BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur'an adalah kalam Allah SWT. dan mukjizat Nabi-nya yang
termulia. Ayat-ayatnya merupakkan jaminan hidayah bagi manusia dalam
segala urusan dan setiap keadaan serta jaminan bagi mereka untuk memperoleh
cita-cita tertinggi dan kebahagiaan terbesar di dunia dan akhirat. Barang siapa
mengamalkannya, mendapatkan pahala, dan barang siapa menyeru orang lain
kepadanya, mendapatkan petunjukkejalan yang lurus. Rasulullah bersabda "
Sesungguhnya Allah mengangkat derajat suatu kaum dengan kitab ini (alQur’an) dan Allah merendahkan kaum yang lainnya (yang tidak mau
membaca, mempelajari dan mengamalkan al-Qur’an”. (HR. Muslim)1.
Kajian terhadap al-Qur’an, dapat menghasilkan pemahaman yang
beragam menurut kemampuan masing-masing, kemudian pemahaman tersebut
melahirkan perilaku yang beragam pula sebagai tafsir al-Qur’an. Berdasarkan
catatan sejarah, perilaku atau praktik memfungsikan al-Qur’an dalam
kehidupan praksis diluar kondisi tekstualnya telah terjadi sejak zaman
Rasulullah SAW. Hal ini sebagaimana dijelaskan M. Mansur bahwa Nabi
SAW. pernah melakukan praktik seperti ini, yaitu ketika surat
1
al-
Al-Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Shahih Muslim juz
1, (Lebanon, Beirut: Darul Fikri,1993), hlm 360.
2
Fatihahdipakai sebagai media penyembuhan penyakit dengan cara rukyah, atau
ketika surat al-Muawadatain dibaca untuk menolak sihir.2
Kebanyakan studi al-Qur’an objeknya berupa teks al-Qur’an, maka
studi al-Qur’an yang objek kajiannya berupa fenomena lapangan, tidak
memiliki kontribusi langsung bagi upaya penafsiran al-Qur’an yang lebih
bermuatan agama, tetapi pada tahap lanjut, hasil dari studi sosial, Qur’an dapat
bermanfaat bagi agama dan pemeluknya. Living Qur’an dalam konteks ini
adalah kajian atau penelitian ilmiah tentang berbagai peristiwa sosial terkait
dengan kehadiran al-Qur’an atau keberadaan Qur’an disebuah komunitas
Muslim tertentu. Kaum Muslim Indonesia khususnya diantara mereka banyak
yang melakukan amalan-amalan dengan cara membaca surat-surat al-Qur’an
secara rutin bahkan ada juga yang menjadikan bacaan al-Quran sebagai tradisi,
surat-surat yang biasa dijadikan sebuah ritual biasanya surat al- Wāqi‘ah,
Yāsīn, al-Rahman, al-Kahfi, al-Dukhan, dan masih banyak surat-surat yang
lain. Sebagai surat yang paling sering ditradisikan oleh kaum Muslimin adalah
surat Yāsīn.
Pada umumnya, Yasinan adalah aktifitas masyarakat yang sudah
mentradisi (terlebih) pada malam jum’at ia telah menjadi kebiasaan masyarakat
yang biasanya dilakukan di masjid atau di rumah-rumah masyarakat
Muslim.sudah merupakan tradisi lama dalam hal pelaksanaan wirid Yāsīn baik
oleh kaum ibu maupun kaum bapak dan juga di kalangan para remaja baik
remaja putri maupun remaja putra. Pelaksanaannya pun bisa berbeda seperti
2
Sahiron Syamsudin, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta: THPres Teras,2007),hlm.3
3
ada yang melaksanakannya pada malam hari, siang hari atau sore hari
tergantung kesepakatan masing-masing. Tradisi Yasinan bagi mereka yang
melakukannya, ia bermakna do’a, bagi mereka membaca surat Yāsīn pada
malam jum’at dimulai dengan mengirim surat al-Fatihah, kepada Rasulullah,
nenek moyang serta kepada kerabat lainnya dimaknai dengan do’a kepada
mereka sehingga istilah do’a arwah sangat familiar dikalangan para santri, baik
secara personal maupun komunal jika mereka ingin mendoakan kerabat mereka
yang telah mendahului mereka.
