33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil

advertisement
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Identifikasi Tanaman Manggis (Garcinia mangostana)
Diketahui ciri-ciri dari tanaman manggis (Garcinia mangostana yaitu,
Buah berwarna merah keunguan dengan jumlah biji 1 sampai 3. Bagian yang
dapat dimakan berasa manis. Daun bagian atas berwarna hijau tua dan mengkilat,
sedangkan di bagian bawah berwarna hijau pucat. Panjang daun 12-23 cm dan
4,5-10 cm. Panjang petiolus 1,5-2 cm. Ciri-ciri dari tanaman manggis yang
diperoleh dari perkebunan manggis di kampung Sakidah, desa Neglasari,
Kecamatan Jatiwaras, Sukaraja, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat yang
digunakan dalam penelitian sesuai dengan kunci determinasi Flora of Java
(Backer et al., 1965: 387).
2. Ekstrak Daun dan Kulit Buah Manggis
Seratus gram serbuk daun manggis menghasilkan ekstrak pekat yang
berupa pasta sebesar 11,727 gram. Seratus
gram serbuk kulit buah manggis
menghasilkan 12,676 gram ekstrak pekatnya (Gambar 4.1). Ekstrak kasar daun
dan kulit buah manggis diencerkan menjadi berbagai konsentrasi yang akan
diujikan dengan pelarut de-ion steril, kemudian disimpan pada suhu 4 °C sebelum
digunakan.
33
34
Gambar 4.1 Ekstrak Pekat Daun dan Kulit Buah Manggis
3. Kurva Tumbuh Bakteri Pseudomonas aeruginosa
Kurva
Pertumbuhan
bakteri
digunakan
untuk
mengetahui
usia
pertumbuhan bakteri P. aeruginosa yang optimal, yaitu pada fase logaritmik,
dimana bakteri dapat melakukan pertumbuhan dengan cepat. Kurva pertumbuhan
P. aeruginosa pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.2.
1.2
Absorbansi
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20 22
Waktu (jam)
Gambar 4.2 Kurva Tumbuh Bakteri P. aeruginosa
24 26
35
4. Kurva Baku Bakteri Pseudomonas aeruginosa
Berdasakan kurva tumbuh yang diperoleh, maka dapat diketahui
perkiraan waktu dimana usia bakteri berada pada usia pertumbuhan yang optimal
(fase logaritmik). Dipilih usia bakteri jam ke-0, 4, dan 6 yang berada dalam fase
logaritmik untuk dilakukan penghitungan jumlah koloni bakteri. Berdasarkan data
yang diperoleh, maka dapat dibuat sebuah kurva baku yang menunjukkan
hubungan antara jumlah sel bakteri dengan nilai absorbansi. Data hasil
pengukuran nilai absorbansi dan penghitungan jumlah koloni bakteri dapat dilihat
pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil Penghitungan Jumlah Sel Bakteri P. aeruginosa pada Fase Logaritmik
Jam ke-0, 4, dan 6
Jam
ke0
4
6
Absorbansi Transmitansi
0,124
0,746
0,840
75,2
18
14,4
Standard Plating
Counts (SPC)
3,6×108
1,3×109
1,2×109
Log
Jumlah Sel
8,56
9,11
9,08
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kurva baku pertumbuhan bakteri
P. aeruginosa yang menunjukkan hubungan antara jumlah sel bakteri dengan nilai
absorbansi yang telah diukur sebelumnya, seperti pada Gambar 4.3.
36
9.2
y = 0.783x + 8.470
R² = 0.971
Log Jumlah Sel
9.1
9
8.9
8.8
8.7
8.6
8.5
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
Absorbansi
Gambar 4.3 Kurva Baku Pertumbuhan Bakteri P. aeruginosa
Nilai Regresi dari kurva baku pertumbuhan bakteri P. aeruginosa yaitu
0,971 hampir mendekati 1 (linier). Kurva baku pada Gambar 4.2 menghasilkan
garis lurus yang dapat digunakan untuk penghitungan jumlah sel bakteri pada
setiap usia pertumbuhannya. Persamaan garis lurus dari kurva baku bakteri P.
aeruginosa yaitu y = 0,783x + 8,470. Dimana y adalah log jumlah sel dan x
adalah nilai absorbansinya.
