pola peruabahan suhu permukaan daratan bogor tahun 1990-2009

advertisement
POLA PERUABAHAN SUHU PERMUKAAN DARATAN BOGOR
TAHUN 1990-2009
Sila Sakti, Tarsoen Waryono, Rokhmatuloh
Abstrak
Pertumbuhan penduduk yang tinggi di Bogor (Kabupaten dan Kota Bogor)
berdampak pada semakin berkembangnya lahan terbangun dan semakin
berkurangnya tutupan vegetasi. Berkurangnya tutupan vegetasi akan berdampak
secara langsung pada suhu permukaan daratan yang semakin panas karena
semakin banyak panas matahari yang diserap oleh permukaan. Suhu permukaan
daratan yang semakin tinggi menyebabkan ketidaknyamanan bagi masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat fenomena perubahan suhu permukaan
daratan di Bogor serta kaitannya dengan perubahan kerapatan vegetasi. Data suhu
permukaan diperoleh dari pengolahan citra landsat TM. Penelitian ini menggunakan
pendekatan keruangan (spasial) untuk menganalisis perubahan suhu permukaan
daratan dan pendekatan ekologi untuk menganalisis hubungan suhu permukaan
daratan dengan kerapatan vegetasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perubahan suhu permukaan daratan di Bogor memiliki pola menyebar dengan pusat
di Kota Bogor. Perubahan suhu permukaan daratan sejalan dengan perubahan
tutupan vegetasi. Semakin rendah kerapatan tutupan vegetasi semakin tinggi suhu
permukaan daratan. Begitu juga sebaliknya, semakin tinggi kerapatan tutupan
vegetasi semakin rendah suhu permukaan daratan.
Kata Kunci
: Lahan Terbangun, Tutupan Vegetasi, Suhu Permukaan Daratan,
Landsat TM
Abstract
Bogor (Bogor Regency and City) with high population growth will have an impact on
the development of build up area and the reduction in vegetation cover. Reduced
vegetation cover will have a direct impact on land surface temperature getting hotter
as more and more solar heat is absorbed by the surface. High land surface
temperatures cause inconvenience to the public. This study aims to look at the
phenomenon of the land surface temperature changes in Bogor and its relation to
changes in vegetation density. Surface temperature data derived from Landsat TM
imagery processing. This study uses a spatial approach (spatial) to analyze
changes in land surface temperatures and ecological approach to analyze the
relationship between land surface temperature with vegetation density. Results of
this study indicate that changes in land surface temperatures in Bogor has a diffuse
pattern in the center of the city of Bogor. Land surface temperature changes in line
with changes in vegetation cover. The lower the density of vegetation cover higher
land surface temperature. The higher the density the lower the vegetation cover
land surface temperature.
Keywords
: Build up Area, Vegetation Cover, Land Surface Temperature,
Landsat TM
Pola perubahan…, Sila Sakti, FMIPA UI, 2013
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemanasan global merupakan fenomena yang sedang menjadi perbincangan
sekarang ini. Fenomena urban heat island yang terjadi di perkotaan diperkirakan
menjadi salah satu penyebab terjadinya pemanasan global. Di wilayah perkotaan
yang sebagian besar tutupan lahannya adalah lahan terbangun akan memiliki suhu
permukaan yang lebih besar dibandingkan daerah pedesaan. Hal ini disebabkan
karena panas sinar matahari akan dipantulkan kembali oleh vegetasi yang ada,
sedangkan jika permukaan yang terkena sinar matahari adalah lahan terbangun
maka panas akan diserap sehingga menimbulkan suhu permukaan yang lebih tinggi.
Pertambahan jumlah penduduk di perkotaan berdampak pada bertambahnya lahan
terbangun yang akan menyebabkan suhu permukaan daratan meningkat.
Wilayah Bogor yang terdiri dari Kabupaten dan Kota merupakan wilayah yang
memiliki angka pertumbuhan penduduk yang tinggi. Hal ini berdampak pada
semakin bertambahnya lahan terbangun dan berkurangnya tutupan vegetasi
sehingga suhu permukaan daratan akan meningkat. Peningkatan suhu permukaan
daratan akan menyebabkan ketidaknyamanan bagi kehidupan manusia dan akan
berdampak pada pemanasan global.
Memperhatikan (a) fenomena peningkatan jumlah penduduk, (b) kecenderungan
semakin berkurangnya lahan hijau untuk kepentingan bangunan fisik sarana
prasarana perkotaan, dan (c) meningkatnya polutan dan pemborosan energi,
sehingga memberikan dampak terhadap pemanasan global, serta berpengaruh
langsung terhadap manusia itu sendiri. Atas dasar itulah penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui bagaimana pola perubahan suhu permukaan di Kabupaten Bogor
sejak tahun 1990 hingga tahun 2009 serta kaitannya dengan perubahan tutupan
lahan (vegetasi ke non vegetasi).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pola perubahan suhu permukaan daratan di Bogor selama tahun
1990-2009?
2. Bagaimana perubahan suhu permukaan daratan di Bogor terkait dengan
perubahan tutupan vegetasi?
Pola perubahan…, Sila Sakti, FMIPA UI, 2013
1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui pola perubahan suhu permukaan daratan di Bogor sejak tahun
1990 hingga tahun 2009 serta kaitannya dengan perubahan tutupan vegetasi.
1.4 Batasan
1. Suhu permukaan (surface temperature) adalah suatu indeks rata-rata energi
kinetik objek permukaan bumi yang dipantulkan dan terekam oleh sensor
satelit (Aguado & Burt, 2001). Pada vegetasi merupakan suhu kanopi dan
pada tubuh air merupakan suhu permukaan air. Pada penelitan ini suhu
permukaan diperoleh dengan menggunakan citra landsat band 6.
2. Urban Heat Island adalah lebih tingginya suhu udara pada lapisan dekat
permukaan atmosfer di dalam kota relative bagi desa-desa disekelilingnya
dan pola isotherm membentuk seperti pulau (Voogt, 2002).
