirli
waliwaalidayya warhamhumaa kamaa rabbayani shaghiira.
2. Kakakku tersayang, Syarifa, Sarmila, dan Sartika. Terima kasih atas segala
motivasi dan dorongannya, semoga kakak selalu diberkahi Allah SWT dalam
segala hal.
3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku pembimbing I yang senantiasa
meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan serta bimbingan dalam
proses penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Zuhairan Yunmi Yunan SE. M.Sc selaku pembimbing II yang
senantiasa meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan serta
bimbingan dalam proses penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
6. Bapak Dr. Lukman. M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan.
v
7.
Segenap jajaran pengajar atau dosen yang tanpa pamrih memberikan ilmuilmu yang bermanfaat bagi penulis. Semoga semua ilmu yang diberikan
selalu dalam keberkahan Allah SWT. Sehingga dapat berguna kelak dihari
kemudian.
8. Teman-teman seperjuanganku IESP 2007. Terima kasih khususnya untuk
sahabat-sahabatku tersayang Dyta, Oca, Elva, Mawaddah (tetep semangat
yaa!!).
9. Untuk seniorku Ayu Zakya Lestari. Terima kasih atas semangat dan
dukungannya, semoga selalu diberkahi Allah SWT.
10. Sahabatku tersayang Deta Tasyah. Terima kasih atas dorongan dan semangat
yang diberikan, semoga selalu diberkahi Allah SWT dan tercapai apa yang
dicita-citakan. (semoga bisnis kita ‘Adeta Cake’ lancar and eksis terus yaa,
sukses solmeeet...!!! ^_^)
11. Dan terima kasih untuk orang-orang yang telah memberikan semangat serta
dukungannya kepada penulis (Iyan, Resty, Yi, Adi, Igog, dll) Semoga
kesuksesan dan kebahagiaan selalu menyelimutimu, dan semoga tercapai apa
yang kamu cita-citakan (Sukses ya.. Semangat...!! ^_^)
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan, namun semua ini
semata-mata karena keterbatasan penulis. Akhir kata, besar harapan penulis,
skripsi ini dapat bermanfaat sekaligus membuka wawasan lebih luas lagi
mengenai Usaha Kecil Menengah (UKM) bagi para pembacanya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta,16 Juni 2011
Ade Raselawati
vi
DAFTAR ISI
COVER
COVER Dalam
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... i
ABSTRAK ........................................................................................................... iii
ABSTRACT ......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................... v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii
BAB. I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian ................................................................. 1
B. Perumusan Masalah.......................................................................... 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 10
BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 12
A. UKM................................................................................................. 12
1. Definisi UKM ........................................................................... 12
2. Klasifikasi UKM ....................................................................... 15
3. Ciri-Ciri Usaha Kecil Menengah (UKM) ................................. 16
vii
4. Peran Penting UKM .................................................................. 16
5. Permasalahan dan Penghambat UKM ....................................... 17
6. Aspek Permodalan UKM .......................................................... 21
B. Tenaga Kerja .................................................................................... 24
C. Investasi ............................................................................................ 28
D. Ekspor............................................................................................... 29
E. Pertumbuhan Ekonomi .................................................................... 34
1. Definisi Pertumbuhan Ekonomi ................................................ 34
2. Produk Domestik Bruto ............................................................ 35
3. Teori Pertumbuhan Ekonomi .................................................... 35
F. UKM terhadap Pertumbuhan Ekonomi ........................................... 38
G. Penelitian Terdahulu ....................................................................... 40
H. Keterkaitan Antar Variabel .............................................................. 44
I. Kerangka Berpikir ............................................................................ 46
J. Hipotesis ........................................................................................... 47
BAB. III. METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 48
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 48
B. Metode Penentuan Sampel…………………………….................. . 48
C. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 50
D. Metode Analisis................................................................................ 51
1.
Metode Analisis Data Panel ...................................................... 51
viii
2.
Estimasi Model data Panel ........................................................ 54
E. Operasional Variabel Penelitian ....................................................... 62
1.
Uji Statistik ............................................................................... 63
a. Uji t-Statistik...................................................................... 63
b. Uji F-Statistik......................................................................64
c. R2 Adjusted.........................................................................64
BAB. IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................... 65
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ...................................... 65
1.
Sejarah Singkat Usaha Kecil dan Menengah ............................ 65
2.
Perkembangan Usaha Kecil dan Menengah .............................. 66
B. Analisis dan Pembahasan .................................................................. 67
1.
Analisis Deskriptif .................................................................... 67
2.
Estimasi Model data Panel. ....................................................... 75
a. Pendekatan Pooled Least Square (PLS). .............................. 75
b. Pendekatan Fixed Effect Model (FEM). ................................ 76
c. PLS vs FEM. ......................................................................... 76
d. Pendekatan Random Effect Model (REM). ........................... 77
3.
Pengujian Hipotesis. .................................................................. 77
ix
BAB. V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ..................................................... 88
A. Kesimpulan....................................................................................... 88
B. Implikasi…………………………………………………………....89
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 91
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
3.1
Tabel Operasional Variabel Penelitian
62
4.1
Tabel PDB UKM Menurut Sektor Ekonomi
69
4.2
Tabel Tenaga Kerja Menurut Sektor Ekonomi
70
4.3
Tabel Ekspor UKM Menurut Sektor Ekonomi
72
4.4
Tabel Jumlah Unit UKM Menurut Sektor Ekonomi
73
4.5
Tabel Investasi UKM Menurut Sektor Ekonomi
74
4.6
Tabel Regresi Data Panel: Pooled Least Square
76
4.7
Tabel Regresi Data Panel: Fixed Effect Model
76
4.8
Tabel F-Restricted
77
4.9.1
Hasil Perhitungan Estimasi Data Panel Fixed Effect Model
78
4.9.2
Interpretasi Koefisien Fixed Effect Model
82
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor
1.1
Keterangan
PDB UKM Menurut Sektor Ekonomi
Halaman
4
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pembanguan ekonomi adalah hal yang sangat penting dalam suatu
negara,
terutama
dalam
meningkatkan
pendapatan
ekonomi
dan
meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Indonesia telah menikmati masa
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam jangka waktu yang panjang, hingga
datangnya krisis nilai tukar tereskalasi menjadi krisis multi dimensi yang
dimulai akhir tahun 1997. (Tejasari, 2008)
Ketika terjadi krisis ekonomi 1998, hanya sektor UKM yang bertahan
dari kolapsnya ekonomi, sementara sektor yang lebih besar justru tumbang
oleh krisis. Krisis ini telah mengakibatkan kedudukan posisi pelaku sektor
ekonomi berubah. Usaha besar satu persatu pailit karena bahan baku impor
meningkat secara drastis, biaya cicilan utang meningkat sebagai akibat dari
nilai tukar rupiah terhadap dollar yang menurun dan berfluktuasi. Sektor
perbankan yang ikut terpuruk turut memperparah sektor industri dari sisi
permodalan. Banyak perusahaan yang tidak mampu lagi meneruskan usaha
karena tingkat bunga yang tinggi. Berbeda dengan UKM yang sebagian besar
tetap bertahan, bahkan cendrung bertambah. (Departemen Koperasi, 2008)
Terbukti saat krisis global yang terjadi beberapa waktu lalu, UKM hadir
sebagai suatu solusi dari sistem perekonomian yang sehat. UKM merupakan
salah satu sektor industri yang sedikit bahkan tidak sama sekali terkena
1
dampak krisis global yang melanda dunia. Dengan bukti ini, jelas bahwa
UKM dapat diperhitungkan dalam meningkatkan kekompetitifan pasar dan
stabilisasi sistem ekonomi yang ada. (Departemen Koperasi, 2008)
Adapun alasan-alasan UKM dapat bertahan dan cenderung meningkat
jumlahnya pada masa krisis yaitu karena: pertama; sebagian besar UKM
memproduksi barang konsumsi dan jasa-jasa dengan elastisitas permintaan
terhadap
pendapatan
yang
rendah.
Kedua;
sebagian
besar
UKM
mempergunakan modal sendiri dan tidak mendapat modal dari bank.
Implikasinya pada masa krisis keterpurukan sektor perbankan dan naiknya
suku bunga tidak berpengaruh terhadap UKM. Ketiga; dengan adanya krisis
ekonomi
yang berkepanjangan menyebabkan
sektor formal banyak
memberhentikan pekerjanya. Sehingga para penganggur tersebut memasuki
sektor informal dengan melakukan kegiatan usaha yang berskala kecil,
akibatnya jumlah UKM meningkat (Partomo dan Soejodono, 2004).
Di Indonesia harapan untuk membangkitkan ekonomi rakyat sering kita
dengarkan karena pengalaman ketika krisis multidimensi tahun 1997-1998
usaha kecil telah terbukti mampu mempertahankan kelangsungan usahanya,
bahkan memainkan fungsi penyelamatan di beberapa sub-sektor kegiatan.
Fungsi penyelamatan ini segera terlihat pada sektor-sektor penyediaan
kebutuhan pokok rakyat melalui produksi dan normalisasi distribusi. Bukti
tersebut paling tidak telah menumbuhkan optimisme baru bagi sebagian besar
orang yang menguasai sebagian kecil sumberdaya akan kemampuannya untuk
menjadi motor pertumbuhan bagi pemulihan ekonomi.
2
Dalam penelitian Van Gils (2007) dalam Aylin Ates dan Umit Bititci
(2008) menyatakan bahwa UKM adalah mesin penting untuk merangsang
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Peran Usaha Kecil Menengah (UKM)
dalam perekonomian Indonesia paling tidak dapat dilihat dari: (1)
kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai
sektor, (2) penyedia lapangan kerja yang terbesar, (3) pemain penting dalam
pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat, (4)
pencipta pasar baru dan sumber inovasi, serta (5) sumbangannya dalam
menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor. Posisi penting ini sejak
dilanda krisis belum semuanya berhasil dipertahankan sehingga pemulihan
ekonomi belum optimal. (Departemen Koperasi, 2010)
Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia UKM selalu digambarkan
sebagai sektor yang mempunyai peranan penting, karena sebagian besar
jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha
kecil baik di sektor tradisional maupun modern. Serta mampu menyerap
banyak tenaga kerja. Peranan usaha kecil tersebut menjadi bagian yang
diutamakan dalam setiap perencanaan tahapan pembangunan yang dikelola
oleh dua departemen yaitu Departemen Perindustrian dan Perdagangan, serta
Departemen Koperasi dan UKM. (Kuncoro, 2002).
Beberapa penyebab laju pertumbuhan ekonomi membaik tetapi tidak
memperbaiki peningkatan kesempatan kerja adalah; pertama, sumber
perbaikan pertumbuhan ekonomi umumnya berasal dari konsumsi masyarakat
dan pemerintah, bukan berasal dari peningkatan kapasitas perekonomian.
3
Kedua, kebijakan politik berasal dari probisnis menjadi proburuh. Hal ini
mengakibatkan pasar tenaga kerja menjadi rigid dan menyebabkan
peningkatan biaya tenaga kerja relative terhadap faktor produksi lainnya.
Pertumbuhan
ekonomi
yang
dibutuhkan
dimasa
mendatang
adalah
pertumbuhan ekonomi yang dapat menyerap tenaga kerja. Keadaan ini akan
terwujud jika penyimpangan (distorsi), khususnya dalam pasar tenaga kerja,
yang menyebabkan peningkatan rasio upah terhadap biaya produksi lainnya
meningkat. (Ikhsan, 2004).
300,000
250,000
200,000
PPKP
150,000
PPG
100,000
IP
50,000
0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Sumber
: Kementrian UKM dan Koperasi, 2010
Keterangan : PPKP : Sektor pertanian, perternakan, kehutanan dan perikanan
PPG : Sektor pertambangan dan penggalian
IP
: Sektor industri pengolahan
Gambar 1.1.
PDB Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor Ekonomi
Tahun 2000-2009 Atas Dasar Harga Konstan (Miliar
Rupiah)
4
Peranan UKM dalam mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi
sangat penting. Faktanya terdapat ketidakseimbangan antara sumbangan
UKM
dalam penyediaan lapangan kerja
pembentukan
nilai
tambah.
Pertumbuhan
dengan kontribusi
UKM
yang
lebih
dalam
cepat
dibandingkan kelompok usaha besar akan memperbaiki struktur usaha dan
distribusi pendapatan secara keseluruhan. (Ikhsan, 2004)
Dalam gambar 1.1 terlihat selama tahun 2000-2009 peranan usaha kecil
dan menengah dalam penciptaan nilai tambah terus meningkat. secara
sektoral UKM memiliki keunggulan dalam sektor tersier seperti bidang usaha
yang memanfaatkan sumber daya alam (pertanian tanaman bahan makanan,
perkebunan, peternakan dan perikanan) dan sektor pertambangan dan
penggalian. Penciptaan nilai tambah UKM di masing-masing sektor tersebut
selalu meningkat terutama sektor andalan UKM yakni sektor pertanian,
peternakan, kehutanan dan perikanan. Berbeda dengan sektor industri
pengolahan yang peningkatan nilai tambahnya tidak terlalu meningkat tajam.
Di lihat dari kontribusi UKM terhadap PDB, UKM memiliki peran
penting dalam pengembangan usaha di Indonesia. UKM juga merupakan
cikal bakal dari tumbuhnya usaha besar. Hampir semua usaha besar berawal
dari UKM. Usaha kecil menengah (UKM) harus terus ditingkatkan (up grade)
dan aktif agar dapat maju dan bersaing dengan perusahaan besar. Jika tidak,
UKM di Indonesia yang merupakan jantung perekonomian Indonesia tidak
akan bisa maju dan berkembang.
Satu hal yang perlu diingat dalam
pengembangan UKM adalah bahwa langkah ini tidak semata-mata
5
merupakan langkah yang harus diambil oleh pemerintah dan hanya menjadi
tanggung jawab pemerintah. Pihak UKM sendiri sebagai pihak yang
dikembangkan,
dapat
mengayunkan
langkah
bersama-sama
dengan
pemerintah. Selain pemerintah dan UKM, peran dari sektor perbankan juga
sangat penting terkait dengan segala hal mengenai pendanaan, terutama dari
sisi pemberian pinjaman atau penetapan kebijakan perbankan.
Lebih jauh lagi, terkait dengan ketersediaan dana atau modal, peran dari
para investor baik itu dari dalam maupun luar negeri, tidak dapat pula kita
kesampingkan. ‘Aturan main’ bagi pelaku usaha (termasuk UKM) sehingga
upaya pengembangan UKM tidak hanya bisa dilaksanakan secara parsial,
melainkan harus terintegrasi dengan pembangunan ekonomi nasional dan
dilaksanakan secara berkesinambungan. Kebijakan ekonomi (terutama
pengembangan dunia usaha) yang ditempuh selama ini belum menjadikan
ikatan kuat bagi terciptanya keterkaitan antara usaha besar dan UKM.
Pemerintah pada intinya memiliki kewajiban untuk turut memecahkan
tiga hal masalah klasik yang kerap kali menerpa UKM, yakni akses pasar,
modal, dan teknologi. Secara keseluruhan, terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam melakukan pengembangan terhadap unit usaha UKM,
antara lain kondisi kerja, promosi usaha baru, akses informasi, akses
pembiayaan, akses pasar, peningkatan kualitas produk dan SDM, ketersediaan
layanan pengembangan usaha, pengembangan cluster, jaringan bisnis, dan
kompetisi.
6
UKM memiliki potensi yang begitu besar namun kenyataanya UKM
masih mengalami berbagai hambatan internal maupun eksternal dalam bidang
produksi, pengolahan, pemasaran, modal dan lain-lain. Salah satu strategi
UKM adalah kemitraan dan bantuan keuangan, maka perlu penelitian yang
berkaitan dengan UKM yang diharapkan dapat membantu dan mengatasi
persoalan permasalahan dalam UKM sehingga hasil penelitian membawa
dampak positif bagi pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi
selanjutnya. (Tejasari, 2008)
Peranan UKM dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia yaitu di
indikasikan dengan pertumbuhan PDB UKM. Pertumbuhan PDB UKM
dipengaruhi oleh beberapa variabel yang berkaitan dengan perkembangan
UKM yang terdiri dari:
1. Tenaga kerja UKM
2. Ekspor UKM
3. Jumlah unit UKM
4. Investasi UKM.
Pasar tenaga kerja di Indonesia dapat dapat dibedakan atas sektor
informal dan formal. Dalam hal ini sektor informal merupakan indikasi dari
UKM. (Cahyono, 1983). UKM di Indonesia sangat penting terutama dalam
hal penciptaan kesempatan kerja. Argumentasi ini didasarkan pada kenyataan
bahwa, disatu pihak, jumlah angkatan kerja di Indonesia sangat berlimpah
mengikuti jumlah penduduk yang besar, dan dipihak lain, UB (Usaha Besar)
tidak sanggup menyerap semua pencari pekerjaan. Ketidaksanggupan UB
7
dalam menciptakan kesempatan kerja yang besar disebabkan karena memang
pada umumnya kelompok usaha tersebut relatif padat modal, sedangkan
UKM relatif padat karya.
Indikator perkembangan UKM juga dilihat dari ekspor pada sektor
UKM, peluang untuk mengembangkan UKM yang akan memasuki pasar
ekspor masih sangat memiliki prospek yang cukup baik dan memiliki potensi
yang cukup besar di masa mendatang.