Log jumlah sel bakteri dapat diketahui dari persamaan garis lurus yang
didapat, sehingga laju pertumbuhan bakteri pun dapat dihitung. Laju pertumbuhan
bakteri pada setiap 2 jam usia bakteri dapat dilihat pada Tabel 4.2.
37
Tabel 4.2 Kecepatan Pertumbuhan Bakteri P. aeruginosa
Jam ke
Absorbansi
Log Jumlah Sel
µ = (logNt-logNo)/0,301. t
0
0,124
8,567
0,00
2
0,528
8,883
0,524
4
0,746
9,054
0,284
6
0,840
9,127
0,121
8
0,910
9,182
0,091
10
0,950
9,213
0,051
12
0,965
9,225
0,019
14
0,970
9,229
0,006
16
0,930
9,198
-0,051
18
0,965
9,225
0,044
20
0,975
9,233
0,013
22
0,980
9,237
0.006
24
0,985
9,241
0.006
Keterangan:
§
µ
: Kecepatan pertumbuhan bakteri
§
No
: Jumlah awal sel bakteri
§
Nt
: Jumlah akhhir sel bakteri
§
t
: Selang waktu pertumbuhan bakteri
Laju pertumbuhan tertinggi bakteri P. aeruginosa dapat diketahui dari
Tabel 4.2. Laju tertingginya berada pada usia jam ke-2 dengan nilai µ sebesar
0,524.
5. Hasil pengukuran Aktivitas Ekstrak Daun dan Kulit Buah Manggis
terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa
Adapun hasil dari uji aktivitas antibakteri dari ekstrak manggis (Garcinia
mangostana) terhadap P. aeruginosa ditunjukkan dalam tabel 4.3.
38
Tabel 4.3 Diameter Zona Hambat Bakteri
Perlakuan
Kulit buah
Daun
Kontrol
Konsentrasi
(mg/mL)
12,5
25
37,5
50
12,5
25
37,5
50
De-ion (negatif)
Tetracycline 30
mg/mL (positif)
Rata-rata diameter
zona hambat (mm)
9,425 ± 0,386
9,750 ± 0,525
10,512 ± 1,010
9,700 ± 0,522
8,425 ± 0,655
9,600 ± 0,989
9,662 ± 0,834
11,100 ± 0,204
7,550 ± 0,238
19,675 ± 1,381
Keterangan
Efektif
Tidak Efektif
Efektif
Tidak Efektif
Sangat Efektif
Keterangan:
Penghitungan diameter zona hambat termasuk dengan diameter cakram kertas (6 mm).
Dokumentasi foto hasil uji aktivitas antibakteri dapat dilihat pada Gambar 4.4-4.6.
12,5 mg/mL 25 mg/mL
50 mg/mL
37,5 mg/mL
Gambar 4.4 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Ethanol Daun Manggis
39
12,5 mg/mL
25 mg/mL
50 mg/mL
37,5 mg/mL
Gambar 4.5 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Ethanol Kulit Buah Manggis
Kontrol +
Kontrol -
Gambar 4.6 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Tetracycline 30 mg/mL (Kiri) dan De-ion
(Kanan)
Setelah dilakukan analisis data secara statistik menggunakan SPSS versi
12 dengan uji Homogenitas diketahui bahwa data nilai diameter zona hambat
ekstrak daun homogen karena memiliki nilai signifikansi hitung (0,145) > dari
(0,05), sedangkan data nilai diameter zona hambat ekstrak kulit buah tidak
homogen karena memiliki nilai signifikansi hitung (0,023) < dari (0,05). Dengan
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, diketahui bahwa data nilai diameter zona
hambat ekstrak daun dan kulit buah berdistribusi tidak normal. Selanjutnya
pengujian statistik dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis.
Berdasarkan hasil
40
analisis untuk ekstrak daun diketahui nilai
2
pada uji Kruskal Wallis lebih besar dibanding
sebesar 20,452. Ternyata nilai
2
2
tabel (14,07). Ini berarti bahwa
Ho ditolak dengan probabilitas p=0,000 (lebih kecil dari taraf nyata 0,05). Jadi
dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan
bakteri.
