BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama dan kebudayaan adalah dua hal yang selalu menarik untuk dicermati. Hal ini disebabkan karena bagi hidup manusia, keduanya selalu menjadi hal yang tak terelakkan. Sulit membayangkan agama hidup tanpa kebudayaan atau sebaliknya, kebudayaan berlangsung tanpa agama. Dalam sejarah umat manusia, agama dan kebudayaan memiliki peran sentral yang tak tergantikan. Agama dan kebudayaan saling bahu membahu menjaga kelestarian masyarakat dengan berbagai penataan hukum. Sehingga individuindividu didalamnya selamat dari situasi anomik dan ketidak bermaknaan. (Clifford Geertz, 1992: 8-9) Kenyataan ini bisa dicontohkan salah satunya dengan fakta-fakta yang ada dalam proses penyebaran agama Islam di Nusantara ratusan tahun yang lalu. Proses penyebaran Islam yang dibawa oleh para Sufi lewat berbagai jalur perdagangan, mustahil akan memperoleh hasil yang gemilang, jika waktu itu proses penyebarannya dilakukan dengan cara-cara yang bersifat kontrakebudayaan. Sebaliknya sebab adanya penyelarasan antara agama dengan kebudayaan setempat, Islam pada akhirnya mampu diterima dengan penuh kerelaan, bahkan memiliki jumlah pemeluk terbesar di negeri kepulauan ini. (Nur Syam, 2005: 1-2) 1 2 Dalam masyarakat tradisional, proses sosial agama dan kebudayaan berlangsung harmonis, dan mengalami problem-problem yang begitu berarti. Persinggungan itu justru menguntungkan kedua belah pihak, baik bagi kebudayaan ataupun bagi agama itu sendiri. Hanya saja pada masyarakat modern, pola hubungan tersebut kerap justru menunjukkan situasi kontroversif. Agama dan kebudayaan acapkali tumbuh dan hidupdalam dunianya masing-masing, tanpa ada ketersinggungan apapun. (Adian Husaini, 2005; 235) Manusia adalah mahluk yang berbudaya, karena kebudayaan merupakan pendorong di dalam tingkah laku manusia dalam hidupnya. Kebudayaanpun menyimpan nilai-nilai yang menjadi landasan pokok bagi penentu sikap terhadap dunia luar, Bahkan menjadi dasar setiap tingkah laku yang dilakukan sehubungan dengan pola hidup di masyarakat (Cassirer,1998: 57). Nilai-nilai luhur dari kebudayaan inilah yang telah di wariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya melalui berbagai adat istiadat yang khusus. Berkaitan dengan hal di atas, setiap kelompok masyarakat pada umumnya mempunyai konsep bahwa tiap-tiap individu terbagi dalam tingkatan hidup. Tingkat demi tingkat itu akan dilalui dan akan dialami oleh individu-individu yang bersangkutan di sepanjang hidupnya, dalam Antropologi di sebut sebagai stages along the lifesycle. Pada tiap tingkat hidup itu individu yang bersangkutan di anggap dalam kondisi dan lingkungan tertentu. Karena itu setiap peralihan dari satu tingkat ke tingkat lainnya dapat 3 dikatakan sebagai peralihan dari satu lingkungan sosial ke lingkungan sosial yang lain. Pada hakikatnya hidup manusia berproses sejak lahir sebagai bayi, berjalan, dewasa, menikah, menjadi tua dan akhirnya meninggal. Alangkah bahagianya bila pada setiap proses hidup itu selalu didahului atau direstui dengan suatu keberkatan. Hal ini di Indonesia telah menjadi suatu tradisi, tak terkecuali di Desa Sidomukti Kecamatan Mayang. Upacara Tedak Siti atau biasa dikenal oleh masyarakat Jawa dengan istilah turunkan anak ke tanah pada saat seoarang bayi berusia kurang lebih tujuh bulan. Ada semacam kepercayaan yang