TQM - E-Journal Universitas Bung Hatta

advertisement
FAKTOR-FAKTOR PENTING DALAM KEBERHASILAN PENERAPAN
TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) PADA KONTRAKTOR
KECIL DI PASAMAN BARAT
1
Mustika Candra1, Nasfryzal Carlo1 dan Yusrizal Bakar1
Program Studi Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta
Email : [email protected]
ABSTRACT
Quality is a major factor in order to survive in the competition. So the quality
being the main things that should be done by each company's construction
services. But not all construction companies succeed in the application of TQMbased quality system. This is due to a qualifying small construction companies
still haven't learned anything important factors that need to be applied. Yet he
knows are important factors in the implementation of TQM will lead to yet he
knows what factors most significantly influential in its application. Based on these
problems, the purpose of this study was to determine whether the application of
TQM is appropriate based on the standards required by the dimensions and the
main factors, know the important factors that need to be considered to achieve
successful implementation of TQM. The research method used is the quantitative
approach. This research was conducted in February until March 2014 at small
qualification (K1-K3) construction services company in West Pasaman.
Instrument research using questionnaires conducted test validity and reliability.
After the test is done to determine the factors significant factors affecting the
successful implementation of TQM in small contractors K1-K3. The result showed
that small contractors do not understand completely the importance of Total
Quality Management (TQM). Achieving the level of success of TQM
implementation available today allows for improved further by tracking things
that are considered important as a measure of successful implementation of TQM
in the future. Obtained three most important factors for achieving significant
success of TQM implementation in the current small contractors, among others,
the factors continual improvement process for all aspects of TQM, motivational
factors and management factors of leadership.
Keyword: TQM, Construction company
ABSTRAK
Mutu merupakan faktor utama agar dapat bertahan dalam persaingan. Sehingga
mutu menjadi hal utama yang harus dilakukan oleh setiap perusahaan jasa
konstruksi. Namun tidak semua perusahaan konstruksi berhasil dalam penerapan
sistem mutu berbasis TQM. Hal ini dikarenakan perusahaan konstruksi kualifikasi
kecil masih belum mengetahui faktor penting apa saja yang perlu diterapkan.
Belum diketahuinya faktor-faktor penting dalam penerapan TQM akan
1
mengakibatkan belum diketahuinya faktor apa saja yang paling signifikan
berpengaruh dalam penerapannya. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan TQM sudah
sesuai berdasarkan standar yang dipersyaratkan berdasarkan dimensi dan faktor
utamanya, mengetahui faktor-faktor penting yang perlu diperhatikan untuk
mencapai keberhasilan pelaksanaan TQM. Metode penelitian yang digunakan
adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari
sampai Maret 2014 pada perusahaan jasa konstruksi kualifikasi kecil (K1-K3) di
Pasaman Barat. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang dilakukan uji
validitas dan reliabilitas. Setelah itu dilakukan uji faktor untuk menentukan factorfaktor yang signifikan mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan TQM pada
kontraktor kecil K1-K3. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa kontraktor kecil
belum memahami sepenuhnya arti penting Total Quality Management (TQM).
Tingkat pencapaian keberhasilan pelaksanaan TQM yang ada saat ini
memungkinkan untuk diperbaiki dengan cara menelusuri lebih jauh hal-hal yang
dianggap penting sebagai ukuran keberhasilan pelaksanaan TQM pada masa akan
datang. Didapatkan tiga faktor penting yang paling signifikan untuk pencapaian
keberhasilan pelaksanaan TQM pada kontraktor kecil saat ini, antara lain yaitu
faktor proses perbaikan secara terus menerus untuk seluruh aspek TQM, faktor
motivasi dan faktor manajemen kepemimpinan.
Kata kunci: TQM, Perusahaan jasa konstruksi
1. PENDAHULUAN
Industri konstruksi di Indonesia
saat ini dan akan datang masih akan
menghadapi
tugas
berat
untuk
merekonstruksi
infrastruktur
dan
kondisi fasilitas produksi yang sudah
menurun diberbagai negara maju dan
industri
sebagaimana
juga
pembangunan komunitas, infrastruktur
dan kompleks industri yang baru
dinegara berkembang. Hal ini tentunya
membutuhkan kemampuan pelaksana
konstruksi (kontraktor) untuk bisa lebih
efisien
dalam
pengelolaan
konstruksinya (Hendrickson, 2000 dan
Oberlender, 2000).
Saat ini mutu/kualitas menjadi
hal yang sangat penting dalam
mempertahankan kelangsungan hidup
organisasi baik pada perusahaan
industri jasa, konstruksi ataupun
manufaktur. Mutu merupakan salah
satu tujuan dan sekaligus indikator
kesuksesan suatu pekerjaan konstruksi
terutama oleh pemilik proyek terhadap
produk dan jasa layanan konstruksi dan
konsultansi. Dalam konteks ini, mutu
dianggap sebagai salah satu elemen
kunci dari metode dan teknik
manajemen proyek konstruksi. Sebagai
konsekuensinya, sistem manajemen
mutu harus diterapkan baik di tingkat
perusahaan (corporate level) maupun
di proyek (project level).
