Ibr 4:12 Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi–sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan Ringkasan Khotbah Jilid 1 G E R E J A R E F O R M E D I N JI LI I N D O N E S I A S SU UR RA AB BA AY YA A--A AN ND DH HIIK KA A Ringkasan Khotbah adalah penerbitan dari Gereja Reformed Injili Indonesia Surabaya-Andhika Andhika Plaza C/5-7, Jl. Simpang Dukuh 38-40, Surabaya 60275 Transkrip ringkasan-ringkasan ini dikerjakan oleh jumahat GRII-Surabaya dan belum diperiksa oleh pengkhotbahnya Bentuk penerbitan Ringkasan Khotbah diusahakan oleh Pieter Kuiper (the Netherlands) [email protected] Copyright transkrip ada di pihak Gereja Reformed Injili Indonesia Surabaya-Andhika www.imansejati.net I Daftar Halaman 1 5 10 29 31 34 37 40 44 48 52 56 59 62 65 69 75 78 82 86 90 93 96 99 102 105 108 111 117 121 124 128 132 136 139 142 146 150 153 156 160 163 166 169 172 176 Isi Ringkasan Khotbah Judul Kitab Mengenal Kristus Kepastian jaminan Kristen Pertumbuhan Iman Kristen Kepenuhan hidup dalam Kristus Kebangkitan Kristus dan pengharapan kita Tugas yang belum selesai Kamu akan menjadi saksi-Ku Penantian Pentakosta Mengerjakan keselamatan Pergumulan mengerti realita Tuhan Allah tak terduga Pergumulan dan kemenangan System tertutup dan system terbuka Hidup oleh iman Murka Allah atas dosa Diam di hadapan Allah Kedahsyatan murka Allah Komitmen Habakuk Melihat peluang di atas Peluang Finalitas dan kuasa Penginjilan Hidup bepaut pada Allah Mati dalam dosa Hukum kehidupan Urgensi anugerah Anugerah Kristus Anugerah, iman dan keselamatan Perjanjian kerja Musa pemimpin pilihan Tuhan Kebutuhan yang terbaik Kesatuan di dalam Kristus Posisi orang kafir Bahaya sikap sektarian Basis persatuan yang sejati Sola Scriptura Panggilan yan ajaib Herodus yang malang Terpenjara karena Kristus Hamba Tuhan terpercaya Penatalayan anugerah Kekayaan Kristus, yang tidak terduga Rencana kekal Allah Iman dan keyakinan Iman yang memberi keberanian dan akses Pelayanan dengan lutut Kemuliaan yang mutlak Kolosse 1 Efesus 1 Efesus 1 Efesus 1 Matius 27 Kisah 1 Kisah 1 Kisah 1 Kisah 2 Filipi 2 Habakuk 1 Habakuk 1 Habakuk 1 Habakuk 2 Habakuk 2 Habakuk 2 Habakuk 2 Habakuk 3 Habakuk 3 Kisah 16 Kisah 1 Yosua 24 Efesus 2 Efesus 2 Efesus 2 Efesus 2 Efesus 2 Efesus 2 Keluaran 3 1 Korintus 1 Efesus 2 Efesus 2 Efesus 2 Efesus 2 Yohanes 1 Matius 2 Matius 2 Efesus 3 Efesus 3 Efesus 3 Efesus 3 Efesus 3 Efesus 3 Efesus 3 Efesus 3 Efesus 3 Ayat 15-23 12-14 15-23 11 62 1-3 4-8 12-26 1-36 12-18 1-4 5-11 12-17 1-5 4-5 6-20 20 1-16 17-19 19-40 8 14-15 1-10 2-3 4-5 4-7 8-9 9-10 1-10 18-22 11-22 11-13 13-17 19-22 1-5 1-2 3-12 1 3-4 2-7 7-9 10-12 12-13 12-13 13-17 13-16 Kitab Jilid 1 Ayat Matius 28 20 Kisah 4 12 Matius 2 Galatia 2 1 Petrus 3 16-18 20 15 Matius 6 Efesus 3 5-8 21 Kitab Ayat II Daftar Halaman 179 183 187 190 193 196 199 202 206 209 213 216 220 223 226 230 239 243 246 249 252 255 258 262 265 269 272 275 278 281 284 287 290 303 267 311 315 319 323 326 330 333 337 348 352 356 Isi Ringkasan Khotbah Judul Kitab Berdiam dan bertumbuh dalam Kristus Tuntutan kasih Kasih Kristus tidak terbatas Segala kemuliaan bagi Allah - Soli Deo Gloria Kehidupan paradoksal Kebangkitkan, ini iman Kristen Karakter-karakter esensial Kesatuan tubuh Kristus Kesatuan dalam bineka Pertumbuhan tubuh Kristus Karunia Rohani dan tujuannya Paradoks ordo dan kesatuan Manusia Lama Hidup berbeda Kekristenan yang dangkal Agama yang benar Tanggungjawab keluarga Roh Kudus Apa yang dilakukan Roh Kudus dan tujuannya Rencana keselamatan Kerjakan pemberitaan Injil dengan segera Hidup tapi mati Kehadiran Tuhan di mana-mana Anugerah pengajaran di dalam Kristus Ciri perubahan iman Kristen Pembaruahan roh dan pikiran Manusia baru di dalam Kristus Kebenaran dan kekudusan yang sejati Manusia baru, perhubungan baru Padamlah amarahmu! Jangan beri kesempatan pada iblis Jangan mencuri Etos kerja Kristen Perkataan yang membangun Jangan mendukakan Roh Kudus Perhubungan positief Iman sejati kepada Allah yang benar Panggilan memberitakan Injil Di hadapan tahun baru Makna hidup Kerinduhan akan Allah Pelayanan: Keharusan atau alternatif Iman yang sejati Hanya yang siap menghadapi kematian, dapat benar-benar hidup Bersorak-sorai atas kemenangan Dinamika Iman Efesus 3 Efesus 3 Efesus 3 Efesus 3 Efesus 3 Yohanes 20 Efesus 4 Efesus 4 Efesus 4 Efesus 4 Efesus 4 Efesus 4 Efesus 4 Efesus 4 Matius 7 1 Petrus 1 Hakim-H 2 Kisah 1 Yohanes 16 Matius 1 Matius 9 Wahyu 3 Lukas 24 Efesus 4 Efesus 4 Efesus 4 Efesus 4 Efesus 4 Efesus 4 Efesus 4 Efesus 4 Efesus 4 Efesus 4 Efesus 4 Efesus 4 Efesus 4 Efesus 4 Kisah 28 Matius 28 Mazmur 90 Mazmur 42 Yohanes 4 Yohanes 8 Ibrani 9 1 Kor. 15 Amsal 1 Ayat 16-17 18-19 18-19 20-21 21 1-10 2 3-6 7-10 11-16 11-12 16-19 17-19 20-24 21-29 1-10 6-13 8 14 21-23 35-38 1-6 13-17 20-24 20-24 23 24 24 25 26-27 26-27 28 28 29 30-32 31-32 17-18 17-29 19-20 12-17 2-3 1-10 30-59 27-28 50-58 1-5 Kitab Roma 8 Wahyu 2 Jilid 1 Ayat Kitab 31-39 Kolose 2 4-5 Ayat 6-7 1 Efesus 4 31-35 Pengkhotbah 4 Yohanes 13 Lukas 24 25-35 Yohanes 8 43-45 2 Teselonika 3 9-12 1-15 Filipi 3 13-14 Filipi 3 18-21 Yohanes 6 26-27 Yohanes 2 2 27-34 15-17 Mazmur 63 Yohanes 4 III Daftar Halaman Isi Ringkasan Khotbah Judul Kitab 360 Dinamika Iman Yusuf Kejadian 37 Kejadian 45 4, 8,11 Kejadian 40 8 Kejadian 50 15 20 Kejadian 41 50-52 364 Dinamika Iman Yefta Kejadian 48 Hakim-H 11 13-19 Bilangan 13 29-35 Hakim-H 12 8 1-7 Hakim-H 11 1-11 369 Dinamika Iman Abraham Kejadian 12 2-4 Kejadian 16 16 Kejadian 17 1 375 Pergumulan Iman Abraham, Kejadian 12 378 Dinamika Iman Sara (1) 1-5 1 1-2 1-3 Kejadian 17 15-16 Dinamika Iman Sara (2) Dinamika Iman Yunus Ibrani 11 Ibrani 18 Ibrani 11 Yunus 1 Yunus 4 Daniel 1 Keluaran 6 Keluaran 1 15-16, 22 Keluaran 2 15-22 Roma 10 17 Lukas 23 44-47 Yesaya 7 1-17 1 Sam. 9 17 1 Sam. 12 13-14 Kejadian 4 1-11 Hakim-H. 4 1-21 1 Samuel 17 26-39 1 Samuel 17 26-39 Kejadian 16 Kejadian 21 382 10-20 1-33 11 11-15 11 1-10 9-11 1-8 16-20 385 390 394 399 402 405 408 412 417 421 426 430 434 438 442 446 451 456 460 465 469 473 477 480 483 487 491 495 499 503 506 509 512 Dinamika Iman Daniel Dinamika Iman Yokhebed Dinamika Iman Musa Dinamika Iman Hawa Dinamika Iman Kapala Pasukan Dinamika Iman Ahas Dinamika Iman Saul Dinamika Iman Kain dan Habel Dinamika Iman Barak dan Debora Dinamika Iman Daud (1) Dinamika Iman Daud (2) Dinamika Iman Daud (3) Dinamika Iman Eli Dinamika Iman Gideon (1) Dinamika Iman Gideon (2) Dinamika Iman Ayub (1) Dinamika Iman Ayub (2) Dinamika Iman Simson Kesia-siaan hidup secara ateis Turutilah teladan Allah! Hiduplah di dalam kasih! Hiduplah suci! Umat Kerajaan Surga Kata-kata hampa Murka Allah atas orang durhaka Anak-anak terang Terang yang aktif Bangunlah dan bangkitlah! Bangkitlah dan bercahayalah! Bijaksanalah! Tebuslah waktumu! Bijaksana dan kehendak Allah Ayat Kitab Jilid 1 Ibrani 12 Yunus 3 Daniel 1 Keluaran 2 Keluaran 2 Ayat Kitab Yunus 4 18-21 1-11 1-3 Keluaran 2 Ayat 1-4 7-12 Kejadian 3 1-6 Ibrani 12 1-2 1 Sam. 10 1 Sam. 13 Ibrani 11 Hakim-H. 5 Mazmur 32 Mazmur 32 1,8 1-14 4 8 1 Sam. 11 1 Sam. 15 1-2, 6 24 11-12 '14-17 Ajub 1 Ajub 42 19-22 Ajub 2 4-6 1 Yohanes 3 Hakim-H. 5 Mazmur 32 1 Samuel 3 1-18 Hakim-H. 6-8 Hakim-H. 6 Ayub 1 Ayub 1 1-24 1-9 6-12 Hakim 13-16 1 Petr. 3 Efesus 5 Efesus 5 Efesus 5 Efesus 5 Efesus 5 Efesus 5 Efesus 5 Efesus 5 Efesus 5 Efesus 5 Efesus 5 Efesus 5 Efesus 5 15 Mazmur 14 1-2 1-5 1-5 5 6-7 6-7 6-7 11-13 13-14 14-18 14-21 15-17 15-17 1-3 1-9 IV Daftar Halaman 515 519 523 527 531 536 540 547 551 555 559 Isi Judul Kitab Penuhlah dengan Roh! Hidup beribadah Hidup mengucapkan syukur Hidup takut akan Allah Keluarga bahagia: Presuposisi dasar Problematika presuposisi Misteri besar Kristus rendah hati Watak lelaki Watak wanita Pria Lembut Efesus 5 17-21 Efesus 5 19-21 Efesus 5 20 Efesus 5 21 Efesus 5 22-23 Matius 19 Karangan: Pdt. Sutjipto Subeno Efesus 5 22-33 Efesus 5 21-24 Efesus 5 25-30 1 Petr. 3 1-7 Efesus 5 25-30 Efesus 5 15-17 Mazmur 90 Efesus 5 31-33 Kejadian 2 1 Kor. 7 10-16 Yohanes 6 41-48 Yohanes 6 Lukas 1 38 Lukas 1 Efesus 6 1-4 Efesus 6 1-3 Efesus 6 4 Kolose 3 Efesus 6 5-9 Efesus 6 5-9 Roma 12 Efesus 6 8-9 Efesus 6 10-13 Filipi 1 1-4 Filipi 3 7-8 Filipi 2 1-11 Filipi 2 12-18 Filipi 4 4-9 562 Waktu dan hidup yang berpusat kepada Kristus 566 569 573 577 580 583 586 589 592 596 599 602 606 611 616 621 Ringkasan Khotbah Keluarga terkhusus Penginkilan di dalam keluarga Roti jasmani atau roti rohani Nyanyian seorang hamba Mematuhi orangtua Kepatuhan di dalam Tuhan Orangtua yang bertanggungjawab Hak dan kewajiban Keadilan Allah dan hak asasi manusia Tuan dan hamba Hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan! Sukacita dalam Berita Injil Sukacita Axiologis Sukacita Altruistik Sukacita Konsentrik Sukacita Surgawi Ayat Kitab Jilid 1 Ayat Kitab Ayat 1-12 Kejadian 2 18-25 24 Matius 19 5 60-61 Yohanes 6 46-55 66 21 17-21 Amsal 13 24 1 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 M Me en ng ge en na all K Krriis sttu us s Oleh: Pdt. Amin Tjung Yoh 17:3 Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu–satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus. Nats: 15 Kolose 1:15-23 Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, 16 karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. 17 Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia. 18 Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu. 19 Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia, 20 dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri–Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus. 21 Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi–Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat, 22 sekarang diperdamaikan–Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian–Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan–Nya. 23 Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit, dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya. Saudara, kalau kita melihat saat Kristus ada di dunia, kita baca mulai dari Injil Matius, Markus, Lukas dan Yohanes serta dalam tulisan para rasul maka kita dapat melihat bahwa mereka mencoba menfokuskan pada siapakah Kristus itu. Dalam Mat 8, tatkala Ia menenangkan angin ribut, menghentikan ombak yang berderu maka orang-orang khususnya para murid-Nya bertanya, "Siapa gerangan orang ini sehingga angin dan danaupun taat pada-Nya?" Sebelum Ia menyembuhkan orang lumpuh itu, Ia berkata, "Dosamu diampuni." Sehingga Ahli Taurat dan orang Farisi berkata, "Siapakah orang yang berani mengampuni dosa dan menghujat Allah ini?" Banyak agama lain yang mengakui Kristus tetapi dengan konsep yang salah dan berbeda dimana mereka menganggap bahwa Kristus adalah sebagai reinkarnasi dari orang yang mereka pandang dalam sejarah 2 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 tertentu akan datang. Bahkan ada yang pernah meramalkan tanggal kedatangan Yesus namun itu semua tidak mungkin karena sebagai orang Kristen sadar akan dapat melihat Kristus yang akan datang jika kita belum meninggal. Alkitab telah berbicara tentang hal ini, bahwa banyak nabi dan mesias palsu yang akan muncul dan mereka akan mengaku diri sebagai Kristus yang datang kembali. Dalam buku tentang God Incarnation and Atonement (by Roland Finstra and Alvin Platingga), dua tokoh filsafat dari Kalvin Seminari dan Norterdam, mereka membahas tentang siapa Kristus itu. Mungkinkah Allah itu inkarnasi? Bagaimana inkarnasinya? Dikatakannya pula bahwa setiap Kristologi yang mencoba keluar dari pengakuan Kalsedon pasti menjadi sesat. Namun sekalipun tidak membaca rumusan Kalsedon kita seharusnya mengerti dengan jelas siapa Kristus itu, kita perlu mengenal, mengasihi dan dapat melayani Dia dengan lebih sungguh. Paulus mengatakan, "Kita yang berdosa, melawan dan menjadi musuh Tuhan telah diperdamaikan dengan Allah, Kristus sudah membeli kita kembali dari kuasa dosa di mana Ia tebus dan bayar kepada Allah Bapa, kasih-Nya begitu nyata melalui kematian-Nya di kayu salib, kebangkitan-Nya sudah menyelamatkan kita maka seharusnya kita jauh mengenal Dia. Seharusnya kita mau renungkan kasih-Nya dan apa yang Ia inginkan dalam hidup kita setiap hari. Ada satu kerinduan mengenal Dia dengan benar dan hidup bagi Dia. Dalam Injil Yohanes Paulus menegaskan kembali tentang konsep ini karena banyak orang mengajar hal yang salah di mana mereka hanya melihat sebagai "orang penting" dan mereka mempunyai konsep latar belakang Yunani bercampur agama Persia, suatu pendekatan genostik yang belum sepenuhnya jadi. Disitu ditekankan bahwa Kristus hanya merupakan salah satu emanasi (pancaran yang mengalir dan mungkin paling jauh) dari oknum yang disebut yang tertinggi Allah itu. Bahkan Arius, saksi Yehova pada jaman ini juga menggunakan ayat di atas untuk mendukung argumen mereka bahwa Kristus adalah ciptaan yang pertama. Paulus dalam ayat 15 menegaskan, "Ia, (anaknya) … gambar Allah (ekon) wujud pernyataan yang ia bayangkan waktu Kristus menyatakan diri kepadanya dan ini dihubungkan dengan ayat yang ke 19 yang menunjukkan seluruh kepenuhan Allah ada di dalam Dia. Dia adalah Allah yang sejati dan kepenuhan Allah ada di dalam Dia. Di sini kita perlu mendidik jemaat sehingga waktu mereka mendengar ajaran yang tidak benar mampu peka dan menilai. Allah sepenuhnya ada dalam Kristus. Di sini orang seringkali bingung karena konsep yang ada dalam pikirannya adalah konsep materi sehingga mereka sulit membayangkan yang non materi. Seperti halnya kalau kita mendefinisikan Allah Tritunggal (tiga pribadi/oknum: Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus, tiga oknum yang berbeda; tunggal: satu substansi). Definisi tritunggal sama secara status/ ontologisnya dan berbeda dalam fungsi/ ekonominya. Seperti halnya waktu Kristus di baptis, di situ juga ada Allah Bapa yang bersuara dari Surga dan Allah Roh Kudus yang menyerupai merpati di mana tiga oknum itu ada secara sekaligus. Kalau substansi itu bersifat materi maka akan sulit sekali kita bayangkan, tiga oknum yaitu Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus itu sepenuhnya Allah. Ini merupakan pengetahuan yang bersifat non materi atau bukan benda. Alkitab berkata, "Allah itu Roh, barangsiapa menyembah Dia harus menyembah dalam Roh dan Kebenaran (Yoh 4:24). Dari sini kita sepenuhnya dapat percaya bahwa Allah Bapa adalah sepenuhnya Allah, Allah oknum kedua sepenuhnya Allah dan Allah oknum ketigapun sepenuhnya Allah meskipun nanti dalam fungsi berbeda. Bapa yang mengutus dan melahirkan anak, Bapa bersama anak mengutus Roh Kudus, Roh Kudus keluar dari Bapa dan Anak. Di sini kita dapat melihat bahwa Kristus adalah Allah sejati. Ditekankan oleh Paulus bahwa Ia adalah wujud pernyataan Allah yang tidak kelihatan namun Ia adalah Allah yang sejati karena kepenuhan Allah diam di dalam Dia. 3 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Selanjutnya di sini dikatakan bahwa Ia sulung, lebih utama dari segala sesuatu karena di dalam Dia telah diciptakan. Ada orang yang mengatakan bahwa Ia adalah ciptaan yang pertama karena ada kata sulung. Kata sulung dapat mempunyai dua pengertian, oleh sebab itu kita harus cermat melihat konteks katanya supaya tidak salah mengambil kesimpulan atau sesat ekwivokasi (bunyinya sama tetapi arti dibelakangnya beda). Sulung disini dalam bahasa aslinya adalah prototokos yang memang dapat diterjemahkan sebagai ‘anak pertama dalam urutan keluarga’ tetapi dapat juga diartikan sebagai ‘Ia yang diutamakan bukan secara kronologi. (Mzm 89:28; Kel 4:22-23) sehingga kita dapat melihat disini sulung sebagai yang diutamakan karena Ia adalah sang Pencipta, Ia yang menciptakan segala sesuatu. Yoh 1:3 "Segala sesuatu dijadikan oleh dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan." Berarti Ia adalah penjadi dan bukan yang dijadikan. Kita lihat dalam hal demikian jelas bahwa Kristus sungguh Allah sejati, Sang Pencipta yang menciptakan segala sesuatu yang ada maupun yang tidak kelihatan dan waktu Ia menciptakan segala sesuatu, dikatakan Ia ada terlebih dahulu. Itu menunjukkan Ia memang berbeda dengan ciptaan. Kemudian kita lihat bahwa Ia bukan saja Sang Pencipta tetapi yang menjadikan segala sesuatu untuk Dia yang berarti juga bahwa Ia adalah pemilik segala sesuatu. Sebagai contoh kalau saya membuat tabungan uang dari tanah liat maka setelah barang itu terwujud maka saya mempunyai hak atas barang tersebut. Berarti secara ciptaan, kitapun adalah milik Dia, seluruh kehidupan, potensi, waktu, tenaga, keuangan, otak dan segala yang ada pada kita adalah milik-Nya secara sepenuhnya. Dan bukan hanya itu, Ia adalah pengontrol dan pemelihara hidup kita, segala sesuatu ada di dalam Dia, Dia penopang, pengarah dan pemelihara segala sesuatu menuju maksud dan tujuan-Nya. Dalam hal ini kita harus sadar bahwa tidak ada satu hal bagi Tuhan merupakan kejadian yang mendadak, yang Ia tidak sadari. Segala sesuatu ada dalam kontrol-Nya, termasuk manusia jatuh dalam dosa karena Ia tahu waktu Ia ciptakan manusia yang menurut gambar dan rupa-Nya yang berarti juga mempunyai kebebasan maka mempunyai kemungkinan akan jatuh dalam dosa. Sehingga Ia telah menyiapkan karya keselamatan dan Kristus dipilih sebelum dunia dijadikan. Saya harap ini mendorong kita untuk belajar dengan teliti. Harus tetap kita sadari bahwa Allah tidak di dalam waktu karena Allah melampaui waktu, Allah adalah kekal sedang manusia pasti berpikir dalam ruang dan waktu karena kita dicipta demikian. Kita harus sadar bahwa sejarah dalam dunia ini tetap dalam kontrol Dia untuk menggenapi maksud dan rencananya. Dalam kasus kerusuhan, orang Kristen dianiaya dan dipaksa menyangkal Kristus, apakah itu menunjukkan Allah kalah? Tidak! Kita percaya Allah kita adalah Allah yang maha kuasa dan segala kuasa lain ada dalam kontrol-Nya. Tanpa sadar mereka yang melakukan tindakan tersebut menggenapkan rencana Allah walaupun mereka harus dihukum karena mereka melawan Tuhan. Kalau ada martir meninggal maka dapat dilihat bahwa waktu Tuhan datang makin dekat dan kita harus makin giat menjalankan pekerjaan-Nya (Why 6:9-11). Seperti halnya dengan Kristus, mereka tidak mungkin menyerahkan dan menyalibkan-Nya tetapi Allah Bapa dan diri-Nyalah yang menyerahkan. Kita lihat di dalam providensia seperti ini bahwa Allah mengontrol sejarah. Kristus mati mendamaikan kita dengan Allah, seharusnya kasihnya yang besar ini membuat kita sadar bahwa Ia telah membeli kita ulang sehingga kita bukan milik kita sendiri tetapi milik Kristus, Kristus pun menjadi milik kita bukan untuk sementara tetapi selamanya. Di dalam hidup kita biarlah kita mau sadari hal ini. Dalam 1 Kor 6:19-20 dikatakan, "Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus … Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!" Kita harus sepenuhnya sadar bahwa diri kita sepenuhnya adalah milik Tuhan dan kita harus persembahkan 4 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 untuk Tuhan. Seperti seorang Baptis yang bernama Charles H. Spurgeon dan Pdt. Stephen Tong, mereka coba terus gerak, kerjakan sehingga mereka merupakan orang yang Tuhan pakai menjadi bara yang terus membawa banyak orang mengenal Tuhan, terus dikuatkan melayani karena siang malam yang menjadi pikiran mereka hanya satu fokus bahwa hidupnya adalah milik Kristus dan seumur hidupnya segalanya dipersembahkan pada Tuhan. Kalau kita perhatikan dalam Kitab PB, hanya dua orang yang sanggup berkata sudah selesai yaitu Kristus (Yoh 17:3-4) dan Paulus (2 Tim). Seumur hidup menjadi milik Tuhan, mengerjakan yang Tuhan percayakan dengan sungguh-sungguh (Kis 14:19-20). Mengapa komunis dapat begitu cepat hingga pertengahan abad 20 ia hampir melanda seluruh dunia? John White dan Billy Graham pernah mengkutip artikel tulisan surat seorang kader komunis kepada pacarnya yang memutuskan untuk mengabdi sepenuhnya kepada komunis. Bahkan ia rela dipenjara dan digantung asalkan komunis berkembang. Saudara bayangkan, kita menjadi orang Kristen seperti apa? Sungguhkah cinta kita pada Kristus? Saudara sebagai orang kristen harus pernah memikirkan, doakan dan gumulkan, apakah Tuhan panggil saudara menjadi hambanya secara full time atau menjadi saksi Tuhan dalam bidang tertentu. Kalau Tuhan panggil saudara dalam bidang tertentu, tetap Tuhan menjadikan saudara sebagai saksi dan garam di lingkungan saudara. Satu hal yang penting adalah total penyerahan hidup. Biarlah saudara jelas, karena hidup kita secara ciptaan dan tebusan milik Dia. Kita tidak perlu mengkhawatirkan masa depan karena seluruh sejarah dikontrol oleh dia. Biarlah Tuhan menolong kita sekali lagi untuk mempersembahkan hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan. Amin! 5 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 K Ke ep pa as sttiia an n jja am miin na an nk krriis stte en n Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 12 Efesus 1:12-14 Supaya kami, yang sebelumnya telah menaruh harapan pada Kristus, boleh menjadi puji– pujian bagi kemuliaan–Nya. 13 Di dalam Dia kamu juga––karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu––di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan–Nya itu. 14 Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan–Nya. Di tengah kehidupan yang tidak pasti, manusia sangat membutuhkan kepastian. Di dalam ketidakpastian selalu terjadi kepanikan, kebingungan dan tidak memiliki pegangan yang pasti, sehingga kita mudah diombang-ambingkan oleh berbagai macam angin pengajaran, permainan palsu manusia (bnd Ef 4:14). Di tengah ketidakpastian ini, orang Kristen tidak seharusnya memiliki naturalitas yang sama seperti orang yang tidak percaya. Paulus, ketika belum kembali kepada Kristus tidak memiliki pegangan yang kokoh. Namun, setelah Paulus kembali kepada Kristus, dia memiliki pegangan dan arah yang jelas. Mengapa? Karena Paulus mengerti secara mendalam Siapa yang dia percaya. Dalam 2 Tim 1:12 Paulus mengatakan, "Aku tahu kepada Siapa aku percaya." Hal ini juga dibuktikan oleh Paulus di dalam Efesus 1:12, "supaya kami yang sebelumnya menaruh harapan kepada Kristus." Kata ‘yang sebelumnya telah menaruh harapan,’ menggunakan kata proelpizo. Di sini seolah-olah memberikan urutan ‘yang sebelumnya telah menaruh harapan pada Kristus.’ Sebenarnya, istilah ini berarti ‘pra-harapan-nya pada Kristus’. Istilah yang dipakai di sini hanya satu kata dan kata ini (proelpizo) hanya dipakai satu kali di dalam seluruh Alkitab PB. F.F. Bruce seorang eksegeses yang sangat ternama menyoroti kata ini. Dia mengatakan proelpizo ini bukan mengajarkan satu harapan yang ada embel-embel-nya tetapi juga bukan merupakan suatu masalah lalu kita berharap. Pra-harapan ini merupakan suatu presaposisi yaitu satu dasar harapan yang dipegang lebih dahulu. Jadi ini bisa dikategorikan sebagai pegangan dasar, artinya apapun yang dibangun disana saya pegang ini dahulu. Jadi kata proelpizo digunakan oleh Paulus berarti sudah memiliki pegangan pertama yaitu di dalam Kristus. Kemudian di dalam ay. 13 ditambah lagi, "di dalam Dia kamu juga." Paulus mengatakan, "aku tahu kepada siapa aku percaya (2 Tim 1:12)." Ini menjadi pra-harapan Kekristenan. Ini bukan pengharapan yang mudah-mudahan dan tidak ada kepastian yang pasti. Pra-harapan ini 6 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 memberikan suatu kepastian yang tidak bisa diganggu gugat. Dasarnya dapat kita lihat di dalam Ef 1:12-14. Dalam bagian ini Paulus menjelaskan mengapa jaminan kepastian tidak bisa diganggu gugat. Hal ini berbeda dengan para futurologi-futurologi yang bisa keliru, karena seringkali banyak faktor "x" yang berada di luar pertimbangan mereka. Pertama, jaminan keselamatan. Di dalam Efesus 1:12, "supaya kami yang sebelumnya menaruh pengharapan pada Kristus boleh menjadi puji-pujian bagi kemuliaan-Nya." Dan di dalam ayat 13 dikatakan, "di dalam Dia kamu juga - karena kamu telah mendengar firman kebenaran yaitu Injil keselamatanmu - di dalam dia kamu juga, ketika kamu percaya." Kekristenan dimulai dengan karya Yesus. Di sini oknum kedua menjadi patokan jaminan pertama. Di sini seluruh pengharapan yang dijanjikan dipegang oleh oknum kedua yaitu Kristus yang menjadi dasar Injil keselamatan dan menjadi dasar firman kebenaran yang kita pegang. Ini adalah dasar epistemologi Kristen yang sangat kokoh. Epistemologi yang dimaksud di sini adalah patokan, prinsip mengerti kebenaran yang paling benar. Di dalam dunia kita tidak cukup hanya mengatakan ini benar. Ini harus dipertajam dengan kata yang "benar-benar, benar". Mengapa ada yang "benar-benar, benar," karena ada yang "benar-benar tidak benar". Dan juga ada yang "tidak benar-benar tidak benar." Mengapa bisa demikian? Jawabannya,\ karena dunia kita penuh penipuan. Sehubungan dengan hal ini Alkitab menggunakan satu paralel dari firman kebenaran dan Injil keselamatan. Jika kita mempelajari ay. 13 dikatakan, "di dalam Dia engkau sudah mendengar firman kebenaran.’ Lalu ditambah lagi di dalam Dia yaitu Kristus engkau mendapat Injil keselamatan. Di sini Injil keselamatan dan firman kebenaran diidentikan. Tanpa penebusan oleh darah Kristus tidak ada Kekristenan sejati. (Ef 1:6-7 dan 14). Di sini kita mendapat jaminan yang paling kuat secara epistemologi karena kebenaran didirikan di atas Kristus bukan di dalam diri manusia. Manusia tidak mungkin menemukan kebenaran karena manusia bukan sumber kebenaran sehingga manusia tidak boleh dijadikan patokan kebenaran. Inilah kesalahan Hawa ketika jatuh dalam dosa. Oleh sebab itu manusia harus kembali kepada kebenaran sejati. Dan kebenaran sejati ini bukan hukum. Kebenaran sejati ini hanya satu yaitu Kristus (Kis 4:12). Dan ketika Yesus ada di dalam dunia dia berkata, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui aku." Kata yang dipakai untuk ‘kebenaran’ di sini tidak menggunakan kata righteousness tetapi menggunakan kata aleiteia artinya Truth. The Truth artinya kebenaran asasi atau hakekat. Ini tidak bisa diganggu gugat. Jadi, Kekristenan memiliki kekuatan epistemologi karena kebenaran Kekristenan di dasarkan pada kebenaran di atas saya yang sudah dikerjakan melalui penebusan darah Kristus. Kedua, melalui Roh Kudus. Dalam Efesus 1:13b dikatakan, "di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu." Pada bagian kedua ini jaminan kepastian tidak hanya berhenti pada titik tolaknya saja tetapi juga di dalam prosesnya. Roh kudus oknum ketiga dari Allah Tritunggal tinggal di dalam diri manusia yang menjadi meterai yang menjamin. Kepastian kita di sini dijamin oleh meterai yang sah. Ketiga, Allah Bapa adalah jaminan kita (ay. 14). Kita di jamin oleh Allah tidak hanya berhenti pada titik awal melainkan proses ini harus berhenti di dalam titik akhir yaitu pada waktu kembalinya kita kepada Allah untuk memuji kemuliaan-Nya. Pada waktu itu jaminan ini dijamin kembali ke dalam kepenuhan total ketika kita dipersatukan kembali di dalam Allah Bapa. Dalam ayat 14 ini Allah Tritunggal sendiri menjadi kepenuhan bagi kita yang menjadi jaminan yang tidak bisa diganggu gugat. 7 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Adakah jaminan yang lebih besar dari hal di atas? Dapatkah manusia menjamin kita dengan jaminan yang pasti. Tentu tidak ada. Karena banyak faktor "x" yang akan terjadi dan berada di luar kemampuan manusia. Hanya di dalam Allah Tritunggal kita memiliki jaminan yang pasti, dari mulai titik pertama sampai dengan titik akhir. Semua jaminan di atas tidak dapat dilepaskan dari providensia Allah yaitu Allah yang memelihara, menolong, menjamin, dan menopang anak-anak Tuhan untuk bisa mendapatkan kepastian yang paling kokoh di tengah dunia yang berproses secara sejarah. Di tengah dunia yang tidak ada kepastian, anak-anak Tuhan diberikan suatu jaminan yang tidak bisa diganggu gugat yaitu jaminan pemeliharaan Allah. Providensia Allah dikembangkan begitu kuat di dalam teologi reformed. Alkitab melihat Kekristenan dimulai dengan pengorbanan Allah demi untuk menyelamatkan manusia. Inilah manifestasi kasih yang begitu besar yang bisa dirasakan dan dinikmati oleh manusia. Dengan cinta kasih yang begitu besar Tuhan membimbing anak-anakNya untuk kembali kepada jalur yang seharusnya sesuai dengan maksud Pencipta. Untuk hal inilah Allah Tritunggal berperan aktif di dalam memberikan jaminan kepada anak-anak Tuhan. Ini merupakan anugerah yang begitu besar. Namun seringkali anugerah atau cinta kasih yang begitu besar ini diresponi secara keliru oleh manusia. Seharusnya, justru ketika Tuhan memberikan jaminan yang begitu besar, ketika Allah mengorbankan Anaknya untuk menebus dosa kita, ketika Allah tritunggal di dalam penebusan menjamin kita mulai dari titik awal sampai pada proses dan akhirnya, ini mendorong dan menjadikan kita lebih taat dan lebih setia. Namun, Jika ada orang yang mengatakan telah menerima anugerah Tuhan yang begitu besar namun telah menyalahgunakan anugerah tersebut dengan berbuat dosa sesukanya maka hal ini menunjukkan orang tersebut belum diselamatkan. Dengan kata lain orang tersebut tidak berada di dalam jalur Allah. Marilah kita sebagai anak-anak Tuhan di tengah krisis seperti ini Tuhan memberi kekuatan kepada kita untuk tetap berjalan dalam jalur Tuhan. Biarlah providensia Allah jaminan melalui Yesus Kristus melalui Roh Kudus dan melalui Bapa ketiganya menjadi kekuatan yang membuat kita tidak menyimpang dari jalan Allah. Hidup di tengah dunia membutuhkan jaminan yang pasti. Untuk ini kita membutuhkan landasan yang kokoh dan mutlak, agar kita tidak diombang-ambingkan oleh badai kehidupan ini. Ketika kita menjadi orang percaya kita tahu bahwa di dalam Kristus kita mendapat jaminan yang pasti dan kokoh. Keselamatan orang Kristen dijamin bukan oleh manusia melainkan didasarkan pada kematian dan karya penebusan Kristus di atas kayu salib. Jaminan ini tidak hanya berhenti pada satu titik. Allah memberikan jaminan yang bersifat menyeluruh yang kita sebut sebagai total protection. Alkitab menjamin dari titik awal sampai kepada penyempurnaan totalnya. Jaminan pertama dijamin oleh Yesus Kristus, Allah oknum kedua. Namun proses ini tidak berhenti hanya pada titik pertobatan saja. Hidup manusia adalah hidup yang terus diproses dan membutuhkan satu jaminan yang pasti. Setiap orang yang ada di dalam Kristus berarti sudah dijamin oleh Injil Kristus. Di sini kita sudah mendapatkan harapan pertama. Jaminan kedua, orang yang percaya dijamin oleh Roh Kudus. Di dalam ayat 13 dikatakan, "Di dalam Dia kamu juga - karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu - di dalam dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan oleh Roh Kudus." Di dalam bagian kedua ini kita masuk kepada jaminan dari Allah oknum ketiga dari Allah Tritunggal yang menjamin dan membuat kita berproses. Juga di dalam Yoh 16:8-11, firman Allah mengatakan, "Aku akan pergi kepada Bapa dan Bapa akan 8 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 mengirimkan Roh Penghibur yaitu Roh Kudus untuk menyertai kamu selama-lamanya." Ayat ini membicarakan prinsip kehadiran Roh Kudus di tengah dunia. Pada waktu Roh Kudus datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman. Roh Kudus memeteraikan orang percaya supaya kita boleh sadar akan dosa, kebenaran dan penghakiman. Tanpa Roh Kudus bekerja di dalam hidup orang berdosa, maka orang tersebut tidak mungkin sadar akan dosa. Namun orang yang insaf akan dosa belum berarti selesai dengan kebenaran. Tahu itu dosa maka harus tahu juga apa itu kebenaran. Mengapa? Karena Roh kudus bekerja bukan hanya memberitahu dosa melainkan juga menginsafkan orang tersebut akan kebenaran. Jadi seorang Kristen yang benar bukan hanya insaf akan dosa melainkan memberikan solusi atas dosa. Di satu pihak kita mengerti yang salah, di lain pihak kita mengerti bagaimana kita melangkah secara benar. Selanjutnya Roh Kudus menginsafkan kita akan penghakiman. Dosa, kebenaran bukan tanpa resiko, di belakangnya ada penghakiman. Alkitab bukan hanya memberitakan kasih Allah tetapi Alkitab juga dengan jelas memberitakan murka Allah baik dalam PL maupun PB. Jika kita dapat menangkap ketiga tugas dari Roh Kudus ini, barulah kita dapat menangkap fungsi dan tugas Roh Kudus ketika Ia memeteraikan kita. Paulus menggunakan kata meterai di sini dengan bagus sekali. Pada masa itu meterai memiliki dua pengertian besar. a. Yang dimeteraikan, menjadi milik yang memeteraikan. Meterai yang dipakai tidak bisa diperjualbelikan karena meterai ini ada di tangannya dan dipegang secara rahasia oleh pemilik meterai yang biasanya adalah orang-orang berkedudukan. Meterai ini unik karena setiap pemilik memiliki materai yang berbeda. Maka meterai yang dicap itu langsung menandai siapa yang memberi meterai. Dan materai yang sudah dibubuhkan tidak bisa dicabut lagi. Dan apa yang dimeteraikan menjadi milik dari yang memeteraikan. Waktu kita dimeteraikan kita tidak dimeteraikan oleh benda mati melainkan oleh Roh Kudus. Dengan demikian jaminan kita adalah jaminan yang solid dan pasti yang tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun. Meterai ini menjadikan kita milik Allah. Dalam bahasa Yunani ayat ini menggunakan bentuk aorist pasif negatif. Bentuk pasif artinya dari sisi manusia tidak ada unsur sama sekali. Pemeteraian ini dikerjakan sepenuhnya oleh Allah sehingga dalam kasus ini manusia dalam keadaan pasif total. Sedangkan tenses-nya menggunakan bahasa Yunani aorist tense artinya suatu kejadian yang terjadi hanya satu kali dimasa lampau namun berdampak kekal selamanya. Pemeteraian Roh Kudus juga menggunakan bentuk aorist pasif. Ini menggambarkan jaminan sepenuhnya dilakukan oleh Tuhan. Pemeteraian ini terjadi hanya satu kali namun terus berdampak selama-lamanya. Roh Kudus akan tinggal di dalam kita sampai selama-lamanya. b. Waktu kita dimeteraikan Roh Kudus bukan oleh meterai yang mati. Ini berarti relasi antara satu pribadi dengan pribadi lain. Pemeteraian Roh Kudus menunjukkan bahwa kita berada di dalam pemilikan yang total dari Allah. Hal ini menjadi kekuatan yang membuat kita berhak hidup secara kuat di tengah dunia ini. Kita dimeteraikan oleh Allah sehingga tidak ada sesuatupun yang berani mengutak-atik, yang berani mengutakatik langsung berurusan dengan yang memberikan meterai. Paulus menggunakan gambaran ini sehingga orang-orang Efesus mengerti apa artinya dimeteraikan oleh Roh Kudus. Berani mengutak-atik meterai Roh Kudus berarti berurusan dengan Tuhan Allah. Setiap orang Kristen sejati berada di dalam meterai Allah ini berarti kita diproteksi oleh Tuhan Allah. Jadi ketika kita dimateraikan oleh Roh Kudus kita adalah milik Allah yang harus bertanggungjawab kepada pemiliknya. Tuhan menginginkan kita memuliakan Dia. Untuk ini Tuhan menjamin kita dengan Allah Roh Kudus di dalam diri kita dan menginsafkan kita. Itu sebabnya sangat tidak masuk akal kalau kita tidak bertumbuh dan memuliakan Tuhan. Orang yang dimeteraikan oleh Roh 9 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Kudus seharusnya insaf akan dosa, kebenaran dan penghakiman. Roh Kudus menjamin kita di dalam ayat 14 mengatakan, "Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya." Kalau Roh Kudus menjamin kita, ini merupakan satu keterikatan untuk kita mendapatkan keseluruhannya. Ini sama seperti kita membeli barang. Pada saat kita membayar uang muka maka barang tersebut sudah diikat dan tidak boleh dijual kepada orang lain, sampai pembayaran sepenuhnya dilakukan. Demikian pula dengan meterai Roh Kudus adalah meterai untuk proses menuju kepada konsumasi (penyempurnaan akhir). Uang muka yang sudah dibayar tidak mungkin dilepas lagi dan ini terus diproses sampai kita mendapat keseluruhan konsumasi yang digambarkan oleh Tuhan. Pada waktu Roh Kudus memeteraikan kita ini bukan persoalan sehari atau dua hari melainkan persoalan seumur hidup sampai kita mendapatkan keseluruhan. Alkitab mengatakan barang siapa setia sampai akhir, dia akan mendapatkan mahkota kehidupan. Ini menjadi bukti seseorang itu dimeteraikan oleh Roh Kudus atau tidak. Waktu adalah ujian yang terindah. Tidak ada kesuksesan tanpa melalui ujian. Iman Kristen justru dibuktikan ketika kita sedang krisis. Waktu kita hidup dalam beban yang berat, dalam kesulitan, ini merupakan satu berkat. Di tengah-tengah kegelapan ini, kita bisa melihat siapa yang sejati, siapa yang palsu. Yang sejati akan bertahan sampai akhir sedang yang palsu akan murtad. Yang benar-benar milik Tuhan, Roh Kudus akan menjamin kita sampai mendapat keseluruhan bagian kita di dalam konsumasi. Di dalam Yoh 10:28-30 ini, Yesus memberi jaminan kepada setiap orang percaya yang diberikan Bapa kepada-Nya tidak akan kehilangan keselamatan melainkan akan mendapatkan hidup yang kekal selama-lamanya. Tidak ada seorangpun yang dapat merebut orang percaya dari tangan Yesus Kristus. Ketiga, jaminan dari Allah Bapa. Seluruh sasaran dari jaminan ini bukan hanya berhenti pada titik pembayaran tetapi akan berakhir di dalam jaminan Allah Bapa sampai kita mendapatkan keseluruhannya untuk kita memuliakan Dia. Ini menjadi sasaran akhir yang harus terjadi. Semua progres dari perjalanan sejarah harus sampai kepada tujuan akhir yang telah direncanakan oleh Allah. Allah Bapa yang memiliki kedaulatan, yang telah merencanakan dan menggarap persoalan ini sampai menuju titik akhirnya yaitu semua yang percaya akan mencapai satu tujuan yaitu kita akhirnya boleh menjadi puji-pujian untuk kemuliaan-Nya (ay. 14). Seluruhnya ini tidak mungkin bisa digagalkan oleh siapapun. Allah adalah Allah yang berdaulat. Ini seharusnya menjadi kekuatan bagi kita untuk menjadi saksi yang kokoh di tengah dunia yang rapuh ini. Dan Allah menghendaki anak-anak-Nya hidup di dalam jalur yang telah disediakan olehnya bagi kita agar kita boleh menggenapkan rencana-Nya untuk memuji kemuliaan-Nya. Amin! 10 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 P Pe errttu um mb bu uh ha an n iim ma an nk krriis stte en n Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 15 Efesus 1: 15-23 Karena itu, setelah aku mendengar tentang imanmu dalam Tuhan Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus, 16 akupun tidak berhenti mengucap syukur karena kamu. Dan aku selalu mengingat kamu dalam doaku, 17 dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar. 18 Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan–Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan–Nya bagi orang–orang kudus, 19 dan betapa hebat kuasa–Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa–Nya, 20 yang dikerjakan–Nya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di sebelah kanan–Nya di sorga, 21 jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap–tiap nama yang dapat disebut, bukan hanya di dunia ini saja, melainkan juga di dunia yang akan datang. 22 Dan segala sesuatu telah diletakkan–Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan– Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. 23 Jemaat yang adalah tubuh–Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu. Prestasi Proses Pertumbuhan Iman Kristen Di dalam Ef 1:3-14, Paulus membukakan visi, arah, inti, hakekat dan kondisi orang Kristen. Sedangkan di dalam Ef 1:15-23 sampai pasal 6, Paulus membicarakan bagaimana proses itu bisa dijalankan dan bagaimana kehidupan ini bisa digarap. Seringkali kita berada di dalam kesenjangan. Di satu sisi Alkitab mengajarkan konsep yang begitu indah dan ideal. Namun di lain sisi realita kehidupan tidak sama dengan yang digambarkan dalam Alkitab. Tidak heran, dalam kondisi seperti ini banyak orang Kristen yang berada dalam dualisme. Mereka mengatakan, "Teorinya bagus tapi sayang tidak bisa dijalankan. Tidak ada orang yang bisa melakukannya." Di satu sisi kita memikirkan yang ideal namun tidak mendarat di bumi. Di sisi lain kita mendarat di bumi tetapi membuang yang ideal. Di tengah-tengah kedua tegangan ini, Paulus mengajarkan bahwa kedua elemen tersebut tidak bisa dilepaskan dari hidup manusia. Di satu pihak, ideal merupakan konsep dasar yang harus menjadi arah bagi hidup manusia, sedangkan di lain pihak realita merupakan keberadaan dasar 11 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 di mana kita harus berproses sehingga kedua bagian ini tidak bisa dipisahkan. Hanya, bagaimana kita mengharmoniskan kedua hal di atas. Dalam Ef 1:3-23, kita melihat Paulus adalah orang realistis-idealis. Paulus tahu persis realita itu seperti apa. Paulus realistis karena dia sendiri sadar bahwa dia sendiri tidak sempurna. Di dalam tulisan-tulisannya kita melihat seringkali Paulus mengecam dirinya sendiri sebagai orang yang hina. Di sini kita melihat Paulus realistis di dalam melihat dirinya. Namun Paulus tidak berhenti hanya di dalam kondisi realistis ini melainkan dia juga melihat satu konsep ideal (ini sudah dibahas dalam Ef 1:3-14). Di antara konsep realistis-idealis ini ada satu jembatan indah yaitu konsep pertumbuhan. Dalam Ef 1:15-23 ini, Paulus membicarakan konsep realistis. Paulus mengatakan, "Ketika aku mendengar tentang kamu, mendengar tentang imanmu dalam Tuhan dan tentang kasihmu kepada semua orang kudus, aku mengucap syukur karena kamu." Keadaanmu, situasimu, kondisimu, ini real. Kehidupan Kristen adalah kehidupan yang konkrit. Kehidupan yang terus berjalan di tengah dunia yang nyata, di depan semua orang dan disaksikan oleh siapapun. Pada waktu Paulus masuk ke dalam kondisi realita dia mulai melihat suatu keindahan pertumbuhan iman Kristen. Di dalam bagian ini kita akan melihat dan merenungkan satu konsep pertumbuhan. Mengapa pertumbuhan ini kita sebut sebagai prestasi kehidupan? Di sini kita melihat beberapa hal. Pertama, Paulus sangat menghargai pertumbuhan. Ketika Paulus mendengar kabar tentang iman jemaat Efesus yang bertumbuh baik dalam iman dan kasih. Paulus bersyukur dan memuji Tuhan. Di dalam bagian ini saya melihat pertumbuhan orang Kristen sebagai suatu prestasi, artinya suatu pertumbuhan perlu dihargai, diperhatikan, dilihat dan dinilai oleh setiap orang di dalam kehidupan kita secara ideal. Pertumbuhan orang Kristen adalah pertumbuhan yang berkaitan dengan orang lain. Itu sebabnya Paulus bisa mengerti keadaan jemaat Efesus karena ada yang melaporkan karena orang itu mendengar, melihat, menyaksikan dan memberikan laporan. Pada waktu menjadi orang Kristen dia langsung mau menjadi sempurna. Akibatnya orang seperti ini selalu menuntut orang lain sempurna. Celakanya kalau hal ini juga ditujukan kepada dirinya; 1. Kekristenan hanya satu predikat yang ditempelkan yaitu saya orang Kristen. Orang seperti ini hidup tidak menuntut perubahan. Jadi dulu begitu sekarangpun begitu. Kedua golongan ini tidak pernah menghargai pertumbuhan. 2. Paulus adalah orang yang sangat menghargai pertumbuhan rohani. Oleh sebab itu Paulus sangat menghargai realita. Namun kondisi realita yang dimengerti Paulus bukan kondisi yang berhenti statis. Bagi Paulus realistis tidak berarti statis melainkan suatu proses yang bertumbuh terus. Ketika seorang Kristen tidak bertumbuh berarti dia sedang menuju kepada kematian. Pdt. Stephen Tong mengatakan, "Selama kita hidup kita masih mempunyai kemungkinan untuk berubah." Hanya benda mati yang tidak berubah dan bertumbuh. Pertumbuhan adalah tanda dari hidup. Kedua, Paulus bukan hanya memuji jemaat Efesus. Paulus juga menyadarkan mereka dengan satu permohonan yang tulus, "dan aku senantiasa mengingat kamu dalam doaku. Dan meminta kepada Bapa yang mulia itu supaya memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu." Bentuk kalimat yang dipakai di sini menggambarkan satu permohonan yang serius dengan sungguh-sungguh meminta agar Tuhan memberikan kepada mereka Roh hikmat dan wahyu supaya mereka bisa bertumbuh. 12 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Pertumbuhan bukanlah hal yang sederhana. Pertumbuhan membutuhkan satu pergumulan dan pertolongan dari Tuhan. Pertumbuhan membutuhkan hikmat, kuasa dan wahyu dari Tuhan Allah. Seorang yang bertumbuh tidak bisa diam saja. Tuhan menuntut kita untuk kembali kepada firman, kembali kepada wahyu dan bijaksana Tuhan. Untuk ini dibutuhkan dua kunci besar yaitu pertama bijaksana dan kedua mengerti kebenaran. Kedua wahyu dari Tuhan ini merupakan patokan kebenaran dari arah pertumbuhan rohani kita. Hanya melalui kedua hal ini kita baru bisa bertumbuh dengan baik. Proses pertumbuhan tidak terjadi begitu saja. Dalam pertumbuhan dibutuhkan hikmat Tuhan. Alkitab mengatakan menjadi orang Kristen bukan orang yang mimpi. Menjadi orang Kristen adalah menjadi orang Kristen sebagaimana dikatakan oleh Roma 12:1-2, diperbaharui akal-budi-nya. Konsep mind (pikirannya) harus diperbaharui, dibentuk, diajar, kembali kepada Tuhan, dan meminta kepada Tuhan Roh bijaksana. Sama seperti Salomo minta bijaksana kepada Tuhan. Tuhan sangat menghargai permintaan ini. Bijaksana tidak bisa dilepaskan dari standar yang menjadi arah dan pegangan dari pada bijaksana. Standar bijaksana ini bukan dunia tetapi wahyu dari Tuhan Allah. Inilah fungsi dan tugas Alkitab yang diberikan kepada kita supaya kita mempunyai bijaksana. Wahyu dan bijaksana tidak bisa dipisahkan. Memiliki bijak tetapi tidak memiliki wahyu tidak bisa berfungsi sama sekali. Demikian juga memiliki wahyu tapi tidak mempunyai bijak tidak bisa apa-apa. Alkitab dengan hikmat dari Roh Kudus diberikan oleh Roh yang sama. Roh Kudus menggunakan dua cara secara berpadu supaya orang Kristen bisa bertumbuh dengan baik di dalam iman. Itu sebabnya Paulus berdoa agar Tuhan memberikan kepada jemaat Efesus Roh hikmat dan wahyu (Ef 1:17), kalau tidak ada kedua unsur ini kerohanian kita pasti menurun (Bnd why 2). Ketiga, Paulus juga tahu dibutuhkannya kuasa untuk bisa bertahan di dalam pertumbuhan hidup. Untuk kita bisa bertumbuh dengan baik dibutuhkan kuasa yang besar yaitu kuasa yang membangkitkan Kristus dari antara orang mati. Kuasa ini harus ada dalam hidup kita untuk bisa bertumbuh. Kuasa yang diberikan di sini bukan hanya sekedar main kuasa. Kuasa yang diberikan di sini, di dalam Injil Yohanes diperjelas supaya kita bisa menjadi anak-anak Allah (Yoh 1:12). Supaya kita bisa menyatakan kepada dunia suatu kehidupan yang mencerminkan sifat Allah. Kuasa yang tidak membuat kita jatuh dalam dosa. Kuasa yang bisa mempertahankan kita hidup dalam kebenaran dan yang membuat kita bisa bertahan di dalam aniaya apapun dengan tidak meniadakan iman kita. Sebagai manusia kita lemah dan tidak memiliki kekuatan kecuali Kristus hidup di dalam kita dan kita hidup di dalam Kristus. Waktu kita berada di dalam Tuhan, kuasa itu justru membuat kita hidup beres dan menjadikan kita bertumbuh terus semakin hari semakin suci. Hidup semakin hari semakin ketat dalam integritas hidup. Hidup semakin hari semakin sanggup melihat lubang-lubang dan tipuan-tipuan dalam masyarakat yang makin merusak kita. Waktu itulah pertumbuhan iman kita bisa lebih maju. Pengharapan kita bisa lebih kokoh. Melalui tiga konsep di atas, Tuhan menuntut kita untuk seperti Paulus belajar menjadi realistis-idealis, menjadi orang yang mengerti realita, tetapi seorang yang mengarah secara ideal. Kiranya Tuhan memimpin kita di tengah realita hidup yang sulit ini sehingga kita boleh menjadi benih yang baik dan mengalami proses pertumbuhan yang baik. Dengan demikian kita dapat mengumandangkan berita yang harum. 13 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Elemen-elemen Pertumbuhan Iman Kristen Seorang Kristen sejati bukan seorang yang statis dan juga bukan orang yang sempurna. Seorang Kristen sejati adalah seorang yang terus berproses. Dari realita menuju ideal yang Tuhan inginkan. Memahami proses antara realita di sini dengan ideal di sana kita perlu mengerti elemen-elemen pertumbuhan. Hal ini dibicarakan oleh Paulus dalam Ef 1:15-23. Di dalam Ef 1:15-23 ini, kita menemukan enam elemen yang menjadi dasar pertumbuhan. Pertama, Iman di dalam Kristus (ay. 15); kedua, Kasih terhadap semua orang kudus (ay. 15); ketiga Roh hikmat (ay. 17); keempat Wahyu (ay. 17); kelima Pengharapan di dalam panggilan Kristus (ay. 18); keenam Kuasa Kebangkitan Kristus (ay. 19). Keenam hal ini harus berproses di dalam hidup kita. Jika keenam elemen ini bertumbuh dengan baik, itu membuktikan Gereja tersebut sukses. Penilaian Allah tentang kriteria kesuksesan Kristen berbeda dengan penilaian manusia. Kesuksesan Gereja menurut pandangan manusia seringkali diukur secara mekanis dengan kriteria yang bisa diukur dan secara fenomena. Ini terjadi karena kita seringkali dibentuk oleh format dunia. Contoh, ketika Saul ditolak oleh Tuhan, maka Tuhan mengutus Samuel ke rumah Isai untuk mengurapi salah satu anak Isai menjadi raja. Ketika Samuel melihat anak-anak Isai, kita melihat justru apa yang dinilai oleh Samuel berbeda dengan penilaian Tuhan. Samuel melihat apa yang kelihatan sedangkan Tuhan melihat hati manusia. Bagi Samuel Daud tidak cocok menjadi raja tetapi itulah yang Tuhan pilih. Jadi prinsip kesuksesan Kristen adalah kembalinya seseorang di dalam proses yang Tuhan kehendaki. Kesuksesan Kristen tergantung pada proses pertumbuhan dari keenam elemen yang Paulus bicarakan dalam Ef 1:15-23. Bertumbuh dalam iman, kasih, hikmat, wahyu, pengharapan, dan di dalam kuasa kebangkitan. Keenam elemen ini harus bertumbuh di dalam hati kita. Inilah tanda dari seorang Kristen sejati. Oleh sebab itu Gereja wajib melakukan semua daya agar keenam elemen ini bisa bertumbuh. Hanya dengan demikian orang-orang Kristen bisa menjadi contoh di tengah dunia. Sekarang mari kita telusuri mulai dari poin pertama. Di dalam bagian pertama yang Paulus soroti adalah iman di dalam Kristus. Hal ini penting karena prinsip pertumbuhan Kristen di mulai dari iman kepada Kristus. Ini tidak bisa diganggu gugat. Iman merupakan basis dari semua cara berpikir kita dan kehidupan kita. Di dalam bidang apapun kita memulainya dengan iman. Misalnya, seorang ilmuwan sejati dimulai dengan iman bukan rasio. Ketika kita mempelajari baik ilmu pengetahuan maupun filsafat kita akan mulai dengan paradigma. Paradigma di sini istilah lain untuk iman. Pengertian paradigma adalah satu set kepercayaan yang dipegang pertama menjadi hipotesa untuk melakukan segala sesuatu. Hipotesa ini sendiri belum dibuktikan kebenarannya. Tidak ada satu ilmu pengetahuan yang tidak mulai dengan iman. Fakta membuktikan kita memulai sesuatu dengan iman. Sejak di bangku sekolah kita mulai dengan iman, misalnya 2 + 2 = 4 kita percaya tanpa ragu. Apa yang guru kita katakan kita percaya tanpa kita menguji dan membuktikan kebenarannya. Celakanya di tengah dunia ini kita berdiri di atas iman yang diterpa oleh filsafat postmodern yang bersifat relatif. Apa yang aku percaya dengan yang kamu percaya, dua hal yang berbeda. Iman ini bersifat subyektif. Celakanya kondisi ini bukan hanya dialami oleh orang-orang di luar Kekristenan. Hal ini terjadi juga di dalam Kekristenan. Itu sebabnya kita perlu mengerti iman dengan benar. 14 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Di dalam Ef 1:15, Paulus membicarakan konsep iman yang menyeluruh. Hari ini kita akan menelusuri sedikit demi sedikit dalam kitab Efesus ini. Pertama, Paulus mengatakan, "iman sejati adalah iman yang harus terkait dengan Kristus (ay. 15). Jika kita bandingkan dengan Ef 4:13, maka tujuan hidup kita adalah sampai kita semua telah mencapai kepenuhan iman. Iman di sini merupakan satu proses dari titik awal hingga titik akhir. Di sini Paulus menuntut kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah. Kaitan antara iman dengan pengertian yang benar tentang Kristus merupakan dua hal yang tidak bisa dilepaskan. Pengertian iman jika tidak kembali kepada Kristus yang sejati berarti bukan iman Kristen. Di dalam Roma 1, membicarakan bahwa hidup Kristen dimulai dari iman menuju kepada iman (Rm 1:16-17). Di sini prinsip kebenaran Allah dimulai dari iman menuju kepada iman. Di dalam Why. 2, jemaat Efesus dipuji karena mereka tidak sembarangan mempermainkan dan menjual iman mereka ketika rasul-rasul palsu mencoba mempengaruhi mereka. Hanya sayang kasih mereka kemudian luntur. Kedua, iman bukan sekedar iman yang kembali kepada Kristus dan pengenalan yang sejati kepada Kristus. Yang kedua, iman harus mencapai integritas iman. Iman yang sejati haruslah iman yang mempengaruhi seluruh pikiran dan hidup kita. Ketika kita mendengar firman Tuhan seringkali timbul benturan. Benturan ini merupakan benturan iman. Kita hanya melihat fenomena terbenturnya konsep tetapi sebenarnya terbenturnya akar. Ketika hal ini terjadi kita mengalami konflik. Akibatnya Iman menjadi iman yang tidak bersatu. Iman hanya bersifat permukaan dan iman tidak menggarap persatuan yang sejati. Padahal dalam ayat ini, Yesus menuntut kesatuan iman. Iman sejati harus terimplementasi secara integritas dan inilah yang dituntut dari kita setiap orang Kristen. Kita hidup di tengah-tengah situasi relatif dan subyektif. Dan ini sangat berpengaruh di dalam Kekristenan sendiri. Jika imanku dengan imanmu berbeda, lalu bagaimana? Tidak usah ribut-ribut yang penting kita bersatu. Di sini terjadi penggabungan namun bukan integrasi yang sejati. Di sini kelihatannya bersatu namun belum mencapai kesatuan iman yang sesungguhnya. Belum kembali kepada pengenalan Kristus yang sejati. Paulus tegas sekali dalam hal ini. Pengetahuan iman tentang Kristus harus dibereskan. Masalahnya, siapa yang melakukan? Di dalam Ef 4:11-12 jawabannya jelas bahwa setiap orang Kristen harus menggarap imannya. Pendeta, penginjil, pengajar, semua Tuhan berikan untuk memperlengkapi jemaat Tuhan. Gereja yang sejati adalah Gereja yang mendidik setiap jemaat untuk belajar firman Tuhan dengan baik. Gereja yang tidak mendidik setiap jemaat untuk belajar firman dengan baik berarti Gereja itu lumpuh. Tugas mengerti firman Tuhan dengan baik adalah tugas jemaat. Gereja Reformed Injili berdiri menegakkan firman Tuhan dan kita tidak main-main. Tuhan menugaskan kita untuk memperlengkapi diri supaya kita bisa menjadi alat Tuhan di dalam pembangunan tubuh Kristus. Setiap orang Kristen harus mencapai kesatuan iman. Setiap orang Kristen harus mendapatkan pengetahuan yang benar tentang anak Allah. Setiap orang Kristen harus mencapai kedewasaan penuh dan mencapai kepenuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus. Ini yang dituntut dalam Efesus 4. Ketiga, Iman sejati bukan sekedar diintegrasikan tetapi iman sejati harus bertahan di dalam penderitaan dan kesengsaraan. Di tengah-tengah berbagai macam terpaan badai dan berbagai iming-iming kemanisan dunia yang berdosa. Di sinilah Kekristenan diuji dalam dua hal. Dengan penderitaan dan kerelaan kita untuk berkorban demi Kristus. Ini membuktikan seberapa jauh kita mengenal Kristus (bnd II tim 1:12). Iman kita kepada Dia menyebabkan kita berani untuk menderita 1. 15 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 semuanya ini. 2 Tim 3:12 mengatakan, "Memang setiap orang yang mau beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya. "Ajaran mengenai penderitaan ini berulang kali diajarkan dalam PB. Barang siapa mempunyai pengetahuan iman yang sejati di dalam Kristus, dia tidak mudah dijatuhkan di dalam berbagai-bagai pencobaan dan iming-iming dunia ini. Hari ini banyak orang Kristen dijatuhkan oleh berbagai iming-iming dunia, misalnya oleh materialisme. Seberapa jauh pengenalan kita kepada Kristus sejauh itu jugalah kita bisa melatih dan mendidik iman kita untuk tetap bertahan dan tidak mudah dipancing dengan berbagai macam pancingan dunia ini. Iman yang sejati adalah iman yang terbentuk menjadi satu keutuhan yang saling mengikat satu sama lain. Dan ini dibuktikan di dalam praktika hidup kita di tengah pencobaan dan tipuan dunia baik melalui kekerasan maupun melalui pancingan manis. Jika ini terjadi berarti iman kita sedang bertumbuh menuju kesempurnaan yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman. Orang benar akan hidup oleh iman. 2. Elemen Kedua Pertumbuhan Iman Kristen Kehidupan Kristen berada dalam dua titik yang harus kita perhatikan. Pertama titik ideal yang menjadi sasaran kesempurnaan yang Tuhan tetapkan berdasarkan Firman. Ini merupakan sesuatu yang agung dan mulia. Kedua, Alkitab mengajarkan kepada kita adanya titik realita. Sebagai manusia kita sadar tidak ada manusia yang sempurna. Oleh sebab itu kita masih terus menerus diproses dalam proses pengudusan. Kekristenan melangkah dengan menggabungkan kedua titik tersebut yaitu titik realita dan titik ideal. Betapa celaka kalau di tengah dunia yang berproses ini ternyata kita sudah sampai pada titik sempurna. Di sini kita menghadapi dua konflik yang besar. Di satu sisi manusia harus berhenti di tengah proses. Di lain sisi manusia harus terus berproses. Pertanyaannya, "Jika manusia sudah mencapai kesempurnaan lalu masih harus berproses, maka manusia harus berproses ke mana?" Jawabannya hanya satu yaitu menuju ketidaksempurnaan. Ini berarti manusia mengalami degradasi, kemerosotan dari proses. Tuhan membiarkan kita terus berproses di tengah dunia yang berproses agar kita terus bertumbuh. Sekarang yang menjadi masalah, apa yang harus bertumbuh? Dalam Ef 1:15-23, kita menemukan enam elemen yang harus menjadi bagian dari proses pertumbuhan kita. Keenam elemen ini tidak boleh satupun diabaikan. Seluruh elemen ini merupakan elemen yang saling terjalin satu sama lain. Keenam elemen ini tidak bertumbuh secara otomatis, tetapi harus terus digarap di dalam hidup kita. Minggu lalu kita telah membicarakan elemen pertama yaitu iman. Iman yang sejati adalah iman yang kembali kepada Kristus. Namun Iman sejati ini harus diimbangi dengan elemen kedua yaitu kasih. Dua elemen ini adalah pembentuk iman Kristen yang pertama. Ini penting agar kita tidak salah di dalam mengerti cinta kasih. Kasih yang harus kita garap sebagai orang Kristen berbeda dengan kasih yang diajarkan dunia. Kasih menurut Alkitab adalah kasih yang unik dan terjadi hanya di antara orang kudus atau anak-anak Tuhan. Konsep Kasih menurut iman Kristen sangat unik dan bersifat esensial, berbeda dengan apa yang dimengerti oleh dunia. Pertama, Kasih yang sejati dimulai dari diri Allah sendiri. Alkitab mengatakan Allah adalah kasih. Ini berbeda secara kualitatif dibandingkan kalau kita mengatakan Allah bersifat kasih, Allah mempunyai kasih, atau Allah memberi kasih. Kasih yang dimengerti oleh iman Kristen adalah kasih yang bersifat personal dan 16 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 kasih yang identik dengan Allah sendiri. Ini juga menunjukkan bahwa semua kasih turunan yang ada di dalam dunia ini bersumber dari kasih Allah. Kalau ada kasih di luar Allah itu pasti bukan kasih yang sejati. Maka ini menjadikan Allah menjadi sumber satu-satunya dari kasih. Dan semua kasih yang dimengerti oleh manusia harus kembali kepada Allah. Kasih Allah inilah yang menjadi dasar orang Kristen bisa mengasihi (Bnd Yoh 3:16; Roma 5:6-10). Dalam Yoh 13:34-35, Yesus mengatakan supaya para murid saling mengasihi, seperti Yesus mengasihi kita. Demikian pula kita harus mengasihi saudara seiman kita. Jadi kriteria kasih di sini adalah kasih Allah yang mengasihi kita. Tujuannya agar semua orang tahu bahwa kita adalah murid-murid Yesus jika kita saling mengasihi. Mengapa? Karena sifat kasih di sini berbeda dengan apa yang dimengerti oleh dunia dan bersifat eksklusif. Ini disebut perintah baru karena perintah ini dijalankan dan baru dimengerti setelah Kristus menjalankan secara total dan memberikannya kepada manusia. Oleh sebab itu manusia tidak mungkin mengerti kasih sejati kecuali jika dia kembali kepada Yesus Kristus. Kedua, waktu kita mau mengerti kasih dan menumbuhkan kasih ini, kita harus kembali kepada Allah. Manusia hanyalah agen kasih. Hal ini disebabkan karena manusia dicipta oleh Allah menurut gambar dan rupa Allah sehingga ada kemiripan namun juga ada perbedaan kualitatif. Allah adalah kasih maka manusia juga bersifat kasih. Demikian pula Allah adalah adil maka manusia bersifat adil. Tidak heran di dalam hidup manusia membutuhkan kasih, mencari kasih dan mengaplikasikan kasih. Tetapi kasih ini bukanlah kasih yang asli dari manusia melainkan kasih yang menjadi fasilitator dari Allah. Ketika manusia berdosa maka hubungan antara Allah sebagai sumber kasih dengan manusia sebagai agen kasih ini terputus. Sesudah jatuh dalam dosa, manusia berusaha untuk mencari kasih tetapi tidak lagi berhubungan dengan Allah sebagai sumber kasih. Manusia sudah kehilangan kasih yang asli. Abraham Maslow, seorang humanis mengatakan manusia mempunyai kebutuhan yang tidak bisa ditolak. Kebutuhan yang sangat mendasar sekali yaitu love and to be love. Manusia akan menjadi gila kalau kekurangan cinta kasih. Akibatnya manusia mencari kasih, menginginkan kasih, menerapkan kasih akhirnya manusia jatuh ke dalam kasih yang tidak kembali ke sumber kasih. Akibatnya, dunia tidak bisa menerapkan kasih sejati dari Allah. Kasih yang dilakukan oleh dunia adalah kasih yang bersifat manipulatif. Dengan kata lain siapa yang kita cintai akan menjadi korban kita. Kasih seperti ini lebih tepat dikatakan ‘aku mencintai diriku sendiri.’ Di belakang kata kasih yang begitu indah ada suatu kejahatan yang didasarkan pada egoisme yang ingin memiliki dan menguasai. Kasih yang sejati terjadi jika kembali kepada sumber kasih yang sejati. Untuk menumbuhkan kasih sejati ini, bukan dengan mempraktekkan apa yang dunia ajarkan melainkan kita bergumul kembali untuk memiliki kasih Allah yang boleh kita praktekkan dalam hidup kita. Ini baru bisa terjadi jika kita kembali kepada Kristus dan menerima Kristus. Maka orang tersebut harus bertobat. Ketiga, cinta kasih ini bersifat memberi bukan menuntut. Kasih sejati adalah kasih yang mau berbagi, kasih yang selalu keluar. Kasih yang sejati bersifat aktif bukan pasif sehingga menunggu supaya dikasihi. Kasih yang kembali kepada Allah adalah kasih yang ekstensi, berinisiatif, bertindak dan bersifat proaktif. Inilah prinsip kembalinya kasih yang sejati. Kasih yang keluar dan mengalir itulah ciri dari kasih Kristen yang sejati. Makin besar kasih kita berarti semakin kita bertumbuh. Kasih yang sejati seperti dalam Ef 1:15-17 dan Yoh 13 adalah kasih yang misioner. Kasih sejati membuat kasih itu kuat dan menarik semua orang datang kepada Kristus. Kasih di tengah-tengah jemaat Efesus membuat semua orang luar melihat cinta kasih itu, inilah yang dituntut oleh Tuhan. 17 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Di dalam PL, Allah membentuk Israel agar menjalankan kasih sejati, sehingga semua orang dapat melihat dan mengenal Allah Israel. Tetapi Israel tidak menjalankan misi ini, maka Tuhan membuang Israel dan memilih Israel baru yaitu Gereja. Gereja disebut Israel baru yang menjalankan fungsi imamat yang rajani. Israel yang baru ini juga dituntut hal yang sama oleh Tuhan yaitu menjalankan kasih sehingga semua orang melihat cinta kasih Kristus. Di luar cinta kasih Kristus kasih kita tidak ada harganya. Jika dengan gerakan diakonia tidak membuat orang melihat cinta kasih Kristus berarti tidak ada gunanya pelayanan diakonia itu. Jika Gereja tidak menjalankan cinta kasih sejati berarti Gereja gagal menjalankan misinya di dunia. Untuk menjalankan cinta kasih ini, harus lahir dari ketulusan hati dan tidak ada semangat untuk merugikan orang lain. Jika di tengah-tengah Kekristenan sendiri sudah tidak ada yang dipercayai lagi, lalu kepada siapa kita harus percaya. Itu sebabnya di tengah-tengah Gereja harus ada cinta kasih sejati. 1. cinta kasih sejati bersumber dari iman yang sejati; 2. aplikasi di tengah-tengah jemaat: a. Persekutuan wilayah bisa digarap dengan baik dan menjadikan anak-anak Tuhan lebih erat dalam persekutuan satu sama lain. Gereja merupakan tempat di mana kita bertumbuh dalam iman dan juga cinta kasih; b. juga di dalam wadah perjamuan kasih menjadi tempat di mana kita melayani satu sama lain. Cinta kasih seperti ini tidak mungkin terjadi jika seluruh unsurnya tidak betul-betul di dalam Tuhan. Karena itu di dalam Alkitab dikatakan kasih yang di antara semua orang kudus. Bersifat eksklusif di antara anak-anak Tuhan, harus muncul di tengah kesetiaan kepada Firman dan tidak pernah terjadi keluar dari kebenaran. Marilah kita mulai mengembangkan kehidupan iman dan cinta kasih kita. Sehingga diharapkan boleh mengajar kepada kita supaya kita terus bertumbuh di dalam cinta kasih. Mari kita berproses dan belajar memperkembangkan dua elemen yang pertama yaitu iman dan kasih. Elemen Ketiga Pertumbuhan Iman Kristen Sebagai orang Kristen kita harus berproses dan bertumbuh baik secara fisik, mental maupun secara rohani. Secara rohani menurut Ef 1:15-23 ada enam elemen yang harus berproses dan bertumbuh di dalam hidup kita. 1. iman kepada Kristus; 2. cinta kasih pada saudara seiman; 3. Roh hikmat; 4. Roh wahyu untuk mengenal Kristus; 5. pengharapan pada panggilan Kristus yang menjadi sasaran terakhir kehidupan kita; kuasa kebangkitan Kristus yang menopang kita untuk melakukan perjalanan pertumbuhan. Keenam elemen ini tidak boleh satupun berhenti di dalam hidup setiap orang percaya. 6. Pada minggu yang lalu kita sudah membahas poin kedua. Berikut ini kita masuk pada poin ketiga yaitu Hikmat. Alkitab mengatakan Roh hikmat dan wahyu sebenarnya adalah Roh hikmat dan Roh wahyu. Hikmat 18 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 yang dimaksud di sini berbeda dengan hikmat yang dimengerti oleh dunia ini. Untuk mengerti hikmat di sini kita harus kembali kepada pengertian yang Alkitab katakan. Di tengah hidup yang begitu sulit dan rumit ini kita membutuhkan hikmat yang khusus untuk bisa menjalankan hidup kita dengan baik di dunia ini. Kekristenan mengajarkan satu prinsip yang tidak mudah. Itu sebabnya di satu pihak orang Kristen harus tulus seperti merpati namun di lain pihak pada saat yang sama kita harus cerdik seperti ular. Kita harus mempunyai ketajaman, kesungguhan, pengertian dan tidak mudah dipermainkan oleh dunia tetapi pada saat yang sama harus mempertahankan integritas hidup kita. Dalam situasi seperti ini kita membutuhkan bijaksana. Untuk memiliki bijaksana seperti ini kuncinya adalah kita harus kembali kepada sumber bijaksana. Di sini kita akan menelusuri beberapa ayat mengenai bijaksana. Pertama, Ams 1-8, delapan pasal ini membicarakan hikmat yang sejati. Kita tidak akan membaca seluruhnya namun hanya mengambil beberapa ayat. Pertama, Ams 2:6 "Karena TUHANlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pegetahuan dan kepandaian." Ayat ini konsisten dengan Ef 1 yaitu sumber hikmat satu-satunya adalah Tuhan sendiri. Di dalam Ams 8:1, hikmat ini dipersonifikasikan sehingga banyak penafsir yang melihat ayat ini identik dengan Kristus. Kristus itulah bijaksana sejati sehingga hikmat di dalam Ams 1-8 dimengerti sebagai gambaran kita melihat Kristus sebagai hikmat, melihat Kristus sebagai bijaksana karena di situlah sumber bijaksana. Pemikiran ini tidak salah, memang di dalam Ams 1-8 ini hikmat dipersonifikasikan. Kata hikmat ini sendiri sebenarnya adalah kata sifat atau kata benda abstrak. Orang berhikmat dimengerti sebagai mempunyai sifat hikmat. Tetapi di dalam Ams 1:20 dikatakan, "Hikmat berseru nyaring dijalan-jalan, di lapangan-lapangan ia memperdengarkan suaranya." Di sini hikmat digambarkan seperti satu makhluk atau seperti orang yang berseru di tengah-tengah lapangan. Di sini dan banyak ayat lain menggambarkan hikmat seperti satu pribadi yang melakukan sesuatu. Jadi hikmat di sini dipersonifikasikan. Gagasan ini di satu pihak membuat kita mengerti secara tepat yaitu Allah menjadi sumber hikmat. Dengan kembali kepada Allah kita baru mendapatkan hikmat yang sejati. Namun ayat-ayat di dalam Amsal ini juga sekaligus memberikan kemungkinan terjadinya penyelewengan penafsiran hermeneutika. Jadi prinsip pertama ini mengajarkan jika kita ingin bijaksana sejati maka kita tidak bisa mengandalkan otak kita maupun realita, karena problemnya adalah di dalam interpretasi realita. Realita adalah realita, pada saat realita masuk ke dalam diri kita realita ini mengalami satu tuntutan subyektif dari kita yang menjadi subyeknya. Maka pada saat yang sama kita sedang masuk bukan lagi pada realita obyektif melainkan kita sedang masuk ke dalam realita subyektif. Di sini kita membutuhkan kacamata tertentu untuk melihat realita. Kacamata yang tepat untuk melihat secara tepat. Untuk memilikinya baru bisa terjadi jika kita kembali memiliki hikmat Allah. Karena penafsiran yang tepat dan sejati harus muncul dari sumber hikmat. Ini kunci di dalam Ams 2:6, "Karena TUHANlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian." Dari sinilah kita mengerti bijaksana yang sejati. Setiap masalah harus ditelaah dari sudut pandang yang tepat dengan cara yang tepat. Setelah itu baru kita bisa mendapat konklusi yang tepat. Inilah yang namanya bijaksana. Bijaksana tidak sama dengan IQ, EQ dan WQ. Mungkin ada orang yang pintar luar biasa tetapi kalau orang tersebut bersifat close system, maksudnya orang tersebut tetap berkukuh pada kemampuan dan pandangan yang menurutnya paling benar. Orang tersebut tidak pernah tahu yang lain dan tidak pernah mau terima yang lain. Jika orang bodoh tidak tahu bahwa dia bodoh dia rasa dia paling pintar. Ini adalah bodohnya bodoh. Jika dia bodoh dia tahu bahwa dia bodoh berarti dia masih bisa diproses untuk 19 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 lebih baik. Ini tidak berarti kita menjadi orang yang terlalu terbuka sehingga kita menjadi relativisme. Di tengah kedua ekstrim ini kita harus mengarahkan diri kepada sumber bijaksana. Dengan demikian kita bisa bersifat terbuka di satu pihak tetapi di lain pihak di tengah proses kita tidak mengalami kejatuhan ke dalam proses yang terlalu terbuka. Di sini Amsal mengatakan baliklah kepada Allah yang adalah sumber hikmat. Dialah yang akan memberikan kepada kita hikmat. Kedua, kita akan melihat dari Ams 4:7 yang mengatakan, "Permulaan hikmat ialah perolehlah hikmat dan dengan segala yang engkau peroleh perolehlah pengertian." Ini adalah kalimat paradoks. Waktu saya meminta hikmat itu menandakan saya berhikmat, karena saya sadar bahwa saya kurang berhikmat sehingga saya membutuhkan hikmat. Tetapi pada waktu saya merasa sudah punya hikmat, saya tidak perlu hikmat maka saya sebenarnya tidak berhikmat. Ini merupakan suatu paradoks yang membuat kita berproses di dalam bijaksana. Orang bijaksana adalah orang yang mulai minta bijaksana. Itulah orang yang sudah punya bijaksana dan membutuhkan bijaksana supaya dia bisa berproses di dalam bijaksana. Jadi orang berhikmat seumur hidup akan menghadapi situasi paradoks. Situasi paradoks inilah yang membuat kita bisa bertumbuh. Ams 4:7 inilah kunci dari hikmat. Ketiga, dalam Ams 8:1 berbicara tentang hikmat yang bersumber dari Allah. Allah adalah hikmat, demikian juga Kristus adalah hikmat. Ini merupakan gambaran yang luar biasa. Dalam Yoh 1 dikatakan hanya dengan hikmat Kristus alam semesta ini tercipta. Namun bijaksana di dalam Alkitab tidak hanya dimengerti sebagai bijaksana essensial di dalam diri Allah. Tetapi bijaksana juga harus dimengerti di dalam bijaksana turunan. Bijaksana yang diberikan kepada manusia sebagai agen bijaksana. Pada waktu Allah memberikan bijaksana ini tidak sama dengan Tuhan memberikan Kristus. Kristus adalah bijaksana itu sendiri, namun ketika Tuhan memberikan bijaksana itu adalah bijaksana turunan. Di dalam bagian ini, Kristus menggunakan bentuk maskulin sedangkan bijaksana memakai bentuk feminim. Bijaksana di sini tidak identik dengan Allah. Bijaksana di sini merupakan bijaksana turunan yang diberikan kepada manusia. Di dalam Yak 1:5, "Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah dia memintakannya kepada Allah, - yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit -, maka hal itu akan diberikannya kepadanya." Di sini kita melihat seperti apa yang diungkapkan dalam Efesus. Hikmat di sini bersumber pada diri Allah. Hikmat ini kemudian diturunkan kepada manusia menjadi agen hikmat. Di sini Paulus berdoa dengan sungguh-sungguh minta kepada Bapa dari Tuhan Yesus yaitu Bapa yang mulia supaya dia memberikan Roh hikmat. Tujuannya agar kita bisa bertumbuh dalam hikmat. Jadi dalam Yak 1:5 ini, bijaksana di sini harus dimengerti sebagai bijaksana yang bersumber dari Allah tetapi bukan Allah. Hikmat perlu berproses dalam pertumbuhan iman kita. Menjadi orang Kristen harus bergumul aktif sehingga menjadi orang yang berhikmat di hadapan Tuhan. Dan hanya melalui proses seperti ini kita bisa memiliki ketajaman pengertian di tengah dunia yang makin lama makin sulit ini. Jika kita tidak memiliki bijaksana kita akan menjadi permainan jaman. Itu sebabnya kita membutuhkan hikmat yang sejati untuk mengantisipasi situasi ini. Kekristenan memiliki pandangan yang jauh lebih tinggi dari apa yang bisa kita lihat. Inilah yang diperlukan oleh dunia ini. Saya harap kita mempunyai pertumbuhan bijaksana yang menjadikan kita tidak hanya berhenti pada apa yang dunia mengerti. Mari kita meminta kepada Tuhan, bukan minta kekayaan, bukan minta kekuasaan, melainkan meminta bijaksana dari Tuhan agar kita dapat hidup dalam dunia ini untuk memuliakan Tuhan. 20 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Elemen Keempat Pertumbuhan Iman Kristen Di dalam Ef 1:15-23 kita sedang mempelajari enam elemen proses pertumbuhan Kristen yang terdiri dari iman, kasih, hikmat, wahyu, pengharapan, dan kuasa. Keenam poin ini harus kita proses dan kita hayati dalam hidup kita sehingga kita bisa bertumbuh. Pada minggu yang lalu kita sudah membahas poin ketiga. Pada hari ini kita akan memasuki poin yang keempat yaitu berkenaan dengan wahyu. Iman, kasih, hikmat dan kuasa harus dibangun di atas wahyu. Di sini Paulus berdoa meminta dengan sungguh-sungguh supaya jemaat boleh bertumbuh di dalam wahyu untuk mengenal Kristus dengan benar. Hal ini penting agar seseorang mengerti kebenaran yang sejati. Manusia dicipta sebagai ciptaan yang unik yang diberikan akal budi oleh Tuhan untuk mengerti kebenaran. Setelah manusia jatuh dalam dosa, manusia telah kehilangan prinsip kebenaran. Akibatnya, dunia dewasa ini menjadi bingung dan jatuh ke dalam berbagai tipuan dunia. Tidak heran kalau dewasa ini banyak orang menjadi stress dan kecewa karena korban berbagai penipuan. Tidak heran manusia sulit mencari yang benar. Akibatnya manusia bingung dan manusia tidak tahu lagi di mana kebenaran itu, sehingga kita sering tertipu. Terlebih lagi kalau kita tertipu yang mengakibatkan pada kebinasaan kekal. Ini merupakan malapetaka terbesar yang bersumber dari setan. Setan rela mengorbankan apapun agar kita menjadi anak buahnya di dalam kematian yang kekal. Untuk ini setan memakai dan menghalalkan berbagai cara agar manusia tertipu. Tidak heran kalau Alkitab menyebut setan sebagai bapa penipu. Oleh karena itu poin yang keempat ini menjadi aspek yang sangat penting dan mendasar. Hal ini disebabkan karena manusia di dalam dunia mencoba melihat kebenaran dari empat aspek. Pertama, manusia mencoba melihat kebenaran dari rasionalisme. Rasionalisme menganggap rasio dengan sarana logika menjadi patokan kebenaran. Jadi yang masuk akal itulah yang benar. Fakta membuktikan rasionalisme tidak mampu menyelesaikan kebenaran. Banyak kebenaran yang berada di luar rasio manusia yang terbatas. Memang dalam aspek tertentu rasio bisa dipakai untuk mencari kebenaran, namun untuk menjadi patokan kebenaran itu tidak mungkin. Kedua, adalah empirisme, yaitu pengalaman, uji coba atau eksperimen itu menjadi dasar kebenaran. Jadi di sini sesuatu itu dikatakan benar kalau sudah diuji berdasarkan pengalaman, uji coba atau eksperimen. Tetapi inipun tidak bisa dijadikan patokan kebenaran karena pengalaman, uji coba ataupun eksperimen manusia tetap terbatas. Ketiga, subyektivisme yang menganggap kebenaran ditentukan oleh diri. Jadi penganut subyektivisme menganggap bahwa dirinya adalah patokan kebenaran. Seluruh kebenaran tergantung pada dia. Masalahnya, siapa di antara kita yang tidak pernah salah. Tidak ada. Keempat, otoritarianisme maksudnya kalau saya tidak bisa menentukan kebenaran maka kebenaran ditentukan oleh yang di atasku. Ini merupakan cara melempar kebenaran kepada yang lebih berotoritas. Masalahnya apakah yang lebih berotoritas dari saya itu membuktikan dia pasti benar. Misalnya apakah Pendeta pasti benar. Jawabannya tentu tidak. Jadi di sini baik rasionalisme, empirisme, subyektivisme, maupun otoritarianisme tidak dapat dijadikan standar kemutlakan. Di sini prinsip Alkitab mengajarkan kita harus kembali kepada sumber kebenaran. Orang Kristen harus sadar bahwa kita bukan patokan kebenaran. Epistemologi Kristen mengajarkan untuk mendapatkan kebenaran kita perlu wahyu. Jadi patokan kebenaran yang kelima ini kita sebut sebagai revelationisme. Keempat 21 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 epistemologi yang lain harus melayani yang kelima ini. Kita harus kembali kepada sumber kebenaran karena kebenaran yang sejati itu bukan bersumber dari saya. Melainkan bersumber dari sumber wahyu yang berada di luar diri saya yang telah mewahyukan kebenaran kepada saya. Seberapa jauh Allah mewahyukan kebenaran pada kita sejauh itu pulalah kita mengerti kebenaran. Jadi Tuhan harus berfirman kepada kita sehingga kita dapat mengerti kebenaran. Ini konsep yang pertama. Jika Allah tidak berfirman maka kita tidak mungkin tahu dan tidak perlu tahu. Jadi kita hanya perlu tahu sejauh yang Allah nyatakan atau berikan. Alkitab menuntut kepada setiap kita untuk bertumbuh di dalam wahyu kebenaran firman Tuhan. Waktu kita kembali kepada wahyu Tuhan dan mau mengerti wahyu Tuhan maka Tuhan akan membuka kebenaran itu. Hal yang kedua, Alkitab mengatakan bukan hanya sekedar wahyu tentang apa. Ini merupakan hal yang sangat sentral di dalam iman Kristen. Berkali-kali di dalam Efesus ditegaskan secara cermat bahwa wahyu di sini tentang wahyu untuk mengenal dia dengan benar. Iman Kristen menuntut pertumbuhan pengertian kita mengerti wahyu tentang sumber kebenaran. Ini yang menjadi patokan di sepanjang alam semesta. Hanya satu oknum di sepanjang sejarah yang berhak mengakui Akulah jalan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang sampai kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. Yesus Kristus satu-satunya kebenaran itu. Inti mengenal adalah mengenal Yesus Kristus. Pengenalan iman harus kembali kepada pengenalan tentang Yesus Kristus secara benar. Ini berarti ada potensi untuk mengenal Kristus secara salah. Dalam Efesus pasal 4 di dalam Gereja ada rasul, nabi, gembala, pengajar, dan penginjil. Allah memberikan semua karunia ini untuk memperlengkapi jemaat orang kudus untuk pembangunan tubuh Kristus. Di sini dituntut setiap orang Kristen harus bertumbuh sampai kita semua mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah (Ef 4:13). Seluruh ajaran iman Kristen titik pusatnya adalah mengerti siapa Yesus Kristus yang sebenarnya sebagaimana yang Dia wahyukan. Di sini bukan berdasarkan spekulasi manusia, pengalaman manusia, subyektivitas manusia melainkan berdasarkan apa yang diwahyukan dalam Alkitab. Dan waktu Alkitab diwahyukan, titik pusatnya di dalam ajaran tentang Yesus Kristus. Salah di dalam doktrin ini dianggap sesat. Ini kunci! Di sini kita melihat betapa signifikannya pengenalan akan Yesus Kristus yang benar. Di dalam II Kor 11:4, "Sebab kamu sabar saja jika ada seseorang yang datang memberitakan Yesus yang lain daripada yang kami beritakan atau memberikan kepada kamu roh yang lain daripada yang kamu terima atau Injil yang lain daripada yang kamu terima." Di sini Yesus-nya lain, rohnya lain dan Injil-nya lain. Satu salah, tigatiganya salah. Yesus-nya lain maka pasti roh-nya lain, kalau roh-nya lain Yesus-nya lain maka pasti Injilnya lain bukan yang asli. Kalau Injilnya lain pasti membicarakan Yesus yang lain. Di sini dituntut pengenalan Yesus yang sejati. Di dalam aspek yang kedua ini kita harus kembali kepda Yesus yang benar. Keempat, proses untuk mengerti tentang Yesus Kristus yang benar yaitu kalau kita kembali kepada Alkitab dari Kejadian sampai Wahyu. Di sini dibicarakan dari dunia ada, dunia berproses sampai kepada dunia selesai. Seluruh proses ini baru mungkin jika Tuhan yang menyatakannya kepada kita. Alkitab sudah lengkap seluruhnya sehingga tidak perlu ditambah. Sekarang Tuhan meminta kita bertumbuh di dalam pengenalan akan firman Tuhan mulai dari Kejadian sampai Wahyu secara berurut agar kita bisa mengenal Yesus Kristus. Sehingga kita tidak didikte oleh rationalisme, empirisme, subyektivisme, otoritarianisme. Kelima, Tuhan menuntut kita menjadi orang yang terus bertumbuh di dalam pengenalan akan Kristus dengan tepat berdasarkan wahyu yang Tuhan berikan. Namun kita sadar tidak ada satupun di antara kita yang mengerti Kristus dengan sempurna. Tetapi inilah yang menuntut kita berproses dan belajar terus- 22 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 menerus. Dengan demikian kita tidak mudah ditipu. Bijaksana sejati dan wahyu sejati harus disatukan, karena itu Paulus berdoa minta hikmat dan wahyu sekaligus. Barulah kita bisa berproses dan bertumbuh dengan baik. Maukah saudara bertumbuh di dalam wahyu? Elemen Kelima Pertumbuhan Iman Kristen Kekristenan adalah satu agama yang menuntut proses bukan sekedar rutinitas ke gereja. Orang Kristen tidak hanya berhenti ketika kita percaya dan memiliki hidup yang kekal. Menjadi orang Kristen berarti kita harus berproses dan bertumbuh. Di sini kita dapat menggambarkan kekristenan bagaikan sebuah pohon yang ditanam lalu berakar dan bertumbuh mulai keluar daun, ranting, lalu berbunga dan kemudian berbuah. Itu sebabnya di dalam Matius 28, Tuhan Yesus memberikan perintah agar para murid pergi menjadikan semua bangsa murid Tuhan, membaptis mereka di dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus serta mengajar mereka melakukan segala yang Tuhan perintahkan kepada mereka. Hari ini kita akan mempelajari poin kelima dari keenam proses pertumbuhan dalam surat Efesus 1:15-23, yaitu mengenai pengharapan. Konsep kelima ini menjadi kekuatan yang begitu besar di dalam kekristenan. Mengapa? Karena iman Kristen ditegakkan di dalam satu pondasi yang memberi pengharapan paling kokoh yang tidak mungkin disaingi oleh siapapun. Hal ini disebabkan karena pengharapan Kristen ditegakkan di atas pondasi kematian dan kebangkitan Kristus. Salib dan kebangkitan Kristus menjadi dua tonggak yang ditegakkan di dalam sejarah oleh Tuhan, yang membuat kita memiliki pengharapan yang pasti. Kedua hal ini ditegakkan oleh Tuhan di dalam sejarah melalui kematian-Nya, Kristus sudah mematikan kuasa kematian dan melalui kebangkitan-Nya, Kristus telah mengalahkan segala kuasa dan melepaskan diri dari segala kuasa. Fakta inilah yang menjadikan kekristenan memiliki pondasi yang tidak pernah mungkin digugurkan oleh zaman. Manusia tidak mungkin hidup tanpa pengharapan. Seseorang yang kehilangan pengharapan akan masa depan maka orang seperti ini akan kehilangan gairah hidup, daya juang dan dia akan menjadi orang yang skeptik. Itu sebabnya, manusia membutuhkan pengharapan. Yang menjadi masalah, pengharapan kepada siapa? Jikalau kita berharap pada uang, pengetahuan, dan kedudukan, maka akan celaka sekali hidup kita. Mengapa? Karena uang, kedudukan dan pengetahuan bukanlah dasar yang kokoh untuk meletakkan pengharapan kita. Sayangnya, banyak orang dewasa ini telah meletakkan pengharapan mereka pada hal yang keliru dan pada dasar yang rapuh. mengatakan, ”Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus.” Di sini Paulus berdoa agar Tuhan memberikan pada jemaat Efesus mata hati yang terang sehingga jemaat bisa melihat pengharapan yang sejati. Hal ini penting karena banyak orang yang hatinya buta dan gelap sehingga mereka tidak mampu keluar dari pengharapan yang keliru. Ingat iman Kristen tidak bersandar pada uang, intelek, dan kekuasaan. Iman Kristen bersandar pada panggilan Kristus. Hanya kepada Kristuslah kita meletakkan pengharapan kita. Hanya di dalam Kristuslah kita memiliki pengharapan yang sejati, karena Kristus melampaui segala pemerintahan, segala kekayaan maupun segala kekuasaan yang ada di dunia ini. Ef 1:18 Pengharapan ini tidak otomatis terjadi. Itu sebabnya tidak heran banyak orang sudah puluhan tahun menjadi orang Kristen tetapi belum sungguh-sungguh meletakkan pengharapan mereka kepada Kristus yang mati dan bangkit. Di sinilah pentingnya pengharapan kita harus kembali kepada Kristus. Pada waktu kita kembali kepada Kristus sebagai sumber pengharapan maka ada beberapa hal yang Kristus sediakan. 23 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Pertama, pengharapan ini menjanjikan masa depan yang paling final. Ini yang menjadi dasar mengapa kita tidak meletakkan dasar pengharapan kita pada uang, intelek, maupun kekuasaan. Semua ini tidak final. Tetapi jika kita meletakkan pengharapan kita pada Kristus berarti kita telah meletakkan diri kita pada dasar yang kokoh dan final. Suatu pengharapan yang tidak berubah dan yang telah mengalahkan semua kekuatan dan kekuasaan di dalam alam semesta. Kebangkitan Kristus meneguhkan bahwa Dia sudah menang. Tidak heran, di dalam Fil 3:14 Paulus mengatakan, “Aku berlari-lari menuju tujuan untuk mendapatkan panggilan surgawi yang telah disediakan Allah bagiku.” Inilah pengharapan Paulus. Di sini bukan berarti Paulus sudah memperoleh pengharapan tersebut melainkan justru Paulus mengejar pengharapan tersebut. Di dalam dunia ini tidak ada jaminan yang pasti kecuali kita kembali kepada Kristus. Dan sekarang kita sedang berlari menuju pengharapan tersebut. Kita sedang melangkah kepada akhir yang tidak mungkin gagal, kepada final yang telah mengalahkan finalitas palsu. Kedua, pengharapan kita harus kembali kepada panggilan yang pasti. Panggilan yang pasti ini baru terjadi jika kita kembali kepada sumber yang pasti. Jadi pengharapan yang sejati harus kembali kepada oknum di luar diri saya yang menjadi penentu dan sumber dari semua keberadaan di dalam dunia. Itu sebabnya kita perlu kembali kepada Kristus yang telah memanggil kita kepada pengharapan yang sejati. Oleh sebab itu saudara, penentuan perjalanan hidup kita bukan berada di tangan kita melainkan di dalam satu pribadi yang berada di atas kita. Pribadi yang lebih bijaksana dan lebih tahu. Dalam hal seperti ini, kita harus kembali kepada Tuhan sebagai pemimpin arah hidup kita. Hanya kembali kepada Tuhan sebagai pengharapan yang sejati dan tidak mungkin salah kita baru bisa memiliki pegangan yang kokoh di dalam dunia ini. Jadi pada aspek kedua ini kita harus memindahkan otoritas pengharapan kita bukan di tangan kita melainkan di tangan Tuhan. Dengan cara seperti ini kita baru mempunyai kekuatan di dalam pengharapan kita. Kesulitan iman Kristen yang paling besar adalah ‘mengapa saya tidak bisa bertumbuh.’ Hal tersebut terjadi karena meskipun kita mengatakan kita meletakkan pengharapan kita pada Kristus tetapi pada hakikatnya kita masih terus berpegang pada pengharapan kita. Ini yang mengakibatkan kita tidak bertumbuh di dalam hidup rohani kita. Mari kita menyerahkan pengharapan kita secara total kepada Tuhan dan biarlah Tuhan yang memimpin hidup kita. Ketiga, pengharapan baru menjadi pengharapan pada waktu kita harus melewati kesulitan. Mengharap pengharapan tanpa mau kesulitan ini satu hal yang keliru. Berharap kepada Tuhan tetapi semuanya mau lancar, ini konsep yang salah. Justru pengharapan harus dinyatakan di dalam melewati lembah bayangbayang maut. Pengharapan sejati keluar pada waktu kita berada di tempat yang paling gelap. Di situlah pengharapan kita keluar menerobos melihat sesuatu yang tidak kita lihat. Pengharapan ini menjadi kekuatan kita menghadapi lembah kekelaman. Jika kita percaya Tuhan itu hidup seharusnya ini menjadi pengharapan di tengah kita mengalami bayang-bayang maut maupun kesulitan hidup. Di tengah-tengah kesulitan justru pengharapan harus bertumbuh di dalam hidup kita. Kita tidak berharap kepada sesuatu yang mati melainkan kita berharap kepada Tuhan yang sudah mati dan bangkit bagi kita. Dunia kita makin lama makin sulit. Alkitab mengatakan ada dua hal yang tidak akan pernah merosot dan menjadi dua penyakit yang akan menghancurkan dunia. Pertama humanisme, manusia akan mementingkan dirinya sendiri. Kedua, materialisme, manusia akan cinta uang (2 Tim 3:1-2). Dua penyakit ini tidak pernah turun dalam sejarah umat manusia. Oleh sebab itu dunia ini makin lama makin menuju kepada kehancuran. Dalam kondisi dunia yang makin merosot menuju kehancuran, justru anak-anak Tuhan akan makin baik. Namun yang makin baik ini adalah minoritas sedangkan yang turun adalah mayoritas. Yang satu minoritas 24 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 naik ke surga sedangkan yang mayoritas turun ke neraka. Jika kita membuka mata kita lebar-lebar seharusnya kita sadar di dalam berbagai bidang dunia ini sedang mengalami penurunan dan kehancuran. Tetapi ini jangan membuat kita pesimis. Justru di dalam keadaan seperti ini kita perlu bertanya bagaimana kita bisa menyelamatkan orang lain yang selama ini dalam kehancuran. Bagaimana kita bisa menyadarkan mereka kembali kepada Kristus yang sudah menebus dosa mereka. Inilah panggilan kita! Untuk itu kita sendiri harus memproses pengharapan kita dan melihat kepada Kristus dan buktikan kepada sejarah bahwa kita berharap kepada Kristus. Hanya dengan demikian dapat membuat kita kuat. Maukah saudara? Elemen Keenam Pertumbuhan Iman Kristen Minggu ini kita membahas elemen terakhir dari keenam proses pertumbuhan rohani yaitu kuasa. Kuasa penting untuk menjalankan pengharapan namun banyak orang salah mengerti ketika membicarakan mengenai kuasa. Seringkali kuasa dimengerti sebagai kuasa yang dimiliki oleh manusia dan dipakai untuk kepentingan manusia. Kuasa seperti ini bukan dari Allah dan tidak diajarkan oleh Tuhan karena bersifat antroposentris. Kuasa ini mungkin dikerjakan oleh setan. Itu sebabnya kita perlu membedakan antara kuasa Tuhan dan bukan kuasa Tuhan. Jika ini belum beres maka kita akan bingung dan bisa disesatkan. Mengapa? Karena ketika kita berbicara mengenai kuasa seringkali dimengerti secara duniawi dan lepas dari kebenaran firman Tuhan. Kuasa seperti ini bukanlah kuasa dari Allah sekalipun kuasa ini besar dan bisa melakukan perbuatan-perbuatan yang bersifat supranatural bahkan melakukan banyak tanda-tanda mujizat. Apalagi di tengah-tengah era gerakan zaman baru dewasa ini. Kekuatan supranatural dan mujizat bukan lagi barang langka. Sejak awal, Alkitab menyatakan bahwa kuasa seperti ini ada, bukan fiktif dan bisa dialami oleh manusia. Alkitab mengatakan kuasa yang tertinggi adalah kuasa dari Tuhan. Untuk hal ini kita bisa melihat beberapa contoh dalam Alkitab, misalnya antara Musa dengan tukang sihir Firaun; juga antara nabi Elia dengan nabinabi palsu di gunung Karmel. Ketika peristiwa ini terjadi kita melihat bahwa kuasa Tuhan lebih besar dari kuasa setan. Jika demikian apakah kuasa Allah dengan kuasa setan hanya lebih besar secara kuantitatif? Tidak, karena di dalamnya ada unsur-unsur tertentu yang secara tajam membedakan antara kuasa yang sejati dari Tuhan dan bukan dari Tuhan. Ini yang pertama-tama harus kita bereskan, jika tidak pikiran kita akan tersesat seperti yang dipikirkan oleh orang-orang gerakan zaman baru termasuk orang-orang Kristen yang sudah tercemar oleh pikiran gerakan zaman baru ini. Di dalam Matius 7:21-23, Tuhan Yesus menjelaskan kuasa yang muncul dari nabi palsu. Jika kita melihat konteks dari ayat ini yaitu mulai dari ayat 15 mengatakan, "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas." Kemudian di dalam konteks ayat 21-23, Tuhan Yesus memberikan peringatan. Di dalam bagian ini kita melihat, apa yang membedakan antara kuasa Tuhan dan kuasa setan. Pertama, kuasa Tuhan berjalan dengan satu integritas, terbuka, tidak main-main dan tidak ada penipuan didalamnya. Di dalam ayat 21 dikatakan, "Bukan setiap orang yang berseru kepadaku Tuhan, Tuhan yang akan diselamatkan, tetapi dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga." Banyak orang akan berseru kepada Ku Tuhan, Tuhan bukankah kami bernubuat demi nama-Mu. Bukankah kami mengusir setan demi nama-Mu dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu. Pada waktu itulah aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata, "Aku tidak mengenal kamu enyahlah daripada-Ku engkau yang 25 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 membuat kejahatan." Dalam ayat-ayat ini Tuhan Yesus memberikan atribut kepada nabi palsu sebagai pembuat kejahatan, maksudnya memang profesinya pembuat kejahatan. Namun orang itu sendiri tidak sadar bahwa ia berbuat jahat. Ini terlihat ketika ia mengatakan, "Bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?" Disini kita melihat bahwa mereka juga memakai nama Yesus bahkan memiliki kuasa yang kelihatannya begitu hebat, tetapi bukan dari Tuhan. Secara fenomena kita bisa terkecoh. Hari ini, jika kita melihat orang yang dikategorikan Matius 7:21-23 mungkin kita akan menilai orang tersebut sebagai orang Kristen bahkan seorang aktivis atau pelayan Tuhan. Mengapa? Karena orang tersebut mempunyai kuasa. Orang tersebut bernubuat, melakukan mujizat dan mengusir setan demi nama Yesus. Celakanya orang itu sendiri tidak sadar bahwa dia melakukan kuasa tersebut bukan dari Tuhan. Kuasa dapat menjadi berbahaya, menipu dan juga bisa menjerumuskan. Itu sebabnya kita tidak boleh menganggap ringan kuasa Setan. Kita perlu mengerti kuasa Tuhan yang sejati yang memiliki integritas kebenaran. Kedua, bagaimana kita membedakan kuasa Tuhan dengan nabi palsu? Kuncinya adalah apakah dia melakukan kehendak Bapa atau dia sedang melakukan kehendak manusia. Di dalam Matius 7:21 dikatakan bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku Tuhan, Tuhan yang akan diselamatkan tetapi dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga. Jadi ketika seseorang menjalankan kuasa Allah di dalamnya ada unsur ketaatan mutlak kepada Allah. Itu sebabnya semua mujizat baik dari kitab Kejadian sampai Wahyu mulai dari nabi-nabi PL sampai PB semuanya dilakukan karena Tuhan yang perintahkan untuk dia kerjakan. Jadi semua yang dikerjakan harus kembali kepada ketaatan yaitu melakukan kehendak Bapa bukan untuk kepentingan manusia. Ketiga, kuasa dari Tuhan adalah kuasa yang menghidupkan sedang kuasa dari setan adalah kuasa yang mematikan. Ketika seseorang menjalankan kuasa sesuai dengan kehendak Tuhan maka dia akan memperoleh hidup kekal. Di dalam Injil Matius 7, orang tersebut melakukan kuasa memakai nama Tuhan namun akhirnya masuk neraka. Ini membuktikan dia melakukan kuasa bukan dari Tuhan. Setan bisa menawarkan apapun kecuali memberi hidup kekal, ini prinsip. Setan sangat licik, dia bisa memberikan harta dan kedudukan bahkan Tuhan Yesus sendiri pernah dicobai. Setan berjanji akan memberikan seluruh dunia ini dengan segala kekayaannya jika Tuhan Yesus mau menyembah dia. Setan bisa memberi apapun kecuali hidup, karena inilah yang dia cari. Dia berikan apapun untuk mendapatkan hidup seseorang. Itu sebabnya tawar-menawar dengan setan berarti mencari keuntungan demi kematian. Kuasa dari Tuhan akan memberi kepada kita kehidupan. Dia akan membawa kita kepada keselamatan dan membawa kita kepada ketaatan dan menjadikan kita makin hari makin taat untuk melakukan kehendak Bapa di surga. Dan waktu kita kembali kepada Allah itulah kuasa yang harus membawa kita kembali kepada kebenaran. Inilah kuasa sejati. Keempat, kuasa Allah selalu terintegritas dengan kebenaran sedangkan yang bukan dari Allah selalu terkait dengan ketidakbenaran. Kuasa yang sejati dari Tuhan tidak mungkin berlawanan dengan seluruh firman Tuhan. Itu sebabnya untuk mengetahui kuasa itu dari Tuhan atau bukan, kita harus cek dengan firman Tuhan. Tidak boleh keluar dan bertentangan dengan firman. Kebenaran yang sejati akan membawa kita kepada seluruh ekstensi kebenaran yang sejati. Kebenaran yang sejati akan melahirkan turunan yang mempunyai sifat yang sejati. Jadi tidak mungkin ada kepalsuan di dalamnya. Oleh sebab itu untuk mengerti kuasa yang sejati kita harus mengerti firman Tuhan secara tepat. Itu sebabnya di dalam Efesus 1:15-23, kuasa diletakkan di bagian terakhir. Bagian ini baru bisa dibicarakan setelah kelima bagian sebelumnya kita 26 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 bicarakan. Kuasa sejati tidak mungkin lepas dari iman sejati, kasih sejati, hikmat sejati, wahyu sejati, dan pengharapan sejati. Tidak mungkin kita memiliki kelima elemen di atas benar tetapi kuasanya salah. Saya harap kita menggumulkan kebenaran tentang kuasa ini di dalam hati kita. Tuhan memberikan kuasa itu kepada kita karena itu diperlukan. Tetapi kuasa ini adalah kuasa yang perlu dibedakan dari kuasa yang bukan dari Tuhan. Kuasa ini adalah kuasa yang unik yang hanya dari diri Tuhan sendiri. Kuasa inilah yang boleh menjadikan kita seorang anak Allah yang sejati dan hanya dengan itu kita bisa diproses untuk menjadi anak Allah yang sejati. Mari kita belajar kembali kepada Alkitab agar prinsip dan arah kita jelas dan tidak dipermainkan oleh dunia. Khususnya di tengah-tengah krisis dewasa ini jika kita tidak mempunyai kekuatan dari Tuhan, kita tidak mempunyai kuasa yang menyebabkan kita bisa berdiri tegak menjadi seorang anak Allah. Ini akan menjadikan kita sebagai orang Kristen yang hancur dan akhirnya kembali menjadi orang Kristen duniawi. Banyak orang Kristen yang hari ini runtuh imannya. Hanya dengan kembali kepada kuasa Allah barulah kita bisa berdiri tegak di tengah dunia ini dan mampu menyatakan kebenaran Tuhan di dalam dunia ini. Namun ketika kita kembali kepada kuasa Tuhan ini bukan hal yang instan dan satu hari terjadi dalam hidup kita. Oleh sebab itu kita perlu menggarap dan memprosesnya. Minggu lalu kita membicarakan empat hal yang membedakan kuasa dari Allah dengan yang bukan dari Allah. Pertama, kuasa Tuhan yang sejati adalah kuasa yang terbuka, nyata dan tidak pernah gagal, karena berdiri di atas kedaulatan dan kuasa tertinggi. Kedua, kuasa sejati adalah kuasa yang muncul dari kebenaran Allah dan sinkron dengan kebenaran Allah. Ketiga, kuasa Allah adalah kuasa yang dari mati menjadi hidup, sedangkan dari setan justru menuju kepada kematian. Keempat, kuasa ini dalam Ef 1 diletakkan di dalam segmen yang terakhir dari keenam aspek pertumbuhan kekristenan, sesudah iman, kasih, hikmat, wahyu, dan pengharapan. Jadi kuasa tidak bisa lepas dari kelima elemen ini. Pertama, faktor ketidakmampuan internal. Alkitab mengatakan bahwa di dalam kondisi impotensi manusia, manusia tidak mungkin tidak berdosa. Agustinus mengatakan, "Salah satu problem serius yang dihadapi manusia berdosa adalah kondisi yang disebut sebagai non posse non pecare (tidak mungkin tidak berdosa). Inilah kondisi manusia yang sudah jatuh. Manusia senantiasa dijerat dan dibelenggu oleh dosa. Rm 3 mengatakan, "Tidak ada seorang pun yang benar. Tidak ada seorangpun yang baik." Kalimat ini telah dibuktikan dalam sejarah bukan hanya oleh orang Kristen saja. Aristoteles di dalam teori kebajikan tertingginya akhirnya membuktikan hampir seluruh kebajikan yang dikerjakan di dalam dunia ini bukan kebajikan asli. ‘Baik’ yang ada di dunia ini hanya ‘baik’ yang relatif. ‘Baik’ di ukur menurut egoisme manusia, sedangkan egoisme itu sendiri adalah kejahatan. Jadi ‘baik’ identik dengan ‘kejahatan’ yang sejati. Inilah kebaikan manusia, dan Tuhan melihat ini sebagai kejahatan. Manusia tidak mampu dan tidak ada kekuatan untuk lepas dari belenggu dosanya. Ini yang menjadikan dunia kita masuk ke dalam impotensi total. Alkitab mengatakan, "Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu menaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang durhaka" (Ef 2:1-2). Itulah mati. Mati yaitu hidup, hidup di dalam dosa dan terus berbuat dosa. Taat kepada penguasa kerajaan angkasa, menjadi hamba dosa dan terus diikat oleh dosa. Di sini pentingnya kita mendapat kuasa untuk melepaskan kita dari belenggu dosa. Secara manusiawi kita tidak mungkin keluar dari belenggu dosa. Hanya melalui kuasa Allah yang mengangkat, menarik, dan menghancurkan kuasa kematian yang membelenggu kita. Ya, kuasa yang 27 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 membangkitkan Kristus itulah yang mengeluarkan kita dari kematian menuju kepada keselamatan yang Tuhan berikan. Kedua, karena faktor eksternal kita juga sangat menekan. Dunia kita adalah dunia yang berdosa. Kita berada di tengah dunia ini bagaikan domba di tengah-tengah serigala. Di satu pihak kita dituntut untuk tidak berdosa, di lain pihak kita begitu kecil, lemah dan tidak mampu. Dari dalam kita mengalami impotensi, dari luar kita mengalami tekanan yang begitu berat, ini menjadikan kita betul-betul tidak berdaya, kecuali ada kekuatan dari luar yang memampukan kita. Hanya kuasa kebangkitan Kristus, yaitu kekuatan dinamit (dunamos) yang diberikan Kristus yang membuat kita keluar dan mampu mengatasi situasi yang paling sulit seperti ini. Hidup di tengah dunia jika kita tidak memiliki kekuatan dari Tuhan, kita akan gagal, runtuh, dan rapuh. Di sini kita perlu memikirkan kuasa Allah dan menumbuhkan kuasa Allah di dalam hidup kita. Disamping itu ada juga kuasa yang mengharuskan kuasa Allah itu bertumbuh di dalam diri kita, yaitu panggilan Allah atas diri kita. Ketika kita bertobat menjadi anak-anak Allah ini bukan hal yang sederhana. Banyak orang memperdebatkan doktrin predestinasi, karena doktrin ini dianggap mencapai keegoisan manusia. Padahal ketika Alkitab mengajarkan predestinasi, intinya bukan pada keselamatan melainkan pada panggilan ilahi untuk menjadi saksi-Nya. Yoh 15:16 mengatakan, "Bukan kamu yang memilih Aku tetapi Akulah yang memilih kamu supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu tetap. Tuhan memilih dan menetapkan kita dari sejak awal supaya kita pergi dan menghasilkan buah. Kita dipanggil untuk menjadi saksi Tuhan di tengah dunia ini. Doktrin Reformed bukan hanya doktrin di kepala. Doktrin Reformed Injili mengajarkan agar dengan Teologi Reformed dan semangat Injili kita memenangkan jiwa dan bersaksi bagi Tuhan. Tuhan memanggil anakanakNya supaya di tengah dunia yang gelap ini ada secercah terang. Kita dipanggil untuk menjadi garam dunia, tetapi jika garam itu sudah menjadi tawar, tidak ada gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kita ditebus dan dikeluarkan dari lumpur dosa supaya kita menyatakan kebenaran Allah di dalam dunia yang gelap ini. Kekristenan bukan hanya teori melainkan suatu tuntutan untuk kita hidup benar. Itu sebabnya ketika kita percaya, Tuhan sudah memberi kita kuasa untuk kita menjadi anak-anak Allah, agar kita bisa mencerminkan kondisi sifat yang dimiliki oleh Bapa kita di sorga. Pada jaman ini banyak orang Kristen yang kehilangan misi ini. Salah satu sebabnya adalah karena orang Kristen menghindari satu pernyataan yang ditegaskan oleh Paulus di dalam 1 Kor 11:1, "Hendaklah engkau menjadi pengikut-ku sama seperti aku menjadi pengikut Kristus." Dewasa ini banyak orang Kristen bahkan hamba Tuhan seolah-olah hidup lebih rohani kelihatannya, dengan mengatakan, "Jangan lihat saya karena saya lemah dan tidak sempurna, lihatlah Tuhan dan jangan ikuti saya." Di sini terlihat seperti rohani tetapi dibalik itu sebetulnya ada satu penegasan yaitu tuntutan untuk kita terhindar dari keharusan menjalankan misi sebagai anak Tuhan. Kita tidak berani menyatakan diri di hadapan orang bahwa saya harus menjadi teladan bagimu. Ketika Paulus mengatakan kalimat tersebut sama sekali tidak bermaksud menyatakan diri bahwa dia sudah sempurna. Tidak! Paulus tetap masih di dalam proses menuju kepada kesempurnaan. Di dunia ini tidak ada orang sempurna kecuali Tuhan sendiri. Namun pada waktu Paulus mengatakan kalimat tersebut berarti dia memperkenankan orang melihat dia untuk dipertimbangkan. Di dalam hal yang kelihatannya sederhana kita bisa menjadi saksi. Memang untuk menjadi saksi Tuhan Alkitab mengatakan tidak mudah. Hal ini perlu dikerjakan secara serius. Kita perlu bersandar kepada kuasa Tuhan sehingga kita dimampukan untuk menjadi saksi Tuhan di tengah dunia yang gelap ini. 28 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Ketiga, kuasa yang memungkinkan saya untuk taat kepada Kristus. Kuasa kebangkitan Kristus adalah kuasa yang mengeluarkan saya, dari jerat belenggu kuasa kegelapan menjadi hamba kebenaran. Hanya dengan kembali kepada kebenaran kita dapat menjadi orang yang bahagia. Namun untuk keluar dari sini bukan hal yang mudah. Kita perlu kuasa Tuhan untuk mengerjakan pekerjaan yang Tuhan tetapkan supaya kita boleh kuat dan menjadi saksi Tuhan. Kuasa diberikan untuk membangkitkan kita keluar dari jerat dosa, hidup di dalam ketaatan pada kebenaran, dan menjadi anak-anak Allah untuk menjalankan kehendak-Nya. Namun untuk mengerti bertumbuhnya kuasa yang Tuhan sediakan, kita perlu mengerti dua hal; pertama kuasa tersebut adalah kuasa yang bersumber dari Allah. Untuk menumbuhkan kuasa, kita memerlukan kunci kedua yaitu ketaatan menjalankan kebenaran berdasarkan kuasa tersebut. Ketika kita menerima kuasa sebagai anak Allah, Tuhan menuntut kita untuk berjalan dan melangkah dalam kebenaran itu. Waktu kita melangkah di dalam kebenaran maka kita baru sadar bahwa Tuhan sedang membangun kita di dalam kebenaran. Waktu kita taat, ketika itulah kuasa Tuhan akan bekerja di dalam diri kita. Jadi, kuasa dan ketaatan adalah dua hal yang harus kita garap. Kuasa mengakibatkan kita bisa taat, dan saat kita menjalankan ketaatan, kuasa itu semakin besar kita rasakan. Semakin besar kuasa kita rasakan makin membuat kita lebih taat lagi. Ini menjadi putaran yang makin hari makin bertambah besar. Dengan demikian makin hari makin membuat kita bertumbuh dalam kuasa Kristus, bertumbuh dalam kuasa kebangkitan dan menjadikan kita makin hari makin taat. Biarlah di tengah situasi dewasa ini kita boleh menjadi saksi Kristus. Kita tidak tahu esok seperti apa? Mungkin krisis semakin sulit dan semakin menekan. Namun dalam situasi seperti ini saya berharap Saudara tidak lari dan tidak menjual iman Saudara. Justru di tengah krisis ini saya berharap saudara memiliki kekuatan untuk menjadi saksi dan bersandar kepada kuasa dan pemeliharaan-Nya. Tuhan menginginkan kita taat kepada Dia. Biarlah ini boleh menumbuhkan iman kita dari sekarang dan sampai selama-lamanya. Amin! 29 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 K Ke ep pe en nu ua ah ha an nh hiid du up pd da alla am mK Krriis sttu us s Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 11 Efesus 1:11 Aku katakan "di dalam Kristus," karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan––kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak–Nya merupakan satu kalimat utuh dengan koma, koma yang berbentuk participle-participle yang tersusun begitu banyak dan rumit. Dalam bahasa Indonesia satu alinea tidak mungkin terus disambung menjadi satu kalimat. Dalam situasi ini LAI juga memotong kalimat dengan memberi subyeknya. Ini tidak menyalahi struktur kalimat hanya tekanannya pada "karena di dalam Dia." Ef 1: 3-14 Mengapa harus di dalam Kristus? Karena di dalam Kristus kita mendapat bagian yang dijanjikan. Inilah yang membentuk kepenuhan hidup kita. Hidup manusia baru kembali kepada aslinya jika manusia kembali menjalankan fungsi sebagaimana ditetapkan oleh Tuhan di dalam Kristus sehingga manusia mendapatkan apa yang dijanjikan Allah menjadi bagiannya. Inilah misi dari hidup manusia. Setiap ciptaan dicipta oleh pencipta menurut rancangan pencipta dan hasil akhirnya untuk pencipta. Hukum ini adalah hukum yang sah berlaku di mana saja dan kapan saja. Demikian pula, manusia dicipta oleh Allah menurut rancangan Allah hasil akhirnya untuk Allah. Hukum ini tidak bisa dilanggar. Mengerti hukum ini akan mengerti semua aspek. Namun kepenuhan hidup manusia bisa menyeleweng. Sama seperti mike dicipta untuk menjadi pengeras suara. Namun mike juga bisa disalahgunakan, misalnya untuk memukul kepala. Pada waktu itu mike tersebut sudah gagal mencapai kepenuhan keberadaannya. Demikian pula dengan manusia bisa menyalahgunakan fungsinya. Tidak heran, di dalam hidup manusia setelah kita berjuang pada satu titik kita merasa kosong. Kita mulai bertanya, "Apa yang sedang saya lakukan? Sepertinya tidak ada artinya? Hidupku kosong." Namun pertanyaannya, "Apakah realitanya harus seperti ini? Kita harus membedakan realita dengan yang seharusnya. Tidak cukup kita membangun teori di atas realita. Kita harus membangun teori di atas ide seharusnya seperti apa. Dari sini baru kita melihat realitanya seperti apa. Paulus mengatakan, "di dalam Kristus", karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya." Siapakah Paulus? Jika kita membaca Filipi 3, kita menemukan banyak hal yang Paulus bisa banggakan. Berdasarkan keturunan Paulus orang Yahudi asli dari suku Benyamin di sunat hari ke 8. Secara intelektual, Paulus orang yang brilliant. Umur 30 tahun sudah menjadi orang Farisi. Paulus mewarisi seluruh kebudayaan Ibrani mengerti Talmud, Midrash, dan hafal Taurat. Bahkan menjadi murid kesayangan Gamaliel. Seorang profesor yang paling terkenal pada waktu itu. Paulus juga menguasai filsafat Graeco-Romans yang 30 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 pada waktu itu dianggap paling top pada zamannya dan dianggap sebagai ‘mbahnya’ filsafat dunia saat itu. Di Athena Paulus berdialog dengan tokoh-tokoh filsafat disana. Dari segi kerja, Paulus seorang yang berani berjuang. Dia adalah seorang penganiaya Kristen. Paulus bukan hanya pandai bicara tapi dia juga seorang yang memiliki semangat bekerja. Singkatnya, Paulus memiliki kehebatan baik dari segi eksistensi, intelektual, maupun dari segi kerja. Kurang apa lagi?! Paulus pikir melalui semua itu dia sudah mencapai kepenuhan hidupnya. Namun setelah menemukan Kristus semua yang tadinya dia anggap itulah yang dia kejar, ternyata sekarang hanya sampah yang perlu dibuang." Inilah perbandingan hidup Paulus. Dalam kitab Filipi Paulus sedang men-sharing-kan pengalamannya dari situasi yang lama kepada situasi yang baru. Namun dalam surat Efesus Paulus sedang memberitakan prinsip dasar bagaimana sebetulnya kita harus menggarap hidup kita berdasarkan teologi yang ketat. Di dalam Ef 1:11 ini, Paulus mengatakan inilah bagian yang ditentukan untuk kita. ‘Kita’ di sini bukan ‘semua.’ Saya hanya mendapat bagian yang ditetapkan bagi kita sesuai dengan maksud Allah. Dalam ayat ini digunakan kata ‘maksud Allah’ di bawah menurut keputusan kehendaknya (perhatikan Ef 1:11). Menerima bagian ini sesuai dengan maksud Allah yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendaknya. Kalimat ini dalam bahasa Indonesia menggunakan sedikit permainan kata supaya ini tidak terlalu mirip. Dalam bahasa Indonesia kata maksud dan tujuan seringkali memiliki arti yang dekat. Namun dalam bagian ini dipisah secara drastis. Ketika Paulus mengatakan kita mendapatkan bagian yang sesuai dengan maksud Allah. Di sini Paulus menggunakan kata pronesis yang menggambarkan satu maksud yang bersifat spesifik. Dalam kedokteran gigi ada satu istilah yang disebut protese. Protese ini adalah contoh gigi yang dibuat seperti aslinya. Jadi kata ini bersifat spesifik sekali seperti aslinya. Jadi gigi graham harus dibuat seperti gigi graham yang dicabut. Jadi ‘kita’ di sini bukan semua hanya satu bagian yang harus kembali pada bagian itu. Nah pada waktu kita kembali kepada bagian itu kita harus kembali ke maksud asli pencipta modelnya seperti apa dan di mana tempatnya. Posisinya harus tepat. Di sini pentingnya kita mengembalikan diri kita ke posisi yang seharusnya. Tuhan menuntut kita kembali menurut maksud Allah. Ini baru bisa terjadi jika kita kembali kepada Kristus. Disinilah rencana dan maksud itu bisa mencapai kepenuhannya. Jadi dengan kembali pronesis berarti kita kembali menjalankan fungsi yang Tuhan tetapkan di dalam Kristus. Di situlah kita mendapatkan kepenuhan maksud kita. Seperti Paulus mengejar pronesis. Dengan mengejar dan menjalankan maksud Allah ini dia tidak pernah gagal karena itu akan dicatat dalam kekekalan. Karena untuk itulah kita dicipta untuk menjalankan maksud yang dia mau yaitu kita boleh menjadi puji-pujian untuk kemuliaan Tuhan (ay. 12). Sebelum kita sampai ke tujuan kita harus mengerti maksud Allah Pencipta kita. Setiap orang harus tahu di mana bagiannya. Jika saudara ditetapkan jadi petani. Jadilah petani Kristen, pengusaha Kristen, dokter Kristen, intelektual Kristen. Kita harus tahu di mana posisi kita masing-masing. Itu bukan kita yang mau tapi Tuhan yang tuntut bukan demi kita melainkan demi rencana Allah bagi hidup kita agar Kerajaan Allah digenapi. Sebaliknya jika kita tidak kembali kepada maksud Allah maka semua yang kita kerjakan akan siasia. Mengapa? Karena kita sedang menimbun kehancuran yang kita kejar bertahun-tahun ? Amin! 31 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 K Ke eb ba an ng gk kiitta an nK Krriissttu uss d da an np pe en ng gh ha arra ap pa an nk kiitta a Oleh: Pdt. Rusdi Tanuwidjaya Nats: 62 Matius 27:62 Mt 28:20 Keesokan harinya, yaitu sesudah hari persiapan, datanglah imam–imam kepala dan orang–orang Farisi bersama–sama menghadap Pilatus, 20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." Pandangan kita terhadap Alkitab merupakan hal yang serius karena menentukan ke mana kita akan melangkah dan bagaimana kita membaca, menilai, dan menafsirkan Alkitab. Sebagai seorang reformed Injili kita percaya Alkitab adalah firman Tuhan. Kesulitannya, di dalam Alkitab kita menemukan banyak ucapan iblis, manusia dan malaikat. Bagaimana kita bisa menjelaskan bahwa ucapan-ucapan tersebut juga adalah firman Tuhan. Untuk menjelaskan hal ini saya mengambil contoh, seorang pengarang, anggap saja si A menulis buku. Di dalam buku yang dia tulis banyak mengutip ucapan dari banyak tokoh. Tetapi hasil akhir dari tulisan tersebut kita akui semuanya adalah karangan si A meskipun di dalam buku tersebut banyak ucapan-ucapan dari banyak tokoh. Demikian pula dengan Alkitab, memang di dalam Alkitab banyak ucapan yang bukan dari Tuhan. Tetapi pada waktu Allah menghendaki ucapan tersebut ditulis itu berarti ucapan tersebut adalah firman Tuhan yang diilhamkan sebagaimana 2 Tim 3:16. Dengan dasar presaposisi Alkitab adalah firman Tuhan, maka kita telah meletakkan dasar yang benar. Seluruh ajaran dan hidup orang Kristen dibangun di atas dasar Alkitab. Ini juga sangat membantu kita memahami rencana Allah khususnya berkenaan dengan keselamatan manusia. Mengapa? Ketika Allah ingin menggenapi rencana-Nya seringkali berada di luar kemampuan rasio, pengalaman, dan pembuktian manusia yang terbatas. Misalnya peristiwa kelahiran, kematian dan kebangkitan Yesus Kristus ini sulit dimengerti oleh manusia. Sebagai orang Kristen kita percaya bahwa Allah mewahyukannya di dalam Alkitab. Sekalipun di dalam Alkitab kita melihat Allah bekerja melampaui akal, pengalaman dan pembuktian manusia yang terbatas. Allah yang tidak terbatas sekarang datang ke dalam dunia yang terbatas menjadi seorang bayi yang kecil dan lemah. Dia datang dengan satu tujuan yaitu mati di bukit Golgota untuk menggenapkan kehendak Bapa. Siapa yang mengira bahwa untuk menyelamatkan manusia, Allah rela datang ke dalam dunia dan mati di bukit Golgota. Di Golgota, kelihatannya Yesus Kristus gagal tetapi justru di situlah kedaulatan Allah dinyatakan dan kemenangan diraih. Ya, salib adalah tempat yang penuh paradoks dan sulit dimengerti oleh manusia. Tidak heran, bagi orang Yunani salib adalah kebodohan dan bagi orang Yahudi salib adalah batu sandungan. Namun di dalam hikmat Allah salib adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan, karena melalui kematian-Nya Kristus sudah mematikan kuasa kematian. 32 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Namun drama keselamatan ini tidak hanya berhenti pada titik kematian Kristus. Alkitab mengatakan Kristus bangkit dari antara orang mati. Kebangkitan Kristus merupakan peristiwa penting dan sentral dalam Kekristenan yang dicatat dalam alkitab. Andaikata Kristus tidak dibangkitkan, Paulus mengatakan sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup di dalam dosamu. Dan lagi, bagaimana kita tahu bahwa dosadosa kita sudah diampuni dan kita sudah dibenarkan, jika Kristus tidak dibangkitkan. Jika Kristus tidak dibangkitkan, kelahiran dan kematian-Nya tidak ada gunanya. Sayangnya, banyak jemaat yang tidak sadar terhadap sentralitas dan pentingnya kebangkitan Kristus. Ketidaksadaran akan pentingnya kebangkitan Kristus juga dialami oleh orang yang hidup sejaman dengan Kristus. Misalnya, siapakah yang pertama ingat bahwa Kristus akan bangkit? Kita mungkin berpikir Maria Magdalena. Jawabnya, bukan. Memang Maria Magdalena pergi pagi-pagi ke kubur Yesus tetapi bukan karena dia ingat bahwa Yesus akan bangkit, melainkan karena dia ingin merempah-rempahi tubuh Yesus, karena Maria sangat mengasihi Yesus. Tetapi ini tidak berarti dia memahami mengapa Kristus harus mati dan juga dia tidak ingat bahwa Kristus akan bangkit. Bagaimana dengan murid-murid? Jika kita membaca Alkitab secara teliti, maka kita tahu bahwa muridmurid juga tidak ingat bahwa Yesus akan bangkit. Seharusnya murid-muridlah yang tahu bahwa Yesus akan bangkit karena sebelumnya Kristus berkali-kali memberitahukan akan kematian dan kebangkitan-Nya. Tetapi ketika Maria Magdalena memberitahukan kebangkitan Yesus Kristus, mereka menganggap apa yang dikatakan Maria hanyalah omong kosong (Luk 24:11). Mengapa? Karena para murid percaya kepada mesias yang berbeda dengan apa yang diajarkan Kristus. Tidak heran jika perkataan Kristus tidak pernah mendapat tempat di dalam hati para murid. Mesias yang mereka percaya bukanlah Mesias yang mati di kayu salib melainkan mesias yang akan membebaskan bangsa Israel dari penjajahan bangsa lain. Itu sebabnya kematian dan kebangkitan Kristus tidak pernah terpikirkan oleh mereka. Kondisi para murid tidak banyak berbeda dengan kehidupan umat Kristen dewasa ini. Kita banyak mendengar firman Tuhan. Namun berapa banyak firman Tuhan tersebut kita mengerti dengan hati kita sehingga menjadi pergumulan di dalam hidup kita. Pengertian secara akali berbeda dengan pengertian di dalam hati manusia. Seseorang bisa memiliki pemahaman secara akali namun pemahaman ini belum tentu menjadi pemahaman di dalam hatinya. Itu sebabnya, banyak firman Tuhan yang kita dengar namun tidak menjadi realita di dalam pergumulan hidup kita. Alhasil, hidup kita tidak pernah mengalami perubahan oleh firman tersebut. Karena dalam hidup kita memiliki konsep yang sudah berakar dan bertentangan dengan firman Tuhan. Terakhir, imam-imam kepala dan orang-orang farisi. Merekalah yang sebenarnya ingat bahwa Tuhan Yesus akan bangkit pada hari ketiga (Mat 27:62-66). Sangat ironis sekali justru yang pertama ingat akan kebangkitan adalah para musuh Kristus. Merekalah yang sejak semula berusaha untuk membunuh Kristus dengan menyuap Yudas. Mereka adalah tokoh-tokoh agama yang terkemuka dan terpandang. Tetapi jika mereka tidak kembali kepada kebenaran, mereka akan menjadi penghambat, perusak, dan pembunuh. Bahkan tidak heran mereka menghalalkan berbagai cara untuk mencapai maksud hati mereka yang jahat. Itu sebabnya jika agama tidak kembali kepada kebenaran berarti agama tersebut sedang membuang diri jauh dari Tuhan. Bahkan imam-imam dan orang-orang farisi ini jugalah yang menyuap para pengawal untuk memberitakan isu dusta yang menyatakan bahwa mayat Kristus dicuri oleh para murid. Informasi mengenai pencurian mayat oleh para murid ini kelihatannya masuk akal. Tetapi jika kita telaah lebih dalam seringkali kita temukan dibalik alasan yang logis justru terdapat ketidaklogisan. Pada waktu mereka menyuap untuk 33 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 menyebar dusta tentang pencurian mayat Yesus, di sini kita justru melihat ini semakin memperteguh kebangkitan Tuhan Yesus. Jika mereka mengatakan bahwa para muridlah yang mencuri mayat tersebut, masalahnya, dari mana mereka tahu bahwa mayat tersebut dicuri oleh para murid kecuali mereka melihatnya sendiri. Juga, kekuatan apa yang mendorong para murid yang sedang mengalami kemunduran rohani tersebut untuk mencuri mayat gurunya. Apalagi kubur tersebut sudah dimaterai dan dijaga oleh para pengawal. Dan lagi untuk apa para murid mengambil mayat tersebut? Juga alasan bahwa mayat tersebut dicuri ini tidak logis. Mengapa? 1. Batu yang menutup kubur Yesus beratnya sekitar dua ton. Kubur tersebut dijaga oleh para pengawal yang paling sedikit dijaga oleh lebih dari dua orang. Dan suatu hal yang janggal jika semua pengawal tertidur. Lagi pula, andaikata benar para pengawal tertidur dengan nyenyak, lalu dengan kekuatan apa ke-11 murid mendorong batu tersebut hingga tidak menimbulkan suara yang membangunkan para pengawal. 2. Alkitab mengatakan dengan tegas bahwa Kristus bangkit. Dan kebangkitan inilah yang mengubah kehidupan para murid dari kondisi kerohanian mereka yang bangkrut kepada satu pengharapan yang pasti. Di samping itu kebangkitan Kristus juga menjadi dorongan bagi mereka untuk menggenapi visi dan misi yang Tuhan berikan kepada para murid untuk memberitakan Injil kepada semua bangsa dan menjadikan semua bangsa murid Tuhan (Luk 24:44-49; Mat 28:16-20). Perintah dari Tuhan yang sudah bangkit ini juga seharusnya menjadi visi dan misi Gereja. Gereja yang tidak menjalankan visi dan misi ini adalah Gereja yang lumpuh. Kita dipanggil bukan hanya sekedar datang ke Gereja mendengar firman Tuhan, memuji nama Tuhan, mempersembahkan persembahan kemudian bersalaman lalu pulang. Tidak! Allah menempatkan Gereja di dalam dunia agar Gereja menjadi saksi Kristus dan menjalankan amanat agung yang Tuhan Yesus berikan. Kiranya kuasa kebangkitan Kristus meneguhkan pengharapan kita dan mendorong kita untuk hidup menjadi saksi-Nya di dalam dunia ini. Amin! 34 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 T Tu ug ga as sy ya an ng gb be ellu um ms se elle es sa aii Oleh: Pdt. Rusdi Tanuwidjaya Nats: 1 Kis. 1:1-3 Hai Teofilus, dalam bukuku yang pertama aku menulis tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, 2 sampai pada hari Ia terangkat. Sebelum itu Ia telah memberi perintah–Nya oleh Roh Kudus kepada rasul–rasul yang dipilih–Nya. 3 Kepada mereka Ia menunjukkan diri–Nya setelah penderitaan–Nya selesai, dan dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup. Sebab selama empat puluh hari Ia berulang–ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah. Konteks dari Kis. pasal 1 ini merupakan kesimpulan dan transisi dari Injil Lukas ke Kisah Para Rasul. Itu sebabnya dalam Kis 1:1 dikatakan, "Hai Teofilus, dalam bukuku yang pertama aku menulis tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus sampai pada hari Ia terangkat." Disini Lukas membuat suatu hubungan antara Injilnya dan buku Kisah Para Rasul. Kelihatannya ditulis secara khusus untuk seorang yang bernama Teofilus. Arti nama Teofilus ini sendiri merupakan kombinasi dari dua kata Yunani yang bisa berarti ‘a friend of God’ atau ‘beloved of God.’ Dalam Injil Lukas disebut Teofilus yang mulia. Kata ‘yang mulia’ dalam Kis. hanya ditujukan pada orang yang memiliki kedudukan tinggi di kerajaan Romawi, seperti gubernur Romawi Felik dan Festus. Sehingga kita bisa menduga bahwa Teofilus pun adalah orang yang memiliki kedudukan tinggi di dalam kerajaan Romawi. Minggu ini kita akan membahas Kis 1:1-3. Dalam Kis 1:1-3 ini, kita temukan lima pelajaran rohani penting berkenaan dengan Injil Lukas. Pertama, berkenaan dengan pengajaran Kristus. Seperti dalam Injil Sinoptik, demikian juga dalam Injil Lukas, Tuhan Yesus sering mengajar. Kis 1:1-2 menekankan bahwa Kristus telah mengajar Para Rasul sampai pada waktu Ia naik ke sorga. Dalam seluruh pelayanan Kristus kita melihat pengajaran mendapat tempat yang priotas. Mengapa? Karena pengajaran merupakan satu hal yang sangat penting dan serius. Pengajaran yang Ia ingin sampaikan harus menjadi pegangan, prinsip dan arah bagi pelayanan para rasul di kemudian hari. Itu sebabnya, jangan sampai kita memberitakan Injil Kerajaan Allah atau mengajar jika kita tidak memiliki informasi pengajaran yang benar. Sayangnya, dewasa ini kita melihat banyak orang mau melayani tanpa mau belajar Alkitab baik-baik. Jika Tuhan Yesus sendiri menempatkan pengajaran begitu penting dalam pelayanan-Nya, hendaknya boleh menjadi teladan dan mendorong kita untuk belajar baik-baik. Kedua, belajar dari perbuatan Kristus. Belajar pengetahuan firman Tuhan saja tidak cukup. Kita harus bergumul untuk mengaplikasikan apa yang kita tahu dalam hidup kita setiap hari. Lukas dalam Kis 1:1 menulis, "Segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus." Di-sini kata ‘yang dikerjakan’ mendahului kata ‘diajarkan.’ Sebab kita baru dapat mengajar dengan baik jika kita melakukan apa yang kita ajarkan dan 35 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 dibutuhkan pergumulan untuk mengindikasikan apa yang kita ajar. Ini memang tidak mudah. Pemimpinpemimpin agama Israel menduduki kursi Musa, mereka mengajar tetapi mereka tidak melakukan apa yang mereka ajarkan. Tuhan berkata, "Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkan tetapi tidak melakunya." Berbeda dengan Kristus. Dia bukan hanya mengajar tetapi juga melakukan apa yang dia ajarkan. Lingkup dari yang Kristus ajarkan dan lakukan sangat luas namun secara khusus semua yang Yesus kerjakan dan ajarkan berhubungan dengan keselamatan bagi umat-Nya. Penting untuk kita ingat, jika pengenalan firman Allah tidak merubah hidup kita, sulit bagi kita untuk merubah orang lain. Ketiga, Kristus mengajar melalui Roh Kudus. Ketika Kristus datang ke dunia, Dia datang untuk melayani dan melakukan kehendak Bapa-Nya. Yesus berkata, Aku datang untuk melakukan kehendak Bapa (Yoh 4:34). Di dalam pelayanan-Nya, kita melihat bagaimana Roh Kudus juga menyertai pelayanan Yesus. Ini dapat dilihat ketika Yesus mengajar dan melakukan mujizat. Roh Kudus bekerja melalui itu semua (bnd Mat 12:31-32). Teladan Kristus seharusnya menjadi pola bagi kita. Sebagai manusia kita lemah, itu sebabnya dalam pelayanan kita membutuhkan kuasa yang memampukan kita untuk melayani dan memberitakan firman Tuhan. Kita perlu bersandar pada Tuhan, memohon kepada Tuhan agar Roh Kudus bekerja melalui kita. Ketika kita melayani dan memberitakan Injil Kerajaan Allah biarlah itu dilakukan di dalam kuasa Roh Kudus. Keempat, Kristus mengajar mengenai Kerajaan Allah. Setelah Kristus bangkit dari antara orang mati Dia ada dalam dunia selama 40 hari sebelum naik ke sorga. Selama itu Kristus berulang kali menampakkan diri kepada murid-muridNya. Sebelum Kristus mati berulang kali Ia berbicara mengenai Kerajaan Allah (ay 3), baik di dalam perumpamaan-perumpamaan-Nya, pengajaran-Nya maupun dalam melakukan mujizat tidak lepas dari kerajaan Allah. Mengapa? Karena Kerajaan Allah merupakan tema yang sentral di dalam Alkitab. Secara umum kita dapat mengatakan bahwa Allah adalah Raja atas alam semesta ini, jadi seluruh ciptaanNya harus takluk dibawah otoritas-Nya. Secara khusus dapat dikenakan kepada Kristus yang merupakan Raja atas seluruh umat-Nya. Berbicara mengenai Kerajaan Allah kita harus memperhatikan tiga unsur yaitu pertama, Kerajaan Allah harus ada Rajanya; kedua, Kerajaan Allah ada pemerintahan-Nya; ketiga, Kerajaan ada umat-Nya. Yang pertama Raja dari Kerajaan Allah adalah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi; kedua pemerintahan-Nya adalah bersifat rohani. Otoritas pemerintahan Allah haruslah menguasai hati dan pikiran umat-Nya. Ketiga umat Kerajaan Allah adalah orang-orang yang sudah percaya kepada Kristus atau umat pilihan Tuhan yang sekarang masih berada dibawah tawanan belenggu setan. Itu sebabnya sebagai orang yang sudah diselamatkan Tuhan memanggil kita juga dengan satu mandat untuk pergi memberitakan Injil kerajaan Allah agar umat kerajaan Allah yang saat ini masih berada dibawah kuasa si jahat dapat dibebaskan dan menerima penebusan darah Kristus. Untuk melakukan tugas ini kita memerlukan kuasa Roh Kudus yang memampukan kita menjadi saksi-Nya. Dan kebangkitan Kristus sendiri dalam hal ini menjadi kekuatan dan dorongan di dalam hidup kerohanian para rasul. Kristus bangkit itu mengakibatkan mereka tahu dengan pasti bahwa janji Allah berkenaan dengan kerajaan-Nya suatu kali kelak pasti akan digenapi. Karena Kristus bangkit mereka memiliki pengharapan akan terwujudnya kerajaan Allah pada masa yang akan datang. Jika tidak dibangkitkan bagaimana mereka dapat bangkit dan memiliki keberanian untuk memberitakan kerajaan Allah sedang pemimpin dari kerajaan Allah itu sendiri mati dan tidak bangkit. Kristus telah bangkit dan merestorasi kerohanian para rasul yang memungkinkan mereka mengajar dengan yakin mengenai kerajaan Allah sebagaimana yang telah Kristus ajarkan kepada mereka. 