disiplin ketat - The Mail Archive

advertisement
DISIPLIN KETAT
PENDERITA GAGAL GINJAL
Tidak mudah bagi penderita gagal ginjal menjalani diet ketat serta
menjalani pola hidup sehat secara disiplin. Tapi dengan cara itu, sambil
tetap menjalani hemodialisis (HD - cuci darah), penderita gagal ginjal
bisa mempertahankan kualitas hidupnya.
Sungguh sulit bagi seseorang untuk menerima kenyataan harus menjalani cuci darah
(hemodialisis - HD) seumur hidup, karena menderita gagal ginjal. Selain biayanya mahal,
dampak ikutan dari proses cuci darah itu harus ditanggung. Kalau berhasil mendapatkan
transplantasi ginjal yang cocok dan kembali hidup normal, masih beruntung. Sayangnya, banyak
di antara mereka gagal karena tubuhnya menolak organ baru.
Memang tidak mudah untuk mendapatkan donor ginjal. Seorang donor ginjal harus memenuhi
beberapa syarat agar niat baiknya bisa membuahkan hasil. Di antaranya, badan harus sehat,
terutama kedua ginjalnya, golongan darah, serta tipe jaringan ginjalnya sama dengan resipien
(penerima). Kecuali itu, pembuluh arteri dan vena cocok satu sama lain agar ginjal donor mudah
"ditempelkan".
Sulitnya memperoleh donor ginjal itu mengharuskan kita yang masih sehat untuk merawat organ
penyaring ini sebaik-baiknya kalau merasakan sesuatu kurang beres pada ginjal, misalnya terjadi
infeksi ginjal atau penurunan fungsi ginjal karena diabetes. Jangan sampai kondisinya semakin
buruk.
Hati-hati terhadap infeksi
Fungsi ginjal memang sangat penting. Yaitu menyaring darah, membuang zat-zat yang tidak
berguna atau berbahaya bagi tubuh, serta menyerap kembali zat-zat yang berguna.
Bagaikan pabrik pemurnian kotoran dalam tubuh, fungsi ginjal juga menjaga kandungan garamgaraman agar tetap stabil. Dalam waktu 24 jam tak kurang dari 180 l cairan urine primer diperas
dari darah yang berasal dari jantung, lalu dimurnikan dalam ginjal. Dalam waktu yang sama,
jumlah cairan urine yang dikeluarkan dari tubuh sekitar 1,5 l. Bayangkan saja kalau sampai
"mesin" ini terganggu!
"Penurunan fungsi ginjal bisa bersifat akut, bisa juga kronis," kata dr. Parlindungan, spesialis
penyakit ginjal, dalam sebuah seminar di RS Siloam Gleneagles, Lippo Karawaci, Tangerang.
Gejala keduanya mirip, misalnya volume urine tiba-tiba berkurang atau urine tidak keluar, pusing,
mual, tidak bernafsu makan, lemas, sesak napas, kadar ureum dan kreatinin meningkat, dan
terjadi gangguan elektrolit. Hanya saja pada gagal ginjal kronis biasanya badan sampai bengkak.
Malah adakalanya mulut dan badan sampai berbau urine. Karena gejala munculnya secara
bertahap, penurunan fungsi ginjal sering tidak dirasakan, tahu-tahu sudah parah.
Dikatakan akut bila penurunan fungsi ginjal berlangsung tiba-tiba, tapi kemudian dapat kembali
normal bila penyebabnya segera ditanggulangi. Kekurangan cairan atau darah akibat
perdarahan, penurunan tekanan darah yang tidak dapat segera diatasi, luka bakar atau
berkurangnya aliran darah ke ginjal karena aliran tertutup, obat yang bersifat toksik (racun),
penyakit ginjal primer, trauma pada ginjal, dan tumor prostat merupakan beberapa penyebabnya.
"Gagal ginjal akut harus segera dicari penyebabnya. Misalnya, kalau masalahnya karena infeksi,
harus secepat mungkin diatasi," pesan dr. Parlindungan. Bila masalahnya pada kasus
kekurangan cairan, tentu saja harus segera diatasi dengan pemberian infus di rumah sakit.
Kecuali itu, diusahakan mengatur keseimbangan cairan yang masuk dan keluar dengan cermat
serta mengatur keseimbangan elektrolit dan asam basa. Tidak kalah penting, mengatur asupan
makanan baik melalui mulut maupun infus. Terkadang penderita gagal ginjal akut perlu menjalani
cuci darah seperlunya, mungkin 1 - 2 kali saja.
Pada kasus ginjal akut, ginjal akan berfungsi normal kembali bila pengeluaran urine sudah
normal dan keadaan fisik secara menyeluruh sudah pulih. Tidak demikian halnya dengan gagal
ginjal kronis yang antara lain disebabkan oleh faktor glomerulonefritis (radang ginjal menahun),
batu ginjal dan batu saluran kemih yang kurang mendapat perhatian, obat-obatan modern
ataupun tradisional yang dimakan dalam jangka waktu lama, hipertensi, diabetes, narkoba, serta
penyakit ginjal genetik.
