Wudhu sebagai Cermin dari Kesederhanaan Islam

advertisement
Wudhu sebagai Cermin
Kesederhanaan Islam
dari
Kampungmuslim.org – Selama shalat dan dzikir kita masih
sebatas kewajiban melainkan kebutuhan dalam hati maka selama
itu pula kita masih akan terus terperangkap dan terjebak oleh
lautan fitnah dunia yang telah dikuasai dan dikendalikan oleh
dajjal yang semakin memburamkan dan bahkan membutakan mata
hati.
Selama sikap, respon dan prilaku/ cara perlakuan kita masih
takabur, arogan, sombong dan mubazir/ boros bahkan merusak/
mencemari terhadap makhluk yang bernama ‘air’ dalam
menggunakannya sebagai sarana utama dalam kehidupan kita (air
minum, wudhu, mensucikan diri, dan lain-lain), maka selama itu
pula kita tidak akan pernah menemukan arti dan manfaat dari
shalat dan dzikir serta segala hal yang behubungan dengan
Ibadah dan pengabdian kepada Sang Khaliq, karena menghargai/
menghormati air adalah ‘Jalan untuk meraih Nur (cahaya)
Allah.’
Hematlah Air Terutama dalam Berwudhu.
Seorang lelaki yang sedang mengambil air wudhu dan
melaksanakan wudhu dan Nabi Muhammad allallaahu ‘alaihi
wasallam sedang lewat kemudian melihat laki laki itu dan
beliau melihat orang tersebut kemudian beliau bertanya kepada
lelaki itu, apakah yang menyebabkanmu membazirkan air dalam
mengambil wuduk (israf)?
Laki laki itu bertanya kepada Rasulullah Sallallaahu ‘alaihi
wasallam “apakah ada juga pemubaziran dalam penggunaan air
dalam berwudhu?”
“Ya” kata Nabi Muhammad Sallallaahu ‘alaihi wasallam.
“Jangan melebihi had/ batasan walaupun kamu berwudhu di depan
sungai yang sedang mengalir dan tiada mungkin kekurangan air (
walaupun airnya melimpah).”
“Apakah hadnya/ batasannya?”
“Inilah hadnya, songkok/ kupyah ini dapat di isi air
dan
jumlah air 1 songkok ini lebih dari cukup yaitu air yang
sepatutnya kita gunakan untuk mengambil wudhu. Saya katakan
inilah jumlah air yang sepatutnya kalian gunakan untuk
berwudhu.”
Rasulullah Sallallaahu ‘alaihi wasallam akan mengangkat tempat
air itu dengan tangan kirinya dan menuangkan air ke tangan
kanannya. Kenapa?
Sebab beliau akan menggunakan tangan kanannyanya sebagai
penyendok untuk mengambil air dari dalam tempat air tersebut
dan ini adalah jumlah air yang telah diperintahkan (yaitu 1
sendokan tangan tangan satu = 1 raupan ) untuk digunakan dalam
setiap melakukan wudhu.
Ketika Rasulullah Sallallaahu ‘alaihi wasallam telah selesai
dengan wudhunya, jika masih ada sisa air berbaki dalam tempat
air tersebut, baginda akan meminumnya dan para sahabat akan
berebut-rebut untuk mengambil air wudhu itu untuk
dibasuhkan ke seluruh tubuh mereka.
Ya! Para sahabat akan berebutan untuk mengambil air sisa wudhu
itu untuk dibasuhkan ke seluruh tubuh mereka.
Hampir kita semua yang hidup di era ini, di zaman ini selaku
umat yang mengaku muslim tidak lagi menyadari hal ini. Saya,
anda dan kita semua. Seharusnya ketika kita menggunakan air
untuk berwudhu dari pipa/ kran, kita harus bisa menggunakan
satu tangan untuk membuka dan menutup pipa/ kran itu lalu
tangan satunya kita gunakan untuk di isi air yang sebanyak 1
sendokan (1 genggaman). Jangan lagi membiarkan air mengalir
saat kita tidak menggunakannya untuk setiap melakukan
wudhu. Mulailah merubah kebiasaaan ini, mulai dari diri
sendiri. Praktek langsung, jangan banyak teori. Orang lain
nantinya mengikuti dengan sendirinya. Karena cara berwudhu
yang sesuai dengan sunnah dari Rasulullah Sallallaahu ‘alaihi
wasallam adalah cermin dari kesederhanaan jalan hidup kita
selaku umat Islam. Dan inilah sebenar-benarnya pondasi Ibadah
seorang muslim dimana shalat yang menjadi tiangnya.
