BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Desa Onje

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga
yang terdapat komunitas Islam Aboge. Islam Aboge merupakan ajaran Islam yang
diajarkan oleh Ngabdullah Syarif Sayyid Kuning seorang ulama dari Kerajaan
Pajang (Demak). Kekhasan dari Islam aboge adalah masih digunakannya model
Penanggalan Islam Jawa untuk menetapkan awal Ramadhan, hari Idhul Fitri dan
Idhul Adha. Penggunaan penanggalan ini mengakibatkan ibadah puasa, perayaan
Idhul Fitri dan Idhul Adha mereka selalu berbeda dengan apa yang ditetapkan oleh
pemerintah.
Pada dasarnya kalender Aboge ini merupakan kelanjutan dari kalender yang
dianut di Jawa sebelumnya. Pada masa Sultan Agung, kalender saka digabungkan
dengan kalender yang baru kalender Hijriyah. Kalender Hijriyah tentu saja tidak di
terima secara apa adanya, tetapi sudah diadaptasi dengan kalender Saka sehingga
terciptalah kalender baru yang sekarang lebih dikenal dengan kalender Jawa.
Sebagaimana masyarakat Jawa pada umumnya, penganut Islam Aboge
melaksanakan berbagai ritual keagamaan dengan dasar kepercayaan terhadap para
leluhur. Kepercayaan yang
telah mereka anut bertahun-tahun, maka sulit bagi
mereka untuk meninggalkannya. Beberapa bentuk akulturasi budaya yang terdapat
pada Islam Aboge adalah upacara ritual yang merupakan kolaborasi antara budaya
dan kepercayaan terdahulu yang ditambahi dengan nilai-nilai Islam, di antaranya
adalah selametan ibu hamil, ritual kelahiran bayi, kepercayaan khitan/sunat, perayaan
pernikahan, tahlilan, ziarah ke makam, perayaan Idhul Fitri, Idhul Adha, dan salam
bekti.
1
Interaksi Sosial Masyarakat..., Imaniar Tri Rahayu, FKIP UMP, 2015
2
Secara sosial kemasyarakatan penganut Islam Aboge bergaul dengan anggota
masyarakat lainnya, hanya pada hal-hal yang berkaitan dengan keyakinan mereka
akan mantheng (mempertahankan ideologinya). Hal ini terbukti dengan terjadinya
beberapa konflik antara penganut Islam Aboge dengan masyarakat di luar mereka.
Beberapa konflik Internal pernah terjadi terutama konflik antara suami dan istri,
kaitannya jika seorang laki-laki menikah dengan perempuan dari luar komunitas,
maka sang istri wajib untuk mengikuti komunitas ini sebagaimana suami dan juga
berlaku sebaliknya.
Masyarakat penganut Islam Aboge dengan masyarakat sekitarnya berada
dalam lingkungan yang sama, yang secara pasti akan terjadi hubungan itu, individu
ingin menyampaikan maksud, tujuan, dan keinginan masing-masing. Masyarakat
dalam mencapai keinginan tersebut biasanya mewujudkan dengan tindakan melalui
hubungan timbal balik, hubungan ini disebut dengan interaksi sosial.
Interaksi sosial dapat dibuktikan oleh adanya kerjasama antar sesama atau
saling berbicara dan saling menjalin hubungan untuk mencapai tujuan bersama.
Interaksi bukan hanya dapat diwujudkan dalam proses saling berbicara atau
mengadakan suatu kerjasama, tetapi dapat pula dengan seseorang tanpa melakukan
sebuah isyarat-isyarat kepada seseorang, bahkan seseorang tersebut dapat
menyebabkan perubahan-perubahan perilaku yang secara sadar dirasakan
dan
menimbulkan kesan di pikiran seseorang, namun seseorang tersebut dapat
menyebabkan perubahan-perubahan perilaku yang secara sadar dirasakan dan
menimbulkan kesan di pikiran seseorang. Interaksi juga dapat diimplementasikan
sebagai sesuatu yang digunakan seseorang untuk memahami tindakan sosial individu
atau kelompok. Interaksi sosial hanya dapat terjadi jika kedua belah pihak merasakan
atau mengalami perubahan dalam suatu prosesnya (Soekanto, 2007:69).
Interaksi Sosial Masyarakat..., Imaniar Tri Rahayu, FKIP UMP, 2015
3
Persamaan agama Islam dan perbedaan dalam cara ritual antara penganut
Islam Aboge dengan masyarakat sekitarnya menimbulkan stereotipe interaksi yang
apakah kemudian dapat menjadi renggang, atau bahkan melebur menjadi satu
masyarakat yang membina kerukunan di atas perbedaan, keyakinan, dan
kepercayaan.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengambil
penelitian yang berjudul Interaksi Sosial Masyarakat Penganut Islam Aboge dengan
Masyarakat Sekitarnya di Desa Onje Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pokok permasalahan yang diambil
adalah sebagai berikut.
