Persiapan Bank Indonesia Dalam Menghadapi Masyarakat

advertisement
Persiapan Bank Indonesia Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan
kepada kita, rahmat, taufik dan hidayahNya, sehingga kegiatan “Kajian Mengenai Standar
Minimum Laporan Keuangan dan Business Plan untuk UMKM” dapat berjalan dengan baik.
Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Kerja Inisiatif Tahun 2009 ”Persiapan BI Dalam
Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 terkait dengan Tugas BI”.
Persiapan dalam menghadapi MEA 2015 diperlukan mengingat era liberalisasi di
kawasan ASEAN, termasuk liberalisasi pasar keuangan, memberikan peluang sekaligus
tantangan. Terkait dengan UMKM, belum setaranya kondisi ekonomi tiap negara ASEAN,
menuntut setiap negara ASEAN, termasuk Indonesia untuk meningkatkan kompetensi
UMKM. Dalam konteks MEA 2015, peningkatan kompetensi perlu dilakukan agar UMKM
Indonesia mampu atau setidaknya siap menghadapi era pasar keuangan bebas tersebut.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka Bank Indonesia melakukan Kajian Mengenai
Standar Minimum Laporan Keuangan dan Business Plan untuk UMKM. Kajian ini sejalan
dengan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) yang
telah diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK
IAI). Salah satu hasil kajian berupa template laporan keuangan dan business plan untuk
UMKM, dimana template tersebut telah diujicobakan pada UMKM di wilayah DKI Jakarta,
Jawa Timur dan Jawa Barat. Dari hasil kajian diharapkan dapat diimplementasikan dengan
program yang lebih konkrit dalam rangka membentuk perilaku pencatatan pada UMKM.
Selain template laporan keuangan dan business plan, dari kajian tersebut juga dihasilkan
program animasi laporan keuangan dan business plan untuk UMKM, yang diharapkan akan
membantu UMKM dalam mempelajari template yang telah ada.
Kami menyadari bahwa kajian ini dapat tersusun dengan baik atas bantuan dan kerja
sama dari semua pihak. Pada kesempatan ini tak lupa kami menyampaikan terima kasih dan
penghargaan kepada:
a. Tim Peneliti dari PT. CX Pro Indonesia, yang telah membantu dalam pelaksanaan uji
coba template laporan keuangan dan business plan, serta dalam pembuatan program
animasi.
b. Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonsia (DSAK IAI), Perbankan,
Departemen terkait serta instansi pembina UMKM yang telah memberikan masukan
terhadap pelaksanaan kajian.
c. Seluruh responden kajian yakni pengusaha UMKM, yang telah meluangkan waktu
untuk menjawab pertanyaan dan mencoba mengaplikasikan template laporan
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
i
keuangan dan business plan.
Semoga hasil kajian ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang berkecimpung
dalam upaya pengembangan UMKM dan khususnya untuk pelaku UMKM dalam rangka
meningkatkan kemampuan pelaporan keuangan.
ii
Jakarta, Desember 2009
DIREKTORAT KREDIT, BPR DAN UMKM
Ratna E. Amiaty
Direktur
Kajian Mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan Keuangan
dan Business Plan untuk UMKM di Indonesia
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………..............
i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………................ iii
DAFTAR GAMBAR….........................................………………....................................
v
DAFTAR TABEL …………………………………………………...................................... vi
BAB IPENDAHULUAN.
PENDAHULUAN
.......................................................................................... 1
1.1.Latar Belakang ……………………………………………………..
.Latar
...........
Belakang
1
…………………
1.2.Maksud dan Tujuan ……………………………..………………..
.Maksud
...........dan
5 Tujuan ……………
1.3.Manfaat Kajian ……………………………………………………..
............
Manfaat Kajian
5
…………………
1.4.Data dan Informasi ………………………………………………..
.............
Data dan Informasi
6
……………
1.5.Metodologi Kajian ………………………….……………………..
.............
Metodologi6Kajian ………………
1.6.Jadwal Penelitian …………………………………………………..
.Jadwal
...........
Penelitian
7
………………
..
BAB II.
LANDASAN TEORI DAN PEDOMAN LAPORAN KEUANGAN DAN BUSINESS
PLAN UNTUK USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM)
2.1.Laporan Keuangan untuk UMKM ……………………………...
.Laporan
..............
Keuangan
9
untuk UMKM
2.1.1. Konsep Laporan Keuangan ……………………………................. 9
2.1.2. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan ……………………...... 13
2.1.3. Prinsip Akuntansi dalam Laporan Keuangan ……………………... 14
2.1.4. Keterbatasan Laporan Keuangan ……………………………......... 14
2.1.5. Format Laporan Keuangan …………………………….................. 15
2.2.. Business Plan (Rencana Usaha) untuk UMKM …………………………… 27
2.2.1. Konsep Business Plan (Rencana Usaha) ……………………........... 27
2.2.2. Format Business Plan (Rencana Usaha) ……………………........... 29
2.3.Laporan Keuangan dan .
.
2.4.Implementasi Laporan Keuangan dan .
.
Business
Laporan Keuangan
Plan (Rencana
dan Usaha) Sebagai
Salah Satu Persyaratan Kredit Perbankan ………………………………... 29
Business
Implementasi
Plan (Rencana
Laporan Usaha)
Keuangan dan
oleh UMKM di Negara Anggota ASEAN ………………………………..... 31
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
iii
BAB IIIHASIL UJI COBA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN .
HASIL UJI COBA PENYUSUNAN LAPO
.
DAN BUSINESS PLAN (RENCANA USAHA) UMKM
3.1.. Template Laporan Keuangan UMKM ……………………........................ 33
3.2.. Template Business Plan UMKM ……………………………...................... 33
3.3.Hasil uji coba .
Template
Hasil uji coba
……………………..………………..................... 33
BAB IVANALISIS PENTAHAPAN DAN STRATEGI DALAM RANGKA IMPLEMENTASI .
ANALISIS PENTAH
PEDOMAN LAPORAN KEUANGAN DAN RENCANA USAHA UMKM
4.1.Analisis SWOT ……………………………………………………….
.Analisis
......... SWOT
41
…………………
4.2.Analisis Pentahapan dan Strategi Implementasi Laporan Keuangan .
Analisis Pentahapan dan St
UMKM………………………………………………….............................. 42
4.2.1. Pentahapan Pelaksanaan Pencatatan dan Pelaporan Keuangan ... 44
4.2.2. Format Program Pendukung ....................................................... 48
4.3.Analisis Pentahapan dan Strategi Implementasi .
.
Business
Analisis Pentahapan
Plan
dan Strategi Implementasi
(Rencana Usaha) Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ……........ 51
4.3.1. Implementasi Penyusunan Business Plan (Rencana Usaha) ........... 52
4.3.2. Format Program Pendukung ....................................................... 53
4.4.Dukungan Kelembagaan dalam Implementasi Penyusunan Laporan .
Dukungan Kelembagaan d
Keuangan dan Business Plan (Rencana Usaha) UMKM .......................... 54
BAB VKESIMPULAN DAN REKOMENDASI.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1Kesimpulan …………………………………………………….
.Kesimpulan
.................…………………………
55
5.1.1. Laporan Keuangan ..................................................................... 57
5.1.2. Business Plan (Rencana Usaha) .................................................... 57
5.1.3. Kondisi UMKM dan Pelaku Usaha ............................................... 58
5.2Rekomendasi …………………………...................................
..................
Rekomendasi59
………………………
.
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 65
Lampiran Template Laporan Keuangan untuk UMKM........................................... 67
Lampiran Template Rencana Usaha (Business Plan) untuk UMKM........................ 83
iv
Kajian Mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan Keuangan
dan Business Plan untuk UMKM di Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
3.1.Pencatatan Transaksi Keuangan Kripik Tempe “Mahkota Artandi”.
......................
Pencatatan Transaksi
37 Keuangan Kripik
3.2.Pencatatan Transaksi Keuangan ”Hotel AA Nuansa” ...……...
..............................
Pencatatan Transaksi 38
Keuangan ”Hotel AA
4.1.Proses Pengambilan Data ke Responden UMKM ..................
................................
Proses Pengambilan Data
43 ke Responden UM
4.2.Tahapan Implementasi Laporan Keuangan ..........................
.Tahapan
...............................
Implementasi 44
Laporan Keuangan ..
4.3.Materi Pelatihan .....................................................................
.............................
Materi Pelatihan ......................................
49
4.4.Program Pendampingan ........................................................
..............................
Program Pendampingan
51 ...........................
5.1.. Road Map Implementasi SAK ETAP ..................................................................... 63
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
v
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
1.1.Jadwal Penelitian ……………..……………………………………..
.Jadwal
......................
Penelitian
……………..…………
7
2.1.Format Daftar Data ………………………………………………....
........................
Format Daftar Data
21……………………
4.1.Matriks SWOT ………………………………………………………..
.Matriks
.....................
SWOT …………………………
41
5.1.Peran Lembaga Dalam Upaya Implementasi Laporan Keuangan .
Peran Lembaga Dalam Upaya Implemen
.
dan Rencana Usaha …………………………………............................................ 61
vi
Kajian Mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan Keuangan
dan Business Plan untuk UMKM di Indonesia
PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Ditinjau dari sudut jumlah pelaku usaha dan penyerapan tenaga kerja, Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (UMKM) dapat dipandang sebagai tulang punggung perekonomian
di negara-negara anggota ASEAN. Selain itu, UMKM yang kuat, dinamis dan efisien akan
mendorong pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
Bagi negara Indonesia, peran UMKM bahkan merupakan sokoguru utama
perekonomian. Dari segi jumlah unit usaha, untuk tahun 2007 dan 2008 pelaku usaha
dengan skala UMKM merupakan mayoritas dengan pangsa 99,99% dari keseluruhan pelaku
usaha di Indonesia. Dari segi penciptaan lapangan pekerjaan pun UMKM menunjukkan
dominasinya. Dari keseluruhan tenaga kerja yang bekerja di sektor usaha, tercatat masingmasing sebesar 96,95% pada tahun 2007 dan 97,04% pada tahun 2008 bekerja di
sektor UMKM. Dari gambaran tentang dominasi UMKM dalam jumlah entitas usaha dan
penyerapan tenaga kerja, secara lebih spesifik didominasi oleh entitas usaha mikro. Hal ini
dimungkinkan mengingat entitas usaha mikro mencakup baik sektor formal dan informal
dengan karakteristik barrier to entry and exit yang rendah. Entitas skala usaha mikro ini
juga yang berperan strategis sebagai jaring pengaman rakyat dalam menghadapi krisis dan
turbulensi ekonomi.
Gambaran yang menarik terlihat pada kontribusi UMKM dalam pembentukan PDB.
Pada pembentukan PDB (atas dasar harga berlaku) terlihat dominasi peran kontribusi UMKM,
yaitu sebesar 56,23% pada tahun 2007 dan 55,56% pada tahun 2008. Gambaran serupa
juga tampak bila dilihat pada penghitungan PDB dengan harga konstan 2000, dimana
kontribusi UMKM sebesar 58,40% pada tahun 2007 dan 58,33% pada tahun 2008. Namun
demikian, jika dilihat perbandingannya dengan jumlah entitas dan penyerapan tenaga kerja
pada usaha besar dikaitkan dengan kontribusi sektor usaha besar pada pembentukan PDB,
dapat dikatakan bahwa produktivitas entitas UMKM jauh lebih rendah dibandingkan entitas
usaha besar. Hal ini kemungkinan karena adanya ketidakseimbangan dalam hal pendidikan,
ketrampilan, teknologi, manajemen, akses pembiayaan dan akses pasar.
Lebih lanjut lagi, dari gambaran total ekspor non migas, entitas UMKM tidak
menunjukkan kontribusi yang signifikan, yaitu hanya 19,99% pada tahun 2007 dan 20,17%
pada tahun 2008. Kondisi ini dapat diartikan bahwa entitas UMKM memfokuskan diri pada
pasar domestik, namun dapat pula diartikan bahwa kemampuan mereka untuk menembus
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
1
pasar ekspor masih relatif rendah dan perlu ditingkatkan. Namun demikian, fokus pada
pasar domestikpun dapat memberi manfaat mengingat cukup besarnya pasar potensial
yang ada serta relatif lebih tahan terhadap gejolak ekonomi global.
Dominasi sektor UMKM pun tampak pada realisasi investasi yang dilakukan. Pangsa
investasi sektor UMKM berdasarkan harga berlaku pada tahun 2007 dan 2008 masingmasing sebesar 52,99% dan 52,89%. Gambaran yang tidak berbeda juga tampak bila
melihat pada realisasi investasi dengan harga konstan tahun 2000, masing-masing untuk
tahun 2007 dan 2008 adalah 51,23% dan 51,80%.
Dari uraian di atas, terlihat pentingnya peran sektor UMKM, baik sebagai pilar utama
pembentukan PDB, penyerapan tenaga kerja, investasi, maupun sebagai jaring pengaman
sosial dalam menghadapi berbagai krisis dan gejolak ekonomi. Dengan demikian, penguatan
kapasitas UMKM merupakan suatu keniscayaan. Keberadaan UMKM yang handal dan kuat
merupakan modal utama pembangunan ekonomi, serta menjadi bearing (bantalan) dalam
menghadapi gejolak ekonomi global. Peningkatan kapasitas UMKM mencakup peningkatan
dan perbaikan akses informasi, akses teknologi, akses pembiayaan dan akses pasar.
Khusus dalam kerangka ASEAN, maka UMKM di negara-negara ASEAN akan
menghadapi era baru liberalisasi, termasuk liberalisasi pasar keuangan, yang dicanangkan
sebagai salah satu tujuan dalam ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun 2015. Dengan MEA 2015 maka diharapkan ASEAN
akan memiliki 4 karakteristik utama yaitu sebagai:
1. Pasar tunggal dan kesatuan basis produksi;
2. Kawasan ekonomi yang berdaya saing;
3. Pertumbuhan ekonomi yang merata; dan
4. Meningkatnya kemampuan untuk berintegrasi dengan perekonomian global.
Menuju pasar tunggal dan kesatuan basis produksi, akan diberlakukan aliran bebas
barang, jasa, investasi, tenaga kerja trampil, dan modal. Di pasar keuangan, liberalisasi
sektor jasa keuangan dilakukan secara bertahap, yaitu pada tahun 2015 dan 2020. Pada
2015, Indonesia berkomitmen untuk melakukan liberalisasi di sub sektor asuransi dan
pasar modal. Pada tahun 2020, diharapkan liberalisasi seluruh sub sektor pada sektor jasa
keuangan dapat terlaksana.
Terbukanya pasar keuangan ASEAN tersebut memberikan peluang untuk semakin
terbukanya akses bagi UMKM kepada sumber-sumber keuangan, tidak saja di dalam negeri
tetapi juga pasar keuangan internasional. Di sisi lain, UMKM di negara ASEAN menghadapi
tantangan yang cukup berat, karena persaingan yang semakin ketat. Mengingat belum
setaranya kondisi ekonomi di masing – masing negara, maka diharapkan setiap negara,
2
Kajian Mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan Keuangan
dan Business Plan untuk UMKM di Indonesia
PENDAHULUAN
termasuk Indonesia dapat meningkatkan daya saingnya agar dapat mengambil manfaat
dari liberalisasi. Sebagai bagian terbesar dari pelaku ekonomi di Indonesia, kiranya
pengembangan UMKM juga perlu mendapatkan perhatian dalam menyongsong era
liberalisasi mendatang.
Pengembangan UMKM dalam kerangka AEC 2015 dilaksanakan dalam rangka menuju
pertumbuhan ekonomi yang merata, yang pelaksanaannya mengacu pada ASEAN Policy
Blueprint for SME Development (APBSD) 2004 – 2014. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pengembangan UMKM, sebagaimana dicantumkan dalam APBSD adalah perlunya
akses UMKM kepada informasi, pasar, pengembangan SDM, keuangan dan teknologi.
Dalam APBSD, pengembangan UMKM dilaksanakan melalui 5 program, yaitu:
1. Program pengembangan kewirausahaan;
2. Peningkatan kemampuan pemasaran;
3. Akses kepada keuangan;
4. Akses kepada teknologi; dan
5. Menciptakan kebijakan yang kondusif.
Masing – masing program tersebut dilaksanakan oleh instansi Pemerintah terkait
di bawah koordinasi Kantor Kementerian Negara Koperasi dan UKM. Khusus untuk Bank
Indonesia, fokus program yang dilaksanakan adalah dalam rangka meningkatkan akses
kepada keuangan.
Dalam kaitannya dengan peningkatan akses kepada keuangan tersebut, disadari
bahwa UMKM masih memiliki banyak keterbatasan dan kendala. Pada umumnya, terdapat
3 kendala/gap antara UMKM dan perbankan, yakni:
1. Gap informasi, yaitu gap antara informasi produk bank serta prosedur perbankan
dengan yang dimiliki UMKM;
2. Gap formalitas, yaitu gap antara formalitas dokumen serta prosedur yang harus
dipenuhi UMKM dan yang saat ini dimiliki UMKM;
3. Gap skala usaha, yakni jumlah kredit yang diharapkan UMKM dan yang direalisasikan
oleh bank.
Bagi bank, permasalahan UMKM terletak pada kelayakan usaha, baik aspek keuangan
maupun aspek pemasaran dan tenaga kerja (Bank Indonesia, 2005). Secara umum dapat
disimpulkan bahwa minimnya akses keuangan UMKM terutama disebabkan oleh belum
terdapat kesamaan pandangan dan persepsi antara persyaratan bank yang harus dipenuhi
dan yang dimiliki oleh UMKM, termasuk mengenai laporan keuangan dan rencana
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
3
pengembangan usaha (business plan).
Pihak perbankan, terutama yang memiliki kepedulian dan memfokuskan bisnisnya
pada pasar UMKM telah melakukan langkah – langkah proaktif dalam membantu calon
debitur UMKM menyusun laporan keuangan yang diperlukan dalam analisis kredit. Langkah
tersebut adalah dalam bentuk wawancara dan mengumpulkan catatan – catatan apapun
yang tersedia untuk dikonstruksi menjadi suatu laporan keuangan, atau setidaknya menjadi
suatu catatan perhitungan laba rugi. Walaupun laporan keuangan yang dikonstruksi tersebut
bersifat proforma, namun dapat dijadikan proxy untuk mengetahui besarnya pinjaman yang
diperlukan, sumber pelunasan kredit serta kemampuan membayar kembali calon debitur.
Demikian pula, pihak perbankan telah bersikap proaktif dalam membantu calon
debitur UMKM menyusun suatu business plan (rencana usaha) sebagai dasar pengajuan
proposal kredit. Namun demikian, cakupan langkah-langkah yang telah diambil oleh
pihak perbankan dalam membantu dan mempercepat proses entitas UMKM memperoleh
pembiayaan tersebut tidak terlalu luas. Diperlukan suatu langkah – langkah yang bersifat
sistematis, masal dan terencana agar kapasitas UMKM dalam memenuhi persyaratan
pembiayaan dapat ditingkatkan.
Program pengembangan UMKM sebagaimana tercantum dalam APBSD, tampak
sangat relevan dengan permasalahan yang dihadapi UMKM di Indonesia. Untuk itu, dalam
rangka menyongsong era MEA 2015, perlu ada persiapan baik dalam hal softskill maupun
infrastruktur. Dengan demikian, UMKM Indonesia mampu dan siap menghadapi era pasar
keuangan bebas tersebut, khususnya dalam peningkatan kualitas UMKM Indonesia (untuk
usaha mikro dan kecil). Persiapan secara softskill pada aspek keuangan diantaranya adalah
dalam hal kemampuan penyusunan laporan keuangan dan business plan dalam rangka
peningkatan akses keuangan UMKM.
Sejalan dengan hal tersebut, sebagai salah satu implementasi kebijakan Bank Indonesia
dalam pengembangan UMKM, dilaksanakan pemberian bantuan teknis pelatihan kepada
perbankan dan lembaga penyedia jasa (Business Development Services Provider) dengan
salah satu materi yang diajarkan adalah penyusunan laporan keuangan dan business plan.
Mengingat banyaknya lembaga pemerintah maupun swasta yang memiliki perhatian dalam
pengembangan UMKM, maka tidak menutup kemungkinan terdapat materi lain terkait
dengan laporan keuangan dan business plan yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi
UMKM.
