http://jurnal.uir.ac.id TINJAUAN STRES KERJA KARYAWAN PADA

advertisement
JIS Vol.7.No.1. April 2014
ISSN : 1979-2840
TINJAUAN STRES KERJA KARYAWAN
PADA ORGANISASI BISNIS
Oleh
Rosmita, S.Sos
Dosen Prodi Administrasi Perkantoran
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Riau
Jl. Kaharudin Nasution KM.11, No.113 Marpoyan Simpang Tiga Pekanbaru
Abstract
Human resources is one of the factors that determine the success or failure of the organization in
achieving its purpose well in public organizations and business, despite already having qualified
human resources, but without the optimal management of the contribution to the organization will
be very far from expectations. The opportunities and threats that are in the external environment
will affect the organization's internal environment. Changes in the internal and external
environment, demand the expertise of the organizers or perpetrators of the organization to be able
to address and anticipate, when an organization wants to exist or even be an organization that is
continuously evolving. The role of human resources in order to meet the expectations that are
desired by the Organization can be realized. In the tasks of human resources can not be separated
from the pressures-pressure and uncertainty of the boss or the demands of the organization that
lead to job stress. This can negatively impact the performance generated.
Keywords: Job Stress, Performance, Organization
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Setiap organisasi baik lembaga publik
maupun lembaga bisnis, hampir dipastikan
dituntut untuk mampu melakukan dinamika
perubahan, berbagai perubahan harus dilakukan
sebagai konsekuensi dari globalisasi. Dalam hal
ini setiap organisasi dituntut mampu
berkompetisi, sehingga dapat tetap bertahan
dalam persaingan global. Strategi untuk selalu
dapat berkompetisi adalah dengan cara
memperkuat kapasitas organisasi dan sumber
daya manusia, merupakan salah satu strategi
untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan agar
organisasi tetap dapat bertahan dan sustainable.
Perubahan terhadap organisasi sekaligus
merupakan refleksi bahwa organisasi itu
bagaikan organisme yang harus merespon
ransangan atau stimulus dari lingkungan
eksternal. Salah satu perubahan tersebut berupa
http://jurnal.uir.ac.id
penciptaan
perilaku
ataupun
kompetisi
sumberdaya manusia.
Sumberdaya manusia merupakan salah
satu
faktor
yang
sangat
menentukan
keberhasilan atau kegagalan organisasi dalam
mencapai tujuan organisasi. Kendatipun sudah
mempunyai
sumberdaya
manusia
yang
berkualitas, tetapi tanpa dikelola secara optimal
tentu kontribusi terhadap organisasi akan sangat
jauh dari harapan. Peluang dan ancaman yang
berada
di
lingkungan
eksternal
akan
mempengaruhi lingkungan internal organisasi,
baik berupa kekuatan maupun kelemahan yang
ada dalam organisasi tadi. Perubahan baik
terjadi pada lingkungan internal maupun
eksternal ini menuntut kepiawaian para
penyelenggara atau pelaku organisasi untuk bisa
menyikapi dan mengantisipasinya, manakala
menginginkan organisasi tetap eksis atau
bahkan menjadi organisasi yang secara terus
menerus berkembang.
103
JIS Vol.7.No.1. April 2014
Diantara unsur-unsur organisasi yang
terdiri dari bahan-bahan, peralatan atau mesin,
metode kerja, dan pembiayaan, sumberdaya
manusia merupakan unsur yang paling dinamis
dan kompleks karena pengelolaan organisasi
pada dasarnya merupakan proses pengelolaan
manusia dengan perbedaan sifat-sifat individual
yang dimilikinya.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah berdasarkan dari latar
belakang yang telah dikemukakan diatas, maka
dapat diajukan pertanyaan sebagai berikut :
“ Bagaimanakah Tingkat Stres Kerja Karyawan
Pada Organisasi Bisnis? ”
KAJIAN PUSTAKA
Manusia adalah makhluk sosial yang
memiliki hubungan dengan orang lain baik
secara pribadi maupun berkelompok, karena
manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya
orang lain, sehubungan dengan tulisan ini
penulis mengambil beberapa teori yang
dijadikan dasar dalam tulisan ini yaitu :
Berdasarkan latar belakang tadi untuk
membahas ini diperlukan berbagai landasan
teori yang dijadikan tolok ukur yang akan
dibahas, khususnya yang berkaitan dengan Stres
Kerja dan kinerja Karyawan.
