PEMERIKSAAN BAKTERI KOLIFORM PADA ES BATU HASIL INDUSTRI RUMAH TANGGA YANG DIGUNAKAN OLEH PEDAGANG MINUMAN DI ALUN-ALUN CIAMIS TAHUN 2016 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Analis Kesehatan Pada Program Studi D3 Analis Kesehatan Oleh : BETY NURAHMAN NIM. 13DA277057 PROGRAM STUDI D3 ANALIS KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016 PEMERIKSAAN BAKTERI KOLIFORM PADA ES BATU HASIL INDUSTRI RUMAH TANGGA YANG DIGUNAKAN OLEH PEDAGANG MINUMAN DI ALUN-ALUN CIAMIS TAHUN 20161 Bety Nurahman2 Minceu Sumirah3 Doni Setiawan4 INTISARI Bakteri koliform adalah golongan bakteri yang digunakan sebagai indikator pencemaran adanya bakteri pada air. Air yang dibekukan pada suhu 0oC adalah es batu yang digunakan sebagai bahan tambahan pada minuman.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya bakteri koliform pada es batu hasil industri rumah tangga yang digunakan oleh pedagang minuman di Alun-alun Ciamis setelah dilakukan pemeriksaan. Penelitian ini bersifat deskriptif. Sampel didapat dari 6 penjual es batu hasil industri rumah tangga yang digunakan oleh pedagang minuman di Alun-alun Ciamis. Sampel dibawa ke Laboratorium Bakteriologi STIKes Muhammadiyah Ciamis untuk dilakukan pemeriksaan. Hasil penelitian 6 sampel yang di uji diperoleh hasil semua sampel mengandung bakteri koliform karena melebihi standar SNI yaitu < 3/ 100 mL, dan 3 sampel dinyatakan positif yaitu dua sampel ditemukan bakteri Escherichia coli dan satu sampel ditemukan bakteri Enterobacter aerogenes. Kata kunci Kepustakaan Keterangan : Bakteri Koliform, Es Batu : 23, 2006-2015 : 1 Judul, 2 Nama mahasiswa, 3 Nama pembimbing I, 4 Nama pembimbing II iv EXAMINATION OF COLIFORM BACTERIA ON THE HOME MADE ICE THAT USED BY THE BEVERAGE SELLER AT THE ALUN-ALUN CIAMIS ON 20161 Bety Nurahman2 Minceu Sumirah3 Doni Setiawan4 ABSTRACT Coliform bacteria is a class of bacteria that used for indicator of water born contamination. Water wich is unbended on 0°C is the ice and used for additive substance in beverage. This research is to determine for getting information about presence or absence of coliform bacteria on the home made ice that used by the beverage seller at the Alun-alun Ciamis after getting inspection. This characteristic of this research is descriptive research. The sample is gotten from 6 icesellers who using home made ice sellers made ice for making their beverage. After that, every samples is brought to the Bacteriologi Laboratory at STIKes Mumahmmadiyah Ciamis for getting an inspection. The research result is all of the sample that getting an inspection are positive contains coliform bacteria because every sample has coliform value exceed form thestandardof SNI for <3/100 mL, and 3 samples arepositive by means of two samples are found bacteria Escherichia coli bacteria and one sample is found Enterobacter aerogenes. Keywords Bibliography Note : Coliform bacteria, Ice : 23, 2006-2015 : 1 Tittle, 2 Name of student, 3 Name of supervisor I, 4 Name of supervisor II v BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan segala sesuatu yang bersumber dari hayati dan air, yang diolah maupun tidak diolah sebagai makanan atau minuman untuk dikonsumsi oleh manusia. Termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan pembuatan makanan atau minuman (Saparianto dan Diana, 2006). Minuman untuk diberi kesan dingin dan segar biasanya ditambahkan es batu. Minuman dingin seperti es cendol, es teler, es campur, es kelapa, es cincau biasanya sering ditambahkan dengan es batu (Sopacua, 2014). Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan mikrobiologi, fisika, kimia dan radioaktif (Permnkes, 2010). Higiene sanitasi adalah upaya untuk mengendalikan faktor risiko terjadinya kontaminasi yang berasal dari tempat, peralatan dan penjamah terhadap air minum agar aman dikonsumsi (Permenkes, 2014). Es batu merupakan air yang dibekukan pada suhu 0oC digunakan sebagai pelengkap minuman dan dianggap aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Namun, sampai saat ini belum ada peraturan perizinan mengenai izin atau rekomendasi kelayakan usaha es batu karena masih dalam skala usaha rumah tangga bila dilihat dari segi higenis dan sanitasinya masih diragukan (Hadi, 2014). 