Pemilihan Kazakhstan Sebagai Mitra Kerjasama China Dalam

advertisement
Pemilihan Kazakhstan Sebagai Mitra Kerjasama China
Dalam Sektor Energi Minyak Tahun 2003-2010
Primadiana Yunita53
Abstract
China’s economic growth is in parallel correspondence with its energy needs
level. Consequence that showed up subsequently is increasing demand in energy source
in China, thus China must provide adequate energy source for its industrial interest.
Therefore, China has tried several strategies such as by cooperating with Kazakhstan.
The objective of research is to figure out why China chooses Kazakhstan as the
cooperation partner in the oil energy field during Hu Jintao government in the period
2003-2010.
This research shows that the political economy cooperation between China
Kazakhstan represents an effort for China to preserve the supply of domestic energy in
order to facilitate economic growth.
In this research, author used rational model theory, managed multi dependence
concept. Method used in this research is explanation through literature study obtained
from books, journals and articles related with this research theme.
Keywords : external transformation, Regional Security Complex Theory, South
China Sea Conflict
Pendahuluan
Kemunculan China sebagai sebuah negara yang tidak lagi tertutup dan
terbelakang menjadikan China sebagai sebuah negara yang lebih maju, modern,
terbuka serta kuat secara ekonomi, setara dengan negara maju lainnya seperti
Jepang dan Amerika Serikat. Sebelum terbentuknya Republik Rakyat China
(RRC) pada tahun 1949, China dikenal sebagai negara yang minim sumber daya
minyak, namun pasca China melakukan kerjasama dengan Uni Soviet untuk
mengeksploitasi kekayaan sumber daya alamnya54, China kini memiliki industri
minyak dan gas sendiri. Pada tahun 2008, China dan Rusia bekerjasama melalui
53
Penulis merupakan Dosen pada Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya
54
Tirta Mursitama dan R.Maisa Yudono. 2010. Strategi Tiga Naga, Ekonomi Politik Industri
Minyak China di Indonesia. Depok: Kepik Ungu
101
102 | JURNAL ILMIAH TRANSFORMASI GLOBAL VOL 2 NO 2
SCO (Shanghai Cooperation Organization) untuk membangun jalur pipa minyak
yang mengatur supply energi bagi China yang melalui Angarsk (wilayah Rusia)
ke Daqing (basis produksi minyak China).
Sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat dan sedang
mengalami apa yang dideskripsikan sebagai revolusi industri kedua akibat
kegiatan industrialisasinya yang semakin berkembang,
hal ini membawa
konsekuensi bagi peningkatan kebutuhan energi China apabila dibandingkan
dengan negara lain, seperti permintaan dan konsumsi energi yang meningkat
utamanya di kota-kota industri dan komersial. Berdasarkan hasil laporan
International Energy Agency55 (IEA) diprediksi bahwa kebutuhan energi China
akan melampaui kebutuhan energi negara-negara anggota Organization for
Economic Co-operation and Development (OECD) pada tahun 2020.56
Kebijakan energi China pada tahun 1999-2001 memperlihatkan terjadinya
pergeseran fokus pembangunan sektor energi China.57 China, yang sebelumnya
mengelola sektor migas hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri tanpa
melakukan ekspansi atau kerja sama dengan pihak asing dan berinvestasi di luar
negeri, kini menjadi lebih aktif dalam melakukan kerjasama dengan pihak asing.
Pemerintah China juga memutuskan untuk lebih terbuka terhadap modal asing
yang hendak berinvestasi di sektor energi. Hal tersebut dikarenakan adanya
pergeseran peningkatan laju pertumbuhan ekonomi China dan peningkatan
permintaan energi.
Sektor energi memegang peran sama pentingnya dengan perekonomian.
Akan tetapi, kebijakan pembangunan di sektor energi tidak mampu mengimbangi
pertumbuhan ekonomi yang pesat. Produksi minyak domestik China jauh
tertinggal dari permintaan industri dan komersial. Produksi minyak untuk
kebutuhan domestik China hanya 4.5%, tetapi konsumsinya menduduki peringkat
International Energy Agency (IEA) . 2010. China’s Worldwide Quest for Energy Security. IEA:
IEA, pp. 1-80
56
International Energy Agency (IEA). 2010. China’s Worldwide Quest for Energy Security. IEA:
IEA, pp. 1-80, hal.7
57
Tirta Mursitama dan R.Maisa Yudono.2010. Strategi Tiga Naga, Ekonomi Politik Industri
Minyak China di Indonesia. Depok: Kepik Ungu
55
Primadiana Yunita, Pemilihan Kazakhstan sebagai mitra Strategis China..|
kedua setelah Amerika Serikat.58 Bahkan permintaan minyak China pada 2010,
mencapai 340 juta ton sementara produksi domestik hanyak bisa menyediakan
195 juta ton, sisanya China harus tergantung pada impor.59
Bentuk tantangan lain yang dihadapi China dalam pemenuhan kebutuhan
energi minyak adalah masih adanya ketimpangan pembangunan infrastruktur
seperti transportasi energi dari sumber energi domestik di Barat dan Utara dengan
wilayah Selatan dan Timur di China yang lebih industrialis, yang pada akhirnya
membawa efek pada transportasi energi minyak di wilayah Barat dan Utara akibat
infrastrukturnya yang kurang berkembang. Hal tersebut juga dapat dilihat dengan
berkembangnya perekonomian daripada pembangunan infrastruktur di sektor
energi menimbulkan asimetri geografis ekonomi, di wilayah Selatan dan Timur
(kota-kota di sepanjang pesisir pantai Timur dan Selatan China). Sehingga
memunculkan asumsi bahwa suplai energi lebih mudah diperoleh dari luar (asing)
karena kemudahan akses yang dimiliki apabila pasar makin terbuka.60
Ketidakseimbangan yang terus terjadi antara konsumsi serta produksi
minyak di China, menyebabkan China mengalami krisis energi minyak pada tahun
2003. Hal ini mendorong pemerintah China yakni pada masa pemerintahan
presdiden Hu Jintao mengeluarkan kebijakan energi baru sebagimana tertuang
dalam White Paper on National Program Mineral Resource (NPMR). China
melalui
pemerintahan
presdien
Hu
Jintao
menetapkan
untuk
terus
mengeksploitasi sumber-sumber mineralnya, termasuk kegiatan eksplorasi dan
eksploitasi di negara lain untuk meningkatkan jaminan suplai energi minyak
dalam negeri China.
