JIS Vol.7.No.1. April 2014 ISSN : 1979-2840 TINJAUAN STRES KERJA KARYAWAN PADA ORGANISASI BISNIS Oleh Rosmita, S.Sos Dosen Prodi Administrasi Perkantoran Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Riau Jl. Kaharudin Nasution KM.11, No.113 Marpoyan Simpang Tiga Pekanbaru Abstract Human resources is one of the factors that determine the success or failure of the organization in achieving its purpose well in public organizations and business, despite already having qualified human resources, but without the optimal management of the contribution to the organization will be very far from expectations. The opportunities and threats that are in the external environment will affect the organization's internal environment. Changes in the internal and external environment, demand the expertise of the organizers or perpetrators of the organization to be able to address and anticipate, when an organization wants to exist or even be an organization that is continuously evolving. The role of human resources in order to meet the expectations that are desired by the Organization can be realized. In the tasks of human resources can not be separated from the pressures-pressure and uncertainty of the boss or the demands of the organization that lead to job stress. This can negatively impact the performance generated. Keywords: Job Stress, Performance, Organization PENDAHULUAN Latar Belakang Setiap organisasi baik lembaga publik maupun lembaga bisnis, hampir dipastikan dituntut untuk mampu melakukan dinamika perubahan, berbagai perubahan harus dilakukan sebagai konsekuensi dari globalisasi. Dalam hal ini setiap organisasi dituntut mampu berkompetisi, sehingga dapat tetap bertahan dalam persaingan global. Strategi untuk selalu dapat berkompetisi adalah dengan cara memperkuat kapasitas organisasi dan sumber daya manusia, merupakan salah satu strategi untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan agar organisasi tetap dapat bertahan dan sustainable. Perubahan terhadap organisasi sekaligus merupakan refleksi bahwa organisasi itu bagaikan organisme yang harus merespon ransangan atau stimulus dari lingkungan eksternal. Salah satu perubahan tersebut berupa http://jurnal.uir.ac.id penciptaan perilaku ataupun kompetisi sumberdaya manusia. Sumberdaya manusia merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan atau kegagalan organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. Kendatipun sudah mempunyai sumberdaya manusia yang berkualitas, tetapi tanpa dikelola secara optimal tentu kontribusi terhadap organisasi akan sangat jauh dari harapan. Peluang dan ancaman yang berada di lingkungan eksternal akan mempengaruhi lingkungan internal organisasi, baik berupa kekuatan maupun kelemahan yang ada dalam organisasi tadi. Perubahan baik terjadi pada lingkungan internal maupun eksternal ini menuntut kepiawaian para penyelenggara atau pelaku organisasi untuk bisa menyikapi dan mengantisipasinya, manakala menginginkan organisasi tetap eksis atau bahkan menjadi organisasi yang secara terus menerus berkembang. 103 JIS Vol.7.No.1. April 2014 Diantara unsur-unsur organisasi yang terdiri dari bahan-bahan, peralatan atau mesin, metode kerja, dan pembiayaan, sumberdaya manusia merupakan unsur yang paling dinamis dan kompleks karena pengelolaan organisasi pada dasarnya merupakan proses pengelolaan manusia dengan perbedaan sifat-sifat individual yang dimilikinya. Rumusan Masalah Rumusan masalah berdasarkan dari latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka dapat diajukan pertanyaan sebagai berikut : “ Bagaimanakah Tingkat Stres Kerja Karyawan Pada Organisasi Bisnis? ” KAJIAN