pengembangan model iklim keselamatan terhadap

advertisement
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
PENGEMBANGAN MODEL IKLIM KESELAMATAN TERHADAP
KECELAKAAN KERJA DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA (PAK)
Wisda Mulyasari
Pasca Sarjana Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Kampus ITS, Surabaya, 60111, Jawa timur
e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Pekerjaan membangun kapal merupakan salah satu pekerjaan konstruksi yang
sangat kompleks dan kecelakaan kerja pada galangan kapal pada umumnya sama
dengan industri konstruksi. Penyakit Akibat Kerja (PAK) juga merupakan hal yang
penting dan perlu mendapatkan perhatian karena merupakan hal yang sangat
berpengaruh kuat terhadap kesehatan dan produktivitas pekerja. Tingginya angka
statistik kecelakaan dan PAK menyebabkan sangat penting untuk menginvestigasi
faktor-faktor yang mempengaruhi kecelakaan dan PAK agar dapat melindungi pekerja.
Pengembangan model hubungan iklim keselamatan ini dilakukan dengan metode
Structural Equation Model (SEM). Survey dilakukan dengan menggunakan kuisioner
skala Likert 1-4 kepada 377 pekerja industri pembangunan kapal di Surabaya yaitu PT.
PAL, PT. DOK dan PT. DUMAS
Hasil dari penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan antara iklim keselamatan
dengan perilaku keselamatan, terdapat hubungan antara perilaku keselamatan dengan
komunikasi keselamatan, terdapat hubungan antara komunikasi keselamatan dengan
PAK, dan terdapat hubungan antara kecelakaan kerja dan PAK. Kecelakaan yang paling
banyak terjadi di industri pembangunan kapal adalah terluka ketika memegang,
mengangkat atau membawa material atau peralatan. SedangkanPAK yang paling
banyak dialami pekerja adalah sesak nafas dan infeksi saluran akibat dari adanya
paparan zat kimia di udara seperti sisa-sisa gas pembakaran dan debu. Dari analisa
kecocokan model dapat disimpulkan bahwa model SEM yang dihasilkan telah sesuai
(fit).
Kata kunci: iklim keselamatan, perilaku keselamatan, komunikasi keselamatan,
kecelakaan kerja, Penyakit Akibat Kerja (PAK), Structural Equation
Model (SEM)
PENDAHULUAN
Keselamatan di industri konstruksi merupakan isu penting dan telah menjadi
industri yang paling berbahaya khususnya di negara berkembang (Coble dan Haupt,
1999; Ofori, 2000 dalam Mohammed, 2009 ). Indonesia merupakan salah satu negara
berkembang dimana terdapat banyak aktivitas konstruksi. Jamsostek (2010)
menyebutkan bahwa 32% dari total kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia adalah
pada bidang konstruksi. Tingginya angka statistik yang menempatkan industri
konstruksi sebagai jenis industri yang memiliki resiko tinggi mengakibatkan sangat
penting untuk menginvestigasi faktor-faktor yang mempengaruhi kecelakaan agar dapat
melindungi pekerja (Abbe dkk., 2011).
ISBN : 978-602-97491-7-5
A-16-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
Pekerjaan membangun kapal (shipbuilding) merupakan salah satu pekerjaan
konstruksi yang sangat kompleks, dimana terdapat banyak jenis pekerjaan yang harus
dikerjakan secara paralel. Proses dan handling steel membutuhkan fasilitas dan tempat
yang luas baik untuk pembangunan kapal, penyimpanan peralatan material maupun
dalam proses produksi. Steel tidak hanya diterima, diinspeksi, disortir, disimpan namun
juga harus di blasting, cutting dan forming sesuai dengan disain. Selain itu steel
kemudian melalui proses welding, panel fabrication, block assembly, pre-outfitting,
grand assembly, pipe routing, air conditioning, electrical cable fitting, surface
preparation dan coating.
Terdapat batas waktu antara order dan delivery sehingga apabila melewati batas
waktu tersebut akan dikenai penalti yang sangat tinggi sehingga menekan setiap orang
yang terlibat dalam industri pembangunan kapal agar bekerja sesuai target. Bekerja
dengan kondisi tersebut seringkali menyebabkan pekerja mengabaikan aspek
keselamatan sehingga menyebabkan tingginya tingkat kecelakaan di industri
pembangunan kapal (Barlas, 2012).