Hal menarik yang berbeda dengan kegiatan pembacaan surat Yāsīn di
tempat lain adalah pembacaan surat Yāsīn di Pondok-PesantrenMa’hadul
Islamiyah Salafiyah Syafi’iyah Hadirul Ulum (MISSHU) Tasikrejo Ulujami
Pemalang. Yang mana pembacaan surat Yāsīndilakukan setiap selesai shalat
maghrib yang dilakukan oleh para santri dan dipimpin oleh pengasuhnya. Oleh
karena itu peneliti tertarik untuk mengkaji mengenai pembacaan surat
Yāsīnyang dilaksanakan di Pondok-Pesantren Ma’hadul Islamiyah Salafiyah
Syafi’iyah Hadirul Ulum (MISSHU).Menurut penulis fenomena ini menarik
untuk diteliti dan dikaji serta dikembangkan sebagai upaya dan model alternatif
penyadaran terhadap suatu kelompok masyarakat atau lembaga pendidikan dan
terhadap setiap santri di Pondok Pesantren untuk selalu berinteraksi dan
bergaul dengan al-Qur’an.
Dalam hal ini penulis akan menjadikan Pondok Pesantren Ma’hadul
Islamiyah Salafiyah Syafi’iyah Hadirul Ulum sebagai objeknya, terutama yang
berhubungan dengan kegiatan pembacaan surat Yāsīnsetelah shalat Maghrib.
4
Adapun yang akan dicapai dalam penulisan ini diantaranya adalah tujuan,
dasar, dan makna daripembacaan surat Yāsīnpada selesai shalat maghrib.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang di atas, dan untuk mengerucut pembahasan
sehingga fokus permasalahan dan penelitian ini dapat lebih terarah maka dibuat
rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana prosespembacaan Yāsīn di Pon-Pes MISS Hadirul Ulum?
2.
Apa tujuan dan dasar pembacaan Yāsīn di Pon-Pes MISS Hadirul Ulum?
3.
Apa makna pembacaan Yāsīn bagi santri di Pon-Pes MISS Hadirul Ulum ?
C. Tujuan Penelitian
1.
Kajian ini dimaksudkan untuk mengetahui proses pembacaanYāsīndi PonPes MISS Hadirul Ulum.
2.
Kajian ini juga dimaksudkan untuk mengetahui
tujuan dan dasar
pembacaan Yāsīn di Pon-Pes MISS Hadirul Ulum.
3.
Kajian ini juga dimaksudkan untuk mengetahui makna pembacaan Yāsīn
bagi santri di Pon-Pos MISS Hadirul Ulum.
D. Kegunaan Penelitian
a.
Kegunaan teoritis
Sebagai sumbangan keilmuan dibidang Ilmu al-Qur’an dan Tafsir
khususnya dalam kajian living Qur’an dan agar dapat dijadikan sebagai
salah satu contoh bentuk kajian penelitian lapangan khususnya dalam
mengkaji fenomena di masyarakat atau di lembaga-lembaga formal
5
maupun non formal yang terkait dengan respon masyarakat terhadap
praktik pembacaan al-Qur’an yang dijadikan amalan rutin.
b.
Kegunaan Praktis
Penelitian ini dimaksudkan untuk membantu meningkatkan
kesadaran masyarakat terhadap pentingnya membaca dan mengkaji alQur’an serta sebagai motivasi bagi seluruh santri Pondok-Pesantren
MISS Hadirul Ulum khususnya dan masyarakat luas pada umumnya agar
tumbuh kecintaan yang besar terhadap membaca al-Qur’an.
