1 Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Pemberian

advertisement
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Pemberian Kolostrum
pada Bayi di Desa Leyangan, Kecamatan Ungaran Timur,
Kabupaten Semarang
Novita Kurniawati *)
Yuliaji Siswanto, S.KM., M.Kes (Epid) **) Ari Widyaningsih, S.SiT **)
*)Mahasiswa Prodi DIV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo
**)Dosen STIKES Ngudi Waluyo
ABSTRAK
Komposisi gizi ASI yang paling baik adalah pada tiga hari pertama setelah
lahir yang dinamakan kolostrum. Masih banyaknya ibu yang tidak memberikan
kolostrum pada bayinya kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya
adalah tingkat pendidikan ibu yang rendah dan sikap ibu terhadap pemberian
kolostrum. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian kolostrum pada bayi di Desa
Leyangan, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang. Penelitian ini
merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan “cross sectional” pada
33 ibu hamil TM III di Desa Leyangan, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten
Semarang. Kuesioner dipergunakan untuk pengumpulan data yang telah diuji
dengan teknik korelasi “product moment”dan ”Alpha Cronbach”.
Hasil penelitian di Desa Leyangan, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten
Semarang didapatkan data bahwa sebagian besar pengetahuan ibu hamil TM III
tentang kolostrum dalam kategori kurang yaitu sebanyak 16 responden (48,5 %)
dan sebagian besar mempunyai sikap yang negatif terhadap kolostrum yaitu
sebanyak 18 responden (54,5 %).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di harapkan tenaga kesehatan,
khususnya bidan berperan dalam meningkatkan pemberian kolostrum pada bayi.
Memberikan konseling pendidikan kesehatan pada ibu dengan melibatkan
keluarga dan masyarakat agar mendukung ibu menyusui untuk memberikan
kolostrum pada bayinya.
Kata kunci
: Pengetahuan, sikap, kolostrum
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Pemberian Kolostrum pada Bayi
di Desa Leyangan, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang |
1
The Description Knowledge and Attitude of Mothers Toward Giving Colostrum
in Babies at Leyangan Village, East Ungaran, Semarang Regency
ABSTRACT
Nutritional composition of breast milk is best on the first three days after
birth, named colostrum. Many mothers still do not give colostrum to the baby
because of several things, including the low level of mathers' education dan sikap
ibu terhadap pemberian kolostrum. The purpose of this study is to describe the
knowledge and attitude of mothers towards giving colostrum in babies at
Leyangan village, East Ungaran, Semarang regency. This study was a descriptive
study with "cross-sectional" on 33 third trimester pregnant women in Leyangan
vilagge, East Ungaran, Semarang regency. The questionnaire used for data
collection has been tested with correlation technique "product moment" and
"Alpha Cronbach".
The results in Leyangan vilagge, East Ungaran, Semarang regency
showed that most of the third trimester pregnant women had knowledge about
colostrum in the poor category as many as 16 respondents (48,5%) and most of
the respondents had a negative attitude about colostrum as many as 18
respondents (54,5%).
Based on the results of research conducted in expected health
professionals, particularly midwives play a role in improving the provision of
colostrum to the baby. Provide health education in the mother by involving
families and communities to support breastfeeding mothers to give colostrum to
the baby.
Keyword
: knowledge, attitude, colostrum
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Pemberian Kolostrum pada Bayi
di Desa Leyangan, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang |
2
PENDAHULUAN
Indikator utama dalam upaya
pembangunan kesehatan adalah dengan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang diantaranya adalah menurunkan angka
kematian bayi (AKB) atau Infant Mortality
Rate (IMR). Menurut hasil penelitian yang
ada, penyebab angka kematian bayi ini tidak
berdiri sendiri, melainkan terkait dengan
faktor-faktor lain, terutama gizi. Kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM) sangat
berperan penting terutama pemberian gizi
pada bayi. (Depkes, 2008).
