PERBANDINGAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI

advertisement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERBANDINGAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI INFUSA KOMBINASI
DAUN SIRIH (Piper betle L.) DAN DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum
Ruiz & Pav.) DENGAN INFUSA TUNGGALNYA TERHADAP BAKTERI
Staphylococcus epidermidis
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Yohanes Medika Seta Diaseptana
NIM : 138114104
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERBANDINGAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI INFUSA KOMBINASI
DAUN SIRIH (Piper betle L.) DAN DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum
Ruiz & Pav.) DENGAN INFUSA TUNGGALNYA TERHADAP BAKTERI
Staphylococcus epidermidis
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Yohanes Medika Seta Diaseptana
NIM : 138114104
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
“The Lord is gracious, and full of
compassion; slow to anger, and of great
mercy. The Lord is good to all: and his
tender mercies are over all his works.”
(Psalm 145:8-9)
Karya ini kupersembahkan untuk
Tuhan Yesus Kristus Sang Penyelamatku
Bapak Sri Tjahja Nugraha, Ibu Murti Anisah, mas Yosef Denta
Eka Pradana, dik Gabriel Dida Saputra
Sahabatku Rakhel Nugraheni Putri
Seluruh keluarga dan saudara-saudaraku
Serta teman-temanku tercinta
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Segala puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan
rahmat dan kasih-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Perbandingan Aktivitas Antibakteri Infusa Kombinasi Daun Sirih (Piper
betle L.) dan Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) dengan Infusa
Tunggalnya terhadap Bakteri Staphylococcus epidermidis”. Keberhasilan penulisan
skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan semua pihak, dengan penuh
kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Sri Tjahja Nugraha dan Ibu Murti Anisah yang senantiasa memberi
kasih sayang, semangat dan doa kepada penulis selama penyusunan skripsi.
2. Mas Yosef Denta Eka Pradana dan dik Gabriel Dida Saputra yang selalu
memberikan semangat, cinta, dan dukungan doa kepada penulis.
3. Mbah putri Semi, mbah Kakung Reja Sentika, eyang kakung Sri Tijasno
Tirtoprodjo dan eyang putri yang menjadi semangat dan kekuatan penulis.
4. Keluarga besar Reja Sentika dan keluarga besar Sri Tijasno serta saudarasaudara penulis yang selalu memberikan dukungan dalam doa.
5. Ibu Dr. Yustina Sri Hartini M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing skripsi
yang tak kenal lelah dalam membimbing dan selalu sabar dalam
mengarahkan yang baik kepada penulis.
6. Ibu Dr. Erna Tri Wulandari, Apt. dan ibu Damiana Sapta Candrasari, S.Si.,
M.Sc. selaku dosen penguji yang selalu memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis.
7. Rakhel Nugraheni Putri dan Lia Elisa Susanti yang menjadi teman satu
kelompok skripsi yang selalu bekerja sama selama penyelesaian skripsi dan
menjalani suka dan duka bersama-sama.
8. Seluruh dosen, karyawan dan laboran Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma yang telah banyak memberikan ilmu dan bantuan selama proses
perkuliahan dari awal hingga akhir.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...........................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................
v
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI ....................................................
vi
PRAKATA ....................................................................................................
vii
DAFTAR ISI .................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL .........................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xii
ABSTRAK ....................................................................................................
xiii
ABSTRACT ....................................................................................................
xiv
PENDAHULUAN ........................................................................................
1
METODE PENELITIAN ..............................................................................
3
Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................
3
Alat dan Bahan ...........................................................................
3
Determinasi Tanaman ................................................................
3
Pengumpulan Bahan Uji.............................................................
3
Pembuatan Simplisia .................................................................
4
Penentuan Kadar Air dengan Destilasi Toluen ..........................
4
Pembuatan Infusa .......................................................................
5
Pengujian Aktivitas Antibakteri .................................................
5
Teknik Analisis Data Penelitian .................................................
6
HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................................
7
KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................................
14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
15
LAMPIRAN ..................................................................................................
18
BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................
23
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil penimbangan daun sirih dan daun sirih merah .....................
7
Tabel 2. Hasil penentuan kadar air ...............................................................
8
Tabel 3. Hasil pengukuran diameter zona hambat .......................................
10
Tabel 4. Hasil uji kebermaknaan perbedaan diameter zona hambat ............
12
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Cara pengukuran diameter zona hambat ...................................
6
Gambar 2. Tanaman sirih ............................................................................
7
Gambar 3. Tanaman sirih merah ...................................................................
7
Gambar 4. Penentuan kadar air daun sirih dan daun sirih merah .................
8
Gambar 5. Infusa tunggal daun sirih, daun sirih merah, dan kombinasi .......
9
Gambar 6. S. epidermidis pada media NA dengan teknik streak plate .......
10
Gambar 7. Kontrol media dan kontrol pertumbuhan ...................................
10
Gambar 8. Histogram diameter zona hambat ..............................................
11
Gambar 9. Pengujian aktivitas antibakteri replikasi 1, 2, dan 3 ..................
12
Gambar 10.Aksi farmakologi herbal ...........................................................
13
Gambar 11.Konsep antagonisme kompetitif dan non-kompetitif ...............
13
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat keterangan determinasi tanaman ...................................
18
Lampiran 2. Sertifikat hasil uji isolasi dan identifikasi bakteri ..................
19
Lampiran 3. Hasil uji pearson chi-square ..................................................
20
Lampiran 4. Hasil uji levene .........................................................................
20
Lampiran 5. Hasil uji anova one-way ..........................................................
21
Lampiran 6. Hasil uji TukeyHSD .................................................................
21
Lampiran 7. Data mentah pengukuran diameter zona hambat ......................
21
Lampiran 8. Data diameter zona hambat ......................................................
22
Lampiran 9. Perhitungan standar deviasi ......................................................
22
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Latarbelakang : Resistensi Staphylococcus epidermidis terhadap antibiotika
mendorong penelusuran produk antimikrobia yang berasal dari tanaman. Beberapa
penelitian memaparkan ekstrak daun sirih dan daun sirih merah memiliki
penghambatan terhadap bakteri gram positif diantaranya S. epidermidis.
Belakangan ini, terapi kombinasi menjadi pilihan. Kombinasi pada herbal diketahui
memiliki suatu interaksi yang dapat bersifat additif, antagonis ataupun sinergis.
Maka perlu dilakukan eksplorasi mengenai kombinasi herbal-herbal untuk
mengetahui efek yang dihasilkan. Penelitian ini penting untuk mengetahui
perbandingan aktivitas antibakteri antara bentuk infusa (kombinasi atau tunggal)
terhadap S. epidermidis, sehingga dapat diperkirakan potensi infusa yang lebih baik
untuk diteliti dan dikembangkan lebih lanjut serta dapat menjadi suatu ide dalam
pengembangan potensi antibakteri terhadap S. epidermidis.
