(Erionota thrax) Oleh : BAGUS - Repository Politeknik Pertanian

advertisement
i
PENGGUNAAN DAUN PEPAYA (Carica papaya L) SEBAGAI
PESTISIDA ORGANIK TERHADAP MORTALITAS ULAT BAMBU
(Erionota thrax)
Oleh :
BAGUS RHAMADI
NIM. 120 500 113
PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2015
ii
PENGGUNAAN DAUN PEPAYA (Carica papaya L) SEBAGAI
PESTISIDA ORGANIK TERHADAP MORTALITAS ULAT BAMBU
(Erionota thrax)
Oleh :
BAGUS RHAMADI
NIM. 120 500 113
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2015
iii
PENGGUNAAN DAUN PEPAYA (Carica papaya L) SEBAGAI
PESTISIDA ORGANIK TERHADAP MORTALITAS ULAT BAMBU
(Erionota thrax)
Oleh :
BAGUS RHAMADI
NIM. 120 500 113
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2015
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Karya Ilmiah
: Penggunaan Daun Pepaya (Carica papaya L)
Sebagai Pestisida Organik Terhadap Mortalitas
Ulat Bambu (Erionota thrax)
Nama
: Bagus Rhamadi
NIM
: 120 500 113
Program Studi
: Manajemen Lingkungan
Jurusan
: Manajemen Pertanian
Pembimbing,
Taufiq Rinda A, S.Si., M.Pd
NIP. 19780517 200912 1 002
Penguji I,
Ir. H. Taman Alex, MP
NIP. 19601212 198903 1 008
Penguji II,
Ir. Dadang Suprapto, MP
NIP.19620101 198803 1 003
Menyetujui,
Ketua Program Studi
Manajemen Lingkungan
Mengesahkan,
Ketua Jurusan
Manajemen Pertanian
Ir. Dadang Suprapto, MP
NIP.19620101 198803 1 003
Ir. M. Masrudy, MP
NIP.19600805 198803 1 003
Lulus ujian pada tanggal : ...........................
i
ABSTRAK
Bagus Rhamadi. Penggunaan Daun Pepaya (Carica papaya L) Sebagai
Pestisida Organik Terhadap Mortalitas Ulat Bambu (Erionota thrax) (di bawah
bimbingan TAUFIQ RINDA A).
Cukup tingginya dampak negatif dari penggunaan pestisida kimia,
mendorong berbagai usaha untuk menekuni pemberdayaan atau pemanfaatan
pestisida alami sebagai alternatif pengganti pestisida kimia. Salah satu pestisida
alami yang dapat digunakan adalah ekstrak daun papaya (Carica papaya L).
Selain ramah lingkungan, pestisida alami merupakan pestisida yang relatif aman
dalam penggunaannya dan ekonomis
Ulat bambu (Erionota thrax) termasuk kedalam family Hesperidae, Ordo
Lepidoptera. Telur berwarna kuning dan menetas setelah mencapai umur 5-8
hari setelah diletakkan. Larva muda yang baru menetas memotong daun pisang
secara miring mulai dari bagian tepi daun lalu menggulung potongan tersebut.
Stadium larva berlangsung selama 28 hari. Larva makan dari bagian dalam
gulungan tersebut, kemudian membentuk gulungan yang lebih besar sesuai
dengan perkembangan larva sampai akhir. Oleh karena itu tujuan dari penelitian
ini adalah, untuk membuat pestisida organik dari daun pepaya. Serta melakukan
mortalitas terhadap ulat bambu menggunakan pestisida organik dari daun
pepaya.
Dari penelitian yang telah dilakukan, waktu kematian ulat bambu pada
perlakuan P3 (15%) dengan pengulangan sebanyak 2 kali dalam waktu 7 menit
100% ulat bambu seluruhnya mati, sedangkan pada P2 (10%) dengan sebanyak
pengulangan 2 kali dalam waktu 10 menit 100% ulat bambu seluruhnya mati dan
P1 (5%) dengan pengulangan sebanyak 2 kali dibutuhkan waktu 13 menit untuk
100% ulat bambu seluruhnya mati. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa pada
perlakuan P3 (15%) paling cepat terhadap mortalitas atau kematian ulat bambu.