Kecelakaan kerja sendiri dapat didefinisikan sebagai kejadian yang muncul
sebagai akibat dari serangkaian pekerjaan yang dapat menyebabkan kematian (fatal)
maupun luka-luka (non-fatal). Kecelakaan kerja pada galangan kapal pada umumnya
sama dengan industri konstruksi
Kecelakaan kerja di galangan kapal dapat
diklasifikasikan menjadi lima tipe utama yaitu jatuh dari ketinggian, tersengat arus
listrik, kebakaran atau ledakan, tertabrak atau kejatuhan benda dan terperangkap
diantara sesuatu (Barlas, 2012).
Penanggulangan secara dini terhadap kecelakaan kerja sangatlah penting. Salah
satu penyebab kecelakaan kerja adalah rendahnya iklim keselamatan (Vinodkumar dkk.,
2009). Mengukur iklim keselamatan dapat dianalogikan seperti mengukur temperatur
keselamatan dari sebuah organisasi (Budworth, 1997, mengutip Mohamed, 2002 dalam
Huang dkk., 2007) yang menunjukkan “state of safety” sebuah organisasi pada waktu
tertentu (Cheyne dkk.,1998 dalam Huang dkk., 2007).
Di lain sisi, Penyakit Akibat Kerja (PAK) juga merupakan hal yang penting dan
perlu mendapatkan perhatian dari pekerja, perusahaan dan pemerintah dikarenakan
merupakan hal yang sangat berpengaruh kuat terhadap kesehatan pekerja dan
produktifitas pekerja (Yu dkk., 2012). P. Hamalainen dkk. (2009) melalui penelitiannya
mendifinisikan PAK sebagai penyakit yang diakibatkan oleh pekerjaan. Dia juga
menyebutkan jumlah PAK meningkat sebanyak dua juta kasus setiap tahunnya. Setiap
hari lebih dari 960.000 pekerja mengalami sakit atau luka akibat kecelakaan. Setiap hari
pula 5.330 orang meninggal karena PAK.
Banyak perusahaan yang hanya fokus kepada pencegahan kecelakaan daripada
PAK. Hal ini dikarenakan PAK tidak langsung terlihat dan baru muncul setelah jangka
waktu tertentu. ILO mengestimasikan total biaya yang dikeluarkan sebagai akibat dari
kecelakaan dan PAK adalah 4% dari keuntungan kotor dari penjualan produk dalam
skala nasional. Merupakan jumlah yang tidak sedikit sehinga setiap perusahaan
hendaknya waspada akan hal tersebut.
PAK yang paling banyak terjadi di industri konstruksi adalah Musculoskeletal
disorder yang ditandai dengan adanya rasa sakit, rasa nyeri, panas, dan tidak nyaman
yang menyebabkan kejang otot, kekakuan otot, lemas, pembengkakan, memar pada
bagian tubuh seperti tulang, otot, sendi (MSDs) akibat gerakan berulang ketika
melakukan suatu pekerjaan (W. Yu dkk., 2012) dan sebagai akibat dari sikap tubuh
canggung (N.K. Kittusamy, B. Buchholz, 2004), PAK lainnya adalah Occupational
ISBN : 978-602-97491-7-5
A-16-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
Airway Diseases (Bennet, 1985) merupakan gangguan sistem pernafasan yang
disebabkan menghirup bahan kimia atau material yang terpapar ketika pekerja berada di
tempat kerja, Noise Induced Hearing Loss, penurunan dan kehilangan kemampuan
mendengar akibat bising (N.K. Kittusamy, B. Buchholz, 2004) dan sakit mata akibat
sinar pengelasan (Hinze, G. Giang, 2008)
Dalam penelitian ini, dilakukan pengembangan model dengan melihat hubungan
iklim keselamatan terhadap kecelakaan kerja dan PAK di konstruksi pembangunan
kapal dengan mengacu pada model iklim keselamatan Tomas’s Structural Model dan
faktor – faktor yang dapat meningkatkan performa keselamatan pada penelitian
terdahulu seperti perilaku keselamatan dan komunikasi keselamatan. Adapun tujuan
penelitian ini adalah :
1. Mengetahui hubungan iklim keselamatan, perilaku keselamatan dan komunikasi
keselamatan
2. Mengetahui hubungan iklim keselamatan, perilaku keselamatan dan komunikasi
keselamatan terhadap kecelakaan kerja dan Penyakit Akibat Kerja (PAK)