36 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Kelima, Kristus hanya mengajar para rasul yang dipilih. Di dalam Kis 1:2 mengatakan, "Ia telah memberikan perintah-Nya oleh Roh Kudus kepada rasul-rasul yang dipilih-Nya." Kepada merekalah Kristus memberi misi yang jelas, agar para murid pergi dan memberitakan Injil tentang pengampunan dosa ke seluruh dunia mulai dari Yerusalem, Yudea, Samaria dan sampai ke ujung bumi, supaya yang percaya diampuni dosanya. Di dalam Amanat Agung Tuhan Yesus (Mat 28:16-20), kita melihat tiga hal yang Tuhan tegaskan. Pertama Yesus menyatakan wewenang atau otoritas yang ada pada-Nya, yaitu segala kuasa di surga dan di bumi ada pada-Nya; kedua, Kristus memberi perintah agar para murid pergi. Tujuannya agar mereka pergi dan menjadikan semua bangsa murid-Nya; ketiga Kristus memberikan satu jaminan kepada para murid yang dipilih-Nya bahwa Kristus menyertai mereka sampai kepada kesudahan jaman. Jikalu Tuhan yang bangkit mengajar murid-murid-Nya dan memberi perintah kepada mereka untuk pergi menjadikan semua bangsa murid-Nya. Perintah ini bukan hanya untuk para murid dalam arti kata hanya para rasul tetapi ayat ini juga berbicara untuk kita, agar kita juga melanjutkan Amanat Agung ini, sehingga Injil diberitakan kepada segala bangsa mulai dari Yerusalem kemudian Yudea, Samaria dan sampai ke ujung bumi. Ini baru bisa terjadi jika perintah itu juga ditujukan kepada kita sebagai murid-murid Tuhan. Kiranya kelima pelajaran rohani yang kita peroleh dari Kis 1:1-3 ini juga dapat menjadi pergumulan rohani kita. Maukah kita belajar firman Tuhan dengan rajin dan juga kita bergumul untuk mengaplikasikan firman itu dalam hidup kita? Demikian juga ketika kita memberitakan injil maupun melayani Tuhan kiranya Roh Kudus boleh menyertai pelayanan kita dengan demikian setiap orang yang kita ajar boleh mengerti Injil Kerajaan Allah dengan baik. Kiranya Tuhan Yesus yang telah bangkit memimpin hidup kita dan kuasa Roh Kudus bekerja melalui hidup kita. Amin! 37 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 K Ka am mu ua ak ka an nm me en njja ad dii s sa ak ks sii--K Ku u Oleh: Pdt. Rusdi Tanuwidjaya Nats: 4 Kis. 1:4-8 Pada suatu hari ketika Ia makan bersama–sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa, yang––demikian kata–Nya––"telah kamu dengar dari pada–Ku. 5 Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus." 6 Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ: "Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?" 7 Jawab–Nya: "Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa 8 Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan sendiri menurut kuasa–Nya. menjadi saksi–Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." Di dalam Kis 1:1-3 penulis Lukas mengintisarikan bukunya yang pertama yakni Injil Lukas di mana membahas apa yang dilakukan dan dikerjakan oleh Kristus ketika Ia ada di dalam dunia ini. Pembahasan ini mencakup dari kelahiran, pelayanan, penderitaan, kematian, kebangkitan dan penampakan Kristus kepada para murid-Nya sampai pada saat Kristus terangkat ke sorga. Minggu ini kita akan membahas apa yang dikatakan oleh Kristus sebelum Dia naik ke sorga. Pada waktu terakhir kali Kristus berkumpul dengan para murid, Lukas mencatat dalam Kis 1:4 bahwa Kristus sedang makan dengan para murid. Kata ‘makan’ di sini disatu sisi membuktikan bahwa Kristus bukan hantu yang tidak memiliki darah dan daging. Di lain sisi ini menunjukkan bahwa kebangkitan Kristus bersifat fisikal. Hanya, tubuh kebangkitan Kristus berbeda dengan tubuh sebelum kebangkitan-Nya, karena tubuhNya sudah dipermuliakan. Sesudah bangkit, Kristus melarang mereka meninggalkan Yerusalem namun di lain sisi kita melihat Tuhan Yesus juga memberi perintah agar para murid pergi memberitakan Injil dan menjadikan segala bangsa murid Tuhan. Memang ini kelihatannya bertentangan namun sesungguhnya tidak, bahkan saling melengkapi. Sesudah bangkit Tuhan memberikan Amanat Agung kepada para murid untuk pergi memberitakan Injil dan menjadikan semua bangsa murid Tuhan, bahkan mengajar para murid mengenai kerajaan Allah. Namun ini tidak cukup, para murid perlu memiliki kuasa agar mereka dapat menjadi saksi Kristus di dalam dunia. Kuasa ini penting sekali bagi para murid untuk menjadi saksi Kristus di dalam dunia. Ingat peperangan kita bukanlah melawan darah dan daging, melainkan melawan penghulu-penghulu kerajaan angkasa yaitu roh-roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. Tanpa kuasa 38 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 dari Allah bagaimana kita dapat membebaskan umat kerajaan Allah yang sekarang masih berada di bawah kuasa si jahat. Itu sebabnya Tuhan Yesus menyuruh para murid untuk menunggu di Yerusalem sampai mereka menerima janji Bapa yaitu berkenaan dengan Roh Kudus. Di dalam Alkitab kita menemukan ribuan janji, tapi hanya satu janji tentang Roh Kudus yang disebut janji dari Bapa. Allah Bapa telah berjanji bahwa Ia akan mencurahkan Roh-Nya ke atas semua manusia pada hari-hari terakhir (Yeh 36; Yoel 2). Dan Kristus sendiri telah menjanjikan kepada murid-murid-Nya tentang karunia Roh Kudus yang datang dari Bapa (Yoh 7:37-39; 14:16; 15:26; 26:7). Di dalam ayat 5 janji Bapa ini dikaitkan dengan pelayanan Yohanes Pembaptis yang di dalam pelayanannya memberitakan tentang pertobatan. Demikian pula dengan baptisan Yohanes Pembaptis sebagai tanda pertobatan. Yohanes Pembaptis sendiri tidak membaptis dengan Roh namun hanya meneguhkan bahwa yang datang kemudian dari padanya akan membaptis dengan Roh Kudus. Setelah Kristus mengatakan bahwa para murid akan dibaptis dengan Roh kudus maka bertanyalah para murid yang berkumpul di situ, "Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan Kerajaan bagi Israel?" Bagian ini tidak mudah untuk dijawab. Mengapa? Karena ada dua pandangan. Pertama, mereka yang percaya bahwa pertanyaan para murid di sini tidak menunjuk kepada pemulihan Kerajaan Israel secara fisik di muka bumi ini. Mereka percaya para murid sudah berubah. Hanya, yang mereka pertanyakan, "Apakah kerajaan yang Tuhan akan pulihkan itu pada masa kini?" Pandangan kedua mengatakan, sekalipun memang para murid sudah percaya bahwa Kristus bangkit bahkan mereka sudah diajar oleh Tuhan mengenai Kerajaan Allah. Tetapi, tidak berarti bahwa para murid sudah memiliki ajaran yang sempurna tanpa salah. Menurut mereka pertanyaan tersebut masih menunjuk kepada keingintahuan tentang penggenapan dari nubuatan mengenai Kerajaan Allah. Mereka masih belum memahami hakekat yang sesungguhnya dari natur rohani Kerajaan Kristus. Saya pribadi percaya sekalipun para murid sudah percaya kepada Kristus dan sudah diajar berulang kali sejak Kebangkitan Kristus sampai Kenaikan-Nya, namun para murid belum memiliki pandangan yang utuh tentang natur dari Kerajaan Kristus. Lagipula kapan Kerajaan itu akan datang mereka tidak perlu tahu berkenaan dengan hal ini. Banyak hal di bumi ini yang Allah tidak ingin kita tahu. Juga berkenaan dengan kedatangan Kristus kembali untuk menegakkan Kerajaan-Nya, tidak ada seorangpun yang tahu. Tidak ada seorangpun yang tahu kapan dunia ini akan berakhir. Sesungguhnya di dalam dunia ini banyak hal yang kita tidak tahu dan memang tidak seharusnya tahu. Firman Tuhan sendiri mengatakan, "Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi Tuhan Allah kita tetapi yang dinyatakan ialah bagi kita." (Ul 29:29). Setelah Tuhan Yesus mengatakan, "Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya." (ay 7) Selanjutnya Tuhan mengalihkan pembicaraan bukan kepada kapan Kerajaan itu akan datang melainkan apa yang harus kita kerjakan sebelum Kerajaan itu diteguhkan. Di dalam ay 8 Tuhan Yesus berkata, "Tetapi kamu akan menerima kuasa kalau Roh Kudus turun ke atas kamu dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem, di seluruh Yudea, Samaria dan sampai ke ujung bumi." Kis 1:8 ini merupakan kunci untuk mengerti seluruh kitab Kisah Para Rasul. Inti kitab Kisah Para Rasul 1:8 ini adalah menjadi saksi. Kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem, Yudea, Samaria dan sampai ke ujung bumi, jikalau kuasa Allah turun atas kamu. Setiap orang percaya adalah saksi-saksi Kristus. Kita adalah pemberitapemberita Injil Kerajaan Allah. Namun kita memerlukan kuasa agar kita dapat menjadi saksi Tuhan. Kita tidak mungkin membawa orang berdosa yang berada di bawah belenggu setan kembali kepada Tuhan jika kuasa Roh Kudus tidak menyertai pelayanan kita. Apabila kuasa pemberi hidup itu ada dalam hidup kita maka kita akan menjadi saksi Kristus dalam dunia yang bengkok dan rusak ini. Kata saksi di sini juga berasal 39 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 dari kata ‘martures.’ Menjadi saksi-saksi Kristus berarti menjadi martir-martir-Nya. Saksi Kristus adalah orang yang telah mempersembahkan hidupnya sebagai korban di hadapan Tuhan. Di kampus, sekolah, keluarga, di tempat kerja, maupun dalam seluruh aspek hidup, kiranya kita boleh menjadi saksi Kristus. Berani untuk memberitakan Injil Kerajaan Allah, Injil tentang pertobatan di dalam Kristus kepada orangorang yang belum percaya. Itulah panggilan hidup kita. Saudara, di tengah situasi yang semakin sulit, panggilan ini kiranya terus bergema di dalam hidup kita, dan kita rela taat pada panggilan tersebut. Dengan demikian kita tidak menjadi pengikut Kristus yang bebal dan egois. Kiranya Tuhan memimpin, memelihara dan memampukan kita menjadi saksi Tuhan di tengah dunia ini. Amin! Soli Deo Gloria. 40 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 P Pe en na an nttiia an n Oleh: Pdt. Rusdi Tanuwidjaya Nats: 12 Kis. 1:12-26 Maka kembalilah rasul–rasul itu ke Yerusalem dari bukit yang disebut Bukit Zaitun, yang hanya seperjalanan Sabat jauhnya dari Yerusalem. 13 Setelah mereka tiba di kota, naiklah mereka ke ruang atas, tempat mereka menumpang. Mereka itu ialah Petrus dan Yohanes, Yakobus dan Andreas, Filipus dan Tomas, Bartolomeus dan Matius, Yakobus bin Alfeus, dan Simon orang Zelot dan Yudas bin Yakobus. 14 Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama–sama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara–saudara Yesus. 15 Pada hari–hari itu berdirilah Petrus di tengah–tengah saudara–saudara yang sedang berkumpul itu, kira–kira seratus dua puluh orang banyaknya, lalu berkata: 16 "Hai saudara–saudara, haruslah genap nas Kitab Suci, yang disampaikan Roh Kudus dengan perantaraan Daud tentang Yudas, pemimpin orang–orang yang menangkap Yesus itu. 17 Dahulu ia termasuk bilangan kami dan mengambil bagian di dalam pelayanan ini." 18 ––Yudas ini telah membeli sebidang tanah dengan upah kejahatannya, lalu ia jatuh tertelungkup, dan perutnya terbelah sehingga semua isi perutnya tertumpah ke luar. 19 Hal itu diketahui oleh semua penduduk Yerusalem, sehingga tanah itu mereka sebut dalam bahasa mereka sendiri "Hakal–Dama," artinya Tanah Darah––. 20 "Sebab ada tertulis dalam kitab Mazmur: Biarlah perkemahannya menjadi sunyi, dan biarlah tidak ada penghuni di dalamnya: dan: Biarlah jabatannya diambil orang lain. 21 Jadi harus ditambahkan kepada kami seorang dari mereka yang senantiasa datang berkumpul dengan kami selama Tuhan Yesus bersama–sama dengan kami, 22 yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga meninggalkan kami, untuk menjadi saksi dengan kami tentang kebangkitan–Nya." 23 Lalu mereka mengusulkan dua orang: Yusuf yang disebut Barsabas dan yang juga bernama Yustus, dan Matias. 24 Mereka semua berdoa dan berkata: "Ya Tuhan, Engkaulah yang mengenal hati semua orang, tunjukkanlah kiranya siapa yang Engkau pilih dari kedua orang ini, 25 untuk menerima jabatan pelayanan, yaitu kerasulan yang ditinggalkan Yudas yang telah jatuh ke tempat yang wajar baginya." 26 Lalu mereka membuang undi bagi kedua orang itu dan yang kena undi adalah Matias dan dengan demikian ia ditambahkan kepada bilangan kesebelas rasul itu. 41 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Empat puluh hari setelah Yesus bangkit, maka Dia harus naik ke sorga. Ini membuktikan bahwa Dia adalah Tuhan dan Juru Selamat yang diutus oleh Bapa dan kembali kepada Bapa serta menjadi satu keunikan yang tidak ada pada agama apapun. Yoh 16: 28 mengatakan, "Aku datang dari Bapa dan Aku datang ke dalam dunia; Aku meninggalkan dunia pula dan pergi kepada Bapa." Dalam ayat yang singkat ini terkandung inti kedatangan Kristus ke dunia. Dia datang dari kekekalan dan kembali pada kekekalan. Dari kekal Kristus masuk ke dalam proses waktu. Melalui inkarnasi Kristus datang ke dalam dunia dengan tujuan untuk mati menggantikan kita dan pengorbanannya diteguhkan di dalam kebangkitan-Nya. Setelah bangkit Kristus menampakkan diri khususnya kepada kedua belas murid dan mengajar mereka tentang Kerajaan Allah. Namun sebelum Yesus naik ke sorga, Dia menyuruh para murid untuk menunggu janji Bapa di Yerusalem agar mereka siap menjadi saksi Kristus. Di dalam ay. 12 kita melihat ketaatan para murid pada perintah Kristus, mereka kembali ke Yerusalem. Jarak antara bukit Zaitun di mana Kristus naik ke sorga dengan Yerusalem tidak jauh. Lukas menulis jarak tersebut sekitar ‘seperjalanan sabat jauhnya.’ Ungkapan hanya ‘seperjalanan sabat jauhnya’ diambil dari kebiasaan rabi Yahudi (para ahli Taurat) yang menetapkan bahwa pada hari sabat orang hanya boleh berjalan menempuh jarak 2000 hasta Yahudi yaitu sekitar 880 meter atau kurang lebih satu km. Setiba di Yerusalem, mereka menuju suatu rumah yang seringkali mereka pakai untuk pertemuan. Di Yerusalem selain para murid juga hadir para wanita, ibu Yesus serta saudara-saudara-Nya. Di tempat ini mereka bertekun dengan sehati dalam doa bersama (ay 13-14). Penulis Lukas mencantumkan nama Maria, ini penting. Mengapa? Pertama, di sinilah Maria terakhir kali namanya dicatat dalam Alkitab. Kedua, Maria di sini disebutkan dalam konteks berdoa bersama dengan para rasul. Ini penting, karena gereja Roma Katolik mereka berdoa melalui perantaraan Maria yang biasanya disebut doa Rosario. Di dalam seluruh PB tidak pernah mengajarkan doa melalui perantara Maria. Kita percaya, Maria adalah hamba Tuhan yang telah dipilih oleh Allah untuk menjadi alat di tangan Tuhan untuk melahirkan Kristus ke dalam dunia. Namun ini tidak berarti dia memiliki kedudukan yang setara dengan Kristus dan menerima penghormatan yang sama dengan Kristus. Bagaimanapun Maria tetap manusia biasa berbeda dengan Kristus yang adalah Allah dan Manusia sejati. Doa dalam kehidupan jemaat mula-mula menjadi bagian yang sangat penting. Bagian ini merupakan doa dalam rangka menunggu janji Bapa di antara kenaikan Tuhan Yesus dan Pentakosta. Pada suatu hari tampillah Petrus di tengah saudara-saudara yang kumpul sekitar 120 orang. Saat itu Petrus mengambil inisiatif untuk mengajukan sebuah usul penting berkenaan dengan jumlah rasul setelah Yudas berkhianat. Berkenaan dengan penghianatan Yudas dan juga kematian-nya sudah menggemparkan orangorang pada waktu itu. Petrus menguraikan bahwa kematian Yudas ini sudah diramalkan di dalam PL melalui Daud (bnd. Maz 108:9). Yudas yang namanya bisa berarti ‘bersyukur’ atau ‘memuji.’ Yudas dipanggil oleh Kristus agar menjadi alat ditangan Tuhan untuk memimpin domba-domba Allah. Namun justru berbalik menjadi pemimpin musuh Kristus. Petrus menyatakan bagaimana akhir hidup Yudas yaitu melalui bunuh diri. Jika kita perhatikan Kis 1:18 seakan-akan bertentangan dengan Mat 27:3-10. Dalam Injil Mat 27 dikatakan bahwa sebidang tanah telah dibeli oleh Dewan Yahudi dengan uang Yudas hasil dari pengkhianatan-nya kepada Kristus. Sedang dalam Kis 1:18 dikatakan Yudas yang membeli tanah tersebut. Penjelasannya sederhana. Memang tanah tersebut dibeli oleh Dewan Yahudi, namun memakai uang Yudas hasil penghianatannya terhadap Kristus dan tanah tersebut atas nama Yudas. Jadi tanah tersebut memang milik Yudas dan ini tidak bertentangan. Tanah itu kemudian dipakai untuk memakamkan orang-orang yang terlalu najis untuk dimakamkan dalam 42 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 pemakaman Yahudi. Sesuai dengan perbuatan Yudas yang telah mencemarkan tanah dengan darahnya sesudah bunuh diri, sehingga tempat kuburan ini dinamai ‘Tanah Darah (Hakal-Dama).’ Kita melihat bahwa ayat ini kelihatannya bertentangan dengan Injil Mat 27:3-10, bagian ini mengatakan bahwa Yudas mati karena gantung diri. Sedang dalam Kis 1:18 mengatakan bahwa Yudas mati jatuh tertelungkup sehingga perutnya terbelah dan semua isi perutnya tertumpah keluar. Kedua bagian inipun tidak bertentangan. Memang benar ketika Yudas sadar bahwa dia sudah menyerahkan orang yang tidak bersalah Yudas menyesal kemudian menyerahkan uang tersebut kepada imam-imam tetapi imam-imam tersebut tidak mau menerima sehingga Yudas membuang uang tersebut kemudian mati menggantung diri. Sesudah itu mayat Yudas yang tergantung jatuh kemudian perutnya terkena benda keras sehingga terbelah dan isi perut-nya tertumpah. Jadi kedua peristiwa ini tidak bertentangan tetapi saling melengkapi. Setelah Yudas mati rasul Petrus dengan mengutip Maz 108:9 mengusulkan untuk memilih seorang yang lain untuk menggantikan Yudas. Namun sebelumnya, Petrus telah memberikan kriteria bahwa orang tersebut harus sudah bersama para murid sejak baptisan Yohanes sampai Yesus terangkat ke sorga untuk menjadi saksi bersama mereka tentang kebangkitan Kristus. Jadi kriteria rasul yang dipilih haruslah orang dekat dan juga telah melihat serta mendengar apa yang dilakukan Kristus khususnya menjadi saksi tentang kebangkitan-Nya. Usul Petrus ini diterima dan dipilih dua orang yaitu Yustus dan Mathias. Kedua orang ini memenuhi syarat untuk menjabat sebagai rasul. Akhirnya dengan melalui undian maka terpilihlah Matias. Masalahnya? Apakah memilih rasul dengan memakai undian diperbolehkan? Yang pasti di dalam PL undian sering digunakan baik oleh bangsa-bangsa kafir juga oleh umat Israel. Dan Allah pun di dalam PL sering memakai undian, hal ini dapat kita lihat ketika membagi suku-suku (Bil 26:52-56). Tapi yang penting sesungguhnya mereka percaya bahwa Allah yang tahu hati manusia, Allah akan menunjukkan jalannya. Dalam hal ini Allah bisa memakai undian. Allah mempergunakan undian berdasarkan doa yang sungguh-sungguh untuk menyatakan kehendak-Nya. Ams 16:33 mengatakan, "Undi dibuang dipangkuan, tetapi setiap keputusan-nya berasal daripada Tuhan." Dalam kasus ini kita harus menafsirkan Alkitab dengan membedakan mana yang normatif dan mana yang tidak normatif. Memang dalam Perjanjian Lama Allah bisa memakai undian untuk menyatakan kehendak-Nya. Allah bisa memakai kebudayaan waktu itu seperti undian yang pada masa itu sering digunakan oleh masyarakat umum, namun jawaban tetap di tangan Tuhan. Di sini yang normatif adalah kehendak Tuhan sedangkan yang tidak normatif adalah undian. Di dalam PB sesudah Kisah Para Rasul pasal pertama kita tidak pernah lagi menemukan undian digunakan di dalam sejarah gereja. Di dalam Kis 6 ketika jemaat mula-mula ingin memilih para diakon mereka tidak menggunakan undian lagi. Namun setelah Matias dipilih menjadi rasul tidak pernah namanya disebut di dalam di dalam kitab Kisah Para Rasul. Namun ada yang berpendapat pemilihan Matias sebagai rasul sebenarnya hanya inisiatif dari rasul Petrus dan bukan kehendak Allah. Memang tidak mudah untuk mengambil suatu keputusan yang sesuai dengan kehendak Allah dalam konteks yang prinsipnya tidak jelas dinyatakan di dalam Alkitab. Misalnya pergumulan menjadi hamba Tuhan penuh waktu; ditugaskan pindah kerja ditempat lain. Dalam konteks seperti ini sulit untuk menemukan antara the will of God dan dicision making. Jadi, bagaimana dengan usul Petrus. Apakah dari manusia atau dari Allah? Jika kita bandingkan dengan Kis pasal 6, secara implisit penulis Lukas yang di ilhami oleh Roh Kudus menerima bahwa Matias adalah rasul ke dua belas. Jangan lupa Kisah Para Rasul ditulis 30 tahun sesudah kebangkitan Kristus. Jadi kalau Matias bukan rasul yang ditentukan oleh Allah pasti dalam tulisannya tidak dikatakan dua belas rasul. Lalu mengenai nama 43 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Matias tidak pernah muncul dalam kitab Kisah Para Rasul tidak menentukan bahwa karena namanya tidak tertulis berarti dia bukan rasul. Itu bukan kriterianya. Mengapa? Karena di antara kesebelas rasul yang dipilih langsung oleh Kristus pun di antara mereka banyak yang tidak tertulis namanya dalam Kisah Para Rasul. Tapi ini tidak membuktikan mereka bukan rasul. Justru ini menunjukkan bahwa Tuhan memilih orang dengan talenta dan karunia yang berbeda, jadi mereka tidak harus selalu tampil ke muka dan berbicara seperti Petrus. Dari kesebelas rasul kita hanya menemukan tiga rasul yang namanya sering dikatakan dalam Kis. selain rasul Paulus. Mereka adalah Petrus, Yohanes dan Yakobus. Minggu ini kita belajar dalam periode penantian kedatangan Roh Kudus yang akan dicurahkan. Kita melihat bagaimana mereka mereka terus bertekun dengan sehati dalam doa. Kiranya Tuhan juga memberi kepada kita hati yang senantiasa bertekun dalam doa. Berharap dan berserah kepada Tuhan. Meskipun kita berada dalam konteks yang berbeda dengan para rasul di mana mereka menantikan janji Bapa, namun kita sudah memiliki janji Bapa yaitu Roh Kudus ketika kita percaya, hanya masalahnya sudahkah kita bertekun dalam doa dan memohon Roh Kudus yang ada di dalam diri kita sehingga kita dapat menjadi saksi Kristus yang baik di dalam dunia ini. Amin! Soli deo gloria. 44 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 P Pe en ntta ak ko os stta a Oleh: Pdt. Rusdi Tanuwidjaya Nats: Kis. 2:1-36 1 Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. 2 Tiba–tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; 3 dan tampaklah kepada mereka lidah–lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing–masing. 4 Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata–kata dalam bahasa–bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya. 5 Waktu itu di Yerusalem diam orang–orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah 6 Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka kolong langit. masing–masing mendengar rasul–rasul itu berkata–kata dalam bahasa mereka sendiri. 7 Mereka semua tercengang–cengang dan heran, lalu berkata: "Bukankah mereka semua 8 Bagaimana mungkin kita masing–masing mendengar mereka berkata–kata dalam bahasa yang berkata–kata itu orang Galilea? kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita: 9 kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, 10 Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah–daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang–pendatang dari Roma, 11 baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata–kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan–perbuatan besar yang dilakukan Allah." 12 Mereka semuanya tercengang–cengang dan sangat termangu–mangu sambil berkata seorang kepada yang lain: "Apakah artinya ini?" 13 Tetapi orang lain menyindir: "Mereka sedang mabuk oleh anggur manis." 14 Maka bangkitlah Petrus berdiri dengan kesebelas rasul itu, dan dengan suara nyaring ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang Yahudi dan kamu semua yang tinggal di Yerusalem, ketahuilah dan camkanlah perkataanku ini. 15 Orang–orang ini tidak mabuk seperti yang kamu sangka, karena hari baru pukul sembilan, 16 tetapi itulah yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi Yoel: 17 Akan terjadi pada hari–hari terakhir––demikianlah firman Allah––bahwa Aku akan mencurahkan Roh–Ku ke atas semua manusia; maka anak–anakmu laki–laki dan perempuan akan bernubuat, dan teruna–terunamu akan mendapat penglihatan– penglihatan, dan orang–orangmu yang tua akan mendapat mimpi. 18 Juga ke atas hamba–hamba–Ku laki–laki dan perempuan akan Kucurahkan Roh–Ku pada hari–hari itu dan mereka akan bernubuat. 45 19 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Dan Aku akan mengadakan mujizat–mujizat di atas, di langit dan tanda–tanda di bawah, di bumi: darah dan api dan gumpalan–gumpalan asap. 20 Matahari akan berubah menjadi gelap gulita dan bulan menjadi darah sebelum datangnya hari Tuhan, hari yang besar dan mulia itu. 21 Dan barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan. 22 Hai orang–orang Israel, dengarlah perkataan ini: Yang aku maksudkan, ialah Yesus dari Nazaret, seorang yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan–kekuatan dan mujizat–mujizat dan tanda–tanda yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia di tengah–tengah kamu, seperti yang kamu tahu. 23 Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana–Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa–bangsa durhaka. 24 Tetapi Allah membangkitkan Dia dengan melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu. 25 Sebab Daud berkata tentang Dia: Aku senantiasa memandang kepada Tuhan, karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. 26 Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak–sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram, 27 sebab Engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus–Mu melihat kebinasaan. 28 Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; Engkau akan melimpahi aku dengan sukacita di hadapan–Mu. 29 Saudara–saudara, aku boleh berkata–kata dengan terus terang kepadamu tentang Daud, bapa bangsa kita. Ia telah mati dan dikubur, dan kuburannya masih ada pada kita sampai hari ini. 30 Tetapi ia adalah seorang nabi dan ia tahu, bahwa Allah telah berjanji kepadanya dengan mengangkat sumpah, bahwa Ia akan mendudukkan seorang dari keturunan Daud sendiri di atas takhtanya. 31 Karena itu ia telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa daging–Nya tidak mengalami kebinasaan. 32 Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi. 33 Dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan Allah dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka dicurahkan–Nya apa yang kamu lihat dan dengar di sini. 34 Sebab bukan Daud yang naik ke sorga, malahan Daud sendiri berkata: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: 35 Duduklah di sebelah kanan–Ku, sampai Kubuat musuh–musuh–Mu menjadi tumpuan kaki–Mu. 36 Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus." Pentakosta merupakan satu dari tiga hari raya orang Yahudi sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah (Im 23:4-21). Itu sebabnya pada hari Pentakosta kita melihat mengapa banyak orang hadir di Yerusalem. Pentakosta adalah hari ke-50 sesudah Paskah dan juga disebut hari genap 7 Minggu (Im 23:15). Pada hari ini roti yang pertama yang dibuat dari gandum hasil panen baru harus dipersembahkan kepada Tuhan sebagai korban. Lalu apa hubungannya dengan janji Bapa? Di sini Roh Kudus menuai hasil pekerjaan Kristus, 46 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 menggunakannya serta menghidupkannya dalam hati manusia. Roh Kudus datang sebagaimana ditetapkan oleh Bapa. Sepuluh hari lamanya para murid berkumpul setelah kenaikan Tuhan Yesus di tempat yang telah diberitahukan oleh Tuhan Yesus untuk menunggu janji Bapa. Pada hari kelima puluh itulah Roh Kudus dicurahkan. Roh Kudus dicurahkan memakai simbol yang kelihatan dan kedengaran. Simbol tersebut jangan kita artikan atau samakan dengan pencurahan Roh Kudus itu sendiri. Tanda atau simbol ini hanya memberikan gambaran peristiwa. Tanda atau simbol dari pencurahan Roh Kudus ini ada dua yaitu Pertama, bunyi seperti tiupan angin yang keras. Angin di sini adalah gambaran dari keilahian dan seringkali digunakan untuk menggambarkan kuasa dan kehadiran Allah, yang mana kuasa dari anugerah Allah tersebut tidak dapat ditolak. Seperti angin, Allah tidak bisa dikontrol oleh manusia, Ia berdaulat, berkuasa dan tidak dapat ditolak dalam semua pekerjaannya. Demikian juga yang kedua yaitu api. Api juga melambangkan kehadiran Allah di tengah umat-Nya. Misalnya dengan Musa, Allah menyatakan diri dalam semak yang menyala (Kel 3:1-6). Demikian juga simbol kehadiran Allah dengan umat Israel adalah tiang api (Kel 13:21-22). Perlu kita perhatikan, api di dalam peristiwa Pantekosta di sini dinyatakan dalam bentuk lidah. Lidah api di sini menunjuk pada hal berbicara dan bersaksi sebagai tugas para murid. Akibat dari kehadiran Roh Kudus kita melihat mereka dipenuhi dengan Roh Kudus. Dipenuhi dengan Roh berarti dikontrol oleh-Nya (Ef 5:18-20). Di samping dipenuhi dengan Roh Kudus para murid juga mulai berbicara dengan bahasa-bahasa lain. Karunia bahasa lidah di sini merupakan kemampuan untuk berbicara suatu bahasa tanpa dipelajari terlebih dahulu (Kis 2:6-11). Kata yang diterjemahkan ‘bahasa-bahasa lain’ (ay 4) sama dengan kata yang dipakai pada ayat 3 untuk menyatakan gejala api yang nampak di atas masingmasing kepala yaitu lidah. Jadi ayat 4 dapat diterjemahkan, ‘mereka mulai berbicara dengan lidah lain sebagaimana yang diberikan Roh kepada mereka untuk berkata-kata.’ Di sini kita harus mencatat perbedaan konsep yang dimengerti oleh gereja Pantekosta dan Karismatik, mereka menyamakan Kis 2 ini dengan 1 Kor 12 dan 14. Padahal kedua bagian Alkitab di atas merupakan dua hal yang berbeda. Dalam Kisah Para Rasul karunia bahasa lidah dimengerti oleh orang banyak yang hadir pada waktu itu. Sedangkan bahasa lidah di dalam 1 Kor 12 dan 14 tidak dapat dimengerti. Kedua, di dalam Kisah Para Rasul bahasa lidah diberikan dalam konteks kesaksian. Sedangkan dalam 1 Kor 12 dan 14 bahasa lidah untuk membangun diri sendiri. Ketiga Dalam Kisah Para Rasul jelas tidak memerlukan penerjemah sedangkan di dalam 1 Kor 12 dan 14 membutuhkan penerjemah. Apalagi kita belum tahu dengan pasti apakah bahasa lidah di dalam 1 Kor 12 dan 14 ini identik dengan bahasa lidah yang ada saat ini. Siapa yang berani memastikan bahwa bahasa lidah yang sekarang digunakan sama dengan bahasa lidah dengan 1 Kor 12 dan 14. Pada saat para rasul dan orang-orang percaya berbicara dalam bahasa lain maka beberapa orang menyindir bahwa mereka mabuk oleh anggur. Mendengar kalimat tersebut maka berdirilah Petrus beserta sebelas rasul yang lain. Kemudian Petrus mewakili para murid berkhotbah. Ini dapat dikatakan merupakan khotbah sulung Petrus. Secara homiletika jika kita melihat ayat 14-36 kita menemukan garis besar khotbah yang baik dalam arti ada pendahuluan (ay 14-21), ada isi (21-35) dan konklusi (36). Khotbah tersebut oleh Petrus diberi judul Yesus adalah Kristus. Mengapa? Karena orang-orang Yahudi pada waktu itu masih tidak percaya bahwa Yesus adalah Kristus atau Mesias yang diurapi. Di dalam bagian pendahuluan, Petrus memperbaiki kekeliruan mereka yang menganggap para rasul dan murid sedang mabuk. Petrus mengatakan bahwa mereka tidak mabuk karena hari baru pukul 9 pagi. 47 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Menurut kebiasaan orang Yahudi pada hari raya umat harus berdoa lebih dahulu baru setelah itu makan dan minum. Jadi pada waktu itu masih pagi jadi tidak mungkin mereka mabuk anggur. Lalu apa yang terjadi dengan mereka? Sehubungan dengan hal ini Petrus kemudian mengatakan bahwa hal itu terjadi karena penggenapan nubuatan nabi Yoel 2:28-32 yang menerangkan bahwa Roh Kudus dicurahkan kepada semua orang bukan hanya pada orang-orang tertentu saja sebagaimana pada masa Perjanjian Lama. mengatakan, "Barang siapa berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan." Ini merupakan ayat terakhir dari nubuatan Yoel yang dikutip oleh Petrus. Kata ‘barang siapa berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan.’ Kata Tuhan di dalam kitab Yoel ditulis dengan huruf besar TUHAN. Kata TUHAN disini menunjuk kepada nama Tuhan Pencipta langit dan bumi. Di sini kata TUHAN dikaitkan dengan Kristus. Jadi Tuhan di dalam PL sama dengan Kristus di dalam PB. Ayat ini juga mau memberitahukan bahwa keselamatan itu adalah anugerah bukan karena usaha manusia melainkan karena jasa-jasa Kristus. Ayat 21 Di dalam ayat 22 juga kita ketahui bahwa keselamatan bukan hanya anugerah melainkan juga sudah direncanakan dan ditentukan oleh Allah sejak kekal. Di dalam ayat 22 jelas bahwa Allahlah yang sudah menentukan lebih dahulu. Sejak kekal, yang kemudian dinyatakan di dalam proses waktu di mana Kristus datang ke dalam dunia dengan tanda-tanda. Akhirnya Kristus diserahkan sesuai dengan rencana dan maksud Allah untuk menyerahkan hidup-Nya mati menggantikan kita yang berdosa (ay 23). Namun Kristus tidak berada selamanya di dalam kubur maka pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati kemudian 40 hari menampakkan diri kepada para murid, para wanita dan para rasul. Akhirnya Kristus naik ke sorga. Pada ayat 36 ini merupakan kesimpulan dari khotbah Petrus. Setelah mendengar khotbah Petrus maka orang-orang yang hadir merasa terharu. Kemudian bertanya kepada Petrus apa yang harus mereka perbuat. Petrus mengatakan bahwa mereka harus bertobat dan dibaptis. Maka mereka akan menerima karunia Roh. Dari kedatangan Roh Kudus ini kita menemukan tiga pelajaran penting. Pertama, pada waktu Roh Kudus hadir mereka dipenuhi oleh Roh Kudus dan bersaksi dengan penuh kuasa. Kedua, Roh Kudus akan membuka telinga yang tuli, mata yang buta, hati yang bebal sehingga mereka dapat mendengar, melihat dan membuka hati mereka untuk Kristus. Ketiga, pada saat Roh Kudus dicurahkan kita melihat adanya kuasa penghakiman yang menghidupkan atau yang mematikan. Ketiga hal inilah yang kita lihat ketika Roh Kudus bekerja di dalam hidup anak-anak Tuhan. Amin! Soli deo gloria. 48 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 M Me en ng ge errjja ak ka an nk ke es se ella am ma atta an n Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 12 Filipi 2:12-18 Hai saudara–saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, 13 karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan–Nya. 14 Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut–sungut dan berbantah–bantahan, 15 supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak–anak Allah yang tidak bercela di tengah–tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang–bintang di dunia, 16 sambil berpegang pada firman kehidupan, agar aku dapat bermegah pada hari Kristus, bahwa aku tidak percuma berlomba dan tidak percuma bersusah–susah. 17 Tetapi sekalipun darahku dicurahkan pada korban dan ibadah imanmu, aku bersukacita dan aku bersukacita dengan kamu sekalian. 18 Dan kamu juga harus bersukacita demikian dan bersukacitalah dengan aku. Pembahasan kita pada hari ini berkenaan dengan bagaimana kita mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar. Istilah ‘mengerjakan keselamatan’ merupakan istilah yang penting di dalam teologi Kristen. Banyak orang salah melihat doktrin ini, mereka hanya melihat pada waktu kita diselamatkan. Alkitab tidak melihat keselamatan hanya pada titik pertobatan saja. Demikian pula, Teologi reformed tidak hanya berbicara tentang predestinasi namun membicarakan keselamatan secara menyeluruh. Betapa keliru jika kita melihat ajaran reformed hanya berhenti pada titik predestinasi. Di dalam doktrin reformed kita berbicara tentang TULIP. TULIP hanya membahas doktrin keselamatan bukan doktrin reformed secara keseluruhan. TULIP merupakan singkatan dari: Total of Depravity, Unconditional Election, Limited Atonement, Irresistable Grace, dan Perseverence of the Saint. Total of Depravity adalah kerusakan total. Setiap manusia yang sudah berdosa adalah rusak total. Tidak ada kemampuan bagi dia untuk kembali pada Tuhan. Sedangkan Unconditional Election merupakan pilihan Allah tanpa syarat. Lalu Limited Atonement berbicara penebusan yang terbatas hanya untuk umat pilihan saja, dan bukan untuk semua orang. Sedangkan Irresistable Grace adalah anugerah Allah yang tidak dapat ditolak oleh manusia, maksudnya anugerah yang sudah diberikan kepada seseorang itu tidak mungkin akan kembali sia-sia. Sedang yang terakhir adalah Perseverence of The Saint adalah ketekunan orang-orang kudus sampai akhir di dalam proses menggarap kehidupan Kristen. Poin kelima ini seringkali dilupakan karena seringkali kita 49 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 memperdebatkan keselamatan adalah pilihan Allah. Sekali selamat tetap selamat. Teologi Reformed tidak hanya berhenti pada titik awal keselamatan. Pertama, Paulus membicarakan ayat ini dengan sangat proporsional. Flp 2:12 mengatakan, "Hai saudarasaudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; …." Seharusnya kalimat ini dilanjutkan dalam bahasa Indonesia yang diletakkan di bagian belakang, "Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir," lalu kemudian dibelakangnya, "karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar." Dalam ayat ini, Paulus menggabungkan dua prinsip penting yaitu antara keselamatan dengan ketaatan. Dua hal ini tidak bisa dipisahkan. Tidak ada pembicaraan keselamatan tanpa ketaatan dan tidak ada ketaatan tanpa keselamatan. Sebelum berbicara tentang prinsip menggarap keselamatan maka pertama-tama Paulus membicarakan prinsip ketaatan. Ketaatan di sini adalah ketaatan tanpa syarat (unconditional). Ketaatan bukan karena Paulus ada di tengah-tengah jemaat tetapi juga pada saat Paulus tidak ada di tengah-tengah mereka. Jadi saya taat kepada Tuhan bukan karena ada orang-orang yang mengawasi saya, bukan karena ada ancaman yang mengancam saya. Namun saya taat karena sewajarnya saya taat. Taat di sini bukan beban melainkan suatu sukacita yang besar. Ketaatan merupakan suatu respon yang wajar terhadap penebusan Kristus. Jadi wajar kalau sekarang saya jadi hamba kebenaran. Ini menjadi ucapan syukur sejati yang kita berikan kepada Tuhan dengan kita mencintai Tuhan dan kebenaranNya. Ucapan syukur di sini jangan disederhanakan seperti memuji nama Tuhan atau menaikkan lagu pujian. Tidak! Dengan kerelaan taat seperti itulah kita baru balik menjadi manusia yang sejati. Pada waktu manusia jatuh ke dalam dosa manusia sudah tidak mirip manusia, bahkan lebih parah daripada binatang. Mengapa ini terjadi? Karena manusia gagal menjadi manusia sejati dan tidak lagi memancarkan yang seharusnya. Manusia sudah memberontak kepada Allah dan telah keluar dari maksud Allah. Hal ini baru bisa diperbaiki jika manusia kembali pada posisi sebenarnya yaitu pada Pencipta-Nya, melalui ketaatan yang tanpa syarat (unconditional). Memang, ada ketaatan yang dikunci oleh hukum. Hal ini terjadi seperti pada kondisi ketaatan terhadap hukum Taurat. Hari ini juga banyak orang-orang pietisme menegakkan hal yang sama. Akibatnya manusia tidak lagi mengembangkan kebebasan ketaatan relasional kepada Allah karena dikunci hukum tertentu. Ketaatan Kristen bukan seperti ini. Kristus berkata di dalam Yoh 8:31-32, "Jikalau kamu tetap dalam firmanKu … kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." Ketika kita kembali kepada kebenaran, di situlah kita akan menikmati satu relasi. Demikian juga Paulus mengatakan, kamu taat waktu aku ada di sini tetapi kamu juga harus taat pada waktu aku tidak ada di sini. Ingat ketaatan kita jangan terkunci pada satu pribadi. Ketaatan kita adalah ketaatan pada kebenaran dan kembalinya kita kepada kebenaran. Ketaatan seperti inilah yang harus muncul dalam semangat hidup jemaat Filipi. Dari ketaatan seperti ini barulah kita bisa koneksikan dengan kalimat kedua yaitu mengerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar. Istilah ‘mengerjakan keselamatan’ ini unik luar biasa. Hendaklah engkau mengerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar. Kalimat ini mempunyai beberapa implikasi yang perlu kita perhatikan secara serius. Kata ‘mengerjakan’ merupakan suatu prefiks yang mengaitkan suatu keseriusan dalam mengerjakan sesuatu. Ini menggambarkan satu keutuhan dalam penggarapan sesuatu. Jika kita bandingkan Flp 2:12 dengan Ef 6:13, kata Yunani yang dipakai untuk ‘mengerjakan’ juga dipakai di dalam Ef 6:13. Dalam Flp 2:12 50 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 dipakai kata ‘mengerjakan’ sedangkan di dalam Ef 6:13 dipakai kata ‘menyelesaikan.’ Jadi kata ini mempunyai arti dua-duanya. Kata ini juga menunjukkan bahwa keselamatan bukan pada waktu kita bertobat saja, melainkan keselamatan harus dilihat secara keseluruhan. Dari titik kita dipanggil sampai kita disempurnakan Tuhan merupakan sesuatu yang harus kita garap terus-menerus sampai kita menyelesaikannya. Jadi bagaimana kita memproses seluruh hidup sampai kita berubah dan sampai kita menjadi saksi Tuhan di tengah dunia dan bahkan sampai Tuhan mempermuliakan kita. Alkitab tidak pernah mendualismekan antara bagaimana saya bertobat dan bagaimana saya setia sampai akhir. Kata ‘mengerjakan keselamatan’ disini dalam bentuk struktur middle present imperatif. Dalam bahasa Yunani ada voice yang di dalam bahasa Indonesia atau Inggris tidak dikenal. Dalam bahasa Inggris ada bentuk aktif tetapi juga ada bentuk pasif tetapi bentuk middle tidak ada. Bentuk pasif berkenaan orang lain bertindak terhadap diri kita, sedangkan bentuk aktif, saya bertindak terhadap orang lain. Sedangkan bentuk middle tidak ada dalam bahasa Inggris dan juga dalam bahasa Indonesia. Dalam bentuk aktif, saya yang aktif tetapi orang lain yang jadi obyeknya; sedangkan di dalam bentuk pasif, orang lain yang aktif saya menjadi obyeknya. Dalam bahasa Yunani ada bentuk middle, disini saya jadi subyek sekaligus saya jadi obyek. Bentuk middle juga dipakai di dalam Ef 6. Jadi maksud dari bentuk middle ini, waktu saya sedang mengerjakan keselamatan ada satu yang digarap, yaitu diri sendiri. Sehingga bukan menuding orang lain atau orang lain menuding kita, tetapi kita menuding diri kita sendiri. Kita menggarap diri kita sendiri. Tuhan mengajar bagaimana kita menggarap keselamatan kita sendiri dengan takut dan gentar. Jadi keselamatan merupakan suatu keutuhan di mana saya dan saudara menggarap diri kita sendiri supaya kita boleh belajar menyatakan keselamatan kepada orang lain dan memproses keselamatan itu sampai pada akhirnya. Sekali lagi keselamatan seperti ini tidak lepas dengan ketaatan tanpa syarat. Kedua, jika kita mengerti ketaatan sebagai suatu keutuhan secara menyeluruh berarti ketaatan juga pasti bersifat proses yang terus-menerus. Di dalam bagian ini juga Paulus menggunakan bentuk present tense dan middle present imperative. Present tense dalam bahasa Yunani setara dengan continuous tense dalam bahasa Inggris. Jadi bentuk present continuous di dalam bahasa Inggris, di dalam bahasa Yunani cukup pakai present tense yang artinya sama yaitu sedang dan terus menerus sedang. Jadi kalau dikatakan mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar ini tidak berbicara hanya pada satu waktu tertentu melainkan berbicara seluruh atau sepanjang hidup kita masing-masing harus terus berproses. Dengan kata lain di sini Paulus menginginkan kita untuk terus-menerus memproses hidup kita. Itu berarti kalau kita sudah diselamatkan, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak hidup taat dalam kebenaran. Ketiga, di bagian ini Paulus menggunakan bentuk Imperatif menunjukkan bahwa persoalan menggarap keselamatan bukan persoalan sederhana yang boleh atau tidak boleh. Tidak! Di dalam Ef 6:13 dikatakan, "Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu." Pengertian ini juga sejalan dengan Flp 2:12, "Karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, …." Takut dan gentar di sini bukan ditujukan kepada seorang pribadi melainkan takut dan gentar di sini ditujukan kepada diri sendiri. Jadi ketika kita menggarap hidup kita harus dengan takut dan gentar. Mengapa? Karena kita tidak hidup dalam kondisi netral. Alkitab mengatakan hari-hari kita tidak netral. Itu sebabnya Alkitab mengatakan tebuslah waktu-waktu ini karena hari-hari ini adalah jahat (Ef 5:15-17). Konsep hari-hari ini adalah jahat tidak pernah kita dapatkan dalam agama maupun filsafat apapun di dunia ini kecuali di dalam Kekristenan. Disini waktu Paulus mengatakan, "… kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, …." menggunakan kalimat imperatif, karena hal ini bukan hal yang otomatis terjadi. Ini bukan kondisi suka atau 51 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 tidak suka melainkan suatu perintah yang harus. Jika kita gagal mengerjakan keselamatan ini maka kita akan dimakan waktu. Waktu-waktu kita tidak netral jika kita gagal menebus waktu berarti waktu sedang memakan kita. Saat ini negara kita sedang membutuhkan Injil keselamatan. Tetapi dari mana mereka mendengar keselamatan jika orang Kristen sendiri tutup mulut. Itu sebabnya mari kita berpikir sebelum mereka mendengar Injil bagaimana dengan kita sendiri. Sudahkah saudara dan saya memproses keselamatan diri kita sendiri. Di tengah krisis ekonomi, sosial, dan politik, jika iman kitapun krisis apa artinya krisis yang lain. Kepercayaan merupakan hal yang paling utama dalam segala sesuatu. Mari di dalam seluruh hidup kita, kita belajar memproses keselamatan dalam diri kita masing-masing. Bertumbuh di dalam keselamatan yang Tuhan sudah berikan sampai pada kesempurnaan nanti. Dengan demikian kita bisa menjadi terang dan garam dunia. Amin! 52 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 P Pe errg gu um mu ulla an nm me en ng ge errttii rre ea alliitta a Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: Habakuk 1:1-4 1 Ucapan ilahi dalam penglihatan nabi Habakuk. 2 Berapa lama lagi, TUHAN, aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar, aku berseru kepada–Mu: "Penindasan!" tetapi tidak Kautolong? 3 Mengapa Engkau memperlihatkan kepadaku kejahatan, sehingga aku memandang kelaliman? Ya, aniaya dan kekerasan ada di depan mataku; perbantahan dan pertikaian terjadi. 4 Itulah sebabnya hukum kehilangan kekuatannya dan tidak pernah muncul keadilan, sebab orang fasik mengepung orang benar; itulah sebabnya keadilan muncul terbalik. Berbagai peristiwa menakutkan terjadi di Jakarta beserta berbagai macam krisis nasional yang menyusulnya, membuat saya bertanya kepada Tuhan: Seperti apakah bangsa yang mengalami penghancuran moral selama 30 tahun ini? Kalau mayoritas sudah sangat rusak, benarlah yang dikatakan oleh Habakuk dalam nats ini di mana orang-orang benar pun dikepung oleh orang-orang fasik dan hukum tidak dapat berbicara lagi. Kalau kita melihat waktu itu, orang-orang Israel bukannya tidak mengenal hukum, bahkan pada saat itu, jika dibandingkan dengan bangsa-bangsa yang ada di sekitarnya, orang Israel memiliki hukum taurat yang paling ketat. Tapi justru terjadi penganiayaan, mengapa? Karena orang fasik mengepung orang benar! Orang fasik seolah-olah berkata kepada Tuhan: "Kalau Engkau ada, mengapa tidak bertindak?" Saat itu rupanya Tuhan diam, sehingga hukum menjadi hancur dan keadilan sudah lenyap. Itulah situasi Habakuk juga situasi kita saat ini. Habakuk hidup pada abad 6 SM sebelum hancurnya kerajaan Yehuda. Habakuk hidup pada zaman tiga raja terakhir yang fasik semua, dimana raja terakhir, Yoyakhin, raja boneka Babel di Yehuda, puncak dari semua kefasikan muncul seluruhnya. Pada saat itulah kita bisa melihat situasi mengerikan yang dihadapi Habakuk. Ketika itulah Habakuk mengeluarkan uneg-unegnya yang bisa kita lihat pada ayat-ayat yang kita baca. Di dalam oracle yang pertama (1:1-4), Habakuk mempertanyakan situasi ini dengan teriakan yang manusiawi sekali. Lalu dalam ayat 5 dst, Tuhan menjawab Habakuk dengan jawaban yang mengerikan. "Kalau Saya memberitahu engkau cara penyelesaianKu, toh kamu tidak bisa mengerti dan sulit untuk percaya." Setelah kalimat itu dijelaskan, memang Habakuk sulit untuk mengerti, maka dia mulai bertanya dalam ayat 12 dst. kenapa Allah yang Mahasuci dan Mahaadil dapat berbuat seperti itu? Mungkin ini juga menjadi teriakan kita yang sulit untuk menerima realita. 53 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Setelah itu Tuhan berbicara mengenai inti dari surat Habakuk di ps 2. Sepanjang ps. ini Tuhan memberikan prinsip-prinsip penting, yaitu bagaimana sebagai orang Kristen, kita melihat realita dunia dan bagaimana hidup dalam dunia seperti ini. Dalam pasal 2 ini juga keluar kalimat yang menjadi center point dari ajaran Kristen yang dipegang habis oleh teologi Reformasi, yaitu ay 4: orang benar akan hidup oleh percayanya. (dikutip dalam Rm dan Gal). Pada saat seperti itu orang-orang percaya hanya hidup oleh iman saja, sola fidei. Ini menjadi prinsip penting dalam hidup iman Kristen kita dan prinsip ini pertama kali muncul dalam diri Habakuk. Setelah itu Tuhan membukakan konsep menghadapi kondisi realita dunia dimulai dengan kata celaka (2:6-20). Setelah Tuhan membuka semua prinsip-Nya, Habakuk berhenti bertanya dan mulai mengerti realita, waktu itulah dia menutup kitab ini dengan satu doa di hadapan Tuhan (Ps. 3) dan dengan komitmen yang luar biasa (ay. 16-19). Di sana dikatakan betapa ngerinya situasi seperti itu, tapi justru pada puncaknya, dia berkata: "Sekalipun pohon ara tidak berbunga…tidak ada lembu sapi dalam kandang...aku akan bersorak-sorak di dalam Tuhan". Kesimpulan ini tidak diambil secara membabi-buta tetapi keluar dari hasil pergumulannya mengerti prinsip Tuhan. Saya ingin iman Kristen kita tidak membabi-buta, kita harus mengerti realita dunia dan juga berespon secara tepat. Saya tidak ingin kita menganggap seolah tidak ada masalah dan harus pasrah tanpa harapan di dunia ini, tetapi bagaimana kita bersikap harus kembali pada firman dan bukan semau kita sendiri. Mari kita kembali pada Hab 1. Ketika saya melihat situasi saat ini, saya merasa tidak rela menerima dan mungkin akan bertanya seperti nabi Habakuk. Pada saat seperti ini, Habakuk melontarkan dua pertanyaan yang saat ini juga menjadi pertanyaan kita. Yang pertama dalam ayat 2: Habakuk sudah tiga kali melihat pergantian penguasa dan saat itu puncak keliaran sangat meningkat. Proses dimulai dari keadaan biasa sampai keadaan yang mengerikan. Jika keadaan masih sedikit tak beres, kita mungkin dapat menerimanya. Tetapi waktu intensitasnya meningkat dan bertahun-tahun, sampai begitu biadab, Habakuk tidak bisa tahan. Ketika itu kita sepertinya tidak tahan dan berusaha melakukan penghakiman berdasarkan keinginan kita dan menuntut Tuhan harus bertindak sekarang. Dari seruan ini saya bisa merasakan suatu keadaan yang begitu putus asa, kecewa dan mengerikan. Apakah pertanyaan ini sangat manusiawi? Ya! Saya rasa setiap orang pasti mempertanyakan hal ini. Kita sebagai orang Kristen menginginkan segala hal berjalan dengan baik dan menuntut dengan konsep moralitas yang tinggi. Ketika kita berhadapan pada situasi ini, kita berkata: Tuhan, cepat-cepatlah bertindak! Kita tidak sadar hak kedaulatan Tuhan melampaui apa yang mesti kita kerjakan seolah-olah kita dapat bertindak melampaui apa yang Tuhan inginkan. Memang normal kalau kita ingin Tuhan segera bertindak, tetapi Tuhan bukanlah budak kita. Seperti yang dikatakan di ayat kelima, kalau Aku (Tuhan) bertindak nanti, kamu tidak mungkin mengerti apa yang Aku kerjakan dan akan sulit percaya. Sekarang negeri ini dilanda oleh krisis yang serius dan bila kita diperhadapkan pada situasi ini, kita dapat bertanya seperti Habakuk: "Kalau Engkau Allah yang hidup dan ada, mengapa Engkau tidak bertindak dan terus-menerus menunggu?" Mungkinkah kita juga berteriak: "Tuhan, berapa lama lagi?" Hari ini kita belajar bahwa waktu Tuhan adalah waktu Tuhan, waktu kita adalah waktu kita. Kalau kita mau bertindak, bergumullah dahulu dengan Tuhan, mengertilah kehendak Tuhan, sadarlah realitanya seperti apa, bagaimana Tuhan adalah Tuhan yang berkuasa atas realita. Jangan mendahului Tuhan karena akan terlalu parah nanti hasilnya. Saya harapkan kita belajar seperti Habakuk, yang kembali bergumul dengan Tuhan, yang tahu posisi kita siapa, bagaimana kita bertindak dan taat kepada pimpinan-Nya. Baru kira-kira sekitar 12 tahun kemudian, Habakuk melihat apa yang Tuhan kerjakan. Th 597 SM Tuhan baru menjatuhkan tanganNya atas bangsa Israel, dan Habakuk pun terkena akibatnya. Inilah yang menjadi kesiapan hati Habakuk pada saat-saat sebelumnya: "Aku akan tenang menyongsong datangnya hari kesusahan itu," Itulah sesuatu 54 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 yang muncul sebagai kesimpulan Habakuk nantinya. Kita mungkin jengkel, panik tetapi sebagai anak-anak Tuhan, kita belajar meneduhkan diri, mengerti dan menyerahkan kedaulatan dalam tangan Tuhan, belajar mendengar dan berjalan seperti yang Tuhan mau. Ini bukan berarti kita menjadi pasif, justru pada saat itulah Tuhan menuntut kita untuk proaktif, bukan aktif yang membabi-buta, tetapi aktif yang tunduk di bawah kedaulatan Allah. Ini adalah bagian pertama. Setelah itu Habakuk melontarkan pertanyaan kedua di ay. 3 yang sangat manusiawi: "Mengapa Engkau memperlihatkan kepadaku kejahatan, sehingga aku memandang kelaliman?" Kalimat ini muncul dari konsep teologi yang salah yang selalu dipegang orang-orang Kristen: "Seharusnya sebagai anak Tuhan, saya tidak boleh mengalami kejahatan." Jangankan mengalami, melihatpun tidak layak. Tetapi tidak ada jaminan untuk hal ini, Habakuk harus mengerti siapa dia dan realita yang ada, Habakuk tahu bahwa dia adalah orang benar yang berada di tengah-tengah orang-orang fasik yang masih lebih gila dari binatang. Di tengah-tengah lingkungan seperti ini, kita ini seperti domba di tengah-tengah serigala yang siap menerkam. Saat ini, Habakuk tidak rela untuk menerima realita, kenapa dia harus melihat dan mengalami hal ini. Jangan mau ditipu oleh dunia kita, jangan pernah berpikir kalau dunia kita ini baik. Jangan berpikir kalau dunia kita ini akan semakin maju, justru kita sedang melorot menuju kehancuran moral yang luar biasa. Inilah dunia dan realita kita, kalau ada orang benar di dunia ini, mereka hanya minoritas di tengah kefasikan dunia. Wajarkah jika orang Kristen sakit, kecopetan, diperkosa atau dianiaya? Jawaban dari semua pertanyaan ini adalah ya. Kita telah mengerti realita kita, dan sekarang ada dua hal yang menjadi respons kita. Kita harus bersyukur kalau sampai hari ini Tuhan masih memberikan kesehatan, keamanan, pekerjaan dan makanan. Ingat! Tuhan masih memelihara oleh sebab itu bersyukurlah baik-baik. Respons yang kedua: hal ini menjadikan kita jauh lebih waspada di dalam menghadapi situasi, salah satu penyebab jatuhnya korban penganiayaan dan pemerkosaan di Jakarta adalah ketidaksiapan mereka. Ketidaksiapan juga oleh karena konsep teologis dan pengertian masyarakatnya berbalikan dari apa yang dikatakan oleh Alkitab. Pada saat seperti ini, Habakuk bertanya: "Tuhan kenapa saya harus melihat hal seperti ini?’Tuhan mungkin dapat bertanya kembali: "Mengapa tidak harus melihatnya?" Bukan saja melihat, tetapi mengalami! Nanti pada akhir pasal yang ketiga, Habakuk tahu dia bukan cuma melihat, tetapi juga mengalaminya. Saat itu dia mengatakan bahwa seluruh kehidupan sekalipun sudah hopeless, kalau seluruh hasil ladang sudah habis, hasil untuk makanan tidak ada, lembu sapi untuk makanan juga telah terhalau semua, pada saat seperti itu, kalau aku harus mengalaminya, kata Habakuk, aku akan siap bersorak-sorak di hadapan Tuhan. Tetapi sebelum sampai di kalimat terakhir ini, ada pergumulan berat yang dihadapi oleh Habakuk bersama dengan Tuhan. Saat ini kalau kitapun memiliki konsep yang salah akan realita, maka mungkin sekali kita tidak akan siap menghadapi situasi. Akhirnya kita mungkin berteriak sama seperti Habakuk: "Tuhan, mengapa aku harus mengalami ini?" Sampai hari ini banyak sekali orang Kristen, kalau berada dalam keadaan senang dan lancar, tidak pernah bersyukur kepada Tuhan, tetapi jika mengalami kecelakaan, kebangkrutan, mereka mengomel dengan tidak ada habisnya kepada Tuhan. Hal ini sangat manusiawi dan sangat dapat dimengerti, tetapi konsep yang salah perlu diubah. Salah besar kalau menganggap orang Kristen tidak mungkin mengalami apa-apa. Kalau demikian, reaksi apakah yang harus kita keluarkan? Pertama, setiap kita harus memikirkan bagaimana relasi kita di hadapan Tuhan. Kedua, Tuhan meminta kita untuk dapat menjadi alat Tuhan di tengah-tengah situasi seperti ini. 55 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Tidak ada cara lain kecuali Injil harus dinyatakan di tengah-tengah dunia. Ini adalah problematik moral dan mental bangsa, kalau tidak ada peranan Kekristenan yang memberikan unsur kembalinya manusia kepada ajaran yang sejati, pertobatan, maka tidak ada penyelesaian yang dapat terjadi di dunia ini. Yang ketiga, punya kewaspadaan dan sikap strategis di dalam menghadapi dunia kita. Dengan demikian kita boleh disiapkan oleh Tuhan, ketika kita harus berhadapan dengan situasi sulit dalam hidup kita, kita dapat menjadi orang-orang Kristen yang menjadi berkat dan kekuatan bagi orang lain, yang menyadarkan mereka akan kondisi dari realita manusia yang berdosa, membawa mereka kembali kepada Injil Tuhan dan menyadarkan akan perlunya Kristus sebagai Juru Selamat mereka. Kalau belum bertobat, tidak ada problematika moral yang dapat diselesaikan dalam dunia ini. Sehingga hanya dengan cara demikian seluruh problematika moral dapat dipulihkan. Amin! 56 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 T Tu uh ha an nA Alllla ah h tta ak k tte errd du ug ga a Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Roma 11:33 O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan–keputusan–Nya dan sungguh tak terselami jalan–jalan–Nya! Nats: 5 Habakuk 1:5-11 Lihatlah di antara bangsa–bangsa dan perhatikanlah, jadilah heran dan tercengang– cengang, sebab Aku melakukan suatu pekerjaan dalam zamanmu yang tidak akan kamu percayai, jika diceriterakan. 6 Sebab, sesungguhnya, Akulah yang membangkitkan orang Kasdim, bangsa yang garang dan tangkas itu, yang melintasi lintang bujur bumi untuk menduduki tempat kediaman, yang bukan kepunyaan mereka. 7 Bangsa itu dahsyat dan menakutkan; keadilannya dan keluhurannya berasal dari padanya sendiri. 8 Kudanya lebih cepat dari pada macan tutul, dan lebih ganas dari pada serigala pada waktu malam; pasukan berkudanya datang menderap, dari jauh mereka datang, terbang seperti rajawali yang menyambar mangsa. 9 Seluruh bangsa itu datang untuk melakukan kekerasan, serbuan pasukan depannya seperti angin timur, dan mereka mengumpulkan tawanan seperti banyaknya pasir. 10 Raja–raja dicemoohkannya dan penguasa–penguasa menjadi tertawaannya. Ditertawakannya tiap tempat berkubu, ditimbunkannya tanah dan direbutnya tempat itu. 11 Maka berlarilah mereka, seperti angin dan bergerak terus; demikianlah mereka bersalah dengan mendewakan kekuatannya. Situasi Habakuk tahun 600 S.M. dengan situasi Indonesia tahun 2000 tetap memiliki kemiripan yang luar biasa. Minggu lalu kita telah membahas pergumulan Habakuk di mana ia mempertanyakan dua pertanyaan. Pertama Habakuk mempertanyakan kepada Tuhan berapa lama lagi ia harus mengalami hal seperti itu? Mengapa Tuhan tidak bertindak secepatnya? Pertanyaan kedua, ia mempertanyakan mengapa ia harus melihat kejahatan seperti ini dengan matanya sendiri. Bukankah Tuhan sudah berjanji memelihara umatNya? Tuhan tidak menjawab kedua pertanyaan itu, namun Tuhan memberikan satu jawaban yang lebih prinsipil untuk mendobrak konsep-konsep Habakuk yang salah. Hal ini dinyatakan di Hab 1:5-11. Jawaban Ini membuat iman Habakuk goncang. Tuhan membuka sebuah rahasia konsep yang bagi Habakuk betul-betul di luar pikirannya. Tuhan mengatakan bahwa Dia membangkitkan orang Kasdim yang akan menyapu semua bangsa termasuk Israel. Tuhan membukakan sesuatu yang jauh lebih mengerikan daripada apa yang bisa Habakuk bayangkan. Tuhan membangkitkan bangsa Kasdim yang begitu jahat untuk menyapu Israel. Ini mengakibatkan munculnya pertanyaan di ay. 12, "Tuhan bukankah…" Pertanyaan ini merupakan pertanyaan yang sulit 57 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 dimengerti oleh akal manusia. Tuhan terlebih dahulu membukakan suatu gambaran bahwa Tuhan memang memperkenankan munculnya bangsa Kasdim, yang luar biasa jahat sekaligus luar biasa kuat. Bahkan sampai dikatakan keadilan dan keluhurannya tidak tergantung pada orang lain, semua diukur dari dirinya sendiri. Tuhan membangkitkan bangsa yang liar dan jahat ini untuk menghancurkan bangsa Israel. Cara kerja seperti ini sungguh berada di luar kemampuan otak manusia. Tuhan tahu kesulitan Habakuk. Maka pada ay 5 Ia berkata, "Jika Saya beritahu apa yang Saya kerjakan, kamu toh tidak bisa percaya…" Mengapa? Karena ini berada di luar pengertian manusia yang terbatas. Dalam dunia teologi ini disebut Incomphrehensibleness of God (Allah yang sulit dimengerti). Namun kalimat ini jangan kita salah tafsirkan. Istilah incomphrehensibleness of God adalah satu konsep yang menggambarkan Allah yang begitu besar dan sulit diselami pikiran-pikiran-Nya, sehingga kita sulit mengerti apa yang Allah kerjakan. Kalimat ini kemudian diselewengkan oleh pengajar-pengajar liberal yang dipelopori oleh Schleiermacher, yang mengajarkan bahwa karena Allah sulit dimengerti maka Allah jauh di sana dan merupakan satu-satunya yang sama sekali berbeda. Karena dia sama sekali berbeda maka kita sama sekali tidak bisa mengerti Dia. Konsep ini disebut dengan The wholy other dan telah membuat gap secara rasional antara Allah dengan kita. Jadi, tidak heran kalau hari ini banyak orang mengatakan tidak perlu memakai rasio karena kita tidak bisa mengerti Allah, tidak bisa mengerti firman. Lalu, bagaimana kita bisa berelasi dengan Allah? Schleiermacher menggeser wilayah pengertian menjadi wilayah perasaan. Maksudnya, kita bisa berelasi dengan Allah tergantung perasaan. Jadi bagi Schleiermacher, agama itu perasaan. Jadi beragama itu kalau saya merasa bergantung pada Tuhan. Ini yang oleh Schleiermacher disebut sebagai the feeling of absolute depedency." Ini berarti masuk ke dalam wilayah subyektifitas yang tak ada batasnya. Alkitab tidak memiliki konsep seperti ini. Jika Allah tidak bisa dimengerti buat apa Allah memberikan wahyu-Nya. Waktu kita mendengar ataupun membaca Firman Tuhan maka kita mendengar dan membacanya dengan rasio. Ketika Allah berkata bahwa Habakuk tidak akan percaya apa yang dilakukan oleh-Nya, hal ini tidak berarti Habakuk sama sekali tidak pernah akan mengerti dan tidak pernah akan bisa percaya. Dalam ay. 5, Tuhan justru membongkar cara berpikir habakuk supaya kelak dia bisa mengerti. Di sini Tuhan sedang membuka suatu rahasia supaya kelak Habakuk bisa percaya apa yang Tuhan kerjakan. Hab 1 adalah kesempatan Tuhan membuka satu konsep yang selama ini tidak dimengerti oleh Habakuk dan kesalahan ini membuat Habakuk tidak bisa percaya apa yang Tuhan katakan. Mengapa Habakuk tidak bisa percaya? Karena ia sudah memegang konsep yang berbeda dengan konsep yang Tuhan kehendaki. Caranya bekerja berbeda dengan cara kerja Allah. Di mana letak kesulitan Habakuk? Hari ini kita mempelajari hal-hal yang menjadi letak kesulitan Habakuk. Pertama, antara Tuhan dan Habakuk terjadi perbedaan cara kerja. Habakuk berpikir kalau ada bangsa yang kurang baik, kurang jahat, jahat, lalu amat jahat, maka yang harus ditindak lebih dahulu adalah yang amat jahat. Jadi, seharusnya orang Kasdim dihajar terlebih dahulu, baru kemudian Israel yang kurang jahat dibandingkan dengan orang Kasdim. Sayangnya, cara kerja Habakuk berbeda dengan cara kerja Tuhan. Cara kerja Habakuk bersifat parsial, sempit, sangat pendek dan secara historis. Cara kerja Tuhan jauh lebih bijak, lebih utuh, lebih global dari apa yang dipikirkan manusia. Di dalam cara pandang Allah, orang Israel memiliki posisi yang sangat menentukan. Seharusnya orang Israel tidak boleh berbuat kejahatan karena mereka diberi hukum oleh Tuhan. Orang Israel adalah umat Tuhan yang seharusnya bertanggung-jawab menjadi saksi buat seluruh dunia. Itu sebabnya kalau umat Israel berbuat kejahatan maka hukuman buat orang Israel jauh lebih berat dari orang Kasdim yang memang kafir. Di sini kita melihat cara kerja Tuhan, Ia 58 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 memakai orang kasdim untuk menghancurkan umat Israel, sesudah itu orang Kasdim dihabiskan oleh Tuhan. Cara kerja seperti ini merupakan cara kerja yang dunia, Habakuk dan kita bisa mengerti. Kedua, adanya perbedaan lingkup dan interest antara Habakuk dengan Tuhan. Habakuk melihat umat Israel begitu jahat dan ia ingin Tuhan menghantam umat Israel. Tetapi dalam konsep dia, perjuangan itu sangat bersifat nasionalis. Waktu Habakuk melihat Tuhan akan membangkitkan orang Kasdim, dia shock luar biasa, karena bukan itu yang Habakuk maksudkan. Setelah Hab 1:5 ini dibukakan, ia bisa membayangkan skenario yang Tuhan mau kerjakan. Itu sebabnya pada ps. 3 ia berkata, "Aku tahu kedahsyatan-Mu. Aku tahu pekerjaan-Mu…" Habakuk tidak bisa percaya bahwa umat Israel yang tidak terlalu jahat harus disapu oleh bangsa yang begitu jahat. Tuhan tidak melihat umat Israel sebagai suatu nasional melainkan sebagai wajah dan representasi umat-Nya di tengah alam semesta. Tuhan melihat Israel bukan sebagai fanatisme emosionalisme, tetapi sebagai representasi keadilan-Nya di tengah alam semesta. Di satu pihak Habakuk ingin bangsanya dihukum, tetapi di lain pihak dia juga tidak rela kalau bangsanya sampai dihancurkan. Konsep Habakuk sangat bersifat sempit. Ia hanya mau melihat bangsanya, semua bangsa yang lain dianggap figuran. Sampai saat ini orang Israel memiliki nasionalisme yang amat kuat, tetapi Tuhan melihat dalam format berbeda. Di sini terjadi konflik lingkup dan konflik interest. Jangan pernah pikir umat Tuhan akan lolos dari keadilan Tuhan. Tuhan akan memberikan hukuman kepada umat-Nya. Ini prinsip yang Dia mau tegakkan. Kitab Ibrani mengatakan bahwa Tuhan akan mengajar umat-Nya. PL dan PB memberi contoh yang sangat konkrit. Petrus sulit mengerti ketika Tuhan Yesus mengatakan, "anak manusia harus pergi ke Yerusalem menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala, dan ahli-ahli taurat, lalu dibunuh mati hari ketiga. Petrus tidak bisa membayangkan hal ini. Mengapa? Karena Petrus melihat hal itu dari kepentingannya sendiri. Tuhan datang ke dunia ini justru untuk pergi ke Yerusalem, untuk mati di kayu salib. Itu demi untuk kepentingan seluruh umat pilihan Tuhan. Allah melihat ini secara global tetapi Petrus melihat itu dari kepentingannya sendiri. Mari kita memikirkan kepentingan Kerajaan Allah secara global bukan hanya kepentingan golongan atau pribadi. Ketiga, kita sulit mengerti apa yang Tuhan kerjakan, karena sebetulnya kita tidak rela akan cara Tuhan bekerja. Sebagai manusia kita seringkali sudah men-set up cara kerja kita. Di dalam keegoisan, kita sering tidak rela kalau Tuhan mempunyai cara kerja yang berbeda daripada kita. Bukan masalah benar atau tidak benar, namun masalah rela atau tidak rela. Kita mau cara kita yang dijalankan. Kita ada di bawah, Tuhan ada di atas, kita harus kembali kepada apa yang Tuhan kerjakan lalu melihat bagaimana Tuhan menggarap di dalam diri kita melalui diri kita. Hanya dengan cara kita melepaskan hak, kita bisa taat pada cara kerja Allah. Bagaimana orang taat dapat menjalankan rencana Allah? Kuncinya adalah waktu saya taat saya menyerahkan pikiran saya, sehingga cara kerja Tuhan bisa terjadi dalam diri kita. Kalau kita belajar seperti ini, kita belajar mengerti cara Tuhan bekerja dan mulai rela menundukkan cara yang tadinya mau kita paksakan. Biar hari ini kita belajar tunduk kepada Tuhan sehingga apa yang menjadi kehendak-Nya digenapi dalam diri kita Amin! 59 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 P Pe errg gu um mu ulla an nd da an nk ke em me en na an ng ga an n Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 12 Habakuk 1:12-17 Bukankah Engkau, ya TUHAN, dari dahulu Allahku, Yang Mahakudus? Tidak akan mati kami. Ya TUHAN, telah Kautetapkan dia untuk menghukumkan; ya Gunung Batu, telah Kautentukan dia untuk menyiksa. 13 Mata–Mu terlalu suci untuk melihat kejahatan dan Engkau tidak dapat memandang kelaliman. Mengapa Engkau memandangi orang–orang yang berbuat khianat itu dan Engkau berdiam diri, apabila orang fasik menelan orang yang lebih benar dari dia? 14 Engkau menjadikan manusia itu seperti ikan di laut, seperti binatang–binatang melata yang tidak ada pemerintahnya? 15 Semuanya mereka ditariknya ke atas dengan kail, ditangkap dengan pukatnya dan dikumpulkan dengan payangnya; itulah sebabnya ia bersukaria dan bersorak–sorai. 16 Itulah sebabnya dipersembahkannya korban untuk pukatnya dan dibakarnya korban untuk payangnya; sebab oleh karena alat–alat itu pendapatannya mewah dan rezekinya berlimpah–limpah. 17 Sebab itukah ia selalu menghunus pedangnya dan membunuh bangsa–bangsa dengan tidak kenal belas kasihan? Minggu lalu kita sudah membicarakan pergumulan Habakuk. Habakuk mempertanyakan dua pertanyaan dasar, yaitu mengapa ia harus melihat semua ini dan sampai kapan ia akan melihatnya. Ketika Tuhan menjawab Habakuk, jawabanNya justru berbeda dari konsep yang disukai dan diharapkan oleh Habakuk. Habakuk tidak bisa percaya bahwa Tuhan bertindak dengan cara yang sama sekali asing dan tidak masuk akal. Tuhan menggambarkan bagaimana orang Kasdim akan menghantam semua bangsa. Pada saat seperti ini Habakuk berkata bahwa ia sungguh tidak bisa mengerti dan dia melontarkan pergumulannya kepada Tuhan. Habakuk bertanya: "Bukankah Engkau, ya Tuhan dari dahulu Allahku, Yang Mahakudus." Dengan kata lain, Habakuk mau mengatakan bahwa kalau Tuhan adalah Allahnya Habakuk dan Tuhan adalah Mahakudus, maka dia tidak akan mati. Dalam pengertian Habakuk, Tuhan adalah "AKU adalah AKU." Tuhan adalah Tuhan yang mengikat perjanjian dan yang berkuasa. Tuhan yang cukup pada dirinya sendiri, yang tidak bergantung pada siapapun, dan yang berdaulat. Oleh karena itu Habakuk sampai pada kesimpulan bahwa ia tidak akan mati. Itu sebabnya Habakuk menjadi kaget mendengar jawaban Tuhan di ayat 5-11. Di dalam pikiran Habakuk, kalau Tuhan berdaulat maka Tuhan juga mempunyai kekuatan pemeliharaan. Pemeliharaan Tuhan ia identikkan dengan prinsip providensia, maksudnya kalau Tuhan yang berdaulat adalah Tuhan yang kuat dan saya berlindung pada Tuhan yang kuat ini, maka seharusnya Tuhan yang kuat itu menjaga saya tetapi ini bukan prinsip Tuhan, ini prinsip tukang pukul! Di sini Habakuk sudah mencapai satu prinsip relasi yang linear, satu konsep teologis yang berpendapat bahwa kalau ia percaya kepada Tuhan yang kuat, berdaulat dan Mahakudus, maka ia tidak akan mati. Tuhan seharusnya memelihara, seharusnya ia hidup aman, tidak akan terjadi apapun karena ia berlindung 60 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 di belakang gunung batu yang besar. Celakanya, Tuhan yang adalah gunung batu yang besar itu sekarang sudah menetapkan bangsa Kasdim untuk menghancurkan umat Israel. Konsep ini berada di luar pikiran Habakuk. Demikian juga kita seringkali menjadi rusak karena doktrin-doktrin yang salah, yang sudah ditanamkan secara tidak tepat dan berat sebelah. Apakah Tuhan kuat? Ya! Apakah Tuhan memelihara umatnya? Ya! Namun, bagaimana merelasikan Tuhan yang kuat dengan pemeliharaan Tuhan. Ini bukan hal yang sederhana! Di sini Habakuk salah di dalam konsep teologi. Seharusnya Habakuk mengerti bahwa kalau Allah adalah Allah yang berdaulat dan Mahakudus, maka Ia bisa bertindak seperti apa yang Ia mau. Ketika Habakuk mengatakan, "Tuhan, Engkau adalah Allahku," ia sudah mempersonifikasikan Allah menjadi tukang pukulnya. Kalimat ini sebenarnya indah karena disini ada satu hubungan personal antara pribadi Habakuk dengan Allah. Ada satu keintiman antara Habakuk dengan Allah. Tetapi keintiman ini menjadi salah jika kemudian diartikan bahwa Allahku itu menjadi Allah milikku yang harus aku atur dan harus memenuhi keinginanku. Di sini Habakuk telah menjadi pusat dan telah menggeser Allah dalam hidupnya. Pertanyaannya sekarang: Apakah yang dimaksud dengan pemeliharaan Allah? Bagaimana Allah menjalankan pemeliharaan-Nya? Jawabnya adalah Pemeliharaan Tuhan hanya berkait dengan bagaimana Tuhan ingin menggenapkan rencana-Nya yang berdaulat di dalam diri kita. Pertama, di ayat 13 Habakuk mulai bergumul kembali. Belum selesai pertanyaan pertama, Habakuk sudah melempar kembali pertanyaan kedua. "Engkau tidak dapat memandang kelaliman." Ini pertanyaan teologis dari Habakuk. Habakuk mengerti, Allah adalah Allah yang Mahasuci yang tidak mungkin melihat kejahatan. Mata Tuhan terlalu suci untuk melihat kejahatan dan Ia tidak mungkin melihat kelaliman. Ini pengakuan iman Habakuk. Namun, jika Allah adalah Allah yang Mahasuci, yang tidak mungkin melihat kejahatan, maka mengapa ketika ada bangsa yang begitu jahat, Ia diam saja? Apalagi bangsa tersebut sedang menghantam bangsa Israel yang tidak sejahat dia? Habakuk harus berhadapan dengan kondisi yang berbeda dengan konsep teologi yang ia pegang. Dalam tahap yang kedua ini, Habakuk masuk dalam pergumulan antara konsep teologi yang dia percaya dengan bagaimana itu direlasikan dengan fakta sejarah. Konsep teologi yang dipegang oleh Habakuk sudah tepat, tetapi ketika konsep ini diterapkan dalam perjalanan sejarah, maka terjadi gap yang Habakuk sulit mengerti. Konsep kesucian Allah yang tidak memperkenankan adanya kejahatan itu benar. Berulang kali Alkitab mengatakan kesucian Allah, Allah memang tidak mungkin membiarkan kejahatan. Tetapi kalau pemahaman kita hanya berhenti sampai di sini, maka kita akan berdiri diawang-awang dan kita tidak akan mengerti bagaimana konsep ini dijalankan dalam sejarah. Kesulitan inilah yang menjadi kesulitan Habakuk ketika dia mau merelasikan konsep teologi yang dia mengerti, dengan perjalanan sejarah yang bersifat linear di dalam dunia ini. Di sini Habakuk telah melokalisasikan Allah yang kekal dalam proses perjalanan sejarah. Apakah Allah Mahasuci? Ya! Apakah Allah tidak bisa melihat kejahatan? Ya! Namun, apakah itu berarti Allah harus langsung membersihkan kejahatan? Tidak! Kita juga seringkali salah merelasikan kesucian Allah sehingga menjadi lebih kejam daripada Allah sendiri. Kita perlu mengerti, waktu pekerjaan Tuhan di dalam kekekalan ditetapkan dalam perjalanan sejarah, itu berarti Tuhan sedang menggenapkan keseluruhan sejarah di dalam proporsi yang Tuhan sudah rencanakan. Apa yang Tuhan tetapkan di dalam kekekalan tidak mungkin gagal. Tapi kapan hal itu digenapkan digenapkan dalam sejarah, bukan urusan kita. Tuhan memang adalah Tuhan yang Mahasuci. Tuhan memang tidak akan membiarkan kejahatan. Tuhan memang akan menindak dan menghancurkannya. Tapi bukan Habakuk yang menentukan waktunya. Itu waktu Tuhan! Di dalam kasus yang kedua ini Habakuk sudah mulai menuduh Tuhan dengan cara yang salah. Habakuk menuntut Tuhan bertindak berdasarkan apa yang ia mau. Di sini Habakuk sudah menempatkan diri menjadi Tuhan. Puji Tuhan! Tuhan begitu sabar dengan Habakuk. Pada Hab 2:1 dst. diberi tahu prinsip dari Tuhan. Di sini Habakuk baru mengerti apa yang Tuhan mau kerjakan dan bagaimana Ia akan mengerjakan. Bukan kita 61 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 yang menjadi Tuhan. Bukan kita yang mengatur Tuhan. Karena kesalahan konsep ini Habakuk mengalami kesulitan untuk bisa mengerti apa yang Tuhan bisa kerjakan. Kedua, sampai ayat 14 dia mulai mengatakan, "Engkau menjadikan manusia seperti ikan di laut. Seperti binatang-binatang melata yang tidak ada pemerintahannya? Sekarang Habakuk sudah betul-betul mempersalahkan Tuhan. Bahkan Habakuk mengatakan Tuhan tidak berdaya. Habakuk sudah tidak mempunyai pengharapan. Pada titik dimana Habakuk sudah tidak berpengharapan, seolah-olah ia mau mengatakan: "Tuhan, kalau Engkau mau menghancurkan kami seperti ini, sebetulnya untuk apa kami harus menyembah Engkau. Kalau Engkau memang adalah Tuhan, mengapa dalam situasi seperti ini Engkau membiarkan kami menjadi korban, seperti binatang-binatang yang dipermainkan begitu rupa." Habakuk telah sampai di titik tiada pengharapan, titik di mana dia merasa Tuhan sudah tidak menolong sama sekali, sudah tidak bisa menjadi batu sandaran bagi dia. Dia merasa Tuhan sudah tidak bisa bertindak apa-apa lagi. Bukan itu saja, di ayat ke 17 Habakuk mau mengatakan bahwa Tuhanlah yang merestui perbuatan kejahatan mereka dan Tuhan berada dipihak mereka. Di sini Habakuk sudah sampai di titik pergumulan yang paling bawah. Dia sudah sampai pada titik di mana imannya sudah goncang dan hampir kehilangan pegangan sama sekali. Namun dalam titik seperti ini, Habakuk tidak mengambil jalan pintas. Justru Habakuk kemudian mengeluarkan kalimat di Hab 2 :1. Ayat ini menjadi titik balik dan menjadi kunci paling penting dalam pergumulannya, yang membuka dua sisi pergumulan Habakuk, yaitu titik kelemahan dan titik kemenangannya. Hab 2:1 menunjukkan apa yang menjadi kondisi dia saat dia hancur dan sekaligus bagaimana dia bisa keluar dan menang. Dan di saat itu dia mengatakan, "Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara…" Di ayat ini kita mulai mengerti apa sebetulnya esensi hakekat kehancuran Habakuk dalam imannya, yaitu mengapa Habakuk sampai harus jatuh ke dalam pergumulan di ps. 1. Jawabannya adalah karena dia sudah tenggelam di bawah realita. Ini merupakan kesalahan fatal Habakuk. Waktu Habakuk menghadapi masalah, ia justru tenggelam di dalam masalah itu, sehingga ia tidak mampu lagi menghadapi realita. Dia kalut dalam realita itu, dan akhirnya penuh dengan pertanyaan "mengapa?". Ia tidak lagi bisa mengerti apa yang sedang terjadi. Inilah saat Habakuk kehilangan pegangan dan ini juga waktu yang paling berbahaya. Tenggelamnya Habakuk mengharuskan dia keluar, mulai berdiri di atas dan melihat ke bawah. Mengerti realita sejati bukan dengan cara tenggelam di dalam realita melainkan dengan cara keluar, memandang realita dari sudut pandang Allah. Keunggulan dan kemenangan Habakuk adalah ketika dia keluar dari semua problematiknya dan mulai bertanya apa yang Tuhan akan firmankan dan apa jawaban-Nya. Pada saat Habakuk keluar dan melihat realita dari sudut pandang Tuhan, di sinilah Tuhan membuka prinsip yang penting bagi Habakuk, yaitu bukan membangun konsep iman kita diatas pengalaman. Hab 2. mengajar bahwa sesungguhnya orang benar akan hidup oleh iman (ay 4). Kunci inilah yang menjadikan Habakuk mampu melihat semua realita dan menang. Di sini Habakuk keluar dari pengalaman dan masuk ke dalam satu pandangan baru. Pandangan itu belum dia alami tetapi sudah menjadi kunci untuk mengerti pengalamannya. Sekarang Habakuk melihat bukan dengan pengalaman semu, melainkan melihat dari sudut Tuhan yang memberikan iman kepada dia. Sepanjang ps. 2, Habakuk mengerti bagaimana Tuhan sekarang akan bekerja. Pengertian ini akan menghasilkan komitmen di ps. 3, yang menjadi doa Habakuk. Doa komitmen dia panjatkan setelah mengerti realita secara tepat. Saya berdoa agar jemaat mengerti kunci ini secara tepat dan berharap kiranya kita semua juga sampai kepada komitmen Habakuk. Amin! 62 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 S Sy ys stte em m tte errttu uttu up pd da an ns sy ys stte em m tte errb bu uk ka a Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 1 Habakuk 2:1-5 Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara, aku mau meninjau dan menantikan apa yang akan difirmankan–Nya kepadaku, dan apa yang akan dijawab– Nya atas pengaduanku. 2 Lalu TUHAN menjawab aku, demikian: "Tuliskanlah penglihatan itu dan ukirkanlah itu pada loh–loh, supaya orang sambil lalu dapat membacanya. 3 Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat–lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh– sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh. 4 Sesungguhnya, orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya, tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya. 5 Orang sombong dan khianat dia yang melagak, tetapi ia tidak akan tetap ada; ia mengangakan mulutnya seperti dunia orang mati dan tidak kenyang–kenyang seperti maut, sehingga segala suku bangsa dikumpulkannya dan segala bangsa dihimpunkannya." Hari ini kita membahas bagian penting bagaimana Tuhan menjelaskan prinsip-prinsip kebenaran-Nya yang selama ini menjadi pergumulan iman Habakuk. Kitab Habakuk ini mempunyai format yang sangat jelas. Habakuk 1 dimulai dengan pergumulannya ketika melihat bangsanya yang begitu jahat pada waktu itu. Di sini Habakuk mulai mempertanyakan mengapa dia harus melihat keadaan seperti itu. Dan ketika sampai di akhir ps. 1, dia berada di dalam situasi yang sangat kecewa dan putus asa. Di sini imannya mulai goncang. Namun, di saat seperti itu dia kemudian keluar dari titik paling bawah. Titik yang menunjukkan kelemahan dia sekaligus juga menjadi titik kemenangannya. Di dalam Hab 2:1 dikatakan, "Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara, aku mau meninjau dan menantikan apa yang akan difirmankanNya kepadaku, dan apa yang akan dijawab-Nya atas pengaduanku." Ayat ini menjadi titik balik bagi Habakuk, dari kesulitan dan pergumulan iman menuju kepada kemenangannya. Saat ini kita belajar bagaimana Tuhan menjawab pergumulan Habakuk. Dalam Hab 2:1 sampai jawaban Tuhan di ayat 2 dan 3, kita memberi satu gagasan tentang apa yang disebut beralihnya sistem tertutup kepada sistem terbuka. Peralihan ini tidak mudah dan seringkali menjadi kesulitan yang fatal dari setiap orang yang hidup, yang membuatnya tidak bisa melihat kebenaran. Ketika apa yang dia lihat mulai bertabrakan dengan pengertian dia waktu itu, Habakuk mulai bertanya: "Mengapa? Berapa lama lagi?" Pertanyaan ini kelihatannya sangat manusiawi, tetapi justru disinilah problema dasar dari pergumulan seseorang dan di sinilah kesulitan dasar daripada problematik iman kita. 63 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Waktu kita bertanya, "Mengapa Tuhan?" sebenarnya kita sudah memikirkan sesuatu dan sesuatu itu sedang kita mau mutlakkan. Di sini kita sedang mengkukuhkan satu sistem yang disebut sebagai sisem tertutup, yaitu satu pola pikir yang memutlakkan diri sendiri sebagai standar kemutlakan yang tidak bisa diganggu oleh orang lain. Ketika kita mengukuhkan konsep yang kita pegang, di situ kita sudah masuk dalam pola sistem tertutup. Waktu kita berada dalam pola sistem tertutup pertanyaan yang perlu dipertanyakan adalah betulkah pikiran kita itu mutlak. 1. posisi Habakuk, 2. posisi orang Israel yang menindas kebenaran dengan kefasikan (Hab 1:4). Situasi bangsa Israel pada saat itu begitu bejat. Mereka hidup fasik. Orang benar dikelilingi, dimanipulasi, dan dikuasai oleh orangorang yang jahat. Inilah kondisi dari golongan kedua, yang adalah umat Allah tetapi hidupnya tidak beres. 3. Orang Kasdim. Bangsa ateis yang tidak mengenal Tuhan, penyembah berhala yang menggantikan Allah yang sejati dengan "allah" ciptaan mereka. Mereka mau memutlakkan diri menjadi dasar dan patokan kebenaran. Itulah sebabnya di dalam Hab 1:16 dikatakan, "dipersembahkannya korban untuk pukatnya dan dibakarnya korban untuk payangnya sebab oleh karena alat-alat itu pendapatannya mewah dan rezekinya berlimpah-limpah. Jadi, illah mereka adalah hasil yang didapat. Yang disembah adalah pukatnya karena oleh karena alat itulah mereka menghasilkan sesuatu. Sekarang masalahnya, siapa yang menetapkan pukat tersebut menjadi dasar dari illah dia? Jadi di sini kebenaran tergantung manusia. Ini dilakukan oleh orangorang Kasdim 2600 tahun yang lalu. Bagaimana dengan sekarang? Format seperti ini tetap sama. Dewasa ini kita bisa mengganti pukat kita dengan berbagai macam jenis tetapi prinsipnya sama: aku adalah "allah". Ketiga golongan ini masing-masing merepresentasikan sistem tertutup mereka. Dalam Hab 1, kita melihat kondisi ini secara tegas. Mula-mula justru bukan orang Kasdim yang Habakuk protes. Baru ketika Tuhan memberitahu Habakuk bahwa Ia akan memakai orang Kasdim, Habakuk protes tentang orang Kasdim. Tetapi yang pertama kali memicu Habakuk untuk protes adalah karena dia melihat kebejatan Israel. Jadi, yang pertama kali Habakuk protes adalah umat Allah yang katanya menyembah Tuhan ternyata hidupnya seperti orang fasik. Memakai sistem tertutup. Apakah pada saat itu umat Israel tidak lagi menjalankan ibadah? Tidak! Justru kalau kita membaca kitab PL menjelang akhir dari pembuangan dari kerajaan Yehuda dan Israel, kita akan melihat bahwa umat Israel pada saat itu tetap menjalankan ibadah. Mereka tetap mempersembahkan korban. Hari Sabat mereka tidak bekerja dan pergi ke Bait allah. Sepertinya mereka begitu saleh tetapi ternyata hidupnya begitu jahat, begitu liar, dan begitu memutlakkan diri. Bagi mereka, Allah hanya merupakan simbol yang tidak ada artinya sama sekali. Tidak heran jika di dalam PL kita melihat Tuhan begitu marah, bahkan dikatakan Tuhan muak melihat persembahan korban mereka. Akhirnya, Tuhan menjatuhkan hukuman yang keras sekali dengan membuang umat Israel. Ia memutuskan hubungan perjanjian dan setelah itu diserahkan kepada gereja. Jadi, di sini kita melihat bahwa sistem tertutup bukan hanya terjadi di luar orang kristen melainkan juga terjadi di dalam kekristenan (umat tuhan). Setelah pembuangan, mereka takluk dan jera. Setelah kembali dari pembuangan, mereka mencoba memutlakkan kedaulatan Allah tetapi terlalu ekstrim juga, karena mereka tidak tahu jiwa dari prinsip kedaulatan Allah yang sejati. Dewasa ini kita juga melihat banyak orang Kristen tetap berada dalam sistem tertutup. Banyak orang Kristen ketika menjadi orang Kristen tidak kembali kepada Tuhan melainkan memutlakkan pandangannya sendiri. Mereka memutlakkan konsep yang mereka pegang. 64 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Sekarang, mari kita melihat Habakuk. Habakuk bukan orang yang lolos dari cobaan untuk memutlakkan konsepnya sendiri. Bahkan Habakuk sempat kecewa kepada Tuhan. Dalam kondisi seperti ini sebetulnya Habakuk sendiri sedang mencoba memutlakkan konsepnya dan menolak apa yang Tuhan mau bukakan padanya. Hab 2:1 menjadi kunci di mana Habakuk akhirnya beralih dari sistem tertutup menjadi sistem terbuka. Di dalam kondisi seperti ini Habakuk tidak memutlakkan dirinya, ia membuka diri dan berkata, "Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara, aku mau meninjau dan menantikan apa yang akan difirmankan-Nya kepadaku, dan apa yang akan dijawab-Nya atas pengaduanku." Di dalam Habakuk 2:20, ia berkata, "Tetapi Tuhan ada di dalam baitnya yang kudus. Berdiam dirilah dihadapan-Nya, ya segenap bumi." Pada waktu Habakuk sampai pada pengakuan ini, maka dia tidak ribut lagi dengan pertanyaan "mengapa". Ia berdiam di hadapan Allah dan mau melihat firman-Nya. Ini merupakan kunci sistem terbuka yang tepat sekali. Sayangnya, seringkali ketika kita mau membuka sistem tertutup kita kepada sistem terbuka. Kita membukanya pada hal yang salah, akibatnya kita semakin terkonfirmasi untuk menutup diri. Kasihan sekali! Banyak orang yang waktu mau membuka diri pada hal yang benar, tetapi ternyata bertanya kepda sumber yang tidak benar. Mau mendapat masukan tetapi masukannya justru pada tempat yang tidak benar. Akhirnya ia justru jatuh lebih dalam. Di sini berarti orang tersebut mati di dalam konfirmasi kesalahan. Habakuk tidak demikian. Habakuk membuka diri secara tepat, yaitu kepada Sumber kebenaran. Habakuk kembali kepada Tuhan. Ini prinsip! Sistem terbuka yang benar harus didasarkan kepada kembalinya kita kepada wahyu yang sejati, yaitu kebenaran yang mutlak. Karena ini adalah kebenaran mutlak yang bersumber dari Sumbernya kebenaran, berarti kebenaran itu tidak boleh dimonopoli oleh Habakuk. Allah bukan saja sumber kebenaran tetapi Ia adalah dirinya kebenaran. Jika kebenaran itu bersumber dari Tuhan, maka itu harus berlaku untuk setiap orang. Memang Habakuk yang bergumul, tetapi jawaban Tuhan bukan hanya untuk Habakuk. Jawaban Tuhan adalah untuk setiap orang, setiap kondisi, setiap bahasa dan setiap jaman. Itu sebabnya Tuhan mengatakan, "Tuliskanlah penglihatan itu dan ukirkanlah itu pada loh-loh, supaya orang sambil lalu dapat membacanya" (Hab 2:2). Tuhan memberikan jawaban dan jawaban ini merupakan prinsip kebenaran yang harus diterima oleh setiap manusia. Habakuk hanyalah salah seorang dari semua orang yang harus menerima prinsip kebenaran yang sama. Jadi pewahyuan kebenaran Allah ini menunjukkan prinsip kebenaran yang berlaku lintas ruang dan waktu. Hari ini saya mau kita belajar firman baik-baik. Saya kecewa sekali, begitu banyak orang Kristen yang tidak mau belajar Alkitab, maunya hanya mendengar pendeta bicara. Setiap manusia bisa salah tetapi firman Tuhan tidak mungkin salah. Banyak orang Kristen yang maunya hanya terima matang. Itu cara dan sifat yang salah total. Kalau kita disuruh belajar Alkitab tidak mau, kalau mau bacapun dipilih yang kita suka, maka itu berarti kita sangat menetapkan sistem tertutup. Baca Alkitab secara keseluruhan dari Kejadian sampai Wahyu, jangan dipilih atau membacanya terbalik dari Wahyu ke Kejadian. Alkitab sudah disusun begitu rupa untuk menggambarkan totalitas dari apa yang Tuhan bicarakan kepada kita. Kalau kita sebagai orang Kristen tidak mau belajar firman, menutup diri dan menegakkan konsep kita sendiri, mau ke mana kita hidup? Mari kita belajar seperti Habakuk, waktu kita dalam kesulitan baliklah kepada firman. Kembali pada apa yang Tuhan ingin bicarakan dengan kita. Ketika Tuhan mengoreksi kita, kita perlu belajar untuk rela dibentuk, supaya sistem kita tidak tertutup tetapi boleh dibuka oleh Tuhan. Amin! 65 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 H Hiid du up po olle eh h iim ma an n Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 1 Habakuk 2:4-5 Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara, aku mau meninjau dan menantikan apa yang akan difirmankan–Nya kepadaku, dan apa yang akan dijawab– Nya atas pengaduanku. 2 Lalu TUHAN menjawab aku, demikian: "Tuliskanlah penglihatan itu dan ukirkanlah itu pada loh–loh, supaya orang sambil lalu dapat membacanya. 3 Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat–lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh– sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh. 4 Sesungguhnya, orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya, tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya. 5 Orang sombong dan khianat dia yang melagak, tetapi ia tidak akan tetap ada; ia mengangakan mulutnya seperti dunia orang mati dan tidak kenyang–kenyang seperti maut, sehingga segala suku bangsa dikumpulkannya dan segala bangsa dihimpunkannya." Minggu lalu kita melihat prinsip dan keluarnya Habakuk dari sistem tertutup ke dalam sistem terbuka. Baru setelah ini Tuhan membuka satu konsep penting yang menjadi inti dari iman Kristen dan dasar daripada kehidupan kita. Inti ini pertama kali dibukakan di Hab 2:4, yaitu: "Orang yang benar akan hidup oleh karena percayanya." Prinsip inilah yang kemudian juga digunakan oleh Paulus: "Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertamatama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: ‘Orang benar akan hidup oleh iman" (Rm 1:17). "Dan bahwa tidak ada orang yang dibenarkan di hadapan Allah karena melakukan hukum Taurat adalah jelas, karena: ‘Orang yang benar akan hidup oleh iman" (Gal 3:11). Ini menjadi titik tolak keluarnya Habakuk dari kesulitannya. Kalimat ini indah di mana Tuhan tidak mengatakan: "Orang itu akan hidup oleh percayanya." Tetapi Tuhan berkata "Orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya." Ini berarti di dalamnya ada persoalan yang harus dibuka lagi. Mengapa? Karena Tuhan tahu bahwa Habakuk bukan tidak mempunyai kepercayaan. Setiap orang tidak mungkin tidak mempunyai kepercayaan. Yang menjadi persoalan adalah kepercayaan macam apa yang kita punyai. Setiap kita harus mempunyai dasar kepercayaan. Tetapi, kepercayaan itu belum tentu kepercayaan orang benar. Jadi ada dua masalah: orang benar dan iman yang dipegang oleh orang benar. 66 1. Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Apakah orang hidup harus membangun basis iman? Rene Descartes mengatakan bahwa kita harus maju dan untuk maju kita harus meragukan segala sesuatu. Hanya dengan meragukan kita dapat belajar. Kalau kita sudah memastikan maka kita tidak dapat belajar. Hal ini memang benar, tetapi kalau segala sesuatu kita ragukan, maka itu sudah menjadi skeptik dan hal ini tidak pernah dipikirkan olehnya. Sekarang, jika semua sudah diragukan, maka bolehkah diri sendiri juga turut diragukan? Oleh karena itu Rene Descartes berkata bahwa karena kita meragukan, maka itu membuktikan bahwa kita tidak perlu diragukan. Kalau saya dapat meragukan, maka saya pasti ada, karena kalau saya tidak ada maka bagaimana saya dapat meragukan. Pertanyaannya sekarang adalah "Mengapa diri saya tidak dapat diragukan?" Ia tidak dapat menjawab pertanyaan ini karena ia sudah memutlakkan konsep bahwa yang meragukan pasti ada. Saya tidak mau lebih jauh membicarakan rasionalisme, tetapi saya ingin menyatakan satu hal, yaitu bahkan Rene Descartes dan filsuf-filsuf atesis pun sadar bahwa untuk membangun suatu keputusan, harus ada dasar yang tidak dapat diganggu-gugat. Dasar ini tidak pernah dibuktikan tetapi langsung dianggap mutlak ada. Hanya saja karena kita tidak mau menggunakan istilah iman, maka kita menggunakan istilah yang setara dengan iman: paradigma (hipotesis), presaposisi (pra-asumsi) yang merupakan istilah lain daripada iman. Jadi, kita melihat bahwa hidup kita sebenarnya berdasarkan iman. Namun, iman seperti ini bukanlah iman Kristen. Masalahnya: "Apakah kepercayaan yang kita pegang itu benar atau salah?" Sehingga kalau saudara mempercayai sesuatu maka kepercayaan saudara adalah kepercayaan yang masih mengandung tanda tanya, betulkah yang saudara percaya itu adalah kebenaran sejati. Oleh sebab itu Alkitab berkata "Kembali kepada kebenaran, firman itulah kebenaran." Hidupku adalah hidup oleh iman karena hidupku adalah saya kembali kepada Injil yang di dalamnya kebenaran Allah. Inilah prinsip Roma 1:16,17. Oleh sebab itu Tuhan mengajar Habakuk bahwa orang benar hidup oleh iman. Orang benar harus kembali kepada Benar supaya ia dapat benar. Saya harus memakai istilah ini karena bahasa Indonesia tidak mempunyai suka kata untuk menyebutkannya. Disini saya menggunakan tiga kata ‘benar’, namun di dalamnya saya menggunakan dua kata ‘benar’ yang berbeda. Bahasa Yunani mengenal aletheia (Truth) dan dikaeiosune (Rightheousness). Righteousness berarti kebenaran yang harus dibuktikan dan diproses berdasarkan keadilan, sedangkan Truth berarti kebenaran hakiki karena berasal dari dirinya kebenaran yang bersifat mewahyukan kebenaran. Ketika kita berkata bahwa firman adalah kebenaran, maka kebenaran itu adalah kebenaran hakiki (Truth). Namun jika dikatakan "Orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya", maka yang dimaksudkan adalah righteousness, kebenaran yang harus diproses. Maka, ketika kita berkata "Saya orang benar" maka itu berarti saya righteous people, orang benar yang masih harus diuji kebenarannya. Jadi, Apakah semua iman itu sama? Alkitab berkata tidak! Jika demikian, apakah yang dimaksudkan dengan iman yang sejati itu? Iman sejati adalah kembalinya iman kepada aletheia. Sebelum melangkah ke ayat 4, maka di ayat 3 Tuhan membuka bagaimana kita harus kembali dan percaya kepada firman, karena firman tidak pernah menipu. Inilah bedanya nubuat firman dengan ramalan orang-orang Kristen yang sok tahu. Saya heran sekali melihat begitu banyak orang yang sudah ditipu oleh berbagai macam nubuat, lalu nubuat itu tidak terjadi, tetapi orang yang menubuatkan masih dipercaya. Betapa bodohnya orang-orang semacam ini! Ramalan yang tidak terjadi itu membuktikan bahwa itu pasti dari setan. Kalau nubuat itu sungguh- 67 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 sungguh dari firman, maka nubuat itu tidak mungkin batal dan tidak mungkin gagal, harus terjadi dan tidak mungkin salah. Saya selalu mengajar agar kita jangan selalu bersandar kepada manusia. Saya menuntut setiap kita belajar firman. Tidak ada seorang pun berhak menjadi patokan kebenaran, tidak ada seorangpun yang lepas dari kesalahan. Setiap kita mempunyai cacat dan mungkin salah. Satu-satunya yang tidak mungkin salah adalah "Truth". Semua righteous bisa salah, karena righteous masih harus dibuktikan dan masih harus berjalan di dalam proses. Maka Alkitab berkata bahwa iman harus kembali kepada Aletheia. Iman sejati adalah iman dari kebenaran dan harus kembali kepada kebenaran. Mari kita melihat 1 Tim 1:12-13 "Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku – aku yang tadinya seorang penghujat, seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan, yaitu di luar iman." Ini kalimat yang penting sekali! Apakah sebelum Paulus menjadi orang percaya, ia tidak mempunyai iman? Punya! Paulus adalah orang yang disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, suku Benyamin, orang Ibrani asli, orang Farisi, dan seorang penganiaya jemaat. (Flp 3:5-6). Tetapi Paulus melihat bahwa iman yang sejati adalah iman yang kembali kepada kebenaran. Tidak kembali pada kebenaran berarti tidak mengenal iman yang sejati dan berarti berada di luarnya iman. Banyak orang yang gagal untuk mengerti karena mereka mencoba untuk menyamakan yang tidak sama. Saya beberapa kali berbicara dengan orang yang berkata bahwa semua agama sama karena sama-sama mengajarkan kebaikan. Semua agama memang mau mencoba untuk mengajarkan kebaikan tetapi iman itu sendiri tidak sama. Janganlah kita menyamakan apa yang tidak sama. Orang yang benar kembali pada iman dan percaya yang sejati. 2. Masalah yang kedua adalah masalah kebenaran orang benar itu sendiri Apakah Habakuk percaya kepada Allah? Ya! Tetapi mengapa hidupnya masih begitu penuh kebingungan? Karena orang benar ini belum hidup berdasarkan percayanya yang sejati, tetapi masih berdasarkan egoisnya sendiri. Ia beriman pada imannya sendiri dan yang ia percayai adalah dirinya sendiri. Pada hari ini banyak orang Kristen yang mungkin berformat sama seperti Habakuk, yaitu lebih percaya pada diri sendiri daripada percaya pada Kristus. Di dalam gerakan dunia kita, banyak orang Kristen yang gagal untuk mengenal iman secara tepat dan Habakuk tidak terkecuali. Habakuk tidak dapat rela kalau Tuhan membangkitkan orang Kasdim untuk menghantam orang Israel. Saat itu ia ragu dan bertanya "Bukankah Engkau, ya Tuhan, dari dahulu Allahku, Yang Mahakudus? Tidak akan mati kami." Sekarang giliran Tuhan bertanya, "Kalau engkau percaya kepadaKu, mengapa engkau bertanya seperti itu dan bukankah seharusnya engkau taat mutlak kepadaKu?" Pergumulan Habakuk mengalami krisis karena terjadi pertentangan antara egoisme pribadi, keinginan manusia duniawi, dengan istilah beriman kepada Tuhan. Berapa banyak orang Kristen yang hari ini hidupnya seperti ini? Percaya Tuhan? Percaya! Apakah di dalam bisnis juga percaya kepada Tuhan? Ia akan mulai ragu-ragu. Beriman hanya dianggap sebagai suatu slogan. Banyak orang Kristen yang mau percaya Tuhan sejauh Tuhan menolong. Kalau Tuhan menguntungkan saya, saya mau. Kalau Tuhan merugikan saya, saya tidak mau percaya. Saya bertanya-tanya, kalau Tuhan mengatur apa yang buruk bagi saya, bisakah kita menerimanya? Apakah artinya saya percaya kepada 68 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Tuhan? Apa artinya saya menggarap pekerjaan Tuhan? Apa artinya saya orang benar yang hidup oleh percaya saya bukan hidup berdasarkan percaya saya? Di dalam pergumulan saya memilih di antara dua hal, ada pertanyaan yang saya ajukan pada diri saya sendiri. Mana yang lebih menguntungkan bagi kerajaan Tuhan? Nama Tuhan yang dipermuliakan atau keuntungan pribadi saya lebih besar? Ini pertanyaan yang harus kita pergumulkan. Sampai di sini Habakuk sadar apa artinya hidup oleh iman. Dia akhirnya sanggup berkata: "Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah,…namun aku akan bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku." (Hab 3:17-18). Ini merupakan konklusi surat Habakuk. Hidup oleh iman! Bukan teori oleh iman, namun merupakan satu kehidupan yang termanifestasi di dalam kenyataan. Banyak pergumulan yang tidak dapat kita selesaikan, karena sebenarnya kita tidak hidup berdasarkan iman. Kita penuh dengan pertanyaan, kekecewaan, kemarahan, karena Tuhan tidak bertindak seperti yang kita mau. Akibatnya kita tidak dapat hidup tenang lagi. Hidup oleh iman bukan ditafsirkan secara pasif. Bukan berarti kita tidak perlu berusaha apa-apa, tunggu Tuhan menyuruh apa. Itu berarti kita hidup seperti mekanik, yang baru jalan setelah Tuhan menekan tombol-tombol tertentu. Tuhan mengajar kita untuk berinisiatif, berjalan, tetapi berada di bawah kedaulatan dan pimpinan Tuhan. Itulah berarti hidup dan bukan mati. Kita hidup dan menjadi orang benar. Kita memproses rigteousness sampai kembali pada aletheia. Kembalinya saya kepada Firman, kebenaran mutlak itu. Itulah hidup oleh iman. Amin! 69 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 M Mu urrk ka aA Alllla ah ha atta as sd do os sa a Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 6 Habakuk 2:6-20 Bukankah sekalian itu akan melontarkan peribahasa mengatai dia, dan nyanyian olok– olok serta sindiran ini: Celakalah orang yang menggaruk bagi dirinya apa yang bukan miliknya––berapa lama lagi? ––dan yang memuati dirinya dengan barang gadaian. 7 Bukankah akan bangkit dengan sekonyong–konyong mereka yang menggigit engkau, dan akan terjaga mereka yang mengejutkan engkau, sehingga engkau menjadi barang rampasan bagi mereka? 8 Karena engkau telah menjarah banyak suku bangsa, maka bangsa–bangsa yang tertinggal akan menjarah engkau, karena darah manusia yang tertumpah itu dan karena kekerasan terhadap negeri, kota dan seluruh penduduknya itu. 9 Celakalah orang yang mengambil laba yang tidak halal untuk keperluan rumahnya, untuk menempatkan sarangnya di tempat yang tinggi, dengan maksud melepaskan dirinya dari genggaman malapetaka! 10 Engkau telah merancangkan cela ke atas rumahmu, ketika engkau bermaksud untuk menghabisi banyak bangsa; dengan demikian engkau telah berdosa terhadap dirimu sendiri. 11 Sebab batu berseru–seru dari tembok, dan balok menjawabnya dari rangka rumah. 12 Celakalah orang yang mendirikan kota di atas darah dan meletakkan dasar benteng di atas ketidakadilan. 13 Sesungguhnya, bukankah dari TUHAN semesta alam asalnya, bahwa bangsa–bangsa bersusah–susah untuk api dan suku–suku bangsa berlelah untuk yang sia–sia? 14 Sebab bumi akan penuh dengan pengetahuan tentang kemuliaan TUHAN, seperti air yang menutupi dasar laut. 15 Celakalah orang yang memberi minum sesamanya manusia bercampur amarah, bahkan memabukkan dia untuk memandang auratnya. 16 Telah engkau kenyangkan dirimu dengan kehinaan ganti kehormatan. Minumlah juga engkau dan terhuyung–huyunglah. Kepadamu akan beralih piala dari tangan kanan TUHAN, dan cela besar akan meliputi kemuliaanmu. 17 Sebab kekerasan terhadap gunung Libanon akan menutupi engkau dan pemusnahan binatang–binatang akan mengejutkan engkau, karena darah manusia yang tertumpah itu dan karena kekerasan terhadap negeri, kota dan seluruh penduduknya itu. 18 Apakah gunanya patung pahatan, yang dipahat oleh pembuatnya? Apakah gunanya patung tuangan, pengajar dusta itu? Karena pembuatnya percaya akan buatannya, padahal berhala–berhala bisu belaka yang dibuatnya. 19 Celakalah orang yang berkata kepada sepotong kayu: "Terjagalah!" dan kepada sebuah batu bisu: "Bangunlah!" Masakan dia itu mengajar? Memang ia bersalutkan emas dan perak, tetapi roh tidak ada sama sekali di dalamnya. 20 Tetapi TUHAN ada di dalam bait–Nya yang kudus. Berdiam dirilah di hadapan–Nya, ya segenap bumi! 70 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Bagian pertama Pada hari ini kita akan belajar bagaimana Habakuk sulit mengerti tentang kedaulatan Allah, berkenaan dengan mengapa orang benar justru mengalami kesulitan. Disatu sisi Habakuk melihat tindakan ketidakadilan terjadi dengan merajalela, di lain sisi Habakuk melihat seolah-olah Tuhan tidak berdaulat. Habakuk salah mengerti tentang kedaulatan Tuhan karena kedaulatan Tuhan memang tidak bisa dimengerti dengan pengertian. Tindakan kedaulatan Tuhan juga bukan berarti memekaniskan dunia ini tetapi kedaulatan Tuhan caranya ditetapkan oleh Tuhan, sesuai dengan waktu Tuhan dan berada dalam tangan Tuhan yang berdaulat. Di sini Allah membongkar konsep kedaulatan Allah yang salah dalam pemikiran Habakuk. Habakuk diajar untuk mengerti bagaimana Allah akan menegakkan kedaulatan-Nya. Sejak jaman Musa, Tuhan mengajar mereka untuk tidak mempermainkan Allah yang hidup. Percaya kepada Allah berarti percaya kepada kebenaran yang sejati. Alkitab mengkaitkan ini dengan Ulangan 28 yaitu kaitan antara berkat dan kutuk, maksudnya barang siapa kembali kepada jalur iman yang sejati kepada Allah yang sejati, dia akan dipimpin oleh Tuhan dan dia akan diberkati. Barang siapa keluar dari jalur itu dia sudah berada dalam kutukan Tuhan. Konsep yang ditegakkan di sini akhirnya menjadi satu format seperti lagu atau sindiran, muncul menjadi opini umum di tengah umat Israel yang sudah diajarkan berdasarkan kebenaran Firman. Di mana apa yang sudah ditegakkan oleh Tuhan untuk kita percaya dengan benar, dengan orang benar kembali kepada iman yang benar. Permasalahannya, kalau tidak menjalankan, apa yang akan terjadi? Disini Alkitab membukakan lima poin besar yang menunjukkan hal-hal yang Tuhan benci, yang terjadi di tengahtengah umat Israel pada waktu itu dan juga ancaman dari bangsa-bangsa lain di sekitar mereka yang tidak mengenal Tuhan. Lima tindakan ini adalah tindakan manusia berdosa yang harus berhadapan dengan murka Allah di mana dimulai dengan kata ‘Celaka.’ Pertama, "Celakalah orang yang menggaruk bagi dirinya apa yang bukan miliknya…" Celaka pertama ini, menggambarkan sikap yang ada pada jaman itu dan dianggap sangat lumrah dan boleh dikerjakan. Pada jaman Israel, konsep yang kuat yang menang telah menjadi konsep umum, setiap bangsa melakukannya. Kalau satu bangsa menaklukkan bangsa lain maka seluruh harta di tempat itu menjadi milik si penjarah. Demikian juga setiap manusia yang berada di bawah penaklukkan mereka diperlakukan sesuka mereka. Jika semua bangsa melakukan hal ini, mengapa kita tidak. Di sini Alkitab justru menyatakan ketidakberesan dari sifat manusia berdosa dan Tuhan mengatakan satu kalimat tegas ‘Celakalah’ orang yang melakukan hal itu. Kalimat ini menunjukkan mereka bukan sekedar berbuat sesuatu di tengah dunia ini melainkan mereka sedang berhadapan dengan tuntutan keadilan Allah yang tidak bisa dipermainkan. Banyak orang dirugikan karena keserakahan mereka tetapi jangan lupa Alkitab juga menyatakan, sebagaimana engkau menjarah maka engkaupun akan dijarah seperti itu. Ini prinsip Alkitab. Keserakahan tidak akan pernah selesai. Keserakahan akan menghasilkan dampak kehancuran bagi orang serakah tersebut. Seorang yang serakah, untuk mendapatkan keuntungan memakai cara yang begitu liar dan mencari kekayaan dengan cara yang tidak benar. Dua ribu enam ratus tahun yang lalu, Habakuk mengalami situasi seperti ini dan kemudian peristiwa yang sama tetap terjadi, manusia tidak berubah. Ini menunjukkan bahwa di tengah dunia manusia, keserakahan masih tetap menjadi format manusia berdosa. Di sini seolah-olah Allah diam namun sesungguhnya suatu saat kelak mereka akan berhadapan dengan keadilan Tuhan. Kedua, di ayat 9 dikatakan, "Celakalah orang yang mengambil laba yang tidak halal …, dengan maksud melepaskan dirinya dari genggaman malapetaka!" Konsep ini menunjukkan bahwa manusia yang sudah 71 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 serakah ini seringkali menjadi begitu egois. Mereka seringkali memikirkan bagaimana mereka memproteksi kejahatan mereka. Semangat kesombongan seperti ini justru akan menghancurkan mereka sendiri. Mereka mungkin berpikir sudah memiliki segala sesuatu, sudah memiliki back-up dan saya tidak kuatir. Mereka mendirikan rumah di atas bukit. Mereka pikir dengan cara seperti itu mereka akan lolos dari serangan balik yang harus mereka terima. Semua orang yang berbuat jahat selalu dibelakangnya mempunyai sifat proteksi seperti ini. Masalahnya, di dunia ini tidak ada yang bisa langgeng. Jika sampai di dunia ini kejahatan mereka tidak terbongkar, di hadapan Tuhan pasti mereka akan terbongkar. Sekalipun mereka memproteksi diri begitu rapinya tetapi suatu saat kelak Tuhan akan membongkar kejahatan mereka karena tidak ada satupun yang tersembunyi di hadapan Tuhan dan mereka harus berhadapan dengan keadilan Tuhan. Dalam Hab 2:11 dikatakan sebab tidak mungkin itu lolos, "Batu berseru-seru dari tembok, dan balok menjawabnya dari rangka rumah." Manusia tidak berhak untuk merasa dia bisa memproteksi. Ini justru menunjukkan kesombongan dia di depan keadilan Allah. Kalau tidak ada yang bersuara, maka tembok, batu-batu dan balok-balok kayu pun akan bersuara membongkar kesalahanmu. Demikian juga dengan Habakuk yang harus berhadapan dengan penguasa-penguasa Israel yang sombong. Kota Yerusalem tepat berada di atas bukit dengan bentengnya, mereka pikir tidak mungkin tembok Yerusalem bisa hancur. Namun kalau Allah menghendaki pada akhirnya Yerusalem dihancurkan. Biarlah kita melihat bagaimana Tuhan yang hidup menjalankan misinya baru demikian kita tahu bahwa kita sebagai orang benar harus hidup berdasarkan iman. Itulah kekuatan kita hidup di tengah dunia ini sehingga kita tidak akan kehilangan pegangan. Ketiga, dalam ay 12 dikatakan, "Celakalah orang yang mendirikan kota di atas darah dan meletakkan dasar benteng di atas ketidakadilan, sesungguhnya, … untuk yang sia-sia?" Bagian ketiga ini menunjukkan bahwa orang-orang fasik, semua kekuatan, keputusan, dan tindakan mereka berdiri di atas ketidakadilan. Di tengah-tengah dunia berdosa kalau ada benteng yang ditegakkan di atas darah orang benar, itu tidak perlu kaget. Alkitab mengatakan, "Semua itu berasal dari Tuhan." Apa maksud kalimat ini? Apakah semua suku-suku bangsa akan menegakkan semua di atas api dan berdiri di atas kesia-siaan? Dalam hal ini, yang akan berhadapan dengan keadilan Tuhan adalah ketidakadilan manusia. Berbicara ketidakadilan di sini merupakan hal yang mengerikan. Hingga hari ini saya sangat super pesimis untuk melihat keadilan terjadi di dunia. Sebab kalau keadilan tidak kembali kepada Tuhan yang merupakan sumbernya keadilan omong kosong ada keadilan. Keadilan bukan hal yang sederhana, di dalamnya harus ada unsur kebenaran Allah yang menjadi dasar. Banyak orang tidak mengerti esensi keadilan dan menganggap keadilan adalah sesuatu yang bisa secara sederhana dimengerti dan dijalankan. Keadilan bukan sama rata. Lalu keadilan itu apa? Keadilan adalah kembalinya kita pada kebenaran Allah. Keadilan tidak tergantung manusia karena keadilan sejati tidak pernah bisa ditegakkan di atas dasar yang bersifat relatif, selama ditegakkan di atas dasar yang relatif maka dasar yang ditegakkan tidak pernah mutlak. Di sini kita melihat keadilan sejati tidak mungkin ditegakkan, yang bisa hanyalah keadilan semu. Pada jaman Habakuk, keadilan ditegakkan di atas dasar kekuatan. Semua yang ditegakkan bangsa-bangsa berdiri di atas api artinya apa yang mereka tegakkan, di bawahnya ada apinya yang tinggal menghancurkan mereka. Dan semua yang mereka kerjakan akan habis sia-sia total tidak ada hasilnya. Mereka akan hancur dalam ketidakdilan mereka dan keadilan Tuhan akan menghantam ketidakadilan mereka. Di sini saya harap kita bisa mengerti mengapa orang benar harus hidup berdasarkan iman. Alkitab mengatakan sampai ay 14, "Sebab bumi akan penuh dengan pengetahuan tentang kemuliaan Tuhan, seperti air yang menutupi dasar laut." Ini gambaran bahwa keadilan Allah tidak bisa dipermainkan oleh manusia. Jangan pikir ketidakadilan bisa ditegakkan, kita bisa berbuat serakah semaunya dan bisa memproteksi kejahatan kita. Ingat, pada 72 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 akhirnya keadilan Allah akan ditegakkan, pengetahuan tentang kemuliaan Allah akan nyata. Ini menunjukkan bahwa Allah adalah Allah yang hidup. Saudara, dua ribu enam ratus tahun kemudian, kondisi pada jaman Habakuk tetap sangat relevan untuk masa kini. Mengapa? Karena problem keserakahan sampai hari ini tidak pernah selesai. Manusia semakin modern justru menjadi manusia yang semakin hari semakin serakah dan tidak pernah puas. Hari ini manusia bukan semakin canggih di dalam kebenaran melainkan semakin canggih dalam kejahatan. Satu hal yang saya lihat ketika kita berhadapan dengan situasi ini seringkali kita ingin membalas, tetapi disini satu prinsip yang Alkitab tegaskan di mana pembalasan merupakan hak Tuhan. Dan ingat pembalasan Tuhan akan jauh lebih berat dari tindakannya. Mengapa? Karena Tuhan melihat selain pembalasan, hukum keadilan ditegaskan yaitu kutukan yang harus memperberat. Jangan pernah berpikir bahwa orang Kristen akan lolos dari penghakiman. Alkitab tidak pernah mengatakan orang yang berdosa, bertobat dilepaskan dari hukuman. Keadilan Allah dan kasih Allah merupakan dua hal yang harus berjalan bersama-sama. Jika kita berjalan dalam keadilan Allah kita akan berjalan juga dalam kasih Allah. Daud bertobat dari dosanya dan Tuhan ampuni. Namun Daud tidak pernah lolos dari hukuman Allah karena dia berbuat dosa. Dosanya diampuni tetapi efek dari dosanya harus dibayar. Saudara saya harap kita mengerti, berdiri tegak di atas keadilan Allah dan jangan berpikir kita bisa bermainmain dengan keadilan Tuhan. Mau saudara. Bagian kedua Dalam Habakuk 2 ini kita melihat bagaimana Tuhan menegaskan prinsip yang Ia ingin bicarakan kepada Habakuk yaitu bahwa penglihatan itu pasti akan terjadi (Hab 2:3). Mulai dari ay. 6-20, Tuhan menegaskan kepada habakuk bahwa Ia tidak akan bermain-main dengan tingkah laku dosa. Tuhan menegaskan hal itu dengan satu kata ‘Celakalah!’ Kata ini merupakan kata yang keras, yang dipakai menjadi satu kutukan yang tegas terhadap kejahatan manusia. Di dalam bagian tersebut terdapat lima ‘celaka’ yang diurutkan dari yang paling fenomena sampai yang paling hakiki. Minggu lalu kita sudah membahas tiga kata ‘celaka.’ Yaitu: Pertama, Celaka kamu yang serakah; kedua, celaka kamu yang sombong, yang menganggap bahwa dapat memproteksi kejahatanmu; ketiga ketidakadilan akan mengikuti barang siapa yang berbuat jahat, fasik dan lalim. Setelah itu, kita melihat kejahatan yang semakin parah. Hab 2:15 mencatat: "Celakalah orang yang memberi minum sesamanya manusia bercampur amarah, bahkan memabukkan dia untuk memandang auratnya." Mereka jatuh dalam kondisi sangat mengerikan, yang digambarkan sebagai satu kekejaman yang sudah melampaui batas. Dalam kondisi seperti ini Tuhan mengatakan, "Celaka kamu!" Peringatan ini sangat menguatkan Habakuk karena dia sangat mengetahui kondisi itu. Ia mengetahui betapa kejamnya orang Kasdim dan tindakan kekejaman seperti itu bukan hal yang baru. Jika kita menelusuri mulai dari PL hingga sekarang, kita akan melihat bahwa sikap kejam dari manusia berdosa begitu mengerikan. Ini menggejala sepanjang masa dalam dunia, khususnya di jaman Habakuk hidup. Di dalam Alkitab, kekejaman seperti ini sudah lumrah dan bahkan menjadi pemandangan sehari-hari. Bangsa Kasdim adalah bangsa yang sangat kejam. Lebih mengerikan dibandingkan dengan kekejaman bangsa lain. Itu sebabnya Habakuk ngeri sekali jika membayangkan Yehuda dihancurkan oleh kekejamannya. Justru dalam situasi seperti ini Tuhan tidak melindungi bangsa Yehuda melainkan justru mengkonfirmasi. Namun barang siapa berani berbuat kekejaman seperti itu, ia akan berhadapan dengan keadilan Tuhan. Karena itu berarti ia dengan sengaja melawan sifat dan eksistensi keberadaan Tuhan. Jadi bukan sekedar bertindak terhadap manusia. Peristiwa yang terjadi pada jaman Habakuk tidak berbeda 73 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 dengan apa yang terjadi dalam dunia modern. Misalnya seperti yang terjadi di Indonesia tanggal 13-14 Mei yang lalu. Ini membuktikan dosa begitu dahsyat sedang merajalela di dunia. Pada saat manusia lepas dari otoritas sejati, maka manusia hanya dikuasai oleh otoritas dosa. Otoritas dosa ini akan mendatangkan kekejaman yang luar biasa, yang membuat manusia tidak tahu lagi di mana dia harus bertindak. Ketika orang Kasdim dengan begitu kejam menghantam dan menghancurkan bangsa Yehuda, mereka justru membanggakan perbuatan mereka itu. Itulah kehormatan mereka. Tetapi Alkitab mengatakan: "Celakalah kamu!" Karena kehormatanmu itulah kehinaanmu dan kejayaanmu itulah kematianmu. Di dalam Habakuk 1:7 dikatakan: "Bangsa itu dahsyat dan menakutkan; keadilannya dan keluhurannya berasal daripadanya." Semakin mereka menegakkan otoritasnya sendiri, mereka akan semakin kejam. Hanya satu cara untuk membebaskan mereka, yaitu pertobatan. Mereka harus lepas dari ikatan belenggu dosa dan belenggu feodalitas otoritas yang begitu mencengkram. Untuk lepas dari belenggu cengkeraman dosa tidaklah mudah, kecuali ada kuasa yang lebih besar untuk mengeluarkannya. Ini baru bisa terjadi jika kita kembali kepada kebenaran yang sejati. Lepas dari kebenaran sejati maka akumulasi kekejamannya akan berputar terus di tengah dunia. Hanya kuasa Kristus yang dapat mencabut orang itu keluar dan menarik orang itu kembali pada kebenaran sejati. Hanya kembali pada otoritas kebenaran sejati, baru ada pengharapan bagi dunia. merupakan satu tema yang merupakan kelanjutan ayat 15-17. Di ayat 18 dikatakan, "Apakah gunanya patung pahatan, yang dipahat oleh pembuatnya? Apakah gunanya patung tuangan, pengajar dusta itu? Karena pembuatnya percaya akan buatannya, padahal berhala-berhala bisu belaka yang dibuatnya." Ayat 19 berkata: "Celakalah orang yang berkata kepada sepotong kayu: "Terjagalah!" dan kepada sebuah batu bisu: "Bangunlah!" Masakan dia itu mengajar? Memang ia bersalutkan emas dan perak, tetapi roh tidak ada sama sekali di dalamnya. Ini merupakan puncak daripada semua tindakan kefasikan manusia. Ketika manusia berakumulasi di dalam kekejaman, maka ia cuma menjadi satu langkah menuju pada esensi yang paling dasar tindakan kekejaman dari semua tindakan kejahatan. Di sini manusia berdosa bukannya taat kepada Allah, tetapi justru melarikan diri daripada Allah yang sejati. Seorang filsuf mengatakan "Agama adalah jalan melarikan diri dari Allah." Mengapa ada berhala? Alkitab mengatakan, "Karena pembuatnya percaya kepada buatannya." Manusia mencipta berhala lalu menyembah berhala. Yang ia percaya adalah yang ia buat sendiri. Ini merupakan sifat kefasikan yang langsung melawan Tuhan, Sang Pencipta, melawan sumber kebenaran dan menjadikannya secara langsung berhadapan dengan Tuhan. Tidak bisa tidak, ini mendatangkan hukuman yang keras sekali. Alkitab mengatakan "Celakalah." Inilah esensi dasar dari seluruh dosa. Inilah inti dari semua pengertian dosa. Semua dosa yang lain hanya menjadi ekses dari semua tindakan yang berakar daripada manusia yang mau memberhalakan semua pikiran, keinginan dan keotoritasan dia. Tuhan menutup pasal dua ini dengan satu kalimat yang tegas, ringkas, dan pendek. Tetapi justru di sinilah prinsip dari kehidupan iman Kristen. Habakuk 2:20 mengatakan, "Tetapi Tuhan ada di baitNya yang kudus. Berdiam dirilah di hadapan-Nya, ya segenap bumi!" Hai manusia berdiam dirilah di hadapan dia dan jangan bermain-main! Ini merupakan kesimpulan yang Tuhan nyatakan kepada Habakuk. Habakuk 2:18-19 Alkitab mengatakan ketika kita berhadapan dengan keadilan Allah, kita tidak pernah mungkin lari dari kebenaran Allah. Di sini kita mempelajari satu konsep yang terpenting dalam hidup kita yang ditegaskan oleh Alkitab mulai dari PL sampai PB, yaitu ketika kita melangkah baiklah kita melangkah dalam jalur Tuhan, karena di situlah kita mendapat jaminan yang paling kokoh. Tuhan menjamin barang siapa berjalan di dalam jalannya dia pasti melihat kebenaran dan suatu saat kebenaran itu akan ditegakkan karena keadilan Allah tidak bisa dipermainkan. Yosua diingatkan oleh Tuhan "Jalanlah lurus di jalanku, jangan menyeleweng 74 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 ke kiri atau ke kanan, maka engkau akan diberkati." Dan konsep ini diulang berulang kali kepada Yosua. Tuhan akan memimpin jika kita berjalan di jalan Allah. Jika kita keluar dari jalur Tuhan itu berarti kita sedang beroposisi dengan Tuhan Allah dan kita sedang bunuh diri yang mengerikan sekali. Ketika Habakuk belajar dari ayat ini, maka dia langsung mengeluarkan satu respon, satu konklusi dari pengertian dia di pasal 3 dimulai dengan doa nabi Habakuk menurut nada ratapan. Kalau saudara membaca Habakuk 3:1-10, kita akan melihat betapa dahsyatnya gambaran Habakuk ketika dia melihat murka Allah yang begitu luar biasa. Habakuk mengatakan di ayat 2 yang terakhir dia sempat menyelibkan satu kalimat "Tuhan, dalam murka ingatlah akan kasih sayang." Alkitab tidak mengatakan murka Allah hanya di PL. Di dalam Roma 1 dikatakan, "Murka Allah akan turun dari sorga atas kefasikan dan kelaliman manusia." Ini tidak main-main. Hanya kembali kepada jalur Tuhan kita akan mendapat kekuatan. Saudara, jika ditengahtengah hidup kita melihat ketidakadilan, kecemaran, kekejaman, kejahatan merajalela di sekeliling, kita harus berjalan dalam jalur Tuhan maka kita akan mendapat kekuatan. Kita tidak perlu kecewa dan putus asa. Tuhan tidak pernah berdiam diri, mungkin seolah-olah Tuhan itu beku. Sesungguhnya barang siapa berani bermain-main, dia akan langsung berhadapan dengan murka Tuhan. Saudara, biarlah ini menjadi kekuatan bagi kita. Di tengah situasi apapun mari kita tidak lengah dan tidak lepas dari integritas hidup. Jangan kita keluar dari jalur Tuhan yang membuat kita akhirnya beroposisi dengan Tuhan. Biarlah ini juga boleh mendorong kita secepat mungkin memberitakan Injil. Jika orang kristen tidak mau memberitakan Injil, jangan pikir dia sedang selamat, tidak! Dia justru sedang membiarkan dirinya masuk ke dalam resiko yang lebih besar. Jika kita tidak memberitakan injil, kita sedang membiarkan dunia kita samakin hari semakin rusak. Itu berarti menjadi bumerang bagi diri kita sendiri. Kita mengalami semua ini karena kita gagal memberitakan Injil. Marilah kita kembali memikirkan, Tuhan mau memakai kita. Saya berharap sungguh-sungguh banyak orang-orang yang boleh dipanggil oleh Tuhan untuk menjadi hamba Tuhan untuk melayani Tuhan di abad yang akan datang. Saya berharap sungguh-sungguh orang-orang kristen boleh menegakkan berita Injil keluar dan menyatakan kebenaran Injil di luar. Jangan sampai orang kristen sendiri memberikan contoh yang tidak baik. Tuhan meminta kita menjadi saksi. Maukah saudara? Amin! 75 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 D Diia am md dii h ha ad da ap pa an nA Alllla ah h Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 20 Habakuk 2:20 Tetapi TUHAN ada di dalam bait–Nya yang kudus. Berdiam dirilah di hadapan–Nya, ya segenap bumi! Minggu ini kita memasuki bagian terakhir dari Habakuk 2:20. Dalam ayat 20 ini, Habakuk mendapat jaminan yang paling penting dan paling serius. Ayat ini merupakan jawaban, sekaligus puncak permasalahan bagian sebelumnya tentang penyembahan berhala. Saat itu, Habakuk di dalam kondisi yang begitu panas dan jengkel karena melihat situasi negaranya, di mana kefasikan dan ketidakadilan merajalela begitu luar biasa, manusia makin hari berjalan menurut maunya sendiri. Ketika Tuhan menghukum mereka, mereka tidak bertobat bahkan mencari Allah lain yang mereka rasa cocok dengan mereka. Mereka manifestasikan kedaulatan mereka dengan cara melarikan diri dari Allah yang sejati lalu membentuk allah palsu yaitu allah yang mereka cipta menurut kreasi mereka sendiri. Dalam keadaan seperti ini maka Tuhan mengeluarkan kalimat terakhir yang merupakan prinsip paling tuntas yaitu "Tuhan ada di dalam bait-Nya yang kudus." Dari penyataan ini keluar tuntutan, "Berdiam dirilah di hadapan-Nya, ya segenap bumi!" terdiri dari dua unsur yaitu pernyataan Allah yang paling final dan tuntutan Allah yang paling final juga. Hal ini merupakan klimaks dari pada penjelasan Tuhan mengenai apa yang dia akan kerjakan. Mengapa pada detik terakhir Tuhan justru membicarakan, "Aku ada di dalam bait-Ku yang kudus." Mengapa hal ini menjadi titik tolak atau menjadi pernyataan yang paling final yang diungkapkan oleh Tuhan? Ini merupakan pertanyaan yang serius. Karena ketika Habakuk melihat keadaan yang luar biasa fasik, dalam ps 1:4, Habakuk jengkel sekali dan berkata kepada Tuhan, "Tuhan, mengapa orang benar dikelilingi oleh orang fasik dan tidak dapat berbuat apa-apa? Itulah sebabnya keadilan muncul terbalik. Habakuk tidak bisa melihat keadaan seperti ini sehingga ia melontarkan pertanyaan, "Tuhan, berapa lama lagi?" Ayat 20 Saudara, bukan hanya di dalam jaman Habakuk tetapi di setiap jaman pada saat kita merasakan tekanan seperti ini kita mulai merasakan tidak adilnya dunia ini, kita mulai melihat sedemikian jahatnya sekeliling kita lalu kita bertanya, "Tuhan sebenarnya engkau ada atau tidak?" Pertanyaan ini sebenarnya mempertanyakan keberadaan Allah itu sendiri. Pertanyaan ini merupakan pertanyaan sangat mendasar sekali. Jika pertanyaan ini tidak mendapat jawaban yang tepat dan memuaskan maka akan fatal akibatnya. Karena, jika pertanyaan ini tidak mendapat jawaban maka ia akan jatuh kepada ateisme. Pada waktu ia mengatakan Tuhan tidak ada berarti ia sudah mentuhankan dirinya sendiri. Lebih ringan dari ateisme mungkin ia akan berkata, "Tuhan mungkin Engkau ada, tetapi Engkau tidak mampu berbuat apa-apa." Berarti dengan kata lain dia skeptik. Tuhan keberadaan-Nya dianggap jauh di sana dan tidak ada 76 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 hubungannya dengan dirinya. Jika seseorang sudah sampai dalam kondisi seperti ini, maka imannya akan runtuh total dan dia akan kehilangan pegangan akan keberadaan Allah dan dia akan seperti layangan putus dan tidak lagi tahu akan makna hidupnya. Itu sebabnya penting sekali bagi Habakuk untuk menyelesaikan masalah mengenai kepastian keberadaan Allah. Ini merupakan prinsip yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Mengapa? Karena pada waktu seseorang bertanya, "Apakah Allah ada?" Maka jawabannya bisa ada atau tidak ada. Berarti ini sudah mencapai satu titik di mana dia sudah kehilangan imannya. Pada saat seperti itu, maka akan timbul satu kesimpulan dan satu akibat yaitu pada saat yang sama dia pasti akan mentuhankan dirinya sendiri, karena dia yang menjadi penentu Allah ada atau tidak ada. Dengan demikian orang itu sudah kehilangan iman dan mencurigai keberadaan Allah baik secara total ataupun secara skeptik. Manusia tidak boleh mentuhankan dirinya sendiri. Apabila hal ini terjadi berarti kehancuran total bagi dirinya. Mengapa di tengah dunia saat ini terjadi kekacauan? Sebab setiap orang ingin menjadi Tuhan, hanya mau bertindak menurut apa yang dia mau dan dia suka. Manusia merasa paling pintar dan bijaksana. Jika setiap orang berprinsip seperti itu, berarti akan terjadi pertempuran yang tidak akan berhenti sampai kapanpun. Kunci satu-satunya bagi orang yang sudah mencurigai keberadaan Allah yang sejati adalah memiliki kepastian jaminan keberadaan Allah. Ini merupakan penyelesaian yang paling final yang dibutuhkan oleh dunia. Ketika Habakuk mendapatkan situasi yang begitu sulit, Habakuk merasa, "Tuhan tidak bertindak, bahkan tindakan Tuhan begitu mengacaukan dan membingungkan." Maka Tuhan menjawab, "Aku di sini, Aku sedang berada di dalam bait-Ku yang kudus." Ini merupakan kepastian keberadaan Allah. Keberadaan inilah yang menjadikan semua keberadaan bisa berada. Keberadaan Allah menjadi sumber semua keberadaan yang dituntut, keberadaan yang tidak boleh tidak ada, menjadi keberadaan yang sangat hakiki dan bersifat esensial. Jadi berbicara tentang eksistensi Allah merupakan satu hal yang sangat final dan menjadi jawaban bagi seluruh manusia. Di dalam ayat 20 ini Tuhan tidak berbicara kapan tetapi dia berbicara, "Aku ada di sini." Ini merupakan jawaban kekristenan yang sangat esensial. Keberadaan yang tidak bisa diganggu gugat, mutlak dan menjadi sumber dari segala keberadaan. Di dalam situasi apapun dan dalam segala macam ketidakadilan, jaminan Tuhan mengatakan, "Aku ada di sini," ini menunjukkan Ia tidak main-main. Keberadaan Allah bukan keberadaan yang perlu dipertanyakan. Keberadaan Allah justru merupakan kepastian yang menjadikan semua keberadaan jadi mungkin. Di dalam kesulitan jika kita mempertanyakan keberadaan Allah ini tidak akan menjadi jawaban yang menyelesaikan permasalahan dan kesulitan kita. Justru di dalam kesulitan jika kita percaya bahwa Allah ada inilah yang membuat kita bisa bertahan di dalam kesulitan. Saudara, mari kita kembali sadar, di tengah-tengah dunia ini, di saat kita mau mengambil keputusan, di saat kita melakukan sesuatu, kunci pertama yang harus diingat ialah Allah ada. Kunci kedua, kepastian keberadaan Allah bukan hanya untuk dimengerti secara pasif. Ketika Allah berkata, "Aku berdiam di dalam bait-Ku yang kudus," tidak berarti Allah tidak melakukan apa-apa. Banyak orang salah mengerti Hab 2:20 ketika dikatakan Allah berdiam di dalam bait-Nya ini bukan gambaran pasif, bukan berarti Allah tidak bertindak. Tetapi ayat ini mau menggambarkan bahwa Allah bertahta di kerajaan-Nya, Allah berada di dalam bait-Nya yang kudus itu menggambarkan bahwa Dia sedang bertahta dan berdaulat penuh menjalankan pemerintahanNya. Ini kunci yang menggambarkan bahwa Allah bukan sekedar Allah tetapi Allah yang berinisiatif dan Allah yang berdaulat. Maka jika kita membaca di dalam Hab 2 dan 3 kita akan mendapat kepastian. Di sini dikatakan bahwa Tuhan menjamin Habakuk bahwa setiap apa yang Allah katakan pasti terjadi. 