BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pencatatan atas Biaya Bunga yang dilaporkan dalam laporan Keuangan Berikut ini adalah komponen-komponen laba rugi yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan 1771 : Tabel 1 Laporan Laba Rugi Fiskal 2003 Uraian Jumlah Peredaran usaha 527.200.213.628 Harga Pokok Penjualan (269.832.142.394) Laba Kotor 257.368.071.234 Penghasilan dari Luar Usaha 5.468.391.774 Jumlah Penghasilan Bruto 262.836.463.008 Pengurang Penghasilan Bruto 355.281.944.206 Penghasilan (Rugi) netto (92.445.481.198) Kompensasi kerugian 0,- Penghasilan Kena Pajak (92.445.481.198) Pajak Terhutang Nihil Kredit pajak 0,- PPh (lebih) bayar 0,- Sumber : BNR 52 53 Berdasarkan laporan laba rugi fiskal tahun 2003 diatas, perincian dari pengurang penghasilan bruto sejumlah Rp. 355.281.944.206 adalah sebagai berikut : 1. Biaya Operasioanl Rp. 213.521.096.840 2. Biaya Umum dan Administrasi Rp. 64.862.275.128 3. Biaya lain-lain Rp. 76.898.572.238 Total Rp. 351.281.944.206 Biaya yang dicatat dalam akun biaya lain-lain salah satunya ialah akun biaya bunga pinjaman afiliasi (Intercompany Interest Expense) sebesar Rp. 63.099.398.313. Biaya bunga ini merupakan biaya bunga pinjaman yang berasal dari Pemegang Saham (International Development Service “IDS’). Dana tersebut dibutuhkan untuk menjalankan kegiatan operasioanl serta expansi usaha untuk masa depan. Berdasarkan informasi yang diperoleh penulis, biaya bunga ini dicatat dengan metode basis akrual. Pencatatannya dapat penulis ilustrasikan sebagai berikut : Biaya bunga Rp. 63.099.398.313 Utang PPh Pasal 26 Rp. 6.309.939.831 Utang kepada Pemegang Saham Rp. 56.789.458.482 Penjelasan dari ilustrasi jurnal diatas adalah sebagai berikut : 1. Biaya bunga didasarkan pada besarnya total pinjaman pada saat biaya tersebut akan dibebankan; 54 2. PPh Pasal 26 yang terutang atas bunga dipotong dengan tarif 10% serta disetor ke kas negara setiap tanggal 10 bulan berikutnya. Tarif 10% sesuai dengan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) antara Indonesia dengan USA; 3. Beban bunga yang terutang setiap bulannya akan dikonversi menjadi utang kepada pemegang saham. Tabel 2 Rincian Intercompany Interest Expense No. Bulan Interest Expense (IDR) 1 Januari 5.389.032.274 2 Februari 4.867.513.021 3 Maret 5.389.032.274 4 April 4.693.853.096 5 Mei 5.810.405.505 6 Juni 5.801.649.985 7 Juli 5.631.290.891 8 Agustus 5.631.290.891 9 September 5.449.636.347 10 Oktober 4.864.201.249 11 Nopember 4.707.291.531 12 Desember 4.864.201.249 Total Sumber : BNR 63.099.398.313 55 B. Pemeriksaan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) PMA Enam Pada tanggal 28 Januari 2005, Pemberitahuan Tahunan (SPT) 1771 Badan Perusahaan melaporkan Surat untuk tahun pajak 2003 dengan posisi rugi fiskal sebesar Rp. 92.445.481.199. Dalam SPT 1771 tersebut disajikan bahwa terdapat biaya pengurang penghasilan bruto sebesar Rp 355.281.944.206. KPP PMA Enam telah melakukan pemeriksaan sederhana lapangan dengan nomor surat : Pemb-26/WPJ.07/KP.0905/2004 tanggal 9 Desember 2004. Tujuan pemeriksaan adalah untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan perusahaan. Selama proses pemeriksaan, perusahaan didampingi/dibantu oleh Konsultan Pajak dari Jaja Zakaria dan Rekan Registered Tax Consultand and Tax Litigation Office. Setelah melalui rangkaian pemeriksaan, terdapat pos-pos yang dikoreksi oleh pemeriksa salah satunya PPh Badan. Pemeriksa melakukan koreksi di PPh Badan adalah koreksi terhadap penghasilan dari luar usaha dan pengurang penghasilan bruto. Koreksi Pemeriksa atas pengurang penghasilan bruto sebesar Rp. 18.589.594.598 yaitu koreksi atas : Biaya operasional Rp. 660.926.668 Biaya lain-lain Rp. 17.928.667.930 Rp. 18.589.594.598 Koreksi atas biaya operasional merupakan koreksi atas biaya penyusutan aktiva, karena BNR salah menghitung besarnya penyusutan aktiva sesuai Pasal 11 UU PPh. Sedangkan koreksi atas biaya lain-lain adalah koreksi atas : 56 1. Biaya lain-lain sebesar Rp. 816.111.108 Yaitu koreksi atas biaya PPN & Sanksi tahun 2001, PPh, dan biaya-biaya yang seharusnya dikapitalisasi didalam nilai perolehan tanah. 