PENGARUH PERKEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PADA SEKTOR UKM DI INDONESIA Oleh Ade Raselawati NIM: 107084000542 JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M PENGARUH PERKEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PADA SEKTOR UKM DI INDONESIA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh : Ade Raselawati NIM: 107084000542 Di Bawah Bimbingan Pembimbing I Prof. Dr. Ahmad Rodoni NIP: 19690203 200112 1 003 Pembimbing II Zuhairan Yunmi Yunan SE. M.Sc NIP: 19800416 200912 1 002 JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/ 2011 M LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini Jumat, 6 Mei 2011 telah dilakukan ujian komprehensif atas mahasiswa: 1. 2. 3. 4. Nama NIM Jurusan Judul Skripsi : Ade Raselawati : 107084000542 : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan : Pengaruh Perkembangan Usaha Kecil Menengah terhadap Pertumbuhan Ekonomi pada Sektor UKM di Indonesia Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswi tersebut diatas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutan ketahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 6 Mei 2011 1. 2. 3. Pheni Chalid, SF. MA.Ph.D NIP : 19560505 200012 1 001 Zuhairan Yunmi Yunan SE. M.Sc NIP : 19800416 200912 1 002 Dr. Lukman. M.Si NIP : 19640607 200302 1 001 Ketua Sekertaris Penguji Ahli LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI Hari ini Rabu, 16 Juni 2011 telah dilakukan ujian Skripsi atas mahasiswa: 1. 2. 3. 4. Nama NIM Jurusan Judul Skripsi : Ade Raselawati : 107084000542 : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan : Pengaruh Perkembangan Usaha Kecil Menengah terhadap Pertumbuhan Ekonomi pada Sektor UKM di Indonesia Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswi tersebut diatas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 16 Juni 2011 4. 5. 6. 7. 8. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS NIP : 19570617 198503 1 002 Ketua Dr. Lukman M.Si NIP : 19640607 200302 1 001 Sekertaris Pheni Chalid, SF. MA.Ph.D NIP : 19560505 200012 1 001 Penguji Ahli Prof. Dr. Ahmad Rodoni NIP : 19690203 200112 1 003 Pembimbing I Zuhairan Yunmi Yunan SE. M.Sc NIP : 19800416 200912 1 002 Pembimbing II LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Ade Raselawati No. Induk Mahasiswa : 107084000542 Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya: 1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan. 2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain 3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa ijin dari pemilik karya. 4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data. 5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini. Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggung-jawabkan, ternyata memang ditemukan bahwa saya telah melanggar pernyatan diatas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 16 Juni 2011 Yang Menyatakan, Ade Raselawati 107084000542 DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. Identitas Pribadi Nama : Ade Raselawati Tempat & Tgl. Lahir : Tangerang, 30 November 1989 Alamat : Jl. Dr. Setia Budi Gg. Mede 3 RT.05/04 No.17 Pamulang Barat Pamulang- Tangerang Selatan 15417 II. Telepon : 085814311599 Email : [email protected] Pendidikan Formal SD (1995-2001) : SDN Pamulang Tengah SMP (2001-2004) : MTsN Tangerang 2 Pamulang SMA (2004-2007) : SMA Negeri 1 Ciputat S1 (2007-2011) : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta III. Pendidikan Non Formal IV. Mengikuti kursus Bahasa Inggris pada Lembaga Bahasa LPIA Pengalaman Organisasi / Magang / Kerja Rohis : SMAN 1 Ciputat Paskibra : SMAN 1 Ciputat MPK : SMAN 1 Ciputat i Kuliah Kerja Sosial : Koperasi Karunika Universitas Terbuka Kerja : - PT. Pelayanan Paripurna (Sales Asistant) - KAP Abdi Itjar (Auditor Junior) V. VI. Latar Belakang Keluarga Ayah : M. Sarta Keman Tempat & Tgl. Lahir : Tangerang, 01 Januari 1950 Ibu : Nasiah Tempat & Tgl. Lahir : Tangerang, 01 Januari 1951 Anak ke dari : 4 dari 4 bersaudara Nama Kakak : Syarifa, Sarmila, dan Sartika Kemampuan Lainnya Mampu mengoperasikan computer literate dalam Microsoft Office (Ms. Word, Excel, Access, dan Powerpoint) Software E-Views ii ABSTRAK Pengaruh Perkembangan Usaha Kecil Menengah terhadap Pertumbuhan Ekonomi pada Sektor UKM di Indonesia Oleh Ade Raselawati Peranan Usaha Kecil Menegah (UKM) dalam mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi sangat penting, hal ini dapat dilihat dari kontribusi terhadap neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor dan mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah banyak yaitu 70% dari total tenaga kerja di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh perkembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM di Indonesia. Pada penelitian ini digunakan metode data panel dengan Fixed Effect Model. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa nilai PDB UKM, tenaga kerja UKM, ekspor UKM, jumlah unit UKM, dan investasi UKM dari tahun 2000-2009. Hasil analisis dengan menggunakan metode regresi data panel menunjukkan bahwa ekspor UKM, jumlah unit UKM, dan investasi UKM berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM. Sedangkan variabel tenaga kerja UKM tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM karena tenaga kerja yang diserap tidak sebanding dengan nilai tambah yang dihasilkan. Kata kunci : PDB UKM, tenaga kerja UKM, ekspor UKM, jumlah unit UKM, dan investasi UKM. iii ABSTRACT Influence of the Development of Small and Medium Enterprise to Economic Growth in SME Sector in Indonesia By Ade Raselawati Small and Medium Enterprise (SME) was playing important role in promoting the acceleration of economic growth. It was approved from its contribution to the exports balance of payments and absorbing numerous members of labour forces that is 70% of the total labour force in Indonesia. This study aims to analyze the influence of the development of Small and Medium Enterprise (SME) to economic growth in the SME sector in Indonesia. This study used Panel Data Methods with a Fixed Effect Model. The data used were the secondary from the GDP of SME, Labours of SME, exports of SME, the number of units of SME and SME investment of SME during 2000-2009. The results of analysis using a Panel Data Regression Method showed that the exports of SME, the number of units of SME, and investment of SME had significant and positive influence on economic growth in the SME sector. While the labour force variable SME had no significant influence on economic growth in the SME sector because the labour force is not absorbed proportionaly to the added value generated. Key words: GDP SME, Labours of SME, exports of SMEs, the number of units of SMEs and SME investment iv KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb. Puji syukur Alhamdulillah, penulis persembahkan atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan segala rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul "Pengaruh Perkembangan Usaha Kecil Menengah terhadap Pertumbuhan Ekonomi pada Sektor UKM di Indonesia” dengan baik dan lancar. Dengan selesainya skripsi ini, bagi penulis merupakan sebuah titik kulminasi perjuangan yang selama ini ditempuh dalam rangka memperoleh gelar sarjana. Oleh karena itu, penulis berharap dapat terus melanjutkan perjuangan dalam hal mengembangkan diri dan menggapai cita-cita pada jenjang berikutnya. Dengan skripsi ini pula penulis berharap semoga dapat bermanfaat bagi perkembangan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan pada umumnya, dan mahasiswa Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan pada khususnya. Penulis percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan izin dan ketetapan Allah SWT, namun penyusunan skripsi ini tidak lepas dari orang-orang di sekitar penulis yang begitu banyak memberi bantuan serta dukungan pada penulis. Untuk itulah pada kesempatan ini izinkan penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada : 1. Kedua orang tuaku tercinta, Sarta Keman dan Nasiah. Ananda mengucapkan terima kasih atas segala curahan kasih sayang, kesabaran dan pengorbanan serta doa-doa yang selalu dipanjatkan kepadaNya. Rabbighfirli waliwaalidayya warhamhumaa kamaa rabbayani shaghiira. 2. Kakakku tersayang, Syarifa, Sarmila, dan Sartika. Terima kasih atas segala motivasi dan dorongannya, semoga kakak selalu diberkahi Allah SWT dalam segala hal. 3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan serta bimbingan dalam proses penyusunan skripsi ini. 4. Bapak Zuhairan Yunmi Yunan SE. M.Sc selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan serta bimbingan dalam proses penyusunan skripsi ini. 5. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis. 6. Bapak Dr. Lukman. M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan. v 7. Segenap jajaran pengajar atau dosen yang tanpa pamrih memberikan ilmuilmu yang bermanfaat bagi penulis. Semoga semua ilmu yang diberikan selalu dalam keberkahan Allah SWT. Sehingga dapat berguna kelak dihari kemudian. 8. Teman-teman seperjuanganku IESP 2007. Terima kasih khususnya untuk sahabat-sahabatku tersayang Dyta, Oca, Elva, Mawaddah (tetep semangat yaa!!). 9. Untuk seniorku Ayu Zakya Lestari. Terima kasih atas semangat dan dukungannya, semoga selalu diberkahi Allah SWT. 10. Sahabatku tersayang Deta Tasyah. Terima kasih atas dorongan dan semangat yang diberikan, semoga selalu diberkahi Allah SWT dan tercapai apa yang dicita-citakan. (semoga bisnis kita ‘Adeta Cake’ lancar and eksis terus yaa, sukses solmeeet...!!! ^_^) 11. Dan terima kasih untuk orang-orang yang telah memberikan semangat serta dukungannya kepada penulis (Iyan, Resty, Yi, Adi, Igog, dll) Semoga kesuksesan dan kebahagiaan selalu menyelimutimu, dan semoga tercapai apa yang kamu cita-citakan (Sukses ya.. Semangat...!! ^_^) Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan, namun semua ini semata-mata karena keterbatasan penulis. Akhir kata, besar harapan penulis, skripsi ini dapat bermanfaat sekaligus membuka wawasan lebih luas lagi mengenai Usaha Kecil Menengah (UKM) bagi para pembacanya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Jakarta,16 Juni 2011 Ade Raselawati vi DAFTAR ISI COVER COVER Dalam LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... i ABSTRAK ........................................................................................................... iii ABSTRACT ......................................................................................................... iv KATA PENGANTAR .......................................................................................... v DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii BAB. I PENDAHULUAN .................................................................................... 1 A. Latar Belakang Penelitian ................................................................. 1 B. Perumusan Masalah.......................................................................... 10 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 10 BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 12 A. UKM................................................................................................. 12 1. Definisi UKM ........................................................................... 12 2. Klasifikasi UKM ....................................................................... 15 3. Ciri-Ciri Usaha Kecil Menengah (UKM) ................................. 16 vii 4. Peran Penting UKM .................................................................. 16 5. Permasalahan dan Penghambat UKM ....................................... 17 6. Aspek Permodalan UKM .......................................................... 21 B. Tenaga Kerja .................................................................................... 24 C. Investasi ............................................................................................ 28 D. Ekspor............................................................................................... 29 E. Pertumbuhan Ekonomi .................................................................... 34 1. Definisi Pertumbuhan Ekonomi ................................................ 34 2. Produk Domestik Bruto ............................................................ 35 3. Teori Pertumbuhan Ekonomi .................................................... 35 F. UKM terhadap Pertumbuhan Ekonomi ........................................... 38 G. Penelitian Terdahulu ....................................................................... 40 H. Keterkaitan Antar Variabel .............................................................. 44 I. Kerangka Berpikir ............................................................................ 46 J. Hipotesis ........................................................................................... 47 BAB. III. METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 48 A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 48 B. Metode Penentuan Sampel…………………………….................. . 48 C. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 50 D. Metode Analisis................................................................................ 51 1. Metode Analisis Data Panel ...................................................... 51 viii 2. Estimasi Model data Panel ........................................................ 54 E. Operasional Variabel Penelitian ....................................................... 62 1. Uji Statistik ............................................................................... 63 a. Uji t-Statistik...................................................................... 63 b. Uji F-Statistik......................................................................64 c. R2 Adjusted.........................................................................64 BAB. IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................... 65 A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ...................................... 65 1. Sejarah Singkat Usaha Kecil dan Menengah ............................ 65 2. Perkembangan Usaha Kecil dan Menengah .............................. 66 B. Analisis dan Pembahasan .................................................................. 67 1. Analisis Deskriptif .................................................................... 67 2. Estimasi Model data Panel. ....................................................... 75 a. Pendekatan Pooled Least Square (PLS). .............................. 75 b. Pendekatan Fixed Effect Model (FEM). ................................ 76 c. PLS vs FEM. ......................................................................... 76 d. Pendekatan Random Effect Model (REM). ........................... 77 3. Pengujian Hipotesis. .................................................................. 77 ix BAB. V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ..................................................... 88 A. Kesimpulan....................................................................................... 