3. Tutupan lahan adalah jenis kenampakan di permukaan bumi, seperti
bangunan, danau, vegetasi (Lillesand dan Kiefer, 1994). Dalam penelitian ini
tutupan lahan yang akan dilihat adalah tutupan lahan vegetasi dan non
vegetasi.
4. NDVI merupakan suatu nilai hasil pengolahan dari citra satelit band
inframerah dan band merah (dalam penelitian ini digunakan citra landsat)
yang menunjukkan tingkat konsentrasi klorofil daun yang berkorelasi dengan
kerapatan vegetasi berdasarkan nilai spektral pada setiap piksel (Goetz et al.,
1985).
5. Pola perubahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pola spasial suhu
permukaan daratan di tiap tahunnya dan arah perubahan suhu permukaan
daratan dari tahun 1990-2009.
6. Dalam penelitian ini pola perubahan suhu permukaan daratan dan kerapatan
vegetasi akan dilihat dengan periodisasi 5 tahunan (pada tahun 1990, 1995,
2000, 2005 dan 2009).
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan metode pendekatan spasial dan ekologi.
Pendekatan spasial digunakan untuk menganalisis pola perubahan suhu permukaan
daratan di Kabupaten Bogor dan pendekatan ekologi digunakan untuk menganalisis
kaitan antara perubahan suhu permukaan daratan dengan kerapatan vegetasi. Data
Pola perubahan…, Sila Sakti, FMIPA UI, 2013
yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa data sekunder dan data primer. Data
sekunder diperoleh dari instansi yang terkait, sedangkan data primer diperoleh
melalui pengolahan data citra dan survei lapang. Survey lapang dilakukan untuk
memverifikasi data kerapatan vegetasi hasil pengolahan citra.
Pengolahan citra landsat dilakukan untuk mendapatkan nilai kerapatan vegetasi
dan suhu permukaan daratan. Perhitungan kerapatan vegetasi menggunakan rumus
yang dikembangkan oleh J. W. Rouse, R. H. Hass, J. A. Schell, dan D. W. Deering
pada tahun 1973, sebagai berikut.
!"#$ = (!"#$ 4 − !"#$ 3)
(!"#$ 4 + !"#$ 3
Perhitungan suhu permukaan daratan menggunakan rumus yang dikembangkan
oleh Chen, Wang, dan Li pada tahun 2002. Sebagai berikut.
•
Mengubah nilai DN menjadi nilai radian
!!"! =
•
!
!
− !!"# + !!"#
255 !"#
Mengubah nilai radian menjadi Kelvin
!!
! = !!
ln
!!"!
!
+1
• Mengubah nilai Kelvin menjadi Celcius
Celcius = Kelvin – 272,15
Analisis akan dilakukan secara kualitatif dengan pendekatan keruangan (spasial)
dan ekologi. Pendekatan keruangan dilakukan untuk mengetahui pola perubahan
suhu permukaan daratan di Kabupaten Bogor. Sedangkan pendekatan ekologi
dilakukan untuk mengetahui hubungan antara suhu permukaan daratan dengan
kerapatan vegetasi. Hubungan antara kedua variabel tersebut akan dideskripsi
dengan melihat pola perubahan suhu permukaan daratan tinggi hubungannya
dengan perubahan kerapatan vegetasi non vegetasi dan rendah.
Pola perubahan…, Sila Sakti, FMIPA UI, 2013
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengolahan citra diketahui bahwa suhu permukaan daratan
rata-rata di Kabupaten Bogor pada tahun 1990 sebesar 13,60oC dan suhu
permukaan daratan tertinggi sebesar 28,52 oC. Pada tahun 1995 suhu permukaan
daratan rata-rata mengalami penurunan menjadi 11,50 oC. Suhu permukaan daratan
tertinggi juga mengalami penurunan menjadi 25,12 oC.
Pada tahun 2000 suhu permukaan daratan rata-rata meningkat menjadi 11,80 oC
dan suhu permukaan daratan tertinggi meningkat pula menjadi 28,52
o
C.
peningkatan suhu juga terjadi pada tahun 2005. Pada tahun 2005 suhu permukaan
daratan tertinggi sebesar 29,77 oC dan suhu permukaan daratan rata-rata sebesar
13,79 oC. Pada tahun 2009 suhu permukaan daratan rata-rata juga meningkat
menjadi 15,57 oC dan suhu permukaan daratan tertinggi meningkat pula menjadi
35,86 oC.
Berdasarkan data suhu permukaan daratan diklasifikasikan menjadi 6 kelas
sebagai berikut :
Kelas 1
: < 10oC
; Kelas 2 : 10 – 15 oC ; Kelas 3
: 15 – 20 oC
Kelas 4
: 20 – 25 oC ; Kelas 5 : 25 – 30 oC ; Kelas 6
: 30 – 35 oC
3.1 Suhu Permukaan Daratan
3.1.1 Tahun 1990
Suhu
20-25oC
permukaan
tersebar
daratan
hampir
di
seluruh wilayah di Kabupaten dan
Kota Bogor, berada pada wilayah
ketinggian 100-1000 meter diatas
permukaan laut (mdpl). Suhu
permukaan
daratan
25-30oC
tersebar hanya di bagian timur
Kabupaten Bogor dan di bagian
tengah Kota Bogor, berada pada wilayah ketinggian 100-500 mdpl. Sedangkan suhu
permukaan daratan 15-20oC tersebar di sepanjang selatan Kabupaten Bogor,
Pola perubahan…, Sila Sakti, FMIPA UI, 2013
berada pada wilayah ketinggian lebih dari 1000 mdpl. Suhu permukaan 15-20oC
tersebar di bagian selatan karena di bagian selatan merupakan puncak gunung.
Suhu pemukaan daratan di Bogor didominasi oleh region dengan suhu
permukaan daratan antara 20-25oC, dengan luas 268.285 ha atau sekitar 86,50%.