Kata kunci : Pestisida Organik, Daun Pepaya, Ulat Bambu
ii
RIWAYAT HIDUP
Bagus Rhamadi, lahir pada tanggal 12 Pebuari 1994 di Kota
Samarinda Provinsi Kalimantan Timur, merupakan putra ketiga
dari pasangan suami istri Bapak Nordian dan Ibu Ratna Wati.
Pendidikan Sekolah Dasarnya dimulai di SD Negeri 029
Kecamatan Loa Janan Ilir Provinsi Kalimantan Timur pada
tahun 2000 dan lulus pada tahun 2006, kemudian berturut-turut
melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertamanya di SMP Negeri 15
Samarinda tahun 2006 dan lulus pada tahun 2009, Pendidikan Sekolah
Menengah Atasnya di SMA Negeri 7 Samarinda, dimulai pada tahun 2009 dan
lulus pada tahun 2012.
Pendidikan tingginya dimulai pada tahun 2012 di Politeknik Pertanian
Negeri Samarinda Jurusan Manajemen Pertanian pada Program Studi
Manajemen Lingkungan. Selama menempuh pendidikan tinggi di Jurusan
Manajemen Pertanian penulis telah mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang
(PKL) selama kurang lebih dua bulan terhitung sejak tanggal 1 Maret sampai 30
April 2015 di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Kecamatan Samarinda
Ulu, Samarinda, Propinsi Kalimantan Timur.
Penulisan karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
dengan sebutan Ahli Madya Manajemen Lingkungan pada Program Diploma III
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Penulis menyusun Karya Ilmiah yang
berjudul Penggunaan Daun Pepaya (Carica papaya L) Sebagai Pestisida
Organik Terhadap Mortalitas Ulat Bambu (Erionota thrax). Semoga Karya Ilmiah
ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan wawasan tambahan bagi para
pembaca.
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, karena hanya Dialah dzat yang pantas dipuji,
Rabb semesta alam, Dialah maha pencipta, maha melihat dan maha pemberi
rezeki. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada pimpinan Nabi
dan Rasul, Nabi Muhammad SAW yang diutus oleh Allah SWT sebagai rahmat
bagi semesta alam. Atas ijin-Nya pula karya ilmiah ini dapat diselesaikan oleh
penulis dengan judul Penggunaan Daun Pepaya (Carica papaya L) Sebagai
Pestisida Organik Terhadap Mortalitas Ulat Bambu (Erionota thrax).
Karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh penulis selama kurang lebih dua bulan guna memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh sebutan Ahli Madya Manajemen Lingkungan pada
Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Dalam penyusunan Karya Ilmiah ini, penulis tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak, untuk ini dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Taufiq Rinda A, S.Si., M.Pd selaku Dosen Pembimbing yang telah
mengarahkan Penulis.
2. Ir. H. Taman Alex, MP selaku Dosen Penguji Satu.
3. Ir. Dadang Suprapto, MP selaku Dosen Penguji Dua.
4. Seluruh dosen dan staf pengajar di Program Studi Manajemen Lingkungan
Jurusan Manajemen Pertanian.
5. Bapak Ir.Dadang Suprapto, MP selaku Ketua Program Studi Manajemen
Lingkungan.
6. Bapak Ir. M. Masrudy, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian.
7. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda.
8. Orang tua tercinta yang telah banyak memberi dukungan, baik dari segi moril
dan material kepada penulis,
9. Keluarga, kakak tercinta yang telah banyak memberi dukungan, baik dari
segi moril dan material kepada penulis.
10. Seluruh pihak yang telah membantu penulis selama menyelesaikan tugas
akhir ini.
Sebaik apapun penulis menyusun karya ilmiah ini, penulis menyadari
bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis
mengharapkan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi lebih
baiknya karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat untuk para
pembaca sehingga dapat memberikan wawasan tambahan bagi para pembaca.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bagus Rhamadi
Kampus Sei Keledang, Agustus 2015
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................
i
KATA PENGANTAR ....................................................................................
iv
DAFTAR ISI ..................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL........................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
BAB I. PENDAHULUAN ..............................................................................