2. Intercompany Interest Expense Rp. 17.112.556.822 Yaitu koreksi atas biaya bunga pinjaman kepada perusahaan afiliasi. Dasar dilakukan koreksi karena adanya piutang kepada perusahaan afiliasi lainnya. Koreksi biaya bunga sebesar Rp. 17.112.556.822,00 merupakan persentase perhitungan ulang yang dilakukan oleh Tim Pemeriksa. Berdasarkan data yang penulis peroleh perhitungan koreksi tersebut adalah sebagai berikut : Rata-rata Piutang kepada Afiliasi Rata-rata Pinjaman Pemegang Saham Rp Rp 154,849,808,077 570,909,625,859 X 100% = 27.12% Koreksi biaya bunga : 27,12% X biaya bunga (Rp 63.099.398.313) = Rp. 17.112.367.430 Biaya bunga yang diperkenankan : Rp 63.099.398.313 – Rp 17.112.556.822 = Rp 45.987.030.883 Berdasarkan surat tanggapan atas Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan, perusahaan tidak menyetujui koreksi tersebut dikarenakan perhitungan ratarata piutang kepada afiliasi dibandingkan dengan rata-rata pinjaman pemegang saham merupakan dasar perhitungan yang kurang tepat. Perhitungan kembali biaya yang dapat dibebankan dengan cara demkian hanya dapat dilakukan apabila pada masa tahun pajak yang sama, perusahaan memiliki pula pendapatan bunga yang mempunyai substansi sama dengan biaya bunga tersebut. Pembebanan biaya bunga dalam tahun 2003 oleh BNR memang 57 diperlukan karena adanya pinjaman kepada bank dan kepada perusahaan afiliasi yang diperuntukkan untuk kepentingan operasional dan itu telah sesuai dengan Pasal 6 UU Nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan yang telah dirubah menjadi UU Nomor 7 tahun 2000, yaitu bahwa biaya ini diperlukan perusahaan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan. Sampai dengan penandatanganan berita acara hasil pemeriksaan, Pemeriksa tetap mempertahankan koreksinya sehingga kondisi laporan keuangan fiskal BNR setelah diperiksa berubah dari rugi fiskal sebesar Rp.92.445.481.199 menjadi Rp.73.955.187.100. C. Pengajuan Keberatan terhadap Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) PPh Badan No. 0001/506/03/059/06 SOP pelayanan penyelesaian permohonan keberatan penetapan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak adalah sebagai berikut : Gambar 1 Flowchart pelayanan permohonan keberatan Sumber : DJP 58 1. Berkas Permohonan Keberatan BNR diterima oleh Petugas Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) di KPP PMA Enam pada tanggal 6 April 2006; 2. Setelah surat beserta lampirannya dinyatakan lengkap oleh petugas TPT, petugas TPT membuat tanda terima yaitu berupa Bukti Penerimaan Surat (BPS) untuk BNR. BPS merupakan tanda terima resmi yang lazim dikeluarkan oleh KPP PMA Enam apabila BNR ingin menyampaikan surat atau laporan-laporan pajak; 3. Pelaksana Seksi Pelayanan merekam berkas permohonan dan memberikan berkas permohonan itu kepada Account Representatif (AR). AR meniliti apakah berkas permohonan keberatan telah memenuhi syarat formal dan substantif. Apabila terpenuhi, Pelaksana Seksi Pelayanan membuat surat pengantar dan mengirim berkas permohonan keberatan BNR kepada Kantor Wilayah (Kanwil). Dan apabila tidak terpenuhi, AR akan membuat konsep surat pemberitahuan bahwa permohonan keberatan tidak dapat diproses. Surat tersebut akan dikoreksi oleh Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi; 4. Setelah dikoreksi