1.
Mengetahui kondisi wilayah desa Onje Kecamatan Mrebet Kabupaten
Purbalingga?
2.
Interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat penganut Islam Aboge dengan
masyarakat sekitarnya di Desa Onje Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga?
3.
Kendala-kendala yang dihadapi oleh penganut Islam aboge di Desa Onje
Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga dalam berinteraksi sosial?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan
penelitian ini mengungkap:
1.
Mengetahui kondisi wilayah desa Onje Kecamatan Mrebet Kabupaten
Purbalingga
2.
Interaksi sosial yang dilakukan oleh pengganut Islam Aboge dengan masyarakat
sekitarnya di desa Onje Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga.
Interaksi Sosial Masyarakat..., Imaniar Tri Rahayu, FKIP UMP, 2015
4
3.
Kendala-kendala yang dihadapi oleh penganut Islam Aboge di desa Onje,
Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, dalam berinteraksi sosial.
D. Manfaat Penelitiann
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun secara praktis.
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Peneliti
Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan
di Prodi Pendidikan Sejarah, Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
b. Bagi Pembaca
Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan yang dapat digunakan sebagai
bahan bacaan untuk mengetahui bagaimana masyarakat dalam berinteraksi
sosial.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Sarana dalam mentransformasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh pada saat
mengikuti perkuliahan dengan di lapangan untuk menambah ilmu pengetahuan
dan pengalaman.
b. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat Desa Onje khususnya
dalam melakukan interaksi sosial.
c. Bagi Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Sebagai sarana untuk penelitian sejenis dan menjadi rangsangan bagi peneliti
lainnya, khususnya bagi para mahasiswa Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.
Interaksi Sosial Masyarakat..., Imaniar Tri Rahayu, FKIP UMP, 2015
5
E. Tinjauan Pustaka
1. Kajian interaksi sosial, masyarakat dan penganut Islam Aboge
a. Interaksi Sosial
Menurut Basrowi (2005:138) mengatakan bahwa interaksi sosial adalah
hubungan dinamis yang mempertemukan, baik orang dengan orang, kelompok
dengan
kelompok atau orang dengan kelompok manusia. Bentuknya tidak
hanya bersifat kerja sama, tetapi bisa juga berbentuk tindakan persaingan,
pertikaian, dan sejenisnya.
Interaksi sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hubungan yang
dilakukan oleh masyarakat penganut Islam Aboge dengan masyarakat sekitarnya
dilihat dalam kehidupan keagamaan, dalam bidang sosial dan kemasyarakatan di
desa Onje Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga.
b. Masyarakat
Menurut Koentjaraningrat, masyarakat adalah kesatuan hidup manusia
yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat
kontinyu
dan
yang
terkait
oleh
suatu
rasa
dan
identitas
bersama
(Koenjaraningrat, 2005:199).
Masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu warga masyarakat
desa Onje yang menganut Islam Aboge dan masyarakat sekitarnya.
c. Penganut Islam Aboge
Islam Aboge merupakan ajaran Islam yang diajarkan oleh Ngabdullah
Syarif Sayid Kuning dari Kerajaan Pajang (Demak). Kekhasan dari Islam Aboge
adalah masih digunakannya model kalender Islam Jawa [Kalender Aboge (Alip
Rebo Wage)] untuk menetapkan awal Ramadhan, hari Idhul Fitri, Idhul Adha,
dan lainnya. Penggunaan kalender ini mengakibatkan ibadah puasa, perayaan
Interaksi Sosial Masyarakat..., Imaniar Tri Rahayu, FKIP UMP, 2015
6
Idhul Fitri dan Idhul Adha yang mereka rayakan selalu berbeda dengan apa yang
telah ditetapkan oleh pemerintah.
Selain itu juga penganut Islam Aboge masih melaksanakan tradisi-tradisi
Jawa dengan ditambahi tradisi Islam, maka muncullah Islam lokal atau Islam
kejawen.
2. Peneliti yang relevan
Penelitian Bramasto (2011) dengan mengambil judul Sejarah dan Arsitektur
Masjid Raden Sayyid Kuning menyatakan bahwa sejarah masjid raden sayyid kuning
diambil dari kisah Babad Onje, pada abad ke 15 pembangunan masjid diteruskan
oleh Wali Songo, tidak semua wali ikut, disebut oleh M. Maksudi yang ikut
mendirikan masjid adalah Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Kudus, Sunan
Gunung Jati, Sunan Kalijaga. Setelah itu pada masa Kadipaten Onje masjid dikelola
oleh Ngabdulah Sarif atau Raden Sayyid Kuning yang sekarang namanya diabadikan
menjadi nama masjid agung di desa Onje.