1 2 Bakteri yang sering mengkontaminasi air adalah bakteri enterik yang menyebabkan gangguan saluran cerna diantaranya Eschercia coli, Shigella, Salmonlla dan Proteus. Eschercia coli pada air minum dapat dijadikan parameter tingkat pencemaran air, karena Eschercia coli merupakan flora normal usus yang ikut bersama tinja (Hadi, 2014). Bakteri penyebab infeksi gastrointestinal, misalnya bakteri Salmonella typhi penyebab penyakit tifus, bakteri Salmonella paratyphi penyebab penyakit paratifus, bakteri Shigella penyebab penyakit disentri dan bakteri Escherichia coli penyebab penyakit diare (Irianto, 2013). Angka kematian akibat diare di Indonesia pada tahun 2012 menurut Profil Kesehatan Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi (31,4%) dan pada balita (25,2%) sedangkan pada golongn semua umur merupakan penyebab kematian yang ke empat (13,2%). Menurut Dinas Kesehatan Jawa Barat dalam profil kesehatan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2012 cakupan penemuan kasus Diare di Provinsi Jawa Barat sejak tahun 2007 hingga 2012 berkisar 61%-81%. Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis pada Bulan Januari sampai Oktober Tahun 2015 penemuan kasus penyakit diare sebanyak 12.663 kasus, disentri sebanyak 878 kasus dan tifus sebanyak 1.802 kasus. Salah satu penyebab diare diakibatkan konsumsi minuman yang tidak higenis dan meminum minuman di tempat umum salah satunya adalah Alun-alun Ciamis. Alun-alun Ciamis merupakan pusat Kota Ciamis yang ramai dikunjungi, sehingga banyak dimanfaatkan oleh warganya untuk bermain, berekreasi, mencari penghasilan dari mulai berjualan berbagai macam makanan, minuman, permainan anak, dll (Arief, 2011). Banyak kasus mengenai penyakit yang disebabkan oleh bakteri karena disebabkan oleh higiene pangan yang kurang baik, sehingga 3 kita sebaiknya mengkonsumsi makanan atau minuman yang baik dan layak dikonsumsi. Hal ini sesuai dengan firman Allah S.W.T dalam Q.S Al-Maaidah ayat 88 : ∩∇∇∪ šχθãΖÏΒ÷σãΒ ÏµÎ/ ΟçFΡr& ü“Ï%©!$# ©!$# (#θà)¨?$#uρ 4 $Y7Íh‹sÛ Wξ≈n=ym ª!$# ãΝä3x%y—u‘ $£ϑÏΒ (#θè=ä.uρ Artinya: Dan makanlah dari apa yang telah diberikan Allah kepadamu sebagai rezeki yang halal dan baik, dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya (Q.S Al-Maaidah: 88). Bahwa makanan dan minuman yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk dikonsumsi bukan hanya halal tapi pada ayat tersebut di atas Allah SWT memerintahkan untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang baik. Makanan dan minuman yang baik yaitu terbebas dari bakteri dan zat-zat yang berbahaya lainnya. Air yang dibekukan sebaiknya air yang matang karena kemungkinan bila menggunakan air mentah dapat terkontaminasi bakteri. Ada beberapa bakteri tidak mati pada suhu 0o C atau lebih rendah, ada bakteri patogen seperti Salmonella yang dapat bertahan hidup lama pada suhu -9 sampai -17oC (Irianto, 2013). Bakteri Escherichia coli dapat bertahan hidup di media selama satu minggu pada suhu kamar, dapat mati pada pemanasan suhu 60oC selama 30 menit. Namun beberapa strain Escherichia coli dapat bertahan hidup dalam es selama 6 bulan (Misnadiarly, 2014). Menurut Hadi tahun 2014 berdasarkan penelitian uji bakteriologis es batu rumah tangga yang digunakan penjual minuman di pasar lubuk budaya kota padang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 88,9% sampel es batu belum memenuhi syarat kesehatan dengan angka MPN. Terdapat satu sampel (0/100 mL), satu sampel (9/100 mL), empat sampel (265/100 mL) dan tiga sampel (>979/100 mL) terkontaminasi bakteri koliform. 