IDENTITAS DOKUMEN (Preview) : Jurnal Logika

advertisement
Jurnal Penelitian & Pengabdian dppm.uii.ac.id
IDENTITAS DOKUMEN (Preview)
Judul
:
PERBANDINGAN ANGKA KUMAN PADA CUCI TANGAN DENGAN BEBERAPA
BAHAN
SEBAGAI
STANDARISASI
KERJA
DI
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
Nama Jurnal
Edisi
Penulis
Abstrak
:
:
:
:
Jurnal Logika
keywords
Kesimpulan
:
:
Volume 5-Nomor 1-Agustus 2008
Farida Juliantina Rachmawati dan Shofyatul Yumna Triyana
Cuci tangan merupakan hal sederhana namun sangat penting sebagai salah satu
upaya mencegah penyakit infeksi. Di laboratorium Mikrobiologi kedokteran, kuman
yang digunakan adalah kuman penyebab infeksi, sehingga cuci tangan merupakan
hal mutlak. Di samping untuk perlindungan terhadap petugas juga untuk
menghindari kontaminasi, sehingga perlu dibandingkan cuci tangan dengan
beberapa bahan yang dapat dijadikan standar di laboratorium Mikrobiologi
Kedokteran. Penelitian dilakukan secara eksperimental. Sebagai variabel bebas
adalah cuci tangan dengan beberapa bahan dan sebagai variabel terikat adalah
jumlah angka kuman. Bahan yang digunakan adalah sabun Triclosan padat (baru
dan lama), antiseptik etanol, Irgasan dan alkohol 70%. Jumlah sampel untuk
masing-masing bahan sebanyak 60. Angka kuman dihitung sebelum dan setelah
cuci tangan dan dianalis menggunakan uji t berpasangan. Jumlah rata-rata angka
kuman setelah cuci tangan dengan sabun Triclosan padat baru : 14,48, dengan
sabun Triclosan padat lama :34,46, dengan antiseptik etanol 2,67, dengan antiseptik
Irgasan 6,27 dan dengan alkohol setelah cuci dengan air : 25,90. Cuci tangan
dengan sabun antiseptik baru menunjukkan penurunan angka kuman yang
bermakna (p<0,01) sementara dengan sabun antiseptik lama hasil tidak bermakna
(p>0,05). Penggunaan antiseptik Etanol dan Irgasan (tanpa air) memberikan hasil
yang bermakna (p<0,01). Cuci tangan dengan air dan dilanjutkan alkohol 70% tidak
menunjukkan hasil yang bermakna. Air, tissu pengering dan lama waktu terpapar
alkohol dapat menjadi penyebab sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut. Ratarata jumlah angka kuman dari yang paling sedikit, antiseptik etanol (tanpa air) : 2,67,
antiseptik Irgasan (tanpa air) : 6,27, sabun Triclosan padat baru : 14,48, alkohol
70% setelah cuci tangan dengan air : 25,90, sabun Triclosan padat lama :34,46.
Penurunan bermakna dibanding sebelum cuci tangan yaitu dengan menggunakan
antiseptik Etanol dan Irgasan (tanpa air) dan sabun Triclosan padat baru. Hasil
terbaik pada penelitian ini menggunakan antiseptik etanol tanpa air. Perlu penelitian
lebih lanjut dengan memperhatikan air, yang digunakan, tissue pengering dan lama
terpapar bahan.
food safety knowledge and practice, household units
A. KESIMPULAN
1). Hasil rata-rata angka kuman mulai dari yang terkecil, setelah cuci tangan
dengan antiseptik etanol : 2,67, dengan antiseptik Irgasan 6,27, dengan
sabun Triclosan padat baru : 14,48, dengan alkohol setelah cuci tangan
dengan air : 25,90. sabun Triclosan padat lama : 34,46.
2). Dari penelitian ini antiseptik etanol menunjukkan hasil yang lebih baik
dibandingkan dengan antiseptik lainnya.