Badan Pusat Statistik (2003) menyebutkan bahwa jumlah UKM tercatat
42,3 juta atau 99,90 % dari total jumlah unit usaha. UKM (Usaha Kecil dan
Menengah) menyerap tenaga kerja sebanyak 79 juta atau 99,40 % dari total
angkatan kerja. Kontribusi UKM dalam pembentukan PDB sebesar 56,70 %.
Kemudian sumbangan UKM terhadap penerimaan devisa negara melalui
kegiatan ekspor sebesar Rp 75,80 triliun atau 19,90 % dari total nilai ekspor.
Sampai saat ini perekonomian Indonesia mayoritas ditopang oleh sektor ini.
Setidaknya, sektor usaha mikro, kecil, dan menengah tersebut mampu
menyerap sekitar 70 % tenaga kerja informal.
Sisanya, 30 % bergerak di bidang formal. UMKM juga telah
menyumbang produk ekspor sampai 16 %. Sektor usaha mikro kecil dan
menengah ini perlu dibina dan diberdayakan, karena merupakan penggerak
perekonomian dan pengembang ekonomi kerakyatan. Potensi itu terlihat
tahun 2003, UMKM telah menyerap sebanyak 42,4 juta unit usaha dan 79
juta tenaga kerja dengan 56,7 % dari PDB nasional.
8
Dalam penelitian ini, penulis melakukan pembatasan penelitian, yakni:
variabel perkembangan UKM yang terdiri dari tenaga kerja UKM, ekspor
UKM, jumlah unit UKM, dan investasi pada sektor UKM. Dengan melihat
pengaruhnya terhadap PDB pada sektor UKM dari tahun 2000 sampai 2009.
Kemudian data perkembangan UKM dari masing-masing variabel ditinjau
dari 3 sektor yaitu: (1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan; (2)
Pertambangan dan Penggalian, (3) Industri Pengolahan, dari tahun 2000
sampai 2009.
B. Perumusan Masalah
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat pengujian teori tentang
pengaruh perkembangan UKM terhadap PDB pada sektor UKM dengan
pendekatan data panel.
Berdasarkan uraian dan penjelasan di atas, dapat dirumuskan pokok
permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh variabel
perkembangan UKM (tenaga kerja UKM, ekspor UKM, jumlah unit UKM,
dan investasi UKM) terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM di
Indonesia dari tahun 2000 sampai 2009. Yang ditinjau dari 3 sektor UKM :
(1) Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan; (2) Pertambangan dan
penggalian, (3) Industri pengolahan.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.
Tujuan Penelitian
Dari uraian pokok di atas, tujuan dari penelitian ini adalah
menganalisis pengaruh perkembangan UKM seperti (tenaga kerja UKM,
9
ekspor UKM, jumlah unit UKM, dan investasi UKM) terhadap
pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM di Indonesia dari tahun 2000
sampai 2009. Yang ditinjau dari 3 sektor UKM : (1) Pertanian,
peternakan, kehutanan dan perikanan; (2) Pertambangan dan penggalian,
(3) Industri pengolahan.
2.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi berbagai pihak, yaitu:
a. Bagi para aparat pemerintahan, penelitian ini dapat digunakan
sebagai masukan untuk mendukung pembuatan keputusan atau
kebijakan dalam mengembangkan sektor UKM.
b. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan pustaka sebagai pengetahuan khususnya dalam hal
perkembangan UKM terhadap pertumbuhan ekonomi, serta dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dan tambahan informasi
dalam melakukan penelitian selanjutnya.
c.
Bagi publik, penelitian ini dapat memberikan informasi tentang
pentingnya UKM dan menjadikan masyarakat ikut berperan dalam
meningkatkan sektor UKM.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Usaha Kecil Menengah (UKM)
1.
Definisi UKM
Membicarakan masalah kelompok usaha yang termasuk dalam
usaha kecil dan menengah disingkat UKM tidak mudah. Banyak istilah
yang muncul dalam hubungannya dengan usaha kecil dan menengah.
Ada yang menyebut golongan ekonomi lemah (GEL) atau pengusaha
ekonomi lemah (pegel), usaha mikro ada juga yang menggunakan istilah
industri kecil dan sedang, serta ada juga menyebut dengan industry
rumah tangga. Dalam studi ini digunakan istilah UKM. (Astawa, 2007)
a. Menurut Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah (Menegkop dan UKM):
Usaha Kecil (UK) termasuk Usaha Mikro (UMI), adalah entitas
usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp
200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan
memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000.
Sementara itu, Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha
milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih
besar dari Rp 200.000.000 s.d. Rp 10.000.000.000, tidak termasuk
tanah dan bangunan.
12
b. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS):
UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja, yaitu usaha kecil
merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 s.d 19
orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitias usaha yang
memiliki tenaga kerja 20 s.d. 99 orang.
c.
Menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.016/1994
tanggal 27 Juni 1994:
Usaha kecil didefinisikan sebagai perorangan atau badan usaha yang
telah melakukan kegiatan/usaha yang mempunyai penjualan/omset
per tahun setinggi-tingginya Rp 600.000.000 atau aset/aktiva
setinggi-tingginya Rp 600.000.000 (di luar tanah dan bangunan yang
ditempati) terdiri dari : (1) bidang usaha (Fa, CV, PT, dan koperasi)
dan (2) perorangan (pengrajin/industri rumah tangga, petani,
peternak, nelayan, perambah hutan, penambang, pedagang barang
dan jasa).
d.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) :
1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan
dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha
Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
13
2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha
yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau
usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang ini.
3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha
besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Berdasarkan beberapa definisi UKM di atas, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan usaha
kecil yang dapat menghasilkan omzet pertahunnya setinggi-tingginya
Rp.200.000.000 - Rp.600.000.000 tanpa termasuk tanah dan bangunan.
Serta memiliki pekerja 5 s.d 19 orang. sedangkan usaha menengah
merupakan entitias usaha yang omset pertahun paling banyak
Rp.200.000.000 s.d. Rp Rp.10.000.000.000 (diluar tanah dan bangunan)
dengan tenaga kerja 20 s.d. 99 orang yang dilakukan perorangan maupun
badan usaha.
14
Pengelompokan atau kategorisasi usaha-usaha di suatu negara
mempunyai tujuan strategis, antara lain dikaitkan dengan standar
kuantitatif tertentu, serta seberapa jauh dapat dimasukkan kedalam jenisjenis usaha atau bisnis. Tujuan pengelompokan usaha dapat disebutkan
beragam dan pada intinya mencakup empat macam tujuan, yaitu sebgai
berikut.
a.
untuk keperluan analisis yang dikaitkan dengan ilmu pengetahuan
(teoritis).
b.
untuk keperluan penentuan kebijakan-kebijakan pemerintah.
c.
untuk meyakinkan pemilik modal atau pengusaha tentang posisi
perusahaannya.
d.
untuk pertimbangan badan tertentu berkaitan dengan antisipasi
kinerja perusahaan (Partomo dan Soejodono, 2004).
2.
Klasifikasi UKM
Dalam perspektif perkembangannya, UKM dapat diklasifikasikan
menjadi 4 (empat) kelompok yaitu : (Arief Rahmana, 2009)
a.
Livelihood Activities, merupakan UKM yang digunakan sebagai
kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal
sebagai sektor informal. Contohnya adalah pedagang kaki lima
b.
Micro Enterprise, merupakan UKM yang memiliki sifat pengrajin
tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan
15
c.
Small Dynamic Enterprise, merupakan UKM yang telah memiliki
jiwa kewirausahaan dann mampu menerima pekerjaan subkontrak
dan ekspor.
d.
Fast Moving Enterprise, merupakan UKM yang telah memiliki jiwa
kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi Usaha
Besar (UB).
3.
Ciri-Ciri Usaha Kecil Menengah (UKM)
a.
Bahan baku mudah diperoleh
b.
Menggunakan teknologi sederhana sehingga mudah dilakukan alih
teknologi
c.
Keterampilan dasar umumnya sudah dimiliki secara turun-temurun
d.
Bersifat padat karya atau menyerap tenaga kerja yang cukup banyak
e.
Peluang pasar cukup luas, sebgaian besar produknya terserap di
pasar lokal/domestik dan tidak tertutup sebagian lainnya berpotensi
untuk diekspor
f.
Melibatkan masyarakat ekonomi lemah setempat, secara ekonomis
menguntungkan.
4.
Peran Penting UKM
Secara umum UKM dalam perekonomian nasional memiliki peran :
(1) sebagai pemeran utama dalam kegiatan ekonomi, (2) penyedia
lapangan kerja terbesar, (3) pemain penting dalam pengembangan
perekonomian lokal dan pemberdayaan masyarakat, (4) pencipta pasar
baru dan sumber inovasi, serta (5) kontribusinya terhadap neraca
16
pembayaran.
(Departemen
Koperasi,
2008).
Oleh
karena
itu
pemberdayaannya harus dilakukan secara terstruktur dan berkelanjutan,
dengan
arah
peningkatan
produktivitas
dan
daya
saing,
serta
menumbuhkan wirusahawan baru yang tangguh.
Salah satu keunggulan UKM adalah, ia terkadang sangat lincah
mencari peluang untuk berinovasi untuk menerapkan teknologi baru
ketimbang perusahaan-perusahaan besar yang telah mapan. Tak
mengherankan jika dalam era persaingan global saat ini banyak
perusahaan besar yang bergantung pada pemasok-pemasok kecilmenengah. Sesungguhnya ini peluang bagi kta untuk turut berkecimpung
di era global sekaligus menggerakkan sektor ekonomi riil (Zuhal, 2010).
Dalam buku Economic Development Todaro dalam (Zuhal, 2010)
mengemukakan bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi Indonesia
pascakrisis sangat bergantung pada kemampuan untuk merealisasikan
“pembangunan yang benar-benar beorientasi pada rakyat”. UKM atau
koperasi dipilih sebagai representasi ekonomi rakyat karena selain
menyerap tenaga kerja sekitar 90 persen, juga karena membeli nilai
tambah sekitar 56 persen di mana sektor pertanian memegang peran yang
sangat besar (sekitar 70 persen).
5.
Permasalahan dan Penghambat UKM
Pada umumnya permasalahan yang dihadapi oleh usaha kecil dan
menengah (UKM) antara lain meliputi: (Jafar Hafsah, 2004)
17
a. Faktor Internal
1) Kurangnya permodalan
Permodalan merupakan faktor utama yang diperlukan untuk
mengembangkan suatu unit usaha. Kurangnya permodalan UKM,
oleh karena pada umumnya usaha kecil dan menengah merupakan
usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup yang
mengandalkan
pada modal dari sisi pemilik yang jumlahnya
sangat terbatas, sedangkan modal pinjaman dari bank atau
keuangan lainnya sulit diperoleh, karena persyaratan secara
administratif dan teknis yang diminta oleh bank tidak dapat
dipenuhi.
2) Sumber Daya Manusia (SDM) yang Terbatas
Sebagian besar usaha kecil tumbuh secara tradisional dan
merupakan usaha keluarga yang turun temurun. Keterbatasan
SDM usaha kecil baik dari segi pendidikan formal maupun
pengetahuan dan keterampilannya sangat berpengaruh terhadap
management pengelolaan usahanya, sehingga usaha tersebut sulit
untuk berkembang dengan optimal. Di samping itu dengan
keterbatasan SDM-nya, unit usaha tersebut relatif sulit untuk
mengadopsi perkembangan teknologi baru untuk meningkatkan
daya saing produk yang dihasilkan.
18
3) Lemahnya Jaringan Usaha dan Kemampuan Penetrasi Pasar
Usaha kecil yang pada umumnya merupakan unit usaha keluarga,
mempuanyai jaringan usaha yang sangat terbatas dan kemampuan
penetrasi pasar yang rendah, oleh karena penduduk yang
dihasilkan jumlahnya sangat terbatas dan mempunyai kualitas
yang kurang kompetitif. Berbeda dengan usaha yang telah
mempunyai jaringan yang sudah solid serta didukung dengan
teknologi yang dapat menjangkau internasional dan promosi yang
baik.
b. Faktor Eksternal
1) Iklim Usaha Belum Sepenuhnya Kondusif
Kebijaksanaan pemerintah untuk menumbuhkembangkan Usaha
Kecil dan Menengah (UKM), meskipun dari tahun ke tahun terus
disempurnakan, namun dirasakan belum sepenuhnya kondusif.
Hal ini terlihat antara lain masih terjadinya persaingan yang
kurang
sehat
antara
pengusaha-pengusaha
kecil
dengan
pengusaha-pengusaha besar.
2) Terbatasnya Sarana dan Prasarana Usaha
Kurangnya informasi yang berhubungan dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, menyebabkan sarana dan prasarana
yang mereka miliki juga tidak cepat berkembang dan kurang
mendukung kemajuan usahanya sebagaimana yang diharapkan.
19
3) Impikasi Otonomi Daerah
Dengan berlakunya Undang-Undang No.22 tahun 1999 tentang
Otonomi Daerah, kewenangan daerah mempunyai otonomi untuk
mengatur dan mengurus masyarakat setempat. Perubahan system
ini akan mengalami implikasi terhadap pelaku bisnis kecil dan
menengah berupa pungutan-pungutan baru yang dikenakan pada
usaha kecil dan menengah (UKM). Jika kondisi ini tidak segera
dibenahi maka akan menurunkan daya saing Usaha Kecil dan
Menengah (UKM). Di samping itu semangat kedaerahan yang
berlebihan, kadang menciptakan kondisi yang kurang menarik
bagi pengusaha luar daerah untuk mengembangkan usahanya di
daerah tersebut.
4) Implikasi Perdagangan Bebas
Sebagaimana diketahui bahwa AFTA yang mulai berlaku tahun
2003 dan APEC tahun 2020 yang berimplikasi luas terhadap
usaha kecil dan menengah untuk bersaing dalam perdagangan
bebas.
Dalam hal ini, mau tidak mau Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
dituntut untuk melakukan proses produksi dengan produktif dan
efisien, serta dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan
frekuensi pasar global dengan standar kualitas.
20
5) Sifat produk dengan Lifetime Pendek
Sebagian besar produk Industri kecil memiliki ciri atau
karakteristik sebagai produk-produk fasion dan kerajinan dengan
lifetime yang pendek.
6) Terbatasnya Akses Pasar
Terbatsanya akses pasar akan menyebabkan produk yang
dihasilkan tidak dapat dipasarkan secara kompetitif baik di pasar
nasional maupun internasional.
6.
Aspek Permodalan UKM
Salah satu kelemahan dalam pemberdayaan UKM di Indonesia
umumnya bersifat parsial yaitu dibidang permodalan, pemasaran atau
bahan baku saja. Tetapi tidak tertutup kemungkinan pada keseluruhan
yang merupakan proses dari kegiatan usaha tersebut. Namun karena
dimungkinkan oleh banyaknya masalah yang dihadapi UKM serta
pendidikan pengelola UKM umumnya rendah, mereka hanya bisa
menyebutkan masalah yang ada dalam pikirannya itu sehingga hanya
bisa menyebutkan seperti di atas. (Thoha dan Sukarna, 2006)
Usaha pemerintah dalam menbantu usaha kecil dan menengah
dilakukan di dua arah, yaitu yang berkenaan dengan kebijakan fiskal dan
kebijakan moneter. Di kebijakan fiskal pemerintah berusaha untuk
meningkatkan dan memberikan bantuan kepada usaha kecil dan usaha
menengah agar dapat berkembang dengan baik. Proyek Bimbingan
Pengembangan Industri Kecil (BIPIK) dan kegiatan-kegiatan yang
21
dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Industri Kecil merupakan
contohnya. Dalam hal kebijakan moneter, pemerintah mengembangkan
program
khusus
kredit
lunak
untuk
menunjang pengembangan
perusahaan-perusahaan kecil milik pribumi, seperti KIK (Kredit Investasi
Kecil) dan KMKP (Kredit Modal Kerja Permanen). Pengawasan usahausaha kecil yang telah dan yang dianggap perlu dibantu melalui badanbadan milik negara juga merupakan bagian dari program kebijakan
moneter. (Tejasari, 2008)
Para pengusaha kecil mempunyai tiga pilihan untuk mendapatkan
modal agar usahanya dapat berjalan, yaitu melalui sumber-sumber resmi
seperti bank-bank milik pemerintah, sumber semi resmi seperti koperasi,
jasa-jasa
sektoral,
peminjaman
dan
modal
sumber-sumber
para
pengusaha
perorangan.
memiliki
Dalam
berbagai
hal
macam
pertimbangan. Pertimbangan itu antara lain adalah besar bunga yang
harus dibayar, prosedur peminjaman, waktu pencairan modal, atau
bantuan apakah cepat atau lambat. (Rahadjo dan Ali, 1993)
Faktor pendukung yang sangat penting dalam menjaga keberadaan
UKM adalah lembaga keuangan bank dan non-bank. Sebabnya,
pembiayaan lembaga kredit lembaga keuangan dapat menggairahkan
UKM agar
mandiri karena modalnya bertambah. Disini, peranan
lembaga keuangan bukan hanya melalui pemberian kredit saja, tetapi
juga
jasa
pelayanan
keuangan
lainnya
yang
diarahkan
guna
meningkatkan efisiensi. Peranan lembaga keuangan tersebut dalam
22
pengembangan UKM dan koperasi bias dilakukan dengan cara-cara
berikut:
a.
Pendekatan aktivitas, yaitu pendekatan atas dasar aktivitas yang
diperlukan UKM seperti kredit, bank garansi, giro, deposito, transfer
dan sebagainya.
b.
