bab i pendahuluan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Informasi merupakan hal pokok dalam mencapai kemajuan suatu bangsa.
Perkembangan budaya dan kemajuan teknologi menjadikan manusia sangat haus
akan informasi. Perkembangan tersebut mempengaruhi jenis dan media yang
digunakan dalam pengaksesan maupun pengelolaan informasi. Akibat yang mungkin
terjadi adalah penyalahgunaan informasiapabila tidak dikawal oleh peraturan yang
mengikat.
Informasi publik merupakan jenis informasi yang harus diatur karena berkaitan
dengan kepentingan publik.Informasi publik yang dimiliki oleh lembaga pemerintah
atau badan publik lainnya seharusnya dapat diakses oleh masyarakat atau pengguna
yang membutuhkan. Keterbukaan informasi publik dijamin oleh negara dengan
adanya Undang-undang no. 14 tahun 2008 yang mengupayakan setiap pengguna
informasi publik dapat memperoleh informasi publik dengan cepat dan berbiaya
ringan. Penggunaan internet sebagai media penyebaran informasi yang diatur oleh
pemerintah dalam Undang-undang no. 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi
elektronik menjadikan informasi dapat tersebar dengan lebih cepat dan murah karena
jaringan internet yang meluas dan menjangkau hingga ke pelosok desa.
Kemajuan penggunaan internet menjadi dasar dalam penerapan e-government.
E-government adalah penggunaan teknologi informasi dan telekomunikasi untuk
administrasi pemerintahan yang efisien dan efektif, serta memberikan pelayanan
kepada masyarakatyang transparan dan memuaskan. Semua organisasi pemerintah
akan terpengaruh oleh perkembangan e-government(Quina, 2009). Di Indonesia egovernment lahir dengan ditetapkannya Instruksi Presiden no. 3 tahun 2003
mengenai kebijakan dan strategi nasional pengembangan e-government. Kebijakan
pengembangan e-government adalah untuk menyelenggarakan pemerintahan yang
baik dengan meningkatkan efisiensi, efektifitas, transparansi, dan akuntabilitas pada
penyelenggaraan pemerintahan. Saat ini, model penerapanE-government yang ada di
Indonesia adalah pemerintah menyediakan informasi pada situs web yang dapat
1
2
diakses oleh masyarakat, tetapi masih sedikit situs yang menyediakan interaksi
timbal balik antara pemerintah dengan masyarakat.
Informasi spasial yang berisi tentang keruangan/kewilayahan dan biasa tersaji
dalam bentuk peta, merupakan salah satu jenis informasi yang muncul dalam situs
resmi pemerintah. Penggunaan informasi spasial dalam bentuk peta dimaksudkan
agar informasi keruangan dapat ditampilkan secara menarik dan pengguna dapat
memahami dengan mudah. Kemudahan dalam memahami setiap informasi yang
disajikan menjadi salah satu tolak ukur kualitas data karena kesalahpahaman dalam
mencerna informasi dapat menimbulkan kesalahan dalam pengambilan keputusan.
Unsur lain yang perlu dipertimbangkan untuk meningkatkan kualitas informasi
adalah waktu informasi dibuat, sumber informasi danunsur-unsur lain yang
menunjang kejelasan informasi tersebut.
Penggunaan informasi spasial secara optimal diatur dalam Peraturan Presiden
Republik Indonesia no 85 tahun 2007 tentang Jaringan Data Spasial Nasional.
Informasi spasial diperlukan oleh instansi pemerintah dan masyarakat untuk
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dalam berbagai aspek pembangunan
nasional. Pengelolaan informasi spasial yang baik dalam menunjang penerapan egovernment adalah diselenggarakan melalui sarana jaringan berbasis elektronik,
salah satunya adalah melalui internet.
Peta-peta yang ditampilkan dalam situs resmi pemerintahan secara umum
disajikan dalam bentuk gambar yang ditampilkan pada halaman situs dan peta dalam
bentuk file yang dapat diunduh apabila dibutuhkan. Peta tersebut memberikan
informasi yang berkaitan dengan aspek keruangan suatu daerah. Kualitas informasi
pada peta dapat dinilai dari pemenuhan kaidah sebuah peta yang baik yang ditinjau
salah satunya dari aspek kartografi sehingga peta yang disajikan dapat
menggambarkan informasi sesuai dengan tujuan pembuatan peta.