Salah satu cara kontraktor kecil
untuk
meningkatkan
mutu
perusahaannya
adalah
dengan
menerapkan prinsip-prinsip yang ada di
Total
Quality
Management
(TQM/manajemen mutu terpadu).
TQM adalah metode yang mendasari
perkembangan manajemen mutu yang
mengendalikan
organisasi
secara
keseluruhan
yang
bertujuan
meningkatkan nilai yang diperoleh oleh
pengguna jasa secara berkelanjutan
dengan cara perencanaan dan perbaikan
proses dan sistem yang berkelanjutan.
2
Sistem manajemen mutu terpadu
(Total Quality Management/TQM)
merupakan
salah
satu
sistem
manajemen
mutu
yang
dapat
diterapkan. Ada beberapa penelitian
yang mengkaji tentang penerapan
sistem
mutu
dalam
organisasi
konstruksi seperti Sari (2013), Asa dkk
(2008), Carlo dkk (2006) dan Pamulu
dan Husni (2005), selain itu beberapa
penelitian lain tentang penerapan TQM
dalam industri konstruksi adalah Low
& Teo (2004), Biggar (1990) dan
Haupt & Whiteman (2004). Latief dan
Utami (2009), membahas mutu pada
perusahaan konstruksi dari pendekatan
yang berbeda yaitu dengan ,pendekatan
Six Sigma. Selain itu, penelitian Putri
(2009) menyimpulkan bahwa untuk
menerapkan mutu pada kontraktor kecil
ada
11
variabel
yang
dapat
memberikan pengaruh antara lain
kepemimpinan, kebijakan dan strategi,
komitmen, manajemen sumber daya
manusia (SDM), manajemen sumber
daya, manajemen proses, quality
awareness, kerjasama, komunikasi,
kapasitas
untuk
berubah
dan
pembelajaran.
Penerapan sistem mutu berbasis
TQM dapat meningkatkan kinerja
perusahaan sehingga akan berdampak
pada
peningkatan
daya
saing
perusahaan. Peningkatan kinerja ini
tercapai dikarenakan tujuan utama
dalam sistem mutu berbasis TQM
adalah bagaimana memenuhi harapan
dan kebutuhan konsumen dengan
tingkat kegagalan dan resiko yang
kecil. Dalam hal peningkatan kinerja
organisasi, terdapat beberapa penelitian
yang mengkaji tentang kinerja jasa
perusahaan konstruksi seperti Sudarto
(2007), Adi dan Wibowo (2010) dan
Abduh dkk (2007).
1.1. TQM
Gilbert,G. (1992) mendefinisikan
Total Quality Management (TQM)
adalah metode dimana manajemen dan
karyawan
dapat
terlibat
dalam
perbaikan terus menerus dari produksi
barang dan jasa. Ini adalah kombinasi
dari
alat-alat
berkualitas
dan
manajemen yang bertujuan untuk
meningkatkan bisnis dan mengurangi
kerugian
akibat
praktik
boros.
Beberapa perusahaan yang telah
menerapkan TQM mencakup Ford
Motor
Company,
Phillips
Semiconductor, SGL Carbon, Motorola
dan Toyota Motor company.
Berdasarkan perspektif sebuah
industri konstruksi, mutu manajemen
dalam proyek konstruksi seharusnya
berarti menjaga mutu pekerjaan
konstruksi sesuai dengan standar
sehingga
memperoleh
kepuasan
pelanggan yang akan membawa daya
saing jangka panjang dalam bisnis dan
kelangsungan hidup bagi perusahaan
(Tan & Abdul-Rahman, 2005).
Mutu yang sesuai dengan apa
yang diinginkan oleh pelanggan perlu
direncanakan
(quality
planning),
dikendalikan (quality control), dijamin
(quality assurance), dan ditingkatkan
(quality improvement). Implementasi
dari hal-hal tersebut dapat menjadi alat
untuk mengembangkan manajemen
mutu terpadu atau lebih dikenal dengan
Total Quality Management (TQM)
(Gaspersz, 2005).
1.2. Sistem mutu berbasis TQM pada
Perusahaan jasa Konstruksi
Dalam upaya meningkatkan
sistem kualitas pada perusahaan jasa
konstruksi perlu dilakukan langkahlangkah
antisipatif
yang
harus
dipersiapkan
dengan
melakukan
perbaikan untuk meningkatkan kualitas
dan kinerja manajemen. Langkahlangkah perbaikan dapat berupa sistem
pengendalian terhadap faktor-faktor
3
yang
mempengaruhi
kesuksesan
perusahaan jasa konstruksi. Menurut
Teng (2002) dalam menentukan
strategi pengembangan perusahaan
harus memperhatikan faktor-faktor
internal yang terdiri dari manajemen,
organisasi perusahaan, operasional,
sumber daya manusia dan keuangan.
Disamping itu juga harus diperhatikan
faktor eksternal yang terdiri dari
ekonomi makro, hukum dan undangundang, teknologi dan inovasi sosial
politik dan lingkungan yang kompetitif.
Namun
pada
umumnya
permasalahan yang timbul dalam
perusahaan jasa konstruksi dewasa ini
lebih banyak pada faktor internal, dan
hal ini penting untuk dibenahi.
