analisis pertambahan berat badan ibu hamil

advertisement
ANALISIS PERTAMBAHAN BERAT BADAN IBU HAMIL
BERDASARKAN STATUS SOSIAL EKONOMI DAN STATUS
GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN
BERAT BAYI BARU LAHIR
YONGKY
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Analisis Pertambahan Berat
Badan Ibu Hamil berdasarkan Status Sosial Ekonomi dan Status Gizi serta
Hubungannya dengan Berat Bayi Baru Lahir adalah karya saya sendiri dengan
arahan komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
disertasi ini.
Bogor, Januari 2007
Yongky
NIM A561020051
ABSTRAK
YONGKY. Analisis Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil berdasarkan Status
Sosial Ekonomi dan Status Gizi serta Hubungannya dengan Berat Bayi Baru
Lahir. Di bawah bimbingan: HARDINSYAH, GULARDI WIKNJOSASTRO,
DADANG SUKANDAR
Studi ini bertujuan untuk menentukan prevalensi kejadian bayi lahir dengan
pertumbuhan janin terhambat (PJT) dan prevalensi bayi dengan berat lahir rendah
(BBLR) pada ibu dari keluarga dengan status sosial ekonomi dan status gizi
berbeda. Studi dilakukan secara prospektif terhadap 638 ibu hamil usia 20-35
tahun di Puskesmas yang memiliki rumah bersalin dan Rumah Sakit Ibu dan Anak
di daerah Jakarta Timur dan Bekasi. Data yang dikumpulkan mencakup sosial
ekonomi keluarga, ukuran antropometrik ibu dan bayi, konsumsi gizi serta
pengetahuan gizi ibu. Faktor–faktor yang menentukan pertambahan berat badan
selama kehamilan, berat dan panjang bayi baru lahir, serta lingkar kepala bayi
lahir dianalisis dengan uji regresi linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi PJT 10.0% dan BBLR 5.8%,
Prevalensi PJT lebih tinggi pada bayi dari ibu hamil dengan status sosial ekonomi
rendah (14.5%) dan ibu dengan status gizi kurus (12.3%). Prevalensi BBLR lebih
tinggi pada ibu dengan status gizi rendah (8.3%) dan ibu dengan status gizi gemuk
(11.8%).
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa pertambahan berat badan ibu
selama kehamilan dipengaruhi oleh status sosial ekonomi, tinggi badan ibu awal
kehamilan (cm) dan usia kehamilan (R2 = 0.23). Berat lahir bayi dipengaruhi oleh
usia kehamilan ibu, pertambahan berat badan ibu, tinggi badan ibu awal
kehamilan (cm), status gizi ibu awal kehamilan (IMT) dan skor pengetahuan gizi
ibu di akhir kehamilan (R2 = 0.25). Panjang lahir bayi dipengaruhi oleh usia
kehamilan ibu, tinggi badan ibu awal kehamilan (cm), pertambahan berat badan
ibu dan status gizi ibu hamil di awal kehamilan (IMT) (R2 = 0.19). Ibu yang pra
hamil perlu memperhatikan status gizi mulai awal kehamilan serta memberikan
perhatian terhadap pertambahan berat badan selama kehamilan karena akan terkait
dengan gizi bayi yang akan dilahirkan.
Kata kunci: pertambahan berat kehamilan, berat bayi lahir rendah, pertumbuhan
janin terhambat, status gizi, status sosial ekonomi.
ABSTRACT
YONGKY. Analysis of gestational weight
socioeconomic and nutritional status and
newborn infants, the fetal weight and
HARDINSYAH, WIKNJOSASTRO
DADANG.
gain of pregnant women by maternal
its relationship with weight of the
length of birth. Supervised by :
GULARDI, and SUKANDAR
The aims of the study are determining the prevalence of intra uterine growth
retardation (IUGR) and low birth weight (LBW) infant among different social
economic status (low SE and high SE) and maternal nutritional status-MNS (high
risk, normal, overweight and obesity), and analyzing the effects of gestational
weight gain (GWG) on the weight of the newborn infants. This study applied a
prospective study design of 638 pregnant women aged 20-35 years, from of the
selected health centers and maternal hospitals in urban areas of East Jakarta and
Bekasi. Data collected include socioeconomic of family, anthropometric
measurements, maternal nutrition knowledge (MNK). The relationship between
variables were analyzed using Pearson Correlation test. The effects of gestational
weight gain, gestational age, nutritional and socio-economic status on fetal growth
were analyzed by a multiple linear regression.
The results showed that the prevalence of IUGR was 10.0% and LBW was
5.8%. The prevalence of IUGR was 14.5% for low SE higher than prevalence
IUGR of high SE (6.7%); meanwhile the prevalence of IUGR was 12.3% for high
risk nutritional status, higher than normal (9.9%), overweight (8.8%) and obesity
(8.7%) MNS. The prevalence of LBW was 8.3% for low SE, higher than the
prevalence of LBW of high SE (3.2%), and 11.8% for overweight, higher than
high risk (8.5%) and normal (5.1%) MNS.
The GWG was positively correlated with SE status, mother body height and
gestational age (GA) (R2 = 0.23). The Infant Birth Weight was positively
correlated with GA, GWG, mother body height, MNS and MNK (R2=0.25). Infant
body length was positively correlated with GA, body height, GWG, MNS
(R2=0.19). This study suggests that increased awareness of maternal weight gain
is critical to nutritional status of newborn infant and identifying infants at risk for
IUGR and LBW.
Key words: gestational weight gain, low birth weight, intrauterine growth
retardation, nutritional status, social economic status
© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor tahun 2007
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin dari Institut Pertanian Bogor,
sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotocopy,mikrofilm,
dan sebagainya
ANALISIS PERTAMBAHAN BERAT BADAN IBU HAMIL
BERDASARKAN STATUS SOSIAL EKONOMI DAN STATUS
GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN
BERAT BAYI BARU LAHIR
YONGKY
Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Departemen Gizi Masyarakat
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Disertasi : Analisis Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil berdasarkan
Status Sosial Ekonomi dan Status Gizi serta Hubungannya
dengan Berat Bayi Baru Lahir.
Nama
: Yongky
NIM
: A561020051
Disetujui
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS.
Ketua
Prof. Dr. dr. Gulardi Wiknjosastro, Sp.OG.
Anggota
Dr. Ir. Dadang Sukandar, M.Sc.
Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi GMK
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, M.S.
Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS
Tanggal Ujian: ............................
Tanggal lulus: ...........................
PRAKATA
Sejak menjadi mahasiswa S1 sampai sekarang masalah kekurangan gizi
tidak pernah hilang di negeri ini, hanya pemberitaannya dimedia masa hilang
timbul. Pada waktu menjalani wajib kerja sarjana di desa, yang tidak perlu saya
sebutkan namanya sehingga sekarang ini, sekali-sekali saya menemukan
seseorang yang kekurangan gizi dengan berbagai macam latar belakang
penyebabnya. Maka dengan melakukan penelitian ini akan memberikan suatu
kepuasan tersendiri bagi saya.
Saya mengucapkan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang
telah mengambil bagian pada penyusunan disertasi ini. Pertama-tama saya
ucapkan terima-kasih dan penghargaan yang tulus kepada tim pembimbing saya
Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS., sebagai ketua, Prof. Dr. dr. Gulardi Wiknjosastro,
Sp.OG. dan Dr. Ir. Dadang Sukandar, M.Sc. sebagai anggota atas waktu, tenaga
dan pikiran yang diberikan selama bimbingan dan menyelesaian disertasi ini.
Ucapan terima-kasih dan penghargaan juga saya sampaikan kepada Ibu Dr. Ir.
Amini Nasoetion, MS. dan Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS. sebagai penguji luar komisi
pada ujian prakualifikasi S3 yang memberikan masukan dan buku-buku untuk
melengkapi disertasi saya ini. Ucapan terima kasih juga saya tujukan kepada Dr.
Rimbawan selaku Pembimbing Akademik dan Dr. Clara Kusharto, M.Sc., atas
bimbingannya selama saya mengikuti perkuliahan di Program Studi Gizi
Masyarakat IPB.
Kepada para dosen di lingkungan Departemen GMK FEMA IPB dan para
rekan mahasiswa S3 program studi GMK FEMA IPB juga saya ucapkan terimakasih atas masukkan yang berharga dan saran simpatik selama kolokium. Terimakasih kepada civitas akademika lain yang ikut berperan selama kolokium yang
tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Terima kasih saya ucapkan kepada ibunda tercinta, Liana Alm. yang telah
memberikan motivasi dan semangat serta berkorban menyekolahkan saya dengan
menjual semua perhiasan yang dipunyai untuk biaya sekolah saya.
Ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. dr. Koesmanto Setyonegoro Sp.KJ.
yang telah memberi semangat kepada saya, dalam kata sambutannya pada
pelepasan Spesialis Jiwa, dengan menyebut “Yongky kamu harus melanjutkan
sekolah S3”, tetapi saya juga meminta maaf kepada beliau, karena saya tidak
mengambil S3 dengan disiplin ilmu yang sama dengan beliau.
Terima-kasih juga saya ucapkan kepada isteri saya bidan Hermien
Hendrawati S.Si.T. yang tidak pernah menuntut saya praktek seperti dokter yang
sesungguhnya, tidak pernah melarang dan tidak pernah menyuruh kepada saya
untuk meneruskan sekolah sampai tingkat yang terakhir ini, hanya mengingatkan
untuk mendahulukan biaya sekolah anak-anak saya yang sangat mahal.
Kepada putra saya yang pertama Hans Tindo S.Kom. saya mengucapkan
banyak terima-kasih, yang telah menyiapkan perangkat komputer dan membantu
menuliskan disertasi ini dengan komputer, terutama gambar-gambar, yang tidak
pernah diajarkan kepada saya dari sekolah yang formal seperti sekarang ini.
Putra saya yang kedua Erwin Josh Tindo S.Ked. juga membantu dalam
menuliskan disertasi ini dengan komputer.
Demikian pula putra saya yang ketiga Donny Rossi Tindo S.Ked. ikut serta
dalam menuliskan disertasi ini terutama dalam mempersiapkan bahan presentasi.
Kepada keponakan saya Cynthia Emanuel Manansang S.TP., M.Si., saya
ucapkan banyak terima-kasih, sebetulnya dari dialah saya mendapat inspisrasi
untuk melanjutkan sekolah ini. Pada waktu saya mendaftarkan dia di Fakultas
Ilmu Pangan IPB.
Kepada dr. Amir Hussein Anwar Sp.KJ., alm, sebagai mantan Direktur
Rumah Sakit Marzuki Mahdi, saya ucapkan banyak terima-kasih atas ijin yang
diberikan kepada saya untuk mengikuti pendidikan S3 ini, karena pada waktu
pertama kali wawancara dengan Ketua Program Studi Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan
M.S.yang ditanyakan adalah surat izin dari atasan langsung. Kepada Ir. Suyedi
Riswan, MM, staf pada UPF Elektromedik RS Marzuki Mahdi Bogor, yang pada
waktu ini masih mahasiswa Program S3 di Program Studi Ilmu Kelautan IPB,
mengajak saya kuliah di IPB dan sekaligus mendaftarkan saya. Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada Ali Rahman, Ph.D, Direktur Program Magister
Manajemen Pascasarjana Universitas Indonusa Esa Unggul, Dr. Izzurdin, dan Dr.
Ir. Son Diamar MSc., yang merekomendasikan saya untuk kuliah di IPB.
Bapak dr. Hasmoro, Sp.An, MM, MHA, Direktur RSIA Hermina yang
memberi tempat untuk penelitian disertasi ini, Bapak Yulizar, SE, MARS, yang
membantu proses penelitian di RSIA Hermina, saya ucapkan terima kasih.
Kepada Kepala Puskesmas dan seluruh staf Puskesmas di Jakarta Timur dan
Bekasi tempat penelitian dilakukan, juga saya ucapkan terima kasih.
Kepada Dr. dr. A.J. Hukom Sp.KJ, Alm. terima kasih kepada beliau yang tak
henti-hentinya memberi semangat kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan pendidikan saya di Departemen Psikiatri FKUI.
Kepada Dr. dr. Edith Humris Pleyte Sp.KJ, terima kasih kepada beliau yang
telah memberi kepercayaan kepada saya untuk mengerjakan Validasi, Child
Depression Inventory, sehingga timbul semangat saya untuk lebih cepat untuk
menyelesaikan pendidikan saya di Departemen Psikiatri FKUI.
Kepada semua staf dosen di FEMA IPB yang tidak dapat saya sebut satu
persatu, yang ikut mendidik, memberi ilmu kepada saya, selama dalam mengikuti
kuliah dan seminar-seminar, saya ucapkan banyak-banyak terima-kasih.
Kepada teman-teman saya seangkatan, yang telah lulus lebih dahulu, Dr. Intje
Picauly S.Pi, M.Si, dan Dr. Ir. Albiner Siagian M.Si., yang membantu saya dalam
menyajikan tugas makalah-makalah yang sangat banyak, sehingga pekerjaan kami
sebagai Pegawai Negeri Sipil tak terganggu, kami ucapkan banyak terima-kasih.
Kepada semua pihak yang tak dapat saya sebutkan satu per satu, yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan studi ini, kami ucapkan banyak terimakasih, Semoga Tuhan yang Maha Esa membalas budi baik Bapak/Ibu/Sdr/i
semuanya.
Semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang berarti pada
pengembangan ilmu pengetahuan.
Bogor, Maret 2007
Yongky
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Surabaya pada tanggal 27 Mei 1945, sebagai anak
pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Hardi Hartono dan Liana. Penulis
menikah dengan M. Hermien Hendrawati, S.Si.T. yang saat ini juga sedang
mengikuti program S2 bidang Kesehatan Masyarakat Reproduksi Universitas
Indonesia, dan dikaruniai tiga orang putra, yaitu Hans Tindo, S.Kom, Erwin Josh
Tindo, S.Ked, dan Donny R.Tindo, S.Ked.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar (SD) di Surabaya tahun 1957,
menyelesaikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMP II Negeri, Surabaya
tahun 1960, melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMAK Petra,
Surabaya tahun 1963. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Perguruan
Tinggi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana masuk 1965-1976. penulis
melanjutkan pendidikan Magister di Kedokteran Jiwa, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, tahun 1985-1990. Penulis juga menempuh pendidikan
Magister Manajemen angkatan ke-VII di Univ. Indonusa Esa Unggul tahun 19971999.(Jurusan Pemasaran) serta Magister Program Studi Kesehatan Masyarakat,
Universitas Respati Indonesia, tahun 2001 – 2004. Pendidikan Ilmu Perilaku
Sampai sat ini penulis telah mengikuti berbagai pelatihan, seminar dan
kursus baik di dalam maupun di luar negeri. Penulis juga pernah dianugerahi
penghargaan antara lain Piagam Tanda Penghargaan Bakti Karya Husada Tri
Windu dari Menkes dan Tanda Kehormatan Satya Lencana Karya Satya 20 th.dari
Presiden RI Megawati Soekarnoputri.
Saat ini penulis masih bekerja sebagai dokter di RSMM Bogor, dan juga
aktif sebagai dosen di beberapa perguruan tinggi serta masih aktif sebagai
pembimbing mahasiswa praktek klinik di Program Studi Okupasi Terapi, U.I.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vi
PENDAHULUAN
Latar belakang ...........................................................................................
Tujuan ........................................................................................................
Hipotesis ....................................................................................................
Manfaat .......................................................................................................
1
3
4
4
TINJAUAN PUSTAKA
Konsepsi .....................................................................................................
Tanda- tanda Kehamilan ............................................................................
Tahapan Pertumbuhan Janin ......................................................................
Penilaian Umur Kehamilan pada Bayi yang Baru Dilahirkan ..................
Pertambahan berat badan ibu selama kehamilan ........................................
Tingkat kejadian abnormal dan peningkatan berat kehamilan ..................
Anemia penyebab dan pencegahannya.......................................................
Gizi dan kehamilan ....................................................................................
Pertumbuhan dan perkembangan janin selama kehamilan.........................
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) .............................................................
Pertumbuhan Janin Terhambat (Intra Uterine Growth Restriction) ..........
Dioksin dan kesehatan….…………………………..……………………...
5
7
9
17
18
19
21
24
26
31
37
47
KERANGKA PIKIR ........................................................................................ 53
METODE
Desain, lokasi dan waktu ...........................................................................
Contoh dan Penetapan Contoh ..................................................................
Metode dan Cara Pengumpulan Data ........................................................
Pengolahan dan analisis data .....................................................................
Definisi Operasional ..................................................................................
55
55
58
61
65
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Ibu Hamil .............................................................................
Karakteristik Suami ...................................................................................
Status Gizi dan Konsumsi Gizi .................................................................
Status Gizi sebelum Kehamilan berdasarkan IMT .................................
Status Gizi sebelum Kehamilan berdasarkan LILA ...............................
Status Gizi sebelum Kehamilan berdasarkan kadar Hb dan Ht darah ....
Konsumsi gizi ............................................................................................
Pertambahan Berat Badan Ibu Selama Hamil ............................................
Tinggi Fundus ............................................................................................
68
69
70
70
72
73
75
78
81
i
Masalah Kesehatan dan Riwayat Kehamilan ............................................ 82
Masalah kesehatan .............................................................................. 82
Riwayat kehamilan .............................................................................. 84
Pengetahuan Gizi dan Perilaku Kesehatan ................................................ 88
Pengetahuan Gizi ................................................................................ 88
Perilaku Kesehatan .............................................................................. 91
Antropometri dan Masalah Gizi Bayi ....................................................... 95
Antropometri Bayi .............................................................................. 95
Prevalensi PJT...................................................................................... 98
Prevalensi BBLR dan PBLP ................................................................ 100
Nilai Ballard Bayi ...................................................................................... 101
Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga dengan
Ukuran Antropometrik Bayi ...................................................................... 104
Hubungan Status Gizi dan Kesehatan Ibu Hamil dengan Ukuran
Antropometrik Bayi ................................................................................... 106
Hubungan Pengetahuan Gizi dan Perilaku Ibu Selama Kehamilan
dengan Ukuran Antropometrik Bayi ......................................................... 108
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertambahan Berat Badan Ibu Selama
Kehamilan ................................................................................................. 109
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Berat Bayi Lahir................................. 110
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Panjang Bayi Lahir ............................ 111
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lingkar Kepala Bayi Lahir ............... 111
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ................................................................................................ 113
Saran .......................................................................................................... 115
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 116
LAMPIRAN ...................................................................................................... 124
ii
DAFTAR TABEL
Halaman
1.
Panjang badan menurut Haase dan berat badan janin menurut Struber….... 15
2.
Hubungan umur kehamilan (bulan), besar rahim dan tinggi fundus uteri…. 15
3.
Umur kehamilan menurut Spiegelberg…………………………………….. 17
4.
Anjuran pertambahan berat badan total ibu selama kehamilan menurut
Indeks Masa Tubuh…………………………………………………….…. . 20
5.
Komposisi pertambahan berat badan total ibu selama kehamilan…..…….. 21
6.
Jumlah zat besi pada wanita hamil.………………...................................... 22
7.
Kebutuhan gizi normal, ibu hamil dan menyusui..………………………… 24
8.
Kekurangan atau kelebihan zat gizi yang menyebabkan kelainan…..…….. 26
9.
Kehamilan ganda menurut hukum Hellin ...................................................... 27
10. Kriteria inklusi contoh awal kehamilan dan setelah melahirkan …..……
58
11. Jumlah sampel ibu hamil menurut status sosial ekonomi ........................... 58
12. Data dan sumber data ................................................................................. 60
13. Karakteristik ibu hamil menurut status sosial ekonomi .............................. 68
14. Karakteristik suami menurut kategori status sosial ekonomi ...................... 69
15. Keadaan gizi ibu hamil menurut kategori status sosial ekonomi ................ 71
16. Keadaan gizi ibu hamil menurut kategori status gizi .................................. 74
17. Konsumsi gizi ibu hamil menurut kategori status sosial ekonomi .............. 75
18. Tingkat kecukupan gizi ibu hamil menurut kategori status sosial ekonomi 76
19. Konsumsi gizi ibu hamil menurut kategori status gizi ................................ 77
20. Tingkat kecukupan zat gizi ibu hamil menurut kategori status gizi ............ 78
21. Pertambahan berat badan selama kehamilan menurut kategori status sosial
ekonomi......................................................................................................... 79
22. Sebaran ibu hamil berdasarkan jenis penyakit menurut kategori status sosial
ekonomi........................................................................................................ 83
23. Sebaran ibu hamil berdasarkan jenis penyakit menurut kategori status gizi 84
24. Sebaran ibu hamil berdasarkan riwayat kehamilan menurut kategori status
sosial ekonomi ............................................................................................ 85
25. Sebaran ibu hamil berdasarkan riwayat kehamilan dan kategori
iii
status gizi..................................................................................................... 86
26. Persentase ibu hamil yang menjawab benar pengetahuan gizi menurut
kategori status sosial ekonomi .................................................................... 88
27. Sebaran ibu hamil berdasarkan kriteria pengetahuan gizi menurut kategori
status sosial ekonomi .................................................................................. 89
28. Persentase ibu hamil yang menjawab benar pengetahuan gizi menurut
kategori status gizi .................................................................................... 90
29. Sebaran ibu hamil berdasarkan kriteria pengetahuan gizi menurut kategori
status gizi.................................................................................................... 91
30. Sebaran ibu hamil berdasarkan perilaku kesehatan menurut status kategori
sosial ekonomi............................................................................................. 92
31.
Sebaran ibu hamil berdasarkan perilaku kesehatan menurut kategori status
gizi ............................................................................................................. 94
32.
Ukuran antropometrik bayi baru lahir menurut kategori status sosial
ekonomi ..................................................................................................... 96
33.
Ukuran antropometrik bayi baru lahir menurut kategori status gizi ........ 97
34.
Prevalensi masalah gizi pada bayi menurut kategori status sosial ekonomi 98
35.
Prevalensi PJT berdasarkan usia kehamilan menurut kategori status sosial
ekonomi ..................................................................................................... 99
36.
36 Prevalensi PJT berdasarkan usia kehamilan menurut kategori
status gizi ................................................................................................... 99
37.
Prevalensi masalah gizi pada bayi menurut kategori status gizi ............... 100
38.
Sebaran nilai APGAR dan Ballard menurut kategori status
sosial ekonomi ........................................................................................... 102
39.
Sebaran nilai APGAR dan Ballard menurut kategori status gizi .............. 103
40.
Hubungan karakteristik sosial ekonomi keluarga dengan ukuran
antropometrik bayi .................................................................................... 105
41.
Hubungan status gizi ibu hamil dengan ukuran antropometrik bayi ......... 107
42.
Keeratan hubungan (r) antara tinggi fundus dengan berat bayi lahir ........ 108
43.
Hubungan pengetahuan gizi dan kebiasaan merokok ibu selama kehamilan
dengan ukuran antropometrik bayi ............................................................ 108
iv
44.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan pertambahan berat badan ibu
selama kehamilan ...................................................................................... 109
45.
Faktor-faktor yang memengaruhi berat bayi lahir .................................... 110
46.
Faktor-faktor yang memengaruhi panjang bayi lahir ................................ 111
47.
Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkar kepala bayi lahir .................... 112
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Tinggi fundus menurut umur kehamilan dalam minggu ........................... 16
2. Komponen-komponen dari pertambahan berat badan pada kehamilan
yang normal ............................................................................................... 19
3. Tingkat kejadian abnormal dan peningkatan berat kehamilan .................. 20
4. Distribusi BBLR dari tahun 1987-2000 .................................................... 35
5. Persentil berat badan dengan umur kehamilan dalam minggu .................. 39
6. Skema mekanisme terjadinya PJT pada ibu hamil yang malnutrisi........... 41
7. Ultrasonografi, mengukur diameter biparietal, lingkaran kepala,
lingkaran abdominal panjang femur ......................................................... 42
8. Persentil indeks cairan amnion dibandingkan dengan umur kehamilan .... 45
9. Skema pemantauan dan penanganan PJT ................................................. 47
10. Intik dioksin per hari di Amerika Utara menurut jenis pangan ................. 49
11. TEQ dioksin didalam berbagai makanan…...……………………………. 49
12. Siklus Dioksin ........................................................................................... 52
13. Kerangka pemikiran .................................................................................. 54
14. Skema pengambilan contoh ...................................................................... 57
15. Kurva tinggi fundus menurut usia kehamilan ibu ..................................... 81
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Informed Consent.......................................................................................... 124
2. Rata – rata pertambahan berat badan ibu berdasarkan status kelahiran
bayi menurut status sosial ekonomi ............................................................. 125
3. Rata – rata pertambahan berat badan ibu berdasarkan status kelahiran
bayi menurut status gizi ibu ......................................................................... 125
4. Tinggi Fundus Ibu Hamil Berdasarkan Usia Kehamilan .............................. 125
5. Peningkatan Tinggi Fundus Ibu Hamil Berdasarkan Usia Kehamilan ......... 126
6. Nilai kematangan neuromuskuler serta skala Ballard .................................. 126
7. Analisis Regresi terhadap faktor – faktor yang berhubungan
dengan pertambahan berat badan ibu selama hamil (Metode Stepwise)....... 129
6. Analisis Regresi terhadap faktor – faktor yang berhubungan dengan
berat bayi lahir (Metode Stepwise) ............................................................... 129
7. Analisis Regresi terhadap faktor – faktor yang berhubungan dengan
panjang bayi lahir (Metode Stepwise) .......................................................... 130
8. Analisis Regresi terhadap faktor – faktor yang berhubungan dengan
lingkar kepala bayi lahir (Metode Stepwise) ................................................ 131
vii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kehamilan adalah suatu proses tumbuh kembang janin, dengan tujuan ibu
dan anak sehat. Dalam konteks kesehatan masyarakat, kehamilan akan membawa
berbagai konsekuensi kesehatan dan sosial ekonomi bagi ibu hamil dan bayi yang
dilahirkan. Menurut Cunningham et al. (1995), kehamilan yang tak sehat dapat
menyebabkan kematian bayi dan ibu melahirkan serta bayi cacat fisik dan mental.
Gizi ibu merupakan salah satu faktor utama yang menentukan tumbuh
kembang janin mulai konsepsi sampai lahir. Gizi ibu yang buruk sebelum
kehamilan maupun pada saat kehamilan, dapat menyebabkan Pertumbuhan Janin
Terhambat (PJT), bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR), gangguan
pertumbuhan dan perkembangan otak bayi serta peningkatan risiko kesakitan dan
kematian. Ibu hamil yang berstatus gizi kurang akan berisiko melahirkan BBLR
2.4 kali dibandingkan dengan hamil dengan gizi yang baik (Manuaba 2001).
Berbagai studi yang ditelaah oleh Hardinsyah (2000) menunjukkan bahwa BBLR
mempunyai dampak buruk terhadap perkembangan kognitif dan psikomotorik
bayi, disamping dampak buruk pada pertumbuhannya.
Disamping itu bayi yang dilahirkan dalam kondisi BBLR berisiko
mengalami anemia dan infeksi, bahkan keguguran dan kematian janin atau bayi
(Soetjiningsih 1998). Bayi yang dilahirkan BBLR memiliki risiko kematian
sebelum usia satu tahun 17 kali lebih tinggi dibanding bayi lahir dengan berat
normal (Samil 1989 diacu dalam Depkes 2003). Lebih lanjut kejadian BBLR juga
terkait dengan peningkatan risiko beberapa penyakit degeneratif, seperti diabetes
melitus, hipertensi, penyakit kardiovaskuler dan stroke pada masa dewasa (Barker
1998; Aminullah 2004). Risiko kematian neonatal bayi PJT jauh lebih besar
dibanding bayi BBLR sehingga kejadian PJT berdampak jauh lebih buruk
dibanding kejadian BBLR (Institut Of Medicine 1990).
Menurut Ebrahim (1985) dan Hickey (2000), anak yang lahir dari ibu yang
kurang gizi dan hidup dilingkungan miskin akan berisiko mengalami kurang gizi
dan mudah terkena infeksi, selanjutnya akan menghasilkan wanita dewasa yang
kurang gizi pula. Keadaan ini dapat merupakan lingkaran setan yang akan
1
2
berulang dari generasi kegenerasi selama kemiskinan dan kurang gizi tersebut
tidak ditanggulangi. Keadaan ini akan berdampak buruk bagi kualitas sumberdaya
manusia dan perekonomian suatu bangsa (Gani 2003).
Secara antropometrik indikator sederhana status gizi ibu hamil adalah
lingkar lengan atas (LILA), tinggi fundus dan pertambahan berat badan. Hasil
penelitian di Bogor dan Purworejo menunjukkan bahwa kenaikan berat badan ibu
hamil selama kehamilan sebaiknya tidak kurang dari 9 kg agar terhindar dari
kemungkinan melahirkan bayi BBLR (Husaini 1986; Winkvist et al. 2002).
Kenaikan berat badan selama kehamilan berbeda menurut tinggi badan ibu hamil,
status gizi dan kesehatan ibu selama hamil (IOM, Institute of Medicine 1990).
Status gizi ibu hamil yang diukur dari pertambahan berat badan selama
kehamilan berhubungan positif dengan tingkat konsumsi energi ibu hamil (Kusin
dan Kardjati 1994). Penelitian lain juga menunjukkan hubungan positif antar
protein dan zat-zat gizi mikro terhadap pertambahan berat badan selama
kehamilan (Soetjiningsih 1998; Hardinsyah et al. 2000; Manuaba 2001; Ines
2003). Menurut Ines 2003, defisiensi vitamin A dapat menyebabkan Pertumbuhan
Janin Terhambat (PJT, Intra Uterine Growth Restriction). Jadi salah satu faktor
yang menyebabkan PJT adalah faktor ibu yang mengalami gangguan gizi.
Selain karena gangguan gizi, PJT dan BBLR dapat disebabkan oleh: 1)
faktor janin, misalnya: kelainan kromosom, kelainan bawaan (malformasi) dan
kehamilan ganda; 2) faktor plasenta, misalnya: invasi trofoblas, infark plasenta
multipel, anomali vaskularisasi umbilikus plasenta, insersi tali pusat abnormal
(vilamentosa), plasenta previa, plasenta sirkumvalata, korioangiomata; 3) faktor
kesehatan
ibu,
misalnya:
hipoksia,
vaskular,
kelainan
ginjal,
antibodi
antifosfolipid, lingkungan dan obat-obatan, riwayat obstetri buruk, dan preeklampsia (Endjun 2004).
Insiden PJT umumnya 5%, dapat bervariasi tergantung pada lokasi populasi
dan ukuran yang dipakai (Peleg et al. 1998). Di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo sebanyak 8% dari kasus yang tidak mengalami kelainan obstetri
ternyata mengalami PJT. Sebagian besar kejadian PJT ini berkaitan dengan gizi
dan hipertensi (Wiknjosastro 1993).
3
Dari uraian diatas jelas bahwa masalah pertambahan berat badan ibu hamil
menentukan pertumbuhan janin dan berat lahir. Namun pertambahan berat badan
ibu hamil di tiga daerah penelitian di Indonesia bervariasi. Pertambahan berat
badan ibu di Madura, Jawa Timur sekitar 6.8 kg (Kusin & Karjati. 1994), di
Purworejo, Jawa Tengah, 8.3 ± 3.6 kg (Winkvist et al. 2002), di Kabupaten
Bogor, Jawa Barat, 7.8 kg (Hardinsyah et al. 2000) dan di Ghana, Afrika 10.54 ±
1.68 kg (Tayie & Lartey 1995).
Perbedaan tersebut diduga karena perbedaan status sosial ekonomi, tinggi
badan, status gizi awal kehamilan dan faktor lainnya seperti pengetahuan gizi dan
paparan terhadap rokok dan zat lainnya. yang memungkinkan, yaitu penyakit ibu
dan janin. Berdasarkan hal tersebut perlu diteliti apakah ada perbedaan
pertambahan berat badan ibu hamil yang secara implisit mencerminkan
pertumbuhan janin dan BBLR pada ibu hamil dari status sosial ekonomi dan
status gizi yang berbeda, bila dikontrol dengan peubah tinggi badan. Disamping
itu apakah juga kejadian PJT dan BBLR berbeda pada ibu hamil dari kelompok
status sosial ekonomi dan status gizi yang berbeda?.Penelitian dilakukan untuk
mencari faktor-faktor yang berhubungan dengan pertambahan berat badan ibu
selama kehamilan dan berat bayi lahir.
Tujuan
Tujuan Umum
Secara umum tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh
pertambahan berat badan ibu selama hamil dari berbagai status sosial ekonomi
dan status gizi terhadap berat bayi lahir.
Tujuan Khusus
1. Menganalisis prevalensi Pertumbuhan Janin Terhambat dari kelompok ibu
hamil dari status sosial ekonomi dan status gizi yang berbeda.
2. Menganalisa prevalensi Berat Bayi Lahir Rendah dan Panjang Bayi Lahir
Pendek dari kelompok ibu hamil dari status sosial ekonomi dan status gizi
berbeda.
4
3. Menganalisis hubungan status sosial ekonomi dan status gizi awal
kehamilan dengan ukuran antropometri bayi lahir.
4. Menganalisis faktor faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan
selama kehamilan.
5. Menganalisis faktor faktor yang mempengaruhi berat bayi baru lahir.
Hipotesis
1. Prevalensi pertumbuhan janin terhambat (PJT) dan BBLR lebih tinggi
pada
kelompok ibu dengan sosial ekonomi rendah dibandingkan kelompok sosial
ekonomi tinggi.
2. Pertambahan berat badan ibu hamil diduga berhubungan dengan status sosial
ekonomi dan status gizi ibu pada awal kehamilan.
3. Berat bayi lahir berhubungan dengan status sosial ekonomi dan status gizi ibu
hamil.
Manfaat
1. Memperoleh informasi tentang prevalensi bayi yang mengalami pertumbuhan
janin terhambat (PJT) dan bayi berat lahir rendah (BBLR) dari status sosial
ekonomi dan status gizi yang berbeda.
2. Memperoleh informasi tentang besar pertambahan berat badan ibu hamil yang
melahirkan bayi normal (tidak BBLR, lahir dengan berat badan >2500g) dari
status sosial ekonomi dan status gizi yang berbeda.
3. Memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang memengaruhi pertambahan
berat badan ibu selama kehamilan dan berat bayi lahir, yang diharapkan dapat
berguna bagi program pencegahan pertumbuhan janin terhambat dan berat
bayi lahir rendah.
TINJAUAN PUSTAKA
Konsepsi
Setiap kehamilan selalu diawali dengan konsepsi yaitu pembuahan ovum
oleh spermatozoa dan nidasi dari hasil konsepsi tersebut (Wiknjosastro 1991).
Wanita setiap bulan melepaskan 1 atau 2 sel telur (Ovum) dari indung telur
(Ovarium), yang ditangkap oleh umbai-umbai (fimbriae) dan masuk kedalam
saluran telur. Pada waktu bersanggama, cairan semen masuk kedalam vagina dan
berjuta-juta sperma bergerak memasuki rongga rahim lalu masuk kesaluran telur.
Pembuahan sel telur oleh sperma biasanya terjadi dibagian yang menggembung
dari tuba Falopii (Pars ampulla). Pada sekitar sel telur, banyak berkumpul sperma
yang mengeluarkan enzim untuk mencairkan zat-zat yang melindungi ovum.
Kemudian pada tempat yang paling mudah dimasuki, masuklah satu sel sperma
dan kemudian bersatu dengan sel telur, yang disebut sebagai peristiwa pembuahan
atau fertilisasi (konsepsi).
Beberapa jam setelah terjadi konsepsi, maka terjadi pembelahan zigot. Hal
ini dapat berlangsung oleh karena sitoplasma ovum mengandung banyak zat asam
amino dan enzim. Segera setelah pembelahan ini terjadi, maka pembelahanpembelahan selanjutnya berjalan terus dan dalam 3 hari terbentuk suatu kelompok
sel-sel yang sama besarnya yang disebut morula. Energi pada pembelahan ini
diperoleh dari vitellus, sehingga volume vitellus makin berkurang dan terisi
seluruhnya oleh sel morula. Zona Pellusida tetap utuh dengan perkataan lain, sel
hasil konsepsi besarnya sama (Wiknjosastro 1991). Pada ukuran yang sama hasil
konsepsi ini bergerak kearah rahim melalui pars ismika dan pars interstisialis
tuba, bagian-bagian yang sempit dari saluran tuba. Pergerakan tersebut dibantu
oleh bulu getar (silia) dan kontraksi dari tuba dan mencapai kavum uteri hasil
konsepsi tersebut dalam stadium blastula dan akhirnya melekat pada mukosa
rahim untuk selanjutnya menetap tertanam diruang rahim, peristiwa ini disebut
nidasi (implantasi). Dari pembuahan sampai nidasi diperlukan waktu kira-kira 6 7 hari (Mochtar & Lutan 1998).
Pada stadium blastula ini sel-sel yang lebih kecil membentuk dinding
blastula, akan menjadi trofoblas. Dengan demikian, blastula diselubungi oleh
5
6
suatu simpai yang disebut trofoblas. Trofoblas ini mempunyai kemampuan
menghancurkan dan mencairkan jaringan setelah sel ini menemukan endometrium
dalam masa sekresi dengan sel desidua (sel desidua adalah sel pada
endometrium). Sel desidua ini besar-besar, mengandung banyak glikogen dan
dengan mudah dihancurkan oleh sel trofoblas. Blastula dengan bagian yang
mengandung inner-cell mass aktif mudah masuk kedalam lapisan desidua dan
luka pada desidua kemudian menutup kembali. Pada saat nidasi ini kadangkadang terjadi perdarahan pada desidua yang luka tersebut tanda dari Hartman.
Dengan nidasi ini maka dimulai suatu kehamilan.
Pada kehamilan tersebut janin mengalami suatu proses tumbuh kembang
yang berlangsung pada sel, organ dan tubuh yang terjadi dari tiga tahapan yaitu:
hiperplasia, yang terjadi ialah bertambah banyak jumlah sel, proliferasi sel,
hiperplasia yang diikuti oleh hipertrofi/membesarnya sel dan bertambah banyak
jumlah sel dan hipertrofi saja, peningkatan dalam besar dan kematangan sel.
Selanjutnya setiap organ dan keseluruhan tubuh mengikuti pola pertumbuhan
yang berbeda dalam masa berlangsungnya tahapan tadi. Terdapat saat-saat rawan
gizi bagi anak oleh karena pemenuhan kebutuhan akan zat gizi merupakan faktor
utama untuk mencapai hasil pertumbuhan yang optimal sesuai dengan potensi
genetik (Solihin 1993).
Fase pertumbuhan lambat terjadi pada awal pertumbuhan, berupa hasil
sintesis enzimatik awal dan perubahan faal dalam sel. Panjang pendeknya fase ini
sangat tergantung pada masukan zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
keadaan faal sel-sel dalam tubuh. Pada fase peningkatan jumlah sel yang berlipat
ganda dalam setiap proliferasi. Keadaan ini terjadi bila masukan gizi optimal dan
tidak ada faktor lain yang mengganggu. Fase pertumbuhan yang tetap/stationer
terjadi akibat pembatasan-pembatasan yang ada termasuk kemungkinan
keterbatasan masukan zat gizi dan adanya gangguan lain (Satoto 1990)
Pertumbuhan dibatasi oleh faktor genetik yang diturunkan. Kekurangan gizi akan
menyebabkan keterlambatan pertumbuhan akan menurunkan fungsi organ tubuh.
7
Tanda-tanda Kehamilan
Kehamilan mempunyai tanda-tanda yang tidak pasti, tanda-tanda hamil
muda dan tanda-tanda pasti kehamilan. Tanda-tanda tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Tanda-tanda kehamilan yang tidak pasti:
-
Amenorheae, tidak datang haid, perlu diketahui oleh ibu-ibu tanggal hari
pertama haid terakhir, agar dapat diperkirakan umur kehamilan, dengan
menggunakan rumus Naegele. Perkiraan hari persalinan berdasarkan
rumus Naegele yaitu hari pertama haid terakhir ditambah 7 dan bulan haid
terakhir dikurangi 3.
-
Mual dan muntah (nausea and vomiting), terjadi umumnya pada trimester
pertama. Sering terjadi pada pagi hari maka disebut morning sickness, dan
bila mual muntah berlebihan disebut hiperemesis gravidarum.
-
Mengidam, menginginkan makanan tertentu terutama pada bulan-bulan
trimester I dan akan menghilang sejalan dengan tuanya kehamilan.
