BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembelajaran
Bahasa
Indonesia
hendaknya
mengarah
pada
tujuan
pengetahuan bahasa sampai penggunaannya, oleh karena itu harus benar-benar
dipahami siswa. Penggunaan metode mengajar yang sesuai haruslah dimiliki oleh
guru agar siswa dapat memahami pembelajaran Bahasa Indonesia. Bahasa memiliki
peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik
dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang ilmu.
Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budaya,
mampu
mengemukakan
perasaan,
berpartisipasi
dalam
masyarakat
yang
menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan
analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya (Depdiknas, 2006).
Menurut
Setiowati (2007:3)
mengatakan
bahwa kemampuan membaca
menjadi dasar utama tidak saja bagi pembelajaran bahasa itu sendiri, tetapi juga bagi
pembelajaran
mata
pelajaran
memperoleh
pengetahuan
lainnya.
yang
Dengan
sangat
membaca
bermanfaat
siswa
bagi
akan
pertumbuhan
dapat
dan
perkembangan daya nalar, sosial, dan emosionalnya. Mengingat pentingnya peranan
membaca tersebut bagi perkembangan siswa, maka cara guru mengajar harus benar.
Membaca merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh siswa sejak mengenal
bangku sekolah. Namun, pada kenyataannya keterampilan membaca para siswa pada
saat ini masih rendah. Hal ini tentu saja sangat memprihatinkan mengingat peranan
membaca sangat penting dalam proses belajar mengajar. Kegemaran membaca pada
jaman sekarang ini masih kurang, masalah tersebut dapat terlihat dari kemalasan
siswa dalam belajar
Keterampilan berbahasa terbagi dalam empat aspek
Keterampilan Berbahasa dalam
(Tarigan 2008:1)
kurikulum di sekolah mencakup a)
keterampilan
menyimak; b) keterampilan berbicara; c) keterampilan membaca; d) keterampilan
1
2
menulis (Tarigan, 2008:1). Salah satu keterampilan berbahasa adalah keterampilan
membaca. Sejalan dengan Nurgiyantoro (2001:246) membaca merupakan aktivitas
mental memahami apa yang dituturkan pihak lain melalui sarana tulisan.
Kegiatan
membaca
memerlukan
pemahaman
tentang
sistem
penulisan
khususnya yang menyangkut huruf dan ejaan, baru kemudian lebih dalam lagi
memahami isi dari bahasa tulis tersebut. Keterampilan membaca sebagai salah satu
keterampilan berbahasa tulis yang bersifat reseptif, perlu dimiliki siswa SD agar
dapat berkomunikasi secara tertulis.
Keterampilan
membaca
bertujuan
meningkatkan
kemampuan
siswa
berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tertulis. Menurut ( Tarigan, 2008 :
7) membaca merupakan serangkaian proses berupa aktivitas yang dilakukan oleh
pembaca
untuk
melaksanakan
beroleh
proses
pembelajaran
pesan
dari penulis
pembelajaran
membaca.
guru hendaknya
Selanjutnya
pembelajaran
membaca
memperhatikan
tiga tahapan
merupakan
yakni
melalui
menurut
pemahaman
tahap
prabaca,
bahasa
tulis.
Dalam
memperhatikan prosedur
Abidin
yang
(2012b:18),
proses
dilakukan
harus
tahap membaca, dan tahap
pascabaca.
Pembelajaran membaca menuntut agar menciptakan peserta didik mampu
memahami isi wacana yang telah dibaca. Peran guru sangat penting dalam
membimbing peserta didik agar mampu memperoleh pemahaman dan informasi
dengan baik. Pendidik juga hendaknya membimbing dan memotivasi agar kegiatan
membaca
terlaksana
dengan
pembelajaran membaca pemahaman
efektif,
efisien,
dan
siswa dituntut untuk
menyenangkan.
Dalam
memiliki pemahaman
terhadap isi wacana yang telah dibaca. Sejalan dengan pendapat Rahim ( 2011 :
11), bahwa terdapat
sembilan
tujuan
membaca, salah satunya memperoleh
informasi jika tujuan membacanya adalah membuat laporan tertulis maupun lisan.
Pelaksanaan membaca nyaring itu tercantum di dalam Kurikulum kelas 4 SD.
