BAB V PEMBAHASAN Pembahasan penelitian ini meliputi hasil analisis univariat yaitu anemia pada ibu bersalin dan lama persalinan kala I. Analisis bivariat yaitu hubungan antara anemia pada ibu bersalin dan lama persalinan kala I. A. Analisis Univariat 1. Anemia pada Ibu Bersalin Berdasarkan hasil penelitian terhadap 30 responden diketahui bahwa sebagian besar responden mengalami anemia yaitu sebanyak 20 responden (66,7%) dan yang tidak anemia sebanyak 10 responden (33,3%). Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunya hemoglobin sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang (Varney, 2006). Anemia yang paling sering terjadi dalam kehamilan dan persalinan adalah anemia defisiensi zat besi yaitu anemia akibat kekurangan zat besi. Kekurangan ini disebabkan karena kurang masuknya unsur zat besi dalam makanan dan gangguan reabsorbsi (Proverawati, 2011). Anemia defesiensi zat besi yang banyak dialami ibu hamil disebabkan oleh kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe yang tidak baik atau pun cara mengkonsumsi yang salah sehingga menyebabkan kurangnya penyerapan zat besi pada tubuh ibu. Program pencegahan anemia pada ibu hamil di Indonesia yaitu dengan memberikan suplemen tablet Fe sebanyak 90 tablet 32 33 selama masa kehamilan, namun banyak ibu hamil yang menolak atau tidak mematuhi anjuran ini karena berbagai alasan (Yenni, 2007). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden yang mengalami anemia yaitu sebanyak 18 responden (60%) karena tidak mengonsumsi tablet Fe sesuai yang dianjurkan. Responden mengemukakan beberapa alasan tidak mengkonsumsi tablet zat besi tersebut, antara lain karena sering lupa mengonsumsi tablet zat besi, rasa tablet zat besi tidak enak dan menimbulkan rasa mual. Selain itu, terdapat 2 responden (6,7%) yang mengonsumsi tablet Fe sesuai anjuran namun mengalami anemia, hal tersebut dapat terjadi karena cara mengonsumsi yang kurang tepat sehingga penyerapan tablet Fe terhambat dan kurang maksimal. Pola konsumsi makanan terutama zat besi dipengaruhi oleh pengetahuan ibu, dan faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain adalah pendidikan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden yang mengalami anemia berpendidikan SMP yaitu sebanyak 12 responden (40%), responden berpendidikan SMA sebanyak 7 responden (23,4%), dan sebagian kecil pada responden berpendidikan S1 sebanyak 1 responden. Hal tersebut menunjukkan bahwa pendidikan yang rendah lebih berisiko terjadinya anemia. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia. Semakin baik tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin baik pola pikir yang terbentuk. Adanya pola 34 pikir tersebut akan membuat responden semakin terbuka terhadap hal-hal baru dan mampu menerima informasi dengan baik. Hal ini akan mempengaruhi terbentuknya pengetahuan, sikap maupun perilaku menjadi lebih baik. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin baik kesadaran akan kesehatan sehingga perilaku kesehatan juga semakin baik. Pendidikan berpengaruh terhadap pengetahuan, karena pengetahuan akan menghasilkan perubahan (Ridayanti, 2012). 2. Lama Persalinan Kala I Berdasarkan hasil penelitian terhadap 30 responden diketahui bahwa sebagian besar responden mengalami persalinan kala I yang memanjang yaitu sebanyak 19 responden (63,3%) dan responden dengan persalinan kala I normal sebanyak 11 responden (36,7%). Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang merupakan tahap persalinan di mana terjadi kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya pelunakan dan peregangan dari serviks, fase ini berakhir jika servik telah membuka lengkap yaitu 10 cm. (Oxorn, 2010). Persalinan kala I pada penelitian ini adalah persalinan kala I fase aktif yaitu saat servik membuka dari 4 cm hingga pembukaan lengkap (10 cm). Pada kala I fase aktif normalnya serviks membuka dengan kecepatan 1 cm atau lebih per jam, kala I fase aktif berlangsung selama ≤ 6 jam dan proses persalinan tidak melewati garis waspada pada partograf, apabila persalinan melewati garis 35 waspada maka hal ini dapat dikatakan bahwa proses persalinan memanjang (Mochtar, 2012). Sebagian besar responden yang mengalami kala I memanjang berusia 20-35 tahun yaitu sebanyak 12 responden (40%), pada usia<20 tahun sebanyak 4 responden (13,3%) dan sebagian kecil pada usia >35 tahun sebanyak 3 responden (10%). Usia 20-35 tahun merupakan