Mengidam ini termasuk pika, yaitu ibu yang hamil mengingin makan
tanah liat atau batu merah.
-
Sering merasa lelah (fatique) kadang pingsan, sering dijumpai pada tempat
yang ramai. Disarankan jangan mengunjungi tempat-tempat yang ramai
pada bulan-bulan pertama kehamilan dan hilang sesudah kehamilan 16
minggu.
-
Tidak suka suatu bau-bauan, misalnya tidak suka bau dari suaminya.
-
Tidak ada nafsu makan (anoreksia), biasanya terjadi pada trimester
pertama, kemudian pulih kembali nafsu makannya.
-
Payudara membesar, tegang dan sedikit nyeri, karena pengaruh hormon
estrogen dan progresteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara.
Kelenjar sekitar puting susu (Montgomery) terlihat membesar dan
warnanya lebih hitam, pada puting susu cairan susu.
-
Miksi, sering buang air kecil, karena kandung kemih tertekan oleh rahim
yang membesar. Pada trimester II gejala ini menghilang dan kembali pada
akhir trimester III terutama, bila kepala bayi sudah masuk kepintu atas
panggul dan menekan kandung kemih.
8
-
Konstipasi/obstipasi karena tonus otot-otot usus menurun akibat pengaruh
hormone steroid.
-
Perubahan pigmentasi kulit karena hormon kortikosteroid plasenta, pada
kulit wajah disebut chloasma gravidarum, perubahan areola payudara,
kulit leher dan dinding perut disebut linea nigra atau grisea.
-
Hipertrofi pada papila gusi yang disebut epulis.
-
Varises, pelebaran pembuluh darah vena yang berkelok-kelok terutama
pada trimester III, pada daerah genetalia eksterna, fossa poplitea, kaki dan
betis.
-
Pembesaran perut, karena membesarnya rahim.
b. Tanda-tanda kehamilan muda:
-
Rahim
membesar,
terjadi
perubahan
dalam
bentuk,
besar
dan
konsistensinya.
-
Tanda Hegar, pelunakan segmen bawah rahim.
-
Tanda Piscaseck, pembesaran dan pelunakan unilateral pada tempat
implantasi.
-
Tanda Chadwick, perubahan pada vagina dan vulva hipervakuler sehingga
tampak lebih merah kebiru-biruan (livide), akibat hormon estrogen.
-
Kontraksi Braxton-Hicks, terjadi kontraksi-kontraksi kecil bila rahim
dirangsang.
-
Teraba ballottement.
-
Tes kehamilan positif.
c. Tanda-tanda kehamilan pasti:
- Gerakan janin yang dapat dirasa, diraba bagian-bagian dari janin, bahkan
dilihat dengan alat tertentu.
- Terdengar denyut jantung janin, dengan stetoskop monoaurikuler Laennec,
didengar dengan alat pengeras suara dari Doppler, dicatat dengan fetoelektro kardiogram, dan dilihat dengan alat ultrasonografi.
- Pada foto rontgen abdomen, terlihat kerangka janin.
Kehamilan harus dibedakan dengan keadaan atau penyakit yang dalam
pemeriksaan tidak jelas seperti berikut ini:
9
a. Hamil palsu (pseudocyesis = kehamilan spuria), terjadi pada seseorang yang
ingin sekali hamil. Dapat terjadi amenorhoe, perut membesar, mual muntah
bahkan dirasakan gerakan anak, pada hal itu hanya gerakan usus. Rahim tidak
membesar dan tes kehamilan negatif.
b. Kista ovarii, perut membesar bahkan bertambah besar, pada periksa dalam,
rahim teraba biasa tidak membesar. Tes kehamilan negatif dan tanda-tanda
kehamilan yang lain tidak ada.
c. Mioma Uteri, perut dan rahim membesar, namun pada perabaan, rahim terasa
padat kadang-kadang berbenjol-benjol. Tes kehamilan negatif dan tanda-tanda
kehamilan yang lain tidak ada.
d. Kandung kemih penuh terjadi pada retensi urinae, pada pemasangan kateter,
air seni keluar banyak.
e. Hematometra, rahim membesar karena terisi darah yang disebabkan oleh
himen imperforata, stenosis vagina atau serviks.
Tahapan Pertumbuhan Janin
Pertumbuhan janin pada kehamilan berlangsung cepat dan dapat dibedakan
dalam minggu atau bulan. Kehamilan dibagi atas 3 triwulan (trimester) yaitu,
kehamilan trimester pertama antara 0 – 12 minggu, kehamilan trimester kedua
antara 12 – 28 minggu dan kehamilan trimester III antara 28 – 40 minggu. Berikut
ini dibahas pertumbuhan janin bulan demi bulan.
Satu bulan atau empat minggu
Mulai terbentuk embrio, tampak sedikit melengkung, perlahan muncul
kepala dan leher, mulai ada mata yang letaknya berjauhan dan ditengah-tengahnya
muncul benjolan hidung. Kepala besarnya 1/3 dari seluruh embrio. Organ-organ
mata, telinga dan hidung masih dalam keadaan rudimenter. Saluran yang akan
menjadi jantung terbentuk dan sudah berdenyut. Dasar-dasar dari traktus
digestivus sudah tampak, cikal bakal kaki dan tangan berbentuk tonjolan. Panjang
embrio 7.5 - 10 mm (Sastrawinata 1983; Mochtar & Lutan 1998).
Di awal minggu keempat panjang embrio diperkirakan sekitar 2 mm. Pada
minggu ini sistem peredaran darah sudah mulai terbentuk dan jantung sudah mulai
berfungsi walaupun masih sangat sederhana. Berdasarkan lokasi, jantung
10
berkembang dalam rongga perikardium di bawah usus depan. Pada stadium
sebelumnya, sepanjang aorta dan pada tangkai penghubung, lempeng dan jonjotjonjot korion telah terjalin anyaman-anyaman pembuluh rambut/kapiler yang
dilapisi endotel yang belum matang. Baru pada saat jantung berdenyut,
terbentuklah lintas-lintas alir yang saling berhubungan antara anyaman-anyaman
pembuluh rambut tadi dengan jantung.
Pada minggu keempat ini juga, dalam rongga amnion terdapat gelembunggelembung otak yang merupakan cikal-bakal otak yang sudah dapat dibedakan
menjadi tiga bagian utama. Prosensefalon (berkembang dari bagian depan saluran
saraf embrio), esensefalon (otak tengah) dan rombensefalon. Saraf-saraf spinal
yang kelak akan berkembang menjadi saraf tulang belakang juga sudah mulai
mengalami penebalan.
Plasenta juga terbentuk pada minggu keempat setelah pembuahan.
Plasenta berfungsi untuk menyediakan hormon-hormon yang diperlukan untuk
tumbuh kembang dan proses pembedaan sesuai dengan jenis kelamin janin,
mensuplai nutrisi, dan sebagai alat pernafasan dan pembuangan sisa metabolisme
janin.
Dua bulan atau delapan minggu
Kantung gestasi telah berdiameter 30 mm Bentuk embrio dapat dilihat lebih
jelas, bagian wajah sudah jelas berbentuk hidung, telinga dan sudah mempunyai
lengan dan tungkai dengan jari tangan dan kaki, jari jemari mulai terbentuk.
Kepala menekuk kearah dada ( Mochtar & Lutan 1998). Pada akhir 2 bulan, alat
kelamin sudah nampak, walaupun belum dapat ditentukan jenisnya. Panjang
embrio 2.5 cm (Sastrawinata 1983).
Pada akhir minggu kedelapan, ukuran bayi berkisar antara 27-31 mm
dengan taksiran berat sekitar 5 gram. Bentuknya sudah menyerupai manusia.
Kepalanya tampak besar bila dibandingkan dengan tubuhnya yang relatif masih
kecil. Daun telinganya mulai terbentuk dengan struktur simpai yang paling
menonjol dibandingkan indra lainnya. Simpai ini merupakan cikal-bakal telinga
bagian dalam dengan rumah siput dan pipa-pipa setengah lingkaran yang
kemudian mengalami penulangan menjadi tulang karang.
11
Lekuk matapun semakin jelas terlihat. Bahkan kelopak mata sudah
terbentuk walaupun masih dalam kondisi menutup hingga sampai usia kehamilan
24 minggu. Sementara dalam simpai hidung terdapat cekungan yang merupakan
cikal-bakal tulang rawan bagi pembentukan kerangka hidung. Rongga mulut
mengalami perkembangan dengan terbentuknya langit-langit mulut. Poros usus
yang semula menyatu sebagai kloaka kini telah berubah dan memisahkan disi
menjadi sinus-sinus urogenital dan uretra.
Sistem pencernaan dan ginjal mulai berfungsi. Tonjolan kaki dan tangan
sudah dilengkapi dengan jari-jari dan tumit yang mengarah ke luar. Meski masih
lemah, cikal-bakal rangka tubuh secara keseluruhan sudah rampung dan lengkap
terbentuk. Pada minggu ini semua organ tubuh juga mulai bekerja meskipun
belum sempurna. Misalnya, otak mulai mengirim sinyal/perintah ke organ-organ
tubuh atau hati untuk memproduksi sel-sel darah. Tubuh janin sudah mulai bisa
bergerak secara tidak teratur (rata-rata 60 kali gerakan per jam).
Tiga bulan atau 12 minggu
Pada
minggu
keduabelas
sistem
rangka
tubuh
memiliki
pusat
penulangan/osifikasi pada sebahagian besar tulangnya. Terbentuklah kerangka
tulang rawan dan pusat-pusat penulangan. Dasar tengkorak terdiri atas asal mula
tulang kepala belakang, simpai telinga, tulang baji, dan simpai hidung. Lengkung
ruas tulang belakang leher dan pinggang masih terbuka. Sementara rongga dada
masih berbentuk seperti corong yang terisi oleh paru-paru dan kubah diafragma.
Daun telinga lebih jelas, kelopak mata melekat, leher mulai berbentuk
(Mochtar & Lutan 1998). Pada kehamilan 9 minggu bentuk embrio makin
bertambah jelas. Periode embrio/mudigah berlangsung dari umur kehamilan 5 –
10 minggu, setelah 10 minggu disebut janin atau fetus (Karsono 2002). Rongga
amnion makin membesar, mendesak korion, sehingga pada kehamilan 12 minggu
rongga korion dan kantong kuning telur tidak terlihat lagi. Pusat-pusat
pembentukan tulang mulai tampak didaerah mandibula, maksila, klavikula,
humerus, femur, ilium dan tulang-tulang iga. Dapat diukur panjang janin lebih
akurat. Tempat pertumbuhan plasenta lebih jelas (Karsono 2002). Panjang janin 7
– 9 cm. Janin sudah bergerak, tetapi pergerakannya halus sehingga tak dapat
12
dirasakan oleh ibunya. Pada akhir bulan 3 ginjal sudah terbentuk dan membentuk
sedikit air seni (Sastrawinata 1983).
Empat bulan atau 16 minggu
Pada minggu keenambelas ini panjang janin sekitar 12 cm dengan berat kirakira 100 gram. Rahim sendiri sudah berbobot 250 gram, mudah diraba, dan
terletak kira-kira pertengahan pusar dan tulang kemaluan. Tungkai kaki yang di
awal pembentukannya muncul belakangan, kini sudah berkembang pesat.
Panjangnya sudah melebihi panjang lengan. Sistem peredaran darah kian
berkembang. Sistem pencernaan mulai melaksanakan fungsinya. Dalam waktu 24
jam janin akan menelan air ketuban sebanyak 450-500 ml. Hati yang berfungsi
membentuk darah, sudah melakukan metabolisme hemoglobin dan bilirubin,
kemudian mengubahnya menjadi biliverdin yang disalurkan ke usus sebagai
bahan sisa metabolisme.
Genetalia eksternal terbentuk dan dapat dikenal, kulit berlanugo tipis dan
berwarna merah. Pada akhir 4 bulan, pergerakan janin sudah dapat dirasakan oleh
ibu. Panjang janin 10 – 18 cm dan beratnya 100 g (Sastrawinata 1983; Mochtar &
Lutan 1998).
5 bulan atau 20 minggu
Panjang bayi sudah mencapai kisaran 14-16 cm dengan berat sekitar 260
gram. Kulitnya tipis karena belum ada jaringan lemak di bawah kulit. Kulit yang
menutupi janin mulai bertumbuh dari dua lapisan. Epidermis, yaitu lapisan yang
berada dipermukaan dan dermis yang merupakan lapisan dalam. Epidermis inilah
yang membentuk pola-pola pada ujung jari, telapak tangan, dan telapak kaki.
Sedangkan dermis mengandung pembuluh-pembuluh darah kecil, saraf, dan
sejumlah lemak. Kepala janin mulai ditumbuhi rambut yang lebih rapat dan
berwarna lebih pekat daripada rambut pada permukaan tubuh. Sementara bakat
apakah rambutnya lebat, keriting, atau lurus ditentukan oleh gen ayah dan ibu
yang diturunkan kepadanya. Dengan peralatan sederhana, stetoskop Laennec,
denyut jantung janin sudah bisa didengar. Bahkan dengan USG bisa dilihat
bagaimana jantung berdenyut. Berbeda dengan jantung ibu yang berdenyut 60-80
detakan per menit, denyut jantung janin bisa mencapai 120-160 detakan per menit.
13
Rambut mulai tumbuh dikepala dan rambut halus/lanugo tumbuh dikulit. Bunyi
jantung sudah dapat didengar dan kalau lahir sudah berusaha untuk bernafas.
(Sastrawinata. 1983; Mochtar & Lutan 1998).
Enam bulan atau 24 minggu
Rahim terletak sekitar 5 cm di atas pusar atau sekitar 24 cm di atas simfisis
pubis. Pendengaran janin sudah berfungsi penuh. Sehingga janin akan memberi
respon khas apabila mendengarkan suara-suara bising atau suara keras dari luar
yang tidak disukainya. Cairan ketuban yang berfungsi untuk melindungi janin ⎯
memungkinkannya bergerak bebas ⎯ mengalami peningkatan volume dengan
cepat. Dari sekitar 50 ml pada usia kehamilan 12 minggu meningkat menjadi 400
ml pada minggu ke-24. Komposisinya pun mengalami perubahan hingga pada
pertengahan usia kehamilan, komposisinya hampir sama dengan komposisi
plasma ibu.
Kelopak mata tumbuh alis dan bulu mata serta kulit keriput dan lemak mulai
tertimbun dibawah kulit. Kulit tertutup oleh verniks kaseosa yang fungsinya
melindungi kulit. Kepala besar apabila lahir dapat bernapas tetapi hanya bertahan
hidup beberapa jam saja. Panjang janin 28 – 34 cm dan beratnya 600 g.
(Sastrawinata 1983; Mochtar & Lutan 1998).
Tujuh bulan atau 28 minggu
Puncak rahim berada kira-kira 3 jari di atas pusar. Gerakan bayi semakin
kuat dengan intensitas yang makin sering, sementara denyut jantungnya pun
makin kuat dan jelas terdengar. Jumlah jaringan otak pada usia kehamilan ini
sudah meningkat. Begitu juga rambut kepala terus bertumbuh. Alis dan kelopak
mata sudah terbentuk sempurna.
Kulit warna merah ditutupi verniks kaseosa. Bila lahir dapat bernafas
menangis dengan nada perlahan dan lemah, dapat hidup didunia luar (viable life)
walaupun kemungkinan untuk hidup masih kecil. Panjang janin 35 – 38 cm dan
berat janin ± 1000g, disebut bayi imatur (Sastrawinata 1983; Mochtar & Lutan
1998).
14
Delapan bulan atau 32 minggu
Berat janin telah mencapai 1800 – 2000 g, dengan panjang 40 - 43 cm.
Hemodilusi atau pencairan darah mengalami puncaknya pada minggu ini. Oleh
karena itu ibu hamil dengan kelainan jantung, hipertensi, dan preeklamsia agar
ekstra hati-hati. Sebab dengan volume darah yang semakin meningkat, beban
kerja jantung akan semakin berat.
Kulit merah dan keriput, apabila lahir tampak seperti orang tua kecil. (little
old man) (Sastrawinata 1983; Mochtar& Lutan 1998).
Sembilan bulan atau 36 minggu
Berat janin pada minggu ini telah mencapai 2500 g. Panjangnya 46 cm
Mulai minggu ini pemeriksaan kehamilan rutin dilakukan seminggu sekali.
Tujuannya adalah untuk memperkecil risiko yang mungkin terjadi, mengingat
penyebab terbanyak kematian ibu melahirkan (maternal mortality rate) di
Indonesia adalah pendarahan, infeksi, dan preeklamsia.
Wajah janin tampak berseri tidak keriput, karena sudah ada lapisan lemak
dibawah kulit maka dari kelihatan kulit tidak keriput lagi, disebut bayi prematur
(Sastrawinata 1983; Mochtar & Lutan 1998).
Sepuluh bulan atau 40 minggu
Berat badan janin mencapai 3300 g dengan panjang berkisar antara 45-55
cm. Pada saat ini janin siap untuk dilahirkan. Sebelum lahir, bilirubin yang
merupakan produk sisa dari sel darah merah janin dapat dengan mudah diangkut
dari janin ke dalam peredaran darah ibu melalui plasenta. Namun, begitu
dilahirkan, bayi harus berjuang sendiri untuk membuang bilirubin yang
dihasilkannya. Ketidakmampuan bayi untuk membuang bilirubin menimbulkan
gangguan hiperbilirubin atau yang lebih dikenal neonatus ikterus atau kulit kuning
pada bayi lahir.
Bayi cukup bulan mempunyai ciri-ciri, yaitu: kulit licin, halus, lanugo
hampir tidak ada lagi, verniks kaseosa banyak, rambut pada kepala baik, organorgan sempurna. Pada pria, testes sudah berada dalam skrotum, sedangkan pada
wanita, labia mayora berkembang baik. Tulang-tulang kepala sudah mengalami
osifikasi. Pada 80% janin telah terjadi pusat-pusat osifikasi pada epifisis tibia
15
proksimal. Kuku telah melebihi ujung jari, disebut janin cukup bulan matur/aterm
(Sastrawinata 1983; Mochtar & Lutan 1998).
Panjang badan dan berat badan berdasarkan umur janin menurut Haase dan
Struber, seperti pada Tabel 1 berikut ini. Hubungan umur kehamilan, besar rahim
dan tinggi fundus, menurut Mochtar dan Lutan (1998) dapat dilihat pada Tabel 2
di bawah ini. Tinggi fundus berdasarkan umur kehamilan menurut Wignjosastro
(2002) dapat dilihat pada Gambar 1.
Tabel 1 Panjang badan menurut Haase dan berat badan janin menurut Struber
Umur (bulan)
Panjang Badan (cm)
Berat Badan (gram)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
12 = 1
22 = 4
32 = 9
42 = 16
52 = 25
6 X 5 = 30
7 X 5 = 35
8 X 5 = 40
9 X 5 = 45
10 X = 50
-1,1
14,2
100
316
630
1045
1680
2478
3405
Sumber: Sastrawinata (1983)
Tabel 2 Hubungan umur kehamilan (bulan), besar rahim dan tinggi fundus
uteri
Akhir bulan
Besar rahim
1
2
3
4
5
6
7
8
Lebih besar dari biasa
Sebesar telur bebek
Sebesar telur angsa
Sebesar kepala bayi
Sebesar kepala dewasa
Sebesar kepala dewasa
Sebesar kepala dewasa
Sebesar kepala dewasa
9
Sebesar kepala dewasa
10
Sebesar kepala dewasa
Mochtar, Lutan (1998)
Tinggi fundus uteri
Belum teraba (palpasi)
Dibelakang simfisis
1-2 jari diatas simfisis
Pertengahan simfisis-pusat
2-3 jari dibawah pusat
Kira-kira setinggi pusat
2-3 jari diatas pusat
Pertengahan pusat- prosesus
sifoideus
3 jari dibawah prosesus sifoideus
atau sampai setinggi proses
sifoideus
Sama dengan kehamilan 8 bulan,
karena kepala bayi masuk pintu
atas panggul
16
36 mg
40 mg
34 mg
32 mg
28 mg
26 mg
24 mg
20 mg
16 mg
12 mg
Gambar 1 Tinggi fundus menurut umur kehamilan dalam minggu
(Wiknjosastro, 2002)
Pengukuran diatas biasanya digunakan untuk menentukan perkiraaan umur
kehamilan dalam praktek sehari-hari. Ada cara lain untuk menentukan umur
kehamilan dan berat badan janin didalam kandungan yaitu dengan cara:
a. dihitung dari tanggal haid terakhir.
b. 4.5 bulan pada saat ibu merasa gerakan janin yang pertama “feeling
life”(quickening).
c. menurut Spiegelberg: dengan jalan mengukur tinggi fundus uteri dari simfisis,
maka diperoleh seperti pada Tabel 3.
d. menurut Mac Donald: adalah modifikasi dari Spiegelberg, yaitu jarak fundus –
simfisis dalam cm dibagi 3.5 merupakan umur kehamilan dalam bulan.
e. menurut Ahlfeld: Ukuran kepala bokong = 0.5 panjang anak sebenarnya. Bila
diukur jarak kepala – bokong janin adalah 20 cm, maka umur kehamilan
adalah 8 bulan
17
Tabel 3 Umur kehamilan menurut Spiegelberg
Umur kehamilan
(minggu)
22 – 28
28
30 - 32
34
36
38
40
Tinggi fundus diatas simfisis
(cm)
24 – 25
26,7
29,5 - -30
31
32
33
37,7
Sumber : Mochtar dan Lutan (1998)
f. rumus Johnson – Tausak: BB = (mD – 12) X 155
BB = berat badan dalam gram, mD = jarak simfisis – fundus uteri,dalam cm.
g. Kalkulasi Johnson:
Berat Janin dalam gram = tf (dalam cm) – n X 155
n = 12 bila verteks diatas spina isiadika, n = 11 bila verteks dibawa spina
isiadika, tf = tinggi fundus diukur dari simfisis.
Pada penelitian ini dipakai cara untuk menentukan tinggi fundus dengan
mengukur memakai alat ukur sentimeter antara jarak simfisis dengan batas atas
fundus dengan cara palpasi dari dinding luar abdomen.
Penilaian Umur Kehamilan Pada Bayi yang Baru Dilahirkan
Penilaian pertama dilakukan oleh Dubowitz dan Golberg yang dimuat
didalam jurnal pediatrik 77:1 tahun 1970, yang meliputi karateristik keadaan fisik
dan neuromuskuler, kemudian disempurnakan oleh Ballard yang dimuat pada
jurnal pediatrik 95:769 tahun 1979 (Sellers 1993), selanjutnya dikenal sebagai
New Ballard Scale (NBS) yang dapat menilai bayi lahir prematur pada umur
kehamilan 20 minggu. NBS ini dapat menilai secara akurat selama 2 minggu.
Yang dinilai adalah Posture, bentuk tubuh, lebarnya fleksi dari tangan, lipatan
lengan dan supinasi lengan, sudut dari popliteal antara pelvis dan tungkai. Tanda
dari Scarf, lengan bayi pada posisi supinasi dapat meliwati leher dan bahu.
Gerakan tumit sampai ketelinga. Untuk penilaian kematangan fisik dilihat pada
punggung banyaknya lanugo. Palpasi dari pinna telinga adanya tulang rawan,
palpasi dan inspeksi pada jaringan payudara, melihat mata/telinga dan alat
kelaminnya.
18
Pertambahan Berat Badan Ibu Selama Kehamilan
Beberapa studi yang tersebar di seluruh dunia menunjukkan bahwa
pertambahan berat total badan ibu selama kehamilan (gestational weight gain)
berada pada rentang 8 – 14 kg. Lebarnya rentang pertambahan berat badan total
ini disebabkan sangat bervariasinya kondisi ibu (misal, tinggi badan, kondisi sosio
ekonomi, tingkat konsumsi pangan). Anjuran pertambahan berat badan selama
kehamilan adalah 12.5 kg (Rosso& Lederman 1982). Sementara Subcommitee on
Nutritional Status and Weight Gain During Pregnancy, Food and Nutrition Board
1990 menganjurkan 11 kg untuk pertambahan berat badan total ibu selama
kehamilan. Pertambahan berat badan ibu hamil di Madura, Jawa Timur 6.8 kg
(Kusin & Karjati 1994), di Purworejo, Jawa Tengah 8.3 ± 3.6 kg (Winkvist et al.
2002), dikabupaten Bogor, Jawa Barat 7.8 kg (Hardinsyah et al. 2002), di Ghana,
Afrika 10.54 ± 1.68 kg (Tayie & Lartey 1995) sedangkan Husaini (1986)
menyarankan pertambahan berat badan ibu hamil tidak kurang dari 9 kg.
Komponen pertambahan berat badan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
produk konsepsi dan pertumbuhan jaringan maternal (ibu). Produk konsepsi
mencakup fetus (janin), plasenta, dan cairan amnion. Secara rata-rata janin
mewakili 25% pertambahan berat badan total ibu, plasenta 5%, dan cairan amnion
6% (Hytten 1980 diacu dalam FNB 1990).
Jaringan maternal mencakup uterus, jaringan mammae, darah, cairan
ekstraseluler, dan cadangan (simpanan) lemak. Ekspansi jaringan maternal
mencapai 2/3 dari pertambahan berat badan total ibu. Pertambahan uterus dan
jaringan mammae mewakili 10%, volume darah 10% dari pertambahan berat
badan total, cairan ekstraseluler 10.4%, dan lemak 32%. Komponen pertambahan
berat badan ibu hamil menurut Pitkin (1976), Boyle dan Morris (1999) dapat
dilihat pada Gambar 2.
Ibu
19
Gambar 2 Komponen-komponen dari pertambahan berat badan pada kehamilan
yang normal (Pitkin 1976; Boyle & Morris1999)
Tingkat Kejadian Abnormal dan Peningkatan Berat Kehamilan
Tingkat kejadian abnormal termasuk berat badan lahir rendah (BBLR) dan
peningkatan berat kehamilan pada 33809 wanita hamil dengan berat normal, pada
kenaikan berat badan ibu hamil diatas 18 kg, terjadi peningkatan BBLR.
Penelitian tahun1990 - 1991 (Abrahams et al. 2000).
Proporsi BBLR pada tahun 1999 - 2000, berbagai sumber menunjukkan
BBRL berkisar 2 - 17% pada tahun tersebut. Jika proporsi ibu hamil 2.5% dari
total penduduk, maka diperkirakan 355.000 – 710.000 dari 5 juta bayi dengan
BBRL. Dinegara maju berkisar antara 3.6 – 10.8%, sedang dinegara yang sedang
berkembang berkisar antara 10.-.43%. Rasio antara negara maju dan negara
berkembang adalah 1.: 4. Peningkatan berat badan pada kehamilan tidak selalu
berakibat baik terhadap janin, pada peningkatan berat badan ibu hamil yang
melebihi 18 kg, terdapat kejadian abnormal pada bayi, hal ini ditunjukkan pada
Gambar 3.
20
Gambar 3 Tingkat kejadian abnormal dan peningkatan berat kehamilan
(Abrahams et al. 2000)
Anjuran pertambahan berat badan menurut Indeks Masa Tubuh, yang dimuat
dalam National Academy Press (1990) dapat dilihat pada Tabel 4. Komposisi
pertambahan berat badan total ibu hamil pada minggu ke-10 sampai pada minggu
ke- 40, menurut Heytten dan Leitch (1971) dapat ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel 4 Anjuran pertambahan berat badan total ibu selama kehamilan menurut
Indeks Masa Tubuh.
Kategori Indeks Massa Tubuh*
Kurang (IMT < 19.8)
Normal (IMT 19.8 – 26.0)
Lebih (IMT 26.0 – 29)
Pertambahan Berat Badan Total
yang dianjurkan (kg)
12.5 – 18
11.5 – 16
7 – 11
*IMT ibu hamil( National Academiy Press,1990)
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan total ibu selama
kehamilan adalah status gizi ibu sebelum hamil (prepregnancy nutritional status),
konsumsi zat gizi selama kehamilan, tinggi badan ibu, asal etnis, umur dan
paritas, aktivitas fisik, status sosial ekonomi, dan kebiasaan-kebiasaan selama
kehamilan (merokok dan minum alkohol).
21
Tabel 5 Komposisi pertambahan berat badan total ibu selama kehamilan
Pertambahan Berat (gram) pada
Minggu Minggu Minggu
Minggu
Ke-10
Ke-20
ke-30
ke-40
Komponen Maternal
Simpanan Lemak
Cairan Interstitial
Darah
Uterus
Kelenjar mammae
Total (1)
Komponen Janin
Fetus
Cairan Amnion
Plasenta
Total (2)
Total (1) + (2)
2.050
30
600
320
180
3.480
80
1300
600
360
3.345
1.680
1.250
970
405
3.180
5.820
7.650
5
30
20
55
300
350
170
820
1500
750
430
2.680
3.400
800
650
4.850
650
4000
8500
12.500
310
0
100
140
45
595
Sumber : Hytten dan Leitch ( 1971) diacu dalam Roso ( 1990)
Anemia, Penyebab dan Pencegahannya
Salah satu masalah gizi utama yang prevalensinya cukup tinggi pada ibu
hamil adalah anemia, untuk mengkaji anemia dari pengaruh berbagai zat gizi dan
cara mengatasi adalah sebagai berikut, zat besi pada kehamilan diperlukan 30 44 mg elemen besi setiap hari, dapat berbentuk 150 mg besi sulfat, 300 mg besi
glukonat atau 100 mg besi fumarat. Zat besi nonhem terdapat pada sebagian besar
diet besi, teh kopi dan susu dapat mengurangi absorbsi zat besi nonhem, zat besi
paling baik dikonsumsi diantara waktu makan bersama dengan jus jeruk (Varney
et al. 2002).
Asam Folat dibutuhkan 300 µg per hari untuk mencegah anemia
megaloblastik, dikonsumsi bersama dengan zat besi. Disamping itu asam folat
dapat mengurangi risiko efek tabung neural, jika dikonsumsi sebelum konsepsi
dan selama 6 minggu pada pertama kehamilan (WNPG 1998).Vitamin C diminum
sebanyak 250 mg per hari bersama dengan makanan dapat meningkatkan absorpsi
besi nonhem dan dapat meningkatkan absorpsi suplemen besi dan sebagai
pencegahan untuk perdarahan postpartum (Varney et al. 2002).
22
Vitamin B12 mencegah anemia megaloblastik, untuk wanita hamil AKG 1,3
µg (WNPG 1998) terdapat pada hati sapi dan hati ayam, merupakan faktor
ekstrinsik dan faktor instrinsik yang diisolasi dari cairan lambung berupa
glikoprotein. Dapat disintesis oleh bakteri didalam usus. Diperlukan untuk
mengubah asam folat menjadi bentuk aktif dalam metabolisme semua sel terutama
sel-sel saluran cerna, sumsum tulang dan jaringan saraf (Almatsier 2002).
Pemeriksaan dasar seperti, pemeriksaan Hb dapat dilakukan untuk
mengetahui adanya bumil yang anemia. Anemia pada kehamilan di Indonesia
cukup tinggi sekitar 67% dari semua bumil dengan variasi tergantung pada daerah
masing-masing. Sekitar 10 - 15% tergolong anemia berat yang sudah tentu akan
mempengaruhi tumbuh kembang janin dalam rahim. Sebagian besar anemia bumil
tergolong kekurangan zat gizi.
Melalui pendidikan, anemia dapat diturunkan dengan jalan: menjarangkan
kehamilan, meningkatkan kesejahteraan diri dan lingkungan, melakukan antenatal
intensif sambil memberikan tambahan vitamin dan preparat ferrum. Pada kasus
anemia berat diberikan secara langsung Fe intra venous atau intramuskular.
Sebagian gambaran upaya penanggulangan anemia menurut Manuaba (2001)
adalah sebagai berikut (Tabel 6)
Tabel 6 Jumlah zat besi pada wanita hamil
Komponen pada ibu hamil
Peningkatan sel darah merah ibu
Terdapat dalam plasenta
Untuk penambahan darah janin
Total kebutuhan
Jumlah Fe (mgr)
500
300
100
900
Sumber : Manuaba ( 2001)
Puskesmas, pernah dicanangkan pemberian preparat Fe, dengan bantuan
WHO, tetapi preparat tersebut berbau besi dan tampak karatan, sehingga ditolak
oleh masyarakat. Inilah satu contoh, bahwa pemerintah asal menerima bantuan,
mungkin membeli dengan harga murah, tetapi tidak diterima masyarakat.
Kenyataan ini merugikan kedua belah pihak, yaitu pemerintah dan masyarakat
yang tidak menerimanya. Preparat yang mubasir ini, akhirnya sebagian besar
dibuang (Manuaba 2001).
23
a. Pengaruh anemia terhadap kehamilan: (1) Dapat terjadi abortus; (2)
Persalinan prematuritas; (3) Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim;
(4) Mudah terjadi infeksi; (5) Ancaman dekompensasi kordis (Hb< 6gr%); (6)
Mola hidatidosa; (7) Hiperemesis Gravidarum; (8) Perdarahan antepartum; (9)
Ketuban pecah dini (KPD).
b. Bahaya saat persalinan: (1) gangguan his-kekuatan mengejan; (2) kala
pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar; (3) kala dua
berlangsung lama sehingga dapat melakukan dan sering memerlukan tindakan
operasi kebidanan; (4) kala uri dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan
postpartum karena atonia uteri; (5) kala empat dapat terjadi perdarahan
postpartum sekunder dan atonia uteri.
c. Pada kala nifas: (1) terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan
postpartum; (2) memudahkan infeksi puerperium; (3) pengeluaran ASI
berkurang; (4) terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan; (5)
anemia kala nifas; (6) mudah terjadi infeksi pada payudara (Manuaba 2001).
d. Bahaya terhadap janin: Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap
berbagai kebutuhan dari ibunya, tetapi dengan anemia akan mengurangi
kemampuan metabolisme tubuh sehingga mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim. Akibat anemia dapat terjadi gangguan
dalam bentuk : (1) abortus; (2) terjadi kematian intrauterine; (3) persalinan
prematuritas tinggi; (4) berat badan lahir rendah; (5) kelahiran dengan anemia;
(6) dapat terjadi cacat bawaan; (7) bayi mudah mendapat infeksi sampai
kematian perinatal; (8) inteligensia rendah.
Anemia pada ibu hamil, berdasarkan penelitian di Indonesia, prevalensi
anemia adalah berkisar antara 50 – 70% dengan patokan Hb < 11 g/dl (Ratna et al.
1986) menemukan bahwa 73.7% angka prevalensi anemia pada ibu hamil.
Suwandono et al. (1992) menemukan prevalensi Anemia pada ibu hamil 55.1%.
Herman dan Muhilal (1993) menemukan bahwa ibu hamil dengan anemia berat,
seperlimanya berada pada kehamilan aterm. Anemia berat cenderung sebagai
predisposing factor terhadap penyebab 3 kali lipat. Anemia berat dengan kadar
Hb < 6 g/dl, cenderung menyebabkan tingginya angka lahir mati. Didapatkan 8%
24
ibu hamil dengan anemia, mempunyai status gizi defisiensi energi kronis dengan
indeks masa tubuh < 18.5 kg/m2 (Suwandono 1992).
Gizi dan Kehamilan
Pertambahan berat badan dan berbagai proses yang terjadi selama kehamilan
memerlukan zat gizi termasuk air. Pada dasarnya jumlah zat gizi yang diperlukan
selama kehamilan lebih tinggi dibandingkan tidak hamil. Jumlah gizi harus
ditambah 10 - 15% dari nilai gizi normal. Sebagai gambaran gizi normal, ibu
hamil dan menyusui disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Kebutuhan gizi normal, ibu hamil dan menyusui
Kebutuhan
Kalori
Protein (g)
Kalsium (mg)
Ferrum (mg)
Vit. A (RE)
Vit. B1 (mg)
Riboflavin (mg)
Piridoksin (mg)
Vit. B12 (mg)
As. Nikotinat (mg)
Asam folat (µg)
Vit. C (mg)
Vit. D (µg)
Vit. E (mg)
Vit. K (mg)
Fosfor (mg)
Seng (mg)
Yodium(µg)
Selenium (µg)
Tidak
hamil
2.200
48
500
24
500
1,0
1,2
1,6
1,0
9
150
60
5
8
65
450
15
150
55
Hamil
+ 285
+ 12
+ 400
+ 20
+ 200
+ 0,2
+ 0,2
2,2
+ 0,3
+ 0,1
+ 150
+ 10
10
10
65
+ 200
+5
+ 25
+ 15
Menyusui
+ (500 – 700)
+ (12 – 16)
+ 400
+ 20
+ (300 – 350)
+ 0,3
+ (0,3 – 0,4)
2,1
+ 0,3
+3
+ (40 – 50)
+ (10 – 25)
10
(10 – 12)
65
+ (200- 300)
+ 10
+ 50
+ (20 – 25)
Sumber : Muhilal, Jalal dan Hardinsyah (1998)
Dalam memberikan gizi harus adekuat, artinya sesuai dengan kebutuhan
sehingga badan mencapai kesehatan optimal, artinya sesuai dengan kebutuhan
sehingga badan mencapai kesehatan optimal. Didalam perhitungan berat badan
ideal orang dewasa, makanan yang dikonsumsi haruslah seimbang mengandung
semua unsur yang diperlukan sehingga dapat memenuhi kebutuhan pokok untuk
mengganti bagian yang rusak, atau untuk kebutuhan energi dalam aktivitasnya
25
sehari-hari. Sumber energi utama berturut-turut ialah glukosa, lemak, dan protein.
Disamping itu, masih diperlukan mineral dan vitamin yang fungsinya sebagian
katalisator dalam bentuk enzim, hormonal, sehingga metabolisme tubuh dapat
berjalan lancar.
Protein merupakan bahan pokok tubuh utama yang menjadi hayat hidup sel
dalam bentuk struktur sel, intra dan ekstraseluler dan penggerak metabolisme.
Protein menjadi sumber tumbuh kembangnya tubuh, sumber hormonal dan juga
merupakan elemen untuk kromosom yang akan menjadi pembawa tanda
keturunan. Sumber protein terdapat pada hewan dan tumbuh-tumbuhan yang
seharusnya seimbang. Protein terdiri dari mata rantai asam amino sedangkan yang
tidak dapat dibentuk harus didapatkan dari luar secara utuh dan disebut “asam
amino esensial”, diantaranya: Lisin, Leusin, Isoleusin, Valin, Threonin,
Phenilalanine, Triptofan, untuk anak-anak ditambah : Histidin dan Arginin
(Manuaba 2001). Bila terdapat kelebihan protein, sebagian besar tersimpan
sebagai cadangan dalam darah, otot, dan hati. Cadangan ini sebagian akan segera
dapat dipergunakan untuk metabolisme.
Lemak tidak terlibat secara langsung dalam metabolisme, apabila kalori
sudah dapat terpenuhi dari glukosa. Kelebihan lemak akan tersimpan di bawah
kulit atau ditempat lainnya sesuai dengan patrun tubuh. Pada laki-laki tersimpan
diperut sedangkan pada wanita dibokong, perut atau tempat lainnya. Makan
banyak
menyebabkan
timbunan
lemak
terlalu
besar
sehingga
dapat
membahayakan tubuh sendiri. Timbunan lemak yang berlebihan dapat
menimbulkan berbagai penyakit yang terkait seperti tekanan darah tinggi, diabetes
melitus, jantung dan ginjal.
Mineral dalam tubuh manusia sangat penting untuk mengisi bahan padat
yang tidak dapat dimusnahkan, bila dilakukan pembakaran atau tidak dapat
menjadi zat yang menguap. Mineral terdapat dalam tubuh dengan jumlah yang
relatif besar atau kecil sehingga digolongkan sebagai berikut :
1. Makroelemen, jumlahnya besar dalam tubuh dan keberadaannya sangat vital,
seperti Na, K, Ca, P, S, dan C1.
2. Mikroelemen, jumlahnya kecil tetapi penting dikelompokkan sebagai berikut:
a. Mikroelemen yang mungkin esensial diantaranya Cr dan Mo.
26
b. Mikroelemen non-esensial, terdapat dalam tubuh ada kemungkinan bila
terlalu besar malah membahayakan termasuk golongan ini ialah Pb, Cd,
Si, Sr, Va, dan Br.