Perbaikan gizi pada bayi diupayakan
dengan pemberian ASI. Air susu ibu (ASI)
adalah makanan terbaik dan alamiah bagi
bayi karena mengandung semua nutrisi yang
diperlukan oleh bayi. Pemberian ASI sampai
bayi berumur enam bulan disebut dengan
ASI Eksklusif. Selanjutnya ASI diteruskan
hingga anak berusia dua tahun. Pemberian
ASI
secara
dini
mempunyai
efek
keberhasilan kelangsungan ASI dalam jangka
panjang. Hal ini disebabkan adanya antibodi
yang penting dalam kolostrum dan ASI
melindungi bayi baru lahir (Roesli, 2004).
Pemberian ASI secara penuh sangat
dianjurkan oleh para ahli gizi di seluruh
dunia. Tidak satupun susu formula dapat
menggantikan perlindungan kekebalan tubuh
seorang bayi, seperti yang diperoleh dari
kolostrum, yaitu ASI yang dihasilkan selama
beberapa hari pertama setelah kelahiran. Air
Susu Ibu adalah makanan yang paling
penting terutama pada bulan-bulan pertama
kehidupan. Komposisi gizi ASI yang paling
baik adalah pada tiga hari pertama setelah
lahir yang dinamakan kolostrum (Widjaja,
2005).
Standard Internasional World Health
Organitation (WHO) merekomendasikan,
semua bayi perlu mendapat kolostrum (Ibu
menyusui satu jam pertama) untuk melawan
infeksi yang diperkirakan menyelamatkan
satu juta nyawa bayi. Lebih dari 90% ibu-ibu
membuang kolostrum dan memberikan
makanan padat dini. Pembuangan kolostrum
tersebut menyebabkan kematian neonatus
sebesar 30,56% (lebih kurang 12% dari
AKB) (Hananto, 2003).
Menurut
Survey
Demografi
Kesehatan Indonesia (2007) di Indonesia
hanya 4% bayi mendapat ASI dalam satu jam
pertama, hampir semua bayi (96,5%) di
Indonesia pernah mendapatkan ASI dan
sebanyak 8% bayi baru lahir mendapat
kolostrum setelah melahirkan dalam 1 jam
dan 53% bayi mendapat kolostrum pada hari
pertama.
Masih banyaknya ibu yang tidak
memberikan kolostrum pada bayinya
kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal,
diantaranya adalah tingkat pendidikan ibu
yang rendah, pengalaman yang kurang,
petugas tidak berperan aktif, sosial budaya
dan tradisi turun-temurun, beberapa faktor
inilah yang mendukung timbulnya anggapan
bahwa kolostrum adalah kotoran yang harus
dibuang dan baru bisa diberikan setelah susu
berwarna putih. Akibatnya, para ibu tidak
memberikan kolostrum pada bayinya.
Sehingga bayi akan rentan terhadap berbagai
macam penyakit diantaranya adalah infeksi,
diare, pneumoni, radang otak dan kanker
yang selanjutnya akan mengakibatkan
kematian pada bayi. Mengingat sangat
pentingnya kolostrum, maka pengetahuan ibu
tentang kolostrum bagi bayi baru lahir sangat
diperlukan (Suradi, 2004).
Pengetahuan menimbulkan respon
batin dalam bentuk sikap. Sikap akan
menimbulkan respon lebih jauh lagi yaitu
berupa tindakan terhadap stimulus tadi
(Notoatmodjo, 2007), sehingga dapat
disimpulkan bahwa dengan pengetahuan
yang baik tentang kolostrum maka akan
timbul stimulus berupa sikap untuk
memberikan kolostrum pada bayinya kelak
saat persalinan.
Hasil wawancara terhadap 10 orang
ibu hamil di BPM Ny. Jarmini, Leyangan,
Kec. Ungaran Timur, Kab. Semarang
menunjukkan bahwa sebagian besar ibu
hamil banyak yang belum mengetahui
manfaat dan kandungan yang ada dalam
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Pemberian Kolostrum pada Bayi
di Desa Leyangan, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang |
3
kolostrum sehingga tidak mau memberikan
ASI pada bayinya setelah melahir.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap
ibu terhadap pemberian kolostrum pada bayi
di Desa Leyangan, Kec. Ungaran Timur,
Kab. Semarang.