Dan adakah dari kita semua hari ini menyadari bahwasanya
makhluk yang bernama ‘air’ adalah fasilitas/ jalan/ perantara
untuk meraih Nur (cahaya) dari Allah?
Marilah kita pelajari hal-hal yang paling mendasar dalam Islam
termasuk dari cara berwudhu dan memperlakukan air agar kelak
amal kita tidaklah sia-sia di hari pengadilan nanti.
Gaya hidup pemborosan air ketika berwudhu sangat kurang
diperhatikan oleh umat Islam di masa kini, amat segelintir di
kalangan kita hari ini yang memahami hakekat dari cara
berwudhu kita ini yang seharusnya wajib sesuai dengan cara
yang dicontohkan oleh Rasulullah Sallallaahu ‘alaihi
wasallam karena itulah sebenar-benarnya sunnah. Lupakah kita
akan bahwasanya Allah Subhanahu Wata’ala sangat menentang
dengan segala hal tentang pemborosan/ pemubaziran yang
sebenarnya ini adalah sikap dan tingkal laku dari para calon
penghuni neraka, yaitu syaitan dan golongan Ya’juj dan Ma’juj.
Allah SWT berfirman,
ِ‫إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُواْ إِخْوَانَ الشَّيَاطِين‬
ً‫وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورا‬
“Sesungguhnya orang-orang yang melakukan pemborosan
(boros) itu adalah saudara-saudara syaitan, sedang syaitan
itu pula adalah makhluk yang sangat kufur kepada Tuhannya.”
[Al-Qur’an Surah Al-Isra; 17 ayat 27]
Diriwayatkan
bahwa
Rasulullah
Sallallaahu
‘alaihi
wasallam pernah melintasi Saad bin Abi Waqas r.a. yang sedang
berwudhu, lalu beliau Sallallaahu ‘alaihi wasallam bertanya,
“Mengapa engkau berlebih-lebihan seperti ini wahai Saad?”
Saad bertanya, “Apakah di dalam wudhu juga ada istilah
berlebih-lebihan?”
Baginda Sallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Benar,
sekalipun engkau berada di sungai yang mengalir.”
(Hadis Riwayat Ahmad)
Dari Ali Bin Abu Talib r.a., Nabi Muhammad Sallallaahu
‘alaihi wasallam bersabda,
“Anak kunci dari shalat ialah bersuci (wudhu), pembukanya
ialah takbir dan penutupnya adalah salam”
(Hadis Riwayat As Syafie, Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah dan at
Tirmidzi)
Dari Muaz Bin Jabal, Nabi Muhammad Sallallaahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
“Adakah kamu mau aku kabarkan tentang kepala, tiang dan
menara kepada semua perkara?”
Aku (Muaz) menjawab,
“Sudah tentu ya Rasulullah”
Lalu Baginda Sallallaahu ‘alaihi wasallam berkata,
“Kepala semua perkara adalah Islam, Tiangnya adalah Solat dan
Menaranya adalah Jihad”
(Hadis Riwayat at Tirmidzi)
Shalat itu adalah tiang agama (Islam), maka barangsiapa
mendirikannya maka sungguh ia telah mendirikan agama (Islam)
itu dan barangsiapa merobohkannya maka sungguh ia telah
merobohkan agama (Islam) itu,” (Baihaqi).
Allah tidak akan menerima shalat seseorang sebelum ia
berwudhu’ (HSR. Bukhari di Fathul Baari, I/206; Muslim,
no.255 dan imam lainnya).
Rasulullah Sallallaahu ‘alaihi wasallam juga mengatakan bahwa
wudhu’ merupakan kunci diterimanya shalat. (HSR. Abu Dawud,
no. 60).
Utsman bin Affan r.a berkata: “Barangsiapa berwudhu’ seperti
yang dicontohkan Rasulullah Sallallaahu ‘alaihi wasallam,
niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu, dan
perjalanannya menuju masjid dan shalatnya sebagai tambahan
pahala baginya” (HSR. Muslim, I/142, lihat Syarah Muslim,
III/13).
Rasulullah Sallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa menyempurnakan wudhu’nya, kemudian ia pergi
mengerjakan shalat wajib bersama orang-orang dengan
berjama’ah atau di masjid (berjama’ah), niscaya Allah
mengampuni dosa-dosanya” (HSR. Muslim, I//44, lihat
Mukhtashar Shahih Muslim, no. 132).
Kesimpulan
Jalan hidup yang hakiki adalah Islam, tiangnya adalah shalat,
menaranya
adalah
jihad
wudhu.kampungmuslim.org
dan
pondasinya
adalah
Download