77 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Ayat 20 ini menggambarkan bahwa ketika Allah berada di dalam bait-Nya yang kudus ini bukan menggambarkan kepasifan melainkan justru menggambarkan pemerintahan yang paling berdaulat. Di mana sang Raja akan diam di tahta-Nya dan semua yang harus hadir di hadapan Raja. Raja yang sejati akan duduk ditahta-Nya lalu semua anak buahNya harus datang, semua raja-raja lain juga harus datang dan bersembah sujud di hadapan Dia. Ini merupakan prinsip dari kedaulatan seorang Raja. Gambaran inilah yang disodorkan oleh Allah kepada Habakuk dengan kalimat, "Berdiam dirilah di hadapan-Nya." Ketika Habakuk hatinya sedang bergejolak melihat sitausi yang tidak beres dan dia ingin bertanya, "Tuhan, kapan?" Tuhan berkata, "Aku ada di sini." Ini menggambarkan Tuhan tidak bisa diatur, kita yang harus diatur oleh Tuhan. Tuhan berdiri dan diam berinisiatif, bukan kita yang berinisiatif. Disini kiti harus mengerti siapa Tuhan dan siapa kita. Tuhan berdiri di dalam bait-Nya yang kudus dan Dia berada di sana dengan kekuatan penuh. Dan saat itulah Dia tinggal menetapkan kapan Dia akan bertindak dan penetapan-Nya tidak mungkin gagal. Kedaulatan Allah bersifat final. Saudara ini adalah kunci yang menjadi kekuatan bagi kita untuk mengerti bahwa kita hidup ada di bawah perlindungan Tuhan. Tuhan yang diam di dalam baitNya yang kudus dan Dia bertindak dengan inisiatif-Nya. Lalu respon apa yang harus kita berikan? Mungkin kelihatannya seperti pasif tetapi merupakan sikap proaktif yang penting sekali. Sikap aktif di dalam kepasifan, ini merupakan satu hal yang unik sekali. Ketika Tuhan mengatakan, "Berdiam dirilah di hadapan-Ku." Kalimat ini bukan hanya untuk Habakuk tetapi juga buat seluruh bumi. Kalimat ini bukan menggambarkan kepasifan manusia di hadapan Tuhan, melainkan berdiam diri di hadapan Allah yang menuntut suatu semangat aktif yang sangat berat. Kalau kita melihat konteks saat itu, di mana Habakuk sedang meluap-luap dengan kejengkelan dan ketidaksukaan terhadap situasi bangsanya. Habakuk tahu bahwa bangsa ini harus ditindak dan dia sudah sampai dalam kondisi yang tidak sabar lagi. Lalu bertanya, "Tuhan berapa lama lagi?" dengan kata lain Habakuk mau mengatakan mau tunggu kapan lagi Tuhan? Habakuk sudah tidak sabar melihat situasi yang begitu mengerikan. Tetapi justru dalam situasi seperti ini Tuhan berkata, "Berdiam dirilah di hadapan-Ku." Kalimat ini membutuhkan suatu keaktifan yang luar biasa untuk kita bisa menjalankannya. Justru di dalam kondisi Habakuk yang sedang bergejolak Tuhan justru menghendaki Habakuk diam. Tuhan menginginkan kita berjalan bukan berdasarkan emosi, kemauan dan perasaan kita. Tetapi Tuhan berkata pembalasan bukan wilayah kita tetapi adalah hak Tuhan. (Roma 12). Untuk menjalankan perintah ini dibutuhkan keaktifan untuk pasif. Ini merupakan sifat pro-aktif. Satu sikap yang di mana kita aktif berdasarkan kerangka yang Tuhan inginkan, tidak menyeleweng dari jalur yang tidak seharusnya. Keaktifan kita bukan keaktifan yang menghancurkan tetapi keaktifan yang berada dalam rel yang tepat. Inilah yang dituntut oleh Tuhan agar kita boleh berjalan secara benar. Cara satu-satunya kembali diam di hadapan Tuhan dan berjalan hanya menurut apa yang Tuhan ingin kita kerjakan. Seringkali kita terpancing untuk emosi, mau lebih cepat bertindak. Terpancing untuk melakukan hal-hal yang justru diluar jalur yang Tuhan inginkan. Hati-hati! Tuhan mengajar kita untuk tidak menjadi inisiatorinisiator yang keluar dari jalur yang Tuhan inginkan. Tuhan menginginkan jika kita mau kreatif, mau aktif kita harus berada di dalam jalur tuhan. Ini kunci yang tepat. Saudara biarlah ini menjadi kunci yang penting dalam hidup kita sehingga kita tidak melangkahi kedaulatan Tuhan, tidak melangkahi bijaksana Allah dan kita menganggap bahwa kita lebih pintar dari Allah. Biarlah kita mau diam di hadapan-Nya, taat kepada Tuhan. Biarlah Tuhan yang memimpin kita dan Hab 2:20 itulah kunci yang Tuhan inginkan. Amin! 78 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 K Ke ed da ah hs sy ya atta an nm mu urrk ka aA Alllla ah h Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Habakuk 3:1-16 Doa nabi Habakuk. Menurut nada ratapan. TUHAN, telah kudengar kabar tentang Engkau, dan pekerjaan–Mu, ya TUHAN, kutakuti! Hidupkanlah itu dalam lintasan tahun, nyatakanlah itu dalam lintasan tahun; dalam murka ingatlah akan kasih sayang! Allah datang dari negeri Teman dan Yang Mahakudus dari pegunungan Paran. Sela. Keagungan–Nya menutupi segenap langit, dan bumipun penuh dengan pujian kepada– Nya. Ada kilauan seperti cahaya, sinar cahaya dari sisi–Nya dan di situlah terselubung kekuatan–Nya. Mendahului–Nya berjalan penyakit sampar dan demam mengikuti jejak–Nya. Ia berdiri, maka bumi dibuat–Nya bergoyang; Ia melihat berkeliling, maka bangsa–bangsa dibuat–Nya melompat terkejut, hancur gunung–gunung yang ada sejak purba, merendah bukit–bukit yang berabad–abad; itulah perjalanan–Nya berabad–abad. Aku melihat kemah–kemah orang Kusyan tertekan, kain–kain tenda tanah Midian menggetar. Terhadap sungai–sungaikah, ya TUHAN, terhadap sungai–sungaikah murka–Mu bangkit? Atau terhadap lautkah amarah–Mu sehingga Engkau mengendarai kuda dan kereta kemenangan–Mu? Busur–Mu telah Kaubuka, telah Kauisi dengan anak panah. Sela. Engkau membelah bumi menjadi sungai–sungai; melihat Engkau, gunung–gunung gemetar, air bah menderu lalu, samudera raya memperdengarkan suaranya dan mengangkat tangannya. Matahari, bulan berhenti di tempat kediamannya, karena cahaya anak–anak panah–Mu yang melayang laju, karena kilauan tombak–Mu yang berkilat. Dalam kegeraman Engkau melangkah melintasi bumi, dalam murka Engkau menggasak bangsa–bangsa. Engkau berjalan maju untuk menyelamatkan umat–Mu, untuk menyelamatkan orang yang Kauurapi. Engkau meremukkan bagian atas rumah orang–orang fasik dan Kaubuka dasarnya sampai batu yang penghabisan. Sela. Engkau menusuk dengan anak panahnya sendiri kepala lasykarnya, yang mengamuk untuk menyerakkan aku dengan sorak–sorai, seolah–olah mereka menelan orang tertindas secara tersembunyi. Dengan kuda–Mu, Engkau menginjak laut, timbunan air yang membuih. Ketika aku mendengarnya, gemetarlah hatiku, mendengar bunyinya, menggigillah bibirku; tulang–tulangku seakan–akan kemasukan sengal, dan aku gemetar di tempat aku berdiri; namun dengan tenang akan kunantikan hari kesusahan, yang akan mendatangi bangsa yang bergerombolan menyerang kami. 79 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Minggu lalu kita sudah melihat bagaimana Tuhan secara tegas dan final menyatakan prinsip dan tuntutanNya, "Tetapi Tuhan ada di dalam bait-Nya yang kudus. Berdiam dirilah di hadapan-Nya, ya segenap bumi!" Sesudah kalimat ini diberikan, Habakuk memberikan respon kepada Tuhan, sebagaimana yang kita lihat dalam Habakuk pasal tiga. Melalui respon tersebut kita melihat bagaimana Habakuk mengerti apa yang menjadi ekspresi dari penyataan Tuhan, serta mengerti bagaimana seharusnya kita berespon kepada Tuhan. Di dalam Alkitab, kita melihat ketika Allah berbicara dengan seseorang maka respon yang keluar dari orang itu adalah kehancuran hati. Habakuk yang pada mulanya tidak mengerti namun setelah Allah menyatakan diri maka responnya berubah total. Dalam ps 3 ini Habakuk memberikan respon melalui doa dengan nada ratapan. Dia berdoa dengan keremukan hati, doa yang mengerti siapa Tuhan yang sebenarnya. Ini bukan hanya terjadi pada Habakuk tetapi juga pada tokoh-tokoh Alkitab lain, misalnya Abraham, Daud, Yeremia, Yesaya dsb. Semangat keremukan hati karena pengenalan akan Tuhan ini menunjukkan seberapa jauh Habakuk mengenal Allah. Dia mengerti betapa hebat dan dahsyatnya Allah yang dia temui. Ini menjadikan hatinya hancur, hatinya sadar bahwa manusia tidak ada apa-apanya. Perubahan ini mengakibatkan perubahan dalam seluruh aspek hidup yang lain, di mana semakin hari Habakuk semakin mengenal Tuhan. Habakuk berubah ketika dia berhadapan dengan Firman dan ini tercermin di dalam doanya. Doa Habakuk bukanlah doa yang memaksa Tuhan ikut dia tetapi merupakan satu cetusan bagaimana dia mengerti Tuhan dan mau taat pada Tuhan. Tuhan adalah Tuhan yang konsisten dan tidak berubah. Di dalam kebenaran-Nya tidak ada sesuatu yang tidak benar dan tidak ada ketidakadilan yang pernah Dia lakukan sehingga Dia harus diubah menjadi lebih adil. Di dalam kondisi seperti ini, ketika kita berdoa bukan Tuhan yang berubah tetapi kitalah yang berubah, itulah doa sejati. Di dalam Hab 3 mulai ay 2-16, seolah-olah Habakuk mau mengeluarkan semua kalimat ratapan tetapi dia tidak bisa lagi mengeluarkannya, dan yang keluar justru puisi yang menggambarkan bahwa gambaran itu sangat besar. Lebih dari sekedar yang bisa diucapkan dengan semua ucapan yang biasa. Dalam ay 2-17 Ia berkata, "Tuhan, telah kudengar kabar tentang Engkau, ... Hidupkanlah itu dalam lintasan tahun, nyatakanlah itu dalam lintasan tahun; dalam murka ingatlah akan kasih sayang! (Hab 3:2-17). Disini gambaran yang pertama muncul dalam benaknya adalah Who is my God? Who is the real God? Sesudah konsep dan pengertiannya diperbaharui dia mulai mengungkapkan itu dengan pujian kepada Tuhan. Disini doa yang baik harus dimulai dengan kesadaran mengerti siapa Allah, tahu siapa Allah maka kita akan tahu siapa diri kita dan bagaimana kita berespon kepada Dia. Tetapi doa yang salah dimulai dengan mengenal Allah secara salah sehingga berakibat respon kita juga salah. Cara kita melihat akan menentukan bagaimana kita berespon. Jika saya melihat seorang manusia sebagai pribadi maka saya akan berespon kepada dia secara pribadi. Seorang gembel ataupun raja merupakan suatu pribadi. Bagaimana orang berespon terhadap satu masalah dapat menunjukkan apa yang ada dalam pengertiannya. Begitu juga seberapa jauh kita mengenal Tuhan itu akan tercermin dalam respon kita. Respon yang paling jelas untuk mengerti bagaimana respon kita kepada Tuhan adalah melalui doa. Kita bisa menggunakan kalimat yang paling bagus dan puitis. Tetapi pengertian kita terhadap Tuhan tidak bisa ditipu dan itu keluar dari hakekat kita yang paling dalam dan pasti akan tampak jelas dalam doa kita. Demikian juga respon Habakuk ketika berdoa di hadapan Tuhan langsung dapat diketahui bagaimana pengenalan Habakuk terhadap Tuhan dan respon ini sangat menentukan bagaimana dia akan bersikap. Itu sebabnya ketika Habakuk berkata, "Tuhan Engkau adalah Allah yang begitu dahsyat. Engkau bertindak sepanjang sejarah jaman. Di manapun tidak ada batasnya … (lihat Hab 3:2) ini gambaran yang luar biasa, 80 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 bagaimana dia mengerti Allah yang berbeda daripada Allah yang dimengerti pada jaman itu. Tuhan membuka pikiran Habakuk sehingga dia terbuka dengan satu pikiran yang menerobos seluruh pemahaman orang pada jaman itu. Hab 3 memberikan satu nuansa puisi yang sepertinya bagi kita tidak terlalu aneh karena kita sekarang hidup di era global. Waktu dikatakan Tuhan adalah Allah yang berkuasa dari lintasan tahun sampai lintasan tahun jika kita mengerti ayat itu berdasarkan konteks pada jaman itu, kita akan tahu bahwa apa yang diungkap Habakuk mempunyai nilai kesulitan yang hari ini luar biasa besarnya. Pada jaman itu semua orang di sekitar bangsa Israel mengerti Allah dalam format lokal. Mereka dikuasai oleh cara penyembahan animisme dan berhala yang mereka tegakkan dan Allah mereka bersifat lokal. Mereka menggambarkan Allah sebagai patung yang ada di sini dan patung ini hanya berkuasa di sini dan pada saat ini. Keluar dari wilayah itu berarti allah tersebut sudah kehilangan kuasanya. Itu sebabnya untuk menyadarkan mereka bahwa Allah itu melintasi ruang dan waktu tidak mudah. Hab 3 mengatakan, "Allah datang dari negeri Teman dan Yang Mahakudus dari pegunungan paran. Negeri Teman itu negara paling selatan dan pegunungan paran itu paling utara. Jadi Allah itu dari paling selatan sampai paling utara. Allah adalah Allah yang menguasai alam semesta. Bagi mereka ini tidak masuk akal dan sulit untuk diterima, konsep bahwa Allah itu bersifat global karena konsep Allah mereka adalah lokal. Apa yang dimengerti Habakuk dalam ay 2-3 ini merupakan satu terobosan. Di sini dia bisa melihat Allah yang sejati keluar dari ikatan jamannya. Habakuk mengerti Tuhan dari Firman. Allah mengatakan "Bangsa-bangsa mau lari ke mana, ke manapun Aku akan bertindak. Seberapapun dahsyatnya mereka Aku akan hancurkan mereka. Aku diam di bait-Ku yang kudus." Itulah gambaran Allah yang melintasi ruang dan waktu serta merupakan gambaran yang begitu serius tentang kemahakuasaan Allah. Ke manapun kita lari Alkitab mengatakan, "Engkau lari ke manapun akan hancur dan tidak mungkin lolos." Ini digambarkan mulai dari ay 4 hingga ay 11, ia mulai mengungkapkan dengan semua bahasa puisi untuk menggambarkan kedahsyatan Allah. Melalui struktur bahasa puisi ia mau menggambarkan bahwa Tuhan itu dahsyat, besar dan kedaulatan-Nya begitu hebat. Itu sebabnya ketika kita membaca Hab 3, jangan kita mengerti secara hurufiah, sungai dan laut yang begitu dahsyat tunduk kepada Dia, tetapi itu menggambarkan dahsyatnya Tuhan yang merupakan gambaran figuratif yang mau menggambarkan How great thou art. Kita bisa mengerti secara konsep tetapi ketika kita diminta untuk mengungkapkan kita tidak bisa. Banyak orang Kristen sudah mempelajari begitu banyak ternyata konsepnya begitu dangkal. Dia tidak mampu untuk melihat berapa besar dan dahsyatnya Allah bagi hidup kita. Setelah Habakuk menggambarkan murka Allah yang begitu dahsyat maka dalam ay 13-16 mencakup dua wilayah besar yang dimulai dengan ay 12, "Dalam kegeraman Engkau melangkah melintasi bumi, dalam murka Engkau menggasak bangsa-bangsa…" Di sini Alkitab menggambarkan Allah yang begitu dahsyat bertindak terhadap seluruh umat manusia. Ketika Allah bertindak terhadap umat manusia maka kita akan melihat (ay 13-15) menggambarkan bagimana Allah akan bertindak terhadap umat Israel sendiri yang jahat, "Engkau berjalan maju untuk menyelamatkan umat-Mu. Untuk menyelamatkan orang yang Engkau urapi,…." Konteks ini diungkapkan untuk menjawab pergumulan Habakuk yang semula. Habakuk yang tadinya marah, jengkel melihat anak-anak Tuhan ditindas begitu luar biasa oleh orang-orang fasik di sekelilingnya. Kekejaman, penindasan dan segala macam digambarkan di situ di mana kepala-kepala pasukan yang seharusnya membela rakyat justru menjadi penindas rakyat. Dikatakan di dalam ay 14, kepala laskarnya mengamuk dan berbuat sewenang-wenang. Mereka menganggap mereka bisa melakukan itu dengan tersembunyi. Namun dalam ay 14 Habakuk mengatakan, "Engkau menusuk dengan anak panahnya sendiri." Anak panah yang dipakai oleh si kepala pasukan untuk menghantam umat Tuhan itu akan 81 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 memukul balik kepada orang itu sendiri. Sekarang dia sadar bahwa Allah yang maha dahsyat tidak tinggal diam ketika umat Allah ditindas. Kalau dulu Habakuk muncul dengan kemarahan dan kejengkelan. Namun sekarang Habakuk muncul dengan semangat iba. Kesedihan yang luar biasa melihat orang-orang yang selama ini menindas itu nanti harus berhadapan dengan murka Allah. Mengingat ini Hab. ay 2 mengatakan: "Tuhan dalam murka-Mu ingatlah akan kasih sayang." Kalau tadinya Habakuk merasa mengapa Tuhan tidak bertindak, sekarang dia menjadi gemetar. Di dalam ay 16 diungkapkan, "Ketika aku mendengarnya, gemetarlah hatiku. mendengar bunyinya, menggigillah bibirku." Habakuk membayangkan betapa dahsyatnya tindakan Tuhan terhadap bangsa yang jahat ini, ia menjadi iba melihat realita yang sejati yang Tuhan buka kepada dunia dan kepada umat pilihan Tuhan. Kalimat terakhir di ayat 16 mengatakan, "Namun dengan tenang akan kumenantikan hari kesusahan, yang akan mendatangi bangsa yang bergerobolan menyerang kami." Dalam kalimat ini digambarkan bukan cuma umat Israel yang fasik tetapi juga semua bangsa-bangsa lain yang menyerang Israel. Dan pada saat seperti itu Habakuk menyadari dia ada di dalamnya (bnd ay 13-14). Di sini Habakuk tahu bahwa Tuhan tidak membiarkan dunia ini berada dalam kejahatan Kalau kita tahu keadilan itu bukan berhenti hanya dalam diri pengadilan dunia, itu adalah satu kekuatan yang paling menghibur dan satu pengharapan yang tidak membuat kita sampai jatuh kepada skeptisisme sampai keputusasaan. Tuhan Allah adalah Tuhan yang akan menjatuhkan pengadilan yang paling final, penghakiman-Nya tidak bisa dipermainkan dan tidak bisa ditutupi oleh apapun. Biarlah ini menjadi kekuatan bagi kita untuk dapat hidup benar dalam dunia. Dialah satu-satunya kekuatan kita dan pengharapan kita. Hanya kembali kepada Tuhan kita akan mempunyai kekuatan sejati. Biarlah pelajaran yang kita bisa dapatkan dari respon Habakuk boleh mulai masuk dalam hati kita dan bagaimana kita belajar mengolah hidup kita bukan hanya menyerap firman tetapi pengertian firman membuat kita bisa berespon kepada Tuhan secara tepat. Apa artinya tiap minggu kita mendengar dan belajar firman kalau tidak berubah dan tidak berespon. Mari kita belajar berproses sehingga kita bisa seperti Habakuk, keluar satu doa yang bisa mencetuskan pengertian kita yang tepat tentang Allah kita. Dan ini membuat kita tahu siapa diri kita? Amin! 82 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 K Ko om miittm me en nH Ha ab ba ak ku uk k Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 17 Habakuk 3:17-19 Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang–ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, 18 namun aku akan bersorak–sorak di dalam TUHAN, beria–ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. 19 ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit–bukitku. (Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi). Pada minggu sebelumnya kita mempelajari bagaimana Habakuk marah melihat situasi hidupnya. Kesalahan ini terjadi karena Habakuk salah menginterpretasi fakta. Menginterpretasi fakta merupakan masalah yang serius karena fakta adalah fakta tetapi melihat fakta itu berbeda dari fakta. Fakta adalah fakta tetapi antara saya dengan orang lain bisa terjadi dua kesimpulan yang berbeda ketika memandang dan mengerti fakta itu. Itu sebabnya fakta harus dilihat secara tepat hingga dapat menghasilkan kesimpulan yang tepat. Banyak manusia akhirnya hidup tidak siap menghadapi realita karena tidak mengerti hal ini dan salah satunya adalah Habakuk. Habakuk berhadapan dengan situasi yang mirip kita saat ini dan dia begitu marah melihat bangsanya yang hidup begitu fasik. Orang-orang benar ditekan habis supaya tunduk di bawah kefasikan mereka. Dalam situasi seperti ini Habakuk begitu emosi, karena menafsirkan realita dengan kaca matanya sendiri. Dia mengeluarkan pertanyaan ‘Mengapa’ berkali-kali kepada Tuhan karena dia tidak mengerti realita yang sedang terjadi. Namun saat Habakuk berjalan dan melihat kebenaran firman Tuhan sebagaimana kita baca dalam Hab 3, dia justru mengeluarkan satu kalimat indah yang menjadi kalimat yang sulit dimengerti oleh manusia di dunia. Jika kita membaca Hab 3:17-19 dalam pola berpikir interpretasi dunia akan timbul keheranan luar biasa. Mengapa? Sebab bagaimana mungkin sekalipun pohon ara tidak berbunga, … dan tidak ada lembu sapi dalam kandang namun Habakuk berkata, "Aku akan bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkanku." Di sini ada satu perubahan di dalam hidup Habakuk yang mengakibatkan juga perubahan dalam menafsirkan realita. Faktanya tidak berubah, apakah realitanya berubah? Tidak! Apakah penindasan yang sudah terjadi menjadi hilang? Sekalipun keadaan bertambah parah namun Habakuk memiliki reaksi yang berbeda sama sekali. Gambaran ini digambarkan sebagai komitmen yang tidak bersyarat, komitmen yang mencapai titik di mana satu kondisi yang sangat eksistensial yaitu berdiri di dalam dirinya sendiri dan berelasi secara tepat dengan realita dan dengan Allah. Inilah juga yang seharusnya menjadi sasaran yang kita bisa capai dalam perjalanan 83 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 hidup kita. Jika seseorang sudah sampai kepada komitmen seperti Habakuk maka hidup dia akan melihat segala sesuatu dengan cara yang berbeda. Pertama, Ia tidak pernah marah lagi meskipun keadaan boleh tetap buruk. Alkitab mengatakan Habakuk memulai ps 3 dengan doa menurut nada ratapan. Kalau sebelumnya Habakuk marah-marah sekarang justru Habakuk penuh belas kasihan. Ketika Habakuk melihat bahwa Tuhan akan menjatuhkan murka, dia sempat mensisipkan satu kalimat, "Tuhan dalam murka-Mu ingatlah akan kasih sayang!" Perubahan Habakuk terjadi karena perubahan cara melihat dan mengerti realita, ini yang membuat Habakuk memiliki jiwa besar dan menjadikan kita tidak hidup dalam ketegangan dan stres. Ini keuntungan yang pertama. Kedua, komitmen yang tanpa syarat membuat mata kita tidak ditipu oleh fenomena secara palsu. Orang yang bisa mengerti realita dunia secara tepat tidak mudah dikecoh oleh berbagai situasi dunia dan tidak mudah tertipu oleh penampilan luar melainkan dia akan menerobos melihat ke belakang realita. Ini penting karena kalau kita gagal mengerti apa yang ada di belakang realita maka sebetulnya kita gagal mengantisipasi bahaya yang lebih besar yang timbul di belakangnya. Kita berusaha menyelesaikan fenomena luar padahal bukan itu penyakit yang sesungguhnya. Itu sebabnya kita perlu mengerti apa sebenarnya permasalahan yang ada di belakang kita dan di sini diperlukan hati dan pikiran yang tenang, tidak bereaksi secara emosional. Ini membuat kita jauh lebih mudah untuk mengantisipasi sesuatu. Namun untuk memiliki hati yang tenang tidak mudah kecuali berdasarkan satu pengertian yang tepat dari satu komitmen yang tidak berkondisi tetapi ini tidak berarti kita pasrah total. Masalahnya, bagaimana kita bisa melatih diri kita untuk sampai kepada komitmen seperti habakuk? Saudara, pada jaman nabi Habakuk seluruh kehidupan bergantung pada agriculture seperti pohon ara, anggur, pohon zaitun, hasil ladang, kambing domba dan lembu sapi. Singkatnya pada jaman itu mereka hidup murni hanya dari tanaman dan dari hasil peternakan. Hab 3:17 sudah masuk dalam kondisi yang hopeless total tetapi dalam kondisi seperti ini Habakuk bisa berkata, "Aku akan beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku." Kalimat ini merupakan komitmen yang tidak bersyarat. Masalahnya, mengapa seseorang sulit untuk mencapai komitmen seperti ini? Pertama, manusia masih dikuasai oleh egosentrik yang sangat besar. Di satu pihak manusia pikir dengan berorientsi pada dirinya dan pada kepentingannya itulah yang akan membuat dia selamat. Ini satu kesimpulan yang ditegakkan oleh para psikolog humanis yang membuat dunia ini justru celaka. Mereka mengajarkan self exsistence, menegakkan aktualisasi diri dan seluruh hak harus dicukupkan baru setelah semuanya itu manusia baru dapat hidup dengan baik. Saya berulang kali mengatakan kalau kesimpulan berpusat pada diri itu mencelakakan seluruh masyarakat. Satu-satunya manusia lepas dari semangat egosentrik seperti ini dengan cara kembali kepada kemutlakan sejati. Ini kuncinya! Habakuk mengerti konsep ini, ditengah situasi realita dia di dunia ini dia melihat di tengah kelompok yang masing-masing mementingkan kepentingannya sendiri merupakan realita dosa. Jika kita bisa menggugurkan kesayaan saya 84 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 itulah jalan keluar terbaik untuk kita kembali kepada kebenaran mutlak. Ini hal pertama yang Habakuk sudah rela lepaskan. Kedua, mata yang sering kali melihat fenomena lebih daripada keberadaan dan tindakan Allah. Seringkali kesulitan kita untuk kembali kepada komitmen yang tanpa syarat adalah karena kita masih punya mata. Kita ingin lepas dari situasi yang menjepit kita hanya kita sulit karena mata kita masih bisa melihat, kuping saya masih bisa mendengar dan ini membuat kita kadang-kadang terjebak. Saudara, komitmen Habakuk tidak akan menjadi komitmen kita sejauh mata kita masih melihat ke bawah realita. Habakuk ketika dikunci oleh berbagai realita yang ada di depan dia hatinya begitu emosi dihadapan Tuhan. Dalam kondisi seperti ini Habakuk sulit sekali melihat apa yang Tuhan lihat. Ketika Habakuk mulai berhenti dan mulai berdiam untuk melihat apa yang Tuhan kerjakan pada saat itulah wawasan dia mulai berubah. Dengan segala realita yang dia lihat lalu dia mau tahu apa yang Tuhan kerjakan, itu membuat mata dia berubah arah melihat ke atas. Dari sudut pandang Allah inilah Habakuk mulai melihat apa yang Tuhan kerjakan, bagaimana Tuhan akan menegakkan keadilan dan bagaimana semua kejahatan ini akan ditindak (Hab 2). Setelah itu kita melihat bagaimana doa Habakuk berbeda sekali (Hab 3:2), Allah adalah Allah yang berdaulat atas alam yang melampaui ruang dan waktu. Di sini Habakuk sampai kepada komitmennya. Apa sifat komitmen yang Habakuk munculkan? Pertama, muncul komitmen Habakuk yang sungguh-sungguh bersandar mutlak kepada Tuhan, ini kunci pertama. Komitmen yang sejati adalah kesungguhan mau taat dan setia. Mata yang kembali, hanya melihat apa yang Tuhan inginkan. Dengan demikian komitmen kita tidak dikunci oleh apa yang terjadi di sekeliling kita dan tidak bergantung apa yang dunia mau, ini kunci pertama yang harus menjadi tekad kita. Komitmen Habakuk adalah komitmen yang rela berkorban, rela menghadapi situasi sulit. Saudara, ketika Habakuk mengambil kesimpulan dalam Hab 3, apakah kemudian dengan demikian dia lolos daripada segala sesuatu? Tidak! Sejak Habakuk berteriak-teriak sampai akhirnya Zedekia jatuh, bukan hanya Babel yang mempunyai waktu yang cukup panjang kira-kira 8 sampai 12 tahun. Dalam kondisi seperti ini Habakuk sadar jika dia mengambil komitmen di hadapan Tuhan itu komitmen yang tidak tergantung atau tidak terkondisi. Ini membuktikan bahwa orang Kristen pun tidak akan lolos dari penderitaan. Mengapa kita mengambil komitmen? Bukan karena saya tidak melihat masa depan tetapi justru karena saya sudah mendengar dan mengerti firman, ini yang menjadi dasar saya mengambil komitmen. Komitmen sejati bukan komitmen yang membabi buta berdasarkan egoisme atau bijaksana manusia melainkan didasarkan pada firman Tuhan. Semakin kita mengerti firman semakin komitmen yang kita ambil semakin tepat dan semakin cocok dengan kehendak Tuhan. Kedua, komitmen harus diambil setelah kita mengerti firman dan ada semangat ketaatan untuk mau tunduk kepada firman. Satu-satunya jika kita mau betul-betul ikut Tuhan maka semangat ketaatan itu yang melatih kita mengambil komitmen. Ini kunci kedua agar kita bisa mengambil komitmen yang tepat. Ketiga, bukan membabi buta tetapi melihat pada konsistensi perjalanan kehidupan dan sejarah (Hab 3:2). Dia tahu itu dalam kehidupan pribadi saya. Habakuk belajar dari sejarah hidupnya, ini penting karena banyak orang tidak belajar dari sejarah. Hegel mengatakan kita perlu belajar dari sejarah karena manusia tidak pernah mau belajar dari sejarah. Ingat setiap kita berjalan keluar dari jalur Tuhan, keluar dari kebenaran Tuhan berarti kita akan menghancurkan diri sendiri. Biarlah waktu kita mengambil keputusan kita tidak mengambil secara membabi buta melainkan karena kita belajar dari sejarah. 85 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Lalu apa yang seharusnya menjadi kunci kita? Jawabannya adalah bertumbuh di dalam komitmen ketaatan kita. Pada waktu kita mengambil komitmen, itu satu pergumulan yang besar. Itu membuat kita bertumbuh di dalam iman. Proses pertumbuhan iman adalah melalui pergumulan maka Tuhan mengajar kita bergumul, berkomitmen, maju selangkah demi selangkah. Prinsip ini berlaku baik di dalam dunia sekuler maupun perjalanan kehidupan rohani kita. Mari kita belajar bertumbuh seperti Habakuk. Pergumulan tidak salah. Tidak ada orang Kristen yang bertumbuh tanpa pergumulan jadi wajar kalau sebagai orang Kristen kita banyak pergumulan. Hanya masalahnya sesudah pergumulan ada kemajuan atau tidak! Saudara mari kita maju. Mari kita belajar di dalam kesulitan, kita justru belajar bukan menjadi orang Kristen yang pasif, pragmatis, marah, menyesali situasi tetapi justru kita bisa maju secara positif. Kiranya ini menjadi kekuatan bagi kita. Amin! 86 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 M Me elliih ha att P Pe ellu ua an ng gd dii a atta as sP Pe ellu ua an ng g Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 19 Kis. 16:19-40 Ketika tuan–tuan perempuan itu melihat, bahwa harapan mereka akan mendapat penghasilan lenyap, mereka menangkap Paulus dan Silas, lalu menyeret mereka ke pasar untuk menghadap penguasa. 20 Setelah mereka membawa keduanya menghadap pembesar–pembesar kota itu, berkatalah mereka, katanya: "Orang–orang ini mengacau kota kita ini, karena mereka orang Yahudi, 21 dan mereka mengajarkan adat istiadat, yang kita sebagai orang Rum tidak boleh menerimanya atau menurutinya." 22 Juga orang banyak bangkit menentang mereka. Lalu pembesar–pembesar kota itu menyuruh mengoyakkan pakaian dari tubuh mereka dan mendera mereka. 23 Setelah mereka berkali–kali didera, mereka dilemparkan ke dalam penjara. Kepala penjara diperintahkan untuk menjaga mereka dengan sungguh–sungguh. 24 Sesuai dengan perintah itu, kepala penjara memasukkan mereka ke ruang penjara yang 25 Tetapi kira–kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji–pujian paling tengah dan membelenggu kaki mereka dalam pasungan yang kuat. kepada Allah dan orang–orang hukuman lain mendengarkan mereka. 26 Akan tetapi terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi–sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua. 27 Ketika kepala penjara itu terjaga dari tidurnya dan melihat pintu–pintu penjara terbuka, ia menghunus pedangnya hendak membunuh diri, karena ia menyangka, bahwa orang– orang hukuman itu telah melarikan diri. 28 Tetapi Paulus berseru dengan suara nyaring, katanya: "Jangan celakakan dirimu, sebab kami semuanya masih ada di sini!" 29 Kepala penjara itu menyuruh membawa suluh, lalu berlari masuk dan dengan gemetar tersungkurlah ia di depan Paulus dan Silas. 30 Ia mengantar mereka ke luar, sambil berkata: "Tuan–tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?" 31 Jawab mereka: "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu." 32 Lalu mereka memberitakan firman Tuhan kepadanya dan kepada semua orang yang ada di rumahnya. 33 Pada jam itu juga kepala penjara itu membawa mereka dan membasuh bilur mereka. Seketika itu juga ia dan keluarganya memberi diri dibaptis. 34 Lalu ia membawa mereka ke rumahnya dan menghidangkan makanan kepada mereka. Dan ia sangat bergembira, bahwa ia dan seisi rumahnya telah menjadi percaya kepada Allah. 35 Setelah hari siang pembesar–pembesar kota menyuruh pejabat–pejabat kota pergi kepada kepala penjara dengan pesan: "Lepaskanlah kedua orang itu!" 87 36 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Kepala penjara meneruskan pesan itu kepada Paulus, katanya: "Pembesar–pembesar kota telah menyuruh melepaskan kamu; jadi keluarlah kamu sekarang dan pergilah dengan selamat!" 37 Tetapi Paulus berkata kepada orang–orang itu: "Tanpa diadili mereka telah mendera kami, warganegara–warganegara Roma, di muka umum, lalu melemparkan kami ke dalam penjara. Sekarang mereka mau mengeluarkan kami dengan diam–diam? Tidak mungkin demikian! Biarlah mereka datang sendiri dan membawa kami ke luar." 38 Pejabat–pejabat itu menyampaikan perkataan itu kepada pembesar–pembesar kota. Ketika mereka mendengar, bahwa Paulus dan Silas adalah orang Rum, maka takutlah mereka. 39 Mereka datang minta maaf lalu membawa kedua rasul itu ke luar dan memohon, supaya mereka meninggalkan kota itu. 40 Lalu mereka meninggalkan penjara itu dan pergi ke rumah Lidia; dan setelah bertemu dengan saudara–saudara di situ dan menghiburkan mereka, berangkatlah kedua rasul itu Kota Filipi pada waktu itu dikuasai oleh filsafat Yunani yang bersifat duniawi dan egoisme. Tidak heran, dalam situasi seperti itu terjadilah apa yang sekarang kita sebut dengan KKN. Ketika pejabat-pejabat tersebut mendengar laporan bahwa Paulus dan Silas telah mengganggu dan mengacau, maka tanpa melalui proses pengadilan mereka langsung menangkap dan menganiaya Paulus dan Silas. Mereka tidak tahu bahwa Paulus juga adalah warga negara Romawi. Sesudah Paulus ditangkap, didera kemudian dimasukkan ke dalam penjara, maka para pejabat kota itu memerintahkan untuk menjaga mereka dengan sungguhsungguh. Kepala penjara tersebut menaruh Paulus dan Silas ditempat paling tengah dari penjara, sehingga tidak mudah lolos. Bukan hanya itu Paulus dan Silas juga dipasung kakinya. Dalam kondisi seperti ini Paulus tidak marah dan memaki-maki melainkan ia melihat peluang yang tidak bisa dilihat oleh manusia. Meskipun Paulus berada di tengah-tengah tempat yang sangat sentrum, justru pada saat seperti itu Paulus dan Silas berdoa dan memuji Tuhan. Secara tidak langsung ini merupakan cara komunikasi yang sangat indah dengan para narapidana lain yang tidak bisa berkomunikasi dan salah satu cara bersaksi yang unik dirasakan oleh para narapidana lain. Ketika para narapidana mendengar doa dan pujian tersebut tiba-tiba terjadilah gempa besar. Ini bukan sembarang gempa, karena gempa itu cukup untuk mendongkel semua pintu-pintu besi yang ada di sana. Semua engsel pintu penjara terbuka seluruhnya. Demikian juga rantai-rantai yang membelenggu kaki lepas. Namun, penjara tersebut tidak roboh. Berdasarkan teori, dengan gempa yang demikian besar seharusnya penjara tersebut roboh. Kepala penjara begitu shock luar biasa, karena melihat semua pintu penjara sudah terbuka semua. Menurut logika, kondisi seperti ini pasti semua narapidana sudah lari. Melihat ini, kepala penjara tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi dengan dirinya. Kepala penjara tahu resiko yang harus dia tanggung dan dia begitu putus asa. Dalam situasi seperti ini kepala penjara itu ingin bunuh diri. Tetapi waktu itu, ia mendengar teriakan dari dalam penjara, "Jangan celakakan dirimu, sebab kami semuanya masih ada di sini!" Di sini kita melihat dampak besar yang terjadi dari doa dan pujian Paulus dan Silas. Semua narapidana tidak ada yang melarikan diri. Kesempatan untuk lari ada, namun saat itu semua narapidana yang ada justru sangat terkesan dan percaya bahwa kejadian yang mereka alami bukan kejadian sembarangan. Kejadian yang mereka alami tidak mungkin bisa mereka mengerti. Hal ini mungkin bisa sebaliknya jika Paulus dan Silas melarikan diri. Secara peluang mata dan secara logika, Paulus dan Silas melihat peluang untuk melarikan diri ada. Namun ia tidak berpikir seperti itu. Paulus melihat logika di atas logika dan justru pada saat Paulus dan Silas tidak melarikan diri itulah saatnya kepala penjara 88 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 mau bunuh diri. Ketika kepala penjara melihat Paulus, Silas dan semua narapidana masih ada di sana, dengan tersungkur di hadapan Paulus dan Silas kepala penjara itu bertanya, "Apa yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?" Permasalahannya, apa yang dimaksud dengan kata ‘selamat’ menurut kepala penjara? Di sini ada beberapa pengertian: Pertama, selamat di sini berarti selamat dari situasi dan tangan-tangan diktator yang akan menuntut dan mengadili dia. Kedua, selamat dalam pengertian keselamatan jiwa. Kepala penjara ini tahu bahwa Paulus dan Silas adalah pemberita Injil. Hanya, dia takut karena tahu bahwa dia berada di bawah penguasa kota Filipi. Jadi sebenarnya dia dalam situasi terjepit. Namun di saat seperti ini kepala penjara kemudian menanyakan, apa yang sebetulnya Paulus dan Silas beritakan di luar. Dari kedua kemungkinan ini kita tidak tahu dengan jelas yang mana. Namun di saat seperti ini Paulus langsung memberitakan Injil kepada dia, "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu." Ketika Paulus memberitakan Injil kepada seisi rumah tersebut, mereka mendengarkan dengan sungguh-sungguh. Alkitab mencatat, mereka akhirnya percaya kepada Tuhan Yesus. Yang artinya seluruh orang yang berada di dalam rumah tersebut menjadi percaya dan menyerahkan diri untuk dibaptis (ay 34). Di sini kita akan menyoroti dari dua sisi. Pertama, kita akan menyoroti dari sisi Paulus. Mengapa ketika Paulus diberi peluang untuk lari justru mengambil langkah untuk tidak lari? Ini merupakan hal yang unik sekali. Di sini Paulus tidak memakai logika manusia. Kacamata yang Paulus pakai bukan kacamata manusiawi untuk kepentingan dirinya sendiri. Meskipun di dalam peristiwa ini terjadi mujizat yang bersifat rohani tetapi konklusinya tidak boleh bersifat duniawi, meskipun sudah dilepaskan itu tidak berarti saya harus menyelamatkan diri demi kepentingan saya. Tidak, justru dalam situasi seperti itu, Paulus mempertimbangkan kepentingan keseluruhan. Apakah kalau saya diam nama Tuhan dipermuliakan? Jika aku lari, apa yang terjadi dengan semua narapidana? Semua narapidana juga pasti lari. Paulus sekarang dilihat oleh seluruh narapidana. Padahal semua narapidana itu adalah orang-orang jahat yang memang patut dihukum oleh pemerintah. Mungkin hanya Paulus dan Silas orang yang tidak layak dihukum sedangkan yang lain adalah penjahat-penjahat yang memang layak dihukum. Itu sebabnya, jikalau sampai Paulus dan Silas lari, itu berarti mereka sedang merusak sistem keadilan pada saat itu. Dan lagi apakah memang Tuhan menghendaki bahwa seluruh narapidana itu melarikan diri? Dalam situasi seperti ini Paulus peka akan pimpinan Tuhan dan tidak mau mendukakan Tuhan dalam segala sesuatu dan dalam situasi apapun. Titik dimana Paulus tidak lari ini justru titik di mana dia bisa menyelamatkan kepala penjara yang harusnya tidak bisa bertobat. Disini Paulus menunjukkan bagaimana Tuhan bekerja yang paling maksimal. Dalam situasi seperti ini Paulus melihat peluang tapi bukan peluang yang dilihat dari kacamata manusia jasmaniah. Disini paulus melihat peluang untuk memenangkan jiwa seluruh keluarga kepala penjara. Peluang ini tidak bisa kita lihat kalau kita egoisme. Akhirnya peristiwa ini menunjukkan kemuliaan Tuhan yang indah sekali. Biarlah kita juga di dalam melangkah kita bertanya apa yang Tuhan mau kerjakan melalui diri kita? Sehingga nama Tuhan dipermuliakan melalui hidup kita. Saya rasa langkah-langkah kita akan berbeda, sikap hidup kita akan berbeda kalau kita memiliki kacamata seperti Paulus dan Silas. Sisi kedua, mari kita melihat dari sisi kepala penjara. Kepala penjara ini mengalami proses yang unik sekali. Dia berada di tengah-tengah situasi yang tidak berpengharapan. Sebagai orang Romawi yang ada dikota Filipi dia sudah sangat terformat dengan cara berpikir dan cara hidup model orang-orang di kota Filipi. Bagi kepala penjara, cara hidup yang bersifat antroposentris seperti korupsi, kolusi, dan segala macam diktator 89 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 itu pemandangan sehari-hari. Di dalam kebudayaan Romawi, meskipun mereka mempunyai aturan-aturan hukum yang diakui oleh seluruh dunia menjadi sumber banyak inspirator hukum, dalam konteks ini justru kita melihat sogok-menyogok untuk mendapatkan posisi itu paling banyak juga di Romawi. Kehidupan ini menjadi format sehari-hari dari orang Filipi. Demikian juga pada waktu gempa terjadi dan kepala penjara melihat semua pintu terbuka maka langsung timbul pemikiran bahwa semua narapidana pasti lari. Ini sudah terformat dan menjadi satu asumsi sebelum realitanya dilihat atau dibuktikan. Format yang sudah mendarah daging ini hampir mengambil resiko nyawanya. Jika kita berani memutlakkan apa yang kita pikirkan tanpa kita mau kembali melihat pekerjaan Tuhan, cara Tuhan menerobos sesuatu mungkin sekali apa yang kita mutlakkan itu nanti akan menjadi bumerang membunuh diri kita. Kepala penjara dalam kondisi dia sudah terlalu terpaku dengan apa yang dia pikirkan saat itu, dia dibukakan oleh Tuhan untuk melihat satu peluang yang selama ini belum pernah dia lihat, dia alami dan hari itu merupakan pengalaman baru yang menerobos semua pengalaman selama ini dan yang menghancurkan semua bangunan presaposisinya. Namun, Tuhan masih mau memberikan kesempatan dia melihat kebenaran. Tuhan masih mau menyelamatkan jiwanya melalui Yesus Kristus. Itu sebabnya ketika Paulus dan Silas berkhotbah maka kepala penjara dan keluarganya bertobat dan dibaptis. Ini tidak berarti kepala penjara bertobat maka seluruh keluarganya secara otomatis diselamatkan. Tidak! Mereka diselamatkan karena mereka mendengar Injil dan bertobat. Ini merupakan pengalaman yang melampaui pikiran yang telah Tuhan berikan ke--pada kepala penjara. Dari seorang yang putus asa dan tidak ada harapan sampai seluruh keluarga diselamatkan. Ini bukan berarti kita menolak kebudayaan. Tidak. Tetapi kita harus melihat firman Tuhan dari perspektif Allah melalui firman-Nya karena satu-satunya kemutlakan hanya di tangan Tuhan. Hanya kembali pada Tuhan kita baru bisa melihat kemungkinan yang Tuhan buka. Inilah yang membuat kita bisa melihat sesuatu lebih sekedar apa yang diformat oleh dunia. Mari kita belajar dari pengalaman kepala penjara ini. Biarlah ini membuka wawasan kita sehingga di tengah-tengah dunia yang makin sulit ini kita melihat realita yang sejati dan melihat bagaimana Tuhan bekerja di tengah dunia ini. Biarlah kita belajar mengalihkan pola epistemologi, cara kita menentukan kebenaran bukan menurut diri kita melainkan berdasarkan apa yang Tuhan mau. Melihat segala sesuatu apa yang Tuhan inginkan dan kerjakan di dalam diriku dan melalui diriku. Dengan demikian nama Tuhan dipermuliakan. Inilah yang kita rindukan dan menjadi seluruh pengharapan hidup kita. Amin! 90 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 F Fiin na alliitta as sd da an nk ku ua as sa aP Pe en ng giin njjiilla an n Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 8 Kis. 1:8/ Kis. 4:12 Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi–Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." 12 Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." Pada minggu ini kita membaca satu bagian ayat yang begitu tegas diucapkan oleh Tuhan Yesus ketika dia akan naik ke surga. Dimana Dia melarang para murid meninggalkan Yerusalem dan menyuruh mereka tinggal menantikan janji Bapa. Pada saat itu mereka akan menerima kuasa untuk menjadi saksi Kristus di tengah dunia mulai dari Yerusalem, Yudea, Samaria dan sampai ke ujung bumi. Ini merupakan berita yang sangat penting dan sentral di dalam kita mengerti kebenaran Kekristenan. Roh kudus diutus agar kita hidup berpusatkan Kristus dan ini adalah salah satu penugasan yang dituntut sebelum anak-anak Tuhan pergi memberitakan Injil. Dalam Kis 1:5 Kristus mengatakan, "Kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus." Pernyataan ini mengingatkan kembali apa yang telah dikatakan oleh Yohanes Pembaptis ketika dia membaptis dengan air. Disini yang membaptis adalah Yesus Kristus dan dibaptis dengan Roh Kudus. Berarti Roh Kudus di sini merupakan alat bukan pelakunya. Apa artinya seorang yang dibaptis dengan Roh Kudus dikaitkan dengan "Kamu akan menerima kuasa kalau Roh Kudus turun ke atasmu dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem, Yudea, Samaria dan sampai ke ujung bumi." Di sini kita melihat konsep yang jelas sekali kalau Roh Kudus ada di dalam diri seseorang maka yang terjadi orang itu akan mentuhankan Kristus dan menjadi saksi yang memberitakan Kristus. Di dalam 1 Kor 12 Paulus kembali menegaskan bahwa tidak ada satu orangpun yang mentuhankan Kristus kecuali oleh Roh Kudus. Apakah artinya kita bertugas sebagai orang Kristen? Jawaban hanya satu mentuhankan Kristus dalam seluruh aspek hidup kita. Dalam Kis 4, kita melihat bagaimana ketuhanan Kristus dibuktikan bukan sekedar teori tetapi betul-betul menjadi tugas dan satu komitmen yang muncul dalam diri anak Tuhan. Di Kis 4:1112, Petrus ditekan untuk tidak berbicara tentang Kristus tetapi dalam kondisi yang tidak mudah, mereka tidak takut. Pada saat seperti itu Petrus mengeluarkan kalimat yang sangat final. Inilah kunci finalistas Kristus yang harus kita mengerti yaitu Kristuslah satu-satunya jawaban bagi persoalan dunia sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang di dalamnya kita bisa diselamatkan kecuali di dalam Yesus Kristus. Ini merupakan satu kemutlakan yang tidak bisa ditolak. Kristus yang menjadi batu yang dibuang tetapi justru telah menjadi batu penjuru bagi seluruh sejarah. Saudara, ini merupakan pengakuan dan 91 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 jawaban yang tidak memungkinkan adanya jawaban lain untuk disodorkan pada manusia di dunia. Apalagi kita di Indonesia yang khususnya mengalami krisis yang begitu serius. Dosa yang terdiri dari empat huruf tidak mudah diselesaikan. Waktu kita menganggap tidak ada, dosa semakin menyatakan diri dan merajalela. Itulah fakta dosa. Dosa tidak bisa diselesaikan dengan cara apapun di dunia, ini suatu realita. Realita dosa tidak bisa diubah karena merupakan masalah internal. Tekanan luar hanya pemicu tetapi bukan sumbernya. Manusia berdosa karena di dalam dirinya berdosa dan penyelesaiannya harus disadari dari dalam. Dunia tidak mungkin melihat penyelesaian seperti ini, kecuali sebagaimana yang disebutkan dalam Kis 4:12, "Sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." Dosa menyebabkan dunia ini celaka, menuju pada kebinasaan dan tidak memberikan kesempatan manusia dapat diselamatkan kecuali ada penyelesaian terhadap dosa. Untuk hal ini di seluruh dunia sejarah membuktikan tidak ada satu nama diberikan kepada manusia yang bisa menjamin selesainya dosa. Hanya ada satu jawaban yaitu kehidupan Kristus yang tidak berdosa dan kebangkitan-Nya yang mengalahkan kuasa dosa. Kebangkitan-Nya membuktikan bahwa Dia sudah mematahkan kuasa dosa dan sudah menang atas segala belenggu dosa yang membinasakan. Kedua, ketika Kristus bangkit dari kematian membuktikan bahwa Dia betul-betul tidak berdosa sehingga dengan kekuatan kesucian dan kekuatan ilahi-Nya membuat Dia mampu bangkit. Ini membuktikan kepada seluruh jaman bahwa Dia adalah kebenaran yang sah satu-satunya (bnd Yoh 14:6). Dosa hanya bisa diselesaikan ketika keadilan Allah dan kasih Allah bisa dipertemukan di dalam satu pribadi yaitu di dalam diri Anak tunggal Allah yang harus mati menebus manusia berdosa. Penebusan Kristus menjadi penyelesaian daripada dosa manusia. Di satu pihak dosa manusia harus dihukum, di lain pihak cinta Allah ingin menyelamatkan. Dua sifat ini harus berjalan bersama dan satu-satunya tempat yang dapat menyelesaikan adalah di dalam kristus. Petrus bukan karena kehebatan dirinya ketika mengungkapkan ini melainkan karena Roh Kudus yang ada di dalam dirinya. Roh Kudus yang memberi kuasa sehingga dia menjadi orang yang mentuhankan, meninggikan, memberitakan dan menjadi saksi Kristus. Inilah kunci satu-satunya yang dibutuhkan oleh dunia ini. Tidak ada pertobatan, orang semakin memikirkan kepentingannya sendiri, semena-mena bertindak dan semakin liar maka negara akan hancur. Kristus adalah berita final namun manusia tidak mudah bertobat. Itu sebabnya Kristus mengatakan jangan pergi. Tunggu di Yerusalem sampai kuasa Roh Kudus akan menaungi kamu. Ini menunjukkan masalah yang serius. Kristus juga memerintahkan untuk kita menunggu supaya para murid mempunyai dunamos (kekuatan kuasa) untuk melakukan hal itu. Dengan kata lain untuk menjalankan tugas kesaksian ini tidak mudah oleh karenanya diperlukan kuasa. Di satu pihak tugas ini sangat serius, di lain pihak tugas ini begitu sulit? Mengapa? Karena tugas ini harus menerobos beberapa lapisan. Lapisan pertama, tugas memberikan kesaksian. Tugas menjadi saksi dan meberikan kesaksian menerobos lapisan yang pertama yaitu filsafat. Ketika kita mau memberitakan Kristus satu-satunya Juru Selamat, manusia tidak mudah terima karena dunia sudah jatuh dalam dosa dan penuh dengan berbagai konsep pemikiran dunia. Bukan hanya itu, ketika kita mau menjadi orang Kristen yang mau mentuhankan Kristus, melihat Dia sebagai Tuhan itupun kita akan membentur filsafat-filsafat yang kita sering kali pelajari. Ketika kita menjadi orang kristen pertanyaan berapa jauh kita sudah dikuasai oleh Kristus dan seberapa jauh saya sudah mentuhankan Kristus. Ini pertanyaan serius! Sebab sekalipun kita menjadi orang Kristen kita sendiri belum memiliki pola pikir kristiani yang sejati. Terlalu banyak pencemaran yang terjadi di dalam hidup kita bahkan setiap hari kita beresiko tercemar oleh konsep-konsep yang melawan prinsip kebenaran Allah yang berusaha menarik kita hidup di dalam dosa. Kita harus sadar bahwa dunia kita adalah dunia yang berdosa. Saudara, berapa jauh kita sudah kembali kepada Tuhan? Jika kita berusaha untuk menyelesaikan dengan 92 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 kekuatan kita saya jamin tidak ada satu orangpun yang akan kuat menghadapinya. Kecuali ada kuasa eksternal yang memberikan pertolongan kepada kita. Kristus sadar ketika kita menjadi anak Tuhan, bertobat, tidak langsung saat itu juga kita balik ke surga. Tetapi Kristus justru berdoa, "Bapa sama seperti Engkau mengutus Aku ke dalam dunia demikian Aku akan mengutus mereka juga ke dalam dunia. Artinya kita sebagai orang kristen diletakkan di tengah-tengah dunia dengan berbagai pemikiran berdosa yang ada di dalamnya. Untuk itu Tuhan memberikan kuasa Roh Kudus untuk memampukan dan menguatkan kita. Kedua, penyelesaian problem dosa bukan sekedar penjelasan rasional melainkan kita perlu kuasa Roh Kudus untuk mendobrak dan menghancurkan kuasa kegelapan yang ingin mencengkeram untuk mematikan kita. Kuasa ini adalah kuasa dosa yang begitu mencengkeram manusia dan tidak akan melepaskan orang untuk kembali kepada kebenaran. Dalam Ef 6 dikatakan kita harus mempunyai pertahanan yang kokoh karena kita sedang berhadapan dengan kuasa kegelapan, kuasa setan yang sedang membelenggu manusia dengan kuasa dosa dan itu yang tidak mudah. Ketiga, bukan cuma kita berhadapan dengan filsafat-filsafat, dengan kuasa kegelapan yang sedang mencengkeram kita, tetapi yang paling serius adalah kita sedang berhadapan dengan diri kita sendiri. Ketika ada orang yang menuntut dia untuk bertobat, berubah, mengerti kebenaran dan berhenti dari hal yang salah seringkali orang itu sulit berubah. Kondisi ini akan terus begini kecuali ada dobrakan yang keras. Saudara, adanya khotbah, pemberitaan, supaya kita belajar, itu menunjukkan kita masih mungkin untuk berubah. Kita percaya kuasa firman bisa merubah kita, kuasa firman bukan mengubah orang lain tetapi mengubah diri kita dulu. Ini tuntutan yang penting bagi kita! Ketika Tuhan meminta kita menjadi saksi Kristus, kita menuntut diri kita agar dapat menjadi contoh saksi. Karena saksi Kristus menyangkut dua hal yaitu saksi secara pasif melalui kesaksian hidup dan saksi secara aktif ketika kita memberitakan firman kepada orang lain. Dua bidang ini harus saling menunjang satu sama lain dan dikerjakan bersama-sama. Seringkali saat memberitakan Injil kita takut dan tidak mau karena beresiko terhadap jiwa kita. Ini semangat manusia berdosa. Seringkali sebagai orang Kristen kita tidak mempunyai kekuatan, cinta kasih dan semangat untuk memberitakan injil, mengapa? Karena kita sendiri gagal untuk mengerti dan mempunyai kekuatan mendobrak, mengalahkan egoisme kita sendiri. Itu sebabnya kita perlu kuasa untuk dapat menjadi saksi Kristus. Seperti Petrus ketika berhadapan dengan Sanhedrin dia berani memberitakan kebenaran karena Roh Kudus ada di dalam dia. Inilah bukti kalau seseorang sudah berada di dalam Kristus dan dalam pimpinan Tuhan. Biarlah ini menjadi kekuatan ketika kita sedang menikmati perjamuan kudus. Mari sekali lagi kita bertanya, "Tuhan, sudah seberapa jauh saya mentuhankan Kristus di dalam hatiku?" Dunia sangat membutuhkan berita tentang Kristus sebagai Tuhan. Tetapi sebelum kita menjadi saksi mari kita terlebih dahulu menginstrospeksi diri kita. Dengan demikian di dalam hidup, kita menjadi saksi Tuhan yang nyata di tengah dunia. Betapa celakanya kalau dunia yang seharusnya bisa melihat kebenaran melalui orang Kristen, justru mereka sendiri gagal menyatakan penuhanan Kristus kepada orang lain. Betapa tidak ada pengharapan lagi dunia ini! Saya mengharapkan setiap kita boleh memikirkan kembali sudahkah di dalam hidup saudara selama ini betul-betul mentuhankan Kristus sehingga ketika berjalan, berbicara atau melakukan apapun orang dapat melihat Tuhan yang ada di dalam hati saudara. Berapa besar kuasa itu muncul di dalam hidup saudara dan berapa jauh saudara sudah bersaksi, menyaksikan Kristus sebagai Tuhan dan memberitakan kepada setiap orang dari mulai Yerusalem, Yudea, Samaria dan sampai keujung bumi. Amin! 93 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 H Hiid du up pb be errp pa au utt p pa ad da aA Alllla ah h Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 14 Yosua 24:14-15 Oleh sebab itu, takutlah akan TUHAN dan beribadahlah kepada–Nya dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di seberang sungai Efrat dan di Mesir, dan beribadahlah kepada TUHAN. 15 Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!" Sejak Perjanjian Lama, Tuhan menempatkan umat Tuhan di antara bangsa-bangsa lain yang lebih kuat. Tatkala mereka hidup tidak benar di hadapan Tuhan, maka Tuhan memakai bangsa-bangsa lain yang memang mau menyerang mereka untuk menghajar dan memperingatkan mereka dan hal seperti ini terjadi terus-menerus di dalam PL. Sedang di dalam PB, Alkitab mengatakan, orang-orang yang percaya kepada Tuhan akan menderita aniaya karena Tuhan tidak pernah menjanjikan, jika kita percaya kepada Tuhan maka kita akan mendapat hidup yang lancar dan enak. Masalahnya, seberapa jauh kita sudah menderita bagi Tuhan. Pada waktu kita mau hidup benar dan menjalankan perintah-perintahNya, itu adalah suatu hal yang tidak mudah bahkan mungkin kita akan menderita. Tuhan pernah berkata kepada murid-muridNya, "Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala.." Tetapi di lain sisi, Tuhan menjanjikan kekuatan dan kemenangan dan mengingatkan kita agar tidak takut kepada orang yang bisa membunuh tubuh tapi tidak dapat membinasakan jiwa, Namun kita harus takut kepada Tuhan yg bisa membunuh tubuh dan jiwa kita. Di dalam PB, rasul Petrus dan Yohanes pernah dilarang untuk menyampaikan firman Tuhan, tetapi mereka berkata, "Kita harus lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia:" dan hal itu mereka buktikan bukan dengan terpaksa. Sehingga saat kita melihat dalam Kis 5, bagian terakhir setelah dipukul dan dianiaya, mereka keluar dengan sukacita karena mereka dianggap layak menderita bagi Kristus. Penderitaan apapun yang terjadi itu adalah anugerah Allah yang membuat kita lebih kuat untuk dipakai melayani Tuhan. Paulus dalam Fil 3:10 mengatakan, "Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya." Di dalam bagian lain Paulus mengatakan, "Aku menggenapi apa yang kurang pada penderitaan tubuh Kristus." Kita masing-masing diberi anugerah untuk mengambil bagian ini. Itu sebabnya di dalam keadaan bagaimanapun kita harus memilih lebih takut kepada Allah daripada kepada manusia. Ini prinsip! Jika kita tidak mempunyai sikap yang takut kepada Allah, kita tidak akan memberitakan Injil apalagi di tengah ancaman dan larangan. Kita harus lebih takut kepada Tuhan daripada kepada manusia. Setelah bangsa Israel diingatkan akan pimpinan Tuhan, mereka diingatkan akan sejarah hidup mereka di mana seharusnya mereka lebih takut akan Tuhan. 94 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Takut akan Tuhan dalam bahasa aslinya mengandung beberapa arti. Salah satunya adalah takut secara emosi, juga bukan takut kepada Allah sebagai antisipasi intelektual karena khawatir tapi belum terjadi. Namun takut yang dimaksud oleh Yosua dalam kitab Ulangan ini bukan takut yang demikian dan jika kita melihat dari konteksnya, saya lebih suka mengartikan ‘hormat’ dan ‘bangga.’ Jadi pengertian takut di sini lebih mengarah bangga, hormat, kagum dan terpesona kepada Allah. Pertama, jika kita mempunyai sikap hormat, maka pasti memiliki sikap yang lain ketika menjalankan apapun di dalam hidup. Kita tahu dia hadir menyaksikan hidup kita dan kita harus bertanggungjawab di hadapan Dia. Jika saudara hormat kepada seseorang maka ketika dia datang kita mempunyai sikap yang berbeda. Itu sebabnya jika kita sungguh hormat akan Allah di dalam hidup kita maka hidup kita akan berbeda di dalam ibadah dan di dalam pelayanan kita akan sungguh-sungguh mempersiapkan diri. Yang kedua adalah bangga. Jika di dalam hati kita memiliki perasaan bangga pada Tuhan. Kita tentu senang menceritakan kepada orang lain. Di dalam pelayanan, kita akan melayani dengan sukacita dan dengan bangga. Ada seorang hamba Tuhan menceritakan pengalamannya, "Pada suatu kali dalam perjalanan dia bertemu satu orang yang ingin meresmikan satu perusahaan yang entah sudah ke berapa belas di Amerika, dengan bangga dia menceritakan apa yang sedang dikerjakannya dan juga perusahaan tempat dia bekerja. Kemudian orang tersebut bertanya kepada hamba Tuhan ini, "Apa pekerjaan anda?" Ketika ditanya demikian hamba Tuhan ini tidak malu bahkan kemudian mengatakan dengan bangganya bahwa dia bekerja di perusahaan yang paling besar di dunia. Dan memiliki masa depan yang paling cemerlang dan memiliki produk yang paling penting. Kemudian hamba Tuhan tersebut berkata, "Dan perlu kamu ketahui yang menjadi boss saya adalah yang menciptakan saudara dan menentukan mati hidup saudara." Hamba Tuhan tersebut tahu jelas kepada siapa dia bekerja, kepada siapa dia sedang melayani dunia ini. Dunia ini adalah dunia BapaKu untuk menjalankan misi Allah. Kita orang Kristen harus tahu bahwa kita adalah sentral dari sejarah, sejarah keselamatan Allah. Dunia ini berada di bawah providensia Allah. Meskipun kelihatannya iblis menang, banyak orang kristen menderita bahkan mati martir, realitanya tidak demikian. Iblislah yang kalah karena semuanya terjadi untuk menggenapi rencana Allah. Ketika umat Tuhan dibunuh, Allah tidak kalah tetapi kita sedang menggenapi rencana Allah. Penderitaan, kematian berada di dalam tangan Allah, biarlah kita boleh menerimanya di dalam anugerah Dia (Flp 1:29). Saudara, kita harus sadar bahwa kita sedang mengerjakan produk yang penting yaitu produk-produk yang bernilai kekal. Penginjilan pribadi penting untuk menghasilkan produkproduk yang bernilai kekal yaitu orang-orang yang akan diselamatkan. Orang yang bekerja di perusahaan tahu bahwa yang paling penting adalah sumber daya manusianya dan jika tidak ada manusianya maka tidak ada yang dapat dikerjakan. Keyakinan ini membuat kita bangga dan melayani Tuhan dengan sukacita. Jika di dalam hidup kita ada sikap hormat dan bangga kepada Tuhan, maka kalimat Yosua selanjutnya merupakan konsekuensi logisnya. Yosua mengatakan, "Beribadahlah kepada Dia dengan tulus ikhlas dan setia." Kata beribadah di sini dalam terjemahan bahasa Inggris dihubungkan dengan layanilah Dia dengan tulus ikhlas dan setia. Beribadah bukan hanya dalam kebaktian melainkan dengan seluruh kehidupan kita. Waktu kita bekerja ingat bukan hanya sekedar bekerja melainkan sedang melayani Tuhan di dalam pekerjaan tersebut. Seluruh hidup kita adalah sikap sedang melayani Tuhan dan sedang beribadah kepada Tuhan. Di dalam buku Shorter Catechism dikatakan bahwa tujuan utama hidup manusia adalah untuk memuliakan Allah dan menyenangkan Dia selama-lamanya. Jadi apapun yang kita kerjakan dan lakukan, yang penting fokusnya untuk apa? Untuk diri ataukah untuk Allah? Sebaliknya jika kita melakukan aktivitasaktivitas rohani di dalam gereja tetapi fokusnya bukan untuk Tuhan, berarti kita tidak sedang beribadah 95 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 kepada Tuhan. Yang penting di sini adalah fokusnya untuk memuliakan Tuhan dan menyenangkan Tuhan. Kita juga dipanggil untuk melayani dia dengan tulus ikhlas dan setia. Setia dalam pengertian sampai akhir hidup kita. Wahyu 2:10 mengatakan, "Hendaklah engkau setia sampai mati, dan aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan." Yosua setia, dia terus memilih menyembah Allah sampai akhir hidupnya sehingga dia disebut abdi Allah. Yosua adalah hamba Tuhan yang sejati dan hamba Tuhan yang sejati, Tuhan akan pelihara sampai akhir hidupnya. Kita masih bisa jatuh dalam dosa tapi Tuhan menyediakan jalan kemenangan. Ada pengampunan terus menerus tatkala kita mengaku dosa kita dan setia sampai mati. Alkitab menekankan kita setia, berani bayar harga dan bukan setia pada satu organisasi atau lembaga namun setia di sini dihubungkan dengan kebenaran. Setia pada kebenaran dan Tuhan terus yang akan menyeleksi kita sehingga hal ini dapat menjadikan kerinduan kita untuk terus menjadi saksi Tuhan. Di sini Tuhan ingatkan melalui Yosua, takut akan Dia dalam pengertian hormat dan bangga. Jika ini ada maka kita memiliki kerinduan untuk melayani dia dan memberitakan Injilnya. Itu adalah sukacita bukan paksaan dan merupakan satu kegembiraan jika kita sudah mengalami manisnya hidup bersama dengan Tuhan maka kita akan membagikannya kepada yang lain. Kita juga dipanggil untuk menjauhkan ilah lain. Menjauhkan ilah lain dalam konteks ini adalah ilah orang Sumerian demikian juga dengan Abraham dipanggil oleh Allah keluar dari tanah Ur untuk meninggalkan ilah tersebut juga orang Mesir untuk tidak menyembah anak lembu emas yang mereka buat. Demikian juga dengan kita dipanggil untuk menjauhkan berhala-berhala modern dari hidup kita. Mungkin saat ini hobi kita lebih penting dari Tuhan, mungkin seks, obat bius, materi, dsb. menjadi berhala di dalam hidup kita tetapi kita harus meninggalkan itu semua. kita harus belajar mengandalkan Tuhan dan menjadikan dia yang terutama di dalam hidup kita. Yosua meminta kita untuk memilih, memilih kepada siapa kita beribadah pada hari ini. Memilih adalah satu hal yang penting dalam hidup kita. Kita tidak mungkin memilih Tuhan tanpa anugerah Tuhan tapi setelah kita diselamatkan kita menginginkan hidup yang bagaimana? Di sini kita harus memilih, karena kelak kita harus bertanggung jawab di hadapan Tuhan. Yosua mengajarkan, "Pilihlah kepada siapa kamu akan beribadah!" Yosua dan keluarganya memilih beribadah kepada Tuhan dan ini kemudian diikuti oleh seluruh bangsa Israel khusunya pemimpinnya saat itu. Francis Schaeffer, tentang Yosua mengatakan ada satu kata yang aneh di sini. Kata ini dalam bahasa Yunani bisa diterjemahkan dalam tiga bentuk. Di dalam bahasa Ibrani kadang-kadang tenses-nya tidak begitu jelas, bisa lampau, bisa sekarang dan bisa yang akan datang. Kalimat dalam Yosua di sini memang dalam konteks akan datang tapi bisa dilihat juga latar belakangnya dalam berbagai peristiwa. Yosua selalu memilih hidup bagi Tuhan, percaya kepada Tuhan dan beribadah kepada-Nya. Melayani Tuhan dan takut akan Tuhan itu pilihan dia terus-menerus. Bagaimana dengan hidup kita? Lebih takut akan Allah atau lebih takut kepada manusia? Siapa yang saudara mau sembah dan layani? Kita tidak bisa mendua hati! Kita harus memilih! Yosua mengatakan, "Pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah!" Pilihan kita mempengaruhi hidup kita, jangan tunggu sampai tua maka kita akan terlambat dan menyesal. Besok bukan milik kita bahkan nanti malampun belum tentu menjadi milik kita. Tuhan sudah mengasihi kita. Apa yang kita persembahkan kepada Dia? Biarlah hari ini kita memilih hidup bagi Tuhan dan membawa buah yang bernilai kekal kepada Tuhan, mulai memberitakan injil. Hari ini pilihlah kepada siapa saudara akan beribadah dan bagaimana saudara ingin hidup. Amin! 96 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 M Ma attii d da alla am md do os sa a Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: Efesus 2:1-10 1 Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran–pelanggaran dan dosa–dosamu. 2 Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang– orang durhaka. 3 Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang–orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain. 4 Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih–Nya yang besar, yang dilimpahkan–Nya kepada kita, 5 telah menghidupkan kita bersama–sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan–kesalahan kita––oleh kasih karunia kamu diselamatkan–– 6 dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama–sama dengan Dia di sorga, 7 supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia–Nya yang melimpah–limpah sesuai dengan kebaikan–Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus. 8 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, 9 itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. 10 Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya. Efesus 2:1 Pada minggu ini kita mulai kembali mempelajari surat Efesus. Dalam Ef 1:3-14 membicarakan apa yang Tuhan kerjakan sejak kekal di dalam dunia yaitu tentang bagaimana anugerah Tuhan, doktrin pilihan Tuhan dan bagaimana anugerah itu turun ke dalam dunia. Setelah itu kemudian dalam ayat 15-23 Paulus masuk ke dalam aspek di dunianya. Dalam ay 15-23 ini, Paulus mulai dengan kata ‘karena itu’ sebagai respon dari tindakan Allah di mana kita melihat ada lima elemen yang beberapa bulan yang lalu sudah kita bicarakan. Apa yang Allah tetapkan di dalam kekekalan yang tidak berubah harus diproses dan digarap di dalam sejarah yang berubah. Kedua wilayah ini menjadi wilayah dasar yang membuat kita mengerti bagaimana kita merelasikan konsep kekekalan dengan konsep dinamis sejarah. Jika kita kacau di dalam kedua hal ini maka seringkali akan jatuh dalam dua ekstrim yang besar yaitu yang pertama kita masuk dalam fatalistik atau takdirisme dimana manusia semuanya sudah ditetapkan tanpa dapat diubah sama sekali. Sehingga manusia menjadi seperti robot karena sudah ditetapkan di dalam kekekalan dan di sini proses sejarah 97 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 ditiadakan. Sebaliknya di dalam ekstrim kedua mereka menarik Allah ke dalam proses manusia. Dengan pengertian bahwa kalau manusia berubah maka Allahpun berubah sehingga akibatnya kekekalan ditiadakan ditarik ke dalam proses. Lalu bagaimana merelasikan dua sifat yang berbeda ini? Kekekalan dan sejarah memang merupakan dua wilayah dunia yang berbeda namun di dalam diri manusia dua wilayah ini telah disatukan. Jadi manusia memiliki dua unsur yaitu aspek rohani yang kekal yang tidak bisa mati dengan aspek jasmani yang bisa mati atau rusak dan ini tidak ada pada ciptaan lain. Maka di dalam aspek ini manusia menjadi unik karena manusia memiliki dua wilayah secara bersama-sama namun tidak bisa kita campur adukkan karena yang satu dengan yang lain memiliki sifat yang berbeda tetapi juga tidak bisa didualismekan karena dua wilayah ini ada di dalam satu pribadi manusia. Paulus dalam surat Efesus telah merelasikan dua unsur ini bersama-sama. Setelah itu, Paulus mulai dengan apa yang seharusnya menjadi kekuatan dan menjadi perjalanan iman Kristen itu sendiri. Ini dapat kita lihat di dalam Ef 2:1-10 (bd Rm 1:1-8). Penguraian Ef 2:1-10 ini begitu padat di mana Paulus ingin membicarakan hal tersebut kepada jemaat di Efesus untuk menghadapi tantangan yang sulit. Di dalam ps 2 ini Paulus mulai dengan berita Injil yang sejati yang merupakan satu berita yang sangat pendek tetapi sangat sentral yaitu Paulus mulai dengan inti permasalahan manusia yaitu, "Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaranpelanggaran dan dosa-dosamu." Penjelasan ini bersifat paradoksikal yang diucapkan dalam bentuk past tense. Inilah satu fakta yang menunjukkan pada hakekatnya manusia sudah mati dan hal ini harus diberitakan kepada dunia. Ini suatu gambaran yang begitu unik dan merupakan satu realita yang harus diungkapkan tetapi dilain pihak menghadapi kesulitan karena berhadapan dengan kondisi paradoks dengan situasi itu sendiri. Mengapa Paulus menekankan hal ini? Sebab pada jaman itu kondisi kota Efesus mengalami kondisi yang betul-betul fatal yaitu mati. Mati adalah satu realita yang paling mengerikan karena orang yang sampai pada kondisi ini berarti dia sudah tidak mampu berbuat apapun juga selain takluk di bawah kuasa daripada kematian. Ketika seseorang mati pada waktu itu dia tidak berhenti berproses hanya berbalik arah berproses kepada pembusukan. Proses ini berjalan melampaui kuasa dia, dengan kata lain kuasa kematian adalah kuasa penaklukkan yang akan menghancurkan, membusukkan dan membinasakan sampai habis dan proses ini terjadi tidak bisa dihambat oleh pelaku yang mengalami kematian. Ketika Alkitab mengatakan, "Kamu dahulu sudah mati," banyak orang berkata bahwa pada waktu Adam dan Hawa makan buah pengetahuan baik dan jahat mereka tetap hidup. Memang kelihatannya tetap hidup tetapi sesungguhnya mereka sudah mati pada waktu makan buah pengetahuan baik dan jahat hanya kita tidak dapat melihat karena kondisi kematiannya dalam aspek spiritual. Kematian aspek spiritual adalah lebih berbahaya daripada kematian fisikal karena mengakibatkan pembusukan yang bersifat global. Ketika kita mengalami kematian spiritual pengaruh pembusukan kita tidak berhenti secara lokal tetapi kita akan mempengaruhi semua orang dan pengrusakan ini menjadi pengrusakan global. Dengan rusaknya seluruh citra dari tatanan dunia mengakibatkan kehancuran dunia. Saudara, jika seseorang mati secara jasmani tidak menimbulkan efek yang berbahaya tetapi kematian spiritual pengaruhnya akan menyebar ke seluruh dunia dan berjalan terus tanpa bisa dihambat oleh dunia. Kalimat Ef 2:1 ini seharusnya menjadi dasar bagi kita untuk mengerti seluruh sejarah dan keadaan dunia. Kalau tidak ada jalan keluar, kondisi mati ini akan membuat dunia kita begitu celaka adanya. Dunia yang berada dalam kondisi mati tidak mungkin dihentikan oleh hukum yang keras. Sejarah menyatakan hukum yang sekeras apapun tidak dapat menghambat atau menghentikan proses kematian yang sedang berjalan 98 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 dan menguasai. Kejahatan dunia ini sudah menjadi kejahatan yang bersifat kematian. Kita bisa membayangkan betapa mengerikan dunia ini yang mayoritas dikuasai dengan pikiran yang berbau kematian, sikap yang memancarkan kematian dan seluruh cara pandang kita yang berbau kematian ditularkan kepada orang lain. Hal ini tampak jelas di kota Efesus sebagai kota perdagangan yang sangat besar sehingga semangat materialisme merajalela luar biasa, dan bukan itu saja kota tersebut terkenal menjadi pusat penyembahan dewi Artemis (Yunani) atau dewi Diana (Romawi). Pelacuran disahkan bahkan dianggap sakral karena mereka yang mengadakan pelacuran menganggap hal itu merupakan ibadah kepada dewi itu. Ini mengakibatkan rusaknya sistem keluarga dan tempat pemancaran nuansa kematian begitu kuat di kota Efesus. Setelah itu ditambah dengan munculnya pengajaran yang disebut Epikurianisme yang merupakan pengajaran dualisme yang mengajarkan bahwa tubuh ini jahat dan roh itu suci. Tetapi roh berada di dalam penjara daripada tubuh. Dari sini kemudian muncul dua golongan yang disebut Stoa dan Hedonisme. Golongan Stoa melarikan diri dan mengadakan penyiksaan diri supaya rohnya dapat bebas dari penjara tubuh. Gagasan mereka sangat dualistik sehingga tidak bisa memparadokskan dua wilayah yang berlawanan. Sedangkan golongan Hedonisme sangat berlawanan dengan Stoa, memiliki pemikiran filsafat yang mengajarkan kita harus menikmati hidup secara fisikal, secara dunia dan secara sekuler. Filsafat Hedonisme ini lebih diterima oleh orang-orang Romawi sehingga pengaruh ini menyebar di kota Efesus. Kerusakan moral seperti ini bukan hanya di wilayah Romawi tetapi juga meliputi seluruh dunia bahkan sampai saat ini. Inilah fakta manusia berdosa. Nuansa kematian bukan hanya problem abad pertama tetapi juga problem kita hari ini. Nuansa kematian itulah esensi dosa yang seharusnya kita waspadai karena seringkali manusia tidak sadar. Dalam Ef 2:1 ini Paulus mau membuka kepada dunia dan orang Kristen tentang realita dunia ini, sekaligus panggilan dan menuntut respon dari kita untuk mengerti apa yang menyebabkan kematian seperti itu. Manusia mati adalah karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa, karena kita telah melanggar Firman dan berdosa terhadap Allah. Di dalam surat Roma, Paulus menjelaskan hal ini secara lebih panjang (baca Rm 1:18-32). Manusia dicipta oleh Tuhan seharusnya hidup untuk melayani Tuhan dan taat kepada Tuhan. Ketika kita melawan Dia di situlah kita berdosa dan upah dosa adalah maut. Manusia telah terpisah dari Allah, inilah kondisi kematian. Tidak ada satu lembaga rehabilitasi yang bisa menghentikan dosa manusia termasuk penjara tidak bisa menghentikan dosa. Itu sebabnya jika bukan anugerah tidak mungkin orang berdosa akan kembali kepada Allah. Ini berarti orang itu harus diinjili, disadarkan dan dibawa kembali kepada Tuhan sehingga orang tersebut bisa berubah. Tanpa penginjilan yang sejati tidak ada pengharapan. Kita patut bersyukur pada Tuhan karena Ef 2:1 ini ditulis bukan dalam bentuk present continous tense yang berarti kamu sedang dan selama-lamanya akan berdosa tetapi Paulus menulis dalam bentuk past tense yang menunjuk kepada masa lampau "kamu dahulu sudah mati," yang berarti sekarang tidak. Sekarang kita sudah memiliki hidup ketika kita beriman kepada Tuhan Yesus. Sudahkah kita dibebaskan dari nuansa kematian? Hanya saudara, Tuhan dan setan yang tahu. Biar kiranya kita mengevaluasi hidup kita masingmasing. Amin! 99 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 H Hu uk ku um mK Ke eh hiid du up pa an n Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 2 Efesus 2:2-3 Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang– orang durhaka. 3 Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang–orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain. Minggu lalu kita mempelajari tentang realita dunia yang sudah berdosa di mana manusia sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa. Kematian merupakan kondisi realita yang begitu mengerikan di tengah dunia karena kematian bukan berarti berhenti berproses melainkan merupakan proses menuju penghancuran. Proses kematian berjalan terus menuju destruksi melalui proses pembusukan, pengrusakan dan penghancuran sehingga ketika mati kita berada di bawah kuasa kematian yang mencengkeram dan menggeragoti tubuh kita. Kuasa kematian ini tidak memberikan pilihan kepada manusia. Dalam Ef 2:2, Paulus mengatakan, "Kamu hidup di dalamnya, …" Jadi di sini mati bukan berhentinya suatu proses, melainkan kita tunduk di dalam kuasa kematian. Masalahnya, apa itu kematian? Ada yang berpikir bahwa kematian hanya satu putaran kematian. Tidak heran, akhirnya manusia kembali mengadopsi pikiran dari abad keenam yang mengajarkan bahwa kehidupan ini terus berputar. Sekarang hidup kemudian mati setelah itu hidup kembali lalu mati lagi demikian seterusnya. Ini yang disebut reinkarnasi. Mereka hanya berharap suatu hari kelak mereka akan keluar dari lingkaran ini. Tapi pandangan ini tidak mempunyai jawaban yang terlalu jelas berkenaan dengan when, where, dan why? Karena di dalam prinsip etika dari pandangan ini tidak memungkinkan penyelesaian seperti ini. Di sini Alkitab memiliki jawaban yang lebih tepat dan ini bukan didasarkan pada spekulasi pikiran manusia yang sudah jatuh dalam dosa untuk mengerti realita betapapun hebatnya pikiran manusia yang berdosa tidak mungkin mengerti apa yang namanya disebut "ought to (seharusnya seperti apa)." Pada waktu kita mengambil kesimpulan maka kesimpulan tersebut hanya berhenti di tengah realita dunia berdosa. Jika manusia tidak kembali kepada wahyu Tuhan maka tidak ada jalan keluar baginya, semua usaha manusia hanyalah spekulasi pikiran manusia yang sudah berdosa. Itu sebabnya, ketika Alkitab membukakan hal ini barulah manusia tahu keadaan yang sesungguhnya ‘seharusnya bagaimana.’ Paulus mengatakan, "Kamu dahulu sudah mati….," ini keadaan yang sangat mengerikan. Di dalam Ef 2:2-3 Paulus membuka satu realita lalu dia mensharingkan pengalaman pribadinya kemudian barulah dia menyimpulkan. 100 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 pertama, manusia hidup dibawah dosa dan tidak bisa keluar dari dosa (ay 2). Kata yang dipakai di bagian Ef 2:2, ‘mengikuti jalan dunia’ seperti orang masuk di sebuah jalan yang tidak bisa lari kemana-mana di mana hal yang ingin digambarkan sesuatu yang aktif tapi pasif. Aktif tetapi tidak bisa tidak dia harus berada di situ, karena jalurnya hanya satu. Inilah yang dimaksud dengan "Kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka." Orang durhaka di sini lebih tepat diterjemahkan "Orang yang tidak percaya atau tidak mempunyai iman." Di sini kelihatannya aktif, hidup dan bebas tetapi jalannya tidak bisa lari dari jalan yang menuju pada kematian. Makin manusia berusaha dan aktif makin dia terjerumus masuk dan hancur, inilah keadaan dunia kita. Kelihatannya memberi kebebasan itu justru kebebasan yang mencengkeram dan mematikan. Berbeda dengan Tuhan, di dalam memberikan pemberitaan dengan kalimat yang keras tetapi sesudah itu memerdekakan sedangkan setan bekerja dengan cara terbalik, depannya berisi rayuan tapi setelah masuk kita tidak bisa keluar (Yoh 8). Sayangnya banyak manusia yang lebih suka mendengar kata-kata yang manis dan indah tetapi berakhir dengan tangisan. Paulus mengatakan, "Kamu hidup di dalamnya." Kamu hidup di dalam jalur kematian. Maksudnya kamu tidak bisa keluar dari sana karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa. Jika kita mengerti realita ini kita tahu apa yang dikerjakan oleh orang-orang berdosa di tengah dunia ini dan apa yang terjadi di dalam diri mereka. Mereka membutuhkan Injil dan harus mendengar berita pengampunan karena itulah cara satu-satunya yang bisa mengeluarkan mereka. Dosa bukan masalah hukum, tapi dosa adalah masalah hidup di dalam kuasa kematian. Kedua, orang berdosa tidak kembali kepada Firman ini menunjukkan dia masih berada di bawah kuasa dosa. Dia tidak keluar dari natur dosanya yang sedang mencengkeram dan mematikan dia. Itu sebabnya pada saat orang mau bertobat maka kunci pertama yang harus diselesaikan adalah dia sadar dia orang berdosa. Kita sendiri perlu keluar dari jerat itu, bukan caranya kita untuk bermain-main dengan kuasa dosa. Jika kita mengatakan bahwa kita adalah orang Kristen tetapi kita masih berada di dalam cengkeraman dosa, kita harus mengevaluasi diri betulkah kita sudah benar-benar berada di dalam Kristus? Atau kita hanya menjadi orang Kristen yang kelihatannya Kristen tetapi sesungguhnya kita belum bertobat. Setelah Paulus membuka konsep ini secara begitu jelas kepada jemaat Efesus kemudian pada ay 3, dia membuka sharing pribadi dengan mengatakan, "Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat." Paulus ketika mengatakan ini bukan berarti dia orang yang rusak secara moral. Tidak! Paulus sebelumnya adalah orang yang kelihatannya sangat rohani. Dia seorang yang begitu brilyan dan menjadi seorang teolog yang berada di bawah bimbingan seorang guru besar Gamaliel. Sejak muda Paulus telah menduduki posisi yang penting yaitu menjadi orang Farisi yang dianggap menjadi golongan elite di tengahtengah orang Israel. Di samping itu dia sangat memperjuangkan Taurat. Namun di ayat 3 ini Paulus mengatakan, "Kami sama seperti mereka yang lain (Ef 2:3)." Ketika manusia berada di bawah kuasa kematian dia bisa merasa diri begitu baik, berjasa, saleh, dan mempunyai pengaruh yang besar kepada masyarakat. Dia mungkin bangga hidup di dalam dunia. Tapi justru pada saat itu dia keluar dari jalur yang sejati, keluar dari essensi kehidupan yang sejati. Apa yang mereka lakukan sebenarnya mereka lakukan untuk mentaati penguasa kerajaan angkasa yang sedang menguasai mereka melalui hawa nafsu, keinginan daging dan pikirannya yang jahat. Biarlah ini juga menjadikan kita waspada karena mata kita hanya mampu melihat fenomena luar tanpa mengerti isi hati yang di dalam. Sebagai orang percaya yang dibutuhkan adalah seberapa jauh kita mentaati Tuhan atau kita mentaati penguasa kerajaan angkasa. Satu prinsip yang harus kita ingat yaitu hidup dosa tidak selalu berpenampilan dosa. Ingat setan pun bisa berjubah malaekat. 101 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Bahkan yang lebih parah kita berdosa tapi kita tidak sadar kita sedang berdosa. Inilah yang dialami oleh Paulus. Ketika Paulus membunuh orang-orang percaya dia pikir dia sedang melakukan tindakan yang benar. Paulus pikir dia sedang bekerja giat untuk Tuhannya. Namun ketika Paulus bertobat dan kembali kepada Firman Kebenaran, dia mengatakan aku adalah orang yang berdosa. Seseorang yang sadar dia orang berdosa sadar dia perlu pertobatan, inilah yang memungkinkan dia bisa diperbaharui. Paulus mengalami ini maka dia men-sharingkan pertobatannya. Suatu kesaksian yang menceritakan bagaimana dia dulu hidup di bawah kuasa dosa dan mati di bawah kuasa dosa. Dan bagaimana Kristus menyelamatkan dia keluar dari lumpur dosa. Inilah kesaksian sejati. Terakhir, Paulus menceritakan betapa fatalnya dosa. Di dalam ayat 3 mengatakan, "Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup …. Pada dasarnya kami adalah orang–orang yang harus dimurkai sama seperti mereka yang lain." Konsep ini penting sekali, karena khotbah berkenaan dengan Allah yang murka sangat langka dikhotbahkan. Tetapi khotbah mengenai kasih Allah begitu banyak sekali. Alkitab justru membukakan banyak Firman berkenaan dengan keadilan dan murka Allah. Misalnya Roma 1:18, "Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, …," kalimat ini seharusnya menjadikan kita gentar. Kalimat ini juga menjadi picu daripada pekerjaan Roh Kudus boleh bekerja di dalam hati kita. Mengapa? Karena tidak ada pekerjaan Roh Kudus menyadarkan kita kalau Firman yang sejati tidak diberitakan. Hal ini merupakan satu pekerjaan ganda yang dikerjakan bersama-sama oleh Roh yang sama. Pertobatan yang sejati baru sungguh-sungguh terjadi jika Roh Kudus bekerja melalui Firman dan Roh Kudus yang sama akan bekerja dengan iman di dalam diri seseorang. Dan ketika ini diberitakan maka salah satu hal yang paling penting adalah Roh Kudus hadir dengan "Menginsyafkan manusia akan dosa, kebenaran, dan penghakiman (Yoh 16:8). Jika Roh Kudus ada di dalam diri kita maka ketiga hal ini harus ada di dalam hidup kita. Jika seseorang menjadi orang Kristen di dalam hatinya tidak gemetar akan penghakiman Allah. Ini merupakan satu tanda tanya besar. Ini tidak berarti, sesudah seseorang bertobat berarti ia tidak bisa jatuh ke dalam dosa. Tidak. Manusia masih belum sempurna. Di dalam perjalanan hidup kita masih bisa jatuh dalam dosa. Namun ini langsung membuat kita gentar ketika kita berhadapan dengan kebenaran Allah. Ini menjadi reaksi dari semua tokoh-tokoh di Alkitab. Abraham, Yesaya, Paulus dan Petrus gemetar (trembling) berhadapan dengan kesucian Allah. Sikap ini juga seharusnya muncul dalam diri orang-orang yang bertobat sejati. Ini merupakan gambaran kesucian Allah yang hadir di tengah-tengah kebobrokan dan kebejatan manusia. Ini juga yang menjadikan Paulus sadar berapa besar anugerah yang dia terima. Tuhan tidak bisa dipermainkan. Semua manusia akan berhadapan dengan pengadilan Allah. Allah adalah kasih. Benar. Tapi Allah juga adil. Itu berarti kasih Allah tidak boleh dipisahkan dari keadilan Allah. Kedua hal ini harus diharmoniskan. Kasih harus adil. Adil harus dengan kasih. Ada murka tapi juga ada pengampunan. Baru kita bsia mengerti bagaimana menjalankan kehidupan semacam ini secara tepat. Orang Kristen seharusnya tahu siapa kita sebelumnya dan bagaimana kita yang seharusnya. Lalu bagaimana kita memproses yang dahulu menuju yang seharusnya. Inilah iman yang sejati. Hari ini biarlah kita semua tahu siapa diri kita. Kita tahu bagaimana kita hidup. Dan berkata seperti Paulus berkata, "Kami dahulu sebenarnya juga semua termasuk seperti mereka. Orang-orang yang hidup di bawah hawa nafsu daging, menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang patut dimurkai sama seperti mereka yang lain (Ef 2:3)." Tetapi karena anugerah Kristus sekarang boleh keluar dan berada di dalam anugerah, hidup di bawah kebenaran Tuhan dan diproses di dalam kebenaran. Biarlah ini menjadi sharing kehidupan kita yang boleh membangkitkan banyak orang lain melihat kebenaran Kristus sehingga kita dipakai oleh Tuhan untuk menjadi saluran berita Injil kepada orang lain. Maukah saudara? Amin! 102 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 U Urrg ge en ns sii A An nu ug ge erra ah h Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 4 Efesus 2:4-5 Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih–Nya yang besar, yang dilimpahkan–Nya kepada kita, 5 telah menghidupkan kita bersama–sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan–kesalahan kita––oleh kasih karunia kamu diselamatkan–– Selama dua minggu terdahulu kita sudah membicarakan betapa fatalnya keadaan manusia yang berada dalam kondisi mati dan di bawah belenggu pengrusakan yang dikerjakan oleh dosa sehingga manusia tidak berespon terhadap kebenaran. Sehubungan dengan hal ini, dunia kita berusaha untuk menyodorkan berbagai cara untuk menyelesaikan problematika kesulitan manusia. Sayangnya, semua cara yang disodorkan manusia tidak mampu menyelesaikan masalah itu bahkan semakin membelit manusia dengan problematika dosa yang lain. Tepat sebagaimana yang dikatakan oleh Hegel, "Mari kita belajar dari sejarah." Mari kita mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi di dalam dunia khususnya sehubungan dengan dosa. Dosa adalah satu problematika laten dan orang yang sudah dicengkeram oleh dosa tidak mungkin mampu keluar dengan sendirinya. Itu sebabnya kondisi mati tidak mungkin membuat seseorang bisa berespon terhadap kebenaran dan tidak heran jika semua alternatif yang dipikirkan hanya akan berputar di dalam proses dosa yang mematikan. Menurut Aristoteles, filsafat yang ada di dunia ini sudah mengandung destruksi pada dirinya sendiri. Misalnya, banyak orang mau menyelesaikan problematik kejahatan melalui cara bisnis dengan Tuhan. Cara ini kelihatannya logis namun merupakan satu cara bisnis bersumber dari manusia yang berdosa dan begitu licik yang mau mempermainkan kejahatan di hadapan Tuhan. Tetapi Aristoteles saat itu sudah memikirkan apa sebenarnya kebajikan itu. Jika kebajikan itu tidak mencapai kebajikan sejati (Summum Bonum) maka kebaikan yang dilakukan makin baik makin berdosa. Ini menjadi libatan lingkaran dosa yang membuat dia seperti gulungan bola salju yang makin lama makin besar. Semua perbuatan baik yang disodorkan oleh dunia kecuali kembali kepada apa yang Alkitab katakan tidak menyelesaikan masalah dosa. Apa itu baik? Kita seringkali mengatakan baik kalau itu menguntungkan kita jika kita dirugikan maka kita katakan itu jahat. Jika ukuran baik atau jahat itu adalah keuntungan atau kerugian saya, "Betulkah itu baik?" Tidak! Kebaikan itu adalah kebaikan yang bersifat egosentrik. Jadi disini saya sebagai pusat dan bagaimana seharusnya orang bersikap terhadap kepuasan, keinginan dan semua hawa nafsu saya. Menurut Aristoteles semangat itu sendiri sudah salah. Bagi dia yang disebut kebajikan tertinggi (Summum Bonum) adalah kebajikan yang bersifat essensial yang harus menjadi kebajikan inti dimana semua orang menuju kesana. Jika kebajikan relatif ini menjadi kebajikan-kebajikan yang berdiri sendiri tidak heran jika kita 103 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 menganggap diri kita adalah kebajikan yang harus dipuaskan. Bagaimana semangat yang egoisme ini bisa dijadikan patokan untuk perbuatan baik atau jahat? Aristoteles percaya kebaikan harus ada namun baik yang sejati itu seperti apa? Di sini Aristoteles kemudian mengeluarkan teori kebajikannya. Dia mengatakan kalau kita berbuat baik, maka perbuatan baik itu harus dilakukan dengan motivasi baik hasil akhirnya kembali kepada kebaikan itu sendiri. Jadi kalau kita melakukan kebajikan maka kebajikan itu harus dilakukan dengan motif untuk kebajikan itu sendiri dan hasil akhirnya untuk kebajikan itu sendiri keluar dari itu engkau sebenarnya tidak bajik. Ini satu kalimat yang agung sekali yang dicetuskan oleh orang yang tidak mengenal Tuhan, seorang yang belum pernah mengerti kebajikan asli namun telah mengeluarkan pemikiran yang begitu agung. Namun seagung-agungnya filsuf dunia yang sangat terkenal ini tetap tidak mampu menyelesaikan problematika dosa. Sebab masalahnya adalah hal tidak bisa dilakukan. Alkitab mengatakan kalau kita berbuat baik namun punya motivasi yang tidak sesuai itu adalah dosa. Tujuan yang menyimpang dari kebajikan yang sejati membuat segala kebajikan itu tidak ada artinya. Jadi kebajikan sejati baru bisa terjadi jika kita berbuat baik untuk berbuat baik itu sendiri. Dalam Matius 19 diceritakan, ada seorang muda yang kaya datang kepada Tuhan Yesus dan berkata, "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal? Maka Yesus mengatakan tidak ada yang baik kecuali satu yaitu Tuhan yang baik. Tuhan Yesus tahu orang tersebut tidak puas dengan jawaban tersebut lalu Yesus berkata, "Sekarang turutilah segala perintah Allah!" Orang ini muda, kaya, punya integritas, memiliki etika yang cukup baik dan dia sudah melakukan hukum kelima sampai kesepuluh. Tapi sayang, hukum taurat bukan hanya lima sampai sepuluh tetapi masih ada hukum yang pertama sampai keempat. Perintah pertama sampai keempat ini berkenaan dengan, "Cintailah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, jiwamu, akal budimu dan kekuatanmu!" Ini merupakan ketaatan kita yang utama pada Tuhan. Lalu kalau dia benar-benar ingin berbuat baik, Yesus perintahkan menjual semua hartanya dan diberikan kepada orang miskin kemudian ikut Yesus. Sampai di sini Alkitab mencatat, orang muda itu pergi dengan hati sedih karena hartanya banyak. Saudara, dunia kita terbukti tidak pernah mungkin mengerti kebajikan yang asli itu sebabnya tidak heran jika kita berada di bawah murka Allah. Tidak ada jalan keluar untuk itu. Tapi bersyukur kepada Tuhan karena telah memberikan jalan keluar yang tidak bisa dipikir oleh manusia. Dalam Efesus 2:4 dikatakan, "Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkanNya kepada kita." Saudara, ayat 4 ini indah sekali, kata ‘agape’ atau kata ‘kasih’ ini dipakai dua kali yaitu satu sebagai kata benda dan satu sebagai kata kerja. Sehingga maksud dari ayat ini, dengan kasih yang berlimpah Allah sedang mengasihi kita dengan kasih yang begitu besar. Di sini mencapai kesimpulan terakhir yaitu bahwa engkau hanya bisa diselamatkan melalui anugerah, tidak ada sedikitpun usaha kita. Jika terdapat sedikit saja usaha kita maka kita berada di dalam motivasi yang keliru dan saya sudah menyelewengkan maksud untuk mendapat surga. Semua ini hanya jalan buntu yang membawa kita makin tambah berdosa. Dalam ayat 4 ini kita melihat tidak ada kebajikan apapun untuk kita mendapatkan surga, makin kita berbuat baik makin berdosa. Jika demikian apakah kebajikan asli ada di dunia ini? Di dalam tulisan-tulisannya dan etikanya dia tidak bisa memberi jawaban karena dia tidak bisa mengerti jalan keluar yang disodorkan oleh Tuhan yaitu keselamatan hanya oleh anugerah. Berdasarkan ayat ini kita baru bisa memahami ayat 10, "Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya." Baru di dalam ayat 10 ini keluar kata perbuatan baik di dalam Alkitab 104 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 sebagai respon dari anugerah bukan dan untuk mendapatkan keselamatan. Jadi dasar perbuatan baik, karena saya dicipta di dalam Kristus Yesus. Sehingga saya berbuat baik disini betul-betul untuk kebaikan, karena saya sudah mendapatkan semua anugerah dari Tuhan. Maka setelah saya mendapatkan semua itu saya baru berbuat baik dan perbuatan baik yang saya lakukan tidak ada motivasi lain kecuali berbuat baik. Jawaban ini tidak mungkin dijawab oleh dunia, ajaran mengenai anugerah tidak bisa di spekulasi oleh pikiran manusia. Memahami hal ini kita baru bisa mengerti betapa besarnya doktrin anugerah yang ditegakkan di dalam iman kristen. "Oleh kasih karunia kamu diselamatkan" (ay 5). Yesus Kristus adalah satu-satunya contoh. Dia datang ke dunia tanpa dosa dan Dia mati untuk menebus dosa. Tidak ada motivasi lain, itulah kebajikan sejati yaitu waktu Yesus mati untuk kita. Dia berkorban demi keselamatan kita, Dia dicaci maki, diejek, dihina bahkan waktu Dia berbuat kebaikan di atas kayu salib, orang melecehkan dan mengatakan, "Jika Engkau bisa menyelamatkan orang lain selamatkan lah diri-Mu sendiri!" Kalimat ini menyakitkan sekali, tapi justru di sini membuktikan apa yang kita sebut sebagai kebajikan tertinggi. Di atas kayu salib Tuhan Yesus dalam ke adaan menderita, Dia yang tidak berdosa mati untuk saudara dan saya." Inilah kebajikan cinta kasih Tuhan sehingga Alkitab mengatakan, "Tetapi karena Allah kaya dengan belas kasihan." Dalam bahasa Indonesia menggunakan kata rahmat yang sebenarnya menggambarkan belas kasihan di mana satu sifat yang melihat orang lain dalam keadaan menderita lalu timbul rasa iba dalam hati dan kita mau menolong orang itu. Dikatakan Allah yang kaya dengan rahmat yang berlimpah cinta kasih Dia mau mengasihi kita. Gambaran inilah yang mau digambarkan oleh Tuhan sebagai anugerah, kebajikan dikerjakan dengan kebajikan sejati. Tuhan begitu mencintai dan Dia membuktikan itu dengan pengorbanan-Nya di kayu salib. Biarlah hari ini kita mengerti, dunia boleh mencoba menyodorkan berbagai cara tapi tidak ada cara yang tuntas kecuali kembali kepada Kristus. Jika ada cara yang lebih baik tidak perlu Tuhan Yesus mati dengan cara yang begitu menderita untuk kita. Dia ingin kita kembali kepada Dia, kita dibangkitkan dan kita bisa hidup bersamasama dengan Dia di sorga (ay 6). Jika kita mengerti hal ini masihkah kita menjadi orang Kristen yang hidup dalam dosa? Roma 6:10 mengatakan, "Sebab kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu kali dan untuk selama-lamanya, …" Karena kita sudah mati bagi dosa dan kita sekarang hidup di dalam kristus. Hidup bagi kristus dan hidup bagi kebenaran. Tidak ada cara dunia penyelesaian dosa kecuali kembali melalui pengorbanan Kristus. Biarlah ini menjadi kekuatan kita hidup dan kiranya cinta kasih Tuhan yang begitu besar ini boleh menyentuh hati kita. Semua cara spekulasi manusia hanya menggiring kita kepada kebinasaan. Tuhan yang sudah mencintai kita biarlah ini menjadikan kita semakin hari semakin bertumbuh di dalam iman. Amin! 105 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 A An nu ug ge erra ah hK Krriis sttu us s Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 4 Efesus 2:4-7 Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih–Nya yang besar, yang dilimpahkan–Nya kepada kita, 5 telah menghidupkan kita bersama–sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan–kesalahan kita––oleh kasih karunia kamu diselamatkan–– 6 dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama–sama dengan Dia di sorga, 7 supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia–Nya yang melimpah–limpah sesuai dengan kebaikan–Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus. Minggu lalu kita telah membicarakan pendahuluan dari konsep anugerah. Kita sudah membahas mengenai ketidakmungkinan manusia diselamatkan melalui pekerjaan baik. Manusia yg telah dibelenggu dosa tidak bisa mengerti ketidakmungkinan tersebut. Hari ini kita akan meneliti ayat 4 sampai 7. Di dalam ayat ini, Tuhan memberikan jawaban bagi dunia yang tidak memiliki jawaban. Dari sisi manusia tidak ada satupun cara yang bisa dipakai oleh manusia untuk menyelamatkan diri. Namun demikian, Tuhan melalui firman-Nya telah memberikan solusi yang melampaui pemikiran manusia. Jawaban Tuhan bagi manusia adalah hanya karena anugerah atau kasih karunia kita diselamatkan (ay 5). Efesus 2:5 mengatakan, "Oleh kasih karunia kamu diselamatkan …." Kalimat inilah yang menjadi jawaban bagi dunia. Firman Tuhan ini menjadi satu pegangan bagi iman Kristen bagaimana manusia bisa diselamatkan. Di sini doktrin Kristen berpijak pada belas kasihan Allah. Dalam ayat ini menggunakan kata rahmat. Kata rahmat dari kata eleos menunjukkan orang yang melihat sesamanya dalam keadaan papa yang tidak ada pengharapan lalu muncul tangisan belas kasihan dan tekad untuk mau menolong. Inilah rahmat. Rahmat inilah yang melandasi tindakan penyelamatan Allah bagi manusia yang sudah tidak ada pengharapan dan sudah mati karena dosa-dosa dan pelanggaran-pelanggarannya. Jadi, di sini kunci pertama adalah kesadaran kita mengerti rahmat yang melandasi konsep anugerah. Konsep anugerah ini sangat penting bagi kita di mana dewasa ini banyak orang mengerti doktrin anugerah secara sebelah pihak dan sebagai akibatnya banyak orang yang menghina anugerah. Doktrin anugerah adalah doktrin yang penting sekali, namun sayangnya kita hanya mengerti satu sisi tetapi tidak mengerti sisi yang lain. Tidak heran banyak orang mengatakan enak menjadi orang Kristen karena kita bisa berbuat dosa semaunya karena menganggap keselamatan adalah anugerah. Itu sebabnya, kita perlu mengerti anugerah dengan benar dan mengerti alasan Allah memberi anugerah. Di dalam Efesus 2:4 mengatakan, "Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat (belas kasihan), oleh karena kasih-Nya yang besar dilimpahkan-Nya kepada kita,…." Allah tidak dapat melihat orang yang di dalam keadaan papa 106 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 tanpa pengharapan. Inilah yang mendorong Dia untuk mengasihi dengan kasih yang terbesar berada di luar kemampuan yang manusia dapat lakukan. Di sini kita melihat ada dua sistem atau dua basis sifat Allah yang melandasi doktrin anugerah. Dua sifat Allah ini harus di mengerti secara total baru kita bisa mengerti anugerah secara tepat. Pertama, manusia betul-betul dalam keadaan papa dan tidak berpengharapan sama sekali. Efesus 2:4 dikatakan "Manusia benar-benar berada dalam kondisi yang memerlukan rahmat." Dan Allah yang penuh rahmat itulah yang harus mengulurkan tangan. Jadi kunci pertama mengerti anugerah adalah kesadaran bahwa saudara dan saya adalah orang-orang yang di dalam keadaan tanpa pengharapan. Seorang yang sadar bahwa dia tidak memiliki kemampuan yang bisa dia kerjakan untuk mendapatkan keselamatan. Orang-orang seperti inilah yang disebut orang yang remuk hatinya, yang putus pengharapan. Kita adalah orang-orang yang seharusnya dimurkai. Kita tidak mempunyai kesempatan apapun untuk mendapatkan keselamatan. Itulah titik di mana kita mulai bersentuhan dengan anugerah Allah. Banyak orang Kristen tidak pernah mengerti anugerah karena di dalam hati dia mengatakan perlu Tuhan Yesus tetapi bagaimanapun dia merasa masih cukup baik. Jika kita menjadi orang Kristen tetapi tidak mengerti betapa fatalnya dosa, maka kita tidak memiliki kesadaran akan pengertian anugerah secara tepat. Paulus adalah orang yang sadar akan hal ini. Itu sebabnya di dalam Ef 2:3 mengatakan, "Pada dasarnya kami adalah orang yang harus dimurkai sama seperti mereka yang lain." Di sini Paulus mencoba melihat dari dua sisi: Pertama, apa yang Allah kerjakan dan kedua, manusia itu sebenarnya siapa. Saya adalah orang yang harus dimurkai di lain sisi Allah yang kaya rahmat memberikan rahmat. Allah yang penuh kasih memberikan kasih. Dua gambaran ini membuat seseorang sulit sekali mengerti. Sebagai orang yang harus dimurkai maka kita seharusnya menerima murka Allah. Di lain pihak kalau Allah adalah Allah yang penuh dengan belas kasihan maka manusia seharusnya dikasihi. Namun sekarang manusia harus dimurkai, maka Allah mengasihi. Jika saya adalah obyek murka Allah harusnya Allah murka, itu logis. Tetapi Alkitab mengatakan, kita adalah orang yang harus dimurkai maka Allah berahmat dan mengasihi kita, ini sulit dimengerti. Ajaran anugerah adalah konsep yang sulit dimengerti oleh manusia. Mengapa? Karena didasarkan pada dua sifat yang bertolak belakang yang tidak pernah bisa dipertemukan oleh manusia. Anugerah adalah konsep yang sulit dimengerti oleh dunia. Manusia memang tidak mampu dan tidak mungkin memparadokskan kedua sifat tersebut. Akibatnya manusia terjebak dan jatuh pada satu sistem dan tidak bisa lagi melihat sistem yang lain. Di dalam ayat 3 sampai ayat 7, ini menggambarkan kondisi dualistik. Di satu sisi berkenaan manusia di dalam sejarah (ay 1- 3). Sedangkan ayat 4 sampai 7 berkenaan dengan tindakan Allah yang sudah diformat di dalam kekekalan. Efesus 2:4-7 di sini menggunakan struktur aorist indikatif aktif. Tindakan ini keluar dari sifat sejati Allah yang melampaui ruang dan melampaui waktu. Sedangkan Ef 2:1-3 menunjuk proses di dalam sejarah menggunakan kondisi past tense. Di satu sisi kita adalah orang yang harus binasa di bawah murka Allah namun di dalam kekekalan Allah sudah menyediakan rahmat-Nya, cinta kasih-Nya yang menjadi sifat dasar Dia, yang mengharuskan Dia mengambil tindakan untuk menyelamatkan kita. Inilah anugerah yang begitu besar yang Tuhan nyatakan kepada kita dan merupakan dua hal yang berjalan bersama-sama. Setelah kita mengerti paradoks ini sekarang kita akan masuk pada pengertian doktrin anugerah itu secara keseluruhan. Pertama, tindakan anugerah yang tidak mungkin bisa dipikirkan oleh pikiran manusia. Alkitab mengajarkan bahwa kita adalah orang yang harus dimurkai, maka Allah memberikan rahmat dan cinta kasih untuk menyelamatkan kita. Ini teori logika yang Alkitab sodorkan kepada kita. Pola inilah yang membuat doktrin anugerah melampaui pikiran manusia. Ini menunjukkan salah satu bukti bahwa ajaran Alkitab melampaui apa yang manusia bisa spekulasikan. Memang ini tidak bisa dimengerti kecuali Allah yang membuka konsep 107 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 ini. Jadi, jika kita mengerti konsep anugerah itu salah satu anugerah yang paling besar karena saudara mengerti. (bnd Mat 13:10-13). Mari kita masuk ke dalam doktrin anugerah ini dengan ucapan syukur, karena doktrin ini melampaui pikiran manusia tidak mungkin manusia bisa pikirkan. Jika kita memahami paradoks antara murka Allah dan rahmat Allah, antara keadilan Allah dan cinta kasih ini merupakan anugerah yang begitu besar yang Tuhan berikan kepada kita. Kedua, anugerah adalah sesuatu yang tidak layak kita terima. Istilah anugerah itu sendiri menunjukkan bahwa saya tidak layak menerima. Paulus mengatakan, "Kami adalah orang yang harus dimurkai." Kalimat ini sangat final di dalam membahas kefatalan kita. Ini yang pertama-tama dibicarakan setelah itu barulah Paulus bicara anugerah Tuhan. Saudara, doktrin anugerah adalah doktrin yang penting yang menunjukkan Allah mengasihi dengan cara yang tidak bisa dibayangkan, tidak bisa diukur dan tidak bisa dikerjakan oleh manusia. Ini merupakan tindakan pertolongan Allah yang begitu besar yang Tuhan berikan kepada setiap kita. Jika kita mengerti ini kita tahu berapa besar nilai hidup kita di hadapan Tuhan. Dan ini juga dapat membuat hidup kita mempunyai percaya diri bukan pada diri tetapi pada Tuhan yang menguatkan prinsip dan kehidupan diri (bnd. teladan Ayub). Jika kita sadar akan konsep ini, kita akan hidup dengan penuh ucapan syukur, melayani Tuhan dengan baik. Orang yang sadar bahwa semua yang ada di tangannya itu anugerah Tuhan dia tidak berani bermain-main dengan itu. Dengan demikian kita bisa mempunyai pertanggungjawab diri dan semangat yang rendah hati di hadapan Tuhan. Jika kita tidak mengerti anugerah Allah tidak heran dunia ini menjadi rusak. Ketiga, jika kita mengerti anugerah kita tahu anugerah itu bukan anugerah murahan. Banyak orang pikir jika anugerah itu diberikan cuma-cuma itu berarti barang yang tidak ada harganya. Ini keliru. Memang dunia banyak contoh seperti itu. Ini wajar karena dunia kita penuh dengan orang-orang egois. Dan orang egois tidak mau memberi barang yang bagus. Tetapi berbeda dengan Tuhan. Tuhan memberi contoh yang paling konkrit, dia beri anugerah yang paling besar. Alkitab mengajarkan anugerah yang diberikan kepada kita dikerjakan dengan pembayaran harga yang paling mahal yaitu darah Anak Tunggal Allah sendiri. Semua anugerah yang sudah diberikan kepada kita dikerjakan bukan dengan harga yang murah melainkan melalui pengorbanan Anak-Nya Yang Tunggal yang telah mati untuk kita. Ini adalah anugerah yang terlalu mahal yang harus dan bisa dikerjakan di tengah dunia. Dan ketika manusia mau mengerti anugerah dia tidak mungkin mengerti karena itu terlalu mahal. Alkitab mengatakan harganya dibayar bukan dengan emas dan perak tetapi dibayar dengan hidup Anak Tunggal Allah. Anugerah yang Allah berikan adalah merupakan ungkapan cinta kasih yang tidak ada ukurannya di seluruh dunia. Cinta yang begitu besar sehingga Alkitab mengatakan, "karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya Yang Tunggal supaya barang siapa yang percaya tidak binasa melainkan memperoleh hidup yang kekal." Kalimat ini bukan kalimat kosong. Allah sendiri telah mengirimkan Anaknya Yang Tunggal mati demi menyelamatkan kita yang harusnya dimurkai oleh Tuhan. Anugerah Allah adalah anugerah yang telah terbukti bukan sekedar kata-kata bahwa Allah mengasihi kita. Tuhan ingin kita belajar mencintai Dia mengasihi Dia dengan segenap hati kita dengan segenap akal budi kita, segenap kemampuan kita dengan seluruh keberadaan kita. Saudara, jika hari ini kita telah belajar bahwa Tuhan begitu mengasihi kita. Masalahnya sekarang, seberapa jauhkah kita berespon terhadap kasih Allah? Hari ini kalau kita boleh belajar dan mengerti anugerah Tuhan yang begitu besar mari kita belajar berespon untuk anugerah itu. Berespon terhadap cinta kasih Tuhan dengan tepat. Belajar bercermin dengan cinta kasih Dia. Maukah saudara. Amin! 108 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 A An nu ug ge erra ah h,, iim ma an nd da an nK Ke es se ella am ma atta an n Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 8 Efesus 2:8-9 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, 9 itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. merupakan berita yang sangat penting di dalam kekristenan. Kedua ayat ini dapat dikatakan sebagai finalitas dari berita Injil, yang membedakan kekristenan dari agama maupun filsafat apapun yang ada di dunia. Gereja ada dalam dunia jawabannya terdapat di ayat 8-9. Efesus 2:8-9, "Karena kasih karunia kamu diselamatkan melalui iman itu bukan hasil usahamu tetapi pemberian Allah." Efesus 2:8-9 merupakan berita terpenting yang tidak mampu di jawab oleh siapapun. Efesus 2:8-9 Namun ayat 8-9 ini tidak bisa dilepaskan dari ayat 1-7. Berita ayat 8-9 merupakan konklusi dan juga merupakan tindakan anugerah Allah untuk menjawab kesulitan dari ayat 1-3. Sedangkan ayat 4-7, berkenaan bagaimana Allah yang penuh dengan rahmat memberikan anugerah. Ada beberapa hal yang kita akan pikirkan sehubungan dengan ayat 8-9. Pertama, Anugerah di dalam ayat 8 ini bukan sembarang anugerah. Alkitab mengatakan, "Karena anugerah kita diselamatkan." Berita ini menjadi berita penting di mana finalitas kekristenan berhenti di sini. Dan ini juga berhubungan dengan pertanyaan paling mendasar yaitu: "Siapa manusia? dan "Manusia mau ke mana?" Pertanyaan ini berusaha dijawab oleh semua agama dan semua filsafat yang ada di dunia. Dan ini juga menjadi pertanyaan yang serius di dalam hati kita. Salahkah orang Kristen jika mempertanyakan pertanyaan ini? Tidak! Orang Kristen boleh membuat pertanyaan yang sangat kritis. Mempertanyakan pertanyaan yang kritis tidak salah. Tapi bagaimana mendapat jawaban dari pertanyaan tersebut itu yang menjadi masalah. Jadi, pertanyaannya tidak salah tetapi jawabnya itulah yang salah. Di sini kita melihat, manusia yang tidak tahu dirinya siapa, bertanya kepada dirinya sendiri. Jadi yang tidak memiliki jawaban bertanya kepada diri yang tidak memiliki jawaban. Yang celaka, kita yang tidak tahu diri kita siapa, justru memberi kepastian jawaban. Jadi, yang seharusnya berhak menjawab adalah yang punyak hak untuk menjawab. Dalam hal ini, hanya Tuhan yang berhak menjawab, karena Dialah dasar kebenaran itu sendiri. Ketika manusia mau berusaha tahu manusia berdasarkan diri yang tidak mengenal diri maka manusia tidak bisa menemukan jawaban yang tuntas. Salah satu kelemahan dan ketidakmampuan manusia untuk mengenal dirinya adalah ketika manusia berusaha mencari tahu manusia. Padahal manusia sudah berada di dalam keadaan rusak total setelah jatuh ke dalam dosa. Hanya kembali kepada Alkitab manusia baru bisa mengenal dirinya sendiri. Alkitab mengatakan manusia sudah mati di dalam dosa. Bahkan manusia bukan hanya mati tetapi juga sudah dibelenggu oleh kuasa kematian yaitu kuasa dosa yang menjadikan dia menjadi budak dosa. Pikirannya adalah pikiran yang 109 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 berdosa. Hidup di dalam hawa nafsu dosa yang menjadikan dia budak dosa. Tidak ada kemungkinan bagi manusia untuk bisa melepaskan diri kuasa dosa. Ini adalah fakta yang harus kita sadari! Sesudah membicarakan ini, barulah Paulus membicarakan Ef 2:8-9, "Karena anugerah kamu diselamatkan." Ayat ini menjawab problematika yang paling serius yaitu kematian. Mati adalah proses destruksi yang menuju pada kehancuran. Paulus mengatakan bahwa di dalam dirinya kondisi mati terus menggerogoti dia menuju kepada penghancuran total. Kondisi ini membawa manusia hanya pada satu jawaban yaitu menuju kepada kematian yang kekal. Itu sebabnya jika manusia tidak kembali kepada Allah betapa mengerikannya hidup manusia. Paulus dalam Ef 2:4, membuka satu rahasia besar yaitu Allah yang penuh dengan rahmat mengirimkan Kristus ke dalam dunia untuk mati menebus manusia. Inilah urgensi kekristenan di tengah dunia. Kekristenan bukan salah satu agama di antara sekian banyak agama yang ada juga bukan salah satu pemikiran filsafat di tengah pemikiran filsafat yang ada. Kekristenan adalah satu-satunya agama, satusatunya pikiran filsafat yang bisa menjawab dan menyelesaikan problematik yang paling berat bagi manusia. Alkitab mengajarkan bahwa manusia berada di dalam kondisi mati. Di dalam situasi ini firman Tuhan lebih lanjut mengajarkan bahwa Allah, karena kasih-Nya yang begitu besar telah mengirimkan anakNya Yang Tunggal, supaya barang siapa yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh 3:16). Ini merupakan masalah yang serius, karena begitu seriusnya, Anak Tunggal Allah sendiri, harus datang ke dalam dunia dan mati bagi orang berdosa. Berita ini memang sulit dimengerti oleh manusia. Mengapa? Karena anugerah Allah menyelamatkan kita melalui iman itu adalah pekerjaan Allah bukan usaha manusia. Manusia hidup di tengah dunia yang telah dipengaruhi oleh humanisme, egoisme, evolusionisme merasa bahwa manusia harus berjuang. Demikian juga berjuang untuk memperoleh keselamatan sedang kekristenan tidak demikian. Kekristenan mengajarkan keselamatan itu mutlak anugerah dari Allah bukan berdasarkan usaha manusia. Tidak ada satu unsur manusiapun yang bisa menyelamatkan manusia. Alasannya, karena manusia yang mati tidak mungkin bisa berespon. Hanya berdasarkan anugerah Allah kita baru dapat berespon, dihidupkan dan dibangkitkan. Di sini kita melihat mengapa keselamatan Kristen berbeda dari orang dunia. Orang dunia tidak pernah bisa mengerti esensi manusia yang sudah jatuh dalam dosa. Orang yang mati tidak mungkin bisa mengerti firman Tuhan kecuali orang tersebut dibangkitkan oleh Allah. Waktu orang tersebut dibangkitkan oleh Allah berarti orang tersebut dalam kondisi pasif total. Dengan dasar ini tidak satu orang Kristen yang sejati, menyombongkan diri, karena dia sadar ketika diselamatkan itu mutlak karena anugerah Tuhan. Efesus 2:8-9 mengatakan, "Itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu, jangan ada orang yang memegahkan diri." Kedua, kita diselamatkan bukan hanya unsur anugerah, tetapi kita juga diselamatkan melalui iman. Dalam Efesus 2:8, "… oleh iman…." Lebih tepat seharusnya melalui iman. Kedua kata ini - oleh atau melalui - jika digunakan di dalam ayat 8 memiliki arti yang berbeda. Jika saya diselamatkan oleh iman itu berarti iman menjadi pelaku penyelamat. Jadi, waktu saya mengatakan saya diselamatkan oleh iman itu berarti iman memiliki kuasa besar untuk menyelamatkan saya. Jadi iman itulah pelakunya. Imannya itulah tuhannya. Inilah yang menjadi kesalahan fatal dari pada konsep faith movement. Alkitab mengatakan, ‘tidak!’ Kita diselamatkan bukan oleh iman tetapi melalui iman. Artinya iman itu menjadi jalur keselamatan yang dipakai oleh Tuhan untuk menyelamatkan kita. Mengapa ini penting? Karena di sinilah seringkali terjadi konflik yang membuat kita tidak sadar apa yang sedang terjadi di dalam diri kita ketika kita bertobat. Di satu pihak yang mau percaya dan bertobat adalah saya. Jadi kesimpulannya karena saya yang mau bertobat dan beriman, tetapi tidak, iman dan pertobatan hanyalah menjadi saluran belaka. Kita bisa beriman dan bisa 110 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 bertobatpun itu merupakan pemberian Allah. Jadi iman itu sendiri adalah instrumen yang Tuhan pakai untuk kita bisa diselamatkan. Dan iman ini sendiri diberikan oleh Tuhan Allah. Iman bukan hasil usaha kita, bukan kehebatan manusia, bukan kemampuan manusia untuk berjuang, bukan sesuatu yang menjadi modal manusia untuk mendapatkan keselamatan tetapi iman adalah pemberian Tuhan. Biarlah ini boleh menyadarkan kita, jika kita bisa berimanpun, itu adalah pemberian Tuhan. Iman adalah sarana yang Tuhan berikan untuk kita bisa bersekutu kembali dengan Tuhan. Jadi, kita diselamatkan karena anugerah melalui iman, ini bukan usaha manusia! Jika demikian bagaimana seharusnya kita berespon kepada Tuhan. Pertama, kita tidak bisa sombong di hadapan Tuhan. Kita harus hancur di hadapan Tuhan, tunduk betulbetul di hadapan Tuhan dan mengakui Dia di dalam hidup kita. Dialah Allah kita, hanya kepada Dia-lah kita taat. Kedua, kita rela dipakai untuk memberitakan Injil di sekeliling kita. Mari kita rela dipakai oleh Tuhan untuk mengajak lebih banyak lagi orang yang belum Kristen untuk mendengar firman Tuhan dan memberitakan Injil keselamatan. Saudara biarlah Tuhan memakai kita menjadi saluran berkat bagi orang lain. Akhirnya, jika kita sudah diselamatkan, biarlah kita boleh berkata, "Tuhan, jika Engkau sudah memberikan anugerah yang begitu besar kepadaku, sekarang biarlah aku boleh dipakai oleh Tuhan untuk menjadi hamba-Mu sepenuh waktu." Biarlah ini sungguh-sungguh menjadi tekad kita di hadapan Tuhan. Maukah saudara? Amin! 111 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 P Pe errjja an njjiia an nK Ke errjja a Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: Efesus 2:9-10 9 itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. 10 Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya. ini menjadi bagian konklusi dan penutup dari Efesus 2:1-10. Banyak orang khususnya dari kalangan Injili berhenti hanya pada ayat 8 yaitu hanya dalam konteks keselamatan yang jawabnya ada di dalam ayat 8. Ini tidak salah, memang kita memerlukan keselamatan namun jika kita hanya berhenti pada ayat 8, ini merupakan kesalahan yang fatal. Tidak heran konsep ini mengakibatkan semua kehidupan gereja, semua pelayanan gereja hanya diarahkan untuk menuju satu titik yaitu bagaimana saya bisa diselamatkan. Akibatnya gereja menjadi lumpuh dan tidak menjalankan apa yang Tuhan mau. Efesus 2:9-10 Namun, Alkitab tidak hanya berhenti pada ayat 8 tetapi sampai pada ayat 10. Di dalam Ef 2:10, Tuhan tidak hanya menyelamatkan kita. Keselamatan bukan titik akhir. Di dalam ayat 9-10 Paulus mulai bermain kata dengan mengatakan kalau kamu diselamatkan jangan sombong itu bukan hasil kerjamu tetapi hasil kerja Allah. Kita dikerjakan di dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Di sini kerja dikontraskan bukan kita yang berinisiatif. Tapi kerja kita adalah hasil inisiatif Allah. Setelah itu Tuhan menuntut kita untuk kerja yang baik yang sudah dipersiapkan Allah sebelumnya. Penjelasan ini memberikan kepada kita totalitas dari inti panggilan kita sebagai manusia. Berdasarkan konsep ini kita mengerti siapa sebenarnya manusia dan apa maksud Tuhan ketika kita diselamatkan. Jawabnya di dalam theologi reformed dikenal dengan istilah Covenant of work. Kita diselamatkan bukan titik akhir dari tujuan hidup kita melainkan kita diselamatkan untuk mengerjakan pekerjaan baik yang sudah dipersiapkan Allah sebelumnya. Inilah misi kerja yang menjadi panggilan Tuhan pada kita. Jadi kita dipanggil untuk bekerja. Konsep ini sudah ada sejak manusia belum jatuh dalam dosa (lihat Kej 2:15) yaitu Tuhan mencipta kita untuk bekerja. Jadi kerja adalah keharusan. Menghentikan orang dari bekerja berarti membuat orang mati. Masalahnya, kerja seperti apa yang harus kita kerjakan? Jawabnya di sini kita harus kembali kepada Tuhan tentang kerja. Apakah kerja? Banyak orang bekerja namun tidak tahu definisi kerja. Alkitab memberikan kita definisi kerja yang sangat baik. Kerja adalah menggenapkan rencana Allah di dalam hidup kita (work is accomplishing God in us). Jadi kerja adalah bagaimana saudara dan saya menggenapkan apa yang Tuhan persiapkan untuk Tuhan kerjakan melalui kita sampai selesai. Pengertian kerja ini sangat mempengaruhi seluruh filosofi kerja kita. Jadi apa pengertian kita tentang kerja itu sangat mempengaruhi bagaimana kita bekerja. Bekerja bukan karena sesuap nasi. Bekerja juga bukan karena uang dan yang terakhir bekerja juga bukan karena tanggung jawab terhadap pekerjaan. Memperbudak diri kepada apa yang ada di bawah kita ini merupakan satu 112 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 kesalahan yang akhirnya membuat kita hidup stres. Saudara, ketika kita melakukan pemilihan kerja, kita harus mempertimbangkan apa yang harus kita kerjakan dan dengan cara demikian kita tahu bekerja bukan dengan motivasi yang salah tetapi kembali kepada inti yang benar. Pertama, berkenaan dengan True order atau ordo yang tepat. Alkitab mengajarkan bukan kita yang kerja melainkan Allah yang kerja sehingga kita harus reaktif terhadap pekerjaan Allah. Kita hanya mengerjakan apa yang boleh diturunkan oleh Tuhan. Sumber kerja adalah Tuhan, yang menurunkan kerja adalah manusia. Ini perbedaan antara apa yang diajar Allah dengan apa yang diajar dunia dan agama lain. Agamaagama lain mengajar tuhan atau dewanya bereaksi lebih dahulu. Jadi saya beraksi baru tuhan atau dewa bereaksi. Saya bertindak maka tuhan yang menjawab. Contoh misalnya cerita tentang Elia dengan nabi-nabi baal. Juga di Tiongkok Confusius sangat memikirkan hal ini. Confusionisme bukan agama melainkan satu filsafat. Di dalam Confusius asli sangat memikirkan relasi antar manusia. Confusius menegakkan 5 (lima) relasi dan di dalam lima relasi ini seluruhnya berbentuk struktur atas bawah. Confusius mengajarkan bagaimana relasi atas bawah secara tepat walaupun akhirnya Confusius gagal, karena ketika membicarakan relasi relatif ia tidak memiliki acuan mutlak. Bawah ke atas harus taat dan setia. tetapi di dalam praktek antara yang di atas dengan yang di bawah sama secara status. Ini menjadikan kekacauan antara status dan ordo sehingga menimbulkan eksesnya di dalam relasi yaitu selalu terjadi penindasan antara atasan terhadap bawahan. Di dalam sejarah kebudayaan Tiongkok kita melihat selalu sifat ini muncul di mana atasan selalu menekan bawahan. Jika kita hanya mengerti ordo dari sudut relativitas kita akan terjebak ke dalam kerusakan kekacauan pemikiran antara ordo dengan status. Ordo yang sejati adalah melihat bagaimana saya mengaitkan diri dengan Allah. Di mana Allah menjadi sumber dan saya menjadi reaksinya. Cara seperti ini baru membuat kita mempunyai konsep yang tepat untuk kerja. Jika kita bekerja jangan kita berpikir bahwa ini pekerjaanku, ini hasil kerjaku. Semua yang bisa kita kerjakan, kita lakukan itu adalah karena Tuhan yang memberi anugerah. Semua yang ada di tangan kita bukan milik kita. Semua yang kita miliki merupakan anugerah dari Tuhan. Jadi jika kita bisa bekerja dan bisa melayani itu semua adalah anugerah Tuhan. Dan tugas kita adalah menggenapkan apa yang Tuhan mau saya kerjakan. Kedua, bukan hanya true order (ordo yang sejati), tetapi yang kedua Alkitab mengatakan "Kamu harus mengerjakan pekerjaan baik yang dipersiapkan Allah sebelumnya." Beberapa Minggu yang lalu kita sudah membahas tidak ada pekerjaan baik yang bisa menyelamatkan kita baik secara logika maupun berdasarkan Alkitab. Jika demikian apakah berarti tidak ada pekerjaan baik? Bukankah Alkitab baru saja mengeluarkan istilah pekerjaan baik. Benar, tetapi Alkitab menyatakan kalimat ini pada bagian akhir dari Efesus 2 ini. Pekerjaan baik di sini bukan agar kita diselamatkan melainkan sesudah kita diselamatkan. Kalimat "pekerjaan baik" di sini menunjukkan ada pekerjaan yang tidak baik. Dan bekerja yang baik bukan berarti menurut kita baik menjadi baik. Tetapi kerja yang baik adalah kerja yang sudah dipersiapkan Allah sebelumnya. Dia mau supaya kita hidup di dalamnya. Jadi kalau demikian apakah kebajikan yang sejati itu? Baik yang sejati di dalam kerja bukan kita yang menentukan. Kebajikan asli adalah ketika itu ditetapkan oleh Tuhan. Jika Tuhan mengatakan itu pekerjaan baik maka itu pekerjaan baik. Dan yang Tuhan katakan tidak baik itu tidak baik. Ini bukan hanya dalam urusan sekuler melainkan juga bagaimana kita bekerja di dalam pekerjaan Tuhan. Jangan kita pikir kalau kita melayani, melayani itu baik, tidak semua. Baik terdiri dua macam di mana baik yang sejati harus ditentukan oleh Tuhan yang menentukan, kebaikan bukan baik 113 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 menurut apa yang kita pikir baik. Jika kita mengerjakan apapun menurut rencana, sudut pandang dan acuan dari Tuhan untuk kita bekerja maka itu baru baik. Tetapi kalau kita melihat baik dari sudut pandang kita maka kita akan tertipu. Marilah kita belajar bergumul di hadapan Tuhan untuk mengerti baik yang asli berdasarkan acuan yang sejati. Ketiga, bukan hanya true order, true goodness tetapi juga true work. Kerja yang sejati. Jika ada kerja yang sejati berarti ada kerja yang tidak sejati. Tuhan menginginkan kita bekerja dengan cara kita kerja adalah bekerja seperti yang Tuhan mau kita bekerja. Baru itu dinamakan mengerjakan pekerjaan Tuhan. Bekerja bukan kerja menurut apa yang kita mau itu bukan kerja yang sejati. Kerja yang sejati adalah menggenapkan apa yang Tuhan mau kita kembali kepada rencana Allah. Barulah kerja kita bisa berjalan secara temporer. Kalau kita bekerja di dalam temporer waktu berdasarkan konsep temporer waktu kita akan rusak. Itu sebabnya konsep temporer waktu harus dikembalikan kepada kekekalan sebagai acuan daripada temporer waktu. Sehingga penggenapan totalitas itu akan terjadi di dalam waktu. Dengan demikian penggenapan daripada rencana dinamika sementara itu kembali bereferensi kepada kekekalan Allah. Maksudnya apa yang sudah dipersiapkan Allah sebelumnya Dia mau menggenapkan itu. Dan penggenapan ini dijalankan di dalam dinamika waktu dan perjalanan di dalam dinamika waktu ini harus kembali kepada rencana kekal Allah. Jika kita bekerja dengan prinsip seperti ini baru seluruh kerja kita mempunyai nilai yang luar biasa indah. Biarlah ketika kita bekerja, pekerjaan itu harus kembali untuk kemuliaan nama Tuhan sehingga waktu kita kerja kita tidak stres. Biarlah waktu kita bekerja kita boleh bertanya: Kerja buat apa? Mau apa? Dan cari apa? Saudara biarlah kita selalu siap kalau Tuhan memberi kerjaan apa (always keep available). Saya rasa kita perlu belajar semangat ini terus menerus. Tapi jangan cari kerjaan sendiri. Saudara saya mengharapkan setiap kita bisa memikirkan apa yang Tuhan mau. Dan hanya keep available mau mengerjakan apa yang Tuhan perkenankan kita kerjakan. Sejauh yang Tuhan mau kembangkan itu jangan tolak itu harus dikerjakan. Tetapi kalau Tuhan tidak memimpin, tidak perlu cari kerjaan. Kita juga harus cari kerja dengan acuan yang tepat. Sehingga akhirnya kita tidak sibuk untuk hal yang tidak ada artinya. Pertanyaannya adalah terakhir setelah selesai bagaimana? Saya bertanggung jawab semua apa yang Tuhan tanggungjawabkan kepada kita. Menggenapkan pekerjaan baik yang bisa kita genapkan secara total untuk kemuliaan nama Tuhan. Dengan semua hasilnya kembali kepada Tuhan, karena memang itu yang Tuhan suruh. Saudara, mari kita gumulkan kembali seluruh etos kerja kita dan seluruh filsafat kerja kita. Mari kita bereskan sehingga kehidupan kita tidak diganggu oleh hal-hal yang tidak perlu. Biarlah kita boleh bekerja secara tepat dan itu menjadikan kita hidup lebih bernilai. Minggu depan kita akan masuk lagi ke dalam detail tentang kerja supaya ide kita tentang kerja lebih kokoh lagi. ini membicarakan misi panggilan yang paling sentral dan paling krusial dari hidup manusia. Siapakah manusia? Mengapa manusia ada? Untuk apa manusia ada di sini? Kemanakah perjalanan hidup manusia? Pertanyaan ini merupakan pertanyaan yang penting. Manusia tidak sekedar ada dan mereka ada bukan hanya untuk cari uang. Alkitab mengatakan manusia berada dalam kondisi mati. Ini menjadi jawaban yang paling sulit dimengerti oleh manusia. Mati di sini bukan sekedar mati, bukan berarti berhenti berproses tetapi mati adalah proses di mana ia sudah tidak mampu lagi mengalami perlawanan terhadap proses luar yang menghancurkan diri. Proses kematian adalah di mana kuasa kematian sedang menghancurkan manusia baik secara fisik maupun secara rohani, baik secara fenomena maupun nomena, baik secara tampak muka maupun secara essensial di mana manusia sedang menuju kepada pemisahan total antara dia dengan sumber hidup-Nya. Tidak ada perbuatan baik apapun yang bisa kita kerjakan untuk Efesus 2:10 114 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 mendapatkan kehidupan kekal kecuali sebagaimana yang dikatakan dalam Ef 2:6-9. Hanya melalui anugerah kita bisa diselamatkan melalui iman kepada Yesus Kristus yang telah menghidupkan kita kembali. Inilah satu-satunya jalan bagi penyelesaian dosa manusia. Keselamatan bukan titik akhir hidup manusia tetapi justru titik awal kehidupan baru kita. Sesudah dihidupkan kembali maka Tuhan mempunyai rencana yang indah bagi manusia. Dalam Ef 2:10, Tuhan mau kita kembali kepada status yang seharusnya seperti ketika manusia belum jatuh dalam dosa. Di dalam Kej 2:15 Tuhan mengatakan, "Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam Taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu." Dalam teologi reformed ini disebut The covenant of work (Perjanjian Kerja). Perjanjian kerja ini ditentukan oleh Tuhan di dalam mengikatkan diri dengan manusia. Ini berarti manusia mempunyai status yang unik di hadapan Tuhan yang tidak dimiliki oleh binatang. Jadi manusia dicipta oleh Tuhan untuk menggenapkan apa yang Tuhan ingin manusia kerjakan. Di sini berarti ada satu ordo atau urutan. Mengerti ordo ini menjadikan kita tidak bingung di tengah perjalanan hidup kita. Demikian juga ketika kita diselamatkan, Tuhan memanggil kita untuk kembali mengerjakan pekerjaan baik yang sudah dipersiapkan Allah sebelumnya. Allah mau kita hidup di dalamnya. Berkenaan dengan hal ini kita harus masuk ke dalam pengertian kerja yang sesungguhnya. Di sini ada tiga hal yang harus kita pikirkan: Pertama, misi kerja dari Covenant of work itu apa? Ketika kita diselamatkan, Allah sudah mempunyai pekerjaan baik yang sudah dipersiapkan Allah sebelumnya. Dan Ia mau kita ada di dalamnya. Kalimat ini menunjukkan semua pekerjaan yang kita boleh kerjakan dan mungkin kerjakan itu harus dikonfirmasikan apakah itu cocok. Di dunia ini banyak pekerjaan tetapi kerja manakah pekerjaan baik yang dipersiapkan Allah untuk saya, saudara dan kita semua. Untuk mengerti ini seringkali kita menghadapi kesulitan karena pemikiran kita selalu dualistik. Jika ditanya kerja itu apa? Jawabnya ada dua bagian. Kerja terdiri dari dua kelompok yaitu satu kelompok rohaniawan dimana mereka bekerja sebagai rohaniawan, mereka masuk seminari dan hidup sebagai biarawan atau biarawati dan memikirkan masalah rohani. Kelompok lain disebut layman atau kelompok awam yaitu orang-orang yang tidak menyentuh wilayah teologi tetapi berkecimpung dalam wilayah sekuler seperti dokter, insinyur, ekonom, bisnisman, hukum dsb. Kelompok ini tidak boleh membaca Alkitab. Sebaliknya wilayah rohaniawan juga tidak boleh jadi manajer atau seorang profesional. Pengelompokan ini didobrak habis oleh Reformasi sehingga dewasa ini pembedaan secara struktural sudah tidak ada termasuk di dalam Roma Katolik sendiri. Namun dalam kehidupan kita, perbedaan ini tetap masih ada. Sebagai contoh orang yang ingin masuk sekolah teologi bergumul luar biasa sedangkan yang ingin kuliah di dunia sekuler seringkali mereka tidak bergumul, hanya mencari mana tempat yang bisa membuat dia sukses dalam arti bisa mendapatkan uang yang banyak. Tidak heran banyak orang bekerja namun tidak tahu apa yang Tuhan mau kita kerjakan di dalam dunia kerja kita. Karena konsep dualisme ini masih mencengkeram dalam hati orang Kristen. Alkitab mengatakan tidak! Semua pekerjaan sama dan setiap bidang merupakan panggilan Tuhan untuk kita kerjakan. Kita adalah orang Kristen yang ditempatkan atau dipanggil oleh Tuhan di bidang kita masing-masing. Di dunia ekonomi, konglomerat, politik, hukum, sosial dsb. Sebagai orang Kristen yang Tuhan panggil, saya harus mengerjakan bidang ini seperti yang Tuhan mau. Dengan demikian panggilan kita jelas. Siapa saya? Saya adalah anak Tuhan yang dipanggil di bidang pekerjaan yang sudah Tuhan persiapkan untuk saya kerjakan. Jika kita mengerti ini maka sejak kita studi sampai kita bekerja kita tidak bekerja menurut apa yang dunia mau tetapi menurut apa yang Tuhan siapkan untuk saya kerjakan. 