1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 3
A. Tinjauan Umum Tentang Pestisida............................................. 3
B. Tinjauan Umum Tentang Pestisida Organik............................... 5
C. Tinjauan Umum Tentang Pepaya (Carica papaya L)................. 8
D. Tinjauan Umum Tentang Ulat Bambu (Erionota thrax) .............. 9
E. Mortalitas ..................................................................................... 10
F. Konsentrasi.................................................................................. 11
BAB III. METODE PENELITIAN ..................................................................
A. Tempat, dan Waktu Penelitian....................................................
B. Alat dan Bahan Penelitian .........................................................
C. Prosedur Kerja ...........................................................................
D. Pengolahan Data ………………………………………………….
E.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................
A. Hasil............................................................................................
B. Pembahasan ..............................................................................
12
12
12
13
15
16
16
17
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 19
A. Kesimpulan................................................................................. 19
B. Saran .......................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1. Kematian Ulat Bambu Berdasarkan Waktu dan Dosis Pestisida
Organik dari Ekstrak Daun Pepaya……………………………………..
vi
16
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Lampiran
Halaman
1. Persiapan Penelitian ............................................................................
23
2. Alat Penelitian ......................................................................................
24
3. Bahan Peneliitian .................................................................................
24
4. Sampel Ulat Bambu .............................................................................
25
5. Pemotongan Daun Pepaya ..................................................................
26
6. Penghalusan Daun Pepaya………………………………………………
26
7. Penyaringan Pestisida Daun Pepaya ..................................................
27
8. Pemberian Diterjen ..............................................................................
27
9. Pestisida Daun Pepaya........................................................................
28
10. Penyemprotan P1 (5%)........................................................................
28
11. Penyemprotan P2 (10%)......................................................................
29
12. Penyemprotan P3 (15%)......................................................................
29
vii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Beberapa tahun terakhir, pertanian organik mulai menjadi idola baru
dalam dunia pertanian. Seiring dengan meningkatknya kesadaran masyarakat
akan pentingnya mengkonsumsi pangan sehat yang aman dan bebas dari
bahan-bahan kimia, produk pertanian organik juga semakin berkembang. Gaya
hidup sehat konsumen yang demikian telah menyebabkan permintaan produk
pertanian organik meningkat dengan pesat. Produk pertanian yang selama ini
identik dengan penggunaan bahan kimia seperti pupuk dan pestisida kimia mulai
digantikan dengan pertanian organik yang memanfaatkan bahan alami sebagai
bahan pestisida dan obat-obatan untuk tanaman (Sastraoutomo, 1992).
Penggunaan pestisida di Indonesia semakin meningkat. Sebagian besar
pestisida
digunakan
dalam
sektor
pertanian
dan
perkebunan
untuk
mengendalikan jasad pengganggu yang dapat menurunkan hasil panen.
Penggunaan pestisida baik di negara-negara telah maju maupun yang sedang
berkembang telah terbukti berhasil meningkatkan hasil produksi pertanian dan
juga didalam mengendalikan serangga-serangga pembawa penyakit pada
manusia. Kebutuhan akan pestisida akan terus meningkat sebelum adanya caracara lain yang lebih baik dan berhasil dalam mengendalikan jasad pengganggu
(Sastraoutomo, 1992).
Berkembangnya penggunaan pestisida kimia yang dinilai praktis oleh
para petani dan pecinta tanaman untuk mencegah tanamannya dari serangan
hama, ternyata membawa dampak negatif yang cukup besar bagi manusia dan
lingkungan.
2
Dampak negatif dari penggunaan pestisida kimia adalah meningkatnya
daya
tahan
hama
terhadap
pestisida
(resistansi
hama
itu
sendiri),
membengkaknya biaya perawatan akibat tingginya harga pestisida dan
penggunaan yang kurang tepat dapat mengakibatkan keracunan bagi manusia
dan ekosistem di lingkungan menjadi tidak stabil atau tidak seimbang. Cukup
tingginya dampak negatif dari penggunaan pestisida kimia, mendorong berbagai
usaha untuk menekuni pemberdayaan atau pemanfaatan pestisida alami sebagai
alternatif pengganti pestisida kimia. Salah satu pestisida alami yang dapat
digunakan adalah ekstrak daun pepaya. Selain ramah lingkungan, pestisida
alami merupakan pestisida yang relatif aman dalam penggunaannya dan
ekonomis (Harpanas dan Darmawan 2010).