3. Trace element, termasuk mikroelemen tetapi diperlukan dalam jumlah yang
lebih kecil lagi. Contohnya Co, Cu dan Zn. Mikroelemen ini berperan sebagai,
bahan aktif pada enzim, cairan tubuh, pengisi jaringan padat, zat yang
berkaitan dengan hormon seperti yodium dan sebagai penjaga keseimbangan
elektrolit dalam tubuh, sehingga terjadi pertukaran yang relatif tinggi. Sebagai
gambaran dapat dikemukakan kekurangan beberapa elemen atau vitamin dapat
menimbulkan kelainan seperti pada Tabel 8.
Tabel 8 Kekurangan atau kelebihan zat gizi yang menyebabkan kelainan
Bahan
Asam folat
Kekurangan, penyulitnya
Neural tube defect, Anemia
BBLR, Prematuritas,
Kematian prenatal tinggi
Yodium
Kerdil, Abortus, IQ rendah,
Kelainan congenital
Kelainan jantung. Beri-beri
IUGR, Gangguan
penglihatan, Teratogenik
Hipokalsemia tetania
Vitamin B
Vitamin A
Vitamin D
Kelebihan
Retardasi mental,
fisik hiperkalsemia
Sumber : Manuaba ( 2001)
Pemeriksaan antenatal sudah mulai mendapat perhatian sehingga banyak
pemeriksaan diri ke dokter, bidan, puskesmas dan rumah sakit swasta. Pelayanan
antenatal yang dianjurkan dan dianggap sudah memenuhi kriteria bumil cukup 4
kali selama hamil. Pada pemeriksaan antenatal jangan lupa lakukan pemeriksaan
laboratorium dasar seperti: darah lengkap, urine lengkap, dan gula darah
(Manuaba 2001).
Pertumbuhan dan Perkembangan Janin Selama Kehamilan
Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan janin yaitu: faktor genetik, faktor lingkungan pranatal dan postnatal.
27
Faktor genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses
tumbuh kembang janin. Melalui intruksi genetik yang terkandung didalam sel
telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan.
ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensivitas jaringan
terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang.
Termasuk faktor genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang normal
dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau ras bangsa.
Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan
lingkungan, secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal. Gangguan
pertumbuhan di negara maju lebih sering diakibatkan oleh faktor genetik ini.
Sedangkan dinegara yang sedang berkembang, gangguan pertumbuhan selain
diakibatkan oleh faktor genetik, juga oleh faktor lingkungan yang kurang
memadai untuk tumbuh kembang anak yang optimal, bahkan kedua faktor ini
dapat menyebabkan kematian anak-anak sebelum mencapai usia balita.
Tabel 9. Kehamilan ganda menurut hukum Hellin
Kembar
Gmelli 2
Triplet 3
Quadruplet 4
Quintuplet 5
Sextuplet 6
Kelipatan 89
1 : 89
1 : 892
1 : 893
1 : 894
1 : 895
Sumber :Mochtar dan Lutan (1998)
Disamping itu, banyak penyakit keturunan yang disebabkan oleh kelainan
kromosom, seperti sindrom Down, sindrom Turner dan lain-lain. Jadi faktor
genetik herediter-konstitusional ini yang menentukan sifat bawaan anak tersebut.
Jadi potensial anak tersebut yang menjadi ciri-ciri khas yang biasanya
ditemurunkan dari orang tuanya. Kehamilan Ganda/Gmelli merupakan faktor
genetik yang diturunkan, selain itu obat obatan yang diminum dapat menginduksi
Ovulasi (Mochtar & Lutan. 1998). Frekwensi, menurut hukum Hellin antara
kehamilan ganda dan tunggal seperti pada Tabel 9.
28
Menurut penelitian Greulich (1930), pada 121 persalinan didapat angka
kejadian kehamilan ganda, yaitu gmelli 1 : 85, triplet 1 : 7629, quadruplet 1 :
670743 dan quintuplet 1 : 41 600000.
Faktor lingkungan prenatal
Faktor lingkungan pranatal, yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang
janin mulai dari konsepsi sampai lahir (PPDGJ, DepKes. 1983), antara lain
adalah:
1. Gizi ibu pada waktu hamil, gizi yang jelek sebelum terjadinya maupun pada
waktu, lebih sering menghasilkan bayi BBLR (berat badan lahir rendah) atau
lahir mati dan jarang menyebabkan cacat bawaan. Kekurangan gizi dapat
menyebabkan hambatan pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir,
bayi baru mudah terkena infeksi, abortus dan sebagainya. Anak yang lahir dari
ibu yang gizinya kurang dan hidup dilingkungan miskin maka akan
mengalami kurang gizi juga dan mudah terkena infeksi dan selanjutnya akan
menghasilkan wanita dewasa yang berat dan tinggi badannya kurang pula.
Keadaan ini merupakan lingkaran setan yang akan berulang dari generasi
kegenerasi selama kemiskinan tersebut tidak ditanggulangi (Macmillan 1985)
2. Pengaruh mekanis, trauma waktu lahir dan cairan ketuban yang sedikit dapat
menyebabkan kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan, misalnya dislokasi
panggul, tortikolis kongenital dan paralise nervus fasialis. Demikian pula
dengan posisi didalam rahim, yang dapat mengakibatkan talipes dan kranio
tabes.
3. Pengaruh obat-obatan dan zat toksin, masa organogenesis adalah masa yang
sangat peka terhadap zat-zat teratogen, misalnya obat-obatan, thalidomide,
phenitoin,
methadon,
obat-obat
anti
kanker
dan
sebagainya
dapat
menyebabkan kelainan bawaan. Juga pada ibu hamil perokok berat, peminum
alkohol sering melahirkan bayi BBRL, lahir mati, abortus, cacat atau retardasi
mental. Keracunan logam berat pada ibu hamil, misalnya karena makan ikan
yang terkontaminasi merkuri dapat menyebabkan mikrosefali dan palsi
serebralis, Seperti yang terjadi di Jepang, yang dikenal dengan Minimata.
Pada perokok tersebut diatas zat-zat yang beracun yang mengakibat gangguan
pertumbuhan janin adalah, polihalogen hidrokarbon, nikotin, karbon
29
monoksida (Miller et al. 1993) Keracunan logam berat cadmium pada
penelitian Danielsson dan Dencker,1994 mengurangi transfer vitamin B12
kedalam plasenta dan dalam penelitian yang lain mengurangi pemasukan seng
(zinc) dari plasenta kedalam aliran darah janin (Wier et al.1990)
4. Endokrin, kekurangan hormon-hormon tiroid seperti pada defisiensi iodium
akan menyebabkan retardasi mental. insulin, cacat bawaan sering terjadi pada
ibu hamil dengan diabetes dan tidak dapat pengobatan pada trimester I.
5. Radiasi, pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat menyebabkan
kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali atau cacat bawaan lainnya.
6. Infeksi intrauterin yang menyebabkan cacat bawaan adalah TORCH
(Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes Simplex)
Infeksi lain
yang dapat menyebabkan penyakit pada janin adalah Varisella, Koksaki,
Ekovirus, Malaria, Lues, HIV, Polio, Campak, Listeriosis, Leptospira,
Mikoplasma, Virus Influenza dan Virus Hepatitis. Diduga setiap hiperpireksia
pada ibu hamil dapat merusak janin.
7. Stres yang dialami ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi tumbuh
kembang janin, antara lain cacat bawaan, kelainan jiwa dan lain-lain.
8. Masalah Psikologis yang berpengaruh pada kehamilan, yang dapat
mengganggu nutrisi janin adalah: hiperemesis gravidarum, gangguan makan
lainnya, misalnya pika, infertilitas oleh sebab kelainan psikologis, psikosis
post partum, depresi post partum.
Faktor lingkungan post-natal
Bayi baru lahir harus berhasil melewati masa transisi dari suatu sistem yang
sebagian besar bergantung pada organ-organ ibunya, kesuatu sistem yang
tergantung pada kemampuan genetik, kekebalan tubuh dan mekanisme
homeostatik bayi itu sendiri.
Pertumbuhan Bayi setelah Lahir.
1. Berat badan
Bayi yang lahir cukup bulan, berat badannya akan menurun dan kembali
menjadi berat badan pada waktu lahir setelah 10 hari. Berat badan, pada umur
5 bulan, menjadi 2 kali lipat berat lahir, pada umur 1 tahun, menjadi 3 kali
30
lipat berat lahir dan pada umur 2 tahun, menjadi 4 kali lipat berat lahir.
Kenaikan berat badan anak pada tahun pertama kehidupan bayi, apabila bayi
mendapat gizi yang baik sebagai berikut:
•
Triwulan I
•
Triwulan II kenaikan berat badan 500 - 600 gram/bulan.
•
Triwulan III kenaikan berat badan 350 - 450 gram/bulan.
•
Triwulan IV kenaikan berat badan 250 - 350 gram/bulan.
kenaikan berat badan 700 - 1000 gram/bulan.
2. Tinggi Badan
Pada abad ke 18 Count Philibert de Montbeillard, mencatat tinggi badan anak
laki-laki setiap 6 bulan sejak lahir sampai umur 18 tahun. Pada umur 4 – 5
tahun laju pertumbuhan dengan cepat berkurang (deselerasi) dan secara
perlahan-lahan berkurang hingga umur 5 – 6 tahun. Sejak umur ini laju
pertumbuhan bersifat konstan, pada umur 6 - 8 tahun ada kenaikan kecil
pertumbuhan, tetapi tidak selalu ada. Pada umur 13 - 15 terjadi percepatan
pertumbuhan (akselerasi). Tinggi badan rata-rata pada waktu lahir 50 cm.
Diperkirakan secara garis besar, tinggi badan anak dapat diperkirakan sebagai
berikut:
•
1 tahun 1,5 X tinggi badan lahir
•
4 tahun 2
•
6 tahun 1,5 X tinggi badan setahun
•
13 tahun 3 X tinggi lahir
•
Dewasa 3,5 X tinggi badan lahir (2 x tinggi badan 2 tahun)
X tinggi badan lahir
Menurut Behrman, (1992) dikutip dari Soetjiningsih, (1998). Perkiraan
tinggi badan dalam sentimeter adalah:
•
Lahir
: 50 cm
•
Umur 1 tahun
: 75 cm
•
2 – 12 tahun
: umur (tahun) X 6 + 77
3. Lingkar Kepala
Pada waktu lahir rata-rata 34 cm, besar lingkar kepala ini lebih besar dari
lingkar dada. Pertumbuhan tulang kepala mengikuti pertumbuhan otak dan
pertumbuhan otak yang paling cepat terjadi pada trimester ketiga, sampai
31
pada 5 – 6 bulan pertama setelah lahir. Pada masa ini terjadi pembelahan selsel otak yang pesat, setelah itu pembelahan melambat dan terjadi pembesaran
sel-sel otak saja. Pada waktu lahir berat otak bayi ¼ berat otak dewasa, dan
jumlah sel-selnya mencapai 2/3 jumlah sel otak orang dewasa. Lingkar kepala
mencerminkan volume intrakranial digunakan untuk menaksir pertumbuhan
otak. Pada Ultrasonografi lingkar kepala diukur memakai diameter biparietal,
yang lebih akurat dan mempunyai arti yang penting untuk pertumbuhan otak
(Callen. 1988). Apabila lingkar kepala (LK) lebih kecil dari normal maka
dapat diperkirakan otak tidak tumbuh normal, maka menunjukkan retardasi
mental. Sampai saat ini diperoleh 14 penelitian di dunia yang menyatakan
tidak terdapat perbedaan yang bermakna terhadap suku bangsa, ras maupun
geografis. Adapun kurve LK Nellhaus (1968) dapat dipergunakan di
Indonesia (Soetjiningsih. 1988). Lingkaran kepala yang kecil terdapat pada,
variasi normal, bayi kecil, keturunan, retardasi mental dan kraniostenosis.
Lingkaran kepala yang besar terdapat pada, variasi nomal, bayi besar,
hidrosefalus, tumor sereberi, keturunan, efusi subdural dan megalensefali.
4.
Lingkar lengan atas
Lingkar lengan atas (LLA) mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak
dan otot yang tidak berpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh
dibandingkan dengan berat badan. LLA dapat dipakai untuk menilai keadaan
gizi/tumbuh kembang pada kelompok umur prasekolah. Pada penelitian ini
diukur lingkar kiri lengan atas pada waktu pemeriksaan hamil yang pertama.
5. Lipatan kulit
Patokan yang mencerminkan pertumbuhan dengan kecukupan gizi adalah
lipatan kulit pada daerah triseps dan subskapular. Pada keadaan kekurangan
gizi atau defisiensi maka lipatan kulit ini menipis dan sebaliknya menebal jika
kelebihan gizi. Tebal lipatan kulit dimanfaatkan untuk menilai adanya
kelebihan gizi, terutama pada obesitas.
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR), didefinisikan oleh Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) merupakan bayi baru lahir yang berat badannya pada
32
saat dilahirkan kurang dari 2500 gram sampai dengan 2499 gram (Walraven et al.
1994). Bertahun-tahun lamanya bayi baru lahir berat badannya kurang atau sama
dengan 2500 gram disebut bayi prematur. Pembagian menurut berat badan ini
sangat mudah tetapi tidak memuaskan. Ternyata bahwa morbiditas dan mortalitas
neonatus tidak hanya bergantung pada berat badannya, tetapi juga pada maturitas
bayi itu.
Gruenwald (1967) mengatakan bahwa bila digunakan definisi yang lama, 30
% - 40 % dari bayi perempuan yang dilahirkan dengan masa gestasi 37 – 38
minggu adalah prematur. Selain itu di negeri yang sedang berkembang batas 2500
gram sebagai bayi prematur mungkin terlalu tinggi, karena berat badan lahir ratarata yang lebih rendah.
Untuk mendapat keseragaman, pada Kongres ‘European Perinatal
Medicine’ ke II di London (1970) telah diusulkan definisi yang berikut :
a. Bayi kurang bulan (BKB) ialah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37
minggu (259 hari).
b. Bayi cukup bulan (BCB) ialah bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu
sampai 42 minggu (259 sampai 293 hari).
c. Bayi lebih bulan (BLB) ialah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu
atau lebih (294 hari atau lebih).
Kemudian untuk mendapatkan kesamaan pengertian, maka WHO pada
tahun 1976 menetapkan berbagai definisi sebagai berikut:
d. Masa gestasi : waktu di antara hari pertama haid normal yang terakhir (HPHT)
sampai dengan hari kelahiran. Masa gestasi dinyatakan sebagai hari atau
minggu penuh, contohnya, semua hal yang terjadi antara hari ke 280 sampai
hari ke 286 sesudah HPHT ditetapkan terjadi pada minggu ke-40 masa gestasi.
e. Berat Lahir (BL): berat badan bayi yang diukur dalam satu jam pertama
sesudah lahir.
f. Berat lahir rendah (BLR): Berat lahir < 2500 g.
g. Bayi berat lahir rendah (BBLR): Bayi dengan berat lahir < 2500 g.
h. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR): bayi dengan berat lahir 1000 - 1500
g.
33
i. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR): bayi dengan berat lahir
kurang dari 1000 g.
j. Bayi kurang bulan (BKB) adalah bayi yang mempunyai satu kriteria, yaitu
masa gestasi < 37 minggu lengkap tanpa memandang berat lahirnya. Satusatunya parameter adalah masa kehamilan atau dengan kata lain maturitas.
Dengan demikian bila kita melihat kurva pertumbuhan janin maka terdapat 3
golongan bayi kurang bulan, yaitu:
1. BKB SMK (bayi kurang bulan yang sesuai dengan masa kehamilan), yaitu
bayi kurang bulan normal.
2. BKB KMK, bayi kurang bulan yang kecil untuk masa kehamilannya.
3. BKB BMK, bayi kurang bulan yang besar untuk masa kehamilannya.
Ada dua kelompok, BKB SMK yaitu kelompok yang menderita malnutrisi
dan kelompok hipoplastik.
Karakteristik bayi kurang bulan
1. Bayi kurang bulan sesuai masa kehamilannya (BKBSMK)
Bayi kurang bulan yang normal, adalah bayi yang pertumbuhan fisiknya
terletak dalam rentang normal berat lahir untuk masa gestasinya. Rentang berat
lahir yang normal tersebut adalah antara persentil ke-10 dan persentil ke-90.
Tampak Umum: kepalanya relatif lebih besar dibandingkan dengan bagian
badan lain. Ini adalah pertanda tahapan pertumbuhan intrauterin yang terganggu.
Pada bulan kedua masa gestasi, besar kepala adalah sebesar sisa badan lainnya,
sedangkan pada bulan kelima masa gestasi besar kepala adalah sepertiga dari
seluruh panjang badannya. Pada masa cukup bulan panjang kepala kira-kira
seperempat dari panjang badannya. Dada tampak lebih kecil, sedangkan abdomen
relatif besar. Lingkaran kepala biasanya lebih kecil, sedangkan abdomen relatif
besar. Lingkaran kepala biasanya lebih besar dari lingkaran dada. Jika ditidurkan
posisi bayi biasanya melengkung menyerupai posisi janin dalam uterus. Bila
ditelungkupkan, os pubis biasanya akan menyentuh alas tempat tidur. Makin tua
masa gestasinya posisi akan berubah menjadi posisi kodok apabila terlentang dan
agak menungging apabila tertelungkup.
34
2. Bayi kurang bulan kecil untuk masa kehamilannya (BKB KMK)
BKB yang menderita malnutrisi: kelompok ini merupakan kelompok utama
BKBKMK. Biasanya akibat kehamilan ganda, lahir dari ibu penderita toksemia
gravidarum berat, hipertensi, insufisiensi plasenta dan bayi dari ibu yang keadaan
sosial ekonominya tidak baik. Bayi kelompok ini lebih aktif, lebih lincah
dibandingkan dengan BKBSMK dan lebih lebat rambutnya. Lingkaran kepala dan
dada lebih besar dari yang diharapkan untuk berat lahirnya. Kulitnya pucat atau
ada bercak-bercak mekonium serta keriput. Lemak subkutan sangat sedikit.
Abdomen biasanya skafoid (pencekungan dinding anterior abdomen), tali pusat
kering dan ada bercak-bercak mekonium.
BKB hipoplastik: kelompok bayi ini antara lain, bayi kecil secara genetik
namun normal, sama dengan BKB tanpa komplikasi dan bayi abnormal yang
biasanya disertai kelainan bawaan. Dengan pengertian seperti yang telah
diterangkan di atas, bayi BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
prematuritas murni dan dismaturitas.
1. Prematuritas murni
Prematuritas murni terjadi bila masa gestasinya kurang dari 37 minggu
dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau
biasa disebut Neonatus Kurang bulan-Sesuai untuk Masa Kehamilan (NKBSMK). Angka Insiden 6 - 7% dinegara maju. Dinegara berkembang angka
kematian lebih kurang 3 kali lipat. Di Indonesia kejadian bayi prematur
belum ditentukan di RSCM Jakarta berkisar antara 22 - 24%
2. Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retradasi
pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang Kecil untuk Masa
Kehamilannya (KMK).
Pengertian berat badan kurang dari berat badan lahir yang seharusnya untuk
masa gestasi tertentu ialah kalau berat badannya lahirnya dibawah persentil ke 10
menurut kurva pertumbuhan intrauterin Lubchenco atau dibawah 2SD menurut
kurva pertumbuhan intrauterin Usher dan Mc.Lean. Dismaturitas dapat terjadi
35
“Preterm, postterm”. Nama lain yang sering digunakan ialah kecil untuk masa
kehamilan (KMK), insufisiensi plasenta. Untuk dismaturitas “Postterm” sering
disebut “Postmaturity”. Penyebab dismaturitas adalah setiap keadaan yang
mengganggu pertukaran zat antara ibu dan janin.
Permasalahannya, di negara-negara berkembang terutama di daerah
pedesaan berat badan sebagian besar bayi yang baru lahir tidak tercatat, karena
kebiasaan mereka melahirkan di rumah dan yang menolong adalah dukun yang
tidak mempunyai alat timbang dan alat ukur panjang badan (Hossain et al. 1994).
Risiko pada Bayi Berat Lahir Rendah adalah angka kematiannya tinggi, gangguan
pertumbuhan fisik dan mental. Distribusi BBLR pada tahun 1987 – 2000 dapat
dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Distribusi BBRL dari tahun 1987-2000.
Komplikasi pada bayi kurang bulan
Komplikasi bayi kurang bulan terjadi akibat imaturitas organ atau sistem
pada bayi tersebut. Karena lahir sebelum waktunya, terdapat imaturitas organ dan
36
sistem sehingga homeostasis belum sempurna. Imaturitas tersebut adalah
imaturitas struktural dan fungsional. Dengan sendirinya risiko komplikasi akibat
imaturitas ini akan berbanding terbalik dengan masa gestasi, seperti yang terbukti
pada defisiensi surfaktan, perdarahan periventrikuler, duktus arteriosus persisten,
enterokolitis nekrotikans dan asfiksia. Akibat BBLR pada anak adalah:
1. Kecerdasan menurun: kemampuan dasar untuk membaca huruf dan
menghitung atau kemampuan kognitif yang berbeda secara signifikan dengan
yang lahir normal.
2. Pertumbuhan terganggu: pada umumnya bayi normal sampai usia 12 bulan
mempunyai berat badan lebih besar dari bayi lahir dengan BBLR, walaupun
pada usia 12 bulan kecepatan pertumbuhan bayi tersebut dapat mengejar bayi
normal.
3. Immunitas rendah dan morbiditas meningkat: respon immunitas menjadi
rendah, terutama jika bayi BBLR karena kurang gizi serta defisiensi zat mikro
lainnya seperti kekurangan vitamin A pada ibu hamil. Dampaknya terjadi
sampai usia dewasa bahkan pada generasi berikutnya ditambah lagi jika
pemberian ASI yang kurang memadai.
4. Mortalitas meningkat: kematian bayi lebih tinggi pada BBRL terutama pada
periode neonatal dari pada bayi normal. Semakin rendah berat badan lahir,
semakin tinggi kematian.
5. Penyakit degeneratif: gangguan metabolik berdampak pada risiko penyakit
kronik degeneratif, diabetes mellitus, hipertensi dan penyakit jantung koroner
pada usia dewasa yang dibentuk pada masa janin. (Baker 1996; Bouchard
1996; McGill 1996).
Prevalensi BBLR di Indonesia pada tahun 1993 menurut data UNICEF 1995
diperkirakan sebesar 15%. Dari berbagai penelitian di Indonesia dari tahun 1982
sampai dengan tahun 1996 ditemukan prevalensi BBLR berkisar antara 9.4%
sampai dengan 22% (Samsudin 1998). Dari berbagai data tersebut DepKes
memperkirakan bahwa saat ini terdapat sekitar 15% bayi di Indonesia lahir
sebagai BBLR dan diharapkan akan turun menjadi 10% pada tahun 2000 (Depkes
1996). Salah satu dari penyebab BBLR adalah kejadian kekurangan gizi pada saat
ibu hamil. Oleh karena itu program perbaikan gizi terutama pada kelompok
37
rawan, terutama ibu hamil harus mendapat perhatian pemerintah secara khusus
(DepKes 1997; Gillespie 1997) menyebutkan ada beberapa keuntungan program
perbaikan gizi pada ibu hamil, yaitu, (1) mengurangi kejadian KEK, sehingga
dapat menurunkan morbiditas dan AKI, (2) meningkatkan pemberian zat besi,
sehingga meningkatkan produktivitas serta menurunkan kemungkinan BBLR
serta AKB, (3) meningkatkan vitamin A yang sangat diperlukan selama kehamilan
untuk mengurangi PJT, (4) meningkatkan yodium, sehingga dapat mengurangi
keguguran, kematian bayi saat lahir, (5) meningkatkan zinc yang dapat
mengurangi risiko perdarahan selama kehamilan dan saat melahirkan, hipertensi
dan meningkatkan fungsi imunitas.
Pertumbuhan Janin Terhambat (Intrauterine Growth Restriction)
Pertumbuhan janin terhambat adalah kondisi dimana janin didalam rahim
tidak tumbuh dengan normal, terjadi BBLR baik kecil dari umur kehamilan atau
preterm. Preterm adalah janin yang pertumbuhannya sesuai dengan umur
kehamilan, tetapi dilahirkan sebelum aterm, sementara apabila pertumbuhan
dalam rahim kecil terhadap umur kehamilannya karena sebab utama adalah
insufisiensi plasenta. BBLR dimana kecil terhadap umur kehamilan, dibawah 10
persentil beratnya saat lahir disebut dengan Pertumbuhan Janin Terhambat.
Masalah yang ditimbulkannya adalah janin akan meninggal didalam kandungan
atau lahir mati, yang menyebabkan tingginya angka kematian perinatal atau hidup
dengan insufisiensi plasenta berat yang menyebabkan kekurangan oksigen, kelak
di kemudian hari akan terjadi kemunduran mentalnya (Mental Retardation).
Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) adalah janin dengan berat badan
kurang atau sama dengan 10 persentil atau lingkaran perut kurang atau sama
dengan 5 persentil yang disebabkan karena berkurangnya perfusi plasenta atau
karena kelainan kromosom, faktor lingkungan atau infeksi (Maulik et al. 2000).
Masalah utama pada Pertumbuhan Janin Terhambat adalah diagnosis yang
tepat, untuk menjamin kehamilan yang baik dan penentuan kelahiran janin, sebab
rahim ibu adalah suatu inkubator yang paling baik. Peleg et al. (1998) menyatakan
bahwa Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) adalah: perkiraan berat badan lahir
dibawah 10 persentil pada umur kehamilan dimana lingkaran perut dibawah 2.5
38
persentil dan bila dihitung indeks ponderal dari Rohrer (1908) dapat dipakai
rumus sebagai berikut:
IP = (BB gr) X 100
(TB cm)3
Keterangan:
IP = indeks ponderal
BB = berat badan dalam gram
TB = tinggi/panjang badan dalam cm
Indeks Ponderal ini dipakai untuk membedakan PJT yang disebabkan oleh
disfungsi plasenta PJT asimetrik dari PJT simetrik akibat infeksi virus, kelainan
kongenital, karena pemakaian obat-obatan pada kehamilan yang dini trimester
pertama.
De Onis et al. (1989) menggolongkan ≤10 persentil distribusi indeks
ponderal menurut kehamilan sebagai indeks ponderal rendah (LPI = low ponderal
index ), intermediate > 10 - ≥ 25 persentil dan indeks ponderal 25 – 90 persentil.
Peleg et al. (1998) menyatakan bahwa berat badan lahir yang aterm,
dibawah 2500 gr. didiagnosis sebagai PJT apabila:
1. Berat Badan Lahir Rendah, dengan umur kehamilan ≥ 37 minggu dan berat
badan lahir < 2500 g.
2. Preterm, dengan umur kehamilan < 37 minggu dan berat badan lahir kurang
dari 10 persentil atau,
3. PJT pada umur kehamilan ≥ 37 minggu dan berat badan lahir < 10 persentil
dengan berat badan lahir ≥ 2500 g (de Onis et al. 1998).
Persentil berat badan janin dibandingkan dengan umur kehamilan menurut
Peleg et al. (1998), dapat dilihat pada Gambar 5 dibawah ini.
39
Gambar 5 Persentil berat badan dengan umur kehamilan dalam minggu
(Peleg, Kennedy, Hunter,1998)
a. Etiologi Pertumbuhan Janin Terhambat
Pertumbuhan Janin Terhambat dapat terjadi karena faktor sosial ekonomi,
faktor janin, faktor plasenta, faktor ibu dan faktor lingkungan.
1. faktor sosial ekonomi:
faktor sosial ekonomi yang buruk termasuk
kemiskinan dapat menjadi penyebab gangguan kehamilan dan pertumbuhan
janin karena sulit akses kepada makanan sehat dan pelayanan kesehatan.
2. faktor janin: kelainan kromosom, trisomi, monosomi, delesi, disomi dan
mosaik, infeksi pada janin yang kronis TORCH, akibat radiasi, kegagalan
hipofise, kelainan bawaan (malformasi): jantung, tidak ada pankreas,
anensefalus, hernia diafragma, omfalokel, gastroskisis, agenesis, displasia
ginjal, malformasi ganda, kehamilan ganda: monokorionik, malformasi satu
janin, triplet, hemolisis kelainan sel darah merah.
3. faktor plasenta: invasi trofoblas abnormal, infark plasenta multipel (chronic
abruption),
anomali vaskularisasi umbilikus plasenta, insersi tali pusat
abnormal (insersi velamentosa), plasenta previa, plasenta sirkumvalata,
40
biplasenta, tumor : korioangiomata, mola hidatidosa, berkurangnya berat dan
sirkulasi plasenta, berkurangnya daerah permukaan plasenta, plasentitis vilosa
(bakteri, virus, parasit).
4. faktor ibu: genetik / konstitusi, nutrisi / kelaparan, hipoksia, vaskular, ginjal,
antibodi antifosfolipid, akibat obat-obatan, riwayat obstetri buruk, toksemia,
hipertensi, penyakit jantung dan paru, penyakit kronis, adiksi narkoba, anemia
sickle sel, penyakit radang usus besar, pankreatitis kronik, berat badan ibu
hamil rendah, pertambahan berat badan ibu hamil pada trimester II & III yang
rendah, kelainan genotip : PKU (Phenyl Keton Uria).
5. faktor lingkungan : paparan pada racun (seperti dioksin, obat nyamuk dan asap
rokok) dapat juga mengganggu pertumbuhan janin.
Pertumbuhan Janin Terhambat adalah diagnosis dari Obstetri yang
menyebabkan bertambahnya risiko pada mortalitas dan morbiditas pada perinatal.
Insiden PJT pada total populasi kelahiran adalah 10% ( Seller 1993). Morbiditas
dan mortalitas perinatal tinggi yaitu 6 – 30% neonatus dinegara sedang
berkembang, kelainan kongenital, kromosom simetris dan asimetris, mortalitas
sebesar 25 – 33%.
b. Gambaran Klinis.
Angka kematian perinatal pada PJT adalah tinggi, sehingga diagnosis yang
dini selama kehamilan adalah sangat penting. Pemeriksaan klinis saja sukar untuk
menegakkan diagnosis, hanya dari 1/3 sejumlah kasus yang dapat terdiagnosis.
Tidak ada suatu skrining tes yang bermakna, yang dapat menentukan, biasanya
dapat ditemukan pada saat kelahiran, sebagian meninggal didalam rahim ibu atau
kecil dalam umur kehamilan. Dilain pihak janin dapat didiagnosis PJT dari
perkiraan hari kelahirannya, tetapi hal ini dapat keliru akibat kesalahan dalam
menentukan tafsiran hari kelahiran. Mekanisme terjadinya PJT pada ibu hamil
yang menderita KEP menurut Soetjiningsih (1998) seperti pada Gambar 6
dibawah ini.
41
Ibu Malnutrisi
Volume darah menurun
Cardiac Output tidak adequat
Menurunnya aliran darah keplasenta
Plasenta lebih kecil
Berkurangnya transfer zat-zat
makanan
Pertumbuhan Janin Terhambat
Gambar 6 Skema mekanisme terjadinya PJT pada ibu hamil yang malnutrisi
(Soetjiningsih 1998)
Anamnesis riwayat PJT dan berat badan lahir rendah, tinggi fundus uteri,
ditandai dengan gagalnya pertumbuhan janin didalam rahim dalam periode 4
minggu. tinggi fundus rahim kurang dari 2 cm pada umur kehamilan yang normal
atau dari pengukuran terakhir dari tinggi fundus rahim, berat badan ibu yang tidak
bertambah, pergerakan janin didalam rahim berkurang, berkurangnya volume
cairan amnion, diteliti lagi perkiraan hari kelahirannya, ukuran lingkaran perut
setinggi pusat (umbilikus) ibu, apabila lebih dari 100 cm kemungkinan gmelli,
polihidramnion atau janin yang besar.
PJT biasanya diklasifikasikan sebagai simetris dan asimetris. Pertumbuhan
terhambat simetris pada janin, dimana tubuh janin kecil dan proporsional bagianbagian tubuhnya. Pertumbuhan terhambat asimetris, janin kekurangan zat
makanan dan kekurangan energi untuk mempertahankan pertumbuhan organ
tubuh yang vital, seperti otak, jantung, hati, otot dan lemak. Jenis pertumbuhan
terhambat seperti ini biasanya karena insufisiensi dari plasenta. Janin dengan
pertumbuhan terhambat asimetris dapat, mempunyai ukuran kepala normal, tetapi
lingkaran perutnya kecil, karena hatinya ukurannya kecil, anggota tubuh kaki
tangan pendek dan kecil karena otot-otot berkurang dan kulit tipis, sebab lemak
42
tubuh berkurang. Bila pertumbuhan asimetris berjalan lama dan berat, maka janin
kehilangan kemampuan untuk berkompensasi dan akan menjadi pertumbuhan
terhambat simetris. Terhambatnya pertumbuhan kepala janin sangat banyak
berhubungan dengan potensi perkembangan janin tersebut. Peleg et al 1998.
mengklasifikasikan PJT simetris jika ukuran badannya secara proporsional kecil,
gangguan pertumbuhan janin terjadi sebelum umur kehamilan 20 minggu, sering
disebabkan oleh kelainan kromosom atau infeksi. PJT asimetris jika ukuran
badannya tidak proporsional, gangguan pertumbuhan janin terjadi pada kehamilan
trimester III, sering disebabkan oleh insufisiensi plasenta.
Serial USG (usia gestasi, biometri USG), tampilan neonatus, berat badan <
2500 g. Pada pemeriksaan USG pada PJT lingkaran perut tidak jauh berbeda
dengan lingkaran kepala, seperti USG pada Gambar 7.
Gambar 7 Ultrarasonografi (Peleg, Kennedy, Hunter 1998)
43
Ultrasonografi mengukur diameter biparietal (ditentukan oleh X…..X) dan
lingkaran kepala (tengah). Ultrasografi mengukur lingkaran abdominal (bawah).
Ultrasonografi mengukur panjang femur (ditentukan oleh X….X)
c. Diagnosis
Pemeriksaan klinis pertumbuhan janin terhambat dapat dilakukan dengan
cara: (1). anamnese riwayat ibu hamil, (2). palpasi abdomen, (3). kardiotokografi,
(4). ultrasound, (5). amnionsentesis.
Anamnese riwayat ibu hamil adalah penting untuk mengetahui status sosio
ekonomi, termasuk sebelumnya apakah mempunyai janin yang kecil saat
dikandungnya, termasuk abortus dan lahir mati, ibu dengan hipertensi, kehamilan
ganda, diabetes mellitus, ibu yang merokok, alkoholis dan penyalagunaan obatobatan, terpajan sinar radiasi, riwayat dari menstruasinya untuk menentukan
perkiraan hari melahirkan, riwayat kehamilan sekarang termasuk tanda pergerakan
janin pertama (Quickening) normal 16 - 20 minggu dan detak jantung pertama
janin terdengar pada auskultasi, normal 20 - 24 minggu (tanda dari Pinard) atau
10 - 14 minggu memakai alat Doppler (Sonic Aid), dengan USG terlihat pertama
sakus dari janin dan denyut pertama dari janin pada umur kehamilan 8 minggu.
Berat badan, tinggi ibu, status gizi, apakah ada malnutrisi? Pada kunjungan
pertama kurang dari 50 kg, berat badan tidak bertambah atau kurang dari 0,2
kg/minggu dan kalau ada indikasi dilakukan tes untuk sifilis.
Palpasi Abdomen: perkiraan ukuran berat badan janin, perbandingan antara
perkiraan partus dan tinggi fundus rahim, perbandingan tinggi fundus rahim
dengan pertambahan berat badan pada kunjungan sebelumnya, janin terasa lebih
kecil dari pada umur kehamilan, tetapi tengkorak janin terasa lebih keras
(paradoxical maturity), palpasi bagian-bagian janin diperkirakan ukuran kepala
dengan umur kehamilan dan ukuran kepala dibandingkan dengan ukuran tubuh
janin. Sering pada PJT kepala lebih kecil dan pada tubuh janin lemak subkutaneus
dan jaringan otot menipis. Kepala agaknya lebih besar dibandingkan dengan masa
tubuh janin, ukuran lingkaran perut setinggi umbilikus, tidak bertambah 2.5 cm/
minggu. Ukuran melebihi 100 cm kemungkinan gmelli, polihidramnion atau janin
besar, rahim terasa lebih sensitif, cairan amnion berkurang, pergerakan janin
44
lambat, atau kemungkinan kepala sudah masuk pintu atas panggul, kemungkinan
permulaan pembentukan dari segmen bawah rahim dan pematangan dari serviks.
Pergerakan janin: pergerakan janin dan tendangan (kick counts), hal ini dapat
terjadi berhubungan apabila keadaan ibu dan janin sehat. Ibu dapat ditanya berapa
kali pergerakan janin selama 30 menit, 2 kali sehari. Pemeriksaan Vaginal: serviks
lebih dini matang, serviks lunak dan mulai membuka dari 30 minggu
Kardiotokografi: adalah berguna untuk “non stress test” untuk janin yang
sehat adalah sangat berguna untuk kasus berisiko tinggi. Tes ini menentukan
kepada dokter indikasi untuk mengakhiri kehamilan secara dini untuk melindungi
kematian didalam rahim (Sellers 1993)
Ultrasound: adalah cara yang tidak invasif dan sangat berguna untuk
mengamati perkiraan umur kehamilan dari pada janin, terutama bila dilakukan
pada kehamilan yang dini. Ultrasound juga berguna untuk menentukan janin yang
sehat, secara penampilan biofisikal. Ultrasound tidak berguna untuk seluruh
wanita hamil (Sellers PM. 1993) Ultrasound berguna untuk data umur kehamilan:
tanda-tanda pertama dari janin didalam kantong umur 6 - 7 minggu, pergerakan
jantung yang pertama 6.5 minggu, ukuran kepala dari 8 minggu, diameter
biparietal dari kepala dari umur 13 minggu, diameter biparietal, lingkaran kepala
janin, lingkaran perut janin dan panjang femur pada semester ke III, dan derajad
fungsi plasenta. Kardiotokografi dan ultrasound berguna untuk menentukan profil
biofisik memberikan gambar yang bagus pada janin yang sehat.
Amnionsentesis: adalah cara untuk menentukan kelainan pada janin, fasilitas
pemeriksaan ini tepat dikerjakan pada kehamilan antara 13 - 16 minggu, untuk
menentukan kasus risiko tinggi dan janin yang abnormal, tetapi amnionsentesis
tidak dipakai untuk mendiagnosis PJT. Amnionsentesis dikerjakan untuk
mendeteksi mekonium didalam cairan amnion dan untuk menentukan kematangan
paru-paru janin dengan memperkirakan perbandingan lesithin dan sfingomielin.
Persentil indeks cairan amnion dibandingkan dengan umur kehamilan menurut
Peleg et al. (1998) pada Gambar 8.
45
Gambar 8 Persentil indeks cairan amnion dibandingkan dengan umur
kehamilan (Peleg et al. 1998).
d. Penatalaksanaan.
Penatalaksanaan pada ibu hamil dengan pertumbuhan janin terhambat dapat
dilakukan dengan mencari sebab apakah ada kekurangan zat gizi, hal ini dapat
ditanggulangi dengan Antenatal Care kehamilan, apakah ada kehamilan dengan
risiko tinggi, fasilitas perawatan neonatus yang baik, Kapan janin harus dilahirkan
pervaginam atau seksio sesaria.
Bila janin dicurigai PJT dokter harus mengambil keputusan untuk
menentukan waktu dilahirkan cara per vaginam atau seksio Saesaria. Harus
dipertimbangkan bahaya antara kematian intrauterin dengan bahaya prematur
pada saat menentukan kelahiran. Dicoba pemberian makanan yang bergizi pada
wanita dengan status ekonomi yang rendah, untuk memperbaiki kemungkinan
risiko berat lahir rendah. Pemberian makanan bergizi untuk mencegah PJT dan
lahir preterm dengan jangka waktu yang lama. Pada sosial ekonomi yang rendah,
memerlukan biaya yang besar untuk memberikan pertolongan ibu dan anak yang
berisiko tinggi ini. Setiap minggu dievaluasi dengan USG diameter biparietal dan
diameter toraks. Bila dengan tes tersebut menunjukkan kemajuan janin kehamilan
dapat diteruskan dan waspada pada komplikasi yang lain. Obyek untuk
membiarkan janin hidup sampai matur adalah dirahim ibu tanpa diikuti suatu
stress.