B. SARAN
1) Perlu penelitian lebih lanjut, dengan memperhatikan lebih seksama
1
Jurnal Penelitian & Pengabdian dppm.uii.ac.id
mengenai air, pengering yang digunakan
2) Perlu dilakukan penelitian dengan bahan-bahan lain selain yang sudah
disebutkan di sini
3) Perlu infomasi yang benar ke masyarakat jika menggunakan sabun plain
dengan antiseptik
Penerbit
:
Bahasa
Format
Web
Tag
:
:
:
:
Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM)
Univervitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta
Indonesia
PDF
http://www.uii.ac.id ; http://dppm.uii.ac.id
Jurnal Penelitian dan Pengabdian
2
Jurnal Penelitian & Pengabdian dppm.uii.ac.id
PERBANDINGAN ANGKA KUMAN PADA CUCI TANGAN
DENGAN BEBERAPA BAHAN SEBAGAI STANDARISASI KERJA DI
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
Farida Juliantina Rachmawati dan Shofyatul Yumna Triyana
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
ABSTRACT
Hand washing is a simple thing but it becomes one of serious efforts to prevent from
infection. In Medical Microbiology Laboratory, microbe infection agent is used so hand washing is
absolutely essential. Instead of protection for the laboratory assistant, hand washing is useful for
prevention from contamination, so it is important to compare hand washing using several materials
which can be a standard in Medical Microbiology Laboratory. The study is implemented using
experimental research. Independent variable is hand washing using several materials and the
quantity of microbe as dependent variable. The material is solid Triclosan soap (new and old),
ethanol antiseptic, Irgasan and alkohol 70%. Sample quantity for each material is 60. Microbe
quantity is counted before and after hand washing and analized with pair of experiment. The
average quantity of microbe after hand washing using new solid Triclosan soap: 14,48, old solid
Triclosan soap: 34,46, ethanol antiseptic 2,67, Irgasan antiseptic: 6,27 and alcohol after washed
using water 25,90. Hand washing using new antiseptic soap indicated statistical significant of
microbe numeral (p<0,01) while using old antiseptic soap indicated no significant result (p>0,05).
Utilizing ethanol antiseptic and Irgasan (without water) indicated significant result (p<0,01). Hand
washing using water and continued with alcohol 70% did not indicate significant result. Water,
tissue dryer, time of alcohol exposed can be the causal factor so advanced research is needed.
The average quantity of microbe from the least, ethanol antiseptic (without water): 2,67, Irgasan
antiseptic (without water): 6,27, new solid Triclosan soap: 14,48, alcohol 70% after hand washing
with water: 25,90, old solid Triclosan soap: 34,46. There was statistical significant compared
before hand washing using ethanol antiseptic and Irgasan without water and new solid Triclosan
soap. The best result of this research is obtained when antiseptic without water is used.
Considering water which is used, tissue dryer and exposed time of material, advanced research is
needed.
Keywords: microbe numeral, hand washing, Microbiology laboaratory
I. PENDAHULUAN
Sejak ditemukan mikroskop oleh Antony van Leeuwenhoek pada tahun 1683 (Gupte,
1990), dapat diketahui ternyata kuman ada di mana-mana, di air, tanah, udara, benda-benda,
bahkan di tubuh setiap orang. Keberadaan kuman-kuman yang tidak kasat mata tersebut
seringkali membuat kita tidak sadar akan bahaya yang dapat ditimbulkan. Secara kontinyu kumankuman tersebut diteliti atau dipelajari di laboratorium mikrobiologi.
Laboratorium mikrobiologi sendiri merupakan laboratorium yang mempelajari, menyimpan
dan melakukan pelayanan dalam bidang mikrobiologi yang meliputi bakteri, virus dan jamur.
Fungsi utama laboratorium mikrobiologi, membantu menegakkan diagnosis penyakit infeksi yang
disebabkan oleh mikroba, melakukan uji kepekaan serta penelitian-penelitian yang berkaitan
3
Jurnal Penelitian & Pengabdian dppm.uii.ac.id
dengan mikroba. Sekalipun yang diuji atau diteliti adalah mikroba, namun sterilitas merupakan hal
yang mutlak pada pemeriksaan mikrobiologi. Tanpa adanya sterilitas maka hasil yang diperoleh
bukanlah kuman yang sesungguhnya namun kuman kontaminan. Alat-alat yang steril namun tidak
memperhatikan faktor lain, tidak menjamin bebas dari kontaminasi. Salah satu cara untuk menjaga
agar hasil pekerjaan di laboratorium mikrobiologi tidak terkontaminasi, serta dapat melindungi
pemeriksa adalah dengan cara cuci tangan. Cuci tangan merupakan suatu hal yang sederhana
yang biasa kita lakukan tapi sangat besar manfaatnya. Penelitian yang dilakukan oleh Girou et al.,
(2002) membuktikan bahwa cuci tangan dapat menurunkan jumlah kuman di tangan hingga 58%.
Secara individu cuci tangan dapat meningkatkan hieginitas yang dapat berpengaruh terhadap
kesehatan.
Umumnya cuci tangan yang dilakukan di laboratorium mikrobiologi menggunakan sabun
biasa ataupun sabun cair, kadang-kadang digunakan sabun yang menggunakan antiseptik.
Selama ini tidak ada standar khusus cara cuci tangan yang dilakukan. Pada pengerjaan yang
dikhawatirkan berisiko tinggi baru digunakan alkohol. Di negara-negara maju dimungkinkan telah
dilakukan prosedur khusus namun di Indonesia umumnya belum dilakukan.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui jumlah angka kuman dengan beberapa bahan serta
mencari metode cuci tangan yang dapat dijadikan standar pada saat bekerja di Laboratorium
Mikrobiologi khususnya di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia. Dengan demikian
risiko kontaminasi dapat diminimalisir dan perlindungan keamanan pekerja laboratorium dapat
terjamin.
A.