Terkait dengan hal tersebut, Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan
Indonesia (DSAK IAI) telah menerbitkan exposure draft Standar Akuntansi dan Keuangan
Usaha Kecil dan Menengah (ED SAK UKM) yang merupakan adopsi dari International
Financial Reporting System (IFRS) for Small and Medium Enterprise. ED SAK UKM ini telah
disesuaikan isinya dengan kondisi di Indonesia dan disahkan untuk dipergunakan menjadi
4
Kajian Mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan Keuangan
dan Business Plan untuk UMKM di Indonesia
PENDAHULUAN
Standar Akuntansi dan Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP).
SAK ETAP ini diharapkan dapat berfungsi sebagai acuan praktek akuntansi bagi
entitas usaha di Indonesia, utamanya pelaku UMKM mengingat isinya telah disesuaikan
dengan situasi dan kondisi usaha yang ada. Ketentuan yang tercantum di dalamnya,
secara umum merupakan pengaturan atas praktek pembukuan transaksi yang lazim terjadi
pada entitas UMKM, sehingga pelaku usaha UMKM akan lebih mudah memahami dan
menerapkannya. Dengan demikian, aplikasi laporan keuangan sesuai SAK ini merupakan
suatu langkah menuju peningkatan akses keuangan bagi entitas usaha kecil dan menengah
kepada sumber – sumber keuangan domestik maupun internasional.
Sehubungan dengan implementasi APBSD, maka SAK ETAP dan konsep business plan
yang telah ada akan dikaji kesesuaiannya dengan kebutuhan perbankan dan kemampuan/
kapasitas UMKM, serta disusun pentahapan sesuai kemampuan masing-masing skala
usaha, dengan tujuan akhir adalah terlaksananya penyusunan laporan keuangan sesuai
SAK tersebut di atas.
1.2.Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari pelaksanaan kajian adalah:
1. Melakukan kajian pedoman penyusunan laporan keuangan sesuai yang telah
ditetapkan dalam ED SAK UKM yang telah disahkan menjadi SAK ETAP.
2. Melakukan kajian rumusan standar minimum business plan untuk UMKM yang
secara umum diterima oleh perbankan di negara – negara ASEAN, meliputi
berbagai aspek yang menjadi concern pihak perbankan.
3. Melakukan identifikasi pentahapan penerapan pedoman penyusunan laporan
keuangan sesuai SAK ETAP untuk masing – masing skala usaha.
4. Menyusun program pelatihan untuk penerapan SAK tersebut untuk masing –
masing skala usaha.
5. Memberikan rekomendasi hasil kajian.
1.3.Manfaat Kajian
1. Hasil kajian diharapkan dapat menjadi masukan bagi DSAK IAI dalam kaitannya
dengan penerapan SAK ETAP.
2. Hasil kajian diharapkan dapat menjadi acuan/pedoman bagi UMKM dalam
penyusunan laporan keuangan dan business plan sehingga dapat meningkatkan
akses terhadap layanan perbankan, baik nasional maupun regional.
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
5
3. Hasil kajian diharapkan dapat menjadi acuan/pedoman bagi lembaga –lembaga
pengembangan UMKM dalam upaya capacity building UMKM.
4. Dengan adanya pedoman penyusunan laporan keuangan dan business plan bagi
UMKM, maka pihak perbankan dapat mengurangi risiko pembiayaan kepada
UMKM.
1.4.Data dan Informasi
1. UMKM yang menjadi responden kajian mengacu pada kriteria sesuai dengan UU
No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, meliputi:
a. Jumlah responden adalah 45 UMKM.
b. Daerah penelitian terdiri dari DKI Jakarta dan sekitarnya, Jawa Barat dan
Jawa Timur dengan jumlah UMKM yang proporsional untuk setiap daerah
penelitian.
c. Kriteria UMKM yang menjadi responden adalah UMKM yang belum pernah
berhubungan/mendapatkan kredit dari perbankan.
d. Sektor ekonomi yang menjadi sasaran penelitian diupayakan pada empat
bidang, yaitu (i) sektor perdagangan, restoran dan hotel, (ii) sektor perindustrian,
(iii) sektor jasa dunia usaha dan (iv) sektor pertanian, perburuan dan sarana
pertanian.
2. Ikatan Akuntan Indonesia, Kalangan Perbankan, Kementerian Koperasi dan UKM.
3. Sumber referensi lainnya.
1.5.Metodologi Kajian
1. Alat analisis adalah Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) atas
seluruh informasi yang diperoleh. Subyek analisis dalam hal ini adalah kelompok
UMKM sebagai satu entitas dan dengan tujuan tercapainya penyusunan Laporan
Keuangan UMKM berdasarkan SAK ETAP.
2. Wawancara dengan responden dengan kriteria sesuai dengan Terms of
Reference.
3. Diskusi dengan pihak-pihak terkait, diantaranya pihak Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI), kalangan praktisi perbankan, Kementerian Negara Koperasi dan UKM.
4. On desk study
6
Kajian Mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan Keuangan
dan Business Plan untuk UMKM di Indonesia
PENDAHULUAN
1.6.Jadwal Penelitian
Tabel 1.1. Jadwal Penelitian
Kegiatan
Bulan 1
Bulan 2
Bulan 3
Persiapan Studi
1. Pembuatan Kuesioner
2. Penyusunan template
pembuatan laporan
3. Ujicoba template di 3
wilayah penelitian
4. Penyempurnaan template
5. Penyusunan draft awal
laporan hasil kajian
6. Penyampaian Draft
Laporan Hasil Kajian
7. Penyusunan Draft Akhir
Kajian dan Penyusunan
Rekomendasi
8. Penyampaian Draft
Laporan Akhir
9. Pembuatan program
animasi pedoman laporan
keuangan dan business
plan untuk UMKM
10.Penyampaian Program
animasi pedoman laporan
keuangan dan business
plan untuk UMKM
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
7
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
LANDASAN TEORI DAN PEDOMAN LAPORAN KEUANGAN DAN BUSINESS PLAN UNTUK UMKM
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PEDOMAN
LAPORAN KEUANGAN DAN BUSINESS PLAN UNTUK
USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM)
2.1.Laporan Keuangan Untuk UMKM
2.1.1. Konsep Laporan Keuangan
Laporan Keuangan merupakan suatu hasil dari beberapa aktivitas dalam
kegiatan akuntansi. Definisi yang umum dipergunakan untuk menjelaskan terminologi
“akuntansi” adalah sebagaimana dikeluarkan oleh American Institute of Certified
Public Accountant (AICPA) bahwa “Akuntansi adalah suatu seni tentang pencatatan,
penggolongan, dan peringkasan, dengan cara yang informatif dan bentuk uang,
transaksi atau kejadian keuangan perusahaan, dan interpretasi atas hasilnya“. Dengan
demikian, proses akuntansi mencakup 4 (empat) hal pokok, yaitu:
a. proses mencatat,
b. proses menggolongkan,
c. proses meringkas atau menjumlah,
d. proses melaporkan.
Laporan Keuangan suatu perusahaan menunjukkan posisi sumber daya yang
dimiliki oleh perusahaan/badan usaha selama suatu periode tertentu. Laporan
Keuangan juga menunjukkan kinerja keuangan perusahaan/badan usaha dalam
menghasilkan pendapatan, yang pada gilirannya akan memberikan laba (return)
untuk suatu periode tertentu. Tujuan pembuatan laporan keuangan adalah sebagai
alat bantu pengambilan keputusan oleh berbagai pemangku kepentingan.
Kegiatan Pencatatan merupakan tahap awal dari proses akuntansi, yaitu dalam
bentuk pencatatan seluruh transaksi dan kejadian ekonomi perusahaan. Pada dasarnya,
dalam aktivitas pencatatan, setiap transaksi harus dicatat dalam suatu catatan dengan
bentuk 2 (dua) kolom yaitu debet dan kredit dimana jumlah keseluruhan transaksi
debet harus sama dengan jumlah keseluruhan transaksi kredit.
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
9
Tahapan berikutnya adalah penggolongan. Dalam tahap ini setiap transaksi
dengan jenis yang sama akan dikelompokkan dalam suatu catatan tersendiri, yang
lazim disebut sebagai buku besar. Sebagai contoh, setiap transaksi yang mempengaruhi
posisi kas akan dikelompokkan dalam buku besar kas. Pada akhir periode yang
ditetapkan, seluruh transaksi yang ada pada buku besar akan dijumlahkan sehingga
diperoleh hasil akhir yang disebut saldo.
Tahap selanjutnya adalah peringkasan atau memasukkan saldo buku besar,
baik yang bersaldo debet maupun yang bersaldo kredit ke dalam suatu catatan, yang
lazim disebut sebagai neraca lajur/neraca saldo.
Terakhir adalah pelaporan. Pada tahapan ini ringkasan dari seluruh transaksi
dikelompokkan dalam format standar laporan keuangan yaitu Neraca, laporan Laba
Rugi, laporan Arus Kas dan laporan Perubahan Modal.
a. Neraca adalah ringkasan informasi posisi saldo dari kelompok Aktiva (Aset /
Harta), Kewajiban (Hutang) dan Modal.
b. Laporan Laba Rugi adalah laporan ringkasan informasi dari kelompok
pendapatan dan biaya. Laporan ini mencerminkan kegiatan/aktivitas
untuk memperoleh pendapatan dan biaya yang harus dikeluarkan untuk
memperoleh pendapatan tersebut.
c. Laporan Arus Kas menggambarkan arus uang yang berlangsung dalam
operasi perusahaan. Terdiri dari Arus Operasi yang meliputi arus masuk dan
keluar uang kas yang berkaitan dengan produksi dan penjualan produk/
jasa. Arus Investasi yang merupakan arus kas yang terjadi sebagai akibat
pembelian atau penjualan kekayaan tetap dan barang milik perusahaan dan
Arus Pembiayaan (Financing) yang diwujudkan melalui transaksi hutang dan
pembiayaan Modal (Equity).
d. Laporan Perubahan Modal berisi informasi tentang perubahan saldo
modal pemilik selama satu periode tertentu yang dihasilkan dari jumlah
transaksi debet dan kredit kelompok modal.
Pencatatan Neraca didasarkan pada persamaan akuntansi sebagai berikut :
HARTA = HUTANG + MODAL
Sedangkan Laporan Laba Rugi didasarkan pada persamaan :
LABA = PENDAPATAN - BIAYA
10
Kajian Mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan Keuangan
dan Business Plan untuk UMKM di Indonesia
LANDASAN TEORI DAN PEDOMAN LAPORAN KEUANGAN DAN BUSINESS PLAN UNTUK UMKM
Posisi normal masing-masing pos adalah :
a. Harta bersaldo normal Debet
b. Hutang bersaldo normal Kredit
c. Modal bersaldo normal Kredit
d. Pendapatan bersaldo normal Kredit
e. Biaya bersaldo normal Debet
Pencatatan berpasangan (debet-kredit) memiliki ciri sebagai berikut :
a. Harta bertambah dengan adanya pendebetan dan berkurang dengan adanya
pengkreditan.
b. Hutang (Kewajiban) dan Modal bertambah dengan adanya pengkreditan
dan berkurang dengan adanya pendebetan.
c. Modal (Ekuitas) pemilik untuk suatu perseroan meliputi modal setoran saham
dan laba ditahan.
d. Pendapatan, Biaya (beban) dan dividen berhubungan dengan modal (ekuitas)
pemilik melalui laba ditahan.
e. Pendapatan bertambah dengan adanya pengkreditan dan berkurang dengan
adanya pendebetan.
f. Biaya (beban) bertambah dengan adanya pendebetan dan berkurang dengan
pengkreditan.
g. Selisih antara total pendapatan dengan total biaya (beban) untuk suatu
periode tertentu merupakan laba (rugi) bersih yang akan menaikkan
(menurunkan) jumlah modal (ekuitas) melalui laba ditahan.
Laporan Keuangan disusun berdasarkan asumsi-asumsi :
a. Perusahaan merupakan suatu entitas ekonomi (economic entity) yang
terpisah dari pemiliknya.
Perusahaan adalah suatu unit ekonomi yang terpisah dari pemiliknya,
sehingga kekayaan pemilik dan perusahaan harus dipisahkan secara jelas.
Dalam hal ini, semua kejadian ekonomi harus dapat dipertanggung jawabkan
oleh entitas/unit ekonomi tersebut. Secara umum, bentuk perusahaan
terbagi atas :
1) Perusahaan perseorangan (Proprietorship)
2) Perusahaan persekutuan (Partnership)
3) Perseroan Terbatas (Corporate)
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
11
b. Perusahaan merupakan unit usaha yang masih hidup dan akan terus hidup
(going concern entity).
Dianggap bahwa perusahaan akan tetap menjalankan kegiatan usahanya
untuk jangka waktu yang tidak terbatas, dan tidak ada kehendak untuk
menghentikan usaha tersebut.
c. Unit Moneter (Monetary Unit)
Setiap transaksi keuangan dan kejadian ekonomi harus dapat diukur dengan
satuan ukuran moneter tertentu (mata uang tertentu) sebagai alat tukar.
Nilai tukar satuan moneter tersebut dianggap stabil dari waktu ke waktu
sehingga nilai yang tertera dalam laporan keuangan benar-benar merupakan
pencerminan/representasi yang sesungguhnya atas kekayaan perusahaan.
d. Penerapan dasar akrual (accrual basis)
Laporan Keuangan disusun berdasarkan pengaruh suatu transaksi yang
diakui pada saat terjadi (dimana suatu hak dan kewajiban telah timbul), dan
bukan pada saat kas diterima. Dengan demikian, suatu transaksi keuangan/
kejadian ekonomi sudah diakui walaupun uang kas (cash money) belum
diterima.
e. Aktivitas perusahaan dapat dibagi-bagi berdasarkan waktu (harian,
mingguan, bulanan, tahunan) tanpa mengabaikan asumsi perusahaan akan
hidup terus (going concern).
Sebagai salah satu alat bantu pengambilan keputusan, pengguna laporan
keuangan diantaranya adalah:
a. Pemegang Saham /Pemilik /Investor
Sebagai pihak yang menanggung risiko atas dana yang ditanam/ diinvestasikan
pada perusahaan/badan usaha dimaksud, pemilik/ investor memerlukan
informasi untuk menilai sejauh mana perusahaan dapat memberikan hasil
atas investasinya. Apakah investasinya layak untuk dipertahankan. Bagi calon
investor atau calon pemegang saham, Laporan Keuangan diperlukan untuk
menilai kemungkinan risiko dan imbal (return) atas penempatan investasi di
perusahaan tersebut.
b. Pihak Pemberi Pinjaman (Kreditur)
Laporan Keuangan diperlukan oleh pemberi pinjaman untuk mengetahui
besarnya kemampuan perusahaan dalam menanggung pinjaman, serta
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya (debt service
coverage).
12
Kajian Mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan Keuangan
dan Business Plan untuk UMKM di Indonesia
LANDASAN TEORI DAN PEDOMAN LAPORAN KEUANGAN DAN BUSINESS PLAN UNTUK UMKM
c. Pemasok Bahan Baku (Supplier)
Pemasok memerlukan informasi keuangan suatu perusahaan untuk
menentukan besarnya penjualan kredit yang dapat diberikan serta
kemampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya bilamana jatuh
tempo.
d. Pelanggan (Customer)
Pelanggan yang akan melakukan kerjasama jangka panjang dengan
perusahaan memerlukan laporan keuangan untuk menilai dan memastikan
kemampuan perusahaan dalam melaksanakan komitmennya.
e. Pemerintah
Instansi Pemerintah berkepentingan atas laporan keuangan perusahaan
utamanya dalam kaitannya dengan perpajakan, penetapan upah minimum
tenaga kerja serta sebagai acuan pemberian bantuan.
2.1.2. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif laporan keuangan pada dasarnya adalah ukuran-ukuran
normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi
tujuannya. Secara umum, karakteristik kualitatif laporan keuangan minimal adalah
sebagai berikut :
a. Dapat dipahami
Laporan Keuangan harus disajikan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan
dengan batas pemahaman pengguna.
b. Relevan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan dapat mempengaruhi
keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa
masa lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan
atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Informasi yang relevan
haruslah memenuhi unsur-unsur memiliki manfaat umpan balik (feedback
value), memiliki manfaat prediktif (predictive value), tepat waktu dan
lengkap.
c. Materialitas
Kualitas ini timbul bilamana adanya kesalahan mencatat ataupun kelalaian
mencantumkan dalam laporan keuangan akan mempengaruhi pengguna
dalam mengambil keputusan.
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
13
d. Keandalan
Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan
dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat
diverifikasi.
e. Dapat dibandingkan
Informasi dalam laporan keuangan dapat dibandingkan dengan laporan
keuangan periode sebelumnya.
f. Keseimbangan antara biaya dan manfaat
Biaya yang dikeluarkan dalam membuat/menyusun laporan keuangan harus
sebanding dengan manfaat yang dapat diperoleh.
2.1.3. Prinsip Akuntansi dalam Laporan Keuangan
Prinsip-prinsip akuntansi yang menjadi pedoman dalam penyusunan laporan
keuangan adalah sebagai berikut:
a. Substansi mengungguli bentuk (substance over form)
Dalam hal ini transaksi atau peristiwa yang ditampilkan dalam laporan
keuangan dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi,
dan bukan hanya aspek formalitasnya.
b. Periodisitas (periodicity)
Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan dapat dibagi ke dalam periodeperiode pelaporan sehingga kinerja entitas dapat diukur dan posisi sumber
daya yang dimilikinya dapat ditentukan.
c. Konsistensi
Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian/transaksi yang
serupa dari satu periode ke periode berikutnya oleh entitas pelapor.
d. Pengungkapan lengkap (full disclosure)
Informasi laporan keuangan disampaikan secara lengkap sesuai kebutuhan
pengguna.
e. Penyajian wajar (fair presentation)
2.1.4. Keterbatasan Laporan Keuangan
Laporan Keuangan merupakan salah satu sarana (tool) yang sangat berguna
untuk mengetahui kondisi dan posisi keuangan suatu perusahaan/entitas usaha
pada suatu waktu tertentu. Namun demikian, laporan keuangan sebagai alat analisis
14
Kajian Mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan Keuangan
dan Business Plan untuk UMKM di Indonesia
LANDASAN TEORI DAN PEDOMAN LAPORAN KEUANGAN DAN BUSINESS PLAN UNTUK UMKM
bukannya tanpa kelemahan/ keterbatasan. Beberapa keterbatasan laporan keuangan
antara lain sbb.:
a. Laporan Keuangan merupakan alat analisis yang bersifat historis. Isinya
menceritakan dan melaporkan hasil dan kinerja perusahaan di masa lalu,
dan tidak memberikan keterangan apapun tentang masa depan.
b. Laporan Keuangan dibuat oleh manusia, yang dalam bekerja tidak terlepas
dari aspek subyektivitas personal. Walaupun hal ini dapat direduksi dengan
berbagai ketentuan (misalnya SAK), namun obyektivitas yang sempurna
merupakan hal yang sulit dicapai.
c. Laporan Keuangan hanya melaporkan hal-hal yang bersifat material dan
memiliki akibat yang jelas. Dengan demikian, terdapat kemungkinan dimana
ada hal/transaksi yang luput untuk dilaporkan. Di sinilah perlunya pencatatan
yang bersifat extracomptable dan off balance sheet record.
d. Laporan Keuangan bersifat konservatif, yang berarti bahwa dalam
menghadapi ketidakpastian, umumnya yang dipilih adalah alternatif yang
memberikan risiko dan nilai yang terkecil.
e. Laporan Keuangan menampilkan hal-hal yang bersifat kuantitatif, sehingga
aspek yang bersifat kualitatif tidak dapat diketahui. Sebagai contoh, laporan
keuangan tidak menjelaskan kondisi/kualitas persediaan barang ataupun
aktiva tetap yang dimiliki.
f. Salah satu komponen laporan keuangan, yaitu Neraca, merupakan suatu
laporan yang menunjukkan keadaan pada satu titik waktu tertentu. Misalnya
per 31 Desember dilaporkan bahwa perusahaan tidak memiliki persediaan
barang dagang, padahal pada tanggal 29 Desember perusahaan masih
memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup besar.
g. Pencatatan pada laporan keuangan dilakukan berdasarkan harga perolehan
(at cost), dan bukan berdasarkan harga pasar. Dengan demikian, seringkali
nilai buku tidak sesuai dengan nilai pasar.
