BERITA PERDAGANGAN Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I RidwanRais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id Kemendag Ajak Pengusaha Kembangkan Merek Dagang Jakarta, 14 Agustus 2013 – “Peranan pemasaran dan branding sangat penting karena merupakan salah satu upaya dalam membangun merek dan meraih keberhasilan terutama di tengah krisis ekonomi global yang masih berlangsung,” demikian disampaikan Direktur Pengembangan Promosi dan Citra Kementerian Perdagangan, Pradnyawati, pada acara Dialog Eksportir dengan tema “Strategi Pemasaran dan Branding yang Efektif” di Hotel Akmani, 31 Juli 2013. Dialog yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) bekerja sama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) ini ditujukan untuk memperoleh masukan berupa pemikiran, ide, gagasan dan konsep mengenai strategi pemasaran dan branding yang efektif ke pasar global. Pradnyawati menyatakan bahwa saat ini pemahaman mengenai merek oleh sebagian kalangan pelaku usaha masih terbatas dalam konsep desain logo atau merek. “Merek bukan hanya sekedar logo atau iklan. Sebuah merek merepresentasikan ‘hati’ dan ‘jiwa’ yang membuat sebuah perusahaan berbeda dari kompetitornya. Sedangkan branding merupakan proses penciptaan dan pemeliharaan hubungan berkelanjutan yang saling menguntungkan dengan konsumen,” lanjut Pradnyawati. Sementara, Handito Hadi Joewono, President & Chief Strategy Consultant Arrbey Group sebagai pembicara utama menyampaikan bahwa merek tidak hanya sebuah logo namun harus menjadi sesuatu yang hidup sehingga dapat diimplementasikan dan menjadi kebanggaan. Ada 5 (lima) tingkatan dalam membangun merek, antara lain: 1) Brand awareness, yaitu jika merek sudah dikenal, maka harus diketahui secara detail dan perlu dilakukan upaya berkelanjutan agar semakin terkenal; 2) Brand knowledge, yaitu posisi ketika suatu merek sudah diketahui secara luas oleh masyarakat; 3) Brand image, merupakan hasil persepsi konsumen setelah mengetahui suatu merek; 4) Brand preference, yaitu tahap dimana produk mulai disukai oleh masyarakat sehingga menjadi preferensi dalam setiap keputusan masyarakat; dan 5) Brand admire, merupakan tingkatan tertinggi dimana konsumen memiliki loyalitas terhadap merek. Menurut Handito, mengingat pengembangan merek merupakan proses yang berkelanjutan, maka setiap perusahaan diperbolehkan untuk melakukan rebranding atau penyegaran (rejuvenating) terhadap merek. Perubahan dapat dilakukan secara perlahan atau signifikan. Perubahan signifikan dapat mengakibatkan respon positif atau negatif pada konsumen. Namun demikian, perubahan bukan hal yang perlu ditakutkan. Waktu yang tepat untuk melakukan rebranding adalah ketika sebuah produk sudah pada tahap brand equity yang berarti telah berhasil dalam membangun kesadaran dan citra terhadap merek itu sendiri. Namun jika perusahaan belum berhasil mencapai hal tersebut, disarankan tidak melakukan rebranding. Perusahaan besar seperti Starbucks dan KFC juga perlu waktu beberapa tahun untuk melakukan rebranding. Hal yang sama juga terjadi pada tagline yang dimiliki Indonesia seperti wonderful Indonesia dan remarkable Indonesia. Indonesia harus dapat merumuskan kembali 1 tagline yang akan digunakan secara bersama-sama oleh seluruh pemangku kepentingan. Yang harus ditekankan adalah tagline tersebut harus membuat Indonesia semakin dikenal secara luas. Pada kesempatan tersebut, Lim Masulin dari Chameo Couture menyampaikan apresiasi dan terima kasih terhadap pelayanan Ditjen PEN Kemendag dan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Lyon. Saat ini produk tas anyaman dari Chameo Couture telah berhasil menjadi peserta kompetisi di Prêt a Porter Paris dan ini merupakan pertama kalinya produk Indonesia masuk dalam ajang yang sangat bergengsi tersebut. “Ditjen PEN sangat profesional dan mendukung dalam upaya promosi produk ekspor Indonesia. Ditjen PEN merupakan institusi yang paling kompeten dalam membantu eksportir pemula maupun calon eksportir dalam berpromosi ke pasar global,” ujar Lim. Acara dialog eksportir tersebut juga dimanfaatkan untuk mengenalkan pelayanan Customer Service Center (CSC) yang yang dikoordinir oleh Direktorat Pengembangan Pasar dan Informasi Ekspor Kemendag. CSC dan Membership Service ini bertujuan untuk mendekatkan Ditjen PEN dengan pelaku usaha. Kedua layanan tersebut memfasilitasi tempat pertemuan dan business matching antara eksportir dan buyer secara offline dan online. “Dengan diselenggarakannya kegiatan ini, baik pemerintah maupun pelaku usaha diharapkan lebih meningkatkan pemahaman serta berkolaborasi dalam merumuskan dan mengimplementasikan strategi pemasaran dan branding sehingga dapat melakukan promosi yang tepat sasaran,” ujar Pradnyawati. --selesai-Sumber: Ditjen Pengembangan Ekspor Nasional Disunting oleh Pusat Humas Kementerian Perdagangan