Laboratorium mikrobiologi
Secara umum Laboratorium mikrobiologi mempelajari tentang mikroorganisme: virus, bakteri, jamur yang
meliputi diagnostik (isolasi dan identifikasi), prognosis pada kasus infeksi, pedoman dalam pengobatan,
mencari sumber infeksi (misal pada suatu kasus “ledakan” penyakit infeksi) (Gupte, 1990). Laboratorium
Mikrobiologi dapat terdapat di institusi pendidikan baik itu Fakultas Biologi/MIPA, Fakultas Pertanian
maupun Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Hewan dan Fakultas Kedokteran Gigi. Pada Fakultas
Kedokteran umumnya berorientasi pada Mikrobiologi Klinik yang mempelajari mikroba-mikroba yang
menyebabkan penyakit pada manusia. Sementara pada mikrobilologi Fakultas Kedokteran Hewan lebih
mempelajari pada mikroba yang menyebabkan penyakit pada hewan. Pada Laboratorium Klinik di
samping sebagai sarana praktikum umumnya juga berfungsi sebagai tempat penelitian dan pelayanan.
Sedangkan Laboratorium Mikrobiologi yang terdapat pada pabrik-pabrik atau perusahaan makanan lebih
memfokuskan pada penelitian yang berkaitan dengan makanan yang diproduksi pabrik tersebut. Hasil
penelitian tersebut akan sangat bermanfaat untuk kemajuan dan pengembangan produknya.
B.
Kuman-kuman di sekitar kita
Penemuan mikroskop telah membuka tabir terdapatnya kontak manusia dengan mikroorganismemikroorganisme yang tidak kasat mata. Mikroorganisme tersebut saat ini digolongkan dalam kerajaan
4
Jurnal Penelitian & Pengabdian dppm.uii.ac.id
Protista yang meliputi eukaryota, prokaryota, virus, viroid dan prion (Johnson et al., 1994).
Mikroorganisme tersebut terdapat di mana-mana, baik itu di udara, air, benda-benda yang ada di sekitar
bahkan pada tubuh tiap orang. Tubuh manusia secara terus menerus terpapar berbagai mikroorganisme.
Sebagian besar merupakan bakteri, namun ada juga jamur dan mikroorganisme lain. Pada keadaan
normal dan sehat, organisme tersebut tidak baerbahaya bahkan dapat bermanfaat. Mikroorganisme
tersebut dikenal sebagai flora normal atau komensal. Terdapatnya mikrorganisme tersebut dibuktikan
dengan adanya berbagai penelitian. Bahkan penelitian yang dilakukan oleh Gal et al. (2004)
membuktikan bahwa sabun yang digunakan untuk mencuci tangan dapat terkontaminasi oleh bakteri,
padahal penggunaan sabun dimaksudkan untuk mengurangi jumlah bakteri yang ada di tangan atau
tubuh kita.
C.
Flora normal di kulit
b. Flora normal adalah mikroorganisme yang menempati suatu daerah tanpa menimbulkan penyakit
pada inang yang ditempati. Tempat paling umum dijumpai flora normal adalah tempat yang terpapar
dengan dunia luar yaitu kulit, mata, mulut, saluran pernafasan atas, saluran pencernaan dan saluran
urogenital. Kulit normal biasanya ditempati bakteria sekitar 102–106 CFU/cm2 (Trampuz & Widmer,
2004). Flora normal yang menempati kulit terdiri dari dua jenis yaitu flora normal atau
mikroorganisme sementara (transient microorganism) dan mikroorganisme tetap (resident
microorganism). Flora transien terdiri atas mikroorganisme non patogen atau potensial patogen yang
tinggal di kulit atau mukosa selama kurun waktu tertentu (jam, hari atau minggu), berasal dari
lingkungan yang terkontaminasi atau pasien. Flora ini pada umumnya tidak menimbulkan penyakit
(mempunyai patogenisitas lebih rendah) dan jumlahnya lebih sedikit dibandingkan flora tetap. Pada
kondisi terjadi perubahan keseimbangan, flora transien dapat menimbulkan penyakit (Trampuz &
Widmer, 2004; Jawetz e.t al., 2005). The Association for Professionals in Infection Control (APIC)
memberikan pedoman bahwa mikroorganisme transien adalah mikroorganisme yang diisolasi dari
kulit, tetapi tidak selalu ada atau menetap di kulit. Mikroorganisme transien, yang terdiri atas bakteri,
jamur, ragi, virus dan parasit, terdapat dalam berbagai bentuk, dari berbagai sumber yang pada