E. Kerangka Teori
Studi al-Qur’an (tafsir) selalu mengalami perkembangan, dipandang
sebagai ilmu bantu bagi ilmu Ulumul Qur’an, seperti linguistik,
hermeneutika, sosiologi, antropologi dan ilmu komunikasi. Hal ini terkait
dengan objek penelitian dalam kajian al- Qur’an.
Penelitian teks al-Qur’an yang hidup dalam masyarakat disebut
dengan The Living Qur’an, sementara pelembagaan hasil penafsiran alQur’an disebut dengan The Living Tafsir. Penelitian semacam ini merupakan
bentuk penelitian yang menggabungkan antara cabang ilmu al-Qur’an dengan
cabang ilmu sosial, seperti sosiologi dan antropologi3.
Penelitian Living Qur’an sebagai sebuah tawaran paradigma alternatif
yang menghendaki bagaimana feedback dan respon masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari (everyday life) dapat dibaca, dimaknai secara
fungsional dalam konteks fenomena sosial. Karena itu al-Qur’an yang
3
Sahiron Syamsudin, Metodologi penelitian Living Qur’an dan Hadits hlm. VI-XIV. Kata
pengantar dalam Ranah-ranah Penelitian studi al-Qur’an dan Hadis
6
dipahami masyarakat Islam dalam pranata sosialnya merupakan cerminan
dari fungsional al-Qur’an itu sendiri. Sehingga respon mereka terhadap alQur’an mampu membentuk pribadinya, bukan sebaliknya dunia sosial yang
membentuknya, melaikan al-Qur’an menentukan dunia sosial. Wajar jika
kemudian muncul ragam fenomena dalam everyday life ketika menyikapi alQur’an oleh masyarakat tertentu dan mungkin dalam waktu tertentu pula
sebagai sebuah pengalaman sosial atau spiritual dari hasil interaksi terhadap
al-Qur’an.4
Pendekatan sosiologi dapat digunakan dalam penelitian Living
Qur’an.Dalam penelitian ini teori yang digunakan oleh penulis adalah teori
konstruksi sosial.Konstruksi sosial merupakan sebuah teori sosiologi
kontemporer yang dicetuskan oleh Peter L.Berger dan Thomas Luckman.
Mereka
mengatakan
terjadi
dialektika
antara
individu
menciptakan
masyarakat dan masyarakat menciptakan individu. Proses dialektika ini
terjadi melalui eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Tiga proses ini
terjadi diantara individu satu dengan individu lainnya dalam masyarakat.5
Eksternalisasi merupakan penyesuaian diri dengan dunia sosiokulturalnya sebagai produk manusia. Objektivasi merupakan interaksi dalam
dunia
intersubjektif
yang
dilembagakan
atau
mengalami
proses
institusionalisasi. Sementara itu, Internalisasi merupakan proses ketika
individu mengidentifikasikan dirinya dengan lembaga-lembaga sosial atau
4
Sahiron Syamsudin, Metodologi penelitian Living Qur’an dan Hadits, hlm 5
Burhan Bungin,Analisis Data Penelitian Kualitatif (Pemahaman Filosofis dan
Metodologis ke Arah penguasaan Model Aplikasi),(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2012). hlm.
141
5
7
organisasi sosial tempat individu menjadi anggotanya. Manusia sebagai
subjek individu dan masyarakat sebagai dunia sosio-kulturalnya terlibat
dalam hubungan dialektis yang saling berkelindan.