Metode : Penelitian ini menggunakan rancangan post-test only control group
design. Simplisia dibuat dari daun sirih dan daun sirih merah yang diperoleh dari
Merapi Farma Herbal, Kaliurang, Sleman, Yogyakarta. Infusa yang dibandingkan
memiliki konsentrasi yang sama yakni 100% dan rasio 1:1 untuk kombinasi.
Pengujian penghambatan bakteri dilakukan dengan menggunakan metode uji difusi
disk dengan membandingkan diameter zona hambat. Data hasil pengukuran
diameter zona hambat diuji secara statistik menggunakan Anova one-way dan
diketahui perbedaanya dengan post-hoc TukeyHSD. Pengujian statistik dilakukan
dengan program R i386 (versi 3.31).
Hasil : Diameter zona hambat infusa daun sirih, sirih merah, dan kombinasi
berturut-turut 5,3±0,30 mm; 5,2±0,64 mm; 3,5±0,50 mm. Infusa kombinasi
memiliki aktifitas antibakteri yang lebih rendah bila dibandingkan dengan infusa
daun sirih (p=0,012) dan daun sirih merah (p=0,013).
Kesimpulan : Aktivitas penghambatan terhadap bakteri S. epidermidis oleh infusa
kombinasi lebih lemah dibandingkan dengan masing-masing bentuk infusa
tunggalnya.
Kata kunci: sirih, sirih merah, infusa, kombinasi, Staphylococcus epidermidis,
antibakteri
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Background : The phenomenon of antibiotic resistance to Staphylococcus
epidermidis promotes the search for antimicrobial products derived from plants.
Several studies have shown that betel leaf extract and red betel extract have
inhibition against gram-positive bacteria such as S. epidermidis. In recent years,
combination therapy has become a strategy. The combination of herb is known to
have interactions that can be additive, antagonistic or synergistic. Therefore, it is
necessary to explore the combination of herb to know the effect. This research is
important to know the comparison of antibacterial activity between infusion form
(single or combination) to S. epidermidis, so it can be consideration to determine
the better potency for future research and can be an idea to develop antibacterial
potency against S. epidermidis.
Method : This study used a post-test only control group design. Simplicia made
from betel leaf and red betel leaf obtained from Merapi Farma Herbal, Kaliurang,
Sleman, Yogyakarta. The infusion used has the same concentration, that is 100%
and with a ratio of 1:1 for the combination of infusion. Tests of bacterial inhibition
were performed by the disk diffusion method. Data of inhibition zone diameter,
tested the difference by using one-way Anova test and to know the difference point,
used post-hoc TukeyHSD test. The statistical test were perfomed with the R i386
program (version 3.31).
Results : Diameter of inhibition zone of betel leaf, red betel leaf, and combination
infusion respectively were 5,3 ± 0,30 mm; 5.2 ± 0.64 mm; 3.5 ± 0.50 mm.
Combination infusion had lower antibacterial activity when compared with betel
leaf infusion (p = 0.012) and red betel leaf infusion (p = 0.013).
Conclusion : The inhibitory activity against S. epidermidis by the combination
infusion is lower compared with each form of single infusion.
Keywords: betel, red betel, infusion, combination, Staphylococcus epidermidis,
antibacteria
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENDAHULUAN
Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri gram positif yang menjadi bagian
dari flora normal tubuh. S. epidermidis umumnya ditemukan pada permukaan kulit
(Schaechter, 2004). S. epidermidis diketahui dapat berkembang pada kelenjar sebaseus, lalu
akan menghasilkan zat-zat yang akan menyebabkan radang pada jaringan kulit (Kursia et al,
2016). Dalam penelitian yang dilakukan Cabrera-Cotreas (2014) dikatakan bahwa S.
epidermidis merupakan agen etiologik infeksi nosokomial di belahan dunia. S. epidermidis
juga dikatakan merupakan patogen yang penting dalam proses implan bahan asing, terkhusus
infeksi prostetik sendi (Hellmark et al, 2009).
Resistensi antibiotik merupakan salah satu masalah utama dalam dunia kesehatan.
Dalam satu dekade terakhir ini setidaknya dilaporkan beberapa kasus resistensi bakteri
khususnya terhadap S. epidermidis. Otto (2009) mengatakan bahwa resistensi metisilin
terhadap S. epidermidis adalah sebesar 75-90%, tidak hanya itu S. epidermidis juga diketahui
mengalami resistensi terhadap antibiotika lain, beberapa diantaranya yakni rifampisin,
florokuinolon, gentamisin, tetrasiklin. Hellmark et al. (2009) melaporkan bahwa uji
IsoSensitest terhadap S. epidermidis memberikan hasil S. epidermidis resisten terhadap
oksasilin sebesar 61% serta pengujian Etest memberikan hasil S. epidermidis resistensi
terhadap sefoksitin sebesar 58%. Fenomena resistensi yang terjadi pada bakteri patogen
mendorong dilakukannya pencarian produk antimikrobia yang baru, khususnya dari tanaman
(Karmegam, 2008).
Menurut Carmona dan Pereira (2013), obat-obat modern hanya akan membuat
patogen lebih cepat dalam mengembangkan resistensinya terhadap komponen senyawa
tunggal, sedangkan tanaman akan selalu berevolusi untuk bertahan hidup, tanaman mungkin
memiliki komplek fitokimia yang mampu berinteraksi secara sempurna untuk saling
melengkapi dalam menyelesaikan tugasnya. Berbagai senyawa yang terkandung dalam
sebuah tanaman diketahui memiliki sifat untuk menunda resistensi
Efek ekstrak tanaman sebagai agen antimikrobia telah banyak dipelajari di berbagai
belahan dunia (Karmegam, 2008). Melina (2016) melaporkan bahwa ekstrak daun sirih
(Piper betle L.) memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. epidermidis pada seluruh
konsentrasi (62,5 mg/mL, 125 mg/mL, 250 mg/mL, 500 mg/mL, 1000 mg/mL) dengan
diameter zona hambat ≥21mm. Kusuma et al. (2016) melaporkan bahwa ekstrak etanol daun
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) memiliki diameter inhibisi terhadap S.
epidermidis ≥14mm pada semua konsentrasi (20%w/v, 40%w/v, 60%w/v, 80%w/v).
Belakangan ini, terapi kombinasi merupakan suatu cara untuk mengatasi kasus
infeksius ketika agen monoterapi sudah tidak mampu mengatasi (Kinuthia et al, 2013).