4 Evaluasi bakteri indikator sanitasi di sepanjang rantai distribusi es batu di Bogor menunjukan bahwa bakteri koliform berkisar antara 1,5x102 MPN/100mL sampai 1,2x106 MPN/100mL. Sebanyak 31 sampel (100%) positif koliform, 14 sampel (45%) positif koliform fekal, 31 sampel (100%) positif koliform non fekal. Terdapat juga 3 sampel (10%) positif Escherchia coli yang semuanya merupakan sampel es batu dari penjual minuman es (Firlieyanti, 2006). Berdasarkan penelitian Hadi dan Firlieyanti mengenai pemeriksaan koliform pada sampel es batu yang diteliti tidak sesuai dengan Stadar Nasional Indonesia (SNI) No.7388 Tahun 2009 Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Es batu, es lilin, es berperisa nilai indeks MPN Koliform yaitu <3/100 mL. Berdasarkan hal tersebut di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pemeriksaan bakteri koliform pada es batu industri rumah tangga yang digunakan oleh pedagang minuman di Alun-alun Ciamis. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dikemukakan permasalahan sebagai berikut: Bagaimanakah hasil pemeriksaan bakteri koliform pada es batu hasil industri rumah tangga yang digunakan oleh pedagang minuman di Alun-alun Ciamis? C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui ada atau tidaknya bakteri koliform pada es batu hasil industri rumah tangga yang digunakan oleh pedagang minuman di Alun-alun Ciamis setelah dilakukan pemeriksaan. D. Manfaat Penelitian 1. Peneliti Dapat menerapkan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan, menambah pengalaman dalam bidang penelitian dan 5 menambah ilmu dibidang bakteriologi sebagai tugas akhir karya tulis ilmiah. 2. Dinas Kesehatan Memberikan informasi mengenai bakteri koliform pada es batu hasil industri rumah tangga yang digunakan oleh pedagang minuman di Alun-alun Ciamis tahun 2016. E. Keaslian Penelitian Penelitian ini pernah dilakukan oleh beberapa orang diantaranya: Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No 1. 2. Nama Peneliti Firlieyanti (2006) Judul Penelitian Evaluasi bakteri indikator sanitasi di sepanjang rantai distribusi es batu di Bogor Basri Hadi (2014) Uji Bakteriologis Es Batu Rumah Tangga yang digunakan Penjual Minuman di Pasar Lubuk Buaya Kota Padang Persamaan Mengetahui kandungan bakteri koliform pada es batu Mengetahui kandungan bakteri koliform pada es batu Perbedaan Waktu, tempat penelitian dan dilakukan identifikasi bakteri koliform fekal dan non fekal Waktu dan tempat penelitian Hasil Sampel positif terkontaminasi bakteri koliform berkisar antara 1,5x102 MPN/100mL sampai 1,2x106 MPN/100mL. Sampel positif terkontaminasi bakteri koliform sebanyak 88,9%. Metode MPN MPN Persamaan penelitian dengan penelitian sebelumnya yaitu mengetahui kandungan bakteri koliform pada es batu. Sedangkan perbedaannya yaitu waktu dan tempat penelitian juga melakukan uji penduga, uji penegas dan uji lengkap. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Minuman Minuman merupakan bahan yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup, yang berguna bagi kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, kualitas minuman harus terjamin agar konsumen dapat terhindar dari penyakit akibat minum minuman yang dijual ditempat umum dan tidak mengetahui proses pembuatannya. Definisi minuman adalah segala sesuatu yang dapat dikonsumsi dan dapat menghilangkan rasa haus. Minuman umumnya berbentuk cair, namun ada pula yang berbentuk padat seperti es krim atau es lilin juga yang ditambahkan es batu sebagai pelengkap dan pendingin minuman (Winarti, 2006). 2. Es Batu Es batu yaitu air yang dibekukan pada suhu 0oC, yang sering digunakan sebagai pelengkap minuman dingin (Hadi, 2013). Proses pembuatan es batu yang dilakukan secara umum, salah satunya adalah sebagai berikut ini: Air PDAM atau Panaskan air pada suhu 100˚C hingga mendidih Air Sumur Biarkan hingga air dingin Masukan air pada container Simpan di freezer pada suhu 0oC Gambar 2.1 Proses pembuatan es batu Sumber : Gea, 2015 6 7 Selain menggunakan cara yang seperti di atas ada cara lain dalam membuat es batu yaitu menggunakan mesin pembuat es yang digunakan dalam industri : 1) Mesin pembuat es salju. Es yang dihasilkan putih, bersih dan lembut seperti salju. Digunakan untuk es campur, dipadukan dengan minuman dan bisa untuk pendingin ikan 2) Mesin untuk membuat es batu berbentuk pecahan kecil-kecil. Digunakan untuk mendinginkan ikan, campuran minuman dll 3) Es bola ini dibuat secara manual dengan mengisi air (yang sudah difilter/air mineral) ke dalam cetakan es bola dan dibekukan 4) Mesin untuk membuat es batu berbentuk tabung seperti kristal aplikasinya yaitu pabrik es batu dijual dalam kemasan kantong 5) Mesin untuk membuat es batu berbentuk kubus aplikasinya pabrik es batu yang dijual dalam kemasan kantong (Gea, 2015). 