Berger mengatakan bahwa realitas kehidupan sehari-hari memiliki
dimensi-dimensi objektif dan subjektif. Manusia merupakan instrument
dalam penciptaan realitas sosial yang objektif melalui proses eksternalisasi,
sebagaimana
ia
mengetahuinya
melalui
proses
internalisasi
(yang
mencerminkan realitas subjektif). Berger melihat masyarakat sebagai produk
manusia dan manusia sebagai produk masyarakat. Masyarakat sebagai realitas
objektif menyiratkan terjadinya pelembagaan didalamnya. Awal mula
terjadinya pelembagaan adalah bahwa semua kegiatan manusia bisa
mengalami proses pembiasaan. Tiap tindakan yang sering diulang pada
akhirnya akan menjadi suatu pola yang kemudian bisa direproduksi sehingga
dipahami oleh pelakunya sebagai pola yang dimaksud.6
“Eksternalisasi” merupakan pernyataan lahiriah subjek-individu yang
berasal dari pemahamannya terhadap sebuah konteks sosial. Kisi kelampauan
bertaut erat dengan bagaimana pengalaman-persepsi membentuk pernyataan
atas dunia. Kesadaran bentukan ataupun sang hakiki tertuang dalam pola-pola
perilaku dalam ranah makro maupun mikro kosmos subjek-individu itu. Pada
gilirannya, proses kesadaran tersebut termanifestasikan kedalam perilakuperilaku masyarakat luas sehingga menjadi kenyataan “objektif”, yakni
pranata-pranata sosial yang dibentuk berdasar konsensus. Pemahaman
6
Sindung Haryanto,Spektrum Teori Sosial Dari Klasik Hingga Posmodern,(Jogjakarta: al
-Ruzz Media,2012),hlm.154
8
terhadap realitas objektif yang terbentuk kemudian mengalami proses
internalisasi, yakni proses masuknya pengetahuan dan kesadaran kedalam
tataran batin subjek individu, yang kemudian melahirkan butir kesadaran
baru. “Internalisasi” adalah sebuah ruang tawar-menawar yang digunakan
subjek individu untuk memetakan dunia luar serta menyatakan diri “ada”.7
F. Tinjauan Pustaka
Penulisan dan kajian karya tulis serta kajian Living Qur’an sejauh
pengamatan penulis belum banyak dilakukan, apalagi di STAIN
Pekalongan ini masih sedikit sekali penelitian yang berkaitan dengan
Living Qur’an. Untuk itu penulis akan mencoba mengadakan penelitian
yang berkaitan dengan Living Qur’an, namun sebelumnya penulis akan
memaparkan beberapa karya tulis yang berkaitan dengan Living Qur’an
yang ada, seperti dalam skripsi Moh Ali Wasi’ yang mengangkat judul ”
Fenomena Pembacaan al-Qur’an dalam masyarakat (Studi fenomenologis
atas masyarakat pedukuhan Srumbung Kelurahan Segoroyoso, Pleret,
Bantul)”.8
Dalam skripsi tersebut dibahas tentang respon masyarakat Srumbung
terhadap konsep al-Qur’an terkait dengan pembacaan al-Qur’an. Skripsi
ini lebih memfokuskan pada perintah membaca dalam al-Qur’an.
Sedangkan dalam penelitian yang akan penulis teliti nanti, penulis akan
memfokuskan tentang respon pengasuh dan para santri MISS Hadirul
7
Sindung Haryanto,Spektrum Teori Sosial Dari Klasik Hingga Posmodern, hlm 155
Moh. Ali wasi’, Fenomena Pembacaan al-Qur’an dalam Masyarakat (Studi
fenomenologis atas masyarakat pedukuhan Srumbung, kelurahan Segoroyoso, Pleret, Bantul),
Yogyakarta: Sekripsi Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga,2005)
8
9
Ulum terhadap salah satu dari surat yang ada pada al-Qur’an yakni surat
Yasin yang mana pelaksanaan tersebut telah dijadikan wasilah untuk
meningkatkan jiwa spiritual pada pelaku.