Ketersediaan dan kualitas peta yang dimiliki oleh Pemerintah Tingkat Daerah
dapat diketahui secara baik dengan adanya beberapa penelitian. Sutanta (2008) dan
Daniswara (2013) telah melakukan penelitian terhadap ketersediaan dan kualitas peta
pada situs web milik Pemerintah Provinsi dan Kabupaten. Berdasarkan penelitian
tersebut, diketahui bahwa pemerintah daerah kurang memanfaatkan internet sebagai
media diseminasi peta (Sutanta, 2008) dan peta yang dimiliki dapat dikatakan
3
memiliki kualitas yang kurang baik (Daniswara, 2013). Meskipun menunjukkan hasil
yang kurang memuaskan, penelitian tersebut memberikan kontribusi besar untuk
perbaikan dalam diseminasi peta pada situs web milik Pemerintah Tingkat Daerah.
Bertolakbelakang dengan yang telah dilakukan pada Pemerintah Tingkat
Daerah, belum diketahui adanya informasi mengenai ketersediaan dan kualitas peta
yang dimiliki Pemerintah Pusat yang dalam hal ini adalah Kementerian dan Lembaga
Pemerintah Indonesia. Informasi ketersediaan dan kualitas peta milik Kementerian
dan Lembaga Pemerintah Indonesia menjadi sangat penting karena institusi tersebut
harus bisa menjadi contoh dalam penyediaan peta yang berkualitas baik dan
diseminasi peta menggunakan situs web resmi yang dimiliki.
Berdasarkan permasalahan tersebut, pada penelitian ini dilakukan survei
terhadap ketersediaan peta-peta yang tersaji dalam situs resmi pemerintah
Kementerian dan Lembaga Pemerintah Indonesiayang menyangkut tingkat kualitas
dan kuantitas peta. Survei dilakukan pada seluruh jenis peta yang terdapat pada situs
web resmi Kementerian dan Lembaga Pemerintah Indonesia.
I.2. Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini adalah tidak adanya informasi yang detil
dan lengkap mengenai ketersediaan dan kualitas petadi situs web resmi Kementerian
dan Lembaga Pemerintah Indonesia.
I.3. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan survei ketersediaan danevaluasi
terhadap peta yang ditampilkan dalamsitus web resmi Kementerian dan Lembaga
Pemerintahan Indonesia, serta analisis terhadap kualitasnya.
I.4. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai
ketersediaan peta pada situs web resmi Kementerian dan Lembaga Pemerintahan
Indonesia dan tingkat kualitas peta pada situs tersebut sehingga dapat dijadikan
bahan pertimbangan dalam pengembangan infrastruktur data spasial pada instansi
terkait.
4
I.5. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Situs web yang diteliti adalah situs web resmi milik 34Kementerian dan 28
Lembaga PemerintahIndonesia yang dibagi menjadi 27 Lembaga Pemerintah
Non Kementerian dan satu Lembaga Non Strukturalyang tertera pada
lampiran A.
2. Data yang digunakan untuk penelitian adalah petayang ditampilkan pada situs
web resmi instansi pemerintah tersebut.
3. Data peta diperoleh dengan pengamatan pada waktu yang bervariasi antara
tanggal 17 Sepetember 2013 sampai dari 10 Desember 2013.
I.6. Tinjauan Pustaka
Penyebaran informasi spasial dengan menggunakan internet berkembang
signifikan sejak munculnya Google Earth dan Google Maps pada tahun 2005
(Sutanta, dkk. 2010). Evaluasi terhadap penggunaan internet dan peta yang disajikan
di situs web tentu harus dilakukan sebagaimana penelitian Nivala, dkk. (2008) yang
mengidentifikasi masalah kegunaan situs pemetaan dalam rangka memberikan
bimbingan untuk desain situs web pemetaan masa depan.
Penggunaan situs web pemerintahan dalam diseminasi peta sangat penting
untuk penyebaran dan penggunaan data oleh masyarakat luas (Daniswara, 2013).
