DESA HONITETU Kepastian Hak Tenurial Masyarakat Sekitar Hutan Studi Komparatif Global – Desain dan Implementasi Reformasi Tenurial (GCS-Tenure) Hutan dan hak atas tanah sering didominasi oleh kepentingan politik dan elit ekonomi, sehingga mengabaikan masyarakat sekitar hutan. Namun pengakuan hukum terhadap hak wilayah masyarakat adat di Indonesia telah meningkat dan diakui dalam keputusan MK 35 tahun 2012. Disamping itu, reformasi tenurial hutan melalui Perhutanan Sosial dalam satu dekade terakhir juga telah memberikan hak kepastian tenurial pada masyarakat lokal terhadap akses pemanfaatan sumber daya hutan. Dalam prakteknya, reformasi ini masih mengalami hambatan terkait dengan batas wilayah, peta, kurangnya koordinasi dan pemahaman terhadap kebijakan reformasi tenurial. Penelitian GCS-Tenure dimaksudkan untuk memperkuat hak tenurial hutan bagi masyarakat lokal dan bagaimana menyelaraskan hukum adat dengan kebijakan formal sesuai dengan alokasi sumber daya hutan. Penelitian di desa di Honitetu pada September 2015 telah melibatkan anggota masyarakat (laki-laki, perempuan, tua, muda). Pengumpulan data dilakukan menggunakan instrumen penelitian, yaitu survei rumah tangga, Diskusi Kelompok Terfokus (FGD) dan Wawancara informan kunci. Isi dari poster ini menampilkan hasil reformasi tenurial hutan terkait dengan kepastian tenurial dan dampaknya terhadap mata pencaharian dan kondisi hutan. Problem Tenurial Wilayah adat Honitetu tumpang tindih dengan kawasan hutan negara (HL, HP, HPT dan HPK) sehingga membatasi hak akses masyarakat terhadap hasil hutan. Akses lahan dan hasil hutan banyak dilakukan oleh desa-desa tetangga yang berbatasan dengan wilayah hutan adat Honitetu, sehingga menjadi pemicu problem tenurial dan semakin kuat dengan terbatasnya fungsi control kelembagaan pada batas wilayah adat. Wilayah Petuanan Honitetu Sistem Tenurial Lahan Bentuk Pemantaan Lahan Lahan individu: 1.Kebun (pisang, singkong/kasbi, sayuran, jagung, petatas, keladi) 2.Dusung (cengkeh, pala, coklat, kelapa, sagu) Lahan marga: Lahan petuanan: 1.Kebun untuk tanaman 1.Hutan untuk berburu, semusim meramu sayuran hutan, 2.Dusung buah-buahan, kayu bakar, kayu bangunan. sagu 2.Dusung sagu negeri. 3.Hutan damar marga Kumpulan Hak Sistem Tenurial Lahan Petuanan Marga (SOA) Individu 1 Hak ekstrasi Raja Kepala SOA Kepala keluarga 2 Hak Raja Kepala SOA Kepala pengelolaan keluarga 3 Hak Kepala SOA Kepala menyewakan keluarga 4 Hak Kepala SOA Kepala menjaminkan keluarga 5 Hak menjual Kepala keluarga 6 Hak Kepala mewariskan keluarga No Jenis Hak Pengguna Warga desa dan warga luar desa dengan ijin pemilik Warga desa Warga desa dan warga luar desa Warga desa yang memiliki sertifikat Warga desa Warisan laki-laki dan perempuan sama; atau warisan laki-laki lebih besar dari perempuan Kepastian hak lahan hutan tidak hanya mendapat hak penuh untuk kumpulan hak-hak, tapi juga mempertimbangkan aspek perlindungan (FGD) Demografi 500 Jumlah dalam angka 400 300 ∑ Penduduk (jiwa) 200 ∑ Keluarga (KK) 100 ∑ Laki-laki ∑ Perempuan 0 Honitetu Sokowati Ursana Rumahtita Imabatai Nama Dusun 100% penduduk desa saat ini tidak ada yang buta huruf, tingkat pendidikan rata-rata adalah tamatan SMP. Semy Molly (46th) | Sekretaris Dusun Sukowati Praktek aturan adat sejak dulu sampai kini masih diterapkan/diperhatikan/ ditegakkan dan dihormati, karena merupakan warisan yang harus dilestarikan, misal: sasi, tabu, tempat keramat, dll. KEPASTIAN/KETIDAKPASTIAN TENURIAL HUTAN MATA PENCAHARIAN Kepastian Tenurial Hutan KONDISI HUTAN Kondisi hutan di Honitetu telah berubah. Di masa lalu, jarak untuk mengambil kayu masih dekat dan kayunya banyak. Saat ini, jumlah kayu menurun karena meningkatnya penebangan kayu untuk dijual ke penggergajian kayu. Upaya Peningkatan Pemanfaatan Lahan Institusi lokal yang kuat dalam membela hak Irigasi (sumur bor, sumur gali, penyimpanan air, saluran irigasi) 11% Tidak ada konflik dengan aktor di luar masyarakat Dasar hukum hak adat dihormati Otonom (otoritas komunal) dan sistem adat