Permasalahan
internal
umumnya
berhubungan dengan lemahnya sistem
manajemen kualitas perusahaan. Untuk
dapat menciptakan suatu sistem
manajemen
kualitas
yang
baik
diperlukan adanya kebijakan dan
sasaran
kualitas
dalam
sistem
pengelolaan perusahaan.
1.3. Faktor-faktor Penerapan TQM
pada Perusahaan Kontraktor
Meskipun dari beberapa literatur
dan hasil penelitian terlihat bahwa
terdapat beberapa perbedaan mengenai
faktor-faktor dalam penerapan TQM,
tetapi dalam prosesnya, semua faktor
tersebut bertujuan untuk memenuhi
keinginan konsumen. Faktor-faktor
penerapan TQM menurut literatur
Bersterfield (2003), Oakland (2004),
Omachonu dan Ross (2005) dan satu
model TQM yang dikeluarkan oleh
EFQM. Beberapa hasil penelitian
tentang faktor yang mempengaruhi
penerapan TQM seperti Baidoun
(2004), Carlo dkk (2006) dan Dewita
(2011).
Sedangkan
variabel
yang
menjelaskan masing-masing faktor
juga diambil dari beberapa literatur dan
hasil penelitian seperti Oakland (2004)
dan Bersterfield (2003), serta beberapa
penelitian sebelumnya seperti Asa dkk
(2008), Pamulu dan Husni (2005),
Sudarto (2007), Adi dan Wibowo
(2010), Lempoy dkk (2013) dan Abduh
dkk (2007).
Oleh karena itu berdasarkan
filosofi TQM yang berusaha untuk
mengintegrasikan semua fungsi-fungsi
organisasi (pemasaran, keuangan,
desain, rekayasa dan produksi, layanan
pelanggan, dll) yang fokus pada
pemenuhan kebutuhan pelanggan dan
tujuan organisasi serta berdasarkan
literatur dan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa terdapat 10 faktor
kunci dalam penerapan TQM pada
perusahaan jasa konstruksi/kontraktor
yaitu
Manajemen
kepemimpinan,
Manajemen SDM, Manajemen Sumber
Daya, Penggunaan teknologi, Proses
perbaikan berkelanjutan, Pelatihan dan
pendidikan, Komunikasi, Kerjasama
dengan supplier, Dokumentasi sistem
manajemen
kualitas,
Manajemen
Proses.
2. METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian merupakan
bagian yang memuat tahap-tahap
pelaksanakaan penelitian mulai dari
studi pendahuluan, literatur yang
digunakan, metode pemecahan masalah
sampai dengan teknik analisis dan
kesimpulan.
Metodologi
juga
menjabarkan
instrumen
yang
digunakan dalam penelitian berikut
dengan
respondennya.
Tahapan
Penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
4
Gambar 1 : Tahapan Penelitian
2.1. Uji Validitas
Pada penelitian ini, alat uji yang
digunakan untuk mengukur tingkat
interkorelasi antar variabel dan dapat
tidaknya dilakukan analisis faktor
adalah Kaiser-Meyer-Olkin Measure of
Sampling Adequacy (KMO MSA).
Nilai KMO bervariasi dari 0 sampai 1.
Nilai yang dikehendaki harus > 0,5
untuk dapat dilakukan analisis faktor
dan nilai eigen value > 1, serta nilai
faktor loading > 0,5 maka indikatorindikator dari suatu variabel dinyatakan
valid (Ghozali, 2011).
2.2. Uji Reliabilitas
Dalam menganalisa data digunakan
metode cronbach alpha dengan harga
koefisien berkisar antara 0 sampai
dengan 1. alat ukur dapat dikatakan
reliable apabila nilai alpha > 0,6
(Ghozali, 2011).
2.3. Analisis Kesenjangan (Gap)
Tujuan dilakukannya analisis gap
ini adalah untuk melihat tingkat
kesesuaian antara tingkat kepentingan
dan pelaksanaannya di lapangan.
Tingkat kesesuaian memperlihatkan
seberapa jauh pelaksanaan TQM
dilapangan dapat memenuhi kondisi
yang diharapkan Apabila tingkat
kepentingannya tinggi tetapi tingkat
pelaksanaannya rendah, berarti faktor
ataupun variabel tersebut memerlukan
perbaikan dalam pelaksanaannya.
Apabila nilai gap negatif berarti bahwa
pelaksanaan TQM telah melebihi yang
5
diharapkan, sedangkan nilai positif
menyatakan bahwa pelaksanaan TQM
belum sesuai dengan yang diharapkan.
Kriteria dalam menilai gap dapat
dilihat pada Tabel dibawah ini :
Kriteria penilaian Gap
Kategori
Gap
Keterangan
1
<0.33
Rendah
2
0.33 - <
Sedang
0.67
3
0.67 - < 1
Tinggi
4
>= 1
Sangat Tinggi
2.6. Analisis Regresi
Regresi linear berganda adalah
suatu teknik statistik yang digunakan
untuk mengetahui pengaruh beberapa
variabel bebas terhadap variabel terikat
(Kuncoro,
2003).