3. Mengetahui apakah perilaku keselamatan dan komunikasi keselamatan
memediasi iklim keselamatan terhadap kecelakaan kerja dan Penyakit Akibat
Kerja (PAK)
4. Mengembangkan model hubungan iklim keselamatan terhadap kecelakaan kerja
dan Penyakit Akibat Kerja (PAK)
Untuk pengembangan model tersebut, peneliti memerlukan analisa statistik yang
mampu menggambarkan hubungan faktor-faktor tersebut. Pada penelitian ini akan
dilakukan pemodelan dengan menggunakan Structural Equation Model (SEM). SEM
merupakan teknik analisis multivariat yang dikembangkan guna menutupi keterbatasan
yang dimiliki oleh model-model analisis sebelumnya yang telah digunakan secara luas
dalam penelitian (Hox dan Bechger, 1998). SEM dipilih karena dianggap memiliki
kemampuan untuk mengestimasi hubungan antar variabel yang bersifat multiple
relationship untuk menghasilkan pemodelan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
sehingga bermanfaat dalam memberikan informasi dalam pengendalian resiko.
Iklim Keselamatan
Konsep safety climate atau iklim keselamatan pertama kali diperkenalkan oleh
Zohar (1980) yang menekankan pentingnya proses sosial dan organisasi dalam
mencegah kecelakaan. Griffin dan Neal (2000) dan Zohar (1980) dalam Vinodkumar
dkk. (2009) yang mendefinisikan iklim keselamatan sebagai persepsi karyawan terhadap
kebijakan keselamatan, prosedur, praktek, serta seluruh kepentingan dan prioritas
keselamatan kerja. Brown dan Holmes (1986) dalam Vinodkumar dkk. (2009),
mengemukakan bahwa iklim keselamatan merupakan persepsi pekerja terhadap
manajemen mengenai 3 hal yaitu kesejahteraan pekerja, masalah yang terkait dengan
kesejahteraan dan resiko kesehatan. Dimensi iklim keselamatan semakin meluas seiring
berkembangnya penelitian. Kines dkk. (2011) mengemukakan bahwa ada tujuh dimensi
pembentuk iklim keselamatan yaitu:
1. Manajemen prioritas keselamatan, komitmen dan kompetensi
2. Wewenang manajemen terhadap keselamatan
3. Manajemen keadilan dalam keselamatan
4. Komitmen pekerja dalam keselamatan
ISBN : 978-602-97491-7-5
A-16-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
5. Prioritas keselamatan pekerja dan pengambilan resiko
6. Pembelajaran, komunikasi keselamatan dan kepercayaan terhadap kompetensi
keselamatan rekan kerja
7. Kepercayaan pekerja terhadap kemampuan sistem keselamatan
Sebagai upaya dari pencegahan kecelakaan kerja, beberapa peneliti telah mencoba
memodelkan hubungan iklim keselamatan dengan kecelakaan kerja. Tomas dkk. (1999)
dalam Attwood (2006) menunjukkan bahwa kecelakaan kerja dipengaruhi oleh iklim
keselamatan, respon supervisor, respon co-worker, sikap pekerja dan perilaku
keselamatan. Penelitian yang dilakukan Tomas dkk. ini menunjukkan hasil kontradiktif
bahwa bahaya dapat menyebabkan kejadian kecelakaan. Penelitian ini juga
memunculkan konsep bahwa sikap mempengaruhi perilaku dan perilaku dapat
mempengaruhi munculnya suatu kejadian kecelakaan namun tidak secara langsung dan
harus termediasi actual risk di dalamnya.
Gambar 1. Tomas Structural Equation Model
Komunikasi Keselamatan
Selain iklim keselamatan, Cigularov dkk (2010) mengemukakan bahwa
komunikasi keselamatan (safety communication) merupakan kontributor yang penting
dalam meningkatkan keselamatan di tempat kerja. Vinodkumar dan Bhasi (2010) bahwa
komunikasi yang rutin mengenai isu-isu keselamatan antara manajer, supervisor dan
pekerja merupakan kebiasaan yang sangat efektif dalam meningkatkan keselamatan
ditempat kerja. Komunikasi yang terbuka dapat menghilangkan kegugupan pekerja
dalam meningkatkan dan mendiskusikan isu-isu keselamatan (Ciguralov dkk., 2010).