Berkaitan dengan hal tersebut, China pun melakukan pembangunan
cadangan minyak strategis di luar negeri dengan berinvestasi dalam
China Daily. 2007. Dalam Hamayoun Khan, China’s Drive and Diplomacy. 2010
Hamayoun Khan. 2010. International Review. China’s energy drive and Diplomacy’,diakses
pada tanggal 11 Desember 2011, dari <http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q
=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CE4QFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.siis.org.cn%
2FSh_Yj_Cms%2FMgz%2F200803%2F20081217174045S1QX.PDF&ei=Ft26T7jmJ9GxrAe
OrojyBw&usg=AFQjCNEJEA0HxlvvIxcELRySvVf3fsAoAQ>, hlm 91-108
60
International Energy Agency (IEA). 2010. China’s Worldwide Quest for Energy Security. IEA,
pp. 1-80, hlm.13
58
59
104 | JURNAL ILMIAH TRANSFORMASI GLOBAL VOL 2 NO 2
pengembangan minyak di dalam negara produsen minyak. Melalui dua
perusahaan energi terbesar China National Offshore Oil Corporation (CNOOC)
dan China National Petroleum Company (CNPC), China melakukan investasi
asingnya di negara-negara di Timur Tengah, Argentina, Bangladesh, Kanada,
Kolumbia, Ekuador, Indonesia, Kazakhstan, Malaysia, Mexico, Nigeria, Pakistan,
Papua New Guinea, Peru, Russia, Thailand, Turkmenistan, Venezuela, dan
Amerika Serikat.61
Pola konsumsi minyak China bergeser orientasi dari supply domestik ke
impor, berdasar penerapan tersebut diatas, cukup menarik melihat pemerintah
China mengeluarkan kebijakan energi yang spesifik. Kebijakan tersebut meliputi
integrasi kebijakan diversifikasi energi dan perdagangan sekaligus investasi
dalam produksi minyak di luar negeri telah menggerakkan pembuat kebijakan
energi di China membidik Kazakhstan sebagai target mendapatkan deposit energi.
Pemilihan Kazakhstan sebagai mitra kerjasama energi minyak pada masa
pemerintahan Hu Jintao menarik untuk diteliti, karena dari sekian banyak negara
yang tercatat memiliki sumber daya minyak di berbagai kawasan, mengapa China
memilih Kazakhstan yang merupakan salah satu negara di kawasan Asia Tengah
sebagai mitra kerjasamanya.
Melalui kerjasama ke dua negara dapat dikaji lebih dalam mengenai
kepentingan-kepentingan yang ingin dicapai China dalam kerjasama tersebut,
melihat bahwa Kazakhstan dibandingkan negara-negara di kawasan lain, secara
ekonomi pasca pemerintahan komunis, tidak mengalami era globalisasi dan pasar
bebas yang berlaku di sebagian negara-negara di dunia. Menurut studi Bank
Dunia, negara-negara di Asia Tengah saat ini keadaannya tidak lebih baik dari
pada masa komunisme. Standar kesehatan dan pendidikan yang buruk
mengakibatkan kemunduran atau penurunan dalam Gross Domestic Product
(GDP)62. Reformasi
61
62
ekonomi
juga telah dilaksanakan,
namun
hanya
Haijiang Henry. 1999. China’s Oil Industry and Market. Oxford. Elsevier Ltd, hlm. 4
Maynes, Charles William. America Discoves Central Asia, Jurnal Foreign Affairs, Vol. 82/No.2,
March/April 2003 hlm. 122
Primadiana Yunita, Pemilihan Kazakhstan sebagai mitra Strategis China..|
menyebabkan resiko besar tanpa hasil nyata karena antara satu negara dengan
negara lainnya tidak mencapai kesepakatan.
Dari sisi perdagangan, perdagangan ekspor-impor diantara negara-negara
Asia Tengah juga tidak berjalan secara intensif. Selain itu, hubungan di antara
negara-negara di Asia tengah juga seringkali bermasalah. Hal ini menjadi sebuah
pertanyaan ketika China berupaya untuk terus menjalin hubungan kerjasama
dengan Kazakhstan yang merupakan negara di kawasan Asia Tengah.
Dengan demikian, berdasarkan pendahuluan yang telah diuraikan
sebelumnya, maka dalam penelitian ini penulis berupaya untuk menganalisis
alasan-alasan yang melatarbelakangi China dalam memilih Kazakhstan sebagai
mitranya dalam kerjasama ekonomi politik di sektor energi minyak tahun 20032010.
Model Aktor Rasional
Dalam Model ini politik luar negeri dipandang sebagai akibat dari
tindakan-tindakan aktor rasional, terutama suatu pemertintah yang monolit, yang
dilakukan dengan sengaja untuk mencapai suatu tujuan. Pembuatan keputusan
politik luar negeri digambarkan sebagai suatu proses intelektual. Perilaku
pemerintah dianalogikan dengan perilaku individu yang bernalar dan
terkoordinasi. Dalam analogi ini individu itu melalui serangkaian tahap-tahap
intelektual, dengan menerapkan penalaran yang sungguh-sungguh berusaha
menerapkan pilihan atas altenatif-alternatif yang ada. Jadi, unit analisis
pembuatan keputusan ini adalah pilihan-pilihan yang diambil oleh pemerintah.
Dengan demikian, analisis politik luar negeri harus memusatkan perhatian pada
penelaahan kepentingan nasional dan tujuan dari suatu bangsa, alternatif-alternatif
haluan kebijaksanaan yang bisa diambil oleh pemerintahnya dan perhitungan
untung rugi atas masing-masing alternatif itu.63
Dalam model aktor rasional digambarkan bahwa para pembuat keputusan
dalam melakukan pilihan-pilihan atau alternatif-alternatif itu menggunakan
63
Mohtar Mas’oed. 1990. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. Jakarta:
LP3ES.Hlm. 234
106 | JURNAL ILMIAH TRANSFORMASI GLOBAL VOL 2 NO 2
kriteria “optimalisasi hasil”. Para pembuat keputusan itu digambarkan selalu siap
untuk melakukan perubahan atau penyesuaian dalam kebijaksanaannya. Mereka
juga diasumsikan dapat memperoleh informasi yang cukup banyak sehingga dapat
melakukan penelusuran tuntas terhadap semua alternatif kebijaksanaan yang
mungkin dilakukan dan semua sumber-sumber yang dapat digunakan untuk
mencapai tujuan yang mereka tetapkan.
Graham T. Allison memberikan gambaran mengenai proses pembuatan
keputusan. Model yang digunakan adalah model aktor rasional, model proses
organisasi dan model politik birokratik. Dalam model ini politik luar negeri
dipandang sebagai akibat dari tindakan aktor rasional untuk mencapai suatu
tujuan. Aktor rasional dipandang sebagai orang yang mengetahui tentang pilihanpilihan yang tersedia dan konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari
setiap pilihan sebelum membuat keputusan. Dengan demikian, analisis tentang
politik luar negeri harus memusatkan perhatian pada kepentingan nasional dan
tujuan dari suatu bangsa itu sendiri.