115 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Kedua, nilai kerja. Waktu kita bekerja siapa yang menjadi penilai kerja kita? pekerja dibanding dengan pekerjaan, mana yang lebih tinggi? Jawabnya adalah pekerja. Ini harus jelas sesuai dengan ordo yang Tuhan inginkan, baru sesudah itu pekerjaan. Jadi urutannya adalah Tuhan, pekerja dan pekerjaan. Kemudian di tengah-tengah dunia kerja, siapa yang menilai kita? Pekerjaan yang menilai kita atau kita menilai pekerjaan, kita diatur pekerjaan atau kita mengatur pekerjaan. Banyak orang bekerja tidak berdasarkan nilai kerja yang sejati karena dia tidak tahu siapa yang berhak menilai pekerjaannya. Akibatnya dia menjadi budak dari pekerjaan dan dia tidak bisa keluar karena dikunci oleh pekerjaannya. Di sini terjadinya kebingungan posisi karena tidak tahu bagaimana menilai posisi dan bagaimana menetapkan nilai kerja. Tidak heran, banyak orang Kristen yang bertanya-tanya sebetulnya ketika dia bekerja siapa yang menilai hasil kerjanya. Ketika saya bekerja saya tidak mau mencantumkan honor saya karena memang itu bukan hak saya. Itu adalah hak pimpinan saya. Tugas saya adalah bekerja mempertanggungjawabkan pekerjaan saya di hadapan Tuhan. Itu hak saya dan itu tanggung jawab saya. Selebihnya biar pimpinan bertanggungjawab. Banyak orang kerja hari ini hanya memikirkan berapa besar gaji dan fasilitas yang dia peroleh. Cara seperti ini membuat kita terjual kepada pekerjaan kita. Seolah-olah pekerjaan itulah yang membeli diri kita dan akhirnya kita menjadi budak dari pekerjaan itu. Kita perlu mengerti bahwa kita bekerja di perusahaan karena tanggungjawab kita di hadapan Tuhan. Dan tugas kita mengerjakan sebaik mungkin, apa yang Tuhan mau kita kerjakan. Kita jangan mau menjadi budak perusahaan atau budak kerja. Banyak orang Kristen dewasa ini begitu lemah karena dia sudah gagal mengerti prinsip dan etos kerja Kristen. Pekerjaan itu budak kita dan kita yang seharusnya menguasai pekerjaan. Jika kita sampai dikuasai oleh pekerjaan maka Tuhan akan ditempatkan paling bawah oleh kita. Dalam kasus seperti ini kita harus kembali, tahu nilai kerja kita di mana? Siapa yang menentukan kita berhasil atau tidak? Nilai kerja kita sangat ditentukan oleh Tuhan yang menilai kerja kita. Jadi penilaian kerja kita tidak dilihat berapa gaji kita, berapa banyak fasilitas yang kita dapatkan tetapi nilai kerja kita sangat ditentukan oleh apa yang Tuhan mau kita kerjakan dan kita bertanggung jawab di hadapan Tuhan. Itulah inti pertama dari panggilan kerja kita. Sedangkan honor yang kita terima merupakan reward atau upah yang Tuhan perkenankan kita nikmati sebagai bagian tanggung jawab yang kita sudah kerjakan dihadapan Tuhan. Tuhan mengatakan bahwa setiap kerja ada upah yang Tuhan berikan. Tuhan tidak bermain-main dalam hal ini (bc. Roma 4). Di dalam kekeristenan kalau kita memiliki etos kerja yang baik di hadapan Tuhan kita tidak pernah takut untuk kerja kita. Ketiga, keindahan dan kenikmatan kerja. Jika kita bisa bekerja seperti ini, itu menjadikan kita sungguhsungguh nyaman dalam bekerja. Satu pekerjaan yang bisa kita nikmati dalam kebahagiaan yang indah. Kerja itu bukan beban tetapi kerja merupakan satu kenikmatan. Jika kita bekerja, kerja menjadi satu panggilan dan itu membuat kita kuat. Seringkali di dalam banyak aspek kita kerja menghadapi tekanan yang besar sekali tapi waktu kita ingat bahwa kita kerja karena panggilan Tuhan yang mau kita kerja di dalamnya itu membuat kita bisa bertahan dalam bekerja. Di tengah-tengah krisis seperti sekarang ini kalau kita bekerja berdasarkan pemikiran kita sendiri, kita akan tegang tetapi kalau kita tahu kita bekerja karena Tuhan panggil kita di situ, kita akan tenang. Krisis boleh datang tetapi jika kita sadar bahwa kita bekerja sedang menggenapkan apa yang Tuhan mau kita kerjakan, kita akan tenang. Dengan demikian kita tidak perlu takut karena kita tahu Tuhan yang memiliki pekerjaan untuk setiap kita. Dia mau kita hidup di dalamnya. Itu kuncinya! Jika kita hidup di dalam seluruh misi kerja yang sudah dipersiapkan Allah sebelumnya, akankah kita kehilangan seluruh enjoy dalam kerja? Akankah kita kehabisan pekerjaan? Tidak mungkin! Apabila selesai apa yang Tuhan tetapkan maka kita kembali kepada Bapa. Ini 116 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 adalah kenikmatan pekerjaan di hadapan Tuhan. Kalau kita kerja melawan apa yang Tuhan mau, hidup akan tegang sekali. Mari kita berjalan di dalam apa yang Tuhan mau, di dalam pola yang Tuhan mau. Kerja seperti ini nikmat sekali karena kita belajar menyerahkan pada Tuhan. Waktu kita bekerja, di mana Tuhan memimpin kita bekerja, kita akan benar-benar menikmati pekerjaan itu. Silakan Tuhan yang menilai kerja kita. Biarlah ini menjadi satu sukacita dan semua hasil, kita melihat Tuhan memimpin satu persatu langkah kita. Saya percaya di dalam krisis yang semakin berat kalau kita boleh belajar taat kepada Tuhan, kita tahu Tuhan masih mempunyai pekerjaan yang harus kita kerjakan asal kita mau setia kepada Tuhan. Alangkah rendah kalau kita kerja hanya demi sesuap nasi. Mari kita memiliki nilai yang lebih tinggi sehingga hidup kita jauh terangkat dan kesukacitaan kerja itu bisa kita nikmati. Saudara kiranya ini boleh menguatkan kita ketika kita menapaki hidup kita, sampai akhirnya menyelesaikan seluruhnya kita bisa mengatakan Tuhan ini aku, aku sudah selesaikan semuanya. Lalu Tuhan mengatakan: "Oh marilah ke sini hamba-Ku yang baik yang setia. Engkau sudah setia mengerjakan pekerjaan yang kuserahkan padamu. Mari masuklah ke dalam kebahagiaan tuanmu, mari kita bersama-sama menikmati keindahan kebahagiaan bersama tuanmu." Biarlah pada saatnya nanti kita selesai mencapai garis akhir dan kita bisa mendapatkan mahkota dari Tuhan. Inilah sukacita yang tidak ada bandingannya. Inilah nilai tertinggi yang mungkin kita capai ditengah sepanjang perjalanan hidup kita, jangan biarkan hidup anda dibuang sia-sia. Amin! 117 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 M Mu us sa ap pe em miim mp piin np piilliih ha an nT Tu uh ha an n Oleh: Pdt. Pieters K. Pindardhi Nats: 1 Keluaran 3:1-10 Adapun Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian. Sekali, ketika ia menggiring kambing domba itu ke seberang padang gurun, sampailah ia ke gunung Allah, yakni gunung Horeb. 2 Lalu Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api. 3 Musa berkata: "Baiklah aku menyimpang ke sana untuk memeriksa penglihatan yang hebat itu. Mengapakah tidak terbakar semak duri itu?" 4 Ketika dilihat TUHAN, bahwa Musa menyimpang untuk memeriksanya, berserulah Allah dari tengah–tengah semak duri itu kepadanya: "Musa, Musa!" dan ia menjawab: "Ya, Allah." 5 Lalu Ia berfirman: "Janganlah datang dekat–dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus." 6 Lagi Ia berfirman: "Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub." Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah. 7 Dan TUHAN berfirman: "Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat– Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah–pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka. 8 Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir dan menuntun mereka keluar dari negeri itu ke suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah–limpah susu dan madunya, ke tempat orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus. 9 Sekarang seruan orang Israel telah sampai kepada–Ku; juga telah Kulihat, betapa kerasnya orang Mesir menindas mereka. 10 Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat–Ku, orang Israel, keluar dari Mesir." Hari ini kita akan merenungkan satu topik tentang "Musa Pemimpin Pilihan Tuhan." Topik ini dapat dikembangkan lebih jauh berkaitan dengan bagaimana Allah memimpin orang-orang Kristen untuk melayani Dia dan menjadi hamba-hamba-Nya. Topik mengenai "Musa pemimpin pilihan Allah" itu dapat dikaitkan dengan bagaimana prinsip-prinsip yang terjadi dalam Allah memanggil Musa, jikalau dikaitkan dengan kita. Hari ini saya mengajak kita belajar lima alasan Musa yang hampir saja mengubur Musa. Alasan musa ini merupakan alasan yang hebat dan itu secara orisinil bisa juga muncul dalam benak kita yang kita pikir inilah alasan yang hebat namun setelah kita bandingkan dengan Musa ternyata alasan itu pernah 118 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 dipakai oleh Musa juga. Dan jikalau itu alasan hebat bagaimanakah Tuhan memberikan alasan yang tepat sehingga Musa akhirnya harus mengikuti apa yang Tuhan mau. Pertama, Musa merasa kurang mampu (Kel 3:10-11). Di dalam bagian ini kita melihat bagaimana jawaban Musa terhadap pertanyaan Tuhan. Jawaban Musa terhadap Tuhan merupakan suatu pertanyaan retoris yang seolah-olah suatu pertanyaan yang sulit bagi Tuhan. Di sini alasan yang pertama yang Musa berikan adalah Musa merasa kurang mampu. Hal ini dapat kita mengerti, karena pada waktu seseorang memasuki usia yang kira-kira melebihi 50 tahun maka secara biopsikososial ia tidak mengalami kebugaran lagi atau biopsikososial itu hampir tidak ada lagi. Jadi kebugaran secara biologis, secara psikologis, secara sosiologis itu mengalami pengurangan yang banyak sekali. Seorang ahli mengatakan seorang yang berusia 50 tahun ke bawah 10% nya mengalami sumbatan serotik di batang leher. Sumbatan ini akan mengakibatkan kekurangan pengurangan saluran darah ke otak dan itu akan mengakibatkan penurunan daya pikir. Dan 40% orang yang berusia 50 tahun ke atas mengalami penyumbatan semacam ini. Perhatikan Musa sudah berusia 80 tahun tatkala Tuhan memanggil sehingga dia merasa sudah tua, sudah rapuh dan sudah tidak berdaya. Siapa saya Tuhan? Ini merupakan satu ungkapan yang dilontarkan Musa kepada Tuhan yang seolah-olah logis dari sisi Musa. Waktu Musa memberikan sanggahan ini, apakah yang menjadi jawaban Tuhan? Tuhan menjawab, "Bukankah Aku akan menyertai engkau." Di sini waktu Musa mengungkapkan aku tidak mampu Tuhan, sanggahannya dihadapkan dengan keberadaan diri Allah. Kamu akan berhadapan dengan Firaun bukankah Aku menyertai engkau. Dengan demikian Tuhan sedang menegaskan diri dengan satu pribadi yang lebih besar daripada Firaun, yang lebih perkasa, lebih hebat daripada Firaun. Dan jikalau Musa mengatakan tugasku terlalu besar Tuhan membawa bangsa Israel, Tuhan juga mengatakan, "Lihatlah Aku, Aku menyertai engkau." Itu berarti Tuhan yang berkarya melalui hidup Musa. Lihatlah pribadi Tuhan, lihatlah Tuhan adalah Tuhan yang berkarya. Itu yang dimaksud Tuhan dengan jawaban ini. Jangan pandang dirimu yang merasa tidak mampu atau tidak berdaya, ada Tuhan yang berkarya melalui dirimu. Itu menjadi alasan yang cukup untuk engkau bergerak. Musa pasti menjadi gentar karena kalau kita lihat di pasal tiga dia dari seorang gembala sekarang dia dipanggil untuk menjadi pemimpin bangsa Israel dan harus memimpin orang yang begitu banyak. Ini tidak mudah! Tapi Tuhan mengatakan, "Bukankah Aku menyertai engkau? (ay 12) Di sini kita dapat menyimpulkan bahwa Allah adalah oknum yang ribuan tahun pakar di dalam menolong manusia." Hal ini harus menjadi kesimpulan dari setiap anak Tuhan dari jawaban terhadap Musa. Kedua, Musa merasa kurang mengerti (Kel 3:13). Sanggahan Musa yang kedua Musa merasa kurang mengerti, merasa kurang mampu. Musa berpikir kalau nanti dia bertemu dengan orang-orang apa yang harus saya katakan, Tuhan? Saya tidak tahu harus bicara apa? Setelah Musa memberikan sanggahan semacam ini. Tuhan memberikan jawaban kepada Musa, "Aku adalah Aku." D isini Allah memberikan solusi kepada Musa dengan menjelaskan tentang diri-Nya. Allah menjawab, "Aku adalah Aku." (I Am that I Am) Ini menunjukkan bahwa Allah merupakan keberadaan yang terus ada dan tidak berubah. Di dalam kalimat ini Allah mengatakan, "Inilah aku Allah yang tidak berubah di dalam janjiKu untuk menjaga umat keturunan Abraham ini, Aku yang tidak berubah di dalam rencana-Ku. Ini adalah ketidakberubahan yang menjadi ciri kesempurnaan Allah dan semua ini akan digenapi. Ketidakberubahan ini menjadi ciri kesempurnaan Allah yang diperkenalkan Allah kepada musa. Waktu Musa merasa kurang mengerti, 119 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 1. Tuhan memberikan pengertian tentang siapa diri-Nya? Allah menyatakan strategi-Nya (ay 15-16). Di sini Allah menyuruh Musa untuk menemui para tua-tua Israel di mana melalui mereka nanti diberikan dan dijabarkan hal yang Allah akan sampaikan. Dan Tuhan akan memberikan bimbingan untuk apa yang harus dia katakan. 2. Allah juga memberikan pengharapannya (ay 18). Kata ‘dan bilamana mereka mendengar perkataanmu’ di dalam ay 18 ini terjemahanan lain, "mereka akan mendengar perkataanmu." Ini solusi yang Tuhan berikan atas ketidakmengertian Musa. 3. Ketiga, Musa merasa kurang kredibilitas (Kel 4:1) Sanggahan ketiga Musa merasa kurang kredibilitas. good sense yaitu pengertian yang baik, logikalisasi yang baik yang sistematika yang tertata baik itu akan menolong orang akan memahami berita kita. 1. good motivation. Jadi waktu kita bicara mereka sadar bahwa itu untuk keuntungan mereka jikalu pendengar sadar sepenuhnya ini akan menjadi kekuatan pengaruh yang meyakinkan didalam pembicaraan kita. 2. good moral character yaitu pribadi yang berintegritas baik perkataan maupun tingkah laku itu menjadi satu kesatuan dan hidupnya menjadi seorang yang menunjukkan moralitas yang baik. Jikalau tiga hal ini dipadukan ini adalah hal-hal natural yang jikalau dibentuk dan dilatih akan menjadikan orang diyakinkan terhadap perkataan kita. Musa pada waktu itu berkata Tuhan saya ini kurang kredibilitas kalau mereka tidak percaya bagaimana? Musa belum pernah bertemu mereka tiba-tiba bertemu mereka lalu menyebut diri sebagai pemimpin. Kalau mereka tidak percaya bagaimana Tuhan? Secara natural Musa merasa tidak mempunyai syarat sebagai pemimpin mereka. Musa jawabannya dalam hal ini seolah-olah logis. Lalu jawaban Tuhan bagaimana dalam hal ini? Dalam Kel 4:2 Tuhan menjawab yang intinya Tuhan berkuasa untuk menolong secara supranatural. 3. Musa merasa tidak meyakinkan secara natural untuk dipakai oleh Tuhan, tetapi di mata Allah hal-hal natural tidak menjadi keterbatasan bagi Tuhan, karena Tuhan berkuasa menolong secara supranatural. Di dalam pelayanan kerajaan Allah hal-hal natural memang tidak cukup untuk melayani Tuhan perlu kuasa supranatural. Jadi apa yang dikemukakan oleh Aristoteles yang bersifat natural masih belum cukup, kita masih memerlukan hal yang supranatural. Apalagi waktu kita memberitakan firman Tuhan itu perlu pertolongan Roh Kudus. Tongkat menjadi ular itu baru mungkin jikalau kuasa supranatural Tuhan yang menolongnya. Keempat, Musa merasa dia tidak mampu bicara (Kel 4:10; Kel 6:29). Musa berpuluh-puluh tahun di Mesir menjadi gembala domba. Lalu sekarang dia harus mengurus bangsa Israel, manajemennya bagaimana, logistiknya bagaimana. Lalu bagaimana mengkoordinasi orang-orang dan tua-tua. Lalu nanti menghadap Firaun bagaimana? Tuhan saya tidak bisa bicara Tuhan. ini menjadi keluhan dari Musa. Ini jikalau kita pikirkan seolah-olah menjadi hal yang logis. Tuhan menjawab, "Siapakah yang membuat lidah manusia. Siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, yang membuat orang buta melihat. Bukankah Aku ini Tuhan. Oleh sebab itu pergilah aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau apa yang harus engkau katakan. 120 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Di sini prinsipnya, "Pergi dulu baru Tuhan akan mengajar engkau." Ini berkaitan dengan providensia allah di dalam pemerintahan Allah. Providensia Allah disini didefinisikan sebagai kekuatan Ilahi yang bekerja sama dengan hukum-hukumnya yang telah ditetapkan oleh Tuhan bekerja sama begitu rupa sehingga mencapai apa yang dikehendaki oleh Tuhan. Di dalam providensia Allah Tuhan akan menggarap. Tuhan mengatakan kepada Musa, "Pergi Aku akan menyertai lidahmu." Saudara mari kita juga mengambil tekad di hadapan Tuhan dan melibatkan diri lalu Tuhan akan menggarap itu. Jikalau tidak kita akan sepeti jemaat Korintus yang mubazir semua karunia dan akan menjadi kengerian pengajaran bagi jemaat di generasi berikutnya. Kelima, Di sini Musa merasa kurang berani (Kel 4:13). Di dalam bagian-bagian sebelumnya Tuhan sudah memaparkan diri-Nya, memaparkan strategi-Nya, memaparkan pengharapan-Nya dan sudah memaparkan cara Dia menolong secara supranatural. Lalu Musa masih mengatakan Tuhan itu semua masih tidak ada artinya buat aku. Utus orang lain saja. Pada titik inilah Tuhan marah sekali dengan Musa. Saudara, pada titik tertentu kadang-kadang kita memilih mana yang kita takuti. Musa harus memilih dia harus takut pada Firaun atau pada firman Tuhan. Pada waktu Tuhan murka baru Musa sadar dan pada detik itu Musa tidak bisa berdalih lagi. Tuhan sudah memberikan suatu prinsip-prinsip di mana kita harus mengambil sikap di dalam pelayanan. Jikalau tidak, pada saat tertentu Tuhan memberikan pilihan maka hanya ada dua kemungkinan Melayani Tuhan atau melayani diri. Melibatkan diri atau membuang diri. Saudara jikalau pada titik terakhir Tuhan tidak murka, Tuhan tidak marah ini akan menjadi pelajaran buruk bagi generasi berikutnya. Jikalau Tuhan sudah panggil seseorang Tuhan akan tuntut dan orang tersebut tidak mungkin lari dari Tuhan. Mengapa kita harus mengalami murka Tuhan lebih dahulu? Kenapa harus membangkang dan mengalami kesialan lebih dahulu? Alangkah baiknya kalau kita mau taat dan menggarap apa yang Tuhan mau kita kerjakan. Musa akhirnya mau karena dia sadar memang itu harus digarap. Musa memiliki visi dari Tuhan yaitu suatu pemahaman yang jelas tentang realita di depan yang seharusnya. Dibandingkan fakta sekarang yang membuat dia tidak rela dan bertekad untuk menjadi yang seharusnya sesuai dengan kehendak Tuhan. Visi adalah satu pemahaman tentang realitas di depan yang harus terjadi. Dan ketidakrelaan akan fakta sekarang menuntut diri untuk merealisir di kemudian hari. Ketika Musa memahami ini, maka dia mau melibatkan diri. Mari kita pikir hidup kita tahun ini. saya berdoa kiranya Firman Tuhan yang kita dengar pagi ini boleh menjadi kekuatan bagi kita untuk melayani Tuhan. Amin! 121 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 K Ke eb bu uttu uh ha an ny ya an ng g tte errb ba aiik ka an n Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 18 1 Korintus 1:18-22 Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah. 19 Karena ada tertulis: "Aku akan membinasakan hikmat orang–orang berhikmat dan kearifan orang–orang bijak akan Kulenyapkan." 20 Di manakah orang yang berhikmat? Di manakah ahli Taurat? Di manakah pembantah dari dunia ini? Bukankah Allah telah membuat hikmat dunia ini menjadi kebodohan? 21 Oleh karena dunia, dalam hikmat Allah, tidak mengenal Allah oleh hikmatnya, maka Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil. 22 Orang–orang Yahudi menghendaki tanda dan orang–orang Yunani mencari hikmat, Dewasa ini kita melihat dunia kita sudah kehilangan pengharapan. Semua yang dihasilkan dan dibanggabanggakan oleh dunia terbukti semua itu tidak ada apa-apanya. Di tengah situasi seperti ini Paulus dalam suratnya 1 Kor 1:18 mengatakan, "Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah." Bagi dunia, berita tentang salib ditertawakan dan dianggap kebodohan karena menurut mereka, "Bagaimana mungkin di tengah dunia ini, ada orang yang rela berkorban untuk menebus dosa orang lain?" Bagi mereka itu tidak masuk akal. Orang berdosa tidak pernah mungkin mengerti apa artinya dosa, dampak dari dosa, pengertian dan essensi dosa. Manusia berdosa tidak mungkin mengerti bagaimana cara lepas dari dosa. Bahkan manusia berdosa tidak mengerti apa artinya cinta kasih yang bisa menolong manusia keluar dari dosa. Akibatnya semua yang Allah kerjakan bagi manusia dianggap menjadi satu kebodohan yang tidak bisa dimengerti sama sekali oleh dunia. Dunia menertawakan berita Injil tentang salib dan bagi Paulus itu dapat dimengerti karena dunia mempunyai cara hidupnya sendiri. Tapi, abad 20 ini menunjukkan, semua yang sudah dicapai oleh manusia hanya berhenti di dalam aspek kegagalan yang begitu fatal. Setiap orang ketika meninggalkan kebenaran, mereka bukan melihat kebenaran yang sejati namun justru melihat kebenaran yang palsu. Di sini kita melihat dua aspek: Pertama, mengapa orang dunia menganggap bahwa berita salib atau Firman salib menjadi kebodohan? Apa sebenarnya yang ada dalam pikiran dan pengharapan mereka? Apalagi di tengah-tengah kebudayaan tinggi orang menjadi sulit mengenal kebenaran. Jawabnya, karena mereka merasa begitu sombong, merasa diri mereka mampu dan mereka membanggakan diri. Mereka lupa bahwa mereka hanya mengembangkan satu kreasi turunan dari Pencipta yang berkreasi asli yang menciptakan satu kreasi yang bisa berkreatifitas. Waktu kreatifitas turunan ini memutlakkan diri di sini dia sudah membuang kreatif kreator yang asli. Inilah yang membuat manusia lupa akan Tuhan. Pada waktu manusia menganggap dialah kemutlakan sejati, ini yang menjadikan dia gagal mengenal kemutlakan yang sejati seharusnya. Kemutlakan semu telah menggantikan kemutlakan yang sejati. Inilah essensi dosa yang paling mengerikan. 122 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Tapi mengapa ini dianggap sebagai kebodohan? Karena pada hakekatnya dunia tidak sadar bahwa dia yang bodoh dan ini yang tidak dimengerti oleh orang dunia. Jadi pada saat orang yang sebetulnya bodoh lalu menganggap sesuatu bodoh mungkin sekali itu justru dia yang bodoh. Di sini Paulus membukakan rahasia, ketika manusia berdosa memutlakkan diri dan mulai meninggikan diri pada saat itulah mereka gagal mengerti kebenaran. Itu sebabnya pada waktu firman Tuhan mengatakan kembalilah pada firman salib, kalimat ini menjadi satu kalimat inti yang menetapkan dan memisahkan manusia menjadi dua bagian. Jadi pada saat seseorang berespon kepada firman salib di situlah titik di mana menentukan orang tersebut bijak atau tidak bijak. Pada waktu orang dunia membanggakan kemampuan mereka, namun akhirnya yang terjadi mereka akan hancur di dalam potensi mereka sendiri. Tidak heran, akibatnya begitu banyak anak-anak muda yang hidup tidak tahu mau ke mana. Tapi mereka tidak sadar kalau mereka sedang melakukan segala sesuatu yang akan membinasakan diri mereka sendiri. Secara pendidikan mereka mungkin master atau doktor. Tapi mengapa mereka menjadi bodoh? Karena dunia kita ini sudah kehilangan makna hidup sehingga banyak orang hidup tidak tahu mengapa mereka hidup? Mereka sudah kehilangan yang paling penting dalam hidup mereka dan mereka tidak mempunyai jawaban untuk itu. Mereka menganggap satu kebodohan ketika Tuhan menawarkan firman salib. Lalu mengapa Paulus mengatakan, "Bagi kita yang diselamatkan pemberitaan salib adalah kekuatan Allah?" Bagi mereka yang tidak diselamatkan firman salib merupakan kebodohan tapi bagi kita yang diselamatkan firman salib adalah kekuatan Allah. Itu sebabnya dalam 1 Korintus dikatakan, "Memang yang bodoh dipakai oleh Tuhan untuk mempermalukan yang pintar." Kalimat ini merupakan kalimat sindiran yang luar biasa dari Paulus. Paulus bukan orang bodoh, dia adalah orang yang memiliki kemampuan intelektual yang tinggi. Dia seorang ahli filsafat, teologi, dan seorang yang begitu cermat dan mempertimbangkan segala sesuatu. Secara literatur jika kita membaca surat Paulus kita akan kagum karena Paulus adalah orang yang begitu luar biasa akurat dalam menggunakan kosa kata. Paulus bisa memilih kata yang tepat dengan tata bahasa yang akurat jauh lebih akurat daripada tulisan Yohanes, Petrus, dan tulisan rasul yang lain yang dipakai oleh Tuhan untuk menulis Alkitab. Kita bisa membandingkan karya Paulus dengan karya literatur-literatur pada jaman itu. Tulisan-tulisan Paulus tidak kalah secara literatur dalam penggunaan kalimat, tenses, tata bahasa, dan kosa katanya begitu tepat, begitu akurat, begitu rapi dan begitu indah kalau dibaca. Juga di dalam filosofi Paulus memiliki kemampuan yang luar biasa. Tapi waktu dia bicara kepada jemaat di Korintus dia mengatakan, "Biar orang bodoh ini dipakai oleh Tuhan untuk mempermalukan orang pintar." Ketika kalimat ini diucapkan oleh Paulus saudara mengerti sendiri yang pintar yang mana yang bodoh yang mana. Ini merupakan satu paradoks yang kita perlu mengerti secara tepat. Kedua, mengapa Paulus mengatakan, "Orang bodoh melihat firman salib sebagai satu kebodohan? Bagi orang dunia yang akan binasa mereka hanya melihat salib sebagai satu kebodohan tetapi justru bagi kami itu kekuatan Allah yang luar biasa. Pada waktu Paulus mengatakan, "Kembalilah kepada firman salib karena firman salib itulah yang menjadi kekuatan bagiku." Kalimat ini menjadi kalimat yang luar biasa. Calvin menyoroti ayat ini secara khusus di dalam bukunya "Institutes of The Christian Religion" jilib III pasal 3 yang mengatakan, "Prinsip kekuatan Allah daripada firman salib itu menjadi satu pengertian yang harus dipisahkan." Waktu Calvin melihat apa yang diucapkan oleh Paulus ini, dia melihat ayat ini menjadi ayat yang sangat unik di dalam semua pemaparan Paulus yang baik. Calvin melihat pertobatan (repentance) itu harus dilihat dari dua segi. Di satu segi adalah dari segi hukum yang disebut Legal Repantance yaitu pertobatan sebagai hasil daripada pengampunan yang Tuhan berikan kepada kita secara hukum. Ketika 123 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 saya berhadap an dengan salib maka salib merupakan penyelesaian hukum terhadap dosa saya karena Tuhan Yesus mati di atas kayu salib. Maka tuntutan hukum yang seharusnya jatuh pada saya digantikan oleh Tuhan Yesus itu adalah legal repantance. Saya diselamatkan karena secara hukum ada orang yang menggantikan hukuman saya. Paulus melihat dalam ayat ini sebetulnya aspek hukum itu cuma menjadi satu aspek saja. Jadi kalau kita hanya berhenti pada aspek ini saja maka kita akan mengalami kesulitan yang luar biasa besar untuk mengerti pertobatan yang sesungguhnya. Itu sebabnya Calvin melihat Paulus mengungkapkan satu aspek lain daripada pertobatan yang oleh Calvin disebut dengan Evangelical Repantance (pertobatan injili). Ini merupakan istilah yang khusus dipakai oleh Calvin. Ketika Calvin menggunakan kalimat ini ia melihat, pada waktu seseorang melihat firman salib maka di situ ada tuntutan satu respon terhadap anugerah yang disebut oleh dia Evangelical Repantance. Bagi Calvin, di sini Paulus mengungkapkan satu aspek yang unik luar biasa. Ini merupakan satu pertobatan yang sungguh-sungguh karena kita mengerti isi injil dan aspek perasaan injil yang sesungguhnya yiatu bagaimana saya berespon terhadap anugerah Tuhan kepada kita. Tuhan Yesus mati di kayu salib bisa kita baca di dalam sebuah buku tetapi bagaimana seseorang mengalami pertobatan sejati bukan cuma sekedar fakta sejarah atau kita baca dari buku namun bagaimana secara pribadi kita berespon terhadap anugerah yang Tuhan Yesus lakukan terhadap saya. Ini yang dikatakan Calvin sebagai evangelical repantance, bertobat karena sadar ini adalah anugerah yang Tuhan berikan kepada kita. Tanpa anugerah kita tidak bisa mengerti apa yang Kristus lakukan. Hanya seseorang yang disentuh oleh Allah bisa mengerti betapa besar Tuhan sudah berkorban. Respon terhadap anugerah yang Tuhan berikan kepada kita itulah yang menjadikan kita berubah. Itu justru menjadi satu dunamos, satu kekuatan seperti dinamit yang besar sekali yang membuat kita bertahan menerobos di tengah-tengah jaman yang gelap ini. Orang Kristen melihat dunia ini begitu gelap namun setelah pintu dibuka kita melihat anugerah yang Tuhan berikan begitu cerah di belakang. Pengharapan Kristen adalah pengharapan yang memberikan selalu kekuatan untuk menerobos keluar. Itu alasan Paulus bukan mengkontraskan antara kebodohan dengan kepintaran. Orang dunia melihat firman salib menjadi kebodohan tetapi orang percaya melihat itu sebagai satu kekuatan. Jadi kebodohan yang dianggap oleh dunia dikontraskan dengan kekuatan daripada Allah yang diberikan kepada kita sebagai orang percaya. Saudara, di tengah-tengah dunia seperti sekarang ini yang kita butuhkan adalah dunamos, yaitu satu kekuatan Allah yang menolong kita untuk menerobos. Orang-orang dunia ingin merombak dunia, mau memperbaharui dunia, dan mau menjadikan dunia bahagia. Tapi akhirnya cuma berhenti dalam satu keputusasaan (hopeless). Orang Kristen tidak dipanggil untuk merubah dunia ini menjadi dunia yang tidak ada dosanya atau berubah jauh menjadi lebih baik. 2 Timotius 3 mengatakan tidak. Orang Kristen adalah orang yang riil mengerti dunia. Kita dipanggil oleh Tuhan bukan untuk membuat dunia ini berubah arah tetapi Tuhan memanggil kita untuk menjadi saksi supaya dunia lebih mengerti kebenaran di tengah ketidakbenaran yang sedang menerpa dunia. Tuhan Yesus berkata kamu ada di dunia seperti domba di tengah-tengah serigala. Alkitab mengajarkan dunia ini makin lama makin jahat, makin mengerikan, semakin hancur. Dunia sedang menuju ke neraka dan itu tidak bisa dihambat. Tapi bagaimana orang Kristen bisa berjalan di tengah-tengah itu, ini yang saya harapkan boleh terjadi dalam hidup kita. Mari kita belajar menjadi orang Kristen yang bisa menjadi saksi di tengah dunia. Kita perlu berdoa agar orang Kristen memiliki kekuatan Allah yang memampukan kita untuk menerobos di tengah-tengah jaman. Dengan demikian orang Kristen dapat berperan di tengah-tengah dunia ini. Apalagi di tengah-tengah situasi seperti saat ini saya mau setiap kita memiliki kekuatan untuk menerobos sehingga kita dapat berespon menjalankan rencana Allah dan menjadi saksi di tengah dunia ini. Kiranya Tuhan memakai kita. Amin! 124 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 K Ke es sa attu ua an nd dii d da alla am mK Krriis sttu us s Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 11 Efesus 2:11-22 Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu––sebagai orang–orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang–orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya "sunat," yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia, –– 12 bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan–ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia. 13 Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu "jauh," sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus. 14 Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, 15 sebab dengan mati–Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri–Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, 16 dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu. 17 Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang "jauh" dan damai sejahtera kepada mereka yang "dekat," 18 karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa. 19 Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang–orang kudus dan anggota–anggota keluarga Allah, 20 yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. 21 Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapih tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan. 22 Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh. Pada minggu ini kita akan membicarakan masalah kesatuan dalam tubuh Kristus. Dr. Martyn Lloyd Jones mengatakan bahwa Efesus 2:11 merupakan pembahasan krusial yang sangat bermasalah dan rumit sekali berkaitan dengan hambatan menjadi seorang Kristen yang sejati. Kesulitan di dalam ayat ini berkenaan dengan bagaimana seseorang tahu bahwa dia adalah orang Kristen sejati. Orang Kristen sejati tidak hanya dilihat dari kehadiran dia di gereja, melakukan aktivitas-aktivitas pelayanan di gereja atau karena dia seorang hamba Tuhan full time. Orang Kristen sejati adalah orang yang sudah dikeluarkan dari kematian dan ditebus oleh darah Kristus. Bukan itu saja, dia juga sudah diberikan satu visi untuk mengerti panggilan Tuhan di dalam hidupnya. Jadi orang Kristen sejati adalah orang yang aktif karena dia tahu itu panggilan Tuhan dan tahu apa yang dia kerjakan di hadapan Tuhan. Orang Kristen sejati bukan hanya di dalam gereja 125 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 tetapi di luar gerejapun dia sadar bahwa dia adalah umat tebusan Allah yang harus menjadi saksi Kristus. Kita diselamatkan untuk menjalankan pekerjaan baik yang sudah dipersiapkan Allah sebelumnya dan Dia mau kita hidup di dalamnya. Ini adalah kesulitan pertama yang sudah diselesaikan oleh Paulus dalam Ef 2:110. Kesulitan kedua adalah kesulitan bagaimana kita menyelesaikan problema-problema setelah pertobatan. Alkitab mengajarkan setelah kita bertobat tidak berarti pikiran kita sudah beres, sudah sempurna. Banyak orang sudah lahir baru, sudah bertobat, sudah melayani Tuhan namun pola berpikirnya masih belum beres. Kesulitan kedua ini dapat kita lihat dalam Ef 2:11-22. Jemaat Efesus adalah jemaat di daerah Asia Kecil di mana kota Efesus adalah kota sentral dari Asia Kecil yang menjadi daerah perdagangan dan penduduknya mayoritas orang Yunani. Kota Efesus juga adalah pusat penyembahan Dewi Artemis dan pusat daripada kebudayaan Yunani kuno pada saat itu. Orang-orang Yunani, ketika mereka bertobat menjadi Kristen tetap menjadi orang non Yahudi. Ini menjadi kesulitan besar karena di satu pihak kekristenan dimulai dari orang Yahudi, di pihak lain orang non Yahudi kemudian bertobat menjadi Kristen. Kondisi ini tidak mudah diselesaikan, ketika orang non Yahudi bertobat dia mengalami kesulitan ketika ingin bersama-sama melayani dengan orang Yahudi dan hal ini disebabkan karena orang Yahudi dalam pola pikirnya masih sektarian. (bnd Ef 2:11). Mereka adalah orang yang begitu mementingkan diri dan kelompoknya sendiri dan juga begitu ketat menjaga silsilahnya supaya tidak tercemar sedikitpun. Akibatnya orang Yahudi seringkali meremehkan orang non Yahudi dan ini juga yang menjadikan orang non Yahudi ketika bertobat menjadi orang Kristen sulit bergaul dengan orang Yahudi. Orang Yahudi merasa diri mereka hebat karena mereka adalah orang-orang bersunat sedangkan orang non Yahudi tidak bersunat. Ini menjadi hambatan yang besar untuk mereka bisa bersatu. Di tengah-tengah situasi seperti ini Paulus mengajarkan konsep kesatuan yang penting di dalam anak-anak Tuhan. Melayani membutuhkan persatuan tetapi konsep kesatuan itu harus tepat. Jika kesatuan ini salah digarap akan menjadi bumerang bagi unsur kesatuan itu sendiri. Jika demikian kita harus menyelidiki kesatuan yang benar. Namun sebelum kita membahas kesatuan yang benar, maka berikut ini kita akan melihat beberapa konsep persatuan yang salah menurut Alkitab. Pertama, Kesatuan fenomenal. Di dalam Ef 2:11 menekankan kesatuan lahiriah melalui sunat. Dalam arti kalau sama-sama sudah di sunat berarti satu. Ini persatuan yang bohong yang tidak asasi dan hanya kesatuan lahiriah. Di luar kelihatannya baik padahal di dalamnya kropos dan penuh dengan segala macam kepentingan masing-masing. Kelihatannya ada dampaknya namun, dampaknya seringkali lebih berbahaya daripada apa yang baik yang kita pikirkan. Kesatuan tidak boleh ditegakkan di atas satu bentuk fenomenal. Kedua, Kesatuan Egosentrik. Orang Yahudi selalu menganggap kalau dia adalah orang yang berhak mempunyai Tuhan dan Tuhan menjadi kepentingan bagi dirinya sendiri. Konsep ini begitu menguasai orang Yahudi dengan sifat egois. Di dalam kesatuan kita seringkali juga bersatu karena urusan egois dan banyak kesatuan dibentuk karena ada kepentingan masing-masing yang mau diselesaikan. Banyak orang mengadakan join di dalam bisnis sampai suatu saat dia ditipu lalu marah-marah tetapi bukan karena orang itu Kristen melainkan karena uangnya dimakan oleh orang tersebut. Di dalam kalangan Kristen sendiri ini yang menjadi kesulitan untuk bersatu, karena cara berpikirnya masih duniawi dan egosentrik. Suatu saat pasti akan terjadi konflik kepentingan. Itu sebabnya hati-hati jika kita ingin bersatu karena jika ini didasarkan pada kepentingan diri sendiri, siap-siap tunggu bom waktu tersebut meledak. Ketiga, Kesatuan Mistikal. Di dalam pembahasan terdahulu kita melihat orang Yahudi memberikan andil besar dalam memberikan contoh teladan tentang kesatuan yang palsu. Berikut ini kita masuk satu langkah lebih jauh lagi yaitu bentuk kesatuan yang disebut kesatuan yang bersifat mistis dan hal itu sering dikatakan 126 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 oleh orang new age. Mereka selalu tidak ingin melihat perbedaan. Jadi kesatuan mistikal yaitu satu kesatuan yang bersifat mistis yang menganggap bahwa semua perbedaan itu sebetulnya tidak ada, yang ada adalah kesatuan universal dan pandangan ini disebarkan oleh orang Pantheisme. Orang Yahudi tidak memiliki konsep seperti ini tetapi Alkitab dengan cermat mengantisipasi bahaya dari kesatuan yang ketiga ini yaitu bentuk kesatuan mistis. Jika demikian kekristenan harus membicarakan persatuan seperti apa? Pertama, Kesatuan di dalam Kristus. Beberapa bulan yang lalu kita sudah membahas Ef 1:10 dan telah membicarakan tentang ‘HEAD UP TO CHRIST.’ Disini Kristus sebagai Kepala di mana kita semua mengarah kepada Kristus. Inilah kesatuan essensial yang ditetapkan oleh Tuhan. Ef 1:10 mengatakan, "Sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi." Ini yang menjadikan kita mengarahkan diri (head up) kepada Kristus sebagai Kepala, menjadikan Dia kepala dari segala sesuatu dan kita semua memandang kesana. Jadi yang mempersatukan kita adalah jika setiap anggota mengarahkan pikiran kepada Kristus dan hanya menjalankan apa yang Kristus perintahkan untuk kita lakukan. Ini kunci kita akan bersatu. Tanpa memperdulikan di sebelah mana, anggota gereja mana, baju kita, kulit kita mungkin berbeda namun karena kita memandang kepada Kristus akan menimbulkan kesamaan gerak. Dalam kasus seperti ini saya tidak mengatakan tidak ada perbedaan pendapat. Perbedaan pasti ada karena jika tidak ada itu berarti mistical union. Namun di dalam perbedaan ini kita memiliki kesatuan yang indah. Kesatuan asasi terjadi waktu yang jauh dan yang dekat sama-sama mengarahkan diri kepada Kristus sebagai Kepala (ay 13). Kedua, kesatuan yang sejati merupakan Kesatuan Spiritual. Kesatuan spiritual tidak sama dengan kesatuan mistikal. Kesatuan spiritual adalah kesatuan secara rohani terdiri dari orang-orang yang sudah ditebus oleh Tuhan secara global. Ide ini sudah dipaparkan sejak Kejadian 3 sampai Tuhan Yesus datang. Waktu Tuhan Yesus mengatakan inilah konsep Kerajaan Sorga yang bukan kerajaan duniawi. Namun manusia sulit menerima konsep ini termasuk orang Kristen. Konsep Kerajaan Sorga ini merupakan konsep rohani. Tuhan Yesus mengatakan, "Bertobatlah kamu karena Kerajaan Allah sudah dekat." Lalu dalam perjalanan Yesus berkata, ‘Kerajaan Allah itu sudah dan sedang berjalan di tengah-tengah kamu." Wilayah Kerajaan Sorga meliputi seluruh dunia. Setiap orang percaya adalah umat dari Kerajaan Allah. Jadi Kerajaan Sorga adalah kerajaan spiritual yang sudah dimulai sejak Yesus datang dan terus dikerjakan sampai Tuhan Yesus datang kembali. Murid-murid Tuhan Yesus sendiri tidak mengerti konsep ini dan mereka berpikir mengenai Kerajaan Allah dalam pengertian jasmani. Jika kita membaca Ef 2:12, "Pada waktu itu kamu tanpa Kristus tidak termasuk kewargaan Israel." Lalu di dalam ayat 19 dikatakan, "Kamu bukan lagi orang asing dan pendatang melainkan kawan sewarga." Istilah sewarga disitu sebetulnya warga negara. Kita meskipun berbeda-beda, sewarga di dalam Kristus yaitu warga negara surga. Jadi kesatuan kita tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Orang Efesus tidak bisa mengerti konsep ini. Ketiga, Kesatuan Organisme. Ef 4:16, "Daripadanyalah seluruh tubuh rapih tersusun diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagian sesuai dengan kadar pelayanan tiap anggota. Menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam bagian sesuai dengan kadar pelayanan tiap anggota. Menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih." Kesatuan di sini digambarkan seperti tubuh manusia dan ini yang disebut organisme. Kesatuan organisme bukan organisasi. Karena tubuh menjadi satu kesatuan dan di dalamnya ada network yang hidup di dalamnya. Kesatuan sejati bukan hanya semua anggota tubuh lengkap melainkan kesatuan sejati di mana terjadinya relasi secara hidup. Ini berbeda dengan kesatuan organisasi. Dalam kesatuan organisasi tidak ada relasi secara kehidupan satu sama lain 127 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 namun dalam kesatuan organisme kalau satu kena maka seluruh bagian harus merasakan. Jika kita mengerti konsep ini baru tahu bagaimana kita menjadi orang Kristen bisa berpadu seluruhnya. Inilah kesatuan yang Alkitab tuntut. Ini tidak bisa dikerjakan hanya oleh satu orang melainkan oleh seluruhnya. Jika ini terjadi, manfaat apa yang Tuhan berikan? Alkitab mengatakan yang jauh menjadi dekat. Ini satu kunci yang indah. Itu adalah kesatuan yang membentuk ikatan kedekatan yang menjadikan kita betul-betul menikmati keindahan efektif. Di samping itu Alkitab berulang kali mengatakan damai sejahtera. Kehidupan yang penuh damai sejahtera itu akan menjadi bagian kita kalau persatuan yang sejati itu terjadi. Anak-anak Tuhan akan melayani Tuhan dengan sepenuh hati. Saya sedih jika kita harus menggunakan pikiran dan tenaga yang besar hanya untuk ribut di dalam yang akhirnya seluruh kekuatan kita untuk melayani keluar jadi lumpuh. Saya rindu kalau kita bersama-sama mempunyai kekuatan melayani keluar sehingga tidak banyak tenaga yang kita habiskan di dalam untuk hal yang sia-sia dan akhirnya banyak pekerjaan Tuhan yang bisa kita kerjakan. Saya merindukan hal ini digarap baik-baik serta setiap kita dapat ambil bagian dalam menggarap persatuan kita. Amin! 128 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 P Po os siis sii o orra an ng gk ka affiirr Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 11 Efesus 2:11-13 Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu––sebagai orang–orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang–orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya "sunat," yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia, –– 12 bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan–ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia. 13 Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu "jauh," sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus. Dua minggu yang lalu kita sudah membahas seluruh gambaran Ef 2:11-22. Pertama, bagaimana mereka tahu bahwa mereka sudah menjadi orang Kristen sejati. Kedua, bagaimana mereka tahu bahwa mereka mempunyai satu kebersamaan di dalam kehidupan berjemaat ketika mereka melayani Tuhan sehingga mereka tidak dianggap sebagai warga kelas dua atau sebagai orang yang tidak mempunyai hak untuk menjadi orang Kristen. Mengapa? Karena pada saat itu terdapat ajaran yang tidak beres yang menyatakan bahwa kekristenan adalah keselamatan plus. Ini merupakan bidat! Apa sebenarnya yang dinamakan bidat adalah ajaran yang tidak sesuai dengan firman Tuhan di mana ketika mengajarkan keselamatan tidak sama seperti yang Alkitab ajarkan. Ini berkaitan dengan Kristologi. Jika pengajaran tersebut mengajarkan kristus yang salah maka injil-nya salah, jika injilnya salah maka kristus-nya salah. Jika kedua-nya salah maka itu berasal dari roh yang salah. Jadi ajaran dikatakan sesat apabila injil-nya lain, roh-nya lain dan kristus-nya lain. Jika Roh Kudus-nya benar, pasti mengajarkan Injil yang benar dan ini berarti juga Yesus-nya benar. Ini yang Paulus peringatkan secara tegas di dalam 2 Kor 11:4, bahkan yang Paulus tunjuk sebagai bidat. Ketika Paulus memberitakan Injil, di belakangnya selalu ada satu kelompok yang sengaja mengacak-acak apa yang Paulus ajarkan. Ini dapat kita lihat di dalam pelayanan Paulus. Mereka mengajarkan keselamatan plus di mana mereka berprinsip kalau orang Kristen yang sejati, percaya Tuhan Yesus namun juga harus sunat. Dalam surat Galatia, jika kita pelajari maka sempat terjadi keributan yang besar sekali antara Paulus dan Petrus. Pada mulanya mereka sama-sama memberitakan Injil tapi sekarang muncul golongan bidat yang mengajarkan kekristenan plus sunat. Ketika golongan ini datang Petrus goncang karena di satu pihak 129 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 dia orang Kristen tetapi di lain pihak dia orang Yahudi. Dalam situasi ini Petrus mulai bingung, kemudian dia memisahkan diri dari orang yang tidak bersunat dan bergabung dengan orang bersunat. Sekalipun dia tidak bicara dan tidak mengajar namun melalui tindakannya, Petrus sudah kompromi. Ini mengakibatkan Paulus mengecam Petrus karena bagi Paulus ini masalah yang sangat krusial. Ini adalah inti bidat yang mengajarkan kekristenan adalah kekristenan plus perbuatan, kekristenan plus sunat. Masalah yang mirip seperti ini juga muncul di dalam jemaat Efesus yang mengajarkan menjadi Kristen boleh tetapi perlu di sunat, jika belum berarti belum menjadi orang Kristen yang sah. Mendengar ini Paulus marah, maka di dalam ayat 11 mengatakan, "Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu – sebagai orangorang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya "sunat", yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia." Pada abad 20 ini muncul satu gerakan yang berkembang kembali yang disebut Sionisme. Gerakan ini mau mengembalikan posisi daripada orang Yahudi kembali kepada posisi sentral seperti yang diidekan di dalam PL. Ajaran ini kemudian masuk ke dalam satu garis teologi besar yang disebut ‘Dispensasionalisme’. Dalam ajaran Dispensasionalisme orang Israel hingga hari ini dianggap tetap memiliki satu status istimewa sehingga banyak orang berpikir orang Israel itu luar biasa, umat pilihan Tuhan dan warga negara kelas satu. Ini sebenarnya bukan berbasis teologis melainkan berbasis politis. Dengan konsep ini maka hingga sekarang orang Israel dibela habis-habisan. Mereka tidak tahu bahwa Perjanjian Allah sudah dicabut dan diganti dengan Israel yang baru. Sayangnya hingga hari ini banyak orang Kristen dipengaruhi oleh pemikiran Dispensasionalisme. Mereka mengajarkan umat Israel memiliki posisi khusus, semua harus berpusat pada Israel, semua ajaran dunia harus melihat pergerakan Israel, jika suatu kelak nanti orang Israel sudah berkumpul di Yerusalem itulah tandanya kiamat sudah dekat. Padahal orang Yahudi yang menjadi Kristen kecil sekali persentasenya. Mereka di mana-mana membuat kacau dunia dan mereka hanya mengeruk untuk kepentingan pribadi. Kekuatan mereka untuk menginjili kecil sekali dan justru mayoritas bukan orang Kristen. pertama Paulus menggunakan kata, "Karena itu ingatlah…," Kata ini penting sekali karena ini menjadi tekanan di dalam Ef 2:11. Apa yang harus diingat? Kita harus ingat bahwa pertobatan kita adalah kembali kepada Kristus. Ini ide utama yang harus ada di kepala kita. Di dalam ayat ini ingatlah itu menjadi kata perintah yang dengan penekanan keras. Disini kata ingat seperti orang yang melamun lalu disadarkan "hai ingat." Ingat kamu sudah bertobat, kamu sudah diselamatkan oleh darah Yesus. Dan Paulus ingin mengatakan di dalam ayat ini, ingat mereka boleh menuduh engkau seperti itu. Waktu itu engkau tanpa Kristus memang tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat ketentuan-ketentuan yang dijanjikan. Tanpa harapan, tanpa Allah di dalam dunia tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu yang dahulu jauh sudah menjadi dekat oleh darah Yesus. Kalau begitu apa yang menjadi kekuatan kita ketika kita boleh menjadi anak Tuhan? Kita tidak lagi dibedakan secara status. Alkitab mengatakan secara ordo ‘ya’ penginjilan di mulai dari Yerusalem kemudian ke Samaria lalu ke ujung bumi. Pemberitaan Injil selalu dimulai dari mulai orang Yahudi baru orang nonYahudi. Namun secara urutan tidak berarti secara status, karena kamu menjadi hamba kebenaran. Jadi secara status, baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi, baik tuan maupun hamba, baik laki-laki maupun wanita kita semua sama di dalam Kristus. Kita telah ditebus oleh darah Kristus itu yang menjadikan kita masuk ke dalam satu kewargaan. Kewargaan disini menggunakan kata ‘politik’. Dari kata ini kemudian 130 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 masuk istilah politik yaitu masuk ke dalam satu konsep kesatuan di dalam satu polis – satu warganegara. Waktu itu satu negara adalah satu kota jadi mereka menggunakan istilah polis. Satu polis ini menjadi satu keutuhan, satu kesatuan yang tidak dibedakan. Inilah konsep warga negara yang pertama. Di dalam Alkitab bahasa Indonesia memakai kata kewargaan Israel. Istilah itu berarti menjadi satu warga di dalam Kristus, karena kita sudah ditebus oleh darah Kristus. Ini seharusnya menjadikan kita mempunyai kekuatan. Karena di satu sisi Tuhan tidak menyayangkan carang yang asli dipotong kemudian diganti dengan carang yang lain. Ini adalah anugerah yang begitu besar. Di satu pihak itu menunjukkan satu keminderan tetapi di lain pihak membuktikan kebesaran anugerah. Ini paradoks yang juga membuat kita tidak sombong. Kekristenan menegaskan adanya satu anugerah yang begitu besar yang telah diberikan kepada semua umat pilihan tanpa pandang siapa kita, apa suku kita, warna kulit, pria atau wanita dsb. Kita dikumpulkan untuk menjadi umat Allah. Kedua, mereka mengatakan waktu kita menjadi orang Kristen memang betul kita jadi orang Kristen tetapi plus hukum Taurat. Di sini bagaimana kita berhak menyebut diri kita orang Kristen? Mereka mengatakan orang Kristen bukan hanya anugerah melainkan juga harus melakukan hukum Taurat dengan tepat. Maka baru engkau menjadi orang Kristen. Tetapi di lain sisi ada orang yang mengatakan jika kita menjadi orang Kristen kita tidak perlu menjalankan hukum Taurat. Jika demikian menjadi orang Kristen boleh hidup berbuat dosa. Jika demikian bagaimana saya menjadi orang Kristen? Kristen plus hukum Taurat atau kekristenan tanpa hukum taurat. Di dalam Ef 2:15, "Sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera." Untuk menciptakan keduanya maksudnya dua golongan Yahudi dan non-Yahudi ini menjadi satu manusia baru di dalam dirinya. Dengan itu ia menciptakan damai sejahtera. Di sini Alkitab dengan tegas mengatakan bahwa kuasa hukum Taurat telah dibatalkan. Ini tidak berarti hukum Tauratnya yang ditiadakan, melainkan kuasa hukum Taurat yang membelenggu, yang membuat keselamatan saya tergantung pada hukum Taurat, ini ditiadakan oleh penebusan darah Kristus. Jika demikian, apa bedanya pengaruh antara hukum Taurat sebagai kekristenan plus dengan tidak boleh kita mengabaikan hukum Taurat. Dua hal ini perbedaannya kelihatan sangat tipis tapi sangat menentukan. Orang Kristen yang sudah diselamatkan tidak boleh sembarangan hidup. Dasarnya adalah hukum kasih. Dan kalau demikian orang Kristen harus menjalankan hukum Taurat? Maka jawabnya, ‘ya’ dan ‘tidak.’ Secara logika, saya diselamatkan oleh darah Kristus, maka selanjutnya saya tidak boleh hidup sembarangan, sehingga hal itu berarti kita hidup harus mengikuti Alkitab yang berarti juga hukum Taurat. Namun kalau kita harus menjalankan hukum Taurat bukan berarti bahwa keselamatan harus percaya kepada Kristus plus melakukan hukum Taurat. Menurut logika harusnya memang benar namun hal itu tidak benar, karena keselamatan mutlak hanya oleh anugerah. Tetapi mengapa kita menjalankan hukum Taurat? Hal itu bukanlah karena kuasa hukum Taurat yang mencengkeram kita tetapi justru kebebasan kebenaran yang ada di dalam diri kita untuk menjalankan hukum Taurat. Jadi di mana perbedaannya? Paulus mengatakan barang siapa berada di dalam Kristus dia dimerdekakan dari belenggu hukum Taurat. Jadi, saya yang ada di dalam Kristus melakukan hukum Taurat bukan karena diancam oleh hukum Taurat melainkan karena saya anak Tuhan yang berjalan dalam kebenaran maka kebenaran yang Tuhan berikan kepada saya sinkron dengan kebenaran yang Tuhan berikan di dalam dirinya. Itu berarti menjadikan hukum Taurat menjadi hukum yang Allah berikan berdasarkan kebenarannya yang sekarang juga menjadi kebenaran saya. Hukum yang Allah wariskan kepada kita bukan untuk membelenggu kita melainkan ini menjadi manisfestasi dari 131 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 sifat kita. Hukum yang sejati adalah Hukum yang merupakan manifestasi kebenaran yang ada di dalam diri kita, baru kita menjadi pelaksana hukum. Kekristenan diselamatkan mutlak karena anugerah sedangkan saya menjalankan hukum karena itulah manifestasi kebenaran Allah yang sudah diturunkan kepada saya untuk saya lakukan. Mari kita taat kepada Tuhan dan selanjutnya manifestasi hidup kita berjalan sesuai dengan ketaatan kita kepada firman. Melayani karena manifestasi kebenaran adalah indah sekali dan saya rindu setiap kita bisa bebas menjadi seorang Kristen yang benar. Amin! 132 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 B Ba ah ha ay ya as siik ka ap ps se ek ktta arriia an n Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 13 Efesus 2:13-17 Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu "jauh," sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus. 14 Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, 15 sebab dengan mati–Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri–Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, 16 dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu. 17 Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang "jauh" dan damai sejahtera kepada mereka yang "dekat," Hari ini kita masih membicarakan tentang persatuan. Kekristenan perlu kembali sadar akan tugas kesatuan sebagaimana yang Tuhan kehendaki sebab bahaya sektarian merupakan satu hal yang sangat berat dan sangat serius yang kita hadapi abad ini. Kita perlu mengerti masalah ini secara essensial di mana semangat sektarian ini muncul karena adanya perbedaan. Waktu kita mengatakan semua sama justru itu bahaya yang paling besar. Mengapa? Karena waktu kita mengatakan semua sama padahal fakta riilnya kita semua berbeda sehingga akibatnya kita masuk ke dalam apa yang disebut kebingungan global. Hal ini mengakibatkan kita tidak tahu lagi kita sedang berada di mana dan apa yang harus kita kerjakan bahkan waktu kita tidak lagi membedakan segala sesuatu. Di dalam kebingungan global ini yang terjadi adalah kita kembali seperti anak remaja yaitu bingung mencari identitas diri. Jika kita memperhatikan anak remaja seringkali membuat ulah yang aneh-aneh karena dia sedang mengalami krisis identitas. Pada usia tersebut para remaja membutuhkan idola sebagai satu figur yang konkrit. Celakanya jika yang mengalami krisis identitas adalah orang yang berusia 40, 50 dan 60 tahun, ini mengakibatkan kita terhilang di-tengah dunia. Akibatnya waktu kita masuk dalam krisis identitas seperti ini kita akan memutlakkan diri kita sendiri atau memutlakkan kelompok kita. Jadi di tengah-tengah situasi global bukan caranya kita meniadakan perbedaan, bukan caranya untuk kita membuang semua fakta riil tentang perbedaan. Dalam situasi seperti ini justru yang harus kita kerjakan adalah kembali kepada Firman untuk dipersatukan secara benar dan bagaimana kita mengerti persatuan yang sejati. Ketika kita kembali kepada Kristus, kembali kepada pertobatan dan penebusan dosa kita baru bisa memikirkan persatuan yang sejati yang sesungguhnya bisa dinikmati oleh anak-anak Tuhan. Di dalam jemaat Efesus untuk menjadi seorang Kristen yang sejati mengalami dua hambatan. Pertama, adalah bagaimana dia menjadi seorang Kristen yang sejati (Ef 2:1-10). Sedang hambatan yang 133 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Kedua, baru dapat diselesaikan jika hambatan yang pertama sudah terselesaikan. Orang Yahudi menegakkan identitas diri dengan cara separatisme. Mereka memisahkan diri lalu menganggap diri lebih baik dari yang lain ini satu konsep yang dibangun oleh orang-orang Yahudi. Mengapa? Setiap kita membutuhkan identitas dan untuk mengukuhkan identitas kita membutuhkan satu basis. Masalahnya seberapa kokoh landasan daripada identitas diri kita. Orang Yahudi menggabungkan nasionalitas dengan religiusitas menjadi satu basis untuk membangun identitasnya. mereka bangga bahwa mereka adalah orang Yahudi asli. Jiwa ini menyebabkan mereka menganggap yang bukan Yahudi lebih rendah dan harus disingkirkan dan akhirnya hal itu mengakibatkan bangsa Israel disingkirkan oleh Jerman. Di sini kita melihat jika kita membangun identitas diri secara salah, maka ini akan menimbulkan bom waktu yang akan menghancurkan diri kita kembali. Jika demikian sekarang bagaimana kita membangun identitas diri kita yang seharusnya? Ini merupakan kesulitan terbesar yang dihadapi oleh manusia. Semangat sektarian seperti ini akhirnya memimpin seseorang memutlakkan sesuatu yang tidak mutlak yang akibatnya dapat menimbulkan perpecahan besar dan permusuhan. Semangat seperti ini dialami oleh orang Yahudi sehingga tidak heran ketika orang Yunani bertobat menjadi Kristen dan ingin bergabung ditolak karena belum Yahudi dan untuk menjadi Yahudi mereka harus disunat. Akibatnya timbul ketegangan antara orang Yahudi dengan orang non-Yahudi. Apa yang dipegang oleh orang Yahudi pada jaman itu adalah bahwa mereka umat pilihan Allah. Pada minggu lalu telah diuraikan bahwa Alkitab sudah mencabut hak pemilihan utama orang Yahudi lalu menyerahkan kepada Yahudi yang baru atau Israel baru yaitu gereja Tuhan. Allah memilih Israel agar Israel dapat menjadi saksi keluar dan berkat bagi banyak orang tetapi justru terbalik menjadi semangat sektarian. Ini satu hal yang berbahaya akibatnya orang Israel bukan mengutamakan Tuhan yang sudah memilih melainkan mengutamakan diri yang dipilih. Saudara, sebagai orang Kristen kita sebenarnya mendapat status yang sama dengan umat Israel pada saat itu. Orang Israel adalah umat pilihan Allah pada saat itu. Orang Kristen adalah umat pilihan Allah saat ini. Jangan kaget jika hari ini di dalam diri orang kristen juga bisa memiliki jiwa sektarian seperti umat Israel. Namun Alkitab mengatakan kita justru menjadi umat pilihan Allah untuk bersaksi di tengah jaman. Jika Tuhan sudah memberi anugerah dan pemeliharaan kepada kita maka jangan disalahgunakan. Ini akan menimbulkan dampak yang besar sekali di dalam pelayanan gereja. Jika gereja sudah tidak bisa bersatu lagi maka kekristenan sudah tidak bisa menjadi berkat. Ini berbahaya sekali dan sangat banyak dampak yang akan terjadi di mana akan timbul klik, golongan, kelompok-kelompok yang membuat gereja berantakan. Ketika anak-anak Tuhan bertengkar maka gereja akan kehilangan arah sehingga tidak ada lagi arah yang jelas. Tidak ada lagi visi yang jelas dan arah bersama yang harus dikerjakan. Ini yang pertama. Sedang yang kedua akan kehilangan daya, pemborosan tenaga yang tidak ada gunanya. Ketiga, pertengkaran tidak bisa tidak otomatis menghancurkan diri sendiri dan yang keempat, strategi keseluruhan langsung runtuh dan akibatnya intervensi dari luar dapat masuk. Ini sangat berbahaya sekali dan Setan suka cara ini. Jika gereja di acak-acak oleh intervensi dari luar maka gereja akan rusak. Dengan demikian saya harap gereja betul-betul mengerti mengenai kesatuan sejati yang Tuhan minta. Dalam Ef 2:14 dikatakan, "Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan." Di dalam ayat ini, yang pertama akan saya tekankan bahwa persatuan tidak meniadakan perbedaan. Kedua belah pihak tetap ada. Orang yahudi tetap 134 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 yahudi, orang yunani tetap Yunani. Perbedaan itu tetap dipertahankan namun yang dihilangkan adalah perseteruannya. Ini kunci yang harus kita sadari. Ini yang pertama harus disingkirkan dan dibereskan di dalam pelayanan anak-anak tuhan. Jika kita tidak mengerti essensi dari persatuan Kristen maka itu membuat kita sangat rentang dan berbahaya untuk masuk dalam perpecahan. Itu sebabnya jikalau sudah mulai ada benih perseteruan harus segera diselesaikan agar jangan sampai menimbulkan perpecahan di dalam gereja dan dengan demikian setiap kita harus mempunyai semangat konsolidasi. Dalam ay. 14 dikatakan, "Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan… yang telah meruntuhkan tembok pemisah…" Ketiga kalimat ini menggunakan struktur aorist tense. Aorist tense adalah satu tindakan yang dikerjakan di dalam ketuntasan kekekalan yang diterapkan di dalam seluruh sejarah. "Karena Dialah" berarti Kristus menjadi sumber pertama dan utama untuk menyelesaikan semua perseteruan. 1. "Sudah digenapkan" berarti semangat dan kuasa perseteruan itu seharusnya bisa dikalahkan, karena kuasa penyelesaiannya sudah tuntas dikerjakan. Ini format aorist tense ditekankan di dalam ayat ini untuk menyatakan bahwa Tuhan sudah meruntuhkan semua tembok pemisah dan Tuhan sudah mempersatukan di dalam darah-Nya. Dalam ay. 13 dikatakan, "Di dalam Kristus kamu, yang dahulu ‘jauh’, sudah menjadi ‘dekat’ oleh darah Kristus." Di sini kita sudah dipersatukan oleh darah Kristus dan biarlah kita boleh mengarahkan hidup dan seluruh perjuangan kita kembali kepada Kristus. Ini baru kemutlakan yang sejati yang menyelesaikan semua kerelativan di dunia. Mari kita menguji diri kita masing-masing apakah kita sudah memikirkan apa yang Kristus mau dan bukan memikirkan dan memperjuangkan kepentingan kita masing-masing. Visi, kesamaan arah dan tujuan perjuangan baru bisa terjadi jika kita kembali kepada Kristus. 2. 3. Bagaimana kita membangun itu secara konkrit. Alkitab mengatakan yang Pertama, salib harus menjadi dasar pandang kita. Visi salib itulah yang membuat kita kuat di dalam kita: bersatu. Karena waktu kita memandang salib kita tahu apa yang sudah Tuhan kerjakan kepada kita. Kita hanyalah orang berdosa yang sudah ditebus oleh Tuhan dengan darah yang mahal, karena Tuhan begitu mencintai kita. Ini seharusnya menjadikan kita orang yang rendah hati. Jika kita boleh melayani itu sematamata karena anugerah yang begitu besar. Ketika kita memandang salib, kita mengerti ada satu hati yang tidak mau menyakiti hati Tuhan. Dalam hidup, kita melihat misi kerajaan Allah di bawah salib, itulah visi salib. Ay 16 mengatakan, "Untuk memperdamaikan keduanya, dalam satu tubuh dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu." Biarlah salib penderitaan Kristus, penebusan Kristus, dan misi Kristus menjadi bagian dalam diri kita. Terkadang di dalam diri kita, kesibukan membuat kita tidak mampu lagi memandang salib. Kedua, Damai sejahtera yang sejati. Alkitab mengatakan damai sejahtera yang Allah berikan kepada kita berbeda dengan apa yang dunia bisa berikan di mana artinya ada satu kedamaian yang membuat kita tidak ingin kedamaian itu terusik. Istilah ‘damai’ hari ini sangat banyak disalahgunakan. Damai di sini bukan seperti yang dunia ajarkan yaitu kalau cocok dengan perasaan kita atau diri kita melainkan damai yang Tuhan berikan. Ay. 17 mengatakan, "Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang ‘jauh’ dan damai sejahtera kepada mereka yang ‘dekat.’" Dengan kata lain, damai sejahtera ini diberikan kepada kedua pihak yang berseteru. Jadi damai sejati di sini adalah damai sejahtera yang kembali terarah kepada visi Kristus. Kembali mengarah kepada visi pelaku daripada kedamaian itu sendiri yaitu Tuhan Allah. 135 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Marilah kita kembali belajar di dalam hidup kita untuk berhenti dari semangat sektarian, lalu kita mengajak semua orang balik kepada Kristus. Kembali kepada kebenaran Dia, kepada cinta kasih-Nya, kembali memperjuangkan Dia dan semuanya untuk kemuliaan nama Tuhan. Di situlah visi salib damai sejahtera Tuhan terjadi. Berhentinya semua perseteruan maka perjuangan misi Allah bisa dikerjakan secara maksimal. Jika ini ada di dalam gereja kita, maka gereja memiliki potensi untuk mempengaruhi dunia. Saya rindu apa yang sudah dijalankan di dalam perjalanan GRII sampai hari ini boleh terus menerus mempengaruhi dunia dan memperjuangkan semangat kesatuan di dalam Kristus. Amin! 136 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 B Ba as siis sp pe errs sa attu ua an ny ya an ng gs se ejja attii Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 19 Efesus 2:19-22 Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang–orang kudus dan anggota–anggota keluarga Allah, 20 yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. 21 Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapih tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan. 22 Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh. Kita sudah membicarakan pergumulan orang-orang Yunani yang menjadi Kristen sulit bersatu dengan orang Kristen dari bangsa Yahudi. Bagi orang Yahudi bangsa non-Yahudi adalah bangsa kafir. Ini membuat orang non-Yahudi minder dan membuat persatuan sulit tercapai. Semangat seperti ini dapat muncul setiap zaman. Hari ini banyak orang sulit menjadi Kristen karena batasan-batasan yang menjadi tembok, sehingga menyulitkan dia untuk menjadi orang kristen, misalnya Kristen di identikkan dengan batak. Itu sebabnya, perlu kesatuan sejati dan ini sudah dibahas dalam Ef 2:11-22. Kita sudah membicarakan hal di atas sebagian demi sebagian. Pada saat ini kita memasuki bagian klimaks dari prinsip penyatuan. Apa dasar kita untuk membangun kekristenan sejati? Fondasinya di mana? Jawabnya adalah kembali kepada Alkitab. Jika setiap kita kembali kepada Alkitab dan tahu basis kekristenan untuk kesatuan maka kita lebih cepat bersatu. Mungkin kita bertanya, “Mengapa orang Kristen sendiri sulit bersatu?” Itu semua adalah karena dosa. Prinsip dosa adalah memecah belah dan jika ini terjadi itu berarti salah kita sendiri. Jadi agar persatuan sejati terjadi kita harus membangunnya di atas dasar yang benar. Dalam hal ini Alkitab mengatakan, “Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah.” Pertama, kita satu warga kerajaan surga. Jadi siapapun kita? Bagaimanapun kita? Kapanpun kita dilahirkan? Dari suku atau bangsa apapun tidak menjadi masalah, karena kita sudah disatukan menjadi keluarga kerajaan surga. Implikasinya, jika kita sewarga di dalam kerajaan surga berarti Tuhan adalah Raja kita. Jadi kita harus menTuhankan Kristus dalam hidup kita. Jika kita semua tunduk kepada Kristus maka dengan sendirinya kita akan bersatu. Satu bukan karena kita menggalang kesatuan horizontal tetapi satu karena kita punya kepala yang satu yang menarik semua jadi satu. Format ini menjadikan kita tidak boleh ada Tuhan atau Raja lain kecuali Tuhan Allah sendiri. Jika hal ini sudah diselewengkan di mana Tuhan sudah diganti posisinya maka bahaya akan terjadi. Dan jika kita gagal menjadi kawan sewarga di hadapan Tuhan, 137 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 ini yang menjadikan kawan sewarga sulit bersatu. Itu sebabnya di dalam 1 Petrus 3:15 mengatakan, “Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat.” Di dalam bagian ini mengatakan “Kuduskan Kristus di dalam hati kita sebagai Tuhan.” Jika ini ada di dalam hati kita, barulah kita bisa bersatu. Inilah yang membuat seluruh arah visi tidak menjadi konflik tetapi kembali kepada arah yang sejati. Dan ini baru bisa terjadi jika kita mau menyangkal diri kita dan mengatakan tidak kepada diri kita dan mengatakan ya kepada Tuhan. Konsep pertama ini menjadi dasar bagi bagian kedua. Kedua, kita satu keluarga Allah. Di sini umat Tuhan digambarkan sebagai satu keluarga. Di dalam satu keluarga lebih mementingkan satu keintiman. Menggambarkan satu relasi yang penuh cinta kasih. Jadi di dalam poin yang kedua ini Paulus mau mengatakan bukan saja membicarakan ketaatan kita kepada Allah tetapi bagaimana kita mengerti cinta kasih sesama. Mengerti bahwa saudara adalah saudaraku dan aku adalah saudaramu. Ini merupakan gambaran yang begitu penting yang menggambarkan satu relasi cinta kasih di dalam keluarga. Sayangnya di dalam jaman yang semakin berkembang menggambarkan relasi cinta kasih di dalam keluarga menjadi sulit, karena banyak hubungan di dalam keluarga tidak beres. Kasih bukan tali pengikat yang utama di dalam keluarga. Tidak heran jika mereka mendengar ayat yang mengatakan, “Kita perlu bersatu seperti satu keluarga.” Bagi mereka kalimat ini aneh sekali di telinga. Ini membuktikan betapa perlunya keluarga kembali kepada firman Tuhan. Membangun keluarga di dalam kebenaran Tuhan. Ini yang membuat keluarga menjadi indah sehingga anak-anak melihat betapa indahnya memiliki keluarga yang indah. Keluarga indah bukan karena tidak pernah berselisih. Perselisihan pasti ada tetapi bagaimana cinta kasih lebih menguasai dibandingkan perselisihan yang ada. Bagaimana cinta kasih, perhatian, dan kerelaan berkorban ada di dalam keluarga. Melalui gambaran keluarga ini Tuhan mau menggambarkan satu kesatuan yang sejati. Jika dunia sudah dipecah-pecah oleh kebencian satu sama lain bagaimana dia bisa melihat cinta kasih yang sejati. Jika ini terjadi di dalam keluarga Allah betapa rusaknya keluarga Allah. Saya berharap kiranya setiap kita boleh belajar bagaimana di dalam pelayanan dan kehidupan kita boleh mencerminkan satu keindahan keluarga. Dengan demikian kekristenan dapat menjadi contoh bagi dunia. Saya harap gereja ini boleh Tuhan pimpin untuk kita sama-sama bisa saling mengasihi. Inilah gambaran persatuan yang Tuhan inginkan. Di satu pihak tahu otoritas. Tahu Tuhan menjadi pemimpin yang mempersatukan dan di lain pihak cinta kasih relasional ada di tengah-tengah keluarga Allah. Kita berelasi satu sama lain. Kita saling mengasihi satu dengan yang lain sebagai satu keluarga di mana Tuhan menjadi Bapa kita dan kita adalah anak-anak-Nya. Ini menjadikan kita terikat menjadi satu persaudaraan yang indah satu sama lain. Persatuan sejati di antara anak Tuhan tentu ada perbedaan, yang penting bagaimana di dalam perbedaan tersebut kita bisa saling menghargai dan mengasihi sebagai satu keluarga. Perbedaan yang mempersatukan memungkinkan terjadinya keindahan kesatuan dalam satu keluarga. Sekarang kita perlu memikirkan basis penyatuan yang Tuhan inginkan terjadi. Format mutlaknya seperti apa? Alkitab mengatakan basisnya adalah di atas dasar para rasul dan para nabi dengan Kristus sebagai Batu Penjuru. Urutan di sini bukan para nabi lebih dahulu melainkan para rasul. Tetapi Alkitab mencatat para rasul lebih dahulu baru para nabi dengan Kristus sebagai dasarnya. Kenapa para rasul diletakkan lebih dahulu bukan para nabi? Di dalam ayat ini ada signifikansi teologis yang sangat penting. Basisnya adalah Kristus. Di atas diri Kristus dibangun para rasul dan para nabi. Secara kronologis nabi ada lebih dahulu sesudah itu baru rasul, tetapi secara prinsip teologis rasul menginterpretasi nabi. Setelah nabi selesai tugasnya maka rasul berbicara. Rasul dipakai untuk menuliskan Perjanjian Baru sedangkan nabi dipakai 138 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 untuk menuliskan Perjanjian Lama namun basis utama bukan di nabi melainkan di interpretasi PB terhadap PL. Demikian pula ketika Kristus datang, Dia menginterpretasi apa yang diungkapkan di dalam PL dan mensahkan apa yang nanti ditegaskan di PB. Di dalam PL seluruhnya menunjuk kepada Kristus. Kristuslah titik pusat yang dituju semua nabi PL. Jadi di dalam PL yang menjadi patokan dasarnya adalah Kristus. Di dalam PL merupakan bayang-bayang yang menuju kepada satu realita sejati. Jadi di dalam PL membayangkan Kristus yang akan datang (Mis: Kej 3:15). Ini nubuat! Nubuat tidak jelas, kecuali nubuat tersebut telah digenapi di dalam PB. Waktu di buka secara jelas itu berarti sejarah sudah lampau. Jadi prinsip yang penting di sini bukan nabi menjelaskan rasul tapi rasul menjelaskan nabi. Bukan PL menjelaskan PB tetapi PB menjelaskan PL. itu sebabnya mengapa Paulus menulis “Rasul lebih dahulu kemudian nabi.” Untuk mengerti Yesus sebagai batu penjuru kita harus melihatnya mulai dari rasul menuju ke nabi. Apa yang diungkapkan oleh para rasul di dalam PB di konfirmasikan oleh nubuatan para nabi. Ini yang menjadi dasar mengapa kita mengatakan iman kristen jauh lebih solid daripada pengertian iman Yudaisme yang memegang PL tetapi menolak PB. Banyak orang yang tidak bertanggungjawab lebih menekankan PL dari PB. Bagaimana kita bersatu? Untuk membangun kesatuan, Alkitab mengatakan basisnya di atas fondasi Kristus dengan Firman di atas-Nya. Persatuan sejati terjadi ketika kita sama-sama menTuhankan Kristus dengan basisnya Firman Tuhan di mana PB melihat PL. Ini tidak berarti ketika kita menggarap firman maka kita bisa cocok tanpa adanya perbedaan. Perbedaan pasti ada tetapi jika kita sama-sama mau kembali kepada Firman, mau belajar taat kepada Firman saya yakin persatuan sejati bisa terjadi. Bukan ego kita, bukan pandangan kita, bukan keinginan kita melainkan kehendak Tuhan. Lalu, tugas siapakah untuk membangun kesatuan sejati ini? Kita sebenarnya tahu bahwa ini bukan hanya tugas pendeta atau hamba Tuhan. Tetapi masalahnya kita malas mempelajari firman Tuhan dengan baik, akibatnya jemaat begitu lemah karena jemaat tidak pernah belajar, tidak mau mengerti kebenaran. Tidak heran kalau jemaat begitu mudah ditipu karena tidak belajar kritis. Saya ingin setiap jemaat boleh belajar kritis, mempertanyakan segala sesuatu secara kritis. Semangat kritis ini tidak mungkin terjadi kecuali kita kembali ke Alkitab, mempelajari Alkitab. Mari kita kembali kepada Firman, jika kita kembali kepada Firman kita tahu apa yang kita harus kerjakan, tahu bagaimana menilai jaman, dan kita bisa bersatu dengan setiap orang Kristen dan bersepakat di dalam banyak hal. Tetapi jika kita tidak kembali kepada Firman, kita sulit untuk sepakat dan perpecahan mudah sekali terjadi. Saya ingin ada orang yang betul-betul basis kepada teologi yang kokoh lalu secara tajam menilai semua yang terjadi dari perspektif firman Tuhan. Saya minta, mari kita mulai belajar sungguh-sungguh bergumul baik-baik agar Tuhan pakai kita. Mau saudara? Amin! 139 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 S So olla aS Sc crriip pttu urra a Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 1 Yohanes 1:1-5 Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama–sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. 2 Ia pada mulanya bersama–sama dengan Allah. 3 Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. 4 Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. 5 Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya. Teriakan Martin Luther yang begitu keras terjadi 481 tahun yang lalu karena sedih dan marah melihat gereja sudah melecehkan firman Tuhan. Gereja telah menggeser ajaran tentang keselamatan, pertobatan, kelahiran baru, dan penebusan diganti dengan hal yang tidak benar, yaitu dengan membeli surat indulgensia (surat penebusan dosa). Ajaran ini hanya mementingkan keinginan Paus demi untuk membangun Santo Petrus yang hari ini menjadi salah satu obyek pariwisata terbesar di kota Roma. Itu sebabnya Martin Luther berteriak keras agar gereja kembali kepada Alkitab. Hanya kembali kepada Alkitab kita baru bisa mengerti kebenaran dan Alkitab harus menjadi dasar kebenaran. Pada tahun 1998 ini setelah 481 tahun kemudian, apakah gereja sudah beres? Apakah hari ini gereja sudah sungguh-sungguh kembali kepada Firman ataukah sebaliknya? Hari ini kita melihat, gereja tetap diwarnai oleh ajaran yang tidak sesuai dengan Alkitab di mana banyak orang berteriak reformasi tetapi tidak tahu reformasi itu apa. Mereka tidak tahu apa yang mereka kerjakan dan tidak mempunyai solusi penyelesaian masalah. Beberapa saat yang lalu saya membaca kembali bagian dari buku "Institutes of the Christian Religion" John Calvin. John Calvin bukanlah seorang yang berpendidikan teologi secara formal. Dia adalah seorang ahli hukum, namun karena cintanya kepada Tuhan membuat dia belajar Firman dan membaca buku-buku teologi mungkin lebih banyak daripada imam yang belajar teologi. Tidak heran, kalau dia bisa menuliskan prinsip iman Kristen yang begitu solid, padat, menyeluruh, dan terintegrasi untuk menjadi pegangan di dalam gerakan reformasi. John Calvin bukan hanya menulis sistematik teologi namun dia juga seorang ekspositor Alkitab yang kuat. Sistematik teologi yang dibuat didasarkan pada eksposisi Alkitab yang ketat dan dia hampir menafsir seluruh kitab dalam Alkitab. John Calvin, mengapa dia memilih nama John? Saya tidak tahu. Tapi, jika saya membandingkannya dengan membaca Yohanes 1, saya melihat inilah jiwa yang saya rasa ingin dia utarakan di dalam hidupnya. Yohanes waktu menulis kitab Injil dia mulai dengan Firman. Inilah cara Yohanes mengungkapkan otoritas, asal usul dan dasar dari kemungkinan keberadaan. Seluruh keberadaan alam semesta, perkembangan sejarah dan seluruh perkembangan kemungkinan potensi yang ada mulai dengan kata ‘Firman’ (The Word). Yohanes 1:1, 140 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 "Pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah." Ini merupakan ayat yang pendek namun mempunyai satu aspek teologis yang begitu solid. Firman ini menjadi dasar atau sumber dari semua keberadaan yang ada di dalamnya. Firman itu mencipta lalu dari ciptaan itu adanya ciptaan kemudian dan itupun dari Firman. Di dalam ayat 3 mengatakan, "Tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan." Ini berarti ciptaan dan penurunan ciptaan itu kembali kepada firman. Disini kita melihat pentingnya konsep ‘Sola Scriptura.’ Untuk mengerti pentingnya konsep Sola Scriptura mari kita melihat terlebih dahulu titik putar pada tahun 1517 dan kemudian kita melihat ke abad 20. Mengapa tanggal 31 Oktober 1517 harus ada letusan? Untuk menjawab hal ini kita akan meninjau bukan hanya secara teologis namun juga secara historis. Tuhan memperkenankan terjadinya titik putar di dalam sejarah ini merupakan hal yang penting. Mengapa? Karena Tuhan ingin mengembalikan gereja pada tempat yang seharusnya. Jika kita melihat sejarah maka tahun 0 adalah tahun di mana Kristus lahir dan tahun di antara sebelum dan sesudah Kristus lahir itu menjadi titik putar. Jika kita hanya mengerti sampai di sini, itu berarti kita baru mengerti fakta tetapi belum mengerti pengertian fakta yang sesungguhnya. Untuk mengerti pengertian fakta di sini kita mulai bertanya, "Mengapa Kristus lahir?" Di sini kita melihat ada signifikansi yang serius terjadi. Itu bukan kebetulan terjadi tetapi karena Allah melihat sudah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya untuk turun ke dalam dunia untuk menyelesaikan problematika dosa (bnd. Gal 4:4). Hanya di dalam Kristus kita melihat kebenaran yang sesungguhnya dan bagaimana manusia hidup sebagai manusia. Itu sebabnya tidak ada seorang manusiapun yang boleh dicontoh atau ditiru, karena tidak ada seorangpun yang hidup sempurna kecuali Yesus Kristus. Jadi ini menjadi titik putar di dalam sejarah di mana satu arus yang sudah menyeleweng ditarik kembali kepada jalur yang seharusnya. Itu sebabnya di dalam proses sejarah pada saat gereja sudah mulai menyimpang dari kebenaran, Tuhan menegakkan titik putar kembali gereja kembali kepada jalur yang seharusnya yaitu kembali kepada Alkitab. Pada abad 15 dan 16 merupakan abad di mana Renaisance atau Humanisme mencapai puncaknya. Sayangnya, mereka menggeser Tuhan dari hidup mereka dan mengatakan bahwa mereka tidak perlu Tuhan. Manusialah Tuhan atas segala Tuhan. Ini berbeda dengan abad 12 kita melihat misalnya lukisan memakai putaran lingkaran suci, bukan itu saja mereka melukis manusia dengan tangan yang terarah melihat Tuhan. Namun pada masa Renaisance kita melihat bahwa konsep ini didobrak oleh satu lukisan yang terkenal luar biasa yaitu Monalisa atau Madona. Lukisan ini mempunyai pengaruh yang luar biasa karena di dalamnya mempunyai signifikansi sejarah. Ada sesuatu yang mau disampaikan melalui lukisan tersebut. Di dalam lukisan ini Leonardo Da Vinci menggambarkan satu wajah dengan senyuman yang sinis luar biasa. Dengan mata yang melihat ke bawah dan tangannya diarahkan ke bawah. Dengan itu dia ingin mengutarakan, "Mari dunia, tidak perlu lagi melihat ke atas. Mari kita melihat ke bawah." Ini merupakan ide humanisme yang disodorkan mulai dari Renainsance, lalu Masa Pencerahan, setelah itu Modernisasi, dilanjutkan era Post Modernisasi kemudian masuk ke New Age. Ini semua rentetan sejarah yang ditarik dari satu garis yaitu dari ide humanisme. Di dalam humanisme manusia harus mengutarakan diri, menyelesaikan keinginan diri dan mencapai tujuan diri. Ini gagasan yang bermula dari renaisance. Pada abad 13 dan 14 renainsance sudah mencapai jaman yang disebut high renaisance. High renaisance kira-kira muncul pada abad 13, 14 terus hingga abad 15. Semangat humanisme menguasai semua masyarakat pada saat itu dan orang Kristen termasuk Paus hingga ke bawah sebagian besar hanya berpikir, "Bagaimana saya dapat menikmati hidup, menikmati kejayaan dan memperjuangkan apa yang saya mau?" Semua itu harus diusahakan atau dikerjakan oleh manusia, bukan Tuhan yang rencanakan. Pengaruh humanisme ini membuat orang mulai meninggalkan Firman, tidak heran mulai abad 12, 13, 14, dan 15 gereja menjadi 141 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 semakin hari semakin gelap, semakin meninggalkan Firman Tuhan. Berita khotbah hanya untuk mencari kepentingan dan kenikmatan diri sendiri. Di tengah-tengah kondisi seperti ini Tuhan tetap membangkitkan sekelompok orang yang betul-betul setia kepada Firman. Orang-orang ini kemudian dipakai oleh Tuhan untuk mengadakan reformasi. Ini bisa kita lihat sejak zaman PL seperti Nuh, Elia dll. Jadi Di tengah-tengah dunia yang begitu rusak, Tuhan masih menjaga dan memelihara sekelompok kecil anak-anak Tuhan yang setia. Demikian juga pada abad ke-15 ketika dunia sudah rusak, humanisme merajalela dan manusia begitu materialis dan mementingkan diri sendiri termasuk Paus dan bawahannya. Namun kemudian seperti Martin Luther, Calvin, Theodore Beza dll. Tuhan bangkitkan untuk membawa gereja dan dunia kembali melihat kebenaran yang azasi. Dunia kita selalu mempunyai kecenderungan eksentrik. Semangat yang mau menyeleweng dari kebenaran yang semakin lama semakin aneh. Inilah yang disebut dengan eksentrik. Tidak heran, kalau saudara melihat dunia ini tambah lama tambah nyentrik. Istilah nyentrik ini sebetulnya adalah eksentrik. Mau tampil beda tapi bedanya tambah lama tambah gila secara negatif, keluar dari kebenaran. Celakanya orang seperti ini merasa dialah orang yang harus memimpin Zaman. Di tengah-tengah perjalanan sejarah seperti ini Tuhan memimpin kembali sekelompok kecil orang untuk kembali kepada kebenaran. Ini yang kita sebut sebagai konsentris yaitu semangat untuk kembali kepusat atau keinti kebenaran. Ketika dunia sudah mulai relatif Tuhan memimpin kita kembali kepada kemutlakan yang sejati. Inilah yang diteriakkan oleh reformasi 481 tahun yang lalu. Pertanyaannya sekarang di mana pusat konsentrisitas kemutlakan kita? Melalui Firman Tuhan. Ini menjadi inti pertama yang harus dikerjakan di dalam kekristenan kita. Yoh 1 mengatakan bahwa semua yang jadi tidak akan jadi jikalau bukan karena Firman. dan Firman inilah terang bagi dunia ini. Begitu terang ada maka kegelapanpun hilang. Yoh 1 hanya terdiri dari satu kalimat pendek namun tuntas untuk menyelesaikan semua problema. Di sini Yohanes mau membukakan kepada manusia bahwa tanpa Firman, hidup manusia tidak ada arah dan kita akan hidup di dalam kegelapan, kecuali kita kembali kepada terang. Terang itu adalah Firman. Kembali kepada Firman adalah satu keharusan yang tidak bisa diganggu gugat. Calvin di dalam bukunya memberikan satu tema yang cukup menarik dan ketat, ketika dia mengatakan, "Without scripture we fall into error." Seluruh hidup kita tidak mungkin jalan tanpa referensi yang mutlak. Tanpa kemutlakan kita kehilangan pegangan. Calvin mengatakan, hanya kembali kepada Alkitab kita memiliki pegangan. Kembali kepada Alkitab! Kalimat ini sebelumnya diteriakkan oleh Martin Luther. Ketika Martin Luther meneriakkan itu berarti taruhannya nyawa dan hanya karena pemeliharaan Tuhan maka Martin Luther tidak jadi dibunuh hanya ditangkap kemudian disembunyikan. Martin luther hilang beberapa tahun dan di tengah-tengah persembunyiannya dia menerjemahkan Alkitab bahasa latin ke dalam bahasa Jerman. Inti reformasi adalah menuntut kita Back to the Scripture. Saat ini kita bisa dengan mudah membeli Alkitab. Tapi jangan lupa, banyak tokoh-tokoh seperti Martin Luther dll yang harus mempertaruhkan nyawanya supaya Alkitab dapat dibaca banyak orang. Misalnya William Tyndall yang akhirnya dibakar hidup-hidup. Sekarang kita mudah mendapatkan Alkitab bahkan kita mungkin memiliki lebih dari satu tapi berapa banyak kita sudah membaca Firman Tuhan tersebut mulai dari Kejadian sampai Wahyu? Saudara, mari kita membaca firman Tuhan dengan semangat kritis sehingga kita tidak mudah untuk ditipu oleh dunia yang berdosa, oleh gerakan-gerakan eksentrik yang sedang melanda kekristenan dan dunia ini. Seberapa jauh kita mempunyai semangat ini? Hari ini, mari kita instrospeksi diri kita dan berkata kepada Tuhan, "Tuhan, aku mau belajar Firman-Mu dengan sungguh-sungguh." Maukah Saudara? Amin! 142 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 P Pa an ng gg giilla an ny ya an ng ga ajja aiib b Oleh: Pdt. Rusdi Tanuwidjaya Nats: Matius 2:1-2 1 Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, 2 dan bertanya–tanya: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami datanglah orang–orang majus dari Timur ke Yerusalem telah melihat bintang–Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia." Natal merupakan satu peristiwa yang paling agung di dalam sejarah, sayangnya kita seringkali hanya mengenang peristiwa ini pada hari natal atau menjelang Natal walaupun kita tidak tahu kapan tepatnya Natal yang sesungguhnya. Bagi saya ini tidak penting, namun yang penting adalah bagaimana kita senantiasa mengingat jiwa, teladan, dan kerendahan dari inkarnasi Kristus. Itu sebabnya, pada hari ini kita kembali merenungkan makna Natal dalam hidup kita. Di sini kita akan belajar beberapa poin yang penting sehubungan dengan Natal. Pertama, Natal membuktikan bahwa anugerah Allah lebih besar daripada dosa manusia. Kristus datang ke dalam dunia ini menunjukkan bahwa kasih Allah lebih besar daripada dosa manusia. Andaikata keadilan Allah lebih besar daripada dosa manusia, maka semua kita tidak akan merayakan Natal dan itu berarti kita semua harus dihukum. Kedua, Natal membuktikan cara kerja Allah seringkali berada di luar jangkauan pikiran manusia. Ketika Allah menggenapi janjinya, kita melihat seringkali berada di luar pikiran dan pengalaman manusia. 1. Secara waktu siapa yang pernah berpikir bahwa Anak Allah datang ke dunia justru setelah Allah diam 400 tahun. Allah tidak memakai seorang nabipun untuk memberitakan firman pada zaman itu. Namun setelah 400 tahun barulah Allah menggenapi janjinya yang telah ia nubuatkan ribuan tahun yang lalu. 2. Secara tempat siapa yang pernah berpikir bahwa Allah untuk menggenapi janjinya justru memakai tempat yang sederhana dan tidak terkenal yaitu kota Betlehem. Betlehem berarti rumah roti. Kota Betlehem adalah kota yang kecil yang mungkin berada di luar pikiran manusia. Namun di sini kita melihat apa yang tidak terpandang bagi manusia justru dipakai Allah untuk menjadi rumah roti bagi jiwa manusia yang lapar dan haus. Ketika Allah menggenapi janjinya bukan hanya di kota yang tidak terpandang tetapi juga Ia lahir di sebuah tempat yang tidak terpikirkan oleh manusia yaitu sebuah kandang yang hina, kotor dan bau. Bahkan Anak Allah dibaringkan di sebuah palungan yaitu tempat makan binatang. Kandang dan palungan adalah tempat yang tidak layak untuk dihuni oleh manusia tapi justru di situlah Allah menggenapi janji-Nya. Sungguh, ini berada di luar pemikiran manusia yang terbatas. 143 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Ketiga, Natal berarti Allah ada di tempat di mana tidak pernah diharapkan oleh manusia. Siapa yang menyangka bahwa Anak Allah datang ke dalam dunia justru memakai rahim seorang wanita yang masih gadis. Seorang wanita yang masih dara tidak seharusnya berisi. Namun di sini kita melihat wanita yang tidak seharusnya berisi justru menjadi berisi sebaliknya kubur Yesus yang seharusnya berisi menjadi tidak berisi. Mengapa ini terjadi? karena kuasa Allah. Namun siapa yang pernah menyangka dan mengharapkan bahwa Anak Allah sekarang ada di dalam dikandungan seorang wanita. Demikian juga siapa yang pernah menyangka Allah ada di sebuah kandang lebih khusus di dalam palungan. Bahkan kalau kita tarik lebih jauh yaitu pada saat penyaliban siapa yang pernah menyangka Allah ada di atas kayu salib. Sungguh ini merupakan satu peristiwa yang sulit dipikirkan oleh manusia, karena memang ini berada di luar kemampuan pikiran dan pengalaman manusia yang terbatas. Ya, seringkali Allah tidak ditemukan di tempat di mana dapat dicapai oleh pikiran manusia yang terbatas. Tidak. Justru Natal membuktikan bahwa Allah ada di tempat di mana tidak pernah diharapkan oleh manusia. Keempat, Natal pertama memanggil orang yang tidak pernah dipikirkan dan diharapkan manusia. Siapa yang pernah menyangka bahwa Natal justru pertama kali memanggil orang yang berada jauh di luar bangsa Israel. Natal pertama kali memanggil orang Majus bukan penggembala. Memang di dalam Alkitab penggembala datang yang pertama kali ke tempat di mana Tuhan Yesus dilahirkan. Pada pagi ini kita secara khusus akan mengamati orang Majus. Di sini saya menemukan beberapa pelajaran rohani yang penting berkenaan dengan orang majus. a. 1. Pribadinya; 2. Perjalanannya; 3. Penyembahannya. Dilihat dari pribadinya orang majus bukanlah orang Yahudi atau dengan kata lain bukan bangsa pilihan Allah, melainkan orang kafir. Orang kafir adalah orang yang menurut orang Yahudi adalah orang yang tidak memiliki pengharapan di dalam dunia. Orang Majus adalah orang yang seharusnya dikerat, dibuang dan dibakar. Itu sebabnya pertama kali tatkala Allah menggenapi janjinya justru janji tersebut bukan pertamatama di dengar oleh para imam, Ahli Taurat atau umat Israel tetapi justru berita sukacita pertama kali di dengar oleh orang kafir, yaitu orang yang tidak masuk hitungan dan sungguh tidak pernah terpikirkan oleh orang Yahudi bahwa kedatangan Mesiah yang dijanjikan justru pertama kali di dengar oleh orang kafir. Orang majus bukan hanya orang kafir tetapi juga merupakan para sarjana. Mereka adalah orang-orang yang terpandang baik di dalam pendidikan, kekayaan dan kedudukan. Jadi orang yang pertama kali dipanggil oleh Allah justru bukan ahli kitab, orang beragama atau orang Israel melainkan justru orang kafir yang berpendidikan dan berpengetahuan tinggi. Dari segi perjalanannya. Orang Majus berasal dari tempat yang sangat jauh. Banyak penafsir yang mengatakan bahwa orang Majus adalah orang Arab atau orang Persia. Saya pribadi lebih setuju bahwa orang Majus kemungkinan berasal dari Persia, mengingat orang Persia pada masa itu terkenal dengan ilmu astrologinya. Jadi mereka dari Persia ke Yerusalem membutuhkan waktu yang sangat lama. Mereka harus berjalan berbulan-bulan untuk sampai ke Betlehem. Kita mungkin bertanya, "Bagaimana caranya mereka dari tempat yang begitu jauh bisa tahu bahwa ada Raja orang Yahudi yang baru dilahirkan? Saya pribadi b. 144 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 percaya mereka tahu bahwa ada Raja orang Yahudi baru dilahirkan karena mereka mempelajari bintang dan juga mempelajari Kitab Suci orang Israel. Ingat bangsa Israel pernah ditawan ke Persia. Jadi panggilan Tuhan kepada mereka pertama-tama melalui wahyu umum selanjutnya ketika mereka mempelajari Kitab Suci Tuhan memimpin mereka dan memberikan pencerahan kepada mereka sehingga mereka dapat memahami melalui ilmu perbintangan yang mereka pelajari bahwa Allah telah memakai bintang untuk memberitahukan kepada mereka bahwa raja orang Yahudi yang dijanjikan sudah lahir. Ketika mereka berjalan dari tempat yang jauh, banyak tantangan yang mereka hadapi dan itu tidak mudah. Mereka harus melalui padang gurun, padang pasir yang panas dan penuh dengan pasir dan debu. Belum lagi bahaya dari para perampok, binatang buas dan banyak lagi kesulitan-kesulitan yang lain. Namun di sini kita melihat ketekunan dan pengorbanan mereka. Ya, hanya untuk melihat dan menyembah Raja orang Yahudi yang baru dilahirkan mereka telah melintasi jarak ribuan kilometer jauhnya. Mereka adalah orangorang yang jauh secara geografis namun mereka dipanggil oleh Tuhan menjadi orang-orang yang dekat dengan Tuhan secara relasi. Berbeda dengan banyak orang Israel, pemimpin-pemimpin agama mereka adalah orang-orang yang dekat secara georafis namun mereka justru jauh dari Tuhan secara relasi sekalipun mereka adalah bangsa pilihan dan orang-orang yang menamakan diri beragama namun hati mereka justru jauh dari Tuhan. Yang jauh menjadi dekat dan yang dekat menjadi jauh. Yang tidak diharapkan memperoleh pengharapan dan yang seharusnya memperoleh pengharapan justru membuang pengharapan. Penyembahan orang Majus. Orang majus datang dari jauh hanya untuk melihat dan menyembah Raja orang Yahudi yang baru dilahirkan dengan berbagai kesulitan yang dialami mereka terus mencari. Akhirnya mereka tiba di Yerusalem dan bertemu dengan raja Herodes. Mereka memberitahukan apa maksud kedatangan mereka yaitu untuk menyembah raja orang Yahudi yang baru dilahirkan. Tentu saja hal ini membuat Herodes terkejut dan bertanya-tanya di dalam hati dan akhirnya orang majus bertemu dengan Yesus yang baru dilahirkan. Bagaimana kira-kira perasaan mereka ketika bertemu dengan Yesus. Kita tidak tahu. c. Namun demikian pastilah ketika pertama kali mereka melihat bayi Yesus Raja orang Yahudi yang baru dilahirkan, mereka mungkin terheran-heran. Karena Raja orang Yahudi yang baru saja dilahirkan tidak seperti apa yang mereka pikirkan. Sekarang mereka hanya melihat seorang bayi dari keluarga sederhana. Namun demikian di sini kita belajar satu hal di tengah-tengah apa yang mereka lihat mereka tidak hanya berhenti pada penampakan lahiriah. Mereka tidak hanya melihat secara fenomena melainkan jauh melampaui apa yang mereka bisa lihat secara fenomena. Itu sebabnya ketika mereka melihat Yesus yaitu Raja orang Yahudi yang baru dilahirkan mereka segera sujud menyembah bayi Yesus. Aneh kelihatannya tapi itulah yang terjadi. Ketika Yesus belum bisa bicara, ketika Yesus belum mampu berjalan apalagi memberitakan firman dan memproklamasikan diri-Nya. Disini kita melihat ada satu kekuatan yang besar yang telah memanggil orang-orang berpendidikan, berpengaruh dan kaya untuk datang dan menyembah Dia. Satu hal yang sangat langka dan belum pernah terjadi di dunia. Orang-orang berpengaruh dalam masyarakat datang dan menyembah seorang bayi yang sederhana. Inilah iman. Iman menembus jauh melampaui apa yang bisa mereka lihat, iman mempercayakan diri kepada suatu pribadi sekalipun nampaknya pribadi tersebut sulit untuk kita pahami karena kesederhanaan-Nya. Itulah Iman! Saudaraku, orang Majus menjadi gambaran bagaimana Allah memilih dan memanggil umat pilihan-Nya. Seringkali justru yang kita pikir orang tersebut adalah umat pilihan Allah justru kita keliru. Tetapi orang yang justru kita tidak pernah pikir, tidak pernah diharapkan justru merekalah yang Allah 145 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 panggil. Seringkali Allah memberikan anugerah-Nya kepada umat pilihan di dalam cara yang tidak pernah kita pikirkan dan harapkan. Bagaimana dengan diri kita? Kita juga bukan orang-orang yang layak karena secara kebangsaan kita bukan umat pilihan Tuhan. Dan kita tinggal jauh dari tempat di mana Kristus lahir. Namun Tuhan telah memanggil kita dan menyelamatkan kita. Namun demikian izinkan saya bertanya bagaimana respon kita terhadap panggilan Allah? Orang Majus tatkala dipanggil oleh Allah mereka taat, mereka melangkah sekalipun banyak rintangan, banyak tantangan dan banyak pengorbanan dan akhirnya mereka tiba di tempat di mana Kristus ada. Setelah itu mereka menyembah dan mempersembahkan korban di hadapan bayi Kristus. Saudara, mari kita belajar dari pengorbanan dan teladan penyembahan orang majus. Kiranya Tuhan memberkati kita. Amin! 146 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 H He erro od de es sy ya an ng gm ma alla an ng g Oleh: Pdt. Rusdi Tanuwidjaya Nats: Matius 2:3-12/ 16-18 3 Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem. 4 Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan. 5 Mereka berkata kepadanya: "Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis 6 Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali–kali bukanlah yang terkecil di antara dalam kitab nabi: mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat–Ku Israel." 7 Lalu dengan diam–diam Herodes memanggil orang–orang majus itu dan dengan teliti bertanya kepada mereka, bilamana bintang itu nampak. 8 Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem, katanya: "Pergi dan selidikilah dengan seksama hal–hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya akupun datang menyembah Dia." 9 Setelah mendengar kata–kata raja itu, berangkatlah mereka. Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di mana Anak itu berada. 10 Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka. 11 Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu–Nya, lalu sujud menyembah Dia. Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada–Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur. 12 Dan karena diperingatkan dalam mimpi, supaya jangan kembali kepada Herodes, maka pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain. 16 Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang–orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak– anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang–orang majus itu. 17 Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia: 18 "Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat sedih; Rahel menangisi anak– anaknya dan ia tidak mau dihibur, sebab mereka tidak ada lagi." Minggu lalu kita telah membahas mengenai orang Majus. Di lihat dari pribadinya, mereka adalah bangsa kafir yang dianggap sebagai bangsa yang tidak berpengharapan, karena mereka bukan bangsa pilihan. Namun ketika Yesus lahir justru bangsa kafirlah yang pertama di panggil oleh Allah yaitu orang majus. Orang-orang majus ini juga adalah orang-orang terpelajar, mereka mempelajari Filsafat, Ilmu Pengetahuan khususnya Astronomi dan Teologi. Mereka berasal dari Timur dan dalam hal ini memang banyak pendapat, 147 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 namun saya pribadi lebih cenderung memilih bahwa mereka berasal dari Persia karena bangsa ini sangat terkenal dengan astrologinya. Dari negeri yang jauh inilah, Tuhan memanggil mereka melalui wahyu umum yaitu bintang dan melalui wahyu khusus yaitu kitab Suci. Maksudnya sebelum mereka mengerti bahwa bintang yang mereka lihat merupakan tanda kelahiran Raja orang Yahudi, mereka terlebih dahulu membaca dan mempelajari Kitab Suci orang Israel sehingga mereka tahu bahwa Raja orang Yahudi akan dilahirkan. Jadi ketika mereka mempelajari atau membaca Kitab Suci umat Israel pada saat itulah Tuhan memanggil mereka secara khusus, setelah itu barulah mereka kemudian melangkah ketempat di mana arah bintang itu berada. Mereka harus melintasi ratusan mil serta banyak rintangan, kesulitan dan penderitaan yang harus mereka alami untuk sampai ke tempat di mana bayi Yesus dilahirkan namun mereka tetap bertekun hingga kemudian mereka bertemu dengan Herodes. Ketika mereka sampai di Yerusalem dan bertemu dengan Herodes mereka bertanya, "Di mana Raja orang Yahudi yang baru dilahirkan?" Mendengar pertanyaan tersebut raja Herodes sangat terkejut. Apalagi setelah Herodes mendengar dari imam-imam dan ahli-ahli Taurat mengatakan bahwa Mesias yang dijanjikan itu akan dilahirkan di Betlehem. Namun Herodes adalah raja yang licik. Setelah tahu di mana Mesias akan dilahirkan kemudian ia memperalat orang-orang majus agar mereka pergi ke Betlehem dan setelah mereka bertemu dengan anak tersebut, mereka diminta segera memberitahukan dia supaya iapun dapat menyembah bayi tersebut. Ucapan ini kelihatannya begitu manis namun dibalik kalimat ini kita melihat ada satu tipu dan kelicikan yang luar biasa. Mengapa? Karena setelah Herodes tahu, ia akan mempersembahkan sesuatu kepada Raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu yaitu membunuh bayi Yesus. Demikianlah akhirnya orang-orang Majus tersebut bertemu dengan bayi Yesus. Saya pribadi tidak dapat membayangkan bagaimana kira-kira pikiran dan perasaan mereka mengetahui bahwa Raja orang Yahudi yang baru dilahirkan ternyata begitu sederhana dan tidak sebagaimana yang mereka bayangkan. Namun Alkitab mencatat mereka menyembah bayi Yesus. Mereka tidak hanya melihat apa yang nampak, namun dibalik apa yang nampak mereka menerobos melampaui apa yang mereka bisa lihat. Di sinilah kita melihat iman yang begitu besar dari para majus bahkan dengan sikap menyembah mereka kemudian mempersembahkan mas, kemenyan dan mur kepada bayi Yesus. Setelah itu mereka kembali namun malaekat memberitahukan agar mereka tidak kembali memberitahukan kepada Herodes. Hal ini tentu saja membuat Herodes begitu marah yang mengakibatkan terjadinya lembah air mata. Di mana seluruh anak yang berusia dua tahun ke bawah di bunuh oleh raja Herodes. Pada minggu ini kita secara khusus akan mengamati pribadi Herodes. Siapakah sebenarnya Herodes? Herodes bukan orang Yahudi, ayahnya adalah orang Edom dan Edom adalah keturunan Esau. Jadi secara keturunan Herodes bukan orang Yahudi. Lebih parah lagi ternyata ibunya juga bukan orang Yahudi melainkan orang Arab dan nama Herodes sendiri bukanlah nama Yahudi melainkan nama Yunani. Jadi untuk terjun dalam politik Yahudi sebenarnya sulit bagi Herodes namun hal ini bukanlah masalah bagi Herodes. Walaupun secara keturunan Herodes bukan orang Yahudi asli namun dia tetap adalah orang Yahudi. Apalagi Herodes adalah orang yang licik, sehingga hal seperti ini bukanlah rintangan baginya. Lalu mengapa Herodes bisa menjadi orang Yahudi? Hal ini terjadi pada abad ke 2 SM, di mana kakek Herodes dikalahkan oleh Yohanes Hercynus I yaitu Raja Yahudi dan Imam Besar yang berkuasa pada masa itu. Pada waktu dikalahkan kakek dari Herodes dipaksa untuk disunat menjadi orang Yahudi. Itu sebabnya mengapa Herodes menjadi orang Yahudi. Dengan kelicikannya, Herodes mulai berkecimpung dalam dunia politik. Kelicikannya ini di mulai dengan menceraikan istrinya, orang Edom untuk kemudian mendekati cucu dari imam besar yang sangat 148 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 berpengaruh pada waktu itu yaitu Yohanes Hyrcanus II yang bernama Mariamne yang akhirnya menjadi Istrinya. Kemudian menggunakan nama baik kakek dari istrinya, Yohanes Hyrcanus II yang pada waktu itu cacat kupingnya. Menurut kitab Imamat, orang yang cacat tidak dapat menjadi imam besar namun Herodes dengan kelicikannya memperalat kakek dari istrinya untuk memperkuat kuasa dan kedudukannya. Setelah itu dia mengangkat imam besar yang berada di bawah kontrol dan kuasanya dan menyingkirkan 45 orang anggota Sanhedrin yang pernah melawan dia. Selanjutnya Herodes menyingkirkan dan membunuh setiap orang yang akan menjadi penghambat bagi kedudukan dan tahtanya. Seperti Imam besar yang dipilih oleh istrinya sendiri yaitu Aristobulus. Herodes juga akhirnya membunuh istrinya Mariamne beserta dengan anak-anaknya karena takut kalau anak-anaknya dari Mariamne dipilih orang Israel menjadi raja. Demikian juga ketika beberapa orang majus datang kepadanya dan memberitahukan bahwa mereka datang untuk menyembah raja orang Yahudi yang baru dilahirkan. Tentu saja hal ini membuat Herodes terkejut. Alkitab bahasa Indonesia menulis bahwa Herodes terkejut namun terjemahan yang lebih tepat seharusnya Herodes terganggu dan cemas. Ini terjadi karena ia iri dan cemburu. Herodes iri dan cemburu kepada Raja Yahudi yang baru dilahirkan. Iri dan cemburu merupakan pembunuh jiwa manusia yang terdahsyat dan sangat merusak hidup manusia lebih daripada yang pernah kita bayangkan. Itu sebabnya kita perlu mengetahui apa sebenarnya iri dan cemburu? Iri dan cemburu adalah perasaan tidak senang yang timbul karena ada sesuatu hal yang dimiliki orang lain yang dapat mengganggu stabilitas kedudukan dan kehormatan Herodes. Akar dari iri dan cemburu ini adalah kebutuhan akan superioritas untuk berkuasa. Jadi kalau kebutuhan "will to power" manusia ini dihambat oleh realita yang dimiliki oleh orang lain, ini mengakibatkan Herodes akan merasa kehilangan role sebagai orang yang berkuasa, orang yang terpenting di Yerusalem atau Yudea. Iri dan cemburu Herodes ini membawa dampak yang begitu dahsyat sebagaimana yang akan kita lihat nanti. Mengapa demikian? Karena orang yang iri dan cemburu selalu menganggap keberuntungan orang lain adalah kerugiannya, kesuksesan orang lain adalah kegagalannya, berkat bagi orang lain adalah kutuk baginya dan kebahagiaan orang lain adalah penderitaannya. Jika hal ini terus terjadi dalam diri seseorang termasuk Herodes, itu berarti dia sedang menanam bom waktu di dalam dirinya yang nantinya akan berakibat bagi dirinya dan orang lain. Memang cara kerja iri dan cemburu ini seringkali tidak langsung melainkan perlahan-lahan. Pertama-tama, mulai dari pikirannya dipengaruhi. Herodes mengalami kekacauan di dalam cara berpikir (distorted thinking) di mana orang yang bersangkutan selalu cenderung memikirkan hal yang negatif dalam diri orang lain bahkan terhadap dirinya sendiri. Setelah pikirannya selanjutnya perasaannya dipengaruhi. Akibatnya, orang yang iri tidak pernah ada damai, suka cita, tidak pernah puas dan tidak pernah bahagia. Singkatnya orang yang iri dan cemburu tidak ada rasa puas dan rasa bahagia di dalam hidupnya. Orang yang iri dan cemburu tidak pernah membawa seseorang semakin kaya melainkan membuat jiwa kita semakin miskin dihantui dengan kegelisahan, kekhawatiran, kecemasan dan ketakutan. Yang ketiga iri dan cemburu ini akan berakibat fatal yaitu akan mempengaruhi bukan hanya pikiran dan perasaan tetapi juga perbuatan. Itu sebabnya ketika Herodes merasa begitu terganggu dengan berita kelahiran Raja orang Israel ini mengakibatkan seluruh Yerusalem atau Yudea menjadi lembah air mata. Seluruh anak laki-laki yang berusia dua tahun ke bawah di bunuh oleh Herodes. Sungguh malang, Herodes adalah orang yang dekat dengan Tuhan secara geografis namun secara relasi dia telah membuang diri jauh dari Allah. Yang jauh menjadi dekat namun yang dekat menjadi jauh. Itulah peristiwa natal pertama kali terjadi. Yang dipanggil justru orang yang tidak pernah diharapkan sebaliknya 149 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 justru orang yang seharusnya mendapat pengharapan justru tidak mendapat pengharapan. Ya, Natal seringkali anugerah panggilan Tuhan terjadi di luar pertimbangan dan bijaksana manusia yang terbatas. Di sini kita melihat kehidupan dan perbuatan Herodes yang begitu mengenaskan? Herodes memiliki kedudukan tetapi kehilangan martabat, memiliki ketenaran tetapi kehilangan nama baik dan keagungan, memiliki kekayaan namun kehilangan harta yang paling berharga kebahagiaan dan kedamaian di dalam hati. Hidup dengan Yesus secara geografis namun jauh secara relasi. Kaya tapi miskin, tenar tapi merana, berkedudukan di bumi tapi terbuang ke neraka. Sungguh malang Herodes, mempunyai pikiran namun tidak mengerti kebenaran. Punya hati namun tidak dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik. Hidup di dalam dunia tetapi mati dari hadapan Tuhan. Dia punya banyak harta tapi juga kehilangan banyak harta. Inilah paradoks manusia. Bagaimana dengan kita? Saya harap kita memasuki awal Tahun Baru ini dengan terus menggumulkan hidup kita sehingga kita hidup tidak kehilangan harta yang terpenting di dalam dunia ini. Jangan pilih hidup seperti Herodes tapi marilah kita memilih seperti orang Majus. Sekalipun mereka dari bangsa kafir yang tidak berpengharapan, pandai namun mereka rela mencari Raja yang baru dilahirkan walaupun mereka harus membayar harga dengan tenaga, waktu, pikiran, uang dan pengorbanan lain. Namun mereka telah melakukan perbuatan yang sangat indah di hadapan Tuhan. Bagaimana dengan kita? Kiranya teladan para Majus menjadi teladan bagi kita juga. Amin! 150 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 T Te errp pe en njja arra ak ka arre en na aK Krriis sttu us s Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: Efesus 3:1 Galatia 2:20 Efesus 3 1 Itulah sebabnya aku ini, Paulus, orang yang dipenjarakan karena Kristus Yesus untuk kamu orang–orang yang tidak mengenal Allah Galatia 2 20 namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri–Nya untuk aku. Paulus sebelum menjadi Kristen adalah penganiaya orang Kristen. Dia mendapat keabsahan untuk bertindak begitu brutal terhadap Kekristenan dan dia pergi dari satu kota ke kota lain untuk mengejar orang Kristen serta menganiaya mereka. Ketika Paulus bertobat, dia tahu dan sadar kalau orang yang belum percaya akan melakukan hal yang sama seperti yang dia pernah lakukan dan merasa apa yang dilakukannya adalah benar. Kesadaran bahwa sekarang aku boleh menjadi orang yang teraniaya, seorang yang mengalami penderitaan karena Kristus sama seperti dia pernah mengorbankan orang yang menderita karena Kristus sehingga sekarang Paulus rela menderita karena Kristus. Itu sebabnya di dalam Ef 3:1 Paulus mengatakan, "Itulah sebabnya…." Ini menjadi basic ground daripada prinsip pengorbanan Kekristenan. Penderitaan dan pengorbanan bukanlah penderitaan dan pengorbanan karena mati konyol. Pada minggu lalu kita sudah membahas Ef 2:19-22 bahwa orang Kristen adalah orang yang berdiri di atas fondasi iman Kekristenan di atas basis firman yang berbasis kepada Kristus. Ini dasarnya dan setelah itu dilanjutkan dengan mengatakan, "Di dalam dia tumbuh seluruh bangunan, rapih tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan. Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh." Maksudnya, kita tidak hanya berhenti di dalam fondasi melainkan selaku kawan sewarga Allah sama-sama rapih terbangun di atasnya. Paulus mengatakan, itulah sebabnya (therefore), berdasarkan misi tuntutan Kekristenan untuk bertumbuh berdasarkan visi dan misi Tuhan yang ingin memakai kita bukan hanya sekedar sebuah fondasi. Fondasinya telah selesai yang dibangun di atas da-sar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru, tapi itu belum selesai dan harus terus dibangun di atasnya. Siapa yang bertugas membangun? Jawabnya adalah kita semua anak-anak Tuhan. Untuk itulah Tuhan sudah menarik kita menjadi satu kawanan warga dan satu persaudaraan untuk melakukan pembangunan. "Itulah sebabnya…" Itulah alasan dan tujuannya. Di tengah-tengah kesulitan, ancaman dan penderitaan, apakah Paulus merasa takut? Alkitab mengatakan Paulus pun gentar. Dia berulang kali mengatakan bahwa dia gentar. Namun justru di dalam saat-saat seperti itulah dia menyadari tugas panggilannya yang Tuhan 151 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 ingin untuk dia kerjakan. Tugas inilah yang seharusnya juga sama-sama kita pikirkan. Tuhan memberikan tugas kepada kita untuk membangun tubuh Kristus, membangun kerajaan Allah di tengah dunia ini, tidak hanya berhenti pada jaman Paulus ataupun abad pertengahan. Pembangunan tubuh Kristus atau pembangunan kerajaan Allah harus terus dikerjakan pada masa lalu, kini dan masa yang akan datang. Saudara, ketika kita menjadi orang percaya, seberapa jauh kita mempunyai tekad dan turut ambil bagian di dalam pembangunan tubuh Kristus atau kerajaan Allah sehingga kita menjadi orang yang terpenjara karena Kristus. Untuk menjalani ini tidak mudah kecuali kita sudah mengerti basis iman kristen yang sejati. Pertama, dunia ini sangat membutuhkan berita Injil. Tidak ada pemberitaan Injil maka tidak ada orang yang bertobat. Tidak ada pemberitaan Injil, dunia ini semakin hari semakin gelap. Tuhan memanggil kita untuk kita pergi memberitakan Injil. Dunia membutuhkan Injil dan kita harus menjalankan itu. Paulus mengatakan, "Aku ini, Paulus, orang yang dipenjarakan karena Kristus Yesus untuk kamu orang-orang yang tidak mengenal Allah." Visi ini seharusnya menjadi visi pertama yang menjadikan beban kasih kita mencintai orang-orang yang masih berada di dalam kegelapan dan dengan sungguh-sungguh membawa mereka kembali kepada Tuhan. Jika kita perhatikan, hidup Paulus dari seorang penganiaya jemaat yang begitu kejam hingga menjadi pengikut Kristus yang setia, hal ini disebabkan perubahan asumsi kebenaran yang Paulus pegang. Ketika seseorang berusaha mengerjakan suatu pekerjaan, dia selalu menganggap itu paling benar sekalipun tidak benar dan dia akan berusaha untuk mengerjakan apa yang dia anggap paling benar. Demikian juga dengan paulus ketika dia menganggap dirinya paling benar, dia berusaha untuk membunuh umat Allah. Mereka melakukan itu karena mereka yakin yang mereka lakukan itu benar. Mereka yakin yang mereka kerjakan itu bermanfaat dan akan menghasilkan pahala. Sayangnya apa yang mereka yakin dan percaya ternyata salah. Jika kita mengerti aspek ini kita tahu mengapa Paulus mengatakan, "Aku rela terpenjara karena Kristus demi kamu yang tidak mengenal Allah." Inilah kuncinya. Orang-orang yang belum percaya, mereka membutuhkan kuasa Tuhan untuk menerobos mereka. Mereka membutuhkan anak-anak Tuhan yang berdoa dan memberitakan Injil kepada mereka karena hanya kuasa Injil yang bisa mendobrak mereka keluar dari kebodohan, kebebalan dan kejahatan mereka. Hanya Injil yang mampu membuat mereka melihat kebenaran yang sejati. Kedua, Alkitab mengatakan saya adalah orang yang terpenjara karena Kristus. Mengapa kita sulit untuk berkorban dan menderita demi Kristus. Kesalahannya pada konsep kita, yang melihat bahwa saya adalah milik saya. Saya adalah semua yang harus saya pertahankan sendiri. Hidupku adalah aku sendiri. Ini salah! Alkitab mengatakan hidupku adalah Kristus yang ada di dalam aku. Ini konsep yang perlu kita rombak di dalam hidup kita. Kita baru bisa rela berkorban jika kita rela untuk bertumbuh di dalam penganiayaan. Ini adalah anugerah-Nya. Kristus yang sudah menebus kita. Ketika Paulus mengatakan, "Hidupku bukannya aku lagi tapi Kristus yang hidup di dalam aku." Selanjutnya dia mengatakan, "Hidupku yang kuhidupi sekarang ini bukan lagi aku yang hidup melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Jika aku mati itu adalah keuntungan namun jika aku hidup itu berarti hidup yang memberi buah." Di dalam Filipi, Paulus mempunyai konsep yang begitu dalam mengerti apa artinya dia hidup menjadi milik Kristus. Hidupku adalah hidup di mana Kristus hidup di dalam aku. Jadi jika Kristus teraniaya maka aku juga teraniaya. Banyak orang kristen hari ini mengatakan, "Kita perlu bijaksana." Saya setuju, orang kristen tidak boleh mati konyol. Tuhan Yesus sendiri tidak mau mati konyol. Di dalam Alkitab ketika waktunya belum tiba, beberapa kali Tuhan Yesus ketika mau dibunuh selalu meloloskan diri. Namun ketika waktunya tiba, Tuhan Yesus harus menjalani kehendak Bapanya, menuju Yerusalem untuk dianiaya dan mati di atas kayu salib. Dia tidak lari bahkan Dia datang ke Yerusalem. Semua orang bahkan memperingatkan tetapi Dia tidak lari bahkan mengadakan perjamuan Paskah di Yerusalem. Kristus gentar berhadapan dengan Getsemani bahkan Alkitab mencatat 152 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 bahwa dia harus mengucurkan keringat sampai seperti tetesan darah. Kemanusiaan Kristus gentar menghadapi tugas beban berat. Bukan karena dia orang berdosa tetapi karena dia harus menanggung dosa banyak orang dan dia harus dipisahkan dari Tuhan Allah semesta alam. Allah harus berpisah dari Allah. Karl Barth mengatakan, "Tidak ada seorangpun yang mengerti itu." Itu suatu misteri yang jauh melampaui apapun yang mampu dipikirkan oleh manusia yaitu ketika Allah harus berpisah dari Allah. Saudara ini merupakan satu beban yang besar sekali dalam misi inkarnasi Kristus. Satu penderitaan yang begitu besar yang dialami oleh Kristus demi untuk menyelamatkan manusia. Jika kita harus menderita karena memberitakan Injil Kristus, itu belum seberapa dibandingkan apa yang telah dilakukan oleh Kristus. Jiwa ini jugalah yang membuat Paulus rela menderita. Tuhan menetapkan kita untuk memberitakan Injil dan untuk itu kita harus membayar harga. Saya harap Kekristenan siap menghadapi penganiayaan dan kesulitan yang harus dihadapi. Dengan catatan kita menderita bukan karena dosa melainkan demi nama Kristus dan demi memberitakan Injil. Jiwa seperti inilah yang seharusnya muncul di tengah-tengah kekristenan. Kita dipanggil bukan hanya untuk menikmati berkat saja melainkan juga untuk menderita demi Kristus. Tugas ini seharusnya ada di dalam diri kita semua. Tapi sekali lagi saya tegaskan bukan karena kita mau mati konyol tetapi waktunya jika itu memang harus jalankan demi nama Tuhan. Darah martir itulah yang boleh menjadi pupuk yang terbaik bagi pengabaran Injil di dunia. Darah kaum martir ini pulalah yang menjadikan pelayanan gereja berkembang, kerajaan Allah berkembang. Hari ini banyak gereja tidak berani memberitakan Injil, akibatnya banyak gereja tidak mampu mempersiapkan jemaatnya jika suatu saat penderitaan itu tiba. Saya harap jemaat terus mempersiapkan diri hingga suatu saat kalau harus dipanggil Tuhan untuk menderita, kita sudah siap. Mengakhiri firman Tuhan hari ini saya bertanya, "Siapakah yang memiliki kita? Kita milik Kristus atau Kristus milik kita. Siapa saya? Saya adalah orang yang Tuhan panggil untuk menjadi Anak Allah untuk menikmati berkat-berkatNya tetapi juga menjadi orang yang Tuhan panggil untuk bersama-sama mendapatkan kesulitan atau pengorbanan demi nama Kristus. Saya menutup firman Tuhan ini dengan satu ayat di dalam 2 Timotius 3:12, "Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya." Amin! 153 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 H Ha am mb ba aT Tu uh ha an n tte errp pe errc ca ay ya a Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: Efesus 3:3-4/ 1 Petr. 3:15 Efesus 3 3 yaitu bagaimana rahasianya dinyatakan kepadaku dengan wahyu, seperti yang telah kutulis di atas dengan singkat. 4 Apabila kamu membacanya, kamu dapat mengetahui dari padanya pengertianku akan rahasia Kristus, 1 Petr. 3:15 15 Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap–tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri–Nya untuk aku. Dewasa ini pengaruh subyektivisme yang ditiupkan oleh posmodern yang kemudian masuk ke dalam monistik telah menggeser kebenaran absolut sehingga menjadi kebenaran subyektif. Paulus di dalam Efesus 3 mengatakan, "Yaitu bagaimana rahasianya dinyatakan kepadaku dengan wahyu, seperti yang telah kutulis di atas dengan singkat. Apabila kamu membacanya, kamu dapat mengetahui daripadanya pengertianku akan rahasia Kristus." Dalam bagian ini Paulus menegaskan bahwa ketika dia menuliskan berita yang ditulis di atas, jemaat mengerti bahwa itu justru menyatakan bahwa Allah sudah menyatakan satu rahasia kepada Paulus sebagaimana yang sudah dibukakan kepada kita. Ketika itu dibuka kepada jemaat Efesus membuat mereka bisa melihat dan bisa mengujinya. Di sini yang ingin digambarkan adalah ketika Firman diberikan, Firman itu menuntut pertanggungjawaban dari penerimanya tetapi Firman tersebut ketika diberikan dia juga memberikan pertanggungjawaban. Di sini Paulus tidak memberi peluang kepada setiap orang untuk memberitakan Firman yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Paulus mengatakan ketika dia memberitakan kebenaran maka kebenaran tersebut dapat diuji. Di dalam 1 Petr. 3:15, Petrus mengatakan dengan kalimat yang berbeda namun dengan konsep yang sama. Petrus mengatakan kepada jemaat yang tersebar di seluruh Asia Kecil yang pertama untuk menguduskan Kristus di dalam hati sebagai Tuhan dan kedua, siap sedia pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat. Dengan kata lain, Petrus mau menegaskan kepada jemaat yang berada di tempat yang tersebar jika mereka mau memberitakan iman Kristen maka mereka harus siap sedia kapanpun untuk memberi pertanggunganjawab. Iman Kristen adalah iman yang dapat dipertanggungjawabkan bahkan membuka diri untuk dipertanggungjawabkan. Ketika Petrus mengatakan kalimat ini dia melihat banyak orang-orang Kristen yang 154 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 berani memberitakan sesuatu tetapi tidak bersedia diuji. Ini sangat berlawanan dengan Firman. Sumber kebenaran tidak pernah takut di uji oleh siapapun dan kapanpun karena kebenaran semakin di uji semakin bersinar keluar. Itu sebabnya untuk menjadi hamba Tuhan yang memiliki kredibilitas dia harus berani di uji. Alkitab menuntut demikian. Baik surat Efesus maupun surat Petrus kedua-duanya ditujukan bukan kepada pendeta tetapi kepada jemaat. Jemaat Efesus adalah orang Kristen baru yang bukan Yahudi. Jika Tuhan Allah semesta alam berani menyatakan kebenaran-Nya dan bersedia di uji bagaimana dengan hamba-hamba Tuhan dan anak anak Tuhan? Setiap kita harus juga berani di uji. Ini adalah sesuatu yang harus di pertanggungjawabkan. Paulus mengatakan, waktu saya menerima wahyu daripada Tuhan, itu rahasia yang dibukakan dan saya tulis kepada kamu. Dan setelah dia tulis dia mengatakan silahkan uji, apakah setelah engkau membacanya engkau melihat pengertian yang mendalam kepada rahasia Kristus. Tapi semuanya ini bukanlah hanya untuk hamba Tuhan seperti Paulus dan Petrus. Ketika Paulus dan Petrus menulis surat, mereka tujukan kepada jemaat biasa dan memang setiap kita harus bertanggungjawab terhadap iman yang kita pegang. Bagaimana kita menjadi pelayan Tuhan yang bertanggungjawab? Pertama dari wahyu. Di dalam Efesus 3 setiap hamba Tuhan atau setiap anak Tuhan yang ber-tanggungjawab dia menyumberkan semua berita dari wahyu Tuhan. Dengan kata lain orang ini harus mengakui secara berdaulat bahwa Allah sebagai satu-satunya sumber kebenaran dan dia bisa memberikan pertanggungan jawab. Paulus sadar bahwa kebenaran yang dia miliki bersumber dari wahyu Allah. Memang ketika Paulus dan Petrus hidup, Kitab Suci PB belum tertulis lengkap dan yang ada baru PL, maka pada saat itu Paulus dan Petrus masih dipakai Tuhan untuk menuliskan wahyu Tuhan sampai seluruh sejarah pewahyuan selesai, yang bersifat kesatuan di mana setiap bagian berhak untuk di uji. Wahyu inilah yang menjadi pegangan yang berhak memberikan kepada kita pertanggungjawaban dan sekaligus minta dipertanggungjawabkan. Jadi kunci pertama, Paulus tidak pernah memberitakan kebenaran dari dirinya sendiri. Dia memberitakan itu dari Firman Tuhan yang menjadi patokan yang berhak untuk di uji. Jadi sebagai orang Kristen kita memberikan jawaban itu bukan rekayasa pikiran tetapi itu mutlak berdasarkan wahyu yang Tuhan berikan. Kedua, bagaimana kita dapat menjadi pelayan Tuhan yang bertanggungjawab (credible). Di dalam ayat 4 ini bukan hanya sekedar wahyu melainkan bagaimana ketika saya menyatakan itu engkau bisa menguji pengertianku akan firman. Artinya waktu kita memberitakan firman seberapa jauh saya mendalami firman dan memberitakan itu dalam pertanggungjawaban firman. Firman adalah firman tetapi ketika saya mengerti firman bisa salah. Di sini artinya kita memberikan bukan sekedar jawab tetapi mempertanggungjawabkan jawab. Jadi di sini bukan sekedar memberitakan firman tetapi ada kondensasi dari pengertian firman yang mendalam, artinya setiap kita dituntut untuk studi dan baik-baik belajar firman bukan hanya menyentuh kulitnya saja. Di dalam Ef 3:4 Paulus menuntut setiap jemaat membaca, setelah membaca orang akan tahu orang ini betul-betul mengerti firman dan dalam pengertiannya. Jika kekristenan memiliki bobot seperti ini orang Kristen tidak mudah jatuh di dalam berbagai kekacauan pikiran. Biarlah rencana Tuhan digenapkan dan ini baru bisa jika dimulai dengan pengertian firman yang mendalam yang berani dipertanggungjawabkan di hadapan orang. Ketiga, Alkitab juga menuntut integritas kehidupan. Jemaat Efesus adalah jemaat yang baru menjadi Kristen dan Paulus menegaskan serta menuntut agar jemaat betul-betul menjalankan panggilannya. Jemaat Efesus adalah jemaat yang bukan berlatar belakang Yahudi, mereka oleh orang-orang Yahudi disebut sebagai kafir dan terbuang di tengah-tengah jaman namun sekarang dipanggil untuk menjalankan misi 155 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Tuhan mempertanggungjawabkan panggilan yang Tuhan berikan kepada mereka. Dan jemaat Efesus ada di tengah-tengah kota yang memiliki semangat materialis, hedonis dan pusat penyembahan berhala Dewi Diana. Di kota ini ada kuil Dewi Diana yang besar sekali dan di dalamnya ada pelacuran suci. Ini menunjukkan betapa berdosa dan rusaknya moralitas mereka. Di kota seperti inilah jemaat Efesus ada dan Paulus menuntut mereka untuk bertanggungjawab atas iman yang mereka percaya. Dan mereka harus menerima panggilan untuk hidup sesuai dengan panggilan yang diberikan kepada mereka. Jadi di sini kekristenan bukan hanya pengertian terhadap wahyu, juga bukan hanya pengertian terhadap kedalaman firman melainkan juga bagaimana pengertian firman tersebut teraplikasi dalam hidup mereka. Sehubungan dengan hal ini Paulus memberikan kepada kita panggilan yang jelas sekali seperti yang tertulis dalam 1 Kor 11:1 yang mengatakan, "Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus." Dua kalimat ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipotong. Jika dipotong, ini sangat berbahaya sekali karena kita bisa menjadi berhala. Kalimat ini mau mengungkapkan kepada kita bahwa Paulus berani mempertanggungjawabkan sesuatu dengan tingkah lakunya dengan apa yang firman tuntut bagi dia. Ini tidak berarti Paulus sempurna tetapi ayat ini mau menunjukkan bahwa semangat menjadi teladan menjadi proses yang terus menerus terjadi dalam hidup kita. Panggilan ini seharusnya menjadi panggilan setiap orang Kristen. Ayat ini juga membuktikan kepada kita bahwa pertanggungjawaban bukan cuma secara logika atau intelektual, juga bukan hanya kedalaman secara pengalaman diri di dalam Kristus melainkan itu juga termanifestasi di dalam hidup yang integral. Satu integritas antara kebenaran dengan kebenaran yang kita jalankan. Di sini berarti ada satu tuntutan bertumbuh sehingga setiap saat orang dapat melihat bagaimana saya hidup secara transparan dan terus belajar berproses dan bagaimana kita hidup menjadi teladan. Ini menjadi tuntutan bukan hanya hamba Tuhan tetapi setiap orang Kristen. Memang tidak ada satupun di antara kita yang sempurna namun semangat untuk menyenangkan hati Tuhan ada di dalam hidup kita. Biarlah ini menjadi beban dan kerinduan kita karena Tuhan sudah menyentuh kita, menebus, mengasihi kita dan Dia yang sudah sungguh-sungguh menyatakan kita sebagai sahabat. Inilah yang mendorong kita untuk menjadi pelayan Tuhan yang bertanggungjawab dan bisa mempertanggungjawabkan bukan secara membabi buta melainkan berdasarkan wahyu, pengertian yang mendalam serta integritas di dalam hidup kita sehingga kita bisa menjadi teladan bagi orang lain. Saya harap kita memiliki semangat untuk terus belajar firman dengan giat dan menggumulkannya di dalam hidup kita sehingga firman Tuhan tersebut dapat teraplikasi dalam hidup kita. Saya harap kita bisa dipakai oleh Tuhan untuk menjadi jawaban bagi tahun yang akan datang. Amin! 156 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 P Pe en na atta alla ay ya an nA An nu ug ge erra ah h Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 2 Efesus 3:2-7 memang kamu telah mendengar tentang tugas penyelenggaraan kasih karunia Allah, yang dipercayakan kepadaku karena kamu, 3 yaitu bagaimana rahasianya dinyatakan kepadaku dengan wahyu, seperti yang telah kutulis di atas dengan singkat. 4 Apabila kamu membacanya, kamu dapat mengetahui dari padanya pengertianku akan rahasia Kristus, 5 yang pada zaman angkatan–angkatan dahulu tidak diberitakan kepada anak–anak manusia, tetapi yang sekarang dinyatakan di dalam Roh kepada rasul–rasul dan nabi– nabi–Nya yang kudus, 6 yaitu bahwa orang–orang bukan Yahudi, karena Berita Injil, turut menjadi ahli–ahli waris dan anggota–anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus. 7 Dari Injil itu aku telah menjadi pelayannya menurut pemberian kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku sesuai dengan pengerjaan kuasa–Nya. merupakan satu kesatuan kalimat yang mengungkapkan apa yang dikatakan oleh Paulus pada bagian sebelumnya yaitu sehubungan dengan orang-orang Efesus yang dianggap kafir oleh orang-orang Yahudi. Namun Paulus mengatakan bahwa orang-orang Efesus ini mempunyai panggilan untuk melayani Tuhan sekalipun untuk itu harus membayar mahal karena dunia membenci mereka. Di lain pihak, Paulus mengatakan ini merupakan satu rahasia besar yang dibukakan kepada Paulus agar mereka boleh mengerti. Masalahnya, apa rahasia yang dibuka oleh Tuhan kepada Paulus? Mengapa hal itu dibuka serta apa maknanya? Di dalam PL, Tuhan bekerja di tengah-tengah sejarah melalui umat Israel kemudian di dalam PB Tuhan menghentikan perjanjian-Nya dengan umat Israel, sedangkan orang-orang kafir yang tadinya carang liar atau ranting liar sekarang boleh dicangkokkan ke dalam pokok anggur yang sejati sehingga mereka diberikan kemungkinan untuk melayani Tuhan di dalam kerajaan Allah. Efesus 3:2-7 Di dalam ayat-ayat yang kita baca Paulus mengatakan satu kalimat yang sangat indah yang akan menjadi tema renungan kita hari ini yaitu pada ayat 2 yang mengatakan, "memang kamu telah mendengar tentang tugas penyelenggaraan kasih karunia Allah, yang dipercayakan kepadaku …" Ini merupakan satu gambaran yang begitu agung, begitu besar yang mungkin dinikmati oleh setiap orang yang dahulu hanya dibatasi untuk umat Israel tetapi sekarang sudah dibuka menjadi satu kemungkinan setiap orang termasuk kita hari ini bisa menikmatinya. 