Seharusnya, siswa kelas 4 sebagian besar sudah mampu membaca dengan baik,
artinya dapat menyuarakan kalimat lancar dengan intonasi yang tepat. Ketrampilan
3
membaca, merupakan salah satu komponen penting untuk meningkatkan kemampuan
siswa dalam penguasaan berbahasa. Dengan membaca siswa mendapat pengalaman,
informasi, dan pengetahuan yang tidak mungkin didapatkan kecuali melalui proses
membaca. Membaca juga tidaklah lepas dari persoalan berbahasa, sebab berbahasa
merupakan salah satu aspek dari kemampuan berbahasa lainnya. Kemampuan
membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Oleh karena itu
anak harus belajar membaca agar ia dapat membaca untuk belajar (menurut Lerner
dalam Mulyono Abdulrrahman, 2003:200).
Membaca nyaring siswa mencakup dua hal, antara lain : pelafalan dan
intonasi dalam membaca nyaring. Membaca nyaring bertujuan melatih siswa dengan
tepat dan mudah dalam mengubah tulisan menjadi suara dengan memperhatikan
ucapan, tekanan, dan irama. Mengingat masih rendahnya kemampuan membaca
nyaring siswa dan pentingnya metode yang tepat untuk meningkatkan kemampuan
membaca tersebut, maka perlu diadakan penelitian mengenai upaya meningkatkan
kemampuan membaca. Selanjutnya menurut Setiowati ( 2007 :3), menyatakan bahwa
membaca nyaring atau membaca bersuara merupakan jenis kompetensi membaca
yang
menuntut
persyaratan
yang
ketat,
membaca
nyaring
bukan
sekedar
menyuarakan huruf. Jika hal ini yang terjadi maka pemahaman akan materi yang
dibaca akan gagal diperoleh, sehingga membaca nyaring atau membaca bersuara
merupakan kelanjutan dari membaca permulaan. Menurut Tutik Setiowati (2007: 15),
membaca nyaring adalah cara membaca dengan bersuara, yang perlu diperhatikan
adalah pelafalan vokal maupun konsonan, nada atau lagu ucapan, penguasaan tandatanda baca, pengelompokan kata atau frase ke dalam satuan-satuan ide, kecepatan
mata, dan ekspresi.
Membaca nyaring yang baik menuntut agar pembaca memiliki kecepatan
mata yang tinggi serta pandangan mata yang jauh, karena dia haruslah melihat pada
bahan bacaan untuk memelihara kontak mata dengan para pendengar. Pembaca juga
harus mengelompokkan kata-kata dengan baik dan tepat agar jelas maknanya bagi
para pendengar. Pendek kata, pembaca harus mempergunakan segala keterampilan
4
yang
telah
dipelajarinya pada membaca dalam hati sebagai tambahan bagi
keterampilan lisan untuk mengkomunikasikan pikiran dan perasaan pada orang lain.
Membaca
nyaring atau membaca bersuara merupakan kelanjutan dari
membaca permulaan. Pada membaca permulaan tekanan ada pada kelancaran dan
ketepatan penyuaraan huruf,
pada membaca nyaring atau membaca bersuara
difokuskan pada tekanan kata, lagu kalimat atau intonasi, jeda, dan menguasai tanda
baca. Keempatnya harus tepat. Jika ketepatan ini diabaikan, maka siswa akan
mengalami kesulitan pada waktu membaca dalam hati atau membaca intensif di kelas
tinggi. Siswa hanya bisa membaca tetapi sulit menemukan pemahaman yang
dikandung dalam bacaan.
Kegiatan proses belajar mengajar peranan seorang guru sangat penting bagi
siswa dalam penyampaian bahan ajar, dan juga sebagai sosok yang utama dalam
interaksi belajar mengajar. Guru sebagai penyampai bahan ajar dituntut untuk dapat
menguasai seluruh
materi yang diajarkan di kelas. Hal tersebut mempunyai peranan
penting karena materi pembelajaran akan selalu dapat berkembang sesuai dengan
berkembangnya jaman. Maka, guru harus dapat menguasai teknik membaca yang
akan diajarkan untuk siswanya.
Keterampilan membaca yang diperoleh pada membaca permulaan akan sangat
berpengaruh terhadap keterampilan membaca lanjut, sebagai kemampuan yang
mendasari kemampuan berikutnya maka keterampilan membaca permulaan benarbenar memerlukan perhatian guru, membaca permulaan di kelas I merupakan pondasi
bagi pengajaran selanjutnya. Sebagai pondasi haruslah kuat dan kokoh, oleh karena
itu harus dilayani dan dilaksanakan secara berdaya guna dan sungguh-sungguh.