Suhu permukaan daratan dengan region terbanyak kedua adalah suhu permukaan
daratan dengan rentang antara 15-20oC dengan luas 28.400,3 ha atau 9,16%. Suhu
permukaan daratan 10-15oC memiliki luas sebesar 245,93 ha atau 0,08%. Suhu
permukaan daratan 25-30oC memiliki luas sebesar 3,47% dari luas Kabupaten dan
Kota Bogor.
3.1.2 Tahun 1995
Suhu
permukaan
o
daratan 15-20 C tersebar
hampir di seluruh wilayah
Kabupaten dan Kota Bogor,
berada
pada
ketinggian
100-500 mdpl dan 5001000
mdpl.
Suhu
permukaan daratan 20-25
o
C terpusat di bagian utara
Kabupaten dan Kota Bogor
yang berbatasan dengan Kota Depok dan Kota Bekasi, berada pada wilayah
ketinggian < 100 mdpl dan 100-500 mdpl. Suhu permukaan daratan 10-15 oC
tersebar hanya di sepanjang selatan Kabupaten Bogor, berada pada wilayah
ketinggian 1000-2000 mdpl dan > 2000mdpl.
Suhu permukaan daratan pada tahun tersebut didominasi oleh suhu permukaan
daratan 15-20
o
C dengan luas 204.406 ha atau 65,90%. Sedangkan Suhu
permukaan daratan 20-25 oC merupakan region suhu permukaan daratan dengan
luas terbanyak kedua yaitu sebesar 87.880,19 ha atau 28,33 %. Suhu permukaan
daratan 10-15
o
C memiliki luas 12.942,5 ha atau 4,17 %. Sedangkan suhu
permukaan daratan 25-30 oC memiliki luas sebesar 74,22 ha atau 0,02 %.
Pola perubahan…, Sila Sakti, FMIPA UI, 2013
3.1.3 Tahun 2000
Suhu
permukaan
daratan
20-25oC berada pada wilayah
ketinggian < 100 mdpl, 100-500
dan 500-1000 mdpl, terpusat
Kota
tengah
Bogor
dan
hingga
di
bagian
ke
timur
Kabupaten Bogor yaitu wilayah
yang berbatasan dengan Kota
Depok dan Kota Bekasi. Suhu
permukaan daratan rentang 15o
20 C juga berada pada wilayah ketinggian < 100 mdpl, 100-500 dan 500-1000
mdpl,namun terpusat di wilayah Kabupaten Bogor yang berbatasan dengan
Kabupaten Lebak. Suhu permukaan daratan 25-30 oC terpusat di bagian tengah
Kota Bogor dan bagian tengah Kabupaten Bogor yang berbatasan langsung dengan
Kota Bogor yang berada pada wilayah ketinggian 100-500 mdpl. Sedangkan suhu
permukaan daratan 10-15 oC tersebar di sepanjang selatan Kabupaten Bogor yang
berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi. Suhu permukaan daratan ini berada pada
wilayah ketinggian 1000-2000 mdpl dan > 2000 mdpl yang merupakan wilayah
pegunungan.
Suhu permukaan daratan di Kabupaten dan Kota Bogor pada tahun 2000
didominasi oleh region dengan suhu permukaan daratan dengan rentang 20-25 oC
dengan luas 142.039,50 ha atau 45,72%. Suhu permukaan daratan dengan region
terluas kedua adalah suhu permukaan daratan 15-20 oC dengan luas sebesar
130.286,88 ha atau 41,94%. Suhu permukaan daratan 10-15 oC memiliki luas
sebesar 30.046,56 ha atau 9,67%. Sedangkan suhu permukaan daratan 25-30 oC
merupakan suhu permukaan daratan dengan luas terendah kedua dengan luas
sebesar7.778,97 ha atau 2,50 %. Pada tahun 2000 tidak ada suhu permukaan
daratan dengan rentang > 30oC.
Pola perubahan…, Sila Sakti, FMIPA UI, 2013
3.1.4 Tahun 2005
Suhu permukaan daratan
o
20-25
C
tersebar
hampir
diseluruh wilayah Kabupaten dan
Kota Bogor. Suhu permukaan
daratan 20-25oC berada pada
wilayah ketinggian < 100 mdpl,
100-500
mdpl
dan
500-1000
mdpl. Suhu permukaan daratan
o
25-30
C berada pada wilayah
ketinggian < 100 mdpl dan 100-500 mdpl, terpusat hanya di bagian tengah hingga
utara Kota Bogor dan bagian tengah hingga utara Kabupaten Bogor yang
berbatasan dengan Kota Depok, Tanggerang dan Bekasi. Suhu permukaan daratan
15-20 oC tersebar memanjang di bagian selatan Kabupaten Bogor yaitu wilayah
yang berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi. Suhu permukaan daratan ini berada
pada wilayah ketinggian 1000-2000 mdpl dan > 2000 mdpl. Hasil pengolahan data
juga menghasilkan luasan suhu permukaan daratan dari tiap kelasnya.
Suhu permukaan daratan pada tahun 2005 didominasi oleh suhu permukaan
daratan 20-25 oC dengan luas sebesar 228.700,01 ha atau 73,73 %. Sedangkan
suhu permukaan daratan dengan luas terbanyak kedua adalah suhu permukaan
daratan 25-30oC dengan luas 37.183,39 ha atau 11,99 %. Suhu permukaan daratan
15-20 oC memiliki luas 34.533,69 ha atau 11,13%. Suhu permukaan daratan 10-15
o
C memiliki luas 1.105,62 Ha atau 0,36 %. Pada tahun 2005 tidak ada suhu dengan
rentang > 30 oC.
3.1.5 Tahun 2009
Suhu permukaan daratan
25-30oC
rentang
hampir
di
seluruh
tersebar
wilayah
Kabupaten dan Kota Bogor.