akhirnya dapat terjadi kontak dengan kulit. Biasanya mikroorganisme ini dapat ditemukan di telapak
tangan, ujung jari dan di bawah kuku. Kuman patogen yang mungkin dijumpai di kulit sebagai
mikroorganisme transien adalah Escherichia coli, Salmonella sp, Shigella sp, Clostridium
perfringens, Giardia lamblia, virus Norwalk dan virus hepatitis A (Synder,1988). Sementara flora
tetap adalah flora yang menetap di kulit pada sebagian besar orang sehat yang ditemukan di lapisan
epidermis dan di celah kulit (Synder, 1988). Menurut Jawetz et al. (2005), flora tetap terdiri atas
mikroorganisme jenis tertentu yang biasanya dijumpai pada bagian tubuh tertentu dan pada usia
tertentu pula, jika terjadi perubahan lingkungan, mereka akan segera kembali seperti semula. Adanya
lemak dan kulit yang mengeras membuat flora tetap sulit lepas dari kulit meskipun dengan surgical
scrub. Oleh karena itu, dokter ahli bedah diharuskan memakai sarung tangan, salah satu alasannya
5
Jurnal Penelitian & Pengabdian dppm.uii.ac.id
adalah karena tidak mungkin menghilangkan semua flora atau mikroorganisme yang terdapat di kulit
(Synder, 1988). Flora tetap yang paling sering dijumpai adalah Staphylococcus epidermidis dan
stafilokokkus koagulase negatif lainnya, Corynebaterium dengan densitas populasi antara 102-103
CFU/cm2 (Trampuz & Widmer, 2004). Flora tetap tidak bersifat patogen, kecuali Staphylococcus
aureus. Bakteri ini dapat menyebabkan penyakit jika telah mencapai jumlah 1.000.000 atau 106 per
gram, suatu jumlah yang cukup untuk memproduksi toksin (Snyder, cit. Snyder, 2001). Flora
anaerobik seperti Propionibacterium acne, tinggal di lapisan kulit lebih dalam, dalam folikel rambut,
kelenjar keringat dan kelenjar sebasea (Strohl, et al., 2001) P. acne menempati bagian kulit yang
berminyak. Sedikit populasi jamur (Pityrosporum) juga ditemukan sebagai mikroorganisme tetap.
Jenis dan jumlah mikroorganisme tetap bervariasi dari satu individu ke individu lainnya dan berbeda
di antara regio tubuh. Sebagian besar mikroorganisme tetap tidak berbahaya (Synder, 1988; Strohl et.
al, 2001). Flora transien akan mati atau dapat dihilangkan dengan cuci tangan, sedangkan flora tetap
yang sering dijumpai di bawah kuku, sulit dihilangkan. Flora tetap akan selalu ada dan bertahan
hidup (survive), apalagi tempat tersebut menyediakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan
mikroba. Berkeringat berlebihan atau pencucian dan mandi tidak menghilangkan atau mengurangi
secara bermakna jumlah flora tetap.
D. Sterilisasi di Laboratorium Mikrobiologi
Sterilisasi merupakan suatu proses untuk membebaskan suatu benda dari semua mikroorganisme, baik
bentuk vegetatif maupun bentuk spora (Gupte,1990). Fungsi sterilisasi di antaranya : pada bidang
mikrobiologi untuk mencegah pencemaran organisme luar, pada bidang bedah untuk mempertahankan
keadaan asepsis, pada pembuatan
makanan dan obat-obatan untuk menjamin keamanan terhadap
pencemaran oleh mikroorganisme (Gupte, 1990). Salah satu cara yang digunakan adalah dengan
desinfeksi yaitu proses mematikan semua mikroorganisme patogen yang dapat menyebabkan infeksi
(Gupte, 1990).
Di laboratorium mikro-biologi, sterilisasi merupakan bagian yang sangat penting
atau merupakan keharusan, baik pada alat maupun media. Hal ini penting karena jika alat atau media
tidak steril, kita akan sulit menentukan apakah isolat kuman berasal dari spesimen pasien yang diperiksa
atau kontaminan. Bekerja di laboratorium mikrobiologi mengandung risiko yang tidak kecil. Setiap saat
harus selalu berasumsi bahwa setiap mikroorganisme adalah potensial patogen dan kita harus berhati-hati
agar tidak terinfeksi oleh kuman yang akan diperiksa.
D.
Cuci tangan
Cuci tangan adalah suatu hal yang sederhana untuk menghilangkan kotoran dan meminimalisir kuman
yang ada di tangan dengan mengguyur air dan dapat dilakukan dengan menambah bahan tertentu.