46
Mencoba mengobati penyakit ibu seperti hipertensi dan mengkontrol
diabetes, mencoba memperlancar aliran darah kerahim ibu dengan cara istirahat
dan berbaring pada sisi untuk menghindari kompresi aorta – kava. Harus berani
melarang ibu merokok, minum alkohol dan obat-obatan. Pemberian diet
suplemen. Kehamilan harus dihentikan bila ada tanda janin atau ibu distres,
dengan hasil neonatal yang prematur tidak memberi keuntungan. Apabila
diagnosis PJT ditegakkan kehamilan biasanya harus diahkiri pada minggu ke 38.
jika bayi tidak tumbuh lagi dan lebih baik dirawat diluar kandungan. Kebanyakan
janin meninggal dalam rahim setelah minggu ke 36 dan sebelum dilahirkan. Pada
pasien dengan pre-eklampsia, atau diabetes sering diinduksi kelahiran dengan
seksio saesaria pada minggu ke 37.
Pada keadaan sosial ekonomi yang kurang, berkaitan dengan kemampuan
memenuhi kebutuhan gizi, ibu dengan berat badan kurang dari 45 kg dan
pertambahan berat yang kurang dari 7 kg selama kehamilan patut diberikan
bantuan dan pengetahuan gizi (Wiknjosastro 1993).
Tinggi fundus uteri yang berada dibawah 10 persentil dari kurva normal
merupakan cara yang sederhana namun cukup peka yaitu dengan sensivitas 64 –
89%, prediksi mencapai 79%.Pemeriksaan ultrasonografi serial dan perhitungan
velositas darah arteri umbilikalis dan arteri arkuata dapat memberikan 68% untuk
mendeteksi PJT. Pemeriksaan kardiotokografi umumnya dilakukan dengan tes
tanpa tekanan (TTT), hanya sebagian kecil yang menggunakan tes dengan tekanan
(TDT) mengingat adanya efek samping dan kurang praktis. Gejala insufisiensi
plasenta dapat diketahui dengan perubahan pada karditokografi yaitu: hasil non
reaktif, berkurangnya gerakan janin, berkurangnya variabilitas dan timbul
deselerasi lambat.
Arus darah janin merupakan cara yang non invasif dalam pemantauan dan
deteksi PJT. Penurunan dari velositas darah pada diastolik mencerminkan
pengurangan arus darah atau resistensi yang tinggi. Hal ini berkaitan dengan
kejadian PJT dan asfiksia. Stres atau his dalam persalinan akan mempengaruhi
arus darah uteroplasenta yang sudah berkurang. Hipoksia dan asidosis dijumpai
pada 50% janin dengan PJT. Untuk menghindari gawat janin dilakukan
pengobatan pada patologi ibu misalnya anemia, hipertensi. Bila timbul gejala
47
gawat janin maka ibu diberikan oksigen 6 L/menit, tidur miring kekiri dan
pemberian tokolisis dengan terbutalin 0.25 mg subkutan dilanjutkan dengan drip
2.5 mg/500 ml glukosa 5% (Wiknjosastro 1993).
e. Ringkasan skema pemantauan dan penanganan PJT
Bila kita menemukan ibu hamil dengan persangkaan PJT, perlu dicari
penyebabnya dan diobati secara kausal, dilakukan pemeriksaan USG dengan
mengukur diameter biparietal, lingkaran abdomen, mengukur indeks cairan
amnion, mengukur panjang femur, melihat gerakan pernafasan dan melihat arus
aliran darah. Dilakukan kardiotokografi, bila ada gawat janin dipertimbangkan
seksio saesaria. Pada Gambar 9 dibawah ini adalah skema pemantauan dan
penanganan PJT menurut Wiknjosastro (1993)
Pengobatan kausal
Serial Ultrasonografi
-Diameter
biparietal
-Lingkaran Abdomen
-Indeks cairan amnion
-Panjang femur
-Gerakan Pernafasan
-Arus darah
Hipoksia/Gawat janin
Ya
Tidak
Kardiotokografi
-Stimulasi
Seksio
Pervaginam
Gambar 9 Skema pemantauan dan penanganan PJT (Wiknjosastro 1993).
Dioksin dan Kesehatan
a. Dioksin
Dioksin (polychlorinated dibenzo-p-dioxin, PCDD), furan (poliychlorinated
dibenzofuran, PCDF) dan polychlorinated biphenyl( PCB) adalah racun (toksik)
sintetis dari zat kimia yang pertama kali dihasilkan pada abad 20 (1994). Dioksin
48
adalah nama umum dari sekelompok ratusan bahan kimia yang beracun yang
terdapat disekitar kita, yang paling beracun adalah 2,3,7, 8- tetrachlorodibenzo-pdioxin, TCDD dan PCB. Dioksin dibentuk secara tak sengaja dari suatu proses
pabrik yang menggunakan chlorine sebagai bahan sisa dari pembakaran, pada
pembuatan bahan kimia pestisida, pabrik kertas pada pembuatan bubur pemutih
kertas dan pada pabrik plastik Polyvinyl Chloride (PVC), yang ditemukan didalam
populasi Amerika, yang berdampak tidak baik bagi kesehatan.
Dioksin pertama ditemukan sebagai komponen toksik di Love Canal di air
terjun Niagara, New York. Sekarang telah menyebar pada seluruh populasi
terutama pada makanan (Sartin 1994; Beck et al.1989; Birmingham et al.1989;
Theelen 1991; Ministry of Agriculture, Fisheries and Fool 1992). Secara periodik
baru-baru ini di Belgia, PCB mengkontaminasi makanan lemak binatang.
Sebagian besar produk makanan di Belgia ditarik dari pasar dan dihancurkan
(Hileman 1999) Bahan kimia yang sama mengkontaminasi pada beras di Jepang
pada tahun 1968, pernah dilaporkan oleh Masuda et al. (1996). Keracunan dioksin
rata-rata tiap hari diukur dengan TEQ (toxic equivalent).
Ada perbedaan intik antara laki-laki dan wanita pada umur yang berbeda
yang diukur oleh Departement Of Agriculture’s Continuing Survey of Food
Intakes, Amerika (USDA 1995), TEQ pada bayi diukur dari analisis ASI pada
wanita di Binghamton, New York (Schecter et al.1996a). Sumber terbesar dioksin
bagi manusia adalah pada makanan, sejak ditemukan bahwa dioksin adalah larut
didalam lemak (lipophilic), maka akumulasi yang banyak ditemukan pada daging
dan produk hari-hari, misalnya pada daging, susu, daging ayam, daging babi, ikan
dan telur. Dibawa ini adalah Chart yang menyatakan jumlah dioksin yang ada
pada makanan apabila bila terpapar dioksin sebanyak 119 pg/hari di Amerika
Utara yang dilaporkan oleh EPA (Environmental Protection Agency).
49
Jumlah Terpapar = 119 pg/hari
Konsumsi Daging
38.0
Konsumsi Produk Susu
24.1
Konsumsi Susu
17.6
Konsumsi Ayam
12.9
Konsumsi Daging Babi
12.2
Konsumsi Ikan
7.8
Konsumsi Telur
4.1
2.2
Inhalasi
0.8
Larut dalam Tanah
Larut dalam Air
Yang terabaikan
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
Intik perhari di Amerika Utara (pg/hari) dalam TEQ (Toxic Equivalent)
Gambar 10 Intik dioksin perhari di Amerika Utara menurut jenis pangan
(Schecter et al. 2001)
Toxic Equivalent(TEQ) dari berbagai makanan yang diselidiki oleh Schecter
dan kawan-kawan (2001) dapat dilihat pada Gambar 11.
TEQ
2.0
Jumlah TEQ ppt
Koplanar & Mono-orth
1.73
Dibenzofuran
Dioksin
1.5
1.12
1.0
0.5
0.51
0.40
0.39
0.33
0.42
0.39
0.42a
0.34
0.16a
0.09
0.0
Daging
Ayam
Dg. Babi Hot dogs Ikan Laut
Ikan
Bologna
air tawar
Mentega
Keju
Susu
Eskrim
Telur
Vegetarian
Schecter dkk (2001)
Gambar 11 Toxic Equivalent (TEQ) Dioksin didalam berbagai makanan (Schecter
et al. 2001).
50
b. Akibat dioksin pada kesehatan
1. Chloracne
Penyakit pertama yang berhubungan dengan terpaparnya dioksin adalah
disebut Chloracne, penyakit ini pertama digambarkan pada tahun 1897 dan pada
1930 muncul pada pekerja pada pabrik industri kimia PCB (polychlorinated
biphenyl), berupa kista dan pustula, seperti jerawat pada remaja. Bedanya bentuk
seperti jerawat tersebut dapat terjadi diseluruh tubuh. Sampai tahun 1960
chloracne yang disebabkan oleh dioksin masih belum diketahui penyebabnya
(Rachel 1995).
2. Kanker
Dioksin masuk kedalam tubuh umumnya lewat makanan. Pada wanita hamil
dioksin dapat lewat melalui plasenta dan pada bayi melalui ASI. Dioksin bagi
wanita hamil mempengaruhi pertumbuhan janin yang ditandai dengan terjadinya
pengurangan jumlah nepron didalam ginjal (Hinchliffe et al 1992a) Pada bayi
normal terdapat 1000.000 nepron, pada pertumbuhan janin terhambat jumlah
nepron berkurang sampai 300.000 – 600.000, hal ini berhubungan pada 70%
kasus sindrom kematian mendadak bayi baru lahir (Sudden Infant Death
Syndrome) (Hinchliffe et al, 1992b) Organ lain yang terkena dampak dioksin
adalah perkembangan otak, yang disebabkan oleh gangguan pada ibunya berupa
hipotiroid yang permanent (Benham-Rassoli et al, 1991) Menurut penelitian
International Agency for Research on Cancer (IARC 1997), dioksin dapat
menimbulkan kanker payudara dan pada penelitian akhir 2003, dioksin tidak dapat
ditentukan dosis yang aman untuk tidak menyebabkan kanker. Pada penelitian
kanker yang lain pada sejumlah orang yang terpapar dioksin menunjukkan
didalam tubuhnya terdapat dioksin sampai mencapai 109 ng/kg. Rata-rata dioksin
yang dapat mengakibatkan efek karsinogen, mencapai 8 kali jumlah yang ada
pada publik di Amerika (Rachel 1995).
3. Gangguan tingkah laku dan gangguan proses pembelajaran
Percobaan pada kera terjadi gangguan proses pembelajaran pada kera yang
muda dengan beban dioksin yang rendah sebesar 42 ng/kg. Gangguan
pembelajaran pada kera ini hanya 3.2 kali lebih tinggi rata-rata di Amerika
51
4. Hormon kelamin laki-laki berkurang
Peneliti dari National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH)
menemukan pengurangan kadar testosteron didalam sirkulasi darah pada pekerja
laki-laki yang terpapar dioksin. Pada sebagian manusia sangat peka terhadap
dioksin sebesar 280 kali dari pada tikus percobaan. Dioksin yang terpajan hanya
1.3 kali dari pada populasi di Amerika.
5. Diabetes
Dua penelitian tentang diabetes melaporkan insiden diabetes meningkat
karena terpajan oleh dioksin pada veteran Vietnam; penelitian yang ketiga
merupakan penelitian diabetes yang dilaporkan angkatan udara Amerika Serikat.
Beban yang diterima untuk meningkatkan insiden diabetes 99 – 140 ng/kg Beban
rata-rata yang diterima di Amerika adalah 13 ng/kg.
6. Toksisitas terhadap sistem kekebalan
Pada percobaan kera terjadi perubahan pada sel darah putih yang
berhubungan dengan sistem kekebalan. Pada beban dioksin 10 ng/kg, sama
dengan 25% dibawa rata-rata yang ditemukan di Amerika. Secara klinis terjadi
peningkatan infeksi oleh virus, yang disebabkan kerusakan dari sistem kekebalan.
7. Endometriosis dan jumlah sperma menurun
Pada percobaan kera rhesus betina terjadi nyeri yang hebat akibat penyakit
yang dideritanya dengan hanya 5 kali beban rata-rata dioksin yang ada di Amerika
Serikat. Pada wanita kasus endometriosis meningkat ( Rachel’s Hazardous Waste
News 1993). Pada anak tikus jantan dengan beban dioksin 5 kali lebih dari ratarata di Amerika, terjadi penurunan jumlah produksi sperma. Selama 50 tahun ini
produksi sperma pada laki-laki yang bekerja dipabrik menurun 50% (Rachel’s
Hazardous Waste News 1993).
Pada keadaan sekarang kita mendapat berita bahwa dioksin adalah berita
yang buruk dan merupakan persoalan bagi kesehatan masyarakat lebih dari 20
tahun kedepan. Kita harus menghentikan industri yang dapat menghasilkan
sumber dioksin (Montaque 2000).
52
Pabrik yang memakai Klorin,
pabrik pestisida,kertas,plastik,
PCV
Limbah yang
bersifat lipofilik
Asap
pembakaran/udara
Air
Tanah
Tanaman
Hewan
Manusia
Gambar 12 Sumber dioksin
53
KERANGKA PIKIR
Gangguan pertumbuhan janin terhambat (PJT), dapat terjadi karena
gangguan gizi dan kesehatan ibu selama hamil. Selain itu juga kemungkinan
karena faktor genetik yang tidak dicakup dalam kajian ini serta faktor lainnya
seperti genetik yang tidak dicakup pada penelitian ini. Pada penelitian ini.
gangguan pertumbuhan janin dihipotesiskan dipengaruhi oleh pertambahan berat
badan selama kehamilan, status gizi awal kehamilan ibu (BB, TB, LILA, Hb),
penyakit ibu selama kehamilan, konsumsi gizi,
infeksi, faktor ibu merokok,
faktor plasenta. Disamping itu secara tidak langsung juga dipengaruhi faktor
sosial ekonomi seperti umur pendidikan, pekerjaan ibu, pendapatan/pengeluaran
keluarga dan pengetahuan gizi. Fasilitas pemeriksaan kehamilan, ante natal care
di Puskesmas atau BKIA terutama di daerah perifer dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin.
Berat bayi baru lahir dipengaruhi oleh gizi awal kehamilan yang dinyatakan
dalam IMT, sedangkan pertambahan berat badan ibu hamil dipengaruhi oleh
status gizi awal kehamilan, usia kehamilan, konsumsi gizi, kebiasaan merokok
dan tak kalah pentingnya adalah pemanfaatan pelayanan kesehatan. Pertambahan
berat badan ibu berhubungan dengan pertumbuhan janin (Whitney et al. 1998).
Faktor pendidikan mempengaruhi pendapatan dan status gizi awal kehamilan.
Anak yang dilahirkan dari ibu dengan gizi kurang di lingkungan miskin akan
mengalami gizi kurang dan mudah terkena infeksi dan selanjutnya menghasilkan
wanita dewasa yang berat dan tinggi badannya kurang (Ebrahim 1985).
Pada masa janin berusia 9-40 minggu, pertumbuhan berjalan cepat dan
mulai berfungsinya organ-organ. Mortalitas pada masa janin
terjadi akibat
gangguan oksigenasi, infeksi, trauma, radiasi dan bahan kimia (Soetjiningsih
1998). Ibu dengan gizi kurang menghadapi ancaman pertumbuhan bayi pendek
dan berat bayi lahir rendah apalagi setelah lahir tidak mendapat gizi yang cukup.
Pada ibu hamil yang merokok dapat melahirkan bayi pendek (Akhir 1993).
54
Status Sosial
Ekonomi
(Akses pelayanan
bersalin, proksi
dari pendapatan
dan pendidikan)
Pengetahuan
Gizi
Usia Kehamilan
Status Gizi Awal
Kehamilan
(IMT)
Pertambahan BB
ibu hamil
Penyakit Infeksi
Ibu Hamil
Pertumbuhan Janin
Konsumsi Gizi
Ibu Hamil
Merokok dan
penggunaan obat
nyamuk
Berat,
panjang dan
lingkar
kepala bayi
lahir
Genetik
Pemanfaatan
Pelayanan ANC
Hamil 3 bulan
Kohort Prospektif
9 bulan bayi lahir
Gambar 13 Kerangka Pikir Penelitian.
METODE
Desain, Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain kohort prospektif
(prospective cohort) dengan mengikuti ibu hamil yang memeriksakan kehamilan
di pelayanan bersalin (rumah sakit bersalin dan rumah bersalin). Pelayanan
bersalin dipilih dengan alasan tersedianya catatan medik (medical record) di
tempat pelayanan bersalin tersebut.
Penelitian dilakukan di Jakarta Timur dan Bekasi. Rumah sakit bersalin
yang dipilih adalah Rumah Sakit Ibu dan Anak Hermina (RSIA) Jatinegara serta
Rumah Sakit Ibu dan Anak Hermina (RSIA) Bekasi. Alasan pemilihan RSIA
Hermina karena rumah sakit ini mempunyai kapasitas tempat tidur (bed
occupation rate) yang besar (70tt dan 130tt) dan pengunjung/pasien ibu hamil
yang banyak (700 - 1400 pasien/hari) di Jakarta dan Bekasi. Disamping itu pasien
ibu hamil yang kerumah sakit ini pada umumnya berasal dari keluarga sosial
ekonomi menengah dan atas. Pengumpulan data dilakukan tahun 2004 – 2006.
Untuk mendapatkan kerangka contoh dari golongan sosial ekonomi rendah
dipilih dari rumah bersalin, puskesmas yang mempunyai rumah bersalin, yang
terdaftar Dinas Kesehatan di Jakarta Timur dan Dinas Kesehatan Bekasi.
Contoh
Kriteria populasi contoh adalah ibu hamil
usia 20 - 35 tahun yang
melakukan pemeriksaan kehamilan dan mempunyai catatan medik lengkap sejak
usia kehamilan 8 minggu. Data catatan medik lengkap mencakup nama, alamat,
umur, tinggi badan dan berat badan kunjungan pertama, berat badan menjelang
melahirkan, pendidikan, tekanan darah, kadar Hb dan atau Ht, umur dan
pendidikan suami.
Menurut Hardinsyah (2000), prevalensi BBLR berbeda pada berbagai
lokasi penelitian terserak di Indonesia, yaitu 7.9 – 29.0%. Sementara Depkes
(2003) memperkirakan prevalensi BBLR 10%.
Penetapan jumlah contoh minimal pada penelitian ini didasarkan pada
perkiraaan prevalensi BBLR sebesar 10% (Prevalensi BBLR yang dilaporkan
Depkes 2003), akurasi atau toleransi kesalahan perkiraan d = 1% atau 0.01.
55
56
Dengan menggunakan rumus minimal contoh berikut didapatkan jumlah contoh
minimal 150 bayi untuk tiap kelompok.
n =
n
Z21-α/2 (п)(1-п)/(d2)
: ukuran sampel
Z1-α/2 : Nilai Z pada α =0.5 (derajat kepercayaan 95%) yaitu 1.96
п
: Prevalensi BBLR yang diperkirakan, yaitu 10 % (0.1)
d
: Derajat akurasi yang diinginkan = 5% (0.05)
n
= 1.962 x 0.1(1 – 0.1)/( 0.05)2 = 138.2 dibulatkan menjadi 150 bayi
Dengan mempertimbangkan ada empat kelompok ibu hamil yang akan
diteliti (yaitu 2 kelompok sosial ekonomi (tinggi dan rendah) dan dua kelompok
status gizi (kurus dan normal) maka diperlukan jumlah contoh ibu hamil minimal
2 x 2 x 150 = 600 ibu hamil.
Jumlah contoh sebanyak ini akan dipilih secara proporsional berdasarkan
dua jenis pelayanan bersalin, yaitu (1) akses pelayanan pemeriksaan kehamilan
dan melahirkan di RSIA Hermina untuk kelompok sosial ekonomi (SE) tinggi dan
(2) akses layanan pemeriksaan kehamilan dan melahirkan di Rumah Bersalin
Puskesmas untuk kelompok sosial ekonomi (SE) rendah. Selanjutnya klassifikasi
SE rendah dan SE tinggi ini diferifikasi dengan peubah sosial ekonomi utama
yang dikumpulkan yaitu pendapatan keluarga dan pendidikan kepala keluarga.
RSIA Hermina Jatinegara dan RSIA Bekasi dipilih sebagai tempat penarikan
contoh ibu hamil dari SE tinggi. Rumah sakit ini dipilih karena merupakan Rumah
Sakit bersalin swasta terbesar di Jakarta Timur, yaitu rata-rata 200 persalinan
perbulan. Sembilan Puskesmas di Jakarta Timur yang mempunyai fasilitas
persalinan dan 3 Puskesmas yang memiliki fasilitas bersalin di Bekasi dipilih
sebagai tempat penarikan contoh ibu hamil dari ibu SE rendah.
Berdasarkan data catatan medik RSIA Hermina bahwa jumlah ibu hamil
yang melahirkan di RS ini selama setahun 2004 sekitar 2400 ibu melahirkan. Dari
keseluruhan ibu hamil diduga hanya 50% (1200 orang) ibu hamil yang
mempunyai catatan medik lengkap (yang memenuhi syarat sebagai contoh
penelitian ini). Laporan Dinas Kesehatan Jakarta Timur dan Dinas Kesehatan
Bekasi tahun 2004 menunjukkan bahwa sekitar 45.128 ibu hamil melahirkan di
57
rumah bersalin dari 9 Puskesmas di Jakarta Timur (puskesmas Cakung (CK),
Jatinegara (JTN), Matraman (MTM), Pulo Gadung (PG), Duren Sawit (DS),
Kramat Jati (KJ), Ciracas (CRC), Makasar (MKS), Pasar Rebo (PR), dan 6.873
ibu hamil melahirkan di rumah bersalin dari 3 Puskesmas di Bekasi (Puskesmas
Seroja (SRJ), Bantar Gebang (BG), Pondok Gede (PG). Diperkirakan 25% ibu
hamil yang ke Puskesmas mempunyai catatan medik lengkap dan akan
melahirkan di Puskesmas/bidan desa. Berdasarkan data ini tidak akan ada
kesulitan dalam memperoleh contoh ibu hamil dengan jumlah minimal.
Rumah Sakit bersalin swasta di Bekasi ada 3 buah yaitu, rumah bersalin
Sudibyo, Yayasan Bella dan RSIA Hermina Bekasi. RSIA Hermina Bekasi adalah
rumah sakit bersalin yang jumlah persalinannya terbanyak rata-rata 250 persalinan
per bulan. RSIA Hermina Jatinegara dan Bekasi adalah rumah sakit bersalin untuk
kalangan menengah keatas, sedangkan rumah bersalin di Puskesmas adalah rumah
bersalin untuk kalangan masyarakat menengah kebawah. Di Jakarta Timur ada 10
buah puskesmas dan diantaranya 9 buah puskesmas memiliki rumah bersalin,
sedangkan di Bekasi ada 36 buah puskesmas dan hanya 3 buah puskesmas yang
mempunyai rumah bersalin.
Dipilihnya RSIA Hermina Jatinegara karena jumlah persalinan terbanyak
dari pada RS bersalin Budi Jaya, Evasari dan Bunda demikian pula dipilihnya
RSIA Hermina Bekasi dipilih karena jumlah persalinan perbulan paling tinggi dari
pada RS bersalin Sudibyo dan yayasan Bella.
Berdasarkan kriteria inklusi contoh ibu hamil seperti pada Tabel 10 (awal
kehamilan), dipilih ibu hamil dari catatan medik 2004 sampai jumlah sampel
mencukupi. Jumlah contoh awal yang memenuhi syarat pada awal studi adalah
1286 ibu hamil, namun jumlah contoh yang memenuhi syarat sampai akhir
penelitian adalah 638 orang.
Puskesmas (n = 325)
Jakarta Timur (176)
Bekasi( 149)
CK JTN MTM PG DS KJ CRC MKS PR
SRJ BG PG
19 20 20 18 20 20 20 19 20
50 50 49
RSIA Hermina (n = 313)
Jatinegara(151)
Gambar 14 Skema pengambilan contoh
Bekasi(162)
58
Tabel 10 Kriteria inklusi contoh awal kehamilan dan setelah melahirkan
Kriteria Inklusi Awal Kehamilan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Ibu hamil usia 20 – 35 tahun
Usia kehamilan 2 – 8 minggu
Lengkap catatan medik awal
Tidak sakit serius
Bersedia melakukan pemeriksaan akhir
Bersedia
mengikuti
penelitian
(wawancara kuesioner dan pengetahuan
gizi) yang dibuktikan dengan informed
consent
Kriteria Inklusi Setelah Melahirkan
1. Kehamilan tunggal (tidak bayi
kembar)
2. Lengkap data catatan medik
bayi
3. Bayi lahir hidup
Pada Tabel 11 disajikan sebaran jumlah contoh menurut status sosial
ekonomi (rendah dan tinggi). Pengelompokan contoh berdasarkan status gizi
dilakukan saat analisis data berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) ibu awal
kehamilan.
Tabel 11 Jumlah ibu hamil menurut status sosial ekonomi
pada akhir penelitian
Bekasi
Jatinegara
Total
Puskesmas
RSIA Hermina
149
162
176
151
325
313
Jumlah
311
327
638
Metode dan Cara Pengumpulan Data
Data dikumpulkan diambil dari Juni 2004 sampai dengan Maret 2006 di
RSIA Hermina Jatinegara dan Bekasi dan di 12 Puskesmas bersalin yaitu 3
Puskesmas di Bekasi dan 9 Puskesmas di Jatinegara.
Data yang dikumpulkan mencakup data sekunder dan data primer. Data
sekunder yang dikumpulkan meliputi data catatan medik ibu hamil, informasi
persalinan, dan informasi bayi lahir dari setiap ibu hamil contoh dan bayi yang
dilahirkan dirumah sakit terpilih. Data ini dikumpulkan langsung oleh peneliti
dengan mencatat data yang diperlukan dari catatan medik ibu hamil tahun 2004 2006 sesuai prosedur masing-masing rumah sakit. Andaikan ada data yang kurang
59
dalam catatan medik di rumah sakit, tetapi kemungkinan ada dalam buku catatan
kehamilan yang dipegang ibu hamil, maka peneliti dan asisten peneliti
mengunjungi/menelpon contoh ibu hamil (yang telah melahirkan) untuk
memperoleh data dimaksud (sebagai data primer).
Sebelum
mengumpulkan
data,
para
bidan
yang
akan
membantu
pengumpulan data primer dilatih oleh peneliti secara langsung. Pelatihan yang
diberikan kepada para bidan tersebut yaitu dengan menyertakan secara langsung
para bidan dalam proses pencatatan rekam medik dari ibu hamil dimasing-masing
rumah bersalin, yang diawasi prosesnya oleh peneliti.
Kelompok diskusi terarah dilakukan pada bidan yang melakukan antenatal
care dan yang akan melahirkan ibu-ibu yang menjadi contoh penelitian. Sebelum
menetapkan ibu hamil sebagai respoden, perlu diberikan penjelasan tentang
penelitian dan apabila setuju maka dibuatkan informed consent (Lampiran 1).
60
Tabel 12 Data dan sumber data
No
Data
Sumber data
Identitas dan sosial ekonomi Ibu hamil
(Nama, umur (tahun), pendidikan,
kota kelahiran, agama, alamat lengkap,
umur suami (tahun), pendidikan suami,
pekerjaan suami
Riwayat dan informasi kehamilan
Gravida, partus, riwayat kehamilan, berat
bayi baru lahir, usia kehamilan (minggu),
abortus, LILA (cm), tinggi badan (cm),
berat badan kunjungan pertama (kg), berat
badan menjelang melahirkan (kg), tekanan
darah (mm/Hg), Kadar Hb (mg/dl) /Ht,
konsumsi suplemen/resep persalinan
Informasi Persalinan
Tinggi fundus, letak kepala/sungsang,
bunyi denyut jantung bayi per menit,
pemeriksaan kesehatan ibu
konsumsi suplemen/resep persalinan
Informasi bayi baru lahir, mati, hidup
Cara melahirkan per vaginam/seksio
sesaria, jenis kelamin, tanggal lahir, berat
lahir (g), panjang lahir (cm), lingkar
kepala(cm), lingkar perut(cm), skor
APGAR, Skor Ballard (neuromuskuler &
fisik:keriput kulit) serta kondisi saat keluar
dari RS(hidup/meninggal/sakit).
Konsumsi pangan
Pendapatan keluarga
Catatan medik RS/rumah
bersalin dan atau Ibu
hamil/melahirkan
6
Pengetahuan gizi
7
Perilaku kesehatan
Wawancara langsung
menggunakan kuesioner
yang dilakukan oleh bidan
dan peneliti
Wawancara langsung
menggunakan kuesioner
yang dilakukan oleh bidan
dan peneliti
1
2
3
4
5
Catatan medik RS/rumah
bersalin dan atau Ibu
hamil/melahirkan
Catatan medik RS/rumah
bersalin dan atau Ibu
hamil/melahirkan
Catatan medik RS/rumah
bersalin dan atau Ibu
hamil/melahirkan
Wawancara langsung
menggunakan kuesioner
yang dilakukan oleh bidan
dan peneliti
61
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan Data
Karakteristik sosial ekonomi keluarga dianalisis berdasarkan akses ke
layanan kesehatan di RSIA Hermina (SE tinggi) dan akses ke layanan kesehatan
Puskesmas (SE rendah). Pertambahan berat badan ibu dihitung dari selisih berat
badan saat periksa awal kehamilan sampai pemeriksaan menjelang melahirkan.
Status gizi sebelum kehamilan dianalisis menggunakan Indeks Massa Tubuh
(IMT = BB/(TB)2, yang kemudian dikategorikan kepada kurus (IMT < 18.5),
normal (IMT 18.5 – 25.0), gemuk (IMT 25.01 – 27.00) dan gemuk sekali (IMT >
27.00). Pengetahuan gizi ibu dihitung berdasarkan skor jawaban benar yang
diberikan ibu hamil atas pertanyaan yang berhubungan dengan pengetahuan gizi
yang kemudian dikategorikan kepada kurang (< 60%), sedang (60 - 80%) dan
baik (> 80%) (Khomsan 2000).
Ukuran antropometrik bayi, yaitu berat badan (g), panjang badan (cm),
lingkar kepala (cm), lingkar perut (cm) dan lingkar dada (cm), diolah untuk
mendapatkan rata – rata dan simpangan baku.
BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) adalah bayi yang lahir dengan berat lahir
< 2500 g, dan bayi normal adalah bayi yang lahir dengan berat lahir ≥2500 g.
Bayi dikatakan mengalami Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) jika bayi lahir
dengan berat lahir di bawah 10 persentil terendah. Panjang lahir pendek (PLP)
adalah bayi dengan panjang badan saat lahir <46 cm.
Konsumsi gizi ibu hamil dianalisis dengan menggunakan metode semi Food
Frekuensi Kuesioner. Jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi ibu hamil selama
seminggu dicatat, kenudian dikelompokkan berdasarkan kelompok pangan.
Dengan menggunakan food processor, jumlah dan jenis pangan dikonfersikan
kepada kandungan gizi bahan pangan dengan menggunakan Daftar Komposisi
Bahan Makanan Puslitbang Gizi Bogor dan acuan AKG Widyakarya Nasional
Pangan dan Gizi 2004.
Pengetahuan gizi dan perilaku kesehatan ibu hamil dianalisis berdasarkan
jawaban benar yang diberikan ibu hamil terhadap pertanyaan yang berhubungan
dengan gizi dan kesehatan. Berdasarkan skor jawaban yang diberikan, ibu hamil
62
dikategorikan kepada kelompok pengetahuan gizi rendah (skor jawaban benar
<60%), sedang (skor jawaban benar 60 – 80%) dan tinggi (skor jawaban benar
>80%). Kebiasaan merokok dan paparan terhadap obat nyamuk merupakan bagian
dari pernyataan ibu hamil sehubungan dengan perilaku kesehatan. Nilainya
dianalisis berdasarkan skor jawaban ibu hamil terhadap kebiasaan mereka
merokok dalam sehari (ya/tidak) serta penggunaan obat nyamuk setiap hari
(ya/tidak).
Sebelum data dianalisis terlebih dahulu diadakan pengolahan data melalui
proses editing, coding, cleaning dan tabulasi data. Hubungan antara dua variabel
yang diamati diukur dengan melakukan uji korelasi Pearson dan Spearman.
Pengaruh pertambahan berat badan ibu hamil serta umur kehamilan, status gizi
ibu dan status sosial ekonomi terhadap berat bayi dan panjang bayi lahir dianalisis
dengan regresi linier berganda.
Analisis Data
Prevalensi pertumbuhan janin terhambat
Prevalensi pertumbuhan janin terhambat dianalisis berdasarkan banyaknya
kejadian bayi yang lahir dengan berat lahir dibawah 10 persentil terendah dari
semua ibu hamil. Prevalensi PJT juga diamati berdasarkan kelompok status sosial
ekonomi dan status gizi yang berbeda.
Prevalensi BBLR
Prevalensi BBLR dianalisis berdasarkan banyaknya kejadian bayi yang lahir
dengan berat lahir < 2500g dari semua ibu hamil. Prevalensi BBLR juga diamati
berdasarkan kelompok status sosial ekonomi dan status gizi yang berbeda.
Hubungan status sosial ekonomi dan status gizi awal kehamilan dengan
ukuran antropometrik bayi
Untuk mengetahui ada / tidaknya hubungan status sosial ekonomi dan status
gizi ibu awal kehamilan terhadap ukuran antropometrik bayi, dilakukan analisis
korelasi Spearmann.
Faktor – faktor yang memengaruhi pertambahan berat badan ibu selama
kehamilan
Untuk menganalisis faktor – faktor yang diduga memengaruhi pertambahan
badan ibu selama kehamilan dilakukan uji regresi linier berganda. Peubah –
63
peubah yang diduga memengaruhi pertambahan berat badan ibu selama
kehamilan, yaitu status gizi ibu awal kehamilan (IMT), usia kehamilan ibu
(minggu), skor pengetahuan gizi akhir kehamilan, status sosial ekonomi, tinggi
badan ibu awal kehamilan, kadar Hb darah awal kehamilan, konsumsi protein
awal kehamilan, skor kebiasaan merokok dan paparan obat nyamuk dianalis
dengan uji regresi linier berganda dengan metode stepwise.
Model persamaan regresi linier berganda adalah sebagai berikut:
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7 + β8X8 + ε
dimana :
Y = pertambahan berat badan ibu
X1 = status gizi ibu awal kehamilan (IMT)
X2 = usia kehamilan (minggu)
X3 = skor pengetahuan gizi akhir kehamilan
X4 = status sosial ekonomi
X5 = tinggi badan ibu awal kehamilan
X6 = kadar Hb darah awal kehamilan
X7 = konsumsi protein awal kehamilan
X8 = skor kebiasaan merokok dan paparan obat nyamuk
βo = intercept
β1, β2, β3, β4, β5, β6, β7, β8, β9…… βi = koefisien regresi,
ε = galat.
Faktor – faktor yang memengaruhi berat bayi lahir, panjang bayi lahir serta
lingkar kepala bayi lahir
Untuk menganalisis faktor - faktor yang diduga memengaruhi berat lahir,
panjang lahir dan lingkar kepala bayi lahir dilakukan analisis regresi linier
berganda. Faktor – faktor yang diduga memengaruhi berat bayi lahir, panjang bayi
lahir serta lingkar kepala bayi lahir kehamilan, yaitu status gizi ibu awal
kehamilan (IMT), usia kehamilan ibu (minggu), skor pengetahuan gizi akhir
kehamilan, status sosial ekonomi, tinggi badan ibu awal kehamilan, kadar Hb
darah awal kehamilan, konsumsi protein awal kehamilan, skor kebiasaan merokok
dan paparan obat nyamuk dianalis dengan uji regresi linier berganda dengan
metode Stepwise.
64
Model analisis regresi linier ganda adalah sebagai berikut:
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7 + β8X8 + β9X9 + ε
dimana :
Y = berat bayi lahir/panjang bayi lahir/lingkar kepala bayi
X1 = status gizi ibu awal kehamilan (IMT)
X2 = usia kehamilan (minggu)
X3 = skor pengetahuan gizi akhir kehamilan
X4 = status sosial ekonomi
X5 = tinggi badan ibu awal kehamilan
X6 = kadar Hb darah awal kehamilan
X7 = konsumsi protein awal kehamilan
X8 = skor kebiasaan merokok dan paparan obat nyamuk
X9 = Standardized Residual pertambahan BB (digunakan saat analisis
faktor yang mempengaruhi ukuran antropometrik bayi).
βo = intercept
β1, β2, β3, β4, β5, β6, β7, β8, β9…… βi = koefisien regresi,
ε = galat.
Dalam analisis faktor – faktor yang memengaruhi berat bayi lahir, panjang
bayi lahir dan lingkar kepala bayi lahir disertakan Standardized Residual
pertambahan berat badan ibu hamil. Penyertaan Standardized Residual dalam
analisis regresi terhadap faktor – faktor yang memengaruhi berat bayi lahir,
panjang bayi lahir serta lingkar kepala bayi disebabkan karena berdasarkan uji
korelasi diketahui bahwa pertambahan berat badan ibu berkorelasi tinggi dengan
tinggi badan ibu. Sehingga, untuk mengurangi pengaruh kolinieritas tersebut,
maka dalam analisis digunakan standardized residual pertambahan berat badan.
65
Definisi Operasional
1. Contoh : ibu hamil usia 20 – 35 tahun yang haidnya terlambat dan tes urine
kehamilan positif dengan usia kehamilan 2 – 8 minggu.
2. Ibu anemia : ibu dengan kadar Hb darah <11mg/L
3. Status sosial ekonomi tinggi : keadaan sosioekonomi keluarga ibu hamil
yang secara sederhana diproksi dari kemampuan mengakses layanan
persalinan di RSIA Hermina.
4. Status sosial ekonomi rendah : keadaan sosioekonomi keluarga ibu hamil
yang secara sederhana diproksi dari kemampuan mengakses layanan
persalinan di Puskesmas.
5. Status gizi ibu awal kehamilan : keadaan gizi ibu hamil yang dianalisis
berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT = BB(kg)/TB(m)2), yang selanjutnya
dikategorikan kepada status gizi :
a. Kurus : ibu dengan IMT <18.5
b. Normal : ibu dengan IMT 18.5 – 25.00
c. Gemuk : ibu dengan IMT 25.01 – 27.00
d. Gemuk sekali : IMT > 27.0
6. Usia kehamilan : lama ibu mengandung, dihitung mulai dari hari pertama
haid terakhir ibu. Diketahui dari pernyataan ibu hamil yang kemudian
disesuaikan dengan hasil pemeriksaan bidan/dokter kebidanan.
7. Berat badan ibu : hasil pengukuran berat badan pada awal kehamilan (2 – 8
minggu yang diperoleh dari catatan medik persalinan. berat badan ini
dianggap sebagai berat badan awal kehamilan.
8. Tinggi badan ibu : hasil pengukuran tinggi badan ibu pada awal kehamilan
(>8 minggu usia kehamilan)
9. Pertambahan berat badan ibu : angka yang menunjukkan besarnya
kenaikan berat badan ibu yang diukur saat awal kehamilan sampai saat
menjelang melahirkan.
10. Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) : bayi yang lahir dengan berat lahir
<2500gr
66
11. Bayi dengan pertumbuhan janin terhambat (PJT): bayi pada 10 persentil
berat lahir terendah dari keseluruhan bayi baru lahir.
12. Bayi dengan panjang lahir pendek (PLP): bayi yang lahir dengan panjang
lahir <46 cm
13. Bayi normal : bayi yang lahir dengan berat lahir >2500gr
14. Bayi preterm : bayi yang lahir pada saat usia kehamilan ibu <37 minggu
15. Bayi aterm : bayi yang lahir saat usia kehamilan ibu ≥ 37 minggu.
16. Konsumsi gizi ibu hamil : jumlah zat gizi yang dikonsumsi ibu hamil yang
dihitung dari data konsumsi pangan ibu hamil yang dikumpulkan pada
trimester ketiga kehamilan. zat gizi yang dianalisis yaitu energi, protein,
lemak, karbohidrat, vit A vit C, thiamin, folat, B12, kalsium, fosfor, besi dan
seng.
17. Pengetahuan gizi ibu hamil : skor yang diperoleh dari penjumlahan setiap
jawaban yang benar yang diberikan kepada ibu hamil yang terkait dengan
pengetahuan gizi ibu
18. Perilaku kesehatan ibu hamil : skor yang diperoleh dari setiap praktek yang
benar dari ibu hamil yang diduga berpengaruh terhadap kualitas kesehatan ibu
dan janin.
