pengetahuan sikap dan tindakan ibu nifas mengenai bayi ikterus

advertisement
PENGETAHUAN SIKAP DAN TINDAKAN IBU NIFAS
MENGENAI BAYI IKTERUS UMUR 0-1 TAHUN DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)
DELI SERDANG LUBUK
PAKAM
KARYA TULIS ILMIAH
OLEH :
RADOT SRI MEGAWATI NABABAN
NIM : 11.048
AKADEMI KEBIDANAN AUDI HUSADA
MEDAN
2014
PENGETAHUAN SIKAP DAN TINDAKAN IBU NIFAS
MENGENAI BAYI IKTERUS UMUR 0-1 TAHUN DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)
DELI SERDANG LUBUK
PAKAM
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan (AM.Keb)
pada Akademi Kebidanan Audi Husada Medan
Oleh
RADOT SRI MEGAWATI NABABAN
11.048
AKADEMI KEBIDANAN AUDI HUSADA
MEDAN
2014
Judul Karya Tulis Ilmiah
: PENGETAHUAN SIKAP DAN TINDAKAN
IBU NIFAS MENGENAI BAYI IKTERUS
UMUR 0-1 TAHUN DI RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH (RSUD) DELI SERDANG
LUBUK PAKAM
: Radot Sri Megawati Nababan
: 11.048
: DIII Kebidanan
Nama Mahasiswa
Nomor Induk Mahasiswa
Program Studi
Menyetujui
Komisi Pembimbing
(Chainny Rahmawan, SST)
Direktris
(Faija Sihombing, SKM, M.Kes)
Tanggal Lulus : 28 Mei 2014
Telah di uji
Pada Tanggal
: 28 Mei 2014
PANITIA PENGUJI KARYA TULIS ILMIAH
Ketua
Anggota
: Chainny Rahmawan, SST
: 1. Marta Imelda Br.Sianturi, SST
2. Dessy Meilani Hutasoit, SST
HALAMAN PERSETUJUAN PENELITIAN
Karya Tulis Ilmiah dengan Judul :
`
PENGETAHUAN SIKAP DAN TINDAKAN IBU NIFAS MENGENAI
BAYI IKTERUS UMUR 0-1 TAHUN DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH (RSUD) DELI SERDANG LUBUK PAKAM
yang Telah Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh :
Radot Sri Megawati Nababan
11.048
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Pada Tanggal 28 Mei 2014 dan Dinyatakan
Telah Memenuhi Syarat untuk Diterima
Pembimbing
(Chainny Rahmawan, SST)
Penguji I
Penguji II
(Marta Imelda Sianturi, SST)
(Dessy Meilani Hutasoit, SST)
Medan, 28 Mei 2014
Akademi Kebidanan Audi Husada Medan
Direktris
(Faija Sihombing, SKM, M.Kes)
PERNYATAAN
PENGETAHUAN SIKAP DAN TINDAKAN IBU NIFAS
MENGENAI BAYI IKTERUS UMUR 0-1 TAHUN DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)
DELI SERDANG LUBUK
PAKAM
KARYA TULIS ILMIAH
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan di Akademi
Kebidanan Audi Husada Medan dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 28 Mei 2014
Radot Sri Megawati Nababan
11.048
ABSTRAK
Bayi ikterus atau sakit kuning merupakan suatu tanda terjadinya
diskolorisasi kulit menjadi berwarna kuning (sebagai akibat dari pewarnaan lemak
utama) dan pewarnaan ini dapat meluas ke sclera (bagian putih dari mata). Sakit
kuning terdeteksi melalui pemucatan kulit dengan ditekan menggunakan jari untuk
mengamati warna kulit dan jaringan subkutan.
Tujuan Penelitian ini adalah penelitian survey yang bersifat deskriptif
mengenai Pengetahuan Sikap dan Tindakan ibu nifas mengenai bayi ikterus umur 0-1
tahun di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam, populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh ibu nifas yang bayinya terkena sakit kuning di Rumah
Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam.
Hasil penelitian dapat dlihat Pengetahuan Sikap dan Tindakan Ibu Nifas
mengenai Bayi Ikterus umur 0-1 tahun di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang
Lubuk Pakam, bahwa sebanyak 30 orang, yang berpengetahuan sedang sebanyak 35
orang (74,5%) yang berpengetahuan buruk 12 orang (25,5%).
Diharapkan kepada ibu nifas agar lebih sering melihat dan memperhatikan
bayinya agar tidak terjadi bayi kuning, dan kepada suami atau keluarga untuk selalu
mendampingi dan memberikan perhatian pada ibu dan bayinya.
Kata Kunci
: Ikterus, Pengetahuan, Sikap, Ibu Nifas
Daftar Pustaka : 11 (1998-2013)
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Peneliti Ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas Karunia-Nya peneliti dapat menyusun Karya Tulis Ilmiah ini. Adapun judul
penelitian ini yaitu “Pengetahuan Sikap dan Tindakan Ibu Nifas Mengenai Bayi
Ikterus Umur 0-1 Tahun di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam”. Ditujukan
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Akademi Kebidanan
Audi Husada Medan.
Peneliti menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan
baik isi maupun bahasanya. Untuk itu peneliti mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun dari pada pembaca demi untuk perbaikan di masa yang akan
datang.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti banyak mendapat arahan,
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materi. Maka pada
kesempatan ini dengan kesungguhan hati dan rasa tulus ikhlas, Peneliti ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.
Tulus Panjaitan, S.Sos, selaku Ketua Yayasan Akademi Kebidanan Audi Husada
Medan.
2.
Faija Sihombing, SKM, M.Kes, selaku Direktris Akademi Kebidanan Audi
Husada Medan
3.
Chainny Rahmawan, SST, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
4.
Ibu Marta Imelda Br Sianturi, SST, selaku penguji I, yang telah memberikan
kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
5.
Ibu Dessy Meilani Hutasoit, SST, selaku penguji II, yang telah membantu dan
membimbing dengan penuh kesabaran dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah
6.
Seluruh Staf Dosen dan Pegawai Akademi Kebidanan Audi Husada Medan yang
telah banyak memberikan ilmu dan masukan kepada peneliti selama pendidikan.
7.
Teristimewa kepada Orangtua penulis Ibunda tercinta Lasma Rohana Saragih dan
juga seluruh keluarga penulis kasihi yaitu abangku yang telah membiayai kuliah
ku dan memberi dukungan, saya ucapkan banyak terima kasih dan juga buat
kakak dan adik-adikku yang telah memberi dukungan,semngat,motivasi dan doa
dalam penyelesaian karya tulis ilmiah.
8.
Seluruh teman-teman Akademi Kebidanan Audi Husada Medan, terima kasih
atas kebersamaan kita selama ini.
Akhir kata peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah banyak membantu dalam penulisan dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Semoga Allah menerangkan dan meluaskan ilmu pengetahuan kita semua.
Medan, 28 Mei 2014
Peneliti
Radot Sri Megawati Nababan
11.048
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas
Penulis bernama lengkap Radot Sri Megawati Nababan dengan Nim 11.048
tempat dan tanggal lahir, Pulo Sanggar, 13 Mei 1991 jenis kelamin Perempuan,
menganut agama kristen Khatolik, Penulis anak ke lima dari tujuh bersaudara.
Penulis beralamat Jln. Laut-Tador Dusun XIII Cinta Damai. Penulis anak dari Alm.
Bapak Halomoan Nababan dan Ibu Lasma Rohana Saragih
II. Pendidikan
Penulis menginjak Sekolah Dasar pada tahun 1998 sampai tahun 2004 di SD
Negeri 010225 Laut Tador dan penulis melanjutkan kejenjang pendidikan selanjutnya
di SMP Negeri 2 Sei-Suka Laut Tador pada tahun 2004 sampai 2007 dan pada Tahun
2007 sampai 2011 penulis melanjut ke SMA Yapim Tebing Syahbandar dan melanjut
ke Akademi Kebidanan Audi Husada Medan sehingga lulus pada Tahun 2014.
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................
KATA PENGANTAR ...............................................................................
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................
DAFTAR ISI ..............................................................................................
DAFTAR TABEL......................................................................................
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
Halaman
i
ii
iv
v
vii
viii
xi
BAB I. PENDAHULUAN .........................................................................
1.1.Latar Belakang.........................................................................
1.2.Perumusan Masalah .................................................................
1.3.Tujuan Penelitian .....................................................................
1.3.1. Tujuan Umum ..............................................................
1.3.2. Tujuan Khusus .............................................................
1.4.Manfaat Penelitian ...................................................................
1
1
5
5
5
6
6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................
2.1. Perilaku .................................................................................
2.1.1. Pengetahuan ................................................................
2.1.2. Sikap (attitude) ...........................................................
2.1.3. Tindakan / Pratek ........................................................
2.2. Bayi Kuning / Ikterus ............................................................
2.2.1. Pengertian Fisiologi Bayi Ikterus ...............................
2.2.2. Bayi Baru Lahir ..........................................................
2.2.3. Macam-macam Bayi Ikterus .......................................
2.2.4. Etiologi Bayi Ikterus ...................................................
2.2.5. Faktor Penyebab Bayi Ikterus.....................................
2.2.6. Tanda dan Gejala Bayi Ikterus ...................................
2.2.7. Komplikasi Bayi Ikterus .............................................
2.2.8. Penatalaksaan Bayi Ikterus .........................................
2.4. Kerangka Konsep ..................................................................
7
7
7
9
11
12
12
13
15
18
18
19
21
21
22
BAB III. METODE PENELITIAN .........................................................
3.1. Jenis Penelitian .......................................................................
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................
3.2.1. Lokasi Penelitian ..........................................................
23
23
23
23
3.2.2. Waktu Penelitian ..........................................................
3.3. Populasi dan Sampel .............................................................
3.3.1. Populasi ........................................................................
3.3.2. Sampel ...........................................................................
3.4. Metode Pengumpulan Data .................................................
3.4.1. Jenis Data ..................................................................
3.5. Variabel dan Defenisi Operasional ......................................
3.5.1. Pengetahuan ..............................................................
3.5.2. Sikap..........................................................................
3.5.3. Tindakan....................................................................
3.6. Metode Pengukuran .............................................................
3.6.1. Tabel..........................................................................
3.7. Teknik Pengolahan Data ......................................................
3.8. Analisis Data........................................................................
23
23
23
23
24
24
24
24
24
25
25
25
26
26
BAB IV. HASIL PENELITIAN ...............................................................
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian....................................
4.2. Analisa Univariat .................................................................
4.1. Distribusi Pengetahuan Responden .................................
4.2. Frekuensi Kategori Pengetahuan Responden
Pada Bayi Ikterus .........................................................