Diharapkan dengan penelitian ini,
ibu menyusui mengerti tentang manfaat
pemberian kolostrum sehingga dapat
memotivasi ibu menyusui untuk memberikan
kolostrum.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis
penelitian deskriptif, yaitu suatu metode
penelitian yang dilakukan dengan tujuan
utama untuk membuat gambaran atau
deskripsi tentang suatu keadaan secara
obyektif, dengan melihat suatu gambaran
peristiwa yang terjadi (Notoatmodjo, 2010).
dengan menggunkan metode pendekatan
cross sectional
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh ibu hamil TM III di Desa Leyangan,
Kec. Ungaran Timur, Kab. Semarang pada
tanggal 5 - 11 Februari 2015 yang berjumlah
33 orang.
Teknik pengambilan sampel dengan
total sampling yaitu mengambil keseluruhan
sampel dari jumlah populasi, maa sampel
dalam penelitian ini berjumlah 33 orang.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan
peneliti adalah degan cara membagi lembar
kuesioner yang sebelumnya sudah dilakukan
uji validitas dan reabilitas.
Anlisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis
univariat
yang
digunakan
untuk
menggambarkan tiap variabel dengan
menggunakan tabel frekuensi (Sugiyono,
2009). Uji analisis univariat ini untuk
mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap
ibu terhadap pemberian kolostrum pada bayi.
HASIL PENELITIAN
Tabel 1 Karakteristik Responden.
Frekuensi Persentase (%)
Umur
< 20 tahun
8
24,3
20-30 tahun
21
63,6
> 30 tahun
4
12,1
Pendidikan
SMP
SMA
PT
7
21
5
21,2
63,6
15,2
Pekerjaan
IRT
11
33,3
Wiraswasta
6
18,2
Karyawan
14
42,4
PNS/TNI/
2
6,1
POLRI
Berdasarkan table 1 diketahui bahwa :
- Sebagian besar responden berumur antara
20-30 tahun yaitu sebanyak 21 responden
(63,6%) dan sebagian kecil responden
mempunyai umur > 30 tahun yaitu
sebanyak 4 responden (12,1%).
- Sebagian besar tingkat
pendidikan
responden adalah SMA yaitu sebanyak 21
responden (63,6%) dan sebagian kecil
perguruan tinggi (PT) yaitu sebanyak 5
responden (15,2%).
- Sebagain besar responden bekerja sebagai
karyawan yaitu sebanyak 14 responden
(42,4%) dan sebagian kecil responden
bekerja sebagai PNS/TNI/POLRI yaitu
sebanyak 2 responden (6,1%).
Tabel 2 Pengetahuan dan Sikap Ibu
Terhadap Pemberian Kolostrum pada
Bayi
Frekuensi Persentase (%)
Pengetahuan
Baik
6
18,2
Cukup
11
33,3
Kurang
16
48,5
Sikap
Positif
Negatif
15
18
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Pemberian Kolostrum pada Bayi
di Desa Leyangan, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang |
45,5
54,5
4
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa :
- Sebagian besar pengetahuan responden
tentang kolostrum dalam kategori kurang
yaitu sebanyak 16 responden (48,5%) dan
sebagian kecil responden mempunyai
pengetahuan yang baik tentang kolostrum
yaitu sebanyak 6 responden (18,2%).
- Sebagian besar responden mempunyai
sikap negatif terhadap perilaku pemberian
kolostrum yaitu sebanyak 18 responden
(54,5%) dan sebagian kecil responden
mempunyai sikap positif terhadap perilaku
pemberian kolostrum yaitu sebanyak 15
responden (45,5%)
PEMBAHASAN
Gambaran Pengetahuan Ibu tentang
Pemberian Kolostrum pada Bayi di Desa
Leyangan, Kecamatan Ungaran Timur,
Kabupaten Semarang
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa
sebagian
besar
pengetahuan
responden terhadap kolostrum dalam
kategori kurang yaitu sebanyak 16 responden
(48,5%). Pengetahuan yang kurang pada
sebagian besar responden tersebut dapat
dilihat dari kemampuan yang dimiliki oleh
responden dalam menjawab kuesioner
tentang kolostrum yang diberikan peneliti
meliputi:
pengertian,
komposisi
dan
kandungan
dalam
kolostrum,
tujuan
pemberian kolostrum dan manfaat kolostum.