PUSTAKA Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki hubungan dengan orang lain baik secara pribadi maupun berkelompok, karena manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya orang lain, sehubungan dengan tulisan ini penulis mengambil beberapa teori yang dijadikan dasar dalam tulisan ini yaitu : Berdasarkan latar belakang tadi untuk membahas ini diperlukan berbagai landasan teori yang dijadikan tolok ukur yang akan dibahas, khususnya yang berkaitan dengan Stres Kerja dan kinerja Karyawan. Sebagai suatu proses, organisasi berarti serangkaian aktivitas kolektif dari orang-orang yang diawali dengan penentuan tujuan, pembagian kerja dengan perincian tugas tertentu, pendelegasian wewenang, pengawasan, dan diakhiri dengan pengevaluasian pelaksanaan tugas. Organisasi merupakan unsur utama bagi kelompok orang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu karena organisasi merupakan wadah (tempat) pengelompokkan orang dan pembagian tugas sekaligus tempat berlangsungnya berbagai aktivitas (proses) bagi pencapaian tujuan. Willian G Scott (dalam Sutarto 1984) Suatu organisasi formal adalah suatu sitem mengenai aktivitas-aktivitas yang dikoordinasikan dari sekelompok orang yang bekerja http://jurnal.uir.ac.id ISSN : 1979-2840 sama ke arah suatu tujuan bersama di bawah wewenang dan kepemimpinan. Organisasi sebagai struktur dan proses kelompok orang yang bekerja sama yang membagi tugas-tugasnya diantara para anggota, menetapkan hubungan-hubungan, dan menyatukan aktivitas-aktivitasnya ke arah tujuan-tujuan bersama. Pihak manajemen organisasi merupakan penanggung jawab terciptanya proses kerjasama yang harmonis, jika upayanya tersebut tidak diiringi dengan tindakan proporsional dalam hal pengelompokkan tugas, pembagian kerja, pendelegasian wewenang, dan merumuskan hubungan kerja, maka dapat memberikan daya dan hasil guna yang optimal kepada pencapaian tujuan organisasi. Mee (dalam Hamim2005:16) Manajemen adalah seni untuk mencapai hasil yang maksimal dengan usaha yang minimal, demikian pula mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan maksimal baik bagi pimpinan maupun para pekerja serta memberikan pelayanan yang sebaik mungkin kepada masyarakat. Jadi manajemen pada dasarnya adalah upaya mengatur segala sesuatu (sumber daya) untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam kegiatan mengatur ini kemudian timbul beberapa masalah. Siapa yang mengatur, mengapa harus diatur, dan apa tujuan dari pengaturan tersebut. Dari Pertanyaan tersebut maka diperlukan kegiatan mempelajari, mendalami, dan mempraktikkan konsep manajemen secara baik sehingga tujuan organisasi dapat dicapai dengan baik. G.R.Terry (dalam Samsuddin Sadili, 2005:17) Manajemen adalah suatu proses yang khas, yang terdiri dari tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengge-rakan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumber-sumber daya yang lainnya. Manajemen Sumber daya manusia merupakan salah satu bidang ilmu dari manajemen umum yang meliputi segi-segi perencanaan, pengorganisasian, pelaksa-naan 104 JIS Vol.7.No.1. April 2014 dan pengendalian. Karena Sumberdaya manusia dianggap semakin penting perannya dalam pencapaian tujuan organisasi, maka berbagai pengalaman dan hasil penelitian dalam bidang sumberdaya manusia. Istilah “Manajemen” mempunyai arti sebagai kumpulan pengetahuan tentang bagaimana seharusnya memanage (mengelola) sumber daya manusia. Makin besar organisasi, makin banyak Karyawan yang bekerja didalamnya, sehingga besar kemungkinan timbulnya permasalahan didalamnya dan perma-salahan manusianya. Makin tinggi kesadaran karyawan akan kewajiban dan hak-haknya, makin banyak permasalahan yang