19. Pendidikan ibu / suami : Tingkat pendidikan formal yang diselesaikan ibu
dan suami, sebagai berikut :
a. Sekolah dasar
b. SLTP
c. SLTA
d. Perguruan Tinggi
20. Pekerjaan suami :
Bekerja adalah mereka yang melakukan pekerjaan dengan maksud
memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan
lamanya bekerja paling sedikit 1 jam/hari secara kontinyu dalam seminggu yang
lalu (BPS 1989).
67
A. Jenis Pekerjaan
a) PN
(Pegawai
Negeri)
adalah
pegawai
yang
bekerja
dikantor
pemerintah dan gajinya dibayar oleh pemerintah, termasuk Tentara
Nasional Indonesia dan Polisi
b) Wiraswasta/pedagang adalah orang yang mempunyai usaha sendiri dan
memperoleh pendapatan dari hasil usaha tersebut, di bidang jasa, industri
dan perdagangan yang diketahui dari pernyataan responden.
c) Petani adalah orang yang mempunyai usaha dan memperoleh pendapatan
dari hasil usaha pertanian, bercocok tanam, budidaya ikan dan tanah.
d) Buruh, pekerja kasar adalah pekerja yang bekerja terutama dengan tenaga
badan untuk mendapatkan upah/gaji, misalnya buruh tani, buruh bangunan
dan kuli.
e) Lain-lain, ialah suami yang pekerjaan bukan salah satu diatas, misalnya
pengamen dan tukang ojek.
B. Posisi dalam pekerjaan
a) Pimpinan adalah orang yang memimpin dalam kelompok suatu unit
pekerjaan atau usaha.
b) Staf/karyawan biasa adalah orang-orang yang bekerja membantu pimpinan
suatu uint kerja atau usaha.
c) Tidak dapat ditentukan posisinya adalah orang yang bekerja formal tetapi
tidak dapat ditentukan posisinya, misal pesuruh, cleaning service.
d) Tidak ada posisi adalah orang yang bekerja secara infomal seperti tukang
ojek, pengamen, calo, preman dan lain-lain
21. Pendapatan perkapita perbulan : Jumlah penerimaan suami, istri (bila
bekerja) dan anggota keluarga lain dalam jangka satu bulan dibagi jumlah
anggota keluarga.
22. Penyakit: jenis-jenis gangguan kesehatan yang dialami ibu selama kehamilan
yang diperoleh dari catatan medik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Ibu Hamil
Rata – rata usia ibu hamil 28.48 tahun. Frekuensi melahirkan (paritas) ibu
hamil dengan status sosial ekonomi tinggi lebih rendah (1.71±0.87) dibandingkan
ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah (2.05±1.22).
Tingkat pendidikan formal yang ditempuh ibu hamil dengan status ekonomi
tinggi lebih baik dibandingkan ibu dengan status sosial ekonomi rendah. Sebagian
besar (65.5%) ibu dengan status sosial ekonomi tinggi menempuh pendidikan
formal sampai Perguruan Tinggi, sedangkan ibu dengan status sosial ekonomi
rendah hanya sebagian kecil (6.5%) yang menempuh pendidikan formal sampai
Perguruan Tinggi (Tabel 13).
Tabel 13 Karakteristik ibu hamil menurut kategori status sosial ekonomi
No.
Peubah
1
Usia ibu (tahun)
2
Paritas
3
Pendidikan
− SD
− SLTP
− SLTA
− PT
Pekerjaan
− Bekerja
− Tidak bekerja
Agama
− Islam
− Katolik
− Protestan
− Budha
− Hindu
4
5
SE Rendah
( x + sd )
27.66 ± 4.77
2.05 ± 1.22
n
%
SE Tinggi
( x + sd )
29.33 ± 3.77
1.71 ± 0.87
%
n
Total
( x + sd )
28.48 ± 4.38
1.89 ± 1.07
%
n
87
88
129
21
26.8
27.1
39.7
6.5
0
7
101
205
0.0
2.2
32.3
65.5
87
95
230
226
13.7
14.9
36.1
35.4
38
287
11.7
88.3
156
157
49.8
50.2
194
444
30.4
69.6
308
7
10
0
0
94.8
2.2
3.1
0.0
0.0
253
15
38
6
1
80.8
4.8
12.1
1.9
0.3
561
22
48
6
1
87.9
3.4
7.5
0.9
0.2
SE = Status Sosial Ekonomi diproksi dari Akses ke layanan Puskesmas (SE rendah) dan Akses
layanan di RS Hermina (SE tinggi)
68
69
Sebagian besar ibu hamil tidak bekerja (69.6%). Persentase ibu hamil
dengan status sosial ekonomi tinggi yang bekerja lebih besar (49.8%)
dibandingkan ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah (11.7%).
Karakteristik Suami
Rata – rata usia suami ibu hamil 32.38 tahun. Suami ibu dengan status sosial
ekonomi tinggi rata – rata lebih tua (32.90±4.39 tahun) dibandingkan suami ibu
dengan status sosial ekonomi rendah (31.88±6.06 tahun). Rata – rata tinggi badan
suami ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi 166.24±4.94 cm, lebih tinggi
dibandingkan rata – rata tinggi badan suami ibu hamil dengan status sosial
ekonomi rendah (163.71±5.46 cm).
Tabel 14 Karakteristik suami menurut kategori status sosial ekonomi
No.
Peubah
SE Rendah
SE Tinggi
Total
( x + sd )
( x + sd )
( x + sd )
31.88 ± 6.06
32.90 ± 4.39
32.38 ± 5.33
Tinggi badan (cm)
163.71 ± 5.46
166.24 ± 4.94
3
Besar pendapatan/kap/bln
155.095±76.553
942.739±771.690 541.510±670.777
4
Pendidikan
− SD
− SLTP
− SLTA
− PT
Pekerjaan
− Pegawai Negeri
− Wirausaha
− Petani
− Buruh
− Karyawan swasta
− Lain-lain
Posisi kerja dalam
pekerjaan
− Pimpinan
− Staf/karyawan biasa
− Tidak dapat ditentukan
− Tidak ada posisi
1
Usia (tahun)
2
5
6
164.95±5.36
n
%
n
%
n
%
62
80
159
24
19.1
24.6
48.9
7.4
0
2
85
226
0.0
0.6
27.2
72.2
62
82
244
250
9.7
12.9
38.2
39.2
9
175
1
85
2
57
2.7
53.2
0.3
25.8
0.6
17.3
29
110
1
0
154
20
9.2
35.0
0.3
0.0
49.1
6.4
38
285
2
85
156
77
5.9
44.3
0.3
13.3
24.4
12.0
6
106
46
171
1.8
32.2
14.0
52.0
22
259
16
17
7.0
82.5
5.1
5.4
28
365
62
188
4.4
56.8
9.6
29.2
SE = Status Sosial Ekonomi diproksi dari Akses ke layanan Puskesmas (SE rendah) dan Akses
layanan di RS Hermina (SE tinggi)
70
Besarnya pendapatan perkapita keluarga perbulan rata-rata sebesar Rp.
541.510±670.777. Rata – rata pendapatan keluarga dengan status sosial ekonomi
tinggi sebesar Rp. 942.739±771.690, lebih tinggi dibandingkan dengan rata – rata
pendapatan perkapita keluarga dengan status sosial ekonomi rendah yaitu sebesar
Rp. 155.095±76.553. Tingkat pendidikan formal suami ibu dengan status ekonomi
tinggi lebih baik dibandingkan dengan suami ibu dengan status sosial ekonomi
rendah. Sebagian besar suami ibu hamil dengan status sosial tinggi menempuh
pendidikan formal sampai Perguruan Tinggi (72.2%), sedangkan suami ibu hamil
dengan status sosial ekonomi rendah hanya sebagian kecil (7.4%) yang
menempuh pendidikan formal sampai Perguruan Tinggi.
Sebagian besar suami ibu hamil berwirausaha (44.3%). Persentase suami ibu
hamil dengan status sosial ekonomi rendah yang berwirausaha lebih besar (53.2%)
dibandingkan suami ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi (35.0%).
Suami ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi sebagian besar bekerja
sebagai karyawan swasta (49.1%), sedangkan suami ibu hamil dengan status
sosial ekonomi rendah hanya 0.6% yang bekerja sebagai karyawan swasta.
Berdasarkan posisi di tempat mereka bekerja, sebagian besar suami
menempati posisi sebagai karyawan biasa (56.8%). Sebagian besar (52%) suami
ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah tidak memiliki posisi di tempat
bekerja, sedangkan suami ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi hanya
5.4% yang tidak memiliki posisi di tempat bekerja.
Data pada Tabel 14 (khususnya pendidikan suami dan pendapatan keluarga)
dapat menjelaskan bahwa akses layanan ke RSIA Hermina dan Puskesmas
masing-masing dapat dijadikan proksi terhadap tinggi rendahnya status sosial
ekonomi ibu hamil.
Status Gizi dan Konsumsi Gizi
Status Gizi Awal Kehamilan Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Ibu hamil memasuki masa kehamilan dengan status gizi normal, hal ini
didasarkan Indeks Massa Tubuh ibu sebelum kehamilan yaitu 20.97±2.93.
Sebaran status gizi ibu hamil berdasarkan IMT disajikan pada Tabel 15.
71
Rata – rata tinggi badan ibu hamil 156.06 ± 4.38 5.39 cm. Ibu hamil dengan
status sosial ekonomi tinggi memiliki rata – rata tinggi badan 157.52±4.92 cm,
lebih tinggi dibandingkan rata – rata tinggi badan ibu hamil dengan status sosial
ekonomi rendah (154.71±5.46 cm).
Tabel 15 Keadaan gizi ibu hamil menurut kategori status sosial ekonomi
No.
Peubah
x + sd )
( x + sd )
156.06±5.39
BB sebelum hamil (kg)
49.05 ± 7.14
53.33 ± 8.19
51.14 ± 7.98
BB menjelang melahirkan (kg)
59.80 ± 8.05
67.34 ± 9.36
63.52 ± 9.50
9.56 ± 3.32
13.32 ± 4.39
11.41 ± 4.31
0.24 ± 0.08
0.34 ± 0.11
0.29 ± 0.11
20.97 ± 2.93
2
3
5
Total
157.52 ± 4.92
Tinggi ibu sebelum hamil (cm)
Pertambahan berat badan total
selama hamil (kg)
Pertambahan berat badan perminggu
selama hamil (kg)
( x + sd )
SE Tinggi
154.71 ± 5.46
1
4
SE Rendah
(
6
IMT awal kehamilan
20.48 ± 2.63
21.49 ± 3.11
7
Status gizi (IMT) awal kehamilan
− Kurus (IMT<18,5)
− Normal (IMT 18,5 – 25.0)
− Gemuk (MT 25.01 – 27.0)
− Gemuk sekali (IMT >27.0)
n
59
248
11
7
%
18.2
76.3
3.4
2.2
n
47
227
23
16
%
15.0
72.5
7.3
5.1
( x + sd )
(
x + sd )
( x + sd )
27.52±2.91
n
%
26.62±2.86
n
%
8
LILA (cm)
− berisiko KEK (LILA <23.5cm)
− tidak berisiko KEK
(LILA ≥23.5cm)
25.76±2.52
n
%
13.5
86.5
11
302
3.5
96.5
( x + sd )
(
x + sd )
44
281
n
106
475
34
23
55
583
%
74.5
16.6
5.3
3.6
8.6
91.4
( x + sd )
11.61 ± 1.17 11.49 ± 1.01
11.37 ± 0.82
11.62 ± 1.19 11.50 ± 1.00
11.39 ± 0.78
11.53 ± 1.07 11.41 ± 1.06
11.20 ± 1.02
10
34.96 ± 3.56 33.92 ± 3.19
32.96 ± 2.40
34.99 ± 3.64 33.91 ± 3.18
32.98 ± 2.36
34.83 ± 3.25 34.11 ± 3.19
32.84 ± 2.67
n
%
n
%
n
%
11
Anemia (Hb<11g/dl)
58
17.8
86
27.5
144 22.6
– konsumsi suplemen besi
48
82.8
69
80.2
117 81.3
– tidak konsumsi suplemen besi
11
17.2
17
19.8
27 18.8
SE = Status Sosial Ekonomi diproksi dari Akses ke layanan Puskesmas (SE rendah) dan Akses
layanan di RS Hermina (SE tinggi)
9
Kadar Hb (g/dl)
– konsumsi suplemen besi
– tidak konsumsi suplemen besi
Kadar Ht
– konsumsi suplemen besi
– tidak konsumsi suplemen besi
Ibu dengan status sosial ekonomi tinggi memiliki rata – rata berat badan
sebelum hamil 53.33± 8.19 kg, sedangkan rata – rata berat badan ibu hamil
72
dengan status gizi rendah 49.05±7.14 kg. Demikian juga dengan rata – rata berat
badan ibu menjelang melahirkan. Ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi
memiliki rata – rata berat sebesar 67.34 ±9.36 kg, sedangkan rata – rata berat
badan menjelang melahirkan ibu dengan status sosial ekonomi rendah sebesar
59.80 ± 8.05 kg.
Persentase ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah dengan status gizi
kurus (IMT<18.5) sebelum kehamilan lebih besar (18.2%) dibandingkan ibu
hamil hamil dengan status sosial ekonomi tinggi (15.0%). Persentase ibu hamil
dengan status sosial ekonomi tinggi dengan status gizi gemuk (IMT 25.01-27.0) di
awal kehamilan sebanyak 7.3%, lebih besar dibandingkan ibu hamil dengan status
ekonomi rendah (3.4%). Persentase ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi
dengan status gizi gemuk sekali (IMT >27.0) di awal kehamilan lebih besar
(5.1%) dibandingkan ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah (2.2%).
Status gizi ibu adalah faktor lingkungan intrauterin utama pada
perkembangan janin. Peningkatan status gizi ibu hamil yang optimal tidak hanya
menjamin perkembangan janin yang optimal, tetapi juga mengurangi risiko
penyakit kronik pada masa dewasa (Wu et al 2004).
Status Gizi Awal Kehamilan Berdasarkan Lingkar Lengan Atas (LILA)
Kekurangan energi kronis (KEK) ibu hamil dianalisis dengan menggunakan
lingkar lengan atas (LILA) sebagai indikator. Menurut Depkes RI (1994), LILA
pada kelompok wanita usia subur merupakan salah satu deteksi dini untuk
mengetahui risiko KEK. Apabila ukuran LILA<23.5 cm, berarti ibu hamil
berisiko mengalami KEK dan jika ukuran LILA ≥23.5 cm berarti ibu hamil tidak
berisiko mengalami KEK.
Dari Tabel 15 diketahui bahwa rata – rata lingkar lengan atas (LILA) ibu
hamil dengan status sosial ekonomi tinggi sebesar 27.52±2.91 cm, sedangkan
LILA ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah sebesar 25.76±2.52 cm.
Meskipun rata – rata LILA ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi lebih
besar dari rata – rata LILA ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah, tetapi
berdasarkan indikator Depkes RI (1994) diketahui bahwa ibu hamil termasuk
kategori tidak berisiko kekurangan energi kronik (KEK). Persentase ibu hamil
dengan status sosial ekonomi tinggi yang tidak berisiko KEK sebesar 96.5%,
73
sedangkan ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah yang tidak berisiko
KEK sebesar 86.5%.
Kurang energi kronis pada kehamilan diketahui berdampak negatif terhadap
ibu hamil serta janin yang dikandungnya. Dampak negatif tersebut antara lain
adalah risiko kematian ibu saat melahirkan dan melahirkan bayi dengan berat lahir
rendah (BBLR). Penelitian di Jawa Barat yang dilakukan Sumarno et al. (1998)
menunjukkan bahwa ibu hamil dengan lingkar lengan atas <23 cm mempunyai
risiko 2.3 kali lebih besar melahirkan bayi BLR dibandingkan dengan risiko pada
ibu yang memiliki ukuran LILA normal (Dinkes Jabar 2003).
Status Gizi Awal Kehamilan Berdasarkan Kadar Hb dan Ht Darah
Anemia gizi adalah suatu kejadian dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam
darah kurang dari normal. Kadar Hb berbeda untuk setiap kelompok umur dan
jenis kelamin. Di Indonesia, masalah anemia gizi besi masih merupakan masalah.
Prevalensi anemia gizi besi paling tinggi ditemukan pada ibu hamil. Nilai ambang
batas (cut off point) penentuan status anemia menurut WHO adalah Hb 11.0 g/dl.
Artinya, apabila kadar Hb di bawah angka tersebut, ibu hamil dinyatakan
mengalami anemia gizi besi (Supriasa et al. 2002).
Dari Tabel 15 diatas, diketahui bahwa rata – rata kadar Hb dan Ht darah ibu
hamil dengan status ekonomi tinggi berturut–turut 11.61±1.17g/dl dan 34.96±3.56
g/dl. Angka ini lebih besar dibandingkan kadar Hb dan Ht darah ibu hamil dengan
status sosial ekonomi rendah, yaitu sebesar 11.37±0.82g/dl dan 32.96±2.40g/dl
masing – masing untuk Hb dan Ht darah. Meskipun rata – rata kadar Hb dan Ht
darah ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi lebih baik, tetapi hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa risiko anemia pada ibu hamil di awal
kehamilannya rendah, berdasarkan data bahwa rata – rata kadar Hb darah ibu
11.49±1.01g/dl (>11g/dl) dan Ht darah ibu 33.92 ± 3.19. Rata – rata kadar Hb dan
Ht darah ibu hamil yang mengonsumsi suplemen besi baik ibu dengan status
sosial ekonomi tinggi maupun ekonomi rendah lebih baik dibandingkan ibu hamil
yang tidak mengonsumsi suplemen besi.
Berdasarkan kategori status gizi ibu hamil, diketahui bahwa kadar Hb darah
ibu hamil dengan kategori status gizi gemuk sekali paling besar dibandingkan
dengan ibu hamil dengan kategori status gizi lainnya. Hal yang sama juga
74
ditemukan pada kadar Ht darah ibu. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
kadar Ht darah ibu dengan status gizi gemuk sekali paling tinggi dengan kadar Ht
darah ibu hamil dengan status gizi lainnya. Persentase ibu hamil kurus yang
anemia yang mengonsumsi suplemen besi paling besar dibandingkan dengan ibu
hamil kategori status gizi lainnya yang anemia yang mengonsumsi suplemen besi
(Tabel 16).
Tabel 16 Keadaan gizi ibu hamil menurut kategori status gizi
Status Gizi Ibu Hamil
No.
Peubah
Kurus
(
x + sd )
Normal
( x+
sd )
Gemuk
( x+
sd )
Gemuk
Sekali
( x+
sd )
1
Tinggi ibu sebelum hamil (cm)
156.62±6.26
155.83±5.16
156.82±5.56
157.15±5.40
2
BB sebelum hamil (kg)
42.38 ± 3.88
51.19 ± 5.47
63.85 ± 4.71
71.72 ± 5.60
3
BB menjelang melahirkan (kg)
55.65 ± 7.40
63.38± 7.50
74.89 ± 6.49
85.84 ± 7.60
4
Pertambahan berat badan total
selama hamil (kg)
Pertambahan berat badan
perminggu selama hamil (kg)
11.60 ± 4.44
11.36 ± 4.24
10.27 ± 4.01
13.19 ± 5.08
0.30 ± 0.12
0.29 ± 0.11
0.26 ± 0.10
0.34 ± 0.13
5
6
IMT awal kehamilan
17.27 ± 1.14
21.05 ± 1.74
25.93 ± 0.58
29.05 ± 1.91
7
LILA (cm)
23.84 ± 2.03
n
%
26.72 ± 2.31
n
%
30.44 ± 2.64
n
%
31.70 ± 1.94
n
%
− berisiko KEK
(LILA <23.5cm)
8
9
10
− tidak berisiko KEK
(LILA ≥23.5cm)
Kadar Hb (g/dl)
– konsumsi suplemen besi
– tidak konsumsi suplemen besi
Kadar Ht
– konsumsi suplemen besi
– tidak konsumsi suplemen besi
Anemia (Hb<11g/dl)
– konsumsi suplemen besi
– tidak konsumsi suplemen besi
38
35.8
17
3.6
0
0.0
0
0.0
68
64.2
458
96.4
34
100
23
100
11.28 ± 0.97
11.25 ± 1.02
11.41 ± 0.69
33.30 ± 2.99
33.23 ± 3.13
32.62 ± 2.34
n
%
27
23
4
25.5
85.2
14.8
11.49 ± 1.00
11.52 ± 0.77
11.33 ± 1.10
33.92 ± 3.15
33.92 ± 3.15
33.92 ± 3.21
n
%
107
87
20
22.5
81.3
19.4
11.75 ± 1.22
11.69 ± 1.19
11.94 ± 1.38
34.98 ± 3.49
34.72 ± 3.47
35.82 ± 3.66
n
%
7
5
2
20.6
71.4
28.6
11.94 ± 1.00
12.02 ± 0.97
11.66 ± 1.15
35.86 ± 3.28
35.88 ± 3.00
35.79 ± 4.59
n
%
3
2
1
13.0
66.7
33.3
Hasil penelitian Sumarno et al (1984) menunjukkan bahwa ibu hamil dengan
Hb<10g/dl mempunyai risiko melahirkan bayi BLR 2.5 kali lebih besar
dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia (Dinkes Jabar 2003). Bayi yang lahir
dari ibu yang anemia gizi besi mempunyai risiko kekurangan besi yang akan
75
berdampak pada gangguan tumbuh kembang anak dan akan mengganggu
kecerdasan dan kemampuan fisik anak.
Kadar Hb selama kehamilan berkurang sampai 10% akibat dilusi fisiologis
pada hemoglobin yang menyebabkan konsentrasi serum zat besi, saturasi
transferin, dan konsentrasi feritin ikut menurun (Truswell 1999).
Konsumsi Gizi
Konsumsi pangan ibu hamil pada trimester ketiga usia kehamilan
menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi energi, protein, lemak, karbohidrat,
thiamin, kalsium dan fosfor memenuhi tingkat kecukupan yang dianjurkan
(konsumsi >70%AKG = Angka Kecukupan Gizi), sedangkan rata-rata konsumsi
vitamin A, vitamin C, folat, vitamin B12, zat besi dan seng masih kurang dari
tingkat kecukupan yang dianjurkan (<70% AKG). Kuantitas konsumsi gizi ibu
hamil berdasarkan AKG disajikan pada Tabel 17.
Tabel 17 Konsumsi gizi ibu hamil menurut kategori status sosial ekonomi
No
Konsumsi
Gizi
Satuan
SE Rendah
SE Tinggi
Total
AKG
( x + sd )
( x + sd )
( x + sd )
1633.06 ± 658.97 2162.24 ± 641.66 1891.48±701.90 2485
56.57 ± 74.66
74.66 ± 28.66
65.41 ± 30.93 60
1
2
Energi
Protein
kkal
g
3
Lemak
g
45.86 ± 62.59
62.59 ± 38.01
4
Karbohidrat
g
256.00 ± 326.55
326.55 ± 88.84
Vitamin A
RE
287.90 ± 391.71
6
Vitamin C
mg
33.28 ± 56.52
56.52 ± 40.30
44.63 ± 45.10
70
7
Thiamin
mg
0.83 ± 1.19
1.18 ± 0.74
1.00 ± 0.81
1,2
8
Folat
μg
148.26 ± 214.34
9
Vitamin B12
mg
1.61 ± 1.92
Kalsium
mg
606.45 ± 990.70 990.70 ± 1072.37 794.10 ± 987.25 900
11
Fosfor
mg
899.35 ± 1220.98 1220.98 ± 468.80 1056.41± 522.73 650
12
Zat Besi
mg
9.72 ± 12.60
12.60 ± 6.61
11.13 ± 7.58
44
13
Seng
mg
6.56 ± 8.36
8.36 ± 3.07
7.44 ± 3.27
20
5
10
54.03 ± 39.60
75
290.45 ± 93.70 363
391.71 ± 265.26 338.60 ± 328.66 700
214.34 ± 110.04 180.53 ± 133.80 300
1.92 ± 1.26
1.76 ± 1.28
1,3
SE = Status Sosial Ekonomi diproksi dari Akses ke layanan Puskesmas (SE rendah) dan Akses layanan di RS
Hermina (SE tinggi)
Dengan mempertimbangkan bahwa intik zat gizi <70% AKG menunjukkan
rawan gizi, maka berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ibu hamil pada
76
penelitian ini berisiko tinggi defisiensi vitamin A, vitamin C, folat, vitamin B12,
zat besi dan seng.
Konsumsi gizi ibu hamil dari status sosial ekonomi rendah lebih
memprihatinkan dibandingkan ibu hamil dari status sosial ekonomi tinggi. Hampir
semua intik zat gizi ibu hamil dari SE rendah rata – rata <70% AKG (lemak,
karbohidrat, vitamin A, vitamin C, thiamin, folat, vitamin B12, kalsium, zat besi
dan seng). Rendahnya intik zat gizi ibu hamil dengan status sosial ekonomi ini
disebabkan karena intensitas dan kuantitas konsumsi pangan lebih rendah
dibandingkan dengan ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi.
Meskipun konsumsi gizi ibu hamil dari status sosial ekonomi tinggi lebih
baik dibanding ibu hamil dari status sosial ekonomi rendah, namun konsumsi gizi
tertentu masih rendah, yaitu vitamin A, vitamin C, folat, vitamin B12, zat besi dan
seng (Tabel 18).
Tabel 18 Tingkat kecukupan gizi ibu hamil menurut kategori
status sosial ekonomi
No
Tingkat Kecukupan
SE Rendah
SE Tinggi
Total
1
2
Energi
Protein
70.92± 30.73
98.29± 31.27
84.34± 33.86
88.09 ± 50.43
116.47 ± 46.43
102.02 ± 50.51
3
Lemak
60.03 ± 53.78
85.32 ± 52.36
72.44 ± 54.54
4
Karbohidrat
68.17 ± 23.43
91.36 ± 26.40
79.56 ± 27.48
5
Vitamin A
21.34 ± 27.42
29.02 ± 19.68
25.11 ± 24.22
6
Vitamin C
33.38 ± 46.79
56.45 ± 40.35
44.70 ± 45.21
7
Thiamin
64.04 ± 63.52
98.11 ± 61.54
80.75 ± 64.79
8
Folat
29.71 ± 29.35
42.89 ± 22.04
36.18 ± 26.82
63.07 ± 45.88
9
Vitamin B12
57.71 ± 45.84
68.65± 45.33
10
Kalsium
63.95 ± 89.67
104.48 ± 113.01
83.8 ± 103.71
11
Fosfor
149.00 ± 82.12
203.50 ± 78.25
175.74 ± 84.69
12
Zat Besi
30.47 ± 25.68
39.36 ± 20.68
34.83 ± 23.76
13
Seng
47.07 ± 22.80
58.24 ± 21.43
52.55 ± 22.82
SE = Status Sosial Ekonomi diproksi dari Akses ke Puskesmas (SE rendah) dan Akses Pelayanan di RS
Hermina (SE tinggi)
Berdasarkan kategori status gizi ibu hamil diketahui bahwa rata-rata
konsumsi gizi energi, protein, lemak, vitamin A, vitamin C, folat, vitamin B12,
fosfor, zat besi dan seng ibu hamil dengan status gizi gemuk sekali lebih besar
dibandingkan dengan ibu kategori status gizi lainnya.
77
Rata-rata konsumsi gizi kalsium ibu hamil dengan status gizi gemuk sekali
paling rendah dibandingkan dengan konsumsi kalsium ibu hamil dengan status
gizi lainnya.
Tabel 19 Konsumsi gizi ibu hamil menurut kategori status gizi
No.
Konsumsi
Gizi
Status Gizi Ibu Hamil
Satuan
kkal
Kurus
Normal
Gemuk
Gemuk Sekali
1742.60±668.44
1898.54±718.50
g
60.19±29.81
65.59±31.27
71.51±23.64
80.01 ± 35.03
Lemak
g
50.84±39.94
53.89±40.16
60.26±28.53
66.90 ± 41.72
4
Karbohidrat
g
267.31±77.91
292.87±99.26
323.12±55.40
293.99 ± 53.35
5
Vitamin A
RE
319.84±317.30
337.02±332.78
6
Vitamin C
mg
41.23±43.00
44.35±45.15
52.71±42.81
55.92 ± 58.58
7
Thiamin
mg
0.93±0.73
1.03±0.86
0.98±0.51
0.94 ± 0.47
8
Folat
μg
170.33±137.56
179.06±132.14
9
Vitamin B12
mg
1.54±1.10
1.79 ± 1.31
10
Kalsium
mg
705.62±683.73
798.33±1035.59 1166.87±1327.57 669.82± 361.59
11
Fosfor
mg
970.77±497.73
1058.35±531.14
12
Zat Besi
mg
11.14±9.44
10.86 ± 6.98
13.01±8.44
14.46 ± 8.55
13
Seng
mg
6.92 ± 3.24
7.46±3.33
8.01±2.21
8.79 ± 3.42
1
Energi
2
Protein
3
2117.65±490.43 2122.59±648.77
373.10±238.91 429.31± 428.53
202.86±93.77 234.51± 192.16
1.79±1.28
2.25 ± 1.41
1223.98±469.87 1270.06±535.33
Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 20) diketahui bahwa ibu hamil kurus
berisiko tinggi defisiensi lemak, vitamin A, vitamin C, folat, vitamin B12, zat besi
dan seng. Ibu hamil normal berisiko tinggi defisiensi vitamin A, vitamin C, folat,
vitamin B12, zat besi dan seng.
Meskipun rata-rata konsumsi kalsium ibu hamil dengan status gizi gemuk
sekali paling rendah, namun masih memenuhi standar AKG yang dibutuhkan ibu
hamil. Konsumsi gizi karbohidrat dan kalsium ibu hamil dengan kategori status
gizi gemuk paling tinggi dibandingkan dengan konsumsi ibu hamil dengan
kategori status gizi lainnya. Meskipun rata-rata konsumsi gizi tersebut rendah
menurut kategori status gizi yang berbeda, namun berdasarkan AKG yang
dianjurkan, konsumsi gizi karbohidrat ibu hamil telah memenuhi AKG yang
dianjurkan bagi ibu hamil (Tabel 20).
78
Tabel 20 Tingkat kecukupan zat gizi ibu hamil menurut kategori status gizi
No.
Konsumsi
Gizi
Status Gizi Ibu Hamil
Kurus
( x+
1
Energi
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Protein
Lemak
Karbohidrat
Vitamin A
Vitamin C
Thiamin
Folat
Vitamin B12
Kalsium
Fosfor
Zat Besi
Seng
sd )
78.64 ± 31.36
94.82 ± 46.68
68.24 ± 51.72
74.51 ± 24.94
23.69 ± 23.50
41.23 ± 43.00
74.87 ± 60.05
34.07 ± 27.51
55.08 ± 39.54
74.28 ± 71.97
161.79± 82.96
34.80 ± 29.52
48.97 ± 22.53
Normal
( x+
sd )
84.45± 34.78
101.94± 51.18
71.96 ± 55.74
80.06 ± 28.93
24.93 ± 24.38
44.36 ± 45.14
82.38 ± 68.20
35.81± 26.43
63.96 ± 46.78
83.82± 108.36
175.46±85.15
33.92 ± 21.81
52.63 ± 23.12
Gemuk
( x+
sd )
93.71 ± 24.73
110.33± 39.58
80.47 ± 40.46
87.47 ± 15.30
27.64 ± 17.70
52.72± 42.81
79.69 ± 40.98
40.57 ± 18.75
63.97 ± 45.81
122.83±139.74
198.80 ± 70.93
40.65 ± 26.38
56.35 ± 15.47
Gemuk sekali
( x+
sd )
94.72±31.96
124.54±59.35
89.76 ± 58.72
80.46 ± 17.11
31.80 ± 31.74
55.92 ± 58.58
75.85 ± 36.87
46.90 ± 38.43
80.32 ± 50.55
70.51± 38.06
211.67 ± 89.22
45.19 ± 26.71
61.93 ± 24.54
Pertambahan Berat Badan Ibu Selama Hamil
Rata-rata pertambahan berat badan ibu selama kehamilan adalah 11.41±4.31
kg; rata-rata pertambahan berat badan ibu hamil dari status sosial ekonomi tinggi
13.22±4.39 kg sedangkan ibu hamil dari status sosial ekonomi rendah sebesar
9.56±3.31 kg. Berdasarkan status gizi ibu hamil, rata – rata pertambahan berat
badan ibu paling besar pada ibu hamil dengan status gizi gemuk sekali (13.19 ±
5.08 kg). Rata – rata pertambahan berat badan ibu hamil kurus 11.60±4.44 kg,
lebih besar dibandingkan ibu hamil normal 11.36±4.24 kg, ibu gemuk 10.27±4.01
kg.
Rata – rata pertambahan berat badan ibu hamil yang melahirkan bayi BLR
sebesar 8.16±3.40 kg, rata – rata pertambahan berat badan ibu hamil dengan status
sosial ekonomi tinggi sebesar 11.11±3.85 kg, lebih tinggi dibandingkan dengan
pertambahan berat badan ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah yaitu
7.07±2.51 kg. Rata – rata pertambahan berat badan ibu hamil yang melahirkan
bayi normal sebesar 11.61±4.27 kg, rata – rata pertambahan berat badan ibu hamil
dengan status sosial ekonomi tinggi sebesar 13.39±4.39 kg, lebih tinggi
dibandingkan ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah yaitu 9.79±3.29 kg
(Lampiran 2 dan 3).
79
Tabel 21 Pertambahan berat badan selama kehamilan menurut kategori status
sosial ekonomi
Peubah
SE Rendah
SE Tinggi
Total
( x + sd )
( x + sd )
( x + sd )
Pertambahan berat badan (kg)
9.56 ± 3.31
13.22 ± 4.39
11.41 ± 4.31
a) Ibu kurus
9.75 ± 3.58
11.91 ± 4.36
11.60 ± 4.44
−
Bayi BLR
7.90 ± 2.19
11.67 ± 3.47
9.56 ± 3.29
−
Bayi Normal
9.92 ± 3.65
14.12 ± 4.41
11.78 ± 4.50
−
Bayi PJT
8.71 ± 3.67
12.78 ± 3.23
10.59 ± 3.95
9.89 ± 3.56
9.60 ± 3.19
14.08 ± 4.51
13.28 ± 4.42
11.74 ± 4.51
11.36 ± 4.24
− Bayi non-PJT
b) Ibu normal
−
Bayi BLR
7.16 ± 2.45
11.48 ± 4.42
8.06 ± 3.37
−
Bayi Normal
9.81 ± 3.16
13.32 ± 4.42
11.53 ± 4.21
−
Bayi PJT
8.68 ± 3.42
12.32 ± 5.53
9.53 ± 4.24
9.76 ± 3.13
6.77 ± 3.10
13.33 ± 4.37
11.94 ± 3.26
11.56 ± 4.20
10.27 ± 4.01
− Bayi non-PJT
c) Ibu gemuk
−
Bayi BLR
5.17 ± 3.33
7.00 ± 0.00
5.63 ± 2.87
−
Bayi Normal
7.38 ± 3.01
12.17 ± 3.15
10.89± 3.75
−
Bayi PJT
4.83 ± 3.69
− Bayi non-PJT
d) Ibu gemuk sekali
−
Bayi BLR
−
Bayi Normal
−
Bayi PJT
−
Bayi non-PJT
-
4.83 ± 3.69
7.50 ± 2.76
10.86 ± 4.26
11.94 ± 3.26
14.20 ± 5.19
10.78 ± 3.68
13.19 ± 5.08
-
-
-
10.86 ± 4.26
14.23 ± 5.19
13.18 ± 5.08
4.00 ± 0.00
-
4.00 ± 0.00
12.00 ± 3.28
14.20 ± 5.19
13.60 ± 4.78
SE = Status Sosial Ekonomi diproksi dari Akses ke Puskesmas (SE rendah) dan Akses Pelayanan di RS
Hermina (SE tinggi)
Pertambahan berat badan ibu selama hamil cukup baik, hal ini dibuktikan
dari data bahwa rata – rata pertambahan berat badan ibu sebesar 11.41 ± 4.31kg
(baik ibu dengan status sosial ekonomi rendah maupun tinggi mengalami
pertambahan berat badan rata – rata ≥ 6.8 kg; berdasarkan rekomendasi IOM
bahwa pertambahan berat badan selama hamil dikatakan rendah jika < 6.8kg).
Rata – rata pertambahan berat badan ibu hamil dengan status gizi gemuk
yang melahirkan bayi BLR dan PJT lebih kecil dari 6.8 kg. Pertambahan berat
badan ini paling rendah dibandingkan dengan rata-rata pertambahan berat badan
ibu dengan kriteria status gizi lainnya. Rata – rata pertambahan berat badan ibu
80
hamil yang melahirkan bayi BLR lebih besar pada ibu hamil kurus (9.56±3.29
kg), dan rata – rata pertambahan berat badan ibu hamil kurus dengan status sosial
ekonomi tinggi lebih besar dibandingkan dengan ibu status ekonomi rendah dan
status gizi normal, gemuk maupun gemuk sekali.
Pertambahan berat badan ibu hamil yang melahirkan bayi PJT lebih besar
pada ibu hamil dengan status gizi kurus (10.59±3.95 kg) dibandingkan dengan
rata-rata pertambahan berat badan ibu yang melahirkan bayi PJT dengan kategori
status gizi lainnya. Rata-rata pertambahan berat badan ibu hamil kurus dengan
status sosial ekonomi tinggi yang melahirkan bayi PJT lebih besar (12.78±3.23
kg) dibandingkan ibu dengan status gizi lainnya.
Hickey (2000) mengemukakan bahwa faktor sosiokultural seperti etnisitas,
status sosial ekonomi, umur dan pendidikan ibu mempengaruhi pertambahan berat
badan ibu selama hamil. Data nasional Amerika Serikat tahun 1992
mengindikasikan bahwa pertambahan berat badan ibu hamil akan mengalami
peningkatan sejalan dengan meningkatnya tingkat pengetahuan ibu.
Data nasional Amerika Serikat tahun 1996 mengindikasikan bahwa
pertambahan berat badan ibu selama hamil meningkat seiring dengan
meningkatnya tingkat pendidikan ibu. Pertambahan berat badan prenatal juga
berkaitan dengan umur ibu dan paritas. Primipara dilaporkan memiliki
kemungkinan untuk memperoleh pertambahan berat badan rendah (<6.8 kg)
daripada multipara (Hickey 2000).
Berbagai studi telah menunjukkan bahwa pertambahan berat badan ibu
selama masa hamil berkisar antara 8 - 14 kg. Rosso dan Lederman (1982)
menganjurkan pertambahan berat badan 12.5 kg selama masa hamil. Angka ini
lebih tinggi daripada angka pertambahan berat bada masa hamil yang dianjurkan
oleh SNSWGP, Food and Nutrition Board (1990) yang sebesar 11 kg.
Beberapa hasil penelitian di Indonesia menunjukkan angka pertambahan
berat badan yang lebih rendah daripada angka anjuran Rosso dan SNSWGP. Dari
hasil penelitian di Indonesia terungkap bahwa pertambahan berat badan ibu
selama hamil adalah 6.8 kg (Madura) (Kusin dan Kardjati 1994), 8.3 kg
(Purworedjo) (Winkvist et al. 2002), dan 7.8 kg (Bogor) (Hardinsyah dkk 2002).
81
Angka – angka ini lebih rendah karena ibu hamil berasal dari pedesaan yang pada
umumnya dari status sosial ekonomi rendah.
Dari sebuah penelitian yang mengkaji kaitan antara diet, kebiasaan merokok,
dan tekanan psikososial terhadap outcome kehamilan di Amerika Utara, Picone et
al. (2000) menyimpulkan bahwa pertambahan berat badan masa hamil yang
rendah berkaitan dengan asupan pangan yang rendah. Hal ini berkaitan dengan
defisit pada perkembangan plasenta dan ukuran janin.
Tinggi Fundus
Pertambahan usia kehamilan tidak selalu disertai dengan semakin tingginya
fundus. Tinggi fundus ibu hamil mulai dapat dihitung dengan jelas pada minggu
ke-12 kehamilan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi fundus paling tinggi
dicapai saat usia kehamilan 42 minggu (34.17 cm) (Lampiran 4). Gambar 15
menjelaskan pola kenaikan tinggi fundus ibu hamil yang diamati mulai dari usia
kehamilan 22 minggu sampai 43 minggu.