Suhu permukaan ini berada
pada wilayah ketinggian < 100
Pola perubahan…, Sila Sakti, FMIPA UI, 2013
mdpl, 100-500 mdpl dan 500-1000 mdpl. Sedangkan suhu permukaan daratan >
30oC berada pada wilayah ketinggian < 100 mdpl dan 100-500 mdpl, terpusat di
tengah Kota Bogor dan bagian tengah hingga ke utara Kabupaten Bogor, yaitu
wilayah yang berbatasan dengan Kota Depok, dan Bekasi. Suhu permukaan daratan
20-25 oC tersebar di bagian selatan Kabupaten Bogor yaitu wilayah yang berbatasan
dengan Kabupaten Lebak dan Kabupaten Cianjur pada wilayah ketinggian 10002000 mdpl dan > 2000 mdpl. Sedangkan suhu permukaan daratan 15-20 oC berada
pada wilayah ketinggian > 2000 mdpl yang berbatasan dengan Kabupaten Cianjur.
Suhu permukaan 10-15 oC tidak ada pada tahun ini.
Suhu permukaan daratan Kabupaten dan Kota Bogor pada tahun 2009 diketahui
bahwa suhu permukaan daratan pada tahun 2009 didominasi oleh suhu permukaan
daratan antara 25-30 oC dengan luas 231.427 ha atau 74,61 %. Sedangkan suhu
permukaan daratan 20-25 oC seluas 62.028,90 ha merupakan suhu permukaan
daratan dengan region terbanyak kedua, sekitar 20%. Suhu permukaan daratan 1520oC memiliki luas 6.581,48 ha atau 2,12 %. Sedangkan suhu permukaan daratan
10–15 oC memiliki luas 2.025,86 ha atau 0,65 %. Suhu permukaan daratan > 30 oC
memiliki luas sebesar 7.908,35 ha atau 2,55 %.
3.2 Kerapatan Tutupan Vegetasi
3.2.1 Tahun 1990
Kerapatan tutupan vegetasi
tinggi
berada
pada
wilayah
ketinggian 100-500 mdpl, 5001000 mdpl, 1000-2000 mdpl
dan > 2000 mdpl, tersebar di
wilayah
yang
berbatasan
dengan Kabupaten Purwakarta,
Cianjur, Sukabumi dan Lebak.
Sedangkan kerapatan tutupan
vegetasi sedang berada di wilayah ketinggian 100-500 mdpl, 500-1000 mdpl dan
1000-2000 mdpl, tersebar di wilayah yang berbatasan dengan Kota Depok dan
Tenggerang. Kerapatan tutupan vegetasi rendah berada pada wilayah ketinggian <
100 mdpl dan 100-500 mdpl, terpusat di bagian tengah Kota Bogor dan bagian utara
Pola perubahan…, Sila Sakti, FMIPA UI, 2013
Kabupaten Bogor yaitu wilayah yang berbatasan dengan Kota Depok dan Bekasi.
Kerapatan tutupan vegetasi non vegetasi juga berada pada wilayah ketinggian < 100
mdpl dan 100-500 mdpl dan terpusat di bagian tengah Kota Bogor dan bagian utara
dan timur Kabupaten Bogor yaitu wilayah yang berbatasan dengan Kota Depok dan
Bekasi.
Kerapatan tutupan vegetasi didominasi oleh kerapatan tutupan vegetasi tinggi
yaitu seluas 163.373 ha atau sekitar 54,74 %. Kerapatan tutupan vegetasi sedang
merupakan kerapatan tutupan vegetasi dengan luas terbanyak kedua yaitu sekitar
91.566,10 ha atau sekitar 30,68%. Kerapatan tutupan vegetasi rendah memiliki luas
sekitar 30.811 ha atau sekitar 10,32 %. Kerapatan tutupan vegetasi non vegetasi
memiliki luas yang paling sedikit yaitu sekitar 12.694,40 ha atau sekitar 4,25 %.
3.2.2 Tahun 1995
tutupan
Kerapatan
vegetasi tinggi berada pada
wilayah ketinggian 500-1000
mdpl, 1000-2000 mdpl dan >
2000 mdpl, tersebar di wilayah
yang
berbatasan
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
dengan
Purwakarta,
Lebak
dan
Sukabumi.
Sedangkan kerapatan tutupan
vegetasi sedang tersebar di wilayah yang berbatasan dengan Kota Depok,
Tanggerang dan Bekasi yang berada pada wilayah ketinggian 100-500 mdpl, 5001000 mdpl dan 1000-2000 mdpl. Kerapatan tutupan vegetasi rendah terpusat di
wilayah yang berbatasan dengan Kota Tanggerang dan Depok
pada wilayah
ketinggian < 100 mdpl. Sedangkan kerapatan tutupan vegetasi non vegetasi terpusat
di bagian tengah Kota Bogor dan di bagian utara Kabupaten Bogor yaitu pada
wilayah yang berbatasan dengan Kota Depok, berada pada wilayah ketinggian < 100
mdpl dan 100-500 mdpl.
Kerapatan tutupan vegetasi tinggi memiliki luas 156.519 ha atau sekitar 52,54 %,
merupakan kerapatan tutupan vegetasi yang mendominasi pada tahun tersebut.
Pola perubahan…, Sila Sakti, FMIPA UI, 2013
Kerapatan tutupan vegetasi sedang merupakan kerapatan tutupan vegetasi dengan
luas terbanyak kedua yaitu sekitar 92.790 ha atau sekitar 31,15%. Sedangkan
kerapatan tutupan vegetasi rendah memiliki luas sekitar 31.655,30 ha atau sekitar
10,63 %. Kerapatan tutupan vegetasi non vegetasi memiliki luas yang paling sedikit
yaitu sekitar 16.958,50 ha atau sekitar 5,69 %.
3.2.3 Tahun 2000
Kerapatan
tutupan
vegetasi
tinggi
berada
wilayah
ketinggian
pada
500-1000
mdpl, 1000-2000 mdpl dan >
2000 mdpl. Kerapatan tutupan
vegetasi ini tersebar di wilayah
yang
berbatasan
langsung
dengan Kabupaten Karawang,
Purwakarta, Cianjur, Sukabumi
dan Lebak. Sedangkan kerapatan tutupan vegetasi sedang berada pada wilayah
ketinggian < 100 mdpl, 100-500 mdpl dan 500-1000 mdpl yang tersebar di wilayah
yang berbatasan langsung dengan Kota Depok dan Kabupaten Tanggerang.