Hasil analisis untuk ekstrak kulit buah dengan uji Kruskal Wallis diketahui
nilai
2
sebesar 17,876. Ternyata nilai
dibanding
2
2
pada uji Kruskal Wallis lebih besar
tabel (14,07). Ini berarti bahwa Ho ditolak dengan probabilitas
p=0,000 (lebih kecil dari taraf nyata 0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa ekstrak
kulit buah memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan bakteri.
Analisis data dengan menggunakan uji Mann whitney untuk ekstrak daun
dan kulit buah diketahui nilai U hitung yaitu sebesar 6 lebih besar dibandingkan U
tabel yaitu sebesar 0. Ini berarti bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara ekstrak daun dan kulit buah manggis dalam menghambat pertumbuhan P.
aeruginosa. Jadi kedua ekstrak memiliki aktivitas yang sama.
Dilakukan uji statistik Regresi untuk mengetahui pengaruh konsentrasi
ekstrak terhadap diameter zona hambat. Uji Regresi pada ekstrak daun manggis
diketahui bahwa nilai R2 sebesar 0,909 mendekati 1 (linier). Ini berarti terdapat
pengaruh konsentrasi ekstrak daun manggis terhadap diameter zona hambat
bakteri. Dimana semakin besar konsentrasi ekstrak maka semakin besar pula
diameter zona hambat bakteri.
Analisis statistik dengan uji Regresi pada ekstrak kulit buah manggis
diketahui nilai R2 sebesar 0,193. Nilai Regresinya tidak mendekati linier, yang
41
berarti bahwa tidak terdapat pengaruh konsentrasi ekstrak kulit buah manggis
terhadap diameter zona hambat bakteri.
6. Nilai MIC Ekstrak
Untuk pengujian nilai MIC ekstrak terhadap bakteri P. aeruginosa
dilakukan dengan metode dilusi cair. Pada pengujian didapatkan nilai MIC dari
ekstrak seperti terlihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Hasil Penentuan Nilai MIC Ekstrak Daun dan Kulit Buah Manggis terhadap
Bakteri P. aeruginosa
Perlakuan
Daun (mg/mL)
50
100
200
300
Kulit Buah
400
(mg/mL)
500
600
700
Kontrol
De-ion
(mg/mL)
Tetracycline
30 mg/mL
Keterangan
24 jam lebih keruh dibanding 0 jam
24 jam sama dengan 0 jam
24 jam sama dengan 0 jam
24 jam lebih bening dibanding 0 jam
24 jam lebih keruh dibanding 0 jam
24 jam sama dengan 0 jam
24 jam sama dengan 0 jam
24 jam lebih bening dibanding 0 jam
24 jam lebih keruh dibanding 0 jam
24 jam lebih bening dibanding 0 jam
Dokumentasi foto hasil nilai MIC dapat dilihat pada Gambar 4.7-4.9.
a1
a2
b1
b2
c1
c2
d1
d2
Gambar 4.7 Hasil Uji MIC Ekstrak Daun (a1: konsentrasi 50 mg/mL jam ke-24, a2:
konsentrasi 50 mg/mL jam ke-0, b1: konsentrasi 100 mg/mL jam ke-24,
b2: konsentrasi 100 mg/mL jam ke-0, c1: konsentrasi 200 mg/mL jam ke24, c2: konsentrasi 200 mg/mL jam ke-0, d1: konsentrasi 300 mg/mL jam
ke-24, d2: konsentrasi 300 mg/mL jam ke-0)
42
e1
e2
f1
f2
g1
g2
h1
h2
Gambar 4.8 Hasil Uji MIC Ekstrak Kulit Buah (e1: konsentrasi 400 mg/mL jam ke-24,
e2: konsentrasi 400 mg/mL jam ke-0, f1: konsentrasi 500 mg/mL jam ke24, f2: konsentrasi 500 mg/mL jam ke-0, g1: konsentrasi 600 mg/mL jam
ke-24, g2: konsentrasi 600 mg/mL jam ke-0, h1: konsentrasi 700 mg/mL
jam ke-24, h2: konsentrasi 700 mg/mL jam ke-0)
-1
-2
+1
+2
Gambar 4.9 Hasil Uji Metode Dilusi Kontrol Negatif (-1: de-ion jam ke-24, -2: de-ion
jam ke-0) dan Kontrol Positif (+1: Tetracycline 30 mg/mL jam ke-24, +2:
Tetracycline 30 mg/mL jam ke-0)
Nilai MIC ekstrak daun terhadap bakteri P. aeruginosa yaitu pada
konsentrasi 100 mg/mL, hal ini terlihat dari Tabel 4.4, dimana pada konsentrasi
100 mg/mL biakan bakteri dan ekstrak setelah diinkubasi selama 24 jam tingkat
kekeruhannya sama dengan biakan bakteri dan ekstrak 0 jam. Nilai MIC untuk
kulit buah terhadap bakteri P. aeruginosa yaitu sebesar 500 mg/mL, hal ini
terlihat seperti pada Tabel 4.4, dimana pada konsentrasi tersebut, biakan bakteri
dan ekstrak setelah diinkubasi selama 24 jam memiliki tingkat kekeruhan yang
sama dengan biakan bakteri dan ekstrak 0 jam.
