BAB I PENDAHULUAN

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh suatu rumah sakit dipengaruhi
oleh kualitas dari sumber daya manusia yang dimiliki oleh rumah sakit bersangkutan.
Kualitas dari sumber daya manusia khususnya tenaga kesehatan di rumah sakit dapat
dilihat dari keahlian, pengetahuan, sifat, dan motivasi yang dimiliki oleh tenaga
kesehatan, apabila tenaga kesehatan memiliki keempat aspek penentu kualitas
sumber daya manusia yang baik dalam memberikan pelayanan kesehatan maka
pelayanan kesehatan yang diberikan menjadi lebih baik dan berkualitas (Ratnamiasih
et al. 2012).
Sumber daya manusia berkualitas merupakan dambaan seluruh rumah sakit yang
dapat diperoleh dengan melakukan suatu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan.
Pentingnya perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan untuk meningkatkan efektifitas
dan efisiensi pelayanan kesehatan yang diberikan pada setiap bagian di suatu rumah
sakit. Ketepatan dalam melakukan suatu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan di
rumah sakit merupakan kunci sukses sebuah rumah sakit untuk dapat lebih
berkembang (Julia, 2013).
Tenaga kesehatan yang memiliki kontak langsung terhadap pasien adalah dokter,
perawat, bidan, dan tenaga penunjang lainnya. Namun tidak dapat dipungkiri
kelompok terbesar yang terlibat secara terus menerus selama 24 jam sehari dengan
pasien adalah perawat (Devi, 2011). Tenaga perawat merupakan bagian yang tidak
1
2
dapat dipisahkan dalam suatu rumah sakit karena sebagai kelompok mayoritas,
pelayanan kesehatan yang diberikan seorang perawat terhadap pasien memiliki
pengaruh besar dalam menentukan kualitas dari suatu rumah sakit (Purwanto, 2011).
Oleh karena itu perlu dilakukan suatu perencanaan kebutuhan tenaga perawat di
rumah sakit khususnya dalam menentukan jumlah tenaga perawat.
Rumah Sakit Umum Bali Royal merupakan salah satu rumah sakit swasta yang
terletak di Kota Denpasar yang dipimpin oleh seorang direktur utama. Rumah sakit
kelas C yang mulai beroperasi pada 17 Juli 2010 berawal dari sebuah klinik swasta
bernama MMC yang ingin melengkapi fasilitas kesehatan yang dimiliki dengan
fasilitas rawat inap. Rumah sakit yang berada di bawah naungan PT. Putra Husada
Jaya ini mengalami perkembangan pesat dalam hal pelayanan kesehatan yang terlihat
dari beberapa penghargaan yang diperoleh sampai saat ini.
Perkembangan yang dilakukan oleh Rumah Sakit Umum Bali Royal tidak dapat
menutupi bahwa masih banyak permasalahan yang muncul di dalam rumah sakit
tersebut. Salah satu permasalahan yang dialami rumah sakit tersebut adalah
kurangnya jumlah tenaga perawat di masing-masing unit rawat inap dilihat dari
perbandingan jumlah perawat dengan jumlah tempat tidur di masing-masing unit
rawat inap. Perbandingan jumlah perawat dengan jumlah tempat tidur dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 1.1 Perbandingan Jumlah Tenaga Perawat dengan Jumlah Tempat Tidur di
Unit Rawat Inap RSU Bali Royal Tahun 2015
Unit Rawat Inap
Jumlah Perawat
Jumlah Tempat Tidur
Unit Rawat Inap Lantai I
14 perawat
18 TT
Unit Rawat Inap Lantai II
31 perawat
37 TT
Unit Rawat Inap Lantai III
14 perawat
13 TT
Sumber : Unit Sumber Daya Manusia dan Unit Rekam Medis RSU Bali Royal (2015)
3
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun
2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, jumlah tenaga perawat pada
tipe rumah sakit kelas C dihitung dengan perbandingan dua perawat untuk tiga
tempat tidur. Namun perbandingan yang terdapat di unit rawat inap RSU Bali Royal
belum sesuai dengan ketetapan yang berlaku tersebut. Dengan menggunakan
perbandingan dua perawat tiga tempat tidur dapat diketahui bahwa terjadi
kekurangan jumlah perawat di unit rawat inap lantai I, II, dan III pada setiap shift
kerja.
Kurangnya jumlah tenaga perawat tidak didukung dengan jumlah pasien rawat
inap yang mempengaruhi kondisi dari tenaga perawat yang bekerja saat ini.