Kerapatan tutupan vegetasi rendah terpusat di bagian utara Kota Bogor dan
tersebar di wilayah yang berbatasan dengan Kota Depok, Kabupaten Tanggerang,
Kabupaten Karawang dan Kota Bekasi yang berada pada wilayah ketinggian < 100
mdpl dan 100-500 mdpl. Sedangkan kerapatan tutupan vegetasi non vegetasi
terpusat di bagian tengah Kota Bogor dan terpusat di wilayah yang berbatasan
dengan Kota Depok berada pada wilayah ketinggian < 100 mdpl.
Kerapatan tutupan vegetasi di Kabupaten dan Kota Bogor didominasi oleh
kerapatan tutupan vegetasi tinggi yaitu seluas 146.654 ha atau sekitar 49,19 %.
Sedangkan kerapatan tutupan vegetasi sedang merupakan kerapatan tutupan
vegetasi dengan luas terbanyak kedua yaitu sekitar 92.691,10 ha atau sekitar 31,09
%. Kerapatan tutupan vegetasi rendah memiliki luas sekitar 43.196,50 ha atau
sekitar 14,49%. Kerapatan tutupan vegetasi non vegetasi memiliki luas yang paling
sedikit yaitu sekitar 15.607,40 ha atau sekitar 5,23%.
Pola perubahan…, Sila Sakti, FMIPA UI, 2013
3.2.4 Tahun 2005
Kerapatan
vegetasi
tinggi
wilayah
yang
dengan
tutupan
tersebar
di
berbatasan
Kabupaten
Kabupaten
Lebak,
Sukabumi,
Kabupaten Cianjur, Kabupaten
Purwakarta
dan
Kabupaten
Karawang yang berada pada
wilayah
ketinggian
100-500
mdpl, 500-1000 mdpl, 10002000 mdpl dan > 2000 mdpl. Sedangkan kerapatan tutupan vegetasi sedang
terpusat di bagian tengah dan utara yaitu wilayah yang berbatasan dengan Kota
Depok, Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Tanggerang. Kerapatan tutupan vegetasi
sedang berada pada wilayah ketinggian < 100 mdpl, 100-500 mdpl dan 500-1000
mdpl.
Kerapatan tutupan vegetasi rendah terpusat di bagian tengah Kota Bogor dan
bagian utara Kabupaten Bogor yaitu wilayah yang berbatasan langsung dengan
Kota Depok, Kabupaten Tanggerang dan Kabupaten Bekasi. Kerapatan tutupan
vegetasi ini berada pada wilayah ketinggian < 100 mdpl dan 100-500 mdpl.
Sedangkan kerapatan tutupan vegetasi non vegetasi terousat di bagian tengah Kota
Bogor dan bagian utara Kabupaten Bogor yaitu wilayah yang berbatasan dengan
Kota Depok dan Kabupaten Bekasi. Kerapatan tutupan vegetasi ini berada pada
wilayah ketinggian < 100 mdpl.
Kerapatan tutupan vegetasi di Kabupaten dan Kota Bogor pada tahun 2005
didominasi oleh kerapatan tutupan vegetasi tinggi yaitu seluas 126.897 ha atau
sekitar 42,71 %. Kerapatan tutupan vegetasi sedang merupakan kerapatan tutupan
vegetasi dengan luas terbanyak kedua yaitu sekitar 108.988,01 ha atau sekitar
36,68 %. Kerapatan tutupan vegetasi rendah memiliki luas sekitar 40.920,30 ha atau
sekitar 13,77 %. Kerapatan tutupan vegetasi non vegetasi memiliki luas yang paling
sedikit yaitu sekitar 20.318 ha atau sekitar 6,84 %.
Pola perubahan…, Sila Sakti, FMIPA UI, 2013
3.2.5 Tahun 2009
Kerapatan tutupan vegetasi di
Kabupaten
dan
didominasi
Kota
oleh
Bogor
kerapatan
tutupan vegetasi sedang yang
tersebar
di
wilayah
yang
berbatasan
langsung
dengan
Kabupaten
Tanggerang
dan
Kabupaten
Sukabumi
pada
wilayah ketinggian < 100 mdpl,
100-500 mdpl dan 500-1000 mdpl. Sedangkan kerapatan tutupan vegetasi tinggi
tersebar di wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Lebak, Kabupaten
Sukabumi, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Purwakarta dan berada pada wilayah
ketinggian 500-1000 mdpl, 1000-2000 mdpl dan > 2000 mdpl.
Kerapatan tutupan vegetasi rendah berada pada wilayah yang berbatasan
dengan Kabupaten Tanggerang, Kota Depok dan Kabupaten Bekasi. Kerapatan
tutupan vegetasi rendah berada pada wilayah ketinggian < 100 mdpl, 100-500 mdpl
dan 500-1000 mdpl. Sedangkan kerapatan tutupan vegetasi non vegetasi terpusat di
bagian tengah Kota Bogor dan bagian timur Kabupaten Bogor yaitu wilayah yang
berbatasan dengan Kota Depok dan Kota Bekasi yang berada pada wilayah
ketinggian < 100 mdpl.
Kerapatan tutupan vegetasi di Kabupaten dan Kota didominasi oleh kerapatan
tutupan vegetasi sedang yaitu seluas 110.051 ha atau sekitar 37,52 %. Kerapatan
tutupan vegetasi tinggi merupakan kerapatan tutupan vegetasi dengan luas
terbanyak kedua yaitu sekitar 88.784 ha atau sekitar 30,27 %. Kerapatan tutupan
vegetasi rendah memiliki luas sekitar 58.059,90 ha atau sekitar 19,79%. Kerapatan
tutupan vegetasi non vegetasi memiliki luas yang paling sedikit yaitu sekitar 36.419
ha atau sekitar 12,42%.