berkembang dalam masyarakat Jawa bahwa upacara turunkan anak ke tanah atau Tedak Siti dilaksanakan dengan tujuan agar supaya perjalanan hidupnya selalu tetap di rel ajaran Islam dan menyadari bahwa semua manusia diciptakan dari tanah dan akan kembali ke tempat asalnya yaitu tanah, dan juga agar anak tersebut selamat semasa menjalani kehidupan di dunia demi meningkatkan ketaqwaannya guna untuk menuju kehidupan akhirat. Upacara Tedak Siti adalah suatu acara yang memperkenalkan anak untuk pertama kalinya pada bumi atau tanah dengan maksud anak tersebut mampu berdiri sendiri dalam menempuh kehidupannya kelak. Bagi masyarakat Dusun Krajan Desa Sidomukti Kecamatan Mayang upacara ini merupakan wujud pengharapan orangtua terhadap buah hatinya agar kelak siap dan sukses dalam menapaki kehidupan yang penuh dengan rintangan dan hambatan dengan bimbingan orang tuanya (Bratawijaya, 1997: 98). Selain itu 4 upacara ini juga sebagai bentuk penghormatan terhadap bumi sebagai berpijak sekaligus yang telah memberikan banyak hal dalam kehidupan manusia. Salamun mengatakan bahwa manusia hidup dan mati berada di bumi, makan minum, rumah, kendaraan semua berasal dari bumi, maka manusia perlu menghormatinya. Sebab dengan cara seperti ini maka manusia akan mendapatkan keselarasan terhadap alam, karena dalam konsep masyarakat Dusun Krajan Desa Sidomukti Kecamatan Mayang manusia menemukan hidupnya tergantung dari alam dan apabila hidupnya selaras akan memperoleh kebaikan (Salamun dkk, 200). Jadi dapat dikatakan bahwa upacara Tedak Siti merupakan peringatan bagi manusia akan pentingnya hidup di atas bumi yang mempunyai hubungan, yakni hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan lingkungannya (Wibowo,1998. 200). Pada dasarnya setiap pelaksanaan upacara di kalangan masyarakat menunjukan adanya kandungan makna di balik upacara itu sediri, di mana makna tersebut sangat berkaitan erat dengan kehidupan masyarakatnya. Biasanya hal itu diberikan melalui simbol-simbol dalam upacara, lambang atau simbol inilah yang sebenarnya mempunyai nilai cukup penting bagi kehidupan manusia (Rostyati, 1984: 19). Demikian pula pelaksanaan upacara Tedak Siti pada masyarakat Dusun Krajan Desa Sidomukti Kecamatan Mayang, pelaksanaan upacara ini tidak hanya sebagai ungkapan terima kasih karena telah diberi anugrah oleh Tuhan berupa hadirnya seorang anak, akan 5 tetapi juga mempunyai makna tertentu baik bagi anak, orangtua, maupun bagi masyarakat. Makna upacara inilah yang akan dikemukakan pada tulisan skripsi ini di kaitkan dengan relevansinya dengan tujuan dakwah. Dalam ritual-ritualnya ini ada beberapa simbol yang akan dibahas terkait dengan tujuan dakwah, yang mana sebenarnya tujuan dakwah itu sendiri adalah merupakan tujuan dari pada semua fitrah manusia. Tujuan dakwah itu sendiri sebenarnya tidak lepas dari pembicaraan tentang Islam sebagai agama dakwah. Islam berintikan pengembalian fitrah manusia pada esensi semula sebagai hamba Allah dan sekaligus Khalifatullah (Sofyan Hadi, 2011:15). Maka dari itu terkait dengan upacara tradisi Tedak Siti yang mana didalamnya terdapat beberapa ritual dan simbol-simbol yang patut kita kaji kembali. Dalam ritual-ritual tersebut dan juga perlengkapanperlengkapan yang ada di dalamnya pastinya ada makna tersendiri yang nantinya dianggap baik bagi si anak, oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk mengkaji lebih jauh lagi tentang upacara Tedak Siti ini terkait makna simbol-simbol yang ada di dalamnya, adakah relevansinya jika dikaitkan dengan tujuan dakwah itu sendiri. Berangkat dari latar belakang di atas perlu kiranya dilakukan sebuah penelitian yang berjudul “Pelaksanaan Upacara Tedak Siti Di Dusun Krajan Desa Sidomukti Kecamatan Mayang Dan Relevansinya Dengan Tujuan Dakwah”. 