Meningkatnya jumlah pasien rawat inap yang cukup signifikan dari tahun 2012 2014 selain mempengaruhi kondisi perawat yang tersedia juga dapat mempengaruhi
tingkat BOR (Bed Occupancy Rate) di unit rawat inap RSU Bali Royal karena
peningkatan jumlah pasien rawat inap akan mempengaruhi peningkatan pemanfaatan
tempat tidur di unit rawat inap RSU Bali Royal. Tingkat BOR RSU Bali Royal dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1.2 BOR (Bed Occupancy Rate) Unit Rawat Inap RSU Bali Royal Tahun
2012-2014
BOR (Bed Occupancy Rate)
Unit Rawat Inap
Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014
Unit Rawat Inap Lantai I
78,16%
93,52%
106,82%
Unit Rawat Inap Lantai II
56%
93,80%
108,84%
Unit Rawat Inap Lantai III
37,96%
56,79%
87,52%
Sumber :Unit Rekam Medis RSU Bali Royal (2015)
Peningkatan BOR yang signifikan terjadi di unit rawat inap lantai I, II, dan III.
BOR pada ketiga unit rawat inap tersebut telah melebihi 85% baik di tahun 2013
maupun pada tahun 2014. Menurut Kemenkes RI (2011) kondisi BOR ideal dari
4
suatu rumah sakit adalah 60-85%, namun pada kenyataannya BOR di unit rawat inap
lantai I dan II sudah tidak termasuk kondisi ideal sejak tahun 2013 dan di unit rawat
inap lantai III tidak termasuk pada BOR ideal pada tahun 2014. BOR adalah
persentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu yang merupakan
indikator tinggi rendahnya pemanfaatan tempat tidur rumah sakit (Kemenkes RI,
2011). Kondisi ini menunjukkan bahwa pemanfaatan tempat tidur pada unit rawat
inap lantai I, II, dan III cukup tinggi yang dapat berdampak pada peningkatan beban
kerja perawat unit rawat inap pada ketiga unit tersebut. Robot (2009) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa jumlah BOR dapat mempengaruhi beban kerja
perawat unit rawat inap. Pernyataan tersebut juga didukung oleh pernyataan
Minarsih (2011) yang menyatakan dengan adanya peningkatan BOR maka beban
kerja perawat juga meningkat.
Peningkatan beban kerja yang dirasakan oleh perawat unit rawat inap RSU Bali
Royal diketahui melalui wawancara dengan sembilan perawat unit rawat inap lantai I
dari 15 orang perawat, 17 orang perawat pada unit rawat inap lantai II dari 32 orang
perawat dan delapan perawat unit rawat inap lantai III dari 15 perawat. Dari
wawancara tersebut diketahui bahwa dengan adanya peningkatan BOR, para perawat
merasakan beban kerja yang dialami meningkat. Selain karena peningkatan BOR,
beban kerja perawat meningkat karena RSU Bali Royal pada saat ini sedang
mempersiapkan diri untuk menghadapi akreditasi rumah sakit versi 2012 pada tahun
2015 ini.
Peningkatan beban kerja perawat khususnya rawat inap disebabkan adanya
beberapa tugas tambahan baru untuk perawat seperti penulisan dokumentasi pasien
yang lebih banyak ke dalam formulir-formulir yang ditetapkan sebagai syarat untuk
5
mencapai akreditasi rumah sakit diantaranya formulir pemantauan nyeri, formulir
risiko jatuh, dan formulir edukasi terintegrasi. Sebelumnya dokumentasi pasien yang
dilakukan oleh perawat rawat inap hanya berupa formulir penilaian awal pasien saja.
Selain itu perawat rawat inap juga memiliki tugas tambahan untuk melakukan
monitoring skala nyeri dan risiko jatuh pada pasien yang terdiagnosis mengalami
nyeri setiap shift kerja. Sebelumnya tugas perawat hanya melakukan monitoring
terhadap tanda-tanda vital pasien saja.
Dirasakannya peningkatan beban kerja oleh perawat pada masing-masing unit
rawat inap dapat juga dilihat dari tiga aspek beban kerja. Menurut Irwady dalam
Parta (2013) aspek beban kerja terdiri dari aspek fisik, psikologis, dan waktu kerja.
Dari aspek fisik, para perawat di unit rawat inap RSU Bali Royal memiliki tugas
tambahan yang cukup banyak di luar tugas utama sebagai seorang perawat seperti
melaksanakan tugas administrasi yang cukup banyak dan mengatasi apabila terjadi
ketidaklengkapan dokumen pasien yang sering terjadi di unit rawat inap sebelum
dikembalikan ke unit rekam medis. Menurut Irwady dalam Parta (2013) semakin
banyak tugas tambahan yang diberikan kepada perawat dapat mempengaruhi kinerja
dari perawat tersebut. Dilihat dari aspek psikologis, hubungan antara perawat dengan
perawat lain maupun atasan sudah cukup baik, namun hubungan perawat dengan
pasien kurang baik karena perawat belum bisa menunjukkan sikap empati terhadap
pasien yang menimbulkan kesan bahwa perawat kurang ramah terhadap pasien.