2.1.5. Format Laporan Keuangan
Pada dasarnya tidak ada perbedaan yang berarti antara satu format laporan
keuangan dengan format laporan keuangan yang lain, mengingat keseluruhannya
mengacu pada ilmu akuntansi dan prinsip-prinsip akuntansi yang telah standar.
Perbedaannya hanyalah pada penamaan pos-pos serta rinciannya.
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
15
a. Format Laporan Keuangan Umum
Secara umum, format laporan keuangan untuk UMKM yang dijadikan
pegangan oleh para pihak yang menaruh perhatian pada perkembangan
UMKM telah mengacu pada ilmu akuntansi standar, yaitu terdiri dari Neraca
dan laporan Laba Rugi. Pengelompokan unsur-unsur
dalam
laporan
keuangan (Darsono dan Ashari (2005) dan Abubakar dan Wibowo (2004))
pada umumnya meliputi :
1) Kelompok Harta (Asset), terdiri antara lain :
(i) Kas
(ii) Piutang dagang
(iii) Biaya dibayar dimuka
(iv) Perlengkapan
(v) Persediaan
(vi) Perabotan dan perangkat kerja
(vii)Kendaraan
(viii)Mesin-mesin
(ix) Bangunan
(x) Tanah
(xi) Aktiva Lain
2) Kelompok Kewajiban/Hutang (Liabilities), terdiri antara lain :
(i) Hutang dagang
(ii) Hutang lancar lainnya
(iii) Hutang pajak
(iv) Hutang bank
(v) Hutang leasing
(vi) Hutang kepada pemegang saham
3) Kelompok Modal, terdiri antara lain :
(i) Setoran modal saham
(ii) Penarikan tunai pemilik
(iii) Laba ditahan
(iv) Laba tahun berjalan
4) Kelompok Pendapatan Usaha, terdiri antara lain :
(i) Penjualan
(ii) Retur penjualan
(iii) Pendapatan jasa
(iv) Pendapatan sewa
16
Kajian Mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan Keuangan
dan Business Plan untuk UMKM di Indonesia
LANDASAN TEORI DAN PEDOMAN LAPORAN KEUANGAN DAN BUSINESS PLAN UNTUK UMKM
(v) Pendapatan bunga
(vi) Pendapatan lainnya.
5) Kelompok Biaya/Beban, terdiri antara lain :
(i) Biaya tenaga kerja
(ii) Biaya sewa
(iii) Biaya asuransi
(iv) Biaya iklan & promosi
(v) Biaya penyusutan
(vi) Biaya lainnya
b. Pedoman Akuntansi bagi Usaha Kecil dari Kementerian Negara
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia
Buku Pedoman Akuntansi bagi Usaha Kecil yang disusun oleh
Kementerian Koperasi dan UKM memberikan panduan ringkas dan
sederhana mengenai praktek akuntansi yang seyogyanya diterapkan pada
UKM. Struktur laporan keuangan dalam buku tersebut pada dasarnya tidak
berbeda dengan konsep standar akuntansi umumnya. Panduan akuntansi
tersebut adalah sebagai berikut:
NERACA
Kelompok Aktiva
1) Aktiva Lancar
(i) Kas
(ii) Bank
(iii) Piutang
(iv) Penyisihan piutang tak tertagih
(v) Persediaan barang
(vi) Uang muka pada pihak ketiga
2) Aktiva Tetap
(i) Tanah/Hak atas tanah
(ii) Kendaraan bermotor
(iii) Gedung/bangunan
(iv) Sarana/prasarana
(v) Mesin peralatan lainnya
(vi) Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
17
Kelompok Pasiva (Kewajiban dan Modal)
1) Kewajiban Jangka Pendek
(i) Hutang jangka pendek (kurang dari 1 tahun)
(ii) Hutang dagang/usaha
(iii) Pinjaman kredit (bank)
(iv) Uang muka dari pihak ketiga
(v) Biaya-biaya yang belum dibayar
(vi) Hutang pajak
2) Kewajiban Jangka Panjang
(i) Kredit investasi (lebih dari satu tahun)
(ii) Kredit modal kerja/usaha
Modal (Equity)
1) Modal disetor
2) Modal donasi (Hibah)
3) Cadangan
4) Laba yang tidak dibagikan (ditahan)
5) Laba/Rugi
Rugi/Laba
1) Pendapatan
(i) Penjualan barang dagangan
(ii) Pendapatan sewa/jasa
(iii) Bunga deposito/jasa-jasa bank
(iv) Provisi/Komisi
(v) Pendapatan operasional lainnya
2) Biaya-biaya
(i) Pembelian barang dagangan
(ii) Biaya operasional
(iii) Gaji/honor pegawai/karyawan
(iv) Beban penyusutan gedung/kendaraan/mesin/peralatan lainnya.
(v) Biaya lain-lain.
Penyusunan Neraca dan perhitungan Laba Rugi dilakukan dengan
tahapan pencatatan transaksi dalam buku besar dengan struktur pencatatan
debet-kredit, dan dilakukan melalui pembuatan Neraca lajur (10 kolom) yang
meliputi :
18
Kajian Mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan Keuangan
dan Business Plan untuk UMKM di Indonesia
LANDASAN TEORI DAN PEDOMAN LAPORAN KEUANGAN DAN BUSINESS PLAN UNTUK UMKM
1) Neraca awal
2) Neraca mutasi
3) Neraca saldo
4) Ikhtisar Laba Rugi
5) Neraca akhir
c. Pencatatan Transaksi Dan Penyusunan Laporan Keuangan Dengan
Perangkat Lunak Akuntansi “Z” .
Jurnal Transaksi digunakan untuk menginput transaksi keuangan yang
terjadi di suatu perusahaan ke dalam komputer sebagai dasar pembuatan
laporan dan analisa keuangannya. Dalam sistem pencatatan akuntansi
manual, setiap jurnal transaksi dibuat ke dalam bentuk jurnal umum
(debet – kredit) berdasarkan formulir transaksi (seperti faktur penjualan).
Pada program akuntansi ini pengguna
akan bekerja dengan mengisi
formulir transaksi seperti keadaan sebenarnya, tanpa perlu mengetahui cara
membuat jurnal debet – kreditnya. Dengan demikian, setiap kali pengguna
membuat jurnal transaksi dengan mengisi formulir transaksi, program akan
membuatkan jurnal debet – kredit secara otomatis.
Jurnal debet – kredit yang dibuat secara otomatis tersebut dapat
berjumlah lebih dari satu setiap kali menginput satu transaksi, misalnya
transaksi penjualan kredit secara otomatis akan dibuatkan tiga jurnal yaitu
jurnal penjualan, jurnal pembayaran uang muka dan jurnal cadangan
penghapusan piutang, demikian juga untuk transaksi-transaksi lainnya.
Beberapa jurnal transaksi yang terdapat dalam program ”Z” :
1) Transaksi Penjualan: untuk menginput transaksi penjualan yang terjadi,
baik transaksi dengan pembayaran kredit maupun cash.
2) Transaksi Retur Penjualan: untuk menginput transaksi retur penjualan
yang terjadi, baik transaksi dengan cash maupun nota kredit.
3) Transaksi Pembelian: untuk menginput transaksi pembelian dan retur
pembelian yang terjadi, baik transaksi pembayaran kredit maupun
cash.
4) Transaksi Retur Pembelian: untuk menginput transaksi retur penjualan
yang terjadi, baik transaksi dengan cash maupun nota kredit.
5) Transaksi Kas Masuk: untuk menginput transaksi pemasukan kas.
6) Transaksi Kas Keluar: untuk menginput transaksi pengeluaran kas.
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
19
7) Transaksi Pembayaran Piutang Usaha: untuk menginput transaksi
pemasukan kas yang berasal dari pembayaran piutang usaha dari
pelanggan.
8) Transaksi Pembayaran Hutang Usaha: untuk menginput transaksi
pengeluaran kas yang digunakan untuk membayar hutang usaha kepada
supplier.
9) Transaksi Pengembalian Kelebihan Pembayaran Piutang Usaha: untuk
menginput transaksi pengembalian kelebihan pembayaran piutang
usaha.
10) Transaksi Penerimaan Kelebihan Pembayaran Hutang Usaha: untuk
menginput transaksi penerimaan kelebihan pembayaran hutang usaha
yang telah dibayarkan kepada supplier.
11) Transaksi
Penyesuaian
Persediaan:
untuk
menginput
transaksi
penyesuaian persediaan, seperti penggunaan bahan baku menjadi harga
pokok penjualan, dll.
12) Transaksi Pemindahan Barang: untuk menginput transaksi pemindahan
persediaan, seperti transaksi penggunaan bahan baku menjadi barang
jadi.
13) Transaksi Jurnal Umum: untuk menginput transaksi keuangan yang
tidak memiliki jurnal tersendiri, seperti transaksi adjusting.
Program juga memiliki alat bantu pembuatan jurnal untuk transaksi transaksi yang sering terjadi, yaitu :
1) Transfer Kas: digunakan untuk membuat jurnal pemindahan kas dari
satu akun kas ke akun kas lainnya dengan menggunakan jurnal umum.
2) Auto Build: digunakan untuk membuat jurnal pemindahan persediaan,
kas dari satu persediaan ke persediaan lainnya dengan menggunakan
Jurnal Pemindahan Barang.
3) Stock Opname: digunakan untuk membuat jurnal penyesuaian
persediaan saat Anda melakukan penghitungan saldo persediaan tiap
akhir bulan.
4) Transaksi Penghapusan Piutang Usaha: digunakan untuk membuat
jurnal penghapusan piutang usaha yang tidak tertagih, barang kembali
(return) atau atas terjadinya pembatalan pesanan.
5) Transaksi Penghapusan Hutang Usaha: digunakan untuk membuat
jurnal penghapusan hutang usaha atas terjadinya pembatalan pesanan
atau barang kembali (return).
20
Kajian Mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan Keuangan
dan Business Plan untuk UMKM di Indonesia
LANDASAN TEORI DAN PEDOMAN LAPORAN KEUANGAN DAN BUSINESS PLAN UNTUK UMKM
Keterangan :
1) Sebelum mulai menginput transaksi, pengguna harus membuat dan
mengorganisasikan data rekening perkiraan, klasifikasi rekening, dan
data-data pendukung lainnya terlebih dahulu, seperti data nama dan
alamat, data proyek dan data persediaan, walaupun pengguna dapat
melakukannya saat sedang membuat jurnal transaksi dengan bantuan
jendela pencarian data.
2) Program ini dalam membuat jurnal otomatis membutuhkan informasi
rekening penting.
3) Jika perusahaan pengguna telah lama berdiri dan akan menggunakan
program ini untuk melanjutkan pencatatan dan menginput transaksi
yang baru terjadi saja, maka sebelum menginput transaksi, pengguna
disarankan terlebih dahulu untuk mengisi saldo awal yang dibutuhkan.
Tabel 2.1. Format Daftar Data
Daftar Rekening
Daftar Gudang
Daftar Barang
Daftar Biaya Lain-Lain
Daftar Alamat
Daftar Kelompok Harta Tetap
Daftar Satuan Pengukuran
Daftar Tabel Penyusutan
Daftar Proyek
Daftar Fase Proyek
Daftar Harta Tetap
Daftar Kode Biaya
Daftar Pajak
Daftar Status Proyek
Daftar Mata Uang
Daftar Term of Sales
Daftar Komisi Penjualan
Daftar Term of Payment
Daftar Nama Alamat
Daftar Catatan Faktur
Daftar Kelompok Barang
Daftar Catatan Retur
Daftar Departemen
Dengan memperhatikan gambaran tersebut di atas, dapat disimpulkan
beberapa hal, yaitu :
1) Perangkat lunak ini dapat dikatakan merupakan suatu alat bantu yang
cukup lengkap, baik untuk pencatatan transaksi maupun untuk keperluan
pelaporannya.
2) Namun demikian, penggunaan perangkat lunak ini membutuhkan
beberapa hal pendukung yaitu :
• perangkat komputer (PC) yang khusus penggunaannya hanya untuk
pencatatan transaksi dan pelaporan.
• adanya personil yang memahami prinsip dan praktek akuntansi.
• administrasi keuangan yang baik.
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
21
Hal ini merupakan kendala bagi entitas UMKM untuk menggunakan
perangkat
lunak
dimaksud.
Diperlukan
adanya
pentahapan
dan
pengkondisian entitas UMKM sebelum sampai pada tahap penggunaan
perangkat lunak ini.
d. Laporan Keuangan UMKM sesuai Standar Akuntansi Keuangan
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)
Sejalan dengan keinginan untuk mencapai adanya suatu bentuk
yang sama dalam hal akuntansi pencatatan dan pelaporan, International
Accounting Standard Board (IASB) menyusun suatu acuan standar akuntansi
keuangan internasional yang disebut sebagai International Financial
Reporting Standard (IFRS). Dengan demikian, diharapkan standar akuntansi
pencatatan dan pelaporan perusahaan-perusahaan di seluruh dunia akan
disesuaikan dengan standar tersebut sehingga kinerja perusahaan antar
negara dapat diperbandingkan dalam kerangka standar yang sama.
Dalam kaitannya dengan hal tersebut, dan dengan memperhatikan
banyaknya entitas usaha dengan skala kecil dan menengah, maka IASB
menerbitkan acuan standar akuntansi pencatatan dan pelaporan bagi
entitas skala tersebut, yang disebut dengan IFRS for Small and Medium-Sized
Entities (IFRS for SMEs). IFRS for SMEs merupakan modifikasi dan simplifikasi
dari IFRS pokok yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan adanya standar
pencatatan transaksi dan pelaporan keuangan sederhana dan tidak banyak
membebani pengguna.
Terminologi SME yang dipergunakan oleh IASB diartikan sebagai
”Entitas yang menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum dan
ditujukan bagi pengguna eksternal serta tidak memiliki akuntabilitas
publik”. Di berbagai negara, seperti Amerika Serikat, definisi ini mengacu
pada entitas usaha privat (private entities). Atas dasar definisi tersebut dan
praktek di lapangan, maka penyebutan IFRS for SMEs diubah menjadi IFRS
for Private Entities.
Sejalan dengan tujuan IAI untuk melakukan konvergensi standar
akuntansi pencatatan dan pelaporan Indonesia dengan standar internasional,
pada tanggal 16 Desember 2008 telah dilansir Exposure Draft Standar
Akuntansi Keuangan untuk Usaha Kecil dan Menengah (ED SAK UKM) yang
merupakan adopsi dari IFRS for SMEs dengan beberapa modifikasi yang
diperlukan.
22
Kajian Mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan Keuangan
dan Business Plan untuk UMKM di Indonesia
LANDASAN TEORI DAN PEDOMAN LAPORAN KEUANGAN DAN BUSINESS PLAN UNTUK UMKM
Dalam perkembangannya, dengan memperhatikan definisi yang
dipergunakan oleh IASB mengenai UKM, praktek/definisi yang dipergunakan
di negara lain, perubahan terminologi yang dilakukan oleh IASB, serta kondisi
nyata entitas UMKM di Indonesia, ED SAK UKM diubah dan diformalkan
menjadi Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik (SAK ETAP) pada tanggal 19 Mei 2009. Dalam SAK ETAP telah
dilakukan modifikasi dan simplifikasi atas ED SAK UKM sehingga diharapkan
akan lebih mudah dilaksanakan oleh entitas UMKM di Indonesia.
Definisi
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP) adalah entitas
yang:
1) tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan
2) menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose
financial statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna
eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan
usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.
Suatu entitas dianggap memiliki akuntabilitas publik signifikan jika :
1) entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses
pengajuan pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau
regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal; atau
2) entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk
sekelompok besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang
dan atau pedagang efek, dana pensiun, reksa dana dan bank
investasi.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa SAK ini dapat pergunakan
untuk seluruh entitas usaha yang tidak go public, tidak mengerahkan dana
dari masyarakat serta laporan keuangan yang dihasilkan ditujukan untuk
pengguna eksternal.
Sesuai SAK ETAP, laporan keuangan entitas lengkap meliputi :
1) Neraca
2) Laporan Laba Rugi
3) Laporan Perubahan Ekuitas (Laporan Perubahan Modal)
4) Laporan Arus Kas
5) Catatan atas laporan keuangan yang berisi ringkasan kebijakan
akuntansi yang signifikan dan informasi penjelasan lainnya.
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
23
1) Neraca
Menyajikan aset, kewajiban dan ekuitas (modal) entitas pada suatu
saat/tanggal tertentu yang merupakan akhir periode pelaporan (misalnya
akhir bulan atau akhir tahun). Neraca minimal mencakup pos-pos :
(i) Kas dan setara kas
(ii) Piutang Usaha dan Piutang lainnya
(iii) Persediaan
(iv) Properti investasi
(v) Aset tetap
(vi) Aset tidak berwujud
(vii)Utang usaha dan utang lainnya
(viii)Aset dan kewajiban pajak
(ix) Kewajiban diestimasi
(kewajiban yang waktu atau jumlahnya belum pasti).
(x) Ekuitas
Penjelasan atas beberapa butir penting Neraca adalah :
Setara Kas adalah suatu bentuk investasi jangka pendek dan sangat
likuid
yang dimiliki untuk memenuhi komitmen jangka pendek dan
bukan untuk tujuan investasi atau lainnya. Contoh dalam hal ini adalah
rekening giro.
Persediaan adalah aset :
(i) Untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;
(ii) Dalam proses produksi untuk kemudian dijual;
(iii) Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa
Properti investasi adalah properti (tanah atau bangunan, bagian
bangunan atau keduanya) yang dikuasai (oleh pemilik atau lessee melalui
sewa pembiayaan) untuk menghasilkan sewa, kenaikan nilai, keduanya
dan tidak untuk :
(i) Digunakan dalam proses produksi atau penyediaan barang atau
jasa, atau tujuan administratif ; atau
(ii) Dijual dalam kegiatan usaha biasa
24
Kajian Mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan Keuangan
dan Business Plan untuk UMKM di Indonesia
LANDASAN TEORI DAN PEDOMAN LAPORAN KEUANGAN DAN BUSINESS PLAN UNTUK UMKM
Aset tetap adalah aset berwujud yang :
(i) Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang dan jasa, untuk disewakan ke pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan
(ii) Diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode
Aset tidak berwujud adalah aset non moneter yang dapat diidentifikasi
dan tidak memiliki wujud fisik. Suatu aset dapat diidentifikasikan jika :
(i) Dapat dipisahkan dan dijual, dialihkan, dilisensikan, disewakan atau
ditukarkan atau
(ii)Muncul dari hak kontraktual atau hak hukum lainnya, terlepas apakah
hak tersebut dapat dialihkan, atau dapat dipisahkan dari entitas, atau
dari hak dan kewajiban lainnya.
2) Laporan Laba Rugi
Menyajikan penghasilan dan beban entitas untuk suatu periode
tertentu yang merupakan kinerja keuangannya selama periode tersebut.
Laporan Laba Rugi minimal mencakup pos-pos :
(i) Pendapatan
(ii)Beban (biaya-biaya) keuangan
(iii)Bagian dari laba atau rugi investasi yang menggunakan metode
ekuitas
(iv)Beban pajak
(v)Laba atau Rugi netto
Dengan memperhatikan bahwa SAK ini ditujukan sebagai
panduan bagi entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik, tanpa
memperhatikan batasan jumlah modal dan jumlah omset/volume usaha,
maka SAK ini otomatis langsung merupakan target format akuntansi
bagi entitas UMKM. Dengan demikian, rancangan pencatatan transaksi
dan penyusunan Laporan Keuangan entitas UMKM harus mengacu pada
format laporan keuangan SAK ETAP. Keuntungannya adalah bahwa format
ini akan tetap dipergunakan seterusnya sejalan dengan perkembangan
usahanya.
Namun demikian, berdasarkan asas konsistensi dalam penerapan
akuntansi, maka entitas yang telah menerapkan SAK terdahulu, utamanya
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
25
yang telah menerbitkan laporan keuangan yang audited tidak dapat
begitu saja mengganti format laporannya menjadi format SAK ETAP.
Opsi penggantian acuan SAK akan tergantung pada judgement Akuntan
Publik.