Pendekatan komoditas, yaitu pendekatan atas dasar komoditas yang
ditangani UKM seperti pangan, pupuk, hasil perkebunan, hasil
industry dan lainnya.
c.
Pendekatan program dan non-program, yaitu peranan perbankan
yang dapat dikembangkan yang bukan saja untuk penanganan
komoditas yang diprogramkan tetapi juga komoditas lain yang tidak
diprogramkan.
d.
Pendekatan pembinaan,
yaitu
peran perbankan
yang dapat
menawarkan berbagai jasa pelayanan keuangan yang diberikan
kepada UKM.
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
pinjaman untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga (BI, 2005)
Berdasarkan tujuan penggunannya, Bank Indonesia (1999)
membedakan kredit menjadi:
23
a.
Kredit konsumtif merupakan jenis kredit yang diberikan misalnya
untuk membeli kendaraan, peralatan, dan lain-lain yang sifatnya
untuk tujuan konsumtif. Kredit ini digunakan untuk konsumsi secara
pribadi dan dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa
yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan oleh seseorang
atau badan usaha.
b.
Kredit modal kerja yaitu kredit yang digunakan untuk menambah
modal kerja untuk membiayai seperti pembelian bahan baku, biayabiaya produksi, biaya pemasaran: dan lain-lain dalam jangka waktu
pendek biasanya satu tahun. Kredit ini digunakan untuk keperluan
meningkatkan produksi dalam operasionalnya.
c.
Kredit investasi merupakan kredit jangka menengah atau jangka
panjang untuk pembelian barang-barang modal beserta jasa yang
diperlukan untuk rehabilitasi, modernisasi, maupun eksapansi proyek
yang sudah ada atau pendirian proyek baru.
B. Tenaga Kerja
Ada 2 pengertian tenaga kerja: (Ignatia Rohana Sitanggang dan
Nachrowi Djalal, 2004)
a. Tenaga kerja umumnya tersedia di pasar kerja, dan biasanya siap untuk
di gunakan dalam suatu proses produksi barang dan jasa. Kemudian
perusahaan atau penerima tenaga kerja meminta tenaga kerja dari pasar
tenaga kerja. Apabila tenaga kerja tersebut bekerja, maka mereka akan
mendapat imbalan jasa berupa upah/gaji.
24
b.
Tenaga kerja yang terampil merupakan potensi sumber daya menusia
yang sangat dibutuhkan dalam setiap perusahaan dalam mencapai
tujuannya. Jumlah penduduk dan angkatan kerja yang besar, di satu sisi
merupakan potensi sumber daya manusia yang dapat diandalkan, tetapi
di sisi lain juga merupakan masalah besar yang berdampak pada
berbagai sektor.
1.
Permintaan Tenaga Kerja
Jumlah penyerapan atau permintaan tenaga kerja di pengaruhi
oleh: upah (dalam hal ini sudah dipengaruhi oleh unsur produktivitas dan
inflasi), output (PDRB), net migration (dengan motivasi ekonomi), dan
populasi (dalam hal ini sudah termasuk unsur birth dan deadh).
Permintaan tenaga kerja berkaitan dengan perencanaan tenaga kerja
merupakan suatu rencana yang memuat pendayagunaan tenaga kerja
yang optimum, efisien dan produktif guna pertumbuhan ekonomi/sosial
secara nasional, sektoral dan regional yang bertujuan untuk mengurangi
pengagguran dan meningkatkan kesejahteraan pekerja.
(a)
Menurut Sritua dengan asumsi bahwa setiap perusahaan akan
berusahan untuk memaksimumkan keuntungan, maka jumlah
tenaga kerja yang akan dipekerjakan adalah jumlah yang akan
menyamakan tingkat upah riil (bayaran kepada tenaga kerja)
dengan Marginal Product of Labour (MPL)
(b)
Berdasarkan fungsi produksi produksi Cobb-Douglas, permintaan
tenaga kerja diperlihatkan dalam persamaan berikut:
25
Ld 
Dimana:
(c)
 1/  K
P
W 1/ 
Ld
= Labour Demand
W
= tingkat upah riil
P
= tingkat upah umum
(1)
Menurut Cappelin (1987), permintaan tenaga kerja dipengaruhi
oleh output/permintaan akhir/konsumsi sektor tersebut, dan dapat
diperlihatkan dalam persamaan yang merupakan turunan dari
model struktural sebagai berikut:
Di = f (CR)
(2)
Xi = g (Xl, Di)
(3)
Ei = h (Xi, Wi)
(4)
Dimana:
(d)
Di
= permintaan akhir dari sektor I
CR
= konsumsi regional
Xi
= nilai tambah sektor I
Xl
= sektor lain
Ei
= tenaga kerja sektor I
Wi
= tingkat upah pada sektor i
Sedangkan permintaan tenaga kerja oleh setiap sektor ekonomi
selain dipengaruhi oleh output juga dipengaruhi oleh tenaga kerja
sektor yang bersangkutan, dirumuskan dalam persamaan sebagai
berikut:
26
Ei = f (Qi, Ei {1})
Dimana:
Ei
= tenaga kerja di sektor i
Qi
= output dari sektor i
yang mana permintaan tenaga kerja disektor i dipengaruhi oleh output
dari sektor yang bersangkutan oleh tenaga kerja disektor tersebut,
pada peroide sebelumnya.
2.
Penyerapan Tenaga Kerja
Perubahan struktur tenaga kerja merupakan penjelasan lebih lanjut
dari eksistensi perubahan struktur ekonomi. Hill (1996) berpendapat
bahwa perubahan distribusi penyerapan tenaga kerja sektoral biasanya
terjadi lebih lambat dibandingkan dengan perubahan peranan output
secara sektoral, mengingat proses perpindahan tenaga kerja sangat lambat
terutama bagi tenaga kerja yang berasal dari sektor denagn produktivitas
rendah seperti sektor pertanian. (Ignatia Rohana Sitanggang dan
Nachrowi Djalal, 2004)
Pasar tenaga kerja di Indonesia dapat dibedakan atas sektor
informal dan formal. Sektor formal atau sektor modern mencakup
perusahaan-perusahaan yang mempunyai status hukum, pengakuan dan
izin resmi serta umumnya berskala besar. Sebaliknya sektor informal
merupakan sektor yang memiliki karakteristik sebagai berikut: (1)
Kegiatan usaha umumnya sederhana; (2) Skala usaha relatif kecil; (3)
Usaha sektor informal umumnya tidak memiliki izin usaha; (4) Untuk
27
bekerja di sektor informal biasanya lebih mudah daripada di sektor
formal; (5) Tingkat penghasilan umumnya rendah; (6) Keterkaitan antar
sektor informal dengan usaha lain sangat kecil; (7) Usaha sektor informal
sangat beraneka ragam. Dalam hal ini sektor informal merupakan
indikasi dari UKM. (Cahyono, 1983)
C. Investasi
Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang
dimiliki
biasanya
berjangka
panjang
dengan
harapan
mendapatkan
keuntungan dimasa yang akan datang sebagai kompensasi secara profesional
atas penundaan konsumsi, dampak inflasi dan resiko yang ditanggung.
Keputusan investasi dapat dilakukan individu, dari investasi tersebut yang
dapat berupa capital gain/loss dan yield. Investasi dapat dilakukan dalam
bentuk investasi pada aspek fisik (real asset) dan investasi pada aset finansial
(financial asset). Aset fisik adalah aset yang mempunyai wujud secara fisik,
sedangkan asset finansial adalah surat-surat berharga yang pada umumnya
adalah klaim atau aktiva riel dari suatu entitas. Alasan seorang investor
melakukan investasi adalah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik di
masa yang akan datang serta untuk menghindari merosotnya nilai kekayaan
yang dimiliki. Investasi juga dapat diartikan sebagai suatu komitmen atas
sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan
tujuan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Dalam hal
ini adalah investasi yang dilakukan investor pada sektor UKM (Usaha Kecil
Menengah).
28
Masih kurangnya minat investor asing ke Indonesia disebabkan oleh
berbagai kendala, yang pada akhirnya menghambat usaha para investor atau
menyebabkan pemindahan usaha ke negara lain. Masalah-masalah yang
dihadapi, antara lain: (1) rendahnya kepastian hukum antara lain tercermin
dari tertundanya penyelesaian Undang-undang Penanaman Modal; (2)
prosedur perijinan dan tata cara pelayanan yang birokratis, lama, dan mahal;
(3) rendahnya insentif investasi yang diberikan; (5) belum meratanya
infrastruktur dan rusaknya sejumlah infrastruktur di daerah telah menghambat
kelancaran ekspedisi dan distribusi orang, barang dan permodalan bagi
kegiatan investasi; (6) iklim ketenagakerjaan yang kurang kondusif untuk
mendukung kegiatan investasi yang meliputi kualitas sampai dengan upah
buruh.
D. Ekspor
Ekspor adalah perdagangan dengan cara mnegeluarkan barang dari
dalam ke luar wilayah pabean suatu negara ke negara lain dengan memenuhi
ketentuan berlaku. Hal yang pokok harus diketahui/dimiliki oleh eksportir
adalah: (Anton Yudi Setiano, 2008)
1.
Eksportir memiliki surat izin usaha perdagangan baik perorangan
maupun badan hukum
2.
Eksportir wajib mengetahui barang yang dilarang diekspor oleh
pemerintah atau harus seizin pemerintah
3.
Eksportir harus mengetahui ekspor barang ke suatu negara yang
dilarang oleh pemerintah
29
Dalam hal ini adalah ekspor bagi produk yang dihasilkan usaha kecil
menengah. Adapun Beberapa hambatan ekspor UKM antara lain;
(a) Globalisasi perdagangan menuntut semakin tingginya respon pelaku
bisnis terhadap perubahan pasar dan perilaku kondumen khususnya.
Kecepatan perubahan permintaan pasar dan selera konsumen,
menuntut produk yang ditawarkan harus inovatif, beragam dan siklus
produk menjadi relatif lebih pendek. Kemampuan mengakses pasar
global, mengadop inovasi produk atau bahkan mengkreasi inovasi
produk yang sesuai kebutuhan pasar, merupakan sederetan kelemahan
yang dimiliki UKM pada umumnya.
(b) Pada umumnya UKM dalam memproduksi barang/jasanya hanya
terkonsentrasi pada sejumlah produk/jasa yang secara tradisional telah
ditangani kelompok pelaku bisnis tertentu dan pada pasar tetu saja.
Oleh karenanya kurang mendorong diversifikasi produk/jasa UKM
baik desain, bentuk maupun fungsi produk yang dihasilkan.
Rendahnya tingkat diversifikasi UKM, memberi kesan bahwa UKM
hanya berspesialisasi pada produk/jasa tradisional yang memiliki
keunggulan komparatif seperti pakaian jadi dan beberapa produk
tekstil lainnya, barang barang jadi dari kulit seperti alas kaki, dan dari
kayu, termasuk meubel dan barang kerajinan.
(c) Rendahnya aksesibilitas terhadap sumberdaya produktif, terutama
yang berkaitan dengan pembiayaan, informasi, promosi, teknologi,
dan jaringan bisnis produk ekspor.
30
1.
Strategi Pengembangan Ekspor UKM
(a) Prospek bisnis UKM dalam era perdagangan bebas dan otonomi
daerah sangat tergantung pada upaya yang ditempuh oleh
pemerintah dalam mengembangkan bisnis UKM. Salah satunya
melalui pengembangan iklim usaha yang kondusif. Untuk
mencapai iklim usaha yang kondusif ini, diperlukan penciptaan
lingkungan kebijakan yang kondusif bagi UKM. Kebijakan yang
kondusif dimaksud dapat diartikan sebagai lingkungan kebijakan
yang transparan dan tidak membebani UKM secara finansial dan
berlebihan. Ini berarti berbagai campur tangan pemerintah yang
berlebihan, baik pada tingkat pusat maupun daerah harus
dihapuskan, khususnya penghapusan berbagai peraturan dan
persyaratan administrasi yang rumit dan menghambat kegiatan
UKM.
(b) Pengembangan UKM yang diarahkan pada supply driver strategy
sebaiknya diarahkan pada pengembangan program UKM yang
berorientasi pasar, dan didasarkan atas pertimbangan efisiensi dan
kebutuhan riel UKM (market oriented, demand driven programs).
Fokus dari program ini yakni pertumbuhan UKM yang efisiensi
yang ditentukan oleh pertumbuhan produktivitas UKM yang
31
berkelanjutan, dan pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan
UKM yang berkelanjutan.
(c) Menghadapi tantangan globalisasi ekonomi dan persaingan bebas,
struktur yang timpang dan kesenjangan akses tidak relevan lagi
untuk dipertahankan. Untuk itu perlu dilakukan reformasi struktur
usaha yang ada saat ini. Dalam konteks reformasi ini, menjadi
sangat relevan untuk memberi ruang gerak yang longgar kepada
UKM guna mengejar ketertinggalan namun juga dengan strategi
yang tepat.
(d) Liberalisasi perdagangan seharusnya juga membuka peluang bagi
perluasan pasar produk UKM itu sendiri, melalui pemunculan
institusi, yang secara spesifik ditujukan untuk membuka dan
memperluas akses pasar UKM. Diantara bentuk institusi yang
dinilai mampu memainkan fungsi tersebut adalah penguatan
trading house sebagai pintu saluran ekspor produk UKM dan pola
subkontrak.
(e) Pembentukan aliansi strategis antara UKM dengan usaha-usaha
asing merupakan mekanisme yang paling penting dan efektif
untuk alih informasi bisnis, teknologi, kemampuan manajerial
serta organisatoris, serta akses ke pasar ekspor bagi UKM dari
pada bantuan yang diberikan oleh instansi pemerintah. Aliansi
strategis ini berbeda dengan program kemitraan yang kita kenal
selama ini. Dalam aliansi ini, maka UKM ataupun usaha asing
32
atau usaha domestik melakukan kerjasama yang didasarkan atas
kemauan dan kepentingan bersama.
(f) Strategi lain untuk mendorong kinerja dan peran UKM dalam
pasar bebas serta mengatasi kesenjangan yang terjadi adalah
dengan menumbuhkan usaha menengah dalam membangun
struktur industri. Strategi pengembangan usaha menengah ini
praktis banyak dilupakan sejalan dengan kurang diperhatikannya
entitas dan posisi usaha menengah dalam pertumbuhan ekonomi
maupun dalam kebijakan pengembangan UKM.
(g) Pengembangan institusi penunjang ekspor Indonesia di luar
negeri dengan merevitalisasi peran Atase Perdagangan dan atau
Kabid ekonomi di Kedutaan Besar/Perwakilan Indonesia di luar
negeri serta mengaktifkan kembali Indonesian Trade Promotion
Center (ITPC) dengan melibatkan pengusaha Indonesia yang
sudah sangat memahami seluk beluk perdagangan ekspor di
negara
yang
bersangkutan.
Optimaslisasi
peran
institusi
pendukung ekspor ini diharapkan mampu menyediakan informasi
pasar internasional bagi para eksportir, memetakan para buyer
yang mampu dan memiliki komitmen untuk menampung serta
memasarkan produk Indonesia di negara yang bersangkutan serta
memberi perlindungan dan konsultasi bisnis kepada eksportir
Indonesia yang akan memasuki pasar luar negeri termasuk
33
pemberian konsultasi dibidang prosedur dan persyaratan ekspor
yang harus dipenuhi.
E. Pertumbuhan Ekonomi
1.
Definisi Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan
produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi
perekonomian
dikatakan
tumbuh
atau
berkembang
bila
terjadi
pertumbuhan outputriil. Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah
bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan output perkapita.
Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur
dengan output riil per orang.
Menurut Sadono Sukirno (1996), pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi memiliki definisi yang berbeda, yaitu pertumbuhan ekonomi
ialah proses kenaikan output perkapita yang terus menerus dalam jangka
panjang. Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan salah satu indikator
keberhasilan
pembangunan.
Dengan
demikian
makin
tingginya
pertumbuhan ekonomi biasanya makin tinggi pula kesejahteraan
masyarakat, meskipun terdapat indikator yang lain yaitu distribusi
pendapatan.
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output dalam jangka
panjang. Pengertian tersebut mencakup tiga aspek, yaitu proses, output
perkapita, dan jangka panjang. Jadi, dengan bukan bermaksud
„menggurui‟, pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses, bukan
34
gambaran ekonomi atau hasil pada saat itu. Boediono menyebutkan
secara lebih lanjut bahwa Pertumbuhan ekonomi juga berkaitan dengan
kenaikan ”output perkapita”. Dalam pengertian ini teori tersebut harus
mencakup teori mengenai pertumbuhan GDP dan teori mengenai
pertumbuhan penduduk. Sebab hanya apabila kedua aspek tersebut
dijelaskan, maka perkembangan output perkapita bisa dijelaskan.
Kemudian aspek yang ketiga adalah pertumbuhan ekonomi dalam
perspektif jangka panjang, yaitu apabila selama jangka waktu yang cukup
panjang tersebut output perkapita menunjukkan kecenderungan yang
meningkat.
2.
Produk Domestik Bruto
Produk Domestik Bruto (PDB) adalah pendapatan total dan
pengeluaran total nasional atas output barang dan jasa. Produk domestik
bruto sering dianggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian.
Tujuan PDB adalah meringkas aktivitas ekonomi dalam suatu nilai uang
tertentu selama periode waktu tertentu. (Mankiw, 2007)
3.
Teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori pertumbuhan neoklasik (solow growth model). Model
petumbuhan
pertumbuhan
Solow
dirancang
untuk
menunjukan
bagaimana
persediaan modal, pertumbuhan angkatan kerja, dan
kemajuan teknologi berinteraksi dalam perekonomian, serta bagaiman
pengaruhnya terhadap output barang dan jasa suatu negara secara
keseluruhan. (Mankiw, 2007)
35
a. Penawaran Barang dan fungsi Produksi
Penawaran barang dalam model Solow didasarkan pada fungsi
produksi yang sudah dikenal, yang menyatatakan bahwa output
bergantung pada persediaan modal dan angkatan kerja:
Y = F(K, L).
Model pertumbuhan Solow mengansumsikan bahwa fungsi
produksi memiliki skala pengembanlian konstan atau skala hasil
konstan (constant return to scale).
zY = F(zK, zL)
Dengan z bernilai positif. Jika mengalihkan modal dan tenaga kerja
dengan z, kita juga menalikan jumlah output z.
Fungsi produksi dengan skala pengembalian konstan
memungkinkan
kita
menaganalisis
seluruh
variable
dalam
perekonomian dibandingkan denagn jumlah angkatan kerja. Maka
digunakan z = 1/L dalam persamaan di atas untuk mendapatkan
Y/L = F(K/L, 1)
Persamaan ini menunjukan bahwa output per pekerja Y/L adalah
fungsi dari jumlah modal per pekerja K/L (angka “1” adalah
konstan dan bisa dihilangkan)
Asumsi pengembalian anka konstan menunjukan bahwa
besarnya perekonomian sebagaimana diukur oleh jumlah pekerja
sehingga tidak mempengaruhi hubungan antara output per pekerja
dan modal per pekerja.
36
Kita nyatakan hal ini denagn huruf kecil, sehingga y = Y/L
adalah output per pekerja, dan k = K/L adalah modal per pekerja.
Maka dapat ditulis fungsi produksi sebagai
y = f(k)
di mana kita definisikan f(k) = F(k,1). Kemiringan dari fungsi
produksi ini menunjukan berapa banyaknya output tambahan yang
dihasilkan seorang pekerja ketika mendapatkan satu unit modal
tambahan. Angka yang diperoleh merupakan produk marginal
modal MPK. Secara matematis ditulis
MPK = f(k + 1) – f(k)
b.
Permintaan terhadap Barang dan Fungsi Konsumsi
Permintaan terhadap barang dalam model Solow berasal
dari konsumsi dan investasi. Dengan kata lain output per pekerja y
merypakan konsumsi per pekerja c dan investasi per pekerja i:
y=c+i
persamaan ini adalah versi per pekerja dari identitas perhitungan
pendapatan nasional untuk suatu perekonomian.
Model Solow mengansumsikan bahwa setiap tahun orang
menabung sebagian s dari pendapatan mereka dan mengkonsumsi
sebagian (1-s). maka dapat dinyatakan dengan konsumsi sederhana:
c = (1 – s)y,
37
di mana s, tingkat tabungan, adalah angka antara nol dan satu.
Untuk melihat apakah fungsi ini berpengaruh pada investasi,
substitusikan (1 – s)y untuk c dalam identitas perhitungan
pendapatan nasional:
y = (1 – s)y + i.
di ubah menjadi
I = sy. Persamaan ini menunjukan bahwa
investasi sama dengan tabungan.
F. UKM terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Di Indonesia harapan untuk membangkitkan ekonomi rakyat sering kita
dengarkan karena pengalaman ketika krisis multidimensi tahun 1997-1998
usaha kecil telah terbukti mampu mempertahankan kelangsungan usahanya,
bahkan memainkan fungsi penyelamatan di beberapa sub-sektor kegiatan.
Fungsi penyelamatan ini segera terlihat pada sektor-sektor penyediaan
kebutuhan pokok rakyat melalui produksi dan normalisasi distribusi. Bukti
tersebut paling tidak telah menumbuhkan optimisme baru bagi sebagian besar
orang yang menguasai sebagian kecil sumber daya akan kemampuannya
untuk menjadi motor pertumbuhan bagi pemulihan ekonomi.
Harapan ini menjadi semakin kuat ketika muncul keberanian untuk
mempercepat pemulihan dengan motor pertumbuhan UKM. Pergeseran sesaat
dalam kontribusi UKM terhadap PDB pada saat krisis yang belum berhasil
dipertahankan menyisakan pertanyaan tentang faktor dominan apa yang
membuat harapan tersebut tidak terwujud. Berbicara mengenai UKM di
Indonesia menganut cakupan pengertian yang luas pada seluruh sektor
38
ekonomi termasuk pertanian, serta menggunakan kriteria aset dan nilai
penjualan sebagai ukuran pengelompokan sesuai UU Nomor 9/1995 tentang
usaha kecil dan Inpres Nomor 10/1999 tentang pembinaan usaha menengah.
Dalam analisis makroekonomi pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai
tingkat pertambahan dari pendapatan per kapita. Pertumbuhan ekonomi ini
digunakan untuk menggambarkan bahwa suatu perekonomian telah
mengalami perkembangan dan mencapai taraf kemakmuran yang lebih tinggi.
Pertumbuhan ekonomi di suatu negara dapat dilihat dari laju pertumbuhan
PDB. Laju pertumbuhan PDB yang merupakan tingkat output diturunkan dari
fungsi produksi suatu barang dan jasa. Fungsi produksi menurut mankiw
(2003).
UKM merupakan penyedia utama pekerjaan dan memberikan
kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi, meskipun pertumbuhan
ekonomi (PDB) dipengaruhi oleh banyak faktor (Audretsch, Thurik, Verheul,
& Wennekers, 2002 dalam penelitian Aristeidis G. Samitasa, Dimitris F.
Kenourgiosb, 2005).
Berdasarkan statistik UKM tahun 2004-2005 sektor ekonomi yang
mempunyai proporsi unit terbesar adalah sektor (1) Pertanian, Peternakan,
Kehutanan dan Perikanan; (2) Perdagangan, Hotel dan Restoran; (3) Industri
Pengolahan; (4) Pengangkutan dan Komunikasi; dan (5) Jasa-Jasa. Sedangkan
sektor ekonomi yang mempunyai proporsi unit usaha terkecil berturut-turut
yaitu sektor (1) Sektor Pertambangan dan Penggalian; (2) Bangunan; (3)
39
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan; dan terakhir (4) Listrik, Gas dan
Air Bersih.
G. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Maharani Tejasari (2008)
yang meneliti peranan sektor usaha kecil dan menengah dalam penyerapan
tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan metode regresi
linear berganda, dimana dalam penelitian tersebut menunjukan bahwa jumlah
unit usaha (0.904148), Kredit Modal Kerja (0.035586) dan PDB UKM
(0.062321) secara signifikan mempunyai pengaruh yang positif terhadap
penyerapan tenaga kerja. Hal ini disebabkan dengan adanya peningkatan
jumlah usaha, Kredit Modal Kerja dan pertumbuhan PDB merupakan salah
satu dari penciptaan kesempatan kerja. Sedangkan, kredit Investasi (0.074278) secara signifikan berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga
kerja. Hal ini disebabkan kredit ini lebih banyak digunakan untuk investasi
yang padat modal sehingga kurang adanya pemberdayaan terhadap sumber
daya manusia. Pendapatan per kapita (-0.378047) memberikan pengaruh yang
signifikan secara negatif terhadap penyerapan tenaga kerja karena semakin
tinggi tingkat pendapatan per kapita di suatu negara semakin kecil pangsa
tenaga kerja UKM. Tenaga kerja (2.813870) dan investasi (0.85055) secara
signifikan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi, karena
peningkatan produktivitas tenaga kerja dan investasi akan mendorong
kenaikan output UKM. Akan tetapi, nilai ekspor tidak berpengaruh nyata
terhadap pertumbuhan ekonomi karena sumbangan dan kontribusinya yang
40
masih rendah. Disamping itu, hal tersebut juga dikarenakan kondisi ekspor
Indonesia dimana sebagian besar input ekspor masih bergantung pada impor.
Sehingga
mengakibatkan
ekspor
tidak
berpengaruh
nyata
terhadap
pertumbuhan PDB.
Penelitian lain dilakukan oleh Wirda Hanum (2010) Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kontribusi UKM secara umum
terhadap
pertumbuhan
industri
Sumatera
Utara.
Metode
penelitian
menggunakan pendekatan kuantitatif berdasarkan data skunder yang
berbentuk angka-angka dari tahun 1994-2008 yang diperoleh dari BPS
Sumatera Utara, menggunakan variabel dependen pertumbuhan industri
Sumatera Utara (Y) dan variabel independen penyerapan tenaga kerja UKM
(X1), total output industri UKM (X2) dan jumlah usaha industri UKM (X3),
karena variabel-variabel ini sangat mempengaruhi pertumbuhan industri
Sumatera Utara. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sektor UKM
memiliki kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, khususnya PDRB sektor
industri. Terdapat juga faktor-faktor yang menjadi tantangan terhadap
perkembangan UKM, serta faktor kewirausahaan berperan penting dalam
peningkatan kapabilitas UKM di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara.
Penelitian yang dilakukan Ignatia Rohana Sitanggang dan Nachrowi
Djalal Nachrowi yaitu pengaruh struktur ekonomi pada penyerapan tenaga
kerja sektoral: Analisis model Demometrik di 30 Provinsi pada 9 Sektor di
Indonesia, dari penelitian tersebut ditemukan bahwa struktur ekonomi
Indonesia secara nasional mengalami perubahan dari sektor pertanian ke
41
sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian paling banyak menyerap tenaga kerja
walaupun upah yang lebih rendah dari upah di sektor-sektor lainnya. Adanya
peningkatan dan penurunan jumlah penyerapan tenaga kerja disebabkan oleh
perubahan populasi, net migration, output dan upah.
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Aristeidis G. Samitas dan
Dimitris F. Kenourgios (2005) mengenai usaha kecil menengah (UKM) untuk
perekonomian Eropa terintegrasi. Dalam penelitiannya Aristeidis G. Samitas
dan Dimitris F. Kenourgios menggunakan metode Engle dan Granger dengan
menerapkan kointegrasi untuk menyelidiki hubungan antara usaha kecil
menengah (UKM) pasar (Inggris, Perancis, Jerman, Italia dan Yunani) ke
Eropa yang ekonominya terintegrasi dan lingkungan keuangan. Hasil
penelitian menunjukkan tidak adanya integrasi di pasar UKM, hal ini
menunjukkan diversifikasi peran mereka dalam keuangan UKM. Dalam hasil
penelitianya Aristeidis G. Samitas dan Dimitris F. Kenourgios mengusulkan
beberapa tindakan kebijakan yang menarik ke dalam penerapan kerangka
hukum dan perdagangan umum dalam rangka untuk meningkatkan peran
bersama mereka sebagai sumber pembiayaan alternatif kewirausahaan Eropa.
Penelitian yang dilakukan oleh Aylin Ates dan Umit Bititci (2007)
dalam penelitiannya yang bertujuan untuk menangani dinamika dan kegiatan
dalam proses strategi UKM, ini dapat membantu pembaca memahami praktek
dan bahasa manajer UKM tentang strategi. Aylin Ates dan Umit Bititci
menyelidiki topik ini dengan melakukan empat studi kasus yang mendalam di
42
Inggris yang telah bertahan dalam lingkungan yang menantang untuk sektor
industri pengolahan beberapa tahun terakhir terutama.
Data dikumpulkan melalui wajah semi-terstruktur untuk menghadapi
wawancara dengan senior dan menengah manajer dalam empat UKM
manufaktur di Inggris pada 2006-2007. Wawancara dicatat secara elektronik
dan ditulis dalam studi kasus menurut laporan kasus studi protokol.
Kemudian Aylin Ates dan Umit Bititci menganalisis dengan menggunakan
statistik deskriptif, coding, menghitung dan pola pencarian melalui peta
konseptual memerintahkan dan taksonomi deduktif berdasarkan pada sastra
(kerangka konseptual). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Aylin Ates and
Umit Bititci menunjukkan bahwa dinamika startegi UKM (usaha kecil
menengah) memiliki dua dimensi yang muncul dan direncanakan. manajer
UKM mengeksekusi strategi proses terutama dari fashion informal dengan
memegang fungsi ganda dan dengan aplikasi terbatas alat manajemen strategi
dan teknik. UKM menempatkan lebih menekankan pada scanning lingkungan
eksternal (pelanggan, pemasok, pesaing, universitas dan pemberi pinjaman)
dan kemudian menentukan strategi dan tujuan. Ini menyiratkan bahwa proses
strategi UKM ditandai oleh lebih dari pandangan berbasis pasar.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Mahmud Thoha dan
Sukarna Skim dimana penelitiannya menunjukan bahwa kredit UKM 20 buah
dimana 9 kredit program yang disalurkan melalui lembaga keuangan bank,
dan 9 jenis non-program melalui keuangan non-bank, serta sumber lain
seperti modal ventura, penyertaan saham, licensing dan factoring.
43
H. Keterkaitan Antar Variabel
1. Tenaga Kerja UKM (X1)
Pasar tenaga kerja di Indonesia dapat dibedakan atas sektor informal dan
formal. Dalam hal ini sektor informal merupakan indikasi dari UKM.
(Cahyono, 1983). UKM di Indonesia sangat penting terutama dalam hal
penciptaan kesempatan kerja. Argumentasi ini didasarkan pada kenyataan
bahwa, disatu pihak, jumlah angkatan kerja di Indonesia sangat berlimpah
mengikuti jumlah penduduk yang besar, dan dipihak lain, UB (usaha
besar)
tidak
sanggup
menyerap
semua
pencari
pekerjaan.
Ketidaksanggupan UB dalam menciptakan kesempatan kerja yang besar
disebabkan karena memang pada umumnya kelompok usaha tersebut
relatif padat modal, sedangkan UKM relatif padat karya.
2. Ekspor UKM (X2)
Dalam perkembangan UKM juga dilihat dari ekspor pada sektor UKM,
peluang untuk mengembangkan UKM yang akan memasuki pasar ekspor
masih sangat memiliki prospek yang cukup baik dan memiliki potensi
yang cukup besar di masa mendatang.
3. Jumlah Unit UKM (X3)
Sesuai fakta dan kondisi yang ada, perekonomian Indonesia didominasi
usaha kecil dan menengah. Aktivitas usaha-usaha ekonomi masyarakat
dominan berskala kecil hingga menengah, sementara usaha berskala besar
relatif hanya berjumlah sedikit. Meskipun perekonomian Indonesia
didominasi UKM, namun sejak semula pemerintah lebih mengandalkan
44
usaha besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi baik sektoral
maupun nasional. Sementara itu usaha-usaha kecil dan menengah kurang
mendapat perhatian pemerintah untuk dikembangkan. Baru pada beberapa
tahun terakhir ini perhatian dan upaya pengembangan UKM makin kuat
dilakukan. Menurut data (BPS, 2006) UKM mencapai jumlah 49.689.588
unit usaha. Jumlah unit usaha yang besar ini memiliki kapasitas untuk
menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar yaitu jika masing-masing unit
dapat menyerap dua hingga tiga orang maka akan potensial untuk
menurunkan angka pengangguran dan kemiskinan. Sedikit bernada
pesimis
dari
berbagai
kalangan,
UKM
potensial
mengurangi
pengangguran tetapi saat ini pengangguran terus meningkat.
4. Investasi UKM (X4)
Pengembangan UKM juga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
yaitu : jumlah unit usaha kecil dan menengah, PDB dalam skala kecil
menengah dan pendapatan per kapita. Dengan kredit Investasi dan Modal
kerja dari perbankan merupakan investasi yang ditanamkan pada sektor
UKM yang diharapkan akan meningkatkan skala produksi UKM. Sehingga
dengan peningkatan skala produksi tersebut maka kebutuhan tenaga kerja
akan terus bertambah. Oleh karena itu dengan adanya pengembangan UKM
yang menambah investasi, nilai ekspor dan tenaga kerja yang diserap pada
sektor UKM akan memicu pertumbuhan ekonomi melalui pembentukan PDB
UKM.
45
I.
Kerangka Berpikir
Penelitian ini menganalisis pengaruh beberapa indikator perkembangan
UKM yang diteliti seperti tenaga kerja UKM, ekspor UKM, jumlah unit
UKM, investasi pada sektor UKM terhadap pertumbuhan ekonomi pada
sektor UKM di Indonesia dengan melihat 3 sektor pada UKM yaitu: 1)
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan;
(2) Pertambangan dan
Penggalian, (3) Industri Pengolahan dari tahun 2000 sampai 2009.
Bagan Kerangka Pemikiran Teoritis
Pengaruh Perkembangan Usaha Kecil Menengah terhadap Pertumbuhan Ekonomi pada Sektor
UKM di Indonesia
Harapan:
Fakta:
Terdapat hambatan
UKM secara internal
maupun eksternal
Data pertumbuhan
ekonomi(variabel terikat):
PDB UKM pada 3 sektor
UKM yang berorientasi
ekspor di Indonesia 20002009
Analisis
model
regresi data
panel
Evaluasi hasil regresi :
Kriteria statistik
(Adjusted R2, uji F, uji t)
Meningkatnya PDB dari UKM
dengan pemberdayaan UKM,
tenaga kerja
Data Indikator Perkembangan UKM
(Variabel bebas) yang dilihat dari pada 3
sektor UKM yang berorientasi pada ekspor
pada tahun 2000-2009:
1.
Tenaga kerja UKM
2.
Ekspor UKM
3.