Kurva Tinggi Fundus menurut Usia Kehamilan
42
39
Standar
36
33
Tinggi Fundus (cm)
30
27
24
21
18
15
Hasil Studi
12
9
6
3
0
10
12
14 16
18
20
22 24
26
28
30 32
34
36
38 40
42
44
Usia Kehamilan (minggu)
Gambar 15 Kurva tinggi fundus menurut usia kehamilan ibu
Hasil penelitian ini menunjukkan kecenderungan yang berbeda dengan
peningkatan tinggi fundus standar (Spielberg dalam Muchtar dan Lutan 1998).
82
Peningkatan tinggi fundus standar oleh Spielberg menunjukkan kecenderungan
liniaritas, pertambahan usia kehamilan selalu disertai dengan peningkatan tinggi
fundus, meskipun tidak dalam angka besar/tinggi.
Berbeda dengan hasil penelitian ini, pertambahan usia kehamilan tidak
selalu diikuti dengan peningkatan tinggi fundus. Selain peningkatan tinggi fundus
yang sangat besar pada usia kehamilan 22 – 27 minggu, ditemukan juga bahwa
pada usia kehamilan 29 minggu, 31 minggu, 33 minggu dan 35 minggu terjadi
penurunan tinggi fundus yang berarti. Spielberg menggambarkan bahwa
peningkatan tinggi fundus saat usia kehamilan 22 sampai 27 minggu sebesar
±0.83cm, sedangkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan tinggi
fundus pada usia kehamilan 22 minggu – 27 minggu mencapai 6,0 cm.
(Peningkatan tinggi fundus menurut usia kehamilan dan kisaran standar deviasi
mulai usia kehamilan 20 minggu – 42 minggu disajikan pada Lampiran 5).
Masalah Kesehatan dan Riwayat Kehamilan
Masalah Kesehatan
Pertumbuhan janin merupakan hasil interaksi antara potensi genetik dengan
lingkungan. Ibu yang mulai memasuki masa kehamilan dengan kondisi kesehatan
yang baik dan tidak mengalami masalah pada organ-organ reproduksinya,
berpeluang melahirkan bayi yang lebih sehat dibandingkan ibu-ibu yang
mengalami masalah kesehatan dan gizi. Masalah gizi kronis pada masa kecil akan
memengaruhi tinggi badan di usia dewasa (Ebrahim 1983).
Masalah kesehatan yang dialami ibu hamil berdasarkan pada catatan medik
disajikan pada Tabel 22 dan 23. Sebagian besar ibu hamil (78.5%) tidak merasa
menderita penyakit, sebanyak 1.9% merasa tidak tahu penyakit apa yang mereka
derita. Penyakit yang paling banyak dirasakan oleh ibu adalah batuk pilek (8.5%),
asma 3.1%, darah tinggi dan muntah-muntah hebat 1.7%. Batuk pilek dirasakan
oleh sebanyak 11.5% ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi, sedangkan
ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah sebanyak 5.5%.
Berdasarkan status ekonomi diketahui bahwa sebanyak 4.5% ibu hamil
dengan status sosial ekonomi tinggi yang menderita asma, sedangkan ibu hamil
dengan status sosial ekonomi rendah yang menderita asma sebanyak 2.5%.
83
Berdasarkan status gizi, diketahui bahwa persentase ibu kurus yang menderita
asma lebih besar (5.7%) dibandingkan ibu normal (2.9%), ibu gemuk (2.9%) dan
ibu gemuk sekali (4.3%).
Tabel 22 Sebaran ibu hamil berdasarkan jenis penyakit menurut kategori
status sosial ekonomi*
Jenis Penyakit
Asma
Jantung
Pre-eklamsia
Darah tinggi
Batuk pilek
Hepatitis
Kencing manis
Muntah-muntah hebat
Tidak tahu
Tidak ada
Lain-lain
SE Rendah
SE Tinggi
n
8
1
2
8
18
0
1
5
9
270
5
n
14
0
2
3
36
3
2
6
3
231
19
%
2.5
0.3
0.6
2.5
5.5
0.0
0.3
1.5
2.8
83.1
1.5
%
4.5
0.0
0.6
1.0
11.5
1.0
0.6
1.9
1.0
73.8
6.1
Total
n
22
1
4
11
54
3
3
11
12
501
24
%
3.4
0.2
0.6
1.7
8.5
0.5
0.5
1.7
1.9
78.5
3.8
SE = Status Sosial Ekonomi diproksi dari Akses ke layanan Puskesmas (SE rendah) dan Akses
layanan di RS Hermina (SE tinggi)
∗ satu orang contoh bisa menderita lebih dari satu penyakit
Selain asma, terdapat sebanyak 3.8% ibu hamil yang merasakan keluhan
penyakit lainnya. Persentase ibu hamil dengan status ekonomi tinggi yang
merasakan penyakit jenis lainnya sebanyak 6.1%, lebih tinggi dibandingkan ibu
dengan status sosial ekonomi rendah (1.5%). Berdasarkan status gizi, diketahui
bahwa penyakit lainnya lebih banyak dirasakan oleh ibu dengan status gizi kurus
(4.7%) dan gemuk sekali (4.3%).
Jenis penyakit lain yang diderita ibu hamil antara lain adalah Diseminated
Intravascular Coagulation (DIC), oedema, flek (bercak darah di vagina),
oligohidramnion berat (hanya dialami ibu hamil dari status sosial ekonomi tinggi);
placenta acreta, bayi dengan tangan menumbung, dan penyakit tipus (tiga
penyakit terakhir diderita ibu hamil dari status sosial ekonomi rendah).
84
Tabel 23 Sebaran ibu hamil berdasarkan jenis penyakit menurut kategori
status gizi*
Status Gizi Ibu Hamil
Jenis Penyakit
Asma
Jantung
Pre-eklamsia
Darah tinggi
Batuk pilek
Hepatitis
Kencing manis
Muntah-muntah hebat
Tidak tahu
Tidak ada
Lain-lain
Kurus
n
%
6
5.7
0
0.0
1
0.9
1
0.9
7
6.6
0
0.0
0
0.0
3
2.8
4
3.8
81
76.4
5
4.7
Normal
n
%
14
2.9
1
0.2
3
0.6
7
1.5
42
8.8
3
0.5
2
0.4
7
1.5
8
1.7
375
78.9
17
3.6
Gemuk
n
%
1
2.9
0
0.0
0
0.0
1
2.9
3
8.8
0
0.0
1
2.9
0
0.0
0
0.0
28
84.
1
2.9
Gemuk Sekali
n
%
1
4.3
0
0.0
0
0.0
2
8.7
2
8.7
0
0.0
0
0.0
1
4.3
0
0.0
17
73.9
1
4.3
* satu orang contoh bisa menderita lebih dari satu penyakit
Riwayat Kehamilan
Rata–rata usia kehamilan ibu hamil 38.70±1.71minggu; rata – rata usia
kehamilan ibu dengan status sosial ekonomi rendah 38.73±1.78minggu,
sedangkan rata–rata usia kehamilan ibu dengan status sosial ekonomi tinggi
38.67±1.62minggu (Tabel 24).
Sebagian besar ibu (88.8%) tidak pernah mengalami keguguran sebelumnya.
Riwayat keguguran kehamilan sebelumnya lebih sering dijumpai pada ibu dengan
status sosial ekonomi tinggi (15.0%) dibandingkan ibu dengan status sosial
ekonomi rendah (7.6%) Berdasarkan cara melahirkan, sebagian besar proses
kelahiran berlangsung normal (65.4%); persentase ibu hamil dengan status sosial
ekonomi rendah yang melahirkan secara normal lebih besar (91.1%) dibandingkan
ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi (38.9%). Ibu hamil dengan status
sosial ekonomi tinggi sebagian besar (55.9%) melahirkan dengan proses operasi
saesar, sedangkan ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah yang melakukan
operasi saesar saat melahirkan hanya 6.2%. Angka ini jauh di atas angka yang
normal untuk saesar adalah 15% (Wiknjosastro 2006).
Berdasarkan status gizi ibu sebelum hamil, usia kehamilan ibu dengan status
gizi gemuk sedikit lebih tua dibandingkan dengan ibu hamil status gizi lainnya
(Tabel 25). Berdasarkan status gizi ibu sebelum kehamilan, riwayat keguguran
85
sebelumnya lebih sering dijumpai pada ibu hamil gemuk (23.5%) dan gemuk
sekali (26.1%). Sedangkan ibu kurus dan normal yang memiliki riwayat
keguguran sebelumnya masing-masing lebih kurang 11.3% dan 9.5%.
Tabel 24 Sebaran ibu hamil berdasarkan riwayat kehamilan menurut
kategori status sosial ekonomi
No.
1
2
3
4
5
6
Peubah
Riwayat keguguran
sebelumnya
− Ya
− Tidak
Cara melahirkan
− Normal
− Forsep/cunam
− Vakum
− S. Saesaria/operasi
Posisi bayi saat dilahirkan
− Sungsang
− Kepala
− Letak lintang
Konsumsi suplemen saat
hamil
− Vitamin
− Zat besi
− Lain-lain
Pemberian resep melahirkan
− Antibiotika
− Analgetika
− Tidak diberi resep
− Kombinasi
Usia kehamilan (minggu)
SE Rendah
SE Tinggi
Total
n
%
n
%
n
%
25
304
7.6
92.4
47
267
15.0
85.0
72
571
11.2
88.8
296
1
8
20
91.1
0.3
2.5
6.2
121
0
17
175
38.7
0.0
5.4
55.9
417
1
25
196
65.4
0.2
3.9
30.6
19
305
1
5.8
93.8
0.3
18
292
3
5.8
93.3
1.0
37
597
4
5.8
93.6
0.6
26
293
10
7.9
89.1
3.0
49
252
13
15.6
80.3
4.1
75
545
23
11.7
84.8
3.6
128
142
5
50
39.4
43.7
1.5
15.4
70
3
4
236
22.4
1.0
1.3
75.4
198
145
9
286
31.0
22.7
1.4
44.8
( x+
sd )
38.73 ± 1.78
( x+
sd )
38.67 ± 1.62
( x+
sd )
38.70 ± 1.71
SE = Status Sosial Ekonomi diproksi dari Akses ke layanan Puskesmas (SE rendah) dan Akses
layanan di RS Hermina (SE tinggi)
Berdasarkan status gizi ibu awal kehamilan diketahui bahwa persentase ibu
dengan status gizi normal dan kurus yang melahirkan secara normal lebih besar
(berturut – turut 75.5% dan 65.9%) dibandingkan ibu gemuk (38.2%) dan gemuk
sekali (47.8%). Data menunjukkan bahwa ibu hamil dengan status gizi gemuk dan
sangat gemuk lebih banyak melahirkan dengan cara operasi saesar (berturut –
turut 52.2% dan 50.0%), sedangkan ibu hamil dengan status gizi kurus dan normal
86
yang melahirkan melalui operasi saesar berturut – turut sebesar 20.8% dan 30.3%
(Tabel 25).
Posisi kepala bayi saat kelahiran sebagian besar normal (tidak sungsang,
93.6%), dan bayi yang lahir dengan posisi sungsang sebanyak 5.8% baik pada ibu
hamil dari status sosial ekonomi tinggi maupun status sosial ekonomi rendah
(Tabel 24). Berdasarkan status gizi, kelahiran bayi dengan posisi sungsang lebih
sering dijumpai pada ibu dengan status gizi sangat gemuk (13.0%), dibandingkan
ibu dengan status gizi kurus (4.7%), normal (5.5%) dan gemuk (8.8%). Selain itu,
pada ibu dengan status gizi normal dan gemuk sekali ditemukan bayi lahir dengan
posisi kepala melintang (Tabel 25).
Tabel 25 Sebaran ibu hamil berdasarkan riwayat kehamilan dan kategori
status gizi
Status Gizi Ibu Hamil
No.
Peubah
Kurus
n
1
2
3
4
5
6
Riwayat keguguran
sebelumnya
− Ya
− Tidak
Cara melahirkan
− Normal
− Forsep/cunam
− Vakum
− S. Saesaria/operasi
Posisi bayi saat
dilahirkan
− Sungsang
− Kepala
− Letak lintang
Konsumsi suplemen
saat hamil
− Vitamin
− Zat besi
− Lain-lain
Pemberian resep
melahirkan
− Antibiotika
− Analgetika
− Tidak diberi resep
− Kombinasi
Usia kehamilan
(minggu)
Normal
Gemuk
Gemuk
Sekali
%
n
%
n
%
12
94
11.3
88.7
45
430
9.5
90.5
8
26
23.5
76.5
6
17
26.1
73.9
80
0
4
22
75.5
0.0
3.8
20.8
313
1
17
144
65.9
0.2
3.6
30.3
13
0
4
17
38.2
0.0
11.8
50.0
11
0
0
12
47.8
0.0
0.0
52.2
5
101
0
4.7
95.3
0.0
26
445
4
5.5
93.7
0.8
3
31
0
8.8
91.2
0.0
3
20
4
13.0
87.0
0.6
16
86
4
15.1
81.1
3.8
50
415
15
10.4
86.5
3.1
9
44
4
15.8
77.2
7.0
75
545
23
11.7
84.8
3.5
40
27
1
38
37.7
25.5
0.9
35.8
145
111
8
211
30.5
23.4
1.7
44.4
8
5
0
21
23.5
14.7
0.0
61.8
5
2
0
16
21.7
8.7
0.0
69.6
( x+
sd )
38.64±1.71
( x+
sd )
38.70±1.74
( x+
sd )
38.82±1.40
n
( x+
%
sd )
38.70±1.40
87
Sebagian besar ibu hamil (84.8%) mengonsumsi suplemen besi selama
kehamilan, persentase ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah yang
mengonsumsi zat besi lebih besar (89.1%) dibandingkan ibu hamil dengan status
sosial ekonomi tinggi (80.3%). Selain zat besi, ibu hamil juga mengonsumsi
vitamin selama hamil, persentase ibu hamil dari status sosial ekonomi tinggi yang
mengonsumsi vitamin lebih besar (15.6%) daripada ibu hamil dari status sosial
ekonomi rendah (7.9%).
Caroline et al (2003) merangkum berbagai penelitian kaitan antara zat gizi
mikro dengan pertumbuhan janin. Mereka menunjukkan bahwa zat gizi mikro
penting untuk pertumbuhan janin. Defisiensi zat gizi mikro ibu dapat menjadi
faktor penting terjadinya PJT. Eksperimen di Tanzania menunjukkan bahwa
suplementasi multivitamin dapat meningkatkan berat bayi lahir dan menurunkan
angka kematian bayi. Caroline dan kawan-kawan menganjurkan bahwa intervensi
gizi untuk ibu hamil harus mencakup intervensi berbasis pangan.
Adapun jenis obat yang diberikan kepada ibu hamil sesaat setelah
melahirkan adalah antibiotika, analgetika maupun kombinasi keduanya. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kepada sebagian besar ibu diberikan kombinasi
analgetika dan antibiotika (44.8%). Resep kombinasi yang diberikan kepada ibu
hamil dengan status sosial ekonomi tinggi lebih besar (75.4%) dibandingkan ibu
hamil dengan status sosial ekonomi rendah (15.4%). Ibu hamil dengan status sosial
ekonomi rendah lebih banyak menerima resep antibiotika dan analgetika (masing
– masing 39.4% dan 43.7%) dibandingkan ibu hamil dengan status sosial ekonomi
tinggi (masing – masing 22.4% dan 1.0%).
Berdasarkan status gizi sebelum kehamilan, diketahui bahwa pemberian
antibiotika dan analgetika kepada ibu dengan status gizi kurus paling besar
(37.7%) dibandingkan ibu dengan status gizi normal (30.5%), gemuk (23.5%) dan
sangat gemuk (21.7). Ibu dengan status gizi gemuk dan sangat gemuk sebagian
besar (berturut - turut 61.8% dan 69.6%) diberikan resep kombinasi, sedangkan
ibu hamil dengan status gizi kurus dan normal yang diberikan resep kombinasi
berturut – turut 35.8% dan 44.4%; dan tidak ada satupun ibu hamil dengan status
gizi gemuk dan gemuk sekali yang tidak diberi resep melahirkan.
88
Pengetahuan Gizi dan Perilaku Kesehatan
Pengetahuan Gizi
Penyediaan makanan bagi keluarga umumnya merupakan tanggung jawab
seorang ibu. Hal ini berhubungan dengan pemilihan, pembelian dan pengolahan
makanan untuk seluruh anggota keluarga. Dengan demikian, semakin tinggi
pengetahuan gizi yang dimiliki ibu diharapkan semakin baik kemampuan ibu
dalam memilih dan merencanakan makanan dengan ragam dan kombinasi yang
tepat sesuai dengan syarat-syarat gizi (Walker dan Hill 1979 dalam Barokah
1993).
Dikatakan juga oleh Notoatmodjo dan Solita (1985) bahwa pengetahuan ibu
tentang bahan makanan akan mempengaruhi perilaku pemilihan makanan
sehingga kesalahan dalam pemilihan dan pengolahan makanan dapat dihindari.
Tabel 26 Persentase ibu hamil yang menjawab benar pengetahuan gizi menurut
kategori status sosial ekonomi
Pengetahuan Gizi
Fungsi utama protein dalam tubuh
Porsi makan ibu selama hamil
Gejala kurang darah (anemia) selama hamil
Penyebab kurang darah (anemia)
Makanan sumber zat besi
Saat tepat menggunakan suplemen zat besi
Fungsi kalsium bagi ibu hamil
Makanan mengurangi muntah di usia hamil
muda
Makanan untuk mengatasi masalah susah buang
air besar
Manfaat senam hamil
Pertambahan berat badan ideal
Pertambahan berat badan ibu berhubungan
dengan pertambahan berat janin
Imunisasi bagi ibu hamil
Jenis suplemen yang dianjurkan selama hamil
Pengertian tentang bayi BLR
SE Rendah
SE Tinggi
Total
Menjawab dengan benar
n
%
n
%
n
%
76
23.4
150 47.9 226 35.4
207
63.7
260 83.1 467 73.2
193
59.4
280 89.5 473 74.1
170
52.3
285 91.1 455 71.3
90
27.7
146 46.6 236 37.6
93
28.6
116 37.1 209 32.8
195
60.0
284 90.7 479 75.1
217
66.8
193
61.7
410
64.3
94
28.9
120
38.3
214
33.5
291
60
89.5
18.5
293
146
93.6
46.6
548
206
91.5
32.3
223
68.6
149
47.6
372
58.3
172
240
52.9
73.8
203
272
64.9
86.9
375
512
58.8
80.3
100
30.8
184
58.8
284
44.5
SE = Status Sosial Ekonomi diproksi dari Akses ke layanan Puskesmas (SE rendah) dan Akses
layanan di RS Hermina (SE tinggi)
Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dikatakan bahwa pengetahuan gizi
ibu hamil dengan status ekonomi tinggi lebih baik dibandingkan dengan
89
pengetahuan gizi ibu hamil dengan status gizi rendah. Hal ini dapat dilihat
berdasarkan sebaran jawaban benar yang diberikan ibu hamil terhadap pertanyaan
– pertanyaan yang berhubungan dengan pengetahuan gizi (Tabel 26).
Dari 15 pertanyaan yang berhubungan dengan pengetahuan gizi ibu hamil,
hanya 2 pertanyaan yang persentase jawaban benar lebih tinggi diberikan oleh ibu
hamil dengan status sosial ekonomi rendah (yaitu pertanyaan tentang makanan
untuk mengurangi muntah di usia hamil muda dan pertambahan berat badan ibu
berhubungan dengan pertambahan berat janin). Selain kedua pertanyaan tersebut,
sebaran jawaban benar yang diberikan ibu hamil dengan status sosial ekonomi
tinggi lebih baik dibandingkan ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah
(Tabel 26).
Berdasarkan skor jawaban benar diatas, ibu hamil dikategorikan sebagai ibu
hamil dengan pengetahuan gizi kategori kurang (skor jawaban benar <60% skor
jawaban benar total), sedang (skor jawaban benar 60 – 80% skor jawaban benar
total) dan baik (skor jawaban benar > 80% skor jawaban benar total). Sebagian
besar (51.7%) ibu hamil termasuk kategori pengetahuan gizi sedang. Persentase
ibu hamil status sosial ekonomi tinggi dengan pengetahuan gizi kategori sedang
lebih besar (69.0%) dibandingkan ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah
(35.1%). Persentase ibu hamil status sosial ekonomi rendah dengan pengetahuan
gizi kategori rendah lebih besar (60.9%) dibandingkan ibu status sosial ekonomi
tinggi (22.4%) dan sebaliknya persentase ibu hamil status sosial ekonomi tinggi
dengan pangetahuan gizi kategori baik lebih tinggi (8.6%) dibandingkan dengan
ibu hamil sosial ekonomi rendah (4.0%) (Tabel 27).
Tabel 27 Sebaran ibu hamil berdasarkan kriteria pengetahuan gizi menurut
kategori status sosial ekonomi
Pengetahuan Gizi
SE Rendah
SE Tinggi
Total
n
%
n
%
n
%
Kurang (< 60 %)
198
60.9
70
22.4
268
42.0
Sedang (60 - 80 %)
114
35.1
216
69.0
330
51.7
Baik (> 80 %)
13
4.0
27
8.6
40
6.3
SE = Status Sosial Ekonomi diproksi dari Akses ke layanan Puskesmas (SE rendah) dan Akses
layanan di RS Hermina (SE tinggi)
90
Persentase ibu hamil dengan status gizi gemuk dan gemuk sekali yang
menjawab benar pertanyaan – pertanyaan yang berhubungan dengan pengetahuan
gizi terhadap 15 pertanyaan yang diajukan lebih besar dibandingkan ibu hamil
dengan status gizi kurus dan normal. Rata – rata sebaran jawaban benar atas
pertanyaan yang diberikan ibu hamil dengan status gizi gemuk dan gemuk sekali
lebih baik dibandingkan ibu dengan status gizi kurus dan normal. Dari ke – 15
pertanyaan tersebut, terdapat 2 jawaban pertanyaan dimana sebaran jawaban benar
yang diberikan ibu hamil status gizi gemuk dan sangat gemuk lebih rendah
dibandingkan dengan jawaban benar yang diberikan ibu hamil dengan status gizi
kurus dan normal (yaitu pertanyaan : makanan untuk mengatasi masalah susah
buang air besar dan pertambahan berat badan ibu berhubungan dengan
pertambahan berat janin ) (Tabel 28).
Tabel 28 Persentase ibu hamil yang menjawab benar pengetahuan gizi menurut
kategori status gizi
Status Gizi Ibu Hamil
Pengetahuan Gizi
Kurus
Normal
Gemuk
Gemuk
Sekali
Menjawab dengan benar
n
%
n
%
n
%
n
%
Fungsi utama protein dalam tubuh
32 30.2
170 35.8 13
38.2
11
47.8
Porsi makan ibu selama hamil
77 72.6
343 72.2 28
82.4
19
82.6
Gejala kurang darah (anemia) selama hamil
70 66.0
353 74.3 29
85.3
21
91.3
Penyebab kurang darah (anemia)
74 69.8
330 69.5 29
85.3
22
95.7
Makanan sumber zat besi
43 40.6
165 34.7 16
47.1
12
52.2
Saat tepat menggunakan suplemen zat besi
34 32.1
155 32.6 11
32.4
9
39.1
Fungsi kalsium bagi ibu hamil
77 72.6
351 73.9 29
85.3
22
95.7
Makanan mengurangi gejala muntah di
usia hamil muda
67 63.2
306 64.4 22
64.7
15
65.2
Makanan untuk mengatasi masalah susah
buang air besar
34 32.1
157 33.1 16
47.1
7
30.4
Manfaat senam hamil
93 87.7
438 92.2 30
88.2
23 100.0
Pertambahan berat badan ideal
33 31.1
147 30.9 16
47.1
10
43.5
Pertambahan berat badan ibu berhubungan
dengan pertambahan berat janin
66 62.3
282 59.4 13
38.2
11
47.8
Imunisasi bagi ibu hamil
65 61.3
272 57.3 21
61.8
17
73.9
Jenis suplemen yang dianjurkan selama hamil
84 79.2
379 79.8 27
79.4
22
95.7
Pengertian tentang bayi BLR
44 41.5
208 43.8 18
52.9
14
60.9
91
Berdasarkan status gizi ibu hamil diketahui bahwa sebagian besar ibu
(51.7%, Tabel 29) memiliki pengetahuan gizi sedang. Persentase ibu dengan
status gizi gemuk yang memiliki pengetahuan gizi kategori sedang paling tinggi
(67.6%) dibandingkan ibu dengan status gizi kurus (49.1%), normal (50.5%), dan
gemuk sekali (65.2%).
Tabel 29 Sebaran ibu hamil berdasarkan kriteria pengetahuan gizi menurut
kategori status gizi
Kurus
Pengetahuan Gizi
Kurang (< 60 %)
Sedang (60 - 80 %)
Baik (> 80 %)
n
47
52
7
%
44.3
49.1
6.6
Status Gizi Ibu Hamil
Normal
Gemuk
Gemuk Sekali
n
%
n
%
n
%
208 43.8
8
23.5
5
21.7
240 50.5
23
67.6
15
65.2
27
5.7
3
8.8
3
13.0
Persentase ibu hamil status gizi kurus dengan kategori pengetahuan gizi
rendah paling besar (44.3%) dibandingkan ibu dengan status gizi normal (43.8%),
gemuk (23.5%) dan gemuk sekali (21.7%). Persentase ibu hamil status gizi gemuk
sekali dengan kategori pengetahuan gizi baik paling besar (13.0%) dibandingkan
dengan ibu kurus (6.6%), normal (5.7%) dan gemuk (8.8%).
Perilaku Kesehatan
Kehamilan merupakan masa dimana ibu harus menyelaraskan berbagai
perubahan yang terjadi baik dalam dirinya, lingkungan sosial, emosi maupun
kondisi ekonomi dan keuangan keluarga. Ibu yang mengharapkan bayi yang sehat
perlu merubah gaya hidup mereka sebagai konsekuensi dan bentuk tanggung
jawab terhadap bayi yang akan dilahirkan. Selain perilaku ibu, perilaku ayah juga
mempengaruhi
kualitas
kehamilan
dan
bayi
yang
akan
dilahirkan
(Sizer dan Whitney 2000).
Kebiasaaan Merokok Ibu Hamil dan Suami
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 2.5% ibu hamil memiliki kebiasaan
merokok. Persentase ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah yang
merokok lebih besar (4.0%) dibandingkan ibu dengan status sosial ekonomi tinggi
(1.0%). Persentase suami ibu hamil dari status sosial ekonomi rendah yang
merokok juga lebih besar (65.5%) dibandingkan suami ibu hamil dari status sosial
92
ekonomi tinggi (28.1%) (Tabel 30). Berdasarkan status gizi ibu (Tabel 31),
persentase ibu hamil gemuk yang merokok lebih besar (2.9%) dibandingkan
dengan ibu hamil yang kurus (2.8%) dan normal (2.5%). Data menunjukkan
bahwa ibu dengan status gizi gemuk sekali tidak ada yang merokok. Persentase
suami ibu hamil dengan status gizi kurus yang merokok paling tinggi (53.8%)
dibandingkan dengan suami ibu status gizi normal (43.7%), gemuk (38.2%) dan
gemuk sekali (39.1%).
Tabel 30 Sebaran ibu hamil berdasarkan perilaku kesehatan menurut status
kategori sosial ekonomi
No.
1
2
Perilaku Ibu Selama Hamil
Kebiasaan ibu merokok
− ya
− tidak
Kebiasaan suami merokok
− ya
− tidak
SE Rendah
SE Tinggi
Total
n
%
n
%
n
13
312
4.0
96.0
3
313
1.0
99.0
16
622
2.5
97.5
213
112
65.5
34.5
88
225
28.1
71.9
301
337
47.2
52.8
%
3
Konsumsi obat penenang (ibu)
1
0.3
0
0.0
1
0.2
− ya
328
99.7
313
100
642 99.8
− tidak
4
Konsumsi jajanan
gorengan/berminyak
− ya
247
76.0
275
87.9
522 81.8
78
24.0
38
12.1
116 18.0
− tidak
5
Pemakaian obat nyamuk
− ya
217
66.8
172
55.0
389 61.0
108
33.2
141
45.0
229 39.0
− tidak
6
Melakukan senam/olah raga ringan
<=5 x seminggu
− ya
49
15.1
32
10.2
81 12.7
− tidak
276
84.9
281
89.8
557 87.3
7
Ibu takut gemuk
284 44.5
56.5
177
32.9
− ya
107
354 55.5
43.5
136
67.1
218
− tidak
8
Ibu takut bayi besar
270 42.3
48.6
152
36.3
118
− ya
368 57.7
51.4
161
63.7
207
− tidak
9
Ibu terpengaruh iklan makanan ibu
hamil
− ya
60
18.5
98
31.3
158 24.8
265
81.5
215
68.7
480 75.2
− tidak
SE = Status Sosial Ekonomi diproksi dari Akses ke layanan Puskesmas (SE rendah) dan Akses
layanan di RS Hermina (SE tinggi)
Luke et al. (1981) telah meneliti kaitan antara kebiasaan merokok ibu hamil
dengan pertumbuhan janin (intrauterine growth). Luke dan koleganya
93
membandingkan antara ibu hamil yang menghabiskan 10 - 20 batang rokok
perhari dengan ibu hamil yang tidak merokok (kontrol). Mereka menyimpulkan
bahwa kebiasaan merokok menghambat pertumbuhan janin. Hal senada juga
ditemukan oleh Rush (1974) dan Davies et al (1976) yang menunjukkan bahwa
kebiasaan merokok ibu pada masa hamil menghambat pertambahan berat badan
masa hamil. Picone et al (1982) membuktikan bahwa kebiasaan merokok dapat
mengakibatkan pertambahan berat badan masa hamil rendah dengan menurunkan
penggunaan kalori untuk peningkatan bobot badan.
Konsumsi Obat Penenang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat ibu hamil yang mengonsumsi
obat penenang selama hamil, yaitu ibu dengan status sosial ekonomi rendah
(0.3%) (Tabel 30).
Berdasarkan status gizi diketahui bahwa ibu hamil yang
mengonsumsi obat penenang termasuk dalam status gizi normal (Tabel 31).
Konsumsi Jajanan Gorengan/Berminyak
Kebiasaan mengonsumsi jajanan berminyak selama hamil lebih banyak
ditemukan pada ibu dengan status sosial ekonomi tinggi (87.9%), sedangkan ibu
hamil dengan status sosial ekonomi rendah yang mengonsumsi jajanan gorengan
berminyak sebesar 76.0% (Tabel 30). Berdasarkan status gizi ibu hamil diketahui
bahwa persentase ibu kurus yang mengonsumsi makanan jajanan gorengan
berminyak lebih besar (23.6%) dibandingkan ibu dengan status gizi normal
(16.8%), gemuk (20.6%) dan gemuk sekali (17.4%) (Tabel 31).
Pemakaian Obat Nyamuk
Berdasarkan status sosial ekonomi, persentase ibu hamil dengan status sosial
ekonomi rendah yang biasa menggunakan obat nyamuk lebih besar (66.8%)
dibandingkan ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi (55.0%) (Tabel 30).
Sedangkan berdasarkan status gizi ibu hamil, persentase ibu normal yang
menggunakan obat nyamuk lebih besar dibandingkan ibu dengan status gizi
lainnya (Tabel 31).
Kebiasaan Melakukan Senam / Olah Raga Ringan ≤ 5 kali Seminggu
Berdasarkan status sosial ekonomi, persentase ibu hamil dengan status sosial
ekonomi rendah yang biasa melakukan olah raga ringan ≤ 5 kali seminggu lebih
94
besar (15.1%) dibandingkan ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi
(10.2%) (Tabel 30). Sedangkan berdasarkan status gizi, persentase ibu hamil
gemuk sekali yang melakukan olah raga ringan ≤ 5 kali seminggu lebih besar
dibandingkan ibu hamil dengan status gizi lainnya (Tabel 31).
Tabel 31 Sebaran ibu hamil berdasarkan perilaku kesehatan menurut kategori
status gizi
Status Gizi Ibu Hamil
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Perilaku Kesehatan Ibu
Selama Hamil
Kebiasaan ibu merokok
− ya
− tidak
Kebiasaan suami merokok
− ya
− tidak
Konsumsi obat penenang (ibu)
− ya
− tidak
Konsumsi jajanan
gorengan/berminyak
− ya
− tidak
Pemakaian obat nyamuk
− ya
− tidak
Melakukan senam/olah raga
ringan <=5 x seminggu
− ya
− tidak
Ibu takut gemuk
− ya
− tidak
Ibu takut melahirkan bayi besar
− ya
− tidak
Ibu terpengaruh iklan makanan
ibu hamil
−
ya
−
tidak
Kurus
Normal
Gemuk
n
n
%
n
%
3
103
2.8
97.2
12
463
2.5
97.5
57
49
53.8
46.2
222
253
0
0.0
106 100.0
25
81
Gemuk Sekali
%
n
%
1
33
2.9
97.1
0
23
46.7
53.3
13
21
38.2
61.8
9
14
39.1
60.9
1
474
0.2
99.8
0
0.0
34 100.0
0
23
0.0
100.0
23.6
76.4
80
395
16.8
83.2
7
27
20.6
79.4
4
19
17.4
82.6
59
47
55.7
44.3
296
179
62.3
37.7
201
13
61.8
38.2
13
10
56.5
43.5
19
87
17.9
82.1
50
425
10.5
89.5
5
29
14.7
85.3
7
16
30.4
69.6
35
71
33.0
67.0
216
259
45.5
54.5
21
13
61.8
38.2
12
11
52.2
47.8
44
62
41.5
58.5
193
282
40.6
59.4
21
13
61.8
38.2
12
11
52.2
47.8
28
78
26.4
73.6
109
366
22.9
77.1
14
20
41.2
58.8
7
16
30.4
69.6
0.0
100.0
Ibu Takut Gemuk
Berdasarkan status sosial ekonomi ibu, sebagaimana disajikan pada Tabel
30, persentase ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi yang takut gemuk
lebih besar (56.5%) dibandingkan dengan ibu status sosial ekonomi rendah
95
(32.9%). Sedangkan berdasarkan status gizi (Tabel 31), persentase ibu hamil
dengan status gizi gemuk yang takut tambah gemuk lebih besar dibandingkan ibu
dengan status gizi lainnya.
Ibu Takut Melahirkan Bayi Besar
Berdasarkan status sosial ekonomi, sebagaimana disajikan pada Tabel 31,
persentase ibu dengan status sosial ekonomi tinggi yang takut melahirkan bayi
besar lebih besar (48.6%) dibandingkan dengan ibu dengan status sosial ekonomi
rendah (36.3%). Sedangkan berdasarkan status gizi, persentase ibu hamil gemuk
yang takut melahirkan bayi besar lebih besar dibandingkan ibu dengan status gizi
lainnya.
Ibu Terpengaruh Iklan Makanan Ibu Hamil
Berdasarkan status sosial ekonomi, persentase ibu hamil dengan status
ekonomi tinggi yang mudah terpengaruh iklan makanan bagi ibu hamil lebih besar
(31.3%) dibandingkan dengan ibu hamil dengan status ekonomi rendah (18.5%)
(Tabel 30). Sedangkan berdasarkan status gizi ibu hamil (Tabel 31), persentase
ibu hamil gemuk yang mudah terpengaruh iklan makanan bagi ibu hamil lebih
besar dibandingkan dengan ibu hamil status gizi lainnya.
Saat hamil, ibu akan mengalami perubahan selera makan serta citarasa dan
zat gizi yang dibutuhkan. Makanan dan minuman yang dikonsumsi ibu hamil bisa
mempengaruhi janin yang dikandungnya serta berhubungan dengan kenyamanan
ibu hamil itu sendiri. Ibu hamil cenderung lebih memperhatikan makanan dan
juga perilaku sehat lain yang dianggap akan memberikan konsekuensi terhadap
kesehatan bayi. Bahkan, banyak ibu hamil yang lebih serius berkonsultasi dengan
dokter untuk mendapatkan kehamilan yang berkualitas (Truswell 1999).
Antropometri dan Masalah Gizi Bayi
Antropometri Bayi
Rata – rata berat badan bayi baru lahir bayi 3152.27 g ± 463.19. Rata –
rata berat badan bayi dari ibu dengan status sosial ekonomi tinggi 3226.92 g ±
483.59, lebih tinggi dibandingkan rata – rata berat badan bayi dari ibu dengan
status sosial ekonomi rendah (3080.38 g ± 431.33). Demikian pula dengan
96
panjang bayi, lingkar kepala dan lingkar dada bayi dari ibu dengan status sosial
ekonomi tinggi, rata – rata lebih besar dibandingkan dengan bayi dari ibu dengan
status sosial ekonomi rendah. Berbeda dengan lingkar perut bayi, rata – rata
lingkar perut bayi dari ibu dengan status sosial ekonomi rendah lebih besar (33.46
cm ±1.82) dibandingkan rata – rata lingkar perut bayi dari ibu dengan status sosial
ekonomi tinggi (32.73 cm ± 2.43).
Tabel 32 Ukuran antropometrik bayi baru lahir menurut kategori status sosial
ekonomi
No.
Peubah
SE Rendah
( x+
sd )
SE Tinggi
( x+
sd )
Total
( x+
sd )
3080.38± 431.33
3226.92±483.59
3152.27±463.19
Berat bayi baru lahir (g)
Panjang bayi (cm)
48.55 ± 1.83
48.61 ± 2.06
48.58 ±1.94
3
Lingkar kepala (LK) (cm)
33.43±1.63
32.91± 1.34
33.97 ± 1.72
33.46±
1.82
32.73±
2.43
4
Lingkar perut (LP) (cm)
33.10±2.17
5
Lingkar dada (LD) (cm)
32.09 ± 1.86
32.57 ± 1.88
32.33±1.88
6
Berat bayi normal (g)*
3153.32 ± 368.05 3273.60± 395.78 3213.96 ±386.68
7
Berat bayi BLR (g)
2275.37 ± 192.49 1812.50 ±744.76 2150.27 ±457.01
8
Berat bayi PLP (g)
2405.88± 373.28
2034.64±863.97
2260.04±626.99
9
Panjang bayi normal (cm)*
48.80 ± 1.57
48.80 ± 1.60
48.80 ± 1.58
10
Panjang bayi BLR (cm)
45.74 ± 2.18
42.80 ± 4.71
44.95 ± 3.27
11
Panjang bayi PLP (cm)
44.00 ± 1.62
42.27 ± 3.72
43.32 ± 2.72
12
LK normal (cm)*
33.11 ± 1.16
34.12 ± 1.39
33.62 ± 1.38
13
LK BBLR (cm)
30.70 ± 1.24
29.30 ± 3.53
30.32 ± 2.15
30.79 ± 1.34
30.45 ± 3.78
30.66 ± 2.52
14
LK PLP (cm)
15
LP normal (cm)*
33.73 ± 1.56
32.91 ± 2.16
33.32 ± 1.93
16
LP BBLR (cm)
30.50 ± 1.82
27.35 ± 3.85
29.65 ± 2.85
30.41 ± 1.76
28.14 ± 3.89
29.52 ± 2.95
17
LP PLP (cm)
18
LD normal (cm)*
32.43±1.43
32.76±1.41
32.60±1.42
19
LD BBLR (cm)
28.33±1.98
27.00±4.52
27.97±2.88
20
LD PLP (cm)
28.53±2.00
28.18±4.71
28.39±3.26
SE = Status Sosial Ekonomi diproksi dari Akses ke layanan Puskesmas (SE rendah) dan Akses
layanan di RS Hermina (SE tinggi)
1
2
*normal digunakan untuk bayi dengan berat bayi lahir ≥ 2500g
Berdasarkan status sosial ekonomi, ukuran antropometrik bayi dengan
panjang lahir pendek (panjang lahir <46 cm) dari ibu dengan status sosial
ekonomi tinggi memiliki rata – rata berat badan, lingkar kepala, lingkar perut dan
lingkar dada lebih besar dibandingkan dengan bayi PLP dari ibu dengan status
sosial ekonomi rendah. Meskipun ukuran antropometrik lainnya (berat badan,
lingkar kepala, lingkar perut dan lingkar dada) lebih besar pada bayi PLP dari ibu
97
dengan status sosial ekonomi rendah, tetapi rata – rata panjang badan bayi PLP
dari ibu dengan status sosial ekonomi tinggi lebih besar.