Berdasarkan
pendapat tersebut, maka tujuan
menggunakan analisis regresi linear
berganda dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh faktorfaktor
yang
dominan
dalam
meningkatkan mutu kontraktor kecil di
Kabupaten Pasaman Barat.
2.4. Analisis Korelasi
Untuk mengetahui kuat lemahnya
hubungan
antara
faktor-faktor
penerapan TQM, dapat dilihat dengan
analisis korelasi. Analisis korelasi
dalam mencari hubungan antara
variabel tanpa memperhatikan ada atau
tidaknya hubungan kausal diantara
variabel-variabel
tersebut.
Nilai
korelasi berkisar antara 0<r<1 dengan
kriteria sebagai berikut:
Kriteria penilaian analisi korelasi
Interval Koefisien Tingkat Korelasi
0,00 – 0,199
Sangat Lemah
0,20 – 0,399
Lemah
0,40 – 0,599
Sedang
0,60 – 0,799
Kuat
0,80 – 1,000
Sangat Kuat
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian
dilakukan
pada
perusahaan konstruksi kualifikasi kecil
(K1-K3) yang ada di Kabupaten
Pasaman Barat. Kuesioner disebarkan
kepada 67 responden dengan tingkat
pengembalian kuesioner 100%. Dari 67
kuesioner yang kembali semuanya bisa
digunakan untuk data penelitian
sehingga response rate dari kuesioner
adalah 100%. Hasil uji validitas dan
reliabilitas memperlihatkan bahwa dari
48 butir pertanyaan yang diidentifikasi
di awal, 47 butir pertanyaan dinyatakan
valid dan reliabel, sehingga untuk
penelitian ini menggunakan 47 butir
pertanyaan.
2.5. Analisis Faktor
Menurut Dillon dan Goldstein,
penyederhanaan jumlah variabel yang
cukup
besar
menjadi
beberapa
kelompok yang lebih kecil dilakukan
dengan
analisis
faktor,
yaitu
berdasarkan faktor yang sama dengan
tetap
mempertahankan
sebanyak
mungkin informasi aslinya. Ada
beberapa
jenis
analisis
faktor,
sedangkan dalam penelitian ini analisis
faktor yang digunakan adalah principal
component analysis, yang berfungsi
mentransformasikan himpunan variabel
asli.
3.1. Analisis
kesenjangan
(gap)
penerapan
TQM
pada
perusahaan kontraktor kecil di
Pasaman Barat
Gap faktor manajemen sumber
daya manusia, faktor proses perbaikan
berkelanjutan dan faktor kerjasama
dengan supplier berada pada kategori 2
atau kategori “sedang” dengan nilai
rentang gap antara 0,33 hingga 0,60.
Hal ini menunjukkan bahwa kontraktor
kecil di Kabupaten Pasaman Barat
sudah mulai belajar memahami arti
pentingnya faktor sumber daya
manusia, faktor proses perbaikan
berkelanjutan dan faktor kerjasama
6
dengan supplier dalam penerapan TQM
yang
pada
akhirnya
mampu
meningkatkan profit dan daya saing
kontraktor kecil sebagai dampak dari
meningkatnya kualitas perusahaan.
Sementara itu, gap faktor manajemen
kepemimpinan, faktor manajemen
sumber daya, faktor penggunaan
teknologi, faktor pelatihan dan
pendidikan, faktor komunikasi, faktor
dokumentasi
sistem
manajemen
kualitas, dan faktor manajemen proses
berada pada kategori 2 (sedang) dan
kategori 3 (tinggi) dengan nilai rentang
gap antara 0,39 hingga 0,87. Hal ini
menunjukkan bahwa penerapan TQM
pada kontraktor kecil di Kabupaten
Pasaman Barat belum sesuai dengan
yang diharapkan dimana tingkat
kesesuaian yang terjadi masih berkisar
antara 77,86% hingga 90,91%. Dapat
disimpulkan bahwa kontraktor kecil
yang ada di Kabupaten Pasaman Barat
belum memahami sepenuhnya arti
pentingnya Total Quality Management
(TQM) yang dapat dilihat melalui
manajemen kepemimpinan, manajemen
sumber daya, penggunaan teknologi,
pelatihan dan pendidikan, komunikasi,
dokumentasi
sistem
manajemen
kualitas, dan manajemen proses dalam
penerapan TQM dimana dengan
memahami sepenuhnya faktor-faktor
tersebut maka akan meningkatkan
kualitas kontraktor kecil yang pada
akhirnya mampu meningkatkan profit
dan daya saing perusahaan kontraktor
kecil
Hasil penelitian sebelumnya
(Sari, 2013) menemukan terdapat 4
variabel dengan tingkat pelaksanaan
yang
melebihi
harapan
dalam
penerapan TQM dengan tingkat
kesesuaian pelaksanaan melebih 100%,
salah satunya yaitu peningkatan
kemampuan SDM dengan pendidikan
dan pelatihan. Terdapat 7 variabel
dengan tingkat pelaksanaan yang masih
dibawah 90% yang berarti bahwa
masih terdapat penyimpangan dari
kondisi yang diharapkan diantaranya
kerjasama dan komunikasi. Hasil
penelitian ini menemukan bahwa tidak
ada
variabel
dengan
tingkat
pelaksanaan yang melebihi harapan
dalam penerapan TQM dengan tingkat
kesesuaian pelaksanaan melebih 100%.
