BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Geografi merupakan salah satu mata pelajaran dalam kurikulum sekolah, baik di Indonesia maupun negara lainnya. Ini berarti bahwa konten geografi dinilai sangat penting bagi peserta didik, tidak hanya di Indonesia tetapi di berbagai negara di dunia. Mansfield (2002) mengemukakan bahwa geografi membantu peserta didik memahami negaranya dan negara lainnya di dunia. Menurutnya, geografi memiliki keterkaitan dengan kewarganegaraan, ekonomi, sejarah dan lingkungan. Dalam kaitannya dengan kewarganegaraan, Mansfield (2002) mengemukakan bahwa geografi dapat membentuk peserta didik menjadi warga negara yang baik dengan berpikir kritis terhadap kebijakan-kebijakan yang berdampak pada perubahan bentanglahan. Geografi juga mendorong peserta didik untuk berpikir tentang pemanfaatan terbaik sumberdaya nasional. Dalam kaitannya dengan ekonomi, geografi mampu menganalisis lokasi sumberdaya alam, bentuk jaringan transportasi dan teknologi yang digunakannya, tingkat industrialisasi atau produksi energi dan berbagai faktor yang mempengaruhi bentuk ekonomi suatu negara atau region. Pola-pola perdagangan merupakan unsur mendasar, baik dalam ekonomi maupun geografi. Dalam kaitannya dengan sejarah, geografi memberikan petunjuk penting terhadap kejadian di masa lalu. Bentanglahan suatu wilayah sangat terkait dengan kondisi kehidupan penduduknya. Karena itu, sejarah aktivitas penduduk suatu wilayah di masa lampau dapat dianalisis dengan memperhatikan bentanglahannya. Berbagai manfaat yang sangat besar dari geografi belum sepenuhnya dapat terwujud mengingat pendidikan geografi di sekolah masih dihadapkan pada sejumlah permasalahan. Maryani (2006) mengemukakan saat ini pelajaran geografi masih dianggap tidak menarik. Menurutnya ada beberapa faktor yang menyebabkannya, yaitu: (1) pelajaran geografi sering terjebak pada aspek kognitif 1 yaitu menghafal nama-nama tempat, sungai dan gunung atau fakta-fakta lainnya; (2) ilmu geografi seringkali dikaitkan dengan ilmu yang hanya membuat peta; (3) geografi hanya menggambarkan perjalanan-perjalanan manusia di permukaan bumi; (4) proses pembelajaran ilmu geografi cenderung bersifat verbal, kurang melibatkan fakta-fakta aktual, kurang menggunakan media konkrit dan teknologi mutakhir; dan (5) kurang aplikabel dalam memecahkan masalah yang berkembang saat ini. Kondisi tersebut mempengaruhi minat peserta didik untuk belajar geografi. Hasil penelitian terhadap 97 peserta didik di Bandung menunjukkan kecenderungan yang kurang memuaskan dari minat peserta didik terhadap mata pelajaran geografi (Setiawan, 2009). Peserta didik diminta untuk mengurutkan mata pelajaran yang disukai oleh mereka. Mata pelajaran geografi berada di peringkat ke-6 dari 13 mata pelajaran di sekolah. Hanya 5 peserta didik (5,2 %) dari 97 peserta didik yang menjadikan geografi sebagai mata pelajaran yang paling disukai. Sebelum dilakukan upaya perbaikan, sebenarnya hal seperti ini juga pernah terjadi negara-negara maju seperti Amerika dan Inggris. Hasil penelitian Battersby dan Biddulph (Rawling, 2003) menunjukkan bahwa Pendidikan Geografi di sana juga cenderung repetitif dan tidak fokus. Kondisi ini akan membuat posisi pendidikan geografi di sekolah semakin tidak diperhitungkan. Bahkan, Rawling (2003) mengemukakan jika suatu mata pelajaran dianggap membosankan dan tidak relevan oleh peserta didik dan tidak cukup penting oleh penentu kebijakan, maka pada akhirnya mata pelajaran tersebut akan kehilangan tempatnya di sekolah. Kurangnya motivasi peserta didik untuk belajar geografi bisa terjadi karena kurangnya pemanfaatan media dan sumber belajar serta metode yang bervariasi dan menarik. Akibatnya, nilai atau manfaat pendidikan geografi bagi kehidupan menjadi sebuah pertanyaan. Hasil survei terhadap 52 mahasiswa Geografi UPI Bandung (Setiawan, 