Konsep Managed Multi-Dependence
Asumsi konsep managed multi-dependence menyatakan bahwa hubungan
kerjasama sebuah negara tidak hanya dilakukan secara bilateral saja, tetapi
meliputi regional dan internasional. Bentuk kerjasama seperti ini dilakukan untuk
mengantisipasi adanya konflik yang mungkin terjadi diluar rencana
(mungkin
hari ini teman tapi besok bisa menjadi musuh).64
Perluasan bentuk kerjasama ini dilakukan untuk menjaga kelangsungan
hidup, yang dapat berupa kedaulatan dan kekuasaan serta suatu bentuk sikap
antisipasi apabila hubungan kerjasama yang dijalin dengan satu negara nantinya
memburuk negara ini masih mempunyai kerjasama dengan negara lain. Konsep
yang dipopulerkan oleh Gerd Nonneman ini memang banyak dikembangkan atau
64
Gerd Nonneman.2005,’Analyzing Middle East Foreign Policies And The Relationship with
Europe’, London& New York, Routledge Taylor And Francis Group, hal 159, diakses pada
tanggal 15 maret 2012, dari <http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=
web&cd=1&ved=0CE8QFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.lancs.ac.uk%2Ffass%2Fdoc_libr
ary%2Fpolitics%2Fnonneman_analyzing_mefp.pdf&ei=ou66T7C0BsTorAexmdjSBw&usg=A
FQjCNFNKfEUhtFKhrBwYGvDvu0uD2hv5Q>
Primadiana Yunita, Pemilihan Kazakhstan sebagai mitra Strategis China..|
menjadi bentuk kerjasama negara-negara teluk di kawasan Timur Tengah dalam
mengatur ekspor minyak.
Hubungan kerjasama ini meliputi 3 level yaitu, domestik, regional
(kawasan) dan internasional. Level domestik dijelaskan bahwa bagaimana sebuah
negara melalui pemerintah dan penduduknya dapat berkoordinasi untuk memilih
salah satu kepentingan dan menentukannya menjadi kepentingan nasional. Di
level kawasan kerjasama yang dilakukan negara-negara sekawasan atau negara
tetangga yang dekat walaupun tidak sekawasan, sementara itu level internasional
yaitu kerjasama yang dilakukan dengan negara-negara yang letaknya berjauhan
maupun dengan organisasi internasional, singkatnya kerjasama yang dilakukan
tidak hanya sebatas kerjasama bilateral saja tetapi kerjasama multilateral.
Perilaku sebuah negara dalam menghadapi negara lain memiliki perbedaan
(relative autonomy), karena berbagai pertimbangan kerjasama harus dilakukan
untuk mencapai kesepakatan. Keterbatasan impor minyak China yang berasal dari
negara-negara Timur Tengah dan Afrika menyebabkan China berusaha mencari
lahan lain yang dapat mempermudah tercapainya kepentingan nasionalnya, yaitu
Kazakhstan.
Kerjasama yang dibangun pada setiap negara tidak selamanya dapat
berjalan sesuai dengan kemauan China, karena otoritas China belum tentu berlaku
bagi setiap negara. Setiap kebijakan China belum tentu dapat diterima oleh negara
yang diajak bekerjasama, sehingga sulit untuk menimbulkan rasa saling
ketergantungan dan hal ini menyebabkan China untuk lebih banyak menerima
batasan tersebut serta mencari tindakan alternatif lain. Hal ini menjelaskan bahwa
cara China dalam menghadapai satu negara dengan negara lain berbeda. Kesulitan
tersebut dapat menyebabkan Kazakhstan sebagai hasil dari bentuk otonomi relatif
kerjasama China dengan negara-negara pengekspor minyak sebelumnya.
Konsep ini juga dikembangkan oleh China, dimana China berusaha untuk
melakukan banyak kerjasama eksplorasi minyak tidak hanya dengan negara
kawasan Timur Tengah tetapi hingga ke kawasan Asia Tengah dan saat ini di
Kazakhstan. Hal ini dilakukan untuk melindungi kepentingan minyak China yang
108 | JURNAL ILMIAH TRANSFORMASI GLOBAL VOL 2 NO 2
merupakan kepentingan nasional karena menyangkut kesejahteraan penduduknya.
Kerjasama (atau lebih tepatnya ketergantungan) China ini dilakukan untuk tetap
menjaga eksistensi China di dunia internasional dan sikap antisipasi seperti yang
telah dijelaskan diatas karena perkembangan industrialisasi China menuntut
energi minyak yang semakin banyak.
Cost and Benefit Pemilihan Kazakhstan Sebagai Mitra Kerjasama China
Pemilihan Kazakhstan sebagai mitra kerjasama China di sektor energi
minyak didasarkan pada beberapa pertimbangan yang dilakukan oleh aktor
rasional, dimana pertimbangan tersebut didasarkan pada pertimbangan untung
rugi atas alternatif-alternatif kebijakan yang ada, yang akhirnya menjadikan China
memilih Kazakhstan sebagai mitra kerjasamanya dalam bidang energi minyak.
Kelemahan Jalur dan Pasokan Minyak China yang Lama
Melihat minyak merupakan tumpuan dari kekuatan ekonomi yang
menjamin kesejahteraan rakyat dan untuk mendukung eksistensi China dalam
dunia internasional, upaya pencarian minyak secara tidak langsung merupakan
legitimasi bagi pemerintah dengan mengaplikasikannya dalam politik luar negeri.
Upaya pencarian minyak dapat dikatakan legitimasi karena sudah mencakup
kepentingan rakyat di dalamnya. Hal ini dikarenakan pemerintah China
mempunyai legitimasi dalam menetapkan ketiga NOCs yang semuanya
perusahaan milik negara yang menjadi bagian dari tim nasional untuk memenuhi
kebutuhan minyak dalam negeri.65 Pemerintah China meletakkan ketiga NOCs
sebagai
alat untuk
mencapai
tujuannya
mengamankan, mencari,
dan
mengeskplorasi minyak diluar negara China untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri.
Produksi dalam negeri yang tidak mencukupi dikarenakan kondisi sumursumur tempat galian sangat berbahaya sehingga menyebabkan biaya pengeboran
menjadi mahal adalah faktor utama yang menyebabkan China
harus
mengimpor minyak. Secara nyata permintaan domestik meningkat dengan cepat
65
NOCs adalah sebutan bagi ketiga Badan Usaha Milik negara China, yaitu CNOOC, CNPC, dan
Sinopec
Primadiana Yunita, Pemilihan Kazakhstan sebagai mitra Strategis China..|
tidak sebanding dengan produksi dalam negeri, China mulai mencari minyak
keluar di daerah pinggiran. Politik minyak China diupayakan untuk menjauhi
kerumitan dari pasar minyak internasional karena pasar minyak internasional
dicirikan oleh harga minyak yang jauh lebih tinggi sehingga China memilih untuk
melakukan kerjasama multilateral. Keadaan geologis wilayah yang berbeda dari
keadaan dalam negeri China yang menjadi dasar inisiatif China dalam memilih
negara yang akan diajak bekerjasama.