Sebagai acuan praktek, dalam menyusun laporan keuangan UMKM,
langkah-langkah praktis yang sebaiknya dilakukan adalah:
1) Prinsip yang harus dipegang oleh UMKM adalah: mencatat seluruh
transaksi baik transaksi tunai maupun kredit.
Yang dimaksud dengan transaksi tunai adalah proses transaksi
baik pembelian maupun penjualan yang langsung diselesaikan
pembayarannya saat itu juga.
Yang dimaksud dengan transaksi kredit adalah seluruh transaksi baik
pembelian maupun penjualan dimana pembayarannya diselesaikan di
waktu mendatang sesuai kesepakatan.
2) Setiap transaksi sebaiknya memiliki bukti transaksi, misalnya kuitansi
pembelian, bon penjualan dll.
3) UMKM sebaiknya memiliki catatan tersendiri untuk aspek-aspek utama
laporan keuangan, yaitu :
(i) Catatan masuk/keluarnya kas
(ii) Catatan/rincian piutang (tagihan UMKM pada pihak lain).
Diantaranya adalah bilamana UMKM melakukan penjualan secara
kredit.
(iii) Catatan/rincian persediaan, baik barang dagang maupun bahan
baku.
(iv) Catatan/rincian harta yang dimiliki, seperti kendaraan, mesin dll.
(v) Catatan/rincian hutang (kewajiban UMKM kepada pihak lain).
Diantaranya adalah bilamana UMKM melakukan pembelian
barang secara kredit.
(vi) Catatan/rincian mengenai modal (Dana yang dialokasikan untuk
pendirian/kelangsungan Perusahaan).
(vii) Catatan/rincian penjualan
(viii)Catatan/rincian biaya-biaya yang dikeluarkan.
4) Bilamana diperlukan, UMKM dapat membuat daftar rincian yang lebih
detil, seperti catatan persediaan bahan baku menurut jenis, pencatatan
Harta Tetap (Aset) per satuan barang (misalnya kendaraan menurut
merek dan nomor kendaraannya).
26
Kajian Mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan Keuangan
dan Business Plan untuk UMKM di Indonesia
LANDASAN TEORI DAN PEDOMAN LAPORAN KEUANGAN DAN BUSINESS PLAN UNTUK UMKM
5) Saldo-saldo akhir seluruh catatan tersebut dapat dimasukkan ke dalam
kerangka Neraca dan Perhitungan Laba Rugi.
2.2.Business Plan Untuk UMKM
2.2.1. Konsep Business Plan (Rencana Usaha)
Terdapat berbagai definisi dan pengertian mengenai apa yang disebut
business plan (rencana usaha). Palo Alto Software Inc. menjelaskan bahwa “Rencana
Usaha adalah setiap bentuk rencana yang dipergunakan oleh suatu entitas untuk
memperkirakan, melakukan alokasi sumber daya, fokus pada beberapa hal utama,
serta waspada terhadap berbagai kemungkinan timbulnya permasalahan ataupun
kesempatan”.
Sementara itu, Sukirno (2004) menjelaskan bahwa “Rencana Usaha merupakan
catatan ringkas yang dibuat oleh wirausaha untuk menggambarkan operasi dan
menerangkan soal keuangan, tahap keuntungan, strategi pemasaran, kemampuan
manajemen dan kepakaran pihak pengelola“.
Pada dasarnya, kegiatan perencanaan (planning) merupakan tahapan awal dari
alur fungsi manajemen, yaitu :
Planning - Organizing - Actuating - Controlling
Rencana Usaha merangkum unsur misi, tujuan dan sasaran, anggaran, perkiraan/
prediksi keuangan, target pasar, strategi pencapaian sasaran serta hal-hal lain yang
dianggap perlu.
Rencana usaha memiliki beberapa tujuan, utamanya dalam memandu pemilik/
pengelola usaha guna menjalankan perusahaan, mengurangi kemungkinan terjadinya
kesalahan, optimalisasi penggunaan sumberdaya perusahaan serta meningkatkan
produktivitas, menjalankan fungsi pengawasan, sebagai sarana untuk berhubungan
dengan pihak-pihak lain yang berkepentingan (investor, bank) serta berfungsi sebagai
patokan (benchmark) dalam menilai prestasi dan keberhasilan perusahaan.
Rencana Usaha yang baik hendaknya memiliki sifat :
a. Sederhana
Rencana Usaha dimaksud mudah dipahami dan dilaksanakan. Isi Rencana
Usaha tersebut juga dapat dikomunikasikan dengan mudah dan praktis.
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
27
b. Spesifik/tertentu
Hal-hal yang tertuang dalam Rencana Usaha tersebut ditentukan dengan
tegas. Tujuan yang akan dicapai harus dinyatakan nyata/konkrit dan dapat
diukur. Rencana Usaha juga harus menyatakan dengan jelas tindakan dan
langkah-langkah strategis yang akan dilaksanakan.
c. Realistis
Sifat realistis umumnya diperlukan pada saat menetapkan target produksi
dan penjualan, anggaran biaya serta tenggat waktu yang diperlukan.
d. Lengkap
Rencana usaha disebut memadai (sufficient) bilamana telah memasukkan
seluruh unsur yang diperlukan dan relevan, walaupun tidak ada standar
tertentu mengenai isi (content) suatu Rencana Usaha.
Rencana Usaha diperlukan oleh berbagai pihak dan untuk berbagai kebutuhan,
dengan gambaran antara lain sebagai berikut :
a. Pemilik/pengelola perusahaan memerlukan rencana usaha sebagai panduan
untuk
menjalankan
usaha,
menetapkan
langkah-langkah
prioritas,
merencanakan langkah-langkah keuangan.
b. Rencana Usaha diperlukan oleh pelaku usaha bilamana memerlukan
pembiayaan
dari
perbankan/lembaga
pembiayaan.
Pihak
Kreditur
memerlukan Rencana Usaha untuk memperoleh gambaran menyeluruh
tentang rencana kegiatan perusahaan dan dapat menarik/memperkirakan
beberapa kesimpulan penting.
c. Rencana Usaha diperlukan oleh pelaku usaha sebagai salah satu sarana
memperoleh investor. Investor memerlukan rencana usaha utamanya untuk
memperoleh gambaran mengenai risiko terkait dengan dana yang akan
ditanamkan pada perusahaan/proyek dimaksud.
d. Rencana Usaha berfungsi sebagai sarana komunikasi dengan tim manajemen.
Dalam hal ini, seluruh anggota tim manajemen akan mempergunakan
rencana usaha sebagai acuan bersama dalam menjalankan tanggung
jawabnya masing-masing.
28
Kajian Mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan Keuangan
dan Business Plan untuk UMKM di Indonesia
LANDASAN TEORI DAN PEDOMAN LAPORAN KEUANGAN DAN BUSINESS PLAN UNTUK UMKM
2.2.2. Format Business Plan (Rencana Usaha)
Pada dasarnya tidak ada acuan standar/baku dalam melakukan penyusunan
rencana usaha. Rencana Usaha umumnya dibuat secara free format yang disesuaikan
dengan kebutuhan pembuat dan pengguna. Namun demikian, suatu rencana usaha
pada umumnya berisi :
a. Penjelasan mengenai Perusahaan/Badan Usaha
b. Penjelasan mengenai rencana usaha, utamanya meliputi kondisi usaha saat
ini, rencana pengembangan yang akan dilakukan, produk/jasa yang akan
dikembangkan.
c. Analisis pasar yang meliputi kebutuhan pasar akan produk/jasa, pangsa
pasar yang ada, target pasar yang akan disasar.
d. Rencana spesifik tentang strategi dan implementasi.
e. Informasi Keuangan, mencakup laporan keuangan dan proyeksi arus kas.
2.3.Laporan Keuangan dan Business Plan (Rencana Usaha)
Sebagai Salah Satu Persyaratan Kredit Perbankan
Pada dasarnya, dalam memberikan fasilitas pinjaman untuk kegiatan usaha, pihak
perbankan senantiasa memperhatikan aspek legalitas (legalitas badan usaha dan legalitas
transaksi), aspek kelayakan suatu kegiatan usaha serta kemampuan membayar kembali
pinjaman yang diberikan (repayment capacity). Sebagai faktor pengaman (security),
perbankan juga memerlukan adanya suatu jaminan (collateral) baik fisik maupun non fisik.
Dalam kaitannya dengan hal tersebut, pihak perbankan memerlukan laporan keuangan
untuk beberapa tujuan, diantaranya :
a. Untuk mengetahui kondisi kesehatan keuangan calon debitur.
Kondisi kesehatan perusahaan utamanya mencakup kondisi likuiditas, kecukupan
modal, porsi hutang, profitabilitas.
b. Untuk memperkirakan volume usaha calon debitur.
Volume usaha ditunjukkan dengan besarnya aset dan penjualan.
c. Untuk memperkirakan kapasitas calon debitur dalam menanggung beban pinjaman.
Hal ini utamanya ditunjukkan dalam gambaran perbandingan antara hutang dan
modal, hutang dan aset, serta besarnya laba usaha.
d. Untuk memperoleh gambaran sumber dan penggunaan dana selama beberapa periode
terakhir. Diperoleh dengan membandingkan necara beberapa periode terakhir.
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
29
e. Untuk memperkirakan besarnya pinjaman yang dapat diberikan kepada calon
debitur.
Dalam kasus pemberian fasilitas kredit kepada calon debitur UMKM, seringkali
diketahui UMKM tidak memiliki laporan keuangan yang memadai untuk dianalisa, pihak
perbankan mengambil langkah proaktif untuk memperoleh suatu bentuk proforma laporan
keuangan pokok, yaitu Neraca dan laporan Laba Rugi dengan cara sebagai berikut :
a. Melakukan wawancara dengan calon debitur untuk memperoleh gambaran mengenai
alur usaha, proses produksi, kegiatan penjualan dan lainnya yang dianggap perlu.
b. Mengumpulkan berbagai keterangan mengenai perolehan alat produksi yang
dipergunakan, besarnya biaya yang dikeluarkan, besarnya rata-rata penjualan
yang diperoleh, penyediaan bahan baku/barang dagang, cara pengelolaan kas dan
lainnya.
c. Membuat Neraca dan laporan Laba Rugi proforma.
Walaupun tidak sempurna, Neraca dan laporan Laba Rugi proforma ini cukup berguna
sebagai alat bantu analisis dalam proses pemberian kredit. Salah satu pertimbangan utama
lainnya dalam memberikan fasilitas pinjaman adalah melalui analisis atas rencana usaha
perusahaan. Hal ini penting karena :
a. Rencana Usaha dapat memberikan gambaran tentang bidang usaha yang dilakukan
oleh calon debitur.
b. Pihak perbankan dapat mengetahui langkah apa saja yang akan dilakukan oleh calon
debitur dalam melaksanakan rencananya.
c. Pihak perbankan dapat mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kapabilitas calon
debitur atas kegiatan usaha yang digelutinya.
d. Rencana usaha berfungsi sebagai acuan awal bagi pihak perbankan dalam menganalisis
feasibilitas usaha, risiko usaha (risiko pembiayaan bagi bank) dan kapasitas membayar
kembali pinjaman.
Dalam prakteknya, rencana usaha yang diajukan oleh calon debitur akan dikaji
dan dihitung ulang oleh pejabat bank untuk memperoleh keputusan akhir apakah suatu
permohonan pinjaman akan diberikan atau tidak.
30
Kajian Mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan Keuangan
dan Business Plan untuk UMKM di Indonesia
LANDASAN TEORI DAN PEDOMAN LAPORAN KEUANGAN DAN BUSINESS PLAN UNTUK UMKM
2.4.Implementasi Laporan Keuangan dan Business Plan (Rencana
Usaha) oleh UKM di Negara anggota ASEAN.
Dengan diterbitkannya IFRS for Private Entities oleh IASB, maka beberapa negara
di ASEAN (Thailand, Malaysia dan Indonesia) telah menyusun standar laporan keuangan
untuk UMKM. Adapun Brunei Darussalam baru akan mengimplementasikannya pada tahun
2011/2012.
Tabel 3. Negara di ASEAN yang telah dan akan membuat
standar laporan keuangan untuk UMKM
Negara
Standar Laporan Keuangan
Lembaga penerbit standar
Brunei
Darussalam
Akan mengacu pada IFRS pada
2011/2012
--
Indonesia
Standar Akuntansi Keuangan Entitas
Dewan Standar Akuntansi Keuangan
Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) – Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK
mengacu pada IFRS for Private Entity
IAI)
Malaysia
Private Entity Reporting Standards
Malaysian Accounting Standards
Board
Thailand
Thailand Accounting Standards
Federation of Accounting Professions
of Thailand
Dari hasil survei kepada beberapa negara di ASEAN diketahui bahwa tidak semua
UMKM diwajibkan untuk menerapkan standar laporan keuangan. Di Thailand kewajiban
untuk membuat laporan keuangan hanya berlaku untuk UMKM tertentu, sedangkan di
Malaysia wajib diikuti oleh seluruh UMKM. Adapun Brunei Darussalam, kewajiban mengikuti
standar laporan keuangan adalah untuk seluruh UMKM.
Walaupun demikian, pada umumnya negara-negara tersebut menyadari adanya
kemampuan yang berbeda antara usaha mikro, kecil dan menengah dalam menerapkan
standar laporan keuangan. Usaha kecil dan menengah dianggap lebih mampu menerapkan
standar laporan keuangan dibandingkan dengan usaha mikro.
Fasiltas pemerintah kepada UMKM dalam penyediaan pelatihan laporan keuangan
dilaksanakan antara lain di Brunei Darussalam oleh Enterprenerial Development Centre,
Ministry of Industry and Primary Resources.
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
31
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
LANDASAN TEORI DAN PEDOMAN LAPORAN KEUANGAN DAN BUSINESS PLAN UNTUK UMKM
BAB III
HASIL UJI COBA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
DAN BUSINESS PLAN (RENCANA USAHA) UMKM
3.1.Template Laporan Keuangan UMKM
Template laporan keuangan yang diuji coba mengacu pada ED SAK UKM yang
kemudian disederhanakan dan disahkan oleh IAI sebagai SAK ETAP. Template memuat
seluruh butir minimal yang ditetapkan oleh SAK ETAP dan bersifat umum. Penggunaan
butir-butir tersebut disesuaikan dengan jenis dan skala usaha serta kebutuhan operasional.
Template yang dipergunakan adalah sebagaimana terlampir pada Lampiran 1.
Template dirancang dengan tidak menggunakan terminologi debet-kredit, dengan tujuan
agar template tersebut akan mudah dimengerti dan dipahami oleh pengguna. Diharapkan,
bilamana pengguna telah dapat memahami template ini, maka proses pencatatan
transaksi akan lebih mudah dilakukan. Lebih lanjut lagi, pemahaman atas template ini akan
memudahkan pengguna bilamana dalam perkembangannya akan menggunakan perangkat
lunak (software) akuntansi.
3.2.Template Business Plan UMKM
Template Business Plan disusun dengan dasar sumber informasi berbagai referensi
pustaka dan diskusi. Butir-butir template bersifat umum dimana penggunaannya disesuaikan
dengan kebutuhan, dalam artian bahwa tidak seluruh butir dalam template ini harus diisi.
Template yang dipergunakan adalah sebagaimana terlampir pada Lampiran 2.
3.3.Hasil Uji Coba Template
Template diujicobakan terhadap 45 responden UMKM dengan kriteria sabagai
berikut:
1. Belum pernah berhubungan /mendapatkan kredit bank
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
33
2. Skala usaha mikro, kecil dan menengah dengan kriteria sesuai UU No. 20 tahun
2008 tentang usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
3. Berasal dari 4 sektor ekonomi, yakni sektor perdagangan, restoran dan hotel,
sektor perindustrian, sektor jasa dunia usaha dan sektor pertanian, perburuan dan
sarana pertanian.
Berdasarkan hasil uji coba tersebut ada berbagai temuan lapangan serta analisa dari
berbagai temuan lapangan tersebut.
1. Hasil Temuan Lapangan
a. Secara umum entitas UMKM belum melakukan pencatatan atas seluruh
transaksi usahanya. Bahkan beberapa entitas tidak melakukan pencatatan
sama sekali. Kegiatan operasional dijalankan dengan mengandalkan ingatan
serta pengamatan on the spot setiap hari atas persediaan barang.
b. Hal-hal yang menyebabkan belum terlaksananya pencatatan transaksi usaha
entitas UMKM dengan baik adalah :
1) adanya anggapan (mindset) bahwa pencatatan transaksi belum diperlukan,
sehingga bila dilaksanakan akan membuang waktu dan tenaga,
2) anggapan bahwa pencatatan transaksi tidak banyak bermanfaat dalam
menunjang kegiatan operasional sehari-hari,
3) pengelola usaha lebih fokus terhadap kegiatan produksi, pengelolaan
usaha rutin sehari-hari (misalnya belanja barang, mengurus tenaga kerja
dll.) dan mengurus transaksi dagangnya, sehingga tidak ada waktu/tidak
sempat melakukan kegiatan pencatatan,
4) terbatasnya pengetahuan pelaku usaha mengenai cara melakukan
pencatatan keuangan,
5) ada anggapan/ketakutan bahwa dengan pencatatan transaksi yang
lengkap akan berakibat pada peningkatan jumlah pengenaan pajak.
c. Untuk skala usaha mikro, masih banyak yang belum melakukan pemisahan
antara uang/dana yang dipergunakan untuk kepentingan usaha dengan dana
yang dipergunakan untuk kebutuhan rumah tangga.
d. Bagi entitas yang telah melakukan pencatatan, jenis pencatatan yang lazim
ditemui adalah pencatatan kas masuk dan kas keluar.
e. Terdapat pelaku usaha UMKM di sektor perdagangan dan industri yang telah
melakukan pencatatan sederhana selain pencatatan kas, yaitu pencatatan
persediaan bahan baku dan produk jadi.
f. Secara umum terlihat bahwa makin besar volume usaha dan makin banyaknya
transaksi mengakibatkan adanya tambahan pencatatan dan dokumen transaksi
34
Kajian Mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan Keuangan
dan Business Plan untuk UMKM di Indonesia
LANDASAN TEORI DAN PEDOMAN LAPORAN KEUANGAN DAN BUSINESS PLAN UNTUK UMKM
yang harus disimpan, walaupun belum dalam bentuk yang terstruktur.
g. Sebagian besar responden kurang mengetahui/memahami terminologi
pembukuan/akuntansi yang tercantum dalam template, padahal template
disusun berdasarkan butir-butir yang tercantum dalam SAK ETAP. Namun
demikian, dengan pengarahan singkat beberapa butir telah dapat dipahami.
h. Template yang mudah dipahami dan dilaksanakan adalah pencatatan Buku Kas
dan Penjualan. Beberapa template lain dapat diisi setelah diberi penjelasan,
namun responden belum memahami sepenuhnya.
i. Responden masih belum memahami dan mengalami kesulitan dalam
mengkonstruksi laporan keuangan (Neraca dan Perhitungan Laba Rugi).
j. Sebagian responden umumnya dapat mengisi butir-butir isian dalam template
Business Plan setelah diberikan penjelasan.
k. Rata-rata pelaku usaha kecil dan menengah memiliki kemampuan mengisi
template Business Plan dibandingkan dengan pelaku usaha mikro.
l. Secara umum, responden masih mengalami kesulitan dalam memahami dan
mengisi proyeksi Arus Kas yang merupakan lampiran template Business Plan.
m.Dari hasil diskusi sebagian besar pelaku UMKM tampak berminat mengunakan
template laporan keuangan dan Business Plan, selain itu beberapa pelaku
UMKM mulai menyadari manfaat pencatatan transaksi dan perencanaan usaha.
Beberapa pelaku UMKM meminta copy template untuk diterapkan. Selain itu
beberapa UMKM juga mempertanyakan apakah ada program pelatihan sebagai
kelanjutan dari uji coba ini.
2. Analisa Hasil Temuan Lapangan
Adapun analisis temuan di lapangan atas hal-hal yang berkaitan dengan uji
coba tersebut adalah sebagaimana berikut :
a. Nama Usaha
1) Usaha kecil dan menengah pada umumnya sudah memiliki nama usaha.
Penggunaan nama usaha pada usaha kecil dan menengah disamping untuk
alasan promosi juga digunakan sebagai merek dagang dari produk usahanya
serta merupakan syarat pengurusan bentuk badan usaha.
