bab i pendahuluan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Geografi merupakan salah satu mata pelajaran dalam kurikulum sekolah,
baik di Indonesia maupun negara lainnya. Ini berarti bahwa konten geografi
dinilai sangat penting bagi peserta didik, tidak hanya di Indonesia tetapi di
berbagai negara di dunia. Mansfield (2002) mengemukakan bahwa geografi
membantu peserta didik memahami negaranya dan negara lainnya di dunia.
Menurutnya, geografi memiliki keterkaitan dengan kewarganegaraan, ekonomi,
sejarah dan lingkungan.
Dalam
kaitannya
dengan
kewarganegaraan,
Mansfield
(2002)
mengemukakan bahwa geografi dapat membentuk peserta didik menjadi warga
negara yang baik dengan berpikir kritis terhadap kebijakan-kebijakan yang
berdampak pada perubahan bentanglahan. Geografi juga mendorong peserta didik
untuk berpikir tentang pemanfaatan terbaik sumberdaya nasional.
Dalam kaitannya dengan ekonomi, geografi mampu menganalisis lokasi
sumberdaya alam, bentuk jaringan transportasi dan teknologi yang digunakannya,
tingkat industrialisasi atau produksi energi dan berbagai faktor yang
mempengaruhi bentuk ekonomi suatu negara atau region. Pola-pola perdagangan
merupakan unsur mendasar, baik dalam ekonomi maupun geografi.
Dalam kaitannya dengan sejarah, geografi memberikan petunjuk penting
terhadap kejadian di masa lalu. Bentanglahan suatu wilayah sangat terkait dengan
kondisi kehidupan penduduknya. Karena itu, sejarah aktivitas penduduk suatu
wilayah di masa lampau dapat dianalisis dengan memperhatikan bentanglahannya.
Berbagai manfaat yang sangat besar dari geografi belum sepenuhnya dapat
terwujud mengingat pendidikan geografi di sekolah masih dihadapkan pada
sejumlah permasalahan.
Maryani (2006) mengemukakan saat ini pelajaran
geografi masih dianggap tidak menarik. Menurutnya ada beberapa faktor yang
menyebabkannya, yaitu: (1) pelajaran geografi sering terjebak pada aspek kognitif
1
yaitu menghafal nama-nama tempat, sungai dan gunung atau fakta-fakta lainnya;
(2) ilmu geografi seringkali dikaitkan dengan ilmu yang hanya membuat peta; (3)
geografi hanya menggambarkan perjalanan-perjalanan manusia di permukaan
bumi; (4) proses pembelajaran ilmu geografi cenderung bersifat verbal, kurang
melibatkan fakta-fakta aktual, kurang menggunakan media konkrit dan teknologi
mutakhir; dan (5) kurang aplikabel dalam memecahkan masalah yang berkembang
saat ini.
Kondisi tersebut mempengaruhi minat peserta didik untuk belajar geografi.
Hasil penelitian terhadap
97 peserta didik di Bandung menunjukkan
kecenderungan yang kurang memuaskan dari minat peserta didik terhadap mata
pelajaran geografi (Setiawan, 2009). Peserta didik diminta untuk mengurutkan
mata pelajaran yang disukai oleh mereka. Mata pelajaran geografi berada di
peringkat ke-6 dari 13 mata pelajaran di sekolah. Hanya 5 peserta didik (5,2 %)
dari 97 peserta didik yang menjadikan geografi sebagai mata pelajaran yang
paling disukai.
Sebelum dilakukan upaya perbaikan, sebenarnya hal seperti ini juga
pernah terjadi negara-negara maju seperti Amerika dan Inggris. Hasil penelitian
Battersby dan Biddulph (Rawling, 2003) menunjukkan bahwa Pendidikan
Geografi di sana juga cenderung repetitif dan tidak fokus. Kondisi ini akan
membuat posisi pendidikan geografi di sekolah semakin tidak diperhitungkan.