Dalam skripsinya Moh Ali Wasi’ menjelaskan dua faktor kehidupan
masyarakat dengan semangat al-Qur’an yang pertama, faktor internal
memiliki hubungan dengan kepribadian yang kuat dalam sikap keberagamaan
masyarakat Srumbung. Kedua, Faktor eksternal memiliki hubungan sosial
kemasyarakatan.9 Menurut peneliti, penelitian yang akan diteliti nanti dengan
skripsinya Moh Ali Wasi’ itu relevan karena sama-sama menyangkut tentang
Living Qur’an.10
Penelitian Khairul Ulum, Pembacaan al-Qur’an di lingkungan Jawa
Timur (Studi Masyarakat Grujugan Bondowoso). Tesis Pascasarjana UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta 2009. Dalam penelitian tersebut bahwa
pelaksanaan pembacaan al-Qur’an Grujugan dibagi menjadi dua momen,
yaitu rutinan dan insendental. Model ritual rutinan pembacaan al-Qur’an ada
tiga, yang pertama, hataman al-Qur’an (Semaan pembacaan al-Qur’an
Jantiko Mantab Molaikatan , kemudian juga dengan ditambah dengan bacaan
zikir yang disusun oleh KH. Ahmad Siddiq (Zikrul Gafilin), kedua, yasinan
dan yang ketiga, tahlilan. Adapaun yang kategori insendental, yaitu rangkaian
pelaksanaannya menyesuaikan dengan permintaan shahibul hajah. Makna
9
Moh. Ali wasi’, Fenomena Pembacaan al-Qur’an dalam Masyarakat (Studi
fenomenologis atas masyarakat pedukuhan Srumbung, kelurahan Segoroyoso, Pleret, Bantul),
10
Moh. Ali wasi’, Fenomena Pembacaan al-Qur’an dalam Masyarakat (Studi
fenomenologis atas masyarakat pedukuhan Srumbung, kelurahan Segoroyoso, Pleret, Bantul),
10
pelaksanaan pembacaan al-Qur’an meliputi sebagai bacaan yang mulia,
sebagai obat hati dan sebagai sarana perlindungan dari bahaya siksa dihari
akhir. Adapun tiga makna tersebut tidak mesti berjalan secara bersama, dan
terkadang mempunai makna bersamaan sekaligus, pembacaan al-Qur’an
tersebut mempunyai tiga tujuan diantaranya: Spiritual, ekonomi dan sosial.11
Penelitian Didik Andriawan, Penggunaan Ayat al-Qur’an Sebagai
Pengobatan (Studi Living Qur’an Pada Praktik Pengobatan Dr. KH. Qamari
Saifullah Pondok Pesantren Sunan Kalijogo Desa Pakuncen Kec. Patianrowo
Kab. Nganjuk). Sekripsi Sarjana Jurusan Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin
Studi Agama dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2013.
Dalam penelitian tersebut terdapat beberapa ayat yang digunakan
dalam pengobatan, yang diantaranya surat 1:1-7, 112:1-4, 113:1-5, 114:1-6,
2:225, 27:30, 37:79-80, 26:80, 9:128-129, 2:171, 2:18, dan sebagainya. Bahwa
indikasi dalam Living Qur’an yang terjadi dalam praktik pengobatan masuk
dalam kategori tidak berdasarkan pada pemahaman al-Qur’an sebagai teks
yang memuat informasi tertentu dalam lingkup bahasa Arab.
Adapun
yang
meletarbelakangi
penggunaan
ayat
al-Qur’an
diantaranya: pertama, adanya kontraversi konflik-aspiratif. Kedua, adanya
keyakinan terhadap keistimewaan al-Qur’an. Ketiga, faktor ekonomi.
11
Khairul Ulum, Pembacaan al-Qur’an dilingkungan Jawa Timur (Studi Masyarakat
Bondowoso), Tesis Pascasarjana, (Yogyakarta: Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta,2009).
11
Keempat, intuisi batiniyah, epistimologi bayani, kelima, pendidikan spiritual
masyarakat.12
Abul Fida’ Muhammad Azzat Muhammad Arif dalam bukunya obati
dirimu dengan al-Qur’an menjelaskan tentang ayat-ayat tertentu yang biasa
dijadikan sebagai obat untuk mengobati penyakit tertentu. Kemudian dia juga
menjelaskan tentang bagaimana pengobatan menurut metode al-Qur’an.
