7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan Karakter a. Pengertian Pendidikan Karakter Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang sedang gencar diterapkan pemerintah pada lembaga-lembaga pendidikan baik formal maupun bukan. Menurut Aunillah (2011: 18) menyebutkan bahwa pendidikan karakter adalah sebuah system yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik, yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad, serta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan niali-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkunga, maupun bangsa, sehingga akan terwujud insan kamil. Pendapat lain dikemukakan Fitri (2012: 21) pendidikan karakter adalah usaha aktif untuk membentuk kebiasaan sehingga sifat anak akan terukir sejak dini, agar dapat mengambil keputusan dengan baik dan bijak serta mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan beberapa pendapat tentang pendidikan karakter dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan salah satu usaha sadar untuk menanamkan nilai-nilai kepada anak. Dengan menanamkan nilai-nilai diharapkan anak memiliki perilaku dan 7 Upaya Meningkatkan Disiplin…, Ika Mahfiroh Apriyani, FKIP, UMP, 2017 8 pribadi yang baik. Pendidikan karakter sangat erat hubungannya dengan pendidikan moral. Pendidikan karakter dikaitkan dengan pendidikan moral, karena adanya nilai moral yang diharapkan, yaitu perilaku dan pribadi yang baik. b. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter Pendidikan karakter pada penerapannya di lingkungan sekolah memiliki tujuan yang diharapkan akan tercapai dengan baik. Menurut Kesuma dkk (2011: 9) Pendidikan karakter dalam seting sekolah memiliki tujuan sebagai berikut: 1) Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian/ kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan. 2) Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan niali-nilai yang dikembangkan di sekolah. 3) Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama. Pendidikan karakter selain memiliki tujuan juga memiliki fungsi dalam penerapannya. Menurut Sahrudin dalam Aunillah (2011: 105), pendidikan karakter memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut : 1) Mengembangkan potensi dasar peserta didik agar pesrta didik tumbuh menjadi sosok yang baik hati, berpikiran baik dan berperilaku baik. 2) Memperkuat dan membangun perilaku masyarakat dan multikultur. 3) Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia. Upaya Meningkatkan Disiplin…, Ika Mahfiroh Apriyani, FKIP, UMP, 2017 9 2. Kedisiplinan a. Pengertian Disiplin Disiplin adalah sikap dasar yang harus dimiliki oleh setiap anak. Penerapan disiplin dilakukan sejak anak berusia dini. Penanaman disiplin dimulai dari lingkungan kelurgan, berlanjut di lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Menurut Endah Sulistyowati (2014: 73) disiplin merupakan tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh terhadap berbagai ketentuan dan peraturan. Nurul Zuriah (2008:69) disiplin merupakan sikap dan perilaku yang mencerminkan ketaatan, kepatuuhan, ketertiban, kesetiaan, ketelitian dan keteraturan perilaku seseorang terhadap norma dan aturan yang berlaku. Menurut Hadianti (2008: 5) berpendapat tentang kedisiplinan sebagai berikut : Disiplin merupakan suatu sikap moral siswa yang terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan ketertiban berdasarkan acuan nilai moral. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah perilaku atau sikap patuh terhadap norma dan peraturan yang berlaku di lingkungan. Di sekolah, disiplin dapat diartikan sebagai bentuk ketaatan peserta didik terhadap peraturan dan norma yang berlaku di lingkungan sekolah. Upaya Meningkatkan Disiplin…, Ika Mahfiroh Apriyani, FKIP, UMP, 2017 10 b. Indikator Sikap Disiplin Disiplin merupakan sikap yang harus dimiliki oleh peserta didik, disiplin dalam penerapannya pada peserta didik memiliki beberapa indikator yang harus dicapai peseta didik. Menurut Kemendiknas (2010: 40) indikator disiplin dapat dijabarkan pada tabel 2.1 berikut: Tabel 2.1 Indikator Sikap Disiplin Nilai Disiplin: Tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Indikator Menyelesaikan tugas pada waktunya. Saling