dihormati Tidak ada 7% Mengefisiensikan penggunaan kompor 2% Kondisi Hutan Sekarang Penanaman dan pemeliharaan pohon untuk meningkatkan pendapatan 22% Hak tidak tumpang tindih Tidak ada konflik dengan masyarakat Lebih buruk (44) Alasan Kepastian Hak tidak akan berubah pada waktunya Hak permananen Batas jelas Kepastian Tenurial Hutan Punya hak milik 40% 60% 80% Respon Responden (%) 100% Tidak ada konflik dengan aktor di luar masyarakat Ketidakpastian Tenurial Hutan Hak masyarakat terhadap SDH masih aman karena ada peraturan yang Hak tidak tumpang tindih mengatur hak masyarakat adat, hasil Putusan MK No. 35 tahun Kompetisi antar misalnya desa Tidak ada konflik dengan masyarakat penggunaan lahanhutan oleh pemerintah 2012 Larangan yang menyatakan adat bukan lagi bagian dari hutan negara Hak permananen Tidak ada dasar hukum melainkan Hutan Hak.untuk klaim hak adat Perubahan penggunaan lahan/masuknya perusahaan sawit Bertambahnya pembalakan liar/pembakaran/perambahan hutan Aturannya jelas dan ketat Dikelola dengan baik Tidak ada pembalakan liar/pembakaran/perambahan hutan Adanya tanaman pengayaan pohon 80% 100% Perubahan Ketahanan Pangan 100% Menjual produk (ternak, HHBK, kayu) Tidak terima uang dari anggota HH lainnya Pengeluaran tak terduga 20% 40% 60% Sumber Matapencaharian Jumlah Responden (n) 100% Saat ini lebih baik Saat ini lebih buruk Sama dengan sebelumnya Bermasalah untuk 6 bulan Selalu bermasalah Bermasalah ≤ 3 bulan Tidak masalah 0 5 10 15 20 25 30 35 Jumlah Responden (n) Mitra donor 20 35 30 25 20 15 10 5 Penebangan kayu Terpenting ke-1 Ketahanan Pangan Perubahan ketahanan pangan 80% 15 Perubahan Kondisi Hutan Kebakaran Menjadi tua/sakit/mati dan tidak bisa kerja Respon Responden (%) 20% 40% 60% Respon Responden (%) 10 Jumlah Responden (n) 0 0 Kepastian hak tenurial hutan berlaku untuk semua warga desa termasuk perempuan, laki-laki, dan pendatang yang tinggal menetap di desa Honitetu Pieter Lattu (55th) Raja Honitetu Terima uang dari anggota HH lainnya Tidak punya uang 0% 5 40 Ketahanan pangan memburuk Kompetisi antar desa Larangan penggunaan lahan oleh pemerintah Tidak ada dasar hukum untuk klaim hak adat Konflik diselesaikan tidak adil Tidak ada pemecahan konflik Pembangunan infrastruktur/jalan Hak hanya sementara Hak tumpang tindih yang ada Hak atas lahan dapat dicabut setiap saat Batas tidak jelas Tidak punya hak milik 20% 40% 60% Respon Responden (%) 0 Jumlah Responden (n) 0% Sumber utama mata pencaharian berasal dari pertanian (tanaman semusim dan tahunan). Mata pencaharian lainnya dari aktivitas bisnis (pengumpul hasil, kios, usaha sawmill) dan hutan (pengumpulan getah damar, penjualan kayu, berburu hewan). Buruh bangunan dan tani berkontribusi juga dalam menghasilkan pendapatan (FGD). Ketahanan pangan membaik Alasan Ketidakpastian Otonom (otoritas komunal) dan sistem adat dihormati Konflik diselesaikan tidak Batas adil jelas Thony Tebiari (53th) Tidak ada pemecahan konflik Punya hak milik Kepala DusunPembangunan Ursana infrastruktur/jalan 0% 20% 40% 60% 80% Hak hanya sementara Respon Responden (%) Hak tumpang tindih yang ada Hak atas lahan dapat dicabut setiap saat Batas tidak jelas Tidak punya hak milik Ketidakpastian Tenurial Hutan Alasan Ketidakpastian Banjir/kemarau/longsor/kualitas tanah & air turun Dasar hukum hak adat dihormati Persepsi ketahanan pangan Alasan Kepastian Hak tidak akan berubah pada waktunya 20% Lebih baik (4) Institusi lokal yang kuat dalam membela hak 0% Penanaman dan pemeliharaan tanaman untuk kesuburan tanah 56% Konservasi tanah dan air 40% Hasil hutan sedikit 40 Pembersihan hutan untuk pertanian Terpenting ke-2 Perambahan lahan komunal Bencana alam & musim yang buruk Terpenting ke-3 Ancaman Perubahan Kondisi Hutan Bencana alam & musim yang buruk 13% Hama dan binatang liar 13% Perambahan lahan komunal 31% 30 Penebangan kayu 100% 20 10 0 Pertanian (95%) Bisnis Aktivitas Buruh (21%) terkait hutan (21%) (25%) Pembersihan hutan untuk pertanian 73% Kebakaran 87% Mitra penelitian www.cifor.org/gcs-tenure