Semua faktor-faktor penting penerapan
TQM yang diukur masih berada
dibawah kondisi yang diharapkan
dimana tingkat pelaksanaan masih
dibawah tingkat kepentingan.
Begitu juga dengan penelitian Dewita
(2011) dengan objek penelitiannya
pada kontraktor menengah di Provinsi
Sumatera Barat dengan hasil penelitian
ditemukannya tiga faktor yang
berpengaruh dalam penerapan sistem
mutu
berbasis
TQM
untuk
meningkatkan mutu pada kontraktor
gred V (skala menengah) yaitu 1.
Perbaikan
berkelanjutan
terhadap
SDM, proses dan teknologi informasi;
2. Kepemimpinan dan komitmen
manajemen;
3.
Kerjasama
dan
pengelolaan sumber daya. Dari ketiga
faktor diatas, faktor kepemimpinan dan
komitmen manajemen yang paling
dominan dalam penerapan mutu
berbasis TQM untuk meningkatkan
mutu kontraktor menengah di Sumatera
Barat.
Penelitian yang dilakukan Hamdi
(2014) yang meneliti tentang penentuan
bobot penilaian kinerja kontraktor
berdasarkan sistem mutu berbasis TQM
di Kabupaten Kerinci dimana hasil
penelitiannya variabel terbaik dari
faktor yang mempengaruhi penilaian
kinerja kontraktor berdasarkan sistem
mutu berbasis TQM adalah: 1.
Manajemen berdasarkan sumber daya
manusia; 2. Kebijakan dan strategi; 3.
Komitmen; 4. Manajemen proses; 5.
Manajemen sumber daya; 6. Quality
awareness. Faktor kritis dari penilaian
7
kinerja kontraktor berdasarkan sistem
mutu berbasis TQM adalah komitmen
48,8%, kebijakan dan strategi 22,1%,
manajemen proses 13,5%, quality
awareness 7,5%, manajemen sumber
daya manusia 5,1%, dan manajemen
sumber daya 2,9%.
3.2. Faktor-faktor Penting penerapan TQM pada kontraktor kecil
Pasaman Barat
Dari 47 (empat puluh tujuh) butir
pertanyaan yang valid, hasil analisis
korelasi menunjukkan 46 (empat puluh
enam) butir pertanyaan memiliki
hubungan yang kuat dan sangat kuat
antara faktor-faktor penting dalam
penerapan TQM untuk meningkatkan
kualitas kontraktor kecil di Kabupaten
Pasaman Barat. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat 10
(sepuluh) faktor untuk meningkatkan
mutu kontraktor kecil yaitu Manajemen
Kepemimpinan, Manajemen SDM,
Manajemen Sumber Daya, Penggunaan
Teknologi,
Proses
Perbaikan
Berkelanjutan,
Pelatihan
dan
Pendidikan, Komunikasi, Kerjasama
dengan Supplier, Dokumentasi sistem
manajemen kualitas, dan Manajemen
Proses.
3.3. Faktor-faktor paling signifikan
untuk pencapaian keberhasilan
pelaksanaan
TQM
pada
kontraktor kecil di Pasaman
Barat
Dengan menggunakan analisis
faktor dapat dikelompokkan menjadi 3
faktor yang berpengaruh terhadap
penerapan TQM yaitu faktor Perbaikan
Secara Terus Menerus Untuk Seluruh
Aspek TQM, faktor Motivasi, dan
faktor Manajemen Kepemimpinan.
1. Perbaikan Secara Terus Menerus
Untuk Seluruh Aspek TQM
Perbaikan terus-menerus harus
berurusan
tidak
hanya
dengan
meningkatkan hasil, tetapi lebih
penting
dengan
meningkatkan
kemampuan untuk menghasilkan hasil
yang lebih baik di masa depan.
Tichey, N. (1983) mengatakan
bahwa
langkah
awal
dalam
implementasi TQM adalah menilai
realitas organisasi saat ini. Prasyarat
yang relevan harus dilakukan dengan
sejarah organisasi, kebutuhan saat ini,
pemicu peristiwa yang menyebabkan
TQM, dan kualitas karyawan yang ada
dalam bekerja . Jika realitas saat ini
tidak termasuk prasyarat penting,
implementasi TQM harus ditunda
sampai organisasi berada dalam
keadaan di mana TQM kemungkinan
akan berhasil.
Filosofi Deming salah satunya
fokus pada perbaikan berkelanjutan
dalam pengembangan produk (Evans,
2001).
Hal
yang
sama
juga
dikemukakan oleh Besterfield (2003)
yang menyatakan bahwa terdapat 6
faktor yang mempengaruhi sukses atau
tidaknya penerapan TQM pada
perusahaan, salah satunya yaitu proses
perbaikan berkelanjutan. Baidoun
(2004) mengemukakan bahwa salah
satu dari tujuh faktor fundamental
dalam model penerapan TQM adalah
proses perbaikan berkelanjutan.