Sebagai suatu proses, organisasi berarti
serangkaian aktivitas kolektif dari orang-orang
yang diawali dengan penentuan tujuan,
pembagian kerja dengan perincian tugas
tertentu, pendelegasian wewenang, pengawasan,
dan
diakhiri
dengan
pengevaluasian
pelaksanaan tugas.
Organisasi merupakan unsur utama bagi
kelompok orang yang bekerjasama untuk
mencapai tujuan tertentu karena organisasi
merupakan wadah (tempat) pengelompokkan
orang dan pembagian tugas sekaligus tempat
berlangsungnya berbagai aktivitas (proses) bagi
pencapaian tujuan.
Willian G Scott (dalam Sutarto 1984)
Suatu organisasi formal adalah suatu sitem
mengenai aktivitas-aktivitas yang dikoordinasikan dari sekelompok orang yang bekerja
http://jurnal.uir.ac.id
ISSN : 1979-2840
sama ke arah suatu tujuan bersama di bawah
wewenang dan kepemimpinan.
Organisasi sebagai struktur dan proses
kelompok orang yang bekerja sama yang
membagi tugas-tugasnya diantara para anggota,
menetapkan
hubungan-hubungan,
dan
menyatukan aktivitas-aktivitasnya ke arah
tujuan-tujuan bersama.
Pihak manajemen organisasi merupakan
penanggung jawab terciptanya proses kerjasama
yang harmonis, jika upayanya tersebut tidak
diiringi dengan tindakan proporsional dalam hal
pengelompokkan tugas, pembagian kerja,
pendelegasian wewenang, dan merumuskan
hubungan kerja, maka dapat memberikan daya
dan hasil guna yang optimal kepada pencapaian
tujuan organisasi.
Mee
(dalam
Hamim2005:16)
Manajemen adalah seni untuk mencapai hasil
yang maksimal dengan usaha yang minimal,
demikian pula mencapai kesejahteraan dan
kebahagiaan maksimal baik bagi pimpinan
maupun para pekerja serta memberikan
pelayanan yang sebaik mungkin kepada
masyarakat.
Jadi manajemen pada dasarnya adalah
upaya mengatur segala sesuatu (sumber daya)
untuk mencapai tujuan organisasi.
Dalam
kegiatan mengatur ini kemudian timbul
beberapa masalah.
Siapa yang mengatur,
mengapa harus diatur, dan apa tujuan dari
pengaturan tersebut. Dari Pertanyaan tersebut
maka diperlukan kegiatan mempelajari,
mendalami, dan mempraktikkan konsep
manajemen secara baik sehingga tujuan
organisasi dapat dicapai dengan baik.
G.R.Terry (dalam Samsuddin Sadili,
2005:17) Manajemen adalah suatu proses yang
khas, yang terdiri dari tindakan perencanaan,
pengorganisasian,
pengge-rakan,
dan
pengendalian yang dilakukan untuk menentukan
serta mencapai sasaran-sasaran yang telah
ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya
manusia dan sumber-sumber daya yang lainnya.
Manajemen Sumber daya manusia
merupakan salah satu bidang ilmu dari
manajemen umum yang meliputi segi-segi
perencanaan, pengorganisasian, pelaksa-naan
104
JIS Vol.7.No.1. April 2014
dan pengendalian.
Karena Sumberdaya
manusia dianggap semakin penting perannya
dalam pencapaian tujuan organisasi, maka
berbagai pengalaman dan hasil penelitian dalam
bidang sumberdaya manusia.
Istilah
“Manajemen”
mempunyai arti sebagai
kumpulan pengetahuan tentang bagaimana
seharusnya memanage (mengelola) sumber daya
manusia.
Makin besar organisasi, makin banyak
Karyawan yang bekerja didalamnya, sehingga
besar kemungkinan timbulnya permasalahan
didalamnya dan perma-salahan manusianya.
Makin tinggi kesadaran karyawan akan
kewajiban dan hak-haknya, makin banyak
permasalahan yang muncul. Makin beragam
nilai yang dianut para Karyawannya, makin
banyak konflik yang berkembang. Penanganan
hal tersebut sangat tergantung pada tingkat
kesadaran manajemen terhadap pentingnya
sumberdaya manusia dalam pencapaian tujuan
organisasi.
Dalam manajemen sumberdaya manusia,
Karyawan adalah assetutama organisasi,
sehingga harus dipelihara dengan baik. Faktor
yang menjadi perhatian dalam Manajemen
Sumberdaya manusia adalah manusianya itu
sendiri.