oleh Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi, Kepala Kantor KPP PMA Enam akan meneliti dan menandatanganinya; 5. Surat pemberitahuan permohonan tidak dapat diproses dan disampaikan kepada BNR. Sebagai tindak lanjut perusahaan di dalam menyelesaikan sengketa pajak, sesuai dengan Pasal 25 UU KUP No. 16 Tahun 2000 perusahaan mengajukan permohonan keberatan. Keberatan diajukan karena perusahaan tidak setuju dengan sebagian koreksi yang dilakukan oleh tim Pemeriksa yaitu terhadap biaya 59 intercompany interest expens. Perusahaan mengajukan Keberatan pada tanggal 6 April 2006 dengan nomor surat 004/BNR/PJK/KPP/IV/06. Surat permohonan Keberatan diterima oleh KPP PMA Enam pada tanggal 6 April 2006. Untuk keperluan penyelesaian keberatan, perusahaan meminjamkan buku, catatan, dan informasi dalam bentuk hardcopy dan/atau softcopy yang diperlukan kepada Tim Peneliti Keberatan. BNR masih menunjuk Kantor Konsultan Pajak Jaja Zakaria & Rekan Registered Tax Consultand and Tax Litigation Office. Yang menjadi pokok koreksi pemeriksa/fiskus adalah sebagai berikut: Tabel 3 Keterangan Menurut SPT Menurut Pemeriksa Koreksi Peredaran usaha 527.200.213.628 527.200.213.628 0 Harga Pokok Penjualan 269.832.142.394 269.832.142.394 0 Penghasilan Bruto Usaha 257.368.071.234 257.368.071.234 0 5.468.391.774 5.468.391.774 0 Jumlah Penghasilan Bruto 262.836.463.008 262.836.463.008 0 Pengurang Penghasilan Bruto 355.281.944.206 336.791.650.108 18.490.294.098 Penghasilan (Rugi) Neto (92.445.481.198) (73.955.187.100) 18.490.294.098 0 0 0 (92.445.481.198) (73.955.187.100) 18.490.294.098 Nihil Nihil Nihil Kredit pajak 0 0 0 PPh (lebih) bayar 0 0 0 Sanksi administrasi 0 0 0 Pajak masih harus dibayar 0 0 Nihil Penghsilan dari Luar Usaha Kompensasi kerugian Penghasilan Kena Pajak Pajak terhutang Sumber : BNR 60 Menurut daftar sanding di atas terdapat koreksi fiskal positif sejumlah Rp. 18.490.294.098, yang terdiri dari : 1) Biaya Penyusutan Rp. 660.926.668 2) Biaya Lain-lain Rp. 716.810.608 3) Intercompany Interest Expense Rp. 17.112.556.822 Total Rp. 18.490.294.098 Untuk biaya penyusutan dan biaya lain-lain sejumlah Rp.1.377.737.276 perusahaan setuju untuk dikoreksi. Sedangkan koreksi biaya bunga (Intercompany Interest Expense) sebesar Rp. 17.112.367.430 perusahaan tidak setuju dan mengajukan keberatan. Alasan perusahaan mengajukan keberatan adalah sebagai berikut : 1. Piutang kepada afiliasi sebesar 154.849.808.077 merupakan piutang dagang dan bukan merupakan piutang pinjaman uang, sehingga dapat dipastikan bahwa piutang tersebut bukan berasal dari hutang afiliasi/pemegang saham; 2. Perusahaan afiliasi merupakan perusahaan yang membantu pendistribusian bahan-bahan pokok restoran yang diperlukan oleh BNR ke seluruh outletnya di Indonesia. Berdasarkan penjelasan diatas, seharusnya biaya bunga sebesar 63.099.398.313 tidak dikoreksi dan tetap dibebankan sebagai biaya bunga, karena ini sesuai dengan ketentuan Pasal 6 Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang telah di perbaiki berkali-kali, terakhir dengan UndangUndang No 17 tahun 2000, bahwa biaya tersebut masih dalam rangka untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan. 61 Hasil Keputusan Keberatan dari Direktur Jenderal Pajak tetap mempertahankan koreksi yang dibuat oleh tim pemeriksa pajak dan menerbitkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor No. KEP-389/WPJ.07/BD.05/2007 tanggal 30 Maret 2007 tentang Keberatan atas SKPN PPh Badan Tahun 2003 dengan uraian sebagai berikut : Tabel 4 Penghasilan Neto Uraian (Rp) Semula Ditambah/ (dikurang) Menjadi (Rp) (73.955.187.100) Nihil (73.955.187.100) Penghasilan PPh Kredit Sanksi Jumlah YMHD Kena Pajak Terutang pajak Administrasi / (Lebih) bayar (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (73.955.187.100) Nihil (73.955.187.100) 0 Nihil 0 Nihil 0 0 Nihil 0 0 Nihil 0 Sumber : BNR D. Prosedur Pengajuan Banding atas Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-389/WPJ.07/BD.05/2007 Proses Banding dengan acara Biasa dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 2 Sumber : http://www.setpp.depkeu.go.id/pages/berita_gambar.asp 0 62 Penjelasan gambar 2 adalah sebagai berikut : 1. Pemohon banding (BNR) mengirimkan Surat Permohonan Banding (SPB) nomor: 002/BNR/PP/VI/07 pada tanggal 11 Juni 2007 kepada Sekretariat Pengadilan Pajak (Set PP) atas Keputusan Terbanding nomor: KEP389/WPJ.07/BD.05/2007 tanggal 30 Maret 2007 yang merupakan Keputusan atas permohonan keberatan Pemohon Banding atas SKPN PPh Badan Tahun Pajak 2003 nomor : 001/506//03/059/06 tanggal 9 Januari 2006 diterima Set PP (diantar) tanggal 22 Juni 2007 dengan nomor sengketa: 15-030040-2003, sehingga permohonan Pemohon Banding sudah memenuhi ketentuan formal sebagaimana dimaksud Pasal 27 UU No. 16 tahun 2000 tentang KUP; 2. Set PP mengirimkan SPB pemohon banding kepada Pejabat; 3. Pejabat Terbanding mengirimkan Surat Uraian Banding (SUB) kepada Set PP tertanggal 2 Oktober 2007; 4. Pemohon Banding menerima salinan SUB dari Set PP pada tanggal 2 Nopember 2007; 5. Pemohon banding mengirimkan Surat Bantahan (SBt) kepada Set PP tertanggal 22 Nopember 2007; 6. Set PP mengirimkan salinan SUB dari pemohon banding kepada Pejabat Terbanding; 7. Ketua Pengadilan menunjuk Majelis Hakim untuk menyidangkan perkara sengketa terkait dengan sususan sebagai berikut : 63 a. Drs. Adi Poernomo sebagai Hakim ketua, b. Drs. Sukma Alam, Ak Msc sebagai Hakim Anggota, c. Drs. Krosbin Siahaan, Msc sebagai Hakim Anggota, 8. Majelis Hakim mulai bersidang pada bulan Januari 2008; 9. Majelis Hakim memutus perkara pada hari Kamis, tanggal 22 Mei 2008; 10. Pemohon banding menerima salinan putusan dari Set PP pada tanggal 23 Maret 2009 sejak Putusan diucap; 11. Pemohon Banding dan Pejabat Terbanding melaksanakan putusan sejak menerima salinan putusan. D.1 Menurut Terbanding Berdasarkan Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (PHP), tim pemeriksa melakukan koreksi terhadap biaya bunga pinjaman sebesar Rp. 17.112.556.882 dengan dasar hukum SE-46/PJ.4/1995. Lebih lanjut, menurut pertimbangan risalah penyelesaian keberatan, terbanding menyampaikan : a. Berdasarkan neraca wajib pajak per 31 Desember 2003 dan 2002 terdapat pemisahan atas piutang dagang dan piutang kepada perusahaan afiliasi. Sehingga dapat disimpulkan piutang kepada afiliasi merupakan pinjaman uang dan bukan merupakan piutang dagang b. Jumlah biaya bunga afiliasi sebesar Rp.63.099.398.313 diluar kewajaran sehingga pemeriksa melakukan koreksi dengan membandingkan rata-rata piutang kepada afiliasi dan rata-rata pemegang saham 64 c. Wajib pajak tidak dapat memberikan bukti dokumen bahwa intercompany interest expense sebesar Rp. 17.112.367.430 merupakan piutang dagang. Dalam sidang tanggal 28 Mei 2008, terbanding juga menyampaikan bahwa karena alasan-alasan tersebut diatas, biaya bunga yang dikoreksi dianggap tidak terkait dengan kegiatan mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan sehingga tidak dapat dikurangkan dari penghasilan. D.2 Menurut pemohon banding Alasan dan penjelasan mengajukan banding oleh pemohon banding adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (PHP), tim pemeriksa melakukan koreksi terhadap biaya bunga pinjaman sebesar Rp 17.112.556.882 karena adanya piutang kepada perusahaan afiliasi lainnya. 