menjaga dengan teman agar semua tugas-tugas kelas terlaksana dengan baik. Selalu mengajak teman menjaga ketertiban kelas. Mengingatkan teman yang melanggar peraturan dengan kata-kata yang sopandan tidak menyinggung. Berpakaian sopan dan rapi. Mematuhi aturan sekolah. ( Kemendiknas, 2010: 40) Jadi indikator sikap disiplin yang dijabarkan pada tabel di atas ada enam, yang keseluruhan merupakan tindakan yang mewujudkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peratuaran. c. Hal Penting Dalam Menanamkan Perilaku Disiplin Perilaku disiplin perlu ditanamkan dengan memperhatikan beberapa hal penting. Guru dalam membentuk karakter disiplin kepada peserta didiknya hendaknya melakukan beberapa hal yang dapat membantu terbentuknya karakter disiplin tersebut. Dalam Upaya Meningkatkan Disiplin…, Ika Mahfiroh Apriyani, FKIP, UMP, 2017 11 bukunya Aunillah (2011: 56) menyebutkan ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh guru untuk membentuk karakter disiplin pada diri peserta didik. Diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Konsisten Dalam hal ini, guru harus membuat kesepakatankesepakatan dengan peserta didik selama peserta didik berada di lingkungan sekolah. Setelah kesepakatan-kesepakatan antara guru dan peserta didik tercipta, guru harus berusaha bersikap konsisten dengan cara tidak merubah kesepakatan tersebut, apalagi demi kepentingannya. Bersikap konsisten dalam mematuhi peratuarn dapat menumbuhkan sikap disiplin dalam diri peserta didik. 2) Bersifat Jelas Cara lain yang dapat dilakukan oleh guru dalam menanamkan sikap disiplin pada peserta didik adalah dengan membuat peraturan yang jelas. Peraturan yang jelas dan sederhana bisa mempermudah peserta didik untuk melakukannya. Sebaliknya peraturan-peraturan yang kurang jelas dan cenderung berbelit-belit dapat menjadikan peserta didik merasa enggan untuk mematuhi peraturan tersebut sehingga peserta didik akan melakukan pemberontakan. 3) Memperhatikan Harga Diri Jika ada peserta didik yang melakukan pelanggaran kedisiplinan, sebaliknya guru jangan menegurnya di depan Upaya Meningkatkan Disiplin…, Ika Mahfiroh Apriyani, FKIP, UMP, 2017 12 banyak orang. Cara seperti ini dapat membuatnya merasa malu dan cenderung berusaha mempertahankan sikapnya. Alangkah lebih baik jika guru menasihatinya secara langsung. 4) Sebuah Alasan yang Bisa Dipahami Jika Guru hendak memberikan peraturan kepada peserta didik, sebaiknya peserta didik juga memberikan alasan-alasan yang mudah dipahami tentang peraturan-peraturan tersebut. Jangan biarkan peserta didik menerima peraturan tanpa menerima pemahaman. 5) Menghadiahkan Pujian Tidak ada salahnya jika guru memberikan apresiasi berupa pujian kepada peserta didik apabila peserta didik telah mematuhi peraturan yang disepakati. Sebuah pujian yang dikatakan dengan jujur dan terbuka oleh guru akan menyebabkan peserta didik merasa dihargai dan tidak merasa tertekan atas peraturan yang diberikan. 6) Memberikan Hukuman Apabila guru terpaksa menghukum, sebaiknya berhatihati dalam meberikan hukuman. Guru harus memberikan hukuman yang bersifat mendidik tidak sampai menyakiti fisik maupun psikologi peserta didik. 7) Bersikap Luwes Guru harus mampu bersikap luwes dalam menegakan disiplin. Hindari bersikap kaku terhadap peserta didik dalam Upaya Meningkatkan Disiplin…, Ika Mahfiroh Apriyani, FKIP, UMP, 2017 13 menegakan peraturan sehingga peserta didik tidak merasa tertekan. Sebaliknya, peraturan dan hukuman harus disesuaikan dengan situasi peserta didik. 8) Melibatkan Peserta Didik Dalam membuat peraturan, peserta didik hendaknya dilibatkan di dalamnya. Hindari membuat peraturan-peraturan secara sepihak karena hal ini dapat menimbulkan pertentangan pada dirinya. Dengan melibatkan peserta didik, setidaknya guru mengerti sesuatu yang diinginkan peserta didik. 9) Bersikap Tegas Bersikap tegas bukan berarti bersikap kasar. Ketegasan dalam hal ini lebih berarti sebagai keseriusan guru dalam menerapkan peraturan kedisiplinan itu. Sehingga dengan sendirinya, guru juga akan berusaha mentaatinya. 10) Jangan Emosional Dalam hal ini menghukum peserta didik, sebaiknya guru menghindari emosi yang berlebihan. Guru jangan menghukum peserta didik saat guru marah. Hal ini dapat membuat guru tidak objektif dalam memperlakukan peserta didik. 