Sebelumnya China memanfaatkan jalur Laut China Selatan dan Selat
Malaka dalam transportasi minyak ke negaranya. Laut Cina Selatan merupakan
jalur pengiriman barang lewat laut tersibuk kedua di dunia. Setiap tahunnya, lebih
dari setengah lalu lintas supertanker dunia melalui jalur Selat Malaka, Sunda, dan
Lombok menuju ke Cina, Jepang, Taiwan, dan Korea Selatan. Selain itu, kawasan
ini memiliki potensi cadangan minyak dalam jumlah besar. Cadangan minyak
telah ditemukan di banyak batas kontinen di sekitar kawasan ini. Hingga saat ini,
diperkiran bahwa kawasan ini mengandung cadangan minyak sebanyak 7 milyar
barel dan kapasitas produksi mencapai 2,5 juta barel setiap harinya.66
Akan tetapi, jalur lama yakni Selat Malaka dan Laut China Selatan ternyata
memiliki kelemahan yakni soal buruknya cuaca dan terjadinya gelombang tinggi
di perairan tersebut. Buruknya cuaca dan gelombang tinggi dapat menghambat
pelayaran, kapal tanker tidak berani mengambil resiko berlayar apabila hal ini
sedang terjadi. Selain itu yang menjadi masalah jika pelayaran tertunda yaitu
minyak mentah yang diimpor dari Timur tengah dan Afrika tidak dapat bertahan
lama, kemungkinan besar akan rusak dan tidak dapat diolah menjadi produk
minyak. Jika hal ini terjadi, China akan dirugikan dan dapat menghambat
industrialisasi.
Selain faktor geografis, tercatat pada tahun 2002 hingga 2006, Selat
Malaka menjadi selat paling berbahaya dalam keamanan maritim di dunia. Hal ini
disebabkan kapal-kapal yang melintasi Selat Malaka, rawan terhadap ancaman
66
Jepang-Indonesia Dan Konflik Laut China Selatan, diakses pada tanggal 8 Mei 2012, dari
<http://www.jpf.or.id/artikel/studi-jepang-pertukaran-intelektual/jepang-indonesia-dankonflik-laut-cina-selatan>
110 | JURNAL ILMIAH TRANSFORMASI GLOBAL VOL 2 NO 2
kejahatan yang terjadi di atas laut. Ancaman kejahatan di
Selat
Malaka
biasanya berupa pembajakan kapal, perampokan kapal, penculikan awak kapal,
perdagangan manusia dan penyelundupan senjata. Ada juga kemungkinan
serangan teroris yang bertujuan melumpuhkan arus perdagangan internasional dan
berniat menghancurkan fasilitas perhubungan laut di perairan Selat Malaka.67
Selain Selat Malaka, permasalahan juga terjadi pada jalur Laut China
Selatan. Saling klaim atas kepemilikan jalur Laut China Selatan antar negara
sekitarnya, yakni China, Filipina, Taiwan, Malaysia, Vietnam menjadikan adanya
ketidakstabilan jalur ini. Berikut adalah gambar jalur Laut China Selatan:
Sumber: CIA Maps and Publications for the public
Melihat permasalahan tersebut diikuti dengan kondisi industrialisasi yang
butuh pasokan cepat, China harus berusaha mencari alternatif lain untuk
mendapatkan sumber minyak yang lebih dekat agar kebutuhan dapat terpenuhi
dengan cepat. Selain itu, tuntutan keinginan China untuk tetap dapat
mempertahankan kelangsungan negaranya di masa yang akan datang dalam
sistem internasional menyebabkan China membutuhkan keamanan energi
67
Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan, Departemen Luar Negeri RI. Kebijakan
Terpadu Pengelolaan Keamanan Selat Malaka. Medan, 19-20 Juli 2005, diakses pada tanggal
12 April 2012, dari <www.dephan.go.id>
Primadiana Yunita, Pemilihan Kazakhstan sebagai mitra Strategis China..|
terutama minyak. Pasokan impor dari wilayah lama sudah banyak mengalami
keterbatasan karena politik minyak yang dijalankan tidak mendapat sambutan
baik. Diperlukan perubahan politik minyak agar cara mendapatkan pasokan
minyak bisa lebih aman. Banyaknya peraturan-peraturan yang dijalankan lewat
kerjasama dengan negara kawasan Timur Tengah dan Afrika, menyebabkan China
membutuhkan alternatif lain untuk mendapatkan pasokan impor.
Dalam kaitannya dengan kepentingan ekonomi, Selat Malaka mempunyai
peranan yang penting tidak hanya bagi perekonomian China. Akan tetapi juga
Asia Timur secara keseluruhan. Pada saat China tidak memiliki cadangan minyak
yang strategis, menjaga Selat Malaka serta Laut China Selatan demi keamanan
kapal-kapal pengangkut minyaknya, merupakan suatu hal yang wajar dilakukan.
Hampir 60% industrinya membutuhkan minyak sebagai sumber energi utama.
Dalam konteks ini, minyak merupakan energi penting dalam menjaga
keberlangsungan pembangunan serta perekonomian China.
Kazakhstan dapat memberikan peluang bagi China untuk keluar dari
permasalahan yang dihadapi China, terutama sejak di Kazakhstan telah ditemukan
ladang minyak baru yang dinilai dapat dieksploitasi untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri China. Selain itu jalur China-Kazakhstan mampu menjadi jalur
strategi baru yang lebih efisien untuk mengangkut minyak.
Keuntungan Pemilihan Kazakhstan Sebagai Mitra Kerjasama Energi Minyak
China
Secara geografis, China dan negara-negara di Asia Tengah seperti
Kazakhstan adalah tetangga. Hubungan antara China dan Asia Tengah
didefinisikan oleh beberapa faktor, seperti, letak geografis, politik, ekonomi, dan
keamanan. Bagi negara-negara Asia Tengah seperti Kazakhstan, China adalah
negara yang memiliki potensi pasar yang besar sedangkan negara-negara di Asia
Tengah dapat membantu China membangun komunikasi darat ke Eropa dan Asia
Barat melalui bantuan pembangunan infrastruktur.
Bagi China kawasan Asia Tengah ini merupakan kawasan jalur sutra yang
sejak beribu abad yang lalu sudah menjadi jalur perdagangan ekonomi tradisional
112 | JURNAL ILMIAH TRANSFORMASI GLOBAL VOL 2 NO 2
China, dan sampai sekarang di era China modern pun kawasan ini masih
merupakan jalur perdagangan yang penting.68 Bayangkan saja China memiliki
jalur jalan tol di Kyrgistan yang langsung menuju berbagai akses perdagangan
penting di kawasan tersebut. China juga memiliki kepentingan keamanan yang
besar kawasan ini m.erupakan berbatasan langsung dengan bagian barat China,
bahkan Provinsi Qinghai, wilayah otonomi Xinjiang dan Tibet merupakan
kawasan yang berpenduduk Ughur, Turk yang merupakan etnis utama Asia
Tengah.
Pertumbuhan pembangunan China berbanding lurus dengan permintaan
energi sehingga menimbulkan tantangan untuk keamanan energi mereka. Hal ini
didorong oleh lonjakan konsumsi yang tinggi seiring dengan pertumbuhan
ekonomi yang juga berkembang pesat sehingga berdampak pula pada cepatnya
laju ekonomi China di bidang industrialisasi, urbanisasi dan pertumbuhan ekspor.