3. Air a. Pengertian Air Air merupakan kebutuhan pokok makhluk hidup karena dalam penggunaannya air dipakai sebagai air minum, untuk mandi atau mencuci, untuk pengairan pertanian, untuk kolam perikanan dan untuk sanitasi. Maka tidak berlebihan jika air disebut sebagai kebutuhan pokok mahluk hidup karena tanpa air, mahluk hidup tidak dapat bertahan hidup dan menjalankan segala aktivitasnya (Tilong, 2015). Air minum dalam tubuh sangat penting karena berfungsi untuk melarutkan zat-zat makanan, melancarkan pencernaan makanan dan mengatur suhu tubuh. Tubuh yang kekurangan air akan menjadi lemas juga mengalami gangguan dalam proses pencernaan. Namun perlu diketahui 8 bahwa tidak semua air minum bisa di konsumsi oleh manusia (Tilong, 2015). Berdasarkan peraturan pemerintah pasal 7 tentang penggolongan air menurut peruntukannya ditetapkan sebagai berikut: 1) Golongan A : Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu. 2) Golongan B : Air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk diolah menjadi air minum dan keperluan rumah tangga lainnya (Air PDAM dan air sumur). 3) Golongan C : Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan. 4) Golongan D : Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan dapat dimanfaatkan untuk usaha di perkotaan, industri dan listrik tenaga air (Tilong, 2015). PDAM merupakan perusahaan milik daerah yang bergerak dibidang pengolahan dan pendistribusian air bersih. Pemprosesan air PDAM yaitu air dari badan air (sungai) ditampung pada intake, selajutnya penambahan bahan kimia (kaporit dan tawas), koagulasi, pengendapan dan penyaringan di kontrol di menara air, lalu dibagian clarifier air dibersihkan dari kotoran-kotoran dengan cara diendapkan dan kotoran tersebut di buang melalui pipa saluran pembuangan, setelah itu dilakukan pengadukan cepat untuk mencampurkan koagulan dengan air baku sehingga terjadi proses koagulasi, selanjutnya proses pengadukan lambat pada pulsator supaya flok-flok yang lebih besar akan lebih mudah untuk diendapkan dan disaring, selanjutnya di filtrasi yang berfungsi sebagai penyaringan butir-butir yang tidak ikut terendapkan juga berfungsi sebagai penyaring mikroorganisme atau bakteri yang ikut larut dalam air, selanjutnya disimpan atau di 9 tampung pada reservoir sebelum di distribusikan. Air sumur adalah sumber air yang digali dan akan menghasilkan air yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari (Tilong, 2015). Menurut Permenkes tahun 2010 Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air yang termasuk kategori ini adalah air bersih, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan seharihari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. b. Standar Air Minum Ada beberapa persyaratan yang perlu diketahui mengenai kualitas air baik secara fisika, kimia, radio aktif dan mikrobiologi. Sebagai syarat fisik air yang layak minum harus bersih, tidak keruh, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau dan tidak meninggalkan endapan. Secara kimiawi air yang layak minum adalah air yang tidak mengandung bahan kimia beracun, cukup yodium dan pH air antara 6,5-8,5. Sedangkan secara mikrobiologi air yang layak minum adalah air yang tidak mengandung bakteri penyebab penyakit (Tilong, 2015). Adanya bakteri koliform dalam makanan atau minuman menunjukkan kemungkinan adanya mikroorganisme yang bersifat enteropatogenik atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan (Irianto, 2013). Menurut Stadar Nasional