Jumlah unit UKM
4.
Investasi UKM
Simpulan dan
saran
46
H. Hipotesis
Untuk melakukan analisa perkembangan UKM terhadap pertumbuhan
ekonomi pada sektor UKM, diajukan hipotesis sebagai berikut :
H0: βi = 0
: Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel
perkembangan UKM yakni (tenaga kerja UKM,
ekspor
UKM, jumlah unit UKM, dan investasi UKM) terhadap
variabel pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM.
H1: βi ≠ 0
: Diduga terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel
perkembangan UKM yakni (tenaga kerja UKM,
ekspor
UKM, jumlah unit UKM, dan investasi UKM) terhadap
variabel pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM.
47
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis pengaruh dari
beberapa variabel perkembangan UKM seperti tenaga kerja UKM, ekspor
UKM, jumlah unit UKM, dan investasi pada sektor UKM terhadap
pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM di Indonesia dari tahun
2000
sampai 2009.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah PDB pada sektor UKM di Indonesia
dari tahun 2000 samapai 2009.
Pemilihan sampel pada penelitian ini yaitu dengan cara purpose
sampling. Purpose sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan
karakteristik anggota yang disesuaikan dengan maksud dan tujuan penelitian.
Jadi, sampel diambil berdasarkan pertimbangan kriteria tertentu karena pada
tahun 2007 total nilai PDB Indonesia mencapai Rp 3.957,4 triliun, dimana
UKM memberikan kontribusi sebesar Rp 2.121,3 triliun atau 53,6 persen dari
total PDB Indonesia (Berita Resmi Statistik, BPS No. 28/05/Th XI, 30 Mei
2008), serta berdasarkan pengalaman sejarah sektor UKM merupakan salah
satu sektor industri yang sedikit bahkan tidak sama sekali terkena dampak
krisis global yang melanda dunia. Dengan bukti ini, jelas bahwa UKM dapat
48
diperhitungkan dalam meningkatkan kekompetitifan pasar dan stabilisasi
sistem ekonomi yang ada. (Departemen Koperasi, 2008)
PDB pada sektor UKM ditentukan sebagai sampel dalam penelitian ini
karena menurut Mankiw (2007) data Produk Domestik Bruto (PDB)
merupakan salah satu indikator untuk mengukur pertumbuhan ekonomi suatu
negara dalam hal ini adalah pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM.
Variabel
independennya
dibatasi
pada
beberapa
indikator
perkembangan UKM seperti tenaga kerja UKM, ekspor UKM, jumlah unit
UKM, dan investasi pada sektor UKM dimana semua data tersebut
menggunakan data tahunan dengan mengambil 3 sektor UKM yaitu: (1)
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan;
(2) Pertambangan dan
Penggalian, (3) Industri Pengolahan. Peneliti menggunakan 3 sektor tersebut
dikarenakan ketiganya terdapat di setiap variabel penelitian yang peneliti
gunakan serta semua data menggunakan data tahunan, dikarenakan
Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop) didirikan tahun 2000 sehingga
data yang dikeluarkan masih berupa data tahunan. Penggunaan data panel
pada awalnya digunakan untuk mengatasi masalah data availability, hal ini
bisa terjadi karena bentuk data time series yang jumlahnya terlalu minim atau
terbatasnya data cross section. Untuk itu, dalam teori ekonometrika kondisi
keterbatasan data dapat diatasi dengan menggunakan data panel (pooled data)
agar dapat diperoleh hasil estimasi yang baik (efisien) dengan terjadinya
peningkatan jumlah observasi yang berimplikasi terhadap peningkatan derajat
kebebasan (degree of freedom). (Widia Santikajaya, 2006)
49
C. Metode Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersumber dari
Kementian Koperasi dan UKM di Indonesia.
a. Field Research
Penulis melakukan penelitian ketempat yang menyediakan data-data
sekunder yang diperlukan sebagai bahan referensi seperti Kementrian
Koperasi dan UKM.
b. Library Reasearch
Landasan dan teori yang kuat sangat dibutuhkan dalam pemecahan
masalah, sehingga penulis melakukan penelitian kepustakaan dengan
menggunakan buku-buku, artikel-artikel ilmiah, jurnal, majalah, datadata dari internet, dan sumber-sumber dokumentasi lainnya yang
berhubungan dengan penelitian.
2. Data Sekunder
Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data
indikator makro UKM yang terdiri dari tenaga kerja UKM, ekspor UKM,
jumlah unit UKM, investasi pada sektor UKM, dan PDB UKM dari tahun
2000 sampai 2009 yang diperoleh dari Kementrian Koperasi dan UKM.
50
Selain itu data-data untuk penelitian ini diperoleh dari berbagai
bahan-bahan tertulis, baik berupa literatur-literatur ilmiah yang digunakan
untuk meletakan dasar-dasar teoritis, maupun dari majalah, surat kabar,
laporan penelitian, jurnal ilmiah, serta tulisan-tulisan lainnya yang
menunjang dan berkaitan dengan penelitian ini.
D. Metode Analisis
1. Metode Analisis Data Panel
Data Panel adalah gabungan antara data silang (cross section)
dengan data runtut waktu (time series). Data panel diperkenalkan oleh
Howles pada tahun 1950. Data runtun waktu biasanya meliputi satu objek
(misalnya harga saham, kurs mata uang, atau tingkat inflasi), tetapi
meliputi bebrapa periode (bisa harian, bulanan, kuartalan, tahunan, dan
sebagainya). Data silang terdiri atas beberapa atau banyak objek, sering
disebut responden, (misalnya perusahaan) dengan beberapa jenis data
(misalnya laba, biaya iklan , laba ditahan, dan tingkat investasi). (Wing
Wahyo Winarno, 2007)
Banyak alasan mengapa data panel lebih baik digunakan dalam
model-model regresi dibandingkan data time series ataupun cross section,
diantaranya menurut Baltagi (1995) adalah:
a. Bila data panel berhubungan dengan individu, perusahaan, negara,
daerah, dan lain-lain pada waktu tertentu, maka data tersebut adalah
51
heterogen. Teknik penaksiran data panel yang heterogen secara eksplisit
dapat dipertimbangkan dalam perhitungan.
b. Kombinasi data time series dan cross section akan memberikan
informasi yang lebih lengkap, lebih beragam, kurang berkorelasi antara
variabel, derajat bebas lebih besar dan lebih efisien.
c. Studi data panel lebih memuaskan untuk menentukan perubahan
dinamis dibandingkan studi berulang-ulang dari cross section.
d. Data panel lebih baik mendeteksi dan mengukur efek yang secara
sederhana tidak dapat diukut oleh data time series atau cross section,
misalnya efek dari upah minimum regional.
e. Data panel membantu studi untuk menganalisis perilaku yang lebih
kompleks, misalnya fenomena skala ekonomi dan perubahan teknologi.
f. Data panel dapat meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agregasi
individu atau perusahaan karena unit data lebih banyak.
Diantara sekian banyak kegunaan dari data panel, salah satu
manfaat yang paling dirasakan oleh para ahli ekonomi adalah
penggunaan data panel mengatasi masalah kekurangan data yang tidak
dapat dipenuhi oleh data time series.
Penyelesaian model-model panel data bila dilihat dari kesalahan
pengganggunya dapat dipecahkan dengan fixed effect method (FEM)
atau random effect method (REM). Kedua metode ini menghasilkan
52
koefisien yang sangat berbeda antara satu sama lainnya. Perbedaan itu
disebabkan karena asumsi yang digunakan diantara kedua metode
tersebut tidak sama. Pada FEM, varians error dari observasi satu dengan
observasi lainnya dianggap konstan. Sementara dalam REM, varians
error diasumsikan tidak sama. Akibat ketidaksamaan dua asumsi
tersebut bias saja terjadi perbedaan keputusan dalam melihat
signifikansi dari variabel-variabel independent yang disertakan dalam
model.
Salah satu metode ekonometrik yang lazim digunakan untuk
menganalisis apakah lebih tepat FEM atau REM untuk memecahkan
system persamaan panel data adalah dengan Hausman-test. Selain itu,
berdasarkan beberapa keunggulan dari masing-masing kedua model
tersebut, sebagaimana yang dijelaskan oleh Gujarati (2003), dapat juga
dilihat secara apriori model manakah yang lebih tepat. Keunggulan
yang dimaksud adalah sebagai berikut. (Arief Dariyanto dan Yundy
Hafizrianda, 2010)
a. Jika jumlah data time-series (T) besar dan jumlah unit cross-section
(N) kecil, maka ada sedikit perbedaan nilai parameter hasil estimasi
dengan FEM dan REM. Berarti pilihan berdasarkan pada layaknya
perhitungan mungkin FEM lebih dipilih.
b. Bila T kecil dan N besar, estimasi yang diperoleh dari kedua model
tersebut sangat berbeda sekali. Jika individu atau unit-unit cross
53
section bersifat tidak random, maka FEM yang tepat. Namun, bila
unit analisis bersifat random maka REM lebih tepat.
c. Jika error component individu dan satu atau lebih variabel
independent berkorelasi, maka estimasi dengan REM akan bias,
sementara hasil dari estimasi FEM unbiased.
d. Jika T kecil dan N besar, dan asumsi yang digunakan adalah REM,
maka estimasi REM lebih efisien dibanding FEM.
2. Estimasi Model Data Panel
Untuk mengestimasi parameter model dengan data panel, terdapat
beberapa teknik yang ditawarkan, yaitu:
a. Ordinary Least Square
Teknik ini tidak ubahnya dengan membuat regresi dengan data
cross section atau time series sebagaimana telah dipelajari sebelumnya.
Akan tetapi, untuk data panel, sebelum membuat regresi kita harus
menggabungkan data cross-section dengan time-series (pool data).
Kemudian data gabungan ini diperlakukan sebagai satu kesatuan
pengamatan yang digunakan untuk mengestimasi model dengan metode
OLS.
Bila kita punya asumsi bahwa α dan β akan sama (konstan) untuk
setiap data time series dan cross section, maka α dan β dapat di estimasi
dengan model berikut dengan mengguanakan NxT pengamatan.
Yit = α + βXit+ εit; i=1,2,....N; t = 1,2,....,T
54
Pertanyaannya apakah asumsi bahwa α dan β konstan realistis?
Dalam penelitian ini penulis mengamati pengaruh perkembangan UKM
terhadap pertumbuhan ekonomi pada 3 sektor UKM. Apakah realistis
jika dibuat suatu model, di mana sektor pertambangan dan penggalian
mempunyai intercept yang sama dengan sektor industri pengolahan?
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, ada dua buah teknik
yang biasanya digunakan untuk membuat model dari data panel, yaitu
Metode Efek Tetap (Fixed Effect Method) dan Metode Efek Random
(Random Effect Method).
b. Model Efek Tetap (Fixed Effect)
Adanya variabel-variabel yang tidak semuanya masuk dalam
persamaan model memungkinkan adanya intercept ini mungkin
berubah untuk setiap individu dan waktu. Pemikiran inilah yang
menjadi dasar pemikiran pembentukan model tersebut.
Asumsi pembuatan model yang menghasilkan α konstan untuk
setiap individu (i) dan waktu (t) kurang realistis. Dalam Efek Tetap
(Fixed Effet Model) atau disingkat (FEM) kita dapat mengatasi hal
tersebut, karena metode ini memungkinkan adanya perubahan α pada
setiap i dan t.
Secara matematis model FEM dinyatakan sebagai berikut:
Yit = α + βXit + γ2W2t + γ3W3t + ...+ γNWNt + δ2Zi2 + δ3Zi3 + ... +
δTZiT+εit
55
Dimana:
Yit=Variabel terikat untuk individu ke-i dan waktu ke-t
Xit= Variabel bebas untuk individu ke-i dan waktu ke-t
Wit dan Zit variabel dummy yang didefinisikan sebagai berikut:
Wit=1 ; untuk individu i;i = 1,2,..., N
= 0 ; lainnya.
Zit=1; untuk periode t; t=1,2,...,T
= 0 ; lainnya
Dari model diatas terlihat bahwa sesungguhnya FEM adalah sama
dengan regresi yang menggunakan Dummy Variabel sebagai variabel
bebas, sehingga dapat diestimasi dengan Ordinary Least Square (OLS).
Dengan diestimasinya tersebut mengguanakn OLS, maka akan
memperoleh estimator yang tidak bias dan konsisten.
c. Model Efek Random (Random Effect)
Bila pada Model Efek Tetap, perbedaan antarindividu dan atau
waktu dicerminkan lewat intercept, maka pada Model Efek Random,
perbedaan tersebut diakomodasi lewat error. Teknik ini juga
memperhitungkan bahwa error mungkin berkorelasi sepanjang time
series dan cross section.
Pada
FEM
perbedaan
karekteristik
individu
dan
waktu
diakomodasikan pada intercept-nya berubah antar individu dan antar
waktu. Sementara Model Efek Random atau Random Efect Model
(REM) perbedaan karakteristik individu dan waktu diakomodasikan
56
pada eror dari model. Mengingat ada dua komponen yang mempunyai
kontribusi pada pembentukan error, yaitu individu dan waktu, maka
random error untuk komponen individu, error komponen waktu dan
error gabungan.
Dengan demikian, persamaan REM diformulasikan sebagai berikut:
Yit = α + βXit +εit ; εit = ui + vt + wit
Dimana:
ui : komponen error cross-section
vt : Komponen error time-series
wit : Komponen error gabungan
Adapun asumsi yang digunakan untuk komponen error tersebut adalah:
ui ~ N (0, σu2);
vt ~ N (0, σu2);
wit ~ N (0, σw2);
Melihat persamaan di atas, maka dapat dinyatakan bahwa REM
menganggap efek rata-rata dari data cross-setion dan time series
direpresentasikan dalam intercept. Sedangkan deviasi efek secara
random untuk data time series direpresentasikan dalam vt dan deviasi
untuk data cross-section dinyatakan dalam ui..Kita telah mengetahui
bahwa:
εit = ui + vt + wit.
Dengan demikian varians dari error tersebut dapat dituliskan dengan:
Var (εit) = ζu2 + ζv2 + ζw2
57
3. Pemilihan Metode Estimasi dalam Data Panel
Ada 2 tahapan dalam memilih metode estimasi data panel.
Pertama-tama kita akan membandingkan PLS dengan FEM terlebih
dahulu. Kemudian dilakukan uji F-test. Jika hasil menunjukan model
PLS yang diterima, maka model PLS-lah yang akan dianalisa. Tapi jika
model FEM yang diterima, maka tahap kedua dijalankan yakni
melakukan perbandingan lagi dengan model REM. Setelah itu
dilakukan pengujian dengan Hausman test untuk menentukan model
mana yang akan dipakai, apakah FEM atau REM.
a. PLS vs FEM
Relatif terhadap Fixed Effet Model, Pooled Least Square
adalah restricted model dimana ia menerapkan intercept yang sama
untuk seluruh individu. Padahal asumsi bahwa setiap unit cross
setion memiliki perilaku yang sama cenderung tidak realistis
mengingat dimungkinkan saja setiap unit tersebut memiliki perilaku
yang berbeda. Untuk mengujianya dapat digunakan restricted F-test,
dengan hipotesis sebagai berikut:
H0 : Model PLS (Restricted)
H1 : Model Fixed Effect (Unrestricted)
Dimana restricted F-test dirumuskan sebagai berikut:
F = (R2 UR – R2R) / m
(1 – R2 UR ) / df
58
Dimana:
R2 UR = unrestricted R2
; m = df for numerator (N-1)
R2R = restricted R2
; df = df for denominator (NT-N-k)
N
= Jumlah data cross section
T
= Jumlah data time series
K
= Jumlah Koefisien Variabel
Jika nilai F-hitung > F-tabel maka H0 ditolak, artinya model
panel yang baik untuk digunakan adalah Fixed Effect Model, dan
sebaliknya. Jika H0 diterima, berarti model PLS yang dipakai dan
dianalisis. Namun jika H0 ditolak, maka model FEM harus diuji
kembali untuk memilih apakah akan memakai model FEM atau
REM kemudian dianalisis.
b. FEM vs REM
Ada beberapa pertimbangan teknis-empiris yang dapat
digunakan sebagai panduan untukl memilih antara fixed effect atau
random effect (ToT untuk pengajar Ekonomi FEUI, 2006) yaitu:
1. Bila T (jumlah unit time series) besar sedangkan N (jumlah unit
cross setion) kecil, maka hasil FEM dan REM tidak jauh berbeda.
Dalam hal ini pilihan umumnya akan didasarkan pada
kenyamanan perhitungan, yaitu FEM.
2. Bila N besar dan T kecil, maka hasil estimasi kedua pendekatan
dapat berbeda secara signifikan. Jadi, apabila kita meyakini
bahwa unit cross section yang kita pilih dalam penelitian diambil
59
secara acak (random) maka REM harus digunakan. Sebaliknya,
apabila kita meyakini bahwa unit cross section yang kita pilih
dalam
penelitian
tidak
diambil
secara
acak
maka
kita
menggunakan FEM.
3. Apabila cross-section error component (εi) berkorelasi dengan
variabel bebas X maka parameter yang diperoleh dengan REM
akan bias sementara parameter yang diperoleh dengan FEM tidak
bias.
4. Apabila N besar dan T kecil, maka apabila asumsi yang
mendasari REM dapat terpenuhi, maka REM lebih efisien
dibandingkan FEM.