Pola perubahan…, Sila Sakti, FMIPA UI, 2013
3.3 Pola Perubahan
Perubahan suhu permukaan daratan di Kabupaten dan Kota Bogor memiliki pola
yang sama dengan perubahan kerapatan tutupan vegetasinya. Kerapatan tutupan
vegetasi rendah dan non vegetasi memiliki pola memusat di Kota Bogor kemudian
meluas dengan pola menyebar ke wilayah di sekitarnya hingga ke daerah rural
Kabupaten Bogor.
3.3.1 Tahun 1990-1995
Pada tahun 1990 suhu permukaan daratan 25-30oC tersebar di wilayah yang
memiliki kerapatan tutupan vegetasi rendah dan non vegetasi. Pada tahun 1995
suhu permukaan daratan ini terdapat pada wilayah dengan kerapatan tutupan
vegetasi non vegetasi. Pada tahun 1990 suhu permukaan daratan 25-30oC tersebar
di hampir seluruh wilayah di Kabupaten Bogor dan di bagian selatan Kota Bogor.
Sedangkan pada tahun 1995 suhu permukaan daratan ini hanya berada di bagian
utara Kota Bogor dan bagian utara Kabupaten Bogor.
Suhu permukaan daratan 20-25 oC pada tahun 1990 tersebar hampir di seluruh
wilayah Kabupaten Bogor, berada pada wilayah yang memiliki kerapatan tutupan
vegetasi sedang dan tinggi. Pada tahun 1995 suhu permukaan daratan ini terpusat
hanya di bagian utara Kota Bogor dan bagian utara Kabupaten Bogor, berada pada
wilayah dengan kerapatan tutupan vegetasi sedang dan non vegetasi. Suhu
permukaan daratan 15-20 oC pada tahun 1990 tersebar di bagian selatan Kabupaten
Bogor, berada pada wilayah yang memiliki kerapatan vegetasi tinggi. Sedangkan
pada tahun 1995 suhu permukaan daratan ini tersebar hampir di seluruh wilayah
Kabupaten Bogor yang memiliki kerapatan vegetasi sedang dan tinggi. Pada tahun
1995 suhu permukaan daratan 10-15 oC tersebar di bagian selatan Kabupaten Bogor
yang memiliki kerapatan vegetasi tinggi. Sedangan pada tahun 1990 suhu
permukaan daratan 10-15 oC tidak ada.
Suhu permukaan daratan 15-20oC mengalami peningkatan luas dari tahun 1990
ke tahun 1995. Sedangkan suhu permukaan 20-25oC mengalami penurunan dari
tahun 1990 ke tahun 1995. Perubahan luas ini disebabkan karena perubahan
tutupan vegetasi non vegetasi pada tahun 1990 mengalami peningkatan di tahun
Pola perubahan…, Sila Sakti, FMIPA UI, 2013
1995 dan kerapatan tutupan vegetasi tinggi mengalami penurunan dari tahun 1990
ke tahun 1995.
3.3.2 Tahun 1995-2000
Pada tahun 2000 suhu permukaan daratan 25-30oC terpusat di bagian tengah
Kota Bogor dan bagian tengah dan timur Kabupaten Bogor. Suhu permukaan
daratan ini berada pada wilayah dengan kerapatan vegetasi rendah dan non
vegetasi. Pola ini berubah dari tahun 1995 yang tidak ada suhu permukaan daratan
dengan rentang 25-30 oC. Hal ini berarti bahwa suhu permukaan daratan mengalami
peningkatan. Suhu permukaan daratan 20-25 oC pada tahun 2000 tersebar di bagian
tengah hingga timur Kabupaten Bogor dan di bagian selatan Kota Bogor yang
memiliki kerapatan vegetasi sedang dan rendah. Pola ini berubah dari tahun 1995,
suhu permukaan daratan 20-25oC hanya berada di bagian utara Kota Bogor dan
bagian utara Kabupaten Bogor pada kerapatan vegetasi sedang dan non vegetasi.
Suhu permukaan daratan rendah (< 20oC) pada tahun 2000 tersebar di bagian
barat dan sedikit di bagian timur Kabupaten Bogor dan bagian utara Kota Bogor
dengan kerapatan vegetasi tinggi dan sedang. Pola ini mengalami perubahan dari
tahun 1995. Pada tahun 1995 suhu permukaan rendah (< 20oC) tersebar hampir di
seluruh Kabupaten Bogor dan di bagian selatan Kota Bogor dengan kerapatan
tutupan vegetasi sedang dan tinggi. Luasan dari masing-masing kelas suhu
permukaan daratan dan kerapatan tutupan vegetasi juga mengalami perubahan.
3.3.3 Tahun 2000-2005
Pada tahun 2005 suhu permukaan daratan 25-30oC terpusat di bagian tengah
hingga utara Kota Bogor dan bagian tengah hingga utara Kabupaten Bogor, yaitu
wilayah yang berbatasan dengan Kota Depok dan Kabupaten Tanggerang. Suhu
permukaan daratan ini tersebar pada wilayah yang memiliki kerapatan vegetasi
rendah dan non vegetasi.Pola sebaran suhu permukaan daratan 25-30oC pada
tahun 2005 mengalami perubahan dari tahun 2000.Pada tahu 2000 suhu permukaan
daratan 25-30oC terpusat hanya di bagian tengah Kota Bogor dan bagian tengah
hingga utara Kabupaten Bogor.
Pola perubahan…, Sila Sakti, FMIPA UI, 2013
Suhu permukaan daratan 20-25oC pada tahun 2005 tersebar di hampir seluruh
wilayah Kabupaten Bogor dan di bagian selatan Kota Bogor.Suhu permukaan ini
berada pada wilayah yang memiliki kerapatan vegetasi sedang, rendah dan
tinggi.Pola spasial suhu permukaan daratan ini mengalami perubahan dari tahun
2000. Pada tahun 2000 suhu permukaan ini hanya berada di bagian timur dari
Kabupaten Bogor dan bagian selatan dan utara dari KotaBogor pada kerapatan
vegetasi rendah, sedang dan tinggi.Suhu permukaan daratan rendah (< 20oC) pada
tahun 2005 berada pada bagian selatan Kabupaten Bogor dengan kerapatan
tutupan vegetasi tinggi.Pola ini berubah dari tahun 2000, yang suhu permukaan
daratan rendah (< 20oC) tersebar di bagian barat Kabupaten Bogor dan bagian utara
Kota Bogor.