2) Usaha mikro pada umumnya belum memiliki nama usaha. Alasan usaha
mikro belum memiliki nama usaha antara lain:
• belum terfikirkan dan merasa belum memerlukan nama usaha,
• khawatir akan menarik perhatian Pemda terkait penarikan restribusi,
• sudah tergabung sebagai anggota dari paguyuban atau koperasi.
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
35
3) Namun demikian ada pula usaha mikro yang memiliki nama usaha
walaupun dapat saja terjadi nama usaha mikro tersebut merupakan
sebutan yang diberikan oleh konsumen. Untuk usaha mikro seperti ini,
mereka menggunakan nama usaha dengan pertimbangan nama usaha
dapat digunakan sebagai bagian dari promosi usahanya, merupakan syarat
pengurusan status badan hukum usaha, atau ada pula yang sekedar ikutikutan dengan pengusaha lainnya.
b. Bentuk Badan Usaha
1) Sebagian besar usaha kecil dan usaha menengah sudah memiliki kesadaran
untuk mengurus status/bentuk badan hukum usahanya. Kepemilikan
bentuk badan usaha ini karena usaha skala kecil maupun menengah
cenderung bermitra dengan pihak lain yang mensyaratkan kepemilikan
bentuk badan hukum dalam setiap hubungan bisnis. Dengan adanya badan
hukum diharapkan setiap transaksi usaha yang dilakukan akan terjamin
keamanannya.
2) Bentuk badan usaha UMKM, nampaknya tidak selalu berhubungan dengan
skala usahanya. Banyak usaha skala mikro dan kecil yang berbentuk badan
hukum perorangan, namun ada juga usaha mikro dan kecil yang mempunyai
badan hukum CV, yayasan atau PT. Sebaliknya usaha menengah juga dapat
saja berbentuk badan hukum perorangan.
c. Manajemen Usaha dan Administrasi Keuangan
1) Perilaku manajemen usaha dan administrasi keuangan pada skala usaha
mikro, kecil dan menengah menunjukkan kecenderungan yang sama, yaitu
terdapat usaha yang menerapkan manajemen keuangan berupa pencatatan
transaksi keuangan, namun ada juga yang belum melakukan pencatatan.
Selain itu, belum semua UMKM menerapkan pemisahan keuangan usaha
dengan pribadi/keluarga. Namun demikian sebagian besar UMKM telah
melakukan kegiatan inventarisasi bukti-bukti keuangan (nota/faktur).
2) Karakteristik dari UMKM yang belum melakukan pencatatan administrasi
dan manajemen usaha, antara lain:
• UMKM lebih banyak menggunakan waktunya untuk kegiatan usaha dan
menganggap belum perlu untuk melakukan pencatatan transaksi.
• Jenis transaksi UMKM relatif tidak terlalu banyak sehingga UMKM hanya
mengandalkan kepercayaan dan ingatan. Misalnya dalam transaksi usaha
dan hutang piutang UMKM hanya berhubungan dengan sedikit pemasok
36
Kajian Mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan Keuangan
dan Business Plan untuk UMKM di Indonesia
LANDASAN TEORI DAN PEDOMAN LAPORAN KEUANGAN DAN BUSINESS PLAN UNTUK UMKM
bahan baku.
• Penerapan manajemen usaha dan administrasi keuangan oleh UMKM
dapat dilakukan sendiri oleh pemilik usaha dan anggota keluarganya (istri,
anak, keponakan) atau menggunakan tenaga khusus yang menangani
masalah pencatatan.
• Variasi pencatatan akan semakin banyak seiring dengan besarnya skala
usaha.
3) Beberapa model pencatatan administrasi keuangan yang dilakukan yaitu:
• Usaha kripik tempe “Mahkota Artandi” di Ngawi, Jawa Timur
Format pencatatan penjualan bulanan berisi kolom tanggal, nama
pembeli, jenis barang, banyak barang yang terjual, harga satuan, jumlah
harga barang dan keterangan. Format pencatatan pembelian berisi
kolom tanggal, nama barang, banyak barang yang dibeli, harga barang
dan jumlah harga barang yang dibeli. Selain format di atas, juga telah
dilakukan pencatatan pembayaran upah karyawan
Gambar 3.1.
Pencatatan Transaksi
Keuangan kripik tempe
“Mahkota Artandi”
• Hotel AA Nuansa, Ngawi Jawa Timur
Format pencatatan keuangan meliputi pencatatan penghasilan dari
kunjungan tamu yang dicatat dalam sebuah buku dengan beberapa
kolom, yaitu tanggal, nomor kamar hotel, nama penyewa, lama hari,
harga kamar/hari, jumlah total. Format pencatatan keuangan lainnya
adalah Catatan Piutang dan Catatan Upah Karyawan.
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
37
Gambar 3.2.
Pencatatan Transaksi
Keuangan Hotel AA Nuansa
d. Rencana Pengembangan Usaha dan Pengetahuan tentang Syarat dan Prosedur
Pinjaman
1) Di kalangan usaha mikro, sebagian belum ada niat/rencana untuk
mengembangkan usahanya. Dalam situasi dan kondisi ekonomi dimana
harga bahan baku relatif tinggi dan sepi konsumen, maka mereka cenderung
untuk bisa mempertahankan usahanya saja. Disamping hanya ingin
mempertahankan usahanya saja, mereka pun umumnya kurang paham
tentang syarat, prosedur dan sumber-sumber permodalan yang ada dan
dapat mereka akses.
Kelompok usaha skala mikro yang memiliki niat dan rencana pengembangan
pun rata-rata tidak tahu syarat, prosedur dan sumber-sumber permodalan
yang dapat mereka akses. Hanya sebagian kecil saja yang paham syarat,
prosedur dan sumber-sumber modal yang ada, yaitu mereka yang pernah atau
sedang mengakses permodalan dari program Corporate Social Responsibility
(CSR) maupun Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) BUMN atau
program pemerintah lainnya. Persyaratan untuk mengakses permodalan
tersebut
relatif ringan, tidak ada persyaratan agunan dan hanya perlu
persyaratan keanggotaan (paguyuban atau koperasi) serta persyaratan
adminsitrasi yang relatif mudah dipenuhi seperti KTP, Kartu Keluarga dan
rekening listrik.
2) Untuk usaha kecil sebagian ada yang memiliki niat atau rencana
mengembangkan usahanya dan berniat meminjam modal, namun ada
sebagian yang belum paham syarat, prosedur dan sumber modal yang ada
dan dapat mereka akses. Sebagian kalangan usaha skala kecil yang sudah
paham syarat, prosedur dan sumber modal tidak semuanya dapat mengakses
pinjaman yang dibutuhkan. Alasannya antara lain karena tidak memiliki
jaminan (sertifikat tanah atau surat pemilikan kendaraan bermotor).
38
Kajian Mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan Keuangan
dan Business Plan untuk UMKM di Indonesia
LANDASAN TEORI DAN PEDOMAN LAPORAN KEUANGAN DAN BUSINESS PLAN UNTUK UMKM
Sebagian usaha kecil lainnya tidak berniat atau berencana mengembangkan
usahanya,
tetapi
hanya
ingin
mempertahankan
usahanya,
karena
menganggap usahanya sudah cukup berkembang, atau karena khawatir/
takut meminjam disebabkan adanya kendala di bidang pemasaran. Selain
itu, ada pula yang tidak berani mengambil risiko karena kurang paham betul
syarat, prosedur dan risiko pinjaman.
3) Adapun di kalangan usaha menengah umumnya memiliki niat/rencana
untuk mengembangkan usahanya, sehingga mereka mengaku memerlukan
modal/pinjaman untuk mengembangkan usahanya. Secara umum mereka
sudah tahu syarat, prosedur dan sumber modal, bahkan sebagian sedang
dalam proses pengajuan pinjaman. Selain untuk mengembangkan bidang
usaha yang sudah ada, juga untuk mengembangkan bidang usaha lainnya.
e. Bidang dan Aspek Pelatihan yang dibutuhkan
Bidang dan aspek pelatihan yang dibutuhkan oleh usaha mikro, kecil dan
menengah berkaitan dengan rencana pengembangan usahanya, keterbatasan
informasi permodalan, pencatatan administrasi keuangan, dan penyusunan
rencana usaha sebagai berikut:
1) Regulasi/legalitas/dokumen hukum/perizinan yang diperlukan untuk UMKM
berdasarkan skala usahanya;
2) Manfaat pencatatan standar keuangan dan rencana usaha, secara lebih
khusus manfaat untuk tiap lembar format standar laporan keuangan;
3) Penjelasan istilah dalam lembar-lembar format standar laporan keuangan
dan rencana usaha;
4) Penjelasan mengenai cara/teknik penghitungan/pengisian format standar
laporan keuangan dan rencana usaha untuk setiap butirnya;
5) Penjelasan mengenai cara/teknik pengisian format rencana usaha, terutama
berkenaan dengan proyeksi keuangan, bagaimana menentukan keuangan
suatu produk usaha, strategi pelaksanaan usaha dan analisis pasar/
keuangan;
6) Informasi mengenai syarat, prosedur, waktu dan sumber-sumber modal
perbankan komersial maupun non komersial yang ada dan dapat diakses
oleh UMKM sesuai dengan skala usahanya;
7) Kewirausahaan dan strategi produksi/pemasaran bersama di kalangan
UMKM sesuai dengan skala usahanya.
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
39
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
ANALISIS PENTAHAPAN DAN STRATEGI DALAM RANGKA
IMPLEMENTASI PEDOMAN LAPORAN KEUANGAN DAN RENCANA USAHA UMKM
BAB IV
ANALISIS PENTAHAPAN DAN STRATEGI
DALAM RANGKA IMPLEMENTASI PEDOMAN LAPORAN
KEUANGAN DAN RENCANA USAHA UMKM
4.1.Analisis SWOT
Metode analisis SWOT dipergunakan sebagai pendekatan dalam menelaah aspekaspek yang dihadapi entitas UMKM dalam melakukan pencatatan transaksi, penyusunan
laporan keuangan dan rencana usaha. Alat yang dipergunakan untuk mengidentifikasi
aspek/faktor strategis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman entitas UMKM dalam
mencapai tujuannya tersebut adalah matriks SWOT. Dengan demikian, akan dapat diketahui
kekuatan dan kelemahan internal yang dimiliki serta peluang dan ancaman eksternal yang
dihadapi, sehingga dapat diambil kesimpulan mengenai strategi yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan tersebut.
Tabel 4.1. Matriks SWOT
Internal
Eksternal
Peluang (Opportunity) :
1. Meningkatnya dukungan
pemerintah dalam
pengembangan UMKM.
2. Meningkatnya perhatian
berbagai pihak dalam
pengembangan UMKM,
misalnya lembaga pembiayaan,
perusahaan swasta & BUMN.
3. Adanya ketentuan/perundangan
mengenai CSR, PKBL yang
dapat dipergunakan untuk
meningkatkan kompetensi
UMKM.
Kekuatan (Strength) :
1. Dominasi sektor UMKM
sebagai salah satu pilar dalam
perekonomian Indonesia
2. Sektor UMKM memiliki daya
tahan terhadap fluktuasi
ekonomi.
3. Banyak bidang usaha UMKM
yang memiliki potensi untuk
berkembang.
4. Sektor UMKM dapat menjadi
entry point untuk memulai
usaha mandiri.
Kelemahan (Weakness)
1. Adanya mindset kurang
pentingnya pencatatan transaksi
dan laporan keuangan dalam
operasional UMKM.
2. Terbatasnya pengetahuan pelaku
UMKM tentang tata buku,
akuntansi dan pelaporan
3. Kurangnya pelatihan di bidang
pembukuan, pelaporan
keuangan dan penyusunan
rencana kerja
Strategi Strength - Opportunity
1. Pelatihan dan Pendampingan
kepada UMKM.
2. Kaitan ketentuan adanya laporan
keuangan dan rencana usaha
dalam kegiatan pembiayaan
maupun pembinaan UMKM,
disesuaikan dengan skala usaha
dan tingkat kompetensi
Strategi Weakness Opportunity
1. Adanya program pentahapan
dalam implementasi penyusunan
laporan keuangan dan rencana
usaha.
2. Adanya program pelatihan
kepada UMKM secara
berjenjang sesuai dengan
pentahapan implementasi
penyusunan laporan keuangan
dan rencana usaha.
3. Pendampingan implementasi
hasil pelatihan.
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
41
Ancaman (Threat)
1. Adanya persaingan untuk
memperoleh pembiayaan
sebagai dampak pasar bebas
ASEAN.
2. Lemahnya daya saing usaha
sebagai dampak pasar bebas.
Strategi Strength - Threat
1. Program peningkatan
kompetensi usaha, teknis dan
manajerial melalui pelatihan dan
pendampingan.
Strategi Weakness - Threat
1. Pelaksanaan program pelatihan
dan pendampingan bagi
UMKM.
4.2.Analisis Pentahapan & Strategi Implementasi Laporan
Keuangan UMKM
Dengan memperhatikan gambaran yang diperoleh dari hasil uji coba template laporan
keuangan yang disusun berdasarkan pos-pos yang terdapat pada ED SAK UKM, terlihat
adanya temuan yang menunjukkan bahwa pencatatan transaksi akan lebih lengkap dan
lebih baik seiring dengan meningkatnya volume usaha. Volume usaha dalam hal ini baik
dari besaran aset yang dimiliki maupun omset penjualan yang terjadi.
Dalam perkembangannya, ED SAK UKM telah diberlakukan dengan nama Standar
Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). Dengan asumsi bahwa
format laporan keuangan yang tertuang dalam SAK ETAP merupakan format ideal yang akan
diterapkan sebagai acuan bagi pelaku usaha (skala mikro, kecil dan menengah maupun bagi
lembaga pembiayaan baik bank maupun institusi non bank), diperlukan adanya pentahapan
(staging) dalam implementasinya.
Unsur “keharusan” dalam implementasi pencatatan dan pelaporan diperlukan dengan
tujuan terciptanya sektor UMKM dengan pengelolaan keuangan yang baik, professional
dan berdaya saing. Unsur “keharusan” ini diantaranya dapat dilaksanakan dalam bentuk
persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu entitas UMKM guna memperoleh pembiayaan,
keikutsertaan dalam program tertentu (misalnya program bapak angkat – anak angkat)
maupun perijinan-perijinan tertentu.
Penerapan ketentuan adanya pencatatan/pelaporan keuangan kemungkinan akan
dianggap sebagai faktor penghambat perkembangan usaha. Oleh karenanya perlu adanya
pentahapan dalam penerapannya, yaitu melalui pelatihan dan pendampingan, sehingga hal
ini pada gilirannya akan menjadi suatu faktor pendorong perkembangan usaha.
Hal ini mengingat terdapat persyaratan yang berbeda antar skema-skema pinjaman
untuk UMKM. Dari wawancara dengan responden, diketahui bahwa yang bersangkutan
memperoleh dana bergulir dengan melampirkan fotokopi KTP dan Kartu Keluarga saja.
42
Kajian Mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan Keuangan
dan Business Plan untuk UMKM di Indonesia
ANALISIS PENTAHAPAN DAN STRATEGI DALAM RANGKA
IMPLEMENTASI PEDOMAN LAPORAN KEUANGAN DAN RENCANA USAHA UMKM
Gambar 4.1. Proses pengambilan data ke responden UMKM
Kondisi berbeda pada persyaratan yang lazim berlaku di industri perbankan dimana
terdapat ketentuan adanya pencatatan/laporan keuangan telah diberlakukan oleh pihak
perbankan untuk besaran kredit tertentu. Pihak perbankan tidak diperkenankan untuk
menyalurkan kredit kepada entitas usaha baru. Minimal entitas tersebut telah beroperasi
selama 2 (dua) tahun. Untuk jenis kredit mikro tertentu (misalnya skim Kredit Usaha Rakyat/
KUR) minimal telah beroperasi selama 6 bulan.
Pihak perbankan memerlukan adanya laporan keuangan atau setidaknya catatan
transaksi keuangan, sebagai salah satu alat analisis untuk dapat memperkirakan besarnya
fasilitas kredit yang akan diberikan serta persyaratan yang akan dikenakan. Besarnya omset
dan proyeksi peningkatan usaha merupakan salah satu unsur pokok penentuan jumlah
kredit/pembiayaan yang akan diberikan. Informasi keuangan tersebut juga berguna untuk
memperkirakan kemampuan membayar (repayment capacity) calon debitur.
Lebih lanjut lagi, pihak perbankan pun memerlukan laporan keuangan/pencatatan
transaksi secara berkala sebagai alat kontrol atas fasilitas kredit yang diberikan. Dari laporan
keuangan akan dapat dilihat apakah terjadi penyimpangan penggunaan kredit, atau apakah
bisnis yang dilakukan oleh debitur mengalami peningkatan atau penurunan.
Adanya jaminan tambahan (collateral) dengan nilai yang cukup besar tidak serta
merta mengakibatkan diperolehnya fasilitas kredit dengan jumlah yang cukup besar.
Pihak perbankan senantiasa mengacu pada obyek/proyek yang dibiayai dengan tujuan
menghindari terjadinya overfinancing/underfinancing ataupun sidestreaming.
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
43
4.2.1. Pentahapan
Keuangan
Pelaksanaan
Pencatatan
dan
Pelaporan
Dengan memperhatikan hasil uji coba pada responden UMKM, diperoleh gambaran
akan perlunya pentahapan dalam penerapan pelaksanaan pencatatan transaksi usaha dan
penyusunan laporan keuangan. Tahapan didasarkan pada skala usaha, dengan pertimbangan
bahwa kebutuhan pencatatan akan meningkat sejalan dengan meningkatnya volume usaha.
Lihat Gambar 4.
Mengerti dan
Paham Manfaat
Pencatatan (terkait
dengan perijinan
dan pembiayaan)
Pencatatan :
1. Penjualan
2. Stok
3. Hutang
4. Piutang
Sumber Utama
Informasi keuangan
Entitas
SAK – ETAP lengkap
Pembuatan:
1. Neraca
2. Rugi Laba
Gambar 4.2. Tahapan Implementasi Laporan Keuangan
Tahapan tersebut adalah :
1. Introduksi Pencatatan Transaksi
(Pemahaman Manfaat Pencatatan Transaksi)
Pada tahap ini diharapkan pelaku entitas UMKM mengerti dan memahami
manfaat pencatatan transaksi, baik bagi pelaku usaha sendiri maupun dalam
hubungannya dengan pihak ketiga, misalnya institusi perijinan dan lembaga
pembiayaan.
Salah satu hambatan penerapan pelaksanaan pencatatan transaksi dan
penyusunan Laporan Keuangan bagi UMKM adalah adanya pandangan bahwa
kegiatan tersebut bukanlah merupakan kebutuhan, bahkan dirasa hanya
menambah beban pekerjaan. Manfaat yang diperoleh tidak sebanding dengan
tambahan usaha (effort) yang dilakukan.
44
Kajian Mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan Keuangan
dan Business Plan untuk UMKM di Indonesia
ANALISIS PENTAHAPAN DAN STRATEGI DALAM RANGKA
IMPLEMENTASI PEDOMAN LAPORAN KEUANGAN DAN RENCANA USAHA UMKM
Langkah yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah :
a. Kampanye/penyebaran informasi/sosialisasi secara massif dalam bahasa yang
sederhana perihal perlunya setiap unit usaha untuk melakukan pencatatan
transaksi, bagaimana pun sederhana bentuk usahanya.
b. Sosialisasi juga melalui berbagai media yang bersifat masal dan disesuaikan
dengan kondisi sosial-budaya daerah masing-masing dimana UMKM berada.
Bisa melalui poster, penyebaran brosur, pamflet, leaflet dan lain sebagainya.
c. Isi (content) media kampanye/sosialisasi diantaranya dalam bentuk contoh
sederhana dan mudah dipahami, sesuai kondisi sosial-budaya daerah masingmasing dimana UMKM berada.
Melalui tahapan ini diharapkan muncul kesadaran/pemahaman pelaku
UMKM akan manfaat dan pentingnya pencatatan transaksi. Hal ini akan merupakan
entry point yang ideal bagi tahapan selanjutnya.