2009), menunjukkan bahwa guru geografi mereka pada saat di SMA sebanyak 70 % hanya memanfaatkan alat atau media 2 standar yaitu peta. Hanya 15 % yang menggunakan globe serta media lainnya dan (15 %) sisanya sama sekali tidak menggunakan alat peraga. Seluruh mahasiswa juga mengungkapkan bahwa metode yang paling sering digunakan guru geografi ketika mereka di SMA adalah ceramah. Ketersediaan media pembelajaran di sekolah yang terbatas menjadi faktor penting kurangnya pemanfaatan media belajar dalam pembelajaran geografi. Terbatasnya variasi metode dan pemanfaatan media pembelajaran di sekolah tentu akan membuat aktivitas pembelajaran geografi tidak berjalan secara optimal. Penggunaan metode ceramah secara terus menerus membuat pelajaran geografi cenderung bersifat verbalisme dan menjauhkan peserta didik dari dunia nyata yang ada di sekitarnya. Padahal salah satu tujuan pembelajaran geografi adalah membuat peserta didik memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang tempat dimana mereka tinggal. Liben (2008) mengemukakan bahwa sangat penting untuk membangun konsep penggambaran dan keruangan dasar dengan pertama kali menggunakan gambaran lingkungan yang dikenali dimana anak hidup dan bergerak seperti ruang kelas, lingkungan sekolah dan rumah, sebelum beralih pada gambaran lingkungan yang lebih luas dan jauh dan tidak dikenali oleh mereka. Pernyataan Liben tersebut mempertegas pentingnya lingkungan sekitar untuk dikenalkan terlebih dahulu sebelum mengenalkan lingkungan yang lebih luas. Hal senada juga disampaikan oleh Boylan (2004) yang mengemukakan dua prinsip pengajaran efektif yaitu: pertama, peserta didik akan belajar secara lebih baik jika dihadapkan pada dunia nyata sehingga memberikanmereka kesempatan untuk mengembangkan konsep-konsep kunci secara lebih substansial dan utuh; kedua, peserta didik dapat belajar lebih baik jika dengan sengaja dibangun keterkaitan antara mata pelajaran dengan konteks yang sudah dikenali atau familiar dengan mereka. Materi pelajaran geografi menawarkan pengetahuan tentang ruang dengan berbagai bentuk dan proses yang terjadi di dalamnya, baik fisik maupun sosial-budaya. Pengetahuan tentang beragam bentanglahan pada lokasi yang 3 berbeda dengan berbagai keunikan dan proses yang terjadi di dalamnya sangat menarik untuk dipelajari. Sesuatu yang sebenarnya sangat dibutuhkan peserta didik yang sedang tertarik oleh informasi atau hal-hal baru. Namun, sayangnya pelajaran tersebut dianggap kurang menarik bagi banyak peserta didik. Berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi merupakan peluang dalam meningkatkan kualitas pembelajaran geografi. Berbagai jenis informasi tersedia dalam jumlah yang sangat banyak. Teknologi informasi dan komunikasi juga dapat dijadikan media pembelajaran yang lebih menarik bagi peserta didik. Permasalahannya adalah sampai saat ini belum semua sekolah mampu memperoleh manfaat secara optimal dari perkembangan tersebut. Akibatnya proses pembelajaran tidak menarik dan cenderung hanya bersifat hafalan. Karena itu, tidak heran jika pembelajaran di sekolah, khususnya geografi, menjadi tidak menarik bagi peserta didik. Geografi hanya disampaikan secara verbal, sehingga peserta didik hanya membayangkan objek yang sebenarnya di lapangan. Karena itu, sulit diharapkan peserta didik memperoleh keuntungan secara optimal dari pelajaran geografi. Ozgen (2009) mengemukakan bahwa tidaklah mudah untuk memperoleh keuntungan dari pembelajaran Geografi jika tidak ada suasana diskusi dan berbagi pendapat bagi peserta didik, lebih menekankan pada hafalan dan hanya bersifat deskriptif semata. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan inovasi dalam pembelajaran geografi. Metode pembelajaran yang cenderung klasikal yang selama ini banyak dilakukan harus dipadukan dengan metode yang lebih memberikan ruang bagi peserta didik untuk mengembangkan potensinya. Peran guru lebih mendorong dan memotivasi peserta didik untuk mencari dan memanfaatkan berbagai sumber belajar. Pemanfaatan media pembelajaran berupa komputer dapat dijadikan salah satu sumber belajar yang efektif bagi peserta didik. Dalam kaitan tersebut, Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai sistem informasi berbasis spasial dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran dan sumber belajar untuk mengenal dan memahami kondisi geografis atau lingkungan sekitar peserta didik. 4 Sistem Informasi Geografis (SIG) telah berkembang sejak tahun 1960-an dan telah memberikan kontribusi besar dalam berbagai bidang pembangunan. Teknologi yang berbasis spasial ini telah dimanfaatkan dalam bidang kehutanan, perencanaan wilayah, pertambangan, real estate, dan lain-lain. SIG juga dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan. Peserta didik dapat mengeksplorasi berbagai informasi keruangan di daerahnya. Dukungan basis data yang memadai memungkinkan peserta didik dapat mengetahui lebih jauh tentang objek yang ada dalam tampilan peta. Namun, keuntungan penggunaan SIG untuk pembelajaran tampaknya belum banyak dikembangkan di Indonesia. Materi SIG yang ada dalam kurikulum lebih cenderung mengenalkan SIG sebagai salah satu teknologi informasi, sehingga lebih banyak belajar tentang SIG (learning about GIS) bukan mengajar dengan menggunakan SIG (Teaching with GIS). Materi SIG ada di kelas XII yang kompetensinya adalah “Menganalisis pemanfaatan peta dan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk inventarisasi sumberdaya alam, perencanaan pembangunan, kesehatan lingkungan, dan mitigasi bencana”. Padahal dengan SIG sangat potensial untuk membantu meningkatkan pemahaman dan motivasi belajar peserta didik. Penelitian tentang pemanfaatan SIG dalam pendidikan juga masih langka. Liu dan Zhu (2008) mengemukakan bahwa sedikit penelitian yang mengkaji tentang pembelajaran yang berbasis SIG dengan cara peserta didik dapat mengakses atau berinteraksi dengan informasi geografis, menyusun pendekatan belajarnya sendiri, mendorong kegiatan belajar antar mata pelajaran, membuat dan menginterpretasi berbagai representasi informasi geografis. Apa yang disampaikan oleh Liu juga tidak berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Bednarz (2004) yang mengemukakan komunitas peneliti pendidikan geografi belum memperoleh keyakinan tentang kepastian akan kontribusi SIG terhadap pembelajaran secara substantif. Mereka juga tidak bisa dengan tegas menyatakan bahwa SIG memiliki efek positif dalam 5 mengembangkan kemampuan berpikir dan menganalisis spasial sebagai tujuan utama dalam pendidikan geografi. Selain penelitian yang masih langka, ketersediaan perangkat lunak di pasaran yang khusus diaplikasikan dalam pendidikan juga masih langka, apalagi perangkat lunak SIG yang di dalamnya berisi basis data yang sesuai dengan kondisi lokal. Berdasarkan hasil penelitian Favier dan Van der Schee (2009) selain waktu yang tidak mencukupi untuk menerapkan SIG juga materi dalam basis data SIG yang tidak sesuai dengan tujuan dalam kurikulum dan perangkat lunak SIG yang dianggap rumit. Para guru, berdasarkan hasil penelitian Lam et al. (2009), berharap ada semacam kit pembelajaran berbasis SIG yang lebih user friendly, sehingga siap digunakan oleh para guru secara lebih mudah. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan pengembangan aplikasi SIG untuk pembelajaran Geografi dan penelitian tentang pengaruh aplikasi SIG sebagai media pembelajaran terhadap motivasi dan prestasi belajar peserta didik. Dengan cara demikian peserta didik diharapkan lebih termotivasi untuk belajar geografi dan tidak ada lagi peserta didik yang tidak mengenal kondisi lokal daerahnya. Selain itu, tentu saja pada akhirnya diharapkan prestasi belajar mereka dalam mata pelajaran geografi juga semakin baik. 1.2. Perumusan Masalah SIG memiliki kemampuan dalam mengumpulkkan, menyimpan, menganalisis dan menayangkan data spasial dalam berbagai format seperti grafis, teks, tabel, dan video. Berbagai kemampuan tersebut sangat potensial dikembangkan untuk mendukung kegiatan pembelajaran. Kemampuan SIG menayangkan peta, teks, tabel dan video sangat membantu kegiatan pembelajaran geografi menjadi lebih riil dan berbasis data. Kemampuan analisis spasial yang dimiliki SIG berpotensi mendorong aktivitas pembelajaran yang berbasis masalah, sehingga peserta didik memiliki kemampuan berfikir kritis terhadap permasalahan terkait ruang permukaan bumi. 6 Analisis dalam SIG dapat dilakukan dalam berbagai bentuk seperti analisis tumpang susun peta (overlay), buffering, jaringan (networking), tiga dimensi (3D Analysis) dan lainnya. Analisis spasial lainnya yang lebih sederhana juga dapat dilakukan, misalnya dengan analisis query (Query Analysis) untuk menelusuri dan mengklasifikasikan data yang ada pada basisdata SIG seperti yang dilakukan dalam penelitian ini. Walaupun potensi SIG sangat besar dalam mendukung pembelajaran geografi di sekolah, namun sampai saat ini belum tersedia aplikasi SIG yang secara khusus ditujukan untuk memenuhi tuntutan kurikulum geografi di Indonesia. Apalagi aplikasi SIG yang dilengkapi dengan basis data lokal untuk pembelajaran geografi di Indonesia. SIG berpotensi dikembangkan sebagai media pembelajaran, namun pengaruhnya terhadap motivasi dan prestasi belajar masih harus diuji lebih jauh. Hasil penelitian sebelumnya masih menunjukkan inkonsistensi. Beberapa penelitian menunjukkan adanya pengaruh positif terhadap pembelajaran, sedangkan yang lainnya menunjukkan hasil sebaliknya. Berdasarkan hal tersebut, pengembangan aplikasi SIG sebagai media pembelajaran memerlukan pengujian atau validasi dalam kegiatan pembelajaran sesungguhnya. 1.3. Tujuan Penelitian Aplikasi SIG untuk pembelajaran dikembangkan dengan tujuan membangun daya kritis, motivasi dan prestasi belajar peserta didik. Aktivitas eksplorasi dan visualisasi data diharapkan dapat meningkatkan motivasi peserta didik dalam belajar geografi. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan belum adanya konsistensi terhadap motivasi dan prestasi belajar peserta didik. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengembangkan aplikasi SIG sebagai media pembelajaran geografi Pengembangan aplikasi tersebut dilakukan dengan mengembangkan desain antarmuka yang sederhana dan dukungan basis data SIG yang 7 secara spesifik disesuaikan dengan kurikulum 2013 mata pelajaran geografi. 2. mengkaji pengaruh pemanfataan SIG sebagai media pembelajaran terhadap motivasi belajar peserta didik dalam mata pelajaran geografi. Hasil kajian ini digunakan untuk menjawab ada tidaknya pengaruh SIG sebagai media pembelajaran dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik. 3. mengkaji pengaruh pemanfataan SIG sebagai media pembelajaran terhadap prestasi belajar peserta didik dalam mata pelajaran geografi. Hasil dari kajian ini adalah untuk menjawab ada tidaknya pengaruh SIG sebagai sebagai media pembelajaran dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Pemanfaatan sebuah media pembelajaran tidak serta merta dapat meningkatkan prestasi belajar karena berbagai faktor dapat mempengaruhi efektivitasnya. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1. sebagai bahan rujukan dalam menentukan upaya untuk meningkatkan minat peserta didik terhadap mata pelajaran geografi. 2. tersedianya media pembelajaran geografi yang dapat dimanfaatkan oleh guru dan peserta didik dalam mengkaji fenomena geografi yang ada di daerahnya. 3. tersedianya skenario pembelajaran geografi yang memanfaatkan SIG sebagai media pembelajaran. Skenario ini akan menjadi acuan bagi guru yang berisi langkah-langkah pembelajaran yang dapat dilakukan. 