3. Pengertian Aktivitas Belajar a. Pengertian Aktivitas Belajar Kata aktivitas merupakan kata yang berasal dari Inggris, yaitu “activity” yang artinya adalah kegiatan. Menurut Sriyono (2007) Upaya Meningkatkan Disiplin…, Ika Mahfiroh Apriyani, FKIP, UMP, 2017 14 menayatakan bahwa “aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani maupun rohani”. Segala aktivitas peserta didik di dalam kelas selama mengikuti proses pembelajaran adalah indikator adanya keinginan peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Aktivitas-aktivitas yang dimaksud adalah aktivitas atau kegiatan yang mengarah pada proses pembelajaran seperti mengajukan pernyataan, bertanya, menyampaikan mengerjakan tugas, dan pendapat, menjawab pertanyaan dari guru serta dapat bekerja sama dengan peserta didik lain. Kelas yang aktif adalah kelas yang terdiri dari guru dan siswa yang aktif dalam proses pembelajaran. Aktifnya peserta didik selama proses pembelajaran adalah salah satu tercapainya kegiatan pembelajaran. Menurut Djamarah (2002: 102): dalam proses belajar mengajar aktivitas anak didik yang diharapkan tidak hanya aspek fisik, melainkan juga aspek mental. Aktivitas anak didik lebih banyak dari pada kativitas guru, guru hanya membimbing dan sebagai fasilitator dari aktivitas belajar anak didik di kelas. Beberapa aktiitas anak didik yang aktif secara mental maupun fisik meliputi: mengamati, mengkritisi, menemukan konsep, berdiskusi dan membuat kesimpulan. Adapun jenis-jenis aktivitas belajar menurut (Sardiman, 2007) aktifitas belajar dapat diklasifikasikan menjadi delapan kelompok, yaitu: Upaya Meningkatkan Disiplin…, Ika Mahfiroh Apriyani, FKIP, UMP, 2017 15 1) Visual Activities, yang termasuk di dalamnya mislanya, membaca, meperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekercakapan dengan orang lain. 2) Oral Activities, seperti menyatakan rumus, bertanya, memberi saran, berpendapat, diskusi, interupsi. 3) Listening Activities, sebagai contoh mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik. 4) Writing Activities, seperti menulis cerita, karangan, prosa, menyalin. 5) Drawing Activites, menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6) Motor Activities, yang termasuk di dalamnya anatara lain melakukan percobaan, membuat kontruksi, model, mereparasi, berkebun, beternak. 7) Mental Activties, misalnya menggapai, mengingat, memecahkan saoal, menganalisis, mengambil keputusan. 8) Emotional Activities, seperti merasa bosan, gugup, melamun, berani, tenang. Berdasarkan pendapat para ahli tentang pengertian aktivitas belajar dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik selama proses pembelajaran yang meliputi kegiatan fisik dan pemikiran sesuai dengan proses bembelajaran agar tujuan dari proses pembelajaran dapat tercapai. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar Menurut Slameto (2010: 54) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar peserta didik dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu: 1) Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar, meliputi : kondisi jasmani, psikologis dan faktor kelelahan. 2) Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor yang dapat mempengaruhi proses dalam prestasi belajar yang datangnya dari luar Upaya Meningkatkan Disiplin…, Ika Mahfiroh Apriyani, FKIP, UMP, 2017 16 siswa. Faktor ini dapat dikelompokan menjadi tiga faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar adalah kondisi fisik dan psikis peserta didik serta keadaan di luar diri peserta didik seperti keadaan keluarga, sekolah dan masyarakat. 4. Prestasi Belajar a. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses dari tingkah laku individu dalam kehidupan sehari-hari dengan interaksi terhdap lingkungannya. Menurut Slameto (2010: 2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sehingga hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya. Menurut Abdilah dalam Anurrahman (2010: 35) mengemukakan belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang secara keseluruhan dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang awalnya tidak baik menjadi baik sebagai hasil dari usaha dan interaksi yang berdasarkan pengalaman tertentu dan bertambahnya ilmu pengetahuan untuk dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Upaya Meningkatkan Disiplin…, Ika Mahfiroh Apriyani, FKIP, UMP, 2017 17 b. Pengertian Prestasi Belajar Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam Bahasa Indonesia menjadi prestasi yang memiliki arti hasil belajar. Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi pembentukan watak peserta didik. Kata prestasi lebih sering digunakan dalam berbagai bidang seperti bidang kesenian, olahraga, pendidikan khususnya pembelajaran. Prestasi belajar merupakan salah satu keberhasilan dalam pembelajaran. Prestasi belajar menurut Hamdani (2011: 138) “ prestasi belajar merupakan tingkat kemampuan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak, dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar”. Arifin (2013: 12) menyatakan bahwa “prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perennial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya masnusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing”. Dengan demikian, prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil maksimum yang dicapai seorang setelah melakukan serangkaian usaha-usaha belajar. c. Faktor-Faktor yang Memperngaruhi Prestasi Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Hamdani (2011: 139) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi Upaya Meningkatkan Disiplin…, Ika Mahfiroh Apriyani, FKIP, UMP, 2017 18 belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). 1) Faktor Internal a) Kecerdasan (inteligenis) Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Tingkat inteligensi sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar peserta didik. Semakin tinggi tingkat inteligensi seorang siswa, semakin tinggi pulan peluang untuk meraih prestasi yang tinggi. b) Faktor Jasmani Kondisi jasmaniah pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seorang. c) Sikap Sikap yaitu kecenderungan untuk mereaksikan terhadap suatu hal, atau benda dengan suka, tidak suka, atau acuh tak acuh. Sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, kebiasaan, keyakinan. Dalam diri peserta didik harus ada sikap yang positif (menerima) kepada sesama peserta didik atau gurunya. Sikap yang positif ini akan menggeraknnya unutk belajar. Adapun peserta didik yang sikapnya negatif (menolak) kepada sesama peserta didik atau gurunya tidak akan mempunyai kemauan untuk belajar. Upaya Meningkatkan Disiplin…, Ika Mahfiroh Apriyani, FKIP, UMP, 2017 19 d) Minat Minat menurut para ahli psikologi adalah suatu kencenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus. Minat ini erat kaitannya dengan perasaan, terutama perasaan senang. Dapat dikatakan ini terjadi karena perasaan senang pada sesuatu, minat memiliki pengaruh yang besar terhadap pembelajaran. Jika menyukai suatu pelajaran, peserta didik akan belajar dengan senang hati tanpa rasa bebean. e) Bakat Bakat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Dalam proses belajar, terutama belajar keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik. f) Motivasi Motivasi dapat menentukan baik-tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar kesuksesan belajarnya. Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan peserta didik untuk melakukan belajar. 2) Faktor Eksternal a) Keadaan Keluarga Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seorang dilahirkan dan dibesarkan. Upaya Meningkatkan Disiplin…, Ika Mahfiroh Apriyani, FKIP, UMP, 2017 20 Orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimuali dari keluarga. Adapun sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembagalembaga formal memerlukan kerjasama yang baik orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan prestasi belajar anak. b) Keadaan Sekolah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang saying penting dalam menentukan keberhasilan peserta didik. Oleh karena itu, lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong peserta didiknya untuk belajar lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi penyajian pelajaran, hubungan guru denga peserta didik, alat-alat pelajaran, dan kurikulum. Hubungan guru dan peserta