Bahkan, Rawling (2003) mengemukakan jika suatu mata pelajaran dianggap
membosankan dan tidak relevan oleh peserta didik dan tidak cukup penting oleh
penentu kebijakan, maka pada akhirnya mata pelajaran tersebut akan kehilangan
tempatnya di sekolah.
Kurangnya motivasi peserta didik untuk belajar geografi bisa terjadi
karena kurangnya pemanfaatan media dan sumber belajar serta metode yang
bervariasi dan menarik. Akibatnya, nilai atau manfaat pendidikan geografi bagi
kehidupan menjadi sebuah pertanyaan. Hasil survei terhadap 52 mahasiswa
Geografi UPI Bandung (Setiawan, 2009), menunjukkan bahwa guru geografi
mereka pada saat di SMA sebanyak 70 % hanya memanfaatkan alat atau media
2
standar yaitu peta. Hanya 15 % yang menggunakan globe serta media lainnya dan
(15 %) sisanya sama sekali tidak menggunakan alat peraga. Seluruh mahasiswa
juga mengungkapkan bahwa metode yang paling sering digunakan guru geografi
ketika mereka di SMA adalah ceramah. Ketersediaan media pembelajaran di
sekolah yang terbatas menjadi faktor penting kurangnya pemanfaatan media
belajar dalam pembelajaran geografi.
Terbatasnya variasi metode dan pemanfaatan media pembelajaran di
sekolah tentu akan membuat aktivitas pembelajaran geografi tidak berjalan secara
optimal. Penggunaan metode ceramah secara terus menerus membuat pelajaran
geografi cenderung bersifat verbalisme dan menjauhkan peserta didik dari dunia
nyata yang ada di sekitarnya. Padahal salah satu tujuan pembelajaran geografi
adalah
membuat peserta didik memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang
tempat dimana mereka tinggal.
Liben (2008) mengemukakan bahwa sangat
penting untuk membangun konsep penggambaran dan keruangan dasar dengan
pertama kali menggunakan gambaran lingkungan yang dikenali dimana anak
hidup dan bergerak seperti ruang kelas, lingkungan sekolah dan rumah, sebelum
beralih pada gambaran lingkungan yang lebih luas dan jauh dan tidak dikenali
oleh mereka.
Pernyataan Liben tersebut mempertegas pentingnya lingkungan sekitar
untuk dikenalkan terlebih dahulu sebelum mengenalkan lingkungan yang lebih
luas. Hal senada juga disampaikan oleh Boylan (2004) yang mengemukakan dua
prinsip pengajaran efektif yaitu: pertama, peserta didik akan belajar secara lebih
baik jika dihadapkan pada dunia nyata sehingga memberikanmereka kesempatan
untuk mengembangkan konsep-konsep kunci secara lebih substansial dan utuh;
kedua,
peserta didik dapat belajar lebih baik jika dengan sengaja dibangun
keterkaitan antara mata pelajaran dengan konteks yang sudah dikenali atau
familiar dengan mereka.
Materi pelajaran geografi menawarkan pengetahuan tentang ruang
dengan berbagai bentuk dan proses yang terjadi di dalamnya, baik fisik maupun
sosial-budaya. Pengetahuan tentang beragam bentanglahan pada lokasi yang
3
berbeda dengan berbagai keunikan dan proses yang terjadi di dalamnya sangat
menarik untuk dipelajari.
Sesuatu yang sebenarnya sangat dibutuhkan peserta
didik yang sedang tertarik oleh informasi atau hal-hal baru. Namun, sayangnya
pelajaran tersebut dianggap kurang menarik bagi banyak peserta didik.
Berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi merupakan peluang
dalam meningkatkan kualitas pembelajaran geografi. Berbagai jenis informasi
tersedia dalam jumlah yang sangat banyak. Teknologi informasi dan komunikasi
juga dapat dijadikan media pembelajaran yang lebih menarik bagi peserta didik.