Pengujian dengan menggunakan metode dilusi juga dilakukan terhadap
kontrol. Pada kontrol negatif yaitu de-ion steril, didapatkan hasil bahwa biakan
43
yang berusia 24 jam lebih keruh dibandingkan biakan yang berusia 0 jam. Hal ini
berarti terjadinya pertumbuhan bakteri pada medium NB yang berisi de-ion.
Sedangkan pada kontrol positif yaitu tetracycline 30 mg/mL, didapatkan hasil
bahwa biakan berusia 24 jam lebih bening dibandingkan biakan berusia 0 jam. Hal
ini berarti tidak terjadi pertumbuhan pada medium NB dengan penambahan
tetracycline 30 mg/mL.
B. Pembahasan
1. Kurva Tumbuh Bakteri Pseudomonas aeruginosa
Sebuah kurva tumbuh dapat digunakan untuk mengetahui fase-fase
pertumbuhan dari suatu bakteri. Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dilihat fase
pertumbuhan bakteri P. aeruginosa, diantaranya, fase log, fase stasioner dan fase
kematian. Pada kurva tersebut tidak terdapat fase lag bakteri P. aeruginosa. Fase
lag merupakan fase adaptasi bakteri terhadap kondisi lingkungannya baik itu
medium atau faktor lingkungan seperti suhu. Tidak terdapat fase lag pada kurva
tumbuh tersebut disebabkan karena kondisi lingkungan seperti medium pada saat
aktivasi sama dengan pada permulaan biakan bakteri dipindahkan ke dalam
medium baru. Bakteri tidak perlu beradaptasi lagi, karena kondisinya sama. Kurva
pada Gambar 4.1 langsung diawali dengan fase logaritmik yaitu, fase dimana
pertumbuhan bakteri optimal. Fase ini dimulai pada jam ke-0 dan berakhir pada
jam ke-6. Fase logaritmik diikuti oleh fase stasioner yang terjadi pada jam ke-6
hingga jam ke-14. Fase stasioner terjadi dikarenakan beberapa faktor, diantaranya
nutrient dalam medium habis, akumulasi metabolit yang bersifat toksik, dan
44
berkurangnya kadar oksigen. Setelah fase statis, kemudian terjadi fase kematian.
Penyebab utama kematian adalah autolisis sel dan penurunan jumlah energi
(Purwoko, 2007: 35).
2. Kurva Baku Bakteri Pseudomonas aeruginosa
Untuk mengetahui jumlah sel berdasarkan nilai absorbansi suatu bakteri
dapat diketahui dengan pembuatan kurva baku. Kurva baku menunjukkan
hubungan nilai absorbansi dengan jumlah koloni bakteri. Kurva baku dibuat saat
terjadinya fase logaritmik yaitu pada jam ke-0 sampai jam ke-6. Berdasarkan
kurva baku yang terbentuk, diperoleh persamaan garis lurus seperti pada Gambar
4.2, sehingga dapat diketahui hubungan jumlah sel dan absorbansi bakteri P.