Komunikasi mengenai isu-isu kesehatan dan keselamatan di tempat kerja dapat dilihat
sebagai kunci dalam organisasi untuk mempelajari hasil dari kejadian kecelakaan atau
investigasi kejadian hampir celaka, audit keselamatan maupun perubahan dalam
prosedur-prosedur (Mearns dkk., 2003 dalam Cigularov dkk., 2010). Selain itu media
komunikasi seperti bahasa yang digunakan dalam sharing informasi juga merupakan
faktor penting (Paul,
2013). Selain itu juga kemampuan komunikasi dalam
menyampaikan informasi-informasi penting terkait keselamatan juga merupakan hal
yang perlu mendapat perhatian (Hoffmeister, Cigularov, Sampson, Rosecrance, &
Chen, 2011 dalam Kaskutas, 2013).
ISBN : 978-602-97491-7-5
A-16-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
Perilaku Keselamatan
Perilaku keselamatan (safety behaviour) merupakan pendekatan yang didisain
untuk meningkatkan performa keselamatan kerja secara langsung sehingga dapat
mencegah terjadinya kecelakaan (Wirth dkk., 2008). Menurut Brown dan Holmes
(1986), perilaku keselamatan di pengaruhi oleh sikap (attitutes) terhadap keselamatan
seperti bekerja sesuai prosedur, memakai peralatan keselamatan dan mampu menangani
dan mengendalikan resiko yang ditemukan (Dedobbeleer dan Belland, 1991). Safety
awareness akan keselamatan seperti kesadaran akan pentingnya keselamatan, sikap dan
tanggung jawab terhadap keselamatan diri sendiri dan orang lain merupakan faktorfaktor yang mendukung perilaku keselamatan (Patradhiani, 2002).
METODA
Pengembangan model hubungan iklim keselamatan terhadap kecelakaan kerja dan
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
Structural Equation Model (SEM). Kuisioner disebar kepada 3 perusahaan konstruksi
pembangunan kapal di Surabaya, yaitu PT. PAL, PT. DOK dan PT. DUMAS dengan
jumlah total responden sebanyak 377 orang pekerja. Adapun hipotesa yang diuji dalam
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Hipotesa Penelitian
Berdasarkan model struktural (Gambar 2) dapat dilihat bahwa nilai factor loading
pada masing-masing konstruk sudah baik (≥ 0,50) (Hair, 2010). Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa pembentukan model telah stabil dan dapat mendukung pengukuran
validitas dan reabilitas.
Hasil dari analisa kecocokan model diperoleh bahwa model yang dihasilkan telah
sesuai (fit) karena memenuhi cut of value. Goodness of Fit pada SEM hasil dari
pengolahan AMOS diperoleh nilai
sebesar 413,10 cukup besar dan p value 0,00
berarti terdapat perbedaan antar variabel yang berarti model belum fit (sesuai). Namun
nilai
cukup sensitif terhadap ukuran sampel sehingga untuk menilai kelayakan model
perlu juga memperhatikan ukuran-ukuran kesesuaian lainnya. Adapun nilai /
sudah baik yaitu 2,07, nilai tersebut cukup rendah (≤ 3), sehingga nilai tersebut sudah
bisa diterima (acceptable). Nilai RMSEA sudah baik yaitu sebesar 0,05 (≤ 0,08) dengan
interval kepercayaan antara 0,04-0,05 yang menunjukkan bahwa model fit berdasarkan
ISBN : 978-602-97491-7-5
A-16-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
hipotesa sudah baik (< 0,05). Sedangkan nilai GFI sudah cukup tinggi yaitu 0,90
sehingga juga menunjukkan bahwa model hipotesa sudah fit/ sesuai.