4.3. Tabel Distribusi Sikap Responden ...............................
4.4. Tabel Frekuensi Kategori Sikap Responden ................
4.5. Tabel Distribusi Tindakan Responden .........................
4.6. Tabel Kategori Tindakan Responden ...........................
27
27
29
29
BAB V. PEMBAHASAN ..........................................................................
5.1. Pengetahuan Ibu Nifas Mengenai Bayi Ikterus .....................
5.2. Sikap Ibu Nifas Mengenai Bayi Ikterus ................................
5.3. Tindakan Ibu Nifas................................................................
36
36
37
38
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................
6.1. Kesimpulan .........................................................................
6.2. Saran....................................................................................
40
40
40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
31
31
33
34
35
DAFTAR TABEL
Nomor
4.1.
4.2.
4.3.
4.4.
4.5.
4.6.
Judul
Tabel Distribusi Pengetahuan Responden tentang Bayi
Ikterus di Lubuk Pakam……………………………………
Tabel Frekuensi Kategori Pengetahuan Responden pada
Bayi Ikterus di RSUD Lubuk Pakam……………………..
Distribusi Sikap Responden di RSUD Deli Serdang
Lubuk Pakam………………………………………………
Tabel Frekuensi Kategori Sikap Responden Ibu terhadap
Bayi Ikterus di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam………..
Tabel Distribusi Tindakan Responden Ibu mengenai Bayi
Ikterus di RSUD Lubuk Pakam……………………………
Tabel Frekuensi Kategori Tindakan Responden Ibu
Terhadap Bayi Ikterus Lubuk Pakam……………………...
Halaman
29
31
31
33
34
35
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul
Halaman
2.4
Kerangka Konsep ...............................................................
22
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul
1.
Kuesioner Penelitian
2.
Master Data Penelitian
3.
Surat Izin Survey Awal
4.
Surat Balasan Survey Awal
5.
Surat Ijin Penelitian
6.
Surat Balasan Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ikterus merupakan warna kuning pada kulit dan bagian putih dari mata
(sklera) pada beberapa hari setelah lahir yang disebabkan oleh penumpukan bilirubin
dan masalah yang sering muncul pada neonatus terjadi akibat akumulasi bilirubin
dalam darah dan jaringan (Schazt William, 2004). Dalam kadar tinggi bilirubin bebas
ini bersifat racun, sulit larut dalam air dan sulit dibuang. Untuk menetralisirnya organ
hati akan mengubah bilirubin indirect (bebas) menjadi direct yang larut dalam air
Masalahnya,organ hati sebagian bayi baru lahir belum dapat berfungsi optimal dalam
mengeluarkan bilirubin bebas tersebut (Dhafinishisyah, 2008).
Bayi baru lahir kurang bulan, atau terdapat gangguan dalam hati maka kadar
bilirubin dalam darah bayi dapat meningkat. Kadar bilirubin akan kembali normal
dalam beberapa hari yaitu ketika organ hati sudah matang atau jika gangguan fungsi
hati telah dihilangkan (Rumahzakat, 2007).
Hiperbilirubin atau yang dikenal dengan istilah ikterus merupakan keadaan
klinis pada bayi yang ditandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat
peningkatan kadar bilirubin serum dan pada bayi baru lahir paling sering timbul
karena fungsi hati masih belum sempurna untuk membuang bilirubin dari aliran darah
bilirubin yang terikat pada albumin serum ini merupakan zat non polar dan tidak larut
1
dalam air dan kemudian akan di transportasikan kedalam sel hepar dan terikat dengan
albumin tidak dapat memasuki susunan saraf susunan pusat dan bersifat nontoksik.
Menurut WHO, bayi Prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia
kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). Bayi prematur
ataupun bayi preterm adalah bayi yang berumur kehamilan 37 minggu tanpa
memperhatikan berat badan, sebagian besar bayi prematur lahir dengan berat badan.
kurang 2500 gram (Surasmi, 2003). Berkaitan dengan penaganan dan harapan
hidupnya bayi berat badan lahir rendah dibedakan bayi berat rendah,berat lahir 15002500gram, bayi berat lahir sangat rendah berat lahir kurang dari 1500gram sedangkan
bayi berat lahir eksterem berat lahir kurang dari 1000gram. Dibandingkan dengan
bayi yang cukup bulan, bayi prematur terutama yang lahir dengan usia kehamilan <32
minggu, mempunyai resiko kematian 70 kali lebih tinggi, karena mereka mempunyai
kesulitan untuk beradaptasi dengan kehidupan di luar rahim akibat ketidak matangan
sistem organ tubuhnya seperti paru-paru, jantung, ginjal, hati, dan sistem
pencernaanya, sekitar 75% kematian perinatal disebabkan oleh prematuritas dan
ikterus (Krisnadi, 2009).
Di Amerika serikat dari 4 juta neonatus yang lahir setiap tahunnya, sekitar
65% mengalami ikterus dan dalam sebuah studi tahun 2003 di Amerika Serikat, 4,3%
dari 47.801 bayi memiliki total serum bilirubin. dalam rentang di mana fototerapi
direkomendasikan oleh tahun 1994 American Academy of Pediatrics (AAP)
pedoman, dan 2,9% memiliki nilai dalam rentang di mana tahun 1994 AAP pedoman
menyarankan fototerapi mempertimbangkan di Malaysia, hasil survei pada tahun
1998 di rumah sakit pemerintah dan pusat kesehatan di bawah departemen kesehatan
mendapatkan 75% bayi baru lahir menderita ikterus dalam minggu pertama
kehidupannya.
Berdasarkan studi dari Turki melaporkan penyakit kuning yang signifikan
dalam 10,5% bayi yang panjang dan dalam 25,3% dari jangka dekat bayi. Penyakit
kuning menurut umur kehamilan dan pasca kelahiran dan mendatar pada 14 mg / dL
(240 umol / L) pada 4 hari pada bayi prematur dan 17 mg / dL (290 umol / L) pada
bayi panjang. Studi ini tampaknya menunjukkan bahwa beberapa variabilitas etnis
dalam kejadian dan tingkat keparahan penyakit kuning neonatal mungkin
berhubungan dengan perbedaan dalam distribusi varian genetik dalam metabolisme
bilirubin (Riskin, 2009).
Di Indonesia, didapatkan data ikterus neonatorum dari beberapa rumah sakit
pendidikan. Pusat rujukan Nasional Cipto Mangunkusumo selama tahun 2003,
menemukan prevalensi ikterus pada bayi baru lahir sebesar 58% untuk kadar bilirubin
diatas 5 mg/dl dan 29,3% dengan kadar bilirubin di atas 12 mg/dl pada minggu
pertama kehidupan. Rumah Sakit Dr. Sardjito melaporkan sebanyak 85% bayi cukup
bulan sehat mempunyai kadar bilirubin diatas 5 mg/dl dan 23,8% memiliki kadar
bilirubin diatas 13 mg/dl, Pemeriksaan dilakukan pada hari 0,3 dan 5. Dengan
pemeriksaan kadar bilirubin setiap hari, didapatkan ikterus dan hiperbilirubin terjadi
pada 82% dan 18,6% bayi cukup bulan. Sedangkan pada bayi kurang bulan,
dilaporkan ikterus dan hiperbilirubin ditemukan pada 95% dan 56% bayi. Tahun 2003
terdapat sebanyak 128 kematian neonatal (8,5%) dari 1509 neonatus yang dirawat
dengan 24% kematian terkait hiperbilirunemia.
Berdasarkan hasil pengumpulan data indicator kesehatan propinsi yang
berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan, propinsi kelahiran premature dengan
BBLR pada tahun 2000 berkisar antara 0,91% (Gorontalo) dan 18,89% (Jawa
Tengah), sedangkan pada tahun 2001 berkisar antara 0,54% (NAD) dan 6,90%
(Sumatera Utara). Angka tersebut belum mencerminkan kondisi sebenarnya yang ada
di masyarakat karena belum semua berat badan bayi yang dilahirkan dapat dipantau
oleh petugas kesehatan, khususnya yang ditolong oleh dukun atau tenaga
nonkesehatan lainnya (Kesehatan RI, 2006).
Di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang, insidens ikterus pada tahun 2003
hanya sebesar 13,7% (78%) diantaranya merupakan ikterus fisiologis dan sisanya
ikterus patologis. Angka terkait hiperbilirubinemia sebesar 13,1%. Didapatkan juga
data insidens ikterus pada bayi cukup bulan sebesar 12,0% dan bayi kurang bulan
22,8%. Sedangkan ikterus neonatorum di RS Dr. Soetomo Surabaya sebesar 30%
pada tahun 2000 dan 13% pada tahun 2002. Perbedaan angka yang cukup besar ini
mungkin disebabkan oleh cara pengukuran yang berbeda. Di Rumah Sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo ikterus dinilai berdasarkan kadar bilirubin serum.
Ikterus fisiologis baru dapat dinyatakan sesudah diobservasi dalam minggu
pertama sesudah kelahiran (Asrining Surasmi, 2003). Saat ini angka kematian
perinatal di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 40/1000 kelahiran hidup. banyak
faktor yang mempengaruhi angka kematian tersebut antara lain penyakit dan semua
hal yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan baik langsung maupun tidak
langsung. Pada bayi yang lahir kurang bulan, masalahnya adalah peningkatan beban
bilirubin yang disertai dengan produksi albumin yang rendah. Konsentrasi molekuler
albumin serum harus lebih besar daripada konsentrasi molekuler bilirubin agar terjadi
pengikatan pada bayi imatur, dan bilirubin juga tidak berkaitan dengan efektif.
Berdasarkan data pada bulan Februari sampai Mei 2014 di Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Lubuk Pakam didapat 47 bayi dimana bayi yang terkena
ikterus adalah 35 orang. Dengan melihat latar belakang dan fenomena yang ada di
atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “ Pengetahuan
sikap dan tindakan ibu nifas mengenai bayi ikterus umur 0-1 tahun di Rumah Sakit
Umum Daerah Lubuk Pakam.
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana pengetahuan, sikap dan tindakan ibu nifas mengenai
bayi ikterus umur 0-1 tahun di Rumah Sakit Umum Daerah Lubuk Pakam.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan tindakan ibu nifas secara umum
mengenai bayi ikterus di rumah sakit umum daerah lubuk pakam.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas mengenai bayi ikterus di rumah sakit
umum daerah lubuk pakam.
2. Untuk mengetahui sikap ibu nifas mengenai bayi ikterus di rumah sakit umum
daerah lubuk pakam.