Kesabaran dan ketelitian sangat diperlukan dalam melatih dan membimbing serta
mengarahkan siswa demi tercapainya tujuan yang diharapkan (Darmiyati Zuhdi dan
Budiasih, (2001:57).
Pada membaca permulaan tekanan ada pada kelancaran dan ketepatan
penyuaraan huruf, sedangkan pada membaca nyaring atau membaca bersuara fokus
ada pada tekanan kata, lagu kalimat atau intonasi, jeda, dan menguasai tanda baca.
5
Keempatnya harus tepat. Jika ketepatan ini diabaikan, maka murid akan mengalami
kesulitan pada waktu membaca dalam hati atau membaca intensif. Mereka hanya bisa
membaca tetapi sulit menemukan pemahaman yang dikandung dalam bacaan.
Membaca pada hakekatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal,
karena dalam membaca tidak hanya melafalkan tulisan-tulisan, melainkan melibatkan
aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif.
Herusantoso ( dalam Saleh Abbas, 2006 :103) menyebutkan tujuan membaca
permulaan diantaranya adalah : a) Pembinaan dasar-dasar mekanisme membaca, b)
mampu memahami dan menyuarakan kalimat sederhana yang diucapkan dengan
intonasi yang wajar, dan c) membaca kalimat sederhana dengan lancar dan tepat.
Siswa dapat berperan langsung dalam situasi belajar, guru sebagai perancang,
motivator, pengamat dan pengembang
di pihak lain murid didorong untuk
membearikan respon indifidual serta secara aktif melaksanakan berbagai kegiatan
sehingga dapat memberikan pengalaman dan penghayatan secara langsung, Saleh
Abbas (2006:10). Pembelajaran membaca yang dapat memberikan pengalaman pada
peserta
didik
yaitu dengan melibatkan langsung peserta didik
pada proses
pembelajaran seperti permainan bahasa dan juga pemakaian media yang dapat
melibatkan siswa. Untuk itu guru perlu menyediakan pembelajaran
yang menarik
yang dapat menimbulkan daya tarik bagi siswa untuk giat secara aktif dan kreatif.
Terdapat beberapa teknik membaca yaitu membaca bersuara atau membaca
nyaring, membaca indah, membaca dalam hati, membaca dengan perasaan, membaca
cepat, membaca bahasa, dan membaca bebas. Teknik membaca permulaan yang
cocok digunakan untuk siswa di Sekolah Dasar yaitu membaca nyaring, yang perlu
diperhatikan dalam membaca nyaring adalah intonasi, pelafalan, jeda dan kelancaran.
Kegiatan membaca nyaring merupakan kegiatan yang dilakukan dikelas,
khususnya di Sekolah Dasar. Membaca nyaring dapat membantu siswa menambah
kosakata, menambah
penguasaan
intonasi dan pelafalannya. Selain itu, guru dapat
mengetahui kemajuan siswanya mengenai keterampilan membaca.
Keterampilan
6
membaca nyaring dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar sampai
saat ini masih sangat rendah dan memprihatinkan.
Membaca nyaring siswa mencakup beberapa hal, antara lain: intonasi,
pelafalan, jeda dan kelancaran dalam membaca nyaring. Membaca nyaring bertujuan
melatih siswa dengan tepat dan mudah dalam mengubah tulisan menjadi suara dengan
memperhatikan
ucapan,tekanan,
dan
irama.
Mengingat
masih
rendahnya
keterampilan membaca nyaring siswa dan pentingnya metode yang tepat untuk
meningkatkan keterampilan membaca tersebut, maka perlu diadakan penelitian
mengenai upaya meningkatkan keterampilan membaca.
Berdasarkan wawancara dengan guru, siswa kelas 4 SD Negeri Polobogo 02
Kecamatan Getasan
Kabupaten Semarang mengalami masalah mengenai membaca
nyaring. Dalam membaca siswa kurang memperhatikan intonasi, pelafalan, jeda dan
kelancaran. Pembelajaran membaca dengan Kompetensi Dasar yang disampaikan
adalah keterampilan membaca nyaring dan memahami beberapa kalimat sederhana
yang terdiri dari 3 -5 kata dengan lafal dan intonasi yang tepat. Dari hasil observasi
yang
telah dilaksanakan melalui pengamatan, pembelajaran Bahasa Indonesia pada
aspek membaca nyaring dengan penggunaan metode ceramah dan media papan tulis
sudah baik, guru juga sudah memberikan contoh cara membaca kata dan kalimat
dengan tepat, serta penggunaan lafal dan intonasi yang benar akan
keterampilan
membaca
nyaring
siswa
masih
rendah.