6 B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadin fokus penelitian ini adalah tentang “Pelakasanaan Upacara Tedak Siti Di Dusun Krajan Desa Sidomukti Kecamatan Mayang Dan Relevansinya Dengan Tujuan Dakwah” dengan dirumuskan dalam beberapa fokus penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana Pelaksanaan Upacara Tedak Siti di Dusun Krajan Desa Sidomukti Kecamatan Mayang? 2. Bagaimana makna simbol- simbol yang terkandung dalam upacara Tedak Siti? 3. Bagaimana relevansi makna simbol- simbol upacara dengan tujuan dakwah? C. Tujuan Penelitian Sehubungan dengan latarbelakang masalah diatas, Untuk dapat mendiskripsikan “Pelaksanaan Upacara Tedak Siti di Dusun Krajan Desa Sidomukti Kecamatan Mayang dan Relevansinya Dengan Tujuan Dakwah”,maka dalam penelitian ini penulis mempunyai tujuan yang akan dicapai sebagai berikut: 1. Untuk mendiskripsikan Pelaksanaan Upacara Tedak Siti Yang Dilaksanakan Oleh Masayarakat Dusun Krajan Desa Sidomukti. 2. Untuk mendiskripsikan makna simbol-simbol yang terkandung dalam upacara Tedak Siti tersebut. 7 3. Untuk mendiskripsikan makna simbol-simbol upacara Tedak Siti dengan tujuan dakwah. D. Manfaat Penelitian Penelitian yang berjudul “ Pelaksanaan Upacara Tedak Siti Di Dusun Krajan Desa Sidomukti Dan Relevansinya Dengan Tujuan Dakwah” diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti dan sekaligus bagi obyek yang diteliti. 1. Manfaat teoritis a. Dalam penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan yang luas tentang budaya atau pelaksanaan upacara Tedak Siti Di Dusun Krajan Desa Sidomukti Kecamatan Mayang. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dan masukan terkait dengan pelaksanaan upacara Tedak Siti dan relevansinya dengan tujuan dakwah. c. Dalam rangka memperkaya khazanah keilmuan dan pengetahuan yang terkait dengan pelaksanaan upacara Tedak Siti dan relevansinya dengan tujuan dakwah. 2. Manfaat praktis a. Bagi lembaga, penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan sebagai salah satu langkah untuk motivasi melestarikan kebudayaan, khususnya pelaksanaan upacara Tedak Siti dan relevansinya dengan tujuan dakwah. 8 b. Bagi peneliti, sebagai media untuk menambah wawasan dan khazanah keilmuan tentang pelaksanaan upacara Tedak Siti di Dusun Krajan Desa Sidomukti dan Relevansinya dengan Tujuan Dakwah c. Bagi lembaga STAIN Jember, penelitian ini diharapkan sebagai tambahan refrensi bagi STAIN dan Mahasiswa yang ingin mengembangkan kajian tentang sosial budaya terkait dengan pelaksanaa upacara Tedak Siti dan relevansinya dengan tujuan dakwah. E. Definisi Istilah 1. Upacara Tedak Siti Upacara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perbuatan atau perayaan yang dilakukan atau diadakan sehubungan dengan peristiwa penting (Seperti pelantikan pejabat, pembukaan gedung baru, upacara tradisi, dll). (Depdiknas, 2008: 201) Sedangkan Tedak Siti berasal dari dua kata dalam bahasa Jawa, yaitu “Tedak” berarti ‘menapakkan kaki’ dan “Siti” yang berarti ‘Bumi’. Jadi dari pemaparanpengertian di atas bisa ditarik kesimpulan terkait dengan upacara Tedak Siti ialah serangkaian ritual yang dilaksanakan ketika si bayi berusia kurang lebih tujuh bulan yang merupakan simbol bahwa si bayi masih baru pertama menginjakkan ke tanah dengan harapan supaya si bayi selama perjalanan hidupnya mampunya melewati segala rintangan dan menjadi orang mandiri serta menjadi orang yang selamat di dunia maupun di akhira. 