Indonesia (SNI) No.7388 Tahun 2009 Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Es batu, es lilin, es berperisa nilai indeks MPN Koliform yaitu <3/100 mL. 4. Penyebaran Penyakit Melalui Air Penyebaran penyakit asal air dapat terjadi karena meminum air yang tercemar, bukan dari airnya melainkan berasal 10 dari feses manusia atau hewan yang mencemari air tersebut (Pelczar, 2012). Jalur masuk mikroorganisme ke tubuh manusia yaitu melalui saluran pencernaan. Dari bahan makanan atau minuman dan melalui jari tangan yang terkontaminasi mikroorganisme patogen. Kebanyakan mikroorganisme tersebut akan dihancurkan oleh asam klorida (HCl) dan enzim lipase di dalam usus halus. Mikroorganisme yang bertahan dapat menimbulkan penyakitseperti diare, disentri dan tifus. Bakteri penyebab infeksi tersebut selanjutnya dikeluarkan melalui feses dan dapat di pindahkan ke inang lainnya melalui air, makanan atau jari-jari tangan yang terkontaminasi (Irianto, 2013). Air atau makanan yang terkontaminasi oleh feses manusia baik secara langsung maupun tidak langsung merupakan rute terjadinya penyakit. Bakteri Basilus tifoid dapat bertahan selama berminggu-minggu di dalam air, debu, es dan bahkan limbah yang sudah dikeringkan (Pelczar, 2012). Feses Manusia Air Konsumsi oleh manusia (dapat menjadi sakit) Gambar 2.2 Siklus terjadinya Water Born Diseasse Sumber : Pelczar, 2012 Analisis air minum bertujuan untuk membuktikan adanya Escherchia coli yang merupakan bakteri flora normal dalam usus yang ikut di keluarkan bersama dengan feses. Bukti keberadaan Escherchia coli dalam sampel air menunjukan adanya cemaran bakteri yang bisa menyebabkan penyakit. Bakteri yang sering 11 mengkontaminasi air adalah bakteri enterik penyebab infeksi saluran pencernaan yaitu kelas Enterobacteriaceae (Irianto, 2013). 5. Bakteri Koliform Koliform yaitu kelompok bakteri yang dapat digunakan sebagai indikator adanya kumpulan kotoran dan kondisi sanitasi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu dan produk-produk hasil olahan susu. Adanya bakteri koliform dalam makanan atau minuman menunjukkan kemungkinan adanya mikroorganisme yang bersifat enteropatogenik atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan (Irianto, 2013). Bakteri koliform dibedakan menjadi dua grup yaitu: 1) Koliform Fekal, misalnya Escherchia coli merupakan bakteri yang berasal dari kotoran manusia maupun hewan. 2) Koliform Non Fekal, misalnya Enterobacter aerogenes merupakan bakteri yang biasa ditemukan pada hewan atau tanaman-tanaman yang telah mati (Irianto, 2013). Koliform disebut juga Enterobacteriaceae yang merupakan bakteri batang gram negatif enterik dan heterogen. Habitat alaminya disaluran cerna manusia dan hewan. Familinya memiliki banyak genus seperti Eschercia, Shigela, Salmonella, Enterobacter, Proteus dan lain-lain. Beberapa bakteri seperti Eschercia coli dapat menyebabkan penyakit, Salmonella dan Shigela juga bersifat patogen yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia (Jawetz, 2007). a. Karakteristik Escherichia coli Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif yang berbentuk basil, ada yang individu (monobasil), saling berpasangan (diplobasil) atau membentuk rantai pendek (streptobasil), tidak membentuk spora maupun kapsul, berdiameter ± 1,1–1,5 x 2,0–6,0 µm, dapat bertahan hidup di 12 medium sederhana dan memfermentasi laktosa, menghasilkan asam dan gas (Jawetz dkk, 2008). Beberapa strain Escherichia coli dapat bertahan hidup dalam es selama 6 bulan. Bakteri Escherichia coli dapat tumbuh baik pada suhu antara 8oC-46oC, dengan suhu optimum dibawah temperatur 37oC. Bakteri ini berada dibawah temperatur minimum atau sedikit diatas temperatur maksimum tidak segera mati, melainkan berada dalam keadaan dormancy, disamping itu Escherichia coli dapat tumbuh pada pH optimum berkisar 7,2-7,6 (Misnadiarly, 2014). Pergerakan bakteri ini motil dan flagel peritrik. Ada yang bersifat aerob dan anaerob fakultatif. Escherichia coli merupakan flora normal usus dan seringkali menyebabkan infeksi diare (Jawetz dkk, 2008). Escherichia coli yang menyebabkan diare akut dapat dikelompokan diantaranya: 1) Escherichia coli Enteropatogenic (EPEC) merupakan penyebab diare pada bayi terutama di negara berkembang. EPEC menempel pada sel mukosa usus halus. Akibat infeksi EPEC adalah diare encer, yang biasanya sembuh dengan sendirinya tetapi dapat menjadi kronik (Jawetz dkk, 2008). 