Dalam suatu kombinasi herbal dengan herbal yang lain, pada masing-masing herbal akan
terdapat proporsi kimia aktif. Proporsi kimia aktif tersebut akan memiliki aksi farmakologi
yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya, yakni sinergistik, antagonistik, dan proteksi
(aksi perlindungan terhadap komponen sinergistik secara fisika dan kimia) (Tripathi, 2010).
Bukti efek sinergistik pada penggunaan multi-herbal masih kontroversial (Zhou et al, 2016).
Maka perlu dilakukan eksplorasi mengenai kombinasi herbal-herbal untuk mendapatkan
efek terapetik yang dibutuhkan (Tao-Che et al, 2013).
Menurut Novianti (2013), senyawa golongan fenol yang terkandung dalam daun sirih
diduga larut dalam air. Chakraborty dan Shah (2011), melaporkan bahwa kandungan fenol,
tanin, dan flavonoid dari daun sirih larut dalam akuades. Maka, diprediksi senyawa golongan
yang bersifat antibakteri dalam daun sirih yang akan larut dalam akuades adalah tanin dan
flavonoid. Lalu, senyawa golongan yang terkandung dalam daun sirih merah yang akan larut
dalam akuades adalah flavonoid, polifenol dan tanin.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan aktivitas
antibakteri ketika dibuat sediaan infusa kombinasi antara daun sirih dan daun sirih merah
lalu dibandingkan dengan sediaan infusa tunggal daun sirih dan infusa tunggal daun sirih
merah terhadap bakteri S. epidermidis. Dengan melihat perbandingan aktivitas antibakteri
tersebut, dapat diketahui potensi sediaan infusa (infusa bentuk kombinasi atau infusa
tunggal) yang lebih baik untuk diteliti dan dikembangkan lebih lanjut sebagai potensi
antibakteri terhadap S. epidermidis.
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
METODE PENELITIAN
Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan eksperimental murni dengan rancangan post-test only
control group design. Rancangannya yakni, terdapat dua kelompok. Kelompok pertama
diberi perlakuan dan kelompok lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut
kelompok eksperimen sedangkan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok
kontrol (Sugiyono, 2012). Kemudian hasilnya saling dibandingkan dan dilihat
perbedaannya.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yakni oven dengan pengaturan suhu, loyang/wadah, kipas
angin, timbangan digital, timbangan analitik, pemanas (heating mantle), labu destilasi,
tabung kondenser, selang, pipa leher penyambung, bejana infusa, penangas air, termometer,
kain flannel, gelas beker, cawan petri, korek api, ose, inkubator, autoklaf, vortex, tabung
reaksi, rak tabung reaksi, bunsen, erlenmeyer, gelas ukur, kertas coklat, spreader, penjepit,
sendok, pinset, mikropipet, pipet volum (1 mL dan 10mL), glasfirn, mistar.
Bahan yang digunakan yaitu bakteri S. epidermidis dalam bentuk kultur bakteri
murni, daun sirih dan daun sirih merah, akuades, media NA (Nutrient Agar) dan NB
(Nutrient Broth), standar II McFarland, paperdisk ampicillin-sulbactam, paperdisk blank,
dan toluen p.a (pro-analysis).
Determinasi Tanaman
Bahan yang dideterminasi adalah tanaman sirih dan sirih merah yang diperoleh dari
Merapi Farma Herbal, Kaliurang, Sleman, Yogyakarta. Determinasi dilakukan oleh seorang
ahli di Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Determinasi tanaman
dilakukan dengan cara mencocokan ciri-ciri morfologi pada tanaman sirih terhadap acuan
kepustakaan.
Pengumpulan Bahan Uji
Daun sirih dan daun sirih merah didapatkan dari Merapi Farma Herbal, Kaliurang,
Sleman, Yogyakarta. Bahan uji sebelumnya telah ditentukan kriterianya yakni diperoleh di
tempat tumbuh dan waktu panen harian yang sama dengan umur yang sama. Daun sebagai
bahan uji dipilih yang memiliki ukuran lebar yakni berkisar 15-20 cm, dan tidak terlalu muda
ataupun tua (Werdhany et al, 2008). Kriteria selanjutnya adalah proses pemanenan dilakukan
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
di pagi hari sebelum matahari terbit. Proses pengumpulan daun dilakukan menggunakan
tangan dan menghindari menggunakan alat-alat logam (Katno, 2008).
Pembuatan Simplisia
Pembuatan simplisia mengacu pada standar Pengelolaan Pasca Panen Tanaman Obat
yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan RI (2008). Pertama dilakukan sortasi basah
yakni memisahkan pengotor dan barang-barang asing seperti tanah, kerikil, rumput, dan
gulma dari bahan uji. Selanjutnya dilakukan penimbangan dan ditentukan dalam satuan
gram. Lalu dilakukan proses pencucian dengan air bersih yang mengalir, kemudian ditiriskan
dalam rak sambil sesekali dibolak-balik dan diangin-anginkan menggunakan kipas angin.
Selanjutnya dilakukan proses pengeringan menggunakan oven. Bahan uji dikeringkan
dengan temperatur 40°C selama 4 hari hingga didapati telah kering, ditandai mudah patah,
mudah diremas, dan tidak terasa basah ketika diraba. Proses sortasi kering, dilakukan dengan
memisahkan bahan dengan pengotor, benda-benda asing. Selanjutnya dilakukan
penimbangan. Kemudian simplisia disimpan di dalam wadah yang tertutup rapat. Lalu
diletakkan di tempat yang kering dan tidak terkena sinar matahari secara langsung.
Penentuan Kadar Air dengan Destilasi Toluen
Penentuan kadar air dengan metode destilasi toluen mengacu pada standar penentuan
kadar air yang direkomendasikan WHO (2011) dan Zainab et al. (2016). Simplisia kering
diremas lalu dihaluskan menggunakan mortir dan stamper hingga merata, ditimbang kurang
lebih simplisia sebanyak 20 gram. Alat-alat destilasi dibilas menggunakan akuades lalu
dikeringkan menggunakan oven selama kurang lebih 1 jam. Toluen dijenuhkan dengan cara
yakni toluen p.a sebanyak 200 mL dimasukan dalam corong pisah lalu ditambahkan akuades
sebanyak 20 mL, digojog lalu didiamkan kurang lebih 1 jam hingga didapati terbentuk 2
fase. Air dialirkan hingga batas fase sehingga didapatkan toluen jenuh air.
Lalu dimasukan serbuk simplisia yang telah halus sebanyak 20 gram ke dalam labu
alas bulat. Toluen jenuh air dimasukan sebanyak 195 mL ke dalam labu alas bulat.