3. Untuk mengetahui tindakan ibu nifas mengenai bayi ikterus di rumah sakit umum
daerah lubuk pakam.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Lubuk Pakam sebagai bahan masukan bagi
petugas kesehatan mengenai bayi ikterus bagi ibu nifas.
2. Bagi peneliti dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam hal yang
berkaitan dengan pengetahuan ibu nifas mengenai bayi ikterus.
3. Bagi instansi pendidikan dapat dijadikan sebagai tambahan referensi atau buku
bacaan diperpustakaan Akademi Kebidanan Audi Husada Medan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perilaku
Perilaku diartikan suatu respon organisme atau seseorang terhadap
rangsangan (stimulus) dari luar subyek tersebut, respon ini berbentuk dua macam
yakni:
a. Bentuk pasif adalah respon internal, yaitu terjadi didalam diri manusia dan tidak
secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berpikir, tanggapan atau
sikap batin dan pengetahuan.
b. Bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung
(Notoadmodjo, 2003).
Menurut Benyamin Blomm (1998) seorang ahli psikologi yang dikutip oleh
Notoadmodjo (2003) perilaku dibagi kedalam 3 dominan yaitu pengetahuan, sikap
dan tindakan.
2.1.1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari ”Tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan yang tercukup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:
7
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu”Tahu”adalah merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan,
menyatakan dan sebagainya.
1. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar, orang yang telah pahaman terhadap objek yang dipelajari.
2. Apalikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan unuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini diartikan
aplikasi atau penanganan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya
dalam konteks atau situasi yang lain.
3. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau sesuatu
objek keadaan komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu stuktur organisasi
dan masih ada kaitannya sama yang lain Kemampuan analisis ini didapat
menggambarkan/membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan
sebagainya.
4. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan
kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada.
5. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penelitian-penelitian ini berdasarkan suatu
kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada.pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan mewawancara atau angket yang
menayakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau
responden.
2.1.2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat berlangsung dilihat
tetapi hanya dapat ditafsir terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara
nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu
yang didalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional
terhadap stimulus sosial.
Menurut Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa
sikap adalah merupakan kesiapan atau kesedian untuk bertindak dan bukan
merupakan pelaksana motif tertentu.
Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai
3 (tiga) komponen pokok yaitu:
1. Kepercayaan (keyakinan) ide dan konsep terhadap suatu objek
2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek
3. Kecendrungan untuk bertindak (trend to behave)
Sikap mempunyai 4 (empat) tingkatan yaitu:
a. Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan objek.
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang
diberikan.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain
terhadap suatu masalah.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko.
2.1.3. Tindakan/Pratek
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over behavior)
Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuata nyata diperlukan faktor pendukung
atau suatu kondisi yang memungkinkan,antara lain adalah fasilitas
Dalam pratek / tindakan terdapat 4 tingkatan yaitu:
1. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan
diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.
2. Respon Terpimpin (guided respons)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang besar sesuai dengan contoh
adalah merupakan indicator praktek tingkat dua.
3. Mekanisme (mecanisme)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis
atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktek
tingkat tiga.
4. Adaptasi (adaptasi)
Adaptasi merupakan suatu praktek/tindakan yang sudah berkembang dengan baik,
artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran.
2.2. Bayi Ikterus (Kuning)
2.2.1. Pengertian Fisiologi bayi kuning
Menurut Johnston et al (2003) sakit kuning terlihat pada hari kedua sampai
ketiga, puncaknya pada hari keempat atau kelima dan sembuh pada hari kesembilan
sampai kesepuluh. sakit kuning terjadi dalam 24 jam dari lahir tidak dianggap
fisiologi,hal ini menunjukkan proses hemolisis yang berlangsung secara berlebihan
(Ives, 2005).
Meskipun kata fisiologis bermanfaat untuk memahami pola umum sakit
kuning neonatal, namun kata tersebut dapat memberikan kesan yang salah sebagai
sesuatu yang aman sepenuhnya dan tidak berbahaya / jinak (Ives, 2005).
Fisiologi penyakit kuning umumnya terjadi pada bayi-bayi yang lahir cukup
bulan dan tidak cukup bulan. penyakit kuning terjadi sebagai akibat dari imaturitas
saat produksinya meningkat.penyakit kuning adalah gangguan yang ringan dan dapat
sembuh dengan sendirinya. bayi cukup umur yang sehat akan menjadi fokus utama,
tetapi karena perawatan bidan untuk bayi sehat dengan berat lahir rendah dari usia
gestasi 34 minggu sampai cukup bulan referensi akan dibuat untuk bayi yang tidak
cukup bulan dan bayi-bayi yang kecil untuk usia gestasinya.
Karena pemberian ASI ekslusif harus merupakan norma fisiologis yang
terorganisasi, bidan perlu mempertanyakan apa peran normalitas yang terkait dengan
fisiologi sakit kuning jika ibu memilih untuk memberikan ASI secara ekslusif kepada
bayinya . Laurence (2003) menyatakan bahwa istilah ‘ekslusif’ berarti bahwa bayi
hanya diberi ASI dan tidak mendapat susu formula sama sekali. Selama 30 tahun
terakhir atau lebih, banyak dugaan yang terkait dengan pola-pola fisiologi sakit
kuning terpengaruh oleh pemberiaan susu formula yang sering atau ASI yang
dicampur susu formula.
Tampak bahwa bayi yang diberi ASI secara eksklusif kurang terwakili
dengan baik pada populasi wanita yang menyusui tetapi dalam memeriksa
kecendrungan ruangan sakit kuning lebih dapat diterima bahwa bayi-bayi yang diberi
ASI mempunyai bilirubin yang memuncak diakhir minggu pertama dan tidak dapat
sembuh sampai akhir minggu kedua.
Sakit kuning yang berkepanjangan pada bayi-bayi yang diberi ASI semakin
meningkat karena terjadinya peningkatan sebagai akibat dari asupan cairan dan kalori
yang lebih rendah,pola buang air besar yang jarang, peningkatan kadar berkurangnya
pembentukan ( Riordan, 2005)
2.2.2. Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0-28 hari. Kehidupan pada
masa neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisisologik agar
bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya.hal ini dapat dilihat dari tingginya
angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3 kematian bayi dibawah umur satu tahun
terjadi pada masa neonatus,dengan terpisahnya bayi dari ibu, maka terjadilah awal
proses fisiologik sebagai berikut:
1. Peredaran darah melalui plasenta digantikan oleh aktifnya fungsi paru untuk
bernafas (pertukaran oksigen dengan karbondioksida)
2. Saluran cerna berfungsi untuk menyerap makanan.
3. Ginjal berfungsi untuk mengeluarkan bahan yang tidak terpakai lagi oleh tubuh
untuk mempertahankan homeostasis kimia darah.
4. Hati berfungsi untuk menetralisasi dan mengekresi bahan racun yang tidak
diperlukan badan.
5. Sistem imunologik berfungsi untuk mencegah infeksi.
6. Sistem kardiovaskuler serta endokrin bayi menyelesaikan diri dengan perubahan
fungsi organ tersebut diatas. Penyesuaian pokok yang dilakukan bayi fungsi organ
tersebut diatas. Penyesuaian pokok yang dilakukan baby neonatal yaitu:
Masa neonatal merupakan masa terhentinya perkembangan ketika periode
prenatal sedang berkembang terhenti pada kelahiran. Masa bayi neonatal merupakan
pendahuluan dari perkembangan selanjutnya, perkembangan individu dimasa depan
akan tampak pada waktu dilahirkan.masa bayi neonatal merupakan periode yang
berbahaya masa ini berbahaya karena sulitnya menyesuaikan diri pada lingkungan
yang baru. ikterus neonatorum adalah menguningnya sklera,kulit,atau jaringan lain
akibat penimbunan bilirubin dalam tubuh.
Keadaan ini merupakan tanda penting penyakit hati atau kelainan fungsi
hati, saluran empedu dan penyakit darah bila kadar bilirubin darah melebihi 2 mg %,
maka ikterus akan terlihat, namun pada neonatus ikterus masih belum terlihat
meskipun kadar bilirubin darah sudah melampaui 5 mg % Ikterus terjadi karena
peninggian kadar bilirubin indirect (unconjugated) dan kadar bilirubin direct
(conjugated). Bilirubin indirect akan mudah melewati darah otak apabila bayi
terdapat keadaan berat badan lahir rendah, hipoksia dan hipoglikemia (Markum H,
2005). Ikterus neonatorum didefinisikan sebagai keadaan dimana terdapat warna
kuning pada kulit, konjungtiva dan mukosa akibat penumpukan bilirubin, sedangkan
Hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin serum yang menjurus
kearah terjadinya kernikterus atau ensefalopati bilirubin bila kadar bilirubin tidak
dikendalikan (Mansjoer, 2000).
Berdasarkan dua pengertian di atas,dengan demikian ikterus adalah
menguningnya sklera, kulit atau jaringan lain akibat penimbunan bilirubin dalam
tubuh atau akumulasi bilirubin yang meningkat.
2.2.3. Macam-Macam Ikterus
Macam-macam ikterus menurut Ngastiyah (2005) adalah sebagai berikut:
1. Ikterus Fisiologis
Ikterus Fisiologis adalah keadaan hiperbilirubin karena faktor fisiologis
yang merupakan gejala normal dan sering dialami bayi baru lahir. Ikterus fisiologis
diantaranya sebagai berikut, Timbul pada hari ke-2 dan ke-3, Kadar bilirubin indirect
tidak melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan dan 12,5 mg% untuk neonatus
lebih bulan. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg% perhari,
Ikterus menghilang pada 10 hari pertama, Tidak terbukti mempunyai hubungan
dengan keadaan patologik.
Dari data yang didapat peneliti di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang
Lubuk Pakam adalah sebanyak 25 bayi yang terkena ikterus fisologis.
2. Ikterus Patologi
Ikterus Patologi adalah suatu keadaan dimana kadar konsentrasi bilirubin
dalam darah mencapai nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kern
ikterus jika tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan
keadaan yang patologis. Adapun ikterus patologis menurut beberapa sumber adalah
sebagai berikut:
Ikterus patologi menurut Ngastiyah ( 2005) yaitu:
1. Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama
2. Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan atau melebihi 12,5
mg% pada neonatus kurang bulan..
3. Peningkatan bilirubin lebih dari 5 mg% perhari.
4. Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama
5. Kadar bilirubin direct melebihi 1 mg%
6. Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik.
. Ikterus patologi Ikterus yang kemungkinan menjadi patologis atau
hiperbilirubinemia dengan karakteristik menurut Surasmi (2003) sebagai berikut:
1. Ikterus terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran
2. Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg % atau > setiap 24 jam
3. Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg % pada neonatus < bulan dan 12,5 %
pada neonatus cukup bulan.