9 2. Tujuan Dakwah Tujuan dakwah menurut Abu Risman (1999: 45) ialah untuk memasya-rakatkan ajaran Islam, agar manusia menjalani kebahagiaan hidup di dunia dan sejahtera di akhirat. Secara implisit, M. Quraish Syihab (1990: 20) mengemukakan tujuan dakwah dalam melihat peran intelektual muslim sebagai kontrol sosial (alAmr bi Al-Ma’ruf Wa al-Nahiy ‘An al-Munkar). Dari beberapa tujuan yang dipaparkan di atas tujuan dakwah ialah untuk mewujudkan individu atau masyarakat yang menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan baik dari segi kualitas maupun kuantitas. (Sofyan Hadi, 2011: 16-17) F. Sistematika Pembahasan Untuk dapat memudahkan pemahaman terhadap skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Upacara Tedak Siti Di Dusun Krajan Desa Sidomukti Kecamatan Mayang Dan Relevansinya Dengan Tujuan Dakwah”. Dengan demikian perlu diberi gambaran singkat yang dirumuskan dalam sistematika pembahasan. Dalam skripsi ini terdapat lima bab yang masing- masing bab akan dibatasi secara sistematis, sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, Pada bagian ini akan dibahas secara sistematis yang akan memberikan dasar berpijak, arah dan manfaat serta kejelasan tentang metode yang akan digunakan. Dalam bab ini akan dipaparkan terkait 10 latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab II Kajian Kepustakaan, Pada bagian ini akan dibahas masalah penelitian terdahulu dan kajian teori terkait dengan Pelaksanaan Upacara Tedak Siti Di Dusun Krajan Desa Sidomukti Kecamatan Mayang Dan Relevansinya Dengan Tujuan Dakwah. Bab III Metode Penelitian, Pada bagian ini akan diungkap terkait dengan pendekatan dan jenis penleitian, lokasi penelitian, subyek penelitian, tehnik pengumpulan data, analisis data,keabsahan data, dan tahap- tahap penelitian. Ini merupakan acuan atau bahan pijakan dalam sebuah penelitian guna untuk menJawab semua pertanyaan yang ada dirumusan masalah. Bab IV Penyajian Data dan Analisis, Pada bagian ini akan diungkap secara terperinci mengenai inti dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu pembahasan secara khusus dan mendetail gambaran obyek penelitian, menyajikan data dan analisis serta mengemukakan hasil penelitian. Pada bagian ini juga akan diuraikan hasil- hasil serta temuan- temuan yang diperoleh selama melakukan penelitian yakni meliputi latar belakang, obyek penelitian, penyajian data, menganalisa data serta diskusi dan menginterpretasikan hasil hasil penelitian dan menJawab masalah yang telah dirumuskan. Bab V Kesimpulan dan Saran, Pada bagian ini akan di isi dengan kesimpulan dan saran- saran, sebagai hasil dari penelitian secara menyeluruh, kemudian saran- saran konstruktif yang nantinya dapat dijadikan pegangan 11 atau pedoman dalam Pelaksanaan Upacara Tedak Siti Di Dusun Krajan Desa Sidomukti Kecamatan Mayang Dan Relevansinya Dengan Tujuan Dakwah.