Tabel 33 Ukuran antropometrik bayi baru lahir menurut kategori status gizi
No
Status Gizi Ibu Hamil
Peubah
Kurus
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
3030.54±471.29
Berat bayi baru lahir (g)
Panjang bayi (cm)
48.29 ± 2.21
Lingkar kepala (LK) (cm)
32.92± 1.58
31.66± 2.12
Lingkar dada (LD) (cm)
32.62 ± 2.10
Lingkar perut (LP) (cm)
3114.11 ± 378.46
Berat bayi normal (g)*
2129.78 ± 446.06
Berat bayi BLR (g)
2265.67±697.81
Berat bayi PLP (g)
Panjang bayi normal (cm)*
48.66 ± 1.56
44.33 ± 3.97
Panjang bayi BLR (cm)
42.50 ± 3.89
Panjang bayi PLP (cm)
33.18 ± 1.19
LK normal (cm)*
30.06 ± 2.38
LK BBLR (cm)
30.50 ± 3.15
LK PLP (cm)
27.11 ± 2.67
LP normal (cm)*
29.78 ± 3.23
LP BBLR (cm)
30.33±3.10
LP PLP (cm)
32.08±1.49
LD normal (cm)*
27.11±2.67
LD BBLR (cm)
28.33±3.50
LD PLP (cm)
Normal
Gemuk
Gemuk sekali
3161.05±453.37
3255.09±499.92
48.60 ±1.89
48.62 ±1.89
3380.09±452.75
49.37±1.52
33.46±1.60
34.97±1.68
34.22±1.78
32.43±1.82
32.65±1.65
32.80±1.71
33.15±2.18
33.60±2.02
33.61±2.01
3215.36±380.80
3388.43±356.27
3380.09±452.75
2140.50±504.11
2255.00±103.76
2263.35±645.95
2210.0±155.56
-
48.78 ± 1.60
49.07 ±1.34
49.37±1.52
45.13 ±3.23
45.25 ± 2.22
43.55 ± 2.50
43.50±0.71
-
33.63 ± 1.36
34.28 ± 1.56
34.22±1.78
30.27 ± 2.23
31.25 ± 0.96
30.68 ± 2.52
31.00 ±1.41
-
26.80 ± 4.55
29.50 ± 1.92
33.61±2.01
29.48 ± 2.80
30.38 ± 2.87
29.43 ± 3.05
28.00±1.41
-
32.67±1.39
33.07±1.08
32.80±1.71
28.04±3.06
29.50±1.92
28.45 ± 3.43
28.00±1.41
-
*normal digunakan untuk bayi dengan berat bayi lahir ≥ 2500g
Bayi normal yang lahir dari ibu dari status sosial ekonomi tinggi memiliki
berat badan, panjang badan, lingkar kepala dan lingkar dada yang lebih besar
daripada bayi dari ibu dari status sosial ekonomi rendah. Hasil penelitian di daerah
kumuh di Dhaka Banglades menunjukkan bahwa lebih dari 66% kejadian BBLR
diakibatkan oleh pertumbuhan janin terhambat (Arifeen et al. 2000).
Berdasarkan status gizi ibu di awal kehamilan, diketahui bahwa ukuran
antropometrik bayi mengalami peningkatan sejalan dengan meningkatnya status
gizi ibu. Rata – rata berat badan, panjang badan, lingkar kepala, lingkar dada dan
lingkar perut bayi semakin meningkat dengan meningkatnya status gizi ibu.
Semakin baik status gizi ibu, maka berat lahir, panjang badan, lingkar kepala,
lingkar dada dan lingkar perut juga lebih besar. Hasil penelitian menunjukkan
98
bahwa ibu dengan status gizi gemuk sekali tidak melahirkan bayi dengan kondisi
BBLR dan bayi lahir pendek (Tabel 33).
Prevalensi PJT
Dalam penelitian ini, bayi dikatakan mengalami Pertumbuhan Janin
Terhambat (PJT) jika bayi lahir dengan berat lahir dibawah 10 persentil terendah
dari seluruh kelahiran. Berdasarkan status sosial ekonomi, sebagaimana disajikan
pada Tabel 34, diketahui bahwa prevalensi PJT lebih besar pada bayi dari ibu
dengan status sosial ekonomi tinggi (10.5%) dibandingkan ibu dengan status
sosial ekonomi rendah (7.7%).
Tabel 34 Prevalensi masalah gizi pada bayi menurut kategori status sosial
ekonomi
No.
4
Peubah
SE Rendah
SE Tinggi
n
n
%
%
Total
n
%
1
BBLR (BB lahir <2500g)
− preterm (<37 minggu)
− aterm (≥ 37 minggu)
27
11
16
8.3
40.7
59.3
10
5
5
3.2
50.0
50.0
37
16
21
5.8
43.2
56.8
2
PLP (PB lahir <46 cm)
− preterm (<37 minggu)
− aterm (≥ 37 minggu)
17
9
8
5.2
52.3
47.1
11
4
7
3.5
36.4
63.8
28
13
15
4.4
46.4
53.6
3
NORMAL (BB lahir ≥2500g)
− preterm (<37 minggu)
− aterm (≥ 37 minggu)
298
32
266
91.7
10.7
89.3
303
7
296
96.8
2.3
97.7
601
39
562
94.2
6.5
93.5
Bayi PJT
47
17
5.4
64
14.5
10.0
SE = Status Sosial Ekonomi diproksi dari Akses ke layanan Puskesmas (SE rendah) dan Akses
layanan di RS Hermina (SE tinggi)
Sedangkan berdasarkan kategori status gizi ibu, sebagaimana disajikan
pada Tabel 35, diketahui bahwa prevalensi PJT semakin rendah dengan
meningkatnya status gizi ibu hamil. Prevalensi PJT paling besar pada ibu kurus
(12.3%) dibandingkan dengan ibu status gizi lainnya (Tabel 35). Pada PJT
perkembangan otak janin terhambat pula, sehingga akan terjadi gangguan kognitif
kelak di kemudian hari (Kusharisupeni 1999), yang dapat menyebabkan gangguan
mental secara organobiologis (Kusumanto 1964)
99
Tabel 35 Prevalensi PJT berdasarkan usia kehamilan menurut kategori status
sosial ekonomi
Status Sosial Ekonomi (SE)
No.
1
2
3
4
5
6
Usia kehamilan
Rendah
n
%
3
0.9
2
0.6
10
3.1
8
2.5
14
4.3
1
0.3
6.3
1.9
Minggu ke – 36
Minggu ke – 37
Minggu ke – 38
Minggu ke – 39
Minggu ke – 40
Minggu ke – 41
Rata – rata
Tinggi
Total
n
%
n
%
1
0.3
4
0.6
2
0.6
4
0.6
6
1.9
16
2.5
6
1.9
14
2.2
7
2.2
21
3.3
1
0.3
2
0.3
3.8
1.2 10.2
1.6
Prevalensi PJT menurut usia kehamilan disajikan dalam Tabel 36 dan 37.
berdasarkan kategori status sosial ekonomi, prevalensi PJT paling besar terjadi
pada usia kehamilan ibu 40 minggu (3.3%), prevalensi PJT ibu dengan status
sosial ekonomi tinggi lebih rendah (2.2%) dibandingkan kategori status sosial
ekonomi tinggi (4.3%). Jika diamati sebaran kejadian PJT menurut usia kehamilan
(selama kehamilan usia 36-41 minggu), dapat dilihat bahwa prevalensi PJT pada
ibu dengan kategori status sosial ekonomi rendah rata-rata lebih tinggi (1.9%)
dibandingkan dengan ibu dengan kategori status sosial ekonomi tinggi (1.2%).
Tabel 36 Prevalensi PJT berdasarkan usia kehamilan menurut kategori
status gizi
Status Gizi Ibu Hamil (SG)
No.
1
2
3
4
5
6
Gemuk
Sekali
n
%
n
%
n
%
n
%
Minggu ke – 36
2 1.9
2
0.4
0 0.0
0 0.0
Minggu ke – 37
2 1.9
2
0.4
0 0.0
0 0.0
Minggu ke – 38
2 1.9
12
2.5
1 2.9
1 4.3
Minggu ke – 39
5 4.7
8
1.7
1 2.9
0 0.0
Minggu ke – 40
4 3.8
15
3.2
1 2.9
1 4.3
Minggu ke – 41
1 0.9
1
0.2
0 0.0
0 0.0
Rata – rata
2.7 0.4 6.7 0.2
0.5 0.2
0.3 0.2
Berdasarkan kategori status gizi, pervalensi PJT paling besar terjadi pada ibu
Usia kehamilan
Kurus
Normal
Gemuk
dengan status gizi kurus dalam usia kehamilan 39 dan 40 minggu (berturut-turut
4.7 dan 3.8%, dan pada ibu dengan status gizi normal di usia kehamilan 40
minggu ( 3.2%).
100
Prevalensi BBLR dan PLP
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi BBLR dan PLP pada ibu
hamil berturut turut sebesar 5.8% dan 4.4%. Berdasarkan status ekonomi ibu
hamil, prevalensi BBLR maupun PLP lebih besar terjadi pada ibu dengan status
sosial ekonomi rendah dibandingkan dengan ibu status sosial ekonomi tinggi
(Tabel 34). Berdasarkan status kelahiran bayi (preterm (< 37 minggu) dan aterm
(≥37 minggu) diketahui bahwa bayi BLR yang lahir normal (usia kehamilan ≥37
minggu) lebih besar pada ibu dengan status sosial ekonomi rendah (59.3%)
dibandingkan dengan ibu dengan status sosial ekonomi tinggi (50%).
Tabel 37 Prevalensi masalah gizi pada bayi menurut kategori status gizi
No.
Peubah
n
1
2
3
4
Kurus
%
Status Gizi Ibu Hamil (SG)
Normal
Gemuk
n
%
n
%
Gemuk Sekali
n
%
BBLR (BB lahir <2500g)
− preterm (<37 minggu)
− aterm (≥ 37 minggu)
PLP (PB lahir <46 cm)
− preterm (<37 minggu)
− aterm (≥ 37 minggu)
9
4
5
8.5
44.4
55.6
24
11
13
5.1
45.8
54.2
4
1
3
11.8
25.0
75.0
0
0.0
6
3
3
5.7
50.0
50.0
20
9
11
4.2
45.0
55.0
2
1
1
5.9
50.0
50.0
0
0.0
NORMAL (BB lahir
≥2500g)
− preterm (<37 minggu)
− aterm (≥ 37 minggu)
Bayi PJT
97
5
92
91.5
5.2
94.8
451
31
420
94.9
6.9
93.1
30
2
28
88.2
6.7
93.3
23
1
22
100.0
4.3
95.7
47
9.9
3
8.8
13
12.3
1
4.3
Meskipun bayi lahir dengan panjang badan saat lahir pendek (< 46cm) tetapi
sebagian besar (53.6%) bayi tersebut lahir aterm (normal). Berdasarkan berat
badan bayi saat lahir, sebagian besar bayi lahir normal (berat lahir ≥2500g).
Persentase bayi dengan berat lahir normal dan lahir cukup bulan (usia kehamilan
≥37minggu) lebih besar (93.5%) dibandingkan dengan bayi lahir preterm (usia
kehamilan <37 minggu) (Tabel 37). Berdasarkan status gizi ibu, sebagaimana
disajikan pada Tabel 35, diketahui bahwa prevalensi PLP paling besar pada ibu
hamil dengan status gizi gemuk (5.9%) dibandingkan prevalensi PLP pada ibu
dengan status gizi lainnya.
101
Nilai APGAR dan Ballard Bayi
Berdasarkan skor APGAR bayi saat lahir, sebagian besar bayi (83.9%) lahir
dalam keadaan normal. Masalah gangguan pernafasan ringan lebih sering terjadi
pada bayi baru lahir dari ibu dengan status sosial ekonomi rendah (19.1%)
dibandingkan ibu dengan status sosial ekonomi tinggi (12.1%).
Nilai Ballard merupakan salah satu metode untuk menilai umur kehamilan
dan kualitas bayi lahir yang dikembangkan pada mulanya oleh Dubowitz dan
Goldberg (1970) kemudian disempurnakan oleh Ballard (Sellers 1993). Secara
keseluruhan, sebagian besar (90.6%) nilai Ballard bayi baru lahir dalam penelitian
ini ≥ 35. Persentase nilai ballard ≥ 35 ibu hamil dengan kategori status sosial
ekonomi tinggi lebih besar (95.2%) dibandingkan dengan ibu hamil dengan
kategori status sosial ekonomi rendah (86.3%).
Berdasarkan status kelahiran bayi (normal atau BBLR) diketahui bahwa skor
Ballard bayi yang lahir BBLR sebagian besar (62.2%) antara 20 – 34, persentase
skor Ballard antara 20 – 34 bayi dari ibu dengan status sosial ekonomi rendah
lebih besar (63.0%) dibandingkan bayi ibu dengan status sosial ekonomi tinggi
(60.0%). Bayi normal sebagian besar (94.2%) memiliki skor Ballard ≥ 35,
persentase bayi normal dengan skor Ballard ≥ 35 lebih besar pada bayi ibu dengan
status sosial ekonomi tinggi (97.7%) dibandingkan bayi ibu dengan status sosial
ekonomi rendah (90.6%).
Berdasarkan kriteria panjang badan saat lahir, rata – rata skor Ballard bayi
yang termasuk kategori lahir pendek (PLP) sebagian besar antara 20 – 34;
persentase skor Ballard antara 20 – 34 lebih besar pada bayi dari ibu dengan
status sosial ekonomi rendah (70.6%) dibandingkan bayi ibu dengan status sosial
ekonomi tinggi (36.4%). Bayi yang tidak termasuk kategori PLP (lahir dengan
panjang badan > 46 cm) sebagian besar (93.1%) memiliki rata-rata skor Ballard ≥
35; persentase skor Ballard ≥ 35 bayi dari ibu dengan status sosial ekonomi tinggi
lebih besar (97.0%) dibandingkan dengan bayi dari ibu dengan status sosial
ekonomi rendah (89.3%). Nilai kematangan neuromuskuler serta skala Ballard
disajikan pada Lampiran 6.
102
Tabel 38 Sebaran nilai APGAR dan Ballard menurut kategori status sosial
ekonomi
No.
1
2
3
4
5
6
7
Nilai Ballard
APGAR
− Meninggal
− Depresi pernafasan akut
− Depresi pernafasan
moderat
− Depresi pernafasan
ringan
− Normal
Bayi Lahir Keseluruhan
Nilai Ballard < 20
Nilai Ballard 20-34
Nilai Ballard ≥35
Bayi BLR
Nilai Ballard < 20
Nilai Ballard 20-34
Nilai Ballard ≥35
Bayi Normal
Nilai Ballard < 20
Nilai Ballard 20-34
Nilai Ballard ≥35
Bayi PLP
Nilai Ballard < 20
Nilai Ballard 20-34
Nilai Ballard ≥35
Bayi Lahir dengan
panjang Normal
Nilai Ballard < 20
Nilai Ballard 20-34
Nilai Ballard ≥35
Bayi dengan PJT
Nilai Ballard < 20
Nilai Ballard 20-34
Nilai Ballard ≥35
SE Rendah (%)
SE Tinggi (%)
Total (%)
n
%
n
%
n
%
1
0
0.3
0.0
1
0
0.3
0.0
2
0
0.3
0.0
0
0.0
1
0.3
1
0.2
62
262
19.1
80.6
38
273
12.1
87.2
100
535
15.7
83.9
0
45
280
0.0
13.8
86.3
2
13
298
0.6
4.2
95.2
2
58
578
0.3
9.1
90.6
0
17
10
0.0
63.0
37.0
2
6
2
20.0
60.0
20.0
2
23
12
5.4
62.2
32.4
0
28
270
0.0
9.4
90.6
0
7
296
0.0
2.3
97.7
0
35
556
0.0
5.8
94.2
0
12
5
0.0
70.6
29.4
2
4
5
8.2
36.4
45.5
2
16
10
7.1
57.1
35.7
0
33
275
0.0
10.7
89.3
0
9
293
0.0
3.0
97.0
0
42
568
0.0
6.9
93.1
0
38
9
0.0
80.9
19.1
0
4
35
0.0
10.3
89.7
2
48
14
3.1
75.0
21.9
8
Bayi Non-PJT
0.0
0
0.0
0
0.0
0
Nilai Ballard < 20
1.7
10
1.0
3
2.5
7
Nilai Ballard 20-34
98.3
564
99.0
293
97.5
271
Nilai Ballard ≥35
SE = Status Sosial Ekonomi diproksi dari Akses ke layanan Puskesmas (SE rendah) dan Akses
layanan di RS Hermina (SE tinggi)
Berdasarkan kejadian PJT dan non PJT, rata-rata skor Ballard bayi yang
lahir PJT sebagian besar (75.0%) antara 20-34, persentase skor Ballard antara 2034 bayi PJT dengan status sosial ekonomi rendah lebih besar (80.9%)
dibandingkan status sosial ekonomi tinggi (10.3%). Sedangkan rata-rata skor
Ballard bayi non PJT sebagian besar (98.3%) sebesar ≥ 35, persentase skor
103
Ballard ≥ 35 bayi ibu dengan status sosial ekonomi rendah lebih besar (99.0%)
dibandingkan bayi ibu dengan status sosial ekonomi rendah (97.5%).
Tabel 39 Sebaran nilai APGAR dan Ballard menurut kategori status gizi
Status Gizi Ibu Hamil (SG)
No.
Nilai Ballard
Kurus
n
1
APGAR
− Meninggal
− Depresi pernafasan akut
− Depresi pernafasan
moderat
− Depresi pernafasan
ringan
− Normal
2
Bayi Lahir Keseluruhan
Nilai Ballard < 20
Nilai Ballard 20-34
Nilai Ballard ≥35
3
Bayi BLR
Nilai Ballard < 20
Nilai Ballard 20-34
Nilai Ballard ≥35
Bayi lahir dgn berat normal
Nilai Ballard < 20
Nilai Ballard 20-34
Nilai Ballard ≥35
Bayi PLP
Nilai Ballard < 20
Nilai Ballard 20-34
Nilai Ballard ≥35
4
5
6
7
8
Bayi lahir dengan
panjang Normal
Nilai Ballard < 20
Nilai Ballard 20-34
Nilai Ballard ≥35
Bayi dengan PJT
Nilai Ballard < 20
Nilai Ballard 20-34
Nilai Ballard ≥35
Bayi Non-PJT
Nilai Ballard < 20
Nilai Ballard 20-34
Nilai Ballard ≥35
Normal
%
n
Gemuk
Sekali
n
%
Gemuk
%
n
%
0
0
0
0
2
0
0.4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
15
91
14.2
85.8
76
396
16.0
83.4
6
28
17.6
82.4
3
20
13.0
87.0
1
10
95
0.9
9.4
89.6
1
43
431
0.2
9.0
90.7
0
5
29
0.0
14.7
85.3
0
0
23
0.0
0.0
100.0
1
4
4
11.1
44.4
44.4
1
16
7
4.2
66.7
29.2
0
3
1
0.0
75.0
25.0
0
0
0
0.0
0.0
0.0
0
6
91
0.0
6.2
93.8
0
27
424
0.0
6.0
94.0
0
2
28
0.0
3.8
93.3
0
0
23
0.0
0.0
100.0
1
3
2
16.7
50.0
33.3
1
11
8
5.0
55.0
40.0
0
2
0
0.0
100.0
0.0
0
0
0
0.0
0.0
0.0
0
7
93
0.0
7.0
93.0
0
32
423
0.0
7.0
93.0
0
3
29
0.0
9.4
90.6
0
0
0
0.0
0.0
0.0
1
8
4
7.7
61.5
30.8
1
37
9
12.1
78.7
19.1
0
3
0
0.0
100.0
00.0
0
0
1
0.0
0.0
100.0
0
2
91
0.0
2.2
97.8
0
6
422
0.0
1.4
98.6
0
2
29
0.0
6.5
93.5
0
0
22
0.0
0.0
100.0
Berdasarkan status gizi ibu, bayi lahir dengan skor APGAR normal dari ibu
dengan status gizi gemuk sekali paling tinggi (87.0%) dibandingkan dengan ibu
104
hamil dengan status gizi lainnya. Depresi pernafasan ringan paling banyak terjadi
pada bayi dari ibu dengan status gizi gemuk (17.6%) dibandingkan ibu dengan
kategori status gizi lainnya (Tabel 39).
Berdasarkan status kelahiran bayi (normal atau BBLR) diketahui bahwa skor
Ballard bayi yang lahir BBLR sebagian besar (62.2%) antara 20 – 34, persentase
skor Ballard antara 20 – 34 bayi dari ibu dengan kategori status gizi gemuk paling
tinggi (75.0%) dibandingkan bayi ibu dengan kategori status gizi lainya. Bayi
normal sebagian besar (94.2%) memiliki skor Ballard ≥ 35, persentase bayi
normal dengan skor Ballard ≥ 35 pada ibu dengan kategori status gizi normal
paling besar (94.0%) dibandingkan dengan ibu kategori status gizi lainnya.
Berdasarkan kriteria panjang badan saat lahir, rata – rata skor Ballard bayi
yang termasuk kategori lahir pendek (PLP) sebagian besar antara 20 – 34;
persentase skor Ballard antara 20 – 34 lebih besar pada bayi dari ibu dengan
kategori status gizi gemuk sekali, sebanyak 55% bayi PLP yang dilahirkan ibu
hamil dengan kategori status gizi normal memiliki skor Ballard antara 20 – 34.
Bayi yang tidak termasuk kategori PLP (lahir dengan panjang badan >46 cm)
sebagian besar (93.1%) memiliki rata-rata skor Ballard ≥ 35; persentase skor
Ballard ≥ 35 bayi dari ibu dengan kategori status gizi kurus dan normal sebesar
93.0%, lebih tinggi dibandingkan dengan persentase skor Ballard pada bayi dari
ibu dengan kategori status gizi gemuk (90.6%).
Berdasarkan kejadian PJT dan non PJT, rata-rata skor Ballard bayi yang
lahir PJT sebagian besar (75.0%) antara 20-34, persentase skor Ballard antara 2034 bayi PJT dari ibu dengan kategori status gizi normal sebesar 78.7%. Sebagian
besar (98.3%) rata-rata skor Ballard bayi non PJT ≥ 35, persentase skor Ballard ≥
35 bayi ibu dengan kategori status gizi gemuk sekali paling tinggi dibandingkan
bayi ibu dengan kategori status gizi lainnya.
Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga dengan
Ukuran Antropometrik Bayi
Masalah gizi kronis di masa kecil seseorang akan memengaruhi tinggi
badannya di usia dewasa. Pertambahan tinggi badan remaja yang terjadi di daerah
West berhubungan dengan perubahan tingkat kesejahteraan masyarakat di sana
(Ebrahim 1983).
105
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara status sosial
ekonomi keluarga dengan ukuran antropometrik bayi. Besarnya pendapatan
perkapita perbulan berhubungan sangat nyata dengan berat bayi baru lahir dan
juga lingkar kepala bayi. Usia ibu dan usia suami tidak menunjukkan adanya
korelasi dengan ukuran antropometrik bayi yang dilahirkan.
Tabel 40 Hubungan karakteristik sosial ekonomi keluarga dengan ukuran
antropometrik bayi
Peubah
Berat Bayi
r
p
Panjang Bayi
r
p
Lingkar
Kepala
Bayi
r
p
0.055 .164
.020
.608
.074 .061
Usia ibu (tahun)
Usia suami
0.040 .317
.002
.956
.052
.182
(tahun)
Pendidikan ibu
0.216 .00** .146 .00** .344 .00**
(tahun)
Pendidikan suami 0.218 .00** .114 .00** .316 .00**
(tahun)
Besar pendapatan 0.119 .00** .019
.629
.199 .00**
(Rp/bln)
Status Sosial
0.158 .00** .015
.700
.327 .00**
Ekonomi (0 =
rendah, 1= tinggi)
Status Gizi ibu
awal kehamilan
0.151 .00** .091 .021* .175 .00**
(IMT), SG =1,
SG=2, SG=3 dan
SG = 4
Besar
0.090 .023* .011
.785
.132 .00**
pengeluaran
(Rp/bulan)
*berbeda nyata pada p<0.05
**berbeda nyata pada p<0.01.
Status gizi (SG) : 1=kurus, 2=normal, 3 = gemuk, 4 =gemuk sekali
Lingkar Dada
Bayi
r
.027
p
Lingkar Perut
Bayi
r
.497 -.060
p
.10
.019
.638
-.045
.259
.213
.00**
-.004
.920
.191
.00**
-.045
.259
.091
.02*
-.111
.01**
.127
.00**
.-167
.00**
.143
.00**
.110
.005*
.055
.165
.118
.00**
Pendidikan ibu dan suami berhubungan sangat nyata dengan ukuran
antropometrik bayi (berat lahir, panjang badan, lingkar kepala dan lingkar dada
bayi). Latar belakang pendidikan keluarga terutama ibu akan mempengaruhi
perilaku dalam mengelola rumah tangga, termasuk dalam hal pola konsumsi
pangan keluarga sehari-hari. Enoch dan Syarif (1986) mengemukakan bahwa
pendidikan rendah menyebabkan berbagai keterbatasan pengetahuan, sikap dan
tindakan dalam menangani masalah gizi dan kesehatan keluarga. Susanto (1985)
juga menyatakan bahwa yang dapat menyerap inovasi gizi adalah ibu-ibu yang
106
berpendidikan lulus SD ke atas, sedangkan ibu-ibu yang tidak tamat SD ke bawah
sangat kecil menyerap inovasi tersebut.
Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa pengeluaran bulanan ibu
hamil berhubungan positif nyata dengan berat lahir bayi. Pengeluaran bulanan
juga berhubungan sangat nyata dengan lingkar kepala bayi. Besarnya pendapatan
bulanan berhubungan sangat nyata dengan berat lahir bayi dan lingkar kepala
bayi. Hal ini menjelaskan bahwa semakin besar pendapatan keluarga setiap
bulannya semakin tinggi berat badan dan lingkar kepala bayinya.
Semakin tinggi daya beli (pendapatan riil) keluarga semakin beragam
pangan yang dikonsumsi dan semakin baik pula kualitas pangannya. Kemampuan
membeli (daya beli) merupakan indikator dari tingkat ekonomi seseorang
(keluarga) yang diukur dengan pendapatan per bulan. Pembelian merupakan
fungsi dari faktor kemampuan dan kemauan membeli yang saling bertautan. Hal
ini berlaku untuk semua produk-produk kebutuhan sehari-hari, termasuk makanan
(Mangkuprawira dalam Sianturi 2005).
Hubungan Status Gizi Ibu Hamil dengan Ukuran Antropometrik Bayi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi badan, berat badan ibu sebelum
hamil, status gizi (yang dianalisis berdasarkan IMT) sebelum hamil, usia
kehamilan, LILA, berat badan menjelang melahirkan, dan penambahan berat
badan ibu, berhubungan posistif sangat nyata dengan ukuran antropometrik bayi
yang dilahirkan (diamati dari berat badan saat lahir, panjang badan, lingkar
kepala, dan lingkar dada).
Penelitian Strauss dan Dietz (1999) tentang hubungan pertambahan berat
badan ibu selama kehamilan menunjukkan bahwa ibu yang pertambahan berat
badannya rendah pada trimester kedua dan ketiga (didefinisikan sebagai
pertambahan berat badan <0.3 kg/mgu selama trimester kedua dan ketiga) dua kali
lebih berpeluang melahirkan bayi dengan pertumbuhan janin terhambat
(Pertambahan berat badan rendah selama kehamilan didefinisikan sebagai
pertambahan berat selama kehamilan < 6.8kg.)
Status gizi ibu hamil sebelum kehamilan berhubungan dengan kualitas bayi
yang dilahirkan. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa ibu yang kurus akan
107
melahirkan bayi dengan berat lahir, lingkar kepala dan lingkar dada yang lebih
rendah dibandingkan ibu yang tidak kurus.
Tabel 41 Hubungan status gizi ibu hamil dengan ukuran antropometrik bayi
Peubah
Panjang
Berat Bayi
r
p
Bayi
r
p
Lingkar
Kepala
Bayi
r
p
Lingkar
Dada Bayi
Lingkar
Perut Bayi
r
r
p
p
Tinggi badan ibu
(cm)
Berat badan ibu
sebelum hamil (kg)
Status gizi ibu awal
kehamilan (IMT)
Usia kehamilan ibu
(minggu)
Lingkar Lengan
Atas (LILA) (cm)
BB menjelang
melahirkan (kg)
Pertambahan berat
badan ibu (kg)
0.19 0.00** 0.19 0.00** 0.18 0.00** 0.14 0.00** .045
.257
0.25 0.00** 0.18 0.00** 0.27 0.00** 0.19 0.00** .121
.00**
0.19 0.00** 0.11 0.00** 0.21 0.00** 0.15 0.00** .111
.01**
0.40 0.00** 0.18 0.00** 0.44 0.00** 0.56 0.00** .320
.00**
0.25 0.00** 0.10 0.01** 0.25 0.00** 0.17
.00**
Paritas (kali)
0.02
0.00*
.116
0.38 0.00** 0.25 0.00** 0.38 0.00** 0.29 0.00** .1160 .00**
0.38 0.00** 0.23 0.00** 0.37 0.00** 0.29 0.00** .127
0.60
0.002
0.96
-0.06
0.16
-0.04
0.34
-.028
.00**
.475
*berbeda nyata pada p<0.05
**berbeda nyata pada p<0.01.
Paritas (jumlah kehamilan) dan umur ibu saling berkaitan sebagai faktor
risiko pertumbuhan dan perkembangan anak. Landers (1984) dalam Satoto (1990)
mendapatkan bahwa sampai dengan 3 kehamilan pertama, jumlah kehamilan
berhubungan dengan berat lahir rendah, sedangkan sesudah itu hubungan tersebut
tidak lagi sistematis. Mata dan Wyat (1971) dalam Satoto (1990) menemukan
bahwa paritas pada umumnya menggambarkan jarak dua kehamilan yang
manifestasinya nyata pada persediaan energi dan zat gizi ibu serta kemampuan ibu
untuk memelihara kehamilan dan memberikan ASI sesudah kelahiran anak.
Mempertimbangkan bahwa keeratan hubungan tinggi fundus dengan berat
bayi lahir memiliki nilai koefisien korelasi (r) yang relatif sama, maka kedua
peubah ini sama – sama bisa digunakan untuk menduga pertumbuhan janin (berat
bayi baru lahir). Tabel 42 menyajikan keeratan hubungan antara tinggi fundus
dengan dugaan berat badan bayi lahir.
108
Tabel 42 Keeratan hubungan (r) antara tinggi fundus dengan berat bayi lahir
No.
1
2
3
4
5
6
Peubah
Pertambahan berat badan ibu
Tinggi fundus minggu 12 - 13
Tinggi fundus minggu 24 - 25
Tinggi fundus minggu 36 - 37
Tinggi fundus minggu 39 - 40
Tinggi fundus minggu 41 - 42
Berat bayi lahir
0.360 – 0.432
0.097
0.383
0.463
0.427
0.441
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai keeratan hubungan antara peubah
tinggi fundus pada minggu ke 24 – 25 dengan berat bayi lahir (0.383), paling
sensitif dengan peubah pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dengan
berat bayi lahir (0.360 – 0.432). Hal ini menjelaskan bahwa peubah tinggi fundus
lebih sensitif pada saat akhir trimester 2 (memasuki awal trimester 3).
Hubungan Pengetahuan Gizi dan Perilaku Kesehatan Ibu Selama
Kehamilan dengan Ukuran Antropometrik Bayi
Secara tidak langsung, pengetahuan gizi ibu hamil akan mempengaruhi
status gizinya karena dengan pengetahuan yang dimilikinya, para ibu dapat
memenuhi kebutuhan gizinya. Pengetahuan gizi dan kaitannya dengan kebutuhan
gizi semakin penting dan perlu mendapatkan perhatian khusus bagi ibu hamil
karena hal itu berhubungan langsung dengan kualitas bayi yang dilahirkan.
Tabel 43 Hubungan pengetahuan gizi dan kebiasaan merokok ibu selama
kehamilan dengan ukuran antropometrik bayi
Peubah
Berat Bayi
r
p
Panjang Bayi
r
Skor pengetahuan
0.21 0.00** 0.15
gizi ibu
Kebiasaan
-0.06 0.14 -0.05
merokok ibu
*berbeda nyata pada p<0.05
**berbeda nyata pada p<0.01.
p
Lingkar Kepala Lingkar Dada
Bayi
Bayi
r
p
r
p
Lingkar Perut
Bayi
r
p
0.00**
0.27
0.00**
0.18
0.00**
.022
.581
0.23
-0.09
0.02
-0.05
0.20
-.096
.02*
Kebiasaan merokok ibu berhubungan negatif dengan ukuran antropometrik
bayi yang dilahirkan. Hal ini menjelaskan bahwa bayi dari ibu yang biasa
merokok akan memiliki berat badan lahir, panjang lahir, lingkar kepala dan
lingkar dada yang lebih rendah dibandingkan bayi yang dilahirkan dari ibu yang
tidak merokok.
109
Merokok merupakan kebiasaan yang harus dihindari wanita hamil, karena
merokok akan memberikan pengaruh yang tidak baik terhadap status gizi ibu
hamil yang akhirnya akan mempengaruhi status gizi janin yang dikandungnya. Ibu
hamil yang merokok, intik serat, vitamin A, betakaroten, folat dan vitamin C
cenderung lebih rendah dibanding ibu hamil yang tidak merokok. Kebiasaan
merokok juga membatasi suplai darah bagi perkembangan janin dan juga
membatasi transportasi oksigen dan zat gizi serta proses pengeluaran kotoran.
Merokok akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan fisik dan dapat
menyebabkan gangguan perilaku atau intelektual dimasa mendatang. Ibu yang
merokok lebih berpeluang mengalami kelahiran bermasalah dan melahirkan bayi
BBLR. Dari semua penyebab yang sifatnya dapat dicegah, kebiasaan merokok
merupakan
penyebab
utama
bayi
lahir
dengan
berat
rendah
(Sizer dan Whitney 2000).
Faktor-faktor yang Memengaruhi Pertambahan Berat Badan Ibu
Selama Kehamilan
Tabel 44 menjelaskan bahwa sebanyak 23% pertambahan berat badan ibu
selama hamil dipengaruhi oleh status sosial ekonomi, tinggi badan ibu awal
kehamilan (cm) dan usia kehamilan ibu dan 75% lagi ditentukan oleh faktor lain.
Tabel 44 Faktor-faktor yang berhubungan dengan pertambahan berat badan ibu
selama kehamilan
Kode Peubah
Nama
Kode
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8
Konstanta
Status gizi ibu hamil awal kehamilan (IMT)
Usia kehamilan ibu (minggu)
Skor pengetahuan gizi akhir kehamilan
Status sosial ekonomi (0 = rendah, 1 = tinggi)
Tinggi badan ibu awal kehamilan (cm)
Kadar Hb darah awal kehamilan (mg/dl)
Konsumsi protein akhir kehamilan (gr/kap/hari)
Kebiasaan merokok dan paparan obat nyamuk
B
-20.433
-.025
.258
-.003
3.475
.144
-.162
.001
.196
t
-3.479
-.477
2.906
-.315
9.828
4.941
-1.073
.238
.650
Sig
.001
.633
.004*
.753
.000*
.000*
.284
.812
.516
R2 = 0.23, p < 0.05
Pengaruh beberapa peubah yang diduga mempengaruhi pertambahan berat
badan ibu selama kehamilan dilakukan dengan analisis regresi linier berganda
Dengan mengeluarkan peubah-peubah yang tidak memberikan pengaruh yang
nyata (menggunakan metode Stepwise), diketahui bahwa pertambahan berat badan
110
ibu selama kehamilan dipengaruhi oleh usia kehamilan ibu (X2), status sosial
ekonomi (X4), dan tinggi badan ibu awal kehamilan (X5) dengan persamaan Y = 22.292 + 0.247 X2 + 3.360 X4 + 0.144X5 + 3.785 (Lampiran 7).
Faktor-faktor yang Memengaruhi Berat Bayi Lahir
Pengaruh beberapa peubah yang diduga mempengaruhi berat bayi lahir
dilakukan dengan analisis regresi linier berganda. Dengan mengeluarkan peubahpeubah yang tidak memberikan korelasi (menggunakan metode Stepwise),
diketahui bahwa berat lahir bayi dipengaruhi oleh status gizi ibu awal kehamilan
(X1), usia kehamilan ibu (X2), skor pengetahuan gizi ibu di akhir kehamilan (X3),
tinggi badan ibu awal kehamilan (X5), dan pertambahan berat badan ibu (X9),
dengan persamaan Y = -2930.00 + 27.75 X1+74.57X2 + 2.99 X3 + 15.72 X4 +
128.64X9 + 402.553 (Lampiran 8).
Straus et al (1999) telah meneliti kaitan antara pertambahan berat badan ibu
dengan risiko PJT. Mereka menyimpulkan bahwa pertambahan berat badan ibu
yang rendah pada kehamilan trimester kedua dan ketiga meningkatkan risiko
terjadinya PJT. Sementara itu, pada penelitian kaitan antara status gizi dan
pertumbuhan linear di Jawa Barat, Schmidt et al (2002) menemukan bahwa
pertumbuhan linear lebih ditentukan oleh faktor lingkungan prenatal (seperti
status gizi ibu) daripada faktor postnatal.
Tabel 45 Faktor-faktor yang memengaruhi berat bayi lahir
Kode
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8
X9
2
Kode Peubah
Nama
Konstanta
Status gizi ibu hamil awal kehamilan (IMT)
Usia kehamilan ibu (minggu)
Skor pengetahuan gizi akhir kehamilan
Status sosial ekonomi (0 = rendah, 1 = tinggi)
Tinggi badan ibu awal kehamilan (cm)
Kadar Hb darah
Konsumsi protein akhir kehamilan (gr/kap/hari)
Kebiasaan merokok dan paparan obat nyamuk
Pertambahan berat badan (*)
R = 0.25, p < 0.05
(*)
Berupa Standardized Residual
B
-2765.073
25.884
75.576
2.487
42.918
14.925
-4.583
.101
15.403
128.685
t
-4.427
4.571
8.000
2.536
1.221
4.811
-0.285
.186
.481
8.001
Sig
0.000
0.000*
0.000*
0.011*
0.222
0.000*
0.776
0.852
0.631
0.000*
111
Penelitian di Jawa Tengah juga menunjukkan hasil serupa. Ibu hamil yang
mengalami kekurangan gizi melahirkan bayi dengan berat lahir rata-rata 8.3 kg,
jauh di bawah berat rata-rata yang dianjurkan (11.0 kg) (Winkvist et al 2002).
Faktor-faktor yang Memengaruhi Panjang Bayi Lahir
Pengaruh beberapa peubah yang diduga mempengaruhi panjang bayi lahir
dilakukan dengan analisis regresi linier berganda (Metode Stepwise). Panjang bayi
saat lahir dipengaruhi oleh usia kehamilan ibu (X2), tinggi badan ibu awal
kehamilan (X5), pertambahan berat badan ibu dan status gizi ibu hamil di awal
kehamilan (IMT), dengan persamaan Y = 20.718 + 0.310X1+0.352X2 + 0.081X5
+ 0.078X9 + 1.756 (Lampiran 9).
Tabel 46 Faktor-faktor yang memengaruhi panjang bayi lahir
Kode Peubah
Nama
B
Konstanta
Status gizi ibu hamil awal kehamilan (IMT)
Usia kehamilan ibu (minggu)
Skor pengetahuan gizi akhir kehamilan
Status sosial ekonomi (0 = rendah, 1 = tinggi)
Tinggi badan ibu awal kehamilan (cm)
Kadar Hb darah
Konsumsi protein akhir kehamilan (gr/kap/hari)
Kebiasaan merokok dan paparan obat nyamuk
Pertambahan berat badan (*)
19.844
0.072
0.343
0.010
-0.412
0.083
0.040
0.002
0.097
0.314
Kode
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8
X9
t
7.330
2.949
8.366
2.435
-2.526
6.185
0.568
0.656
0.699
4.509
Sig
0.000
0.003*
0.000*
0.015
0.012*
0.000*
0.570
0.512
0.485
0.000*
2
R = 0.19, p<0.05
(*)
Berupa Standardized Residual
Anak – anak yang dikandung oleh para ibu rawan gizi menghadapi ancaman
tumbuh sebagai anak pendek, apalagi bila setelah lahir dia tidak mendapati gizi
yang cukup (Achir 1993)
Faktor-faktor yang Memengaruhi Lingkar Kepala Bayi Lahir
Lingkar kepala bayi menjadi penting karena lingkar kepala berkaitan dengan
volume otak bayi. Pengaruh beberapa peubah yang diduga mempengaruhi panjang
bayi lahir dilakukan dengan analisis regresi linier berganda.