Selanjutnya peralatan destilasi dirangkai lalu dimulai pemanasan dengan hati-hati selama 15
menit. Setelah toluen mendidih, maka diatur penyulingan dengan kecepatan 2 tetes/detik
hingga didapat sebagian air tersuling dilanjutkan kecepatan 4 tetes/detik. Setelah itu
kondensor dibilas dengan 5 mL toluen. Penyulingan dilanjutkan selama 5 menit dan
kemudian didinginkan hingga suhu kamar. Lalu dilakukan pengukuran setelah dipastikan air
dan toluen memisah sempurna. Perhitungan dilakukan dalam % volume/berat.
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pembuatan Infusa
Pembuatan infusa mengacu pada standar dalam Acuan Sediaan Herbal yang
diterbitkan oleh BPOM (2012). Masing-masing simplisia daun sirih dan daun sirih merah
yang telah kering, diremas lalu ditimbang sebanyak 60 gram, lalu ditambahkan akuades
sebanyak 120 cc untuk membasahkan simplisia, selanjutnya ditambahkan akuades sebanyak
60 cc hingga simplisia terendam, lalu dipanaskan dalam penangas air selama 15 menit,
dihitung ketika suhu dalam panci telah mencapai 90°C sambil sesekali diaduk. Selanjutnya,
diserkai dengan kain flannel. Apabila volume akhir yang didapat kurang dari 60 cc, maka
perlu ditambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh 60 cc. Sehingga
didapatkan infusa tunggal daun sirih dan daun sirih merah dengan konsentrasi 100% b/v.
Pembuatan infusa kombinasi daun sirih dan daun sirih merah mengadaptasi metode
pada penelitian Safithri (2012) dan Kinuthia (2013). Infusa tunggal daun sirih dan daun sirih
merah dicampur dengan rasio 1:1 selagi panas. Rasio 1:1 didapatkan dengan mencampurkan
20 cc infusa daun sirih dengan 20 cc infusa daun sirih merah sambil diaduk, sehingga
didapati infusa kombinasi rasio 1:1 dengan konsentrasi 100% b/v sebanyak 40 cc.
Pengujian Aktivitas Antibakteri
Pengujian infusa kombinasi dan infusa tunggal mengacu pada Das et al. (2009) dan
Prayoga (2013). Kultur murni yang diperoleh dalam bentuk media NA miring. Subkultur
dilakukan dengan cara menginokulasikan 1 ose biakan murni bakteri S. epidermidis ke dalam
Nutrient Agar yang telah padat, kemudian media diinkubasikan pada suhu 37°C selama 24
jam. Subkultur dilakukan pula pada media cair, dengan cara menginokulasikan 1 ose biakan
murni bakteri ke dalam Nutrient Broth, lalu diinkubasikan pada suhu 37°C selama 24 jam.
Pengujian daya hambat pertumbuhan bakteri dilakukan dengan metode difusi disk.
Stok bakteri pada media cair Nutrient Broth di-vortex dan dilakukan penyamaan kekeruhan
yakni mengikuti II McFarland (6.108 CFU/mL). Selanjutnya diambil sebanyak 0,2 mL dari
stok bakteri dan di-spread pada media Nutrient Agar yang telah memadat.
Cakram kosong (paperdisk blank) berukuran 5 mm masing-masing diberikan
perlakuan (infusa dan kontrol negatif) sebanyak 20 µL, lalu diletakan diatas permukaan agar
dengan teknik aseptis. Lalu cakram kontrol positif berupa paperdisk ampicilin-sulbactam
diletakan diatas permukaan agar dengan teknik aseptis. Selanjutnya diinkubasikan dalam
inkubator dengan suhu 37°C selama 24 jam. Kontrol positif berupa paperdisk antibiotik
ampisilin/sulbactam dengan konsentrasi 20 µg (rasio 1:1), dengan rincian konsentrasi
ampisilin 10 µg dan sulbactam 10 µg.
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pada masing-masing cawan petri berisi kontrol positif, kontrol negatif (akuades),
perlakuan (infusa tunggal daun sirih 100% b/v, infusa tunggal daun sirih merah 100% b/v,
infusa kombinasi 1:1 100% b/v).
Dilakukan pembuatan kontrol media, kelompok kontrol media, hanya berisi Nutrient
Agar sedangkan pada kontrol pertumbuhan, berisi Nutrient Agar dan diinokulasikan bakteri.
Dilakukan replikasi pada masing-masing kelompok yakni sebanyak tiga kali.
Pengukuran diameter zona hambat dilakukan keesokan harinya, pengukuran zona
hambat dilakukan menggunakan mistar dengan satuan mm. Zona hambat didefinisikan
sebagai zona bening yang terbentuk disekitar kertas cakram (paper disk) pada tiap perlakuan.
Pengukuran zona dilakukan pada zona iradikal, yakni daerah disekitar disk berupa zona yang
keruh tetapi masih lebih jernih dibandingkan pertumbuhan disekitarnya. Pengukuran zona
hambat dilakukan dengan mengukur diameter X dan Y dalam satuan milimeter, kemudian
masing-masing dikurangkan dengan diameter paper disk.. Hasilnya kemudian dijumlahkan
dan dibagi dua. Jadi diameter zona hambat =
((𝑋−𝑑)+(π‘Œ−𝑑))
2
(Sendy et al, 2014).
Gambar 1. Cara pengukuran diameter zona hambat
Teknik Analisis Data Penelitian
Analisis data dari hasil pengukuran diameter zona hambat diawali dengan menguji
distribusi normalitas menggunakan uji pearson chi-square. Uji homogenitas varian
dilakukan dengan uji Levene, apabila didapati data terdistribusi normal dan variansi data
homogen maka dilanjutkan dengan uji ANOVA One-Way. Apabila ditemukan perbedaan
maka dilanjutkan Post-Hoc dengan TukeyHSD pada taraf kepercayaan 95%. Serangkaian
pengujian statistik dilakukan menggunakan program R i386 (versi 3.31).
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini telah dilakukan determinasi dengan
melihat ciri-ciri tanaman tersebut. Hasil identifikasi yang ditunjukan pada surat keterangan
(Lampiran 1.) menerangkan bahwa ciri-ciri tanaman tersebut sama dengan ciri-ciri tanaman
sirih (Piper betle L.) dan tanaman sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.). Hal ini
membuktikan bahwa kedua jenis tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah benar
sirih (Piper betle L.) dan sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.).
Daun sebagai bahan uji dipilih dengan ukuran relatif lebar yakni berkisar 15-20 cm,
dan cukup tua (tidak terlalu muda ataupun tua) agar diperoleh kadar zat aktif yang masih
tinggi (Werdhany et al, 2008). Daun yang cukup tua ditandai dengan warna daun yang lebih
gelap. Waktu pemanenan dilakukan di pagi hari untuk meminimalisir hilangnya minyak
atsiri akibat terkena cahaya matahari. Pengumpulan bahan uji menghindari penggunaan alatalat logam karena berpotensi merusak beberapa senyawa kimia yang terkandung dalam daun
seperti tanin dan fenol (Katno, 2008), sehingga dilakukan secara manual (menggunakan
tangan).