Oakland
(2004)
juga
menyimpulkan bahwa salah satu dari 8
faktor
yang
mempengaruhi
pelaksanaan TQM yaitu perbaikan
berkelanjutan. Dahlgaard dkk (2002)
juga menjelaskan bahwa salah satu dari
6 faktor yang mempengaruhi penerapan
TQM adalah manajemen proses.
EFQM (Europe Foundation for Quality
Management)
sebagai
organisasi
kualitas, membuat sebuah framework
untuk implementasi TQM salah satu
faktornya adalah manajemen proses.
8
Hasil penelitian Dewita (2011)
terhadap penerapan faktor TQM
memperlihatkan bahwa perbaikan
berkelanjutan merupakan salah satu
dari 3 (tiga) faktor utama peningkatan
mutu kontraktor kecil menengah di
Sumatera Barat. Yang terpenting dalam
menjamin suksesnya pelaksanaan TQM
adalah perbaikan berkelanjutan. Hasil
penelitian ini didukung oleh Sari
(2013) yang menemukan 9 (sembilan)
faktor kunci dalam penerapan TQM
pada perusahaan konsultan, salah
satunya yaitu perbaikan berkelanjutan.
Untuk dapat menciptakan suatu sistem
manajemen
kualitas
yang
baik
diperlukan adanya kebijakan dan
sasaran
kualitas
dalam
sistem
pengelolaan perusahaan.
2. Motivasi
Pemahaman motivasi baik yang
ada dalam diri karyawan maupun yang
berasal dalam lingkungan akan dapat
membantu dalam peningkatan kinerja.
Dalam hal ini seorang manajer perlu
mengarahkan motivasi sumber daya
manusia agar karyawan merasa terpacu
untuk bekerja lebih keras agar kinerja
yang dicapai juga tinggi. Motivasi
menurut Mathis dan Jackson (2002)
merupakan hasrat
didalam
diri
seseorang yang menyebabkan orang
tersebut
melakukan
tindakan.
Sedangkan Gibson et al. (2006)
mengemukakan pengertian motivasi
kerja
sebagai
konsep
yang
menguraikan
tentang
kekuatankekuatan yang ada di dalam diri
karyawan
yang
memulai
dan
mengarahkan perilaku.
Manajemen
sumber
daya
manusia merupakan faktor penting
lainnya dalam penerapan TQM.
Omachonu
dan
Ross
(2005)
menyatakan bahwa manajemen SDM
merupakan salah satu dari 6 (enam)
faktor yang mempengaruhi sukses atau
tidaknya penerapan TQM pada
perusahaan. Sebelumnya Oakland
(2004) juga menjelaskan bahwa salah
satu dari 8 (delapan) faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan TQM
adalah
SDM.
EFQM
(Europe
Foundation for Quality Management)
sebagai organisasi kualitas juga
menyatakan bahwa faktor SDM
merupakan salah satu faktor untuk
keberhasilan implementasi TQM.
Hasil penelitian Sudarto (2007)
menyimpulkan
bahwa
faktor
manajemen
dan
faktor
SDM
merupakan salah satu faktor internal
yang
mempengaruhi
kinerja
perusahaan. Hasil penelitian Sari
(2013) mendukung penelitian yang
dilakukan Sudarto (2007) yang
menemukan 9 (sembilan) faktor kunci
dalam
penerapan
TQM
pada
perusahaan konsultan, salah satunya
yaitu manajemen SDM.
3. Manajemen Kepemimpinan
Kepemimpinan
merupakan
proses dalam mempengaruhi atau
memotivasi
kegiatan-kegiatan
seseorang atau kelompok orang dalam
usahanya untuk mencapai tujuan
tertentu dan dalam situasi tertentu.
Kepemimpinan
adalah
upaya
mempengaruhi banyak orang melalui
komunikasi untuk mencapai tujuan,
cara mempengaruhi orang dengan
petunjuk atau perintah (Dubrin, 2005).
Perbaikan
mutu
dengan
menggunakan
pendekatan
TQM
berbeda dengan perbaikan mutu dengan
melalui pendekatan tradisional. Dimana
perbedaan kedua pendekatan tersebut
dapat diuraikan salah satunya melalui
peranan manajerial, oleh karena itu
manajemen kepemimpinan merupakan
faktor penting dalam penerapan TQM
seperti yang dikemukakan oleh Deming
dalam Evans (2001) pentingnya
manajemen
kepemimpinan.
9
Feigenbaum, yang juga merupakan
salah seorang guru kualitas membagi
filosofi TQM dalam tiga tahap, salah
satunya
yaitu
kepemimpinan.
Besterfield (2003) juga mengemukakan
bahwa manajemen kepemimpinan
merupakan satu dari 6 faktor yang
mempengaruhi sukses atau tidaknya
penerapan TQM pada perusahaan,
Omachonu dan Ross (2005) juga
mengemukakan bahwa kepemimpinan
merupakan salah satu faktor dalam
penetapan TQM. Demikian juga
dengan
Oakland
(2004)
yang
menyatakan bahwa kepemimpinan dan
komitmen merupakan salah satu faktor
yang
mempengaruhi
pelaksanaan
TQM. Dahlgaard dkk (2002) juga
menjelaskan bahwa kepemimpinan
merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi
penerapan
TQM.
