ANALISIS PERTAMBAHAN BERAT BADAN IBU HAMIL BERDASARKAN STATUS SOSIAL EKONOMI DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN BERAT BAYI BARU LAHIR YONGKY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Analisis Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil berdasarkan Status Sosial Ekonomi dan Status Gizi serta Hubungannya dengan Berat Bayi Baru Lahir adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini. Bogor, Januari 2007 Yongky NIM A561020051 ABSTRAK YONGKY. Analisis Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil berdasarkan Status Sosial Ekonomi dan Status Gizi serta Hubungannya dengan Berat Bayi Baru Lahir. Di bawah bimbingan: HARDINSYAH, GULARDI WIKNJOSASTRO, DADANG SUKANDAR Studi ini bertujuan untuk menentukan prevalensi kejadian bayi lahir dengan pertumbuhan janin terhambat (PJT) dan prevalensi bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) pada ibu dari keluarga dengan status sosial ekonomi dan status gizi berbeda. Studi dilakukan secara prospektif terhadap 638 ibu hamil usia 20-35 tahun di Puskesmas yang memiliki rumah bersalin dan Rumah Sakit Ibu dan Anak di daerah Jakarta Timur dan Bekasi. Data yang dikumpulkan mencakup sosial ekonomi keluarga, ukuran antropometrik ibu dan bayi, konsumsi gizi serta pengetahuan gizi ibu. Faktor–faktor yang menentukan pertambahan berat badan selama kehamilan, berat dan panjang bayi baru lahir, serta lingkar kepala bayi lahir dianalisis dengan uji regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi PJT 10.0% dan BBLR 5.8%, Prevalensi PJT lebih tinggi pada bayi dari ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah (14.5%) dan ibu dengan status gizi kurus (12.3%). Prevalensi BBLR lebih tinggi pada ibu dengan status gizi rendah (8.3%) dan ibu dengan status gizi gemuk (11.8%). Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dipengaruhi oleh status sosial ekonomi, tinggi badan ibu awal kehamilan (cm) dan usia kehamilan (R2 = 0.23). Berat lahir bayi dipengaruhi oleh usia kehamilan ibu, pertambahan berat badan ibu, tinggi badan ibu awal kehamilan (cm), status gizi ibu awal kehamilan (IMT) dan skor pengetahuan gizi ibu di akhir kehamilan (R2 = 0.25). Panjang lahir bayi dipengaruhi oleh usia kehamilan ibu, tinggi badan ibu awal kehamilan (cm), pertambahan berat badan ibu dan status gizi ibu hamil di awal kehamilan (IMT) (R2 = 0.19). Ibu yang pra hamil perlu memperhatikan status gizi mulai awal kehamilan serta memberikan perhatian terhadap pertambahan berat badan selama kehamilan karena akan terkait dengan gizi bayi yang akan dilahirkan. Kata kunci: pertambahan berat kehamilan, berat bayi lahir rendah, pertumbuhan janin terhambat, status gizi, status sosial ekonomi. ABSTRACT YONGKY. Analysis of gestational weight socioeconomic and nutritional status and newborn infants, the fetal weight and HARDINSYAH, WIKNJOSASTRO DADANG. gain of pregnant women by maternal its relationship with weight of the length of birth. Supervised by : GULARDI, and SUKANDAR The aims of the study are determining the prevalence of intra uterine growth retardation (IUGR) and low birth weight (LBW) infant among different social economic status (low SE and high SE) and maternal nutritional status-MNS (high risk, normal, overweight and obesity), and analyzing the effects of gestational weight gain (GWG) on the weight of the newborn infants. This study applied a prospective study design of 638 pregnant women aged 20-35 years, from of the selected health centers and maternal hospitals in urban areas of East Jakarta and Bekasi. Data collected include socioeconomic of family, anthropometric measurements, maternal nutrition knowledge (MNK). The relationship between variables were analyzed using Pearson Correlation test. The effects of gestational weight gain, gestational age, nutritional and socio-economic status on fetal growth were analyzed by a multiple linear regression. The results showed that the prevalence of IUGR was 10.0% and LBW was 5.8%. The prevalence of IUGR was 14.5% for low SE higher than prevalence IUGR of high SE (6.7%); meanwhile the prevalence of IUGR was 12.3% for high risk nutritional status, higher than normal (9.9%), overweight (8.8%) and obesity (8.7%) MNS. The prevalence of LBW was 8.3% for low SE, higher than the prevalence of LBW of high SE (3.2%), and 11.8% for overweight, higher than high risk (8.5%) and normal (5.1%) MNS. The GWG was positively correlated with SE status, mother body height and gestational age (GA) (R2 = 0.23). The Infant Birth Weight was positively correlated with GA, GWG, mother body height, MNS and MNK (R2=0.25). Infant body length was positively correlated with GA, body height, GWG, MNS (R2=0.19). This study suggests that increased awareness of maternal weight gain is critical to nutritional status of newborn infant and identifying infants at risk for IUGR and LBW. Key words: gestational weight gain, low birth weight, intrauterine growth retardation, nutritional status, social economic status © Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor tahun 2007 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotocopy,mikrofilm, dan sebagainya ANALISIS PERTAMBAHAN BERAT BADAN IBU HAMIL BERDASARKAN STATUS SOSIAL EKONOMI DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN BERAT BAYI BARU LAHIR YONGKY Disertasi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Departemen Gizi Masyarakat SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 LEMBAR PENGESAHAN Judul Disertasi : Analisis Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil berdasarkan Status Sosial Ekonomi dan Status Gizi serta Hubungannya dengan Berat Bayi Baru Lahir. Nama : Yongky NIM : A561020051 Disetujui Komisi Pembimbing Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS. Ketua Prof. Dr. dr. Gulardi Wiknjosastro, Sp.OG. Anggota Dr. Ir. Dadang Sukandar, M.Sc. Anggota Diketahui Ketua Program Studi GMK Dekan Sekolah Pascasarjana Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, M.S. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS Tanggal Ujian: ............................ Tanggal lulus: ........................... PRAKATA Sejak menjadi mahasiswa S1 sampai sekarang masalah kekurangan gizi tidak pernah hilang di negeri ini, hanya pemberitaannya dimedia masa hilang timbul. Pada waktu menjalani wajib kerja sarjana di desa, yang tidak perlu saya sebutkan namanya sehingga sekarang ini, sekali-sekali saya menemukan seseorang yang kekurangan gizi dengan berbagai macam latar belakang penyebabnya. Maka dengan melakukan penelitian ini akan memberikan suatu kepuasan tersendiri bagi saya. Saya mengucapkan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah mengambil bagian pada penyusunan disertasi ini. Pertama-tama saya ucapkan terima-kasih dan penghargaan yang tulus kepada tim pembimbing saya Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS., sebagai ketua, Prof. Dr. dr. Gulardi Wiknjosastro, Sp.OG. dan Dr. Ir. Dadang Sukandar, M.Sc. sebagai anggota atas waktu, tenaga dan pikiran yang diberikan selama bimbingan dan menyelesaian disertasi ini. Ucapan terima-kasih dan penghargaan juga saya sampaikan kepada Ibu Dr. Ir. Amini Nasoetion, MS. dan Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS. sebagai penguji luar komisi pada ujian prakualifikasi S3 yang memberikan masukan dan buku-buku untuk melengkapi disertasi saya ini. Ucapan terima kasih juga saya tujukan kepada Dr. Rimbawan selaku Pembimbing Akademik dan Dr. Clara Kusharto, M.Sc., atas bimbingannya selama saya mengikuti perkuliahan di Program Studi Gizi Masyarakat IPB. Kepada para dosen di lingkungan Departemen GMK FEMA IPB dan para rekan mahasiswa S3 program studi GMK FEMA IPB juga saya ucapkan terimakasih atas masukkan yang berharga dan saran simpatik selama kolokium. Terimakasih kepada civitas akademika lain yang ikut berperan selama kolokium yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terima kasih saya ucapkan kepada ibunda tercinta, Liana Alm. yang telah memberikan motivasi dan semangat serta berkorban menyekolahkan saya dengan menjual semua perhiasan yang dipunyai untuk biaya sekolah saya. Ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. dr. Koesmanto Setyonegoro Sp.KJ. yang telah memberi semangat kepada saya, dalam kata sambutannya pada pelepasan Spesialis Jiwa, dengan menyebut “Yongky kamu harus melanjutkan sekolah S3”, tetapi saya juga meminta maaf kepada beliau, karena saya tidak mengambil S3 dengan disiplin ilmu yang sama dengan beliau. Terima-kasih juga saya ucapkan kepada isteri saya bidan Hermien Hendrawati S.Si.T. yang tidak pernah menuntut saya praktek seperti dokter yang sesungguhnya, tidak pernah melarang dan tidak pernah menyuruh kepada saya untuk meneruskan sekolah sampai tingkat yang terakhir ini, hanya mengingatkan untuk mendahulukan biaya sekolah anak-anak saya yang sangat mahal. Kepada putra saya yang pertama Hans Tindo S.Kom. saya mengucapkan banyak terima-kasih, yang telah menyiapkan perangkat komputer dan membantu menuliskan disertasi ini dengan komputer, terutama gambar-gambar, yang tidak pernah diajarkan kepada saya dari sekolah yang formal seperti sekarang ini. Putra saya yang kedua Erwin Josh Tindo S.Ked. juga membantu dalam menuliskan disertasi ini dengan komputer. Demikian pula putra saya yang ketiga Donny Rossi Tindo S.Ked. ikut serta dalam menuliskan disertasi ini terutama dalam mempersiapkan bahan presentasi. Kepada keponakan saya Cynthia Emanuel Manansang S.TP., M.Si., saya ucapkan banyak terima-kasih, sebetulnya dari dialah saya mendapat inspisrasi untuk melanjutkan sekolah ini. Pada waktu saya mendaftarkan dia di Fakultas Ilmu Pangan IPB. Kepada dr. Amir Hussein Anwar Sp.KJ., alm, sebagai mantan Direktur Rumah Sakit Marzuki Mahdi, saya ucapkan banyak terima-kasih atas ijin yang diberikan kepada saya untuk mengikuti pendidikan S3 ini, karena pada waktu pertama kali wawancara dengan Ketua Program Studi Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan M.S.yang ditanyakan adalah surat izin dari atasan langsung. Kepada Ir. Suyedi Riswan, MM, staf pada UPF Elektromedik RS Marzuki Mahdi Bogor, yang pada waktu ini masih mahasiswa Program S3 di Program Studi Ilmu Kelautan IPB, mengajak saya kuliah di IPB dan sekaligus mendaftarkan saya. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Ali Rahman, Ph.D, Direktur Program Magister Manajemen Pascasarjana Universitas Indonusa Esa Unggul, Dr. Izzurdin, dan Dr. Ir. Son Diamar MSc., yang merekomendasikan saya untuk kuliah di IPB. Bapak dr. Hasmoro, Sp.An, MM, MHA, Direktur RSIA Hermina yang memberi tempat untuk penelitian disertasi ini, Bapak Yulizar, SE, MARS, yang membantu proses penelitian di RSIA Hermina, saya ucapkan terima kasih. Kepada Kepala Puskesmas dan seluruh staf Puskesmas di Jakarta Timur dan Bekasi tempat penelitian dilakukan, juga saya ucapkan terima kasih. Kepada Dr. dr. A.J. Hukom Sp.KJ, Alm. terima kasih kepada beliau yang tak henti-hentinya memberi semangat kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan saya di Departemen Psikiatri FKUI. Kepada Dr. dr. Edith Humris Pleyte Sp.KJ, terima kasih kepada beliau yang telah memberi kepercayaan kepada saya untuk mengerjakan Validasi, Child Depression Inventory, sehingga timbul semangat saya untuk lebih cepat untuk menyelesaikan pendidikan saya di Departemen Psikiatri FKUI. Kepada semua staf dosen di FEMA IPB yang tidak dapat saya sebut satu persatu, yang ikut mendidik, memberi ilmu kepada saya, selama dalam mengikuti kuliah dan seminar-seminar, saya ucapkan banyak-banyak terima-kasih. Kepada teman-teman saya seangkatan, yang telah lulus lebih dahulu, Dr. Intje Picauly S.Pi, M.Si, dan Dr. Ir. Albiner Siagian M.Si., yang membantu saya dalam menyajikan tugas makalah-makalah yang sangat banyak, sehingga pekerjaan kami sebagai Pegawai Negeri Sipil tak terganggu, kami ucapkan banyak terima-kasih. Kepada semua pihak yang tak dapat saya sebutkan satu per satu, yang telah membantu kami dalam menyelesaikan studi ini, kami ucapkan banyak terimakasih, Semoga Tuhan yang Maha Esa membalas budi baik Bapak/Ibu/Sdr/i semuanya. Semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang berarti pada pengembangan ilmu pengetahuan. Bogor, Maret 2007 Yongky DAFTAR RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Surabaya pada tanggal 27 Mei 1945, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Hardi Hartono dan Liana. Penulis menikah dengan M. Hermien Hendrawati, S.Si.T. yang saat ini juga sedang mengikuti program S2 bidang Kesehatan Masyarakat Reproduksi Universitas Indonesia, dan dikaruniai tiga orang putra, yaitu Hans Tindo, S.Kom, Erwin Josh Tindo, S.Ked, dan Donny R.Tindo, S.Ked. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar (SD) di Surabaya tahun 1957, menyelesaikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMP II Negeri, Surabaya tahun 1960, melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMAK Petra, Surabaya tahun 1963. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana masuk 1965-1976. penulis melanjutkan pendidikan Magister di Kedokteran Jiwa, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, tahun 1985-1990. Penulis juga menempuh pendidikan Magister Manajemen angkatan ke-VII di Univ. Indonusa Esa Unggul tahun 19971999.(Jurusan Pemasaran) serta Magister Program Studi Kesehatan Masyarakat, Universitas Respati Indonesia, tahun 2001 – 2004. Pendidikan Ilmu Perilaku Sampai sat ini penulis telah mengikuti berbagai pelatihan, seminar dan kursus baik di dalam maupun di luar negeri. Penulis juga pernah dianugerahi penghargaan antara lain Piagam Tanda Penghargaan Bakti Karya Husada Tri Windu dari Menkes dan Tanda Kehormatan Satya Lencana Karya Satya 20 th.dari Presiden RI Megawati Soekarnoputri. Saat ini penulis masih bekerja sebagai dokter di RSMM Bogor, dan juga aktif sebagai dosen di beberapa perguruan tinggi serta masih aktif sebagai pembimbing mahasiswa praktek klinik di Program Studi Okupasi Terapi, U.I. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................ iii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ v DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vi PENDAHULUAN Latar belakang ........................................................................................... Tujuan ........................................................................................................ Hipotesis .................................................................................................... Manfaat ....................................................................................................... 1 3 4 4 TINJAUAN PUSTAKA Konsepsi ..................................................................................................... Tanda- tanda Kehamilan ............................................................................ Tahapan Pertumbuhan Janin ...................................................................... Penilaian Umur Kehamilan pada Bayi yang Baru Dilahirkan .................. Pertambahan berat badan ibu selama kehamilan ........................................ Tingkat kejadian abnormal dan peningkatan berat kehamilan .................. Anemia penyebab dan pencegahannya....................................................... Gizi dan kehamilan .................................................................................... Pertumbuhan dan perkembangan janin selama kehamilan......................... Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ............................................................. Pertumbuhan Janin Terhambat (Intra Uterine Growth Restriction) .......... Dioksin dan kesehatan….…………………………..……………………... 5 7 9 17 18 19 21 24 26 31 37 47 KERANGKA PIKIR ........................................................................................ 53 METODE Desain, lokasi dan waktu ........................................................................... Contoh dan Penetapan Contoh .................................................................. Metode dan Cara Pengumpulan Data ........................................................ Pengolahan dan analisis data ..................................................................... Definisi Operasional .................................................................................. 55 55 58 61 65 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Ibu Hamil ............................................................................. Karakteristik Suami ................................................................................... Status Gizi dan Konsumsi Gizi ................................................................. Status Gizi sebelum Kehamilan berdasarkan IMT ................................. Status Gizi sebelum Kehamilan berdasarkan LILA ............................... Status Gizi sebelum Kehamilan berdasarkan kadar Hb dan Ht darah .... Konsumsi gizi ............................................................................................ Pertambahan Berat Badan Ibu Selama Hamil ............................................ Tinggi Fundus ............................................................................................ 68 69 70 70 72 73 75 78 81 i Masalah Kesehatan dan Riwayat Kehamilan ............................................ 82 Masalah kesehatan .............................................................................. 82 Riwayat kehamilan .............................................................................. 84 Pengetahuan Gizi dan Perilaku Kesehatan ................................................ 88 Pengetahuan Gizi ................................................................................ 88 Perilaku Kesehatan .............................................................................. 91 Antropometri dan Masalah Gizi Bayi ....................................................... 95 Antropometri Bayi .............................................................................. 95 Prevalensi PJT...................................................................................... 98 Prevalensi BBLR dan PBLP ................................................................ 100 Nilai Ballard Bayi ...................................................................................... 101 Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga dengan Ukuran Antropometrik Bayi ...................................................................... 104 Hubungan Status Gizi dan Kesehatan Ibu Hamil dengan Ukuran Antropometrik Bayi ................................................................................... 106 Hubungan Pengetahuan Gizi dan Perilaku Ibu Selama Kehamilan dengan Ukuran Antropometrik Bayi ......................................................... 108 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertambahan Berat Badan Ibu Selama Kehamilan ................................................................................................. 109 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Berat Bayi Lahir................................. 110 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Panjang Bayi Lahir ............................ 111 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lingkar Kepala Bayi Lahir ............... 111 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ................................................................................................ 113 Saran .......................................................................................................... 115 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 116 LAMPIRAN ...................................................................................................... 124 ii DAFTAR TABEL Halaman 1. Panjang badan menurut Haase dan berat badan janin menurut Struber….... 15 2. Hubungan umur kehamilan (bulan), besar rahim dan tinggi fundus uteri…. 15 3. Umur kehamilan menurut Spiegelberg…………………………………….. 17 4. Anjuran pertambahan berat badan total ibu selama kehamilan menurut Indeks Masa Tubuh…………………………………………………….…. . 20 5. Komposisi pertambahan berat badan total ibu selama kehamilan…..…….. 21 6. Jumlah zat besi pada wanita hamil.………………...................................... 22 7. Kebutuhan gizi normal, ibu hamil dan menyusui..………………………… 24 8. Kekurangan atau kelebihan zat gizi yang menyebabkan kelainan…..…….. 26 9. Kehamilan ganda menurut hukum Hellin ...................................................... 27 10. Kriteria inklusi contoh awal kehamilan dan setelah melahirkan …..…… 58 11. Jumlah sampel ibu hamil menurut status sosial ekonomi ........................... 58 12. Data dan sumber data ................................................................................. 60 13. Karakteristik ibu hamil menurut status sosial ekonomi .............................. 68 14. Karakteristik suami menurut kategori status sosial ekonomi ...................... 69 15. Keadaan gizi ibu hamil menurut kategori status sosial ekonomi ................ 71 16. Keadaan gizi ibu hamil menurut kategori status gizi .................................. 74 17. Konsumsi gizi ibu hamil menurut kategori status sosial ekonomi .............. 75 18. Tingkat kecukupan gizi ibu hamil menurut kategori status sosial ekonomi 76 19. Konsumsi gizi ibu hamil menurut kategori status gizi ................................ 77 20. Tingkat kecukupan zat gizi ibu hamil menurut kategori status gizi ............ 78 21. Pertambahan berat badan selama kehamilan menurut kategori status sosial ekonomi......................................................................................................... 79 22. Sebaran ibu hamil berdasarkan jenis penyakit menurut kategori status sosial ekonomi........................................................................................................ 83 23. Sebaran ibu hamil berdasarkan jenis penyakit menurut kategori status gizi 84 24. Sebaran ibu hamil berdasarkan riwayat kehamilan menurut kategori status sosial ekonomi ............................................................................................ 85 25. Sebaran ibu hamil berdasarkan riwayat kehamilan dan kategori iii status gizi..................................................................................................... 86 26. Persentase ibu hamil yang menjawab benar pengetahuan gizi menurut kategori status sosial ekonomi .................................................................... 88 27. Sebaran ibu hamil berdasarkan kriteria pengetahuan gizi menurut kategori status sosial ekonomi .................................................................................. 89 28. Persentase ibu hamil yang menjawab benar pengetahuan gizi menurut kategori status gizi .................................................................................... 90 29. Sebaran ibu hamil berdasarkan kriteria pengetahuan gizi menurut kategori status gizi.................................................................................................... 91 30. Sebaran ibu hamil berdasarkan perilaku kesehatan menurut status kategori sosial ekonomi............................................................................................. 92 31. Sebaran ibu hamil berdasarkan perilaku kesehatan menurut kategori status gizi ............................................................................................................. 94 32. Ukuran antropometrik bayi baru lahir menurut kategori status sosial ekonomi ..................................................................................................... 96 33. Ukuran antropometrik bayi baru lahir menurut kategori status gizi ........ 97 34. Prevalensi masalah gizi pada bayi menurut kategori status sosial ekonomi 98 35. Prevalensi PJT berdasarkan usia kehamilan menurut kategori status sosial ekonomi ..................................................................................................... 99 36. 36 Prevalensi PJT berdasarkan usia kehamilan menurut kategori status gizi ................................................................................................... 99 37. Prevalensi masalah gizi pada bayi menurut kategori status gizi ............... 100 38. Sebaran nilai APGAR dan Ballard menurut kategori status sosial ekonomi ........................................................................................... 102 39. Sebaran nilai APGAR dan Ballard menurut kategori status gizi .............. 103 40. Hubungan karakteristik sosial ekonomi keluarga dengan ukuran antropometrik bayi .................................................................................... 105 41. Hubungan status gizi ibu hamil dengan ukuran antropometrik bayi ......... 107 42. Keeratan hubungan (r) antara tinggi fundus dengan berat bayi lahir ........ 108 43. Hubungan pengetahuan gizi dan kebiasaan merokok ibu selama kehamilan dengan ukuran antropometrik bayi ............................................................ 108 iv 44. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan ...................................................................................... 109 45. Faktor-faktor yang memengaruhi berat bayi lahir .................................... 110 46. Faktor-faktor yang memengaruhi panjang bayi lahir ................................ 111 47. Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkar kepala bayi lahir .................... 112 v DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Tinggi fundus menurut umur kehamilan dalam minggu ........................... 16 2. Komponen-komponen dari pertambahan berat badan pada kehamilan yang normal ............................................................................................... 19 3. Tingkat kejadian abnormal dan peningkatan berat kehamilan .................. 20 4. Distribusi BBLR dari tahun 1987-2000 .................................................... 35 5. Persentil berat badan dengan umur kehamilan dalam minggu .................. 39 6. Skema mekanisme terjadinya PJT pada ibu hamil yang malnutrisi........... 41 7. Ultrasonografi, mengukur diameter biparietal, lingkaran kepala, lingkaran abdominal panjang femur ......................................................... 42 8. Persentil indeks cairan amnion dibandingkan dengan umur kehamilan .... 45 9. Skema pemantauan dan penanganan PJT ................................................. 47 10. Intik dioksin per hari di Amerika Utara menurut jenis pangan ................. 49 11. TEQ dioksin didalam berbagai makanan…...……………………………. 49 12. Siklus Dioksin ........................................................................................... 52 13. Kerangka pemikiran .................................................................................. 54 14. Skema pengambilan contoh ...................................................................... 57 15. Kurva tinggi fundus menurut usia kehamilan ibu ..................................... 81 vi DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Informed Consent.......................................................................................... 124 2. Rata – rata pertambahan berat badan ibu berdasarkan status kelahiran bayi menurut status sosial ekonomi ............................................................. 125 3. Rata – rata pertambahan berat badan ibu berdasarkan status kelahiran bayi menurut status gizi ibu ......................................................................... 125 4. Tinggi Fundus Ibu Hamil Berdasarkan Usia Kehamilan .............................. 125 5. Peningkatan Tinggi Fundus Ibu Hamil Berdasarkan Usia Kehamilan ......... 126 6. Nilai kematangan neuromuskuler serta skala Ballard .................................. 126 7. Analisis Regresi terhadap faktor – faktor yang berhubungan dengan pertambahan berat badan ibu selama hamil (Metode Stepwise)....... 129 6. Analisis Regresi terhadap faktor – faktor yang berhubungan dengan berat bayi lahir (Metode Stepwise) ............................................................... 129 7. Analisis Regresi terhadap faktor – faktor yang berhubungan dengan panjang bayi lahir (Metode Stepwise) .......................................................... 130 8. Analisis Regresi terhadap faktor – faktor yang berhubungan dengan lingkar kepala bayi lahir (Metode Stepwise) ................................................ 131 vii PENDAHULUAN Latar Belakang Kehamilan adalah suatu proses tumbuh kembang janin, dengan tujuan ibu dan anak sehat. Dalam konteks kesehatan masyarakat, kehamilan akan membawa berbagai konsekuensi kesehatan dan sosial ekonomi bagi ibu hamil dan bayi yang dilahirkan. Menurut Cunningham et al. (1995), kehamilan yang tak sehat dapat menyebabkan kematian bayi dan ibu melahirkan serta bayi cacat fisik dan mental. Gizi ibu merupakan salah satu faktor utama yang menentukan tumbuh kembang janin mulai konsepsi sampai lahir. Gizi ibu yang buruk sebelum kehamilan maupun pada saat kehamilan, dapat menyebabkan Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR), gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak bayi serta peningkatan risiko kesakitan dan kematian. Ibu hamil yang berstatus gizi kurang akan berisiko melahirkan BBLR 2.4 kali dibandingkan dengan hamil dengan gizi yang baik (Manuaba 2001). Berbagai studi yang ditelaah oleh Hardinsyah (2000) menunjukkan bahwa BBLR mempunyai dampak buruk terhadap perkembangan kognitif dan psikomotorik bayi, disamping dampak buruk pada pertumbuhannya. Disamping itu bayi yang dilahirkan dalam kondisi BBLR berisiko mengalami anemia dan infeksi, bahkan keguguran dan kematian janin atau bayi (Soetjiningsih 1998). Bayi yang dilahirkan BBLR memiliki risiko kematian sebelum usia satu tahun 17 kali lebih tinggi dibanding bayi lahir dengan berat normal (Samil 1989 diacu dalam Depkes 2003). Lebih lanjut kejadian BBLR juga terkait dengan peningkatan risiko beberapa penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit kardiovaskuler dan stroke pada masa dewasa (Barker 1998; Aminullah 2004). Risiko kematian neonatal bayi PJT jauh lebih besar dibanding bayi BBLR sehingga kejadian PJT berdampak jauh lebih buruk dibanding kejadian BBLR (Institut Of Medicine 1990). Menurut Ebrahim (1985) dan Hickey (2000), anak yang lahir dari ibu yang kurang gizi dan hidup dilingkungan miskin akan berisiko mengalami kurang gizi dan mudah terkena infeksi, selanjutnya akan menghasilkan wanita dewasa yang kurang gizi pula. Keadaan ini dapat merupakan lingkaran setan yang akan 1 2 berulang dari generasi kegenerasi selama kemiskinan dan kurang gizi tersebut tidak ditanggulangi. Keadaan ini akan berdampak buruk bagi kualitas sumberdaya manusia dan perekonomian suatu bangsa (Gani 2003). Secara antropometrik indikator sederhana status gizi ibu hamil adalah lingkar lengan atas (LILA), tinggi fundus dan pertambahan berat badan. Hasil penelitian di Bogor dan Purworejo menunjukkan bahwa kenaikan berat badan ibu hamil selama kehamilan sebaiknya tidak kurang dari 9 kg agar terhindar dari kemungkinan melahirkan bayi BBLR (Husaini 1986; Winkvist et al. 2002). Kenaikan berat badan selama kehamilan berbeda menurut tinggi badan ibu hamil, status gizi dan kesehatan ibu selama hamil (IOM, Institute of Medicine 1990). Status gizi ibu hamil yang diukur dari pertambahan berat badan selama kehamilan berhubungan positif dengan tingkat konsumsi energi ibu hamil (Kusin dan Kardjati 1994). Penelitian lain juga menunjukkan hubungan positif antar protein dan zat-zat gizi mikro terhadap pertambahan berat badan selama kehamilan (Soetjiningsih 1998; Hardinsyah et al. 2000; Manuaba 2001; Ines 2003). Menurut Ines 2003, defisiensi vitamin A dapat menyebabkan Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT, Intra Uterine Growth Restriction). Jadi salah satu faktor yang menyebabkan PJT adalah faktor ibu yang mengalami gangguan gizi. Selain karena gangguan gizi, PJT dan BBLR dapat disebabkan oleh: 1) faktor janin, misalnya: kelainan kromosom, kelainan bawaan (malformasi) dan kehamilan ganda; 2) faktor plasenta, misalnya: invasi trofoblas, infark plasenta multipel, anomali vaskularisasi umbilikus plasenta, insersi tali pusat abnormal (vilamentosa), plasenta previa, plasenta sirkumvalata, korioangiomata; 3) faktor kesehatan ibu, misalnya: hipoksia, vaskular, kelainan ginjal, antibodi antifosfolipid, lingkungan dan obat-obatan, riwayat obstetri buruk, dan preeklampsia (Endjun 2004). Insiden PJT umumnya 5%, dapat bervariasi tergantung pada lokasi populasi dan ukuran yang dipakai (Peleg et al. 1998). Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo sebanyak 8% dari kasus yang tidak mengalami kelainan obstetri ternyata mengalami PJT. Sebagian besar kejadian PJT ini berkaitan dengan gizi dan hipertensi (Wiknjosastro 1993). 3 Dari uraian diatas jelas bahwa masalah pertambahan berat badan ibu hamil menentukan pertumbuhan janin dan berat lahir. Namun pertambahan berat badan ibu hamil di tiga daerah penelitian di Indonesia bervariasi. Pertambahan berat badan ibu di Madura, Jawa Timur sekitar 6.8 kg (Kusin & Karjati. 