2) Escherichia coli Enterotoksigenic (ETEC) adalah penyebab umum diare wisatawan, ETEC menempel di sel epitel mukosa mengeluarkan toksin LT (Labil Toksin) dan ST (Stabil Toksin) menyebabkan Secretory Diarrhea. Sebelum sel kuman mengeluarkan toksin sel kuman harus melekat dulu pada sel epitel mukosa. Beberapa strain ETEC dapat bertahan hidup disuhu ekstrim yang dapat 13 menyebabkan diare pada orang dewasa dan anak-anak (Jawetz dkk, 2008). 3) Escherichia coli Enterohemoragik (EHEC) yaitu menghasilkan verotoksin oleh jenis O157:H7. Verotoksin memiliki banyak sifat yang serupa dengan toksin Shigella yang melepaskan lipopolisakarida, endotoksin ini kemungkinan yang berperan menimbulkan iritasi pada dinding usus, menyebabkan diare yang berat (Jawetz dkk, 2008). 4) Escherichia coli Enteroagregatif (EAEC) ditularkan menlalui makanan dan menyebabkan diare akut atau kronik dan menghasilkan toksin mirip ST (Jawetz dkk, 2008). b. Karakteristik Shigella sp. Shigella sp adalah bakteri gram negatif batang berbentuk kokobasil ditemukan pada biakan. Bakteri ini bersifat fakultatif anaerob tetapi tumbuh paling baik secara aerob. Shigella sp menghasilkan toksin yang melepaskan lipopolisakarida, endotoksin ini kemungkinan yang berperan menimbulkan iritasi pada dinding usus dan menyebabkan penyakit disentri basiler (Jawetz dkk, 2008). c. Karakteristik Salmonella sp. Salmonella sp merupakan bakteri batang gram negatif, motil yang secara khas dapat memfermentasi laktosa. Sebagian besar besar Salmonella menghasilkan H2S. Organisme ini umum bersifat patogen untuk manusia dan menyebabkan penyakit tifus (Jawetz dkk, 2008). Ada beberapa bakteri tidak mati pada suhu 0o C atau lebih rendah, bakteri patogen seperti Salmonella yang dapat bertahan hidup lama pada suhu -9 sampai -17oC (Irianto, 2013). 14 d. Karakteristik Enterobacter sp. Enterobacter aerogenes termasuk dalam kelas Enterobacteriaceae yang merupakan bakteri anaerob fakultatif yang mampu menghasilkan H2S. Bakteri ini memiliki bentuk batang dengan lebar 0,6-1,0 µm dan panjang 1,2-3,0 µm, gram negatif, motildan optimal tumbuh pada suhu 37oC. Organisme ini mempunyai kapsul yang kecil, dapat ditemukan hidup bebas danmerupakan di air bakteri atau berada patogen di saluran oportunistik cerna yang menyebabkan infeksi saluran kemih (Jawetz dkk, 2008). e. Karakteristik Proteus sp. Proteus sp berbentuk batang, motil dengan flagella peritrik, merupakan bakteri gram negatif dan tumbuh aerob. Proteus sp terdapat di alam bebas seperti tanah, air, sampah dan feses. Dapat menimbulkan infeksi bila bakteri keluar dari saluran cerna dapat menginfeksi saluran kemih (Jawetz dkk, 2008). 6. Metode MPN Metode MPN (Most Probable Number) merupakan cara untuk mengetahui jumlah koliform dengan cara fermentasi tabung ganda. Metode ini lebih baik dan lebih sensitif dan dapat mendeteksi koliform dalam jumlah yang sangat rendah dalam sampel. Prinsip metode MPN digunakan medium cair di dalam tabung reaksi, perhitungannya dilalukan berdasarkan jumlah tabung yang positif yang ditumbuhi mikroba setelah diinkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan mengamati timbulnya kekeruhan atau terbentuknya gas di dalam tabung durham (Irianto, 2013). Ada tiga uji untuk mendeteksi bakteri koliform di dalam air yaitu uji penduga, uji penegas dan uji lengkap. Uji ini merupakan uji untuk mendeteksi adanya bakteri koliform (indikator 15 kontaminaasi feses) yang merupakan bakteri batang gram negatif, bukan pembentuk spora yang memfermntasi laktosa sehingga membentuk asam dan gas yang dapat dideteksi setelah periode inkubasi 24 jam pada suhu 37oC (Cappuccino, 