BENTUK DAN FUNGSI TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Disusun sebagai salah satu syarat menyeleaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Diajukan Oleh: SEPTIN ARIYANI A310130045 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017 1 2i ii 3 iii 4 BENTUK DAN FUNGSI TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menganalisis bentuk dan fungsi tindak tutur direktif yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia. Penelitian ini mengunkan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data pada penelitian ini adalah ujaran guru pada saat proses pembelajaran bahasa Indonesia berlangsung. Teknik pengumpulan data dalam penelitian menggunakan teknik simak, teknik rekam, dan teknik cacat. Hasil penelitian pada proses pembelajaran bahasa Indonesia menunjukan bahwa penggunaan bentuk tindak tutur direktif perintah dan fungsi menyuruh lebih banyak digunakan, apabila dibandingkan dengan penggunaan bentuk dan fungsi yang lain. Hal tersebut dapat dilihat pada deskripsi hasil penelitian yang menunjukan bahwa bentuk perintah dan fungsi menyuruh lebih dominan dipakai dengan jumlah 48 tuturan dari jumlah 93 tuturan direktif. Bentuk tindak tutur direktif yang ditemukan meliputi, perintah, ajakan, permintaan, nasihat, kritikan, dan larangan. Fungsi tindak tutur direktif yang ditemukan meliputi fungsi: memerintah, menyuruh, menginstruksikan, mengharuskan, memaksa, mengajak, merayu, mendorong, meminta, menasihati, menyarankan, mengimbau, mengarahkan, menyerukan, menegur, mengecam, mengumpat, mencela, melarang, dan mencegah. Kata kunci: tindak tutur, direktif, bentuk dan fungsi Abstract This study aims to analyze the form and function of speech acts directive used by teachers in the learning process of Indonesian language. This research uses descriptive qualitative research. Sources of data in this study are the teacher's speech at the time of learning process in Indonesia took place. Techniques of data collection in research using techniques refer, recording techniques, and defect techniques. The results of research on the learning process of Indonesian language show that the use of the form of speech directive command and command orders more widely used, when compared with the use of other forms and functions. This can be seen in the description of research results that show that the form of command and function has more dominant use with the number of 48 speeches from the number of 93 speech directive. The forms of speech acts found in the directive include, orders, solicitation, requests, advice, criticism, and prohibitions. The functions of the directive speech acts encountered include the functions of: commanding, ordering, instructing, requiring, coercing, persuading, seducing, encouraging, asking, advising, suggesting, appealing, directing, calling, rebuking, criticizing, cursing, criticizing, prohibiting, and preventing. Keyword: speech act, directive, kind and function 1 1. PENDAHULUAN Manusia sebagai makhluk sosial selalu berhubungan dengan orang lain. Dalam berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya, manusia memerlukan sebuah alat komunikasi. Alat komunikasi digunakan untuk menyampaikan ide, pendapat atau pun gagasan. Alat komunikasi tersebut adalah bahasa. Dengan adanya komunikasi yang baik akan tercipta suasana belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. oleh karena itu, peran bahasa dalam proses belajar mengajar tidak dapat dipisahkan karena interaksi belajar mengajar antara guru dan siswa tidak akan berjalan dengan lancar tanpa adanya fungsi bahasa. Yule (2006:93) menyatakan bahwa tindak tutur direktif merupakan jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Tindak tutur merupakan kegitan berkomunikasi kepada mitra tutur dalam kehidupan sehari-hari, mengakibatkan adanya perbuatan atau tindakan dari sebuah tuturan. Kegiatan berkomunikasi ini tanpa disadari memiliki makna yang membuat orang kedua mampu memberikan jawaban sesuai dengan apa yang harapkan orang pertama. Hal itu merupakan sebuah ketercapaian adanya komunikasi yang baik. Pakar pragmatik Yule (2006:82) mengatakan Tindak