Penelitian intervensi yang berpengaruh 150 tahun yang lalu, Semmelweis meminta dengan tegas agar
para dokter yang melakukan autopsi mencuci tangannya sebelum membantu persalinan, sehingga
mengurangi kematian bayi karena sepsis puerperal Streptoccocus dari 22% menjadi 3%. Dengan cuci
tangan diharapkan akan mencegah penyebaran kuman patogen melalui tangan. Peran tangan sebagai
6
Jurnal Penelitian & Pengabdian dppm.uii.ac.id
sarana transmisi kuman patogen telah disadari sejak tahun 1840-an. Dengan cuci tangan diharapkan akan
mencegah penyebaran kuman patogen melalui tangan. Sejak itu banyak penelitian yang memastikan
bahwa dokter yang membersihkan tangannya dari kuman sebelum dan sesudah memeriksa pasien dapat
mengurangi angka infeksi di rumah sakit (Teare, 1999). Sementara Dobson (2003) mengatakan bahwa
cuci tangan dapat mencegah lebih dari 1 juta kematian pertahun akibat penyakit diare, sedangkan
mencuci tangan dengan sabun dapat menurunkan diare hingga 47%. Dengan higiene tangan (hand
hygiene) yang tepat dapat mencegah infeksi dan penyebaran resistensi anti mikroba. Higiene tangan
sangat diperlukan di bidang mikrobiologi maupun di tempat perawatan atau tempat-tempat yang rawan
terjadi penyebaran mikroorganisme melalui media tangan kita. Di rumah sakit, higiene tangan yang
tepat dapat menurunkan atau mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Menurut Widmer (2000), terdapat
dua konsep dasar higiene tangan yang berbeda yaitu mencuci tangan (hand washing) dan menggosok
tangan dengan alkohol (hand rubbing). Cuci tangan adalah mencuci tangan dengan menggunakan sabun
plain (tidak mengandung anti mikroba) atau sabun antiseptik (mengandung anti mikroba), menggosokgosok kedua tangan meliputi seluruh permukaan tangan dan jari-jari selama 1 menit, mencucinya dengan
air dan mengeringkannya secara keseluruhan dengan menggunakan handuk sekali pakai. Meski samasama untuk membersihkan tangan, keampuhannya membunuh bakteri berbeda-beda. Sabun antibakteri
memiliki bahan khusus yang dapat mengontrol bakteri di tangan. Ketika mencuci tangan dengan sabun
antibakteri, sejumlah kecil bahan antibakteri turut bekerja. Triclosan ialah zat antibakteri yang paling
sering ditambahkan. Bahan inilah yang mengurangi jumlah bakteri berbahaya hingga beberapa waktu
kemudian. Sementara itu, efek dari mencuci tangan dengan sabun biasa tidak sehebat bila memakai
sabun antibakteri. Sabun biasa memang dapat menghilangkan bakteri tetapi cuma sebentar. Dalam waktu
singkat bakteri akan berkembang lagi di tangan. Untuk penggunaan berulang, sabun pencuci tangan
mesti disukai pemakainya. Sabun pencuci tangan harus memenuhi standar khusus. Pertama, ia mesti
efektif menyingkirkan kotoran. Kedua, ia tidak merusak kesehatan kulit mengingat kulit yang sehat
adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh. Ketiga, ia harus nyaman untuk dipakai. Dalam hal ini,
aromanya pegang peranan. Ia semestinya tidak menebarkan wangi yang menusuk hidung. Cara kedua
untuk menciptakan higiene tangan adalah dengan menggosok tangan menggunakan alkohol. Berbeda
dari cuci tangan, pada teknik ini tidak memerlukan penggosokan yang amat kuat, mencuci dengan air
dan mengeringkannya dengan handuk (Andrej, 2004). Aktivitas cuci tangan menyebabkan hilangnya
kotoran di tangan secara mekanis (tanah, bahan-bahan organik) dan flora yang melekat tidak kuat di
tangan (sebagian besar berupa flora transien dan sebagian kecil flora tetap). Sabun plain tidak atau
sedikit memiliki aktivitas anti mikroba, mengurangi jumlah bakteri dari tangan dari 0,6 sampai 1,1 log
10 CFU (colony forming unit) dalam waktu 15 detik, 1,8 sampai 2,8 log 10 CFU dalam waktu 30 detik
dan 2,7 sampai 3,0 log 10 CFU dalam waktu 1 menit (Hilburn J, et al., 2002). Waktu mencuci tangan
yang diperpanjang tidak mengurangi jumlah bakteri yang ada. Sementara menggosok tangan dengan
alkohol lebih efektif membunuh flora, tidak hanya menghilangkan secara mekanik semua flora transien
7
Jurnal Penelitian & Pengabdian dppm.uii.ac.id
dan sebagian besar flora tetap. Teknik menggosok kedua tangan dengan alkohol sampai mengusap,
biasanya memerlukan waktu 15-30 detik. Oleh karena alkohol membunuh mikroorganisme hanya jika
terjadi kontak dengan kulit, maka penting untuk menggunakan alkohol dalam jumlah yang cukup (3-5
ml) dan menyebar merata ke seluruh permukaan kulit (Widmer et. al., 2002 cit. Andrej et al., 2004).
E.
Penghitungan angka kuman
Penghitungan angka kuman dapat dilakukan dengan membiakkan kuman yang akan dihitung pada media
agar darah. Agar darah merupakan media kaya yang dapat digunakan untuk pertumbuhan kuman baik
kuman gram positif maupun gram negatif. Kuman dihitung berdasar jumlah koloni pada daerah tertentu
dengan satuan CFU (Coloni Forming Unit)/cm2. Pada penghitungan angka kuman ini tidak dibedakan
macam koloni. Tiap koloni berasal dari 1 bakteri, sehingga tiap koloni dianggap 1 bakteri.