Permasalahannya adalah sampai saat ini belum semua sekolah mampu
memperoleh manfaat secara optimal dari perkembangan tersebut. Akibatnya
proses pembelajaran tidak menarik dan cenderung hanya bersifat hafalan.
Karena itu, tidak heran jika pembelajaran di sekolah, khususnya geografi,
menjadi tidak menarik bagi peserta didik. Geografi hanya disampaikan secara
verbal, sehingga peserta didik hanya membayangkan objek yang sebenarnya di
lapangan. Karena itu, sulit diharapkan peserta didik memperoleh keuntungan
secara optimal dari pelajaran geografi.
Ozgen (2009) mengemukakan bahwa
tidaklah mudah untuk memperoleh keuntungan dari pembelajaran Geografi jika
tidak ada suasana diskusi dan berbagi pendapat bagi peserta didik, lebih
menekankan pada hafalan dan hanya bersifat deskriptif semata.
Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan inovasi dalam pembelajaran
geografi. Metode pembelajaran yang cenderung klasikal yang selama ini banyak
dilakukan harus dipadukan dengan metode yang lebih memberikan ruang bagi
peserta didik untuk mengembangkan potensinya. Peran guru lebih mendorong dan
memotivasi peserta didik untuk mencari dan memanfaatkan berbagai sumber
belajar. Pemanfaatan media pembelajaran berupa komputer dapat dijadikan salah
satu sumber belajar yang efektif bagi peserta didik. Dalam kaitan tersebut, Sistem
Informasi Geografis (SIG) sebagai sistem informasi berbasis spasial dapat
dimanfaatkan sebagai media pembelajaran dan sumber belajar untuk mengenal
dan memahami kondisi geografis atau lingkungan sekitar peserta didik.
4
Sistem Informasi Geografis (SIG) telah berkembang sejak tahun 1960-an
dan telah memberikan kontribusi besar dalam berbagai bidang pembangunan.
Teknologi yang berbasis spasial ini telah dimanfaatkan dalam bidang kehutanan,
perencanaan wilayah, pertambangan, real estate, dan lain-lain. SIG juga dapat
dimanfaatkan dalam bidang pendidikan.
Peserta didik dapat mengeksplorasi
berbagai informasi keruangan di daerahnya. Dukungan basis data yang memadai
memungkinkan peserta didik dapat mengetahui lebih jauh tentang objek yang ada
dalam tampilan peta.
Namun, keuntungan penggunaan SIG untuk pembelajaran tampaknya
belum banyak dikembangkan
di Indonesia. Materi SIG yang ada dalam
kurikulum lebih cenderung mengenalkan SIG sebagai salah satu teknologi
informasi, sehingga lebih banyak belajar tentang SIG (learning about GIS)
bukan mengajar dengan menggunakan SIG (Teaching with GIS). Materi SIG ada
di kelas XII yang kompetensinya adalah “Menganalisis pemanfaatan peta dan
Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk inventarisasi sumberdaya alam,
perencanaan pembangunan, kesehatan lingkungan, dan mitigasi bencana”.
Padahal dengan SIG sangat potensial untuk membantu meningkatkan pemahaman
dan motivasi belajar peserta didik.
Penelitian tentang pemanfaatan SIG dalam pendidikan juga masih langka.
Liu dan Zhu (2008) mengemukakan bahwa sedikit penelitian yang mengkaji
tentang pembelajaran yang berbasis SIG dengan cara peserta didik dapat
mengakses atau berinteraksi dengan informasi geografis, menyusun pendekatan
belajarnya sendiri, mendorong kegiatan belajar antar mata pelajaran, membuat dan
menginterpretasi berbagai representasi informasi geografis.
Apa yang disampaikan oleh Liu juga tidak berbeda dengan apa yang
disampaikan oleh Bednarz (2004) yang mengemukakan komunitas peneliti
pendidikan geografi belum memperoleh keyakinan tentang kepastian akan
kontribusi SIG terhadap pembelajaran secara substantif. Mereka juga tidak bisa
dengan
tegas
menyatakan
bahwa
SIG
memiliki
efek
positif
dalam
5
mengembangkan kemampuan berpikir dan menganalisis spasial sebagai tujuan
utama dalam pendidikan geografi.