Pengaruh meningkatnya permintaan energi pada energi dunia dan stabilitas politik
dapat dilihat dari beberapa poin. Sejak tahun 2001 tingkat pertumbuhan tahunan
rata-rata hanya 4-5%, dan kini sudah mencapai 9,6%.69 Sejak hampir dua dekade
dari reformasi ekonomi di awal 1992, ukuran ekonomi China meningkat empat
kali lipat dan konsumsi energi naik dua kali lipat, sebuah fakta yang dapat
menjelaskan perilaku China saat ini yang begitu gencar mencari sumber daya
energi lain khususnya minyak di negara lain.
Kazakhstan sebagai salah satu negara yang berada di kawasan Asia Tengah
menawarkan pilihan terbaik yang tersedia bagi China untuk mengurangi
ketergantungan pada suatu wilayah tertentu dan membantu menghindari
eksplorasi berlebihan di Laut China Selatan yang masih disengketakan karena bisa
merusak kestabilan di kawasan tersebut dan dikhawatirkan menganggu arus lalu
lintas internasional yang saat ini relatif
68
aman. Tidak mengherankan bahwa
Heri Hidayat Makmun. 2010.Amerika Serikat, Rusia dan China Berebut Pengaruh di Asia
Tengah diakses pada tanggal 15 Mei 2012, dari
<http://indonesianvoices.com/index.php?option=com_content&view=article&id=193:amerik
a-serikat-rusia-dan-china-rebutan-pengaruh-di-asia-tengah&catid=1:latestnews&Itemid=50>
69
Metro TV news. 2011.Pertumbuhan ekonomi China 9,6% diakses pada tanggal 15 April 2012,
dari <http://www.metrotvnews.com/read/newscatvideo/ekonomi/2011/07/14/13/
132054/ >
Primadiana Yunita, Pemilihan Kazakhstan sebagai mitra Strategis China..|
China telah menjadikan Kazakhstan sebagai negara di kawasan Asia Tengah
dalam kebijakan keamanan energi untuk diversifikasi sumber impor dan
menghindari resiko ketergantungan yang berlebihan pada satu pemasok saja.
Peran China dalam perdagangan dan investasi kini mulai tumbuh pesat, wilayah
ini menjadi penting untuk China sebagai sumber energi untuk menjaga laju
pertumbuhan ekonomi China yang kian melaju.
Kazakhstan memiliki potensi ekonomi yang cukup menjanjikan bagi
China, diantaranya faktor kedekatan geografis, yang memungkinkan menjalin
kerjasama secara intensif, melimpahnya sumber daya alam dan pangsa pasar yang
besar, contohnya sumber daya migas di Kazakhstan diperkirakan dapat
memproduksi 4 juta barel minyak per hari.
Grafik Minyak Mentah yang Masuk dari Kazakhstan-China Tahun
1997-2011
Sumber : Alexander Oil and Gas Connections70
Grafik tersebut memperlihatkan bahwa pilihan yang dilakukan oleh China
yakni menjadikan Kazakhstan sebagai mitra kerjasamanya di sektor energi
didasarkan pada fakta serta informasi yang tepat bahwa minyak mentah yang ada
di Kazakhstan mempunyai jumlah yang sangat besar dan terbukti bahwa China
70
2007. ‘Kazakhstan sends 2-mm-ton of crude in China-Kazakhstan petroleum pipeline’,
Alexander Oil and Gas Connections, tanggal 29 Maret 2007, diakses tanggal 30 April 2012,
dari <http:www.gasandoil.com/news/2007/04/cns71762>; Hal Foster. 2010, ‘China will be
involved in 50% of Kazakhstan’s oil output’, Alexander Oil and gas Connection, tanggal 20
Agustus 2010, diakses pada tanggal 30 April 2012, dari
<http:www.gasandoil.com/news/2010/11/ntc104424>;
114 | JURNAL ILMIAH TRANSFORMASI GLOBAL VOL 2 NO 2
semakin bergantung pada pasokan minyak dari Kazakhstan yang dibuktikan
dengan jumlah pasokan impor minyak yang terus meningkat.
Dari segi ekonomi, China dan Kazakhstan saling memberikan keuntungan
yang memungkinkan adanya perluasan kerjasama. Bagi China, sumber energi
seperti migas atau logam, dan komoditas lain, sangat penting. Pada saat yang
sama, industri China, konsumen dan produk-produk pertanian dan pasar
memegang daya tarik yang kuat untuk Kazakhstan. China menjadi konsumen
energi tertinggi kedua di dunia,71 melampaui Jepang meskipun masih dibawah AS.
Impor minyak dan keamanan energi untuk pasokan kebutuhan minyak dalam
negeri menjadi fokus utama dalam kebijakan pemerintah China. Kerjasama
dengan berbagai negara dari negara sekawasan maupun di luar kawasan untuk
mengeskplorasi migas adalah salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan energi
mereka, dan negara yang menjadi tujuan untuk kerjasama energi minyak yang
paling memungkinkan adalah negara-negara berkembang yang memiliki sumber
daya migas yang besar, namun belum mampu mengelola sendiri kekayaan alam
mereka.
Kerugian Pemilihan Kazakhstan Sebagai Mitra Kerjasama Energi Minyak China
Kazakhstan merupakan negara yang kaya akan minyak akan tetapi masih
minim dalam penyediaan infrastruktur. Dalam kerjasamanya untuk mendapatkan
minyak, China harus membangun pipa transnasional yang berfungsi untuk
menyalurkan suplai minyak dari Kazakhstan ke China. Akan tetapi, biaya untuk
membangun pipa minyak transnasional sangat besar, dibandingkan dengan biaya
transportasi yang digunakan China sebelumnya yakni melalui jalur laut dengan
menggunakan kapal tanker.
71
Guardian. 2010,’China vs US Energy Consumption’, diakses pada tanggal 21 April 2012, dari
<http://www.guardian.co.uk/business/datablog/2010/aug/03/us-china-energy-consumptiondata>
Primadiana Yunita, Pemilihan Kazakhstan sebagai mitra Strategis China..|
Pembangunan pipa sepanjang 3000 km menghabiskan biaya sebesar US$
3,5 milyar.72 Biaya yang cukup besar tersebut dikarenakan tingginya harga
konstruksi pipa. Selain itu, kondisi kilang minyak di Kazakhstan juga belum
sepenuhnya siap, sehingga China harus melakukan pembangunan yang
diimplementasikan dalam investasi CNPC di Aktobemunaigaz sebesar US$ 4,3
juta.73 Hasilnya kilang minyak menyumbang sebanyak 120.000 barrel/hari atau
dua kali lipat dari hasil sebelumnya.
Kazakhstan sebagai negara yang baru saja merdeka juga sempat
mengalami krisis ekonomi. Latar belakang kebutuhan finansial Kazakhstan
berasal dari adanya krisis keuangan yang terjadi dalam negerinya dan harga
minyak yang jatuh. Keadaan ini tidak lantas membuat China mundur untuk
bekerjasama dengan Kazakhstan, kondisi tersebut dimanfaatkan oleh China untuk
menjalin dan memperdalam kemitraan energi dengan Kazakhstan utamanya di
sektor perminyakan. Pada tahun 2008, China memberikan bantuan berupa insentif
keuangan dan pinjama kepada pemerintah Kazakhstan sebesar US$ 5 miliar.