1994), di Purworejo, Jawa Tengah, 8.3 ± 3.6 kg (Winkvist et al. 2002), di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, 7.8 kg (Hardinsyah et al. 2000) dan di Ghana, Afrika 10.54 ± 1.68 kg (Tayie & Lartey 1995). Perbedaan tersebut diduga karena perbedaan status sosial ekonomi, tinggi badan, status gizi awal kehamilan dan faktor lainnya seperti pengetahuan gizi dan paparan terhadap rokok dan zat lainnya. yang memungkinkan, yaitu penyakit ibu dan janin. Berdasarkan hal tersebut perlu diteliti apakah ada perbedaan pertambahan berat badan ibu hamil yang secara implisit mencerminkan pertumbuhan janin dan BBLR pada ibu hamil dari status sosial ekonomi dan status gizi yang berbeda, bila dikontrol dengan peubah tinggi badan. Disamping itu apakah juga kejadian PJT dan BBLR berbeda pada ibu hamil dari kelompok status sosial ekonomi dan status gizi yang berbeda?.Penelitian dilakukan untuk mencari faktor-faktor yang berhubungan dengan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dan berat bayi lahir. Tujuan Tujuan Umum Secara umum tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh pertambahan berat badan ibu selama hamil dari berbagai status sosial ekonomi dan status gizi terhadap berat bayi lahir. Tujuan Khusus 1. Menganalisis prevalensi Pertumbuhan Janin Terhambat dari kelompok ibu hamil dari status sosial ekonomi dan status gizi yang berbeda. 2. Menganalisa prevalensi Berat Bayi Lahir Rendah dan Panjang Bayi Lahir Pendek dari kelompok ibu hamil dari status sosial ekonomi dan status gizi berbeda. 4 3. Menganalisis hubungan status sosial ekonomi dan status gizi awal kehamilan dengan ukuran antropometri bayi lahir. 4. Menganalisis faktor faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan selama kehamilan. 5. Menganalisis faktor faktor yang mempengaruhi berat bayi baru lahir. Hipotesis 1. Prevalensi pertumbuhan janin terhambat (PJT) dan BBLR lebih tinggi pada kelompok ibu dengan sosial ekonomi rendah dibandingkan kelompok sosial ekonomi tinggi. 2. Pertambahan berat badan ibu hamil diduga berhubungan dengan status sosial ekonomi dan status gizi ibu pada awal kehamilan. 3. Berat bayi lahir berhubungan dengan status sosial ekonomi dan status gizi ibu hamil. Manfaat 1. Memperoleh informasi tentang prevalensi bayi yang mengalami pertumbuhan janin terhambat (PJT) dan bayi berat lahir rendah (BBLR) dari status sosial ekonomi dan status gizi yang berbeda. 2. Memperoleh informasi tentang besar pertambahan berat badan ibu hamil yang melahirkan bayi normal (tidak BBLR, lahir dengan berat badan >2500g) dari status sosial ekonomi dan status gizi yang berbeda. 3. Memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang memengaruhi pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dan berat bayi lahir, yang diharapkan dapat berguna bagi program pencegahan pertumbuhan janin terhambat dan berat bayi lahir rendah. TINJAUAN PUSTAKA Konsepsi Setiap kehamilan selalu diawali dengan konsepsi yaitu pembuahan ovum oleh spermatozoa dan nidasi dari hasil konsepsi tersebut (Wiknjosastro 1991). Wanita setiap bulan melepaskan 1 atau 2 sel telur (Ovum) dari indung telur (Ovarium), yang ditangkap oleh umbai-umbai (fimbriae) dan masuk kedalam saluran telur. Pada waktu bersanggama, cairan semen masuk kedalam vagina dan berjuta-juta sperma bergerak memasuki rongga rahim lalu masuk kesaluran telur. Pembuahan sel telur oleh sperma biasanya terjadi dibagian yang menggembung dari tuba Falopii (Pars ampulla). Pada sekitar sel telur, banyak berkumpul sperma yang mengeluarkan enzim untuk mencairkan zat-zat yang melindungi ovum. Kemudian pada tempat yang paling mudah dimasuki, masuklah satu sel sperma dan kemudian bersatu dengan sel telur, yang disebut sebagai peristiwa pembuahan atau fertilisasi (konsepsi). Beberapa jam setelah terjadi konsepsi, maka terjadi pembelahan zigot. Hal ini dapat berlangsung oleh karena sitoplasma ovum mengandung banyak zat asam amino dan enzim. Segera setelah pembelahan ini terjadi, maka pembelahanpembelahan selanjutnya berjalan terus dan dalam 3 hari terbentuk suatu kelompok sel-sel yang sama besarnya yang disebut morula. Energi pada pembelahan ini diperoleh dari vitellus, sehingga volume vitellus makin berkurang dan terisi seluruhnya oleh sel morula. Zona Pellusida tetap utuh dengan perkataan lain, sel hasil konsepsi besarnya sama (Wiknjosastro 1991). Pada ukuran yang sama hasil konsepsi ini bergerak kearah rahim melalui pars ismika dan pars interstisialis tuba, bagian-bagian yang sempit dari saluran tuba. Pergerakan tersebut dibantu oleh bulu getar (silia) dan kontraksi dari tuba dan mencapai kavum uteri hasil konsepsi tersebut dalam stadium blastula dan akhirnya melekat pada mukosa rahim untuk selanjutnya menetap tertanam diruang rahim, peristiwa ini disebut nidasi (implantasi). Dari pembuahan sampai nidasi diperlukan waktu kira-kira 6 7 hari (Mochtar & Lutan 1998). Pada stadium blastula ini sel-sel yang lebih kecil membentuk dinding blastula, akan menjadi trofoblas. Dengan demikian, blastula diselubungi oleh 5 6 suatu simpai yang disebut trofoblas. Trofoblas ini mempunyai kemampuan menghancurkan dan mencairkan jaringan setelah sel ini menemukan endometrium dalam masa sekresi dengan sel desidua (sel desidua adalah sel pada endometrium). Sel desidua ini besar-besar, mengandung banyak glikogen dan dengan mudah dihancurkan oleh sel trofoblas. Blastula dengan bagian yang mengandung inner-cell mass aktif mudah masuk kedalam lapisan desidua dan luka pada desidua kemudian menutup kembali. Pada saat nidasi ini kadangkadang terjadi perdarahan pada desidua yang luka tersebut tanda dari Hartman. Dengan nidasi ini maka dimulai suatu kehamilan. Pada kehamilan tersebut janin mengalami suatu proses tumbuh kembang yang berlangsung pada sel, organ dan tubuh yang terjadi dari tiga tahapan yaitu: hiperplasia, yang terjadi ialah bertambah banyak jumlah sel, proliferasi sel, hiperplasia yang diikuti oleh hipertrofi/membesarnya sel dan bertambah banyak jumlah sel dan hipertrofi saja, peningkatan dalam besar dan kematangan sel. Selanjutnya setiap organ dan keseluruhan tubuh mengikuti pola pertumbuhan yang berbeda dalam masa berlangsungnya tahapan tadi. Terdapat saat-saat rawan gizi bagi anak oleh karena pemenuhan kebutuhan akan zat gizi merupakan faktor utama untuk mencapai hasil pertumbuhan yang optimal sesuai dengan potensi genetik (Solihin 1993). Fase pertumbuhan lambat terjadi pada awal pertumbuhan, berupa hasil sintesis enzimatik awal dan perubahan faal dalam sel. Panjang pendeknya fase ini sangat tergantung pada masukan zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan keadaan faal sel-sel dalam tubuh. Pada fase peningkatan jumlah sel yang berlipat ganda dalam setiap proliferasi. Keadaan ini terjadi bila masukan gizi optimal dan tidak ada faktor lain yang mengganggu. Fase pertumbuhan yang tetap/stationer terjadi akibat pembatasan-pembatasan yang ada termasuk kemungkinan keterbatasan masukan zat gizi dan adanya gangguan lain (Satoto 1990) Pertumbuhan dibatasi oleh faktor genetik yang diturunkan. Kekurangan gizi akan menyebabkan keterlambatan pertumbuhan akan menurunkan fungsi organ tubuh. 7 Tanda-tanda Kehamilan Kehamilan mempunyai tanda-tanda yang tidak pasti, tanda-tanda hamil muda dan tanda-tanda pasti kehamilan. Tanda-tanda tersebut adalah sebagai berikut: a. Tanda-tanda kehamilan yang tidak pasti: - Amenorheae, tidak datang haid, perlu diketahui oleh ibu-ibu tanggal hari pertama haid terakhir, agar dapat diperkirakan umur kehamilan, dengan menggunakan rumus Naegele. Perkiraan hari persalinan berdasarkan rumus Naegele yaitu hari pertama haid terakhir ditambah 7 dan bulan haid terakhir dikurangi 3. - Mual dan muntah (nausea and vomiting), terjadi umumnya pada trimester pertama. Sering terjadi pada pagi hari maka disebut morning sickness, dan bila mual muntah berlebihan disebut hiperemesis gravidarum. - Mengidam, menginginkan makanan tertentu terutama pada bulan-bulan trimester I dan akan menghilang sejalan dengan tuanya kehamilan. Mengidam ini termasuk pika, yaitu ibu yang hamil mengingin makan tanah liat atau batu merah. - Sering merasa lelah (fatique) kadang pingsan, sering dijumpai pada tempat yang ramai. Disarankan jangan mengunjungi tempat-tempat yang ramai pada bulan-bulan pertama kehamilan dan hilang sesudah kehamilan 16 minggu. - Tidak suka suatu bau-bauan, misalnya tidak suka bau dari suaminya. - Tidak ada nafsu makan (anoreksia), biasanya terjadi pada trimester pertama, kemudian pulih kembali nafsu makannya. - Payudara membesar, tegang dan sedikit nyeri, karena pengaruh hormon estrogen dan progresteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara. Kelenjar sekitar puting susu (Montgomery) terlihat membesar dan warnanya lebih hitam, pada puting susu cairan susu. - Miksi, sering buang air kecil, karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang membesar. Pada trimester II gejala ini menghilang dan kembali pada akhir trimester III terutama, bila kepala bayi sudah masuk kepintu atas panggul dan menekan kandung kemih. 8 - Konstipasi/obstipasi karena tonus otot-otot usus menurun akibat pengaruh hormone steroid. - Perubahan pigmentasi kulit karena hormon kortikosteroid plasenta, pada kulit wajah disebut chloasma gravidarum, perubahan areola payudara, kulit leher dan dinding perut disebut linea nigra atau grisea. - Hipertrofi pada papila gusi yang disebut epulis. - Varises, pelebaran pembuluh darah vena yang berkelok-kelok terutama pada trimester III, pada daerah genetalia eksterna, fossa poplitea, kaki dan betis. - Pembesaran perut, karena membesarnya rahim. b. Tanda-tanda kehamilan muda: - Rahim membesar, terjadi perubahan dalam bentuk, besar dan konsistensinya. - Tanda Hegar, pelunakan segmen bawah rahim. - Tanda Piscaseck, pembesaran dan pelunakan unilateral pada tempat implantasi. - Tanda Chadwick, perubahan pada vagina dan vulva hipervakuler sehingga tampak lebih merah kebiru-biruan (livide), akibat hormon estrogen. - Kontraksi Braxton-Hicks, terjadi kontraksi-kontraksi kecil bila rahim dirangsang. - Teraba ballottement. - Tes kehamilan positif. c. Tanda-tanda kehamilan pasti: - Gerakan janin yang dapat dirasa, diraba bagian-bagian dari janin, bahkan dilihat dengan alat tertentu. - Terdengar denyut jantung janin, dengan stetoskop monoaurikuler Laennec, didengar dengan alat pengeras suara dari Doppler, dicatat dengan fetoelektro kardiogram, dan dilihat dengan alat ultrasonografi. - Pada foto rontgen abdomen, terlihat kerangka janin. Kehamilan harus dibedakan dengan keadaan atau penyakit yang dalam pemeriksaan tidak jelas seperti berikut ini: 9 a. Hamil palsu (pseudocyesis = kehamilan spuria), terjadi pada seseorang yang ingin sekali hamil. Dapat terjadi amenorhoe, perut membesar, mual muntah bahkan dirasakan gerakan anak, pada hal itu hanya gerakan usus. Rahim tidak membesar dan tes kehamilan negatif. b. Kista ovarii, perut membesar bahkan bertambah besar, pada periksa dalam, rahim teraba biasa tidak membesar. Tes kehamilan negatif dan tanda-tanda kehamilan yang lain tidak ada. c. Mioma Uteri, perut dan rahim membesar, namun pada perabaan, rahim terasa padat kadang-kadang berbenjol-benjol. Tes kehamilan negatif dan tanda-tanda kehamilan yang lain tidak ada. d. Kandung kemih penuh terjadi pada retensi urinae, pada pemasangan kateter, air seni keluar banyak. e. Hematometra, rahim membesar karena terisi darah yang disebabkan oleh himen imperforata, stenosis vagina atau serviks. Tahapan Pertumbuhan Janin Pertumbuhan janin pada kehamilan berlangsung cepat dan dapat dibedakan dalam minggu atau bulan. Kehamilan dibagi atas 3 triwulan (trimester) yaitu, kehamilan trimester pertama antara 0 – 12 minggu, kehamilan trimester kedua antara 12 – 28 minggu dan kehamilan trimester III antara 28 – 40 minggu. Berikut ini dibahas pertumbuhan janin bulan demi bulan. Satu bulan atau empat minggu Mulai terbentuk embrio, tampak sedikit melengkung, perlahan muncul kepala dan leher, mulai ada mata yang letaknya berjauhan dan ditengah-tengahnya muncul benjolan hidung. Kepala besarnya 1/3 dari seluruh embrio. Organ-organ mata, telinga dan hidung masih dalam keadaan rudimenter. Saluran yang akan menjadi jantung terbentuk dan sudah berdenyut. Dasar-dasar dari traktus digestivus sudah tampak, cikal bakal kaki dan tangan berbentuk tonjolan. Panjang embrio 7.5 - 10 mm (Sastrawinata 1983; Mochtar & Lutan 1998). Di awal minggu keempat panjang embrio diperkirakan sekitar 2 mm. Pada minggu ini sistem peredaran darah sudah mulai terbentuk dan jantung sudah mulai berfungsi walaupun masih sangat sederhana. Berdasarkan lokasi, jantung 10 berkembang dalam rongga perikardium di bawah usus depan. Pada stadium sebelumnya, sepanjang aorta dan pada tangkai penghubung, lempeng dan jonjotjonjot korion telah terjalin anyaman-anyaman pembuluh rambut/kapiler yang dilapisi endotel yang belum matang. Baru pada saat jantung berdenyut, terbentuklah lintas-lintas alir yang saling berhubungan antara anyaman-anyaman pembuluh rambut tadi dengan jantung. Pada minggu keempat ini juga, dalam rongga amnion terdapat gelembunggelembung otak yang merupakan cikal-bakal otak yang sudah dapat dibedakan menjadi tiga bagian utama. Prosensefalon (berkembang dari bagian depan saluran saraf embrio), esensefalon (otak tengah) dan rombensefalon. Saraf-saraf spinal yang kelak akan berkembang menjadi saraf tulang belakang juga sudah mulai mengalami penebalan. Plasenta juga terbentuk pada minggu keempat setelah pembuahan. Plasenta berfungsi untuk menyediakan hormon-hormon yang diperlukan untuk tumbuh kembang dan proses pembedaan sesuai dengan jenis kelamin janin, mensuplai nutrisi, dan sebagai alat pernafasan dan pembuangan sisa metabolisme janin. Dua bulan atau delapan minggu Kantung gestasi telah berdiameter 30 mm Bentuk embrio dapat dilihat lebih jelas, bagian wajah sudah jelas berbentuk hidung, telinga dan sudah mempunyai lengan dan tungkai dengan jari tangan dan kaki, jari jemari mulai terbentuk. Kepala menekuk kearah dada ( Mochtar & Lutan 1998). Pada akhir 2 bulan, alat kelamin sudah nampak, walaupun belum dapat ditentukan jenisnya. Panjang embrio 2.5 cm (Sastrawinata 1983). Pada akhir minggu kedelapan, ukuran bayi berkisar antara 27-31 mm dengan taksiran berat sekitar 5 gram. Bentuknya sudah menyerupai manusia. Kepalanya tampak besar bila dibandingkan dengan tubuhnya yang relatif masih kecil. Daun telinganya mulai terbentuk dengan struktur simpai yang paling menonjol dibandingkan indra lainnya. Simpai ini merupakan cikal-bakal telinga bagian dalam dengan rumah siput dan pipa-pipa setengah lingkaran yang kemudian mengalami penulangan menjadi tulang karang. 11 Lekuk matapun semakin jelas terlihat. Bahkan kelopak mata sudah terbentuk walaupun masih dalam kondisi menutup hingga sampai usia kehamilan 24 minggu. Sementara dalam simpai hidung terdapat cekungan yang merupakan cikal-bakal tulang rawan bagi pembentukan kerangka hidung. Rongga mulut mengalami perkembangan dengan terbentuknya langit-langit mulut. Poros usus yang semula menyatu sebagai kloaka kini telah berubah dan memisahkan disi menjadi sinus-sinus urogenital dan uretra. Sistem pencernaan dan ginjal mulai berfungsi. Tonjolan kaki dan tangan sudah dilengkapi dengan jari-jari dan tumit yang mengarah ke luar. Meski masih lemah, cikal-bakal rangka tubuh secara keseluruhan sudah rampung dan lengkap terbentuk. Pada minggu ini semua organ tubuh juga mulai bekerja meskipun belum sempurna. Misalnya, otak mulai mengirim sinyal/perintah ke organ-organ tubuh atau hati untuk memproduksi sel-sel darah. Tubuh janin sudah mulai bisa bergerak secara tidak teratur (rata-rata 60 kali gerakan per jam). Tiga bulan atau 12 minggu Pada minggu keduabelas sistem rangka tubuh memiliki pusat penulangan/osifikasi pada sebahagian besar tulangnya. Terbentuklah kerangka tulang rawan dan pusat-pusat penulangan. Dasar tengkorak terdiri atas asal mula tulang kepala belakang, simpai telinga, tulang baji, dan simpai hidung. Lengkung ruas tulang belakang leher dan pinggang masih terbuka. Sementara rongga dada masih berbentuk seperti corong yang terisi oleh paru-paru dan kubah diafragma. Daun telinga lebih jelas, kelopak mata melekat, leher mulai berbentuk (Mochtar & Lutan 1998). Pada kehamilan 9 minggu bentuk embrio makin bertambah jelas. Periode embrio/mudigah berlangsung dari umur kehamilan 5 – 10 minggu, setelah 10 minggu disebut janin atau fetus (Karsono 2002). Rongga amnion makin membesar, mendesak korion, sehingga pada kehamilan 12 minggu rongga korion dan kantong kuning telur tidak terlihat lagi. Pusat-pusat pembentukan tulang mulai tampak didaerah mandibula, maksila, klavikula, humerus, femur, ilium dan tulang-tulang iga. Dapat diukur panjang janin lebih akurat. Tempat pertumbuhan plasenta lebih jelas (Karsono 2002). Panjang janin 7 – 9 cm. Janin sudah bergerak, tetapi pergerakannya halus sehingga tak dapat 12 dirasakan oleh ibunya. Pada akhir bulan 3 ginjal sudah terbentuk dan membentuk sedikit air seni (Sastrawinata 1983). Empat bulan atau 16 minggu Pada minggu keenambelas ini panjang janin sekitar 12 cm dengan berat kirakira 100 gram. Rahim sendiri sudah berbobot 250 gram, mudah diraba, dan terletak kira-kira pertengahan pusar dan tulang kemaluan. Tungkai kaki yang di awal pembentukannya muncul belakangan, kini sudah berkembang pesat. Panjangnya sudah melebihi panjang lengan. Sistem peredaran darah kian berkembang. Sistem pencernaan mulai melaksanakan fungsinya. Dalam waktu 24 jam janin akan menelan air ketuban sebanyak 450-500 ml. Hati yang berfungsi membentuk darah, sudah melakukan metabolisme hemoglobin dan bilirubin, kemudian mengubahnya menjadi biliverdin yang disalurkan ke usus sebagai bahan sisa metabolisme. Genetalia eksternal terbentuk dan dapat dikenal, kulit berlanugo tipis dan berwarna merah. Pada akhir 4 bulan, pergerakan janin sudah dapat dirasakan oleh ibu. Panjang janin 10 – 18 cm dan beratnya 100 g (Sastrawinata 1983; Mochtar & Lutan 1998). 5 bulan atau 20 minggu Panjang bayi sudah mencapai kisaran 14-16 cm dengan berat sekitar 260 gram. Kulitnya tipis karena belum ada jaringan lemak di bawah kulit. Kulit yang menutupi janin mulai bertumbuh dari dua lapisan. Epidermis, yaitu lapisan yang berada dipermukaan dan dermis yang merupakan lapisan dalam. Epidermis inilah yang membentuk pola-pola pada ujung jari, telapak tangan, dan telapak kaki. Sedangkan dermis mengandung pembuluh-pembuluh darah kecil, saraf, dan sejumlah lemak. Kepala janin mulai ditumbuhi rambut yang lebih rapat dan berwarna lebih pekat daripada rambut pada permukaan tubuh. Sementara bakat apakah rambutnya lebat, keriting, atau lurus ditentukan oleh gen ayah dan ibu yang diturunkan kepadanya. Dengan peralatan sederhana, stetoskop Laennec, denyut jantung janin sudah bisa didengar. Bahkan dengan USG bisa dilihat bagaimana jantung berdenyut. Berbeda dengan jantung ibu yang berdenyut 60-80 detakan per menit, denyut jantung janin bisa mencapai 120-160 detakan per menit. 13 Rambut mulai tumbuh dikepala dan rambut halus/lanugo tumbuh dikulit. Bunyi jantung sudah dapat didengar dan kalau lahir sudah berusaha untuk bernafas. (Sastrawinata. 1983; Mochtar & Lutan 1998). Enam bulan atau 24 minggu Rahim terletak sekitar 5 cm di atas pusar atau sekitar 24 cm di atas simfisis pubis. Pendengaran janin sudah berfungsi penuh. Sehingga janin akan memberi respon khas apabila mendengarkan suara-suara bising atau suara keras dari luar yang tidak disukainya. Cairan ketuban yang berfungsi untuk melindungi janin ⎯ memungkinkannya bergerak bebas ⎯ mengalami peningkatan volume dengan cepat. Dari sekitar 50 ml pada usia kehamilan 12 minggu meningkat menjadi 400 ml pada minggu ke-24. Komposisinya pun mengalami perubahan hingga pada pertengahan usia kehamilan, komposisinya hampir sama dengan komposisi plasma ibu. Kelopak mata tumbuh alis dan bulu mata serta kulit keriput dan lemak mulai tertimbun dibawah kulit. Kulit tertutup oleh verniks kaseosa yang fungsinya melindungi kulit. Kepala besar apabila lahir dapat bernapas tetapi hanya bertahan hidup beberapa jam saja. Panjang janin 28 – 34 cm dan beratnya 600 g. (Sastrawinata 1983; Mochtar & Lutan 1998). Tujuh bulan atau 28 minggu Puncak rahim berada kira-kira 3 jari di atas pusar. Gerakan bayi semakin kuat dengan intensitas yang makin sering, sementara denyut jantungnya pun makin kuat dan jelas terdengar. Jumlah jaringan otak pada usia kehamilan ini sudah meningkat. Begitu juga rambut kepala terus bertumbuh. Alis dan kelopak mata sudah terbentuk sempurna. Kulit warna merah ditutupi verniks kaseosa. Bila lahir dapat bernafas menangis dengan nada perlahan dan lemah, dapat hidup didunia luar (viable life) walaupun kemungkinan untuk hidup masih kecil. Panjang janin 35 – 38 cm dan berat janin ± 1000g, disebut bayi imatur (Sastrawinata 1983; Mochtar & Lutan 1998). 14 Delapan bulan atau 32 minggu Berat janin telah mencapai 1800 – 2000 g, dengan panjang 40 - 43 cm. Hemodilusi atau pencairan darah mengalami puncaknya pada minggu ini. Oleh karena itu ibu hamil dengan kelainan jantung, hipertensi, dan preeklamsia agar ekstra hati-hati. Sebab dengan volume darah yang semakin meningkat, beban kerja jantung akan semakin berat. Kulit merah dan keriput, apabila lahir tampak seperti orang tua kecil. (little old man) (Sastrawinata 1983; Mochtar& Lutan 1998). Sembilan bulan atau 36 minggu Berat janin pada minggu ini telah mencapai 2500 g. Panjangnya 46 cm Mulai minggu ini pemeriksaan kehamilan rutin dilakukan seminggu sekali. Tujuannya adalah untuk memperkecil risiko yang mungkin terjadi, mengingat penyebab terbanyak kematian ibu melahirkan (maternal mortality rate) di Indonesia adalah pendarahan, infeksi, dan preeklamsia. Wajah janin tampak berseri tidak keriput, karena sudah ada lapisan lemak dibawah kulit maka dari kelihatan kulit tidak keriput lagi, disebut bayi prematur (Sastrawinata 1983; Mochtar & Lutan 1998). Sepuluh bulan atau 40 minggu Berat badan janin mencapai 3300 g dengan panjang berkisar antara 45-55 cm. Pada saat ini janin siap untuk dilahirkan. Sebelum lahir, bilirubin yang merupakan produk sisa dari sel darah merah janin dapat dengan mudah diangkut dari janin ke dalam peredaran darah ibu melalui plasenta. Namun, begitu dilahirkan, bayi harus berjuang sendiri untuk membuang bilirubin yang dihasilkannya. Ketidakmampuan bayi untuk membuang bilirubin menimbulkan gangguan hiperbilirubin atau yang lebih dikenal neonatus ikterus atau kulit kuning pada bayi lahir. Bayi cukup bulan mempunyai ciri-ciri, yaitu: kulit licin, halus, lanugo hampir tidak ada lagi, verniks kaseosa banyak, rambut pada kepala baik, organorgan sempurna. Pada pria, testes sudah berada dalam skrotum, sedangkan pada wanita, labia mayora berkembang baik. Tulang-tulang kepala sudah mengalami osifikasi. Pada 80% janin telah terjadi pusat-pusat osifikasi pada epifisis tibia 15 proksimal. Kuku telah melebihi ujung jari, disebut janin cukup bulan matur/aterm (Sastrawinata 1983; Mochtar & Lutan 1998). Panjang badan dan berat badan berdasarkan umur janin menurut Haase dan Struber, seperti pada Tabel 1 berikut ini. Hubungan umur kehamilan, besar rahim dan tinggi fundus, menurut Mochtar dan Lutan (1998) dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini. Tinggi fundus berdasarkan umur kehamilan menurut Wignjosastro (2002) dapat dilihat pada Gambar 1. Tabel 1 Panjang badan menurut Haase dan berat badan janin menurut Struber Umur (bulan) Panjang Badan (cm) Berat Badan (gram) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 = 1 22 = 4 32 = 9 42 = 16 52 = 25 6 X 5 = 30 7 X 5 = 35 8 X 5 = 40 9 X 5 = 45 10 X = 50 -1,1 14,2 100 316 630 1045 1680 2478 3405 Sumber: Sastrawinata (1983) Tabel 2 Hubungan umur kehamilan (bulan), besar rahim dan tinggi fundus uteri Akhir bulan Besar rahim 1 2 3 4 5 6 7 8 Lebih besar dari biasa Sebesar telur bebek Sebesar telur angsa Sebesar kepala bayi Sebesar kepala dewasa Sebesar kepala dewasa Sebesar kepala dewasa Sebesar kepala dewasa 9 Sebesar kepala dewasa 10 Sebesar kepala dewasa Mochtar, Lutan (1998) Tinggi fundus uteri Belum teraba (palpasi) Dibelakang simfisis 1-2 jari diatas simfisis Pertengahan simfisis-pusat 2-3 jari dibawah pusat Kira-kira setinggi pusat 2-3 jari diatas pusat Pertengahan pusat- prosesus sifoideus 3 jari dibawah prosesus sifoideus atau sampai setinggi proses sifoideus Sama dengan kehamilan 8 bulan, karena kepala bayi masuk pintu atas panggul 16 36 mg 40 mg 34 mg 32 mg 28 mg 26 mg 24 mg 20 mg 16 mg 12 mg Gambar 1 Tinggi fundus menurut umur kehamilan dalam minggu (Wiknjosastro, 2002) Pengukuran diatas biasanya digunakan untuk menentukan perkiraaan umur kehamilan dalam praktek sehari-hari. Ada cara lain untuk menentukan umur kehamilan dan berat badan janin didalam kandungan yaitu dengan cara: a. dihitung dari tanggal haid terakhir. b. 4.5 bulan pada saat ibu merasa gerakan janin yang pertama “feeling life”(quickening). c. menurut Spiegelberg: dengan jalan mengukur tinggi fundus uteri dari simfisis, maka diperoleh seperti pada Tabel 3. d. menurut Mac Donald: adalah modifikasi dari Spiegelberg, yaitu jarak fundus – simfisis dalam cm dibagi 3.5 merupakan umur kehamilan dalam bulan. e. menurut Ahlfeld: Ukuran kepala bokong = 0.5 panjang anak sebenarnya. Bila diukur jarak kepala – bokong janin adalah 20 cm, maka umur kehamilan adalah 8 bulan 17 Tabel 3 Umur kehamilan menurut Spiegelberg Umur kehamilan (minggu) 22 – 28 28 30 - 32 34 36 38 40 Tinggi fundus diatas simfisis (cm) 24 – 25 26,7 29,5 - -30 31 32 33 37,7 Sumber : Mochtar dan Lutan (1998) f. rumus Johnson – Tausak: BB = (mD – 12) X 155 BB = berat badan dalam gram, mD = jarak simfisis – fundus uteri,dalam cm. g. Kalkulasi Johnson: Berat Janin dalam gram = tf (dalam cm) – n X 155 n = 12 bila verteks diatas spina isiadika, n = 11 bila verteks dibawa spina isiadika, tf = tinggi fundus diukur dari simfisis. Pada penelitian ini dipakai cara untuk menentukan tinggi fundus dengan mengukur memakai alat ukur sentimeter antara jarak simfisis dengan batas atas fundus dengan cara palpasi dari dinding luar abdomen. Penilaian Umur Kehamilan Pada Bayi yang Baru Dilahirkan Penilaian pertama dilakukan oleh Dubowitz dan Golberg yang dimuat didalam jurnal pediatrik 77:1 tahun 1970, yang meliputi karateristik keadaan fisik dan neuromuskuler, kemudian disempurnakan oleh Ballard yang dimuat pada jurnal pediatrik 95:769 tahun 1979 (Sellers 1993), selanjutnya dikenal sebagai New Ballard Scale (NBS) yang dapat menilai bayi lahir prematur pada umur kehamilan 20 minggu. NBS ini dapat menilai secara akurat selama 2 minggu. Yang dinilai adalah Posture, bentuk tubuh, lebarnya fleksi dari tangan, lipatan lengan dan supinasi lengan, sudut dari popliteal antara pelvis dan tungkai. Tanda dari Scarf, lengan bayi pada posisi supinasi dapat meliwati leher dan bahu. Gerakan tumit sampai ketelinga. Untuk penilaian kematangan fisik dilihat pada punggung banyaknya lanugo. Palpasi dari pinna telinga adanya tulang rawan, palpasi dan inspeksi pada jaringan payudara, melihat mata/telinga dan alat kelaminnya. 18 Pertambahan Berat Badan Ibu Selama Kehamilan Beberapa studi yang tersebar di seluruh dunia menunjukkan bahwa pertambahan berat total badan ibu selama kehamilan (gestational weight gain) berada pada rentang 8 – 14 kg. Lebarnya rentang pertambahan berat badan total ini disebabkan sangat bervariasinya kondisi ibu (misal, tinggi badan, kondisi sosio ekonomi, tingkat konsumsi pangan). Anjuran pertambahan berat badan selama kehamilan adalah 12.5 kg (Rosso& Lederman 1982). Sementara Subcommitee on Nutritional Status and Weight Gain During Pregnancy, Food and Nutrition Board 1990 menganjurkan 11 kg untuk pertambahan berat badan total ibu selama kehamilan. Pertambahan berat badan ibu hamil di Madura, Jawa Timur 6.8 kg (Kusin & Karjati 1994), di Purworejo, Jawa Tengah 8.3 ± 3.6 kg (Winkvist et al. 2002), dikabupaten Bogor, Jawa Barat 7.8 kg (Hardinsyah et al. 2002), di Ghana, Afrika 10.54 ± 1.68 kg (Tayie & Lartey 1995) sedangkan Husaini (1986) menyarankan pertambahan berat badan ibu hamil tidak kurang dari 9 kg. Komponen pertambahan berat badan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu: produk konsepsi dan pertumbuhan jaringan maternal (ibu). Produk konsepsi mencakup fetus (janin), plasenta, dan cairan amnion. Secara rata-rata janin mewakili 25% pertambahan berat badan total ibu, plasenta 5%, dan cairan amnion 6% (Hytten 1980 diacu dalam FNB 1990). Jaringan maternal mencakup uterus, jaringan mammae, darah, cairan ekstraseluler, dan cadangan (simpanan) lemak. Ekspansi jaringan maternal mencapai 2/3 dari pertambahan berat badan total ibu. Pertambahan uterus dan jaringan mammae mewakili 10%, volume darah 10% dari pertambahan berat badan total, cairan ekstraseluler 10.4%, dan lemak 32%. Komponen pertambahan berat badan ibu hamil menurut Pitkin (1976), Boyle dan Morris (1999) dapat dilihat pada Gambar 2. Ibu 19 Gambar 2 Komponen-komponen dari pertambahan berat badan pada kehamilan yang normal (Pitkin 1976; Boyle & Morris1999) Tingkat Kejadian Abnormal dan Peningkatan Berat Kehamilan Tingkat kejadian abnormal termasuk berat badan lahir rendah (BBLR) dan peningkatan berat kehamilan pada 33809 wanita hamil dengan berat normal, pada kenaikan berat badan ibu hamil diatas 18 kg, terjadi peningkatan BBLR. Penelitian tahun1990 - 1991 (Abrahams et al. 2000). Proporsi BBLR pada tahun 1999 - 2000, berbagai sumber menunjukkan BBRL berkisar 2 - 17% pada tahun tersebut. Jika proporsi ibu hamil 2.5% dari total penduduk, maka diperkirakan 355.000 – 710.000 dari 5 juta bayi dengan BBRL. Dinegara maju berkisar antara 3.6 – 10.8%, sedang dinegara yang sedang berkembang berkisar antara 10.-.43%. Rasio antara negara maju dan negara berkembang adalah 1.: 4. Peningkatan berat badan pada kehamilan tidak selalu berakibat baik terhadap janin, pada peningkatan berat badan ibu hamil yang melebihi 18 kg, terdapat kejadian abnormal pada bayi, hal ini ditunjukkan pada Gambar 3. 20 Gambar 3 Tingkat kejadian abnormal dan peningkatan berat kehamilan (Abrahams et al. 2000) Anjuran pertambahan berat badan menurut Indeks Masa Tubuh, yang dimuat dalam National Academy Press (1990) dapat dilihat pada Tabel 4. Komposisi pertambahan berat badan total ibu hamil pada minggu ke-10 sampai pada minggu ke- 40, menurut Heytten dan Leitch (1971) dapat ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4 Anjuran pertambahan berat badan total ibu selama kehamilan menurut Indeks Masa Tubuh. Kategori Indeks Massa Tubuh* Kurang (IMT < 19.8) Normal (IMT 19.8 – 26.0) Lebih (IMT 26.0 – 29) Pertambahan Berat Badan Total yang dianjurkan (kg) 12.5 – 18 11.5 – 16 7 – 11 *IMT ibu hamil( National Academiy Press,1990) Faktor-faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan total ibu selama kehamilan adalah status gizi ibu sebelum hamil (prepregnancy nutritional status), konsumsi zat gizi selama kehamilan, tinggi badan ibu, asal etnis, umur dan paritas, aktivitas fisik, status sosial ekonomi, dan kebiasaan-kebiasaan selama kehamilan (merokok dan minum alkohol). 21 Tabel 5 Komposisi pertambahan berat badan total ibu selama kehamilan Pertambahan Berat (gram) pada Minggu Minggu Minggu Minggu Ke-10 Ke-20 ke-30 ke-40 Komponen Maternal Simpanan Lemak Cairan Interstitial Darah Uterus Kelenjar mammae Total (1) Komponen Janin Fetus Cairan Amnion Plasenta Total (2) Total (1) + (2) 2.050 30 600 320 180 3.480 80 1300 600 360 3.345 1.680 1.250 970 405 3.180 5.820 7.650 5 30 20 55 300 350 170 820 1500 750 430 2.680 3.400 800 650 4.850 650 4000 8500 12.500 310 0 100 140 45 595 Sumber : Hytten dan Leitch ( 1971) diacu dalam Roso ( 1990) Anemia, Penyebab dan Pencegahannya Salah satu masalah gizi utama yang prevalensinya cukup tinggi pada ibu hamil adalah anemia, untuk mengkaji anemia dari pengaruh berbagai zat gizi dan cara mengatasi adalah sebagai berikut, zat besi pada kehamilan diperlukan 30 44 mg elemen besi setiap hari, dapat berbentuk 150 mg besi sulfat, 300 mg besi glukonat atau 100 mg besi fumarat. Zat besi nonhem terdapat pada sebagian besar diet besi, teh kopi dan susu dapat mengurangi absorbsi zat besi nonhem, zat besi paling baik dikonsumsi diantara waktu makan bersama dengan jus jeruk (Varney et al. 2002). Asam Folat dibutuhkan 300 µg per hari untuk mencegah anemia megaloblastik, dikonsumsi bersama dengan zat besi. Disamping itu asam folat dapat mengurangi risiko efek tabung neural, jika dikonsumsi sebelum konsepsi dan selama 6 minggu pada pertama kehamilan (WNPG 1998).Vitamin C diminum sebanyak 250 mg per hari bersama dengan makanan dapat meningkatkan absorpsi besi nonhem dan dapat meningkatkan absorpsi suplemen besi dan sebagai pencegahan untuk perdarahan postpartum (Varney et al. 2002). 