Selain penelitian yang masih langka, ketersediaan perangkat lunak di
pasaran yang khusus diaplikasikan dalam pendidikan juga masih langka, apalagi
perangkat lunak SIG yang di dalamnya berisi basis data yang sesuai dengan
kondisi lokal. Berdasarkan hasil penelitian Favier dan Van der Schee (2009)
selain waktu yang tidak mencukupi untuk menerapkan SIG juga materi dalam
basis data SIG yang tidak sesuai dengan tujuan dalam kurikulum dan perangkat
lunak SIG yang dianggap rumit. Para guru, berdasarkan hasil penelitian Lam et al.
(2009), berharap ada semacam kit pembelajaran berbasis SIG yang lebih user
friendly, sehingga siap digunakan oleh para guru secara lebih mudah.
Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan pengembangan aplikasi SIG
untuk pembelajaran Geografi dan
penelitian tentang pengaruh aplikasi SIG
sebagai media pembelajaran terhadap motivasi dan prestasi belajar peserta didik.
Dengan cara demikian peserta didik diharapkan lebih termotivasi untuk belajar
geografi dan tidak ada lagi peserta didik yang tidak mengenal kondisi lokal
daerahnya. Selain itu, tentu saja pada akhirnya diharapkan prestasi belajar mereka
dalam mata pelajaran geografi juga semakin baik.
1.2. Perumusan Masalah
SIG memiliki
kemampuan dalam mengumpulkkan, menyimpan,
menganalisis dan menayangkan data spasial dalam berbagai format seperti grafis,
teks, tabel, dan video.
Berbagai kemampuan tersebut sangat potensial
dikembangkan untuk mendukung kegiatan pembelajaran. Kemampuan SIG
menayangkan peta, teks, tabel dan video sangat membantu kegiatan pembelajaran
geografi menjadi lebih riil dan berbasis data. Kemampuan analisis spasial yang
dimiliki SIG berpotensi mendorong aktivitas pembelajaran yang berbasis masalah,
sehingga peserta didik memiliki kemampuan berfikir kritis terhadap permasalahan
terkait ruang permukaan bumi.
6
Analisis dalam SIG dapat dilakukan dalam berbagai bentuk seperti analisis
tumpang susun peta (overlay), buffering, jaringan (networking), tiga dimensi (3D
Analysis) dan lainnya. Analisis spasial lainnya yang lebih sederhana juga dapat
dilakukan, misalnya dengan analisis query (Query Analysis) untuk menelusuri dan
mengklasifikasikan data yang ada pada basisdata SIG seperti yang dilakukan
dalam penelitian ini.
Walaupun potensi SIG sangat besar dalam mendukung pembelajaran
geografi di sekolah, namun sampai saat ini belum tersedia aplikasi SIG yang
secara khusus ditujukan untuk memenuhi tuntutan kurikulum geografi di
Indonesia. Apalagi aplikasi SIG yang dilengkapi dengan basis data lokal untuk
pembelajaran geografi di Indonesia.
SIG berpotensi dikembangkan sebagai media pembelajaran, namun
pengaruhnya terhadap motivasi dan prestasi belajar masih harus diuji lebih jauh.
Hasil penelitian sebelumnya masih menunjukkan inkonsistensi. Beberapa
penelitian menunjukkan adanya pengaruh positif terhadap pembelajaran,
sedangkan yang lainnya menunjukkan hasil sebaliknya. Berdasarkan hal tersebut,
pengembangan aplikasi SIG sebagai media pembelajaran memerlukan pengujian
atau validasi dalam kegiatan pembelajaran sesungguhnya.