aeruginosa. Persamaan garis lurus tersebut dapat digunakan untuk menentukan
jumlah bakteri pada setiap usia pertumbuhan, kemudian kecepatan pertumbuhan
bakteri dapat dihitung, sehingga dapat diketahui laju pertumbuhan tertinggi
bakteri. Dari hasil penghitungan diketahui bahwa laju pertumbuhan tertinggi
terjadi pada jam ke-2 yaitu sebesar 0,546. Pada usia tersebut sel berada pada
kondisi ideal dalam pertumbuhannya. Namun dalam pengujian aktivitas
antibakteri digunakan inokulum berusia 4 jam. Pemilihan usia bakteri pada jam
ke-4 yaitu karena pada usia ini bakteri berada pada fase log dan memiliki jumlah
sel yang sudah cukup banyak yaitu 109 cfu/mL.
45
3. Aktivitas Ekstrak Daun Manggis terhadap Bakteri Pseudomonas
aeruginosa
Terbentuknya area bening di sekitar cakram kertas pada uji aktivitas
antibakteri membuktikan bahwa ekstrak daun manggis memiliki sifat antibakteri
terhadap bakteri P. aeruginosa. Kemampuan ekstrak daun manggis dalam
menghambat pertumbuhan bakteri diduga karena adanya kandungan senyawa
aktif yang terdapat dalam daun. Pada penelitian ini digunakan ethanol sebagai
pelarut dalam proses ekstraksi dimana dapat melarutkan senyawa tannin,
polyphenol, polyacetylene, flavonol, terpenoid, sterol, alkaloid, dan propolis
(Cowan, 1999: 573). Dalam daun manggis diketahui terdapat senyawa polyphenol
seperti
-mangostin. Sakagami (2005: 1) melaporkan bahwa daun manggis
memiliki
-mangostin yang dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus
aureus. Senyawa aktif -mangostin yang tergolong kedalam polyphenol, memiliki
mekanisme penghambatan terhadap mikroba dalam menghambat kerja enzim
bakteri dengan mengoksidasi senyawa, karena bereaksi dengan kelompok
sulfhydryl atau interaksi nonspesifik dengan protein (Cowan, 1999: 568).
Dalam penelitian ini digunakan tetracycline 30 mg/mL sebagai kontrol
positif. Tetracycline merupakan antibiotik yang sering digunakan untuk
pengobatan infeksi bakteri Gram negatif. Tetracycline merupakan salah satu
antibiotik yang efektif melawan P. aeruginosa selain fluoroquinolones dan
gentamicin. Mekanisme penghambatan bakteri oleh tetracycline yaitu dengan
menghambat sintesis protein pada ribosom. Paling sedikit terjadi 2 proses dalam
masuknya antibiotik tetracycline
ke dalam ribosom bakteri Gram negatif;
46
pertama yang disebut difusi pasif melalui kanal hidrofilik, kedua ialah sistem
transportasi aktif. Setelah antibiotik tetracycline masuk ke dalam ribosom bakteri,
lalu antibiotik tetracycline berikatan dengan ribosom 30S dan menghalangi
masuknya komplek tRNA-asam amino pada lokasi asam amino, sehingga sintesis
protein terhenti.
Berdasarkan hasil pengukuran dan analisis data diketahui bahwa diameter
paling besar diperoleh pada perlakuan ekstrak daun dengan konsentrasi 50
mg/mL. Berdasarkan kriteria zona hambat menurut Moreira et al., (2005: 567),
diketahui bahwa pada ekstrak daun, yang efektif menghambat pertumbuhan P.
aeruginosa yaitu ekstrak dengan konsentrasi 25 mg/mL, 37,5 mg/mL, dan 50
mg/mL dimana diameter zona hambatnya berada pada kisaran 9-14 mm.
Sedangkan untuk konsentrasi ekstrak daun 12,5 mg/mL tidak efektif menghambat
pertumbuhan bakteri karena memiliki diameter zona hambat
8 mm.
Pada Gambar 4.6 dan hasil pengujian Regresi diketahui bahwa diameter
zona hambat mengalami peningkatan dengan peningkatan konsentrasi ekstrak. Hal
ini diperkirakan bahwa dengan peningkatan ekstrak berarti bahwa senyawa aktif
yang terlarut pun semakin banyak sehingga kemampuan penghambatannya pun
semakin besar.