88 B. Implikasi…………………………………………………………....89 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 91 LAMPIRAN x DAFTAR TABEL Nomor Keterangan Halaman 3.1 Tabel Operasional Variabel Penelitian 62 4.1 Tabel PDB UKM Menurut Sektor Ekonomi 69 4.2 Tabel Tenaga Kerja Menurut Sektor Ekonomi 70 4.3 Tabel Ekspor UKM Menurut Sektor Ekonomi 72 4.4 Tabel Jumlah Unit UKM Menurut Sektor Ekonomi 73 4.5 Tabel Investasi UKM Menurut Sektor Ekonomi 74 4.6 Tabel Regresi Data Panel: Pooled Least Square 76 4.7 Tabel Regresi Data Panel: Fixed Effect Model 76 4.8 Tabel F-Restricted 77 4.9.1 Hasil Perhitungan Estimasi Data Panel Fixed Effect Model 78 4.9.2 Interpretasi Koefisien Fixed Effect Model 82 xi DAFTAR GAMBAR Nomor 1.1 Keterangan PDB UKM Menurut Sektor Ekonomi Halaman 4 xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembanguan ekonomi adalah hal yang sangat penting dalam suatu negara, terutama dalam meningkatkan pendapatan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Indonesia telah menikmati masa pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam jangka waktu yang panjang, hingga datangnya krisis nilai tukar tereskalasi menjadi krisis multi dimensi yang dimulai akhir tahun 1997. (Tejasari, 2008) Ketika terjadi krisis ekonomi 1998, hanya sektor UKM yang bertahan dari kolapsnya ekonomi, sementara sektor yang lebih besar justru tumbang oleh krisis. Krisis ini telah mengakibatkan kedudukan posisi pelaku sektor ekonomi berubah. Usaha besar satu persatu pailit karena bahan baku impor meningkat secara drastis, biaya cicilan utang meningkat sebagai akibat dari nilai tukar rupiah terhadap dollar yang menurun dan berfluktuasi. Sektor perbankan yang ikut terpuruk turut memperparah sektor industri dari sisi permodalan. Banyak perusahaan yang tidak mampu lagi meneruskan usaha karena tingkat bunga yang tinggi. Berbeda dengan UKM yang sebagian besar tetap bertahan, bahkan cendrung bertambah. (Departemen Koperasi, 2008) Terbukti saat krisis global yang terjadi beberapa waktu lalu, UKM hadir sebagai suatu solusi dari sistem perekonomian yang sehat. UKM merupakan salah satu sektor industri yang sedikit bahkan tidak sama sekali terkena 1 dampak krisis global yang melanda dunia. Dengan bukti ini, jelas bahwa UKM dapat diperhitungkan dalam meningkatkan kekompetitifan pasar dan stabilisasi sistem ekonomi yang ada. (Departemen Koperasi, 2008) Adapun alasan-alasan UKM dapat bertahan dan cenderung meningkat jumlahnya pada masa krisis yaitu karena: pertama; sebagian besar UKM memproduksi barang konsumsi dan jasa-jasa dengan elastisitas permintaan terhadap pendapatan yang rendah. Kedua; sebagian besar UKM mempergunakan modal sendiri dan tidak mendapat modal dari bank. Implikasinya pada masa krisis keterpurukan sektor perbankan dan naiknya suku bunga tidak berpengaruh terhadap UKM. Ketiga; dengan adanya krisis ekonomi yang berkepanjangan menyebabkan sektor formal banyak memberhentikan pekerjanya. Sehingga para penganggur tersebut memasuki sektor informal dengan melakukan kegiatan usaha yang berskala kecil, akibatnya jumlah UKM meningkat (Partomo dan Soejodono, 2004). Di Indonesia harapan untuk membangkitkan ekonomi rakyat sering kita dengarkan karena pengalaman ketika krisis multidimensi tahun 1997-1998 usaha kecil telah terbukti mampu mempertahankan kelangsungan usahanya, bahkan memainkan fungsi penyelamatan di beberapa sub-sektor kegiatan. Fungsi penyelamatan ini segera terlihat pada sektor-sektor penyediaan kebutuhan pokok rakyat melalui produksi dan normalisasi distribusi. Bukti tersebut paling tidak telah menumbuhkan optimisme baru bagi sebagian besar orang yang menguasai sebagian kecil sumberdaya akan kemampuannya untuk menjadi motor pertumbuhan bagi pemulihan ekonomi. 2 Dalam penelitian Van Gils (2007) dalam Aylin Ates dan Umit Bititci (2008) menyatakan bahwa UKM adalah mesin penting untuk merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Peran Usaha Kecil Menengah (UKM) dalam perekonomian Indonesia paling tidak dapat dilihat dari: (1) kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor, (2) penyedia lapangan kerja yang terbesar, (3) pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat, (4) pencipta pasar baru dan sumber inovasi, serta (5) sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor. Posisi penting ini sejak dilanda krisis belum semuanya berhasil dipertahankan sehingga pemulihan ekonomi belum optimal. (Departemen Koperasi, 2010) Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia UKM selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan penting, karena sebagian besar jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik di sektor tradisional maupun modern. Serta mampu menyerap banyak tenaga kerja. Peranan usaha kecil tersebut menjadi bagian yang diutamakan dalam setiap perencanaan tahapan pembangunan yang dikelola oleh dua departemen yaitu Departemen Perindustrian dan Perdagangan, serta Departemen Koperasi dan UKM. (Kuncoro, 2002). Beberapa penyebab laju pertumbuhan ekonomi membaik tetapi tidak memperbaiki peningkatan kesempatan kerja adalah; pertama, sumber perbaikan pertumbuhan ekonomi umumnya berasal dari konsumsi masyarakat dan pemerintah, bukan berasal dari peningkatan kapasitas perekonomian. 3 Kedua, kebijakan politik berasal dari probisnis menjadi proburuh. Hal ini mengakibatkan pasar tenaga kerja menjadi rigid dan menyebabkan peningkatan biaya tenaga kerja relative terhadap faktor produksi lainnya. Pertumbuhan ekonomi yang dibutuhkan dimasa mendatang adalah pertumbuhan ekonomi yang dapat menyerap tenaga kerja. Keadaan ini akan terwujud jika penyimpangan (distorsi), khususnya dalam pasar tenaga kerja, yang menyebabkan peningkatan rasio upah terhadap biaya produksi lainnya meningkat. (Ikhsan, 2004). 300,000 250,000 200,000 PPKP 150,000 PPG 100,000 IP 50,000 0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Sumber : Kementrian UKM dan Koperasi, 2010 Keterangan : PPKP : Sektor pertanian, perternakan, kehutanan dan perikanan PPG : Sektor pertambangan dan penggalian IP : Sektor industri pengolahan Gambar 1.1. PDB Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-2009 Atas Dasar Harga Konstan (Miliar Rupiah) 4 Peranan UKM dalam mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi sangat penting. Faktanya terdapat ketidakseimbangan antara sumbangan UKM dalam penyediaan lapangan kerja pembentukan nilai tambah. Pertumbuhan dengan kontribusi UKM yang lebih dalam cepat dibandingkan kelompok usaha besar akan memperbaiki struktur usaha dan distribusi pendapatan secara keseluruhan. (Ikhsan, 2004) Dalam gambar 1.1 terlihat selama tahun 2000-2009 peranan usaha kecil dan menengah dalam penciptaan nilai tambah terus meningkat. secara sektoral UKM memiliki keunggulan dalam sektor tersier seperti bidang usaha yang memanfaatkan sumber daya alam (pertanian tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan dan perikanan) dan sektor pertambangan dan penggalian. Penciptaan nilai tambah UKM di masing-masing sektor tersebut selalu meningkat terutama sektor andalan UKM yakni sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan. Berbeda dengan sektor industri pengolahan yang peningkatan nilai tambahnya tidak terlalu meningkat tajam. Di lihat dari kontribusi UKM terhadap PDB, UKM memiliki peran penting dalam pengembangan usaha di Indonesia. UKM juga merupakan cikal bakal dari tumbuhnya usaha besar. Hampir semua usaha besar berawal dari UKM. Usaha kecil menengah (UKM) harus terus ditingkatkan (up grade) dan aktif agar dapat maju dan bersaing dengan perusahaan besar. Jika tidak, UKM di Indonesia yang merupakan jantung perekonomian Indonesia tidak akan bisa maju dan berkembang. Satu hal yang perlu diingat dalam pengembangan UKM adalah bahwa langkah ini tidak semata-mata 5 merupakan langkah yang harus diambil oleh pemerintah dan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah. Pihak UKM sendiri sebagai pihak yang dikembangkan, dapat mengayunkan langkah bersama-sama dengan pemerintah. Selain pemerintah dan UKM, peran dari sektor perbankan juga sangat penting terkait dengan segala hal mengenai pendanaan, terutama dari sisi pemberian pinjaman atau penetapan kebijakan perbankan. Lebih jauh lagi, terkait dengan ketersediaan dana atau modal, peran dari para investor baik itu dari dalam maupun luar negeri, tidak dapat pula kita kesampingkan. ‘Aturan main’ bagi pelaku usaha (termasuk UKM) sehingga upaya pengembangan UKM tidak hanya bisa dilaksanakan secara parsial, melainkan harus terintegrasi dengan pembangunan ekonomi nasional dan dilaksanakan secara berkesinambungan. Kebijakan ekonomi (terutama pengembangan dunia usaha) yang ditempuh selama ini belum menjadikan ikatan kuat bagi terciptanya keterkaitan antara usaha besar dan UKM. Pemerintah pada intinya memiliki kewajiban untuk turut memecahkan tiga hal masalah klasik yang kerap kali menerpa UKM, yakni akses pasar, modal, dan teknologi. Secara keseluruhan, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pengembangan terhadap unit usaha UKM, antara lain kondisi kerja, promosi usaha baru, akses informasi, akses pembiayaan, akses pasar, peningkatan kualitas produk dan SDM, ketersediaan layanan pengembangan usaha, pengembangan cluster, jaringan bisnis, dan kompetisi. 6 UKM memiliki potensi yang begitu besar namun kenyataanya UKM masih mengalami berbagai hambatan internal maupun eksternal dalam bidang produksi, pengolahan, pemasaran, modal dan lain-lain. Salah satu strategi UKM adalah kemitraan dan bantuan keuangan, maka perlu penelitian yang berkaitan dengan UKM yang diharapkan dapat membantu dan mengatasi persoalan permasalahan dalam UKM sehingga hasil penelitian membawa dampak positif bagi pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi selanjutnya. (Tejasari, 2008) Peranan UKM dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia yaitu di indikasikan dengan pertumbuhan PDB UKM. Pertumbuhan PDB UKM dipengaruhi oleh beberapa variabel yang berkaitan dengan perkembangan UKM yang terdiri dari: 1. Tenaga kerja UKM 2. Ekspor UKM 3. Jumlah unit UKM 4. Investasi UKM. Pasar tenaga kerja di Indonesia dapat dapat dibedakan atas sektor informal dan formal. Dalam hal ini sektor informal merupakan indikasi dari UKM. (Cahyono, 1983). UKM di Indonesia sangat penting terutama dalam hal penciptaan kesempatan kerja. Argumentasi ini didasarkan pada kenyataan bahwa, disatu pihak, jumlah angkatan kerja di Indonesia sangat berlimpah mengikuti jumlah penduduk yang besar, dan dipihak lain, UB (Usaha Besar) tidak sanggup menyerap semua pencari pekerjaan. Ketidaksanggupan UB 7 dalam menciptakan kesempatan kerja yang besar disebabkan karena memang pada umumnya kelompok usaha tersebut relatif padat modal, sedangkan UKM relatif padat karya. Indikator perkembangan UKM juga dilihat dari ekspor pada sektor UKM, peluang untuk mengembangkan UKM yang akan memasuki pasar ekspor masih sangat memiliki prospek yang cukup baik dan memiliki potensi yang cukup besar di masa mendatang. Badan Pusat Statistik (2003) menyebutkan bahwa jumlah UKM tercatat 42,3 juta atau 99,90 % dari total jumlah unit usaha. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) menyerap tenaga kerja sebanyak 79 juta atau 99,40 % dari total angkatan kerja. Kontribusi UKM dalam pembentukan PDB sebesar 56,70 %. Kemudian sumbangan UKM terhadap penerimaan devisa negara melalui kegiatan ekspor sebesar Rp 75,80 triliun atau 19,90 % dari total nilai ekspor. Sampai saat ini perekonomian Indonesia mayoritas ditopang oleh sektor ini. Setidaknya, sektor usaha mikro, kecil, dan menengah tersebut mampu menyerap sekitar 70 % tenaga kerja informal. Sisanya, 30 % bergerak di bidang formal. UMKM juga telah menyumbang produk ekspor sampai 16 %. Sektor usaha mikro kecil dan menengah ini perlu dibina dan diberdayakan, karena merupakan penggerak perekonomian dan pengembang ekonomi kerakyatan. Potensi itu terlihat tahun 2003, UMKM telah menyerap sebanyak 42,4 juta unit usaha dan 79 juta tenaga kerja dengan 56,7 % dari PDB nasional. 8 Dalam penelitian ini, penulis melakukan pembatasan penelitian, yakni: variabel perkembangan UKM yang terdiri dari tenaga kerja UKM, ekspor UKM, jumlah unit UKM, dan investasi pada sektor UKM. Dengan melihat pengaruhnya terhadap PDB pada sektor UKM dari tahun 2000 sampai 2009. Kemudian data perkembangan UKM dari masing-masing variabel ditinjau dari 3 sektor yaitu: (1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan; (2) Pertambangan dan Penggalian, (3) Industri Pengolahan, dari tahun 2000 sampai 2009. B. Perumusan Masalah Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat pengujian teori tentang pengaruh perkembangan UKM terhadap PDB pada sektor UKM dengan pendekatan data panel. Berdasarkan uraian dan penjelasan di atas, dapat dirumuskan pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh variabel perkembangan UKM (tenaga kerja UKM, ekspor UKM, jumlah unit UKM, dan investasi UKM) terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM di Indonesia dari tahun 2000 sampai 2009. Yang ditinjau dari 3 sektor UKM : (1) Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan; (2) Pertambangan dan penggalian, (3) Industri pengolahan. C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Dari uraian pokok di atas, tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh perkembangan UKM seperti (tenaga kerja UKM, 9 ekspor UKM, jumlah unit UKM, dan investasi UKM) terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM di Indonesia dari tahun 2000 sampai 2009. Yang ditinjau dari 3 sektor UKM : (1) Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan; (2) Pertambangan dan penggalian, (3) Industri pengolahan. 2. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, yaitu: a. Bagi para aparat pemerintahan, penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk mendukung pembuatan keputusan atau kebijakan dalam mengembangkan sektor UKM. b. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pustaka sebagai pengetahuan khususnya dalam hal perkembangan UKM terhadap pertumbuhan ekonomi, serta dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan tambahan informasi dalam melakukan penelitian selanjutnya. c. Bagi publik, penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pentingnya UKM dan menjadikan masyarakat ikut berperan dalam meningkatkan sektor UKM. 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Usaha Kecil Menengah (UKM) 1. Definisi UKM Membicarakan masalah kelompok usaha yang termasuk dalam usaha kecil dan menengah disingkat UKM tidak mudah. Banyak istilah yang muncul dalam hubungannya dengan usaha kecil dan menengah. Ada yang menyebut golongan ekonomi lemah (GEL) atau pengusaha ekonomi lemah (pegel), usaha mikro ada juga yang menggunakan istilah industri kecil dan sedang, serta ada juga menyebut dengan industry rumah tangga. Dalam studi ini digunakan istilah UKM. (Astawa, 2007) a. Menurut Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan UKM): Usaha Kecil (UK) termasuk Usaha Mikro (UMI), adalah entitas usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000. Sementara itu, Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000 s.d. Rp 10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan. 12 b. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS): UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja, yaitu usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 s.d 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitias usaha yang memiliki tenaga kerja 20 s.d. 99 orang. c. Menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994: Usaha kecil didefinisikan sebagai perorangan atau badan usaha yang telah melakukan kegiatan/usaha yang mempunyai penjualan/omset per tahun setinggi-tingginya Rp 600.000.000 atau aset/aktiva setinggi-tingginya Rp 600.000.000 (di luar tanah dan bangunan yang ditempati) terdiri dari : (1) bidang usaha (Fa, CV, PT, dan koperasi) dan (2) perorangan (pengrajin/industri rumah tangga, petani, peternak, nelayan, perambah hutan, penambang, pedagang barang dan jasa). d. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) : 1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. 13 2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. 3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Berdasarkan beberapa definisi UKM di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan usaha kecil yang dapat menghasilkan omzet pertahunnya setinggi-tingginya Rp.200.000.000 - Rp.600.000.000 tanpa termasuk tanah dan bangunan. Serta memiliki pekerja 5 s.d 19 orang. sedangkan usaha menengah merupakan entitias usaha yang omset pertahun paling banyak Rp.200.000.000 s.d. Rp Rp.10.000.000.000 (diluar tanah dan bangunan) dengan tenaga kerja 20 s.d. 99 orang yang dilakukan perorangan maupun badan usaha. 14 Pengelompokan atau kategorisasi usaha-usaha di suatu negara mempunyai tujuan strategis, antara lain dikaitkan dengan standar kuantitatif tertentu, serta seberapa jauh dapat dimasukkan kedalam jenisjenis usaha atau bisnis. Tujuan pengelompokan usaha dapat disebutkan beragam dan pada intinya mencakup empat macam tujuan, yaitu sebgai berikut. a. untuk keperluan analisis yang dikaitkan dengan ilmu pengetahuan (teoritis). b. untuk keperluan penentuan kebijakan-kebijakan pemerintah. c. untuk meyakinkan pemilik modal atau pengusaha tentang posisi perusahaannya. d. untuk pertimbangan badan tertentu berkaitan dengan antisipasi kinerja perusahaan (Partomo dan Soejodono, 2004). 2. Klasifikasi UKM Dalam perspektif perkembangannya, UKM dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kelompok yaitu : (Arief Rahmana, 2009) a. Livelihood Activities, merupakan UKM yang digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai sektor informal. Contohnya adalah pedagang kaki lima b. Micro Enterprise, merupakan UKM yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan 15 c. Small Dynamic Enterprise, merupakan UKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dann mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor. d. Fast Moving Enterprise, merupakan UKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi Usaha Besar (UB). 