1.3. Tujuan Penelitian
Aplikasi
SIG
untuk
pembelajaran
dikembangkan
dengan
tujuan
membangun daya kritis, motivasi dan prestasi belajar peserta didik. Aktivitas
eksplorasi dan visualisasi data diharapkan dapat meningkatkan motivasi peserta
didik dalam belajar geografi. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan belum
adanya konsistensi terhadap motivasi dan prestasi belajar peserta didik. Oleh
karena itu, tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengembangkan aplikasi SIG sebagai media pembelajaran geografi
Pengembangan aplikasi tersebut dilakukan dengan mengembangkan
desain antarmuka yang sederhana dan dukungan basis data SIG yang
7
secara spesifik disesuaikan dengan kurikulum 2013 mata pelajaran
geografi.
2. mengkaji pengaruh pemanfataan SIG sebagai media pembelajaran
terhadap motivasi belajar peserta didik dalam mata pelajaran geografi.
Hasil kajian ini digunakan untuk menjawab ada tidaknya pengaruh SIG
sebagai media pembelajaran dalam meningkatkan motivasi belajar peserta
didik.
3. mengkaji
pengaruh pemanfataan SIG sebagai media pembelajaran
terhadap prestasi belajar peserta didik dalam mata pelajaran geografi.
Hasil dari kajian ini adalah untuk menjawab ada tidaknya pengaruh SIG
sebagai sebagai media pembelajaran dalam meningkatkan prestasi belajar
peserta didik. Pemanfaatan sebuah media pembelajaran tidak serta merta
dapat meningkatkan prestasi belajar karena berbagai faktor dapat
mempengaruhi efektivitasnya.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1. sebagai bahan rujukan dalam menentukan upaya untuk meningkatkan
minat peserta didik terhadap mata pelajaran geografi.
2. tersedianya media pembelajaran geografi yang dapat dimanfaatkan oleh
guru dan peserta didik dalam mengkaji fenomena geografi yang ada di
daerahnya.
3. tersedianya skenario pembelajaran geografi yang memanfaatkan SIG
sebagai media pembelajaran. Skenario ini akan menjadi acuan bagi guru
yang berisi langkah-langkah pembelajaran yang dapat dilakukan.
4. diperolehnya informasi tentang efektivitas pembelajaran geografi dengan
menggunakan media pembelajaran SIG.
8
1.5. Keaslian Penelitian
Tidak terlalu banyak penelitian yang dapat ditelusuri tentang pemanfaatan
SIG sebagai media pembelajaran di sekolah, baik di Indonesia maupun negara
lainnya. Hal ini tidak lepas dari masih terbatasnya pemanfaatan SIG di sekolah.
Bahkan, di negara-negara maju yang pemanfaatan SIG nya telah meluas ke
berbagai bidang kehidupan, pemanfaatan SIG di sekolah masih sangat terbatas.
Kersky (2001) mengatakan bahwa teknologi SIG hanya diadopsi kurang dari dua
persen oleh sekolah menengah di Amerika Serikat. Selanjutnya, dia mengatakan
bahwa walaupun SIG semakin dianggap penting untuk pemanfaatan dalam bidang
pendidikan, hanya sedikit instrumen yang dikembangkan untuk menilai pengaruh
SIG terhadap pembelajaran peserta didik. Di Indonesia, pemanfaatan SIG masih
sangat terbatas, apalagi di dunia pendidikan. Karena itu, tidak banyak penelitian
tentang pemanfaatan SIG di sekolah, khususnya untuk meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman peserta didik tentang kondisi geografis daerahnya. Beberapa
penelitian yang telah dilakukan tampak pada tabel berikut ini.
9
Nama Peneliti/Judul
Joseph J. Kerski (2001)
(Implementasi
dan
Keefektivan
Teknologi
Sistem Informasi Geografis
dalam
Pendidikan
Menengah)
Permasalahan
Mengapa dan bagaimana SIG
diterapkan
dan
menilai
pengaruh modul pelajaran
berbasis
SIG
dalam
pengajaran dan perolehan
isi
dan
keterampilan
geografis sesuai standar.