Pemilihan ulat bambu sebagai obyek penelitian dikarenakan, ulat bambu
dapat dibeli di tempat-tempat penjual burung serta makanan burung. Sehingga
tidak perlu untuk mencari di habitat alaminya pada tanaman pisang.
Tujuan dari penelitian ini adalah, untuk membuat pestisida organik dari
daun pepaya. Serta melakukan mortalitas terhadap ulat bambu menggunakan
pestisida organik dari daun pepaya .
Dalam penelitian ini diharapkan akan memberi hasil diantaranya,
memberikan informasi mengenai cara pembuatan pestisida organik dari daun
pepaya
dan
kegunaannya
terhadap
mortalitas
menyemprotkannya secara langsung pada ulat bambu.
ulat
bambu
dengan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Pestisida
Pembasmi hama atau pestiida adalah bahan yang digunakan untuk
mengendalikan, menolak, atau membasmi organisme pengganggu. Nama ini
berasal dari pest “hama” yang diberi akhiran cide “pembasmi”. Sasarannya
bermacam -macam, seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia , ikan atau
mikrobia yang dianggap mengganggu (Anonim, 2013a).
Menurut Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973 Tentang Pengawasan
Atas Pengadaan, Peredaran dan Penggunaan Pestisida, Pestisida adalah semua
bahan racun yang digunakan untuk membunuh organisme hidup yang
mengganggu tumbuhan, ternak dan sebagainya yang dibudidayakan manusia
untuk kesejahteraan hidupnya, yang dimaksud pestisida adalah semua zat kimia
dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk (Anonim, 1973)
1.
Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang
merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian.
2.
Memberantas rerumputan atau tanaman pengganggu/gulma.
3.
Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan.
4.
Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian
tanaman, tidak termasuk pupuk.
5.
Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan
peliharaan dan ternak.
6.
Memberantas atau mencegah hama-hama air.
7.
Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik
dalam rumah tangga, bangunan dan alat-alat pengangkutan.
4
8.
Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia dan binatang yang pelu dilindungi dengan
penggunaan pada tanaman, tanah dan air.
1.
Jenis Pestisida Menurut Jasad Sasaran
Ditinjau dari jenis jasad yang menjadi sasaran penggunaan pestisida
dapat dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain (Anonim, 1973):
a. Akarisida, berasal dari kata akari, yang dalam bahasa Yunani berarti tungau
atau kutu, fungsinya untuk membunuh tungau atau kutu.
b. Algasida, berasal dari kata alga, bahasa latinnya berarti ganggang laut,
berfungsi untuk membunuh alga.
c.
Alvisida, berasal dari kata avis, bahasa latinnya berarti burung, fungsinya
sebagai pembunuh atau penolak burung.
d.
Bakterisida, berasal dari kata latin bacterium, atau kata Yunani bakron,
berfungsi untuk membunuh bakteri.
e.
Fungsida, berasal dari kata latin fungus, atau kata Yunani spongos yang
artinya jamur, berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan.
f.
Herbisida, berasal dari kata lain herba, artinya tanaman setahun, berfungsi
untuk membunuh gulma.
g.
Insektisida, berasal dari kata latin insectum, artinya potongan, keratin
segmen tubuh, berfungsi untuk membunuh serangga.
h. Ovisida, berasal dari kata latin ovum berarti telur, berfungsi untuk merusak
telur.
i.
Piscisida, berasal dari kata Yunani Piscis, berarti ikan, berfungsi untuk
membunuh ikan.
5
j.
Rodentisida, berasal dari kata Yunani rodere, berarti pengerat berfungsi
untuk membunuh binatang pengerat.
k.
Termisida, berasal dari kata Yunani termes, artinya serangga pelubang kayu
berfungsi untuk membunuh rayap.
2.