Gambar 2. Tanaman sirih
Gambar 3. Tanaman sirih merah
Selanjutnya dilakukan sortasi basah pada daun sirih dan daun sirih merah, kemudian
dilakukan proses penimbangan. Lalu dilakukan proses pencucian hingga proses pengeringan
menggunakan oven pada suhu 40°C. Bahan yang telah kering selanjutnya di-sortasi kering
dan ditimbang. Proses penimbangan menghasilkan data sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil penimbangan daun sirih dan daun sirih merah
Daun sirih
Daun sirih merah
Penimbangan awal (gram)
1406,52
1685,92
Pasca pengeringan (gram)
281,30
392,07
20%
23,26%
Prosentase rendemen simplisia
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pada penelitian ini dilakukan penentuan kadar air. Kadar air merupakan parameter
yang berfungsi untuk menentukan stabilitas simplisia. Adanya kelebihan air pada material
herbal memudahkan pertumbuhan mikrobia serta mendukung reaksi hidrolisis. Oleh karena
itu penting untuk memberikan batasan kadar air pada bahan herbal (WHO, 2011). Menurut
BPOM (2014), kadar air yang dapat diterima untuk kualitas simplisia yang baik ialah <10%.
Metode azeotropik menggunakan toluen dipilih karena bahan simplisia diketahui memiliki
senyawa volatil. Perhitungan prosen kadar air dilakukan dengan formula, kadar air =
π‘£π‘œπ‘™π‘’π‘šπ‘’ π‘Žπ‘–π‘Ÿ (π‘šπΏ)
π‘₯100%.
π‘π‘œπ‘π‘œπ‘‘ π‘ π‘–π‘šπ‘π‘™π‘–π‘ π‘–π‘Ž (𝑔)
Bobot simplisia halus berturut-turut untuk sirih dan sirih merah
yakni 20,61 gram dan 20,12 gram. Hasil penentuan kadar air menggunakan metode destilasi
toluen diperoleh hasil :
(b)
(a)
Gambar 4. Penentuan kadar air daun sirih (a) dan daun sirih merah (b)
Tabel 2. Hasil penentuan kadar air
Daun sirih
Daun sirih merah
Volume air (mL)
0,5
0,75
Kadar air (%)
2,43
3,73
Hal ini menunjukan bahwa simplisia yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi
persyaratan kadar air yang ditetapkan yaitu tidak lebih dari 10%. Karena kadar air untuk
simplisia daun sirih hanya sebesar 2,43% dan untuk simplisia daun sirih merah sebesar
3,73%.
Ekstraksi dilakukan dengan metode infundasi yakni penyarian zat-zat dengan pelarut
air menggunakan pemanasan 90°C selama 15 menit. Selama proses pemanasan, bejana
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
infusa dipastikan tertutup rapat dengan tujuan meminimalkan hilangnya senyawa-senyawa
yang bersifat volatil (BPOM, 2012). Penyarian dengan metode ini menghasilkan sari yang
tidak stabil dan mudah tercemar oleh kapang (Fardhani, 2014), Maka, pada penelitian ini,
infusa diuji aktivitas antibakteri-nya pada hari yang sama. Pada penelitian ini infusa diserkai
selagi panas dengan maksud untuk menghindari terjadinya pengendapan dari infusa tersebut,
karena ketika dingin dimungkinkan infusa sirih akan mengendap sehingga ketika dimasukan
dalam gelas ukur kadarnya menurun. Namun, menurut BPOM (2012), infusa dengan
kandungan minyak atsiri sebaiknya diserkai setelah dingin. Hal ini dimaksudkan untuk
mencegah hilangnya senyawa-senyawa volatil. Maka, ada kemungkinan infusa pada
penelitian ini mengalami penurunan kadar minyak atsiri.
(a)
(b)
(c)
Gambar 5. Infusa tunggal daun sirih (a), infusa tunggal daun sirih merah (b), infusa
kombinasi (c)
Selanjutnya dilakukan proses subkultur dari kultur murni bakteri S. epidermidis.
Bakteri yang digunakan telah melalui uji identifikasi bakteri (Lampiran 2.). Proses subkultur
bertujuan untuk membiakkan bakteri sehingga tersedia stok bakteri yang dapat digunakan
sebagai perlakuan dalam beberapa hari kedepan. Selain itu dilakukan pula proses penanaman
bakteri pada media padat yakni NA secara streak plate, proses ini bertujuan untuk
mengkonfirmasi bahwa bakteri tersebut dapat bertumbuh dengan baik pada media nutrient
agar.
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 6. S. epidermidis pada media NA dengan teknik streak plate
(b)
(a)
Gambar 7. Kontrol media (a) dan kontrol pertumbuhan (b)
Hasil pengamatan (Gambar 6.) menunjukan bakteri S. epidermidis dapat bertumbuh
dengan baik pada media nutrient agar. Kontrol media (Gambar 7.) terlihat bening, tidak
terdapat bercak keruh. Maka, dikonfirmasi bahwa teknik aseptis yang dilakukan sudah tepat
dan tidak didapati adanya kontaminan. Sedangkan pada kontrol pertumbuhan (Gambar 7.)
didapati terlihat keruh sepenuhnya maka dikonfirmasi bahwa bakteri dapat bertumbuh
dengan baik pada media.
Selanjutnya masing-masing infusa yang telah dibuat diuji aktivitas antibakteri-nya
dengan replikasi sebanyak tiga kali. Hingga didapatkan hasil pengukuran diameter zona
hambat sebagai berikut :
Tabel 3. Hasil pengukuran diameter zona hambat (dalam satuan milimeter)
Replikasi
Positif
Negatif
Sirih
Sirih merah
Kombinasi
I
12,0
0
5,3
4,8
3,6
II
11,5
0
5,0
5,0
3,0
III
11,0
0
5,6
6,0
4,0
Mean±SD
11,5±0,50
0±0
5,3±0,30
5,2±0,64
3,5±0,50
10
Diameter zona hambat
(mm)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
12
10
8
6
4
2
0
Sirih
Sirih merah
Kombinasi
Positif
Kelompok perlakuan infusa
Gambar 8. Histogram rerata diameter zona hambat
Zona hambat diintepretasikan dengan adanya zona jernih yang muncul disekitar kertas
cakram, pengukuran diukur menggunakan mistar, dan dikategorikan sebagai sangat kuat
apabila diameternya ≥20 mm, kuat apabila 10-20 mm, sedang apabila 5-10 mm, dan lemah
apabila <5 mm (Nopiyanti et al, 2016). Maka jenis infusa tunggal sirih dan sirih merah dapat
dikategorikan sebagai penghambat sedang terhadap S. epidermdis. Sedangkan jenis infusa
kombinasi dapat dikategorikan sebagai penghambat lemah yakni <5 mm.