usia reproduksi yang sehat bagi seorang wanita untuk hamil dan melahirkan, karena pada usia ini alat-alat reproduksi sudah cukup matang dan siap untuk proses kehamilan dan persalinan (Pane, 2015). Dari data tersebut menunjukkan bahwa usia ibu tidak berpengaruh pada lama persalinan, hal ini disebabkan karena distribusi responden paling banyak pada usia 20-35 tahun, selain itu usia bukan satu-satunya faktor penyebab lama persalinan melainkan ada faktor-faktor lainnya. Pada usia ibu < 20 tahun dan > 35 tahun dapat mengalami persalinan kala I yang memanjang karena pada usia < 20 tahun organ-organ reproduksi ibu masih belum berfungsi sempurna sedangkan pada usia >35 tahun sudah mengalami penurunan fungsi organ reproduksi. Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup di luar rahim. Paritas menunjukkan jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seorang wanita (Kusumawati, 2006). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kejadian kala I memanjang terbanyak pada responden multigravida yaitu sebanyak 11 responden (36,7%), pada primigravida sebanyak 8 responden (26,6%) dan pada grandemultigravida tidak ada yang mengalami kala I memanjang (0%). 36 Paritas multigravida secara umum merupakan paritas yang paling aman bagi wanita untuk melahirkan dan masih digolongkan dalam kehamilan dengan risiko rendah, meskipun demikian, tetap ada faktor risiko yang menyebabkan kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan yang dapat menyebabkan kematian atau kesakitan pada ibu dan bayi, misalnya pada wanita multigravida yang mengalami anemia (Prawirohardjo, 2009). Hasil penelitian Supriyati menyimpulkan bahwa ibu hamil dengan paritas 1 atau lebih dari 5 memiliki risiko untuk mengalami persalinan lebih lama 3,86 kali lebih besar dibandingkan ibu hamil dengan paritas 2 sampai 5 (Kusumawati, 2006). Beberapa faktor penyebab paritas ibu tidak berpengaruh terhadap lama persalinan kala I pada penelitian ini adalah sampel dengan paritas berisiko tinggi jumlahnya lebih sedikit sehingga kurang dapat menggambarkan kejadian kala I memanjang pada kelompok primigravida dan grandemultigravida, selain itu paritas bukan satu-satunya faktor penyebab lama persalinan melainkan ada faktor-faktor lainnya. Proses persalinan seseorang dapat dipengaruhi oleh aktifitas pekerjaan yang dilakukannya selama hamil. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang mengalami kala I memanjang sebagian besar bekerja sebagai karyawan swasta sebanyak 10 responden (33,3%), ibu rumah tangga sebanyak 8 responden (26,7%) dan sebagian kecil pada responden yang bekerja sebagai PNS sebanyak 1 responden (3,3%). Menurut Djalaluddin (2004) ibu hamil yang bekerja dapat mengalami kelelahan dan stress akibat pekerjaan. Kondisi kelelahan akan menyebabkan kontraksi uterus tidak 37 adekuat sehingga menyebabkan persalinan lama, selain itu kelelahan dan stres dapat membahayakan kesehatan janin yang akan dilahirkan. B. Analisis Bivariat Hubungan Anemia dan Lama Persalinan Kala I Hasil penelitian pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan anemia mengalami persalinan kala I memanjang yaitu sebanyak 17 responden (56,7%) dan sebagian kecil responden dengan anemia mengalami kala I normal yaitu sebanyak 3 responden (26,7%). Berdasarkan hasil dari uji analisis Somers’d, diketahui nilai p = 0,000 (p<0,05) dengan nilai korelasi r = 0,622 menunjukkan korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang kuat. Nilai p kurang dari 0,05 menyatakan hipotesis diterima yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara anemia pada ibu bersalin dengan lama persalinan kala I. Ibu bersalin yang mengalami anemia cenderung mengalami persalinan kala I yang memanjang. Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital pada ibu menjadi berkurang (Varney, 2006). Anemia pada ibu bersalin mempengaruhi lama persalinan kala I disebabkan karena kurangnya kadar hemoglobin dalam darah sehingga oksigen yang dikirim ke otot uterus yang sedang berkontraksi juga berkurang. Jumlah oksigen dalam darah yang kurang menyebabkan otot-otot uterus tidak berkontraksi dengan adekuat sehingga his tidak efisien dalam mengadakan 38 pembukaan dan penipisan serviks, maka persalinan cenderung lebih lama (Prawirohardjo, 2009). Anemia memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya. Bahaya anemia saat persalinan antara lain gangguan his-kekuatan mengejan, kala I dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar, kala II berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan, kala III dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan post partum akibat atonia uteri, kala IV dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia uteri (Manuaba, 2007). Anemia pada kehamilan beresiko terhadap kematian ibu lima kali lebih banyak dibandingkan perempuan non anemia karena berbagai komplikasi seperti perdarahan obstetrik, syok obstetri dan trauma persalinan, persalinan yang lama dan sulit, serta infeksi yang berdampak buruk bila tidak ditangani dengan baik (Rizwan dkk, 2010) Pada ibu bersalin dengan anemia, kadar haemoglobin nya berkurang, sehingga penyaluran oksigen ke seluruh tubuh juga berkurang. Oksigen diperlukan tubuh untuk bahan bakar proses metabolisme (Sinsin, 2008). Menurut Corwin dalam Sari (2013) sebagian besar oksigen diangkut dalam bentuk terikat dengan haemoglobin. Bila haemoglobin berkurang, maka penyaluran oksigen ke jaringan tubuh berkurang. Oksigen diperlukan oleh mitokondria untuk melakukan fosforilasi oksidatif dan pembentukan Adenosin Tri Phospat (ATP). Pada ibu anemia, terjadi gangguan hantaran oksigen karena kurangnya haemoglobin yang berfungsi sebagai penghantar oksigen ke seluruh 39 sel-sel tubuh. Apabila oksigen tidak mencukupi, maka energi dan ATP yang dihasilkan menjadi tidak adekuat. Dalam proses persalinan, seorang ibu membutuhkan banyak energi dan ATP untuk kontraksi otot-otot uterus, bila energi tidak adekuat maka kontraksi otot-otot uterus akan melemah. Kontraksi menyebabkan serviks membuka secara bertahap (mengalami dilatasi), menipis dan tertarik sampai hampir menyatu dengan rahim. Serangkaian kontraksi rahim yang teratur, bekerja dengan baik dan sempurna secara bertahap akan mendorong janin melalui serviks dan vagina, sehingga janin keluar dari rahim ibu. Bila kontraksi tidak adekuat menyebabkan persalinan berlangsung lama yang dapat berakibat buruk pada ibu dan janin (Oxorn, 2010) Pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa terdapat pula responden dengan anemia yang mengalami kala I normal, yaitu sebanyak 3 responden (10%) dan 2 responden (6,7%) yang tidak mengalami anemia tetapi mengalami kala I memanjang. Hal tersebut terjadi karena faktor yang mempengaruhi lama persalinan kala I bukan hanya disebabkan oleh anemia saja, tetapi masih banyak faktor lainnya seperti umur, paritas, jarak kehamilan, pekerjaan dan status gizi. Selain itu, faktor passanger (keadaan janin, plasenta, dan cairan amnion), faktor passage (keadaan jalan lahir), psikis ibu dan faktor penolong juga merupakan faktor yang berperan penting dalam proses persalinan yang juga mempengaruhi lama persalinan kala I. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Djalaluddin (2004) dengan judul “Faktor Risiko Ibu untuk Terjadinya Partus Lama di RSUD Ulid Banjarmasin 40 dan RSU Ratu Zalecha Martapura” menggunakan desain kasus kontrol dengan uji statistik X2 (Kai Kuadrat) menunjukkan bahwa ibu yang mengalami anemia memiliki risiko 4,73 kali lebih besar untuk mengalami kejadian partus lama dibanding ibu yang tidak anemia dan secara statistik bermakna. Hasil penelitian Indriyani dan Amirudin (2006) yang berjudul “Faktor Risiko Kejadian Partus Lama di RSIA Siti Fatimah Makassar” dengan desain kasus kontrol dan uji Chi Square juga memperlihatkan hasil bahwa ibu yang mengalami kejadian anemia memiliki risiko mengalami partus lama 1,681 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Malhotra (2002) yang berjudul “Maternal and Perinatal Outcome in Varying Degrees of Anemia” dengan menggunakan logistik regresi (95% CI). Hasil yang didapatkan yaitu ada perbedaan derajat anemia terhadap durasi rata-rata persalinan spontan dengan hasil yang signifikan secara statistik (p=0,01). Semakin berat derajat anemianya, semakin lama durasi persalinannya. Ibu bersalin dengan anemia berat, 4-6 kali lebih berisiko terjadi persalinan lama. Persalinan yang lama mungkin karena terjadinya gangguan his pada ibu dengan kadar haemoglobin yang rendah. Keterbatasan penelitian ini adalah penelitian melibatkan subjek penelitian dalam jumlah minimal, yakni sebanyak 30 orang. Hal tersebut karena jumlah ibu yang akan bersalin tidak dapat diprediksi sehingga peneliti menentukan jumlah sampel disesuaikan dengan perkiraan jumlah pasien dari data tahun lalu dan jadwal penelitian.