22 Vitamin B12 mencegah anemia megaloblastik, untuk wanita hamil AKG 1,3 µg (WNPG 1998) terdapat pada hati sapi dan hati ayam, merupakan faktor ekstrinsik dan faktor instrinsik yang diisolasi dari cairan lambung berupa glikoprotein. Dapat disintesis oleh bakteri didalam usus. Diperlukan untuk mengubah asam folat menjadi bentuk aktif dalam metabolisme semua sel terutama sel-sel saluran cerna, sumsum tulang dan jaringan saraf (Almatsier 2002). Pemeriksaan dasar seperti, pemeriksaan Hb dapat dilakukan untuk mengetahui adanya bumil yang anemia. Anemia pada kehamilan di Indonesia cukup tinggi sekitar 67% dari semua bumil dengan variasi tergantung pada daerah masing-masing. Sekitar 10 - 15% tergolong anemia berat yang sudah tentu akan mempengaruhi tumbuh kembang janin dalam rahim. Sebagian besar anemia bumil tergolong kekurangan zat gizi. Melalui pendidikan, anemia dapat diturunkan dengan jalan: menjarangkan kehamilan, meningkatkan kesejahteraan diri dan lingkungan, melakukan antenatal intensif sambil memberikan tambahan vitamin dan preparat ferrum. Pada kasus anemia berat diberikan secara langsung Fe intra venous atau intramuskular. Sebagian gambaran upaya penanggulangan anemia menurut Manuaba (2001) adalah sebagai berikut (Tabel 6) Tabel 6 Jumlah zat besi pada wanita hamil Komponen pada ibu hamil Peningkatan sel darah merah ibu Terdapat dalam plasenta Untuk penambahan darah janin Total kebutuhan Jumlah Fe (mgr) 500 300 100 900 Sumber : Manuaba ( 2001) Puskesmas, pernah dicanangkan pemberian preparat Fe, dengan bantuan WHO, tetapi preparat tersebut berbau besi dan tampak karatan, sehingga ditolak oleh masyarakat. Inilah satu contoh, bahwa pemerintah asal menerima bantuan, mungkin membeli dengan harga murah, tetapi tidak diterima masyarakat. Kenyataan ini merugikan kedua belah pihak, yaitu pemerintah dan masyarakat yang tidak menerimanya. Preparat yang mubasir ini, akhirnya sebagian besar dibuang (Manuaba 2001). 23 a. Pengaruh anemia terhadap kehamilan: (1) Dapat terjadi abortus; (2) Persalinan prematuritas; (3) Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim; (4) Mudah terjadi infeksi; (5) Ancaman dekompensasi kordis (Hb< 6gr%); (6) Mola hidatidosa; (7) Hiperemesis Gravidarum; (8) Perdarahan antepartum; (9) Ketuban pecah dini (KPD). b. Bahaya saat persalinan: (1) gangguan his-kekuatan mengejan; (2) kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar; (3) kala dua berlangsung lama sehingga dapat melakukan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan; (4) kala uri dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan postpartum karena atonia uteri; (5) kala empat dapat terjadi perdarahan postpartum sekunder dan atonia uteri. c. Pada kala nifas: (1) terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan postpartum; (2) memudahkan infeksi puerperium; (3) pengeluaran ASI berkurang; (4) terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan; (5) anemia kala nifas; (6) mudah terjadi infeksi pada payudara (Manuaba 2001). d. Bahaya terhadap janin: Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai kebutuhan dari ibunya, tetapi dengan anemia akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Akibat anemia dapat terjadi gangguan dalam bentuk : (1) abortus; (2) terjadi kematian intrauterine; (3) persalinan prematuritas tinggi; (4) berat badan lahir rendah; (5) kelahiran dengan anemia; (6) dapat terjadi cacat bawaan; (7) bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal; (8) inteligensia rendah. Anemia pada ibu hamil, berdasarkan penelitian di Indonesia, prevalensi anemia adalah berkisar antara 50 – 70% dengan patokan Hb < 11 g/dl (Ratna et al. 1986) menemukan bahwa 73.7% angka prevalensi anemia pada ibu hamil. Suwandono et al. (1992) menemukan prevalensi Anemia pada ibu hamil 55.1%. Herman dan Muhilal (1993) menemukan bahwa ibu hamil dengan anemia berat, seperlimanya berada pada kehamilan aterm. Anemia berat cenderung sebagai predisposing factor terhadap penyebab 3 kali lipat. Anemia berat dengan kadar Hb < 6 g/dl, cenderung menyebabkan tingginya angka lahir mati. Didapatkan 8% 24 ibu hamil dengan anemia, mempunyai status gizi defisiensi energi kronis dengan indeks masa tubuh < 18.5 kg/m2 (Suwandono 1992). Gizi dan Kehamilan Pertambahan berat badan dan berbagai proses yang terjadi selama kehamilan memerlukan zat gizi termasuk air. Pada dasarnya jumlah zat gizi yang diperlukan selama kehamilan lebih tinggi dibandingkan tidak hamil. Jumlah gizi harus ditambah 10 - 15% dari nilai gizi normal. Sebagai gambaran gizi normal, ibu hamil dan menyusui disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Kebutuhan gizi normal, ibu hamil dan menyusui Kebutuhan Kalori Protein (g) Kalsium (mg) Ferrum (mg) Vit. A (RE) Vit. B1 (mg) Riboflavin (mg) Piridoksin (mg) Vit. B12 (mg) As. Nikotinat (mg) Asam folat (µg) Vit. C (mg) Vit. D (µg) Vit. E (mg) Vit. K (mg) Fosfor (mg) Seng (mg) Yodium(µg) Selenium (µg) Tidak hamil 2.200 48 500 24 500 1,0 1,2 1,6 1,0 9 150 60 5 8 65 450 15 150 55 Hamil + 285 + 12 + 400 + 20 + 200 + 0,2 + 0,2 2,2 + 0,3 + 0,1 + 150 + 10 10 10 65 + 200 +5 + 25 + 15 Menyusui + (500 – 700) + (12 – 16) + 400 + 20 + (300 – 350) + 0,3 + (0,3 – 0,4) 2,1 + 0,3 +3 + (40 – 50) + (10 – 25) 10 (10 – 12) 65 + (200- 300) + 10 + 50 + (20 – 25) Sumber : Muhilal, Jalal dan Hardinsyah (1998) Dalam memberikan gizi harus adekuat, artinya sesuai dengan kebutuhan sehingga badan mencapai kesehatan optimal, artinya sesuai dengan kebutuhan sehingga badan mencapai kesehatan optimal. Didalam perhitungan berat badan ideal orang dewasa, makanan yang dikonsumsi haruslah seimbang mengandung semua unsur yang diperlukan sehingga dapat memenuhi kebutuhan pokok untuk mengganti bagian yang rusak, atau untuk kebutuhan energi dalam aktivitasnya 25 sehari-hari. Sumber energi utama berturut-turut ialah glukosa, lemak, dan protein. Disamping itu, masih diperlukan mineral dan vitamin yang fungsinya sebagian katalisator dalam bentuk enzim, hormonal, sehingga metabolisme tubuh dapat berjalan lancar. Protein merupakan bahan pokok tubuh utama yang menjadi hayat hidup sel dalam bentuk struktur sel, intra dan ekstraseluler dan penggerak metabolisme. Protein menjadi sumber tumbuh kembangnya tubuh, sumber hormonal dan juga merupakan elemen untuk kromosom yang akan menjadi pembawa tanda keturunan. Sumber protein terdapat pada hewan dan tumbuh-tumbuhan yang seharusnya seimbang. Protein terdiri dari mata rantai asam amino sedangkan yang tidak dapat dibentuk harus didapatkan dari luar secara utuh dan disebut “asam amino esensial”, diantaranya: Lisin, Leusin, Isoleusin, Valin, Threonin, Phenilalanine, Triptofan, untuk anak-anak ditambah : Histidin dan Arginin (Manuaba 2001). Bila terdapat kelebihan protein, sebagian besar tersimpan sebagai cadangan dalam darah, otot, dan hati. Cadangan ini sebagian akan segera dapat dipergunakan untuk metabolisme. Lemak tidak terlibat secara langsung dalam metabolisme, apabila kalori sudah dapat terpenuhi dari glukosa. Kelebihan lemak akan tersimpan di bawah kulit atau ditempat lainnya sesuai dengan patrun tubuh. Pada laki-laki tersimpan diperut sedangkan pada wanita dibokong, perut atau tempat lainnya. Makan banyak menyebabkan timbunan lemak terlalu besar sehingga dapat membahayakan tubuh sendiri. Timbunan lemak yang berlebihan dapat menimbulkan berbagai penyakit yang terkait seperti tekanan darah tinggi, diabetes melitus, jantung dan ginjal. Mineral dalam tubuh manusia sangat penting untuk mengisi bahan padat yang tidak dapat dimusnahkan, bila dilakukan pembakaran atau tidak dapat menjadi zat yang menguap. Mineral terdapat dalam tubuh dengan jumlah yang relatif besar atau kecil sehingga digolongkan sebagai berikut : 1. Makroelemen, jumlahnya besar dalam tubuh dan keberadaannya sangat vital, seperti Na, K, Ca, P, S, dan C1. 2. Mikroelemen, jumlahnya kecil tetapi penting dikelompokkan sebagai berikut: a. Mikroelemen yang mungkin esensial diantaranya Cr dan Mo. 26 b. Mikroelemen non-esensial, terdapat dalam tubuh ada kemungkinan bila terlalu besar malah membahayakan termasuk golongan ini ialah Pb, Cd, Si, Sr, Va, dan Br. 3. Trace element, termasuk mikroelemen tetapi diperlukan dalam jumlah yang lebih kecil lagi. Contohnya Co, Cu dan Zn. Mikroelemen ini berperan sebagai, bahan aktif pada enzim, cairan tubuh, pengisi jaringan padat, zat yang berkaitan dengan hormon seperti yodium dan sebagai penjaga keseimbangan elektrolit dalam tubuh, sehingga terjadi pertukaran yang relatif tinggi. Sebagai gambaran dapat dikemukakan kekurangan beberapa elemen atau vitamin dapat menimbulkan kelainan seperti pada Tabel 8. Tabel 8 Kekurangan atau kelebihan zat gizi yang menyebabkan kelainan Bahan Asam folat Kekurangan, penyulitnya Neural tube defect, Anemia BBLR, Prematuritas, Kematian prenatal tinggi Yodium Kerdil, Abortus, IQ rendah, Kelainan congenital Kelainan jantung. Beri-beri IUGR, Gangguan penglihatan, Teratogenik Hipokalsemia tetania Vitamin B Vitamin A Vitamin D Kelebihan Retardasi mental, fisik hiperkalsemia Sumber : Manuaba ( 2001) Pemeriksaan antenatal sudah mulai mendapat perhatian sehingga banyak pemeriksaan diri ke dokter, bidan, puskesmas dan rumah sakit swasta. Pelayanan antenatal yang dianjurkan dan dianggap sudah memenuhi kriteria bumil cukup 4 kali selama hamil. Pada pemeriksaan antenatal jangan lupa lakukan pemeriksaan laboratorium dasar seperti: darah lengkap, urine lengkap, dan gula darah (Manuaba 2001). Pertumbuhan dan Perkembangan Janin Selama Kehamilan Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap pertumbuhan janin yaitu: faktor genetik, faktor lingkungan pranatal dan postnatal. 27 Faktor genetik Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang janin. Melalui intruksi genetik yang terkandung didalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang. Termasuk faktor genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau ras bangsa. Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan, secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal. Gangguan pertumbuhan di negara maju lebih sering diakibatkan oleh faktor genetik ini. Sedangkan dinegara yang sedang berkembang, gangguan pertumbuhan selain diakibatkan oleh faktor genetik, juga oleh faktor lingkungan yang kurang memadai untuk tumbuh kembang anak yang optimal, bahkan kedua faktor ini dapat menyebabkan kematian anak-anak sebelum mencapai usia balita. Tabel 9. Kehamilan ganda menurut hukum Hellin Kembar Gmelli 2 Triplet 3 Quadruplet 4 Quintuplet 5 Sextuplet 6 Kelipatan 89 1 : 89 1 : 892 1 : 893 1 : 894 1 : 895 Sumber :Mochtar dan Lutan (1998) Disamping itu, banyak penyakit keturunan yang disebabkan oleh kelainan kromosom, seperti sindrom Down, sindrom Turner dan lain-lain. Jadi faktor genetik herediter-konstitusional ini yang menentukan sifat bawaan anak tersebut. Jadi potensial anak tersebut yang menjadi ciri-ciri khas yang biasanya ditemurunkan dari orang tuanya. Kehamilan Ganda/Gmelli merupakan faktor genetik yang diturunkan, selain itu obat obatan yang diminum dapat menginduksi Ovulasi (Mochtar & Lutan. 1998). Frekwensi, menurut hukum Hellin antara kehamilan ganda dan tunggal seperti pada Tabel 9. 28 Menurut penelitian Greulich (1930), pada 121 persalinan didapat angka kejadian kehamilan ganda, yaitu gmelli 1 : 85, triplet 1 : 7629, quadruplet 1 : 670743 dan quintuplet 1 : 41 600000. Faktor lingkungan prenatal Faktor lingkungan pranatal, yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin mulai dari konsepsi sampai lahir (PPDGJ, DepKes. 1983), antara lain adalah: 1. Gizi ibu pada waktu hamil, gizi yang jelek sebelum terjadinya maupun pada waktu, lebih sering menghasilkan bayi BBLR (berat badan lahir rendah) atau lahir mati dan jarang menyebabkan cacat bawaan. Kekurangan gizi dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi baru mudah terkena infeksi, abortus dan sebagainya. Anak yang lahir dari ibu yang gizinya kurang dan hidup dilingkungan miskin maka akan mengalami kurang gizi juga dan mudah terkena infeksi dan selanjutnya akan menghasilkan wanita dewasa yang berat dan tinggi badannya kurang pula. Keadaan ini merupakan lingkaran setan yang akan berulang dari generasi kegenerasi selama kemiskinan tersebut tidak ditanggulangi (Macmillan 1985) 2. Pengaruh mekanis, trauma waktu lahir dan cairan ketuban yang sedikit dapat menyebabkan kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan, misalnya dislokasi panggul, tortikolis kongenital dan paralise nervus fasialis. Demikian pula dengan posisi didalam rahim, yang dapat mengakibatkan talipes dan kranio tabes. 3. Pengaruh obat-obatan dan zat toksin, masa organogenesis adalah masa yang sangat peka terhadap zat-zat teratogen, misalnya obat-obatan, thalidomide, phenitoin, methadon, obat-obat anti kanker dan sebagainya dapat menyebabkan kelainan bawaan. Juga pada ibu hamil perokok berat, peminum alkohol sering melahirkan bayi BBRL, lahir mati, abortus, cacat atau retardasi mental. Keracunan logam berat pada ibu hamil, misalnya karena makan ikan yang terkontaminasi merkuri dapat menyebabkan mikrosefali dan palsi serebralis, Seperti yang terjadi di Jepang, yang dikenal dengan Minimata. Pada perokok tersebut diatas zat-zat yang beracun yang mengakibat gangguan pertumbuhan janin adalah, polihalogen hidrokarbon, nikotin, karbon 29 monoksida (Miller et al. 1993) Keracunan logam berat cadmium pada penelitian Danielsson dan Dencker,1994 mengurangi transfer vitamin B12 kedalam plasenta dan dalam penelitian yang lain mengurangi pemasukan seng (zinc) dari plasenta kedalam aliran darah janin (Wier et al.1990) 4. Endokrin, kekurangan hormon-hormon tiroid seperti pada defisiensi iodium akan menyebabkan retardasi mental. insulin, cacat bawaan sering terjadi pada ibu hamil dengan diabetes dan tidak dapat pengobatan pada trimester I. 5. Radiasi, pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat menyebabkan kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali atau cacat bawaan lainnya. 6. Infeksi intrauterin yang menyebabkan cacat bawaan adalah TORCH (Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes Simplex) Infeksi lain yang dapat menyebabkan penyakit pada janin adalah Varisella, Koksaki, Ekovirus, Malaria, Lues, HIV, Polio, Campak, Listeriosis, Leptospira, Mikoplasma, Virus Influenza dan Virus Hepatitis. Diduga setiap hiperpireksia pada ibu hamil dapat merusak janin. 7. Stres yang dialami ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin, antara lain cacat bawaan, kelainan jiwa dan lain-lain. 8. Masalah Psikologis yang berpengaruh pada kehamilan, yang dapat mengganggu nutrisi janin adalah: hiperemesis gravidarum, gangguan makan lainnya, misalnya pika, infertilitas oleh sebab kelainan psikologis, psikosis post partum, depresi post partum. Faktor lingkungan post-natal Bayi baru lahir harus berhasil melewati masa transisi dari suatu sistem yang sebagian besar bergantung pada organ-organ ibunya, kesuatu sistem yang tergantung pada kemampuan genetik, kekebalan tubuh dan mekanisme homeostatik bayi itu sendiri. Pertumbuhan Bayi setelah Lahir. 1. Berat badan Bayi yang lahir cukup bulan, berat badannya akan menurun dan kembali menjadi berat badan pada waktu lahir setelah 10 hari. Berat badan, pada umur 5 bulan, menjadi 2 kali lipat berat lahir, pada umur 1 tahun, menjadi 3 kali 30 lipat berat lahir dan pada umur 2 tahun, menjadi 4 kali lipat berat lahir. Kenaikan berat badan anak pada tahun pertama kehidupan bayi, apabila bayi mendapat gizi yang baik sebagai berikut: • Triwulan I • Triwulan II kenaikan berat badan 500 - 600 gram/bulan. • Triwulan III kenaikan berat badan 350 - 450 gram/bulan. • Triwulan IV kenaikan berat badan 250 - 350 gram/bulan. kenaikan berat badan 700 - 1000 gram/bulan. 2. Tinggi Badan Pada abad ke 18 Count Philibert de Montbeillard, mencatat tinggi badan anak laki-laki setiap 6 bulan sejak lahir sampai umur 18 tahun. Pada umur 4 – 5 tahun laju pertumbuhan dengan cepat berkurang (deselerasi) dan secara perlahan-lahan berkurang hingga umur 5 – 6 tahun. Sejak umur ini laju pertumbuhan bersifat konstan, pada umur 6 - 8 tahun ada kenaikan kecil pertumbuhan, tetapi tidak selalu ada. Pada umur 13 - 15 terjadi percepatan pertumbuhan (akselerasi). Tinggi badan rata-rata pada waktu lahir 50 cm. Diperkirakan secara garis besar, tinggi badan anak dapat diperkirakan sebagai berikut: • 1 tahun 1,5 X tinggi badan lahir • 4 tahun 2 • 6 tahun 1,5 X tinggi badan setahun • 13 tahun 3 X tinggi lahir • Dewasa 3,5 X tinggi badan lahir (2 x tinggi badan 2 tahun) X tinggi badan lahir Menurut Behrman, (1992) dikutip dari Soetjiningsih, (1998). Perkiraan tinggi badan dalam sentimeter adalah: • Lahir : 50 cm • Umur 1 tahun : 75 cm • 2 – 12 tahun : umur (tahun) X 6 + 77 3. Lingkar Kepala Pada waktu lahir rata-rata 34 cm, besar lingkar kepala ini lebih besar dari lingkar dada. Pertumbuhan tulang kepala mengikuti pertumbuhan otak dan pertumbuhan otak yang paling cepat terjadi pada trimester ketiga, sampai 31 pada 5 – 6 bulan pertama setelah lahir. Pada masa ini terjadi pembelahan selsel otak yang pesat, setelah itu pembelahan melambat dan terjadi pembesaran sel-sel otak saja. Pada waktu lahir berat otak bayi ¼ berat otak dewasa, dan jumlah sel-selnya mencapai 2/3 jumlah sel otak orang dewasa. Lingkar kepala mencerminkan volume intrakranial digunakan untuk menaksir pertumbuhan otak. Pada Ultrasonografi lingkar kepala diukur memakai diameter biparietal, yang lebih akurat dan mempunyai arti yang penting untuk pertumbuhan otak (Callen. 1988). Apabila lingkar kepala (LK) lebih kecil dari normal maka dapat diperkirakan otak tidak tumbuh normal, maka menunjukkan retardasi mental. Sampai saat ini diperoleh 14 penelitian di dunia yang menyatakan tidak terdapat perbedaan yang bermakna terhadap suku bangsa, ras maupun geografis. Adapun kurve LK Nellhaus (1968) dapat dipergunakan di Indonesia (Soetjiningsih. 1988). Lingkaran kepala yang kecil terdapat pada, variasi normal, bayi kecil, keturunan, retardasi mental dan kraniostenosis. Lingkaran kepala yang besar terdapat pada, variasi nomal, bayi besar, hidrosefalus, tumor sereberi, keturunan, efusi subdural dan megalensefali. 4. Lingkar lengan atas Lingkar lengan atas (LLA) mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak berpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan dengan berat badan. LLA dapat dipakai untuk menilai keadaan gizi/tumbuh kembang pada kelompok umur prasekolah. Pada penelitian ini diukur lingkar kiri lengan atas pada waktu pemeriksaan hamil yang pertama. 5. Lipatan kulit Patokan yang mencerminkan pertumbuhan dengan kecukupan gizi adalah lipatan kulit pada daerah triseps dan subskapular. Pada keadaan kekurangan gizi atau defisiensi maka lipatan kulit ini menipis dan sebaliknya menebal jika kelebihan gizi. Tebal lipatan kulit dimanfaatkan untuk menilai adanya kelebihan gizi, terutama pada obesitas. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Bayi berat badan lahir rendah (BBLR), didefinisikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merupakan bayi baru lahir yang berat badannya pada 32 saat dilahirkan kurang dari 2500 gram sampai dengan 2499 gram (Walraven et al. 1994). Bertahun-tahun lamanya bayi baru lahir berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gram disebut bayi prematur. Pembagian menurut berat badan ini sangat mudah tetapi tidak memuaskan. Ternyata bahwa morbiditas dan mortalitas neonatus tidak hanya bergantung pada berat badannya, tetapi juga pada maturitas bayi itu. Gruenwald (1967) mengatakan bahwa bila digunakan definisi yang lama, 30 % - 40 % dari bayi perempuan yang dilahirkan dengan masa gestasi 37 – 38 minggu adalah prematur. Selain itu di negeri yang sedang berkembang batas 2500 gram sebagai bayi prematur mungkin terlalu tinggi, karena berat badan lahir ratarata yang lebih rendah. Untuk mendapat keseragaman, pada Kongres ‘European Perinatal Medicine’ ke II di London (1970) telah diusulkan definisi yang berikut : a. Bayi kurang bulan (BKB) ialah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari). b. Bayi cukup bulan (BCB) ialah bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu sampai 42 minggu (259 sampai 293 hari). c. Bayi lebih bulan (BLB) ialah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih (294 hari atau lebih). Kemudian untuk mendapatkan kesamaan pengertian, maka WHO pada tahun 1976 menetapkan berbagai definisi sebagai berikut: d. Masa gestasi : waktu di antara hari pertama haid normal yang terakhir (HPHT) sampai dengan hari kelahiran. Masa gestasi dinyatakan sebagai hari atau minggu penuh, contohnya, semua hal yang terjadi antara hari ke 280 sampai hari ke 286 sesudah HPHT ditetapkan terjadi pada minggu ke-40 masa gestasi. e. Berat Lahir (BL): berat badan bayi yang diukur dalam satu jam pertama sesudah lahir. f. Berat lahir rendah (BLR): Berat lahir < 2500 g. g. Bayi berat lahir rendah (BBLR): Bayi dengan berat lahir < 2500 g. h. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR): bayi dengan berat lahir 1000 - 1500 g. 33 i. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR): bayi dengan berat lahir kurang dari 1000 g. j. Bayi kurang bulan (BKB) adalah bayi yang mempunyai satu kriteria, yaitu masa gestasi < 37 minggu lengkap tanpa memandang berat lahirnya. Satusatunya parameter adalah masa kehamilan atau dengan kata lain maturitas. Dengan demikian bila kita melihat kurva pertumbuhan janin maka terdapat 3 golongan bayi kurang bulan, yaitu: 1. BKB SMK (bayi kurang bulan yang sesuai dengan masa kehamilan), yaitu bayi kurang bulan normal. 2. BKB KMK, bayi kurang bulan yang kecil untuk masa kehamilannya. 3. BKB BMK, bayi kurang bulan yang besar untuk masa kehamilannya. Ada dua kelompok, BKB SMK yaitu kelompok yang menderita malnutrisi dan kelompok hipoplastik. Karakteristik bayi kurang bulan 1. Bayi kurang bulan sesuai masa kehamilannya (BKBSMK) Bayi kurang bulan yang normal, adalah bayi yang pertumbuhan fisiknya terletak dalam rentang normal berat lahir untuk masa gestasinya. Rentang berat lahir yang normal tersebut adalah antara persentil ke-10 dan persentil ke-90. Tampak Umum: kepalanya relatif lebih besar dibandingkan dengan bagian badan lain. Ini adalah pertanda tahapan pertumbuhan intrauterin yang terganggu. Pada bulan kedua masa gestasi, besar kepala adalah sebesar sisa badan lainnya, sedangkan pada bulan kelima masa gestasi besar kepala adalah sepertiga dari seluruh panjang badannya. Pada masa cukup bulan panjang kepala kira-kira seperempat dari panjang badannya. Dada tampak lebih kecil, sedangkan abdomen relatif besar. Lingkaran kepala biasanya lebih kecil, sedangkan abdomen relatif besar. Lingkaran kepala biasanya lebih besar dari lingkaran dada. Jika ditidurkan posisi bayi biasanya melengkung menyerupai posisi janin dalam uterus. Bila ditelungkupkan, os pubis biasanya akan menyentuh alas tempat tidur. Makin tua masa gestasinya posisi akan berubah menjadi posisi kodok apabila terlentang dan agak menungging apabila tertelungkup. 34 2. Bayi kurang bulan kecil untuk masa kehamilannya (BKB KMK) BKB yang menderita malnutrisi: kelompok ini merupakan kelompok utama BKBKMK. Biasanya akibat kehamilan ganda, lahir dari ibu penderita toksemia gravidarum berat, hipertensi, insufisiensi plasenta dan bayi dari ibu yang keadaan sosial ekonominya tidak baik. Bayi kelompok ini lebih aktif, lebih lincah dibandingkan dengan BKBSMK dan lebih lebat rambutnya. Lingkaran kepala dan dada lebih besar dari yang diharapkan untuk berat lahirnya. Kulitnya pucat atau ada bercak-bercak mekonium serta keriput. Lemak subkutan sangat sedikit. Abdomen biasanya skafoid (pencekungan dinding anterior abdomen), tali pusat kering dan ada bercak-bercak mekonium. BKB hipoplastik: kelompok bayi ini antara lain, bayi kecil secara genetik namun normal, sama dengan BKB tanpa komplikasi dan bayi abnormal yang biasanya disertai kelainan bawaan. Dengan pengertian seperti yang telah diterangkan di atas, bayi BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: prematuritas murni dan dismaturitas. 1. Prematuritas murni Prematuritas murni terjadi bila masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut Neonatus Kurang bulan-Sesuai untuk Masa Kehamilan (NKBSMK). Angka Insiden 6 - 7% dinegara maju. Dinegara berkembang angka kematian lebih kurang 3 kali lipat. Di Indonesia kejadian bayi prematur belum ditentukan di RSCM Jakarta berkisar antara 22 - 24% 2. Dismaturitas Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retradasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang Kecil untuk Masa Kehamilannya (KMK). Pengertian berat badan kurang dari berat badan lahir yang seharusnya untuk masa gestasi tertentu ialah kalau berat badannya lahirnya dibawah persentil ke 10 menurut kurva pertumbuhan intrauterin Lubchenco atau dibawah 2SD menurut kurva pertumbuhan intrauterin Usher dan Mc.Lean. Dismaturitas dapat terjadi 35 “Preterm, postterm”. Nama lain yang sering digunakan ialah kecil untuk masa kehamilan (KMK), insufisiensi plasenta. Untuk dismaturitas “Postterm” sering disebut “Postmaturity”. Penyebab dismaturitas adalah setiap keadaan yang mengganggu pertukaran zat antara ibu dan janin. Permasalahannya, di negara-negara berkembang terutama di daerah pedesaan berat badan sebagian besar bayi yang baru lahir tidak tercatat, karena kebiasaan mereka melahirkan di rumah dan yang menolong adalah dukun yang tidak mempunyai alat timbang dan alat ukur panjang badan (Hossain et al. 1994). Risiko pada Bayi Berat Lahir Rendah adalah angka kematiannya tinggi, gangguan pertumbuhan fisik dan mental. Distribusi BBLR pada tahun 1987 – 2000 dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4 Distribusi BBRL dari tahun 1987-2000. Komplikasi pada bayi kurang bulan Komplikasi bayi kurang bulan terjadi akibat imaturitas organ atau sistem pada bayi tersebut. Karena lahir sebelum waktunya, terdapat imaturitas organ dan 36 sistem sehingga homeostasis belum sempurna. Imaturitas tersebut adalah imaturitas struktural dan fungsional. Dengan sendirinya risiko komplikasi akibat imaturitas ini akan berbanding terbalik dengan masa gestasi, seperti yang terbukti pada defisiensi surfaktan, perdarahan periventrikuler, duktus arteriosus persisten, enterokolitis nekrotikans dan asfiksia. Akibat BBLR pada anak adalah: 1. Kecerdasan menurun: kemampuan dasar untuk membaca huruf dan menghitung atau kemampuan kognitif yang berbeda secara signifikan dengan yang lahir normal. 2. Pertumbuhan terganggu: pada umumnya bayi normal sampai usia 12 bulan mempunyai berat badan lebih besar dari bayi lahir dengan BBLR, walaupun pada usia 12 bulan kecepatan pertumbuhan bayi tersebut dapat mengejar bayi normal. 3. Immunitas rendah dan morbiditas meningkat: respon immunitas menjadi rendah, terutama jika bayi BBLR karena kurang gizi serta defisiensi zat mikro lainnya seperti kekurangan vitamin A pada ibu hamil. Dampaknya terjadi sampai usia dewasa bahkan pada generasi berikutnya ditambah lagi jika pemberian ASI yang kurang memadai. 4. Mortalitas meningkat: kematian bayi lebih tinggi pada BBRL terutama pada periode neonatal dari pada bayi normal. Semakin rendah berat badan lahir, semakin tinggi kematian. 5. Penyakit degeneratif: gangguan metabolik berdampak pada risiko penyakit kronik degeneratif, diabetes mellitus, hipertensi dan penyakit jantung koroner pada usia dewasa yang dibentuk pada masa janin. (Baker 1996; Bouchard 1996; McGill 1996). Prevalensi BBLR di Indonesia pada tahun 1993 menurut data UNICEF 1995 diperkirakan sebesar 15%. Dari berbagai penelitian di Indonesia dari tahun 1982 sampai dengan tahun 1996 ditemukan prevalensi BBLR berkisar antara 9.4% sampai dengan 22% (Samsudin 1998). Dari berbagai data tersebut DepKes memperkirakan bahwa saat ini terdapat sekitar 15% bayi di Indonesia lahir sebagai BBLR dan diharapkan akan turun menjadi 10% pada tahun 2000 (Depkes 1996). Salah satu dari penyebab BBLR adalah kejadian kekurangan gizi pada saat ibu hamil. Oleh karena itu program perbaikan gizi terutama pada kelompok 37 rawan, terutama ibu hamil harus mendapat perhatian pemerintah secara khusus (DepKes 1997; Gillespie 1997) menyebutkan ada beberapa keuntungan program perbaikan gizi pada ibu hamil, yaitu, (1) mengurangi kejadian KEK, sehingga dapat menurunkan morbiditas dan AKI, (2) meningkatkan pemberian zat besi, sehingga meningkatkan produktivitas serta menurunkan kemungkinan BBLR serta AKB, (3) meningkatkan vitamin A yang sangat diperlukan selama kehamilan untuk mengurangi PJT, (4) meningkatkan yodium, sehingga dapat mengurangi keguguran, kematian bayi saat lahir, (5) meningkatkan zinc yang dapat mengurangi risiko perdarahan selama kehamilan dan saat melahirkan, hipertensi dan meningkatkan fungsi imunitas. Pertumbuhan Janin Terhambat (Intrauterine Growth Restriction) Pertumbuhan janin terhambat adalah kondisi dimana janin didalam rahim tidak tumbuh dengan normal, terjadi BBLR baik kecil dari umur kehamilan atau preterm. Preterm adalah janin yang pertumbuhannya sesuai dengan umur kehamilan, tetapi dilahirkan sebelum aterm, sementara apabila pertumbuhan dalam rahim kecil terhadap umur kehamilannya karena sebab utama adalah insufisiensi plasenta. BBLR dimana kecil terhadap umur kehamilan, dibawah 10 persentil beratnya saat lahir disebut dengan Pertumbuhan Janin Terhambat. Masalah yang ditimbulkannya adalah janin akan meninggal didalam kandungan atau lahir mati, yang menyebabkan tingginya angka kematian perinatal atau hidup dengan insufisiensi plasenta berat yang menyebabkan kekurangan oksigen, kelak di kemudian hari akan terjadi kemunduran mentalnya (Mental Retardation). Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) adalah janin dengan berat badan kurang atau sama dengan 10 persentil atau lingkaran perut kurang atau sama dengan 5 persentil yang disebabkan karena berkurangnya perfusi plasenta atau karena kelainan kromosom, faktor lingkungan atau infeksi (Maulik et al. 2000). Masalah utama pada Pertumbuhan Janin Terhambat adalah diagnosis yang tepat, untuk menjamin kehamilan yang baik dan penentuan kelahiran janin, sebab rahim ibu adalah suatu inkubator yang paling baik. Peleg et al. (1998) menyatakan bahwa Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) adalah: perkiraan berat badan lahir dibawah 10 persentil pada umur kehamilan dimana lingkaran perut dibawah 2.5 38 persentil dan bila dihitung indeks ponderal dari Rohrer (1908) dapat dipakai rumus sebagai berikut: IP = (BB gr) X 100 (TB cm)3 Keterangan: IP = indeks ponderal BB = berat badan dalam gram TB = tinggi/panjang badan dalam cm Indeks Ponderal ini dipakai untuk membedakan PJT yang disebabkan oleh disfungsi plasenta PJT asimetrik dari PJT simetrik akibat infeksi virus, kelainan kongenital, karena pemakaian obat-obatan pada kehamilan yang dini trimester pertama. De Onis et al. (1989) menggolongkan ≤10 persentil distribusi indeks ponderal menurut kehamilan sebagai indeks ponderal rendah (LPI = low ponderal index ), intermediate > 10 - ≥ 25 persentil dan indeks ponderal 25 – 90 persentil. Peleg et al. (1998) menyatakan bahwa berat badan lahir yang aterm, dibawah 2500 gr. didiagnosis sebagai PJT apabila: 1. Berat Badan Lahir Rendah, dengan umur kehamilan ≥ 37 minggu dan berat badan lahir < 2500 g. 2. Preterm, dengan umur kehamilan < 37 minggu dan berat badan lahir kurang dari 10 persentil atau, 3. PJT pada umur kehamilan ≥ 37 minggu dan berat badan lahir < 10 persentil dengan berat badan lahir ≥ 2500 g (de Onis et al. 1998). Persentil berat badan janin dibandingkan dengan umur kehamilan menurut Peleg et al. (1998), dapat dilihat pada Gambar 5 dibawah ini. 39 Gambar 5 Persentil berat badan dengan umur kehamilan dalam minggu (Peleg, Kennedy, Hunter,1998) a. Etiologi Pertumbuhan Janin Terhambat Pertumbuhan Janin Terhambat dapat terjadi karena faktor sosial ekonomi, faktor janin, faktor plasenta, faktor ibu dan faktor lingkungan. 1. faktor sosial ekonomi: faktor sosial ekonomi yang buruk termasuk kemiskinan dapat menjadi penyebab gangguan kehamilan dan pertumbuhan janin karena sulit akses kepada makanan sehat dan pelayanan kesehatan. 2. faktor janin: kelainan kromosom, trisomi, monosomi, delesi, disomi dan mosaik, infeksi pada janin yang kronis TORCH, akibat radiasi, kegagalan hipofise, kelainan bawaan (malformasi): jantung, tidak ada pankreas, anensefalus, hernia diafragma, omfalokel, gastroskisis, agenesis, displasia ginjal, malformasi ganda, kehamilan ganda: monokorionik, malformasi satu janin, triplet, hemolisis kelainan sel darah merah. 3. faktor plasenta: invasi trofoblas abnormal, infark plasenta multipel (chronic abruption), anomali vaskularisasi umbilikus plasenta, insersi tali pusat abnormal (insersi velamentosa), plasenta previa, plasenta sirkumvalata, 40 biplasenta, tumor : korioangiomata, mola hidatidosa, berkurangnya berat dan sirkulasi plasenta, berkurangnya daerah permukaan plasenta, plasentitis vilosa (bakteri, virus, parasit). 4. faktor ibu: genetik / konstitusi, nutrisi / kelaparan, hipoksia, vaskular, ginjal, antibodi antifosfolipid, akibat obat-obatan, riwayat obstetri buruk, toksemia, hipertensi, penyakit jantung dan paru, penyakit kronis, adiksi narkoba, anemia sickle sel, penyakit radang usus besar, pankreatitis kronik, berat badan ibu hamil rendah, pertambahan berat badan ibu hamil pada trimester II & III yang rendah, kelainan genotip : PKU (Phenyl Keton Uria). 