SUPLEMEN MATERI KHOTBAH MINGGU, 24 APRIL 2016 1 PETRUS 1 : 3 -12 Petrus menulis kepada jemaat-­‐jemaat yang mengalami tekanan dari luar, dan menggambarkan mereka sebagai pendatang dalam dunia ini (1:1). Kata itu (parepidemos) dipakai untuk orang yang hanya singgah di suatu tempat. Dengan demikian, soal eskatologi—akhir dan tujuan hidup—diangkat dalam bagian awal surat ini, dan pengharapan menjadi tema besar di dalamnya. Bagian syukur (1:3-­‐ 12) menempatkan iman sebagai cara menerima kekuatan Allah (1:5) untuk bertahan dalam “berbagai-­‐bagai pencobaan” (1:6) sehingga pengharapan itu tercapai (1:7). Pengharapan itu menimbulkan kasih kepada Allah sebagai respons terhadap keselamatan yang luar biasa itu (1:8-­‐9). Semuanya sesuai dengan kesaksian PL (1:10-­‐12). Orang percaya "dipelihara ("dilindungi") dalam kekuatan Allah" terhadap semua kekuasaan kejahatan yang hendak menghancurkan kehidupan dan keselamatan mereka dalam Kristus (2Tim 4:18; Yud 1:1,24; bd. Rom 8:31-­‐39). Syarat penting yang diperlukan untuk memperoleh perlindungan Allah ini ialah "iman". Allah yang melindungi kita dengan kasih karunia-­‐Nya tidaklah bekerja secara sewenang-­‐wenang saja, karena hanya "karena iman" orang percaya dilindungi oleh kuasa Allah, seperti "karena iman" orang percaya itu selamat (Ef 2:8). Demikianlah, iman yang hidup di dalam Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat adalah tanggung jawab kita sekarang untuk memiliki perlindungan Allah (ayat 1Pet 1:9; Yoh 15:4,6; Kol 1:23; 2Tim 3:14-­‐15; 4:7; Wahy 3:8,10). Sasaran pokok perlindungan Allah oleh iman orang percaya adalah "keselamatan". Dalam hal ini keselamatan menunjuk kepada dimensi yang akan datang dari keselamatan (bd. Rom 1:16), yaitu memperoleh warisan di sorga (ayat 1Pet 1:4) dan "keselamatan jiwamu" (ayat 1Pet 1:9). Tema penderitaan ditekankan sepanjang surat ini (1Pet 2:19-­‐23; 1Pet 3:14-­‐17; 4:1-­‐4,12-­‐19; 5:10). Kita harus bersukacita dalam pencobaan kita (ayat 1Pet 1:6) karena tetap setia kepada Kristus di tengah-­‐tengah semua itu akan memurnikan iman kita dan menghasilkan pujian, kemuliaan dan hormat bagi kita dan bagi Tuhan Yesus pada saat kedatangan-­‐Nya. Tuhan memandang ketabahan kita dalam pencobaan dan iman kita pada Kristus sebagai sesuatu yang sangat berharga bagi-­‐Nya sepanjang kekekalan. Allah memandang iman orang percaya dewasa ini lebih besar daripada iman mereka yang dahulu melihat dan mendengar Yesus sendiri, pun setelah Dia bangkit. Orang percaya sekarang, sekalipun belum pernah melihat-­‐Nya, mengasihi dan percaya kepada-­‐Nya. Menurut Yesus, ada berkat khusus bagi "mereka yang tidak melihat, namun percaya" (Yoh 20:29). Apabila kita hidup dengan iman, Allah mengaruniakan sukacita kepada kita (Mazm 16:11; Yoh 16:24; Rom 15:13; Gal 5:22). Iman kita tidak hanya didasarkan pada Firman Allah dalam PB, tetapi juga pada Firman Allah dalam PL. Roh Kudus melalui para nabi menubuatkan penderitaan Kristus dan kemuliaan yang menyusul (Kej 49:10; Mazm 22:1-­‐32; Yes 52:13-­‐53:12; Dan 2:44; Za 9:9-­‐10; 13:7; bd. Luk 24:26-­‐27; Roh itu disebut "Roh Kristus" karena Dia berbicara mengenai Kristus melalui para nabi dan karena diri-­‐Nya diutus dari Kristus (ayat 1Pet 1:11-­‐12; bd. Yoh 16:7; 20:22; Kis 2:33). Roh yang mengilhami para nabi PL (ayat 1Pet 1:11) juga telah mengilhami kebenaran Injil; demikianlah, berita itu berasal dari Allah dan bukan manusia. Pada hari Pentakosta, Roh yang sama yang mengilhami