Evaluasi terhadap peta yang disajikan pada situs web pemerintah Indonesia tingkat
daerah memberikan hasil evaluasi yang tidak terlalu menggembirakan, sebab hanya
terdapat 70% dari total 33 provinsi dan 48% dari 442 kabupaten/kota yang
menampilkan peta pada situs web yang dimiliki tersebut (Sutanta, 2008).Peta-peta
yang ditampilkan dapat dikatakan kurang baik karena hanya 50% peta yang dapat
dibaca dan hanya 43,94% peta yang menampilkan informasi terkait peta (Daniswara,
2013).
Metode evaluasi dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan tujuan
penggunaannya (Arikunto, 2006). Pada objek berupa penggunaan peta, kajian yang
dilakukan oleh Nivala, dkk. (2008) menggunakan test user untuk mengetahui
kemudahan penggunaan situs pemetaan. McDougall, dkk. (2009) melakukan
penelitian dengan melakukan survei informasi spasial terhadap 100 web pemerintah
5
lokal di Australia mengenai kontribusi pemerintah lokal terhadap infrastruktur data
spasial. Sedangkan Daniswara (2013) mengevaluasi peta yang disajikan oleh situs
web resmi Pemerintah Kabupaten/Kota dan Provinsi dengan menilai kejelasan peta
dan aspek kartografis.
Penelitian-penelitian yang telah disebut sebelumnya, menjadi gambaran
dalam menemukan permasalahan yang menjadi topik pada penelitian terhadap
ketersediaan peta pada situs web resmi Kementerian dan Lembaga Pemerintah
Indonesia. Penelitian ini merujuk pada penelitian yang telah dilakukan Daniswara
(2013) dan penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui ketersediaan peta pada situs resmi pemerintahan kabupaten/kota dan
kualitasnya dilihat dari aspek kartografi dan tingkat kejelasan peta.
I.7. Landasan Teori
I.7.1. Peta
Pengertian peta secara umum adalah kumpulan data atau informasi yang
digambarkan pada bidang datar, terkait dengan aspek keruangan (spasial) dengan
memperhatikan skala tertentu. Peta juga dapat diartikan sebagai gambaran dari
permukaan bumi pada skala tertentu dan digambarkan pada bidang datar
menggunakan simbol-simbol tertentu dengan menggunakan sistem proyeksi peta
(Riyadi, 1994). Pembuatan peta dimaksudkan agar dapat memvisualisasikan dunia
dengan lebih mudah, informatif dan fungsional.
Data permukaan bumi yang dapat disajikan diatas peta sangat sehingga perlu
dilakukan pemilihan data yang akan disampaikan agar tidak menimbulkan kerumitan
isi peta. Peta dapat dibagi berdasarkan isinya kedalam kelompok berikut:
1. Peta topografi
Peta topografi adalah peta yang menggambarkan semua unsur topografi yang
tampak di permukaan bumi, baik unsur alam (seperti sungai, garis pantai,
danau, kehutanan, gunung, dll.) maupun unsur buatan manusia (seperti jalan,
permukiman, pelabuhan, pasar, dll.), serta menggambarkan keadaan relief
permukaan bumi. Dengan demikian, disamping data planimetris berupa
unsur-unsur topografis, ditampilkan pula data ketinggian seperti data titik
6
tinggi dan kontur topografi. Contoh peta topografi adalah peta peta rupa bumi
terbitan Badan Informasi Geospasial.
2. Peta tematik
Peta tematik adalah peta yang hanya menyajikan data atau informasi dari
suatu konsep/tema tertentu saja, baik berupa data kualitatif maupun data
kuantitatif, dalam hubungannya dengan detail keruangan yang spesifik,
terutama yang sesuai dengan tema peta tersebut. Contoh peta tematik adalah
peta geologi yang diterbitkan oleh Badan Geologi Kementerian ESDM.