II. METODOLOGI PENELITIAN
A. VARIABEL PENELITIAN
1.
VARIABEL BEBAS : Cuci tangan dengan beberapa bahan
2.
VARIABEL TERGANTUNG : Jumlah angka kuman
B. RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini bersifat ekperimental. Cuci tangan dilakukan dengan berbagai bahan untuk
mencari cara terbaik sebagai metode kerja di Laboratorium Mikrobiologi Kedokteran.
C. KRITERIA PROBANDUS
Agar kondisi probandus antara yang satu dengan yang lain memiliki kondisi yang sama,
maka pada saat rekrutmen (sebelum perlakuan) probandus
dahulu untuk beberapa perlakuan. Seorang probandus
diberi penjelasan terlebih
dapat menjalani beberapa
perlakuan yang berbeda, namun dilaksanakan pada hari yang berbeda pula. Adapun
kriteria probandus :
- Sehat (tidak sedang sakit)
- Berada di lingkungan kampus terpadu Universitas Islam Indonesia
- Aktivitas wajar baik di dalam maupun di luar ruangan, minimal 2 jam sebelum dilakukan
perlakuan, tidak cuci tangan.
D. BAHAN PENELITIAN
Bahan utama yang diperlukan dalam penelitian ini adalah Media agar darah, kuman dari
8
Jurnal Penelitian & Pengabdian dppm.uii.ac.id
tangan probandus, sabun antiseptik padat baru dan lama, antiseptik etanol dan irgasan,
alkohol 70%, NaCl, aquades, cat Gram, minyak imersi
E. ALAT
Alat-alat utama yang diperlukan dalam penelitian ini adalah, inkubator,
bunsen, ose bulat,
objek glas, mikroskop
F. ANALISIS DATA
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan uji statistik t-berpasangan.
Analisis data dilakukan dengan program komputer SPSS 13
G. JALANNYA PENELITIAN
Alat dan bahan disiapkan, agar darah diberi garis menjadi 2 bagian dengan spidol pada dasar
petri, ditulis kode sebelum dan sesudah. Pengerjaan di dekat bunsen, probandus diminta
menempelkan ibu jari pada agar darah di daerah yang diberi kode sebelum, kemudian
dilakukan :
Metode 1
Probandus diminta cuci tangan selain menggunakan air mengalir juga menggunakan sabun
padat yang mengandung antiseptik (Triclosan) dan masih baru
Metode 2
Probandus diminta cuci tangan selain dengan air mengalir, juga menggunakan sabun
padat yang mengandung antiseptik (Triclosan) namun sudah beberapa lama (1-2 minggu)
dipakai.
Metode 3
Probandus diminta cuci tangan hanya dengan antiseptik (tanpa air). Antiseptik yang
digunakan adalah Etanol yang umum ada di pasaran
Metode 4
Probandus diminta cuci tangan hanya dengan antiseptik (tanpa air). Antiseptik yang
digunakan adalah Irgasan yang umum ada di pasaran
Metode 5
Probandus diminta cuci tangan dengan air kemudian dengan alkohol/etanol (sebagai
kontrol)
Masing-masing metode dilakukan pada 60 orang probandus selanjutnya, ibu jari ditempelkan lagi
di atas media Agar Darah pada daerah yang diberi kode sesudah. Pengerjaan tidak harus
dilakukan pada hari yang sama, selanjutnya media Agar Darah diinkubasi pada inkubator selama
9
Jurnal Penelitian & Pengabdian dppm.uii.ac.id
18-24 jam. Angka kuman dihitung pada 1 cm2, baik pada daerah sebelum maupun sesudah.
Dicatat kemudian dianalisis dengan hasilnya secara keseluruhan. Penempelan pada agar darah
cukup dengan ibu jari karena dianggap sudah dapat mewakili dan di antara jari yang lain
permukaannya paling luas sehingga dapat diukur dengan ukuran yang sama. Sedangkan jika
menempelkan semua permukaan tangan selain tidak efektif juga akan sulit mencari media yang
sesuai, kesulitan lain tangan tiap orang tidak sama sehingga akan sulit mencari petri yang besar
serta resiko kontaminasi lebih tinggi.
SKEMA PENELITIAN
Persiapan alat
Pencarian Probandus
Metode
1
2
3
4
5
ANALISIS DATA
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Pada penelitian ini dilakukan 5 percobaan yang meliputi 1) cuci tangan dengan
menggunakan sabun padat baru yang mengandung antiseptic Triclosan, 2) sabun padat lama yang
juga mengandung Triclosan, 3) dengan antiseptic yang mengandung etanol 4) dengan antiseptic yang
mengandung Irgasan dan 5) dengan alcohol. Untuk penggunaan antiseptic etanol dan Irgasan tidak
menggunakan air.