2. Pencatatan Arus Keluar – Masuk Kas
Pencatatan transaksi kas merupakan dasar/awal dari tahapan pencatatan
UMKM. Hal ini sejalan dengan bentuk kegiatan UMKM yang sebagian besar
bersifat cash basis, baik modal, biaya, pembelian maupun hasil penjualan. Dengan
demikian, pencatatan ini merupakan sumber utama informasi keuangan entitas.
Pencatatan kas juga berguna bagi UMKM untuk mengetahui apakah terdapat
selisih kurang (rugi) atau selisih lebih (laba) serta untuk mengetahui jumlah uang
kas yang ada dalam kotak penyimpanan. Pencatatan ini dilakukan secara harian.
Tahapan ini merupakan target minimal dan diharapkan dapat dicapai
oleh entitas usaha dengan skala Mikro.
3. Pencatatan Transaksi Lainnya
Tahapan selanjutnya dalam proses pencatatan transaksi adalah :
a. Pencatatan Penjualan
Pencatatan penjualan dilakukan secara harian. Pencatatan ini diperlukan oleh
entitas untuk mengetahui beberapa hal utama, diantaranya :
1) Jumlah penerimaan dari penjualan barang
2) Barang-barang apa saja yang terjual
3) Siapa pembeli terbanyak
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
45
b. Pencatatan Persediaan Barang Dagang
Pencatatan persediaan barang dagang diperlukan oleh entitas untuk mengetahui
beberapa hal utama, diantaranya :
1) Jumlah barang dagang yang masih ada di gudang/yang dititipkan di outlet/
kios/toko/pameran dengan sistem konsinyasi.
2) Apakah perlu dilakukan pembelian ulang.
3) Barang dagang yang paling banyak diminati pelanggan
Sejalan dengan meningkatnya volume usaha, pencatatan persediaan barang
dagang diperlukan oleh entitas agar kesinambungan transaksi tetap terjaga.
Pencatatan ini juga ditujukan untuk mengelola dan memantau persediaan agar
tidak terjadi kebocoran.
c. Pencatatan Hutang
Secara umum, bagi suatu entitas UMKM hutang dapat digolongkan dalam dua,
yaitu:
1) Hutang Dagang: yaitu hutang yang terkait dengan kegiatan operasional
entitas sehari-hari. Termasuk dalam kategori Hutang Dagang adalah
pembelian barang dagang/bahan baku dengan sistem pembayaran tunda
(kemudian).
2) Hutang Lain: yaitu hutang yang terkait dengan hal lain di luar kegiatan
operasional entitas sehari-hari. Termasuk dalam kategori ini adalah Hutang
dari pihak ketiga untuk peningkatan/penguatan modal dan hutang kepada
Pemegang Saham. Termasuk dalam hal ini adalah hutang dari pihak Bank.
Entitas UMKM perlu melakukan pencatatan hutang mengingat sifatnya yang
secara finansiil akan membebani arus kas di masa mendatang. Dengan adanya
pencatatan, entitas usaha dapat memperkirakan beban kas yang harus disiapkan.
Lebih lanjut lagi, keberadaan pencatatan hutang akan semakin penting sejalan
dengan meningkatnya volume/omset usaha.
d. Pencatatan Piutang
Secara umum, Piutang dapat digolongkan ke dalam dua kategori, yaitu :
1) Piutang Dagang: yaitu tagihan kepada pihak lain dalam kaitannya dengan
kegiatan operasional sehari-hari. Termasuk dalam hal ini adalah penjualan
barang dagang kepada pelanggan dengan sistem pembayaran tunda
(kemudian).
2) Piutang Lainnya: yaitu tagihan kepada pihak lain yang tidak terkait dengan
kegiatan operasional entitas sehari-hari.
46
Kajian Mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan Keuangan
dan Business Plan untuk UMKM di Indonesia
ANALISIS PENTAHAPAN DAN STRATEGI DALAM RANGKA
IMPLEMENTASI PEDOMAN LAPORAN KEUANGAN DAN RENCANA USAHA UMKM
Tahapan ini diharapkan dapat dilakukan oleh entitas UMKM dengan
skala Mikro. Tahapan ini merupakan tahapan lanjutan dari pencatatan
kas.
4. Penyusunan Laporan Keuangan
Pada tahapan ini diasumsikan bahwa pencatatan transaksi telah mencakup
seluruh aspek minimal dari Neraca dan perhitungan Laba Rugi. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa entitas UMKM tersebut telah dapat melakukan konstruksi
laporan keuangan.
Laporan Keuangan yang disusun masih dalam bentuk sederhana,
dengan menerapkan prinsip-prinsip akuntansi standar. Pada tahapan ini masih
dimungkinkan adanya beberapa kekurangan, misalnya penerapan metodologi
penaksiran persediaan, penggolongan unsur harga pokok dan perlakuan atas
transaksi-transaksi yang terjadi. Laporan Keuangan yang tersusun masih belum
diaudit oleh Akuntan Publik.
Tahapan ini diharapkan telah dapat dicapai oleh entitas UMKM skala
Kecil.
5. Penyusunan Laporan Keuangan Yang Auditable.
Pada tahapan ini entitas UMKM telah memiliki seluruh catatan yang lengkap
dan rinci mengenai seluruh transaksi yang terjadi, baik yang bersifat real transaction
(misalnya pembelian, penjualan, retur, potongan harga dll.) maupun yang bersifat
non real transaction (seperti penyusutan, pencadangan, susut dll.). Pencatatan
juga telah meliputi seluruh aspek (items) dalam Neraca dan perhitungan Laba
Rugi. Entitas juga telah memberlakukan prinsip-prinsip akuntansi dan perlakuan
transaksi yang telah ditetapkan dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
Secara organisasi, entitas juga diharapkan telah memiliki unit kerja tersendiri
yang menangani seluruh kegiatan keuangan, serta telah menggunakan sistem/
perangkat lunak akuntansi.
Tahapan ini diharapkan telah dapat dicapai oleh entitas UMKM skala
menengah. Hal ini penting mengingat tahapan usaha ini hanya satu tingkat di
bawah entitas usaha dengan skala Besar, sehingga praktek good governance
selayaknya telah mulai diterapkan.
Tahapan-tahapan ini disusun berdasarkan volume/besarnya skala usaha
entitas. Bilamana entitas dibangun dari skala mikro, maka secara ideal entitas
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
47
tersebut seharusnya dapat mengikuti roadmap tersebut di atas. Namun, bilamana
entitas tidak dibangun dari skala mikro (misalnya, dengan jumlah modal untuk
skala kecil atau menengah, maka seyogyanya entitas tersebut dari awal telah
mengimplementasikan pencatatan transaksi/penyusunan laporan keuangan sesuai
dengan stratanya.
4.2.2. Format Program Pendukung
Guna mendukung terlaksananya pentahapan tersebut di atas sesuai dengan time
frame yang telah ditentukan, dan dengan memperhatikan gambaran hasil uji coba template
Laporan Keuangan, perlu dilaksanakan program-program pendukung sebagai berikut :
1. Peningkatan kapasitas pemahaman pelaku UMKM melalui berbagai kampanye/sosialisasi
dan pelatihan serta pelaksanaan good governance bagi entitas usaha, baik skala mikro,
kecil maupun menengah yang utamanya mencakup :
a. Pentingnya pemisahan dana yang dialokasikan untuk keperluan usaha dengan dana
yang dialokasikan untuk kepentingan pribadi/keluarga. Hal ini adalah fundamental
untuk mencegah terjadinya deteriorasi modal yang sering terjadi pada entitas
UMKM.
b. Pentingnya pemisahan penggunaan asset untuk kegiatan usaha dengan pemanfaatan
pribadi/keluarga.
c. Manfaat yang dapat diperoleh dengan melakukan pencatatan transaksi dan (tahap
selanjutnya) penyusunan laporan keuangan.
d. Pelatihan teknis pencatatan transaksi dan penyusunan laporan keuangan yang
mencakup:
1) Pengenalan singkat konsep pembukuan/akuntansi
2) Dasar-dasar pembukuan/akuntansi
3) Pencatatan transaksi minimal yang diperlukan oleh entitas UMKM sesuai dengan
skala usahanya.
4) Pengenalan format pencatatan yang disesuaikan dengan kebutuhan entitas.
5) Workshop pencatatan transaksi dan penyusunan laporan keuangan.
Detail cakupan materi pelatihan per tahapan adalah sebagai berikut :
48
Kajian Mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan Keuangan
dan Business Plan untuk UMKM di Indonesia
ANALISIS PENTAHAPAN DAN STRATEGI DALAM RANGKA
IMPLEMENTASI PEDOMAN LAPORAN KEUANGAN DAN RENCANA USAHA UMKM
Manajemen Dasar:
1. Pemisahan Keuangan
2. Pemisahan Aset
3. Manfaat pencatatan &
penyusunan Laporan
4. Pengenalan singkat
5. Konsep pembukuan
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
Materi tahap 2
Transaksi penjualan,
persediaan, hutang,
piutang
Invoice & dokumen
transaksi
Kartu pencatatan
Workshop
Materi tahap 1
Pengenalan transaksi
Kas Masuk-Kas Keluar
Workshop
1.
2.
3.
4.
5.
Workshop Seminar
tentang Standar
Akuntasi Keuangan
Materi pelatihan tahap 3
Accounting treatment
Transaksi non cash
Hubungan transaksi
Struktur pencatatan
Gambar 4.3. Materi Pelatihan
Tahap I :
Manajemen dasar yang mencakup
1) Pentingnya pemisahan dana yang dialokasikan untuk keperluan usaha dengan
dana yang dialokasikan untuk kepentingan pribadi/keluarga.
2) Pentingnya pemisahan penggunaan aset untuk kegiatan usaha dengan
pemanfaatan pribadi/keluarga.
3) Pentingnya dan manfaat yang dapat diperoleh dengan melakukan pencatatan
transaksi dan penyusunan laporan keuangan.
4) Pengenalan singkat konsep pembukuan/akuntansi dan dasar-dasar pembukuan/
akuntansi.
Tahap II :
Materi pelatihan Tahap I ditambah dengan :
1) Pengenalan jenis-jenis transaksi
2) Pengenalan cara pengumpulan dan penyimpanan bukti-bukti transaksi.
3) Pengenalan cara pencatatan kas masuk-kas keluar.
4) Workshop cara pencatatan buku kas.
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
49
Tahap III :
1) Materi pelatihan Tahap II ditambah dengan cara pencatatan transaksi Penjualan,
Persediaan, Hutang dan Piutang.
2) Pembuatan faktur dan dokumen transaksi
3) Penyimpanan dokumen transaksi
4) Pembuatan kartu/catatan transaksi
5) Workshop pencatatan transaksi.
Tahap IV :
Materi Pelatihan Tahap III ditambah dengan :
1) Pengenalan perlakuan akuntansi atas berbagai transaksi, seperti perlakuan transaksi
penjualan, metodologi persediaan, work in process, hutang, piutang.
2) Pengenalan dan implementasi transaksi non cash, seperti depresiasi/amortisasi,
pencadangan piutang macet.
3) Pengenalan hubungan antar transaksi
4) Pengenalan struktur pencatatan: buku tambahan, sub buku besar dan buku
besar.
5) Workshop.
Tahap V :
Workshop dan Seminar tentang Standar Akuntansi Keuangan.
e. Pendampingan terhadap UMKM dalam melaksanakan pencatatan transaksi dan
penyusunan laporan keuangan. Pendampingan ditujukan untuk memastikan bahwa
hasil pelatihan yang telah dilakukan terdahulu dapat dilaksanakan dalam kegiatan
sehari-hari. Acuan pendampingan dalam hal ini adalah materi pelatihan yang telah
diberikan.
50
Kajian Mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan Keuangan
dan Business Plan untuk UMKM di Indonesia
ANALISIS PENTAHAPAN DAN STRATEGI DALAM RANGKA
IMPLEMENTASI PEDOMAN LAPORAN KEUANGAN DAN RENCANA USAHA UMKM
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Aspek Legalitas
Kader Pencatatan
Teknik pencatatan
keuangan
Peminjaman dana bergulir
Pengembangan Usaha
Pemasaran
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Aspek Legalitas
Staf Khusus untuk Keuangan
Teknik pencatatan keuangan
Pembiayaan (modal ventura, dana
pinjaman, bank)
Pembuatan Business Plan & Cash Flow
Pemasaran
Perpajakan
Aspek Legalitas
Unit Khusus untuk keuangan
Teknik pencatatan keuangan
Pembiayaan (modal ventura, dana
penjaminan, bank)
Pembuatan business plan dan cash flow
Pemasaran
Gambar 4.4. Program pendampingan
4.3.Analisis Pentahapan dan Strategi Implementasi Business Plan
(Rencana Usaha) UMKM
Tidak seperti pencatatan transaksi dan penyusunan laporan keuangan, Rencana Usaha
bukan merupakan perangkat kerja yang harus secara rutin disiapkan oleh entitas UMKM.
Umumnya kebutuhan penyusunan rencana usaha baru dirasakan perlu oleh entitas tersebut
bilamana dihadapkan pada suatu kondisi yang mengharuskan adanya perangkat tersebut.
Kondisi tersebut di atas utamanya disebabkan oleh adanya pemikiran bahwa pendirian
entitas UMKM utamanya dilakukan sebagai sumber utama untuk mencari nafkah hidup
secara subsisten. Pemikiran yang bersifat subsisten ini mendorong pelaku UMKM untuk
berfikir secara jangka pendek (short term). Usaha sudah dianggap memadai bilamana pelaku
UMKM telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, seperti kebutuhan makan, pendidikan
dan kesehatan.
Kondisi berbeda terjadi bagi entitas UMKM yang berkeinginan untuk mengembangkan
usahanya. Entitas kelompok ini memiliki pemahaman yang lebih baik perihal pentingnya
perencanaan, utamanya untuk kepentingan memperoleh pembiayaan. Namun demikian,
sebagian besar UMKM memiliki keterbatasan dalam mengidentifikasi aspek-aspek penting
rencana usaha, diantaranya dalam melakukan identifikasi pasar, menentukan segmen pasar,
menetapkan strategi bisnis secara terstruktur, menghitung modal kerja, serta menyusun
proyeksi arus kas.
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
51
Sesuai dengan prinsip good governance, maka pemahaman akan pentingnya
perencanaan, sesederhana apapun bentuknya, perlu dilakukan oleh entitas UMKM sejalan
dengan meningkatnya volume/omset usaha. Rencana Usaha diperlukan karena salah satu
sebab utama kegagalan usaha adalah ketiadaan perencanaan sebelumnya. Banyak entitas
UMKM atau pelaku bisnis pemula yang masuk ke dalam dunia usaha dengan ide cemerlang
dan semangat tinggi, namun mengabaikan aspek pasar. Mereka terpaku dan terpukau
dengan ide bisnis yang cemerlang dan berusaha bergerak cepat untuk merealisasikan
usahanya. Banyak pelaku usaha yang tidak menyadari bahwa antusiasme yang berlebihan
menyebabkan penilaian yang bias atas ide bisnis mereka, sekaligus merasa terdapat potensi
pasar yang sangat besar dan produk/jasa yang ditawarkan pasti akan diterima oleh pasar.
4.3.1. Implementasi Penyusunan Business Plan (Rencana Usaha)
Sebagaimana pencatatan transaksi dan penyusunan laporan keuangan, penyusunan
rencana usaha juga dilakukan sesuai dengan skala UMKM. Pada dasarnya, tidak ada format
baku bagi penyusunan suatu rencana usaha. Susunan rencana usaha adalah bersifat free
format yang disesuaikan dengan keinginan entitas dan dengan memperhatikan kebutuhan
informasi yang diperlukan oleh pengguna.
Sesuai dengan coverage pasar dan jumlah modal yang terbatas, Rencana Usaha bagi
Entitas UMKM dengan skala Mikro juga bersifat sederhana, yang setidaknya memuat:
a. Produk/jasa yang dijual
b. Perangkat kerja yang diperlukan
c. Personil yang diperlukan
d. Cara pemasaran/penjualan
e. Lokasi usaha
f. Perkiraan Modal yang diperlukan
g. Perkiraan Total Biaya yang dikeluarkan
h. Perkiraan Laba yang diharapkan.
Namun demikian, entitas UMKM skala Mikro tetap didorong untuk dapat menyusun
rencana usaha dengan lebih rinci.
Meningkat ke tahap selanjutnya, dengan memperhatikan volume/omset usaha serta
relatif besarnya dana yang tertanam pada kegiatan usaha baik dalam bentuk modal maupun
pinjaman, UMKM dengan skala Kecil dan Menengah setidaknya dapat menyusun rencana
usaha yang lebih rinci dan lengkap, yang terdiri dari :
52
Kajian Mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan Keuangan
dan Business Plan untuk UMKM di Indonesia
ANALISIS PENTAHAPAN DAN STRATEGI DALAM RANGKA
IMPLEMENTASI PEDOMAN LAPORAN KEUANGAN DAN RENCANA USAHA UMKM
a. Aspek Hukum, yang terdiri dari dokumen legal (corporate legal document) yang dimiliki
dan diperlukan serta perijinan (licenses and permits) yang dimiliki dan diperlukan.
b. Informasi mengenai kegiatan usaha yang telah dilakukan
c. Informasi mengenai kegiatan usaha/pengembangan yang akan dilakukan.
d. Kajian singkat mengenai industri/ lingkungan usaha.
e. Organisasi perusahaan/pelaksanaan kegiatan.
f. Penjelasan rinci mengenai produk/jasa yang akan dihasilkan.
g. Proses produksi/cara kerja kegiatan usaha.
h. Rincian mengenai kajian potensi pasar serta sasaran pasar.
i. Strategi usaha/pemasaran.
j. Rincian Kebutuhan Dana.
k. Proyeksi Keuangan, minimal berbentuk Proyeksi Arus Kas.
4.3.2. Format Program Pendukung
Walaupun sifat rencana usaha adalah tidak rutin, namun tetap merupakan perangkat
pendukung penting bagi entitas UMKM baik sebagai patokan usaha mereka maupun untuk
kepentingan memperoleh pembiayaan. Untuk meningkatkan kompetensi entitas UMKM
dalam melakukan dan menyusun rencana usaha, diperlukan langkah-langkah sebagai
berikut :
a. Pelatihan Penyusunan Rencana Kerja, meliputi :
1) Pengetahuan tentang peraturan hukum yang harus dimiliki oleh suatu entitas
usaha.
2) Dasar-dasar manajemen
3) Analisa Lingkungan Usaha
4) Product Knowledge
5) Strategi Pemasaran dan Analisa Pasar
6) Penyusunan Proyeksi Arus Kas
b. Workshop Penyusunan Rencana Kerja
Tahapan workshop berisi kegiatan praktek pembuatan Rencana Usaha berdasarkan
pelatihan klasikal yang telah dilaksanakan sebelumnya.
c. Pendampingan Penyusunan Rencana Kerja
Tahapan ini merupakan tahapan pembuatan rencana kerja riil yang dilakukan oleh
UMKM, baik untuk kepentingan internal maupun untuk keperluan memperoleh
pembiayaan.
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
53
d. Pendampingan dalam berhubungan dengan pihak lain (instansi terkait, lembaga
pembiayaan dll.).
Pendampingan ini diperlukan utamanya bagi UMKM yang belum terbiasa berhubungan
dengan institusi formal, baik yang berhubungan dengan perijinan, departemen teknis,
permohonan kredit maupun untuk keperluan lain.
4.4.Dukungan Kelembagaan dalam Implementasi Penyusunan
Laporan Keuangan dan Business Plan (Rencana Usaha)
UMKM
Dukungan yang bersifat kelembagaan, baik dalam bentuk adanya suatu institusi
yang menangani peningkatan kapasitas dan kompetensi entitas UMKM, berbagai kegiatan
institusi pemerintah, badan usaha milik negara maupun pihak swasta, serta aspek peraturan
dan perundangan yang berfungsi sebagai alas hukum kegiatan pengembangan kompetensi
UMKM sangat diperlukan dalam upaya implementasi penyusunan laporan keuangan dan
rencana usaha UMKM.
Secara spesifik, terdapat beberapa ketentuan peraturan perundangan yang menjadi
dasar hukum kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan UMKM, yaitu:
1. Undang - undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 pasal 74 ayat 1 yang
mengatur bahwa Perseroan Terbatas yang menjalankan usaha di bidang dan/atau
bersangkutan dengan Sumber Daya Alam wajib menjalankan tanggung jawab sosial
dan lingkungan.