I.7.2. Kartografi
Kartografi adalah ilmu dan seni dalam kaitannya dengan teknik pembuatan
peta(Prihandito 1989). Tujuan dari kartografi adalah mengumpulkan dan
menganalisa data dari hasil ukuran berbagai pola/unsur permukaan bumi dan
menyatakan unsur-unsur tersebut secara grafis dengan skala tertentu sehingga dapat
terlihat dengan jelas dan mudah dimengerti atau dipahami. Dalam kartografi,
pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan meliputi penyeleksian data, pemanipulasian dan
generalisasi data, pendisainan/penggambaran simbol-simbol yang mewakili suatu
data dalam peta, penataan letak peta (tata layout peta), pemroduksian peta dan revisi
terhadap peta-peta yang memiliki kesalahan.
Suatu peta dapat disajikan dalam berbagai cara, mulai secara konvensional
hingga digital. Kenampakan obyek/detil di permukaan bumi akan dapat
terpresentasikan pada peta. Kenampakan detil tersebut terbagi dalam detil alam dan
detil buatan. Beberapa contoh detil alam : sungai, danau, gunung dan lainya,
sedangkan untuk detil buatan contohnya jalan, jembatan, pemukiman sawah, dan lain
sebagainya.Suatu peta harus memiliki unsur-unsur peta seperti :
a) Judul peta
b) Skala peta: Perbandingan antara jarak di peta dengan jarak sebenarnya di
lapangan.
c) Arah utara
d) Simbol
e) Legenda: Informasi yang memberikan keterangan terhadap simbol pada peta
f) Sumber dan tahun pembuatan peta
7
Sumber merupakan data yang digunakan dalam pembuatan peta sehingga
memberikan kepastian kepada pembaca peta bahwa data dan informasi yang
disajikan dalam peta benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Tahun
pembuatan digunakan untuk mengetahui apakah peta tersebut masih relevan
dengan kondisi sekarang.
g) Sistem koordinat dan proyeksi peta
Sistem koordinat adalah suatu sistem untuk menyatakan letak atau posisi
suatu titik. Proyeksi peta merupakan suatu sistem yang memberikan
hubungan antara posisi titik-titik diatas peta (bidang datar) dan di
permukaan bumi (bidang lengkung).
h) Datum
Datum merupakan ellipsoid yang memiliki nilai parameter dan origin
tertentu. Digunakan sebagai referensi dalam penentuan posisi di atas
permukaan bumi
Dalam penyajiannya, suatu peta dibatasi oleh suatu garis tepi. Di luar batas tepi
daerah ini pada umumnya dicantumkan berbagai keterangan yang disebut keterangan
tepi. Keterangan tepi ini penting dicantumkan agar peta dapat dipergunakan sebaikbaiknya oleh pengguna peta. Untuk suatu rangkaian peta topografi terdapat suatu
standar ukuran lembar peta dan juga standar keterangan tepi, termasuk posis/letak
informasi pada peta, ukuran huruf, ketebalan garis, warna-warna yang digunakan dan
lain-lain (Prihandito, 1989). Dibawah ini merupakan tampilan dari suatu tata letak
peta (map layout) yang sering digunakan secara umum :
Muka Peta`
Muka Peta
Informasi Tepi
8
Informasi Tepi
Garis Tepi
Batas Informasi
Garis Batas Luar
1Gambar I.1 Penjelasan tata letak peta (map layout)(Riyadi, 1994)
Informasi
Tepi
- Judul Peta
- Arah Utara
- Skala Peta
- Legenda
- Diagram Lokasi
- Keterangan Sejarah
- Pembuatan Peta
2Gambar I.2 Informasi Peta(Riyadi, 1994)
I.7.3. Web Maps
Web maps adalah tampilan data spasial berupa peta di halaman web. Saat ini
web maps telah mengalami banyak perkembangan dan tersaji dalam berbagai jenis.
Secara umum, web maps dapat dibagi menjadi dua kategori, statis dan dinamis.
Skema klasifikasi web maps ditunjukkan pada Gambar I.3.