5. faktor lingkungan : paparan pada racun (seperti dioksin, obat nyamuk dan asap rokok) dapat juga mengganggu pertumbuhan janin. Pertumbuhan Janin Terhambat adalah diagnosis dari Obstetri yang menyebabkan bertambahnya risiko pada mortalitas dan morbiditas pada perinatal. Insiden PJT pada total populasi kelahiran adalah 10% ( Seller 1993). Morbiditas dan mortalitas perinatal tinggi yaitu 6 – 30% neonatus dinegara sedang berkembang, kelainan kongenital, kromosom simetris dan asimetris, mortalitas sebesar 25 – 33%. b. Gambaran Klinis. Angka kematian perinatal pada PJT adalah tinggi, sehingga diagnosis yang dini selama kehamilan adalah sangat penting. Pemeriksaan klinis saja sukar untuk menegakkan diagnosis, hanya dari 1/3 sejumlah kasus yang dapat terdiagnosis. Tidak ada suatu skrining tes yang bermakna, yang dapat menentukan, biasanya dapat ditemukan pada saat kelahiran, sebagian meninggal didalam rahim ibu atau kecil dalam umur kehamilan. Dilain pihak janin dapat didiagnosis PJT dari perkiraan hari kelahirannya, tetapi hal ini dapat keliru akibat kesalahan dalam menentukan tafsiran hari kelahiran. Mekanisme terjadinya PJT pada ibu hamil yang menderita KEP menurut Soetjiningsih (1998) seperti pada Gambar 6 dibawah ini. 41 Ibu Malnutrisi Volume darah menurun Cardiac Output tidak adequat Menurunnya aliran darah keplasenta Plasenta lebih kecil Berkurangnya transfer zat-zat makanan Pertumbuhan Janin Terhambat Gambar 6 Skema mekanisme terjadinya PJT pada ibu hamil yang malnutrisi (Soetjiningsih 1998) Anamnesis riwayat PJT dan berat badan lahir rendah, tinggi fundus uteri, ditandai dengan gagalnya pertumbuhan janin didalam rahim dalam periode 4 minggu. tinggi fundus rahim kurang dari 2 cm pada umur kehamilan yang normal atau dari pengukuran terakhir dari tinggi fundus rahim, berat badan ibu yang tidak bertambah, pergerakan janin didalam rahim berkurang, berkurangnya volume cairan amnion, diteliti lagi perkiraan hari kelahirannya, ukuran lingkaran perut setinggi pusat (umbilikus) ibu, apabila lebih dari 100 cm kemungkinan gmelli, polihidramnion atau janin yang besar. PJT biasanya diklasifikasikan sebagai simetris dan asimetris. Pertumbuhan terhambat simetris pada janin, dimana tubuh janin kecil dan proporsional bagianbagian tubuhnya. Pertumbuhan terhambat asimetris, janin kekurangan zat makanan dan kekurangan energi untuk mempertahankan pertumbuhan organ tubuh yang vital, seperti otak, jantung, hati, otot dan lemak. Jenis pertumbuhan terhambat seperti ini biasanya karena insufisiensi dari plasenta. Janin dengan pertumbuhan terhambat asimetris dapat, mempunyai ukuran kepala normal, tetapi lingkaran perutnya kecil, karena hatinya ukurannya kecil, anggota tubuh kaki tangan pendek dan kecil karena otot-otot berkurang dan kulit tipis, sebab lemak 42 tubuh berkurang. Bila pertumbuhan asimetris berjalan lama dan berat, maka janin kehilangan kemampuan untuk berkompensasi dan akan menjadi pertumbuhan terhambat simetris. Terhambatnya pertumbuhan kepala janin sangat banyak berhubungan dengan potensi perkembangan janin tersebut. Peleg et al 1998. mengklasifikasikan PJT simetris jika ukuran badannya secara proporsional kecil, gangguan pertumbuhan janin terjadi sebelum umur kehamilan 20 minggu, sering disebabkan oleh kelainan kromosom atau infeksi. PJT asimetris jika ukuran badannya tidak proporsional, gangguan pertumbuhan janin terjadi pada kehamilan trimester III, sering disebabkan oleh insufisiensi plasenta. Serial USG (usia gestasi, biometri USG), tampilan neonatus, berat badan < 2500 g. Pada pemeriksaan USG pada PJT lingkaran perut tidak jauh berbeda dengan lingkaran kepala, seperti USG pada Gambar 7. Gambar 7 Ultrarasonografi (Peleg, Kennedy, Hunter 1998) 43 Ultrasonografi mengukur diameter biparietal (ditentukan oleh X…..X) dan lingkaran kepala (tengah). Ultrasografi mengukur lingkaran abdominal (bawah). Ultrasonografi mengukur panjang femur (ditentukan oleh X….X) c. Diagnosis Pemeriksaan klinis pertumbuhan janin terhambat dapat dilakukan dengan cara: (1). anamnese riwayat ibu hamil, (2). palpasi abdomen, (3). kardiotokografi, (4). ultrasound, (5). amnionsentesis. Anamnese riwayat ibu hamil adalah penting untuk mengetahui status sosio ekonomi, termasuk sebelumnya apakah mempunyai janin yang kecil saat dikandungnya, termasuk abortus dan lahir mati, ibu dengan hipertensi, kehamilan ganda, diabetes mellitus, ibu yang merokok, alkoholis dan penyalagunaan obatobatan, terpajan sinar radiasi, riwayat dari menstruasinya untuk menentukan perkiraan hari melahirkan, riwayat kehamilan sekarang termasuk tanda pergerakan janin pertama (Quickening) normal 16 - 20 minggu dan detak jantung pertama janin terdengar pada auskultasi, normal 20 - 24 minggu (tanda dari Pinard) atau 10 - 14 minggu memakai alat Doppler (Sonic Aid), dengan USG terlihat pertama sakus dari janin dan denyut pertama dari janin pada umur kehamilan 8 minggu. Berat badan, tinggi ibu, status gizi, apakah ada malnutrisi? Pada kunjungan pertama kurang dari 50 kg, berat badan tidak bertambah atau kurang dari 0,2 kg/minggu dan kalau ada indikasi dilakukan tes untuk sifilis. Palpasi Abdomen: perkiraan ukuran berat badan janin, perbandingan antara perkiraan partus dan tinggi fundus rahim, perbandingan tinggi fundus rahim dengan pertambahan berat badan pada kunjungan sebelumnya, janin terasa lebih kecil dari pada umur kehamilan, tetapi tengkorak janin terasa lebih keras (paradoxical maturity), palpasi bagian-bagian janin diperkirakan ukuran kepala dengan umur kehamilan dan ukuran kepala dibandingkan dengan ukuran tubuh janin. Sering pada PJT kepala lebih kecil dan pada tubuh janin lemak subkutaneus dan jaringan otot menipis. Kepala agaknya lebih besar dibandingkan dengan masa tubuh janin, ukuran lingkaran perut setinggi umbilikus, tidak bertambah 2.5 cm/ minggu. Ukuran melebihi 100 cm kemungkinan gmelli, polihidramnion atau janin besar, rahim terasa lebih sensitif, cairan amnion berkurang, pergerakan janin 44 lambat, atau kemungkinan kepala sudah masuk pintu atas panggul, kemungkinan permulaan pembentukan dari segmen bawah rahim dan pematangan dari serviks. Pergerakan janin: pergerakan janin dan tendangan (kick counts), hal ini dapat terjadi berhubungan apabila keadaan ibu dan janin sehat. Ibu dapat ditanya berapa kali pergerakan janin selama 30 menit, 2 kali sehari. Pemeriksaan Vaginal: serviks lebih dini matang, serviks lunak dan mulai membuka dari 30 minggu Kardiotokografi: adalah berguna untuk “non stress test” untuk janin yang sehat adalah sangat berguna untuk kasus berisiko tinggi. Tes ini menentukan kepada dokter indikasi untuk mengakhiri kehamilan secara dini untuk melindungi kematian didalam rahim (Sellers 1993) Ultrasound: adalah cara yang tidak invasif dan sangat berguna untuk mengamati perkiraan umur kehamilan dari pada janin, terutama bila dilakukan pada kehamilan yang dini. Ultrasound juga berguna untuk menentukan janin yang sehat, secara penampilan biofisikal. Ultrasound tidak berguna untuk seluruh wanita hamil (Sellers PM. 1993) Ultrasound berguna untuk data umur kehamilan: tanda-tanda pertama dari janin didalam kantong umur 6 - 7 minggu, pergerakan jantung yang pertama 6.5 minggu, ukuran kepala dari 8 minggu, diameter biparietal dari kepala dari umur 13 minggu, diameter biparietal, lingkaran kepala janin, lingkaran perut janin dan panjang femur pada semester ke III, dan derajad fungsi plasenta. Kardiotokografi dan ultrasound berguna untuk menentukan profil biofisik memberikan gambar yang bagus pada janin yang sehat. Amnionsentesis: adalah cara untuk menentukan kelainan pada janin, fasilitas pemeriksaan ini tepat dikerjakan pada kehamilan antara 13 - 16 minggu, untuk menentukan kasus risiko tinggi dan janin yang abnormal, tetapi amnionsentesis tidak dipakai untuk mendiagnosis PJT. Amnionsentesis dikerjakan untuk mendeteksi mekonium didalam cairan amnion dan untuk menentukan kematangan paru-paru janin dengan memperkirakan perbandingan lesithin dan sfingomielin. Persentil indeks cairan amnion dibandingkan dengan umur kehamilan menurut Peleg et al. (1998) pada Gambar 8. 45 Gambar 8 Persentil indeks cairan amnion dibandingkan dengan umur kehamilan (Peleg et al. 1998). d. Penatalaksanaan. Penatalaksanaan pada ibu hamil dengan pertumbuhan janin terhambat dapat dilakukan dengan mencari sebab apakah ada kekurangan zat gizi, hal ini dapat ditanggulangi dengan Antenatal Care kehamilan, apakah ada kehamilan dengan risiko tinggi, fasilitas perawatan neonatus yang baik, Kapan janin harus dilahirkan pervaginam atau seksio sesaria. Bila janin dicurigai PJT dokter harus mengambil keputusan untuk menentukan waktu dilahirkan cara per vaginam atau seksio Saesaria. Harus dipertimbangkan bahaya antara kematian intrauterin dengan bahaya prematur pada saat menentukan kelahiran. Dicoba pemberian makanan yang bergizi pada wanita dengan status ekonomi yang rendah, untuk memperbaiki kemungkinan risiko berat lahir rendah. Pemberian makanan bergizi untuk mencegah PJT dan lahir preterm dengan jangka waktu yang lama. Pada sosial ekonomi yang rendah, memerlukan biaya yang besar untuk memberikan pertolongan ibu dan anak yang berisiko tinggi ini. Setiap minggu dievaluasi dengan USG diameter biparietal dan diameter toraks. Bila dengan tes tersebut menunjukkan kemajuan janin kehamilan dapat diteruskan dan waspada pada komplikasi yang lain. Obyek untuk membiarkan janin hidup sampai matur adalah dirahim ibu tanpa diikuti suatu stress. 46 Mencoba mengobati penyakit ibu seperti hipertensi dan mengkontrol diabetes, mencoba memperlancar aliran darah kerahim ibu dengan cara istirahat dan berbaring pada sisi untuk menghindari kompresi aorta – kava. Harus berani melarang ibu merokok, minum alkohol dan obat-obatan. Pemberian diet suplemen. Kehamilan harus dihentikan bila ada tanda janin atau ibu distres, dengan hasil neonatal yang prematur tidak memberi keuntungan. Apabila diagnosis PJT ditegakkan kehamilan biasanya harus diahkiri pada minggu ke 38. jika bayi tidak tumbuh lagi dan lebih baik dirawat diluar kandungan. Kebanyakan janin meninggal dalam rahim setelah minggu ke 36 dan sebelum dilahirkan. Pada pasien dengan pre-eklampsia, atau diabetes sering diinduksi kelahiran dengan seksio saesaria pada minggu ke 37. Pada keadaan sosial ekonomi yang kurang, berkaitan dengan kemampuan memenuhi kebutuhan gizi, ibu dengan berat badan kurang dari 45 kg dan pertambahan berat yang kurang dari 7 kg selama kehamilan patut diberikan bantuan dan pengetahuan gizi (Wiknjosastro 1993). Tinggi fundus uteri yang berada dibawah 10 persentil dari kurva normal merupakan cara yang sederhana namun cukup peka yaitu dengan sensivitas 64 – 89%, prediksi mencapai 79%.Pemeriksaan ultrasonografi serial dan perhitungan velositas darah arteri umbilikalis dan arteri arkuata dapat memberikan 68% untuk mendeteksi PJT. Pemeriksaan kardiotokografi umumnya dilakukan dengan tes tanpa tekanan (TTT), hanya sebagian kecil yang menggunakan tes dengan tekanan (TDT) mengingat adanya efek samping dan kurang praktis. Gejala insufisiensi plasenta dapat diketahui dengan perubahan pada karditokografi yaitu: hasil non reaktif, berkurangnya gerakan janin, berkurangnya variabilitas dan timbul deselerasi lambat. Arus darah janin merupakan cara yang non invasif dalam pemantauan dan deteksi PJT. Penurunan dari velositas darah pada diastolik mencerminkan pengurangan arus darah atau resistensi yang tinggi. Hal ini berkaitan dengan kejadian PJT dan asfiksia. Stres atau his dalam persalinan akan mempengaruhi arus darah uteroplasenta yang sudah berkurang. Hipoksia dan asidosis dijumpai pada 50% janin dengan PJT. Untuk menghindari gawat janin dilakukan pengobatan pada patologi ibu misalnya anemia, hipertensi. Bila timbul gejala 47 gawat janin maka ibu diberikan oksigen 6 L/menit, tidur miring kekiri dan pemberian tokolisis dengan terbutalin 0.25 mg subkutan dilanjutkan dengan drip 2.5 mg/500 ml glukosa 5% (Wiknjosastro 1993). e. Ringkasan skema pemantauan dan penanganan PJT Bila kita menemukan ibu hamil dengan persangkaan PJT, perlu dicari penyebabnya dan diobati secara kausal, dilakukan pemeriksaan USG dengan mengukur diameter biparietal, lingkaran abdomen, mengukur indeks cairan amnion, mengukur panjang femur, melihat gerakan pernafasan dan melihat arus aliran darah. Dilakukan kardiotokografi, bila ada gawat janin dipertimbangkan seksio saesaria. Pada Gambar 9 dibawah ini adalah skema pemantauan dan penanganan PJT menurut Wiknjosastro (1993) Pengobatan kausal Serial Ultrasonografi -Diameter biparietal -Lingkaran Abdomen -Indeks cairan amnion -Panjang femur -Gerakan Pernafasan -Arus darah Hipoksia/Gawat janin Ya Tidak Kardiotokografi -Stimulasi Seksio Pervaginam Gambar 9 Skema pemantauan dan penanganan PJT (Wiknjosastro 1993). Dioksin dan Kesehatan a. Dioksin Dioksin (polychlorinated dibenzo-p-dioxin, PCDD), furan (poliychlorinated dibenzofuran, PCDF) dan polychlorinated biphenyl( PCB) adalah racun (toksik) sintetis dari zat kimia yang pertama kali dihasilkan pada abad 20 (1994). Dioksin 48 adalah nama umum dari sekelompok ratusan bahan kimia yang beracun yang terdapat disekitar kita, yang paling beracun adalah 2,3,7, 8- tetrachlorodibenzo-pdioxin, TCDD dan PCB. Dioksin dibentuk secara tak sengaja dari suatu proses pabrik yang menggunakan chlorine sebagai bahan sisa dari pembakaran, pada pembuatan bahan kimia pestisida, pabrik kertas pada pembuatan bubur pemutih kertas dan pada pabrik plastik Polyvinyl Chloride (PVC), yang ditemukan didalam populasi Amerika, yang berdampak tidak baik bagi kesehatan. Dioksin pertama ditemukan sebagai komponen toksik di Love Canal di air terjun Niagara, New York. Sekarang telah menyebar pada seluruh populasi terutama pada makanan (Sartin 1994; Beck et al.1989; Birmingham et al.1989; Theelen 1991; Ministry of Agriculture, Fisheries and Fool 1992). Secara periodik baru-baru ini di Belgia, PCB mengkontaminasi makanan lemak binatang. Sebagian besar produk makanan di Belgia ditarik dari pasar dan dihancurkan (Hileman 1999) Bahan kimia yang sama mengkontaminasi pada beras di Jepang pada tahun 1968, pernah dilaporkan oleh Masuda et al. (1996). Keracunan dioksin rata-rata tiap hari diukur dengan TEQ (toxic equivalent). Ada perbedaan intik antara laki-laki dan wanita pada umur yang berbeda yang diukur oleh Departement Of Agriculture’s Continuing Survey of Food Intakes, Amerika (USDA 1995), TEQ pada bayi diukur dari analisis ASI pada wanita di Binghamton, New York (Schecter et al.1996a). Sumber terbesar dioksin bagi manusia adalah pada makanan, sejak ditemukan bahwa dioksin adalah larut didalam lemak (lipophilic), maka akumulasi yang banyak ditemukan pada daging dan produk hari-hari, misalnya pada daging, susu, daging ayam, daging babi, ikan dan telur. Dibawa ini adalah Chart yang menyatakan jumlah dioksin yang ada pada makanan apabila bila terpapar dioksin sebanyak 119 pg/hari di Amerika Utara yang dilaporkan oleh EPA (Environmental Protection Agency). 49 Jumlah Terpapar = 119 pg/hari Konsumsi Daging 38.0 Konsumsi Produk Susu 24.1 Konsumsi Susu 17.6 Konsumsi Ayam 12.9 Konsumsi Daging Babi 12.2 Konsumsi Ikan 7.8 Konsumsi Telur 4.1 2.2 Inhalasi 0.8 Larut dalam Tanah Larut dalam Air Yang terabaikan 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 Intik perhari di Amerika Utara (pg/hari) dalam TEQ (Toxic Equivalent) Gambar 10 Intik dioksin perhari di Amerika Utara menurut jenis pangan (Schecter et al. 2001) Toxic Equivalent(TEQ) dari berbagai makanan yang diselidiki oleh Schecter dan kawan-kawan (2001) dapat dilihat pada Gambar 11. TEQ 2.0 Jumlah TEQ ppt Koplanar & Mono-orth 1.73 Dibenzofuran Dioksin 1.5 1.12 1.0 0.5 0.51 0.40 0.39 0.33 0.42 0.39 0.42a 0.34 0.16a 0.09 0.0 Daging Ayam Dg. Babi Hot dogs Ikan Laut Ikan Bologna air tawar Mentega Keju Susu Eskrim Telur Vegetarian Schecter dkk (2001) Gambar 11 Toxic Equivalent (TEQ) Dioksin didalam berbagai makanan (Schecter et al. 2001). 50 b. Akibat dioksin pada kesehatan 1. Chloracne Penyakit pertama yang berhubungan dengan terpaparnya dioksin adalah disebut Chloracne, penyakit ini pertama digambarkan pada tahun 1897 dan pada 1930 muncul pada pekerja pada pabrik industri kimia PCB (polychlorinated biphenyl), berupa kista dan pustula, seperti jerawat pada remaja. Bedanya bentuk seperti jerawat tersebut dapat terjadi diseluruh tubuh. Sampai tahun 1960 chloracne yang disebabkan oleh dioksin masih belum diketahui penyebabnya (Rachel 1995). 2. Kanker Dioksin masuk kedalam tubuh umumnya lewat makanan. Pada wanita hamil dioksin dapat lewat melalui plasenta dan pada bayi melalui ASI. Dioksin bagi wanita hamil mempengaruhi pertumbuhan janin yang ditandai dengan terjadinya pengurangan jumlah nepron didalam ginjal (Hinchliffe et al 1992a) Pada bayi normal terdapat 1000.000 nepron, pada pertumbuhan janin terhambat jumlah nepron berkurang sampai 300.000 – 600.000, hal ini berhubungan pada 70% kasus sindrom kematian mendadak bayi baru lahir (Sudden Infant Death Syndrome) (Hinchliffe et al, 1992b) Organ lain yang terkena dampak dioksin adalah perkembangan otak, yang disebabkan oleh gangguan pada ibunya berupa hipotiroid yang permanent (Benham-Rassoli et al, 1991) Menurut penelitian International Agency for Research on Cancer (IARC 1997), dioksin dapat menimbulkan kanker payudara dan pada penelitian akhir 2003, dioksin tidak dapat ditentukan dosis yang aman untuk tidak menyebabkan kanker. Pada penelitian kanker yang lain pada sejumlah orang yang terpapar dioksin menunjukkan didalam tubuhnya terdapat dioksin sampai mencapai 109 ng/kg. Rata-rata dioksin yang dapat mengakibatkan efek karsinogen, mencapai 8 kali jumlah yang ada pada publik di Amerika (Rachel 1995). 3. Gangguan tingkah laku dan gangguan proses pembelajaran Percobaan pada kera terjadi gangguan proses pembelajaran pada kera yang muda dengan beban dioksin yang rendah sebesar 42 ng/kg. Gangguan pembelajaran pada kera ini hanya 3.2 kali lebih tinggi rata-rata di Amerika 51 4. Hormon kelamin laki-laki berkurang Peneliti dari National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH) menemukan pengurangan kadar testosteron didalam sirkulasi darah pada pekerja laki-laki yang terpapar dioksin. Pada sebagian manusia sangat peka terhadap dioksin sebesar 280 kali dari pada tikus percobaan. Dioksin yang terpajan hanya 1.3 kali dari pada populasi di Amerika. 5. Diabetes Dua penelitian tentang diabetes melaporkan insiden diabetes meningkat karena terpajan oleh dioksin pada veteran Vietnam; penelitian yang ketiga merupakan penelitian diabetes yang dilaporkan angkatan udara Amerika Serikat. Beban yang diterima untuk meningkatkan insiden diabetes 99 – 140 ng/kg Beban rata-rata yang diterima di Amerika adalah 13 ng/kg. 6. Toksisitas terhadap sistem kekebalan Pada percobaan kera terjadi perubahan pada sel darah putih yang berhubungan dengan sistem kekebalan. Pada beban dioksin 10 ng/kg, sama dengan 25% dibawa rata-rata yang ditemukan di Amerika. Secara klinis terjadi peningkatan infeksi oleh virus, yang disebabkan kerusakan dari sistem kekebalan. 7. Endometriosis dan jumlah sperma menurun Pada percobaan kera rhesus betina terjadi nyeri yang hebat akibat penyakit yang dideritanya dengan hanya 5 kali beban rata-rata dioksin yang ada di Amerika Serikat. Pada wanita kasus endometriosis meningkat ( Rachel’s Hazardous Waste News 1993). Pada anak tikus jantan dengan beban dioksin 5 kali lebih dari ratarata di Amerika, terjadi penurunan jumlah produksi sperma. Selama 50 tahun ini produksi sperma pada laki-laki yang bekerja dipabrik menurun 50% (Rachel’s Hazardous Waste News 1993). Pada keadaan sekarang kita mendapat berita bahwa dioksin adalah berita yang buruk dan merupakan persoalan bagi kesehatan masyarakat lebih dari 20 tahun kedepan. Kita harus menghentikan industri yang dapat menghasilkan sumber dioksin (Montaque 2000). 52 Pabrik yang memakai Klorin, pabrik pestisida,kertas,plastik, PCV Limbah yang bersifat lipofilik Asap pembakaran/udara Air Tanah Tanaman Hewan Manusia Gambar 12 Sumber dioksin 53 KERANGKA PIKIR Gangguan pertumbuhan janin terhambat (PJT), dapat terjadi karena gangguan gizi dan kesehatan ibu selama hamil. Selain itu juga kemungkinan karena faktor genetik yang tidak dicakup dalam kajian ini serta faktor lainnya seperti genetik yang tidak dicakup pada penelitian ini. Pada penelitian ini. gangguan pertumbuhan janin dihipotesiskan dipengaruhi oleh pertambahan berat badan selama kehamilan, status gizi awal kehamilan ibu (BB, TB, LILA, Hb), penyakit ibu selama kehamilan, konsumsi gizi, infeksi, faktor ibu merokok, faktor plasenta. Disamping itu secara tidak langsung juga dipengaruhi faktor sosial ekonomi seperti umur pendidikan, pekerjaan ibu, pendapatan/pengeluaran keluarga dan pengetahuan gizi. Fasilitas pemeriksaan kehamilan, ante natal care di Puskesmas atau BKIA terutama di daerah perifer dapat mempengaruhi pertumbuhan janin. Berat bayi baru lahir dipengaruhi oleh gizi awal kehamilan yang dinyatakan dalam IMT, sedangkan pertambahan berat badan ibu hamil dipengaruhi oleh status gizi awal kehamilan, usia kehamilan, konsumsi gizi, kebiasaan merokok dan tak kalah pentingnya adalah pemanfaatan pelayanan kesehatan. Pertambahan berat badan ibu berhubungan dengan pertumbuhan janin (Whitney et al. 1998). Faktor pendidikan mempengaruhi pendapatan dan status gizi awal kehamilan. Anak yang dilahirkan dari ibu dengan gizi kurang di lingkungan miskin akan mengalami gizi kurang dan mudah terkena infeksi dan selanjutnya menghasilkan wanita dewasa yang berat dan tinggi badannya kurang (Ebrahim 1985). Pada masa janin berusia 9-40 minggu, pertumbuhan berjalan cepat dan mulai berfungsinya organ-organ. Mortalitas pada masa janin terjadi akibat gangguan oksigenasi, infeksi, trauma, radiasi dan bahan kimia (Soetjiningsih 1998). Ibu dengan gizi kurang menghadapi ancaman pertumbuhan bayi pendek dan berat bayi lahir rendah apalagi setelah lahir tidak mendapat gizi yang cukup. Pada ibu hamil yang merokok dapat melahirkan bayi pendek (Akhir 1993). 54 Status Sosial Ekonomi (Akses pelayanan bersalin, proksi dari pendapatan dan pendidikan) Pengetahuan Gizi Usia Kehamilan Status Gizi Awal Kehamilan (IMT) Pertambahan BB ibu hamil Penyakit Infeksi Ibu Hamil Pertumbuhan Janin Konsumsi Gizi Ibu Hamil Merokok dan penggunaan obat nyamuk Berat, panjang dan lingkar kepala bayi lahir Genetik Pemanfaatan Pelayanan ANC Hamil 3 bulan Kohort Prospektif 9 bulan bayi lahir Gambar 13 Kerangka Pikir Penelitian. METODE Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain kohort prospektif (prospective cohort) dengan mengikuti ibu hamil yang memeriksakan kehamilan di pelayanan bersalin (rumah sakit bersalin dan rumah bersalin). Pelayanan bersalin dipilih dengan alasan tersedianya catatan medik (medical record) di tempat pelayanan bersalin tersebut. Penelitian dilakukan di Jakarta Timur dan Bekasi. Rumah sakit bersalin yang dipilih adalah Rumah Sakit Ibu dan Anak Hermina (RSIA) Jatinegara serta Rumah Sakit Ibu dan Anak Hermina (RSIA) Bekasi. Alasan pemilihan RSIA Hermina karena rumah sakit ini mempunyai kapasitas tempat tidur (bed occupation rate) yang besar (70tt dan 130tt) dan pengunjung/pasien ibu hamil yang banyak (700 - 1400 pasien/hari) di Jakarta dan Bekasi. Disamping itu pasien ibu hamil yang kerumah sakit ini pada umumnya berasal dari keluarga sosial ekonomi menengah dan atas. Pengumpulan data dilakukan tahun 2004 – 2006. Untuk mendapatkan kerangka contoh dari golongan sosial ekonomi rendah dipilih dari rumah bersalin, puskesmas yang mempunyai rumah bersalin, yang terdaftar Dinas Kesehatan di Jakarta Timur dan Dinas Kesehatan Bekasi. Contoh Kriteria populasi contoh adalah ibu hamil usia 20 - 35 tahun yang melakukan pemeriksaan kehamilan dan mempunyai catatan medik lengkap sejak usia kehamilan 8 minggu. Data catatan medik lengkap mencakup nama, alamat, umur, tinggi badan dan berat badan kunjungan pertama, berat badan menjelang melahirkan, pendidikan, tekanan darah, kadar Hb dan atau Ht, umur dan pendidikan suami. Menurut Hardinsyah (2000), prevalensi BBLR berbeda pada berbagai lokasi penelitian terserak di Indonesia, yaitu 7.9 – 29.0%. Sementara Depkes (2003) memperkirakan prevalensi BBLR 10%. Penetapan jumlah contoh minimal pada penelitian ini didasarkan pada perkiraaan prevalensi BBLR sebesar 10% (Prevalensi BBLR yang dilaporkan Depkes 2003), akurasi atau toleransi kesalahan perkiraan d = 1% atau 0.01. 55 56 Dengan menggunakan rumus minimal contoh berikut didapatkan jumlah contoh minimal 150 bayi untuk tiap kelompok. n = n Z21-α/2 (п)(1-п)/(d2) : ukuran sampel Z1-α/2 : Nilai Z pada α =0.5 (derajat kepercayaan 95%) yaitu 1.96 п : Prevalensi BBLR yang diperkirakan, yaitu 10 % (0.1) d : Derajat akurasi yang diinginkan = 5% (0.05) n = 1.962 x 0.1(1 – 0.1)/( 0.05)2 = 138.2 dibulatkan menjadi 150 bayi Dengan mempertimbangkan ada empat kelompok ibu hamil yang akan diteliti (yaitu 2 kelompok sosial ekonomi (tinggi dan rendah) dan dua kelompok status gizi (kurus dan normal) maka diperlukan jumlah contoh ibu hamil minimal 2 x 2 x 150 = 600 ibu hamil. Jumlah contoh sebanyak ini akan dipilih secara proporsional berdasarkan dua jenis pelayanan bersalin, yaitu (1) akses pelayanan pemeriksaan kehamilan dan melahirkan di RSIA Hermina untuk kelompok sosial ekonomi (SE) tinggi dan (2) akses layanan pemeriksaan kehamilan dan melahirkan di Rumah Bersalin Puskesmas untuk kelompok sosial ekonomi (SE) rendah. Selanjutnya klassifikasi SE rendah dan SE tinggi ini diferifikasi dengan peubah sosial ekonomi utama yang dikumpulkan yaitu pendapatan keluarga dan pendidikan kepala keluarga. RSIA Hermina Jatinegara dan RSIA Bekasi dipilih sebagai tempat penarikan contoh ibu hamil dari SE tinggi. Rumah sakit ini dipilih karena merupakan Rumah Sakit bersalin swasta terbesar di Jakarta Timur, yaitu rata-rata 200 persalinan perbulan. Sembilan Puskesmas di Jakarta Timur yang mempunyai fasilitas persalinan dan 3 Puskesmas yang memiliki fasilitas bersalin di Bekasi dipilih sebagai tempat penarikan contoh ibu hamil dari ibu SE rendah. Berdasarkan data catatan medik RSIA Hermina bahwa jumlah ibu hamil yang melahirkan di RS ini selama setahun 2004 sekitar 2400 ibu melahirkan. Dari keseluruhan ibu hamil diduga hanya 50% (1200 orang) ibu hamil yang mempunyai catatan medik lengkap (yang memenuhi syarat sebagai contoh penelitian ini). Laporan Dinas Kesehatan Jakarta Timur dan Dinas Kesehatan Bekasi tahun 2004 menunjukkan bahwa sekitar 45.128 ibu hamil melahirkan di 57 rumah bersalin dari 9 Puskesmas di Jakarta Timur (puskesmas Cakung (CK), Jatinegara (JTN), Matraman (MTM), Pulo Gadung (PG), Duren Sawit (DS), Kramat Jati (KJ), Ciracas (CRC), Makasar (MKS), Pasar Rebo (PR), dan 6.873 ibu hamil melahirkan di rumah bersalin dari 3 Puskesmas di Bekasi (Puskesmas Seroja (SRJ), Bantar Gebang (BG), Pondok Gede (PG). Diperkirakan 25% ibu hamil yang ke Puskesmas mempunyai catatan medik lengkap dan akan melahirkan di Puskesmas/bidan desa. Berdasarkan data ini tidak akan ada kesulitan dalam memperoleh contoh ibu hamil dengan jumlah minimal. Rumah Sakit bersalin swasta di Bekasi ada 3 buah yaitu, rumah bersalin Sudibyo, Yayasan Bella dan RSIA Hermina Bekasi. RSIA Hermina Bekasi adalah rumah sakit bersalin yang jumlah persalinannya terbanyak rata-rata 250 persalinan per bulan. RSIA Hermina Jatinegara dan Bekasi adalah rumah sakit bersalin untuk kalangan menengah keatas, sedangkan rumah bersalin di Puskesmas adalah rumah bersalin untuk kalangan masyarakat menengah kebawah. Di Jakarta Timur ada 10 buah puskesmas dan diantaranya 9 buah puskesmas memiliki rumah bersalin, sedangkan di Bekasi ada 36 buah puskesmas dan hanya 3 buah puskesmas yang mempunyai rumah bersalin. Dipilihnya RSIA Hermina Jatinegara karena jumlah persalinan terbanyak dari pada RS bersalin Budi Jaya, Evasari dan Bunda demikian pula dipilihnya RSIA Hermina Bekasi dipilih karena jumlah persalinan perbulan paling tinggi dari pada RS bersalin Sudibyo dan yayasan Bella. Berdasarkan kriteria inklusi contoh ibu hamil seperti pada Tabel 10 (awal kehamilan), dipilih ibu hamil dari catatan medik 2004 sampai jumlah sampel mencukupi. Jumlah contoh awal yang memenuhi syarat pada awal studi adalah 1286 ibu hamil, namun jumlah contoh yang memenuhi syarat sampai akhir penelitian adalah 638 orang. Puskesmas (n = 325) Jakarta Timur (176) Bekasi( 149) CK JTN MTM PG DS KJ CRC MKS PR SRJ BG PG 19 20 20 18 20 20 20 19 20 50 50 49 RSIA Hermina (n = 313) Jatinegara(151) Gambar 14 Skema pengambilan contoh Bekasi(162) 58 Tabel 10 Kriteria inklusi contoh awal kehamilan dan setelah melahirkan Kriteria Inklusi Awal Kehamilan 1. 2. 3. 4. 5. 6. Ibu hamil usia 20 – 35 tahun Usia kehamilan 2 – 8 minggu Lengkap catatan medik awal Tidak sakit serius Bersedia melakukan pemeriksaan akhir Bersedia mengikuti penelitian (wawancara kuesioner dan pengetahuan gizi) yang dibuktikan dengan informed consent Kriteria Inklusi Setelah Melahirkan 1. Kehamilan tunggal (tidak bayi kembar) 2. Lengkap data catatan medik bayi 3. Bayi lahir hidup Pada Tabel 11 disajikan sebaran jumlah contoh menurut status sosial ekonomi (rendah dan tinggi). Pengelompokan contoh berdasarkan status gizi dilakukan saat analisis data berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) ibu awal kehamilan. Tabel 11 Jumlah ibu hamil menurut status sosial ekonomi pada akhir penelitian Bekasi Jatinegara Total Puskesmas RSIA Hermina 149 162 176 151 325 313 Jumlah 311 327 638 Metode dan Cara Pengumpulan Data Data dikumpulkan diambil dari Juni 2004 sampai dengan Maret 2006 di RSIA Hermina Jatinegara dan Bekasi dan di 12 Puskesmas bersalin yaitu 3 Puskesmas di Bekasi dan 9 Puskesmas di Jatinegara. Data yang dikumpulkan mencakup data sekunder dan data primer. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi data catatan medik ibu hamil, informasi persalinan, dan informasi bayi lahir dari setiap ibu hamil contoh dan bayi yang dilahirkan dirumah sakit terpilih. Data ini dikumpulkan langsung oleh peneliti dengan mencatat data yang diperlukan dari catatan medik ibu hamil tahun 2004 2006 sesuai prosedur masing-masing rumah sakit. Andaikan ada data yang kurang 59 dalam catatan medik di rumah sakit, tetapi kemungkinan ada dalam buku catatan kehamilan yang dipegang ibu hamil, maka peneliti dan asisten peneliti mengunjungi/menelpon contoh ibu hamil (yang telah melahirkan) untuk memperoleh data dimaksud (sebagai data primer). Sebelum mengumpulkan data, para bidan yang akan membantu pengumpulan data primer dilatih oleh peneliti secara langsung. Pelatihan yang diberikan kepada para bidan tersebut yaitu dengan menyertakan secara langsung para bidan dalam proses pencatatan rekam medik dari ibu hamil dimasing-masing rumah bersalin, yang diawasi prosesnya oleh peneliti. Kelompok diskusi terarah dilakukan pada bidan yang melakukan antenatal care dan yang akan melahirkan ibu-ibu yang menjadi contoh penelitian. Sebelum menetapkan ibu hamil sebagai respoden, perlu diberikan penjelasan tentang penelitian dan apabila setuju maka dibuatkan informed consent (Lampiran 1). 