1) Cuci tangan dengan menggunakan sabun Triclosan padat baru.
Pada penelitian ini dilakukan pada 60 probandus yang memenuhi kriteria inklusi. Metode yang
digunakan dengan metode finger print. Probandus yang telah mamenuhi kriteria kemudian
diminta untuk menempelkan ibu jari tangannya ke permukaan media agar darah yang telah
diberi tulisan ‘SEBELUM’, kemudian probandus mencuci tangan dengan sabun padat Triclosan
yang masih baru, didiamkan selama 30 detik kemudian dicuci dengan air mengalir, ditunggu 30
detik untuk mengurangi air yang ada di tangan kemudian ditempelkan pada agar darah yang
tertulis ‘SESUDAH’, kemudian diinkubasi selama 18-24 jam, hasil dihitung per 1 cm2 . Hasil
rata-rata angka kuman sebelum cuci tangan adalah 39,90 dan setelah cuci tangan 14,48. Analisis
hasil dengan menggunakan uji t berpasangan menunjukkan hasil yang bermakna (p<0,01),
dengan demikian terdapat perbedaan yang bermakna antara sebelum dan sesudah cuci tangan
10
Jurnal Penelitian & Pengabdian dppm.uii.ac.id
menggunakan sabun padat baru
2) Cuci tangan dengan menggunakan sabun Triclosan padat lama.
Pada prinsipnya pelaksanaan cuci tangan ini sama dengan cara cuci
tangan pada poin 1), yaitu Cuci tangan dengan menggunakan sabun
padat baru yang mengandung Triclosan. Bedanya hanya sabun yang
digunakan. Sebelumnya menggunakan sabun baru yang belum
dipakai, sedang pada penelitian ini menggunakan sabun yang sudah
dipakai beberapa lama. Lama pemakaian adalah 2 minggu . Ibu jari
ditempelkan pada agar darah sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil rata-rata angka kuman
sebelum cuci tangan adalah 33,48 dan setelah cuci tangan 34,47.
Analisis hasil dengan
menggunakan uji t berpasangan menunjukkan hasil yang tidak bermakna (p>0,05), dengan
demikian tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara sebelum dan sesudah cuci tangan
menggunakan sabun Triclosan padat lama
3) Cuci tangan dengan antiseptik yang mengandung etanol.
Pada cuci tangan ini tidak menggunakan air. Probandus yang memenuhi kriteria inklusi diminta
untuk menempelkan salah satu ibu jari tangannya ke agar darah yang diberi tulisan ‘SEBELUM’
kemudian probandus diminta cuci tangan dengan antiseptik etanol (tanpa air) dan ditempelkan
ke agar darah yang diberi tanda ‘SESUDAH” selanjutnya diinkubasi selama 18-24 jam. Hasil
rata-rata angka kuman sebelum cuci tangan adalah 23,26 dan setelah cuci tangan 2,66. Analisis
hasil dengan menggunakan uji t berpasangan menunjukkan hasil yang bermakna (p<0,01),
dengan demikian terdapat perbedaan yang bermakna antara sebelum dan sesudah cuci tangan
menggunakan antiseptik etanol.
4) Cuci tangan dengan antiseptik yang mengandung Irgasan
Pada prinsipnya cuci tangan ini sama dengan cuci tangan menggunakan etanol hanya antiseptik
yang digunakan adalah Irgasan. Hasil rata-rata angka kuman sebelum cuci tangan adalah 23,06
dan setelah cuci tangan 6,26. Analisis hasil dengan menggunakan uji t berpasangan
menunjukkan hasil yang bermakna (p<0,01), dengan demikian terdapat perbedaan yang
bermakna antara sebelum dan sesudah cuci tangan menggunakan antiseptic Irgasan
5) Cuci tangan dengan menggunakan alkohol
Pada perlakuan ini, juga dilakukan pada 60 probandus. Probandus yang memenuhi kriteria
inklusi diminta untuk menempelkan salah satu ibu jari tangan pada agar darah yang telah ditulis
‘SEBELUM’. Kemudian probandus diminta untuk cuci tangan dengan air, dilap dengan tissue,
selanjutnya kedua tangan disemprot dengan alkohol, diusapkan secara merata ke seluruh tangan,
kemudian salah satu ibu jari ditempelkan pada permukaan agar darah yang telah ditulis
‘SESUDAH’. Inkubasi selama 18-24 jam, kemudian hasilnya dinilai. Analisis hasil dengan
menggunakan uji t berpasangan menunjukkan hasil yang tidak bermakna (p>0,05), dengan
11
Jurnal Penelitian & Pengabdian dppm.uii.ac.id
demikian tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara sebelum dan sesudah cuci tangan yang
dilanjutkan dengan menggunakan alkohol.