Dengan ini, pemerintah China sekaligus membuka peluang bagi perusahaan
minyak nasional dan perusahaan minyak domestik.74
China juga menjadi sumber keuangan Kazakhstan untuk menyediakan
barang publik bagi penduduk Kazakhstan. Berdasarkan catatan Bank Nasional
Kazakhstan, sejak tahun 2000 FDI dari China tidak lebih dari US$ 500 juta. Akan
tetapi, di tahun 2008, nilai meningkat US$ 700 juta. Tiga sampai empat tahun
terakhir, China juga memberikan pinjaman yang dibutuhkan Kazakhstan sebagai
ganti saham produsen minyak lokal. Secara keseluruhan terdapat pinjaman
sebesar 10 miliar dolar AS dari China ke Kazakhstan dalam rangka kerjasama di
sektor energi minyak.
Dari beberapa kerugian yang harus ditanggung China atas pemilihan
Kazakhstan sebagai mitra kerjasama energi minyak China ternyata lebih banyak
Anne E peck. 2008, “Privatization and Foreign Investment in the Principal Oil Enterprises in
The Refineries”
73
Ibid.
74
Fareed Mohamedi. 2009, “China: a new model in overseas oil strategy”, diakses pada tanggal
18 April 2012, dari <http://www.china.org.cn/opinion/2009-09/11/content_18509242.htm>
72
116 | JURNAL ILMIAH TRANSFORMASI GLOBAL VOL 2 NO 2
membawa keuntungan bagi China, di antaranya, China mendapatkan pasokan
minyak dari negara yang lebih dekat secara geografis, aman dari gangguan, serta
memiliki potensi ekonomi yang menjanjikan, sehingga dapat menjaga
pertumbuhan ekonomi China terus meningkat.
Aktor Rasional Dalam Kerjasama Ekonomi Politik China-Kazakhstan Di
Sektor Energi Minyak
Kebijakan energi semenjak periode sebelum reformasi ekonomi sampai
sekarang terus berganti. Perubahan kebijakan tercermin pada orientasi
pembangunan energi. Pada masa pra-reformasi ekonomi hingga akhir 80an,
pembangunan energi berfokus pada pemenuhan kebutuhan dalam negeri dengan
sumber daya alam milik sendiri. Kebijakan energi yang ditempuh pada masa Mao
dan selama ekonomi tahun 1978-1990 misalnya berorientasi pada self-sufficiency,
mengacu pada ambisi nasionalis pemerintahan Partai Komunis.75 Implikasinya,
China tidak mendapatkan devisa saat terjadi Oil Boom dan tidak mengalami
guncangan saat harga minyak bumi meningkat. Dengan kebijakan self-sufficiency,
China mengantisipasi ketergantungan kebutuhan maupun pengelolaan energi
terhadap pihak asing. Selama periode pra-reformasi ekonomi 1978 sampai akhir
80an, peran pemerintah China sebagai regulator, operator, dan distributor begitu
kuat.
Berbeda dengan pendahulunya, rezim Hu Jintao mempunyai kebijakan
serta strategi lain dalam menjalankan kebijakan energinya. Dimulai pada tahun
2001 pemerintah China membuka sektor energi kepada investor asing. Pemerintah
China mendorong pula SOE-SOE energi seperti CNPC, Sinopec, dan CNOOC
untuk melakukan ekspansi ke luar negeri untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri.
Kebijakan yang sama kembali ditegaskan oleh pemerintah China melalui
NPMR 2001, dengan salah satu programnya, Strategic Petroleum Reserve (SPR).
75
Peter.S Goodman.’ Big shift China’s Oil Policy: With Irak Deal Dissolved by War Beijing
Looks Elsewhere’, diakses pada tanggal 10 Mei 2012, dari <
http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article>
Primadiana Yunita, Pemilihan Kazakhstan sebagai mitra Strategis China..|
SPR merupakan cara yang paling efektif untuk mencegah politisasi minyak dan
untuk meminimalisasi dampak gangguan suplai. Dua keuntungan utama SPR
ialah untuk menghindari beban net impor minyak.76Hal ini kembali dipertegas
dalam White Paper 2007 yang menekankan isu lingkungan hidup dan kerjasama
internasional. Pada tahun 2008, pemerintah China membentuk NEA sebagai
badan perumus kebijakan energi yang membawahi semua lembaga energi di
China. Pembentukan NEA merupakan respon pemerintah terhadap kian
meningkatnya persaingan dan permintaan energi, khususnya minyak dan gas bumi
baik dari dalam dan luar negeri.
Proses penyusunan kebijakan energi China berbeda dengan negara lain
terdapat struktur serta biro-biro yang pada akhirnya mampu untuk memutuskan
kebijakan terkait dengan energi. Berikut adalah bagan struktur dalam proses
penyusunan kebijakan energi China.
76
Paul N Leiby dan David Bowman.2000, ‘The value of Expanding Asian Pacific Staretgic Oil
Stocks’Oak Ridge, diakses pada tanggal 2 Mei 2012, dari
<http://pz11.ed.ornl.gov/ORNL1999_39_APECSizeStudy012300.pdf>
118 | JURNAL ILMIAH TRANSFORMASI GLOBAL VOL 2 NO 2
Sumber: China Business Review 2008
Di China terdapat badan yang diberikan wewenang untuk mengatur dan
menyusun kebijakan energi oleh State Council yakni Komisi Pembangunan dan
Reformasi nasional atau National Development and Reform Commission (NDRC)
melalui Biro Energi, Biro Harga, serta Biro Konservasi Sumber Daya Energi dan
Perlindungan Lingkungan Hidup. Namun NDRC memiliki beberapa kelemahan.
NDRC tidak memiliki wewenang penuh dalam penyusunan kebijakan, serta
minim perangkat kerja dan sumber daya manusia. Seringkali dalam pengambilan
keputusan terkait dengan kebijakan energi nasionalnya China mengalami
hambatan, hal ini dikarenakan China tidak memiliki Kementerian Energi yang
Primadiana Yunita, Pemilihan Kazakhstan sebagai mitra Strategis China..|
memiliki wewenang melakukan koordinasi total berbagai kepentingan semua
aktor urusan energi nasional.77
Untuk menjawab tantangan dan hambatan seperti peningkatan konsumsi
minyak dalam negeri, maka dibentuklah lembaga baru yang bertugas
melaksanakan kebijakan energi pemerintah pusat, lembaga ini adalah
Administrasi Energi Nasional atau National Energy Administration (NEA) yang
dibentuk pada Juli 2008. NEA bertugas mengambil alih tugas biro NDRC dan
badan yang dibentuk sebelumnya yakni National Energy Commission (NEC).