muncul. Makin beragam nilai yang dianut para Karyawannya, makin banyak konflik yang berkembang. Penanganan hal tersebut sangat tergantung pada tingkat kesadaran manajemen terhadap pentingnya sumberdaya manusia dalam pencapaian tujuan organisasi. Dalam manajemen sumberdaya manusia, Karyawan adalah assetutama organisasi, sehingga harus dipelihara dengan baik. Faktor yang menjadi perhatian dalam Manajemen Sumberdaya manusia adalah manusianya itu sendiri. Saat ini sangat disadari bahwa sumberdaya manusia merupakan masalah organisasi yang paling penting, karena dengan sumberdaya manusia menyebabkan sumberdaya yang lain dalam organisasi dapat berfungi atau berjalan. Disamping itu Sumberdaya manusia yang efektif mengharuskan pimpinan dapat menemukan cara terbaik dalam mendayagunakan orang-orang yang ada dalam lingkungan organisasinya agar tujuan-tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Pengertian Stres Stres kerja pada dasarnya sering dikaitkan dengan pengertian stres yang terjadi di lingkungan pekerjaan, yaitu dalam proses interaksi antara seorang Karyawan dengan aspek-aspek pekerja-annya. Robbins (dalam Badeni ; 62) Stres adalah suatu kondisi dinamik yang didalamnya seorang individu dihadapkan dengan suatu http://jurnal.uir.ac.id ISSN : 1979-2840 peluang, kendala, atau tuntutan yang berkaitan dengan apa yang ia inginkan dar hasilnya dipersepsikan sebagai yang tidak pasti dan penting. Stres adalah ketegangan atau tekanan emosional yang dialami seseorang yang sedang menghadapi tuntutan yang sangat besar atau kesempatan melakukan sebuah kegiatan penting, yang dalam pemenuhannya terdapat hambatan-hambatan dan ketidakpastian yang dapat mempengaruhi emosi, pikiran, dan kondisi fisik seseorang. Stres yang tidak diatasi dengan baik biasanya berakibat pada ketidak mampuan seseorang berinteraksi secara positif dengan lingkungannya, baik dalam arti lingkungan pekerjaan maupun diluarnya. Artinya yang bersangkutan akan menghadapi berbagai gejala negatif yang pada gilirannya berpengaruh pada prestasi kerjanya. Berbagai gejala tersebut pada umumnya menampakkan diri pada berbagai perilaku yang tidak normal seperti gugup, tegang, selalu cemas, gangguan pencernaan, tekanan darah tinggi. Pengaruh gejala-gejala tersebut dapat terlihat pada kondisi mental tertentu seperti minum minuman keras atau merokok secara berlebihan, sukar tidur, sikap tidak bersahabat, putus asa, mudah marah, sukar mengendalikan emosi dan bersifat agresif. Para ahli mengatakan bahwa stres dapat timbul sebagai akibat tenakan atau ketegangan yang bersumber dari ketidak selarasan antara seseorang dengan lingkungannya. Bahwa apabila sarana dan tuntutan tugas tidak selaras dengan kebutuhan dan kemampuan seseorang, ia akan mengalami stres. Biasanya stres semakin kuat apabila seseorang menghadapi masalah yang datangnya bertubi-tubi. Stres adalah salah satu masalah yang pasti akan dihadapi oleh setiap orang dalam kehidupan berkarya adalah stress yang harus diatasi, baik bagi karyawan sendiri tanpa bantuan orang lain, maupun dengan bantuan pihak lain seperti spesialis yang disediakan oleh organisasi didalam karyawan bekerja. Charles D Spielberger (dalam Rivai 2010 : 307) menyebutkan bahwa stres adalah tuntutan eksternal mengenai seseorang, misalnya objek-objek dalam lingkungan atau 105 JIS Vol.7.No.1. April 2014 suatu stimulus yang secara objektif adalah berbahaya. Stres juga biasa diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang. Pada dasarnya berbagai sumber stres dapat digolongkan pada yang berasal dari pekerjaan dan diluar pekerjaan seseorang. Berbagai hal yang dapat menjadi sumber stres yang berasal dari pekerjaan pun dapat beraneka ragam