Berdasarkan penentuan nilai MIC ekstrak daun manggis terhadap P.
aeruginosa diketahui nilainya yaitu sebesar 100 mg/mL. Pada konsentrasi ini
ekstrak telah dapat menghambat pertumbuhan bakteri P. aeruginosa. Ini terlihat
dari Tabel 4.4, dimana tingkat kekeruhan biakan bakteri dan ekstrak pada jam ke24 sama dengan jam ke-0. Pada konsentrasi ekstrak 200 mg/mL, kekeruhan
47
biakan bakteri dan ekstrak daun manggis usia 24 jam dengan usia 0 jam juga
sama, namun nilai MIC yang diambil adalah 100 mg/mL, dimana nilai MIC
merupakan nilai konsentrasi terendah ekstrak dapat menghambat pertumbuhan
bakteri P. aeruginosa. Konsentrasi yang lebih tinggi yaitu 300 mg/mL, biakan
bakteri dan ekstrak daun manggis pada usia 24 jam lebih bening dibandingkan
usia 0 jam. Hal ini diduga biakan bakteri P. aeruginosa yang mati lisis, sehingga
komponen-komponen penyusun sel bakteri tersebut terlarut dalam medium,
sehingga medium dengan biakan bakteri dan ekstrak pada usia kultur 24 jam lebih
bening dibanding yang berusia 0 jam.
Nilai MIC dari ekstrak daun lebih kecil dibanding ekstrak kulit buah (500
mg/mL). Hal ini berarti bahwa ekstrak daun memiliki konsentrasi lebih kecil
dibanding ekstrak kulit buah dalam menghambat bakteri P. aeruginosa.
Pengujian dengan metode dilusi yang dilakukan terhadap kontrol negatif
(de-ion steril), diketahui bahwa biakan bakteri dan de-ion yang berusia 24 jam
lebih keruh dibanding usia kultur 0 jam. Keruhnya kultur berusia 24 jam
menandakan terjadinya pertumbuhan bakteri P. aeruginosa. Ini berarti bahwa deion tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap P. aeruginosa karena tidak dapat
menghambat pertumbuhan bakteri P. aeruginosa. Sedangkan pengujian dengan
menggunakan tetracycline 30 mg/mL sebagai kontrol positif, didapatkan hasil
bahwa biakan bakteri dan tetracycline 30 mg/mL berusia 24 jam lebih bening. Hal
ini menandakan tidak terjadi pertumbuhan bakteri P. aeruginosa. Ini berarti
bahwa tetracycline 30 mg/mL memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri P.
aeruginosa.
48
4. Aktivitas Ekstrak Kulit Buah Manggis terhadap Bakteri Pseudomonas
aeruginosa
Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa ekstrak kulit buah manggis
memiliki aktivitas antibakteri terhadap P. aeruginosa, dengan adanya zona bening
di sekitar cakram kertas. Hal ini membuktikan bahwa kulit buah manggis
memiliki senyawa aktif yang bersifat antibakteri, sesuai dengan penelitian
Voravuthikunchai et al., (2005: 511) dimana ekstrak kulit buah manggis memiliki
aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus. Penelitian yang mendukung
bahwa kulit buah memiliki aktivitas antibaktekteri juga dilaporkan oleh Marisi et
al., (1998: 1) bahwa senyawa aktif dari kulit buah manggis dapat menghambat
pertumbuhan Shigella flexneri, Salmonella typhi dan Escherichia coli. Penelitian
Chomnawang et al., (2005: 332) melaporkan bahwa ekstrak kulit buah manggis
memiliki
aktivitas
antibakteri
terhadap
Propionibacterium
acnes
dan
Staphylococcus epidermidis penyebab penyakit kulit. Senyawa aktif yang terdapat
dalam kulit buah dilarutkan pada saat proses ekstraksi dengan menggunakan
pelarut ethanol. Menurut Cowan (1999: 573), ethanol dapat melarutkan senyawa
seperti tannin, polyphenol, polyacetylene, flavonol, terpenoid, sterol, alkaloid, dan
propolis. Menurut Sakagami (2005:1), kulit buah manggis mengandung
-
mangostin yang dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus.