Manfaat Penggunaan Pestisida
Pengendalian
organisme
pengganggu
dengan
pestisida
banyak
digunakan secara luas oleh masyarakat, karena mempunyai banyak kelebihan
dibandingkan dengan cara pengendalian yang lain yaitu: Dapat di aplikasikan
dengan mudah. Pestisida dapat diaplikasikan dengan menggunakan alat yang
relatif sederhana seperti sprayer, dapat di aplikasikan hampir di setiap waktu dan
setiap tempat. Pestisida dapat di aplikasikan setiap waktu (pagi, siang, sore atau
malam) dan di setiap tempat, baik di tempat tertutup maupun terbuka (Anonim,
1973).
B. Tinjauan Umum Tentang Pestisida Organik
Pestisida organik merupakan bentuk ramuan alami pembasmi hama yang
bahan aktifnya berasal dari tumbuhan atau bagian tumbuhan seperti akar, daun,
batang atau buah. Bahan-bahan ini kemudian diolah menjadi berbagai bentuk,
antara lain bahan mentah berbentuk tepung, ekstrak atau resin. Pestisida dari
bahan organik sebenarnya bukan hal yang baru tetapi sudah lama digunakan,
bahkan sama tuanya dengan pertanian itu sendiri. Sejak pertanian masih
dilakukan secara tradisional, petani diseluruh belahan dunia telah terbiasa
memakai bahan yang tersedia di alam untuk mengendalikan organisme
pengganggu tanaman. Pada tahun 40-an sebagian petani di Indonesia sudah
menggunakan bahan organik sebagai pestisida (Hadisoeganda, 2004).
6
Pestisida organik adalah suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal
dari alam seperti tumbuhan. Pestisida organik merupakan pemecahan jangka
pendek untuk mengatasi masalah hama dengan cepat, pestisida organik bersifat
ramah lingkungan karena bahan ini mudah terdegradasi di alam, sehingga aman
bagi manusia maupun lingkungan. Secara ekonomis, biaya pestisida organik yang
dikeluarkan petani relatif lebih ringan dibanding pestisida kimia, dimana harga
pestisida kimia di era sekarang lebih mahal. Pestisida organik diartikan sebagai
suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan yang tumbuh di
sekitar kita (Anonim, 2013b).
Dari sisi lain pestisida organik, mempunyai keistemewaan yang bersifat
mudah terurai di alam, sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman
bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah hilang. Pestisida
organik bersifat lebih aman dan nyaman, yaitu apabila di aplikasikan akan
membunuh hama pada waktu itu (bersifat kontak) dan setelah hamanya terbunuh,
maka residunya akan cepat menghilang di alam. Dengan demikian, tanaman akan
terbebas dari residu pestisida dan aman untuk dikonsumsi (Anonim, 2013b).
Penggunaan pestisida organik dimaksudkan bukan untuk meninggalkan
penggunaan pestisida kimia, tetapi hanya merupakan suatu cara alternatif agar
pengguna tidak hanya tergantung kepada pestisida kimia dan agar penggunaan
pestisida kimia dapat diminimalkan, sehingga kerusakan lingkungan diharapkan
dapat
dikurangi.
Kegunaan
pemakaian
pestisida
organik
yaitu:
Untuk
meminimalkan pemakaian pestisida kimia sehingga dapat mengurangi kerusakan
lingkungan, Untuk mengurangi biaya usaha tani bahan pestisida organik mudah
didapat yang tumbuh di sekitar kita dan mudah dibuat oleh siapapun khususnya
7
para petani. Tidak membahayakan kesehatan bagi manusia dan ternak
peliharaan (Anonim, 2013b).
Pestisida organik dapat membunuh atau mengganggu serangan hama dan
penyakit melalui cara kerja yang unik, yaitu dapat melalui perpaduan berbagai
cara atau secara tunggal. Cara kerja pestisida organik yaitu (Oka, 1993):
1.
Merusak perkembangan telur dan larva
2.
Menghambat pergantian kulit
3.
Mengganggu komunikasi serangga
4.
Menyebabkan serangga menolak makan
5.
Menghambat reproduksi serangga betina
6.
Mengurangi nafsu makan
7.
Memblokir kemampuan makan serangga.
8.
Mengusir serangga, dan
9.