Hal tersebut dapat dilihat dari hasil
kuesioner yang menunjukkan bahwa terdapat
30,3%
responden
tidak
mengetahui
pengertian kolostrum yaitu cairan yang
berwarna kekuningan adalah cairan yang
dikeluarkan oleh payudara ibu pada hari
pertama sampai hari ke tiga setelah
persalinan. Sedangkan sebagian responden
51,5% mempunyai pengetahuan yang kurang
tentang komposisi dan kandungan dalam
kolostrum yaitu Kandungan mineral dalam
ASI yang berwarna kuning kadarnya lebih
tinggi dibandingkan dengan ASI yang
diproduksi lebih dari 14 hari dan sebanyak
51,5% ibu hamil tidak mengetahui tujuan
pemberian
kolostrum
yaitu
dengan
menyatakan salah bahwa Lemak dalam ASI
yang berwarna kuning lebih banyak
mengandung kolestrol sehingga bayi sejak
dini sudah terlatih mengolah kolestrol, serta
sebanyak 54,5% responden tidak mengetahui
manfaat pemberian kolostrum dengan
menyatakan bahwa ASI yang berwarna
kuning itu kotor sehingga akan menyebabkan
infeksi dan ASI yang berwarna kuning dapat
mengakibatkan infeksi pada bayi karena
kolostrum tidak bersih dan tidak baik bagi
bayi.
Masih banyaknya ibu yang tidak
memberikan kolostrum pada bayinya
kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal,
diantaranya adalah tingkat pendidikan ibu
yang rendah, pengalaman yang kurang,
petugas tidak berperan aktif, sosial budaya
dan tradisi turun-temurun, beberapa faktor
inilah yang mendukung timbulnya anggapan
bahwa kolostrum adalah kotoran yang harus
dibuang dan baru bisa diberikan setelah susu
berwarna putih. Akibatnya, para ibu tidak
memberikan kolostrum pada bayinya.
Sehingga bayi akan rentan terhadap berbagai
macam penyakit diantaranya adalah infeksi,
diare, pneumoni, radang otak dan kanker
yang selanjutnya akan mengakibatkan
kematian pada bayi. Mengingat sangat
pentingnya kolostrum, maka pengetahuan ibu
tentang kolostrum bagi bayi baru lahir sangat
diperlukan (Suradi, 2004).
Gambaran
Sikap
Ibu
Terhadap
Pemberian Kolostrum pada Bayi di Desa
Leyangan, Kecamatan Ungaran Timur,
Kabupaten Semarang
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa sebagian besar responden mempunyai
sikap yang negatif terhadap kolostrum yaitu
sebanyak 18 responden (54,5%). Sikap
negatif pada sebagian besar responden
tersebut dapat dilihat dari hasil jawaban
kuesioner yang diberikan peneliti kepada
responden terhadap pemberian kolostrum
pada bayi baru lahir. Berdasarkan hasil
penelitian diketahui bahwa 39,4% responden
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Pemberian Kolostrum pada Bayi
di Desa Leyangan, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang |
5
mempunyai respon yang negatif terhadap
kolostrum dengan menyatakan bahwa sangat
tidak setuju yaitu keluarga menyarankan
untuk memberikan ASI yang berwarna
kuning saat melahirkan nanti, 48,5%
menyatakan tidak setuju bahwa mereka
mendapat informasi dari tenaga kesehatan
sehingga akan memberikan kolostrum dan
42,4% menyatakan tidak setuju bahwa tenaga
kesehatan selalu mendorong dan memotivasi
untuk memberikan kolostrum. 15,2%
responden menyatakan setuju bahwa meraka
akan membuang kolostrum karena dapat
menyebabkan payudara bengkak serta 54,5%
responden menyatakan sikap setuju bahwa
kolostrum tidak baik bagi kesehatan bayi.