Diantara cara pengobobatannya adalah dengan mendengarkan bacaan alQur’an, membasuh dan meminum air yang sudah dibacakan al-Qur’an, serta
mengolesi tempat yang terkena penyakit dengan minyak zaitun yang juga
sudah dibacakan al-Qur’an.13
Dalam buku al-Qur’an dan pengobatan jiwa karya Maemuna Hasan,
dipaparkan bahwa mendengar bacaan al-Qur’an dengan baik dapat menghibur
perasaan sedih, menenangkan jiwa yang gelisah dan melunakan hati yang
keras, serta mendatangkan petunjuk. Itulah yang dimaksud rahmat Allah
SWT, yang diberikan kepada orang yang mendengarkan bacaan dengan baik.
Dengan suara yang baik dan merdu akan lebih memberi pengaruh kepada jiwa
yang mendengarkannya, sehingga seolah-olah mendengar sudah ada di alam
ghaib, bertemu dengan khaliqnya.14
Itula beberapa karya-karya yang telah membahas fenomena yang
berkenaan dengan Living Qur’anyang mana karya-karya di atas sangat
12
Didik Andriawan, “Penggunaan Ayat al-Qur’an sebagai Pengobatan (Studi Living
Qur’anPada Praktik Pengobatan Dr. KH. Qamari Saifullah Pondok Pesantren Sunan Kalijogo
Desa Pakuncen Kec. Patianrowo Kab. Nganjuk), skripsi Sarjana
13
Abul Fida’ Muhammad Azzat Muhammad Arif, Obati dirimu dengan al-Qur’an, terj.
Choir Rosyidi, (Yogyakarta: Mitra Pusaka,2002), hlm. 145
14
Maemuna Hasan, al-Qur’an dan pengobatan jiwa, (Yogyakarta: Bintang cemerlang,
2001), hlm. 133
12
beragam pembahasannya. Dalam skripsinya Moh Ali Wasi’ telah fokus pada
perintah untuk membaca al-Qur’an, dalam Tesis nya Khairul Ulum telah
membahas kajian al-Qur’an dengan cara simakan, Didik Andriawan dalam
skripsinya
memaparkan
ayat-ayat
yang
bisa
di
fungsikan
sebagai
pengobatan,Abul Fida’ dalam bukunya membahas tentang pengobatan dengan
media berupa benda-benda yang di bacakan ayat-ayat al-Qur’an untuk
mengobati penyakit,Maemuna Hasan menjelaskan dalam bukunya bahwa alQur’an telah menentramkan, menghibur, membahagiakan bagi orang yang
membacanya dengan hikmat, Sedangkan dalam penelitian ini akan mengkaji
fenomena Agama lantaran al-Qur’an,penelitian ini akan meneliti bagaimana
pengasuh Pondok-pesantren Ma’hadul Islamiyah Salafiyah Syafi’iyah Hadirul
Ulum (MISSHU) mengajak santrinya untuk lebih mencintai al-Qur’an.
Penelitian ini mengambil latar Pondok Pesantren MISS Hadirul Ulum sebagai
objeknya. Dalam penelitian ini lebih fokus pada tujuan pembacaan surat Yāsīn
secara rutin sehingga dapat dipahami dasar dan makna dari pembacaan surat
Yāsīn di Pondok-Pesantren MISS Hadirul Ulum.
G. Metode Penelitian.
Metode yang di pakai oleh penulis adalah kualitatif.Peneliti
menggunakan metode ini karena untuk menggali data yang bisa di
deskripsikan, penulis akan melakukan pencarian informasi yang berhubungan
dengan kegiatan pembacaan surat Yāsīn kepada pengasuh, Ustadz bahkan
santri pondok-pesantren MISS Hadirul Ulum baik berupa kata-kata, tulisan
maupun perbuatan.