Keputusan penggunaan FEM dan REm dapat pula ditentukan
dengan
menggunakan
spesifikasi
yang
dikembangkan
oleh
Hausmann. Spesifikasi ini akan memberikan penilaian denagn
menggunakan Chi-square statistics sehingga keputusan pemilihan
model akan dapat ditentukan secara statistik. Pengujian ini dilakukan
dengan hipotesa sebagai berikut:
H0 : Random Effect Model
H1 : Fixed Effect Model
Setelah dilakukan pengujian ini, hasil dari Hausman test
dibandingkan dengan Chi-square statistics dengan df=k, dimana k
adalah jumlah koefisien variabel yang diestimasi. Jika hasil dari
60
Haussman test signifikan, maka H0 ditolak, yang berarti FEM
digunakan.
Pengujian asumsi klasik tidak dilakukan karena penelitian ini
menggunakan jenis data panel yang membolehkan identifikasi
parameter tertentu tanpa perlu membuat asumsi yang ketata atau
tidak mengharuskan terpenuhinya semua asumsi klasik regresi linear
pada Ordinary Least Squar. (Verbeek, 2000 dalam Yuanita Handoko
2010)
4. Model Empiris
Untuk mengetahui pengaruh variabel dependen terhadap
variabel independen, maka digunakan model regresi data panel
dengan persamaan sebagai berikut :
Yt = β0 + β1 TKit + β2 EXit + β3 JUit + β4 IUit + εit
Keterangan :
Y
= PDB
TK
= tenaga kerja UKM terhadap PDB
EX
= ekspor UKM terhadap PDB
JU
= jumlah unit UKM terhadap PDB
IU
= Investasi UKM terhadap PDB
i
= 1,2,....N (untuk individu)
t
= 1,2,....,T (untuk waktu)
61
Perhitungan dan pengolahan data dalam penelitian ini
menggunakan alat bantu melalui software statistik dan ekonometrik
dalam komputer yang sesuai, yaitu E-Views 7.
E. Operasional Variabel Penelitian
Tabel 3.1
Operasional Variabel Penelitian
Definisi variabel
Jenis
Variabel
Terikat
Indikator
Bebas
Tenaga kerja UKM
(TK)
Bebas
Ekspor
UKM( ET)
Bebas
Jumlah Unit UKM
(JU)
Bebas
Investasi UKM (IU)
Pertumbuhan
Ekonomi
PDB
(Y)
Pertumbuhan ekonomi menggambarkan
perkembangan perekonomian suatu
negara dalam suatu tahun tertentu yang
dibandingkan dengan tahun sebelumnya
dalam bentuk persentase perubahan
pendapatan nasional. Data perumbuhan
PDB diperoleh dari nilai PDB Indonesia
tahun 2005-2009
Tenaga kerja (manpower) adalah
seluruh penduduk dalam usia kerja yang
potensial dapat memproduksi barang
dan jasaindikator ini digunakan untuk
mengetahui berapa banyak tenaga kerja
atau penduduk usia kerja potensial yang
dapat memproduksi barang dan jasa.
Dalam hal ini tenaga kerja yang diserap
oleh sektor UKM.
Ekspor UKM adalah total produk UKM
yang
diperdagangan dengan cara
mengeluarkan barang dari dalam ke luar
wilayah pabean suatu negara ke negara
lain dengan memenuhi ketentuan
berlaku.
Jumlah Unit UKM adalah keseluruhan
jumlah unit usaha yang termasuk dalam
kriteria usaha kecil dan usaha menengah
Investasi UKM adalah penanaman
modal pada sektor UKM untuk satu atau
lebih aktiva yang dimiliki biasanya
berjangka panjang dengan harapan
mendapatkan keuntungan di masa yang
akan datang
62
Variabel terikat (dependent variabel) dalam penelitian adalah
pertumbuhan ekonomi (Y) dan variabel bebas (independent variabel) adalah
variabel independen tenaga kerja UKM (X1), total ekspor UKM (X2),
jumlah unit UKM (X3), dan investasi UKM (X4).
1. Uji Statistik
Selanjutnya untuk mengetahui keakuratan data maka perlu dilakukan
beberapa pengujian (Gujarati, 2003):
a. Uji t-Statistik
Uji t-statistik melihat hubungan atau pengaruh antara variabel independen
secara individual terhadap variabel dependen.
Hipotesis yang digunakan :
1) Jika Hipotesis positif
Ho : βi = 0
Ha : βi ≠ 0
2) Pengujian satu sisi
Jika t tabel ≥ t hitung, Ho diterima berarti variabel independen secara
individual tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Jika t tabel < t
hitung, Ho ditolak berarti variabel independen secara individu berpengaruh
terhadap variabel dependen.
63
b. Uji F-Statistik
Pengujian ini akan memperlihatkan hubungan atau pengaruh antara
variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen,
yaitu dengan cara sebagai berikut :
Ho : βi = 0, maka variabel independen secara bersama-sama tidak
mempengaruhi variabel independen.
Ha : βi ≠ 0, maka variabel independen secara bersama-sama
mempengaruhi variabel dependen.
Hasil pengujian adalah :
Ho diterma ( tidak signifikan ) jika F hitung < F tabel (df = n – k)
Ho ditolak ( signifikan ) jika F hitung > F tabel (df = n – k)
Dimana :
K : Jumlah variabel
N : Jumlah pengamatan
c. R2 Adjusted
Uji koefisien determinasi ditujukan untuk melihat seberapa besar
kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependennya yang
dapat dilihat melalui adjusted R square karena variabel dalam penelitian
ini lebih dari dua. (Wing Wahyo Winarno, 2007)
64
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Usaha Kecil Menengah (UKM)
Pemberdayaan
terhadap
UKM
di
Indonesia
merupakan
bentuk
implementasi dari UUD 1945, khususnya pasal 33. Pada pasal tersebut
tertuang prinsip dasar, yakni pengakuan seara yuridis tentang demokrasi
ekonomi. Bahkan dalam amandemen UUD 1945 telah mengalami
penambahan dua ayat sehingga menjadi lima ayat. Pada ayat 4 dipertegas
tentang
demokrasi
ekonomi
yakni
“perekonomian
nasional
diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan,
efisiensi,
berkeadilan,
berkelanjutan,
berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan
dan kesatuan ekonomi nasional.
Sejarah menunjukkan bahwa gagasan dan pemikiran membangun
ekonomi nasional dengan landasan demokrasi dan keberpihakan kepada
kelompok ekonomi kecil dan menengah (UKM) telah lama menjadi
agenda dalam pembangunan ekonomi nasional. Dorodjatun KuntjoroJakti (1989) dalam pengantar buku Clifford Geertz berjudul “Penjaja dan
Raja: Perubahan Sosial dan Modenisasi Ekonomi di Dua Kota
Indonesia”, menyebutkan bahwa keberpihakan kepada kelompok
65
pengusaha pribumi atau golongan ekonomi lemah (GEL), telah ada sejak
lama pada berbagai pemerintahan.
Banyak pihak memandang bahwa kelemahan utama dalam
pembangunan ekonomi nasional karena menyimpang dari prinsip dasar
pembangunan, yakni dari masyarakat untuk masyarakat. Fundamental
ekonomi nasional sangat lemah dan terkesan rapuh karena mengabaikan
pemerataan dan terlalu berpihak kepada golongan ekonomi besar seperti
kelompok konglomerasi. Kendatipun demikian, bangsa Indonesia patut
bersyukur dalam kondisi multi krisis, ekonomi nasional masih mampu
bertahan dan tidak sampai bangkrut secara total karena diselamatkan oleh
UKM.
2. Perkembangan Usaha Kecil Menengah (UKM)
Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia UKM selalu digambarkan
sebagai sektor yang mempunyai peranan penting, karena sebagian besar
jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan
usaha kecil baik di sektor tradisional maupun modern. Peranan usaha
kecil tersebut menjadi bagian yang diutamakan dalam setiap perencanaan
tahapan pembangunan yang dikelola oleh dua departemen yaitu
Departemen Perindustrian dan Perdagangan, serta . Departemen Koperasi
dan UKM.
Dalam era globalisasi dan perdagangan bebas, UKM memiliki
peranan baru yang lebih penting lagi yaitu sebagai slah satu faktor utama
66
pendorong perkembangan dan pertumbuhan ekspor non-migas dan
sebagai industri pendukung yang membuat komponene-komponen dan
spare parts untuk Usaha besar (UB) lewat keterkaitan produksi misalnya
dalam bentuk subcontracting. Bukan hanya UB saja, tetapi UKM juga
bisa berperan penting dalam pertumbuhan ekspor dan bisa bersaing di
pasar domestik terhadap barang-barang impor maupun di pasar global. Di
Indonesia, UKM sangat diharapkan dapat menjadi salah satu pemain
penting dalam penciptaan pasar baru bagi Indonesia tidak hanya di dalam
negeri tetapi lebih penting lagi di luar negeri, jadi salah satu sumber
penting bagi surplus neraca perdagangan dan jasa atau neraca
pembayaran.
B. Analisis dan Pembahasan
1. Analisa Deskriptif
a. Analisa Deskriptif PDB Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor
Ekonomi Tahun 2000-2009 Atas Dasar Harga Konstan (Miliar
Rupiah) di Indonesia
Produk Domestik Bruto (PDB) adalah pendapatan total dan
pengeluaran total nasional atas output barang dan jasa. Produk domestik
bruto
sering
dianggap
sebagai
ukuran
terbaik
dari
kinerja
perekonomian. Tujuan PDB adalah meringkas aktivitas ekonomi dalam
suatu nilai uang tertentu selama periode waktu tertentu. (Mankiw,
2007).
67
Ada dua cara untuk melihat PDB. Salah satunya adalah dengan
melihat PDB sebagai pendapatan total dari setiap orang dalam
perekonomian. Cara lain untuk melihat PDB adalah sebagai
pengeluaran total atas output barang dan jasa perekonomian.
PDB
disajikan dalam dua versi penilaian, yaitu “atas dasar harga berlaku”,
yakni menggunakan harga tahun berjalan serta “atas dasar harga
konstan”, yaitu menggunakan data harga tahun tertentu (tahun dasar).
Pada tabel 4.1 terlihat bahwa sumbangan pada ketiga sektor
UKM yang berorientasi pada ekspor yakni (1) Pertanian, Peternakan,
Kehutanan dan Perikanan; (2)Pertambangan dan Penggalian; (3)
Industri Pengolahan mengalami peningkatan dari tahun 2000 sampai
2009 terus mengalami peningkatan. Penyumbang terbesar pertama
adalah sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan. Dengan
sumbangan terbesar terjadi pada tahun 2009 sebanyak Rp. 284.352,7
(miliar), salah satu alasan yang dapat diterima adalah rendahnya harga
output produk primer pertanian yang bersamaan dengan naiknya harga
input, terutama yang bersumber dari impor. Sektor pertanian yang
sangat
didominasi
pertanian
pangan
memang
sangat
terbatas
kemampuannya untuk menjadi sumber pertumbuhan, terutama beras.
Selanjutnya penyumbang terbesar kedua dari tiga sektor tersebut
terjadi pada sektor industri pengolahan terjadi perubahan yang drastis
secara riil ada kemajuan yang berarti bagi peran usaha kecil menengah.
Di ikuti dengan peningkatan pada sektor pertambangan dan penggalian.
68
Yang terjadi kenaikan yang cukup tajam pada tahun 2006, dari
sumbangannya sebanyak 123.799,1 milyar menjadi 161.244,2.
Tabel 4.1
PDB Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor Ekonomi Tahun
2000-2009 Atas Dasar Harga Konstan (Miliar Rupiah)
Sektor
Tahun
PPKP
PPG
IP
2000
207.054,1
13.813,2
99.687,0
2001
213.587,9
14.267,5
103.547,1
2002
221.017,1
14.975,6
107.297,6
2003
229.575,7
15.727,9
113.460,7
2004
236.192,4
16.468,7
118.944,7
2005
242.883,8
17.624,2
123.799,1
2006
251.123,1
18.906,1
161.244,2
2007
260.053,8
20.357,4
167.729,9
2008
272.882,2
21.704,5
172.187,0
2009
284.352,7
23.155,6
180.755,4
Sumber
: Kementrian UKM dan Koperasi, 2010
Keterangan : PPKP : Sektor pertanian, perternakan, kehutanan dan perikanan
PPG : Sektor pertambangan dan penggalian
IP : Sektor industri pengolahan
Kemampuan tenaga kerja dalam menciptakan nilai tambah sangat
berbeda antara satu kelompok usaha dengan lainnya dan mencerminkan
karakteristik masing-masing. Tenaga kerja merupakan modal dasar bagi
perkembangan dan pertumbuhan ekonomi, apabila tenaga kerja tersebut
69
sebagai sumber daya ekonomi dapat dimanfaatkan secara efektif dan
efisien. Seiring dengan pertumbuhan unit usaha UKM, dalam
penyerapan tenaga kerja juga mengalami peningkatan yang cukup
berarti.
Tabel 4.2
Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor
Ekonomi Tahun 2000-2009
Sektor
Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
PPKP
PPG
IP
34,525,866
334,354
8,565,920
37,122,242
436,079
8,147,718
38,116,561
430,458
8,284,726
39,302,805
481,344
8,200,177
37,650,304
528,242
8,350,149
38,833,911
564,365
9,283,965
42,034,597
856,817
9,980,481
42,288,163
940,733
10,470,658
42,222,835
971,274
10,768,907
42,560,349
1,046,418
11,037,496
Sumber
: Kementrian UKM dan Koperasi, 2010
Keterangan : PPKP : Sektor pertanian, perternakan, kehutanan dan perikanan
PPG : Sektor pertambangan dan penggalian
IP : Sektor industri pengolahan
Jumlah tenaga kerja pada kelompok UKM terdapat pada sektor
pertanian, hal ini dikarenakan Indonesia sebagai negara agrikultural
70
yang sebagian besar wilayahnya strategis dalam mengembangkan
sektor pertanian. Sehingga sebagian besar penduduk yang menempati
wilayah pertanian bekerja sebagai petani. Dalam tabel 4.2 terlihat
bahwa dari tahun 2000-2009 pergerakan tingkat penyerapan tenaga
kerja hampir sama dengan nilai yang berbeda, yakni semakin meningkat
setiap tahunnya, namun ada juga yang mengalami penurunan namun
tidak terlalu signifikan yang terjadi pada sektor industri pengolahan
pada tahun 2000 sebanyak 8.565.920 orang turun menjadi 8,147,718
pada tahun 2001.
Kinerja ekspor nonmigas Usaha Kecil, Menengah dan Besar
berdasarkan sektor ekonomi selama tahun 2000 sampai dengan 2009
menunjukan lebih dari 85% ekspor nasional didominasi sektor industri
pengolahan. Secara umum total ekspor sektor industri pengolahan
mengalami peningkatan yang tajam dar tahun ke tahun. Peningkatan ini
boleh jadi disebabkan kemampuan mengembangkan investasi untuk
memproduksi komoditi ekspor pada usaha skala menengah masih
belum terkendala dampak krisis ekonomi yang belum sepenuhnya pulih
dan andil para profesional muda yang hengkang atau terkena PHK yang
kemudian
bergabung
atau
mendirikan
usaha
sendiri
mampu
meningkatkan kinerja ekspor pada kelompok usaha menengah ini.
71
Tabel 4.3
Ekspor Barang Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor Ekonomi
S
u
m
b
e
r
:
K
e
m
e
n
t
r
i
a
n
U
K
M
d
a
n
Tahun
PPKP
Sektor
PPG
2000
10,440,139
753,699
15,474,958
2001
10,703,452
845,922
14,133,871
2002
10,698,489 1,027,878 15,630,368
2003
10,596,996 1,037,831 15,515,359
2004
12,339,057 1,196,830 16,845,341
2005
13,399,433 1,417,414 18,209,336
2006
11,994,461
723,422
20,327,093
2007
10,514,276
741,027
24,162,054
2008
11,773,616
848,157
28,827,049
IP
10,776,797 873,738 27,768,052
2009
K
o
Sumber
: Kementrian UKM dan Koperasi, 2010
Keterangan : PPKP : Sektor pertanian, perternakan, kehutanan dan perikanan
PPG : Sektor pertambangan dan penggalian
IP : Sektor industri pengolahan
Pada tahun 2003 terjadi peningkatan ekspor pada semua skala
usaha terhadap tahun sebelumnya sebaliknya sektor pertanian
mengalami penurunan nilai ekspornya pada semua skala ditahun yang
sama. Secara keseluruhan dari tabel tersebut juga dapat menunjukkan
bahwa peluang ekspor semakin meningkat dan terbuka terutama ekspor
barang-barang non migas, serta menuntut peningkatan perhatian
pemerintah mengingat pada saat ekonomi mulai membaik seperti saat
72
ini pemasukan devisa dari ekspor merupakan salah satu pendapatan
negara yang cukup diandalkan. Sekalipun gambaran mengenai peluang
ekspor Indonesia di atas memberikan tanda-tanda membaik, namun
masih perlu kita cermati beberapa hambatan yang dialami UKM dalam
mengakses pasar global kedepan.