tutur ini yang pertama-tama dikemukakan oleh salah satu pakar pragmatik bernama Austin (1956) bermula dari teori yang dihasilkan dari studinya kemudian dibukukan oleh J.O. Urmson (1965) dengan judul How to Do Thing with Words? Melalui teori ini kemudian dikembangkan oleh Searle (1969) dengan menerbitkan sebuah buku Speech Acts: An Essay in the Philosophy of Language. Ia berpendapat bahwa komunikasi bukan sekadar lambang, kata atau kalimat, tetapi akan lebih tepat apabila disebut produk atau ahsil dari lambang, kata atau kalimat yang berwujud perilaku tindak tutur (teh performance of speech acts). Tindak tutur merupakan tindakan yang ditampilkan melalui tuturan-tuturan. Tindakan yang ditampilkan melalui tuturan-tuturan atau tindak tutur, dalam ilmu linguistik dikaji pada cabang ilmu linguistik yang dinamakan dengan pragmatik. Pakar pragmatik Leech (1993:33) menyatakan bahwa „Pragmatik adalah studi tentang makna dalam hubungan dengan situasi ujar (speech situasions)‟. Menurutnya 2 pragmatik mempelajari bagaimana bahasa digunakan dalam komunikasi dan pragmatik juga menyelidiki makna sebagai suatu yang abstrak. Penggunaan tindak tutur direktif dalam proses pembelajaran merupakan salah satu bentuk penggunaan ragam tindak tutur. Melalui tindak tutur direktif seorang guru dapat memanfaatkan bentuk tindak tutur direktif seperti permintaan, pertanyaan, perintah, larangan, pemberian izin, dan nasihat. Setiap bentuk tindak tutur tersebut mempunyai fungsi dalam proses pembelajaran. Dengan demikaian, guru dapat menggunakan bentuk tindak tutur dengan bergantian yang disesuaikam dengan fungsi ujaran yang sesuai dengan konteksnya. Peran bahasa dalam lembaga pendidikan sangat penting, karena bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam proses belajar mengajar untuk saling berinteraksi satu sama lain. Tindak tutur yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah tindak tutur direktif dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia. Penelitian mengenai tindak tutur direktif ini bersinggungan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kristiani (2014) meneliti “Tindak Tutur Direktif dalam Dialog Film Ketika Cinta Bertasbih”. Subjek penelitian ini adalah Film Ketika Cinta Bertasbih. Temuan penelitian ini menunjukan bahwa tindak tutur direktif perintah memeliki fungsi menyuruh, memerintah, mengharuskan, memaksa, menyilakan. Bentuk tindak tutur direktif meminta memiliki fungsi meminta, memohon, mengharap, dan menawarkan. Bentuk tindak tindak tutur direktif ajakan memiliki fungsi mengajak, membujuk, mendukung, dan mendesak. Bentuk tindak tutur direktif nasihat memiliki fungsi menasihati, mengajurkan, menyarankan, dan mengingatkan. Bentuk tindak tutur direktif kritikan memiliki fungsi menegur, menyindir, dan mengecam. Bentuk tindak tutur direktif larangan memiliki fungsi melarang dan mencegah. Penelitian ini berbeda denga penelitian sebelumnya, jika penelitian Kristiani membahas tentang bentuk dan fungsi tindak tutur direktif dalam dialog film Ketika Cinta Bertasbih. Maka dalam penelitian ini, peneliti meneliti bentuk dan fungsi tindak tutur direktif dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia. Persamaan penelitian Kristiani dengan penelitian ini adalah sama-sama menganalisi tindak tutur direktif. Perbedaan terletak sumber data penelitian, jika penelitian fetri Kristiani 3 sumber data penelitianya adalah dialog film Ketika Cinta Bertasbih, penelitian ini datanya adalah dialog guru dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia. 2. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Mahsun (2005:257) penelitian kualitatif adalah kegiatan yang berlangsung secara simultan dengan kegatan analis data. Desain penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data yang dianalisis tidak berupa angka-angka (kuantitatif) melainkan berupa kata-kata (Mahsun, 2005:27). Data penelitian ini diperoleh dari sumber lisan. Data diperoleh dengan menyimak tuturan guru kepada siswa pada saat proses belajar mengajar. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa metode simak. Mahsun (2005:90) menyatakan bahwa metode simak memiliki teknik dasar yang berwujud teknik sadap, teknik sadap tersebut sebagai teknik dasar dalam metode simak karena pada hakikatnya penyimakan diwujudkan dengan penyadapan. Selanjutnya, teknik sadap ini diikuti dengan teknik lanjutan yang berupa teknik simak libat cakap, simak bebas libat cakap, catat, dan teknik rekam. Metode analisis data yang digunakan adalah metode padan. Untuk mendapatkan keabsahan data dalam penelitian diperlukan teknik pemeriksaan. Pemeriksaan didasarkan empat kriteria, yakni (a) kebergantungan (defendability), (b) derajat kepercayaan (credibility), (c) keteralihan (transferability), (d) kepastian (confirmability) (Moleong, 2006:324). 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian terdapat enam bentuk tindak tutur direkatif dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu perintah berjumlah 48 data tuturan, ajakan berjumlah 14 data tuturan, permintaan berjumlah 2 data tuturan, nasihat berjumlah 10 data tuturan, kritikan berjumlah 12 data tuturan, larangan berjumlah 7 data tuturan. Perintah memiliki fungsi memerintah berjumlah 17 data, menyuruh berjumlah 20 data, menginstruksikan berjumlah 9 data, mengharuskan berjumlah 1 data, memaksa berjumlah 1 data. Ajakan memiliki fungsi mengajak berjumlah 12 data, merayu 1 data, mendorong 1 data. Permintaan memiliki fungsi meminta berjumlah 2 data. 4 Nasihat memiliki fungsi menasihati berjumlah 2 data, menyarankan 2 data, mengimbau 1 data, mengarahkan 4 data, menyerukan 1 data. Kritikan memiliki fungsi menegur berjumlah 9 data, mengecam 1 data, mengumpat 1 data, dan mencela 1 data. Larangan memiliki fungsi melarang berjumlah 6 data, dan mencegah berjumlah 1 data. 3.1 Bentuk Tindak Tutur Direktif Perintah Bentuk tindak tutur direktif perintah menurut Prayitno (2010:51) menyatakan bahwa direktif perintah adalah perkataan yang bermaksud menyuruh mitra tutur melakukan sesuatu. Pada jenis tindak tutur perintah terdapat fungsi memerintah, menyuruh, menginstruksikan, mengaharuskan, menginstruksikan , memaksa, meminjam. Adapun data yang menunjukan penjelasan di atas antara lain: Data 1 “ya, baiklah, kali ini kita akan mempelajari bagaimana cara menulis puisi. Untuk itu silakan buka LKS kalian kita akan mempelajari tentang menilis puisi yaitu halaman 43” Kalimat tersebut disampaikan dalam konteks tuturan ketika pelajaran akan segera dimulai, setelah penutur menyampaikan kompetensi dasar , penutur memerintah Mitra tutur membuka LKS dan mempelajari tentang menilis puisi yang terdapat pada halaman 43. Data ”silakan buka LKS kalian” menunjukkan fungsi memerintah yang ditunjukkan dengan memerintah Mitra tutur untuk membuka buku LKS. 3.2 Bentuk Tindak Tutur Direktif ajakan Bentuk tindak tutur direktif ajakan menurut Prayitno (2010:51) menyatakan bahwa direktif ajakan mengandung maksud bahwa penutur mengajak mitra tutur supaya melakukan sesuatu sebagaimana yang dinyatakan oleh penutur melalui tuturan bersama. Pada tindak tutur direktif ajakan terdapat fungsi antara lain: mengajak, merayu, dan mendorong. Adapun data yang menunjukan penjelasan di atas antara lain: 5 Data 2 “alangkah baiknya marilah kita berdoa terlebih dahulu.” Kalimat tersebut disampaikan dalam konteks tuturan ketika penutur mengajak mitra tutur untuk berdoa terlebih dahulu sebelum memulai pembelajaran. data “marilah kita berdoa terlebih dahulu” menunjukkan fungsi mengajak yang ditandai dengan penutur mengajak mitra tutur untuk berdoa terlebih dahulu sebelum memulai pembelajaran. 3.3 Bentuk tindak tutur direktif permintaan Bentuk tindak tutur direktif permintaan menurut Prayitno (2010:51) menyatakan bahwa direktif permintaan adalah suatu tuturan yang bertujuan untuk memohon dan mengharapakan kepada mitra tutur supaya diberi sesuatu untuk menjadi sebuah kenyataan sebagaimana yang diminta oleh penutur. Pada tindak tutur permintaa terdapat fungsi meminta dan berharap. Adapun data yang menunjukan penjelasan di atas antara lain: Data 3 “Ya coba saya minta pekerjaan kalian…” Kalimat tersebut disampaikan dalam konteks tuturan ketika penutur meminta hasil pekerjaan mitra tutur. Data “Ya coba saya minta pekerjaan kalian…” menunjukkan fungsi meminta yang ditandai dengan penutur meminta hasil pekerjaan mitra tutur. 