Ikterus disertai proses hemolisis darah, defisiensi enzim Ikterus disertai berat lahir <
2000 gram, masa gestasi< 36 minggu, asfiksia, hipoksia, sindrom gangguan
pernafasan, infeksi, Pembentukan dan Ekskresi Bilirubin pada Bayi Baru Lahir Sel
Darah Merah (Hemoglobin). Bilirubin plasma protein bilirubin tidak terkonjugasi.
3. Kern Ikterus.
Kern ikterus adalah ikterus berat disertai gumpalan bilirubin dan naiknya
kadar bilirubin indirek dalam serum. Pada neonatus cukup bulan kadar bilirubin
diatas 20 mg% sering berkembang menjadi kern ikterus, sedangkan pada bayi
prematur bila melebihi 18 mg%. untuk terjadinya kern ikterus tergantung pada
keadaan umum bayi. Bila bayi menderita hipoksia, asidosis, dan hipoglikemia, kern
ikterus dapat timbul walaupun kadar bilirubin dibawah 16 mg%. pengobatan adalah
dengan transfuse tukar darah.
4. Ikterus Hemolitik
Hal ini dapat disebabkan oleh inkompatibilitas rhesus, golongan darah ABO,
golongan darah lain, kelainan eritrosit congenital, atau defisiensi enzim G-6-PD.
5. Ikterus Obstruktif
Terjadinya sumbatan penyaluran empedu baik dalam hati maupun di luar
hati. Akibatnya kadar bilirubin direk dan indirek meningkat. Bila kadar bilirubin
direk di atas 1 mg% kita harus curiga akan adanya obstruksi penyaluran empedu.
Penanganan adalah dengan tindakan operatif, bila keadaan bayi mengizinkan.
Dari data yang didapat peneliliti, di Rumah Sakit Umum Daerah Deli
Serdang Lubuk Pakam adalah sebanyak 10 bayi yang terkena bayi ikterus patologis.
2.2.4.
Etiologi Bayi Ikterus
Etiologi Ikterus adalah Peningkatan kadar bilirubin umumnya terjadi pada
setiap bayi baru lahir, karena hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah
lebih banyak dan berumur lebih pendek, Fungsi hepar yang belum sempurna (jumlah
dan fungsi enzim) Sirkulus meningkat karena masih berfungsinya enzim beta di usus
dan belum ada nutrisi.
Faktor Resiko Ikterus Peningkatan kadar bilirubin yang berlebih ikterus non
fisiologis menurut (Moeslichan, 2004) dapat dipengaruhi oleh faktor – faktor Infeksi,
sepsis, meningitis, Infeksi saluran kemih, infeksi intra uterin, Trauma lahir,
Hipoksia/asfiksia.
Faktor resiko untuk timbulnya ikterus neonatorum menurut (Moeslichan,
2004) adalah sebagai berikut, Faktor maternal, Ras atau kelompok, Komplikasi
kehamilan , Penggunaan oksitosin dalam larutan hipotonik. Faktor Perinatal, Trauma
Lahir Infeksi (bakteri, virus)
2.2.5. Faktor Penyebab Bayi Ikterus
Faktor Neonatus adalah, Prematuritas, Faktor genetik, Obat (Streptomisin,
kloramfenikol). Rendahnya asupan ASI, Hipoglikemia. Penyebab ikterus menurut
Markum (2005) ikterus terbagi atas :
1. Ikterus pra hepatik Terjadi akibat produksi bilirubin yang mengikat yang terjadi
pada hemolisis sel darah merah.
2. Ikterus pasca hepatik (obstruktif) Adanya bendungan dalam saluran empedu yang
mengakibatkan peninggian konjugasi bilirubin yang larut dalam air yang terbagi
menjadi, Intrahepatik: bila penyumbatan terjadi antara hati, bila penyumbatan
terjadi pada ductus koleductus
3. Ikterus hepatik Kerusakan sel hati yang menyebabkan konjugasi blirubin
terganggu.
Penyebab Ikterus Berdasarkan Waktu Timbulnya, 24 jam pertama Ikterus
yang timbul pada 24 jam pertama dengan penyebab antara lain, Inkomtabilitas darah,
ABO atau golongan lain, Infeksi intra uterin (oleh virus, toksoplasma, dan kadang
bakteri),. 24 jam sampai < 72 jam Ikterus yang timbul 24 – 72 jam setelah lahir
dengan penyebab antara lain biasanya ikterus fisiologis
Masih ada kemungkinan inkompatibitas darah ABO atau golongan lain Hal
ini diduga kalau peningkatan kadar bilirubin cepat, misalnya melebihi 5 mg%/24 jam
Hemolisis perdarahan tertutup, perdarahan hepar, Dehidrasis, Lebih dari 72 jam
Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai minggu pertama dengan
penyebab antara lain, Biasanya karena infeksi (sepsis), Dehidrasi asidosis. Defisiensi
enzim, Pengaruh obat.
2.2.6. Tanda dan Gejala Bayi Ikterus
Tanda dan gejala yang timbul dari ikterus menurut Surasmi (2003) yaitu:
1. Pada permulaan tidak jelas, yang tampak mata berputar-putar
2. Letargi (lemas)
3. Kejang
4. Tidak mau menghisap
5. Dapat tuli, gangguan bicara dan retardasi mental
6. Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat disertai, kejang, disertai ketegangan
pada otot
7. Perut membuncit
8. Pembesaran pada hati
9. Feses berwarna seperti dempul
10. Tampak ikterus: sklera, kuku, kulit dan membran mukosa. Joundice pada 24 jam
pertama yang disebabkan oleh penyakit hemolitik waktu lahir, sepsis, atau ibu
dengan diabetis/infeksi.
11. Muntah, anoreksia, fatigue, warna urin gelap, warna tinja gelap.
Gejala gejala menurut Surasmi (2003) gejala hiperbilirubin dikelompokkan
menjadi :
1. Gejala akut : gejala yang dianggap sebagai fase pertama kernikterus pada
neonatus adalah letargi, tidak mau minum dan hipotoni.
2. Gejala kronik : tangisan yang melengking , meliputi bayi yang selamat biasanya
menderita gejala sisa berupa paralysis serebral dengan, gangguan pendengaran,
paralysis sebagian otot mata dan displasia dentalis).
Bila tersedia fasilitas, maka dapat dilakukan pemeriksaan penunjang sebagai
berikut Pemeriksaan golongan darah ibu pada saat kehamilan dan bayi pada saat
kelahiran Bila ibu mempunyai golongan darah O dianjurkan untuk menyimpan darah
tali pusat pada setiap persalinan untuk pemeriksaan lanjutan yang dibutuhkan Kadar
bilirubin serum total diperlukan bila ditemukan ikterus pada 24 jam pertama
kelahiran.
2.2.7. Komplikasi Bayi Ikterus
Komplikasi Komplikasi yang mungkin timbul dari ikterus neonatorum
terjadi kernikterus, yaitu kerusakan pada otak akibat perlengketan bilirubin indirect
pada otak terutama pada, nucleus merah didasar ventrikel IV (Ngastiyah, 2005). Kern
Ikterus adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirect pada otak.
Kern Ikterus ialah ensefalopati bilirubin yang biasanya ditemukan pada neonatus
cukup bulan dengan ikterus berat (bilirubin lebih dari 20 mg %) dan disertai penyakit
hemolitik berat dan ditemukan bercak bilirubin pada otak. Kern ikterus secara klinis.
2.2.8. Penatalaksanaan Ikterus
Penatalaksanaan Ikterus Pengobatan yang diberikan sesuai dengan analisa
penyebab yang mungkin dan memastikan kondisi ikterus pada bayi kita masih dalam
batas normal (fisiologis) ataukah sudah patologis. Tujuan pengobatan adalah
mencegah agar konsentrasi bilirubin indirect dalam darah tidak mencapai kadar yang
menimbulkan neurotoksisitas, dianjurkan dilakukan transfuse tukar dan atau
fototerapi. Resiko cidera susunan saraf pusat akibat bilirubin harus diimbangi dengan
resiko pengobatan masing-masing bayi. Kriteria yang harus dipergunakan untuk
memulai fototerapi. Oleh karena fototerapi membutuhkan waktu 12-24 jam, sebelum
memperlihatkan panjang yang dapat diukur, maka tindakan ini harus dimulai pada
kadar bilirubin, kurang dari kadar yang diberikan. Penggunaan fototerapi sesuai
dengan anjuran dokter biasanya diberikan pada neonates dengan kadar bilirubin tidak
lebih dari 10 mg%.
A. Penatalaksanaan umum
Penatalaksanaan ikterus secara umum menurut Surasmi (2003) antara lain
yaitu:
1. Memeriksa golongan darah ibu, ABO dan lain – lain pada waktu hamil
2. Mencegah trauma lahir, pemberian obat pada ibu hamil atau bayi baru lahir yang
dapat menimbulkan ikterus, infeksi dan dehidrasi.
3. Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yang sesuai dengan
kebutuhan bayi baru lahir imunisasi yang cukup baik di tempat bayi dirawat.
4. Pengobatan terhadap faktor penyebab bila diketahui.
2.3
Kerangka konsep
Adapun pengetahuan, sikap dan tindakan ibu nifas mengenai Bayi Ikterus di
RSUD Deli Serdang
Variabel Independent
1.
Pengetahuan Ibu bayi Ikterus
2.
Sikap Ibu tentang bayi Ikterus
3.
Tindakan ibu terhadap bayi Ikterus
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah yang bersifat deskriptif, yaitu untuk mengetahui
pengetahuan, sikap dan tindakan ibu nifas mengenai bayi ikterus umur 0-1 tahun di
Rumah Sakit Umum Daerah Lubuk Pakam.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah sakit umum daerah lubuk pakam dengan
alasan masih kurangnya tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan ibu nifas mengenai
bayi ikterus di rumah sakit tersebut.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari sampai Mei 2014
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas yang ada di Rumah
sakit umum daerah lubuk pakam yaitu sebanyak 47 responden .
3.3.2. Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling yaitu
jumlah seluruh populasi dijadikan sampel. yang menjadi sampel dipenelitian ini
seluruh ibu nifas di rumah sakit umum daerah lubuk pakam.
23
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Jenis Data
a. Data sekunder
Pengumpulan data sekunder diperoleh dari data yang ada di Rumah Sakit
umum daerah lubuk pakam Februari sampai Mei 2014. Data tersebut berisi hasil
mengenai jumlah ibu nifas, untuk mengetahui penyebab terjadinya bayi ikterus.