Saat ini sangat disadari bahwa
sumberdaya manusia merupakan masalah
organisasi yang paling penting, karena dengan
sumberdaya manusia menyebabkan sumberdaya
yang lain dalam organisasi dapat berfungi atau
berjalan. Disamping itu Sumberdaya manusia
yang efektif mengharuskan pimpinan dapat
menemukan cara terbaik dalam mendayagunakan orang-orang yang ada dalam
lingkungan organisasinya agar tujuan-tujuan
yang diinginkan dapat tercapai.
Pengertian Stres
Stres kerja pada dasarnya sering
dikaitkan dengan pengertian stres yang terjadi di
lingkungan pekerjaan, yaitu dalam proses
interaksi antara seorang Karyawan dengan
aspek-aspek pekerja-annya.
Robbins (dalam Badeni ; 62) Stres
adalah suatu kondisi dinamik yang didalamnya
seorang individu dihadapkan dengan suatu
http://jurnal.uir.ac.id
ISSN : 1979-2840
peluang, kendala, atau tuntutan yang berkaitan
dengan apa yang ia inginkan dar hasilnya
dipersepsikan sebagai yang tidak pasti dan
penting.
Stres adalah ketegangan atau tekanan
emosional yang dialami seseorang yang sedang
menghadapi tuntutan yang sangat besar atau
kesempatan melakukan sebuah kegiatan
penting, yang dalam pemenuhannya terdapat
hambatan-hambatan dan ketidakpastian yang
dapat mempengaruhi emosi, pikiran, dan
kondisi fisik seseorang. Stres yang tidak diatasi
dengan baik biasanya berakibat pada ketidak
mampuan seseorang berinteraksi secara positif
dengan lingkungannya, baik dalam arti
lingkungan pekerjaan maupun diluarnya.
Artinya yang bersangkutan akan menghadapi
berbagai gejala negatif yang pada gilirannya
berpengaruh pada prestasi kerjanya. Berbagai
gejala tersebut pada umumnya menampakkan
diri pada berbagai perilaku yang tidak normal
seperti gugup, tegang, selalu cemas, gangguan
pencernaan, tekanan darah tinggi. Pengaruh
gejala-gejala tersebut dapat terlihat pada kondisi
mental tertentu seperti minum minuman keras
atau merokok secara berlebihan, sukar tidur,
sikap tidak bersahabat, putus asa, mudah marah,
sukar mengendalikan emosi dan bersifat agresif.
Para ahli mengatakan bahwa stres dapat timbul
sebagai akibat tenakan atau ketegangan yang
bersumber dari ketidak selarasan antara
seseorang dengan lingkungannya.
Bahwa
apabila sarana dan tuntutan tugas tidak selaras
dengan kebutuhan dan kemampuan seseorang,
ia akan mengalami stres.
Biasanya stres
semakin kuat apabila seseorang menghadapi
masalah yang datangnya bertubi-tubi.
Stres adalah salah satu masalah yang
pasti akan dihadapi oleh setiap orang dalam
kehidupan berkarya adalah stress yang harus
diatasi, baik bagi karyawan sendiri tanpa
bantuan orang lain, maupun dengan bantuan
pihak lain seperti spesialis yang disediakan oleh
organisasi didalam karyawan bekerja.
Charles D Spielberger (dalam Rivai
2010 : 307) menyebutkan bahwa stres adalah
tuntutan
eksternal
mengenai
seseorang,
misalnya objek-objek dalam lingkungan atau
105
JIS Vol.7.No.1. April 2014
suatu stimulus yang secara objektif adalah
berbahaya. Stres juga biasa diartikan sebagai
tekanan, ketegangan atau gangguan tidak
menyenangkan yang berasal dari luar diri
seseorang.
Pada dasarnya berbagai sumber stres
dapat digolongkan pada yang berasal dari
pekerjaan dan diluar pekerjaan seseorang.
Berbagai hal yang dapat menjadi sumber stres
yang berasal dari pekerjaan pun dapat beraneka
ragam seperti beban tugas yang terlalu berat,
desakan waktu, iklim kerja yang menimbulkan
rasa tidak aman, kurangnya informasi dari
umpan balik tentang prestasi kerja seorang,
ketidak seimbangan antara wewenang dan
tanggung jawab, ketidak jelasan peranan
karyawan
dalam
keseluruhan
kegiatan
organisasi, frustasi yang ditimbulkan oleh
intervensi pihak lain yang terlalu sering
sehingga
seorang
merasa
terganggu
konsentrasinya, konflik antara karyawan dengan
pihak lain di dalam dan di luar kelompok
kerjanya, perbedaan system nilai yang dianut
oleh organisasi dan perubahan yang terjadi yang
pada umumnya memang menimbulkan rasa
ketidak pastian.