3.4 Bentuk tindak tutur direktif nasihat Bentuk tindak tutur direktif nasihat menurut Prayitno (2010:51) menyatakan bahwa nasihat adalah suatu petunjuk yang berisi pelajaran terpetik dan baik dari penutur yang dapat dijadikan sebagai alasan bagi mitra tutur untuk melakukan sesuatu. Pada tindak tutur direktif nasihat terdapat fungsi menasihati, menyarankan, mengimbau, mengarahkan, menyerukan. Adapun data yang menunjukan penjelasan di atas antara lain: Data 4 “coba sekarang kamu perhatikan disitu teks dari cuplikan novel terjemahan yang berjudul A Walk to Remember” Kalimat tersebut disampaikan dalam konteks tuturan ketika penutur 6 meminta mitra tutur untuk memperhatikan cuplikan novel terjemahan yang berjudul A Walk to Remember. Data “coba sekarang kamu perhatikan” menunjukkan fungsi meminta yang ditandai dengan penutur meminta mitra tutur untuk memperhatikan cuplikan novel terjemahan yang berjudul A Walk to Remember. 3.5 Bentuk tindak tutur direktif kritikan Bentuk tindak tutur direktif kritikan menurut Prayitno (2010:51) menyatakan bahwa kritikan adalah tindak berbahasa yang bertujuan untuk memberikan masukan dengan keras atas tindakan mitra tutur. Pada tindak tutur direktif kritikan terdapat fungsi menegur, mengecam, dan mengumpat. Adapun data yang menunjukan penjelasan di atas antara lain: Data 5 “Iya, jadi maksudnya katakan no pada narkoba katakana yes pada prestasi. Mestinya, ini bukunya diletakkan disini. Mungkin bisa di sekitar sini, atau di bawah sini ya atau yang narkobanya disana, atau gambarnya dulu diberi keterangan terus bukunya dulu diberi keterangan. Mungkin gambarnya disini keterangannya disana, jika bukunya disini keterangannya disini. Gitu ya? Terus yang ini, kalau ini apa ini?” Kalimat tersebut disampaikan dalam konteks tuturan ketika penutur mengkritik mitra tutur yang membuat poster dengan tema narkoba, tetapi penempatan gambar dan tulisan kurang tepat. Data “Mestinya, ini bukunya diletakkan disini” menunjukkan fungsi menegur yang ditandai dengan penutur menegur mitra tutur yang membuat poster dengan tema narkoba, tetapi penempatan gambar dan tulisan kurang tepat. 3.6 Bentuk tidak tutur direktif larangan Bentuk tindak tutur direktif larangan menurut Prayitno (2010:51) menyatakan bahwa larangan merupakan tindak bahasa yang bertujuan supaya mitra tutur tidak boleh sama sekali atau dilarang melakukan sesuatu. Pada tindak tutur direktif larangan terdapat fungsi melarang dan mencegah. Adapun data yang menunjukan penjelasan di atas antara lain: Data 6 “tidak usah dicacat, di buku sudah ada.” 7 Kalimat tersebut disampaikan dalam konteks tuturan ketika penutur melarang mitra tutur menacatat apa yang dibicarakan oleh penutur karena di buku sudah ada. Data “tidak usah dicacat” menunjukkan fungsi melarang yang ditandai dengan penutur melarang mitra tutur menacatat apa yang dibicarakan oleh penutur karena di buku sudah ada. 4. PENUTUP Terdapat enam bentuk tindak tutur direktif yang terdapat dalam proses pembelajaran bahasa Indonesi, bentuk tindak tutur tersebut meliputi: bentuk perintah, ajakan, permintaan, nasihat, kritikan, dan larangan. Terdapat 20 fungsi tindak tutur direktif yang ditemukan dalam penelitian ini meliputi: 17 fungsi memerintah, 20 fungsi menyuruh, 9 fungsi menginstruksikan, 1 fungsi mengharuskan, 1 fungsi memaksa, 12 fungsi mengajak, 1 fungsi merayu, 1 fungsi mendorog, 2 fungsi meminta, 2 fungsi menasihati, 2 fungsi menyarankan, 1 fungsi mengimbau, 4 fungsi mengarahkan, 1 fungsi menyerukan, 9 fungsi menegur, 1 fungsi mengecam, 1 fungsi mengumpat, 1 fungsi mencela, 6 fungsi melarang, 1 fungsi mencegah. DAFTAR PUSTAKA Kristianti, Fetri. 2014. Tindak Tutur Direktif dalam Dialog Film “Ketika Cinta Bertasbih” Karya Chaerul Umam. (Skripsi): Universitas Negeri Yogyakarta. Mahsun. 2011. Metode Penelitian Linguistik. Yogyakarta: Rajawali Prees. Moleong, L.J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Prayitno, Harun Joko. 2011. Kesantunan Sosiopragmatik. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Press. Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 8