157 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Pertama, bagaimana anugerah dikaitkan dengan kehidupan kita. Ketika kita hidup seringkali kita melakukan sesuatu berdasarkan manfaat bagi diri kita. Semangat ini disebut utilitarianisme yaitu semangat di mana seseorang baru mau bekerja atau melakukan segala sesuatu berdasarkan asas manfaat. Semangat ini menjadi pengalaman beratus-ratus bahkan berjuta-juta orang yang ada di dalam dunia ini. Ini adalah satu konsep yang sekarang sangat lumrah dan menjadi pegangan bagi banyak orang. Sayangnya banyak orang yang hanya melihat manfaat tetapi tidak melihat di balik manfaat tersebut ada jebakan yang bisa merugikan hidupnya atau tidak. Saya pernah mengatakan bahwa semua ciptaan, dicipta oleh Pencipta sesuai dengan rancangan Pencipta dan tujuan akhirnya adalah untuk Pencipta, keluar dari hukum ini kita akan celaka. Hanya jika kita kembali menjadi penatalayan dari anugerah Allah di sinilah kita baru memiliki hidup yang sesungguhnya. Permasalahannya sekarang, bagaimana kita mengerti menjadi penatalayan dari pada anugerah Allah? Kita perlu memikirkan, "Mengapa Tuhan mau memakai kita untuk menjadi penatalayan anugerah Allah?" Di sini kita masuk kepada essensi. Jika Tuhan mau mengerjakan pekerjaan-Nya, Dia dapat mengerjakannya sendiri dengan sempurna tetapi justru pada waktu Tuhan pakai kita maka pekerjaan tersebut menjadi tidak beres. Namun jika Tuhan mau pakai kita, jangan sombong itu tidak berarti Tuhan butuh kita tetapi ini merupakan satu anugerah. Anugerah, di mana kita yang sesungguhnya tidak layak dijadikan layak untuk mengerjakan pekerjaan Allah yang begitu agung. Jika kita menyadari seharusnya hal ini menjadikan kita memiliki kekuatan untuk melangkah di tengah dunia ini. 1. Kesadaran ini, juga memberikan kesadaran paradoks di dalam hidup kita. Di satu pihak kita sadar siapa saya di hadapan Tuhan, ini yang menjadikan dorongan di dalam hidup kita untuk hidup baik-baik, tidak ingin menyakiti hati Tuhan dan mempermalukan Tuhan serta tidak dapat menjadi saksi Tuhan. Di lain pihak, kesadaran ini juga menjadi kekuatan bagi kita ketika kita berjalan di tengah dunia ini bukan karena saya yang mau jalan atau karena kehebatan saya melainkan karena Tuhan yang memberi tugas penatalayanan untuk saya jalankan. Jadi bukan didasarkan kehebatan manajemen yang saya rancang tetapi karena Tuhan yang memberikan untuk saya kerjakan. Ini yang membuat Paulus bangga, begitu kuat dan begitu rela untuk menerobos semua. Paulus mengatakan, "Aku…orang yang dipenjarakan karena Kristus Yesus." Ini tidak membuat Paulus minder. Paulus masuk penjara bukan karena dia jahat, bukan karena dia berbuat dosa tetapi karena dia menjalankan penatalayanan Allah yang Allah limpahkan kepadanya. Di dalam Kis 20:24, Paulus mengatakan, "Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah." Paulus tahu dia melayani bukan karena dia hebat melainkan karena anugerah Allah. Yang menjadi masalah adalah bahwa tidak semua orang dapat memahami hal ini, karena ini merupakan satu misteri. Misteri mengandung arti, yang tidak tahu tidak tahu yang tidak mengerti tidak mengerti. Misterius artinya penuh dengan kerahasiaan, tidak mudah dimengerti. Ini juga dapat kita lihat ketika Tuhan Yesus mengajar di mana dia seringkali memakai perumpamaan, maksudnya bukan supaya orang mudah mengerti namun supaya kepada para murid yang diberi anugerah mampu mengerti kerajaan Allah sedangkan kepada yang lain, sekalipun mereka mendengar perumpamaan tersebut tetapi mereka tidak akan mengerti karena ini suatu misteri. Demikian pula mengapa banyak orang tidak menjadi 158 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 penatalayan anugerah Allah? Jawabnya karena misteri. Jika kita mengerti ini bersyukurlah karena itu berarti Tuhan membuka jalan kepada kita dan kita menjadi penatalayan anugerah Allah karena Tuhan memberikan anugerah tersebut. 2. Ketika kita mengerti dan masuk di dalam penyelenggaraan anugerah, itupun satu anugerah yang terlalu besar dan merupakan satu keagungan yang semua orang tidak bisa mengerti. Mengapa demikian? Karena waktu saya boleh turut serta bekerja dalam bagian tugas penyelenggaraan kerajaan Allah itu merupakan anugerah yang begitu besar. Ayat 5 mengatakan, "… tetapi yang sekarang dinyatakan di dalam Roh kepada rasul-rasul dan nabi-nabi-Nya yang kudus, yaitu bahwa orang-orang bukan Yahudi, karena Berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus." Ini satu anugerah yang begitu besar yang ingin dicari dan diketahui tetapi tidak dibuka kepada mereka." Ini berarti Tuhan tidak membuka kebenaran secara menyeluruh namun Dia memberikan batasan anugerah. Tuhan Yesus memberikan perumpamaan,. didengar dan dilihat oleh banyak orang tetapi mereka yang mendengar tidak mendengar, mereka yang melihat tetapi tidak melihat. Mereka hanya melihat fenomena luar tetapi tidak melihat essensi dibelakang fenomena. Tuhan Yesus melihat mereka, itu sebabnya Dia mengatakan, "Kamu datang mencari Aku bukan karena kamu mengerti tanda tetapi karena perutmu kenyang." Kedua, Konsep penatalayan (stewardnya). Alkitab mengatakan, tugas penyelenggaraan adalah bagaimana saya menjadi bagian dari penggenapan seluruh tugas perencanaan kerajaan Allah. Ini dapat kita lihat di dalam Yoh 15:9, Tuhan Yesus membuka satu rahasia yang besar di sini yaitu, "Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikian juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasihKu itu. Jikalau kamu menuruti perintahKu, kamu akan tinggal di dalam Kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasihNya." Disini ada kaitan yang begitu indah yang Tuhan Yesus gambarkan yaitu hubungan antara Bapa dengan Kristus menggambarkan hubungan antara Kristus dengan kita. Kristus taat kepada Bapa ini menjadi gambaran kita taat kepada Kristus. Sama seperti cinta kepada Bapa maka dia taat kepada perintahNya demikian juga jika kita cinta kepada Kristus maka kita akan taat kepada Dia. Jadi cinta di sini harus dibuktikan di dalam ketaatan. Kita di hadapan Kristus sesungguhnya hanyalah seorang budak (hamba) namun Kristus tidak menganggap kita sebagai budak. Kita adalah budak Tuhan, namun pada waktu Dia tidak menganggap kita sebagai budak berarti status kita sudah ditinggikan. Ini merupakan satu peningkatan status yang luar biasa. Apa perbedaan seorang budak dengan seorang sahabat? Seorang sahabat tahu mengapa dia mengerjakan itu sedangkan seorang budak tidak tahu mengapa demikian. Kalimat ini merupakan kalimat yang menaikkan kita pada posisi yang begitu agung. Jadi kalau kita melakukan tugas penatalayanan yang Tuhan percayakan itu bukan sekedar aku dijadikan budak walaupun statusku memang budak tetapi aku diangkat menjadi seorang sahabat. Jadi di sini kita mengerti Tuhan maunya apa? Kita mengerti apa yang harus saya kerjakan karena Tuhan sudah menganugerahkan kepada kita. Namun kalimat ini seringkali bisa disalahgunakan sehingga kita memanipulasi Allah. Ingat Alkitab tidak sembarangan sebelum Tuhan membuka konsep sahabat, Dia lebih dahulu membuka konsep ordo. Jadi secara ordo kita diangkat menjadi sahabat Tuhan namun tidak pernah kita menjadi tuannya Tuhan. Saudara ketika kita menjadi penatalayan Allah kita tidak mengerjakan ini dengan sembarangan, karena Tuhan yang beritahu lebih dahulu sehingga kita mengerti misi kerajaan Allah ditengah dunia ini. Tuhan Yesus memerintahkan kita untuk memberitakan Injil, menjadi saksi-Nya di tengah dunia dan di dalam berbagai bidang. Tuhan sudah membukakan rahasianya agar kerajaan Allah digenapkan. Kita adalah temanteman sekerja Tuhan, sahabat-sahabat Tuhan yang dipanggil untuk menggenapkan pekerjaan Tuhan. 159 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Saudara, betapa besarnya anugerah ini. Siapakah kita sehingga boleh menjadi sahabat Tuhan yang bekerja bagi Tuhan? Seharusnya kita mengerti ini merupakan satu penatalayanan yang agung luar biasa. Kita sedang bekerja di dalam pekerjaan Bapa, pimpinan kita adalah Pencipta kita namun Dia berkata, "Aku tidak menjadikan kamu budak melainkan sahabat." Itu sebabnya mari kita menggarap hidup kita dengan baik. Kita tidak tahu Tuhan memberi hidup kita berapa lama? Mari kita mengerjakan tugas penatalayan kita dengan bertanggungjawab bukan hanya di satu bidang melainkan di semua bidang. Saya minta setiap kita menggumulkan hal ini dengan serius. Dunia hanya memikirkan segala sesuatu dari aspek manfaat tetapi yang Tuhan mau bukan itu. Tuhan mau kita kembali, seperti Paulus mengerti bagaimana panggilan dia di tengah dunia dan untuk itu dia rela berkorban supaya dia boleh menyelesaikan tugas penyelenggaraan anugerah yang Tuhan tetapkan baginya. Mari kita sadar Tuhan panggil kita di mana dan kiranya apapun yang kita lakukan kembali untuk kemuliaan Allah. Amin! 160 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 K Ke ek ka ay ya aa an nK Krriis sttu us s,, y ya an ng g ttiid da ak k tte errd du ug ga a Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 7 Efesus 3:7-9 Dari Injil itu aku telah menjadi pelayannya menurut pemberian kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku sesuai dengan pengerjaan kuasa–Nya. 8 Kepadaku, yang paling hina di antara segala orang kudus, telah dianugerahkan kasih karunia ini, untuk memberitakan kepada orang–orang bukan Yahudi kekayaan Kristus, yang tidak terduga itu, 9 dan untuk menyatakan apa isinya tugas penyelenggaraan rahasia yang telah berabad– abad tersembunyi dalam Allah, yang menciptakan segala sesuatu, Paulus adalah seorang yang mempunyai dinamika yang begitu besar di dalam pelayanan. Dalam pelayanannya Paulus mengalami berbagai kesulitan, penderitaan, aniaya, dipenjara, dirajam dalam berbagai bentuk. Namun di tengah-tengah begitu banyak tantangan dan kesulitan yang Paulus alami. Paulus tidak menjadi tawar hati atau kehilangan hati melainkan di tengah-tengah berbagai tantangan, krisis, kesulitan dan penderitaan yang dihadapi justru Paulus memiliki kekuatan menerobos yang begitu besar bahkan dia memberikan nasehat kepada jemaat Efesus untuk meneladaninya. Pertama, dalam situasi seperti ini, sebenarnya dimana keindahan dan kekuatan Paulus ketika dia melayani? Jawabannya terletak di dalam ayat-ayat ini. Di dalam ayat-ayat ini Paulus mempunyai dua konsep yang berparadoks di dalam pikirannya yang menjadikan Paulus memiliki kekuatan yang begitu besar. Di satu pihak Paulus merasa dia adalah orang yang begitu hina. Dia merasa tidak layak menjadi rasul di antara semua rasul. Paulus mengatakan di antara para rasul dia adalah orang yang paling hina. Tapi justru di dalam situasi seperti ini tidak menjadikan Paulus rendah diri melainkan dia mendapat kekuatan yang begitu besar karena dia dipercaya untuk memegang seluruh kekayaan Kristus yang tidak terselami oleh manusia. Nanti di dalam Efesus 3 ini Paulus mengatakan kepada jemaat Efesus agar jemaat Efesus mengerti betapa kayanya, betapa besarnya, panjangnya,tingginya, dan lebarnya kasih Kristus yang tidak mungkin dijangkau oleh manusia. Disinilah kunci kekuatan kekristenan di tengah-tengah dunia ini. Ini menjadi kunci untuk kita bisa bersyukur di hadapan Tuhan. Dalam Efesus 3 ini Paulus juga mengajak kita bersyukur karena Allah berkenan memakai Paulus untuk menjadi pelayan-Nya. Paulus sadar dia begitu kecil, begitu hina namun boleh dipakai oleh Tuhan dari kekayaan yang tidak terselami dari Kristus. Bagaimana dengan kita, apa yang menjadi dasar kita bisa bersyukur? Saudara di tengah-tengah situasi yang semakin lama semakin menekan ini alangkah bahagianya jika kita bisa bersyukur dan sadar siapa diri kita? Kita adalah orang yang paling hina namun kita dipilih oleh Tuhan untuk menjadi pelayan-Nya. Sama seperti Paulus mengucap syukur karena dia sadar bahwa bukan karena dia begitu hebat sehingga Tuhan pakai dia melainkan karena anugerah Tuhan yang begitu besar. Ini 161 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 dapat kita lihat juga dari perubahan nama Paulus dari Saulus yang berarti yang besar yang kuat kemudian setelah dia bertobat diganti menjadi Paulus artinya si kecil yang lemah. Perubahan ini menunjukkan kesadaran eksistensial dari hakekat diri dia yang sebenarnya. Kesadaran ini yang membuat Paulus mempunyai kekuatan dinamis untuk menerobos segala sesuatu. Jadi pada saat Paulus sadar bahwa dia adalah orang yang paling hina di antara semua orang kudus, saat itulah Paulus baru merasakan bahwa Tuhan terlalu kaya untuk Paulus. Ini yang menjadi dasar dari pengucapan syukur Paulus sehingga dia bisa mengembalikan semua yang dia punya kepada Tuhan. Di sini kita melihat satu keagungan dari pengucapan syukur yang sesungguhnya yaitu pengucapan syukur yang eksistensial; yaitu siapa saya terkait dengan Allah yang sejati. Kedua, di dalam seluruh surat Efesus kita menemukan istilah kaya di dalam Kristus begitu banyak. Ini mau mengungkapkan kekayaan Allah yang mau dilimpahkannya kepada kita. Setiap pasal surat Efesus ini membicarakan kekayaan anugerah Allah yang tidak terduga (terjemahan bahasa Indonesia). Istilah tidak terduga bukan berarti kaget atau tidak menyangka melainkan maksud yang sebenarnya tidak bisa dibayangkan, betapa kayanya, betapa besarnya, betapa luar biasanya. Memasuki tahun 1999 saya ingin mengajak kita untuk merenungkan dan memikirkan kembali betapa banyak anugerah yang Tuhan sudah limpahkan kepada kita sepanjang tahun 1998 ini. Martyn Lloyd Jones ketika menyarikan Ef 3 ini hanya punya satu kesimpulan yaitu kalau saya bisa berjalan bersama Tuhan saya akan mengalami anugerah Allah yang tidak mungkin bisa diselami oleh siapapun. Ini tidak berarti meniadakan kita dari kesulitan, krisis maupun aniaya. Tidak. Justru pada saat kita mengalami semua itu, semakin kita tidak berdaya makin kita merasa begitu kecil, kita semakin merasa tertekan. Pada saat itulah justru kita merasakan kekayaan anugerah Allah itu sedang turun atas kita. Ada satu kekuatan yang begitu besar yang sedang menopang dan mengangkat kita naik. Pada saat seperti itulah kita merasakan suka cita yang luar biasa. Ketiga, saya membayangkan Paulus dengan jemaat Efesus mempunyai satu kedekatan yang sedikit berbeda dengan jemaat-jemaat lain. Paulus memiliki hubungan pribadi yang lebih baik dengan jemaat Efesus. Hal ini mungkin disebabkan karena jemaat Efesus adalah jemaat yang pernah sampai tiga tahun digembalakan oleh Paulus. Ini merupakan satu relasi yang membuat Paulus mengucap syukur atas hubungan yang Tuhan perkenankan di alami oleh Paulus. Ini tidak berarti Paulus melayani di Efesus tanpa kesulitan. Tidak! Banyak kesulitan yang Paulus alami. Jika kita membaca di Kis. 20 kita melihat bagaimana Paulus mengungkapkan unek-unek yang menjadi isi hati dia. Paulus melayani jemaat Efesus dengan curahan air mata. Bahkan Paulus mengatakan aku datang dari satu rumah ke satu rumah aku berbicara dengan kamu di pasar aku memberitakan Injil di sana. Dalam perkumpulan jemaat aku mengajar kamu. Semua ini dikerjakan dengan beban yang begitu berat. Tapi itu justru menjadi ucapan syukur Paulus ketika akhirnya dia melihat jemaat Efesus berkembang menjadi satu jemaat yang dipakai oleh Tuhan. Paulus mengatakan aku mendapat anugerah untuk menjadi pelayan Injil untuk kamu orang yang non-Yahudi. Kamu yang sebenarnya dipinggirkan tetapi rahasia ini sekarang dibuka kepadaku sehingga aku boleh melayani engkau. Bagi Paulus ini merupakan ucapan syukur yang besar sekali karena dia boleh melayani Tuhan. Saya ingin kita juga mengakhiri tahun ini dengan satu ucapan syukur karena Tuhan membuka satu pelayanan yang sungguh bagi kita. Kita bersyukur karena kita boleh melayani di berbagai bidang. Bagi yang belum melayani biar kiranya tahun ini kita boleh bergumul di mana beban dan talenta yang Tuhan berikan kepada kita sehingga kita boleh melayani sesuai dengan karunia yang Tuhan berikan kepada kita? Tapi sebaliknya jangan sampai kita terlalu sibuk oleh urusan kita masing-masing sehingga kita kehilangan satu makna yang begitu besar yaitu bagimana kita bisa mengucap syukur karena Tuhan masih mau pakai kita. 162 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Mari kita belajar dari pelayanan Paulus, ketika melayani dia mengalami kesulitan, penderitaan dan penganiayaan namun dia tidak mengeluh melainkan justru dia memuji Tuhan dan berkata, "Aku boleh menderita demi nama Kristus dan aku masih boleh melayani Raja di atas segala raja yang menganugerahkan pelayanan kepadaku." Saudara biarlah ini boleh menjadi pengalaman kita tetapi jika tahun ini kita belum melayani atau belum berbuat apa-apa untuk Tuhan mari kita menginstrospeksi diri kita masing-masing dan mulai menggumulkan untuk melayani Tuhan pada tahun mendatang. Saya rindu setiap kita boleh dipakai oleh Tuhan pada tahun mendatang, karena begitu banyak orang membutuhkan pelayanan kita. Dunia ini begitu gelap dan membutuhkan anak-anak Tuhan yang rela dipakai oleh Tuhan untuk melayani Tuhan. Tapi ingat, Tuhan memakai kita bukan karena kita hebat melainkan Tuhan ingin memakai kita supaya kita beroleh anugerah dan merasakan bagaimana Tuhan menganugerahkan kesempatan pelayanan bagi kita? Biarlah akhir tahun ini kita boleh bersama-sama menggumulkan sehingga Tuhan boleh memakai kita dan memimpin kita sehingga kita boleh bersyukur kepada Tuhan atas apa yang Tuhan sudah kerjakan di dalam hidup kita dan melalui hidup kita. Amin! 163 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 R Re en nc ca an na ak ke ek ka all A Alllla ah h Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 10 Efesus 3:10-12 supaya sekarang oleh jemaat diberitahukan pelbagai ragam hikmat Allah kepada pemerintah–pemerintah dan penguasa–penguasa di sorga, 11 sesuai dengan maksud abadi, yang telah dilaksanakan–Nya dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. 12 Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada–Nya. ini seharusnya dimengerti sebagai berikut, "Supaya sekarang ini melalui gereja Tuhan atau melalui jemaat Tuhan diberitahukan segala macam, berbagai segi atau aspek daripada hikmat Allah yang perlu diketahui oleh para pemerintah dan penguasa yang berada di dalam realita surgawi. Itu dikerjakan oleh anak-anak Tuhan. Setelah itu dikatakan, "Itu berjalan sesuai dengan maksud abadi atau kekal Allah, rencana kekal Allah yang mau digenapkan atau dikerjakan oleh Tuhan sendiri di dalam Kristus Yesus." Ayatayat ini penting khususnya bagi kita yang hidup di masa yang begitu sulit dan gelap. Dalam situasi dan kondisi seperti ini kita harus berperan serta, kita harus memberi jawab dengan segera. Sehubungan dengan hal ini mari kita melihat kepada Paulus. Paulus di dalam berbagai situasi krisis yang dia hadapi namun ia tetap menjadi orang yang begitu dinamis menerobos situasi. Pada saat ini mari kita bersama-sama memikirkan satu kalimat yang dikatakan oleh Paulus, "Supaya sekarang melalui gereja diberitahukan berbagai ragam hikmat Allah." Supaya sekarang melalui gereja, melalui jemaat Tuhan dinyatakan segala bijaksana dari Tuhan Allah kepada semua pemerintah dan penguasa dunia. Manusia tunduk kepada kuasa setan dan kuasa dosa. Inilah yang menyebabkan dunia menjadi tempat yang begitu mengerikan dan lebih celaka lagi jika orang Kristen hidup di dalam cara yang merusak seperti ini. Justru dalam situasi seperti ini orang Kristen diajar untuk mendobrak situasi, memajukan sesuatu, mengusulkan sesuatu atau memberikan alternatif kepada dunia supaya kita bisa memimpin manusia di dalam perjalanan sejarah. Kekristenan dipanggil Tuhan untuk menyatakan satu penerobosan sejarah karena kita kembali menyatakan kebenaran firman. Efesus 3:10 Di sini Paulus menyatakan satu contoh yang begitu indah. Paulus tidak tunduk di bawah sejarah melainkan dipakai Tuhan untuk menerobos sejarah. Jika kita melihat teladan Paulus, dia adalah orang yang dipakai Tuhan untuk menyebarkan Injil ke tempat yang begitu luar biasa menerobos dari kota ke kota dan dia menuliskan begitu banyak surat sedikitnya ada 13 surat yang ditulisnya. Tulisannya ini menjadi basis bagi iman Kristen menjadi dasar pengertian teologi Kristen yang mendalam dan Paulus juga dipakai Tuhan untuk memberitakan Injil begitu luas dari satu tempat ke tempat lain. Sejarah bukanlah produk dari orang-orang berdosa. Tetapi sejarah adalah merupakan manifestasi bagaimana Allah mau menggenapkan rencana-Nya di tengah dunia. Itu sebabnya sejarah harus 164 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 diinterpretasi secara tepat. Alkitab mengatakan dan sejarah juga membuktikan sejarah yang sejati sesungguhnya adalah merupakan manifestasi rencana Allah yang mau digenapkan di dalam dunia. Saya harap dengan alasan ini kita boleh memasuki milenium ketiga saya harap kita memiliki kekuatan untuk menerobos sejarah yang berbeda dipandang dari pada orang dunia ini dan kita melihat dari sudut pandang Tuhan. Pertama, waktu kita menerobos sejarah apa yang menjadi kekuatan kita menerobos sejarah. Apa yang menjadi fondasi atau modal dasar kita untuk kita bisa menjadi penerobos sejarah di dunia ini. Paulus mengatakan bahwa dia adalah seorang pelayan kasih karunia, pelayan anugerah Allah yang menjalankan misi Tuhan membuka satu misteri rahasia yang tersembunyi berabad-abad dan sekarang dibuka bagi kamu. Berdasarkan hikmat Allah kekayaan anugerah Allah yang memberikan kepada kita bijaksana Allah yang berisi banyak bidang. Alkitab tidak mengatakan kalimat hikmat Allah yang tunggal saja tetapi juga hikmat Allah yang tunggal itu dinyatakan dalam berbagai segi atau berbagai ragam. Tetapi ini berarti hikmatnya banyak melainkan satu hikmat yang mempunyai segi yang begitu banyak artinya satu bijaksana satu kekuatan bijaksana yang bisa menerobos ke berbagai bidang dan semua tempat. Inilah kekuatan kekristenan yaitu satu kekuatan bijaksana yang bisa menerobos ke berbagai bidang dan ke semua tempat. Ketika dunia gelap karena dunia tidak mampu menerobos, kekristenan justru mempunyai kekuatan untuk menerobos, karena Tuhan memberikan kepada kita bijaksana dari Tuhan untuk kita bisa menerobos dunia kita. Hikmat Tuhanlah yang menjadi kekuatan bagi kita. Lepas dari bijaksana Allah semua usaha manusia kesombongan manusia akan sia-sia. Semakin manusia berusaha semakin hancur manusia. Yer 7:21-28 mengatakan, bahwa Tuhan jijik dengan segala ritual dan segala persembahan korban bakaran, korban sembelihan. Tuhan jijik semuanya itu. Mengapa? Karena esensi iman Kristen bukan di sana, bukan ritusritus pelaksanaannya. Tuhan hanya meminta kita untuk mendengarkan suara Tuhan. Tuhan akan menjadi Allah kita dan kita akan menjadi umat-Nya dan mengikuti seluruh jalan Tuhan berdasarkan bijaksana Tuhan. sayangnya umat Israel tidak mau mendengarkan suara Tuhan, mereka hanya mengikuti rancangan dan kedegilan hati mereka yang jahat dan mereka memperlihatkan belakangnya dan bukan depannya. Di dalam Yer 9:23-24 Tuhan memberikan solusi yang indah. Firman Tuhan mengatakan, ‘Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya, tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah Tuhan yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya Kusukai, demikianlah firman Tuhan." Bagi saya ini merupakan kalimat yang indah. Hikmat Allah menjadi kunci bagi hidup manusia. Keluar dari bijaksana Allah kita akan membunuh diri dan menghancurkan diri sendiri. Kecuali kita kembali kepada Tuhan. Tidak ada satu sistem duniapun yang bisa menyelesaikan apapun yang ada di dunia ini. Di sepanjang sejarah ketika konsep-konsep dunia dibenturkan dengan problematik mereka akan mental dan mereka akan menjadi mentah dan tidak bisa menyelesaikan apa-apa. Seluruh konsep dunia ketika dipaksakan dia akan menimbulkan semangat yang akan mendestruksi diri sendiri. Jadi yang pertama kuncinya adalah kembali kepada hikmat Allah. Kedua, Alkitab mengatakan bahwa bijaksana Allah ini dinyatakan bukan hanya kepada sejarah manusia tetapi sampai kepada semua penguasa surgawi dan pemerintah-pemerintah surgawi. Mereka berhak mendapatkan apa yang Tuhan ingin buka kepada manusia. Sejarah ini menjadi misteri bagi mereka. Mereka mencari dan mempertanyakan apa sebenarnya yang Tuhan mau kerjakan di tengah-tengah sejarah. Untuk 165 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 menjawab hal ini Tuhan pakai jemaat Tuhan atau gereja Tuhan untuk menjadi penerobos dan pemberita kebenaran Allah di tengah dunia ini. Di tengah-tengah dunia ini Tuhan memakai gereja untuk menjadi pemimpin bagi sejarah. Kita tidak dituntut untuk tunduk di bawah kungkungan sejarah. Orang Kristen bukan orang yang tunduk di bawah permainan sejarah. Orang Kristen seharusnya menjadi pemimpin atas sejarah yang menunjukkan ke mana dunia akan berjalan yang membuka kepada dunia ini apa yang harus dikerjakan. Celaka jika kita menjadi orang Kristen tetapi membuang hak ke sulungan, sehingga hak yang seharusnya dipegang sama kita akhirnya diambil oleh orang lain. Saya bertanya, mengapa kekristenan pada masa kini begitu lumpuh? Jawabnya, karena ke kritikan sendiri yang berbuat kesalahan karena kita tidak mau dipakai oleh Tuhan. Itu sebabnya kepada jemaat Efesus Paulus mengatakan "Supaya sekarang oleh jemaat diberitahukan pelbagai ragam hikmat Allah kepada pemerintah-pemerintah dan penguasapenguasa di sorga, sesuai dengan maksud abadi, yang telah dilaksanakan-Nya di dalam Kristus Tuhan kita." Ini merupakan satu berita yang sangat indah. Mengapa? Karena dunia kita sebetulnya ingin tahu apa yang harus dikerjakan kita, karena dunia tidak bisa tahu. Tidak ada satu manusia yang tahu apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Sejarah menjadi pertanyaan yang begitu serius. Itu sebabnya para futurolog menjadi laris. Masalahnya tidak ada seorangpun yang dapat menjawab dengan pasti apa yang akan terjadi besok. Bahkan Alkitab mengatakan, makhluk-makhluk penguasa-penguasa surgawi tidak ada yang tahu karena mereka tetap berada di dalam wilayah ciptaan. Mereka bukan pemilih sejarah. Hanya kepada gereja, Tuhan memakai kita menjadi pemberita sejarah di tengah dunia. Ini satu hak istimewa yang Tuhan berikan kepada kita untuk kita kerjakan. bukan para futurolog memegang hak ini seharusnya ini berada di bawah firman Allah kita mencoba mengerti sejarah dari interpretasi Allah bukan interpretasi dunia. Ketika kita berjalan di tengah dunia ini kita taat kepada Tuhan dan berjalan di bawah pimpinan Tuhan. Alkitab mengatakan, "Yang aku kehendaki adalah aku mengenal Tuhan dan aku mendengar suaranya dan aku berjalan di seluruh jalan yang diperintahkan oleh Tuhan untuk aku kerjakan." Mari kita memasuki tahun 1999 ini bukan berdasarkan kita yang mau jalan tetapi karena Tuhan yang mau kita jalan yaitu jalan berdasarkan rancangan Tuhan. Biarlah ini menjadi kekuatan kita. Dengan berjalan seperti ini tidak ada ketakutan yang perlu kita lewati di tengah dunia ini. Saudara, saya rindu setiap kita dipakai oleh Tuhan menjadi pembuat sejarah di dalam berbagai bidang dan aspek yang Tuhan percayakan kepada kita. Dengan demikian dunia bisa melihat alternatif yang diberikan oleh iman Kristen kepada dunia ini. Saya rindu tahun ini kita bersiap hati bersungguh-sungguh untuk menggumulkan hal ini. tahun-tahun di depan kita tidak mudah karena memasuki milenium ketiga kita akan menghadapi tantangan yang luar biasa. Di satu pihak kita menghadapi tantangan filsafat post modern dan new age movement dan di lain pihak kita menghadapi tekanan globalisasi. Salah satu hal yang membuat krisis kita berat saat ini adalah globalisasi. Globalisasi ini akan menjadi hal yang menghancurkan. Kedua hal ini tidak bisa ditolak. Itu sebabnya mari kita memikirkan dengan serius bagaimana kita menghadapi milenium ketiga dengan tepat. Saya harap kita menjadi orang-orang yang dipakai oleh Tuhan bukan menjadi pelaku sejarah. Biarlah kita bisa berperan seperti yang Tuhan mau. Biarlah Tuhan memakai kita di tempat kita masing-masing untuk mengarahkan sejarah kembali kepada kebenaran. Jika tidak, dunia ini semakin hari akan semakin hancur. Saya minta setiap kita boleh bergumul di hadapan Tuhan dan di mana Tuhan memakai kita bersuaralah kita di sana. Amin! 166 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 IIm ma an nd da an nk ke ey ya ak kiin na an n Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 12 Efesus 3:12-13 Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada–Nya. 13 Sebab itu aku minta kepadamu, supaya kamu jangan tawar hati melihat kesesakanku karena kamu, karena kesesakanku itu adalah kemuliaanmu. ini menjadi ayat klimaks dari seluruh rahasia panggilan orang-orang bukan Yahudi yang menjadi Kristen di tengah-tengah Kekristenan Yahudi pada saat itu. Beberapa minggu yang lalu sudah membicarakan seluruh perikop ini dengan latar belakangnya. Di mana jemaat Efesus adalah jemaat yang mayoritas bukan Yahudi dan ketika mereka bertobat mereka mengalami masalah yang berat karena mereka harus berhadapan dengan orang-orang Kristen Yahudi di mana mereka merasa bahwa orang-orang Kristen yang non-Yahudi kurang sah. Efesus 3:12-13 Di tengah situasi seperti ini, Paulus kemudian mendobrak konsep ini. Paulus mengajarkan bahwa di dalam Kristus semua orang sama tidak ada perbedaan, baik itu orang Yahudi maupun non Yahudi., antara pria maupun wanita. Di hadapan Kristus kita bukan orang asing dan pendatang. Di hadapan Kristus kita adalah umat yang dipanggil untuk mempermuliakan Tuhan. Ini menjadi satu pertolongan bagi orang yang bukan Yahudi memiliki kekuatan untuk melangkah dan menjadi orang-orang Kristen yang betul-betul berjalan di dalam Tuhan. Oleh karena itu ide di dalam Kristus menjadi kekuatan keyakinan yang boleh menerobos menjadi keberanian serta jalan masuk atau akses bagi kita untuk boleh menjalankan prinsip pelayanan sesuai dengan kehendak Tuhan. Di dalam Efesus 3:12-13 ini merupakan klimaks dari ayat-ayat sebelumnya di sini Paulus memberikan satu keyakinan yang begitu kokoh kepada mereka agar mereka tahu dan bagaimana mereka berjalan sebagai orang Kristen. Di dalam ayat 12 mengatakan, "Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepadanya." Jadi di sini ketika kita mengalami kesusahan dan kesesakan jangan tawar hati karena justru kesesakan itu yang membuat kita mendapat kemuliaan, karena kita beriman kepada Kristus. Saudara, ayat ini perlu kita gumulkan mengingat kita hidup di tengahtengah situasi yang sulit. Dalam kondisi seperti ini tidak heran banyak orang Kristen yang mulai goncang, kecewa, ruwet dan bingung. Tidak heran dalam kondisi seperti ini terjadi ketidakadaan ketenangan, ketidakadaan kemapanan, ketidakadaan keyakinan dan kepastian yang membuat kita stabil. Setiap saat kita bisa digoncangkan. Setiap saat kita bisa mengalami sesuatu yang mengerikan. Setiap saat segala sesuatu bisa berubah. Situasi ini jika menimpa kita dapat membuat kita menjadi takut dan gentar. Bahkan makin dipikir makin takut. Bagaimanapun juga kita pikir atau tidak pikir, jadi atau tidak jadi, yang kita pikir sama saja tidak berhubungan sama sekali. Jadi pikir tidak pikir sama jadi tidak mau jadi tidak ada hubungannya 167 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 sama sekali. Yang jadi tidak mau jadi tetap jalan sendiri. Yang pikir tidak mau pikir juga jalan sendiri. Banyak yang takut berpikir melarikan diri. Tetapi kalau dia betul-betul melarikan diri jadi dia sedang memasukkan diri dalam krisis. Jadi di sini krisis mengkrisiskan diri. Kenapa? Karena ketika dia lari dia sedang memboroskan uangnya juga disana dia berada dalam krisis identitas karena di sana ia menjadi orang asing. Itu sebabnya di tengah dunia seperti ini melarikan diri bukanlah merupakan jalan keluar yang baik. Dewasa ini dunia kita berada dalam kondisi ketidakadaan pengharapan yang begitu mengerikan di tengah dunia. Justru di dalam keadaan dunia yang begitu sulit inilah bagaimana orang Kristen dapat mengantisipasi menghadapi situasi seperti ini? Paulus mengatakan, "Hanya di dalam Dia yaitu Kristus melalui iman kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada allah dengan penuh keyakinan oleh iman kita kepadanya." Melalui ayat ini membukakan kepada kita bagaimana kita berjalan menuju Allah di dalam kebenaran sampai kepada Allah untuk mendapat kemuliaan yang Allah akan berikan kepada saya. Ayat ini memberikan kepada kita suatu terobosan dari seluruh kesulitan yang dihadapi oleh manusia. Penerobosan di dalam kalimat ini memberikan konsep wawasan yang membuat kita kokoh di dalam segala situasi dan tantangan apapun yang kita hadapi. Tetapi karena kita sudah menetapkan dan sudah menancapkan jangkar kita pada sumber yang kekal. Untuk itu kita memerlukan basis kehidupan yang bisa menentukan arah perjalanan kita berikutnya. Bagi orang dunia dapat mulai melangkah dengan kepandaiannya, dengan uangnya atau dengan kekuasaannya. Tetapi abad 20 ini membuktikan sehebat apapun kepandaian mereka dan punya uang sebanyak apapun serta memiliki kekuasan yang tinggi, ternyata semua itu tidak ada apa-apanya. Orang-orang pandai, para konglomerat yang besar serta orang-orang yang berkuasa hari ini membuktikan mereka tidak ada apaapanya. Mereka hidup dalam ketegangan. Ya, hari ini seluruh dunia dalam ketakutan. apa yang akan terjadi? Dalam situasi seperti ini basis apa yang mereka akan bangun uang tidak bisa demikian juga kepandaian tidak bisa. Kenapa? Karena semua itu di dirikan di atas basis yang sementara, relatif, bisa berubah dan diubah. Hari ini pandai besok siapa tahu besok menjadi pikun. Hari ini kaya besok bisa melarat. Hari ini punya kekuatan politik besok bisa jatuh. Lalu apa yang dapat menjadi fondasi kita untuk berjalan di tengah dunia ini? apa yang dapat kita jadikan sandaran yang tidak bisa berubah? Alkitab mengatakan basisnya cuma satu, "Beriman kepada Kristus." Waktu kita beriman kepada Kristus itu menjadi satu puncak daripada semua keyakinan yang membuat manusia mempunyai keyakinan yang tidak bergeser. Waktu kita beriman kepada Kristus itu berarti kita sedang menancapkan jangkar kita kembali kepada kekekalan yang sudah dibuktikan di dalam sejarah. Beriman kepada Kristus membentuk kita memiliki keyakinan yang kokoh. Mengapa? Di sini kita berpegang pada yang kekal yang tidak bergeser dan yang tidak bisa berubah. Tetapi mengapa harus Kristus? Di dalam apologetika semua orang beragama percaya Tuhan ada. Hanya Tuhannya siapa dan di mana? Tuhan yang diawang-awangkah? Atau Tuhan yang diteorikankah? Atau Tuhan yang dibentuk? Atau Tuhan yang sesungguhnya? Alkitab mengatakan hanya Kristus Tuhan yang sejati. Tetapi mengapa harus Kristus bukan yang lain? Jawaban hanya satu yaitu dia bukan sekedar Allah yang sejati tetapi juga dia adalah Allah yang membuktikan diri menerobos sejarah. Manusia tidak mungkin dapat menerobos kekekalan kecuali yang kekal menerobos yang sementara. Yang kekal standarnya lebih tinggi dari kesementaraan. Pada waktu yang kekal menerobos kesementaraan itu dimungkinkan. Tetapi yang sementara mau menerobos di dalam kekekalan itu tidak mungkin. Maka ketika Kristus yang kekal itu menerobos dan masuk di dalam sejarah ini sangat diperlukan untuk memberikan bukti yang sah bagi seluruh sejarah manusia untuk menunjukkan di mana letaknya jangkar yang sesungguhnya yang harus dipegang. Dan ketika Yesus berkata, "Akulah jalan, dan kebenaran, dan hidup tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku." Kalimat ini merupakan kalimat 168 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 yang terlalu eksklusif dan terlalu tinggi untuk diucapkan oleh manusia siapapun. Kalimat ini menjadi kalimat yang sangat sulit diterima oleh manusia. Jika hanya manusia tidak mungkin mengeluarkan kalimat seperti itu. Kalimat ini juga sekaligus membuktikan di dalam perjalanan sejarah Kristus, apa yang Dia katakan dengan begitu eksklusif menghantam semua konsep yang lain. Paulus yang begitu cermat tahu ini merupakan jangkar yang tidak bisa digeser. Inilah jangkar yang membuat manusia memiliki keyakinan. Di dalam Ef 3:12 ini Paulus menyatakan, "Dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya." Di sini digunakan istilah kepercayaan dua kali. Di sini lebih tepat bukan "penuh kepercayaan" melainkan dengan "penuh keyakinan kita beriman di dalam Dia." Maksudnya saya mempunyai iman di dalam kristus itu menjadikan saya mempunyai keyakinan. Kata ‘keyakinan’ bahasa aslinya sebenarnya satu keyakinan yang teguh. Alkitab sejak pertama mengatakan jangan percaya diri tidak akan menyelesaikan apa-apa. Percaya diri hanya akan meletakkan kepercayaan kepada sesuatu landasan yang relatif. Alkitab mengatakan keyakinan kita yang kokoh harus kembali kepada jangkar yang sejati. Disitulah kita baru mempunyai keyakinan yang kokoh. Ini baru bisa terjadi jika kita kembali kepada iman yang sejati yaitu kepada Kristus sumber yang mengukuhkan kita. Saudara seberapa jauh ketika kita menjalankan pergumulan hidup kita putuskan karena kita kembali kepada Tuhan atau kita hanya jalan berdasarkan kemauan kita sendiri. Firman Tuhan hari ini mengajarkan kepada kita hanya di dalam Kristus kita baru mempunyai keberanian dan akses untuk menerobos dunia ini menuju kepada Bapa yang menetapkan dan yang menjadi pegangan saya. Tetapi ini bukan terjadi satu hari. Tidak. Dan juga apa yang diperjuangkan ini bukan dalam keadaan biasa tetapi justru pada saat kita mengalami krisis prinsip inilah yang akan menopang kita. Jangan tunggu situasi ini tiba tapi kita belum siap. Itu sebabnya kita perlu mempersiapkan diri. Pribahasa Tionghoa mengatakan, "Tentara dipersiapkan 1000 hari hanya untuk perang satu hari." Seseorang ketika dia mau kuat menghadapi satu situasi bukan tunggu situasi itu tiba baru mempersiapkan diri tidak ada gunanya. Itu sebabnya biar kiranya ayat ini menjadi pegangan kita. Berdiri di atas keyakinan yang kokoh karena saya menancap jangkar kepada Kristus. Dan untuk ini kita harus latih setiap hari setiap saat di dalam pergumulan hidup kita. Ketika saya bergumul di hadapan Tuhan itu melatih kita bagaimana kita harus menghadapi masalah yang paling berat yang melanda hidup kita. Mari saudara sebelum kesulitan itu tiba kita belajar baik-baik seperti prajurit yang dipersiapkan untuk berperang sehingga kita mempunyai keberanian yang sungguh untuk kita menerobos jaman. Amin! 169 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 IIm ma an ny ya an ng gm me em mb be errii k ke eb be erra an niia an nd da an na ak ks se es s Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 12 Efesus 3:12-13 Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada–Nya. 13 Sebab itu aku minta kepadamu, supaya kamu jangan tawar hati melihat kesesakanku karena kamu, karena kesesakanku itu adalah kemuliaanmu. Minggu lalu kita telah membicarakan tentang iman dan keyakinan yang pasti di dalam Kristus dan pada hari ini kita akan berbicara mengenai damai sejahtera. Istilah damai sejahtera seringkali muncul di tengah orang Kristen. Mereka mengatakan, "Saya tidak damai sejahtera." Berbicara mengenai damai sejahtera, ada beberapa alasan dan tidak semuanya rohani dalam arti mungkin dapat benar dan dapat juga salah. Di dalam Alkitab damai sejahtera ada dua macam yaitu damai sejahtera yang diberikan Tuhan kepada kita dengan damai sejahtera yang ada di dunia ini. Pertama, damai sejahtera yang sejati; kedua yang kelihatannya damai sejahtera. Kedua damai sejahtera ini berbeda secara kualitatif dan berbeda sumbernya. Damai sejahtera yang sejati bersumber dari Allah dengan sifat-sifatnya yang tertentu sedangkan yang kedua dari dunia juga dengan sifat-sifat tertentu. Jadi pada waktu orang mengatakan saya tidak damai sejahtera maka kita harus mengerti itu damai sejahtera yang mana dan di sini kita harus menguji kembali mana damai sejahtera yang sejati dan mana yang kelihatannya damai sejahtera. Damai sejahtera yang benar itu seringkali bukan seperti yang kita pikirkan dan damai sejahtera dapat hilang. Yang pertama karena takut misalnya takut rugi, takut dianiaya, takut dipukuli, dsb. Banyak hal yang membuat kita takut dan ketakutan ini mencengkeram kita yang akhirnya membuat kita tidak bisa damai sejahtera. Kedua, karena keinginan-keinginan yang tidak tercapai. Itu yang membuat hati kita tidak damai. Stres adalah satu gejolak dalam hati yang menginginkan mencapai sesuatu tetapi ternyata tidak mampu. Damai sejahtera yang hilang ini belum tentu damai sejahtera dari Tuhan. Ketiga, pada waktu dosa kita dibongkar. Jadi pada waktu dosa kita dibongkar hati kita gelisah dan tidak memiliki damai. Kehilangan damai sejahtera yang ketiga ini hampir mirip dengan yang pertama namun di sini sebetulnya adalah manifestasi dosa dan ketakutan karena dosanya akan dibongkar. Dan ketakutan ini membuat dia kehilangan damai sejahtera. Saudara jika kita kehilangan damai sejahtera dalam aspek-aspek di atas maka kita perlu instrospeksi diri karena mungkin sekali ini merupakan damai sejahtera yang hilang dan ini akan membawa kita kepada damai sejahtera yang asli. Kehilangan damai sejahtera yang palsu tidak perlu dipertahankan karena kalau damai sejahtera dunia ini kita kejar akan membuat kita gersang dan hancur. Lalu bagaimana dengan damai sejahtera sejati? Damai sejahtera yang sejati yang benar terjadi: Pertama waktu kita benar-benar berkeinginan untuk menjalankan rencana Allah itu adalah damai sejahtera yang indah. Tapi masalahnya banyak orang Kristen justru tidak menjalankan rencana Allah atau pekerjaan Allah 170 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 dan tetap kesenanagan. Sebaliknya pada waktu dia berbuat dosa lalu ketahuan maka dia baru kehilangan damai sejahtera. Ini duniawi sekali. Marilah kita kehilangan damai sejahtera yaitu justru pada waktu kita gagal menjalankan rencana Allah baik-baik. Kedua, damai sejahtera terjadi pada waktu kita boleh hidup di dalam kesucian, kejujuran, dan kebenaran di tengah-tengah dunia ini. Kita akan kehilangan damai sejahtera jika kita berbuat dosa dan merasakan gelisah di dalam hatinya. Ini yang mendorong dia untuk keluar dari situasi itu dan kembali kepada Tuhan karena dia menyakiti hati Tuhan. Di sini damai sejahtera yang hilang itu perlu dikejar kembali karena itu adalah damai sejahtera dari Tuhan. Saudara, sekarang kita hidup dalam situasi yang minggu lalu saya sebut ketidakadaankestabilan kehidupan dan ketenangan kehidupan. Akhirnya kita hidup dilanda ketakutan sehingga kita tidak memiliki damai dalam hidup kita. Dalam kondisi seperti ini apa yang harus kita lakukan? Dengan menutup matakah?! Kekristenan tidak mengajar kita melarikan diri dari realita. Memang harus kita akui kita hidup dalam kondisi yang sangat sulit dan kondisi ini dapat mengakibatkan kita hidup dalam ketegangan, ketakutan, dan kekhawatiran. Dalam situasi seperti ini kita harus menerobos situasi kita. Paulus mengatakan kita bukan orang yang anti realita tetapi justru dalam situasi seperti ini bagaimana kita hidup secara tepat. Mari kita bayangkan apa yang dikatakan Paulus kepada jemaat Efesus. Jemaat Efesus waktu itu mau melayani Tuhan namun tantangan bagi hidup mereka begitu berat karena dari luar mereka dirongrong, dari dalam kekristenanpun mereka juga dirongrong. Dari luar kita tahu bahwa kota Efesus merupakan tempat penyembahan berhala yang sangat kuat dan besar sedangkan orang Kristen mengalami tantangan dari luar yang begitu sulit dan dari dalam orang Kristen Yahudi menganggap orang-orang Kristen non Yahudi tidak sah di mana mereka baru sah kalau mereka disunat dulu. Di sini jemaat Efesus mengalami realita kesulitan, ketegangan dan tidak ada damai. Tapi semua kesulitan ini tidak menjadi alasan bagi kita untuk tidak beriman dan melayani karena kita beriman di dalam Kristus dan melalui iman di dalam Kristus itulah kita mempunyai akses kepada Bapa. Ini yang membuat Paulus memiliki keberanian dan keyakinan. Bukan karena situasi yang menentukan kita beriman atau tidak melainkan karena iman. Melalui iman, kita dapat menerobos melewati awam gelap yang menutupi hidup kita sehingga kita tidak bisa lagi melihat apa yang ada di luar. Paulus mengatakan mari kita menerobos awan gelap itu sampai kita melihat hakekat yang sesungguhnya dan penerobosan ini harus kembali kepada iman yang sesungguhnya. Iman yang menerobos terlebih dahulu sehingga kita mempunyai jalan masuk, seperti daerah yang tertutup tiba-tiba dibuka lalu kita mempunyai jalan masuk. Paulus bukan mau meniadakan semua realita. Realita itu fakta. Itu memang kesulitan yang harus dihadapi tapi bagaimana saudara memiliki kekuatan menerobos melewati semua itu. Inilah yang Paulus minta supaya kita akhirnya mempunyai keberanian, keyakinan, kepastian dan kebebasan untuk bisa berjalan di dalam pekerjaan Tuhan. Berikut ini kita akan melihat beberapa hal yang kita akan pelajari? Pertama, Allah adalah Allah atas sejarah. Kita melihat dunia ini susah, banyak ancaman. Masalahnya, ancaman, kesulitan dan problemnya itu relatif atau mutlak? Relatif karena yang mengatur semuanya adalah Tuhan atas sejarah. Sejauh kita bisa menerobos awan gelap sampai melihat Allah adalah Allah atas sejarah. Di sini kita sedang menuju ke satu akses di mana kita mengerti sejarah berjalan tidak bisa lepas daripada kontrol Allah. Tidak ada satupun di tengah dunia ini yang bisa bermain-main di hadapan Allah dan tidak ada sesuatupun di tengah dunia ini yang melampaui kepastian yang Allah sudah tetapkan. Jadi jika kita bertaut kepada Allah, tidak ada hal apapun di tengah dunia ini yang saya khawatirkan. Prinsipnya yang mutlak tetap mutlak yang mutlak tidak boleh direlatifkan dan yang relatif tidak boleh dimutlakkan. Dengan kita memutlakkan yang mutlak maka yang relatif menjadi yang direlatifkan tetapi kalau kita memutlakkan yang relatif maka yang mutlak asli akan bergeser dan ini sangat berbahaya sekali. Itu sebabnya maka kunci 171 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 pertama bagaimana kita hidup di tengah-tengah dunia yang rumit dan penuh dengan berbagai masalah yang sedang berkecamuk ini jawaban hanya satu yaitu balik menerobos dengan iman melihat Allah adalah Allah atas sejarah. Ini kunci! Allah adalah Allah sejarah. Sejarah adalah apa yang Allah sudah pikir dan rencanakan dalam kekekalan. Jadi sejarah merupakan suatu yang berjalan tapi perjalanan sejarah di dalam relatifismenya kembali kepada kemutlakan Allah yang melihat dari atas. Pada waktu kita mempunyai akses kepada Allah Bapa atas sejarah itulah yang melampaui relatifitas sejarah. Saya harap setiap kita boleh Tuhan pakai untuk menerobos sehingga selanjutnya kita dapat menolong orang lain. Kedua, setelah kita tahu bahwa Tuhan adalah Tuhan atas sejarah maka barulah kita mempunyai akses yang Tuhan sudah buka kepada kita. Ketika kita belajar memandang kepada Allah, melihat Allah dan memandang kepada jalur Tuhan sehingga kita bisa bertanya apa yang Tuhan mau. Waktu kita belajar memandang kepada Allah itulah waktunya kita melatih diri untuk menerobos semua kesulitan. Jadi waktu kesulitan menimpa kita marilah kita memandang kepada Tuhan, maka Tuhan yang akan membuka jalur yang kita lewati. Ketika kita memandang kepada Allah itulah juga yang membuat seluruh pengertian dan wawasan kita berbeda sama sekali ketika kita menafsirkan realita dengan tepat. Mari kita belajar melihat segala sesuatu balik kepada Tuhan. Ini akses untuk kita memiliki keberanian dan kemerdekaan berjalan di tengahtengah dunia ini. Ketiga, ketika kita mulai mengarahkan diri kita kepada Tuhan dan melihat akses kita di hadapan Tuhan itu justru memberikan kepada kita kebebasan, keleluasan dan keberanian yang tidak bisa dilawan. Ketika Stefanus dirajam, dia memandang kepada Kristus yang berada di atas takhta dan Kristus yang sedang memandang dia. Itulah yang menjadi kekuatan bagi dia dan yang membuat dia maju dan mendapatkan akses dan akhirnya semua orang harus gemetar melihat apa yang sedang terjadi. Hanya pertanyaan yang harus kita jawab adalah kita diikat oleh siapa? Jika kita diikat oleh kuasa dunia ini, diikat oleh situasi dunia ini maka saudara betul-betul terikat. Tetapi kalau kita diikat oleh Tuhan di dalam keterikatan kita dengan Tuhan, kita adalah orang yang betul-betul bebas. Dosa tidak bisa membuat kita menghadap Tuhan dengan baik. Dosa membuat kita menghadap Tuhan dengan kegentaran dan ketakutan dan tidak ada kebebasan ketika kita membiarkan diri kita diikat oleh dunia, rokok, narkotika, seks, atau diikat oleh apapun di tengah dunia ini. Dia menjadi orang yang terbelenggu dosa. Tetapi ketika kita membiarkan diri kita diikat oleh kebenaran Tuhan, diikat oleh sifat Tuhan maka di situ dia mempunyai kebebasan yang luar biasa. Orang yang diikat oleh kebenaran, diikat oleh keadilan, diikat oleh kesucian Tuhan, maka waktu itu dia bisa hidup di dalam Tuhan, memandang kepada Tuhan dan diakses di dalam Tuhan sehingga kita tidak bergeming dengan apa yang terjadi di tengah dunia ini. Itu yang membuat saya total bebas. Saudara, dunia kita makin lama makin sulit. namun di tengah-tengah kesulitan dunia ini kiranya Tuhan memakai kita di tengah-tengah jaman yang semakin sulit, seperti Tuhan tidak mengatakan orang yang mengikut dia pasti lepas dari dari pergumulan hidup, lepas dari kesulitan hidup namun Tuhan mengatakan akan memimpin kamu sehingga kamu bisa menerobos melewati semua. Jemaat Efesus di tengah-tengah kesulitan yang mereka hadapi diberi kekuatan oleh Tuhan sampai menjadi jemaat yang dipuji di dalam kitab Wahyu kecuali cinta kasih yang kemudian dicela oleh Tuhan. Saudara, mari kita belajar bagaimana Tuhan pakai kita di tengah jaman ini. Amin! 172 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 P Pe ella ay ya an na an nd de en ng ga an n llu uttu utt Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: Efesus 3:13-17/ Mat. 6:5-8 Efesus 3 13 Sebab itu aku minta kepadamu, supaya kamu jangan tawar hati melihat kesesakanku karena kamu, karena kesesakanku itu adalah kemuliaanmu. 14 15 Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa, yang dari pada–Nya semua turunan yang di dalam sorga dan di atas bumi menerima namanya. 16 Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan–Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh–Nya di dalam batinmu, 17 sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih. Matius 6 5 "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah–rumah ibadat dan pada tikungan– tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. 6 Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. 7 Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele–tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata–kata doanya akan dikabulkan. 8 Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada–Nya. Di dalam Efesus 3:14-15 Paulus mengatakan, “Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa, yang daripada-Nya semua turunan yang di dalam surga dan di atas bumi menerima namanya.” Saya terkesan sekali dengan ayat ini, karena di sini Paulus baru saja membicarakan tema yang saya rasa sangat sulit dimengerti. Ayatayat ini dikatakan oleh Paulus setelah dia mengatakan dalam ayat 13, “Sebab itu aku minta kepadamu, supaya kamu jangan tawar hati melihat kesesakanku karena kamu, karena kesesakanku itu adalah kemuliaanmu.” Jadi ayat ini ditulis ketika Paulus mengalami kesesakan dan penderitaan yang luar biasa. Namun di sini Paulus mengatakan justru kesesakan dan penderitaannya merupakan kemuliaan bagi jemaat. Secara logika kita sulit sekali menemukan relasi antara kesesakan dan penderitaan Paulus dengan jemaat. Setelah mengatakan ini kemudian di bawahnya Paulus mengatakan, “Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa.” Kalimat ini merupakan penerobosan yang luar biasa indahnya dan Paulus juga sadar bahwa kalimat 173 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 ini bukan kalimat yang bisa diselesaikan begitu saja. Maka di seluruh Ef 3:13-21 nanti di belakang kita akan melihat bagaimana kaitan jemaat Efesus mendapat kemuliaan dalam hubungannya dengan penderitaan Paulus di mana kemuliaan Allah sebagai sumber. Kata ‘kemuliaan’ ini sendiri muncul tiga kali dan menjadi penutup dari perikop ini. Paulus sendiri sadar, sulit mengaitkan kedua relasi ini yaitu antara penderitaan Paulus dengan keadaan jemaat Efesus yang sedang dibicarakan. Satu-satunya kunci untuk menghubungkan antara penderitaan dan kemuliaan jemaat efesus adalah menekuk lutut berdoa di hadapan Tuhan. Bagian yang akan kita pelajari hari ini saya sebut sebagai “A KNEEL MINISTRY” yaitu suatu pelayanan dengan lutut. Iman Kristen adalah iman yang berdoa secara unik. Tetapi apa keunikannya ditengah-tengah berbagai agama yang juga memiliki unsur doa atau sembahyang? Disini ternyata antara dengan dan ‘doa’ tidak sama. Itulah sebabnya kita harus mengerti keunikan doa berdasarkan iman Kristen. Di sini Paulus mengerti sekali ketika dia berhadapan dengan jemaat Efesus. Di dalam pelayanannya Paulus langsung berlutut di hadapan Bapa dan berdoa kepada Bapa. Paulus memiliki konsep doa yang sangat unik dan sangat berbeda dengan apa yang dimengerti secara umum tentang doa. Itu sebabnya dalam pembahasan hari ini saya ingin menghubungkan apa yang Paulus doakan dengan apa yang Tuhan Yesus bicarakan sebelum mengajar berdoa. Di dalam Matius 6, murid-murid bertanya kepada Tuhan Yesus tentang bagaimana caranya berdoa. Bukankah para murid adalah orang-orang Yahudi dan sebagai orang Yahudi tentulah mereka tahu mengenai doa tetapi di sini mereka meminta Tuhan Yesus mengajar bagaimana caranya berdoa. Mendengar pertanyaan ini maka Tuhan Yesus mengajarkan satu doa yang sangat unik yang kita kenal dengan “Doa Bapa kami.” Namun sebelum doa ini diajarkan, Tuhan Yesus memberikan pendahuluan yaitu sehubungan dengan doa yang benar. Hal ini penting karena doa bukanlah hal yang sembarangan tetapi doa merupakan manifestasi daripada iman. Jadi iman yang berbeda maka manifestasi doanyapun berbeda dan dari doa ini kita juga akan tahu prinsip imannya. Jadi kalau kita ingin tahu iman seseorang, cara terbaik adalah bagaimana cara dia berdoa. Makin seseorang mencoba mengarang ketika berdoa makin ketahuan karena kalimat-kalimat yang dia atur merupakan manifestasi dari pikirannya. Jadi doa merupakan manifestasi dari pada iman seseorang. Ketika Tuhan Yesus mengatakan, “Jika kamu berdoa, janganlah berdoa …” Ini berarti ada doa yang benar dan ada doa yang tidak benar. Selanjutnya di dalam Matius 6, Tuhan Yesus memberikan dua alasan iman yang salah. Kesalahan pertama, jika berdoa jangan seperti orang munafik. Mengapa? Karena kita berdoa untuk diri kita sendiri. Kita kelihatannya berdoa baik itu di perempatan jalan, di depan rumah ibadah, di dalam gereja, atau berdoa dengan mengangkat tangan tujuannya hanya satu yaitu untuk menunjukkan bahwa saya orang saleh. Itu sebabnya Tuhan Yesus kemudian mengatakan kalau mau berdoa masuklah ke dalam kamar dan tutuplah pintu. Demikian pula dengan Paulus, mengatakan, “Kalau saya berdoa, bertelut di hadapan Bapa.” Saudara, inilah inti doa yang sejati. Apa yang dimaksud dengan iman yang sesungguhnya waktu kita berdoa? Pertanyaan yang pertama yang harus di jawab adalah orientasi doa di sebelah mana. Ini kunci yang pertama yang harus kita jawab. Hal ini penting karena seringkali di dalam kita berdoa kita telah terkena wabah penyakit yang berbahaya yaitu manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Kedua penyakit ini hingga sekarang belum ada imunisasinya kecuali bertobat. Akar penyakit humanisme dan materialisme ini sebenarnya adalah dosa dan ini yang membuat penyakit lain timbul. Jadi dapat dikatakan seluruh dunia problem dasarnya adalah dosa. Itu sebabnya Tuhan Yesus mengkritik doa yang salah karena akhirnya mengarah pada dua penyakit itu juga. Jadi waktu kita berdoa kemana arah orientasi kita berdoa, ke diri atau ke Tuhan. 174 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Buat apa kita berdoa bolak balik masuk ke ruang ibadah, kelihatannya seperti orang suci tetapi orientasinya supaya semua orang bisa melihat bahwa dia orang saleh atau orang rohani. Berbeda dengan Paulus pada waktu berdoa. Dia berdoa berlutut di hadapan Bapa dan motivasi berdoa Paulus bukan diarahkan untuk diri melainkan kepada Tuhan. Bukan hanya Paulus tetapi seluruh tokoh-tokoh Alkitab yang lain mereka berdoa orientasinya kepada Tuhan. Hari ini ketika kita berdoa orientasi kita kepada siapa. Kepada diri atau kepada Tuhan? Demikian juga dengan doa bapa kami yang diajarkan oleh Tuhan Yesus adalah doa yang berorientasi kepada Tuhan Allah. Inilah bedanya doa orang Kristen dengan orang yang bukan Kristen. Kesalahan kedua, di dalam Injil Matius dikatakan kalau berdoa jangan bertele-tele. Berdoa bertele-tele tidak sama dengan berdoa sering. Berbedanya bukan di kalimatnya melainkan dimotivasinya. Waktu orang berdoa bertele-tele, di kepala orang tersebut sudah ada pikiran yaitu dengan banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. Dengan kata lain dia melakukan teror mental kepada Tuhan sampai apa yang dia minta diberi oleh Tuhan. Itu sebabnya Tuhan mengatakan, “Sebelum kamu membuka mulut, Tuhan sudah tahu apa yang ingin engkau katakan.” Saudara, kalau bagian pertama lebih menyoroti aspek humanisme maka bagian kedua ini lebih menyoroti aspek materialisme daripada manusia berdoa. Jadi waktu kita berdoapun kita seringkali terjebak di dalam dua problem ini. Kembali kepada Paulus, ketika dia berdoa di hadapan Tuhan dia berlutut di hadapan Bapa. Masalahnya, apa yang menjadi pergumulan, pertimbangan dan apa yang menjadikan dia betul-betul sampai lututnya harus ditekuk dihadapan Tuhan. Apakah demi kepentingan Paulus? Tidak! Paulus tidak berdoa supaya semua orang mulai memperhatikan dia dan mulai memuja dia tetapi orientasi Paulus berdoa di sini agar kesusahan Paulus dan kesesakan Paulus justru untuk kemuliaanmu. Karena kemuliaanmu nantinya akan kembali untuk kemuliaan Tuhan. Nanti di dalam ayat 21 dikatakan, “Bagi dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun temurun sampai selama-lamanya.” Orientasi itulah yang menjadi sasaran akhir mengapa Paulus berdoa. Itu alasan mengapa Paulus rela mengalami kesesakan, rela menderita, itu adalah demi jemaat mendapatkan kemuliaannya yang akhirnya kembali untuk kemuliaan Tuhan. Demi kemuliaan Allah maka kemuliaan Allah itu harus dimanifestasikan di dalam kemuliaan jemaat. Tapi manusia tidak bisa mengerti hal ini. Itu alasan Paulus berlutut dihadapan Tuhan. Dia berdoa di hadapan Tuhan minta supaya kemuliaan-Nya itu yang akan meneguhkan jemaat dan mengajar jemaat. Minggu depan kita akan belajar dari kemuliaan menuju kepada kemuliaan. Ini merupakan satu aspek luar biasa yang Paulus doakan. Akhirnya di ayat bawahnya Paulus mengatakan itu alasan aku minta kepada Bapa supaya kamu boleh mengerti betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus kepada kamu. Berikut ini kita akan melihat beberapa hal yang kita dapat pelajari dalam ayat-ayat ini. Pertama, adalah bagaimana lutut yang ditekuk untuk berdoa. Ayat ini mengatakan saya menekuk lutut saya dan berdoa dihadapan Tuhan. Ini berbeda dengan semangat orang-orang farisi yang berdiri lalu berdoa menengadah di hadapan Tuhan. Tidak demikian dengan Paulus yang mengatakan saya bertekuk lutut dan berdoa. Saudara, bertekuk lutut melambangkan situasi menyerah. Jadi pada waktu orang berlutut itu menunjukkan saya ini orang yang kalah, orang yang lemah atau orang yang di bawah daripada yang ada di hadapannya. Paulus mau menunjukkan apa artinya seseorang yang berlutut di hadapan Tuhan dimana orang itu sadar bahwa dia bukan apa-apa di hadapan Tuhan raja segala raja, yang merupakan satu asas dan semangat hati kita yang berlutut di hadapan Tuhan. Kedua, ada motivasi ingin mengasihi dan Tuhan menjadi sumber dari segala sesuatu. Jadi ketika Paulus berdoa, dia dibakar oleh cinta kasih untuk orang-orang Efesus. Itu yang membuat doa dia begitu luar biasa. 175 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Bagaimana dengan kita? Apakah doa-doa kita adalah untuk kepentingan orang lain? Hal ini penting, karena melalui hal ini kita bisa mengerti seberapa jauh kita berdoa untuk kepentingan Tuhan, demi kerajaan-Nya dan demi kehendak Tuhan dinyatakan. Di sini menjadi manifestasi yang sebenarnya bagaimana perimbangan kita mencintai diri kita sendiri dengan saya mencintai Tuhan dan mencintai sesama. Ini merupakan tolak ukur yang terbaik bagi kita untuk mengevaluasi kasih kita. Ketiga, menjadi pelayan yang berdoa. Tuhan menginginkan setiap pelayan melayani Tuhan dengan menekuk lutut minta Tuhan pimpin supaya rencana Allah digenapkan melalui gereja-Nya. Saya berdoa supaya banyak anak-anak Tuhan yang memikirkan apa yang Tuhan mau. Itu yang membuat kita benarbenar dapat dipakai oleh Tuhan. Kita harus berjuang keras supaya setiap kita bisa belajar, berdoa minta pimpinan Tuhan dan kita dapat menjadi seorang pelayan Tuhan yang dipakai oleh Tuhan, yang menekuk lutut berdoa minta Tuhan pimpin sehingga kita betul-betul berjalan melayani dengan lutut kita bukan dengan kemauan kita. Akhirnya, marilah kita belajar berdoa seperti Paulus, melayani mulai dengan lutut, “Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa.” Biarlah ayat ini boleh terus terngiang di kepala kita dan terus mengingatkan kita, sehingga kita terus diperbaharui menjadi orang Kristen yang bertumbuh dan berdinamika agar kita boleh melayani Tuhan dan dipakai oleh Tuhan dengan mengasihi sesama, mengasihi Tuhan dan terus berjalan semakin hari semakin indah di dalam hidup kita. Mau saudara. Amin! 176 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 K Ke em mu ulliia aa an ny ya an ng gm mu uttlla ak k Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 13 Efesus 3:13-16; 21 Sebab itu aku minta kepadamu, supaya kamu jangan tawar hati melihat kesesakanku karena kamu, karena kesesakanku itu adalah kemuliaanmu. 14 Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa, 15 yang dari pada–Nya semua turunan yang di dalam sorga dan di atas bumi menerima namanya. 16 Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan–Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh–Nya di dalam batinmu, 21 bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun–temurun sampai selama–lamanya. Amin. Paulus mengatakan bahwa penderitaannya adalah kemuliaan jemaat Efesus. Jemaat Efesus sulit mengerti hubungan antara penderitaan Paulus dan kemuliaan jemaat Efesus. Memang ajaran ini sulit kita mengerti karena konsep ini sangat berbeda dengan apa yang diajarkan oleh dunia. Paulus berkata kecuali aku berlutut berdoa dan minta kepada Bapa, agar Bapa dengan segala kelimpahan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu. Tujuannya agar akhirnya kemuliaan yang ada pada jemaat bisa kembali mempermuliakan Allah (ay 21). Berikut ini kita akan melihat kaitan antara kesulitan dan kesesakan Paulus dengan kemuliaan jemaat. Pertama, close system (sistem tertutup). Orang seperti ini seringkali sulit untuk menerima informasi yang berbeda dengan apa yang dia percaya dan pikirkan. Mereka hanya mau menerima informasi yang sesuai dengan apa yang dia pikirkan dan akibatnya orang seperti ini tidak mungkin menerima informasi yang baru. Kedua, open system (sistem terbuka) yaitu orang yang mau menerima informasi yang baru dari siapa saja. Dari kedua sistem ini mana yang lebih baik. Dua-duanya bisa baik tetapi juga dua-duanya bisa tidak baik. Terlalu tertutup sehingga kita tidak mau menerima informasi apapun, ini menjadikan kita tidak bisa berkembang dan kita akan menjadi orang yang bodoh namun terlalu terbukapun bisa berbahaya jika kita terbuka pada informasi yang tidak benar. Banyak orang-orang Yahudi dan orang Yunani yang bersikap tertutup dan mereka hanya menerima konsep yang mereka pegang dan mereka tidak mau menerima yang berbeda. Tidak heran ketika Tuhan Yesus mengajarkan konsep-konsep yang berbeda dan berlawanan dari apa yang orang Yahudi dan orang Yunani pikirkan, mereka sulit menerima konsep kemuliaan dikaitkan dengan penderitaan. Bagi orang Efesus yang 177 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 juga sudah dipengaruhi oleh arus filsafat hedonistik, mereka hidup adalah mencari dan mengejar kenikmatan. Masalahnya puncak kenikmatan itu seperti apa? Bagi mereka puncak kenikmatan adalah ketiadaan atau absennya semua penderitaan atau kesusahan. Itu sebabnya ketika mereka diberi tahu bahwa penderitaan Paulus merupakan kemuliaan jemaat mereka tidak bisa menerima hal ini. Paulus tahu, sulit menjelaskan hal ini kepada mereka dan ini bukan hal yang sederhana, itu sebabnya dia berdoa. Melalui doa Paulus ini, kita bisa mengerti sebenarnya apa yang Paulus ingin ungkapkan dan yang ingin agar jemaat Pertama, Paulus mengatakan bahwa kemuliaan itu adalah kemuliaan yang perlu kembali kepada sumber kemuliaan yaitu Tuhan. di dalam Ef. 3:16 Paulus berdoa, "Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu. Jadi untuk mengerti kemuliaan Tuhan kita harus merelasikan diri atau mengkaitkan dengan sumber kemuliaan yaitu Tuhan Allah. Ini essensi yang sulit dimengerti oleh manusia. Manusia adalah makhluk mulia tapi kemuliaan manusia ini di dapat ketika dia mengkaitkan diri dengan sumber kemuliaan yaitu Tuhan Allah sendiri. (Maz 8:6). Dengan kata lain atribusi kemuliaan itu ditempelkan ke dalam dia oleh Tuhan Allah. Jadi manusia mulia bukan karena saya misalnya pada diri saya memang mulia. Tidak! Saya bukan sumber kemuliaan tapi saya makhluk mulia karena Tuhan memberikan kemuliaan itu kepada saya. Rahasia ini tidak mungkin bisa kita mengerti kecuali kembali kepada relasi tersebut tapi ketika manusia jatuh ke dalam dosa, manusia sebagai makhluk yang mulia ini sudah kehilangan kemuliaan (Roma 3:23). Di sini kita perlu peka. Mengapa? Karena saya kehilangan kemuliaan ketika saya jatuh ke dalam dosa. Di sini yang hilang bukan kemuliaan saya melainkan kemuliaan Allah. Ketika manusia jatuh ke dalam dosa kita sebagai makhluk mulia yang kehilangan mahkota, akibatnya dia menjadi makhluk yang hina. Namun di dalam batinnya masih ada bekas sebagai makhluk yang mulia sehingga manusia menjadi konflik di dalam dirinya untuk mengejar kemuliaan. Masalahnya manusia tidak tahu sumber kemuliaannya di mana dan bagaimana mencari kemuliaannya. Tidak heran ketika dia mencari kemuliaan justru semakin jatuh ke dalam kehinaan. Semakin dia mencari kemuliaan semakin dia jatuh ke dalam kehinaan yang lebih dalam. Di sini prinsip Alkitab mengajarkan ketika manusia mengejar kemuliaan menurut caranya manusia akan semakin hina, makin kita gila kemuliaan kita akan semakin rusak. Ada orang yang kehilangan kemuliaan lalu dia tempel tubuhnya dengan barang-barang perhiasan yang begitu mahal dia pikir dengan cara ini orang akan hormat sama dia tapi ternyata tidak. Itu sebabnya kalau Tuhan tidak mempermuliakan, kita tidak akan menjadi mulia (baca Rom 8: 28-30). Ini kunci pertama bagaimana kita bisa mulia yaitu dengan mengaitkan kemuliaan itu dengan sumber kemuliaan. Kedua, Alkitab mengatakan ketika kita mau mengaitkan dengan kemuliaan yang sejati kuncinya tidak mudah. Hal ini harus di mulai melalui pertobatan penebusan dosa dan kembalinya kita kepada Allah yang sesungguhnya. Hanya melalui Allah yang mempermuliakan barulah kita bisa menjadi makhluk mulia dan ini baru bisa terjadi jika kita betul-betul bertobat dan kembali kepada Tuhan. Ini menjadi dasar kita mau tunduk kepada firman Tuhan, mau sungguh-sungguh belajar kebenaran baru sesudah itu kita bisa mengerti, bisa dipulihkan dan akhirnya kita bisa mendapatkan kemuliaan yang Tuhan sediakan bagi kita. Memang di dalam sejarah, kita bisa juga melihat ada orang-orang yang tanpa pertobatan hanya melalui wahyu umum bisa mengerti kebenaran lalu taat kepada kebenaran yang berdasarkan wahyu umum. Orang seperti ini akan menjadi orang yang lebih mulia. Tetapi wahyu umum ini hanya kebenaran yang samarsamar karena untuk mengerti kebenaran yang sesungguhnya manusia harus kembali kepada wahyu khusus yaitu kembali kepada Kristus dan Firman-Nya. Melalui wahyu khusus ini manusia akan dibukakan 178 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 problematika yang tidak dimengerti oleh manusia di dalam pengertian wahyu umum. Ini baru bisa terjadi melalui penebusan pertobatan dan kesungguhan saya taat kepada Tuhan. Di sini kita melihat relasi mengapa Paulus mengatakan "Penderitaanku adalah kemuliaanmu," yaitu agar melalui pemberitaan Injil, jemaat Efesus bisa mendapatkan kemuliaan dan untuk memberitakan Injil ini Paulus mengalami penderitaan. Ketika Paulus memberitakan Injil di Efesus itu tidak mudah, banyak kesesakan, banyak penderitaan dan kesengsaraan yang dialami oleh Paulus. Dan melalui penderitaaan, kesesakan dan kesengsaraan Paulus inilah jemaat Efesus boleh mengerti cinta Tuhan dan bertobat. Dan pertobatan yang mereka alami ini mengakibatkan mereka bisa dipanggil kembali untuk mengenal Tuhan dan boleh menjadi anak Tuhan. Mereka boleh mengerti berapa besarnya, berapa lebar, berapa panjang, berapa dalam, berapa tinggi kasih Allah bagi jemaat. Dengan mengerti ini jemaat tahu apa artinya satu pertobatan di hadapan Tuhan. itu adalah satu-satunya jalur kita kembali mendapatkan kemuliaan yang Tuhan sediakan. Di sini jemaat bisa melihat hubungan antara apa artinya penderitaan Paulus dengan kemuliaan yang diterima oleh Tuhan Yesus. Ketiga, ketika kita sudah mendapatkan kemuliaan, kita bisa jatuh kepada ekstrim yang berikutnya yaitu kita minta semua orang mempermuliakan kita. Dulu saya kehilangan kemuliaan tapi sekarang saya sudah bertobat, kembali kepada Tuhan dan sekarang Tuhan mempermuliakan saya. Karena Tuhan mempermuliakan saya maka sekarang semua orang harus hormat kepada saya. Ini bahaya sekali. Paulus waspada akan kemungkinan ini karena pada hakekatnya manusia berdosa itu mudah sekali gila hormat. Idenya bukan di sana! Yang harus kita tahu adalah mengapa Tuhan membuat manusia menjadi makhluk mulia? Jawabnya adalah satu prinsip yaitu agar kita bisa mempermuliakan Allah kembali (ay 21). Dengan mengerti ini kita tahu bukan sekedar bagaimana saya kembali kepada kemuliaan yang Tuhan sediakan tetapi tahu juga mengapa itu disediakan bagi kita. Kemuliaan yang diberikan kepada kita bukan supaya kita gila hormat, gila kemuliaan tetapi justru melalui kemuliaan yang sudah dikembalikan kepada kita menjadikan kita mungkin mempermuliakan Allah. Ini alasan ketika kita menjadi makhluk mulia kita harus menjaga bagaimana saya hidup di dalam kemuliaan dan tidak mempermalukan Tuhan serta tidak mengerjakan hal-hal yang hina. Inilah prinsip dan tujuan mengapa Tuhan ingin kita menjadi makhluk mulia, agar semua yang kita lakukan, yang kita katakan, yang kita kerjakan di dalam hidup kita sehari-hari mencerminkan satu kemuliaan yang akhirnya orang mau tidak mau memuliakan Allah. Oleh sebab itu mari kita menjaga perkataan kita, tingkah laku kita, supaya kita dapat mempermuliakan Allah yang di surga. Dengan demikian ketika orang melihat kita akhirnya melihat kemuliaan Tuhan kita. Orang melihat kita terus kemudian melihat kepada Tuhan kita dan akhirnya kita betul-betul adalah anak-anaknya yang mempermuliakan Dia. Mau saudara? Amin! 179 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 B Be errd diia am md da an nb be errttu um mb bu uh hd da alla am mK Krriis sttu us s Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: Efesus 3:16-17/ Rom. 8:31-39/ Kol. 2:6-7 Efesus 3 16 Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan–Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh–Nya di dalam batinmu, 17 sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih. Roma 8 31 Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? 32 Ia, yang tidak menyayangkan Anak–Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan–Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama–sama dengan Dia? 33 Siapakah yang akan menggugat orang–orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? 34 Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita? 35 Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? 36 Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba–domba sembelihan." 37 Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang–orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. 38 Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat–malaikat, maupun pemerintah–pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, 39 atau kuasa–kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. Kol. 2 6 Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. 7 Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur. 180 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Paulus menekankan kepada jemaat Efesus dan jemaat Kolose agar jemaat yang beriman di dalam Kristus menjadi jemaat yang merasakan kenikmatan hidup. Hal ini baru terjadi jika Kristus diam di dalam jemaat dan jemaat diam di dalam Kristus. Setelah itu jemaat berakar di dalam Kristus, dibangun di dalam Kristus dan bertumbuh di dalam Kristus. Ini yang dituntut dan diharapkan oleh Paulus di dalam misi kehidupan setiap orang percaya. Inilah juga yang seharusnya kita pikirkan ketika kita menjadi orang percaya. Mengapa? Karena di tengah-tengah dunia kita sangat membutuhkan kepastian di tengah-tengah dunia yang tidak pasti. Jika kita membandingkan hidup kita dengan jemaat Efesus dan jemaat Kolose waktu itu diterpa oleh filsafat Yunani yang berada dalam format hedonistik, materialistis dan menyembah berhala. Di tengah-tengah kondisi dunia seperti ini menjadikan dunia kehilangan ketenangan, kedamaian dan kehilangan kebahagiaan. Dunia dicengkeram oleh dosa. Sehingga di dalam hidup yang makin hari makin materialis, makin hedonis, semua ini menjadikan orang hidup tidak pernah tenang. Jadi semakin mereka mengejar hasil akhirnya justru mereka menjadi makin kehilangan segalanya dan akhirnya mereka hidup di dalam ketidaktenangan. Inilah kondisi kota Efesus, kota yang sangat sibuk mirip kota metropolitan. Masalahnya, apakah abad 20 setelah 2000 tahun telah lewat dari jaman Efesus menuju abad modern yang penuh dengan teknologi yang canggih dan fasilitas yang lengkap ini semua menjadikan manusia modern memiliki hidup yang lebih tenang. Jawabnya ternyata tidak. Dunia modern, membuat hidup jauh lebih tidak tenang, tidak stabil. Secara sosial, politik dan bahkan secara ekonomi kita hidup tidak tenang. Di tengahtengah situasi seperti ini bagaimana kita bisa mengatasi dan apa yang mesti kita lakukan? Akankah kita menjadi orang-orang yang kehilangan kedamaian, kehilangan kebahagiaan ataukah kita akan kehilangan seluruh jangkar yang membuat kita bisa teduh? Di dalam kondisi seperti ini Paulus mengatakan, ‘Aku berdoa supaya Ia menurut kekayaan kemuliaanNya,menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu, …" Saudara, bagi saya ini merupakan kekuatan. Dunia kita berusaha mengacak kita, membuat kita tidak tenang dan sedang mengoyak-oyak kita. Dalam kondisi seperti ini jika kita tidak mempunyai benang yang mengkaitkan kita kepada fondasi yang kekal maka kita bagaikan sekam yang ditiupkan angin terbang entah kemana sehingga kita kehilangan arah di tengah goncangan ini. Jadi di tengah porak porandanya dunia yang mengerikan ini yang dibutuhkan oleh manusia adalah kita mempunyai satu benih yang kuat yang mengkaitkan kita pada tiang yang kokoh sehingga kita diputar kemanapun tidak apa-apa yang penting kita masih terkait dengan satu pemegang yang tidak mungkin bisa lepas dan tetap terkait pada titik pusatnya. Di tengah-tengah permainan dunia yang mengakibatkan kita tidak bisa tenang ini bagaimana saya bisa bertahan? Alkitab menegaskan di dalam Roma 8 dan Kolose 3 beberapa aspek yang jelas tapi indah. Pertama, bagaimana kita membangun basis relasi kita dengan Kristus yang betul-betul solid. Ini adalah fondasi yang utama di dalam hidup kita. Paulus mengatakan, "Allah sudah menyediakan Anak-Nya yang Tunggal mati bagi kita demi untuk menebus kita." Apakah itu berarti Allah masih membuat kita menjadi susah padahal Dia sudah rela mengorbankan yang terbaik. Tidak mungkin! Jika Tuhan sudah mengerjakan hal yang begitu mahal demi untuk menyelamatkan saudara dan saya maka Dia pasti akan memelihara relasi tersebut. Ini kunci perjanjian yang luar biasa! Saya percaya kepada Kristus dan ketika saya percaya kepada Kristus saya yakin Tuhan akan atur hidup saya karena Dia menebus saya. Itu sebabnya Dia menyerahkan Anak-Nya mati untuk saya. Jika Kristus dikirim oleh Bapa dan mati demi untuk menebus dosa manusia bukankah Allah akan memelihara kita. Sehingga kaitan antara saya dan kasih Kristus tidak mungkin 181 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 dipatahkan oleh apapun yang ada di dalam dunia. Ini merupakan satu kondisi yang begitu indah yang Tuhan berikan kepada kita. Roma 8: 37-39 mengatakan, "Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orangorang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada di dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." Berdasarkan ayat-ayat ini tidak ada satupun yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus bukan bergantung pada usaha saya, melainkan semua itu didasarkan pada anugerah dan inisiatif Tuhan Allah. Itu sebabnya Paulus mengatakan, "Aku minta kepada Bapa supaya Ia meneguhkan dan menguatkan kamu di dalam iman." Saudara, di tengah-tengah hidup kita dalam dunia modern ini kita seringkali menghadapi kesulitan di dalam mengimplementasikan iman kita di dalam terpaan hidup sehari-hari. Biar kiranya ayat ini juga boleh menjadi doa kita. Kita berdoa kepada Bapa supaya Dia meneguhkan dan menguatkan kita di tengah-tengah badai seperti sekarang ini. Kedua, bagaimana kita mengimplementasikan secara langkah demi langkah di dalam hidup kita. Paulus di dalam Kolose 2 menggambarkan satu relasi yang baik sekali mulai dari pertobatan setelah itu di dalam ayat 6, "Kamu telah menerima Kristus Yesus Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, hendaklah hatimu melimpah dengan syukur." Ini merupakan satu gambaran yang luar biasa. Berdiam di dalam Kristus, berakar di dalam Kristus, dan tumbuh di atas Kristus. Ilustrasi ini diambil oleh Paulus dari ilustrasi tumbuhan yang tumbuh secara baik. Itu sebabnya bagaimana kita sekarang dapat berdiri teguh di dalam iman di dalam kristus: 1. Saya harus berdiam di dalam Kristus Kita hidup di tengah dunia yang tidak bisa tenang, dunia yang selalu gelisah. Dalam kondisi ini sangat sulit bagi kita untuk diam. Kita selalu ingin cepat jalan, cepat selesai dan kita tidak bisa menunggu dengan sabar. Alkitab mengatakan jika mau teguh di dalam Kristus kunci pertama adalah diam di dalam Kristus. Satu gambaran yang baik sekali di dalam sebuah tanaman yaitu pada waktu kita menanam pohon misalnya pohon jagung, cara yang terbaik adalah biji tersebut ditata dengan teratur lalu disiram kemudian diberi pupuk setelah itu kita harus sabar menunggu. Seringkali kita tidak sabar menunggu dan yang lebih parah lagi adalah kemudian kita memindahkan biji tersebut karena kita pikir tanahnya tidak subur. Jika terus biji jagung tersebut dipindah maka dia tidak akan pernah tumbuh. Demikian juga dengan kerohanian kita. Jika kita mau tumbuh baik-baik berdiamlah di dalam Kristus. Berdiam di sini bukan berarti pasif, bukan berarti tidak adanya aktivitas tetapi diam di sini mau menunjukkan kesungguhan beraktifitas untuk diam. Untuk diam perlu usaha. Untuk diam kita harus mau mendiamkan diri. Jadi pada waktu saya mau diam dihadapan Tuhan artinya saya rela Tuhan atur, Tuhan bentuk supaya saya bisa bertumbuh untuk saya nanti bisa berkembang. 2. Alkitab mengatakan berakar di dalam Kristus Pertama-tama diam setelah itu baru berakar, setelah itu dibangun. Struktur ini tidak boleh dibalik atau ditukar! Mengapa? Karena pertumbuhan yang sejati harus melewati tiga struktur ini. Jika kita memperhatikan satu tanaman mula-mula tanaman tersebut berakar dulu. Berakar di sini harus ke bawah jika kita balik biji tersebut ke atas nanti dia akan tetap berbalik ke bawah. Jadi akar tidak pernah naik ke atas. Ini menggambarkan satu kondisi bagaimana harus berakar lebih dahulu baru keluar batangnya dan 182 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 bukan sebaliknya. Ini kunci kedua! Setelah kita diam di dalam Kristus barulah kita dapat berakar di dalam Kristus. Pada waktu kita berakar di dalam Kristus pada waktu itulah kita bisa kokoh di dalam Kristus. Sebagai orang Kristen kita harus belajar agar kita bisa mengakarkan iman kita sungguh-sungguh di dalam Kristus. Kekristenan dewasa ini dalam keadaan buta teologi. Itu sebabnya kita perlu belajar sehingga kita bisa menancapkan akar yang baik di dalam Tuhan. Betapa celakanya jika kekristenan sendiri tidak tahu kekristenan itu sendiri apa? Itu sebabnya saya merindukan kalau boleh ada ratusan orang belajar teologi, belajar firman Tuhan dengan baik sehingga kita boleh berakar di dalam iman kita kepada Kristus. Sama seperti Paulus mendidik dan melatih jemaat Efesus selama tiga tahun sehingga mereka memiliki akar di dalam Kristus. Tidak heran dalam kitab Wahyu jemaat Efesus dipuji karena ajaran sesat tidak dapat masuk. 3. Bertumbuh di dalam Kristus Setelah orang Kristen diam di dalam Kristus barulah bisa berakar di dalam Kristus. Dan yang ketiga orang Kristen tersebut baru bisa bertumbuh di dalam Kristus. Ini kunci pengertian yang terpenting! Setelah kita hidup, kita mulai keluar ke atas, pertama-tama mulai tumbuh batang, setelah itu tumbuh daun dan selanjutnya mulai berkembang. Dengan demikian kekristenan tidak berhenti pada diri sendiri. Kekristenan harus maju dalam pelayanan. Hidup menghasilkan buah bagi orang lain, bagi kemuliaan Tuhan. Kekristenan tidak hanya berhenti pada diri sendiri, tidak ada perkembangan yang bisa kita kerjakan tetapi kekristenan harus menghasilkan buah pelayanan. Tapi buah pelayanan ini baru bisa berjalan dengan baik dan benar jika di dahului kita berakar di dalam Kristus. Ketika kita melayani Tuhan, maka hidup kita semakin hari semakin mendapatkan kekuatan untuk hidup di dalam Kristus. Waktu kita melayani Tuhan, relasi kita dalam Kristus menjadi semakin kuat. Jadi untuk mengimplementasikan iman kita di tengah dunia ini kita harus mengaitkan diri kita dengan Kristus yaitu pertama-tama kita harus diam di dalam Kristus, lalu berakar di dalam Kristus dan yang terakhir bertumbuh di dalam Kristus. Ketiga hal ini harus menjadi komitmen hidup kita. Jika tidak, kita akan seperti layangan putus di dalam dunia ini dan bagaikan sekam yang ditiup angin. Itu sebabnya pada hari ini saya bertanya kepada saudara, maukah saudara mendobrak konsep dunia ini lalu kembali ke dalam Firman Tuhan. Amin! 183 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 T Tu un nttu utta an nk ka as siih h Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: Efesus 3:18-19/ Wahyu 2:4-5 Efesus 3 18 Aku berdoa, supaya kamu bersama–sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, 19 dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah. Wahyu 2 4 Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. 5 Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat. Di dalam bagian ini, Paulus menyadari akan bahaya yang besar jika kita membicarakan kemuliaan, tetapi tidak diimbangi dengan aspek kedua yaitu perlunya kasih Allah yang sesungguhnya yang diam di dalam hati kita. Bagi Paulus, aspek cinta kasih ini merupakan satu aspek yang tidak bisa diganggu gugat oleh sebab itu setelah Paulus membicarakan aspek kemuliaan maka selanjutnya dia membicarakan aspek cinta kasih. Pada bagian sebelumnya, Paulus berdoa agar jemaat dapat mengerti kemuliaan Allah akan melimpahi mereka, supaya mereka dapat mengerti dan memahami betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus. Ini merupakan hal yang begitu serius! Di dalam perjalanan dan pergumulan jemaat, membuktikan betapa seriusnya apa yang diungkapkan oleh Paulus berkenaan dengan ayat-ayat ini. Dia melihat, bahaya sekali jika jemaat Efesus yang setia, yang hidup memuliakan Tuhan tetapi gagal meraih aspek yang paling penting di dalam kehidupan iman yaitu cinta kasih. Berikut ini kita akan membandingkan ayat-ayat yang kita baca dengan Wahyu 2:4-5. Dalam Why 2:4-5 ini mengungkapkan kondisi jemaat Efesus di kemudian hari di mana mereka merupakan jemaat yang sangat tekun, setia, serius, bahkan menjaga ajaran dengan setia. Tuhan Yesus tahu akan hal-hal positif yang ada di tengah-tengah jemaat Efesus (ay 3) namun Tuhan juga tahu akan kelemahan mereka. Itu sebabnya di dalam ayat 4-5 dikatakan, "Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, aku akan datang kepadamu dan aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat." Kalimat ini bukan tanpa alasan. Tuntutan ini merupakan tuntutan yang serius dan bukan hanya sampai pada tuntutan saja, bahkan Tuhan mengancam jika jemaat Efesus tidak kembali pada kasih yang semula maka Tuhan akan datang dan akan mengambil lampu dian dari tempatnya. 184 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Bagaimana dengan Gereja Reformed? Gereja Reformed adalah Gereja yang mau belajar firman tetapi tatkala Gereja mau mengerti firman, bahkan berkorban betul-betul, mau solid di dalam ajaran namun jangan lupa kita juga bisa jatuh dalam problem yang sama dengan jemaat Efesus. Kita dapat menjadi orang yang mengerti firman Tuhan dengan baik, mengerti ajaran yang benar bahkan bertekun di dalam pengajaran yang ketat tetapi kita bisa memiliki kondisi yang kropos di dalam kasih yang semula. Firman Tuhan mengatakan kepada kita, jika kita tidak kembali kepada kasih yang semula maka Tuhan akan mencabut kaki dian yang ada di depan kita. Itu sebabnya betapa berbahayanya jika kita sebagai anak-anak Tuhan kehilangan kasih yang semula. Jika cinta kasih yang seharusnya memancar di tengah-tengah dunia ini dari anak-anak Tuhan, namun kasih itu sudah hilang, betapa keringnya dunia ini. Disaat kasih sudah hilang maka disana akan muncul kesombongan, dingin, beku dan tidak ada lagi perasaan mau mengerti seseorang apalagi mengasihi orang yang tidak mengerti kita. Paulus sadar ini bahaya besar yang dihadapi jemaat Efesus. Jikalau jemaat Efesus tekun belajar dan juga taat kepada Firman namun mereka tidak memahami betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya, dan dalamnya kasih Kristus, mereka akan mengalami kesulitan luar biasa dan mengerikan di hadapan Tuhan. Saudara, hari ini kita mencoba merenungkan mengapa Tuhan begitu keras menegaskan perlunya tuntutan cinta kasih yang sesungguhnya muncul di dalam diri kita sebagai anak-anak Tuhan. Pertama, karena kasih merupakan dasar utama seluruh pengajaran Alkitab dan pengajaran Firman. Apa artinya kita bisa melakukan semua hal jika kasih tidak ada. Di dalam Matius 22:34-40 Tuhan Yesus mengatakan, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."’ Itu sebabnya jika kita mengatakan kita menguasai semua ajaran iman Kristen tapi justru kita kehilangan inti yang paling utama maka semua yang kita miliki dan semua yang kita lakukan tidak ada artinya sama sekali. Berapa banyakkah dalam pertumbuhan iman, kasih kita telah luntur, makin lama makin hilang sehingga kita tidak mampu lagi mencintai Tuhan dengan sungguh-sungguh dan juga mencintai sesama kita. Kita hanya memikirkan diri kita, kesibukan kita, orientasi hidup kita hanya berpusat pada diri. Jadi tidak berlebihan jika Tuhan mengatakan, "Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan!" Kedua, kasih adalah kasih yang merupakan pribadi daripada Allah sendiri. 1 Yoh 4:16 mengatakan, "Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih dan barang siapa tetap berada di dalam kasih ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia." Di sini adanya cinta kasih menjadi bukti relasi antara saya dengan diri Tuhan Allah sendiri dan juga menunjukkan adanya kesungguhan saya berpaut dengan pribadi-Nya cinta kasih itu sendiri. Saudara, Allah bukan memiliki kasih tetapi Allah adalah kasih. Ini merupakan sifat teragung yang mungkin ada di seluruh alam semesta. Tidak ada sifat yang lebih agung daripada cinta kasih Allah. Itu sebabnya jika dunia kehilangan kasih maka dunia telah kehilangan segala sesuatu dan kasih hanya terpancar ketika kita boleh bersatu dengan pemilik diri-Nya kasih itu sendiri maka kita baru bisa menikmati cinta kasih yang sesungguhnya. Jika kita ada di dalam Dia dan Dia ada di dalam kita maka kasih itu akan terpancar melalui hidup kita, di sinilah kasih baru menjadi realita yang konkrit bukan sekedar perkataan belaka. Jikalau kasih Tuhan sudah tidak terpancar lagi melalui hidup kita sehingga tidak dirasakan oleh dunia ini maka Tuhan 185 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 menuntut kita bertobat dan kembali pada kasih semula. Saya merindukan setiap kita menginstrospeksi diri kita masing-masing seberapa jauh kita sudah memancarkan kasih Allah dalam hidup kita. Ketiga, Tuhan menuntut kita supaya kita kembali pada kasih semula agar kita dapat memancarkan kasih yang semula. Di dalam Yoh 13:34-35 Tuhan Yesus mengatakan, "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, … Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-muridKu, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." Melalui ayat ini mengajarkan bahwa kasih merupakan manifestasi daripada perintah baru dari Tuhan Yesus untuk menunjukkan dan membuktikan bahwa kita adalah murid-murid-Nya. Pertanyaannya bagi kita adalah apakah kasih merupakan berita baru? Jawabnya tentu saja bukan. Sejak PL, essensi daripada kasih Allah sudah diberitakan namun dalam perintah Tuhan Yesus ini dikatakan, "Aku memberitakan kepadamu perintah baru yaitu supaya kamu saling mengasihi." Di sini letak barunya ialah: "Sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikianlah hendaknya kamu saling mengasihi." Di sini Kristus mau menyatakan bahwa satu tuntutan cinta kasih yang formatnya ‘baru’ untuk mengidentifikasikan dengan apa yang sudah dialami oleh para murid melalui cinta kasih Kristus kepada para murid. Saudara, sebagai umat Allah kita harus menjadi serupa dengan Kristus. Masalahnya serupa dalam hal apa? Di sini serupa di dalam mengasihi, "Sama seperti Aku telah mengasihi …" Kasih Kristus adalah kasih yang rela berkorban melihat dunia yang hilang dan kasih yang begitu menangisi jiwa-jiwa yang terhilang di tengah dunia ini. Jika kita mengatakan, "Tuhan, saya sudah menikmati cinta kasihmu." Masalahnya, seberapa jauh kasih Kristus yang kita rasakan itu telah memancar melalui hidup kita. Apakah kita menangis ketika kita melihat orangorang berdosa, yang papa dan yang terhilang. Jikalau belum, bertobatlah! Kembalilah! Jika tidak, Tuhan akan mencabut kaki dianmu! Keempat, Tuhan menuntut kasih itu muncul di dalam hati kita, karena kasih itu merupakan manifestasi daripada diri kita yang sudah diampuni. Kasih seharusnya muncul karena kita sudah terlebih dahulu menikmati kasih Tuhan. di dalam Luk 7:37-42 menceritakan Tuhan Yesus ketika datang ke rumah seorang Farisi yang bernama Simon. Pada waktu Tuhan Yesus sedang makan bersama dengan orang-orang yang begitu terhormat, masuklah seorang perempuan berdosa. Seorang pelacur yang dengan menangis, pergi di belakang Yesus dekat kaki-Nya lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya. Melihat hal ini orang Farisi begitu jengkel dan marah, dia pikir Yesus sebagai seorang guru seharusnya tahu perempuan macam apa yang ada di-belakang Yesus. Bukankah perempuan itu adalah manusia yang berdosa. Tuhan Yesus tahu isi hati orang Farisi tersebut, itu sebabnya dalam ayat 41, Dia mengeluarkan satu perumpamaan yang begitu indah. Perumpamaan tersebut mengatakan, ada dua orang yang berhutang kepada pelepas hutang. Yang seorang berhutang 500 dinar dan yang lainnya 50 dinar, karena mereka tidak sanggup membayar maka dihapuskannyalah hutang kedua orang tersebut. Dari kedua orang yang berhutang tersebut siapakah di antara mereka yang terlebih mengasihi dia? lalu jawab Simon, "Aku kira dia yang paling banyak dihapuskan hutangnya." Dan memang benar jawaban Simon tersebut. Lalu sambil berpaling kepada perempuan itu, Ia berkata kepada Simon, "Engkau lihat perempuan ini? Aku masuk kerumahmu, namun engkau tidak memberikan Aku air untuk membasuh kaki-Ku, tetapi dia membasahi kakiKu dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya. Engkau tidak mencium Aku, tetapi sejak Aku masuk ia tiada henti-hentinya mencium kaki-Ku. Engkau tidak meminyaki kepala-Ku dengan minyak, tetapi dia meminyaki kaki-Ku dengan minyak wangi." 186 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Dari perumpamaan ini mengajarkan seberapa jauh seorang merasakan pengampunan Tuhan, sedemikian besar pula respon yang akan muncul dari orang tersebut. Seberapa jauh seseorang merasakan kasih Tuhan sebegitu jauh pula dia akan mengasihi Tuhan. bagaimana dengan kita? Seperti Simonkah atau seperti perempuan berdosa? Banyak orang Kristen hari ini yang tidak bertobat sungguh-sungguh, ketika dia menjadi orang Kristen bukan karena dia sadar bahwa dia adalah orang yang seharusnya di buang oleh Tuhan. Dia sama dengan pelacur, dengan pemungut cukai dan dia sama dengan semua orang berdosa lainnya. Orang Kristen yang sejati adalah orang Kristen yang sadar bahwa Tuhan sudah mati dan berkorban bagi dia. Seberapa jauh kita sadar bahwa kita orang berdosa sebegitu jauh pula kita akan membalas cinta kasih Tuhan. Bagaimana hati kita? Apakah kita sudah beku seperti es yang begitu dingin sehingga tidak mampu lagi menyatakan kasih Tuhan? Ataukah kita masih boleh tersentuh oleh cinta kasih Tuhan yang membakar kita? Amin! 187 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 K Ka as siih hK Krriis sttu us s ttiid da ak k tte errb ba atta as s Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 18 Efesus 3:18-19 Aku berdoa, supaya kamu bersama–sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, 19 dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah. Minggu lalu kita telah membicarakan tentang prinsip cinta kasih Tuhan yang pada minggu ini akan kita lanjutkan dengan bagaimana kita hidup di dalam cinta kasih Tuhan. Ketika Dr. Martyn D’lloyd Jones merenungkan Efesus 3 ini dia mengatakan bahwa seharusnya setiap kita mau belajar terus menerus mengkontemplasikan, merenungkan, dan menggumulkan cinta Tuhan yang begitu besar yang sudah Dia nyatakan kepada kita serta melihat bagaimana Paulus mengungkapkan cinta kasih dengan cara yang begitu unik. Ia menggunakan empat dimensi untuk menggambarkan cinta Tuhan yang begitu besar yang Tuhan sudah nyatakan kepada kita. Paulus seolah-olah mau mengatakan tidak ada dimensi lain yang bisa mengungkapkan betapa lebarnya, betapa panjangnya, betapa tingginya dan betapa dalamnya kasih Kristus yang melampaui segala pengetahuan karena begitu dalamnya cinta Tuhan yang boleh kita nikmati. Ini merupakan satu manifestasi pengungkapan yang oleh Tuhan Yesus diungkapkan kepada seorang ahli Taurat yang datang kepada-Nya dengan kalimat yang sangat pendek yaitu dengan mengatakan, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia telah mengaruniakan anak-Nya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal." Saat saya membaca salah satu kalimat yang saya rasa sangat indah dari sebuah kutipan seorang tokoh Kristen yang juga seorang filsuf dan teolog yang menggumulkan dan mau mengerti isi hati Tuhan, dia menyindir sikap kekristenan yang mau mengerti kasih Allah yang mana dikatakan, "Banyak orang mau melihat Tuhan seperti melihat sapi yaitu melihat dengan matanya dan banyak orang yang mau mengasihi Tuhan sama seperti mengasihi sapi-sapi." Mengapa demikian? Karena sapi-sapi itu memberikan susu, keju dan semua keuntungan kepada mereka dan itulah sikap orang–orang Kristen yang mengasihi Tuhan hanya demi untuk mendapatkan keuntungan lahiriah dan kenikmatan batiniah. Mereka bukan sungguh-sungguh mengasihi Allah tetapi mereka mengasihi Allah karena mereka mendapatkan keuntungan dari dalamnya. Meister Eckhardt sadar ketika kita belajar mencintai Tuhan terkadang cinta kita salah dan bukan cinta yang sesungguhnya. Cinta yang seharusnya kita mengerti ialah cinta Tuhan yang membentuk kita bukan cinta yang kita format untuk kita paksakan masuk ke dalam diri Tuhan. Kita mencintai Tuhan bukan dengan cinta yang sesungguhnya, melainkan dengan cinta sapi dan ini merupakan satu bahaya besar yang seringkali terjadi di tengah-tengah dunia kita. Waktu saya memikirkan ini maka kita perlu kembali berdoa seperti yang Paulus doakan agar kita boleh mengerti cinta Tuhan yang sesungguhnya. 188 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Di dalam ayat-ayat ini dibicarakan satu paradoks atau satu keunikan yang sulit sekali karena di satu pihak Paulus berdoa, "Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan." Di sini kita melihat ada satu konflik atau satu paradoks yang begitu sulit untuk dimengerti. Di satu pihak untuk mengerti cinta Tuhan bukan hal yang mudah karena untuk mengerti cinta Tuhan melampaui semua pengetahuan yang mungkin manusia dapatkan. Di lain pihak mencintai Tuhan, mengerti cinta Tuhan itu satu keharusan yang tidak bisa ditolak. Jika demikian bisakah kita mengerti cinta Tuhan? Jika tidak mampu buat apa kita berdoa? Dalam hal ini kita harus kembali kepada Yoh 3:16. Di sini kita boleh melihat kunci bagaimana saya boleh merenungkan kasih yang sesungguhnya dari Tuhan. Di dalam Yoh 3:16 Tuhan Yesus mengatakan, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." Seorang hamba Tuhan sehubungan dengan ayat ini mengatakan bahwa ayat ini menyatakan ketinggian dari kualitas yang tertinggi yang tidak mungkin dicapai lagi di dalam segala hal. Di dalam ayat ini menyatakan kasih yang terbesar yaitu agape, bersumber dari pribadi yang terbesar yaitu Allah yang diberikan kepada lingkup yang terbesar melalui cara yang terbesar yaitu Allah mengaruniakan anak-Nya untuk mati bagi kita agar mencapai hasil yang terbesar yaitu memberikan hidup yang kekal. Bukan hanya hidup di dunia ini yang hanya beberapa puluh Tahun melainkan mendapat hidup yang kekal. Semua hal yang terbesar ini hanya dinyatakan di dalam satu ayat yaitu Yoh 3:16. Di ayat tersebut juga diungkapkan elemen-elemen yang menyatakan cinta Tuhan yang begitu besar dan yang terutama adalah kita harus mengerti pemberi cinta kasih itu sendiri. Sehubungan dengan hal ini mari kita renungkan Ef 3:18-19 yang kita sudah baca. Melalui ayat ini Paulus mengungkapkan kasih Kristus dengan empat dimensi yaitu lebar, panjang, tinggi dan dalam. Pertama, kita melihat betapa tingginya, betapa luasnya cinta kasih Tuhan. Ketika Tuhan mengatakan, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini…." Ini disebabkan karena kasih itu bersumber dari Allah sendiri yang mau menyelamatkan manusia di mana di dalamnya kita melihat bagaimana kasih dan keadilan Allah bertemu untuk menyelamatkan manusia melalui pengorbanan Yesus Kristus di atas kayu salib. Allah adalah Allah yang bertindak di dalam sejarah. Kedua, cinta itu diberikan kepada seluruh dunia. Di dalam Yoh 3:16, kita melihat bahwa cinta kasih Allah adalah cinta yang melampaui segala batasan. Baik itu batasan suku, pulau, identitas, kebangsaan, sosial dan budaya yang ada di dunia. Salah satu hal yang saya rasa dunia ini tidak akan pernah selesai kecuali dunia bertobat ialah masalah SARA yang merupakan krisis suku, agama, ras, antar etnis, dan berbagai kesulitan antar golongan. Masalah-masalah ini seringkali menimbulkan kebencian. Masalahnya apakah perbedaan itu salah? Jawabnya tidak! Perbedaan itu pasti ada dan tidak mungkin bisa dihilangkan, karena menghilangkan perbedaan berarti membuang identitas. Berkenaan dengan hal ini Alkitab memberikan cara yang jauh lebih besar yaitu kasih sejati yang melampaui semua batasan. Hanya cinta Tuhan yang betul-betul hidup di dalam hati kita yang mampu menerobos semua batasan karena cinta Tuhan yang memungkinkan orang Jawa mencintai orang Batak, orang Batak mencintai orang Cina dan lain sebagainya. Maka sekali lagi saya katakan, betapa lebarnya cinta Tuhan tidak mungkin dimengerti kecuali kembali kepada firman Tuhan. Ketika kekristenan serta cinta Tuhan menguasai satu masyarakat maka tidak mungkin terjadi suatu pertikaian. 189 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Ketiga, cinta Tuhan adalah cinta yang kekal. Cinta yang bukan hanya memberikan dampak sejenak melainkan dampak yang kekal. Firman Tuhan mengatakan, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." Cinta kasih seperti ini adalah cinta kasih yang sulit dimengerti oleh dunia karena dunia kita selalu di dalam sikap kondisional. Di tengah dunia umumnya semuanya tergantung pada situasi dan kondisi. Situasi atau kondisi berubah maka sikap kita juga berubah. Jika dunia hanya melihat bahwa semua berubah maka dunia telah gagal untuk melihat kekekalan yang ada pada diri Tuhan. Itu sebabnya jika kita dapat mengerti betapa besar, betapa tinggi, betapa dalam dan betapa panjangnya cinta Tuhan, di sana kita baru melihat bahwa kasih itu adalah kasih yang kekal. Demikian juga tatkala kita mencintai biarlah kasih yang kekal yang memancar melalui hidup kita karena kita telah memiliki kasih yang kekal. Bukan cinta sapi yang senantiasa berubah tapi cinta Tuhan adalah cinta yang tanpa syarat, cinta walaupun situasi dan kondisinya buruk Tuhan tetap mencintai kita. Keempat, kasih yang terdalam. Firman Tuhan mengatakan, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia telah mengaruniakan anak-Nya yang tunggal supaya barang siapa yang percaya kepadanya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal." Saya membayangkan ini adalah cinta kasih yang begitu besar yang masuk ke dalam inti problema manusia yang paling dalam. Ketika Tuhan mencintai kita Dia bukan hanya mencintai karena fenomena, Dia mencintai bukan karena ada sesuatu yang indah di luar tetapi Tuhan mencintai karena urusan yang paling dalam yang Ia mau selesaikan yaitu urusan batin atau dosa manusia. Cinta kasih yang sejati adalah kasih yang merambah masuk ke dalam inti hidup manusia yang terdalam, kasih yang masuk ke dalam pergumulan hidup manusia yang terdalam dan mau mengerti pergumulan yang terdalam dari orang yang menjadi obyek cinta kasih. Mengapa kita sulit mencintai? Karena seringkali kita terjebak di luar dengan hal-hal fenomena sehingga kita tidak masuk ke dalam pergumulan orang itu yang terdalam. Itu sebabnya Paulus menulis kepada jemaat Efesus, "Aku berdoa supaya engkau boleh mengerti betapa dalamnya cinta kasih Allah." Kalimat ini ditulis oleh Paulus kepada jemaat Efesus yang sedang berhadapan dengan orang-orang yang memusuhi mereka. Orang-orang yang membenci jemaat Efesus ini sebenarnya adalah orang-orang yang seharusnya justru menjadi obyek cinta mereka. Seharusnya jemaat Efesus mengasihi dan menginjili mereka agar mereka bertobat dan terlepas dari kegelisahan kebencian yang ada di dalam diri mereka. Saudara, pada hari ini pertanyaan bagi kita sejauh mana saudara dan saya mau menanggalkan cinta dan mau belajar cinta Tuhan, bukan cinta sapi yang dibutuhkan oleh dunia ini melainkan cinta Tuhan. Menjelang Jumat Agung ini mari kita mencoba merenungkan kembali arti pengorbanan Yesus bagi kita. Apa artinya Tuhan menebus kita? Dan bagaimana kita boleh menerobos semua pengertian kasih yang mungkin dimengerti oleh manusia. Kita berdoa, kita minta supaya Tuhan mengubah dan membuat kita boleh mengerti, memahami betapa lebarnya, betapa panjangnya, betapa tingginya dan betapa dalamnya kasih Tuhan yang boleh menerobos hidup kita sekalipun itu malampaui semua pengetahuan kita. Dengan demikian dunia boleh melihat kebenaran dan cinta kasih di tengah dunia yang kehilangan cinta kasih ini. Kiranya Tuhan mengubah dan membentuk kita sesuai dengan kehendak-Nya. Amin! Ringkasan Khotbah – Jilid 1 190 S Se eg ga alla ak ke em mu ulliia aa an nb ba ag gii A Alllla ah h –– Soli Deo Gloria Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 20 Efesus 3:20-21 Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita, 21 bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun–temurun sampai selama–lamanya. Amin. Surat Efesus ini dapat dibagi menjadi dua bagian di mana bagian pertama dimulai dari pasal satu hingga pasal tiga. Bagian pertama ini berkenaan dengan pengajaran doktrinal sedangkan bagian kedua yaitu pasal empat hingga enam berkenaan dengan aspek praktis dari kehidupan Kristen. Efesus 3 merupakan bagian akhir dari seluruh rangkaian bagian pertama yaitu berkenaan dengan pengajaran doktrinal Paulus dan gagasan di dalamnya serupa dengan konsep dalam Roma 11. Dua bagian tulisan Paulus ini merupakan konsep doksologi yang menutup bagian doktrinal dan dari dua surat tulisan Paulus ini kita melihat ide yang sama di mana Paulus memulai tulisannya dengan prinsip-prinsip pengajaran iman Kristen kemudian dilanjutkan dengan bagian praktis dari kehidupan Kristen sehari-hari. Di dalam surat Roma dikatakan, "Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selamalamanya!" Sedangkan di dalam surat Efesus dikatakan, "Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita, bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun-temurun sampai selamalamanya. Amin" Ini merupakan dua bagian doksologi yang sejajar yang memiliki pengertian yang sama saat ini kita akan meneliti bagian doksologi Paulus yang terdapat di dalam surat Efesus. Saudara, jika kita mengamati bagian doksologi Paulus di dalam surat Efesus ini merupakan lanjutan dari pembahasan Paulus sebelumnya di mana Paulus berdoa dengan begitu serius dan demikian berat di hadapan Tuhan untuk jemaat Efesus. Paulus berdoa, "Aku berdoa supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya, dan betapa panjangnya, dan tingginya, dan dalamnya kasih Kristus dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah." Inilah doa Paulus kepada jemaat Efesus dan doa ini penting karena hal yang didoakan ini yang menjadi dasar kehidupan dan pengertian iman yang sesungguhnya bagi setiap orang percaya. Di dalam bagian ini kita masuk ke prinsip yang begitu penting yaitu bagaimana kita bisa mengenal cinta kasih Tuhan dengan sesungguhnya. Di dalam surat Efesus ini Paulus memakai satu kalimat yang indah sekali yang walaupun secara struktur dapat diletakkan di belakang tetapi oleh Paulus diletakkan di depan karena ini yang menjadi center poinnya yaitu bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak daripada apa yang kita doakan atau pikirkan. Bagi saya, kalimat ini merupakan satu kekuatan di dalam kehidupan. Mengapa? Karena ketika kita mau mengenal Tuhan seringkali kita mau mengenal Tuhan dengan konsep dan pola yang salah dimana kita 191 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 sudah mematok dahulu dengan konsep kita. Kalimat ini jika kita lihat secara sepintas kelihatannya sangat baik dan secara rasional harus mengerti dulu baru kita bisa menerima dan itu adalah suatu konsep yang disebut dengan Epistemological Understanding. Suatu pengertian epistemologi adalah suatu pengertian bagaimana kita mencari keabsahan dan kebenaran sesuatu sebelum kita percaya. Ini baik, jika tidak demikian kita akan membabi buta dan akhirnya akan terjeblos tetapi kalau pengertian atau konsep epistemologis ini akhirnya diekstrimkan dengan tidak mengerti secara mendalam itu berbahaya. Hanya yang menjadi masalah di sini adalah bagaimana seharusnya kita mengerti tentang hal ini? Ini yang tidak dikaji secara serius oleh banyak orang. Kita seringkali mau menguji segala sesuatu tetapi masalahnya cara menguji sesuatu tersebut yang tidak pernah kita uji. Ingat, logika kita terbatas dan memiliki banyak kelemahan demikian pula dengan metodologi empiris. Pengalaman kita dan indera kita apakah memiliki keabsahan untuk mengerti dan mengalami seluruh kebenaran apalagi berkenaan untuk mengerti Tuhan pengalaman dan indera kita begitu terbatas. Di sinilah yang menjadi pergumulan Paulus ketika mengatakan, "Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih besar daripada apa yang kita doakan atau pikirkan." Banyak orang gagal melihat ini karena mereka mau mengenal Tuhan yang dapat masuk di dalam konsep logika dan pengalaman. Ini keliru, karena Tuhan yang seperti itu adalah Tuhan yang lebih kecil dari logika dan pengalaman kita. A.W. Pink di dalam bukunya sebelum dia membahas mengenai sifat-sifat Allah di dalam bagian pendahuluannya menulis, "Don’t put God in a box" (jangan masukkan Allah ke dalam kotak). Berikut ini kita akan melihat tiga aspek yang diungkapkan oleh Paulus di dalam ayat yang kita baca ini. Pertama, Allah adalah Allah yang Maha Kuasa (Omnipotence) yang melampaui pikiran dan doa manusia. Tuhan dapat melakukan sesuatu lebih daripada apa yang kita dapat doakan. Tapi ini jangan disalah mengertikan karena ada orang yang bertanya, "Jika Allah maha kuasa, dapatkah Dia membuat batu yang Dia sendiri tidak bisa mengangkatnya." Saudara, pertanyaan ini sendiri merupakan pertanyaan yang tidak sah karena ketika dia mempertanyakan pertanyaan ini, bagi dia Allah adalah terbatas sedangkan Tuhan adalah Tuhan yang jauh melampaui apa yang kita bisa doakan. Dan kalimat ini bukan hanya menjadi teori di dalam diri kita melainkan kalimat ini juga merupakan bagian pengalaman dalam hidup kita. Allah adalah Allah yang maha kuasa, biarlah ini menjadi satu kekuatan kita di dalam melangkah. Kedua, Hikmat Allah adalah bijaksana yang terbijak yang mungkin ada di tengah dunia. Allah adalah Allah yang tidak dapat ditangkap hanya dengan 300 cc otak kita. Allah adalah Allah yang maha bijak. Jadi tindakan Allah adalah tindakan yang melampaui semua pikiran dan semua kemungkinan spekulasi manusia. Di dalam hidup kita seringkali kita terjebak di dalam pertanyaan yang jawabannya ya atau tidak dan kita tidak bisa keluar dari sana. Itu sebabnya kita memerlukan bijaksana. Dalam hal ini kita bisa mengerti pertanyaan ketiga ketika Tuhan Yesus dijebak oleh orang-orang dari golongan Herodian dan orang-orang Farisi berkenaan dengan membayar pajak kepada kaisar. Saudara, orang-orang Herodian adalah orang yang pro pemerintah sedangkan orang Farisi merupakan orang-orang yang anti pemerintah namun ketika mereka menjebak Yesus, mereka berdua menjadi pro untuk melawannya. Mereka berdua datang kepada Yesus dan ingin mengetahui apakah jawaban Yesus akan pertanyaan tersebut? Jika Yesus berkata tidak perlu bayar pajak berarti pro dengan Farisi dan Tuhan Yesus sudah menjadi musuh bagi orang Herodian dan demikian juga sebaliknya. Dalam kondisi seperti ini Tuhan Yesus tidak pro Herodian atau pro Farisi tetapi melalui jawaban-Nya, Tuhan Yesus telah menyatakan bijaksana yang melampaui pikiran manusia. 192 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Tuhan adalah Tuhan yang mampu mengerjakan sesuatu melampaui apa yang mampu kita pikirkan. Allah adalah Allah yang maha kuasa sekaligus juga maha bijaksana. Intervensi bijaksana dari kuasa Allah ini mulai terjadi di dalam tiga titik bersama-sama yaitu di dalam penciptaan, inkarnasi kehadiran Kristus di tengah dunia ini dan yang terakhir pada waktu penyempurnaan akhir. Tiga titik ini tidak mungkin tuntas atau selesai kecuali kuasa Allah dan bijaksana Allah ikut di dalamnya. Ketiga, segala kemuliaan bagi Allah (Soli Deo Gloria). Kita sudah membahas bahwa Allah adalah Allah yang maha kuasa dan maha bijak. Masalahnya buat siapa itu semua? Seringkali manusia menjadi begitu egois, begitu humanis dan manipulatif. Begitu mengerti Allah maha kuasa, Allah maha bijaksana lalu semua itu mau di ambil untuk dirinya sendiri. Itu fatalnya manusia. Ketika kita mendapatkan pengertian akan kemahakuasaan Allah dan kemahabijakan Allah seharusnya ini menjadikan kita hidup dengan kekuatan Tuhan. Ini berarti kita hidup untuk mempermuliakan Dia dan dengan demikian kita hidup dipakai oleh Tuhan untuk menjadi orang-orang yang boleh menjadi penyalur mahakuasa dan maha bijaknya Tuhan. biarlah ini menjadi satu kekuatan bagi kita untuk hidup mempermuliakan Dia. Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin! 193 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 K Ke eh hiid du up pa an np pa arra ad do ok ks sa all Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 21 Efesus 3:21/ 4-1 bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun–temurun sampai selama–lamanya. Amin. 1 Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang–orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu. Minggu ini kita akan membahas hubungan antara apa yang kita tahu dengan praktika dalam kehidupan Kristen. Di dalam Ef 4:1 ini Paulus mengatakan, "Sebab itu aku menasehatkan kamu, …." Kalimat ini bukan sekedar mengatakan, aku menasehatkan kamu dalam arti terserah kita untuk menjalankannya atau tidak. Sebab ayat ini dalam bahasa Indonesia tidak memiliki kata yang tepat yang dapat dipakai untuk mewakili bahasa aslinya. Ayat tersebut dalam bahasa aslinya memiliki arti bukan hanya sekedar menasehatkan, melainkan menasehatkan dengan satu tekanan dan Paulus meminta jemaat sungguh-sungguh menjalankannya. Mengapa? Karena ini merupakan sesuatu yang penting, sesuatu yang mendesak. Dalam kalimat atau ayat ini kita melihat dua paralel yang akan kita bahas hari ini. Pertama, berkenaan dengan latar belakangnya dan melalui itu Paulus menasehatkan apa? Kedua, sebagai orang yang dipanggil hendaknya hidup para jemaat setara dengan panggilan itu. Kedua kata ini menggunakan kata yang sama "kaleo". Orang yang dipanggil sekarang setara dengan panggilan itu. Struktur yang kedua ini yang dibahas oleh Paulus. Di dalam bagian ini Paulus masuk ke dalam wilayah praktika dari surat kepada jemaat Efesus. Hal ini penting karena seringkali ketika kita masuk ke dalam wilayah praktika dapat menjadi bahaya besar jika kita gagal mengaplikasikan secara tepat dan kita dapat jatuh kepada ekstrim yang tidak tepat. Di dalam bagian ini kita perlu memikirkan bagaimana kita mencoba menghidupkan kebenaran firman Tuhan yang kita mengerti ke dalam kehidupan kita sehari-hari. Alkitab mengajarkan supaya kita tidak memakai cara linear melainkan kita menggunakan format paradoks di mana kita menggunakan cara mendekatkan sesuatu yang ideal dengan suatu kondisi realita. Kita mendekatkan sesuatu yang mutlak dengan sesuatu yang sedang berproses. Sesuatu yang tetap dengan sesuatu yang bergerak dinamis. Bagaimana dua sifat yang berbeda ini kita relasikan secara tepat, di sini kita harus berhati-hati jangan sampai kita kompromi. Jika doktrin yang begitu solid kita geser ke dalam proses maka kebenaran adalah kebenaran dan tidak mungkin berubah. Di sini kembalinya ideal mutlak menjadi basis daripada proses yang dinamis yang terjadi dalam sejarah menjadikan kita merelasikan antara dua sifat yang berbeda di mana yang satu terus berubah dan yang satu tidak berubah. Yang satu kekal dan yang satu 194 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 sementara, yang satu tidak mungkin rusak dan yang satunya dapat rusak. Jadi dua sifat yang berbeda namun kita harus merelasikannya. Masalahnya, bagaimana kita dapat merelasikannya? Gambaran yang Alkitab mau katakan adalah dengan cara memparadokskan. Orang dunia tidak mungkin mengerti ini karena pemikiran mereka bersifat linear. Orang dunia tidak bisa mengkaitkan antara yang di sana dengan di sini, antara ideal dengan dunia yang berproses, antara kekal dengan sementara. Orang dunia selalu matanya melihat ke bawah, ke dunia ini dan merelasikan semua dengan format yang sangat linear jadi sulit bagi mereka merelasikan antara kekekalan dan kesementaraan. Di dalam ayat yang kita baca hari ini kita melihat dua paradoks. Paradoks daripada berkat rohani yang dilimpahkan secara total. Masalahnya, ketika kita mendapat berkat, hidup kita senang atau susah? Jawabnya adalah kedua-duanya. Secara rohani saya mendapat berkat rohani dari dalam surga, dari sini memimpin saya masuk ke dalam sejarah. Jadi dengan kekuatan rohani ini saya melangkah di dalam sejarah. Ketika kita mendapat berkat yang paling besar mungkin pada saat itu kita dalam kondisi yang paling susah. Kapan kita mendapat berkat yang paling besar di dalam hidup kita? Waktu kita bahagia karena mendapat untung yang paling besar atau justru waktu kita paling susah. Ketika kita mendapat pergumulan yang paling berat di saat itulah justru Tuhan bekerja paling besar untuk kita. Alkitab mengajarkan, justru pada saat kita mengalami pergumulan yang paling besar di saat itulah Tuhan bekerja paling besar dan melimpahkan berkat yang paling besar. Bagaimana dunia bekerja dan bagaimana proses dinamis terjadi serta apa yang Tuhan kerjakan di dalam kekekalan itu dua hal yang harus direlasikan dengan tepat. Jika tidak kita akan salah mengerti. Salah satu kesulitan manusia untuk menjadi seorang anak Tuhan yang sejati adalah karena dia tidak pernah mengerti bahwa berkat terbesar bagi dunia ini terjadi justru pada saat Anak Allah harus menderita paling besar, paling menyakitkan dan paling hina. Tidak ada penderitaan, kesengsaraan dan penghinaan yang paling besar selain ketika Anak Allah naik ke kayu salib. Pada saat itulah berkat yang paling besar sedang dicurahkan kepada dunia ini. Manusia tidak pernah mengerti cara kerja paradoks Tuhan kecuali kita kembali kepada apa yang Allah katakan. Di dalam Ef 4:1 Paulus mengatakan, "Aku menekankan kepada kamu, aku, orang yang dipenjara karena Tuhan." Bagi orang dunia ini merupakan satu kebodohan. Mengapa? Karena orang yang dipenjara dianggap orang yang hina. Konsep ini merupakan konsep linear tetapi bagi Paulus justru dia tahu bahwa saat itulah dia mempunyai hak paling besar untuk berbicara karena dia sudah membuktikan bahwa Tuhan sedang beserta dia sebagai hamba daripada Tuhan. Maka ketika Paulus mengatakan , "Aku menasehatkan kamu…." Mengapa Paulus berani menekankan seperti itu? Sebab dia dipenjara karena Kristus. Paulus dipenjarakan bukan karena bersalah melainkan karena memberitakan kebenaran. Inilah paradoks pertama! Banyak orang Kristen tidak mengerti kuasa daripada paradoks seperti ini. Pengaruh Kristus yang terbesar mempengaruhi adalah waktu dia mati dan bangkit, itu merupakan kuasa terbesar. Kapankah Paulus paling besar berkuasa yaitu pada waktu dia dipenjarakan karena Kristus. Kuasa daripada penderitaan ini tidak pernah dimengerti oleh banyak orang termasuk oleh orang-orang Kristen. Banyak orang Kristen berpikir kalau kita melayani Tuhan baik-baik berarti hidup kita akan baik-baik. Jangan sampai kita dianiaya, diperkosa, dirampok, dijarah, rumah dibakar dan banyak lagi kata jangan. Mengapa? Karena kita tidak rela menderita. Kuasa penderitaan karena nama Kristus ini menjadi basis daripada konsep paradoks di dalam kekristenan. Paulus tidak melihat ketika memberitakan Injil akhirnya dia masuk penjara sebagai satu kegagalan tetapi bahkan Paulus dapat melihat dengan konsep yang berbeda sama sekali. Disini Paulus memiliki konsep penerobosan sehingga mereka bisa melihat bagaimana Tuhan bekerja di tengah-tengah kita. Ketika kita menderita demi Kristus itu merupakan kekuatan yang tidak pernah dapat dihapus oleh apapun. Seluruh logika bisa dijatuhkan tetapi semua fakta sejarah tidak bisa ditarik kembali. 195 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Berdasarkan pengertian di atas, sekarang kita mulai jalankan. Masalahnya, kita menjalankan dengan apa? Jawabnya, yaitu dengan cara berpikir yang berbeda dengan yang dunia pikirkan. Jika Allah sudah menerobos dan intervensi masuk ke dalam sejarah, jika Tuhan yang berdaulat dan berkuasa kemudian terlibat di dalam proses sejarah maka pada saat itulah kuasa penerobosan itu akan menjadi kuasa perubahan yang merubah hidup kita. Jadi, pada poin yang kedua ini Paulus bukan hanya memaparkan bahwa dia adalah orang yang dipenjara karena Kristus tetapi justru poin yang kedua ini yang ingin ditekankan oleh Paulus kepada jemaat supaya jemaat sebagai orang yang dipanggil oleh Tuhan hidup setara sepadan sesuai dengan panggilan mereka. Hal ini berkaitan dengan konsep paradoks. Saya adalah orang yang dipanggil tetapi saya harus berjalan di dalam proses yang sepadan dengan panggilan saya. Panggilan kita kekal. Kita sudah disebut orang kudus, kita sudah disebut orang benar, kita sudah diselamatkan dan kita sudah menjadi anak Allah tetapi pertanyaannya, apakah hidup kita sudah sepadan dengan panggilan itu? Kalau kita disebut orang kudus, sudahkah kita menjadi orang kudus? Jika saya disebut anak Allah, apakah hidup kita sudah mencitrakan hidup sebagai anak Allah? Di sini kita melihat paradoks yang harus kita sadari. Ini merupakan kesalahan yang fatal kalau kita linearkan! Banyak orang menjadi stres karena memikirkan kita adalah orang benar maka kita harus sempurna benar. Saya orang kudus maka saya harus kudus sempurna. Ini merupakan kesalahan yang besar karena konsep linear tidak tepat diterapkan di sini. Yang benar adalah kita harus membedakan yang di sana dengan yang disini. Waktu kita menjadi orang kudus, maka kita menjadi orang kudus di sini. Maka proses harus menjadi titik acuannya. Ini dua hal yang tidak boleh dicampuraduk. Jika kita mencampur aduk yang di sana dengan yang di sini, ini merupakan kesalahan yang fatal. Tapi ini juga tidak berarti karena di dunia ini kita tidak mungkin bisa sempurna sehingga kita menurunkan standar kualitas kebenaran. Kita tidak boleh menurunkan kualitasnya karena itu tuntutan yang sempurna yang Tuhan minta sekalipun ketika di dunia ini kita tidak mungkin sempurna. Kita hanya ada di dalam proses menuju pada standar kemutlakan kebenaran Tuhan. Jadi di sini maksud Paulus adalah bagaimana jemaat sebagai orang yang sudah dipanggil hendaklah memproses menuju panggilan tersebut. Kata "Tetaplah engkau sepadan dengan panggilanmu", kata sepadan dalam bahasa aslinya berarti ‘sedang menggarap sampai serupa’ itu kata yang dipakai. Jadi dua kata di atas dipadukan menjadi kata "sepadan." Jadi dalam bahasa aslinya istilah sepadan ini bukan sesuatu yang statis melainkan suatu proses yang setara dengan panggilan tersebut. Di sinilah kita mengaplikasikan pengertian firman Tuhan yang kita mengerti menuju pada aplikasi kehidupan praktis. Disini kita mengerti bagaimana merelasikan konsep kekristenan yang ideal dengan bagaimana proses praktika hidup kita disetarakan. Hal ini menuntut saudara dan saya bertumbuh setiap hari menuju panggilan yang tepat, bagaimana kita harus lebih baik dari hari kemarin dan esok lebih baik dari hari ini sehingga kita terus menerus berada dalam proses kepada ideal yang Tuhan tetapkan. Saudara, inilah panggilan paradoks di dalam hidup Kristen. Marilah kita mulai menapaki satu demi satu, step demi step dari pada tugas panggilan praktika kita dengan menggunakan pendekatan paradoks. Mari kita bertumbuh di dalam hidup kita bukan dengan satu teori yang kita idealkan tetapi kita betul-betul mencoba menggabung ideal dengan proses hidup yang terusmenerus diproses. Dengan demikian kita terus bertumbuh setiap hari. Hanya dengan cara ini kekristenan mencapai apa yang Tuhan inginkan di tengah dunia. Saudara, saya harap kita bisa mengerti hal ini sehingga hidup kita setiap hari dapat menjadi semakin baik. Amin! 196 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 K Ke eb ba an ng gk kiitta an n iin nttii iim ma an nK Krriis stte en n Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 1 Yohanes 20:1-10 Pada hari pertama minggu itu, pagi–pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur. 2 Ia berlari–lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus, dan berkata kepada mereka: "Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan." 3 Maka berangkatlah Petrus dan murid yang lain itu ke kubur. 4 Keduanya berlari bersama–sama, tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada 5 Ia menjenguk ke dalam, dan melihat kain kapan terletak di tanah; akan tetapi ia tidak Petrus sehingga lebih dahulu sampai di kubur. masuk ke dalam. 6 Maka datanglah Simon Petrus juga menyusul dia dan masuk ke dalam kubur itu. Ia melihat 7 sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, kain kapan terletak di tanah, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung. 8 Maka masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia 9 Sebab selama itu mereka belum mengerti isi Kitab Suci yang mengatakan, bahwa Ia harus melihatnya dan percaya. bangkit dari antara orang mati. 10 Lalu pulanglah kedua murid itu ke rumah. Dewasa ini banyak mimbar yang sudah dicemari oleh ajaran-ajaran yang tidak bertanggung jawab. Banyak hamba-hamba Tuhan dari atas mimbar mengatakan bahwa kebangkitan Kristus bukan satu fakta yang penting bagi Kekristenan. Di belakang kalimat ini sebenarnya mereka tidak percaya kepada kebangkitan Kristus hanya mereka tidak berani secara terus terang mengatakan hal ini karena takut mengalami reaksi dari banyak orang Kristen yang begitu cinta Tuhan. Bagi mereka, kebangkitan Kristus hanyalah mitos yang dikarang oleh murid-murid Yesus karena murid-murid tersebut memimpikan guru mereka yaitu Yesus, bangkit dari antara orang mati dan meneruskan gerakannya. Jadi menurut mereka, ketika kita mau mengerti kekristenan kita harus membuang semua mimpi-mimpi dan mitos-mitos ini. Teologi dari orangorang seperti ini disebut "demitologisasi." Apakah ajaran iman Kristen seperti ini? Jawabnya jelas tidak! Di dalam Yoh 20, kita melihat peristiwa kebangkitan Kristus di mana diceritakan pada hari minggu pagi Kristus bangkit. Hari minggu disini penting dan perlu kita perhatikan. Mengapa? Karena orang Kristen beribadah pada hari kebangkitan Kristus yaitu pada hari Minggu bukan pada hari Sabtu sebagaimana gereja Advent. Hari minggu adalah hari pertama pada setiap minggu sedangkan hari Sabtu adalah hari terakhir dari setiap Minggu. Hari Minggu juga merupakan hari kemenangan di mana Yesus bangkit pada hari 197 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 pertama. Demikian juga pada hari Pentakosta jatuh pada hari Minggu di mana pada hari tersebut terjadi kebaktian yang pertama bagi umat Kristen dan pada hari itu juga 3000 orang sekaligus bertobat. Jadi ibadah orang Kristen yang pertama berbeda dengan orang-orang Yahudi di dalam PL yang jatuh pada hari terakhir yaitu hari Sabtu. Hari Minggu adalah hari pertama, ini memiliki arti yang penting yaitu agar kita memulai apapun bersama dengan Kristus dulu. Jadi pada hari pertama yaitu hari Minggu pagi-pagi benar Maria Magdalena datang ke kubur dan ketika sampai di kubur ternyata Tuhan Yesus sudah tidak ada. Betapa kagetnya Maria lalu dia berlari dan melapor kepada Petrus dan murid yang lain yang adalah penulis Kitab ini sendiri yaitu Yohanes, murid yang dikasihi Tuhan. Mendengar itu Petrus dan murid yang lain berlari ke kubur di mana Tuhan Yesus dikuburkan dan ternyata benar bahwa kubur tersebut sudah kosong. Petrus hanya melihat kain kafan tergeletak di bawah. Apakah mereka sebelumnya mengerti bahwa Kristus sudah bangkit? Tidak! Kebangkitan Kristus masih sulit dimengerti oleh mereka dan demikian juga oleh orang-orang pada masa kini. Mengapa? Pertama, Kebangkitan merupakan misteri. Waktu Yohanes masuk ke dalam ruangan tersebut dia mengatakan, baru aku mengerti karena sebelumnya dia tidak mengerti mengenai kebangkitan Yesus. Mengenai kematian dan kebangkitan Kristus Alkitab mencatat sedikitnya empat kali diberitakan di dalam keempat Injil tetapi meskipun empat kali diberitakan ini merupakan satu misteri. Ya, kebangkitan memang merupakan satu rahasia yang tidak mudah dimengerti karena misteri ini merupakan misteri yang menerobos seluruh kemungkinan logika manusia. Dunia berusaha berjuang habis-habisan dengan segala cara untuk mengalahkan kematian tetapi fakta mengatakan sampai detik ini tidak pernah ada usaha yang mampu mengatasi kesulitan terbesar daripada problema hidup manusia yaitu kematian. Tetapi tatkala Yohanes dan Petrus masuk dan melihat kubur tersebut kosong maka pada detik itulah Yohanes mengalami momen di mana misteri itu dibongkar. Kalimat yang Yohanes telah dengar sebelumnya namun yang ia tidak mengerti pada saat itu misteri tersebut yang menjadikan dia tidak mengerti Tuhan buka. Hal seperti ini juga terjadi dengan dua orang murid yang berjalan ke Emaus dan juga dengan Maria Magdalena. Sebelum pikiran mereka Tuhan buka sekalipun mereka telah mendengar bahkan berada bersama dengan Yesus namun peristiwa kebangkitan akan tetap merupakan misteri bagi mereka. Kecuali Tuhan buka pikiran mereka barulah mereka bisa mengerti misteri ini. Kedua, fakta kebangkitan Kristus. Saudara ketika kita membaca Alkitab jelas sekali baik itu di dalam Injil Yohanes maupun semua Injil mencatat tentang prinsip dan realita kebangkitan Kristus dengan begitu jelas. Ketika murid-murid mengatakan Tuhan Yesus tidak ada dan batu terguling maka mereka lari ke kuburan. Batu yang begitu besar yang diperkirakan beratnya beberapa ton sekarang sudah terguling ke samping dan malaekat keluar sedangkan para penjaga melarikan diri lalu mereka melapor kepada para imam besar dan menceritakan semua yang terjadi. Para imam besar kemudian menyogok para prajurit untuk menceritakan bahwa mayat Yesus di curi oleh para murid. Di dalam hukum Romawi jika para prajurit lengah dalam menjaga kuburan yang telah disegel oleh pimpinan Romawi seperti Pilatus maka penjaga tersebut harus mati. Jadi para prajurit yang menjaga mempunyai tanggung jawab yang sangat tinggi dan para ahli Taurat juga tahu akan hal itu maka mereka mengatakan jika nanti setelah mereka maksudnya para penjaga atau prajurit memberitakan bahwa murid-murid mencuri mayat Yesus itu berarti kegagalan mereka untuk menjalankan tugas mereka dan mereka bisa dihukum mati karena hal ini. Maka para imam besar nanti yang akan me-lobby para pimpinan Romawi supaya mereka tidak dihukum. 