Tabel 4.4
Jumlah Unit Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor Ekonomi
Tahun 2000-2009
Sektor
Tahun
PPKP
PPG
IP
2000
23,518,616
151,007
2,618,973
2001
24,014,278
200,060
2,557,549
2002
24,947,009
178,990
2,747,533
2003
25,345,988
203,692
2,659,824
2004
25,799,906
210,322
2,740,070
2005
26,259,895
235,400
2,795,237
2006
26,209,073
246,414
3,163,050
2007
26,383,268
263,250
3,179,143
2008
26,227,297
261,341
3,238,111
2009
26,369,299
271,929
3,268,496
Sumber
: Kementrian UKM dan Koperasi, 2010
Keterangan : PPKP : Sektor pertanian, perternakan, kehutanan dan perikanan
PPG : Sektor pertambangan dan penggalian
IP : Sektor industri pengolahan
73
Bila dilihat secara sektoral, lebih dari separuh populasi UMKM di
tahunbergerak disektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan;
meskipun peningkatan dar tahun ke tahun tidak signifikan. Hal ini
disebabkan karena keterbatasan teknologi dan kurangnya skill dalam
mengembangkan sektor ini.
Tabel 4.5
Investasi Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor Ekonomi Tahun
2000-2009 Atas Dasar Harga Konstan (Juta Rupiah)
Sektor
Tahun
PPKP
PPG
IP
2000
10,440,139
753,699
15,474,958
2001
10,703,452
845,922
14,133,871
2002
10,698,489 1,027,878
15,630,368
2003
10,596,996 1,037,831
15,515,359
2004
12,339,057 1,196,830
16,845,341
2005
13,399,433 1,417,414
18,209,336
2006
11,994,461
723,422
20,327,093
2007
10,514,276
741,027
24,162,054
2008
11,773,616
848,157
28,827,049
2009
10,776,797
873,738
27,768,052
Sumber
: Kementrian UKM dan Koperasi, 2010
Keterangan : PPKP : Sektor pertanian, perternakan, kehutanan dan perikanan
PPG : Sektor pertambangan dan penggalian
IP : Sektor industri pengolahan
74
Bila dilihat selama periode tahun 2000-2009, iklim investasi pada
berbagai tingkat skala usaha masih belum banyak berubah. Dalam
kurun waktu tersebut UK masih merupakan kelompok yang paling
rendah penyerapan investasinya yaitu rata-rata sebesar 20,6 persen per
tahun dan diikuti oleh UM rata-rata sebesar 25,8 persen per tahun.
Secara keseluruhan penyerapan investasi pada UKM hanya mencapai
46,4 persen per tahun. Bila hal ini dibandingkan dengan jumlah usaha
yang demikian besar pada kelompok ini, maka dapat dikatakan bahwa
UK bukan merupakan usaha yang bersifat padat modal.
2. Estimasi Model Data Panel
Dalam analisa model data panel dikenal 3 macam pendekatan estimasi
yaitu pendekatan kuadrat terkecil Pooled Least Square (PLS), pendekatan
efek tetap (Fixed Effect Model) dan pendekatan efek acak (Random Effect
Model).
a. Pendekatan Pooled Least Squares (PLS)
Pertama-tama dilakukan pengolahan data
dengan metode
pendekatan Pooled Least Squares secara sederhana menggabungkan
(pooled) seluruh data time-series dan cross-section dan kemudian
mengestimasi model dengan mempergunakan metode OLS (Ordinary
Least Square)
sebagai salah satu syarat untuk melakukan uji F-
Restricted. Dari hasil pengolahan program E-Views 7.0 didapatkan hasil
seperti tampilan sebagai berikut:
75
Tabel 4.6
Regresi Data Panel: Pooled Least Square
R-squared
0.992071
Adjusted R-squared
0.991157
Sumber: Data diolah. Lampiran 1.
b. Pendekatan Fixed Effect Model (FEM)
Setelah itu dilakukan pengolahan data dengan metode pendekatan
Fixed Effect Model untuk dibandingkan dengan metode pendekatan
Pooled Least Square pada uji F-Restricted. Dari hasil pengolahan
program E-Views 7.0 didapatkan hasil seperti tampilan sebagai berikut:
Tabel 4.7
Regresi Data Panel: Fixed Effect Model
R-squared
0.997887
Adjusted R-squared
0.995623
Sumber: Data diolah. Lampiran 2.
c.
PLS vs FEM
Untuk mengetahui model data panel yang akan digunakan, maka
digunakan uji F-restricted dengan cara membandingkan F-statistik dan
F-tabel. Sebelum membandingkan F-statistik dan F-tabel terlebih
dahulu dibuat hipotesisnya. Adapun hipotesisnya adalah sebagai
berikut:
H0: Model PLS (Restricted)
H1: Model FEM (Unrestricted)
76
Dari hasil regresi berdasarkan metode Fixed Effect Model dan
Pooled Least Square diperoleh nilai F-statistik yakni sebagai berikut:
Tabel 4.8
F-Restricted
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: Untitled
Test cross-section and period fixed effects
Effects Test
Cross-section F
Cross-section Chi-square
Period F
Period Chi-square
Cross-Section/Period F
Cross-Section/Period Chi-square
Statistic
6.651755
20.038738
2.012216
24.903254
2.798672
34.884738
d.f.
Prob.
(2,14)
2
(9,14)
9
(11,14)
11
0.0093
0.0000
0.1163
0.0031
0.0366
0.0003
Sumber: Lampiran 3.
Dari tabel 4.8 diperoleh nilai F-statistik adalah 6.651755 , dengan nilai
F-tabel pada df (2,14) α = 5 % adalah 3.74, sehingga nilai F statistik > F
tabel, maka H0 ditolak, sehingga model data panel yang dapat
digunakan adalah Fixed Effect Model.
Berdasarkan hasil terlihat bahwa F-restricted (F-statistik) > Ftabel, maka H0 ditolak, artinya model data panel yang digunakan adalah
Fixed Effect Model (FEM).
d. Pendekatan Random Effect Model
Setelah diketahui bahwa model yang digunakan adalah Fixed
Effect Model, model data panel masih harus dibandingkan lagi antara
Fixed Effect dengan Random Effect. Pendekatan Random Effect
memiliki syarat bahwa number of unit cross section > number of
coefficient. Tetapi pada penelitian kali ini, persamaan regresi tidak
memenuhi syarat tersebut, dimana number of unit cross section <
77
number of coefficient sehingga pendekatan Random Effect tidak dapat
dilakukan dan model panel tetap pada Fixed Effect Model.
3. Pengujian Hipotesis
Tabel 4.9.1
Hasil Perhitungan Estimasi Data Panel Fixed Efect Model
terhadap Keseluruhan Periode Penelitian (2000-2009)
Variable
PDB
Coefficient
t-Statistic
Prob.
C
11268841
0.347225
0.7336
TK?
0.739311
0.346866
0.7339
EKSPOR?
1.408327
4.804981
0.0003
UNIT?
12.57809
2.515553
0.0247
INVESTASI?
2.476491
2.833526
0.0133
Fixed Effects (Cross)
_PPKP—C
-97553215
_PPG—C
28413677
_IP—C
69139538
R-squared
0.997887
Adjusted R-squared
0.995623
F-statistic
440.7763
Prob(F-statistic)
0.000000
Sumber: Ouput Pengolahan Data dengan Program Eviews 7. Lampiran 2.
a.
Analisis Perkembangan Usaha Kecil Menengah Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia secara parsial (individu)
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah variabel bebas (tenaga
kerja UKM, ekspor UKM, jumlah unit UKM, dan investasi UKM)
78
berpengaruh secara parsial terhadap variabel terikatnya (pertumbuhan
ekonomi pada sektor UKM), yaitu dengan membandingkan masingmasing nilai t-statistik dari regresi dengan t-tabel dalam menolak atau
menerima hipotesis. Pada tingkat kepercayaan α = 5 %, df = 20, maka
diperoleh t-tabel 1,72
Keterangan:
a = TK (0.346866)
;c
= UNIT (2.515553)
b = EKSPOR (4.804981)
;d
= INVESTASI (2.833526)
Berdasarkan hasil yang diperoleh diatas maka terlihat bahwa :
1. Variabel TK t-statistiknya < t-tabel yang berarti H0 diterima
2. Variabel EKSPOR t-statistiknya > t-tabel yang berarti H0 ditolak
3. Variabel UNIT t-statistiknya > t-tabel yang berarti H0 ditolak
4. Variabel INVESTASI t-statistiknya > t-tabel yang berarti H0
ditolak
Dari hasil estimasi dapat dilihat bahwa variabel tenaga kerja
UKM tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi UKM di
Indonesia. Hal ini dapat diketahui dari nilai t tabel (1,72) > t statistik
(0,34) dengan tingkat keyakinan sebesar 95 persen (α = 5 %). Menurut
Tulus Tambunan (2002) masalah mendasar yang membatasi ekspansi
usaha
kecil
adalah
realitas
bahwa
produktivitasnya
rendah
sebagaimana diperlihatkan oleh nilai tambah/tenaga kerja. Secara
keseluruhan perbandingan nilai tambah/tenaga kerja untuk usaha kecil
hanya sekitar seperduaratus (1/200) kali nilai tambah/tenaga kerja
79
untuk usaha besar. Sehingga dalam penelitian ini tenaga kerja UKM
justru tidak memberikan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi
pada sektor UKM.
Pada variabel ekspor UKM memiliki berpengaruh signifikan
dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM. Hal ini
berarti bahwa semakin meningkat jumlah ekspor UKM, maka
pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM akan semakin naik.
Koefisien regresi variabel ekspor sebesar 1,408327 berarti bahwa
setiap peningkatan ekspor UKM sebesar 1 persen, maka dapat
menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM
sebesar 1,408327 persen, cateris paribus. Pemberdayaan UKM dapat
meningkatkan stabilitas ekonomi makro, karena menggunakan bahan
baku lokal dan memiliki potensi ekspor, sehingga akan membantu
menstabilkan kurs rupiah dan tingkat inflasi. Pemberdayaan UKM
akan menggerakkan sektor riil, karena UKM umumnya memiliki
keterkaitan
industri
yang
cukup
tinggi.
Dengan
kata
lain
pemberdayaan UKM akan memberikan perluasan lapangan pekerjaan
dan
peningkatan
pendapatan
sehingga
dapat
mendukung
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. (Kemenkop, 2004)
Pada variabel jumlah unit UKM berpengaruh signifikan dan
positif terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM artinya jika
jumlah unit UKM meningkat maka pertumbuhan ekonomi pada sektor
UKM juga meningkat. Koefisien regresi variabel tingkat jumlah unit
80
UKM sebesar 12,57809 berarti bahwa setiap peningkatan jumlah unit
UKM sebesar 1 persen, maka dapat menyebabkan peningkatan
pertumbuhan ekonomi UKM sebesar 12,57809 persen, cateris
paribus.
Pada variabel investasi UKM ditunjukkan dengan nilai t statistik
(2,833526) > t tabel (1,72), maka variabel ini berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM di
Indonesia. Hal ini berarti semakin meningkat investasi UKM, maka
pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM akan semakin naik.
b. Analisis Perkembangan
Usaha Kecil Menengah terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia secara simultan (bersama)
Untuk menguji apakah variabel bebas berpengaruh secara simultan
terhadap variabel terikatnya, maka digunakan uji F dengan cara
membandingkan F-statistik dengan F-tabel. Dari hasil regresi
diperoleh nilai F-statistik 440.7763 . Pada tingkat kepercayaan α = 5
%, k=7, dan n=30, maka diperoleh F-tabel .
Berdasarkan hasil estimasi
maka terlihat bahwa F-statistik
(440.7763) > F-tabel (2,33), maka H0 ditolak, artinya variabel bebas
(tenaga kerja UKM, ekspor UKM, jumlah unit UKM, dan investasi
UKM) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel
terikatnya (pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM) pada tingkat
kepercayaan 95 persen.
81
c. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R-squared)
Berdasarkan hasil pengolahan data dalam tabel 4.9.1 adjusted Rsquare adalah sebesar 99,56. Hal ini terlihat bahwa 99,56 persen
pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM di Indonesia dapat dijelaskan
oleh tenaga kerja UKM, ekspor UKM, jumlah unit UKM, dan
investasi UKM. Sedangkan 0,44 persen variabel pertumbuhan
ekonomi pada sektor UKM dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
diteliti dalam penelitian ini.
Tabel 4.9.2
Interpretasi Koefisien Fixed Effect Model
Variable
Koef
C
11268841
TK?
0.739311
EKSPOR?
1.408327
UNIT?
12.57809
INVESTASI?
2.476491
Indv Effect
Fixed Effects (Cross)
_PPKP--C
-97553215
-86284374
_PPG--C
28413677
39682518
_IP--C
69139538
80408379
Sumber: Lampiran 2.
82
1) Analisis Persektor Perkembangan Usaha Kecil Menengah terhadap
Pertumbuhan Ekonomi.
(a) Bila terdapat perubahan tenaga kerja UKM, ekspor UKM,
jumlah unit UKM, dan investasi UKM baik antar sektor maupun
antar waktu, maka sektor pertanian, perternakan, kehutanan dan
perikanan akan mendapatkan pengaruh individu terhadap PDB
sebesar : Rp. -86.284 milyar.
(b) Bila terdapat perubahan tenaga kerja UKM, ekspor UKM,
jumlah unit UKM, dan investasi UKM baik antar sektor maupun
antar waktu, maka sektor pertambangan dan penggalian akan
mendapatkan pengaruh individu terhadap PDB sebesar: Rp.
39.682 milyar.
(c) Bila terdapat perubahan tenaga kerja UKM, ekspor UKM,
jumlah unit UKM, dan investasi UKM baik antar sektor maupun
antar waktu, maka sektor industri pengolahan akan mendapatkan
pengaruh individu terhadap PDB sebesar : Rp. 80.408 milyar.
Memahami karakteristik usaha yang ada di Indonesia maka
strategi terhadap kelompok usaha yang dapat ditempuh untuk
memperbaiki kinerja penyediaan lapangan kerja adalah antara lain
melalui perbaikan produktivitas perusahaan. Prioritas penanganan
perbaikan produktivitas perusahaan pada usaha kecil dan menengah
83
dapat diarahkan dengan tiga fokus utama yaitu : (Infokop Nomor 25
Tahun XX, 2004, Noer Soetrisno)
a) Sektor industri pengolahan;
b) Sektor jasa keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
c) Sektor pertanian terutama sub sektor peternakan, perkebunan
budidaya laut dan sub sektor hortikultura.
Pada industri pengolahan menjadi fokus utama yang pertama karena
unit usaha yang tersedia di Indonesia sangat banyak dengan
penyerapan tenaga kerja yang besar, sehingga menjadikan industri
pengolahan menyumbangkan nilai tambah pada neraca pembayaran
melalui ekspor.
2) Pembahasan ekonomi untuk melihat kesesuaian hasil analisis dengan
teori ekonomi atau penelitian terdahulu:
(a) Tenaga Kerja UKM
Dari hasil analisis variabel tenaga kerja UKM tidak berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM di Indonesia
dengan nilai signifikansi 0.7339. Hal tersebut dikarenakan nilai
probabilitas nilai tenaga kerja yang lebih besar dari taraf nyata.
Hal ini sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa
bertambahnya jumlah penduduk setiap tahunnya melalui
kelahiran dan migrasi penduduk di suatu negara, mengakibatkan
bertambahnya angkatan kerja yang berarti bertambah pula
84
penawaran tenaga kerja, dan adanya keterbatasan lapangan
pekerjaan mengakibatkan terlihatnya perbedaan antar penawaran
tenaga kerja atau pasar tenaga kerja.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Anderson
(1982)
dalam
Tulus
Tampubolon
(2002)
menyebutkan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan per
kapita di suatu negara semakin kecil pangsa tenaga kerja UKM.
Hal tersebut dikarenakan bahwa kenaikan pendapatan per kapita
di negara berkembang kemungkinan dipengaruhi oleh sektor
diluar UKM yaitu sektor usaha besar. Terbukti dengan
sumbangan PDB nasional yang masih didominasi oleh usaha
besar dibandingkan dengan usaha kecil. Sehingga dengan
kondisi tersebut, jika ada kenaikan baik itu dari segi nilai
tambah, kuantitas ataupun proporsi diluar UKM maka akan
mempengaruhi pangsa tenaga kerja UKM. Dimana pada kondisi
tersebut terdapat kemungkinan bahwa terdapat peningkatan
penyerapan tenaga kerja pada usaha besar.
(b) Ekspor UKM
Untuk variabel ekspor UKM ini terdapat pengaruh yang
signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi UKM
dengan taraf signifikasi 0.0003. Hal ini sejalan dengan teori
beberapa ahli ekonomi David Ricardo, Adam Smith dan Mill
yang telah menunjukan bahwa perdagangan luar negeri dapat
85
memberikan beberapa sumbangan yang pada akhirnya akan
mempercepat perkembangan ekonomi suatu negara. Apabila
pandangan dari ketiga ahli ekonomi tersebut digabungkan, maka
dapat dikatakan bahwa ahli ekonomi klasik mengemukakan tiga
sumbangan
penting
perdagangan
luar
negeri
dalam
pembangunan ekonomi. Keuntungan yang pertama, yang
dikemukakan oleh Ricardo, menyatakan: apabila suatu negara
sudah mencapai tingkat kesempatan kerja penuh, perdagangan
luar negeri memungkinkannya mencapai tingkat konsumsi yang
lebih tinggi daripada yang mungkin dicapai tanpa adanya
kegiatan tersebut. Sedangkan Smith dan Mill mengemukakan
dua keuntungan lainya, yaitu: (1) memungkinkan suatu negara
memeperluas
pasar
atas
hasil-hasil
produksinya,
(2)
memungkinkan negara tersebut menggunakan teknologi yang
dikembangkan di luar negeri, yang lebih baik daripada yang
terdapat di dalam negeri. (Sadono Sukirno, 2007)
(c) Jumlah Unit UKM
Pada variabel jumlah unit UKM berpengaruh secara signifikan
dan positif, dengan taraf signifikansi 0.0247. Hal ini sesuai
penelitian yang dilakukan oleh Wirda Hanum (2010) bahwa
peningkatan jumlah unit usaha dapat mengakibatkan semakin
meningkatnya nilai yang dihasilkan sehingga PDB pada sektor
UKM meningkat.