3.5. Variabel dan Defenisi Operasional
3.5.1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh ibu nifas mengenai
bayi ikterus yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap responden. Untuk
mengukur Pengetahuan maka disusun 10 pertanyaan dengan pilihan jawaban “ ya dan
tidak “. Jika responden menjawab “ya” maka diberi skor 1, jika responden menjawab
“ tidak “ maka diberi skor 0. Maka nilai tertinggi adalah 10 dan nilai terendah adalah
0. Kategori Pengetahuan :
0. Buruk, jika jawaban responden memiliki totak skor <76% dari 10 = 0-7
1. Baik, jika jawaban responden memiliki total 76% dari 10 = 8-10
( Nursalam, 2011)
3.5.2. Sikap
Sikap adalah suatu reaksi ibu dalam menerima suatu informasi mengenai
Bayi Ikterus yang diperoleh dari hasil wawancara dengan responden. Untuk
mengukur sikap ibu nifas mengenai Bayi Ikterus disusun sebanyak 10 pertanyaan
dengan jawaban “ sangat setuju ( bobot nilai 3)”, “Setuju (bobot nilai 2)” dan “ tidak
setuju (bobot nilai 1)”, maka total skor untuk variable pengetahuan adalah 30, jadi :
Kategori Sikap :
0. Negatif, jika jawaban responden memiliki total skor
50% dari 30 = 1-15
1. Positif, jika jawaban responden memiliki total skor > 50% dari 30 = 16-30
3.5.3. Tindakan
Tindakan adalah suatu pelaksanan dari informasi yang diterima responden
mengenai bayi ikterus. Untuk mengukur Tindakan maka disusun 5 pertanyaan dengan
pilihan jawaban “ ya dan tidak” maka diberi skor 0. Maka nilai tertinggi adalah 5 dan
nilai terndah adalah 0, jadi :
Kategori Tindakan :
1. Tidak Dilakukan, jika jawaban responden memiliki total skor 50% dari 5 = 0-2
2. Dilakukan, jika jawaban responden memiliki total skor >50% dari 5 = 3-5
3.6. Metode Pengukuran
Tabel 3.1. Variabel, Cara, Alat, Skla dan Hasil Ukur
Variabel
Pengetahuan
Sikap
Tindakan
Cara dan Alat
Ukur
Wawancara
(Quesioner)
Wawancara
(Quesioner)
Wawancara
(Questioner)
Hasil Ukur
0. Buruk
1. Baik
0. Negatif
1. Positif
0. Tidak Dilakukan
1. dilakukan
Skla Ukur
Ordinal
Ordinal
Ordinal
3.7. Teknik Pengolahan Data
1. Editing
Memeriksa daftar pelayanan yang telah di ukur oleh para pengumpul data.
2. Coding
Mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari pada responden kedalam kategori
biasanya klasifikasi dilakukan dengan cara memberi kode berbentuk angka pada
masing-masing jawaban
3. Tabulating
Pengkajian data dalam bentuk tabel yang terdiri dari beberapa baris dan kolom.
(Drs. Cholid Narbuku, 2009).
3.8. Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara deskriptif dengan melihat
presentase yang ada/telah terkumpul dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi.
Selanjutnya pembahasan ini sesuai dengan teori pustakaan yang ada dan diambil
kesimpulan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang Lubuk Pakam
Berlokasi di Jalan Thamrin Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Kode
Pos 20511 di Pinggiran Kota, dimana Pelayanan berdiri Tahun 1964, Tanggal
berdirinya Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang ini 3 Februari 1964. Pemilik
Rumah Sakit ini Pemerintah Kabupaten Deli serdang yaitu dr. Isnaini Daqil, dengan
Syarat Rumah Sakit Type B dan Pelayanan Rumah Sakit Rawat Jalan dan Rawat
Inap. Rumah sakit ini memiliki tempat rujukan yaitu Rumah Sakit Adam Malik, dan
Rumah Sakit Haji.
Adapun Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang
adalah: Pelayanan yang unggul dalam mutu prima dalam pelayanan dan menjadi
pusat rujukan, Pelayanan kesehatan yang Paripurna dan Proaktif untuk mewujudkan
masyarakat sehat. Misi RSUD adalah:
1. Memberikan pelayanan yang Propesional, Terjangkau mudah serta bertanggung
jawab.
2. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia
maupun sarana dan prasarana sesuai kebutuhan secara universal terarah
berkeseimbangan.
27
3. Mengembangkan sistem Administrasi informasi dan komunikasi serta pengolahan
data dan pelaporan secara cepat dan akurat.
4. Membina dan mengembangkan hubungan kerja sama sekitar pelayanan kesehatan
pendidikan, penelitian dan lingkungan dengan instansi, perusahaan, lembaga
pendidikan, serta lembaga sosial.
5. Meningkatkan serta mengembangkan sistem manajement yang transparan serta
akomodatif dan responsif.
Motto Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) yaitu : Cermat, Cepat, Efisiensi,
Ramah, Memuaskan, Aman dan terjangkau, dan memiliki 3 S :
1. Sambut dengan Senyum
2. Sapa dengan Ramah dan Santun
3. Sentuh dengan Kasih Sayang
Rumah Sakit Umum Daerah deli serdang Lubuk Pakam merupakan Rumah
Sakit yang memiliki fasilitas kesehatan yang memadai, tenaga ksehatan yang ahli,
serta didukung dengan lokasi yang sangat strategis dan juga memiliki banyak pasien
ibu nifas yang merujuk dari beberapa klinik sehingga mendorong peneliti untuk
mengambil lokasi tersebut sebagai lahan dalam melakukan peneliti untuk menyusun
Karya Tulis Ilmiah.
4.2. Analisis Data Univariat
4.2.1. Pengetahuan Responden Ibu mengenai Bayi Ikterus di Lubuk Pakam
Untuk melihat pengetahuan responden tentang bayi ikterus di RSUD Deli
Serdang Lubuk Pakam, di susun sebanyak 10 pertanyaan dan dapat dijabarkan pada
tabel berikut :
Tabel 4.1. Distribusi Pengetahuan Responden tentang bayi ikterus
Pada ibu nifas di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam
No
1.
2.
3
4.
5.
6.
7.
Tidak
Tahu
Tahu
N
%
n
%
Bayi kuning adalah warna kuning pada kulit dan bagian
43 91,5 4
8,5
putih dari mata (sklera) pada beberapa hari setelah lahir
yang disebabkan oleh penumpukan bilirubin dan
masalahyang sering muncul pada neonatus terjadi akibat
akumulasi bilirubin dalam darah dan jaringan.
Pada bayi kuning minimal terjadi pada hari ke-2 dan
39 83
8
17,0
hari ke-4
Keadaan ini dapat terjadi pada bayi yang mendapat air
42 89,3 5 10,6
susu (ASI) eklusif
Salah satu manfaat perawatan bayi ikterus adalah
44 93,6 3 6,4
Menggabungkan ibu dan bayinya, dan melihat isyarat
menyusu awal bayi.
Hati bayi baru lahir belum mampu melakukan pengubahan 30 63,8 17 36,1
sehingga terjadi Peningkatan kadar bilirubin dalam darah
dan bayi harus di beri obat
Ibu yang baru melahirkan dianjurkan untuk melakukan
40 85,1 7 14,9
pergerakan sedini mungkin Untuk mencegah terjadinya
sumbatan pada aliran darah
Perawatan payudara untuk bayi ikterus bertujuan untuk
43 91,5 4 8,5
memelihara kebersihan Payudara,mempelancar asupan
ASI dan mencegah bendungan ASI
Pertanyaan Pengetahuan
8. Bayi ikterus karena ASI tidak berbahaya dan akan sembuh 44 93,6 3 6,4
sendiri
9. Selama bayi kuning dianjurkan ibu untuk merawat bayi
41 87,2 6 12,7
Tersebut sampai bayi sembuh
10. Pewarnaan kuning pada ikterus disebut bilirubin tidak
40 85,1 7 14,9
terkonjugasi, merupakan Jenis yang tidak mudah dibuang
dari tubuh bayi.
Berdasarkan tabel di atas yang menjawab tahu pertanyaan no 1 sebanyak 43
responden (91.5%), yang tidak tahu sebanyak 4 responden (8.5%), yang menjawab
tahu pertanyaan no 2 sebanyak 39 responden (83%), yang tidak tahu sebanyak 8
(17.0%), yang menjawab tahu pertanyaan no 3 sebanyak 42 responden (89.3%), yang
tidak tahu sebanyak 5 (10.6%), yang menjawab tahu pertanyaan no 4 sebanyak 44
responden (93.6%), yang tidak tahu sebanyak 3 responden (6.4%), yang menjawab
tahu pertanyaan no 5 sebanyak 30 responden (63.8%), yang tidak tahu sebanyak 17
responden (36.1%), yang menjawab tahu pertanyaan no 6 sebanyak 40 (85.1%), yang
tidak tahu sebanyak 7 responden (14.9%), yang menjawab tahu pertanyaan no 7
sebanyak 43 (91.5%), yang tidak tahu sebanyak 4 responden (8.5%), yang menjawab
tahu pertanyaan no 8 sebanyak 44 responden (93.6%), yang tidak tahu sebanyak 3
responden (6.4%), yang menjawab tahu pertanyaan no 9 sebanyak 41 (87.2%), yang
tidak tahu sebanyak 6 responden (12.7%), yanh menjawab tahu pertanyaan no 10
sebanyak 40 responden (85.1%), yang tidak tahu sebanyak 7 responden (14.9%).
Hasil pengukuran pengetahuan ibu mengenai bayi ikterus di RSUD Deli
Serdang Lubuk Pakam kemudian dikategorikan sepeti pada tabel :
Tabel 4.2. Frekuensi Kategori Pengetahuan Responden pada Bayi Ikterus di
RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam.
No
1
2
Pengetahuan
Baik
Buruk
Jumlah
F
30
17
47
%
63,8
36,2
100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas yang berpengetahuan baik
lebih banyak dibanding yang berpengetahuan buruk yaitu 30 orang (63,8%).
Tabel 4.3. Distribusi Sikap Responden Di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam
No.
Sikap
1
2
3
4
5
6
7
Proses ikterus karena ASI
puncaknya terlihat pada minggu
ke-2 sampai ke-3
Bayi kuning terjadi hari ke-2 dan
ke-3
Bayi yang kurang istirahat akan
mempengaruhi proses pemulihan
warna tubuh bayi dan menyebab
kan ikterus patologis terjadi lama
Manfaat perawatan bayi ikterus
dilakukan agar bayi sehat dan
tubuh tidak kuning.
Bayi harus di beri obat untuk
peningkatan asupan oral bayi.