Namun ternyata pembentukan NEA justru menghadapi tantangan baru yakni
pertarungan kepentingan dalam Partai Komunis China, karena semua pimpinan
SOE terutama National Oil Company (NOC) merupakan anggota alternatif dari
Partai Komunis China. Kemunculan NEA merupakan upaya pemerintah China
untuk menjalankan kebijakan energi tahun 2007, untuk mengatasi hambatanhambatan melalui kontrol pemerintah yang kuat.
Dari kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah China tersebut,
yang patut dicermati adalah bagaimana para NOC yang terdiri dari perusahaan
minyak nasional China seperti CNPC, Sinopec serta CNOOC sebagai aktor utama
dalam industri minyak China maupun internasional memahami dan menerapkan
kebijakan NEA. Posisi NOC saat ini berbeda dengan periode 1990-2001 dan
2001-2007. Kehadiran mereka dituntut untuk membangun industri minyak
internasional.
Adanya pergantian badan pembuat kebijakan energi di China menandakan
struktur sistem energi China yang masih belum siap bersaing secara internasional.
Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya otoritas yang jelas antar badan yang telah
dibentuk oleh pemerintah. Hal ini juga diperkuat oleh tulisan Zha Daojiong78 yang
Erica S Downs. 2008, ‘China’s New Energy Administration’, November-December 2008,
Chinabusinessreview, diakses pada tanggal 12 Maret 2012, dari
<http://www.chinabusinessreview.com>, hlm 42
78
Zha Daojiong. 2006. China’s Energy security: Domestic and International Issues, diakses
pada tanggal 20 Januari 2012, dari
<http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&ved=0CFUQFj
AE&url=http%3A%2F%2Fbase.china-europaforum.net%2Frsc%2Fdocs%2Fdoc_209.pdf&ei=tNu6T5O8AoLrrQfQy5HzBw&usg=AFQjCN
GLRdJfiIXWHJHWzGk3WHTjBYy84g>, hlm 45
77
120 | JURNAL ILMIAH TRANSFORMASI GLOBAL VOL 2 NO 2
memaparkan bahwa adanya perubahan kebijakan energi dalam negeri China serta
reformasi badan pembuat kebijakan energinya merupakan salah satu unsur yang
dapat menyebabkan ketidakamanan energi China. China lebih mengedepankan
pencapaian kepentingan politiknya daripada memperbaiki persoalan energi yang
tidak stabil.
Perubahan orientasi kebijakan energi China menggambarkan bahwa
pemerintah China memiliki kepekaan dalam menghadapi situasi dan kondisi
industri minyak internasional. Transisi dari orientasi pemenuhan kebutuhan dalam
negeri oleh sumber daya alam milik sendiri hingga masuk ke isu lingkungan hidup
memperlihatkan bahwa pemerintah China mampu beradaptasi dengan isu-isu
yang berkembang melalui garis perencanaan yang jelas.
Dalam penelitian ini penulis memilih model aktor rasional dalam
pengambilan keputusan. Dalam teori model aktor rasional, yang diutamakan bagi
aktor di dalam pengambilan kebijakan luar negeri ialah dengan meningkatkan
keuntungan dan mengurangi kerugian yang akan didapat dalam mencapai
kepentingan negara. Dalam pembuatan kebijakannya aktor memiliki alternatif
yang dapat mencapai tujuan suatu negara. Dengan demikian, pemerintah sebagai
aktor rasional sellau melihat kondisi di dalam negeri sebagai tempat
kehidupannya, maka segala keputusan yang akna dikeluarkan tidak terlepas
bagaimana pemerintah dapat mempertahankan kepentingan negaranya, serta
bagaimana pemerintah akan berinteraksi di dalam pergaulan dengan negara lain.
Sehingga kerjasama diantara Kazakhstan dan China, dapat menguntungkan
China.
Secara rasional pemilihan Kazakhstan sebagai mitra kerjasamanya dalam
bidang energi minyak mendesak, dikarenakan kebutuhan China untuk
mendapatkan minyak. Dengan adanya kerjasama tersebut, tidak hanya mampu
memenuhi kebutuhan energi minyak China, akan tetapi juga sebagai sarana untuk
memaksimalkan kepentingan ekonomi serta politik China di Kazakhstan melalui
investasi serta perdagangan.
Primadiana Yunita, Pemilihan Kazakhstan sebagai mitra Strategis China..|
Graham T. Allison menjelaskan bahwa aktor rasional merupakan aktoraktor politik yang beranggapan bahwa semua dinilai dengan cara rasional yang
memiliki tujuan dan kepentingan yang sama. Dalam rangka mengurangi
kesenjangan, saat ini China secara khusus telah memulai untuk mencari cadangan
energi sebagai langkah kebijakan energi yang straetgis. Sasaran cadangan strategis
yang terdekat dan melimpah ialah sumber minyak di wilayah Kaspia. Pemilihan
Kazakhstan oleh aktor negara yakni rezim Hu Jintao merupakan sebuah keputusan
yang dibuat oleh pemangku kepentingan dalam hal ini alternatif-alternatif yang
ada baik itu dari segi pemilihan wilayah berdasarkan letak geografis, keuntungan
ekonomis, serta keamanan tidak luput dari peran pemerintah China sebagai
pemangku kepentingan seperti Presiden Hu Jintao dan biro-biro serta komisi yang
terkait
dengan
proses
pengambilan
kebijakan
dalam
bidang
energi,
mempertimbangkan masalah serius mengenai pemilihan Kazakhstan sebagai
mitra kerjasama dalam sektor energi minyak untuk segera dilakukan demi
tercapainya kepentingan nasional China yakni terpenuhinya kebutuhan minyak
dalam negeri. Sebagai implementasi dari kebijakan energi yang strategis tersebut,
China menggunakan perusahaan-perusahaan nasionalnya untuk melakukan
investasi dan eksplorasi.
Penutup
Pemilihan Kazakhstan sebagai mitra kerjasama dalam bidang energi
minyak pada masa pemerintahan Hu Jintao tahun 2003-2010 didasarkan pada
pertimbangan aktor rasional yang dalam hal ini adalah rezim Hu Jintao. Perluasan
kerjasama multilateral yang dilakukan oleh China terhadap negara di luar
kawasannya merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan serta mengamankan
pasokan energi China.
Pertimbangan yang dilakukan oleh pemerintah China yakni Hu Jintao
dalam memilih Kazakhstan didasarkan pada cost and benefit. Minyak merupakan
sumber energi China yang sangat penting dalam proses industri. Sektor industri
merupakan penyangga penting dalam perekonomian China. Selain letaknya
122 | JURNAL ILMIAH TRANSFORMASI GLOBAL VOL 2 NO 2
geografisnya yang sangat strategis yang merupakan jalur sutra bagi China,
pemilihan Kazakhstan juga didasarkan pada alasan lemahnya jalur pasokan
minyak China yang lama, yakni Selat Malaka dan Laut China Selatan. Selain
faktor cuaca, kelemahan jalur tersebut juga dipicu oleh adanya bahaya perompak
serta banyakanya persengketaan, yang menimbulkan jalur tersebut tidak stabil dan
dikhawatirkan dapat menganggu kelancaran transportasi minyak ke China.