3.3.4 Tahun 2005-2009
Pada tahun 2009 terdapat suhu permukaan daratan > 30oC yang pada tahuntahun sebelumnya tidak ada.Suhu permukaan daratan ini terpusat di bagian tengah
Kota Bogor dan bagian utara Kabupaten Bogor yaitu wilayah yang berbatasan
dengan Kota Depok dan Kota Bekasi.Suhu permukaan daratan ini terdapat pada
wilayah dengan kerapatan vegetasi rendah dan non vegetasi.Suhu permukaan
daratan 25-30oC yang pada tahun 2005 hanya berada di bagian utara Kota Bogor
dan bagian utara Kabupaten Bogor, mengalami perubahan semakin menyebar ke
hampir seluruh wilayah di Kabupaten dan Kota Bogor pada tahun 2009. Suhu
permukaan daratan 25-30oC berada pada wilayah dengan kerapatan vegetasi
rendah, sedang dan non vegetasi.
Suhu permukaan daratan 20-25oC pada tahun 2009 tersebar di bagian selatan
Kabupaten Bogor yaitu wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi dan
Cianjur berada pada wilayah dengan kerapatan vegetasi sedang, tinggi dan non
vegetasi.Pola suhu permukaan daratan ini mengalami perubahan dari tahun 2005
yang tersebar hampir di seluruh wilayah Kabupaten Bogor.Suhu permukaan daratan
15-20oC pada tahun 2009 hanya ada sedikit di bagian selatan Kabupaten Bogor
yang berbatasan dengan Kabupaten Cianjur dengan kerapatan tutupan vegetasi
tinggi.Pola ini berubah dari tahun 2005, suhu permukaan daratan 15-20oC pada
tahun 2005 tersebar di banyak wilayah di bagian selatan Kabupaten Bogor.
Pola perubahan…, Sila Sakti, FMIPA UI, 2013
Suhu permukaan daratan rendah (< 20oC) mengalami penurunan dari tahun 2005
ke tahun 2009.Perubahan ini terjadi karena kerapatan tutupan vegetasi tinggi
mengalami penuruan.Sedangkan suhu permukaan daratan tinggi (> 20oC)
mengalami peningkatan, hal ini disebabkan karena kerapatan tutupan vegetasi non
vegetasi, rendah dan sedang mengalami peningkatan.
3.4 Validasi Nilai NDVI
Titik sampel pertama adalah Kebun Raya Bogor yang tidak mengalami perubahan
sejak tahun 1995 hingga tahun 2009 dan hingga sekarang. Pada tahun 1995 nilai
NDVI di Kebun Raya Bogor adalah 0,52 (tutupan lahan vegetasi tinggi) dan pada
tahun 2009 nilai NDVI sebesar 0,61 (tutupan lahan vegetasi tinggi).
-1
0
1
Titik sampel selanjutnya adalah tutupan lahan yang pada tahun 1995
merupakan tutupan lahan kebun dan pada tahun 2009 berubah menjadi tutupan
lahan lahan terbangun. Pada tahun 1995 tutupan lahan kebun memiliki nilai NDVI
0,56 (vegetasi tinggi). Pada tahun 2009 tutupan lahan berupa lahan terbangun
dengan NDVI 0,11 (vegetasi rendah).
-1
0
1
Pola perubahan…, Sila Sakti, FMIPA UI, 2013
4. KESIMPULAN
Perubahan suhu permukaan daratan di Bogor selama 20 tahun (tahun 19902009) memiliki pola menyebar dari pusatnya di Kota Bogor. Suhu permukaan
daratan tinggi (> 25oC) pada tahun 1990 hanya terpusat di Kota Bogor dan bagian
timur Kabupaten Bogor dengan luas 3,47 %. Kemudian hingga tahun 2009 suhu
permukaan daratan > 25oC menyebar hingga ke seluruh Bogor dengan luas 77,16
%. Perubahan suhu permukaan daratan sejalan dengan perubahan kerapatan
tutupan vegetasi. Semakin rendah kerapatan tutupan vegetasi maka semakin tinggi
suhu permukaan daratannya. Begitu juga sebaliknya, semakin tinggi kerapatan
tutupan vegetasi maka semakin rendah suhu permukaan daratannya.
DAFTAR PUSTAKA
Aguado, E. & J. E. Burt. 2001. Understanding Weather and Climate. 2nd edition. Upper
Saddle River: Prentice Hall, Inc.
Embi. AF., 2006. Urban Greening to Modify Our Weather The Urban Heat Island Connetion.
Urban Forestry Congres, Kualalumpur, Malaysia.
Badan Pusat Statistik Kota Bogor. 2009. Kota Bogor dalam Angka 2009. Bogor, Indonesia.
Bappeda Kabupaten Bogor. http://www.bogorkab.go.id, diakses pada tanggal 24 April 2013
pukul 16.50 WIB
Bappeda dan BPS Provinsi Jawa Barat. 2005. Survei Sosial Ekonomi Daerah. Jawa Barat,
Indonesia.
Barlowe, R. 1978. Land Resources Economics: The Economics of Real Estate. New York:
Prentice Hall Inc.
Becker, F. and Li, Z. 1995. Surface Temperature and Emissivity at Different Scales:
Definition, Measurement and Related Problems. Remote Sensing Reviews, 12, 225253.
Chen, X., Zhao H., Li. P., & Yin Z. 2005. Remote Sensing Image Based Analysis of the
Relionship Between Urban Heat Island and Land Use/Land Cover Changes, Remote
Sensing of Environment, 104, 133-146.