Situasi lingkungan diluar pekerjaan pun
dapat menjadi sumber stres. Berbagai masalah
yang dihadapi oleh seseorang, seperti masalah
keuangan,
perilaku
negatif
anak-anak,
kehidupan keluarga yang tidak atau kurang
harmonis, pindah tempat tinggal, ada anggota
keluarga yang meninggal, kecelakaan, penyakit
gawat adalah beberapa contoh sumber stres
tersebut.
Braham (2001), gejala stres dapat berupa
tanda-tanda berikut ini :
a. Fisik, yaitu sulit tidur atau tidur tidak
teratur, sakit kepala, sulit buang air besar,
adanya gangguan pencernaan, radang usus,
kulit gatal-gatal, punggung terasa sakit, uraturat pada bahu dan leher terasa tegang,
keringat berlebihan, berubah selera makan,
tekanan darah tinggi atau serangan jantung,
kehilangan energy.
b. Emosional, yaitu marah-marah, mudah
tersinggung dan terlalu sensitif, gelisah dan
cemas, suasana hati yang mudah berubahhttp://jurnal.uir.ac.id
ISSN : 1979-2840
berubah, sedih, mudah menangis dan
depresi, gugup, agresif terhadap orang lain
dan mudah bermusuhan, serta mudah
menyerang, dan kelesuan mental.
c. Intelektual, yaitu mudah lupa, kacau
pikirannya, daya ingat menurun, sulit untuk
berkonsentrasi, suka melamun berlebihan,
pikiran hanya dipenuhi satu pikiran saja.
d. Interpersonal, yaitu acuh dan mendiamkan
orang lain, kepercayaan pada orang lain
menurun, mudah mengingkari janji pada
orang lain, senang mencari kesalahan orang
lain atau menyerang dengan kata-kata,
menutup diri secara berlebihan, dan mudah
menyalahkan orang lain.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa
stress merupakan suatu kondisi keterangan yang
mempengaruhi emosi, proses berpikir dan
kondisi seseorang dimana ia terpaksa
memberikan tanggapan melebihi kemampuan
penyesuaian dirinya terhadap suatu tuntutan
eksternal (lingkungan). Stres yang terlalu besar
dapat mengancam kemampuan seseorang untuk
menghadapi lingkungannya. Sebagai hasilnya,
pada diri para karyawan berkembang berbagai
macam gejala stress yang dapat mengganggu
pelaksanaan kerja mereka.
Pengertian Stres Kerja
Stres Kerja adalah suatu kondisi
ketegangan yang menciptakan adanya ketidak
seimbangan
fisik
dan
psikis,
yang
mempengaruhi emosi, proses berfikir, dan
kondisi seorang karyawan. Stres yang terlalu
besar dapat mengancam kemampuan seseorang
untuk menghadapi lingkungan.
Sebagai
hasilnya, pada diri para karyawan berkembang
berbagai macam gejala stres yang dapat
mengganggu pelaksanaan kerja mereka Orangorang yang mengalami stres bisa menjadi
nervous dan merasakan kekhawatiran kronis.
Mereka sering menjadi mudah marah dan
agresif, tidak dapat rileks, atau menunjukkan
sikap yang tidak kooperatif.
Gejala Stres Pekerjaan
Banyak organisasi menuntut karyawan
mereka lebih produktif. Tenaga dan pikiran
106
JIS Vol.7.No.1. April 2014
mereka terus dikuras tanpa meminta persetujuan
terlebih dahulu apakah mereka siap untuk
memenuhi target yang diinginkan organisasi.
Tanpa disadari organisasi sebenarnya telah
menciptakan tekanan yang dapat mengakibatkan
Karyawan mengalapi depresi.
Gejala Stres di tempat kerja meliputi :
1. Kepuasan kerja rendah
2. Kinerja yang menurun
3. Semangat dan energi menjadi hilang
4. Komunikasi tidak lancar
5. Pengambilan keputusan jelek
6. Kreativitas dan inovasi kurang
7. Bergulat pada tugas-tugas yang tidak
produktif.
Unsur-unsur tertentu menurut (Anoraga
2005;113) seperti suara gaduh, suhu udara yang
tinggi atau terlalu rendah dan banyak kondisi
penghambat lain mempunyai kemungkinan
yang terelakkan sebagai penyebab stres di
dalam lingkungan kerja.