Metode
Survei terhadap 1520 sekolah
menengah yang memiliki
perangkat lunak
SIG.
Dengan
menggunakan
metode eksperimen dan studi
kasus di tiga sekolah, maka
diperoleh data primer untuk
menilai
penerapan
dan
keefektivan SIG.
Hasil Penelitian
Hasil penelitiannya mendukung enam hipotesis
dan sembilan hipotesis yang diajukan.
Hipotesis yang terbukti adalah: pertama, faktor
sosial, pendidikan dan politis lebih penting dari
faktor teknis dalam implementasi SIG; kedua,
implementasi SIG di sekolah mengubah cara
mengajar
secara
fundamental;
ketiga,
implementasi SIG mengubah cara belajar
peserta didik; keempat,pemanfaatan SIG di
kelas sesuai dengan tuntutan reformasi
pendidikan; kelima, pemanfaatan SIG di
sekolah lebih karena usaha individu guru
bukan agenda pendidikan nasional secara
sistematis;
keenam,
perkembangan
professional guru dan kontak dengan
komunitas lokal lebih tampak pada guru yang
menggunakan SIG. Hipotesis yang tidak
terbukti: pertama, pemanfaatan SIG dengan
menggunakan pembelajaran berbasis inkuiri
tidak
secara
konsisten
meningkatkan
keterampilan geografis; kedua, peserta didik
perempuan tidak menunjukkan peningkatan
keterampilan geografis dibandingkan peserta
didik laki-laki; ketiga, pemanfaatan SIG
memperkuat kemampuan pemecahan masalah
melalui inkuiri dan juga memperkuat
pengetahuan dan kemampuan lokasi geografis
secara tradisional.
10
Nama Peneliti/Judul
Michelle
K.
HallWallacedan Carla M.
McAuliffe (2001)
(Desain, Penerapan dan
Evaluasi
Materi
Pembelajaran
Berbasis
SIG dalam Pelatihan
Geosains)
Lee Yong Yap, Geok
Chin Ivy Tan, Xuan
Zhu,
dan
Marissa
C.Wettasinghe (2008)
(Tingkat
Pemanfaatan
SIG dan Integrasi SIG
pada
Sekolah-sekolah
Menengah di Singapura)
Permasalahan
1. Dapatkah
pengetahuan
peserta didik ditingkatkan
melalui kegiatan berbasis
SIG?
2. Apakah terdapat hubungan
antara berpikir spasial dan
pembelajaran berbasis SIG?
Metode
Observasi, wawancara dan
survei, pre test dan post test,
dan mengajar keterampilan
spasial. Menyelidiki faktorfaktor yang berpengaruh
terhadap
desain
dan
penerapan
materi
yang
berdampak pada kegiatan
belajar peserta didik.
Bagaimanakah
tingkat Pendekatan penelitian yang
pemanfaatan dan integrasi SIG digunakan adalah kombinasi
pada sekolah-sekolah menengah kualitatif dan kuantitatif.
yang ada di Singapura.
Kuesioner disebar ke 166
sekolah menengah dengan
persentase
pengembalian
instrumen 63,9 %.
Hasil Penelitian
Terdapat korelasi yang positif antara
kecakapan spasial dan prestasinya, baik pada
post test maupun ujian pelatihan reguler yang
mencakup materi aktivitas SIG.
Lebih dari setengahnya, sekolah menengah di
Singapura tidak memiliki aplikasi SIG,
integrasi SIG dalam kegiatan belajar mengajar
masih lambat meskipun telah dilakukan
pelatihan dan dukungan dana. Temuan lainnya
menunjukkan adanya tiga faktor utama yang
menyebabkan
tidak
dilakukannya
pembelajaran geografi berbasis SIG oleh guru
geografi yaitu tidak mencukupinya waktu
dalam kurikulum, memerlukan lebih banyak
waktu untuk persiapan, dan langkanya paket
instruksional yang sesuai. Faktor lainnya
adalah permasalahan hardware, kurangnya
pelatihan SIG, kurangnya keahlian untuk
mengoperasikan aplikasi SIG, kompleksitas
dan harga perangkat lunak.