3. Ciri-Ciri Usaha Kecil Menengah (UKM) a. Bahan baku mudah diperoleh b. Menggunakan teknologi sederhana sehingga mudah dilakukan alih teknologi c. Keterampilan dasar umumnya sudah dimiliki secara turun-temurun d. Bersifat padat karya atau menyerap tenaga kerja yang cukup banyak e. Peluang pasar cukup luas, sebgaian besar produknya terserap di pasar lokal/domestik dan tidak tertutup sebagian lainnya berpotensi untuk diekspor f. Melibatkan masyarakat ekonomi lemah setempat, secara ekonomis menguntungkan. 4. Peran Penting UKM Secara umum UKM dalam perekonomian nasional memiliki peran : (1) sebagai pemeran utama dalam kegiatan ekonomi, (2) penyedia lapangan kerja terbesar, (3) pemain penting dalam pengembangan perekonomian lokal dan pemberdayaan masyarakat, (4) pencipta pasar baru dan sumber inovasi, serta (5) kontribusinya terhadap neraca 16 pembayaran. (Departemen Koperasi, 2008). Oleh karena itu pemberdayaannya harus dilakukan secara terstruktur dan berkelanjutan, dengan arah peningkatan produktivitas dan daya saing, serta menumbuhkan wirusahawan baru yang tangguh. Salah satu keunggulan UKM adalah, ia terkadang sangat lincah mencari peluang untuk berinovasi untuk menerapkan teknologi baru ketimbang perusahaan-perusahaan besar yang telah mapan. Tak mengherankan jika dalam era persaingan global saat ini banyak perusahaan besar yang bergantung pada pemasok-pemasok kecilmenengah. Sesungguhnya ini peluang bagi kta untuk turut berkecimpung di era global sekaligus menggerakkan sektor ekonomi riil (Zuhal, 2010). Dalam buku Economic Development Todaro dalam (Zuhal, 2010) mengemukakan bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi Indonesia pascakrisis sangat bergantung pada kemampuan untuk merealisasikan “pembangunan yang benar-benar beorientasi pada rakyat”. UKM atau koperasi dipilih sebagai representasi ekonomi rakyat karena selain menyerap tenaga kerja sekitar 90 persen, juga karena membeli nilai tambah sekitar 56 persen di mana sektor pertanian memegang peran yang sangat besar (sekitar 70 persen). 5. Permasalahan dan Penghambat UKM Pada umumnya permasalahan yang dihadapi oleh usaha kecil dan menengah (UKM) antara lain meliputi: (Jafar Hafsah, 2004) 17 a. Faktor Internal 1) Kurangnya permodalan Permodalan merupakan faktor utama yang diperlukan untuk mengembangkan suatu unit usaha. Kurangnya permodalan UKM, oleh karena pada umumnya usaha kecil dan menengah merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup yang mengandalkan pada modal dari sisi pemilik yang jumlahnya sangat terbatas, sedangkan modal pinjaman dari bank atau keuangan lainnya sulit diperoleh, karena persyaratan secara administratif dan teknis yang diminta oleh bank tidak dapat dipenuhi. 2) Sumber Daya Manusia (SDM) yang Terbatas Sebagian besar usaha kecil tumbuh secara tradisional dan merupakan usaha keluarga yang turun temurun. Keterbatasan SDM usaha kecil baik dari segi pendidikan formal maupun pengetahuan dan keterampilannya sangat berpengaruh terhadap management pengelolaan usahanya, sehingga usaha tersebut sulit untuk berkembang dengan optimal. Di samping itu dengan keterbatasan SDM-nya, unit usaha tersebut relatif sulit untuk mengadopsi perkembangan teknologi baru untuk meningkatkan daya saing produk yang dihasilkan. 18 3) Lemahnya Jaringan Usaha dan Kemampuan Penetrasi Pasar Usaha kecil yang pada umumnya merupakan unit usaha keluarga, mempuanyai jaringan usaha yang sangat terbatas dan kemampuan penetrasi pasar yang rendah, oleh karena penduduk yang dihasilkan jumlahnya sangat terbatas dan mempunyai kualitas yang kurang kompetitif. Berbeda dengan usaha yang telah mempunyai jaringan yang sudah solid serta didukung dengan teknologi yang dapat menjangkau internasional dan promosi yang baik. b. Faktor Eksternal 1) Iklim Usaha Belum Sepenuhnya Kondusif Kebijaksanaan pemerintah untuk menumbuhkembangkan Usaha Kecil dan Menengah (UKM), meskipun dari tahun ke tahun terus disempurnakan, namun dirasakan belum sepenuhnya kondusif. Hal ini terlihat antara lain masih terjadinya persaingan yang kurang sehat antara pengusaha-pengusaha kecil dengan pengusaha-pengusaha besar. 2) Terbatasnya Sarana dan Prasarana Usaha Kurangnya informasi yang berhubungan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, menyebabkan sarana dan prasarana yang mereka miliki juga tidak cepat berkembang dan kurang mendukung kemajuan usahanya sebagaimana yang diharapkan. 19 3) Impikasi Otonomi Daerah Dengan berlakunya Undang-Undang No.22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, kewenangan daerah mempunyai otonomi untuk mengatur dan mengurus masyarakat setempat. Perubahan system ini akan mengalami implikasi terhadap pelaku bisnis kecil dan menengah berupa pungutan-pungutan baru yang dikenakan pada usaha kecil dan menengah (UKM). Jika kondisi ini tidak segera dibenahi maka akan menurunkan daya saing Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Di samping itu semangat kedaerahan yang berlebihan, kadang menciptakan kondisi yang kurang menarik bagi pengusaha luar daerah untuk mengembangkan usahanya di daerah tersebut. 4) Implikasi Perdagangan Bebas Sebagaimana diketahui bahwa AFTA yang mulai berlaku tahun 2003 dan APEC tahun 2020 yang berimplikasi luas terhadap usaha kecil dan menengah untuk bersaing dalam perdagangan bebas. Dalam hal ini, mau tidak mau Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dituntut untuk melakukan proses produksi dengan produktif dan efisien, serta dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan frekuensi pasar global dengan standar kualitas. 20 5) Sifat produk dengan Lifetime Pendek Sebagian besar produk Industri kecil memiliki ciri atau karakteristik sebagai produk-produk fasion dan kerajinan dengan lifetime yang pendek. 6) Terbatasnya Akses Pasar Terbatsanya akses pasar akan menyebabkan produk yang dihasilkan tidak dapat dipasarkan secara kompetitif baik di pasar nasional maupun internasional. 6. Aspek Permodalan UKM Salah satu kelemahan dalam pemberdayaan UKM di Indonesia umumnya bersifat parsial yaitu dibidang permodalan, pemasaran atau bahan baku saja. Tetapi tidak tertutup kemungkinan pada keseluruhan yang merupakan proses dari kegiatan usaha tersebut. Namun karena dimungkinkan oleh banyaknya masalah yang dihadapi UKM serta pendidikan pengelola UKM umumnya rendah, mereka hanya bisa menyebutkan masalah yang ada dalam pikirannya itu sehingga hanya bisa menyebutkan seperti di atas. (Thoha dan Sukarna, 2006) Usaha pemerintah dalam menbantu usaha kecil dan menengah dilakukan di dua arah, yaitu yang berkenaan dengan kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Di kebijakan fiskal pemerintah berusaha untuk meningkatkan dan memberikan bantuan kepada usaha kecil dan usaha menengah agar dapat berkembang dengan baik. Proyek Bimbingan Pengembangan Industri Kecil (BIPIK) dan kegiatan-kegiatan yang 21 dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Industri Kecil merupakan contohnya. Dalam hal kebijakan moneter, pemerintah mengembangkan program khusus kredit lunak untuk menunjang pengembangan perusahaan-perusahaan kecil milik pribumi, seperti KIK (Kredit Investasi Kecil) dan KMKP (Kredit Modal Kerja Permanen). Pengawasan usahausaha kecil yang telah dan yang dianggap perlu dibantu melalui badanbadan milik negara juga merupakan bagian dari program kebijakan moneter. (Tejasari, 2008) Para pengusaha kecil mempunyai tiga pilihan untuk mendapatkan modal agar usahanya dapat berjalan, yaitu melalui sumber-sumber resmi seperti bank-bank milik pemerintah, sumber semi resmi seperti koperasi, jasa-jasa sektoral, peminjaman dan modal sumber-sumber para pengusaha perorangan. memiliki Dalam berbagai hal macam pertimbangan. Pertimbangan itu antara lain adalah besar bunga yang harus dibayar, prosedur peminjaman, waktu pencairan modal, atau bantuan apakah cepat atau lambat. (Rahadjo dan Ali, 1993) Faktor pendukung yang sangat penting dalam menjaga keberadaan UKM adalah lembaga keuangan bank dan non-bank. Sebabnya, pembiayaan lembaga kredit lembaga keuangan dapat menggairahkan UKM agar mandiri karena modalnya bertambah. Disini, peranan lembaga keuangan bukan hanya melalui pemberian kredit saja, tetapi juga jasa pelayanan keuangan lainnya yang diarahkan guna meningkatkan efisiensi. Peranan lembaga keuangan tersebut dalam 22 pengembangan UKM dan koperasi bias dilakukan dengan cara-cara berikut: a. Pendekatan aktivitas, yaitu pendekatan atas dasar aktivitas yang diperlukan UKM seperti kredit, bank garansi, giro, deposito, transfer dan sebagainya. b. Pendekatan komoditas, yaitu pendekatan atas dasar komoditas yang ditangani UKM seperti pangan, pupuk, hasil perkebunan, hasil industry dan lainnya. c. Pendekatan program dan non-program, yaitu peranan perbankan yang dapat dikembangkan yang bukan saja untuk penanganan komoditas yang diprogramkan tetapi juga komoditas lain yang tidak diprogramkan. d. Pendekatan pembinaan, yaitu peran perbankan yang dapat menawarkan berbagai jasa pelayanan keuangan yang diberikan kepada UKM. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak pinjaman untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (BI, 2005) Berdasarkan tujuan penggunannya, Bank Indonesia (1999) membedakan kredit menjadi: 23 a. Kredit konsumtif merupakan jenis kredit yang diberikan misalnya untuk membeli kendaraan, peralatan, dan lain-lain yang sifatnya untuk tujuan konsumtif. Kredit ini digunakan untuk konsumsi secara pribadi dan dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan oleh seseorang atau badan usaha. b. Kredit modal kerja yaitu kredit yang digunakan untuk menambah modal kerja untuk membiayai seperti pembelian bahan baku, biayabiaya produksi, biaya pemasaran: dan lain-lain dalam jangka waktu pendek biasanya satu tahun. Kredit ini digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. c. Kredit investasi merupakan kredit jangka menengah atau jangka panjang untuk pembelian barang-barang modal beserta jasa yang diperlukan untuk rehabilitasi, modernisasi, maupun eksapansi proyek yang sudah ada atau pendirian proyek baru. B. Tenaga Kerja Ada 2 pengertian tenaga kerja: (Ignatia Rohana Sitanggang dan Nachrowi Djalal, 2004) a. Tenaga kerja umumnya tersedia di pasar kerja, dan biasanya siap untuk di gunakan dalam suatu proses produksi barang dan jasa. Kemudian perusahaan atau penerima tenaga kerja meminta tenaga kerja dari pasar tenaga kerja. Apabila tenaga kerja tersebut bekerja, maka mereka akan mendapat imbalan jasa berupa upah/gaji. 24 b. Tenaga kerja yang terampil merupakan potensi sumber daya menusia yang sangat dibutuhkan dalam setiap perusahaan dalam mencapai tujuannya. Jumlah penduduk dan angkatan kerja yang besar, di satu sisi merupakan potensi sumber daya manusia yang dapat diandalkan, tetapi di sisi lain juga merupakan masalah besar yang berdampak pada berbagai sektor. 1. Permintaan Tenaga Kerja Jumlah penyerapan atau permintaan tenaga kerja di pengaruhi oleh: upah (dalam hal ini sudah dipengaruhi oleh unsur produktivitas dan inflasi), output (PDRB), net migration (dengan motivasi ekonomi), dan populasi (dalam hal ini sudah termasuk unsur birth dan deadh). Permintaan tenaga kerja berkaitan dengan perencanaan tenaga kerja merupakan suatu rencana yang memuat pendayagunaan tenaga kerja yang optimum, efisien dan produktif guna pertumbuhan ekonomi/sosial secara nasional, sektoral dan regional yang bertujuan untuk mengurangi pengagguran dan meningkatkan kesejahteraan pekerja. (a) Menurut Sritua dengan asumsi bahwa setiap perusahaan akan berusahan untuk memaksimumkan keuntungan, maka jumlah tenaga kerja yang akan dipekerjakan adalah jumlah yang akan menyamakan tingkat upah riil (bayaran kepada tenaga kerja) dengan Marginal Product of Labour (MPL) (b) Berdasarkan fungsi produksi produksi Cobb-Douglas, permintaan tenaga kerja diperlihatkan dalam persamaan berikut: 25 Ld Dimana: (c) 1/ K P W 1/ Ld = Labour Demand W = tingkat upah riil P = tingkat upah umum (1) Menurut Cappelin (1987), permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh output/permintaan akhir/konsumsi sektor tersebut, dan dapat diperlihatkan dalam persamaan yang merupakan turunan dari model struktural sebagai berikut: Di = f (CR) (2) Xi = g (Xl, Di) (3) Ei = h (Xi, Wi) (4) Dimana: (d) Di = permintaan akhir dari sektor I CR = konsumsi regional Xi = nilai tambah sektor I Xl = sektor lain Ei = tenaga kerja sektor I Wi = tingkat upah pada sektor i Sedangkan permintaan tenaga kerja oleh setiap sektor ekonomi selain dipengaruhi oleh output juga dipengaruhi oleh tenaga kerja sektor yang bersangkutan, dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut: 26 Ei = f (Qi, Ei {1}) Dimana: Ei = tenaga kerja di sektor i Qi = output dari sektor i yang mana permintaan tenaga kerja disektor i dipengaruhi oleh output dari sektor yang bersangkutan oleh tenaga kerja disektor tersebut, pada peroide sebelumnya. 2. Penyerapan Tenaga Kerja Perubahan struktur tenaga kerja merupakan penjelasan lebih lanjut dari eksistensi perubahan struktur ekonomi. Hill (1996) berpendapat bahwa perubahan distribusi penyerapan tenaga kerja sektoral biasanya terjadi lebih lambat dibandingkan dengan perubahan peranan output secara sektoral, mengingat proses perpindahan tenaga kerja sangat lambat terutama bagi tenaga kerja yang berasal dari sektor denagn produktivitas rendah seperti sektor pertanian. (Ignatia Rohana Sitanggang dan Nachrowi Djalal, 2004) Pasar tenaga kerja di Indonesia dapat dibedakan atas sektor informal dan formal. Sektor formal atau sektor modern mencakup perusahaan-perusahaan yang mempunyai status hukum, pengakuan dan izin resmi serta umumnya berskala besar. Sebaliknya sektor informal merupakan sektor yang memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) Kegiatan usaha umumnya sederhana; (2) Skala usaha relatif kecil; (3) Usaha sektor informal umumnya tidak memiliki izin usaha; (4) Untuk 27 bekerja di sektor informal biasanya lebih mudah daripada di sektor formal; (5) Tingkat penghasilan umumnya rendah; (6) Keterkaitan antar sektor informal dengan usaha lain sangat kecil; (7) Usaha sektor informal sangat beraneka ragam. Dalam hal ini sektor informal merupakan indikasi dari UKM. (Cahyono, 1983) C. Investasi Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki biasanya berjangka panjang dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang sebagai kompensasi secara profesional atas penundaan konsumsi, dampak inflasi dan resiko yang ditanggung. Keputusan investasi dapat dilakukan individu, dari investasi tersebut yang dapat berupa capital gain/loss dan yield. Investasi dapat dilakukan dalam bentuk investasi pada aspek fisik (real asset) dan investasi pada aset finansial (financial asset). Aset fisik adalah aset yang mempunyai wujud secara fisik, sedangkan asset finansial adalah surat-surat berharga yang pada umumnya adalah klaim atau aktiva riel dari suatu entitas. Alasan seorang investor melakukan investasi adalah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang serta untuk menghindari merosotnya nilai kekayaan yang dimiliki. Investasi juga dapat diartikan sebagai suatu komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Dalam hal ini adalah investasi yang dilakukan investor pada sektor UKM (Usaha Kecil Menengah). 