Dengan mengeluarkan peubah-peubah yang tidak memberikan korelasi
(menggunakan metode Stepwise), diketahui bahwa lingkar kepala bayi
dipengaruhi oleh status sosial ekonomi, usia kehamilan ibu (minggu),
112
pertambahan berat badan ibu selama hamil, status gizi ibu sebelum kehamilan
(IMT), usia kehamilan ibu, skor pengetahuan gizi akhir kehamilan, tinggi badan
ibu awal kehamilan, dan skor pengetahuan gizi ibu akhir kehamilan, dengan
persamaan Y = 13.647 + 0.092X1 + 0.296X2 + 0.008X3 + 0.763X4 + 0.036X5 +
0.315X9 + 1.371 (Lampiran 10).
Tabel 47 Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkar kepala bayi lahir
Peubah
Nama
Kode
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8
X9
Konstanta
Status gizi ibu hamil awal kehamilan (IMT)
Usia kehamilan ibu (minggu)
Skor pengetahuan gizi akhir kehamilan
Status sosial ekonomi (0 = rendah, 1 = tinggi)
Tinggi badan ibu awal kehamilan (cm)
Kadar Hb darah
Konsumsi protein akhir kehamilan (gr/kap/hari)
Kebiasaan merokok dan paparan obat nyamuk
Pertambahan berat badan (*)
B
13.647
0.087
0.299
0.008
0.787
0.036
-0.002
0.000
0.168
0.315
t
Sig
6.620
4.536
9.305
2.378
6.151
3.382
-0.040
0.224
1.543
5.780
0.000
0.000
0.000
0.018
0.000
0.001
0.968
0.823
0.123
0.000
R2 = 0.30, p < 0.05
Berupa Standardized Residual
(*)
Faktor gizi memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan lingkar kepala
anak. Semakin baik status gizi ibu hamil maka pertumbuhan lingkar kepala akan
semakin baik, dan ibu rawan gizi akan melahirkan bayi dengan lingkar kepala
yang lebih kecil (Soetjiningsih 1998).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Prevalensi bayi yang mengalami Pertumbuhan janin terhambat (PJT) ibu
hamil dari penelitian ini sebesar 10.0%; PJT pada ibu hamil dengan status
sosial ekonomi rendah lebih tinggi (14.5%) dibandingkan PJT pada ibu hamil
dengan status sosial ekonomi tinggi (5.4%). Prevalensi PJT pada ibu dengan
status gizi kurus paling tinggi (12.3%) dibandingkan ibu dengan status gizi
normal (9.9%), gemuk (8.8%) dan gemuk sekali (4.3%).
2. Prevalensi BBLR adalah 5.8%. BBLR pada bayi dari ibu dengan status sosial
ekonomi rendah lebih besar (8.3%) daripada ibu hamil dengan status sosial
ekonomi tinggi (3.2%). Prevalensi BBLR pada ibu dengan status gizi gemuk
paling besar (11.8%) dibandingkan dengan BBLR pada ibu dengan status gizi
kurus (8.5%) dan normal (5.1%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu
dengan status gizi gemuk sekali tidak ada yang melahirkan bayi BBLR.
3. Prevalensi bayi lahir pendek (PLP) pada ibu hamil dengan status sosial
ekonomi gizi rendah lebih besar (5.2%%) dibandingkan dengan ibu dengan
status sosial ekonomi tinggi (3.5%). Prevalensi PLP lebih besar pada ibu
dengan status gizi gemuk (5.9) dibandingkan dengan ibu kurus (5.7%), dan
normal (4.2%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu dengan status gizi
gemuk sekali tidak ada yang melahirkan bayi PLP.
4. Status gizi ibu (IMT) pada awal kehamilan berhubungan nyata dengan ukuran
antropometrik bayi baru lahir (berat badan, panjang badan, lingkar kepala).
Semakin baik status gizi ibu akan semakin baik ukuran antropometrik bayi.
5. Pertambahan berat badan ibu selama hamil dan tinggi badan ibu berhubungan
nyata dengan ukuran antopometrik bayi baru lahir (berat badan, panjang
badan, lingkar kepala). Semakin besar pertambahan berat badan ibu akan
semakin baik ukuran antropometrik bayi yang dilahirkan.
6. Rata – rata pertambahan berat badan ibu selama kehamilan sebesar 11.41±
4.31 kg (290±110 gram/minggu), rata – rata pertambahan berat badan ibu
hamil dengan status sosial ekonomi rendah sebesar 9.56±3.31kg (240±80
gram/minggu) lebih rendah dibandingkan rata – rata pertambahan berat badan
113
114
ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi yaitu sebesar 13.32±4.39 kg
(340±110 gram/minggu),
7. Berdasarkan status gizi ibu awal kehamilan diketahui bahwa rata – rata
pertambahan berat badan ibu paling tinggi pada ibu dengan status gizi gemuk
sekali, sebesar 13.19±5.08kg (340±130gram/minggu), dibandingkan ibu
dengan status gizi lainnya (ibu dengan status gizi normal, 11.36±4.24 kg
(290±110 gram/minggu); ibu status gizi kurus, 11.59±4.44 kg (300±110
gram/minggu) dan ibu yang gemuk, 10.27±4.01 kg ( 260±100 gram/minggu).
8. Rata – rata pertambahan berat badan ibu hamil yang melahirkan bayi BBLR
sebesar 8.16±3.40 kg, rata – rata pertambahan berat badan ibu hamil dengan
status sosial ekonomi tinggi sebesar 11.11±3.85 kg, lebih tinggi dibandingkan
dengan pertambahan berat badan ibu hamil dengan status sosial ekonomi
rendah yaitu 7.07±2.51 kg.
9. Rata – rata pertambahan berat badan ibu hamil yang melahirkan bayi normal
sebesar 11.61±4.27 kg, rata – rata pertambahan berat badan ibu hamil dengan
status sosial ekonomi tinggi sebesar 13.39±4.39 kg, lebih tinggi dibandingkan
ibu hamil dengan status sosialekonomi rendah yaitu 9.79±3.29 kg.
10. Pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dipengaruhi oleh usia
kehamilan ibu (minggu), status sosial ekonomi dan tinggi badan ibu (R2 =
0.23).
11. Berat bayi lahir
dipengaruhi oleh status gizi ibu awal kehamilan, usia
kehamilan ibu, skor pengetahuan gizi ibu di akhir kehamilan, tinggi badan ibu
awal kehamilan dan pertambahan berat badan ibu (R2 = 0.25).
12. Panjang bayi saat lahir dipengaruhi usia kehamilan ibu, tinggi badan ibu awal
kehamilan, pertambahan berat badan ibu dan status gizi ibu hamil di awal
kehamilan (R2 = 0.19). Lingkar kepala bayi dipengaruhi status sosial ekonomi,
usia kehamilan ibu, pertambahan berat badan ibu selama hamil, status gizi ibu
sebelum kehamilan, usia kehamilan ibu, skor pengetahuan gizi akhir
kehamilan, tinggi badan ibu awal kehamilan, dan skor pengetahuan gizi ibu
akhir kehamilan (R2 = 0.30).
115
Saran
1. Dalam kaitannya dengan pemantauan pertumbuhan janin secara sederhana,
penting bagi ibu hamil untuk mengetahui (diberitahu petugas kesehatan)
pertambahan berat badan dan tinggi fundus yang normal selama kehamilan.
Oleh karena itu, perlu ditingkatkan pengetahuan ibu hamil tentang
pemantauan pertambahan berat badan dan tinggi fundus selama kehamilan.
2. Sehubungan dengan saran diatas perlu dikembangkan kurva KMS ibu hamil
dan tinggi fundus yang praktis yang bisa digunakan bagi petugas kesehatan
dan ibu hamil.
3. Mengingat masih tingginya kejadian PJT dan BBLR; dan masalah gizi pada
wanita hamil di perkotaan masih cukup tinggi, yaitu 22.6% anemi, 16.6%
kurus, hampir semua konsumsi vitamin dan mineral (vitamin A, vit C, folat,
vit B12, zat besi dan Zinc) masih dibawah 2/3 anjuran, maka perlu
ditingkatkan kepedulian dan investasi pada upaya pencegahan masalah gizi
dan gangguan kesehatan bagi wanita menjelang dan saat kehamilan, terutama
pada keluarga dengan status sosial ekonomi rendah.
4. Terkait saran pada butir 3 dan mempertimbangkan bahwa kondisi kemiskinan
di pedesaan jauh lebih tinggi dibandingkan di perkotaan, upaya-upaya
perbaikan gizi dan kesehatan ibu hamil sebaiknya dilakukan secara
menyeluruh dan diintegrasikan dengan upaya pengentasan kemiskinan dan
peningkatan akses dan kualitas pelayanan gizi dan kesehatan ibu hamil.
DAFTAR PUSTAKA
Abrahams B, Altman SL, Pickett, Kate E. 2000. Pregnancy weight gain: still
controversial. Am J Clin Nutr 71:1233-1241
Achadi 1995. Woman’s Nutritional Status, Iron Consumption and Weight Gain
During Pregnancy in Relation To Neonatal Weight and Length in West
Java Indonesia, draf 1-2.
Achir Y 1993. Masalah Psikososial Anak dan Remaja Berperawakan Pendek.
Dalam Masalah Penyimpangan Pertumbuhan Somatik pada Anak dan
Remaja. Naskah Lengkap Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu
Kesehatan Anak XXVIII. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Almatsier S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Aminullah A. 2004. Perinatologi dari Rahim Ibu Menuju Sehat Sepanjang Hayat.
Makalah Pengukuhan Guru Besar Universitas Indonesia, Jakarta.
Anonim.
2003.
Baby
Fit
Healthy
Pregnancy
Quiz
URL:http://www.babyfit.com/myspark/bquiz.asp tahun 2003.
dalam
Arifeen, SE, Black RE, Caulfield LE, Antelman G, Baqui Abdullah H, Nahar Q,
Alamgir S, and Mahmud H. 2000. Infant growth patterns in the slums of
Dhaka in relation to birth weight, intrauterine growth retardation, and
prematurity. Am J Clin Nutr 72:1010-1017
Barker DJP. 1998. Mother Babies and Health in Later Life, Churchill,
Livingstone, Edinburgh, London, New York, Philadelphia, San
Franscisco, Sydney, Toronto. Chapt. 1 page 2 - 3
Betsenova O, Petrova J, Vinsova, M. 1980. Perinatal Distress and Brain
Development, Avicenum, Chechoslovac. Praque: Med. Press.
Benson RC, Pernoll ML.1987.Current Obstetric & Gynecologic Diagnosis &
Treatment, 6th edition Lange Medical Publication page 167.
Boyle MA, Morris DH. 1999. Community Nutrition in Action an Entrepreneurial
Approach, Second Edition. West Wadsworth: An International Thomson
Publishing Company.
Callen Peter W. 1988. Ultrasonography in Obstetric and Gynecology. Second
edition WB. Saunders Company page 471-474-475.
Caroline HDF, Yajnik CS, Rao S, Davies AA, Brown N, and Farrant HJW. 2003.
Micronutrients and fetal development. J Nutrition 133:1747S-1756S
Chambers, Christina D, Philip OA, Ronald GT. 1999. Weight Gain in Infant
Breastfed
by
Mother
Who
Take
Fluoxetine,
URL:http://www.pediatrics.org/cgi/content/full/104/5/e61;fluoxetine.
Connolly G, Conroy R, Byrne PJ, Kennell S. 1998. Teenage Prenancy in Rotunda
Hospital, December 1998 Volume 91 No. 6
Cravioto J, DecLicarde ER. 1976. Malnutrition in Early Childhood. Fd. Nutr.
(FAO) 2:2.
116
117
Cunningham, MacDonald, Gant. 1995. Obstetri Williams. Penerbit Buku
Kedokteran, ECG.
Cunningham, Gary F et al, Mc Graw Hill.2005. William Obstetrics, Twentysecond edition page 894.
Danielsson BR and Miller RK. 1984. Effects of Cadmium on Placenta Uptake and
Transport to the Fetus of Nutrient. Biol. Res. 4: 149-163, Maternal
Nutrition and Pregnancy Outcome, page 103.
Departemen Kesehatan RI 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa di Indonesia III. DepKes. R.I. Direktorat Jenderal
Pelayanan Medik.
Departemen Kesehatan RI 1994. Penggunaan Alat Ukur Lingkar Lengan Atas
(LLA) pada Wanita Usia Subur. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI 2003. Gizi dalam Angka Sampai dengan Tahun 2002.
Jakarta
Dinas Kesehatan Jawa Barat 2003. Masalah Ibu Hamil Kurang Energi Kronis dan
Anemia Gizi Besi di 24 Kab./Kota Propinsi Jawa Barat. Laporan
Penelitian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan dengan
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa barat.
Engsner G, Habter D, Sjogren, Bovahlquist J. 1974. Brain Growth in Children
with Kwashiorkor, Act. Pediat. Scand 63 : 687.
Ebrahim GJ. 1985. Social & Community Paediatric in Developing Countries,
Caring for the Rural and Urban Poor, 1st Ed. Macmillan, London.
Endjun JJ. 2002. Nakita, Panduan Tumbuh Kembang Balita, 23 Agustus 2002.
Fawzi WW, Forman MR, Levy A, Graubard BI, Naggan L, Berendes HW. 1997.
Maternal anthropometry and infant feeding practices in Israel in relation
to growth in infancy: the North African infant feeding Study. Am J Clin
Nutr 65: 1731-1737
Fox SI. 1990. Human Physiology, Fourth Edition Wm. C Brown Publishers,
Dubuque, Iowa-Melbourne, Australia-Oxford, England.
Gani A. 2003. Aspek Ekonomi Kesehatan Jiwa Masyarakat. Konvensi Nasional
Kesehatan Jiwa ke-2. Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan FKMUI.
Gillespie S. 1997. Improving Adolescent and Maternal Nutrition: An Overview of
Benefit and Options. UNICEF, New York.
Gulardi I 2003. Vitamin A Transfer from Mother to Cord of Intra Uterine Growth
Retardation (IUGR) and Appropriate Birth Weight (ABW). Community
Nutrition, Faculty of Medicine University of Indonesia, Jakarta.
Hardinsyah. 2000. Studi Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Hardinsyah. 2000. Efek Biskuit Multigizi Terhadap Pertambahan Berat Badan
Selama Kehamilan.
118
Hastono SP. 2001. Analisis Data, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Indonesia.
Heayer, Richard A, Hunt, Joseph M. 1995. Improving Early Childhood
Development, An Intergrated Program for the Philippines, The World
Bank Washington, D.C.
Hediger ML, Scholl TO. Ances IG, Belsky DH, Salmon RW. 1990. Rate and
amount of weight gain during adolescent pregnancy: Associations with
maternal weight-for-height and birth weight. Am J. Clin. Nutr, Vol.52:
793-799.
Herman SH, Muhilal. 1993. Anemia Ibu Hamil, Departemen Kesehatan R.I.,
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Hickey CA. 2000. Sociocultural and behavioral influences on weight gain
during pregnancy. Am J Cln Nutr 71:1364S-70S
Hiza HAB, LN USDA. 2001. Center for Nutrition Policy and Promotion,
Relationships of Substance Abuse to the Nutritional Status of
Pregnant African-American Women. Familiy Economics and Nutrition
Review, 2001 Vol. 13 No. 2.
Hossain MM, Habib M, DuPont HL. 1994. Association between birth weight and
birth arm circumference of neonates in ural Egypt. Di dalam: Hardinsyah.
2000. Studi Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR). Laporan akhir penelitian bidang kesehatan
dan gizi masyarakat.Bogor : IPB.
Hytten. 1980. Subcommitee on Nutrional Status and Weight Gain During
Pregnancy, Food and Nutrional Board 1990.
Institute of Medicine: 1990. Nutrition During Pregnancy. National Academy
Press.
Kalplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. 1997. Sinopsis Psikiatri, Edisi Ketujuh Jilid
Satu, Bab 2, hal. 27.
Karyadi D, Soewondo S, Tjahjadi H. 1971. Undernutrition and some aspects of
brain function. Ped. Ind 11: 47
Karmini S. 1987. Hubungan Beberapa Ukuran Antropometrik Ibu dan Tinggi
Fundus Uteri dengan Berat Lahir. Fakultas Pascasarjana, Universitas
Indonesia.
Karsono B. 2002. Ultrasonografi dalam Obstetri, Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga,
Cetakan Keenam, Editor Ketua Wiknjosastro Hanifa, Saifuddin Abdul
Bari, Rachimhadhi Trijatmo, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta 2002.
Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Jurusan Gizi
Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Faperta. IPB.
King JC. 2000. Physiology of Pregnacy and Nutrient Metabolisme. Am J Clin
Nutr 1218S-1225S
119
Kusharisupeni. 1999. Peran Berat Lahir dan Masa Gestasi Terhadap
Pertumbuhan Linier Bayi di Kecamatan Sliyeg dan Kecamatan
Gabuswetan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat 1995 – 1997, Disertasi,
Program Pascasarjana, Universitas Indonesia 1999, hal 69 - 75
Kusin JA dan Karjati S. 1994. Maternal Child Nutrition in Madura Indonesia,
Royal Tropical Institute The Netherlands.
Kusumanto R. 1964 Eklektik Holistik Terhadap Masalah Skizofrenia.
Lang SS. 2001. Excessive Weight Gain During Pregnancy in Now Major
Contributor to Obesity in United States: Cornel Study Finds.
http;//www.cce.cornell.edu/food/expfiles/topics/olson2/olson2overview.ht
ml
Lazuardi 1984. Penjaringan Psikodinamik pada 6 Bulan Pertama Kehidupan, hal.
46 – 53.
Lozoff B, Brittenham GM, Viteri FE, Wolf AW, Urrutia JJ. 1982. Developmental
deficits in iron-deficient infants, effects of age and severity of iron lack. J.
Pediat 101: 948
Luke B, Hawkins MM, and Petrie RH. 1981. Influence of smoking, weight gain,
and pregravid weight for height on intrauterine growth. Am J Clin Nutr
34:1410-1417
Luke B, Hediger ML, Nugent C. 2003. Body Mass Index-Specific Weight Gains
Associated with Optimal Birth Weights in Twin Pregnancies., Volume 48,
April 2003. http://www.reproductivemedicine.com/Features/Feature.htm.
MacMillan Press. 1983. Nutrition in Pregnancy and the Growth of the Fetus, in
Nutrition in Mother and Child Health, 1 st Ed. London, p. 34 – 53.
MacMillan J. 1985. Social & Community Paediatric in Developing Countries,
Caring for the Rural and Urban Poor; 1st Ed. London.
Manuaba IB. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan, Penerbit Buku Kedokteran ECG.
Manuaba IB. 2001. Konsep Obstetri & Ginekologi Sosial Indonesia, Penerbit
Buku Kedokteran ECG.
Marjorie AE. 1983. A Colour Atlas of Life Before Birth, Normal Fetal
Development; Wolfe; London.
Maulik D, Sicuranza G, Lysikrewiez A dan Fiqueron R. 2000. Fetal Growth
restriction; 3 keys to successful management. www. obg.management.com
Max Mongelli, Fracog, Jason Gardosi 1999. Symphysis Fundus Height and
Pregnancy Characteristics in Ultrasound-Dated Pregnancies, vol 94 no 4
page 591.
Miller RK, Faber W, Asai M, D’Gregorio RP, Ng WW, Shah Y, and Jessee LN.
1993. The Role of the Human Placenta in Embryonic Nutrition, Impact of
Environment and Social Factors, Maternal Nutrition and Pregnancy
outcome, page 92
120
Mochtar R. 1998. Sinopsis Obstetri. Fisiologi dan Patologi, Penerbit Buku
Kedokteran, ECG Jakarta.
Montaque
P.
2000.
Industri
http://www.ejnet.org/rachel/rehw463.htm
Penghasil
Dioksin.
Moran JL. 2003. The Scoop on Pregnancy Weight Gain.
http://www.americanbaby.com/ab/CDA/featureDetail/0,1349,31,00,html
Muhilal, Fasli J, Hardinsyah. 1998. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI.
1998.
National Academy Press, Washington, DC. 1990, Nutrition During Pregnancy,
Part I Weight Gain.
Notoatmodjo S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan, Penerbit Rineka Cipta,
Edisi Revisi.
Paton LM, Alexander JL, Nowson, Margerison C, Frame, Mandy G,
Kaymakci B, Wark, John D. 2003. Pregnancy and lactation have no longterm deleterious effect on measures of bone mineral in healthy women: A
Twin Study. Am J Clin Nutr 77:707-714
Peleg D, Kennedy CM, and Hunter SK. 1998. Intrauterine Growth Restriction:
Identification and Management, University of Iowa Hospitals and
Clinics, Iowa City, Iowa. Page 465, August 1998.
Physical Status: The Use And Interpretation Of Anthropometry, World Health
Organization. 1995.
Picone TA, Allen LH, Schramm MM, and Olsen PN. 1982. Pregnancy outcome in
North American women. I. Effect of diet, cigarette smoking, and
psychological stress on maternal weight gain. Am J Clin Nutr, Vol
36:1205-1213
Pierson-Deschamp. 1981. dikutip dari Sutan Asin M.1985. Faktor Hormonal
Dalam Pertumbuhan dan Perkembangan Anak dan Remaja, Gizi dan
Tumbuh Kembang, FKUI.
Pitkin RM. 1976. Nutritional Support in Obstetrics and Gynecology. Clinical
Obstetric and Gynecologi.
Pleyte W, Edith H, Prasetyo Y, dan Darmabrata W. 1983. Masalah Kejiwaan
pada Proses Tumbuh Kembang Anak.
Prensky AL and Dogge PR. 1982. Malnutrition in Swaiman KF & Wright FS The
Practice of Pediatric Neurology. The Cv Mosby Co, St. Louis, Toronto,
London, page 601.
Prentice MA, Goldberg RG. 2000. Energy Adaptations in human
pregnancy: limits and long-term consequences. Am J Clin Nut, Vol. 71:
1226S-1232S.
Rachel’s Environment, Health Weekly #463, 1995. Environment Research
Foundation P.O. Box 5036, Annapolis, MD 21403, Fax (410) 263-8944;
Internet [email protected]. Net
121
Ramakrisnan U. 2004. Nutrition and low birth weight: from research to practice.
Am J Clin Nutr 79:17-21
Sajogyo 1994. Peranan Wanita Dalam Pembangunan Masyarakat Desa. Rajawali
Jakarta.
Samil S. 1989. Dalam Depkes 2003, Gizi Dalam Angka Sampai dengan Tahun
2002. Jakarta 2003.
Sastrawinata S. 1983. Obstetri Fisiologi, Bagian Obstetri & Ginekologi,
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung.
Sastroasmoro S, Sofyan I. 2002. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi
Ke-2. CV Sagung Seto, Jakarta.
Satoto. 1990. Tumbuh Kembang Anak dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya
Proceeding of Seminar cum Workshop Safe Motherhood and Child
Survival, Growth and Development, hal. 109, Surabaya.
Samsudin M. 1998. Hubungan Kadar Hb dan Ukuran LILA Ibu Hamil dengan
Berat Lahir Rendah. Skripsi FKM-UI, Depok.
Schecter et. al. 2001. Journal of Toxicology and Environmental Health, Part A,
63:1-18.
Schmidt MK, Muslimatun S, West CE, Schultink W, Gross R, and Hautvast GAJ.
2002. Nutritional status and linear growth of Indonesian infants in West
Java are determined more by prenatal environment than by postnatal
factors. J Nutrition 132:2202-2207
Scholl TO, Hediger ML, Fischer, Shearer JW. 1992. Anemia vs iron deficiency:
increased risk of preterm delivery in a prospective study, Am J Clin Nutr
55:985-988.
Scholl TO, Reilly T. 2000. Anemia, iron and pregnacy outcome. J Nutrition
130:443S-447S
Seidel UP, Chandick COFD, Rutter M. 1975. Psychological disorders in
crippled children. A comparative study of child with or without brain
damage. Med Child Neurol 17:563
Sellers P McCall. 1993. Midwifery A Textbook and Reference Book For
Midwives in Southern Africa, Volume 1, Normal Childbirth, Juta & CO,
LTD.
Sianturi AHD. 2005. Kajian Status Gizi Ibu Hamil dan Faktor – faktor yang
Mempengaruhinya, serta Hubungannya dengan Berat Badan Bayi lahir di
Kecamatan Warungkondang Cianjur, Jawa Barat. Thesis. 2005.
Sizer FS dan Whitney EN. 2000. Nutrition concepts and controversies. Eight
edition. Wadsworth Thomson Learning. USA.
Soetjiningsih. 1998. Tumbuh Kembang Anak, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Solihin P. 1993. Sifat-sifat dan Kegunaan Pelbagai Jenis Formula Bayi yang
Beredar di Indonesia. Dalam : Gizi Tumbuh Kembang. FKUI, Indonesia.
122
Strauss RS and William DH. 1999. Low maternal weight gain in the second or
third trimester increases the risk for intrauterine growth retardation. J
Nutrition 129:988-993
Stanway P. 1997. Mothercare New Guide To Pregnancy and Babycare, From
Conception to Age Five, Shelton Books.
Stoppard MDR. 1994. Conception, Pregnancy and Birth; Darling Kindersley;
London.
Sularyo TS. 1996. Periode Kritis Pada Tumbuh Kembang, Naskah Lengkap
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak XXXVI
Supriasa DN. Bachyar B dan Fajar I. 2001. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Susser M. 1991. Maternal weight gain, infant birth weight and diet: Causal
sequences. Am J Clin Nutr 53: 1731-17
Suwandono A dan Soemantri S. 1995. Kesehatan Ibu Hamil, Departemen
Kesehatan R.I., Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Sweet BRRN and Tiran D. 1998. Mayes’ Midwifery A Textbook for
Midwives, Twelfth Edition, Bailliere Tindall, London Philadelphia
Toronto Sydney Tokyo.
Tanaka H, Arima M, Suzuki N. 1981. The Fetal Alcohol Syndrome, Proc. IYDP
Commemorative intern. Symp. On Developmental Disabilities, Tokyo,
Sept. page 69.
Tayie FAK and Lartey A. 1995. A Longitudinal Study of Weight-gain in
Pregnancy of Ghanaians and Relationship with Infant Birth-Weight.
Timiras 1986. Somatic Growth of the Infant and Child. page 3 – 24.
Varney H. 1997. Varney’s Midwifery, Third Edition, Jones and Bartlett
Publishers, Sudbury, Massachusetts, Boston London Singapore.
Varney H, Kriebs, Gregor JM, and Carolyn L. 2001. Midwive’s Pocket Book,
Penerbit Buku Kedokteran, ECG.
Villamor E, Msamanga G, Spiegelman, Antelman G, Peterson KE, Hunter DJ,
and Fawzi WW. 2002. Effect of multivitamin and vitamin A supplements
on weight gain during pregnancy among HIV-1-infected women. Am. J.
Clin. Nutr 76: 1082-1090
Villavieja GM, Barbara CVC, Valdecanas OC, Santos, and Adoracio H. 1989,
Fundamentalis in Applied and Public Health Nutrition, NutritionistDietitians’Association of the Philippines.
Widdowson EM. 1985. Growth and Body Composition in Childhood, in Clinical
Nutrition of the Young Chlid. 1st Ed. Raven Press, New York, p 1 –24.
Wier PJ, Miller RK, Maulik D, and De Sant’Agnese PA.1990. Cadmium Toxicity
in the Perfused Human Placenta. Toxicol. Appl. Pharmaco. 105: 156-171,
Maternal Nutrition and Pregnacy Outcome, page 102.
123
Wiknjosastro GH. 1993. Penanganan Pertumbuhan Janin Terhambat,
Perinatologi Tahun 2000. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran universitas
Indonesia 1993.
Wiknjosastro GH. 2006. Sebuah Kajian Komprehensif SC Atas Indikasi Indikasi
Gagal, Siang Klinik XIII RSIA Hermina.
Wiknjosastro H. 2002. Pembuahan, Nidasi dan Plasentasi, Ilmu Kebidanan. Edisi
Ketiga, Cetakan Keenam, Editor Ketua Wiknjosastro Hanifa, Saifuddin
Abdul Bari, Rachimhadhi Trijatmo, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta 2002.
Winkvist A, Stenlund H, Hakimi M, Nurdiati Detty DS, and Dibley MJ. 2002.
Weight gain patterns from prepregnancy until delivery among women in
Central Java, Indonesia. Am J. Clin. Nutr Vol. 75: 1072 – 1077
Wu G, Bazer FW, Cudd TA, Meininger CJ, and Spencer TE. 2004. Maternal
nutrition and fetal development. J Nutrition 134:2169-2172
Lampiran 1. Informed Consent
SURAT PERNYATAAN BERSEDIA MENGIKUTI PENELITIAN
( Informed Consent )
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
:
Umur
:
Alamat
:
Menyatakan sebagai berikut :
1. Telah mendapat keterangan secara lisan tentang penelitian yang akan
dilakukan oleh dokter pelaksana penelitian dengan judul : ”Analisis
Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Berdasarkan Status Sosial Ekonomi
dan Giziserta Hubungannya dengan Berat Bayi Baru Lahir”
2. Dapat mengerti manfaat penelitian ini secara umum dan secara khusus
terhadap diri saya dan masyarakat secara keseluruhan;
3. Bersedia menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan oleh Rumah Sakit
Ibu dan Anak Hermina / Rumah Bersalin Puskesmas di Jakarta Timur dan
Bekasi.
Jakarta, 2004
Peneliti,
Saya yang menyatakan,
(dr. YongkyMM. M.Kes)
(
Saksi
(
)
124
)
125
Lampiran 2. Rata – rata pertambahan berat badan ibu berdasarkan status kelahiran
bayi menurut status sosial ekonomi
Status kelahiran
bayi
No
1
2
SE Rendah
SE Tinggi
Total
Pertambahan berat badan selama hamil (kg)
( x + sd )
7.07 ± 2.51
9.79 ± 3.29
BBLR
Normal
( x + sd )
11.11 ± 3.85
13.39 ± 4.39
( x + sd )
8.16 ± 3.40
11.61 ± 4.27
Lampiran 3. Rata – rata pertambahan berat badan ibu berdasarkan status kelahiran
bayi menurut status gizi ibu
Status Gizi Ibu Hamil (SG)
Konsumsi
Gizi
No.
1
BBLR
2
Normal
Lampiran 4
Gemuk
Sekali
Pertambahan berat badan selama hamil (kg)
Kurus
Normal
Gemuk
( x + sd )
( x + sd )
( x + sd )
9.58 ± 3.29
8.06 ± 3.36
11.78 ± 4.50 11.53 ± 4.21
5.63 ± 2.86
( x + sd )
-
10.89 ± 3.74 13.18 ± 5.08
Peningkatan Tinggi Fundus Ibu Hamil Berdasarkan Usia Kehamilan
No.
Usia Kehamilan (minggu)
Tinggi Fundus (cm)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
19.22
21.50
22.40
23.45
24.06
25.22
25.70
24.33
28.17
27.50
29.12
28.40
30.37
30.08
31.27
31.69
32.87
33.61
33.46
33.61
34.17
33.00
126
Lampiran 5
Peningkatan Tinggi Fundus Ibu Hamil Berdasarkan Usia Kehamilan
Tinggi fundus menurut usia kehamilan
mean tinggi f undus
mean tinggi f undus + SD
mean tinggi f undus - SD
Linear (mean tinggi f undus)
Linear (mean tinggi f undus + SD)
Linear (mean tinggi f undus - SD)
45,0
40,0
Tinggi fundus (cm)
35,0
30,0
25,0
20,0
15,0
10,0
5,0
0,0
10
15
20
25
30
35
40
45
Usia kehamilan (minggu)
Lampiran 6. Nilai kematangan neuromuskuler serta skala Ballard.
Nilai kematangan (The New Ballard Scale (NBS) diproduksi dengan izin dari
Ballar. J. New Ballard dikembangkan pada bayi prematur. J Pediatri
119; 417. 1991.
Nilai
Minggu
- 10
20
-5
22
0
24
5
26
10
28
15
30
20
32
25
34
30
36
35
38
40
40
45
42
50
44
127
2
3
4
5
Licin,
merah
muda,
vena
mulai
tampak
Permukaan
terkelupas dan
/ruam
beberapa
vena
tampak
Pecahpecah, area
pucat, vena
mulai tidak
tampak
Seperti
kertas dari
kulit,
pecahpecah
semakin
dalam,
vena tidak
tampak
Kulait
pecahpecah
berker
ut
Tipis
Banyak
Tipis
Area mulai
botak
Hampir
seluruhnya
botak
Tumitibu jari
4050mm–
1 <40
mm-2
>50
mm,
tidak
berlipatlipat
Merah
redup
Lipatan
hanya
pada
anterior
transversal
2/3 anterior
berlipat
lipat
Lipatan
hampir
diseluruh
telapak
kaki
Tidak
tampak
Sedikit
tampak
Areola
mendatar
puting
belum
muncul
Areola
berbintik
puting
menonjol
1-2mm
Areola
mulai
tampak,puti
ng
menonk\jol
3-4mm
Areola
penuh,puti
ng
menonjol
5-10mm
Mata/teliga
Kelopak
mata
menutu
p
longgar1 rapat2
Kelopak
mata
terbuka.
Pinna
mendata
r tetap
terlipat
Pinna
sedikit
melengku
ng halus,
daya
regang
lambat
Pinna
melengku
ng baik,
lembut
tapi siap
mere-gang
Pinna telah
berben-tuk
dan padat
segera
kembali
Kartilago
tebal
telinga
mulai kaku
Genetalia
Skrotu
m
kosong
halus
Skrotum
kosong
rugae
pucat
Testis
terletak
dikanal
atas rugae
jarang
Testis
turun
rugae
tampak
beberapa
Testis telah
turun rugae
baik
Testis
mulai
menggantu
ng rugae
dalam
Klitoris
menonj
ol labia
mendata
r
Klitoris
menonj
ol, labia
minora
kecil
Klitoris
menonjol
labia
minora
membesar
Labia
mayora
dan
minora
membesar
Labia
mayora
membe-sar,
labia
minora
mengecil
Kulit
Lanugo
Permukaa
n
Plantar
-1
0
Lengket
, rapuh
Seperti
gelatin,
merah,
tembus
pandang
Tidak
ada
Transpa
-ran
Payudara
(laki-laki)
Genetalia
(wanita)
1
Lampiran 7. Analisis Regresi terhadap faktor – faktor yang berhubungan dengan
pertambahan berat badan ibu selama hamil (Metode Stepwise)
128
Coefficientsa
Model
1
2
3
(Constant)
Status sosial ekonomi
(Constant)
Status sosial ekonomi
Tinggi badan Ibu
(Constant)
Status sosial ekonomi
Tinggi badan Ibu
Usia kehamilan ibu
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
9.561
.215
3.761
.307
-13.109
4.492
3.340
.313
.147
.029
-22.292
5.539
3.360
.311
.144
.029
.247
.088
Standardized
Coefficients
Beta
.437
.388
.183
.390
.181
.098
t
44.448
12.246
-2.918
10.682
5.053
-4.024
10.801
4.996
2.804
Sig.
.000
.000
.004
.000
.000
.000
.000
.000
.005
a. Dependent Variable: Pertambahan berat badan ibu
Lampiran 8. Analisis Regresi terhadap faktor – faktor yang berhubungan dengan
berat bayi lahir (Metode Stepwise)
Coefficientsa
Model
1
2
3
4
5
(Constant)
Usia kehamilan ibu
(Constant)
Usia kehamilan ibu
Standardized Residual
Pertambahan BB
(Constant)
Usia kehamilan ibu
Standardized Residual
Pertambahan BB
Tinggi badan Ibu
(Constant)
Usia kehamilan ibu
Standardized Residual
Pertambahan BB
Tinggi badan Ibu
IMTibu
(Constant)
Usia kehamilan ibu
Standardized Residual
Pertambahan BB
Tinggi badan Ibu
IMTibu
Skor pengetahuan gizi
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
95.431
398.968
78.989
10.299
95.431
382.298
78.989
9.869
Standardized
Coefficients
Beta
.291
.239
7.669
.250
8.004
Sig.
.811
.000
.803
.000
.291
t
128.685
16.945
.276
7.594
.000
-2577.852
77.662
597.554
9.634
.286
-4.314
8.062
.000
.000
128.685
16.536
.276
7.782
.000
17.459
-3187.844
76.253
3.048
594.978
9.425
.203
.281
5.727
-5.358
8.090
.000
.000
.000
128.685
16.172
.276
7.957
.000
17.685
30.000
-2916.872
74.667
2.982
5.491
596.814
9.371
.206
.190
.275
5.931
5.463
-4.887
7.968
.000
.000
.000
.000
128.685
16.056
.276
8.015
.000
15.766
26.817
2.904
3.021
5.543
.911
.184
.170
.114
5.219
4.838
3.186
.000
.000
.002
a. Dependent Variable: Berat badan bayi baru lahir
129
Lampiran 9. Analisis Regresi terhadap faktor – faktor yang berhubungan dengan
panjang bayi lahir (Metode Stepwise)
Coefficientsa
Model
1
2
3
4
(Constant)
Usia kehamilan ibu
(Constant)
Usia kehamilan ibu
Tinggi badan Ibu
(Constant)
Usia kehamilan ibu
Tinggi badan Ibu
Standardized Residual
Pertambahan BB
(Constant)
Usia kehamilan ibu
Tinggi badan Ibu
Standardized Residual
Pertambahan BB
IMTibu
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
34.557
1.659
.362
.043
22.310
2.586
.356
.042
.080
.013
22.310
2.548
.356
.041
.080
.013
Standardized
Coefficients
Beta
.313
.222
t
20.829
8.457
8.628
8.543
6.063
8.755
8.669
6.153
Sig.
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.318
.313
.222
.314
.071
.161
4.458
.000
20.769
.353
.081
2.576
.041
.013
.309
.223
8.063
8.641
6.241
.000
.000
.000
.314
.070
.161
4.491
.000
.076
.024
.114
3.189
.001
a. Dependent Variable: Panjang bayi baru lahir
130
Lampiran 10. Analisis Regresi terhadap faktor – faktor yang berhubungan
dengan lingkar kepala bayi lahir (Metode Stepwise)
Coefficientsa
Model
1
2
3
4
5
6
(Constant)
Status sosial ekonomi
(Constant)
Status sosial ekonomi
Usia kehamilan ibu
(Constant)
Status sosial ekonomi
Usia kehamilan ibu
Standardized Residual
Pertambahan BB
(Constant)
Status sosial ekonomi
Usia kehamilan ibu
Standardized Residual
Pertambahan BB
IMTibu
(Constant)
Status sosial ekonomi
Usia kehamilan ibu
Standardized Residual
Pertambahan BB
IMTibu
Tinggi badan Ibu
(Constant)
Status sosial ekonomi
Usia kehamilan ibu
Standardized Residual
Pertambahan BB
IMTibu
Tinggi badan Ibu
Skor pengetahuan gizi
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
32.906
.085
1.062
.122
20.907
1.303
1.079
.115
.310
.034
20.907
1.273
1.079
.112
.310
.033
Standardized
Coefficients
Beta
.332
.325
t
385.565
8.715
16.046
9.417
9.226
16.421
9.638
9.442
Sig.
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.327
.332
.325
.314
.056
.192
5.575
.000
19.231
.987
.305
1.301
.112
.032
.304
.320
14.781
8.832
9.453
.000
.000
.000
.314
.055
.192
5.668
.000
.091
13.363
.872
.302
.019
2.064
.115
.032
.163
.268
.316
4.744
6.474
7.581
9.426
.000
.000
.000
.000
.314
.055
.192
5.723
.000
.095
.038
13.697
.769
.297
.019
.011
2.062
.123
.032
.171
.127
.237
.311
5.010
3.639
6.642
6.254
9.279
.000
.000
.000
.000
.000
.314
.055
.192
5.743
.000
.090
.036
.008
.019
.011
.003
.161
.119
.086
4.710
3.393
2.316
.000
.001
.021
a. Dependent Variable: Lingkar kepala bayi
Download