60 Tabel 12 Data dan sumber data No Data Sumber data Identitas dan sosial ekonomi Ibu hamil (Nama, umur (tahun), pendidikan, kota kelahiran, agama, alamat lengkap, umur suami (tahun), pendidikan suami, pekerjaan suami Riwayat dan informasi kehamilan Gravida, partus, riwayat kehamilan, berat bayi baru lahir, usia kehamilan (minggu), abortus, LILA (cm), tinggi badan (cm), berat badan kunjungan pertama (kg), berat badan menjelang melahirkan (kg), tekanan darah (mm/Hg), Kadar Hb (mg/dl) /Ht, konsumsi suplemen/resep persalinan Informasi Persalinan Tinggi fundus, letak kepala/sungsang, bunyi denyut jantung bayi per menit, pemeriksaan kesehatan ibu konsumsi suplemen/resep persalinan Informasi bayi baru lahir, mati, hidup Cara melahirkan per vaginam/seksio sesaria, jenis kelamin, tanggal lahir, berat lahir (g), panjang lahir (cm), lingkar kepala(cm), lingkar perut(cm), skor APGAR, Skor Ballard (neuromuskuler & fisik:keriput kulit) serta kondisi saat keluar dari RS(hidup/meninggal/sakit). Konsumsi pangan Pendapatan keluarga Catatan medik RS/rumah bersalin dan atau Ibu hamil/melahirkan 6 Pengetahuan gizi 7 Perilaku kesehatan Wawancara langsung menggunakan kuesioner yang dilakukan oleh bidan dan peneliti Wawancara langsung menggunakan kuesioner yang dilakukan oleh bidan dan peneliti 1 2 3 4 5 Catatan medik RS/rumah bersalin dan atau Ibu hamil/melahirkan Catatan medik RS/rumah bersalin dan atau Ibu hamil/melahirkan Catatan medik RS/rumah bersalin dan atau Ibu hamil/melahirkan Wawancara langsung menggunakan kuesioner yang dilakukan oleh bidan dan peneliti 61 Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan Data Karakteristik sosial ekonomi keluarga dianalisis berdasarkan akses ke layanan kesehatan di RSIA Hermina (SE tinggi) dan akses ke layanan kesehatan Puskesmas (SE rendah). Pertambahan berat badan ibu dihitung dari selisih berat badan saat periksa awal kehamilan sampai pemeriksaan menjelang melahirkan. Status gizi sebelum kehamilan dianalisis menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT = BB/(TB)2, yang kemudian dikategorikan kepada kurus (IMT < 18.5), normal (IMT 18.5 – 25.0), gemuk (IMT 25.01 – 27.00) dan gemuk sekali (IMT > 27.00). Pengetahuan gizi ibu dihitung berdasarkan skor jawaban benar yang diberikan ibu hamil atas pertanyaan yang berhubungan dengan pengetahuan gizi yang kemudian dikategorikan kepada kurang (< 60%), sedang (60 - 80%) dan baik (> 80%) (Khomsan 2000). Ukuran antropometrik bayi, yaitu berat badan (g), panjang badan (cm), lingkar kepala (cm), lingkar perut (cm) dan lingkar dada (cm), diolah untuk mendapatkan rata – rata dan simpangan baku. BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) adalah bayi yang lahir dengan berat lahir < 2500 g, dan bayi normal adalah bayi yang lahir dengan berat lahir ≥2500 g. Bayi dikatakan mengalami Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) jika bayi lahir dengan berat lahir di bawah 10 persentil terendah. Panjang lahir pendek (PLP) adalah bayi dengan panjang badan saat lahir <46 cm. Konsumsi gizi ibu hamil dianalisis dengan menggunakan metode semi Food Frekuensi Kuesioner. Jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi ibu hamil selama seminggu dicatat, kenudian dikelompokkan berdasarkan kelompok pangan. Dengan menggunakan food processor, jumlah dan jenis pangan dikonfersikan kepada kandungan gizi bahan pangan dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan Puslitbang Gizi Bogor dan acuan AKG Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 2004. Pengetahuan gizi dan perilaku kesehatan ibu hamil dianalisis berdasarkan jawaban benar yang diberikan ibu hamil terhadap pertanyaan yang berhubungan dengan gizi dan kesehatan. Berdasarkan skor jawaban yang diberikan, ibu hamil 62 dikategorikan kepada kelompok pengetahuan gizi rendah (skor jawaban benar <60%), sedang (skor jawaban benar 60 – 80%) dan tinggi (skor jawaban benar >80%). Kebiasaan merokok dan paparan terhadap obat nyamuk merupakan bagian dari pernyataan ibu hamil sehubungan dengan perilaku kesehatan. Nilainya dianalisis berdasarkan skor jawaban ibu hamil terhadap kebiasaan mereka merokok dalam sehari (ya/tidak) serta penggunaan obat nyamuk setiap hari (ya/tidak). Sebelum data dianalisis terlebih dahulu diadakan pengolahan data melalui proses editing, coding, cleaning dan tabulasi data. Hubungan antara dua variabel yang diamati diukur dengan melakukan uji korelasi Pearson dan Spearman. Pengaruh pertambahan berat badan ibu hamil serta umur kehamilan, status gizi ibu dan status sosial ekonomi terhadap berat bayi dan panjang bayi lahir dianalisis dengan regresi linier berganda. Analisis Data Prevalensi pertumbuhan janin terhambat Prevalensi pertumbuhan janin terhambat dianalisis berdasarkan banyaknya kejadian bayi yang lahir dengan berat lahir dibawah 10 persentil terendah dari semua ibu hamil. Prevalensi PJT juga diamati berdasarkan kelompok status sosial ekonomi dan status gizi yang berbeda. Prevalensi BBLR Prevalensi BBLR dianalisis berdasarkan banyaknya kejadian bayi yang lahir dengan berat lahir < 2500g dari semua ibu hamil. Prevalensi BBLR juga diamati berdasarkan kelompok status sosial ekonomi dan status gizi yang berbeda. Hubungan status sosial ekonomi dan status gizi awal kehamilan dengan ukuran antropometrik bayi Untuk mengetahui ada / tidaknya hubungan status sosial ekonomi dan status gizi ibu awal kehamilan terhadap ukuran antropometrik bayi, dilakukan analisis korelasi Spearmann. Faktor – faktor yang memengaruhi pertambahan berat badan ibu selama kehamilan Untuk menganalisis faktor – faktor yang diduga memengaruhi pertambahan badan ibu selama kehamilan dilakukan uji regresi linier berganda. Peubah – 63 peubah yang diduga memengaruhi pertambahan berat badan ibu selama kehamilan, yaitu status gizi ibu awal kehamilan (IMT), usia kehamilan ibu (minggu), skor pengetahuan gizi akhir kehamilan, status sosial ekonomi, tinggi badan ibu awal kehamilan, kadar Hb darah awal kehamilan, konsumsi protein awal kehamilan, skor kebiasaan merokok dan paparan obat nyamuk dianalis dengan uji regresi linier berganda dengan metode stepwise. Model persamaan regresi linier berganda adalah sebagai berikut: Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7 + β8X8 + ε dimana : Y = pertambahan berat badan ibu X1 = status gizi ibu awal kehamilan (IMT) X2 = usia kehamilan (minggu) X3 = skor pengetahuan gizi akhir kehamilan X4 = status sosial ekonomi X5 = tinggi badan ibu awal kehamilan X6 = kadar Hb darah awal kehamilan X7 = konsumsi protein awal kehamilan X8 = skor kebiasaan merokok dan paparan obat nyamuk βo = intercept β1, β2, β3, β4, β5, β6, β7, β8, β9…… βi = koefisien regresi, ε = galat. Faktor – faktor yang memengaruhi berat bayi lahir, panjang bayi lahir serta lingkar kepala bayi lahir Untuk menganalisis faktor - faktor yang diduga memengaruhi berat lahir, panjang lahir dan lingkar kepala bayi lahir dilakukan analisis regresi linier berganda. Faktor – faktor yang diduga memengaruhi berat bayi lahir, panjang bayi lahir serta lingkar kepala bayi lahir kehamilan, yaitu status gizi ibu awal kehamilan (IMT), usia kehamilan ibu (minggu), skor pengetahuan gizi akhir kehamilan, status sosial ekonomi, tinggi badan ibu awal kehamilan, kadar Hb darah awal kehamilan, konsumsi protein awal kehamilan, skor kebiasaan merokok dan paparan obat nyamuk dianalis dengan uji regresi linier berganda dengan metode Stepwise. 64 Model analisis regresi linier ganda adalah sebagai berikut: Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7 + β8X8 + β9X9 + ε dimana : Y = berat bayi lahir/panjang bayi lahir/lingkar kepala bayi X1 = status gizi ibu awal kehamilan (IMT) X2 = usia kehamilan (minggu) X3 = skor pengetahuan gizi akhir kehamilan X4 = status sosial ekonomi X5 = tinggi badan ibu awal kehamilan X6 = kadar Hb darah awal kehamilan X7 = konsumsi protein awal kehamilan X8 = skor kebiasaan merokok dan paparan obat nyamuk X9 = Standardized Residual pertambahan BB (digunakan saat analisis faktor yang mempengaruhi ukuran antropometrik bayi). βo = intercept β1, β2, β3, β4, β5, β6, β7, β8, β9…… βi = koefisien regresi, ε = galat. Dalam analisis faktor – faktor yang memengaruhi berat bayi lahir, panjang bayi lahir dan lingkar kepala bayi lahir disertakan Standardized Residual pertambahan berat badan ibu hamil. Penyertaan Standardized Residual dalam analisis regresi terhadap faktor – faktor yang memengaruhi berat bayi lahir, panjang bayi lahir serta lingkar kepala bayi disebabkan karena berdasarkan uji korelasi diketahui bahwa pertambahan berat badan ibu berkorelasi tinggi dengan tinggi badan ibu. Sehingga, untuk mengurangi pengaruh kolinieritas tersebut, maka dalam analisis digunakan standardized residual pertambahan berat badan. 65 Definisi Operasional 1. Contoh : ibu hamil usia 20 – 35 tahun yang haidnya terlambat dan tes urine kehamilan positif dengan usia kehamilan 2 – 8 minggu. 2. Ibu anemia : ibu dengan kadar Hb darah <11mg/L 3. Status sosial ekonomi tinggi : keadaan sosioekonomi keluarga ibu hamil yang secara sederhana diproksi dari kemampuan mengakses layanan persalinan di RSIA Hermina. 4. Status sosial ekonomi rendah : keadaan sosioekonomi keluarga ibu hamil yang secara sederhana diproksi dari kemampuan mengakses layanan persalinan di Puskesmas. 5. Status gizi ibu awal kehamilan : keadaan gizi ibu hamil yang dianalisis berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT = BB(kg)/TB(m)2), yang selanjutnya dikategorikan kepada status gizi : a. Kurus : ibu dengan IMT <18.5 b. Normal : ibu dengan IMT 18.5 – 25.00 c. Gemuk : ibu dengan IMT 25.01 – 27.00 d. Gemuk sekali : IMT > 27.0 6. Usia kehamilan : lama ibu mengandung, dihitung mulai dari hari pertama haid terakhir ibu. Diketahui dari pernyataan ibu hamil yang kemudian disesuaikan dengan hasil pemeriksaan bidan/dokter kebidanan. 7. Berat badan ibu : hasil pengukuran berat badan pada awal kehamilan (2 – 8 minggu yang diperoleh dari catatan medik persalinan. berat badan ini dianggap sebagai berat badan awal kehamilan. 8. Tinggi badan ibu : hasil pengukuran tinggi badan ibu pada awal kehamilan (>8 minggu usia kehamilan) 9. Pertambahan berat badan ibu : angka yang menunjukkan besarnya kenaikan berat badan ibu yang diukur saat awal kehamilan sampai saat menjelang melahirkan. 10. Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) : bayi yang lahir dengan berat lahir <2500gr 66 11. Bayi dengan pertumbuhan janin terhambat (PJT): bayi pada 10 persentil berat lahir terendah dari keseluruhan bayi baru lahir. 12. Bayi dengan panjang lahir pendek (PLP): bayi yang lahir dengan panjang lahir <46 cm 13. Bayi normal : bayi yang lahir dengan berat lahir >2500gr 14. Bayi preterm : bayi yang lahir pada saat usia kehamilan ibu <37 minggu 15. Bayi aterm : bayi yang lahir saat usia kehamilan ibu ≥ 37 minggu. 16. Konsumsi gizi ibu hamil : jumlah zat gizi yang dikonsumsi ibu hamil yang dihitung dari data konsumsi pangan ibu hamil yang dikumpulkan pada trimester ketiga kehamilan. zat gizi yang dianalisis yaitu energi, protein, lemak, karbohidrat, vit A vit C, thiamin, folat, B12, kalsium, fosfor, besi dan seng. 17. Pengetahuan gizi ibu hamil : skor yang diperoleh dari penjumlahan setiap jawaban yang benar yang diberikan kepada ibu hamil yang terkait dengan pengetahuan gizi ibu 18. Perilaku kesehatan ibu hamil : skor yang diperoleh dari setiap praktek yang benar dari ibu hamil yang diduga berpengaruh terhadap kualitas kesehatan ibu dan janin. 19. Pendidikan ibu / suami : Tingkat pendidikan formal yang diselesaikan ibu dan suami, sebagai berikut : a. Sekolah dasar b. SLTP c. SLTA d. Perguruan Tinggi 20. Pekerjaan suami : Bekerja adalah mereka yang melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit 1 jam/hari secara kontinyu dalam seminggu yang lalu (BPS 1989). 67 A. Jenis Pekerjaan a) PN (Pegawai Negeri) adalah pegawai yang bekerja dikantor pemerintah dan gajinya dibayar oleh pemerintah, termasuk Tentara Nasional Indonesia dan Polisi b) Wiraswasta/pedagang adalah orang yang mempunyai usaha sendiri dan memperoleh pendapatan dari hasil usaha tersebut, di bidang jasa, industri dan perdagangan yang diketahui dari pernyataan responden. c) Petani adalah orang yang mempunyai usaha dan memperoleh pendapatan dari hasil usaha pertanian, bercocok tanam, budidaya ikan dan tanah. d) Buruh, pekerja kasar adalah pekerja yang bekerja terutama dengan tenaga badan untuk mendapatkan upah/gaji, misalnya buruh tani, buruh bangunan dan kuli. e) Lain-lain, ialah suami yang pekerjaan bukan salah satu diatas, misalnya pengamen dan tukang ojek. B. Posisi dalam pekerjaan a) Pimpinan adalah orang yang memimpin dalam kelompok suatu unit pekerjaan atau usaha. b) Staf/karyawan biasa adalah orang-orang yang bekerja membantu pimpinan suatu uint kerja atau usaha. c) Tidak dapat ditentukan posisinya adalah orang yang bekerja formal tetapi tidak dapat ditentukan posisinya, misal pesuruh, cleaning service. d) Tidak ada posisi adalah orang yang bekerja secara infomal seperti tukang ojek, pengamen, calo, preman dan lain-lain 21. Pendapatan perkapita perbulan : Jumlah penerimaan suami, istri (bila bekerja) dan anggota keluarga lain dalam jangka satu bulan dibagi jumlah anggota keluarga. 22. Penyakit: jenis-jenis gangguan kesehatan yang dialami ibu selama kehamilan yang diperoleh dari catatan medik. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Ibu Hamil Rata – rata usia ibu hamil 28.48 tahun. Frekuensi melahirkan (paritas) ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi lebih rendah (1.71±0.87) dibandingkan ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah (2.05±1.22). Tingkat pendidikan formal yang ditempuh ibu hamil dengan status ekonomi tinggi lebih baik dibandingkan ibu dengan status sosial ekonomi rendah. Sebagian besar (65.5%) ibu dengan status sosial ekonomi tinggi menempuh pendidikan formal sampai Perguruan Tinggi, sedangkan ibu dengan status sosial ekonomi rendah hanya sebagian kecil (6.5%) yang menempuh pendidikan formal sampai Perguruan Tinggi (Tabel 13). Tabel 13 Karakteristik ibu hamil menurut kategori status sosial ekonomi No. Peubah 1 Usia ibu (tahun) 2 Paritas 3 Pendidikan − SD − SLTP − SLTA − PT Pekerjaan − Bekerja − Tidak bekerja Agama − Islam − Katolik − Protestan − Budha − Hindu 4 5 SE Rendah ( x + sd ) 27.66 ± 4.77 2.05 ± 1.22 n % SE Tinggi ( x + sd ) 29.33 ± 3.77 1.71 ± 0.87 % n Total ( x + sd ) 28.48 ± 4.38 1.89 ± 1.07 % n 87 88 129 21 26.8 27.1 39.7 6.5 0 7 101 205 0.0 2.2 32.3 65.5 87 95 230 226 13.7 14.9 36.1 35.4 38 287 11.7 88.3 156 157 49.8 50.2 194 444 30.4 69.6 308 7 10 0 0 94.8 2.2 3.1 0.0 0.0 253 15 38 6 1 80.8 4.8 12.1 1.9 0.3 561 22 48 6 1 87.9 3.4 7.5 0.9 0.2 SE = Status Sosial Ekonomi diproksi dari Akses ke layanan Puskesmas (SE rendah) dan Akses layanan di RS Hermina (SE tinggi) 68 69 Sebagian besar ibu hamil tidak bekerja (69.6%). Persentase ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi yang bekerja lebih besar (49.8%) dibandingkan ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah (11.7%). Karakteristik Suami Rata – rata usia suami ibu hamil 32.38 tahun. Suami ibu dengan status sosial ekonomi tinggi rata – rata lebih tua (32.90±4.39 tahun) dibandingkan suami ibu dengan status sosial ekonomi rendah (31.88±6.06 tahun). Rata – rata tinggi badan suami ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi 166.24±4.94 cm, lebih tinggi dibandingkan rata – rata tinggi badan suami ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah (163.71±5.46 cm). Tabel 14 Karakteristik suami menurut kategori status sosial ekonomi No. Peubah SE Rendah SE Tinggi Total ( x + sd ) ( x + sd ) ( x + sd ) 31.88 ± 6.06 32.90 ± 4.39 32.38 ± 5.33 Tinggi badan (cm) 163.71 ± 5.46 166.24 ± 4.94 3 Besar pendapatan/kap/bln 155.095±76.553 942.739±771.690 541.510±670.777 4 Pendidikan − SD − SLTP − SLTA − PT Pekerjaan − Pegawai Negeri − Wirausaha − Petani − Buruh − Karyawan swasta − Lain-lain Posisi kerja dalam pekerjaan − Pimpinan − Staf/karyawan biasa − Tidak dapat ditentukan − Tidak ada posisi 1 Usia (tahun) 2 5 6 164.95±5.36 n % n % n % 62 80 159 24 19.1 24.6 48.9 7.4 0 2 85 226 0.0 0.6 27.2 72.2 62 82 244 250 9.7 12.9 38.2 39.2 9 175 1 85 2 57 2.7 53.2 0.3 25.8 0.6 17.3 29 110 1 0 154 20 9.2 35.0 0.3 0.0 49.1 6.4 38 285 2 85 156 77 5.9 44.3 0.3 13.3 24.4 12.0 6 106 46 171 1.8 32.2 14.0 52.0 22 259 16 17 7.0 82.5 5.1 5.4 28 365 62 188 4.4 56.8 9.6 29.2 SE = Status Sosial Ekonomi diproksi dari Akses ke layanan Puskesmas (SE rendah) dan Akses layanan di RS Hermina (SE tinggi) 70 Besarnya pendapatan perkapita keluarga perbulan rata-rata sebesar Rp. 541.510±670.777. Rata – rata pendapatan keluarga dengan status sosial ekonomi tinggi sebesar Rp. 942.739±771.690, lebih tinggi dibandingkan dengan rata – rata pendapatan perkapita keluarga dengan status sosial ekonomi rendah yaitu sebesar Rp. 155.095±76.553. Tingkat pendidikan formal suami ibu dengan status ekonomi tinggi lebih baik dibandingkan dengan suami ibu dengan status sosial ekonomi rendah. Sebagian besar suami ibu hamil dengan status sosial tinggi menempuh pendidikan formal sampai Perguruan Tinggi (72.2%), sedangkan suami ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah hanya sebagian kecil (7.4%) yang menempuh pendidikan formal sampai Perguruan Tinggi. Sebagian besar suami ibu hamil berwirausaha (44.3%). Persentase suami ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah yang berwirausaha lebih besar (53.2%) dibandingkan suami ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi (35.0%). Suami ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi sebagian besar bekerja sebagai karyawan swasta (49.1%), sedangkan suami ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah hanya 0.6% yang bekerja sebagai karyawan swasta. Berdasarkan posisi di tempat mereka bekerja, sebagian besar suami menempati posisi sebagai karyawan biasa (56.8%). Sebagian besar (52%) suami ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah tidak memiliki posisi di tempat bekerja, sedangkan suami ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi hanya 5.4% yang tidak memiliki posisi di tempat bekerja. Data pada Tabel 14 (khususnya pendidikan suami dan pendapatan keluarga) dapat menjelaskan bahwa akses layanan ke RSIA Hermina dan Puskesmas masing-masing dapat dijadikan proksi terhadap tinggi rendahnya status sosial ekonomi ibu hamil. Status Gizi dan Konsumsi Gizi Status Gizi Awal Kehamilan Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) Ibu hamil memasuki masa kehamilan dengan status gizi normal, hal ini didasarkan Indeks Massa Tubuh ibu sebelum kehamilan yaitu 20.97±2.93. Sebaran status gizi ibu hamil berdasarkan IMT disajikan pada Tabel 15. 71 Rata – rata tinggi badan ibu hamil 156.06 ± 4.38 5.39 cm. Ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi memiliki rata – rata tinggi badan 157.52±4.92 cm, lebih tinggi dibandingkan rata – rata tinggi badan ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah (154.71±5.46 cm). Tabel 15 Keadaan gizi ibu hamil menurut kategori status sosial ekonomi No. Peubah x + sd ) ( x + sd ) 156.06±5.39 BB sebelum hamil (kg) 49.05 ± 7.14 53.33 ± 8.19 51.14 ± 7.98 BB menjelang melahirkan (kg) 59.80 ± 8.05 67.34 ± 9.36 63.52 ± 9.50 9.56 ± 3.32 13.32 ± 4.39 11.41 ± 4.31 0.24 ± 0.08 0.34 ± 0.11 0.29 ± 0.11 20.97 ± 2.93 2 3 5 Total 157.52 ± 4.92 Tinggi ibu sebelum hamil (cm) Pertambahan berat badan total selama hamil (kg) Pertambahan berat badan perminggu selama hamil (kg) ( x + sd ) SE Tinggi 154.71 ± 5.46 1 4 SE Rendah ( 6 IMT awal kehamilan 20.48 ± 2.63 21.49 ± 3.11 7 Status gizi (IMT) awal kehamilan − Kurus (IMT<18,5) − Normal (IMT 18,5 – 25.0) − Gemuk (MT 25.01 – 27.0) − Gemuk sekali (IMT >27.0) n 59 248 11 7 % 18.2 76.3 3.4 2.2 n 47 227 23 16 % 15.0 72.5 7.3 5.1 ( x + sd ) ( x + sd ) ( x + sd ) 27.52±2.91 n % 26.62±2.86 n % 8 LILA (cm) − berisiko KEK (LILA <23.5cm) − tidak berisiko KEK (LILA ≥23.5cm) 25.76±2.52 n % 13.5 86.5 11 302 3.5 96.5 ( x + sd ) ( x + sd ) 44 281 n 106 475 34 23 55 583 % 74.5 16.6 5.3 3.6 8.6 91.4 ( x + sd ) 11.61 ± 1.17 11.49 ± 1.01 11.37 ± 0.82 11.62 ± 1.19 11.50 ± 1.00 11.39 ± 0.78 11.53 ± 1.07 11.41 ± 1.06 11.20 ± 1.02 10 34.96 ± 3.56 33.92 ± 3.19 32.96 ± 2.40 34.99 ± 3.64 33.91 ± 3.18 32.98 ± 2.36 34.83 ± 3.25 34.11 ± 3.19 32.84 ± 2.67 n % n % n % 11 Anemia (Hb<11g/dl) 58 17.8 86 27.5 144 22.6 – konsumsi suplemen besi 48 82.8 69 80.2 117 81.3 – tidak konsumsi suplemen besi 11 17.2 17 19.8 27 18.8 SE = Status Sosial Ekonomi diproksi dari Akses ke layanan Puskesmas (SE rendah) dan Akses layanan di RS Hermina (SE tinggi) 9 Kadar Hb (g/dl) – konsumsi suplemen besi – tidak konsumsi suplemen besi Kadar Ht – konsumsi suplemen besi – tidak konsumsi suplemen besi Ibu dengan status sosial ekonomi tinggi memiliki rata – rata berat badan sebelum hamil 53.33± 8.19 kg, sedangkan rata – rata berat badan ibu hamil 72 dengan status gizi rendah 49.05±7.14 kg. Demikian juga dengan rata – rata berat badan ibu menjelang melahirkan. Ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi memiliki rata – rata berat sebesar 67.34 ±9.36 kg, sedangkan rata – rata berat badan menjelang melahirkan ibu dengan status sosial ekonomi rendah sebesar 59.80 ± 8.05 kg. Persentase ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah dengan status gizi kurus (IMT<18.5) sebelum kehamilan lebih besar (18.2%) dibandingkan ibu hamil hamil dengan status sosial ekonomi tinggi (15.0%). Persentase ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi dengan status gizi gemuk (IMT 25.01-27.0) di awal kehamilan sebanyak 7.3%, lebih besar dibandingkan ibu hamil dengan status ekonomi rendah (3.4%). Persentase ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi dengan status gizi gemuk sekali (IMT >27.0) di awal kehamilan lebih besar (5.1%) dibandingkan ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah (2.2%). Status gizi ibu adalah faktor lingkungan intrauterin utama pada perkembangan janin. Peningkatan status gizi ibu hamil yang optimal tidak hanya menjamin perkembangan janin yang optimal, tetapi juga mengurangi risiko penyakit kronik pada masa dewasa (Wu et al 2004). Status Gizi Awal Kehamilan Berdasarkan Lingkar Lengan Atas (LILA) Kekurangan energi kronis (KEK) ibu hamil dianalisis dengan menggunakan lingkar lengan atas (LILA) sebagai indikator. Menurut Depkes RI (1994), LILA pada kelompok wanita usia subur merupakan salah satu deteksi dini untuk mengetahui risiko KEK. Apabila ukuran LILA<23.5 cm, berarti ibu hamil berisiko mengalami KEK dan jika ukuran LILA ≥23.5 cm berarti ibu hamil tidak berisiko mengalami KEK. Dari Tabel 15 diketahui bahwa rata – rata lingkar lengan atas (LILA) ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi sebesar 27.52±2.91 cm, sedangkan LILA ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah sebesar 25.76±2.52 cm. Meskipun rata – rata LILA ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi lebih besar dari rata – rata LILA ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah, tetapi berdasarkan indikator Depkes RI (1994) diketahui bahwa ibu hamil termasuk kategori tidak berisiko kekurangan energi kronik (KEK). Persentase ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi yang tidak berisiko KEK sebesar 96.5%, 73 sedangkan ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah yang tidak berisiko KEK sebesar 86.5%. Kurang energi kronis pada kehamilan diketahui berdampak negatif terhadap ibu hamil serta janin yang dikandungnya. Dampak negatif tersebut antara lain adalah risiko kematian ibu saat melahirkan dan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Penelitian di Jawa Barat yang dilakukan Sumarno et al. (1998) menunjukkan bahwa ibu hamil dengan lingkar lengan atas <23 cm mempunyai risiko 2.3 kali lebih besar melahirkan bayi BLR dibandingkan dengan risiko pada ibu yang memiliki ukuran LILA normal (Dinkes Jabar 2003). Status Gizi Awal Kehamilan Berdasarkan Kadar Hb dan Ht Darah Anemia gizi adalah suatu kejadian dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal. Kadar Hb berbeda untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin. Di Indonesia, masalah anemia gizi besi masih merupakan masalah. Prevalensi anemia gizi besi paling tinggi ditemukan pada ibu hamil. Nilai ambang batas (cut off point) penentuan status anemia menurut WHO adalah Hb 11.0 g/dl. Artinya, apabila kadar Hb di bawah angka tersebut, ibu hamil dinyatakan mengalami anemia gizi besi (Supriasa et al. 2002). Dari Tabel 15 diatas, diketahui bahwa rata – rata kadar Hb dan Ht darah ibu hamil dengan status ekonomi tinggi berturut–turut 11.61±1.17g/dl dan 34.96±3.56 g/dl. Angka ini lebih besar dibandingkan kadar Hb dan Ht darah ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah, yaitu sebesar 11.37±0.82g/dl dan 32.96±2.40g/dl masing – masing untuk Hb dan Ht darah. Meskipun rata – rata kadar Hb dan Ht darah ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi lebih baik, tetapi hasil penelitian ini menunjukkan bahwa risiko anemia pada ibu hamil di awal kehamilannya rendah, berdasarkan data bahwa rata – rata kadar Hb darah ibu 11.49±1.01g/dl (>11g/dl) dan Ht darah ibu 33.92 ± 3.19. Rata – rata kadar Hb dan Ht darah ibu hamil yang mengonsumsi suplemen besi baik ibu dengan status sosial ekonomi tinggi maupun ekonomi rendah lebih baik dibandingkan ibu hamil yang tidak mengonsumsi suplemen besi. Berdasarkan kategori status gizi ibu hamil, diketahui bahwa kadar Hb darah ibu hamil dengan kategori status gizi gemuk sekali paling besar dibandingkan dengan ibu hamil dengan kategori status gizi lainnya. Hal yang sama juga 74 ditemukan pada kadar Ht darah ibu. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kadar Ht darah ibu dengan status gizi gemuk sekali paling tinggi dengan kadar Ht darah ibu hamil dengan status gizi lainnya. Persentase ibu hamil kurus yang anemia yang mengonsumsi suplemen besi paling besar dibandingkan dengan ibu hamil kategori status gizi lainnya yang anemia yang mengonsumsi suplemen besi (Tabel 16). Tabel 16 Keadaan gizi ibu hamil menurut kategori status gizi Status Gizi Ibu Hamil No. Peubah Kurus ( x + sd ) Normal ( x+ sd ) Gemuk ( x+ sd ) Gemuk Sekali ( x+ sd ) 1 Tinggi ibu sebelum hamil (cm) 156.62±6.26 155.83±5.16 156.82±5.56 157.15±5.40 2 BB sebelum hamil (kg) 42.38 ± 3.88 51.19 ± 5.47 63.85 ± 4.71 71.72 ± 5.60 3 BB menjelang melahirkan (kg) 55.65 ± 7.40 63.38± 7.50 74.89 ± 6.49 85.84 ± 7.60 4 Pertambahan berat badan total selama hamil (kg) Pertambahan berat badan perminggu selama hamil (kg) 11.60 ± 4.44 11.36 ± 4.24 10.27 ± 4.01 13.19 ± 5.08 0.30 ± 0.12 0.29 ± 0.11 0.26 ± 0.10 0.34 ± 0.13 5 6 IMT awal kehamilan 17.27 ± 1.14 21.05 ± 1.74 25.93 ± 0.58 29.05 ± 1.91 7 LILA (cm) 23.84 ± 2.03 n % 26.72 ± 2.31 n % 30.44 ± 2.64 n % 31.70 ± 1.94 n % − berisiko KEK (LILA <23.5cm) 8 9 10 − tidak berisiko KEK (LILA ≥23.5cm) Kadar Hb (g/dl) – konsumsi suplemen besi – tidak konsumsi suplemen besi Kadar Ht – konsumsi suplemen besi – tidak konsumsi suplemen besi Anemia (Hb<11g/dl) – konsumsi suplemen besi – tidak konsumsi suplemen besi 38 35.8 17 3.6 0 0.0 0 0.0 68 64.2 458 96.4 34 100 23 100 11.28 ± 0.97 11.25 ± 1.02 11.41 ± 0.69 33.30 ± 2.99 33.23 ± 3.13 32.62 ± 2.34 n % 27 23 4 25.5 85.2 14.8 11.49 ± 1.00 11.52 ± 0.77 11.33 ± 1.10 33.92 ± 3.15 33.92 ± 3.15 33.92 ± 3.21 n % 107 87 20 22.5 81.3 19.4 11.75 ± 1.22 11.69 ± 1.19 11.94 ± 1.38 34.98 ± 3.49 34.72 ± 3.47 35.82 ± 3.66 n % 7 5 2 20.6 71.4 28.6 11.94 ± 1.00 12.02 ± 0.97 11.66 ± 1.15 35.86 ± 3.28 35.88 ± 3.00 35.79 ± 4.59 n % 3 2 1 13.0 66.7 33.3 Hasil penelitian Sumarno et al (1984) menunjukkan bahwa ibu hamil dengan Hb<10g/dl mempunyai risiko melahirkan bayi BLR 2.5 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia (Dinkes Jabar 2003). Bayi yang lahir dari ibu yang anemia gizi besi mempunyai risiko kekurangan besi yang akan 75 berdampak pada gangguan tumbuh kembang anak dan akan mengganggu kecerdasan dan kemampuan fisik anak. Kadar Hb selama kehamilan berkurang sampai 10% akibat dilusi fisiologis pada hemoglobin yang menyebabkan konsentrasi serum zat besi, saturasi transferin, dan konsentrasi feritin ikut menurun (Truswell 1999). Konsumsi Gizi Konsumsi pangan ibu hamil pada trimester ketiga usia kehamilan menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi energi, protein, lemak, karbohidrat, thiamin, kalsium dan fosfor memenuhi tingkat kecukupan yang dianjurkan (konsumsi >70%AKG = Angka Kecukupan Gizi), sedangkan rata-rata konsumsi vitamin A, vitamin C, folat, vitamin B12, zat besi dan seng masih kurang dari tingkat kecukupan yang dianjurkan (<70% AKG). Kuantitas konsumsi gizi ibu hamil berdasarkan AKG disajikan pada Tabel 17. Tabel 17 Konsumsi gizi ibu hamil menurut kategori status sosial ekonomi No Konsumsi Gizi Satuan SE Rendah SE Tinggi Total AKG ( x + sd ) ( x + sd ) ( x + sd ) 1633.06 ± 658.97 2162.24 ± 641.66 1891.48±701.90 2485 56.57 ± 74.66 74.66 ± 28.66 65.41 ± 30.93 60 1 2 Energi Protein kkal g 3 Lemak g 45.86 ± 62.59 62.59 ± 38.01 4 Karbohidrat g 256.00 ± 326.55 326.55 ± 88.84 Vitamin A RE 287.90 ± 391.71 6 Vitamin C mg 33.28 ± 56.52 56.52 ± 40.30 44.63 ± 45.10 70 7 Thiamin mg 0.83 ± 1.19 1.18 ± 0.74 1.00 ± 0.81 1,2 8 Folat μg 148.26 ± 214.34 9 Vitamin B12 mg 1.61 ± 1.92 Kalsium mg 606.45 ± 990.70 990.70 ± 1072.37 794.10 ± 987.25 900 11 Fosfor mg 899.35 ± 1220.98 1220.98 ± 468.80 1056.41± 522.73 650 12 Zat Besi mg 9.72 ± 12.60 12.60 ± 6.61 11.13 ± 7.58 44 13 Seng mg 6.56 ± 8.36 8.36 ± 3.07 7.44 ± 3.27 20 5 10 54.03 ± 39.60 75 290.45 ± 93.70 363 391.71 ± 265.26 338.60 ± 328.66 700 214.34 ± 110.04 180.53 ± 133.80 300 1.92 ± 1.26 1.76 ± 1.28 1,3 SE = Status Sosial Ekonomi diproksi dari Akses ke layanan Puskesmas (SE rendah) dan Akses layanan di RS Hermina (SE tinggi) Dengan mempertimbangkan bahwa intik zat gizi <70% AKG menunjukkan rawan gizi, maka berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ibu hamil pada 76 penelitian ini berisiko tinggi defisiensi vitamin A, vitamin C, folat, vitamin B12, zat besi dan seng. Konsumsi gizi ibu hamil dari status sosial ekonomi rendah lebih memprihatinkan dibandingkan ibu hamil dari status sosial ekonomi tinggi. Hampir semua intik zat gizi ibu hamil dari SE rendah rata – rata <70% AKG (lemak, karbohidrat, vitamin A, vitamin C, thiamin, folat, vitamin B12, kalsium, zat besi dan seng). Rendahnya intik zat gizi ibu hamil dengan status sosial ekonomi ini disebabkan karena intensitas dan kuantitas konsumsi pangan lebih rendah dibandingkan dengan ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi. Meskipun konsumsi gizi ibu hamil dari status sosial ekonomi tinggi lebih baik dibanding ibu hamil dari status sosial ekonomi rendah, namun konsumsi gizi tertentu masih rendah, yaitu vitamin A, vitamin C, folat, vitamin B12, zat besi dan seng (Tabel 18). Tabel 18 Tingkat kecukupan gizi ibu hamil menurut kategori status sosial ekonomi No Tingkat Kecukupan SE Rendah SE Tinggi Total 1 2 Energi Protein 70.92± 30.73 98.29± 31.27 84.34± 33.86 88.09 ± 50.43 116.47 ± 46.43 102.02 ± 50.51 3 Lemak 60.03 ± 53.78 85.32 ± 52.36 72.44 ± 54.54 4 Karbohidrat 68.17 ± 23.43 91.36 ± 26.40 79.56 ± 27.48 5 Vitamin A 21.34 ± 27.42 29.02 ± 19.68 25.11 ± 24.22 6 Vitamin C 33.38 ± 46.79 56.45 ± 40.35 44.70 ± 45.21 7 Thiamin 64.04 ± 63.52 98.11 ± 61.54 80.75 ± 64.79 8 Folat 29.71 ± 29.35 42.89 ± 22.04 36.18 ± 26.82 63.07 ± 45.88 9 Vitamin B12 57.71 ± 45.84 68.65± 45.33 10 Kalsium 63.95 ± 89.67 104.48 ± 113.01 83.8 ± 103.71 11 Fosfor 149.00 ± 82.12 203.50 ± 78.25 175.74 ± 84.69 12 Zat Besi 30.47 ± 25.68 39.36 ± 20.68 34.83 ± 23.76 13 Seng 47.07 ± 22.80 58.24 ± 21.43 52.55 ± 22.82 SE = Status Sosial Ekonomi diproksi dari Akses ke Puskesmas (SE rendah) dan Akses Pelayanan di RS Hermina (SE tinggi) Berdasarkan kategori status gizi ibu hamil diketahui bahwa rata-rata konsumsi gizi energi, protein, lemak, vitamin A, vitamin C, folat, vitamin B12, fosfor, zat besi dan seng ibu hamil dengan status gizi gemuk sekali lebih besar dibandingkan dengan ibu kategori status gizi lainnya. 77 Rata-rata konsumsi gizi kalsium ibu hamil dengan status gizi gemuk sekali paling rendah dibandingkan dengan konsumsi kalsium ibu hamil dengan status gizi lainnya. Tabel 19 Konsumsi gizi ibu hamil menurut kategori status gizi No. Konsumsi Gizi Status Gizi Ibu Hamil Satuan kkal Kurus Normal Gemuk Gemuk Sekali 1742.60±668.44 1898.54±718.50 g 60.19±29.81 65.59±31.27 71.51±23.64 80.01 ± 35.03 Lemak g 50.84±39.94 53.89±40.16 60.26±28.53 66.90 ± 41.72 4 Karbohidrat g 267.31±77.91 292.87±99.26 323.12±55.40 293.99 ± 53.35 5 Vitamin A RE 319.84±317.30 337.02±332.78 6 Vitamin C mg 41.23±43.00 44.35±45.15 52.71±42.81 55.92 ± 58.58 7 Thiamin mg 0.93±0.73 1.03±0.86 0.98±0.51 0.94 ± 0.47 8 Folat μg 170.33±137.56 179.06±132.14 9 Vitamin B12 mg 1.54±1.10 1.79 ± 1.31 10 Kalsium mg 705.62±683.73 798.33±1035.59 1166.87±1327.57 669.82± 361.59 11 Fosfor mg 970.77±497.73 1058.35±531.14 12 Zat Besi mg 11.14±9.44 10.86 ± 6.98 13.01±8.44 14.46 ± 8.55 13 Seng mg 6.92 ± 3.24 7.46±3.33 8.01±2.21 8.79 ± 3.42 1 Energi 2 Protein 3 2117.65±490.43 2122.59±648.77 373.10±238.91 429.31± 428.53 202.86±93.77 234.51± 192.16 1.79±1.28 2.25 ± 1.41 1223.98±469.87 1270.06±535.33 Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 20) diketahui bahwa ibu hamil kurus berisiko tinggi defisiensi lemak, vitamin A, vitamin C, folat, vitamin B12, zat besi dan seng. Ibu hamil normal berisiko tinggi defisiensi vitamin A, vitamin C, folat, vitamin B12, zat besi dan seng. Meskipun rata-rata konsumsi kalsium ibu hamil dengan status gizi gemuk sekali paling rendah, namun masih memenuhi standar AKG yang dibutuhkan ibu hamil. Konsumsi gizi karbohidrat dan kalsium ibu hamil dengan kategori status gizi gemuk paling tinggi dibandingkan dengan konsumsi ibu hamil dengan kategori status gizi lainnya. Meskipun rata-rata konsumsi gizi tersebut rendah menurut kategori status gizi yang berbeda, namun berdasarkan AKG yang dianjurkan, konsumsi gizi karbohidrat ibu hamil telah memenuhi AKG yang dianjurkan bagi ibu hamil (Tabel 20). 78 Tabel 20 Tingkat kecukupan zat gizi ibu hamil menurut kategori status gizi No. Konsumsi Gizi Status Gizi Ibu Hamil Kurus ( x+ 1 Energi 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Protein Lemak Karbohidrat Vitamin A Vitamin C Thiamin Folat Vitamin B12 Kalsium Fosfor Zat Besi Seng sd ) 78.64 ± 31.36 94.82 ± 46.68 68.24 ± 51.72 74.51 ± 24.94 23.69 ± 23.50 41.23 ± 43.00 74.87 ± 60.05 34.07 ± 27.51 55.08 ± 39.54 74.28 ± 71.97 161.79± 82.96 34.80 ± 29.52 48.97 ± 22.53 Normal ( x+ sd ) 84.45± 34.78 101.94± 51.18 71.96 ± 55.74 80.06 ± 28.93 24.93 ± 24.38 44.36 ± 45.14 82.38 ± 68.20 35.81± 26.43 63.96 ± 46.78 83.82± 108.36 175.46±85.15 33.92 ± 21.81 52.63 ± 23.12 Gemuk ( x+ sd ) 93.71 ± 24.73 110.33± 39.58 80.47 ± 40.46 87.47 ± 15.30 27.64 ± 17.70 52.72± 42.81 79.69 ± 40.98 40.57 ± 18.75 63.97 ± 45.81 122.83±139.74 198.80 ± 70.93 40.65 ± 26.38 56.35 ± 15.47 Gemuk sekali ( x+ sd ) 94.72±31.96 124.54±59.35 89.76 ± 58.72 80.46 ± 17.11 31.80 ± 31.74 55.92 ± 58.58 75.85 ± 36.87 46.90 ± 38.43 80.32 ± 50.55 70.51± 38.06 211.67 ± 89.22 45.19 ± 26.71 61.93 ± 24.54 Pertambahan Berat Badan Ibu Selama Hamil Rata-rata pertambahan berat badan ibu selama kehamilan adalah 11.41±4.31 kg; rata-rata pertambahan berat badan ibu hamil dari status sosial ekonomi tinggi 13.22±4.39 kg sedangkan ibu hamil dari status sosial ekonomi rendah sebesar 9.56±3.31 kg. Berdasarkan status gizi ibu hamil, rata – rata pertambahan berat badan ibu paling besar pada ibu hamil dengan status gizi gemuk sekali (13.19 ± 5.08 kg). Rata – rata pertambahan berat badan ibu hamil kurus 11.60±4.44 kg, lebih besar dibandingkan ibu hamil normal 11.36±4.24 kg, ibu gemuk 10.27±4.01 kg. Rata – rata pertambahan berat badan ibu hamil yang melahirkan bayi BLR sebesar 8.16±3.40 kg, rata – rata pertambahan berat badan ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi sebesar 11.11±3.85 kg, lebih tinggi dibandingkan dengan pertambahan berat badan ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah yaitu 7.07±2.51 kg. Rata – rata pertambahan berat badan ibu hamil yang melahirkan bayi normal sebesar 11.61±4.27 kg, rata – rata pertambahan berat badan ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi sebesar 13.39±4.39 kg, lebih tinggi dibandingkan ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah yaitu 9.79±3.29 kg (Lampiran 2 dan 3). 