Hingga kini masih jarang ditemukan penelitian serupa yang menggunakan sediaan
infusa ataupun ekstrak pelarut air, sehingga diameter zona hambat yang didapat masih sulit
untuk dibandingkan secara jelas dengan penelitian sebelumnya. Penelitian Nair dan Chanda
(2008) yakni sediaan tunggal ekstrak metanol daun sirih terhadap S. epidermidis mendapati
diameter zona hambat sebesar 7 mm. Penelitian lainnya yakni Kursia et al. (2016), sediaan
tunggal ekstrak etil asetat 5% dari daun sirih merah terhadap S. epidermidis mendapati
diameter zona hambat sebesar 15,3 mm. Zona hambat yang dilaporkan pada penelitian
terdahulu relatif lebih tinggi apabila dibandingkan pada penelitian ini, beberapa
penjelasannya yakni bahwa keberadaan substansi aktif dalam pelarut air berada dalam
konsentrasi yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan metanol (Nair dan Chanda,
2008), sedangkan senyawa antibakteri golongan alkaloid steroid, saponin, tanin, flavonoid
dan fenolik secara dominan akan lebih larut pada etil asetat (Harapini et al. dalam Kursia et
al, 2016).
Adanya aktivitas penghambatan dapat disebabkan kandungan senyawa antibakterial
larut air seperti tanin dan flavonoid. Tanin mampu menginduksi pembentukan kompleks
senyawa ikatan terhadap enzim, efek tanin yang lain adalah melakukan reaksi dengan
membran sel dan inaktivasi fungsi materi genetik (Fadlilah, 2015). Flavonoid diduga
memiliki aksi mampu membuat kompleks dengan membran sel sehingga mengganggu
integritas membran sel. Senyawa polifenol dengan gugus teroksidasi-nya diduga mampu
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menghambat aktivitas enzim bakteria dan melakukan dekativasi protein di permukaan sel
bakteri (Cowan, 1999). Senyawa fenolik juga dicurigai dapat mengganggu fungsi membran
dan berinteraksi dengan protein membran sehingga menyebabkan deformasi struktur dan
kehilangan fungsi (Hayek, et al, 2013).
(a)
(c)
(b)
Gambar 9. Pengujian aktivitas antibakteri replikasi 1(a), 2(b), dan 3(c)
A= kontrol positif; B= sirih; C= kombinasi; D= sirih merah; E= negatif
Histogram (Gambar 8.) menunjukan bahwa pada kelompok kombinasi memiliki
zona hambat yang relatif rendah ketika dibandingkan masing-masing bentuk tunggalnya,
maka dilakukan pengujian statistik untuk kebermaknaan perbedaan antara kelompok
kombinasi dengan masing-masing tunggalnya. Uji pearson chi-square mendapati data
terdistribusi normal (Lampiran 3.). Uji variansi levene mendapati data memiliki variansi
homogen (Lampiran 4.). Syarat pengujian anova terpenuhi sehingga dilakukan uji
perbandingan lebih dari dua kelompok dengan anova one-way. Hasil uji anova menunjukan
adanya perbedaan signifikan pada data (Lampiran 5.) dengan nilai p dibawah 0,05, sehingga
dilakukan uji post-hoc menggunakan TukeyHSD (Lampiran 6.). Hasil uji post-hoc mendapati
adanya perbedaan antara kelompok infusa sirih dengan kombinasi dan antara kelompok
infusa sirih merah dengan kombinasi, seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4. Hasil uji kebermaknaan perbedaan diameter zona hambat
Infusa yang dibandingkan
Nilai-p
Perbedaan (differences)
Tunggal sirih - Kombinasi sirih
0,012*
-1,767
Tunggal sirih merah – Tunggal sirih
0,997
-0,033
Tunggal sirih merah – Kombinasi sirih
0,013*
-1,733
*perbedaan bermakna pada taraf kepercayaan 95%
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Menurut teori yang dipaparkan oleh Gibriel et al. (2013) dan de Rapper et al. (2013),
fenomena ini merujuk pada efek yang disebut antagonisme, yakni efek dimana kombinasi
dari dua atau lebih bentuk tunggalnya akan memiliki nilai atau aktivitas yang lebih rendah
dibandingkan masing-masing bentuk tunggalnya. Menurut Tripathi (2010), ketika dilakukan
kombinasi antara suatu herbal dengan herbal lainnya, maka dalam tiap herbal akan ada aksi
farmakologi yang berbeda-beda. Dalam suatu komposisi akan terdapat porsi senyawa aktif
dan senyawa inaktif, senyawa aktif akan terbagi menurut aktivitasnya yakni sinergis,
antagonis, dan protektif.
(Tripathi, 2010)
Gambar 10. Aksi farmakologi herbal
Tripathi (2013), memaparkan konsep interaksi antagonism pada senyawa-senyawa.
Antagonisme terjadi ketika suatu bentuk tunggal satu menurunkan aksi dari bentuk tunggal
lainnya, biasanya yang terjadi adalah antagonis kimia. Antagonis kimia terjadi ketika
berbagai senyawa berinteraksi sehingga justru menghasilkan produk yang inaktif. Efek yang
juga dapat terjadi adalah antagonis reseptor, yakni ketika suatu senyawa aktif yang bersifat
antagonis menduduki suatu situs aktif reseptor yang seharusnya diduduki senyawa aktif
agonis, ini disebut juga antagonis kompetitif. Adapun antagonis non-kompetitif, yakni suatu
senyawa menduduki sisi alosterik dari suatu reseptor sehingga senyawa agonis kehilangan
afinitasnya pada situs aktif reseptor.
(Tripathi, 2013)
Gambar 11. Konsep antagonism kompetitif dan non-kompetitif
13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hingga kini, konsep fisikal, kimiawi, disposisional atau antagonisme reseptor pada
herbal masih sangat lemah (Tao-Che et al, 2013). Ekstrak herbal berbeda dengan obat
konvensional, dalam hal ini herbal adalah kompleks campuran yang terdiri dari berbagai
senyawa bioaktif. Oleh karena itu, hingga kini masih sulit untuk melakukan penilaian
kontribusi untuk tiap konstituen terhadap aktivitas keseluruhan, termasuk pula mengevaluasi
interaksi yang mungkin terjadi pada kompleks campuran. Produk alami juga bertanggung
jawab terhadap variasi yang banyak, bahkan ketika distandarisasi ke salah satu
konstituennya, masih banyak terdapat perbedaan dengan senyawa lain yang ada. Sumber
bahan, metode ekstraksi-pun juga akan mempengaruhi komposisi dan potensi interaksinya
(Williamson et al, 2009).