didik yang kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya. c) Lingkungan Masyarakat Lingkungan membentuk kepribadian anak karena pergaulan sehari-hari, menyesuaikan dirinya seorang dengan anak akan selalu kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Berdasarakan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor intern yang mempengaruhi prestasi belajar adalah kecerdasan, jasmaniah, sikap, minat, bakat dan motivasi. Upaya Meningkatkan Disiplin…, Ika Mahfiroh Apriyani, FKIP, UMP, 2017 21 Sedangkan faktor ekstern yang mempengaruhi prestasi belajar adalah keadaan keluarga, keadaan sekolah dan keadaan lingkungan masyarakat. 5. Pengertian Metode Synergetic Teaching a. Pengertian Metode Synergetic Teaching Synergetic memberikan Teaching kesempatan merupakan kepada cara peserta belajar didik yang untuk membandingkan pengalaman-pengalaman yang telah mereka peroleh dengan teknik berbeda dengan membandingkan catatan (Silberman, 2006: 113). Dari uraian tersebut diperoleh dua teknik belajar, yaitu teknik belajar sendiri dan teknik belajar dengan guru. 1) Teknik belajar sendiri Peserta didik diberikan kesempatan untuk mempelajari materi dari buku atau sumber lain yang telah dipersiapkan oleh guru. Guru tidak ikut berperan aktif di dalam pembelajaran. 2) Teknik belajar dengan guru Peserta didik memperoleh materi pelajaran dari penjelasan langsung dari guru. Peserta didik tidak memperoleh materi dengan mendengarkan guru berceramah. b. Langkah-langkah Metode Synergetic Teaching Metode pembelajaran memiliki langkah-langkah tersendiri dalam proses penerapanannya, begitu juga dengan metode pembelajaran metode Synergetic Teaching. Langkah-langkah Upaya Meningkatkan Disiplin…, Ika Mahfiroh Apriyani, FKIP, UMP, 2017 22 Synergetic Teaching Menurut Sirberman (2002: 113) sebagai berikut: Langkah-langkah metode Synergetic Teaching dapat 1) Bagilah kelas menjadi dua bagian; 2) Kirimkan satu kelompok ke ruangan lain untuk membaca tetang topic yang Anda ajarakan. Pastikan materi bacaan itu terformat dengan baik dan mudah dibaca; 3) Selama masa ini, berikan sebuah pelajaran yang disampaikan dengan lisan, ceramah, tentang materi yangsama kepada separuh lainya dari kelas itu; 4) Kemudian, ganti pengalaman belajar. Berikan materi bacaan tentang topik Anda bagi kelompok yang telah mendengarkan pelajaran yang disampaikan dengan ceramah dan berikan suatu pelajaran yang didasarkan dengan kuliah kelompok yang membaca tersebut; 5) Pasangkan anggtotaanggota untuk masing-masing kelompok dan suruhlah mereka menyimpulkan/meringkas apa yang telah mereka pelajari. Langkah-langkah mempermudah guru dalam proses penerapan model pembelajaran. Dengan adanya langkah-langkah tersebut guru akan mengetahui tahapan yang harus dilakukan, dengan begitu peserta didik akan mudah untuk dikendalikan selama proses penerapan metode Synergetic Teaching. Jadi, langkah-langkah metode Synergetic Teaching adalah : 1) Bagilah kelas menjadi dua bagian. 2) Kirimkan satu kelompok ke ruang lain untuk membaca tentang topik yang guru ajarkan. Pastikan materi bacaan itu terformat dengan baik dan mudah dibaca. 3) Selama masa ini, berikan sebuah pelajaran yang disampaikan dengan lisan, ceramah, tentang materi yang sama kepada separuh lainya di kelas itu. Upaya Meningkatkan Disiplin…, Ika Mahfiroh Apriyani, FKIP, UMP, 2017 23 4) Kemudian, ganti pengalaman belajar. Berikan materi bacaan tentang topik yang guru bagi kelompok yang telah mendengarkan pembelajaran yang disampaikan dengan ceramah dan berikan suatu pelajaran yang didasarkan dengan kuliah kelompok yang membaca tersebut. 5) Pasangkan anggota-anggota untuk masing-masing kelompok dan suruhlah mereka menyimpulkan atau meringkas apa yang telah peserta didik pelajari. 6. Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran wajib di SD. Pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembetukan diri yang beragam dari segi agama, sosialkultural, bahasa, usia, suku bangsa, untuk menjadi warga Nergara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan Pancasila dan UUD 1945 (Depdiknas, 2003). Penjelasan dalam pasal 39 ayat 2 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan, bahwa : Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan dengan warga negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negaranya. Sedangkan Somantri (2001: 104) memberikan perumusan konsep pendidikan kewarganegaraan sebagai berikut : Upaya Meningkatkan Disiplin…, Ika Mahfiroh Apriyani, FKIP, UMP, 2017 24 PKn merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar yang berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara agar dapat diandalkan oleh bangsa dan negara. Dari beberapa pendapat di atas, menjelaskan bahwa PKn merupakan mata pelajaran wajib yang menitik beratkan pada pembinaan karakter warga negara dalam perspektif kenegaraan. Dengan adanya pendidikan kewarganegaraan di SD diharapkan peserta didik dapat dibina untuk menjadi warga negara yang baik. b. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan Tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menurut Mulyasa dalam (Susanto, 2013: 231) adalah menjadikan peserta didik agar : 1) Mampu berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi persoalan hidup maupun isu kewarganegaraan di negaranya. 2) Mampu berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan, secara katif dan bertanggung jawab sehingga bisa bertindak secara cerdas dalam semua bidang. 3) Bisa berkembang secara positif dan demokratis, sehingga mampu hidup bersama dengan bangsa lain di dunia dan mampu berinteraksi, serta mampu memnafaatkan teknologi informasi dan komunikasi dengan baik. Bersasarkan uraian di atas dapat disimpulkan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ialah membekali peserta didik tentang pengetahuan dan kemampuan dasar menjadi warga negara yang baik, demokratis, tanggung jawab, dan dapat mengikuti perkambangan teknologi dan informasi serta dapat berguna bagi negaranya. Upaya Meningkatkan Disiplin…, Ika Mahfiroh Apriyani, FKIP, UMP, 2017 25 c. Materi Pendidikan Kewarganegaraan 1) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tabel 2.2 SK dan KD Stándar Kompetensi Dasar Kompetensi 4. Menunjukkan sikap 4.1 Memberikan contoh sederhana terhadap globalisasi pengaruh globalisasi di di lingkungannya lingkungannya 4.2 Mengidentifikasi jenis budaya Indonesia yang pernah ditampilkan dalam misi kebudayaan internasional 4.3 Menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi yang terjadi di lingkungannya 2) Pengertian Globalisasi Globalisasi adalah proses perubahan menuju kehidupan mendunia. Di zaman era globalisasi ini, setiap kejadian, peristiwa, atau perkembangan di suatu tempat akan didapatkan orang-orang yang ada di tempat lain yang berjauhan. Proses globalisasi ditandai dengan adanya perubahan-perubahan dalam tatanan masyarakat. Hal itu disebabkan adanya kemajuan teknologi. Perubahan-perubahan tersebut terjadi dalam berbagai bidang kehidupan, seperti ekonomi, sosial, politik, dan budaya. Dahulu, masyarakat tidak mudah mendapatkan informasi atau berbagai peristiwa yang terjadi di belahan bumi lain secara langsung karena keterbatasan teknologi. Tetapi, kini masyarakat Upaya Meningkatkan Disiplin…, Ika Mahfiroh Apriyani, FKIP, UMP, 2017 26 dapat mengetahui dengan cepat apa saja yang terjadi di negara lain. Hal ini berkat kemajuan teknologi informasi. Adanya kemajuan teknologi ini, hubungan antarnegara menjadi lebih mudah. Kerja sama antarnegara dalam berbagai bidang dilakukan untuk memudahkan warga negaranya dalam beraktivitas. Misalnya, kerja sama di bidang ekonomi, yaitu adanya perdagangan bebas. Barang-barang produksi luar negeri dapat dengan bebas dipasarkan di dalam negeri. Begitu pula halnya dengan barangbarang buatan dalam negeri dapat dipasarkan di luar negeri. Adanya budaya asing tersebut tentu memberikan dampak positif dan negatif. Diantara unsur budaya asing yang berdampak positif, antara lain: a) Makin canggihnya sarana informasi, seperti: televisi, parabola, komputer, satelit, internet, handphone, kamera digital. b) Sarana transportasi menjadi lebih cepat, seperti menggunakan pesawat terbang, helikopter, kapal laut, kapal ferry, kereta api, bus, mobil, sepeda motor. c) Teknologi bangunan dan arsitektur, gedung-gedung pencakar langit. d) Sistem kedokteran yang makin canggih. e) Mesin-mesin canggih yang dapat membantu proses produksi. f) Sistem perbankan yang mudah. g) Adanya