EFQM (Europe Foundation for Quality
Management)
sebagai
organisasi
kualitas yang membuat sebuah
framework untuk implementasi TQM,
menyatakan bahwa kepemimpinan
merupakan salah satu faktor penerapan
TQM.
Pendapat tersebut
diperkuat
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Dewita (2011) yang menyimpulkan
bahwa kepemimpinan dan komitmen
manajemen merupakan salah satu
faktor yang berpengaruh dalam
penerapan sistem mutu berbasis TQM
untuk meningkatkan mutu pada
kontraktor gred V ( skala menengah) di
Sumatera Barat. Hasil penelitian yang
dilakukan
Carlo
dkk
(2006)
menyimpulkan bahwa kepemimpinan
merupakan salah satu faktor dari
delapan faktor yang mempengaruhi
budaya kualitas perusahaan konstruksi.
Penelitian Ilyas (1998) menyimpulkan
bahwa keberhasilan pengembangan
mutu
produk
perusahaan
atau
organisasi yang baik diperlukan juga
elemen
pendukung
seperti
kepemimpinan. Penelitian Sari (2013)
juga menyimpulkan bahwa manajemen
kepemimpinan
penting
dalam
penerapan TQM.
4. KESIMPULAN
Dari analisis kesenjangan (gap)
pada kontraktor kecil, penerapan TQM
masih berada pada kategori 2 (sedang)
dan kategori 3 (tinggi). Artinya bahwa
kontraktor kecil belum memahami
sepenuhnya arti penting Total Quality
Management
(TQM)
Tingkat
pencapaian keberhasilan pelaksanaan
TQM yang ada saat ini memungkinkan
untuk
diperbaiki
dengan
cara
menelusuri lebih jauh hal-hal yang
dianggap penting sebagai ukuran
keberhasilan pelaksanaan TQM pada
masa akan datang..
Didapatkan tiga faktor penting
yang
paling
signifikan
untuk
pencapaian keberhasilan pelaksanaan
TQM pada kontraktor kecil saat ini,
antara lain: faktor proses perbaikan
secara terus menerus untuk seluruh
aspek TQM, faktor motivasi, faktor
manajemen kepemimpinan.
5. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian,
disarankan perlu adanya sosialisasi
yang lebih komprehensif kepada
seluruh unsur yang ada di kontraktor
untuk memahami hal-hal penting dalam
keberhasilan pelaksanaan TQM diatas.
Karena penelitian ini baru sebatas
untuk kontraktor kecil diharapkan
penelitian yang akan datang dapat
melakukan penelitian lanjutan tentang
keberhasilan penerapan TQM pada
kontraktor menengah dan besar dengan
lingkup yang lebih besar seperti
provinsi ataupun nasional.
6. DAFTAR PUSTAKA
Abduh, Muhamad, Soemardi, Biemo
W, dan Wirahadikusuma, Reini D,
10
(2007) Sistem Informasi Kinerja
Industri
Konstruksi
Indonesia,
Kebutuhan akan Benchmarking dan
Integrasi Informasi, Konferensi
Nasional Teknik Sipil I (KoNTekS I)
Universitas Atmajaya Yogyakarta,
11-12 Mei 2007.
Adi, Henny Pratiwi dan Wibowo, M.
Agung, (2010) Evaluasi Kinerja
Stakeholders dalam Pembinaan
Keterampilan
Tenaga
Kerja
Konstruksi
dengan
Metode
Performance Prism, Media Teknik
Sipil, Volume X edisi Juli 2010, pp.
106-112.
Asa, M. Fansrullah, Ismeth S. Abidin,
Yusuf Latief, (2008) Faktor-faktor
Kritis dalam Sistem Manajemen
Mutu untuk Optimasi Profitabilitas
dan Daya Saing Perusahaan Jasa
Konstruksi di Indonesia, Jurnal
Teknik Sipil, Vol. 15 No. 3
Desember 2008, pp. 99-106.
Baidoun,
Samir,
(2004)
The
Implementation of TQM Philoshopy
in Palestinian Organization: A
Proposed Non-Prescriptive Generic
Framework,
The
TQM
Magazine,Volume 16, No. 3, pp.
174-185.
Biggar, J. L. (1990) Total quality
management
in
construction.
Transactions of the American
Association of Cost Engineers,
Q.1.1-Q.1.4.
Besterfield, Dale H., BesterfieldMichna, Carol, Besterfield, Glen H.,
and Besterfield-Sacre, Mary, (2003)
Total Quality Management, New
Jersey, Prentice Hall, Pearson
Education, Inc.
Carlo Nasfryzal, Abdul Hakim
Mohammed, dan Muhd Zaimi Abd
Majid., (2006) Budaya Kualitas
(Mutu) dalam Perusahaan Jasa
Konstruksi,
International
Conference
on
Construction
Industry, Padang 21-24 Juni 2006,
pp.7-10.
Dahgaard, Jens J, Kar Kristensen dan
Gopal
K.
Kanji,
(2002)
Fundamental of Total Quality
Management, Taylor and Franciss.