KESIMPULAN DAN SARAN
Diameter zona hambat infusa daun sirih, sirih merah, dan kombinasi berturut-turut
5,3±0,30 mm; 5,2±0,64 mm; 3,5±0,50 mm. Aktivitas penghambatan terhadap bakteri
Staphylococcus epidermidis oleh infusa kombinasi lebih rendah dibandingkan dengan
masing-masing bentuk infusa daun sirih (p=0,012) dan daun sirih merah (p=0,013).
Saran, perlu dilakukan pendekatan metode checkerboard untuk mengevaluasi lebih
lanjut interaksi yang terjadi dari sediaan kombinasi. Dapat pula dilakukan pendekatan
pemodelan molekul untuk memprediksi interaksi antar senyawa-senyawa dalam campuran
dan memprediksi dinamika molekulnya pada sisi aktif target reseptor. Komputasi molekuler
juga mampu memprediksi senyawa-senyawa dari campuran yang memiliki afinitas tertinggi
pada sisi aktif target reseptor (screening compound), sehingga dapat diprediksi senyawa
dalam campuran yang memiliki aktivitas terbesar.
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi keempat, Depkes RI : Jakarta.
BPOM RI, 2012, Acuan Sediaan Herbal, Edisi I, vol. 7, Badan Pengawas Obat dan Makanan
RI, Jakarta, 7.
BPOM RI, 2014, Persyaratan Mutu Obat Tradisional, PerKa BPOM No XII, 11.
Cabrera-Cotreas, R., Ramirez, R.M., Gamacho, A.N.G., Herrada-Melendez, E., 2013,
Antibiotic Resistance and Biofilm Production S. epidermidis strains, isolated
from a teritory core Hospital in Mexico City, Microbiol ISRN, 1-6.
Carmona, F., dan Pererira., 2013, Herbal medicines : old and new concepts, truths, and
misunderstanding, Brazilian Journal of Pharmacognosy, Brazil, 381.
Chakraborty, D dan Shah, B., 2011, Antimicrobial, Anti-oxidative, and Anti-hemolytic
Activity of Piper betle Leaf Extract, Int. J. Pharm. Pharmc. Sci., 3, 192-199.
Cowan, 1999, Plant Products as Antimicrobial Agents, Clin. Microbiol. Reviews., 12:4, 564582.
Das, K., Tiwari, R.K.S., Shirvastava, P.K., 2010, Techniques for Evaluating of Medicinal
Plant Products as Antimicrobial Agent: Current Methods and Future Trends, J.
Med. Plant. Res., 4:2, 104-111.
de Rapper, S., Kamatou, G., Viljoen, A., van Vuuren, S., 2013, The in vitro antimicrobial
activity of Lavandula angustifolia essential oil in combination with other aromatherapeutic oils, Evid Based Complement Alternat Med, 1-10.
Depkes RI, 2008, Pengelolaan Pasca Panen Tanaman Obat, Departemen Kesehatan RI, 539.
Fadlilah, M., 2015, Benefit of Red Betle (Piper crocatum Ruiz & Pav) as Antibiotic, J.
Majority, 4:3, 71-74.
Fardhani, H.L., 2014, Pengaruh Metode Ekstraksi Secara Infundasi Dan Maserasi Daun
Asam Jawa (Tamarindus idica L.) Terhadap Kadar Flavonoid Total,
Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.
Gibriel, A., Al‐Sayed, H., Rady, A., Abdelaleem, M., 2013, Synergistic antibacterial activity
of irradiated and nonirradiated cumin, thyme and rosemary essential oils,
Journal of Food Safety, 33:2, 222-228.
Hayek, S.A., Gyawali, R., Ibrahim, S.A., 2013, Antimicrobial Natural Products, Microbial
Pathogens and Strategies to Combating Them: Science, Technology, and
Education, Formatex: USA, 914-916.
Hellmark, B., Unemo, M., Augusstinson, N., Derquist, S., 2009, Antibiotic Susceptibillity
Among S. epidermidis Isolated from Prostetic Joint Infections with Special
Focus on Rifampicin and Reliability of the rpoB gene, Clin. Microbiol., 15:3,
238-244.
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Karmegam, N., Karuppusamy, S., Prakash, M., Jayakumar, M., Rajasekar, K., 2008,
Antibacterial Potency and Synergistic Effect of Certain Plant Extract against
Food-Borne , J. Pharm . Sci., 2:2, 88-93.
Katno., 2008, Pengelolaan Pasca Panen Tanaman Obat, Departemen Kesehatan RI, 5-39.
Kinuthia, G., Anjili, C.O., Gikonyo, N.K., Kigondu, E.M., Ingonga, J.M., Kabiru, E.W.,
2013, In Vitro and In Vivo activity of Blends of Crude Aquous Extract from
Allium sativum, Callistemon citrinosa, Moringa against L. major, Int. J. Med.
Arom. Plants., 3:2, 234-236.
Kursia, S., Lebang, J.S., Taebe, B., Burhan, A., Rahim, W.O.R., Nursamsiar., 2016, Uji
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etilasetat Daun Sirih Hijau (Piper betle L.)
terhadap Bakteri Staphylococcus epidermidis, IJPST, Sulawesi Tengah, 76.
Kusuma, S.A.F., Zuhrotun, A., dan Meidina, F.B., 2016, Antibacterial Spectrum of Ethanol
Extract of Indonesian Red Piper betel leaf against Staphylococcus species, Int.
J. Pharm. Sci. Res., 7:11, 448-452.
Melina, E., 2016, Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Piper betle L. terhadap Bakteri S.
epidermidis, Universitas Indonesia: Jakarta.
Nair, R. dan Chanda, S., 2008, Antimicrobial Activity of Terminalia catarna, Manikara
zapota, and Piper betle extract, Indian Journal of Pharmaceutical Sciences,
May-June, 390-395.
Nopiyanti, H.T., Agustriani, F., Isnaini., Melki, 2016, Screening of Nypa Fructions as
Antibacterial of Bacillus subtilis, E. coli, and S. aureus, Journal Maspori, 8:2,
83-90.
Novianti, D., 2013, Efektivitas Infus Daun Sirih sebagai Antibakteri Streptococcus mutans
Penyebab Karies Gigi, Universitas PGRI, Palembang, 9.
Otto, M., 2009, S. epidermidis The Accidental Pathogen, Nat. Rev. Microbiol,. 7:8, 555-567.
Prayoga, E., 2013, Perbandingan Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau dengan Metode Difusi Disk
dan Sumuran terhadap Pertumbuhan bakteri S. aureus, UIN, 15-17.
Safihtri, M., Yasni, S., Bintang, M., Ranti, A.S., 2012, Toxicity Study of Antidiabetics
Functional Drink Piper crocatum and Cinnamomum burmanii, Hayati Journal
of Biosciences, Bogor, 32.