seperti beban tugas yang terlalu berat, desakan waktu, iklim kerja yang menimbulkan rasa tidak aman, kurangnya informasi dari umpan balik tentang prestasi kerja seorang, ketidak seimbangan antara wewenang dan tanggung jawab, ketidak jelasan peranan karyawan dalam keseluruhan kegiatan organisasi, frustasi yang ditimbulkan oleh intervensi pihak lain yang terlalu sering sehingga seorang merasa terganggu konsentrasinya, konflik antara karyawan dengan pihak lain di dalam dan di luar kelompok kerjanya, perbedaan system nilai yang dianut oleh organisasi dan perubahan yang terjadi yang pada umumnya memang menimbulkan rasa ketidak pastian. Situasi lingkungan diluar pekerjaan pun dapat menjadi sumber stres. Berbagai masalah yang dihadapi oleh seseorang, seperti masalah keuangan, perilaku negatif anak-anak, kehidupan keluarga yang tidak atau kurang harmonis, pindah tempat tinggal, ada anggota keluarga yang meninggal, kecelakaan, penyakit gawat adalah beberapa contoh sumber stres tersebut. Braham (2001), gejala stres dapat berupa tanda-tanda berikut ini : a. Fisik, yaitu sulit tidur atau tidur tidak teratur, sakit kepala, sulit buang air besar, adanya gangguan pencernaan, radang usus, kulit gatal-gatal, punggung terasa sakit, uraturat pada bahu dan leher terasa tegang, keringat berlebihan, berubah selera makan, tekanan darah tinggi atau serangan jantung, kehilangan energy. b. Emosional, yaitu marah-marah, mudah tersinggung dan terlalu sensitif, gelisah dan cemas, suasana hati yang mudah berubahhttp://jurnal.uir.ac.id ISSN : 1979-2840 berubah, sedih, mudah menangis dan depresi, gugup, agresif terhadap orang lain dan mudah bermusuhan, serta mudah menyerang, dan kelesuan mental. c. Intelektual, yaitu mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat menurun, sulit untuk berkonsentrasi, suka melamun berlebihan, pikiran hanya dipenuhi satu pikiran saja. d. Interpersonal, yaitu acuh dan mendiamkan orang lain, kepercayaan pada orang lain menurun, mudah mengingkari janji pada orang lain, senang mencari kesalahan orang lain atau menyerang dengan kata-kata, menutup diri secara berlebihan, dan mudah menyalahkan orang lain. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa stress merupakan suatu kondisi keterangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang dimana ia terpaksa memberikan tanggapan melebihi kemampuan penyesuaian dirinya terhadap suatu tuntutan eksternal (lingkungan). Stres yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya. Sebagai hasilnya, pada diri para karyawan berkembang berbagai macam gejala stress yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka. Pengertian Stres Kerja Stres Kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya ketidak seimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berfikir, dan kondisi seorang karyawan. Stres yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan. Sebagai hasilnya, pada diri para karyawan berkembang berbagai macam gejala stres yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka Orangorang yang mengalami stres bisa menjadi nervous dan merasakan kekhawatiran kronis. Mereka sering menjadi mudah marah dan agresif, tidak dapat rileks, atau menunjukkan sikap yang tidak kooperatif. Gejala Stres Pekerjaan Banyak organisasi menuntut karyawan mereka lebih produktif. Tenaga dan pikiran 106 JIS Vol.7.No.1. April 2014 mereka terus dikuras tanpa meminta persetujuan terlebih dahulu apakah mereka siap untuk memenuhi target yang diinginkan organisasi. Tanpa disadari organisasi sebenarnya telah menciptakan tekanan yang dapat mengakibatkan Karyawan mengalapi depresi. Gejala Stres di tempat kerja meliputi : 1. Kepuasan kerja rendah 