B. PEMBAHASAN
Dari hasil yang diperoleh, cuci tangan dengan sabun Triclosan menunjukkan perbedaan
antara sebelum dan setelah cuci tangan sementara dengan sabun Triclosan padat lama tidak ada
perbedaan. Dengan demikian, bila akan menggunakan sabun Triclosan padat sebagai antiseptik,
gunakan sabun yang masih baru. Sabun Triclosan padat setelah 2 minggu tidak efektif, oleh sebab itu
harus diganti. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui berapa hari sabun Triclosan padat
masih efektif digunakan
Pada penggunaan antiseptik etanol dan Irgasan pada prinsipnya keduanya efektif untuk
mengurangi jumlah kuman, hal ini dibuktikan dengan hasil yang bermakna antara sebelum dan
sesudah pemakaian. Hasil rata-rata dan uji t menunjukkan antiseptik etanol lebih bagus. Terdapat
perbedaan yang bermakna antara penggunaan antiseptik etanol dan Irgasan (p<0,01), sekalipun
keduanya efektif dalam membasmi kuman
Pada penggunaan alkohol setelah cuci tangan dengan air ternyata pada penelitian ini
menunjukkan hasil yang tidak bermakna antara sebelum dan setelah cuci tangan. Perlu ada penelitian
lanjutan dengan benar-benar memperhatikan air dan tissue yang digunakan, batas waktu menggosok
tangan dengan alkohol, sebelum ibu jari tangan ditempelkan pada agar darah yang diberi tulisan
‘SESUDAH’.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1). Hasil rata-rata angka kuman mulai dari yang terkecil, setelah cuci tangan dengan antiseptik etanol
: 2,67, dengan antiseptik Irgasan 6,27, dengan sabun Triclosan padat baru : 14,48, dengan
alkohol setelah cuci tangan dengan air : 25,90. sabun Triclosan padat lama : 34,46.
2). Dari penelitian ini antiseptik etanol menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan
antiseptik lainnya.
B. SARAN
1) Perlu penelitian lebih lanjut, dengan memperhatikan lebih seksama mengenai air, pengering yang
digunakan
2) Perlu dilakukan penelitian dengan bahan-bahan lain selain yang sudah disebutkan di sini
3) Perlu infomasi yang benar ke masyarakat jika menggunakan sabun plain dengan antiseptik
12
Jurnal Penelitian & Pengabdian dppm.uii.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Dobson, R.G. 2003, Handwashing Programed could be Intervention of Choice for Diarrhoeal Diseases,
BMJ, 326 : 1004
Gal, D., Mayo, M., Vaughan, H.S., Dasari, P., Mckinnon, M., Jacups, S. P., Urquhart, A.I., Hassell,
M., Currie, B..J. 2004, Contamination of Hand Wash Detergent Linked to Occupationally
Acquired Melioidosis, Am. J. Trop. Med. p. 360-62
Girou, E, Loyeau,S, Legrand,P, Oppein,F, Buisson,CB, 2002, Efficacy of Handrubbing with an Alcohol
Based Solution versus Standard Handwashing with Antiseptic Soap: randomised clinical trial. BMJ
325 : 362-5
Gupte, S., 1990, Mikrobiologi Dasar, Alih bahasa oleh Suryawidjaya, J.E. Penerbit Binarupa
Aksara, Jakarta
Inglis,TJJ, 2003, Microbiology and Infection, Churchill Livingstone, Philadelphia
Jawetz, Melnick, and Adelberg’s, 2005, Mikrobiologi Kedokteran, Alih bahasa oleh Mudihardi, E.,
Kuntaman, Wasito, E.B., Mertaniasih, N.M., Harsono, S., dan Alimsardjono, L., Penerbit
Salemba Medika, Jakarta.
Johson, A. G., Ziegler, R., Fitzgerald, T.J., Lukasewycz, O., Hawley, L., 1994, Mikrobiologi dan
Imunologi, Alih bahasa olehYulius E.S., Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta
Synder, Peter, O., 1988, A., Safe Hands Wash Program for Retail Food Operations, Hospitaly
Institute of Technology and Management. St. Paul, MN.
Strohl, W.A., Rouse,H, Fisher,B.D, 2001, Lippincott’s Illustrated Reviews: Microbiology, Lippincott
Williams & Wilkins, Pennsylvania
Teare, L., 1999, Hand Washing. British Medical Journal, 318 : 686
Trampuz, Andrej and Widmer, A.F., 2004, Hand Hygiene : A Frequently Missed
Opportunity During Patient Care, Mayo Clinic Proceedings, 79:109 - 116
Livesaving
Widmer, AF, 2000, Replace Hand Washing with Use of a Waterless Alcohol Hand Rub?, Clinical
Infectious Disease, 31:136-143
Hilburn J, Fendler E, Groziak P, Hammond P, 2002, The Use of Alcohol Hand Sanitizer as an
Effective Infection Control Strategy in Acute Care Facility, American Journal of Infection
Control, 30(4): Poster 129.
Snyder, Peter, 2001, Why Gloves are not The Solution to The Fingertip Washing Problem,
Hospitaly Institute of Technology and Management. St. Paul, MN.
13
Download