Rendahnya keterampilan
membaca nyaring ini didapati dari hasil tes membaca nyaring dari
diantaranya membacanya masih belum tepat, hal ini
tetapi
21 siswa 11
dikarenakan perhatian siswa
hanya terfokus pada 15 menit awal hingga pada kegiatan inti siswa cenderung ramai
tetapi tidak dalam situasi belajar sehingga materi yang disampaikan tidak terserap
sepenuhnya dan dipahami oleh siswa. Guru juga sudah memberikan penjelasan
maksud dari tulisan yang dibacanya dengan lisan dan contoh di papan tulis namun
sebagian siswa masih belum paham jika disuruh menjawab soal dari pertanyaan yang
terdapat dalam bacaan tersebut.
7
Memecahkan masalah tersebut maka diadakan penelitian
dengan topik
membaca nyaring dengan menggunakan model pembelajaran cooperative script.
Model pembelajaran cooperative script merupakan metode belajar dimana siswa
bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari
materi yang dipelajari (Agus Suprijono, 2009:126). Langkah pertama dalam model
pembelajaran cooperative script yaitu guru membagi siswa untuk berpasangan.
Selanjutnya guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat
ringkasan. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai
pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar. Sementara pembicara
membacakan script, pendengar menyimak/ mengoreksi/ menunjukkan ide-ide pokok
yang kurang lengkap. Langkah selanjutnya bertukar peran, semula sebagai pembicara
ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Setelah pembacaan script selesai, guru
dan siswa melakukan diskusi kelas untuk membahas materi yang telah mereka
pelajari.Siswa saling berinteraksi bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat,
menyanggah, dan sebagainya sementara guru memimpin diskusi kelas.
Model pembelajaran cooperative script merupakan model pembelajaran
pembelajaran yang mengembangkan upaya kerja sama dalam mencapai tujuan
bersama. Pada model pembelajaran cooperative script siswa akan dipasangkan
dengan temannya dan akan berperan sebagai pembicara dan pendengar. Pembicara
membuat kesimpulan dari materi yang akan disampaikan kepada pendengar dan
pendengar akan menyimak, mengoreksi, menunjukkan ide-ide pokok.
Uraian di atas maka penelitian ini dirancang untuk penulisan skripsi yang
berjudul : “ Penerapan
Model Pembelajaran Cooperative Script
Untuk
Meningkatkan Keterampilan Membaca Nyaring Pada Siswa Kelas 4 SDN Polobogo
02 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2015/2016.”
Model pembelajaran
cooperative
script
memberi kesempatan kepada siswa
berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dengan begitu akan berpengaruh pada
pencapain keterampilan membaca nyaring siswa.
8
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas didapat identifikasi masalah yaitu
1. Dalam aktifitas
membaca nyaring
siswa kurang memperhatikan intonasi,
pelafalan, jeda dan kelancaran.
2. Perlu adanya metode yang menfasilitasi dalam kegiatan aktifitas siswa membaca
nyaring.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut “
1. Apakah penerapan model pembelajaran cooperative script dapat meningkatkan
keterampilan membaca nyaring siswa kelas 4 semester 2 SD Negeri Polobogo 02
tahun ajaran 2015/20116 ?
1.4 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai melalui
penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui peningkatan keterampilan
membaca bahasa indonesia dengan menggunakan Model Pembelajaran cooperative
script pada siswa 4 SD N Polobogo 02 Semester 2 Tahun ajaran 2015/2016 dan
membahas lebih dalam mengenai penerapan model pembelajaran cooperative script .
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut:
1.5.1 Manfaat Teoritis
Manfaat
teoritis
penelitian
ini
adalah
memberikan
masukan
tentang
pengembangan pembelajaran dengan penggunaan model pembelajaran
cooperative script.
1.5.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Dengan
dilaksanakannya
penelitian
ini
pembelajaran cooperative script dengan baik.
guru
dapat
menerapkan
model
9
b. Bagi Sekolah
Dapat menjadi bahan kepustakaan tentang pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran cooperative script dan fasilitas sarana dan pra
sarana.
c. Bagi Siswa
Dapat menumbuhkan semangat kerjasama antar siswa, meningkatkan motivasi dan
daya tarik siswa terhadap pembelajaran terutama pada pelajaran Bahasa indonesia.
Download