2. Kinerja yang menurun 3. Semangat dan energi menjadi hilang 4. Komunikasi tidak lancar 5. Pengambilan keputusan jelek 6. Kreativitas dan inovasi kurang 7. Bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif. Unsur-unsur tertentu menurut (Anoraga 2005;113) seperti suara gaduh, suhu udara yang tinggi atau terlalu rendah dan banyak kondisi penghambat lain mempunyai kemungkinan yang terelakkan sebagai penyebab stres di dalam lingkungan kerja. Dan tak dapat disangkal lagi, bahwa dimana terdapat kondisi demikian, stress akan muncul, dan pada gilirannya perasaan tidak puas akan sedikit banyak mempengaruhi produktivitas dan prestasi kerja. Dapat disimpulkan bahwa gejala stres di tempat kerja disebabkan karena Kinerja Karyawan Prawirosentono (2008:2) Performance atau kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Pendapat lain mengenai defenisi kinerja karyawan yang diberikan oleh Rivai (2005:15) yaitu kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan. Dari pendapat diatas dapat penulis simpulkan bahwa kinerja karyawan merupakan http://jurnal.uir.ac.id ISSN : 1979-2840 hasil kerja yang dapat dicapai oleh perseorangan maupun kelompok dalam suatu organisasi sesuai dengan tanggung jawabnya masingmasing dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan. Pembahasan Sebagin besar orang memiliki ide yang sama tentang pekerjaan yang membuat stres : sulit, tidak nyaman, membuat lelah, dan bahkan membuat tahut. Manager dapat menghadapi stresnya dengan lebih baik, dan membangun cara-cara bagi organisasi untuk membantu para karyawan bertahan jika mereka berhadapan dengan kondidi yang cendrung menciptakan stes. Satu cara untuk mengenali factor pembuat stres adalah untuk memikirkan stres yang diciptakan oleh tuntutan pekerjaan dan stres yang diciptakan oleh tekanan dan konflik antar orang. Tuntutan Pekerjaan, adalah factor pembuat stres yang berasal dari tugas yang harus dikerjakan oleh seseorang yang memegang pekerjaan tertentu. Beberapa jenis pengambilan keputsan cendrung membuat stress : keputusan yang diambil dibawah tenakan waktu, atau yang memiliki konsekuensi yang serius, dan yang harus diambil dengan informasi yang tidak lengkap. Tuntutan pekerjaan juga terkadang menyebabkan stres karena adanya ambiguitas peran ( role ambiguity ), yang berarti bahwa tidak mendapat kejelasan tentang perilaku tugas yang diharapkan dari diri mereka. Tuntutan Interpersonal, adalah faktor penyebab stres yang berhubungan dengan hubungan-hubungan di organisasi. Meskipun pada beberapa kasus hubungan interpersonal dapat meringankan stres, hubungan ini juga dapat menjadi sumber stress ketika kelompok tersebut memberikan tekanan pada individu atau ketika konflik terjadi diantara individu . Manajer dapat menyelesaikan konflik dengan menggunakan teknik konflik peran. Konflik Peran ( role conflict ) terjadi ketika seseorang merasakan tuntutan yang bertentangan dari orang lain. Manajer sering 107 JIS Vol.7.No.1. April 2014 kali merasakan konflik peran karena tuntutan dari atasan mereka dengan tuntutan dari karyawan-karyawan di Departemennya. Pada dasarnya sumber stres dapat digolongkan pada yang berasal dari pekerjaan dan diluar pekerjaan seseorang. Berbagai hal yang dapat menjadi sumber stres yang berasal dari pekerjaan pun dapat beraneka ragam seperti beban tugas yang terlalu berat, desakan waktu, iklim kerja yang menimbulkan rasa tidak aman, kurangnya informasi dari umpan balik tentang prestasi kerja seseorang. Ketidak seimbangan antara wewenang dan tanggung jawab, ketidak jelasan peranan karyawan dalam keseluruhan kegiatan organisasi, frustasi yang ditimbulkan oleh intervensi pihak lain yang terlalu sering