28 Masih kurangnya minat investor asing ke Indonesia disebabkan oleh berbagai kendala, yang pada akhirnya menghambat usaha para investor atau menyebabkan pemindahan usaha ke negara lain. Masalah-masalah yang dihadapi, antara lain: (1) rendahnya kepastian hukum antara lain tercermin dari tertundanya penyelesaian Undang-undang Penanaman Modal; (2) prosedur perijinan dan tata cara pelayanan yang birokratis, lama, dan mahal; (3) rendahnya insentif investasi yang diberikan; (5) belum meratanya infrastruktur dan rusaknya sejumlah infrastruktur di daerah telah menghambat kelancaran ekspedisi dan distribusi orang, barang dan permodalan bagi kegiatan investasi; (6) iklim ketenagakerjaan yang kurang kondusif untuk mendukung kegiatan investasi yang meliputi kualitas sampai dengan upah buruh. D. Ekspor Ekspor adalah perdagangan dengan cara mnegeluarkan barang dari dalam ke luar wilayah pabean suatu negara ke negara lain dengan memenuhi ketentuan berlaku. Hal yang pokok harus diketahui/dimiliki oleh eksportir adalah: (Anton Yudi Setiano, 2008) 1. Eksportir memiliki surat izin usaha perdagangan baik perorangan maupun badan hukum 2. Eksportir wajib mengetahui barang yang dilarang diekspor oleh pemerintah atau harus seizin pemerintah 3. Eksportir harus mengetahui ekspor barang ke suatu negara yang dilarang oleh pemerintah 29 Dalam hal ini adalah ekspor bagi produk yang dihasilkan usaha kecil menengah. Adapun Beberapa hambatan ekspor UKM antara lain; (a) Globalisasi perdagangan menuntut semakin tingginya respon pelaku bisnis terhadap perubahan pasar dan perilaku kondumen khususnya. Kecepatan perubahan permintaan pasar dan selera konsumen, menuntut produk yang ditawarkan harus inovatif, beragam dan siklus produk menjadi relatif lebih pendek. Kemampuan mengakses pasar global, mengadop inovasi produk atau bahkan mengkreasi inovasi produk yang sesuai kebutuhan pasar, merupakan sederetan kelemahan yang dimiliki UKM pada umumnya. (b) Pada umumnya UKM dalam memproduksi barang/jasanya hanya terkonsentrasi pada sejumlah produk/jasa yang secara tradisional telah ditangani kelompok pelaku bisnis tertentu dan pada pasar tetu saja. Oleh karenanya kurang mendorong diversifikasi produk/jasa UKM baik desain, bentuk maupun fungsi produk yang dihasilkan. Rendahnya tingkat diversifikasi UKM, memberi kesan bahwa UKM hanya berspesialisasi pada produk/jasa tradisional yang memiliki keunggulan komparatif seperti pakaian jadi dan beberapa produk tekstil lainnya, barang barang jadi dari kulit seperti alas kaki, dan dari kayu, termasuk meubel dan barang kerajinan. (c) Rendahnya aksesibilitas terhadap sumberdaya produktif, terutama yang berkaitan dengan pembiayaan, informasi, promosi, teknologi, dan jaringan bisnis produk ekspor. 30 1. Strategi Pengembangan Ekspor UKM (a) Prospek bisnis UKM dalam era perdagangan bebas dan otonomi daerah sangat tergantung pada upaya yang ditempuh oleh pemerintah dalam mengembangkan bisnis UKM. Salah satunya melalui pengembangan iklim usaha yang kondusif. Untuk mencapai iklim usaha yang kondusif ini, diperlukan penciptaan lingkungan kebijakan yang kondusif bagi UKM. Kebijakan yang kondusif dimaksud dapat diartikan sebagai lingkungan kebijakan yang transparan dan tidak membebani UKM secara finansial dan berlebihan. Ini berarti berbagai campur tangan pemerintah yang berlebihan, baik pada tingkat pusat maupun daerah harus dihapuskan, khususnya penghapusan berbagai peraturan dan persyaratan administrasi yang rumit dan menghambat kegiatan UKM. (b) Pengembangan UKM yang diarahkan pada supply driver strategy sebaiknya diarahkan pada pengembangan program UKM yang berorientasi pasar, dan didasarkan atas pertimbangan efisiensi dan kebutuhan riel UKM (market oriented, demand driven programs). Fokus dari program ini yakni pertumbuhan UKM yang efisiensi yang ditentukan oleh pertumbuhan produktivitas UKM yang 31 berkelanjutan, dan pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan UKM yang berkelanjutan. (c) Menghadapi tantangan globalisasi ekonomi dan persaingan bebas, struktur yang timpang dan kesenjangan akses tidak relevan lagi untuk dipertahankan. Untuk itu perlu dilakukan reformasi struktur usaha yang ada saat ini. Dalam konteks reformasi ini, menjadi sangat relevan untuk memberi ruang gerak yang longgar kepada UKM guna mengejar ketertinggalan namun juga dengan strategi yang tepat. (d) Liberalisasi perdagangan seharusnya juga membuka peluang bagi perluasan pasar produk UKM itu sendiri, melalui pemunculan institusi, yang secara spesifik ditujukan untuk membuka dan memperluas akses pasar UKM. Diantara bentuk institusi yang dinilai mampu memainkan fungsi tersebut adalah penguatan trading house sebagai pintu saluran ekspor produk UKM dan pola subkontrak. (e) Pembentukan aliansi strategis antara UKM dengan usaha-usaha asing merupakan mekanisme yang paling penting dan efektif untuk alih informasi bisnis, teknologi, kemampuan manajerial serta organisatoris, serta akses ke pasar ekspor bagi UKM dari pada bantuan yang diberikan oleh instansi pemerintah. Aliansi strategis ini berbeda dengan program kemitraan yang kita kenal selama ini. Dalam aliansi ini, maka UKM ataupun usaha asing 32 atau usaha domestik melakukan kerjasama yang didasarkan atas kemauan dan kepentingan bersama. (f) Strategi lain untuk mendorong kinerja dan peran UKM dalam pasar bebas serta mengatasi kesenjangan yang terjadi adalah dengan menumbuhkan usaha menengah dalam membangun struktur industri. Strategi pengembangan usaha menengah ini praktis banyak dilupakan sejalan dengan kurang diperhatikannya entitas dan posisi usaha menengah dalam pertumbuhan ekonomi maupun dalam kebijakan pengembangan UKM. (g) Pengembangan institusi penunjang ekspor Indonesia di luar negeri dengan merevitalisasi peran Atase Perdagangan dan atau Kabid ekonomi di Kedutaan Besar/Perwakilan Indonesia di luar negeri serta mengaktifkan kembali Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) dengan melibatkan pengusaha Indonesia yang sudah sangat memahami seluk beluk perdagangan ekspor di negara yang bersangkutan. Optimaslisasi peran institusi pendukung ekspor ini diharapkan mampu menyediakan informasi pasar internasional bagi para eksportir, memetakan para buyer yang mampu dan memiliki komitmen untuk menampung serta memasarkan produk Indonesia di negara yang bersangkutan serta memberi perlindungan dan konsultasi bisnis kepada eksportir Indonesia yang akan memasuki pasar luar negeri termasuk 33 pemberian konsultasi dibidang prosedur dan persyaratan ekspor yang harus dipenuhi. E. Pertumbuhan Ekonomi 1. Definisi Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan outputriil. Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan output perkapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang. Menurut Sadono Sukirno (1996), pertumbuhan dan pembangunan ekonomi memiliki definisi yang berbeda, yaitu pertumbuhan ekonomi ialah proses kenaikan output perkapita yang terus menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Dengan demikian makin tingginya pertumbuhan ekonomi biasanya makin tinggi pula kesejahteraan masyarakat, meskipun terdapat indikator yang lain yaitu distribusi pendapatan. Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output dalam jangka panjang. Pengertian tersebut mencakup tiga aspek, yaitu proses, output perkapita, dan jangka panjang. Jadi, dengan bukan bermaksud „menggurui‟, pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses, bukan 34 gambaran ekonomi atau hasil pada saat itu. Boediono menyebutkan secara lebih lanjut bahwa Pertumbuhan ekonomi juga berkaitan dengan kenaikan ”output perkapita”. Dalam pengertian ini teori tersebut harus mencakup teori mengenai pertumbuhan GDP dan teori mengenai pertumbuhan penduduk. Sebab hanya apabila kedua aspek tersebut dijelaskan, maka perkembangan output perkapita bisa dijelaskan. Kemudian aspek yang ketiga adalah pertumbuhan ekonomi dalam perspektif jangka panjang, yaitu apabila selama jangka waktu yang cukup panjang tersebut output perkapita menunjukkan kecenderungan yang meningkat. 2. Produk Domestik Bruto Produk Domestik Bruto (PDB) adalah pendapatan total dan pengeluaran total nasional atas output barang dan jasa. Produk domestik bruto sering dianggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian. Tujuan PDB adalah meringkas aktivitas ekonomi dalam suatu nilai uang tertentu selama periode waktu tertentu. (Mankiw, 2007) 3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Teori pertumbuhan neoklasik (solow growth model). Model petumbuhan pertumbuhan Solow dirancang untuk menunjukan bagaimana persediaan modal, pertumbuhan angkatan kerja, dan kemajuan teknologi berinteraksi dalam perekonomian, serta bagaiman pengaruhnya terhadap output barang dan jasa suatu negara secara keseluruhan. (Mankiw, 2007) 35 a. Penawaran Barang dan fungsi Produksi Penawaran barang dalam model Solow didasarkan pada fungsi produksi yang sudah dikenal, yang menyatatakan bahwa output bergantung pada persediaan modal dan angkatan kerja: Y = F(K, L). Model pertumbuhan Solow mengansumsikan bahwa fungsi produksi memiliki skala pengembanlian konstan atau skala hasil konstan (constant return to scale). zY = F(zK, zL) Dengan z bernilai positif. Jika mengalihkan modal dan tenaga kerja dengan z, kita juga menalikan jumlah output z. Fungsi produksi dengan skala pengembalian konstan memungkinkan kita menaganalisis seluruh variable dalam perekonomian dibandingkan denagn jumlah angkatan kerja. Maka digunakan z = 1/L dalam persamaan di atas untuk mendapatkan Y/L = F(K/L, 1) Persamaan ini menunjukan bahwa output per pekerja Y/L adalah fungsi dari jumlah modal per pekerja K/L (angka “1” adalah konstan dan bisa dihilangkan) Asumsi pengembalian anka konstan menunjukan bahwa besarnya perekonomian sebagaimana diukur oleh jumlah pekerja sehingga tidak mempengaruhi hubungan antara output per pekerja dan modal per pekerja. 36 Kita nyatakan hal ini denagn huruf kecil, sehingga y = Y/L adalah output per pekerja, dan k = K/L adalah modal per pekerja. Maka dapat ditulis fungsi produksi sebagai y = f(k) di mana kita definisikan f(k) = F(k,1). Kemiringan dari fungsi produksi ini menunjukan berapa banyaknya output tambahan yang dihasilkan seorang pekerja ketika mendapatkan satu unit modal tambahan. Angka yang diperoleh merupakan produk marginal modal MPK. Secara matematis ditulis MPK = f(k + 1) – f(k) b. Permintaan terhadap Barang dan Fungsi Konsumsi Permintaan terhadap barang dalam model Solow berasal dari konsumsi dan investasi. Dengan kata lain output per pekerja y merypakan konsumsi per pekerja c dan investasi per pekerja i: y=c+i persamaan ini adalah versi per pekerja dari identitas perhitungan pendapatan nasional untuk suatu perekonomian. Model Solow mengansumsikan bahwa setiap tahun orang menabung sebagian s dari pendapatan mereka dan mengkonsumsi sebagian (1-s). maka dapat dinyatakan dengan konsumsi sederhana: c = (1 – s)y, 37 di mana s, tingkat tabungan, adalah angka antara nol dan satu. Untuk melihat apakah fungsi ini berpengaruh pada investasi, substitusikan (1 – s)y untuk c dalam identitas perhitungan pendapatan nasional: y = (1 – s)y + i. di ubah menjadi I = sy. Persamaan ini menunjukan bahwa investasi sama dengan tabungan. F. UKM terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia harapan untuk membangkitkan ekonomi rakyat sering kita dengarkan karena pengalaman ketika krisis multidimensi tahun 1997-1998 usaha kecil telah terbukti mampu mempertahankan kelangsungan usahanya, bahkan memainkan fungsi penyelamatan di beberapa sub-sektor kegiatan. Fungsi penyelamatan ini segera terlihat pada sektor-sektor penyediaan kebutuhan pokok rakyat melalui produksi dan normalisasi distribusi. Bukti tersebut paling tidak telah menumbuhkan optimisme baru bagi sebagian besar orang yang menguasai sebagian kecil sumber daya akan kemampuannya untuk menjadi motor pertumbuhan bagi pemulihan ekonomi. Harapan ini menjadi semakin kuat ketika muncul keberanian untuk mempercepat pemulihan dengan motor pertumbuhan UKM. Pergeseran sesaat dalam kontribusi UKM terhadap PDB pada saat krisis yang belum berhasil dipertahankan menyisakan pertanyaan tentang faktor dominan apa yang membuat harapan tersebut tidak terwujud. Berbicara mengenai UKM di Indonesia menganut cakupan pengertian yang luas pada seluruh sektor 38 ekonomi termasuk pertanian, serta menggunakan kriteria aset dan nilai penjualan sebagai ukuran pengelompokan sesuai UU Nomor 9/1995 tentang usaha kecil dan Inpres Nomor 10/1999 tentang pembinaan usaha menengah. Dalam analisis makroekonomi pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai tingkat pertambahan dari pendapatan per kapita. Pertumbuhan ekonomi ini digunakan untuk menggambarkan bahwa suatu perekonomian telah mengalami perkembangan dan mencapai taraf kemakmuran yang lebih tinggi. Pertumbuhan ekonomi di suatu negara dapat dilihat dari laju pertumbuhan PDB. Laju pertumbuhan PDB yang merupakan tingkat output diturunkan dari fungsi produksi suatu barang dan jasa. Fungsi produksi menurut mankiw (2003). UKM merupakan penyedia utama pekerjaan dan memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi, meskipun pertumbuhan ekonomi (PDB) dipengaruhi oleh banyak faktor (Audretsch, Thurik, Verheul, & Wennekers, 2002 dalam penelitian Aristeidis G. Samitasa, Dimitris F. Kenourgiosb, 2005). Berdasarkan statistik UKM tahun 2004-2005 sektor ekonomi yang mempunyai proporsi unit terbesar adalah sektor (1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan; (2) Perdagangan, Hotel dan Restoran; (3) Industri Pengolahan; (4) Pengangkutan dan Komunikasi; dan (5) Jasa-Jasa. Sedangkan sektor ekonomi yang mempunyai proporsi unit usaha terkecil berturut-turut yaitu sektor (1) Sektor Pertambangan dan Penggalian; (2) Bangunan; (3) 39 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan; dan terakhir (4) Listrik, Gas dan Air Bersih. G. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Maharani Tejasari (2008) yang meneliti peranan sektor usaha kecil dan menengah dalam penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan metode regresi linear berganda, dimana dalam penelitian tersebut menunjukan bahwa jumlah unit usaha (0.904148), Kredit Modal Kerja (0.035586) dan PDB UKM (0.062321) secara signifikan mempunyai pengaruh yang positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Hal ini disebabkan dengan adanya peningkatan jumlah usaha, Kredit Modal Kerja dan pertumbuhan PDB merupakan salah satu dari penciptaan kesempatan kerja. Sedangkan, kredit Investasi (0.074278) secara signifikan berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja. Hal ini disebabkan kredit ini lebih banyak digunakan untuk investasi yang padat modal sehingga kurang adanya pemberdayaan terhadap sumber daya manusia. Pendapatan per kapita (-0.378047) memberikan pengaruh yang signifikan secara negatif terhadap penyerapan tenaga kerja karena semakin tinggi tingkat pendapatan per kapita di suatu negara semakin kecil pangsa tenaga kerja UKM. Tenaga kerja (2.813870) dan investasi (0.85055) secara signifikan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi, karena peningkatan produktivitas tenaga kerja dan investasi akan mendorong kenaikan output UKM. Akan tetapi, nilai ekspor tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi karena sumbangan dan kontribusinya yang 40 masih rendah. Disamping itu, hal tersebut juga dikarenakan kondisi ekspor Indonesia dimana sebagian besar input ekspor masih bergantung pada impor. Sehingga mengakibatkan ekspor tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan PDB. Penelitian lain dilakukan oleh Wirda Hanum (2010) Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kontribusi UKM secara umum terhadap pertumbuhan industri Sumatera Utara. Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif berdasarkan data skunder yang berbentuk angka-angka dari tahun 1994-2008 yang diperoleh dari BPS Sumatera Utara, menggunakan variabel dependen pertumbuhan industri Sumatera Utara (Y) dan variabel independen penyerapan tenaga kerja UKM (X1), total output industri UKM (X2) dan jumlah usaha industri UKM (X3), karena variabel-variabel ini sangat mempengaruhi pertumbuhan industri Sumatera Utara. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sektor UKM memiliki kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, khususnya PDRB sektor industri. Terdapat juga faktor-faktor yang menjadi tantangan terhadap perkembangan UKM, serta faktor kewirausahaan berperan penting dalam peningkatan kapabilitas UKM di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara. Penelitian yang dilakukan Ignatia Rohana Sitanggang dan Nachrowi Djalal Nachrowi yaitu pengaruh struktur ekonomi pada penyerapan tenaga kerja sektoral: Analisis model Demometrik di 30 Provinsi pada 9 Sektor di Indonesia, dari penelitian tersebut ditemukan bahwa struktur ekonomi Indonesia secara nasional mengalami perubahan dari sektor pertanian ke 41 sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian paling banyak menyerap tenaga kerja walaupun upah yang lebih rendah dari upah di sektor-sektor lainnya. Adanya peningkatan dan penurunan jumlah penyerapan tenaga kerja disebabkan oleh perubahan populasi, net migration, output dan upah. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Aristeidis G. Samitas dan Dimitris F. Kenourgios (2005) mengenai usaha kecil menengah (UKM) untuk perekonomian Eropa terintegrasi. Dalam penelitiannya Aristeidis G. Samitas dan Dimitris F. Kenourgios menggunakan metode Engle dan Granger dengan menerapkan kointegrasi untuk menyelidiki hubungan antara usaha kecil menengah (UKM) pasar (Inggris, Perancis, Jerman, Italia dan Yunani) ke Eropa yang ekonominya terintegrasi dan lingkungan keuangan. Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya integrasi di pasar UKM, hal ini menunjukkan diversifikasi peran mereka dalam keuangan UKM. Dalam hasil penelitianya Aristeidis G. Samitas dan Dimitris F. Kenourgios mengusulkan beberapa tindakan kebijakan yang menarik ke dalam penerapan kerangka hukum dan perdagangan umum dalam rangka untuk meningkatkan peran bersama mereka sebagai sumber pembiayaan alternatif kewirausahaan Eropa. Penelitian yang dilakukan oleh Aylin Ates dan Umit Bititci (2007) dalam penelitiannya yang bertujuan untuk menangani dinamika dan kegiatan dalam proses strategi UKM, ini dapat membantu pembaca memahami praktek dan bahasa manajer UKM tentang strategi. Aylin Ates dan Umit Bititci menyelidiki topik ini dengan melakukan empat studi kasus yang mendalam di 42 Inggris yang telah bertahan dalam lingkungan yang menantang untuk sektor industri pengolahan beberapa tahun terakhir terutama. Data dikumpulkan melalui wajah semi-terstruktur untuk menghadapi wawancara dengan senior dan menengah manajer dalam empat UKM manufaktur di Inggris pada 2006-2007. Wawancara dicatat secara elektronik dan ditulis dalam studi kasus menurut laporan kasus studi protokol. Kemudian Aylin Ates dan Umit Bititci menganalisis dengan menggunakan statistik deskriptif, coding, menghitung dan pola pencarian melalui peta konseptual memerintahkan dan taksonomi deduktif berdasarkan pada sastra (kerangka konseptual). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Aylin Ates and Umit Bititci menunjukkan bahwa dinamika startegi UKM (usaha kecil menengah) memiliki dua dimensi yang muncul dan direncanakan. manajer UKM mengeksekusi strategi proses terutama dari fashion informal dengan memegang fungsi ganda dan dengan aplikasi terbatas alat manajemen strategi dan teknik. UKM menempatkan lebih menekankan pada scanning lingkungan eksternal (pelanggan, pemasok, pesaing, universitas dan pemberi pinjaman) dan kemudian menentukan strategi dan tujuan. Ini menyiratkan bahwa proses strategi UKM ditandai oleh lebih dari pandangan berbasis pasar. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Mahmud Thoha dan Sukarna Skim dimana penelitiannya menunjukan bahwa kredit UKM 20 buah dimana 9 kredit program yang disalurkan melalui lembaga keuangan bank, dan 9 jenis non-program melalui keuangan non-bank, serta sumber lain seperti modal ventura, penyertaan saham, licensing dan factoring. 43 H. Keterkaitan Antar Variabel 1. Tenaga Kerja UKM (X1) Pasar tenaga kerja di Indonesia dapat dibedakan atas sektor informal dan formal. Dalam hal ini sektor informal merupakan indikasi dari UKM. (Cahyono, 1983). UKM di Indonesia sangat penting terutama dalam hal penciptaan kesempatan kerja. Argumentasi ini didasarkan pada kenyataan bahwa, disatu pihak, jumlah angkatan kerja di Indonesia sangat berlimpah mengikuti jumlah penduduk yang besar, dan dipihak lain, UB (usaha besar) tidak sanggup menyerap semua pencari pekerjaan. Ketidaksanggupan UB dalam menciptakan kesempatan kerja yang besar disebabkan karena memang pada umumnya kelompok usaha tersebut relatif padat modal, sedangkan UKM relatif padat karya. 2. Ekspor UKM (X2) Dalam perkembangan UKM juga dilihat dari ekspor pada sektor UKM, peluang untuk mengembangkan UKM yang akan memasuki pasar ekspor masih sangat memiliki prospek yang cukup baik dan memiliki potensi yang cukup besar di masa mendatang. 3. Jumlah Unit UKM (X3) Sesuai fakta dan kondisi yang ada, perekonomian Indonesia didominasi usaha kecil dan menengah. Aktivitas usaha-usaha ekonomi masyarakat dominan berskala kecil hingga menengah, sementara usaha berskala besar relatif hanya berjumlah sedikit. Meskipun perekonomian Indonesia didominasi UKM, namun sejak semula pemerintah lebih mengandalkan 44 usaha besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi baik sektoral maupun nasional. Sementara itu usaha-usaha kecil dan menengah kurang mendapat perhatian pemerintah untuk dikembangkan. Baru pada beberapa tahun terakhir ini perhatian dan upaya pengembangan UKM makin kuat dilakukan. Menurut data (BPS, 2006) UKM mencapai jumlah 49.689.588 unit usaha. Jumlah unit usaha yang besar ini memiliki kapasitas untuk menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar yaitu jika masing-masing unit dapat menyerap dua hingga tiga orang maka akan potensial untuk menurunkan angka pengangguran dan kemiskinan. Sedikit bernada pesimis dari berbagai kalangan, UKM potensial mengurangi pengangguran tetapi saat ini pengangguran terus meningkat. 4. Investasi UKM (X4) Pengembangan UKM juga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu : jumlah unit usaha kecil dan menengah, PDB dalam skala kecil menengah dan pendapatan per kapita. Dengan kredit Investasi dan Modal kerja dari perbankan merupakan investasi yang ditanamkan pada sektor UKM yang diharapkan akan meningkatkan skala produksi UKM. Sehingga dengan peningkatan skala produksi tersebut maka kebutuhan tenaga kerja akan terus bertambah. Oleh karena itu dengan adanya pengembangan UKM yang menambah investasi, nilai ekspor dan tenaga kerja yang diserap pada sektor UKM akan memicu pertumbuhan ekonomi melalui pembentukan PDB UKM. 45 I. Kerangka Berpikir Penelitian ini menganalisis pengaruh beberapa indikator perkembangan UKM yang diteliti seperti tenaga kerja UKM, ekspor UKM, jumlah unit UKM, investasi pada sektor UKM terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM di Indonesia dengan melihat 3 sektor pada UKM yaitu: 1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan; (2) Pertambangan dan Penggalian, (3) Industri Pengolahan dari tahun 2000 sampai 2009. Bagan Kerangka Pemikiran Teoritis Pengaruh Perkembangan Usaha Kecil Menengah terhadap Pertumbuhan Ekonomi pada Sektor UKM di Indonesia Harapan: Fakta: Terdapat hambatan UKM secara internal maupun eksternal Data pertumbuhan ekonomi(variabel terikat): PDB UKM pada 3 sektor UKM yang berorientasi ekspor di Indonesia 20002009 Analisis model regresi data panel Evaluasi hasil regresi : Kriteria statistik (Adjusted R2, uji F, uji t) Meningkatnya PDB dari UKM dengan pemberdayaan UKM, tenaga kerja Data Indikator Perkembangan UKM (Variabel bebas) yang dilihat dari pada 3 sektor UKM yang berorientasi pada ekspor pada tahun 2000-2009: 1. Tenaga kerja UKM 2. Ekspor UKM 3. Jumlah unit UKM 4. Investasi UKM Simpulan dan saran 46 H. Hipotesis Untuk melakukan analisa perkembangan UKM terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM, diajukan hipotesis sebagai berikut : H0: βi = 0 : Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel perkembangan UKM yakni (tenaga kerja UKM, ekspor UKM, jumlah unit UKM, dan investasi UKM) terhadap variabel pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM. H1: βi ≠ 0 : Diduga terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel perkembangan UKM yakni (tenaga kerja UKM, ekspor UKM, jumlah unit UKM, dan investasi UKM) terhadap variabel pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM. 47 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis pengaruh dari beberapa variabel perkembangan UKM seperti tenaga kerja UKM, ekspor UKM, jumlah unit UKM, dan investasi pada sektor UKM terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM di Indonesia dari tahun 2000 sampai 2009. B. Metode Penentuan Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah PDB pada sektor UKM di Indonesia dari tahun 2000 samapai 2009. Pemilihan sampel pada penelitian ini yaitu dengan cara purpose sampling. Purpose sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan karakteristik anggota yang disesuaikan dengan maksud dan tujuan penelitian. Jadi, sampel diambil berdasarkan pertimbangan kriteria tertentu karena pada tahun 2007 total nilai PDB Indonesia mencapai Rp 3.957,4 triliun, dimana UKM memberikan kontribusi sebesar Rp 2.121,3 triliun atau 53,6 persen dari total PDB Indonesia (Berita Resmi Statistik, BPS No. 28/05/Th XI, 30 Mei 2008), serta berdasarkan pengalaman sejarah sektor UKM merupakan salah satu sektor industri yang sedikit bahkan tidak sama sekali terkena dampak krisis global yang melanda dunia. Dengan bukti ini, jelas bahwa UKM dapat 48 diperhitungkan dalam meningkatkan kekompetitifan pasar dan stabilisasi sistem ekonomi yang ada. (Departemen Koperasi, 2008) PDB pada sektor UKM ditentukan sebagai sampel dalam penelitian ini karena menurut Mankiw (2007) data Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan salah satu indikator untuk mengukur pertumbuhan ekonomi suatu negara dalam hal ini adalah pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM. Variabel independennya dibatasi pada beberapa indikator perkembangan UKM seperti tenaga kerja UKM, ekspor UKM, jumlah unit UKM, dan investasi pada sektor UKM dimana semua data tersebut menggunakan data tahunan dengan mengambil 3 sektor UKM yaitu: (1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan; (2) Pertambangan dan Penggalian, (3) Industri Pengolahan. Peneliti menggunakan 3 sektor tersebut dikarenakan ketiganya terdapat di setiap variabel penelitian yang peneliti gunakan serta semua data menggunakan data tahunan, dikarenakan Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop) didirikan tahun 2000 sehingga data yang dikeluarkan masih berupa data tahunan. Penggunaan data panel pada awalnya digunakan untuk mengatasi masalah data availability, hal ini bisa terjadi karena bentuk data time series yang jumlahnya terlalu minim atau terbatasnya data cross section. Untuk itu, dalam teori ekonometrika kondisi keterbatasan data dapat diatasi dengan menggunakan data panel (pooled data) agar dapat diperoleh hasil estimasi yang baik (efisien) dengan terjadinya peningkatan jumlah observasi yang berimplikasi terhadap peningkatan derajat kebebasan (degree of freedom). (Widia Santikajaya, 2006) 49 C. Metode Pengumpulan Data 1. Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersumber dari Kementian Koperasi dan UKM di Indonesia. a. Field Research Penulis melakukan penelitian ketempat yang menyediakan data-data sekunder yang diperlukan sebagai bahan referensi seperti Kementrian Koperasi dan UKM. b. Library Reasearch Landasan dan teori yang kuat sangat dibutuhkan dalam pemecahan masalah, sehingga penulis melakukan penelitian kepustakaan dengan menggunakan buku-buku, artikel-artikel ilmiah, jurnal, majalah, datadata dari internet, dan sumber-sumber dokumentasi lainnya yang berhubungan dengan penelitian. 2. Data Sekunder Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data indikator makro UKM yang terdiri dari tenaga kerja UKM, ekspor UKM, jumlah unit UKM, investasi pada sektor UKM, dan PDB UKM dari tahun 2000 sampai 2009 yang diperoleh dari Kementrian Koperasi dan UKM. 50 Selain itu data-data untuk penelitian ini diperoleh dari berbagai bahan-bahan tertulis, baik berupa literatur-literatur ilmiah yang digunakan untuk meletakan dasar-dasar teoritis, maupun dari majalah, surat kabar, laporan penelitian, jurnal ilmiah, serta tulisan-tulisan lainnya yang menunjang dan berkaitan dengan penelitian ini. D. Metode Analisis 1. Metode Analisis Data Panel Data Panel adalah gabungan antara data silang (cross section) dengan data runtut waktu (time series). Data panel diperkenalkan oleh Howles pada tahun 1950. Data runtun waktu biasanya meliputi satu objek (misalnya harga saham, kurs mata uang, atau tingkat inflasi), tetapi meliputi bebrapa periode (bisa harian, bulanan, kuartalan, tahunan, dan sebagainya). Data silang terdiri atas beberapa atau banyak objek, sering disebut responden, (misalnya perusahaan) dengan beberapa jenis data (misalnya laba, biaya iklan , laba ditahan, dan tingkat investasi). (Wing Wahyo Winarno, 2007) Banyak alasan mengapa data panel lebih baik digunakan dalam model-model regresi dibandingkan data time series ataupun cross section, diantaranya menurut Baltagi (1995) adalah: a. Bila data panel berhubungan dengan individu, perusahaan, negara, daerah, dan lain-lain pada waktu tertentu, maka data tersebut adalah 51 heterogen. Teknik penaksiran data panel yang heterogen secara eksplisit dapat dipertimbangkan dalam perhitungan. b. Kombinasi data time series dan cross section akan memberikan informasi yang lebih lengkap, lebih beragam, kurang berkorelasi antara variabel, derajat bebas lebih besar dan lebih efisien. c. Studi data panel lebih memuaskan untuk menentukan perubahan dinamis dibandingkan studi berulang-ulang dari cross section. d. Data panel lebih baik mendeteksi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak dapat diukut oleh data time series atau cross section, misalnya efek dari upah minimum regional. e. Data panel membantu studi untuk menganalisis perilaku yang lebih kompleks, misalnya fenomena skala ekonomi dan perubahan teknologi. f. Data panel dapat meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agregasi individu atau perusahaan karena unit data lebih banyak. Diantara sekian banyak kegunaan dari data panel, salah satu manfaat yang paling dirasakan oleh para ahli ekonomi adalah penggunaan data panel mengatasi masalah kekurangan data yang tidak dapat dipenuhi oleh data time series. Penyelesaian model-model panel data bila dilihat dari kesalahan pengganggunya dapat dipecahkan dengan fixed effect method (FEM) atau random effect method (REM). Kedua metode ini menghasilkan 52 koefisien yang sangat berbeda antara satu sama lainnya. Perbedaan itu disebabkan karena asumsi yang digunakan diantara kedua metode tersebut tidak sama. Pada FEM, varians error dari observasi satu dengan observasi lainnya dianggap konstan. Sementara dalam REM, varians error diasumsikan tidak sama. Akibat ketidaksamaan dua asumsi tersebut bias saja terjadi perbedaan keputusan dalam melihat signifikansi dari variabel-variabel independent yang disertakan dalam model. Salah satu metode ekonometrik yang lazim digunakan untuk menganalisis apakah lebih tepat FEM atau REM untuk memecahkan system persamaan panel data adalah dengan Hausman-test. Selain itu, berdasarkan beberapa keunggulan dari masing-masing kedua model tersebut, sebagaimana yang dijelaskan oleh Gujarati (2003), dapat juga dilihat secara apriori model manakah yang lebih tepat. Keunggulan yang dimaksud adalah sebagai berikut. (Arief Dariyanto dan Yundy Hafizrianda, 2010) a. Jika jumlah data time-series (T) besar dan jumlah unit cross-section (N) kecil, maka ada sedikit perbedaan nilai parameter hasil estimasi dengan FEM dan REM. Berarti pilihan berdasarkan pada layaknya perhitungan mungkin FEM lebih dipilih. b. Bila T kecil dan N besar, estimasi yang diperoleh dari kedua model tersebut sangat berbeda sekali. Jika individu atau unit-unit cross 53 section bersifat tidak random, maka FEM yang tepat. Namun, bila unit analisis bersifat random maka REM lebih tepat. c. Jika error component individu dan satu atau lebih variabel independent berkorelasi, maka estimasi dengan REM akan bias, sementara hasil dari estimasi FEM unbiased. d. Jika T kecil dan N besar, dan asumsi yang digunakan adalah REM, maka estimasi REM lebih efisien dibanding FEM. 2. Estimasi Model Data Panel Untuk mengestimasi parameter model dengan data panel, terdapat beberapa teknik yang ditawarkan, yaitu: a. Ordinary Least Square Teknik ini tidak ubahnya dengan membuat regresi dengan data cross section atau time series sebagaimana telah dipelajari sebelumnya. Akan tetapi, untuk data panel, sebelum membuat regresi kita harus menggabungkan data cross-section dengan time-series (pool data). Kemudian data gabungan ini diperlakukan sebagai satu kesatuan pengamatan yang digunakan untuk mengestimasi model dengan metode OLS. Bila kita punya asumsi bahwa α dan β akan sama (konstan) untuk setiap data time series dan cross section, maka α dan β dapat di estimasi dengan model berikut dengan mengguanakan NxT pengamatan. Yit = α + βXit+ εit; i=1,2,....N; t = 1,2,....,T 54 Pertanyaannya apakah asumsi bahwa α dan β konstan realistis? Dalam penelitian ini penulis mengamati pengaruh perkembangan UKM terhadap pertumbuhan ekonomi pada 3 sektor UKM. Apakah realistis jika dibuat suatu model, di mana sektor pertambangan dan penggalian mempunyai intercept yang sama dengan sektor industri pengolahan? Untuk mengatasi permasalahan tersebut, ada dua buah teknik yang biasanya digunakan untuk membuat model dari data panel, yaitu Metode Efek Tetap (Fixed Effect Method) dan Metode Efek Random (Random Effect Method). b. Model Efek Tetap (Fixed Effect) Adanya variabel-variabel yang tidak semuanya masuk dalam persamaan model memungkinkan adanya intercept ini mungkin berubah untuk setiap individu dan waktu. Pemikiran inilah yang menjadi dasar pemikiran pembentukan model tersebut. Asumsi pembuatan model yang menghasilkan α konstan untuk setiap individu (i) dan waktu (t) kurang realistis. Dalam Efek Tetap (Fixed Effet Model) atau disingkat (FEM) kita dapat mengatasi hal tersebut, karena metode ini memungkinkan adanya perubahan α pada setiap i dan t. Secara matematis model FEM dinyatakan sebagai berikut: Yit = α + βXit + γ2W2t + γ3W3t + ...