Terkait dengan kebijakan mengenai energi di China, China seringkali
melakukan reformasi dalam kebijakan energi, dimulai dari era 1980 hingga saat
ini, kebijakan energi serta struktur badan pembuat kebijakan energi China
tergolong berbeda dengan negara lain. China tidak memiliki Kementerian Energi.
Dalam melakukan kerjasama pemerintah seringkali terpusat dan mengambil alih
seluruh kegiatan hingga proses kerjasama. Adapun yang membedakan kebijakan
energi serta struktur badan pembuat kebijakan energi di China pada masa Hu
Jintao adalah lebih signifikannya peran perusahaan minyak nasionalnya seperti
CNPC, Sinopec, dan CNOOC.
REFERENSI
Buku
Mas’oed, Mochtar. 1990. Ilmu Hubungan Internasional : Disiplin dan Metodologi.
LP3ES. Jakarta.
Mursitama, Tirta dan R.Maisa Yudono.2010. Strategi Tiga Naga, Ekonomi Politik
Industri Minyak China di Indonesia. Kepik Ungu. Depok.
Plano, Jack C, Olton Roy.1982. The International Relations Dictionary, terj. Third
Edition, Clio Press-Ltd. England
Schoorl. 1984. Modernisasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. PT Refika Aditama. Bandung.
Wibowo, I dan Syamsul Hadi. 2009. Merangkul China. PT.Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Primadiana Yunita, Pemilihan Kazakhstan sebagai mitra Strategis China..|
Artikel Jurnal Online
Daojiong, Zha. 2006.China Energy Security: Domestic and International Issues.
<http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&ve
d=0CFUQFjAE&url=http%3A%2F%2Fbase.china-europaforum.net%2Frsc%2Fdocs%2Fdoc_209.pdf&ei=tNu6T5O8AoLrrQfQy5HzBw&
usg=AFQjCNGLRdJfiIXWHJHWzGk3WHTjBYy84g>, diakses pada tanggal 20
Januari 2012.
Downs, Erica S. 2000. The Chinese Energy Security Debate, The China Quarterly.
Santa Monicaa: RAND Corporation.
E peck, Anne. 2008.Privatization and Foreign Investment in the Principal Oil
Enterprisesin The Refineries.
Khan,Hamayoun. 2010. China’s Energy Drive and Diplomacy. International Review,
<http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&
v ed=0CE4QFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.siis.org.cn%2FSh_Yj_Cms%2
FMgz%2F200803%2F20081217174045S1QX.PDF&ei=Ft26T7jmJ9GxrAeO
rojyBw&usg=AFQjCNEJEA0HxlvvIxcELRySvVf3fsAoAQ>, diakses pada
tanggal 11 Desember 2012.
Nonneman,Gerd.2005.Analyzing Middle East Foreign Policies And The Relationship
with Europe, London& New York, Routledge Taylor And Francis Group.
<http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&v
ed=0CE8QFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.lancs.ac.uk%2Ffass%2Fdoc_li
brary%2Fpolitics%2Fnonneman_analyzing_mefp.pdf&ei=ou66T7C0BsTorA
exmdjSBw&usg=AFQjCNFNKfEUhtFKhrBwYGvDvu0uD2hv5Q>,diakses
pada tanggal 15 maret 2012,
T. Allison, Graham. Essence of Decision.1971. Conceptual Model’s and the Cuban
Missile Crisis. American Science Review (September 1969); dan Allison
dan
Morton Halperin, Bureaucratic Politics: A Paradigm and Some Policy
Implication,Worls Politics, Vol 24 (1972).
<http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web
&cd=5&ved=0CFoQFjAE&url=http%3A%2F%2Fwww3.nccu.edu.tw%2F~l
orenzo%2FAllison%2520Conceptual%2520Models.pdf&ei=HOS6T4uOBY7
rrQfziumCCA&usg=AFQjCNExfAlOWc4qw-FqK1G_Z_4x6_12Ag> diakses
pada tanggal 9 Maret 2012.
124 | JURNAL ILMIAH TRANSFORMASI GLOBAL VOL 2 NO 2
Goodman, Peter.S.Big shift China’s Oil Policy: With Irak Deal Dissolved by War
Beijing Looks Elsewhere.<http://www.washingtonpost.com/wpdyn/content/article>, diakses pada tanggal 10 Mei 2012.
Paul N Leiby dan David Bowman. 2000. ‘The value of Expanding Asian Pacific
Staretgic Oil Stocks’Oak Ridge. Diakses melalui
<http://pz11.ed.ornl.gov/ORNL1999_39_APECSizeStudy012300.pdf>, pada
tanggal 2 Mei 2012.
Wang, Hanjiang Henry. 1999. China’s Oil Industry and Market. Elsevier,
Oxford. <http://store.elsevier.com/Chinas-Oil-Industry-and-Market/H_H_Wang/isbn-9780080430058/>, diakses pada tanggal 15 Januari 2012
Artikel Surat Kabar/ Majalah Online
Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan, Departemen Luar Negeri RI.
Kebijakan Terpadu Pengelolaan Keamanan Selat Malaka. Medan, 19-20 Juli
2005., diakses pada tanggal 12 April 2012, dari < www.dephan.go.id>
Foster, Hal. 2010. China will be involved in 50% of Kazakhstan’s oil output. Alexander
Oil and gas Connection, tanggal 20 Agustus 2010.
<http://www.gasandoil.com/news/2010/11/ntc104424>, diakses pada tanggal 30
Januari 2012.
Guardian. 2010. China vs US Energy Consumption.
<http://www.guardian.co.uk/business/datablog/2010/aug/03/us-china-energyconsumption-data>, diakses pada tanggal 21 April 2012.
Heri Hidayat Makmun. 2010. Amerika Serikat, Rusia dan China Berebut Pengaruh di
Asia Tengah.
<http://indonesianvoices.com/index.php?option=com_content&view=article&id
=193:amerika-serikat-rusia-dan-china-rebutan-pengaruh-di-asiatengah&catid=1:latest-news&Itemid=50>,diakses pada tanggal 15 Mei 2012.
Jepang-Indonesia dan Konflik Laut China Selatan. <http://www.jpf.or.id/artikel/studijepang-pertukaran-intelektual/jepang-indonesia-dan-konflik-laut-cina-selatan>,
diakses pada tanggal 8 Mei 2012.
Metro TV news. 2011.Pertumbuhan ekonomi China 9,6%.
http://www.metrotvnews.com/read/newscatvideo/ekonomi/2011/07/14/13/132054/
diakses pada tanggal 15 April 2012.
Mohamedi, Fareed. 2009. China : a new model in overseas oil strategy.
<http://www.china.org.cn/opinion/2009-09/11/content_18509242.htm> diakses
pada tanggal 18 April 2012.
IEA. 2006. International Energy Outlook 2006. <http://www.iea.com> diakses pada
tanggal 10 Januari 2012.
Download