13
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field
research). Dalam hal ini peneliti mengadakan penelitian ini di PondokPesantren Ma’hadul Islamiyah Salafiyah Syafi’iyah Hadirul Ulum yang
biasa dikenal dengan sebutan (MISSHU). Yang beralamat di Dukuh
Kedungpedati Rt.002/Rw.005 Desa Tasikrejo Kec. Ulujami Kab.
Pemalang, penelitian ini dilakukan mulai bulan Januari sampai bulan Mei
2016. Selama penelitian dilakukan peneliti sengaja masuk ke pondokpesantren, langsung melibatkan diri untuk mendapat informasi dan bahanbahan lainnya agar mudah di dalam melakukan penelitian nya.
2. Objek penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah para pelaku kegiatan
pembacaan surat Yāsīn di pondok-pesantren MISS Hadirul Ulum yakni
pengasuh, Ustadz dan santri
Pondok-PesantrenMa’hadul Islamiyah
Salafiyah Syafi’iyah Hadirul Ulum (MISSHU) Tasikrejo Ulujami
Pemalang karena menurut pengamatan sementara peneliti, santri MISSHU
mempunyai keunikan, keunikan yang peneliti maksud disini salah satunya
yaitu menambah wirid dengan membaca surat Yasin pada ba’da shalat
Magrib.
14
3. Sumber Data.
a.
Sumber Primer
Sumber Primer dalam penelitian ini adalah berupa informasi
yang di dapatkan dari pelaku kegiatan pembacaan surat Yāsīn di
Pondok-Pesantren Ma’hadul Islamiyah Salafiyah Syafi’iyah Hadirul
Ulum, yakni Pengasuh, Ustadz dan juga Santri. Selain itu penulis juga
mengamati sendiri proses pelaksanaan kegiatan pembacaan surat
Yāsīnnya. Sehingga dapat dijadikan data primer juga dalam penelitian
ini.
b. Sumber Sekunder
Sumber sekunder yang penulis gunakan dalam penelitian ini
adalah buku-buku perpustakaan yakni Tafsir-tafsir al-Qur’an yang
membahas surat Yāsīn, kitab-kitab Hadits yang memuat Hadits-hadits
tentang surat Yāsīn dan juga karya tulis lainnya seperti skripsi atau
tesis. Peneliti menggunakan data skunder tersebut untuk memudahkan
dan membantu memahami tema yang peneliti lakukan sekaligus
menguatkan hasil penelitian yang di hasilkan.
4. Teknik Pengumpulan Data.
Dalam rangka mendapatkan data yang akurat dalam penelitian ini,
penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a.
Observasi
15
Observasi sebagai pengumpul data dimaksud observasi yang
dilakukan secara sistematis. Dalam observasi ini penulis mengamati
keadaan yang wajar dan yang sebenarnya tanpa usaha yang disengaja
untuk mempengaruhi, mengatur, atau memanipulasikannya.15 Dalam
hal ini penulis terjun langsung ke lokasi penelitian, yaitu Pondok
Pesantren MISS Hadirul Ulum Desa Tasikrejo Kecamatan Ulujami
Kabupaten Pemalang. Observasi dilakukan untuk mendapatkan data
penelitian yang berkaitan dengan obyek penelitian dengan mengamati
proses pembacaan Yāsīn di Pon-Pes MISS Hadirul Ulum.
b. Interview
Interview yakni teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara melakukan tanya jawab dengan responden dalam
penelitian
untuk
memperoleh
informasi.16
Wawancara
dalam
penelitian ini dilakukan terhadap pengasuh, Ustadz dan santri PondokPesantrenMa’hadul Islamiyah Salafiyah Syafi’iyah Hadirul Ulum
(MISSHU)untuk mendapatkan informasi tentang pembacaan surat
Yāsīn.
c. Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap suatu gejala yang tampak pada objek penelitian.