+ γNWNt + δ2Zi2 + δ3Zi3 + ... + δTZiT+εit 55 Dimana: Yit=Variabel terikat untuk individu ke-i dan waktu ke-t Xit= Variabel bebas untuk individu ke-i dan waktu ke-t Wit dan Zit variabel dummy yang didefinisikan sebagai berikut: Wit=1 ; untuk individu i;i = 1,2,..., N = 0 ; lainnya. Zit=1; untuk periode t; t=1,2,...,T = 0 ; lainnya Dari model diatas terlihat bahwa sesungguhnya FEM adalah sama dengan regresi yang menggunakan Dummy Variabel sebagai variabel bebas, sehingga dapat diestimasi dengan Ordinary Least Square (OLS). Dengan diestimasinya tersebut mengguanakn OLS, maka akan memperoleh estimator yang tidak bias dan konsisten. c. Model Efek Random (Random Effect) Bila pada Model Efek Tetap, perbedaan antarindividu dan atau waktu dicerminkan lewat intercept, maka pada Model Efek Random, perbedaan tersebut diakomodasi lewat error. Teknik ini juga memperhitungkan bahwa error mungkin berkorelasi sepanjang time series dan cross section. Pada FEM perbedaan karekteristik individu dan waktu diakomodasikan pada intercept-nya berubah antar individu dan antar waktu. Sementara Model Efek Random atau Random Efect Model (REM) perbedaan karakteristik individu dan waktu diakomodasikan 56 pada eror dari model. Mengingat ada dua komponen yang mempunyai kontribusi pada pembentukan error, yaitu individu dan waktu, maka random error untuk komponen individu, error komponen waktu dan error gabungan. Dengan demikian, persamaan REM diformulasikan sebagai berikut: Yit = α + βXit +εit ; εit = ui + vt + wit Dimana: ui : komponen error cross-section vt : Komponen error time-series wit : Komponen error gabungan Adapun asumsi yang digunakan untuk komponen error tersebut adalah: ui ~ N (0, σu2); vt ~ N (0, σu2); wit ~ N (0, σw2); Melihat persamaan di atas, maka dapat dinyatakan bahwa REM menganggap efek rata-rata dari data cross-setion dan time series direpresentasikan dalam intercept. Sedangkan deviasi efek secara random untuk data time series direpresentasikan dalam vt dan deviasi untuk data cross-section dinyatakan dalam ui..Kita telah mengetahui bahwa: εit = ui + vt + wit. Dengan demikian varians dari error tersebut dapat dituliskan dengan: Var (εit) = ζu2 + ζv2 + ζw2 57 3. Pemilihan Metode Estimasi dalam Data Panel Ada 2 tahapan dalam memilih metode estimasi data panel. Pertama-tama kita akan membandingkan PLS dengan FEM terlebih dahulu. Kemudian dilakukan uji F-test. Jika hasil menunjukan model PLS yang diterima, maka model PLS-lah yang akan dianalisa. Tapi jika model FEM yang diterima, maka tahap kedua dijalankan yakni melakukan perbandingan lagi dengan model REM. Setelah itu dilakukan pengujian dengan Hausman test untuk menentukan model mana yang akan dipakai, apakah FEM atau REM. a. PLS vs FEM Relatif terhadap Fixed Effet Model, Pooled Least Square adalah restricted model dimana ia menerapkan intercept yang sama untuk seluruh individu. Padahal asumsi bahwa setiap unit cross setion memiliki perilaku yang sama cenderung tidak realistis mengingat dimungkinkan saja setiap unit tersebut memiliki perilaku yang berbeda. Untuk mengujianya dapat digunakan restricted F-test, dengan hipotesis sebagai berikut: H0 : Model PLS (Restricted) H1 : Model Fixed Effect (Unrestricted) Dimana restricted F-test dirumuskan sebagai berikut: F = (R2 UR – R2R) / m (1 – R2 UR ) / df 58 Dimana: R2 UR = unrestricted R2 ; m = df for numerator (N-1) R2R = restricted R2 ; df = df for denominator (NT-N-k) N = Jumlah data cross section T = Jumlah data time series K = Jumlah Koefisien Variabel Jika nilai F-hitung > F-tabel maka H0 ditolak, artinya model panel yang baik untuk digunakan adalah Fixed Effect Model, dan sebaliknya. Jika H0 diterima, berarti model PLS yang dipakai dan dianalisis. Namun jika H0 ditolak, maka model FEM harus diuji kembali untuk memilih apakah akan memakai model FEM atau REM kemudian dianalisis. b. FEM vs REM Ada beberapa pertimbangan teknis-empiris yang dapat digunakan sebagai panduan untukl memilih antara fixed effect atau random effect (ToT untuk pengajar Ekonomi FEUI, 2006) yaitu: 1. Bila T (jumlah unit time series) besar sedangkan N (jumlah unit cross setion) kecil, maka hasil FEM dan REM tidak jauh berbeda. Dalam hal ini pilihan umumnya akan didasarkan pada kenyamanan perhitungan, yaitu FEM. 2. Bila N besar dan T kecil, maka hasil estimasi kedua pendekatan dapat berbeda secara signifikan. Jadi, apabila kita meyakini bahwa unit cross section yang kita pilih dalam penelitian diambil 59 secara acak (random) maka REM harus digunakan. Sebaliknya, apabila kita meyakini bahwa unit cross section yang kita pilih dalam penelitian tidak diambil secara acak maka kita menggunakan FEM. 3. Apabila cross-section error component (εi) berkorelasi dengan variabel bebas X maka parameter yang diperoleh dengan REM akan bias sementara parameter yang diperoleh dengan FEM tidak bias. 4. Apabila N besar dan T kecil, maka apabila asumsi yang mendasari REM dapat terpenuhi, maka REM lebih efisien dibandingkan FEM. Keputusan penggunaan FEM dan REm dapat pula ditentukan dengan menggunakan spesifikasi yang dikembangkan oleh Hausmann. Spesifikasi ini akan memberikan penilaian denagn menggunakan Chi-square statistics sehingga keputusan pemilihan model akan dapat ditentukan secara statistik. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut: H0 : Random Effect Model H1 : Fixed Effect Model Setelah dilakukan pengujian ini, hasil dari Hausman test dibandingkan dengan Chi-square statistics dengan df=k, dimana k adalah jumlah koefisien variabel yang diestimasi. Jika hasil dari 60 Haussman test signifikan, maka H0 ditolak, yang berarti FEM digunakan. Pengujian asumsi klasik tidak dilakukan karena penelitian ini menggunakan jenis data panel yang membolehkan identifikasi parameter tertentu tanpa perlu membuat asumsi yang ketata atau tidak mengharuskan terpenuhinya semua asumsi klasik regresi linear pada Ordinary Least Squar. (Verbeek, 2000 dalam Yuanita Handoko 2010) 4. Model Empiris Untuk mengetahui pengaruh variabel dependen terhadap variabel independen, maka digunakan model regresi data panel dengan persamaan sebagai berikut : Yt = β0 + β1 TKit + β2 EXit + β3 JUit + β4 IUit + εit Keterangan : Y = PDB TK = tenaga kerja UKM terhadap PDB EX = ekspor UKM terhadap PDB JU = jumlah unit UKM terhadap PDB IU = Investasi UKM terhadap PDB i = 1,2,....N (untuk individu) t = 1,2,....,T (untuk waktu) 61 Perhitungan dan pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan alat bantu melalui software statistik dan ekonometrik dalam komputer yang sesuai, yaitu E-Views 7. E. Operasional Variabel Penelitian Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian Definisi variabel Jenis Variabel Terikat Indikator Bebas Tenaga kerja UKM (TK) Bebas Ekspor UKM( ET) Bebas Jumlah Unit UKM (JU) Bebas Investasi UKM (IU) Pertumbuhan Ekonomi PDB (Y) Pertumbuhan ekonomi menggambarkan perkembangan perekonomian suatu negara dalam suatu tahun tertentu yang dibandingkan dengan tahun sebelumnya dalam bentuk persentase perubahan pendapatan nasional. Data perumbuhan PDB diperoleh dari nilai PDB Indonesia tahun 2005-2009 Tenaga kerja (manpower) adalah seluruh penduduk dalam usia kerja yang potensial dapat memproduksi barang dan jasaindikator ini digunakan untuk mengetahui berapa banyak tenaga kerja atau penduduk usia kerja potensial yang dapat memproduksi barang dan jasa. Dalam hal ini tenaga kerja yang diserap oleh sektor UKM. Ekspor UKM adalah total produk UKM yang diperdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari dalam ke luar wilayah pabean suatu negara ke negara lain dengan memenuhi ketentuan berlaku. Jumlah Unit UKM adalah keseluruhan jumlah unit usaha yang termasuk dalam kriteria usaha kecil dan usaha menengah Investasi UKM adalah penanaman modal pada sektor UKM untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki biasanya berjangka panjang dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang 62 Variabel terikat (dependent variabel) dalam penelitian adalah pertumbuhan ekonomi (Y) dan variabel bebas (independent variabel) adalah variabel independen tenaga kerja UKM (X1), total ekspor UKM (X2), jumlah unit UKM (X3), dan investasi UKM (X4). 1. Uji Statistik Selanjutnya untuk mengetahui keakuratan data maka perlu dilakukan beberapa pengujian (Gujarati, 2003): a. Uji t-Statistik Uji t-statistik melihat hubungan atau pengaruh antara variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Hipotesis yang digunakan : 1) Jika Hipotesis positif Ho : βi = 0 Ha : βi ≠ 0 2) Pengujian satu sisi Jika t tabel ≥ t hitung, Ho diterima berarti variabel independen secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Jika t tabel < t hitung, Ho ditolak berarti variabel independen secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen. 63 b. Uji F-Statistik Pengujian ini akan memperlihatkan hubungan atau pengaruh antara variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen, yaitu dengan cara sebagai berikut : Ho : βi = 0, maka variabel independen secara bersama-sama tidak mempengaruhi variabel independen. Ha : βi ≠ 0, maka variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Hasil pengujian adalah : Ho diterma ( tidak signifikan ) jika F hitung < F tabel (df = n – k) Ho ditolak ( signifikan ) jika F hitung > F tabel (df = n – k) Dimana : K : Jumlah variabel N : Jumlah pengamatan c. R2 Adjusted Uji koefisien determinasi ditujukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependennya yang dapat dilihat melalui adjusted R square karena variabel dalam penelitian ini lebih dari dua. (Wing Wahyo Winarno, 2007) 64 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat Usaha Kecil Menengah (UKM) Pemberdayaan terhadap UKM di Indonesia merupakan bentuk implementasi dari UUD 1945, khususnya pasal 33. Pada pasal tersebut tertuang prinsip dasar, yakni pengakuan seara yuridis tentang demokrasi ekonomi. Bahkan dalam amandemen UUD 1945 telah mengalami penambahan dua ayat sehingga menjadi lima ayat. Pada ayat 4 dipertegas tentang demokrasi ekonomi yakni “perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Sejarah menunjukkan bahwa gagasan dan pemikiran membangun ekonomi nasional dengan landasan demokrasi dan keberpihakan kepada kelompok ekonomi kecil dan menengah (UKM) telah lama menjadi agenda dalam pembangunan ekonomi nasional. Dorodjatun KuntjoroJakti (1989) dalam pengantar buku Clifford Geertz berjudul “Penjaja dan Raja: Perubahan Sosial dan Modenisasi Ekonomi di Dua Kota Indonesia”, menyebutkan bahwa keberpihakan kepada kelompok 65 pengusaha pribumi atau golongan ekonomi lemah (GEL), telah ada sejak lama pada berbagai pemerintahan. Banyak pihak memandang bahwa kelemahan utama dalam pembangunan ekonomi nasional karena menyimpang dari prinsip dasar pembangunan, yakni dari masyarakat untuk masyarakat. Fundamental ekonomi nasional sangat lemah dan terkesan rapuh karena mengabaikan pemerataan dan terlalu berpihak kepada golongan ekonomi besar seperti kelompok konglomerasi. Kendatipun demikian, bangsa Indonesia patut bersyukur dalam kondisi multi krisis, ekonomi nasional masih mampu bertahan dan tidak sampai bangkrut secara total karena diselamatkan oleh UKM. 2. Perkembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia UKM selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan penting, karena sebagian besar jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik di sektor tradisional maupun modern. Peranan usaha kecil tersebut menjadi bagian yang diutamakan dalam setiap perencanaan tahapan pembangunan yang dikelola oleh dua departemen yaitu Departemen Perindustrian dan Perdagangan, serta . Departemen Koperasi dan UKM. Dalam era globalisasi dan perdagangan bebas, UKM memiliki peranan baru yang lebih penting lagi yaitu sebagai slah satu faktor utama 66 pendorong perkembangan dan pertumbuhan ekspor non-migas dan sebagai industri pendukung yang membuat komponene-komponen dan spare parts untuk Usaha besar (UB) lewat keterkaitan produksi misalnya dalam bentuk subcontracting. Bukan hanya UB saja, tetapi UKM juga bisa berperan penting dalam pertumbuhan ekspor dan bisa bersaing di pasar domestik terhadap barang-barang impor maupun di pasar global. Di Indonesia, UKM sangat diharapkan dapat menjadi salah satu pemain penting dalam penciptaan pasar baru bagi Indonesia tidak hanya di dalam negeri tetapi lebih penting lagi di luar negeri, jadi salah satu sumber penting bagi surplus neraca perdagangan dan jasa atau neraca pembayaran. B. Analisis dan Pembahasan 1. Analisa Deskriptif a. Analisa Deskriptif PDB Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-2009 Atas Dasar Harga Konstan (Miliar Rupiah) di Indonesia Produk Domestik Bruto (PDB) adalah pendapatan total dan pengeluaran total nasional atas output barang dan jasa. Produk domestik bruto sering dianggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian. Tujuan PDB adalah meringkas aktivitas ekonomi dalam suatu nilai uang tertentu selama periode waktu tertentu. (Mankiw, 2007). 67 Ada dua cara untuk melihat PDB. Salah satunya adalah dengan melihat PDB sebagai pendapatan total dari setiap orang dalam perekonomian. Cara lain untuk melihat PDB adalah sebagai pengeluaran total atas output barang dan jasa perekonomian. PDB disajikan dalam dua versi penilaian, yaitu “atas dasar harga berlaku”, yakni menggunakan harga tahun berjalan serta “atas dasar harga konstan”, yaitu menggunakan data harga tahun tertentu (tahun dasar). Pada tabel 4.1 terlihat bahwa sumbangan pada ketiga sektor UKM yang berorientasi pada ekspor yakni (1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan; (2)Pertambangan dan Penggalian; (3) Industri Pengolahan mengalami peningkatan dari tahun 2000 sampai 2009 terus mengalami peningkatan. Penyumbang terbesar pertama adalah sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan. Dengan sumbangan terbesar terjadi pada tahun 2009 sebanyak Rp. 284.352,7 (miliar), salah satu alasan yang dapat diterima adalah rendahnya harga output produk primer pertanian yang bersamaan dengan naiknya harga input, terutama yang bersumber dari impor. Sektor pertanian yang sangat didominasi pertanian pangan memang sangat terbatas kemampuannya untuk menjadi sumber pertumbuhan, terutama beras. Selanjutnya penyumbang terbesar kedua dari tiga sektor tersebut terjadi pada sektor industri pengolahan terjadi perubahan yang drastis secara riil ada kemajuan yang berarti bagi peran usaha kecil menengah. Di ikuti dengan peningkatan pada sektor pertambangan dan penggalian. 