Ibu nifas sebaiknya melakukan
pergerakan
sedini
mungkin
setelah melahirkan.
Ibu harus menjaga bayinya dari
rasa cemas karena bayi yang
diinkubator
disinari
cahaya
menggunakan pelindung mata,
kemungkinan pelindung bergeser
Sangat
Setuju
n
%
Setuju
n
%
Tidak
setuju
n
%
13
27,6
26
55,3
8
17,0
6
12,7
27
54,4
14
29,8
5
10,6
30
63,8
12
25,5
7
14,9
20
42,5
20
42,5
6
12,7
27
57,4
14
29,7
7
14,9
20
42,5
20
42,5
3
6,4
33
70,2
11
23,4
8
9
10
dan mencekik bayi
Bayi ikterus sebenarnya jarang
mengancam jiwa dan timbul 5
setelah 4-7 hari dan berlangsung
lebih lama
Ikterus pada bayi baru lahir
terjadi karena tidak cocok 5
golongan darah
Ibu sebaiknya lebih memperhati
kan bayinya karena ikterus dapat 23
meningkat serta efek jangka
panjang yang mungkin timbul.
10,6
30
63,8
12
25,5
60,8
30
63,8
12
25,5
48,9
16
34
7
14,9
Berdasarkan tabel di atas yang menjawab sangat setuju pertanyaan no 1
sebanyak 13 responden (27,6%), yang menjawab setuju sebanyak 26 responden
(55,3%), dan yang menjawab tidak setuju sebanyak 8 responden (17,0%), yang
menjawab sangat setuju pertanyaan no 2 sebanyak 6 responden (12,7%), yang
menjawab setuju sebanyak 27 responden (54,4%), dan yang menjawab tidak setuju
sebanyak 14 responden (29,8%), yang menjawab sangat setuju pertanyaan no 3
sebanyak 5 responden (12,7%), yang menjawab setuju sebanyak 30 responden
(63,8%), dan yang menjawab tidak setuju sebanyak 12 responden (25,5%), yang
menjawab sangat setuju pertanyaan no 4 sebanyak 7 responden (14,9%), yang
menjawab setuju sebanyak 20 responden (42,5%), dan yang menjawab tidak setuju
sebanyak 20 responden (42,5%), yang menjawab sangat setuju pertanyaan no 5
sebanyak 6 responden (12,7%), yang menjawab setuju sebanyak 27 responden
(57,4%), dan yang menjawab tidak setuju sebanyak 14 responden (29,7%), yang
menjawab sangat setuju pertanyaan no 6 sebanyak 7 responden (14,9%), yang
menjawab setuju sebanyak 20 responden (42,5%), dan yang menjawab tidak setuju
sebanyak
20responden (42,5%), yang menjawab sangat setuju pertanyaan no 7
sebanyak 3 responden (6,4%), yang menjawab setuju sebanyak 33 responden
(70,2%), dan yang menjawab tidak setuju sebanyak 11responden (23,4%), yang
menjawab sangat setuju pertanyaan no 8 sebanyak 5 responden (10,6%), yang
menjawab setuju sebanyak 30 responden (63,8%), dan yang menjawab tidak setuju
sebanyak 12 responden (25,5%), yang menjawab sangat setuju pertanyaan no 9
sebanyak 5 responden (10,6%), yang menjawab setuju sebanyak 30 responden
(63,8%), dan yang menjawab tidak setuju sebanyak 12 responden (25,5%), yang
menjawab sangat setuju pertanyaan no 10 sebanyak 23 responden (48,9%), yang
menjawab setuju sebanyak 16 responden (34%), dan yang menjawab tidak setuju
sebanyak 7 responden (14,9%)
Tabel 4.4. Frekuensi Kategori Sikap Responden Ibu terhadap Bayi Ikterus di
RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam
No
1
2
Kategori Sikap
Positif
Negatif
Jumlah
f
32
15
47
%
68
32
100
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kategori sikap ibu terhadap
bayinya yang kategori sikap positif lebih banyak dibanding yang kategori sikap
negatif yaitu 32 orang (68%).
4.5. Tabel Distribusi Tindakan Responden ibu mengenai bayi ikterus di RSUD
Deli Serdang Lubuk Pakam.
Untuk melihat tindakan ibu terhadap bayi dalam melakukan pemeriksaan bayi
ikterus RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam, di susun sebanyak 5 pertanyaan dan
dapat dijabarkan pada tabel berikut:
No. Pertanyaan
1
2
3
4
5
Ya
n
Bayi harus dirawat dengan sepenuhnya 24
dengan metode penanganan fototerapi
Bayi diberi infuse albumin memperbanyak
lokasi pengikatan, mengurangi resiko
34
bilirubin bebas melintasi sawar darah otak
Bayi harus menerapkan terapi dengan 12
menggunakan sinar matahari menjemur
Bayi menyusui ASI ikterus, tidak terdapat 38
peningkatan bilirubin direk
Ibu harus menjaga pola makan dan 43
istirahat bayi ikterus tersebut
%
51
Tidak
n
%
23
48,9
72,3
13
27,6
25,5
35
74,4
80,8
9
19,1
91,5
4
34
Berdasarkan tabel di atas yang menjawab ya pertanyaan no 1 sebanyak 24
responden (51%), yang tidak sebanyak 23 responden (48,9%), yang menjawab ya
pertanyaan no 2 sebanyak 34 responden (72,3%), yang tidak sebanyak 13 responden
(27,6%), yang menjawab ya pertanyaan no 3 sebanyak 12 responden (25,5%), yang
tidak sebanyak 35 responden (74,4%), yang menjawab ya pertanyaan no 4 sebanyak
38 responden (80,8%), yang tidak sebanyak 9 responden (19,1%), yang menjawab ya
pertanyaan no 5 sebanyak 43 responden (91,5%), yang tidak sebanyak 4 responden
(34%),
Tabel 4.6. Frekuensi Kategori Tindakan Responden Ibu terhadap Bayi Ikterrus
di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam.
No
1
2
Tindakan
Dilakukan
Tidak Dilakukan
Jumlah
F
29
18
47
%
61,7
38,3
100
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kategori tindakan ibu terhadap
bayi ikterus lebih banyak dengan dilakukan sebanyak 29 orang (61,7%).
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Pengetahuan Ibu Nifas mengenai Bayi Ikterus
Dari hasil penelitian di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam mengenai
pengetahuan ibu nifas mengenai bayi ikterus menunjukkan bahwa bayi ikterus
mayoritas berpengetahuan baik sebanyak 30 orang (63,8%) dan minoritas
berpengetahuan buruk sebanyak 17 orang (36,2%).
Dari data tersebut sebagian besar responden berpengetahuan baik tentang
bayi ikterus. Namun, ada beberapa pengetahuan ibu tentang bayi ikterus masih
terlihat buruk, hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan ibu dalam merawat dan
mengasuh bayi nya. Sebanyak 17 responden (36,1%), bayi baru lahir kurang bulan,
atau terdapat gangguan dalam hati maka kadar bilirubin dalam darah bayi dapat
meningkat. Kadar bilirubin akan kembali normal dalam beberapa hari yaitu ketika
organ hati sudah matang atau jika gangguan fungsi hati telah dihilangkan.
Adanya responden yang berpengetahuan buruk disebabkan karena kurang
mendapat informasi yang cukup mengenai bayi ikterus.oleh karena itu diperlukan
adanya interaksi yang baik antara petugas kesehatan dengan ibu nifas agar tercapai
pendidikan kesehatan yang diharapkan. Pendidikan kesehatan ini akan mempengaruhi
pengetahuan ibu dan keluarga tentang bayi ikterus.
Hal ini sesuai hasil penelitian Florentina (2000) di Kabupaten Lombok
Propinsi Nusa Tenggara barat yang menyebutkan bahwa tingkat pengetahuan ibu
38
nifas sangat berpengaruh terdahap pelaksanaan perawatan nifas ibu sehari-hri.
Dimana ibu yang berpengetahuan tinggi, maka derajat kesehatannya lebih baik
dibandingkan dengan ibu yang tingkat pengetahuannya rendah.
Selain itu menurut Orem (2001) keberhasilan melakukan perawatan mandiri
tergantung pada tingkat pengetahuan, pengalaman hidup, kebiasaan dan keadaan
kesehatan mental. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Notoadmodjo
(2005),bahwa pengetahuan itu adalah segala sesuatu yang telah diketahui oleh
seseorang dalam berbagai tingkatan perubahan mengenai objek mulai dari umum
sampai kekhusus yang diproses dari pengindraan pengetahuan ini merupakan alat
yang dipakai untuk memecahkan persoalan yang ada.
5.2 . Sikap Ibu Nifas mengenai Bayi Ikterus
Dari hasil penelitian di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam mengenai sikap
ibu nifas mengenai bayi ikterus menunjukkan bahwa bayi ikterus mayoritas bersikap
positif sebanyak 32 orang (68%) dan minoritas bersikap negatif sebanyak 15 orang
(32%).
Dari data tersebut sebagian responden bersikap positif dalam menerima
respon tentang bayi ikterus. Namun masih ada beberapa bayi ikterus yang miliki
responden negatif terhadap bayi ikterus, antara lain responden ibu terhadap
pelaksanaan perawatan bayi ikterus yaitu sebanyak 20 orang (42,5%). Faktanya
pemeriksaan dan perawatan bayi dilakukan dengan cahaya yang alami dan bila
ikterus memang jelas, praktisi untuk memperkirakan tingkat ikterus dengan menekan
kulit bayi secara lembut kemudian menghilangkan tekanan praktisi mampu
menentukan apakah kulit bayi ikterik atau tidak.
Hal ini menunjukkan bahwa baik buruknya tindakan seorang ibu dalam
melakukan perawatan masa nifas tergantung dari pada reaksi atau respon dari ibu itu
sendiri. Jika sikap seorang ibu bersikap baik maka tindakan ibu terhadap bayi nya
akan baik pula.
Apabila individu memiliki sikap yang mendukung terhadap suatu stimulus
atau objek kesehatan maka ia akan mempunyai sikap yang menerima, merespon,
menghargai, bertanggung jawab. Sebaliknya, bila ia memiliki sikap tidak mendukung
terhadap suatu objak maka ia akan memiliki sikap yang menunjukkan atau
memperlihatkan penolakkan atau tidak setuju ( Notoatmodjo, 2007).
Adanya responden yang memiliki sikap negatif disebabkan kurangnya
pengetahuan dari responden tersebut, oleh karena itu,ibu nifas terlebih dahulu perlu
mendapat informasi yang banyak dari tenaga kesehatan agar wawasan dan
pengetahuannya bertambah sehingga akan mempengaruhi responden dari ibu.