Berdasarkan penelitian Kosem et al., (2007: 286), ekstrak methanol kulit buah
manggis mengandung sejumlah xanthone (tergolong senyawa polyphenol) yang
tinggi, yang terdiri dari inti xanthone,
-mangostin, -mangostin, -mangostin,
garcinone-E, dan 9-hydroxycalabaxanthone. Senyawa
phenolic memiliki
49
mekanisme penghambatan terhadap bakteri dengan menghambat kerja enzim
bakteri dengan mengoksidasi senyawa, karena bereaksi dengan kelompok
sulfhydryl atau interaksi nonspesifik dengan protein (Cowan, 1999: 568). Kulit
buah manggis juga memiliki senyawa aktif seperti tannin dan triterpen yang
memiliki aktivitas antibakteri (Kosem et al., 2007: 283). Mekanisme
penghambatan pertumbuhan bakteri oleh tannin yaitu dengan membentuk
komplek chelate dengan Fe yang bersifat toksik terhadap membran sel bakteri
(Chansue et al., 2008: 42), menginaktifkan protein dan menghilangkan fungsinya.
Target dari tannin yaitu membentuk komplek dengan permukaan adhesi, enzim
pada membran, dan polipeptida dinding sel bakteri (Cowan, 1999: 569).
Pertumbuhan bakteri dihambat dalam hal malfungsi untuk reduksi ribonukleotida
precursor DNA, pembentukan heme, dan berbagai mekanisme penting lainnya.
Kulit buah manggis juga memiliki senyawa triterpen yang tergolong senyawa
terpenoid dan aktif melawan bakteri dengan cara merusak membran sel bakteri
(Cowan, 1999: 571).
Semua konsentrasi ekstrak kulit buah efektif menghambat pertumbuhan
bakteri P. aeruginosa karena memiliki zona hambat dalam kisaran 9-14 mm.
Diameter zona hambat terbesar diperoleh pada perlakuan ekstrak kulit buah
dengan konsentrasi 37,5 mg/mL. Pada Gambar 4.6 terlihat bahwa terjadi
peningkatan besar diameter zona hambat hingga konsentrasi 37,5 mg/mL.
Kemudian pada konsentrasi 50 mg/mL, diameternya mengalami penurunan. Hal
ini didukung oleh uji Regresi, dimana ternyata perbedaan konsentrasi ekstrak kulit
buah tidak berpengaruh terhadap diameter zona hambat bakteri. Hal ini
50
dikarenakan pada konsentrasi ekstrak yang lebih besar terjadi kejenuhan, sehingga
senyawa aktif tidak terlarut sempurna. Molekul besar mengalami kesulitan
berdifusi pada medium agar (Timri dalam Maleki et al., 2008; 1288).
Nilai MIC ekstrak kulit buah terhadap bakteri P. aeruginosa yang
diperoleh adalah sebesar 500 mg/mL, yang berarti bahwa pada konsentrasi ini
ekstrak dapat menghambat pertumbuhan bakteri P. aeruginosa. Ini terlihat dari
Tabel 4.4, dimana tingkat kekeruhan biakan bakteri dan ekstrak kulit buah
manggis pada jam ke-24 sama dengan jam ke-0. Pada konsentrasi ekstrak kulit
buah manggis 600 mg/mL, kekeruhan biakan bakteri dan ekstrak usia 24 jam
dengan usia 0 jam juga sama, namun nilai MIC yang diambil adalah 500 mg/mL,
dimana nilai MIC merupakan nilai konsentrasi terendah ekstrak dapat
menghambat pertumbuhan bakteri P. aeruginosa. Konsentrasi yang lebih tinggi
yaitu 700 mg/mL, biakan bakteri dan ekstrak pada usia 24 jam lebih bening
dibandingkan usia 0 jam, diduga pada konsentrasi ini ekstrak telah dapat
membunuh bakteri P. aeruginosa, dan bakteri yang mati lisis, sehingga
komponen-komponen penyusun sel terlarut dalam medium, menyebabkan
medium yang berisi biakan bakteri yang telah mati dan ekstrak usia 24 jam lebih
bening dibanding usia 0 jam.
Download