11
Nama Peneliti/Judul
Baker, T. R. dan
Steven
H.
White
(2003).
(Pengaruh
Teknologi
Sistem
Informasi
Geografis
terhadap
Sikap, Efikasi Diri, dan
Prestasi Peserta Didik di
Sekolah Menengah)
Chi-Chung Lam, Edit
Laib and Janice Wong
(2009).
(Implementasi Sistem
Informasi
Geografis
pada
Kurikulum
Sekolah Menengah di
Hongkong: Situasi Saat
ini dan Arahnya pada
Masa Mendatang)
Elif Alada˘g (2010)
(Pengaruh Sistem
Informasi Geografis
terhadap Prestasi dan
Motivasi Peserta Didik
Kelas 9 Studi Sosial di
Turki)
Permasalahan
Bagaimanakah
pemanfaatan SIG
terhadap
sikap,
efikasi diri dan
prestasi
peserta
didik?
Metode
Desain penelitian kuasi eksperimen tak
setara. Kelompok kontrol menerapkan
pembelajaran
Problem-Based
Learning (PBL) dengan menggunakan
peta dalam bentuk hardcopy untuk
mendukung kegiatan analisis data.
Kelompok eksperimen menggunakan
PBL berbasis SIG.
Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan
sikap terhadap teknologi, self-efficacy terhadap ilmu
pengetahuan, peningkatan analisis data geografis
pada peserta didik yang menggunakan SIG.
Mengkaji kondisi
pemanfaatan SIG
di Hongkong,
hambatan dan
dan arah
perkembangannya
Wawancara terhadap 28 guru geografi Tingkat pemanfaatan SIG dalam pembelajaran
di Hongkong.
geografi termasuk rendah di Hongkong, walaupun
faktanya para guru menyadari bahwa SIG sangat
penting untuk membangun keterampilan geografis.
Ada sejumlah hambatan dalam pemanfaatan SIG di
sekolah yaitu perangkat keras dan perangkat lunak
serta komitmen guru.
Mengkaji
pengaruh
pemanfaatan SIG
terhadap prestasi
dan motivasi
belajar
Desain penelitian menggunakan kuasi
eksperimental
dan
suatu
set
pembelajaran studi sosial. Penelitian
dilaksanakan pada tahun 2006-2007 di
Sekolah Dasar Kota Ankara Turki.
Penelitian melibatkan 21 peserta didik
kelompok eksperimen dan 23 peserta
didik kelompok kontrol.
Terdapat perbedaan pengaruh pengajaran berbasis
SIG dan pengajaran dengan cara konvensional
terhadap prestasi peserta didik. Pengajaran berbasis
SIG memiliki pengaruh signifikan terhadap
peningkatan skor test akhir. Terdapat peningkatan
motivasi antara pre dan post dengan menggunakan
perlakukan metode berbasis SIG. Skor pada
kelompok kontrol dan eksperimen. Motivasi belajar
pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari
kelompok kontrol.
12
Nama Peneliti/Judul
Bryan A. West (2003)
(Sikap Peserta didik dan
Pengaruh SIG terhadap
Ketrampilan Berpikir
dan Motivasi)
Permasalahan
Mengkaji bagaimana SIG
mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
tingkat tinggi dan motivasi
belajar
Metode
Survei terhadap 109 peserta didik
dari dua sekolah sebelum dan
setelah menggunakan SIG. Analisis
menggunakan uji T pada sampel
berpasangan dan uji t dua sisi untuk
menentukan signifikansinya.
Hasil Penelitian
Pengembangan sikap terlihat dalam hal
persepsi dan sikap terhadap komputer. Data
juga menunjukkan bahwa SIG mempengaruhi
kemampuan peserta didik untuk menggunakan
kemampuan berpikirtingkat tinggi.
13
Download