Dan tak dapat
disangkal lagi, bahwa dimana terdapat kondisi
demikian, stress akan muncul, dan pada
gilirannya perasaan tidak puas akan sedikit
banyak mempengaruhi produktivitas dan
prestasi kerja.
Dapat disimpulkan bahwa gejala stres di
tempat kerja disebabkan karena
Kinerja Karyawan
Prawirosentono (2008:2) Performance atau
kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai
oleh seseorang atau kelompok orang dalam
suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab masing-masing, dalam rangka
upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan
secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai
dengan moral maupun etika.
Pendapat lain mengenai defenisi kinerja
karyawan yang diberikan oleh Rivai (2005:15)
yaitu kesediaan seseorang atau kelompok orang
untuk melakukan sesuatu kegiatan dan
menyempurnakannya sesuai dengan tanggung
jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan.
Dari pendapat diatas dapat penulis
simpulkan bahwa kinerja karyawan merupakan
http://jurnal.uir.ac.id
ISSN : 1979-2840
hasil kerja yang dapat dicapai oleh perseorangan
maupun kelompok dalam suatu organisasi
sesuai dengan tanggung jawabnya masingmasing dalam rangka mencapai tujuan
organisasi yang bersangkutan.
Pembahasan
Sebagin besar orang memiliki ide yang
sama tentang pekerjaan yang membuat stres :
sulit, tidak nyaman, membuat lelah, dan bahkan
membuat tahut.
Manager dapat menghadapi
stresnya dengan lebih baik, dan membangun
cara-cara bagi organisasi untuk membantu para
karyawan bertahan jika mereka berhadapan
dengan kondidi yang cendrung menciptakan
stes. Satu cara untuk mengenali factor pembuat
stres adalah untuk memikirkan stres yang
diciptakan oleh tuntutan pekerjaan dan stres
yang diciptakan oleh tekanan dan konflik antar
orang.
 Tuntutan Pekerjaan, adalah factor pembuat
stres yang berasal dari tugas yang harus
dikerjakan oleh seseorang yang memegang
pekerjaan tertentu.
Beberapa jenis
pengambilan keputsan cendrung membuat
stress : keputusan yang diambil dibawah
tenakan waktu, atau yang memiliki
konsekuensi yang serius, dan yang harus
diambil dengan informasi yang tidak
lengkap. Tuntutan pekerjaan juga terkadang
menyebabkan
stres
karena
adanya
ambiguitas peran ( role ambiguity ), yang
berarti bahwa tidak mendapat kejelasan
tentang perilaku tugas yang diharapkan dari
diri mereka.
 Tuntutan Interpersonal, adalah faktor
penyebab stres yang berhubungan dengan
hubungan-hubungan di organisasi. Meskipun
pada beberapa kasus hubungan interpersonal
dapat meringankan stres, hubungan ini juga
dapat menjadi sumber stress ketika kelompok
tersebut memberikan tekanan pada individu
atau ketika konflik terjadi diantara individu .
Manajer dapat menyelesaikan konflik dengan
menggunakan teknik konflik peran. Konflik
Peran ( role conflict ) terjadi ketika
seseorang
merasakan tuntutan yang
bertentangan dari orang lain. Manajer sering
107
JIS Vol.7.No.1. April 2014
kali merasakan konflik peran karena tuntutan
dari atasan mereka dengan tuntutan dari
karyawan-karyawan di Departemennya.
Pada dasarnya sumber stres dapat
digolongkan pada yang berasal dari pekerjaan
dan diluar pekerjaan seseorang. Berbagai hal
yang dapat menjadi sumber stres yang berasal
dari pekerjaan pun dapat beraneka ragam seperti
beban tugas yang terlalu berat, desakan waktu,
iklim kerja yang menimbulkan rasa tidak aman,
kurangnya informasi dari umpan balik tentang
prestasi kerja seseorang. Ketidak seimbangan
antara wewenang dan tanggung jawab, ketidak
jelasan peranan karyawan dalam keseluruhan
kegiatan organisasi, frustasi yang ditimbulkan
oleh intervensi pihak lain yang terlalu sering
sehingga
seseorang
merasa
terganggu
konsentrasinya, konflik antara karyawan dengan
pihak lain di dalam dan di luar kelompok
kerjanya, perbedaan sistem nilai yang dianut
oleh karyawan dan dianut oleh organisasi dan
perubahan yang terjadi pada umumnya memang
menimbulkan ketidak pastian.