Schaechter, M, 2004, The Desk Encyclopedia of Microbiology, Elsevier Academic Press:
California, 789.
Sendy, V.A.A., Pujiastuti, P., dan Ernawati, T., 2014, Daya Antibakteri Ekstrak Daun Sirih
Merah terhadap Porphyromonas gingivalis, Artikel Ilmiah Hasil Penelitian
Mahasiswa, Universitas Jember, 1-5.
Su, X., Yao, Z., Li, S., Sun., 2016, Synergism of Chinese Herbal Medicine: Illustrated by
Danshen Compound, Hindawi, Evidence-based Complementary alternative
medicine, 1-6.
16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sugiyono., 2012, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta: Bandung,
76.
Tao Che., Wang, Z.J., Chow, M.S.S., Lam., 2013, Herb-herb Combination for Therapeutic
Enhachment and Advancement: Theory, Practice and Future Perspective,
Molecules., 18, 5125-141.
Tripathi, I.P., 2010, Chemistry, Biochemistry, and Ayuverda of Indian Medicinal Plants,
International E-Publication : India, 50-60.
Tripathi, K.D., 2013, Essentials of Medical Pharmacology, Jaypee Brothers Medical
Publisher : London, 57-65.
Werdhany, W.I., Marton, A., Setyorini, W., 2008, Sirih Merah, Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian : Yogyakarta, 15.
WHO., 2011, Quality Control Methods for Herbal Materials, World Health Organization,
1-51.
Williamson, E., Driver, S., dan Baxter, K., 2009, Stockley’s Herbal Medicine Interaction,
Pharmaceutical Press : Chicago, 6-11.
Zainab, Gunanti, F., Witasari, H.A., Edityaningrum, C.A., Mustofa., Murrukmihadi, M.,
2016, Penetapan Parameter Standarisasi Non Spesifik Ekstrak Etanol Daun
Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.), Prosiding Rakernas dan Pertemuan
Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia, 210-216.
Zhou, X., Seto, S.W., Chang, D., Kiat, H., Naumovski, V.R., Chan, K., Bensoussan, A.,
2016, Synergistic Effect of Chinnese Herbal Medicine: A Comprehensive
Review of Methodology and Current Research, Frontiers in Pharmacology.,
7:201, 1-20.
R-Team, R: The R Project for Statistical Computing, https://www.r-project.org/
17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat keterangan determinasi tanaman
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2. Sertifikat hasil uji isolasi dan identifikasi bakteri
19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3. Hasil uji pearson chi-square
ο‚·
p-value untuk sirih
ο‚·
p-value untuk sirih merah
ο‚·
p-value untuk kombinasi
Lampiran 4. Hasil uji levene
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 5. Hasil uji anova one-way
Lampiran 6. Hasil uji TukeyHSD
Lampiran 7. Data mentah pengukuran diameter zona hambat
Infusa tunggal sirih :
Replika Diamet
si
er 1
1
5,5
2
6,0
3
5,2
Diamet
er 2
5,1
4,0
6,0
Mea
n
5,3
5,0
5,6
Infusa tunggal sirih merah :
Replika Diamet Diamet
si
er 1
er 2
1
5,1
4,5
2
5,0
5,0
3
6,0
6,0
Mea
n
4,8
5,0
6,0
Kontrol positif :
Replika
si
1
2
3
Mea
n
12,0
11,5
11,0
Infusa kombinasi:
Replika Diamet
si
er 1
1
3,5
2
3,0
3
4,5
Diamet
er 2
3,7
3,0
3,5
Mea
n
3,6
3,0
4,0
Kontrol negatif :
Replika Diamet
si
er 1
1
0
2
0
3
0
Diamet
er 2
0
0
0
Mea
n
0
0
0
21
Diamet
er 1
12,0
11,5
11,0
Diamet
er 2
12,0
11,5
11,0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 8. Data diameter zona hambat
Replikasi
Positif
Negatif
Sirih
Sirih merah
Kombinasi
I
12,0 mm
0 mm
5,3 mm
4,8 mm
3,6 mm
II
11,5 mm
0 mm
5,0 mm
5,0 mm
3,0 mm
III
11,0 mm
0 mm
5,6 mm
6,0 mm
4,0 mm
Lampiran 9. Perhitungan standar deviasi
Perhitungan standar deviasi menggunakan rumus :
Kelompok infusa tunggal sirih :
n=3
i
Xi
Xi2
1
5,3
28,09
2
5,0
25
3
5,6
31,36
∑
15,9
84,45
2
(∑ Xi) 252,81
((3).(84,45))−252,81
(3).(2)
S2=
= 0,09
Kelompok infusa tunggal sirih merah :
n=3
I
Xi
Xi2
1
4,8
23,04
2
5,0
25
3
6,0
36
∑
15,8
84,04
(∑ Xi)2 249,64
((3).(84,04))−249,64
(3).(2)
S2=
S=0,30
S=0,64
Kelompok infusa kombinasi :
n=3
i
Xi
Xi2
1
3,6
12,96
2
3,0
9
3
4,0
16
∑
10,6
37,96
2
(∑ Xi) 112,36
Kontrol positif :
n=3
I
Xi
1
12,0
2
11,5
3
11,0
∑
34,5
2
(∑ Xi) 1190,25
((3).(37,96))−112,36
(3).(2)
S2=
S=0,50
= 0,253
= 0,413
((3).(397,25))−1190,25
(3).(2)
S2=
S=0,5
22
Xi2
144,00
132,25
121,00
397,25
= 0,25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama Yohanes Medika Seta Diaseptana, lahir di
Wonosobo pada tanggal 15 September 1995. Penulis yang
akrab dipanggil Medika ini merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara pasangan Sri Tjahja Nugraha dan Murti Anisah.
Penulis menempuh pendidikannya di TK YP3K Klampok
(2000-2001), SD Kanisius Sengkan (2001-2007), SMP
Negeri 1 Depok (2007-2010), SMA Negeri 2 Ngaglik (20102013), dan pada tahun 2013 melanjutkan pendidikan di
Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta. Selama berkuliah di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma, penulis aktif mengikuti berbagai
kegiatan kemahasiswaan diantaranya menjadi anggota panitia publikasi, dekorasi, dan
dokumentasi dalam kegiatan DESA MITRA III (2015), menjadi peserta dalam kejuaraan
OSCE Farmasi yang diadakan di UAD (2016), meraih juara II dalam perlombaan cerdas
cermat Olimpiade Farmasi Klinik Indonesia yang diadakan di Bali (2016), serta menjadi
presenter oral dengan materi mengenai “penambatan molekuler” pada kegiatan seminar
nasional kefarmasian yang diadakan di UGM (2017).
23
Download