5.3. Tindakan Ibu Nifas mengenai Bayi Ikterus
Dari hasil penelitian di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakamtindakan ibu nifas
mengenai bayi ikterus menunjukkan bahwa ibu nifas terhadap bayi ikterus nya
mayoritas merawat bayi nya dengan benar sebanyak 29 orang (61,7%) dan minoritas
tidak memperhatikan bayinya sebanyak 18 orang (38,3%).
Dari data tersebut sebagaian responden melakukan dan memperhatikan bayi
nya dengan benar. Namun ada beberapa dari responden yang belum melakukan
memperhatikan keadaan bayinya dengan benar, antara lain kurangnya kesadaran dari
ibu nifas terhadap keadaan bayi nya yang ikterus yaitu sebanyak 35 orang (74,4%).
Persentase tersebut menerangkan bahwa sebagian besar ibu nifas tidak mau
memperhatikan keadaan bayi nya yang ikterus/kuning. Ditinjau dari tingkat
pendidikan dan pekerjaan, ibu nifas tersebut tergolong yang memiliki tingkat
pendidikan rendah. Namun ada juga beberapa diantaranya memiliki tingkat
pendidikan yang tinggi disertai pekerjaan yang baik. Hal tersebut menunjukkan
bahwah tidak selamanya tingkat pendidikan yang tinggi mampu menggerakkan
kesadaran seseorang untuk melakukan suatu tindakan.
Menurut Notoadmodjo (2010) bahwa tindakan adalah suatu perbuatan atau
praktek seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. sebelum seseorang mampu
melakukan tindakan yang benar mengenai bayi ikterus maka terlebih dahulu orang
tersebut perlu mendapatkan pendidikan kesehatan. Tujuan pendidikan kesehatan
adalah terjadinya perubahan perilaku, dari perilaku yang tidak atau kurang sehat
menjadi perilaku yang sehat. Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang
dewasa dimulai pada domain kognitif, dalam arti subjektif terlebih dahulu terhadap
stimulus yang berupa pada objek diluarnya, sehingga menimbulkan pengetahuan baru
pada subjek tersebut. Setelah mendapatkan pengetahuan ,selanjutnya menimbulkan
respon batin dalam bentuk sikap terhadap objek yang diketahui. Akhirnya rangsangan
yakni objek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut akan menimbulkan
responden lebih jauh lagi, yaitu berupa tindakan (action) terhadap atau sehubungan
dengan stimulus atau objek tadi.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti di
Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun 2014 dapat diambil
kesimpulan bahwa Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Ibu Nifas mengenai Bayi
Ikterus di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam yaitu:
1. Dari 47 responden di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam
pengetahuan ibu nifas mengenai bayi ikterus yang masih buruk sebanyak 17 orang
(36,2%).
2. Sikap ibu nifas mengenai bayi ikterus yang masih negatif dari 47 responden di
Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam sebanyak 15 orang (32%)
3. Dari 47 responden di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam
tindakan ibu nifas mengenai bayi ikterus yang masih tidak perduli akan keadaan
bayinya sebanyak 18 orang (38,3%).
6.2. Saran
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan bagi tenaga kesehatan yang mempunyai keterkaitan langsung dengan
masyarakat lebih berperan aktif dalam meningkatkan pelayanan kesehatan
khususnya bayi ikterus pada ibu nifas.
2.
Bagi Peneliti Selanjutnya
40
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan meneliti dengan responden yang lebih
banyak, sehingga didapat data yang lebih lengkap tentang terjadinya bayi ikterus
pada ibu nifas, sehingga hasil penelitiibu dapat sebagai acuan untuk
meningkatkan mutu pendidikan dan masukan kepada tenaga kesehatan.
3.
Bagi Ibu Nifas
Diharapkan kepada ibu nifas agar sering melakukan pemeriksaan kehamilan
khususnya konseling tentang terjadinya bayi ikterus pada ibu nifas.
DAFTAR PUSTAKA
Anik M. & Eka P., 2013, Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Dan Neonatal, TIM,
Jakarta.
Atikah P. & Cahyo I., 2010, Berat Badan Lahir Rendah, Numed, Yogjakarta.
Bahiyatum, 2009, Asuhan Kebidanan Nifas Normal, EGC, Jakarta
Ives N.K., (2005) Gastroenterology. Dalam: Rennie J.M., (ed) Neonatalogy.London:
Elsevier.
Lorna D. & Sharon M., 2009, Pemeriksaan Kesehatan Bayi, EGC, Jakarta.
Manuaba G. I. B., 1998, Ilmu Kebidanan,Penyakit Kandungan dan keluarga
berencana untuk pendidikan Bidan, EGC, Jakarta.
Martines, JC, et al: Hyperbilirubinemia in the breastfed newborn: a controlled trial of
Interventions. Pediatrics 91:470-73, 1993
Mitayani.2010.bayi Baru Lahir dan Penatalaksanaannya.Sumatera : Baduose Media
Mochtar R., 1998, Sinopsis Obstetri, EGC, Jakarta.
M. Sholeh Kosim, 2005, Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir, IDAI, Republik
Indonesia.
Narbuku C, 2009, Metode Penelitian dan Pengolahan Data, Pustaka Pelajar,
Yogjakarta.
Rini Sekartini, dkk., 2011, Masalah Kesehatan Bayi, Pustaka Bunda, Jakarta.
Sarwono P., 2009, Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Wafi N. M., 2010, Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita, Fitramaya, Yogjakarta.
Wahab,Samik.2012.Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
., 2010, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk pendidikan Bidan, EGC, Jakarta.
Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN
PENGETAHUAN SIKAP DAN TINDAKAN IBU NIFAS MENGENAI
BAYI IKTERUS UMUR 0-1 TAHUN DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH LUBUK PAKAM
A. Identitas Respondent
1. Nama Ibu
2. Umur Ibu
3. Alamat
4. Pendidikan ibu
5. Pekerjaan
6. Jumlah Anak
:
:
:
: [ ] SD
[ ] SMP
[ ] SMA
[ ] DIII/PT
:
:
B. Pengetahuan
Berilah tanda (√) pada jawaban yang sesuai menurut saudara pada kolom yang
tersedia dibawah ini:
Y : Ya (1)
T : Tidak (0)
No.
Pertanyaan
1. Bayi kuning adalah warna kuning pada kulit dan bagian putih dari
mata (sklera) pada beberapa hari setelah lahir yang disebabkan oleh
penumpukan bilirubin dan masalah yang sering muncul pada neonatus
terjadi akibat akumulasi bilirubin dalam darah dan jaringan.
2. Pada bayi kuning minimal terjadi pada hari ke-2 dan hari ke-4
3. Keadaan ini dapat terjadi pada bayi yang mendapat air susu ibu (ASI)
eklusif
4. Salah satu manfaat perawatan bayi kuning adalah bayi diberi makan
dengan baik, berkemih dan buang air besar sesuai dengan usia.
5. Bayi baru lahir belum mampu melakukan pengubahan sehingga terjadi
peningkatan kadar bilirubin dalam darah dan bayi harus di beri obat.
6. Ibu yang baru melahirkan dianjurkan untuk melakukan pergerakan
sedini mungkin untuk mencegah terjadinya sumbatan pada aliran darah
Y
T
7. Perawatan payudara untuk bayi kuning bertujuan untuk memelihara
kebersihan Payudara, mempelancar asupan ASI dan mencegah
bendungan ASI
8. Bayi lahir kuning hanya diberi ASI, karena tidak berbahaya dan
menurunkan kadar bilirubin.
9. Selama bayi kuning dianjurkan ibu untuk merawat bayi tersebut
sampai bayi sembuh
10. Pewarnaan kuning pada ikterus disebut bilirubin tidak terkonjugasi,
merupakan Jenis yang tidak mudah dibuang dari tubuh bayi
C. Sikap
Beri tanda (√) pada jawaban yang sesuai menurut saudara pada kolom yang
tersedia dibawah ini :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju (2)
TS : Tidak Setuju (1)
No.
Pertanyaan
SS S TS
1. Proses bayi kuning karena ASI, puncaknya terlihat pada minggu
ke-2 sampai Minggu ke-3
2. Bayi kuning terjadi hari ke-2 dan hari ke-3
3. Bayi yang kurang istirahat akan mempengaruhi proses pemulihan
warna tubuh bayi dan menyebabkan bayi kuning patologis terjadi
lama
4. Manfaat perawatan bayi kuning dilakukan agar bayi sehat dan
tubuh Tidak kuning.
5. Bayi harus di beri obat metaloporfirin untuk mengurangi kadar
bilirubin
6. Ibu nifas sebaiknya melakukan pergerakan sedini mungkin
setelah Melahirkan.
7. Ibu harus menjaga bayi nya dari rasa cemas karena bayi yang
diinkubator disinari cahaya menggunakan pelindung mata,
kemungkinan pelindung bergeser dan mencekik bayi.
8. Bayi kuning sebenarnya jarang mengancam jiwa dan timbul
setelah 4-7 Hari pertama dan berlangung lebih lama.
9. Tubuh kuning pada bayi baru lahir terjadi karena ketidak
cocokan golongan darah
10. Ibu sebaiknya lebih memperhatikan bayi nya karena bayi yg skit
kuning dapat di perberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan
infeksi.
D. Tindakan
Berilah tanda (√) pada jawaban yang sesuai menurut saudara pada kolom yang
tersedia di bawah ini :
Y : Ya (1)
T : Tidak (0)
No.
Pertanyaan
1. Bayi harus di rawat dengan sepenuh nya dengan metode penanganan
foto terapi
2. Bayi di beri infus albumin memperbanyak lokasi pengikatan,
mengurangi Resiko bilirubin bebas melintasi sawar darah otak.
3. Bayi harus menerapkan terapi dengan menggunakan sinar matahari”
menjemur”
4. Bayi menyusu ASI ikterus,tidak terdapat peningkatan bilirubin direk
5. Ibu harus menjaga pola makan dan istirahat bayi nya yang dalam
keadaan sakit kuning.
Y
T
Lampiran 2
MASTER DATA PENELITIAN
No.