4. diperolehnya informasi tentang efektivitas pembelajaran geografi dengan menggunakan media pembelajaran SIG. 8 1.5. Keaslian Penelitian Tidak terlalu banyak penelitian yang dapat ditelusuri tentang pemanfaatan SIG sebagai media pembelajaran di sekolah, baik di Indonesia maupun negara lainnya. Hal ini tidak lepas dari masih terbatasnya pemanfaatan SIG di sekolah. Bahkan, di negara-negara maju yang pemanfaatan SIG nya telah meluas ke berbagai bidang kehidupan, pemanfaatan SIG di sekolah masih sangat terbatas. Kersky (2001) mengatakan bahwa teknologi SIG hanya diadopsi kurang dari dua persen oleh sekolah menengah di Amerika Serikat. Selanjutnya, dia mengatakan bahwa walaupun SIG semakin dianggap penting untuk pemanfaatan dalam bidang pendidikan, hanya sedikit instrumen yang dikembangkan untuk menilai pengaruh SIG terhadap pembelajaran peserta didik. Di Indonesia, pemanfaatan SIG masih sangat terbatas, apalagi di dunia pendidikan. Karena itu, tidak banyak penelitian tentang pemanfaatan SIG di sekolah, khususnya untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peserta didik tentang kondisi geografis daerahnya. Beberapa penelitian yang telah dilakukan tampak pada tabel berikut ini. 9 Nama Peneliti/Judul Joseph J. Kerski (2001) (Implementasi dan Keefektivan Teknologi Sistem Informasi Geografis dalam Pendidikan Menengah) Permasalahan Mengapa dan bagaimana SIG diterapkan dan menilai pengaruh modul pelajaran berbasis SIG dalam pengajaran dan perolehan isi dan keterampilan geografis sesuai standar. Metode Survei terhadap 1520 sekolah menengah yang memiliki perangkat lunak SIG. Dengan menggunakan metode eksperimen dan studi kasus di tiga sekolah, maka diperoleh data primer untuk menilai penerapan dan keefektivan SIG. Hasil Penelitian Hasil penelitiannya mendukung enam hipotesis dan sembilan hipotesis yang diajukan. Hipotesis yang terbukti adalah: pertama, faktor sosial, pendidikan dan politis lebih penting dari faktor teknis dalam implementasi SIG; kedua, implementasi SIG di sekolah mengubah cara mengajar secara fundamental; ketiga, implementasi SIG mengubah cara belajar peserta didik; keempat,pemanfaatan SIG di kelas sesuai dengan tuntutan reformasi pendidikan; kelima, pemanfaatan SIG di sekolah lebih karena usaha individu guru bukan agenda pendidikan nasional secara sistematis; keenam, perkembangan professional guru dan kontak dengan komunitas lokal lebih tampak pada guru yang menggunakan SIG. Hipotesis yang tidak terbukti: pertama, pemanfaatan SIG dengan menggunakan pembelajaran berbasis inkuiri tidak secara konsisten meningkatkan keterampilan geografis; kedua, peserta didik perempuan tidak menunjukkan peningkatan keterampilan geografis dibandingkan peserta didik laki-laki; ketiga, pemanfaatan SIG memperkuat kemampuan pemecahan masalah melalui inkuiri dan juga memperkuat pengetahuan dan kemampuan lokasi geografis secara tradisional. 10 Nama Peneliti/Judul Michelle K. HallWallacedan Carla M. McAuliffe (2001) (Desain, Penerapan dan Evaluasi Materi Pembelajaran Berbasis SIG dalam Pelatihan Geosains) Lee Yong Yap, Geok Chin Ivy Tan, Xuan Zhu, dan Marissa C.Wettasinghe (2008) (Tingkat Pemanfaatan SIG dan Integrasi SIG pada Sekolah-sekolah Menengah di Singapura) Permasalahan 1. Dapatkah pengetahuan peserta didik ditingkatkan melalui kegiatan berbasis SIG? 2. Apakah terdapat hubungan antara berpikir spasial dan pembelajaran berbasis SIG? Metode Observasi, wawancara dan survei, pre test dan post test, dan mengajar keterampilan spasial. Menyelidiki faktorfaktor yang berpengaruh terhadap desain dan penerapan materi yang berdampak pada kegiatan belajar peserta didik. Bagaimanakah tingkat Pendekatan penelitian yang pemanfaatan dan integrasi SIG digunakan adalah kombinasi pada sekolah-sekolah menengah kualitatif dan kuantitatif. yang ada di Singapura. Kuesioner disebar