hasil uji kepekaan bakteri yang diisolasi dari sputum penderita

advertisement
Hasil Uji Kepekaan Bakteri Yang Diisolasi Dari Sputum Penderita
Infeksi Saluran Pernafasan Bawah Di Poliklinik BP– 4 Medan
R.S. Parhusip
Bagian Paru
Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Infeksi saluran pernafasa bawah masih merupakan masalah di bidang kesehatan
baik di negara berkembang maupun negara maju. Di Indonesia menurut hasil surve
kesehatan runah tangga tahun 1986 penyakit infeksi saluran pernafasan bawah,
perupakan salah satu daru sepuluh penyakit terbanyak penyebab kematian menduduki
peringkat pertama. (1)
Hadiarto (1990) menemukan 50% kuman Streptococcus Viridans, kemudian
Streptococcus Pneumoniae (14, 6% - 20%) yang diisolasi dari bahan sputum dan sikatan
bronkhus, sedangkan dari Garam Negatif didapatkan Kleibsiel Pneumoniae,
Pseudomonas dan E. Coli. (2)
Wibowo S. (1991) melaporkan bahwa dari hasil kultur aspirat Transtrakheal 40
penderita Bronkhietase terinfeksi di RS. Persahabatan didapatkan Streptococcus Viridans
Predominan dan diikuti oleh Bseudomonas Sp,Enterobacteriaceae dan dari kuman
anaerob Bacterioides Sp. Menonjol.(4)
Berkembangnya tekhnologi kedokteran dan banyaknya penelitian terutama di
bidang farmasi, akan memberikan hasil sensitif terhadap berbagai mikrooganisme dengan
efektifitas yang tinggi dan efek samping yang minimal, seperti golongan Quinolone.(5)
Sebaliknya semangkin banyaknya pemakaian antibiotika tanpa didukung hasil
pemeriksaan kultur mikroorganisme sentivity test, pemakaian antibiotika yang tidak
teratur, dan dosis obat yang kurang tepat akan memberikan derajat resentensi yang
semakin meningkat terhadap berbagai antibiotika. Dalam tulisan ini penulis ingin
melaporkan hasil kultur sputum bakteri dan sensitivitasnya terhadap berbagai antibiotik
dari 101 penderita infeksi saluran perbafasan bawha yang berobat di Poliklinik BP4
Medan. (9)
TUJUAN PENELITIAN.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola kepekaan bakteri dari hasil kultur
sputum penderita infeksi saluran pernafasan bawah terhadap bergai antibiotika, dalam
kurun waktu 6 bualan.
PETUNJUK PENELITIAN.
Penelitian ini merupakan penganalisaan data hasil kultur sputum dan sensitivity
test dari penderita infeksi saluran pernafasan bahwa, yang berobat-jalan di Poliklinik
PPOM BP4 Medan periode 1 September 1993 –28 February 1994, secara retrospektif.
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
1
BAHAN DAN CARA KERJA.
Penderitan yang dimasukkan dalam penelitian ini adalah penderitan infeksi
saluran pernafasan bahwa yang berobat pertama kali di Poliklinik PPOM BP4 Medan.
Diagnosa penderita dilakukan bedasarkan pemeriksaan klinis, fisik, radiologis dan
laboratorium sederhana serta faal paru. Seluruh penderita dirujuk ke sebuah laboratorium
klinik untuk dilakukan kultur sputum resistensi test. Data hasil kultur sputum adalah
jawaban rujukan dari laboratorium klinik tersebut. Diambil 8 (delapan) jenis antibiotik
yang dilakukan untuk resistensi test terhadap semua penderita tersebut untuk dianalisa.
HASIL
Sejak 1 September 1993 s/d 28 February 1994 didapatkan data hasil kultur
sputum 101 penderita. Seluruh penderita di diagnosa sebagai Bronchitis Kronis 62 (61,
3%) dan PPOM sebanyak 39 (38, 6), terdiri dari 46 (45, 5%) laki – laki dan 55 (54,9)
perempuan. Usia termuda 16 tahun dan tertua 70 tahun.
Hasil biakan kuman dapat dilihat pada diagram I.
Diagram I
Spektrum Bakteri Dari 101 Penderita Infeksi Saluran Nafas Bagian Bawah
Di Poliklinik PPOM BP4 Medan.
Pada 2 penderita dijumpai pertumbuhan bakteri 2 (dua) galur, keduanya adalah
Streptococcus viridans dan Staphylococcus aureus. Hasil uji kepekaan Bakteri infeksi
saluran nafas bagian bawah di Poliklinik PPOM BP4 Medan dapat dilihat pada
DIAGRAM II, III, IV.
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
2
Diagram II
Hasil Uji Kepekaan Bakteri Infeksi Saluran Nafas Bagian Bawah di Poliklinik PPOM BP4
Medan.
Diagram III
Hasil Uji Kepekaan Bakteri Gram Positip Infeksi Saluran Nafas Bagian Bawah di
Poliklinik PPOM BP4 Medan
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
3
Diagram IV
Hasil Uji Kepekaan Bakteri Gram Negatip Infeksi Saluran Nafas Bagian Bawah Di
Poliklinik PPOM BP Medan
Hasil uji kepekaan bakteri terhadap berbagai Antibiotik dapat dilihat pada DIAGRAM V,
VI, VII,VIII dan IX.