68 Yang terjadi kenaikan yang cukup tajam pada tahun 2006, dari sumbangannya sebanyak 123.799,1 milyar menjadi 161.244,2. Tabel 4.1 PDB Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-2009 Atas Dasar Harga Konstan (Miliar Rupiah) Sektor Tahun PPKP PPG IP 2000 207.054,1 13.813,2 99.687,0 2001 213.587,9 14.267,5 103.547,1 2002 221.017,1 14.975,6 107.297,6 2003 229.575,7 15.727,9 113.460,7 2004 236.192,4 16.468,7 118.944,7 2005 242.883,8 17.624,2 123.799,1 2006 251.123,1 18.906,1 161.244,2 2007 260.053,8 20.357,4 167.729,9 2008 272.882,2 21.704,5 172.187,0 2009 284.352,7 23.155,6 180.755,4 Sumber : Kementrian UKM dan Koperasi, 2010 Keterangan : PPKP : Sektor pertanian, perternakan, kehutanan dan perikanan PPG : Sektor pertambangan dan penggalian IP : Sektor industri pengolahan Kemampuan tenaga kerja dalam menciptakan nilai tambah sangat berbeda antara satu kelompok usaha dengan lainnya dan mencerminkan karakteristik masing-masing. Tenaga kerja merupakan modal dasar bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi, apabila tenaga kerja tersebut 69 sebagai sumber daya ekonomi dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Seiring dengan pertumbuhan unit usaha UKM, dalam penyerapan tenaga kerja juga mengalami peningkatan yang cukup berarti. Tabel 4.2 Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-2009 Sektor Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 PPKP PPG IP 34,525,866 334,354 8,565,920 37,122,242 436,079 8,147,718 38,116,561 430,458 8,284,726 39,302,805 481,344 8,200,177 37,650,304 528,242 8,350,149 38,833,911 564,365 9,283,965 42,034,597 856,817 9,980,481 42,288,163 940,733 10,470,658 42,222,835 971,274 10,768,907 42,560,349 1,046,418 11,037,496 Sumber : Kementrian UKM dan Koperasi, 2010 Keterangan : PPKP : Sektor pertanian, perternakan, kehutanan dan perikanan PPG : Sektor pertambangan dan penggalian IP : Sektor industri pengolahan Jumlah tenaga kerja pada kelompok UKM terdapat pada sektor pertanian, hal ini dikarenakan Indonesia sebagai negara agrikultural 70 yang sebagian besar wilayahnya strategis dalam mengembangkan sektor pertanian. Sehingga sebagian besar penduduk yang menempati wilayah pertanian bekerja sebagai petani. Dalam tabel 4.2 terlihat bahwa dari tahun 2000-2009 pergerakan tingkat penyerapan tenaga kerja hampir sama dengan nilai yang berbeda, yakni semakin meningkat setiap tahunnya, namun ada juga yang mengalami penurunan namun tidak terlalu signifikan yang terjadi pada sektor industri pengolahan pada tahun 2000 sebanyak 8.565.920 orang turun menjadi 8,147,718 pada tahun 2001. Kinerja ekspor nonmigas Usaha Kecil, Menengah dan Besar berdasarkan sektor ekonomi selama tahun 2000 sampai dengan 2009 menunjukan lebih dari 85% ekspor nasional didominasi sektor industri pengolahan. Secara umum total ekspor sektor industri pengolahan mengalami peningkatan yang tajam dar tahun ke tahun. Peningkatan ini boleh jadi disebabkan kemampuan mengembangkan investasi untuk memproduksi komoditi ekspor pada usaha skala menengah masih belum terkendala dampak krisis ekonomi yang belum sepenuhnya pulih dan andil para profesional muda yang hengkang atau terkena PHK yang kemudian bergabung atau mendirikan usaha sendiri mampu meningkatkan kinerja ekspor pada kelompok usaha menengah ini. 71 Tabel 4.3 Ekspor Barang Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor Ekonomi S u m b e r : K e m e n t r i a n U K M d a n Tahun PPKP Sektor PPG 2000 10,440,139 753,699 15,474,958 2001 10,703,452 845,922 14,133,871 2002 10,698,489 1,027,878 15,630,368 2003 10,596,996 1,037,831 15,515,359 2004 12,339,057 1,196,830 16,845,341 2005 13,399,433 1,417,414 18,209,336 2006 11,994,461 723,422 20,327,093 2007 10,514,276 741,027 24,162,054 2008 11,773,616 848,157 28,827,049 IP 10,776,797 873,738 27,768,052 2009 K o Sumber : Kementrian UKM dan Koperasi, 2010 Keterangan : PPKP : Sektor pertanian, perternakan, kehutanan dan perikanan PPG : Sektor pertambangan dan penggalian IP : Sektor industri pengolahan Pada tahun 2003 terjadi peningkatan ekspor pada semua skala usaha terhadap tahun sebelumnya sebaliknya sektor pertanian mengalami penurunan nilai ekspornya pada semua skala ditahun yang sama. Secara keseluruhan dari tabel tersebut juga dapat menunjukkan bahwa peluang ekspor semakin meningkat dan terbuka terutama ekspor barang-barang non migas, serta menuntut peningkatan perhatian pemerintah mengingat pada saat ekonomi mulai membaik seperti saat 72 ini pemasukan devisa dari ekspor merupakan salah satu pendapatan negara yang cukup diandalkan. Sekalipun gambaran mengenai peluang ekspor Indonesia di atas memberikan tanda-tanda membaik, namun masih perlu kita cermati beberapa hambatan yang dialami UKM dalam mengakses pasar global kedepan. Tabel 4.4 Jumlah Unit Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-2009 Sektor Tahun PPKP PPG IP 2000 23,518,616 151,007 2,618,973 2001 24,014,278 200,060 2,557,549 2002 24,947,009 178,990 2,747,533 2003 25,345,988 203,692 2,659,824 2004 25,799,906 210,322 2,740,070 2005 26,259,895 235,400 2,795,237 2006 26,209,073 246,414 3,163,050 2007 26,383,268 263,250 3,179,143 2008 26,227,297 261,341 3,238,111 2009 26,369,299 271,929 3,268,496 Sumber : Kementrian UKM dan Koperasi, 2010 Keterangan : PPKP : Sektor pertanian, perternakan, kehutanan dan perikanan PPG : Sektor pertambangan dan penggalian IP : Sektor industri pengolahan 73 Bila dilihat secara sektoral, lebih dari separuh populasi UMKM di tahunbergerak disektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan; meskipun peningkatan dar tahun ke tahun tidak signifikan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan teknologi dan kurangnya skill dalam mengembangkan sektor ini. Tabel 4.5 Investasi Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-2009 Atas Dasar Harga Konstan (Juta Rupiah) Sektor Tahun PPKP PPG IP 2000 10,440,139 753,699 15,474,958 2001 10,703,452 845,922 14,133,871 2002 10,698,489 1,027,878 15,630,368 2003 10,596,996 1,037,831 15,515,359 2004 12,339,057 1,196,830 16,845,341 2005 13,399,433 1,417,414 18,209,336 2006 11,994,461 723,422 20,327,093 2007 10,514,276 741,027 24,162,054 2008 11,773,616 848,157 28,827,049 2009 10,776,797 873,738 27,768,052 Sumber : Kementrian UKM dan Koperasi, 2010 Keterangan : PPKP : Sektor pertanian, perternakan, kehutanan dan perikanan PPG : Sektor pertambangan dan penggalian IP : Sektor industri pengolahan 74 Bila dilihat selama periode tahun 2000-2009, iklim investasi pada berbagai tingkat skala usaha masih belum banyak berubah. Dalam kurun waktu tersebut UK masih merupakan kelompok yang paling rendah penyerapan investasinya yaitu rata-rata sebesar 20,6 persen per tahun dan diikuti oleh UM rata-rata sebesar 25,8 persen per tahun. Secara keseluruhan penyerapan investasi pada UKM hanya mencapai 46,4 persen per tahun. Bila hal ini dibandingkan dengan jumlah usaha yang demikian besar pada kelompok ini, maka dapat dikatakan bahwa UK bukan merupakan usaha yang bersifat padat modal. 2. Estimasi Model Data Panel Dalam analisa model data panel dikenal 3 macam pendekatan estimasi yaitu pendekatan kuadrat terkecil Pooled Least Square (PLS), pendekatan efek tetap (Fixed Effect Model) dan pendekatan efek acak (Random Effect Model). a. Pendekatan Pooled Least Squares (PLS) Pertama-tama dilakukan pengolahan data dengan metode pendekatan Pooled Least Squares secara sederhana menggabungkan (pooled) seluruh data time-series dan cross-section dan kemudian mengestimasi model dengan mempergunakan metode OLS (Ordinary Least Square) sebagai salah satu syarat untuk melakukan uji F- Restricted. Dari hasil pengolahan program E-Views 7.0 didapatkan hasil seperti tampilan sebagai berikut: 75 Tabel 4.6 Regresi Data Panel: Pooled Least Square R-squared 0.992071 Adjusted R-squared 0.991157 Sumber: Data diolah. Lampiran 1. b. Pendekatan Fixed Effect Model (FEM) Setelah itu dilakukan pengolahan data dengan metode pendekatan Fixed Effect Model untuk dibandingkan dengan metode pendekatan Pooled Least Square pada uji F-Restricted. Dari hasil pengolahan program E-Views 7.0 didapatkan hasil seperti tampilan sebagai berikut: Tabel 4.7 Regresi Data Panel: Fixed Effect Model R-squared 0.997887 Adjusted R-squared 0.995623 Sumber: Data diolah. Lampiran 2. c. PLS vs FEM Untuk mengetahui model data panel yang akan digunakan, maka digunakan uji F-restricted dengan cara membandingkan F-statistik dan F-tabel. Sebelum membandingkan F-statistik dan F-tabel terlebih dahulu dibuat hipotesisnya. Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut: H0: Model PLS (Restricted) H1: Model FEM (Unrestricted) 76 Dari hasil regresi berdasarkan metode Fixed Effect Model dan Pooled Least Square diperoleh nilai F-statistik yakni sebagai berikut: Tabel 4.8 F-Restricted Redundant Fixed Effects Tests Pool: Untitled Test cross-section and period fixed effects Effects Test Cross-section F Cross-section Chi-square Period F Period Chi-square Cross-Section/Period F Cross-Section/Period Chi-square Statistic 6.651755 20.038738 2.012216 24.903254 2.798672 34.884738 d.f. Prob. (2,14) 2 (9,14) 9 (11,14) 11 0.0093 0.0000 0.1163 0.0031 0.0366 0.0003 Sumber: Lampiran 3. Dari tabel 4.8 diperoleh nilai F-statistik adalah 6.651755 , dengan nilai F-tabel pada df (2,14) α = 5 % adalah 3.74, sehingga nilai F statistik > F tabel, maka H0 ditolak, sehingga model data panel yang dapat digunakan adalah Fixed Effect Model. Berdasarkan hasil terlihat bahwa F-restricted (F-statistik) > Ftabel, maka H0 ditolak, artinya model data panel yang digunakan adalah Fixed Effect Model (FEM). d. Pendekatan Random Effect Model Setelah diketahui bahwa model yang digunakan adalah Fixed Effect Model, model data panel masih harus dibandingkan lagi antara Fixed Effect dengan Random Effect. Pendekatan Random Effect memiliki syarat bahwa number of unit cross section > number of coefficient. Tetapi pada penelitian kali ini, persamaan regresi tidak memenuhi syarat tersebut, dimana number of unit cross section < 77 number of coefficient sehingga pendekatan Random Effect tidak dapat dilakukan dan model panel tetap pada Fixed Effect Model. 3. Pengujian Hipotesis Tabel 4.9.1 Hasil Perhitungan Estimasi Data Panel Fixed Efect Model terhadap Keseluruhan Periode Penelitian (2000-2009) Variable PDB Coefficient t-Statistic Prob. C 11268841 0.347225 0.7336 TK? 0.739311 0.346866 0.7339 EKSPOR? 1.408327 4.804981 0.0003 UNIT? 12.57809 2.515553 0.0247 INVESTASI? 2.476491 2.833526 0.0133 Fixed Effects (Cross) _PPKP—C -97553215 _PPG—C 28413677 _IP—C 69139538 R-squared 0.997887 Adjusted R-squared 0.995623 F-statistic 440.7763 Prob(F-statistic) 0.000000 Sumber: Ouput Pengolahan Data dengan Program Eviews 7. Lampiran 2. a. Analisis Perkembangan Usaha Kecil Menengah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia secara parsial (individu) Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah variabel bebas (tenaga kerja UKM, ekspor UKM, jumlah unit UKM, dan investasi UKM) 78 berpengaruh secara parsial terhadap variabel terikatnya (pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM), yaitu dengan membandingkan masingmasing nilai t-statistik dari regresi dengan t-tabel dalam menolak atau menerima hipotesis. Pada tingkat kepercayaan α = 5 %, df = 20, maka diperoleh t-tabel 1,72 Keterangan: a = TK (0.346866) ;c = UNIT (2.515553) b = EKSPOR (4.804981) ;d = INVESTASI (2.833526) Berdasarkan hasil yang diperoleh diatas maka terlihat bahwa : 1. Variabel TK t-statistiknya < t-tabel yang berarti H0 diterima 2. Variabel EKSPOR t-statistiknya > t-tabel yang berarti H0 ditolak 3. Variabel UNIT t-statistiknya > t-tabel yang berarti H0 ditolak 4. Variabel INVESTASI t-statistiknya > t-tabel yang berarti H0 ditolak Dari hasil estimasi dapat dilihat bahwa variabel tenaga kerja UKM tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi UKM di Indonesia. Hal ini dapat diketahui dari nilai t tabel (1,72) > t statistik (0,34) dengan tingkat keyakinan sebesar 95 persen (α = 5 %). Menurut Tulus Tambunan (2002) masalah mendasar yang membatasi ekspansi usaha kecil adalah realitas bahwa produktivitasnya rendah sebagaimana diperlihatkan oleh nilai tambah/tenaga kerja. Secara keseluruhan perbandingan nilai tambah/tenaga kerja untuk usaha kecil hanya sekitar seperduaratus (1/200) kali nilai tambah/tenaga kerja 79 untuk usaha besar. Sehingga dalam penelitian ini tenaga kerja UKM justru tidak memberikan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM. Pada variabel ekspor UKM memiliki berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM. Hal ini berarti bahwa semakin meningkat jumlah ekspor UKM, maka pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM akan semakin naik. Koefisien regresi variabel ekspor sebesar 1,408327 berarti bahwa setiap peningkatan ekspor UKM sebesar 1 persen, maka dapat menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM sebesar 1,408327 persen, cateris paribus. Pemberdayaan UKM dapat meningkatkan stabilitas ekonomi makro, karena menggunakan bahan baku lokal dan memiliki potensi ekspor, sehingga akan membantu menstabilkan kurs rupiah dan tingkat inflasi. Pemberdayaan UKM akan menggerakkan sektor riil, karena UKM umumnya memiliki keterkaitan industri yang cukup tinggi. Dengan kata lain pemberdayaan UKM akan memberikan perluasan lapangan pekerjaan dan peningkatan pendapatan sehingga dapat mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. (Kemenkop, 2004) Pada variabel jumlah unit UKM berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM artinya jika jumlah unit UKM meningkat maka pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM juga meningkat. Koefisien regresi variabel tingkat jumlah unit 80 UKM sebesar 12,57809 berarti bahwa setiap peningkatan jumlah unit UKM sebesar 1 persen, maka dapat menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi UKM sebesar 12,57809 persen, cateris paribus. Pada variabel investasi UKM ditunjukkan dengan nilai t statistik (2,833526) > t tabel (1,72), maka variabel ini berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM di Indonesia. Hal ini berarti semakin meningkat investasi UKM, maka pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM akan semakin naik. b. Analisis Perkembangan Usaha Kecil Menengah terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia secara simultan (bersama) Untuk menguji apakah variabel bebas berpengaruh secara simultan terhadap variabel terikatnya, maka digunakan uji F dengan cara membandingkan F-statistik dengan F-tabel. Dari hasil regresi diperoleh nilai F-statistik 440.7763 . Pada tingkat kepercayaan α = 5 %, k=7, dan n=30, maka diperoleh F-tabel . Berdasarkan hasil estimasi maka terlihat bahwa F-statistik (440.7763) > F-tabel (2,33), maka H0 ditolak, artinya variabel bebas (tenaga kerja UKM, ekspor UKM, jumlah unit UKM, dan investasi UKM) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel terikatnya (pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM) pada tingkat kepercayaan 95 persen. 81 c. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R-squared) Berdasarkan hasil pengolahan data dalam tabel 4.9.1 adjusted Rsquare adalah sebesar 99,56. Hal ini terlihat bahwa 99,56 persen pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM di Indonesia dapat dijelaskan oleh tenaga kerja UKM, ekspor UKM, jumlah unit UKM, dan investasi UKM. Sedangkan 0,44 persen variabel pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Tabel 4.9.2 Interpretasi Koefisien Fixed Effect Model Variable Koef C 11268841 TK? 0.739311 EKSPOR? 1.408327 UNIT? 12.57809 INVESTASI? 2.476491 Indv Effect Fixed Effects (Cross) _PPKP--C -97553215 -86284374 _PPG--C 28413677 39682518 _IP--C 69139538 80408379 Sumber: Lampiran 2. 82 1) Analisis Persektor Perkembangan Usaha Kecil Menengah terhadap Pertumbuhan Ekonomi. (a) Bila terdapat perubahan tenaga kerja UKM, ekspor UKM, jumlah unit UKM, dan investasi UKM baik antar sektor maupun antar waktu, maka sektor pertanian, perternakan, kehutanan dan perikanan akan mendapatkan pengaruh individu terhadap PDB sebesar : Rp. -86.284 milyar. (b) Bila terdapat perubahan tenaga kerja UKM, ekspor UKM, jumlah unit UKM, dan investasi UKM baik antar sektor maupun antar waktu, maka sektor pertambangan dan penggalian akan mendapatkan pengaruh individu terhadap PDB sebesar: Rp. 39.682 milyar. (c) Bila terdapat perubahan tenaga kerja UKM, ekspor UKM, jumlah unit UKM, dan investasi UKM baik antar sektor maupun antar waktu, maka sektor industri pengolahan akan mendapatkan pengaruh individu terhadap PDB sebesar : Rp. 80.408 milyar. Memahami karakteristik usaha yang ada di Indonesia maka strategi terhadap kelompok usaha yang dapat ditempuh untuk memperbaiki kinerja penyediaan lapangan kerja adalah antara lain melalui perbaikan produktivitas perusahaan. Prioritas penanganan perbaikan produktivitas perusahaan pada usaha kecil dan menengah 83 dapat diarahkan dengan tiga fokus utama yaitu : (Infokop Nomor 25 Tahun XX, 2004, Noer Soetrisno) a) Sektor industri pengolahan; b) Sektor jasa keuangan, persewaan dan jasa perusahaan c) Sektor pertanian terutama sub sektor peternakan, perkebunan budidaya laut dan sub sektor hortikultura. Pada industri pengolahan menjadi fokus utama yang pertama karena unit usaha yang tersedia di Indonesia sangat banyak dengan penyerapan tenaga kerja yang besar, sehingga menjadikan industri pengolahan menyumbangkan nilai tambah pada neraca pembayaran melalui ekspor. 2) Pembahasan ekonomi untuk melihat kesesuaian hasil analisis dengan teori ekonomi atau penelitian terdahulu: (a) Tenaga Kerja UKM Dari hasil analisis variabel tenaga kerja UKM tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM di Indonesia dengan nilai signifikansi 0.7339. Hal tersebut dikarenakan nilai probabilitas nilai tenaga kerja yang lebih besar dari taraf nyata. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa bertambahnya jumlah penduduk setiap tahunnya melalui kelahiran dan migrasi penduduk di suatu negara, mengakibatkan bertambahnya angkatan kerja yang berarti bertambah pula 84 penawaran tenaga kerja, dan adanya keterbatasan lapangan pekerjaan mengakibatkan terlihatnya perbedaan antar penawaran tenaga kerja atau pasar tenaga kerja. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anderson (1982) dalam Tulus Tampubolon (2002) menyebutkan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan per kapita di suatu negara semakin kecil pangsa tenaga kerja UKM. Hal tersebut dikarenakan bahwa kenaikan pendapatan per kapita di negara berkembang kemungkinan dipengaruhi oleh sektor diluar UKM yaitu sektor usaha besar. Terbukti dengan sumbangan PDB nasional yang masih didominasi oleh usaha besar dibandingkan dengan usaha kecil. Sehingga dengan kondisi tersebut, jika ada kenaikan baik itu dari segi nilai tambah, kuantitas ataupun proporsi diluar UKM maka akan mempengaruhi pangsa tenaga kerja UKM. Dimana pada kondisi tersebut terdapat kemungkinan bahwa terdapat peningkatan penyerapan tenaga kerja pada usaha besar. (b) Ekspor UKM Untuk variabel ekspor UKM ini terdapat pengaruh yang signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi UKM dengan taraf signifikasi 0.0003. Hal ini sejalan dengan teori beberapa ahli ekonomi David Ricardo, Adam Smith dan Mill yang telah menunjukan bahwa perdagangan luar negeri dapat 85 memberikan beberapa sumbangan yang pada akhirnya akan mempercepat perkembangan ekonomi suatu negara. Apabila pandangan dari ketiga ahli ekonomi tersebut digabungkan, maka dapat dikatakan bahwa ahli ekonomi klasik mengemukakan tiga sumbangan penting perdagangan luar negeri dalam pembangunan ekonomi. Keuntungan yang pertama, yang dikemukakan oleh Ricardo, menyatakan: apabila suatu negara sudah mencapai tingkat kesempatan kerja penuh, perdagangan luar negeri memungkinkannya mencapai tingkat konsumsi yang lebih tinggi daripada yang mungkin dicapai tanpa adanya kegiatan tersebut. Sedangkan Smith dan Mill mengemukakan dua keuntungan lainya, yaitu: (1) memungkinkan suatu negara memeperluas pasar atas hasil-hasil produksinya, (2) memungkinkan negara tersebut menggunakan teknologi yang dikembangkan di luar negeri, yang lebih baik daripada yang terdapat di dalam negeri. (Sadono Sukirno, 2007) (c) Jumlah Unit UKM Pada variabel jumlah unit UKM berpengaruh secara signifikan dan positif, dengan taraf signifikansi 0.0247. Hal ini sesuai penelitian yang dilakukan oleh Wirda Hanum (2010) bahwa peningkatan jumlah unit usaha dapat mengakibatkan semakin meningkatnya nilai yang dihasilkan sehingga PDB pada sektor UKM meningkat. 86 (d) Investasi UKM Pada variabel investasi UKM berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi UKM dengan nilai signifikansi sebesar 0.0133. Hal ini sejalan dengan teori HarrodDomar bahwa investasi mempunyai pengaruh yang signifikan dengan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan investasi akan meningkatkan nilai tambah atau penghasilan untuk masa datang karena nilai tambah suatu investasi akan selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Di samping itu penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Maharani Tejasari (2008) yang mempunyai kesimpulan bahwa investasi mempunyai hubungan yang positif dengan pertumbuhan ekonomi dengan nilai koefisien investasi sebesar (0.85055) karena peningkatan PDB tidak dapat dipisahkan dari meningkatnya investasi. Investasi yang ditanamkan pada sektor UKM dapat mendorong kenaikan output dan permintaan input sehingga berpengaruh terhadap kenaikan pendapatan dan perluasan kesempatan kerja yang selanjutnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. 87 BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dari penelitian, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari hasil estimasi data panel dengan Fixed Effect Model (FEM) ditemukan bahwa ekspor UKM, jumlah unit UKM, dan investasi UKM berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM di Indonesia pada tahun 2000 sampai 2009. Sedangkan tenaga kerja UKM tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM di Indonesia pada tahun 2000 sampai 2009. 2. Dalam penelitian ini, variabel paling dominan yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM di Indonesia adalah ekspor UKM, hal ini sejalan dengan teori beberapa ahli ekonomi David Ricardo, Adam Smith dan Mill yang telah menunjukan bahwa perdagangan luar negeri dapat memberikan beberapa sumbangan yang pada akhirnya akan mempercepat perkembangan ekonomi suatu negara. 88 B. Implikasi Penelitian ini memiliki beberapa implikasi diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Salah satu faktor yang mendukung dalam pertumbuhan UKM yaitu investasi pada sektor UKM. Hal tersebut berdasarkan penelitian yang menunjukan bahwa investasi pada UKM dapat memberikan nilai tambah secara signifikan terhadap PDB UKM. Sehingga perhatian pada UKM dapat diberikan dengan meningkatkan investasi pada UKM. Langkah tersebut dapat berupa perbaikan iklim usaha dan permudahan izin usaha dalam investasi. 2. Peluang ekspor semakin meningkat dan terbuka terutama ekspor barangbarang non migas, serta menuntut peningkatan perhatian pemerintah mengingat pada saat ini ekonomi mulai membaik. Sehingga pemerintah harus meminimalisir hambatan dan tantangan dalam mengakses pasar global ke depan. 3. Peningkatan pendidikan dan skill pada tenaga kerja UKM sehingga produktifitas meningkat yang menjadikan output UKM yang dihasilkan mampu bersaing di pasar global. Dengan demikia pula akan meningkatkan taraf kesejahreaan yang ditandai dengan kenaikan pendapatan perkapita pada tenaga kerja UKM dan mengurangi pengangguran. 89 DAFTAR PUSTAKA Ates, Aylin and Umit Bititci. 2007. Strategy management in small to medium-sized enterprises: Evidence from UK manufacturing SMEs. Strathclyde Institute for Operations Management, University of Strathclyde, Glasgow UK. Bank Indonesia. 1997-2007. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia. Jakarta: Bank Indonesia. Badan Pusat Statistik. 2008. Statistik Indonesia. Jakarta: BPS. Cahyono, B. 1983. Pengembangan Kesempatan Kerja. Yogyakarta: BPFE. Departemen Koperasi. 2008. PDB, Investasi, Tenaga Kerja, Nilai Ekspor UKM di Indonesia. Depkop. Jakarta. Daryanto, Arief dan Yundy Hafizrianda. 2010. Model-model Kuantitatif untuk Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah: Konsep dan Aplikasi. Bogor: IPB Press. Gujarati, Damodar. 1999. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga. Hanum, Wirda. 2010. Analisis Pengaruh Perkembangan Industri UKM terhadap Pertumbuhan Sektor Industri Sumatera Utara [Skripsi]. Fakultas Ekonomi.Universitas Sumatera Utara, Sumatera Utara. Ikhsan, M. 2004. Mengembalikan Laju Pertumbuhan Ekonomi Dalam Jangka Menegah: Peran Usaha Kecil dan Menengah. Jurnal Analisis Sosial 9 (2):131Jafar, Mohammad Hafsah.2004. “ Upaya Pengembangan Usaha Kecil Dan Menengah (UKM)”, Infokop Nomor 25 Tahun XX, 2004. Kuncoro, M. 1996. Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan Kebijakan. UMP KMP YPPM, Yogyakarta. Mankiw, N Gregory, 2007. Makro Ekonomi.Jakarta: Erlangga. 90 Nengah, I Dasi Astawa. 2007. Pemberdayaan UKM dan Koperasi di Kabupaten Jembrana Provinsi Bali. Jurnal Ekonomi/Tahun XXI, No.01, Maret 2007:7895. Partomo, T. dan A. Soejodono. 2004. Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi. Ghalia, Jakarta. Rafinaldy, Neddy. 2004. Prospek Pengembangan Ekspor UKM. Infokop Nomor 25 Tahun XX, 2004. Rahardjo, M. D., dan F. Ali. 1993. Faktor-faktor keuangan yang mempengaruhi Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia, dalam K. James dan N. Akrasanee. Aspek-aspek Finansial Usaha Kecil dan Menengah: Studi kasus Asean. Jakarta: LP3ES. Rohana Sitanggang, Ignatia dan Nachrowi Djalal. 2004. Pengaruh Struktur Ekonomi pada penyerapan tenaga kerja Sektoral: Analisis Model Demometrik di 30 Propinsi pada 9 sektor di Indonesia, Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia jurnal Vol No.01, Juli, 2004. Samitasa, Aristeidis G dan Dimitris F. 2005. Entrepreneurship, small and medium size business markets and European economic integration. Journal of Policy Modeling 27. Soetrisno, Noer. 2004 Posisi dan Peran Pembangunan UKM 2004-2009. Infokop Nomor 25 Tahun XX. Sukirno, Sadono. 2007. Ekonomi Pembangunan (Proses, masalah, dan kebijakan). Jakarta: Kencana Prenada. Tambunan, Tulus. 2002. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia: Beberapa Isu Penting. Jakarta: Salemba Empat. Tejasari, Maharani. 2008. Peranan Sektor Usaha Kecil dan Menengah dalam penyerapan Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 91 Thoha, Mahmud dan Sukarna. 2006. Pemberdayaan UKM melalui Modal Ventura dalam Upaya Pengentasan Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan (JEP), XIV (2) 2006. Thoha, M. 2001. Dinamika Usaha Kecil dan Rumah Tangga. LIPI. Jakarta. Todaro, Michael P and Stephen C smith, 2006. Economic Development.Jakarta: Erlangga. Widya A, Santikajaya. 2006. Analisis Dampak Perkembangan Usaha Kecil Menengah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional Indonesia: Metode Data Panel Tahun 1998-2004. Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia. Winarno, Wing Wahyu. 2007. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. UPP STIM YKPN. Yogyakarta. Yudi Setianto, Anton. 2008. Panduan Lengkap Mengurus Perijinan dan Dokumen. Jakarta: Sahabat. Zuhal, 2010. Knowledge and Innovation Platform Kekuatan Daya Saing.Jakarta: Gramedia. 92 Lampiran 1 Pendekatan Pooled Least Square Dependent Variable: PDB? Method: Pooled Least Squares Date: 06/08/11 Time: 06:35 Sample: 2000 2009 Included observations: 10 Cross-sections included: 3 Total pool (balanced) observations: 30 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. TK? EKSPOR? UNIT? INVESTASI? 6.737137 0.273775 -1.650460 0.963334 1.799060 0.133110 2.722794 0.254966 3.744810 2.056755 -0.606164 3.778289 0.0009 0.0499 0.5497 0.0008 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.992071 0.991157 9013738. 2.11E+15 -520.8495 1.352107 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. 1.31E+08 95850665 34.98996 35.17679 35.04973 Lampiran 2 Pendekatan Fixed Efect Model Dependent Variable: PDB? Method: Pooled Least Squares Date: 06/08/11 Time: 06:37 Sample: 2000 2009 Included observations: 10 Cross-sections included: 3 Total pool (balanced) observations: 30 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C TK? EKSPOR? UNIT? INVESTASI? Fixed Effects (Cross) _PPKP--C _PPG--C _IP--C Fixed Effects (Period) 2000--C 2001--C 2002--C 2003--C 2004--C 2005--C 2006--C 2007--C 2008--C 2009--C 11268841 0.739311 1.408327 12.57809 2.476491 32453965 2.131402 0.293097 5.000128 0.873996 0.347225 0.346866 4.804981 2.515553 2.833526 0.7336 0.7339 0.0003 0.0247 0.0133 -97553215 28413677 69139538 -7614417. -10139983 -10370865 -4364896. -3380573. -3006209. 4260602. 7657502. 8145309. 18813530 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Period fixed (dummy variables) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.997887 0.995623 6341326. 5.63E+14 -501.0140 440.7763 0.000000 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 1.31E+08 95850665 34.46760 35.21491 34.70667 2.400921 Lampiran 3 Redundant Fixed Effects Tests Redundant Fixed Effects Tests Pool: Untitled Test cross-section and period fixed effects Effects Test Cross-section F Cross-section Chi-square Period F Period Chi-square Cross-Section/Period F Cross-Section/Period Chi-square Statistic 6.651755 20.038738 2.012216 24.903254 2.798672 34.884738 d.f. Prob. (2,14) 2 (9,14) 9 (11,14) 11 0.0093 0.0000 0.1163 0.0031 0.0366 0.0003 Lampiran 4 Estimation Command: ===================== LS(CX=F,PER=F) PDB? TK? EKSPOR? UNIT? INVESTASI? Estimation Equations: ===================== PER_EFFECT = C(9)*@ISPERIOD("2000") + C(10)*@ISPERIOD("2001") + C(11)*@ISPERIOD("2002") + C(12)*@ISPERIOD("2003") + C(13)*@ISPERIOD("2004") + C(14)*@ISPERIOD("2005") + C(15)*@ISPERIOD("2006") + C(16)*@ISPERIOD("2007") + C(17)*@ISPERIOD("2008") + C(18)*@ISPERIOD("2009") PDB_PPKP = C(6) + PER_EFFECT + C(1) + C(2)*TK_PPKP + C(3)*EKSPOR_PPKP + C(4)*UNIT_PPKP + C(5)*INVESTASI_PPKP PDB_PPG = C(7) + PER_EFFECT + C(1) + C(2)*TK_PPG + C(3)*EKSPOR_PPG + C(4)*UNIT_PPG + C(5)*INVESTASI_PPG PDB_IP = C(8) + PER_EFFECT + C(1) + C(2)*TK_IP + C(3)*EKSPOR_IP + C(4)*UNIT_IP + C(5)*INVESTASI_IP Substituted Coefficients: ===================== PER_EFFECT = -7614417.10453*@ISPERIOD("2000") - 10139983.3504*@ISPERIOD("2001") 10370864.6014*@ISPERIOD("2002") - 4364895.87556*@ISPERIOD("2003") 3380573.47123*@ISPERIOD("2004") - 3006208.735*@ISPERIOD("2005") + 4260602.47957*@ISPERIOD("2006") + 7657501.67911*@ISPERIOD("2007") + 8145309.40755*@ISPERIOD("2008") + 18813529.5719*@ISPERIOD("2009") PDB_PPKP = -97553214.8777 + PER_EFFECT + 11268840.5686 + 0.739311027761*TK_PPKP + 1.40832695371*EKSPOR_PPKP + 12.5780862548*UNIT_PPKP + 2.47649076392*INVESTASI_PPKP PDB_PPG = 28413676.8575 + PER_EFFECT + 11268840.5686 + 0.739311027761*TK_PPG + 1.40832695371*EKSPOR_PPG + 12.5780862548*UNIT_PPG + 2.47649076392*INVESTASI_PPG PDB_IP = 69139538.0202 + PER_EFFECT + 11268840.5686 + 0.739311027761*TK_IP + 1.40832695371*EKSPOR_IP + 12.5780862548*UNIT_IP + 2.47649076392*INVESTASI_IP Lampiran 5: PDB Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-2009 Atas Dasar Harga Konstan (Miliar Rupiah) Sektor Tahun PPKP PPG IP 2000 207.054,1 13.813,2 99.687,0 2001 213.587,9 14.267,5 103.547,1 2002 221.017,1 14.975,6 107.297,6 2003 229.575,7 15.727,9 113.460,7 2004 236.192,4 16.468,7 118.944,7 2005 242.883,8 17.624,2 123.799,1 2006 251.123,1 18.906,1 161.244,2 2007 260.053,8 20.357,4 167.729,9 2008 272.882,2 21.704,5 172.187,0 2009 284.352,7 23.155,6 180.755,4 Sumber : Kementrian UKM dan Koperasi, 2010 Keterangan : PPKP : Sektor pertanian, perternakan, kehutanan dan perikanan PPG : Sektor pertambangan dan penggalian IP : Sektor industri pengolahan Lampiran 6: Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil MenengahMenurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-2009 Sektor Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 PPKP PPG IP 34,525,866 334,354 8,565,920 37,122,242 436,079 8,147,718 38,116,561 430,458 8,284,726 39,302,805 481,344 8,200,177 37,650,304 528,242 8,350,149 38,833,911 564,365 9,283,965 42,034,597 856,817 9,980,481 42,288,163 940,733 10,470,658 42,222,835 971,274 10,768,907 42,560,349 1,046,418 11,037,496 Sumber : Kementrian UKM dan Koperasi, 2010 Keterangan : PPKP : Sektor pertanian, perternakan, kehutanan dan perikanan PPG : Sektor pertambangan dan penggalian IP : Sektor industri pengolahan Lampiran 7: Ekspor Barang Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor Ekonomi Tahun PPKP Sektor PPG 2000 10,440,139 753,699 15,474,958 2001 10,703,452 845,922 14,133,871 2002 10,698,489 1,027,878 15,630,368 2003 10,596,996 1,037,831 15,515,359 2004 12,339,057 1,196,830 16,845,341 2005 13,399,433 1,417,414 18,209,336 2006 11,994,461 723,422 20,327,093 2007 10,514,276 741,027 24,162,054 2008 11,773,616 848,157 28,827,049 2009 10,776,797 873,738 27,768,052 IP Sumber : Kementrian UKM dan Koperasi, 2010 Keterangan : PPKP : Sektor pertanian, perternakan, kehutanan dan perikanan PPG : Sektor pertambangan dan penggalian IP : Sektor industri pengolahan Lampiran 8: Jumlah Unit Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-2009 Sektor Tahun PPKP PPG IP 2000 23,518,616 151,007 2,618,973 2001 24,014,278 200,060 2,557,549 2002 24,947,009 178,990 2,747,533 2003 25,345,988 203,692 2,659,824 2004 25,799,906 210,322 2,740,070 2005 26,259,895 235,400 2,795,237 2006 26,209,073 246,414 3,163,050 2007 26,383,268 263,250 3,179,143 2008 26,227,297 261,341 3,238,111 2009 26,369,299 271,929 3,268,496 Sumber : Kementrian UKM dan Koperasi, 2010 Keterangan : PPKP : Sektor pertanian, perternakan, kehutanan dan perikanan PPG : Sektor pertambangan dan penggalian IP : Sektor industri pengolahan Lampiran 9: Investasi Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-2009 Atas Dasar Harga Konstan (Juta Rupiah) Sektor Tahun PPKP PPG IP 2000 10,440,139 753,699 15,474,958 2001 10,703,452 845,922 14,133,871 2002 10,698,489 1,027,878 15,630,368 2003 10,596,996 1,037,831 15,515,359 2004 12,339,057 1,196,830 16,845,341 2005 13,399,433 1,417,414 18,209,336 2006 11,994,461 723,422 20,327,093 2007 10,514,276 741,027 24,162,054 2008 11,773,616 848,157 28,827,049 2009 10,776,797 873,738 27,768,052 Sumber : Kementrian UKM dan Koperasi, 2010 Keterangan : PPKP : Sektor pertanian, perternakan, kehutanan dan perikanan PPG : Sektor pertambangan dan penggalian IP : Sektor industri pengolahan