ke 166 sekolah menengah dengan persentase pengembalian instrumen 63,9 %. Hasil Penelitian Terdapat korelasi yang positif antara kecakapan spasial dan prestasinya, baik pada post test maupun ujian pelatihan reguler yang mencakup materi aktivitas SIG. Lebih dari setengahnya, sekolah menengah di Singapura tidak memiliki aplikasi SIG, integrasi SIG dalam kegiatan belajar mengajar masih lambat meskipun telah dilakukan pelatihan dan dukungan dana. Temuan lainnya menunjukkan adanya tiga faktor utama yang menyebabkan tidak dilakukannya pembelajaran geografi berbasis SIG oleh guru geografi yaitu tidak mencukupinya waktu dalam kurikulum, memerlukan lebih banyak waktu untuk persiapan, dan langkanya paket instruksional yang sesuai. Faktor lainnya adalah permasalahan hardware, kurangnya pelatihan SIG, kurangnya keahlian untuk mengoperasikan aplikasi SIG, kompleksitas dan harga perangkat lunak. 11 Nama Peneliti/Judul Baker, T. R. dan Steven H. White (2003). (Pengaruh Teknologi Sistem Informasi Geografis terhadap Sikap, Efikasi Diri, dan Prestasi Peserta Didik di Sekolah Menengah) Chi-Chung Lam, Edit Laib and Janice Wong (2009). (Implementasi Sistem Informasi Geografis pada Kurikulum Sekolah Menengah di Hongkong: Situasi Saat ini dan Arahnya pada Masa Mendatang) Elif Alada˘g (2010) (Pengaruh Sistem Informasi Geografis terhadap Prestasi dan Motivasi Peserta Didik Kelas 9 Studi Sosial di Turki) Permasalahan Bagaimanakah pemanfaatan SIG terhadap sikap, efikasi diri dan prestasi peserta didik? Metode Desain penelitian kuasi eksperimen tak setara. Kelompok kontrol menerapkan pembelajaran Problem-Based Learning (PBL) dengan menggunakan peta dalam bentuk hardcopy untuk mendukung kegiatan analisis data. Kelompok eksperimen menggunakan PBL berbasis SIG. Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan sikap terhadap teknologi, self-efficacy terhadap ilmu pengetahuan, peningkatan analisis data geografis pada peserta didik yang menggunakan SIG. Mengkaji kondisi pemanfaatan SIG di Hongkong, hambatan dan dan arah perkembangannya Wawancara terhadap 28 guru geografi Tingkat pemanfaatan SIG dalam pembelajaran di Hongkong. geografi termasuk rendah di Hongkong, walaupun faktanya para guru menyadari bahwa SIG sangat penting untuk membangun keterampilan geografis. Ada sejumlah hambatan dalam pemanfaatan SIG di sekolah yaitu perangkat keras dan perangkat lunak serta komitmen guru. Mengkaji pengaruh pemanfaatan SIG terhadap prestasi dan motivasi belajar Desain penelitian menggunakan kuasi eksperimental dan suatu set pembelajaran studi sosial. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2006-2007 di Sekolah Dasar Kota Ankara Turki. Penelitian melibatkan 21 peserta didik kelompok eksperimen dan 23 peserta didik kelompok kontrol. Terdapat perbedaan pengaruh pengajaran berbasis SIG dan pengajaran dengan cara konvensional terhadap prestasi peserta didik. Pengajaran berbasis SIG memiliki pengaruh signifikan terhadap peningkatan skor test akhir. Terdapat peningkatan motivasi antara pre dan post dengan menggunakan perlakukan metode berbasis SIG. Skor pada kelompok kontrol dan eksperimen. Motivasi belajar pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol. 12 Nama Peneliti/Judul Bryan A. West (2003) (Sikap Peserta didik dan Pengaruh SIG terhadap Ketrampilan Berpikir dan Motivasi) Permasalahan Mengkaji bagaimana SIG mampu meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan motivasi belajar Metode Survei terhadap 109 peserta didik dari dua sekolah sebelum dan setelah menggunakan SIG. Analisis menggunakan uji T pada sampel berpasangan dan uji t dua sisi untuk menentukan signifikansinya. Hasil Penelitian Pengembangan sikap terlihat dalam hal persepsi dan sikap terhadap komputer. Data juga menunjukkan bahwa SIG mempengaruhi kemampuan peserta didik untuk menggunakan kemampuan berpikirtingkat tinggi. 13