persaingan untuk maju. (Sri Nuryani, 2009:78-79) Adapun dampak negatif dari adanya globalisasi adalah sebagai berikut: Upaya Meningkatkan Disiplin…, Ika Mahfiroh Apriyani, FKIP, UMP, 2017 27 a) Masyarakat Indonesia lebih senang menggunakan dan membeli produk luar negeri daripada membuat produknya, disebut konsumerisme. Akibatnya, masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang boros dan lebih senang menghambur-hamburkan uang untuk membeli barangbarang baru dari luar negeri. b) Akibat banyaknya kendaraan dan berdirinya pabrikpabrik, terjadilah pencemaran lingkungan, di antaranya pencemaran air, pencemaran udara, dan pencemaran tanah. c) Berkurangnya lahan pertanian yang produktif menjadikan masyarakat bergantung kepada orang lain. d) Berubahnya mata pencaharian penduduk. (Sri Nuryani, 2009:80) 3) Kebudayaan Indonesia dalam Misi Internasional Masyarakat Indonesia terdiri atas banyak suku. Sehingga suku-suku tersebut memiliki ciri khas tersendiri. Dari ciri khas tersebut, terwujudlah kebudayaan Indonesia. Misalnya, Aceh memiliki tarian khas, yaitu tari Saman, Yogyakarta memiliki rumah khas, yaitu rumah Joglo, dan sebagainya. Dari keberagaman kebudayaan tersebut menghantarkan nama Indonesia ke dunia internasional. Sehingga misi Indonesia adalah memperkenalkan kebudayaan Indonesia di dunia internasional. 4) Sikap Terhadap Pengaruh Globalisasi Globalisasi secara tidak langsung dapat mempengaruhi aktivitas kehidupan manusia. Dampak positif dan dampak negatif dari globalisasi cepat atau lambat dapat dirasakan. Pancasila dan UUD 1945 bisa dijadikan filter (penyaring) dari budaya asing yang masuk ke Indonesia. Beberapa sikap yang Upaya Meningkatkan Disiplin…, Ika Mahfiroh Apriyani, FKIP, UMP, 2017 28 harus ditanamkan dalam menghadapi globalisasi adalah sebagai berikut: a) Menjadi hamba yang taat kepada agama yang dianut sehingga di dalam diri kertanam jiwa kebaikan. b) Senantiasa meningkatkan kedisiplinan terhadap aturan yang berlaku, seperti nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. c) Tidak mudah terpengaruh terhadap hal-hal yang baru. Setiap hal yang baru harus diuji nilai manfaat dan kebenarannya. d) Berpikirlah mendunia, tetapi tidak melupakan budaya sendiri. (Sri Nuryani, 2009:83) B. Penelitian yang Relevan 1. Berdasarkan penelitian Efrinaldi Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Efrinaldi pada tahun 2011 yang berjudul “Penerapan Metode Pembelajaran Synergetic Teaching untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa pada Materi Pecahan di Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Swasta Rumbio pembelajaran Kecamatan menggunakan Kampar”, metode menyimpulkan Syenergetic Teaching bahwa dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik di MI Rumbo kecamatan Kampar. Peneliti menggunakan hasil penelitian tersebut karena, terdapat persamaan yaitu menggunakan metode pembelajaran Synergetic Teaching. Perbedaan dari kedua penelitian ini, yaitu terlihat dari variabel. Peneliti menggunakan dua variable, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Efrinaldi menggunakan saru variable. Upaya Meningkatkan Disiplin…, Ika Mahfiroh Apriyani, FKIP, UMP, 2017 29 Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode Synergetic Teaching efektif meningkatkan disiplin dan prestasi belajar peserta didik. Penelitian ini akan dilakukan dalam 2 siklus dimana setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. 2. Berdasarkan Jurnal Internasional Pendidiakn karakter berdasarkan jurnal internasional yang disusun oleh Rawana, Justin R E Franks, Jessica L Brownlee, Keith Rawana, Edward P, Neckoway, Raymond tahun 2011 yang berjudul The Application of a Strength-Based Approach of Students' Behaviours to the Development of a Character Education Curriculum for Elementary and Secondary Schools, menyebutkan : The fundamental goal of character education is to help students adopt a set of character traits or values, which are internalized and reflected in their thoughts, emotions, and behaviours a their character develops. The six pillar of character education are a set of important positive characteristics that are inherently holistic and developmental in nature. They represent values