Diagram V
Hasil Uji Kepekaan Steptococcus Viridans Terhadap Antibiotik
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
4
DIAGRAM VI
Hasil uji kepekaan Enterobacter aerogens terhadap Antibiotik
Diagram VI
Hasil Uji Kepekaan Enterobacter aerogens Terhadap Antibiotik
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
5
Diagram VII
Hasil Uji Kepekaan Pseudomonas Aeruginosa Terhadap Antibiotik
Diagram VIII
Hasil Uji Kepekaan Klebsiella sp Terhadap Antibiotik
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
6
Diagram IX
Hasil Uji Kepekaan Staphilococcus aureus Terhadap Antibiotik
Diskusi
Dari hasil penelitian ini terlihat hasil biakan positip pada semua penderita. Pada
semua penderita.pada 2 (dua) penderita di jumapai pertumbuhan 2 (dua) galur bakteri
sedangkan yang lainnya hanya tumbuh 1 (satu) galur. Dari hasil biakan terlihat bahawa
bakteri Streptococcus viridans adalah yang terbanyak diikuti oleh Enterobacter aerogens,
Pseudomonas aeruginosa dan klebsiella sp.(DIAGRAM I ).
Bakteri Gram positip yang dijumpai sebanyak 54 galur, (54.4%) dan bakteri Gram
negatif 49 (47.6%). Dimana Streptococcus viridans adalah bakteri yang terbanyak dari
Gram positip sedangkan bakteri Gram negatip (Enterobacter aerogens, pseudomonas
aeruginosa, klebsiella sp) jumlahny berimbang.
Secara keseluruhan tampak bahwa ciprofloxacine adalah antibiotik yang tertinggi
sensitifitasnya terhadap semua bakteri diikuti oleh ofloxacine, Amoksilin dan
kloramphenikol (DIAGRAM II ), Untuk bakteri GRAM dikutip tampak Ciprofloxacine
dan ofloxancine mempunyai sensitifitas yang tertinggi diikuti oleh Amoksilin dan
kloramphenikol (DIAGRAM III). Demikian juga untuk bakteri Gram negatip,
ciprofloxacine mempunyai sensitifitas yang tertinggi di ikuti oleh ofloxacine, Amoksilin
dan kloramphenikol (DIAGRAM IV).
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
7
Untuk bakteri Streptococcus viridans terlihat bahwa Ciprofloxacine dan ofloxancine
mempunyai sensitivitas yang tertinggi (DIAGRAM V). akan tetapi untuk bakteri
Enterobacter aerogans, Amoksilin mempunyai sensitifitas yang tertinggi (100%)
(DIAGRAM VI).
Untuk bakteri pseudomonas aenuginosa, Ciprofloxacine dan kloramphenikol
mempunyai sentifitas yang tertinggi (93.8%) (DIAGRAM VII). Akan tetapi bakteri
kleibsiella sp. Ciprofloxacine mempunyai sentifitas yang tertinggi 85.7% (DIAGRAM
VIII).
Untuk bakteri Stapilococcus aure us, Amoksilin dan kloramphenikol mempunyai
sensitifitas yang tertinggi (84,6%), diikuti oleh Ciprofloxacine dan ofloxacine 76.9%
(DIAGRAM IX).
Bila kita anggap hasil sensitif dan intermediate dapat mengatasi bakteri infeksi
saluran nafas bagian bawah maka pilihan antibiotika yang terbaik adalah Ofloxacine
94,1%, Amoksilin 91,3%. Ciprofloxacilin 91,2%.kloramhenikal 87,1% Amikasine
75,7%, Ticarcillin 69,9%, Tetrasiklin 67,9% dan Cephalexin 46.5%.
KESIMPULAN
Telah dikemukakan hasil penelitian kepekaan bakteri yang di isolasi dari
penderita infeksi saluran nafas bagian bawah di poliklinik PPOM BP4 Medan selama
periode 6 bulan.
Bakteri yang tersering di jumpai adalah Streptococcus viridans dan bakteri Gram
negatip adalah Enterobacter Aerogens.Antibiotik yang paling tinggi sensitifitasnya tanpa
melihat Gram positip atau Gram negatip adalah Ciprofloxacine di ikuti oleh Ofloxacine ,
Amoksilin dan kloramphenikol.
Untuk bakteri Gram positip, Ciprofloxacine dan Ofloxacine mempunyai sentifitas
yang tertinggi (88,9%), sedangkan untuk Gram negatip Ciprofloxacine mempunyai
sentifitas yang tertinggi (89.7%).
KEPUSTAKAAN
1. Budiarso Lr, Bakri Z. Soesanto SS ,dkk. Survei kesehatan rumah tangga 1986.
jakarta: Badan penelitian dan pengembangan kesehatan. Pusat penelitian Ekologi
kesehatan. Pusat penelitian Ekologi kesehatan Depkes RI 1986: 3-79.
2. Adiarto Mangunnegoro pengelolaan ISNA bagian bawah, kumpulan Naskah Temu
Ilmiah penelitian dan penukaran Antibiotika dalam klinik Jakarta 1990.
3. Naskah lengkap, Simposium infeksi paru dan Simposium penatalaksanaan kegawatan
paru. Konfrensi kerja VI perhimpunan Dokter paru Indonesia, Ujung pandang 3-4 Juli
hal 1-15.
4. Wibowo Surya Tenggara dkk. Uji klinik pengobatan Bronchiectse Majalah
kedokteran Edisi Khusus 1991, vol. XXII/7-14.
5. The Treatment of Acute Excerbation of chronic Bronchitis: An Update on a
comperative Study of Ciprofloxacin and Amoxicillin in Ciprofloxacin in
pulmonology III p 15-19
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
8
Download