kebenaran Injil itu mulai memberikan kuasa kepada semua orang percaya untuk menyampaikan berita itu (Kis 1:8; 2:4). Iman, pengharapan dan kasih menjadi dasar yang mengokohkan kehidupan orang percaya. Melalui penderitaan karena iman kepada Yesus Kristus memberi bukti tentang iman yang sejati yaitu setia dan tidak menyangkal Tuhan dalam segala situasi. Keteguhan iman adalah juga kesaksian tentang mempraktekan kasih Tuhan kepada sesama bahkan kepada orang-­‐orang yang menganiaya kita. Iman mendasarkan diri pada karya penebusan Yesus bagi umat-­‐Nya di kayu salib dan kebangkitanNya dari maut. Pengharapan memampukan kita melihat ke masa depan yaitu janji surgawi untuk menerima mahkota kemenangan. Kasih adalah perwujudan tindakan dalam kehidupan sehari-­‐hari yaitu mengalahkan kejahatan demi membangun sesama manusia sebagai kesaksian yang terus menerus hidup dalam diri pengikut Kristus. SUPLEMEN MATERI KHOTBAH RABU, 27 APRIL 2016 1 PETRUS 2 : 4 – 10 Dalam perikop ini, umat Kristiani digambarkan sebagai batu hidup. Panggilan Kristen bukanlah ajakan untuk menjadi pengikut tetapi peserta. Kita harus berhenti menonton sebab yang Allah inginkan adalah kita masuk dan turut serta dalam karya dan rencana Allah. Sedemikian penting peran serta kita, sehingga kita disebut sebagai “ batu yang hidup bagi pembangunan suatu rumah rohani”. Hal penting yang perlu mendapat perhatian adalah : Pembangunan suatu rumah rohani hanya dapat dibangun oleh jemaat yang kudus secara komunitas maupun pribadi. Orang percaya yang kudus secara pribadi dan juga jemaat yang kudus hanya dapat dibangun diatas iman kepada Allah sehingga Allah dapat memakai baik pribadi maupun persekutuan jemaat untuk menjadi alat-­‐Nya. Allah adalah arsitek yang mengetahui secara persis batu yang mana yang akan disusun pada bagian-­‐bagian yang akan dibangun. Setiap orang percaya akan diletakkan pada bagian yang tepat sesuai dengan rencana dan karya Allah, sesuai dengan panggilan serta talentanya masing-­‐ masing. Proses pembangunan itu memang tidaklah mudah, karena didalamnya menuntut kesediaan menyangkal diri dan memikul salib. Ada batu yang sebelum diletakkan harus dipotong dan diperhalus. Demikian pula proses Allah dalam menempatkan setiap individu Kristen dalam mewujudkan karya dan rencana-­‐Nya. Sama seperti Yesus yang memulai karya dan rencana Allah mulai dengan merendahkan diri, menderita dan berakhir dengan kesempurnaan dan kemuliaan. Sentuhan tangan Allah telah menciptakan suatu komunitas atau persekutuan umat yang rajani, kudus dan kepunyaan Allah. Gereja terdiri dari orang-­‐orang yang berasal dari berbagai suku, bangsa, bahasa, tingkatan sosial dan ekonomi yang mau dan bersedia untuk mewujudkan karya agung rencana Allah. Kesatuan umat dalam kepelbagaian merupakan keunikan sekaligus kekuatan yang dapat terus menerus berkembang dan menghasilkan banyak maksud dan rencana Allah bagi dunia ini. Gereja terpanggil untuk menjadi saksi hidup yang kudus dalam bentuk persekutuan imamat yang rajani dan untuk membawa setiap orang yang belum percaya untuk bertemu dengan Yesus dan memperoleh keselamatan. Gereja terpanggil untuk melayani bahkan gereja sendiri adalah pelayan yang bekerja sebagai tangan Kristus untuk mencari, menjangkau dan melayani sesama bagi kemuliaan Tuhan. Tetaplah setia pada tugas panggilan adalah cara yang tepat apabila gereja ingin terus menjaga karya agung Allah yaitu gereja yang terus menjadi berkat bagi manusia dan seisi dunia.