Menghambat perkembangan patogen penyakit
Bahan organik mempunyai sifat yang menguntungkan karena daya racun
rendah tidak mendorong resistensi, mudah terdegradasi, kisaran organisme
sasaran sempit, lebih akrab lingkungan serta lebih sesuai dengan kebutuhan
keberlangsungan usaha tani skala kecil. Oka (1993) juga mengemukakan bahwa
pestisida organik tidak mencemari lingkungan, lebih bersifat spesifik, residu lebih
pendek dan kemungkinan berkembangnya resistensi lebih kecil.
C. Tinjauan Umum Tentang Pepaya (Carica papaya L)
Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba dari famili Caricaceae
yang berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat bahkan kawasan sekitar
Mexico dan Costa Rica. Tanaman pepaya banyak ditanam orang, baik di daeah
tropis maupun sub tropis. di daerah-daerah basah dan kering atau di daerah-
8
daerah dataran dan pegunungan. Di Indonesia tanaman pepaya tersebar
dimana-mana bahkan telah menjadi tanaman perkarangan serta penanaman
buah pepaya di Indonesia adalah daerah Jawa Barat (Kabupaten Sukabumi),
Jawa Timur (Kabupaten Malang), Yogyakarta (Sleman), Lampung Tengah,
Sulawesi Selatan (Toraja), Sulawesi Utara (Manado) (Anonim, 2012a).
Selama ini pengendalian terhadap Organisme Pengganggu Tanaman
(OPT) dilakukan oleh petani dengan menggunakan pestisida kimia. Banyak
petani awam yang menggunakan pestisida kimia secara berlebihan dengan
anggapan hama akan lebih cepat mati jika diberikan pestisida dalam jumlah
banyak.
Hal
ini
menunjukkan
kurangnya
pengetahuan
petani
tentang
pengendalian OPT yang tepat. Dampak dari penggunaan pestisida kimia ini
antara lain hama menjadi kebal, peledakan hama baru, penumpukan residu
bahan kimia di dalam hasil panen, terbunuhnya musuh alami, pencemaran
lingkungan oleh residu bahan kimia, dan kecelakaan bagi pengguna. Oleh
karena itu perlu dicari cara pengendalian OPT yang lebih aman dan ramah
lingkungan (Anonim, 2012a).
Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mengendalikan OPT adalah
dengan penggunaan pestisida organik yang berasal dari tumbuhan-tumbuhan di
lingkungan sekitar. Pestisida organik dapat dimanfaatkan untuk memberantas
organisme pengganggu tumbuhan berupa hama dan penyakit tumbuhan maupun
gulma. Pestisida organik merupakan hasil ekstraksi bagian tertentu dari
tumbuhan baik dari daun, buah, biji atau akar. Sehingga para petani diharapkan
mampu mengaplikasikannya dan tidak bergantung lagi pada penggunaan
pestisida kimia (Anonim, 2012a).
9
Daun pepaya (Carica papaya L) mengandung berbagai macam zat,
antara lain : vitaminn A 18250 SI, vitamin B1 0.15 mg, vitamin C 140 mg, kalori
79 kal, protein 8,0 gram, lemak 2 gram, hidrat arang 11,9 gram, kalsium 353 mg,
fosfor 63 mg, besi 0,8 gram, air 75,4 gram, papayotin, kautsyuk,
karpain,
karposit. Daun pepaya mengandung bahan aktif ”Papain”, sehingga efektif untuk
mengendalikan ”ulat dan hama penghisap.” kandungan carposide pada daun
pepaya juga berkhasiat sebagai obat cacing (Anonim, 2013c).
D. Tinjauan Umum Tentang Ulat Bambu (Erionota thrax)
Ulat Bambu (Erionota thrax) termasuk ke dalam family Hesperidae, Ordo
Lepidoptera. Telur berwarna kuning dan menetas setelah mencapai umur 5-8
hari setelah diletakkan (Satuhu dan Supriyadi 1999).
Larva muda yang baru menetas memotong daun pisang secara miring
mulai dari bagian tepi daun lalu menggulung potongan tersebut. Stadium larva
berlangsung selama 28 hari. Larva makan dari bagian dalam gulungan tersebut,
kemudian membentuk gulungan yang lebih besar sesuai dengan perkembangan
larva sampai akhir. Mortalitas larva cukup tinggi pada larva muda karena pada
permukaan tubuhnya belum ditutupi lilin dan gulungan daunnya masih terbuka
(Kalshoven 1981).