Sedangkan dari aspek waktu kerja, jadwal kerja perawat cukup padat karena
mengikuti jadwal kerja menurut kalender yang dapat mengakibatkan kelelahan dan
stres kerja pada perawat yang dapat berpengaruh pada aspek psikologis perawat.
6
Untuk mengatasi masalah tersebut Rumah Sakit Umum Bali Royal perlu
melakukan perencanaan kebutuhan tenaga perawat yang tepat. Pada saat ini RSU
Bali Royal masih menggunakan pendekatan dari Depkes 2002 untuk merencanakan
kebutuhan tenaga perawat yang didasarkan atas rata-rata jumlah pasien yang dirawat
setiap hari. Namun dengan adanya peningkatan indikator BOR, maka secara
langsung rata-rata jumlah pasien juga akan meningkat. Kondisi ini menyebabkan
pendekatan ini kurang sesuai digunakan sebagai pedoman untuk merencanakan
kebutuhan
tenaga
perawat
karena
bersifat
kurang
objektif
dan
kurang
mengakomodasi seluruh komponen dari aktivitas keperawatan. Sehingga perlu
dilakukan suatu pengukuran kebutuhan tenaga perawat unit rawat inap yang bersifat
lebih objektif, mudah dioperasikan, digunakan, diterapkan, komprehensif, dan
realistis yaitu dengan menggunakan salah satu metode perhitungan kebutuhan
sumber daya manusia kesehatan berdasarkan beban kerja yaitu Workload Indicators
of Staffing Need (WISN). Metode ini merupakan rekomendasi dari WHO yang telah
diadopsi oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui Kepmenkes
Nomor 81/MENKES/I/2004 dan merupakan metode yang akurat untuk menghitung
kebutuhan tenaga perawat.
Oleh karena penelitian terkait perhitungan jumlah tenaga perawat unit rawat inap
berdasarkan beban kerja di RSU Bali Royal belum pernah dilakukan, maka peneliti
merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kebutuhan
Tenaga Perawat Berdasarkan Workload Indicators of Staffing Need di Unit Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Bali Royal Tahun 2015”.
7
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan bahwa terjadi masalah terkait
kurangnya jumlah perawat di unit rawat inap lantai I, II, dan III RSU Bali Royal
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun
2014. Peningkatan BOR yang nilainya sudah melebihi standar ideal belum diimbangi
dengan jumlah perawat yang tersedia saat ini sehingga dapat menimbulkan adanya
peningkatan beban kerja. Berdasarkan wawancara dengan beberapa orang perawat
pada unit rawat inap lantai I, II, dan III diketahui bahwa selain karena BOR, beban
kerja perawat pada ketiga unit tersebut juga meningkat karena banyaknya tugas
tambahan terkait dokumentasi pasien yang disebabkan oleh akreditasi yang sedang
dihadapi oleh RSU Bali Royal. Peningkatan beban kerja yang dirasakan oleh perawat
rawat inap tersebut belum terukur secara objektif. Berdasarkan permasalahan
tersebut, dipandang perlu dilakukan penelitian tentang bagaimanakah kebutuhan
tenaga perawat di unit rawat inap lantai I, II, dan III RSU Bali Royal tahun 2015 ?
1.3 Pertanyaan Penelitian
Bagaimanakah kebutuhan tenaga perawat khususnya pada unit rawat inap lantai
I, II, dan III RSU Bali Royal tahun 2015 ?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian ini adalah :
8
1.4.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui kebutuhan tenaga perawat di unit rawat inap lantai I, II, III
RSU Bali Royal tahun 2015.
1.4.2 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui jumlah perawat yang dibutuhkan di unit rawat inap
lantai I, II, dan III RSU Bali Royal.
2. Untuk mengetahui perbedaan jumlah perawat di unit rawat inap lantai I, II,
dan III berdasarkan perhitungan WISN dengan yang ada saat ini di RSU
Bali Royal.
3. Untuk mengetahui beban kerja perawat di unit rawat inap lantai I, II, dan III
RSU Bali Royal.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang dapat diperoleh melalui penelitian ini sebagai berikut :
1.5.1 Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman dalam membantu RSU
Bali Royal dalam melaksanakan perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan khususnya
tenaga perawat dan sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan kebutuhan
tenaga kerja lainnya di masa mendatang. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat
membantu RSU Bali Royal dalam mengalokasikan tenaga perawat secara lebih adil.
1.5.2 Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan teori dan
menambah pengetahuan dalam bidang perencanaan SDM. Selain itu, dapat
digunakan sebagai salah satu referensi untuk penelitian selanjutnya.
9
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian bidang manajemen SDM khususnya dalam
perencanaan kebutuhan tenaga perawat berdasarkan beban kerja di unit rawat inap
RSU Bali Royal.
Download