Pengobatan pada gagal ginjal kronis terutama untuk menghambat laju kegagalannya agar tidak
sampai terjadi gagal ginjal terminal atau ginjal tak berfungsi lagi. Di sini pengobatan harus
dibantu oleh disiplin ketat penderita.
Bila ingin berolahraga, pencapaian target tidak ditentukan. Jenis olahraga yang boleh dilakukan
hanya yang ringan seperti berjalan kaki dan berenang secukupnya.
Selain itu tekanan darah harus dinormalkan, gula darah dikendalikan, serta antibiotika diberikan
secara tetap bila terjadi infeksi. Infeksi acap kali terjadi gara-gara tumbuh batu, khususnya pada
saluran kemih. Hati-hati bila salah satu ginjal mengalami infeksi, harus segera diatasi sebab
mudah menular pada yang masih sehat!
Proses hemodialisis baru dilakukan bila ginjal hampir tidak berfungsi lagi (kadar kreatinin kurang
dari 5 ml/menit, kedua ginjal sudah mengecil, serta fungsinya di bawah 5%). Ada dua macam
cara cuci darah yakni hemodialisis yang harus dilakukan di rumah sakit secara teratur (2 - 3
kali/minggu) atau CAPD (dialisis peritoneal kronik) yang dapat dilakukan sendiri di rumah.
Namun, yang kedua ini jarang dilakukan karena sering menimbulkan komplikasi.
Yang utama perlu diupayakan penderita gagal ginjal kronik adalah diet ketat rendah protein
dengan kalori cukup. Pemilihan makanan secara ketat, menurut ahli gizi dr. Lindarsih
Notowidjojo, M.Nutr.Sc. dari rumah sakit yang sama, untuk mencegah terjadinya atau
berlanjutnya komplikasi gagal ginjal. Tapi cukup energi untuk kegiatan sehari-hari serta bobot
badan normal perlu diperhatikan.
Muncul tumor di ginjal
Contoh penderita gagal ginjal yang berhasil mempertahankan kualitas hidupnya berkat disiplin
berdiet ketat adalah Siti Erna (40). Meski kini setiap 3 - 5 hari sekali harus menjalani cuci darah,
sarjana hukum ini tetap berkarya layaknya orang sehat.
Perjalanan penyakitnya berawal pada usia sangat muda. "Saat berusia 21 tahun, saya
mengalami infeksi pada ginjal kanan," tutur Erna. Sepuluh tahun kemudian (1992) luka pada
ginjal kanan kambuh sewaktu ia hamil anak pertama. "Berkat bantuan dokter spesialis, bayi bisa
diselamatkan."
Saat berusia 34 tahun, Erna mengalami tiga peristiwa yang mengubah hidupnya. Ketika
mengandung anak kedua, terdeteksi timbul kebocoran protein pada urinenya dan ia mengalami
hipertensi. Akibat eklamsia (keracunan kehamilan), janin 6,5 bulan dalam kandungannya
meninggal. "Saya koma selama lima hari dan sudah pada tahap kritis tapi berhasil survive berkat
doa dari keluarga dan sahabat-sahabat saya," kenangnya.
Penderitaan tidak terhenti di situ. Suatu ketika dia diberi tahu dokter bahwa pada ginjal kanannya
ditemukan tumor sebesar 2 x 3 cm, yang diduga ganas. Akhirnya, ginjal kanan terpaksa diangkat
untuk menyelamatkan jiwanya. Sekitar tujuh bulan kemudian dia divonis untuk menjalani cuci
darah secara rutin (dua kali seminggu), masing-masing selama lima jam, seumur hidup. Namun,
ia tetap berharap pada suatu saat ia bisa memperoleh donor yang ikhlas memberikan satu
ginjalnya, dan memenuhi syarat medis.
Belum lagi selesai merenungi nasibnya, ia dihadapkan pada masalah lain. Tiba-tiba terasa, di
perutnya ada benjolan. "Saya pikir, jangan-jangan tumbuh tumor lagi dalam perut saya," katanya.
Ternyata Erna hamil lagi dalam usia 37 tahun. Namun, kehamilan ini pun tidak bisa
dipertahankan karena selewat usia kehamilan 6,5 bulan kadar ureum dan kreatinnya terus
meninggi.
