BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi sektor publik

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Organisasi sektor publik sering digambarkan tidak produktif, tidak efisien,
selalu rugi, rendah kualitas, kurang kreativitas, dan berbagai kekurangan lainnya
(Mahmudi, 2010). Gambaran buruknya sektor publik memunculkan kritik keras
sehingga mendorong terjadinya reformasi sektor publik utamanya mengenai
akuntabilitas dan transparansi yang sangat terkait dengan akuntansi. Salah satu
gerakan reformasi sektor publik yang paling populer adalah konsep New Public
Management (NPM).
Djamhuri dan Mahmudi (2006: 318) menarik kesimpulan tentang hubungan
antara konsep NPM dengan reformasi akuntansi di sektor publik adalah
pengadopsian model NPM memerlukan adanya reformasi di sektor publik, yaitu
reformasi akuntansi, penganggaran, manajemen keuangan, audit, dan institusi.
Migrasi dari akuntansi berbasis kas ke akuntansi berbasis akrual adalah salah satu
bentuk reformasi akuntansi sektor publik.
Organization
for
Economic
Co-operation
and
Development
(2002)
menjelaskan bahwa penggunaan basis akuntansi akrual yang menjadi tren di
berbagai negara tidak terlepas dari tujuan dan manfaat akuntansi akrual tersebut.
Penggunaan basis akrual bertujuan untuk memberikan informasi yang lebih
transparan mengenai cost pemerintah dan meningkatkan kualitas pengambilan
keputusan di internal pemerintah dengan menggunakan informasi yang diperluas,
tidak hanya memerhatikan kas. Secara umum, basis akrual telah diterapkan di
1
2
negara yang terlebih dahulu melakukan reformasi manajemen publik, seperti New
Zealand yang pertama kali menerapkan laporan keuangan dan anggaran berbasis
akrual di dunia pada tahun 1990. Pendapat yang mendukung adopsi sistem akrual
berargumen bahwa pelaporan keuangan akrual akan meningkatkan transparansi di
internal maupun eksternal (Boxall, 1998) sehingga dengan transparansi yang lebih
besar tersebut akan meningkatkan kinerja organisasi, terutama melalui alokasi
sumber daya yang lebih baik (Ball, 1992; Churchill, 1992; dan Slamet,1998),
kemudian yang ketiga dengan argumen yang hampir sama yakni dapat
mengidentifikasi full cost dari tiap aktivitas yang mengarah pada peningkatan
kinerja, alokasi sumber daya yang lebih baik, dan peningkatan kinerja
(Evans,1995; dan Webster,1998).
Berbagai dorongan untuk mereformasi akuntansi sektor publik juga hadir dari
berbagai lembaga internasional. World Bank, International Monetary Fund, dan
International Federation of Accountant aktif mempromosikan adopsi manajemen
dan teknik sektor swasta ke sektor publik (Roob dan Newberry, 2007). Dengan
banyaknya dukungan dan dorongan dari lembaga-lembaga dunia ini tidak
mengherankan jika akuntansi akrual diadopsi oleh sektor publik. Setiap negara
sekarang berusaha untuk melakukan perubahan sistem dari basis kas ke basis
akrual , misalnya Indonesia yang secara bertahap mengubah sistem basis kas
menjadi basis akrual sejak 2003 sampai 2014 untuk pemerintah pusat. Khusus
untuk pemerintah daerah (pemda), perubahan ke basis akrual wajib dilakukan
paling lambat pada tahun anggaran 2015 (Pasal 10 Permendagri 64 Tahun 2013).
3
Namun pengadopsian sistem akuntansi akrual ke sektor publik masih
mengundang banyak perdebatan, utamanya karena berbedanya karakteristik
lingkungan sektor publik dan sektor swasta (Ghulam, 2013). Selain itu, di sektor
swasta sendiri, metode pencatatan akrual mempunyai sifat yang rawan untuk
direkayasa dengan atau tanpa harus melanggar prinsip akuntansi yang berterima
umum (Sulistyanto, 2008), yang tentunya tidak sesuai dengan tujuan penerapan
akuntansi akrual di sektor publik untuk meningkatkan transparansi dan
memberikan informasi yang berkualitas untuk pengambilan keputusan. Kritikan
juga muncul terkait manfaat akuntansi akrual yang dinilai hanya terlihat bagus di
atas kertas namun sulit untuk diimplementasikan. Carlin (2005) menyatakan
bahwa banyak literatur yang menyebutkan akuntansi akrual penting namun
kebanyakan hanya berdasarkan landasan emosional. Lebih lanjut dia menyatakan
bahwa banyak pernyataan terkait “mengapa” suatu organisasi sektor publik harus
mengadopsi sistem akrual, bukan menjelaskan “bagaimana” akrual ini dapat
diimplementasikan atau “apa” yang akan terjadi atau efek yang ditimbulkan saat
akrual ini telah diimplementasikan.