Dokumen merupakan sumber informasi yang berupa foto, dan bahan
15
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta: Rineka
Cipta,2009), hlm. 144
16
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. hlm. 115
16
statistik. Secara harfiah dokumen dapat diartikan sebagai catatan
kejadian yang sudah lampau.17
Dalam penelitian ini jenis dokumen yang digunakan adalah
fotografi dan data-data. Adapun alat yang digunakan diantaranya
adalah kamera digital, handphone dan lainnya. Pengambilan gambar
ini digunakan untuk memperoleh gambar pada kegiatan pembacaan
surat Yasin di Pondok-PesantrenMa’hadul Islamiyah Salafiyah
Syafi’iyah Hadirul Ulum selain itu penulis juga akan memaparkan
data-data
yang
berkaitan
dengan
Pondok-PesantrenMa’hadul
Islamiyah Salafiyah Syafi’iyah Hadirul Ulum.
5. Analisis Data
Analisis data merupakan penyederhanaan kedalam bentuk yang
lebih mudah dipahami dan diinterpretasikan. Yang nantinya dapat
memudahkan penyusun dalam mengadakan penelitian. Setelah
data
terkumpul kemudian diolah dan dianalisa. Dalam penelitian ini penulis
akan mengumpulkan data dari hasil wawancara yang di dapat dari
informan yakni Pengasuh, Ustadz dan Santri MISSHU, selain itu data yang
di dapat dari hasil pengamatan kegiatan pembacaan surat Yāsīn di PondokPesantren Ma’hadul Islamiyah Salafiyah Syafi’iyah Hadirul Ulum dan
juga data-data yang di temukan dalam kitab-kitab Tafsir al-Qur’an dan
juga kitab-kitab Hadits serta buku-buku lain nya yang sama-sama
menjelaskan tentang surat Yāsīn. Setelah data-data sudah terkumpul
17
Djam’an Satori Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:
Alfabeta,2014), hlm. 146
17
peneliti akan menganalisis data-data tersebut agar dapat memudahkan
dalam menyimpulkan hasil penelitian yang di lakukan yakni Tradisi
pembacacan surat Yāsīn di Pondok-Pesantren Ma’hadul Islamiyah
Salafiyah Syafi’iyah Hadirul Ulum (MISSHU).
H. Sistematika Pembahasan
Secara umum skripsi itu disusun dalam tiga bagian utama yaitu
pendahuluan isi dan penutup kemudian pembahasan akan disistematiskan
dalam beberapa bab yang masing-masing memuat sub bab.
Bab pertama, merupakan pendahuluan yang memuat latar belakang,
masalah penelitian. Rumusan masalah untuk mempertegas fokus penelitian,
tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Bab ini
sebagai pengantar bab-bab selanjutnya.
Bab kedua tulisan ini memaparkan landasan teori tentang pembacaan
al-Qur’an dan Living Qur’an serta isi kandungan surat Yāsīn, asbabu an-Nuzul
dan juga Hadits-hadits tentang surat Yāsīn.
Bab ketiga, pemaparan gambaran umum pondok-pesantren meliputi
sejarah, letak geografis, bentuk-bentuk kegiatan, pemaparan tersebut dilakukan
dengan alasan untuk lebih mengenal pondok pesantren MISSHU. Serta
memaparkan hasil wawancara dari informan yakni Pengasuh, Ustadz dan
Santri Pondok-Pesantren Ma’hadul Islamiyah Salafiyah Syafi’iyah Hadirul
Ulum (MISSHU).
18
Bab keempat, merupakan bab inti dalam penelitian ini akan
menganalisis pembacaan surat Yāsīn di pondok pesantren Ma’hadul Islamiyah
Salafiyah Syafi’iyah Hadirul Ulum.
Bab kelima, merupakan bab terakhir dari keseluruhan pembahasan
yang berisi kesimpulan dari analisis data yang didapat, saran dan penutup. Bab
terakhir ini merupakan jawaban dari pertanyaan dalam rumusan masalah.
19
Download