Dewita, Martha., (2011) Faktor-Faktor
Penting Penerapan Sistem Mutu
Berbasis TQM Untuk Meningkatkan
Mutu Kontraktor Di Sumatera Barat,
Tesis, Pascasarjana Universitas
Bung Hatta, Padang
Dillon, W.R. and M. Goldstein, (1984)
Multivariate Analysis, methods and
Applicaation. John Wiley & Sons,
New York.
Dubrin, Andrew J.,(2005) Leadership ,
Edisi Kedua, Prenada Media,
Jakarta
Evans, James R. and Lindsay, William,
M, (2001) The Management and
Control 5th edition, USA: South
Western – Thomson Learning.
Gaspersz, Vincent., (2005) Total
Quality Management. PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Gaspersz, Vincent., (2011) Total
Quality
Management:
Untuk
Praktisi Bisnis dan Industri, Edisi
Revisi dan Perluasan, Cetakan
Ketujuh, PT. Vinchristo Publication,
Bogor.
Ghozali, Imam., (2011) Aplikasi
Analisis
Multivariate
dengan
program IBM SPSS 19, Edisi 5,
Badan
Penerbit
Universitas
Diponegoro, Semarang
Gibson, james L.., Invancevich, Jhon
M., dan Donnelly, Jame H. Jr.,
(2006) Organisasi, alih bahasa Ir.
Nunuk Ardiani, MM. Jakarta: Bina
Aksara.
Gilbert,
G.
(1992)
Quality
Improvement
in
a
Defense
Organization.Public
Productivity
and Management Review, 16 (1),
65-75.
11
Hamdi, (2014) Penentuan Bobot
Penilaian
Kinerja
Kontraktor
Berdasarkan Sistem Mutu Berbasis
TQM, Tesis, Universitas Bung
Hatta, Padang
Haupt, T. C., & Whiteman, D. E.
(2004)
Inhibiting
factors
of
implementing
total
quality
management on construction sites.
The TQM Magazine, 16(3), 166173.
Hendrickson, C.T. (2000) Project
Management for Construction, 2nd
edition, Prentice-Hall, New York
Ilyas, Mudakir, (1998) Buletin
Pengawasan No. 13 & 14 Th.1998.
Kuncuro, M. (2003) Metode Riset
untuk
Bisnis
&
Ekonomi,
Bagaimana Meneliti & Menulis
Tesis. Erlangga, Jakarta.
Latief, Yusuf dan Utami, Retyaning
Puji, (2009) Penerapan Pendekatan
Metode Six Sigma dalam Penjagaan
Kualitas pada Proyek Konstruksi.
Lempoy, Juditshira, (2013) Penerapan
TQM Terhadap Efisiensi dan
efektifitas Pelayanan pada PT. PLN
(persero) wilayah Suluttenggo.
Jurnal EMBA, vol. I No. 3 Hal.
1157-1164.
Mathis dan Jackson. (2002) Human
Resource Management. Jakarta:
Salemba Empat.
Mathis Robert, L., Jackson Jhon H.
(2002) Manajemen Sumber daya
Manusia, Jilid kedua Penerbit
Salemba
Oakland, John S., (2004) Oakland on
Quality Management, 3rd edition,
Butterworth-Heinemann.
Oberlender, Garold D., (2000) Project
Management for Engineering and
Construction, McGraw-Hill Higher
Education, Boston
Omachonu, Vincent K dan Ross, Joel
E, (2005) Principles of Total
Quality, 3rd edition, CRC Press.
Pamulu, Muhammad Sapri dan Husni,
Muhammad Salsabil, (2005) Studi
Implementasi ISO 9000:2000 pada
perusahaan Konstruksi di Makassar,
Jurnal Teknik Sipil Volume 12 No.3
Juli 2005.
Pheng, Low Sui dan Jasmine Ann Teo,
(2004) Implementing Total Quality
Management in Construction Firms
Journal
of
management
in
Engineering, Vol. 20, No.1, Hal. 815.
Putri, Dina Febrini., (2009) Faktorfaktor Penting Penerapan Sistem
Mutu Berbasis TQM Untuk
Meningkatkan Mutu Kontraktor
Kecil Di Indonesia (Studi Kasus
Kota Bandung), Tesis, Institut
Teknologi Bandung, Bandung
Sari, Liza Permana., (2014) Studi
Kendala Pelaksanaan Standar Mutu
Berbasis TQM Pada Perusahaan
Kontraktor di Provinsi Jambi, Tesis,
Pascasarjana, Universitas Bung
Hatta, Padang.
Sudarto,
(2007)
Identifikasi
Permasalahan pada Faktor Internal
yang
Mempengaruhi
Kinerja
Perusahaan Jasa Konstruksi di
Indonesia, Jurnal Teknologi, Edisi
No. 2 Tahun XXI, Juni 2007, pp.
102-110.
Sugiyono, (2009) Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R & D,
Bandung : Alfabeta.
Tan
Chin-Keng,
Abdul-Rahman,
Hamzah, (2011) Study of Quality
Management
in
Construction
Projects, Chinese Business Review,
ISSN 1537-1506 July 2011, Vol. 10,
No. 7, 542-552
Teng,
M,
(2002)
Corporate
Turnaround, Prentice Hall Inc,
Singapore.
Tichey, N., (1983) Managing Strategic
Change.: John Wiley & Sons. New
York
12
Download