sehingga seseorang merasa terganggu konsentrasinya, konflik antara karyawan dengan pihak lain di dalam dan di luar kelompok kerjanya, perbedaan sistem nilai yang dianut oleh karyawan dan dianut oleh organisasi dan perubahan yang terjadi pada umumnya memang menimbulkan ketidak pastian. Tidak dapat disangkal bahwa stres yang tidak teratasi pasti berpengaruh terhadap prestasi kerja. Hanya saja dalam kaitan ini ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian. PertamaKemam-puan mengatasi sendiri stres yang dihadapi tidak sama pada semua orang. Ada orang yang memiliki daya tahan yang tinggi menghadapi stres dan oleh karenanya mampu mengatasi sendiri stres tersebut. Sebaliknya tidak sedikit orang yang daya tahan dan kemapuannya menghadapi stres rendah. Stres yang tidak teratasi dapat berakibat pada kondisi mental dan emosional serta kelelahan fisik karena stres yang berlanjut dan tidak teratasi. Jika hal ini terjadi , dampaknya terhadap prestasi kerja akan bersifat negatif, Kedua, pada tingkat tertentu stres itu perlu. Apabila tidak ada stres dalam pekerjaan, para karyawan tidak akan merasa ditantang dengan akibat bahwa prestasi kerja akan menjadi rendah. Sebaliknya dengan adanya stres, karyawan merasa perlu mengerahkan segala kemampuannya untuk berprestasi tinggi dan dengan demikian dapat menyelesaikan tugas dengan baik. http://jurnal.uir.ac.id ISSN : 1979-2840 Kesimpulan 1. Kemampuan mengatasi sendiri stres yang dihadapi tidak sama pada semua orang. Ada orang yang memiliki daya tahan yang tinggi menghadapi stres dan oleh karenanya mampu mengatasi sendiri stres tersebut. Sebaliknya tidak sedikit orang yang daya tahan dan kemapuannya menghadapi stres rendah. Stres yang tidak teratasi dapat berakibat pada kondisi mental dan emosional serta kelelahan fisik karena stres yang berlanjut dan tidak teratasi. Jika hal ini terjadi , dampaknya terhadap prestasi kerja akan bersifatnegatif 2. Pada tingkat tertentu stres itu perlu. Apabila tidak ada stres dalam pekerjaan, para karyawan tidak akan merasa ditantang dengan akibat bahwa prestasi kerja akan menjadi rendah. Sebaliknya dengan adanya stres, karyawan merasa perlu mengerahkan segala kemampuannya untuk berprestasi tinggi dan dengan demikian dapat menyelesaikan tugas dengan baik. Daftar pustaka Badeni, 2013, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Bandung, Alfabeta. Daft L Richard, 2010, Era Baru Manajemen, Jakarta, Salemba Empat. Hamim, Sufian, dan Indra Mukhlis Adnan, 2005, Administrasi, Organisasi,dan Manajemen, Pekanbaru UIR PRESS. Ndraha, Taliziduhu, 2002, Pengantar Teori Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta, PT Rineka Cipta. Nawawi Hadari, 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia,Yokyakarta, Gadjah Mada University Press. Prawirosentono, Suyadi, 2008, Manajemen Sumberdaya Manusia Kebijakan Kinerja Pegawai, Yokyakarta, BPFE. Rivai, Veithzal, Ella Jauvani Sagala, 2009, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada. Rivai Veithzal, 2010, Manajemen Sumber Daya Manusia,Jakarta, Rajawali Pers 108 JIS Vol.7.No.1. April 2014 ISSN : 1979-2840 Robbins Stephen P, 1994, Teori Organisasi Struktur, Desain & Aplikasi, Jakarta, Arcan. Samsuddin Sadili, 2005, Mana-jemen Sumber Daya Manusia, Bandung, CV.Pustaka Setia. Sutarto, 1984, Dasar-dasar Organisasi, Gadjah Mada University Press. Sunyoto, Anang dan Burhanuddin, 2011, Perilaku Organisasional, Yogya-karta, CAPS. Sudarmanto, 2009, Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM, Yokyakarta, pustaka pelajar. Wibowo, 2010, Manajemen Kinerja, Jakarta, Rasjawali Pers. Wursanto, Ig, 2005, Dasar-dasar Ilmu Organisasi, Yogyakarta, ANDI. http://jurnal.uir.ac.id 109