2013). a. Prinsip Uji Penduga Prinsip uji penduga merupakan uji spesifik untuk mendeteksi koliform. Faktor kuantitas terukur dari air yang akan diuji ditambahkan ke dalam kaldu fermentasi laktosa yang di dalamnya diberi sebuah tabung durham terbalik. Karena bakteri ini mampu menggunakan laktosa sebagai sumber karbon (organisme enterik yang lain tidak mampu), deteksi bakteri koliform dipermudah dengan penggunaan media ini. Menggunakan kaldu fermentasi laktosa yang diberi satu tabung durham terbalik untuk mengumpulkan gas (Cappuccino, 2013). Lactose broth digunakan sebagai media untuk mendeteksi kehadiran koliform dalam air, makanan dan produk susu, sebagai kaldu pemerkaya (pre-enrichment broth). Laktosa menyediakan sumber karbohidrat yang dapat difermentasi untuk organisme koliform. Pertumbuhan dengan pembentukan gas adalah uji penduga untuk koliform (Irianto, 2013). Analisis air dalam uji penduga digunakan Lactose Broth, sedangkan untuk contoh lainnya yang mengandung bakteri asam laktat misalnya susu digunakan Brilliant Green Lactose Bile Broth (BGLBB). Bakteri asam laktat dapat menfermentasi laktosa dan membentuk gas, hingga dapat mengakibatkan pembacaan uji positif yang salah. BGLBB merupakan medium selektif yang mengandung garam bile sehingga dapat menghambat bakteri gram negatif termasuk koliform (Irianto, 2013). 16 Inkubasi dilalukan selama 24 jam pada suhu 37oC, tabung dinyatakan positif jika terbentuk gas. Tabung yang tidak menunjukan adanya gas di perpanjang lagi inkubasinya selama 48 jam. Jika tetap tidak terbentuk gas maka dihitung sebagai tabung negatif. Jumlah tabung positif pada masingmasing seri dapat dihitung pada tabel MPN (Irianto, 2013). Gambar 2.3 Lactose broth positif koliform (kiri) dan Lactose broth negatif koliform (kanan) Sumber : Bioclycopedia, 2012 b. Prinsip Uji Penegas Prinsip uji penegas koliform yaitu hasil uji penduga positif atau meragukan secara langsung menyatakan bahwa sampel air yang diuji tidak layak diminum. Penegasan hasil uji ini diperlukan karena hasil duga positif mungkin saja dihasilkan oleh organisme bukan koliform yang bukan indikator populasi feses (Cappuccino, 2013). Terbentuknya gas di dalam Lactose Broth tidak selalu menunjukan jumlah bakteri koli karena mikroba lainnya misalnya bakteri asam laktat. Maka perlu dilakukan uji penegas pada agar EMB. Dengan menggunakan jarum ose, sampel dari tabung MPN yang menunjukan uji penduga positif (terbentuk gas) masing-masing diinokulasikan pada agar cawan EMB dengan cara goresan kuadran (Irianto, 2013). 17 Media EMB (Eosin Methilen Blue) adalah medium selektif dan diferensial digunakan untuk mengisolasi koliform fekal. Bakteri koliform lainnya, seperti Enterobacter aerogenes menghasilkan koloni-koloni yang tebal, berlendir dan berwarna merah muda pada media ini (Cappuccino, 2013). EMB mengandung pewarna metilen biru yang menghabat pertumbuhan organisme-orgaisme gram positif. Pada lingkungan asam, EMB membentuk komplek yang mengendap diatas permukaan koloni-koloni bakteri koliform sehingga menghailkan kemilau hijau metalik dan gelap dibagian tengah. Reaksi ini khas untuk Escherichia coli (Cappuccino, 2013). Gambar 2.4 Koloni Escherichia coli pada media EMB Sumber : Microbiology – Bacteriology, 2014 c. Prinsip Uji Pelengkap Merupakan analisis uji tahap akhir untuk sampel air. Uji ini digunakan untuk untuk memeriksa koloni koliform yang tampak pada lempeng agar EMB. Suatu koloni terpisah diambil dari lempeng uji penegasan dan diinokulasikan ke dalam tabung berisi kaldu laktosa dan digoresan pada suatu nutrien agar miring untuk dilakukan pewarnaan gram. Setelah inokulasi dan inkubasi, tabung-tabung yang menunjukan adanya asam dan gas dalam kaldu laktosa dan adanya 18 basilus gram negatif pada pemeriksaan mikroskopik menegaskan dengan lebih jelas adanya pertumbuhan bakteri koliform (Cappuccino, 2013). Agar nutrien adalah medium umum untuk uji air. Agar nutrien juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof. Media ini merupakan