Urut
Pengetahuan
Resp
1 2 3 4 5 6 7 8
1
1 1 1 1 1 1 1 1
2
1 1 1 1 0 1 1 1
3
1 0 1 0 0 0 1 1
4
1 1 1 1 1 1 1 1
5
1 1 1 1 0 0 1 1
6
1 1 1 1 0 1 1 1
7
1 1 1 1 1 1 1 1
8
1 1 1 1 1 1 1 1
9
0 1 1 1 0 0 1 1
10
1 1 1 1 0 1 0 1
11
1 1 1 1 1 1 1 1
12
1 1 0 1 1 1 1 1
13
1 1 1 1 1 1 1 1
14
1 0 1 1 0 1 1 1
15
1 1 1 1 1 1 1 0
16
1 1 1 1 1 1 1 1
17
1 1 1 1 1 1 1 1
18
1 1 1 1 1 1 1 1
19
1 0 1 0 0 1 1 1
20
1 1 1 1 1 1 1 1
21
1 0 1 1 1 0 1 1
22
1 1 1 0 0 0 1 1
23
1 1 1 1 1 1 1 1
24
1 1 1 1 1 1 1 1
25
1 1 1 1 1 1 1 1
26
1 0 1 1 0 1 1 1
27
1 1 1 1 1 1 1 1
28
1 1 1 1 1 1 1 1
29
1 1 0 1 0 1 0 0
30
1 0 1 1 0 1 0 1
31
1 1 1 1 1 1 1 1
32
1 1 1 1 1 1 1 1
33
1 1 1 1 1 1 1 1
34
1 1 1 1 1 1 1 1
35
1 1 1 1 0 1 1 1
9
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
Total Kategori
Skor Resp
Pendi
dikan
Pekerjaan
Umur
10
8
6
10
7
9
10
10
7
7
10
9
10
7
9
10
10
10
7
10
7
7
10
10
10
6
10
10
5
7
10
10
10
10
9
24
25
26
19
20
22
24
26
27
23
27
28
18
16
20
24
17
23
24
30
25
26
21
20
18
17
22
23
28
27
25
23
26
29
22
SI
SMA
SMA
SMP
SMA
DIII
SI
SMA
DIII
DIII
SMA
DIII
SMP
SMP
SMA
SI
SMP
DIII
SI
SI
SMA
SMP
SMA
SMP
SMP
SMP
SI
DIII
DIII
PNS
SMA
SMP
SI
DIII
SI
PNS
Wiraswasta
Wiraswasta
IRT
IRT
IRT
PNS
Karyawan
IRT
Karyawan
Karyawan
PNS
Wiraswasta
Wiraswasta
Karyawan
Karyawan
IRT
PNS
Karyawan
Karyawan
Wiraswasta
Wiraswasta
IRT
IRT
Karyawan
IRT
Karyawan
PNS
IRT
Karyawan
Karyawan
IRT
Karyawan
PNS
Karyawan
Baik
Baik
Buruk
Baik
Buruk
Baik
Baik
Baik
Buruk
Buruk
Baik
Baik
Baik
Buruk
Baik
Baik
Baik
Baik
Buruk
Baik
Buruk
Buruk
Baik
Baik
Baik
Buruk
Baik
Baik
Buruk
Buruk
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
Keterangan :
P1,2,3….P10 : Pertanyaan Kuesioner
Kode 1
: Jawaban Benar
Kode 0
: Jawaban salah
Ptot
: Kategori Pengetahuan
Skor 8-10 : Baik
Skor 0-7 : Buruk
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
7
10
7
6
10
7
7
10
10
8
9
8
Buruk
Baik
Buruk
Buruk
Baik
Buruk
Buruk
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
21
20
17
21
24
22
25
27
28
30
22
21
SI
SMP
SMP
SMA
SI
DIII
DIII
SMP
SI
SI
SMA
SMA
Karyawan
IRT
IRT
IRT
Karyawan
Karyawan
Wiraswasta
IRT
Karyawan
Karyawan
IRT
IRT
No
Urut
Resp
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Sikap
1
3
2
2
3
1
2
3
3
1
2
2
1
2
2
3
3
3
3
2
2
1
2
3
2
2
2
2
3
1
2
2
2
3
1
1
3
2
2
2
2
1
1
3
3
1
1
3
2
2
2
2
2
2
1
2
1
2
1
2
3
1
1
2
3
3
3
2
2
1
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
1
2
1
1
2
1
3
2
2
2
2
3
1
1
2
4
2
2
1
1
1
2
1
1
1
2
2
2
3
1
1
1
3
2
3
2
1
1
2
2
2
3
2
3
1
1
2
5
3
1
1
1
2
2
2
2
1
1
2
2
2
1
3
2
3
2
2
2
1
1
2
3
2
2
2
2
1
2
2
6
2
2
1
1
1
1
1
3
2
1
2
2
2
1
1
2
2
2
1
2
1
1
3
3
3
1
2
2
2
2
2
7
2
2
1
2
1
2
2
2
1
1
2
1
2
1
2
2
2
2
1
2
1
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
8
3
2
1
2
2
2
2
2
1
1
3
2
1
1
2
2
3
3
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
9
2
2
1
2
2
2
2
1
2
1
2
3
2
2
2
3
3
3
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
1
1
2
10
3
3
2
3
2
3
2
3
1
2
3
2
3
2
3
3
3
3
1
3
1
2
3
3
2
2
2
3
1
1
3
Total Kate
skor Gori
Resp
U
m
ur
Pendi
dikan
Pekerjaan
26
20
13
20
15
20
19
21
13
14
22
20
20
14
22
22
24
24
16
20
13
15
24
22
20
17
20
25
12
15
21
24
25
26
19
20
22
24
26
27
23
27
28
18
16
20
24
17
23
24
30
25
26
21
20
18
17
22
23
28
27
25
SI
SMA
SMA
SMP
SMA
DIII
SI
SMA
DIII
DI
SMA
DIII
SMP
SMP
SMA
SI
SMP
DIII
SI
SI
SMA
SMP
SMA
SMP
SMP
SMP
SI
DIII
DIII
PNS
SMA
PNS
Wiraswast
Wiraswast
IRT
IRT
IRT
PNS
Karyawan
Karyawan
Karyawan
IRT
Karyawan
Wiraswast
Wiraswast
Karyawan
Karyawan
IRT
PNS
Karyawan
Karyawan
Wiraswast
Wiraswast
IRT
IRT
Karyawan
IRT
Karyawan
PNS
IRT
Karyawan
Karyawan
Positif
Positif
Negatif
Positif
Negatif
Positif
Positif
Positif
Negatif
Negatif
Positif
Positif
Positif
Negatif
Positif
Positif
Positif
Positif
Positif
Positif
Negatif
Negatif
Positif
Positif
Positif
Positif
Positif
Positif
Negatif
Negatif
Positif
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
2
3
3
2
1
2
2
1
2
2
2
2
3
2
1
2
1
2
2
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
1
1
2
2
2
2
3
2
1
2
1
2
3
1
1
2
1
1
2
2
2
2
3
2
1
1
2
2
3
3
2
2
1
1
2
2
1
2
2
1
1
2
2
2
3
3
1
1
1
1
1
2
1
2
2
1
1
3
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
1
2
3
1
2
3
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
3
1
1
2
2
2
2
2
2
1
1
1
2
2
1
2
3
1
2
2
3
2
3
2
1
1
2
1
2
3
2
3
3
2
2
3
19
20
26
20
14
17
15
13
20
21
15
21
27
15
14
22
Keterangan :
P1, 2, 3……….P5 : Pertanyaan Kuesioner
Kode 1
: Jawaban Tidak Setuju
Kode 2
: Jawaban Setuju
Kode 3
: Jawaban Sangat Setuju
Ptot
: Kategori Tindakan
Skor 1 – 15
: Baik
Skor 16 – 27 : Buruk
Positif
Positif
Positif
Positif
Negatif
Positif
Negatif
Negatif
Positif
Positif
Negatif
Positif
Positif
Negatif
Negatif
Positif
23
26
29
22
21
20
17
21
24
22
25
27
28
30
22
21
SMP
SI
DIII
SI
SI
SMP
SMP
SMA
SI
DIII
DIII
SMP
SI
SI
SMA
SMA
IRT
Karyawan
PNS
Karyawan
Karyawan
IRT
IRT
IRT
Karyawan
Karyawan
Wiraswast
IRT
Karyawan
Karyawan
IRT
IRT
No
Urut
Resp
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
Total
Skor
Tindakan
1
1
0
0
0
1
0
0
1
0
0
1
1
1
0
0
1
0
0
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
0
1
2
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
3
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
4
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
5
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
5
2
2
2
4
2
3
4
2
2
4
4
4
2
3
4
4
3
1
4
2
4
4
4
5
2
4
5
2
2
4
5
2
4
4
2
5
Kategori
Resp
Dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Dilakukan
Tidak dilakukan
Dilakukan
Dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Dilakukan
Dilakukan
Dilakukan
Tidak dilakukan
Dilakukan
Dilakukan
Dilakukan
Dilakukan
Tidak dilakukan
Dilakukan
Tidak dilakukan
Dilakukan
Dilakukan
Dilakukan
Dilakukan
Tidak dilakukan
Dilakukan
Dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Dilakukan
Dilakukan
Tidak dilakukan
Dilakukan
Dilakukan
Tidak dilakukan
Dilakukan
Umur
24
25
26
19
20
22
24
26
27
23
27
23
27
28
18
16
20
24
17
23
24
30
25
26
21
20
18
17
22
23
28
27
25
23
26
29
22
Pendidi
kan
Pekerjaan
SI
SMA
SMA
SMP
SMA
DIII
SI
SMA
DIII
DI
SMA
DIII
SMA
DIII
SMP
SMP
SMA
SI
SMP
DIII
SI
SI
SMA
SMP
SMA
SMP
SMP
SMP
SI
DIII
DIII
PNS
SMA
SMP
SI
DIII
SI
PNS
Wiraswast
Wiraswast
IRT
IRT
IRT
IRT
Wiraswast
IRT
Karyawan
Karyawan
IRT
Wiraswast
Wiraswast
Karyawan
Karyawan
IRT
Karyawan
Karyawan
Karyawan
Wiraswast
Wiraswast
IRT
IRT
Karyawan
IRT
Karyawan
IRT
Karyawan
Karyawan
IRT
Karyawan
Karyawan
IRT
Karyawan
Karyawan
Karyawan
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
1
0
1
1
0
1
1
0
0
0
1
0
1
0
0
1
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
4
1
5
3
2
5
4
2
2
3
Dilakukan
Tidak dilakukan
Dilakukan
Dilakukan
Tidak dilakukan
Dilakukan
Dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Dilakukan
Keterangan :
P1, 2,3,……P5
: Pertanyaan Kuesioner
Kode 1
: Jawaban Benar
Kode 0
: Kategaori Tindakan
Skor 3 – 5 : Baik
Skor 0 – 2 : Buruk
21
20
24
22
25
27
28
30
22
21
SI
SMP
SI
DIII
DIII
SMP
SI
SI
SMA
SMA
Karyawan
IRT
Karyawan
Karyawan
Wiraswast
IRT
Karyawan
Karyawan
IRT
IRT
Download