2. Undang – undang Penanaman Modal No. 25 Tahun 2007 pasal 15 ayat 6 yang
menyatakan bahwa setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung
jawab sosial perusahaan.
3. Peraturan Menteri (Permen) BUMN No.5/MBU/2007 yang mengatur pelaksanaan
Corporate Social Responsibility (CSR) Badan Usaha Milik Negara. Disebutkan bahwa
CSR BUMN adalah dalam bentuk Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL).
Jumlah CSR yang wajib disediakan adalah 2 (dua) persen dari keuntungan bersih
setelah pajak.
Dalam konteks peraturan perundangan tersebut di atas, pengembangan UMKM baik
dalam bentuk pemberian bantuan modal, pelatihan, akses pasar maupun akses informasi
dapat dilakukan dengan menyertakan persyaratan mengenai keharusan adanya pencatatan
transaksi, laporan keuangan serta rencana usaha kepada para entitas UMKM partisipan,
tentunya dengan memperhatikan tahapan-tahapannya sesuai dengan skala usaha serta
kompetensi entitas UMKM itu sendiri.
54
Kajian Mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan Keuangan
dan Business Plan untuk UMKM di Indonesia
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1.Kesimpulan
5.1.1. Laporan Keuangan
1. Secara umum, diperoleh gambaran bahwa entitas UMKM masih belum melakukan
pencatatan keuangan dengan baik. Hal tersebut utamanya disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu :
a. Aktivitas pencatatan transaksi usaha di kalangan pelaku usaha belum menjadi
sebuah perilaku. Mereka cenderung mengandalkan ingatan dan hanya
menyimpan bukti pembayaran (nota/faktur).
b. Rendahnya pengetahuan pelaku usaha terhadap manfaat pencatatan
transaksi dan pembuatan laporan keuangan. Pelaku usaha cenderung masih
menganggap bahwa pencatatan transaksi tidak ada manfaatnya, bahkan
dirasakan membuang waktu dan tenaga.
c. Pelaku usaha tidak mengetahui manfaat dan cara membuat pencatatan
transaksi. Pelaku usaha tidak mengetahui format seperti apa yang mereka
butuhkan sesuai dengan skala usaha maupun jenis usaha yang dijalankan.
d. Masih belum memisahkan antara keuangan untuk rumah tangga dengan
keuangan untuk usaha (usaha mikro).
e. Ada ketakutan akan dikenakan pajak yang tidak semestinya, bila mereka
melakukan pencatatan keuangan secara baik.
f. Kesibukan mengurus usahanya seperti berbelanja bahan baku, mengurus tenaga
kerja dan mengurus pemesanan, sehingga tidak ada waktu untuk melakukan
pencatatan.
g. Jenis transaksi pada beberapa jenis usaha tidak terlalu bervariasi sehingga
dianggap masih dapat diingat di luar kepala.
2. Secara umum, pencatatan transaksi yang dilakukan adalah pencatatan kas
masuk-kas keluar (dengan berbagai bentuk dan menginventarisir nota/faktur).
Hal ini sebenarnya permulaan yang cukup baik, mengingat konstruksi pencatatan
transaksi dan penyusunan laporan keuangan bertumpu pada pencatatan kas. Untuk
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
55
usaha skala mikro, walaupun telah melakukan pencatatan keuangan, namun ada
beberapa pengusaha yang tidak mengerti mengapa perlu melakukan pencatatan
keuangan kas masuk dan kas keluar.
3. Pelaku entitas UMKM kurang mengetahui/memahami konsep dan terminologi
akuntansi yang terdapat dalam template berbasis Standar Akuntansi Keuangan
(SAK).
4. Terdapat indikasi keinginan pelaku entitas UMKM untuk melaksanakan pencatatan
transaksi, dan diharapkan adanya pelatihan untuk bisa secara trampil melakukan
pencatatan transaksi ini dan disesuaikan dengan kebutuhannya.
5. Untuk menumbuhkan keinginan dan kebiasaan mencatat transaksi keuangan dari
UMKM perlu dilakukan pentahapan dalam penerapan pelaksanaan pencatatan
transaksi dan penyusunan laporan keuangan. secara garis besar pentahapan yang
diinginkan sbb.:
a. Tahap I berupa Introduksi pencatatan transaksi (pemahaman manfaat pencatatan
transaksi)
b. Tahap II berupa Pencatatan arus keluar – masuk kas
c. Tahap III berupa Pencatatan transaksi lainnya (penjualan, persediaan barang
dagang, hutang, piutang)
d. Tahap IV berupa Penyusunan Laporan Keuangan (minimal terdiri dari neraca
dan laporan laba rugi) yang disusun masih belum diaudit oleh Akuntan Publik.
e. Tahap V berupa Penyusunan Laporan Keuangan yang Auditable (mengacu
kepada SAK ETAP).
Template laporan keuangan terlampir.
6. Rumusan standar minimum laporan keuangan disusun berdasarkan skala usaha
sbb.:
a. Usaha Mikro berupa pencatatan transaksi keuangan dalam buku kas (kas masuk
dan kas keluar)
b. Usaha Kecil berupa pencatatan neraca dan laporan laba rugi
1) komponen neraca terdiri dari:
(i) aset
• aset lancar meliputi: kas dan setara kas, piutang dagang, piutang
lainnya dan persediaan (bahan baku dan barang jadi/barang dagang)
• aset tidak lancar meliputi: aset tidak berwujud, properti investasi, biaya
dibayar dimuka, bangunan dan akumulasi penyusutan bangunan, mesin
& peralatan dan akumulasi penyusutan mesin & peralatan, kendaraan
dan akumulasi penyusutan kendaraan, furniture & perangkar kerja
dan akumulasi penyusutan furniture & perlengkapan kerja.
56
Kajian Mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan Keuangan
dan Business Plan untuk UMKM di Indonesia
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
(ii)kewajiban
• kewajiban jangka pendek meliputi: hutang dagang, uang muka
pelanggan, hutang pajak dan kewajiban diestimasi
• kewajiban jangka panjang
• ekuitas meliputi: modal diawal, modal ditarik, laba ditahan dan laba
tahun berjalan
2) komponen laba rugi terdiri dari:
(i) Laba kotor = Pendapatan – Harga Pokok Penjulan
(ii)Laba Operasional = Laba Kotor – Biaya Operasional
(iii)Laba Bersih = Laba Operasional – (Pendapatan lain-lain + Biaya Lain-lain)
(iv)Laba Bersih setelah bunga dan pajak = Laba Bersih – Pajak
c. Usaha Menengah berupa pencatatan neraca, laporan laba rugi dan pencatatan
lainnya sesuai SAK ETAP.
7. Agar UMKM mempunyai kemampuan dan kemauan untuk mencatat transaksi
keuangan yang dilakukan, perlu dilakukan program pelatihan dan pendampingan
kepada UMKM.
5.1.2. Business Plan (Rencana Usaha)
1. Rendahnya pengetahuan tentang manfaat penyusunan rencana usaha, sehingga
kurang mengapresiasi penyusunan sebuah rencana usaha (rencana usaha untuk
diri sendiri atau syarat mengakses kredit).
2. Rendahnya kemampuan menterjemahkan dan menyusun gagasannya dalam
sebuah rencana usaha. Secara lisan pelaku usaha sebenarnya sudah banyak
menyebutkan rencana usahanya, namun ada kendala menyusunnya dalam bentuk
tulisan.
3. Rendahnya pemahaman terminologi dan cara penghitungan/penyusunan rencana
usaha pada butir-butir topik tertentu, seperti strategi pemasaran.
4. Secara umum, dengan pemberian beberapa petunjuk, pelaku entitas UMKM
dapat mengisi template rencana usaha.
5. Kesulitan yang umum dihadapi adalah dalam memberikan paparan yang lebih
rinci atas butir-butir template.
6. Secara umum, pelaku entitas UMKM mengalami kesulitan dalam mengisi
template proyeksi Arus Kas. Hal ini kemungkinan terkait dengan masih rendahnya
pelaksanaan pencatatan transaksi.
7. Pada dasarnya para pelaku UMKM ingin mengembangkan skala usahanya,
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
57
namun kurang adanya informasi yang jelas sehubungan dengan cara-cara
mengembangkan usaha. Khususnya yang berkaitan dengan kredit ke bank,
pentingnya masalah legalitas dari usaha yang dijalani, masalah pemasaran,
networking, dan lain sebagainya.
8. Ketidakmengertian para pelaku UMKM ini akan pentingnya membuat cash flow,
membuat beberapa pelaku menutup usahanya di masa krisis ini.
9. Untuk pelaku usaha mikro, tidak selalu terpikirkan untuk mengembangkan skala
usahanya, yang menjadi tujuan utama melakukan usaha adalah lebih untuk
bertahan hidup dari hari ke hari.
Template business plan yang dapat menjadi acuan UMKM terlampir
5.1.3. Kondisi UMKM dan Pelaku Usaha
1. Legalitas usaha
Pengetahuan mengenai kelengkapan perizinan (legalitas usaha) masih rendah,
sehingga sebagian besar status hukumnya masih belum jelas dan bersifat
perorangan saja. Beberapa kasus terlihat bahwa dari segi omzet/aset usaha sudah
dapat dikategorikan ke dalam usaha skala kecil, bahkan menengah. Namun
bentuk badan usaha masih bersifat perorangan.
Pengurusan dan kelengkapan surat perizinan menjadi hal penting dalam upaya
mengembangkan dan menyiapkan UMKM dalam rangka mendukung dan sekaligus
melengkapi kemampuannya dalam hal pencatatan. Harus diingat kemampuan
UMKM mengakses sumber modal tidak cukup memenuhi persyaratan pencatatan
saja, akan tetapi juga syarat legalitas sebuah UMKM.
2. Pemilik dan pengelola usaha
Karakteristik UMKM dalam hal ketenagakerjaan dan SDM berbeda sesuai dengan
skala usahanya. Usaha skala mikro sampai kecil dalam aspek tenaga kerja umumnya
pemilik dan pengelola adalah anggota keluarga (suami, istri dan anak). Beberapa
usaha skala kecil masalah tenaga kerja sudah menggunakan tenaga upahan, baik
tenaga tidak tetap maupun tenaga tetap.
Dari segi SDM tidak semua usaha mikro memiliki SDM yang baik, terutama
pemiliknya/pengelolanya. Namun demikian, beberapa anggota keluarga (anak)
biasanya memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik.
58
Kajian Mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan Keuangan
dan Business Plan untuk UMKM di Indonesia
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.2.Rekomendasi
1. Perlu dilakukannya sosialisasi/kampanye yang bersifat massive terkait penerapan good
governance sejak awal (sejak entitas berdiri atau sejak entitas masih berskala mikro).
Sosialisasi/kampanye efektif yang perlu memperhatikan kesesuaian penggunaan
media untuk sosialisasi/kampanye untuk pelaku usaha UMKM di berbagai daerah
dengan kondisi sosial budaya yang beragam.
2. Perlu dilakukan pelatihan untuk entitas UMKM dengan skala nasional, yang
disesuaikan dengan skala usaha dan kebutuhan masing-masing entitas. Dapat dimulai
dengan suatu pilot project di daerah yang UMKMnya sudah berkembang cukup baik
dan sudah mengekspor produknya. Diharapkan ini dapat menjadi benchmark bagi
pengembangan UMKM yang bankable.
3. Langkah Kampanye dan Pelatihan tidak akan berhasil tanpa program Pendampingan.
Program pendampingan dilakukan selama jangka waktu tertentu setelah tahap
pelatihan guna memastikan bahwa materi yang diperoleh pada saat pelatihan dapat
diaplikasikan dalam kegiatan entitas sehari-hari. Program pendampingan juga dapat
dimulai dari suatu pilot project di daerah tertentu seperti juga pelatihan, khususnya
untuk UMKM skala Mikro dan Kecil.
4. Materi pelatihan yang diperlukan oleh pelaku UMKM adalah yang berkaitan
dengan:
a. Pembuatan laporan keuangan yang sesuai dengan skala usaha serta pengembangan
usaha.
b. Pembuatan rencana usaha.
c. Aspek pemasaran, terutama kesiapan untuk pasar luar negeri diperlukan pelatihan
untuk produk kreatif, negosiasi dan mengetahui peraturan perdagangan antar
negara
d. Aspek legalitas yang perlu diperhatikan untuk para pelaku UMKM.
e. Pajak.
f. Fungsi dan manfaat masing-masing formulir laporan keuangan/rencana usaha,
serta aspek legalitas UMKM.
5. Materi pelatihan untuk UMKM dilakukan secara bertahap sesuai dengan skala
usahanya dan bertujuan untuk meningkatkan kapasitas UMKM.
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
59
Manajemen Dasar:
1. Pemisahan Keuangan
2. Pemisahan Aset
3. Manfaat pencatatan &
penyusunan Laporan
4. Pengenalan singkat
5. Konsep pembukuan
1.
2.
3.
4.
Materi tahap 1
Pengenalan transaksi
Kas Masuk-Kas Keluar
Workshop
1.
2.
3.
4.
5.
Materi tahap 2
Transaksi penjualan,
persediaan, hutang,
piutang
Invoice & dokumen
transaksi
Kartu pencatatan
Workshop
1.
2.
3.
4.
5.
Workshop Seminar
tentang Standar
Akuntasi Keuangan
Materi pelatihan tahap 3
Accounting treatment
Transaksi non cash
Hubungan transaksi
Struktur pencatatan
6. Pendampingan diperlukan oleh pelaku UMKM agar hasil pelatihan dapat dilaksanakan
dalam kegiatan sehari-hari.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Aspek Legalitas
Kader Pencatatan
Teknik pencatatan
keuangan
Peminjaman dana bergulir
Pengembangan Usaha
Pemasaran
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Aspek Legalitas
Staf Khusus untuk Keuangan
Teknik pencatatan keuangan
Pembiayaan (modal ventura, dana
pinjaman, bank)
Pembuatan Business Plan & Cash Flow
Pemasaran
Perpajakan
Aspek Legalitas
Unit Khusus untuk keuangan
Teknik pencatatan keuangan
Pembiayaan (modal ventura, dana
penjaminan, bank)
Pembuatan business plan dan cash flow
Pemasaran
7. Hal lain yang perlu dilakukan adalah kerjasama antara instansi Pemerintah, Badan
Usaha Milik Negara maupun pihak swasta melalui program Community Development
(CD) ataupun Corporate Social Responsibility (CSR). Namun sebelumnya perlu di
lakukan terlebih dahulu penyamaan persepsi mengenai pengembangan UMKM ini,
60
Kajian Mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan Keuangan
dan Business Plan untuk UMKM di Indonesia
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
serta bagaimana pembagian peran yang akan dilakukan oleh setiap lembaga dalam
meningkatkan kapasitas UMKM ini.
8. Strategi peningkatan kapasitas SDM pengusaha UMKM sebaiknya memperhatikan
kelompok sasaran (pemilik usaha, anggota keluarga, tenaga upahan/karyawan), serta
memperhatikan kelembagaan profesi/bidang usaha (paguyuban, koperasi, asosiasi)
sebagai entry point, katalisator/pendampingan internal.
9. Untuk mendukung dan mempercepat implementasi pencatatan transaksi dan
pembuatan / penyusunan Laporan Keuangan bagi entitas UMKM, dirasa perlu
untuk melakukan langkah-langkah “pengharusan/enforcement”. Langkah ini bukan
untuk menghambat, namun lebih bertujuan untuk mendidik entitas UMKM dalam
menjalankan kegiatan usahanya, dimana manfaatnya akan dirasakan oleh entitas
UMKM itu sendiri. Langkah pengharusan ini dilakukan dengan memperhatikan skala
usaha dan tahap pencapaiannya. Beberapa langkah yang dapat dilakukan diantaranya
adalah :
a. Dikaitkan dengan persyaratan pemberian fasilitas pembiayaan, baik dana bergulir,
penjaminan maupun perbankan (disesuaikan dengan tahapan pencapaian
berdasarkan skala usaha).
b. Dikaitkan dengan persyaratan untuk menjadi vendor/pemasok pada instansi
Pemerintah maupun swasta.
c. Bagi UMKM dengan badan usaha Perseroan Terbatas (PT), dikaitkan dengan
amanat Undang-undang yang mewajibkan perseroan menerbitkan laporan
keuangan.
d. Sebagai dasar perhitungan kewajiban pajak
10.Upaya implementasi penyusunan Laporan Keuangan dan pembuatan Business Plan
(Rencana Usaha) bagi entitas UMKM harus dilakukan dengan melibatkan berbagai
pemangku kepentingan (stakeholders), baik instansi Pemerintah maupun swasta.
Pembagian perannya adalah sebagai berikut :
Tabel 5.1. Peran Lembaga Dalam Upaya Implementasi
Laporan Keuangan dan Rencana Usaha
Kementrian Koperasi
dan UKM
1.Penanggung jawab
UMKM
Bank Indonesia
1. Sosialisasi
Implementasi
2.Sosialisasi manfaat
Laporan Keuangan
Laporan Keuangan
2. Sosialisasi manfaat
3.Membuat materi
Sosialisasi
Laporan Keuangan
Departemen
Keuangan
1. Penyediaan
Pembiayaan UMKM
2. Penetapan Prasyarat
Pembiayaan (ada
Kementerian BUMN
Endorsement ke BUMN
untuk menyiapkan
dana UMKM sebagai
bagian dari CSR
Laporan Keuangan)
3. Membuat materi
Sosialisasi
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
61
4.Penyediaan Materi
4. Penyediaan Materi
Pelatihan
Pelatihan
5.Penyediaan te-
5. Penyediaan
naga pelatih dan
tenaga pelatih dan
Pendampingan
Pendampingan
6.Melakukan pelatihan
6. Melakukan Pelatihan
dan pendampingan
dan pendampingan
7.Koordinasi
Departemen
Teknis
1.Bimbingan
IAI
Perbankan
BUMN
Perusahaan
1.Sosialisasi
1.Akseptabilitas
Alokasi dana PKBL Alokasi dana
Teknis untuk
Manfaat
Pentahapan
dan CSR untuk
CSR untuk
Laporan
Laporan
Laporan
mendukung
mendukung
Keuangan
Keuangan
Keuangan
implementasi
implementasi
2.Peningkatan
2.Penyediaan
2.Pelatihan dan
penyusunan
penyusunan
Pendampingan
Laporan
Laporan
terhadap
Keuangan
Keuangan
UMKM
(materi, pelatihan,
(materi, pelatihan,
pendampingan)
pendampingan)
Peran Konsultan
Mitra sebagai
Pelatih
Materi Pelatihan
3.Penyediaan
tenaga Pelatih
11.Perlu adanya kerjasama dan dorongan kepada BUMN dan pihak swasta yang
melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan untuk mengalokasikan dana PKBL
dan CSR yang ada pada kegiatan yang bertujuan meningkatkan kapabilitas dan
kompetensi entitas UMKM di bidang manajemen keuangan, pencatatan transaksi,
pelaporan keuangan dan penyusunan rencana usaha.
12.Sebagai tahap awal implementasi penyusunan laporan keuangan dan rencana usaha
UMKM sesuai hasil kajian ini, dapat direalisasikan adanya suatu pilot project. Bank
Indonesia dapat berperan sebagai inisiator pilot project ini dan dalam pelaksanaannya
melibatkan institusi lain, misalnya perbankan, instansi Pemerintah, BUMN maupun
swasta. Bilamana metode yang diterapkan dalam pilot project ini dinilai berhasil, maka
akan direplikasikan ke daerah-daerah lain. Dalam pelaksanaan pilot project tersebut
Bank Indonesia dapat menggunakan Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) untuk
memberikan pelatihan dan pendampingan penyusunan laporan keuangan kepada
UMKM yang menjadi binaannya.
13.Penerapan program standarisasi pencatatan administrasi keuangan dan
rencana
usaha yang dilakukan secara bertahap diharapkan juga dikondisikan dan didukung
oleh perbaikan/kemudahan tertentu, antara lain:
62
Kajian Mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan Keuangan
dan Business Plan untuk UMKM di Indonesia
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
a. Memperkuat peranan kelembagaan profesi/bidang usaha (paguyuban, koperasi,
asosiasi) sehingga dapat mendorong praktek usaha yang lebih baik;
b. Memantapkan status/bentuk badan usaha UMKM ke dalam bentuk hukum formal
untuk meningkatkan daya persaingan di era globalisasi berkenaan dengan jaminan
keamanan bertransaksi.