media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton dan agar. Agar nutrien merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air, produk pangan, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni (Cappuccino, 2013). Pewarnaan gram adalah pewarnaan diferensial yang paling penting digunakan pada bakteriologi. Pewarnaan gram menggunakan empat pereaksi yang berbeda yaitu: 1) Pewarna primer yaitu kristal violet atau pewarna violet (ungu) 2) Peluntur yaitu iodin gram 3) Senyawa pemucat yaitu alkohol 95% 4) Pewarna tandingan yaiu safranin (Cappuccino, 2013). Gambar 2.5 Escherichia coli pada pewaraan gram perbesaran 500x Sumber : Bachri, 2015 dalam Prescott, 2002 19 B. Kerangka Konsep Es Batu Uji Kualitas Air Kimia Fisika Mikrobiologi Radioaktif SNI Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Pangan Koliform Sesuai dengan SNI terdapat Bakteri Koliform pada Es Batu <3/100 mL Angka Kuman Tidak sesuai dengan SNI terdapat Bakteri Koliform pada Es Batu >3/100 mL Gambar 2.6 Kerangka Konsep Penelitian Keterangan : : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti DAFTAR PUSTAKA Al-Qur’an Cordoba. Q.S Al Maidaah ayat 88. (2012) Bandung : PT. Cordoba Internasioal Indonesia. Arief. (2011) Mengenal Alun-Alun Ciamis. Tersedia dalam https://tatargaluhbyarief.wordpress.com/tag/alun-alun-ciamis/ [diakses 18 November 2015]. Badan Standar Nasional. (2009) Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Pangan SNI Nomor 7388 Tahun 2009: Jakarta. SNI Bachri, Hani Ekatayu. (2015) Deteksi Koliform pada Jajanan Pasar Cincau Hitam di Pasar Tradisional di dalam Prescott dan Harley (2002). Laboratory Exericise in Microbiology. USA: TheMcGraw-Hill Company. Bioclycopedia. (2012) Tersedia dalam http://www.eplantscience.com/index/microbiology_methods/colour plates/colour_plates02.php [diakses 27 Desember 2015]. Cappuccino, James G. (2013) Manual Laboratorium EGC. Edisi 8. Jakarta: Dinas Kesehatan. (2015) Data Kasus Penyakit Diare, Disentri dan Tifus Di Kabupaten Ciamis tahun 2015. Ciamis: Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis. Dinas Kesehatan. (2012) Profil Kesehatan Jawa Barat tahun 2012. Bandung: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Firlieyanti, Antung Sima. (2006) Evaluasi Bakteri Indikator di Sepanjang Rantai Distrbusi Es Batu di Bogor. J.II. Pert. Indon. Vol. 11(2) : Fakulkas Teknologi Pertanian IPB. Gea. (2015) Gea ice Maker. Tersedia dalam http://www.senenindah.com/SiteAssets/icemaker/ICE%20MAKER S%20GEA.pdf [diakses 19 Desember 2015]. 34 35 Hadi, Basri, dkk. (2014) Uji Bakteriologis Es Batu Rumah Tangga yang digunakan Penjual Minuman di Pasar Lubuk Buaya Kota Padang. Padang : Jurnal Kesehatan Andalas: 3(2) Irianto, Koes. (2013) Mikrobiologi Medis Pencegahan-Pangan-Lingungan. Bandung : Alfabeta. Jawetz, dkk. (2008) Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : Kedokteran EGC. Kemenkes RI. (2013) Pusat Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Microbiology – Bacteriology. (2014) Escherichia coli pada media EMB [Internet]. Tersedia dalam http://www.cram.com/flashcards/microbiology-bacteriology-ii-kd4707296 [diakses 2 januari 2016]. Misnadiarly & Husjain Djajaningrat. (2014) Mikrobiologi untuk Klinik dan Laboratorium. Jakarta : PT Rineka Cipta. Pelczar, Michael J. (2012) Dasar-Dasar Mikrobiologi II. Jakarta : Universitas Indonesia (UI-Press). Permenkes. (2014) Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 43 tahun 2014 tentang higiene sanitasi depot air minum. Jakarta : Permenkes. Permenkes. (2010) Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/ Menkes/ Per/ IV/ 2010 tentang persyaratan kualitas air minum. Jakarta : Permenkes. Saparianto, Cahyo. & Diana Hidayati. (2006) Bahan Tambahan Pangan. Yogyakarta : Kanisius. Sopacua, Febriana Christine. (2013) Kandunagn Koliform dan Klorin Es Batu di Yogyakata. Yogyakarta : Jurnal Ilmiah Biologi. pp. 1-9. 36 Tilong, Adi D. (2015) Dahsyatnya Air Putih. Yogyakarta : FlashBooks. Winarti, S. (2006) Minuman Kesehatan. Surabaya : Trubus Agrisarana.