Publish by http://psikologi.uin-malang.ac.id WhatsApp Group

advertisement
WhatsApp Group PsychoNews dan Bocornya Inspirasi Dosen-Mahasiswa
Tulisan ini saya benahi dari dialog WA Group
Psychonews. Group WA yang berisi pengisi berita laman
psikologi.uin-malang.ac.id. Nah berikut ini saya lengkapi
hasil dialog tersebut agar bisa dibaca oleh banyak orang,
khususnya para generasi yang terhubung dengan
psychonews.
Berikut ini tulisan @mahpoer, seorang anggota group
psychonews.
Teman-teman, masih banyak yang perlu kita pelajari.
Apakah kita mau hengkang dari proses untuk terus
berkembang ? Saat itu, kata-kata ini saya sampaikan
ketika para peserta magang psychonews mulai naik
tingkat menjadi editor. Sepertinya proses pematangan
pencarian dan pelaksanaan pemberitaan masih
membutuhkan waktu.
Ketika langsung menjadi editor, saya merasa mereka
kehilangan kesempatan untuk unjuk karya dan personal
selling, padahal masa ini adalah zamannya. Lah kok,
zaman yang belum begitu dikuasai, kok langsung ke
editor yang pekerjaannya lebih ke penyelarasan dibalik
layar. Pengalaman lapangan dan personal selling
sebaiknya dibentuk di lapangan sehingga ketika menjadi
editor, pengalaman lapangan yang matang akan
menjadikan seorang editor sebagai pribadi inspiratif.
Maka, kemampuan menampilkan performan ke publik
saatnya dibentuk ketika teman-teman magang mulai
melakukan latihan sesungguhnya menjadi seorang
reporter. Di situ teman-teman akan melakukan
pertunjukkan dengan variasi inovasi dan kreatifitas. Oleh
karena itu, kalau dulu magang reporter, maka sekarang
saatnya menjadi reporter sebenarnya.
Apa sih keuntungannya ketika teman-teman terhubung
diantara orang-orang yang terlibat di psychonews.
Kemarin kita pernah berdiskusi, core business
Psychonews ada dalam zaman digital. Kemarin, saat
diskusi Integritas Tubuh Perempuan, kita bisa melihat
bahwa pengunjung siaran langsung mencapai 298
orang ? Coba kita ingat, jikalau televisi biasanya akan
memburu rating siaran. Rating siaran adalah nilai
puncak dari sebuah siaran yang ditonton oleh seberapa
banyak penonton. Nilai tersebut dilihat bukan dari diri
kita, tetapi dilihat dari luar. Jika pemirsanya banyak,
maka kita bisa tampil dengan baik, tetapi jika tidak, maka
tampilan kita tidak baik dan perlu dibenahi. Begitulah
prinsip penilaian bisnis.
Implikasinya apa ? 298 tayangan siaran langsung kita
adalah bagian dari rating dalam dunia broadcasting. Ini
prestasi untuk tayangan langsung bagi kita yang pelaku
baru. Rating ini gila-gilaan dikejar oleh industri
pertelevisian. Bahkan kadang menggunakan segala
cara untuk mencapainya. Lah, sadarkah kita hari ini ada
Publish by http://psikologi.uin-malang.ac.id
dalam miniatur itu ? Konsep siaran langsung bernilai
promosi ditonton oleh 298 orang. Itu berarti fakultas
psikologi akan direkam di memori orang sebanyak 298.
Jadi, penerimaan sosial siaran kita ada di 298 orang.
Ketika dilihat dari segi iklan, maka apa yang kita buat
sudah ditonton 298 orang. Nah, mungkin tidak kita
lakukan itu secara manual ? Jelas tidak mungkin.
Temen-temen yang baik. Core business kita ada di lini
broadcasting. Kita ada didalamnya hari ini. Sebenarnya,
kita sedang melatih diri berada dalam dunia simulasi
pertelivisian. Bagaimana kita akan menjadikan
psychonews sebagai pusat belajar broadcasting kalau
kita lebih suka berdiam diri atau justru jenuh saat yang
kita lakukan ya itu-itu saja, lantas mundur karena tidak
ada inovasi ? Padahal saat kita jenuh, maka kita sendiri
yang seharusnya berinovasi, bukan psychonews-nya
yang dinilai ?
Melalui fasilitas media sosial yang sudah ada siaran
langsungnya, sebenarnya kita bisa klaim bahwa
psychonews sudah bisa punya lini business di
pertelevisian daring. Jadi, kita tidak perlu menunggu
Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
punya pemancar sendiri seperti UBTV untuk
mengembangkan bisnis broadcasting.