Tidak dapat disangkal bahwa stres yang
tidak teratasi pasti berpengaruh terhadap
prestasi kerja. Hanya saja dalam kaitan ini ada
beberapa hal yang perlu mendapat perhatian.
PertamaKemam-puan mengatasi sendiri stres
yang dihadapi tidak sama pada semua orang.
Ada orang yang memiliki daya tahan yang
tinggi menghadapi stres dan oleh karenanya
mampu mengatasi sendiri stres tersebut.
Sebaliknya tidak sedikit orang yang daya tahan
dan kemapuannya menghadapi stres rendah.
Stres yang tidak teratasi dapat berakibat pada
kondisi mental dan emosional serta kelelahan
fisik karena stres yang berlanjut dan tidak
teratasi. Jika hal ini terjadi , dampaknya
terhadap prestasi kerja akan bersifat negatif,
Kedua, pada tingkat tertentu stres itu perlu.
Apabila tidak ada stres dalam pekerjaan, para
karyawan tidak akan merasa ditantang dengan
akibat bahwa prestasi kerja akan menjadi
rendah.
Sebaliknya dengan adanya stres,
karyawan merasa perlu mengerahkan segala
kemampuannya untuk berprestasi tinggi dan
dengan demikian dapat menyelesaikan tugas
dengan baik.
http://jurnal.uir.ac.id
ISSN : 1979-2840
Kesimpulan
1. Kemampuan mengatasi sendiri stres yang
dihadapi tidak sama pada semua orang.
Ada orang yang memiliki daya tahan yang
tinggi menghadapi stres dan oleh karenanya
mampu mengatasi sendiri stres tersebut.
Sebaliknya tidak sedikit orang yang daya
tahan dan kemapuannya menghadapi stres
rendah. Stres yang tidak teratasi dapat
berakibat pada kondisi mental dan
emosional serta kelelahan fisik karena stres
yang berlanjut dan tidak teratasi. Jika hal
ini terjadi , dampaknya terhadap prestasi
kerja akan bersifatnegatif
2. Pada tingkat tertentu stres itu perlu.
Apabila tidak ada stres dalam pekerjaan,
para karyawan tidak akan merasa ditantang
dengan akibat bahwa prestasi kerja akan
menjadi rendah. Sebaliknya dengan adanya
stres, karyawan merasa perlu mengerahkan
segala kemampuannya untuk berprestasi
tinggi dan dengan demikian dapat
menyelesaikan tugas dengan baik.
Daftar pustaka
Badeni, 2013, Kepemimpinan dan
Perilaku Organisasi, Bandung, Alfabeta.
Daft L Richard, 2010, Era Baru
Manajemen, Jakarta, Salemba Empat.
Hamim, Sufian, dan Indra Mukhlis
Adnan, 2005, Administrasi, Organisasi,dan
Manajemen, Pekanbaru UIR PRESS.
Ndraha, Taliziduhu, 2002, Pengantar
Teori Pengembangan Sumber Daya Manusia,
Jakarta, PT Rineka Cipta.
Nawawi Hadari, 2008, Manajemen
Sumber Daya Manusia,Yokyakarta, Gadjah
Mada University Press.
Prawirosentono,
Suyadi,
2008,
Manajemen Sumberdaya Manusia Kebijakan
Kinerja Pegawai, Yokyakarta, BPFE.
Rivai, Veithzal, Ella Jauvani Sagala,
2009, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk
Perusahaan,
Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada.
Rivai Veithzal, 2010, Manajemen
Sumber Daya Manusia,Jakarta, Rajawali Pers
108
JIS Vol.7.No.1. April 2014
ISSN : 1979-2840
Robbins Stephen P, 1994, Teori
Organisasi Struktur, Desain & Aplikasi, Jakarta,
Arcan.
Samsuddin Sadili, 2005, Mana-jemen
Sumber Daya Manusia, Bandung, CV.Pustaka
Setia.
Sutarto, 1984, Dasar-dasar Organisasi,
Gadjah Mada University Press.
Sunyoto, Anang dan Burhanuddin, 2011,
Perilaku Organisasional, Yogya-karta, CAPS.
Sudarmanto, 2009, Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM, Yokyakarta, pustaka
pelajar.
Wibowo, 2010, Manajemen Kinerja,
Jakarta, Rasjawali Pers.
Wursanto, Ig, 2005, Dasar-dasar Ilmu
Organisasi, Yogyakarta, ANDI.
http://jurnal.uir.ac.id
109
Download