Begitu juga dengan penelitian Galih Latiano (2014) dengan mengambil judul
Dimensi Religiusitas Dalam Tradisi Masyarakat Islam Aboge desa kracak
Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas menunjukan bahwa Pelaksanaan
dimensi religiusitas pada masyarakat Islam Aboge antara lain dimensi keyakinan
yaitu masyarakat Islam Aboge menyandarkan segala bentuk keyakinannya pada
ajaran Islam dengan madzhab Ahlu Sunnah Wal Jama‟ah dimensi praktek agama,
masyarakat Islam Aboge belum sepenuhnya taat beribadah. Hal ini disebabkan
karena kurangnya pengetahuan tentang ajaran agama Islam dan cara beragama yang
masih berdasarkan kepercayaan leluhur, dimensi pengetahuan agama, pengetahuan
tentang ajaran agama Islam yang didapat masyarakat Islam Aboge melalui pengajian
pengajian yang diadakan tiap bulan, dimensi penghayatan, masyarakat Islam Aboge
Interaksi Sosial Masyarakat..., Imaniar Tri Rahayu, FKIP UMP, 2015
7
menghayati ajaran agama Islam termasuk di dalamnya tentang keberadaan hal-hal
gaib, dimensi pengamalan, masyarakat Islam Aboge mengamalkan ajaran agama
Islam sebagai suatu tatanan aturan kehidupan.
Agni (2013) yang berjudul Kehidupan Sosial dan Religi Komunitas Aboge
desa Tumiyang Kecamatan Pekuncen Kabupaten Banyumas Tahun 1983-2012
menyatakan bahwa komunitas Aboge di desa Tumiyang merupakan masyarakat desa
yang masih berinteraksi secara kuat antara komunitas Aboge serta komunitas Aboge
dengan komunikasi non-Aboge dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, dalam
menlaksanakan kehidupan religinya komunitas Aboge menjalankan ajaran agama
islam sekaligus menjalankan tradisi mereka sebagai orang jawa.
Ketiga penelitian tersebut di atas menyimpulkan bahwa perbedaan bukan
halangan untuk bisa bermasyarakat, bahkan itu bisa mempererat silaturahmi dengan
selalu menjaga dan menghormati satu sama lain, perbedaan seperti itu bukan untuk
diperdebatkan atau mencari mana yang benar dan mana yang salah, tetapi itu
merupakan pembelajaran dan contoh agar masyarakat saling tolong menolong
menghargai keputusan masing-masing.
F. Landasan Teori dan Pendekatan
1. Teori Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan parameter sosial karena interaksi sosial merupakan
batas-batas kelembagaan dan sosilisasi dari kolektivitas. interaksi sosial adalah
hubungan dinamis yang mempertemukan orang dengan orang, kelompok dengan
kelompok manusia. Bentuknya tidak hanya bersifat kerjasama, tetapi bisa juga
berbentuk tindakan persaingan, pertikaian, dan sejenisnya. Interaksi terjadi apabila
satu individu melakukan tindakan sehingga menimbulkan reaksi dari individu-
Interaksi Sosial Masyarakat..., Imaniar Tri Rahayu, FKIP UMP, 2015
8
individu yang lain. Karena itu, interaksi terjadi dalam suatu kehidupan sosial (Abdul
Syani, 2007:153).
Dalam kehidupannya seseorang pasti mengadakan hubungan atau interaksi
dengan orang lain. Manusia adalah mahluk sosial (zoon politicon) yang tidak dapat
hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya maka
manusia perlu berinteraksi. Dalam sosial terkecil, seorang individu terjerat dalam
hubungan sosial antara anggota keluarga dimana ia dilahirkan dan dibesarkan di
lingkungan sosial diperluas menjadi hubungan bertetangga yang tinggal berdekatan
dengan rumahnya (Soekanto, 2007:69).
Interaksi sosial dimulai dari kehidupan yang terpencil yaitu dalam lingkup
keluarga. Kemudian dari hal tersebut akan diperluas lagi dengan berinteraksi sosial
dengan tetangga sekitarnya. Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan
sosial karean tanpa interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama.
Interaksi sosial dapat dapat terjadi apabila ada sesuatu yang saling
mempengaruhi dan adanya hubungan timbal balik diantara keduanya yang saling
melakukan interaksi. Selanjutnya Gillin dam Soekanto (2007:61) mengemukakan
bahwa, interaksi sosial merupakan hubungan-hubaungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hubungan antara orang perorangan antara kelompok-kelompok manusia
maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia.
Pada dasarnya interaksi sosial ini adalah perkembangan dari struktur sosial
yang merupakan aspek dinamis dalam kehidupan sosial. Interaksi sosial ini
merupakan awal dari proses penyesuaian nilai-nilai sosial dalam suatu kehidupan
sosial. Perlu adanya rasa saling mengerti tentang tujuan, maksud,dan keinginan dari
masing-masing pihak dalam suatu hubungan sosial.