79 Tabel 21 Pertambahan berat badan selama kehamilan menurut kategori status sosial ekonomi Peubah SE Rendah SE Tinggi Total ( x + sd ) ( x + sd ) ( x + sd ) Pertambahan berat badan (kg) 9.56 ± 3.31 13.22 ± 4.39 11.41 ± 4.31 a) Ibu kurus 9.75 ± 3.58 11.91 ± 4.36 11.60 ± 4.44 − Bayi BLR 7.90 ± 2.19 11.67 ± 3.47 9.56 ± 3.29 − Bayi Normal 9.92 ± 3.65 14.12 ± 4.41 11.78 ± 4.50 − Bayi PJT 8.71 ± 3.67 12.78 ± 3.23 10.59 ± 3.95 9.89 ± 3.56 9.60 ± 3.19 14.08 ± 4.51 13.28 ± 4.42 11.74 ± 4.51 11.36 ± 4.24 − Bayi non-PJT b) Ibu normal − Bayi BLR 7.16 ± 2.45 11.48 ± 4.42 8.06 ± 3.37 − Bayi Normal 9.81 ± 3.16 13.32 ± 4.42 11.53 ± 4.21 − Bayi PJT 8.68 ± 3.42 12.32 ± 5.53 9.53 ± 4.24 9.76 ± 3.13 6.77 ± 3.10 13.33 ± 4.37 11.94 ± 3.26 11.56 ± 4.20 10.27 ± 4.01 − Bayi non-PJT c) Ibu gemuk − Bayi BLR 5.17 ± 3.33 7.00 ± 0.00 5.63 ± 2.87 − Bayi Normal 7.38 ± 3.01 12.17 ± 3.15 10.89± 3.75 − Bayi PJT 4.83 ± 3.69 − Bayi non-PJT d) Ibu gemuk sekali − Bayi BLR − Bayi Normal − Bayi PJT − Bayi non-PJT - 4.83 ± 3.69 7.50 ± 2.76 10.86 ± 4.26 11.94 ± 3.26 14.20 ± 5.19 10.78 ± 3.68 13.19 ± 5.08 - - - 10.86 ± 4.26 14.23 ± 5.19 13.18 ± 5.08 4.00 ± 0.00 - 4.00 ± 0.00 12.00 ± 3.28 14.20 ± 5.19 13.60 ± 4.78 SE = Status Sosial Ekonomi diproksi dari Akses ke Puskesmas (SE rendah) dan Akses Pelayanan di RS Hermina (SE tinggi) Pertambahan berat badan ibu selama hamil cukup baik, hal ini dibuktikan dari data bahwa rata – rata pertambahan berat badan ibu sebesar 11.41 ± 4.31kg (baik ibu dengan status sosial ekonomi rendah maupun tinggi mengalami pertambahan berat badan rata – rata ≥ 6.8 kg; berdasarkan rekomendasi IOM bahwa pertambahan berat badan selama hamil dikatakan rendah jika < 6.8kg). Rata – rata pertambahan berat badan ibu hamil dengan status gizi gemuk yang melahirkan bayi BLR dan PJT lebih kecil dari 6.8 kg. Pertambahan berat badan ini paling rendah dibandingkan dengan rata-rata pertambahan berat badan ibu dengan kriteria status gizi lainnya. Rata – rata pertambahan berat badan ibu 80 hamil yang melahirkan bayi BLR lebih besar pada ibu hamil kurus (9.56±3.29 kg), dan rata – rata pertambahan berat badan ibu hamil kurus dengan status sosial ekonomi tinggi lebih besar dibandingkan dengan ibu status ekonomi rendah dan status gizi normal, gemuk maupun gemuk sekali. Pertambahan berat badan ibu hamil yang melahirkan bayi PJT lebih besar pada ibu hamil dengan status gizi kurus (10.59±3.95 kg) dibandingkan dengan rata-rata pertambahan berat badan ibu yang melahirkan bayi PJT dengan kategori status gizi lainnya. Rata-rata pertambahan berat badan ibu hamil kurus dengan status sosial ekonomi tinggi yang melahirkan bayi PJT lebih besar (12.78±3.23 kg) dibandingkan ibu dengan status gizi lainnya. Hickey (2000) mengemukakan bahwa faktor sosiokultural seperti etnisitas, status sosial ekonomi, umur dan pendidikan ibu mempengaruhi pertambahan berat badan ibu selama hamil. Data nasional Amerika Serikat tahun 1992 mengindikasikan bahwa pertambahan berat badan ibu hamil akan mengalami peningkatan sejalan dengan meningkatnya tingkat pengetahuan ibu. Data nasional Amerika Serikat tahun 1996 mengindikasikan bahwa pertambahan berat badan ibu selama hamil meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan ibu. Pertambahan berat badan prenatal juga berkaitan dengan umur ibu dan paritas. Primipara dilaporkan memiliki kemungkinan untuk memperoleh pertambahan berat badan rendah (<6.8 kg) daripada multipara (Hickey 2000). Berbagai studi telah menunjukkan bahwa pertambahan berat badan ibu selama masa hamil berkisar antara 8 - 14 kg. Rosso dan Lederman (1982) menganjurkan pertambahan berat badan 12.5 kg selama masa hamil. Angka ini lebih tinggi daripada angka pertambahan berat bada masa hamil yang dianjurkan oleh SNSWGP, Food and Nutrition Board (1990) yang sebesar 11 kg. Beberapa hasil penelitian di Indonesia menunjukkan angka pertambahan berat badan yang lebih rendah daripada angka anjuran Rosso dan SNSWGP. Dari hasil penelitian di Indonesia terungkap bahwa pertambahan berat badan ibu selama hamil adalah 6.8 kg (Madura) (Kusin dan Kardjati 1994), 8.3 kg (Purworedjo) (Winkvist et al. 2002), dan 7.8 kg (Bogor) (Hardinsyah dkk 2002). 81 Angka – angka ini lebih rendah karena ibu hamil berasal dari pedesaan yang pada umumnya dari status sosial ekonomi rendah. Dari sebuah penelitian yang mengkaji kaitan antara diet, kebiasaan merokok, dan tekanan psikososial terhadap outcome kehamilan di Amerika Utara, Picone et al. (2000) menyimpulkan bahwa pertambahan berat badan masa hamil yang rendah berkaitan dengan asupan pangan yang rendah. Hal ini berkaitan dengan defisit pada perkembangan plasenta dan ukuran janin. Tinggi Fundus Pertambahan usia kehamilan tidak selalu disertai dengan semakin tingginya fundus. Tinggi fundus ibu hamil mulai dapat dihitung dengan jelas pada minggu ke-12 kehamilan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi fundus paling tinggi dicapai saat usia kehamilan 42 minggu (34.17 cm) (Lampiran 4). Gambar 15 menjelaskan pola kenaikan tinggi fundus ibu hamil yang diamati mulai dari usia kehamilan 22 minggu sampai 43 minggu. Kurva Tinggi Fundus menurut Usia Kehamilan 42 39 Standar 36 33 Tinggi Fundus (cm) 30 27 24 21 18 15 Hasil Studi 12 9 6 3 0 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 Usia Kehamilan (minggu) Gambar 15 Kurva tinggi fundus menurut usia kehamilan ibu Hasil penelitian ini menunjukkan kecenderungan yang berbeda dengan peningkatan tinggi fundus standar (Spielberg dalam Muchtar dan Lutan 1998). 82 Peningkatan tinggi fundus standar oleh Spielberg menunjukkan kecenderungan liniaritas, pertambahan usia kehamilan selalu disertai dengan peningkatan tinggi fundus, meskipun tidak dalam angka besar/tinggi. Berbeda dengan hasil penelitian ini, pertambahan usia kehamilan tidak selalu diikuti dengan peningkatan tinggi fundus. Selain peningkatan tinggi fundus yang sangat besar pada usia kehamilan 22 – 27 minggu, ditemukan juga bahwa pada usia kehamilan 29 minggu, 31 minggu, 33 minggu dan 35 minggu terjadi penurunan tinggi fundus yang berarti. Spielberg menggambarkan bahwa peningkatan tinggi fundus saat usia kehamilan 22 sampai 27 minggu sebesar ±0.83cm, sedangkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan tinggi fundus pada usia kehamilan 22 minggu – 27 minggu mencapai 6,0 cm. (Peningkatan tinggi fundus menurut usia kehamilan dan kisaran standar deviasi mulai usia kehamilan 20 minggu – 42 minggu disajikan pada Lampiran 5). Masalah Kesehatan dan Riwayat Kehamilan Masalah Kesehatan Pertumbuhan janin merupakan hasil interaksi antara potensi genetik dengan lingkungan. Ibu yang mulai memasuki masa kehamilan dengan kondisi kesehatan yang baik dan tidak mengalami masalah pada organ-organ reproduksinya, berpeluang melahirkan bayi yang lebih sehat dibandingkan ibu-ibu yang mengalami masalah kesehatan dan gizi. Masalah gizi kronis pada masa kecil akan memengaruhi tinggi badan di usia dewasa (Ebrahim 1983). Masalah kesehatan yang dialami ibu hamil berdasarkan pada catatan medik disajikan pada Tabel 22 dan 23. Sebagian besar ibu hamil (78.5%) tidak merasa menderita penyakit, sebanyak 1.9% merasa tidak tahu penyakit apa yang mereka derita. Penyakit yang paling banyak dirasakan oleh ibu adalah batuk pilek (8.5%), asma 3.1%, darah tinggi dan muntah-muntah hebat 1.7%. Batuk pilek dirasakan oleh sebanyak 11.5% ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi, sedangkan ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah sebanyak 5.5%. Berdasarkan status ekonomi diketahui bahwa sebanyak 4.5% ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi yang menderita asma, sedangkan ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah yang menderita asma sebanyak 2.5%. 83 Berdasarkan status gizi, diketahui bahwa persentase ibu kurus yang menderita asma lebih besar (5.7%) dibandingkan ibu normal (2.9%), ibu gemuk (2.9%) dan ibu gemuk sekali (4.3%). Tabel 22 Sebaran ibu hamil berdasarkan jenis penyakit menurut kategori status sosial ekonomi* Jenis Penyakit Asma Jantung Pre-eklamsia Darah tinggi Batuk pilek Hepatitis Kencing manis Muntah-muntah hebat Tidak tahu Tidak ada Lain-lain SE Rendah SE Tinggi n 8 1 2 8 18 0 1 5 9 270 5 n 14 0 2 3 36 3 2 6 3 231 19 % 2.5 0.3 0.6 2.5 5.5 0.0 0.3 1.5 2.8 83.1 1.5 % 4.5 0.0 0.6 1.0 11.5 1.0 0.6 1.9 1.0 73.8 6.1 Total n 22 1 4 11 54 3 3 11 12 501 24 % 3.4 0.2 0.6 1.7 8.5 0.5 0.5 1.7 1.9 78.5 3.8 SE = Status Sosial Ekonomi diproksi dari Akses ke layanan Puskesmas (SE rendah) dan Akses layanan di RS Hermina (SE tinggi) ∗ satu orang contoh bisa menderita lebih dari satu penyakit Selain asma, terdapat sebanyak 3.8% ibu hamil yang merasakan keluhan penyakit lainnya. Persentase ibu hamil dengan status ekonomi tinggi yang merasakan penyakit jenis lainnya sebanyak 6.1%, lebih tinggi dibandingkan ibu dengan status sosial ekonomi rendah (1.5%). Berdasarkan status gizi, diketahui bahwa penyakit lainnya lebih banyak dirasakan oleh ibu dengan status gizi kurus (4.7%) dan gemuk sekali (4.3%). Jenis penyakit lain yang diderita ibu hamil antara lain adalah Diseminated Intravascular Coagulation (DIC), oedema, flek (bercak darah di vagina), oligohidramnion berat (hanya dialami ibu hamil dari status sosial ekonomi tinggi); placenta acreta, bayi dengan tangan menumbung, dan penyakit tipus (tiga penyakit terakhir diderita ibu hamil dari status sosial ekonomi rendah). 84 Tabel 23 Sebaran ibu hamil berdasarkan jenis penyakit menurut kategori status gizi* Status Gizi Ibu Hamil Jenis Penyakit Asma Jantung Pre-eklamsia Darah tinggi Batuk pilek Hepatitis Kencing manis Muntah-muntah hebat Tidak tahu Tidak ada Lain-lain Kurus n % 6 5.7 0 0.0 1 0.9 1 0.9 7 6.6 0 0.0 0 0.0 3 2.8 4 3.8 81 76.4 5 4.7 Normal n % 14 2.9 1 0.2 3 0.6 7 1.5 42 8.8 3 0.5 2 0.4 7 1.5 8 1.7 375 78.9 17 3.6 Gemuk n % 1 2.9 0 0.0 0 0.0 1 2.9 3 8.8 0 0.0 1 2.9 0 0.0 0 0.0 28 84. 1 2.9 Gemuk Sekali n % 1 4.3 0 0.0 0 0.0 2 8.7 2 8.7 0 0.0 0 0.0 1 4.3 0 0.0 17 73.9 1 4.3 * satu orang contoh bisa menderita lebih dari satu penyakit Riwayat Kehamilan Rata–rata usia kehamilan ibu hamil 38.70±1.71minggu; rata – rata usia kehamilan ibu dengan status sosial ekonomi rendah 38.73±1.78minggu, sedangkan rata–rata usia kehamilan ibu dengan status sosial ekonomi tinggi 38.67±1.62minggu (Tabel 24). Sebagian besar ibu (88.8%) tidak pernah mengalami keguguran sebelumnya. Riwayat keguguran kehamilan sebelumnya lebih sering dijumpai pada ibu dengan status sosial ekonomi tinggi (15.0%) dibandingkan ibu dengan status sosial ekonomi rendah (7.6%) Berdasarkan cara melahirkan, sebagian besar proses kelahiran berlangsung normal (65.4%); persentase ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah yang melahirkan secara normal lebih besar (91.1%) dibandingkan ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi (38.9%). Ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi sebagian besar (55.9%) melahirkan dengan proses operasi saesar, sedangkan ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah yang melakukan operasi saesar saat melahirkan hanya 6.2%. Angka ini jauh di atas angka yang normal untuk saesar adalah 15% (Wiknjosastro 2006). Berdasarkan status gizi ibu sebelum hamil, usia kehamilan ibu dengan status gizi gemuk sedikit lebih tua dibandingkan dengan ibu hamil status gizi lainnya (Tabel 25). Berdasarkan status gizi ibu sebelum kehamilan, riwayat keguguran 85 sebelumnya lebih sering dijumpai pada ibu hamil gemuk (23.5%) dan gemuk sekali (26.1%). Sedangkan ibu kurus dan normal yang memiliki riwayat keguguran sebelumnya masing-masing lebih kurang 11.3% dan 9.5%. Tabel 24 Sebaran ibu hamil berdasarkan riwayat kehamilan menurut kategori status sosial ekonomi No. 1 2 3 4 5 6 Peubah Riwayat keguguran sebelumnya − Ya − Tidak Cara melahirkan − Normal − Forsep/cunam − Vakum − S. Saesaria/operasi Posisi bayi saat dilahirkan − Sungsang − Kepala − Letak lintang Konsumsi suplemen saat hamil − Vitamin − Zat besi − Lain-lain Pemberian resep melahirkan − Antibiotika − Analgetika − Tidak diberi resep − Kombinasi Usia kehamilan (minggu) SE Rendah SE Tinggi Total n % n % n % 25 304 7.6 92.4 47 267 15.0 85.0 72 571 11.2 88.8 296 1 8 20 91.1 0.3 2.5 6.2 121 0 17 175 38.7 0.0 5.4 55.9 417 1 25 196 65.4 0.2 3.9 30.6 19 305 1 5.8 93.8 0.3 18 292 3 5.8 93.3 1.0 37 597 4 5.8 93.6 0.6 26 293 10 7.9 89.1 3.0 49 252 13 15.6 80.3 4.1 75 545 23 11.7 84.8 3.6 128 142 5 50 39.4 43.7 1.5 15.4 70 3 4 236 22.4 1.0 1.3 75.4 198 145 9 286 31.0 22.7 1.4 44.8 ( x+ sd ) 38.73 ± 1.78 ( x+ sd ) 38.67 ± 1.62 ( x+ sd ) 38.70 ± 1.71 SE = Status Sosial Ekonomi diproksi dari Akses ke layanan Puskesmas (SE rendah) dan Akses layanan di RS Hermina (SE tinggi) Berdasarkan status gizi ibu awal kehamilan diketahui bahwa persentase ibu dengan status gizi normal dan kurus yang melahirkan secara normal lebih besar (berturut – turut 75.5% dan 65.9%) dibandingkan ibu gemuk (38.2%) dan gemuk sekali (47.8%). Data menunjukkan bahwa ibu hamil dengan status gizi gemuk dan sangat gemuk lebih banyak melahirkan dengan cara operasi saesar (berturut – turut 52.2% dan 50.0%), sedangkan ibu hamil dengan status gizi kurus dan normal 86 yang melahirkan melalui operasi saesar berturut – turut sebesar 20.8% dan 30.3% (Tabel 25). Posisi kepala bayi saat kelahiran sebagian besar normal (tidak sungsang, 93.6%), dan bayi yang lahir dengan posisi sungsang sebanyak 5.8% baik pada ibu hamil dari status sosial ekonomi tinggi maupun status sosial ekonomi rendah (Tabel 24). Berdasarkan status gizi, kelahiran bayi dengan posisi sungsang lebih sering dijumpai pada ibu dengan status gizi sangat gemuk (13.0%), dibandingkan ibu dengan status gizi kurus (4.7%), normal (5.5%) dan gemuk (8.8%). Selain itu, pada ibu dengan status gizi normal dan gemuk sekali ditemukan bayi lahir dengan posisi kepala melintang (Tabel 25). Tabel 25 Sebaran ibu hamil berdasarkan riwayat kehamilan dan kategori status gizi Status Gizi Ibu Hamil No. Peubah Kurus n 1 2 3 4 5 6 Riwayat keguguran sebelumnya − Ya − Tidak Cara melahirkan − Normal − Forsep/cunam − Vakum − S. Saesaria/operasi Posisi bayi saat dilahirkan − Sungsang − Kepala − Letak lintang Konsumsi suplemen saat hamil − Vitamin − Zat besi − Lain-lain Pemberian resep melahirkan − Antibiotika − Analgetika − Tidak diberi resep − Kombinasi Usia kehamilan (minggu) Normal Gemuk Gemuk Sekali % n % n % 12 94 11.3 88.7 45 430 9.5 90.5 8 26 23.5 76.5 6 17 26.1 73.9 80 0 4 22 75.5 0.0 3.8 20.8 313 1 17 144 65.9 0.2 3.6 30.3 13 0 4 17 38.2 0.0 11.8 50.0 11 0 0 12 47.8 0.0 0.0 52.2 5 101 0 4.7 95.3 0.0 26 445 4 5.5 93.7 0.8 3 31 0 8.8 91.2 0.0 3 20 4 13.0 87.0 0.6 16 86 4 15.1 81.1 3.8 50 415 15 10.4 86.5 3.1 9 44 4 15.8 77.2 7.0 75 545 23 11.7 84.8 3.5 40 27 1 38 37.7 25.5 0.9 35.8 145 111 8 211 30.5 23.4 1.7 44.4 8 5 0 21 23.5 14.7 0.0 61.8 5 2 0 16 21.7 8.7 0.0 69.6 ( x+ sd ) 38.64±1.71 ( x+ sd ) 38.70±1.74 ( x+ sd ) 38.82±1.40 n ( x+ % sd ) 38.70±1.40 87 Sebagian besar ibu hamil (84.8%) mengonsumsi suplemen besi selama kehamilan, persentase ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah yang mengonsumsi zat besi lebih besar (89.1%) dibandingkan ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi (80.3%). Selain zat besi, ibu hamil juga mengonsumsi vitamin selama hamil, persentase ibu hamil dari status sosial ekonomi tinggi yang mengonsumsi vitamin lebih besar (15.6%) daripada ibu hamil dari status sosial ekonomi rendah (7.9%). Caroline et al (2003) merangkum berbagai penelitian kaitan antara zat gizi mikro dengan pertumbuhan janin. Mereka menunjukkan bahwa zat gizi mikro penting untuk pertumbuhan janin. Defisiensi zat gizi mikro ibu dapat menjadi faktor penting terjadinya PJT. Eksperimen di Tanzania menunjukkan bahwa suplementasi multivitamin dapat meningkatkan berat bayi lahir dan menurunkan angka kematian bayi. Caroline dan kawan-kawan menganjurkan bahwa intervensi gizi untuk ibu hamil harus mencakup intervensi berbasis pangan. Adapun jenis obat yang diberikan kepada ibu hamil sesaat setelah melahirkan adalah antibiotika, analgetika maupun kombinasi keduanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepada sebagian besar ibu diberikan kombinasi analgetika dan antibiotika (44.8%). Resep kombinasi yang diberikan kepada ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi lebih besar (75.4%) dibandingkan ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah (15.4%). Ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah lebih banyak menerima resep antibiotika dan analgetika (masing – masing 39.4% dan 43.7%) dibandingkan ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi (masing – masing 22.4% dan 1.0%). Berdasarkan status gizi sebelum kehamilan, diketahui bahwa pemberian antibiotika dan analgetika kepada ibu dengan status gizi kurus paling besar (37.7%) dibandingkan ibu dengan status gizi normal (30.5%), gemuk (23.5%) dan sangat gemuk (21.7). Ibu dengan status gizi gemuk dan sangat gemuk sebagian besar (berturut - turut 61.8% dan 69.6%) diberikan resep kombinasi, sedangkan ibu hamil dengan status gizi kurus dan normal yang diberikan resep kombinasi berturut – turut 35.8% dan 44.4%; dan tidak ada satupun ibu hamil dengan status gizi gemuk dan gemuk sekali yang tidak diberi resep melahirkan. 88 Pengetahuan Gizi dan Perilaku Kesehatan Pengetahuan Gizi Penyediaan makanan bagi keluarga umumnya merupakan tanggung jawab seorang ibu. Hal ini berhubungan dengan pemilihan, pembelian dan pengolahan makanan untuk seluruh anggota keluarga. Dengan demikian, semakin tinggi pengetahuan gizi yang dimiliki ibu diharapkan semakin baik kemampuan ibu dalam memilih dan merencanakan makanan dengan ragam dan kombinasi yang tepat sesuai dengan syarat-syarat gizi (Walker dan Hill 1979 dalam Barokah 1993). Dikatakan juga oleh Notoatmodjo dan Solita (1985) bahwa pengetahuan ibu tentang bahan makanan akan mempengaruhi perilaku pemilihan makanan sehingga kesalahan dalam pemilihan dan pengolahan makanan dapat dihindari. Tabel 26 Persentase ibu hamil yang menjawab benar pengetahuan gizi menurut kategori status sosial ekonomi Pengetahuan Gizi Fungsi utama protein dalam tubuh Porsi makan ibu selama hamil Gejala kurang darah (anemia) selama hamil Penyebab kurang darah (anemia) Makanan sumber zat besi Saat tepat menggunakan suplemen zat besi Fungsi kalsium bagi ibu hamil Makanan mengurangi muntah di usia hamil muda Makanan untuk mengatasi masalah susah buang air besar Manfaat senam hamil Pertambahan berat badan ideal Pertambahan berat badan ibu berhubungan dengan pertambahan berat janin Imunisasi bagi ibu hamil Jenis suplemen yang dianjurkan selama hamil Pengertian tentang bayi BLR SE Rendah SE Tinggi Total Menjawab dengan benar n % n % n % 76 23.4 150 47.9 226 35.4 207 63.7 260 83.1 467 73.2 193 59.4 280 89.5 473 74.1 170 52.3 285 91.1 455 71.3 90 27.7 146 46.6 236 37.6 93 28.6 116 37.1 209 32.8 195 60.0 284 90.7 479 75.1 217 66.8 193 61.7 410 64.3 94 28.9 120 38.3 214 33.5 291 60 89.5 18.5 293 146 93.6 46.6 548 206 91.5 32.3 223 68.6 149 47.6 372 58.3 172 240 52.9 73.8 203 272 64.9 86.9 375 512 58.8 80.3 100 30.8 184 58.8 284 44.5 SE = Status Sosial Ekonomi diproksi dari Akses ke layanan Puskesmas (SE rendah) dan Akses layanan di RS Hermina (SE tinggi) Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dikatakan bahwa pengetahuan gizi ibu hamil dengan status ekonomi tinggi lebih baik dibandingkan dengan 89 pengetahuan gizi ibu hamil dengan status gizi rendah. Hal ini dapat dilihat berdasarkan sebaran jawaban benar yang diberikan ibu hamil terhadap pertanyaan – pertanyaan yang berhubungan dengan pengetahuan gizi (Tabel 26). Dari 15 pertanyaan yang berhubungan dengan pengetahuan gizi ibu hamil, hanya 2 pertanyaan yang persentase jawaban benar lebih tinggi diberikan oleh ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah (yaitu pertanyaan tentang makanan untuk mengurangi muntah di usia hamil muda dan pertambahan berat badan ibu berhubungan dengan pertambahan berat janin). Selain kedua pertanyaan tersebut, sebaran jawaban benar yang diberikan ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi lebih baik dibandingkan ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah (Tabel 26). Berdasarkan skor jawaban benar diatas, ibu hamil dikategorikan sebagai ibu hamil dengan pengetahuan gizi kategori kurang (skor jawaban benar <60% skor jawaban benar total), sedang (skor jawaban benar 60 – 80% skor jawaban benar total) dan baik (skor jawaban benar > 80% skor jawaban benar total). Sebagian besar (51.7%) ibu hamil termasuk kategori pengetahuan gizi sedang. Persentase ibu hamil status sosial ekonomi tinggi dengan pengetahuan gizi kategori sedang lebih besar (69.0%) dibandingkan ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah (35.1%). Persentase ibu hamil status sosial ekonomi rendah dengan pengetahuan gizi kategori rendah lebih besar (60.9%) dibandingkan ibu status sosial ekonomi tinggi (22.4%) dan sebaliknya persentase ibu hamil status sosial ekonomi tinggi dengan pangetahuan gizi kategori baik lebih tinggi (8.6%) dibandingkan dengan ibu hamil sosial ekonomi rendah (4.0%) (Tabel 27). Tabel 27 Sebaran ibu hamil berdasarkan kriteria pengetahuan gizi menurut kategori status sosial ekonomi Pengetahuan Gizi SE Rendah SE Tinggi Total n % n % n % Kurang (< 60 %) 198 60.9 70 22.4 268 42.0 Sedang (60 - 80 %) 114 35.1 216 69.0 330 51.7 Baik (> 80 %) 13 4.0 27 8.6 40 6.3 SE = Status Sosial Ekonomi diproksi dari Akses ke layanan Puskesmas (SE rendah) dan Akses layanan di RS Hermina (SE tinggi) 90 Persentase ibu hamil dengan status gizi gemuk dan gemuk sekali yang menjawab benar pertanyaan – pertanyaan yang berhubungan dengan pengetahuan gizi terhadap 15 pertanyaan yang diajukan lebih besar dibandingkan ibu hamil dengan status gizi kurus dan normal. Rata – rata sebaran jawaban benar atas pertanyaan yang diberikan ibu hamil dengan status gizi gemuk dan gemuk sekali lebih baik dibandingkan ibu dengan status gizi kurus dan normal. Dari ke – 15 pertanyaan tersebut, terdapat 2 jawaban pertanyaan dimana sebaran jawaban benar yang diberikan ibu hamil status gizi gemuk dan sangat gemuk lebih rendah dibandingkan dengan jawaban benar yang diberikan ibu hamil dengan status gizi kurus dan normal (yaitu pertanyaan : makanan untuk mengatasi masalah susah buang air besar dan pertambahan berat badan ibu berhubungan dengan pertambahan berat janin ) (Tabel 28). Tabel 28 Persentase ibu hamil yang menjawab benar pengetahuan gizi menurut kategori status gizi Status Gizi Ibu Hamil Pengetahuan Gizi Kurus Normal Gemuk Gemuk Sekali Menjawab dengan benar n % n % n % n % Fungsi utama protein dalam tubuh 32 30.2 170 35.8 13 38.2 11 47.8 Porsi makan ibu selama hamil 77 72.6 343 72.2 28 82.4 19 82.6 Gejala kurang darah (anemia) selama hamil 70 66.0 353 74.3 29 85.3 21 91.3 Penyebab kurang darah (anemia) 74 69.8 330 69.5 29 85.3 22 95.7 Makanan sumber zat besi 43 40.6 165 34.7 16 47.1 12 52.2 Saat tepat menggunakan suplemen zat besi 34 32.1 155 32.6 11 32.4 9 39.1 Fungsi kalsium bagi ibu hamil 77 72.6 351 73.9 29 85.3 22 95.7 Makanan mengurangi gejala muntah di usia hamil muda 67 63.2 306 64.4 22 64.7 15 65.2 Makanan untuk mengatasi masalah susah buang air besar 34 32.1 157 33.1 16 47.1 7 30.4 Manfaat senam hamil 93 87.7 438 92.2 30 88.2 23 100.0 Pertambahan berat badan ideal 33 31.1 147 30.9 16 47.1 10 43.5 Pertambahan berat badan ibu berhubungan dengan pertambahan berat janin 66 62.3 282 59.4 13 38.2 11 47.8 Imunisasi bagi ibu hamil 65 61.3 272 57.3 21 61.8 17 73.9 Jenis suplemen yang dianjurkan selama hamil 84 79.2 379 79.8 27 79.4 22 95.7 Pengertian tentang bayi BLR 44 41.5 208 43.8 18 52.9 14 60.9 91 Berdasarkan status gizi ibu hamil diketahui bahwa sebagian besar ibu (51.7%, Tabel 29) memiliki pengetahuan gizi sedang. Persentase ibu dengan status gizi gemuk yang memiliki pengetahuan gizi kategori sedang paling tinggi (67.6%) dibandingkan ibu dengan status gizi kurus (49.1%), normal (50.5%), dan gemuk sekali (65.2%). Tabel 29 Sebaran ibu hamil berdasarkan kriteria pengetahuan gizi menurut kategori status gizi Kurus Pengetahuan Gizi Kurang (< 60 %) Sedang (60 - 80 %) Baik (> 80 %) n 47 52 7 % 44.3 49.1 6.6 Status Gizi Ibu Hamil Normal Gemuk Gemuk Sekali n % n % n % 208 43.8 8 23.5 5 21.7 240 50.5 23 67.6 15 65.2 27 5.7 3 8.8 3 13.0 Persentase ibu hamil status gizi kurus dengan kategori pengetahuan gizi rendah paling besar (44.3%) dibandingkan ibu dengan status gizi normal (43.8%), gemuk (23.5%) dan gemuk sekali (21.7%). Persentase ibu hamil status gizi gemuk sekali dengan kategori pengetahuan gizi baik paling besar (13.0%) dibandingkan dengan ibu kurus (6.6%), normal (5.7%) dan gemuk (8.8%). Perilaku Kesehatan Kehamilan merupakan masa dimana ibu harus menyelaraskan berbagai perubahan yang terjadi baik dalam dirinya, lingkungan sosial, emosi maupun kondisi ekonomi dan keuangan keluarga. Ibu yang mengharapkan bayi yang sehat perlu merubah gaya hidup mereka sebagai konsekuensi dan bentuk tanggung jawab terhadap bayi yang akan dilahirkan. Selain perilaku ibu, perilaku ayah juga mempengaruhi kualitas kehamilan dan bayi yang akan dilahirkan (Sizer dan Whitney 2000). Kebiasaaan Merokok Ibu Hamil dan Suami Hasil penelitian menunjukkan bahwa 2.5% ibu hamil memiliki kebiasaan merokok. Persentase ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah yang merokok lebih besar (4.0%) dibandingkan ibu dengan status sosial ekonomi tinggi (1.0%). Persentase suami ibu hamil dari status sosial ekonomi rendah yang merokok juga lebih besar (65.5%) dibandingkan suami ibu hamil dari status sosial 92 ekonomi tinggi (28.1%) (Tabel 30). Berdasarkan status gizi ibu (Tabel 31), persentase ibu hamil gemuk yang merokok lebih besar (2.9%) dibandingkan dengan ibu hamil yang kurus (2.8%) dan normal (2.5%). Data menunjukkan bahwa ibu dengan status gizi gemuk sekali tidak ada yang merokok. Persentase suami ibu hamil dengan status gizi kurus yang merokok paling tinggi (53.8%) dibandingkan dengan suami ibu status gizi normal (43.7%), gemuk (38.2%) dan gemuk sekali (39.1%). Tabel 30 Sebaran ibu hamil berdasarkan perilaku kesehatan menurut status kategori sosial ekonomi No. 1 2 Perilaku Ibu Selama Hamil Kebiasaan ibu merokok − ya − tidak Kebiasaan suami merokok − ya − tidak SE Rendah SE Tinggi Total n % n % n 13 312 4.0 96.0 3 313 1.0 99.0 16 622 2.5 97.5 213 112 65.5 34.5 88 225 28.1 71.9 301 337 47.2 52.8 % 3 Konsumsi obat penenang (ibu) 1 0.3 0 0.0 1 0.2 − ya 328 99.7 313 100 642 99.8 − tidak 4 Konsumsi jajanan gorengan/berminyak − ya 247 76.0 275 87.9 522 81.8 78 24.0 38 12.1 116 18.0 − tidak 5 Pemakaian obat nyamuk − ya 217 66.8 172 55.0 389 61.0 108 33.2 141 45.0 229 39.0 − tidak 6 Melakukan senam/olah raga ringan <=5 x seminggu − ya 49 15.1 32 10.2 81 12.7 − tidak 276 84.9 281 89.8 557 87.3 7 Ibu takut gemuk 284 44.5 56.5 177 32.9 − ya 107 354 55.5 43.5 136 67.1 218 − tidak 8 Ibu takut bayi besar 270 42.3 48.6 152 36.3 118 − ya 368 57.7 51.4 161 63.7 207 − tidak 9 Ibu terpengaruh iklan makanan ibu hamil − ya 60 18.5 98 31.3 158 24.8 265 81.5 215 68.7 480 75.2 − tidak SE = Status Sosial Ekonomi diproksi dari Akses ke layanan Puskesmas (SE rendah) dan Akses layanan di RS Hermina (SE tinggi) Luke et al. (1981) telah meneliti kaitan antara kebiasaan merokok ibu hamil dengan pertumbuhan janin (intrauterine growth). Luke dan koleganya 93 membandingkan antara ibu hamil yang menghabiskan 10 - 20 batang rokok perhari dengan ibu hamil yang tidak merokok (kontrol). Mereka menyimpulkan bahwa kebiasaan merokok menghambat pertumbuhan janin. Hal senada juga ditemukan oleh Rush (1974) dan Davies et al (1976) yang menunjukkan bahwa kebiasaan merokok ibu pada masa hamil menghambat pertambahan berat badan masa hamil. Picone et al (1982) membuktikan bahwa kebiasaan merokok dapat mengakibatkan pertambahan berat badan masa hamil rendah dengan menurunkan penggunaan kalori untuk peningkatan bobot badan. Konsumsi Obat Penenang Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat ibu hamil yang mengonsumsi obat penenang selama hamil, yaitu ibu dengan status sosial ekonomi rendah (0.3%) (Tabel 30). Berdasarkan status gizi diketahui bahwa ibu hamil yang mengonsumsi obat penenang termasuk dalam status gizi normal (Tabel 31). Konsumsi Jajanan Gorengan/Berminyak Kebiasaan mengonsumsi jajanan berminyak selama hamil lebih banyak ditemukan pada ibu dengan status sosial ekonomi tinggi (87.9%), sedangkan ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah yang mengonsumsi jajanan gorengan berminyak sebesar 76.0% (Tabel 30). Berdasarkan status gizi ibu hamil diketahui bahwa persentase ibu kurus yang mengonsumsi makanan jajanan gorengan berminyak lebih besar (23.6%) dibandingkan ibu dengan status gizi normal (16.8%), gemuk (20.6%) dan gemuk sekali (17.4%) (Tabel 31). Pemakaian Obat Nyamuk Berdasarkan status sosial ekonomi, persentase ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah yang biasa menggunakan obat nyamuk lebih besar (66.8%) dibandingkan ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi (55.0%) (Tabel 30). Sedangkan berdasarkan status gizi ibu hamil, persentase ibu normal yang menggunakan obat nyamuk lebih besar dibandingkan ibu dengan status gizi lainnya (Tabel 31). Kebiasaan Melakukan Senam / Olah Raga Ringan ≤ 5 kali Seminggu Berdasarkan status sosial ekonomi, persentase ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah yang biasa melakukan olah raga ringan ≤ 5 kali seminggu lebih 94 besar (15.1%) dibandingkan ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi (10.2%) (Tabel 30). Sedangkan berdasarkan status gizi, persentase ibu hamil gemuk sekali yang melakukan olah raga ringan ≤ 5 kali seminggu lebih besar dibandingkan ibu hamil dengan status gizi lainnya (Tabel 31). Tabel 31 Sebaran ibu hamil berdasarkan perilaku kesehatan menurut kategori status gizi Status Gizi Ibu Hamil No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Perilaku Kesehatan Ibu Selama Hamil Kebiasaan ibu merokok − ya − tidak Kebiasaan suami merokok − ya − tidak Konsumsi obat penenang (ibu) − ya − tidak Konsumsi jajanan gorengan/berminyak − ya − tidak Pemakaian obat nyamuk − ya − tidak Melakukan senam/olah raga ringan <=5 x seminggu − ya − tidak Ibu takut gemuk − ya − tidak Ibu takut melahirkan bayi besar − ya − tidak Ibu terpengaruh iklan makanan ibu hamil − ya − tidak Kurus Normal Gemuk n n % n % 3 103 2.8 97.2 12 463 2.5 97.5 57 49 53.8 46.2 222 253 0 0.0 106 100.0 25 81 Gemuk Sekali % n % 1 33 2.9 97.1 0 23 46.7 53.3 13 21 38.2 61.8 9 14 39.1 60.9 1 474 0.2 99.8 0 0.0 34 100.0 0 23 0.0 100.0 23.6 76.4 80 395 16.8 83.2 7 27 20.6 79.4 4 19 17.4 82.6 59 47 55.7 44.3 296 179 62.3 37.7 201 13 61.8 38.2 13 10 56.5 43.5 19 87 17.9 82.1 50 425 10.5 89.5 5 29 14.7 85.3 7 16 30.4 69.6 35 71 33.0 67.0 216 259 45.5 54.5 21 13 61.8 38.2 12 11 52.2 47.8 44 62 41.5 58.5 193 282 40.6 59.4 21 13 61.8 38.2 12 11 52.2 47.8 28 78 26.4 73.6 109 366 22.9 77.1 14 20 41.2 58.8 7 16 30.4 69.6 0.0 100.0 Ibu Takut Gemuk Berdasarkan status sosial ekonomi ibu, sebagaimana disajikan pada Tabel 30, persentase ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi yang takut gemuk lebih besar (56.5%) dibandingkan dengan ibu status sosial ekonomi rendah 95 (32.9%). Sedangkan berdasarkan status gizi (Tabel 31), persentase ibu hamil dengan status gizi gemuk yang takut tambah gemuk lebih besar dibandingkan ibu dengan status gizi lainnya. Ibu Takut Melahirkan Bayi Besar Berdasarkan status sosial ekonomi, sebagaimana disajikan pada Tabel 31, persentase ibu dengan status sosial ekonomi tinggi yang takut melahirkan bayi besar lebih besar (48.6%) dibandingkan dengan ibu dengan status sosial ekonomi rendah (36.3%). Sedangkan berdasarkan status gizi, persentase ibu hamil gemuk yang takut melahirkan bayi besar lebih besar dibandingkan ibu dengan status gizi lainnya. Ibu Terpengaruh Iklan Makanan Ibu Hamil Berdasarkan status sosial ekonomi, persentase ibu hamil dengan status ekonomi tinggi yang mudah terpengaruh iklan makanan bagi ibu hamil lebih besar (31.3%) dibandingkan dengan ibu hamil dengan status ekonomi rendah (18.5%) (Tabel 30). Sedangkan berdasarkan status gizi ibu hamil (Tabel 31), persentase ibu hamil gemuk yang mudah terpengaruh iklan makanan bagi ibu hamil lebih besar dibandingkan dengan ibu hamil status gizi lainnya. Saat hamil, ibu akan mengalami perubahan selera makan