9
Peta-peta
Statik
Petapeta web
Peta-peta
dinamis
Hanya tampilan
Interaktif tampilan dan atau isi
Hanya tampilan
Interaktif tampilan dan atau isi
3Gambar I.3. Klasifikasi web maps (Kraak dan Brown 2000)
I.7.3.1. Peta statis. Peta statis adalah peta yang dihasilkan dari proses kartografi
seperti peta pada umumnya. Peta statis umumnya berupa file gambar peta dengan
berbagai format file dan ditampilkan dalam suatu halaman web. Kebanyakan peta
statis hanya dapat dilihat atau berupa tampilan saja (view only). Peta ini dapat
menjadi interaktif, apabila kemudian pengguna dapat melakukan perintah-perintah
tertentu, misal zooming, panning, dan sambiguasi ke informasi tertentu atau
pengaturan terhadap layer tertentu yang ingin ditampilkan pengguna.
I.7.3.2.
Peta
dinamis.
Peta
dinamis
merupakan
peta
yang
dapat
merepresentasikan perubahan-perubahan (dinamis). Perubahan yang terjadi dapat
terdiri dari satu atau lebih dari komponen data yang ada. Perubahan tersebut
disajikan dalam bentuk animasi yang interaktif yang menjadikan peta dinamis sangat
menarik. Pada jenis interaktifnya, animasi-animasi yang ditampilkan diatur sesuai
keinginan pengguna, misal untuk menentukan jalur perjalanan, arah pandangan,
ketinggian, dan sebagainya. Peta dinamis yang sering ditemui di situs web misal,
peta dinamis pertumbuhan kota, peta jalur perjalanan dengan animasi jalurnya dan
peta tiga dimensi yang dapat dilihat dari sudut pandang yang berbeda.
I.7.4. Metode Evaluasi
Dalam melakukan penelitian terhadap suatu objek yang akan diteliti haruslah
menggunakan sebuah metode. Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini
adalah menggunakan metode evaluasi.
I.7.4.1. Pengertian evaluasi.Evaluasi merupakan kata serapan dari kata bahasa
Inggris yaitu evaluation yang berarti menilai atau mengukur. Secara pengertian
evaluasi dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang meliputi penilaian atau
pengukuran suatu objek dengan metode atau teknik tertentu yang menghasilkan suatu
informasi yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. (Arikunto,2006)
10
I.7.4.2. Teknik evaluasi. Menurut Arikunto (2006) teknik evaluasi dapat dibagi
menjadi dua macam yaitu tes dan bukan tes. Tes adalah alat atau prosedur yang
digunakan untuk menilai atau menghitung sesuatu dengan cara dan aturan-aturan
yang sudah ditentukan. Pada penelitian ini penulis menggunakan metode teknik
bukan tes dalam melakukan evaluasi terhadap objek dalam penelitian. Teknik
evaluasi yang digolongkan teknik bukan tes adalah sebagai berikut :
1. Skala bertingkat (rating scale). Menggambarkan suatu nilai
(berbentuk angka) terhadap suatu hasil penilaian, angka-angka yang
digunakan diterangkan pada sebuah skala dengan jarak yang sama.
2. Kuisioner, berupa daftar pertanyaan yang harus diisi oleh objek
evaluasi.
3. Daftar Cocok (check list). Berupa daftar pertanyaan yang harus diisi
oleh objek evaluasi dengan membubuhkan tanda cocok ditempat
yang telah disediakan. Daftar ini dapat berupa daftar pertanyaan,
pertanyaan-pertanyaan singkat, atau kriteria yang harus dipenuhi oleh
objek evaluasi untuk mendapatkan tanda cocok.
4. Pengamatan (observation). Pengamatan merupakan teknik evaluasi
yang dilakukan dengan melakukan pengamatan secara cermat dan
teliti terhadap objek yang akan dievaluasi dan menuliskan hasil
evaluasi dengan sistematis.
5. Wawancara. Wawancara adalah teknik evaluasi yang dilakukan
dengan mengadakantanya jawab sepihak untuk mendapatkan
informasi tentang objek yang dilakukan evaluasi.
I.8. Hipotesis
Sutanta (2008) menyatakan terdapat 70% dari total 33 provinsi dan 48% dari
442 kabupaten/kota yang menampilkan peta pada situs web yang dimiliki.
Diperkirakan jumlah Kementerian dan Lembaga Pemerintah Indonesia yang
menyediakan peta pada situs web resmi yang dimiliki sudah mencapai 50%.
Download