14.Roadmap Implementasi SAK ETAP
Secara garis besar roadmap implementasi SAK ETAP diusulkan sebagai berikut :
Gambar 7. Roadmap Implementasi SAK ETAP
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
63
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Adi, M. Kwartono, Kiat Sukses Berburu Modal UMKM, Raih Asa Sukses, Jakarta, 2009
Arif, Abubakar dan Wibowo, Akuntansi Untuk Bisnis Usaha Kecil dan Menengah, PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2004
Arnold, Glen, The Handbook of Corporate Finance, Financial Times Prentice Hall, London,
2005
Darsono, Drs.MBA Akt dan Ashari, SE Akt, Pedoman Praktis Memahami Laporan
Keuangan, Penerbit ANDI, Yogyakarta, 2005
Ikatan Akuntan Indonesia, Exposure Draft Standar Akuntansi Keuangan Usaha Kecil &
Menengah, Jakarta, Desember 2008
Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik, Jakarta, Mei 2009
Jusuf, Jopie, Panduan Dasar Account Officer Edisi Kedua, UPP AMP YKPN, Yogyakarta,
1997
Jusuf, Jopie, Analisis Kredit untuk Account Officer, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
2006
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, Pedoman
Akuntansi Bagi Usaha Kecil, Jakarta, 2003
Laksmana, Yusak, Tanya Jawab Cara Mudah Mendapatkan Pembiayaan di Bank Syariah,
PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2009
Pramiyanti, Alila, Studi Kelayakan Bisnis Untuk UKM, Media Pressindo, Yogyakarta, 2008
Pramono, Peni R., Membuat Laporan Keuangan Perusahaan Segampang Milik Warung
Sebelah, PT. Elex Media Komputindo, Oktober 2007.
Sukirno, Sadono dkk, Pengantar Bisnis Edisi Pertama, Prenada Media, Jakarta, 2004
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
65
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
LAMPIRAN 1
TEMPLATE LAPORAN KEUANGAN UNTUK UMKM
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
No. TGL BELI
KETERANGAN
DAFTAR AKTIVA
Nama Perusahaan :
Per tanggal :
UNIT
NILAI BELI
UMUR
EKONOMIS (th)
BESAR
DEPR/BL
BLN AKHIR
DEPR.
LAMPIRAN
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
69
83
SALDO
DANA KELUAR
DANA MASUK
NOMOR
REKENING
KODE
KETERANGAN
TGL
Bulan :
BUKU BANK
Nama Perusahaan :
84
70
Kajian Mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan Keuangan
dan Business Plan untuk UMKM di Indonesia
TGL
Bulan :
KETERANGAN
BUKU KAS
Nama Perusahaan :
KODE
NOMOR
REKENING
KAS MASUK
KAS KELUAR
SALDO KAS
LAMPIRAN
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
71
85
86
72
Kajian Mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan Keuangan
dan Business Plan untuk UMKM di Indonesia
TOTAL AKTIVA
Akum. Penyusutan Furn. & P. Krj
Aset Tidak Berwujud
Properti Investasi
Biaya Dibayar Dimuka
Bangunan
Akum. Penyusutan Bangunan
Mesin dan Peralatan
Akum Penyusutan Msn & Prlt.
Kendaraan
Akum Penyusutan Kendaraan
Furniture dan Perangkat Kerja
ASET TIDAK LANCAR
TOTAL PASIVA
Modal
Modal
Modal
Modal Ditarik (Prive)
Modal
Modal
Modal
Laba Ditahan
Laba Tahun Berjalan
Modal Awal
EKUITAS
Hutang kepada ………………..
Hutang kepada ………………..
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Hutang Dagang
Uang Muka Pelanggan
Hutang Pajak
Kewajiban Diestimasi
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
ASET LANCAR
Kas dan Setara Kas
Piutang Dagang
Piutang lainnya
Persediaan
Bahan baku
Brng jadi / Brg Dagang
KEWAJIBAN
ASET
NERACA
Nama Perusahaan :
Posisi per :
LAMPIRAN
BIAYA BIAYA
Per tanggal :
No.
Tanggal
Transaksi
Keterangan
Jumlah
Gaji personil produksi
Perawatan alat
Telpon, listrik dan air
Lain-lain
Biaya Pemasaran
Biaya Sewa Gedung
Biaya ATK
Biaya listrik, telpon dan air
Biaya lain-lain
Gaji pegawai
Depresiasi dan amortisasi
87
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
73
PERHITUNGAN LABA RUGI
Nama Perusahaan :
Periode :
s/d
PENDAPATAN
Pendapatan Usaha
Pendapatan lain-lain
HPP (Harga Pokok Produksi / Penjualan)
Bahan baku / Barang dagang
Gaji personil produksi
Perawatan alat
Telpon, listrik dan air
Lain-lain
LABA KOTOR
BIAYA OPERASIONAL
Biaya Pemasaran
Biaya Sewa Gedung
Biaya Kantor
Biaya ATK
Biaya listrik, telpon dan air
Biaya lain-lain
Gaji pegawai
Depresiasi dan amortisasi
LABA OPERASIONAL
PENDAPATAN LAIN-LAIN
Pndp. Investasi
Lain-lain
BIAYA LAIN-LAIN
Rugi Investasi
Lain-lain
LABA BERSIH
Pajak
LABA BERSIH (setelah bunga dan pajak)
74
Kajian Mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan Keuangan
dan Business Plan untuk UMKM di Indonesia
Tanggal
Transaksi
Keterangan
LAPORAN PENJUALAN
Periode :
Jenis Barang
Jumlah
Harga
Satuan
Nilai Penjualan
Tunai
89
Kredit
LAMPIRAN
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
75
76
No.
Tanggal
Transaksi
Keterangan
CATATAN HUTANG USAHA
NAMA KREDITUR :
Per Tanggal :
90
Kajian Mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan Keuangan
dan Business Plan untuk UMKM di Indonesia
Jumlah
Hutang
Jatuh
Tempo
Jumlah
Dibayar
Tanggal
Dibayar
Saldo
-
No.
Tanggal
Transaksi
Keterangan
CATATAN PIUTANG USAHA
NAMA DEBITUR :
Per tanggal :
Jumlah
Piutang
Jatuh
Tempo
Jumlah
Dibayar
Tanggal
Dibayar
Saldo
LAMPIRAN
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
77
91
LAPORAN PERUBAHAN MODAL
Nama Perusahaan :
Per Tanggal :
Modal Awal
Laba Usaha Bersih
-
Dividen / Pembagian Laba
Modal Akhir
-
INVESTASI
per tanggal :
No.
Tanggal
Bentuk
Transaksi
Investasi
Total
92
78
Kajian Mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan Keuangan
dan Business Plan untuk UMKM di Indonesia
Unit
Nilai
94
No.
Aset
Transaksi
Total
Bentuk
Tanggal
ASET TIDAK BERWUJUD
per tanggal :
Nilai
Perkiraan
LAMPIRAN
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
79
80
Kajian Mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan Keuangan
dan Business Plan untuk UMKM di Indonesia
Kode
Barang
per tanggal :
Keterangan
REKAP DATA STOK
Nama Perusahaan :
Saldo awal
Pembelian/p Pemakaian
roduksi
/penjualan
Stok Akhir
Harga
Satuan
Nilai awal
Nilai dipakai
Nilai sisa
95
96
Tgl
Keterangan
DATA STOK
Nama Perusahaan :
Jenis Barang :
Periode :
Jumlah
masuk
Harga
Satuan
Nilai Brg
masuk
Jml Keluar
Jumlah
Stok Akhir
Nilai Stok
LAMPIRAN
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
81
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
LAMPIRAN 2
TEMPLATE RENCANA USAHA (BUSINESS PLAN)
UNTUK UMKM
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
LAMPIRAN
RENCANA USAHA
Nama Perusahaan
: .................................................................
Alamat Perusahaan
: .................................................................
No. Telepon
: .................................................................
No. Fax
: .................................................................
Email
: .................................................................
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
85
1. Profil Badan Usaha
Bentuk Badan Usaha : ...................................................................................................
(Perusahaan perorangan, CV, Perseroan Terbatas)
Dokumen Hukum Yang Dimiliki :
(Akte Pendirian dan Perubahannya, Pengesahan DepkumHAM)
1. ......................................................................................................................................
2. ......................................................................................................................................
3. ......................................................................................................................................
4. ......................................................................................................................................
Perijinan yang Dimiliki :
1. Surat Ijin Domisili No. ............................. tanggal ..........................................................
berlaku sampai dengan ..................................................................................................
2. SIUP No. ............................. tanggal .............................................................................
berlaku sampai dengan ..................................................................................................
3. TDP No. ............................. tanggal .............................................................................
berlaku sampai dengan ..................................................................................................
4. NPWP No. ......................................................................................................................
5. Penetapan Pengusaha kena Pajak (PKP) No. ...................................................................
6. Lainnya ..........................................................................................................................
86
Kajian Mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan Keuangan
dan Business Plan untuk UMKM di Indonesia
LAMPIRAN
Susunan Pemegang Saham dan Komposisinya :
Nama Pemegang Saham
Porsi Modal
%
1. ………………………………………….
………………
…….
2. ………………………………………….
………………
…….
3. ………………………………………….
………………
…….
4. ………………………………………….
………………
…….
Susunan Pengurus Perusahaan :
Komisaris :
Komisaris Utama
: .........................................................................................................
Komisaris
: .........................................................................................................
Komisaris
: .........................................................................................................
Direksi :
Direktur Utama
: .........................................................................................................
Direktur
: .........................................................................................................
Direktur
: .........................................................................................................
Struktur Manajemen Perusahaan :
Nama
Jabatan
1. …………………………………………
………………………………
2. …………………………………………
………………………………
3. …………………………………………
………………………………
4. …………………………………………
………………………………
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
87
Gambaran Singkat Badan Usaha / Perusahaan :
1. Awal usaha berdiri :
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
……………………………………
2. Kondisi usaha saat Ini :
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
……………………………………
3. Status lokasi usaha :
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
……………………………………
4. Sarana / perangkat / fasilitas usaha yang ada :
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
……………………………………
5. Lain-Lain :
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
……………………………………
88
Kajian Mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan Keuangan
dan Business Plan untuk UMKM di Indonesia
LAMPIRAN
2. Rincian Rencana Usaha
Rincian Rencana Usaha merupakan gambaran umum tentang rencana bisnis.
1. Permintaan pasar:
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………...........................................................
2. Ketersediaan Bahan Baku/ Barang Dagang :
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………...........................................................
3. Kemudahan Proses Produksi :
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………...........................................................
4. Ketersediaan Jaringan Distribusi :
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………...........................................................
5. Kebutuhan pengadaan/ penambahan peralatan/ perangkat kerja/ perangkat produksi :
a.Mesin Produksi Utama:.
Mesin Produksi Utama:
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………............................................
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
89
b.Mesin/ perangkat pendukung (auxiliary) :.
Mesin/ perangkat pendukung (auxiliary) :
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………............................................
c.Perangkat kerja :.
Perangkat kerja :
………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………….
..................................................................................................................................
6. Kebutuhan Modal Kerja :
a.Pembiayaan Bahan Baku :.
Pembiayaan Bahan Baku :
………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………….
..................................................................................................................................
b.Pembiayaan Piutang :.
Pembiayaan Piutang :
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………............................................
c.Lainnya :.
Lainnya :
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………............................................
7. Lainnya :
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………........................................................
90
Kajian Mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan Keuangan
dan Business Plan untuk UMKM di Indonesia
LAMPIRAN
3. Target Yang Akan Dicapai
Berisi target yang akan dicapai dalam kaitannya dengan Rencana Usaha ini. Penjelasan target haruslah terukur/ kuantitatif.
1. Target Produksi per bulan : ..........................................................................................
2. Target Penjualan per bulan :
Volume (unit) : ...............................................................................................................
Nominal (Rp) : ...............................................................................................................
3. Lokasi Distribusi
: ..........................................................................................
..........................................................................................
..........................................................................................
4. Lainnya : ………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………..
4. Barang/Jasa
Berisi penjelasan barang dan jasa yang telah dihasilkan dan yang akan
dikembangkan.
4.1. Barang/ Jasa Yang Saat ini Telah Diproduksi
1. Nama Barang/ Jasa :..........................................................................................
2. Karakteristik
:..........................................................................................
1. Nama Barang/ Jasa :..........................................................................................
2. Karakteristik :..........................................................................................
1. Nama Barang/ Jasa :..........................................................................................
2. Karakteristik :..........................................................................................
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
91
4.2. Barang/ Jasa Yang Akan Diproduksi / Dikembangkan
1. Nama Barang/ Jasa :. . ......................................................................................
2. Karakteristik
: .........................................................................................
1. Nama Barang/ Jasa : .........................................................................................
2. Karakteristik
: .........................................................................................
1. Nama Barang/ Jasa : .........................................................................................
2. Karakteristik
: .........................................................................................
5. Proses Produksi Barang/ Penyediaan Jasa
Jelaskan alur/cara produksi barang/ alur rantai penyediaan barang/ alur kerja
penyediaan jasa yang akan dilakukan.
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
Skema Produksi/ Penyediaan Jasa :
92
Kajian Mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan Keuangan
dan Business Plan untuk UMKM di Indonesia
LAMPIRAN
6. Keunggulan Daya Saing Barang/ Jasa Yang Dihasilkan
Jelaskan keunggulan barang/ jasa yang kita hasilkan dibandingkan dengan
produk/ jasa lain yang sejenis , baik dari segi kualitas, harga, pengiriman,
layanan dll.
1. Jenis Produk/ Jasa :
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………................
2. Kualitas :
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………....................
3. Harga :
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………..
4. Layanan Pelanggan :
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………....................
5. Lainnya :
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………....................
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
93
7. Analisis Pasar
7.1. Analisis Industri
Berisi informasi, penjelasan dan referensi yang menggambarakan kondisi
industri barang dan jasa yang akan diproduksi/ kembangkan. Termasuk di
antaranya adalah perkembangan sisi supply dan trend permintaan yang
mempengaruhi rencana pemasaran kita.
1.Perkiraan besarnya produksi barang/ jasa serupa/ sejenis di kawasan lokal/ .
Perkiraan besarnya pro
sekitarnya :
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………......................................................
2.Perkiraan banyaknya produsen/ pihak yang menawarkan produk/ jasa serupa .
Perkiraan banyaknya
atau sejenis di kawasan lokal/ sekitarnya :
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………......................................................
3.Perkiraan besarnya permintaan terhadap produk/ jasa serupa/ sejenis di .
Perkiraan besarnya permin
kawasan lokal/ sekitarnya :
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………......................................................
94
Kajian Mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan Keuangan
dan Business Plan untuk UMKM di Indonesia
LAMPIRAN
4.Perkiraan kecenderungan permintaan terhadap produk/ jasa serupa/ sejenis di .
Perkiraan kecenderu
masa mendatang :
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
7.2. Peramalan Permintaan/ Perkiraan Sasaran Pasar
Berisi perkiraan segmen pasar yang akan dituju dan besarnya permintaan.
Hal ini akan berpengaruh pada rencana produksi dan penjualan kita.
1.Sasaran pasar yang akan dituju :.
Sasaran pasar yang akan dituju :
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
………………………………………………………
2.Perkiraan besarnya permintaan per bulan :.
Perkiraan besarnya permintaan per bulan :
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
………………………………………………………
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
95
8. Strategi Pelaksanaan Rencana Usaha
8.1. Produksi
1.Lokasi produksi :.
Lokasi produksi :
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………….................................
2.Proses produksi :.
Proses produksi :
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………….................................
3.Penyediaan Tenaga Kerja :.
Penyediaan Tenaga Kerja :
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………….................................
4.Gudang/ sistem penyimpanan :.
Gudang/ sistem penyimpanan :
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………….................................
5.Lainnya :.
Lainnya :
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………….................................
8.2. Distribusi
1.Sistem distribusi :.
Sistem distribusi :
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………….................................
96
Kajian Mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan Keuangan
dan Business Plan untuk UMKM di Indonesia
LAMPIRAN
2.Jaringan distribusi :.
Jaringan distribusi :
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………….................................
3.Lainnya :.
Lainnya :
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………….................................
8.3. Pemasaran
1.Harga produk/ jasa :.
Harga produk/ jasa :
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………............................................
2.Kebijakan potongan harga/ rabat :.
Kebijakan potongan harga/ rabat :
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………............................................
3.Kebijakan pemberian hadiah :.
Kebijakan pemberian hadiah :
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………….................................
4.Iklan/ Promosi :.
Iklan/ Promosi :
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………............................................
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
97
5.Lainnya :.
Lainnya :
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………............................................
9. Analisis Keuangan
9.1. Laporan Keuangan
Paparan Neraca dan Perhitungan Laba Rugi. (Lampirkan laporan keuangan
posisi terakhir yang lebih rinci. Bilamana memungkinkan untuk 2 (dua)
periode terakhir).
1. Total Harta
: .......................................................................................
2. Total Hutang
: .......................................................................................
3. Total Modal : .......................................................................................
4. Total Pendapatan : .......................................................................................
5. Laba Tahun Berjalan : .......................................................................................
9.2. Rencana Pembiayaan
1. Kebutuhan Pembiayaan:...................................................................................
a. Investasi
:...................................................................................
b. Modal Kerja
:...................................................................................
2. Rencana Dana Sendiri :...................................................................................
3. Dana Pihak Ketiga
:...................................................................................
9.3. Proyeksi Keuangan Rencana Bisnis
Perkiraan Arus Kas dan Kelayakan Usaha. Rincian dilampirkan.
98
Kajian Mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan Keuangan
dan Business Plan untuk UMKM di Indonesia
LAMPIRAN
10. Penutup
Kesimpulan
Kelayakan usaha :
a.Teknis Operasional :.
Teknis Operasional :
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………
b.Permintaan Pasar :.
Permintaan Pasar :
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
………………………………………………………..
c.Keuangan :.
Keuangan :
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………
---oo0oo---
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
99
100
Kajian Mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan Keuangan
dan Business Plan untuk UMKM di Indonesia
0
0
0
0
0
0
0
0
Subtotal
Total Arus Kas Keluar
SALDO KAS AKHIR
0
Subtotal
Arus Kas Keluar Lainnya:
Pembelian Barang Modal
Angsuran Pinjaman
Penarikan oleh Pemilik
Lainnya:
2
0
0
0
0
0
1
Total Arus Kas Masuk
Saldo Kas di Tangan
Arus Kas Keluar (Pengeluaran):
Pembelian Inventaris
Biaya Kantor
Upah
Sewa
Langganan & Iuran
Persediaan
Perijinan
Listrik, Air, Telepon
Lainnya:
Bulan
SALDO KAS AWAL
Arus Kas Masuk (Pendapatan):
Penjualan & Penerimaan
Piutang Dibayar
Pinjaman
Setoran Modal / Investasi
Lampiran RENCANA USAHA
PT.
3
0
0
0
0
0
0
0
4
0
0
0
0
0
0
0
PROYEKSI ARUS KAS
5
0
0
0
0
0
0
0
6
0
0
0
0
0
0
0
97
98
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Subtotal
Total Arus Kas Keluar
SALDO KAS AKHIR
8
0
0
0
0
0
7
Subtotal
Arus Kas Keluar Lainnya:
Pembelian Barang Modal
Angsuran Pinjaman
Penarikan oleh Pemilik
Lainnya:
Total Arus Kas Masuk
Saldo Kas di Tangan
Arus Kas Keluar (Pengeluaran):
Pembelian Inventaris
Biaya Kantor
Upah
Sewa
Langganan & Iuran
Persediaan
Perijinan
Listrik, Air, Telepon
Lainnya:
Bulan
SALDO KAS AWAL
Arus Kas Masuk (Pendapatan):
Penjualan & Penerimaan
Piutang Dibayar
Pinjaman
Setoran Modal / Investasi
Lampiran RENCANA USAHA
PT.
9
0
0
0
0
0
0
0
10
0
0
0
0
0
0
0
PROYEKSI ARUS KAS
11
0
0
0
0
0
0
0
12
0
0
0
0
0
0
0
LAMPIRAN
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009
101
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Download