Cihlar, L. L. St-Laurent, and Dyer, J. A. 1991. Relation Between the Normalized Vegetation
Index and Ecological Variables. Remote Sensing of Environment.
Fatimah, R. N. 2012. Pola Spasial Suhu Permukaan Daratan Kota Surabaya tahun 1994,
2000 dan 2011. Skripsi Sarjana.Departemen Geografi FMIPA Universitas Indonesia.
Depok
Heksaputri, F S. 2006. Rencana Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan
Distribusi Suhu Permukaan dan Temperature Humadity Index (YHI) di Kabupaten
Bandung. Skripsi. Fakultas Kehutanan, IPB. Bogor.
Pola perubahan…, Sila Sakti, FMIPA UI, 2013
Hidayat, H. 2006. Distribusi Suhu Permukaan di Kota Bandung. Skripsi Sarjana.
Departemen Geografi FMIPA UI. Depok.
Iswanto, P. A. 2008. Urban Heat Island di Kota Pangkal Pinang tahun 2000 dan 2006.
Skripsi Sarjana Departemen Geografi FMIPA UI. Depok.
Khomarudin. M R. 2004. Aplikasi Penginderaan Jauh untuk Menduga Unsur Iklim dan
Produktivitas Tanaman Hutan. Warta LAPAN Vol.6, No. 2 Desember 2004:50-61.
Lillesand, T. M. and Kiefer R. W. 1994. Remote Sensing and Image Interpretation. Third
Edition. New York : John Wiley and Son, Inc.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat. http://www.jabarprov.go.id, diakses pada tanggal 24 April
2013 pukul 16.52 WIB
Purwadhi, S F dan Sanjoto, T B. 2009. Pengantar Interpretasi Citra Penginderaan Jauh.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional dan Universitas Negeri Semarang.
Purwadhi, S. F. 2001. Interpretasi Citra Digital. Jakarta: PT.Grasindo.
Qin, Z., and Karnieli, A. 1999. Pregress in Remote Sensing of Land Surface Temperature
and Ground Emissivity Using NOAA-AVHRR Data. International Journal of Remote
Sensing, 20, 2367-2393.
Rushayati S.B., Dahlan E.N., Hermawan R. 2010. Ameliorasi Iklim melalui Zonasi Hutan
Kota Berdasarkan Peta Sebaran Polutan Udara. Forum Geografi, Vol.24 No.1 Juli
2010.
Sandy, I.M. 1977. Penggunaan Tanah (Land Use) di Indonesia. Pub. No.75, Dit TGTDitjen
Agraria Depdagri, Jakarta.
Sandy, I.M. 1995. Geografi Regional Indonesia. Jurusan Geografi FMIPA Universitas
Indonesia. PT. Indograph Bakti, Edisi ke-3. Depok.
Simanjuntak, S.H., 1985. Perkembangan Penggunaan Tanah Sehubungan dengan
Perubahan Status Tanah di Daerah Tingkat II Kabupaten Subang, Skripsi Jurusan
Geografi FMIPA UI, Depok.
Srivastava, K.P., Majumdar, J.T., Bhattacharya, K.A. 2007. Surface Temperature Estimation
in Singhbhum Shear Zone of India Using Landsat-7 ETM+ Thermal Infrared Data.
Elsevier Ltd. All right reserved.
Subagyono, K dan Surmaini, E. 2007. Pengelolaan Sumberdaya Iklim dan Air untuk
Antisipasi Perubahan Iklim. Jurnal Meteorologi dan Geofisika.
Suparmoko, M. 1995. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Yogyakarta : Penerbit
BPPE.
Sutanto. 1986. Penginderaan Jauh Jilid 1. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Tampubolon, T, dkk. 2008. Analisis Hubungan NDVI dan Temperature terhadap Tutupan
Lahan dengan data Landsat ETM (Studi Kasus Kota Medan dan Wilayah Pesisir).
PIT MAPIN XVII. Bandung 10-12-2008.
Pola perubahan…, Sila Sakti, FMIPA UI, 2013
Triyanti. 2008. Pola Suhu Pemrukaan Kota Semarang Tahun 2001 dan 2006. Skripsi
Sarjana Departemen Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Indonesia.
Tursilowati, L. 2002. Urban Heat Island dan Kontribusinya pada Perubahan Iklim dan
Hubungannya dengan Perubahan Lahan. Prosiding Seminar Nasional Pemanasan
Global dan Perubahan Global. Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim LAPAN.
Voogt, J. A. 2002. Urban Heat Islan. In Munn, T. (ed.) Encyclopedia of Global Environmental
Change, Vol.3. Chichester: John Wiley and Sons.
Voogt, J. A. and T. R. Oke. 2003. Thermal Remote Sensing of Urban Areas. Remote
Sensing of Environment.
Wardhana, Wisnu, L. D. 2003. Pengaruh Tipe Penutupan Lahan Terhadap Distribusi Suhu
Pemrukaan DI Kota Bogor. Skripsi. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan,
Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Waryono, T. 2002. Upaya Pemberdayaan Masyarakat dalam Pelestarian Hutan sebagai
Pencegah Pemanasan Global. Kumpulan makalah periode 1987-2008.
Weng, Q., Dengsheng, L., Jacquelyn, S. 2003. Estimation of Land Surface Temperature
Vegetation Abundance Relationship for Urban Heat Island Studies. Remote Sensing
of Environment.
Xiang, L.Q, Shan, C.H, Jie, Chang. 2006. Impacts of Land Use and Cover Change on Land
Surface Temperature in the Zhujiang Delta. Elsevier Limited and Science Press.
Zang, Yang, Yiyun, Chen, Qing, Ding, Jiang, Ping. 2006. Study on Urban Heat Island Effect
Based on Normalized Difference Vegetated Index:A Case Study of Wuhan City.
Elsevier B.V. Selection and/or Peer-review under responsibility of school of
environment. Beijing Normal University.
Pola perubahan…, Sila Sakti, FMIPA UI, 2013
Download