86
(d) Investasi UKM
Pada variabel investasi UKM berpengaruh secara signifikan dan
positif
terhadap pertumbuhan ekonomi UKM dengan nilai
signifikansi sebesar 0.0133. Hal ini sejalan dengan teori HarrodDomar bahwa investasi mempunyai pengaruh yang signifikan
dengan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan investasi akan
meningkatkan nilai tambah atau penghasilan untuk masa datang
karena nilai tambah suatu investasi akan selalu mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Di samping itu penelitian ini
juga sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Maharani Tejasari (2008) yang mempunyai kesimpulan
bahwa investasi mempunyai hubungan yang positif dengan
pertumbuhan ekonomi dengan nilai koefisien investasi sebesar
(0.85055) karena peningkatan PDB tidak dapat dipisahkan dari
meningkatnya investasi. Investasi yang ditanamkan pada sektor
UKM dapat mendorong kenaikan output dan permintaan input
sehingga berpengaruh terhadap kenaikan pendapatan dan
perluasan kesempatan kerja yang selanjutnya dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi.
87
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dari penelitian, maka dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil estimasi data panel dengan Fixed Effect Model (FEM)
ditemukan bahwa ekspor UKM, jumlah unit UKM, dan investasi UKM
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor
UKM di Indonesia pada tahun 2000 sampai 2009. Sedangkan tenaga
kerja UKM tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi pada
sektor UKM di Indonesia pada tahun 2000 sampai 2009.
2. Dalam penelitian ini, variabel paling dominan yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM di Indonesia adalah ekspor
UKM, hal ini sejalan dengan teori beberapa ahli ekonomi David Ricardo,
Adam Smith dan Mill yang telah menunjukan bahwa perdagangan luar
negeri dapat memberikan beberapa sumbangan yang pada akhirnya akan
mempercepat perkembangan ekonomi suatu negara.
88
B. Implikasi
Penelitian ini memiliki beberapa implikasi diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Salah satu faktor yang mendukung dalam pertumbuhan UKM yaitu
investasi pada sektor UKM. Hal tersebut berdasarkan penelitian yang
menunjukan bahwa investasi pada UKM dapat memberikan nilai tambah
secara signifikan terhadap PDB UKM. Sehingga perhatian pada UKM
dapat diberikan dengan meningkatkan investasi pada UKM. Langkah
tersebut dapat berupa perbaikan iklim usaha dan permudahan izin usaha
dalam investasi.
2. Peluang ekspor semakin meningkat dan terbuka terutama ekspor barangbarang non migas, serta menuntut peningkatan perhatian pemerintah
mengingat pada saat ini ekonomi mulai membaik. Sehingga pemerintah
harus meminimalisir hambatan dan tantangan dalam mengakses pasar
global ke depan.
3. Peningkatan pendidikan dan skill pada tenaga kerja UKM sehingga
produktifitas meningkat yang menjadikan output UKM yang dihasilkan
mampu bersaing di pasar global. Dengan demikia pula akan
meningkatkan taraf kesejahreaan yang ditandai dengan kenaikan
pendapatan perkapita pada tenaga kerja UKM dan mengurangi
pengangguran.
89
DAFTAR PUSTAKA
Ates, Aylin and Umit Bititci. 2007. Strategy management in small to medium-sized
enterprises: Evidence from UK manufacturing SMEs. Strathclyde Institute for
Operations Management, University of Strathclyde, Glasgow UK.
Bank Indonesia. 1997-2007. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia. Jakarta:
Bank Indonesia.
Badan Pusat Statistik. 2008. Statistik Indonesia. Jakarta: BPS.
Cahyono, B. 1983. Pengembangan Kesempatan Kerja. Yogyakarta: BPFE.
Departemen Koperasi. 2008. PDB, Investasi, Tenaga Kerja, Nilai Ekspor UKM di
Indonesia. Depkop. Jakarta.
Daryanto, Arief dan Yundy Hafizrianda. 2010. Model-model Kuantitatif untuk
Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah: Konsep dan Aplikasi. Bogor:
IPB Press.
Gujarati, Damodar. 1999. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga.
Hanum, Wirda. 2010. Analisis Pengaruh Perkembangan Industri UKM terhadap
Pertumbuhan Sektor Industri Sumatera Utara [Skripsi]. Fakultas
Ekonomi.Universitas Sumatera Utara, Sumatera Utara.
Ikhsan, M. 2004. Mengembalikan Laju Pertumbuhan Ekonomi Dalam Jangka
Menegah: Peran Usaha Kecil dan Menengah. Jurnal Analisis Sosial 9 (2):131Jafar, Mohammad Hafsah.2004. “ Upaya Pengembangan Usaha Kecil Dan
Menengah (UKM)”, Infokop Nomor 25 Tahun XX, 2004.
Kuncoro, M. 1996. Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan Kebijakan. UMP
KMP YPPM, Yogyakarta.
Mankiw, N Gregory, 2007. Makro Ekonomi.Jakarta: Erlangga.
90
Nengah, I Dasi Astawa. 2007. Pemberdayaan UKM dan Koperasi di Kabupaten
Jembrana Provinsi Bali. Jurnal Ekonomi/Tahun XXI, No.01, Maret 2007:7895.
Partomo, T. dan A. Soejodono. 2004. Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi.
Ghalia, Jakarta.
Rafinaldy, Neddy. 2004. Prospek Pengembangan Ekspor UKM. Infokop Nomor 25
Tahun XX, 2004.
Rahardjo, M. D., dan F. Ali. 1993. Faktor-faktor keuangan yang mempengaruhi
Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia, dalam K. James dan N. Akrasanee.
Aspek-aspek Finansial Usaha Kecil dan Menengah: Studi kasus Asean.
Jakarta: LP3ES.
Rohana Sitanggang, Ignatia dan Nachrowi Djalal. 2004. Pengaruh Struktur Ekonomi
pada penyerapan tenaga kerja Sektoral: Analisis Model Demometrik di 30
Propinsi pada 9 sektor di Indonesia, Jurnal Ekonomi dan Pembangunan
Indonesia jurnal Vol No.01, Juli, 2004.
Samitasa, Aristeidis G dan Dimitris F. 2005. Entrepreneurship, small and medium
size business markets and European economic integration. Journal of Policy
Modeling 27.
Soetrisno, Noer. 2004 Posisi dan Peran Pembangunan UKM 2004-2009. Infokop
Nomor 25 Tahun XX.
Sukirno, Sadono. 2007. Ekonomi Pembangunan (Proses, masalah, dan kebijakan).
Jakarta: Kencana Prenada.
Tambunan, Tulus. 2002. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia: Beberapa Isu
Penting. Jakarta: Salemba Empat.
Tejasari, Maharani. 2008. Peranan Sektor Usaha Kecil dan Menengah dalam
penyerapan Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi [Skripsi]. Fakultas
Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
91
Thoha, Mahmud dan Sukarna. 2006. Pemberdayaan UKM melalui Modal Ventura
dalam Upaya Pengentasan Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan
Pembangunan (JEP), XIV (2) 2006.
Thoha, M. 2001. Dinamika Usaha Kecil dan Rumah Tangga. LIPI. Jakarta.
Todaro, Michael P and Stephen C smith, 2006. Economic Development.Jakarta:
Erlangga.
Widya A, Santikajaya. 2006. Analisis Dampak Perkembangan Usaha Kecil
Menengah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional Indonesia: Metode
Data Panel Tahun 1998-2004. Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia.
Winarno, Wing Wahyu. 2007. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews.
UPP STIM YKPN. Yogyakarta.
Yudi Setianto, Anton. 2008. Panduan Lengkap Mengurus Perijinan dan Dokumen.
Jakarta: Sahabat.
Zuhal, 2010. Knowledge and Innovation Platform Kekuatan Daya Saing.Jakarta:
Gramedia.
92
Lampiran 1
Pendekatan Pooled Least Square
Dependent Variable: PDB?
Method: Pooled Least Squares
Date: 06/08/11 Time: 06:35
Sample: 2000 2009
Included observations: 10
Cross-sections included: 3
Total pool (balanced) observations: 30
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
TK?
EKSPOR?
UNIT?
INVESTASI?
6.737137
0.273775
-1.650460
0.963334
1.799060
0.133110
2.722794
0.254966
3.744810
2.056755
-0.606164
3.778289
0.0009
0.0499
0.5497
0.0008
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.992071
0.991157
9013738.
2.11E+15
-520.8495
1.352107
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
1.31E+08
95850665
34.98996
35.17679
35.04973
Lampiran 2
Pendekatan Fixed Efect Model
Dependent Variable: PDB?
Method: Pooled Least Squares
Date: 06/08/11 Time: 06:37
Sample: 2000 2009
Included observations: 10
Cross-sections included: 3
Total pool (balanced) observations: 30
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
TK?
EKSPOR?
UNIT?
INVESTASI?
Fixed Effects (Cross)
_PPKP--C
_PPG--C
_IP--C
Fixed Effects (Period)
2000--C
2001--C
2002--C
2003--C
2004--C
2005--C
2006--C
2007--C
2008--C
2009--C
11268841
0.739311
1.408327
12.57809
2.476491
32453965
2.131402
0.293097
5.000128
0.873996
0.347225
0.346866
4.804981
2.515553
2.833526
0.7336
0.7339
0.0003
0.0247
0.0133
-97553215
28413677
69139538
-7614417.
-10139983
-10370865
-4364896.
-3380573.
-3006209.
4260602.
7657502.
8145309.
18813530
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
Period fixed (dummy variables)
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.997887
0.995623
6341326.
5.63E+14
-501.0140
440.7763
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
1.31E+08
95850665
34.46760
35.21491
34.70667
2.400921
Lampiran 3
Redundant Fixed Effects Tests
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: Untitled
Test cross-section and period fixed effects
Effects Test
Cross-section F
Cross-section Chi-square
Period F
Period Chi-square
Cross-Section/Period F
Cross-Section/Period Chi-square
Statistic
6.651755
20.038738
2.012216
24.903254
2.798672
34.884738
d.f.
Prob.
(2,14)
2
(9,14)
9
(11,14)
11
0.0093
0.0000
0.1163
0.0031
0.0366
0.0003
Lampiran 4
Estimation Command:
=====================
LS(CX=F,PER=F) PDB? TK? EKSPOR? UNIT? INVESTASI?
Estimation Equations:
=====================
PER_EFFECT = C(9)*@ISPERIOD("2000") + C(10)*@ISPERIOD("2001") +
C(11)*@ISPERIOD("2002") + C(12)*@ISPERIOD("2003") + C(13)*@ISPERIOD("2004") +
C(14)*@ISPERIOD("2005") + C(15)*@ISPERIOD("2006") + C(16)*@ISPERIOD("2007") +
C(17)*@ISPERIOD("2008") + C(18)*@ISPERIOD("2009")
PDB_PPKP = C(6) + PER_EFFECT + C(1) + C(2)*TK_PPKP + C(3)*EKSPOR_PPKP +
C(4)*UNIT_PPKP + C(5)*INVESTASI_PPKP
PDB_PPG = C(7) + PER_EFFECT + C(1) + C(2)*TK_PPG + C(3)*EKSPOR_PPG + C(4)*UNIT_PPG +
C(5)*INVESTASI_PPG
PDB_IP = C(8) + PER_EFFECT + C(1) + C(2)*TK_IP + C(3)*EKSPOR_IP + C(4)*UNIT_IP +
C(5)*INVESTASI_IP
Substituted Coefficients:
=====================
PER_EFFECT = -7614417.10453*@ISPERIOD("2000") - 10139983.3504*@ISPERIOD("2001") 10370864.6014*@ISPERIOD("2002") - 4364895.87556*@ISPERIOD("2003") 3380573.47123*@ISPERIOD("2004") - 3006208.735*@ISPERIOD("2005") +
4260602.47957*@ISPERIOD("2006") + 7657501.67911*@ISPERIOD("2007") +
8145309.40755*@ISPERIOD("2008") + 18813529.5719*@ISPERIOD("2009")
PDB_PPKP = -97553214.8777 + PER_EFFECT + 11268840.5686 + 0.739311027761*TK_PPKP +
1.40832695371*EKSPOR_PPKP + 12.5780862548*UNIT_PPKP + 2.47649076392*INVESTASI_PPKP
PDB_PPG = 28413676.8575 + PER_EFFECT + 11268840.5686 + 0.739311027761*TK_PPG +
1.40832695371*EKSPOR_PPG + 12.5780862548*UNIT_PPG + 2.47649076392*INVESTASI_PPG
PDB_IP = 69139538.0202 + PER_EFFECT + 11268840.5686 + 0.739311027761*TK_IP +
1.40832695371*EKSPOR_IP + 12.5780862548*UNIT_IP + 2.47649076392*INVESTASI_IP
Lampiran 5: PDB Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor Ekonomi
Tahun 2000-2009 Atas Dasar Harga Konstan (Miliar
Rupiah)
Sektor
Tahun
PPKP
PPG
IP
2000
207.054,1
13.813,2
99.687,0
2001
213.587,9
14.267,5
103.547,1
2002
221.017,1
14.975,6
107.297,6
2003
229.575,7
15.727,9
113.460,7
2004
236.192,4
16.468,7
118.944,7
2005
242.883,8
17.624,2
123.799,1
2006
251.123,1
18.906,1
161.244,2
2007
260.053,8
20.357,4
167.729,9
2008
272.882,2
21.704,5
172.187,0
2009
284.352,7
23.155,6
180.755,4
Sumber
: Kementrian UKM dan Koperasi, 2010
Keterangan : PPKP : Sektor pertanian, perternakan, kehutanan dan perikanan
PPG : Sektor pertambangan dan penggalian
IP
: Sektor industri pengolahan
Lampiran 6: Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil MenengahMenurut
Sektor Ekonomi Tahun 2000-2009
Sektor
Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
PPKP
PPG
IP
34,525,866
334,354
8,565,920
37,122,242
436,079
8,147,718
38,116,561
430,458
8,284,726
39,302,805
481,344
8,200,177
37,650,304
528,242
8,350,149
38,833,911
564,365
9,283,965
42,034,597
856,817
9,980,481
42,288,163
940,733
10,470,658
42,222,835
971,274
10,768,907
42,560,349
1,046,418
11,037,496
Sumber
: Kementrian UKM dan Koperasi, 2010
Keterangan : PPKP : Sektor pertanian, perternakan, kehutanan dan perikanan
PPG : Sektor pertambangan dan penggalian
IP : Sektor industri pengolahan
Lampiran 7: Ekspor Barang Usaha Kecil Menengah Menurut
Sektor Ekonomi
Tahun
PPKP
Sektor
PPG
2000
10,440,139
753,699
15,474,958
2001
10,703,452
845,922
14,133,871
2002
10,698,489 1,027,878 15,630,368
2003
10,596,996 1,037,831 15,515,359
2004
12,339,057 1,196,830 16,845,341
2005
13,399,433 1,417,414 18,209,336
2006
11,994,461
723,422
20,327,093
2007
10,514,276
741,027
24,162,054
2008
11,773,616
848,157
28,827,049
2009
10,776,797
873,738
27,768,052
IP
Sumber
: Kementrian UKM dan Koperasi, 2010
Keterangan : PPKP : Sektor pertanian, perternakan, kehutanan dan perikanan
PPG : Sektor pertambangan dan penggalian
IP
: Sektor industri pengolahan
Lampiran 8: Jumlah Unit Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor Ekonomi
Tahun 2000-2009
Sektor
Tahun
PPKP
PPG
IP
2000
23,518,616
151,007
2,618,973
2001
24,014,278
200,060
2,557,549
2002
24,947,009
178,990
2,747,533
2003
25,345,988
203,692
2,659,824
2004
25,799,906
210,322
2,740,070
2005
26,259,895
235,400
2,795,237
2006
26,209,073
246,414
3,163,050
2007
26,383,268
263,250
3,179,143
2008
26,227,297
261,341
3,238,111
2009
26,369,299
271,929
3,268,496
Sumber
: Kementrian UKM dan Koperasi, 2010
Keterangan : PPKP : Sektor pertanian, perternakan, kehutanan dan perikanan
PPG : Sektor pertambangan dan penggalian
IP : Sektor industri pengolahan
Lampiran 9: Investasi Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor Ekonomi
Tahun 2000-2009 Atas Dasar Harga Konstan (Juta
Rupiah)
Sektor
Tahun
PPKP
PPG
IP
2000
10,440,139
753,699
15,474,958
2001
10,703,452
845,922
14,133,871
2002
10,698,489 1,027,878
15,630,368
2003
10,596,996 1,037,831
15,515,359
2004
12,339,057 1,196,830
16,845,341
2005
13,399,433 1,417,414
18,209,336
2006
11,994,461
723,422
20,327,093
2007
10,514,276
741,027
24,162,054
2008
11,773,616
848,157
28,827,049
2009
10,776,797
873,738
27,768,052
Sumber
: Kementrian UKM dan Koperasi, 2010
Keterangan : PPKP : Sektor pertanian, perternakan, kehutanan dan perikanan
PPG : Sektor pertambangan dan penggalian
IP
: Sektor industri pengolahan
Download