Gambar 2. Model Structural
Tabel 1. Contruct Reliability hasil dari SEM
Sum of
Standarized
Loading
1,75
Sum of
Measurement
Error
0,72
Perilaku Keselamatan (Sb)
2,1
0,65
0,87
Komunikasi Keselamatan (Co)
4,39
1
0,95
Kecelakaan (Acc)
2,34
0,7
0,89
Penyakit Akibat Kerja (Od)
2,66
0,43
0,94
Construct
Iklim Keselamatan (Sc)
Construct
Reability (CR)
0,81
Adapun nilai Contruct Reability pada masing-masing konstruk yang diperoleh
lebih 0.7 (Tabel 1) Nilai batas yang digunakan untuk menilai tingkat realibilitas yang
diterima adalah 0.70 (A.T. Ferdinand,2000 dalam Prajogo, 2012). Sehingga dapat
dikatakan bahwa konstruk dalam model struktural ini dapat diandalkan.
HASIL DAN DISKUSI
Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa Iklim Keselamatan memiliki hubungan
dengan Perilaku Keselamatan namun tidak memiliki hubungan dengan Komunikasi
Keselamatan, Kecelakaan maupun PAK. Hal ini dikarenakan Hal ini dikarenakan
semakin baik iklim keselamatan maka semakin baik pula perilaku keselamatan pekerja.
Iklim keselamatan yang baik akan tercipta apabila manajemen memiliki komitmen dan
kompetensi terhadap keselamatan, memprioritaskan keselamatan, memiliki wewenang
terhadap keselamatan dengan merancang sistem keselamatan yang benar-benar dapat
ISBN : 978-602-97491-7-5
A-16-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
diaplikasikan karyawan di tempat kerja, sehingga menumbuhkan kepercayaan pekerja
terhadap kemampuan sistem keselamatan. Manajemen juga harus memiliki perencanaan
awal dan tujuan yang jelas terhadap keselamatan sehingga pekerja secara langsung dan
tidak langsung akan turut andil dalam terbentuknya iklim keselamatan yang melalui
perilaku keselamatan di tempat kerja.
Perilaku Keselamatan memiliki hubungan dengan Komunikasi Keselamatan
namun tidak memiliki hubungan dengan kecelakaan kerja dan PAK. Hal ini dikarenakan
dalam rangka meningkatkan perilaku keselamatan, maka membahas isu-isu keselamatan
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan performa keselamatan secara langsung.
Kesadaran terhadap keselamatan dimana pekerja berusaha keras mencapai tingkat
keselamatan yang tinggi, tanggung jawab terhadap keselamatan dan saling membantu
bekerja dengan aman berpengaruh terhadap terjadinya kebebasan, keterbukaan dan
keterlibatan dalam komunikasi keselamatan. Munculnya kecelakaan di tempat kerja
tidak secara langsung sebagai akibat dari buruknya perilaku keselamatan namun
termediasi adanya resiko nyata (actual risk) di tempat kerja. Begitu pun PAK yang
timbul akibat adanya faktor bahaya di tempat kerja bukan karena buruknya perilaku
keselamatan.
Dalam penelitian ini juga diketahui bahwa Komunikasi Keselamatan memiliki
hubungan dengan PAK namun tidak memiliki hubungan dengan Kecelakaan Kerja.
Melalui adanya komunikasi terbuka, sharing informasi yang efektif, dan terus-menerus
mengenai isu-isu keselamatan dan kesehatan yang terjadi di tempat kerja akan
berdampak positif terhadap upaya pekerja dalam mengurangi resiko PAK. Selain itu
juga diketahui bahwa Kecelakaan memiliki hubungan positip terhadap PAK. Hal ini
dikarenakan baik kecelakaan dan PAK kedua-duanya timbul akibat adanya faktor
bahaya di tempat kerja, sehingga dengan menghilangkan sumber bahaya yang berakibat
pada terjadinya sebuah kecelakaan juga akan berdampak pada berkurangnya resiko
PAK
Penelitian ini juga memberikan informasi bahwa kecelakaan yang paling banyak
terjadi di industri pembangunan kapal adalah terluka ketika memegang, mengangkat
atau membawa material atau peralatan. Sedangkan PAK yang paling banyak dialami
pekerja adalah sesak nafas dan infeksi saluran akibat dari adanya paparan zat kimia di
udara seperti sisa-sisa gas pembakaran dan debu. Adapun PAK lain yang ditemukan
dalam penelitian ini adalah penurunan fungsi pendengaran pekerja dimana persentase
tertinggi PAK penurunan pendengaran adalah di PT. DOK dengan tingkat persentase
sebanyak 16,8%.