Sikap merupakan proses merespon
seseorang terhadap objek tertentu dan
mengandung penilaian suka-tidak suka,
setuju-tidak
setuju,
atau
mengambil
keputusan positif atau negatif (Sobur, 2003).
Newcomb dalam Notoatmodjo (2005)
berpendapat bahwa terbentuknya sikap
negatif maupun positif terhadap pemberian
kolostrum ditentukan oleh berbagai faktor
lain seperti pengalaman, fasilitas dan sosial
budaya. Penelitian yang dilakukan oleh
Mustakimaningsih (2009) menyatakan bahwa
sikap ibu yang negatif terhadap pemberian
kolostrum dikarenakan kurangnya dukungan
dari keluarga dan masyarakat.
PENUTUP
Kesimpulan
Sebagian besar pengetahuan ibu hamil
TM III tentang pemberian kolostrum
pada bayi di Desa Leyangan, Kecamatan
Ungaran Timur, Kabupaten Semarang
dalam kategori kurang yaitu sebanyak 16
responden (48,5%).
Sebagian besar ibu hamil TM III
mempunyai sikap yang negatif terhadap
pemberian kolostrum pada bayi di Desa
Leyangan, Kecamatan Ungaran Timur,
Kabupaten Semarang yaitu sebanyak 18
responden (54,5%).
Saran
Bagi ibu menyusui, diharapkan dapat
menjadikan ibu lebih aktif lagi untuk
mendapat informasi mengenai kolostrum
dari membaca buku/ majalah yang jelas
sumbernya atau juga bias dengan
bertanya kepada tenaga kesehetahan
supaya ibu mengerti tentang manfaat
pemberian kolostrum sehingga dapat
memotivasi
ibu
menyusui
untuk
memberikan kolostrum.
Bagi tenaga kesehatan, hasil penelitian
ini dapat menjadi bahan masukan bagi
tenaga kesehatan, khususnya bidan di
harapkan berperan dalam meningkatkan
pemberian kolostrum pada bayi baru lahir
dengan cara pengaktifan IMD supaya
merangsang
keluarnya
kolostrum,
memberikan
konseling
pendidikan
kesehatan tentang kolostrum dengan
melibatkan keluarga serta memberikan
penyuluhan kepada masyarakat agar
mendukung
ibu
menyusui
untuk
memberikan kolostrum pada bayinya.
DAFTAR PUSTAKA
Alex, Sobur. (2003). Psikologi Umum.
Bandung: Pustaka Setia.
Depkes RI. (2008). Manajemen laktasi, Buku
panduan Bagi Bidan Dan Petugas
Kesehatan di Puskesmas. Depkes
RI: Jakarta
Direktorat Statistik dan Kependudukan.
(2007). Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia Biro Pusat
Statistik.
http://www.datastatistikindonesia.c
om /sdki
Hananto Wiryo. (2003). Peningkatan gizi
bayi,anak,ibu
hamil
dan
menyusuidengan bahan makanan
local. Jakarta: Sagung Seto
Mustakimaningsing. (2009). Hubungan sikap
ibu dan dukungan keluaraga
dengan pemberian kolostrum di
Desa Sukanalu.
Notoatmodjo,
(2005).
Kesehatan
masyarakat. Jakarta, Rineka Cipta.
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Pemberian Kolostrum pada Bayi
di Desa Leyangan, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang |
6
Notoatmodjo,
(2010).
Ilmu
perilaku
kesehatan. Jakarta, Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi kesehatan
dan ilmu perilaku Jakarta: Rineka
Cipta.
Roesli, U. (2004). Inisiasi menyusui dini.
Jakarta: Pustaka Bunda.
Sugiyono, (2009). Metode penelitian
kuantitatif kualitatif. Bandung,
Alfabeta.
Suradi, R. (2004). Manajemen Laktasi.
Jakarta: Perkumpulan Perinatologi
Indonesia
Widjadja. (2005). Gizi tepat untuk
perkembangan otak dan kesehatan
balita. Jakarta: Kawan Pustaka.
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Pemberian Kolostrum pada Bayi
di Desa Leyangan, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang |
7
Download