1. Hama yang Menyerang Tanaman Pisang
Biologi dari hama ini adalah kupu-kupu dewasa betina meletakkan telur
pada permukaan bawah daun pada sore atau malam hari secara berkelompok
berkisar antara 3-35 butir. Siklus hama daun pisang dari telur sampai dewasa
berlangsung 35-39 hari dengan temperature 27-30oC. Serangga dewasa aktif
pada sore hari atau pagi hari dan memakan nectar pisang yang sedang
10
berbunga. Seluruh siklus hidupnya terjadi di dalam gulungan daun. Makin
tinggi curah hujan maka populasi hama ini makin meningkat (Anonim, 2012b).
Daun yang diserang ulat biasanya digulung sehingga menyerupai tabung,
dan apabila dibuka akan ditemukan larva di dalamnya. Larva memotong bagian
tepi daun kemudian digulung mengarah kedalam larva yang masih muda
memotong tepi daun secara miring, lalu digulung hingga membentuk tabung
kecil. Apabila daun dalam gulungan tersebut sudah habis, maka larva akan
pindah ke tempat lain dan membuat gulungan yang lebih besar. Di dalam
gulungan tersebut larva akan memakan dan biasanya gulungan tersebut menjadi
layu. Larva ditutupi oleh semacam lilin berwarnah putih. Kepompongnya
berwarna coklat. Apabila serangan berat, daun akan habis dan tinggal pelepah
daun yang penuh dengan gulungan daun sehingga dapat menurunkan produksi
pisang (Feakin 1971).
E. Mortalitas
Mortalitas adalah jumlah individu dalam populasi yang mati selama
periode waktu tertentu. Dalam studi populasi biologiwan lebih tertarik pada
mengapa organisme mati pada usia tertentu. Mortalitas bisa dilihat dari berbagai
aspek. Sebagian besar organisme yang hidup di alam jarang pada kondisi
optimum, sebagian besar hewan atau tumbuhan mati karena penyakit, predator
atau ancaman alamiah lain. Laju kematian populasi nilainya negatif, karena
merupakan kebalikan dari angka kelahiran. Ada 3 pengertian menyangkut
motalitas:
1.
Mortalitas ekologi, kematian yang terjadi karena keadaan lingkungan tertentu
akibat adanya faktor ekologi tertentu.
11
2.
Mortalitas minimum teoritis, kematian yang terjadi hanya karena faktor
ketuaan.
3.
Mortalitas khusus, persentase (tingkat) kematian dari populasi semula untuk
setiap periode waktu tertentu (Anonim 2015).
F. Konsentrasi
Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam setiap satuan
larutan atau pelarut, pada umumnya konsentrasi dinyatakan dalam satuan fisik,
misalnya satuan berat atau satuan volume dan satuan kimia, misalnya mol,
massa rumus, dan ekivalen. Ada bebagai cara untuk menyatakan konsentrasi
larutan:
1.
Persen konsentrasi, dalam bidang kimia sering digunakan persen untuk
menyatakan konsentrasi larutan.
2.
Parts per million (ppm) dan parts per billion (ppb), bila larutan sangat encer
digunakan satuan konsentrasi parts per million, ppm (bagian persejuta), dan
parts per billion, pbb (bagian per milliar).
3.
Fraksi mol, fraksi mol adalah perbandingan mol salah satu komponen
dengan jumlah mol semua komponen.
4.
Molaritas, molaritas atau konsentrasi molar suatu larutan menyatakan jumlah
mol (Anonim, 2012c).
19
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil data dan pembahasan yang telah dilakukan oleh
penulis, dapat diberi kesimpulan sebagai berikut:
1.
Penggunaan pestisida organik dari daun papaya (Carica papaya L), dapat
mengatasi ulat bambu (Erionota thrax) dengan menyemprotkannya secara
langsung pada ulat bambu (Erionota thrax).
2.
Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat dietahui bahwa waktu kematian
ulat bambu pada perlakuan P3 (15%) dengan pengulangan sebanyak 2 kali
dalam waktu 7 menit 100% ulat bambu seluruhnya mati, sedangkan pada P2
(10%) dengan sebanyak pengulangan 2 kali dalam waktu 10 menit 100%
ulat bambu seluruhnya mati dan P1 (5%) dengan pengulangan sebanyak 2
kali dibutuhkan waktu 13 menit untuk 100% ulat bambu seluruhnya mati.