2. Pada dasarnya, piutang yang dimaksud oleh tim pemeriksa merupakan piutang dari perusahaan afiliasi kami, yaitu PT. Bintang Rama Mandiri (PT BRM). Piutang tersebut terjadi karena adanya hubungan bisnis dimana PT BRM merupakan pemasok bahan – bahan baku untuk outlet-outlet McDonald’s yang dimiliki oleh PT BNR. 3. Pada dasarnya, tidak ada hubungan langsung antara hutang yang kami peroleh dari pemegang saham kami dengan transaksi piutang dagang yang kami lakukan dengan PT BRM. Dengan demikian tidak tepat apabila tim pemeriksa melakukan koreksi positip pada biaya bunga yang kami bayarkan kepada pemegang saham, dengan alasan pada saat yang bersamaan kami mempunyai piutang terhadap PT. BRM. 65 4. Menurut PT BNR, koreksi positip terhadap biaya bunga yang kami bayarkan kepada pemegang saham dapat dilakukan oleh tim pemeriksa, hanya apabila tim pemeriksa menganggap bahwa transaksi pinjaman yang kami lakukan dengan pemegang saham tidak mencerminkan harga pasar (walaupun menurut kami telah sesuai dengan harga pasar) atau pinjaman yang kami peroleh tersebut kami tempatkan sebagai deposito berjangka atau tabungan lainnya di bank (sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No. SE46/PJ.4/1995) 5. Pada dasarnya metoda yang digunakan oleh tim pemeriksa dalam melakukan koreksi positip atas biaya bunga pinjaman kepada pemegang saham sebesar Rp 17.112.367.430 adalah menggunakan pendekatan yang dilakukan dalam menghitung koreksi biaya bunga sesuai dengan SE-46/PJ.4/1995. Menurut pemohon banding, metoda perhitungan koreksi atas biaya bunga tersebut tidak tepat apabila diterapkan dalam transaksi kami, karena hanya dapat diterapkan hanya apabila pinjaman yang kami peroles kami tempatkan sebagai deposito berjangka atau tabungan di bank. Selama proses banding pemohon banding dibantu oleh Kantor Konsultan Pajak dari Deloitte Tax Solutions. Pendapat Majelis Menimbang : bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan Majelis terhadap data/dokumen dalam berkas banding, keterangan Kuasa Hukum dan wakil Terbanding (DJP) dalam persidangan dan pembuktian dalam persidangan, Majelis berkesimpulan untuk mengabulkan seluruhnya permohonan banding Pemohon 66 Banding (BNR) sehingga rugi fiscal Tahun Pajak 2003 yang seharusnya adalah sebagai berikut : Memperhatikan : Rugi Fiskal menurut Keputusan Terbanding Rp73.955.187.100 Koreksi yang tidak dapat dipertahankan Rp17.112.556.882 Rugi Fiskal yang seharusnya Rp91.067.743.982 Surat Permohonan Banding, Surat Uraian Banding, Surat Bantahan, hasil pemeriksaan dan pembuktian dalam persidangan serta kesimpulan tersebut diatas; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak 2. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007, 3. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000. MEMUTUSKAN Mengabulkan seluruhnya permohonan banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-389/WPJ.07/BD.05/2007 tanggal 30 Maret 2007 mengenai keberatan terhadap Surat Ketetapan Pajak Nihil 67 Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2003 nomor: 00001/506/03/059/06 tanggal 9 Januari 2006, atas nama : PT Bina Nusa Rama, NPWP : 01.071.314.7-059.000, alamat : Jl. Jend. Sudirman Kav. 54-55 Jakarta Selatan, sehingga penghitungan pajak menjadi sebagai berikut : Rugi Fiskal Rp91.067.743.982 Pajak Penghasilan yang terutang 0 Jumlah yang didapat dikreditkan 0 Pajak Penghasilan yang kurang/lebih bayar NIHIL; Demikian diputus di Jakarta pada hari Kamis, tanggal 22 Mei 2008 berdasarkan musyawarah Majelis II Pengadilan Pajak yang ditunjuk dengan Surat Penetapan Ketua Pengadilan Pajak Nomor : Pen-04251/PP/PM/I/2008 tanggal 16 Januari 2008 dengan sususan sebagai berikut : Drs. Soedarsono sebagai Hakim Ketua, R. Harry Antono, SH sebagai Hakim Anggota, Drs. L. Sibarani, MM sebagai Hakim Anggota, Dra. Najmiyulis, Ak MM sebagai Panitera Pengganti