198 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Saudara, berita mayat Yesus dicuri masih cukup relevan hingga saat ini tetapi kalimat ini sebenarnya sulit untuk kita dapat percaya. Mengapa? 1. Sejarah menyatakan tidak ada satu buku yang menyangkal kebangkitan Kristus bahkan tulisantulisan dari orang-orang Romawi, orang-orang yang sama sekali tidak ada hubungan dengan kekristenan. 2. Melalui Injil Yohanes saja kita menemukan banyak fakta yang menunjukkan bahwa Kristus bangkit. Hal ini dapat kita lihat misalnya kain kafan yang membungkus tubuh Kristus tidak di bawa. Kain kafan tersebut berada di bawah meja batu tempat di mana Kristus dibaringkan. Suatu alasan yang tidak masuk akal jika para murid mencuri mayat Yesus namun sebelumnya melepaskan kain kafan yang membungkus tubuh Kristus. Demikian juga dengan kain peluhnya sudah dilipat dengan rapi dan diletakkan di pinggir. Ini menunjukkan satu persiapan yang baik. Alkitab mencatat dengan begitu teliti bahwa kebangkitan merupakan satu fakta sejarah yang sulit dimengerti oleh logika manusia biasa tetapi real. Bahkan Paulus di dalam 1 Kor 15 mengatakan bahwa lebih dari 500 orang sekaligus menyaksikan Yesus bangkit dan sebagian dari mereka masih hidup ketika surat I Korintus ini ditulis. Iman Kristen bukan iman yang mimpi, bukan iman yang bohong melainkan Iman yang didasarkan pada fakta. Iman memang tidak boleh direduksi hanya di wilayah logika tetapi iman bukan kontra logika. Iman Kristen adalah iman yang berlandaskan pada semua yang terjadi di dalam sejarah. Ketiga, essensi kebangkitan Kristus. Di dalam membicarakan kebangkitan Kristus ini kita tidak hanya berbicara mengenai misteri kebangkitan Kristus, juga bukan hanya membahas fakta kebangkitan Kristus melainkan juga essensi daripada kebangkitan Kristus itu sendiri. Essensi Kebangkitan Kristus merupakan fakta kemenangan dari kuasa terbesar yaitu kematian. Di dalam 1 Kor 15 Paulus menyatakan satu pekik kemenangan yang menjadi doksologi. Jika Kristus sudah bangkit, di manakah kuasamu kematian, di manakah sengatmu? Kebangkitan Kristus merupakan kemenangan atas kematian, kemenangan atas jerat atau belenggu. Ketika Kristus bangkit, kuasa dosa yang paling mengerikan sudah dipatahkan. Sengat dosa yang menakutkan sudah dihancurkan dan pada saat itulah kemenangan yang paling tuntas sudah dinyatakan melalui kebangkitan Kristus. Keempat, essensi kebangkitan Kristus ini memberikan kepada kita satu pengharapan. Pengharapan ini bukan pengharapan yang dualisme melainkan satu pengharapan yang bersifat mutlak di dalam Kristus. Melalui kebangkitan Kristus kita memiliki kepastian dan jaminan dan pengharapan ini tidak bisa digeser di dalam sejarah. Dunia boleh mencoba membalik-balikkan fakta tetapi Alkitab mengatakan essensi kebangkitan membuat seluruh usaha itu gugur. Pengharapan kekristenan tidak bergantung pada semua hal yang terjadi di dunia ini. Pengharapan Kristen didirikan di atas kemenangan Kristus yang bangkit dari kematian dan itulah satu-satunya pengharapan yang sudah mengalahkan semua kemungkinan dari ketidakmutlakan yang ada di dunia ini. Jika Kristus sudah bangkit, Kristus sudah menang dari kuasa maut maka Dia yang sudah bangkit ini akan mengajak saudara dan saya bersama-sama. Fakta kebangkitan Kristus ini menjadikan kita pasti di tengah-tengah ketidakpastian di dalam dunia. Dunia ini tidak memiliki harapan tetapi hanya Kristus yang bangkitlah harapan satu-satunya. Hanya kembali kepada Kristus kita akan memiliki pengharapan yang pasti. Saya harap kita kembali kepada pengertian essensi ini dan tahu bagaimana kita seharusnya berespon kepada Dia yang sudah menang dari kematian. Hanya kembali kepada Tuhan kita memiliki pengharapan yang sejati. Amin! 199 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 K Ka arra ak ktte err--k ka arra ak ktte err e es se en ns siia all Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: Efesus 4:2/ Yohanes 13:31-35 Efesus 4 2 Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. Yohanes 13 31 Sesudah Yudas pergi, berkatalah Yesus: "Sekarang Anak Manusia dipermuliakan dan Allah dipermuliakan di dalam Dia. 32 Jikalau Allah dipermuliakan di dalam Dia, Allah akan mempermuliakan Dia juga di dalam diri–Nya, dan akan mempermuliakan Dia dengan segera. 33 Hai anak–anak–Ku, hanya seketika saja lagi Aku ada bersama kamu. Kamu akan mencari Aku, dan seperti yang telah Kukatakan kepada orang–orang Yahudi: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang, demikian pula Aku mengatakannya sekarang juga kepada kamu. 34 Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. 35 Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid–murid–Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." Dalam Efesus pasal empat ini Paulus mengajak kita untuk memikirkan bagaimana kita sebagai orang yang sudah dipanggil menjadi orang yang dipanggil di dalam kekekalan kita harus berproses setara dan menuju kepada kesepadanan dengan panggilan tersebut. Berkenaan dengan hal ini maka Paulus pertama-tama masuk ke dalam esensial karakter yaitu sifat dasar utama yang harus dikerjakan atau digarap untuk mendasari kemungkinan yang lain. Ini program utama bagaimana seseorang dapat diubah dan diproses menjadi seperti yang Tuhan mau. Pertama, wadah harus disiapkan lebih dahulu. Jika hal ini belum dipersiapkan jangan harap kita pernah berpikir bisa berproses karena wadah dan kemungkinan prosesnya sudah ditutup terlebih dahulu. Di sinilah kesulitan yang terbesar ketika kita mau memproses kehidupan kita. Mengapa? Karena kita tidak siap untuk diproses. Di dalam Efesus pasal empat ini Paulus setelah membicarakan tentang prinsip kehidupan konsep berjemaat lalu langsung masuk ke dalam konsep manusia baru yaitu bagaimana saya diproses menjadi manusia baru yang dibentuk sesuai dengan yang Tuhan mau. Sehubungan dengan hal ini ada hal yang harus dikerjakan. 200 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Persiapan ini harus dimulai dari diri kita di mana Alkitab mengajarkan tiga hal yaitu pertama rendah hati; Kedua, lemah lembut dan ketiga sabar. Tiga karakter ini menjadi tiga karakter dasar yang memungkinkan seseorang diproses. Jika ketiga hal ini tidak bisa disiapkan atau tidak berproses maka tidak mungkin terjadi proses apapun dalam hidup kita. Orang yang sombong tidak dapat diubah dan dibentuk, karena orang yang sombong akan mengukuhkan apa yang dia anggap benar dan dia tidak mudah mau mendengar apapun dari luar. Demikian pula orang yang tidak mau menjadi lemah lembut dia akan selalu memandang diri sebagai sesuatu dasar yang harus membuat orang lain ikut dia, bukan dia yang mau mengerti orang lain dan tidak rela untuk melihat orang lain menjadi lebih baik. Dia seperti orang yang sudah mati sehingga tidak mungkin terjadinya penggarapan di dalam hidupnya. Tiga konsep ini pertama-tama harus disiapkan supaya kita bisa berproses di dalam konsep paradoks seperti di dalam Ef 4:1. Untuk ini dibutuhkan waktu, kerelaan, dan kepekaan yang harus menjadi wadah kita diproses terus-menerus ke sana. Jika ini tidak bisa maka tidak mungkin atau sulit proses ini terjadi. Itu sebabnya sebelum Paulus membicarakan bagaimana proses hidup kita dibentuk maka tiga karakter dasar di atas perlu dibereskan terlebih dahulu. Tiga sifat dasar manusia ini menjadi sifat dasar yang sangat sulit dibentuk karena sangat kontras dengan keinginan dan tuntutan dunia yang berdosa secara menyeluruh. Ini berarti jika seseorang mau dibentuk dalam tiga sifat dasar ini maka dia harus berlawanan total dengan kondisi ini. Tiga karakter dasar ini berada di bawah satu basis karakter utama yang menjadi karakter inti daripada kekristenan yaitu hendaklah semuanya itu diproses di dalam kasih. Jadi karakter rendah hati, lemah lembut dan sabar semuanya ini diproses di dalam satu karakter utama yaitu hendaklah kamu saling menopang di dalam kasih. Kasih ini adalah kasih agape (Kasih yang sejati dan murni 1 Kor.13). Kasih seperti ini tidak mungkin terjadi pada orang-orang yang bukan Kristen kecuali di dalam diri anak-anak Tuhan yang pernah merasakan cinta kasih agape. Kasih agape bukan kasih yang bisa dibentuk dan dididik pada manusia. Kasih agape adalah kasih yang muncul karena bibitnya ditanam oleh Tuhan sendiri sehingga kalau kita tidak di dalam Tuhan. Itu sebabnya jika Kristus ada di dalam kita dan kita di dalam Kristus maka Tuhan mengatakan seharusnya kasih itu muncul di dalam kamu. Saya tertarik dengan ayat di dalam Yoh 13:31-35 ini, karena ayat-ayat ini merupakan bagian pengajaran Kristus yang bersifat eksklusif yaitu hanya ditujukan kepada sebelas murid-Nya. Yoh 13:31 dimulai dengan satu kalimat pendek tetapi sangat signifikan. Kalimat itu adalah "Sesudah Yudas pergi." Tuhan Yesus memiliki dua belas murid, tapi satu palsu yaitu Yudas. Yudas adalah yang palsu di antara yang kelihatan asli. Setelah Yudas pergi maka barulah Tuhan Yesus mengajar sampai pasal 16. Di ayat 31 setelah Yudas pergi mulailah Tuhan Yesus berkata, "Sekarang Anak Manusia dipermuliakan dan Allah dipermuliakan di dalam Dia." Selagi ada Yudas sulit bagi Anak Manusia dipermuliakan karena selalu terjadi perbedaan kepentingan. Ini memberikan pelajaran yang begitu serius buat kita. Begitu juga dengan kita, kita tidak mungkin mempermuliakan Kristus sementara kita masih hidup di dalam semangat humanisme, materialis dan hedonisme. Itu sebabnya jika karakter dasar ini belum dibereskan sulit bagi kita untuk mempermuliakan Allah. Kemudian pada ayat-ayat berikutnya Tuhan Yesus memberi perintah kepada murid-murid-Nya agar mereka saling mengasihi (ayat 34-35). Pada saat Kristus mengasihi dan mereka saling mengasihi pada saat seperti itu semua orang akan tahu bahwa mereka adalah murid-murid Kristus. Kasih di sini adalah kasih agape. Di sini karakter yang menjadi basis adalah cinta kasih agape. Jika kita gagal dalam hal ini maka jangan harap kita bisa membangun semua karakteristik, semua sifat-sifat Kristen yang lainnya yang nantinya menjadi bangunan iman kita dan juga membangun konsep praktika kita. Ini baru bisa terjadi jika sifat dasarnya 201 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 benar. Yang sangat berbahaya justru fondasi yang paling penting yang juga paling mahal ini namun tidak terlihat di depan mata apabila rapuh maka seluruh bangunan di atasnya walaupun kelihatan begitu bagus, begitu indah maka tidak akan berlangsung lama, suatu kali nanti akan hancur. Sekarang masalahnya, bagaimana kita bisa mengasihi seseorang? Alkitab di dalam bagian ini membuka satu relasi yang tidak pernah dipikir oleh manusia di dunia. Jika saya mengasihi, saya harus mempermuliakan Bapa yang di surga. Berapa banyak relasi seperti ini muncul di dalam hidup kita di dunia. Dunia tidak bisa merelasikan bagaimana ketika kita mencintai berdampak Bapa kita di surga dipermuliakan. Di sini kita tidak berorientasi kepada pelaku kasih tetapi berorientasi kepada Tuhan pemberi kasih. Ini menjadi basis pertama. Mari kita mengevaluasi jika kita mengasihi betulkah saya mengasihi seperti yang Tuhan minta dan akhirnya seluruhnya kembali kepada kemuliaan Allah. Kedua, penyangkalan diri. Di sini kita berani berkata tidak kepada diri kita supaya nama Tuhan dipermuliakan. Ini menjadi basis kita menjalankan cinta kasih. Ketiga, setelah saya mempermuliakan Allah dan meniadakan diri maka yang ketiga adalah saling mengasihi. Di sini mata kita bukan hanya melihat kepada diri sendiri melainkan melihat ke depan. Mulai melihat kepada orang lain. Jika kita hanya melihat kepada diri, kita tidak mungkin melihat kepada orang lain. Kepekaan kita kepada orang lain menjadi satu hal yang sulit kita kerjakan karena kita hidup di tengahtengah dunia yang materialistik, hedonistik dan pragmatik dan semangat ini juga masuk di tengah-tengah kekristenan. Tidak heran kalau termasuk orang Kristen, seluruh orientasi pikiran kita cuma di dalam satu pribadi yaitu diri sendiri. Di tengah-tengah situasi seperti ini, gereja harus memberikan perimbangan bagaimana anak-anak Tuhan saling mengasihi satu sama lain dan saling menopang satu sama lain. Ini baru bisa terjadi jika di dalam hidup kita cinta kasih Tuhan menjadi basisnya sehingga kita mau terus berkembang dan nama Tuhan dipermuliakan. Hal ini mendorong kita untuk semakin hari diri kita semakin dihilangkan atau ditiadakan. Dan yang terakhir kita baru dapat saling mengasihi satu dengan yang lain. Biarlah ketiga hal ini menjadi kunci kita boleh menerapkan cinta kasih Tuhan secara Alkitablah. Sehingga di tengah-tengah dunia kita, kita bisa mempermuliakan Bapa di surga, dan diri kita ditiadakan serta kepekaan kita terhadap orang lain dibangkitkan. Dengan demikian cinta kasih yang Tuhan inginkan dapat digarap di dalam hidup kita dan melalui hidup kita. Jika ini terjadi maka saya rasa tidak terlalu sulit untuk menjalankan tiga sifat yang dituntut di atasnya yaitu bagaimana kita bisa rendah hati, lemah lembut dan sabar di dalam meninjau segala sesuatu dan mengharapkan segala sesuatu. Mau saudara? Amin! 202 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 K Ke es sa attu ua an n ttu ub bu uh hK Krriis sttu us s Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: Efesus 4:3-6/ (band.) Pengkhotbah 4:9-12 Efesus 4 3 4 Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera: satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, 5 satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, 6 satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua. Pengkhotbah 4 9 Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. 10 Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya! 11 Juga kalau orang tidur berdua, mereka menjadi panas, tetapi bagaimana seorang saja dapat menjadi panas? 12 Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan. Bagian ini merupakan bagian ketiga, suatu bagian praktis yang dirangkai oleh Paulus secara relasional. Minggu lalu kita membahas tentang bagaimana iman Kristen yang seharusnya tidak berhenti dalam suatu teori yang mati atau dalam perdebatan teologis, melainkan harus teraplikasi di dalam kehidupan. Kita juga telah membahas karakter-karakter dasar (yakni rendah hati, lemah lembut, sabar dan mengasihi) yang harus mendasari pergumulan iman kita, di mana kita tidak terjebak dalam close system. Orang yang berada di dalam close system sering mengatakan, "Saya orangnya memang seperti begini." Dengan demikian dia tidak mau berubah dan tidak mau bertumbuh maka dia sebenarnya sedang mematikan kemungkinan proses perubahan. Berarti dia sebenarnya sudah mati di saat dia hidup. Karena bukankah yang hidup harus berproses? Sekarang kita akan melihat bahwa ketika kita mau berproses, bertumbuh dan menjadi seorang Kristen yang baik, kita harus bersatu, menggalang kesatuan di dalam Roh. Di sini suasana paradoks muncul (bahkan mungkin lebih mendekati kontradiksi daripada sekedar paradoks). Kita ingin untuk bersatu, tetapi betulkah kita ingin bersatu? Jika kita mau jujur, siap hatikah kita untuk bersatu? Mungkin jawabannya adalah tidak. Apa sebab? Karena ada ambivalensi yang terjadi di tengah-tengah kehidupan manusia. Jika hal ini terjadi di luar Kekristenan itu adalah wajar, tetapi sayangnya inipun sudah meracuni Kekristenan juga. Persatuan versi 203 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 dunia hanyalah suatu slogan, sekedar ucapan bibir yang tidak ada isinya. Maka sangatlah naif jika hanya mau mengerti persatuan ini secara dangkal dan dipermukaannya saja. Persatuan yang sejati adalah persatuan yang diungkapkan oleh Efesus 4 ini. Tetapi ketika kita mau masuk ke dalam persatuan ini, kita harus menyadari kendala-kendala yang ada. Bagaimana Kekristenan bisa menjadi contoh di tengah-tengah dunia berkenaan dengan persatuan yang sejati ini? Apakah Kekristenan menggarap persekutuan dengan baik? Ini sungguh-sungguh perlu dijawab! Keesaan seringkali hanya merupakan format federasi (yang mendasarkan diri pada azaz manfaat dalam berelasi) yang sama sekali tidak menggarap persatuan yang sebenarnya. 1. 1. Urgensi dari kesatuan itu sendiri, dan 2. Bagaimana kendala bagi keurgensian dari kesatuan ini. Urgensi Kesatuan. Dalam Efesus 4, Paulus menempatkan kesatuan di tempat pertama. Tuntutan ini sedemikian serius oleh karena kesatuan di dalam Kekristenan merupakan dasar di mana Kekristenan bisa hidup. Pada hakekatnya, Kekristenan disebut sebagai "One Body - Satu Tubuh". Konsep kesatuan ini sulit diterima oleh manusia yang telah ‘dicekoki’ oleh konsep dunia. Alkitab jelas menyatakan bahwa semua orang Kristen adalah satu tubuh di mana Kristus adalah Kepalanya. Satu tubuh mempunyai keterkaitan, dan tidak bisa dilepas-lepaskan. Satu tubuh berbeda dengan satu struktur organisasi. Inilah kesatuan yang unik. Kekristenan di semua tempat selalu menjadi ancaman atau menjadi "musuh" (seharusnya dalam aspek positif) bagi banyak pikiran dunia. Di saat Kekristenan mau menyatakan terang dan dunia berjalan dalam gelap, saat itulah terjadi konflik. Kesulitan inilah yang selalu muncul dalam kehidupan anak-anak Tuhan. Bahkan 2 Timotius 3:12 menyatakan, "Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya." Ini akibat dari cara kerja dunia dan Kekristenan yang saling bertabrakan. Sehingga, ketika kita mau menyatakan kebenaran, di situ kita akan berkonfrontasi dengan dunia. Jika Kekristenan terpecah-pecah, Kekristenan akan sulit bertahan di tengah-tengah dunia ini. Pengkhotbah juga mengungkapkan secara serius tentang pentingnya kesatuan. Inilah urgensi yang pertama yang harus kita pikirkan. Kedua, kita yang hidup di tengah-tengah dunia di panggil oleh Tuhan untuk menjadi garam dan terang dunia, menjadi saksi. Kita memang bisa menjalankan fungsi ini secara pribadi. Tetapi fungsi kesaksian itu menjadi lebih terang dan lebih nyata pada saat kita bersatu. Dengan kata lain, satu terang yang kecil, jika disatukan dengan terang-terang kecil lainnya akan menjadi terang yang besar. Demikian pula dengan garam. Kita ada bukanlah untuk diri kita sendiri. Kita ada untuk orang lain, menjadi berkat bagi dunia ini dan menjadi saksi di tengah-tengah dunia ini untuk menyatakan kemuliaan Tuhan. Karena itu, kesatuan bukan sekedar boleh atau tidak boleh dijalankan. Kesatuan adalah sesuatu yang urgen dan mutlak untuk dijalankan. Ketiga, dalam satu tubuh yang berfungsi, kesatuan merupakan hakekat yang paling mendasar. Berbeda dengan organisasi. Dalam organisasi, jika salah satu bagian macet, bagian itu akan dipotong dan dibuang, dan urusanpun selesai, bagian lain tidak mau tahu dan tidak terkena dampak apa-apa. Ini pulalah yang 204 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 terjadi di dalam gereja, satu bagian tidak mau tahu dengan bagian-bagian yang lain, dan inilah organisasi di dalam gereja. Kekristenan mempunyai kesatuan yang unik yang tidak mungkin dijalankan di dalam dunia. Kita mempunyai Kesatuan Organisme yakni satu kesatuan oleh karena kita satu tubuh, yang tidak berelasi secara mati dalam garis otoritas melainkan suatu relasi yang hidup. Jika salah satu bagian tidak beres, seluruh bagian tubuh yang lain akan merasakan secara bersama-sama. Jadi, satu bagian saling terkait dan saling menunjang dengan bagian yang lain. Maka, gereja yang sakit, persekutuan yang sakit dan anak-anak Tuhan yang sakit adalah akibat gagal mengerti konsep kesatuan ini. Kesatuan tubuh semacam ini tidak mungkin digalang di luar Kekristenan. Apa sebab? Karena ada satu dasar yang mengikat kesatuan yakni sifat kasih yang dari Tuhan. Kasihlah yang memungkinkan keterkaitan ini. 2. Kendala bagi keurgensian kesatuan. Menggalang kesatuan tidaklah sederhana oleh karena: 1. Manusia diterpa oleh filsafat pragmatisme. Mereka tidak mau direpotkan dengan pemikiran yang ruwet, melainkan hanya mau memikirkan yang praktis-praktis saja. Jika sifat pragmatis ini mempengaruhi pola pelayanan seseorang di dalam gereja, maka betapa celakanya hal itu bagi Kekristenan. Ancaman pragmatis akan disertai dengan jiwa individualistik. Globalisme tidak menjadikan dunia semakin bersatu tetapi justru membuat manusia semakin memikirkan dirinya sendiri dan tidak mau tahu orang lain. Kehidupan di desa seringkali kontras dengan keadaan ini oleh karena kehidupan mereka kebanyakan bisa berelasi dengan begitu dekat dan saling bantu dalam berbagai permasalahan yang ada. Sementara kehidupan di kota kondisinya terbalik. 2. Jika jiwa individualistik ini meracuni kita, bagaimana kita bisa mengerti dan mempunyai kepekaan untuk memperhatikan orang lain? Bagaimana kelemahlembutan, kerendahan hati dan kesabaran kita bisa muncul? Semangat individualistik ini menyebabkan kita tidak mau tahu urusan orang lain. Kita hanya mau tahu jika itu berkenaan atau berkaitan dengan keuntungan diri sendiri. Semangat perseteruan. Setan selalu berusaha agar jiwa pertikaian ini ada di dalam diri setiap manusia. Sementara dunia yang semakin beragam tanpa adanya kontrol yang mempersatukan, mengakibatkan banyak orang ingin secara individualis menjadi raja kecil, maka semangat pertikaian akan berkobar. Di dalam diri orang yang berdosa selalu terdapat jiwa yang ingin menghancurkan dan tidak suka melihat orang lain menjadi yang terbaik. Orang lain pun akan dianggap sebagai musuh. Maka, tidaklah heran jika kesatuan itu tidak bisa terwujud. Sangatlah menyedihkan jika inipun berada di kalangan orang-orang Kristen. Karena orang Kristen tidak kebal terhadap serangan ini. Oleh karena itu, kita harus menggarap kesatuan kasih, yang berdasarkan kasih Tuhan. 3. Benturan antar karakter pribadi. Seseorang sulit bersatu dengan orang lain karena karakter orang tersebut bertentangan dengan karakternya sendiri. Mereka tidak mau saling mengalah dan tidak mau berubah. Akibatnya benturan pun terjadi. Pertikaian yang terjadi oleh karena sesuatu yang sangat prinsip masih bisa diterima tetapi jika hanya karena sesuatu yang sangat sepele seperti tidak menyukai karakter atau kebiasaan seseorang mengakibatkan pertikaian itu terjadi, maka ini sangat disayangkan. Seringkali ini muncul karena kita sendiri menganggap diri kita "memang sudah begitu", dan tidak mau berubah. Padahal 4. 205 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 kita seharusnya senantiasa hidup berproses dan mengalami perubahan demi perubahan. Inilah poin terakhir dari kendala bagi keurgensian kesatuan. Akhirnya, kita bersatu bukanlah sekedar bersatu. Kita bersatu oleh karena ada tuntutan dari Tuhan. Kesatuan di dalam Roh, kesatuan tubuh, di mana Kristus menjadi kepalanya. Dunia yang sebagian besar abnormal menganggap diri normal, sedangkan yang normal justru dianggap abnormal. Untuk itu kita seharusnya mengerti mana yang pada hakekatnya normal dan abnormal. Normalitas Kekristenan adalah jika kita bertumbuh terus. Jika kita berhenti bertumbuh dan bahkan berproses mundur, maka kita sudah menjadi abnormal. Maukah kita menjadi orang Kristen yang normal, yang mau berproses untuk bertumbuh dalam kasih dan dibentuk di tangan Tuhan? Amin! 206 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 K Ke es sa attu ua an nd da alla am mb biin ne ek ka a Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 7 Efesus 4:7-10 Tetapi kepada kita masing–masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus. 8 Itulah sebabnya kata nas: "Tatkala Ia naik ke tempat tinggi, Ia membawa tawanan– tawanan; Ia memberikan pemberian–pemberian kepada manusia." 9 Bukankah "Ia telah naik" berarti, bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling bawah? 10 Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit, untuk memenuhkan segala sesuatu. Di dalam Efesus 1-3, Paulus menekankan konsep keselamatan dan bagaimana orang Kristen dikeluarkan dari dunia berdosa menuju kepada hidup di dalam Tuhan. Berdasarkan anugerah dan cinta kasih Tuhan, kita boleh menjadi anak-anak Tuhan. Begitu Efesus 3 selesai, Paulus mulai masuk ke dalam aplikasi panggilan hidup Kristen. Kalau saya sudah menjadi Kristen bagaimana saya berubah, dibentuk dan berperilaku sebagai seorang kristen yang sesungguhnya. Prinsip yang pertama kali ditekankan oleh Paulus adalah the true unity (kesatuan yang sejati). Manusia sebenarnya sadar akan perlunya persatuan tetapi sekaligus persatuan sulit terjadi sehingga akibatnya persatuan yang diperjuangkan oleh dunia seringkali adalah persatuan yang bersifat fenomena. Maka kalau sekarang kita mau mulai membicarakan bagaimana kesatuan itu dapat terjadi, kita harus kembali kepada The True Unity atau kesatuan esensial yang perlu digarap. Alkitab mencatat 7 kesatuan dasar di mana secara hakekat kesatuan itu mungkin terjadi. Paulus di ayat 4-6 mengatakan, "Satu tubuh dan satu Roh sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua." Tujuh konsep ini menjadi satu kesatuan yang secara esensial mempersatukan seluruh kesatuan original yang mungkin terjadi. Dengan kata lain hanya ketika kita kembali kepada Allah, iman dan pengharapan yang sesungguhnya, barulah kita dapat hidup di dalam kesatuan bersama secara sesungguhnya. Paulus menekankan kembali pada true unity dan itu tidak mungkin kecuali terjadi pertobatan yang sesungguhnya. Tetapi kalau kita hanya memikirkan true unity seringkali kita jatuh kepada satu ekstrim dan gagal mengerti aspek kesatuan secara tepat, yaitu bahwa setiap kesatuan harus kembali berdasarkan anugerah yang Tuhan anugerahkan. Di sini memakai kata anugerah yang dianugerahkan. Istilah ini merupakan satu gambaran yang unik sekali yaitu waktu saya bersatu saya harus memperjuangkan persatuan sejati . Kita seringkali menyamakan kesatuan dengan keseragaman. Ini adalah suatu konsep yang salah. Bukan berarti kalau satu lalu menjadi sama semua. Satu kesamaan bukanlah satu kesatuan. Kesatuan karena 207 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 kesamaan sebenarnya bukan kesatuan yang sesungguhnya. Dalam hal yang esensial memang harus ada kesatuan, tetapi di dalam banyak aspek harus ada keragaman. Paulus mengatakan, "Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus." Kata yang digunakan disini menggambarkan suatu anugerah yang bersifat pemberian secara satu-persatu. Satu anugerah yang diberikan pada setiap kita di mana setiap kita mendapatkan bagian satu-persatu. Ini gambaran yang Paulus ambil dari Mat 25. Di situ ada satu pembagian tetapi setiap orang diberi secara berbeda berdasarkan anugerah Tuhan. Kesatuan yang sesungguhnya adalah kesatuan yang berbasiskan pertobatan dan hidup kembali kepada Tuhan Yesus, tetapi di atasnya muncul keragaman yang begitu banyak. Kesatuan bukan hanya keseragaman tetapi juga keragaman. Gambaran terbaik di sini adalah tubuh manusia. Kesatuan Kristen adalah kesatuan organisme dan bukan kesatuan organisasi. Kesatuan Kristen seperti satu tubuh di mana seluruhnya mempunyai satu kesatuan yang mendasar yang tidak dapat dipisahkan. Jadi, organ yang terpenting sekalipun tetap bukan merupakan orang secara keseluruhan. Setiap bagian begitu beragam dan tidak dapat diganti karena mempunyai keunikan. Di sini seluruhnya menggambarkan satu keragaman Tuhan menginginkan kesatuan anak-anak Tuhan terbentuk dari begitu banyak keragaman sehingga setiap kita tidak akan pernah perlu melirik orang lain lalu ingin menjadi seperti dia. Di sini kita perlu mengerti beberapa konsep yaitu: 1. Bagaimana saya turun di dalam pelayanan kesatuan sebagai orang-orang yang beranugerah Hal pertama yang perlu kita sadari yaitu bahwa kita adalah orang-orang yang mendapat anugerah. Kesatuan yang sejati terjadi karena kita tahu siapa kita di hadapan Tuhan. Sadar bahwa saya bukan independent tetapi adalah orang yang dikeluarkan dari dosa dan kembali kepada Tuhan, sadar bahwa kita hidup berdasarkan sola gracia. Luther sadar bahwa jika ia dapat hidup hingga saat itu, maka itu adalah anugerah Tuhan yang luar biasa. Seringkali kita jatuh di dalam konsep bahwa ini adalah hasil usahaku. Memang secara fenomena kita dapat mengumpulkan hasil dari kerja, tetapi modalnya dari siapa? Sekalipun kita mempunyai otak yang brilian tetapi ingat, kalau Tuhan membiarkannya selesailah semuanya kurang dari 1 menit. Hidup kita bukan karena kita punya, hebat atau mampu tetapi potensinya dari Tuhan yaitu anugerah yang dianugerahkan. Biarlah kunci ini menjadi dasar. Kalau kita diberi kepandaian, kekayaan dan kekuatan itu semua dari Tuhan. Dan ketika kita sadar itu, kita semua berjuang demi kemuliaan Tuhan. Ketika kita beragam lalu semua memperjuangkan kemuliaan Tuhan saya tidak pernah takut akan terjadi ribut di dalam gereja. Perhatikan! Kita tidak ribut di dalam pelayanan itu bukan berarti karena kita semua sama. Tetapi siapa yang diutamakan di dalam perbedaan, itu masalahnya. 2. Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus Efesus adalah kota yang besar dan maju sehingga mereka mungkin ambisius. Kunci kedua ini sangat penting. Kita harus ingat bahwa kita bukan mendapat semua, tetapi diberi berdasarkan ukuran tertentu yang Tuhan tetapkan. Dua hal yang harus menjadi sifat dasar orang Kristen di dalam aspek anugerah adalah: saya bukan mendapat semuanya oleh sebab itu kita perlu bekerja sama. Ini bukan di dalam urusan pelayanan saja tetapi di dalam pekerjaan juga. Kita hanyalah part dan bukannya all in. Kita harus sadar a. 208 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 bahwa kita terbatas. Mungkin setiap orang diberi bagian yang berbeda, ada yang diberi 5 dan ada yang 2. Yang diberi 5 akan dituntut 5 dan 2 akan dituntut 2. b. Jangan iri kepada yang lain namun sebaliknya kita bertanggungjawab atas talenta yang Tuhan beri kepada kita. Kita juga tidak dapat berkata bahwa kita tidak dapat berbuat apa-apa karena itu membuat kita pindah dari ekstrem satu ke ekstrem yang lain. Ingat! setiap kita beranugerah menurut ukuran pemberian Kristus. setiap kita terbatas, beranugerah dan bertanggung jawab untuk setiap apa yang Tuhan berikan pada kita dan itu harus dikerjakan dan dikembalikan karena itu anugerah yang Tuhan berikan. 3. Kita harus kembali pada pusat sejati pemberi anugerah Paulus mengatakan pemberi anugerah adalah Kristus sendiri. Salah satu bahaya pelayanan adalah seluruh yang kita kerjakan, orientasi terakhirnya kembali kepada diri kita sendiri dan bukan kepada pemberi anugerah. Saat kita dipuji atau dikritik, itulah ujian yang paling nyata. Kita semua satu tubuh di mana masing-masing diberi anugerah yang seluruhnya kembali kepada Kristus pemberi anugerah. Paulus mengatakan, "Karena itu segala sesuatu dari Allah, kepada Allah dan bagi Allah." Ini menjadi kunci pertama hingga seluruh pelayanan dapat berjalan baik. Saya selalu mengatakan bahwa pujian yang diberikan itu perlu karena itu sebagai sesuatu yang menguatkan. Orang yang tidak pernah dipuji tetapi dikritik terus maka akan menjadi orang yang minder. Maka di sini bukan soal pujiannya tetapi soal orientasinya. Pdt. Stephen Tong pernah mengingatkan satu hal yang harus saya pegang baik-baik, "Matilah terhadap pujian dan kritik." Kalau kita bisa mati terhadap pujian dan kritik maka baru kita dapat hidup melayani dengan baik karena orientasinya bukan di kita tetapi di Tuhan. Kalau kita mau diukur dari sudut Kristus maka dari segi yang lain kita harus mati. Orientasi kita hidup dan melayani untuk siapa? Semua harus kita kembalikan kepada sumber anugerah yaitu Kristus atau kita sedang mencari untuk diri kita sendiri. Kalau kita beres dalam tiga hal ini maka kita siap untuk sama-sama bekerja untuk kerajaan Tuhan dan bersatu secara beragam. Kita dapat menjadi hamba-hamba Tuhan yang baik dan sungguh-sungguh efektif di tengah dunia ini. 1. Sadar anugrah yang dianugrahkan. 2. Sadar batas menurut ukuran pemberian Kristus. 3. Pusatnya bukan kita melainkan Kristus. Biarlah dengan demikian kita hidup melayani Tuhan, kudus dan sungguh-sungguh demi kesaksian bagi orang lain dan demi kemuliaan Tuhan. Amin! 209 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 P Pe errttu um mb bu uh ha an n ttu ub bu uh hK Krriis sttu us s Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 11 Efesus 4:11-16 Dan Ialah yang memberikan baik rasul–rasul maupun nabi–nabi, baik pemberita– pemberita Injil maupun gembala–gembala dan pengajar–pengajar, 12 untuk memperlengkapi orang–orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, 13 sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, 14 sehingga kita bukan lagi anak–anak, yang diombang–ambingkan oleh rupa–rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, 15 tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala. 16 Dari pada–Nyalah seluruh tubuh, ––yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap–tiap anggota–– menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih. menjadi bagian di mana Paulus menegaskan secara doktrin bagaimana orang Kristen dikeluarkan dari dosa dan hidup baru di dalam Kristus, bagaimana Tuhan menuntut adanya satu kesatuan yang mempertumbuhkan seluruh bangunan tubuh Kristus sebagai fungsi keberadaan daripada kerajaan Allah di tengah dunia. Di pasal 4 kita akan melanjutkan bagian aplikasi dari surat Efesus dan melihat bagaimana proses itu harus digarap secara konkrit di dalam hidup kita sehari-hari. Bagaimana kita harus berproses dan bertumbuh, apa yang harus diproses dan dipertumbuhkan, dan ke mana sasaran proses kita? Efesus 1-3 Gambaran dari Efesus 4 merupakan satu proses dinamis kehidupan yang harus terus bertumbuh. Setiap tubuh merupakan satu gambaran bagaimana tubuh itu terus bergerak dan bertumbuh sehingga kalau tubuh itu tidak bertumbuh atau bertumbuh secara tidak tepat maka tubuh itu menjadi tubuh yang aneh. Orang tua yang mempunyai anak yang bagian tubuhnya tidak dapat berkembang secara normal akan sedih sekali tetapi seringkali kita tidak membayangkan hal ini juga terjadi di dalam tubuh Kristus. Banyak orang Kristen yang seharusnya berproses dan bertumbuh namun ternyata tidak bertumbuh seperti yang seharusnya. Di sini kita dapat melihat bagaimana Paulus dengan tegas mengutarakan beberapa aspek dalam Ef 4 yang berkenaan dengan pertumbuhan yaitu: 210 1. Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Apa motivasi kita berproses? Paulus di sini menekankan bahwa seluruh proses pertumbuhan kita harus dimotifasi atau didorong oleh satu ide yang yang utama yaitu, "Bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turuntemurun sampai selama-lamanya." Salah satu aspek yang menyebabkan tubuh gagal berproses adalah karena motivasi pertamanya sudah bergeser. Di dalam kita melihat pertumbuhan seseorang seringkali orientasi kita adalah berapa banyak yang telah ia kerjakan dan apa yang ia lakukan, tetapi kita gagal untuk melihat apa yang menjadi inti pertama pelayanannya. Alkitab mengatakan bahwa yang utama adalah bagi kemuliaan Allah. Kemuliaan Allah harus dinyatakan di dalam jemaat. Ketika jemaat menjadi satu wadah di mana kemuliaan Allah dapat dipancarkan, maka itulah motivasi mengapa saya harus berproses menuju kepada satu tujuan yang Tuhan tetapkan. Kekristenan gagal memacarkan kemuliaan Allah di dalam kehidupan kekristenannya karena justru di dalam kekristenan sendiri motivasi ini sudah hilang. Akibatnya, kita melakukan atau memperjuangkan sesuatu demi kepentingan diri kita sehingga kemuliaan Allah tidak dapat terpancar. Semakin motivasi kita menuju pada kemuliaan Allah semakin kemuliaan Allah itu muncul di dalam jemaat. Saudara, Kekristenan bukan sekedar berteori tentang iman Kristen tetapi kekristenan harus menyentuh hingga motivasi hidup kita. Apa yang menjadi dorongan hidup Saudara menjadi dorongan mengapa Saudara mengambil keputusan tertentu, menerima dan menolak melakukan sesuatu. Proses kehidupan iman kita dimulai dengan satu komitmen mempunyai motivasi murni di hadapan Tuhan. Pada saat seperti itu mari kita merefleksi diri apakah pembangunan ini seluruhnya menuju kepada satu pembangunan tubuh Kristus ataukah di dalamnya ada keinginan-keinginan yang tersembunyi dibalik istilahistilah yang kelihatan bagus. Tokoh-tokoh di sepanjang Alkitab bukanlah orang sempurna yang tidak pernah berbuat salah, dan bahkan secara fenomena mungkin kelihatan lebih jahat. Daud misalnya, kalau dilihat dari dosanya orang seperti ini seharusnya sudah dibuang tetapi justru kepadanya Tuhan berkata, "Kepada dia Aku berkenan." Apakah Tuhan tidak melihat dosanya? Tuhan melihat dan ia dihukum berat sekali karena dosanya, tetapi bagaimanapun juga, dalam seluruh aspek hidupnya Daud dekat dengan Tuhan. Begitu ditegur dia langsung balik, meratap dan sedih luar biasa karena dia tahu dia telah menyakiti hati Tuhan. Mungkin dalam hidup kita pernah jatuh dan menyeleweng tetapi Tuhan mau melihat motivasi murni yang muncul dari hati kita. 2. Allah telah memilih jabatan pelayanan dan orang-orang kudus yang seluruhnya harus dipakai untuk pekerjaaan Kristus melalui pelayanan semua bagian Tuhan menetapkan nabi, rasul, gembala, penginjil dan pengajar guna memperlengkapi orang-orang kudus, yaitu setiap anak-anak Tuhan untuk pembangunan Tubuh Kristus. Ungkapan dalam Ef 4:11-12 ini seringkali menimbulkan dua kesalahan besar penafsiran: a. Adanya dua kelas dalam gereja, yaitu pendeta dan kaum awam, di mana kelas yang satu lebih penting dari kelas yang lain. Alkitab bukan bermaksud demikian. Kelima jabatan ini menunjukkan adanya pembagian tugas kerja di dalam satu tubuh, tetapi kita harus melihat seluruh bagian ini di dalam konteks satu tubuh Kristus. Kita harus ingat bahwa tidak ada bagian yang lebih penting dari bagian lain. b. Timbul satu kondisi di mana kelompok elite harus balajar baik-baik dan mengerti semua hal sedang kelompok awam tidak perlu. Alkitab menetapkan lima jabatan tersebut justru tugasnya untuk memperlengkapi semua orang kudus demi pekerjaan pelayanan bagi pembangunan tubuh Kristus. Di sini 211 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 dikatakan semua dan bukan sebagian! Adanya lima jabatan ini bukan berarti lima jabatan ini yang mengerjakan semua dan tetapi mereka hanya memperlengkapi orang kudus supaya nantinya dapat bersama-sama membangun tubuh Kristus. Perlengkapan kekristenan bukan masalah kita suka atau tidak suka tetapi itu adalah satu keharusan yang harus kita pelajari dan gumulkan supaya kita benar-benar maju. Mengapa orang Kristen tidak mempunyai tekad untuk mendidik anaknya di dalam memperlengkapi mereka secara spiritual tetapi begitu merasa perlu memperlengkapi mereka secara duniawi atau sekuler? Jika demikian, kapan kita dapat bertumbuh? Apa perlengkapan yang dapat memperlengkapi kita? Ini merupakan satu pertanyaan serius yang harus dijawab oleh kekristenan di seluruh dunia? Apa yang sebenarnya menjadi motivasi inti dari hidup kita? Saya rindu setiap jemaat belajar baik-baik, karena kalau setiap orang Kristen mau sungguh-sungguh belajar itu menjadi pukulan balik bagi setiap hamba Tuhan, sehingga seorang hamba Tuhan yang berdiri di mimbar tidak akan sembarangan dalam memberitakan firman Tuhan serta mendorong mereka untuk memperlengkapi diri. 3. Setelah diperlengkapi maka aspek apa yang perlu digarap? Paulus bukan sekedar mengajak kita untuk mau berproses dan diperlengkapi, tetapi ia dengan tegas menggambarkan bagaimana perlengkapan itu dikerjakan dan diproses dalam setiap anak-anak Tuhan. Apa dan ke mana sasarannya? Dalam ayat 13-14 dikatakan, "Sampai kita semua telah mencapai empat hal yaitu kesatuan iman, pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus sampai kita bukan lagi anak-anak yang dapat diombang-ambingkan oleh berbagai pengajaran yang palsu dan tidak gampang dipermainkan oleh permainan manusia yang licik serta menyesatkan. Pertama, kita harus mengerti iman kita secara tepat, mengerti doktrin dan dasar pengajaran iman kita yang sesungguhnya. Alkitab dengan tegas mengatakan kunci pertama bagaimana kita bertumbuh adalah tahu pengajaran iman kristen yang sesungguhnya dan konsep pengetahuan yang benar tentang Anak Allah. Ini bukan sekedar tahu. Dalam 2 Kor 11:4 Paulus dengan tegas mengatakan, "Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain daripada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain daripada yang telah kamu terima atau Injil yang lain daripada yang telah kamu terima." Mengerti bukan hanya sampai di kulit tetapi mengerti sampai ke kedalaman pengertiannya sehingga kita bukan lagi anak-anak yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran. Seseorang yang mempunyai pengertian doktrin yang kokoh tidak akan mudah digoyahkan oleh berbagai macam rupa angin pengajaran namun ia akan dapat berbicara dan menghantam balik semua pengajaran yang sesat. Kedua, Tuhan menuntut satu pertumbuhan bukan hanya di pengertian doktrin tetapi menuntut kedewasaan penuh dan bertumbuh sampai ke tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus. Orang Kristen yang dewasa adalah orang Kristen yang mampu mengaplikasikan iman di dalam kehidupannya dengan kekuatan yang dari Tuhan. Menjadi orang Kristen yang benar-benar takut akan Tuhan tidak mungkin tidak mengalami masalah, tetapi justru di situ kematangan dan kedewasaan kita sedang diuji. Kita perlu belajar dan menjadi dewasa serta mempunyai pertumbuhan yang kuat menghadapi permasalahan di dunia ini dengan kekuatan Tuhan. Belajar baik-baik, bertumbuh dan maju di dalam kedewasaan imam. Kapan kita dapat memperhatikan orang lain, memberitakan injil dan mempunyai kekuatan untuk mendobrak dunia ini kalau kita sendiri masih perlu diasuh? Mengapa kita tidak bertumbuh dengan tubuh yang semakin hari tumbuh semakin kuat dan semakin mampu bersuara di tengah jaman 212 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 serta berkarya di tengah jaman. Itulah tubuh yang sehat, bertumbuh, utuh dan tubuh yang dapat melakukan sesuatu. Tuhan menghendaki tubuh Kristus menjadi tubuh yang bermanfaat di dunia ini, yang dapat berkarya dan bekerja di tengah dunia. Tubuh itulah gabungan dari setiap anak-anak Tuhan di mana kita berada di dalamnya, menjadi bagian-bagian yang turut bekerja untuk pembangunan keseluruhan, diikat menjadi satu, rapi tersusun untuk mengarap pekerjaan Tuhan. Tuhan menginginkan kita bertumbuh! Saudara, saya tidak tahu seberapa jauh kita telah bertumbuh dan berapa lama Saudara telah menjadi Krsiten, tetapi hari ini biarlah apa yang Paulus inginkan sungguh menjadi satu teriakan dan komitmen hati kita untuk kita mau dipakai Tuhan membangun tubuh Kristus dan mau diperlengkapi, berproses serta tahu bagaimana kriteria proses itu tercapai sehingga dengan demikian kita dapat dipakai Tuhan secara indah. Amin! 213 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 K Ka arru un niia aR Ro oh ha an nii d da an n ttu ujju ua an nn ny ya a Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 11 Efesus 4:11-12 Dan Ialah yang memberikan baik rasul–rasul maupun nabi–nabi, baik pemberita– pemberita Injil maupun gembala–gembala dan pengajar–pengajar, 12 untuk memperlengkapi orang–orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, Kemarin kita telah membicarakan bagaimana Tuhan memanggil kita bukan sekedar untuk berteologi tetapi juga berpraktika di tengah panggilan sehingga terjadi kesatuan utuh di mana kita boleh melayani bersamasama membangun seluruh tubuh Kristus, rapi tersusun oleh semua bagiannya dan kita menjadi bagian di dalamnya. 1. Strata/ tingkatan Saudara akan melihat struktur dalam bahasa Yunani yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan sangat tepat yaitu menggambarkan dua kaitan antara rasul-rasul dan nabi-nabi dalam satu strata; pemberita injil, gembala dan pengajar dalam satu strata selanjutnya. Di sini Paulus langsung mengkaitkan dengan misi memperlengkapi orang-orang kudus untuk mengerjakan pelayanan bagi pembangunan tubuh Kristus yang digambarkan sebagai struktur pemuridan (2 Tim 2:2). Yang pertama Paulus menggunakan kata rasul dan nabi dan selanjutnya pemberita Injil, gembala dan pengajar. Rasul dan nabi di strata pertama adalah untuk membangun epistemologi pelayanan. Seluruh bangunan pelayanan dipekerjakan dengan cara Tuhan memanggil dua jabatan yaitu rasul dan nabi di mana nabi untuk membangun Perjanjian Lama sedang rasul untuk membangun Perjanjian Baru. Keduanya itu menjadi basis seluruh kebenaran apa yang harus dikerjakan oleh strata kedua yaitu pemberita Injil, gembala dan pengajar. Saudara perhatikan bahwa Alkitab mencatat dengan teliti bukan nabi dan rasul, secara kronologinya perjanjian lama dahulu lalu perjanjian baru tetapi secara teologis Perjanjian Baru menjadi iluminator Perjanjian Lama. Rasul mengkonfirmasi apa yang di tulis oleh nabi sehingga seluruh pengertian dari depan melihat ke belakang. Ini setara dengan yang dikatakan dalam Ef 2:20 di mana dikatakan rasul dan nabi menjadi dasar dan Kristus menjadi batu penjurunya. Seluruh nubuat dalam perjanjian lama baru dapat kita mengerti ketika kita melihat dalam perjanjian baru. Rasul membuka pengertian dari apa yang di tulis di dalam perjanjian lama. Dua bagian ini, Perjanjian baru dan perjanjian lama menjadi konfirmasi daripada basis epistemologi atau titik kebenaran seluruh tugas pekerjaan pembagunan tubuh Kristus. Seperti halnya orang yang membangun rumah, ahli bangunan akan membuat suatu rancangan sehingga seluruh pekerjaan 214 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 yang akan dikerjakan harus cocok berdasarkan prinsip rancangan pertama. Hal yang sama juga terjadi di dalam kita melayani, apa basis dasar kita melayani? 2. Jabatan dan fungsi. Di sini kita mulai melihat adanya dua tugas yang berbeda antara panggilan jabatan dengan fungsi. Hal ini menjadi sulit dimengerti karena setiap kita telah dididik dengan konsep struktur organisasi fersi sekuler sehingga setiap bagian menjadi terkunci di wilayahnya masing-masing. Tetapi Alkitab mengatakan bahwa kita adalah satu organisme yang mempunyai jabatan tetapi meluas di dalam fungsi. Ketika kita menjadi gembala kita diperlengkapi namun fungsi kita jauh lebih luas daripada wilayah jabatan kita. Paulus mengatakan kamu merupakan bagian dari tubuh di mana satu bagian tubuh tidak mungkin lepas dari semua bagian tubuh yang lain. Satu bagian merupakan keseluruhan daripada tubuh di mana ia adalah bagian tubuh dan sekaligus adalah tubuh. 3. Motif daripada seluruh panggilan jabatan adalah untuk membangun tubuh Kristus Apakah jabatan merupakan sesuatu yang ditempelkan pada diri saya supaya saya mempunyai pengaruh yang lebih luas dan dapat menciptakan kesombongan bagi diri saya ataukah justru jabatan tersebut menuntut kualifikasi untuk saudara mengarap dan mempertanggungjawabkan jabatan tersebut di hadapan Tuhan? Dalam Ef 4 dikatakan bahwa rasul, nabi, pemberita Injil, gembala dan pengajar adalah untuk memperlengkapi orang-orang kudus yang mana jabatan tersebut berkaitan dengan tugas gereja namun setiap orang Kristen mempunyai jabatan yang di luar dari gereja. Mungkin anda menjadi pimpinan suatu perusahaan, ibu rumah tangga atau bahkan mungkin sebagai mahasiswa. Dengan kata lain setiap jabatan ada tuntutan kualitas dan pengujian yang bertanggungjawab di hadapan Tuhan. Pdt. Stephen Tong pernah mengkritik dengan keras orang-orang yang mau mempunyai jabatan tetapi tidak bertanggungjawab masalah perlengkapan. Guna menjadi seorang Sarjana Hukum atau lainnya saudara dituntut kualitas yang besar tetapi memjadi hamba Tuhan tidak mau diperlengkapi cukup supaya menjadi hamba Tuhan yang berkualitas. Buat saya justru menjadi satu kegentaran luar biasa mempunyai jabatan sebagai pendeta karena berarti saya harus bertanggungjawab penuh untuk jabatan yang saya sandang karena setiap kali saya harus mengevaluasi layakkah saya menyandang jabatan tersebut. Strata kedua bukan dimulai oleh pendeta tetapi dengan pemberita Injil. Tugas evangelist adalah tugas yang pertama yang sangat penting di dalam jabatan strata kedua. Karena kalau tidak ada penginjil memberitakan Injil maka tidak ada domba yang akan digembalakan. Seorang anak Tuhan dapat memberitakan Injil dengan baik adalah karena ada orang-orang yang dipakai oleh Tuhan mengajar, memberi contoh, melakukan teladan dan memulai pekerjaan penginjilan. Tidak semua orang mempunyai talenta yang sedemikian hebat menjadi pemberita Injil karena secara jabatan ia harus mempunyai perlengkapan yang unik yaitu a. Ia harus mempunyai pengertian theologis yang benar dan mampu memberikan pada jemaat prinsipprinsip pemberita, mendorong dan memperlengkapi untuk boleh memberitakan Injil. b. Mereka harus mempunyai kemampuan komunikasi, bahasa dan budaya yang baik karena ketika memberitakan Injil kita harus berhadapan dengan orang yang mempunyai budaya, pemikiran tertentu dan ia harus mempunyai konsep yang mampu menangkap konsep orang yang berbicara dengannya serta kemampuan adaptasi yang baik dan kekuatan untuk berani menembus situasi. Ini bukan hal yang sederhana, pendidikan-pendidikan penginjilan yang melatih hamba Tuhan untuk tugas penginjilan, menjadi 215 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 pemimpin KKR, menjadi misionari yang masuk ke lintas budaya dan orang-orang yang mendorong penginjilan di dalam gereja-gereja merupakan orang yang Tuhan panggil khusus. Setelah terdapat orang-orang yang bertobat maka terdapat dua jabatan yang berkaitan satu dengan yang lain karena seorang gembala bagaimanapun juga dia adalah seorang pengajar dan demikian pula sebaliknya. Tetapi bagaimanapun juga tugas ini tetap dapat dipisahkan karena terdapat intensitas yang sedikit berbeda. Dalam tugas seorang gembala lebih banyak ke bidang pastoral seperti konseling, memperhatikan kehidupannya dsb., sedangkan seorang pengajar lebih memperhatikan ke bidang akademis, pengertian konsep dan pengajaran teorinya. Sehingga di sini antara gembala dan pengajar dikaitkan satu dengan yang lain dengan lebih baik di mana tugas antara gembala dan pengajar adalah mengedifikasi, memelihara dan mempertumbuhkan jemaat dan akhirnya mereka dapat dipakai Tuhan menjadi alat Tuhan dalam pekerjaan pelayanan pembangunan tubuh Kristus. Selanjutnya, di mana posisi kita? Setiap kali Tuhan memberikan jabatan mari kita bertanya seberapa jauh kita bertanggung jawab untuk jabatan yang Tuhan sudah berikan dan bagaimana itu menjadi jabatan yang akhirnya dapat memperlengkapi pembangunan tubuh Kristus. Saya harap kita bertobat dan mengerti apa yang Tuhan mau serta tahu seberapa luas fungsi yang Tuhan percayakan kepada kita. Saudara kalau mengerti ini maka saudara tidak akan sembarangan di dalam memegang jabatan dan tahu bagaimana memberikan satu pertanggungjawaban. Bagaimana fungsi menuntut satu pekerjaan bersama baru dengan demikian seluruh tubuh dibangun bersama, terkoordinasi dengan rapi dan setelah itu semua pekerjaan Tuhan dapat dibangun tanpa mengalami halangan. Seluruh sistem gerakan dapat terjadi karena kita tahu sistem organisme yang berjalan seperti Alkitab mau. Tahu posisi tetapi juga tahu fungsi. Tahu posisi membuat kita tidak mengacak-acak posisi orang tetapi tahu fungsi membuat kita tidak menutup mata terhadap orang lain. Ini dua hal yang harus secara paradoksikal dikerjakan. Maukah kita berjalan seperti ini? Rela mengubah kerja dan konsep epistemologi kerja sehingga kita dapat dipakai Tuhan secara meluas dan bagaimana Tuhan menyertai kita dengan kuasa untuk dapat mengarap serta tahu apa artinya tubuh Kristus di mana Kristus menjadi kepala. Amin! 216 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 P Pa arra ad do ok ks so orrd do od da an nk ke es sa attu ua an n Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 16 Efesus 4:16-19 Dari pada–Nyalah seluruh tubuh, ––yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap–tiap anggota–– menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih. 17 Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang–orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia–sia 18 dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka. 19 Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran. Saudara, pada saat ini kita kembali masuk dalam pembahasan Efesus di mana di akhir pasal 4:16 kita melihat seluruh konteks masuk kepada klimaks apa yang sebenarnya menjadi tujuan terakhir yang diharapkan di dalam pengertian konsep eklesia atau gereja yang Tuhan inginkan. Paulus menggunakan satu gambaran yang bagi saya begitu indah di mana ia menjelaskan apa yang dimaksud dengan eklesia atau ekkaleo (ek: keluar; kaleo: to call/memanggil) yaitu orang-orang yang dipanggil keluar. Mengapa demikian? Karena gereja pada hakekatnya merupakan sekelompok orang yang dipanggil keluar, disusun secara rapi lalu dikirim kembali kepada dunia untuk mengerjakan pekerjaan Tuhan. Hal ini sangat konsisten dengan doa Tuhan Yesus dalam Yoh 17. Di mana Ia berdoa kepada Bapa, “… ketika Engkau memanggil mereka Engkau tidak mencabut mereka dan tidak menarik mereka kembali ke surga tetapi Engkau justru mengirim mereka kembali ke tengah dunia ini. Sama seperti Engkau mengutus Aku, Aku juga mengutus mereka.” Ini merupakan kalimat di mana Tuhan Yesus memberikan penjelasan yang begitu tegas yang menyatakan bahwa setiap panggilan Kristen adalah panggilan untuk bekerja dan melayani Tuhan, mengarap pekerjaan yang Tuhan inginkan untuk kita kerjakan. Saudara, ketika kita mengerti ini maka baru Paulus menegaskan secara konseptual bagaimana pekerjaan itu digarap. Selama kita membahas pasal 4:1-16, kita sudah melihat satu-persatu tentang prinsip karunia Roh Kudus bagaimana Tuhan mengabungkan semua bagiannya menjadi satu tubuh di mana setiap bagian menjadi bagian-bagian di dalam satu tubuh yang akhirnya mencapai keseluruhan daripada misi pekerjaan Tuhan. Satu tubuh bukan berarti sama tetapi juga bukanlah merupakan keperbedaan yang begitu terlepas satu sama lain. Post Modernism saat ini telah menerpa gereja Tuhan dengan satu istilah yang kita kenal dengan ‘jejaring’ atau ‘networking.’ Networking merupakan satu gambaran kaitan satu dengan satu yang saling berhubungan satu sama lain. Dalam networking tidak ada ordo atau urutan atas ke bawah tetapi kebersamaan dan kesejajaran. Satu keberadaan yang tidak mempunyai otoritas lain selain diri kita yang berhubungan di dalam satu kaitan kesejajaran dengan yang lain. Maka dengan semangat ini seluruh garis 217 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 otoritas sedang dibuang oleh dunia kita dan ini adalah satu bahaya besar. Hari ini rumah menjadi tempat di mana filsafat sedang dikembangkan dan menjadi pola relasi kita di dunia. Kalau pada jaman ini kekristenan tidak memberikan satu model dalam satu bentuk kehidupan konkrit yang sangat sesuai dengan iman kristen maka kita akan rentan dan rapuh untuk diterpa dengan semangat filsafat dunia. Paulus mengajarkan di dalam bagian ini yaitu biarlah setiap orang berada di dalam garis otoritas yang tepat lalu bernetwork dalam otoritas yang tepat. Ini satu pola berpikir paradoks yang harus mulai digarap di dalam rumah tangga, gereja, persekutuan kita dan di semua tempat yang memungkinkan kita mengambil satu kebijaksanaan untuk satu pembentukan relasi yang akan menjadi contoh bagi dunia. Paulus mengatakan, “Biarlah semua bagian rapi tersusun.” Yang di dalamnya mengandung unsur: 1. Unsur Ordo atau urutan atas ke bawah Unsur ordo di sini ditegaskan bahwa pada urutan paling atas adalah Kristus sebagai kepala di dalam seluruh ordo yang kita kerjakan. Hari ini berapa banyak kasus keterbalikan ordo dalam rumah tangga. Kalau di dalam satu keluarga di mana keluarga kita sudah tidak beres maka dampaknya terlalu besar dan kalau terjadi seperti itu maka jangan salahkan, kalau itu mulai dari kepala keluarga dan struktur rumah tangga yang sudah tidak dapat berjalan secara tepat. Sama halnya juga kalau dalam gereja strukturnya terbalik di mana yang seharusnya Tuhan sebagai pimpinan gereja lalu para hamba Tuhan yang belajar teologi yang menjadi pimpinan gereja, penatua, diaken, pengurus komisi, aktivis gereja dan baru jemaat. Ini merupakan ordo yang disusun rapi. Namun sekarang gereja dikelola tidak lebih dari sebuah P.T. sehingga menjadi gereja yang materialis dan kehilangan injil karena gereja tidak lagi memikirkan kebenaran, gagal mengarah kepada misi dan gereja tidak berani berkorban di tengah dunia. 2. Networking. Diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, tiap-tiap anggotanya menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih. Satu kaitan kebersamaan di mana setiap unsur di dalam ordo itu terikat menjadi satu oleh semua bagiannya. Mengapa seringkali ketika menjalankan otoritas pada saat yang sama relasi antar bagian menjadi tidak dapat berjalan dengan baik. Ini merupakan satu pertanyaan serius! Banyak keluarga yang mulai memikirkan order lalu pada saat yang sama hubungan antar keluarga menjadi sangat mekanis, otoriter, diktator dan sangat menekankan kekuasaan serta penekanan. Tetapi Alkitab mengatakan, biarlah semua bagian saling mengikat satu sama lain seluruhnya menjadi satu keutuhan di mana setiap bagian mengambil bagian dan semuanya akhirnya mengarap bersama-sama. Berarti di dalam bagian ini di satu pihak adanya order dan di lain pihak adanya kesamaan kebersamaan. Maka seharusnya bagaimana order tersebut dijalankan, dibangun dan digarap di dalam suasana kasih. 1. Pikirannya sia-sia. 2. Pengertiannya yang gelap atau seluruh konsepnya rusak. 3. Jauh dari hidup persekutuan dengan Allah atau relasinya rusak sehingga efeknya mereka akan menjadi bodoh secara otak dan kehidupan mereka akan menjadi degil. Akibatnya perasaan mereka menjadi 218 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu atau cara hidup yang rusak dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran. Saudara, waktu Paulus mulai melihat ayat 16, ia sampai di klimaks memaparkan gereja Tuhan harus kembali kepada esensi yang seharusnya berarti setiap kita harus mengevaluasi dan melihat kembali, sudahkah kita bersekutu menjadi satu gereja. Urgensi ini menuntut satu kalimat selanjutnya yaitu “Sebab itu kukatakan dan kutegaskan …” istilah dua kata dalam bahasa Indonesia ini saya rasa dibuat ringan supaya tidak terlalu tajam dan orang yang membaca merasa tidak enak. Kata sebab itu kukatakan sebenarnya merupakan satu pernyataan yang mengandung satu kenyataan yang dibukakan. Jadi waktu saya mengatakan, itu bukanlah perkataan mulut tetapi pernyataan yang cocok dengan yang saya saksikan. Sedangkan kata saya menegaskan kepadamu, Paulus mau menceritakan bahwa kekristenan hidup mulai dari saat seseorang berubah di dalam pengertiannya tentang Tuhan dan hal itu juga mengubah seluruh cara hidupnya. Paulus adalah seorang yang sebelumnya begitu giat membunuh dan menganiaya anak-anak Tuhan serta memegahkan dirinya sendiri. Dalam semangat mengejar orang Kristen Paulus sangat gigih karena buat orang Yahudi berjasa dan mendapatkan nilai lebih bagi prestasi dia di dalam perjuangan agama Yahudi. Itu alasannya mengapa Paulus setelah bertobat pertama-tama yang dia kerjakan adalah mengubah namanya menjadi Paulus yang artinya si kecil yang langsung mengingatkan dia bahwa ia telah berubah. Kalau kita mengevaluasi, sebenarnya apa yang mengisi dan menguasai pikiran dan hidup kita sehingga kita mengabdikan hidup kita untuk apa yang kita kejar? Benarkah itu yang Tuhan mau? Benarkah kita sedang memperjuangkan kebenaran atau kita sedang memperjuangkan keegoisan kita? Dalam Kis. 20 Paulus mengatakan, “Aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun asal saja aku dapat mencapai garis akhir menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan Tuhan Yesus kepadaku untuk memberitakan Injil kasih karunia Allah.” Itulah visinya yang mengisi dan menguasai pikirannya di mana ambisi menyelesaikan pekerjaan Tuhan yang dibebankan kepadanya untuk diselesaikan. Seringkali kita mudah sekali mengkritik orang tetapi begitu sulit melihat diri kita sendiri. Saya ingin mengajak kita untuk belajar berkata pada diri kita dengan perkataan yang ditunjang dengan fakta hidup kita. Itu memang tidak mudah tetapi kita mau untuk di proses. Mulai dengan merubah diri kita sendiri dengan satu komitmen untuk mau hidup diubah oleh Tuhan. Kuasa perubahan itu mulai dari Roh Kudus. Dalam Ef 4:30 dikatakan, “Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan.” Kalau kita merelakan diri diubah maka baru unsur kedua dapat terjadi yaitu dalam kalimat kedua Paulus mengatakan aku memerintahkan kepadamu dan bukan sekedar menegaskan. Di dalam kalimat tersebut dikatakan, “I am insisted,” yang berarti saya minta dengan serius dan tuntut kamu untuk berubah. Kuasa tuntutan perubahan dapat terjadi ketika kita berubah dan dibentuk maka kuasa itu menjadi kuasa yang besar untuk membuat orang lain berhak kita tuntut untuk berubah. Kalau kita sendiri tidak berubah maka kita tidak mempunyai kuasa untuk mengajak orang lain berubah. Ini merupakan aspek kedua yaitu berani berkata kepada orang lain yang menjadi resiko menghantam balik kepada diri kita. Kita belajar dituntut untuk menuntut dan pada saat yang sama kita sedang dituntut untuk menuntut diri. Ini dua hal yang Paulus kerjakan menjadi asumsi perubahan hidup. Saat kita melayani di situ ada double tuntutan di mana orang lain akan merasakan adanya penekanan dari kita dan waktu itu orang lain akan melihat kita sehingga kita dapat mawas diri lebih hati-hati hidup. Daripada kalau kita tidak melayani maka kita akan lebih mudah jatuh karena pada saat yang sama tidak ada risiko dan tuntutan balik yang mental ke kita. Ini yang saya harapkan dari kita. Tuhan mengajak, waktu kita saling melayani terjadi 219 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 satu timbal balik dna ikatan yang saling mengisi satu sama lain sehingga di saat itu kita dapat saling menuntut dan saling dituntut. Paulus mengajak kita dua unsur ini harus digabung dan digarap di dalam diri kita. Di tengah-tengah Indonesia ini masih terdapat 25.000 suku di Indonesia yang belum pernah kenal injil. Salah aspek pertanyaan misi adalah bagaimana kesaksian hidup orang Kristen. Mari saudara, Tuhan pakai kita untuk boleh dipakai Tuhan di tengah jaman ini. Mari kita mulai mengarap, Paulus mulai mengajak kita masuk dalam pasal 4 bahwa kekristenan bukan satu teori tetapi suatu aplikasi praktis yang harus hidup mengubah mulai dari diri kita, kita mempuyai komitmen mau dibentuk dan diubah seperti apa yang Tuhan inginkan. Sehingga Tuhan dapat pakai kita untuk melayani dalam seluruh misi yang Tuhan inginkan untuk kita kerjakan. Mau saudara? Amin! 220 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 M Ma an nu us siia aL La am ma a Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 17 Efesus 4:17-19 Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang–orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia–sia 18 dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka. 19 Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran. Minggu lalu kita sudah berbicara satu kalimat klimaks yang besar yakni, "Sebab itu kukatakan dan kutegaskan," di mana jika kita menajamkan kata "kukatakan" dan "kutegaskan" ini, maka kata-katanya akan menjadi "kusaksikan" dan "kuperintahkan". Sebab yang dikatakan Paulus di sini bukan sekedar mengatakan tetapi didukung oleh kesaksian hidupnya dan itulah sebabnya suatu kuasa yang besar menyertai perkataannya. Setelah menyaksikannya, Paulus kemudian melanjutkan, "Kuperintahkan." Perintah ini sedemikian serius di mana dikatakan "Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah." Maka, harus ada perbedaan yang sangat kontras yang bisa dilihat antara orang yang berada di luar Kristus dengan orang-orang Kristen yang hidup di dalam Kristus, yakni bahwa orang-orang dunia memiliki: 1. Pikiran yang sia-sia, 2. Pengertian yang gelap, dan Persekutuan yang jauh dengan Allah. Selanjutnya, Paulus menyebutkan alasan yang sangat tajam dibalik ketiga ciri di atas yaitu: kebodohan dan kedegilan hati mereka. Jika kita hidup (cara, konsep, prinsip dan nilai hidup) sama seperti dunia ini hidup, maka Kekristenan sama sekali tidak memiliki nilai lebih apapun karena kekristenan semacam ini hanya berada di kulitnya Kekristenan saja. Paulus tidak membicarakan kekristenan yang seperti ini tetapi ia masuk ke dalam esensi Kekristenan itu seperti apa. 3. Mengapa banyak orang Kristen yang tidak terlalu suka dengan filsafat? Di dalam filsafat memang terdapat banyak istilah dan teori-teori filsafat, tetapi itu bukanlah esensinya. Dari kata aslinya saja kita dapat melihat bahwa filsafat (dari kata phileo= mencintai, sophia=bijaksana) adalah mencintai bijaksana. Maka, jika kita memang benar-benar manusia yang sejati, mestinya kita seorang filsuf, seorang yang mencintai bijaksana. Saya rasa tidak ada orang yang tidak mau menjadi orang yang bijaksana. Pertanyaannya adalah bijaksana itu apa? Bagi Pdt. Stephen Tong bijaksana adalah bijak yang berasal dari sana (dari atas, dari Tuhan), bukan dari sini (dari diri manusia sendiri). Sedangkan, dalam filsafat masalah utamanya adalah lebih banyak "bijaksini"-nya daripada "bijaksana"-nya. Apakah bijaksana itu? Dalam filsafat, bijaksana adalah penggabungan dari bidang-bidang seperti kebenaran, keadilan, moral, estetika (keindahan) dan kesucian secara utuh. Orang yang bijak adalah orang yang dalam mengambil keputusan sudah mempertimbangkan semua segi dengan tepat. Ini dimengerti oleh 221 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 para filsuf, tetapi pada saat yang sama mereka gagal masuk ke dalam bijaksana yang Sejati, gagal mendapatkan kebenaran yang sejati secara tepat. Inilah kebodohan; bukannya kebodohan secara intelektual. Maka, jika tahu bahwa diri kita bodoh, yang harus ditanyakan adalah di mana letak kebodohan kita dan mengapa kita bodoh? Mengapa seseorang menjadi bodoh? Karena pikirannya sia-sia, pengertiannya gelap dan persekutuannya jauh dengan Allah. Di mana letak kebodohannya? Letaknya adalah: 1. Dia tidak memiliki standar dalam menilai sesuatu Jika kita tidak punya fondasi yang cukup untuk menguji sesuatu hal, maka ketika kita menerima informasi yang terlalu banyak tentang sesuatu itu, justru akan mencelakakan kita. Seseorang ketika ingin menjalankan sesuatu, ia harus memiliki dasar pijak yang tepat dan itu hanya satu yaitu kembali kepada Kristus. Kunci jawaban ini berada dalam kalimat pendek di Ef 4:20, "Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus." Maka jelas bahwa Kristuslah yang menjadi standar nilai; kebenaranlah yang menjadi standar penilai. 2. Salah dalam prosesnya Informasi jangan ditangkap sebagai informasi, sebab itu akan menjebak kita ke dalam suatu fenomena tanpa mengerti esensinya. Informasi hanyalah cetusan luar yang di belakangnya terdapat motivasi informasi. Ketika seseorang menyampaikan informasi (misalnya dalam masmedia), yang disampaikan itu bukanlah informasi objektif, dan tidak pernah ada informasi yang obyektif. Ketika mendengar informasi, kita harus menguji apa yang ada di belakang informasi itu (alasannya) baru kemudian kita dapat mencermatinya. Jangan hanya mendengarkan informasinya saja, tetapi tangkaplah motif di belakang informasi. Be a wise man. Kita sebenarnya adalah orang yang mengerti fenomena atau mengerti esensi? Sangat kasihan orang yang hanya berhenti dalam fenomena tetapi itulah dunia kita. Mereka kalau kita ajak bicara esensi akan menolak dan waktu lebih dalam kita tanya maka mereka akan marah. Itulah keadaan yang sekarang kita alami sehingga kita sulit berbincang dengan mereka karena akan berhadapan dengan benteng yang begitu kokoh yang menampilkan luarnya dan tidak mau membuka apa yang ada di belakang. Kita sedang dibawa pada satu virtual world (dunia semu), kita sedang dibawa pada satu topeng-topeng yang sedang menghindar daripada keoriginalitasannya sendiri. Kalau kita masuk dalam situasi itu maka kita hanya menambah kebodohan dunia ini, mari kita mulai berubah. 3. Pengambilan keputusan yang salah Waktu kita menjadi seorang yang bijak maka kita tidak akan gegabah sebab satu keputusan yang penting kita pertimbangkan secara two decision, bukan satu aspek saja tetapi juga aspek lawannya. Contohnya waktu seorang memutuskan memilih komputer A, apakah ia mempunyai argumen yang cukup untuk menjatuhkan argumen yang lain? Ini yang tidak pernah ditanyakan! Saat kita menginjili seseorang seringkali keluar kalimat tidak enak menjadi orang Kristen karena banyak larangan (tidak boleh berbohong, dan lain-lain) tetapi jikalau kamu menolak Tuhan Yesus maka itu juga mengandung resiko yang besar. Ini yang tidak pernah kita dipikirkan. Apakah benar pilihan tersebut lebih baik dari pilihan lainnya sehingga saya memilihnya? Ini merupakan pertanyaan dua sisi. Saudara, di dalam hidup kekristenan kita seringkali menjadi orang bodoh karena waktu mengambil keputusan ternyata hanya satu sisi saja. Bodoh di sini bukan karena IQ kita rendah tetapi karena bodoh 222 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 tidak kembali kepada kebenaran dan hidup dengan cara dunia. Jadi waktu Paulus berkata, "Kau mempunyai pikiran yang bodoh itu akibatnya membuat pikiranmu menjadi sia-sia, pengertiannmu menjadi gelap, relasimu dengan Tuhan menjadi begitu jauh." Ini kalimat yang dibukakan oleh Paulus dan manusia benci mendengar kalimat ini tetapi itulah faktanya. Dan ketika manusia tidak mau menerima realita, itu merupakan kebodohan yang real. Kalau kita bodoh dan sadar akan hal itu berarti masih ada pengharapan tetapi yang sulit kalau kebodohan itu membuat hati kita degil atau mengeras. Dalam istilah medis hati yang mengeras dinamakan sirosis (mengeras seperti batu). Waktu kita mengerti dan sadar kalau bodoh, itu sebenarnya membuat kita keluar dari kebodohan tetapi kalau kita mengeraskan hati maka hati kita akan degil dan tidak mempunyai harapan. Alkitab terus-menerus berbicara tentang hal ini, hati yang degil merupakan kondisi yang sangat fatal. Saat kita sedang mengkukuhkan diri kita, kita tidak mau diubah dan diproses maka pada saat itu kita sedang diproses untuk menuju kerusakan. Setiap kita hidup harus berproses maju dan berubah semakin baik dari kebodohan menuju bijaksana sejati dan pada saat itu kita sedang bertumbuh tetapi orang yang tidak mau diproses, ketika sedang mengalami sesuatu ia tidak mengevaluasi atau berubah tetapi mengharapkan orang lain berubah. Saya selalu mengatakan di dalam relasi suami istri harus dua belah pihak mau diproses dan diubah, kalau relasi suami isteri mulai dengan menuntut itu berarti satu kefatalan keadaan seperti bom yang suatu saat akan meledak. Pada saat manusia bukan lagi bodoh tetapi sudah mencapai katagori kedua, ‘degil’ maka itu saatnya ia sudah tidak ada harapan lagi dan inilah fakta dunia kita. Mengapa orang dunia bicara postmodern begitu ngotot, memaksa orang untuk mengikutinya tetapi ketika kita tuntut balik ia tidak mau berubah? Di sini suatu persoalan yang serius, kadangkala dunia kita mencoba untuk memformat menurut kedegilan hati mereka dan kekristenan gagal memberikan warna dengan satu level yang lebih tinggi karena mengikuti pola mereka. Kita tidak mau diproses maju di atas mereka, untuk hidup berdasarkan Kristus, kembali mengakar di dalam Kristus dan hidup di dalam ketaatan kepada Kristus. Paulus berkata, dunia bukan saja bodoh tetapi sudah menjadi degil dan ini keadaan yang mengerikan. Dalam Yeh 36:26-27 hati yang keras dikontraskan dengan hati yang taat. Dengan kalimat ini Tuhan mau ingin membukakan pada umat Israel, jikalau hati mereka mengeras maka sudah tidak dapat diproses lagi dan mereka sudah mencapai satu kondisi yang disebut harden heart (hati yang membatu). Kita mengkukuhkan diri kita, menganggap kita adalah kebenaran mutlak dan kebodohan itu ketika dimutlakkan, di situlah akan mendatangkan kematian bagi kita. Waktu Tuhan memberikan pada kita hati dan roh yang baru adalah supaya kita dapat kembali berpegang pada ketaatan perintah Tuhan dan hidup kita diperbaharui di dalam kehidupan praktis. Saudara, iman Kristen bukan berdiri berdasarkan teori tetapi harus mengubah hidup kita dan terjadinya proses pembentukan terus-menerus dalam hidup kita. Kalau untuk hal duniawi kita cepat sadar periksa tetapi kalau kerohanian kita mengalami sirosis kita tidak cepat sadar dan tidak ada keinginan untuk berproses terus dalam hidup kita. Mari kita uji, karena yang tahu pasti adalah diri kita sendiri dan Tuhan dan itu adalah waktu untuk kita mengevaluasi. Seberapa jauh kita mempunyai standar hidup dalam Kristus, mempertimbangkan sesuatu dan waktu mengambil keputusan di dalam ketaatan kepada Tuhan? Mari kita bertanya pada diri kita, apa yang akan kita kerjakan dan putuskan, dengan demikian kita boleh bertumbuh. Tuhan menginginkan kita boleh berubah jauh, tidak menjadi serupa dengan dunia lagi. Sebab kita tidak demikian, karena kita sudah belajar mengenali Kristus. Saudara, biarlah ini menjadi kunci hidup, keinginan dan tekad kita, barulah dengan demikian kita diubah Tuhan. Mau saudara? Amin! 223 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 H Hiid du up pb be errb be ed da a Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: Efesus 4:20-24 20 Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus. 21 Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus, 22 yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, 23 supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, 24 dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya. Dua minggu lalu saya sudah menekankan bahwa kehidupan manusia lama adalah satu kehidupan yang begitu bodoh dan degil dalam arti gagal mengerti dan menangkap kebenaran firman Tuhan, karena kita begitu mengkukuhkan diri untuk berpegang pada pikiran kita sendiri sehingga pikiran kita yang salah tidak dapat diperbaiki dan tidak mampu untuk menerobos serta mengerti esensi kebenaran. Waktu Paulus berkata demikian, ia bukan sekedar berbicara tetapi merupakan refleksi daripada hidupnya sendiri. Ia mengatakan bahwa ia adalah orang yang begitu bodoh sebelum percaya. Puji Tuhan, Tuhan tidak membiarkan kita tanpa harapan dan dalam ayat 20 dikatakan, "Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus." Itu merupakan ayat pendek yang menjadi titik balik yang Paulus ingin tekankan dan merupakan standar penjelasan yang ia pakai menjadi pijakan untuk membahas seluruh pasal 4 mulai dari ayat 20 hingga pasal 5. Di sinilah satu inti kehidupan kekristenan. Kekristenan adalah orang-orang yang mempunyai keunikan hidup yang dapat menjadikan kita terlihat, dimengerti dan secara realistik berbeda daripada format dunia. Dalam ayat aslinya hanya menggunakan kalimat pendek yaitu, "Engkau tidak sama," yang berarti lebih menekankan ke bentuk plural yang menggambarkan satu persekutuan anak-anak Tuhan. Berarti ini penekanannya bukan sekedar keadaan luar saja tetapi secara esensi atau pribadi, kita berbeda. Sehingga di sini timbul pertanyaan yang harus terlontar kepada setiap kita: Apa yang membuat orang Kristen berbeda, dari mananya yang beda dan bagaimana akhirnya saya dapat mencapai keperbedaan tersebut? Tetapi sebelum kita masuk kepada keperbedaan yang sedemikian, pertama saya ingin menanyakan pertanyaan instrospeksi yang justru mundur dari tiga pertanyaan di atas: Mengapa kita menjadi orang Kristen tidak berbeda? Kita harus sungguh-sungguh mempertanyakan pernyataan Paulus dalam ayat 20. Satu kalimat yang keras sebagai instrospeksi bahwa kita berbeda. Kalimat itu sulit keluar dari mulut kita karena faktanya orang dunia tidak pernah melihat saya berbeda. Apa yang mereka kerjakan saya juga kerjakan, pikiran, hidup dan semuanya sama. Di manakah letak permasalahannya? Ini satu pergumulan serius yang seringkali harus menjadikan kita menguji kembali diri kita pribadi. Dalam hal ini tidak ada satu orang di dunia yang dapat mengubah kita secara esensial 224 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 (antara saya dengan Tuhan dan tidak ada orang lain). Mungkin ada orang yang dipaksa tetapi itu tidak pernah menjadikan dirinya benar-benar berubah karena itu hanya merupakan cetusan mulut yang ketakutan dan itu justru membuat kita benci. Waktu kita belajar Kristus dalam bahasa Indonesia sudah diekstensi dengan kalimat yang lebih panjang sehingga kita lebih jelas yaitu, "Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus. Disini berarti bahwa ketika saya berubah itu karena saya mempelajari Kristus atau ketika saya berpaut kepada Kristus. Saudara, ini adalah satu tuntutan hidup yang memproses hidup kita untuk membentuk satu kehidupan yang diubahkan. Ketika kita menjadi orang Kristen, memakai atribusi Kristen dan menjalankan aktivitas Kristen maka sejauh mana saya belajar Kristus? Ini pertanyaan yang harus kita jawab. Sejauh mana saya mempautkan diri kepada Kristus, mau mengerti Kristus yang sudah menebus jiwa, membayar harga sehingga saya boleh lunas dikembalikan untuk hidup sampai mungkin dapat mencapai suatu titik klimaks dan mengalami satu perubahan drastis dalam hidup saya? Salah satu kesulitan yang paling besar ketika kita menjadi orang Kristen adalah seringkali lebih mudah melihat orang lain yang tidak berubah namun sulit sekali melihat diri sendiri yang tidak berubah. Dalam NYC yang lalu Pdt. Stephen Tong berteriak keras berbicara tentang bagaimana kita seringkali hidup serupa dengan dunia dan gagal berproses, mengerti injil yang sejati, Kristus yang menebus kita, berinkarnasi, Allah yang menjadi daging demi untuk kita boleh diampuni dosanya. Dan saat itu di salah satu session dipimpin oleh bapak Mochtar Riady di mana sampai dalam satu kritikal point ia mengeluarkan satu kalimat, "Saya sampai di titik krisis bertanya kepada diri saya, haruskah saya meninggalkan seluruh profesiku demi untuk menjadi Kristen? Saudara, kalimat itu bagi saya merupakan satu kalimat yang sangat menakutkan sekali karena sudah masuk dalam titik dualisme yang seolah-olah kalau saya menjadi orang Kristen maka semua profesi harus saya tinggalkan demi menjadi Kristen. Ia masuk dalam kritikal point di mana harus masuk dalam satu pergumulan pemilihan yang begitu berat bagi hidup dan seluruh masa depannya. Pada saat seperti itu pertanyaan anak-anak mahasiswa begitu banyak mempertanyakan bahwa kalau ia sebagai konglomerat maka seberapa jauh ia sudah hidup sebagai anak Tuhan, dsb. Saat itu dengan sedih ia mengatakan bahwa ia belum dapat dan tidak sempurna dalam hidup sebagai orang Kristen. Apakah sebagai mahasiswa, cara menyelesaikan kuliah, dalam mengerjakan ujian, dsb sudah benar sehingga engkau menuntut orang lain? Ini merupakan satu problem yang serius. Hal ini bukanlah merupakan dualisme tetapi harus diparadokskan. Tidak perlu meninggalkan profesi sebagai ekonom tetapi ia perlu mengubah menjadi format Kristen. Itu merupakan tugas dia yang sudah diberikan kemampuan, karunia dan semua hal dan ia harus merombaknya walaupun tidak mudah dan pergumulan yang berat. Tuntutan yang sama ini juga harus balik kepada kita. Bagaimana saudara bekerja, berbisnis dan melakukan hal yang lain? Tidak ada orang berubah karena orang lain namun mari kita berubah karena pengenalan kita akan Kristus dan ketika belajar tentang Dia itu merupakan satu moment esistensial untuk menguji hidup kita di hadapan Tuhan. Ini merupakan pertanyaan pertama dan kalau kita tidak dapat menjawab hal ini maka kita tidak mungkin dapat hidup berbeda. Kita belajar Kristus yang salah. Ada orang yang mengatakan benar-benar ingin belajar dan mau mengenal Kristus tetapi hidupnya tidak berbeda sama sekali karena ia belajar Kristus yang salah. Seperti halnya dengan saksi Yehova, mereka tidak mempelajari firman Tuhan secara menyeluruh dan bagi mereka Yesus merupakan ciptaan yang unggul. Sehingga seperti misalnya di dalam Ul 6:4 dikatakan, "Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa!" Dalam ayat ini Allah menggunakan kata elohim yang berbentuk plural. Itu merupakan gambaran Tritunggal yang paling mendasar sebelum kita masuk kedalam Mat 28:20 dikatakan bahwa, 225 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 "Baptislah mereka dalam nama Bapa, dan anak dan Roh Kudus." Di mana ketiganya sejajar dan semuanya merupakan person yang sama tetapi menggunakan kata atribusi yang singular. Tiga pribadi dengan semua mempunyai artikel tetapi hanya mempunyai satu atribusi tunggal. Kalimat seperti ini mereka tidak mengerti. Sehingga seperti Kristus itu siapa, bagi mereka bingung sekali. Alkitab mengatakan seringkali kita mencoba merekayasa konsep yang akhirnya tidak kembali kepada pengenalan akan Kristus sejati, kita mengerti Kristus bukan seperti yang Alkitab katakan tetapi seperti apa yang kita konsepkan sendiri. Tuhan mengajak kita untuk mengenal Kristus yang sesungguhnya dan bukan Kristus yang lain. Douglas R. Groothuis dalam bukunya The Other Jesus (Yesus yang lain) mengatakan bahwa kita seringkali merasa kenal Yesus tetapi ternyata Yesus yang kita kenal bukan Yesus yang Alkitab nyatakan melainkan Yesus hasil manipulasi dan rekayasa pikiran manusia. Saudara, ini adalah salah satu hal yang sangat perlu diwaspadai. Dalam 1 Kor 15:3-4 dikatakan, "…, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari ketiga, sesuai dengan Kitab Suci." Itulah Kristus yang dinyatakan oleh Firman Tuhan, yang diberitakan oleh para rasul dan Kristus yang diceritakan di sepanjang Injil. Konsep tentang Kristus apa yang muncul di kepala kita? Ketika kita mengerti konsep ini maka kita perlu peka melihat apa yang sedang terjadi dan mengenal siapa Kristus yang kita percaya. Di tengah dunia tanpa sadar dengan cara yang begitu halus iman kita dapat diselewengkan. Yohanes menutup injil dengan berkata, "Aku menuliskan semua ini supaya engkau percaya bahwa Dia adalah Mesias, Anak Allah yang diutus ke dalam dunia ini menebus dosa kita, supaya engkau percaya dan mendapatkan hidup yang kekal." Saudara, itulah esensi daripada kehadiran Kristus dan Kristus yang harus kita kenal, bukan sekedar tukang kayu Yahudi. Terlalu besar perbedaan apa yang dapat dilakukan oleh seorang tukang kayu Yahudi dengan Yesus, Anak Allah yang berinkarnasi menjadi manusia. Saudara, mari kita kembali mengerti kepada siapa aku belajar? Suatu pertanyaan serius, Tuhan, siapa saya, kalau saya menjadi anak Tuhan, menjadi seorang Kristen bagaimana saya berubah? perubahan seperti apa yang harus aku nyatakan di tengah dunia ini karena aku mengenal Engkau, Allahku yang hidup. Aku mengenal Kristus, Tuhan dan Juru Selamatku. Ketika kita belajar seringkali kita mengkukuhkan diri tidak mau diubah. Kalau kita hidup selalu melihat dunia dan merasa bahwa itulah cara terbaik untuk kita hidup maka kita tidak akan pernah melihat kekristenan sesungguhnya, berarti kita tidak pernah menerobos melihat nilai yang lebih tinggi dan kebenaran yang lebih akurat. Ini suatu konsep yang seringkali mengerikan apalagi kita yang di dunia timur kita suka sekali dengan status quo. Setiap perubahan pasti mengerikan tetapi perubahan harus terjadi karena kita berproses. Kalau kita tidak pernah berubah maka kita tidak akan melihat sesuatu yang lebih baik terjadi dalam hidup kita dan berproses maju. Saya harap jiwa seperti ini muncul dalam hati kita. Ketika kita sudah mapan dan enak dan kita tidak mau berubah itu merupakan titik di mana kita akan binasa. Tuhan meminta kita berubah, berubahlah oleh pembaharuan budimu, seluruh apa yang tuhan tuntut kita berubah dan berubahlah supaya proses hidupmu dapat terjadi. Seberapa saya sadar, rela, dan mau belajar mengenal Kristus serta rela diubah oleh Kristus? Itu pertanyaan yang harus kita jawab di hadapan Tuhan. Setiap kita berhadapan secara eksistensial di hadapan Allah, minta Tuhan mengubah sehingga akhirnya yang Paulus katakan itu terjadi di dalam diri kita yaitu Engkau bukan demikian, engkau memang berbeda. Bialah ini yang boleh kita nyatakan dan tunjukkan di hadapan dunia bahwa kita memang beda, kita lain di dalam semua aspek di dunia ini. Semua pembicaraan di belakang takkan ada arti apa-apa kecuali di titik pertama kita memang sudah rela untuk berubah, mau berkomitmen untuk dibentuk berbeda dari dunia ini. Mau saudara? Amin! 226 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 K Ke ek krriis stte en na an ny ya an ng gd da an ng gk ka all Oleh: Pdt. Rusdi Tanuwidjaya Nats: 21 Matius 7:21-29 Bukan setiap orang yang berseru kepada–Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa–Ku yang di sorga. 22 Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada–Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama–Mu, dan mengusir setan demi nama–Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama–Mu juga? 23 Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada–Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" 24 "Setiap orang yang mendengar perkataan–Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. 25 Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. 26 Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan–Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. 27 Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya." 28 Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran–Nya, 29 sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli–ahli Taurat mereka. Terdapat satu ilustrasi di mana suatu ketika ada seorang yang ingin membuat kapal yang terlihat demikian besar, megah dan agung sehingga orang yang melihat akan kagum dan memujinya. Dia berani membayar harga dengan kayu jati yang terbaik, dengan kain yang indah dibuatnya layarnya disertai dengan tali-tali yang kuat untuk layar tersebut dan akhirnya terwujudlah kapal tersebut. Pada suatu saat, bersama-sama dengan beberapa kapal yang lain, mereka akan berlayar menuju ke suatu tempat. Ketika berlabuh di pelabuhan, banyak orang yang hadir di sana memandang kapalnya dan kagum karena kapal itu terlihat begitu indah dan megah. Singkat cerita, ketika kapal-kapal itu mulai berlayar, di suatu tempat mendadak ada badai yang mengamuk dan menerpa semua kapal-kapal itu. Karena tidak kuat akhirnya semua kapal kembali ke tempat semula, kecuali kapal milik laki-laki itu. Karena kapal itu telah porak poranda di terjang badai sementara nakhodanya tewas. Banyak orang bertanya-tanya, apa yang salah? Ternyata, walaupun dengan biaya yang sangat mahal, ia membangun bagian kapal yang terlihat oleh mata dan ia mengabaikan dasar kapal yang tidak terlihat. Karena dasar kapal itu tidak kokoh, begitu terhantam oleh badai, kapal itu hancur porak poranda. Gereja itu seumpama perahu. Masalahnya adalah perahu macam apa? Apakah gereja itu terlihat maju hanya oleh karena banyak aktivitas yang bisa dilihat oleh mata banyak jemaat yang datang, uang 227 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 persembahannya banyak, banyak anak muda yang melayani dengan setia dan karena banyak orang yang belajar teologia? Inikah gereja yang maju dan berkualitas itu? Memang, gereja Reformed tidak didirikan berdasarkan jumlah, tetapi didirikan berdasarkan kualitas. Tetapi kualitas itu kualitas seperti apa? Jumlah yang banyak seharusnya merupakan bukti dari kualitas yang baik. Aktivitas pelayanan seharusnya merupakan akibat dari orang yang cinta Tuhan dan ingin mendukung pekerjaan Tuhan secara bertanggung jawab tetapi realitanya sering tidak demikian. Banyak aktivitas pelayanan yang hanya sekedar tingkah laku agama dan bukannya masalah spiritual. Orang melayani kadang karena ada orang yang dia segani atau dekat dengan seseorang yang lain, dan bukannya berdasarkan satu relasi dengan Allah. Bagi saya, Matius pasal 5-7 itulah jawabannya. Lepas dari pemahaman terhadap pasal tersebut, hidup kita akan collapse. Kita bisa mendengar khotbah dan mempunyai pengetahuan teologi yang banyak tetapi seringkali ini justru membentuk close system dalam praktika hidup kita. Kita mungkin tahu betul apa itu open system, tetapi jika hidup kita tidak mau diubah oleh Tuhan, secara praktika kita sebenarnya berada dalam close system. Dalam pasal-pasal itu membukakan suatu hal yang sangat penting yang seharusnya dianalisa oleh umat Kerajaan Allah, karena bagian ini merupakan etika dari anak-anak Kerajaan Allah. Kehidupan kita ditentukan oleh bagaimana etika kita di hadapan Allah. Kita yang mau memahami kebenaran – segala kebenaran adalah kebenaran Allah – tetapi tidak mau kembali kepada Allah, maka kita hanyalah sekedar mengetahui bidang-bidang tersebut tanpa memiliki relasi dengan Tuhan. 1. Adanya pengakuan iman yang dangkal Pengakuan kita terhadap Tuhan, seringkali hanyalah pengakuan yang dangkal, hanya sekedar satu ucapan di bibir saja. Pengakuan dan isi pengakuan itu memang benar, tetapi apa yang keluar dari mulut seringkali berbeda dengan apa yang ada di dalam hati. Itulah sebabnya Tuhan mengatakan, "Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di Sorga." Karena itu jika mengucapkan satu pengakuan iman, benarkah itu berasal dari hati kita? Banyak orang yang belajar theologi dan mengutarakan pengertiannya dengan mantap, tetapi pengertian itu hanya berada di kepala saja, dan bukan juga di hati. Di dalam ibadah, pengenalan yang hanya di otak, dan bukan di hati, itu bukanlah satu tindakan menyembah di hadapan Tuhan, melainkan hanya ingin mendengar satu khotbah yang bagus dan bersifat informatif saja. Ibadah seharusnya merupakan satu sikap di mana kita sungguh-sungguh menyiapkan hati untuk mendengarkan firman Tuhan, apa yang Tuhan ingin untuk kita kerjakan dan apa yang Tuhan ingin koreksi terhadap kehidupan kita sehari-hari. Jiwa seperti inilah yang jarang terlihat. Jika semangat semacam ini tidak ada di dalam gereja, tidak heran jika gereja menjadi kering. Mungkin gereja itu memiliki doktrin yang baik, tetapi orang-orang yang ada di dalamnya tetap hidup di luar kebenaran. Bukan berarti kita harus menjadi orang yang sempurna, tetapi kita harus memiliki satu motifasi yakni memiliki kerinduan untuk berubah. 2. Adanya pengalaman yang dangkal Istilah "nubuat" dalam Perjanjian Lama (ayat 22), selalu berarti memberitakan firman yang Tuhan pakai untuk menunjuk kepada sesuatu yang akan terjadi di masa mendatang. Bagi orang-orang yang bernubuat, mengusir setan dan melakukan banyak mujizat demi nama Tuhan seperti ayat 22 ini Tuhan berkata, "Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" Tuhan 228 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 mengatakan bahwa Ia akan berterus terang, maksudnya Tuhan akan mengucapkan satu pengakuan di hadapan mereka bahwa mereka tidak dikenal-Nya dan mereka adalah pembuat kejahatan. Apa sebab? Karena mereka mau membangun iman mereka di atas pengalaman-pengalaman yang spektakuler, dan pengalaman itu bukannya satu pengalaman secara pribadi dengan Tuhan. Gereja harus berdiri di atas kebenaran firman dan bukan di atas pengalaman hidup seseorang. Tetapi satu hal yang penting ialah, pada waktu kita mau mengenal kebenaran, memang tidak akan lepas dari pengalaman. Pengalaman semacam apa yang harus kita miliki? Yakni pengalaman berelasi dengan Tuhan. Bangsa Israel yang paling banyak mengalami mujizat dan sebagainya, justru adalah bangsa yang paling ditegur keras. Dari ujung kepala hingga ujung kaki sudah penuh dengan borok, sehingga entah di bagian mana lagi Tuhan harus menghajar. Mereka yang tahu dan mengalami pekerjaan Tuhan yang ajaib, justru adalah yang paling berani melawan Tuhan. Jika seseorang mengatakan bahwa pengalaman bisa membawa orang datang kepada Kristus, pengertian ini sangatlah dangkal. Roh Kudus, melalui firman yang kita dengar, itulah yang bekerja dan melahirbarukan kita. Being (keberadaan) kita yang diubah mempengaruhi knowing (pengetahuan) dan doings (tindakan) kita. 3. Adanya pengetahuan yang dangkal (ayat 24-27) Seringkali antara yang kita dengar dan dengan yang kita lakukan, terdapat satu gap (kesenjangan). Jadi, ada yang banyak tahu dan sedikit yang dikerjakan, ada juga yang sedikit tahu tetapi banyak yang dikerjakan. Celakanya yang dikerjakan adalah mengajar, padahal sedikit tahu. 1. Pengetahuan akibat dari sesuatu akumulatif di dalam otak, dan Pengetahuan akibat dari suatu relasi dengan obyek/subyek-nya. Kita yang tahu banyak data diri seseorang tanpa berelasi dengan dia, mungkin bisa menjawab dengan lancar. Tetapi pengenalan ini hanya di otak saja. Berbeda dengan pengetahuan yang kedua (cf. Yoh 17:3; Kej 4:1). Karena di sini ada satu relasi dan persekutuan yang intim. Itulah sebabnya Reformed Theology (Teologi Reformed) perlu Reformed Spirituality (Spiritualitas Reformed). Karena teologi yang benar adalah teologi yang berelasi dengan Allah, yakni teologi yang mengajarkan Allah, yang diajarkan Allah dan yang memimpin kepada Allah. Ayat 24-27 jelas mengatakan, orang yang mendengar firman dan melakukan bagaikan orang yang mendirikan rumah di atas batu, sedang orang yang mendengar firman dan tidak melakukan bagaikan orang yang mendirikan rumah di atas pasir. Maka, apakah berarti iman kita ditentukan oleh kelakuan kita? Tidak! Karena jika kita melihat pasal 5, orang yang miskin secara rohani dan bergantung kepada belas kasihan dan anugerah Allah-lah yang empunya Kerajaan Sorga. Jika demikian, sebagai apakah kelakuan itu? Kelakuan itu sebagai bukti bahwa kita mengalami perubahan. 2. Ada seseorang yang berasal dari keluarga broken home, hidupnya tidak beres, main pelacur, minum minuman keras, obat-obat terlarang, dsb sementara yang lain berasal agama tertentu, yang terdidik dalam suatu pola tingkah laku agama tertentu; keduanya datang dalam suatu ibadah. Ketika firman diberitakan, mereka sadar bahwa mereka orang berdosa dan membutuhkan Kristus. Merekapun percaya dan menerima Kristus. Dari kedua orang ini, manakah yang mempunyai kelakuan yang baik? Secara penampakan luar, yang berasal dari agama tertentu itu, yang memang sudah terdidik dalam suatu pola tingkah laku agama, akan terlihat lebih suci, lebih saleh dan lebih terhormat daripada orang yang berasal dari keluarga broken home. Tetapi dalam masalah kerohanian, ini susah terlihat, karena ini berkenaan dengan suatu relasi dengan Tuhan, yakni suatu pergumulan di dalam hati dengan Tuhan akibat mendengarkan firman. 229 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Seberapa maju sebuah gereja, dapat dilihat dari seberapa dalam gereja itu berelasi dengan Tuhan. Tidak ada seorang hamba Tuhan yang bisa memiliki kuasa di dalam khotbahnya jika dia tidak tidak disertai oleh Tuhan dan bergumul di hadapan Tuhan melalui doa. Doa bukanlah sesuatu yang mekanis. Tetapi, bagi saya, doa yang mekanis itu lebih baik daripada tidak berdoa. Doa sangat dibutuhkan oleh gereja, tetapi doa sering dianaktirikan oleh gereja. Kita berdoa hanya ketika kita berada dalam kesulitan saja. Pernahkah kita berdoa dalam kesendirian? Hamba-hamba Tuhan yang berhasil, selalu menjadikan doa sebagai satu prioritas yang paling penting, inilah juga yang harus kita kerjakan! Sekolah Teologi didirikan seharusnya menjadi satu pertanggungjawaban bahwa kita sungguhsungguh mengenal Allah dan isi hati-Nya, dan kemudian kita aplikasikan di dalam hidup. Maka, itu merupakan satu tindakan penyembahan yang benar di hadapan Tuhan. Belajar Teologi itu baik, tetapi jangan hanya berhenti di otak saja. Pengalaman itu baik, tetapi diperlukan satu pengalaman yang merubah hati kita. Pengakuan itu baik, tetapi mulut yang mengaku harus disertai hati yang beriman. Sekarang, bagaimana kita melakukan hal-hal yang sesuai dengan kehendak Allah? Kita harus memiliki karakter dari umat Kerajaan Sorga (lihat, Mat 5:4-12), tujuan dan misi dari umat Kerajaan Allah di dalam dunia (5:13-16), ibadah dari umat Kerajaan Allah (Mat 4:17-6:18), ambisi dari umat Kerajaan Allah (Mat 6:19-34), relasi antara manusia dengan sesamanya dan dengan Bapa (Mat 7:1-14), menghadapi pengajaran yang sesat (Mat 7:15-23), dan Matius 7:24-27 merupakan konklusi akhirnya. Amin! 230 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 A Ag ga am ma ay ya an ng gb be en na arr Oleh: Pdt. Rusdi Tanuwidjaya Nats: 1 1 Petrus 1:1-10 Dari Petrus, rasul Yesus Kristus, kepada orang–orang pendatang, yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia, 2 yaitu orang–orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah– Nya. Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera makin melimpah atas kamu. 3 Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat–Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, 4 untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu. 5 Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir. 6 Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai–bagai pencobaan. 7 Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu––yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api––sehingga kamu memperoleh puji–pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri–Nya. 8 Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi–Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat–Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan, 9 karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu. 10 Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi–nabi, yang telah bernubuat tentang kasih karunia yang diuntukkan bagimu. Bagian pertama Jika kita perhatikan, pada ayat 6 terdapat kalimat yang bersifat paradoks (yang kelihatannya bertentangan) di mana dikatakan, "Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan." Itu tidak mudah! Kita dapat bersukacita pada saat jalan hidup kita lancar dan segala sesuatu beres tetapi di sini justru dikatakan bergembiralah walaupun di dalam waktu yang seketika kamu mengalami satu dukacita. 231 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 1. Aspek Pencobaan. Dan 2. Manfaat dari pencobaan. Ketika di ayat itu dikatakan "Bergembiralah akan hal itu", maksudnya adalah hal-hal yang di atasnya, yaitu berkenaan dengan keselamatan. Bergembira karena jemaat sudah memiliki keselamatan yang begitu indah yang dimulai sejak kekekalan dan yang dinyatakan dalam proses waktu (ayat 2). Kita harus membedakan dua dimensi sebab dimensi kekekalan tidak berada di dalam proses. Bagi Allah tidak ada past, present ataupun future tetapi selalu everpresent, selalu sekarang sedangkan di dalam proses ruang dan waktu kita mengenal adanya masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang. Rencana Allah yang sudah memilih kita di dalam Kristus, dikerjakan oleh Roh Kudus dinyatakan di dalam ruang dan waktu. Di dalam ruang dan waktu dikatakan bagaimana Roh Kudus bekerja, memimpin kita, melahirbarukan sehingga kita dapat percaya kepada kematian dan kebangkitan Kristus (ayat 4). Pada waktu saya percaya kepada Kristus, maka pada waktu itu darah Kristus yang menyucikan dosa saya dan kebangkitan Kristus yang sudah membenarkan saya, maka sekarang saya sudah diberikan hidup yang baru yaitu pengharapan pada masa yang akan datang walaupun baru nanti hal itu akan digenapkan. Pada saat kita pertama percaya hingga menuju kekekalan, di sini terdapat satu proses yaitu sudah diselamatkan, sedang diselamatkan, dan akan menuju penggenapan keselamatan di kelak kemudian hari. Di dalam proses ini Alkitab mengatakan bahwa harus ada pencobaan. Jadi, pencobaan merupakan satu keharusan, kebutuhan vital kita untuk dibentuk menjadi sesuai dengan rencana Allah. Seperti yang dikatakan dalam 1 Petrus 1:6, "…, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita …" Di sini dikatakan "harus" dan bukannya "supaya" atau "mudah-mudahan". Mengapa harus? Beberapa penafsir mengatakan, "Karena tanpa adanya pencobaan, jangan harap kita dapat menjadi orang Kristen yang dewasa, yang diproses dan dibentuk oleh Tuhan." Di dalam kitab Yakobus dikatakan, "Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan" (Yak 1:2). Kalau kita masuk ke dalam pencobaan, maka itu memang rencana Tuhan untuk memproses kita. Waktu diproses memang sakit dan berdukacita, tetapi justru di situlah kita diproses oleh Tuhan. Semua itu tetap berada di dalam limitasi kontrol dari yang membuat. Itu sebabnya dikatakan bahwa pencobaan itu hanyalah seketika. Pencobaan akan menghasilkan dukacita tetapi itu hanya seketika, dan tidak selamanya. Sekarang kita akan masuk ke dalam point yang kedua, manfaat pencobaan. Apakah manfaat dari pencobaan bagi hidup kita? Manfaat pencobaan ditulis di dalam ayat 7: "Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu." Pertama, ujian dapat membuktikan apakah kita orang Kristen sejati ataukah palsu. Seperti emas, ketika dimasukkan ke dalam perapian, akan dapat diketahui yang mana emas dan yang mana yang bukan emas karena yang bukan emas akan hancur, tersingkirkan dan dibuang, sedangkan emas terus diproses untuk lebih menunjukkan bahwa ia adalah emas. Jadi, tujuan pencobaan bukan untuk menciptakan iman, tetapi justru untuk menyatakan iman. Kalau saudara diproses maka itulah saatnya saudara menunjukkan bahwa iman saudara itu asli atau palsu. Ujian dapat melalui banyak hal. Pada jaman Petrus, mungkin ujian itu bisa berupa serangan dari dunia kafir yang benci kepada Kekristenan, sehingga orang Kristen ditekan, dianiaya, 232 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 dan bahkan ada yang dibunuh. Itu adalah suatu pencobaan. Tidak mudah menjadi Kristen di jaman itu, itu merupakan suatu waktu di mana Kekristenan ditekan dari dunia luar. Ini adalah tujuan yang pertama. Tujuan pencobaan adalah untuk membuktikan bahwa kita ini asli, milik Allah, atau kita palsu yang kelihatannya milik Allah, tetapi sebenarnya kita hanyalah benalu yang menempel di dalam Gereja, yang suatu kali akan Tuhan tebas dan bakar. Kedua, pencobaan berguna untuk memurnikan iman kita. Di ayat 7 dikatakan bahwa maksud pencobaan adalah untuk membuktikan kemurnian iman kita. Saat emas dibakar di dalam perapian, akan dapat diketahui mana yang emas dan mana yang bukan biji emas. Seringkali kita mengalami banyak gesekan, tetapi justru gesekan-gesekan itu dapat membersihkan. Saat emas diuji, maka di situ akan terjadi pemurnian demi pemurnian. Mungkin secara luar kita sudah kelihatan baik, orang melihat bahwa kita ini rohani, tetapi siapa yang tahu keliaran hati kita, pikiran kita dan hawa nafsu kita. Mungkin orang tua, suami atau isteri dan orang terdekat kita tidak tahu tetapi yang tahu hanya tiga yaitu setan, hati nurani kita dan Tuhan. Hal itulah yang membuat orang Kristen bukan orang yang di awan-awan. Ada dua hal yang saya takut ada di dalam Gereja. Yang pertama senang melayani kalau hidupnya lancar, kaya, sehat dan diberkati. Sedangkan yang kedua senang mendengar khotbah yang hebat, akan tetapi setelah mendengarkan selama bertahun-tahun ia tidak dapat merealisasikannya. Kedua hal ini dapat menimbulkan kerawanan jika suatu kali terjadi krisis. Maka mereka yang berada di Gereja pertama hanya mempunyai dua kemungkinan, goncang atau ia tetap membius diri di dalam kebimbangan dia. Sementara itu, orang yang ada di Gereja kedua mungkin menjadi hopeless mencapai titik jenuh karena apa yang ia dengarkan selama bertahun-tahun ternyata tidak dapat diaplikasikan. 1. Dia menolak untuk belajar teori yang tinggi dan hanya ingin yang praktis; 2. Dia mungkin masih mau mendengarkan khotbah yang tinggi tetapi hanya menjadi pendengar dan tidak pernah mau untuk bergumul. Iman Kristen adalah iman yang normal, yang harus didasarkan pada ajaran yang kuat namun demikian tidak dapat dilepaskan dari praktika hidup. Kita harus siap dimurnikan sampai Tuhan memanggil kita, itulah titik akhir dari proses itu. Setiap orang berbeda sehingga kita jangan menghakimi orang lain tetapi mari kita menilai diri kita sendiri karena kita hanya dapat melihat yang nampak dan tidak dapat melihat hati manusia. Ketiga, pencobaan bertujuan agar kita lebih memahami firman. Martin Luther pernah berkata: "Justru di dalam kesengsaraanku aku memahami firman Tuhan." Ia adalah seorang yang lembut dan mau hidup suci tetapi tidak mampu. Baru di saat ia dicerahkan, ia tahu bahwa orang dibenarkan bukan oleh perbuatan tetapi oleh iman dan di situ ia semakin memahami firman. Terkadang kita dapat belajar firman dan tahu ayat-ayat dalam Alkitab tetapi ayat tersebut tidak pernah menyentuh hati yang paling dalam, kecuali saat kita berada di dalam satu proses pencobaan di mana firman menjadi bagian yang kuat dari kehidupan kita. Daud berkata: "Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu" (Mzm 119:71). Keempat, pencobaan membuat kita lebih dekat kepada Tuhan. Waktu hidup kita lancar dan sukses, seringkali kita malas berdoa, dan baru waktu ada masalah kita dekat dengan Tuhan. Oleh sebab itu Tuhan pernah berkata bahwa susah bagi orang kaya untuk masuk ke dalam kerajaan sorga. Yang menjadi masalah di sini bukanlah orang kayanya, karena di Alkitab juga ada orang kaya yang penuh iman seperti Abraham tetapi seringkali kekayaan ini menjauhkan hubungan seseorang dengan Tuhan. Mengapa gereja-gereja di 233 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 dunia barat yang makmur dan enak, justru kerohaniannya tidak pernah maju dibandingkan dengan negaranegara yang penuh dengan tindasan dan tekanan? Karena melalui banyak kesulitan mereka dapat semakin bergantung dan lebih dekat kepada Tuhan. Saat Gereja merasa makmur dan lancar, kita jarang menyediakan waktu untuk berdoa dan bergumul. Padahal doa merupakan salah satu aspek yang sangat esensial di dalam keberadaan kita sebagai orang Kristen dan Tuhan Yesus sangat memprioritas hal ini. Bagaimana orang itu di belakang tembok yang tertutup, dengan lututnya bertekuk di hadapan Tuhan, berdoa di dalam kesendirian maka di situlah kualitas kerohaniannya dinyatakan. Kelima, pencobaan membuat kita menjadi berkat. Di Timur ada pandangan bahwa saat emas dibakar di dalam perapian maka biji emas ini kemudian melebur sampai suatu kali bercahaya di dalam perapian sehingga wajah dari pandai emas ini terpantul melalui emas ini. Dengan kata lain, emas ini menjadi cahaya yang memancar dan mungkin ini yang dimaksudkan oleh Petrus. Waktu kita dicobai dan diproses, di situ justru hidup kita lebih bercahaya. Lagu "Salib-Nya-Salib-Nya" ditulis oleh seorang yang bernama Fanny Crosby, yang buta sejak berusia sepuluh tahun akibat kesalahan seorang dokter. Dia tidak membenci dokter tersebut tetapi justru ia bersukacita karena meskipun matanya buta, hatinya lebih terang daripada orang lain yang mempunyai mata dan ia dapat mengarang kira-kira 6000-8000 lagu rohani. Terkadang pencobaan yang kita alami dapat membentuk kita menjadi emas yang bercahaya, membuat kita menjadi orang Kristen yang tidak mundur walaupun berada di tengah-tengah tekanan. Ayub merupakan teladan yang amat indah yang jarang dialami oleh banyak orang dan hingga sekarang banyak orang yang dikuatkan. Tuhan memproses hidupnya selangkah demi selangkah hingga akhirnya ia memahami dan menulis satu ayat yang menguatkan saya: "Karena Ia tahu jalan hidupku: seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas." (Ayb 23:10). Biarlah ketika Tuhan mengijinkan pencobaan menimpa kita, biarlah kita tahu bahwa itu merupakan suatu keharusan bagi kita. Pada waktu kita diproses dan kita semakin bercahaya, maka saat kita kembali kepada Bapa, Tuhan akan berkata: "Engkau anak-Ku yang baik, engkau sudah melakukan tugasmu." Ada satu pujian dari Tuhan yang mengasihi kita dan itu adalah suatu keindahan karena kita dicipta sama seperti matahari yang menyinari bulan untuk memantulkan kembali kemuliaan itu di dalam dunia yang sudah gagal dan jatuh ke dalam dosa. Bagian kedua Pada minggu yang lalu kita telah membahas mengenai di mana hati kita berada maka di situ harta kita berada. Kita juga telah membahas bagaimana iman yang benar harus mengalami pencobaan. 1. Untuk menyatakan iman sejati. 2. Agar kerohanian kita mengalami pemurnian. 3. Agar semakin memahami kebenaran firman Tuhan. 4. Supaya kita lebih lebih berserah, bersandar dan berharap kepada Tuhan. 5. Supaya kita memancarkan cahaya kemuliaan Kristus dan boleh menjadi berkat. Hari ini kita akan meneliti iman yang sejati. Iman adalah harta yang Tuhan berikan di dalam diri manusia sehingga manusia berbeda dengan ciptaan yang lain. 234 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Iman adalah potensi yang diberikan sehingga manusia dapat terarah ke dalam empat relasi. 1. Di dalam relasi dengan alam materi. 2. Di dalam relasi dengan sesama. 3. Di dalam relasi dengan diri. 4. Di dalam relasi dengan Sang pencipta. Relasi terakhir ini sangat penting sekalli karena inilah yang akan mengatur seluruh relasi yang lain. Saat ini banyak orang menyatakan janji-janji dengan memakai nama iman, mulai dari hal yang paling sederhana sampai hal yang paling muluk. Apakah ini iman sejati? Dengan tegas saya mengatakan bahwa ini bukanlah iman yang sejati! Paul Tillich pernah mengatakan: “Sebelum kata iman ini digunakan untuk menyembuhkan orang lain maka kata iman ini harus disembuhkan dahulu”. 1. 3. Pengertian iman Obyek iman Rahasia Iman. 1. Pengertian iman 2. Iman dalam bahasa Yunani dapat diterjemahkan keyakinan/ percaya. a. iman dalam arti isi iman, sehingga di sini iman berkaitan dengan ajaran. Misalnya: di salah satu suratnya Paulus mengatakan, “Aku sudah memelihara iman.” Berarti ia sudah memelihara ajaran sehat yang Tuhan percayakan kepadanya. b. arti iman yang paling sering digunakan oleh Alkitab adalah sikap bersandar kepada satu pribadi yaitu Allah. Jadi, iman di sini berkenaan dengan tindakan iman. Abraham menjadi bapa kaum beriman karena ia mempunyai iman yang melangkah. Ketika Allah meminta Abraham mempersembahkan anaknya, walaupun dia tidak paham apa sebenarnya maksud Allah tetapi dia tetap mau melangkah membawa anaknya ke gunung Muria. Kesulitan orang Kristen dewasa ini adalah justru di dalam faktor ini. Kita menyebut Allah dengan sebutan Bapa dan kita tahu bahwa Bapa kita tidak mungkin merencanakan sesuatu yang jahat tetapi waktu Tuhan tantang, kita seringkali sulit untuk mau melangkah. c. iman di dalam arti kata setia. Di sini iman merupakan satu keteguhan, dapat dipercaya dan diandalkan. Itu mengakibatkan seseorang mampu berelasi dengan Allah dan menjadi orang yang setia. 2. Obyek Iman Iman berasal dari kata kerja transitif yang memerlukan obyek, karena tanpa obyek ia takkan mampu berdiri. Seringkali kita beriman pada iman, tetapi itu bukan iman yang sejati. Alkitab tidak pernah mengatakan bahwa kita harus beriman kepada kuasa iman tetapi harus beriman kepada obyek iman sehingga Ia yang melakukan kuasa. Kedua hal ini tidaklah sama. Seringkali di saat seorang berdoa agar sembuh tetapi tidak dikabulkan, maka kita berkata bahwa ia lemah iman. Akan tetapi Kitab Suci tidak mengajarkan seperti itu. Di dalam Alkitab, iman hanyalah alat yang di dalamnya Allah bekerja. Jadi, kita tidak seharusnya beriman kepada iman, tetapi beriman kepada Obyek iman yang sejati. 235 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Di saat Tuhan Yesus menyembuhkan orang sakit, apakah itu bergantung kepada iman orang itu? Tidak! Misalnya: di saat Tuhan berada bersama-sama murid-Nya di dalam perahu. Pada saat itu Ia tidur dan tibatiba badai datang menerpa, murid-murid-Nya begitu takut dan membangunkan-Nya. Yesus tidak bertanya apakah murid-murid-Nya punya kuasa iman ataukah tidak, Ia langsung menenangkan badai itu. Baru setelah badai menjadi tenang, Tuhan menegur para murid karena tidak percaya. Siapakah di sini yang melakukan kuasa? Tuhan, bukan iman! Pada waktu Tuhan membangkitkan orang mati, bagaimana caranya orang yang mati itu dapat beriman? Yang menentukan orang itu bangkit atau tidak bukanlah terletak pada iman, tetapi pada kedaulatan Tuhan. Bahaya yang kedua adalah di saat kita beriman pada perasaan iman. Dulu di saat saya berdoa minta sesuatu, saya paksa perasaan saya terangkat naik, saya membayangkan apa yang saya inginkan, dan saya mati-matian berdoa. Bahaya yang ketiga adalah di saat kita beriman pada isi iman Reformed lebih daripada kita mencintai Tuhan. Jika iman Reformed yang kita percayai tidak membuat kita lebih dekat pada Tuhan, maka kita sedang berada di dalam keadaan yang berbahaya. Seumpama ada seorang yang mengajak saya pergi ke Eropa. Waktu itu musim dingin dan orang itu mengajak saya berjalan di atas suatu danau yang ditutupi oleh lapisan es. Waktu saya berjalan di atas es itu, saya merasa amat takut. Saya ragu-ragu akan kekuatan es itu menahan bobot saya. Tetapi orang yang mengajak saya itu dapat dengan tenang duduk di sana dan memancing. Jadi, pada saat itu saya kurang iman, sementara ia sangat beriman kepada kekuatan lapisan es itu. Sekarang pertanyaannya: “Apakah imannya dan iman saya yang menjadi jaminan keamanan kami?” Tidak! Yang membuat kami aman bukan iman kami tetapi kekuatan es itu. Jadi, di saat kita percaya pada sesuatu yang sanggup menahan kita, maka kita akan aman karena sesuatu itu akan sanggup menjaga kita agar tidak jatuh. Meskipun iman saya pada es itu kecil, tetapi saya tidak jatuh karena kekuatan es itu memang tidak ditentukan dari iman saya. 3. Rahasia Iman Bagaimanakah kita dapat mempunyai iman yang kuat dan sekaligus benar? Kita dapat menemukan iman seperti ini jika kita mengerti rahasia iman. Rahasia iman terjadi di saat kita dapat melihat apa yang tidak kelihatan. Kalau kita berhenti hanya pada apa yang kelihatan, maka kita tidak akan pernah dapat menemukan rahasia iman. Di dalam salah satu penelitian science, dicetuskan tentang adanya realitas paralel. Maksudnya, di dalam dunia fisik ini sebenarnya terdapat satu dunia lain yang tidak dapat kita lihat karena keterbatasan mata kita. Oleh sebab itu kita tidak dapat berkata bahwa kita hanya percaya pada apa yang dapat kita lihat. Hal yang sama juga berlaku pada realita rohani. Jika Allah dapat dimengerti dengan pikiran kita yang terbatas, maka itu berarti Allah lebih kecil daripada pikiran kita. Alkitab mengatakan: “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat” (Ibr 11:1,3), atau “Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal” (2 Kor 4:18). Pada waktu iman kita menerobos kekekalan, maka walaupun kita melihat dunia berubah, kita masih mempunyai kekuatan. Tetapi kalau iman kita hanya tertuju pada apa yang kita lihat, misalkan uang kita, maka saat uang kita amblas, iman kita akan mulai goncang. Oleh sebab itu, rahasia iman terletak pada melihat apa yang tidak kelihatan. 236 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Di saat Musa di Mesir, ia sebenarnya dapat hidup enak, tetapi penulis Ibrani mengatakan: “Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa. Ia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah. Karena iman maka ia telah meninggalkan Mesir dengan tidak takut akan murka raja. Ia bertahan sama seperti ia melihat apa yang tidak kelihatan” (Ibr 11:24-27). Rahasia iman kita tidak ditentukan dari seberapa kita kaya, seberapa tinggi kedudukan kita, tetapi apakah iman kita terkait Sumber yang tidak berubah, yaitu Allah yang ada di kekekalan. Dari sejak kita diselamatkan hingga mati, kita berada di tengah proses. Di dalam proses ini, jika kita terkait dengan kekekalan, maka kita akan memiliki apa yang disebut dengan TEKUN, yaitu singkatan dari: T = Terkait dengan yang tidak kelihatan. E = Erat bersekutu dengan Tuhan. K = kuat menanggung beban berat. U = Ulet menghadapi cobaan. N = Niat untuk memuliakan Kristus. Itulah TEKUN! Orang yang punya pengharapan yang sejati kepada kekekalan sadar bahwa dunia ini hanya sementara dan kekekalan adalah harta yang paling indah. Maka di saat ia kehilangan apapun ketika berada di dalam dunia, ia tetap mempunyai kekuatan di dalam menghadapinya. Bagian ketiga Pada minggu yang lalu kita sudah membahas tentang pengertian iman, obyek iman dan rahasia iman. Kita telah melihat bahwa pengertian iman dapat berarti isi iman, tindakan iman, dan kesetiaan. Selain itu, iman sejati membutuhkan obyek yaitu Allah yang menciptakan Dia. Terakhir, rahasia iman terletak pada melihat sesuatu yang tidak kelihatan, yaitu di saat kita percaya kepada Dia yang tidak dapat kita lihat. Mungkinkah orang dapat percaya dan mengasihi jika obyek imannya tidak ia lihat? Mungkin! Orang yang beragama Budha dapat sungguh-sungguh percaya kepada Budha sekalipun mereka tidak pernah melihatnya dan orang Islam dapat mencintai Mohammad walaupun mereka tidak pernah melihatnya. Demikian pula orang Kristen dapat mengasihi Tuhan sekalipun mereka belum pernah melihat-Nya. Yang pernah melihat Tuhan adalah para Rasul, karena mereka adalah saksi mata yang harus memberikan kesaksian bahwa Yesus memang pernah mati, dikuburkan, dibangkitkan dan naik ke sorga. Tetapi generasi kedua sesudah mereka, percaya kepada Tuhan Yesus meskipun tidak melihat-Nya. Di dalam 1 Pet 1:8, dikatakan: "Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihiNya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihatNya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan." Iman yang sejati justru menerobos sehingga kita dapat melihat Allah yang berada di tempat yang tidak ada di dalam proses. Iman yang sejati ditentukan oleh dua aspek, yaitu: apakah obyek yang kita percayai itu benar atau tidak dan apakah rahasia iman kita sungguh terpusat kepadaNya ataukah masih kepada hal-hal di dunia ini. Hari ini kita akan menambahkan dua hal lagi yaitu: Pertama, bicara tentang iman yang sejati tidak dapat dipisahkan dari dua saudara kembar, yaitu: apakah saudara terlebih dahulu merasakan kasih Tuhan dan kemudian baru beriman ataukah saudara terlebih dahulu merasakan kasih Tuhan dan baru kemudian beriman? Sulit membedakan kedua hal ini sehingga saya menyebutnya sebagai saudara kembar. Kalau diambil perbedaan yang paling tipis maka saya mengatakan: imanlah yang terlebih dahulu dimana di dalamnya kasih Allah dinyatakan. Jadi, iman yang sejati tidak dapat dipisahkan dari kasih yang sejati. Apakah yang menjadi dasar Tuhan menyelamatkan kita? Ada yang mengatakan karena kesucianNya. Hal ini memang bisa tetapi bagi saya, kasih Tuhanlah yang menjadi dasar. Itu diteguhkan di dalam Ef 1 dan Yoh 3:16: 237 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga…" Di dalam Yoh 3:16 ada beberapa point penting yang perlu kita perhatikan: Allah sumber kasih yang terbesar telah menyatakan kasih yang terbesar yaitu agape melalui pemberian yang terbesar yaitu Anak-Nya yang tunggal, melalui cara terbesar yaitu iman, memberitakan pembebasan yang terbesar dari hukuman yang terdahsyat yaitu kebinasaan yang kekal dan memperoleh hadiah yang terbesar yaitu hidup yang kekal. Orang yang pernah mengalami cinta Tuhan seperti ini sadar siapa dia sebelum diselamatkan, yaitu orang yang binasa di dalam dosa, yang berada di bawah kuasa kerajaan angkasa, yang pikirannya dicemari oleh dosa, yang perasaannya dikuasai oleh nafsu, yang kemauannya hanya menuruti kemauan daging dan yang patut menerima murka Allah, "Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus..." (Ef 2:4-5). Kalau tidak ada kata "tetapi" maka kita tidak mempunyai harapan apa-apa. Kasih Tuhan ini kemudian oleh Roh Kudus dimateraikan di dalam hati kita. Waktu kita mendengar Firman Tuhan Roh Kudus bagaikan air jernih yang masuk ke dalam hati kita yang gersang, Ia menggemburkan hati kita sehingga mampu bersedia menerima firman. Jikalau Roh Kudus tidak membukakan rahasia yang besar ini di dalam hati kita, maka kita akan sulit untuk memahami kasih Allah. Hanya melalui pekerjaan Roh Kudus yang membersihkan dan melembutkan, kita dapat melihat. Hanya karena hati kita sebelumnya telah disucikan maka ketika wahyu itu dinyatakan, mata kita menjadi terbuka dan kita percaya bahwa hanya karena anugerah kita diselamatkan. Lepas dari anugerah Tuhan, kita akan menjadi orang yang tidak tahu bahwa apa yang kita kerjakan sebenarnya sudah mendukakan hati Tuhan. Banyak orang yang tidak sadar bahwa dosa begitu serius di mata Tuhan. Tetapi di Yoh 3:16 Tuhan tidak hanya menyatakan murka-Nya, Ia juga menyatakan kasih-Nya yang begitu besar. Paulus mengatakan bahwa diantara para Rasul, ia-lah yang paling berdosa. Dan kesadaran ini mengakibatkan ia bekerja lebih keras daripada semuanya, sampai akhirnya kepalanya harus dipenggal. Baginya, itulah sukacita melayani Tuhan karena ia mempunyai prinsip bahwa "Hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." Kalau ia mati maka itu adalah suatu keuntungan karena ia akan cepat bertemu dengan Tuhan, tetapi kalau ia hidup maka itu berarti bekerja menghasilkan buah. Iman tidak dapat dipisahkan dari kasih. Di saat firman diberitakan, di dalamnya kasih Tuhan dinyatakan. Kalau kita sudah mengalami kasih yang dicurahkan oleh Roh Kudus kepada kita (Roma 5:5), maka iman yang kita miliki seharusnya juga menghasilkan ciri-ciri kasih yang sejati. Jadi, karena Roh Kudus meneguhkan kasih Allah di dalam diri kita maka di dalam diri kita terdapat keinginan-keinginan untuk menyenangkan hati Allah. Ketika kasih Allah dicurahkan ke dalam hati kita, ada satu kecenderungan untuk menyenangkan Allah. Oleh sebab itu, jika seorang memiliki iman yang sejati maka itu harus ada cirinya. Saya akan mengambil ciri dari kehidupan pernikahan karena ini merupakan gambaran hubungan Kristus dengan jemaat. Pernikahan seringkali menggambarkan relasi antara Tuhan, mempelai laki-laki dengan kita, mempelai wanita. 1. Dua menjadi Satu. Sebelum kita merasakan cinta Tuhan, hidup kita adalah milik kita, pada waktu kita telah diselamatkan, maka di dalam hati kita terdapat kerinduan untuk menyenangkan hati Tuhan, yaitu bagaimana supaya pikiran kita dapat berpikir seperti Allah berpikir, perasaan kita kembali mencintai Tuhan, dan kemauan kita adalah untuk melakukan apa yang Tuhan mau lakukan. Inilah tanda pertama. 2. Adanya ketaatan. Yang menjadi kunci Jonathan Edward tentang kehidupan Kristen yang sejati adalah ketaatan kita kepada Tuhan. Paulus juga memerintahkan agar isteri tunduk kepada suami seperti kepada Tuhan (Ef 5:22). Di dalam Yoh 14:15 dikatakan: "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti 238 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 segala perintah-Ku." Orang yang mengasihi ditandai oleh ketaatan, tetapi orang yang kelihatan taat belum tentu mengasihi. 3. Adanya pemisahan. Martin Luther mengatakan bahwa pikiran manusia bagaikan seorang pelacur. Di dalam PL, Tuhan pernah mengatakan bahwa umat Israel hidup seperti pelacur, seolah-olah tidak punya Tuan, sehingga mereka melacurkan diri dalam perjinahan rohani dengan berhala-berhala. Oleh sebab itu, salah satu tanda jika kasih Kristus ada di dalam hati kita adalah dengan rela kita berani berkata "tidak" untuk segala sesuatu yang dahulu menyenangkan kita, sehingga ada pemisahan di dalam kehidupan kita. Itulah tiga ciri kasih yang sejati. Akan tetapi hidup kita tetap berada di dalam proses. Oleh sebab itu, Spurgeon mengatakan: "Antara dosa dan kasih bagaikan sebuah timbangan." Pada waktu kasih meningkat dosa akan menurun, pada waktu dosa meningkat kasih akan menurun. Pada waktu cinta Kristus begitu kecil di dalam hidup kita, maka kuasa dosa begitu besar menguasai kita dan sebaliknya. Tetapi Spurgeon juga mengatakan bahwa kasih Kristus tetap merupakan kuasa yang besar, yang sanggup mengubah hidup kita. Iman dan kasih juga tidak dapat dipisahkan dari saudara kembarnya yang ketiga yaitu sukacita. Sukacita disini bukanlah senang-senang duniawi yang bersifat sementara. Sukacita bersumber dari dalam. Di dalam PL, sukacita berasal dari Tuhan sementara di dalam PB, sukacita selalu bersumber dari Roh Kudus. 1 Tes 1:6 berbunyi: "Dan kamu telah menjadi penurut kami dan penurut Tuhan; dalam penindasan yang berat kamu telah menerima firman itu dengan sukacita yang dikerjakan oleh Roh Kudus." Di dalam 1 Ptr, sukacita ini disebut sebagai sukacita yang tak terkatakan tetapi ada di dalam diri orang yang mencintai Tuhan. Semakin ia mencintai Tuhan, semakin ia beriman kepada Tuhan, semakin ada sukacita di dalam hatinya. Pada waktu seorang wanita melahirkan ia merasa amat kesakitan, tetapi setelah anak yang dikandung dilahirkan, ada suatu sukacita yang indah. Sukacita adalah anugerah yang diberikan Roh Kudus di dalam diri orang-orang yang punya iman dan kasih yang sejati kepada Tuhan. Kiranya ketiga ciri True Religion, yaitu: iman yang sejati, kasih yang sejati dan sukacita yang sejati, memenuhi hati kita. Amin! 239 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 T Ta an ng gg gu un ng gjja aw wa ab bk ke ellu ua arrg ga a Oleh: Pdt. Rusdi Tanuwidjaya Nats: 6 Hakim-Hakim 2:6-13 Setelah Yosua melepas bangsa itu pergi, maka pergilah orang Israel itu, masing–masing ke milik pusakanya, untuk memiliki negeri itu. 7 Dan bangsa itu beribadah kepada TUHAN sepanjang zaman Yosua dan sepanjang zaman para tua–tua yang hidup lebih lama dari pada Yosua, dan yang telah melihat segenap perbuatan yang besar, yang dilakukan TUHAN bagi orang Israel. 8 Dan Yosua bin Nun, hamba TUHAN itu, mati pada umur seratus sepuluh tahun; 9 ia dikuburkan di daerah milik pusakanya di Timnat–Heres, di pegunungan Efraim, di sebelah utara gunung Gaas. 10 Setelah seluruh angkatan itu dikumpulkan kepada nenek moyangnya, bangkitlah sesudah mereka itu angkatan yang lain, yang tidak mengenal TUHAN ataupun perbuatan yang dilakukan–Nya bagi orang Israel. 11 Lalu orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN dan mereka beribadah kepada para Baal. 12 Mereka meninggalkan TUHAN, Allah nenek moyang mereka yang telah membawa mereka keluar dari tanah Mesir, lalu mengikuti allah lain, dari antara allah bangsa–bangsa di sekeliling mereka, dan sujud menyembah kepadanya, sehingga mereka menyakiti hati TUHAN. 13 Demikianlah mereka meninggalkan TUHAN dan beribadah kepada Baal dan para Asytoret. Allah menciptakan manusia sebagai ciptaan yang begitu mulia bahkan diberikan kedudukan sebagai The King of the earth namun dia juga harus bertanggung jawab terhadap Allah. Alam semesta dicipta dengan kemuliaan Allah, memancarkan kemuliaan Allah tetapi satu-satunya ciptaan yang dapat memuliakan Allah hanya manusia namun sayang, manusia tidak taat dan takut pada Allah justru takut dengan apa yang dikatakan setan dan memberontak kepada Allah karena ia ingin seperti Allah. Inilah satu masalah terbesar timbulnya krisis di dunia, ketika posisi Allah digeser dalam hidupnya dan manusia yang dicipta untuk kemuliaan Allah sekarang sedang memuliakan diri, mau menjadi pusat di alam semesta. Akibat kejatuhan Adam dan Hawa, kita melihat mulai dari keluarga pertama menjadi keluarga yang banyak mengucurkan air mata, darah dan ketidakberesan di muka bumi. Hari ini kita akan melihat konteks saat Yosua masuk ke tanah kanaan. Alkitab mengatakan, Yosua merupakan angkatan pertama yang diam di tanah Kanaan dan pada saat itu merupakan bangsa yang setia mengenal dan memperkenan Tuhan namun cucu angkatan tersebut hidup tidak mengenal Tuhan. Sekarang pertanyaannya, mengapa generasi Yosua dan anak-anak mereka hidup memperkenan Tuhan namun 240 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 angkatan cucu-cucu Yosua terjadi kemerosotan dan perzinahan rohani? Bukankah mereka seharusnya memahami bagaimana tangan Allah memimpin bangsa ini dan mereka telah mendengar berulang kali apa yang sudah dikerjakan oleh Allah terhadap umat pilihannya? Tetapi mengapa sesudah generasi ketiga ini justru mengalami kemerosotan? Bagaimana mereka tidak jatuh kalau kebudayaan disekitarnya rusak? Bukankah tanah kanaan disuruh dihancurkan namun realitanya tidak dihancurkan sehingga dalam tanah Kanaan masih banyak bangsa Kanaan yang kafir yang menyembah berhala sehingga tidak heran kalau akhirnya bangsa Israel pola hidupnya juga dipengaruhi oleh pola pikir yang merusak dari masyarakat dan lingkungan yang jelek ini. Kita selalu berpikir orang lain dan dari luar diri kita yang salah. Sesudah manusia jatuh dalam dosa, hal itu memang mempunyai dampak dan pengaruh negatif serta mereka merupakan masyarakat yang sudah sakit, bengkok dan pezinah-pezinah rohani di hadapan Tuhan. Ini tidak mengherankan, tetapi bagi saya masalahnya bukan di sana. Masalahnya adalah tanggungjawab umat Israel untuk mendidik anak-anak mereka karena Allah tidak pernah berfirman kepada bangsa kafir, yang sudah rusak dan yang belum diselamatkan untuk mendidik anak-anak Tuhan. Saudara, apa yang dilakukan oleh generasi Yosua? Ketika Yosua mempunyai anak ia mengajar bagaimana tangan Tuhan memanggil, memimpin dan kuasa Tuhan bekerja melalui Musa sehingga mereka memahami walaupun mereka tidak dapat melihat karena terus diajarkan berulangkali. Tetapi sesudah generasi itu mereka lebih memberikan harta yang bersifat materi atau pengetahuan yang tidak ada hubungannya dengan kekekalan sehingga tidak heran ketika pendidikan rohani mereka rapuh, mereka lebih mudah untuk dipengaruhi bangsa-bangsa lain. Ini yang menyebabkan bangsa itu makin lama makin jauh dari Tuhan. Ketika kita keropos, hati kita kosong, pikiran kita selalu terarah ke bawah memandang kepada kenikmatan duniawi ini, itulah mulai bencana di dalam kerohanian umat manusia. Apa yang terjadi? Akhirnya pelanpelan, mulai masuk melalui mata, telinga, dalam hati dan mulai menguasainya. Sesudah hatinya dikuasai oleh virus seperti ini, seluruh keberadaan dirinya, pikirannya, akal sehatnya, hatinya secara moral dan juga kekuatan rohaninya untuk melawan dosa sudah dilumpuhkan. Itu menjadi satu kekuatan yang membuat bangsa Israel menjadi bangsa yang mengalami kemerosotan luar biasa. Jangan salahkan budaya yang sudah jatuh, sekolah yang tidak beres, masyarakat yang tidak beres dan media massa yang tidak beres. Tetapi bagaimanakah tanggungjawab kita untuk mendidik anak-anak yang diberikan oleh Tuhan. Saya rasa pengalaman bangsa Israel ini juga menjadi contoh bagi kita. Kalau boleh saya tanya berapa banyak orang tua mempunyai pengaruh dan teladan bagi anak-anak mereka? Saya akan memberi contoh dari hal yang paling kecil. Waktu kita datang ke dalam ibadah dan kita tidak pernah menghormati ibadah itu, kita datang selalu terlambat maka anak kita akan menirunya. Jangan saudara pikir bahwa hal-hal yang kecil tidak pernah menjadi teladan. Betapa besarnya pengaruh orang tua! Tidak heran kalau saat saya mengajar, banyak murid yang berkata bahwa orang yang paling tidak mereka sukai adalah orang tua mereka, padahal orang tua mereka adalah orang Kristen. Survei di Amerika membuktikan bahwa dari sekian banyak yang tidak disukai oleh remaja, yang pertama adalah orang tua mereka. Ini menjadi suatu pukulan bagi saya. Walaupun kita dapat memiliki harta yang banyak, tetapi kalau anak kita hancur semua itu sama sekali tidak ada artinya. Seperti apakah jaman kita ini? Mau ke manakah kita sebenarnya? Ketika saya melihat anak saya yang begitu mungil, saya membayangkan bagaimana kalau ia sudah besar nanti. Saya berdoa supaya Tuhan memberikan kepada saya kemampuan untuk mendidik anak saya secara bertanggungjawab sehingga semua potensi yang ada padanya tidak sia-sia. Anak saya adalah harta Tuhan yang begitu berharga yang Tuhan titipkan sementara dan bukan milik saya. Saya harus menggarap dia secara bertanggungjawab di hadapan Tuhan. Itu bukan hanya tugas sekolah minggu, itu bukan hanya tugas sekolah, tetapi adalah tugas keluarga. 