Kemudian terkait implementasi akrual di sektor publik tersebut, amat sedikit
yang meneliti spesifik kegunaan akuntansi dan pelaporan keuangan akrual untuk
kepentingan manajemen, utamanya untuk pengambilan keputusan internal
(Cohen, 2009; Grossi dan Reichard, 2009; Mack dan Ryan, 2006; Mack, 2004;
Yamamoto, 2008). Terkait dengan isu pengaruh akuntansi akrual untuk
pengambilan keputusan manajerial sektor publik, menurut Andriani et al. (2010)
dapat dikatakan bahwa informasi yang dihasilkan dari akuntansi berbasis akrual
4
sangat relevan untuk pengambilan keputusan, namun juga penting untuk
membuktikan hal ini dengan mendapatkan tanggapan dari pihak yang terlibat
langsung dalam proses pengambilan keputusan internal di pemerintahan.
Penelitian terkait hal ini pernah dilakukan oleh Noguiera dan Jorge (2010) di Kota
Braganca, Portugal yang menyimpulkan bahwa model pelaporan keuangan akrual
bukan merupakan model pelaporan keuangan yang paling sesuai untuk
pengambilan keputusan internal di kota tersebut. Lebih lanjut diperoleh gambaran
bahwa pengendalian intern dan relevansi informasi laporan keuangan yang
disajikan memiliki pengaruh signifikan untuk pengambilan keputusan internal.
Penelitian ini mengidentifikasi persepsi manajer entitas pemerintah daerah
mengenai kegunaan model pelaporan keuangan akrual untuk pengambilan
keputusan internal pada pemerintah daerah di Indonesia karena penelitian terkait
basis akrual di pemerintah daerah masih terbatas. Oleh karena itu, peneliti
mengidentifikasi manfaat informasi berbasis akrual dalam pengambilan keputusan
manajerial dalam konteks Indonesia, peneliti juga mengidentifikasi manfaat
relevansi informasi laporan keuangan dan pengendalian intern untuk pengambilan
keputusan manajerial. Untuk memperoleh gambaran mengenai hal tersebut,
peneliti menggunakan Provinsi Sulawesi Barat sebagai sampel karena merupakan
Daerah Otonomi Baru sehingga masih dalam tahap awal menjalankan akuntansi
pemerintahan dan Provinsi Jawa Timur sebagai daerah induk dan telah lama
menjalankan akuntansi pemerintahan. Diharapkan dengan membandingkan kedua
daerah tersebut diperoleh informasi yang komprehensif terkait penerapan akrual
untuk pengambilan keputusan internal pada pemerintah daerah di Indonesia.
5
1.2 Rumusan Masalah
Tujuan utama yang diharapkan pemerintah dalam penerapan sistem akuntansi
dan pelaporan keuangan berbasis akrual adalah dihasilkannya laporan keuangan
yang lebih baik untuk pengambilan keputusan.
Basis
akrual
diharapkan
membantu
manajer
sektor
publik
mengalokasikan sumber daya dengan lebih akurat dan mengukur biaya
untuk
suatu
program dan kegiatan dengan lebih baik (Kemenkeu, 2014).
Adapun masalah dalam penelitian ini adalah apakah model pelaporan
keuangan akrual secara umum telah mampu menjawab kebutuhan pengguna
internal untuk memudahkan proses pengambilan keputusan, kemudian secara
lebih spesifik penelitian ini mempertanyakan apakah informasi keuangan yang
tersedia telah memenuhi karakteristik relevansi yang memadai, serta apakah
pengendalian intern dianggap memiliki peran yang penting bagi pengambil
keputusan internal untuk mempertimbangkan penggunaan laporan keuangan
sebagai alat bantu untuk pengambilan keputusan.