"Mulailah saya tergugah untuk bangkit sambil mencari upaya apa saja yang dapat saya lakukan
agar dapat hidup aktif dan produktif, tidak hanya terbaring lemas tanpa gairah. Untuk membiayai
diri saya yang menghabiskan sekitar Rp 6 juta sebulan saya harus bisa berupaya sendiri, tidak
terlalu membebani suami." Biaya sekali cuci darah Rp 475.000,- - 675.000,-, belum termasuk
biaya obat saat cuci darah dan obat telan. Beruntung delapan bulan setelah menjalani cuci
darah, ia diterima bekerja di sebuah perusahaan yang memberi dia izin menjalankan cuci darah
dua kali seminggu.
Berhasil mempertahankan kualitas hidup
Mulailah Erna mengatur pola hidup sehari-hari: hidup teratur dengan makanan diet yang sesuai
untuk penderita gagal ginjal. Yang sangat dibatasi misalnya konsumsi cairan, garam, kacangkacangan serta olahannya. Dalam satu hari ke dalam tubuhnya hanya boleh masuk 800 cc
cairan, garam paling banyak satu sendok teh peres per hari.
Tidak seperti kebanyakan penderita lain yang fungsi ginjalnya sudah mencapai nol sehingga
tidak lagi bisa mengeluarkan air seni, ginjal Erna yang fungsinya tinggal 5% masih mampu
mengeluarkan sekitar 300 cc air seni per hari. "Saya harus menjaga semangat dan stamina agar
bisa tetap aktif dan produktif. Sampai saat ini hidup saya 60% tergantung pada perawatan
dengan diet makan ketat dan jadwal kegiatan teratur, 40% pada hemodialisis."
Makanan yang dia konsumsi sehari-hari tetap berupa nasi dan lauk-pauknya sesuai selera.
"Saya hanya makan saat merasa lapar, rata-rata dua kali sehari," katanya. Erna hanya
mengkonsumsi buah-buahan segar pada jadwal harus melakukan dialisis. Bila ingin makan sayur
atau membuat sop, terlebih dahulu dilarutkan kaliumnya. Caranya, sayuran dipotong-potong lalu
direndam air dalam jumlah banyak selama sejam, dibilas sampai dua kali, baru dimasak. Tapi
umbi-umbian seperti kentang dan wortel harus direndam air hangat, lalu dimasak setengah
matang, ditiriskan, baru dimasak hingga matang.
Memang ia harus benar-benar mempelajari jumlah kalium, natrium, dan mutu protein dari setiap
makanan yang dia konsumsi. Kaldu sangat dibatasi. Makanan tinggi zat besi seperti bayam,
kangkung, daging merah, jerohan, sedapat mungkin dibatasi sebab menurunkan kadar zat besi
sulit dan lama. "Makanan saya sehari-hari memang rasanya kurang lezat bagi orang normal, tapi
apa boleh buat!" katanya.
Ia masih merasa beruntung karena tidak mengidap diabetes sehingga tetap dapat makan
makanan kaya karbohidrat, seperti nasi, roti, jagung, kentang, dalam jumlah cukup. Kue-kue
dipilih dengan jumlah telur terbatas. Sebagai makanan penutup, Erna memilih makanan yang
didinginkan, misalnya puding atau setup(buah dididihkan lalu diberi gula dan sedikit kayu manis)
seperti jambu biji, nanas, apel, dan mangga. Untuk mengatasi rasa haus ia mengulum es batu
yang diberi beberapa tetes air jeruk nipis atau permen manis. Sebagai bumbu masak ia lebih
banyak menggunakan rempah kering seperti daun salam, daun jeruk, sereh kering, serta bumbu
bubuk. Agar selera makan lebih baik, makanan dicampur cabai (setelah dikurangi kaliumnya).
Makanan sedapat mungkin dia sajikan hangat.
Untuk mempertahankan kadar Hb-nya agar stabil pada angka 9 - 10, ia mendapat suntikan
hormon Epotin.
Kegiatan fisiknya dibatasi: jam-jam bangun, tidur, dan istirahat harus selalu dijadwalkan. Kegiatan
jalan kaki pun dibatasi dan selalu harus memeriksa denyut nadi, kalau dalam lima menit sudah
meninggi, harus dihentikan. Umumnya setiap hari ia delapan jam bekerja, satu jam istirahat, dan
empat jam rileks, misalnya untuk makan dan tidur. Bila pekerjaan tidak selesai, ia tidak mau
melembur tapi dikerjakan keesokan harinya.
Untuk bisa menjalankan pola hidup dengan ketat, kini Erna bersama rekan-rekannya membuka
sebuah kantor biro konsultasi hukum. "Tapi saya lebih banyak bekerja di rumah dengan bantuan
Internet," katanya.
Kepada sesama penderita, ia berpesan untuk menghadapi realitas dengan ketakwaan dan
menjaga kesehatan diri sebaik-baiknya. Petunjuk dokter harus selalu diikuti. Juga membuat
agenda agar jadwal kegiatan dapat diatur, dan sedapat mungkin melakukan kegiatan sesuai
kondisi kesehatan. (Nanny Selamihardja)
Download