Interaksi Sosial Masyarakat..., Imaniar Tri Rahayu, FKIP UMP, 2015
9
2. Pendekatan
Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi, sosiologi adalah ilmu yang
memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan
berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat (Soekanto
1989 : 11).
pendekatan sosiologi digunakan untuk menganalisis segi-segi sosial yang
terjadi di wilayah penelitian interaksi antarindividu.
G. Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk kategori penelitian sejarah karena didalamnya terdapat
unsur manusia, ruang, dan waktu. Jadi, penelitian ini menggunakan metode
penelitian sejarah, metode penelitian sejarah mengunakan empat langkah, yaitu
heuristik, kritik, interpretasi atau penafsiran, dan penulisan sejarah atau historiografi.
1. Heuristik yaitu pencarian sumber lisan atau sumber sejarah lisan dan fakta atau
informasi lain, heuristik yaitu suatu kegiatan pencarian sumber-sumber yang
dibutuhkan dalam proses pembuatan skripsi (Priyadi, 2013:112).
2. Kritik, berupa pengkajian sumber sejarah, ditempuh dengan jalan mencari
keontentikan dan kredibilitas sumber yang sesuai dengan materi penelitian.
Kritik (verifikasi) langkah metode ini mempunyai dua aspek, yaitu :
a. Kritik ekstern yaitu mencari otentisitas atau keotentikan (keaslian), untuk
membuktikan bahwa penjelasan yang dikemukakan oleh suatu sumber itu
otentik atau asli.
b. Kritik intern yaitu untuk menghasilkan kredibilitas isi sumber (keabsahan
untuk dipercaya).
Interaksi Sosial Masyarakat..., Imaniar Tri Rahayu, FKIP UMP, 2015
10
Penulis menggunakan ke-dua kritik tersebut setelah jejak sejarah
dikumpulkan
dari
wawancara
kemudian
dinilai,
diseleksi,
serta
diuji
kebenarannya agar mendapat data yang valid. Sumber lisan dengan cara
mewawancarai kiai Muhammad Maksudi selaku iman besar di masjid Raden
Sayyid Kuning.
3. Interpretasi (penafsiran) yaitu metode penelitian sejarah dengan penafsiran yang
nyata, serta menetapkan makna yang saling berhubungan dari fakta-fakta yang
diperlukan. Penulisan sejarah diperlukan dua komponen, yaitu fakta sejarah dan
interpretasi. Fakta sejarah cenderung akan diam dan menyembunyikannya adalah
sejarawan melalui interpretasi. Fakta yang tidak diinterpretasikan bukanlah
sejarah (Priyadi, 2013:121).
Dalam langkah ini penulis mengunakannya untuk menghubungkan faktafakta yang satu dengan yang lainnya agar keserasian dan kesesuaian yang dimiliki
nanti.
4. Historiografi
Langkah terakhir untuk puncak metode sejarah yaitu penulisan sejarah atau sering
disebut historiografi, artinya sejarah dipandang sebagai kisah, yaitu kisah yang
ditulis oleh sejarawan, maupun penulis sehingga karyanya itu disebut sejarah
sebagaimana dikisahkan (Priyadi, 2013:122).
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penyajian dalam skripsi ini terbagi dalam lima bab. Antara bab
satu dengan bab yang lain merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling berkaitan.
Masing-masing bab terbagi dalam beberapa sub bab. Untuk mempermudah
pemahaman, Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
Interaksi Sosial Masyarakat..., Imaniar Tri Rahayu, FKIP UMP, 2015
11
BAB satu berisi Pendahuluan yang terdiri atas latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori dan
pendekatan, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB dua kondisi wilayah desa Onje, Kecamatan Mrebet, Kabupaten
Purbalingga yang terdiri dari letak geografis dan luas wilayah, keadaan penduduk,
lahan, keadaan sosial-ekonomi.
BAB tiga mengupas Islam Aboge yang berada di desa onje, dan
mendeskripsikan tentang dasar hukum keagamaan Islam Aboge, kegiatan keagamaan
Islam Aboge, sistem kalender Aboge, dan interaksi masyarakat penganut Islam
Aboge dengan masyarakat sekitar.
BAB empat menjelaskan kendala dalam berinterakasi sosial masyarakat
penganut islam aboge dengan masyarakat sekitar, yang terdiri dari kendala sistem
perhitungan Aboge, kendala persepsi.
BAB lima berisi simpulan tentang hasil penelitian dan saran-saran yang di
rekomendasikan dalam objek penelitian.
Interaksi Sosial Masyarakat..., Imaniar Tri Rahayu, FKIP UMP, 2015
Download