that, when internalized, eventually become an integral part of an individual's personality, influencing all aspects of a person's thought, emotions, and behaviours. In other words, an individual's behaviour is always related to some aspect of their character. While these are valued outcomes, educators do recognize that they do not easily develop in all children, thus forming the need for character education. However, character is a diffuse, abstract, and global concept which may be difficult for children to conceptualize and relate to. Incontrast, the concept of personal strengths, as represented by positive behaviours, is concrete and specific and can be linked to a child's day-to-day functioning. Berdasarkan juranal di atas dapat disimpulkan tujuan pendidikan karakter adalah membatu peserta didik untuk mengadopsi satu set karakter atau nilai-nilai yang diinternalisasikan dan tercermin dalam Upaya Meningkatkan Disiplin…, Ika Mahfiroh Apriyani, FKIP, UMP, 2017 30 pikiran, emosi, dan perilaku sebagai karakter mereka. Disiplin merupakan salah satu indikator yang harus dicapai dalam pendidikan karakter. 3. Berdasarkan Jurnal Internasional Berdasarkan jurnal internasional yang ditulis oleh Klavdiya G. Erdyneeva1 dan kawan-kawan, yang berjudul “Upgrading Educational Quality through Synergy of Teaching and Research”, yang diterbitkan oleh International Review of Management and Marketing, menyebutkan: Strengthening the role of synergy in the development process of research competence for humanities is able to increase the level of creative potential of prospective professionals and, hence, is necessary for productive sectors of the economy and labor market. For these all above mentioned reasons, our work, in our opinion, may be helpful for practitioners of humanitarian higher education institutions, as well as for further development and thus contributing into the process of upgrading the system of higher education in Russia. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran secara synergetic sangat efektif dan efisiean. Berdasarkan penelitian di atas penerepan sistem synergetic membantu pekerjaan para objek penelitian, dan para praktisi. Berdasarka penelitian yang dilakukan oleh Triani Sulistyarini di atas penerapan metode Synergetic Teaching mampu meningkatkan beberapa aspek dalam pendidikan karakter salah satunya disiplin. Dari dua jurnal tentang metode synergetic dapat disimpulkan bahwa metode synergetic efektif dalam penerapan pendidikan karakter, dimana objek penelitian dituntut untuk bekerja secara sinergi sehingga niali-nilai dicapai dengan baik. Upaya Meningkatkan Disiplin…, Ika Mahfiroh Apriyani, FKIP, UMP, 2017 31 C. Kerangka Pikir Berdasarkan kondisi dan keadaan kelas IV SD Negeri Karang Pule yang menunjukan rendaknya sikap disiplin dan prestasi belajar peserta didik, penerapan metode Syenergetic Teaching diharapkan akan menggubah kondisi dan keadaan kelas IV SD Negeri Karang Pule pada pembelajaran PKn. Adapun bagan kerangka pikir dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, adalah sebagai berikut: Sikap disiplin dan prestasi belajar SD Negeri Karang Pule pelajaran PKn materi globalisasi rendah Kondisi Awal vv Tindakan siklus I pembelajaran dengan menggunakan Synergetic Teaching pada pembelajaran PKn materi globalisasi Tindakan Tindakan siklus II pembelajaran dengan menggunakan Synergetic Teaching pada pembelajaran PKn materi globalisasi Kondisi Akhir Peningkatan sikap disiplin dan prestasi berlajar PKn materi Globalisasi meningkat Refleksi Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir Upaya Meningkatkan Disiplin…, Ika Mahfiroh Apriyani, FKIP, UMP, 2017 32 D. Hipotesis Tindakan Bersarkan kerangka berpikir yang diuraikan sebelumnya, maka hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan : 1. Melalui metode pembelajaran Synergetic Teaching dapat meningkatkan sikap disiplin peserta didik pada mata pelajaran PKn materi globalisasi di kelas IV SD Negeri Karang Pule. 2. Melalui metode pembelajaran Synergetic Taeching dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran PKn materi globalisasi di kelas IV SD Negeri Karang Pule. Upaya Meningkatkan Disiplin…, Ika Mahfiroh Apriyani, FKIP, UMP, 2017