DAFTAR PUSTAKA
Abbe, Omosefe O., Harvey, Craig M., Laura H Ikuma., Fereydoun Aghazeh. (2011). A
survey on optimization. International Journal of Industrial Ergonomic, 41, 106117
Attwood, Daryl., Khan, Faisal., Veitch, Brian. (2006). Occupational accident modelWhere have we been and where are we going? Journal of Loss Prevention in the
Process Industries, 19, 664-682.
Barlas, Baris. (2012). Shipyard fatalities in Turkey. safety science, 1247-1252.
ISBN : 978-602-97491-7-5
A-16-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
Bennet, O. (1985). Occupational airways diseases in metalworking industry. Tribology
International 0301-679X/85/130169-08.
Cigularov , Konstantin P., Chen, ,Peter Y., John Rosecrance. (2010). The effect of error
management climate and safety communication on safety. Accident Analysis and
Prevention 45, 745-758.
Chinda, Thanwadee., Mohamed, Sherif. (2007). Structural Equation model of
Construction safety cultureMemetic Differential Evolution for Vehicle Routing
Problem with Time Windows. Engineering Construction and Architectural
Management, Vol 15, No.2, pp. 114-131.
Choudhry, Rafiq M., Fang, Dongping. (1998). Why Operatives engage in unsafe work
behaviour : Investigating factors on construction sites. Safety Science,46, 566584.
Evans, Bronwyn., Glendon, A. Ian., Creed, PeterA. (2017). Development and initial
validation of an Aviation safety Climate Scale Journal of Safety Research, 38,
675-682
Hair, Josep., Black, William., Babin, Barry. Anderson, Rolph. (2010). in Multivaried
Data Analysis. Pearson Education. United States of America ,hal 627-687.
Haslam, R.A., Hide, S.A.., Gibb, A.G.F. (2005). Contributing factors in construction
accidents. Applied ergonomic, 36, 401-415.
Hinje, J., Rinker, M.E., (2008). Construction Safety. Safety Science, 46, 565.
Huang, Hsiang., Chen, Jiu-Chiuan., DeArmond, Sarah., Cigularov, Konstantin., Chen,
Peter y. (2007). Rules of safety climate and shift work on perceived injury risk:
A Multi-level analysis. Accident Analysis and Prevention, 39, 1088-1096.
Kines, Pete., Lappalainen, Jorma., Mikkelsen, Kim Lyngby., Olsen, Espen., Pousette,
Anders. (2011). Nordic Safety Climate Questionaire (NOSACQ-50); A new tool
for diagnosing occupational safety climate. International Journal of Industrial
Ergonomic, 41, 634-646
Lee. T., Harrison. K. (2000). Assesing safety culture in nuclear power station. Safety
Science 34, 61-97.
Muniz, Beatriz Fernandez., Montez, Jose Manuel., Jose, Camilo. (2012). Safety climate
in OHSAS 18001-certified organisation. Accident Analysis and Prevention 45,
745-758
O.O. Abbe et al. (2011). Modelling the relationship between occupational stressor,
psychosocial/physical symptoms and injuries in the construction industry.
International journal and Industrial Ergonomic 41, 106-107.
Patradhiani, Rurry. (2013). Model pengembangan manajemen resiko kecelakaan kerja
dengan fokus pada prilaku pekerja di industri kimia
P. Hamalainen et al. (2009). Global trend according to estimated number of
occupational accident and fatal work-related diseases at region and country
level. Journal of Safety Research 40, 125-139.
ISBN : 978-602-97491-7-5
A-16-8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
R.A Haslam et al. (2005). Contributing factors in construction accidents. Applied
Ergonomic 36, 401-415.
Wirth, Oliver., Sigurdsson, Sigurdur Oli. (2008). When workplace safety depends on
behaviour change: Topics for behavioral safety research. Journal of safety
Research. 39. 589-598.
Vinodkumar, M.N., Bhasi, M.. (2009). Safety Climate factor and its relationship with
accident and personal attributes. safety science, 47, 659-667.
Yu Wenzhou et al. (2012). Work-related injuries and musculoskletal disorder among
factory worker in a major city of China. Accident analysis and Prevention 48,
457-653
ISBN : 978-602-97491-7-5
A-16-9
Download