Dari permasalahan penelitian di atas, maka pertanyaan penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1.
apakah model pelaporan keuangan akrual telah sesuai untuk proses
pengambilan keputusan internal?
2.
apakah
relevansi informasi pelaporan keuangan dan pengendalian intern
telah memadai dan memiliki peran yang penting untuk pengambilan
keputusan internal?
6
1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
untuk mengidentifikasi persepsi kepuasan pengguna internal mengenai
model pelaporan keuangan akrual untuk pengambilan keputusan internal.
2.
untuk mengidentifikasi sejauh mana pengendalian intern dan relevansi
informasi pelaporan keuangan dianggap telah memadai dan berperan dalam
pengambilan keputusan internal.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1
Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini memberi kontribusi pada pengembangan referensi,
khususnya terkait manfaat informasi basis akrual bagi pengambilan
keputusan manajerial pemerintah daerah dalam konteks Indonesia.
2
Bagi Bupati/Walikota
Hasil penelitian ini memberi kontribusi informasi sebagai bahan
pertimbangan, utamanya bagi kepala daerah dalam pengambilan kebijakan
terkait implementasi basis akrual di daerahnya.
1.4
Orisinalitas Penelitian
Peneliti mereplikasi penelitian yang dilakukan Noguiera dan Jorge (2010)
dengan judul “Adequacy of the Local Government financial reporting model in
the context of internal decision making: An exploratory study in the municipality
of Braganca”. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa model pelaporan keuangan
yang diterapkan di Pemerintah Kota Braganca, Portugal bukan merupakan model
7
pelaporan keuangan yang paling sesuai dalam menyediakan informasi untuk
pengambilan keputusan internal di kota tersebut, kemudian baik pengendalian
intern maupun relevansi informasi pelaporan keuangan berpengaruh signifikan
dalam konteks pengambilan keputusan.
Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian Noguiera dan Jorge
(2010) adalah penelitian ini dilakukan pada pemerintah daerah di Indonesia yang
beru diwajibkan menerapkan akrual pada tahun 2015, dengan membandingkan
persepsi manajer sektor publik pada kabupaten dan kota di 2 provinsi yang
memiliki perbedaan kondisi ekonomi, sosial, politik dan budaya yang sangat
berbeda. Provinsi Sulawesi Barat mewakili daerah otonomi baru (provinsi ke 33
di Indonesia) dan berstatus daerah tertinggal, dengan karakteristik sosial dan
budaya dipengaruhi adat etnis Mandar yang masih feodal dan sangat menghormati
pemerintah ataupun kepala daerah.
Kemudian Provinsi Jawa Timur mewakili daerah induk yang telah sering
mengalami pergantian kepala daerah dan merupakan salah satu provinsi dengan
tingkat pendapatan per kapita tertinggi di Indonesia, serta dihuni oleh mayoritas
penduduk dari etnis Jawa yang menguasai hampir seluruh pos-pos pemerintahan
di Indonesia, sedangkan penelitian sebelumnya hanya terbatas pada 1 daerah
yakni Kota Braganca di negara Portugal yang telah terbentuk sangat lama dan
telah matang dalam menerapkan akuntansi akrual untuk pemerintah daerah
dengan sistem yang disebut POCAL sejak tahun 1999 (Noguiera dan Jorge,
2010).
8
Portugal dihuni oleh etnis yang homogen (96,3% etnis Portugis) sehingga
memiliki karakteristik sosial dan budaya yang juga cenderung homogen, dengan
tingkat kesejahteraan dan pendidikan yang tinggi dan merata terlihat dari Human
Development Index (HDI) sebesar 0,830 yang masuk kategori sangat tinggi
(nomor 43 di dunia) dan Gini Index sebesar 34,2 atau masuk kategori menengah
(Wikipedia, 2016).
1.5
Sistematika Penulisan
Secara sistematis susunan skripsi ini adalah sebagai berikut.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini dijelaskan landasan teori yang berkaitan dengan penelitian
dan hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian.
BAB III : METODE PENELITIAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai desain penelitian, sampel penelitian,
dan teknik analisis data.
BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai deskripsi partisipan dan hasil
penelitian serta pembahasan.
BAB V : PENUTUP
Pada bab ini akan disajikan simpulan dan implikasi penelitian
Download