Teman-teman sekalian. Banyak rahmat Tuhan yang
diberikan dengan gratis. Bahkan media sosial hari ini.
heeeeee... Bahkan psychonews hari ini yang
didalamnya banyak orang-orang yang punya jiwa
semangat.
Masih banyak ayat-ayat kauiniyah yang sangat dekat
dengan kita tetapi kita membiarkan begitu saja. Bahkan
kita akhirnya menyukai atau ingin kembali ke yang enakenak. Kalau itu yang terjadi, sebenarnya kita sudah
berproses baik, penuh tantangan, ealah kok kita ingin
kangen-kangenan dengan zona nyaman yang
menyesatkan. Lalu, buat apa kita belajar selama ini ?
Ingatlah dan lihatlah google. Dia selalu bertransformasi
tidak kenal henti. Saat melihat ikon di laman google,
pasti setiap hari selalu berganti. Begitu juga Samsung.
Dua contoh ini adalah model yang perlu kita camkan
pada pikiran kita, bahwa semesta daring adalah bisnis
baru yang harus kita pelajari.
Psychonews adalah bagian penting yang bisa menjadi
ajang bagi kita untuk mau berevolusi menguasai dunia.
Dari proses evolusi yang murah meriah tapi penuh
semangat dan apresiasi.
Anak saya kelas 1 SMP sudah mencoba menguasai
adobe premier yang menurut alumni kita, mas SAKTI,
yang datang mengisi PBAK kemarin, aplikasi itu
sebenarnya dikuasai oleh ahli lanjut di dunia video
editing. Wow... ayahnya sudah digilas oleh anaknya
dalam penguasaan teknologi. Apakah kamu mau digilas
oleh anak-anak kecil yang sudah mau keluar dari zona
belajar yang terlalu lama di kelas ? Silahkan saja kalau
temen-temen masih berada di situ.
Respon @saifulhaq dalam tulisannya menyahut tulisan
saya.
Tapi, saya rasa para jurnalis dan editor penting
menguasai video. Mengapa? Karena yuotube lebih dari
tivi, boom!
Hari ini orang-orang sedang dilombakan dengan eradigital. Saya pernah bedah buku Alter Ego, "Saya bilang
buku adalah mencatat proses kehidupan kita, baik
intelektual maupun keseharian", lah kemudian disahuti
"kalo youtube bagaimana?" Hmm sial. Bener uga.
Saya berharap psychonews mampu move on secara
mental dulu, dengan menanggapi bahwa pengabdian ini
adalah proses untuk menjadi. Bukan orang-orang yang
dikejar deadline berita, lalu ini itu. Psychonews adalah
media belajar dan tanpa biaya lebih. Artinya, kita bisa
diarahkan oleh mentor yang seorang prefesional di
bidang psikologi dan berpeluang bertemu dan masuk di
berbagai hal yang kalo "awam" harus bayar untuk
bertemu. Pengalaman saya saya bisa ngobrol lebih
Publish by http://psikologi.uin-malang.ac.id
dengan prof. Kuartarini, Dr Gavin (walau pake @Yeyen
sebagai penerjemah) dan tokoh lainnya. Menarik geng.
Kedua, Anda belajar menjadi mengolah data kualitatif
yang berguna untuk keperluan akademik. Sebab data
yang masuk akan diolah menurut angle (sudut pandang)
berita, ini sedikit-sedikit menyerempet cara saya
mengerjakan skripsi menggunakan metode kualitatif.
Alhamdulillah hasilnya terbaik menurut angka yang ada
untuk menilai. Silahkan tanyakan mentor dan bapak
saya @mahpoer
Ketiga, hari ini anak muda lebih suka visual daripada
tulisan. Faktanya begitu, makanya Twitterland sudah
ditinggalkan dan ramai-ramai menggunakan Instagram,
karena kita bisa menyimak. Cara pak Mahpur sungguh
transformatif mengajarkan psikologi lewat video di akun
ig dan saya lebih paham. Faktanya, teman-teman
sejawat banyak menghabiskan kuota dengan medsos
chat, game online dan streaming. Jadi masa depan
dunia informasi terpusat di dunia streaming. Sisa
bagaimana teman2 apakah ingin segera menangkap
masa depan atau tidak?
Semoga bermanfaat.
Mohammad Mahpur dan Saiful Haq. Ditulis 30 Agustus
2017 di Group WA Psychonews
Download