serta citarasa dan zat gizi yang dibutuhkan. Makanan dan minuman yang dikonsumsi ibu hamil bisa mempengaruhi janin yang dikandungnya serta berhubungan dengan kenyamanan ibu hamil itu sendiri. Ibu hamil cenderung lebih memperhatikan makanan dan juga perilaku sehat lain yang dianggap akan memberikan konsekuensi terhadap kesehatan bayi. Bahkan, banyak ibu hamil yang lebih serius berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan kehamilan yang berkualitas (Truswell 1999). Antropometri dan Masalah Gizi Bayi Antropometri Bayi Rata – rata berat badan bayi baru lahir bayi 3152.27 g ± 463.19. Rata – rata berat badan bayi dari ibu dengan status sosial ekonomi tinggi 3226.92 g ± 483.59, lebih tinggi dibandingkan rata – rata berat badan bayi dari ibu dengan status sosial ekonomi rendah (3080.38 g ± 431.33). Demikian pula dengan 96 panjang bayi, lingkar kepala dan lingkar dada bayi dari ibu dengan status sosial ekonomi tinggi, rata – rata lebih besar dibandingkan dengan bayi dari ibu dengan status sosial ekonomi rendah. Berbeda dengan lingkar perut bayi, rata – rata lingkar perut bayi dari ibu dengan status sosial ekonomi rendah lebih besar (33.46 cm ±1.82) dibandingkan rata – rata lingkar perut bayi dari ibu dengan status sosial ekonomi tinggi (32.73 cm ± 2.43). Tabel 32 Ukuran antropometrik bayi baru lahir menurut kategori status sosial ekonomi No. Peubah SE Rendah ( x+ sd ) SE Tinggi ( x+ sd ) Total ( x+ sd ) 3080.38± 431.33 3226.92±483.59 3152.27±463.19 Berat bayi baru lahir (g) Panjang bayi (cm) 48.55 ± 1.83 48.61 ± 2.06 48.58 ±1.94 3 Lingkar kepala (LK) (cm) 33.43±1.63 32.91± 1.34 33.97 ± 1.72 33.46± 1.82 32.73± 2.43 4 Lingkar perut (LP) (cm) 33.10±2.17 5 Lingkar dada (LD) (cm) 32.09 ± 1.86 32.57 ± 1.88 32.33±1.88 6 Berat bayi normal (g)* 3153.32 ± 368.05 3273.60± 395.78 3213.96 ±386.68 7 Berat bayi BLR (g) 2275.37 ± 192.49 1812.50 ±744.76 2150.27 ±457.01 8 Berat bayi PLP (g) 2405.88± 373.28 2034.64±863.97 2260.04±626.99 9 Panjang bayi normal (cm)* 48.80 ± 1.57 48.80 ± 1.60 48.80 ± 1.58 10 Panjang bayi BLR (cm) 45.74 ± 2.18 42.80 ± 4.71 44.95 ± 3.27 11 Panjang bayi PLP (cm) 44.00 ± 1.62 42.27 ± 3.72 43.32 ± 2.72 12 LK normal (cm)* 33.11 ± 1.16 34.12 ± 1.39 33.62 ± 1.38 13 LK BBLR (cm) 30.70 ± 1.24 29.30 ± 3.53 30.32 ± 2.15 30.79 ± 1.34 30.45 ± 3.78 30.66 ± 2.52 14 LK PLP (cm) 15 LP normal (cm)* 33.73 ± 1.56 32.91 ± 2.16 33.32 ± 1.93 16 LP BBLR (cm) 30.50 ± 1.82 27.35 ± 3.85 29.65 ± 2.85 30.41 ± 1.76 28.14 ± 3.89 29.52 ± 2.95 17 LP PLP (cm) 18 LD normal (cm)* 32.43±1.43 32.76±1.41 32.60±1.42 19 LD BBLR (cm) 28.33±1.98 27.00±4.52 27.97±2.88 20 LD PLP (cm) 28.53±2.00 28.18±4.71 28.39±3.26 SE = Status Sosial Ekonomi diproksi dari Akses ke layanan Puskesmas (SE rendah) dan Akses layanan di RS Hermina (SE tinggi) 1 2 *normal digunakan untuk bayi dengan berat bayi lahir ≥ 2500g Berdasarkan status sosial ekonomi, ukuran antropometrik bayi dengan panjang lahir pendek (panjang lahir <46 cm) dari ibu dengan status sosial ekonomi tinggi memiliki rata – rata berat badan, lingkar kepala, lingkar perut dan lingkar dada lebih besar dibandingkan dengan bayi PLP dari ibu dengan status sosial ekonomi rendah. Meskipun ukuran antropometrik lainnya (berat badan, lingkar kepala, lingkar perut dan lingkar dada) lebih besar pada bayi PLP dari ibu 97 dengan status sosial ekonomi rendah, tetapi rata – rata panjang badan bayi PLP dari ibu dengan status sosial ekonomi tinggi lebih besar. Tabel 33 Ukuran antropometrik bayi baru lahir menurut kategori status gizi No Status Gizi Ibu Hamil Peubah Kurus 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 3030.54±471.29 Berat bayi baru lahir (g) Panjang bayi (cm) 48.29 ± 2.21 Lingkar kepala (LK) (cm) 32.92± 1.58 31.66± 2.12 Lingkar dada (LD) (cm) 32.62 ± 2.10 Lingkar perut (LP) (cm) 3114.11 ± 378.46 Berat bayi normal (g)* 2129.78 ± 446.06 Berat bayi BLR (g) 2265.67±697.81 Berat bayi PLP (g) Panjang bayi normal (cm)* 48.66 ± 1.56 44.33 ± 3.97 Panjang bayi BLR (cm) 42.50 ± 3.89 Panjang bayi PLP (cm) 33.18 ± 1.19 LK normal (cm)* 30.06 ± 2.38 LK BBLR (cm) 30.50 ± 3.15 LK PLP (cm) 27.11 ± 2.67 LP normal (cm)* 29.78 ± 3.23 LP BBLR (cm) 30.33±3.10 LP PLP (cm) 32.08±1.49 LD normal (cm)* 27.11±2.67 LD BBLR (cm) 28.33±3.50 LD PLP (cm) Normal Gemuk Gemuk sekali 3161.05±453.37 3255.09±499.92 48.60 ±1.89 48.62 ±1.89 3380.09±452.75 49.37±1.52 33.46±1.60 34.97±1.68 34.22±1.78 32.43±1.82 32.65±1.65 32.80±1.71 33.15±2.18 33.60±2.02 33.61±2.01 3215.36±380.80 3388.43±356.27 3380.09±452.75 2140.50±504.11 2255.00±103.76 2263.35±645.95 2210.0±155.56 - 48.78 ± 1.60 49.07 ±1.34 49.37±1.52 45.13 ±3.23 45.25 ± 2.22 43.55 ± 2.50 43.50±0.71 - 33.63 ± 1.36 34.28 ± 1.56 34.22±1.78 30.27 ± 2.23 31.25 ± 0.96 30.68 ± 2.52 31.00 ±1.41 - 26.80 ± 4.55 29.50 ± 1.92 33.61±2.01 29.48 ± 2.80 30.38 ± 2.87 29.43 ± 3.05 28.00±1.41 - 32.67±1.39 33.07±1.08 32.80±1.71 28.04±3.06 29.50±1.92 28.45 ± 3.43 28.00±1.41 - *normal digunakan untuk bayi dengan berat bayi lahir ≥ 2500g Bayi normal yang lahir dari ibu dari status sosial ekonomi tinggi memiliki berat badan, panjang badan, lingkar kepala dan lingkar dada yang lebih besar daripada bayi dari ibu dari status sosial ekonomi rendah. Hasil penelitian di daerah kumuh di Dhaka Banglades menunjukkan bahwa lebih dari 66% kejadian BBLR diakibatkan oleh pertumbuhan janin terhambat (Arifeen et al. 2000). Berdasarkan status gizi ibu di awal kehamilan, diketahui bahwa ukuran antropometrik bayi mengalami peningkatan sejalan dengan meningkatnya status gizi ibu. Rata – rata berat badan, panjang badan, lingkar kepala, lingkar dada dan lingkar perut bayi semakin meningkat dengan meningkatnya status gizi ibu. Semakin baik status gizi ibu, maka berat lahir, panjang badan, lingkar kepala, lingkar dada dan lingkar perut juga lebih besar. Hasil penelitian menunjukkan 98 bahwa ibu dengan status gizi gemuk sekali tidak melahirkan bayi dengan kondisi BBLR dan bayi lahir pendek (Tabel 33). Prevalensi PJT Dalam penelitian ini, bayi dikatakan mengalami Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) jika bayi lahir dengan berat lahir dibawah 10 persentil terendah dari seluruh kelahiran. Berdasarkan status sosial ekonomi, sebagaimana disajikan pada Tabel 34, diketahui bahwa prevalensi PJT lebih besar pada bayi dari ibu dengan status sosial ekonomi tinggi (10.5%) dibandingkan ibu dengan status sosial ekonomi rendah (7.7%). Tabel 34 Prevalensi masalah gizi pada bayi menurut kategori status sosial ekonomi No. 4 Peubah SE Rendah SE Tinggi n n % % Total n % 1 BBLR (BB lahir <2500g) − preterm (<37 minggu) − aterm (≥ 37 minggu) 27 11 16 8.3 40.7 59.3 10 5 5 3.2 50.0 50.0 37 16 21 5.8 43.2 56.8 2 PLP (PB lahir <46 cm) − preterm (<37 minggu) − aterm (≥ 37 minggu) 17 9 8 5.2 52.3 47.1 11 4 7 3.5 36.4 63.8 28 13 15 4.4 46.4 53.6 3 NORMAL (BB lahir ≥2500g) − preterm (<37 minggu) − aterm (≥ 37 minggu) 298 32 266 91.7 10.7 89.3 303 7 296 96.8 2.3 97.7 601 39 562 94.2 6.5 93.5 Bayi PJT 47 17 5.4 64 14.5 10.0 SE = Status Sosial Ekonomi diproksi dari Akses ke layanan Puskesmas (SE rendah) dan Akses layanan di RS Hermina (SE tinggi) Sedangkan berdasarkan kategori status gizi ibu, sebagaimana disajikan pada Tabel 35, diketahui bahwa prevalensi PJT semakin rendah dengan meningkatnya status gizi ibu hamil. Prevalensi PJT paling besar pada ibu kurus (12.3%) dibandingkan dengan ibu status gizi lainnya (Tabel 35). Pada PJT perkembangan otak janin terhambat pula, sehingga akan terjadi gangguan kognitif kelak di kemudian hari (Kusharisupeni 1999), yang dapat menyebabkan gangguan mental secara organobiologis (Kusumanto 1964) 99 Tabel 35 Prevalensi PJT berdasarkan usia kehamilan menurut kategori status sosial ekonomi Status Sosial Ekonomi (SE) No. 1 2 3 4 5 6 Usia kehamilan Rendah n % 3 0.9 2 0.6 10 3.1 8 2.5 14 4.3 1 0.3 6.3 1.9 Minggu ke – 36 Minggu ke – 37 Minggu ke – 38 Minggu ke – 39 Minggu ke – 40 Minggu ke – 41 Rata – rata Tinggi Total n % n % 1 0.3 4 0.6 2 0.6 4 0.6 6 1.9 16 2.5 6 1.9 14 2.2 7 2.2 21 3.3 1 0.3 2 0.3 3.8 1.2 10.2 1.6 Prevalensi PJT menurut usia kehamilan disajikan dalam Tabel 36 dan 37. berdasarkan kategori status sosial ekonomi, prevalensi PJT paling besar terjadi pada usia kehamilan ibu 40 minggu (3.3%), prevalensi PJT ibu dengan status sosial ekonomi tinggi lebih rendah (2.2%) dibandingkan kategori status sosial ekonomi tinggi (4.3%). Jika diamati sebaran kejadian PJT menurut usia kehamilan (selama kehamilan usia 36-41 minggu), dapat dilihat bahwa prevalensi PJT pada ibu dengan kategori status sosial ekonomi rendah rata-rata lebih tinggi (1.9%) dibandingkan dengan ibu dengan kategori status sosial ekonomi tinggi (1.2%). Tabel 36 Prevalensi PJT berdasarkan usia kehamilan menurut kategori status gizi Status Gizi Ibu Hamil (SG) No. 1 2 3 4 5 6 Gemuk Sekali n % n % n % n % Minggu ke – 36 2 1.9 2 0.4 0 0.0 0 0.0 Minggu ke – 37 2 1.9 2 0.4 0 0.0 0 0.0 Minggu ke – 38 2 1.9 12 2.5 1 2.9 1 4.3 Minggu ke – 39 5 4.7 8 1.7 1 2.9 0 0.0 Minggu ke – 40 4 3.8 15 3.2 1 2.9 1 4.3 Minggu ke – 41 1 0.9 1 0.2 0 0.0 0 0.0 Rata – rata 2.7 0.4 6.7 0.2 0.5 0.2 0.3 0.2 Berdasarkan kategori status gizi, pervalensi PJT paling besar terjadi pada ibu Usia kehamilan Kurus Normal Gemuk dengan status gizi kurus dalam usia kehamilan 39 dan 40 minggu (berturut-turut 4.7 dan 3.8%, dan pada ibu dengan status gizi normal di usia kehamilan 40 minggu ( 3.2%). 100 Prevalensi BBLR dan PLP Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi BBLR dan PLP pada ibu hamil berturut turut sebesar 5.8% dan 4.4%. Berdasarkan status ekonomi ibu hamil, prevalensi BBLR maupun PLP lebih besar terjadi pada ibu dengan status sosial ekonomi rendah dibandingkan dengan ibu status sosial ekonomi tinggi (Tabel 34). Berdasarkan status kelahiran bayi (preterm (< 37 minggu) dan aterm (≥37 minggu) diketahui bahwa bayi BLR yang lahir normal (usia kehamilan ≥37 minggu) lebih besar pada ibu dengan status sosial ekonomi rendah (59.3%) dibandingkan dengan ibu dengan status sosial ekonomi tinggi (50%). Tabel 37 Prevalensi masalah gizi pada bayi menurut kategori status gizi No. Peubah n 1 2 3 4 Kurus % Status Gizi Ibu Hamil (SG) Normal Gemuk n % n % Gemuk Sekali n % BBLR (BB lahir <2500g) − preterm (<37 minggu) − aterm (≥ 37 minggu) PLP (PB lahir <46 cm) − preterm (<37 minggu) − aterm (≥ 37 minggu) 9 4 5 8.5 44.4 55.6 24 11 13 5.1 45.8 54.2 4 1 3 11.8 25.0 75.0 0 0.0 6 3 3 5.7 50.0 50.0 20 9 11 4.2 45.0 55.0 2 1 1 5.9 50.0 50.0 0 0.0 NORMAL (BB lahir ≥2500g) − preterm (<37 minggu) − aterm (≥ 37 minggu) Bayi PJT 97 5 92 91.5 5.2 94.8 451 31 420 94.9 6.9 93.1 30 2 28 88.2 6.7 93.3 23 1 22 100.0 4.3 95.7 47 9.9 3 8.8 13 12.3 1 4.3 Meskipun bayi lahir dengan panjang badan saat lahir pendek (< 46cm) tetapi sebagian besar (53.6%) bayi tersebut lahir aterm (normal). Berdasarkan berat badan bayi saat lahir, sebagian besar bayi lahir normal (berat lahir ≥2500g). Persentase bayi dengan berat lahir normal dan lahir cukup bulan (usia kehamilan ≥37minggu) lebih besar (93.5%) dibandingkan dengan bayi lahir preterm (usia kehamilan <37 minggu) (Tabel 37). Berdasarkan status gizi ibu, sebagaimana disajikan pada Tabel 35, diketahui bahwa prevalensi PLP paling besar pada ibu hamil dengan status gizi gemuk (5.9%) dibandingkan prevalensi PLP pada ibu dengan status gizi lainnya. 101 Nilai APGAR dan Ballard Bayi Berdasarkan skor APGAR bayi saat lahir, sebagian besar bayi (83.9%) lahir dalam keadaan normal. Masalah gangguan pernafasan ringan lebih sering terjadi pada bayi baru lahir dari ibu dengan status sosial ekonomi rendah (19.1%) dibandingkan ibu dengan status sosial ekonomi tinggi (12.1%). Nilai Ballard merupakan salah satu metode untuk menilai umur kehamilan dan kualitas bayi lahir yang dikembangkan pada mulanya oleh Dubowitz dan Goldberg (1970) kemudian disempurnakan oleh Ballard (Sellers 1993). Secara keseluruhan, sebagian besar (90.6%) nilai Ballard bayi baru lahir dalam penelitian ini ≥ 35. Persentase nilai ballard ≥ 35 ibu hamil dengan kategori status sosial ekonomi tinggi lebih besar (95.2%) dibandingkan dengan ibu hamil dengan kategori status sosial ekonomi rendah (86.3%). Berdasarkan status kelahiran bayi (normal atau BBLR) diketahui bahwa skor Ballard bayi yang lahir BBLR sebagian besar (62.2%) antara 20 – 34, persentase skor Ballard antara 20 – 34 bayi dari ibu dengan status sosial ekonomi rendah lebih besar (63.0%) dibandingkan bayi ibu dengan status sosial ekonomi tinggi (60.0%). Bayi normal sebagian besar (94.2%) memiliki skor Ballard ≥ 35, persentase bayi normal dengan skor Ballard ≥ 35 lebih besar pada bayi ibu dengan status sosial ekonomi tinggi (97.7%) dibandingkan bayi ibu dengan status sosial ekonomi rendah (90.6%). Berdasarkan kriteria panjang badan saat lahir, rata – rata skor Ballard bayi yang termasuk kategori lahir pendek (PLP) sebagian besar antara 20 – 34; persentase skor Ballard antara 20 – 34 lebih besar pada bayi dari ibu dengan status sosial ekonomi rendah (70.6%) dibandingkan bayi ibu dengan status sosial ekonomi tinggi (36.4%). Bayi yang tidak termasuk kategori PLP (lahir dengan panjang badan > 46 cm) sebagian besar (93.1%) memiliki rata-rata skor Ballard ≥ 35; persentase skor Ballard ≥ 35 bayi dari ibu dengan status sosial ekonomi tinggi lebih besar (97.0%) dibandingkan dengan bayi dari ibu dengan status sosial ekonomi rendah (89.3%). Nilai kematangan neuromuskuler serta skala Ballard disajikan pada Lampiran 6. 102 Tabel 38 Sebaran nilai APGAR dan Ballard menurut kategori status sosial ekonomi No. 1 2 3 4 5 6 7 Nilai Ballard APGAR − Meninggal − Depresi pernafasan akut − Depresi pernafasan moderat − Depresi pernafasan ringan − Normal Bayi Lahir Keseluruhan Nilai Ballard < 20 Nilai Ballard 20-34 Nilai Ballard ≥35 Bayi BLR Nilai Ballard < 20 Nilai Ballard 20-34 Nilai Ballard ≥35 Bayi Normal Nilai Ballard < 20 Nilai Ballard 20-34 Nilai Ballard ≥35 Bayi PLP Nilai Ballard < 20 Nilai Ballard 20-34 Nilai Ballard ≥35 Bayi Lahir dengan panjang Normal Nilai Ballard < 20 Nilai Ballard 20-34 Nilai Ballard ≥35 Bayi dengan PJT Nilai Ballard < 20 Nilai Ballard 20-34 Nilai Ballard ≥35 SE Rendah (%) SE Tinggi (%) Total (%) n % n % n % 1 0 0.3 0.0 1 0 0.3 0.0 2 0 0.3 0.0 0 0.0 1 0.3 1 0.2 62 262 19.1 80.6 38 273 12.1 87.2 100 535 15.7 83.9 0 45 280 0.0 13.8 86.3 2 13 298 0.6 4.2 95.2 2 58 578 0.3 9.1 90.6 0 17 10 0.0 63.0 37.0 2 6 2 20.0 60.0 20.0 2 23 12 5.4 62.2 32.4 0 28 270 0.0 9.4 90.6 0 7 296 0.0 2.3 97.7 0 35 556 0.0 5.8 94.2 0 12 5 0.0 70.6 29.4 2 4 5 8.2 36.4 45.5 2 16 10 7.1 57.1 35.7 0 33 275 0.0 10.7 89.3 0 9 293 0.0 3.0 97.0 0 42 568 0.0 6.9 93.1 0 38 9 0.0 80.9 19.1 0 4 35 0.0 10.3 89.7 2 48 14 3.1 75.0 21.9 8 Bayi Non-PJT 0.0 0 0.0 0 0.0 0 Nilai Ballard < 20 1.7 10 1.0 3 2.5 7 Nilai Ballard 20-34 98.3 564 99.0 293 97.5 271 Nilai Ballard ≥35 SE = Status Sosial Ekonomi diproksi dari Akses ke layanan Puskesmas (SE rendah) dan Akses layanan di RS Hermina (SE tinggi) Berdasarkan kejadian PJT dan non PJT, rata-rata skor Ballard bayi yang lahir PJT sebagian besar (75.0%) antara 20-34, persentase skor Ballard antara 2034 bayi PJT dengan status sosial ekonomi rendah lebih besar (80.9%) dibandingkan status sosial ekonomi tinggi (10.3%). Sedangkan rata-rata skor Ballard bayi non PJT sebagian besar (98.3%) sebesar ≥ 35, persentase skor 103 Ballard ≥ 35 bayi ibu dengan status sosial ekonomi rendah lebih besar (99.0%) dibandingkan bayi ibu dengan status sosial ekonomi rendah (97.5%). Tabel 39 Sebaran nilai APGAR dan Ballard menurut kategori status gizi Status Gizi Ibu Hamil (SG) No. Nilai Ballard Kurus n 1 APGAR − Meninggal − Depresi pernafasan akut − Depresi pernafasan moderat − Depresi pernafasan ringan − Normal 2 Bayi Lahir Keseluruhan Nilai Ballard < 20 Nilai Ballard 20-34 Nilai Ballard ≥35 3 Bayi BLR Nilai Ballard < 20 Nilai Ballard 20-34 Nilai Ballard ≥35 Bayi lahir dgn berat normal Nilai Ballard < 20 Nilai Ballard 20-34 Nilai Ballard ≥35 Bayi PLP Nilai Ballard < 20 Nilai Ballard 20-34 Nilai Ballard ≥35 4 5 6 7 8 Bayi lahir dengan panjang Normal Nilai Ballard < 20 Nilai Ballard 20-34 Nilai Ballard ≥35 Bayi dengan PJT Nilai Ballard < 20 Nilai Ballard 20-34 Nilai Ballard ≥35 Bayi Non-PJT Nilai Ballard < 20 Nilai Ballard 20-34 Nilai Ballard ≥35 Normal % n Gemuk Sekali n % Gemuk % n % 0 0 0 0 2 0 0.4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15 91 14.2 85.8 76 396 16.0 83.4 6 28 17.6 82.4 3 20 13.0 87.0 1 10 95 0.9 9.4 89.6 1 43 431 0.2 9.0 90.7 0 5 29 0.0 14.7 85.3 0 0 23 0.0 0.0 100.0 1 4 4 11.1 44.4 44.4 1 16 7 4.2 66.7 29.2 0 3 1 0.0 75.0 25.0 0 0 0 0.0 0.0 0.0 0 6 91 0.0 6.2 93.8 0 27 424 0.0 6.0 94.0 0 2 28 0.0 3.8 93.3 0 0 23 0.0 0.0 100.0 1 3 2 16.7 50.0 33.3 1 11 8 5.0 55.0 40.0 0 2 0 0.0 100.0 0.0 0 0 0 0.0 0.0 0.0 0 7 93 0.0 7.0 93.0 0 32 423 0.0 7.0 93.0 0 3 29 0.0 9.4 90.6 0 0 0 0.0 0.0 0.0 1 8 4 7.7 61.5 30.8 1 37 9 12.1 78.7 19.1 0 3 0 0.0 100.0 00.0 0 0 1 0.0 0.0 100.0 0 2 91 0.0 2.2 97.8 0 6 422 0.0 1.4 98.6 0 2 29 0.0 6.5 93.5 0 0 22 0.0 0.0 100.0 Berdasarkan status gizi ibu, bayi lahir dengan skor APGAR normal dari ibu dengan status gizi gemuk sekali paling tinggi (87.0%) dibandingkan dengan ibu 104 hamil dengan status gizi lainnya. Depresi pernafasan ringan paling banyak terjadi pada bayi dari ibu dengan status gizi gemuk (17.6%) dibandingkan ibu dengan kategori status gizi lainnya (Tabel 39). Berdasarkan status kelahiran bayi (normal atau BBLR) diketahui bahwa skor Ballard bayi yang lahir BBLR sebagian besar (62.2%) antara 20 – 34, persentase skor Ballard antara 20 – 34 bayi dari ibu dengan kategori status gizi gemuk paling tinggi (75.0%) dibandingkan bayi ibu dengan kategori status gizi lainya. Bayi normal sebagian besar (94.2%) memiliki skor Ballard ≥ 35, persentase bayi normal dengan skor Ballard ≥ 35 pada ibu dengan kategori status gizi normal paling besar (94.0%) dibandingkan dengan ibu kategori status gizi lainnya. Berdasarkan kriteria panjang badan saat lahir, rata – rata skor Ballard bayi yang termasuk kategori lahir pendek (PLP) sebagian besar antara 20 – 34; persentase skor Ballard antara 20 – 34 lebih besar pada bayi dari ibu dengan kategori status gizi gemuk sekali, sebanyak 55% bayi PLP yang dilahirkan ibu hamil dengan kategori status gizi normal memiliki skor Ballard antara 20 – 34. Bayi yang tidak termasuk kategori PLP (lahir dengan panjang badan >46 cm) sebagian besar (93.1%) memiliki rata-rata skor Ballard ≥ 35; persentase skor Ballard ≥ 35 bayi dari ibu dengan kategori status gizi kurus dan normal sebesar 93.0%, lebih tinggi dibandingkan dengan persentase skor Ballard pada bayi dari ibu dengan kategori status gizi gemuk (90.6%). Berdasarkan kejadian PJT dan non PJT, rata-rata skor Ballard bayi yang lahir PJT sebagian besar (75.0%) antara 20-34, persentase skor Ballard antara 2034 bayi PJT dari ibu dengan kategori status gizi normal sebesar 78.7%. Sebagian besar (98.3%) rata-rata skor Ballard bayi non PJT ≥ 35, persentase skor Ballard ≥ 35 bayi ibu dengan kategori status gizi gemuk sekali paling tinggi dibandingkan bayi ibu dengan kategori status gizi lainnya. Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga dengan Ukuran Antropometrik Bayi Masalah gizi kronis di masa kecil seseorang akan memengaruhi tinggi badannya di usia dewasa. Pertambahan tinggi badan remaja yang terjadi di daerah West berhubungan dengan perubahan tingkat kesejahteraan masyarakat di sana (Ebrahim 1983). 105 Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara status sosial ekonomi keluarga dengan ukuran antropometrik bayi. Besarnya pendapatan perkapita perbulan berhubungan sangat nyata dengan berat bayi baru lahir dan juga lingkar kepala bayi. Usia ibu dan usia suami tidak menunjukkan adanya korelasi dengan ukuran antropometrik bayi yang dilahirkan. Tabel 40 Hubungan karakteristik sosial ekonomi keluarga dengan ukuran antropometrik bayi Peubah Berat Bayi r p Panjang Bayi r p Lingkar Kepala Bayi r p 0.055 .164 .020 .608 .074 .061 Usia ibu (tahun) Usia suami 0.040 .317 .002 .956 .052 .182 (tahun) Pendidikan ibu 0.216 .00** .146 .00** .344 .00** (tahun) Pendidikan suami 0.218 .00** .114 .00** .316 .00** (tahun) Besar pendapatan 0.119 .00** .019 .629 .199 .00** (Rp/bln) Status Sosial 0.158 .00** .015 .700 .327 .00** Ekonomi (0 = rendah, 1= tinggi) Status Gizi ibu awal kehamilan 0.151 .00** .091 .021* .175 .00** (IMT), SG =1, SG=2, SG=3 dan SG = 4 Besar 0.090 .023* .011 .785 .132 .00** pengeluaran (Rp/bulan) *berbeda nyata pada p<0.05 **berbeda nyata pada p<0.01. Status gizi (SG) : 1=kurus, 2=normal, 3 = gemuk, 4 =gemuk sekali Lingkar Dada Bayi r .027 p Lingkar Perut Bayi r .497 -.060 p .10 .019 .638 -.045 .259 .213 .00** -.004 .920 .191 .00** -.045 .259 .091 .02* -.111 .01** .127 .00** .-167 .00** .143 .00** .110 .005* .055 .165 .118 .00** Pendidikan ibu dan suami berhubungan sangat nyata dengan ukuran antropometrik bayi (berat lahir, panjang badan, lingkar kepala dan lingkar dada bayi). Latar belakang pendidikan keluarga terutama ibu akan mempengaruhi perilaku dalam mengelola rumah tangga, termasuk dalam hal pola konsumsi pangan keluarga sehari-hari. Enoch dan Syarif (1986) mengemukakan bahwa pendidikan rendah menyebabkan berbagai keterbatasan pengetahuan, sikap dan tindakan dalam menangani masalah gizi dan kesehatan keluarga. Susanto (1985) juga menyatakan bahwa yang dapat menyerap inovasi gizi adalah ibu-ibu yang 106 berpendidikan lulus SD ke atas, sedangkan ibu-ibu yang tidak tamat SD ke bawah sangat kecil menyerap inovasi tersebut. Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa pengeluaran bulanan ibu hamil berhubungan positif nyata dengan berat lahir bayi. Pengeluaran bulanan juga berhubungan sangat nyata dengan lingkar kepala bayi. Besarnya pendapatan bulanan berhubungan sangat nyata dengan berat lahir bayi dan lingkar kepala bayi. Hal ini menjelaskan bahwa semakin besar pendapatan keluarga setiap bulannya semakin tinggi berat badan dan lingkar kepala bayinya. Semakin tinggi daya beli (pendapatan riil) keluarga semakin beragam pangan yang dikonsumsi dan semakin baik pula kualitas pangannya. Kemampuan membeli (daya beli) merupakan indikator dari tingkat ekonomi seseorang (keluarga) yang diukur dengan pendapatan per bulan. Pembelian merupakan fungsi dari faktor kemampuan dan kemauan membeli yang saling bertautan. Hal ini berlaku untuk semua produk-produk kebutuhan sehari-hari, termasuk makanan (Mangkuprawira dalam Sianturi 2005). Hubungan Status Gizi Ibu Hamil dengan Ukuran Antropometrik Bayi Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi badan, berat badan ibu sebelum hamil, status gizi (yang dianalisis berdasarkan IMT) sebelum hamil, usia kehamilan, LILA, berat badan menjelang melahirkan, dan penambahan berat badan ibu, berhubungan posistif sangat nyata dengan ukuran antropometrik bayi yang dilahirkan (diamati dari berat badan saat lahir, panjang badan, lingkar kepala, dan lingkar dada). Penelitian Strauss dan Dietz (1999) tentang hubungan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan menunjukkan bahwa ibu yang pertambahan berat badannya rendah pada trimester kedua dan ketiga (didefinisikan sebagai pertambahan berat badan <0.3 kg/mgu selama trimester kedua dan ketiga) dua kali lebih berpeluang melahirkan bayi dengan pertumbuhan janin terhambat (Pertambahan berat badan rendah selama kehamilan didefinisikan sebagai pertambahan berat selama kehamilan < 6.8kg.) Status gizi ibu hamil sebelum kehamilan berhubungan dengan kualitas bayi yang dilahirkan. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa ibu yang kurus akan 107 melahirkan bayi dengan berat lahir, lingkar kepala dan lingkar dada yang lebih rendah dibandingkan ibu yang tidak kurus. Tabel 41 Hubungan status gizi ibu hamil dengan ukuran antropometrik bayi Peubah Panjang Berat Bayi r p Bayi r p Lingkar Kepala Bayi r p Lingkar Dada Bayi Lingkar Perut Bayi r r p p Tinggi badan ibu (cm) Berat badan ibu sebelum hamil (kg) Status gizi ibu awal kehamilan (IMT) Usia kehamilan ibu (minggu) Lingkar Lengan Atas (LILA) (cm) BB menjelang melahirkan (kg) Pertambahan berat badan ibu (kg) 0.19 0.00** 0.19 0.00** 0.18 0.00** 0.14 0.00** .045 .257 0.25 0.00** 0.18 0.00** 0.27 0.00** 0.19 0.00** .121 .00** 0.19 0.00** 0.11 0.00** 0.21 0.00** 0.15 0.00** .111 .01** 0.40 0.00** 0.18 0.00** 0.44 0.00** 0.56 0.00** .320 .00** 0.25 0.00** 0.10 0.01** 0.25 0.00** 0.17 .00** Paritas (kali) 0.02 0.00* .116 0.38 0.00** 0.25 0.00** 0.38 0.00** 0.29 0.00** .1160 .00** 0.38 0.00** 0.23 0.00** 0.37 0.00** 0.29 0.00** .127 0.60 0.002 0.96 -0.06 0.16 -0.04 0.34 -.028 .00** .475 *berbeda nyata pada p<0.05 **berbeda nyata pada p<0.01. Paritas (jumlah kehamilan) dan umur ibu saling berkaitan sebagai faktor risiko pertumbuhan dan perkembangan anak. Landers (1984) dalam Satoto (1990) mendapatkan bahwa sampai dengan 3 kehamilan pertama, jumlah kehamilan berhubungan dengan berat lahir rendah, sedangkan sesudah itu hubungan tersebut tidak lagi sistematis. Mata dan Wyat (1971) dalam Satoto (1990) menemukan bahwa paritas pada umumnya menggambarkan jarak dua kehamilan yang manifestasinya nyata pada persediaan energi dan zat gizi ibu serta kemampuan ibu untuk memelihara kehamilan dan memberikan ASI sesudah kelahiran anak. Mempertimbangkan bahwa keeratan hubungan tinggi fundus dengan berat bayi lahir memiliki nilai koefisien korelasi (r) yang relatif sama, maka kedua peubah ini sama – sama bisa digunakan untuk menduga pertumbuhan janin (berat bayi baru lahir). Tabel 42 menyajikan keeratan hubungan antara tinggi fundus dengan dugaan berat badan bayi lahir. 108 Tabel 42 Keeratan hubungan (r) antara tinggi fundus dengan berat bayi lahir No. 1 2 3 4 5 6 Peubah Pertambahan berat badan ibu Tinggi fundus minggu 12 - 13 Tinggi fundus minggu 24 - 25 Tinggi fundus minggu 36 - 37 Tinggi fundus minggu 39 - 40 Tinggi fundus minggu 41 - 42 Berat bayi lahir 0.360 – 0.432 0.097 0.383 0.463 0.427 0.441 Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai keeratan hubungan antara peubah tinggi fundus pada minggu ke 24 – 25 dengan berat bayi lahir (0.383), paling sensitif dengan peubah pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dengan berat bayi lahir (0.360 – 0.432). Hal ini menjelaskan bahwa peubah tinggi fundus lebih sensitif pada saat akhir trimester 2 (memasuki awal trimester 3). Hubungan Pengetahuan Gizi dan Perilaku Kesehatan Ibu Selama Kehamilan dengan Ukuran Antropometrik Bayi Secara tidak langsung, pengetahuan gizi ibu hamil akan mempengaruhi status gizinya karena dengan pengetahuan yang dimilikinya, para ibu dapat memenuhi kebutuhan gizinya. Pengetahuan gizi dan kaitannya dengan kebutuhan gizi semakin penting dan perlu mendapatkan perhatian khusus bagi ibu hamil karena hal itu berhubungan langsung dengan kualitas bayi yang dilahirkan. Tabel 43 Hubungan pengetahuan gizi dan kebiasaan merokok ibu selama kehamilan dengan ukuran antropometrik bayi Peubah Berat Bayi r p Panjang Bayi r Skor pengetahuan 0.21 0.00** 0.15 gizi ibu Kebiasaan -0.06 0.14 -0.05 merokok ibu *berbeda nyata pada p<0.05 **berbeda nyata pada p<0.01. p Lingkar Kepala Lingkar Dada Bayi Bayi r p r p Lingkar Perut Bayi r p 0.00** 0.27 0.00** 0.18 0.00** .022 .581 0.23 -0.09 0.02 -0.05 0.20 -.096 .02* Kebiasaan merokok ibu berhubungan negatif dengan ukuran antropometrik bayi yang dilahirkan. Hal ini menjelaskan bahwa bayi dari ibu yang biasa merokok akan memiliki berat badan lahir, panjang lahir, lingkar kepala dan lingkar dada yang lebih rendah dibandingkan bayi yang dilahirkan dari ibu yang tidak merokok. 109 Merokok merupakan kebiasaan yang harus dihindari wanita hamil, karena merokok akan memberikan pengaruh yang tidak baik terhadap status gizi ibu hamil yang akhirnya akan mempengaruhi status gizi janin yang dikandungnya. Ibu hamil yang merokok, intik serat, vitamin A, betakaroten, folat dan vitamin C cenderung lebih rendah dibanding ibu hamil yang tidak merokok. Kebiasaan merokok juga membatasi suplai darah bagi perkembangan janin dan juga membatasi transportasi oksigen dan zat gizi serta proses pengeluaran kotoran. Merokok akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan fisik dan dapat menyebabkan gangguan perilaku atau intelektual dimasa mendatang. Ibu yang merokok lebih berpeluang mengalami kelahiran bermasalah dan melahirkan bayi BBLR. Dari semua penyebab yang sifatnya dapat dicegah, kebiasaan merokok merupakan penyebab utama bayi lahir dengan berat rendah (Sizer dan Whitney 2000). Faktor-faktor yang Memengaruhi Pertambahan Berat Badan Ibu Selama Kehamilan Tabel 44 menjelaskan bahwa sebanyak 23% pertambahan berat badan ibu selama hamil dipengaruhi oleh status sosial ekonomi, tinggi badan ibu awal kehamilan (cm) dan usia kehamilan ibu dan 75% lagi ditentukan oleh faktor lain. Tabel 44 Faktor-faktor yang berhubungan dengan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan Kode Peubah Nama Kode X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 Konstanta Status gizi ibu hamil awal kehamilan (IMT) Usia kehamilan ibu (minggu) Skor pengetahuan gizi akhir kehamilan Status sosial ekonomi (0 = rendah, 1 = tinggi) Tinggi badan ibu awal kehamilan (cm) Kadar Hb darah awal kehamilan (mg/dl) Konsumsi protein akhir kehamilan (gr/kap/hari) Kebiasaan merokok dan paparan obat nyamuk B -20.433 -.025 .258 -.003 3.475 .144 -.162 .001 .196 t -3.479 -.477 2.906 -.315 9.828 4.941 -1.073 .238 .650 Sig .001 .633 .004* .753 .000* .000* .284 .812 .516 R2 = 0.23, p < 0.05 Pengaruh beberapa peubah yang diduga mempengaruhi pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dilakukan dengan analisis regresi linier berganda Dengan mengeluarkan peubah-peubah yang tidak memberikan pengaruh yang nyata (menggunakan metode Stepwise), diketahui bahwa pertambahan berat badan 110 ibu selama kehamilan dipengaruhi oleh usia kehamilan ibu (X2), status sosial ekonomi (X4), dan tinggi badan ibu awal kehamilan (X5) dengan persamaan Y = 22.292 + 0.247 X2 + 3.360 X4 + 0.144X5 + 3.785 (Lampiran 7). Faktor-faktor yang Memengaruhi Berat Bayi Lahir Pengaruh beberapa peubah yang diduga mempengaruhi berat bayi lahir dilakukan dengan analisis regresi linier berganda. Dengan mengeluarkan peubahpeubah yang tidak memberikan korelasi (menggunakan metode Stepwise), diketahui bahwa berat lahir bayi dipengaruhi oleh status gizi ibu awal kehamilan (X1), usia kehamilan ibu (X2), skor pengetahuan gizi ibu di akhir kehamilan (X3), tinggi badan ibu awal kehamilan (X5), dan pertambahan berat badan ibu (X9), dengan persamaan Y = -2930.00 + 27.75 X1+74.57X2 + 2.99 X3 + 15.72 X4 + 128.64X9 + 402.553 (Lampiran 8). Straus et al (1999) telah meneliti kaitan antara pertambahan berat badan ibu dengan risiko PJT. Mereka menyimpulkan bahwa pertambahan berat badan ibu yang rendah pada kehamilan trimester kedua dan ketiga meningkatkan risiko terjadinya PJT. Sementara itu, pada penelitian kaitan antara status gizi dan pertumbuhan linear di Jawa Barat, Schmidt et al (2002) menemukan bahwa pertumbuhan linear lebih ditentukan oleh faktor lingkungan prenatal (seperti status gizi ibu) daripada faktor postnatal. Tabel 45 Faktor-faktor yang memengaruhi berat bayi lahir Kode X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 2 Kode Peubah Nama Konstanta Status gizi ibu hamil awal kehamilan (IMT) Usia kehamilan ibu (minggu) Skor pengetahuan gizi akhir kehamilan Status sosial ekonomi (0 = rendah, 1 = tinggi) Tinggi badan ibu awal kehamilan (cm) Kadar Hb darah Konsumsi protein akhir kehamilan (gr/kap/hari) Kebiasaan merokok dan paparan obat nyamuk Pertambahan berat badan (*) R = 0.25, p < 0.05 (*) Berupa Standardized Residual B -2765.073 25.884 75.576 2.487 42.918 14.925 -4.583 .101 15.403 128.685 t -4.427 4.571 8.000 2.536 1.221 4.811 -0.285 .186 .481 8.001 Sig 0.000 0.000* 0.000* 0.011* 0.222 0.000* 0.776 0.852 0.631 0.000* 111 Penelitian di Jawa Tengah juga menunjukkan hasil serupa. Ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi melahirkan bayi dengan berat lahir rata-rata 8.3 kg, jauh di bawah berat rata-rata yang dianjurkan (11.0 kg) (Winkvist et al 2002). Faktor-faktor yang Memengaruhi Panjang Bayi Lahir Pengaruh beberapa peubah yang diduga mempengaruhi panjang bayi lahir dilakukan dengan analisis regresi linier berganda (Metode Stepwise). Panjang bayi saat lahir dipengaruhi oleh usia kehamilan ibu (X2), tinggi badan ibu awal kehamilan (X5), pertambahan berat badan ibu dan status gizi ibu hamil di awal kehamilan (IMT), dengan persamaan Y = 20.718 + 0.310X1+0.352X2 + 0.081X5 + 0.078X9 + 1.756 (Lampiran 9). Tabel 46 Faktor-faktor yang memengaruhi panjang bayi lahir Kode Peubah Nama B Konstanta Status gizi ibu hamil awal kehamilan (IMT) Usia kehamilan ibu (minggu) Skor pengetahuan gizi akhir kehamilan Status sosial ekonomi (0 = rendah, 1 = tinggi) Tinggi badan ibu awal kehamilan (cm) Kadar Hb darah Konsumsi protein akhir kehamilan (gr/kap/hari) Kebiasaan merokok dan paparan obat nyamuk Pertambahan berat badan (*) 19.844 0.072 0.343 0.010 -0.412 0.083 0.040 0.002 0.097 0.314 Kode X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 t 7.330 2.949 8.366 2.435 -2.526 6.185 0.568 0.656 0.699 4.509 Sig 0.000 0.003* 0.000* 0.015 0.012* 0.000* 0.570 0.512 0.485 0.000* 2 R = 0.19, p<0.05 (*) Berupa Standardized Residual Anak – anak yang dikandung oleh para ibu rawan gizi menghadapi ancaman tumbuh sebagai anak pendek, apalagi bila setelah lahir dia tidak mendapati gizi yang cukup (Achir 1993) Faktor-faktor yang Memengaruhi Lingkar Kepala Bayi Lahir Lingkar kepala bayi menjadi penting karena lingkar kepala berkaitan dengan volume otak bayi. Pengaruh beberapa peubah yang diduga mempengaruhi panjang bayi lahir dilakukan dengan analisis regresi linier berganda. Dengan mengeluarkan peubah-peubah yang tidak memberikan korelasi (menggunakan metode Stepwise), diketahui bahwa lingkar kepala bayi dipengaruhi oleh status sosial ekonomi, usia kehamilan ibu (minggu), 112 pertambahan berat badan ibu selama hamil, status gizi ibu sebelum kehamilan (IMT), usia kehamilan ibu, skor pengetahuan gizi akhir kehamilan, tinggi badan ibu awal kehamilan, dan skor pengetahuan gizi ibu akhir kehamilan, dengan persamaan Y = 13.647 + 0.092X1 + 0.296X2 + 0.008X3 + 0.763X4 + 0.036X5 + 0.315X9 + 1.371 (Lampiran 10). Tabel 47 Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkar kepala bayi lahir Peubah Nama Kode X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 Konstanta Status gizi ibu hamil awal kehamilan (IMT) Usia kehamilan ibu (minggu) Skor pengetahuan gizi akhir kehamilan Status sosial ekonomi (0 = rendah, 1 = tinggi) Tinggi badan ibu awal kehamilan (cm) Kadar Hb darah Konsumsi protein akhir kehamilan (gr/kap/hari) Kebiasaan merokok dan paparan obat nyamuk Pertambahan berat badan (*) B 13.647 0.087 0.299 0.008 0.787 0.036 -0.002 0.000 0.168 0.315 t Sig 6.620 4.536 9.305 2.378 6.151 3.382 -0.040 0.224 1.543 5.780 0.000 0.000 0.000 0.018 0.000 0.001 0.968 0.823 0.123 0.000 R2 = 0.30, p < 0.05 Berupa Standardized Residual (*) Faktor gizi memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan lingkar kepala anak. Semakin baik status gizi ibu hamil maka pertumbuhan lingkar kepala akan semakin baik, dan ibu rawan gizi akan melahirkan bayi dengan lingkar kepala yang lebih kecil (Soetjiningsih 1998). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Prevalensi bayi yang mengalami Pertumbuhan janin terhambat (PJT) ibu hamil dari penelitian ini sebesar 10.0%; PJT pada ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah lebih tinggi (14.5%) dibandingkan PJT pada ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi (5.4%). Prevalensi PJT pada ibu dengan status gizi kurus paling tinggi (12.3%) dibandingkan ibu dengan status gizi normal (9.9%), gemuk (8.8%) dan gemuk sekali (4.3%). 2. Prevalensi BBLR adalah 5.8%. BBLR pada bayi dari ibu dengan status sosial ekonomi rendah lebih besar (8.3%) daripada ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi (3.2%). Prevalensi BBLR pada ibu dengan status gizi gemuk paling besar (11.8%) dibandingkan dengan BBLR pada ibu dengan status gizi kurus (8.5%) dan normal (5.1%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu dengan status gizi gemuk sekali tidak ada yang melahirkan bayi BBLR. 3. Prevalensi bayi lahir pendek (PLP) pada ibu hamil dengan status sosial ekonomi gizi rendah lebih besar (5.2%%) dibandingkan dengan ibu dengan status sosial ekonomi tinggi (3.5%). Prevalensi PLP lebih besar pada ibu dengan status gizi gemuk (5.9) dibandingkan dengan ibu kurus (5.7%), dan normal (4.2%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu dengan status gizi gemuk sekali tidak ada yang melahirkan bayi PLP. 4. Status gizi ibu (IMT) pada awal kehamilan berhubungan nyata dengan ukuran antropometrik bayi baru lahir (berat badan, panjang badan, lingkar kepala). Semakin baik status gizi ibu akan semakin baik ukuran antropometrik bayi. 5. Pertambahan berat badan ibu selama hamil dan tinggi badan ibu berhubungan nyata dengan ukuran antopometrik bayi baru lahir (berat badan, panjang badan, lingkar kepala). Semakin besar pertambahan berat badan ibu akan semakin baik ukuran antropometrik bayi yang dilahirkan. 6. Rata – rata pertambahan berat badan ibu selama kehamilan sebesar 11.41± 4.31 kg (290±110 gram/minggu), rata – rata pertambahan berat badan ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah sebesar 9.56±3.31kg (240±80 gram/minggu) lebih rendah dibandingkan rata – rata pertambahan berat badan 113 114 ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi yaitu sebesar 13.32±4.39 kg (340±110 gram/minggu), 7. Berdasarkan status gizi ibu awal kehamilan diketahui bahwa rata – rata pertambahan berat badan ibu paling tinggi pada ibu dengan status gizi gemuk sekali, sebesar 13.19±5.08kg (340±130gram/minggu), dibandingkan ibu dengan status gizi lainnya (ibu dengan status gizi normal, 11.36±4.24 kg (290±110 gram/minggu); ibu status gizi kurus, 11.59±4.44 kg (300±110 gram/minggu) dan ibu yang gemuk, 10.27±4.01 kg ( 260±100 gram/minggu). 8. Rata – rata pertambahan berat badan ibu hamil yang melahirkan bayi BBLR sebesar 8.16±3.40 kg, rata – rata pertambahan berat badan ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi sebesar 11.11±3.85 kg, lebih tinggi dibandingkan dengan pertambahan berat badan ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah yaitu 7.07±2.51 kg. 9. Rata – rata pertambahan berat badan ibu hamil yang melahirkan bayi normal sebesar 11.61±4.27 kg, rata – rata pertambahan berat badan ibu hamil dengan status sosial ekonomi tinggi sebesar 13.39±4.39 kg, lebih tinggi dibandingkan ibu hamil dengan status sosialekonomi rendah yaitu 9.79±3.29 kg. 10. Pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dipengaruhi oleh usia kehamilan ibu (minggu), status sosial ekonomi dan tinggi badan ibu (R2 = 0.23). 11. Berat bayi lahir dipengaruhi oleh status gizi ibu awal kehamilan, usia kehamilan ibu, skor pengetahuan gizi ibu di akhir kehamilan, tinggi badan ibu awal kehamilan dan pertambahan berat badan ibu (R2 = 0.25). 12. Panjang bayi saat lahir dipengaruhi usia kehamilan ibu, tinggi badan ibu awal kehamilan, pertambahan berat badan ibu dan status gizi ibu hamil di awal kehamilan (R2 = 0.19). Lingkar kepala bayi dipengaruhi status sosial ekonomi, usia kehamilan ibu, pertambahan berat badan ibu selama hamil, status gizi ibu sebelum kehamilan, usia kehamilan ibu, skor pengetahuan gizi akhir kehamilan, tinggi badan ibu awal kehamilan, dan skor pengetahuan gizi ibu akhir kehamilan (R2 = 0.30). 115 Saran 1. Dalam kaitannya dengan pemantauan pertumbuhan janin secara sederhana, penting bagi ibu hamil untuk mengetahui (diberitahu petugas kesehatan) pertambahan berat badan dan tinggi fundus yang normal selama kehamilan. Oleh karena itu, perlu ditingkatkan pengetahuan ibu hamil tentang pemantauan pertambahan berat badan dan tinggi fundus selama kehamilan. 2. Sehubungan dengan saran diatas perlu dikembangkan kurva KMS ibu hamil dan tinggi fundus yang praktis yang bisa digunakan bagi petugas kesehatan dan ibu hamil. 3. Mengingat masih tingginya kejadian PJT dan BBLR; dan masalah gizi pada wanita hamil di perkotaan masih cukup tinggi, yaitu 22.6% anemi, 16.6% kurus, hampir semua konsumsi vitamin dan mineral (vitamin A, vit C, folat, vit B12, zat besi dan Zinc) masih dibawah 2/3 anjuran, maka perlu ditingkatkan kepedulian dan investasi pada upaya pencegahan masalah gizi dan gangguan kesehatan bagi wanita menjelang dan saat kehamilan, terutama pada keluarga dengan status sosial ekonomi rendah. 4. Terkait saran pada butir 3 dan mempertimbangkan bahwa kondisi kemiskinan di pedesaan jauh lebih tinggi dibandingkan di perkotaan, upaya-upaya perbaikan gizi dan kesehatan ibu hamil sebaiknya dilakukan secara menyeluruh dan diintegrasikan dengan upaya pengentasan kemiskinan dan peningkatan akses dan kualitas pelayanan gizi dan kesehatan ibu hamil. DAFTAR PUSTAKA Abrahams B, Altman SL, Pickett, Kate E. 2000. Pregnancy weight gain: still controversial. Am J Clin Nutr 71:1233-1241 Achadi 1995. Woman’s Nutritional Status, Iron Consumption and Weight Gain During Pregnancy in Relation To Neonatal Weight and Length in West Java Indonesia, draf 1-2. Achir Y 1993. Masalah Psikososial Anak dan Remaja Berperawakan Pendek. Dalam Masalah Penyimpangan Pertumbuhan Somatik pada Anak dan Remaja. Naskah Lengkap Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak XXVIII. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Almatsier S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Aminullah A. 2004. Perinatologi dari Rahim Ibu Menuju Sehat Sepanjang Hayat. Makalah Pengukuhan Guru Besar Universitas Indonesia, Jakarta. Anonim. 2003. Baby Fit Healthy Pregnancy Quiz URL:http://www.babyfit.com/myspark/bquiz.asp tahun 2003. dalam Arifeen, SE, Black RE, Caulfield LE, Antelman G, Baqui Abdullah H, Nahar Q, Alamgir S, and Mahmud H. 2000. Infant growth patterns in the slums of Dhaka in relation to birth weight, intrauterine growth retardation, and prematurity. Am J Clin Nutr 72:1010-1017 Barker DJP. 1998. Mother Babies and Health in Later Life, Churchill, Livingstone, Edinburgh, London, New York, Philadelphia, San Franscisco, Sydney, Toronto. Chapt. 1 page 2 - 3 Betsenova O, Petrova J, Vinsova, M. 1980. Perinatal Distress and Brain Development, Avicenum, Chechoslovac. Praque: Med. Press. Benson RC, Pernoll ML.1987.Current Obstetric & Gynecologic Diagnosis & Treatment, 6th edition Lange Medical Publication page 167. Boyle MA, Morris DH. 1999. Community Nutrition in Action an Entrepreneurial Approach, Second Edition. West Wadsworth: An International Thomson Publishing Company. Callen Peter W. 1988. Ultrasonography in Obstetric and Gynecology. Second edition WB. Saunders Company page 471-474-475. Caroline HDF, Yajnik CS, Rao S, Davies AA, Brown N, and Farrant HJW. 2003. Micronutrients and fetal development. J Nutrition 133:1747S-1756S Chambers, Christina D, Philip OA, Ronald GT. 1999. Weight Gain in Infant Breastfed by Mother Who Take Fluoxetine, URL:http://www.pediatrics.org/cgi/content/full/104/5/e61;fluoxetine. Connolly G, Conroy R, Byrne PJ, Kennell S. 1998. Teenage Prenancy in Rotunda Hospital, December 1998 Volume 91 No. 6 Cravioto J, DecLicarde ER. 1976. Malnutrition in Early Childhood. Fd. Nutr. (FAO) 2:2. 116 117 Cunningham, MacDonald, Gant. 1995. Obstetri Williams. Penerbit Buku Kedokteran, ECG. Cunningham, Gary F et al, Mc Graw Hill.2005. William Obstetrics, Twentysecond edition page 894. Danielsson BR and Miller RK. 1984. Effects of Cadmium on Placenta Uptake and Transport to the Fetus of Nutrient. Biol. Res. 4: 149-163, Maternal Nutrition and Pregnancy Outcome, page 103. Departemen Kesehatan RI 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. DepKes. R.I. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Departemen Kesehatan RI 1994. Penggunaan Alat Ukur Lingkar Lengan Atas (LLA) pada Wanita Usia Subur. Jakarta. Departemen Kesehatan RI 2003. Gizi dalam Angka Sampai dengan Tahun 2002. Jakarta Dinas Kesehatan Jawa Barat 2003. Masalah Ibu Hamil Kurang Energi Kronis dan Anemia Gizi Besi di 24 Kab./Kota Propinsi Jawa Barat. Laporan Penelitian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan dengan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa barat. Engsner G, Habter D, Sjogren, Bovahlquist J. 1974. Brain Growth in Children with Kwashiorkor, Act. Pediat. Scand 63 : 687. Ebrahim GJ. 1985. Social & Community Paediatric in Developing Countries, Caring for the Rural and Urban Poor, 1st Ed. Macmillan, London. Endjun JJ. 2002. Nakita, Panduan Tumbuh Kembang Balita, 23 Agustus 2002. Fawzi WW, Forman MR, Levy A, Graubard BI, Naggan L, Berendes HW. 1997. Maternal anthropometry and infant feeding practices in Israel in relation to growth in infancy: the North African infant feeding Study. Am J Clin Nutr 65: 1731-1737 Fox SI. 1990. Human Physiology, Fourth Edition Wm. C Brown Publishers, Dubuque, Iowa-Melbourne, Australia-Oxford, England. Gani A. 2003. Aspek Ekonomi Kesehatan Jiwa Masyarakat. Konvensi Nasional Kesehatan Jiwa ke-2. Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan FKMUI. Gillespie S. 1997. Improving Adolescent and Maternal Nutrition: An Overview of Benefit and Options. UNICEF, New York. Gulardi I 2003. Vitamin A Transfer from Mother to Cord of Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) and Appropriate Birth Weight (ABW). Community Nutrition, Faculty of Medicine University of Indonesia, Jakarta. Hardinsyah. 2000. Studi Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Hardinsyah. 2000. Efek Biskuit Multigizi Terhadap Pertambahan Berat Badan Selama Kehamilan. 118 Hastono SP. 2001. Analisis Data, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Heayer, Richard A, Hunt, Joseph M. 1995. Improving Early Childhood Development, An Intergrated Program for the Philippines, The World Bank Washington, D.C. Hediger ML, Scholl TO. Ances IG, Belsky DH, Salmon RW. 1990. Rate and amount of weight gain during adolescent pregnancy: Associations with maternal weight-for-height and birth weight. Am J. Clin. Nutr, Vol.52: 793-799. Herman SH, Muhilal. 1993. Anemia Ibu Hamil, Departemen Kesehatan R.I., Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Hickey CA. 2000. Sociocultural and behavioral influences on weight gain during pregnancy. Am J Cln Nutr 71:1364S-70S Hiza HAB, LN USDA. 2001. Center for Nutrition Policy and Promotion, Relationships of Substance Abuse to the Nutritional Status of Pregnant African-American Women. Familiy Economics and Nutrition Review, 2001 Vol. 13 No. 2. Hossain MM, Habib M, DuPont HL. 1994. Association between birth weight and birth arm circumference of neonates in ural Egypt. Di dalam: Hardinsyah. 2000. Studi Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Laporan akhir penelitian bidang kesehatan dan gizi masyarakat.Bogor : IPB. Hytten. 1980. Subcommitee on Nutrional Status and Weight Gain During Pregnancy, Food and Nutrional Board 1990. Institute of Medicine: 1990. Nutrition During Pregnancy. National Academy Press. Kalplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. 1997. Sinopsis Psikiatri, Edisi Ketujuh Jilid Satu, Bab 2, hal. 27. Karyadi D, Soewondo S, Tjahjadi H. 1971. Undernutrition and some aspects of brain function. Ped. Ind 11: 47 Karmini S. 1987. Hubungan Beberapa Ukuran Antropometrik Ibu dan Tinggi Fundus Uteri dengan Berat Lahir. Fakultas Pascasarjana, Universitas Indonesia. Karsono B. 2002. Ultrasonografi dalam Obstetri, Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga, Cetakan Keenam, Editor Ketua Wiknjosastro Hanifa, Saifuddin Abdul Bari, Rachimhadhi Trijatmo, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2002. Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Faperta. IPB. King JC. 2000. Physiology of Pregnacy and Nutrient Metabolisme. Am J Clin Nutr 1218S-1225S 119 Kusharisupeni. 1999. Peran Berat Lahir dan Masa Gestasi Terhadap Pertumbuhan Linier Bayi di Kecamatan Sliyeg dan Kecamatan Gabuswetan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat 1995 – 1997, Disertasi, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia 1999, hal 69 - 75 Kusin JA dan Karjati S. 1994. Maternal Child Nutrition in Madura Indonesia, Royal Tropical Institute The Netherlands. Kusumanto R. 1964 Eklektik Holistik Terhadap Masalah Skizofrenia. Lang SS. 2001. Excessive Weight Gain During Pregnancy in Now Major Contributor to Obesity in United States: Cornel Study Finds. http;//www.cce.cornell.edu/food/expfiles/topics/olson2/olson2overview.ht ml Lazuardi 1984. Penjaringan Psikodinamik pada 6 Bulan Pertama Kehidupan, hal. 46 – 53. Lozoff B, Brittenham GM, Viteri FE, Wolf AW, Urrutia JJ. 1982. Developmental deficits in iron-deficient infants, effects of age and severity of iron lack. J. Pediat 101: 948 Luke B, Hawkins MM, and Petrie RH. 1981. Influence of smoking, weight gain, and pregravid weight for height on intrauterine growth. Am J Clin Nutr 34:1410-1417 Luke B, Hediger ML, Nugent C. 2003. Body Mass Index-Specific Weight Gains Associated with Optimal Birth Weights in Twin Pregnancies., Volume 48, April 2003. http://www.reproductivemedicine.com/Features/Feature.htm. MacMillan Press. 1983. Nutrition in Pregnancy and the Growth of the Fetus, in Nutrition in Mother and Child Health, 1 st Ed. London, p. 34 – 53. MacMillan J. 1985. Social & Community Paediatric in Developing Countries, Caring for the Rural and Urban Poor; 1st Ed. London. Manuaba IB. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, Penerbit Buku Kedokteran ECG. Manuaba IB. 2001. Konsep Obstetri & Ginekologi Sosial Indonesia, Penerbit Buku Kedokteran ECG. Marjorie AE. 1983. A Colour Atlas of Life Before Birth, Normal Fetal Development; Wolfe; London. Maulik D, Sicuranza G, Lysikrewiez A dan Fiqueron R. 2000. Fetal Growth restriction; 3 keys to successful management. www. obg.management.com Max Mongelli, Fracog, Jason Gardosi 1999. Symphysis Fundus Height and Pregnancy Characteristics in Ultrasound-Dated Pregnancies, vol 94 no 4 page 591. Miller RK, Faber W, Asai M, D’Gregorio RP, Ng WW, Shah Y, and Jessee LN. 1993. The Role of the Human Placenta in Embryonic Nutrition, Impact of Environment and Social Factors, Maternal Nutrition and Pregnancy outcome, page 92 120 Mochtar R. 1998. Sinopsis Obstetri. Fisiologi dan Patologi, Penerbit Buku Kedokteran, ECG Jakarta. Montaque P. 2000. Industri http://www.ejnet.org/rachel/rehw463.htm Penghasil Dioksin. Moran JL. 2003. The Scoop on Pregnancy Weight Gain. http://www.americanbaby.com/ab/CDA/featureDetail/0,1349,31,00,html Muhilal, Fasli J, Hardinsyah. 1998. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI. 1998. National Academy Press, Washington, DC. 1990, Nutrition During Pregnancy, Part I Weight Gain. Notoatmodjo S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan, Penerbit Rineka Cipta, Edisi Revisi. Paton LM, Alexander JL, Nowson, Margerison C, Frame, Mandy G, Kaymakci B, Wark, John D. 2003. Pregnancy and lactation have no longterm deleterious effect on measures of bone mineral in healthy women: A Twin Study. Am J Clin Nutr 77:707-714 Peleg D, Kennedy CM, and Hunter SK. 1998. Intrauterine Growth Restriction: Identification and Management, University of Iowa Hospitals and Clinics, Iowa City, Iowa. Page 465, August 1998. Physical Status: The Use And Interpretation Of Anthropometry, World Health Organization. 1995. Picone TA, Allen LH, Schramm MM, and Olsen PN. 1982. Pregnancy outcome in North American women. I. Effect of diet, cigarette smoking, and psychological stress on maternal weight gain. Am J Clin Nutr, Vol 36:1205-1213 Pierson-Deschamp. 1981. dikutip dari Sutan Asin M.1985. Faktor Hormonal Dalam Pertumbuhan dan Perkembangan Anak dan Remaja, Gizi dan Tumbuh Kembang, FKUI. Pitkin RM. 1976. Nutritional Support in Obstetrics and Gynecology. Clinical Obstetric and Gynecologi. Pleyte W, Edith H, Prasetyo Y, dan Darmabrata W. 1983. Masalah Kejiwaan pada Proses Tumbuh Kembang Anak. Prensky AL and Dogge PR. 1982. Malnutrition in Swaiman KF & Wright FS The Practice of Pediatric Neurology. The Cv Mosby Co, St. Louis, Toronto, London, page 601. Prentice MA, Goldberg RG. 2000. Energy Adaptations in human pregnancy: limits and long-term consequences. Am J Clin Nut, Vol. 71: 1226S-1232S. Rachel’s Environment, Health Weekly #463, 1995. Environment Research Foundation P.O. Box 5036, Annapolis, MD 21403, Fax (410) 263-8944; Internet [email protected]. Net 121 Ramakrisnan U. 2004. Nutrition and low birth weight: from research to practice. Am J Clin Nutr 79:17-21 Sajogyo 1994. Peranan Wanita Dalam Pembangunan Masyarakat Desa. Rajawali Jakarta. Samil S. 1989. Dalam Depkes 2003, Gizi Dalam Angka Sampai dengan Tahun 2002. Jakarta 2003. Sastrawinata S. 1983. Obstetri Fisiologi, Bagian Obstetri & Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung. Sastroasmoro S, Sofyan I. 2002. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi Ke-2. CV Sagung Seto, Jakarta. Satoto. 1990. Tumbuh Kembang Anak dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Proceeding of Seminar cum Workshop Safe Motherhood and Child Survival, Growth and Development, hal. 109, Surabaya. Samsudin M. 1998. Hubungan Kadar Hb dan Ukuran LILA Ibu Hamil dengan Berat Lahir Rendah. Skripsi FKM-UI, Depok. Schecter et. al. 2001. Journal of Toxicology and Environmental Health, Part A, 63:1-18. Schmidt MK, Muslimatun S, West CE, Schultink W, Gross R, and Hautvast GAJ. 2002. Nutritional status and linear growth of Indonesian infants in West Java are determined more by prenatal environment than by postnatal factors. J Nutrition 132:2202-2207 Scholl TO, Hediger ML, Fischer, Shearer JW. 1992. Anemia vs iron deficiency: increased risk of preterm delivery in a prospective study, Am J Clin Nutr 55:985-988. Scholl TO, Reilly T. 2000. Anemia, iron and pregnacy outcome. J Nutrition 130:443S-447S Seidel UP, Chandick COFD, Rutter M. 1975. Psychological disorders in crippled children. A comparative study of child with or without brain damage. Med Child Neurol 17:563 Sellers P McCall. 1993. Midwifery A Textbook and Reference Book For Midwives in Southern Africa, Volume 1, Normal Childbirth, Juta & CO, LTD. Sianturi AHD. 2005. Kajian Status Gizi Ibu Hamil dan Faktor – faktor yang Mempengaruhinya, serta Hubungannya dengan Berat Badan Bayi lahir di Kecamatan Warungkondang Cianjur, Jawa Barat. Thesis. 2005. Sizer FS dan Whitney EN. 2000. Nutrition concepts and controversies. Eight edition. Wadsworth Thomson Learning. USA. Soetjiningsih. 1998. Tumbuh Kembang Anak, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Solihin P. 1993. Sifat-sifat dan Kegunaan Pelbagai Jenis Formula Bayi yang Beredar di Indonesia. Dalam : Gizi Tumbuh Kembang. FKUI, Indonesia. 122 Strauss RS and William DH. 1999. Low maternal weight gain in the second or third trimester increases the risk for intrauterine growth retardation. J Nutrition 129:988-993 Stanway P. 1997. Mothercare New Guide To Pregnancy and Babycare, From Conception to Age Five, Shelton Books. Stoppard MDR. 1994. Conception, Pregnancy and Birth; Darling Kindersley; London. Sularyo TS. 1996. Periode Kritis Pada Tumbuh Kembang, Naskah Lengkap Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak XXXVI Supriasa DN. Bachyar B dan Fajar I. 2001. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Susser M. 1991. Maternal weight gain, infant birth weight and diet: Causal sequences. Am J Clin Nutr 53: 1731-17 Suwandono A dan Soemantri S. 1995. Kesehatan Ibu Hamil, Departemen Kesehatan R.I., Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Sweet BRRN and Tiran D. 1998. Mayes’ Midwifery A Textbook for Midwives, Twelfth Edition, Bailliere Tindall, London Philadelphia Toronto Sydney Tokyo. Tanaka H, Arima M, Suzuki N. 1981. The Fetal Alcohol Syndrome, Proc. IYDP Commemorative intern. Symp. On Developmental Disabilities, Tokyo, Sept. page 69. Tayie FAK and Lartey A. 1995. A Longitudinal Study of Weight-gain in Pregnancy of Ghanaians and Relationship with Infant Birth-Weight. Timiras 1986. Somatic Growth of the Infant and Child. page 3 – 24. Varney H. 1997. Varney’s Midwifery, Third Edition, Jones and Bartlett Publishers, Sudbury, Massachusetts, Boston London Singapore. Varney H, Kriebs, Gregor JM, and Carolyn L. 2001. Midwive’s Pocket Book, Penerbit Buku Kedokteran, ECG. Villamor E, Msamanga G, Spiegelman, Antelman G, Peterson KE, Hunter DJ, and Fawzi WW. 2002. Effect of multivitamin and vitamin A supplements on weight gain during pregnancy among HIV-1-infected women. Am. J. Clin. Nutr 76: 1082-1090 Villavieja GM, Barbara CVC, Valdecanas OC, Santos, and Adoracio H. 1989, Fundamentalis in Applied and Public Health Nutrition, NutritionistDietitians’Association of the Philippines. Widdowson EM. 1985. Growth and Body Composition in Childhood, in Clinical Nutrition of the Young Chlid. 1st Ed. Raven Press, New York, p 1 –24. Wier PJ, Miller RK, Maulik D, and De Sant’Agnese PA.1990. Cadmium Toxicity in the Perfused Human Placenta. Toxicol. Appl. Pharmaco. 105: 156-171, Maternal Nutrition and Pregnacy Outcome, page 102. 123 Wiknjosastro GH. 1993. Penanganan Pertumbuhan Janin Terhambat, Perinatologi Tahun 2000. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran universitas Indonesia 1993. Wiknjosastro GH. 2006. Sebuah Kajian Komprehensif SC Atas Indikasi Indikasi Gagal, Siang Klinik XIII RSIA Hermina. Wiknjosastro H. 2002. Pembuahan, Nidasi dan Plasentasi, Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga, Cetakan Keenam, Editor Ketua Wiknjosastro Hanifa, Saifuddin Abdul Bari, Rachimhadhi Trijatmo, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2002. Winkvist A, Stenlund H, Hakimi M, Nurdiati Detty DS, and Dibley MJ. 2002. Weight gain patterns from prepregnancy until delivery among women in Central Java, Indonesia. Am J. Clin. Nutr Vol. 75: 1072 – 1077 Wu G, Bazer FW, Cudd TA, Meininger CJ, and Spencer TE. 2004. Maternal nutrition and fetal development. J Nutrition 134:2169-2172 Lampiran 1. Informed Consent SURAT PERNYATAAN BERSEDIA MENGIKUTI PENELITIAN ( Informed Consent ) Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Umur : Alamat : Menyatakan sebagai berikut : 1. Telah mendapat keterangan secara lisan tentang penelitian yang akan dilakukan oleh dokter pelaksana penelitian dengan judul : ”Analisis Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Berdasarkan Status Sosial Ekonomi dan Giziserta Hubungannya dengan Berat Bayi Baru Lahir” 2. Dapat mengerti manfaat penelitian ini secara umum dan secara khusus terhadap diri saya dan masyarakat secara keseluruhan; 3. Bersedia menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan oleh Rumah Sakit Ibu dan Anak Hermina / Rumah Bersalin Puskesmas di Jakarta Timur dan Bekasi. Jakarta, 2004 Peneliti, Saya yang menyatakan, (dr. YongkyMM. M.Kes) ( Saksi ( ) 124 ) 125 Lampiran 2. Rata – rata pertambahan berat badan ibu berdasarkan status kelahiran bayi menurut status sosial ekonomi Status kelahiran bayi No 1 2 SE Rendah SE Tinggi Total Pertambahan berat badan selama hamil (kg) ( x + sd ) 7.07 ± 2.51 9.79 ± 3.29 BBLR Normal ( x + sd ) 11.11 ± 3.85 13.39 ± 4.39 ( x + sd ) 8.16 ± 3.40 11.61 ± 4.27 Lampiran 3. Rata – rata pertambahan berat badan ibu berdasarkan status kelahiran bayi menurut status gizi ibu Status Gizi Ibu Hamil (SG) Konsumsi Gizi No. 1 BBLR 2 Normal Lampiran 4 Gemuk Sekali Pertambahan berat badan selama hamil (kg) Kurus Normal Gemuk ( x + sd ) ( x + sd ) ( x + sd ) 9.58 ± 3.29 8.06 ± 3.36 11.78 ± 4.50 11.53 ± 4.21 5.63 ± 2.86 ( x + sd ) - 10.89 ± 3.74 13.18 ± 5.08 Peningkatan Tinggi Fundus Ibu Hamil Berdasarkan Usia Kehamilan No. Usia Kehamilan (minggu) Tinggi Fundus (cm) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 19.22 21.50 22.40 23.45 24.06 25.22 25.70 24.33 28.17 27.50 29.12 28.40 30.37 30.08 31.27 31.69 32.87 33.61 33.46 33.61 34.17 33.00 126 Lampiran 5 Peningkatan Tinggi Fundus Ibu Hamil Berdasarkan Usia Kehamilan Tinggi fundus menurut usia kehamilan mean tinggi f undus mean tinggi f undus + SD mean tinggi f undus - SD Linear (mean tinggi f undus) Linear (mean tinggi f undus + SD) Linear (mean tinggi f undus - SD) 45,0 40,0 Tinggi fundus (cm) 35,0 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 0,0 10 15 20 25 30 35 40 45 Usia kehamilan (minggu) Lampiran 6. Nilai kematangan neuromuskuler serta skala Ballard. Nilai kematangan (The New Ballard Scale (NBS) diproduksi dengan izin dari Ballar. J. New Ballard dikembangkan pada bayi prematur. J Pediatri 119; 417. 1991. Nilai Minggu - 10 20 -5 22 0 24 5 26 10 28 15 30 20 32 25 34 30 36 35 38 40 40 45 42 50 44 127 2 3 4 5 Licin, merah muda, vena mulai tampak Permukaan terkelupas dan /ruam beberapa vena tampak Pecahpecah, area pucat, vena mulai tidak tampak Seperti kertas dari kulit, pecahpecah semakin dalam, vena tidak tampak Kulait pecahpecah berker ut Tipis Banyak Tipis Area mulai botak Hampir seluruhnya botak Tumitibu jari 4050mm– 1 <40 mm-2 >50 mm, tidak berlipatlipat Merah redup Lipatan hanya pada anterior transversal 2/3 anterior berlipat lipat Lipatan hampir diseluruh telapak kaki Tidak tampak Sedikit tampak Areola mendatar puting belum muncul Areola berbintik puting menonjol 1-2mm Areola mulai tampak,puti ng menonk\jol 3-4mm Areola penuh,puti ng menonjol 5-10mm Mata/teliga Kelopak mata menutu p longgar1 rapat2 Kelopak mata terbuka. Pinna mendata r tetap terlipat Pinna sedikit melengku ng halus, daya regang lambat Pinna melengku ng baik, lembut tapi siap mere-gang Pinna telah berben-tuk dan padat segera kembali Kartilago tebal telinga mulai kaku Genetalia Skrotu m kosong halus Skrotum kosong rugae pucat Testis terletak dikanal atas rugae jarang Testis turun rugae tampak beberapa Testis telah turun rugae baik Testis mulai menggantu ng rugae dalam Klitoris menonj ol labia mendata r Klitoris menonj ol, labia minora kecil Klitoris menonjol labia minora membesar Labia mayora dan minora membesar Labia mayora membe-sar, labia minora mengecil Kulit Lanugo Permukaa n Plantar -1 0 Lengket , rapuh Seperti gelatin, merah, tembus pandang Tidak ada Transpa -ran Payudara (laki-laki) Genetalia (wanita) 1 Lampiran 7. Analisis Regresi terhadap faktor – faktor yang berhubungan dengan pertambahan berat badan ibu selama hamil (Metode Stepwise) 128 Coefficientsa Model 1 2 3 (Constant) Status sosial ekonomi (Constant) Status sosial ekonomi Tinggi badan Ibu (Constant) Status sosial ekonomi Tinggi badan Ibu Usia kehamilan ibu Unstandardized Coefficients B Std. Error 9.561 .215 3.761 .307 -13.109 4.492 3.340 .313 .147 .029 -22.292 5.539 3.360 .311 .144 .029 .247 .088 Standardized Coefficients Beta .437 .388 .183 .390 .181 .098 t 44.448 12.246 -2.918 10.682 5.053 -4.024 10.801 4.996 2.804 Sig. .000 .000 .004 .000 .000 .000 .000 .000 .005 a. Dependent Variable: Pertambahan berat badan ibu Lampiran 8. Analisis Regresi terhadap faktor – faktor yang berhubungan dengan berat bayi lahir (Metode Stepwise) Coefficientsa Model 1 2 3 4 5 (Constant) Usia kehamilan ibu (Constant) Usia kehamilan ibu Standardized Residual Pertambahan BB (Constant) Usia kehamilan ibu Standardized Residual Pertambahan BB Tinggi badan Ibu (Constant) Usia kehamilan ibu Standardized Residual Pertambahan BB Tinggi badan Ibu IMTibu (Constant) Usia kehamilan ibu Standardized Residual Pertambahan BB Tinggi badan Ibu IMTibu Skor pengetahuan gizi Unstandardized Coefficients B Std. Error 95.431 398.968 78.989 10.299 95.431 382.298 78.989 9.869 Standardized Coefficients Beta .291 .239 7.669 .250 8.004 Sig. .811 .000 .803 .000 .291 t 128.685 16.945 .276 7.594 .000 -2577.852 77.662 597.554 9.634 .286 -4.314 8.062 .000 .000 128.685 16.536 .276 7.782 .000 17.459 -3187.844 76.253 3.048 594.978 9.425 .203 .281 5.727 -5.358 8.090 .000 .000 .000 128.685 16.172 .276 7.957 .000 17.685 30.000 -2916.872 74.667 2.982 5.491 596.814 9.371 .206 .190 .275 5.931 5.463 -4.887 7.968 .000 .000 .000 .000 128.685 16.056 .276 8.015 .000 15.766 26.817 2.904 3.021 5.543 .911 .184 .170 .114 5.219 4.838 3.186 .000 .000 .002 a. Dependent Variable: Berat badan bayi baru lahir 129 Lampiran 9. Analisis Regresi terhadap faktor – faktor yang berhubungan dengan panjang bayi lahir (Metode Stepwise) Coefficientsa Model 1 2 3 4 (Constant) Usia kehamilan ibu (Constant) Usia kehamilan ibu Tinggi badan Ibu (Constant) Usia kehamilan ibu Tinggi badan Ibu Standardized Residual Pertambahan BB (Constant) Usia kehamilan ibu Tinggi badan Ibu Standardized Residual Pertambahan BB IMTibu Unstandardized Coefficients B Std. Error 34.557 1.659 .362 .043 22.310 2.586 .356 .042 .080 .013 22.310 2.548 .356 .041 .080 .013 Standardized Coefficients Beta .313 .222 t 20.829 8.457 8.628 8.543 6.063 8.755 8.669 6.153 Sig. .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .318 .313 .222 .314 .071 .161 4.458 .000 20.769 .353 .081 2.576 .041 .013 .309 .223 8.063 8.641 6.241 .000 .000 .000 .314 .070 .161 4.491 .000 .076 .024 .114 3.189 .001 a. Dependent Variable: Panjang bayi baru lahir 130 Lampiran 10. Analisis Regresi terhadap faktor – faktor yang berhubungan dengan lingkar kepala bayi lahir (Metode Stepwise) Coefficientsa Model 1 2 3 4 5 6 (Constant) Status sosial ekonomi (Constant) Status sosial ekonomi Usia kehamilan ibu (Constant) Status sosial ekonomi Usia kehamilan ibu Standardized Residual Pertambahan BB (Constant) Status sosial ekonomi Usia kehamilan ibu Standardized Residual Pertambahan BB IMTibu (Constant) Status sosial ekonomi Usia kehamilan ibu Standardized Residual Pertambahan BB IMTibu Tinggi badan Ibu (Constant) Status sosial ekonomi Usia kehamilan ibu Standardized Residual Pertambahan BB IMTibu Tinggi badan Ibu Skor pengetahuan gizi Unstandardized Coefficients B Std. Error 32.906 .085 1.062 .122 20.907 1.303 1.079 .115 .310 .034 20.907 1.273 1.079 .112 .310 .033 Standardized Coefficients Beta .332 .325 t 385.565 8.715 16.046 9.417 9.226 16.421 9.638 9.442 Sig. .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .327 .332 .325 .314 .056 .192 5.575 .000 19.231 .987 .305 1.301 .112 .032 .304 .320 14.781 8.832 9.453 .000 .000 .000 .314 .055 .192 5.668 .000 .091 13.363 .872 .302 .019 2.064 .115 .032 .163 .268 .316 4.744 6.474 7.581 9.426 .000 .000 .000 .000 .314 .055 .192 5.723 .000 .095 .038 13.697 .769 .297 .019 .011 2.062 .123 .032 .171 .127 .237 .311 5.010 3.639 6.642 6.254 9.279 .000 .000 .000 .000 .000 .314 .055 .192 5.743 .000 .090 .036 .008 .019 .011 .003 .161 .119 .086 4.710 3.393 2.316 .000 .001 .021 a. Dependent Variable: Lingkar kepala bayi