3.
Dari hasil penelitian yang telah dilakuakan, menunjukkan bahwa pada
perlakuan P3 (15%) paling cepat terhadap mortalitas atau kematian ulat
bambu.
B. Saran
1.
Pemanfaatan pestisida organik dari daun papaya (Carica papaya L), dapat
menggunakan bahan tambahan lain seperti EM-4 (Effective Microorganism4).
2.
Perlunya penelitian lebih lanjut mengenai kegunaan pestisida organik dari
daun papaya (Carica papaya L), agar dapat digunakan untuk mengatasi
hewan pengganggu tanamanan lainnya selain ulat bambu (Erionota thrax).
20
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1973. Peraturan Pemerintah. Pengawasan Atas Pengadaan,
Peredaran dan Penggunaan Pestisida. Nomor 07. 6 hlm (Diakses tanggal
12 September 2014)
Anonim. 2012a. Makalah Penelitian Petisida Alami Dari Daun Pepaya.
http://sulistiyanto21.blogspot.com/2012/11/makalah-penelitian-pestisidaalami-dari.html (Diakses tanggal 1 September 2014)
Anonim. 2012b. Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Pisang. http://diarymonic.
blogspot.com/2012/05/hama-dan-penyakit-utama-padatanaman.html (Diakses tanggal 24 September 2014)
Anonim. 2012c. Belajar Kimia. http://kim-koslim.blogspot.com/2012/03/macammacam -konsetrasi.html (Diakses tanggal 18 Agustus 2015)
Anonim. 2013a. Pestisida. http:id.wikipedia.org/wiki/Pestisida. (Diakses tanggal
3 September 2014)
Anonim. 2013b. Pestisida Alami. http://fiqhiardiansyah.blogspotcom/2013/04/vbehavioruldefaultvmlo.html (Diakses tanggal 4 September 2014)
Anonim. 2013c. karya tuliis pemanfaatan ekstrak dun papaya sebagai
pestisida
alami
yang
ramah
lingkungan.
http://tonorip.blogspot.com/2013/06/karya-tulis-ekstrak-daun.html
(Diakses tanggal 20 Juli 2015)
Anonim. 2015. Pengertian Mortalitas. http://irwansahaja.blogspot.com/2015/02/
pengertian-mortalitas.html (Diakses tanggal 6 Agustus 2015)
Feakin SD. 1971. Pest Control In Bananas Pans Manual No.1. London. England
Hadisoeganda. 2004. Pestisida Botani. Balai Penelitian Tanaman Sayur.
Bandung
Harpenas, A dan R. Dermawan. 2010. Budidaya Cabai Unggul. Penebar
Swadaya. Jakarta
Kalshoven LGE. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Laan PA van der,
penerjemah. Jakarta: Ichtiar Baruvan Hoeve. Terjemahan dari: De Plagen
van de Cultuurgewassen in Infonesie
Oka, Y. 1993. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan.
Bandung: Angkasa
Sastroutomo S. 1992. Pestisida Dasar-Dasar dan Dampak Penggunaannya.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
21
Satuhu S, Supriyadi H, 1999. Pisang: Bididaya, Pengolahan dan Prospek
Pasar. Jakarta: Penebar Swadaya
Sinaga, S 2009. Pestisida Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong
Pada Tanaman Kedelai Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan,
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
22
LAMPIRAN
23
Gambar 1. Persiapan Penelitian
24
Gambar 2. Alat Penelitian
Gambar 3. Bahan Penelitian
25
Gambar 4. Sampel Ulat Bambu
26
Gambar 5. Pemotongan Daun Pepaya
Gambar 6. Penghalusan Daun Pepaya
27
Gambar 7. Penyaringan Pestisida Daun Pepaya
Gambar 8. Pemberian Diterjen
28
Gambar 9. Pestisida Daun Pepaya
Gambar 10. Penyemprotan P1 (5%)
29
Gambar 11. Penyemprotan P2 (10%)
Gambar 12. Penyemprotan P3 (15%)
Download