241 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Kalau orang tua tidak mempunyai pengaruh maka tidak heran kalau kebudayaan sekitar kita sudah merembes masuk ke dalam pikiran dan hati mereka. Tidak heran, generasi ini sudah melahirkan anak-anak yang melawan orang tua, melawan Tuhan, yang tidak dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah dan mana yang memuliakan Tuhan atau tidak sekalipun mereka dibesarkan dalam gereja. Keluarga adalah pendidikan pertama, bagi saya itulah gereja pertama yang harus ia kenal, itulah gereja pertama di mana di dalamnya cinta Tuhan diajarkan. Teladan hidup juga mencerminkan cinta Tuhan yang membimbing mereka dengan benar, sehingga mereka bukan hanya melihat orang yang hanya berbicara tetapi tidak memberikan teladan. Ketika mereka lihat dunia, mereka melihat keluarga-keluarga lain yang tidak beres, mereka masih dapat memberikan counter. Jangan berambisi untuk mengubah dunia, tetapi carilah bagaimana kita mendidik anak kita supaya dapat berpengaruh di dunia ini dan menjadi terang. Bagi saya, gereja yang sehat harus dimulai dari keluarga. Itu sebabnya, kemarin saya berkata kapan kita mempunyai persekutuan di mana keluarga-keluarga dapat berkumpul dan saling berbagai pengalaman tentang bagaimana mendidik keluarga sehingga anak-anak dapat bertumbuh dengan baik. Keluarga diberikan sebuah tugas, sebuah tanggung-jawab yang begitu mulia dan agung. Guru-guru Sekolah Minggu jangan berpikir tidak turut berperan dalam mendidik anak. Saya sangat sedih jika guru-guru hanya datang untuk mengajar, untuk menyampaikan informasi. Bagi saya, pendidikan harus menghasilkan transformasi. Itu sebabnya jangan berharap pada dunia dan pendidikan luar. Kalau guru-guru di dalam gereja tidak bertanggungjawab, dalam keluarga mereka tidak mengalami suatu kesejahteraan, gerejapun tidak dapat menjadi rumah bagi mereka, dimana lagi pendidikan mau diadakan dan dijalankan? Apalagi jika sekolah-sekolah yang menyebut dirinya Kristen ternyata justru mandul dan lumpuh, dan di dalamnya justru terdapat paling banyak anak-anak yang hidupnya tidak beres. Hai guru-guru, tugasmu berat, tanggungjawabmu berat, tetapi tanggungjawabmu begitu mulia, karena Tuhan mau engkau menjadi pendidik-pendidik yang bertanggungjawab, bukan hanya melalui apa yang engkau ajarkan, tetapi juga melalui teladan yang engkau berikan. Berapa banyak orang yang berani berkorban menjadi guru S.M. dan mati-matian belajar untuk menjadi guru yang profesional? Saya ingin mengakhiri ini dengan dua kesaksian. 1. Ketika saya pelayanan di satu sekolah SMP, saya bertemu dengan seorang anak yang dibesarkan dalam keluarga yang broken home. Sejak kecil ia tidak pernah merasakan kasih sayang Tuhan, ia bergaul bebas dan waktu SMP ia sering berganti pacar hingga melakukan hubungan seks. Saat mendengarkan firman, ia bertobat namun ia bingung bagaimana dapat lepas dari kekuatan dosa yang mengikatnya dan bertanya-tanya apakah Tuhan masih mampu mengampuni saya. Waktu itu saya diam dan hanya dapat menyuruh dia keluar dari lingkungannya yang buruk. Tetapi hal itu tidaklah mudah. Di saat saya bertemu dengan dia, dia kembali jatuh dan jatuh lagi. Kekuatan godaan itu begitu kuat mengikat dan membelenggunya sehingga ia tidak dapat lepas. Saya hanya dapat berdoa supaya Tuhan mengampuni orang tuanya karena mereka tidak bertanggungjawab terhadap anak yang Tuhan berikan. Mungkin anak ini kalau tidak sungguh-sungguh mengalami cinta Tuhan dan dirombak oleh Tuhan ia juga akan menghasilkan pernikahan yang pincang pula. 2. Saya kagum dengan ibu dari Pdt. Stephen Tong, di mana di saat ayahnya meninggal ia berjanji tidak akan menikah lagi walaupun harus membesarkan anaknya seorang diri. Setelah ia bertobat, ia membawa anak-anaknya ke bukit untuk berdoa bersama dan setiap hari jumat ia pergi membawa kotak makanan. Di saat ditanya untuk apa, ia berkata bahwa mereka sudah cukup dan masih banyak orang yang lebih kekurangan dari mereka, sehingga mereka harus memberikan orang-orang itu makan. Di tengah-tengah kekurangan mereka, mereka masih dapat menjadi berkat bagi orang lain, itu berarti suatu kelimpahan. Ia 242 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 juga pernah mengatakan sebuah kalimat: "Kantongmu kosong, itu tidak apa-apa, hatimu kosong, itu baru miskin yang sesungguhnya!" Kalimat yang begitu agung itu membekas di dalam hati dan jiwa anak-anaknya. Bagi saya, tidak heran jika anak-anaknya menjadi orang-orang yang berhasil. Pendidikan seperti apa yang kita mau? Biarlah firman yang kita dengar ini boleh membuat kita bergumul. Saudara-saudara yang mau menikah, bergumullah, karena pernikahan adalah kehendak Tuhan yang mulia untuk menciptakan keluarga-keluarga yang memuliakan Tuhan di mana Tuhan menempatkan Saudara! Tuhan yang menciptakan keluarga untuk tujuan kemuliaan-Nya, Ia juga yang menebus manusia untuk memberikan amanat agung untuk memberitakan injil untuk menjadi saksi termasuk keluarga menjadi saksi bagi sekitarnya. Dua hal ini harus digabung menjadi satu. Biarlah kita berdoa supaya Tuhan memberikan kekuatan agar kita dapat menjadi saksi bagi kemuliaan nama-Nya. Amin! 243 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 R Ro oh hK Ku ud du us s Oleh: Pdt. Rusdi Tanuwidjaya Nats: 8 Kisah 1:8 Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi–Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." Ketika membahas Yohanes 16:28, saya telah menyatakan bahwa Kristus datang ke dalam dunia (berinkarnasi) untuk mati di Kalvari karena dosa manusia, dikuburkan dan bangkit. Sebelum ke naikkannya ke sorga Ia menjanjikan untuk mengirimkan Roh Kudus maka setelah 10 hari kemudian Roh Kudus dicurahkan dan mulailah satu era di mana Roh Kudus berkarya melalui para rasul, diaken, dan anak-anak Tuhan. Seorang teolog pernah berkata bahwa hadiah yang terbesar bagi dunia adalah Yesus Kristus, dan hadiah yang terbesar bagi gereja adalah Roh Kudus. Allah Bapa memilih sejak kekal, Yesus Kristus diutus ke dalam dunia untuk mati menggantikan kita dan melalui Roh Kudus orang berdosa dapat percaya serta menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya sehingga kepadanya dikaruniakan segala berkat rohani di dalam sorga. Dalam nats di atas dikatakan bahwa jika Roh Kudus turun ke atas mereka, mereka akan menjadi saksi-Nya. Itulah sebabnya, pada kesempatan kali ini kita akan melihat kuasa Roh Kudus yang dikerjakan dalam kehidupan kita, yakni: 1. Kuasa menginsafkan Roh Kudus datang untuk menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman. Jika kita tidak diinsafkan akan dosa, kebenaran dan penghakiman, kita tidak mungkin percaya kepada Tuhan. Di dalam perumpamaan tentang penabur, ketika benih ditabur, benih itu jatuh di empat tempat. Benih merupakan simbol dari firman Tuhan dan tanah adalah hati manusia (batu yang keras, tanah yang tipis, tanah di tengah semak duri dan tanah yang baik). Jika Firman jatuh di hati manusia yang keras, tak mungkin terjadi sesuatu perubahan. Ada satu hal yang lebih berbahaya daripada dosa, yaitu orang tidak sadar bahwa dia sedang berbuat dosa di hadapan Tuhan bahkan menikmati dosa. Inilah contoh dari hati yang keras itu. Ada orang yang setiap kali dalam acara KKR mengangkat tangan, tetapi setiap kali juga jatuh dalam dosa yang sama. Ini merupakan contoh hati yang bertanah tipis. Pada saat mengambil satu komitmen begitu bersemangat, lama-lama semangatnya mulai surut. Jenis ketiga adalah orang-orang yang menyebut dirinya Kristen - dan telah bertahun-tahun menjadi orang Kristen - tetapi tidak bertumbuh oleh karena kekhawatiran dari luar menghimpit dia. Hanya oleh karena Roh Kuduslah hati yang keras itu dapat menjadi lunak sehingga ia sadar akan kebenaran firman Tuhan, akan kecenderungannya yang berbuat dosa dan mendukakan hati Tuhan. Roh Kudus bukan hanya menyadarkan seseorang akan dosa, tetapi juga kebenaran. Kristus adalah kebenaran itu sendiri, karena itu Roh Kudus akan memimpin seseorang kepada Krsitus (Yoh 14:6). Hanya di 244 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 dalam Kristuslah seseorang dapat memperoleh hidup yang kekal dan Roh Kuduspun menyadarkan seseorang akan penghakiman, di mana orang-orang berdosa pasti akan mengalami hukuman Allah. 2. Kuasa Kepemilikan Dalam Efesus 1:13 dijelaskan bahwa ketika di dalam Kristus dan kita percaya, kita dimeteraikan dengan Roh Kudus dan kita pun menjadi milik Allah. Betapa indahnya semua ini di mana kita orang berdosa yang seharusnya dihukum namun karena kasih Allah kita dipimpin oleh Roh Kudus untuk memperoleh jaminan keselamatan dan hidup kekal di dalam Kristus. 3. Kuasa Pengudusan Roh Kudus diberikan untuk mengerjakan proses pengudusan dalam kehidupan orang Kristen. Dalam 1 Kor 1:2, ada dua kata "kudus." Yang dimaksud dengan kudus yang pertama adalah ketika kita percaya kepada Kristus, hubungan kita dengan Bapa dipulihkan, dan hubungan itu telah dikuduskan oleh Bapa. Status kita bukan lagi orang berdosa, tetapi orang yang sudah dibenarkan, dikuduskan namun secara moral kita belum kudus karena kita masih sering jatuh di dalam dosa. Roh Kudus tinggal dalam diri kita bukan ketika kita sudah betul-betul sempurna dan tidak berbuat dosa. Ketika kita percaya kepada Kristus, Roh Kudus tinggal di dalam diri kita walaupun kita masih dapat berbuat dosa. Untuk apa? untuk memampukan kita hidup dalam proses pengudusan. Manusia berdosa mengalami kerusakan total, di mana seluruh aspek dalam kehidupan manusia mengalami suatu distorsi karena itu Roh Kudus yang tinggal di dalam diri kita, orang percaya memproses pikiran, perasaan dan kemauan kita hingga mengalami penyucian yang terus-menerus. Masalahnya adalah, apakah kita mengijinkan Roh Kudus itu sebagai tuan atas hidup kita atau sebagai tamu? Jika sebagai tamu, Dia tidak mempunyai hak apa-apa atau sangat terbatas akibatnya kita tidak pernah mau mengijinkan Roh Kudus untuk mengubah cara berpikir dan mengarahkan perasaan kita kembali kepada Tuhan serta membawa kemauan kita takluk di bawah kehendak Tuhan. Padahal Roh Kudus seharusnya memerintah atas pikiran, perasaan dan kemauan kita maka di dalam proses itu yang terpenting adalah relakah kita jika Roh Kudus memimpin dan mengarahkan kita kepada apa yang Tuhan mau dan membenci apa yang dibenci oleh Tuhan. Dalam kehidupan kita banyak misteri yang orang lain tidak tahu, yang tahu hanya tiga yakni Tuhan, diri sendiri dan setan. Karena Tuhan tahu, maukah kita mempersilahkan Roh Kudus melihat ruang hati kita dan membersihkannya dari segala cara-cara yang tidak beres dan kotor? Mulut kita mungkin terarah kepada Tuhan tetapi tindakan kita mengarah kepada setan dan tidak mempermuliakan Tuhan. Jika kita mau dipimpin oleh Roh Kudus, pikiran kita akan semakin dikuasai oleh firman Tuhan, perasaan kita akan semakin mencintai Tuhan dan hati nurani kita semakin dibersihkan dan dimurnikan sehingga kita dapat peka dan mentaati kehendak Tuhan untuk mengalami satu pertumbuhan iman di dalam proses pengudusan. Ada seseorang yang berkata, "Penyerahan tampak, pemikiran adalah fanatisisme yang bertindak tetapi pemikiran tampa penyerahan total itu berarti kelumpuhan dalam semua tindakan." Ada orang-orang yang sepertinya berserah, tetapi pikirannya tidak pernah mengerti kebenaran firman Tuhan dan tidak pernah dirombak oleh firman Tuhan. Jika pikiran yang dirombak tanpa disertai penyerahan total, maka akan terjadi kelumpuhan dalam semua tindakan akibat tidak adanya keseimbangan pertumbuhan. Apakah orang yang benar-benar percaya ada kemungkinan untuk murtad? Seperti yang kita bahas di atas bahwa di dalam kekekalan Tuhan telah memilih kita dan Roh Kudus memeteraikan kita sebagai jaminan keselamatan yang 245 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 mutlak bahwa kita akan memperoleh seluruhnnya nanti. Bagaimana kalau kita berbuat dosa? Pada waktu berbuat dosa sebenarnya kita sedang memdukakan Roh Kudus. Maka orang percaya tidak mungkin murtad, tetapi masih bisa berbuat dosa. Jika demikian di mana keadilan Tuhan? Pengampunan dosa tetap diberikan, tetapi pengadilan Tuhan tetap akan dinyatakan di dalam dunia. Misalnya, seseorang yang membunuh dan dimasukkan ke dalam penjara, mungkin di kejar-kejar oleh rasa bersalah dalam hatinya. Inilah upah! Apa yang kita tabur, itu yang akan kita tuai dan itu bukan hukum karma melainkan satu konsekuensi dari apa yang telah kita perbuat. 4. Kuasa yang memberikan kemenangan Pada suatu hari, ketika Pdt. Stephen Tong berkhotbah, ada seorang ahli sihir yang berusaha menyerangnya. Orang ini melihat ada satu cahaya yang keluar dari tangannya - demikianlah pengakuan orang tersebut, dan hanya dia sendiri yang tahu keberadaan cahaya itu dan mengarah kepadanya. Begitu sudah dekat, mendadak sinar itu lenyap. Karena penasaran, ia mencoba dengan seluruh kemampuannya dan kali ini cahaya itu pecah menjadi dua, dan mendadak orang itu pingsan. Ini membuktikan bahwa kuasa Allah sangatlah besar dalam kehidupan orang percaya (lihat I yoh 4:4). Karena itu, sangatlah tragis jika seorang Kristen begitu takut tidur malam oleh karena telah menonton sebuah film horor yang sangat menakutkan. Padahal 1 Yoh 4:4 jelas mengatakan bahwa Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar daripada roh yang ada di dalam dunia. Di manakah keberanian kita? Ketika Roh Kudus turun, dengan kuasa Roh Kudus yang mengurapinya Petrus berani berkhotbah. Pada waktu Roh Kudus bekerja, Ia memberikan keberanian kepada kita untuk menghadapi suatu realita. 5. Kuasa Kesaksian Roh Kudus memberikan kuasa kepada kita untuk menjadi saksi. Kuasa bukan sekedar kemampuan atau kekuatan biasa, tetapi sesuatu yang mendorong kita untuk bertindak. Petrus yang penakut, karena diurapi Roh Kudus, begitu berani untuk menjadi saksi. Jika saya diutus ke tempat terpencil, bagi saya, saya memohon, "Tuhan beri saya kemampuan untuk taat dan pergi ke sana. Saya percaya kuasa Tuhan menyertai saya." Jikalau Tuhan mengijinkan untuk mati di sana, itu adalah anugerah Tuhan. Gereja zaman itu belum diperlengkapi dengan transportasi yang hebat dan buku-buku yang berbobot teapi heran, dalam waktu yang singkat Injil sudah tersebar hampir ke seluruh dunia sedangkan gereja saat ini, yang sudah diperlengkapi dengan berbagai fasilitas, justru gereja mandul dan lumpuh. Apa sebab? Gereja hanya mengandalkan fasilitas dan tidak mau bersungguh-sungguh bergantung kepada dan mentaati Tuhan dalam hal kesaksian. Karena Roh Kudus sudah dicurahkan, maukah kita menyadari kuasa Roh Kudus yang menginsafkan dan menjadikan kita milik Allah serta masuk ke dalam proses pengudusan di mana kita dapat terus-menerus hidup dalam kemenangan secara rohani, dan pada akhirnya berani untuk memberitakan Injil? Kiranya Tuhan memberikan api kebangunan sehingga menguasai hati, pikiran, kemauan dan seluruh kehidupan sehingga jemaat Tuhan bisa dibangunkan. Amin! 246 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 A Ap pa ay ya an ng gd diilla ak ku uk ka an nR Ro oh hK Ku ud du us s d da an nT Tu ujju ua an nn ny ya a Oleh: Pdt. Rusdi Tanuwidjaya Nats: 14 Yohanes 16:14 Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada–Ku. Hari ini kita bicara mengenai Roh Kudus, yaitu dari sisi yang berkenaan dengan apa yang Ia kerjakan di dalam tugasnya ketika Allah Anak (Yesus) mengutus Dia di dalam dunia. Dari ayat yang kita baca hari ini, Yoh 16:14 dikatakan: "Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku." dan dari ayat ini kita akan bahas dua hal yang besar yaitu: 1. apa yang akan dilakukan Roh Kudus dan 2. apa tujuan Roh Kudus melakukan hal itu? Kalau kita melihat di dalam ayat 14b dikatakan, "Sebab Dia (Roh Kudus) akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya daripada-Ku." Yang dimaksud dengan kepadamu di situ adalah murid-murid Tuhan. Mereka bukan merupakan orang-orang yang terpandang dan terkenal pada jaman itu, mereka adalah orang-orang biasa, nelayan yang tidak berpendidikan, tidak ada seorangpun dari mereka yang merupakan orang yang luar biasa. Saya percaya Tuhan Yesus, yang adalah Pencipta langit dan bumi, mempunyai kuasa untuk memanggil dari dunia ini orang-orang yang terpandang, berpendidikan tinggi menjadi dutanya untuk mempengaruhi dunia. Namun, kita dapat lihat bahwa dunia ini tidak dipengaruhi oleh jumlah orang yang banyak namun dari kelompok kecil orang yang mempunyai kekuatan untuk merombak dunia ini. Di dalam 2 Kor 1:26 kita melihat bahwa cara kerja Allah berbeda dengan cara kerja kita karena cara kerja-Nya unik. Tuhan pilih orang yang sederhana sama seperti saudara dan saya. Dia punya satu rencana supaya dari 11 muridnya ini dunia dipengaruhi. Saudara jangan minder kalau Saudara adalah orang yang tidak mempunyai banyak uang, karunia atau potensi. Tuhan dapat pakai Saudara sesuai dengan kapasitas Saudara. Bagi saya, ketika seseorang dipilih, bagi dia dipercayakan satu rahasia yang begitu indah, luhur, agung, suci dan kalau Ia mau mempercayakan, maka itu adalah semata-mata kerendahan hati-Nya dan merupakan suatu anugerah. Roh Kudus menolong para murid untuk mengerti kata-kata Kristus di dalam hidup mereka. Kalau saudara perhatikan baik-baik, di dalam pasal 14-16 ketika Tuhan Yesus mengajar mengenai penghibur yang akan diutus oleh-Nya, konsep semua murid-Nya masih duniawi. Bahkan, sampai ketika Kristus bangkit, mereka masih membicarakan kerajaan Allah dalam konteks lahiriah dan cara berpikir mereka belum berubah. Roh Kudus menolong mereka untuk memahami kata-kata Kristus sebelum Kristus mati dan naik ke surga. Ini penting, karena tanpa pekerjaan Roh Kudus kita tidak mungkin mengerti mengenai arti sebenarnya dari 247 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 firman tersebut. Itu sebabnya kita percaya jikalau bukan Roh Kudus yang memberi pertolongan dengan membuka mata kita, telinga dan menjamah hati kita maka kita tidak mungkin mengerti. Selain itu, hanya melalui Roh Kudus kita mungkin untuk melihat betapa tidak berlayaknya kita di hadapan Allah. Hal pertama yang harus kita sadari adalah, tanpa pertolongan Roh Kudus, sulit bagi kita untuk melihat kebenaran. Hal kedua yang Roh Kudus lakukan adalah memberitakan tentang pribadi Kristus. Bagi saya, pribadi Kristus bukanlah hal yang sederhana. Walaupun kita sudah berusaha menjelaskan pribadi Kristus kepada orang yang tidak percaya dengan selogis-logisnya, orang itu tetap akan merasa bahwa hal itu tidaklah logis. Tarik Sidharta dari Tripitaka atau Muhammad dari Alquran, tidak akan membuat kedua kitab itu menjadi tidak berfungsi, namun jika kita menarik pribadi Kristus dari Kitab Suci, maka seluruh kekristenan akan menjadi hancur. Mengapa? Karena pusat dari Kitab Suci, mulai dari Kejadian hingga Wahyu adalah Kristus. Tetapi di saat kita berbicara dengan orang lain tentang Kristus, maka kecuali Roh Kudus bekerja di dalam hidupnya, ia tidak mungkin bertobat. Inilah hal kedua. Ketiga, Roh Kudus akan memberitaan jabatan Kristus. Alkitab berkata bahwa Kristus adalah Raja, Nabi dan Imam. Kristus adalah nabi, imam dan raja yang sejati. Nabi-nabi PL harus berkata: "Demi nama Allah…", tetapi Kristus tidak, karena Ia sendiri adalah Allah. Ibr 10 berkata bahwa Hukum Taurat hanyalah bayangbayang dari Kristus, sehingga imam yang sejati adalah Kristus, yang tidak perlu mempersembahkan korban bagi dirinya sendiri dan yang dapat mempersembahkan korban sekali untuk selama-lamanya. Yesus juga adalah Raja sejati yang nanti akan datang untuk menjadi hakim atas manusia. Yesus berkata bahwa kalau Roh Kudus datang maka: "Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman." Dosa di sini berkenaan dengan jabatan Kristus sebagai nabi, kebenaran berkenaan dengan imam, dan penghakiman berkenaan dengan raja. Keempat, Roh Kudus mencurahkan kasih Tuhan di dalam hidup kita. Walaupun kita tahu bahwa Yesus adalah nabi, imam dan raja, tetapi jika kita tidak pernah merasakan kasih Allah, maka kita tetap sulit untuk berubah. Roh Kuduslah yang mencurahkan kasih Tuhan di dalam hidup kita: "Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita" (Roma 5:5). Di saat manusia terus melawan Tuhan, melawan kebenaran dan terus berbuat dosa, maka jika Tuhan mau, Ia dapat saja membuang kita, karena kita hanyalah ciptaan dan Ia adalah Pencipta. Tetapi di saat kita jatuh ke dalam dosa, Allah telah merencanakan penebusan. Di dalam kasih-Nya, Allah telah mengaruniakan Anak-Nya sendiri untuk datang ke dalam dunia mati bagi saudara dan saya. Allah tidak pernah memberikan barang sisa kepada manusia, tetapi seringkali kitalah yang memberikan barang sisa kepada Tuhan. Betapa besarnya kasih Tuhan kepada kita. Itu sebabnya, jika Roh Kudus tidak mencurahkan kasih Allah itu kepada kita, kita tidak mungkin dapat mengerti cinta Tuhan. Semakin besar kasih Allah ada di dalam hati kita, maka kita akan semakin merasa rendah. Tidak mungkin orang yang merasakan kasih Tuhan dapat seenaknya berbuat dosa! Karena kasih itu sudah dicurahkan oleh Roh Kudus ke dalam hati kita masing-masing. Kelima, Roh Kudus membuat firman menjadi milik kita. Jika Roh Kudus tidak bekerja, maka firman yang kita dengar hanya sekedar menjadi panggilan umum. Kita mengerti tetapi tetap tidak percaya. Tetapi, di saat Roh Kudus meneguhkan firman itu di dalam hati dan pikiran kita, maka firman itu akan menjadi milik kita karena Roh Kudus sendiri yang meneguhkan firman itu di dalam hati kita. 248 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Sekarang, apakah tujuan Roh Kudus melakukan semua ini? Hanya satu, yaitu untuk memuliakan Kristus. Di sini kita melihat keharmonisan pola kerja di antara Tritunggal. Allah Bapa sederajat dengan Allah Putra sederajat dengan Allah Roh Kudus. Tetapi, dalam ordo, di dalam tugas dan tanggungjawab kita melihat bahwa Bapa mengutus Kristus ke dalam dunia dan ketika Kristus datang ke dalam dunia maka Ia datang untuk melakukan kehendak Bapa dan bukan melakukan ambisi pribadi. Kristus memuliakan Bapa dan menyatakan firman Bapa kepada manusia (Yoh 17). Waktu Kristus saat ini mengutus Roh Kudus, Roh Kudus juga tidak melakukan ambisi pribadi. Roh Kudus memuliakan Kristus dan melakukan apa yang dikatakan oleh Kristus. Oleh sebab itu, kita melihat adanya keharmonisan di antara Allah Tritunggal. Allah tidak mungkin berkonflik dengan Allah karena Allah adalah sempurna. Kalau Bapa mengutus Kristus dan Kristus memuliakan Bapa, Kristus mengutus Roh Kudus, Roh Kudus memuliakan Kristus, maka Allah mengutus kita sehingga kita pun seharusnya melakukan hal yang sama. Gereja yang menyadari untuk apa ia diutus ke dalam dunia, akan menjadi Gereja yang tahu tugas dan tanggungjawabnya. Gereja yang keluar dari jalur ini tidak mengerti keharmonisan di antara Allah Tritunggal. Itu sebabnya tugas gereja adalah memuliakan Allah. Apapun yang Saudara miliki bukanlah milik saudara dan itu harus kita kembalikan kepada Tuhan. Di dalam Roma 11:36 dikatakan: "Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" Itu berarti, harta, kesehatan, teman hidup dan anak kita juga adalah titipan Tuhan. Kalau suatu kali Tuhan ambil, Saudara jangan marah-marah, karena itu adalah milik Tuhan. Amin! 249 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 R Re en nc ca an na ak ke es se ella am ma atta an n Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 21 Matius 1:21-23 Ia akan melahirkan anak laki–laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat–Nya dari dosa mereka." 22 Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: 23 "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki–laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" ––yang berarti: Allah menyertai kita. Matius 1:21-23 merupakan nubuat yang telah diucapkan 600 tahun sebelumnya dalam Yesaya pasal 7. Kalimat ini digenapi dalam kelahiran atau inkarnasi Anak Allah, yang datang ke tengah dunia dan diberi nama Yesus karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa. Di sinilah perbedaan antara agama Yudaisme dengan iman Kristen. Orang Yahudi atau agama Yudaisme percaya kebenaran hanya ada dalam Perjanjian Lama tetapi iman Kristen selain percaya Perjanjian Lama juga Perjanjian Baru karena justru dalam Perjanjian Baru inilah inti dari semua apa yang dibicarakan dalam Perjanjian Lama. Dalam Perjanjian Baru, nubuat-nubuat dan semua pemberitaan termasuk Yesaya 7 baru terbuka secara nyata sehingga di sinilah inti dan berita iman Kristen. Dalam Matius, Alkitab membuka dengan begitu teliti dimana dikatakan saat itu kepercayaan dan kesetiaan Yusuf kepada tunangannya mulai goyah karena tiba-tiba Maria hamil sedangkan mereka belum menikah. Dalam kebudayaan Yahudi, perzinahan bukanlah hal yang sederhana. Sehingga kalau terjadi hal seperti itu maka wanita tersebut harus dirajam atau dihukum mati. Namun karena Yusuf mencintai Maria maka ia mulai berpikir untuk menceraikannya secara diam-diam. Akan tetapi malaikat Allah datang dan mengatakan bahwa Maria tidak melakukan perzinahan dan melanggar tata susila melainkan ia mengalami kehamilan karena Roh Kudus. Berita ini sangat mengejutkan dan sangat sulit diterima Yusuf. Berita seperti ini menerobos semua presuposisi, konsep, kemungkinan pikiran manusia dan saat itulah Allah yang berdaulat sedang menyatakan diri serta sedang berintervensi ke tengah sejarah dan mendobrak semua hukum yang terjadi secara alami dengan melakukan tindakan yang supra natural lebih dari sekedar rumus yang dimengerti manusia. Saat itu Yusuf mengalami perubahan dan mulai mengerti bahwa ia mendapatkan anugerah yang terlalu besar dimana Allah boleh memakai dia dan istrinya untuk menjadi pembawa berita sukacita kelahiran Kristus. Kekristenan tidak akan ada artinya tanpa berita Kristus datang berinkarnasi dan menebus dosa manusia namun saat hal tersebut diberitakan ternyata tidak mudah untuk diterima. Pada saat kita bersama-sama menghadap meja perjamuan, kita sadar bahwa kita boleh bersekutu hari ini karena Allah pernah menjadi manusia dan bahkan tujuan hidupnya jelas untuk menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka. Kristus hadir di dunia ini dengan sasaran yang jelas yaitu menuju ke Golgota. Bagi saya tidak ada satu kehidupan yang sedemikian bermakna namun juga mengerikan seperti hidup Kristus. Seringkali manusia hidup tidak tahu arah dan tujuannya akan ke mana tetapi sebelum Kristus lahir Ia telah 250 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 mempunyai sasaran yang tegas yaitu Anak Manusia datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani dan menyerahkan tubuh-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang (Mat 20:28). Ada dua hal yang dapat kita gumulkan saat ini sehubungan dengan mengapa berita ini sulit diterima dalam konsep dan pemikiran kita, yaitu: 1. Seringkali kita bertindak seperti Yusuf yang terjebak dalam satu format di mana kita merasa bahwa kitalah yang mampu untuk mengatasi, menjangkau dan menguasai segala sesuatu termasuk sejarah. Ketika beragumentasi dengan seseorang maka kita sering terjebak dalam apa yang kita sebut dengan common sense (akal sehat) sehingga kita gunakan hal itu sebagai represif atau tekanan masyarakat dengan menggunakan kekuatan mayoritas untuk memaksa orang ikut dalam konsep yang seolah-olah menjadi pendapat umum. Pada saat kita menekankan kekuatan seperti itu maka seolah-olah kitalah yang mampu menguasai dan menjangkau segala sesuatu di dalam kotak yang sudah kita buat. Kita perlu sadar bahwa semuanya menjadi mungkin terjadi karena Allah yang berdaulat. Allah yang berdaulat berarti Allah yang berhak bertindak, kita hanya dapat taat, tunduk dan kita pasti tidak berdaulat. Setelah nubuatan itu genap, Allah mengutus Anak-Nya turun ke dunia dan ketika Allah sudah menetapkan demikian maka tidak ada satupun yang dapat menghalangi tindakan intervensi Allah yang begitu dahsyat itu. Dalam seminar Iman Kristen dan Futurologi telah saya katakan bahwa manusia mempunyai semangat dan keinginan untuk menguasai sejarah dengan segala cara dan salah satu format yang dipakai adalah dengan menggunakan Futurologi. Kalau saudara membuka koran maka dengan segera saudara akan menemukan banyak iklan yang mengandung unsur seperti itu. Namun hal yang tidak lazim ini sekarang justru merambah di dunia barat yang terlalu rasionalis. Kalau kita pikir maka untuk apa semuanya itu? Kalau dipikir secara nalar sehat dan bukan secara Kristen maka itu merupakan satu pertanyaan yang sangat absurb yang perlu kita tujukan pada diri kita! Sebenarnya dengan datang ke tempat-tempat seperti itu manusia hanya ingin menipu diri akan hari esok. Dengan kata lain ia berharap akan mendengar berita baik yang diucapkan oleh orang lain untuk mengkonfirmasi masa depan yang aman. Inilah ide yang muncul di dalam diri seseorang yang mencari sesuatu dalam Futurologi. Model kedua dari arus mistik ini adalah Scientific Futurology (Futurologi ilmiah) yang penuh dengan metode dan statistik dengan beberapa tokohnya yang terkenal yaitu Alvin Toffler, John Naisbitt, dsb. Dalam bukunya Global Paradox, John Naisbitt tahun 1995 memprediksikan bahwa di awal abad 21 seluruh manusia akan mencapai kejayaan atau kesejahteraan dan berkeliling dunia. Sehingga perusahaan boeing Mac Donald Douglas, perusahaan pesawat terbesar di dunia dan juga beberapa perusahaan lainnya melakukan merger, namun akhirnya mereka mungkin telah mem-PHK sekitar 85.000 pegawai. Dengan statistik, seolaholah mereka merasa berdaulat dan berkuasa menentukan apa yang akan terjadi di hari esok. Itu hanyalah sebuah mimpi karena terlalu banyak faktor X yang tidak dibawah kuasa kita. Terlalu banyak hal, karena dunia ini telah jatuh di dalam dosa. Manusia harus sadar dan bertobat karena Allah yang berdaulat, bertindak atas sejarah. Allah yang berintenvensi, yang berdaulat sehingga sejarah harus ditundukkan ke bawah kekuatan kedaulatan-Nya. Ketika manusia berdosa manusia seringkali tidak terima, enggan karena manusia sedang bersaing kedaulatan dengan Allah. Saya adalah seorang positive thinkers sebelum menjadi seorang Kristen dan itu telah ditanamkan sejak kecil oleh ayah saya yang waktu itu bukan dari latar belakang Kristen. Ia mempersiapkan saya sejak kecil agar mempunyai ketahanan dan kekuatan untuk menghadapi kehidupan. Sehingga akhirnya saya tumbuh menjadi orang yang begitu berani untuk mengerjakan apapun dan mempunyai semangat dan keyakinan bahwa apa yang saya kerjakan harus terjadi dan tidak mungkin gagal. Namun akhirnya itu diruntuhkan ketika saya harus berlutut di hadapan Tuhan menyadari bahwa Tuhanlah yang mengatur segala sesuatu. 251 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Terlalu banyak di luar pikiran dan kuasa saya kalau Tuhan mau bertindak satu kali maka seluruhnya akan selesai. Jangan pernah berpikir kita mampu apapun karena suatu saat itu mungkin hilang dari diri kita. Berapa banyak dalam diri kita ada kesadaran seperti ini sehingga kita mampu merendahkan diri dan mengerti Allah yang berintervensi di hidup kita. Inkarnasi adalah bukti yang terbesar di mana mujizat Allah terjadi di tengah dunia. Seorang teolog mengatakan bahwa dunia boleh tidak percaya adanya mujizat dan menolak segala sesuatu tentang mujizat tetapi dunia tidak dapat meniadakan dua mujizat terbesar dalam satu pribadi yang tidak mungkin ditolak yaitu kelahiran Kristus sebagai kelahiran dari anak dara dan kebangkitan Kristus yang mengalahkan kuasa kematian kembali ke surga. Dua mujizat ini merupakan mujizat yang dinyatakan di tengah sejarah dan menjadi fakta realitas sejarah yang tidak mungkin ditolak dan dihapus oleh manusia. Saudara, kalau mengerti ini kita tahu bagaimana kita harus berespon kepada Allah. The God of Universe is the God of History (Allah alam semesta adalah Allah yang berkuasa atas sejarah). Biarlah ini boleh menjadikan kita lebih taat dan tunduk. 2. Berita ini sulit diterima oleh manusia karena berita ini berbicara tentang esensi realita manusia yang paling tidak ingin di dengar yaitu dosa. Allah yang berinkarasi, datang menjadi daging adalah untuk menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka. Kalimat ini telah muncul sejak pertama Yesus hadir di tengah dunia. Yesus datang bukan untuk menyembuhkan, mengajar atau mengerjakan apa saja di tengah dunia ini yang hanya sekedar memenuhi apa yang dipikirkan manusia tetapi Ia datang untuk menerobos keluar dari semua batasan dan menyelesaian problem manusia terbesar yaitu pengampunan dosa. Manusia tidak suka menerima istilah dosa. Dosa bukan sekedar membunuh, berjinah atau mencuri tetapi suatu hal yang sangat esensial yaitu perlawanan terhadap Allah dan kebenaran-Nya. Kalau orang tua kita yang pernah berbuat salahpun pada waktu ia berkata benar dan kita lawan, kita patut dihukum sedemikian keras maka kalau Tuhan selalu berkata benar, suci dan tidak pernah mencelakakan kita, apa yang harus Ia lakukan pada saat kita melawan-Nya? Dalam Roma 1:18-32, Paulus begitu ketat membicarakan esensi dosa yang sesungguhnya. Seringkali kita tidak suka dengan istilah dosa karena kalimat itu secara frontal membuat hidup kita ditelanjangi. Saat itu kita langsung terbuka di hadapan Tuhan bahwa kita adalah orang yang melawan Dia. Yoh 8:30-59 membuka konsep ini dengan jelas sekali. Saya mengharapkan kita dapat mengerti dan sungguhsungguh berespon kembali pada Tuhan karena kita sadar bahwa kita adalah orang berdosa. Seberapa jauh kita rela dibuka realita hidup kita sekalipun itu sangat menyakitkan. Di depan Dia, kita terbuka total dan tidak ada apapun yang dapat kita sembunyikan, di hadapan Dia yang Maha Tahu seluruhnya akan dilihat secara nyata. Setiap kali perjamuan kudus kita bersama-sama menikmati roti dan anggur untuk mengenang kembali Kristus yang rela datang ke dunia ini dan rela tubuh-Nya dipecahkan di atas kayu salib, darah-Nya menetes demi untuk menebus saudara dan saya, orang yang berdosa. Walaupun Ia mengalami dera, cambuk, penderitaan yang berat dan kesengsaraan yang tidak mungkin dimengerti oleh siapapun namun Ia berkata bahwa untuk itulah Ia datang ke dalam dunia supaya saudara dan saya boleh diselamatkan serta boleh kembali dipersatukan dan diperdamaikan kembali dengan Allah. Biarlah hari ini kita boleh kembali disadarkan oleh Tuhan, Ia yang sudah menebus, kita mau berespon hidup melayani seumur hidup berkenan bagi Tuhan. Amin! 252 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 K Ke errjja ak ka an np pe em mb be erriitta aa an n IIn njjiill d de en ng ga an ns se eg ge erra a Oleh: Pdt. Yuri Iranto Nats: 35 Matius 9:35-38 Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah–rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. 36 Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. 37 Maka kata–Nya kepada murid–murid–Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. 38 Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja– pekerja untuk tuaian itu." Sebagai umat yang telah ditebus, kita seharusnya memiliki kerinduan mempersembahkan jiwa bagi Tuhan. Sebab jikalau keselamatan yang dianugerahkan tidak membawa kita keluar dari sikap hanya mementingkan diri sendiri kepada memperhatikan orang lain maka sesungguhnya keselamatan itu tidak akan pernah membawa kita masuk dalam kerajaan sorga. Karena Tuhan Yesus tidak pernah menjadikan orang-orang yang percaya kepada-Nya hanya memperhatikan kebutuhannya sendiri. Sejak semula Allah telah menetapkan Yesus Kristus dalam kekekalan supaya di dalam Dia, manusia berdosa dipersekutukan kembali dengan Allah. Namun di dalam Dia juga, Allah telah menetapkan orang percaya sebagai sarana pendamaian masyarakat berdosa kepada Allah. Jadi membawa jiwa kepada Tuhan haruslah menjadi kerinduan kita yang terutama. Di sini dapat kita lihat bahwa pusat perhatian kasih Allah sesungguhnya kepada manusia berdosa. Oleh sebab itu ketika saya dan saudara sebagai orang percaya tidak memusatkan perhatian dan menyampaikan berita keselamatan tersebut maka kita sedang tidak di pusat perhatian kasih Allah. Seorang misiolog Reformed mengatakan, kegagalan gereja dalam melihat tugas yang utama yang dimandatkan oleh Allah sangat terlihat jelas ketika gereja membuat programnya yang seolah-olah antara yang satu dengan yang lain terpisah. Ini merupakan kelemahan gereja. Gereja yang misioner harus membuat semua hal seperti ibadah, konseling, dsb., diarahkan guna membawa jemaat pergi memberitakan Injil. Oleh sebab itu seyogyanya baik gereja maupun kita secara pribadi mengerahkan segenap potensi dan apa yang kita miliki yang merupakan anugerah Tuhan guna dipakai membawa jiwa bagi Tuhan. Saya harap ini menjadi kerinduan kita semua. Pemberitaan Injil bukan tugas hamba Tuhan semata tetapi tugas setiap orang percaya. Ketika Yesus memberikan amanat pemuridan yang di dalamnya penginjilan menjadi hal yang utama, Ia tahu gereja ibarat domba yang berada di tengah serigala dan itu memang tidak mudah. Namun gereja seringkali terlalu mengasihani diri pada saat tantangan dan masalah menerpa sehingga mereka mulai memperhatikan ke dalam. Tuhan tidak menghendaki hal yang demikian! Ia tetap konsisten dengan amanatnya dan memberi jaminan akan menyertai kita sampai kesudahan jaman. Itu artinya jaminan bagi saudara dan saya, dalam 253 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 situasi kondisi apapun juga sebenarnya tidak ada alasan bagi kita untuk mengasihani, memperhatikan diri dan tidak pergi memberitakan Injil. Memberitakan Injil tidaklah cukup dengan keterlibatan kita berdoa atau memberikan sesuatu supaya pemberitaan Injil lancar. Teori baku dalam misionari memang diperlukan tetapi yang penting adalah pemberitaan kita secara verbal yang menyatakan bahwa dalam Yesus Kristus saja relasi manusia berdosa dipulihkan! Untuk sampai pada kerinduan tersebut maka ada beberapa hal yang harus kita perbuat dan renungkan. Firman Tuhan hari ini mengajar supaya kerinduan dan beban kita untuk membawa jiwa bagi Tuhan terus dipelihara. Dari ayat ini kita belajar: 1. Milikilah belas kasihan Yesus Yang dimaksud dengan belas kasihan di sini bukan seperti kalau kita melemparkan sejumlah uang kepada orang yang memprihatinkan di traffic light kemudian berlalu tetapi di sini adalah suatu ungkapan paling dalam yang mendorong kita untuk menyatakannya secara konkrit kepada manusia berdosa. Belas kasihan ini tidak muncul begitu saja namun kuncinya di sini adalah melihat (ay 36). Melihat disini bukan sekedar melirik atau seperti kebanyakan orang melihat tetapi seperti saat Tuhan Yesus melihat Matius si pemungut cukai. Matius adalah seorang pengkhianat bangsa, yang dianggap sampah masyarakat sehingga perlu dijauhkan dan menjadi bahan ejekan. Tetapi Yesus melihat dengan seksama bahwa di dalam setiap orang memiliki potensi besar bagi kerajaan Allah. Dengan kata lain hal itu akan timbul jika kita melihat dengan sungguh bahwa sesungguhnya semua orang itu bukan saja subyek dosa tetapi juga obyek dosa. Yang dimaksud subyek dosa adalah orang dikatakan berdosa semata-mata bukan karena ia berbuat dosa atau melakukan tindakan dosa tetapi karena ia dilahirkan dalam kondisi berdosa sehingga kecenderungannya berbuat dosa. Alkitab megatakan bahwa semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah. Hal ini kita pahami karena manusia diciptakan dalam eksistensi berelasi yang artinya manusia berdosa bukan saja karena telah memberontak terhadap Allah tetapi juga merupakan perlakuan terhadap sesama dan mempersekutukan manusia dengan iblis. Sebagai contoh, saat seorang pengusaha mengaji karyawan tidak lebih hanya 1% dari seluruh keuntungan perusahaannya. Ini merupakan perlakuan yang tidak adil karena ia memperoleh kekayaan dari para pekerja. Namun ia berbuat demikian karena ditekan dan ada banyak biaya siluman yang dikeluarkan sehingga tidak cukup untuk mengaji karyawan. Di sini manusia berdosa menjadikan orang lain sebagai sasaran perlakuan dosa. Harus diakui bahwa kita cenderung mengasihi atau berbelas kasihan pada orang yang menaruh perhatian terhadap kita. Jikalau ini yang saudara dan saya lakukan maka kita tidak ubahnya sama seperti orang yang tidak mengenal Kristus. Dalam Alkitab dikatakan, "… tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala." Lelah di sini mengandung pengertian satu kondisi hidup yang sedang dalam banyak persoalan. Secara politis saat itu bangsa Yahudi berada dibawah penjajahan Romawi dan kekayaannya dirampas penjajah. Dari segi agama, mereka begitu tertekan karena adanya banyak hukum yang harus mereka taati. Sedang kata terlantar di sini menggambarkan satu kondisi di mana mereka tidak berdaya untuk keluar dari persoalan secara fisik maupun rohani. Dikatakan oleh Sigmund Freud bahwa hidup itu merupakan serangkaian persoalan demi persoalan dan tidak ada hidup tanpa persoalan. Tetapi di dalam Yesus tidak ada persoalan besar yang tidak terselesaikan dan tidak ada persoalan kecil di mana Ia tidak menaruh perhatian terhadap kita. Yesus berkata, "Mari hai kamu yang lesu dan berbeban berat," di sini berarti bahwa ketika kita menyerahkan segala pergumulan hidup, di situ ada kelepasan karena Kristus bukan saja sebagai Juru Selamat tetapi juga pemelihara hidup kita. Tetapi bagaimanakah dengan orang yang di luar Kristus? Jikalau saya dan saudara mau menyatakan belas kasihan maka mereka akan menemukan jalan keluar di dalam Yesus. Melihat sebagaimana Yesus melihat merupakan kunci untuk menimbulkan belas kasihan pada orang yang masih diluar Kristus. Belas kasihan itu 254 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 sangat penting karena di dalamnya mengandung unsur keterlibatan sehingga memberi otoritas bagi kita untuk berkata-kata dan menyampaikan injil Tuhan. Gereja yang menaruh belas kasihan tidak mungkin menjadi gereja yang berpangku tangan. Belas kasihan penting karena juga mengandung unsur pemberitaan. Kerelaan kita mewujudnyatakan belas kasihan itu tidak mudah dan ada harga yang harus dibayar. Tetapi justru penderitaan inilah yang menjadikan gereja otentik, yang sungguh-sungguh memiliki ciri salib. Belas kasihan juga memiliki alasan strategis di mana pemberitaan injil disampaikan dalam konteks kepercayaan dan solidaritas. Seandainya mereka belum mengambil keputusan untuk percaya namun itu akan menciptakan satu suasana dimana seolah-olah mereka hidup ditengah komunitas Kristen. Ini penting! Adalah satu anugerah yang besar jikalau Allah memakai kita sebagai rekan sekerjanya untuk menyampaikan berita injil. 2. Mulai bertindak segera. Dalam Mat 9:37-38 dikatakan, "…, pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan siap untuk dituai karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu." Ini bukan berarti mendorong kita berdoa karena usaha memindahalihkan pemahaman seseorang tentang kebenaran. Pemberitaan Injil merupakan peperangan rohani dalam rangka merebut umat pilihan Tuhan yang ada dalam cengkraman iblis, dari penghukuman kepada hidup dan pembenaran. Ini dimungkinkan jika kita melibatkan kuasa Allah, menjadikan Allah sebagai sumber kekuatan untuk memberitakan injil. Sehingga ini memberikan pengertian bagi kita bahwa jangkauan pelayanan sangat luas dan kita bertanggungjawab terhadap genarasi kita. a. Tuhan memunculkan orang-orang disekitar kita termasuk diri kita untuk rela menjadi pekerja di ladang Tuhan. b. Adanya usaha kerjasama di antara semua orang percaya. Hal ini tidak mungkin dapat kita kerjakan seorang diri atau gereja kita sendiri karena jangkauannya begitu luas. Semua ini tentunya memerlukan kerendahan hati dan kerelaan baik secara pribadi maupun gereja untuk mewujudkannya. Di sini berarti bahwa ada lintas denominasi, suku dan ras, menjunjung tinggi kebenaran firman Tuhan dan mengaku hanya di dalam Yesus Kristus saja ada jalan keselamatan. Ladang telah menguning itu saatnya gereja mendorong, memperlengkapi dan memotivasi jemaat untuk pergi memberitakan Injil. Kerelaan saya dan saudara memberitakan injil itu adalah anugerah Tuhan karena sesungguhnya siapa saya dan saudara yang kepadanya Allah berkenan memakai. Ini harus menjadi cita-cita utama bahkan menjadi ‘bisnis’ kita membawa jiwa bagi Tuhan. Yang menjadi kesulitan memberitakan injil adalah karena pola berpikir kita sudah diformat secara salah. Seringkali kita beradu argumentasi dan apabila lawan bicara kita tidak mampu lagi beragumentasi, kita merasa menang. Tetapi hal itu justru menimbulkan kebencian dan ketidakrelaan dalam hati orang tersebut. Kita perlu perlengkapan metode dan doktrin supaya kita dapat memberitakan injil dengan baik tetapi biarkan apa yang kita pelajari, dipakai oleh Tuhan secara wajar dalam konteks budaya kita. Tuhan juga dapat pakai anak kecil atau orang yang mungkin tidak secara sistematis dalam pemberitaan karena bagaimana Tuhan menyelamatkan, menghibur dan menguatkan saudara itulah yang harus disampaikan pada orang lain. Saya percaya Tuhan pakai semua itu sebagai alat di tangannya namun selain itu kita harus terus hidup suci di hadapan Tuhan. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin! 255 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 H Hiid du up p tta ap pii m ma attii Oleh: Pdt. Rusdi Tanuwidjaya Nats: 1 Wahyu 3:1-6 "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Sardis: Inilah firman Dia, yang memiliki ketujuh Roh Allah dan ketujuh bintang itu: Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati! 2 Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati, sebab tidak satupun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah–Ku. 3 Karena itu ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarnya; turutilah itu dan bertobatlah! Karena jikalau engkau tidak berjaga–jaga, Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba–tiba datang kepadamu. 4 Tetapi di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya; mereka akan 5 Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu. menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa–Ku dan di hadapan para malaikat–Nya. 6 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat– jemaat." Hari ini kita akan membahas kitab Wahyu sehubungan dengan surat yang ditujukan kepada jemaat di Sardis. Kota Sardis adalah kota yang kaya dan merupakan ibukota dari Lydia yang letaknya + 30 mil dari Tiatira. Kota tersebut selain terkenal dengan pabrik wol juga dengan penyembahan berhalanya. Mereka lebih mengutamakan penyembahan kepada Dewi Sibeli daripada kepada kaisar yang di dalamnya bercampur dengan percabulan luar biasa. Sehingga karena kehidupan religiusnya saja sudah demikian rusak maka angin inipun mempengaruhi dan menyusup dalam gereja. Ramse mengatakan bahwa kota Sardis adalah kota kematian karena disitu kelihatannya ada damai tetapi bukan karena perjuangan kita di hadapan Tuhan sehingga waktu kita berserah ada satu kedamaian dihadapan Tuhan tetapi merupakan damai yang mematikan. Tetapi Tuhan atas gereja tahu bukan hanya fenomena tetapi sampai ke tulang sumsum rohani gereja-Nya. Dalam surat kepada jemaat Sardis terdapat keunikan yang tidak terdapat dalam surat-surat yang lain. Di dalam surat yang lain, Ia puji jemaat tersebut secara umum kemudian baru orang yang bersalah ditegur secara pribadi tetapi di Sardis Ia tegur keras dan langsung secara sidang jemaat. Jadi di sini masalahnya bukan hanya pribadi tetapi dalam seluruh jemaat itu Tuhan sudah vonis dan dikatakan-Nya, "Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati! Dalam bahasa Yunani seharusnya dikatakan: engkau memiliki nama sebagai yang hidup, padahal engkau mati! Ini merupakan teguran yang keras yang dilontarkan kepada gereja. Sesungguhnya ada empat hal yang dapat dibanggakan oleh gereja Sardis, yaitu: a. Mempunyai popularitas/ reputasi yang dinamis dan aktif dengan segala pekerjaannya dalam konteks waktu itu hingga membuat jemaat lain kagum dan hormat. b. Mampu menfilter ajaran-ajaran yang tidak benar. Kalau kita perhatikan dalam keenam jemaat yang lain, salah satunya Tuhan tegur karena di dalamnya ada pengikut Nikolaus, beberapa orang dipengaruhi oleh Bileam 256 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 seperti di Pergamus dan pengajaran nabiah Izebel yang begitu menjijikkan di Tiatira tetapi di Sardis hal ini tidak dibicarakan. Gereja berdiri di atas dasar para nabi dan para rasul dengan Kristus sebagai fondasi sehingga tidak mungkin didirikan tanpa ajaran. Tetapi seringkali gereja lebih mementingkan ajaran atau ceramah daripada Alkitab dan Tuhan yang memberikannya. Bagi saya ajaran harus disertai dengan satu kerendahan hati. c. Mempunyai banyak program yang besar atau aktivitas. d. Mempunyai modal. Namun waktu dikatakan, "Engkau gereja yang memiliki nama yang hidup, padahal engkau mati! Kalimat itu langsung menusuk hati saya. Gereja yang mungkin di mata manusia mempunyai penilaian sebagai gereja yang hidup tetapi sebenarnya mati di hadapan Allah. Itulah yang disebut dengan fenomena luar! Kelihatannya kita telah melakukan yang esensial namun mungkin kita belum melakukannya. Hal ini ditujukan pada gereja sepenuhnya yang di dalamnya termasuk hamba Tuhan, seluruh majelis, pengurus, dan semua yang terlibat mengarahkan arah daripada gereja. Apa yang sedang kita kerjakan? Pelayanan dan aktivitas memang penting tetapi bukankah celaka kalau yang dibutuhkan oleh gereja digeser oleh yang diinginkan sekelompok orang di dalamnya dan yang kekal digeser oleh yang sementara? Waktu saya bergumul dengan diri saya, betapa celakanya saya kalau suatu kali Tuhan berikan domba-domba yang masih tulus, rindu melayani, kelihatannya begitu hebat, penuh aktivitas dan bernilai di mata manusia tetapi tidak mencapai apa yang Tuhan mau, kosong dan menjijikkan di hadapan Tuhan. Gereja di Sardis dikatakan sebagai gereja yang memiliki nama yang hidup padahal mati. 1. Tidak ada satupun pekerjaan mereka yang diperkenan Tuhan. Dalam ayat 2 dikatakan, "…, sebab tidak satupun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-Ku." Sempurna di sini bukan berarti harus sempurna sama seperti tuntutan Tuhan, tetapi tidak memenuhi apa yang Tuhan mau (pepleromenaYunani). Jadi seluruh kegiatannya menyimpang dan tidak ada yang sesuai dengan apa yang Tuhan mau, terlihat hebat dari luar tetapi justru keropos di dalamnya. Bagi saya itu merupakan kalimat yang keras sekali. Saya rindu kita dengan sungguh-sungguh memikirkan bagaimana menjadi gereja yang memperkenan hati Tuhan bukan hanya secara nama tetapi juga secara esensi. 2. Hampir seluruh jemaat hidupnya mencemarkan diri dalam dosa (ay 4). Mungkin banyak di antara mereka yang memberi persembahan, main musik, memimpin pujian atau pelayanan dalam hal lain tetapi pada waktu yang sama mereka mungkin berzinah, menyimpan benci, dan mungkin melakukan dosa yang lain yang mungkin orang lain tidak tahu tetapi Tuhan tahu. Kesalehan mereka merupakan kesalehan semu dan bukan yang sesungguhnya. "Engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati! Ini yang disebut munafik (hypocrisy). Apa yang ia pamerkan di dalam dunia panggung dengan apa yang sesungguhnya berbeda. Munafik berbeda dengan integritas. Integritas merupakan ketulusan, hidupnya utuh (integrity). Waktu ditekan bagaimanapun, ia akan membuktikan bahwa ia lurus dan setelah itu baru ia mempunyai interaksi dalam dirinya. Ada dua hal yang membedakan antara hypocrisy dengan integritas, yaitu: yang pertama, Orang munafik berbuat supaya orang lain melihat dan bukan untuk menyenangkan Allah tetapi orang yang berintegritas di dalam seluruh aspek hidupnya yang telah diubah selalu ingin memperkenan hati Tuhan. Kedua, Orang munafik adalah orang yang selalu menutupi ketidakbenaran dalam dirinya dengan apa yang kelihatan benar supaya orang melihat dia sebagai orang benar. Tetapi orang yang berintegritas tampak luar dan dalamnya sama karena luar merupakan hasil pergumulan di dalam. Saat ia percaya kepada Kristus, kebenaran Kristus ditanamkan dalam kerohaniannya sehingga keadilan dan kebenaran menjadi pergumulan dan timbul dalam aplikasi. Mungkin ia dapat jatuh dalam dosa yang sama, kesombongan dan gagal saat bergumul tetapi tidak tinggal diam dalam dosa karena ia kemudian disadarkan kembali dan bertobat. Itu yang artinya proses bagaimana natur lama dan natur baru bergumul. Saat berproses dalam 257 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 kehidupan memang tidak mudah namun orang yang benar-benar rindu mengaplikasikan, meskipun kadangkala gagal dan nampaknya tidak baik di luarnya tetapi ia berusaha terus untuk mau berubah. Orang beragama dapat menjadi orang munafik karena ia sudah kehilangan yang paling penting dalam hidupnya. Seperti dalam Mat 22:34-40, Tuhan Yesus langsung mengatakan bahwa pada kedua hukum itulah tergantung seluruh hukum taurat dan kitab para nabi. Sehingga kalau yang esensi telah dicabut dari kehidupan orang beragama maka yang ada hanyalah tingkah laku agama yang sudah tidak lagi mempunyai akar yang dalam dan fondasi yang benar sehingga seluruh tingkah lakunya tidak didasarkan oleh kasih terhadap Allah dan sesama. Penyembahan dalam bait Allah pada saat yang sama dapat menjadi berhala terhadap diri sendiri di hadapan Allah. Dua hukum yang sangat sulit kita lakukan. Sekalipun kita pernah mengalami cinta Tuhan, sampai kita mati tidak dapat mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan dan tidak mungkin mengasihi sesama seperti diri kita sendiri namun setidaknya ada satu pergumulan supaya kasih itu bertumbuh dalam kebenaran dan firman, bagi saya itu adalah esensi utama. Namun puji Tuhan, di tengah jemaat yang Tuhan vonis mati, ada sebagian kecil yang ternyata hanya tertidur karena terpengaruh suasana yang menekan. Sehingga mereka harus dibangunkan terlebih dahulu untuk kemudian menguatkan yang hampir mati. Tetapi untuk dapat menguatkan, mereka diingatkan bagaimana Kristus telah mati, berkorban dan disalib demi murka Allah atas dosa kita serta bagaimana Roh Kudus telah bekerja dalam hidup kita. Selanjutnya mereka harus menuruti dan bertobat, berbalik dan kemudian menguatkan kembali orang yang sedang hampir mati. Itu sebabnya di dalam suasana seperti itu, bagi saya kebutuhan gereja bukan banyaknya ceramah yang hebat yang perlu dikhotbahkan tetapi dibutuhkan adalah kebangunan. Selanjutnya di ay. 5 dikatakan, "Barangsiapa menang, ia akan kukenakan pakaian putih." Pakaian putih disini menandakan kemenangan. Dan Tuhan akan memberikan mahkota kehidupan serta namanya tidak akan dihapus dari kitab kehidupan. Orang reformed percaya bahwa orang yang telah diselamatkan tidak mungkin menyimpang dari ketekunan imannya dan dihapus dari kitab kehidupan, sebab: 1. Allah telah memilih sejak kekal dan kehidupan pun sejak kekekalan alam telah dicatat dalam kitab kehidupan. Bagi Allah, kekal tidak dalam proses waktu tetapi merupakan present eternity (dalam waktu kekekalan sekarang). 2. Dalam Ef 1:13 dikatakan bahwa kita dimeteraikan oleh Roh Kudus yang berarti kita menjadi milik Allah oleh sebab itu tidak ada seorangpun yang dapat merampasnya. 3. Setelah dimeteraikan maka Roh Kudus diam dalam diri kita sampai selama-lamanya dan waktu kita berdosa maka kita sedang mendukakan Roh Kudus. 4. Setelah diselamatkan maka kita menjadi milik Kristus dan itu telah diberikan oleh Allah Bapa sendiri. Bagi saya, apakah kita tetap setia hingga akhir itulah yang mampu membuktikan bahwa saya dan saudara adalah orang pilihan. Karena kasih Tuhan itulah yang membuat kita rindu untuk menyenangkan hati-Nya dan tidak mendukakan hati Allah dengan berbuat dosa. Serta Roh Kudus yang ada dalam hati memproses kita dalam kesucian sehingga mengakibatkan orang yang sudah dipilih bertekun hingga akhir. Saya rindu gereja bukan menjadi sekedar secara nama hidup tetapi secara esensi hidup di hadapan Tuhan dan memperkenan hati Tuhan sehingga cinta Tuhan yang ia alami mengakibatkan pergumulan bagaimana kasih itu juga terpancar membawa orang-orang berdosa kepada Tuhan. Jikalau gereja tidak ada dua hal yaitu doa dan penginjilan maka yang terpenting dan kekal telah digeser oleh yang sementara. Amin! 258 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 K Ke eh ha ad diirra an nT Tu uh ha an nd dii m ma an na a--m ma an na a Oleh: Pdt. Agung Wibisana Nats: 13 Lukas 24:13-17/ 25-35 Pada hari itu juga dua orang dari murid–murid Yesus pergi ke sebuah kampung bernama Emaus, yang terletak kira–kira tujuh mil jauhnya dari Yerusalem, 14 dan mereka bercakap–cakap tentang segala sesuatu yang telah terjadi. 15 Ketika mereka sedang bercakap–cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama–sama dengan mereka. 16 Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia. 17 Yesus berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?" Maka berhentilah mereka dengan muka muram. 25 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! 26 Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan–Nya?" 27 Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab–kitab Musa dan segala kitab nabi–nabi. 28 Mereka mendekati kampung yang mereka tuju, lalu Ia berbuat seolah–olah hendak meneruskan perjalanan–Nya. 29 Tetapi mereka sangat mendesak–Nya, katanya: "Tinggallah bersama–sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam." Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama–sama dengan mereka. 30 Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah–mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. 31 Ketika itu terbukalah mata mereka dan merekapun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah–tengah mereka. 32 Kata mereka seorang kepada yang lain: "Bukankah hati kita berkobar–kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?" 33 Lalu bangunlah mereka dan terus kembali ke Yerusalem. Di situ mereka mendapati kesebelas murid itu. Mereka sedang berkumpul bersama–sama dengan teman–teman mereka. 34 Kata mereka itu: "Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon." 35 Lalu kedua orang itupun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah–mecahkan roti. 259 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Hari ini kita akan berbicara tentang Arti Kehadiran Tuhan di dalam hidup kita. Mengapa saat Yesus berjalan bersama dengan dua orang murid-Nya menuju ke Emaus mereka tidak mengenal-Nya padahal Yesus mempunyai wajah dan bentuk yang harusnya mereka kenal? Sesungguhnya apa yang menghalangi akan keberadaan Tuhan? Di sini halangan pertama yang kita lihat adalah: 1. Waktu mereka mau mengenal Tuhan Yesus tidak dapat karena kesulitan besar dalam pikiran mereka untuk mengimani Yesus yang hadir adalah Yesus yang sesungguhnya. Kadangkala dalam rumah tangga Kristenpun timbul banyak kesulitan sehingga hal itu selalu melingkupi akan keberadaan iman keluarga kita. Saya mengatakan di sini iman keluarga karena iman dapat berarti secara kolektif. Dalam suatu keluarga terdapat pribadi-pribadi yang hidup di dalamnya dan pribadi itu mempunyai iman sehingga keluarga itu mempunyai warna iman (the family faith) yang ditentukan oleh bapak atau kaum laki-laki sebagai imam dalam rumah tangga. Kita tahu bahwa Adam dan Hawa berbuat dosa namun pertama kali Allah menuntut tanggung jawab Adam. Di dalam ordo seperti ini, kita tahu bahwa dalam keluarga ada satu warna iman yang kadangkala dapat kabur atau mengalami pasang surut karena sebagai manusia, kita masih hidup dalam kekurangan dan keberdosaan kita. Namun kita ingat bahwa Tuhan memelihara iman kita. Kalau kita melihat arti daripada kehadiran Tuhan di sini, saya berikan contoh: apabila kita membayangkan diri kita sendiri mengalami terjangkit penyakit kanker dan telah divonis akan meninggal dalam beberapa bulan kemudian, maka baru pada saat itu saudara akan sadar nilai daripada diri kita sendiri. Padahal waktu hidup sebelumnya kita tidak pernah sadar akan keberadaan diri kita yang berarti di hadapan Tuhan yang digambarkan bagai mutiara yang dicari pedagang. Anak Allah datang ke dalam dunia mencari orang berdosa bagai mutiara atau anak yang hilang, yang intinya sama yaitu sangat berharga. 2. Di ayat 25 Yesus berkata, "Hai, kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi!" Bodoh dalam bahasa aslinya di sini bukan dalam arti henpen (bodoh) atau sencinping (gila) tetapi adalah waktu kita mau percaya tetapi lambat untuk menerima kepercayaan kebenaran atau kita lambat untuk menerima kehadiran Kristus dalam keluarga kita. Hati yang lamban atau hati yang tidak mau cepat percaya merupakan teguran yang terus-menerus bagi setiap anak Tuhan dalam keluarga Kristen atau gereja Tuhan sepanjang jaman. Untuk mengerti arti hidup yang paling mudah adalah saat di mana kita harus siap untuk meninggal dunia atau kehilangan hidup kita? Jiwa Kristen yang harus dimiliki oleh anak Tuhan sepanjang jaman adalah hidup melayani Tuhan, bila harus matipun memuliakan Tuhan. Sehingga tidak ada yang dapat memisahkan kehadiran Tuhan dalam hidup kita termasuk kematian itu sendiri. Teguran bodoh, lamban hati ini merupakan kalimat present yang berarti terus-menerus ditujukan pada setiap pribadi Kristen. Mengapa engkau tidak percaya kepada kebangkitan Tuhan? Seperti Nichi, yang sekalipun mempelajari filsafat luar biasa dan banyak mengubah dunia dengan pemikirannya, dididik dengan Firman Tuhan yang ketat namun tidak mau terima Tuhan sebagai Juru Selamat. Kalau kita tidak percaya Yesus yang bangkit dan naik ke surga maka iman kita adalah iman yang mati. Waktu Yesus bangkit maka Ia mendekati satu-persatu murid-Nya karena Yesus ingin mengubah iman yang salah itu menjadi iman yang benar, iman yang bangkit. 3. Arti kehadiran seseorang baru bernilai luar biasa saat orang itu tidak ada. Dalam ayat 30-31, diceritakan bahwa saat Tuhan Yesus memecah-mecahkan roti maka kedua murid itu baru sadar keberadaan Yesus. Seringkali tempat yang membuat Tuhan Yesus dan para muridnya menjadi dekat bukanlah saat Yesus berkhotbah tetapi adalah saat mereka berkumpul di meja makan dan melakukan perjamuan kasih karena di situlah terjadi persekutuan yang erat sekali. Nilai inilah yang sangat kurang dimiliki oleh gereja 260 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 pada jaman sekarang! Semakin langka spirit fellowship yang membuat seseorang merasa keberadaannya diterima, dapat saling mengasihi dan membantu kalau timbul kesulitan. Saya berdoa di hadapan Tuhan semoga semua gereja kembali pada yang benar. Manusia itu begitu paradoks. Kita bersyukur kalau Tuhan memampukan kita dapat melihat yang jauh menjadi dekat dan yang dekat dapat menjadi jauh. Yang transenden menjadi imanen dan yang imanen dapat melampaui yang transenden karena iman kita diubah oleh Tuhan. Murid-murid Yesus mengerti firman Tuhan yang terus-menerus diucapkan, didengarkan dan mereka hidup bersama dengan Tuhan namun hal itu belum dapat mengubah dan mengarahkan pada iman yang benar. Hal ini disebabkan karena nilai dari kebangkitan Tuhan merupakan nilai kebangkitan yang melampaui iman yang mampu kita lihat. Iman bukanlah apa yang kita lihat, kita pikirkan, kita buktikan dan apa yang kita lakukan! Dalam Yes 55:8-9 dikatakan di mana pada saat engkau merasakan seperti yang Tuhan rasakan itulah faith (iman). Jadi iman adalah di mana kita menyerahkan seluruh perasaan, pikiran, hati dan tindakan kita kepada tindakan, perasaan, pikiran dan jalan Tuhan. Saat iman itu diuji maka hal itu bukan untuk menjatuhkan orang tersebut namun untuk memurnikan iman tersebut dengan diproses terus-menerus hingga akhirnya iman itu haruslah seperti yang Tuhan kehendaki. Dalam doanya di taman Getsemani Yesus berkata, "Jadilah kehendak-Mu." Ini merupakan dasar dari iman yang benar! Kita mempunyai iman yang jauh melampaui daripada segala pemikiran orang dunia. Seorang teman misionaris saya yang berasal dari Norwegia menceritakan tentang penginjilan di India. Di mana terdapat satu keluarga dengan dua anak yang melayani di satu daerah dekat New Delhi di kalangan orang sakit kusta selama hampir 30 tahun. Pada suatu hari, orang hindu fanatik merasa bahwa perkerjaan misionaris tersebut membahayakan orang hindu karena banyak orang hindu, khususnya yang sakit menjadi Kristen. Sehingga mereka difitnah menentang orang hindu, dibawa ke pengadilan dan akhirnya papa dengan dua anak dibakar hidup-hidup dalam satu upacara yang dinamakan penyucian agama. Sebelum dibakar, ia berkata kepada orang hindu fanatik, "Aku tidak pernah membalas engkau karena Tuhanku tidak pernah membalas tetapi ada satu hal yaitu kalau engkau memcintai orang yang kau cintai maka aku mencintai engkau sebagai musuhku dan aku mendoakan engkau supaya engkau dicintai oleh Tuhan." Istrinya memandang dan berdoa, "Sekalipun suamiku dapat dibakar tetapi firman Tuhan tidak dapat dibakar." Sepuluh tahun kemudian terjadi pergolakan dan diadakan suatu pemilihan suara di mana satu suara terakhir berasal dari kalangan orang sakit kusta. Akhirnya satu daerah ini mengirim surat kepada ketua parlemen yang isinya menyatakan bahwa mereka tidak mendukung orang hindu fanatik yang mengatakan dirinya baik namun membakar orang Kristen yang memperhatikan orang kusta dan mereka memilih demokratik. Sehingga sekarang mereka sudah terbuka terhadap injil. Arti kehadiran hamba Tuhan, bukan hanya secara fisik namun adalah bagaimana ia berdedikasi untuk pelayanan sehingga saat telah ditinggalkan, orang merasakan betapa luar biasa pengaruhnya. Firman Tuhan yang terus-menerus ditanamkan dalam hidup kita, yang kita dengarkan dari seluruh acara baik di mimbar atau di manapun, tanpa adanya suatu kuasa Roh Kudus yang membukakan wawasan, mencelikkan iman dan memberikan kekudusan dalam hati kita maka Firman itu sia-sia. Roh kebenaran tidak akan menyalahi akan Firman kebenaran, Roh kebenaran akan selalu taat kepada apa yang diucapkan oleh Kristus. Kalau Kristus taat kepada Allah Bapa maka Roh kudus taat pada Kristus dan semuanya itu dalam satu ketaatan yang luar biasa. Begitu semangat mereka diubahkan, dalam ayat 33 dikatakan, meskipun mereka baru makan beberapa potong roti, hati mereka langsung berubah total. Iman yang diarahkan pada yang benar menimbulkan perubahan dalam jiwa pelayanan sehingga pekerjaan yang berat menjadi ringan dan yang susah menjadi sukacita. Pada saat itulah kita mengerti sukacitanya di dalam pelayanan Tuhan. Dalam waktu 261 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 kelelahan, Firman Tuhan memberikan kekuatan dan pada waktu merasakan dukacita yang luar biasa, setelah membaca Firman Tuhan maka sukacita yang mengalir seperti sungai begitu melimpah dalam kehidupan. Saya pernah mengalami hal ini di dalam suatu hubungan yang personal dengan Tuhan sehingga ada satu kepuasan yang tidak bisa dikatakan karena Firman itu menguasai hidup kita. Hendaklah iman kita mulai kita serahkan pada Tuhan sehingga dibangkitkan dan yang dulunya kita melayani dengan susah payah, kesedihan dan pengerutuan maka sekarang kita berjalan sesuai apa yang Tuhan ingin kita kerjakan. Yang terpenting adalah kita menyerahkan hidup kita pada Tuhan sehingga Tuhan ubahkan kehidupan dan iman kitapun dibangkitkan. Puji syukur pada Tuhan. Amin! 262 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 A An nu ug ge erra ah hp pe en ng ga ajja arra an nd dii d da alla am mK Krriis sttu us s Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: Efesus 4:20-24 20 Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus. 21 Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus, 22 yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, 23 supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, 24 dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya. Pada lima minggu lalu kita telah membahas Efesus 4:20-24 yang sesungguhnya merupakan satu kalimat utuh namun karena dalam bahasa Indonesia strukturnya kurang kokoh sehingga tidak memungkinkan penyusunan dengan anak kalimat yang panjang. Dalam bagian ini terdapat satu pemikiran dasar yang tidak boleh dipisahkan yaitu pengertian tuntutan Paulus tentang perubahan dari kondisi manusia lama yang menemui kebinasaan di dalam nafsu yang menyesatkan menjadi manusia baru yang tunduk dalam perubahan roh dan pemikiran. Itulah yang ditekankan Paulus dalam kalimat pertama di ayat 20, yaitu, "Tetapi kamu bukan demikian." Sebab kalau kekristenan hanya dapat mencapai apa yang telah dapat dicapai dan dianggap baik oleh dunia maka mereka sesungguhnya tidak mengerti dan mempelajari apapun. Padahal kekristenan menyodorkan satu prinsip yang jauh lebih agung dan dalam dari apa yang dimengerti dunia. Dunia tidak akan pernah mengerti konsep mengapa untuk mempunyai pengetahuan, kita harus takut akan Tuhan tetapi justru di situlah rahasia semua pengetahuan yang Tuhan mau bukakan pada kita. Manusia dapat mengerti hal ini kalau ia kembali pada Kekristenan dan di sinilah inti bagaimana kekristenan masuk ke dalam satu pengertian bahwa saya harus berbeda dan menjadi manusia baru yang mengalami perubahan pikiran karena roh dan pikiran kita telah dibentuk dan diperbaharui. Perbedaan yang dimaksud di sini bukan secara fenomena tetapi secara natur roh dan pikiran kita diperbaharui sebagai anak-anak Allah. Semua manusia ketika belum diterobos oleh Firman dan kebenaran Tuhan sesungguhnya tidak akan mampu menangkap apa yang menjadi hakekat daripada kebenaran. Hal ini juga dialami oleh Paulus sebelum bertobat sehingga ia mengerti betapa sulitnya manusia yang berdosa menerima satu kebenaran. Selanjutnya saya mengajak untuk melihat apa yang menjadi kunci perubahan yang Paulus ingin sodorkan. Mengapa kita harus berubah, apa yang berubah dan titik apa yang menjadikan kita berubah? Ada tiga hal yang dapat menjadikan kita berubah (ayat 21): 263 1. Karena kamu telah mendengar tentang Kristus 2. Menerima pengajaran di dalam Dia, dan 3. Dapat menyatakan seluruh kebenaran di dalam Kristus. Ringkasan Khotbah – Jilid 1 1. Mendengar tentang Kristus merupakan kunci anugerah yang begitu besar. Ketika saudara dan saya boleh hadir dalam ibadah, itu bukanlah hal yang kebetulan saja sebab berjuta-juta manusia tidak ikut dalam ibadah Kristen. Hal ini bukan dikarenakan mereka tidak tahu adanya gereja tetapi mereka tidak mau karena pemikiran mereka telah ditutup dengan apa yang disebut dengan close system. Seluruh manusia di dunia harus mengakui bahwa Yesus adalah oknum manusia yang begitu agung, mempunyai tingkat moral yang sangat tinggi dan pengajaran yang sangat agung. Dunia mengakui bahwa Yesus mengajarkan apa yang disebut dengan The Golden Rule (Hukum Emas) yang diakui menjadi basis kebenaran hakekat etika dari hukum-hukum di banyak negara. Bahkan agama lain mengatakan bahwa Isa merupakan satu-satunya nabi yang mempunyai integritas tertinggi di mana Ia sendiri tidak mempunyai cacat kesalahan sehingga pada akhir jaman ia akan menjadi hakim yang sah yang menghakimi semua manusia. Ini merupakan pengakuan yang begitu tegas yang menunjukkan siapa Dia sesungguhnya. Namun ketika itu diungkapkan pada dunia, tetap tidak membuat orang masuk gereja karena ada batas yang menutup mereka. Paulus yang dulunya begitu membanggakan segala yang ia mampu kerjakan sebagai orang Yahudi namun waktu ia mengenal Kristus, semuanya itu dianggap sampah karena pengenalannya akan Kristus yang jauh lebih mulia. Dalam Mat 13:10-13 Yesus mengatakan, "Sebab kepada kamu diberikan anugerah kasih karunia untuk mengerti kerajaan Allah dan kepada mereka tidak." Itu supaya mereka yang mendengar namun tidak mendengar, melihat tetapi tidak melihat dan tidak mengerti. Sehingga kalau saudara boleh mengerti tentang Yesus itu karena anugrah Tuhan terlalu besar bagi kita. Kita tidak akan mungkin mengerti Firman kecuali Tuhan membuka pengertian kita. Paulus adalah orang yang begitu mengerti anugerah, ia tahu kalau ia boleh bertemu dan mendengar Tuhan semata-mata adalah karena anugerah. Kalau kita tahu anugerah maka kita tahu bagaimana kita berespon kepada Dia. Kita seringkali mengabaikan dan menyia-nyiakan karena menganggap kalau kita boleh mendengar, belajar dan mengerti Firman itu biasa padahal itu semua tidak biasa karena semua itu anugerah. Saat membaca Firman, saya tertegun melihat sikap Sakeus, seorang pemungut cukai. Ia tahu siapa dia yang tidak layak kalau Tuhan datang di rumahnya. Orang yang semakin mengerti dan merasakan anugerah maka ia tahu bagaimana ia berespon terhadap anugerah. Sangat disayangkan bahwa terlalu sedikit orang Kristen yang sadar anugerah dan terlalu banyak orang Kristen yang masih menganggap semua anugerah itu begitu saja boleh dilewatkan akibatnya kita tidak pernah mendapatkan kedalaman daripada anugerah dan tidak pernah mengerti sungguh-sungguh kedalaman kebenaran Allah. Ketika anugerah Tuhan itu boleh kita terima, saat itu banyak aspek yang akan dibukakan oleh Tuhan pada kita. Ini adalah hal pertama yang saya harap kita boleh gumulkan dalam hidup kita. Ketika kita akan menyongsong abad 21, pertanyaan serius yang harus kita jawab adalah seberapa jauh saya berpaut pada Tuhan. Ketika hari ini kita boleh membaca dan memiliki Alkitab, itu seharusnya begitu berharga dimana kita boleh menikmati membacanya tetapi seringkali Alkitab yang harganya mampu dijangkau, kita anggap remeh. Alkitab seharusnya tidak dapat dijual dengan harga semurah itu karena menggunakan kertas yang sangat mahal dengan kualitas sangat bagus sehingga dapat disusun sedemikian tipis. Bagaimana sesungguhnya sikap kekristenan kita? Seberapa jauh kita menghargai warisan anugerah Firman kebenaran Tuhan yang dibukakan pada kita? Kita seringkali lebih cepat membuka koran dan mengejar informasi dunia tetapi tidak untuk Firman Tuhan. Merupakan suatu hal yang tidak wajar kalau seseorang melepaskan anugerah yang besar demi mencari sesuatu yang lebih rendah/ remeh. 264 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 2. Seberapa jauh keagungan ketika saya mengenal Kristus itu menjadi bagian yang boleh membuka sistem pikiran kita untuk kembali pada kebenaran yang sejati. Paulus berkata, "Ketika saya boleh mengenal Kristus, itu merupakan sesuatu yang jauh lebih mulia karena itu membuat saya terbuka, terlepas dari lingkup konsep sempit pikiran saya." Kita terbuka dari apa yang disebut sebagai close system pikiran. Dalam Flp 3:9 dikatakan, "…, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan." Ia yang dahulu menegakkan kebenaran berdasarkan kebenarannya sendiri, sekarang sadar dan mengandalkan kebenaran yang dianugerahkan kepadanya berdasarkan iman. Inilah keterbukaan satu konsep pengertian yang membuat kita mengerti apa yang namanya pengetahuan. Kalau seseorang tertutup di dalam konsep pemikiran sendiri, ia akan terjebak dalam kebodohannya sendiri. Dalam Ams 1 dikatakan, "Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan." Dua aspek ini dikontraskan secara bersama-sama. Satu-satunya yang berhak mendidik adalah Tuhan dan ketika kita takut akan Tuhan maka Ia akan membuka semua yang selama ini melingkupi pikiran kita sehingga kita baru mengerti kebenaran sejati. Kita harus kembali pada sumber pengetahuan sehingga kita mampu mengerti pengetahuan yang bukan dispekulasikan oleh pikiran manusia tetapi pengetahuan yang dibuka oleh sumbernya pengetahuan itu sendiri. Dunia tidak pernah mengerti kunci merelasikan antara takut akan Tuhan dengan pengetahuan karena mereka telah mendualismekannya dan bahkan ingin menundukkan Allah. Kalau pengetahuan sudah menjadi tuan dan Allah dijadikan budak maka pada saat itulah seluruh pengetahuan rusak dan tidak ada satu pengetahuan yang tuntas dapat kita mengerti. Mari kita balik pada Firman sebelum menjadi fiktim dunia yang sedang memasuki destruksi global. Manusia diberikan oleh Tuhan hak untuk menerobos kemungkinan berdasarkan anugerah dan pimpinan Tuhan. Hal penting yang menjadi bagian saya dan saudara kerjakan adalah bagaimana kita berjuang melewati semua kesulitan untuk dapat dipakai Tuhan! Betapa mengerikan kalau kita sebagai orang Kristen begitu cengeng menghadapi kesulitan, seolah-olah Tuhan tidak ada. Waktu kita menjadi orang yang berada di bawah anugerah dan pimpinan pengajaran Tuhan maka kita akan masuk dalam kebenaran yang nyata, yang Tuhan buka sehingga kita boleh berjalan dalam kebenaran Firman-Nya. Satu-satunya kunci di sini adalah ketaatan kita pada Tuhan dan bukan mengandalkan otak atau pengetahuan kita sendiri. Takut akan Tuhan adalah permulaan semua pengetahuan, mulainya saya berubah berdasarkan pembaharuan akal budi dan menjadikan kita dapat menerobos seluruh kesulitan jaman serta dipakai oleh Tuhan untuk memenangkan jaman. Kita bukan dikendalikan situasi, tetapi kita mengendalikan situasi berdasarkan pimpinan Tuhan atas hidup kita. Menyesal dan meratap tidak akan menyelesaikan apapun karena itu hanya membuktikan bahwa Tuhan adalah Tuhan yang jahat dan tidak adil. Berapa jauh di dalam situasi dan tempat di mana kita diberi hidup, Tuhan beranugerah, dan apa yang Tuhan ingin kita kerjakan berdasarkan takut akan Tuhan maka di situlah saya melangkah. Sudahkah Tuhan membongkar seluruh cara berpikir kita sampai kita menjadi manusia baru yang tidak seperti dunia dapat kerjakan? Dunia hanya mampu tahu hidup yang tanpa Tuhan tetapi anak Tuhan harus tahu hidup yang taat dan takut kepada Tuhan! Itu perbedaan dasar yang tidak dapat diabaikan dan yang membuat seluruh cara dan ketajaman pemandangan kita berbeda dari dunia! Janganlah hak dan harta karun yang Tuhan limpahkan pada kita, dilewatkan begitu saja. Biarlah saat ini kita kembali mendapatkan seluruhnya dan menjalankannya dalam hidup kita. Maukah kita menanggalkan manusia lama untuk kemudian menjadi manusia baru? Di sini yang dituntut bukan sekedar reformasi tetapi rekonstruksi, suatu perombakan atau satu pembangunan total! Itulah yang Tuhan tuntut untuk kita kerjakan. Mau saudara? Amin! 265 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 C Ciirrii p pe erru ub ba ah ha an n iim ma an nK Krriis stte en n Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: Efesus 4:20-24 20 Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus. 21 Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus, 22 yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, 23 supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, 24 dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya. Hari ini kita akan melanjutkan pembahasan Efesus 4:20-24 dengan penekanan di ayat 22. Di bagian ini kita akan mempelajari terus tentang konsep perubahan dari manusia lama menuju manusia baru. Seperti yang dikatakan dalam ayat 20 yaitu, "Tetapi kamu bukan demikian," yang berarti ada satu perubahan dari kondisi yang lama menuju pada kondisi yang baru. Dari kondisi belum mengenal Tuhan menjadi kondisi yang sesuai dengan Firman dan mengerti serta mengenal Tuhan secara tepat. Kalau kita boleh kembali pada pengajaran dan mendapatkan kebenaran yang nyata dalam Kristus, itu bukan karena kemampuan diri kita sendiri tetapi karena Tuhan masih berbelas kasihan pada kita. Selanjutnya dalam ay 22 Paulus mengatakan, "Yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan." Paulus disini memberi penekanan tambahan, ‘harus menanggalkan manusia lama!’ Ini merupakan satu pengajaran paradoks yang luar biasa rumit dan sulit. Alkitab menekankan iman Kristen yang menuntut satu tingkat perubahan atau pergeseran dasar yang bukan hanya di permukaan tetapi menyangkut hingga ke akar permasalahan inti iman itu sesungguhnya. Dan itulah yang dinamakan perubahan dari kondisi natur lama menjadi natur baru. Jikalau demikian, dalam kondisi lama atau barukah kita sekarang hidup? Inilah yang disebut paradoks dan hal ini harus kita mengerti secara tepat dalam kehidupan kita. Prinsipnya di sini adalah perubahan yang nyata dari manusia lama menuju manusia baru. Pada saat kita dipanggil menjadi orang Kristen, hari itu kita percaya dan mengambil tekad di hadapan Tuhan, itu bukan berarti pada saat itu juga kita menjadi sempurna. Ketika kita bertobat, di dalam diri kita masih terdapat manusia lama karena ternyata tidak mudah menanggalkannya sedemikian saja. Sehingga jika kita tidak mengerti konsep paradoks ini, maka kita akan terjebak di dalam kesenjangan yang sangat besar antara fenomena dengan ideal. Jikalau demikian, apa yang dimaksud dengan pergeseran iman? Dalam kekristenan kita menuntut satu kondisi paradoks yang sangat serius karena iman di sini bukan sekedar mengubah gejala fenomena atau kuantitatif tetapi menuntut terjadinya pembedaan secara 266 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 kualitatif. Karena ketika kita mau meninggalkan sesuatu yang lama dan memegang sesuatu yang baru maka di situ terdapat perbedaan nilai yang harus kita pegang, dimana yang baru harus lebih bernilai daripada yang lama. Tetapi bagaimana kita tahu dan yakin kalau yang kita kejar itu lebih baik? Di sini perlu adanya ukuran untuk menilai yang lebih baik itu. Di dalam mengerti iman Kristen, saudara harus mendapatkan keunggulan kualitatif dan bukan keunggulan kuantitatif (Flp 3:4-11). Sebagian besar manusia telah diracuni oleh iman humanis dan materialis di mana mereka hanya hidup mementingkan diri sendiri dan menjadi hamba uang (2 Tim 3:1-2). Ini menjadi hal yang menyesatkan karena kita hanya mengejar sesuatu yang tidak ada habisnya. Jikalau kita berada dalam iman yang seperti ini dan bereligiusitas maka bagi orang seperti ini Allah merupakan alat untuk mencapai imannya. Jadi ia bukan percaya Allah tetapi percaya humanis dan materialis yang direligiusitaskan sehingga Allah harus tunduk pada imannya dan Allah tersebut harus menguntungkannya. Semangat dan sifat agamawi manusia yang liar dan salah itu sebenarnya semua hanya jebakan daripada nafsu iman yang palsu yang menyesatkan. Itu bukanlah pergeseran iman yang kualitatif tetapi iman yang kuantitatif, sebab sekalipun ia pindah ke agama manapun, imannya tidak bergeser karena ketika ia berganti agama itu sekedar tampak luarnya saja. Yang lebih parah, orang Kristen juga banyak yang imannya humanis dan materialis, hanya kuantitasnya digeser dari yang sedikit menuju yang lebih besar. Kalau demikian, kita adalah pembagi destruksi dunia secara total. Alkitab mengatakan bahwa engkau harus bergeser dari iman yang palsu, yang mementingkan diri sendiri dan yang mengejar hal-hal duniawi untuk kembali menundukkan diri pada ketaatan kepada Tuhan yang sejati. Sudahkah itu menjadi bagian kita dan maukah kita mengeser bukan hanya gejala fenomena tetapi inti iman kita? Saya ingin setiap kita benar-benar menginterospeksi diri, seberapa jauh kalau kita boleh beranugerah mendengar Firman, itu sudah mengubah kita hingga ke akar permasalahan yang paling dasar yaitu inti iman kita yang sesungguhnya? Bukankah kalau kita mempermainkan Allah maka kita sedang merusak dan membuang diri di dalam dosa yang akhirnya menghancurkan diri kita. Menerima Yesus sebagai Juru Selamat, bagi saya belum cukup jikalau kita tidak menguduskan Tuhan dalam hati. Karena jikalau hanya berhenti di "Juru Selamat" maka itu hanya memuaskan egoisme kita. Dalam 1 Petrus dikatakan, "Hendaknya engkau menguduskan Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhanmu." Inilah inti daripada kehidupan iman yang baru yaitu kembalinya saudara dan saya pada iman yang sesungguhnya, taat mutlak kepada Kristus, memikirkan kepentingan Tuhan dan sungguh-sungguh mau mengabdi pada Tuhan. Ketika kita bergeser dari manusia lama diperbaharui menjadi manusia baru maka itu melewati satu jalur di mana roh dan pikiran kita diubah. Itu terjadi karena kita mendengar pengajaran dan mendapatkan kebenaran yang nyata dalam Kristus. Di sini terbaliknya antara konsep dunia dengan iman Keristen. Konsep dunia selalu melihat perubahan kuantitatif dan tidak melihat perubahan kualitatif sedangkan Kekristenan menuntut perubahan kualitatif meskipun perubahan kuantatif belum terjadi. Paulus mengatakan, jikalau saudara sudah menjadi manusia baru maka saudara harus meninggalkan manusia lama. Itu berarti Paulus tahu bahwa ketika bertobat, manusia lama kita seringkali masih ada. Secara ideal, kita sudah menjadi orang baru namun realitanya kita masih harus berproses hingga akhirnya boleh mencapai sama seperti yang dituntut oleh Tuhan di dalam kesempurnaannya. Itu proses seumur hidup yang harus dikerjakan. Sekarang yang perlu kita pertimbangkan adalah berkenaan dengan bagaimana proses itu dapat terjadi. 267 1. Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Perubahan yang bersifat esensial adalah dari dalam dan bukan dari luar Tuhan menuntut perubahan pertobatan dari dalam motivasi hati kita. Bertobat adalah ketika hati kita mulai berbalik dari hidup yang untuk kepentingan diri, sekarang untuk kepentingan Tuhan. Hati yang dulunya beku, egois dan mati, kini disembuhkan, dihidupkan oleh Tuhan sehingga menjadi hati yang takut akan Tuhan. Kita tahu bahwa hidup ini bukanlah milik kita lagi melainkan milik Tuhan. Mari kita menilik hati kita, benarkah kalau disebut orang Kristen, Kristen yang artinya Kristen kecil (miniatur, mencerminkan Kristus dalam hidupnya) kita mau memuliakan Kristus dalam hidup kita? Apakah kita dimotivasi dengan semua keinginan diri dan egoisme yang luar biasa? Ketika kita hidup bagi Tuhan, seringkali masih berada di dalam dua kondisi, antara melayani Tuhan atau melayani diri kita sendiri. Kita perlu peka, siapa sebenarnya yang menjadi inti dalam kita melayani! 2. Bagaimana sikap kita terhadap dosa? Orang bukan Kristen berbuat dosa dan orang Kristenpun masih dapat berbuat dosa, lalu di mana letak perbedaannya? Bedanya adalah di dalamnya. Orang yang bukan Kristen kalau berbuat dosa, ia tidak merasa perlu mengakui dan bertobat dari dosanya tetapi orang yang di dalam Tuhan, hatinya peka sekali akan dosa. Bagi saya merupakan tanda tanya besar kalau orang yang mengaku Kristen tetapi hidupnya sembarangan di dalam berbuat dosa karena bagi saya kalau seseorang sudah bertobat seharusnya ada satu kesadaran. Menurut Yoh 16:8 dikatakan kalau Roh Kudus diam di dalam hati seseorang maka Ia akan menginsafkan orang tersebut akan dosanya. Orang yang sadar dosa adalah karena Roh Kudus sudah menyadarkannya, saat itu ia akan menyesal dan tidak berbuat dosa lagi. Itulah tanda bahwa ia telah diperbaharui. Saya harap keinsafan kita akan dosa diperkembangkan di dalam hati kita dan menguji bagaimana hidup kita masingmasing. Biarlah hal ini terjadi selangkah demi satu langkah, mungkin tidak dapat selesai segera tetapi pasti bertumbuh dengan pertolongan kuasa Tuhan. Yang dimaksud di sini adalah kuasa menjadi anak-anak Allah yang hidupnya memperkenan Tuhan Allahnya, yang tidak mempermalukan Bapanya dan yang hidup sesuai dengan sifat Bapanya (Yoh 1:12). Jiwa yang di dalam kesucian, kebenaran dan keadilan merupakan jiwa yang berbeda dari natur hidup di dalam dosa. Maka untuk itu Allah memberikan kuasa untuk melawan. Kita masih ada manusia lama tetapi Tuhan sekarang memberi kuasa di mana dulu tidak dapat menanggalkan hal tersebut tetapi sekarang kita mampu menanggalkannya. 3. Waspada terhadap nafsu yang membinasakan kita. Orang yang sudah diperbaharui harus peka dan waspada terhadap semua gejala dan cobaan yang menerpanya. Saat saudara hidup santai dan tidak mau beriman, saudara akan aman tetapi ketika saudara mengambil tekad hidup setia pada Tuhan maka saat itu akan mulai muncul banyak masalah, cobaan, usaha untuk menjatuhkan dan banyak hal manis yang ditawarkan supaya saudara rusak imannya dan jatuh daripada kebenaran. Yesus mengajarkan supaya kita menjauhkan diri dari semuanya itu, seperti dalam doa Bapa Kami, "Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat." Itu merupakan prinsip iman Kristen. Namun waktu kita menjauhkan diri dari pencobaan, pencobaan bukannya akan tinggal diam tetapi akan terus mengejar. Satu prinsip yang harus dipegang keras oleh orang Kristen adalah bahwa barangsiapa ingin menanggalkan manusia lama, ia harus mempunyai tekad yang uncompremize (tidak ingin berkompromi sama sekali) di dalam sikap hidup kita. Kita jangan mudah menyerahkan 268 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 diri untuk jatuh dalam hal-hal seperti itu. Seringkali banyak anak-anak remaja yang jatuh karena hal seperti itu. Mari kita mulai sadar, pada saat diubah oleh Tuhan, hal seperti itu harus dihentikan, manusia lama kita harus ditanggalkan dan kembali kepada Kristus. Ini semua demi supaya kita boleh melayani secara tepat seperti yang dikehendaki-Nya. Hanya dengan cara seperti itu Tuhan dapat memperbaharui keseluruhan hidup kita demi kemuliaan nama-Nya. Kiranya hari ini Tuhan boleh mengusik dan mengubah hati kita sehingga kita boleh mengambil komitmen di hadapan Tuhan untuk setia mengikut Tuhan, menanggalkan manusia lama dan berjuang berproses mulai hari ini, setiap hari diubah semakin hari semakin dekat pada Kristus dan boleh memuliakan-Nya. Amin! 269 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 P Pe em mb ba arru uh ha an n rro oh hd da an np piik kiirra an n Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 23 Efesus 4:23 supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, Saudara, kalau kita terus mengingat dalam konteks ayat 20-24 dari Efesus 4, di sini akan nampak bagaimana Tuhan sedang menuntut melalui rasul Paulus, perubahan dari manusia lama menuju manusia baru. Kekristenan adalah pergeseran dari seseorang yang hidup di bawah belenggu manusia lama menuju kepada kemerdekaan yang dibentuk di dalam format manusia baru dan dicipta menurut kehendak Allah dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya. Tetapi antara kondisi manusia lama menuju manusia baru dibutuhkan proses pembaharuan yang terus-menerus. Dan dalam proses itu, kita justru akan mengalami satu kondisi konfliks yang oleh Augustinus disebut sebagai The 3th State (kondisi ketiga) dalam proses kehidupan kita sebagai anak Tuhan. Ketika kita membaca ayat 23, bahasa dari LAI memisahkan kata Roh dan pikiran yang dilihat sebagai dua aspek berbeda di mana keduanya perlu diperbaharui yaitu rohani (spiritualitas kita) dan pikiran kita. Roh yang dulunya mati, terbelenggu dosa dan tidak dapat bersekutu dengan Allah yang adalah Roh, kini dimerdekakan. Sehingga ketika kita berdoa dan memuji Tuhan, maka pujian terhadap Allah tersebut keluar dari roh yang sungguh-sungguh sudah diperbaharui menuju Roh yang sejati, yaitu Allah. Ini yang dikatakan oleh Tuhan Yesus ketika Ia bertemu dengan perempuan Samaria dalam Yoh 4:21-23. Ketika saudara datang dalam ibadah gereja, apa yang menjadi dorongan saudara untuk beribadah? Apakah saudara beribadah karena itu merupakan peraturan gereja atau karena merasa ada yang kurang jika hari minggu tidak datang ke gereja? Kalau alasan kita seperti itu, apakah itu yang dinamakan ibadah? Ibadah sejati adalah ketika roh kita diperbaharui dan mendorong kita untuk bertemu dengan Roh yang sesungguhnya dalam satu ibadah bersama. Ketika kita mengkaitkan hal ini, kita melihat bagaimana Roh Tuhan memperbaharui roh dan pikiran kita. Bukan karena ritual-ritual kristen yang menjadikan kita sebagai orang Kristen lalu kita mulai menformat diri kita bagaimana mencocokkan diri supaya saya dapat kelihatannya seperti orang Kristen. Itu adalah pikiran yang diformat dari luar melalui tekanan, keinginan dan tuntutan orang lain terhadap kita. Jawaban Kekristenan bukan demikian tetapi justru melalui pembaharuan pikiran kita dari dalam. Ketika Tuhan memperbaharui pikiran kita dari dalam maka terjadi perombakan konsep berpikir sehingga kita mulai menampilkan satu pikiran yang bereksistensi di dalam kehidupan saya. Ketika kita memuji Tuhan atau bahkan ketika kita hidup seperti apa, itu semua karena kita menginginkan hal itu terjadi dalam hidup kita. Persoalannya, apakah ini terjadi di dalam hidup kita? Apa yang menjadikan engkau berbeda dari orang lain? Benarkah ketika saudara dan saya menjadi Kristen karena kita diperbaharui roh dan pikiran kita ataukah 270 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 ketika itu saya tetap menjadi orang Kristen yang humanis materialis yang pikiran dan rohnya tidak berubah? Mari kita mulai berubah di dalam aspek yang paling mendasar. Reformed Theologi menekankan hal ini dengan keras di mana iman Kristen harus mulai dari kedaulatan Allah, pemerintahan Allah atas hidup kita dan Dialah yang mengontrol hidup saudara dan saya. Saya sedih kalau melihat Kekristenan yang sudah lumpuh dan tidak tahu lagi mengapa ia harus hidup di tengah jaman ini. Layakkah kita menyebut diri kita Kristen kalau demikian? Apa yang menjadi orientasi hidup ketika kita datang di hadapan Tuhan pada setiap pagi, awal hari kita? Saya bersyukur kalau gereja dimulai pada hari pertama minggu. Pada awal minggu kita mulai dengan ibadah sehingga seluruh hidup kita dipimpin dengan Firman. Pernahkah kita berdoa, di dalam berbagai cobaan, kita boleh tetap dituntun dan diajar hidup lurus dihadapan Tuhan. Supaya sepanjang hari kita boleh menyenangkan dan tidak mempermalukan Tuhan. Yosua diminta oleh Tuhan berdoa seperti itu. Benarkah roh pikiran seperti ini yang mempengaruhi dan membentuk hidup kita? Ini hanyalah salah satu contoh yang saya coba angkat, bagaimana kita mengevaluasi hidup kita sepanjang hari. Kalau kita perbandingkan dalam kata aslinya (Yunani), maka kata pikiran merupakan bentuk genetif kata roh. Sehingga jika kita terjemahkan dalam bahasa Indonesia sesungguhnya, "Supaya kamu diperbaharui di dalam roh pikiranmu (The spirit of your mind)." Namun dalam bahasa Inggrisnya, kata spirit diganti dengan kata attitude. Karena kata spirit (pneuma) selain berarti roh juga semangat, jiwa yang berkeinginan, dorongan hati atau sikap. Maka NIV menafsirkan dan menggunakan kata itu sebagai attitude of your mind yang artinya sikap daripada pikiranmu. Tetapi kata yang tepat digunakan adalah the spirit of your mind. Dalam bahasa Inggrisnya lebih ditekankan bahwa itu merupakan satu dorongan roh yang membentuk pikiran kita. Pembaharuan iman kristen adalah pembaharuan di dalam roh pikiran karena itu pembentukan dari dalam keluar. Namun yang terjadi di tengah kekristenan justru terbalik. Betapa mengerikan kalau justru roh pikiranmu tidak mengalami pembaharuan. Pembaharuan inti iman Kristen haruslah dimulai dari semangat pikiran kita. Menjadi Kristen, kita perlu mempunyai semangat pikiran yang diubah oleh Tuhan sehingga seluruh dorongan pikiran kita tidak sama dengan dorongan pikiran dunia. Dorongan pikiran inilah yang menjadikan kunci bagaimana anda mampu memproses iman Kristen anda dengan sungguh-sungguh, sukses sama seperti bagaimana dorongan pikiran yang mampu membuat anda sukses dalam hal lain. Suatu bangsa yang mentalitasnya telah dilumpuhkan akan menjadi bangsa yang tidak dapat maju. Kalau kita ingin maju, kita perlu mempunyai dorongan yang mulai dengan satu semangat dari roh pikiran yang sudah dibentuk dan mempunyai mental berjuang keras untuk mencapai kesuksesan. Di tengah dunia, rahasia ini banyak dimengerti. Orang yang hidup dalam kesulitan dan tekanan namun mereka bangun secara mental, akan sukses tetapi mereka yang tidak gigih mentalnya akan hancur. Mengapa kita seringkali tidak berjuang secara maksimal? Kekristenan tidak diajar untuk memperbandingkan diri dengan orang lain. Kalau kita diberi sejumlah talenta, mengapa kita tidak berjuang sampai mencapai titik maksimum yang kita mampu lakukan? Itu semua membutuhkan semangat pikiran yang membentuk dan memajukannya. Mari kita belajar dari sejarah, ketika Kekristenan diberi segala fasilitas maka saat itulah kekristenan menjadi lumpuh. Seperti halnya di Eropa dan Amerika, ketika kekristenan menjadi mayoritas maka saat itu akan hancur dan tidak mempunyai kekuatan. Tetapi seperti di negara komunis yang ditekan dan dianiaya, Kekristenan justru semakin kuat dan keluar seperti minyak zaitun. Itu keluar daripada satu semangat pikiran yang tidak pernah dapat dikalahkan oleh situasi apapun. Inilah yang menjadikan kita dibentuk dan diubah! Saya selalu berharap muncul orang-orang Kristen yang mempunyai semangat pikiran sangat kuat. Kekristenan menuntut pembaharuan seperti itu, kekristenan tidak dapat tunduk dan dijepit dengan tekanan luar. Kekristenan sejati di mana ada atau tidaknya tekanan luar, itu tidak memberi pengaruh yang terlalu besar karena semangat itu keluar dari dalam yang dicipta dan dibentuk oleh Tuhan untuk 271 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 menerobos kebenaran dan kekudusan yang sejati. Berapa banyak orang Kristen hari ini yang mempunyai jiwa dan semangat pikiran yang menerobos seperti ini? Saya rindu Tuhan pakai setiap kita untuk boleh berjuang dalam satu semangat pikiran yang Tuhan bentuk berdasarkan kelahiran baru dan Tuhan perkenankan kita alami. Kalau saudara boleh dipertobatkan dan diubah menjadi anak Tuhan, biarlah roh pikiran saudara juga diubah, bukan memperjuangkan hal yang di dunia tetapi memperjuangkan iman Keristen dengan semangat pikiran yang seperti itu. Yang terakhir, waktu saudara dan saya berjuang, kita berhadapan dengan situasi paradoks yang harus digarap dengan serius di tengah kita hidup. Ketika saya berjuang dalam manusia baru, sementara manusia lama saya tetap berusaha menarik saya. Saya harus berubah sambil menanggalkan manusia lama saya. Semangat ini adalah semangat yang harus membuat kita semakin berdayaguna, berjuang keras ketika hidup di tengah dunia. Seringkali orang hidup di dalam kondisi yang sangat linier. Dengan pemikiran yang akhirnya membuat kita hidup dalam dualisme, seolah-olah kalau ingin menjadi orang Kristen yang baik, kita tidak dapat menjadi pengusaha dan sebaliknya. Mengapa harus didualismekan? Seringkali muncul tekanan yang menuntut kita secara ekstrim dari dua arah. Itu bukan cara pikir kekristenan! Cara pikir Kekristenan merupakan cara pikir yang paradoks di mana semangat mau sungguh-sungguh setia dan taat pada Tuhan, itu harus mulai memproses kehidupan kita meskipun belum sempurna. Alkitab berkata, pembaharuan spirit pikiran kita itu harus dipakai oleh Tuhan untuk kembali terjun di tengah-tengah masyarakat. Dalam Yoh 17:15-18 Tuhan Yesus berdoa, "…, sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia." Apa artinya kalau kita mempunyai spirit pikiran tetapi tidak ada sesuatupun yang perlu kita perjuangkan kecuali kita kembali ke tengah dunia, menjadi terang dan garam yang diproses waktu demi waktu. Seringkali banyak orang Kristen yang dituntut berproses tetapi gagal. Terdapat dua ekstrim yang seringkali membuat orang gagal. 1. Karena salah bersikap. Kadangkala kita kejam sekali dengan menuntut orang lain harus sempurna dalam tempo singkat tanpa melihat proses yang dia lalui. Padahal apabila hal itu diperlakukan sama terhadap kita, belum tentu kita dapat melakukannya juga. 2. Banyak orang Kristen yang bertamengkan istilah proses. Di satu pihak Tuhan memang tidak menuntut kita secara instant tetapi di lain pihak tetap menuntut adanya proses pembaharuan yang terusmenerus dijalankan. Spirit pikiran itu harus terus-menerus terlihat mendorong, mendobrak dan membentuk hidup kita sehingga akhirnya hidup kita boleh diperbaharui. Sehingga hidup kita dapat menjadi satu hidup yang indah dan penuh dinamika serta perjuangan. Kalau kita hidup sedemikian maka kita benarbenar hidup di dalam kekuatan yang daripada Tuhan. Mari kita berjuang, kalau itu dapat kita kerjakan maka semakin indah dan menjadi saksi dalam dunia. Setiap proses dan pergumulan yang kita hadapi harus dipakai sebagai batu loncatan supaya kita dapat mengerti dan melompat lebih tinggi lagi. Dalam semuanya itu berjuang, bukan apa yang saya mau namun bertanya proses apa yang Tuhan kehendaki kita lakukan dan berjuang demi kemuliaan Tuhan. Mau saudara? Amin! 272 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 M Ma an nu us siia ab ba arru ud dii d da alla am mK Krriis sttu us s Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 24 Efesus 4:24 dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya. Pada minggu lalu telah dibicarakan tentang perubahan iman Kristen yang bukan dilihat secara fenomena atau ritual agama melainkan merupakan satu perubahan mendasar dalam inti hidup yang sesungguhnya yaitu roh dari pikiranmu (the spirit of your mind). Di mana bagian ini dikaitkan oleh Paulus dengan 2 Kor 5:17, "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: …" Dan saat ini kita memasuki bagian terakhir daripada seluruh konteks, satu kalimat utuh yang ditekankan oleh Paulus dalam ayat 20-24 di mana dikatakan, "Dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya." Ketika kita menjadi orang Kristen, akan terjadi satu perombakan mendasar yang kalau dikaitkan dengan Roma 12:1-2 dikatakan, "Berubahlah oleh pembaharuan budimu." Di mana kata "berubahlah" mengguna-kan kata metamorfosa yang artinya perubahan yang menyeluruh dalam seluruh aspek sehingga bentuk bahkan naturnya pun berubah. Semua ini merupakan satu bentuk perubahan yang bukan sekedar fenomena tetapi perubahan mendasar di dalam seluruh natur kehidupan, seperti halnya seekor ulat yang menjadi kupukupu. Di sini terdapat satu hal yang dikontraskan yaitu antara menanggalkan manusia lama (22) dengan menggenakan manusia baru (24). Hal ini bagaikan seseorang yang membuka baju yang lama (manusia lama) lalu mengganti dengan sebuah baju yang baru (manusia baru). Paulus mengatakan bahwa barangsiapa yang berada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru yang diciptakan menurut kehendak Allah. Dua hal ini menjadi gabungan yang begitu penting untuk dimengerti. Barangsiapa di dalam Kristus itu berarti Ia harus menanggalkan esensi hidup, iman dan roh pikirannya yang lama lalu masuk ke dalam esensi hidup yang baru dan iman yang sesungguhnya. Banyak orang Kristen yang ketika percaya, gagal mempercayakan diri masuk ke dalam kepercayaan tersebut dan akhirnya ia hanya mau memanipulasi. Pada saat seperti itu ia gagal mengalami pembaharuan mendasar daripada roh pikirannya, dengan demikian ia belum masuk dalam pengertian iman yang sesungguhnya. Ketika Paulus masuk ke dalam pengertian "Mengenakan manusia baru," di situ ia menggunakan satu struktur kalimat yang sangat tepat. Dengan menggunakan struktur aorist middle ia ingin menekankan bahwa ketika kita harus mengenakan manusia baru, itu bukanlah dalam bentuk present tense (sebagai kontinuitas/ sekedar dapat dikerjakan setiap hari dan dapat ditukar dengan yang lama apabila bosan) melainkan sesuatu hal yang sekali dikerjakan maka harus berdampak kekekalan, terus berkelanjutan sampai akhir. Dan di sini Paulus bukan menggunakan format pasif (dalam arti orang itu dipaksa untuk melakukannya) tetapi menggunakan 273 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 bentuk resiprok (middle voice/ Yunani) itu lebih ke arah perlakuan yang kembali pada diri sendiri. Kalau saya memutuskan mengenakan manusia baru, berarti saya siap untuk berjalan dalam pertimbangan hidup manusia baru. Karena itu Paulus mengatakan, tidak akan mungkin kondisi ayat 24 dapat dikerjakan kecuali ayat 23 telah dapat diselesaikan sebab roh pikiran kita tidak akan memungkinkan untuk rela menggarap dan menjadikan hal seperti itu. Apakah kita berpikir kalau menjadi orang Kristen dan akhirnya dilarang tidak boleh bohong, korupsi, nepotisme, melakukan berbagai macam kecurangan dan kejahatan, itu dianggap sebagai suatu kesulitan? Bukankah ketika Tuhan mengajar dan membatas kita maka seluruh larangan dan batasan diatur demi kebaikan kita, demi kita dapat menjadi manusia sejati yang mempermuliakan Tuhan. Pada saat seperti itu mari kita memikirkan kembali, mengapa kita sulit untuk mengenakan manusia baru? Pada hakekatnya itu karena roh pikiran kita belum dibuka oleh Tuhan, karena ketika ia boleh sadar kalau hidupnya dicengkeram dosa, terbelenggu dan menghancurkan, ia akan dengan rela keluar dari situ untuk kembali pada kondisi manusia baru. Bukankah itu merupakan satu anugerah yang terlalu besar? Bagi saya iman Kristen sejati adalah yang sudah mengenakan manusia baru. Karena esensi daripada kekristenan tidak dapat diganti sebab itu merupakan inti yang sudah merubah dia. Ia tidak akan ingin untuk kembali pada manusia lama karena ia sangat sadar kalau ia kembali, itu tidak akan menguntungkannya tetapi justru menghancurkan dan tindakan bunuh diri yang sangat merugikannya. Inilah yang Paulus tekankan dalam hidup kita yang berarti bagaimana perubahan iman Kristen bukan secara otomatis terjadi tetapi merupakan satu tugas perjuangan karena Tuhan sudah membuka pengertian kita. Selanjutnya, dalam poin kedua Paulus langsung membatasi dengan kalimat kedua supaya tidak timbul adanya kesalahan. Sebab hal ini dapat menjadikan orang Kristen sombong ketika ia sukses dan dapat berubah. Padahal di satu pihak kita berjuang tetapi di lain pihak yang memungkinkan hal itu terjadi adalah karena kehendak Allah. Tuhanlah yang berinisiatif sehingga hal itu mungkin terjadi. Banyak orang salah mengerti di dalam pengertian Theologi Reformed karena salah menangkap antara perjuangan manusia dengan kedaulatan Allah yang bekerja. Karena ketika orang Kristen menangkap konsep kedaulatan Allah dan predestinasi maka orang Kristen jadi berpikir untuk semua itu tidak diperlukan perjuangan. Alkitab mengatakan bahwa disatu pihak Tuhan memang berdaulat dan menetapkan ciptaan berdasarkan kehendak Allah. Penciptaan memang di luar kemampuan kita untuk memilih, termasuk juga ciptaan ulang. Setiap kita waktu lahir itu merupakan anugerah kedaulatan yang membuat kita boleh lahir. Dan waktu Tuhan mendatangi saudara dan membentuk satu titik temu di mana saudara bertobat hari itu, tidak pernah saudara mungkin bayangkan kalau hari itu akan bertobat. Disini kita tidak dapat mendualismekan antara Allah menetapkan dan memilih kita, dengan kita meloloskan diri dari tugas auris midle "mengenakan manusia baru" yang Tuhan tuntut untuk kita bekerja dan melayani. Bagaimana kita harus berubah di dalam seluruh roh pikiran untuk boleh kembali pada Tuhan. Saudara, kalau kita mengerti hal ini, baru Tuhan bawa ke dalam satu konsep yang lebih dalam yaitu kita boleh mulai memparadokskan bagaimana Allah di dalam kehendaknya sedang memimpin saudara dan saya untuk boleh berubah sehingga tidak ada satupun daripada kita yang berhak sombong ketika Tuhan mengubah kita. Sekali lagi saya kembali pada hal yang pertama di mana ketika Paulus mengatakan, "Engkau berbeda," Itu karena Tuhan beranugerah. Kita dapat mengalami pembaharuan pikiran karena kita dicipta ulang dalam kehendak Allah di dalam Kristus sehingga kita menanggalkan manusia lama dan menggenakan manusia baru. Saudara dapat melihat seluruh struktur ini. Kekristenan adalah satu kondisi dimana roh pikiran kita diperbaharui sehingga ketika kita melakukan sesuatu, kita melakukannya karena Tuhan memimpin Roh pikiran dan itu menjadi natur saya untuk mau menyenangkan Tuhan. Konsep seperti ini menjadikan kita 274 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 kembali pada dasar yang paling dasar yaitu the will of God dalam hidup kita. Kemungkinan saudara dan saya untuk masuk ke dalam poin kedua, ini bukanlah hal yang sederhana. Seberapa jauh dalam hidup, kita berdoa supaya hari ini Tuhan pimpin sehingga kita boleh menjalankan kehendaknya. Ataukah setiap hari saudara berdoa namun tidak pernah melihat kehendak Allah yang mencipta saudara secara baru dan gagal kembali mengerti esensi daripada manusia baru tersebut. Di sini yang saya harapkan Tuhan mengubah, membentuk dan mengajar kita. Dalam ayat 24 Paulus ketat sekali menambahkan kata sesungguhnya. Di tengah dunia ini seringkali terjadi kepalsuan yang begitu kelihatan indah, benar dan kudus tetapi sebenarnya di dalamnya terdapat kepalsuan yang luar biasa. Bagaimana saya kembali pada kehendak Alah, iman yang sejati di dalam struktur religiusitas yang diterapkan secara tepat. Hanya satu kemungkinan yaitu saya kembali pada Allah yang mencipta ulang dan membentuk kembali sebagai satu ciptaan yang baru di mana kembalinya kita kepada kehendak Allah yang sejati. Seberapa banyak kita boleh sama-sama bergumul menjadi anak-anak Tuhan yang sesungguhnya? Semakin hari dari generasi ke genarasi bukan menjadi dunia yang semakin enak tetapi justru semakin sulit yang akan mereka alami. Mungkinkah kita masih hidup berkenan kepada Allah? Di saat seperti itu, bagaimana Kekristenan mengajar jemaat dan jemaat mau saling dibina untuk benar-benar mentaati kehendak Tuhan. Saya mengharapkan dari seluruh jajaran Kekristenan boleh belajar mengerti kebenaran, bergumul bersama dan menggarap kehendak Allah. Berjuta pil Estesi setiap hari di-eksport ke seluruh dunia dan di Indonesia setiap hari ratusan ribu dikomsumsi oleh anak SD hingga orang tua. Saudara dapat membayangkan kesulitan seperti ini dan ini yang akan dihadapi oleh generasi yang akan datang. Kalau kita menjadi orang-orang yang di tengah dunia seperti ini, kita melihat situasi yang begitu rumit maka bagaimana kita masih mempunyai kekuatan untuk taat kepada Tuhan sementara tekanan dari sekeliling begitu berat. Betapa sulit kita bertahan untuk menjalankan kehendak Tuhan dalam situasi seperti ini. Biarlah kekuatan pembinaan yang boleh kita dapatkan dari firman Tuhan itu terus menguatkan hati kita, mendorong kita untuk boleh dipakai Tuhan menjadi berkat bagi orang lain, memberitakan injil dan menyatakan kebenaran sehingga banyak orang di luar yang boleh tertolong dari kehidupan mereka yang rusak. Siapa yang dapat melakukannya? Alangkah parahnya kalau kita sendiri yang sampai terjebak masuk ke dalam situasi itu? Saya terus mengajak kita bergumul dan memikirkan hal ini. Tuhan ketika menginginkan kita mengenakan manusia baru, itu bukanlah hal yang sederhana tetapi saya percaya bahwa itulah kunci kita menjadi manusia yang sejati seperti yang Tuhan inginkan. Mari kembali dan menguatkan diri melalui Firman. Saya sangat kuatir kalau gereja sudah tidak memberitakan Firman dengan kokoh, tidak lagi mengajarkan kebenaran yang sejati dan hanya mau menyenangkan telinga pendengar. Mari kita dipakai Tuhan menjadi orang-orang yang di tengah jaman berani bersuara dan menyatakan, berani menolong orang lain yang di dalam kesulitan meskipun untuk itu kita teraniaya. Kalau kita harus mengalami hal seperti itu, relakah kita, demi dunia ini masih melihat secercah pengharapan karena kita telah terlebih dahulu maju melihat hal itu. Biarlah Tuhan pakai, bentuk dan perbaharui kita dengan satu tekad mau mengenakan manusia baru demi untuk kemuliaan Tuhan. Amin! 275 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 K Ke eb be en na arra an nd da an nk ke ek ku ud du us sa an ny ya an ng gs se ejja attii Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 24 Efesus 4:24 dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya. Hari ini kita akan masuk kembali memikirkan hal terakhir dari Efesus 4 ayat 24 di mana Paulus menekankan hidup yang diubah dari manusia lama menjadi manusia baru, yang dicipta kembali menurut kehendak Allah. Ini merupakan satu sifat recreation (penciptaan ulang) yang dikerjakan oleh Allah sendiri. Di dalam kasus ini seringkali kita mudah terjebak sehingga akhirnya gagal mengerti apa artinya manusia baru. Apalagi kalau manusia baru ini dikaitkan dengan istilah-istilah lain seperti halnya lahir baru, pertobatan, dsb. yang sebenarnya menjadi istilah unik dalam kekristenan tetapi gagal dimengerti secara mendalam. Saya rasa kita perlu waspada dengan pemikiran seperti ini. Perubahan drastis yang terjadi dalam hidup seseorang, perubahan akibat tekanan luar, aspek rasional, upaya diri atau gejala-gejala tertentu tidak berhubungan sama sekali dengan pertobatan, lahir baru dan semua istilah, termasuk manusia baru dalam ayat ini. Perubahan semacam itu justru membuat kita salah mengerti inti daripada iman Kristen karena orang yang bukan Kristen bahkan yang tidak beragama pun dapat melakukan hal seperti itu. Perubahan iman Kristen yang sesungguhnya akan bersifat konsisten karena ini menjadi bukti pencirian bagaimana Allah sedang mengintervensi dan melahirbarukan orang tersebut menjadi ciptaan baru di dalam Kristus untuk kembali mempermuliakan Tuhan. Jikalau demikian, siapa yang mengerjakan intervensi tersebut dan bagaimana intervensi itu dikerjakan di dalam diri kita? Alkitab membukakan dalam Yoh 14 bahwa intervensi ini dikerjakan karena peranan Roh Kudus yang langsung mengarap inti hidup kita. Ketika Roh Kudus datang, Ia akan menginsafkan manusia akan dosa, kebenaran dan penghakiman (Yoh 16). Sehingga akibatnya kalau kita merelasikan hal ini yang mana kehendak Allah dijalankan, ia akan memancarkan ciri hidup di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya. Mengapa istilah ini kita kaitkan dengan Roh Kudus? Ini bukan hal yang sederhana! Dalam bahasa Inggrisnya dikatakan "true righteousness and holiness." Kalau dalam bahasa Yunani tidak perlu diberi kata true (dikaiosune) sebab di dalamnya ada inti menuju kepada "truth," kekudusan yang sesungguhnya. Yaitu satu sikap bagaimana kekudusan itu bukan masuk pada kekudusan palsu tetapi kekudusan yang truth (Alitheia), kebenaran bersifat benar, sejati dan murni. Kekudusan yang seperti inilah yang harus dituntut. Ketika saudara membaca Yoh 14: 15-26, di ay. 17 jelas disebutkan bahwa Roh penghibur itu akan datang yaitu yang disebut sebagai Roh Kebenaran. Sedangkan dalam ay. 26 dikatakan, penolong itu adalah Roh Kudus. Dua istilah ini dipararelkan secara satu perikop. Sehingga di sini kalau disebut sebagai Roh 276 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Kebenaran maka ia bersifat kebenaran dan kalau disebut Roh Kudus maka ia bersifat kudus. Maka Roh kebenaran dan Roh Kudus itu merupakan satu oknum yang sama dan oknum ketiga daripada Allah Tritunggal. Jadi jika manusia baru terjadi karena dicipta ulang di dalam Roh Kudus maka seharusnya ia memancarkan kebenaran dan kekudusan. Ini merupakan atribusi normal daripada Roh Kudus sendiri. Di sini satu hal yang sangat serius perlu dipertanyakan mengapa banyak orang Kristen seringkali tidak hidup seturut dengan naturnya? Mengapa kalau saya sebagai manusia baru dan benar-benar menjadi manusia yang sudah dicipta ulang berdasarkan kehendak Allah dan Roh Kudus diam di dalam hati namun tidak muncul natur daripada atribusi Roh Kudus di dalam diri saya? Dalam Yoh 14:26 hal itu ditegaskan, "…, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman." Di sini terdapat dua unsur yaitu sadar akan dosa dan kebenaran dan akhirnya yang ketiga sadar adanya sanksi di antara dua hal yang pertama. Kita hidup dalam dosa atau kebenaran, itu membicarakan penghakiman Allah. Di sini berarti kita tidak cukup hanya mengerti dua hal saja tetapi perlu dituntut untuk memilah dan kemudian memilih di mana kita akan hidup, karena dari dua hal ini akan ada penghakiman yang menyertai di belakangnya. Berarti saya bukan sekedar tahu, namun saya harus bersikap karena sikap ini akan menentukan bagaimana dampak yang akan saya alami di belakangnya. Ini tiga hal yang menjadikan intervensi yang digarap oleh Tuhan di dalam diri seseorang. Selanjutnya kita melihat, istilah "di dalam kebenaran" dalam Ef 4:24 tidak memakai kata truth (kebenaran hakiki) tetapi menggunakan righteousness (kebenaran keadilan) yang artinya satu sikap kebenaran yang harus diuji baik melalui kesaksian, pengadilan dan berbagai sarana pengujian hingga akhirnya terbukti kebenarannya (terikat dengan kebenaran asasinya/ truth). Kata righteousness dibelakangnya tidak membutuhkan "yang sejati" karena righteousness ansih di dalam dirinya menuntut kesejatian. Sehingga saudara perlu memeriksa dengan cermat apabila di dalam Alkitab menemukan kata kebenaran karena antara "truth" yang tidak perlu diuji dengan "righteousness" yang harus diuji, itu merupakan dua hal yang berbeda jauh dan tidak dapat dicampuradukkan. Di tengah sejarah kita melihat upaya-upaya untuk mengeser dan mempermainkan kebenaran yang begitu banyak. Kalau saudara melihat hal seperti itu, ternyata iman kebenaran Kristen itu sangat rentan dan rapuh dengan pencemaran yang sedang terjadi. Sehingga bagaimana sifat righteousness ini dibuktikan dan dijalankan? Itu alasan di dalam Reformed Theologi dan bahkan Pdt. Stephen Tong menekankan setiap hamba Tuhan harus bertanggungjawab dan rela diuji atas setiap pemberitaan kepada jemaat. Kita melihat pencemaran theologis dan kebenaran, pengujian di dalam iman kita sangat rentan dicemari oleh berbagai aspek akibatnya kebenaran kita kalau mau dibuktikan seringkali harus mengalami pengasahan yang luar biasa. Di dalam sejarah berulangkali kebenaran dikontaminasi dengan kepentingan politik, ekonomi, dsb. Bagaimana kebenaran iman Kristen kita dapat murni kalau dicemari dan digerogoti terus oleh segala macam kepentingan yang masuk dan mencemarinya? Bagaimana kita hidup di dalam kebenaran yang teruji? Saya rindu Tuhan membentuk dan menyadarkan, bagaimana saudara dan saya hidup di dalam kebenaran yang rela diuji, dipertanyakan dan melalui pembuktian waktu, membuktikan diri apa yang kita katakan dan kerjakan itu adalah hal yang benar. Ini adalah aspek pertama yaitu kebenaran atau righteousness. Satu proses kebenaran yang terus diuji sampai akhirnya membuktikan diri menuju pada truth (kebenaran sejati yang tidak perlu diuji). Unsur kedua adalah Kekudusan. Dalam ayat ini kata kudus yang dimaksud bukan hagios (kekudusan dalam arti kesalehan) karena jika demikian kita hanya melihat sebagai satu gejala luar bagaimana saya hidup menampilkan diri kelihatan saleh, suci secara tampilan. Kesucian dari luar yang tidak disertai dengan 277 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 kesucian di dalam dan sikap ini sangat tidak disukai oleh Tuhan Yesus. Kekudusan yang dimaksud di dalam ayat ini adalah kekudusan yang terjadi akibat proses di dalam yang sudah memurnikan diri (to purify). Sehingga gambaran pengudusan ini adalah seperti satu bongkah batu emas yang masih penuh dengan kotoran, yang harus dibakar berulang-ulang kemudian disingkirkan kotorannya. Itulah upaya pemurnian. Untuk mendapatkan emas yang mendekati 90% akan sulit dan rumit sekali pemurniannya sehingga hingga di tingkat tertentu tidak mampu untuk menaikkan lebih tinggi lagi dan harus orang yang ahli yang sanggup memurnikannya. Inilah kekudusan yang diinginkan Tuhan untuk dikerjakan! Artinya pada saat seperti itu Tuhan menuntut satu pengujian dan pemurnian hidup yang semakin hari semakin tidak memperkenankan hidup kita dikotori oleh apapun. Menuntut diri supaya hidup benar di hadapan Tuhan serta menyenangkan hati Tuhan dengan tidak membiarkan diri dirusak dan dicemarkan. Inilah sifat dari Roh Kudus yang menggarap kita! Sehingga kalau saudara dan saya tidak mampu mencapai 100% murni sempurna, itu bukanlah alasan kita tidak berproses dalam kekudusan. Proses harus tetap dikerjakan dan harus digarap satu-persatu dalam hidup kita serta tidak memperkenankan satu inci hidup kita dicemari oleh apapun. Dan upaya ini harus digarap terus-menerus di dalam hidup kita. Saat saya sudah mulai dapat berproses, kita tidak boleh lengah sedikitpun karena saat itu kita dapat jatuh lagi. Itulah yang Paulus tuntut nantinya di dalam ayat bawahnya yaitu hendaklah engkau terus menggarap hidupmu sehingga engkau tidak rela mendukakan roh Kudus, mencemarkan nama Tuhan dan ketidakrelaan itu menjadi motivasi kita karena engkau sudah menjadi manusia baru di dalam Kristus. Berapa jauh kita memproses hidup kita di dalam kebenaran dan kekudusan sejati? Tidak ada gunanya kita memproses demi sekedar orang lain melihat kita baik karena yang menilai kita bukanlah orang melainkan Tuhan sendiri. Ia mau inti hidup kita bagus sehingga membuat tampilan kita bagus. Artinya sesuatu yang digarap di dalam secara baik dan teraplikasi secara baik serta adanya perubahan kehidupan di mana inti hidupnya yang diubah oleh Tuhan. Biarlah itu berproses terus-menerus, sebagai bukti kita adalah manusia baru di dalam Tuhan. Sebagai bukti bahwa bibit kebenaran dan kekudusan itu ada dalam diri kita yang menjadikan kita mungkin berproses di dalam kebenaran dan kekudusan sesungguhnya. Di tengah dunia seperti ini, satu-satunya pengharapan kita adalah kembali dan takut kepada Tuhan, itu merupakan modal kekuatan untuk menghadapi dunia. Jikalau tidak maka dengan kekuatan apa kita dapat bertahan? Saya mengharapkan ini menjadi dasar daripada proses hidup kita sehingga saudara dan saya boleh menjadi lilin yang bersinar terang yang menerangi sekeliling kita yang gelap dan dengan demikian kita boleh menjadi saksi Tuhan. Mau saudara? Amin! 278 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 M Ma an nu us siia ab ba arru u,, p pe errh hu ub bu un ng ga an nb ba arru u Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: Efesus 4:25/ Yohanes 8:43-45 Efesus 4 25 Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota. Yohanes 8 43 Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasa–Ku? Sebab kamu tidak dapat menangkap firman–Ku. 44 Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan–keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta. 45 Tetapi karena Aku mengatakan kebenaran kepadamu, kamu tidak percaya kepada–Ku. Beberapa minggu lalu kita telah membicarakan tentang prinsip perubahan manusia lama menjadi manusia baru yaitu perubahan roh pikiran yang dicipta menurut kehendak Allah dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya. Selanjutnya sekarang kita masuk dalam ayat 25 yang merupakan aplikasi dari seluruh apa yang ditekankan oleh Paulus dalam ayat 20-24. "Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota." Kata "karena itu" dalam awal ayat 25 serta kata "jangan" yang selanjutnya akan banyak muncul dalam ayat 26-32, menunjukkan bahwa apa yang ada di belakangnya merupakan konsekuensi logis yang harus muncul sebagai akibat dari ayat 20-24. Ketika kehendak Allah bekerja dan roh pikiran kita diubah maka Roh Kudus memberikan satu potensi yang memungkinkan kita menampilkan format sesuai dengan perubahan tersebut. Gejala pertama yang harus muncul dari perubahan tersebut di Alkitab dikatakan, "membuang dusta." Hal ini ditekankan karena adanya tuntutan, "berkatalah benar seorang kepada yang lain" yang mana merupakan satu tuntutan interpersonal, relasi pribadi dengan pribadi. Jikalau demikian, ini menyangkut satu perluasan daripada hakekat inti seorang yang dipulihkan (secara theologi dikatakan diperdamaikan). Dalam Roma 3:25 dikatakan, ketika seseorang boleh dikembalikan maka terjadi pendamaian antara dia dengan Allah dan pendamaian itu hanya dapat dikerjakan melalui Kristus. Sehingga ini menyangkut satu hal yang sangat penting yaitu relasi atau hubungan. Manusia pada hakekatnya dicipta sebagai makhluk relatif, itu berbeda dengan Allah yang tidak bergantung pada apapun dan penuh di dalam dirinya sendiri (dalam istilah theologi disebut self sufficience). Karena seluruh bijaksana, hikmat dan prinsip-prinsip kebenaran berasal dari diri Allah sendiri. Ini merupakan prinsip yang penting! 279 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 1. Tidak mutlak atau tidak dapat berdiri sendiri. Manusia harus bergantung pada banyak hal yang lain di luar dirinya sehingga banyak aspek yang tidak dapat diselesaikan sendiri. Di tengah dunia modern, salah satu cita-cita evolusi adalah berharap manusia menjadi makhluk yang independen, mampu mengetahui semua dan berharap menjadi seperti Tuhan. Sehingga orang-orang semacam ini selalu merasa tidak butuh siapapun. Tetapi itu semua hanya menunjukkan kesombongan diri yang membuat kita tidak sadar bahwa banyak hal di luar kemampuan kita. Semua diktator-diktator dunia harus jatuh, para ekonom dan masih banyak yang lain, semakin merasa mampu menguasai dan mengatur akan semakin hancur. Selanjutnya kita harus sadar, siapa yang menjadi gantungan mutlak kita dan bagaimana kita harus berelasi di dalam gantungan tersebut? Kalau kita bergantung kepada sesuatu maka mau tidak mau akan berelasi dengan sesuatu itu. 2. Mempunyai relative (kerabat atau keluarga). Setiap manusia hidup memiliki keluarga yang mungkin keluarga terdekat kita sebut sebagai orang tua. Itu menunjukkan satu struktur relative di mana manusia merupakan makhluk yang membutuhkan relasi dengan sesama (bersosialisasi). Alkitab mencatat kata tidak baik pertama kali ketika Ia mencipta Adam seorang diri. Sehingga Ia menyediakan penolong yang sepadan dengan diri Adam, dan saat itulah Tuhan katakan baik. Jadi waktu itu, satu gambaran manusia berelasi dengan sesamanya dikatakan baik. Maka di sini menunjukkan satu fakta bahwa manusia tidak dicipta seorang diri namun untuk dapat berelasi dengan orang lain sehingga ia harus mempertimbangkan manusia lain dalam lingkungannya. 1. Relasi dengan Allah. Relasi dengan Allah adalah relasi yang tidak dapat ditiadakan karena Tuhanlah yang memungkinkan keberadaan dan natur kita. Ini menjadi dasar semua relasi yang lain. 2. Sesama. Bagaimana relasi kita dengan sesama, itu menjadi perluasan relasi kita dengan Allah. Karena Tuhan menciptakan sesama bagi kita dan kita bagi mereka. 3. Relasi kita dengan alam. Kita dicipta bukan tanpa lingkungan tetapi di dalam dunia yang telah dipersiapkan Allah sebelumnya. Sehingga kita harus berelasi dengan binatang dan tumbuh-tumbuhan secara tepat. 4. Relasi dengan diri kita sendiri. Bagaimana kita dapat mengerti dan berdamai dengan diri sehingga tidak salah memperlakukan diri yang mengakibatkan kekacauan serta problema dalam kehidupan kita. Urutan empat relasi ini tidak boleh dibalik di mana harus dimulai dari Allah dan berakhir dengan diri sendiri. Dalam psikologi manusia berusaha menyelesaikan bagaimana berdamai dengan dirinya sendiri tetapi tidak pernah memikirkan bagaimana berdamai dengan Allah dan sesama. Hal ini tidak dapat selesai kecuali relasi kita dengan Allah telah dibereskan. Alkitab menuntut satu pemulihan relasi secara tepat!. Dusta (dosa) menyebabkan seluruh struktur relasi tidak dapat berjalan dengan tepat dan beres dan itu alasan Paulus menekankan pertama kali bahwa kalau kita sungguh-sungguh mau diubah roh pikiran kita menjadi manusia baru maka gejala pertama yang harus muncul dalam diri kita adalah membuang dusta. Seperti minggu lalu telah saya uraikan, kata "membuang dusta" juga menggunakan bentuk ouris yang mempunyai arti bahwa hal itu dikerjakan satu kali dan menjadi tekad seumur hidup. Namun, mengapa dusta dianggap sebagai satu masalah yang sangat serius sementara dalam dunia tidak? Karena dusta merupakan inti sifat dosa (esensi daripada iblis). Dusta mempunyai dua unsur penting yaitu pertama, ia langsung melawan apa yang menjadi sifat inti manusia baru. Sebagai manusia baru, kita harus mulai hidup dalam kebenaran dan kekudusan yang sejati. Karena itu yang Tuhan kerjakan di dalam diri kita. Maka sifat kebenaran dan kekudusan sejati 280 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 merupakan lawan yang diametrikal atau langsung berseberangan dengan sifat dusta, yang artinya berkata tidak benar. Kedua, tidak adanya kemurnian dalam pembicaraan karena terdapat unsur luar yang jahat yang sedang diselipkan di dalamnya. Maka dusta pada hakekatnya langsung melawan kebenaran dan kekudusan yang sejati. Sehingga kalau kita berdusta, itu menunjukkan kebenaran dan kekudusan sejati sedang tidak kita kerjakan dan itu tidak sesuai dengan sifat kita. Seperti apa yang dikatakan Yesus kepada orang Yahudi dalam Yoh 8:43-45, "…, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta." Yesus sedang membuka satu realita sejati bahwa iblis adalah bapa pendusta dan ia adalah inti semua dusta. Kalimat tersebut begitu tajam sehingga akhirnya terjadi perdebatan yang keras di antara mereka. Yesus berkata bahwa mereka harus dimerdekakan dahulu. Itu sebabnya pertama Tuhan menuntut kita membuang dusta, karena itu merupakan ciri bapa lama yang pendusta. Ini hal yang pertama dalam relasi kita yang perlu dibereskan. Ketika kebenaran dan kekudusan hilang, maka manusia tidak dapat terbuka lagi di hadapan Tuhan dan kehilangan sifat kebenaran yang sesungguhnya. Maka Alkitab mengatakan bahwa baju merupakan fakta dari keberadaan dosa. Sama halnya dengan Adam dan Hawa ketika jatuh dalam dosa maka mereka tidak lagi berani bertemu dengan Allah. Hari ini banyak orang yang mencoba mendobrak prinsip ini. Seperti golongan Nudisme yang tidak memakai baju karena berpikir ingin menjadi seperti Adam kembali. Mereka tidak mempertanyakan perubahan apa yang mengharuskan Adam dan hawa memakai baju? Bahwa mereka harus memakai baju karena sudah kehilangan kebenaran dan kekudusan sejati, akibatnya mereka rusak dan jatuh ke dalam distorsi pendustaan yang akhirnya membuat mereka mau tidak mau tertutup di dalam kebudayaan. Di sinilah inti daripada kebenaran yang dituntut oleh Tuhan! Ketika kita boleh diperdamaikan kembali maka transparansi antara Allah dengan kita dipulihkan kembali. Sehingga kita boleh berdoa seperti Mzm 139, "Ya Bapa, selidikilah hatiku, ujilah aku apakah jalanku benar atau serong." Lagu yang dikarang oleh salah satu dari dua tokoh Reformed, James Hobbs, seorang yang sangat cinta Tuhan. Ini hanya mungkin jika ia telah diperdamaikan kembali dengan Tuhan. Keberanian kita meminta Tuhan mengkoreksi hidup kita, karena kita terbuka di hadapan Allah yang tahu benar siapa kita sesungguhnya. Begitu banyak manusia di dunia yang berani berdusta di hadapan Tuhan dan mereka anggap Tuhan tidak mengetahui apa yang sedang ia kerjakan. Hal itu akhirnya menjadikan kita orang yang sangat berdosa di hadapan Tuhan. Ini hal yang pertama yang Alkitab tekankan. Mari kita mulai berelasi dengan tepat, jujur dan tulus. Dalam Ef 4:25 Paulus menggunakan penghubung "dan" yang secara teori harusnya sama namun pada kenyataannya memang tidak boleh sama. Dua kalimat tersebut harus bersifat paradoks satu dengan yang lain, dimana yang pertama "buanglah dusta" menjadi satu tekad yang tuntas dalam hati kita yang dikembalikan pada diri (ouris middle). Sedangkan yang kedua, "berkatalah benar" menggunakan struktur present imperatif (Yunani) sama dengan present continuous (Inggris) yang artinya satu perintah tegas untuk berkata benar setiap hari. Kedua kalimat ini menunjukkan satu relasi penting. Dalam dunia yang semakin berkembang, kesulitan berkata benar semakin tinggi dan banyak hal yang bergeser dari kebenaran yang sejati. Terlebih kita yang hidup dalam dunia timur yang tidak terlalu menekankan kejujuran namun justru sopan santun dan ketaatan pada atasan sekalipun salah atau berdusta. Sehingga kita harus mewaspadai supaya gereja tidak dicemari oleh budaya seperti itu. Saya harap Kekristenan berdiri tegak dan sanggup menyatakan kebenaran serta menjadi saksi di tengah kesulitan sehingga dunia akan melihat perbedaannya. Berapa banyak kita mempunyai jiwa yang bertekad berkata benar dan menjadi saksi Tuhan berada dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya? Ini menjadi satu dasar bagaimana interpersonal relationship mulai dikerjakan. Karena itu saya harap kita mulai memikirkan secara serius, berjalan dengan tepat dalam prinsip ini. Sehingga dunia masih dapat melihat kejujuran dan ketulusan dalam anak-anak Tuhan. Biarlah ini menjadi kemuliaan Tuhan. Amin! 281 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 P Pa ad da am mlla ah ha am ma arra ah hm mu u !! Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 26 Efesus 4:26-27 Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu 27 dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis. Tiga minggu yang lalu kita telah membahas tentang bagaimana relasi antar manusia diperdamaikan kembali di mana implikasi yang pertama adalah: "Buanglah dusta," karena dengan berdusta akhirnya membuat kita kehilangan kepercayaan, relasi antar manusia menjadi putus dan semua orang menjadi curiga pada kita. Dan saat ini kita akan masuk dalam aspek kedua yang terdapat dalam ayat 26-27, khususnya ayat 26. "Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa; janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada iblis." (Dalam bahasa Yunani diterjemahkan: "Marahlah, tapi jangan berdosa dan jangan sampai matahari yang panas itu membakar kamu sehingga akhirnya kamu berdosa dan jangan Sedangkan dalam NIV ditulis: "In your anger, do not sin." Kalau kita perhatikan, kalimat tersebut dalam bahasa Yunani mengandung arti yang lebih keras jika dibandingkan di NIV maupun LAI yang kita punya. memberi lubang kepada iblis.") Marah sesungguhnya merupakan sesuatu yang wajar, suatu ekspresi dan kemungkinan potensi dari kita punya perasaan atau emosi. Emosi dapat membuat kita sedih, kuatir atau mencintai dan bahkan marah. Namun banyak orang seringkali terjebak dalam satu konsep salah yang menganggap bahwa orang Kristen tidak boleh marah. 1. Karena marah dapat berekses terjadinya perpecahan atau kerusakan relasi yang akibatnya tidak dapat terpulihkan selama-lamanya. 2. Karena keegoisan kita. Ketika kita bersalah, kita tidak ingin ditegur atau mendapat marah. 3. Salah mengerti ide tentang kasih. Kemarahan membongkar, menyatakan dan menuntut penghakiman atas semua kesalahan sehingga pada saat itu jelas mereka yang bersalah tidak suka diperlakukan seperti itu dan akibatnya kita bertamengkan istilah cinta kasih. Ini satu hal yang saya sangat kecewa dalam kekeristenan abad 20 di mana mereka berani memakai istilah tetapi tidak bertanggungjawab akan istilah tersebut. Ini adalah semangat Post Modern yang merusak semua ide daripada definisi yang tepat dan upaya manusia untuk masuk dalam pengertian kata yang tepat telah hilang. Beberapa hari yang lalu saya memimpin satu kelompok hamba-hamba Tuhan perdesaan di beberapa daerah untuk dilatih dan diajar tentang bagaimana cara menafsir Alkitab yang tepat. Di sana akhirnya 282 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 mereka mulai menyadari bahwa selama ini telah sembarangan dalam menafsirkan Alkitab dan akibatnya kita sudah terbiasa menggunakan istilah yang tercemar dengan pengertian yang tidak beres. Sehingga waktu kita belajar kata "kasih" langsung yang kita maksudkan adalah bukan kasih yang Alkitab tuntut namun kasih yang kalau mencintai maka kita tidak boleh memarahi. Itulah yang disebut dengan kasih egois! Dalam Ef 4:26 telah dikatakan, "marahlah," itu berarti bahwa kita seharusnya diperbolehkan untuk marah. Kalau kita teliti, Allah dalam PL juga pernah marah bahkan dikatakan bahwa Allah yang murka adalah Allah yang membakar dan menurunkan murka-Nya dengan api yang menghanguskan. Demikian juga dalam PB, Tuhan Yesus pernah dengan tajam sekali menyatakan kemarahan-Nya dengan mengobrak-abrik bait Allah yang telah dibuat berjualan secara sembarangan. Tuhan yang mengajarkan hukum cinta kasih juga dapat murka terhadap tingkah laku orang Farisi. Sehingga bukan dengan alasan yang demikian orang Kristen tidak boleh marah. Tetapi itu juga bukan berarti bahwa kita boleh marah secara sembarangan, sebab kalimat dalam Efesus tersebut belum selesai, melainkan dilanjutkan dengan: "…, janganlah kamu berbuat dosa." Sehingga disini kita harus mengerti, di mana saat kita harus marah atau tidak. Di sinilah paradoksnya, "Be anger, but do not sin," Bagaimana kita marah tapi tidak berdosa? Yang pertama, ketika kita marah terhadap dosa (anger to sin). Ketika kita marah terhadap kebenaran atau saat merasa dirugikan maka kita berdosa tetapi ketika kita marah terhadap dosa, maka itulah kemarahan yang benar. Alkitab memperingatkan dengan keras bahwa orang yang melihat dosa namun membiarkannya berkembang, maka orang tersebut adalah orang yang pro dengan dosa dan artinya ia menjadi orang yang lalim, di mana ia tahu kebenaran tetapi sengaja mengabaikan kebenaran. Marah yang sejati adalah marah terhadap dosa. Paulus adalah orang yang tidak pernah marah ketika dirinya dirugikan atau diperlakukan tidak benar, sekalipun ia difitnah, dilecehkan dan dihina tetapi ketika Injil dipalsukan, dalam Gal 1 dikatakan bahkan ia sampai berkata terkutuk kepada siapa yang berani memalsukan Injil, tidak perduli sekalipun malaikat dari surga. Saya rasa kita perlu jelas bagaimana kita marah. Seringkali orang Kristen marah kalau dirugikan, tetapi kita tidak marah kalau kebenaran dipermainkan. Ini satu sikap yang salah di dalam kemarahan kita. Mari kita mengkoreksi, kita marah karena egoisme kita atau karena dosa, dan ini sebenarnya menjadi satu hal yang perlu kita gumulkan. 1. Marah yang sejati adalah marah karena cinta kasih (anger of Love), marah yang keluar dari kasih yang sejati Allah itu sendiri adalah kasih (cinta) sehingga otomatis ekstensi cintanya keluar tetapi Ia yang adalah cinta dapat murka, yaitu murka yang keluar dari kasih. Bagaimana ketika kita marah, marah itu bukan menjadi pelampiasan emosi tetapi marah yang keluar dari emosi yang dimurnikan. Marah karena kita ingin mengajak orang untuk mengerti kembali kebenaran. Waktu emosi kita tidak terkendali maka kita harus marah pada diri sendiri karena saat itu kita sedang berbuat dosa. Tetapi yang terbaik adalah waktu kita marah karena letupan cinta yang menginginkan terbaik terjadi dalam diri seseorang. Cara marah seperti ini yang terbaik dapat kita lihat di dalam keluarga. Seorang yang mengasihi anaknya adalah seorang yang bukan tidak pernah marah kepada anaknya. Tetapi seringkali kita mendidik berdasarkan perasaan kita sehingga akhirnya anak tidak pernah mengerti cinta kasih yang sesungguhnya. Hal ini bukan hanya dalam keluarga, tetapi di dalam gerejapun seharusnya konsep ini harus ditegakkan. Gereja memiliki disiplin gereja, tetapi berapa banyak dari yang mereka yang menegakkan hal itu? Saya rasa kita perlu sadar bagaimana marah yang tepat. 283 2. Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Marah karena ingin menegakkan kebenarankeadilan Tuhan (anger for righteousness). Tuhan marah kalau keadilan diperlakukan secara tidak beres. Maka salah satu hak yang diberikan ialah adanya pengadilan dimana Tuhan menegakkan keadilan dan penjara karena demi menghukum semua tindak kejahatan. Kemarahan terhadap ketidakadilan dan pelecehan terhadap kebenaran kalau tidak muncul maka negara dan dunia akan kacau luar biasa. Murka atau kemarahan harus dijalankan dengan tepat sehingga kebenaran dapat ditegakkan dan keadilan dapat dinyatakan. Anger for righteousness adalah satu hal yang harus ditegakkan oleh orang Kristen. Yang terakhir adalah kalimat ketiga yaitu "Janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu." Ayat ini mempunyai dua pengertian ganda yang kalau digabung dapat saling melengkapi. Pengertian yang pertama adalah jika kita marah di dalam length of time (kepanjangan waktu). Sebelum matahari terbenam mempunyai ide bahwa hari itu habis. Hari di dalam konsep orang Yahudi dengan kita berbeda karena mereka menghitung satu hari dimulai jam 6 sore dan berakhir jam 6 sore keesokan harinya, sedangkan kita mulai jam 12 malam hingga jam 12 malam kembali. Sehingga kita harus berhati-hati dalam menghitung karena apabila salah, itu dapat membuat seluruh konsep menjadi salah. Alkitab memberikan cara menghitung yang bagus sekali di mana hari dimulai gelap sampai kepada terang, sehingga dalam kejadian dikatakan, "Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama." Hal yang dimaksudkan di sini, sebelum hari itu habis, padamkan amarahmu, jangan biarkan amarahmu membara terus. Ini merupakan prinsip bagaimana kita tidak boleh mengekstensi kemarahan secara tidak benar karena itu akan membuat kita jatuh dalam dosa. Yang kedua dapat mengandung arti yaitu jangan biarkan seperti panas matahari yang membakar engkau sehingga akhirnya engkau mendidih dan meledak dan secara kualitatif menjadi satu kepanasan yang membara dalam hatimu. Jadi hati-hati kalau ketika saudara marah dan saat itu merasa bahwa kemarahan itu mulai didorong dan mulai merebak seperti satu dendam maka itu bukan lagi kemarahan yang benar. Marah yang dikeluarkan karena dendam atau panas hati adalah dosa dan kita harus cepat bertobat, meneduhkan hati karena saat itu kita sudah dikuasai oleh panas yang tidak terkontrol lagi. Alkitab berulangkali mengatakan bahwa orang yang tidak dapat mengendalikan kemarahannya akan dapat berbuat kejahatan yang lebih besar. Hal ini bahaya sekali sehingga kita perlu mengerti ayat tersebut dari dua sudut, yaitu dari panjangnya waktu, jangan biarkan marah yang berlarut-larut sampai lewat waktunya dan yang kedua adalah intensitas kepanasan yang akan membuat saudara lupa dan mengamuk tanpa batas yang akhirnya saudara berdosa dengan kemarahan yang tidak benar. Ini menjaga supaya di dalam hidup, kita tahu bagaimana menempatkan marah secara tepat. Karena kalau marah kita berakibat dosa maka hal itu akan mendatangkan kemarahan Tuhan sehingga kita akan menjadi objek murka Allah. Namun terhadap orang yang melakukan tindakan dosa kita berhak marah, sama seperti Tuhan marah terhadap dosa sehingga menjadikan kita peka terhadap dosa. Kiranya Tuhan menolong kita mengerti bagaimana kita hidup dengan tepat. Amin! 284 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 J Ja an ng ga an nb be errii k ke es se em mp pa atta an np pa ad da a IIb blliis s Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 26 Efesus 4:26-27 Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu 27 dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis. Di dalam ayat ini kita kembali mengingat akan apa yang Paulus tekankan yaitu setelah kita mengalami lahir baru maka yang pertama relasi kita dengan Tuhan dipulihkan dan selanjutnya kita mengalami pemulihan relasi dengan sesama. Dan dalam bagian ini kemudian ia menekankan dua hal: pertama, buanglah dusta dan yang kedua, marahlah, tapi jangan berbuat dosa. Seperti telah kita bahas dalam minggu yang lalu, dua aspek yang harus kita waspadai dalam marah yang mana diartikan dari kata yang terakhir yaitu "Jangan biarkan amarahmu berjalan terus hingga matahari terbenam," (LAI) yang berarti bahwa sebelum selesai hari itu, hendaklah kita menyelesaikan marah kita sebab apabila dibiarkan berlarut-larut akan menjadi dosa yang berekses semakin hari semakin buruk. Yang kedua mengandung arti jangan biarkan panas matahari membakar sehingga akhirnya engkau tidak mampu mengontrol amarahmu. Seperti halnya Kain dalam Kej 4:5-7, ia telah diperingatkan oleh Allah karena panas hatinya, "Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? …, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat mengoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasNya." Dan satu hal lagi yang baru saya dapatkan ketika berdiskusi dengan Ev. Jeane Obadja, yaitu satu hal yang baru dapat mengerti jika kita masuk dalam budaya orang Yahudi. Mereka mempunyai kebiasaan berdoa setiap 3 jam sekali dalam budaya mereka dan di dalam hukumnya, sebelum satu hari berakhir yaitu pukul 6 sore, ia harus berdoa. Dan sebelum mereka berdoa, mereka harus menyelesaikan kemarahan mereka supaya mereka tidak berdoa dalam keadaan marah yang akhirnya tidak akan ada gunanya (Mat 2:8). Di sini terdapat satu aspek yang indah sekali! Ini semua sebenarnya mempunyai ide yang sama di mana marah harus dijaga baik-baik sehingga tidak mengakibatkan dosa, dan satu hal yang unik bagaimana kita belajar marah secara tepat. Selanjutnya, sekarang kita masuk dalam kalimat kedua di mana dikatakan dalam ayat 27: "Dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis," (dalam terjemahan lain: jangan memberi satu pijakan kepada Iblis untuk masuk). Kalau kita lihat, Ef 4:26-27 merupakan satu kesatuan di dalam satu pembicaraan dan seharusnya ay. 27 dapat disatukan dalam ayat 26 karena merupakan satu kalimat yang cukup pendek. Namun kita harus mengetahui bahwa tulisan Paulus dalulu hanya berupa teks-teks murni. Kemudian LAI menyusun dan mempertimbangkan pemisahan ayat-ayat tersebut, seperti dalam ayat 26 dan 27. Di sini mereka melihat bahwa ayat 27 mempunyai signifikansi yang khusus yang harus disoroti lebih tajam, sekalipun dalam kalimat tersebut menggunakan penghubung kata "dan," yang sebenarnya pararel yang setara. Tetapi sebenarnya bukan 285 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 hanya sekedar setara, melainkan ada satu pemikiran yang lebih tajam lagi yang mau ditekankan yaitu jangan beri kesempatan kepada iblis. Ide ini sangat penting dalam kehidupan berelasi sehari-hari! Pada saat kita melakukan sesuatu apalagi ketika marah, kita tidak sadar bahwa kemarahan itu dapat dijadikan titik pijak iblis merusak dan menghancurkan Kekristenan. Sehingga ada beberapa hal penting yang harus kita mengerti, yaitu: 1. Setelah kita diselamatkan, menjadi milik Kristus maka Roh Kudus memeteraikan dan menguasai kita sehingga setan tidak mungkin mempunyai kesempatan untuk menguasai dan merasuk kita kembali. Namun itu bukan berarti ia menyerah, ia bahkan sengaja mencari lubang untuk kembali menaklukkan, meronrong serta menghancurkan, dan untuk itu ia aktif bertindak. Alkitab mengatakan bahwa waspadalah, Iblis bagaikan singa yang mengaum, yang setiap saat siap menerkam. Ini satu aspek yang seringkali orang Kristen lemah atau mengabaikannya. Kita harus sadar bahwa kita masih dapat jatuh dalam dosa sehingga suatu anggapan yang salah apabila kita mengerti doktrin predestinasi dengan menganggap sekali selamat maka selamanya kita akan selamat. 2. Ketika kita melakukan sesuatu, kadang mungkin kita tidak berpikir bahwa itu membuka pintu terhadap setan. Begitu setan diberi kesempatan mendapat pijakan maka ia segera akan memakai kesempatan itu untuk menghancurkan kita. Ini merupakan bahaya besar! Ada satu pepatah mengatakan bahwa kita jangan sekali-kali memberi kesempatan seekor unta untuk memasukkan kepalanya kedalam kemah, karena setelah itu ia akan memasukkan seluruh anggota badannya dan akhirnya saudara diusirnya keluar. Seringkali kita begitu pragmatis dengan mengijinkan hal yang sepertinya remeh terjadi sehingga akhirnya menjadi penyakit yang merusak segala sesuatu. Tuhan Yesus tidak pernah menganggap sepele satu hal, bahkan ia dengan keras menegur sebab Ia tahu itu saatnya setan sedang mencoba masuk dan merusak (Mat 16). Di sini Tuhan menyadarkan kita untuk mempunyai kewaspadaan yang sangat tinggi dan tidak memberi peluang sedikitpun pada setan mempunyai dasar pijak untuk merusak kita. 1. Bad temper (karakter jelek kita) Dalam hidup kadangkala ada orang yang sulit marah namun juga ada yang mudah sekali marah tanpa alasan atau tidak cukup dasar. Sehingga kita yang mempunyai karakter demikian harus sadar bahwa kita mempunyai kelemahan seperti itu. Karena bad temper merupakan salah satu ciri kurangnya penguasaan diri terhadap emosi sehingga akhirnya emosi itu menguasai dan menghasilkan kemarahan yang berdosa karena dipakai setan untuk merusak banyak orang. Akhirnya setan senang karena ia sudah berhasil memakai kemarahan untuk merusak relasi kita. Ini harus kita waspadai, jangan memberi lubang bad temper kita untuk merusak dan menguasai kita. Kita perlu belajar untuk terus menjaga dan melatih serta berdoa, minta Tuhan teduhkan dan memenuhi kita dengan penguasaan diri yang merupakan salah satu buah Roh. 2. Idealisme perfectionist kita Orang yang idealis, menginginkan kesempurnaan dalam semua hal sehingga ia menjadi orang yang sering tidak puas terhadap diri sendiri maupun orang lain dan mudah sekali marah. Orang seperti ini secara tidak sadar dapat dipakai sebagai lompatan setan membakar keinginan untuk sempurna. Di dalam dunia kita harus berpikir secara paradoks, di mana Kekristenan tetap membutuhkan idealisme atau kesempurnaan, 286 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 dalam Alkitab dikatakan, "Hendaklah engkau sempurna sama seperti Bapamu yang di surga sempurna adanya." Di sini menunjukkan dua hal, pertama, kesempurnaan itu dituntut dan yang kedua, menunjukkan bahwa kita memang belum sempurna dan perlu proses untuk mencapai kesempurnaan. Hal ini perlu kita mengerti sehingga tidak memberi kesempatan setan masuk melalui idealisme semu yang ingin kita capai dan paksakan yang akhirnya merusak kita sendiri. Kadangkala karena idealisme, kita tidak mendorong orang untuk maju sehingga orang takut untuk bertumbuh. Kita harus belajar bagaimana caranya memparadokskan antara idealisme yang harus dicapai dengan proses yang harus terjadi. 3. Pintu kefasikan atau kejahatan kita sendiri Kadangkala kemarahan pandai memakai situasi untuk membalik kita dan akhirnya kita jatuh dalam dosa yang sama. Kadang kita marah terhadap orang karena tidak adil atau berbuat suatu kejahatan terhadap kita. Marah terhadap ketidakadilan harus dilakukan, tetapi kalau kita marah, lalu berbuat hal yang sama bahkan mungkin lebih jahat dari orang tersebut, maka kemarahan itu sudah dipakai setan. Seperti halnya dalam cerita film silat yang tidak habis-habisnya hanya saling membunuh karena ingin membalas dendam. Itu berarti kita juga sama jahatnya dengan orang tersebut dan menjadi alat kejahatan karena kita telah melakukan penggumbaran kejahatan. Selanjutnya kita perlu mengerti beberapa langkah yang harus kita kerjakan supaya pintu-pintu yang telah kita bahas diatas lebih peka dan waspada. Pertama, saat teduh. Ini penting karena itu merupakan saat kita datang dan bergumul dengan Tuhan, sehingga relasi dan kedekatan kita dapat tetap dijaga. Satu kali dalam saat teduh, saya mendapat peringatan yang keras tentang kemarahan dan melalui saat teduh tersebut Tuhan mengajar saya untuk tidak marah. Dan memang dalam satu hari tersebut saya harus menghadapi begitu banyak hal yang dapat membuat saya marah, mulai dari keluar rumah hingga saya balik pada malam harinya. Namun Tuhan telah membantu saya dengan menguatkan melalui Firman-Nya sehingga hari itu saya boleh lalui. Saya bersyukur gereja Kristen memulai sepanjang minggu bersama Tuhan. Itu menjadikan pikiran dan hidup kita diarahkan dan biarlah Tuhan memimpin langkah kita. Yang kedua, secepat mungkin kita harus menyelesaikan hal-hal yang menjadi beban atau kemarahan sehingga panas amarah itu tidak membakar dan membuat kita jatuh dalam dosa. Yang terakhir, biarlah setiap kita menggumulkan karakteristik khusus dalam diri kita masing-masing. Setiap kita berbeda sehingga kita perlu memperhatikan hal-hal apa yang seringkali dapat membuat kita mudah marah. Mungkin ada hal tertentu yang bagi orang lain tidak masalah namun bagi kita sangat mengganggu atau menyebabkan marah. Kita harus sadar karakteristik khusus yang menjadi titik kelemahan kita sehingga kita dapat menjaga dari bahaya setan masuk. Biarlah kita memperhatikan hal-hal seperti ini, yang mungkin sepele tetapi dapat menjadi lubang sehingga kejatuhan kita. Saya merasakan kadangkala itu perlunya seorang teman yang dapat saling memperhatikan dan membantu memperingatkan kita sehingga kita boleh saling menopang satu sama lain. Kiranya ini menjadi berkat. Amin! 287 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 J Ja an ng ga an nm me en nc cu urrii Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 28 Efesus 4:28 Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan. Beberapa minggu yang lalu kita sudah membahas jangan berdusta dan jangan marah secara sembarangan dan minggu ini kita akan membicarakan aspek yang ketiga, "jangan mencuri." Kalimat yang dikatakan oleh Paulus tersebut jangan kita mengerti secara sederhana sebagai satu tindakan pencurian seperti mencuri barang orang lain. Selanjutnya, dalam Efesus 5 kita akan melihat bagaimana Paulus juga mulai berbicara pencurian dalam konteks waktu di mana seringkali kita menggunakan waktu secara tidak bertanggung jawab. Kalau demikian apa sebenarnya mencuri? Mencuri berarti terputusnya relasi karena terjadinya ketegangan atau ketidakberesan sebab mencuri adalah keinginan atau tindakan mengambil milik orang lain yang bukan miliknya dengan cara yang tidak halal. Dan mencuri di sini bukan sekedar berarti mencuri barang melainkan juga dapat dilakukan dalam berbagai aspek. Ini perlu kita perhatikan! Dewasa ini, tema demikian sangat relevan di negara kita dan menjadi salah satu issue yang paling sering diangkat akibat adanya ketegangan, terjadinya gap antara kaya dan miskin sehingga menimbulkan demikian banyak kejahatan seperti KKN dan kesulitan. Sehingga akhirnya banyak orang mengalami penderitaan, kemiskinan, dan kesulitan dan ini pulalah salah satu sebab mereka melakukan pencurian. Namun pencurian jangan hanya kita lihat sebagai sekedar produk ekonomi. Untuk memahami ini, mari kita kembali kepada jemaat Efesus. Kota Efesus merupakan kota perdagangan yang sangat maju pada waktu itu, bahkan dapat dikatakan bahwa kota Efesus menjadi kota yang kaya yang terkenal dengan pusat budaya, agama, perdagangan, dan menjadi kota metropolis. Di tengah-tengah kota metropolis seperti ini maka gap sosial antara kaya dan miskin juga ada, jadi gap antara kaya dan miskin bukan produk masa kini sudah ada sejak dahulu. Demikian juga dengan jemaat Efesus, mereka bukanlah jemaat yang miskin karena mempunyai keuangan yang cukup. Di dalam konteks seperti ini pasti ada pencurian. Pencurian di sini bukan hanya dilakukan oleh kalangan bawah atau orang-orang yang miskin melainkan juga banyak dari kalangan atas yaitu orang-orang yang mampu. Jadi, pencurian dilakukan oleh berbagai kalangan dan pencurian bukan hanya materi belaka tetapi juga dapat dilakukan dalam hal-hal lain. Seringkali ketika kita menyelesaikan masalah, bersifat pragmatis dan dualistik. Bagaimana dengan bekerja? Apakah waktu bekerja kita mengerjakan pekerjaan kita dengan tepat dan bertanggungjawab. Kalau tidak, kita juga bisa mencuri yaitu mencuri waktu bekerja. Alkitab mengatakan, bekerja bukan hanya urusan jasmaniah tetapi juga urusan rohani. Jika kita mendualismekan hal ini, kita akan sulit untuk mengerti essensi pencurian yang Alkitab katakan. Paulus mengatakan yang 288 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 pernah mencuri berhenti mencuri lalu sekarang kerja keras di dalam pekerjaan baik supaya engkau mendapat upahmu dan berbagi dengan orang lain yang membutuhkan. Saudara ketika kita memikirkan hal ini, sekarang kita akan menyoroti gap antara kaya dan miskin. Dunia kita begitu pragmatis. Misalnya, kesulitan ekonomi karena baru saja di PHK, tidak punya pekerjaan sehingga akhirnya mencuri. Ini satu prinsip yang salah! Orang yang demikian seharusnya mengevaluasi, mengapa ia sampai di PHK. Jika memang perusahaan itu karena kondisinya memang harus bangkrut, maka jika etos kerja kita baik, seharusnya kita di PHK yang paling akhir. Boss yang baik tidak mungkin memecat karyawan yang baik, bertanggungjawab dan memiliki etos kerja yang baik. Jadi, kalau ada karyawan yang di PHK kemudian sampai dia mencuri berarti dia membuktikan mentalitas dia yang buruk. Berbicara mengenai pencurian bukan saja dilakukan oleh kalangan bawah karena mengalami kesulitan ekonomi melainkan juga dilakukan oleh kalangan atas. Jadi baik dari kalangan bawah maupun kalangan atas dapat melakukan pencurian dan ini bukan hanya berbicara masalah materi tetapi juga masalah rohani, aspek mentalitas dari orang tersebut. Sejak abad 18 muncul seorang tokoh yang bernama Jeremy Bentham, dia memelopori satu pemikiran yang kemudian dikenal sebagai utilitarianisme (kebahagiaan dan kesejahteraan manusa). Bentham mengeluarkan satu prinsip yang akhirnya diterima menjadi prinsip ekonomi oleh orang-orang abad 20 dan pandangannya akan menjadi perusak besar pada masa kini. Dia memiliki prinsip "The only goodness is pleasure and pain is the only evil." Jadi satu-satunya kebajikan adalah kenikmatan (pleasure) dan penderitaan (pain) adalah satusatunya kejahatan. Berarti hidup ini adalah ketegangan antara kenikmatan dengan penderitaan. Jadi kalau engkau gagal mendapatkan kenikmatan engkau akan jatuh kedalam penderitaan atau sebaliknya, jadi hanya ada dua kemungkinan. Engkau harus mendapat kenikmatan, itulah yang harus engkau kejar serta merupakan kebajikan satu-satunya dan kalau engkau gagal mendapat kebajikan tersebut maka engkau akan jatuh ke dalam kesusahan yang adalah penderitaan dan penderitaan itu merupakan kejahatan satusatunya. Jadi jika kita menderita, kita terkena kejahatan dan menjadi korban kejahatan. Jika kita mau lepas dari kejahatan maka kita harus mendapat kenikmatan. Menurut Bentham, etika harus sesuai dengan kenikmatan. Etika tidak berurusan dengan penderitaan atau kesusahan. Pikiran ini akhirnya banyak dikritik oleh banyak tokoh dan dianggap merusak etika. Pandangan hidup hedonisme ini pada mulanya memang tidak berkembang namun pemikiran ini kemudian dikembangkan secara meluas dan diterima luar biasa pada pertengahan abad 19 oleh muridnya yaitu John Stuart Mill yang menulis buku "Utilitarianisme". Istilah inilah yang kemudian meluas. Utilitarianisme di dalam tangan John Stuart Mill dibungkus dengan satu slogan yang luar biasa indah yaitu "The greatest benefit for the greatest among the people." Maksudnya carilah manfaat sebanyak-banyaknya untuk sebanyak-banyaknya orang. Melalui slogan ini dia pikir cocok dengan sifat demokrasi. Utilitarianisme dengan kalimat yang kelihatannya begitu indah diterima secara begitu merebak, begitu disukai termasuk banyak orang kristen dewasa ini tergila-gila dengan pikiran tersebut. Pertama, utilitarianisme memberi peluang besar terjadinya kekacauan, penipuan argumentasi pemikiran yang sangat mengerikan. Mengapa? karena di tengah-tengah dunia modern ketika orang mengatakan manfaat terbesar bagi semakin banyak manusia, ini merupakan kalimat yang sangat fiktif. Ini baru bisa terjadi orang tersebut tidak berdosa. Padahal utilitarianisme dikembangkan oleh orang berdosa dan dijalankan di tengah dunia berdosa. Jadi dengan kondisi seperti ini slogan tersebut menjadi slogan yang 289 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 fiktif. Misalnya, orang yang mengatakan kedaulatan ditangan rakyat padahal rakyat hanya naik sepeda dia sendiri naik mercedez. Kedua, utilitarianisme, akhirnya menyebabkan semua minoritas menjadi tertindas. Mengapa? karena jika kita bukan orang yang terbanyak maka kita mati. Apabila matipun itu tidak salah, karena ini demi orang banyak. Jadi minoritas mati tidak apa-apa. Disini prinsip "Survival of the fittest" atau yang kuat yang menang dari utilitarianisme dinyatakan. Ketiga, di belakang asas manfaat dari utilitarianisme ini adanya satu format ekonomi yang sangat mengerikan sekali yaitu mereka mengatakan mari kita mencari manfaat yang sebesar-besarnya dengan asumsi untuk mendapat manfaat yang sebesar-besarnya. Kalau tidak kita akan rugi. Jadi prinsipnya kalau saya tidak untung ya saya rugi. Oleh karena itu saya harus mengejar keuntungan dengan cara apapun, pokoknya untung. Prinsipnya hanya dua, kenikmatan atau penderitaan. Jadi orang utilitarianisme memikirkan ekonomi dan bukan memikirkan sebagaimana yang Tuhan kehendaki di dalam Kej 2:15 yakni mengusahakan taman demi kesejahteraan bersama. Prinsip utiliatarianisme bukan demi kesejahteraan bersama melainkan bagaimana saya mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya. Ini sangat egois! Cara-cara seperti ini mengakibatkan kita masuk ke dalam pencurian. Mengapa? karena setiap kita hanya mengejar keuntungan yang tidak halal. Hanya dengan mempermainkan resiko. Bukan karena kerja keras lalu mendapatkan upah yang berhak kita terima dan kita kerjakan itu sesuai dengan pekerjaan baik yang Tuhan kehendaki. Bagaimana dengan hidup Saudara saat ini? Apakah kita memiliki etos kerja yang baik, tidak malas, bekerja keras dengan talenta yang Tuhan berikan untuk mengerjakan pekerjaan baik yang Tuhan berikan? Dengan demikian nama Tuhan dimuliakan melalui hidup kita. Amin! 290 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 E Etto os sk ke errjja aK Krriis stte en n Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: Efesus 4:28/ 2 Teselonika 3:1-15 Efesus 4 28 Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan. 2 Teselonika 3 1 Selanjutnya, saudara–saudara, berdoalah untuk kami, supaya firman Tuhan beroleh kemajuan dan dimuliakan, sama seperti yang telah terjadi di antara kamu, 2 dan supaya kami terlepas dari para pengacau dan orang–orang jahat, sebab bukan semua 3 Tetapi Tuhan adalah setia. Ia akan menguatkan hatimu dan memelihara kamu terhadap orang beroleh iman. yang jahat. 4 Dan kami percaya dalam Tuhan, bahwa apa yang kami pesankan kepadamu, kamu lakukan 5 Kiranya Tuhan tetap menujukan hatimu kepada kasih Allah dan kepada ketabahan Kristus. 6 Tetapi kami berpesan kepadamu, saudara–saudara, dalam nama Tuhan Yesus Kristus, dan akan kamu lakukan. supaya kamu menjauhkan diri dari setiap saudara yang tidak melakukan pekerjaannya dan yang tidak menurut ajaran yang telah kamu terima dari kami. 7 Sebab kamu sendiri tahu, bagaimana kamu harus mengikuti teladan kami, karena kami tidak lalai bekerja di antara kamu, 8 dan tidak makan roti orang dengan percuma, tetapi kami berusaha dan berjerih payah 9 Bukan karena kami tidak berhak untuk itu, melainkan karena kami mau menjadikan diri siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun di antara kamu. kami teladan bagi kamu, supaya kamu ikuti. 10 Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan. 11 Kami katakan ini karena kami dengar, bahwa ada orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal–hal yang tidak berguna. 12 Orang–orang yang demikian kami peringati dan nasihati dalam Tuhan Yesus Kristus, supaya mereka tetap tenang melakukan pekerjaannya dan dengan demikian makan makanannya sendiri. 13 Dan kamu, saudara–saudara, janganlah jemu–jemu berbuat apa yang baik. 14 Jika ada orang yang tidak mau mendengarkan apa yang kami katakan dalam surat ini, tandailah dia dan jangan bergaul dengan dia, supaya ia menjadi malu, 15 tetapi janganlah anggap dia sebagai musuh, tetapi tegorlah dia sebagai seorang saudara. 291 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Bagian pertama Minggu lalu kita telah membicarakan tentang pengaruh dan konsep daripada Utilitarianisme yang sudah meracun sistem ekonomi, pekerjaan dan etos kerja (hidup bersusila) di tengah dunia sehingga akibatnya banyak orang salah mengerti dalam menjalankan kerja. Seringkali kalau kita mendengar kalimat, "Jangan mencuri," kita hanya melihat aspek ketiganya saja yaitu aspek material bahwa mencuri hanya sebatas mengambil dompet orang lain, tetapi itu bukan yang Alkitab maksudkan. Mencuri adalah ketika saudara mengambil hak yang bukan hak saudara sehingga akhirnya itu menjadi pencurian, dengan mendapatkan sesuatu yang bukan milik kita tetapi kita miliki dengan cara yang tidak tepat dan tidak halal. Sehingga pencurian bukan sekedar mengutil tetapi justru masuk dalam satu aspek yang sangat mendasar dalam pemikiran Kristen. "Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan." Ini merupakan prinsip yang Alkitab katakan dan hari ini kita akan melanjutkan dengan aspek kedua yaitu, "Bekerja keraslah!" Di ini kita harus balik pada pengertian etos kerja Kristen sesungguhnya yang terdapat dalam Kej 2:15 (prinsip ekonomi/ oikos-nomos), yaitu: "Tuhan Allah mengambil … untuk mengusahakan dan memelihara taman itu," yang kalau kita bandingkan dalam Kej 3:17-19, "… dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu." Rev. Stephen Tong selalu mengatakan bahwa abad 20 merupakan abad yang bodoh karena menjalankan filsafat perusak yang dicipta di abad 19 tanpa koreksi dan secara kritis memperhatikan bahaya yang disodorkan. Salah satu bahaya yang disodorkan oleh filsafat abad 19 adalah Utilitarianisme (asas manfaat) oleh John Stuart Mill. Filsafat tersebut sangat bersifat hedonistik, mencari keuntungan pribadi dengan cara kenikmatan duniawi yang luar biasa ditutup dengan satu slogan yang sangat manis: "Marilah kita memperjuangkan manfaat terbesar bagi orang yang terbanyak." 1. Memicu prinsip egoisme dan mereka menyangkal konsep bahwa manusia hakekatnya berdosa, cenderung melawan Allah, tidak suka pada kebenaran dan lebih suka merugikan orang daripada menjadi berkat. Konsep Utilitarianisme yang diterima di seluruh dunia membawa dampak terhadap globalisasi yang menghasilkan penghancuran dunia dan hari ini terjadi kerusakan ekonomi secara global. 2. Utilitarianisme menjadi perusak yang luar biasa karena akhirnya menjadi asas yang mengabsahkan penggusuran dan perugian bagi kaum minoritas. Alasan-alasan dengan menggunakan format mayoritas untuk menyingkirkan kelompok minoritas sehingga mereka tidak mempunyai hak dan kekuatan yang sama dengan kelompok mayoritas. Betapa bahayanya kalau konsep Utilitarianisme diterima oleh seseorang, karena itu akan mengorbankan orang lain dan menghancurkan kelompok lain. Konsep ini harus dikikis dari konsep pikiran manusia, ini harus kita kerjakan dan tularkan pada banyak orang sehingga pikiran kita tidak diracun oleh konsep tersebut. 3. Konsep utilitarian menjadi racun yang besar karena pada akhirnya menimbulkan satu konsep pencurian dengan menggunakan konsep risk and gain, makin besar resiko yang dilalui maka kita makin berhak untuk untung besar. Sehingga muncul konsep di tengah dunia kalau kita gagal akibat orang lain yang mencapai untung, maka itu memang resiko yang harus kita tanggung. Hal ini menimbulkan kerusakan moral dan etika kerja. Yang kuat yang akan menang sudah mensahkan kita boleh menipu orang lain dengan alasan 292 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 bahwa resiko harus kita tanggung sendiri. Ini akibatnya dunia menjadi rusak di dalam ekonomi karena tidak ada batasan moral terhadap hal tersebut. 1. Etos kerja Kristen yang sesungguhnya dalam Alkitab. 2. Bagaimana kita melihat secara paradoks kondisi dari sebelum dan sesudah kejatuhan (antara natur dengan realita) sehingga kesadaran ini muncul dalam format yang sangat kuat di tengah kekristenan. Satu jiwa paradoks antara keharusan ideal yang Tuhan tetapkan dengan fakta realita yang berlawanan jauh daripada apa yang menjadi natur kerja. 3. Dengan mengerti bagaimana memparadokskan hal diatas maka kita dapat melawan tiga filsafat dunia yang sangat meracuni konsep kerja. Dalam Kej 2:15, sebelum manusia dicipta, Tuhan sudah menciptakan alam semesta dan isinya untuk menjadi tempat manusia berdayaguna dan manusia dicipta adalah untuk mengusahakan dan memelihara taman tersebut. Pertama, Allah bekerja dan Ia menginginkan manusia yang dicipta menurut gambar dan rupa Allah juga bekerja. Ketika kita melihat bagaimana Tuhan Yesus bekerja, Allah yang berinkarnasi adalah Allah yang menunjukkan contoh bekerja sehingga kita seharusnya malu kalau tidak bekerja. Tuhan mencipta kita bukan sejak dunia jatuh dalam dosa tetapi sejak dunia berada dalam kemurnian dan kebenaran untuk mengelola dan memelihara taman. Berarti sejak semula tidak ada natur apapun yang tidak menyetujui manusia harus bekerja dan ketika tidak bekerja maka kita sedang melanggar natur kita. Tetapi hari ini, natur ini terus dikikis perlahan-lahan supaya seolah-olah kita boleh terus dipermudah bahkan kalau mungkin tidak perlu bekerja. Terjadi satu kesalahan efek dari satu sikap dimana sebenarnya melalui perkembangan teknologi kita dapat mengerjakan lebih banyak hal sehingga tidak dikunci dengan pekerjaan yang dapat digantikan oleh mesin dan kita dapat mendayagunakan pikiran, tenaga untuk mengerjakan halhal yang membutuhkan bijaksana, kemampuan serta ketrampilan yang hanya dapat dikerjakan manusia sebagai mahluk yang lebih tinggi daripada sekedar mekanik. Natur kerja yang Tuhan ingin manusia kerjakan harus selalu mengandung dua unsur yaitu mengusahakan dan memelihara sehingga ekonomi dapat berjalan dengan benar. Ekonomi modern sedang menghadapi tantangan besar karena menghadapi ketegangan antara dua beban besar, di mana di satu pihak gerakan rasionalisme dan perkembangan teknologi telah salah mengerti konsep mengusahakan menjadi satu citra eksplorasi yang liar luar biasa sehingga pemeliharaan tidak dikerjakan. Tetapi di lain pihak, ajaran New Age movement mengajarkan ‘back to nature’ dengan hanya memelihara tanpa mengembangkan alam. Memelihara tanpa mengusahakan alam merupakan perusakan pasif terhadap alam. Oikos-nomos di dalamnya harus selalu mengandung dua unsur yaitu mengembangkan dan memelihara, itulah yang disebut dengan etos kerja Kristen dan kedua hal itu harus dijalankan secara bersama (paradoks). Sehingga waktu saudara menjalankan apa yang Tuhan tuntut dalam Kej 2:15 maka saudara dapat dipakai Tuhan di tengah dunia untuk menyadarkan bagaimana mereka seharusnya bekerja. 293 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Kedua, natur kerja yang sudah ditata oleh Tuhan begitu rupa, menjadi satu natur yang seharusnya begitu indah dan dapat dikerjakan secara tepat, sekarang oleh manusia dirusak karena manusia melawan dan menghancurkan prinsip yang Tuhan tetapkan. Kalau sebelum manusia jatuh antara ideal dengan realita terjadi keselarasan yang sangat indah tetapi ketika manusia telah jatuh maka tingkat natur ideal menjadi senjang jauh dengan realita yang dihadapi. Bumi, tempat kita garap sudah tidak bersahabat lagi sehingga akhirnya segala pekerjaan yang seharusnya menjadi natur yang cocok dengan jiwa kita sekarang menjadi sesuatu yang sangat menyulitkan dan menyusahkan serta kerja keras dengan berpeluh sampai kita boleh mencapai apa yang kita mau kerjakan (Kej 3:17-19). Idealisme kerja yang Tuhan tanam di dalam diri manusia tidak hilang, tetapi realitanya sekarang bertentangan sama sekali dari fakta itu. Seringkali ketika kita menghadapi situasi seperti ini, hati kita mulai berontak karena di satu pihak natur kerjanya masih menuntut untuk mau bekerja tetapi begitu berhadapan dengan realita kesulitan yang begitu besar, hatinya mulai memberontak bahkan tidak rela karena faktanya begitu susah dan menyakitkan. Itu semua karena kita sedang mencoba melinierkan dan bukannya memparadokskan antara dua hal tersebut. Kalau kita kembali pada Firman Tuhan hari ini, kita tahu bahwa terjadi konflik antara idealisme dengan realita yang tidak kita selesaikan secara paradoks tetapi secara linier. Bagaimana realita yang begitu jelek dan ideal yang begitu indah digarap dan dipertemukan dalam perkembangan pertumbuhan sampai akhirnya mencapai apa yang harus kita kerjakan di dalam hidup kita. Kalau kita tidak mampu demikian maka akibatnya kita tidak mampu bekerja secara tepat di tengah dunia dan akhirnya konsep kerja kita berubah menjadi konsep materialis. Ini yang harus kita waspadai karena kalau hal ini terjadi maka langsung ada beberapa filsafat yang akan membuka mulutnya untuk menelan kita. 1. Hedonisme (filsafat Garfield). Garfield adalah satu figur yang sengaja disodorkan sebagai figur hedonisme modern yang selalu menyodorkan filosofi hedonostik dengan slogan dan penampilannya yang menggambarkan kemalasan kerja. 2. Utilitarianisme 3. Humanisme. Filsafat ini sengaja ditiupkan supaya akhirnya menimbulkan dampak orang ingin mendapatkan keuntungan secara membabi buta dan mendapatkan perlakuan yang sangat baik padahal ia tidak bekerja. Orang Kristen harus belajar menempatkan belas kasihan secara tepat. Berdasarkan etos kerja, seseorang berhak mendapatkan upahnya dan hidup secara layak. Dunia kita ini selalu mengalami penyimpangan dalam pola berpikir kerja karena filsafat dunia berusaha menyodorkan konsep-konsep yang tidak tepat dan tidak sesuai dengan kebenaran Firman. Bagaimana saudara dan saya, dengan jiwa dan sistem kerja yang kita pakai? Bagaimana saudara dan saya menjadi orang-orang yang dipakai Tuhan untuk bekerja di tengah dunia secara tepat serta bagaimana kita menularkan prinsip dan etos kerja kepada orang lain, sehingga banyak orang yang disadarkan bahwa cara kerja yang tidak beres akan merusak seluruh masyarakat. Cara kerja yang tepat, yang kembali kepada Firman adalah yang membawa kita kepada kebenaran. Bagian kedua Beberapa saat ini kita terus memikirkan tentang bagaimana Kekristenan menegakkan prinsip etos kerjanya. Kekristenan adalah manusia yang secara natur dalam dirinya dicipta dengan jiwa dan natur bekerja, seperti dalam Alkitab dikatakan mengusahakan dan memelihara taman dan itu dijalankan secara seimbang. Hal itu sesuai dengan prinsip dasar ekonomi (oikos-nomos) yaitu bagaimana kita diberi akal budi dan kemampuan, dipanggil oleh Tuhan menjadi pengelola sehingga menyejahterakan semua bagian. Manusia diberi kuasa 294 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 pengelolaan namun juga harus bertanggungjawab terhadap pemberi otoritas, sehingga ketika bekerja itu harus direlasikan dengan bertanggungjawab terhadap Tuhan. Ini yang menjadikan kita harus sadar posisi kita secara tepat. Waktu saya sedang membahas hal ini, salah satu masalah yang paling serius dibicarakan dalam bagian ini adalah dalam 2 Tes 3 di mana seolah-olah Kekristenan menjadi agama yang penuh cinta kasih sehingga harus berbelas kasihan, memberikan segala sesuatu dan memperhatikan kemiskinan dengan luar biasa. Kekristenan memang merupakan agama cinta kasih tetapi itu tidak sedemikian saja dilakukan karena kita harus mengerti bagaimana memberi secara tepat. Sehingga Paulus mengingatkan dengan perkataan, "Kami katakan ini karena kami dengar, bahwa ada orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna" (2 Tes 3:11). Dan dikatakannya pula, "…, jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan." Saya rasa prinsip ini harus tegas sehingga kita mengerti bagaimana kita harus berdaya guna. Ketika mempersiapkan bagian ini, saya tertarik dengan satu buku yang ditulis dua orang Belanda, profesor bidang sosiologi dan sosial dari World Council of Churches (Dewan Gerejagereja sedunia). Buku "Dibalik Kemiskinan dan Kemakmuran" (Beyond Poverty & Affluence) oleh Bob Goudzwaard dan Harry de Lange diterbitkan Yayasan Kanisius, 1998. Di dalam membicarakan aspek kekayaan dan kemiskinan, mereka mengemukakan enam paradoks permasalahan yang kita hadapi. Mereka membuka fakta 6 paradoks di tengah abad modern yang berkembang yang kelihatannya sangat bertentangan tetapi sebenarnya sangat terkait satu sama lain. 1. Paradoks Kelangkaan Di tengah kekayaan manusia yang seharusnya dapat dipakai untuk mengelola kesejahteraan manusia tetapi justru terjadi kelangkaaan yang bukan disebabkan oleh tidak adanya kekuatan mendayagunakan namun karena begitu banyak produksi yang diperlakukan secara tidak beres. Berjuta liter susu dibuang di sungai padahal banyak anak dalam kondisi kekurangan gizi dan membutuhkan susu. Demikian juga halnya dengan jeruk yang seharusnya dapat menjadi vitamin tanpa harus minum minuman yang mengandung bahan kimia tetapi itu semua dihancurkan demi harga produksi menjadi tidak murah. Ketika daya begitu besar, pada saat yang sama terjadi pengerusakan dan penghancuran sumber yang seharusnya dapat dipakai oleh manusia. 2. Paradoks Kemiskinan Ketika negera-negara adidaya semakin kaya, namun peningkatan kemiskinan persentasinya lebih besar daripada peningkatan incomenya karena hanya sekelompok orang yang bertambah kaya. Seperti yang pernah saya katakan bahwa jikalau tidak hati-hati maka di Indonesia akan tercipta generasi pengemis dan orang-orang yang menciptakan citra kemiskinan masa depan. Karena sistem, pola dari cara kerja atau kebijaksanaan pemerintah telah kehilangan harga diri sehingga menjadikan kita mudah menjadi pengemis. Sungguh paradoks karena di satu pihak kita melihat dunia semakin hari semakin sejahtera dan makmur namun kenyataannya tidak meniadakan jumlah pengemis yang semakin meningkat jumlahnya. 3. Paradoks Sensitifitas Keperdulian Di satu pihak harusnya setiap kita makin maju dan makmur, semakin memikirkan kesejahteraan orang lain tetapi justru sebaliknya, berpikir bagaimana dapat menggunakan dan memanipulasi orang lain. Karena etos dan format kerja yang dicipta begitu rupa dengan jiwa utilitarian yang begitu menguasai dan mencengkeram seluruh cara hidup kita. 295 4. Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Paradoks Ketenagakerjaan Di satu pihak banyak yang membutuhkan tenaga kerja tetapi dilain pihak tidak ada tenaga kerja yang memadai dan tidak adanya kesempatan bekerja karena tidak adanya kemampuan untuk pekerjaan yang dibutuhkan, sehingga pengganguran semakin meningkat. Di sini persoalannya adalah bagaimana mendidik dan menuntut kualitas orang bekerja untuk masuk dalam garis manusia. Fakta yang harus kita lihat di mana berjuta tenaga kerja bekerja dalam kondisi non human karena seringkali mereka sengaja tidak diberikan kesempatan agar kualitas mereka meningkat supaya mereka dapat diatur dan dimanipulasi. Itu merupakan pemikiran yang sangat pragmatis dan mengakibatkan kerugian besar karena berarti mereka tidak mampu memikirkan kesejahteraan secara totalitas. 5. Paradoks Waktu Makin kita mempunyai kemampuan teknologi yang mengefisienkan waktu namun kita bukan semakin kelebihan waktu tetapi justru kekurangan waktu dan semakin kekurangan kemampuan untuk menata waktu. Alkitab menuntut keseimbangan bekerja secara tepat. Yang pertama, Kekristenan menuntut kita memberikan waktu untuk melayani dan mencurahkan pikiran bagi Tuhan (Ef 4:1-16). Kedua, Tuhan memanggil kita untuk dikirim kembali ke dalam dunia, bekerja, menghasilkan buah dan menjadi contoh. Ketiga, bagaimana kita menjadi orang yang hidup sepadan di tengah keluarga sehingga mampu melayani Tuhan, bekerja serta memberikan kesaksian yang baik di tengah keluarga (Ef 5). Ini kembali pada pengertian kita tentang apa itu kerja, bagaimana kerja yang tepat dan diseimbangkan dengan pelayanan, keluarga serta semua aspek yang lain. 6. Paradoks Kesehatan Ketika negara makin maju, ternyata penyakit juga semakin banyak. Kemajuan teknologi, perkembangan sosial masyarakat tidak menjadikan manusia bertambah sehat. Goudzwaard dan de Lange menyatakan tiga problem utama yang menyebabkan terjadinya keenam hal di atas, yaitu: 1. Kemiskinan. 2. Ketenagakerjaan, 3. Environment (lingkungan). Namun saya sangat tidak setuju dengan solusi yang sangat humanis yang mereka kemukakan yaitu, "Mari kita kembali pada inti Ekonomi, man and his needs (manusia dan kebutuhannya)." Sebab Firman Tuhan mengajarkan bagaimana saya bertanggungjawab di hadapan Allah mengelola alam semesta demi kesejahteraan manusia. Kalau manusia hanya memikirkan kebutuhannya maka yang menjadi pusat adalah manusia dan itu akan merusak seluruh system karena yang terjadi adalah saling berbenturnya kebutuhan yang akhirnya menjadi titik terciptanya destruksi dan tidak adanya penyelesaian apapun. Selanjutnya, bagaimana kita menurunkan format Kristen yang seharusnya di dalam bekerja? Kembali pada Kej 2:15 dan Ef 4:28 yang kemarin kita pelajari yaitu mari kita mulai bekerja keras memikirkan pekerjaan baik yang telah dipersiapkan Allah sebelumnya dan mengerjakannya dengan tangan kita sendiri supaya dapat menjadi berkat bagi orang lain. Dengan demikian citra kerja Kristen: 1. God Centre Work (kerja yang berorientasi kepada Allah) dan bukan kepada diri, uang, kenikmatan serta sekularisme atau keduniawian. Mari kita mulai berpikir mengubah paradigma total, yang berarti mengubah 296 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 dari format dasarnya menjadi: "Segala sesuatu adalah dari Allah, kepada Allah, dan untuk Allah, bagi Allah kemuliaan untuk selama-lamanya." Sehingga bagaimana bagaimana kita bekerja dan mulai studi hingga mulai menyelesaikan dan sampai masuk ke dunia kerja memikirkan pekerjaan apa yang Tuhan bebankan kepada kita itulah yang akan kita genapkan. Sekalipun mungkin beban begitu besar namun kita mempunyai kekuatan untuk menerobos dan tidak mudah patah karena itu dikerjakan bukan demi kepentingan kita sendiri. 2. Orientasi kerja berada di dalam tanggung jawab dan bukan hasil. Seringkali waktu kita bekerja dan sekolah selalu orientasinya pada hasil dan akibatnya kita tidak mungkin mencapai ketenangan. Dalam Alkitab dikatakan bahwa berikanlah kepada kami makanan kami yang secukupnya hari ini, sehingga di sini kita belajar bagaimana dapat bersandar, tahu mana bagian Tuhan dan bagian kita. 3. High Quality Effort (perjuangan mencapai kualitas tertinggi yang mungkin kita capai). Orang Kristen tidak pernah diajar untuk berbanding dengan orang lain, semangat kerja mengejar mutu yang tertinggi yang kita mampu perjuangkan, tidak pernah takut susah dan mau berkembang mencapai titik maksimal, itu yang harus kita munculkan. Kalau kita berhenti, kecuali itu merupakan titik maksimal maka itu berarti kita sangat tidak bertanggungjawab untuk setiap talenta yang Tuhan berikan. 4. Truth Ethics (etika yang sejati). Truth ethics adalah panggilan kerja Kristen. Orang Kristen bukan hanya sekedar semangat kerja keras tetapi dalam Ef 4 dikatakan "melakukan pekerjaan baik" berarti pekerjaan itu harus mencapai kualitas etik tertentu yaitu kalau ketiga hal yaitu tujuan, motivasi dan caranya baik. Ini merupakan satu prinsip yang penting di dalam cara bekerja! Karena kalau orang Kristen bekerja namun tidak dapat menjadi garam di tengah dunia kerja, maka seperti dalam Alkitab dikatakan, kalau garam asinnya telah hilang maka tinggal dibuang dan diinjak orang. 5. Altruistic Consideration (pertimbangan altruistik/ memikirkan berkat bagi orang lain). Berpikir bahwa apa yang Tuhan percayakan kepada kita juga harus disalurkan pada orang lain karena baik otak, kemampuan, kesempatan, harta dan segala sesuatu adalah dari Tuhan. Sehingga dikatakan ketika kita bekerja keras melakukan pekerjaan baik dengan tangan kita, supaya kita dapat dan dimampukan oleh Tuhan untuk memberi bagi mereka yang membutuhkan di dalam kekurangan. 6. Menjadi berkat buat seluruh alam semesta. Bagaimana kita bekerja mendayagunakan dan mengembangkan seluruh budidaya dan potensi alam untuk kesejahteraan seluruh alam. Sehingga kerja Kristen merupakan kerja yang memikirkan 6 aspek yang menjadikan seluruh cara kerja dari mulai studi hingga bekerja akan diberkati sehingga kita mempunyai keunikan dalam bekerja. Mungkin tidak mudah mendobrak konsep yang bertahun-tahun saudara pegang, tetapi saya minta setiap kita mempunyai jiwa mengubah konsep tersebut, berproses satu langkah demi satu langkah maju, mengubah cara kerja, hidup pelayanan dan seluruh inti utama dari kerja dan studi kita supaya boleh kembali untuk kemuliaan Tuhan. Bagian ketiga Hari ini kita akan melanjutkan membahas satu ayat yang saya harap dapat menjadi ciri yang membentuk mentalitas dan ethos kerja kita sebagai seorang anak Tuhan. “Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi tetapi baiklah ia bekerja keras, dan melakukan pekerjaan baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan.” Berhenti mencuri, seperti beberapa minggu yang lalu telah kita bahas, bukan sekedar seperti maling yang mencuri barang, dan bukan berarti pula bahwa orang yang bekerja keras pasti bukan pencuri. Sebab ada juga pencuri yang mencuri dengan 297 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 teknologi canggih dan bekerja keras dengan jam kerja yang kadangkala lebih panjang dari orang yang bekerja secara umum di kantor-kantor, sehingga dengan demikian mereka justru tidak bermoral dalam tugas dan etika kerjanya. Oleh sebab itu, etos kerja merupakan upaya bagaimana kita mengerti hakekat kerja yang sesungguhnya, dan kita tidak cukup hanya melihat secara fenomena tetapi harus masuk kedalam motivasi dari kerja yang sesungguhnya. Salah satu hal yang begitu menyentuh ketika merenungkan ayat ini, saya membayangkan Pdt. Stephen Tong waktu kemarin memimpin rapat. Seorang yang berusia 60 tahun dengan beban yang begitu besar dan berat, namun mampu bekerja dengan penuh semangat, dan setelah ia mendapat berkat maka berkatnya ia bagi. Bekerja keras, tidak takut susah dan berani mengalami pengorbanan demi mengerjakan pekerjaan baik dengan tangannya sendiri untuk menghasilkan sesuatu. Hal kedua yang saya belajar kemarin adalah di mana kita menggumulkan bagaimana gereja menghadapi moralitas jaman? Kalau kita menghadapi situasi seperti ini, maka bagaimana kita masih dapat menggumulkan panggilan iman kristen kita? Kekristenan termasuk teologi Reformed bukan merupakan doktrin yang hanya di otak tetapi teologi yang mau menyatukan pengertian esensial iman Kristen yang harus diterapkan di dalam kehidupan. Dan hari ini kita akan melihat bagaimana etos kerja itu dibicarakan. Kita sekarang hidup di tengah terpaan slogan-slogan yang sangat humanis, egois dan hedonistik yang disodorkan di depan diri kita yaitu tidak mau kerja atau hidup susah tetapi mau hidup nikmat sehingga akibatnya kita menjadi orang yang hidup seperti Garldfield. Apa sebenarnya etika kerja? Kalau di Alkitab dikaitkan antara jangan mencuri dengan pekerjaan baik, berarti di sini kita melihat adanya etika kerja di dalam kerja. Sonny Keraf, di bagian belakang bukunya yang berjudul “Etika Bisnis (tuntutan dan relevansinya),” mengatakan, “Etika bisnis adalah tuntutan bahwa bisnis harus beretika mutlak tidak dapat ditawar jika bisnis ingin berkembang dan lestari.” Kalimat itu sangat tepat, namun sayang di dalam solusinya ia tidak memberikan penyelesaian yang tuntas sekalipun ia sangat berusaha menguraikan dari aspek kekristenan. Sehingga di sini saya merasakan pentingnya kita lebih tajam lagi melihat bagaimana etika dalam satu kehidupan itu merupakan satu kemutlakan. Dan kalau kita masuk di dalam satu etos kerja maka etika kerja merupakan syarat mutlak yang tidak boleh ditiadakan atau menjadi heteronom (tidak boleh tergantung pada individu). Ketika saudara mengabaikan tuntutan etika dan moralitas dalam hidup saudara, itu akan menjadi ekses saudara menghancurkan orang lain dan yang paling parah menghancurkan diri sendiri tanpa disadari. Etika sekarang justru digeser menjadi etika relatif, yaitu baik dan jahatnya jika hal itu diperhitungkan merugikan orang lain. Selama tidak merugikan orang lain maka seolah-olah itu menjadi hak kita untuk melakukan dan mengembangkan apa saja. Indonesia hari ini mengalami kerusakan seperti ini karena kita tidak mempunyai moralitas dan kemutlakan hukum. Kalau dunia sudah mulai masuk dalam semangat dan cara berpikir demikian, maka betapa rusaknya seluruh cara penyelesaian ini. Dosa yang sudah dikerjakan, pelanggaran hukum dan perusakan etika ketika satu kali saudara lakukan, ingatlah bahwa hari itu saudara sedang mengalami kerugian yang terlalu besar karena saudara sedang mencacatkan sejarah hidup yang tidak akan pernah dapat dihapus kembali, karena itu sudah ditandai dengan tanda kekekalan di dalam dosa. Ketika Paulus begitu giat menganiaya orang Kristen maka setelah bertobat sejarah cacatnya tidak pernah dapat dihapus habis dari sejarah hidupnya, sehingga setiap kali ia pergi ke satu kota dicurigai walaupun ia sudah mencoba membuktikan bahwa ia melayani secara sungguh-sungguh. Sehingga di sini etika merupakan tuntutan tegar yang harus kembali di tengah kehidupan Kristen. Yang kedua, Etika tidak boleh dipermainkan. Etika merupakan satu tuntutan yang mutlak harus kita kerjakan karena etika menyangkut tata hidup seseorang yaitu bagaimana ia hidup berelasi dengan sesama, alam dan Tuhan. Ketika kita hidup di dalam satu tatanan norma etika maka di situ dapat dan mutlak akan terjadi perbedaan konsep dan 298 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 persepsi karena ada dua pihak yang akan mencapai satu tuntutan etika yang berbeda. Dan kalau kita berdiri di atas satu relatifitas konsep di mana relasi harus terjadi di dalam konsep etika maka mau tidak mau kita harus mempunyai standar mutlak dan ada satu kemutlakan sejati yang harus kita terima. Yang berhak menentukan saudara baik atau jahat bukanlah manusia tetapi harus firman yang menghakimi dan menjadi patokan dari semua unsur serta penilaian etika yang harus dikerjakan di tengah dunia. Ini adalah dua basis pengertian dasar di dalam kita membicarakan etika. Bagaimana kita melihat etika tentang permainan Falas dan Saham pada jaman ini di mana itu merupakan perusakan cara kerja yang tidak beres dan tidak ada bedanya dengan membuka kasino sebanyak-banyaknya. Tetapi justru cara kerja dan etika moral seperti ini yang dipromosikan begitu besar di dunia termasuk dalam universitas Kristen. Kalau kita memikirkan hal seperti ini maka bagaimana kekristenan mempunyai nilai yang sejati di dalam membicarakan masalah moral. Bekerjalah keras! Di sini tidak ada prinsip perjudian di tengah kekristenan, dan ini prinsip keras yang ditekankan oleh firman. Tanpa kerja keras maka tidak ada hasil yang boleh dicapai. Standar kembali kepada firman menjadi basis etika yang menentukan apa yang benar dan itu menjadi satu titik tolak didalam seluruh pola pikir kita. Ketika kita mulai membicarakan etika, maka di sini kunci pertama yang dikatakan Paulus yaitu, “Bekerja keras.” 1. Effort (upaya/ kesungguhan). Kalau kita mencari pekerjaan yang tidak susah, tidak perlu tenaga dan otak serta menghasilkan uang banyak maka itu pasti bad work/evil work. Ketika Kristus datang ke tengah dunia, Ia tahu bahwa perjalanan hidupnya adalah perjalanan Via Dolorosa (jalan salib). Dan dari sejak mulai pelayanannya Yesus dengan sikap tegas mau bekerja keras dari pagi hari sebelum matahari terbit hingga malam hari ketika matahari sudah terbenam dan akhirnya hingga naik ke kayu salib. Orang yang tidak mempunyai jiwa kerja (perjuangan) tidak akan pernah hidup dan kalau terus dipaksakan maka ia akan menjadi pelaku kejahatan. Kalau kita punya otak dan pengertian yang baik maka bagaimana kita dibangun mentalitasnya sehingga mempunyai semangat kerja yang beres dan mempunyai jiwa tidak takut susah untuk bekerja dan menghasilkan sesuatu yang baik dengan tangan kita. 2. Good work is an Quality (bekerja adalah menginginkan hasil yang terbaik untuk dipersembahkan kepada Tuhan). Aristoteles mengatakan, “Very difficult to find out what is good.” Kecuali kembali kepada standar sejati daripada kebajikan karena tidak ada kebajikan yang memadai. Seperti dalam Mat 19:16-26 Yesus menjawab orang muda yang kaya dengan mengatakan, “Hanya Satu yang baik.” Di tengah dunia yang pragmatis hari ini kita seringkali bekerja dengan sembarangan dan semangat pragmatis yang begitu menguasai kita, di mana semua tidak memikirkan bagaimana untuk mencapai kualitas yang memadai. Tuhan menuntut kita bekerja dengan kualitas maksimum yang Ia bebankan kepada kita dan masing-masing kita diberi kualitas yang berbeda oleh Tuhan. Sehingga kualitas di mata Tuhan bukan diperbandingkan dengan orang lain tetapi berapa yang dituntutkan kepada kita, itu yang harus kita penuhi. Dengan demikian setiap kita memikirkan yang terbaik yang dapat kita kerjakan di hadapan Tuhan. 3. Good Work is a Result (hasil). Pekerjaan baik bukan sekedar perjuangan lalu mengidamkan sesuatu yang terbaik tetapi akhirnya tidak dilakukan sama sekali. Seharusnya kita sadar akan anugerah keselamatan yang diberikan Tuhan dengan harga yang sangat mahal dan pekerjaan baik yang Ia limpahkan kepada kita sehingga apa yang kita kerjakan seharusnya kita pertanggungjawabkan kembali kepada Tuhan. Dan kesadaran itulah yang dapat membuat kita untuk tidak berhenti bekerja keras. Selama Tuhan masih memberikan kesempatan kepada kita untuk bekerja maka ingatlah bahwa kerja itu anugerah yang Tuhan 299 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 percayakan dan apabila Tuhan mau ambil maka dalam tempo satu haripun itu semua dapat lenyap. Saya harap apa yang menjadi contoh dan pergumulan para tokoh firman dan sejarah, seperti: John Calvin, dsb. dapat mendorong kita untuk berani menggarap dengan baik apa yang Tuhan percayakan kepada kita. Pekerjaan baik merupakan bagian daripada tuntutan moral yang harus kita kerjakan dengan keras. Di sinilah kita melihat bahwa pekerjaan baik dikaitkan kedalam diri kita, dan kadangkala kita dapat terjebak masuk ke dalam dua konsep yang berbahaya sekali: Kita dapat menjadi work alkoholic (orang yang gila kerja dan kalau tidak bekerja, ia akan mati). Dan work alkoholic dapat menimbulkan satu dampak atau timbal balik di mana seolah manusia tidak perlu kerja sehingga hal itu mengakibatkan dampak yang sangat negatif serta menghancurkan seluruh keseimbangan. Paulus memberikan gambaran yang sangat cermat dengan mengatakan, “Bekerja keras untuk melakukan pekerjaan baik.” Dan dua unsur itu tidak boleh dilepaskan. Yesus memberikan contoh yang indah, “Bapa-Ku bekerja sampai hari ini dan itu alasannya Aku bekerja juga.” Sehingga pekerjaan manusia gambarkan sebagai miniatur pola yang harus kembali kepada Tritunggal sebagai dasarnya. Seorang tokoh yang pernah belajar teologi namun menjadi atheis dan akhirnya gila yaitu Friedrich W. Nietzsche (abad 19), seorang filsuf yang terkenal dengan istilah The dead of God Theology dimana di dalam seluruh bukunya ia berjuang keras untuk membunuh Allah secara konsep. Namun satu hal yang dikatakannya dalam konsep tersebut adalah di mana etika merupakan satu ilmu untuk menghimbau manusia supaya mempunyai moralitas tuan dan bukan moralitas budak atau hamba. Sehingga etika bukan berarti kita didikte, dijepit dan dimatikan dan akibatnya tidak mempunyai pilihan ya atau tidak. Seperti dalam Yoh 8 dikatakan bahwa di dalam ketaatan, kebebasan kita kerjakan secara bertanggungjawab. Begitu kebebasan kita dicabut oleh Tuhan, maka saat itulah kita berada dalam keterjepitan yang dikatakan oleh Agustinus, non posse non peccare (tidak dapat tidak berdosa), yang artinya ia mau tidak mau berada dalam belenggu dosa dan yang paling parah, kita kehilangan seluruh kebebasan tersebut. Mari kita kembali pada prinsip bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik sehingga cara kerja kita sungguh-sungguh bertanggungjawab dihadapan Tuhan. Dan suatu ketika kita dapat berkata kepada Tuhan bahwa ini yang telah saya kerjakan di hadapan Tuhan dan saya pertanggungjawabkan semua ini di hadapan-Nya. Barangsiapa sudah berada di dalam Tuhan maka ia pasti dimampukan untuk mengerjakannya, sekalipun banyak kesulitan yang akan dihadapi. Mari kita bersamasama mengerjakannya dengan penuh bertanggungjawab di hadapan Tuhan. Bagian keempat Saudara, ketika merenungkan ayat yang relatif pendek ini, saya melihat satu hal yang begitu agung di dalam seluruh prinsip ekonomi Kristen yang Paulus ungkapkan. Di mana dikatakan, “Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan.” Kalau kalimat ini hanya sampai pada ‘melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri,’ maka nilai tambah ekonomi Kristen belum terlihat secara tuntas. Di dalamnya memang sudah terdapat satu prinsip yang begitu penting di mana kalau seseorang tidak bekerja maka sewajarnyalah ia tidak usah makan (secara kasarnya). Itu kalimat yang diungkapkan oleh Alkitab dengan begitu tegas bahwa Tuhan menginginkan kita bekerja dan dengan demikian kita boleh menghasilkan nilai sebagai crown of the univers (mahkota ciptaan). Orang dunia juga mempunyai filsafat yang sama dalam hal ini sehingga akhirnya menjadi satu pengertian umum yang dianggap sangat positif di dunia. 300 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Secara dunia kalau kita bekerja dan akhirnya menghasilkan sesuatu, maka itulah yang dikatakan hasil jerih payah dan milik kita sehingga kita boleh mempergunakan dan menikmatinya. Namun di sini kita melihat bahwa Paulus justru mengkontraskan bagian pembuka dengan bagian terakhir dari ayat tersebut, karena disitulah titik balik daripada paradigma hidup dan kerja kita. Justru ketika kita telah mendapatkan sesuatu biarlah didalam hati kita ada keinginan untuk berbagi dengan mereka yang berada di dalam kesulitan. Inilah yang disebut dengan jiwa altruistik dan bukannya jiwa egoistik. Di dalam dunia etika dikontraskan antara semangat egoistik dengan altruistik. Semangat egoistik adalah semangat di mana orang mau mencari kepentingan diri sendiri. Tetapi justru dalam Alkitab dikatakan, “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh dia, kepada dia, bagi Dialah kemuliaan untuk selama-lamanya, Amin.” Maka di sini terjadi satu kontras antara semangat yang mau mencari kepentingan diri sendiri dengan jiwa yang mau memperhatikan dan menjadi berkat bagi orang lain. Di sinilah saya merasakan keagungan yang Tuhan berikan dan ini menjadikan seluruh daripada prinsip iman Kristen mengerti pekerjaan dibangun secara tuntas. Mari kita mulai melihat mengapa kita dituntut oleh Tuhan mempunyai altruistik action sehingga setelah kita bekerja dan mendapat sesuatu kita mempunyai kekuatan untuk berbagi dengan orang-orang yang berkesulitan. Betapa indahnya kalau kekristenan mempunyai semangat seperti ini! 1. Kita harus sadar bahwa apapun yang ada pada kita secara hakekatnya bukan milik kita tetapi harta yang dipercayakan Tuhan kepada kita. Firman Tuhan dalam Ef 2:8-10 menjelaskan dengan tegas bahwa kita diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya. Maka kalau saudara dan saya dapat bekerja di dalam jalur Tuhan, itu merupakan anugerah yang Tuhan persiapkan bagi kita, dan sebaliknya kalau kita menghasilkan sesuatu itu anugerah yang harus dikembalikan kepada Tuhan. Seperti dalam prinsip perumpamaan talenta, ketika Tuhan memerintahkan kita bekerja maka Ia memberikan perlengkapan kerja yang cukup dan talenta bagi kita untuk bekerja. Dalam konteks saat itu, satu talenta bukan merupakan angka yang kecil karena berkisar antara 5 juta (sebelum dolar naik) dan itu merupakan modal yang cukup bagi kita untuk menghasilkan suatu usaha. Semua yang kita mililki baik tenaga, kepandaian/otak dan kesempatan studi merupakan anugerah Tuhan dan jikalau Tuhan tidak memberikan talenta itu kepada saudara maka tidak mungkin saudara dapat bekerja. Beberapa saat yang lalu ketika terjadi kasus Mataram, saya mendengar ada orang yang dalam satu hari seluruh hartanya habis terbakar sehingga ia hanya dapat keluar dengan apa yang menempel di badannya dan sedikit apa yang ia dapat bawa. Kadang saya memikirkan, mungkinkah kita mempunyai konsep pikiran posesif (pemilikan harta, anak, dsb) secara tepat seperti Ayub, sehingga ketika seluruh miliknya dihabisi atas perkenanan Tuhan, ia tetap dapat memuji nama Tuhan. Ayub tidak berdosa sedikitpun karena ia tahu tepat apa yang menjadi haknya dan yang bukan. Di tengah kekristenan saat ini, berapa di antara kita yang benarbenar mempunyai pemikiran seperti ini, sehingga ketika kita sudah mendapatkan sesuatu kita dapat berbagi dengan orang lain. Itulah satu persekutuan yang Tuhan inginkan dimana kita saling memperhatikan dan berbagi. 2. Karena inilah citra persekutuan Kristen, esensi dari umat Allah dan misi pekerjaan Allah. Yesus pernah berkata, “Hendaklah kamu saling mengasihi, dengan demikian orang akan tahu bahwa kamu adalah murid-Ku dan dengan demikian Bapa-Ku dipermuliakan” (Yoh 13:34-35). Ketika kita diajar Tuhan untuk mengasihi, kasih yang kita miliki seharusnya tidak sama dengan yang dimiliki oleh dunia. Jemaat adalah 301 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 jemaat yang harusnya saling memperhatikan satu sama lain, saling menguatkan, menopang dan saling membangun. Saya rasa kita perlu merombak dan menyadarkan jemaat untuk saling mengasihi. Kita bukan datang ke gereja karena ingin mencari dan menuntut sesuatu sebab itu semua hanya akan mendatangkan kerugian. Tetapi siapa yang berada dalam pekerjaan Tuhan, berjiwa membagi sehingga akhirnya semuanya mendapatkan, dan dengan demikian kita akan selalu mau memikirkan orang lain lebih daripada diri kita sendiri. Inilah cinta kasih sejati! 3. Merupakan jiwa seorang yang bermartabat (jiwa seorang yang mempunyai semangat tuan). Dalam bukunya Grow in Grace, Sinclair B. Ferguson mengambarkan satu hal yang begitu indah, di mana ketika seseorang mulai dinobatkan menjadi raja atau mencapai kedudukan tertentu biasanya ia langsung melakukan perbuatan amal seperti membagikan hadiah, memberikan grasi pada beberapa ratus narapidana, dsb. Ini menunjukkan bahwa seseorang yang mendapatkan kedudukan yang baik ia mendapat hak membagi sebagai tanda otoritas seorang tuan. Jiwa seperti ini dimengerti di tengah dunia tetapi justru seringkali orang Kristen tidak sadar bahwa Tuhan mencipta kita menjadi seorang yang bernilai tuan, bahkan mencapai posisi sebagai “The Second Lord” sesudah Tuhan yang menjadi tuan atas alam semesta. Namun sayang, justru seringkali jiwa tuan ini tidak ada di dalam diri kita dan sebaliknya muncul jiwa pengemis. Itu sebabnya saya ingin kita memikirkan baik-baik bagaimana jiwa kerja yang sesungguhnya. Jiwa pengemis ini yang saya rasa perlu didobrak di tengah kekristenan. Mari berubah! Ketika saya merenungkan hal ini maka saya teringat kembali apa yang Pdt. Stephen Tong pernah syaringkan. Ada orang yang menanyakan, mengapa Pak Tong harus sampai kerja keras sedemikian berat? Saya rasa kalau ia mau mengatakan, ia bukannya ingin seperti itu tetapi keadaan yang susah sekali mengharuskan dia seperti itu. Ketika berumur empat tahun, ibunya telah menjadi janda dengan harus membesarkan 8 anak, namun ibunya adalah seorang yang sangat cinta Tuhan dan rajin mendoakan anakanaknya. Dan pada umur 15 tahun ia sudah harus mengajar hingga malam sambil belajar. Keluarga ini benar-benar hidup dalam kesulitan dan kekurangan. Setiap hari Jumat malam ketika ibunya pergi membesuk, ia selalu membawa dua kaleng beras dan satu kaleng gula untuk diberikan kepada orang-orang yang hidupnya jauh lebih susah daripada mereka. Mereka bukanlah keluarga yang berlebihan tetapi mereka masih ingin mencoba berbagi. Itu jiwa yang saya rasa sekalipun susah tetapi masih memiliki jiwa tuan, jiwa dignity sebagai ciptaan Allah (the image of God) yang begitu agung yang tidak dibuang. Dia sadar bahwa ia dicipta sebagai gambar dan rupa Allah dan bukan hidup sebagai pengemis. Kita seringkali berpikir bahwa kita paling susah dan tidak ada jiwa mau menolong orang lain. Bagaimana jiwa Kristen kita? Sekalipun susah tetapi kalau kita masih mau bekerja keras dengan sungguh-sungguh, maka kita masih dapat berbagi, dan apa yang kita punyai itulah yang dapat kita bagi. Namun, dalam hal ini kita harus mengerti bagaimana membagi kepada orang yang tepat. Seringkali, orang yang sungguh-sungguh hidup di dalam kesulitan justru diam dan tetap rela bekerja keras sekalipun sulit. Dunia kita mempunyai cara berpikir yang berbeda sekali dari apa yang Alkitab katakan tetapi justru apa yang Alkitab katakan itulah yang teragung. Kita tidak akan merasa rugi kalau berbagi tetapi kita justru akan merasakan sukacitanya memberi, di mana hal itu tidak dapat dihitung dengan uang atau nilai berapapun, sebab di situ kita dapat melihat kerelaan orang tersebut dalam memberi. Bahkan Alkitab mengatakan, lebih berbahagia orang yang memberi daripada yang menerima. 4. Kita perlu berbagi baik kepandaian, kemampuan dan seluruhnya. Kalau saya bayangkan Pdt. Stephen Tong kalau tidak menjadi pendeta maka ia dapat menjadi pengusaha yang luar biasa, namun ia tetap rela melepaskan itu semua demi pekerjaan Tuhan. Tetapi terlalu sedikit anak-anak muda yang mempunyai kepandaian dan talenta yang banyak mau menyerahkan diri dipakai oleh Tuhan. Saya harap 302 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 ada orang yang mempunyai kepandaian dan kemampuan yang terbaik diserahkan untuk pekerjaan Tuhan, sehingga gereja Tuhan mempunyai orang-orang yang mempunyai talenta pikiran untuk melayani Tuhan. Relakah saudara berbagi? Jaman ini sangat membutuhkan hamba-hamba Tuhan yang berkualitas tinggi, yang menyerahkan hidup untuk pekerjaan Tuhan. Saya rindu gereja ini juga boleh mengutus hamba-hamba Tuhan yang bermutu yang nantinya boleh dipakai di abad yang akan datang. Kalau kita memiliki hal yang terbaik biarlah itu bukan buat diri kita sendiri tetapi dengan demikian saudara rela berbagi. Inilah prinsip kerja Kristen di mana kita mempunyai semangat mau memperhatikan dan berbagi, itulah yang menjadi jiwa kita sesungguhnya. Mau saudara? Amin! 303 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 P Pe errk ka atta aa an ny ya an ng gm me em mb ba an ng gu un n Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 29 Efesus 4:29 Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia. Hari ini kita kembali masuk dalam bagian yang terakhir sebelum merangkum keseluruhan tuntutan Paulus di dalam relasi antar manusia. Dalam bagian Ef 4:17-32, Paulus mempunyai penekanan yang begitu seimbang yaitu setelah hubungan kita dengan Allah dipulihkan maka selanjutnya roh pikiran kita diperbaharui sehingga kita boleh dikembalikan dalam kebenaran dan kekudusan yang sejati, yang menjadikan kita mampu berelasi dengan sesama secara baik (ay. 23-24). Maka waktu Tuhan mengubah hati kita, seharusnya kita boleh menjadi orang-orang yang dapat mengerti sesama, bekerja dan menjadi berkat bagi orang lain. Seperti apa yang Paulus katakan dengan sangat keras bahwa orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia boleh mempunyai kesempatan untuk membagikan sesuatu kepada mereka yang berkekurangan. Namun kita tidak hanya berhenti di situ, sebaliknya Paulus mengatakan: “Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.” Bagian akhir ini merupakan bagian yang begitu serius dan mengerikan di mana di akhir abad 20 menuju abad 21 ini menghadapi tantangan yang sedemikian hebat. Maka Paulus mengatakan supaya jangan ada lagi satu komunikasi rusak dan merusak yang keluar dari mulut kita. Di sini timbul satu pertanyaan dalam diri saya, apakah hal ini hanya merupakan problem orang-orang jaman Paulus yang dianggap sebagai jaman kuno dan tidak berpendidikan, yang mengeluarkan kalimat yang kasar, kotor dan sia-sia, ataukah ini juga merupakan problem abad 21 yang super modern? Saya melihat justru menjelang abad 21, gejala itu menjadi satu gejala yang begitu merajalela di sekeliling masyarakat, sampai seolah-olah merekapun sudah tidak bereaksi lagi ketika mendengarnya. Bahkan koran, tabloid dan film-film tidak segan-segan dan seolah itu sudah menjadi suatu yang biasa yang layak disodorkan kepada masyarakat. Satu kali ketika saya berbicara dengan seorang teman, ia mengatakan bahwa kalimat-kalimat demikian seringkali keluar begitu saja tanpa ia dapat mengendalikan, sekalipun kita tidak menghendakinya. Itu berarti sudah menjadi natur yang tidak dapat ditahan lagi! Oleh sebab itu, ayat 23-24 menjadi kunci utama tuntutan perubahan dan perombakan dasar di dalam aspek yang terakhir. Di situ dikatakan, jangan sampai mulutmu dipakai untuk mengeluarkan kalimat yang sia-sia, tetapi pakailah kalimat yang membangun orang lain di mana perlu sehingga itu membuat orang tersebut merasakan anugerah dari Tuhan. Ketika seseorang mengeluarkan kalimat yang kasar, sebenarnya di dalam hatinya ada ide ingin menyakiti dan merusak orang 304 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 lain, sehingga sebenarnya inti daripada kerusakan yang terjadi adalah karena ia ingin merusak semua bentuk format relasi dan ia hanya memikirkan dirinya sendiri. Hal ini sama dengan yang terjadi di dalam Kej. 3, di mana Setan selalu ingin merusak semua bentuk relasi, mulai dari relasi kita dengan Tuhan, sesama, alam dan bahkan terhadap diri kita sendiri sehingga hubungan yang seharusnya dapat menjadi baik, satupersatu dihancurkan. Akibatnya ketika manusia mengeluarkan kalimat-kalimat seperti itu di mana ia ingin menyakiti, merusak dan melampiaskan marahnya terhadap orang lain, waktu itu ia sedang merusak relasinya dengan orang lain. Itu berarti orang tersebut secara bertahap mulai disingkirkan di dalam sistem komunikasi dan akhirnya ia hanya dapat berelasi dengan orang yang sama kotornya, namun di situ tidak akan pernah terjadi relasi yang benar kecuali keduanya saling membusukkan. Maka sebenarnya ini menjadi satu keutuhan total yang sedang menghancurkan dunia secara strategis, hanya melalui mulut kita yang tidak bertanggung jawab. Di dalam Yakobus dikatakan bahwa kita harus berhati-hati dengan lidah kita karena apa yang keluar dari mulut kita merupakan pancaran dari hati kita. Di sini yang saya pikirkan, mengapa masyarakat modern bukan menjadi semakin peka dan waspada terhadap gejala seperti ini tetapi justru semakin terbuka dan menerima semua sikap yang sia-sia seperti ini. Saya merasakan bahwa ini satu bahaya besar ketika kita melihat bagaimana terpaan filsafat yang merusak secara strategis ke dalam seluruh sarana dunia. Kalau kita melihat di abad 15-17, pengembangan seni menjadi wadah di mana kita dapat membaca seluruh trend yang sedang terjadi menuju abad 21 nanti. Di dalam seni lukis abad 17, di mana perkembangan dari Renaisans masuk dalam lukisan naturalisme, kita lihat bahwa lukisan menjadi satu bentuk ungkapan seni yang obyektif. Mereka mencoba menggambarkan satu realita yang sesungguhnya, apa yang diungkapkan kepada kita, terlukis dengan begitu jelas sehingga kita dapat menikmati seni itu secara keseluruhan, sekalipun mungkin orang yang melihat tidak mengerti lukisan. Inilah yang disebut dengan objective art (seni yang ketika dibuat, si pelukis mempertimbangkan bagaimana ia mengekspresikan lukisannya sehingga orang yang melihat dapat mengerti, kagum dan tahu berita apa yang ingin disampaikannya). Tetapi gejala lukisan seperti ini tidak lama, sebab selanjutnya bergeser pada format impresionisme yang sudah jauh meninggalkan format natural karena di dalamnya mulai tertuang format subyektivitas pelukisnya. Kita seringkali kalau melihat lukisan tidak dapat menangkap apa yang ada di belakang lukisan tersebut karena kita tidak mempelajari perkembangannya dari sudut filsafat. Di situ ada satu cara yang sedang dibawa Setan untuk memaparkan sesuatu, meskipun Rembrant seorang Kristen dan ia mau mencoba menggambarkan bentuk religiusitas namun banyak lukisannya yang sudah berbeda dari lukisan pra-Renaisans, bersifat humanistik dan merakyat. Sampai di dalam impresionisme, seluruhnya sudah menggambarkan humanistik. Kemudian pengerakan ini berubah total ketika muncul tokoh yang bernama Pablo Piccasso, yang dianggap sebagai titik putar dalam dunia seni yang menggeser dari seni modern menuju kepada seni post modern. Piccasso hidup dengan membelah bentuk seni menjadi dua format, yaitu sebelum 1907, di mana lukisannya masih berformat naturalisme dan impressionisme yang setelah itu menjadi seni yang obyektif dengan sedikit nuangsa subyektif dan selanjutnya berubah total menjadi seni subyektif (Cubisme), yang sudah tidak dapat dilihat secara wajar lagi. Hal ini terjadi karena filsafat seni sudah bergeser total dari yang dulunya saya ingin saudara juga dapat menikmati hasil lukisan saya, namun akhirnya sekarang berubah terserah pelukisnya ingin melukis apa sekalipun mungkin orang yang melihat tidak dapat ikut menikmatinya. Setelah itu seluruh seni di abad 20 berubah total semangatnya menjadi seni yang total subyektif di mana muncul tokoh yang bernama Salvador Dali dengan surealisme yang sudah melampaui realisme. Dan akhirnya seni itu berkembang kepada abstrak di mana lukisan sudah benar-benar tidak dapat dimengerti secara wajar. Hal inilah yang membuat kita akhirnya jatuh dalam subyektivitas total di mana sudah terjadi kesenjangan 305 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 relasi antara si pelukis dengan si penerima. Inilah format post modern yang disebut sebagai “The Dead of The Author Principle” yang artinya kalau saudara sudah membuat sesuatu maka antara saudara dengan karya saudara serta penerima sudah putus hubungan sama sekali dan setiap kita bebas berinterpretasi, semuanya merupakan satu ungkapan subyektivitas yang tidak pernah mungkin bisa ditangkap oleh penerima (metafora). Itu berarti komunikasi dan relasi berhenti secara total. Semangat ini disodorkan bukan hanya dalam bentuk seni, tetapi timbulnya gerakan yang mempersoalkan linguistik dan komunikasi di dalam format yang disebut sebagai Linguistic Analysis yang diperkembangkan oleh tokoh-tokoh postmodern seperti H. G. Gadamer, Jacques Derrida dan A.J. Ayer yang mulai mempersoalkan bahwa bahasa adalah suatu metafora atau simbol yang diungkapkan. Maka ketika bahasa mengungkapkan satu simbul maka si penerima tidak dapat mengerti apa yang diungkapkan oleh orang yang berbicara. Jadi antara orang yang berkata dengan orang yang menerima merupakan dua hal yang berbeda, dan di sini yang disebut dengan problem metafora di dalam problem linguistik. Setelah masuk dalam bagian ini, kita baru mengerti bahwa abad 20 menjadi abad yang mengerikan sekali karena setan sudah mempersiapkan satu sarana di mana kita akhirnya masuk ke dalam satu Subjective Understanding (pengertian subyektif) terhadap relasi. Kalau sampai terjadi hal seperti ini maka itu akhirnya menyebabkan berhentinya semua komunikasi yang berdampak tidak adanya komunikasi. Saudara dapat membayangkan kalau hal ini terjadi di dalam gereja pada saat ini maka banyak sekali hamba-hamba Tuhan yang terkena format dari prinsip komunikasi seperti ini, yang membuat gereja rusak. Kalau saudara sampai dalam format seperti itu bagaimana terjadi komunikasi yang sejati, bagaimana kita dapat perduli dengan satu bentuk komunikasi yang sesungguhnya. Saya teringat Pdt. Stephen Tong waktu berkata, “Ketika engkau berdiri di mimbar maka yang harus engkau pikirkan adalah bagaimana supaya jemaat dapat bertemu dengan Tuhan dan bagaimana Tuhan dapat berbicara kepada jemaat.” Komunikasi merupakan satu tuntutan bagaimana orang boleh menangkap dan mengerti sebab komunikasi merupakan bentuk dari relasi. Mengingat peristiwa babel, ketika semua bersepakat untuk melawan Tuhan maka Ia melalui bahasa memecahkan mereka sehingga komunikasi dan relasi terpecah dan mereka semua terserak. Berarti bahasa merupakan cara relasi yang sangat kuat yang seharusnya dapat kita pakai tetapi dengan sengaja saat ini bahasa telah dirusak sedemikian rupa sehingga mulut mereka mengeluarkan kalimat yang tidak seharusnya. Maka saya mengajak kita memikirkan apa yang Paulus katakan, sama seperti ayat 28 di mana semangat dan jiwa yang penting adalah jiwa mencintai yang mau berbagi dan memikirkan orang lain. Komunikasi yang terbaik harus dimulai dengan jiwa altruistik dan ini tidak dapat terjadi kecuali dengan cinta yang sejati sehingga seluruh hidup kita diubah dari semangat egois menjadi jiwa yang mau mengerti, menanggapi dan mau berbagi dengan orang lain. Satu konsep keluar dari diri demi supaya kepentingan orang lain dapat dipertimbangkan. 1. Alkitab mengatakan, “… pakailah perkataan yang baik untuk membangun.” Ketika kita sedang berkata kepada orang yang kita kasihi, kalimat yang akan kita ucapkan akan kita pertimbangkan dengan baik tetapi mungkin tidak membangun, karena semuanya masih demi supaya kita tidak dirugikan. Sehingga akhirnya orang yang mendengar bukan menerima realita yang sejati tetapi justru menjerumuskan mereka. Kadangkala mungkin kita harus mengatakan sesuatu yang pahit tetapi kalau itu demi kebaikan mereka, maka itu harus kita katakan dengan cinta kasih yang cukup untuk menegur. Antara mengasihi dan membangun harus digabungkan supaya terjalin suatu kalimat yang benar, tulus dan bersifat konstruktif. Kalau hati kita diubah maka yang keluar dari mulut kita secara otomatis adalah hal yang membangun dan itu akhirnya yang membuat kita dipakai Tuhan. Kalau itu dapat kita jalankan maka hal ketiga yang menjadi kunci pengujinya terjadi, yaitu: 306 2. Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia. Di sini bagaimana kalimat-kalimat yang kita ucapkan dapat dipakai Tuhan untuk membangun dan menguatkan orang lain sehingga mereka boleh merasakan anugerah turun atas mereka. Dan dengan demikian kita dapat menjadi saksi Tuhan di manapun kita berada. Memang natur kita tidak sedemikian mudah diubah untuk kembali kepada kebenaran, itu semua membutuhkan ketekunan dan perjuangan yang seringkali harus sampai menghancurkan kesombongan dan kekukuhan kita yang sulit diubah. Sehingga itulah saat Tuhan boleh memakai kita dengan lebih baik lagi, asal kita rela dibentuk. Inilah yang saya harap setiap kita dapat menjawab di hadapan Tuhan! Amin! 307 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 J Ja an ng ga an nm me en nd du uk ka ak ka an nR Ro oh hK Ku ud du us s Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 30 Efesus 4:30-32 Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan. 31 Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. 32 Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu. Bagian yang akan kita bahas hari ini dapat dikatakan sebagai kesimpulan atau tuntutan terakhir dari seluruh gambaran relasi yang diungkapkan oleh Paulus di dalam Ef 4 mulai dari ay. 17-32, yang merupakan rangkuman dari dua kondisi yang dipertentangkan. Kita kembali melihat dalam ay. 23-24 di mana Paulus menekankan bahwa hendaklah kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya karena itulah dasar supaya engkau boleh mempunyai relasi antar manusia yang baik, boleh menjadi berkat bagi orang lain dan memikirkan pekerjaan Tuhan secara luas. Dan ketika hal tersebut dikerjakan maka Paulus memberikan hal yang terakhir di dalam bagian ini yaitu, “Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan.” Pada saat saya mulai merenungkan ayat ini, saya teringat apa yang diungkapkan Paulus dalam Roma 10:1-2 di mana dikatakan, “Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah supaya mereka diselamatkan. Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar.” Kalimat “Janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah,” muncul karena itulah yang menjadi motivasi dari seluruh tindakan yang kita kerjakan di tengah dunia. Orang Kristen kadangkala tercemar dengan cara berpikir agama atau konsep yang muncul disekelilingnya sehingga akhirnya kita terjebak masuk dalam konsep yang salah. Padahal justru di sini motivasi seluruhnya terbalik. Ketika Paulus berbicara dalam Roma 10, ia tahu dan melihat apa yang dikerjakan oleh orang-orang yang sedang bergiat tetapi belum mendapatkan keselamatan. Mereka bukanlah orang yang malas atau tidak bekerja, bahkan ia mengatakan bahwa ia berani menyaksikan bahwa mereka memang giat untuk Tuhan tetapi tanpa pengertian yang benar. Dan dilanjutkan, “Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah.” Berarti mereka giat dan mempunyai semangat tetapi akhirnya seluruhnya dibuang sebab mereka mendirikan kebenaran mereka sendiri dan tidak kembali pada kebenaran Allah. 308 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Suatu kali saya berbincang dengan seseorang yang mempunyai konsep bahwa Tuhan akan marah dan ia tidak akan mendapat perkenanan Allah kalau tidak melayani dengan giat. Kita perlu belajar dari Paulus. Paulus adalah Saulus yang mengalami perubahan di dalam konsep dasar hidupnya. Di sini kita melihat dua macam orang yang sama giat dan diwakili dengan satu yaitu diri Paulus sendiri. Paulus adalah orang yang giat melayani sebab ia tahu ketika masih berdosa, Tuhan mencintai dan akhirnya menyelamatkannya. Sehingga ia berkata, “Aku mempersembahkan tubuhku sebagai persembahan yang hidup, yang berkenan kepada Allah, dan yang sempurna, itulah ibadah yang sejati,” dan ia menuntut orang-orang di Roma untuk berbuat demikian juga. Itu bukan sekedar sebuah perintah tetapi satu syaring, konkritnya kehidupan yang dinyatakan di dalam kehidupannya. Tetapi kalau kita melihat Saulus, yang begitu giat bekerja bahkan apabila dibandingkan dengan rekan-rekannya, keseriusan dan semangat kerjanya sangat tinggi. Dan ketika ia menganiaya orang Kristen, ia berpikir bahwa ia sedang mengerjakan pekerjaan Tuhan dan akan mendapat nilai besar di sorga. Tetapi justru di dalam perjalanan ke Damsyik, Tuhan menyadarkan bahwa ia sudah menganiaya Tuhan dan akhirnya ia sadar bahwa apa yang dikerjakannya selama ini tidak menyenangkan hati Tuhan. Begitu banyak orang yang giat melayani tetapi tanpa pengertian yang benar, sebab semua yang dikerjakan merupakan konsep mereka sendiri dan tidak tahu apa yang sebenarannya Tuhan nilai di dalam dirinya. Dan ketika mereka sedang mendirikan kebenarannya sendiri maka dengan sendirinya mereka sedang menolak kebenaran Allah. Ini bagi saya merupakan satu pergumulan yang serius! Betulkah kita sudah menyelesaikan apa yang seharusnya kita kerjakan ataukah seluruh hidup kita akan disia-siakan masuk dalam penderitaan yang kekal? Waktu di dunia kita begitu takut hidup kita akhirya sia-sia tetapi kita tidak pernah berpikir bahwa di kekekalan semuanya bersifat mutlak dan bukan kesementaraan yang semuanya bersifat relatif. Pada saat ini bagaimana kita dapat menggumulkan secara serius apa yang sebenarnya yang Paulus inginkan dalam aspek ini, sehingga kalau kita melakukan kebaikan bukan demi seperti konsep-konsep yang salah yang muncul di tengah dunia. Mari kita melihat apa yang menjadi pembeda total di dalam seluruh orientasi hidup kita. Paulus mengatakan, kalau engkau bergiat, maka lakukan semua itu bagi Tuhan. Di sinilah inti iman Kristen! Alkitab mengatakan bahwa kalau kita berbuat baik justru karena kita boleh mencintai Tuhan. Minggu yang lalu saya membahas dua perbedaan tuntas di mana ketika seorang Kristen berbuat baik, ia melakukannya karena mencintai Tuhan. Kita bukan menjadi budak yang ditekan oleh Allah yang kejam, yang sedang mengancam, sehingga kita perlu bekerja dengan baik. Sikap seperti ini sangat banyak di dalam hidup beribadah dan merupakan satu ketakutan agamawi. Bagi saya, ini merupakan satu hal yang unik. Satu hal yang menjadi ukuran terbaik untuk melihat seberapa jauh seseorang mencintai adalah kalau seseorang semakin mencintai maka ia akan makin perduli, makin peka hatinya dan tidak ingin menyakiti orang yang dicintainya. Semakin kita mencintai maka kita akan semakin memikirkan yang terbaik buat orang yang kita cintai. Sehingga cinta Tuhan berarti kita memiliki kepedulian yang besar terhadap apa yang kita lakukan memperkenan atau mendukakan Allah. Kalimat itu tidak mungkin dapat dimengerti oleh siapa yang tidak cinta Tuhan. Berapa besar pergumulan hidup kita ketika kita menjalankan semua ini? Apakah seluruh aktivitas kita hanya menjadi manifestasi daripada egois kita ataukah justru membuktikan seberapa jauh kita mencintai Tuhan. Di dalam hidupnya, Hizkia selalu melakukan hal yang berkenan kepada Tuhan, bahkan ketika ia divonis mati. Tetapi justru ketika umurnya diperpanjang 15 tahun, ia tidak dapat mempertahankan pertanggungjawabannya. Bagi saya itu merupakan satu bukti yang disodorkan sejarah dan prinsip, siapa Allah yang kita kenal. Banyak orang di satu pihak begitu giat melayani Tuhan tetapi di tempat lain ia merusak dan berbuat 309 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 hal-hal yang menyakiti hati Tuhan. Itu sebabnya Tuhan marah terhadap orang Farisi yang munafik seperti kuburan labur putih, karena ibadah mereka berbaur antara semangat ibadah kepada Tuhan dengan egoisme. Yesus pernah mengatakan di dalam pengajaran doa Bapa kami bahwa hendaklah dalam hal berdoa, kita tidak seperti orang munafik yang berdoa di perempatan jalan atau di dalam ruang ibadah, supaya dengan doa semua orang melihat kita, tetapi berdoalah di dalam kamar maka Allah kita yang ada di tempat tersembunyi akan memberkati. Konsep seperti itu muncul karena semangat doa yang sudah tidak beres, sebab mereka kalau berdoa bukan memikirkan Tuhan tetapi memikirkan bagaimana dengan orang lain. Ini merupakan satu doa yang saya rasa sangat keluar daripada jalur yang Tuhan inginkan, yaitu jiwa yang tidak sungguh-sungguh di hadapan Tuhan. Saya harap kita berubah, bertobat dan kembali pada Tuhan. Biarlah ini menjadi hati yang sungguh-sungguh boleh kembali memikirkan dan menggumulkan, bahwa ketika kita hidup itu semua kita lakukan demi Tuhan. 1. Yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan. Ketika orang dunia bekerja dengan begitu giat, itu semua mereka lakukan supaya mendapatkan pahala atau berkat dari Tuhan. Tetapi Alkitab mengatakan bahwa ketika kita bekerja, semua kita pikirkan supaya jangan mendukakan Roh Kudus yang telah memeteraikan menjelang hari penyelamatan. Prinsip kerja seperti ini merupakan prinsip kerja yang terbalik daripada apa yang dunia kerjakan. Dunia memberi kita upah setelah melihat bagaimana hasil kerja kita. Seperti seseorang yang diminta mengepel kamar yang luasnya 3x4 m dan setelah selesai, hasilnya bagus maka orang tersebut diberikan upah Rp 50.000,-. Sehingga nilai kerjanya adalah berdasarkan apa yang telah ia kerjakan. Namun kalau ada seseorang yang sebelumnya sudah diberi uang 1 milyar lalu diminta untuk mengepel kamar 3x4, maka kira-kira apa yang akan ia kerjakan? Saya yakin ia akan bingung akan apa yang akan ia perbuat. Tuhan memberikan kepada kita keselamatan, membayar dengan lunas bukan dengan dolar atau emas dan perak tetapi dengan darah dan nyawa-Nya sendiri, ketika kita masih berdosa dan seharusnya merupakan orang yang harus dibinasakan. Dan selanjutnya baru Tuhan meminta supaya kita melakukan pekerjaan baik yang sudah dipersiapkan Allah sebelumnya, dan Ia mau kita ada di dalamnya. Kalau kita diselamatkan, itu semua anugerah, kasih karunia melalui iman dan jangan ada orang yang memegahkan diri karena itu bukan hasil usaha kita, jangan ada yang sombong karena itu merupakan pekerjaan Allah. Ketika Tuhan sudah menebus kita dengan darah yang mahal dan anugerah yang besar, kita dimeteraikan dengan Roh Kudus dan keselamatan yang kekal. Kita bukan mencari keselamatan sendiri tetapi semua itu sudah kita dapatkan dan dimeterai sampai pada kekekalan. Ketika Tuhan sudah menebus kita dengan penebusan yang begitu mahal, masih relakah kita berbuat hal-hal yang jahat untuk menyakiti hati-Nya? Seharusnya kita sakit dan pedih hati karena Tuhan sudah mencintai dan membayar upah kita secara lunas. Mari kita kembali memproporsikan bagaimana cara Tuhan bekerja sehingga kita boleh mengerti. 2. Ketika kita bergumul, biarlah orientasi seluruh hidup dan pekerjaan kita bukan di tengah dunia tetapi kembali kepada Tuhan. Seringkali orientasi kita terjebak dalam hal-hal material yang ada di dunia dan lebih suka melakukan sesuatu yang menyenangkan orang lain sehingga akibatnya kita tidak kembali memikirkan Tuhan. Itu alasan di dalam kekristenan kalau kita melakukan sesuatu, kita lebih suka dilihat orang, yang dapat menunjukkan kepada orang lain karena kita menanti penilaian orang terhadap diri kita. Barangsiapa hanya mencari kesenangan manusia maka itu bukan menyenangkan Allah! Maka Paulus pernah begitu marah di dalam Galatia dan mengatakan, “Kalau aku melakukan semua ini, apakah engkau mau mengata-kan bahwa aku mau mencari kesenangan manusia, apakah aku hanya mau melihat mata manusia, ataukah aku sedang mengasihi Tuhanku?” Kalimat itu bagitu eksplisit dikeluarkan oleh Paulus. Dia 310 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 mau menunjuk-kan bahwa hidup kita bukanlah untuk dinilai manusia tetapi oleh Tuhan. Apa artinya semua orang senag terhadap kita sementara Tuhan benci dan marah terhadap kita? Mari kita mulai kembali menggumulkan untuk siapa kita hidup dan melayani? Di segala aspek kehidupan, setiap ciptaan, dicipta untuk pencipta, menurut rancangan pencipta, berdasarkan tujuan pencipta dan hasilnya dipakai kembali oleh pencipta. Itu merupakan hukum yang sah! Kalau saudara dan saya dicipta oleh Tuhan, itu bukanlah untuk kepentingan kita tetapi demi kepentingan pencipta. Dia merancang kita berdasarkan tujuan yang Tuhan ingin kita kerjakan maka sesudah kita dicipta, kita harus kembali melayani dan bekerja bagi Dia. Dan seharusnya apabila kita melawan Tuhan, sudah sepatutnyalah kalau kita dibuang. Jangan mendukakan Roh Kudus Allah yang sudah memeteraikan engkau menjelang hari penyelamatan. Dalam Ef 2:10 dikatakan, “Karena kita ini buatan Allah, yang dicipta dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik yang telah dipersiapkan Allah sebelumnya, Ia mau supaya kita hidup di dalamnya.” Mari kita menggumulkan kembali siapa diri kita di hadapan Tuhan. Saya rindu hari ini Tuhan mengubah seluruh konsep kita, kalau selama ini kita menjadi orang-orang yang begitu egois, yang hanya memikirkan diri sendiri. Biarlah hidup kitapun boleh menyenangkan hati-Nya. Amin! 311 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 P Pe errh hu ub bu un ng ga an np po os siittiiff Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 31 Efesus 4:31-32 Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. 32 Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu. “Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.” Hari ini kita telah sampai dalam bagian terakhir dari tuntutan tegas yang dinyatakan Paulus dalam Ef 4 ini, yaitu ketika kita sudah dibentuk menjadi satu manusia baru di dalam Tuhan, hubungan kita dengan Allah yang telah terputus boleh dipulihkan. Dan ketika hubungan kita dengan Allah sudah terbentuk kembali, maka aspek kedua yang harus nyata ialah bagaimana hubungan kita dengan sesama juga mengalami perubahan. Manusia baru bukan karena berganti model atau aksesorisnya, tetapi seperti yang disebutkan didalam ay. 23 yaitu roh pikirannya diperbaharui dengan kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya daripada Allah. Dimana seseorang ketika diperbaharui didalam Kristus, ia diubah dari dalam, sehingga cara hidup, sikap dan relasi seluruhnya bukan merupakan relasi dibawah hukum tetapi dimotivasi keinginan untuk mengenapkan apa yang Tuhan kehendaki kita kerjakan dan tidak ingin mendukakan Roh Kudus. Dengan demikian cinta kasih itu akan keluar dan memulihkan format relasi. Hal ini kita tekankan karena inilah yang menjadi aplikasi terpenting di dalam kehidupan iman Kristen. Ketika sampai di ayat 31-32, Paulus kembali menutup dengan mengkontraskan secara langsung antara ay. 31 yang merupakan format negatif dengan ay. 32 yang merupakan format positifnya. Di bagian 31 ia menggunakan 5 istilah yang sebenarnya terdiri dari 3 bagian, yaitu kepahitan yang dikontraskan dengan ramah; kegeraman dan kemarahan (marah yang sudah meletup menjadi satu tekanan tinggi) dikontraskan dengan cinta kasih mesra yang seharusnya muncul; dan yang terakhir, sudah menjadi satu tindakan yaitu pertikaian dan fitnah yang dikontraskan dengan mengampuni. Maka kalau kita melihat tiga hal ini, kita mengetahui bahwa di satu format terdapat relasi klimaks yang semakin menghancurkan, sedangkan yang lain satu relasi klimaks yang semakin hari justru semakin membangun orang lain. Di sini ada dua alasan penting mengapa hal seperti ini diungkapkan dalam posisi klimaks sesudah, “Jangan engkau mendukakan Roh Kudus Allah.” Karena justru di sinilah bentuk dari kekristenan akan masuk ke dalam aplikasi yang paling nyata, di mana letak keindahan atau kehancuran kekristenan akan terlihat. Yang 312 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 pertama, gereja yang seharusnya menjalankan format ay. 32 justru seringkali lebih menjalankan ay. 31. Gereja yang seharusnya tempat cinta Tuhan berkembang dengan indah dan persekutuan anak-anak Tuhan berjalan dengan baik namun justru segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah yang ada di antara mereka. Hal ini ditegaskan karena seringkali tanpa disadari di dalam gereja terjebak dalam satu format di mana seolah-olah kita hidup di dalam impian dan ilusi yang tidak tepat. Kita seolah merasa sedang hidup di dalam cinta kasih namun tidak menyadari bahwa kita masih perlu berubah, bertobat dan membuang hal-hal seperti itu. Dan akibatnya timbul satu gap yang harus kita pelajari dan mengerti. Kedua, di satu pihak kita ingin membereskan masalah ini tetapi di lain pihak kita justru menjadi pelaku, perusak dan pembuat masalah. Saya harap kita sebagai gereja bukan menjadi alat perusak relasi yang dipakai oleh setan tetapi justru menjadi alat Tuhan yang menjadi tempat di mana pembentuk relasi yang baik. Hal itu memang tidak mudah karena sifat kedagingan kita masih berusaha untuk menghancurkannya. Kalau kita perhatikan, dua bagian tersebut selalu mulai dari hal yang kecil dan satu langkah yang sedikit tetapi kalau tidak cemat diwaspadai maka akan berdampak besar. Dr. Martin Lloyd Jones, pengkhotbah besar dari Westminster Chapel ketika mengeksposisikan ayat ini mengatakan supaya kita waspada terhadap pola yang dipakai oleh setan sejak Kej. 3. Inti cara kerja setan adalah mendisrelasikan atau merusak semua bentuk relasi yang ada. Ketika dosa terjadi maka rusaklah semua relasi yang ada di dalamnya. Sehingga seorang yang relasinya dengan Tuhan tidak beres maka relasinya dengan sesama juga sulit beres sebab inti terakhirnya hanya berputar di dalam kepentingannya sendiri. Maka di sini terjadi satu sikap yang nantinya menjadi bom berbahaya yang akan meledak. Selama potensi relasi itu tidak dikembangkan dalam format yang tepat maka selalu berpotensi meledak di setiap kita. Untuk ini, ada satu pemikiran yang sangat perlu kita waspadai dari tingkat pertama relasi itu mulai rusak: “Segala kepahitan hendaklah dibuang dari antara kamu.” Dan dikontraskan dengan, “hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain,” dan mau menjadi orang yang menyenangkan teman berbicaranya. Sebab ketika kita berbicara, tanpa sadar setiap kita berpotensi menimbulkan kepahitan. Dan kalau potensi kepahitan ini ditanggapi maka itu akan menjadi kepahitan sesungguhnya. Ketika kita berbicara dengan orang lain, sangat sering terjadi apa yang disebut dengan miss communication (kegagalan komunikasi). Terjadinya hal tersebut adalah wajar di dalam pembicaraan karena berbagai macam alasan, yang antara lain: karena persepsi yang berbeda, karena keterbatasan bahasa kita, karena kekurangan pengertian latar belakang dan berbagai macam aspek yang lain. Tetapi ketika mis-komunikasi ini tidak ditanggapi dengan sikap ramah, maka itu akan mulai menjadi kepahitan yang berbahaya. Ketika mendengar, seolah kalimat itu kita anggap ingin menyerang atau menyakiti, padahal mungkin si pembicara tidak bertujuan demikian. Ini yang pertamakali Paulus waspadai! Pahit dalam hal ini mempunyai dua aspek langsung bersama-sama yaitu ke dalam dan keluar, dan ini biasanya selalu terjadi bersama-sama. Waktu kita mulai mendengar seseorang mengatakan dan hati kita mulai pahit maka biasanya kalimat kedua yang diucapkan bukan lagi dengan persepsi yang berbeda tetapi dengan sengaja membuat kepahitan, untuk menyakiti atau memainkan orang lain. Yang artinya ketika kita mengucapkannya, di dalam hati, dan sikap kita sudah mempunyai keinginan untuk mulai membalas melukai. Kalau relasi sudah muncul dengan semangat seperti ini, maka relasi ini menjadi relasi yang pahit dan biasanya menjadi rusak. Inilah yang perlu dijaga dari titik awal, kalau dari sejak dini kita dapat peka hal seperti ini maka saya rasa kita dapat menghindari banyak hal. Alkitab mengatakan, “Hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain.” Ramah dalam ayat ini mengandung suatu keinginan dalam hati mau bersahabat dengan orang lain dan seperti laut yang lebar yang siap menampung siapa saja yang masuk ke dalamnya, dan di mana kita berupaya bagaimana sebaik mungkin dapat mengerti dan menopang dia. 313 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Keramahan yang kita lakukan kalau di saat kita ada maunya, itu bukanlah ramah tetapi lebih tepatnya adalah bisnis, karena itu hanya sekedar tutupan topeng dari luar demi suatu kepentingan diri sendiri/ kebajikan luar. Mari kita belajar bertumbuh dalam aspek pertama ini karena justru dalam tahap ini seluruh proses pengerusakan relasi dapat sampai ke titik final. Selanjutnya, jikalau di tahap pertama tidak ditangani dengan baik, maka langkah kedua akan segera muncul yaitu ‘kegeraman dan kemarahan.’ Ketika Kain sudah mulai panas karena persembahannya ditolak oleh Tuhan, maka pada saat seperti itu seharusnya ia meneduhkan hatinya. Ketika itu Tuhan telah memperingatkannya dengan jelas tetapi apa yang menjadi kemarahannya sudah tidak dapat ditahan dan ia tidak mau meneduhkannya. Hari ini kita dapat bersaat teduh sehingga dengan demikian kita mohon pada Tuhan untuk meneduhkan kemarahan yang mungkin sudah membara dalam hati kita. Ketika sampai di tahap kedua kita tidak dapat meneduhkannya maka kemungkinannya adalah kita akan masuk dalam tahap ketiga yang sangat fatal, yang hanya akan mendatangkan satu tindakan yang menyakitkan. Disini dapat terjadi dua hal yaitu pertikaian langsung (benar-benar secara langsung bertindak) dan fitnah (membunuh secara tidak langsung). Sampai pada saat seperti itu maka hati kita sudah keluar daripada logika yang sejati dan sudah rusak. Pada saat seperti ini meningkatnya seluruh kemarahan kita sudah sampai pada tindakan yang menuntut kita melakukan satu tindak kejahatan. Musuh-musuh Tuhan Yesus merasa bahwa tindakan pelayanan-Nya dianggap suatu ancaman besar dan mereka tidak mau mengerti serta menangkap apa yang menjadi persepsi Tuhan di dalam melayani, sehingga mereka pikir Ia sedang merusak harga diri dan mengganggu pelayanan mereka. Bahkan ketika mereka berhasil membunuh Yesus di atas kayu salib, mereka merasa menang tetapi justru itulah kekalahan mereka karena kuasa setan sudah menguasai dengan satu jiwa kebencian dan kemarahan. Pdt. Stephen Tong pernah mengajarkan satu hal di mana ketika ada orang yang mengatakan suatu kalimat yang menyakitkan terhadap kita maka sebaiknya kita mencoba memikirkan dari pihak orang tersebut, karena mungkin ia merasakan apa yang kita lakukan dan katakan begitu menyakiti dan merugikan. Mari kita berpikir secara proporsional melihat masalahnya dan menjadi orang yang mau beramah. Setiap kita mempunyai kelemahan masing-masing di setiap bidang kita tetapi mari kita belajar untuk bertumbuh. Tuhan minta kita ramah satu sama lain, dengan demikian kita mau mencoba mengenal orang lain, dan tahap kedua diperlukan yaitu mau mengasihinya. Sejauh saudara mau megasihi orang lain maka sejauh itu saudara mau mengerti dan menjadi seorang yang dalam banyak aspek mau membangun orang lain. Ini satu hal yang membuat kita tidak siap untuk marah. Alkitab mengatakan di dalam Yoh 13:34-35, “…, Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-muridKu yaitu jikalau kamu saling mengasihi.” Dan dengan motivasi bahwa kita tidak mau mendukakan roh kudus Allah. Itu baru merupakan cinta yang berkualitas berbeda dan didalamnya tidak ada pencemaran sama sekali sehingga sampai terhadap orang yang memusuhi, kita masih dapat mencintainya. Kualitas cinta seperti itulah yang tidak dapat diberikan oleh dunia. Karena kasih seperti ini hanya terjadi ketika orang itu mendapatkan kasih Kristus di dalam hatinya. Dan pada tahap ketiga, ketika orang lain menyakiti dan menyalahmengerti kita maka seharusnya kita mengampuninya. Ini satu hal yang begitu indah yang Tuhan ajarkan bagaimana kita membentuk relasi yang seindah mungkin di dalam diri anak Tuhan. Banyak yang menyebut bahwa sekarang ini adalah masyarakat yang sakit karena saling menyakiti. Masyarakat seharusnya menjadi satu pembentukan relasi yang terbaik di dalam komunita yang dapat 314 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 membangun kesejahteraan. Tetapi ketika masyarakat itu sakit, maka satu sama lain akan saling menghancurkan dan menyakiti. Jikalau demikian, apakah masyarakat Kristen juga menjadi masyarakat yang sakit? Kita memang tidak sempurna, tetapi saya merindukan hari ini kita bertumbuh, belajar menginstropeksi diri dan menggumulkan seberapa jauh kita sudah dibentuk oleh cinta Tuhan, sehingga akhirnya kita dapat mulai belajar ramah, penuh kasih mesra dan saling mengampuni. Dan setiap masalah yang timbul untuk memecahkan relasi diredam dan diredupkan dan akhirnya kita dapat berelasi secara baik. Biarlah ini menjadi satu tuntutan dalam diri kita, sesuatu yang boleh membangun sehingga akhirnya seluruh relasi dapat dibangun dengan baik. Itulah yang Tuhan inginkan! Mari kita belajar bertumbuh bersama-sama untuk hal ini. Mau saudara? Amin! 315 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 IIm ma an ns se ejja attii k ke ep pa ad da aA Alllla ah hy ya an ng gb be en na arr Oleh: Pdt. Solomon Yo Nats: Efesus 4:17-18/ Filipi 3:13-14; 18-21 Efesus 4 17 Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang–orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia–sia 18 dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka. Filipi 3 13 Saudara–saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, 14 dan berlari–lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. 18 Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus. 19 Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata–mata tertuju kepada perkara duniawi. 20 Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, 21 yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh–Nya yang mulia, menurut kuasa–Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri–Nya. Tanpa Allah manusia tidak memiliki makna hidup sebab manusia membutuhkan Allah lebih dari apapun juga! Itu sebabnya Tuhan Yesus mengatakan bahwa manusia hidup bukan dari roti saja tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah. Kita bergantung pada Allah di dalam segala hal, lebih dari yang dapat kita bayangkan. Ketika kita mengalami sakit atau segala kesulitan, ketika kita menengok orang di RS yang nafasnya sudah tersenggal-senggal dan harus dibantu dengan oksigen, di situ kita baru menghargai setiap anugerah yang sering kita rasa sudah sewajarnya kita dapatkan. Kita harus menyadari berapa besar hutang kita pada Tuhan, di mana kita sudah menerima segala keindahan, kenikmatan dan kelancaran dari ujung rambut hingga ujung kaki, baik materi fisikal sampai pada suatu yang bersifat jiwa, keselamatan rohani. Setiap orang menerima anugerah Tuhan, tetapi tidak setiap orang yang menerima anugerah berbahagia. Segala berkat Tuhan tanpa pemahaman, apresiasi dan respon yang benar, seperti anak bungsu yang membawa 316 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 semuanya untuk menghancurkan dirinya hingga terdampar di kandang babi dan dihina sebagai manusia. Kadangkala manusia lebih menghargai babi daripada manusia padahal Tuhan mencintai dan menghargai manusia lebih dari apapun hingga dua ribu babi dibuang demi satu orang gila disembuhkan. Maka jikalau kita salah meresponi kasih Tuhan, kita akan menghancurkan diri kita sendiri. Saya senang membaca tulisan orang-orang atheis atau agama lain sebab mereka kadangkala mempunyai pemikiran yang tajam walaupun kesimpulan mereka seringkali salah arah. Sebagai contoh orang yang bernama Jean Paul Sartre, ia menyadari betapa keberadaan Allah itu sangat penting di dalam memberikan landasan makna hidup, makna bagi moralitas, memberikan arah serta tujuan bagi hidup manusia, serta memberikan motivasi untuk hidup dan berkarya. Pertama, jikalau Allah ada maka hidup ini bermakna dan walaupun dalam hidup terdapat batasan-batasan, seperti orang tua yang membatasi antara baik-buruk dan agama menjadi relavan. Kedua, jikalau Allah tidak ada maka agama menjadi tidak relevan dan itu berarti manusia tidak memiliki satu landasan bagi makna hidupnya. Demikian juga F. Nietzsche, yang meramalkan bahwa seratus tahun kemudian akan terjadi kehancuran moral, dan memang inilah dunia yang kita sedang kita hadapi sekarang. Suatu kondisi di mana orang tidak tahu batasan antara benar dan salah, dan kita sudah masuk di dalam kondisi moral yang begitu hancur hingga seperti jaman Sodom dan Gomorah. Dunia sudah terbalik dan moralitas rusak sehingga orang melakukan sesuatu yang jahat dan buruk dengan wajar, dan orang yang saleh/jujur dianggap tidak normal. Albert Camus (seorang atheis) mengatakan bahwa manusia tidak mungkin hidup tanpa makna sebab makna merupakan satu hal yang hakiki, yang melekat dalam diri setiap orang. Seorang atheispun sadar bahwa jikalau tidak ada Allah maka itu berarti manusia harus menciptakan makna bagi dirinya, dan itu tidak mungkin dilakukan. Orang-orang atheis tersebut memiliki ketajaman dalam memahami esensial manusia namun sungguh disayangkan ketika akhirnya mereka sampai pada kesimpulan yang salah. Makna yang melekat dalam diri manusia dan mengharuskan adanya Allah, serta kondisi moralitas manusia yang semakin hancur sesungguhnya harus semakin menyakinkan kita bahwa keberadaan Allah adalah sesuatu yang hakiki dan jelas sekali, walaupun seringkali manusia sengaja menolak Tuhan. Dalam Rom 1:18-32, rasul Paulus dengan jelas mengungkapkan bagaimana sifat manusia berdosa yang menolak Allah dan menciptakan allah-allah palsu mereka. Demikian juga halnya dengan manusia di era Postmodern yang tidak mau mengakui universalitas kebenaran dan ingin menciptakan kebenaran sendiri dan akhirnya masuk dalam satu kekacauan moralitas. Augustinus mengatakan bahwa manusia perlu makna, sebab tanpa makna manusia kehilangan arah bagi moral, landasan, tujuan, motivasi, dan presaposisi hidup. Bahkan dalam bukunya yang terkenal yang berjudul “My Confession” ia menuliskan perkataan yang begitu terkenal: “Ya Tuhan, Engkau telah menciptakan kami bagi diri-Mu dan hati kami tidak akan pernah mendapatkan kelegaan sampai menemukannya di dalam Engkau.” Kita memerlukan satu as yang cukup kuat, berdaulat dan benar, yang tidak dapat diperoleh dengan kebenaran yang kita ciptakan, melainkan harus dari Allah. Sebagai orang Kristen yang telah mengalami anugerah Tuhan yang besar, seringkali kita tidak memahami hal ini dan bahkan hidup tanpa makna. Setelah menerima Tuhan Yesus, kita menganggap semua sudah selesai hidup kita sudah sangat bermakna. Namun mari kita mengevaluasi danmerefleksikan kehidupan kita, apakah hidup kita sudah benar-benar bermakna melalui buah-buah yang dihasilkan. 317 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Apakah kita telah tahu maksud keberadaan kita di dunia dan maksud Tuhan masih membiarkan kita di dunia? Dan apa misi hidup pribadi kita yang akan kita realisasikan? Di dalam setiap orang panggilan Tuhan bersifat sama namun di dalam setiap pribadi kita panggilan itu bersifat unik dan pribadi. Jangan cepat puas jikalau saudara sudah menemukan jawabannya karena kita harus menguji jawaban tersebut apakah sesuai dengan kebenaran-kebenaran firman Tuhan. Stephen Covey mengatakan, “Apa yang akan kita lakukan jikalau kita telah mencapai posisi diatas dari suatu dinding namun ternyata tangga kita sudah bersandar pada dinding yang salah?” Tanpa kembali pada Tuhan kita tidak akan mencapai suatu penyelesaian dan justru menjadi suatu yang humanis. Ada dua kemungkinan yang terjadi jikalau saudara tidak memiliki jawaban atas pertanyaan tersebut: 1. Saudara mungkin sudah memikirkan makna dan tujuan dari hidup saudara namun itu masih di dalam satu proses, sehingga belum ada satu formulasi yang jelas dan tuntas. Saya mendorong saudara untuk terus melanjutkannya, karena sebelum hal ini saudara dapatkan maka saudara akan memberikan waktu, tenaga dan hidup saudara hanya untuk sesuatu yang sia-sia dan tidak tepat. 2. Mungkin saudara tidak dapat menjawab karena saudara belum memiliki makna hidup yang jelas dalam hidup saudara. Di sini terdapat beberapa ciri dari kehidupan yang tanpa makna: pertama, orang yang sering dilanda kebosanan sehingga ia perlu mencari hiburan untuk menghilangkan kebosanannya. Kebosanan menunjukkan gejala bahwa di dalam diri kita ada sesuatu yang sangat penting yang belum kita dapatkan. Oleh sebab itu kebosanan seharusnya tidak boleh membawa kita segera melakukan pelepasan dengan suatu aktivitas untuk pembiusan diri, karena itu akan berdampak kita kembali pada problem yang sama yang belum terselesaikan. Ketika kita mendapatkan suatu wawasan/makna akan apa yang kita lakukan maka semuanya itu akan menjadi suatu yang indah, walaupun untuk itu kita harus menghadapi suatu penderitaan. Kedua, Hidup dengan menghabiskan waktu. Seringkali hidup kita banyak dihabiskan untuk halhal yang tidak berarti dan tidak dapat kita pertanggungjawabkan. Ketika masih berada di SAAT, saya ingat waktu itu harus mencuci baju sendiri. Pada mulanya saya berpikir bahwa saya disitu untuk belajar teologi dan bukannya untuk mencuci baju, namun saya juga tidak mungkin membuang semua baju itu dan akhirnya saya mengerti bahwa itu juga merupakan bagian saya melayani dan mengabdi pada Tuhan. Di dalam segala sesuatu jikalau kita tidak dapat menemukan suatu makna maka itu akan menjadi sesuatu yang memberatkan kita. Walker Percy mengatakan: “Kendati kita hidup dalam masa kemakmuran yang tidak pernah ada sebelumnya, tetapi saat ini kita hidup di dalam jaman “thanatos” (Yunani) atau kematian, satu masa yang penuh dengan mayat hidup.” Banyak orang yang secara fisik hidup tetapi secara spiritual, emosional dan intelektual mati. Mereka menjadi mayat hidup yang tidak ada suatu landasan untuk mengarahkan pada apa yang benar, bernilai dan berharga untuk diperjuangkan didalam intelektual, emosional dan spiritualnya. Apakah ini adalah satu gejala dalam kehidupan kita? Ketiga, Kita mungkin mengejar suatu yang jika dievaluasi bukanlah pemenuhan makna kita yang sesungguhnya. Kita harus kembali pada sesuatu yang basic yaitu Alkitab, ajaran yang sederhana, kembali pada Tuhan, belajar kebenaran dan taat kepada-Nya. Dalam 1 Pet 1:18 dikatakan bahwa untuk menebus manusia, Allah bukan mengirimkan malaikat atau menciptakan satu ciptaan yang baru melainkan Allah memberikan anak-Nya yang tunggal, darah pengorbanan yang lebih daripada apapun yang ada di dunia, dan itu bukan berarti keselamatan yang dihasilkan adalah suatu yang remeh! Justru keselamatan dengan pengorbanan yang begitu besar itu akan menghasilkan orang-orang tebusan yang mengenapkan rencana Tuhan yang agung dan mulia. Bahkan dalam Mazmur 73 dikatakan bahwa asal ada Tuhan maka itu sudah 318 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 cukup. Apakah kita telah menemukan kecukupan tersebut? Keselamatan dari Tuhan akan menghasilkan satu kehidupan yang dilepaskan daripada kesia-siaan dan akhirnya menghasilkan satu kehidupan yang baru, yaitu kehidupan yang mulia, agung dan sangat indah. Kita harus memahami identitas kita yang baru sebagai anak Allah, dengan demikian itu akan mempengaruhi seluruh pola hidup kita. Seringkali kita masih melihat banyak orang Kristen yang hidup sia-sia, tanpa makna dan rusak secara moral; atau jikalau mereka masih orang Kristen yang baik tetapi tidak lagi mempunyai satu kemampuan, kecuali sudah baik secara sosial life, itu sudah cukup. Hal yang demikian akan sangat menyenangkan iblis karena itu berarti laskar-laskar sudah tumpul dan tidak berbahaya lagi. Di sini saya melihat terdapat beberapa kegagalan karena pengertian yang salah terhadap iman: pertama, iman harus dimengerti bukan sebagai satu pemberian hadiah tiket nonton film, tetapi iman itu lebih cocok dimengerti sebagai satu pencangkokan dari satu carang kepada satu pohon pokok, sehingga akan ada satu kesatuan dan pengaliran sumber hidup dari pokok tersebut. Iman yang hidup adalah di mana hidup kita ada dan berakar di dalam Dia. Yang kedua, iman itu seperti pernikahan dari dua orang kekasih yang saling mencintai dengan begitu tulus. Ketika kita melihat seorang bujangan yang setelah menikah dia merasa bahagia namun kemudian ia tinggalkan isterinya, kita pasti akan merasa bahwa orang tersebut tidak sewajarnya berbuat demikian. Namun kita seringkali tanpa sadar telah berbuat hal yang sama di dalam hidup rohani kita! Ketika kita telah menerima Tuhan Yesus, kita bersukacita karena mendapat keselamatan, namun setelah itu meninggalkan-Nya dan hidup tanpa makna. Iman harus dimengerti seperti pernikahan, di mana di dalamnya ada satu kejelasan, komitmen yang menyatu dan tidak terpisahkan, dan di dalamnya terjadi satu dinamika hubungan yang akan menghasilkan buah-buah keindahan yang semakin indah. Keempat, Iman adalah satu persandaran/satu komitmen pribadi lepas pribadi. Keempat, Iman harus juga dimengerti di dalam aspek yang lebih luas yaitu satu sistem kepercayaan yang kita masuk dan hidup di dalamnya. Sehingga iman adalah melihat realita lebih utuh dan tidak terbatas pada hal-hal yang duniawi saja. Kita seharusnya memiliki anugerah yang membuat orang lain iri dan bukannya kita yang iri kepada orang non Kristen, karena kita adalah orang yang paling berbahagia, dilimpahi dengan anugerah. Ketika kita lihat realita kehidupan masyarakat sangat payah, itu menunjukkan bahwa mimbar gereja, fungsi keasinan garam dan terang dari gereja sudah begitu lemah, sehingga banyak hal yang perlu kita doakan dengan sungguh-sungguh supaya kebenaran Tuhan boleh dinyatakan dan Tuhan membukakan perspektif kita, dan dalam banyak hal yang salah boleh diperbaiki. Orang Kristen boleh tetap hidup dalam dunia dengan satu tujuan utama yaitu pembaharuan pribadi sehingga orang boleh kembali pada Tuhan. Disini kita melihat bahwa keselamatan itu menghasilkan kehidupan yang indah dan memiliki suatu yang lain guna diperjuangkan. Mari kita mencari dan memformulasikan maksud Tuhan di dalam hidup kita masing-masing! Kiranya Tuhan menolong kita sehingga kita boleh hidup memberi satu makna dengan teguh tak tergoncangkan. Tuhan memberkati kita semua. Amin! 319 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 P Pa an ng gg giilla an nm me em mb be erriitta ak ka an n IIn njjiill Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno Nats: 17 Kisah 28:17-29 Tiga hari kemudian Paulus memanggil orang–orang terkemuka bangsa Yahudi dan setelah mereka berkumpul, Paulus berkata: "Saudara–saudara, meskipun aku tidak berbuat kesalahan terhadap bangsa kita atau terhadap adat istiadat nenek moyang kita, namun aku ditangkap di Yerusalem dan diserahkan kepada orang–orang Roma. 18 Setelah aku diperiksa, mereka bermaksud melepaskan aku, karena tidak terdapat suatu kesalahanpun padaku yang setimpal dengan hukuman mati. 19 Akan tetapi orang–orang Yahudi menentangnya dan karena itu terpaksalah aku naik banding kepada Kaisar, tetapi bukan dengan maksud untuk mengadukan bangsaku. 20 Itulah sebabnya aku meminta, supaya aku melihat kamu dan berbicara dengan kamu, sebab justru karena pengharapan Israellah aku diikat dengan belenggu ini." 21 Akan tetapi mereka berkata kepadanya: "Kami tidak menerima surat–surat dari Yudea tentang engkau dan juga tidak seorangpun dari saudara–saudara kita datang memberitakan apa–apa yang jahat mengenai engkau. 22 Tetapi kami ingin mendengar dari engkau, bagaimana pikiranmu, sebab tentang mazhab ini kami tahu, bahwa di mana–manapun ia mendapat perlawanan." 23 Lalu mereka menentukan suatu hari untuk Paulus. Pada hari yang ditentukan itu datanglah mereka dalam jumlah besar ke tempat tumpangannya. Ia menerangkan dan memberi kesaksian kepada mereka tentang Kerajaan Allah; dan berdasarkan hukum Musa dan kitab para nabi ia berusaha meyakinkan mereka tentang Yesus. Hal itu berlangsung dari pagi sampai sore. 24 Ada yang dapat diyakinkan oleh perkataannya, ada yang tetap tidak percaya. 25 Maka bubarlah pertemuan itu dengan tidak ada kesesuaian di antara mereka. Tetapi Paulus masih mengatakan perkataan yang satu ini: "Tepatlah firman yang disampaikan Roh Kudus kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi Yesaya: 26 Pergilah kepada bangsa ini, dan katakanlah: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. 27 Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka. 28 Sebab itu kamu harus tahu, bahwa keselamatan yang dari pada Allah ini disampaikan kepada bangsa–bangsa lain dan mereka akan mendengarnya." 29 (Dan setelah Paulus berkata demikian, pergilah orang–orang Yahudi itu dengan banyak perbedaan paham antara mereka.) 320 Ringkasan Khotbah – Jilid 1 Surat Kisah Rasul merupakan berita bagaimana para rasul dipakai pertama-tama oleh Tuhan untuk memberitakan keselamatan di dalam Kristus. hal ini dimulai dengan kisah bagaimana Petrus berkhotbah di hari Pentakosta yang akibatnya 3000 orang bertobat dan percaya pada Tuhan. Sehingga itu menjadi anugerah yang begitu besar di mana Kekristenan mulai menyebar masuk ke seluruh Yudea, Asia kecil, sampai di wilayah jasirah Yunani, dan dalam Kis 28 kita melihat Paulus tiba di Roma untuk memberitakan Injil di tengah bangsa Roma hingga akhirnya ia dapat menerobos filsafat dan pusat pemerintahan Roma. Sehingga merupakan satu hal yang unik sekali kalau kita memperhatikan bagaimana Injil dan Kekristenan dapat tiba kepada bangsa-bangsa. Dan jika kita membaca akhir daripada Kisah para rasul, di situ terdapat satu kesimpulan yang Paulus kutip dari kitab Yesaya: “Pergilah kepada bangsa ini, dan katakanlah: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, …” Maka saat ini saya mengajak untuk memikirkan, mengapa pemberita injil tidak datang dengan kekuasaan yang besar tetapi justru sebagai seorang tawanan. Ketika itu orang-orang Yahudi di kota Roma mau mendengar apa yang Paulus ceritakan karena mereka tidak mau mendapat salah pengertian tentang satu aliran yang begitu banyak mendapat perlawanan. Di satu pihak Kekristenan tidak pernah ingin memusuhi siapapun tetapi ternyata Kekristenan dimusuhi oleh begitu banyak orang. Sehingga di sini timbul satu pertanyaan, mengapa? Kemarin saya baru berbincang-bincang dengan seseorang yang mana sebenarnya adalah seorang komunis dan ia mengatakan bahwa waktu mulai merenungkan dan memperhatikan Kekristenan, ia tidak menemukan satu alasanpun untuk menghina dan menolak ajaran Kristus, yang datang menjadi berkat, mengajarkan ajaran yang begitu agung dan di dalam tindakannya Ia tidak pernah melakukan kekejaman sekalipun. Ini merupakan pengakuan yang jujur tetapi waktu itu ia mulai berkata, mengapa ia sulit menerima Kristus. Ketika saya mulai merenungkan pertanyaan tersebut, saya rasa kita semua harus sadar yaitu kalau kita boleh mengaku, bertobat dan percaya, itu mutlak adalah anugerah Tuhan. Inilah yang diproklamasikan oleh para reformator dengan Sola Gracia. Di sini terdapat keunikan yaitu ketika Paulus datang ke Yerusalem, ia membawa persembahan bagi orang Yahudi tetapi kemudian ia ditangkap dan akan dibunuh. Kemudian setelah itu mereka mencari para saksi dan melakukan persidangan, tetapi hingga dikirim ke Kaisarea dan Agripa, mereka tidak dapat menemukan kesalahan apapun. Akhirnya waktu dalam keadaan genting, Paulus menggunakan hak sebagai warga negara Roma dan ia tidak mau diadili di Yerus