BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ada dua penyakit gigi dan mulut yang mempunyai prevalensi cukup tinggi di Indonesia yaitu karies dan penyakit periodontal. Di Indonesia, penyakit periodontal menduduki peringkat kedua setelah karies. Dari hasil Laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), prevalensi penyakit periodontal mencapai 60% pada masyarakat di Indonesia (Depkes RI, 2011). Salah satu penyakit periodontal adalah periodontitis yang didefinisikan sebagai inflamasi jaringan periodontal yang ditandai dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang dan resorpsi tulang alveolar (Cobb, 2008). Penyebab periodontitis kronis adalah iritasi bakteri patogen seperti Porphyromonas gingivalis (P.g), prevotella intermedia (P.i), bacteriodes forsytus (Bi) dan actinobacillus actinomycetemcomitans (A.a). Widyastuti (2009) menambahkan penyebab periodontitis sekunder, yaitu kesehatan mulut yang jelek, perokok aktif, tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi, usia, masa kehamilan, faktor genetik dan penyakit sistemik yang mengakibatkan kerusakan progresif pada jaringan periodontal, tulang alveolar disertai pembentukan poket, resesi atau keduanya. 1 2 Porphyromonas gingivalis merupakan bakteri berpigmen hitam gram negatif obligat anaerob. Bakteri gram negatif memiliki lapisan-lapisan dinding sel yang lebih kompleks dibandingkan bakteri gram positif baik secara struktur maupun kimianya. Secara struktur, dinding bakteri gram negatif mengandung dua lapisan eksternal pada membran sitoplasma. Pada bagian luar sampai membran sitoplasmanya terdapat lapisan peptidoglikan yang tipis. Area diantara permukaan eksternal dari membran sitoplasma dan permukaan internal dari membran luar diisi oleh ruangan periplasma (Murray, 2002). Dinding sel gram negatif mengandung tiga komponen yang terletak pada lapisan luar yaitu peptidoglikan, lipoprotein, membran luar dan lipopolisakarida (Jawetz et al., 2005). Porphyromonas gingivalis juga merupakan bakteri yang memiliki kapsul pada eksternal dan membran luarnya (Olsen et al., 2004). Salah satu tumbuhan yang memiliki potensi untuk menghambat atau membunuh bakteri Porphyromonas gingivalis adalah manggis (Garcinia mangostana) yang mana ekstrak kulitnya memiliki kandungan senyawa aktif berupa saponin, flavonoid dan tanin. Kulit buah manggis yang dikategorikan sebagai limbah, memiliki kandungan 62,05% air, 1,01% abu, 0,63% lemak, 0,71% protein, 1,17% gula dan 35,61% karbohidrat. Berbagai hasil penelitian menunjukkan kulit buah manggis kaya akan antioksidan terutama antosianin, xanthone, tannin dan asam fenolat yang berguna antara lain sebagai anti peradangan, meningkatkan kekebalan tubuh, anti bakteri, dan aktivitas sitotoksik (Permana, 2010). 3 Menurut Clark (2007) kematian bakteri Porphyromonas gingivalis mungkin disebabkan oleh saponin yang bekerja sebagai sabun/deterjen yang membuat senyawa ini terkonsentrasi pada permukaan sel. Ujung hidrofobik deterjen akan berikatan dengan ujung hidrofobik protein dengan menggeser sebagian besar ujung lipid yang terikat. Ujung polar deterjen merupakan suatu ujung yang bebas, sehingga membawa protein ke dalam kompleks deterjen-protein, yang biasanya mengandung beberapa unsur lipid residual. Sifat ini menyebabkan senyawa ini mampu melarutkan protein membran. Flavonoid pada kulit manggis bekerja dengan memiliki target sel yang multipel, tidak pada target yang spesifik. Tanin juga bekerja dengan cara melakukan interaksi non spesifik pada protein vital seperti enzim bakteri. Dengan cara ini flavonoid dan tanin merusak sel bakteri (Cushnie et al., 2005). Selain itu, dari penelitian Poeloengan (2010), hasil pemeriksaan fitokimiawi pada kulit manggis menunjukkan bahwa ekstrak kulit manggis mengandung alkaloid, saponin, triterpenoid, tannin, fenol, flavonoid, glikosid dan steroid. Ekstrak kulit manggis pada konsentrasi 3,125% mampu menghambat pertumbuhan bakteri Gram Positif (Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis) tapi tidak menghambat bakteri Gram Negatif (S.typhimurium dan E.coli). Meningkatkan konsentrasi ekstrak kulit manggis bisa memperluas area penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri. 4 Al-Qur’an juga menyebutkan manfaat buah-buahan bagi manusia, seperti berikut ini, “Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuhan-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan Kami keluarkan pula zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan pula) kematangannya. Sesungguhnya, pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.” (al-An’aam [6] : 99) Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya dan juga salah satu ayat AlQur’an, bisa ditarik kesimpulan sementara bahwa ekstrak etanol kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.) memiliki banyak manfaat, dan salah satunya adalah sebagai antibakteri dengan kandungan senyawa-senyawa aktif di dalamnya. Daya antibakteri ditandai dengan adanya daya hambat (KHM) dan daya bunuh (KBM) bakteri. B. RUMUSAN MASALAH “Apakah ekstrak kulit manggis memiliki daya antibakteri terhadap Porphyromonas gingivalis?” C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji daya antibakteri ekstrak etanol kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.) terhadap pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis. 5 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui kadar hambat minimal (KHM) ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.) terhadap pertumbuhan Porphyromonas gingivalis. b. Mengetahui kadar bunuh minimal (KBM) ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.) terhadap pertumbuhan Porphyromonas gingivalis. D. MANFAAT PENELITIAN Manfaat penelitian ini, yaitu : 1. Bidang kedokteran gigi, ekstrak etanol kulit manggis dapat dimanfaatkan sebagai bahan alternatif dalam mencegah dan mengobati penyakit periodontal. 2. Bidang farmakologi, penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi dasar dalam proses screening obat baru. 3. Menambah pengetahuan tentang manfaat kulit manggis untuk menghambat pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis. E. KEASLIAN PENELITIAN Sebelumnya telah ada beberapa peneliti yang melakukan penelitian sejenis, antara lain. 1. Poeloengan dkk. (2010) dengan penelitian berjudul “Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana Linn)”. Mereka menyatakan bahwa hasil pemeriksaan fitokimiawi pada kulit manggis menunjukkan bahwa ekstrak kulit manggis mengandung alkaloid, saponin, triterpenoid, tannin, fenol, flavonoid, glikosid dan steroid. Ekstrak kulit manggis pada konsentrasi 3,125% mampu menghambat 6 pertumbuhan bakteri Gram Positif (Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis) tapi tidak menghambat bakteri Gram Negatif (S.typhimurium dan E.coli). 2. Maliana dkk. (2013) dengan judul penelitian “Aktivitas Antibakteri Kulit Garcinia mangostana Linn. Terhadap Pertumbuhan Flavobacterium dan Enterobacter Dari Coptotermes curvignathus Holmgren”. Hasil pengujian aktivitas antibakteri, menunjukkan bahwa konsentrasi efektif dalam menghambat pertumbuhan Flavobacterium dan Enterobacter yakni masing-masing pada 35% dan 30%. 3. I Nengah Kencana Putra (2010) dengan penelitiannya berjudul “Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana Linn.) Serta Kandungan Senyawa Aktifnya” memperoleh kesimpulan bahwa fraksi ektrak metanol kulit buah manggis yang menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap L.mesenteroides dan L.plantarum adalah fraksi kloroform dan etil asetat. Fraksi etil asetat menunjukkan aktivitas lebih tinggi (diameter zona penghambatan 13,4 mm) dibandingkan fraksi kloroform (diameter zona penghambatan 10,1 mm). Komponen yang dominan terdapat dalam fraksi kloroform adalah antrakuinon sedangkan dalam fraksi etil asetat adalah xanthone. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian pertama adalah jenis bakteri uji yang digunakan serta jenis uji dalam penelitian. Pada penelitiannya, Poelongan dan Praptiwi menggunakan bakteri S. aureus ATCC 25922 dan S .epidermidis dari golongan bakteri gram positif serta Salmonella typhimurium B2284 dan Eschericia coli B2245 dari golongan bakteri gram positif. Poelongan dan Praptiwi juga melakukan identifikasi 7 senyawa dalam esktrak kulit manggis sebelum melakukan uji in-vitro terhadap bakteri. Untuk uji bakteri, menggunakan pengamatan terhadap diameter zona hambat. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian kedua juga pada jenis bakteri uji yang digunakan dan juga jenis uji bakteri. Maliana dkk. Menggunakan bakteri Flavobacterium dan Enterobacter yang berasal dari Coptotermes curvignathus Holmgren. Untuk hasil uji, menggunakan rerata diameter zona bening ekstrak etanol kult buah manggis terhadap kedua bakteri tersebut. Penelitian ketiga, perbedaannya juga terdapat pada bakteri uji yang digunakan serta metode penelitiannya. Pada penelitian ini, Putra menggunakan bakteri L. mesenteroides dan L. plantarum dalam penelitiannya. Putra melakukan fraksinasi dengan metode uji difusi cakram dan juga analisis GC-MS.